Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit

advertisement
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Dwi Puji Handayani*) Auly Tarmali**) Sigit Ambar Widyawati**)
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
*)Mahasiswa PSKM STIKES Ngudi Waluyo
**)Staf Pengajar STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner.Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai darah
ke otot jantung dengan membawa oksigen, sehingga oksigen tidak sampai ke otak
yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan, jumlah penderita penyakit jantung koroner akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit jantung koroner.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan
studi kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang
berkunjung ke poli penyakit dalam di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Sampel pada penelitian ini sebesar 62 responden terdiri dari sampel kasus dan
kontrol. Sampel diambil secara purposive sampling. Analisis data menggunakan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi-squaredengan bantuan
program SPSS 16.0.
Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien
mempunyai kebiasaan merokok sebesar 67,7 %, hasil penelitian P-value= 0,017
(p<0,05)dan (OR= 4,444) atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang berkunjung ke poli penyakit dalam di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang.
Saran dari penelitian ini yang dapat diberikan yaitu bagi penderita
penyakit jantung koroner diharapkan dapat mengubah pola hidup yang lebih baik
dan hendaknya pasien mengurangi konsumsi rokok karena kebiasaan merokok
merupakan kontribusi tinggi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner.
Kata Kunci : Kebiasaan Merokok, Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Kepustakaan : 38 (1994-2013)
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
1
ABSTRACT
Coronary Heart Disease (CHD) is a condition where there is accumulation
of plaque in coronary blood vessels. This causes the coronary arteries become
narrowed or clogged. Coronary arteries are the arteries that supply blood to the
heart muscle to carry oxygen, so oxygen does not get to the brain that can cause
coronary heart disease. The World Health Organization (WHO) estimates, the
number of patients with coronary heart disease will continue to increase along
with the population of the enlarged. The purpose of this study is to investigate the
corelation between smoking and the incidence of coronary heart disease.
This was an observational study with case control design. The population
in this study were all patients who visited internist poly at RSUD Ungaran
Semarang Regency. Sample in this study consisted of 62 respondents from a
sample of cases and controls groups. Data samples were taken by using purposive
sampling technique. Data analysis used univariate and bivariate analysis with
SPSS 16.0.
The results of this study can be concluded that most of the patients have a
smoking habits 67,7%, the results P-value = 0,017 (p <0,05) and (OR = 4,444), or
it can be said that there is a statistically significant corelation between smoking
and the incidence of coronary heart disease in patients who visited internist poly
at RSUD Ungaran Semarang Regency.
It is recommenden for the patients with coronary heart disease is expected
to change the life style and should reduce cigarette consumption because smoking
is a high contribution to the occurrence of coronary heart disease.
Keywords
Bibliographies
: Smoking habits, incident of coronary heart disease
: 38 (1994-2013)
PENDAHULUAN
Dewasa ini semakin banyak
penyakit yang menyerang manusia,
terutama penyakit-penyakit yang
berbahaya, salah satunya adalah
penyakit yang berhubungan dengan
aliran darah terutama penyakit
jantung koroner.Menurut WHO pada
tahun 2005 tardapat 17,5 juta orang
meninggal
karena
penyakit
kardiovaskuler, mewakili 30% dari
seluruh kasus kematian di dunia.
Dari kematian ini, 7,6 juta
diantaranya terkena serangan jantung
dan 5,7 juta diantaranya stroke
(Cristoper.
C
,2010).Penyakit
Jantung Koroner (PJK) merupakan
keadaan dimana terjadi penimbunan
plak pembuluh darah koroner.Hal ini
menyebabkan
arteri
koroner
menyempit atau tersumbat. Arteri
koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung
dengan membawa oksigen yang
banyak. Terdapat beberapa faktor
yang memicu penyakit ini yaitu gaya
hidup, faktor genetik, usia dan
penyakit penyerta yang lain.
(Cristoper. C, 2010).
Berdasarkan laporan world
health statistic 2010, tercatat 17,1
juta orang meninggal di dunia akibat
penyakit jantung koroner dan di
perkirakan angka ini akan terus
meningkat hingga 2030 menjadi 23,4
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
2
juta kematian di dunia atau
merupakan 43% (Cristoper, 2010).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa
Tengah, Kabupaten atau Kota
melaporkan data penyakit tidak
menular tahun 2012 sebanyak 34
kabupaten atau kota (97,14%). Kasus
tertinggi Penyakit Tidak Menular
pada tahun 2012 adalah kelompok
penyakit jantung dan pembuluh
darah. Dari total 1.212.167 kasus
yang
dilaporkan
sebesar
66,51%(806.208
kasus)
adalah
penyakit jantung dan pembuluh
darah ( Depkes RI, 2012).
Jumlah
kasus
Penyakit
Jantung Koroner di Jawa Tengah
pada tahun 2011 sebanyak 29.099
kasus yang terdiri dari Angina
Pektoris 70,43 % (20.497 kasus) dan
AMI (Acute Miocard Infark) 29,56
% (8.602 kasus). Sedangkan, pada
tahun 2012 jumlah kasus Penyakit
Jantung Koroner meningkat menjadi
29.933 kasus yang terdiri dari
Angina Pektoris 70,13 % (20.994
kasus) dan AMI 29,86 % (8.939
kasus).Faktor
resiko
timbulnya
penyakit jantung koroner dibedakan
menjadi 2, yaitu faktor resiko yang
dapat diubah atau diperbaiki dan
faktor resiko yang tidak dapat diubah
atau tidak dapat diperbaiki yang
dapat mendorong timbulnya plak
diarteri koroner. Faktor resiko yang
dapat diubah atau diperbaiki yaitu,
kadar
kolesterol,
hipertensi,
merokok, diabetes mellitus, stres,
obesitas, alkohol, kurang aktivitas.
Sedangkan faktor resiko yang tidak
dapat diubah yaitu, genetik atau
keturunan, jenis kelamin, dan usia
(Soeharto, 2004).
Salah satu faktor risiko dari
penyakit jantung koroner adalah
rokok. Merokok merupakan salah
satu kebiasaan hidup yang dapat
menyebabkan penimbunan plak di
dinding pembuluh darah sehingga
mempunyai pengaruh besar terhadap
gangguan peredaran darah dan bisa
terjadi sumbatan pada pembuluh
darah.Nikotin
yang
terkandung
dalam asap rokok menyebabkan
jantung bekerja lebih cepat dan
meningkatkan
tekanan
darah.
Sedangkan
karbon
monoksida
mengambil oksigen dalam darah
lebih banyak yang membuat jantung
memompa darah lebih banyak.Survei
Sosial Ekonomi Nasional 2004
(Depkes, 2006) menunjukkan bahwa
penduduk usia 15 tahun ke atas yang
merokok tercatat sebanyak 34.44%,
terdiri dari merokok setiap hari
28.35% dan kadang-kadang 6.09%.
Riset Kesehatan Dasar (2007)
menunjukkan bahwa penduduk usia
lebih dari 10 tahun yang merokok
setiap hari sudah mencapai 23.7%.
Secara nasional persentase yang
merokok tiap hari tampak tinggi pada
kelompok umur produktif 25-64
tahun dengan rentang rerata 29%
sampai 32%.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang di lakukan peneliti
pada bulan Januari selama 3 hari
didapatkan data penderita penyakit
jantung koroner yaitu sebesar 715
kasus pada tahun 2013 meningkat
menjadi 765 kasus penderita
penyakit jantung koroner pada tahun
2014. Dari beberapa pertanyaan yang
diberikan kepada 15 pasien laki-laki
yang berkunjung ke poli penyakit
dalam dengan cara memilih kasus
penyakit jantung koroner sebanyak 8
orang dan 7 orang lainnya tidak
menderita penyakit jantung koroner.
Dari 8 orang pasien yang
menderita penyakit jantung koroner 6
(75%) orang memiliki kebiasaan
merokok dan 2 (25%) orang tidak
memiliki
kebiasaan
merokok.
Sedangkan 7 orang pasien yang tidak
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
3
menderita penyakit jantung koroner 5
(71,42%) orang memiliki kebiasaan
merokok dan 2 (28,57%) orang tidak
memiliki kebiasaan merokok.
Berdasarkan
data
dan
keadaan tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul hubungan kebiasaan
merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang
berkunjung ke poli penyakit dalam di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
menggunakan metode penelitian
survei analitik dengan pendekatan
case control .Populasi kasus dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien
penyakit jantung yang berkunjung ke
poli penyakit dalam RSUD Ungaran
pada bulan Januari sampai bulan Mei
2015, sedangkan populasi kontrol
adalah semua pasien yang tidak
menderita penyakit jantung koroner
di poli penyakit dalam RSUD
Ungaran pada bulan Januari sampai
Mei 2015. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik quota
sampling. Kriteria inklusi kasus pada
penelitian ini adalah Pasien yang
menderita penyakit jantung koroner
berdasarkan hasil diagnosis Dokter
dan
hasil
pemeriksaan
elektrokardiografi yang berkunjung
ke poli penyakit dalam pada tanggal
30 Juni-8 Juli 2015. Sedangkan
inklusi kontrol adalah pasien yang
tidak menderita penyakit jantung
koroner berdasarkan hasil diagnosis
Dokter dan hasil pemeriksaan
elektrokardiografi berdasarkan waktu
pemeriksaan penyakit jantung pada
tanggal 30 Juni-8 Juli 2015 yang
berkunjung ke poli penyakit dalam
sebanyak 31 responden.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan alat pengumpulan data
kuesioner (berisi tentang kebiasaan
merokok) dan kejadian penyakit
jantung
koroner
berdasarkan
diagnosis
Dokter
serta
hasil
pemeriksaan
elektrokardiografi.
Analisis data dilakukan dengan
analisis univariat dan bivariat
menggunakan program SPSS 16.
Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel
bebas (kebiasaan merokok) dengan
variabel terikat (kejadian penyakit
jantung koroner).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kebiasaan Merokok
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan
Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan
Merokok
Memiliki
Tidak
memiliki
Total
Kasus
f
%
27
87,1
4
12,9
f
15
16
Kontrol
%
48,4
51,6
31
31
100,0
100,0
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa dari 62 responden
yang memiliki kebiasaan merokok
sebesar 42 orang (67,7%). Pada
kelompok kasus yang memiliki
kebiasaan merokok yaitu sebanyak
27 orang (87,1%) dan 4 (12,9) tidak
memiliki
kebiasaan
merokok.
Sedangkan pada kelompok kontrol
yang memiliki kebiasaan merokok
sebanyak 15 orang (48,4%) dan 16
orang (51,6%) tidak memiliki
kebiasaan merokok.
Dari responden yang memiliki
kebiasaan merokok sebesar 42
(67,7%) didapatkan beberapa kriteria
berdasarkan lama merokok dan
rokok yang dihisap perharis ebagai
berikut :
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
4
a. Lama Merokok
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Lama Merokok
Lama
Merokok
<10 tahun
>=10 tahun
Total
Kasus
f
1
26
27
%
3,2
83,9
87,1
f
15
0
15
Kontrol
%
48,4
0,0
48,4
Berdasarkan tabel 2 dapat
diketahui bahwa dari 62 responden
yang memiliki kebiasaan merokok
yang merokok < 10 tahun pada
kelompok kasus sebanyak 1 orang
(3,2%) dan ≥ 10 tahun sebanyak 26
orang (83,9%), Sedangkan pada
kelompok kontrol yang merokok< 10
tahun yaitu sebanyak 15 orang
(48,4%) dan yang merokok ≥10
tahun sebanyak 0 (0,0%).
b. Rokok yang dihisap perhari
Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Rokok yang dihisap
perhari
Rokok yang di
hisap perhari
Perokok berat
Perokok sedang
Perokok ringan
Total
Kontrol
f
%
9
29,0
12 38,7
6
19,4
27 87,1
f
0
1
14
15
kontrol
%
0,0
3,2
45,2
48,4
Berdasarkan table 3 dapat
diketahui bahwa responden pada
kelompok kasus yang termasuk
dalam kategori perokok berat
sebanyak 9 orang (29,0), kategori
perokok sedang sebanyak 12 orang
(38,7%), dan kategori perokok ringan
sebanyak
6
orang
(19,4%).
Sedangkan pada kelompok kontrol
yang termasuk dalam kategori
perokok berat sebanyak 0 (0,0%),
kategori perokok sedang sebanyak 1
orang (3,2%), dan kategori perokok
ringansebanyak 14 orang (45,2%).
2. Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan
Kejadian
Penyakit Jantung Koroner
Kejadian
PJK
Ya
Kasus
Kontrol
f
%
f
%
31
50,0
31
50,0
Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa responden yang
menderita penyakit jantung koroner
pada kelompok kasus sebanyak 31
orang (50,0%), Sedangkan pada
kelompok control responden yang
tidak menderita penyakit jantung
koroner sebanyak 31 orang (50,0%).
Hubungan
Antara
Kebiasaan
Merokok dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner pada Pasien yang
Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam
Tabel
5
Hubungan
Antara
Kebiasaan Merokok dengan
Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
Kebias
aanMe
rokok
Kejadian PJK
PJK
Total
Tidak
PJK
f
%
f
%
f
%
Memili
ki
27
87,
1
15
48,
4
31
67,
7
Tidak
4
12,
9
16
51,
6
31
32,
3
31
10
0,0
31
10
0,0
62
100
,0
Pval
ue
O
R
0,017 4,4
Memili
ki
Total
Berdasarkan tabel 5 dapat
diketahui bahwa responden yang
memiliki
kebiasaan
merokok
menderita penyakit jantung koroner
lebih besar yaitu sebanyak 27
responden
(87,1%)
daripada
responden yang tidak memiliki
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
5
kebiasaan merokok dan menderita
penyakit jantung koroner yaitu
sebanyak 4 responden (12,9%).
Sedangkan responden yang tidak
memiliki kebiasaan merokok dan
tidak menderita penyakit jantung
koroner sebanyak 16 orang (51,6%)
lebih besar dari pada responden yang
memiliki kebiasaan merokok dan
tidak menderita penyakit jantung
koroner sebanyak 15 orang (48,4%)..
Hasil analisis data dengan
menggunakan
uji
Chi-Square
didapatkan nilai P-value= 0,017.
Oleh karena p-value = 0,017 < α
(0,05) maka Ho ditolak, dan
disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan
merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang
berkunjung ke poli penyakit dalam di
RSUD
Ungaran
Kabupaten
Semarang. Dari hasil uji juga
diperoleh nilai Odds Ratio sebesar
4,444, yang menunjukkan bahwa
orang yang merokok beresiko 4,4
kali lebih besar untuk terkena
penyakit jantung koroner daripada
orang yang tidak merokok.
Berdasarkan
instrumen
didapatkan bahwa responden yang
memiliki kebiasaan merokok yang
menderita penyakit jantung koroner
labih tinggi sebanyak 27 responden
(87,1%) dibandingkan yang tidak
memiliki kebiasaan merokok tetapi
menderita penyakit jantung koroner
sebanyak 4 orang (12,9%). Hal ini
sesuai teori yang menyebutkan
bahwa
kebiasaan
merokok
berhubungan erat dengan kejadian
penyakit jantung koroner, Pada
umumnya orang dengan kebiasaan
merokok, akan menghisap bahan
kimia sebanyak 4000 bahan kimia
dan 200 diantaranya beracun antara
lain nikotin, tar, dan karbon
monoksida (CO) yang dihasilkan
oleh asap rokok memiliki dampak
buruk terhadap kesehatan.
Komponen utama asap rokok
seperti gas karbonmonoksida (CO)
dan nikotin berhubungan erat dengan
penyakit jantung atau penyakit
kardiovaskular. Gas CO pada asap
rokok yang masuk ke dalam tubuh
manusia
lewat
inhalasi
akan
berikatan kuat dengan atom besi dan
kompleks
protohaem
pada
hemoglobin
dan
membentuk
karboksihemoglobin. Daya ikat CO
terhadap Hb lebih kuat 250 kali
dibandingkan daya ikat Oksigen
terhadap Hb, sehingga pada perokok
yang menghirup gas CO dan asap
rokok dapat mengalami kekurangan
oksigen akibat adanya hambatan
aliran oksigen dari darah keseluruh
tubuh. Apabila hal ini terjadi pada
manusia akan menyebabkan penyakit
kardiovaskular yaitu aterosklerosis
yang akan berkembang menjadi
penyakit jantung koroner (Keith
Allman& Wilson, 2011).
Diperkuat
pula
dengan
penelitian Meylani (2008) ditemukan
bahwa ada hubungan jenis kelamin
dengan kejadian penyakit jantung
koroner (p=0,009). Bahwa resiko
terjadinya penyakit jantung koroner
pada jenis kelamin laki-laki sebesar
4,375 kali dibandingkan pada jenis
kelamin perempuan.Penyakit jantung
koroner lebih banyak pada jenis
kelamin
laki-laki
dari
pada
perempuan dengan perbandingan
4: 1.
Dalam jurnal jantung yang
diterbitkan oleh America heart
Asscociation,
hasil
penelitian
hubungan antara kebiasaan merokok
dengan penyakit jantung koroner
bahwa yang merokok 10 hingga 20
batang per hari mengalami penyakit
jantung koroner sebanyak 1,9 kali
lebih tinggi dari orang yang tidak
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
6
merokok. Orang yang merokok lebih
dari 21 batang per hari maka
mengalami
penyakit
jantung
meningkat menjadi 2,15 kali,
merokok
dapat
meningkatkan
sumbatan
dan
penyempitan
pembuluh darah. Hal ini dapat
berhubungan dengan terjadinya
atherosclerosis (pengapuran atau
penebalan dinding pembuluh darah).
Hal ini akan mengarah pada
kerusakan dinding pembuluh darah
(Asikin, 2004).
Selain itu, dari hasil
penelitian didapatkan 4 responden
(12,9%) yang tidak memiliki
kebiasaan merokok tetapi menderita
penyakit jantung koroner. Hal ini
kemungkinan
dikarenakan oleh
faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya penyakit jantung koroner
seperti hipertensi dan kadar lemak
yang tinggi. Selain dipengaruhi oleh
hipertensi dan kadar lemak yang
tinggi Penyakit jantung koroner juga
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
usia, jenis kelamin, genetik, kurang
aktivitas,
dan
obesitas.
(Wardoyo,2006).
Berdasarkan hasil penelitian
juga didapatkan responden yang
memiliki kebiasaan merokok tetapi
tidak menderita penyakit jantung
koroner sebanyak 15 responden
(48,4%). Hal ini menunjukkan
ketidaksesuaian antara teori dengan
hasil penelitian dilapangan oleh
peneliti. Hal ini dikarenakan
seseorang yang merokok memiliki
intensitas merokok yang berbedabeda. Seseorang yang berpeluang
untuk terkena penyakit jantung
koroner dapat dilihat dari lama
merokok serta rokok yang dihisap
perhari. Orang yang merokok dalam
jangka waktu < 10 tahun dengan
jumlah rokok yang dihisap kurang
dari 1 pak (15 batang) rokok perhari
resiko untuk terkena penyakit
jantung koroner lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang
merokok dalam jangka waktu ≥10
tahun dengan jumlah rokok yang
dihisap lebih dari satu pak (15
batang) rokok perhari, hal ini
dikarenakan racun yang ada di dalam
tubuh belum berakumulasi. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa zat kimia
dalam rokok bersifat kumulatif
(ditimbun), suatu saat dosis racunnya
akan mencapai titik toksis sehingga
mulai
kelihatan
gejala
yang
ditimbulkannya, dampak rokok akan
terasa setelah 10-20 tahun pasca
digunakan (Bustan, 2007).
Menurut penelitian (Deni,
2007) resiko terjadinya penyakit
jantung koroner meningkat 2-4 kali
pada perokok di bandingkan dengan
bukan perokok. Resiko ini meningkat
dengan bertambahnya usia dan
jumlah rokok yang dihisap. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
faktor resiko merokok bekerja
sinergis dengan faktor-faktor lain
seperti hipertensi dan kadar lemak
yang tertinggi terhadap tercetusnya
penyakit jantung koroner.
SIMPULAN
1. Pasien kasus dan kontrol yang
berkunjung ke
poli penyakit
dalam di RSUD Ungaran
Kabupaten
Semarang
yang
memiliki kebiasaan merokok
sebesar 64,5% dan yang tidak
memiliki sebesar 35,5%.
2. Prosentase kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang
berkunjung ke poli penyakit
dalam di RSUD Ungaran sebesar
50,0%.
3. Berdasarkan hasil penelitian Pvalue= 0,017 (p<0,05)dan OR4,444 atau dapat dikatakan
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
7
bahwa terdapat hubungan yang
bermakna secara statistic antara
kebiasaan
merokok
dengan
kejadian
penyakit
jantung
koroner pada pasien yang
berkunjung ke poli penyakit
dalam di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
SARAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan
akan ada penelitian lanjutan untuk
mengetahui factor resiko lainnya
yang
mempengaruhi
terjadinya
penyakit jantung koroner, seperti
:hipertensi, obesitas, kolesterol,
kurang aktivitas, stress, genetik, usia,
dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anitasari, 2006. Hubungan stress
dan merokok pada remaja,
Surabaya: Stikes Abdi Husada.
2. Asikin
Hanafiah.
(2004).
Penyakit Jantung Koroner di
Indonesia, Jurnal Kardiologi
3. Baraas
(1994).
Mencegah
Serangan
Jantung
Dengan
Menekan Kolesterol. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
4. Bierman, Edwin L. (1998).
Aterosklerosis
dan
Bentuk
Aterosklerosis. Dalam Ahmad H
Asdie (edisi bahasa indonesia):
Harison Prinsip-Prinsip Penyakit
Dalam, Vol.3, ed 13. Jakarta:
EGC.
5. Bustan,
MN.
(2007).
Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. Jakarta: RinekaCipta.
6. Cristoper.
C.
2010.
The
Experiences of Coronary Heart
Disease
Patients:
Biopsychosocial. Dalam Ahmad
H
Asdie
(EdisiBahasan
Indonesia):
HarisonPrinsip-
PrinsipPenyakitDalam, Vol.3, ed
13. Jakarta: EGC.
7. Davidson, Christoper. (2003).
Seri
Kesehatan
Bimbingan
Dokter Pada Penyakit Jantung
Koroner (Alih bahasa). Jakarta :
Dian Rakyat.
8. Deni, 2007. Pengaruh rokok
pada penyakit jantung koroner,
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. GramediaPustakaUtama.
9. Dian K, Avin F. FaktorFaktor
Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja.SKRIPSI UGM dan
UII
Yogakarta.2007.Website
:http://www.google.com/perilaku
merokok/pdf. Diakses 19 Maret
2012.
10. Hidayat, A. Aziz (2007). Metode
Penelitian Keperawatan dan
teknik Analisa Data, Penerbit
Salemba Medika.
11. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan Jawa
Tengah 2012; Jakarta.
12. Meylani, 2008. Faktor-Faktor
yang Berhubungan
Dengan
Penyakit
Jantung
Koroner.
Yogyakarta : Stikes Medika
Husada.
13. Moore,
MC,
Tennese
%
clarksville.
(1997).
Buku
Pedoman Trapi dan Nutrisi.
Edisi kedua (Alih bahasa osevai,
LD). Jakarta : Hipokrates. no 4
tahun XIII Oktober-Desember.
14. Sastroasmoro, sudigdo. 2008.
Dasar-Dasar
Metodologi
Penelitian
Klinis.
Jakarta:
Sugung Seto.
15. Sitopoe, M. (2000). Kekhususan
Rokok Indonesia, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
16. Soeharto, I. (2004). Penyakit
Jantung Koroner dan Serangan
Jantung. Jakarta: PT.
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
pada Pasien yang Berkunjung ke Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
8
Download