Kelimpahan Hidup Kristiani

advertisement
SERI KRISTEN SEJATI
Kelimpahan
Hidup
Kristiani
(BUKU PEMBINAAN LANJUTAN SETELAH KATEKISASI)
Cetakan pertama, © April 2014
Para Penulis:
GI. Andrey Thunggal, Pdt. Hari Sudjatmiko, GI. Mathindas Wenas, GI. Ronald Oroh,
GI. Samuel Joko
(nama disusun berdasarkan abjad)
Editor: Bidang Pembinaan
Diterbitkan oleh:
Sub Bidang Pengajaran
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
KATA PENGANTAR
Bersyukur kepada Tuhan atas selesainya buku “Kelimpahan Hidup Kristiani”
yang merupakan modul ke-2 dari seri KRISTEN SEJATI. Adapun ketiga modul
seri KRISTEN SEJATI adalah:
1. Modul # 1: “Keindahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik
2. Modul # 2: “Kelimpahan Hidup Kristiani”, terdapat 8 topik, dan
3. Modul # 3: “Keberanian Hidup Kristiani” yang nanti juga terdapat 8 topik
(rencana selesai akhir 2014).
Seri KRISTEN SEJATI sesungguhnya merupakan pembinaan lanjutan
bagi warga gereja setelah mengikuti KELAS PEMBINAAN DASAR KATEKISASI.
Modul-modul dari SERI KRISTEN SEJATI ini disusun dengan harapan, agar setiap orang percaya bukan saja memahami dasar-dasar iman Kristen, namun
mengalami pertumbuhan dalam kehidupan rohaninya.
Modul # 1 program “Keindahan Hidup Kristiani” bertujuan menolong
dan membimbing kehidupan jemaat untuk menemukan dan mengalami
keindahan-keindahan hidup sebagai seorang Kristen dengan membiasakan
diri terhadap 8 pola kehidupan orang percaya.
Dan dalam modul # 2 “Kelimpahan Hidup Kristiani”, setiap jemaat akan
dituntun untuk memiliki nilai-nilai baru sebagai orang Kristen yang bertumbuh, menjadi pelayan Tuhan yang efektif dan mengalami kelimpahan hidup
yang sesungguhnya. Adapun 8 pola kehidupan yang disampaikan dalam bahan lanjutan ini adalah:
Bab 1 Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
: Nilai yang Baru dalam Kristus
: Seni Menghargai Waktu
: Mengalami Kelimpahan Dalam Keluarga
: Lebih dari Sekedar Materi
: Seni Menikmati Hidup
: Sukacita Memberi
Bab 7 : Pembentukan Tuhan melalui Penderitaan
Bab 8 : Tuhan adalah Gembalaku
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari bahan ini, maka Saudara diharapkan bukan sekedar membaca setiap artikel dari buku ini, melainkan aktif menghadiri ibadah/persekutuan yang secara rutin membahas setiap bab
buku ini, dan mengisi Jurnal Kehidupan setiap hari, serta mengikuti kelompok diskusi yang membahas modul ini. Doa dan harapan kami, agar Saudara
semakin mengalami kelimpahan hidup Kristiani dan menjadi pelayan Tuhan
yang lebih efektif. Tuhan memberkati!
Salam,
Bidang Pembinaan
Sinode Gereja Kristus Yesus
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................. 3
Daftar Isi ............................................................................................... 5
Bab 1: NILAI yang BARU dalam KRISTUS .................................. 7
Bab 2: SENI Menghargai WAKTU ................................................. 25
Bab 3: Mengalami KELIMPAHAN Dalam KELUARGA .......... 41
Bab 4: LEBIH Dari Sekadar MATERI ........................................... 63
Bab 5: SENI Menikmati HIDUP ..................................................... 81
Bab 6: SUKACITA MEMBERI .......................................................... 101
Bab 7: PEMBENTUKAN TUHAN Melalui PENDERITAAN .... 119
Bab 8: TUHAN Adalah GEMBALAKU ......................................... 137
Bab
1
BERTUMBUH
Melalui NILAI Yang
Baru Dalam KRISTUS
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Peserta mengerti bahwa pertumbuhan iman dan pengetahuan
dalam Kristus adalah sebuah kewajaran bagi orang percaya.
2. Sesi ini menolong peserta memahami pentingnya memiliki
konsep nilai kristiani yang akan menggerakkan seluruh aspek
kehidupan dan membawanya pada keindahan dan kelimpahan
hidup.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Bab 1
BERTUMBUH
Melalui NILAI Yang Baru
Dalam KRISTUS
“...kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik
dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,”
(Kolose 1:10)
Seluruh organisme mahkluk hidup pasti mengalami proses yang
disebut “Bertumbuh”. Tanda adanya pertumbuhan, antara lain:
1. Menjadi besar, 2. Bertambah dewasa, 3. Mampu bereproduksi/
menghasilkan. Apabila ada mahkluk hidup yang tidak mengalami proses pertumbuhan, itu disebut “mati”. Ada 2 macam hasil
dari suatu proses pertumbuhan: Pertama, Bertumbuh normal dan
wajar sesuai tingkat pertumbuhan. Kedua, Bertumbuh lambat, kecil dan
tidak menghasilkan seperti yang diharapkan (seperti: kate, cebol, atau
bonsai).
PENDAHULUAN
Obukan berarti tanpa batas. Ada saatnya dia mencapai batas
rganisme mahkluk hidup memang pasti bertumbuh, namun
“maksimal” dan “dewasa”. Tubuh manusia, sampai usia tertentu
akan maksimal ukuran pertumbuhannya, namun tahap selanjutnya dia memiliki potensi untuk bereproduksi. Ini berlaku juga bagi
organisme lainnya, mampu bereproduksi, berlipat ganda, menghasilkan generasi selanjutnya. Prinsip yang sama dalam sebuah
organisme mahkluk hidup, berlaku juga demikian dalam pertumbuhan iman, walaupun pertumbuhan iman tidak mengenal batas
Bab 1
Pertumbuhan iman yang sehat dan wajar ditandai ketika
orang tersebut memiliki nilai-nilai kehidupan rohani yang baru di
dalam Kristus. Pertumbuhan iman akan selaras dengan pembaruan yang terjadi di dalam budi, yang terpancar dari dalam dan termanifestasi dalam nilai-nilai kehidupan (Roma 12:2).
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Roma 12:2).
Untuk memperjelasnya, kini kita dapat meneliti perspektif atau
sudut pandang Alkitab tentang pertumbuhan iman ini.
A. PENGAJARAN ALKITAB TENTANG PERTUMBUHAN IMAN
Pertama-tama marilah kita melihat bagaimana istilah pertumbuhan
dipergunakan di dalam Alkitab. Istilah pertumbuhan di dalam
Alkitab Perjanjian Baru muncul beberapa kali.
1. Dalam surat 1 Korintus 3:6 dan 2 Korintus 9:10 suatu aspek pertumbuhan ditekankan, yaitu bahwa Tuhanlah yang menyebabkan terjadinya proses pertumbuhan benih-benih yang Ia berikan.
Pengertian ini sangat mendasar. Pertumbuhan iman menghasilkan hidup sehari-hari yang akan lebih efektif dalam rangka tugas
bersaksi kita (2 Korintus 10:15).
“Aku menanam, Apolos menyiram,
tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan.”
Bab 1
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
maksimal. Perlu diketahui, pertumbuhan iman tidak dapat terlihat
wujudnya secara fisik, namun dapat dirasakan baik oleh orang itu
sendiri maupun orang lain.
(1 Korintus 3:6)
“Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk
dimakan. Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan
melipatgandakan buah-buah kebenaranmu.”
(2 Korintus 9:10)
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
2. Dalam surat Efesus 2:20 dikatakan para nabi dan rasul merupakan fondasi dari bangunan yang tumbuh. Pengertian ini tidak
bertentangan dengan 1 Korintus 3:11 karena dalam surat Efesus sangat ditekankan peran Tuhan Yesus sebagai batu penjuru.
Jadi pertumbuhan persekutuan di dalam surat Efesus dipahami,
bertumpu dan berasal dari Tuhan Yesus yang membuat keseluruhannya teruntai jadi satu.
“yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”
(Efesus 2:20)
3. Penggambaran pertumbuhan bangunan juga berhubungan dengan penggambaran pertumbuhan jasmani. Surat Kolose 2:19,
juga Kolose 1:6 menekankan pertumbuhan sebagai proses yang
berasal dari Injil. Dengan beranjak dari Injil itu, manusia bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (Kolose
1:10). Dalam surat 2 Petrus 3:18 disebut juga mereka bertumbuh dalam kasih karunia.
4. Juga dalam 2 Korintus 10:15, 2 Tesalonika 1:3 dan 2 Petrus 3:18
dijelaskan tentang bertumbuh dalam iman. Iman ini harus terus-menerus diperbarui atau mengalami transformasi terusmenerus. Buah-buah Roh akan lebih tampak (surat 2 Tesalonika
1:3; 2 Korintus 10:15).
5. Dalam kitab Kisah Para Rasul 2:41,47 dikatakan bahwa pertumbuhan iman juga berkorelasi dengan pertumbuhan dalam jum10
Bab 1
Nilai-nilai apa yang dapat disarikan secara ringkas dari telaah kita
pada Alkitab tentang istilah pertumbuhan?
1. Proses pertumbuhan iman berasal, bermula, dan dipelihara
oleh Allah di dalam Tuhan Yesus dengan Injil-Nya (Tuhan yang
menumbuhkan).
2. Alkitab mempergunakan dua analogi yaitu pertumbuhan bangunan dan pertumbuhan jasmani untuk menjelaskan proses
pertumbuhan iman.
3. Pertumbuhan iman memiliki hasil akhir yaitu:
- Agar orang memiliki nilai hidup yang baru dan lebih efektif
dalam bersaksi di dunia ini.
- Agar ada buah-buah Roh yang nyata.
- Agar iman terus-menerus dapat berkembang hingga kedatangan Yesus yang kedua kalinya, sehingga orang lebih mengenal Allah.
- Agar menampakkan keesaan mereka seperti keesaan tubuh
Kristus, dengan rupa-rupa karunia, tatapi satu Roh (1 Korintus
12:4).
- Agar menjalankan pelayanan dalam kasih dan berusaha menegakkan keadilan (Markus 10:45; Lukas 4:18; Lukas 10:25-33;
Yohanes 15:16).
4. Yang pasti, bila membicarakan pertumbuhan, kita harus senantiasa menyadari bahwa pertumbuhan ini selalu memiliki dua
rangkaian aspek:
• Aspek pelayanan atau kegiatan dan aspek pemberitaan.
• Aspek konsolidasi internal (ke dalam diri atau ke dalam jemaat) dan aspek meraih keluar, yaitu ke tengah lingkungan
di mana kita berada.
Artinya, kita bertumbuh melalui aktifitas atau partisipasi di
dalam diri, di dalam jemaat, dan di dalam usaha jemaat meraih
Bab 1
11
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
lah orang percaya.
dunia di luarnya, baik berupa raihan melalui kata-kata maupun
melalui perbuatan nyata.
B. IMAN INDIVIDU: NILAI YANG BARU
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Berbicara mengenai pertumbuhan iman, tidak bisa dipisahkan dari
pertumbuhan iman secara pribadi seseorang yang makin hari makin dewasa, makin matang dan membangun nilai-nilai hidup yang
baru secara rohani. Tentunya ketika membahas pertumbuhan iman
individu bukanlah untuk menekankan sikap individualistis. Sikap individualistis kerapkali berakhir pada sikap iman yang berat sebelah,
yaitu hanya menekankan dimensi hubungan vertikal antara Allah
dan aku.
Kalau kita membicarakan pertumbuhan iman individu, hal ini
dilakukan karena seseorang tersebut memiliki nilai-nilai yang baru
dalam imannya yang berbeda dengan dunia. Alkitab menunjukkan
bahwa aspek ini akan memberikan dampak dan pengaruh bagi sesamanya, maka iman individu tidak boleh diabaikan demi perhatian kita terhadap pertumbuhan persekutuan jemaat. Dengan jelas
pertumbuhan individu harus berjalan seiring dengan pertumbuhan
iman jemaat.
Pertumbuhan iman individu mencakup dimensi-dimensi yang
beragam. Penelitian sekilas terhadap riwayat perempuan Samaria
(Yohanes 4), Nikodemus (Yohanes 3:1-21), dan tentang seorang
muda yang kaya (Matius 11:9-26), menunjukkan bahwa iman perlu diwujudkan dalam perilaku. Namun orang perlu mengenal apa
yang benar dan salah serta menghayatinya sebelum perilaku tadi
muncul.
Dalam hal ini ilmu jiwa menolong kita untuk mengenali tiga
aspek utama dari seseorang yaitu:
1. Aspek pengetahuan.
2. Aspek perasaan/Emosi.
12
Bab 1
Dari pemahaman yang dihasilkan oleh ilmu jiwa ini, dapat dijabarkan agar usaha pertumbuhan iman individu mencakup aspek
pengetahuan, aspek perasaan, dan aspek perilaku sebagai individu
Kristen maupun sebagai warga komunitasnya. Ketiganya harus berjalan bersama, utuh dan saling memperkaya.
1. Aspek pengetahuan iman yaitu yang berkaitan dengan pengetahuan iman dasar bagi orang percaya, doktrin-doktrin dasar
dan utama yang perlu dikuasai dan dimengerti, untuk menjadi
pilar-pilar iman dan pertumbuhan nalar Kristiani seseorang.
Tentu seorang individu harus menyediakan diri dan waktu untuk belajar firman Tuhan, mengikuti pembinaan-pembinaan di
gereja dan membaca buku-buku rohani yang baik untuk membantu pertumbuhan pengetahuan imannya. Gereja masa kini
jangan sampai terjebak dalam membina jemaat yang hanya
bersifat ritual dan dogmatik. Proses pembinaan sejauh ini masih berkisar pada pengajaran tentang persoalan hukum-hukum,
aturan-aturan, larangan-larangan dan lain sebagainya. Pembinaan yang demikian kurang menyentuh hal yang sangat mendasar yang berkaitan dengan persoalan iman, harapan dan kasih.
2. Aspek perasaan/Emosi merupakan hal yang lebih rumit dijabarkan. Banyak gereja mewariskan sikap curiga terhadap
usaha gereja membina pertumbuhan perasaan. Hal ini terjadi
karena sepanjang sejarah, gereja menghadapi berbagai tokoh
yang berlebih-lebihan menekankan pelampiasan perasaan
(emosi berlebihan) dalam corak atau gaya bergerejanya. Menarik sekali bahwa Alkitab mencatat dengan terbuka tentang
tokoh-tokoh orang beriman yang tidak takut memperlihatkan
emosinya. Tuhan Yesus sendiri dicatat pernah mengalami rasa
kasihan, marah, gentar dan sedih (contoh: Markus 6:34; 11:1519; 14:33-34).
Bab 1
13
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
3. Aspek perilaku.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Di tengah budaya Yahudi, sangat sulit dibayangkan bahwa
tokoh-tokoh Alkitab seperti Tuhan Yesus merupakan orangorang yang mengambil jarak dari hidup sehari-hari serta tidak
membiarkan dirinya merangkul pengaruh emosi manusiawi.
Banyak peneliti Kristen telah melakukan riset tentang hal ini.
Hasilnya ialah rekomendasi agar individu Kristen perlu mengenali emosinya, sehingga dapat ditemukan berbagai akar permasalahan mereka serta dapat pula memperkaya hidup imannya.
Artinya mereka diajar berani menghadapi dan hidup dengan
emosi-emosinya secara sehat, bahkan dapat menerima dengan
wajar keberadaan emosinya tadi. Antara lain, orang harus belajar berani mengagungkan karya Tuhan, menimbulkan minat dan
kerinduan untuk melayani, serta berani menerima goncangangoncangan emosi sebagai bagian hidup.
3. Aspek perilaku adalah aspek yang rumit. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh pemahaman tentang dirinya termasuk oleh
pemahaman orang tersebut terhadap imannya. Bila pengetahuan iman seseorang cukup memadai dan ia merasakan hubungan yang intim dengan Tuhan, kita dapat mengharapkan
bahwa orang tersebut akan memiliki nilai-nilai yang baru dan
melakukan tindakan-tindakan atau berperilaku sebagai individu
Kristen yang menjadi contoh bagi umat Kristen yang lain dan
anggota masyarakat di tempat ia berada. Namun perlu dicatat
disini bahwa antara pengetahuan, perasaan, dan tingkah laku
seseorang masih ada jurang-jurang yang besar, sehingga ketiganya dapat berjalan tidak seirama.
C. MENGATASI HAMBATAN PERTUMBUHAN IMAN
Seperti halnya proses pertumbuhan harus dirawat agar bertumbuh normal. Jika tidak, pertumbuhannya akan terhambat. Demikian halnya dengan pertumbuhan iman. Apakah iman Saudara tidak
bertumbuh? Mungkinkah iman Saudara dari tahun ke tahun sedikit
14
Bab 1
Dalam perjalanan iman menuju kedewasaaan penuh, Iblis
dengan tipuan muslihatnya menyebarkan ranjau, jebakan, guna
menghambat pertumbuhan iman kita. Iblis tidak akan pernah berhenti mengganggu kita sampai kita terkapar jatuh. Bagaimana mengenali hambatan-hambatan iman. Apa saja yang menjadi hambatan-hambatan iman kita?
1. Lebih memusatkan penampilan luar dan mengabaikan kehidupan rohani.
2. Menjauhkan diri dari persekutuan orang-orang percaya lainnya.
3. Tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan rohani pribadi yang baik:
Membaca firman Tuhan, berdoa dan bersaksi.
4. Tidak mengembangkan karunia rohani yang Tuhan berikan untuk melayani.
5. Kurang terlibat dalam pekerjaan misi dan penginjilan.
6. Terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang peduli pada kebutuhan sesama.
7. Dan lain-lain.
Sepertinya kita hidup di zaman di mana orang-orang lebih
memusatkan perhatian pada penampilan luar, ketimbang ketulusan hati. Seperti ketika Saudara melihat orang menjual mobil
bekas yang telah disulap, yang tampak luar mengkilap, bagus dan
menarik, tetapi setelah Saudara memakainya beberapa minggu keBab 1
15
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
mengalami kemajuan, atau statis – tidak mundur, juga tidak maju?
Apa yang terjadi? Hal itu dikarenakan kita gagal mengenali hambatan-hambatan yang menghalangi pertumbuhan iman kita. Iman
tidak berhenti ketika kita mengambil keputusan percaya dan bertobat kepada Yesus Kristus. Iman harus di jalani, iman harus bertumbuh, berbuah, sampai mencapai tingkat kedewasaan iman. Alkitab
dalam 2 Petrus 3:18 dan Efesus 4:13-15 memerintahkan kita agar
bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan
Yesus Kristus, dan mencapai kedewasaan penuh.
mudian, semua yang buruk yang tersembunyi mulai menampakkan
diri, dan Saudara pasti kecewa.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Menurut dunia yang terpenting adalah kesan pertama. Prinsip
tersebut sangat bertentangan dengan Alkitab. Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan bagian luar kita, jika itu berbeda dengan
hati kita. Bahkan Tuhan mengutuk mereka yang kehidupan luarnya
tampak rohani, namun pada hakikatnya kehidupan rohani mereka
kering dan gersang, bahkan penuh dengan sampah (Lukas 11:39;
1 Samuel 16:7).
Kehidupan yang sejati adalah dari dalam keluar. Kehidupan
yang dari luar ke dalam adalah kemunafikan. Yang menjadi pertanyaan bagaimana kita mengubahnya dan menjalani kehidupan dari
dalam keluar?
a. Perbaruilah komitmen kita kepada nilai-nilai kerajaan Allah.
Kita harus rendah hati mengakui keadaan ini, bahwa dunia telah
membutakan mata kita, sehingga kita menganut sistem nilai duniawi, yang mahir membersihkan bagian luar cawan agar tampil
baik di mata orang Kristen lain.
b. Dengan mengembangkan kehidupan rohani bersama Yesus.
Seperti raja Daud yang selalu merindukan hadirat Tuhan, demikian pula kita harus selalu merindukan Air Hidup, yakni Yesus Kristus (Mazmur 42:2-3). Rasul Paulus, meskipun ia seorang rasul
dan tahu banyak kebenaran Allah, namun yang terpenting baginya adalah mengenal Kristus lebih dekat dalam persekutuan
yang intim dengan Tuhan (Filipi 3:10-11).
c. Tinggal dalam firman Tuhan.
Bagaimana caranya kita mengenal Tuhan dengan baik dan
benar? Tinggallah di dalam firman Tuhan. Jadikan Alkitab sebagai kesukaaan (Mazmur 1:2; 19:8-9), sebagai cermin (Yakobus
1:22-25), dan sebagai kompas penunjuk arah. Alkitab adalah
perkataan Allah yang hidup dan berkuasa.
16
Bab 1
D. PENUTUP
Pertumbuhan iman orang percaya adalah sebuah proses alami yang
wajar dan sepatutnya demikian. Pertumbuhan yang sehat akan
mencapai tahap kedewasaan iman. Namun perlu diingat, bahwa
kedewasaan iman lahir karena proses pembentukan Allah, ini tidak
dapat terjadi dengan secara instan, melainkan secara bertahap. Setiap hari Allah menginginkan iman kita selalu mengalami kehidupan
baru sehingga iman semakin tumbuh subur dan kuat di dalam Kristus. Kita tidak kuat menghadapi tantangan yang berat di depan kita
tanpa dengan kedewasaan iman kepada Yesus Kristus.
Biarlah kita menjadi pohon yang kokoh dan subur sehingga
orang dapat turut merasakan kenyamanan dan kedamaian hidup
di dekat kita. Iman yang dewasa adalah iman yang menghasilkan
buah roh yang matang. Kedewasaan iman akan membawa kita
berdiri tegak untuk menyambut Yesus Kristus sebagai Tuhan dengan penuh sukacita. Amin. [HSM]
Bab 1
17
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
d. Membangun Kehidupan Doa sebagai percakapan dua arah.
Salah satu tanda seseorang memiliki hubungan yang baik dengan
Tuhan adalah adanya kehidupan doa yang konsisten. Alkitab
dan doa tidak boleh dipisahkan. Dalam doa kita berkomunikasi
dengan Tuhan, dan melalui Alkitab Allah berkomunikasi dengan
kita. Kita hanya akan mengenal seseorang jika kita berkomunikasi dengan dia, begitu juga kita dengan Tuhan.
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Mengamati sebuah proses pertumbuhan.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
1. Jika Saudara orangtua yang memiliki anak-anak: amati proses pertumbuhan anak-anak Saudara, dari sejak dia dalam kandungan, lalu
dilahirkan, belajar berjalan, belajar bicara dan terus bertumbuh hingga
saat ini. Hal-hal menarik apa yang Saudara bisa pelajari dari prinsip
sebuah pertumbuhan anak-anak?
2. Jika Saudara bukan orangtua: amatilah proses pertumbuhan sebuah tanaman/pohon di sekitar rumah Saudara: dari sebuah benih,
lalu bertumbuh menjadi kecambah, menjadi tanaman kecil, makin banyak cabang dan daunnya, hingga sampai saat ini. Hal-hal menarik apa
yang Saudara bisa pelajari dari prinsip pertumbuhan tanaman tersebut?
18
Bab 1
Pertumbuhan Iman Pribadi: Aspek Pengeta-
Coba renungkan: sudah berapa lama Saudara menjadi seorang Kristen. Bagaimana dengan proses pertumbuhan iman pribadi Saudara,
berkaitan dengan aspek pengetahuan. Adakah Saudara suka mengikuti kelas pembinaan-pembinaan atau kelompok Bible Study di gereja
Saudara? Bila Saudara menyadari belum terlalu mantap dalam aspek
pengetahuan iman, maukah Saudara mulai bertekad untuk menuntut
diri menyediakan waktu dan mengikuti kelas-kelas pembinaan atau kelompok Bible Study di gereja. Tuliskan, kelas seperti apa yang Saudara
ingin ikuti, atau materi apa yang Saudara butuhkan.
1.
2.
3.
4.
5.
Bab 1
19
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Hari ke-2:
huan.
Hari ke-3: Pertumbuhan Iman Pribadi: Aspek Perasaan/
Emosi.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Sama halnya dengan yang kemarin, coba renungkan: sudah berapa
lama Saudara menjadi seorang Kristen. Bagaimana dengan proses pertumbuhan iman pribadi Saudara, berkaitan dengan aspek perasaan/
emosi. Adakah perasaan hati, emosi atau sifat-sifat yang Saudara anggap buruk dan tidak sepatutnya orang Kristen demikian (misal: pendendam, iri hati, pemarah, kata-kata kotor, dan lain-lain.). Tuliskan, perasaan hati/emosi/sifat-sifat Saudara tersebut, dan berdoalah mohon
Tuhan menolong Saudara untuk bisa meninggalkan dan memiliki nilai
dan pola hidup yang diperbarui.
1.
2.
3.
4.
5.
20
Bab 1
Pertumbuhan Iman Pribadi: Aspek Tingkah
Sama halnya dengan yang kemarin, coba renungkan: sudah berapa
lama Saudara menjadi seorang Kristen. Bagaimana dengan proses pertumbuhan iman pribadi Saudara, berkaitan dengan aspek tingkah laku.
Adakah kebiasaan buruk, tingkah-laku Saudara yang Saudara anggap
tidak sepantasnya itu dilakukan oleh seorang Kristen yang baik. Tuliskan itu di bawah ini dan berdoalah mohon Tuhan menolong Saudara
untuk bisa meninggalkan dan memiliki nilai dan pola hidup yang diperbarui.
1.
2.
3.
4.
5.
Bab 1
21
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Hari ke-4:
Laku.
Hari ke-5: Mengatasi Hambatan Pertumbuhan Iman.
Coba renungkan, hal-hal apa saja yang menjadi penghambat bagi
pertumbuhan iman Saudara. Tuliskan di bawah ini. Coba pikirkan,
bagaimana langkah konkret Saudara agar hambatan pertumbuhan
iman tersebut dapat segera diatasi.
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
1.
2.
3.
4.
5.
DOA:
Tuhan, terimakasih atas anugerah-Mu dan kesabaran-Mu atas diri-ku
yang penuh dengan kelemahan ini. Mohon Roh Kudus-Mu membimbing aku dan menjadikanku orang Kristen yang bertumbuh dewasa,
Amin.
22
Bab 1
Pertumbuhan iman yang nyata yaitu ketika seseorang telah memiliki
nilai-nilai yang baru sesuai dengan iman kekristenan. Coba tuangkan
dalam kata-kata di bawah ini, nilai-nilai baru apa yang Tuhan telah
perbuat dan karyakan dalam kehidupan pribadi Saudara selama ini.
Modul “Kelimpahan Hidup Kristiani” ini baru sungguh-sungguh bermanfaat bila terjadi transformasi/pembaruan dalam kehidupan pribadi Saudara.
Selamat bertumbuh dalam iman.
Bab 1
23
BAB 1: BERTUMBUH MELALUI NILAI YANG BARU DALAM KRISTUS
Hari ke-6: Nilai Yang Baru dalam Kristus.
Bab
2
SENI Menghargai
WAKTU
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Sesi ini akan membukakan dan mengkritisi konsep waktu yang
umum dipahami dan dijalani dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sesi ini memberikan alternatif konsep waktu berdasarkan
firman Tuhan yang membawa kita menjalani hidup dengan
bijaksana dan memuliakan Tuhan.
3. Sesi ini melatih peserta untuk mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bab 2
SENI Menghargai WAKTU
“..dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”
(Efesus 5:16)
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
Setiap orang memiliki waktu yang sama 24 jam sehari. Tapi tidak
semua orang memanfaatkan waktu secara baik. Sebenarnya waktu
hanyalah sebuah dimensi yang netral, yang tidak ada hubungannya
dengan setiap kejadian. Yang memberi isi adalah masing-masing pribadi
manusianya, apakah waktu yang dijalaninya itu hanya sekedar waktu
yang diukur (sehari, sejam, dan lain-lain) ataukah dijadikan kesempatan-kesempatan yang mampu merubah kehidupan pribadi manusia
menjadi lebih dewasa.
PENDAHULUAN
A
da banyak kesalahmengertian mengenai konsep tentang waktu. Kita akan merasa menggunakan waktu dengan baik kalau
kita memiliki kesibukan yang luar biasa. Bahkan kita merasa “kekurangan waktu” untuk menyelesaikan tugas kita sehingga kita “tidak
mempunyai waktu” untuk hal-hal lain yang dianggap sepele, seperti:
urusan hobi, keluarga, ibadah, istirahat dan lain-lain. Sebenarnya yang
terjadi adalah kita sedang mencoba lakukan hal yang terlalu banyak
untuk pekerjaan yang semu dalam waktu yang tersedia sedemikian
singkat (bandingkan nasehat Musa dalam Mazmur 90:12 “Ajarlah kami
menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana”).
Tapi ada ekstrim lain, yaitu orang-orang yang putus asa dan
membiarkan waktu yang dimilikinya berlalu begitu saja tanpa melaku26
Bab 2
“ Manajemen waktu adalah sebuah usaha
mengatur waktu hidup menuju kondisi
yang lebih baik. ”
Manajemen waktu adalah sebuah usaha mengatur waktu hidup
menuju kondisi yang lebih baik agar memungkinkan kita untuk dapat
menggunakan waktu dengan baik, dan pada akhirnya mendapatkan
hasil yang lebih baik dari apa yang kita kerjakan. Hal ini juga berlaku
bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang memiliki manajemen
waktu yang baik sudah berjalan pada jalan yang benar menuju keberhasilan.
Pada kesempatan ini kita belajar untuk mengelola hidup yang
berjalan di dalam waktu agar menjadi lebih efektif dan bermanfaat,
baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
I. APA KATA ALKITAB TENTANG WAKTU?
Allah yang kita sembah adalah Allah yang tertib dan disiplin serta tidak pernah gagal atau terlalu terlambat untuk menentukan waktuNya. Allah yang seperti itulah yang menciptakan manusia, yang bukan
sekedar untuk hidup di dunia, tetapi yang mampu memberikan makna pada kehidupan itu sendiri. Tapi yang sering terjadi manusia gagal
Bab 2
27
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
kan apa-apa. Mereka berpikir bahwa mereka telah “membuang waktu” dan yang mereka kerjakan hanyalah rutinitas saja.
Sesungguhnya ketika kita membicarakan soal waktu, kita semua,
apa pun profesi kita dan di mana pun kita berada, memiliki porsi waktu
yang sama -- yaitu 24 jam sehari. Namun terkadang kita melihat ada
orang lain dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan daripada yang
kita kerjakan, padahal waktu kerja kita dengan orang itu sama. Jika
demikian, apa sebenarnya yang menjadi masalah? Jawabannya adalah
manajemen waktu.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
memberi makna pada kehidupannya, bahkan manusia sesungguhnya
tidak pernah sungguh-sungguh mampu memberikan makna pada kehidupannya, semua itu karena dosa mereka.
Tapi bagi manusia yang telah ditebus, Allah sudah memberikan
prinsip bagaimana manusia hidup (Efesus 5.16 “pergunakanlah waktu
yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”, Kolose 4:5 “pergunakanlah waktu yang ada” atau Matius 25:14-30 mengenai perumpamaan
tentang talenta). Artinya, setiap kita yang sudah percaya diberikan kemampuan untuk mengelola kehidupan ini menjadi lebih berarti, memberikan makna pada kehidupannya, yaitu dengan satu tujuan: Allah
dimuliakan melalui hidup kita!
II. PRIORITAS HIDUP
Masalah yang sering muncul dalam menyusun strategi pengaturan
waktu adalah ketidakdisiplinan kita menaati pengaturan waktu yang
sudah ditetapkan. Sering kali kita mengeluh dan merasa waktu 24 jam
sehari yang kita miliki itu tidak cukup. Padahal kalau kita mengevaluasi,
sebenarnya ada banyak waktu kita yang tercecer dan terbuang sia-sia
karena kita tidak mengatur kehidupan pribadi dengan baik. Misalnya,
10-15 menit sering kita lewatkan tanpa berbuat sesuatu yang berarti
seperti: ngobrol tanpa arah, menunggu jam praktikum dengan dudukduduk saja, menanti datangnya bis kota, dan lain-lain.
“Masalah yang sering muncul dalam menyusun
strategi pengaturan waktu adalah
ketidakdisiplinan kita... ”
Pengaturan waktu yang baik sangat berkaitan erat dengan pencapaian tujuan hidup pribadi kita. Pencapaian tujuan hidup pribadi
akan berhasil kalau kita sudah menentukan skala prioritas yang tepat
atas hidup kita ini. Oleh karena itu berikut ini adalah beberapa petunjuk mengenai pengaturan waktu yang baik:
28
Bab 2
1. Tentukan Tujuan dan Sasaran Hidup Pribadi Kita.
Tujuan hidup Kristiani tidak boleh bertentangan dengan firman
Tuhan. Serupa dengan kata “visi hidup”. Aspirasi ini harus “mendarat”
sehingga bisa dilaksanakan dan dievaluasi serta kita mempunyai semangat untuk mencapainya. Oleh karena itu, tujuan bisa dibagi-bagi
menjadi “tujuan umum” kemudian dijabarkan dalam beberapa tujuan
lagi.
Tujuan hidup pribadi yang kita ingin capai tidak harus cuma satu,
bisa beberapa tujuan, yang masing-masing dijabarkan dalam beberapa
sasaran yang konkret. Untuk itu sediakan waktu yang cukup untuk berpikir dan merancang Strategi Hidup kita. Waktu yang kita pakai pada
waktu merancang sangat berguna untuk masa depan kita.
Contoh :
Tujuan Hidup umum:
 Ingin hidup yang memuliakan nama Tuhan.
Tujuan I:
 Ingin menjadi saksi Kristus bagi orang-orang sekitar.
 Di Sekolah (kalau Saudara pelajar).
 Di Kampus (kalau Saudara mahasiswa).
 Di Tempat Kerja (kalau Saudara bekerja).
 Di Keluarga, dan seterusnya.
Tujuan II:
 Memuridkan orang-orang muda di gereja sampai siap memuridkan orang lain.
Tujuan III:
 Menyampaikan Injil kabar baik kepada sebanyak mungkin
orang.
Bab 2
29
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
Tujuan hidup bisa diartikan sebagai inspirasi dan aspirasi yang menyebabkan seseorang berjuang untuk mencapainya; sesuatu yang dianggap sangat bermakna dan menjadi alasan utama untuk hidup. Maka
biasanya tujuan masih bersifat umum dan abstrak.
Bila kita telah selesai dalam merumuskan Tujuan Hidup, maka
perlu menjabarkan Tujuan Hidup yang masih abstrak tersebut ke dalam
bentuk Sasaran Hidup, yaitu tujuan hidup yang lebih jelas dalam jangka waktu tertentu dan konkret. Sasaran disusun berdasarkan tujuan
yang sudah ditetapkan. Jadi, sasaran merupakan penjabaran yang lebih konkret dari tujuan, bisa diukur keberhasilannya dan ditulis dalam
bentuk kalimat aktif.
Sasaran membantu kita untuk menentukan pilihan dari berbagai
kemungkinan yang ada, dan mendorong kita untuk mencapainya.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
2. Setiap Tujuan Hidup sudah mewakili 4 (empat) prioritas kehidupan
yang harus diperhatikan dan dikembangkan secara seimbang.
Setiap Tujuan Hidup dan Sasaran Hidup yang sudah kita susun, diharapkan dapat mewakili 4 (empat) prioritas bidang kehidupan kita
yang harus diperhatikan dan dikembangkan secara seimbang. Empat
prioritas tersebut yaitu:
a. Kehidupan Pribadi, antara lain: Saat Teduh, kehidupan doa,
pengembangan bakat (kursus), olahraga, waktu senggang, baca
koran, dan lain-lain.
b. Kehidupan Keluarga, antara lain: komunikasi dengan orang tua,
pasangan, anak-anak atau dengan saudara atau famili, mengerjakan tugas rumah, tanggung jawab sosial, dan lain-lain.
c. Kehidupan Studi/pekerjaan, antara lain: belajar, les tambahan,
mencari uang, mengembangkan usaha, kuliah sambil bekerja, dan
lain-lain.
d. Kehidupan Religius, antara lain: beribadah di gereja, pelayanan
di gereja, ikut Pembinaan/PA, Pelayanan Paduan Suara, dan lainlain.
3. Pembuatan jadwal kegiatan.
Pembuatan jadwal kegiatan yang berkaitan dengan semua prioritas secara seimbang dan menyusun jadwal yang jelas tiap-tiap harinya yang
30
Bab 2
Beberapa alat bantu yang sangat berguna untuk langkah ketiga
ini adalah: diary (untuk kegiatan insidential harian), jadwal kegiatan
harian rutin selama seminggu, jadwal kegiatan tahunan yang bisa dijabarkan sistem semesteran (setahun dibagi dua kali), dan lain-lain.
Kini banyak gadget atau smart-phone yang dilengkapi dengan jadwal
dan agenda yang lengkap. Ini sangat menolong untuk kita bisa mengatur waktu hidup kita agar mencapai Tujuan Hidup yang Tuhan ingin
kita lakukan.
4. Mengevaluasi semua kegiatan dan jadwal.
Setelah kita melakukan semua penjadwalan, maka langkah penting
selanjutnya adalah mengevaluasi semua kegiatan dan jadwal-jadwal
yang sudah disusun dalam tempo yang relatif tepat. Beberapa pertanyaan untuk evaluasi:
a. Apakah sasaran sudah konkret dan sesuai kemampuan?
b. Apakah jadwal sudah memberi porsi yang seimbang terhadap setiap prioritas?
c. Apakah jadwal rutin sudah bejalan dengan baik?
d. Adakah kegiatan rutin tambahan yang baru?
e. Cukupkah waktu untuk istirahat/waktu senggang?
III. WAKTU SENGGANG DAN WAKTU BEBAS
Sebagian kita mungkin menganggap bahwa waktu senggang itu dosa
karena membuang waktu dan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Lalu kita mengisi dengan bekerja dan menyibukkan diri melebihi standar waktu yang dimiliki tanpa lelah. Pada akhirnya kita sendiri kehilangan gairah kerja karena kelelahan. Padahal perlu kita ingat, Allah
saja dalam kisah penciptaan menyediakan hari ketujuh sebagai hari
perhentian dan memberkatinya (Kejadian 2:2-3).
Bab 2
31
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
kita lewati. Maksudnya, pada langkah ketiga ini kita mulai menyusun
rencana jadwal kegiatan harian, mingguan, bulanan, dan juga tahunan
(jika diperlukan).
Sebenarnya waktu senggang adalah waktu yang tersisa akibat
kita mengerjakan suatu tugas dengan strategi dan teknik tertentu yang
memadai sehingga tugas dapat diselesaikan sebelum waktu yang telah
ditetapkan.
Dengan pengelolaan hidup atas waktu yang dimiliki, maka kita
bisa mengadakan waktu senggang. Hal ini penting guna memulihkan
tenaga dan memiliki kesegaran baru untuk melakukan tugas selanjutnya.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
Sedangkan waktu bebas adalah waktu yang sengaja kita sediakan untuk beristirahat atau rekreasi dengan maksud memperoleh
kesegaran fisik dan mental dari kejenuhan beban pekerjaan atau tugas
sehari-hari. Tetapi antara waktu senggang dan waktu bebas keduanya
sama-sama merupakan waktu dimana kita bisa gunakan memikirkan
hal-hal lain untuk melakukan kehendak Allah.
IV. KESALAHAN YANG HARUS DIHINDARI
Dalam menyusun dan mengelola waktu yang kita jalani, ada beberapa
kesulitan atau kesalahan yang seringkali terjadi sehingga manajemen
waktu kita menjadi terlambat/gagal. Beberapa hal tersebut adalah:
1. Ada konsep yang salah mengenai waktu, sehingga pembagiannya
sangat ketat atau bahkan kita dikuasai oleh waktu. Misalnya: Waktu kosong/waktu luang/waktu senggang dianggap membuang
waktu.
2. Adanya penekanan yang salah pada salah satu prioritas, padahal
seharusnya seimbang. Misalnya: ada orang yang “hobi” di gereja dan mengikuti banyak aktivitas gereja, sehingga pelajarannya
menurun dan perhatian dengan keluarga sedikit.
3. Ada banyak kegiatan/acara yang sifatnya insidental yang diluar
dugaan, dan kita tidak mempunyai ketegasan untuk mengaturnya.
Misalnya: Sering terima tamu dan mengajak ngobrol, acara TV yang
menarik, diajak teman keluar rumah, dan lain-lain.
32
Bab 2
V. PENGATURAN DAYA/TENAGA
Setelah kita mengatur waktu dan keuangan kita, jangan lupa kita harus memperhatikan juga tenaga/daya yang kita miliki. Dalam hal ini,
kesehatan fisik sangatlah mempengaruhi jalannya semua strategi yang
sudah kita susun tersebut diatas. Percuma kita mengatur waktu dan
uang kita kalau pada akhirnya berantakan karena kita jatuh sakit.
Untuk itu olah raga yang teratur sangat mendukung kemampuan
kita untuk mampu melaksanakan semua strategi kita. Bahkan ada
seorang psikolog pernah berkata, bahwa remaja yang aktif berolahraga mempunyai kecenderungan prestasi akademik lebih tinggi dari
remaja yang tidak berolahraga.
Sudah saatnya kita mengubah pola hidup kita dengan berprinsip: berpikir lebih dahulu, baru bertindak. Dengan prinsip semacam itu,
maka energi yang kita keluarkan secara otomatis dapat dikendalikan,
dan tenaga kita juga lebih hemat sehingga kita dapat gunakan waktu
dan tenaga kita untuk hal-hal lain.
Bab 2
33
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
4. Ada beberapa sifat atau kebiasaan yang menghambat pengelolaan waktu kita sehingga jadwal yang disusun sering terabaikan.
Kebiasaan yang umum terjadi antara lain:
• Suka menunda-nunda tugas atau pekerjaan.
• Malas, tidak ada semangat untuk hidup atau menyelesaikan tugas dan tanggungjawab.
• Waktu tidur yang terlalu banyak (ingat 1/3 waktu total kehidupan kita sudah terpakai untuk tidur).
• Suka melamun, mengkhayal, dan tidak mengerjakan apa-apa.
• Kompromi dengan peristiwa situasional, sulit untuk disiplin dan
tegas dengan diri sendiri.
• Kurang menyukai tugas atau pekerjaannya.
• Menggunakan waktu luang secara berlebihan.
• Tidak mempunyai rencana kerja setiap pagi (daftar kerja harian).
VI. PENUTUP
Pembicaraan kita diatas hanya akan menjadi sekedar pengetahuan
dan tidak berguna atau berdampak atas kehidupan kita kalau kita
semua tidak mau berusaha untuk mempraktikkannya. Untuk mengawali sesuatu yang baru selalu butuh kerja keras dan ketekunan. Tapi
sesuatu yang baik selalu memberi dampak yang positif bagi kehidupan
kita pada masa mendatang.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
Sangat diharapkan bahan ini tidak hanya berhenti pada saat
sekarang lalu berubah menjadi arsip saja, tapi mulai dicoba dan
dipraktikkan. Keberhasilan akan menjadi milik kita kalau kita setia dan
sungguh-sungguh melakukan, dan rela mengkoreksi dan mengulang
kembali kalau ada kegagalan. Selamat mencoba, Tuhan memberkati!
[HSM]
34
Bab 2
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Menentukan Tujuan Hidup Pribadi.
Cobalah sediakan waktu yang khusus untuk memikirkan, apakah TUJUAN HIDUP Saudara yang TUHAN ingin Saudara lakukan dalam hidup
ini. Ini hal yang penting, oleh karena itu pakai waktu ini untuk merumuskan Tujuan Hidup Saudara.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
TUJUAN HIDUP-KU (UMUM) :
TUJUAN HIDUP (PENJABARAN):
1.
2.
3.
4.
Bab 2
35
Hari ke-2: Menentukan Sasaran Hidup.
Setelah merumuskan Tujuan Hidup, kini jabarkan dalam Sasaran Hidup
Pribadi dalam sasaran yang lebih konkret dan dapat diukur. Cobalah
pakai waktu ini untuk merumuskan Sasaran Hidup Pribadi Saudara.
SASARAN HIDUP (PENJABARAN):
1.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
2.
3.
4.
5.
36
Bab 2
Jangan sia-siakan waktu, buang kebiasaan
Mungkin dalam kebiasaan hidup kita selama ini suka menyia-nyiakan
waktu. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk meninggalkan kebiasaan hidup lama yang tidak efektif, memasuki pola hidup yang lebih
bernilai. Waspadai beberapa hal ini:
- Menunda-nunda pekerjaan: do it!
- Mengerjakan pekerjaan orang lain: delegasi!
- Tidak berani mengatakan tidak
- Mengerjakan pekerjaan yang tidak penting
- Mengerjakan pekerjaan yang tidak jelas
- Mengerjakan tugas rutin terlalu banyak
- Stress dan terburu-buru: planning!
- Tidak bisa berkonsentrasi, selalu mengulang-ulang
Bab 2
37
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
Hari ke-3:
lama.
Hari ke-4: Ingat, bukan bekerja keras, tapi bekerja cerdik.
Kita selama ini menjalankan pola hidup bekerja keras tapi tidak efisien
dan efektif. Maka marilah kita menyimak beberapa nasihat di bawah
ini:
- Bekerjalah yang efisien (hemat tenaga) dan efektif (hemat waktu).
- Harus bisa membedakan:
a. Penting dan mendesak.
b. Penting tapi tidak mendesak.
c. Tidak penting tapi mendesak.
d. Tidak penting dan tidak mendesak.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
38
Bab 2
Hari ke-5: Belajar menemukan kesalahan pola hidup.
•
•
•
Pakai waktu untuk introspeksi diri: yang salah tinggalkan.
Identifikasi kebiasaan yang buruk tapi penting untuk tugas-tugas
tertentu.
Tentukan secara tepat: mana yang harus didahulukan.
Hindari perilaku burung unta: mengerjakan yang nyata dan terlihat, tapi melupakan yang bermutu!
Sering: melakukan pekerjaan dengan benar, tapi yang kita kerjakan adalah pekerjaan yang salah.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
•
•
Bab 2
39
Hari ke-6: Menerapkan Managemen Waktu yang baik.
BAB 2: SENI MENGHARGAI WAKTU
- Tata secara kreatif dan dinamis pola hidup kita.
- Buat perencanaan hidup: time table, life-schedule!
- Rencana harian, mingguan, bulanan, semester, dan lain-lain.
- Daftarkan hal-hal yang akan dikerjakan!
- Bertindaklah sebagai manager bagi hidup Saudara!
- Jangan dikendalikan oleh waktu: waktu yang Saudara kendalikan.
- Berkomunikasi secara kreatif dan efektif: negosiasi!
- Tentukan prioritas hidup Saudara: jangka pendek, jangka menengah,
jangka panjang.
- Ikuti pelatihan-pelatihan yang penting tentang: motivasi, manajemen, negosiasi, informasi, delegasi, dan lain-lain.
40
Bab 2
3
Bab
Mengalami KELIMPAHAN
dalam KELUARGA
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Memahami pentingnya keluarga di hadapan Tuhan.
2. Mengalami kelimpahan hidup di dalam keluarga
(sukacita dalam proses pembentukan hidup melalui interaksi
anggota keluarga) melalui Mezbah Keluarga, sebagai
kebiasaan rohani yang baik dalam keluarga.
3. Mengimplementasikan peran keluarga dalam kehidupan
bergereja.
Bab
3
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Mengalami KELIMPAHAN
Dalam KELUARGA
“Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN”
(Yosua 24:15b)
Kehidupan keluarga Kristen masa kini telah mengalami pergeseran.
Gambaran suasana keluarga Kristen yang tentram, gembira, akrab,
rukun, memiliki kebiasaan bersekutu, akrab dengan anggota keluarga serta senang berkumpul untuk memuji Tuhan, membaca firman Tuhan dan
berdoa, kini bagi kebanyakan keluarga Kristen barangkali tinggal
kenangan. Yang sekarang terjadi, keluarga-keluarga Kristen kini ditandai
oleh kesibukan, ketegangan dan kerenggangan. Bisa ke gereja di hari
Minggu sudah merupakan keistimewaan.
PENDAHULUAN
Korientasinya pada kepentingan diri sendiri, kesibukan yang
ehidupan keluarga yang berpusat pada Tuhan telah berganti
tidak kenal waktu, urusan pribadi lebih diutamakan, dan sebagainya.
Surat kabar dan majalah telah merebut tempat Alkitab. Televisi telah
merampas peran altar keluarga. Zaman memang telah berubah. Keluarga yang tadinya merupakan tulang punggung kehidupan gereja dan
masyarakat, kini sedang berubah cepat fungsi dan kondisinya. Banyak
hal-hal indah dalam keluarga kini secara perlahan mulai lenyap.
Tak dapat disangkal lagi bahwa keluarga-keluarga Kristen di zaman modern ini sedang terancam arti dan hakikatnya. Bagaimana
sikap kita seharusnya? Ikut arus saja? atau masih adakah semangat
42
Bab 3
untuk mengembalikan nilai-nilai Kristiani yang baik dan mulai mempraktikkan kembali kebiasaan-kebiasaan Kristen secara tepat? Hal ini
tergantung pada Saudara.
Keluarga adalah lembaga ciptaan Tuhan tertua dalam dunia ini. Dari
lembaga keluarga inilah kemudian munculnya marga, suku, bangsa,
dan seterusnya. Karena itu jelaslah betapa erat hubungan antara keluarga dengan institusi-institusi tadi. Bila keutuhan hidup keluarga terancam, terancam pulalah keutuhan hidup masyarakat.
“Allah adalah Pencipta keluarga, maka arti, hakikat dan
keutuhan kehidupan keluarga pun hanya bisa di dapat
bila Tuhan diutamakan”
Karena Allah adalah Pencipta keluarga, maka arti, hakikat dan
keutuhan kehidupan keluarga pun hanya bisa di dapat bila Tuhan diutamakan (Mazmur 127). Untuk membangun kehidupan keluarga
yang berpusatkan pada Tuhan, maka tidak ada cara lain yang lebih baik
yaitu mulai membangun Mezbah Keluarga. Mezbah Keluarga adalah
kehidupan keluarga yang beribadah, gereja yang sesungguhnya dalam
rumah tangga, membangun suasana rohani dalam keluarga. Semua ini
banyak dibicarakan dan dicontohkan Alkitab kepada kita.
Pikirkanlah betapa besar pengaruh keluarga Musa dalam pembentukan iman dan kepemimpinan Musa (Kejadian 2, 6); Betapa indah
kisah kehidupan keluarga Rut dipaparkan kepada kita (Rut 1); Betapa
luar biasa pengaruh Yusuf dan Maria pada Yesus; Atau betapa serasi
kehidupan keluarga Akwila dan Priskila dengan akibat positifnya dalam
pelayanan mereka (Kisah Para Rasul 18).
Bab 3
43
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
I. APA ITU MEZBAH KELUARGA?
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Walaupun irama hidup zaman ini telah berubah, tetapi panggilan
Allah untuk keluarga yang memberi arti tentang hakikat dan fungsi keluarga tidak pernah berubah dan tidak mungkin kita sangkali. Justru
di tengah-tengah pergeseran nilai dan perubahan arti kehidupan keluarga di zaman modern inilah, keluarga-keluarga Kristen harus lebih
terpanggil untuk menjadi contoh. Maka panggilan ini harus dimulai
dari akar terdalam dan poros utamanya, yaitu membangun kehidupan
ibadah keluarga (Mezbah Keluarga).
II. MENGAPA MEZBAH KELUARGA?
Mari kita tinjau beberapa alasan mengapa Mezbah Keluarga harus diutamakan:
1. Mezbah Keluarga memungkinkan seluruh keluarga mengungkapkan sikap mereka untuk mengutamakan Tuhan dalam seluruh proses kehidupan keluarga tersebut.
2. Mezbah Keluarga memungkinkan seisi keluarga menjadi lebih peka
akan kehadiran Allah dan penyertaan Allah serta melihat Allah lebih
jelas dalam kehidupan.
3. Mezbah Keluarga akan menolong keluarga mampu memiliki
sasaran hidup keluarga yang lebih tinggi di tengah-tengah kekaburan sasaran baru yang duniawi seperti kekayaan, sukses, dan lain
sebagainya yang cenderung menghambarkan kehidupan kekeluargaan.
4. Mezbah Keluarga memberi kesempatan seluas-luasnya bagi seisi
keluarga untuk mempraktikkan dan membina persekutuan, komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga.
5. Mezbah Keluarga membuka kemungkinan untuk menghayati halhal rohani secara lebih riil (nyata) daripada hanya sekedar mendengarkan pengajaran atau khotbah-khotbah.
6. Mezbah Keluarga memberi kedalaman bagi pengenalan diri antar
anggota keluarga satu dengan yang lain melalui percakapan yang
terbuka.
44
Bab 3
“Dengan keluarga yang bertumbuh semakin berpusat
pada Kristus maka akan membangun keluarga-keluarga
yang sehat, sehingga menghasilkan gereja yang kuat”
III. MEMAHAMI ARTI IBADAH
Agar kita dapat menjalankan ibadah dengan hidup, kita perlu mengerti
pengajaran Alkitab tentang ibadah.
Ibadah pada intinya adalah hubungan atau persekutuan. Hubungan itu terjadi semata-mata karena Kristus. Dia yang membuka
kemungkinan bagi kita untuk menerima pendamaian dengan Allah
dan menikmati persekutuan. Dan itu semua dilakukan-Nya lewat kematian-Nya di salib, korban kasih-Nya terbesar untuk manusia demi
menjawab tuntutan kesucian Allah.
Jika fakta ini kita hayati benar-benar, kita akan sadar bahwa ibadah
kita harus dipenuhi oleh suasana kasih. Atmosfir ibadah kita haruslah
hangat, membangun dan menerima. Ibadah kita harus memungkinkan
kita merasa dekat satu dengan yang lain dan melalui itu menyadari
kedekatan Allah pada kita. Ibadah harus menjadi tempat di mana kita
memahami kasih Allah bersama-sama semua orang kudus (Efesus
3:18). Kasih Allah yang menciptakan persekutuan tadi bukan sesuatu
yang romantis tak menyentuh realita. Sebaliknya dalam salib-Nya,
semua faktor gelap manusia (dosa, kelemahan, sifat buruk, konflik,
dan lain sebagainya) ditelanjangi, diterima, diampuni dan diperbarui.
Demikian juga seharusnya yang terjadi dalam ibadah. Bukan menutup
Bab 3
45
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
7. Mezbah Keluarga menjadi mesin pendorong bagi seluruh fungsi
kegiatan keluarga, baik ke dalam maupun keluar. Ke dalam: memupuk saling kasih, mengampuni, menerima, membangun dan mengenal. Keluar: memberikan sumbangan bagi kehidupan gereja
dan masyarakat, mengisi, melayani, bersaksi, menjadi garam dan
terang.
mata terhadap dosa dan kekurangan, bukan pula menghakimi dan menolak. Tetapi saling menerima, mengampuni, memulihkan dan membangun. Kasih-Nya selalu sedia memberi kita kesempatan baru dan
membangun ulang.
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Pemulihan ini memungkinkan kita menikmati ibadah. Orang menjadi betah dalam ibadah. Ibadah itu menjadi semacam ”komune”. Ibadah menolong kita menyadari bahwa Yesus sangat mempedulikan kita
dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan terdalam kita. Dia merangkul doa, ketakutan, kebutuhan, perasaan dan seluruh pengalaman hidup kita dan mengubahnya menjadi korban syukur bagi Allah.
Dengan kata lain, ibadah adalah suatu pesta kesukaan. Kita merayakan sesuatu yang besar di hadirat Allah yang Mahabesar. Ibadah
sepatutnya merupakan saat ajaib, dahsyat dan memberi inspirasi. Kita
masuk ke dalam pesona kemuliaan, keagungan dan keajaiban Allah. Di
hadapan-Nya kita dimampukan melihat Dia dan melihat segala sesuatu dengan tepat. Dan saat itulah kita benar-benar meninggikan Dia,
Dia saja!
Ibadah seharusnya tidak hanya membuat kita bermimpi tentang
sorga, tetapi juga awas tentang dunia. Makin dekat kita akan Allah,
makin peka kita akan keprihatinan-Nya tentang kemiskinan, kelaparan,
ketidakadilan dan masalah-masalah dunia lainnya. Ibadah membangkitkan kita dalam semangat kenabian, berani menantang realita dunia
dengan kebenaran ilahi.
IV. BERBAGAI ASPEK IBADAH
Istilah ibadah atau kebaktian yang kita gunakan, sepadan artinya dengan liturgi yang menekankan dua hal: umat dan usaha. Suatu liturgi
berarti suatu usaha yang dilaksanakan oleh sekelompok orang. Itu sebabnya kita bersama-sama, selaku umat beribadah kepada Tuhan.
46
Bab 3
Kedua, ibadah diisi oleh pengakuan. Pertama tentu saja adalah
pengakuan iman. Pengakuan iman menolong kita mempersegar
penghayatan iman kita. Pengakuan dosa menolong kita keluar dari
ganjalan-ganjalan hubungan dengan Tuhan. Keduanya kita lakukan
dalam ibadah.
Ketiga, memuji Tuhan. Jika pusat hidup dan ibadah kita benarbenar Allah, maka tidak ada tanda bukti lain kecuali aliran pujian kepada-Nya mengalir dalam hidup kita. ”Sebab itu marilah kita, oleh
Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu
ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.” (Ibrani 13:15).
Terakhir, dalam ibadah kita harus ada pula usaha bersyafaat.
Bersyafaat adalah berusaha menemani seseorang di hadapan Tuhan.
Dalam syafaat kita tidak menyodorkan tawaran Tuhan agar disadari
orang bersangkutan, sebaliknya kita mendampingi dia dalam keprihatinan, kerinduan dan pergumulan-Nya di hadapan Tuhan. Kita memang
diperintahkan untuk saling mendoakan dalam ibadah-ibadah kita (Yakobus 5:16).
V. DAMPAK POSITIF DARI IBADAH
Manfaat dari ibadah tidak tergantung pada bagaimana kita melakukannya, tetapi pada Allah sendiri. Ibadah bahkan juga tidak tergantung
pada keadaan moral, kedewasaan rohani atau tingkat kecerdasan mereka yang beribadah. Ibadah yang efektif tergantung sekali pada kehadiran Allah dan keterbukaan mereka yang beribadah kepada Dia dan
satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, keterbukaan dan kesungBab 3
47
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Usaha pertama yang kita lakukan dalam ibadah ialah pengucapan
syukur. Ini harus merupakan nafas Kristen kita (1 Tesalonika 5:18). Kita
bersyukur atas segala aspek hidup kita. Atas aspek material kehidupan
kita (makan-minum, pakaian, rumah, dan sebagainya). Atas hubunganhubungan kita. Terutama atas isi iman Kristen kita.
guhan akan Allah dan sesama yang beribadah, merupakan rahasia ibadah yang benar.
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Dalam ibadah yang hidup, kita memetik manfaat keseimbangan
antara pemahaman iman dan pengalaman iman. Seringkali kedua hal
itu tidak seimbang dan tercerai ke dalam ekstrim. Dalam ibadah kita
dimungkinkan untuk menyembah dan bersekutu (pengalaman iman)
dalam pengertian yang makin jernih atau sebaliknya pemahaman
iman kita mewujud dalam pengalaman nyata ibadah yang hidup itu.
Dalam ibadah bersama kita pun dimungkinkan untuk memperbaiki
dan memperlengkapi pengertian dan pengalaman iman kita dengan
yang dimiliki mereka yang sama beribadah dengan kita. Melaluinya
bukan saja kita memperoleh keseimbangan dan kelengkapan, tetapi
juga kestabilan.
Bila semua tinjauan ini kita rangkumkan, kita tiba pada satu kesimpulan yaitu bahwa ibadah sungguh merupakan suatu pengalaman
yang menyukakan hati. Seperti yang Yesus tunjukkan ketika pagi-pagi
hari sekali Dia bangun untuk berdoa kepada Bapa, atau ketika menengadah hati penuh syukur berterima kasih atas roti, atau ketika semalam suntuk berdoa bagi pelayanan-Nya. Baik ibadah pribadi maupun bersama di sinagoge dan Bait Allah, semuanya merupakan suatu
kegembiraan meluap bagi Yesus. Berdasarkan pengertian ini pulalah
kita harus membangun dan menciptakan Mezbah Keluarga yang hidup
dan menyukakan hati Allah. Walaupun untuk mulai membangunnya,
kita harus melawan arus dan berbagai kesulitan yang timbul karena
kecenderungan hidup modern yang kurang mendukung ibadah seperti
ini.
VI. TUJUAN MEZBAH KELUARGA
1. Saling Mendoakan (To Pray) – Matius 18:19-20
Saling mendoakan satu dengan yang lain merupakan hal yang amat
penting, sebab melalui hal itu setiap anggota keluarga mengalami
48
Bab 3
2. Saling Mempedulikan (To Care) – Filipi 2:1-4
Sebagai keluarga Kristen, Tuhan menghendaki agar kita tidak semata-mata memperhatikan kepentingan kita sendiri, melainkan kepentingan anggota keluarga lainnya juga. Melalui Mezbah
Keluarga, kita dapat lebih mengekspresikan perhatian kita secara
lebih nyata. Bukan cuma mempedulikan hal-hal fisik saja, tapi terlebih hal-hal batin dan rohani.
3. Saling Mengasihi (To Love ) – Yohanes 13:34-35
Mengasihi merupakan satu ciri khas yang Tuhan tekankan bagi
anak-anak Tuhan. Apalagi dengan anggota keluarga terdekat kita.
Saling mengasihi dapat terjadi di antara anggota keluarga, ketika
kita hidup di dalam ketaatan kepada firman Tuhan. Saling mengasihi di antara anggota keluarga memberi dampak menjadi kesaksian bagi dunia ini bahwa kita ini adalah murid-murid Tuhan.
4. Saling Bertumbuh (To Grow ) – Efesus 4:16
Bertumbuh menandakan adanya hidup, sebab hanya organisme
yang hidup memiliki pertumbuhan. Prinsip yang sama dalam menjalankan Mezbah Keluarga, yaitu agar setiap anggota keluarga bertumbuh di dalam firman Tuhan. Pertumbuhan setiap pribadi dari
anggota keluarga merupakan juga pertumbuhan bagi gereja yang
sehat.
Bab 3
49
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
kuasa dan kasih Tuhan secara nyata. Bukan saja secara psikologi
dikuatkan, tetapi juga secara rohani dibangunkan. Setiap anggota
keluarga didoakan untuk setiap kebutuhannya secara spesifik dan
setiap anggota keluarga lainnya sehati mendoakan bersama-sama.
Doa bersama ini dapat mengikat keluarga di dalam kesatuan rohani
dalam persekutuan yang indah dan akrab di dalam Tuhan.
VII. MERENCANAKAN MEZBAH KELUARGA
Sesuatu yang dipaksakan dan yang diterima tanpa pengertian yang
jelas, tidak dapat dipertahankan lama. Pada akhirnya akan menjadi beban dan berakhir sia-sia. Karena itu, untuk merintis dan merencanakan
sebuah Mezbah Keluarga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
1. Diskusikan bersama dengan seisi keluarga tentang rencana mengadakan Mezbah Keluarga. Utarakanlah mengapa penting menjalankan Mezbah Keluarga. Ungkapan kerinduan untuk mengutamakan Tuhan dalam keluarga, membina persekutuan yang manis
dalam keluarga dan memberi waktu untuk mengakrabkan persekutuan dengan Tuhan dan hubungan kasih dalam keluarga.
2. Putuskanlah bersama, kapan waktu Mezbah Keluarga tersebut
dapat diadakan. Barangkali seminggu dua-tiga kali atau mungkin
hanya sekali. Waktunya bisa diambil pagi hari ketika makan pagi
bersama atau malam hari ketika semua anggota keluarga kumpul.
Sebaiknya waktu ibadah itu diadakan secara teratur.
3. Sepakati bersama bahan Mezbah Keluarga yang akan dipakai. Bahan yang dipakai dan acara ibadah kita akan sangat mempengaruhi kelangsungan ibadah keluarga kita. Pihak dewasa (orangtua)
perlu menyadari bahwa semakin berbeda usia yang ikut dalam
acara ibadah keluarga, semakin beda pula tahap penangkapan dan
penghayatan masing-masing. Karena itu sangat diperlukan sikap
mengerti dari yang lebih dewasa dan kesediaan menyesuaikan diri
(dalam berbahasa, membahas sesuatu, dan sebagainya) dengan
anak-anak kita.
4. Tentang bahan, dapat dipilih beberapa alternatif dan kemungkinan. Ada baiknya menggunakan beberapa pilihan bahan Mezbah
Keluarga yang kini cukup banyak ditawarkan di toko buku Kristen.
Hanya sebaiknya selektif memilih bahan yang seasas pengajaran50
Bab 3
5. Hal yang penting perlu diperhatikan, orangtua perlu melibatkan
anak membaca firman Tuhan, memberi pendapat, dan menjelaskan secara sederhana arti bagian tersebut dan membuka kesempatan untuk mereka bertanya. Lebih baik lagi bila dalam ibadah
keluarga orangtua bersedia menggunakan bahan-bahan khusus seperti untuk Anak, Remaja atau Pemuda dan mengerjakannya bersama mereka.
6. Acara ibadah yang hidup ialah yang akrab, tidak formal atau kaku,
saling mengasihi dan terbuka. Tentu peranan orangtua cukup dominan di sini. Biarkan anak-anak kita mengekspresikan keterlibatan
mereka dalam mengikuti Mezbah Keluarga. Sebaiknya, jangan banyak aturan dan sikap yang keras terhadap anak-anak dalam mengikuti Mezbah Keluarga, karena mereka akan kurang respek untuk
pertemuan selanjutnya.
7. Carilah tempat yang di dalamnya terekam suasana akrab kekeluargaan. Singkirkan hal-hal yang mengganggu acara Mezbah Keluarga (misalnya: matikan TV, simpan mainan/boneka anak-anak ke
tempatnya, dan lain-lain). Duduklah melingkar, semua dapat saling
melihat. Anak-anak boleh duduk di pangkuan orangtua, boleh pula
sambil bercanda gembira. Pokoknya, suasana yang benar-benar
hangat.
8. Isilah suasana ibadah itu dengan berbagai kegiatan yang hidup,
seperti berdoa, memuji Tuhan, menceritakan pengalaman atau kesulitan, membaca dan merenungkan firman Tuhan, saling tegur dan
membangun dan lain sebagainya.
9. Salah satu musuh terbesar kelangsungan Mezbah Keluarga ialah
kebosanan. Ini hanya dapat diatasi oleh beberapa senjata ampuh.
Bab 3
51
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
nya dengan gereja kita. Hati-hati, ada beberapa buku sejenis yang
tidak sesuai dengan ajaran gereja yang kita anut.
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Suasana kasih yang tulus mengatasi kebosanan akan rutin. Variasi
acara mengatasi kejenuhan akan acara yang sama. Karena itu jangan ragu mengembangkan berbagai variasi berdoa, menyanyi atau
juga menggali firman Tuhan. Kreatiflah juga mencari kesempatan
ibadah istimewa terutama pada waktu-waktu libur. Carilah ide-ide
dari berbagai buku, baik tentang bahan meditasi ibadah atau pun
tentang metode acara dan permainan yang dapat dimanfaatkan
untuk Mezbah Keluarga.
VIII. BEBERAPA CONTOH BAHAN MEZBAH KELUARGA
 Hari Kenaikan Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 1:6-11)
Membuat dan bermain layang-layang dapat menolong keluarga menghayati hari Kenaikan Tuhan. Sementara layang-layang naik renungkanlah bagaimana Tuhan Yesus naik menjumpai Bapa-Nya kembali di
sorga. Sambil menyaksikan layang-layang itu membubung naik, ingatlah bahwa Yesus kini bertakhta di sorga sebagai Raja atas segala raja.
Sementara angin menarik-narik layang-layang, ingatlah bahwa Yesus
menjanjikan Roh Kudus untuk menyertai kita. Roh Kudus mendiami
kita dan memberikan kita kuasa untuk saling mengasihi dan hidup
dalam kemenangan.
Layang-layang itu dapat ditulisi. Misalnya: Yesus Raja, Yesus
menang, Yesus hidup. Sesudah kembali di rumah, atau bila di halaman
itu cukup luas dan teduh, bacalah Efesus 1:15-23. Naikkan satu lagu
pujian bersama yang cocok. Kemudian tutuplah dengan doa bersama.
Allah yang kami kasihi, kami bersyukur dan memuji-Mu bahwa Yesus
adalah Raja yang menang. Tolong melalui kuasa Roh-Mu, untuk menerima kekuatan yang kami perlukan tiap hari, untuk mengasihi orang
lain, melawan kejahatan dan terus membangun Kerajaan-Mu di dunia
ini. Amin.
52
Bab 3
Malam di musim kemarau biasanya cerah. Carilah kesempatan untuk
menatap ke angkasa, melihat ke bintang-bintang. Carilah informasi
dari buku-buku fisika atau astronomi tentang nama-nama bintang atau
planet, lokasi mereka, besar mereka, warna mereka, dan sebagainya.
Pikirkanlah berapa besarnya bumi kita. Bandingkanlah bumi dengan
planet-planet lain dalam tata surya kita. Berapa besar bumi dibandingkan matahari. Ketahuilah bahwa tata surya kita hanya satu titik kecil
di tengah jutaan sistem sama dalam Bima Sakti kita. Dan galaxy Bima
Sakti kita pun hanya satu dari sekian banyak lagi yang tak terhitung
dalam Jagad Raya ini.
Baca dan diskusikan Mazmur 8. Benarkah manusia berarti dan
dihargai Allah? Apa buktinya? Apa respon kita kepada-Nya? Tutuplah
dengan doa syukur.
 Memperagakan kisah-kisah Alkitab
Alkitab sebenarnya adalah kitab yang menarik. Banyak kisah nyata
yang hidup dan menarik di dalamnya. Ada baiknya memperagakan
atau memainkan ulang peran-peran dalam kisah tersebut supaya lebih
menarik dan dapat lebih diselami pengalamannya.
Misalnya, kisah Abraham dan Lot. Mainkanlah adegan ketika para
gembala bertengkar memperebutkan rumput, kemudian bagaimana
reaksi Abraham terhadap Lot dan apa pilihan Lot. Bicarakan mengapa Abraham bersikap demikian, bagaimana perasaannya. Diskusikan
bagaimana sikap kita bila mengalami hal yang sama. Tutup dengan doa
agar Tuhan memberikan seisi keluarga sikap mau mempercayakan segala sesuatu ke tangan Allah.
Kisah-kisah lain yang dapat dimainkan dengan alat sederhana
yang ada dalam rumah, ialah :
Bab 3
53
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
 Menatap bintang-bintang di langit






Daud dan Goliat
Elia yang putus asa
Yunus yang melarikan diri
Yesus dan tiga murid di atas gunung
Samuel dipanggil Tuhan
Maria dan Marta, dan lain sebagainya
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
 Memanggang jagung bersama
Bila ada kesempatan keluarga berpiknik ke udara terbuka pada hari
libur, ada baiknya digunakan untuk membuat api unggun kecil. Di sekitarnya keluarga dapat duduk menghangatkan badan, memanggang jagung, mengobrol dan lain sebagainya.
Sambil memanggang jagung, bicarakanlah tentang kebaikan
Tuhan memelihara, memberikan rezeki. Ceritakan juga tentang proses tumbuhnya tumbuh-tumbuhan. Ucapkanlah syukur untuk pemeliharaan-Nya dan untuk kuasa-Nya yang menciptakan dan menumbuhkan dunia tumbuh-tumbuhan. Berdoalah agar Tuhan memampukan
kita untuk bertumbuh rohani secara lebih wajar.
IX. PENUTUP
Akhir kata, diharapkan materi ini menjadi pendorong bagi setiap keluarga untuk mulai membangun Mezbah Keluarga di keluarga masingmasing. Selamat mencoba, semoga Tuhan menolong dan memberkati
keluarga Saudara ketika terlibat dalam Mezbah Keluarga. [HSM]
54
Bab 3
JURNAL KEHIDUPAN
1. Kesepakatan Waktu: Kumpulkan semua anggota keluarga inti (Papa,
Mama, anak-anak), lalu carilah kesepakatan bersama, kapan waktu
yang cocok (hari dan jam) untuk mengadakan Mezbah Keluarga
seminggu sekali.
2. Konsisten: Sebaiknya waktu pelaksanaan tidak diubah-ubah. Semua
anggota keluarga harus komitmen mengikuti Mezbah Keluarga.
3. Durasi: Untuk awal Mezbah Keluarga sebaiknya jangan terlalu panjang, sekitar 15-20 menit saja. Dalam perkembangan selanjutnya
ketika suasana komunikasi sudah baik dan nyaman, boleh dilakukan
lebih panjang.
4. Tempat: Tentukan tempat favorit bersama. Boleh di ruang keluarga,
meja makan, atau kamar tidur. Yang penting tempat itu nyaman dan
memadai.
5. Hindari Gangguan: Untuk menjaga suasana selama Mezbah Keluarga hindari semua gangguan seperti: Televisi, telepon, Handphone,
dan lain-lain. (dimatikan/silent)
6. Pemimpin: Pemimpin renungan sebaiknya Papa, namun sesekali
bisa bergantian dengan Mama. Bila anak-anak sudah cukup besar
(usia 7 tahun ke atas) boleh dilibatkan untuk memimpin pujian atau
berdoa.
7. Suasana: Ciptakan suasana Mezbah Keluarga yang hidup, akrab, tidak formal atau kaku, saling mengasihi dan terbuka. Biarkan anakanak kita mengekspresikan keterlibatan mereka dalam mengikuti
Mezbah Keluarga. Sebaiknya, jangan banyak aturan dan sikap yang
keras terhadap anak-anak.
8. Variasi: Buatlah acara kreatif mengatasi kejenuhan akan acara yang
itu-itu lagi. Jangan ragu mengembangkan variasi berdoa, menyanyi
solo/duet/dan lain-lain, membuat permainan kecil, mewarnai ayat
atau membaca Alkitab kreatif: tokoh Alkitab dibaca oleh salah
seorang anggota keluarga, dan lain-lain. Kreatiflah juga mencari kesempatan mengadakan Mezbah Keluarga khusus terutama pada
Bab 3
55
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Hari ke-1: Panduan Memulai Mezbah Keluarga.
waktu-waktu libur dengan suasana yang berbeda sambil menikmati
makanan kecil.
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
56
Bab 3
Hari ke-2: Menentukan Bahan.
JUDUL/TEMA: _____________ (Pikirkan judul/tema yang ingin dibahas)
Nats bacaan: ____________ (Jangan terlalu panjang, sebaiknya satu
perikop atau satu pasal saja)
Pujian Pembukaan: (Silahkan mengusulkan sebuah pujian rohani yang
sesuai dengan tema atau pujian pembukaan, untuk ice-breaking)
Doa Pembukaan: (buatkan doa pembukaan yang sederhana)
ISI PERENUNGAN (diharapkan bahan renungannya sederhana, namun
jangan kekanak-kanakan. Karena mungkin ada orangtua yang anaknya
masih kecil, atau sebaliknya mungkin sudah menginjak remaja)
Bab 3
57
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Hal yang penting dalam Mezbah Keluarga adalah menyediakan/menentukan bahan. Sebagai orangtua kita bisa mencari bahan cetakan yang
banyak dijual di toko buku Kristen, atau kita juga bisa kreatif membuat
sendiri. Di bawah ini beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI: (buatkan 2-3 pertanyaan untuk menjadi bahan diskusi dalam Mezbah Keluarga sekaligus memancing minat
dan semangat untuk membahas bahan/ayat yang dibicarakan)
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
DOA PENUTUP:
AYAT EMAS ATAU KATA-KATA BIJAKSANA
58
Bab 3
Susunan Acara Mezbah Keluarga yang kami anjurkan:
1. Nyanyian Pembukaan
2. Doa Pembukaan
3. Baca Nats firman Tuhan untuk minggu ini
4. Baca renungan artikel dari bahan yang gereja siapkan
5. Sharing / Kesaksian / Diskusi
6. Nyanyian
7. Doa Syafaat dan Penutup
(Doakan untuk anggota keluarga atau kegiatan gereja, dan lain-lain.)
Bab 3
59
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Hari ke-3: Susunan Acara Mezbah Keluarga.
Hari ke-4: KOMITMEN KELUARGA.
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
 Kami berjanji akan memulai Mezbah Keluarga di secara berkala
1 minggu sekali.
 Kami berjanji akan mengadakan doa malam bersama dengan
keluarga.
 Kami berjanji akan mengampuni dan mengasihi setiap anggota keluarga dengan sungguh apapun kesalahannya.
 Komitmen lainnya:
60
Bab 3
 Saya berjanji mengasihi dan menghormati suami / isteri saya dengan segenap hati. Seumur hidup saya.
 Saya berjanji untuk membesarkan dan membimbing anak-anak
saya dalam iman Kristen dan membawa mereka sampai sungguhsungguh bertobat percaya kepada Yesus Kristus.
 Saya berjanji akan mengampuni dan mengasihi anak saya dengan
sungguh apapun kesalahannya.
 Komitmen lainnya:
Bab 3
61
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
Hari ke-5: KOMITMEN KHUSUS ORANGTUA.
Hari ke-6: KOMITMEN KHUSUS ANAK.
 Saya berjanji akan mengampuni dan mengasihi orangtua saya dengan sungguh apapun kesalahannya.
 Saya berjanji untuk lebih patuh dan mentaati nasehat orangtua
saya.
 Komitmen lainnya:
BAB 3: MENGALAMI KELIMPAHAN DALAM KELUARGA
62
Bab 3
Bab
4
LEBIH dari sekadar
MATERI
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Peserta dapat memahami maksud dan tujuan pencapaian
hidup yang ada di dalam dunia ini, seperti: prestasi, karir dan
materi dalam sorotan firman Tuhan.
2. Peserta dapat mengimplementasikan pencapaian hidup
menurut maksud dan tujuan Tuhan.
Bab
4
LEBIH Dari Sekadar
MATERI
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan
karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat
tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
(Matius 6:19-21)
Mungkin di dalam benak sebagian orang yang lahir sebelum generasi
90-an sangat familiar dengan sebuah lagu yang dirilis tahun 1993 yang
memiliki lirik demikian: “Andai a a a a a aku jadi orang kaya . . .” Lagu ini
jelas mewakili keinginan sebagian besar orang, yakni menjadi kaya, atau
hidup bergelimang materi. Memang materi adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam hidup ini. Namun masalahnya, materi bukanah jaminan
segala-galanya. Lantas bagaimana orang percaya seharusnya memandang materi?
PENDAHULUAN
Aistrinya. Suatu ketika sang istri mengeluh kepadanya bahwa mereka
lkisah hiduplah seorang petani bernama Pakhom beserta dengan
tidak memiliki cukup lahan sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan
yang lebih mapan dan menyenangkan . Tanpa diduga, beberapa waktu kemudian seorang janda kaya raya di negeri tersebut menjual tanah peninggalan
suaminya kepada Pakhom. Dengan kerja keras hari demi hari untuk mengusahakan lahan tersebut, ia dan istrinya akhirnya memperoleh kehidupan
yang lebih mapan. Namun di tengah kehidupannya yang mapan itu, terbersit
64
Bab 4
Tak lama kemudian Pakhom pergi ke pinggiran kota, dan kebetulan ia melihat lahan di negeri tetangga yang sangat luas, jauh melebihi
lahan yang telah dimilikinya. Dengan rasa penasaran ia bertanya-tanya
pada penduduk sekitar bahwa siapa yang memiliki lahan tersebut.
Maka usaha Pakhom itu membawanya kepada seorang Saudagar yang
kaya raya di negeri itu. Sang Saudagar ternyata adalah seorang yang
sangat ramah, sehingga Pakhom tidak segan-segan mengutarakan niatnya untuk membeli lahan tersebut. Tak disangka, Sang Saudagar
memberikan sebuah syarat harga yang aneh sekali. Pakhom boleh
menebus lahan seluas apapun dengan harga hanya seribu rubel, namun dengan syarat khusus. Syarat tersebut ialah, Pakhom diberikan
waktu sehari penuh hingga matahari terbenam untuk berjalan sejauh
apapun yang dia bisa, asalkan ia harus kembali ke titik awal ia berjalan.
Area lahan yang dikelilingi olehnya tesebut akan menjadi miliknya dengan harga hanya 1000 rubel. Dengan mata berbinar-binar, Pakhom
pun menyetujui syarat yang diajukan Sang Saudagar.
Keesokan harinya, Pakhom menemui Sang Saudagar dan ia langsung menunjuk titik awal perjalanannya hari itu. “Titik ini akan menjadi titik awal kekayaanku!” pikir Pakhom. Dengan langkah yang pasti
ia pun melangkah, dengan langkah yang panjang-panjang berharap ia
akan memiliki lahan seluas-luasnya. Langkah demi langkah Pakhom
tak terasa memakan setiap detik hari itu. Matahari terik telah berada
tepat di atas kepalanya, dan Pakhom pun mulai merasakan keletihan
yang sangat. Ia pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah
pohon rindang yang ditemuinya. Sambil beristirahat, Pakhom mulai
Kisah ini mengambil setting waktu tahun 1886 di Rusia. Memang untuk menemukan gambaran tepat mengenai nilai 1000 rubel adalah sesuatu yang sulit karena faktor rupiah yang
belum ada pada saat itu, faktor inflasi, dan juga faktor lainnya. Namun sebagai sebuah gambaran pada Juli 2013, 1 rubel = 307,031 rupiah. Jadi gambaran uang 1000 rubel sama dengan
jumlah uang sekitar 307.000 rupiah.
Bab 4
65
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
di benak Pakhom untuk memiliki lahan yang lebih besar lagi. Pikirnya, “kalau lahan yang kuusahakan ini saja bisa menghasilkan berkat kerja kerasku,
maka lahan yang lebih besar tentu akan menghasilkan lebih banyak.”
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
menghitung kembali jarak yang telah dilaluinya. Ia pun membayangkan lahan yang akan dimilikinya, “Aku kaya, aku akan kaya!” Dengan
semangat Pakhom pun melanjutkan perjalanannya, melangkah jauh
sejauh-jauhnya. Pakhom lupa diri. Langkah-langkah kaki yang panjang itu kini telah menjadi langkah pendek, diiringi dengan rasa sakit
di pergelangan kakinya. Belum lagi keringat yang bercucuran seakanakan menandai tenaga Pakhom yang telah berguguran. Namun bayangannya akan lahan yang akan dimilikinya terus membuatnya untuk
melangkah. Tak terasa, matahari kini mulai turun di ufuk barat, dan
Pakhom pun mulai tersadar bahwa ia harus melangkah kembali ke titik awal keberangkatannya. Dengan langkah-langkah pendek ini tentu
saja ia tak akan mempunyai cukup waktu untuk kembali. Maka Pakhom pun mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melangkah pulang.
Kaki-kakinya semakin nyeri, sementara otot-ototnya pun semakin sulit
digerakkan. Matahari pun seakan-akan berlari meninggalkan Pakhom,
buru-buru untuk terbenam. Pakhom pun menjadi semakin panik, tapi
kakinya tak bisa diajak kompromi.
Perlahan-lahan langkah Pakhom pun semakin gontai, perlahanlahan pandangan Pakhom pun menjadi kabur, dan makin lama makin
gelap. Alih-alih untuk memiliki lahan sebesar mungkin, malah mimpi
Pakhom berakhir dengan sepetak lahan berukuran 2x1 meter, yakni
pekuburannya.
“materi memang membuat manusia gelap mata”
Kisah tersebut adalah sebuah novel pendek karangan Leo
Tolstoy, seorang pujangga kenamaan dari Rusia. Kisah tersebut memang merupakan sebuah kisah fiktif belaka, namun kisah ini menceritakan sebuah kebenaran yang tidak terelakkan: materi memang membuat manusia gelap mata, juga lupa diri.
Sampai tulisan ini diturunkan, hampir setiap hari penulis menyaksikan di media elektronik maupun cetak, bagaimana satu per satu
66
Bab 4
I. Materi: Jaminan bagi Hidup atau Jaminan bagi Daging?
Sebenarnya begitu banyak orang salah kaprah dengan apa yang sebenarnya mereka butuhkan di dalam hidup ini. Sebagai contoh, sebagian
orang dengan mudah merogoh kocek mereka untuk makan di tempattempat yang berkelas, yang tentunya tergolong mahal. Sementara di
lain sisi ada orang lain yang hanya mampu makan di warteg, itu pun
harus menghemat di akhir bulan. Pertanyaannya adalah, apa perbedaan antara sepiring makanan mahal dan sepiring makanan yang
biasa tersebut? Makanan yang mahal tidak menjamin gizi yang lebih,
juga tidak menjamin akan lebih mengenyangkan dari makanan yang
biasa. Malah tidak jarang justru makanan yang biasa lebih bergizi dan
jauh lebih mengenyangkan bukan? Pada akhirnya baik makanan yang
mahal maupun makanan yang biasa akan berakhir juga di jamban.
Ironisnya, banyak orang memimpikan untuk makan makanan yang
berkelas. Mengapa demikian? Sebenarnya seringkali yang dikejar
oleh orang adalah kepuasan untuk makan makanan berkelas tersebut:
mahal, “enak,” penuh sensasi, eksklusif. Bisa dikatakan, ada kepuasan
tersendiri jika bisa mengkonsumsi sesuatu yang mahal. Bukan sesuatu
yang dibutuhkan, melainkan sesuatu yang diinginkan.
Bab 4
67
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
nama diciduk oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mulai dari
pejabat teras negara maupun partai politik, hingga pengusaha dan
bawahannya tersandung kasus yang sama, korupsi dan suap. Materi
memang membuat orang mabuk kepayang. Mengapa? Materi atau
uang menjamin kebahagiaan, begitulah kata sebagian besar orang.
Dengan uang bisa beli apa saja, dengan uang tidak perlu pusing makan
apa dan di mana, dengan uang tidak perlu kuatir akan tinggal di mana,
rasanya uang bisa menjadi jaminan hidup. Namun apakah benar materi atau uang adalah jaminan segala sesuatu? Atau jangan-jangan
karena materi itulah, manusia menjadi lupa diri dan semakin serakah,
lantas segala kenikmatan yang diimpi-impikan malah berakhir menjadi
mimpi buruk belaka? Apa kata firman Tuhan mengenai hal ini?
Manusia cenderung tidak bisa membedakan antara kebutuhan
dan keinginan. Keinginan atau dalam kaitannya dengan materi, lebih
tepat disebut dengan hawa nafsu. Mengenai hal ini, Yakobus 4:1-3
menuliskan demikian:
“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara
kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling
berjuang di dalam tubuhmu? . . . Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,
sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk
memuaskan hawa nafsumu.”
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Di dalam bagian ayat ini, Yakobus sementara menyoroti realitas
yang terjadi, di mana sering kali terjadi sengketa dan pertengkaran
karena satu penyebab, yakni hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang
mengakibatkan terjadinya banyak masalah. Bukankah kita tak jarang
melihat kasus sesama saudara saling menuntut di pengadilan lantaran
warisan orang tua yang diperebutkan? Demikian juga dengan suami
istri yang bertengkar karena perselingkuhan, lantas berakhir di pengadilan dengan memperebutkan harta gono-gini? Atau peristiwa kriminalitas yang kalau ditelusuri, semuanya berujung pada masalah ini:
hawa nafsu.
Lantas bagaimana dengan orang Kristen? Mungkin saja di tengah komunitas gereja jarang ditemukan kasus-kasus demikian. Namun apakah masalah hawa nafsu tetap menjadi masalah? Suatu kali
seorang Kristen pernah berujar demikian: “Doa kita harus kencang
Pak, karena doa dapat menggerakkan Allah. Kalau ingin rumah, doa
saja. Kalau ingin mobil, minta saja. Kalau ingin kekayaan, doa terus.
Kuncinya, rajin berdoa. Bukankah Allah berjanji bahwa barangsiapa
yang meminta pasti akan diberi.” Kecenderungan seperti ini patut untuk diwaspadai. Jika memang demikian, lantas apa perbedaan Allah
dengan mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri)? Allah tidak ubahnya
dengan seorang dukun yang siap mengabulkan permintaan, malah
cenderung merendahkan Allah seperti seorang pembantu yang siap
68
Bab 4
diminta apa saja untuk Dia lakukan. Masalahnya di sini adalah, sekali
lagi adalah keinginan atau hawa nafsu manusia. Oleh karena itu Yakobus menuliskan di ayat 3 untuk menegur mereka yang cenderung
berdoa hanya untuk memuaskan keinginan diri sendiri. Hawa nafsu
menjadi masalah utamanya, sehingga begitu banyak orang, baik sadar
maupun tidak, mengejar materi hanya untuk memuaskan hawa nafsunya. Tidak heran apabila materi begitu dikejar-kejar karena menjadi
jaminan untuk memuaskan kedagingan manusia semata.
Jika demikian, tentu muncul pertanyaan yang mendasar mengenai
materi atau uang tersebut. “Lantas jika tidak mengejar materi, keluarga saya makan apa?” “Nanti kalau saya sakit biaya pengobatan
dari mana?” “Biaya sekolah anak makin tinggi, lantas bayar pakai apa
kalau tidak mengejar materi?” Mari realistis, tentu saja materi atau
uang dibutuhkan di dalam kehidupan ini. Kebutuhan primer manusia;
pangan, papan, dan sandang tentu dibeli dengan uang. Demikian juga
biaya kesehatan, pendidikan, transportasi, atau akomodasi sehari-hari
tentu menggunakan uang. Singkatnya, materi memang berguna untuk
menopang kehidupan ini. Namun pernahkah kita bertanya, mengapa
begitu banyak orang menjadi kacau-balau ketika kehidupannya tidak
memiliki “cukup” materi? Jawaban dari hal ini adalah mengenai masalah kekuatiran di dalam diri manusia.
Kekuatiran menjadi sebuah permasalahan karena manusia pada
dasarnya hanya melihat kehidupan secara sepotong-sepotong. Manusia tidak mampu untuk melihat masa depan, yang tentunya masih
menjadi misteri. Itulah sebabnya orang mengejar materi, lalu dikumpulkan sebagai jaminan akan masa depan. Makin banyak dikumpulkan, tentu makin terjamin masa depan seseorang. Namun apakah hal
ini benar-benar menjamin segalanya? Matius 6:25-33 memberikan
sebuah petunjuk bagi kita mengenai hal kekuatiran:
Bab 4
69
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
II. Mengejar Materi: Cerminan Kekuatiran Manusia akan
Masa Depan
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai
. . . Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan
tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu
jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang
karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa
memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala
kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga
itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang
hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab
itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami
makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami
pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan
semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Bagian ini tidak dapat dipisahkan dari bagian sebelumnya, yakni
di ayat 19-24, di mana Tuhan Yesus berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan
pencuri membongkar serta mencurinya . . . Karena di mana hartamu
berada, di situ juga hatimu berada . . . Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Di dalam bagian ini Tuhan Yesus menyoroti orang-orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
karena hati mereka dicondongkan oleh harta. Keinginan hati manusia
membuat orang dapat mengabdi pada materi ketimbang mengabdi
kepada Allah. Tuhan Yesus mengerti, bahwa akar penyebab seseorang
mengejar harta di dalam hidupnya (selain keinginan daging tentunya),
adalah soal kekuatiran akan masa depan.
70
Bab 4
Memang manusia hanya mampu melihat kehidupan secara sepotong-sepotong, namun maukah kita menggantungkan kehidupan
ini pada Sang Sutradara kehidupan yang mampu untuk melihat kehidupan kita secara utuh dan menjamin kehidupan kita itu sendiri? Oleh
karena itu ada yang lebih penting dari sekadar materi, sebagaimana
dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri di ayat 33, “Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
III. Kekekalan: Lebih dari Sekadar Materi
Suatu kali ada seorang anak muda yang datang kepada Tuhan Yesus
dan bertanya kepada-Nya, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Maka Tuhan Yesus menjawabnya, “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan
membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan
saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan
ibumu!” Orang muda itu pun dengan penuh percaya diri menjawab
demikian, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Lantas Tuhan Yesus memandang orang muda ini dengan penuh kasih,
lalu berkata demikian, “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, jualBab 4
71
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Di dalam Matius 6:25-33 tersebut, secara sederhana Tuhan Yesus
bertanya kepada para pendengarnya bahwa mengapa mereka kuatir
akan kehidupan mereka. Bukankah burung di udara, serta bunga di
ladang dipelihara meskipun mereka tidak mengumpulkan materi guna
menjamin kehidupannya? Jadi sebenarnya kesimpulannya adalah,
jika Allah sedemikian pedulinya sehingga Ia memelihara burung dan
bunga, demikian Ia juga akan memelihara hidup umat-Nya. Apa yang
dimakan, atau apa yang harus dipakai, bukanlah menjadi hal yang utama, karena apa yang terutama, yakni hidup itu sendiri, ada di dalam
pemeliharaan Tuhan. Karena itulah Tuhan Yesus menyebut mereka
sebagai orang yang kurang percaya (ayat 30), karena lebih menggantungkan hidupnya pada materi ketimbang kepada Allah.
lah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,
maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke
mari dan ikutlah Aku.” Perkataan ini seketika seperti sebuah kilat di
siang bolong, karena orang muda ini tidak menyangka bahwa Tuhan
Yesus akan memintanya untuk menjual hartanya, lalu membagi-bagikannya, lantas mengikut Yesus. Maka orang muda ini menjadi kecewa,
lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Menanggapi peristiwa itu, Yesus hanya berujar, “Alangkah sukarnya orang yang beruang
masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Markus 10:17-31).
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Akhir kisah perjumpaan orang muda yang kaya itu merupakan
cerminan hidup seseorang yang menjadi kecewa ketika mengetahui
bahwa menjadi seorang Kristen bukanlah sekadar beragama, melainkan menjadi pengikut Kristus. Menjadi pengikut Kristus berarti siap
untuk melepaskan segala sesuatu dan mengikut Dia, termasuk melepaskan materi yang dimilikinya.
Memang kisah ini tidak juga diartikan secara harfiah bahwa
menjadi orang Kristen berarti kita harus menjual segala sesuatu dan
menjadi hamba Tuhan. Tidak juga berarti bahwa orang kaya tidak
bisa masuk Kerajaan Allah. Namun kisah ini ingin menunjukkan secara sederhana, bahwa orang yang hidupnya berpusat kepada materi
adalah orang yang tidak akan bisa menemukan Kerajaan Allah. Materi
memang begitu menarik, bahkan bagi banyak orang menjadi “jaminan”
bagi kehidupannya, namun materi tidak pernah bisa membeli apa yang
paling berharga, yakni Kerajaan Allah. Materi hanya bisa membeli apa
yang sifatnya terbatas, sementara kehidupan kekal tidak dapat dibeli
dengan materi. Apa gunanya menjadi seorang yang berlimpah materi,
sementara akhir dari kehidupan nantinya malah menjadi seorang yang
mendapat hukuman kekal? Apa artinya hidup senang-senang untuk
waktu yang sementara ini, akhirnya nanti menderita di dalam kekekalan?
72
Bab 4
Materi memang menjadi obsesi banyak orang, karena materi menjanjikan sebuah “jaminan” terhadap kepuasan diri manusia. Kita seharusnya waspada dengan hal ini, karena materi hanya bisa memberi
sebuah jaminan yang semu. Keinginan daging manusia tidak pernah
habis, malah akan cenderung makin lama makin besar, sehingga berakhir pada kehancuran. Sementara di lain sisi, pengejaran manusia
akan materi sebenarnya merupakan cerminan kekuatiran manusia
akan kehidupannya. Dalam hal ini, kita perlu untuk menyadari bahwa
satu-satunya yang menjamin kehidupan kita sebagai orang percaya
adalah Allah sendiri. Ada yang lebih berharga dari sekadar materi,
yakni Kerajaan Allah itu sendiri. Ada yang lebih berharga dari sekadar
materi, yakni kekekalan itu sendiri. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan. [AT]
Bab 4
73
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
IV. Penutup
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Melihat Potret Kehidupan Saya.
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Mari ambillah sebuah alat tulis, dan mulailah mengingat-ingat kembali jejak kehidupan Saudara. Ketika Saudara dulu mulai bersekolah,
apa yang Saudara atau orang tua Saudara tanamkan sebagai tujuan
Saudara untuk menempuh studi? Apakah untuk menjadi orang yang
sukses atau kaya raya? Ketika Saudara mulai bekerja, apa yang menjadi tujuan Saudara? Setelah Saudara berkeluarga, apa yang menjadi
tujuan hidup Saudara? Apa yang Saudara kejar selama ini? Silahkan
Saudara tuliskan titik-titik kehidupan yang Saudara ingat, lalu tuliskan
apa yang Saudara kejar saat itu, bahkan hingga saat ini.
Setelah Saudara menuliskan semuanya, apakah Saudara termasuk
orang yang memiliki tujuan hidup untuk mengejar materi? Silahkan
ambil waktu untuk berdoa dan izinkan Roh Kudus mengubah tujuan
kehidupan Saudara.
74
Bab 4
Hari ke-2: Melihat Benih Keinginan Daging dalam Kehidupan Saya.
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Mari sedikit berandai-andai. Anggaplah Saudara bertemu dengan sebuah mesin pengabul permintaan, di mana Saudara bebas mengajukan
5 permintaan dan mesin itu langsung akan mengabulkan permintaan
Saudara. Tuliskan 5 permintaan itu dalam waktu 1 menit, lakukan tanpa berpikir panjang. Ingat, hanya 1 menit saja.
Setelah Saudara menuliskan semuanya, silahkan pilah setiap poin
yang Saudara tuliskan. Apakah ada benih-benih keinginan daging
yang masih melekat dalam kehidupan Saudara? Apakah ada keterkaitan dengan kecenderungan untuk mengejar materi supaya Saudara
bisa mendapatkan keinginan-keingan tersebut? Silahkan ambil waktu
untuk berdoa dan izinkan Roh Kudus mengubah keinginan-keinginan
yang ada dalam kehidupan Saudara.
Bab 4
75
Hari ke-3: Melihat Benih Kekuatiran dalam Kehidupan
Saya.
Kali ini, Saudara harus menuliskan 5 ketakutan Saudara mengenai kehidupan ini (contoh.: Saya takut usaha saya bangkrut, Saya takut terkena sakit parah). Lakukan hal ini hanya dalam waktu 1 menit, lakukan
tanpa berpikir panjang. Ingat, hanya 1 menit saja.
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Setelah Saudara menuliskan semuanya, silahkan pilah setiap poin yang
Saudara tuliskan. Apakah ada benih-benih kekuatiran yang masih melekat dalam kehidupan Saudara? Apakah ada keterkaitan dengan kecenderungan untuk mengejar materi supaya Saudara bisa menghindari
ketakutan-ketakutan tersebut? Silahkan ambil waktu untuk berdoa
dan izinkan Roh Kudus memberikan jaminan akan kehidupan Saudara
terhadap ketakutan yang ada.
76
Bab 4
Hari ke-4:
Kekal.
Melihat Apa yang Sementara dan Apa yang
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Mari tuliskan 5 hal yang paling berharga di dalam kehidupan Saudara
saat ini. Jika suatu saat musibah terjadi dalam kehidupan Saudara,
kira-kira hal apa yang Saudara pilih untuk diselamatkan dalam kehidupan Saudara? Lakukan hal ini hanya dalam waktu 1 menit, lakukan
tanpa berpikir panjang. Ingat, hanya 1 menit saja.
Setelah Saudara menuliskan semuanya, silahkan pilah setiap poin yang
Saudara tuliskan. Apakah hal-hal yang Saudara tuliskan tersebut bernilai kekal ataukah hanya sementara? Silahkan ambil waktu untuk berdoa dan izinkan Roh Kudus untuk memberikan hikmat bagi Saudara
untuk memprioritaskan apa yang kekal dalam kehidupan Saudara.
Bab 4
77
Hari ke-5: Memutuskan Apa yang Harus Saya Kejar.
Setelah beberapa hari Saudara bergumul dengan nilai-nilai kehidupan
Saudara, kali ini Saudara harus memikirkan kembali apa yang harus
Saudara kejar dalam kehidupan ini. Tuliskanlah 5 hal yang bersifat
kekal, dan yang tentunya berkenan kepada Allah untuk Saudara kejar
dalam kehidupan ini.
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
78
Bab 4
Hari ke-6: Mancari Rekan yang Mengingatkan Saya.
BAB 4: LEBIH DARI SEKEDAR MATERI
Bagian ini bisa menjadi bagian yang paling sulit, namun menjadi bagian
yang penting dalam pertumbuhan kerohanian Saudara. Di dalam hidup ini kita membutuhkan seorang rekan untuk membantu kita untuk
semakin bertumbuh. Carilah seorang rekan, saudara seiman, dewasa
iman dan karakter, serta dapat dipercaya. Tunjukkan jurnal yang telah
Saudara tulis selama 5 hari ini, dan mintalah ia untuk membacanya,
lalu mintalah dia untuk mengingatkan Saudara untuk terus mengejar
apa yang kekal dalam kehidupan Saudara.
Bab 4
79
Bab
5
SENI Menikmati
HIDUP
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Peserta dapat memahami kesenangan hidup di dalam terang
firman Allah.
2. Peserta dapat memaknai kesenangan hidup sebagai bagian
yang membangun kehidupan.
Bab
5
SENI Menikmati HIDUP
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka
jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti
kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan
kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”
(1 Timotius 6:17)
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Setiap manusia mengharapkan bisa menikmati hidup yang bahagia.
Sekalipun cara untuk menikmati hidup bisa berbeda, tapi tujuannya biasanya sama, yaitu kebahagiaan. Ada manusia yang dipengaruhi pandangan dunia yang mengajarkan bagaimana bisa menikmati hidup. Ada
lagi yang merasa bahagia semata-mata hanya mengikuti keinginan hatinya. Untuk yang beragama, biasanya menikmati bahagia kalau bergaul
akrab dengan Allahnya.
Sayangnya, kebanyakan manusia mengalami kegagalan dalam
menikmati hidup. Biasanya karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Kalaupun ada yang bisa mendapatkan keinginan hatinya,
tapi ternyata kenikmatan yang didapatkan tidak maksimal. Ada lagi yang
bisa mendapatkan keinginan hatinya, tapi ternyata terjebak dalam dosa
dan kesulitan hidup.
PENDAHULUAN
H
idup hanya satu kali. Jika seluruh hidup hanya dipenuhi kesulitan dan pergumulan yang tidak ada habis-habisnya, tanpa
bisa dinikmati, untuk apa hidup ini? Bagaimana dengan orang percaya?
Bagaimana kita bisa menikmati hidup sesuai dengan prinsip-prinsip firman Tuhan?
82
Bab 5
I. Apakah mengejar kenikmatan bertentangan dengan
sangkal diri dan pikul salib?
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 29Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 30Sebab kuk
yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Matius 11:2830)
28
a. Kenikmatan vs Sangkal diri
Banyak orang Kristen berpikir bahwa kalau menyangkal diri sama dengan membuang segala kenikmatan dan kesenangan. Seharusnya kita
membedakan dua macam kenikmatan. Kenikmatan yang berdosa dan
kenikmatan yang suci.
Kenikmatan yang berdosa adalah kenikmatan yang bertentangan
dengan penyangkalan diri. Sementara kenikmatan yang suci adalah kenikmatan yang dimiliki tanpa membuang penyangkalan diri, melainkan
di dalam penyangkalan diri. Kenikmatan ini bersumber dari Allah dan
tujuan paling akhirnya pada Allah, yang menginginkan kita menikmati
menurut kehendak-Nya.
Begitu juga dengan penyangkalan diri, ada dua macam. Pertama, membuang segala kenikmatan, sedangkan yang kedua dengan
membuang segala kenikmatan yang bertentangan dengan kehendak
Allah. Artinya, seseorang bisa menyangkal diri sambil menikmati kenikmatan yang suci.
b. Kenikmatan vs Pikul Salib
Pikul Salib biasanya hanya dihubungkan dengan penderitaan, penganiayaan dan kematian. Tidak ada kebahagiaan, sukacita dan kenikBab 5
83
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Benarkah kenikmatan selalu bertentangan dengan sangkal diri dan pikul salib?
matan. Karena penderitaan dan kematian biasanya dianggap bertentangan dengan kebahagiaan, sukacita dan kenikmatan. Siapa yang bisa
bahagia dalam penderitaan?
- Menurut Tuhan Yesus, beban yang Ia beri itu enak dan ringan (Matius 11:29-30)
- Petrus dan Yohanes sesudah dikeluarkan dari penjara, dicambuk
dan diancam akan dihukum mati jikalau memberitakan Yesus Kristus, justru bergembira karena dianggap layak menderita bagi Kristus (Kisah Para Rasul 5:40-41)
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Hal apa yang membuat mereka bisa bahagia, sukacita dan bahkan menikmati? Yang pasti, bukan penderitaan, penganiayaan, bahkan
kematian! Tapi, kenikmatan dalam Kristus.
II. Seni Menikmati Hidup
1. Menikmati Allah.
Menikmati Allah adalah salah satu dari tujuan paling akhir dari hidup
manusia. Sayang sekali banyak orang tidak mengerti bagaimana menikmati Allah. Sehingga orang-orang yang tidak mengerti telah kehilangan
begitu banyak kesempatan menikmati kenikmatan tertinggi di dalam
hidup ini. Banyak orang merasa puas saat menggantikan-Nya dengan
kenikmatan murahan dan sementara, tapi akhirnya mengalami kekosongan dan ketidakpuasan yang lebih besar.
“Menikmati Allah adalah salah satu dari tujuan paling
akhir dari hidup manusia. “
Banyak orang yang akan terus-menerus merasakan kekosongan
di dalam hidupnya meskipun sudah mencoba segala penghiburan dan
kenikmatan sementara dan akan mati di dalam kekosongan hidup,
karena tidak pernah menikmati Allah. Kepuasan dan kebahagiaan yang
bisa mereka alami hanyalah kepuasan dan kebahagiaan sementara.
84
Bab 5
a. Menikmati di dalam Pengenalan akan keberadaan Allah.
‘Tak kenal maka tak sayang’ adalah ungkapan yang biasa kita dengar.
Kalau diubah sedikit menjadi ‘tak kenal maka tak nikmat’ sangat cocok
untuk menggambarkan bagaimana umat Allah yang tidak bisa menikmati Pencipta, Pemelihara dan Penyempurna umat manusia.
Mengenal diri Allah akan membuat manusia kagum akan keagungan, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Mengenal Allah akan membuat manusia bahagia, bersukacita dan puas. Karena manusia yang
mengenal Allah bisa melihat dengan iman seberapa dahsyat, agung
dan berkuasanya Allah yang mencipta dunia ini, menebus umat-Nya,
memelihara dan menyempurnakan semuanya.
Allah menyatakan diri-Nya dalam berbagai macam cara, baik
melalui Firman, dalam hati manusia maupun melalui ciptaan-Nya.
Tentu saja penyataan diri-Nya yang sangat jelas hanya ada di dalam
firman-Nya yang berpusat kepada kedatangan Yesus Kristus ke dunia.
Itu sebabnya pemazmur waktu berbicara tentang Firman, pemazmur
menggambarkan sebagai kenikmatan yang tiada tara, lebih indah dari
emas tua. Ada rasa ketertarikan dan kepuasan yang besar akan firman
Tuhan.
Jangan salah berpikir bahwa pemazmur menyatakan kenikmatannya hanya dengan membaca atau mendengarkan firman Tuhan.
Kenikmatannya karena ia merenungkan firman Tuhan, dan ia mengalami bagaimana firman Tuhan mengubah dan mengoreksi hidupnya,
bahkan firman Tuhan menjadi pelita dan terang bagi hidupnya. Kenikmatan yang didapatkan karena mengenal Allah melalui firman-Nya dan
melihat bagaimana kuasa Allah yang besar itu bekerja sesuai dengan
keberadaan diri-Nya.
Bab 5
85
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Padahal Allah sudah menyediakan baik dengan sarana ataupun tanpa
sarana untuk menikmati-Nya.
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Membaca dan mendengarkan firman Tuhan akan membuat
umat-Nya mengenal keberadaan Allah, beriman, bersyukur, memuliakan dan menikmati-Nya. Kita bisa melihat contohnya di dalam
Mazmur 139. Raja Daud menunjukkan pengenalannya akan Allah sebagai yang Mahatahu (omniscience, ayat 1-6); Mahahadir (omnipresence, ayat 7-12 ); Mahakuasa (omnipotence, ayat 13-19). Ada kekaguman akan keajaiban pengetahuan dan kuasa Allah, ada sukacita,
kegembiraan dan ucapan syukur karena Daud mengenal siapa Allahnya yang begitu dahsyat. Daud juga menikmati Allah yang dikenalnya.
Kita juga bisa melihatnya di dalam Mazmur 27. Pengenalan Daud
terhadap Tuhan yang adalah Terang dan Keselamatan, membuat dalam
keadaan dikepung musuh Daud tidak merasa takut. Bahkan pada ayat
4, Daud berkata:
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini:
diam di rumah TUHAN seumur hidupku,
menyaksikan kemurahan TUHAN
dan menikmati bait-Nya.”
Pengenalan akan Allah membuat Daud menikmatinya dan ingin
terus dekat dengan Allah. Bahkan di dalam Mazmur 34:8, Daud mengatakan: Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Seolaholah Tuhan seperti makanan yang bisa dinikmati.
Kehadiran Tuhan Yesus Kristus dalam hidup orang percaya seharusnya membuat hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya bisa
menikmati Allah dalam segala kelimpahan-Nya. Kita bisa menikmati
Allah, karena ada penyertaan Roh Kudus dan tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Hal ini yang membuat orang-orang
percaya di dalam segala keadaan pun tetap bisa menikmati Allah dengan segala sukacita.
b. Menikmati Berkat-berkat-Nya.
Apakah kalau kita sudah menikmati Allah di dalam segala kelimpahanNya tidak menginginkan lagi dan tidak memerlukan berkat-berkat86
Bab 5
Nya? Ternyata tidak! Justru lebih menghargai segala berkat-berkat-Nya
sekecil dan sesedikit apapun dan bahkan bisa menikmati semuanya.
Berkat-berkat itu tidak dinikmati terlepas dari sumbernya, tetapi di
dalam sumber berkat itu sendiri.
Kita seharusnya belajar menikmati Allah di dalam segala berkatberkat-Nya. Baik di dalam relasi dengan sesama manusia, menikmati
dunia ini dan segala hal yang terjadi di dalam hidup ini, seharusnya
kita belajar menikmati Allah. Karena kita nanti harus menikmati Allah
sampai selama-lamanya.
2. Menikmati Ciptaan.
Sebelum kita melihat bagaimana seharusnya kita menikmati ciptaan,
kita perlu melihat dulu sebuah bagian firman Tuhan yang sering disalahmengertikan, yaitu 1 Yohanes 2:15-17.
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.
Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu. 16Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah
berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 17Dan dunia ini sedang lenyap
dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah
tetap hidup selama-lamanya.
15
Bagian firman Tuhan ini sering dianggap sebagai perintah bagi
orang-orang percaya untuk menghindari dunia dan tidak menikmati
segala kenikmatan sementara. Karena kenikmatan sementara hanya
berisi segala keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hiBab 5
87
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan, “Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu
yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Artinya,
waktu menikmati segala berkat-berkat dari Allah seharusnya juga bisa
memuliakan Allah dan tentu saja menikmati-Nya.
dup dan semuanya berasal dari dunia.
Masalahnya, yang disorot oleh Yohanes adalah keinginan yang
dilakukan di dalam keberdosaan. Bagaimana dengan keinginan dan kenikmatan yang dikuduskan? Bukankah semua kenikmatan sementara
itu pun bisa memuliakan Allah? Maka kita harus membedakan antara
‘mengasihi dunia’ dengan ‘mempergunakan dan menikmati dunia.’
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Yang dimaksud dengan mengasihi dunia adalah keterikatan
dengan dunia, begitu menginginkan dunia ini, bahkan dunia ini yang
menjadi pusat dan tujuan di dalam hidup ini, sehingga ketika harus
kehilangan dunia ini, sepertinya hidup ini tidak berarti lagi. Dunia yang
berdosa menjadi Tuan sedangkan manusia menjadi budaknya. Itu sebabnya Yohanes mengatakan tidak ada kasih terhadap Bapa.
Menikmati dunia bisa sama dengan mengasihi dunia, jikalau
dilakukan di dalam keberdosaan dan berpusat pada manusia. Tetapi
bisa juga menikmati dunia bukan karena mengasihi dunia. Menikmati
dunia adalah suatu anugerah Allah bagi umat-Nya untuk menikmati
segala berkat-berkat-Nya di dalam segala kebebasan dan bukan di
dalam keterikatan. Jadi, kita bisa menikmati dunia dengan melihatnya
sebagai berkat-berkat dari Allah dan dengan tujuan untuk bisa memuliakan Allah karena Allah pun menginginkan kita untuk menikmati
semuanya.
“Menikmati dunia adalah suatu anugerah Allah bagi
umat-Nya untuk menikmati segala berkat-berkat-Nya
di dalam segala kebebasan dan bukan di dalam
keterikatan.”
a. Menikmati Manusia.
Manusia adalah ciptaan Allah tertinggi di dunia ini. Itu sebabnya ciptaan Allah yang tertinggi kenikmatannya adalah manusia. Itu sebabnya
Allah mengatakan tidak baik manusia itu seorang diri. Karena jikalau
88
Bab 5
Kenikmatan tertinggi di dalam menikmati manusia ada di dalam
hubungan sex suami dan istri. Dua menjadi satu melambangkan persekutuan terintim dan terdalam dari manusia. Kenikmatan yang tertinggi
inilah yang dicemari dosa sedemikian dalam, membuat semakin lama
semakin sulit dibedakan mana yang kudus dan mana yang hanya sekedar pemuasan nafsu yang berdosa.
Kesalahan dalam menikmati sesama manusia dimulai dari kesalahan di dalam menikmati keindahan dan kemuliaan yang Allah berikan
kepada manusia. Melihat wanita yang cantik atau pria yang ganteng,
seharusnya membuat kita menikmati dan bersyukur kepada Allah yang
masih memberikan keindahan, kecantikan dan kemuliaan kepada manusia berdosa. Yang terjadi ternyata banyak pria yang menginginkan
seorang wanita cantik untuk dimiliki dan dinikmati sendiri, bahkan ada
yang hanya menginginkan tubuhnya hanya untuk sekedar dinikmati
dan memuaskan nafsunya yang berdosa. Manusia yang ingin menikmati sesama manusia hanya untuk pelampiasan nafsunya, sesungguhnya sudah melakukan dua perbuatan dosa yang lain, yaitu: menyianyiakan kenikmatan di dalam relasi yang sehat dan menikmati Allah
saat kita bersyukur dan memuliakan Allah yang menjadi sumber dari
segala keindahan dan kecantikan.
Bab 5
89
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
manusia hanya sendiri maka manusia tidak bisa menikmati sesama
manusia. Seringkali orang-orang mengartikannya dengan cinta atau
kasih.
Yang paling mendasar dari menikmati sesama manusia adalah menikmati keluarga. Allah memberikan keluarga untuk dinikmati di dalam
relasi, baik antara suami istri maupun antara orang tua anak dan sesama saudara. Keluarga merupakan unit terkecil tetapi memiliki kenikmatan tertinggi. Dari keluarga, kita bisa belajar menikmati di dalam
persekutuan dan relasi yang lebih luas, baik itu persahabatan, sampai
gereja yang merupakan bagian dari kumpulan orang percaya yang saling menikmati.
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
b. Menikmati Alam.
Sepertinya semua orang sudah mengerti bagaimana menikmati alam.
Kita bisa melihat Tour and Travels yang terus berkembang dan selalu
menguntungkan di saat-saat liburan. Kita juga sering melihat bagaimana tempat-tempat wisata menjadi tempat-tempat yang sangat ramai
karena begitu banyak orang ingin menikmati semua keindahan alam.
Orang-orang yang berlibur apakah benar-benar bisa menikmati keindahan alam ataukah hanya mencari hiburan untuk mengisi kekosongan
dalam hatinya?
Kalau diperhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya sedikit yang
betul-betul bisa menikmati alam di lingkungan/daerahnya sendiri.
Orang-orang di satu negara seringkali lebih menghargai keindahan dari
negara lain yang jauh berbeda dari negaranya sendiri. Orang Indonesia
seringkali lebih menghargai keindahan dan keteraturan di Australia,
Eropa dan Amerika. Ada perasaan yang berbeda ketika pergi ke tempat-tempat yang baru dan harus mengeluarkan uang yang sangat banyak. Apalagi kalau tempat itu sangat terkenal dan hanya sedikit orang
yang bisa pergi ke tempat itu. Sebaliknya orang Amerika, Australia dan
Eropa justru melihat Indonesia lebih indah.
Kita perlu mengerti keindahan secara obyektif dan subyektif.
Keindahan secara subyektif itu bisa berbeda-beda karena berhubungan dengan selera dari seseorang melihat keindahan itu sendiri. Sementara keindahan obyektif diakui oleh setiap orang keindahannya. Oleh
sebab itu, kita perlu belajar dua hal di dalam menikmati alam.
Yang pertama, menghargai dan menikmati alam di tempat sendiri. Biasanya kalau terus berada di satu tempat, maka ada kecenderungan dari manusia berdosa untuk tidak bisa menghargainya karena
menganggapnya biasa dan seringkali membosankan. Maka belajarlah
untuk menikmati sekecil dan sesedikit apapun keindahan yang masih
bisa kita lihat. Tentu saja perlu juga membayangkan bagaimana keindahan sebelum ada perubahan yang merusak dan apa yang terjadi
kalau direhabilitasi. Kita bisa melihat pasir di pantai misalnya. Kalau
90
Bab 5
tidak berwarna putih maka dianggap pasir biasa. Tetapi, ada yang bisa
menikmatinya dan bahkan bisa membuat pameran pasir yang dipahat,
bahkan bisa menjadi pameran internasional yang dinikmati banyak
orang. Bukankah itu hanya pasir biasa?!
c. Menikmati Hasil Budaya Manusia.
Ada berbagai macam hasil budaya manusia. Yang dimaksud dengan
hasil budaya manusia, bukan hanya budaya yang dihubungkan dengan
seni, baik itu musik, tarian, lagu, tetapi juga yang berhubungan dengan kerja, penemuan, teknologi, olahraga dan berbagai macam hiburan. Negara-negara maju sekarang makin sadar bahwa teknologi
yang dulu dianggap sebagai penyelamat dan sumber kenikmatan manusia, ternyata juga menjadi pembunuh dan yang mengambil kenikmatan manusia. Contohnya: Mobil, AC, dan berbagai alat yang dulu
bisa memberikan kenikmatan kepada manusia, ternyata justru menjadi salah satu penyebab efek rumah kaca yang memicu pemanasan
global. Internet yang dianggap bisa menyampaikan informasi dengan
cepat, juga menjadi alat penyebar dosa dengan sangat cepat melebihi
kebaikannya.
Televisi, Film, Musik, Games dan Olahraga menjadi industri yang
berkembang dengan sangat subur sekaligus menjadi sumber hiburan
dan kenikmatan bagi manusia. Tapi, bisa juga menjadi penyebar kenikmatan yang berdosa, yang mengikat manusia. Melihat semua gejala dan perkembangan dari teknologi, internet, industri televisi, film,
olahraga dan hiburan, maka banyak orang yang menganggap bahwa
sesungguhnya industri-industri hiburan ini adalah pekerjaan Iblis unBab 5
91
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Yang kedua, menghargai dan menikmati alam di daerah-daerah
yang dikunjungi. Belajar untuk menikmati apakah itu pantai, gunung,
kota, ataupun desa. Serusak apapun tempat itu seharusnya masih ada
keunikan dan keindahan yang masih bisa dinikmati. Apalagi kalau kita
pergi ke tempat-tempat yang indah, mengapa tidak menikmatinya,
bersyukur kepada Allah yang menciptakannya dan menikmati Allah
yang menjadi sumbernya?!
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
tuk menggantikan hiburan yang sejati dari Allah. Apalagi kalau dilihat
dari akibat yang dimunculkan ternyata banyak dampak yang negatif.
Bagaimana kita bisa memuliakan dan menikmati Allah dengan media
yang memberikan banyak sekali dampak yang negatif?
Kita perlu mengerti bahwa di dalam dunia yang berdosa ini, semua yang bertujuan untuk kebaikan pada awalnya pasti ada akibat
negatifnya karena pencemaran dosa. Teknologi apapun yang baik bisa
dipergunakan untuk kejahatan. Tapi itu bukan berarti bahwa manusia
kemudian berhenti untuk menemukan dan menikmati hasil penemuannya. Selain itu perlu untuk memikirkan perbaikannya. Karena banyak
penemuan manusia itu bersifat sementara, hanya berguna di satu zaman, tapi di zaman berikutnya bisa menjadi alat yang menghancurkan.
Di zaman tertentu diperlukan, tetapi zaman berikutnya tidak berguna.
Maka kita perlu belajar menikmati yang sekarang sambil memikirkan
dampak dan perbaikannya bagi masa depan. Misalnya orang yang
memakai mobil, juga memikirkan mobil hybrid dan mungkin berbagai
macam jenis transportasi yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Berbagai macam hiburan pun seharusnya bisa kita nikmati sebagai kenikmatan di waktu-waktu luang, tetapi bukan sebagai penghiburan utama yang membuat kita ketagihan dan bergantung kepada
semua penghiburan itu. Seolah-olah tanpa televisi, film, musik atau
olahraga kita tidak bisa menikmati hidup ini. Nikmati tapi jangan bergantung dan menjadikan semuanya adalah pusat di dalam hidup kita.
Kita tetap bisa melihat, belajar dan menikmati banyak hal yang baik
untuk memuliakan Allah dan menikmati-Nya di dalam dunia yang berdosa ini.
III. Kesimpulan
Tujuan Allah menciptakan manusia untuk memberikan kesempatan
kepada manusia menikmati Allah dan memuliakan-Nya. Itu sebabnya
Allah tidak menciptakan penderitan dan kesulitan. Penderitaan hadir
92
Bab 5
Sesudah ditebus oleh Kristus, penderitaan belum diambil dari
hidup manusia, tapi diizinkan sebagai alat pembanding sehingga manusia bisa merasakan betapa nikmatnya kenikmatan yang sejati jika
dibandingkan dengan penderitaan yang didapat karena mengejar
kenikmatan yang palsu. Kenikmatan hidup yang sejati hanya bisa didapatkan jika Kristus mengisi kekosongan di dalam kekekalan yang ada
dalam hati kita. Hanya Kristus yang bisa memuaskan hidup kita dengan
kenikmatan-Nya yang kekal, sehingga kita pun bisa menikmati kenikmatan-kenikmatan sementara yang sudah dikuduskan yang berpusat
dan menuju kepada Kristus yang merupakan sumber segala kenikmatan. [RO]
Bab 5
93
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
dalam hidup manusia karena manusia berdosa. Sehingga kenikmatan
sejati dicemari oleh dosa dan manusia mengganti kenikmatan yang sejati dengan kenikmatan sementara yang palsu.
JURNAL KEHIDUPAN
Hari ke-1: Belajar Menikmati.
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.” (Mazmur 16:11)
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Tuhan sudah menyediakan bagi kita orang percaya sukacita berlimpah-limpah dan kenikmatan. Apakah Saudara puas dengan hidup yang
Tuhan sudah berikan kepada Saudara? Sudahkah Saudara menikmati
seluruh aspek hidup Saudara? Aspek-aspek apalagi yang Saudara masih harus pelajari sehingga bisa menikmati hidup yang hanya satu kali
ini?
94
Bab 5
Hari ke-2: Penderitaan dan Kenikmatan.
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Penderitaan dan Kenikmatan dalam Empat Tahap sejarah manusia:
1. Penciptaan : Hanya ada kenikmatan, tidak ada penderitaan.
2. Kejatuhan : Dipenuhi penderitaan, kenikmatan dicemari dosa,
yang tersisa kenikmatan palsu.
3. Penebusan : Penderitaan tidak dibuang, kenikmatan dipulihkan.
4. Kekekalan : Hanya ada kenikmatan, tidak ada lagi penderitaan.
Bisakah Saudara menikmati hidup sekalipun tetap ada penderitaan
dalam hidup Saudara? Bagaimana caranya?
Bab 5
95
Hari ke-3: MENIKMATI ALAM.
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupmu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
(Koes Plus, Kolam Susu)
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Seberapa besar Saudara menghargai dan menikmati berkat dan keindahan yang diberikan Tuhan kepada Saudara? Apa saja yang bisa
Saudara syukuri dan nikmati di rumah dan lingkungan tempat Saudara
hidup?
96
Bab 5
Hari ke-4: MENIKMATI PEKERJAAN.
Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak
manusia untuk melelahkan dirinya. 11 Ia membuat segala sesuatu
indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati
mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. (Pengkhotbah 3:10-11)
10
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Bagaimana menikmati pekerjaan yang kelihatan melelahkan? Apa hubungannya dengan pekerjaan Allah yang indah pada waktunya?
Bab 5
97
Hari ke-5: MENIKMATI MANUSIA.
apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? 6 Namun Engkau telah
membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat. (Mazmur 8:5-6)
5
Manusia adalah ciptaan Allah yang tertinggi. Bagaimana caranya agar
Saudara bisa menikmati relasi dalam keluarga, gereja dan masyarakat?
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
98
Bab 5
Hari ke-6: MENIKMATI ALLAH.
Pertanyaan : Apa yang menjadi tujuan paling akhir dari hidup manusia?
Jawaban : Tujuan paling akhir dari hidup manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati-Nya sampai selama-lamanya.
(Katekismus Singkat Westminster, Pertanyaan dan Jawaban no. 1)
BAB 5: SENI MENIKMATI HIDUP
Sudahkah Allah menjadi sumber kenikmatan dan satu-satunya Pribadi
yang paling memuaskan dalam hidup Saudara?
Bab 5
99
Bab
6
SUKACITA
MEMBERI
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Peserta diharapkan dapat memahami ajaran firman Tuhan
tentang arti memberi.
2. Peserta dapat memaknai arti memberi sebagai sebuah
kebahagiaan.
3. Peserta mampu mengimplementasikan ajaran firman Tuhan
tentang memberi di dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Bab
6
SUKACITA MEMBERI
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan
dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang
memberi dengan sukacita.”
(2 Korintus 9:7)
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Memberi adalah hal yang sangat mudah dilakukan. Mengapa sangat mudah dilakukan? Karena setiap manusia yang hidup pasti
melakukan hal memberi setiap harinya dalam banyak bentuk dan
aspek. Baik dalam bentuk barang atau uang, baik dalam bentuk
dukungan moral, mental atau spiritual care.
Disisi yang lain memberi adalah hal yang paling sulit dilakukan. Mengapa paling sulit dilakukan? Karena tindakan memberi
ini sebenarnya adalah tindakan yang tidak disukai manusia di
dunia. Pada umumnya manusia lebih suka menerima dari pada
memberi karena ketika kita memberi maka kita merasa kehilangan sesuatu.
PENDAHULUAN
A
da beberapa faktor yang mendasari seseorang melakukan tindakan memberi:
1. Naluri.
Naluri adalah suatu tindakan yang dilakukan karena suatu kebiasaan.
Tindakan ini dilakukan tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan terlebih dulu. Ini adalah suatu tindakan manusia ataupun binatang pada
102
Bab 6
umumnya dalam bereaksi dan bertingkah laku.
Misalnya: Harimau waktu melihat kelinci atau rusa langsung mengejar,
membunuh dan memakannya.
3. Ideologi/Tindakan Agama.
Keyakinan seseorang terhadap agama/ideologi yang dianutnya akan
membuat seseorang melakukan apa saja yang diperintahkan oleh pemimpin agamanya/kepercayaannya termasuk memberikan dirinya untuk dibakar atau melakukan tindakan bom bunuh diri.
4. Kemuliaan diri.
Suatu tindakan yang dilakukan karena obsesi pribadi untuk menjadi
terkenal, bangga dan merasakan kepuasan diri. Biasanya orang yang
seperti ini adalah orang yang haus akan pujian, orang yang senang jika
dirinya dibicarakan orang lain karena tindakan yang dilakukan.
5. Tekanan / Paksaan.
Seseoarang juga dapat memberikan sesuatu karena berada di bawah
tekanan yang berat, baik secara pribadi, keluarga ataupun lingkungan.
6. Keuntungan diri.
Banyak orang memberi karena di balik pemberiannya itu ada maksud
yang terselubung untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Misalnya: Dia memberi sesuatu kepada orang lain dengan tujuan agar ketika
dia meminta pertolongan maka orang yang telah menerima “pemberiannya” akan menolongnya.
Bab 6
103
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
2. Pengalaman Hidup.
Pengalaman hidup dapat mendorong seseorang untuk melakukan
suatu tindakan yang luar biasa. Misalnya pada waktu kecil seseorang
mengalami musibah kelaparan dan nyaris mati namun ada seseorang
yang rela berkorban untuk menyelamatkan nyawanya. Pengalaman ini
menjadi hal yang tak terlupakan dalam hidupnya, sehingga pada saat
ia melihat hal yang sama terjadi pada orang lain, maka dia akan berkorban untuk orang tersebut.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah apakah pemberian seperti di atas dapat memberikan sukacita? Bagaimana dengan
pemberian yang dilakukan oleh orang Kristen atau orang percaya?
Mari kita melihat apa yang firman Tuhan ajarkan mengenai memberi, secara khusus kita akan melihat ajaran Paulus kepada Jemaat di
Korintus, (2 Korintus 9:6-13).
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
2 Korintus 9:6-13:
6
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. 8 Dan
Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu,
supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu
dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. 9 Seperti
ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang
miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.” 10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang
akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; 11 kamu akan diperkaya
dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. 12 Sebab pelayanan kasih yang
berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur
kepada Allah. 13 Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam
pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam
membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua
orang,
Pertanyaannya adalah apakah ini berlaku untuk umum yaitu
semua orang yang memberi pasti akan diberi? Apakah setiap orang
percaya yang memberi pasti diberi? Pemberian seperti apakah yang
104
Bab 6
menyenangkan dan memuliakan Tuhan? Mengapa memberi itu adalah
suatu sukacita?
Melalui perikop di atas kita akan melihat 2 hal mengapa memberi itu adalah suatu sukacita.
Dalam bagian ini Paulus memakai perumpamaan tentang penabur yang menabur di ladang, untuk menjelaskan kebenaran bahwa
siapa yang memberi akan diberkati. Paulus mengajarkan bahwa:
• Setiap benih yang ditabur satu saat akan dituai.
• Benih yang dituai pasti lebih banyak dari yang ditabur.
Yang Paulus maksudkan adalah jika seseorang memberi maka
akan sama seperti benih yang ditabur yang pada saatnya nanti akan
dituai dan yang dituai itu akan lebih banyak dari apa yang dia tabur.
Pengajaran Paulus ini sebenarnya memberikan 2 implikasi praktis:
1. Ketika seseorang memberi, maka dia menolong orang lain yang
membutuhkan.
2. Ketika seseorang memberi, maka dia sebenarnya sedang menolong
dirinya supaya siap diberkati.
Sehingga benar perkataan Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:35,
yang mengutip perkataan dari Tuhan Yesus “Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima”.
Apa yang diajarkan Paulus di atas, bukanlah hal yang baru dalam
Alkitab. Dalam Perjanjian Lama, Amsal 22:9a mengatakan “Orang yang
baik hati akan diberkati.” Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengaBab 6
105
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
1. Siapa yang Memberi akan Diberkati (2 Korintus 9:6-7).
6
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
7
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya,
jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi
orang yang memberi dengan sukacita.
takan “Berikan maka kamu akan diberikan” itu perkataan Tuhan Yesus
dan itu adalah kebenaran (Lukas 6 :38).
Inilah sukacita bagi orang percaya yang memberi bahwa ketika
kita memberi kita akan diberi/diberkati. Namun, bukan semua pemberian yang kita berikan pasti akan diberkati. Pada 2 Korintus 9:7, Paulus mengatakan bahwa pemberian yang diberkati adalah pemberian
yang diberikan “menurut kerelaan hati, jangan dengan sedih hati atau
karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita”.
“Inilah sukacita bagi orang percaya yang memberi
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
bahwa ketika kita memberi kita akan diberi/diberkati.”
Paulus melihat bahwa motivasi dalam memberi adalah hal yang
sangat penting. Jika motivasi seseorang itu baik dan benar maka pemberiannya itu akan mendatangkan berkat. Sebaliknya, jika motivasi
dari pemberian seseorang tidak baik; tidak rela, terpaksa, atau dengan
sedih hati, maka pemberian seperti itu tidak akan mendapatkan berkat. Pemberian dari orang percaya harus keluar dari hati yang mengasihi Tuhan dan bertujuan untuk menyenangkan Tuhan.
Inilah yang membedakan pemberian orang percaya dengan
pemberian orang yang tidak percaya (Pemberian karena Naluri; Pengalaman Hidup; Ideologi/tindakan agama; Kemuliaan diri; Tekanan/paksaan; Keuntungan diri sendiri).
Namun, dalam realita hidup ini, tidak semua orang percaya
melakukan kebenaran “memberi”. Banyak orang percaya mempertanyakan atau bahkan berkeinginan untuk mengabaikan atau melupakan
kebenaran ini. Tetapi ingatlah bahwa Allah sudah memberikan contoh
kepada orang percaya yaitu dengan menyatakan kemurahan-Nya melalui pemberian Anak-Nya yang Tunggal kepada kita. Roma 8:32 “Ia,
yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerah106
Bab 6
kan-Nya bagi kita semua.” Allah telah lebih dulu memberikan teladan
bagi setiap orang percaya untuk memberi.
Ada sebuah cerita lama : Sebuah pohon yang ajaib tumbuh di
padang gurun di luar pintu gerbang sebuah kota di Timur-Tengah. Sebuah pohon yang sudah tua dan seolah-olah dipelihara oleh Tuhan
karena menghasilkan buah terus menerus. Meskipun pohonnya sudah tua, tetapi cabangnya terus menghasilkan buah. Ratusan orang
yang lewat memakan buah dari pohon tersebut dan pohon itu tidak
pernah kehabisan buahnya.
Tetapi pada suatu hari, seorang pedagang yang tamak membeli
tanah dimana pohon tersebut tumbuh. Dia melihat ratusan orang yang
melewatinya seolah-olah “mencuri” buah pohon tersebut, maka dia
membangun pagar yang tinggi di sekitarnya. Orang yang melewatinya
memohon kepada pedagang itu, “Bagilah buahnya dengan kami, supaya kami tidak kehausan”. Tetapi jawab pedagang tersebut “Pohon
itu milikku maka buahnya juga milikku karena kubeli dengan uangku.”
Dan sesuatu yang aneh terjadi dengan pohon tersebut. Pohon tua
tersebut akhirnya mati.
Apa yang terjadi? Prinsip hukum memberi adalah ketika pohon
tersebut berhenti memberi, maka ia juga berhenti berbuah dan mati.
Apabila kita adalah orang yang suka memberi, maka ada suatu
kebenaran yang indah yaitu Allah akan memperkaya kita supaya kita
dapat memberi dengan lebih berlimpah. Ada sukacita untuk memberi
lebih dan lebih lagi. Kita akan berlimpah baik secara materi maupun
rohani.
Bab 6
107
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
“dalam realita hidup ini, tidak semua orang percaya
melakukan kebenaran “memberi” “
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
2. Siapa yang Memberi, Memuliakan Allah (2 Korintus 9:12-13).
12
Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah. 13 Dan oleh sebab kamu telah
tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan
hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
Alkitab mengajarkan kepada kita suatu prinsip kebenaran yang
penting dalam hal memberi yaitu setiap orang yang memberi, bukan
dia yang dimuliakan melainkan Allah yang patut dimuliakan. Mengapa?
1. Karena apapun yang dilakukan seorang hamba, maka tuannya yang
patut dimuliakan. Tujuan seorang hamba melakukan segala sesuatu adalah untuk menyenangkan dan memuliakan tuannya.
2. Semua yang ada pada kita bukan milik kita melainkan milik Allah
dan digunakan oleh Allah untuk menggenapi kehendak-Nya dan
karya-Nya.
Itulah yang Tuhan Yesus inginkan bagi orang percaya, Matius
5:16, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Paulus menjelaskan dalam ayat 12-13, bagaimana suatu pemberian bisa memuliakan Allah?
1. Pemberian adalah wujud ketaatan kepada firman Allah/perintah
Allah.
2. Pemberian menstimulasi seseorang untuk memuji Allah dan bersyukur kepada Allah.
3. Pemberian mendorong seseorang untuk berdoa kepada Allah untuk
memberkati orang yang memberi kepadanya.
Charles R. Swindoll dalam bukunya “Improving your Serve” menceritakan suatu kisah yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir. Ne108
Bab 6
gara Eropa mulai bangkit kembali setelah sebagian dari negara Inggris
porak poranda oleh perang dan hancur. Pemandangan yang paling
menyedihkan adalah banyak anak yatim yang kelaparan, berkeliaran di
jalan-jalan di kota yang hancur oleh perang.
Serdadu tadi segera memarkir mobilnya dan turun menghampiri
anak tersebut. Melalui jendela kaca yang berembun, ia dapat melihat
potongan kue yang membangkitkan selera sedang dikeluarkan dari
panggangan dan masih panas. Anak lelaki tersebut mengeluarkan air
liur dan menarik nafasnya ketika ia melihat koki itu dengan hati-hati
menempatkan kue-kue tersebut di rak pajangan.
Serdadu yang berdiri di samping anak itu merasa kasihan dan
berkata “Nak… apakah kamu mau kue-kue itu?” Anak laki-laki itu terperanjat dan menjawab “Oh, ya… saya mau!”
Serdadu Amerika itu masuk ke dalam dan membeli selusin kue,
memasukkannya ke dalam kantong, dan kembali menuju ke tempat
di mana anak lelaki itu berdiri di tengah dinginnya kota London. Sambil tersenyum serdadu itu menyerahkan bungkusan kue tersebut dan
berkata: “Ini buat kamu”. Ketika ia hendak berbalik pergi, ia merasakan ada tarikan di jubahnya dan dia memandang ke belakang dan
mendengar anak itu bertanya dengan perlahan: “Tuan…. apakah engkau Tuhan?”
Ketika kita memberi, saat itulah kita serupa dengan Tuhan. Panggilan kita adalah supaya orang lain dapat melihat Tuhan dalam perbuatan baik yang kita lakukan dan Tuhan dimuliakan. Firman Tuhan
Bab 6
109
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Suatu pagi yang dingin, seorang serdadu Amerika sedang menuju ke baraknya di kota London. Ketika ia sedang mengendarai mobilnya, ia melihat seorang anak kecil dengan hidung yang menempel ke
jendela kaca sebuah toko kue. Di dalam toko itu, nampak seorang koki
sedang membuat roti donat. Anak lelaki tersebut hanya memandang
tanpa kata dan mengamati gerak-gerik koki tersebut.
mengatakan bahwa “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh
Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama lamanya!”
(Roma 11: 36).
KESIMPULAN
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Sebagai orang yang percaya, kita adalah orang-orang yang telah mengalami kasih dan anugerah dari Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh
hanya memikirkan diri sendiri, kepentingan sendiri. Kita dipanggil untuk menjadi alat anugerah dalam berbagi dan memberkati orang lain
bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus. Ketika kita mampu mengerjakannya, maka orang-orang yang menerima pemberian kita akan bersukacita dan sukacita Allah akan memenuhi diri kita. Sukacita ini tidak
dapat dibandingkan dengan apapun. Karena sukacita ini adalah berkat
yang dari Allah. Berkat yang diberikan bagi orang yang taat, setia dan
yang mengasihi-Nya.
Mari kita belajar memberi bagi orang lain dalam segala aspek
hidup kita. Mari kita belajar dari doa seorang yang bernama Francis
dari Asisi. [MW]
Tuhan...
Jadikan aku alat perdamaianmu.
Di mana ada kebencian, mampukan aku untuk menabur cinta.
Di mana ada sakit hati, mampukan aku untuk mengampuni.
Di mana ada keraguan, mampukan aku untuk menumbuhkan iman.
Di mana ada keputus-asaan, mampukan aku untuk menumbuhkan harapan.
Di mana ada kegelapan, mampukan aku untuk menjadi terang.
Di mana ada kesedihan, mampukan aku untuk menjadi sumber sukacita.
Oh Penguasa Ilahi, …..
Jadikanlah aku orang yang tidak mencari penghiburan,
tetapi menghibur.
Yang memahami, sama seperti aku ingin dipahami;
Karena dengan memberi, kami menerima.
Dengan mengampuni, kami diampuni.
Dan dengan mati, kami dilahirkan dalam kehidupan kekal!
110
Bab 6
JURNAL KEHIDUPAN
Hari 1 : Apakah Saudara pernah memberi karena terpaksa?
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Coba jelaskan hal-hal apa yang membuat Saudara memberi karena terpaksa? Apa yang Saudara rasakan ketika memberi dengan terpaksa?
Bab 6
111
Hari 2 : Sebutkan apa saja yang menghambat Saudara
untuk memberi?
Jelaskan! Apakah Saudara pernah menerima sesuatu dari orang lain,
apa perasaan Saudara waktu menerima pemberian itu?
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
112
Bab 6
Hari 3 : Praktek Memberi.
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Praktekkan untuk memberi kepada tiga orang keluarga/saudaramu.
Siapa orang itu dan apakah yang akan Saudara berikan?
Bab 6
113
Hari 4 : Sukacita Dalam Memberi (1).
Apa yang Saudara rasakan waktu memberi kepada tiga orang keluarga
atau saudaramu kemarin? Ungkapkan perasaan Saudara dengan katakata! Hari ini, praktekkan lagi untuk memberi kepada tiga orang teman
atau tetangga Saudara. Pikirkan siapa orang itu dan apakah yang akan
Saudara berikan?
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
114
Bab 6
Hari 5 : Sukacita Dalam Memberi (2).
Apa yang Saudara rasakan waktu memberi kepada tiga orang teman
atau tetanggamu kemarin? Coba ungkapkan dan tuliskan dalam jurnal
kehidupan-mu!
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
Hari ini, mari praktekkan untuk memberi kepada tiga orang yang lain,
mungkin staff/karyawan/pembantu/pemulung/orang miskin, dan lainlain. Pikirkan, siapa orangnya dan apakah yang akan Saudara berikan?
Bab 6
115
Hari 6 : Memberi untuk sesama kita.
Apa yang Saudara rasakan waktu memberi kepada tiga orang staff/
karyawan/pembantu/pemulung/orang miskin dan lain-lain kemarin?
Jelaskan masing-masing. Kini, berdoa dan coba jadikan sebuah kebiasaan yang baik untuk memberi kepada sesamamu.
BAB 6: SUKACITA MEMBERI
116
Bab 6
7
Bab
PEMBENTUKAN TUHAN
melalui PENDERITAAN
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Peserta memahami konsep penderitaan hidup di dalam terang
firman TUHAN.
2. Peserta dapat meresponsi penderitaan hidup yang dialaminya
secara benar sebagai seorang Kristiani.
Bab
7
PEMBENTUKAN TUHAN
Melalui PENDERITAAN
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti
kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan,
dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,
dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”
(Ibrani 12:5-6)
Menjadi seorang yang percaya kepada Kristus bukan berarti lalu bebas
dari berbagai macam pergumulan hidup. Bahkan Rasul Paulus memberi
gambaran yang tegas, bahwa panggilan kita sebagai orang percaya
adalah panggilan ikut menderita sebagai prajurit yang baik dari Kristus
Yesus (2 Timotius 2:3-4). Artinya, sebagai orang percaya kita digembleng
melalui penderitaan hidup agar rohani kita lebih matang dan mantap
dalam mengikut Tuhan.
R
PENDAHULUAN
ealita hidup yang kita jalani memang seringkali sulit dipahami
dan terasa tidak adil. Mazmur 73 memberi lukisan yang dimaksudkan:
1. Mengapa hal-hal buruk dan pahit menimpa kehidupan orang-orang
baik?
2. Dan mengapa hal-hal yang baik justru dinikmati orang-orang yang
jahat?
118
Bab 7
Mari kita jujur dengan perasaan kita, sebagai orang percaya,
sering kita tidak habis mengerti dengan masalah dan penderitaan yang
kita alami. Sungguh suatu yang misteri. Betapa seringkali kita tidak
habis mengerti mengapa Tuhan izinkan hal yang tidak adil seperti itu
terjadi. Alkitab mengajarkan kita tidak berhak menuntut Tuhan harus
menjelaskan kepada kita.
Bab 7
119
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Dalam upaya menemukan jawabannya, realitas hidup seperti itu (yang
pahit, penuh penderitaan dan masalah bagi orang baik) seringkali sulit
kita pahami, terasa seperti tersembunyi, dan menjadikan kita frustasi.
Contoh:
1. Jika seorang teroris terbunuh oleh bom yang dipasangnya sendiri,
kita maklum. Tapi kasus bom Bali ke-1 tahun 2002 membuat 180an orang sipil menjadi korban, yang tidak tahu menahu soal politik
dunia. Mendengar itu kita jadi miris dan gemas mendengarnya.
2. Jika pengendara yang mabuk sedang ngebut dan mengalami kecelakaan serius, kita pun maklum. Tapi bagaimana kita bisa menerima ada seorang pemudi masuk ICU mengalami gegar otak serius
karena ditabrak seorang pemabuk yang ngebut, lalu melarikan
diri tidak bertanggung jawab dan tetap sehat-sehat saja pasca tabrakan.
3. Jika seorang perokok berat terkena sakit paru-paru kronis, kita pun
maklum. Betapa sulit kita pahami ada seorang bayi lahir cacat, tanpa
tangan dan buta serta mengalami keterbelakangan mental karena
ibunya seorang pelacur, dan selama hamil tetap menjadi perokok
berat dan pemabuk.
4. Jika seorang perampok babak-belur dikeroyok massa, kita pun akan
mensyukuri. Tapi bagaimana kita bisa terima ada satu keluarga dibunuh perampok tanpa perasaan dan sampai sekarang belum terungkap siapa perampoknya.
5. Jika seorang pelajar malas dan nakal lalu tidak naik kelas, kita pun
menerima sebagai kena batunya. Tapi berapa banyak juara kelas
menjadi anak putus sekolah karena tidak punya biaya melanjutkan
studinya karena dari keluarga miskin.
6. Dan lain-lain.
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Banyak kali, dikala kita sedang mengalami kesulitan hidup, atau
pada waktu hal yang tidak adil terjadi pada kita, yang kita butuhkan
hanya:
• Sebuah pelukan tanda prihatin.
• Telinga yang mau mendengar keluh kesah kita.
• Seorang yang mau duduk menemani.
• Sebuah dukungan dan doa yang tulus.
Dikala hal pahit terjadi, kita hanya bisa berdoa, agar iman kita di
dalam Tuhan tetap teguh dan tabah dalam menghadapinya, bahkan
ketika dunia seakan runtuh menimpa kita.
I. MEMAHAMI ALLAH DI TENGAH DUNIA PENUH
PENDERITAAN
Sebagai seorang beriman, seringkali kita mempertanyakan dimana
Allah dalam dunia yang penuh penderitaan ini?
1. Jika Dia Allah yang berbelas kasihan, mengapa hidup sering begitu
tragis?
2. Apakah Allah sudah kehilangan kendali dan tidak memperhatikan
kita lagi?
3. Kalau Allah masih menyertai kita, apa alasannya Dia izinkan penderitaan itu terjadi pada kita?
Kita kadangkala merasa heran kalau membaca Alkitab, di satu sisi
kadang Allah begitu penuh kasih dan memberikan banyak mujizat bagi
umat-Nya (misalnya: kisah umat Israel keluar dari Mesir). Tapi dalam
kesempatan lain Allah sepertinya sengaja tidak menghentikan tragedi
(kisah Yusuf dijual Saudaranya atau Ayub yang menderita). Dalam satu
bagian Allah begitu akrab dan terlibat serius dengan umat-Nya; dikala
lainnya kita melihat Allah sepertinya tuli atas teriakan minta tolong
kita. Di satu sisi Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah beserta kita, tidak pernah dibiarkan kita terjatuh, Dia menempatkan kita ditepian air
dan rumput yang hijau; tapi disisi kehidupan kita mengapa Dia biarkan
kita jadi sasaran penjahat, gen-gen rusak, terkena virus berbahaya,
120
Bab 7
atau tertimpa bencana alam.
apa?
1. Tidak ada sakit kepala.
2. Tidak ada sakit punggung.
3. Tidak ada sakit kala palu meleset mengenai jari tangan.
4. Tidak ada banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung meletus, atau
badai.
5. Tidak ada nyamuk, lalat, rumput liar, virus atau kanker.
Barangkali kita juga berharap, adanya dunia tanpa kesalahan, penjahat, kekhilafan, peperangan, perkelahian, dan lain-lain.
Rasanya nilai kehidupan akan berubah, dan bahaya lebih besar
akan ada di depan mata:
1. Tidak ada yang mengingatkan kita adanya radang hati yang kronis.
2. Tidak ada perasaan yang mengingatkan tulang yang patah.
3. Tidak ada peringatan bahwa otak kita terjadi pendarahan.
4. Tidak ada tanda bahaya bahwa tumor ganas menghancurkan usus
5. Tidak ada ngilu yang memberitahu pembuluh darah ke jantung tersumbat.
6. Tidak ada nilai-nilai kesabaran, rela berkorban, belas kasihan, rela
mengampuni, dan lain-lain.
Sebesar apapun kebencian kita terhadap rasa sakit, kita harus
mengakui bahwa itu seringkali mempunyai tujuan baik. Rasa sakit sebenarnya sedang memperingatkan kita ada sesuatu tidak beres dalam
tubuh kita. Jadi masalah utamanya bukan pada rasa sakitnya, melainkan penyebab dari rasa sakit itu. Rasa sakit hanyalah merupakan gejala, sirine, bel yang berbunyi tatkala ada bagian tubuh yang mengalami
bahaya atau mendapat serangan.
Kalau begitu, apa arti sebuah penderitaan bagi orang percaya?
Ada beberapa catatan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
tersebut:
Bab 7
121
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Bayangkan suatu dunia tanpa penderitaan, akan jadi seperti
1. Sebagai Ganjaran Untuk Peringatan/Nasehat/Pendisiplinan Allah.
Seperti seorang anak, Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih, yang
melatih dan mengganjar kita. Dia bukan orang tua yang kejam dan
bengis/sadis, tapi Dia orangtua yang penuh perhatian dan menghendaki kita menjadi dewasa.
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Perhatikanlah nas dalam Ibrani 12:5-11:
5
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada
kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap
enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; 6karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” 7 Jika
kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh
ayahnya? 8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus
diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak
gampang. 9Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh
ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita
harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
10
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai
dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita
untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. 11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka
yang dilatih olehnya.
Kalau Allah mengasihi kita, Dia menjalankan fungsi seperti
seorang ayah di dunia, menegur dan menghajar kalau kita sesat dan
serong dari jalan-Nya (Wahyu 3:19).
Bayangkan: Kalau Allah lebih memilih menciptakan manusia seperti robot, yang sudah disetel untuk memuji Tuhan, melakukan yang
baik dan sopan saja. Tapi Allah memilih “mengambil resiko” untuk
122
Bab 7
2. Sebagai Ujian Iman.
Penderitaan bisa Tuhan pakai untuk membuktikan (menguji) siapa
kita. (“Suffering Proves (tests) Us.”). Kalau kita memperhatikan Yakobus 1:12, sesungguhnya dua kata yang digunakan: (1) Kata “Pencobaan” dalam bahasa Yunani adalah ’peirasmos’ yang artinya: meneliti,
menguji, dan membuktikan sifat atau integritas sesuatu. (2) Sedangkan kata “Ujian” adalah ’dokimion’ juga memiliki artinya sama. Kata ini
memiliki arti yang menggambarkan satu ujian yang dirancang untuk
membuktikan atau untuk menyetujui. Tanpa memperdebatkan dari
mana asal “pencobaan” atau “ujian”, namun hakikatnya penderitaan
yang dihasilkan tersebut seringkali Tuhan pakai untuk membuktikan,
menguji iman kita.
Penderitaan adalah sesuatu yang membuktikan sifat dan integritas seseorang serta objek dan kualitas iman seseorang. Bandingkan
1 Petrus 1:6-7 dimana istilah yang sama dipakai berkaitan dengan kata
kerja dokimazo yang berarti “diuji”, “membuktikan dengan menguji seperti menguji emas”.
Sejajar dengan pemahaman tersebut, maka penderitaan bisa
digambarkan seperti seorang olahragawan baru dapat menjadi juara
dan pemenang setelah banyak melakukan latihan, uji tanding, gemblengan, agar siap menghadapi tantangan yang lebih keras (bandingkan
dengan kisah kehidupan Ayub dalam Kitab Ayub 1:20-22, 42:10-17).
Ingatlah pengajaran firman Tuhan dalam Roma 5:3-4 yang menyatakan
demikian:
3
Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Bab 7
123
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
menciptakan manusia segambar dan serupa Allah dengan kehendak
bebasnya. Allah sadar bahwa manusia akan memberontak dan semakin berdosa, maka karunia Allah dan belas kasihan-Nya semakin nyata.
Dalam bagian ini Rasul Paulus mengajarkan hal yang dunia tidak
ajarkan, bahwa ada keuntungan yang kita dapatkan dalam penderitaan asalkan tabah dan tetap setia pada Tuhan. Allah pun sedang turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan (Roma 8:28).
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Ron Lee Davis dalam bukunya “Becoming a Whole Person in a
Broken World” mencatatkan: “Kabar baik itu bukanlah bahwa Allah
akan membuat keadaan di sekeliling kita seperti yang kita inginkan,
tetapi bahwa Allah bahkan dapat merangkai kekecewaan dan bencana yang kita alami ke dalam kekekalan-Nya. Kejahatan yang menimpa kita dapat diubah menjadi kebaikan Allah.”
Bagaimana kita sebagai orang percaya menyikapi sebuah penderitaan. Kisah yang tragis, pahit dan tidak adil Tuhan izinkan terjadi pada
kita harus disikapi dengan tepat dan pada sudut pandang ilahi.
Perhatikan dua contoh dibawah ini:
- Menderita lalu Meninggalkan TUHAN: Ada orang yang menyikapi
sebuah penderitaan dengan meninggalkan Tuhan dan berpaling
dari imannya. Kisah Friedrich Nietzsche, anak seorang pendeta Lutheran yang saleh dan kakeknya seorang guru besar teologi, usia 25
tahun sudah Doktor Teologi, usia 26 tahun menjadi Professor dan
seorang filsuf yang sangat kritis. Karena sebuah penyakit bertubitubi, dia kecewa dan memproklamasikan pandangan anti-agamanya “Allah sudah mati”. Hidup luntang-lantung sebagai ‘gelandangan intelektual’, keluar-masuk pelacuran, kena penyakit kelamin
sipilis, miskin dan mati dalam kondisi sakit jiwa/gila.
- Menderita justru makin beriman pada TUHAN: Tapi ada orang
yang menyikapi sebuah penderitaan sebagai penolong untuk mengarahkan hidupnya lebih baik. Kisah Joni Eareckson Tada, mengalami
kelumpuhan total di usia remaja karena kecelakaan waktu hendak
menyelam. Sempat berontak dan meninggalkan imannya, namun
mulai sadar dan kembali, bahkan semakin mencintai Tuhan, dan
menganggap kecelakaannya itu hal yang terbaik dalam hidupnya,
124
Bab 7
mengubah dirinya menjadi seorang yang sangat dekat dengan
Tuhan.
3. Sebagai penghakiman.
Bagi orang bebal, kafir dan keras kepala karena tidak pernah menerima
kasih karunia Allah dan senantiasa melakukan kejahatan, Allah tidak
pernah membiarkan diri-Nya dipermainkan. Akan datang waktunya
keadilan dan penghakiman Tuhan dinyatakan, murka Allah menyalanyala akan dosa dan tidak seorang pun akan terlewatkan (kisah air bah
untuk menghukum manusia yang bejat, Kejadian 6; dosa Sodom dan
Gomora, Kejadian 18-19; Tuhan mengirimkan 10 tulah ke atas dosa
Mesir, Kejadian 7-12).
Kita kadang diizinkan Allah mengalami penderitaan untuk menyatakan sifat jahat manusia dan untuk menyatakan kebenaran keadilan Allah dalam penghakiman. Perhatikan nats dari 1 Tesalonika
2:14-16, berbunyi demikian:
14
Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, karena
kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala
sesuatu yang mereka derita dari orang-orang Yahudi. 15Bahkan
orang-orang Yahudi itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para
nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada
Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi,
16
karena mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan
firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka.
Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka
sepenuh-penuhnya.
Penderitaan yang dilakukan orang lain (seperti penganiayaan,
Bab 7
125
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Jadi, dalam satu peristiwa penderitaan yang sama, dapat memberi pengaruh yang berlainan: semakin dekat Tuhan, atau malahan semakin
menjauh dari Tuhan.
dan perlakuan kejam, peperangan, dan lain-lain) dipakai Allah untuk
“menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya.” Ini akan menyatakan kejahatan dari mereka yang melakukan penganiayaan dan akan
datang waktunya keadilan penghakiman Allah atas mereka.
II. SIKAP ORANG PERCAYA MENGHADAPI PENDERITAAN
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
1. Tabah dan tetap setia (sekalipun berat tapi tidak bergeser iman dari
rel ilahi).
2. Memahami bahwa kita butuh orang percaya lainnya untuk menghibur dan saling menguatkan iman.
3. Memahami juga bahwa kita pun suatu saat dibutuhkan orang lain
yang mengalami penderitaan yang pernah kita rasakan (rasa empati
dan menguatkan yang sedang ‘roboh’).
4. Berdoalah dan doakan orang yang sedang mengalami penderitaan.
Ingatlah satu hal, ketika penderitaan sedang menggerogoti kita
dan kita menjerit menuntut jawaban yang lengkap mengapa itu terjadi
pada kita, Allah justru menawarkan diri-Nya sendiri. Dan itu cukup.
Kita tahu bahwa kita dapat mempercayai-Nya, jawaban tidak diperlukan lagi saat kehadiran Allah meliputi kita. Kristus telah melakukan
hal terbesar: mengorbankan diri-Nya sendiri sebagai tebusan sehingga
manusia dapat terhindar dari penderitaan yang terburuk, terbesar, terpahit: yaitu keterpisahan kita dengan Allah selama-lamanya. [HSM]
126
Bab 7
JURNAL KEHIDUPAN
Apakah saat-saat ini Saudara sedang mengalami penderitaan? Mungkin penderitaan hidup yang Saudara alami berat, kesusahan datang
sepertinya tanpa henti. Bagaimana Saudara menyikapi penderitaan
tersebut? Berkeluh-kesah? Menganggap Tuhan jahat? Ataukah Saudara melihat sesuatu yang baik dari Tuhan melalui kejadian tersebut?
Apa sebenarnya arti jalan yang berliku yang diberikan Allah dalam hidup Saudara? Ungkapkan seluruh perasaan Saudara dengan kata-kata
di bawah ini.
Renungkan: Pada umumnya, penderitaan adalah segala sesuatu yang
menyakitkan dan terasa mengganggu. Namun dalam rancangan Allah,
penderitaan adalah sesuatu yang menuntut kita supaya berpikir. Penderitaan adalah alat yang dipakai Allah untuk membuat kita menjadi
peka dan yang dipakai Allah untuk mencapai maksud-Nya dalam hidup kita; yang tidak bisa terjadi selain lewat penderitaan dan lewat
keadaan yang tidak menyenangkan.
Bab 7
127
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Hari ke-1: SIKAP ANDA MENGHADAPI PENDERITAAN.
Hari ke-2: TUJUAN ALLAH DALAM PENDERITAAN KITA.
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Penderitaan bagaikan misteri. Kita bisa saja mengetahui alasan-alasan
teologis mengapa ada penderitaan. Akan tetapi kalau itu terjadi selalu
ada satu misteri di dalamnya. “Mengapa saya yang mengalaminya?”
“Mengapa mesti menderita sekarang?” “Mengapa Allah tidak mencegahnya?” dan pertanyaan ‘mengapa’ lainnya. Meskipun memiliki misteri, penderitaan itu memiliki makna. Tujuan utamanya adalah supaya
terbentuk sifat-sifat seperti Kristus dalam diri seseorang (Roma 8:2829). Penderitaan dirancang untuk membangun iman kita kepada Yang
Mahakuasa. Dapatkah Saudara menemukan tujuan Allah dalam penderitaan yang Saudara alami?
128
Bab 7
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan sesuai dengan
liku-liku kehidupan manusia. Penderitaan bisa hadir dalam bentuk
kanker atau sakit tenggorokan, bisa berbentuk sakit-penyakit atau
kehilangan seseorang yang Saudara kasihi, bisa berbentuk kegagalan
hidup atau kekecewaan dalam pekerjaan atau dalam studi, bisa berbentuk gosip yang beredar ditempat Saudara bekerja atau di gereja
yang merusak reputasi Saudara yang membawa kesedihan dan kecemasan, bisa berbentuk sesuatu yang sepele seperti digigit nyamuk
hingga seperti berada di kandang singa seperti Daniel. Yang terpenting, bagaimana kita menyikapi penderitaan dalam hidup kita? Penderitaan fisik bisa diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak
pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikis
yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Yang bahaya
adalah penderitaan spiritual, karena hanya melalui salib Tuhan Yesus
kita bisa dibebaskan. Renungkanlah, bagaimana seharusnya Saudara
menanggapi penderitaan secara bijaksana.
Bab 7
129
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Hari ke-3: BAGAIMANA MENANGGAPI PENDERITAAN.
Hari ke-4: MEMBANTU ORANG LAIN YANG MENDERITA.
Coba perhatikan sesama disekitarmu, mungkin ada yang saat ini sedang mengalami penderitaan dan sangat membutuhkan pertolongan.
Pikirkan dan tuliskan hal-hal apa yang bisa Saudara lakukan untuk
membantu orang tersebut. Bila sudah Saudara tuliskan, mulailah dengan mendoakan dia, lalu segeralah membantu seperti yang Saudara
sudah tuliskan.
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
130
Bab 7
Dalam setahun kita menghadapi banyak persoalan yang seringkali tidak dapat dihindari. Ahli ilmu jiwa Amerika Dr. Thomas Holmes dari
Universitas Washington sudah mengumpulkan suatu daftar persoalan
rumah tangga dan menyelidiki pengaruhnya atas kesehatan badan
dan jiwa. Sesuai dengan pengaruhnya dia telah memberikan berbagai
nilai untuk berbagai persoalan tersebut. Penelitiannya menunjukkan
bahwa dalam setahun tidak boleh terkumpul lebih dari 300 point. Bila
angka sebanyak 300 sudah tercapai dia mengamati timbulnya gejala
sakit yang serius (seperti serangan jantung dan depresi).
Pelajarilah daftar di bawah ini dengan hati-hati dan tandailah
angka persoalan Saudara dalam tahun yang lalu.
JENIS COBAAN
Kematian suami istri
Perceraian
Perpisahan
Hukuman penjara
Kematian keluarga dekat
Kecelakaan atau sakit
Kawin
Dikeluarkan dari pekerjaan
Rujuk
Pensiun
Sakit salah satu anggota keluarga
Kehamilan Persoalan seks
Penambahan anggota keluarga
Perubahan situasi keuangan
Kematian teman dekat
Pindah tempat kerja
POINT
100
63
65
63
63
53
50
47
45
45
44
40
39
39
38
37
36
Bab 7
131
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Hari ke-5: MENGUKUR TINGKAT PENDERITAAN
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Konflik terus-menerus dengan suami atau istri
Penyitaan barang untuk jaminan
Tanggung jawab baru dalam pekerjaan
Anak meninggalkan rumah
Kesulitan yang menimpa mertua
Keberhasilan pribadi yang utama
Istri bekerja atau berhenti bekerja
Anak mulai sekolah dan selesai sekolah
Perubahan kebiasaan pribadi
Kesulitan dengan atasan dalam pekerjaan
Perubahan waktu atau kondisi kerja
Perubahan tempat tinggal
Perubahan sekolah Perubahan waktu luang Perubahan kegiatan sosial
Merubah kebiasaan tidur
Perubahan kebiasaan makan
Liburan
Pelanggaran hukum kecil-kecilan
Jumlah Point Saudara
35
30
29
29
29
28
26
26
24
22
20
20
20
19
18
16
15
13
11
-------------
Toleransi persoalan tersebut berlainan bagi tiap-tiap orang.
Suatu persoalan yang dapat hampir mematahkan semangat seseorang, namun bagi orang lain mungkin dapat diatasi dengan mudah.
Daftar di atas akan menunjukkan tingkat penderitaan yang Saudara
hadapi tahun yang lalu. Jika Saudara telah mencapai titik kritis angka
300, Saudara perlu berwaspada dan memikirkan langkah-langkah pemulihan, agar tidak mengganggu kesehatan fisik dan jiwa Saudara. Tapi
jika Saudara memperlihatkan tingkat daya tahan yang menurun dalam
menghadapi persoalan, Saudara perlu meminta nasihat dari ahli ilmu
jiwa atau konselor Saudara.
132
Bab 7
Saudara tidak dapat menghindari tekanan ini. Tapi Saudara
dapat merubah sikap Saudara menghadapinya. Beberapa sikap yang
salah yang dapat meningkatkan tekanan dalam pekerjaan, antara lain
adalah terlalu ambisius, mengejar prestise, tujuan karier yang dibesarbesarkan, menilai kemampuan sendiri terlalu besar, tak sabar karena
promosi yang lambat atau kekurangan kepercayaan pada diri sendiri.
Sedapat mungkin situasi yang menekan harus dihadapi segera,
jangan menunda-nunda. Bicarakanlah gangguan pekerjaan kepada
atasan atau rekan sekerja Saudara. Atau bicarakan perkawinan dengan suami atau istri Saudara. Saudara dapat juga memberikan “penghiburan” pada diri sendiri seperti menonton film yang bagus, makan
enak di restoran atau dengan memberi sebuah hadiah.
Bab 7
133
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Persoalan yang paling sering dialami umumnya dalam bidang pekerjaan dan perkawinan. Setiap hari Saudara harus menyesuaikan diri
dengan tekanan-tekanan lingkungan pekerjaan, seperti pekerjaan yang
terlalu banyak, pekerjaan yang harus cepat selesai, atau menghadapi
teman kerja yang tidak dapat diharapkan. Kemudian Saudara harus
campur tangan dalam keadaan darurat, orang mengganggu Saudara,
terlalu berisik, suasana kerja yang tidak enak, Saudara tak diperhatikan
oleh atasan dan lain-lain.
Hari ke-6: PETUNJUK UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN MENGHADAPI PENDERITAAN.
BAB 7: PEMBENTUKAN TUHAN MELALUI PENDERITAAN
Perhatikan beberapa petunjuk di bawah ini, untuk membantu meningkatkan daya tahan menghadapi penderitaan, dan sesuaikan dengan
kondisi Saudara:
• Analisa penderitaan yang Saudara hadapi, dan cobalah cari sebab
kesukaran Saudara.
• Bila itu terjadi karena kekhilafan kita, carilah jalan untuk menghindari timbulnya penderitaan serupa di masa datang.
• Jika Saudara tidak melihat kemungkinan merubah situasi seputar
Saudara, maka cobalah merubah sikap Saudara.
• Jangan terlalu dipikirkan segala sesuatu yang meresahkan Saudara
di masa lalu.
• Cobalah perkirakan tekanan dan sesuaikan diri Saudara dengannya
dalam waktu yang tepat.
• Santailah sepenuhnya pada akhir minggu, walaupun Saudara tidak
ingin membiarkan Saudara istirahat.
• Manfaatkan waktu cuti atau liburan untuk hobi dan berolahraga
sebagai cara mengurangi tekanan.
• Reaksi fisik terhadap tekanan (sakit jantung, berpeluh, kesukaran
peredaran darah, sakit dalam perut) adalah tanda yang tak boleh
diabaikan begitu saja dan harus diperiksa oleh dokter.
• Perbesar kepercayaan kepada diri sendiri dan dapatkanlah sikap
hidup yang lebih optimis.
134
Bab 7
8
Bab
TUHAN adalah
GEMBALAKU
Yang diharapkan dari materi ini:
1. Sesi ini menekankan Kristus sebagai kunci utama dalam
merealisasikan konsep nilai-nilai kristiani ditengah dunia.
2. Peserta mengerti keberadaan Kristus sebagai Gembala
menjadi jaminan kelimpahan dalam menjalani kehidupan yang
dijabarkan dalam sesi-sesi sebelumnya.
Bab
8
TUHAN adalah GEMBALAKU
“Sebab dahulu kamu sesat seperti domba,
tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala
dan pemelihara jiwamu.”
(1 Petrus 2:25)
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Sejak zaman manusia pertama hingga sekarang ini, tentunya hidup manusia tidak luput dari masalah, bahkan beberapa pemikir mengklaim
bahwa dunia ini semakin rumit dan masalah semakin kompleks. Tidak
hanya di dunia luar, hal inipun terjadi dengan kita yang berada di Indonesia. Kondisi ekonomi yang semakin terpuruk, harga-harga kebutuhan
pokok yang semakin menanjak, semakin tidak percayanya masyarakat
kepada pemerintah membuat sebagian (besar?) orang semakin berpikir
bahwa hidup semakin susah dan semakin tidak bisa diharapkan.
PENDAHULUAN
B
agi kita yang hidup pada zaman sekarang ini diperhadapkan dengan pertanyaan, “Benarkah kita (umat Tuhan) sudah semakin tidak memiliki pengharapan seperti halnya orang pada umumnya?” Tentunya kita akan segera menjawab, “Tentu tidaklah demikian,
kita masih memiliki pengharapan, pengharapan yang pasti di dalam
Tuhan Yesus.” Pertanyaan selanjutnya adalah “Seperti apakah kepastian yang diberikan Tuhan di dalam pengharapan yang kita arahkan
kepada-Nya?” Salah satu bagian dalam Alkitab yang akan membantu kita mengerti akan hal tersebut adalah di dalam tulisan raja Daud
yang telah hidup ribuan tahun sebelum kita hidup sekarang ini, yakni
Mazmur 23.
136
Bab 8
Mari kita memahami jawaban atas ketiga pertanyaan di atas melalui terang firman Tuhan yang terdapat dalam Mazmur 23, yang kita
kenal sebagai mazmur Daud, Tuhan adalah Gembalaku.
Memahami Mazmur 23
Mazmur 23 menggambarkan Tuhan sebagai Gembala yang baik, sebuah penggambaran yang diberikan kepada kita oleh seorang Daud
yang telah mengalami pergumulan sebagai seorang penggembala
kambing domba. Hal tersebut juga diungkapkan dalam Mazmur 78,
70
dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; 71 dari tempat domba-domba yang
menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub,
umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri. 72 Ia menggembalakan
mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan
kecakapan tangannya. (Mazmur 78)
Daud yang dipanggil untuk menggembalakan Israel, adalah
seorang yang “tak jauh” dari kandang kambing domba, dia adalah
seorang gembala. Daud dipanggil untuk menggembalakan dengan sikap dan sifat sejati, yakni menggembalakan dengan tulus hati dan dengan kemampuan yang dimiliki sebagai gembala sejati (bukan gembala
upahan yang akan dengan mudah meninggalkan kambing dombanya.
Yohanes 10:12).
Bab 8
137
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Tentunya kita mengerti bahwa Tuhan adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi, alam semesta ini dalam 6 hari, selanjutnya
beristirahat pada hari yang ke-7. Sebagian orang berpendapat bahwa
karya Tuhan berhenti di sana, selebihnya manusia dan mahluk yang
lain harus mengusahakan hidupnya sendiri. Namun benarkah bahwa
Tuhan tidak berbuat apa-apa pada masa sesudah penciptaan, khususnya pada masa sekarang ini? Benarkah Tuhan membiarkan begitu
saja manusia sebagai ciptaan yang teristimewa, khususnya bagi
umat pilihan-Nya untuk mengusahakan hidupnya sendiri?
Tetapi Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa
atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, 35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan
domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya
dan membunuhnya. 36 Baik singa maupun beruang telah dihajar
oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu,
ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.”
37
Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku
dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah!
TUHAN menyertai engkau.” (1 Samuel 17)
34
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Dengan latar belakang seorang gembala, tentunya Daud memahami bagaimana menjadi penggembala yang baik, bahkan di dalam
kondisi yang sulit sekalipun bagi sang gembala. Melalui pemahaman
inilah Daud mengungkapkan imannya dan mengakui bahwa dirinya
adalah domba dan Tuhan adalah Gembala yang baik bagi dirinya, yang
telah menolong Daud di dalam memahami dan menjalani perjalanan
hidupnya.
Sebagai seorang gembala, tentunya Daud memahami bahwa
menjadi seorang gembala tidaklah mudah dan di dalam menjalankan
tugasnya akan menghadapi banyak sekali kesulitan. Gembala harus
membawa kambing dombanya dari tempat yang satu ke tempat yang
lain, dari padang satu ke padang yang lain, dan tentunya akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk membawa kambing dombanya ke
tempat yang baik (Kejadian 13:2-5; Keluaran 3:1). Bahkan jika tidak
mendapatkan pasokan air yang cukup maka seorang penggembala
akan menggali sumur untuk memenuhi kebutuhan akan air (Kejadian
26:20-22). Bahaya yang lain adalah datang dari binatang buas, pencuri
dan perampok, bahkan untuk menjaga kambing dombanya tak jarang
138
Bab 8
Dengan memahami kondisi yang sulit inilah Daud memahami
bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik, dan di dalam memahami
Tuhan sebagai Gembala yang baik, tentunya Daud telah memahami
dan mengenal siapa Tuhan itu sejatinya. Daud mengenal Tuhan sebagai Allah yang suci yang menyebut/mengucapkan nama-Nya (Yahweh)
saja dia harus memakai kata penggantinya (Adonai). Dalam hal ini
Daud memahami Tuhan sebagai Allah yang Mahakudus dan yang layak
dia hormati, sehingga untuk “mencemarkan” nama-Nya (dengan salah
menyebutkan) saja Daud takut dan gentar. Pemahaman ini tentunya
diberitakan turun-temurun di dalam keluarga Daud sebagai respons
terhadap Ulangan 6:6-9 dan Keluaran 20:7.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya berulangulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 8 Haruslah
juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan
haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 9 dan haruslah engkau
menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ulangan 6)
6
Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan,
sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan. (Keluaran 20)
7
Pemahaman bahwa Tuhan adalah gembala tentunya disertai pemahaman bahwa Tuhan melakukan penggembalaan melebihi dari apa
yang dilakukan Daud sebagai seorang gembala kambing domba, Tuhan
tidak hanya memperhatikan kondisi lahiriah dari gembalaan-Nya, tetapi juga memberikan penghiburan yang membawa ketenangan kepada
Bab 8
139
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
seorang gembala harus mempertaruhkan nyawanya (1 Samuel 17:3437; Yohanes 10:3, 13).
umat-Nya, Israel. Tetapi Daud tidak berhenti dalam pengertian ini saja,
bahwa Tuhan adalah gembala dari umat Israel saja, selanjutnya Daud
juga menyebutnya sebagai “Gembalaku”, menggunakan kata ganti
orang pertama tunggal, yang bermakna gembala secara personal. Dan
hal tersebut akan terlihat dalam peralihan penggunaan kata ganti yang
dipakai Daud untuk mengungkapkan imannya kepada Tuhan (dari kata
ganti orang ketiga tunggal “Ia” menjadi kata ganti orang kedua tunggal
“Engkau/-Mu”. Hal ini menandakan Mazmur 23 adalah ungkapan iman
Daud yang didasarkan dari pengalaman pribadinya dengan Tuhan sendiri yang dialaminya bertahun-tahun sehingga pada akhirnya mengakui bahwa “Engkau (Tuhan) adalah gembalaku”.
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan
aku. 2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia
membimbing aku ke air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia
menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di
hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan
mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah
TUHAN sepanjang masa. (Mazmur 23)
1
Mari kita melihat dari apa yang diperbuat Tuhan yang digambarkan sebagai gembala dan respons Daud yang menganggap dirinya sebagai domba yang telah merasakan penggembalaan Tuhannya.
A. Gembala Yang Berelasi
Perhatikan beberapa kalimat yang muncul:
Ayat 1-3
• TUHAN adalah gembalaku
(Tuhan - ku)
140
Bab 8
Ayat 4-6
• Engkau besertaku
(Engkau & aku)
•
•
•
•
Ayat 1-3
Ia membaringkan aku
(Ia & aku)
Ia membimbing aku
(Ia & aku)
Ia menyegarkan jiwaku
(Ia & aku)
Ia menuntun aku (Ia & aku)
Ayat 4-6
• Gada-Mu dan tongkat-Mu...
menghibur aku (-Mu & aku)
• Engkau menyediakan hidangan bagiku (Engkau & aku)
• Engkau mengurapi kepalaku
(Engkau & aku)
Dalam kalimat-kalimat di atas kita menjumpai hubungan Tuhan
dengan aku (Daud), dan berulang kali pemaknaan ini muncul dalam
ayat 1-3, bahkan intensitas maknanya semakin terlihat mulai dari
dalam ayat ke-4 yang menggunakan peralihan kata ganti, yang semula
dengan kata “Ia dan aku” berubah menjadi kata “Engkau/-Mu dan aku”.
Pemaknaan ini tentunya tidak hanya secara kebetulan saja, namun kita
bisa pahami dengan melihat pola relasi dekat yang terjadi di antara
gembala dan domba. Kedekatan relasi tersebut juga terjadi di dalam
kebiasaan para penggembala di zaman Daud di daerah Israel. Salah
satunya adalah gembala memberikan nama dan memanggil dengan
nama dari antara kambing dombanya menurut ciri-ciri yang terdapat
pada kambing dombanya. Kambing domba tersebut akan merespons
panggilan dari gembalanya yang bisa berupa tiupan peluit, seruling
maupun suara dari gembala itu sendiri (Yohanes 10:3-4, 14-16, 27).
Relasi gembala dan domba terbentuk dari pengenalan gembala terhadap dombanya, perhatian berupa perawatan, pemeliharaan
gembala terhadap dombanya, juga terbentuk dari ketaatan domba
mendengar suara dari gembalanya. Dan semuanya itu menunjukkan
relasi secara personal.
Tentunya kita memahami bahwa Tuhan adalah Gembala yang
mengenal dan memanggil domba-domba-Nya dengan teliti,
Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masingBab 8
141
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
masing menurut namanya dan menuntunnya keluar (bandingkan
Yohanes 10:3, 14).
Hal pertama, pengenalan dan panggilan terhadap domba-Nya
dengan baik digunakan Daud untuk menggambarkan Tuhan yang ia
kenal. Bahwa bagaikan gembala mengenal dan memanggil dombanya,
Tuhan pun mengenal dan memanggil Daud untuk masuk di dalam rencana dan pertolongan-Nya yang ajaib. Tuhan memanggil dan memilih Daud bukan karena kemanusiaannya, namun karena Tuhan yang
memilih dan memanggilnya, Tuhan mengenali siapa yang akan Tuhan
utus (1 Samuel 16).
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Jika ribuan tahun yang lalu Tuhan mengenal dan memanggil (dan
tentunya tidak salah panggil) domba-Nya, Daud; pada zaman kita sekarang ini tentunya Tuhan juga mengenal setiap kita umat-Nya (domba-Nya). Satu persatu di antara kita dikenali dengan baik oleh Gembala
Agung kita, Dia memahami keluh kesah, masalah, bahkan penderitaan
kita. Dan Tuhan yang sama juga memanggil kita untuk mendekat dan
datang kepada-Nya untuk membawa setiap masalah kita dan Dia berjanji akan memberikan kelegaan kepada kita (Matius 11:28).
Hal kedua, relasi antara gembala dan domba yang dipahami
Daud adalah relasi yang disertai dengan perawatan dan pemeliharaan
gembala terhadap dombanya. Daud yang memperhatikan dombadombanya adalah Daud yang juga merawat domba-dombanya. Ketika
dombanya sakit dan kakinya terkilir maka Daud akan memapahnya dan
memperhatikannya secara intensif, ketika dombanya tersesat maka
dia akan mencarinya, bahkan ketika dombanya diserang binatang buas
ataupun terperosok ke jurang maka Daud akan menolongnya (1 Samuel 17:34b-35).
Relasi seperti itu juga ditampilkan Tuhan kepada umat-Nya,
yakni relasi dari Tuhan yang mengasihi umat-Nya, yang merawat jika
dia sakit, yang menghibur jika dia sedih, bahkan yang mencari ketika
142
Bab 8
Perawatan dan pemeliharaan Tuhan juga terjadi kepada kita,
Dia memperhatikan satu persatu pergumulan kita (2 Tesalonika 3:3;
Filipi 4:7). Tuhan akan membaringkannya di padang yang berumput
hijau, dan di sana domba-domba-Nya akan menikmati dengan rasa tenang. Ketenangan domba tentunya bisa dirasakan jika dia bebas dari
gangguan di sekitarnya. Domba adalah binatang yang penakut, maka
ia membutuhkan perlindungan dari gembalanya, perlindungan dari
bahaya di sekitarnya yakni dari binatang buas, bahkan ketika bahaya
itu datang dari domba-domba yang jahat. Kisah tentang murid-murid
Yesus yang dilanda ketakutan dan bahaya serta kehadiran Tuhan untuk
menghardik dan menenangkan bahaya yang dialami murid-murid-Nya
menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik,
yang memberikan pemeliharaan-Nya bagi umat-Nya.
Hal ketiga, sebuah relasi dapat bertahan jika di antara 2 (dua)
pihak terdapat kenginan untuk menaati komitmen (perjanjian) relasi
yang ada, itu adalah sifat perjanjian manusiawi. Lebih dari itu Perjanjian ilahi terbentuk dari inisiatif Tuhan terhadap manusia, dan sifat dari
perjanjian tersebut juga sesuai dengan tujuan dan kehendak Tuhan. Di
dalam relasi gembala dan domba, kita melihat nuansa ketaatan yang
dibutuhkan gembala dari domba-dombanya.
Gembala berjalan di depan dan domba-dombanya mengikuti
dari belakang, seruan dan arahan dari gembala harus didengar oleh
domba. Ketaatan dari dombalah yang diinginkan gembala. Dengan
ketaatan yang dilakukan domba, maka perawatan dan pemeliharaan
gembala akan mudah dirasakan oleh si-domba.
Ketaatan dari kitalah yang dikehendaki Tuhan, dan di dalam ketaatanlah kita akan semakin melihat campur tangan Tuhan di dalam
Bab 8
143
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
dia terhilang. Di dalam Perjanjian Baru pun Tuhan menggambarkan
akan suka cita surga dengan ditemukannya domba yang terhilang, dan
pesta penyambutan diadakan dengan kembalinya anak bungsu yang
terhilang.
merawat dan memelihara kita. Hasil dari ketaatan itu sendiri adalah
merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada domba-domba-Nya. Melalui ketaatan pula kita akan merasakan bimbingan menuju
padang yang berumput hijau dan ke air yang tenang.
B. Gembala Yang Mendewasakan.
Di dalam Mazmur 23 kita juga menjumpai ungkapan,
Ayat 1
Takkan kekurangan aku
Ayat 3
Oleh karena nama-Nya
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Aku tidak takut bahaya
Itulah yang menghibur aku
Kebajikan dan kemurahan belaka akan
mengikuti aku, seumur hidupku
Aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa.
Ayat 4
Ayat 4
Ayat 6
Ayat 6
Kalimat-kalimat di atas merupakan wujud pengakuan iman dari
Daud, dan pengakuan-pengakuan tersebut tentunya tidak sekedar
teoritis belaka. Pengakuan-pengakuan tersebut muncul dari pengalaman relasi yang dekat dengan Tuhan di dalam kehidupannya.
Ketika Daud mengungkapkan “takkan kekurangan aku”, apakah
benar bahwa selama hidup Daud tidak (akan) pernah kekurangan? Bukankah kita menemukan Daud di dalam pelariannya karena raja Saul
terus mengejarnya? Bahkan anaknya mengkhianatinya? Bukankah saat
di dalam pelariannya kita juga mendapatkan Daud yang mengalami kekurangan dan penderitaan? Jika demikian, apakah ungkapan “takkan
kekurangan aku” adalah khayalan Daud semata?
Tentunya kita mendapatkan ungkapan tersebut lahir dari pengalaman Daud bersama dengan Tuhan, bagaimana dia menyikapi bermacam kekurangan dan pergumulan yang ada. Dan yang Daud lakukan
144
Bab 8
Di dalam menjalankan tugasnya, tak jarang gembala harus membuka jalan baru menuju tempat yang baik, tempat dengan rumput
yang hijau dan air yang tenang bagi kawanan kambing dombanya. Dan
tentunya hal tersebut tidaklah mudah jika mengetahui bahwa kondisi
tanah Kanaan yang berbukit dan berbatu, dengan tebing-tebingnya
yang curam dan padang gurun yang tandus. Namun gembala (demikian juga Daud tentunya) akan berjuang untuk mengarahkan dan membimbing kawanan kambing dombanya ke tempat yang baik tersebut.
Dari pengalaman tersebut Daud juga merasakan bimbingan-bimbingan
yang diberikan Tuhan kepadanya, ketika jalan sepertinya buntu, Daud
merasakan pimpinan Tuhan dengan berbagai macam cara yang dilakukan Tuhan kepadanya. Di dalam membimbing Daud, Tuhan membutuhkan ketaatan dari Daud, dan Daud taat terhadap bimbingan Tuhan,
sehingga ia merasakan berjalan di dalam jalan yang benar.
Seringkali kita sebagai manusia berkeinginan untuk tetap di jalan dan rencana kita, dan lebih cenderung untuk menunda apa yang
Tuhan perintahkan kepada kita. Hal tersebut tentunya bukan sekedar
kekerasan diri kita, tetapi lebih kepada keyakinan kita yang kita dasarkan kepada perhitungan dan analisa manusiawi kita. Namun janganlah
kuatir, karena kita sanggup berjalan di jalan yang benar memang bukanlah semata-mata karena kemauan kita (sifat dasar manusia yang
berdosa adalah berjalan di jalan orang berdosa, Mazmur 1:1), tetapi
oleh karena nama-Nya. Tuhanlah yang terus berinisiatif untuk mengaBab 8
145
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
adalah berserah kepada Tuhan, Daud mengandalkan Tuhan (Mazmur
3:2-4; 4:2). Kondisi “takkan kekurangan aku” bukan saja dialami Daud
dalam hal kecukupan akan makanan dan kebutuhan fisik yang lain, namun juga kecukupan dalam bimbingan kerohanian dari Daud. Penghiburan, penguatan dari Tuhan diberikan-Nya kepada Daud saat dia berteriak dalam doanya kepada Tuhan. Pengalaman-pengalaman inilah
yang menjadikan Daud semakin dewasa di dalam pengenalannya akan
Tuhan sehingga ia berseru, “takkan kekurangan aku” karena Tuhanlah
gembalaku.
jak kita berjalan di jalan yang ditunjukkan-Nya, dengan sabar Ia membimbing kita menuju ke padang yang berumput hijau dan ke air yang
tenang.
Untuk mengalami dan merasakan bimbingan Tuhan, diperlukan
ketaatan di dalam mengikuti tuntunan Tuhan. Bahkan tidak hanya
perihal kehidupan duniawi belaka Tuhan membuka jalan, tetapi juga
perihal keselamatan, Tuhan Yesus telah membuka jalan menuju kepada Bapa-Nya bahkan menjadi jalan menuju kepada Bapa-Nya (Yohanes
10:9; 14:6). Bimbingan Tuhan terhadap kita merupakan pendewasaan
kita, yang lahir dari ketaatan kita kepada Tuhan.
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Di dalam kondisi tertentu maka domba akan melewati daerah
yang tertutup dengan lereng dan memasuki lembah, karena sinar matahari yang tertutup oleh lereng maka menyebabkan lembah tersebut menjadi sedikit remang dan gelap sehingga lembah tersebut akan
sulit ditempuh. Lubang dan lumpur yang ada akan semakin mempersulit perjalanan, belum lagi ditambah dengan semak duri yang tumbuh di lembah-lembah. Dalam kondisi ini domba-domba akan mudah
terpisah dari rombongannya, hal tersebut dikarenakan domba yang
kurang memperhatikan arahan gembala dan lebih asyik dengan rumput yang dinikmatinya. Kondisi inilah yang digambarkan Daud dengan
lembah kekelaman.
Namun kita mendapatkan pengakuan iman dari Daud yang
menggetarkan kita semua, meskipun dia menjalani kondisi yang sulit dan berbahaya tetapi dia “tidak takut bahaya”. Mengapa? Dengan
cepat Daud menjawabnya, “karena Engkau besertaku”. Penyertaan
Tuhanlah yang membuat Daud tidak takut menghadapi bahaya ditambah lagi kuasa (kekuatan) yang dimiliki Tuhan (tongkat-Mu dan gadaMu), itulah yang menghibur Daud sehingga ia tidak takut bahaya.
Janji penyertaan dan kuasa Tuhan yang melimpah membuat
Daud tidak takut, dan inilah yang juga kita dapatkan sekarang ini, pe146
Bab 8
Setelah Daud mengalami demikian banyak masalah dan pergumulan dalam hidupnya, dia berkeyakinan bahwa kebajikan dan
kemurahan belaka yang mengikutinya, seumur hidupnya. Itu semua
diyakini Daud setelah begitu banyak hal yang dialaminya, dan itu menjadi tanda kedewasaan yang semakin bertumbuh dalam diri Daud,
dia semakin mengalami kebajikan (kebaikan) untuk terus merasakan
kemurahan dari Tuhan yang dilakukan kepada semua orang (Mazmur
145:9). Pemahaman iman seperti inilah yang akhirnya kita miliki, kita
mengerti rencana Tuhan dengan bijaksana, mengerti dan memahami
penderitaan yang kita alami sebagai sebuah proses kehidupan untuk
mendewasakan kita.
Pada akhir penyataan iman Daud akan peran Tuhan sebagai
Gembala adalah sebuah penyataan untuk diam di rumah Tuhan sepanjang masa, mengikut Tuhan dengan setia. Suatu penyataan iman yang
dipenuhi dengan kerinduan untuk tetap di dalam rumah Tuhan. Bagi
domba, kembali ke rumah (kandang) adalah sebuah impian akan keamanan, tempat istirahat yang nyaman dan tempat pemulihan serta
perawatan bagi domba yang terluka selama perjalanan.
Daud memiliki kerinduan untuk diam di dalam rumah Tuhan,
kerinduan ini muncul dari banyaknya kebaikan, kemurahan dan kebajikan Tuhan yang dirasakan Daud. Sikap inilah yang seharusnya kita
miliki, yakni kerinduan untuk tetap tinggal di dalam rumah Tuhan, tingBab 8
147
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
nyertaan dan kuasa Tuhan bagi kita. Di dalam menghadapi bahaya dan
pergumulan hidup, kita memperoleh janji tersebut, dan itulah yang
membuat jiwa kita tenang. Di pasal pertama kitab Matius simbol penyertaan Tuhan dihadirkan melalui “Imanuel” (Allah beserta kita) yang
diberikan kepada manusia (Matius 1:23) dan di akhir dari kitab Matius
kita juga mendapatkan peneguhan iman bahwa Tuhan akan menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (Matius 28:20). Jika Tuhan beserta kita, adakah ketakutan memenuhi hati dan perasaan kita? Dan
jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita, karena Tuhan melakukan
perbuatan yang ajaib bagi kita (Mazmur 118).
gal di dalam hidup yang sesuai dengan perintah dan aturan Pemilik
rumah (Tuhan). Rumah Tuhan dalam hal ini, bisa kita mengerti sebagai
Kemah Suci (tempat untuk beribadah), juga kita mengerti sebagai tempat persekutuan dengan umat Tuhan yang lain, serta suatu kondisi di
mana Tuhan senantiasa hadir di dalam hidup kita.
Penutup
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Dengan membaca Mazmur 23 diiringi artikel di atas, kita semakin memahami bahwa ungkapan “Tuhan adalah Gembalaku” muncul dari
pengalaman hidup Daud yang tidak mudah (penuh dengan tantangan
dan kesulitan hidup). Ungkapan tersebut juga muncul dari kedekatan
relasi antara Tuhan dan Daud, yakni pengenalan gembala akan dombadombanya, perawatan dan pemeliharaan gembala terhadap dombanya, dan ketaatan dari domba terhadap gembalanya.
Lebih lanjut lagi, kita juga memahami akan setiap bimbingan dari
Tuhan terhadap kita ketika kita menjalani hidup ini, yakni bimbingan
yang membuat kita bertahan bahkan melewati akan setiap pergumulan dan penderitaan yang kita hadapi ketika berusaha hidup taat
kepada suara Gembala Agung kita. Dan pada akhirnya kita akan memahami bahwa itu semua akan membuat kita semakin dewasa dan
semakin mengenal Tuhan dengan lebih baik lagi, karena kita mengenal
peran dari Tuhan sebagai Gembala yang baik melebihi gembala di dunia ini. Amin. [SJS]
148
Bab 8
JURNAL KEHIDUPAN
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang Saudara lakukan dan selanjutnya Saudara lakukan pada saat itu!
Renungkan kembali dan tuliskan, apakah saat itu Saudara melibatkan
Tuhan di dalam menghadapi masalah Saudara?
Pikirkan dan tuliskan, apa yang akan Saudara lakukan hari ini (dalam
minggu ini); renungkan kembali dan bagaimana Saudara melibatkan
Tuhan dalam rencana ini?
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
Bab 8
149
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Hari ke-1: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di masa lalu Saudara
yang menyatakan bahwa Saudara mengalami kesulitan yang sangat
besar dan masih Saudara rasakan saat ini!
Hari ke-2: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di masa lalu Saudara yang menyatakan bahwa Saudara tidak mau mengikuti kehendak
Tuhan, dan Saudara lebih mengikuti kemauan sendiri!
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang menjadi alasan Saudara tidak
melakukan kehendak Tuhan pada saat itu!
Adakah hari ini Saudara memiliki rencana dan Saudara masih bimbang,
apakah rencana ini diperkenan Tuhan atau tidak, tuliskanlah!
Berdoalah dan pikirkan kembali, apakah rencana Saudara di atas sudah
sesuai dengan kehendak Tuhan? Jika perlu komunikasikanlah dengan
rekan seiman atau pun hamba Tuhan yang ada di gereja Saudara!
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
150
Bab 8
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang menjadi alasan Saudara melakukan kehendak Tuhan pada saat itu!
Adakah hari ini Saudara memiliki rencana? Apakah rencana ini diperkenan Tuhan atau tidak, tuliskanlah!
Berdoalah dan pikirkan kembali, apakah rencana Saudara di atas sudah
sesuai dengan kehendak Tuhan? Jika perlu komunikasikanlah dengan
rekan seiman atau pun hamba Tuhan yang ada di gereja Saudara!
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
Bab 8
151
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Hari ke-3: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di masa lalu Saudara
yang menyatakan bahwa Saudara mendengar panggilan Tuhan untuk
melakukan kehendak-Nya, dan Saudara mengikutinya!
Hari ke-4: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di masa lalu Saudara
yang menyatakan bahwa Saudara merasakan pemeliharaan Tuhan!
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang Saudara lakukan setelah merasakan pemeliharaan Tuhan saat itu!
Adakah hari ini merasa bimbang dan kuatir akan hidup Saudara? Tuliskanlah kekuatiran Saudara!
Berdoalah dan serahkan kekuatiran Saudara serta mintalah pimpinan
Tuhan atas hidup Saudara hari ini!
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
152
Bab 8
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang Saudara menjadi alasan Saudara mengingkarinya!
Apakah Saudara memliki komitmen/janji yang belum Saudara lakukan
sampai hari ini? Tuliskanlah janji Saudara itu!
Berdoalah minta kekuatan agar Saudara mampu menepati janji Saudara, khususnya kepada Tuhan!
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
Bab 8
153
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Hari ke-5: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di masa lalu Saudara
yang menyatakan bahwa Saudara pernah ingkar janji kepada Tuhan!
Hari ke-6: Renungkan dan tuliskan satu kondisi di mana Saudara mengalami kesulitan dan penderitaan hidup!
BAB 8: TUHAN ADALAH GEMBALAKU
Ingatlah kembali dam tuliskan apa yang Saudara lakukan saat itu!
Ingatlah kembali dan tuliskan apa yang Saudara alami selanjutnya!
Ceritakanlah kepada orang di sekitar Saudara tentang pertolongan
yang Tuhan berikan di masa lalu Saudara! Dan ceritakan apa yang
Saudara lakukan selanjutnya!
Percayalah bahwa Tuhan akan menolong Saudara hari ini!
154
Bab 8
NOTES
Kelimpahan Hidup Kristiani
NOTES
Kelimpahan Hidup Kristiani
Download