I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Sektor pertanian menjadi sektor yang penting bagi Indonesia karena dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut data BPS (2016) hingga tahun 2014, sektor pertanian menyumbang 15,40% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha. Diantara keempat subsektor yang ada di sektor pertanian, subsektor perkebunan memiliki peran terhadap pendapatan di sektor pertanian sebesar 13,34%. Selain dapat menyumbang terhadap pendapatan di sektor pertanian dalam jumlah yang cukup besar, subsektor perkebunan juga mampu menyerap banyak tenaga kerja, serta sebagai kontributor devisa tertinggi untuk Indonesia jika dibandingkan dengan subsektor yang lainnya. Hal ini dikarenakan subsektor perkebunan yang dikembangkan oleh pemerintah lebih berfokus dan berorientasi pada pasar perdagangan dunia. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Sub Sektor Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Ekspor Volume Nilai (ton) (000 US$) 367.690 206.174 433.342 512.190 35.027.211 29.721.914 36.063.443 31.027.942 Impor Volume Nilai (ton) (000 US$) 18.169.821 7.658.856 1.646.485 1.632.166 1.232.500 2.777.185 22.533.937 15.868.091 Neraca Volume Nilai (ton) (000 US$) -17.802.131 -7.452.681 -1.213.143 -1.119.975 33.794.711 26.944.729 13.529.506 15.159.851 Sumber: BPS cit Respati et al., 2015 Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa dari keempat subsektor, hanya subsektor perkebunan dan peternakan yang mengalami surplus perdagangan yang cukup besar atau nilai neraca positif, sementara subsektor pangan dan hortikultura mengalami defisit atau nilai neraca negatif. Subsektor perkebunan memiliki nilai neraca perdagangan dengan surplus yang paling besar karena hampir semua komoditas dalam subsektor perkebunan adalah komoditas ekspor sehingga kontribusi ekspor subsektor ini terhadap total ekspor pertanian Indonesia sebesar 97,13%. Sebagai salah satu subsektor yang 1 penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan mampu menyediakan lapangan pekerjaan sebagai kontribusi dalam peningkatan perekonomian Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada subsektor perkebunan pada tahun 2013 mencapai 13,18 juta orang (Kementrian Pertanian, 2013). Dengan demikian, subsektor perkebunan memiliki potensi dan layak untuk terus dikembangkan di Indonesia. Salah satu komoditas ekspor yang diunggulkan di subsektor perkebunan yaitu teh. Teh sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat di Indonesia, dengan khasiatnya yang sangat baik bagi kesehatan, teh menempati urutan kedua minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih. Selain bermanfaat untuk kesehatan dan menjadi kontributor terhadap devisa negara, manfaat adanya usaha perkebunan teh dapat menyerap tenaga kerja sebagai pemetik teh, dengan demikian perkebunan teh bersifat padat karya (labour intensive) dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 198.363 orang (Direktorat Perkebunan, 2014). Tabel 1.2. Ekspor Subsektor Perkebunan Menurut Jenis Komoditas, 2014 Ekspor Kontribusi Volume Komoditas Volume Nilai Ekspor (%) (ton) (000 US$) Kopi 384.828 1.039.609 1,10 Karet 2.623.471 4.741.574 7,49 Minyak Sawit 28.026.621 19.555.633 80,01 Teh 66.399 134.584 0,19 Lada 34.733 323.802 0,10 Tembakau 35.010 181.323 0,10 Lainnya 3.856.149 3.745.390 11,01 Total 35.027.211 29.721.915 Sumber: BPS cit Respati et al., 2015 Tabel 1.2 menunjukkan kontribusi volume ekpor masing-masing komoditas pada subsektor perkebunan. Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa minyak sawit menjadi penyumbang ekspor yang terbesar, yaitu 80,01% dari total ekspor subsektor perkebunan, sementara teh menyumbang sebesar 0,19%. Meskipun tidak begitu besar, namun ekspor komoditas teh tetap dapat menambah devisa negara. Rendahnya kontribusi ekspor teh Indonesia tersebut mendorong Kementerian Pertanian untuk menduakalilipatkan anggaran untuk merevitalisasi perkebunanperkebunan teh negara ini (terutama di Jawa Barat karena sekitar 60% perkebunan teh di Indonesia berlokasi disana) dalam rangka mendongkrak hasil produksi teh Indonesia. 2 Anggaran ini akan digunakan untuk program intensifikasi (yang termasuk distribusi pupuk) untuk 1.700 hektar dan program rehabilitasi (yang mencakup distribusi biji dan pupuk) untuk 1.500 hektar perkebunan teh. Tujuan pelipatgandaan anggaran tersebut adalah untuk meningkatkan produksi teh, dengan demikian diharapkan volume ekspornya pun akan meningkat sehingga kontribusi ekspornya terhadap subsektor perkebunan juga akan meningkat. Negara yang berpartisipasi dalam kegiatan ekspor teh di pasar internasional adalah negara-negara yang dapat memproduksi sendiri tehnya maupun negara yang mengimpor teh dari negara lain kemudian diekspor kembali atau dikenal sebagai negara reeksportir. Beberapa negara di wilayah Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN juga ikut dalam kegiatan ekspor teh, diantaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan ekspor-impor teh kelima negara tersebut. Gambar 1.1. Perkembangan Ekspor-Impor Teh Indonesia dan Negara Anggota ASEAN di Pasar Internasional, 2013 Sumber: Analisis Data Sekunder FAOSTAT, 2016 Pada tahun 2013, Indonesia menjadi eksportir teh terbesar diantara negara-negara anggota ASEAN yang lain dengan nilai ekspor sebesar 157.501.000 US$, Vietnam menempati urutan kedua, sedangkan Thailand menjadi negara eksportir teh paling sedikit dengan nilai ekspor sebesar 7.154.000 US$. Berdasarkan nilai impornya, pada tahun tersebut Malaysia menjadi negara pengimpor teh terbesar dengan nilai impor 3 sebesar 51.071.000 US$ sedangkan Vietnam juga menjadi negara pengimpor teh paling sedikit yaitu dengan nilai impor 7.546.567 US$. Dengan demikian, pesaing Indonesia untuk ekspor teh di wilayah ASEAN adalah negara Vietnam. 2. Perumusan Masalah Dunia ini memiliki dasar asumsi dimana tidak ada satupun negara yang benarbenar mandiri tanpa adanya aksi reaksi atau hubungan dengan negara lain dalam menjalankan perekonomian negaranya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut. Salah satu hal yang dapat menjadi penggerak pertumbuhan suatu negara yaitu dengan adanya kegiatan perdagangan internasional. Aktifitas perdangangan internasional yang umumnya dilakukan yaitu ekspor impor. Kegiatan ekspor dilakukan oleh negara dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara tersebut, sedangkan impor yang dilakukan memiliki tujuan untuk memenuhi permintaan suatu negara terhadap komoditas yang tidak dapat dihasilkan oleh negara tersebut melainkan diproduksi oleh negara lain. Aktifitas tersebut sangat diperlukan khususnya untuk negara-negara yang memiliki sifat perekonomian terbuka. Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik kandungan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, letak dan kondisi geografis, maupun iklim. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan perbedaan komoditas atau produk yang dihasilkan, termasuk dalam hal kualitas dan kuantitasnya. Untuk menjalankan suatu perdagangan internasional, maka negara harus memiliki sesuatu yang dapat diunggulkan untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan dengan negara lain. Kualitas suatu komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara dapat menjadi salah satu keunggulan yang kemudian dapat bersaing di pasar internasional dan menguasai pangsa pasar teh dunia. Oleh karena itu, penelitian ini akan merumuskan beberapa permasalahan yang kemudian akan dianalisis terkait dengan posisi atau keadaan daya saing teh Indonesia terhadap negara anggota ASEAN lainnya di pasar internasional. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah yang dapat disusun yaitu sebagai berikut: 4 a. Bagaimana daya saing ekspor teh Indonesia dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya di pasar internasional? b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi daya saing ekspor teh Indonesia? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: a. Mengetahui daya saing ekspor teh Indonesia dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya di pasar internasional b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor teh Indonesia 4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Peneliti untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Strata 1 (S1) pada program studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Gadjah Mada b. Bagi produsen, pelaku usaha, dan pengekspor komoditas teh, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan strategi pemasaran dan peningkatan daya saing ekspor teh Indonesia di pasar internasional. c. Bagi Pemerintah dan instansi terkait dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan ekspor teh Indonesia d. Bagi Peneliti yang Lain dapat sebagai salah satu referensi dan bahan untuk mengkaji permasalahan dengan topik yang sama 5