Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan dan

advertisement
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
68370
Laporan Pendahuluan
Rencana Aksi Penguatan dan
Pengembangan Kerjasama Antar Daerah
Kerjasama Antar Daerah
April 2011
68370
68370
Laporan Pendahuluan
Rencana Aksi Penguatan &
Pengembangan Kerjasama
Antar Daerah
Kerjasama Antar Daerah
April 2011
Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
Kementerian Dalam Negeri dan
Decentralization Support Facility
68370
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY
Gedung Bursa Efek Indonesia, Gedung I, Lantai 9
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190
Telepon: (+6221) 5299 3199
Fax: (+6221) 5299 3299
Website: www.dsfindonesia.org
Decentralization Support Facility (DSF) merupakan dana perwalian multi donor yang dipimpin oleh Pemerintah
Indonesia, yang bertujuan untuk mendukung agenda desentralisasi pemerintah. DSF berupaya mencapai
tujuannya dengan memenuhi tiga peranan, yaitu membantu Pemerintah Indonesia meningkatkan: (i)
harmonisasi, keselarasan, dan efektivitas bantuan pembangunan; (ii) penyusunan dan pelaksanaan kebijakan;
dan (iii) kapasitas pemerintah, terutama di tingkat daerah. Keanggotaan DSF terdiri dari BAPPENAS, Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan sembilan donor (ADB, AusAID, CIDA, DFID, Pemerintah Jerman,
Pemerintah Belanda, UNDP, USAID, dan Bank Dunia). Dukungan keuangan untuk DSF utamanya diberikan oleh
DFID, dan juga kontribusi dari AusAID serta CIDA.
Foto pada halaman sampul merupakan hak cipta World Bank Photo Library.
Laporan Pendahuluan Rencana Aksi Penguatan & Pengembangan Kerjasama Antar Daerah merupakan hasil
kerja konsultan dan staf Bank Dunia. Temuan, interpretasi, dan kesimpulan dalam laporan ini tidak
mencerminkan pendapat DSF maupun donor yang diwakili.
Desain sampul oleh Harityas Wiyoga. 68370
2011
DECENTRALIZATION
SUPPORT FACILITY
THE WORLD BANK
LAPORAN PENDAHULUAN
RENCANA AKSI PENGUATAN
DAN PENGEMBANGAN
KERJASAMA ANTAR DAERAH
DIREKTORAT DEKONSENTRASI DAN KERJASAMA
DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAN
DECENTRALIZATION SUPPORT FACILITY
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
1.2
Tujuan
1.3
Metodologi
1.4
Sistematika Pembahasan
BAB 2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
TEORI DAN KONSEP KAD
Konsep Dasar KAD
Pembangunan Wilayah
Konsep Pelaksanaan KAD
Bentuk Kegiatan KAD
Monitoring dan Evaluasi
BAB 3
3.1
3.2
3.3
3.4
PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS DAN JERMAN
KAD Regional Management di Austria
KAD Regional Management di Swiss
KAD Regional Management di Jerman
Pembelajaran KAD Austria, Swiss dan Jerman
BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA
4.1
Latar belakang dan Tujuan Kerja Sama Antar Daerah
4.2
Regulasi KAD
4.3
Kelembagaan KAD
4.4
Pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan KAD
4.5
Monitoring dan Evaluasi KAD
4.6
Peran Berbagai Pelaku dalam KAD di Indonesia
4.7
Peluang dan Tantangan KAD di Indonesia
BAB 5
5.1
5.2
5.3
5.4
TUPOKSI DAN KEBIJAKAN DITJEN PUM TERKAIT KAD
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD
Rencana Ditjen PUM Untuk Mengembangkan KAD di Masa Datang
Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi Ditjen PUM
2|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan kebutuhan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM) di Kementerian dalam
Negeri untuk memperkuat dan mengembangkan kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publim di tanah air, maka The World Bank melalui program Decentralization Support Facility
(DSF) memberikan dukungan dan fasilitasi dengan menugaskan 2 orang konsultan (Makhdonal Anwar
dan Nunik Yunarti) untuk membantu Ditjen PUM di dalam menyusun suatu Rencana Aksi Ditjen PUM di
dalam mencapai tujuan tersebut.
Kegiatan penyusunan Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah ini akan
dilakukan selama kurang lebih 50 hari kerja sesuai dengan Terms of Reference yang ditentukan. Secara
garis besar kegiatan yang sudah dimulai sejak akhir Desember 2010 yang lalu ini akan dibagi ke dalam 2
kelompok besar yaitu kajian literatur dan pengumpulan data lainnya yang relevan sebagai dasar untuk
melakukan analisa terhadap situasi, kondisi, kebutuhan serta perspektif pengembangan Kerjasama
Antar Daerah (KAD) di Indonesia, khususnya untuk meningkatkan pelayanan publik. Di dalam fase ini,
selain pengumpulan data sekunder, juga dilakukan workshop untuk mengumpulkan isu- isu terbaru dan
kondisi aktual mengenai KAD di tanah air. Di dalam workshop yang terlaksana tanggal 7 Februari 2011 di
Jakarta berkat kerjasama dengan German International Cooperation/GIZ (dulu GTZ) dan Ditjen PUM ini,
dihadiri oleh pakar – pakar serta praktisi KAD dari Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta dan
Surakarta.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka pada akhir Maret 2011 nanti, DSF kembali akan
mengadakan workshop ke-2 dengan agenda menyajikan rancangan rencana aksi tersebut di hadapan
Ditjen PUM dan narasumber serta praktisi KAD di tanah air untuk mendapatkan masukan – masukan
terhadap rancangan rencana aksi tersebut.
Di dalam laporan pendahuluan ini akan dipaparkan hasil kajian literatur dan informasi – informasi aktual
lainnya yang diperoleh melalui workshop tersebut di atas sebagai bahan bagi konsultan bersama – sama
dengan Ditjen PUM untuk menyusun Rencana Aksi Penguatan dan Pengembangan KAD yang
direncanakan akan selesai pada akhir April 2011.
Jakarta, 21 Februari 2011
Makhdonal Anwar/Nunik Yunarti
3|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
D
Des esentralisasi telah mengalihkan peran, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pembiayaan,
manajemen serta kontrol terhadap penerimaan dan belanja dari sektor pelayanan publik dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Tanggung jawab pemerintah daerah menjadi lebih
kompleks sehingga perlu mencari jalan terbaik untuk penyediaan pelayanan publik. Salah satu
instrumen untuk menjawab tantangan ini adalah Kerja sama antar daerah.
1.1 Latar belakang
Berdasarkan Undang-undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, kerja sama merupakan hak
setiap daerah otonom dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya, khususnya dalam tugas
utamanya pada peningkatan penyediaan pelayanan publik.
Dilakukannya kerjasama antar daerah akan memberi manfaat seperti pelayanan publik yang lebih baik,
meningkatkan kohesi antar pemerintah daerah, mengurangi konflik antar darah, peningkatan
infrastruktur wilayah, dan meningkatkan koordinasi dalam perencanaan tata ruang serta pengembangan
wilayah. Disamping itu secara teknis kerja sama antar daerah dapat menjadi instrumen untuk menjawab
kelemahan instrumen yang terbentuk melalui mekanisme struktural pembangunan.
Ada beberapa prioritas yang dapat dilakukan untuk pengembangan serta penguatan kerjasama antar
daerah di Indonesia. Salah satunya adalah meningkatkan kapasitas pemerintah pusat yang berwenang
dalam kerja sama antar daerah, dalam hal ini adalah Sub Direktorat Kerja sama antar Daerah (Subdit
KAD), Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM),
Kementrian Dalam Negeri. Untuk itu, DSF (Decentralization Support Facility) melakukan kegiatan
Pengembangan Rencana Aksi Direktorat Jenderal PUM untuk mendukung pemerintah daerah dalam
mengimplementasikan kerja sama antar daerah dengan lebih efektif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membuat Rencana Aksi bagi Subdit KAD, Direktorat Dekonsentrasi
dan kerjasama, Ditjen PUM dalam mengembangkan Kerjasama Antar Daerah (KAD) di Indonesia
khususnya untuk meningkatkan pelayanan publik di beberapa sektor seperti Kesehatan, Pendidikan dan
Transportasi. Rencana Aksi yang dihasilkan nantinya diharapkan dapat menjadi panduan bagi Subdit KAD
dalam mendukung Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan kerja sama antar daerah dengan
lebih efektif.
4|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
1.3 Metodologi
Ada beberapa metode ataupun kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan rencana aksi
penguatan dan pengembangan kerjasama antar daerah:
1. Melakukan Desk Study
Yaitu kegiatan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber (literatur, laporan-laporan,
hasil studi, jurnal, dan lain-lain) untuk kemudian dianalisa dan dituliskan menjadi suatu laporan yang
memuat 3 poin utama yang mendasari penyusunan rencana aksi penguatan dan pengembangan
KAD bagi Subdit KAD Ditjen PUM, yaitu: i).Teori, konsep serta best practices KAD; ii). Kendala dan
peluang KAD di Indonesia sebagai hasil dari pemetaan; iii).Tupoksi dari Subdit KAD
2. Menyelenggarakan workshop 1: Pembahasan hasil Desk Study
Tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah:
a) Untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil temuan awal dari desk study yang dilakukan
oleh tim DSF, khususnya terkait dengan peluang dan kendala pengembangan kerja sama antar
daerah
b) Untuk mendapatkan masukan dari para stakeholder yang terlibat dalam kerja sama daerah
terkait dengan peluang dan kendala tersebut
3. Menyelenggarakan workshop 2: Pembahasan Draft Rencana Aksi
Setelah diperoleh masukan dari workshop pertama, kemudian dilakukan kegiatan penyusunan draft
rencana aksi. Draft tersebut kemudian dibahas dalam suatu workshop dengan tujuan:
a) Mempresentasikan dan mendiskusikan draft rencana aksi penguatan dan pengembangan KAD
b) Mendapatkan masukan dari para stakeholder yang terlibat dalam kerja sama daerah terkait
dengan draft rencana aksi tersebut
4. Laporan Final
Laporan ini memuat seluruh kegiatan yang telah dilakukan dalam penyusunan rencana aksi
penguatan dan pengembangan KAD disertai dengan Rencana Aksi yang diusulkan (final).
Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Rencana Aksi bagi Subdit KAD
Ditjen PUM dapat digambarkan sebagai berikut.
5|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
GAMBAR 1.1 PENYUSUNAN RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KAD
PEMETAAN KAD DI
INDONESIA:
PELUANG &
KENDALA KAD
TEORI, KONSEP,
BEST PRACTICES KAD
TUPOKSI SUBDIT
KAD DITJEN PUM
RENCANA AKSI
PENGUATAN DAN
PENGEMBANGAN
KAD
(Subdit KAD,
Ditjen PUM)
1.4 Sistematika Pembahasan
Laporan pembahasan mengenai Rencana Aksi penguatan dan pengembangan kerja sama antar daerah
akan meliputi 7 bab, dengan sistematika berikut ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang penulisan laporan, tujuan dan manfaat, metodologi serta sistematika pembahasan
dalam laporan ini akan dipaparkan di bagian pendahuluan.
BAB 2 TEORI DAN KONSEP KAD
Bab 2 akan memberikan penjelasan dan gambaran detil mengenai kerjasama antar daerah yang
sesuai dengan teori serta konsep yang berlaku. Bagian ini akan memuat hal-hal yang dibutuhkan
untuk membentuk dan menjalankan KAD secara ideal agar mencapai hasil yang diharapkan secara
optimal. Pembahasan akan dimulai dari latar belakang dan sejarah singkat mengenai awal mulanya
kerjasama antar daerah (KAD), yang dilanjutkan dengan pembahasan mengenai prinsip-prinsip
dasar, pembiayaan, hingga ke pelaksanaan dan konsep pengawasan dan evaluasi KAD.
BAB 3 PEMBELAJARAN KAD DI JERMAN DAN AUSTRIA
Kerjasama antar daerah yang diawali oleh Eropa khususnya Jerman dan Austria diharapkan bisa
menjadi inspirasi bagi daerah-daerah di Indonesia di dalam mencapai tujuan pembangunan daerah
6|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
dan regional. Walaupun implementasi KAD di Eropa tersebut tidak akan bisa 100 persen diterapkan
di Indonesia karena aspek budaya lokal serta peraturan perundangan yang berbeda, namun
keberhasilan pelaksanaan KAD di Jerman dan Austria yang menganut prinsip-prinsip dasar KAD yang
baik ini, tetap bisa dijadikan patokan atau acuan bagi daerah-daerah di tanah air di dalam mengelola
KAD.
BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA
Dalam bab 4 akan digambarkan pelaksanaan KAD di Indonesia dengan menampilkan aktor-aktor
pelaku KAD di Indonesia, aspek-aspek legal formal KAD, kelembagaan KAD, pembiayaan serta
pengelolaan keuangan, monitoring dan evaluasi KAD. Hasil analisa dari pemetaan KAD di Indonesia
ini diharapkan bisa menjelaskan kepada kita semua hal-hal yang menjadi faktor pendukung KAD
serta hal lainnya yang justru menjadi penghambat KAD di tanah air.
BAB 5 PROFIL DAN TUPOKSI DITJEN PUM TERKAIT KAD
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri, khususnya Subdit KAD di
dalam kaitannya dengan isu-isu KAD akan memainkan peran yang sangat penting di dalam fungsinya
memfasilitasi dan membina KAD. Selama ini peran dan fungsi Ditjen PUM di dalam
menumbuhkembangkan KAD di Indonesia belumlah terlihat jelas. Berdasarkan keadaan tersebut
maka bab 5 dari laporan akan memuat profil dan tupoksi Ditjen PUM Kemdagri dalam kaitannya
dengan pengembangan KAD di Indonesia. Bagian ini juga mencoba untuk membuat suatu gambaran
mengenai komunikasi, kerjasama dan koordinasi yang dilakukan Ditjen PUM baik secara internal,
yaitu dengan Direktorat lainnya di Kemdagri yang bersentuhan dengan isu-isu KAD; maupun
eksternal, yaitu dengan Kementerian/Lembaga lainnya seperti Bappenas, Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal.
BAB 6 RENCANA AKSI DITJEN PUM DALAM MENGEMBANGKAN KAD UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
Dalam bab 6 akan dibahas mengenai (usulan) rencana aksi 5 tahun kepada Ditjen PUM di dalam
upayanya untuk menumbuhkembangkan KAD khususnya di sektor pelayanan publik. Rencana aksi
ini akan disusun berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang diperoleh dari kondisi eksisting (bab 4
dan 5) dikaitkan dengan kondisi ideal (bab 2 dan 3), yang kemudian diperkaya dan dipertajam
dengan hasil workshop yang akan diselenggarakan khusus untuk membahas (usulan) rencana aksi
ini. Salah satu tema yang akan disampaikan di dalam rencana aksi ini adalah bahwa Ditjen PUM
sebaiknya memiliki panduan atau pedoman untuk membentuk dan mengembangkan KAD bidang
pelayanan publik.
BAB 7 PENUTUP
Bab 7 akan menutup laporan ini dan akan memuat ringkasan singkat beserta kesimpulan dari
seluruh materi laporan.
7|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB. 2 TEORI DAN KONSEP KAD
D
alam literatur yang berkembang di dunia, istilah kerjasama daerah atau kerjasama regional lebih
dikenal dengan sebutan intergovernmental management. Pengertian intergovernmental management
yang dimaksudkan di sini bukanlah sekedar hubungan antar pemerintah daerah biasa melainkan sesuatu
yang merupakan inti dari hubungan antar daerah.1
Masih sering terjadi kesalahpahaman di dalam memahami pengertian manajemen antar daerah dan di
dalam mengelola manajemen antar daerah tersebut, terutama di dalam cara memandang kelembagaan
kerjasama itu sendiri. Sebagian besar pelaku kerjasama masih terbelenggu di dalam paradigma klasik
kerjasama sama daerah yang di dalam pengelolaannya masih didominasi nuansa hirarki struktural
formal.2 Tatanan ini sangat berbeda dengan tatanan organisasi yang mengutamakan hirarki dengan
kewenangan yang bersifat terpusat. Dalam
Cara pandang kerjasama antar
tatanan networking/jejaring tidak dikenal adanya
struktur kewenangan sentralistik. Semua anggota
daerah sebagai suatu lembaga bersifat
kerjasama bersifat bebas dan mandiri serta
hirarkis struktural sangatlah kurang
mempunyai komitmen untuk menghasilkan suatu
tepat, karena sifat atau roh yang
konsensus sebagai wujud dari aksi bersama.
terbentuk dari kerjasama antar daerah
Perbedaan pandangan terhadap manajemen
(intergovernmental management),
antar daerah ini sangat terasa di Indonesia yang
adalah hubungan sejajar yang
cukup lama menerapkan sistem pemerintahan
sentralistik terutama pada masa orde baru.
menempatkan networking/jejaring di
posisi paling depan.
2.1 Konsep Dasar KAD
Latar Belakang dan Sejarah
Konsep Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan penerapannya, sebenarnya telah lama dikembangkan di
sejumlah negara di benua Eropa, seperti Jerman, Austria, Belanda, Swiss, dan sebagainya sejak 30 tahun
yang lalu. KAD di negara – negara Eropa tersebut terbukti telah menjadi instrumen pembangunan
kewilayahan yang berhasil melahirkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, penciptaan pelayanan
publik yang berkualitas kepada rakyat, dan menciptakan proses integrasi sosial, budaya dan politik yang
kuat. Sejak tahun 1970-an dalam rangka menciptakan terobosan-terobosan baru karena instrumen-
1
2
McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom", Public Administration Review
Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta
8|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
instrumen pembangunan dan pengembangan yang ada kurang mampu memenuhi tuntutan jaman yang
terus mengalami perubahan, muncul praktek – praktek pengembangan wilayah di negara – negara di
Eropa Barat. Bentuk - bentuk KAD yang diinisiasi pada saat itu mempunyai pola yang beraneka ragam
yang terus mengalami perkembangan. Walaupun demikian, prinsip-prinsip dan cara kerja dasar KAD dan
tata kelola wilayah yang telah terbentuk terbukti cukup ampuh sebagai instrumen untuk melaksanakan
pembangunan dan/atau pengembangan yang ingin dicapai oleh sebuah wilayah regional. Pola kerjasama
serta bentuk kelembagaan kerjasama antar daerah yang teridentifikasi di beberapa negara dapat
dikelompokkan sebagai berikut:3
1. Intergovernmental Service Contract
Merupakan kontrak jasa yang dilakukan bila suatu daerah membayar daerah yang lain untuk
melaksanakan jenis pelayanan tertentu seperti penjara, pembuangan sampah, dll.
2. Joint Service Agreement
Merupakan perjanjian kerjasama untuk menjalankan fungsi perencanaan, anggaran dan
pemberian pelayanan tertentu kepada masyarakat daerah yang bekerjasama, misalnya dalam
pengaturan perpustakaan wilayah, komunikasi antar polisi dan pemadam kebakaran, kontrol
kebakaran, pembuangan sampah.
3. Intergovernmental Service Transfer 4
Merupakan pelimpahan secara permanen suatu tanggung jawab dari satu daerah ke daerah lain
seperti bidang pekerjaan umum, prasarana dan sarana, kesehatan dan kesejahteraan,
pemerintahan dan keuangan publik.
Perlu diketahui juga bahwa selain tiga tipe kerjasama di
atas, kecenderungen yang terjadi saat ini di negara – negara
maju adalah pencanangan kerjasama dengan konteks
networking/kolaborasi/jejaring
terutama
di
bidang
perencanaan dan mitigasi bencana. Metode kerjasama
seperti ini menjadi model alternatif untuk menggantikan
model birokrasi klasik yang bersifat top down karena
sifatnya yang mengandalkan jejaring yang fleksibel dan
dinamis.5
Negara – negara maju di
Eropa mulai beralih ke
kerjasama antar daerah
bersifat jejaring publik
non-hirarkis, nonstruktural
3
Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan, Jogja Global Media, Yogyakarta.
Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs, N.J.
5
Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for Effective Emergency Management”.
4
9|Page
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Di Indonesia sendiri, sejak digulirkannya era otonomi daerah telah terjadi proses regionalisasi dalam
konteks subnasional. Proses regionalisasi yang terjadi ini bisa disebabkan oleh berbagai latar belakang
seperti sejarah, kesamaan budaya, permasalahan yang sama dan lain lain, dan merupakan suatu bentuk
aliansi pembangunan daerah berbatasan yang pada akhirnya akan membentuk suatu wilayah. Kondisi ini
bisa dipahami sebagai tumbuhnya kesadaran daerah untuk memanfaatkan KAD sebagai salah satu
pendekatan strategis dalam pembangunan. Pemahaman daerah bahwa KAD bisa mendorong
percepatan pembangunan mulai tumbuh dan pada akhirnya juga bisa menekan disparitas pembangunan
antar daerah.
Instrumen – instrumen yang dikenal selama ini
(konvensional) seperti RUTRK, RPJM, RKP dll,
serta kebijakan lainnya yang merupakan produk
KAD mengutamakan azas
dari proses perencanaan struktural telah
musyawarah (konsensus) yang
terbukti tidak cukup efektif di dalam upaya
bisa terjadi karena pengelolaan
untuk melakukan percepatan pembangunan
KAD yang bersifat jejaring.
daerah. Produk – produk ini tidak mampu
mengimbangi kecepatan dinamika yang terjadi
Artinya, setiap anggota KAD
di daerah. Untuk itulah mekanisme nonberada pada posisi yang sejajar
struktural yang bersifat dinamis non hirarkis
dengan hak dan kewajiban yang
dibutuhkan untuk melengkapi dan menutupi
sama.
kelemahan mekanisme struktural tersebut. KAD
memiliki mekanisme pengambilan keputusan
yang unik dan berbeda dari mekanisme yang
dikenal dan digunakan pada proses pengambilan keputusan perencanaan formal (struktural). Pada
mekanisme formal seluruh produk perencanaan diputuskan melalui mekanisme struktural-hirarkis dan
sesuai prosedur baku yang diatur berlandaskan UU dengan regulasi/petunjuk pelaksanaannya. 6
Prinsip Dasar KAD
Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa cara pandang klasik pada organisasi lembaga
kerjasama antar daerah tidak relevan lagi dengan karakter lembaga kerjasama yang mengkolaborasikan
daerah-daerah otonom ke dalam hubungan kerjasama antar daerah. Birokrasi yang memiliki pola
hubungan strukturalis – hierarkis menjadi kurang sesuai dengan karakter networking yang flexible dalam
semangat kerjasama. Kerjasama Antar Daerah (KAD) seperti ini hanya dapat terbentuk dan berjalan
apabila didasarkan pada adanya kesadaran bahwa daerah-daerah tersebut saling membutuhkan untuk
mencapai satu tujuan. Inilah yang menjadi prinsip dasar dari KAD yaitu adanya tujuan bersama yang
ingin diraih secara bersama-sama.7
6
7
Makhdonal Anwar, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010, Evaluasi RM KPDT dan Input Untuk Rencana Aksi 2010”.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
10 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Selain itu adanya dukungan dari luar wilayah
kerjasama (misalnya pemerintahan pusat atau
provinsi) serta permintaan akan kerjasama
yang digagas oleh masyarakat lokal akan
meningkatkan
kualitas
dan
efektifitas
kerjasama itu sendiri. Komitmen dan ikatan
yang kuat di antara pengambil keputusan
tertinggi di daerah masing – masing (dalam hal
ini kepala pemerintahan) akan mendasari
kerjasama tersebut. Komitmen yang dimaksud
adalah komitmen untuk bekerjasama dalam
Gambar 1. Ilustrasi Jejaring Publik untuk KAD, Sumber:
penanganan isu-isu yang telah disepakati, dan www.fuelyourwritting.com
lebih mendahulukan kepentingan bersama dibanding kepentingan masing-masing daerah. Komitmen
tersebut perlu dimiliki oleh para pejabat, baik pada level teknis, manajerial, maupun pimpinan, sehingga
langkah-langkah yang diperlukan, termasuk pemangkasan birokrasi dalam kerjasama dapat dilakukan
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak.
Untuk mengoptimalkan potensinya, kerjasama antar daerah dapat menjadi salah satu alternatif
inovasi/konsep yang didasarkan pada pertimbang
pertimbangan
an efisiensi dan efektivitas, sinergis dan saling
menguntungkan terutama dalam bidang-bidang yang menyangkut kepentingan lintas wilayah. Kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah, melalui berbagai payung regulasi (peraturan pemerintah)
mendorong kerjasama antar daerah. Kerjasama diharapkan menjadi satu jembatan yang dapat
mengubah potensi konflik kepentingan antar daerah menjadi sebuah potensi pembangunan yang saling
menguntungkan.8
Agar berhasil melaksanakan kerjasama dibutuhkan prinsip-prinsip umum sebagaimana terdapat dalam
prinsip good governance. Beberapa prinsip diantara prinsip good governance yang ada dapat dijadikan
pedoman dalam melakukan kerjasama antar daerah yaitu:9
• Transparansi, artinya daerah yang bekerjasama atau telah bersepakat untuk melakukan
kerjasama harus transparan dalam memberikan berbagai data dan informasi yang
dibutuhkan dalam rangka kerjasama tersebut.
• Akuntabilitas,
artinya
daerah
bekerjasama
harus
bersedia
untuk
mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan, dan mengungkap
mengungkapkan
kan segala aktivitas
dan kegiatan yang terkait dengan kegiatan kerjasama.
• Partisipatif, artinya prinsip partisipasi harus digunakan dalam bentuk konsultasi, dialog, dan
negosiasi dalam menentukan tujuan yang harus dicapai, cara mencapainya dan mengukur
kinerjanya, termasuk cara membagi kompensasi dan risiko.
8
9
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
http://www.governance-indonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74 “Prinsip-prinsip Good Governance”
11 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
•
•
•
•
Efisiensi, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus mempertimbangkan nilai
efisiensi yaitu bagaimana menekan biaya untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau
bagaimana menggunakan biaya yan
yangg sama tetapi dapat mencapai hasil yang lebih tinggi.
Efektivitas, artinya selalu mengukur keberhasilan dengan membandingkan target atau
tujuan yang telah ditetapkan dalam kerjasama dengan hasil yang nyata diperoleh.
Konsensus, artinya dalam melaksanakan kerjasama tersebut harus dicari titik temu agar
masing-masing pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dapat menyetujui suatu
keputusan.
Saling menguntungkan dan memajukan
memajukan.. Dalam kerjasama antar daerah harus dipegang
teguh prinsip saling menguntungka
menguntungkan
n dan saling menghargai. Prinsip ini harus menjadi
pegangan dalam setiap keputusan dan mekanisme kerjasama.
Selain enam prinsip umum di atas, beberapa prinsip khusus yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
kerjasama antar daerah yaitu:10
• Dibentuk melalui pendekatan dari bawah (bottom-up), melalui proses inisiasi lokal dengan
menggunakan prinsip 3K (Komunikasi, Kerjasama, dan Koordiasi) sebagai pilar instrumen
pelaksanaan dan kerja kolektif
(team work) yang erat antar
aktor regional,
• Kerjasama
tersebut
harus
dibangun untuk kepentingan
umum dan kepentingan yang
Gambar 2, Prinsip 3 K, Sumber: Benjamin Abdulrahman, LEKAD 2008
lebih luas,
• Kerjasama antar pelaku yang
tidak bersifat hirarkis melainkan
merupakan
jejaring
(networking) kelembagaan,
• Keterikatan yang dijalin dalam
kerjasama
tersebut
harus
didasarkan
atas
saling
membutuhkan,
• Keberadaan kerjasama tersebut harus saling memperkuat pihak-pihak yang terlibat,
• Harus ada keterikatan masing-masing pihak terhadap perjanjian yang telah disepakati,
• Harus tertib dalam pelaksanaan kerjasama sebagaimana telah diputuskan,
• Kerjasama harus dibangun diatas rasa saling percaya, saling menghargai, saling memahami
dan manfaat yang dapat diambil kedua belah pihak.
10
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.
12 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Tujuan dan Manfaat Pembentukan KAD
Secara umum, tujuan pembentukan dan pelaksanaan kerjasama antar daerah adalah untuk menciptakan
kemandirian daerah dalam mengelola, mengembangkan dan meningkatkan seluruh potensi daerah guna
menunjang kesejahteraan masyarakat. Kerjasama yang dibentuk oleh para aktor regional tersebut
ditujukan
untuk
menjawab
tantangan
dinamika
pembangunan daerah yang meliputi bidang ekonomi, sosial,
politik, teknologi dan lingkungan. Sasaran utamanya adalah
KAD bertujuan meraih
menciptakan kerjasama antar daerah yang saling
kemandirian dalam
menguntungkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
pengelolaan seluruh
masyarakat dengan memperkuat dan meningkatkan daya
tahan, daya tarik dan daya saing daerah.
potensi daerah untuk
Secara rinci, tujuan pembentukan dan pelaksanaan KAD
tersebut adalah sebagai berikut: 11
11
kesejahteraan masyarakat
•
Memunculkan economic growth (petumbuhan
ekonomi). Selain menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, Regional
Management diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan atau meningkatkan pendapatan
(ekonomi) masyarakat daerah.
•
Meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat luas di daerah – daerah yang
bekerjasama sehingga tercapai kualitas pelayanan publik yang baik.
•
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja, menciptakan peluang kerja baru atau melakukan
pengurangan tingkat penganguran di daerah.
•
Menciptakan price stability (stabilitas harga) untuk menciptakan rasa aman dan tenteram
pada masyarakat daerah. Harga yang tidak stabil akan memunculkan rsa gamang dan waswas pada masyarakat dan kemungkinan akan berdampak pada rendahnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah.
•
Meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan, meningkatkan usaha pelestarian dan usaha
konservasi.
•
Meningkatkan sistem pengelolaan wilayah untuk menciptakan pemerataan pembangunan
dalam wilayah.
•
Meningkatkan pengelolaan sektor-sektor potensial yang merupakan potensi unggulan di
daerah.
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan dan Pengelolaan.
13 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
•
Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga memunculkan
sinergitas dan berkesinambungan.
•
Meningkatkan produktivitas sektor tanaman pangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan
wilayah.
•
Membangun kekuatan budaya sebagai basisi moral dan komunikasi dan sebagai daya hidup
masyarakat untuk menjamin kekuatan integrasi sosial dan integrasi politik.
Menurut Weichart (2003) terdapat 4 tahap yang dibutuhkan untuk membentuk suatu KAD yang baik.
Langkah – langkah tersebut dapat dilihat di ilustrasi di bawah ini.
Gambar 3, Proses Pembentukan KAD, Sumber: Weichart, 2003
Peningkatan Daya Tahan Wilayah
Salah satu tujuan dan manfaat yang bisa dipetik dari mekanisme KAD adalah kemampuannya di dalam
meningkatkan daya tahan secara kewilayahan di dalam menghadapi berbagai permasalahan yang tidak
bisa diselesaikan secara cepat melalui mekanisme konvensional.
Kerjasama antar daerah dapat dijadikan sebagai metode pelengkap alternatif untuk meningkatkan daya
tahan wilayah. Berbagai kemitraan dan kerjasama yang dapat dilakukan antara lain kerjasama dalam
kelancaran koleksi dan distribusi barang pokok dan kebutuhan pokok masyarakat kawasan terpencil,
kerjasama pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik dan kesehatan, kerjasama pembangunan daerah
aliran sungai (DAS), kerjasama penanggulangan penyebaran penyakit menular, kerjasama pengelolaan
persampahan, air minum, produksi dan pemasaran produk unggulan masyarakat, kerjasama dalam
mitigasi bencana alam dan pasca bencana, dan lain-lain.
14 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Peningkatan Daya Tarik Wilayah
Melalui KAD, daerah-daerah dapat melakukan kerjasama dalam konteks regional sehingga upaya
membangun infrastruktur daerah dapat dilakukan secara bersama dan terintegrasi sesuai dengan
kebutuhan daerah hingga lebih terarah dan
Sumber pembiayaan KAD yang
efisien. Di samping itu, sinergi dan harmonisasi
kebijakan
pembangunan, khususnya dalam
utama adalah iuran daerah peserta
bidang investasi, dapat dilakukan secara bersama
KAD ditambah bantuan pemerintah
sehingga secara regional mempunyai daya tarik
pusat/provinsi dan sumber lainnya.
bagi investor.
Kerjasama antar daerah yang dapat dilakukan
dalam konteks peningkatan daya tarik regional ini, antara lain adalah pembangunan prasarana dan
sarana perhubungan dan transportasi, energy, telekomunikasi, penyediaan tenaga kerja terampil,
infrastruktur pelayanan publik, penciptaan iklim investasi regional yang kondusif, pelayanan satu atap
(one stop service), pengembangaan dan pemanfaatan potensi ekonomi regional dan lainnya.
Peningkatan Daya Saing Wilayah
Faktor ketersediaan barang, kualitas, harga dan ketepatan waktu serta pelayanan merupakan sebagian
kecil persyaratan yang harus dipenuhi daerah agar dapat bersaing di tingkat regional, nasional maupun
internasional. Faktor – faktor tersebut di atas sering kali sulit dipenuhi oleh insdustri lokal akibat dari
keterbatasaan sumberdaya dan infrastruktur.
Untuk mengatasi masalah seperti ini, masing – masing daerah dalam suatu region seharusnya
melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, saling menutupi kekurangan dan kelemahan agar
dapat mencapai suatu skala ekonomi yang dibutuhkan untuk berdaya saing. Berbagai bentuk kerjasama
dalam rangka meningkatkan daya saing antara lain pengembangan produk unggulan melalui clusterisasi
seperti pengembangan kawasan produksi bidang peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil dan
rumah tangga, pertambangan, pariwisata, agroindustri dan lain-lain sesuai dengan potensi yang dapat
dikembangkan dalam suatu region.
Pembiayaan KAD
Swadaya KAD
Kebutuhan utama dalam proses pembentukan sampai implementasi kelembagaan KAD adalah
kebutuhan akan ketersediaan anggaran. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan memegang
teguh prinsip keswadayaan, maka setiap anggota KAD diharuskan mengalokasikan anggaran dalam
bentuk iuran tetap untuk pembiayaan kelembagaan KAD. Pengalokasiaan anggaran tersebut
bersumber dari anggaran daerah masing - masing.
Selain anggaran yang berasal iuran anggota sebagai sumber pembiyaan utama, sumber anggaran
juga bisa berasal dari pemerintah provinsi. Sistem kelembagaan yang efektif, akuntabel dan
transparan dapat menimbulkan minat pemerintah pusat atau provinsi untuk mengintegrasikan
15 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
program-program sektoral mereka ke dalam skema program kerja KAD dengan adanya pemetaan
potensi yang jelas dan strategi regional yang masuk akal, maka pihak pemerintah pusat tentu
mempunyai dorongan yang kuat untuk mengalokasikan dana untuk kegiatan unggulan KAD.
Selain lembaga pemerintah, dengan pengelolaan yang bersifat kolektif, akuntabel dan transfaran
tadi, maka kelompok dunia usaha atau lembaga non pemrintah akan memiliki keyakinan dalam hal
keamanan berinvestasi atau berhubungan bisnis dengan daerah-daerah yang termasuk dalam
lembaga KAD.
Hibah
Bantuan Hibah adalah anggaran yang berasal dari pihak dalam dan luar negeri yang bersifat
tidak mengikat.
Peran Lembaga Pemerintahan dan Masyarakat 12
Tingkat Pusat
Peranan pemerintah pusat di dalam kerangka kerjasama antar daerah adalah sebagai fasilitator dan
tempat daerah untuk berkonsultasi mengenai hal – hal yang menyangkut pelaksanaan kerjasama antar
daerah. Melalui instrument yang dimiliki, pemerintah pusat bisa menjalankan fungsi – fungsi advokasi
kepada daerah yang melakukan kerjasama.
Pemerintah pusat juga bisa memberikan stimulus ataupun dorongan kepada daerah – daerah yang
berbatasan untuk melakukan kerjasama di dalam proses pembangunan daerah tersebut.
Fasilitasi pemerintah pusat juga sangat berperan untuk mendukung daerah yang bekerjasama untuk
mendapatkan dukungan dari perusahaan –
Dalam konteks KAD, Pemerintah
perusahaan, lembaga donor internasional dan
untuk penyediaan infrastruktur.
Pusat menjalankan fungsi – fungsi
Tingkat Provinsi
Pemerintahan di tingkat provinsi sebagai wakil
pemerintah pusat di daerah bisa berperan
mewadahi aktivitas lembaga – lembaga dalam
struktur kerjasama antar daerah untuk
berkomunikasi, bekerjasama dan berkoordinasi.
Misalnya provinsi bisa melakukan mediasi inisiatif
maupun usulan pengembangan kerjasama daerah
12
fasilitasi, koordinasi serta advokasi
untuk membantu daerah – daerah yang
melakukan kerjasama. Dalam
kaitannya dengan pembiayaan,
Pemerintah Pusat juga diharapkan
memberikan dan yang bersifat
menstimulasi KAD.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
16 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
dalam pemberdayaan, pengelolaan dan pemasaran potensi daerah. Dapat dikatakan bahwa provinsi
berperan penting sebagai penghubung ke dalam dan ke luar lembaga kerjasama antar daerah yang telah
terbentuk. Selengkapnya provinsi bisa berperan dalam:
• Melakukan fungsi komunikasi secara luas
kepada lembaga-lembaga di dalam
maupun di luar struktur lembaga
Masyarakatlah yang paling
kerjasama antar daerah dalam rangka
mengetahui kebutuhan dan
mendukung
segala
kegiatan
yang
berkenaan dengan pengembangan suatu
permasalahan di daerahnya.
kerjasama antar daerah;
• Memfasilitasi pertemuan – pertemuan
yang
mendukung
penguatan
dan
pengembangan kerjasama antar daerah;
• Menyediakan forum mediasi yang mewadahi diskusi, perumusan usulan/agenda/program,
maupun pemecahan konflik internal yang terjadi selama pertemuan-pertemuan
berlangsung.
Dengan karakteristik demikian maka provinsi sebaiknya mempunyai legitimasi formal yang dapat diakui
semua pihak. Adanya lembaga khusus di tingkat provinsi bisa didirikan, tetapi sangat tergantung kepada
kebutuhan. Sebagai fasilitator provinsi harus menjaga netralitasnya, tetapi juga memiliki kewenangan
yang cukup disegani oleh seluruh stakeholder daerah. Hal ini menjadi pertimbangan utama karena
lingkup tugasnya mencakup lintas-batas daerah berikut keanekaragaman karakteristik yang dimiliki
masing-masing daerah.
Tingkat Kabupaten
Di tingkat Kabupaten/Kota, peran pemerintah daerah adalah
memastikan sesuai dengan komitmen kerjasama agar
konsensus yang sudah disepakati di dalam mekanisme
kerjasama antar daerah tersebut dapat terlaksana dengan
optimal. Peran kepala pemerintahan di daerah ini sangat
penting, mengingat posisi dan fungsinya sebagai pengambil
keputusan di daerah tersebut. Kepala pemerintahan
kabupaten/kota tersebut juga harus mengetahui
mekanisme, prinsip dan karakter dari kerjasama antar daerah.
Pemerintah Provinsi
adalah perwakilan
Pemerintah Pusat di
daerah.
Masyarakat luas
Keterlibatan masyarakat dalam konteks kerjasama antar daerah adalah sangat penting. Masyarakat
merupakan subjek sekaligus objek dari kerjasama itu sendiri. Masyarakatlah yang paling mengetahui
semua permasalahan yang dialami di wilayah yang ditempatinya. Masyarakat dalam pengertian luas
17 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
diharapkan sangat bisa memberikan masukan serta ide untuk kepentingan pembangunan daerah dalam
kerangka kerjasama antar daerah. Misalnya masyarakat dari kalangan profesional dan akademisi bisa
melakukan penelitian dan kajian dalam penyusunan rencana usaha (business plan) bagi
pengembangan ekonomi daerah dan regional atau melakukan penelitian dan kajian untuk
keperluan penyusunan kebijakan pembangunan daerah dan regional.
Gambar 4, Faktor Kunci KAD, Sumber: diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011
Dari berbagai informasi di
atas dapatlah disumpulkan
bahwa terdapat berbagai
faktor kunci yang bisa
menjadi
penyebab
keberhasilan suatu KAD
jika hal – hal tersebut
berfungsi dengan baik,
atau bisa juga sebaliknya,
akan
menjadi
alasan
kekagalan suatu KAD jika
faktor – faktor kunci
tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
2.2 Pembangunan Wilayah
Pemahaman Dasar
Asas Desentralisasi
Asas sentralisasi sebagai paradigma pengembangan wilayah ternyata kurang efektif untuk
memberdayakan kompetensi daerah dalam merencanakan dan mengelola pembangunan wilayah. Asas
ini membatasi peluang munculnya inisiatif dan gagasan kreatif daerah untuk secara proaktif
merencanakan dan mengelola pelaksanaan pembangunan daerah. Kelemahan asas sentralisasi:13
13
•
Adanya jarak antara pe
pemerintah
merintah pusat dan daerah karena pelaksanaan pembangunan
cenderung "didominasi" pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya sekedar
menjadi objek;
•
Adanya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat, baik secara politis
maupun ekonomis, khususnya dalam pembiayaan pembangunan;
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
18 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
•
Pelaksanaan pembangunan daerah seringkali kurang sesuai kebutuhan karena pelaksanaan
pembangunan daerah dikendalikan pemerintah pusat, sehingga seringkali hasil-hasilnya
tidak tepat sasaran dan kurang terasa manfaatnya.
•
Adanya anggapan bahwa semua daerah mempunyai kesamaan sehingga mengabaikan
keragaman dan ciri khas masing-masing daerah.
Otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi telah membuka wacana baru bagi pemerintah
kabupaten/kota. Administrasi pemerintahan menjadi lebih fleksibel, karena tidak harus tergantung
sepenuhnya kepada skema dan mekanisme yang sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat.
Pengalaman penerapan pola sentralisasi telah mengakibatkan munculnya keseragaman, sehingga
keragaman dan kekhasan lokal kurang dapat berkembang.
Instrumen Pembangunan Wilayah
Kita mengenal dua instrumen pembangunan, yaitu instrumen pembangunan formal dan instrumen
pembangunan nonformal, baik yang bersifat keruangan maupun non-keruangan. Dalam kerangka KAD,
kedua instrumen pembangunan wilayah ini diintegrasikan agar saling mengisi dan menutupi kelemahan,
sehingga keberadaan masing-masing tidak saling menghambat tetapi saling mendukung.
Komitmen-Konsensus
Pembentukan komitmen bersama sebagai dasar dari kerja sama regional, dijalankan melalui proses
pewilayahan desentralistik. Salah satu kelebihan proses desentralistik ini adalah ditonjolkannya
kekuatan politik endogen yang ditandai dengan tumbuhnya inisiatif lokal (bottom-up) yang kemudian
berkembang menjadi inisiatif regional.
Inisiatif dari bawah yang kemudian disatukan sebagai inisiatif regional ini tentunya juga memunculkan
perbedaan kebutuhan dan kepentingan antaraktor regional. Namun, hal tersebut justru melahirkan
konsensus yang berisi komitmen kerja sama regional. Jadi, komitmen bersama (regional) yang
merupakan platform kerja sama regional dilahirkan melalui negosiasi dari berbagai kepentingan
sehingga mencapai sebuah konsensus yang bersifat “win-win” (saling menguntungkan).
Kelembagaan inilah yang menggunakan dan mengedepankan aspek Komunikasi dan Koordinasi dalam
menjalin Kerjasama (3K) satu dengan lainnya dalam mencapai suatu komitmen bersama yang
mencerminkan pilar regionalisasi. Inilah salah satu kekuatan regionalisasi yang sekaligus menjadi
komponen penting bagi keberhasilan pembangunan.14
14
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
19 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pedoman Pendekatan Pembangunan Wilayah
Pendekatan Keruangan
Suatu kesatuan wilayah dibentuk berdasarkan pendekatan teknis kewilayahan, yakni pendekatan
homogenitas, sistem/fungsional, dan perencanaan/pengelolaan. Proses teknis pembentukan wilayah ini
dilanjutkan dengan proses legitimasi pelaksanaan berupa suatu kebijakan atau keputusan politik untuk
mendapatkan hasil final.
Region adalah lanjutan dari bentuk teknis kewilayahan yang kemudian diputuskan secara politis. Dengan
kata lain, wilayah yang dibentuk dengan pendekatan homogenitas, fungsional, dan
perencanaan/pengelolaan dapat bertransformasi menjadi region atau pewilayahan desentralistik.
Potensi dan Kekuatan Endogen Regional
Parameter potensi berdasarkan faktor potensi dan tambahan kekuatan endogen berupa kekuatan politik
regional (komitmen) sebagai tahap awal pembentukan program-program strategis regional terdiri dari 4
(empat) komponen, yaitu:15
•
•
•
•
Penawaran: tenaga kerja, modal, infrastruktur, dan Struktur Ekonomi
Permintaan: potensi pasar
Lingkungan: SDA, ruang dan lokasi, dan keindahan alam
Sosial Politik Regional: budaya politik, kepastian hukum, dan otonomi daerah
Dalam mengidentifikasi kekuatan regional, tidak hanya terbatas pada identifikasi potensi sumber daya
semata. Diperlukan faktor potensi lain yang dapat terhimpun secara sinergis hingga membentuk suatu
kekuatan endogen. Hal ini tercermin pada motivasi aktor-aktor regional untuk menggalang komitmen
dalam rangka menjalin kerja sama regional.
Jejaring
Pelaksanaan program-program strategis regional dapat dijalankan dan diorganisasikan melalui sebuah
lembaga kerjasama regional. Sebagai wadah yang dibentuk melalui kesepakatan antardaerah anggota
kerja sama regional, lembaga ini dituntut untuk dapat merepresentasikan kepentingan region. Tanggung
jawab yang diemban oleh lembaga kerja sama regional tentu menghasilkan konsekuensi-konsekuensi
logis mengenai bagaimana seharusnya lembaga ini bekerja dan dimana posisinya dalam konteks kerja
sama regional tersebut.
Pemanfaatan struktur jejaring merupakan bentuk yang selalu ditemui dalam pelaksanaan kerja sama
regional, masing-masing aktor regional yang terlibat di dalam sebuah kerja sama regional berada pada
posisi heterarkis/seimbang. Jejaring sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah konfigurasi dari para
aktor yang berada pada hubungan saling membutuhkan (interdependensi).
15
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
20 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Perencanaan Strategis
Prinsip pokok untuk membangun sebuah strategi pembangunan wilayah adalah:16
•
•
•
Pendekatan yang didasarkan pada potensi dan kebutuhan yang dimiliki oleh masing-masing
daerah.
Terciptanya kesepakatan dengan aktor lokal yang dapat memfasilitasi pembangunan atau
strategi daerah sebagai respon untuk mengembangkan peluang dan mengintegrasikan
kepentingan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Aktivitas pemerintah (pusat/provinsi) bersama dengan aktor regional harus terintegrasi ke
dalam strategi regional.
Stimulasi Pembangunan Regional
Inisiasi dan inovasi kabupaten/kota untuk merumuskan program-program strategis regional dan
membentuk sebuah kerjasama regional harus didukung. Lembaga kerjasama antar daerah/regional
merupakan instrumen untuk merespon inisiasi regional tersebut dengan mengupayakan dan
memberikan stimulasi-stimulasi yang dibutuhkan sesuai dengan kewenangan dan kemampuan yang
dimiliki, baik dalam proses pembentukan program maupun pembiayaan. Bentuk stimulasi untuk
merespon inisiatif-inisiatif regional adalah:
•
•
•
Rangkaian diskusi dan pembahasan mengenai gagasan pembentukan program strategis dan
kerja sama antardaerah yang mengikutsertakan stakeholders.
Dimulainya saling pengertian, penyesuaian kebijakan antardaerah dengan kebijakan di
atasnya, dan konsensus untuk menyatukan visi dan misi.
Memberi masukan kepada lembaga KAD dalam melakukan persiapan berupa orientasi
pembangunan, penguatan dan pengembangan proyek.
2.3 Konsep Pelaksanaan KAD
Peran lembaga KAD adalah menjembatani instrumen pembangunan formal dan instrumen
pembangunan nonformal dalam rangka menciptakan sinergitas dan keselarasan program pembangunan
dan kemitraan yang bersifat lintas daerah serta lintas pelaku. Fungsi lembaga KAD ini sebagai sebuah
instrumen pembangunan wilayah adalah menjadi pemicu (trigger) bagi inisiatif yang inovatif dalam
membentuk kerja sama regional dan mendukung pelaksanaan kerja sama regional yang akan dan sudah
terbentuk.
16
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
21 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi (3K)
Komunikasi, Kerjasama, dan Koordinasi (3K) merupakan ciri dari proses terbentuknya program strategis
regional. Berbagai bentuk program kerja sama yang dilaksanakan haruslah menuai hasil yang
memuaskan semua daerah terkait atau berdasarkan “win-win solution” bagi setiap anggota kerja sama
regional. Hal tersebut dapat tercapai dengan adanya kebersamaan yang mencerminkan kekuatan
endogen regional dan sekaligus komitmen pelaksanaan program kegiatan bersama. Komunikasi, kerja
sama, dan koordinasi ini merupakan sebuah kesatuan pilar pembangunan wilayah dan merupakan
kekuatan utama dari kerja sama regional.
Program strategis regional dalam kemasan kerja sama antar daerah yang bersifat nonstruktural lebih
menitikberatkan unsur komunikasi sebagai komponen utama. Hal ini sesuai dengan karakteristik kerja
sama yang berbentuk jejaring, dimana aspek komunikasi lebih berperan dibandingkan dengan landasan
instruksi koordinatif yang biasa dilakukan dalam konteks pembangunan hirarkis.
Konsep Program Strategis
Program strategis dalam konteks pembangunan wilayah desentralistik terdiri dari komponen-komponen
program yang merupakan produk dari proses 3K. Isi dari komponen program yang berupa Data Dasar
(baseline), Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pembiayaan ini merupakan hasil dari konsensus aktor-aktor
regional dan stakeholders terkait. Komponen program strategis tersebut merupakan landasan bagi
perumusan program strategis, dalam arti pijakan program yang dirumuskan bersama-sama melalui
kesepakatan.
Data Dasar (Baseline)
Data dasar merupakan penggambaran kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan
limitasi dari semua sektor dan aspek (fisik, ekonomi, sumber daya, sosial budaya, dan lain-lain). Dalam
program ini diperlukan penyusunan database semua sektor tersebut, baik dalam bentuk statistik
maupun grafis. RTRW sebagai salah satu produk instrumen pembangunan formal dapat dijadikan
sebagai salah satu masukan untuk pemetaan kondisi regional ini, terlebih lagi dalam RTRW juga memuat
standar-standar formal normatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman identifikasi kekuatan dan
kelemahan wilayah. Materi-materi yang termuat dalam data dasar regional (baseline) antara lain adalah
kondisi dan permasalahan:
•
•
•
•
•
•
•
Fisik (Sarana dan Prasarana) dan Sumber Daya Alam
Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
Hukum dan Kebijakan
Aktivitas Sektoral
Pemerintahan
Sosial Budaya, dan lain-lain
Jejaring dan kerja sama regional yang telah ada
22 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Secara umum, peta akan tergambar dalam sebuah baseline study yang memuat segala aspek potensi
dan kendala daerah baik secara fisik, ekonomi, hukum, pemerintahan, pelayanan publik, investasi, dan
lain sebagainya.
Perencanaan Program Strategis Regional
Perencanaan program strategis yang di dalamnya melibatkan unsur-unsur regional yang berkepentingan
hendaknya benar-benar mencerminkan kebutuhan bersama. Orientasi program pada proses dan hasil
yang dicapai tentunya diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi yang harus dipenuhi pada proses
perencanaan. Konsekuensi tersebut adalah dituntutnya sebuah program melalui perencanaan yang baik
dan realistik, yang antara lain berisikan:17
•
•
•
•
•
Rumusan masalah yang jelas dan spesifik,
Tujuan umum, tujuan khusus, dan sasaran yang berkaitan dengan masalah,
Sasaran bersifat spesifik, dapat diukur, masuk akal dan realistik, mempunyai jangka waktu
(SMART: Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, and Time limit),
Strategi dan kegiatan yang efektif,
Alokasi sumber daya yang efisien.
Perencanaan program strategis dapat terjadi melalui layaknya tahapan perencanaan klasik (logical
framework-planning), yaitu:18
•
•
•
•
•
Identifikasi sumber permasalahan,
Menentukan aspek sebab-akibat,
Analisis faktor kekuatan dan kelemahan,
Formulasi visi dan misi regional,
Melaksanakan program aksi berdasarkan prioritas yang disepakati.
Pola Pelaksanaan
Pelaksanaan dan mekanisme proses pembentukan program-program strategis regional digulirkan
melalui pemetaan regional berdasarkan persamaan kebutuhan. Pola-pola yang digunakan dalam
pelaksanaan program strategis regional ini harus benar-benar mencerminkan sifat-sifat perencanaan
pembangunan desentralistik. Karakter khusus dari pola pelaksanaan program strategis ini antara lain:
•
Bottom-up
Pola “dari bawah” ini sudah diaplikasikan sejak awal perumusan program, inisiator regional yang
merupakan representasi dari kepentingan dan kebutuhan daerah atau region benar-benar diperhatikan
dengan tindakan fasilitasi dan pendampingan oleh RMA dan SKPD terkait.
17
18
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
23 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
•
Partisipatif
Pola partisipatif diwujudkan dalam keterlibatan semua unsur regional terkait, baik publik maupun privat,
bahkan dari lembaga lain seperti LSM, perguruan tinggi, lembaga donor, dan forum stakeholders.
•
Kesetaraan dan Jejaring
Kelebihan dari program strategis regional dalam hal kelembagaan adalah adanya kesetaraan antar
pelaku-pelaku program yang ditunjukkan dengan konsep jejaring (heterarkis) dimana semua pelaku
mempunya hak dan kewajiban yang seimbang.
•
Kolektif
Kolektivitas unsur-unsur regional dalam merumuskan dan melaksanakan program strategis merupakan
pola yang sangat tepat untuk menciptakan rasa memiliki program bagi semua pihak, dengan kata lain,
program yang dirumuskan dan dijalankan bersama ini adalah program milik bersama.
•
Terbuka
Pola keterbukaan dalam pelaksanaan program strategis regional ini berarti adanya transparansi baik
dalam proses perumusan, proses pengambilan keputusan, manajemen dan keuangan, serta semua
pihak terkait mengetahui kelebihan dan kekurangan masing masing. Dengan keterbukaan ini,
diharapkan terciptanya kebersamaan yang lebih erat dalam perumusan dan pelaksanaan programprogram strategis regional.
Pola Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan program-program strategis regional sepenuhnya ditentukan melalui
kesepakatan bersama. Jumlah dan jenis kontribusi yang diberikan oleh masing-masing anggota
kerjasama antar daerah mencerminkan besarnya niat dan kesungguhan para aktor regional untuk
mengikat diri dalam sebuah kerja sama. Jumlah dan jenis kontribusi masing-masing aktor regional harus
memiliki asas kepatutan dan realistis sesuai dengan visi dan misi kerja sama. Jumlah kontribusi yang
diberikan oleh masing-masing daerah tidak harus sama, mengingat kemampuan finansial masing-masing
tidak selalu sama, dalam arti salah satu daerah mungkin lebih mampu dari yang lain atau sebaliknya.
2.4 Bentuk Kegiatan KAD
Kegiatan Komunikasi
Pelaksanaan konsep KAD dalam kerangka kegiatan komunikasi dapat diwujudkan melalui berbagai
kegiatan. Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menguatkan kebersamaan melalui
dialog antar aktor regional dan stakeholders terkait.
24 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
a.
Rapat Kerja
Definisi
: Rapat kerja merupakan suatu bentuk pertemuan antar pihak-pihak terkait untuk
membahas segala kegiatan yang dibutuhkan beserta agenda pelaksanaannya dalam
konteks KAD.
Manfaat
: Menyatukan visi dan misi kelembagaan secara internal sehingga terbentuk pondasi
platform yang kuat dalam melaksanakan program-program kerja yang diagendakan.
Peserta
: Pihak-pihak terkait, diantaranya seperti pengurus lembaga kerja sama regional (bila
sudah terbentuk), daerah otonom terkait, stakeholders, adviser, maupun
perorangan/lembaga lain.
Agenda
: Pembahasan program kerja, implementasi dan evaluasi kinerja
Waktu
: Sesuai dengan yang disepakati
Biaya
: Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.
b.
Pertemuan Dialogis
Definisi
: Pertemuan dialogis adalah sebuah pertemuan antara pihak-pihak yang berkepentingan
dengan tujuan untuk menjaring masukan, mendiskusikan kendala/permasalahan yang
dihadapi secara intensif, diseminasi agenda dan implementasi program kerja, dan halhal lain yang dianggap perlu untuk dibahas. Kegiatan tatap muka dan dialog antarpihak
terkait merupakan suatu sarana untuk dapat membahas tema-tema tertentu secara
khusus.
Manfaat
: Mewadahi aspirasi dari semua pihak yang berkepentingan dalam rangka menciptakan
hubungan yang komunikatif antarpelaku.
Peserta
: Stakeholders regional (lembaga kerja sama regional, sektor publik, SKPD, privat, LSM
dan tokoh masyarakat)
Agenda
: Menjaring masukan, pembahasan program kerja, implementasi, dan evaluasi kinerja.
Waktu
: Fleksibel, sesuai kebutuhan.
Biaya
: Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.
25 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
c. Konferensi Regional
Definisi
: Konferensi regional merupakan platform komunikasi yang terdiri dari para pemegang
kebijakan (bupati dan walikota) bersama para mitra pemerintahan daerah (legislatif)
dan hasilnya merupakan kesepakatan program pembangunan lintas daerah; forum
lintas daerah.
Manfaat
: Menyatukan visi misi pembangunan regional antarpengambil keputusan masing-masing
daerah anggota dan menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan.
Peserta
: Para penentu kebijakan daerah otonom kabupaten/kota yang tergabung dalam kerja
sama regional dan SKPD terkait.
Agenda
: Pembahasan bidang-bidang kerja sama regional
Waktu
: Sesuai dengan yang disepakati
Biaya
: Dianggarkan dari kas masing-masing daerah atau sesuai kesepakatan.
d.
Seminar, Lokakarya, dan FGD
Manfaat
: Memperluas wacana keilmuan dan memperbesar peluang terciptanya gagasan-gagasan
baru dalam tema-tema tertentu yang berkaitan dengan kerja sama regional.
Peserta
: Seminar: semua komponen dan atau pihak-pihak yang tertarik untuk mengikuti dan
undangan yang dipercaya sebagai pemapar (narasumber) dan pembahas.
Lokakarya dan FGD: pengelola lembaga kerjasama antar daerah dan stakeholders serta
undangan lain yang terkait.
Agenda
: Pembahasan isu-isu aktual berkaitan dengan program-program yang dilakukan dalam
lingkup kerja sama regional dan pembahasan hasil program yang telah terlaksana.
Waktu
: Fleksibel sesuai dengan dinamisasi dan perkembangan informasi keilmuan yang aktual.
Biaya
: Dianggarkan dari kas lembaga KAD, kas masing-masing daerah, atau dari sumber lain
yang sah dan telah disepakati.
26 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
e.
Pameran & Studi Banding
Manfaat
: Memperkenalkan, menciptakan, dan meningkatkan citra region dalam rangka
meningkatkan daya saing
Peserta
: Seluruh pengurus lembaga kerja sama regional dari pimpinan sampai staf, dan bila
diperlukan dapat pula mengundang advokator maupun lembaga lain sebagai peninjau.
Agenda
: Pembahasan program kerja, implementasi, dan evaluasi kinerja.
Waktu
: Sesuai dengan yang disepakati
Biaya
: Dianggarkan dari kas lembaga KAD atau dari sumber lain yang sah dan telah disepakati.
f.
Pembinaan Aktor KAD Regional
Aktor regional merupakan pelaku langsung pembangunan pada suatu wilayah baik perorangan
maupun kelompok/lembaga. Aktor regional mempunyai peran yang sangat besar mengingat kondisi
riil di lapangan yang dihadapi. Inisiator regional adalah perorangan, kelompok, atau lembaga yang
mempunyai prakarsa untuk membangun wacana menuju terbentuknya kerja sama regional.
Keberadaannya tidak masuk dalam struktur organisasi, sebab inisiator berperan sebelum
terbentuknya organisasi. Secara teknis kegiatan pembinaan aktor KAD regional ini dapat dilakukan
antara lain melalui:
•
•
•
g.
FGD antara aktor dan inisiator regional, Tim Internal KAD, SKPD terkait dan Adviser
Seminar untuk aktor dan inisiator regional
Kursus-kursus singkat bagi aktor dan inisiator regional untuk pendalaman know how mengenai
kerja sama regional, dan lain-lain
Publikasi Perencanaan, Hasil dan Tindak Lanjut Kegiatan
Materi-materi yang harus disiapkan dalam publikasi perencanaan, hasil, dan tindak lanjut kegiatan ini
antara lain: dokumentasi, laporan-laporan, manfaat kegiatan yang telah dilakukan, perubahan pra dan
pascakegiatan, gambaran rencana kegiatan dan hasil yang diharapkan, dan lain-lain
Publikasi perencanaan, hasil, dan tindak lanjut kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara:
•
•
•
•
•
•
Pameran/Ekspos,
Seminar,
Pembentukan situs/homepage sebagai media publikasi lembaga kerja sama regional,
Liputan di media massa (elektronik dan cetak),
Pembuatan pamflet dan buletin,
Pertemuan-pertemuan di lingkup kecamatan dan kelurahan melalui aparat-aparatnya, dan lainlain
27 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Kegiatan Kerjasama
Kerjasama dalam konteks program strategis regional merupakan muara dari kesepakatan masing-masing
aktor regional, stakeholders, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam menyatukan kepentingan dan
kebutuhan semua pihak.
Penentuan Program Unggulan (Key Projects)
Key project atau yang kita kenal sebagai program unggulan adalah salah satu unsur kerja sama regional
yang harus ada, mengingat bidang yang akan dikerjasamakan harus sudah jelas dan sesuai dengan
kebutuhan seluruh daerah otonom (kabupaten/kota) anggota kerja sama regional.
Dalam konteks kerja sama regional, penentuan program unggulan dilakukan berdasarkan kesepakatan
bersama. Contoh Key Project yang paling sederhana adalah pemasaran region (Regional Marketing).
Daerah secara bersama melakukan pemasaran wilayah melalui promosi, ekspose, dan sebagainya
dengan tujuan untuk “menjual” dan meningkatkan image wilayah sebagai satu kesatuan.
Contoh lainnya adalah dalam konteks peningkatan pelayanan publik misalnya: sistem administrasi
perijinan satu atap, pengelolaan sistem transportasi bersama dll.
Fasilitasi dan Mediasi Pembangunan
Fasilitasi dan mediasi pembangunan regional merupakan salah satu bentuk dukungan yang diberikan
oleh lembaga KAD kepada region dalam rangka menjalankan program-program regional, baik internal
maupun eksternal. Bentuk fasilitasi dan mediasi ini dapat berupa usaha untuk mengupayakan
kemudahan-kemudahan birokrasi dan regulasi, penguatan jejaring, advokasi, penghubung antarpihak,
dan lain-lain.
Dalam proses pembahasan program, lembaga KAD dan dinas terkait dapat sejak dini mengikutsertakan
berbagai pihak yang berpotensi untuk mendukung pelaksanaan program. Hal ini dilakukan untuk
memperlancar proses pelaksanaan program dengan cara, misalnya, melibatkan sumber dana (baik
publik maupun privat) dalam pembahasan konsep dan pengembangan konsep program
Bantuan Teknis Pendampingan
Dalam menjalankan program-program kerja sama, akan sangat mungkin terdapat kelemahan-kelemahan
dan kendala teknis yang menghambat jalannya program. Dalam hal ini, diperlukan bantuan teknis
berupa pendampingan dari pihak tertentu yang menguasai materi tersebut, dan tentunya diperlukan
suatu langkah proaktif dari lembaga kerja sama regional untuk dapat memperoleh bantuan teknis ini.
Materi-materi bantuan teknis:
•
•
•
Capacity Building (Pembangunan/peningkatan Kapasitas Institusi)
Baseline Study (Studi Dasar)
OSS/RIA (One Stop Services/Regulatory Impact Assessment)
28 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
• Analisis Iklim Usaha
• Penguasaan teknologi informasi, dan lain-lain
Sumber Bantuan teknis antara lain:
•
•
•
•
Sektor publik
LSM dan Asosiasi
Lembaga donor
Perguruan Tinggi, dan lembaga-lembaga lain
Membangun Networking
Networking berperan penting dalam promosi dan pemasaran region seluas-luasnya terutama dalam
kerangka pemasaran wilayah untuk meningkatkan daya jual dan daya saing wilayah. Manfaat menjalin
hubungan baik dengan institusi lain dan menunjukkan kinerja terbaik adalah peningkatan citra kerja
sama regional yang dikelola sehingga banyak kemudahan-kemudahan yang akan diperoleh, baik dalam
mendatangkan investasi maupun dalam pendalaman materi know how pada bidang-bidang tertentu
berkaitan dengan tujuan kerja sama regional yang dikelola. Lembaga kerja sama regional dapat
mengembangkan jaringannya dengan cara:
• Memperkenalkan lembaga kerja sama regional kepada masyarakat luas dan instansi-instansi
maupun lembaga-lembaga dalam dan luar negeri
• Menyebarluaskan kemungkinan-kemungkinan kerja sama kepada masyarakat dan instansiinstansi maupun lembaga-lembaga dalam dan luar negeri
• Melakukan audiensi dan menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga yang relevan, dalam
dan luar negeri, dan lain-lain
Kegiatan Koordinasi
Sinkronisasi Program Pembangunan
Sinkronisasi program pembangunan merupakan upaya untuk menyelaraskan program-program
pembangunan yang dijalankan antara program daerah (kabupaten/kota), regional (lingkup region), dan
provinsi maupun pusat melalui produk-produk kebijakan seperti Renstra, RTRW, dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih program pembangunan dan kesalahan komunikasi
antarprogram pembangunan pada level yang berbeda.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka sinkronisasi program-program pembangunan regional
antara lain adalah:
•
Pembentukan forum diskusi dengan tema tertentu yang melibatkan instansi sektoral lain
dan stakeholder terkait.
•
Penyelarasan program-program sektoral regional dengan program sektoral daerah dan
provinsi/pusat.
29 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Harmonisasi Kebijakan
Kebijakan merupakan salah satu stimulan pembangunan, dimana kebijakan-kebijakan yang ada
seharusnya memberikan kontribusi yang besar bagi aktivitas pembangunan. Semakin kondusif kebijakan
yang diberlakukan pada suatu daerah, maka akan semakin baik pula iklim usaha yang diciptakan.
Namun, kondusivitas kebijakan pada satu daerah saja tidaklah cukup. Dalam konteks kerja sama
antardaerah, harmonisasi kebijakan jauh lebih penting karena bukan hanya iklim kebijakan daerah per
daerah saja yang diperhitungkan namun justru dalam lingkup regional harus terdapat keharmonisan.
Langkah-langkah dalam harmonisasi kebijakan antara lain:
•
Identifikasi dan pembandingan jumlah dan jenis kebijakan masing-masing daerah anggota,
•
Penjaringan input yang berupa persepsi dan harapan dari pihak-pihak terkait/terkena
dampak kebijakan
•
Studi kasus daerah lain yang sukses (best practices)
•
Peninjauan kembali terhadap kebijakan-kebijakan masing-masing daerah berdasarkan
contoh sukses masukan dari pihak-pihak yang terkena dampak kebijakan yang hasilnya
berupa penyesuaian kebijakan dalam lingkup satu kesatuan region.
2.5 Monitoring dan Evaluasi
Pengertian Dasar Monev
Penyelenggara KAD terlebih dahulu harus memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan system
evaluasi sebelum membangun dan menjalankan KAD. Prinsip tersebut antara lain :
• Sederhana dan mudah dikontrol,
• Kapasitas evaluasi yang kuat,
• Informasi yang terbuka dan dapat dievaluasi,
• Adanya penghargaan terhadap kinerja,
• Kejelasan status evaluasi
Dengan memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, diharapkan instrument monitoring dan evaluasi
nantinya akan lebih aplikatif dan bermanfaat bagi pengembangan KAD.
Baseline
Hal lain yang juga perlu disiapkan adalah data dasar terkait sektor atau objek yang akan dikerjasamakan.
Data dasar ini menjadi penting untuk dapat menjadi pijakan awal terhadap suatu wilayah yang akan atau
sedang melakukan kerjasama sehingga ke depan paska kerjasama - penyelenggara, masyarakat atau
30 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
pemangku kepentingan lainnya dapat melihat perubahan dan perbedaan yang terjadi terhadap objek
yang dikerjasamakan – sebelum dan sesudahnya. Data dasar yang dibutuhkan adalah penggambaran
kondisi regional baik dari segi potensi maupun kendala dan limitasi dari semua sektor dan aspek,
misalnya sektor fisik, ekonomi, sosial budaya, sumberdaya, dan sebagainya. Tentunya penggalian data
dasar tersebut disesuaikan relevansinya dengan objek yang akan dikerjasamakan. Oleh karena itu
penyusunan data dasar baik yang berbentuk statistik maupun grafis adalah kebutuhan bagi
penyelenggaraan kerjasama antar daerah.
Merumuskan Indikator Kinerja
Tentunya program kerja sama yang dilakukan diharapkan dapat membuahkan dampak positif
bagi masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta. Untuk itu perlu dipahami secara bersama,
indikator apa yang perlu dirumuskan, ketika program kerja sama tersebut dikatakan berhasil
dan bagaimana indikator kinerjanya ketika KAD dinilai telah memiliki kinerja yang baik? Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai pengertian terhadap indikator kinerja.
Indikator Kinerja adalah uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif ataupun
kualitatif yang mengindikasikan pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah disepakati
dan ditetapkan.
Manfaat dari sebuah indikator kinerja adalah :
• Sebagai dasar penilaian kinerja, baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan, maupun
setelah pelaksanaan kegiatan,
• Sebagai petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran
Penetapan indikator kinerja di dalam suatu proses kerjasama (ataupun proses dalam pengertian luas)
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Indikator kinerja Input, indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), SDM,
peralatan, material dan masukan lainnya yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan.
Dengan demikian kita bisa meninjau distribusi sumberdaya dan kemudian dianalisis apakah alokasi
sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang telah ditetapkan. Misalnya :
• Jumlah alokasi anggaran yang dibutuhkan,
• Sumberdaya manusia yang terlibat,
• Peralatan / infrastruktur apa saja yang digunakan.
Indikator kinerja Output, indikator ini dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan
apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur, untuk itu
indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan sektor yang dikerjasamakan, misalnya :
• Jumlah penerima manfaat dari pengelolaan sampah bersama,
• Jumlah pasien terhadap jasa kesehatan yang dikelola bersama,
31 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Indikator kinerja Hasil/Outcome, Indikator ini lebih utama dibandingkan sekedar output, karena tidak
selalu hasil/outcome dari suatu kegiatan tercapai walaupun keluaran/output dari kegiatan tersebut
tercapai. Hasil menggambarkan tingkat pencapaian yang lebih tinggi yang dapat menyangkut
kepentingan banyak pihak. Dengan indikator hasil, masyarakat atau pemerintah daerah yang terlibat
dapat mengetahui apakan hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat.
Indikator kinerja Manfaat/Benefit, indikator ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator
hasil/outcome. Umumnya manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu ke depan, khususnya
dalam rentang waktu menengah atau rentang waktu yang relatif lebih panjang. Dalam indikator manfaat
menunjukan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan
optimal.
Indikator kinerja Dampak/Impact, indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari
manfaat hasil kegiatan sebuah KAD. Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat
diketahui dalam rentang waktu menengah atau panjang. Indikator dampak menunjukan dasar pemikiran
mengapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan
secara sektoral, regional, nasional dan global.
Dari semua indikator tersebut, hal yang juga perlu diperhatikan adalah, Indikator kinerja yang
dirumuskan harus bersifat SMART.
Dari penjelasan di atas selanjutnya bisa
dimanfaatkan
dalam
proses
melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap program kerja
sama antar daerah dengan mengacu pada
indikator-indikator yang telah ditetapkan.
SMART:
• Specific: jelas, tidak mengundang
pemahaman beragam,
• Measureable: dapat diukur,
• Achievable: dapat dicapai,
• Relevant: sesuai dengan
kebutuhan program,
• Timebound: tepat waktu
32 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB. 3. PEMBELAJARAN KAD AUSTRIA, SWISS
DAN JERMAN
P
ada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari bahwa Kerjasama Antar Daerah yang dimaksudkan
di dalam teori – teori yang ada adalah KAD yang tergolong kepada Intergovernmental Management,19
yaitu KAD dengan karakternya yang non-struktural, jejaring publik, mengutamakan komitmen dan
produknya adalah berupa suatu konsensus bersama (di Indonesia pola seperti ini lebih dikenal dengan
model KAD Regional Management)
Management).. Eropa sebagai negara maju, ternyata telah memiliki pengalaman
yang cukup panjang terkait KAD seperti ini terutama untuk mengatasi disparitas daerah – daerah maju
dan tertinggal. Pelaksanaan KAD di tiga negara seperti Jerman, Austria dan Swiss bisa dijadikan
pembelajaran bagaimana mengelola KAD yang baik.
Gambar 5, Tipikal struktur organisasi KAD Austria, Swiss dan Jerman, Sumber:
diolah sendiri dari berbagai sumber, 2011.
KAD di Austria, Swiss dan Jerman
dibentuk dengan tujuan untuk
mempercepat
pembangunan
perekonomian dan meningkatkan
kualitas pelayanan publik di
berbagai bidang, terutama untuk
daerah – daerah yang kurang
maju
dibandingkan
daerah
lainnya. Secara umum, tipikal
kelembagaan KAD di tiga negara
tersebut dapat dilihat di gambar
berikut ini, walaupun tentunya
masing – masing negara
mempunyai kekhususan tersendiri.
3.1 KAD Regional Management di Austria
Jika dilihat ke belakang maka Kerjasama Antar Daerah di Austria telah melewati masa lebih dari 30
tahun. Hal yang mendasari kebijakan baru di bidang kerjasama antar daerah ini adalah kebijakan khusus
Kanselir Austria untuk mengentaskan daerah – daerah pedesaan yang lambat berkembang terutama di
daerah pegunungan di tahun 1979.
Kebijakan politik Austria di bidang regional telah memberikan impulse baru dan mengakibatkan
perubahan di Eropa sejak Austria menjadi anggota Uni Eropa di tahun 1994. Negara – negara lainnya
19
McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom"
Bottom",, Public Administration Review
33 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
pada saat itu mempunyai masalah utama di dalam kebijakan politik di tingkat regional, yaitu tidak
adanya kegiataan koordinasi administrasi dan lembaga yang melaksanakannya di tingkat regional
tersebut. Berdasarkan pengalamannya melalui kebijakan politik regional-nya yang khas sejak tahun 80an, di mana hampir di seluruh kabupaten/distrik di Austria telah melakukan Kerjasama Antar Daerah
dengan platform Regional Management, Austria merupakan acuan negara – negara lain di dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan pembangunan di tingkat regional.20
Kerjasama Antar Daerah (Regional Management) di Austria sejak dulu sampai sekarang dipahami
sebagai lembaga interface yang menjembatani pemerintahan administratif, pasar dan kepentingan
regional lainnya yang dibentuk berdasarkan
prinsip Bottom-Up. KAD RM ini merupakan
Austria memulai KAD dengan
perwujudan pembangunan regional yang
kebijakan pusat yang membentuk
profesional semenjak masa uji coba beberapa
peraturan perundangan untuk
puluh tahun yang lalu, hingga saat ini di mana
mendorong daerah melakukan KAD,
semua region telah menjalankannya dengan pola
yang sama dan dengan fungsi pengendalian
namun dalam pelaksanaannya tetap
regional. Salah satu wujud profesionalitas
mengutamakan prinsip bottom-up
tersebut adalah semakin diakuinya profesi
dengan mekanisme Komunikasi,
Regional Manager yang didukung oleh teori dan
Koordinasi dan Kerjasama.
dunia pendidikan dan diakuinya bentuk baru
Komunikasi, Koordinasi dan Kerjasama di
tingkatan regional.21
Dari KAD Regional Management yang ada di Austria, terdapat 4 model Kerjasama22, yaitu:
• Bentuk organisasi KAD sebagai aliansi beberapa Kabupaten. Bentuk seperti ini merupakan
bentuk yang paling banyak dijumpai di Austria. Keuntungan bentuk seperti ini adalah
tingginya fleksibilitas dan hubungan yang erat dengan wilayahnya. Aliansi seperti ini harus
dikelola secara profesional jika jumlah kabupaten yang bekerja sama cukup besar.
•
Bentuk organisasi KAD sebagai platform politik. Bentuk seperti ini merupakan penambahan
tokoh – tokoh politik aktif di wilayah kerjasama dengan tujuan agar aspirasi wilayah lebih
didengarkan di tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi di atasnya. Kunci keberhasilannya
terletak kepada keinginan dan kesiapan untuk bekerjasama dan berkoordinasi lintas partai
politik untuk tujuan wilayah kerjasama.
20
OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluierung des Regionalmanagements in Oesterreich.
Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse einer Institution am Beispiel Salzburgs.
22 Heintel, M., 2005, Regionalmanagement in Österreich. Professionalisierung und Lernorientierung.
21
34 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
•
Bentuk organisasi KAD sebagai inisiatif regional. Bentuk organisasi ini merupakan produk
dari inisiatif dari kelompok masyarakat/NGO yang ingin berpartisipasi secara aktif di dalam
pembangunan regional yang sangat berhasil untuk wilayah kerjasama yang tidak terlalu luas
serta mengedepankan prinsip “bottom-up”.
•
Bentuk organisasi KAD di tingkatan negara bagian. Bentuk KAD ini dikendalikan sepenuhnya
oleh negara bagian dan oleh karena sifatnya yang top-down, semakin banyak ditinggalkan
karena kemampuannya di dalam menjalankan kerjasama dan kurang diterima di
masyarakat.
3.2 KAD Regional Management di Swiss
Seperti halnya di Austria, Swiss juga mempunyai sejarah yang cukup panjang mengenai Kerjasama Antar
Daerah Regional Management Di Swiss KAD terbentuk berdasarkan dua program bantuan pemerintah
yaitu: Investitionshilfegesetzt fuer Bergebiete 1974 (IHG) – Peraturan Bantuan Investasi Derah
Pegunungan 1974 -, dan Program Regio Plus tahun 1997 yang mempunyai karakter identis dengan
program bantuan dari Uni Eropa.23
Agar wilayah – wilayah tersebut bisa mendapatkan program bantuan pemerintah Swiss tersebut, maka
persyaratan yang harus dipenuhi adalah terbentuknya kelembagaan di wilayah atau region yang
mempunyai konsep pembangunan regional. Pembentukan kelembagaan ini berdasarkan kepada
karakter topografi di wilayah pegunungan, contohnya daerah – daerah di pegunungan yang jumlah
penduduknya sedikit menggabungkan diri ke dalam suatu wadah (KAD RM). Pada pelaksanaannya
pemerintah pusat Swiss bersedia untuk mendanai hingga 80 % biaya sekretariat lembaga KAD RM
tersebut.24
Di Swiss, Konsep
Pembangunan Regional
yang disusun oleh
Lembaga KAD
merupakan syarat untuk
mendapatkan stimulus
pemerintah pusat.
Sekretaris KAD RM dipilih dan diangkat oleh wilayah.
Seringkali posisi ini diisi oleh tokoh – tokoh regional
seperti walikota, pengusaha lokal, dll. Sekretaris regional
ini juga mendapatkan dukungan dari Biro Koordinasi CHRegio yang berfungsi sebagai pusat informasi dan
dokumentasi dan sekaligus bekerja sama dengan
lembaga pendidikan untuk menawarkan pelatihan dan
workshop terkait.25
23
http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
25 http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente, Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente
24
35 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
3.3 KAD Regional Management di Jerman
Pemikiran KAD di Jerman dimulai sejak pemerintah Jerman menggulirkan konsep regionalisasi di wilayah
Jerman (Barat) sejak tahun 70-an. Semenjak tahun 1990, KAD RM di Jerman semakin menempati posisi
penting sebagai “soft” Instrumen di tingkatan regional dan semakin dilibatkan di dalam proses
perencanaan kegiatan kewilayahan. Hal ini merupakan reaksi atas beragamnya tugas dan fungsi KAD RM
di Jerman. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan keterbatasan performa dari tenaga kerja di KAD RM yang
terdiri dari tenaga kerja sukarela dan honorer yang tentu saja mempunyai keterbatasan kapasitas di
dalam mengendalikan proses pembangunan wilayah yang kompleks.
Studi literatur untuk tema Kerjasama Antar Daerah di Jerman menunjukkan bahwa definisi mengenai
tema Kerjasama Antar Daerah yang ideal tidak ditemukan di dalam berbagai tulisan melainkan lebih
banyak didapatkan dari praktek di lapangan dan semuanya mengarah kepada konsep KAD Regional
Management.26
Model KAD Regional Management di Jerman dapat dibedakan berdasarkan penempatannya di
tingkatan wilayah administratif, seperti:27
• KAD RM di tingkatan perencanaan wilayah,
• KAD RM di tingkatan sebagian dari wilayah,
• KAD RM di tingkatan kabupaten/distrik dan,
• KAD RM di lintas wilayah administratif.
Pengelompokan di atas berorientasi kepada kriteria keruangan semata. Sementara itu berdasarkan
kemampuan lembaga KAD RM dalam mengimplementasikan kegiatan di lapangan terdapat dua tipe
kelembagaan KAD RM yaitu; 28
• Bentuk organisasi KAD RM di tingkatan asosiasi perencanaan regional, dan
• Bentuk organisasi KAD RM di tingkatan Kommunal (setingkat kabupaten).
Berdasarkan kriteria tersebut di atas ternyata bentuk KAD RM yang paling dianjurkan jika ingin berhasil
di dalam implementasinya adalah KAD RM yang ditempatkan di tingkatan asosiasi perencanaan wilayah,
dengan syarat bentuk organisasinya memiliki pimpinan dan fasilitas sumber daya yang memadai.29
Asosiasi perencanaan wilayah di Jerman mempunyai keuntungan yaitu bisa bereaksi secara cepat dan
mempunyai fleksibiltas tinggi, kompetensi dan efisiensi yang tinggi serta relatif bebas di dalam membuat
keputusan dan di dalam manajemen kegiatan. Selain itu bentuk ini dapat diterima oleh stakeholder di
26
Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier
Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.
27 Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung. Augsburg 1998.
28 Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung. Augsburg 1998.
29 Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier
Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.
36 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
bidang politik, ekonomi, akademik dan pemerintahan, selain itu juga didukung oleh motivasi yang tinggi
di dalam melaksanakan pembangunan regional.
Kelembagaan KAD RM yang ditempatkan di tingkatan Kommunal30 di Jerman hanya bisa berjalan dengan
baik jika KAD RM tersebut memiliki eksistensi di tingkatan regional. Kunci keberhasilannya terletak
kepada bentuk kelembagaan yang kuat dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas dari struktur
kelembagaannya, serta kaitannya dengan stakeholder lainnya terutama di bagian perencanaan.
Tugas KAD RM di Jerman
Tugas yang diemban oleh KAD RM di Jerman sangat beragam. KAD RM dimengerti sebagai “soft”
instrument untuk pembangunan kewilayahan. Namun demikian di Jerman juga sering terjadi diskusi
hangat mengenai biaya operasional dan manfaat dari KAD RM itu sendiri. Professor Dr. Otmar Seibert
dari FH Weihenstephan memformulasikan tugas – tugas dari KAD RM dalam suatu pameran “Euregia
2006”31 di kota Leipzig sebagai berikut:
1. Pusat Informasi dan Public Relation: penyusunan materi informasi; mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan; presentasi; kegiatan-kegiatan PR dan Humas; Marketing ke dalam dan
ke luar; membangun sistem data base.
2. Konsultasi dan Pelatihan: Konsultasi terhadap pemilik proyek; konsultasi untuk perusahaan
dan pendirian usaha; kegiatan sertifikasi; moderasi dan mediasi.
3. Manajemen Jejaring dan Koordinasi: pembinaan terhadap kelompok kerja; membuka dan
membina hubungan ke stakeholder rekanan di bidang ekonomi dan sosial.
4. Manajemen Kegiatan: inisiasi kegiatan; perencanaan kegiatan; realisasi kegiatan;
“pengawalan” kegiatan; networking antara kegiatan – kegiatan sektoral.
5. Monitoring, Pelaksanaan dan Peningkatan Kapasitas: “pengawalan” proses; memastikan
keberhasilan kegiatan; evaluasi; pemeriksaan dan pelaporan; pengerjaan proposal;
seminar/workshop peningkatan kapasitas.
Istilah “Regional Management” mengandung penjelasan tentang spektrum tugas yang kompleks yaitu
inisiasi pembangunan regional yang berorientasi kepada proses dan pelaksanaan lintas sektoral atas
dasar konsep pembangunan stakeholder lokal dengan memperhatikan faktor – faktor eksternal. KAD RM
menggarisbawahi fungsi – fungsi koordinasi dan kerjasama, image wilayah, ketersediaan informasi,
sertifikasi dan membangun networking yang stabil. Keberhasilan menjalankan tugas dan fungsi tersebut
dikarenakan adanya kemampuan kompetensi di bidang sosial di samping kemampuan di bidang teknis. 32
30
Setingkat Kabupaten/Kota jika di Indonesia.
Euregia adalah Kongres dan Pameran tahunan di Leipzig, Jerman mengenai Regional Development yang diikuti sebagian besar negara –
negara Eropa. Informasi mengenai Euregia bisa didapatkan di www.euregia-leipzig.de
32 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
31
37 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Berdasarkan kepada hal ini, maka keberhasilan suatu KAD RM di Jerman tidak hanya ditentukan oleh
keberhasilan di bidang perekonomian, tetapi juga harus diukur berdasarkan manfaat sosial yang
dirasakan masyarakat dari kegiatan yang diinisiasi oleh wilayah berdasarkan potensi endogen.33
Keberhasilan suatu KAD RM di Jerman dewasa ini diukur berdasarkan kriteria berikut ini:34
•
•
•
•
•
•
•
Inisiatif dan Motivasi lokal,
Prinsip Bottom-Up dengan partisipasi luas dari pelaku usaha dan masyarakat,
Hubungan kontekstual yang erat dengan wilayah,
Tolok ukur yang berorientasi kepada lintas sektor,
Berorientasi kepada proses dan hasil akhir,
Memperhatikan faktor eksternal wilayah di dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan,
Profesionalitas.
3.4 Pembelajaran KAD Austria, Swiss dan Jerman
Pola KAD
Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa tidak ditemukan suatu pola umum yang berlaku dalam
mengimplementasikan instrument KAD di Jerman, Austria dan Swiss. Kesamaan bentuk organisasi
pelaksana KAD telah digambarkan di bagian sebelumnya yaitu sama – sama menganut organisasi
Regional Management. Selain itu juga terdapat intensitas yang berbeda dalam pelaksanaan KAD di
masing – masing negara yang dapat dijadikan pembelajaran.
Swiss dan Austria merupakan negara yang paling berpengalaman dengan Kerjasama Antar Daerah
Regional Management yang berorientasi kepada perkembangan regional lebih dari 20 tahun. Namun
demikian pada implementasinya, Austria dan Swiss belum terlalu menghubungkan antara Kerjasama
Antar Daerah ini dengan rencana tata ruang di tingkat kabupaten dan negara bagian. Yang menjadi dasar
utama dari pembentukan KAD di sini adalah kebijakan pemerintah pusat masing – masing dalam
menyelsaikan permasalahan daerah – daerah yang mempunyai kelemahan di beberapa bidang karena
alasan – alasan tertentu.
Hal ini juga terjadi di negara – negara bagian di Jerman, di mana KAD mulai dibicarakan setelah kebijakan
regionalisasi dimulai di Jerman. Penanggung jawab kegiatan diberikan kepada masing – masing menteri
ekonomi di negara bagian atas dasar kapasitas yang dimiliki oleh kementerian ekonomi di negara bagian.
33 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
34 Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
38 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Namun demikian tujuan – tujuan pembangunan di masing – masing negara bagian tetap dikoordinasikan
dengan kementerian sektoral lainnya di negara bagian tersebut.
Pelaksanaan KAD di negara bagian Hessen dan Schleswig-Holstein ditentukan oleh program kerja
regional yang sudah terintegrasi. Untuk KAD RM tentu saja program kerja terintegrasi ini merupakan
suatu instrument yang mempunyai “daya pukul” yang baik. Di kedua negara bagian ini juga terdapat
beberapa kelompok kerja lintas kementerian yang bekerjasama dan berkoordinasi di dalam menjalankan
program bantuan pembangunan regional dari pemerintah.35
Peran Pemerintah Pusat/Negara Bagian
Peran pemerintah pusat (dan negara bagian) di Jerman sebagian besar dibatasi sebagai penyedia
fasilitas atau instrument yang bersifat memberikan stimulus seperti Program Regional, memberikan
informasi dan konsultasi. Tugas dan fungsi lembaga KAD RM apapun bentuknya diserahkan sepenuhnya
kepada keadaan dan situasi yang terbaik untuk region masing – masing. Negara bagian Thuringen
pernah mencoba untuk melaksanakan kerjasama antar daerah RM yang dikoordiniasikan oleh Regional
Manager dari posisinya di negara bagian. Namun hal ini mendapatkan protes keras dari daerah – daerah
(kabupaten) yang bekerjasama yang meragukan keberhasilan intervensi seperti ini dari negara bagian.
Pengalaman dari Austria menunjukkan bahwa salah satu faktor keberhasilan KAD adalah pengelolaan
yang berdasarkan terutama kepada kekuatan dan kemampuan sendiri. Perlu diingat juga bahwa di
Jerman pelaksanaan KAD RM yang baik adalah di wilayah bekas Jerman Barat yang memang sudah maju,
berbeda dengan wilayah – wilayah bekas Jerman Timur yang di tahun 1990an baru bergabung menjadi
Negara Republik Federasi Jerman dan pada saat itu masih relatif tertinggal dalam segala hal.36
Tugas Lembaga KAD
Walaupun mempunyai perbedaan di dalam menjalankan kebijakan pembangunan, terdapat kesamaan di
dalam tugas yang diemban oleh KAD dan kemampuan yang harus dimiliki. Satu hal yang penting adalah
lembaga KAD mempunyai sifat sebagai “pengurus” untuk kepentingan strategis regional, alih teknologi,
regional marketing (ke luar dan ke dalam) serta membangun dan memelihara networking di wilayah
kerja. Posisi pimpinan lembaga KAD yang menjalankan tugas KAD sehari – hari juga harus dilaksanakan
oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidang sosial dan keilmuan dan bisa memimpin suatu tim
kerja.37
35
Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische Ausgestaltung im Vergleich dreier
Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien Universität Berlin 2003.
36
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
37
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
39 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Fungsi Lembaga KAD
Dalam konteks kerjasama terdapat tiga
pola pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yaitu melalui
mekanisme pasar yang mengutamakan
profit; mekanisme struktural dan
mekanisme
non-struktural
yang
berorientasi kepada benefit. Seperti
tergambar di ilustrasi di samping ini
bahwa KAD Regional Management di
Austria, Swiss dan Jerman merupakan
pelengkap
untuk
menanggulangi
kekurangan dan kelemahan mekanisme
struktural. Mekanisme ini tidak bersifat
menggantikan fungsi – fungsi struktural,
tetapi menjadi alternative jika
Gambar 6, Fungsi lembaga KAD non-struktural, Sumber: diolah sendiri
pemecahan permasalahan regional tidak
dari berbagai sumber, 2011
bisa dilakukan melalui mekanisme
struktural yang ada. Melalui sifat dan karakter yang dinamis, menjalankan conse
consensus
nsus bersama yang
disasari komitmen masing – masing pelaku kerjasama, maka permasalahan penting lintas wilayah dan
lintas sektoral bisa dipecahkan secara kolektif.
Knowledge Management
KAD RM harus dipahami sebagai organisasi yang terus belajar dan harus diberikan kesempatan untuk
terus belajar. Untuk itu, maka kegiatan – kegiatan yang menunjang hal tersebut seperti forum KAD
untuk media bertukar informasi sesama lembaga pelaksana KAD sangat membantu hal ini. Demikian
juga dengan kegiatan peningkatan kapasitas aktor pelaksana di lembaga KAD.38
Anggaran Regional dan Fund
Pembiayaan KAD sebaiknya tetap mengandalkan kemampuan swadaya KAD, atau melalui
kemampuannya bisa menarik minat perusahaan swasta atau perorangan untuk memberikan sumbangan
kepada KAD. Contoh menarik yang terjadi di Freiburg (Jerman), adalah bagaimana KAD di Freiburg bisa
mendapatkan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan swasta yang ada di wilayah kerjanya.39
38
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
39
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für Landesentwicklung und
Umweltfragen, München 2000.
40 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
CONTOH KEGIATAN KAD DI JERMAN DI BIDANG PENGELOLAAN ENERGI
Regional Management REGINA dengan kegiatan „Konsep Energi
Wilayah Neumarkt/0pf.“
Ide:
Konsep Energi Wilayah Neumarkt bertujuan untuk mengembangkan
strategi untuk memperkuat sirkulasi dan distribusi energy melalui
kontribusi masing – masing daerah.
Penanggungjawab dan Partner:
Kelompok Kerja yang terdiri atas politisi wilayah, tenaga ahli,
masyarakat yang didampingi oleh Regional Management untuk
memikirkan konsep pengembangan energy di wilayah tersebut.
Pemerintah Daerah mendukung ide ini dan menyediakan sumber daya
manusia dan pendanaan.
Pelaksanaan Kegiatan:
Pada tahun 1998 berdiri “Pleno Energi Wilayah Neumarkt/Opf.”
40
yang bertujuan untuk menurunkan kadar
emisi CO2 melalui penyusunan dan pengembangan kebijakan energi wilayah dan memberikan nilai tambah
terhadap wilayah. KAD ini merupakan suatu platform untuk ide – ide baru, memberikan input, kelompok kerja
dan menjadi jembatan antara kepentingan sektor public dan kepentingan swasta. KAD ini terdiri atas 4
kelompok kerja yaitu:
40
•
Sumber dan supply energy, Strategi pasar,
•
Sumber bioenergi (kayu, raps),
•
Efisiensi dan produktifitas energy.
http://www.reginagmbh.de/reginalmanagement-reginalentwicklung/energie/energieplenum.html
41 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Manfaat:
Forum Energi sejak 1998 sampai 2002 ini telah menghasilkan beberapa usulan kegiatan dan melaksanakan:
•
Mendirikan Energy Agency yang bertempat di KAD REGINA dan bertugas untuk memberikan informasi dan
petunjuk kepada masyarakat mengenai mekanisme penghematan energy serta mengadakan penyuluhan –
penyuluhan mengenai tema energy tersebut.
•
Melakukan penelitian mengenai kondisi energy di wilayah,
•
Menyusun konsep pembangkit listrik tenaga angin bersama – sama dengan pemerintah daerah yang
menghasilkan diijinkannya pembangunan pembangkit listrik tenaga angin,
•
Melengkapi rumah sakit dengan peralatan pembangkit listrik tenaga surya yang berasal dari kelompok
masyarakat dan perorangan,
•
Menyelenggarakan “Energy Week” sejak tahun 1999.
Untuk lebih mengintensifkan kegiatan penyebaranluasan informasi, maka dibentuklah suatu logo yang
bertujuan untuk memperkuat fungsi Pleno Energi ini sebagai jejaring public di wilayah dan menambah tingkat
popularitas. Dalam waktu satu tahun, forum ini bisa menerima 600 sampai 700 pertanyaan mengenai tema
energy dari berbagai lapisan masyarakat dan pelaku industri. Di sisi lain tema “sadar energy” telah menjadi
topic yang hangat di region.
Sumber: REGINA GmbH, Uwe Krappitz, Dr. Grundler-Str. 1, 92318 Neumarkt/Opf., Tel. 09181/907666,
www.regina-nm.de, e-mail: [email protected]
42 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB 4 PEMETAAN KAD DI INDONESIA
Tah
Ebe eberapa tahun belakangan ini telah banyak dilakukan kerjasama antar daerah. Kegiatan-kegiatan
seperti rapat koordinasi antar daerah, pertemuan dialogis, serta berbagai kegiatan workshop, seminar,
lokakarya yang bertujuan untuk merintis serta mengembangkan kerjasama yang sudah ada, marak
dilakukan oleh banyak pemerintah daerah di Indonesia.
B
Kerjasama antar daerah dapat terjadi antara pihak:
i. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya.
Kerjasama tersebut bisa terjadi antara kabupaten/kota yang berada dalam satu propinsi, seperti :
kerja sama antara Kota dan Kabupaten Solok (sumber daya air), antara Kabupaten Asahan dan Kota
Tanjung Balai (sarana dan prasarana); antara Kabupaten dan Kota Malang serta Kota Batu (aset dan
potensi daerah) serta antara Kabupaten Bontang, Sanggata dan Tenggarong (Bosanggarong).
Sedangkan kerjasama antar kabupaten/kota beda propinsi misalnya: Pawonsari (Pacitan, Wonogiri,
Gunung Kidul), Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur)
ii. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Propinsi
Seperti pembangunan Jalan sejajar Mebidang yang merupakan kerjasama antara Propinsi dengan
tiga kabupaten/kota.
iii. Pemerintah Propinsi dengan Pemerintah Propinsi lainnya
Seperti antara Propinsi Lampung dan Banten Sumatera Bagian Selatan (jembatan Selat Sunda),
regional Sulawesi yang tergabung dalam Badan Kerjasama Pembangunan Regional sulawesi (BKPRS),
antara propinsi yang terdapat di pulau Sumatera (di bidang transportasi laut, udara, darat dan
informasi teknologi), kerjasama Mitra Praja Utama (meliputi Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, NTT dan Lampung)
iv. Pemerintah Daerah (baik Kabupaten/Kota maupun Propinsi) dengan pihak ketiga
Misalnya kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Grobogan dengan Yayasan
Danamon Peduli pada tahun 2009 berupa pembangunan unit pengolahan sampah organik pasar
untuk diolah menjadi pupuk kompos organik di Kota Purwodadi
Pembahasan mengenai pemetaan kerjasama daerah di Indonesia akan membatasi pada lingkup
kerjasama yang terjadi antara sesama pemerintah daerah kabupaten/kota maupun propinsi. Akan
dibahas mengenai kondisi kerjasama antar pemerintah daerah di Indonesia mulai dari latar belakang
serta tujuan dilakukan kerjasama, regulasi yang mendasarinya, bentuk kelembagaan serta
pembiayaannya, peran dari para pelaku yang terlibat didalamnya, hambatan/kendala/permasalahan
aktual yang dihadapi, serta peluang untuk ke pelaksanaan kedepan.
43 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
4.1 Latar belakang dan Tujuan Kerja Sama Antar Daerah
Latar Belakang Kerjasama Antar Daerah
Banyak faktor yang dapat melatar belakangi terjadinya suatu kerja sama antar pemerintah daerah di
Indonesia. Namun apabila disimpulkan sebenarnya ada 3 faktor utama, yaitu:
1. Fasilitasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
Misalnya fasilitasi pembentukan Regional Management (selanjutnya disingkat RM) oleh Kementrian
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) di beberapa daerah, seperti: RM Danau Toba yang terdiri
dari 7 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Samosir, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, Dairi, Toba
Samosir dan Humbang Hasundutan), RM Jonjok Batur yang terdiri dari 3 kabupaten di Propinsi Nusa
Tenggara Barat (Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur).
2. Fasilitasi yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi
Fasilitasi bisa dilakukan oleh satu atau lebih pemerintah propinsi dengan ataupun tanpa bantuan
pihak ketiga, seperti misalnya:
Pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul (Yogyakarta, Sleman dan Bantul) atas
fasilitasi Pemerintah Propinsi DIY degan bantuan SDC (Badan Kerjasama Pembangunan Swiss)
dalam proyek YUDP (Yogyakarta Urban Development Project)
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Propinsi Jawa Barat menegaskan
perlunya pengembangan terpadu Megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Bekasi dan
Cianjur (Jabodetabekjur) sebagai solusi untuk masalah-masalah pembangunan di wilayahnya.
Kemudian dengan diinisiasi oleh Kementrian Dalam Negeri membentuk BKSP (Badan Kerja
Sama Pembangunan) Jabodetabekjur yang terdiri dari Propinsi Jawa Barat, Propinsi DKI Jakarta
dan Propinsi Banten.
3. Adanya kesadaran dari pihak pemerintah daerah kabupaten/kota akan kondisinya terkait dengan:
Adanya keterbatasan akan:
Kapasitas daerah, terutama dalam hal kemampuan dan pendapatan
Potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah
Adanya persamaan kondisi dalam hal:
Karakteristik wilayah, misalnya tipologi alam yang sama berpotensi akan terjadinya bencana
alam yang sama
Permasalahan yang dihadapi, misalnya masalah sosial yang relatif sama seperti
kependudukan, ketenagakerjaan, pendidikan dan kesehatan
Adanya perbedaan/kesenjangan dalam hal:
ketersediaan fasilitas umum/infrastruktur
kondisi ekonomi antar daerah
44 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Adanya kebutuhan yang sama akan:
penyediaan dan pelayanan fasilitas umum
peningkatan daya saing dan ekonomi daerah
sinergi horisontal dan vertikal dalam hal perencanaan, pembiayaan danpelaksanaan
pembangunan serta dalam pendayagunaan, pengelolaan dan pemasaran potensi daerah
Contohnya adalah sebagai berikut:
RM Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen) terbentuk
karena adanya inisiatif pemerintah daerah kabupaten/kota terkait yang didasari oleh kesadaran
akan terbatasnya kapasitas dan potensi daerah, kebutuhan akan peningkatan daya saing daerah
serta sinergi dalam perencanaan/pembiayaan/pelaksanaan pembangunan daerah
BKAD Pawonsari (Pacitan, Wonogiri dan Wonosari) terbentuk didasari adanya persamaan
tipologi alam serta masalah yang dihadapi, dan kesenjangan pengembangan ekonomi lokal di
daerah perbatasan. Tipologi alam yang relatif sama menyebabkan potensi terjadinya bencana
alam yang relatif sama. Karena letaknya yang saling berbatasan, permasalahan sosial yang
dihadapi juga relatif sama seperti kamtibmas, kependudukan serta ketenagakerjaan.
BAGAN 4.1 LATAR BELAKANG KERJA SAMA ANTAR DAERAH
FASILITASI
PEMERINTAH
PROPINSI
KESADARAN
PEMKAB/KOTA,
TERKAIT:
KETERBATASAN,
PERSAMAAN,
PERBEDAAN &
KEBUTUHAN
FASILITASI
PEMERINTAH PUSAT
MELATAR
BELAKANGI
TERJADINYA
KAD
45 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Tujuan Kerjasama Antar Daerah
Percepatan Pembangunan Wilayah
T
U
Peningkatan Pelayanan Publik
J
U
Penegasan batas wilayah
A
Tujuan Lainnya Transmigrasi
Penanggulangan bencana
Dll
N
BAGAN 4.2 TUJUAN KAD
Kerjasama yang terjadi antar pemerintah daerah di Indonesia dilakukan dengan tujuan beragam. Namun
secara garis besar tujuan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam kategori berikut ini:
1. Percepatan pembangunan perekonomian wilayah.
Dalam hal ini kerjasama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
sumber pendapatan asli daerahnya. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi wilayahnya,
beberapa pemerintah daerah berbagi strategi untuk mempromosikan wilayahnya secara bersamasama. Langkah yang diambil antara lain dengan cara mensinkronkan peraturan yang ada di tiap
daerah terkait, memperkuat jejaring antar daerah, memperkuat identitas pelayanan tertentu serta
memberikan pelayanan khusus (jika diperlukan). Pelayanan khusus yang dimaksud misalnya terkait
dengan mempermudah iklim investasi bagi pihak swasta dengan cara mengurangi hambatannya.
Contoh kerjasama dengan tujuan ini adalah Regional Management (RM) Barlingmascakeb yaitu
kerjasama yang dilakukan antara pemerintah Banjarnegara, Purbalin
Purbalingga,
gga, Banyumas, Cilacap dan
Kebumen di Jawa Tengah. Fokus kerjasama adalah dalam hal mempromosikan dan memasarkan
potensi serta produk wilayah secara bersama, seperti potensi pariwisata.
Secara lebih spesifik lagi, tujuan untuk mempercepat pembangunan perekonomian juga diharapkan
untuk mengentaskan daerah tertinggal. Dengan menggunakan forum Regional Management (RM),
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mengembangkan kerjasama antar daerah
tertinggal dengan harapan dapat mengentaskan daerah yang bersangkutan dari ketertinggalannya.
46 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
2. Peningkatan pelayanan publik
Selain untuk percepatan pembangunan ekonomi wilayah, dengan kerja sama antar pemerintah
daerah juga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam pelayanan umum khususnya
yang ada di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah dan daerah tertinggal. Ini merupakan
konsekuensi logis setelah diterapkannya sistem desentralisasi, karena sebelum era desentralisasi
masalah administratif regional adalah otoritas perencanaan pemerintah propinsi. Dalam era
desentralisasi pemerintah daerah perlu bekerja sama dalam mengelola wilayahnya sebagai suatu
entitas yang terpadu. Hal ini ditegaskan oleh pasal 196 UU No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
yang menyatakan bahwa daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama untuk
menciptakan efisiensi dan demi kepentingan masyarakat. Contoh kasus untuk tujuan ini adalah
Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul, yaitu kerja sama yang melibatkan pemerintah Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. Tiga pemerintah daerah ini bersepakat untuk
memperbaiki pelayanan publik secara bersama meliputi pengelolaan persampahan, pengelolaan air
limbah dan drainase, penyediaan air bersih, pengelolaan jalan dan transportasi serta tata ruang.
Contoh lainnya adalah kerja sama dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Kota Denpasar
dan Kabupaten sekitarnya (Badung, Gianyar dan Tabanan) yang tergabung dalam wadah Sarbagita.
3. Tujuan lainnya, seperti:
Kerja sama daerah ditujukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi sekaligus
meningkatkan pelayanan publik. Misalnya BKAD (Badan Kerja Sama Antar Daerah)
Subosukawonosraten, yaitu kerja sama di wilayah Keresidenan Surakarta antara Kota Surakarta
dengan enam kabupaten sekitarnya yaitu Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen,
dan Klaten. Selain untuk percepatan pembangunan ekonomi (meliputi kegiatan kepariwisataan,
ketenagakerjaan dan transmigrasi, lingkungan hidup, penelitian dan pengembangan Iptek,
Informasi dan komunikasi kehumasan) juga ditujukan untuk peningkatan pelayanan publik di
bidang perhubungan darat, kesehatan, satpol PP, dan pemadam kebakaran
Ditujukan untuk penegasan batas wilayah, yaitu kerjasama yang terjadi antara kabupaten/kota
yang berbatasan seperti antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Semarang.
Kerjasama Transmigrasi. Misalnya antara Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Kapuas hulu
(Kalimantan Barat), Kabupaten Bungo (Jambi), Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah)
Kerjasama dalam hal penanggulangan bencana, seperti Forum Merapi yang merupakan
kerjasama antara beberapa kabupaten yang terletak di sekeliling gunung Merapi (meliputi
Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali) bersama dengan kelompok masyarakat sipil lintas
propinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah
Dan lain-lain
47 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
4.2 Regulasi KAD
Peraturan Perundangan di Tingkat Pusat
Di tingkat pusat ada berbagai peraturan perundangan mulai dari Undang-undang sampai dengan Surat
Edaran Menteri yang harus di jadikan acuan saat pemerintah daerah melakukan kerjasama.
Undang-Undang
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan
UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah
UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
Peraturan Pemerintah :
PP No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009
PP No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum
PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
PP No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
PP No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKKIP)
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kerjasama Daerah
PP 57/2005 tentang Hibah kepada daerah
Keputusan Presiden :
Keputusan Presiden (Kepres) No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Menteri :
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007
Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
Permendagri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangunan Perkotaan
Permendagri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
Permendagri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerjasama Antar Daerah.
Permendagri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun 2011
Surat Edaran
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005;
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007.
48 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Dari Sekian banyak peraturan perundangan yang telah disebutkan diatas, dapat dikatakan bahwa empat
(4) peraturan diantaranya merupakan landasan hukum utama yang mendasari kerjasama antar
pemerintah daerah, yaitu terkait dengan mandat diadakannya kerjasama sampai dengan aturan teknis
dalam implementasinya.
Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
(Pasal 195 – 197)
Peraturan pemerintah No 50/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22/2009
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23/2009
tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawas Kerjasama antar Daerah
BAGAN 4.3 LANDASAN HUKUM KAD DI TINGKAT PUSAT
Mandat untuk melakukan kerja sama disebutkan dalam Pasal 195 UU No 32/2004 tentang Pemerintah
Daerah yang terdiri dari 4 buah pasal, bahwa:
1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan
daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi
dan saling menguntungkan
2) Kerjasama dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan
keputusan bersama
bekerjasama
rjasama dengan pihak ketiga
3) Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat beke
4) Kerjasama yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD
Untuk menciptakan efisiensi dalam urusan pelayanan publik, pasal 196 (ayat 2) undang-undang yang
sama bahkan mewajibkan pihak daerah untuk mengelolanya secara bersama. Berikut petikannya:
1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh
daerah terkait
2) Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan
daerah sekitarnya untuk kepentingan masyarakat
3) Untuk pengelolaan kerjasama daerah membentuk badan kerjasama
4) Apabila daerah tidak melaksanakan kerjasama sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2, pengelolaan
pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah
49 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pasal 196 ini kemudian diperkuat dengan dibuatnya Surat Edaran (SE) Departemen Dalam Negeri No.
120/1730/SJ. Terkait dengan pelayanan publik, salah satu poin dalam SE tersebut menyatakan bahwa
Kerja Sama Antar Daerah yang berdekatan, sifatnya wajib dilaksanakan dalam rangka mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelayanan yang terdapat di daerah yang berbatasan seperti
pendidikan dasar, pelayanan kesehatan (Puskesmas), penanganan sampah terpadu, penyuluhan
pertanian, pengairan, penanganan Daerah Aliran Sungai (DAS), perencanaan tata ruang, dan lain-lain.
Terkait dengan implementasi kerjasama daerah, Pasal 197 UU No. 32/2004 menyatakan bahwa tata cara
pelaksanaan kerjasama daerah diatur dalam peraturan pemerintah. Untuk memenuhi amanat tersebut,
maka pada bulan Agustus 2007 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 50/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. Berikut poin-poin penting yang tercakup dalam
peraturan ini:
Tema
Definisi
Kerjasama antar
Daerah
Isi PP No. 50/2007
“Kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan
bupati/walikota atau antara bupati/walikota dengan bupati/walikota yang lain,
dan atau gubernur, bupati/walikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara
tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban”
Prinsip
a) efisiensi; b) efektivitas; c) sinergi; d) saling menguntungkan; e) kesepakatan
bersama; f) itikad baik; g) mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan
wilayah NKRI; h) persamaan kedudukan; i) transparansi; j) keadilan; dan k)
kepastian hukum
Subyek
Meliputi gubernur, bupati, walikota dan pihak ketiga
Obyek
Meliputi seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik
Tata Cara Kerja
Sama antar
Daerah
Salah satu pihak memprakarsai/menawarkan kerjasama → Diterima → Membuat
Kesepakatan bersama → Menyiapkan Rancangan Perjanjian Kerjasama yang
memuat: a. subjek kerja sama; b. objek kerja sama; c. ruang lingkup kerja sama; d.
hak dan kewajiban para pihak; e. jangka waktu kerja sama; f. pengakhiran kerja
sama; g. keadaan memaksa; dan h. penyelesaian perselisihan. Rancangan
perjanjian kerja sama melibatkan perangkat daerah terkait dan dapat meminta
pendapat dan saran dari para pakar, perangkat daerah provinsi, Menteri dan
Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen terkait → Kepala
daerah dapat menerbitkan Surat Kuasa untuk penyelesaian rancangan bentuk
kerja sama → Pelaksanaan perjanjian kerja sama dapat dilakukan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
50 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Tema
Peran DPRD
Isi PP No. 50/2007
Rencana kerjasama daerah yang membebani daerah dan masyarakat harus
mendapat persetujuan dari DPRD dengan ketentuan apabila biaya kerja sama
belum teranggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan dan/atau
menggunakan dan/atau memanfaatkan aset daerah.
Kerja sama daerah yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan biayanya sudah teranggarkan
dalam APBD tahun anggaran berjalan tidak perlu mendapat persetujuan dari
DPRD
Hasil Kerjasama
Berupa uang/surat berharga dan aset/non material berupa keuntungan →
setor ke kas daerah (sebagai PAD)
Berupa barang → aset pemda yang terlibat, dibagi secara proporsional sesuai
perundangan
Penyelesaian
perselisihan
Musyawarah; atau keputusan gubernur (untuk KAD dalam satu propinsi) dan
keputusan menteri (untuk KAD lintas propinsi)
Pembentukan
Badan Kerjasama
Badan kerja sama dapat dibentuk untuk Kerjasama Antar Daerah (KAD) yang
dilakukan secara terus-menerus atau berlangsung dalam waktu minimal 5
tahun, dan bukan SKPD
Tugas Badan Kerjasama ini termasuk pengelolaan, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah (KAD). Badan Kerjasama juga dapat
memberikan masukan atau saran mengenai langkah-langkah yang diperlukan
apabila ada permasalahan dalam pelaksanaan kerjasama.
Biaya penyelenggaraan Badan Kerjasama menjadi tanggung jawab bersama
Kepala Daerah-daerah yang terkait dengan kerjasama.
Pembinaan dan
Pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan umum KAD propinsi atau antarkabupaten/kota
lain propinsi dilakukan oleh Menteri
Pembinaan dan pengawasan teknis KAD propinsi atau antarkabupaten/kota
lain propinsi dilakukan oleh Menteri dan Pimpinan LPND terkait
Pembinaan dan pengawasan mulai dari penjajakan, negosiasi,
penandatanganan, pelaksanaan, sampai dengan pengakhiran kerjasama
Selain poin-poin diatas, PP No 50/2007 juga mengamanatkan bahwa petunjuk teknis tata cara kerja
sama daerah; dan tata cara pembinaan dan pengawasan kerja sama antar daerah perlu diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Atas dasar amanat tersebut, maka pada bulan Mei
2009 diterbitkan dua Permendagri:
51 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
1. Permendagri No. 22/2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah
2. Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama Antar
Daerah
Berikut poin-poin penting yang terdapat dalam kedua Permendagri tersebut:
Tema
Isi Permendagri
Permendagri No 22/2009
Tahapan Tata
Meliputi:
Cara Kerja Sama
Persiapan → Penawaran → Penyiapan Kesepakatan → Penandatanganan
Daerah
kesepakatan → Penyiapan perjanjian → Penandatanganan perjanjian →
Pelaksanaan
Pembentukan
TKKSD merupakan tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah (Gubernur maupun
TKKSD (Tim
bupati/walikota) untuk membantu Kepala Daerah dalam menyiapkan kerja
Koordinasi
sama daerah
Kerjasama
Gubernur/Bupati/Walikota membentuk TKKSD untuk menyiapkan kerja sama
Daerah)
daerah
Tugas TKKSD meliputi:
1. Melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan
dikerjasamakan
2. Menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan
3. Memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga
4. Menyiapkan kerangka acuan/proposal obyek kerja sama daerah
5. Membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan
6. Menyiapkan materi kesepakatan bersama dan rancangan perjanjian kerja
sama
7. Memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan
kesepakatan bersama dan perjanjian kerja sama
8. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama
daerah kabupaten/kota
Struktur organisasi TKKSD:
Ketua
: Sekretaris Daerah
Wakil Ketua 1 : Asisten yang membidangi kerja sama daerah
Wakil Ketua2 : Kepala Bappeda
Sekretaris
: Kepala Biro yang membidangi kerjasama daerah
Anggota tetap : Kepala Biro Hukum, Kepala SKPD bidang pemerintahan,
Kepala SKPD yang membidangi Keuangan dan Pengelolaan Aset
Anggota tidak tetap: Kepala SKPD yang melaksanakan kerja sama, kepala
SKPD yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama, tenaga ahli/pakar
TKKSD Propinsi maupun Kabupaten/Kota dapat membentuk Tim Teknis untuk
menyiapkan materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan
52 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Permendagri No 23/2009
Pembinaan dan
Dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, dengan membentuk Sekretariat Bersama
Pengawasan
Tentang Sekretariat Bersama:
(Binwas) KSAD
Anggotanya terdiri dari unsur Kementrian Dalam Negeri dan wakil dari
Propinsi
Departemen/LPND serta tenaga profesional
Berkedudukan di Ditjen Pemerintahan Umum (PUM)
Pembentukannya ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri
Binwas dilakukan di 4 tahapan dengan cara:
1. Tahap Penjajakan meliputi:
a.Memberikan informasi mengenai: i).peraturan perundangan terkait dengan
objek yang dikerjasamakan; ii).sumber pendanaan, tata cara perolehannya dan
petunjuk pengadministrasiannya; iii).daerah yang telah melakukan KSAD;
iv).daerah yang telah membentuk badan kerja sama antar daerah
b.Memberikan asistensi mengenai pra studi kelayakan dan pembentukan badan
kerja sama daerah
c.Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi keapda daerah propinsi
dalam memperoleh dukungan dari Departemen/Lembaga Non Departemen
terkait dengan objek KSAD
2. Tahap Negosiasi meliputi:
a.Memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi kepada daerah propinsi
dalam penyusunan materi, finalisasi kesepakatan dan penyusunan perjanjian
kerja sama
b.Memberikan informasi kepada daerah propinsi mengenai tenaga
ahli/profesional terkait aspek teknis, hukum dan keuangan
3. Tahap Penandatanganan meliputi:
a.Membantu pemda dalam berkoordinasi dengan Menteri/Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen untuk mendukung kesepaktan KSAD
b.Membantu pemda dalam berkoordinasi dengan Menteri/pimpinan
penandatanganan perjanjian KSAD
4. Tahap Pelaksanaan dan Pengakhiran meliputi:
a.Melakukan monitoring dan evaluasi
b.Memberikan pertimbangan apabila terjadi permasalahan
c.Memberikan masukan kepada Menteri Dalam Negeri dalam penyelesaian
perselisihan
d.Mengingatkan para pihak untuk melakukan persiapan pengakhiran
Pembinaan dan
Dilakukan oleh gubernur, dengan membentuk TKKSD
Pengawasan
Tentang TKKSD:
(Binwas) KSAD
Berkedudukan pada Sekretariat Daerah
kabupaten/
Pembentukannya ditetapkan oleh Keputusan Gubernur
Binwas dilakukan di 4 tahapan dengan cara yang sama dengan Sekber, kecuali
kota
untuk tahapan penandatanganan meliputi:
a.Dalam penandatanganan kesepakatan, membantu pemerintah daerh
kabupaten/kota dalam berkordinasi dengan Gubernur dan Menteri/Pimpinan
LPND untuk mendukung kesepakatan KSAD
b.Dalam penandatanganan perjanjian kerja sama, membantu pemerintah darah
dalam berkoordinasi dengan Gubernur, Menteri/Pimpinan LPND, untuk hadir
menyaksikan penandatanganan perjanjian KSAD
53 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Terkait dengan peraturan perundangan utama yang telah diuraikan di atas, ada beberapa issue penting
yang menjadi perhatian berbagai pihak:
1. Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
Pada saat ini pihak Kementrian Dalam Negeri telah menyiapkan draft revisi UU No 32/2004. Terkait
dengan kerja sama daerah, revisi yang diusulkan dimaksudkan untuk mendorong pihak daerah agar
melakukan kerjasama disamping juga mempertegas bahwa urusan kerja sama daerah adalah
merupakan urusan dari Pemerintahan Umum. Berikut usulan revisinya:
a) Kerjasama dimasukkan dalam urusan Pemerintahan Umum
b) Pemerintah pusat akan memberikan insentif bagi daerah yang melakukan kerjasama
c) Sifat kerjasama akan dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
i. Kerjasama wajib (urusan tertentu/fungsi-fungsi pelayanan, seperti pendidikan, kesehatan,
transprotasi, lingkungan, sampah, DAS, dll)
ii. Kerjasama sukarela (daerah dapat menentukan sendiri urusan apa saja yang akan
dikerjasamakan)
2. PP No. 50/2007 tentang tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama daerah
Secara umum, PP No 50/2007 dapat dikatakan telah dapat memayungi kerjasama daerah yang
terjadi di Indonesia. Namun demikian, ada beberapa poin penting yang seringkali menjadi
hambatan dalam implementasi PP No 50/2007 ini diantaranya adalah:
a) Mengenai inisiatif atau prakarsa kerja sama, dalam pasal 7 disebutkan: “Kepala Daerah Kepala
daerah atau salah satu pihak dapat memprakarsai atau menawarkan rencana kerja sama kepada
kepala daerah yang lain dan pihak ketiga mengenai objek tertentu”. Hal ini berarti bahwa
kerjasama harus diawali oleh inisiatif dari pihak daerah, padahal dalam kenyataannya pihak lain
(baik pemerintah maupun non pemerintah) bisa saja menjadi inisiator awal jika melihat
potensi/peluang diadakannya kerjasama
b) Dalam pasal 14 dan 15 disebutkan bahwa apabila dalam proses kerjasama antar daerah tersebut
terjadi perselisihan, maka dapat diselesaikan dengan cara musyawarah atau keputusan
gubernur (berlaku untuk kabupaten/kota yang berselisih) atau keputusan menteri (berlaku
untuk propinsi yang berselisih). Penyelesaian perselisihan dengan cara melibatkan gubernur
atau menteri melalui surat keputusannya, bertentangan dengan prinsip kerjasama “persamaan
kedudukan”, seperti yang telah disebutkan dalam pasal 2 poin (h). Beberapa ahli mengusulkan
bahwa sebaiknya penyelesaian perselisihan, selain melalui musyawarah juga sebaiknya
dikembalikan pada mekanisme peraturan perundangan yang berlaku.
c) Pasal 24 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam rangka membantu kepala daerah melakukan
kerjasama dengan daerah lain yang dilakukan terus menerus atau minimal lima tahun, kepala
daerah dapat membentuk badan kerja sama. Walaupun pada ayat (2) pasal yang sama telah
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Badan kerja sama adalah bukan perangkat daerah,
namun dalam prakteknya masih banyak pihak daerah yang mengira bahwa badan yang
dimaksud merupakan perangkat daerah yang harus dibentuk dengan mengacu pada PP No.
54 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
41/2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk mengatasinya beberapa pakar
berpendapat bahwa seyogyanya jika istilah “badan” bisa diganti dengan “institusi”.
d) Pasal 25 menjelaskan bahwa Badan kerjasama mempunyai beberapa tugas. Salah satu tugas dari
badan tersebut adalah melakukan pengelolaan atas pelaksanaan kerjasama. Kata pengelolaan
ini seringkali menjadi rancu, dimengerti oleh pihak daerah sebagai eksekutor atau pelaksana
teknis dari kerjasama daerah tersebut. Padahal yang dimaksud dengan pengelolaan disini adalah
fungsi badan kerjasama sebagai media atau jembatan yang mengkomunikasikan serta
mengkoordinasikan kerjasama tersebut diantara para anggotanya. Sedangkan fungsi eksekutor
berada pada SKPD terkait di masing-masing pemerintah daerah.
3. Permendagri No. 22/2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah
Secara umum para pakar serta praktisi kerjasama daerah beranggapan bahwa hal-hal yang diatur
dalam Permendagri 22/2009 ini kurang memberi ruang pada pemerintah daerah dalam
melaksanakan kerjasama. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a) Tahapan kerjasama daerah yang diatur dalam Permendagri ini dirasakan terlalu panjang dan
kaku, sehingga ada usulan untuk menyederhanakannya.
b) Ada kekhawatiran bahwa nantinya TKKSD yang telah dibentuk akan menjadi cikal bakal dari
badan kerjasama antar daerah. Dari proses pembentukan serta anggotanya, TKKSD (Tim
Koordinasi Kerjasama Daerah) merupakan tim yang beranggotakan aparat pemerintah daerah
(struktural). Sedangkan badan kerjasama daerah, berdasarkan best practices yang terjadi di
dalam maupun di luar negeri, selain aparat pemerintah daerah diharapkan juga beranggotakan
dari kalangan profesional. Selain itu juga pembentukan TKKSD dirasakan cukup memakan waktu,
dan kadang-kadang justru menyulitkan untuk proses kerjasama antar daerah (pengalaman
fasilitasi Kedu Plus).
c) Belum membuka ruang bagi kalangan
masyarakat umum maupun profesional
Issue terkait perundangan kerjasama antar
untuk berperan serta secara aktif sebagai
daerah di Indonesia:
mitra dalam kerjasama antar daerah.
Revisi UU 32/2004
Peluang untuk berpartisipasi hanya ada
→ urusan Pemerintahan Umum,
bagi para tenaga ahli/pakar kerja sama
pemberlakuan insentif, kerjasama wajib vs
sukarela
antar daerah sebagai salah satu anggota
PP 50/2007
tidak tetap dari TKKSD, seperti yang
→ prakarsa kerja sama, penyelesaian
disebutkan dalam pasal 5.
perselisihan, istilah “badan” kerja sama,
Selain itu, Permendagri 22/2009 belum
fungsi “pengelolaan” badan kerjasama
Permendagri 22/2007
mencakup penjelasan mengenai cara apa yang
→kurang memberi ruang bagi
harus dilakukan pihak pemerintah daerah untuk
pemerintah daerah dan masyarakat,
melaksanakan tahapan kerja sama yang telah
belum mencakup bagaimana cara
ditentukan. Hal ini membuat pihak pemerintah
melaksanakan tahapan kerjasama
daerah yang akan bekerja sama tidak mengetahui
bagaimana untuk melakukannya.
55 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Peraturan Perundangan di Tingkat Daerah
Secara garis besar, peraturan yang dibuat di tingkat daerah dapat digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu
peraturan yang dibuat secara bersama oleh para pihak pemerintah daerah yang bekerja sama, dan
peraturan yang dibuat oleh masing-masing Pemerintah Daerah termasuk pemerintah propinsi yang
memfasilitasi terjadinya kerja sama.
SK Gubernur
MOU
(Kesepakatan
Bersama)
Contoh: SK Gub DIY
(Kartamantul) ;
SK Gub DKI, Jabar,
Banten (BKSP
Jabodetabekjur)
Perjanjian
Kerja sama
Surat Keputusan
Bersama (SKB)
Bupati/Walikota
SK DPRD
BAGAN 4.4 PERATURAN/PERUNDANGAN DI TINGKAT DAERAH
Kerjasama yang dilakukan antar pemerintah daerah umumnya didahului dengan kesepakatan bersama
dari para pihak pemerintah daerah yang melakukan kerja sama, ditandai dengan ditandatanganinya
naskah MOU (Memorandum of Understanding) atau kesepakatan bersama. MOU kemudian
ditindaklanjuti dengan disusunnya Perjanjian Kerja Sama Para Pihak serta Surat Keputusan ataupun
peraturan yang dibuat secara bersama oleh para Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang
bekerja sama. Seperti misalnya Surat Keputusan Bersama lima bupati untuk membentuk kerjasama
manajemen wilayah Barlingmascakeb di tahun 2003; Peraturan Bersama Walikota Tegal, Walikota
Pekalongan, Bupati Brebes, Bupati Tegal, Bupati Pemalang, Bupati Pekalongan dan Bupati Batang
tentang pembentukan Regional Manajemen antar Sapta Mitra Pantura tahun 2005; Surat Keputusan
Bersama Bupati/Walikota Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Kartasura, Wonogiri,
Karanganyar, Sragen, Klaten) tahun 2001 yang kemudian diperbaharui pada tahun 2006; Surat
Keputusan Bersama Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati Gunung Kidul tahun 2002 tentang
terbentuknya BKAD (Badan Kerja sama Antar Daerah) Pawonsari; dan Surat Keputusan Bersama
Pemerintah Daerah Kendal, Demak, Salatiga, Grobogan dan Kabupaten serta Kota Semarang tentang
kerja sama program pembangunan di wilayah Kedungsepur pada tahun 2005.
Sementara itu sebagian kecil daerah yang melakukan kerja sama ada yang membuat peraturan
perundangan di daerahnya masing-masing. Umumnya diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Gubernur, seperti misalnya SK Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pembentukan Sekretariat
Bersama Kartamantul tahun 1997; dan SK Gubernur Jabar, Banten dan DKI Jakarta tentang
pembentukan Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur tahun 2006. Beberapa daerah
yang melakukan kerja sama juga mengeluarkan Surat Keputusan DPRD yang berisikan tentang
persetujuan DPRD terhadap kerja sama yang dilakukan.
56 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Berikut anatomi MOU atau kesepakatan bersama yang biasanya dibuat oleh pemerintah daerah yang
bekerjasama.
No.
1
Berisikan
Bagian
Pendahuluan
Logo meliputi:
Judul
i).Burung Garuda Hitam;
ii).Kesepakatan para pihak
: “KESEPAKATAN BERSAMA” antar subyek kerja sama
(para pihak yang bekerja sama)
Nomor : Masing-masing pihak
Tentang : Bidang kerja sama yang menjadi obyek kerja sama
sesuai kewenangan daerah otonom
2.
Isi Kesepakatan Bersama meliputi:
Identitas Para Pihak
Maksud dan Tujuan
1.Nama; 2.Jabatan; 3.Alamat Kantor; 4.Keputusan Pengangkatan
dalam Jabatan KDH
Maksud : Apa yang diinginkan secara umum dari pelaksanaan
kerja sama
Tujuan : Apa yang diinginkan secara khusus dari pelaksanaan
kerja sama
Objek dan Ruang Lingkup
Objek
: Seluruh urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom (PP 38/2007)
Ruang lingkup
Bentuk Kerjasama
Dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama (berdasarkan
Pasal 5 PP No 50/2007)
Sumber Biaya
Sumber biaya pelaksanaan kerjasama (APBN, APBD, sumber lain
yang sah)
Tahun anggaran
sama
Jangka Waktu
3.
: Penjabaran dari obyek kerja sama
dimulainya
kerja
Berdasarkan kesepakatan para pihak yang bekerja sama
Maksimal 12 bulan
Rencana Kerja
1. Jangka waktu penyusunan rancangan perjanjian kerjasama oleh
masing-masing daerah
2. Tanggal pembahasan bersama rancangan perjanjian kerja sama
3. Jadwal penandatanganan perjanjian kerja sama
Penutup
Kalimat penutup : mengatur mulai berlakunya kerja sama
Tanda tangan
: para pihak
Sumber: Anatomi Penulisan Kesepakatan Bersama & Perjanjian Kerja sama, Biro Otda dan Kerjasama Setda Prov Jateng, 2010
57 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Selanjutnya anatomi Perjanjian Kerja sama yang biasanya dibuat oleh pemerintah daerah yang
bekerjasama.
No.
Berisikan
Bagian
1
Dasar
1. Pelaksanaan kesepakatan bersama kepala daerah
2. Pendelegasian wewenang dari kepala daerah
3. Peraturan yang relevan
2
Pendahuluan
Logo meliputi:
Judul
i). Logo Daerah
ii).Tidak memakai logo (sudah teknis)
: “PERJANJIAN KERJA SAMA” PARA PIHAK
(PP 50/2007 & Permendagri 22/2009)
Nomor : Masing-masing pihak
Perihal : inti kerja sama
2.
Isi Perjanjian Kerja sama:
Subyek kerja sama
Kepala SKPD yang telah mendapat pendelegasian wewenang dari
kepala daerah
Obyek kerja sama
Seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah
daerah (PP No 38/2007)
Ruang lingkup kerja sama
Penjabaran dari objek kerjasama
Hak dan kewajiban
Hak
Kewajiban
: Apa yang harus dikerjakan para pihak
↓
sanksi
(ringan, sedang, berat, sesuai kewenangan)
Jangka waktu kerja sama
Obyek > Kesepakatan para pihak < bentuk
Keadaan memaksa
Mengatur apabila terjadi keadaan memaksa
Penyelesaian perselisihan
1. Musyawarah
2. Keputusan Gubernur (antara daerah dalam 1 propinsi)
3. Keputusan menteri (antara daerah beda propinsi
4. Abaikan pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata (Proses Putusan
Pengadilan)
1. Kesepakatan para pihak
2. Tujuan Perjanjian Kerja sama telah tercapai
3. Wan Prestasi
4. Dibuat Perjanjian Kerja sama baru
5. Muncul norma baru dalam peraturan perundangan
6. Merugikan kepentingan nasional
7. Berakhirnya masa Perjanjian kerja sama
Pengakhiran kerja sama
3.
: Apa yang akan diperoleh para pihak
Penutup
Kalimat penutup : mengatur mulai berlakunya perjanjian kerja
sama
Tanda tangan
: para pihak
Sumber: Anatomi Penulisan Kesepakatan Bersama & Perjanjian Kerja sama, Biro Otda dan Kerjasama Setda Prov Jateng, 2010
58 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
4.3 Kelembagaan KAD
Dalam prakteknya kerja sama antar daerah di Indonesia ada yang bersifat struktural (sentralistik) dan
non struktural (desentralistik). Yang dimaksud struktural yaitu apabila kerja sama terbentuk melalui
mekanisme struktural sesuai prosedur formal birokratis dan memiliki pola pengelolaan yang hirarkis.
Sedangkan kerjasama non struktural (desentralistik) adalah kerja sama yang terbentuk berdasarkan
kebutuhan serta keinginan daerah untuk memberdayakan potensinya dalam rangka meningkatkan
pelayanan dan kekuatan daya saing secara bersama-sama, dengan pengelolaan melalui pola non
struktural atau jejaring41.
BAGAN 4.5 VARIASI BENTUK KERJA SAMA ANTAR DAERAH DI INDONESIA
Kerja sama
antar Daerah
di Indonesia
Struktural
Badan Kerja Sama
Non Struktural
Tanpa Lembaga
Kerja Sama
Regional
Management (RM)
Jaring Pelayanan
Publik
Kerjasama daerah yang bersifat struktural ada yang dilakukan tanpa ataupun dengan wadah/lembaga
kerjasama. Kerjasama antar pemerintah daerah tanpa lembaga bisa terjadi antara kabupaten/kota yang
saling berbatasan/berdekatan maupun tidak, contohnya:
→ Antar kabupaten/kota yang berbatasan/berdekatan
Kerja sama penegasan wilayah perbatasan, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara
pasti batas daerah administrasi antar daerah yang bersangkutan sehingga dapat mewujudkan
legitimasi hukum. Misalnya penegasan batas daerah antara Kabupaten Grobogan dengan
41
Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap RM Forum, Jakarta
59 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung
dengan Kabupaten Wonosobo, antara Kabupaten dan Kota Magelang .
Kerja sama pengelolaan sarana dan prasarana. Seperti kerja sama pemanfaatan air bersih di
wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal oleh Kota Semarang; kerja sama pelayanan
trayek angkutan perbatasan serta pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
terpadu antara Kabupaten dan Kota Magelang; kerja sama pengelolaan sampah antara
Kabupaten dan Kota Bogor; serta kerjasama penanganan malaria di Kab Purworejo, Magelang,
dan Kulonprogo yang didanai oleh Kementrian Kesehatan. Dalam pelaksanaan kerjasama
penanganan malaria, pelaksana dari masing-masing kabupaten bertanggung jawab kepada
pemerintah daerahnya masing-masing, dan gubernur menjadi tempat pertanggung jawaban
akhir.
Kerja sama tata ruang, seperti pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo antara Kabupaten
dan Kota Magelang
→ Antar kabupaten/kota yang tidak berbatasan
Kerja sama transmigrasi yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat
baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Kerjasama transmigrasi ini telah berjalan di beberapa
daerah seperti Kabupaten Grobogan dengan Kabupaten Kapuas Hulu (Kalbar), Kabupaten Bungo
(Jambi) dan Kabupaten Katingan (Kalteng); Kabupaten Temanggung dengan Propinsi Kalimantan
Barat, sampai saat ini sekitar 69 kk (236 jiwa) transmigran telah ditempatkan; Kabupaten
Gunung Kidul dengan beberapa kabupaten di Sumatera dan Kalimantan seperti OKI dan OKU
(Sumsel), Muara Jambi dan Kubu Raya (Jambi), Bengkalis (Riau), Kutai (Kaltim), Waringin Timur
(Kalteng), Sambas (Kalbar)
Kerja sama struktural dengan membentuk lembaga badan kerja sama antara lain seperti Badan Kerja
Sama Antar Daerah (BKAD) Subosukawonosraten, Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP)
Jabodetabekjur, serta BKAD Pawonsari. Ciri struktural terutama terlihat dari kepengurusan dari Badan
Kerjasama yang dibentuk seluruhnya merupakan pegawai negeri sipil, dan pembentukan lembaga juga
umumnya di inisiasi oleh pemerintah pusat.
Sementara itu kerjasama daerah non struktural dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu Regional
Management (RM) dan Jaring Pelayanan Publik. Dilihat dari kelembagaan kerja samanya dapat
dikatakan bahwa RM dan Jaring Pelayanan Publik memiliki bentuk kelembagaan serta struktur organisasi
yang relatif sama, dimana beberapa pos didalam struktur tersebut diduduki oleh kalangan profesional.
Perbedaan terletak pada lingkup kerja sama, dimana jaring pelayanan publik lebih fokus pada sektor
pelayanan publik (sesuai PP 38/2007), sedangkan RM selain pada sektor pelayanan publik juga
mencakup pengembangan perekonomian wilayah. Contoh bentuk kerja sama jaring pelayanan publik
yang sering dijadikan best practices karena dianggap berhasil adalah Sekretariat Bersama Kartamantul.
Selain itu juga ada Sarbagita (Bali) memiliki fokus pada pelayanan persampahan dan Gerbarkartasusila
(Jawa Timur) memiliki fokus pada sarana dan prasarana jalan.
60 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Terbentuknya RM di Indonesia diawali dengan RM Barlingmascakeb pada tahun 2003, yaitu kerja sama
antara 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas,
Cilacap dan Kebumen dengan lingkup kerja sama meliputi sektor perdagangan, pariwisata dan investasi.
Seperti halnya Sekber Kartamantul, RM Barlingmascakeb juga seringkali dianggap sebagai salah satu
praktek KAD yang cukup berhasil dilihat dari manfaat yang diperoleh oleh para anggotanya. Tahun
berikutnya (2004) karena terinspirasi dengan RM Barlingmascakeb terbentuklah RM Sapta Mitra
Pantura (biasa di singkat SAMPAN), yaitu kerja sama antara 7 kabupaten kota yang juga berada di
Propinsi Jawa Tengah meliputi Kabupaten dan Kota Pekalongan dan Tegal, Kabupaten Brebes, Pemalang
dan Batang dengan lingkup kerja sama sama dengan Barlingmascakeb. Kemudian setahun berikutnya
(2005) Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) mulai mensosialisasikan dan menginisiasi
pembentukan 12 RM yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Struktur Kelembagaan Kerja Sama Antar Daerah
Ketiga bentuk lembaga kerja sama yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya – yaitu badan kerja
sama (struktural), RM dan Jaring Pelayanan Publik – memiliki tipikal struktur organisasi yang relatif
berbeda. Sebagai catatan, sampai saat ini belum ada satupun aturan yang memayungi berbagai bentuk
lembaga kerja sama yang telah berkembang sampai saat ini.
BADAN KERJA SAMA (STRUKTURAL)
Badan Kerja sama Antar Daerah umumnya dibentuk melalui mekanisme struktural dalam artian melalui
inisiasi pemerintah pusat, dan dikelola seluruhnya oleh pegawai pemerintah daerah yang melakukan
kerja sama secara bergantian. Salah satunya adalah Badan Kerja Sama Antar Daerah (BKAD)
Subosukowonosraten yang didirikan pada tahun 2001 beranggotakan 1 kota dan 6 kabupaten yang
seluruhnya berada di Propinsi Jawa Tengah terdiri dari Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Sukoharjo,
Kartasura, Wonogiri, Karanganyar, Sragen dan Klaten. Lingkup kerja samanya cukup luas meliputi
beberapa sektor pelayanan publik (seperti kesehatan, satpol PP, pemadam kebakaran, perhubungan
darat) serta pengembangan ekonomi wilayah (seperti kepariwisataan litbang Iptek, informasi dan
komunikasi kehumasan, ketenaga kerjaan dan transmigrasi). Contoh lainnya adalah kerjasama antara
kabupaten lintas propinsi, BKAD Pawonsari yang dibentuk pada tahun 2002 antara pemerintah Pacitan
(Jawa Timur), Wonogiri (Jawa Tengah) dan Gunung Kidul (DIY) dengan lingkup kerja sama di sektor
pelayanan publik (seperti pembangunan infrastruktur dan penanggulangan masalah sosial dan bencana
alam) dan pengembangan ekonomi wilayah (seperti program pengembangan pariwisata, pelestarian dan
pemanfaatan sumber daya alam serta pengembangan ekonomi lokal).
Kerja sama lintas propinsi lainnya yang membentuk badan kerja sama antar daerah dan cukup banyak
melibatkan kabupaten/kota adalah Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur) yang telah terbentuk sejak tahun 1976 atas prakarsa dari
pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan diinisiasi oleh pihak Kementrian Dalam Negeri.
61 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Lingkup kerjasamanya sangat luas meliputi: (i).Penataan ruang; (ii)Pemukiman sarana dan prasarana;
(iii).Sumber daya air, kebersihan dan lingkungan hidup; (iv).Transportasi, perhubungan dan pariwisata;
(v).Agro bisnis, koperasi dan usaha kecil menengah; (vi).Industri, perdagangan, pertambangan dan
investasi; (vii).Kependudukan, ketentraman dan ketertiban; (viii).Kesehatan dan pendidikan; dan
(ix).Sosial dan tenaga kerja
Pada prakteknya ada sedikit perbedaan pada struktur kelembagaan Badan Kerja sama di Indonesia.
Persamaannya terletak pada personel yang mendudukinya yang seluruhnya berasal dari pejabat
struktural daerah yang melakukan kerja sama, secara bergiliran.
BAGAN 4.6 STRUKTUR KELEMBAGAAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DAERAH (BKAD)
SUBOSUKAWONOSRATEN
Sekretariat BKAD Subosukawonosraten
62 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Keterangan Bagan Struktur Kelembagaan Badan Kerja Sama:
Forum tertinggi, beranggotakan seluruh unsur pimpinan daerah anggota kerja sama antar daerah.
Untuk BKAD Subosukowonosraten, Forum tertinggi yang bernama Forum Bengawan beranggotakan
1 walikota dan 6 bupati, yang sampai saat ini belum pernah mengadakan pertemuan. Sebagai
catatan, untuk kasus BKSP Jabodetabekjur, karena bersifat lintas wilayah maka forum tertinggi
bukan hanya di isi oleh bupati atau walikota saja, tapi juga oleh 3 gubernur yaitu Gubernur DKI
Jakarta, Jawa Barat dan Banten, dan diketuai oleh salah satu gubernur secara bergantian.
Koordinator/Kepala sekretariat, sebagai pimpinan harian BKAD dijabat oleh Asisten I bidang
Pemerintahan Kota Surakarta (BKAD Subosukawonosraten). Untuk BKSP, fungsi koordinator
diemban oleh kepala sekretariat. Seperti halnya koordinator BKAD, kepala sekretariat BKSP juga
dijabat secara bergiliran dari tiap propinsi selama 5 tahun sekali. Secara fungsional, kepala
sekretariat bertanggung jawab kepada propinsi yang mengangkatnya, sedangkan secara operasional
bertanggung jawab kepada 3 propinsi.
Sub Sekretariat, berkedudukan di kabupaten/kota lainnya dijabat oleh staf pemerintah kabupaten/
kota terkait.
Dengan bentuk kelembagaan struktural ini, ada beberapa kendala ataupun hambatan yang dirasakan
dalam pelaksanaan teknis kerja sama yaitu:
Lemahnya koordinasi serta komunikasi antar daerah yang bekerjasama karena faktor kedinasan
dan juga ego sektoral. Hal ini terutama terlihat dari kurangnya koordinasi dan komunikasi antara
Kepala Daerah dari masing – masing pemerintah daerah, maupun antara Kepala Daerah dengan
sub sekretariat BKAD yang terdapat di semua pemerintah kabupaten/kota yang tergabung di
dalam aliansi pembangunan ini. Akibatnya:
Terjadi kendala birokrasi terkait dengan rantai pengambilan keputusan dan penyebarluasan
informasi di daerah yang bekerja sama.
Kesulitan sinkronisasi dalam memadukan program badan kerja sama dengan program
masing-masing pemerintah daerah, dan di sisi lain masih terjadi inefisiensi yaitu dengan
terjadinya tumpang tindih program (dilakukan oleh badan kerja sama sekaligus juga oleh
SKPD daerah anggota)
Sumber Daya Manusia (SDM) di sekretariat Badan Kerja sama seluruhnya merupakan pegawai
negeri yang secara struktural telah memiliki tupoksi utama masing-masing, sehingga dalam
prakteknya akan memprioritaskan tupoksi utamanya dibandingkan dengan tugasnya di
sekretariat Badan Kerja sama.
63 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
JARING PELAYANAN PUBLIK (NON STRUKTURAL)
Dalam pendekatan jaring pelayanan publik yang terfokus pada aspek pelayanan publik, komunikasi
kewilayahan dilakukan dalam rangka menghasilkan sinkronisasi dan harmonisasi kebijakan dan program.
Salah satu kerjasama yang termasuk dalam kategori jaring pelayanan publik adalah Sekretariat Bersama
(Sekber) Kartamantul yaitu kerja sama antara pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan
Bantul yang terbentuk sejak tahun 2007 dengan inisiasi dari Pemerintah Propinsi DI Yogyakarta.
BAGAN 4.7 STRUKTUR KELEMBAGAAN SEKRETARIAT BERSAMA (SEKBER) KARTAMANTUL
Struktur kelembagaan sekretariat bersama terdiri dari:
Dewan Pengarah, beranggotakan seluruh jajaran pemerintah daerah terkait dengan struktur
Dewan Pembina, beranggotakan unsur seluruh pimpinan kepala daerah
Pelaksana harian yang diketuai oleh salah satu sekretaris daerah (secara bergantian) serta
beranggotakan sekretaris daerah lainnya beserta para kepala dinas terkait
Direktur, berasal dari kalangan profesional yang mempunyai kompetensi di bidang manajemen
wilayah. Direktur dibantu oleh beberapa staf yang juga berasal dari kalangan profesional untuk
mengisi beberapa bagian seperti bagian perencana&monev, bagian fasilitasi &advokasi, sekretariat
(umum dan keuangan) serta unit operasional
Tim teknis (Pokja), melibatkan berbagai stakeholders, merumuskan kebijakan dan meneruskannya
pada Dewan Pengarah
64 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
REGIONAL MANAGEMENT (RM)
RM merupakan sebuah pendekatan relatif baru di Indonesia. Pendekatan RM mewajibkan pelibatan
masyarakat dan sektor swasta secara aktif dalam kegiatan kerja sama antar daerah. Tidak ada format
yang baku bagi bentuk kelembagaan RM, karena dibuat berdasarkan hasil kesepakatan antar aktor
regional yang bekerja sama. Namun karena RM merupakan jejaring antara publik dan swasta maka
unsur yang terlibat harus berperan dalam struktur kelembagaan, meliputi unsur eksekutif (pemerintah
daerah), legislatif (DPRD), pihak swasta (seperti dunia usaha, perbankan), dan masyarakat (termasuk
organisasi profesi, Perguruan Tinggi, tokoh masyarakat, LSM, dll).
BAGAN 4.8 STRUKTUR KELEMBAGAAN REGIONAL MANAGEMENT
FORUM MULTY STAKEHOLDERS
BUPATI
B
BUPATI
C
BUPATI
D
BUPATI
E
DEWAN EKSEKUTIF
ANGGOTA DEWAN EKSEKUTIF
SEKRETARIAT DEWAN
EKSEKUTIF
REGIONAL MANAGER
SEKRETARIS
ANALIS
PEREKONOMIAN &
INVESTASI
ANALIS
HUKUM & PERUNDANGUNDANGAN
FASILITATOR (PEM PUSAT/PROV/NGO)
FORUM REGIONAL
BUPATI
A
ANALIS
PEMASARAN
Dalam aplikasinya, terdapat sedikit perbedaan struktur kelembagaan antara RM. Perbedaan yang jelas
misalnya terjadi antara 12 RM fasilitasi KPDT dengan RM di Jawa Tengah (seperti RM Barlingmascakeb
dan RM Sampan). Dalam RM fasilitasi KPDT, peran propinsi berada diluar struktur Dewan eksekutif,
sedangkan dalam RM di Jawa Tengah pihak propinsi merupakan bagian dari Dewan Eksekutif dengan
fungsinya sebagai sekretaris, memberikan fasilitasi langsung sesuai kebutuhan lembaga kerja sama.
Secara umum struktur kelembagaan Regional Management seperti dalam bagan 4.8, yaitu terdiri dari
Forum Regional, Forum Komunikasi Regional, Dewan Eksekutif, Regional Manager, dan Fasilitator.
Masing-masing unsur organisasi tersebut memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut42:
42
Abdurahman, Benyamin, 2010, Dukungan DSF terhadap RM Forum, Jakarta
65 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
1. Inisiator, adalah perorangan, kelompok, atau lembaga yang mempunyai prakarsa untuk
membangun wacana menuju terbentuknya RM. Keberadaannya tidak harus masuk dalam struktur
organisasi, sebab inisiator dapat berperan sebelum terbentuknya kelembagaan. Namun biasanya
para inisiator termasuk para aktor regional yang masuk dalam kelompok Forum Regional.
2. Forum Regional, adalah forum yang beranggotakan Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota anggota
kerjasama regional yang memiliki kewenangan: (i) Menetapkan kebijakan dan penyediaan dana
operasional kerjasama regional; dan (ii) Mengusulkan Manajer Regional dengan berkonsultasi
dengan DPRD.
3. Forum Komunikasi Regional (Forum Multy Stakeholders), merupakan unsur stakeholders dari
wilayah kerjasama regional yang dapat terdiri dari DPRD, Eksekutif, Profesional, Tokoh Masyarakat,
LSM, Asosiasi, dan Komponen masyarakat lainnya. Keberadaan forum komunikasi regional
dimaksudkan untuk: (i). mengontrol pelaksanaan kerjasama regional; (ii).memberikan masukan pada
rencana kerja regional yang akan dilaksanakan; (iii) pemecahan masalah yang perlu mendapatkan
masukan dari berbagai pihak.
4. Dewan Eksekutif, keanggotaannya terdiri dari wakil Pemerintah Daerah (dalam hal ini dapat diwakili
oleh Bakorwil, Bapeda Provinsi, atau Dinas-Dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota).
Kepengurusan Dewan Eksekutif berasal dari anggota Forum Regional yang dapat ditetapkan secara
bergilir diantara anggota. Tugas dan tanggungjawabnya meliputi: (i) penyusunan program kegiatan,
penetapan anggaran, mengikat kontrak dengan Regional Manager, dan melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan Regional Management/Marketing oleh Regional Manager. (ii)Dewan
Eksekutif bertanggungjawab kepada forum regional; (iii) Anggaran operasional Dewan Eksekutif
ditanggung bersama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab/Kota anggota
kerjasama regional, dan sumber pendanaan lainnya; (iv) Menunjuk Regional Manajer atas mandat
masing-masing Pemkab/Kota berdasarkan konsultasi dengan legislatif dan melalui proses
penjaringan publik.
5. Regional Manager, adalah tenaga profesional yang dipilih melalui proses penjaringan publik
berdasarkan usulan dari masing-masing anggota dengan tugas: (i) Menyusun program kerja Regional
Management Agency; (ii) Melaksanakan Program Kerja; (iii) Mengaktifkan kerjasama antardaerah;
(iv) Melakukan promosi dan pemasaran wilayah; dan (v) memperoleh kesepakatan investasi.
6. Fasilitator, adalah lembaga Pemerintah pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk kasus Jawa Tengah,
diwakili oleh Badan Koordinasi Lintas Kabupaten/Kota Wilayah III Provinsi Jawa Tengah. Tugas
Bakorwil III adalah memfasilitasi seluruh kegiatan penyiapan pembentukan Regional Management
hingga terbentuknya kerjasama regional tersebut
Sebagai catatan, masing-masing fungsi tersebut diatas dapat memiliki nama istilah yang berbeda, namun
pada fungsinya masing-masing komponen perlu terwakili.
Selain dari struktur kelembagaan, perbedaan antara bentuk lembaga kerja sama yang ada di Indonesia
bisa dilihat dari beberapa aspek berikut.
66 | P a g e
Contoh KAD
Inisiator terbentuknya
KAD
Pemahaman KAD
Proses Pembentukan
lembaga
Proses rekrutmen staf
1.
2.
3.
4.
5.
NO
TOPIK ANALISA
Tidak ada rekrutmen staf dari kalangan
profesional, karena seluruh staf berasal
dari pegawai pemda kabupaten/kota
pelaku KAD
Kasus BKSP Jabodetabekjur:
Prakarsa Pemda Jabar dan Pemda DKI
Jakarta→Inisiasi Kemeentrian Dalam
Negeri→Peraturan Bersama Gubernur DKI,
Jabar, Banten
Kasus Subosukawonosraten:
Inisiasi pemerintah propinsi dg GTZ →
Inisiatif pemkab/kota terkait →
kesepakatan bersama (MOU) →
keputusan bersama
IGR (Inter Governmental Relations)
Pemerintah Propinsi:
BKAD Subosukawonosraten (inisiasi GTZ)
BKSP Jabodetabekjur (inisiasi kementrian
Dalam Negeri)
Pemerintah Pusat:
BAKD Pawonsari
BKAD Subosukawonosraten, BKAD
Pawonsari, BKSP Jabodetabekjur
BADAN KERJA SAMA
(STRUKTURAL)
Barlingmascakeb, Sampan, 12 RM
fasilitasi/ bentukan KPDT
REGIONAL MANAGEMENT
(NON STRUKTURAL)
Rekrutmen staf profesional [Direktur
dibantu bbrp staf di bagian perencana
&monev, fasilitasi &advokasi, sekretariat
(umum dan keuangan) serta unit
operasional] dilakukan secara terbuka
Kasus Kartamantul:
Kebijakan pemerintah pusat (P3KT utk
Kartamantul)/pemerintah propinsi
(kawasan prioritas utk Kedungsepur)→
Inisiasi pemerintah propinsi →
Inisiatif pemkab/kota terkait →
kesepakatan bersama (MOU) →
keputusan bersama
IGM (Intergovernmental Management)
67 | P a g e
Rekrutmen staf profesional (Regional
Manajer, staf bidang pemasaran, ekonomi
dan investasi, hukum dan sekretaris)
dilakukan secara terbuka
Terdiri dari 4 tahap
Tahap I (Prakarsa)
Tahap II (Pre Institusionalisasi)
Tahap III (Institusionalisasi)
Tahap IV (Pelaksanaan)
IGM (Intergovernmental Management)
Pemerintah Propinsi:
Pemerintah Pusat:
Kartamantul.
Kedungsepur
(melalui
KPDT dengan bantuan LSM Lekad (12 RM)
kebijakan tata ruang berupa kawasan Pemerintah Propinsi:
prioritas)
Barlingmascakeb (melalui kebijakan tata
ruang berupa kawasan prioritas)
Pemerintah Kabupaten/Kota:
Sampan (inisiasi Perguruan Tinggi)
Sekber Kartamantul, Kedungsepur, Kedu
Plus
JARING PELAYANAN PUBLIK
(NON STRUKTURAL)
BENTUK LEMBAGA KERJA SAMA ANTAR DAERAH
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
Perencanaan Kegiatan
dan pengambilan
keputusan
Peran tiap stakeholder
a.Pemerintah Pusat
7.
8.
b.Pemerintah Propinsi
Kewenangan Lembaga
6.
NO
TOPIK ANALISA
Sebagai inisiator awal kerjasama.
Contoh: BKAD Subosukawonosraten
Membuat regulasi (Kementrian Dalam
Negeri)
Inisiator awal kerjasama.
Contoh: BKAD Pawonsari
Perencanaan kegiatan difasilitasi dan
dikoordinasi oleh Koordinator dengan
melibatkan SKPD mengacu pada MOU
yang telah disepakati oleh kepala
pemerintahan. Hasil keputusan
dilaksanakan oleh SKPD terkait
Badan kerja sama mengkoordinasikan,
memfasilitasi perencanaan yang telah
dianggarakan (oleh SKPD terkait) serta
mengelola manajemen dengan
berkoordinasi dengan SKPD terkait
BADAN KERJA SAMA
(STRUKTURAL)
Dewan Eksekutif (DE) menterjemahkan
kebijakan Forum Regional (FR) menjadi
kebijakan strategis. Kemudian, Regional
Manajer (RM) melaksanakannya.
Produk perencanaan wilayah dihasilkan
melalui mekanisme Musrenbang
Regional, yang dilaksanakan sebelum
masing2 daerah anggota KAD melakukan
Musrenbangda & sebelum Musrenbang
propinsi (kasus RM Sampan)
Regional management berfungsi
melaksanakan fasilitasi, koordinasi dan
mediasi antar anggota KAD
REGIONAL MANAGEMENT
(NON STRUKTURAL)
Sebagai inisator dan mengeluarkan SK
Gubernur utk terbentuknya Sekber
Dukungan utk biaya operasional dan
pemeliharaan sektoral
Sebagai anggota tim teknis,
merencanakan kegiatan sekber
68 | P a g e
Sebagai Fasilitator¸ menyiapkan
terbentuknya RM
Sebagai anggota Dewan Eksekutif (DE),
ikut serta menyusun program kegiatan
dan perencanaan anggaran
Membuat regulasi (Kementrian Dalam Membuat regulasi (Kementrian Dalam
Negeri)
Negeri)
Dukungan pembiayaan utk operasional Memfasilitasi
dan
mengkoordinasi
dan pemeliharaan sektoral.
pembentukan RM (KPDT)
Contoh: pengelolaan TPA dan IPAL
(Kartamantul)
Sekber Kartamantul bersama dengan tim
teknis memfasilitasi penyusunan dan
perumusan rencana kegiatan tahunan.
Rencana kegiatan tsb didasarkan pada isu
penting lintas batas dan disesuaikan
dengan rencana masing-masing
pemerintah daerah terkait. Rencana
kegiatan tsb kemudian diajukan kepada
pelaksana harian. Setelah mendapat
persetujuan dari pelaksana harian,
kegiatan dilaksanakan oleh SKPD terkait.
Sekretariat Bersama (Sekber) berfungsi
melaksanakan fasilitasi, koordinasi dan
mediasi antar anggota KAD
JARING PELAYANAN PUBLIK
(NON STRUKTURAL)
BENTUK LEMBAGA KERJA SAMA ANTAR DAERAH
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
f. Donor
e. NGO
d. Masyarakat
(profesional, pakar,
asosiasi, perguruan
tinggi dll)
c. Pemerintah
Kabupaten/Kota
BADAN KERJA SAMA
(STRUKTURAL)
GTZ (proyek RED)
-
Asosiasi pengusaha hotel dan asosiasi
pengusaha meubel
SDC (Badan Kerjasama Pembangunan
Swiss), GTZ (proyek GLG), USAID
YLKI, Walhi
Perguruan Tinggi Contoh: UGM, UII,
UMY, Univ Atmajaya Yogyakarta
Masyarakat
Kasus Kartamantul: dalam
pelaksanaan kegiatan penertiban
pembuangan sampah ilegal di
Singosaren
Asosiasi
Kasus Kartamantul: Organda
Pengambil kebijakan
(yaitu Dewan Pembina)
Menyusun program (tim teknis dan
pelaksana harian dari dewan
pembina)
Pelaksana kerjasama (SKPD terkait)
JARING PELAYANAN PUBLIK
(NON STRUKTURAL)
REGIONAL MANAGEMENT
(NON STRUKTURAL)
GTZ (proyek RED)
69 | P a g e
Lembaga Kerjasama Antar Daerah (LEKAD)
yaitu dalam fasilitasi, advokasi, konsultasi
Perguruan Tinggi Contoh: Universitas
Diponegoro dalam pembentukan RM
Sampan
Kalangan profesional sebagai Regional
Manajer dan bbrp staf
Asosiasi pengusaha Contoh: RM
Barlingmascakeb
Pengambil kebijakan
(yaitu anggota Forum Regional )
Menyusun program
kegiatan/anggaran & monev (yaitu
anggota Dewan Eksekutif)
Pelaksana kerjasama (SKPD terkait)
BENTUK LEMBAGA KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Pengambil kebijakan
Pelaksana kerjasama (SKPD terkait)
Menduduki seluruh pos kepengurusan
BKAD
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
NO
TOPIK ANALISA
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
4.4
Pembiayaan dan Pengelolaan Keuangan KAD
Aspek pembiayaan serta pengelolaan keuangan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
keberlanjutan suatu lembaga kerja sama. Bagian berikut ini akan menguraikan mengenai sumber
pembiayaan serta manajemen penganggaran dan pembiayaan yang selama ini dilakukan oleh berbagai
lembaga kerja sama antar daerah yang sudah terbentuk di Indonesia.
Sumber-Sumber Pembiayaan KAD
Dalam prakteknya selama ini ada beberapa sumber pembiayaan yang digunakan untuk melaksanakan
kerja sama antar daerah adalah:
1. Iuran rutin dari APBD tiap kabupaten/kota yang melakukan kerja sama
Sumber ini dilakukan hampir oleh semua daerah kabupaten/kota yang bekerja sama, seperti:
RM Barlingmascakeb, sejak tahun 2004 sampai saat ini tiap kabupaten anggota kerja sama
menyetor iuran dari APBDnya masing-masing sebesar Rp 100 juta (2004) dan Rp. 150 juta (2009)
RM Sampan, tiap kabupaten/kota menyetor iuran sebesar Rp 100 juta/tahun
BKAD Subosukawonosraten, tiap kabupaten/kota menyetor iuran rutin yang dialokasikan untuk
operasional sekretariat BKAD.
BKAD Pawonsari, tiap kabupaten awalnya menyetor Rp 20 juta/tahun. Dari iuran tersebut, sub
sekretariat yang terdapat di dua kabupaten mendapat pengembalian masing-masing sebesar Rp
6 juta untuk biaya operasional. Besarnya iuran tahun 2009 adalah Rp 25 juta/kabupaten untuk
menunjang implementasi kegiatan kerja sama di bidang pariwisata
2. Dianggarkan di SKPD masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kerja sama:
Sekber Kartamantul:
biaya operasional kantor Sekber
Sumber-sumber pembiayaan KAD:
Kartamantul dianggarkan dari APBD
Iuran rutin APBD kabupaten/kota
ketiga daerah dengan prosentase yang
pelaku KAD
sama
Dianggarkan di masing-masing SKPD
biaya operasional dan pemeliharaan
terkait
Dukungan Propinsi (Dana
sektoral yang dikerjasamakan (seperti
Dekonsentrasi) dan Pemerintah pusat
pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
(APBN)
dan Instalasi Pembuangan Air Limbah)
Dukungan pihak luar
melalui perjanjian kerjasama sektoral
→Donor: GTZ, UNDP
yang ditandatangani bupati/walikota
→Perguruan Tinggi: Unsoed
dianggarkan di APBD ketiga daerah
melalui SKPD masing-masing yang
terkait dengan prosentase berdasarkan
beban volume serta jumlah pengguna
70 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Sekber Kedu Plus (sedang dirintis):
anggaran operasional kantor sekber rencananya akan ditanggung oleh daerah dimana
sekber berada dan harus dianggarkan secara khusus dari dana APBD daerah tersebut
anggaran untuk pelaksanaan kegiatan sektoral dilakukan dengan cara sharing program dan
dimasukkan dalam APBD SKPD terkait di masing-masing daerah
3. Dukungan Pemerintah Propinsi (dana dekonsentrasi) dan Pemerintah Pusat (APBN), seperti:
Kegiatan pasar lelang Bapepti di RM Barlingmascakeb terselenggara berkat dukungan
pemerintah pusat dan propinsi
Dukungan pemerintah pusat dan propinsi untuk biaya operasional dan pemeliharan sektoral
(seperti pengelolaan TPA dan IPAL) di Kartamantul
Iuran dari pihak propinsi (Jabar, DKI Jakarta dan Banten) untuk biaya operasional dan koordinasi
BKSP Jabodetabekjur, disamping juga bantuan fisik dan jasa
4. Dukungan dari pihak luar, seperti:
UNDP melalui proyeknya, Partnership for Governance Reform in Indonesia, pada tahun
2004/2005 memberikan bantuan kepada RM Barlingmascakeb sebesar Rp 1.5 milyar
GTZ melalui proyeknya, Good Local Government, memfasilitasi wokshop dan Focus Group
Discussion (FGD) dalam rangka pembentukan kelompok kerja, mekanisme prosedur
kelembagaan serta dukungan terhadap pengembangan kapasitas SDMnya di RM Sampan dan
Sekber Kedu Plus
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto menyelenggarakan sosialisasi, roadshow,
seminar/semiloka pengembangan kerjasama antar daerah dengan RM Barlingmascakeb
Manajemen Penganggaran dan Pembiayaan
Dalam mengelola keuangannya, lembaga kerja sama daerah harus berpedoman pada peraturan
perundangan yang berlaku. Ada 2 aturan utama yang harus menjadi pedoman daerah yang bekerja
sama dalam mengelola penganggaran serta pembiayaannya:
1. PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah (beserta turunannya)
2. Permendagri No 37/2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun 2011
Dalam pasal 6 ayat 1 PP No 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan bahwa
pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dengan demikian
semua kegiatan pengelolaan keuangan dalam kerja sama daerah, mulai dari kegiatan perencanaan
sampai dengan pertanggungjawabannya harus mengikuti peraturan ini beserta peraturan lain yang
merupakan turunannya.
71 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAGAN 4.9 DASAR HUKUM PENGELOLAAN KEUANGAN KAD
UU 17/2003 ttg Keuangan Negara
UU 1/2004 ttg Perbendaharaan
Negara
UU 15/2004 ttg Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara
UU 25/2004 ttg SPPN
UU 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah
UU No 33/2004 ttg Perimbangan
Keuangan ant pem pusat dan Pemda
PP No 24/2005 ttg SAP
PP No. 58/2005
tentang
Pengelolaan
Keuangan daerah
Permendagri No
13/2006 tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan Daerah
diubah dengan
Permendagri No
PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan Omnibus Regulation, yaitu satu
peraturan komprehensif yang terpadu dari banyak undang-undang dan peraturan pemerintah43. Dari
bagan diatas terlihat bahwa PP tersebut merupakan paduan dari 6 Undang-undang dan 1 Peraturan
Pemerintah. Kemudian PP No 58/2005 tersebut di ikuti dengan lahirnya Permendagri No 13/2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang diubah dengan Permendagri No 59/2007.
Dalam Permendagri tersebut antara lain diatur langkah-langkah perencanaan program serta
penganggarannya yang harus dipedomani oleh pihak pemerintah daerah. Langkah-langkah tersebut juga
merupakan pedoman yang harus diikuti dalam proses penganggaran kegiatan/program yang dilakukan
dalam rangka kerja sama antar daerah.
BAGAN 4.10 LANGKAH-LANGKAH PENGANGGARAN KAD
Menetapkan nama
program & kegiatan
Menetapkan
indikator kinerja &
target
Membuat Rancangan
Anggaran Biaya (RAB)
tiap program/kegiatan
Membuat RKA untuk
belanja langsung
Tentukan kontribusi
masing-masing
Pemda
Konversikan RAB ke
dalam kode rekening
(oleh SKPD terkait di
masing-masing Pemda)
43
(kesepakatan bersama)
(sesuai Permendagri)
Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta
72 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Dalam prakteknya penganggaran untuk keperluan kerja sama antar daerah di Indonesia dibebankan
kepada pos44:
1. Belanja langsung melalui Dana Transfer
Hal ini dilakukan oleh RM Barlingmascakeb, RM Sampan dan Sekber Kartamantul. Berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Daryanto (tahun 2009) pembebanan anggaran ini tidaklah tepat, karena
berdasarkan Permendagri No 13/2006 yang diubah dengan Permendagri No 59/2007, dana transfer
hanya dimungkinkan melalui belanja tidak langsung tertentu, seperti belanja pegawai, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga
2. Bantuan Sosial
Dilakukan oleh RM Sampan, Sekber Kartamantul dan BKAD Subosukawonosraten. Hal ini juga tidak
sesuai dengan peraturan perundangan tersebut, sebab;
a. Pada kenyataannya, penganggaran melalui bantuan sosial tersebut dilakukan secara terus
menerus. Padahal dalam Permendagri pasal 45 disebutkan: “Bantuan sosial yang diberikan
secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak
wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran”
b. Lembaga penerima tidak termasuk kriteria yang bisa diberikan bantual sosial, seperti yang
disebutkan dalam Permendagri tersebut: “Belanja bantuan sosial digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang
dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat dan partai politik
3. Hibah
Penganggaran melalui pos dana hibah yang dilakukan oleh BAKD Subosukawonosraten, Sekber
Kartamantul, RM Barlingmascakeb dan RM Sampan, juga menghadapi permasalahan yang sama
seperti penganggaran melalui bantuan sosial
a. Penganggaran hibah yang dilakukan secara terus menerus ternyata menyalahi aturan yang
tertera dalam pasal 44 Permendagri 59/2007, yang menyebutkan: “Hibah yang diberikan secara
tidak mengikat/tidak secara terus menerus diartikan bahwa hibah tersebut ada batas akhirnya
tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam
menunjang penyelenggaraan pemerintah daerah”
b. Berdasarkan penjelasan pasal 27 PP 58/2005, hibah digunakan untuk menganggarkan
pemberian uang/barang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah darah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat secara tidak terus menerus.
Padahal lembaga kerja sama tidak bisa dikategorikan sebagai masyarakat ataupun organisasi
kemasyarakatan.
44
Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta
73 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Adanya permasalahan dalam hal penentuan pos anggaran yang tepat bagi kerja sama daerah ini
menunjukkan bahwa peraturan yang ada secara yuridis tidak melindungi pengelolaan keuangan kerja
sama antar daerah. Titik terang ditunjukkan dengan diterbitkannya Permendagri No 37/2010 tentang
Pedoman Penyusunan APBD 2011. Pada angka IV hal-hal khusus poin 3 dalam Permendagri tersebut
disebutkan: “Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapa daerah untuk
peningkatan pelayanan masyarakat secara lebih efektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menyusun
program dan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah dengan mempedomani PP No. 50/2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Antar Daerah. Apabila pemerintah daerah membentuk badan
kerja sama maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam bentuk APBD dalam bentuk
belanja hibah kepada badan kerja sama”. Dengan adanya aturan ini maka mekanisme pos
penganggaran kerja sama antar daerah menjadi lebih jelas, yaitu melalui pos belanja tidak langsung
hibah, dengan beberapa konsekuensi yang harus dipenuhi, yaitu45:
1. Kabupaten/kota yang sudah punya badan kerjasama harus segera merubah dan menyesuaikan diri
dengan badan kerja sama seperti yang diatur dalam PP No 50/2007
2. Badan kerjasama yang sudah ada harus menyusun dokumen perencanaan yang diintegrasikan
dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah seperti RPJMD, RPKD
3. Badan kerja sama harus menetapkan instrumen pendukung anggaran (seperti Standar Biaya dan
Analisis Standar Belanja) sehingga bisa dihindari adanya duplikasi serta pemborosan anggaran
4. Harus segera ada peraturan yang dapat menjadi pedoman dalam pengaturan sistem dan prosedur
perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban badan kerjasama
5. Permendagri No 37/2010 hanya berlaku untuk satu tahun saja (2011), oleh karena itu sebaiknya
substansi mengenai penganggaran kerja sama daerah sebaiknya diatur dan dimasukkan ke dalam
Peraturan Daerah tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Dibuatnya Peraturan daerah
ini juga merupakan amanat dari PP 58/2005 dan Permendagri 59/2007, yang menyebutkan bahwa
pihak pemerintah daerah diwajibkan menerbitkan peraturan daerah tersebut yang penyusunannya
harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
4.5 Monitoring dan Evaluasi KAD
Kegiatan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kerjasama antar daerah merupakan salah satu tugas
pokok dari pemerintah pusat yaitu Ditjen Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, khususnya
Sub Direktorat Kerja Sama Antar Daerah (selanjutnya disebut dengan Subdit KAD). Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23/2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama Antar
Daerah, untuk melakukan pembinaan dan pengawasan Kementrian Dalam Negeri (dalam hal ini SubDit
KAD) membentuk sekretariat bersama yang beranggotakan unsur Kementrian Dalam Negeri, wakil dari
45
Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam KAD di Prop Jateng dan DIY, Jakarta
74 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Departemen/ Lembaga Pusat Non Departemen terkait, serta tenaga profesional. Kegiatan pembinaan
dan pengawasan sendiri terdiri dari lima tahapan, dimana salah satu kegiatan dalam tahapan yang
terakhir adalah kegiatan monitoring dan evaluasi. Namun, karena sampai saat ini Sekretariat Bersama
belum terbentuk, maka dari pihak pemerintah pusat kegiatan monitoring dan evaluasi KAD belum
pernah dilaksanakan.
Namun demikian, dari beberapa laporan kegiatan yang dihasilkan oleh GTZ (Germany Technical
Cooperation)46, dapat diketahui hasil serta manfaat yang telah dirasakan beberapa kerja sama antar
daerah yang telah terbentuk, khususnya di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti RM
Barlingmascakeb dan BKAD Subosukawonosraten.
Manfaat yang telah dirasakan dengan adanya RM Barlingmascakeb meliputi:
Efisiensi dan efektivitas pendayagunaan potensi dan promosi daerah melalui Pameran Potensi
Perdagangan, Pariwisata dan Investasi.
Mengurangi persaingan yang tidak sehat antar daerah anggota KAD.
Memperkuat posisi tawar dan daya saing daerah.
Mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat.
Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para Petani dan UMKM
melalui Pasar Lelang Forward Komoditi Agro
Manfaaf yang dirasakan dengan diaadakannya kerja sama antar daerah Subosukawonosraten:
Efisiensi pemanfaatan smbr daya (anggaran, infrastruktur, SDM) untuk pembangunan potensipotensi ekonomi di wilayah Solo Raya
Menguatnya jejaring kerja sama antar Pemda (khususnya dalam penyelesaian masalah dan
upaya menangkap peluang ekonomi)
Terbukanya akses ke pasar dan sumber pendanaan
Terbukanya peluang kerjasama di beberapa bidang strategis
4.6 Peran Berbagai Pelaku dalam KAD di Indonesia
Berdasarkan konsep serta pengalaman best practice pelaksanaan kerja sama antar daerah di berbagai
negara seharusnya berbagai pihak ikut terlibat, mulai dari semua tingkatan pemerintah, pihak swasta
dan masyarakat, sampai dengan lembaga donor. Gambaran mengenai bentuk serta sejauh mana
keterlibatan berbagai pihak dalam implementasi kerja sama antara pemerintah daerah di Indonesia akan
diuraikan pada bagian ini. Secara garis besar, keterlibatan berbagai pihak tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
46
GTZ atau yang sekarang dikenal dengan GIZ (Germany International Cooperation) adalah lembaga donor dari Jerman yang sejak awal tahun
2000-an berkecimpung memfasilitasi dan mendorong kerja sama antar pemerintah daerah di Indonesia, melalui proyek GLG (Good Local
Governance) atau Tata Pemerintahan Daerah yang Baik dan RED.
75 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
PEMERINTAH
PUSAT
PEMERINTAH
PROPINSI
MASYARAKAT
UMUM
PEMERINTAH
KAB/KOTA
SWASTA
(Industri,
perbankan,dll)
ASOSIASI
DONOR
LSM
PERGURUAN TINGGI
PENELITI
2
GAMBAR 4.12 PERAN PELAKU KAD DI INDONESIA
PEMERINTAH PUSAT
Idealnya pemerintah pusat berperan sebagai regulator yang memastikan adanya regulasi yang
memayungi berlangsungnya kerja sama, fasilitasi, koordinasi serta advokasi untuk membantu daerah
yang sedang bekerja sama. Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya (selanjutnya disebut dengan
tupoksi), pemerintah pusat yang terkait dengan fungsi ini adalah Kementrian Dalam Negeri serta
Bappenas untuk sinkronisasi program. Namun dalam prakteknya ada dua kementrian lain yang juga
memiliki peran serta yaitu Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dan Kementrian Usaha
Kecil, Menengah dan Koperasi (KUKM). Sebagai catatan, koordinasi antara berbagai lembaga/
kementrian terkait di tingkat pusat dapat dikatakan masih sangat minim (lihat bab berikut).
→ Kementrian Dalam Negeri
Seperti yang diamanatkan dalam PP No. 50/2007 (tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah)
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41/2010 (Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja),
pengelolaan serta wewenang untuk urusan Kerja sama antara daerah berada dibawah Kementrian
Dalam Negeri Ditjen Pemerintahan Umum, khususnya Direktorat Dekonsentrasi dan Kerja Sama Sub
Direktorat Kerja Sama antar Daerah (Subdit KAD). Uraian mengenai peran dari Subdit KAD akan dibahas
secara mendalam pada bagian 5.
76 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Sedangkan wewenang untuk pengelolaan kerja sama pengembangan wilayah dan kerja sama perkotaan
berada di bawah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Ditjen Bina Bangda), khususnya Subdit
Pengembangan Wilayah 1 dan 2 Direktorat Pengembangan Wilayah, dan Subdit Kerja Sama Perkotaan
Direktorat Penataan Perkotaan. Berdasarkan Permendagri No. 41/2010, tugas dari Subdit Kerjasama
Pengembangan Wilayah adalah penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta monitoring dan
evaluasi pelaksanaan penyerasian dan pengendalian pengembangan wilayah antarprovinsi dan
antarkabupaten dan antarkota di wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (untuk Subdit Wilayah 1)
dan wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Adapun tugas dari Subdit Kerja Sama
Perkotaan adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi serta pengendalian
kerjasama pembangunan perkotaan. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit Kerjasama Perkotaan
menyelenggarakan fungsi: penyiapan bahan perumusan kebijakan, fasilitasi dan evaluasi serta
pengendalian kerjasama antar negara dan perkotaan antar daerah.
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011 disebutkan bahwa program Ditjen Bangda terkait kerja
sama antar daerah adalah: i). Fasilitasi pembangunan kawasan perkotaan; ii).Peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah; dan iii).Fasilitasi wilayah terpadu. Produk hukum yang dihasilkan oleh Ditjen Bangda
serta menjadi pedoman dalam kerjasama perkotaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri No
69/2007 tentang Kerja sama Pembangunan Perkotaan. Peran Ditjen Bangda dalam kerja sama wilayah
pada saat ini terlihat dari intervensi dan dukungan terhadap Regional Management (RM) Teluk Bone.
Peran lain Kementrian Dalam Negeri pada masa sebelum desentralisasi adalah menginisiasi
terbentuknya BKSP Jabodetabekjur, prakarsa awal Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat.
→ Bappenas,
Dilihat dari tugas pokok dan fungsinya, Deputi bidang pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
Bappenas mempunyai kewenangan terkait dengan kerja sama antar daerah. Ada dua direktorat di
bawah deputi tersebut yang memiliki fungsi terkait. Pertama, Direktorat Kawasan Khusus Daerah
tertinggal, khususnya Sub Direktorat Daerah Tertinggal. Fungsi dari subdit ini secara khusus terkait
dengan pengembangan kawasan/daerah tertinggal, mulai dari penyusunan rencana, koordinasi serta
sinkronisasi program dengan kementrian terkait (dalam hal ini adalah Kementrian Pembangunan
Daerah Tertinggal disingkat KPDT) sampai dengan pemantauan/evaluasi/penilaian serta pelaporan atas
pelaksanaan kebijakan dan program di bidang pengembangan kawasan tertinggal yang dilakukan
kementrian tersebut. Salah satu strategi yang dikembangkan oleh KPDT dalam mengembangkan
kawasan tertinggal adalah mengembangkan kerja sama antar daerah tertinggal dengan menggunakan
metode Regional Management (RM). Kedua , Direktorat Pengembangan Wilayah. Salah satu fungsi yang
di emban oleh direktorat ini adalah fasilitasi, koordinasi, dan kerjasama dalam rangka pengembangan
wilayah dan antar wilayah, terkait kerjasama pengembangan sub-regional, kerjasama antar daerah
propinsi dan kabupaten, serta antar institusi. Saat ini Bappenas dengan dukungan DSF (Decentralization
Support Facility) World Bank sedang melakukan kegiatan evaluasi berupa kajian dan penilaian singkat
terhadap RM yang difasilitasi oleh KPDT dan juga penguatan kapasitas berupa dukungan bagi RM untuk
menghasilkan dokumen perencanaan berupa skenario jangka panjang (20th), rencana strategis jangka
menengah (5th) dan rencana aksi tahunan.
77 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
→ Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT)
Asisten Deputi V/5 bidang Urusan Kerjasama Antara Daerah dan Regional KPDT memiliki tugas pokok
dan fungsi berupa perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan, operasional serta
monitoring dan evaluasi kerja sama antar daerah dan regional, khususnya daerah yang masuk dalam
kategori sebagai daerah tertinggal. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, salah satu kebijakan yang
digunakan untuk penguatan dan pengembangan kerjasama antar daerah adalah dengan menerapkan
instrumen Forum Regional Management (RM). Sejak tahun 2005 KPDT memperkenalkan pendekatan
RM kepada beberapa daerah tertinggal, dan sampai saat ini telah memfasilitasi terbentuknya 12 RM di
Indonesia. Pendekatan RM diharapkan dapat berperan sebagai instrumen strategis dalam percepatan
pembangunan untuk daerah tertinggal. Kedua belas RM yang sudah terbentuk berada tersebar di
beberapa pulau, yaitu:
1) Sumatera: RM Danau Toba (Sumatera Utara), RM Janghiangbong (Bengkulu), RM Kaukus Setara Kuat
(Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung)
2) Kalimantan: RM Perbatasan Propinsi Kalimantan Barat (Kalimantan Barat)
3) Sulawesi: RM Aksess (Sulawesia selatan), RM Wanua Mappatuo (Sulawesi Selatan), RM Kawasan
Terpadu Teluk Tomini (Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara), RM Kawasan Terpadu Teluk
Bone (Sulawesi Selatan dan Sulawasi Tenggara)
4) Nusa Tenggara: RM Jonjok Batur (Nusa Tenggara Barat), RM Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat),
RM Perbatasan Kawasan Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur)
5) Papua: RM Kawasan Teluk Papua Barat (Papua Barat)
→ Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
(KKUKM),
Deputi VII Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil
dan Menengah Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah (KKUKM) telah ikut memanfaatkan beberapa
platform RM yang sudah mulai terbentuk untuk
mengarahkan dukungan kebijakan dan programnya ke
daerah. KKUKM berperan dalam memberikan intervensi
kepada 3 region (RM) yang telah terbentuk oleh fasilitasi
KPDT yaitu RM Jonjok Batur, RM Danau Toba (LTRM) dan
RM Janghiangbong. Intervensi diawali dengan melakukan
identifikasi faktor perekat kerja sama untuk para usaha
kecil dan menengah (UKM). Kemudian dilakukan
peningkatan kapasitas (seperti pelatihan-pelatihan) serta
penguatan jaringan pengelolaan UKM.
Peran Pemerintah Pusat dalam KAD:
Kementrian Dalam Negeri
→ Mengeluarkan berbagai regulasi
→ Inisiasi terbentukan KAD
Bappenas
→ Sinkronisasi program dg
kementrian terkait
→ Evaluasi RM
→ Penguatan kapasitas RM
KPDT
→Fasilitasi pembentukan RM
KKUKM
→Dukungan program UKM di RM
Koordinasi antar kementrian/
lembaga di pusat sangat minim
78 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
PEMERINTAH PROPINSI
Berdasarkan Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama
Antar Daerah, peran yang diharapkan dari pemerintah propinsi adalah dalam hal pembinaan dan
pengawasan (binwas). Binwas dilakukan dengan membentuk TKKSD (Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah)
yang mempunyai tugas dalam hal penjajakan, negosiasi, penandatanganan, pelaksanaan dan
pengakhiran. Berdasarkan data Ditjen PUM sampai saat ini ada 14 TKKSD tingkat Propinsi yang sudah
dibentuk, namun belum diketahui sejauh mana peran yang telah dilakukan.
Sementara itu, sebelum diberlakukannya permendagri tersebut urusan kerjasama antar daerah
umumnya berada dibawah koordinasi Sekretariat Daerah (Setda), baik berbentuk biro yang khusus
mengurusi masalah kerja sama maupun tidak secara khusus. Untuk bentuk kelembagaan kerja sama RM
(Regional Management) perwakilan dari pemerintah propinsi (Bakorwil ataupn Bappeda Propinsi)
dimasukkan ke dalam struktur organisasinya sebagai salah satu anggota Dewan Eksekutif (DE). DE antara
lain bertugas/bertanggung jawab mulai dari menyusun program kegiatan, perencanaan anggaran
sampai dengan melakukan monitoring dan evaluasi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah propinsi dalam RM adalah memfasilitasi advokasi dan pelatihan pada berbagai platform
kerja sama antar daerah, bersama dengan KPDT dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) LEKAD
(Lembaga Kerja Sama Antar Daerah). Peran pemerintah propinsi dalam RM yang cukup signifikan adalah
di Jawa Tengah, yang juga berperan sebagai insiator awal kerja sama serta memfasilitasi program
kegiatan yang berkaitan dengan lintas wilayah (kasus BKAD Subosukawonosraten)
Adapun contoh peran propinsi yang cukup signifikan dalam mengkoordinasi kerja sama antara
pemerintah daerah adalah Propinsi DI Yogyakarta. Sejak tahun 1990-an, tiga pemerintah daerah di
Propinsi DI Yogyakarta meliputi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul telah bekerja sama
dengan koordinasi pemerintah propinsi dalam pelaksanaan Program Pembangunan Prasarana Kota
Terpadu (P3KT). Kegiatan utama P3KT adalah menyusun Program Investasi Jangka Menengah (PJM)
khususnya untuk sektor prasarana perkotaan di Yogyakarta raya. Hal ini melahirkan gagasan untuk
menindaklanjuti kerja sama yang telah tercipta tersebut dengan dirumuskannya konsep mengenai
kelembagaan kerja sama yang diberi nama Sekretariat Bersama (Sekber) Kartamantul.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerintah propinsi yang ikut berperan dalam mendorong
dan memperkuat kerja sama antar daerah kabupaten/kota di daerahnya saat ini jumlahnya masih sangat
terbatas. Hanya beberapa pemerintah propinsi (seperti Jawa Tengah dan DIY) yang dapat dikatakan
bahwa perannya cukup signifikan.
79 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan pelaku inti dari kerja sama yang dilakukan. Peran kepala
pemerintah di tingkat ini sangat penting mengingat posisi dan wewenangnya sebagai pengambil
keputusan tertinggi. Dapat dikatakan bahwa komitmen dari kepala daerah kabupaten/kota merupakan
salah satu faktor penting yang dapat
menentukan keberlangsungan kerja sama antar
daerah. Kurangnya komitmen kepala daerah
menyebabkan banyaknya kerja sama daerah
Kendala KAD dari sisi Pemerintah
Kabupaten/Kota:
yang tidak kunjung di implementasikan
walaupun daerah yang bersangkutan sudah
→Rendahnya respon daerah dalam
membuat kesepakatan untuk bekerja sama.
menginisiasi KAD disebabkan kurangnya
pemahaman tentang manfaat KAD dan
Disamping itu kondisi saat ini yang
orientasi profit (bukan pelayanan publik)
menunjukkan masih rendahnya respon daerah
dalam menginisiasi kerja sama antar daerah,
→Stagnasi kesepakatan KAD yang sudah
dibuat, karena minimnya komitmen
disinyalir karena kurangnya pemahaman dari
kepala daerah (ego kedaerahan masih
pihak pemerintah daerah itu sendiri mengenai
tinggi)
manfaat dari kerja sama daerah serta orientasi
sebagian daerah bukan pada peningkatan
pelayanan publik tapi pada perolehan
keuntungan (profit) saja.
Atas mandat Permendagri No. 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerja Sama
Antar Daerah, tiap bupati/walikota diharuskan membentuk Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah (TKKSD)
untuk membantu kepala daerah dalam menyiapkan kerja sama daerah. Persiapan yang dimaksud mulai
dari inventarisasi/pemetaan bidang/potensi daerah yang akan dikerjasamakan, mempersiapkannya
sampai dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama daerah
kabupaten/kota. Sampai saat ini telah terbentuk 56 TKKSD kabupaten/kota yang tersebar di seluruh
wilayah. Namun sampai saat ini belum ada informasi sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan oleh
TKKSD yang sudah terbentuk tersebut.
Sementara itu sebelum diberlakukannya peraturan tersebut, di beberapa kabupaten/kota urusan kerja
sama antar daerah umumnya berada dibawah koordinasi Sekretariat Daerah (Setda). Misalnya seperti
pada Biro Kerjasama. Kab. Gunung Kidul, berdasarkan Perda tentang Pembentukan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD telah ditetapkan pembentukan Bagian
Kerjasama dan Investasi pada tahun 2006. Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati GunungKidul No.
179/2008, berubah menjadi Bagian Kerjasama dan Pengendalian Pertanahan dengan beberapa fungsi
berikut (terkait dengan kerjasama)
Penyusunan rencana kegiatan Bagian Kerjasama dan pengendalian pertanahan
Perumusan kebijakan dan pengkoordinasian bidang kerja sama daerah
80 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Pelaksanaan promosi kerjasama
Pemberian fasilitasi kerjasama
Penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan antar lembaga lain
Pengkajian dan pengembangan kerjasama daerah
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan kerjasama daerah
Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Bagian Kerjasama
Saat ini Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul sedang menyusun Draft Peraturan Bupati tentang Tata
Cara Kerjasama Daerah, dan telah dikonsultasikan ke Kementrian Dalam Negeri, Kanwil Kemkumham
dan Pemprop DIY. Draft tersebut saat ini sedang diproses oleh Bagian Hukum Setda Kabupaten Gunung
Kidul.
NON PEMERINTAH
Pembahasan pelaku non pemerintah meliputi
seluruh unsur masyarakat (umum, profesional,
tokoh masyarakat, organisasi masyarakat,
perguruan tinggi), swasta (asosiasi, perbankan,
industri, dll), Lembaga Swadaya Masyarakat, dan
pihak donor.
→ Masyarakat dan Swasta
Sudah seyogyanya masyarakat terlibat dalam
konteks kerja sama antar daerah. Karena selain
sebeai subyek, masyarakat juga merupakan
obyek dari kerja sama yang paling mengetahui
kebutuhan serta permasalahan yang di alami
wilayahnya. Demikian pula halnya dengan pihak
swasta.
Peran Non Pemerintah dalam KAD:
Masyarakat
→Perguruan Tinggi (inisiasi, sosialisasi, dll)
→Profesional (Regional Manager&staf)
Pihak Swasta
→Asosiasi pengusaha & Organda
LSM (Lekad)
→Fasilitasi, advokasi, konsultasi
Donor (GTZ, UNDP, USAID, SDC)
→ Fasilitasi, advokasi, konsultasi
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat serta pihak swasta dalam kerja sama antar
daerah masih sangat minim. Keterlibatan hanya terbatas pada beberapa kalangan saja:
Perguruan Tinggi, seperti:
Dukungan Universitas Diponegoro (Undip) dalam menginisaiasi Lembaga Promosi dan Investasi
yang menandai berdirinya RM Sampan
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) bekerjasama dengan RM Barlingmascakeb
menyelenggarakan sosialisasi, road show, seminar/semiloka pengembangan Kerjasama Antar
Daerah
Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY) dan Universitas Atmajaya Yogyakarta bekerja sama dengan Kartamantul
81 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Kalangan Profesional, yaitu sebagai regional manajer dan beberapa staf pendukungnya (dalam RM
dan sekretariat bersama)
Asosiasi, seperti asosiasi pengusaha (Barlingmascakeb), asosiasi pengusaha hotel dan asosiasi
pengusaha meubel (Subosukawonosraten), dan Organda (Kartamantul)
→ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga Swadaya Masyarakat yang paling banyak berperan dalam memfasilitasi kerja sama daerah
pada saat ini adalah Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kerja sama antar Daerah (LEKAD).
Sejak didirikan pada tahun 2005, LEKAD telah melakukan berbagai kegiatan fasilitasi, advokasi,
konsultasi serta pelatihan terkait dengan kerja sama antar daerah. Dalam melakukan berbagai
kegiatannya, LEKAD kerap kali bekerja sama dengan berbagai lembaga internasional seperti GTZ
(Germany Technical Cooperation). Kegiatan yang telah dilakukan di tingkat pusat antara lain seperti
diskusi terbatas, seminar, dan fasilitasi beberapa wilayah Kerja Sama Antar Daerah bersama dengan
beberapa Kementrian seperti KPDT, Kementrian Dalam Negeri, Bappenas dan KKUKM. Sedangkan di
tingkat daerah, kegiatan yang telah dilakukan oleh LEKAD bersama dengan pemerintah propinsi dan
kabupaten/kota umumnya terkait dengan advokasi, konsultasi serta pelatihan dalam memfasilitasi
pembentukan dan pengembangan di wilayah kerja sama antar daerah. Bersama dengan KPDT dan
dengan difasilitasi oleh pemerintah propinsi wilayah kerja sama daerah terkait, LEKAD telah melakukan
advokasi serta pelatihan di beberapa wilayah RM hasil fasilitasi KPDT, meliputi RM Aksess (Sulawesi
Selatan), RM Lake Toba (Sumatera Utara), RM Jonjok Batur (Nusa Tenggara Barat), RM Janghiangbong
(Bengkulu), RM Setara Kuat (Bengkulu, Lampung dan Sumatera Selatan). Selain itu juga LEKAD
membantu kegiatan KPDT dalam mengembangkan strategi Regional Management untuk kerjasama
daerah di beberapa wilayah seperti Teluk Tomini, Teluk Bone dan Teluk Cendrawasih.
→Lembaga Donor
Ada beberapa lembaga donor yang ikut berperan dalam mengembangkan kerja sama antar daerah di
Indonesia, yaitu GTZ, UNDP, USAID, SDC. GTZ (Germany Technical Cooperation), atau yang sekarang
berubah naman menjadi GIZ (Germany International Cooperation) dapat dikatakan merupakan lembaga
donor yang paling banyak berperan dalam memfasilitasi kerja sama antar pemerintah daerah di
Indonesia. Melalui proyek GLG (Good Local Governance) atau Tata Pemerintahan Daerah yang Baik dan
RED selama 2006-2009 GTZ telah memfasilitasi beberapa kerjasama antar daerah di beberapa daerah di
Jawa Tengah (seperti RM Sampan dan BKAD Kedu), DI Yogyakarta (Sekber Kartamantul). Di RM Sampan
dan Kedu, GLG GTZ memfasilitasi penerapan kajian kebutuhan pengembangan kapasitas. Sementara di
Kartamantul, GLG GTZ memperkuat manajeman Sekber dan juga menginisiasi topik baru kerjasama,
yaitu perencanaan tata guna lahan. Disamping itu GTZ-GLG dengan bekerja sama dengan lembaga lain
menghasilkan beberapa publikasi yang dapat dijadikan acuan dan bermanfaat bagi pengembangan kerja
sama antar pemerintah daerah di Indonesia, yaitu:
82 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
a) Kajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi Pelaksanaan KAD untuk meningkatkan
Penyelenggaraan Pelayanan Umum Di Jawa Tengah (2007)
b) Dampak KAD terhadap Pembangunan Propinsi serta Peranan Propinsi dalam Mendukung Kerja
Antar kabupaten/Kota di Jawa Tengah (2007)
c) Pre-Institusionalisasi dan Penyusunan Program Dukungan bagi Kerjasama antar Daerah dalam
Pengelolaan Sampah di Wilayah Pekalongan (Kota Pekalongan, Kab. Pekalongan dan Kab. Batang)
(2008)
d) Pengembangan Kapasitas untuk Kerjasama Antar Daerah di Wilayah Kedu Plus dengan Fokus
Utama pada Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Tata Ruang (2009)
e) Dukungan dan Fasilitasi Penyusunan Program Bersama Pelayanan Umum di Kawasan Perbatasan
dalam Kerangka Kerja Sama Penataan Ruang di Wilayah KAD Sampan (2009)
f) Fasilitasi Pelembagaan Kerjasama Pelayanan Publik (kesehatan, pendidikan, dan tata ruang dan
lingkungan) antar Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Kedu Plus (2009); Penulis: Anang Gurendro
g) Merajut Kepentingan, Menebar Kesejahteraan: Upaya Peningkatan Pelayanan Dasar melalui
Kerjasama Antar Daerah (2009)
Sementara itu, SDC (Swiss Agency for Development Cooperation) atau Lembaga Kerja sama
Pembangunan Swiss membawa gagasan kerja sama antar daerah. Melalui proyek YUDP (Yogyakarta
Urban Development Project)
atau Proyek Pembangunan Perkotaan Yogyakarta, SDC
mengimplementasikan gagasan kerja sama tersebut ke dalam suatu konsep dan percontohan kerja sama
secara nyata yaitu kerja sama antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul atau yang dikenal
dengan sebutan Kartamantul.
Lembaga asing lainnya yang juga ikut berperan dalam kerja sama antar daerah di Indonesia adalah
USAID melalui proyek DEMY BIGG (Decentralized Environmental Management for Yogyakarta – Building
Institution for Good Governance) berupa dukungan pada tataran teknis dan kelembagaan yang sesuai
dengan kebutuhan, sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan daerah yang baik. Proyek tersebut
antara lain dilakukan di Kartamantul. Sedangkan UNDP melaui proyek Partnership for Government
Reform in Indonesia pada tahun anggaran 2004/2005 memberikan dukungan anggaran sebesar Rp 1, 5
milyar kepada Barlingmascakeb.
4.7 Peluang dan Tantangan KAD di Indonesia
Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan kekuatan/peluang serta kelemahan/
hambatan kerjasama antar daerah yang terjadi di Indonesia selama ini.
83 | P a g e
A
84 | P a g e
Peran masyarakat: relatif rendah, terbatas pada partisipasi beberapa perguruan tinggi
(yang masih harus ditingkatkan lagi) serta beberapa asosiasi saja
Kendala birokrasi terkait dengan rantai pengambilan keputusan dan
penyebarluasan informasi di daerah yang bekerja sama
N
Contoh kasus: staf BKAD yang sebagian merupakan PNS yg mempunyai tugas pokok
dalam pemerintahan tidak bisa fokus mengelola KAD
A
Banyaknya kesepakatan kerja sama daerah yang tidak ditindaklanjuti ataupun
mengalami stagnasi dikarenakan minimnya komitmen pimpinan daerah atau
tingginya ego kedaerahan
Rendahnya respon daerah dalam menginisiasi KAD, disebabkan kurang pahamnya
pihak pemerintah daerah akan manfaat KAD serta orientasi sebagian daerah
terhadap profit bukan pelayanan masyarakat
Pemerintah Kabupaten/Kota:
Pemerintah Propinsi: jumlah pemerintah propinsi yang berperan dalam KAD masih
terbatas (DI Yogyakarta dan Jawa Tengah), karena belum terlalu dipahami bahwa peran
pripinsi adalah sebagai wakil pemerintah pusat (fungsi fasilitasi, mediasi, katalisator)
Pemerintah Pusat: Belum adanya 3K (koordinasi, komunikasi dan kerjasama) lintas
sektoral di tingkat pusat
Peran stakeholder KAD belum sesuai dengan harapan:
Fungsi regional marketing belum terintegrasi
G
Tema KAD mulai merambah
berbagai Kementerian
Dukungan pemerintah pusat untuk
penguatan dan pengembangan KAD
Peran pemerintah pusat:
Penggunaan tenaga profesional di
beberapa KAD berdampak pada
efektivitas KAD
Tingginya legitimasi kelembagaan KAD
yang sudah terbentuk
Terdapat berbagai pola kelembagaan
KAD yang telah berkembang dan
menunjukkan hasil serta manfaat yang
cukup baik
KELEMAHAN/TANTANGAN
Terbatasnya kapasitas personil pengelola KAD yang berasal dari kalangan PNS
karena terkendala dengan tupoksi utamanya
A
B
M
E
L
E
K
KEKUATAN/PELUANG
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
I
S
A
L
U
G
E
R
KELEMAHAN/TANTANGAN
85 | P a g e
Regulasi terkait keuangan KAD, yaitu Permendagri No 13/2006 yg direvisi dengan
Permendagri No 59/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah berdampak pada
keraguan daerah untuk melakukan kerjasama, karena belum jelasnya pos anggaran dan
peraturan pengelolaan keuangan daerah (terkait pasal 42-44 tentang hibah)
Belum adanya panduan/pedoman operasional yang sangat dibutuhkan daerah dalam
melaksanakan kerja sama.
Adanya amanat kerjasama antar Beberapa pasal dalam PP No 50/2007 dirasakan menjadi kendala:
Inisiatif awal kerja sama harus dari pihak daerah, padahal dalam kenyataannya pihak
daerah berdasarkan UU No.
lain (baik pemerintah maupun non pemerintah) bisa saja menjadi inisiator awal jika
32/2004 tentang Pemerintah
melihat potensi/peluang diadakannya kerjasama (pasal 7)
Daerah
Penyelesaian perselisihan (pasal 14 dan 15)dengan cara keputusan gubernur (untuk
Adanya beberapa peraturan
kabupaten/kota) atau keputusan menteri (untuk propinsi), bertentangan dengan
perundangan yang memayungi
prinsip kerjasama “persamaan kedudukan” {pasal 2 poin (h)}.
kerjasama antar daerah (PP
Masih banyak daerah yang menganggap bahwa Badan kerja sama adalah merupakan
50/2007, Permendagri 22/2009
perangkat daerah yang harus dibentuk dengan mengacu pada PP No. 41/2007 tentang
dan Permendagri 23/2009)
Organisasi Perangkat Daerah.
Permendagri No 37/2010
Salah satu tugas badan kerja sama yang dijelaskan dalam pasal 25 yaitu melakukan
tentang Pedoman Penyusunan
pengelolaan atas pelaksaan kerja sama, seringkali dimengerti oleh pihak daerah
APBD Tahun 2011 memberikan
sebagai eksekutor atau pelaksana teknis dari kerjasama daerah tersebut.
kepastian hukum tentang
Permendagri No 22/2009 dan No. 23/2009 dirasakan:
sumber pembiayaan KAD
Kurang memberikan ruang bagi pihak daerah untuk melakukan kerja sama, terkait
(walaupun hanya untuk tahun
dengan:
2011 saja)
Tahapan kerjasama daerah dirasakan terlalu panjang dan kaku
Kekhawatiran TKKSD (yang seluruhnya berisikan staf struktural) akan menjadi
badan kerjasama antar daerah
Belum membuka ruang bagi kalangan masyarakat umum/ profesional untuk
berperan serta secara aktif sebagai mitra dalam kerjasama antar daerah. Peluang
hanya terbatas pada tenaga ahli/pakar kerja sama (pasal 5 Permendagri 22/2009).
Belum mencakup bahasan tentang bagaimana cara pemerintah daerah untuk
melaksanakan tahapan kerja sama yang telah ditentukan
Belum dapat mengakomodir keberadaan lembaga kerjasama yang ada
KEKUATAN/PELUANG
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
Kesulitan dalam menyelaraskan/ mengintegrasikan rencana kegiatan
KAD dengan RPJM/Renstra
KELEMAHAN/TANTANGAN
Dukungan pembiayaan dari berbagai pihak
(pemerintah pusat, propinsi dan donor)
86 | P a g e
Proses Monev belum berjalan (indikator belum ditetapkan)
PERENCANAAN Mengintegrasikan perencanaan KAD dengan proses Sinkronisasi program lembaga KAD dengan daerah anggota kerjasama.
perencanaan yang ada, dengan melakukan
Daerah anggota kerjasama menghadapi kesulitan dalam memadukan
Musrenbangreg sebelum Musrenbangprop
pengalokasian anggaran antara daerah pada tahun yang sama, karena
DAN
ataupun Musrenbangda. Sehingga KAD dapat
iuran pendanaan relatif terbatas. Di sisi lain masih terjadi inefisiensi,
menjadi
partner
di
dalam
Renja
SKPD
untuk
dengan terjadinya tumpang tindih program (dilakukan oleh lembaga
PEMBIAYAAN
masalah lintas wilayah administratif
KAD sekaligus juga oleh SKPD daerah anggota)
Hasil positif/manfaat beberapa KAD (pelayanan
publik dan pembangunan ekonomi regional)
KEKUATAN/PELUANG
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
BAB 5 TUPOKSI DAN KEBIJAKAN DITJEN PUM TERKAIT
KAD
B
erdasarkan PP No.38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah
Pusat, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota, urusan pengelolaan
serta koordinasi kerjasama antar daerah berada dibawah kewenangan Kementrian Dalam Negeri,
khususnya Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (Ditjen PUM)
5.1
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi
Keputusan Presiden No 88/2003 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon 1 Departemen yang
ditindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri No 41/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian dalam Negeri, menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum (selanjutnya
disingkat dengan Ditjen PUM) merupakan salah satu dari tujuh47 Ditjen yang ada di dalam struktur
organisasi Kementrian Dalam Negeri. Adapun tugas Ditjen PUM adalah merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemerintahan umum. Sedangkan fungsinya
adalah:
a. Perumusan kebijakan di bidang pemerintahan
umum
Tugas dari Sub Direktorat
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pemerintahan
Kerjasama Daerah
adalah
umum
melaksanakan
penyiapan
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan
perumusan
kebijakan,
kriteria di bidang pemerintahan umum
pembinaan, fasilitasi serta
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
monitoring dan evaluasi
bidang pemerintahan umum
penyelenggaraan kerjasama
e. Pelaksanaan administrasi Dirjen PUM
Secara struktural Ditjen PUM terbagi atas lima
direktorat dan satu sekretariat, dimana salah satu
direktoranya adalah Direktorat Dekonsentrasi dan
antar daerah dan daerah
dengan pihak ketiga.
47
Ke enam Ditjen lainnya adalah: Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik, Ditjen Otonomi Daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Ditjen
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, serta Ditjen Keuangan Daerah.
87 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Kerjasama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum di bidang dekonsentrasi dan kerjasama.
Sedangkan fungsi direktorat ini meliputi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi penyelenggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan
b. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan peran gubernur sebagai wakil pemerintah
c. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan kerjasama daerah
d. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan kecamatan
e. Penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pembinaan pelayanan umum
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat
Secara khusus, fungsi dalam poin c merupakan bagian tugas dari Sub Direktorat Kerjasama Daerah
(selanjutnya disingkat menjadi Subdit KD), yang merupakan salah satu subdit dari 5 subdit serta 1 sub
bag yang berada di dalam Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama. Secara lengkap, tugas dari Subdit KD
adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pembinaan, fasilitasi serta monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan kerjasama antar daerah dan daerah dengan pihak ketiga.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdit KAD menyelenggarakan beberapa fungsi berikut:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi kerjasama antar daerah
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan koordinasi kerjasama daerah
dengan pihak ketiga
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi pemberdayaan kapasitas kelembagaan
kerjasama
d. Pemantauan evaluasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dan pemerintah daerah
dengan pihak ketiga.
Secara lebih rinci, dapat disimpulkan bahwa tugas Ditjen PUM dalam kerjasama antar daerah adalah:
1. Membuat regulasi
2. Mengawal kerjasama daerah
3. Mendorong kerjasama daerah
4. Memperkuat kerjasama
5. Mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholder terkait
Dalam melaksanakan tugasnya, subdit KD dibagi menjadi 2 seksi:
1. Seksi Kerjasama I, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan fasilitasi
serta monitoring dan evaluasi kerjasama antar pemerintah daerah, serta pemberdayaan kapasitas
kelembagaan kerjasama antar daerah
2. Seksi Kerjasama II, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan dan
fasilitasi serta monitoring dan evaluasi kerjasama dengan pihak ketiga, serta pemberdayaan
kapasitas kelembagaan kerjasama dengan pihak ketiga
88 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
GAMBAR 5.1
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DITJEN PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTRIAN DALAM NEGERI
DIREKTORAT JENDERAL
PEMERINTAHAN UMUM
SEKRETARIAT DITJEN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DIREKTORAT
DEKONSENTRASI DAN
KERJASAMA
WILAYAH ADMINISTRASI
DAN PERBATASAN
POLISI PAMONG PRAJA, DAN
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
KAWASAN DAN
PERTANAHAN
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN BENCANA
SUBBAG TATA USAHA
SUBDIT
DEKONSENTRASI DAN
TUGAS PEMBANTUAN
SUBDIT
FASILITASI GUBERNUR
SEBAGAI WAKIL
PEMERINTAH
SUBDIT
KERJASAMA DAERAH
SEKSI
KERJASAMA I
SEKSI
KERJASAMA II
SUBDIT
FASILITASI
KECAMATAN
SUBDIT
FASILITASI
PELAYANAN UMUM
89 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
5.2 Kebijakan Ditjen PUM terkait KAD
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 telah mengarahkan antara lain
pada pembangunan ekonomi dan wilayah berkelanjutan, serta untuk mengembangkan kekuatan daya
saing kewilayahan melalui interaksi antar daerah yang didorong dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan antar daerah. Untuk itu peran kerja sama antar daerah menjadi
semakin dibutuhkan realisasinya.
Dalam RPJPN juga disebutkan tentang arah kebijakan untuk mewujudkan pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kerjasama antar daerah dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah, menghilangkan ego daerah
yang berlebihan, serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik.
Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan, Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
(selanjutnya disebut dengan Ditjen PUM) memiliki prioritas:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola
2. Iklim investasi dan iklim usaha
3. Daerah tertinggal, terdepan dan pasca konflik
Ketiga prioritas kemudian dijabarkan menjadi program stratejik Ditjen PUM 2010-2014 yaitu Program
penguatan penyelenggaraan pemerintahan umum. Kemudian program diukur efektivitasnya melalui 8
indikator kinerja program, dimana satu diantaranya terkait dengan kerjasama antar daerah yaitu
Prosentase peningkatan jumlah daerah yang melaksanakan kerjasama daerah dalam bidang ekonomi,
prasarana dan pelayanan publik. Program stratejik Ditjen PUM 2010-2014 diturunkan menjadi enam
kegiatan, satu diantaranya terkait dengan kegiatan kerjasama antar daerah yaitu Penyelenggaraan
hubungan pusat dan daerah serta kerjasama daerah (lihat Tabel 5.1).
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 050 – 222 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014, tujuan dari Ditjen PUM secara umum
adalah meningkatkan sinergitas hubungan antar pusat dan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan umum. Tujuan tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa sasaran, satu
diantaranya terkait dengan kerjasama antara daerah yaitu Meningkatnya pelaksanaan kerjasama antar
daerah dan pembinaan wilayah dalam rangka harmonisasi hubungan antara susunan pemerintahan,
yang kemudian diukur melalui 4 indikator sasaran. Uraian lengkap mengenai Renstra dapat dilihat pada
tabel 5.2
90 | P a g e
Prioritas Ditjen
PUM
1.Reformasi
birokrasi dan tata
kelola
2.Iklim investasi
dan iklim usaha
3.Daerah tertinggal,
terdepan dan
pasca konflik
Prioritas
Kemendagri
Poin 1, 4, 6, 7,
dan 10 dari
prioritas
pembangunan
nasional
Prioritas
Pembangunan
Nasional
1).Reformasi
Birokrasi dan Tata
Kelola;
2).Pendidikan;
3).Kesehatan;
4).Penanggulangan
Kemiskinan;
5).Ketahanan
Pangan;
6).Infrastruktur;
7).Ilkim investasi
dan iklim usaha;
8).Energi;
9).Lingkungan
Hidup dan
Penanggulangan
Bencana;
10).Daerah
Tertinggal,
terdepan, terluar
dan pasca konflik;
11).Kebudayaan,
kreatifitas dan
inovasi teknologi;
13 program
Program
Strategik
Kemendagri
2010-2014
Program
penguatan
penyelenggaraan
pemerintahan
umum
Program
Strategik
Ditjen PUM
2010-2014
Penyelenggaraan
hubungan pusat
dan daerah serta
kerjasama
daerah
Prosentase
peningkatan
jumlah daerah
yang
melaksanakan
kerjasama daerah
dalam bidang
ekonomi,
prasarana dan
pelayanan publik
91 | P a g e
9 dari 11 indikator:
1. Jumlah rumusan kebijakan dan produk
hukum bidang pusat dan daerah,
Terfasilitasinya
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
penyelenggaraan
kerjasama antar daerah, dan
hubungan pusat
peningkatan pelayanan umum
dan daerah,
2. Jumlah laporan monitoring dan evaluasi
dekonsentrasi dan
hubungan pusat dan daerah,
tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
pembantuan,
kerjasama antar daerah dan
kerjasama antar
peningkatan pelayanan umum
daerah, dan
(triwulan, semester dan akhir tahun)
peningkatan
3. Prosentase peningkatan jumlah daerah
pelayanan umum
yang melaksanakan kerjasama daerah
dalam rangka
dalam bidang ekonomi, prasarana dan
harmonisasi
pelayanan publik
hubungan antar
4. Prosentase jumlah daerah yang
susunan
menerima manfaat dari kerjasama
pemerintahan.
daerah dalam bidang ekonomi,
prasarana, dan pelayanan publik
5. Jumlah sistem database dan sistem
monev kerjasama daerah yang disusun
6. Jumlah pemetaan pelaksanaan
kerjasama daerah baik yang sukses
maupun yang gagal
7. Jumlah pemutakhiran pemetaan
pelaksanaan kerjasama daerah baik
yang sukses maupun yang gagal
8. Prosentase jumlah kegiatan fasilitasi
kerjasama atnar daerah yang diusulkan
9. Prosentase jumlah kegiatan DKTP yang
dilaporkan oleh tim DKTP propinsi
1 dari 6 sasaran
yaitu:
1 dari 6 kegiatan
yaitu:
1 dari 8 indikator,
yaitu:
Diukur melalui IKU
(Indikator Kinerja Utama)
Sasaran
Kegiatan Ditjen
PUM (terkait
KAD)
Kegiatan Ditjen
PUM
2010-2014
(terkait KAD)
Indikator
Kinerja Program
(terkait KAD)
TABEL 5.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAH UMUM
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
68370
Terwujudnya
penyelenggaraan
pemerintahan
umum dalam wadah
Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
VISI
7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.
Memperkuat kerukunan nasional melalui
persatuan dan kesatuan nasional dalam kerangka
NKRI
Memfasiltiasi terciptanya ketentraman dan
ketertiban umum, perlindungan masyarakat dan
penegakan hak-hak sipil
Memfasilitasi terwujudnya kepastian hukum batas
wilayah negara dan peningkatan kerjsama sosial,
ekonomi dan budaya antar negara yang
berbatasan dengan NKRI, penegasan daerah di
lapangan, penyelenggaraan toponimi dan
pemetaan batas wilayah administrasi
pemerintahan serta penyelesaian sengketa
pertanahan
Memfasilitasi terwujudnya penyelenggaraan
hubungan pusat dan daerah dan pelaksanaan azas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan,
peningkatan kerjasama antar daerah, kerjasama
daerah dengan pihak ketiga serta mewujudkan
terciptanya peningkatan kualitas pelayanan
umum
Memfasilitasi penyelenggaraan kewenangan
daerah di kawasan otorita
Memfasiltiasi penyelenggaraan manajemen
pencegahan dan penganggulanan bencana
Mendorong terciptnya penyelengaraan
pemerintah yang baik.
MISI
SASARAN
1. Meningkatnya dukungan
Meningkatkan
reformasi di bidang pelayanan
sinergitas hubungan
umum
pusat daerah dalam
2. Meningkatnya pelaksanaan
penyelenggaraan
kerjasama antar daerah dan
pemerintahan umum
pembinaan wilayah dalam
rangka harmonisasi hubungan
antar susunan pemerintahan
3. Meningkatnya
pengembangan wilayah
perbatasan antar negara
4. Meningkatnya penataan
wilayah administrasi,
penegasan batas antar daerah
dan toponimi
5. Meningkatnya kualitas
kelembagaan dan aparat
Satpol PP dan Satlinmas
6. Meningkatnya
pengembangan kawasan
khusus di daerah
7. Meningkatnya kapasitas
kelembagaan dan sarpras
pemerintahan pasca
bencana/pengurangan resiko
bencana
TUJUAN
TABEL 5.2 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAH UMUM (DITJEN PUM)
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
92 | P a g e
Sasaran ke-2 (terkait KAD)
dicapai dengan indikator:
1. Jumlah daerah yang
difasilitasi dalam rangka
pengembangan kerja sama
ekonomi daerah
2. Jumlah sistem database &
sistem monev, serta
pemetaan dan
pemuktakhiran data
kerjasama daerah
3. Prosentase jumlah
kegiatan fasilitasi
kerjasama antar daerah
yang diusulkan
4. Prosentase jumlah
kegiatan DKTP yang
dilaporkan oleh tim DKTP
Propinsi
INDIKATOR SASARAN
68370
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
5.3 Rencana Ditjen PUM Untuk Mengembangkan KAD di Masa Datang
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2011 terdapat program terkait Kerja sama antar Daerah, yaitu
dibawah Ditjen Pemerintahan Umum (PUM) dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah (Bangda). Dibawah
PUM telah disediakan program penguatan penyelenggaraan pemerintah umum melalui kegiatan
penyelenggaraan hubungan Pusat dan Daerah serta Kerja Sama Daerah.
Untuk tahun 2011 Sub Direktorat Kerjasama Daerah telah menyusun beberapa kegiatan disertai dengan
output yang diharapkan.
TABEL 5.3 MATRIK KEGIATAN SUBDIT KERJASAMA DAERAH TAHUN 2011
No.
Kegiatan
Output
1.
Finalisasi norma, standar, pedoman dan
manual sebagai implementasi PP No.
50/2007
Tersedianya NSPM sebagai implementasi PP No.
50/2007
2.
Koordinasi pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan kerjasama antar daerah
Tersusunnya rekomendasi tata cara pembinaan
dan pengawasan kerjasama antar daerah
3.
Pendampingan dekonsentrasi kegiatan
fasilitasi pengembangan kerjasama daerah
Terlaksananya program dekonsentrasi kegiatan
fasilitasi pengembangan kerjasama daerah
4.
Fasilitasi asistensi dan supervisi
pelaksanaan kerjasama antar daerah
Terlaksananya fasilitasi pelaksanaan kerjasama
antar daerah dan pihak ketiga di 9 propinsi
5.
Evaluasi pelaksanaan kerjasama daerah
Tersedianya rekomendasi tentang pelaksanaan
kerjasama daerah
6.
Sosialisasi perundangan terkait kerjasama
daerah
Tersosialisasikannya produk hukum tentang
kerjasama daerah di 25 propinsi
7.
Fasilitasi penanganan masalah kerjasama
daerah
Tersedianya rekomendasi tentang penanganan
masalah kerjasama antar daerah
8.
Penyelenggaraan dekonsentrasi kegiatan
pengembangan kerjasama ekonomi darah
di 9 propinsi
Meningkatnya kapasitas aparat pemda dalam
pengembangan kerjasama ekonomi daerah di 9
propinsi (NAD, Riau, Banten, Jatim, Kalteng, Sulsel,
NTB, Maluku dan Sulbar)
9.
Sosialisasi dan updating data sistem
potensi daerah yang akan dikerjasamakan
antar daerah maupun pihak ketiga
Tersedianya database potensi daerah dalam
rangka kerjasama daerah maupun dengan pihak
ketiga.
93 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
5.4 Komunikasi, Kerjasama dan Koordinasi Ditjen PUM
Komunikasi, kerjasama serta koordinasi seyogyanya dilakukan oleh Subdit Kerjasama dengan beberapa
kementrian ataupun lembaga di tingkat pusat yang terkait dengan program kerjasama antar daerah.
Sampai saat ini dapat dikatakan bahwa komunikasi, kerjasama maupun koordinasi yang telah dilakukan
sangatlah terbatas.
Ada beberapa lembaga/kementrian di tingkat pusat yang juga memiliki kewenangan ataupun terkait
dengan urusan kerjasama antar daerah. Diantaranya adalah Direktorat Bina Pembangunan Daerah
(Ditjen Bina Bangda) Kementrian Dalam Negeri, Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah tertinggal serta
Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas, Direktorat Kawasan Khusus Daerah tertinggal (khususnya
Sub Direktorat Daerah Tertinggal) Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), serta Deputi VII
Bidang Pengkajian Sumber Daya Usaha Kecil dan Menengah Kementrian Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah (KKUKM).
Dibandingkan dengan lembaga lainnya, dapat dikatakan bahwa komunikasi, kerjasama serta koordinasi
yang terjalin antara Subdit KAD dengan Ditjen Bina Bangda lebih intensif. Misalnya pada saat
penyusunan Permendagri No 22/2009 serta Permendagri No. 23/2009, proses perancangan
Permendagri tentang Sister City. Dengan Bappenas, koordinasi yang dilakukan sesuai dengan tupoksi
dari Subdit yang bersangkutan di Bappenas yaitu penyusunan rencana kegiatan tahunan, koordinasi
serta sinkronisasi program. Sedangkan dengan KPDT dan KUKM, Subdit KAD belum pernah
berkomunikasi, berkoordinasi maupun bekerjasama.
Untuk itu kebutuhan komunikasi, koordinasi serta kerjasama antar lembaga ataupun kementrian pusat
perlu lebih ditingkatkan. Amanat dari Permendagri No 23/2009 mengenai pembentukan Sekretariat
Bersama yang berkedudukan di Ditjen PUM, pada saat terbentuk nanti diharapkan dapat menjadi wadah
bagi lembaga maupun kementrian di tingkat pusat untuk saling berkoordinasi, agar tidak terjadi program
kerja yang tumpang tindih ataupun kebijakan dan kegiatan yang kontra produktif dalam upaya
pengembangan KAD di masa datang.
94 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
DAFTAR REFERENSI
Albrow, Martin, 2005, Birokrasi, Tiara Wacana, Jakarta
Anwar, Makhdonal, Tenaga Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010, “Laporan Februari 2010, Evaluasi RM KPDT dan
Input Untuk Rencana Aksi 2010”.
Anwar, Makhdonal, 2010, Konsep Manajeman Wilayah Solo Raya: Restrukturisasi BKAD
Subosukawonosraten, GTZ
Abdurahman, B., 2011, Bahan Presentasi Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum Regional
Management: Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF
Abdurahman, B., 2011, Laporan Awal Dukungan Bappenas terhadap 10 Forum Regional Management:
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Perencanaan KSAD, DSF
Abdurahman, B., 2009, Pemahaman Dasar Regional Management & Regional Marketing, Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kerja Sama Antar Daerah, Semarang
Barlingmascakeb, 2010, Prosiding Semiloka Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Kerjasama Antar
Daerah, Purwokerto
Buletin Kartamantul Edisi 6 Tahun I/2006, Yogyakarta
Buletin Kartamantul Edisi 7 Tahun I/2007, Yogyakarta
Daftar Inventarisasi Kerja Sama Antar Daerah Kabupaten/Kota
Daryanto, 2009, Tinjauan Yuridis Permasalahan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam KerjaSama Antar
Daerah (KAD) di Prpinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, GTZ
Decentralization as Contribution to Good Governance (DECGG), 2010, Prosiding Lokakarya dan Pelatihan
Pengenalan Dasar-Dasar Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan Perumusan Dokumen Legal dan
Administratif bagi KAD, Semarang
Departemen Dalam Negeri Ditjen Pemerintahan Umum, 2009, Himpunan Pedoman Penyelenggaraan
Kerja Sama Daerah
Fahmi, F.Z, 2010, Pelajaran dari Efektivitas Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah di Kartamantul:
Ringkasan Tugas Akhir di Planologi ITB, Bandung
Firman, Tommy, 2009, Multi local-government under Indonesia’s decentralization reform: The Case of
Kartamantul (Greater Yogyakarta), Habitat International
GTZ, 2006, Bersama Mengelola Perkotaan: Kerja Sama Antar Daerah Kartamantul, Yogyakarta
GTZ, 2009, Good Local Governance (GLG) 2006-2009: Compilation of Publications
95 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
GTZ, 2010, Prosiding Lokakarya Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam Kerja Sama Antar Daerah,
Jakarta
GTZ, 2008, Model Kerja Sama Penataaan Ruang Kawasan Perbatasan, Kasus: Kawasan Mirota Jl.
Godean, Yogyakarta
Gurendo, A., 2009, Fasilitasi Pelembagaan Kerja Sama Pelayanan Publik (Kesehatan, Pendidikan, dan
Tata Ruang dan Lingkungan) Antar-Daerah Kabupaten/Kota di Wilayah Kedu Plus, GTZ
Haryanto, R., 2010,Notulensi dan Summary Pengelolaan Keuangan Daerah dalam KerjaSama Antar
Daerah¸Purwokerto
Henry, N. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition. Englewood Cliffs, N.J.
Heintel, M., 2005, Regionalmanagement in Österreich. Professionalisierung und Lernorientierung.
Keban, Y.T., 2009, Kerja Sama Antar Pemerintah Daerah Dalam Era Otonomi: Isu Strategis, Bentuk dan
Prinsip, Yogyakarta
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM, 2010, Keputusan Menteri Dalam Negeri No 050-222 Tahun 2010
tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Tahun 2010-2014
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, 2010, Laporan
Pelaksanaan Kegiatan Rapat Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama Antar Daerah
Kementrian Dalam Negeri, Ditjen PUM Direktorat Dekonsentrasi dan Kerjasama, 2010, Prosiding Rapat
Finalisasi Norma, Standar, Pedoman dan Manual sebagai Tindak Lanjut PP No 50 Tahun 2007
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2007. Regional Management, Panduan Pembentukan
dan Pengelolaan.
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Lekad, 2007, Laporan Akhir Dampak Kerja Sama Antar-Daerah terhadap Pembangunan Provinsi serta
Peranan Pemerintah Provinsi dalam Mendukung Kerja Sama Antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, GTZ
Lekad, 2007, Laporan Akhir Kajian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas bagi Pelaksanaan Kerjasama
Antar Daerah untuk Meningkatkan Penyelenggaraan Pelayanan Umum di Jawa Tengah, GTZ
Magister Pembangunan Wiilayah & Kota Universitas Diponegoro, Regional Management & Marketing
96 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
McGuire, Michael, 2006, "Intergovernmental Management : A View From The Bottom", Public
Administration Review
Maier, J., Obermaier, F.: Regionalmanagement in der Praxis. Hrsg.: Bayerisches Staatsministerium für
Landesentwicklung und Umweltfragen, München 2000.
OeSB Consulting, 2004, Systematische Evaluierung des Regionalmanagements in Oesterreich.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja Sama Pembangunan Perkotaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2011
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama
Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Kerjasama Antar Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum
Peraturan Pemerintah 57/2005 tentang Hibah kepada daerah
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKKIP)
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah
Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 20042009
97 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kerjasama Daerah
Pratikno (Ed.), 2007, Kerjasama Antar Daerah : Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan, Jogja
Global Media, Yogyakarta.
Prinsip-prinsip Good Governance, http://www.governanceindonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=74
Regionalpolitik 1970 – 2007 und deren Finanzinstrumente,
http://www.regiosuisse.ch/regionalpolitik/rp-verg-instrumente,
Sanctyeka, T. dkk, 2009, Membangun Daerah Melalui Kerja Sama Pelayanan Publik dan Pengembangan
Ekonomi Wilayah: Pembelajaran dari Kerja Sama Antar Daerah (KSAD) di Jawa Tengah dan DIY, GTZ
Sanctyeka, T., 2009, Siasat Meretas Dilema Kerja Sama antar Daerah dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat
Sekretariat Bersama Kartamantul, 2008, Laporan Kegiatan Tahun 2007, Yogyakarta
Schäffer, Verena: Regionalmanagement in Sachsen-Anhalt. Theoretische Grundlagen und praktische
Ausgestaltung im Vergleich dreier Regionen. Diplomarbeit im Fachbereich Geographie an der Freien
Universität Berlin 2003.
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 120/1730/SJ Tanggal 13 Juli 2005
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ Tanggal 8 November 2007
Suwandi, Made, 2010, Menata Pembagian Urusan Pemerintah Antar Tingkat Pemerintahan dalam
Koridor UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Jakarta
Tarigan, A., 2009, Kerja Sama Antar Daerah (KAD) untuk Peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan
Publik, Bappenas, Jakarta
Troeger-Weiss, Gabi: Regionalmanagement. Ein neues Instrument der Landes- und Regionalplanung.
Augsburg 1998.
Tim Ahli Asdep V.5 KPDT, 2010. “Buku Saku Regional Management”.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara
98 | P a g e
68370
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KERJASAMA ANTAR DAERAH APRIL 2011
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah untuk
kedua kalinya dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah
Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Waugh Jr, W.L. and G.Streib. 2006. “Collaboration and Leadership for Effective Emergency
Management”.
Yunus, U.M, 2005, Kerja Sama Antar Daerah di Era Otonomi: Belajar dari Keunikan Pawonsari, Jurnal
Kebijakan Ekonomi
Zeman, A., 2005, Regionalmanagement- Bestandsaufnahme und Potentialanalyse einer Institution am
Beispiel Salzburgs.
Zuhri, M., 2004, Penelitian Kerja Sama antar Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, Semarang
99 | P a g e
68370
68370
68370
Download