1 KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU MORAL ANAK Keluarga adalah bagian dari tiga institusi pendidikan selain sekolah dan masyarakat. Di dalam keluarga, anak banyak belajar tentang norma dan nilai. Jika dibandingkan dengan sekolah atau masyarakat, kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan lebih esensial. Hal ini didasari oleh keberadaan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama yang bisa mempengaruhi perkembangan anak. Terutama orang tua, karena seorang anak terlahir dari kedua orang tuanya. Anak menghabiskan sebagian besar waktunya bersama orang tua selama masa emasnya. Orang tua yang memberikan peluang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya, yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan secara maksimal seluruh potensi anak. Orang tua atau pendidik yang menjadi teladan bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilainilai moral. Dengan demikian, orang tua senantiasa patut dicontoh karena tidak sekadar memberi contoh. Orang tua atau pendidik yang mampu berperilaku seperti di atas telah menyadari bahwa perilakunya yang tidak disadari untuk dicontohkan, oleh anak dapat dijadikan bahan imitasi dan identifikasi. Artinya, anak sadar untuk menjadikan bahan imitasi dan identifikasi perilaku orang tua yang oleh orang tua tidak disadari sebagai bantuan bagi anak-anak. Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Menurut Soemiarti Patmonodewo (2003), apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran pilihan, yaitu orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerja sama guru-orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Berbagai 2 informasi telah menunjukkan dari sejumlah studi yang telah dimulai 20 tahun yang lalu, keterlibatan orang tua dalam pendidikan prasekolah dapat ditemukan manfaatnya. Studi-studi tersebut berasal dari keterlibatan orang tua dalam program Head Start di Amerika Serikat. Orang tua selalu berharap agar anaknya akan mampu mencapai prestasi dan tumbuh serta berkembang secara optimal. Partisipasi orang tua di sekolah pada umumnya guna meningkatkan prestasi anak di sekolah. Para pendidik telah menyadari usaha guru dalam mengajar akan lebih efektif hasilnya apabila orang tua ikut membantu dalam pendidikan tersebut. Apabila orang tua menyadari bahwa disiplin sekolah adalah satu hal yang terpenting, biasanya orang tua akan bersedia membantu kegiatan belajar mengajar anaknya dalam kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekolah. Beberapa hal telah membuktikan bahwa ternyata makin orang tua menyadari pentingnya program sekolah, makin langsung dan besar keterlibatan para orang tua. Belakangan ini, banyak dijumpai anak-anak yang tidak diawasi oleh kedua orang tuanya, sehingga banyak anak-anak yang terlibat kasus kekerasan anak, rendahnya moral anak sehingga mengancam kenyamanan orang di sekitarnya, dan lain sebagainya. Para orang tua modern lebih mementingkan karir yang nota bene mereka sebut untuk kebahagiaan anak di masa depan. Tidak jarang ditemui orang tua yang menyerahkan sepenuhnya hak asuh pada pengasuh anak atau menyerahkannya pada pihak sekolah. Padahal, kebahagiaan dan kesuksesan anak di masa depan akan sangat bergantung pada seberapa besar keterlibatan orang tua dalam masa emas anak. Tidak jarang dijumpai anak-anak dengan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai moral yang berlaku, seperti; (1) tidak mau bersabar dalam menunggu giliran; (2) tidak menghargai lawan bicaranya; (3) tidak menghargai/ mengejek hasil karya temannya; (4) merebut/ merusak mainan teman; (5) anak berbicara dengan suara keras kepada guru atau temannya; (6) ketika mengetahui bahwa dirinya melakukan kesalahan atau melanggar aturan, anak tidak mengucapkan kata maaf. 3 Berikut akan dijabarkan secara rinci terkait keterlibatan orang tua dalam mengembangkan perilaku anak usia dini: 1. Keterlibatan Orang Tua Konsep keterlibatan orang tua bukanlah hal baru di lingkungan pendidikan dan telah memainkan peran yang nyata. Pentingnya keterlibatan orang tua terhadap anak di masa tumbuh-kembangnya, selayaknya menjadi kewajiban bagi anak untuk sepenuhnya merasakan peranan orang tua dalam mendidik dan mengasuh. Menurut Soemiarti Patmonodewo (2003), para pendidik telah menyadari usaha guru dalam mengajar akan lebih efektif hasilnya apabila orang tua ikut membantu dalam pendidikan tersebut. Beberapa hal telah membuktikan bahwa ternyata makin orang tua menyadari pentingnya program sekolah, makin langsung dan besar keterlibatan para orang tua. Morrison dalam Soemiarti Patmonodewo (2003) mengemukakan bahwa pengertian keterlibatan orang tua yaitu suatu proses dimana orang tua menggunakan segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri, anak-anaknya, dan program yang dijalankan anak itu sendiri. Morrison mengemukakan tiga kemungkinan keterlibatan orang tua, yaitu: a. Orientasi pada tugas Orientasi ini paling sering dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu harapan keterlibatan orang tua dalam membantu program sekolah, yang berkaitan sebagai staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulkan dana, membantu mengawasi anak apabila anakanak melakukan kunjungan luar. Bentuk partisipasi para orang tua tersebut adalah yang biasanya diharapkan para guru. Bentuk partisipasi lain yang masih termasuk orientasi pada tugas adalah orang tua membantu anak dalam tugas-tugas sekolah. 4 b. Orientasi pada proses Orang tua didorong untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain merencanakan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan. Orientasi proses ini jarang dilaksanakan, karena sekolah seringkali menganggap bahwa umumnya orang tua tidak memiliki keterampilan untuk melaksanakannya. c. Orientasi pada perkembangan Orientasi ini membantu para orang tua untuk mengembangkan keterampilan yang berguna bagi mereka sendiri, anak-anaknya, sekolah, guru, keluarga, dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan keterlibatan orang tua. 2. Manfaat Keterlibatan Orang Tua Keterlibatan orang tua yang direncanakan secara efektif dan diterapkan dengan baik akan menghasilkan banyak manfaat bagi anak, orang tua, dan pendidik. Adapun manfaat bagi anak-anak yaitu: a. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan formal anak akan meningkatkan prestasi sekolah anak (Henderson dalam Soemiarti Patmonodewo, 2003). b. Membina kepercayaan diri anak (Greenberg dalam Soemiarti Patmonodewo, 2003). c. Mengurangi masalah disiplin pada anak (Greenberg dalam Soemiarti Patmonodewo, 2003). Manfaat bagi orang tua yaitu (Soemiarti Patmonodewo, 2003): a. Memperluas pengetahuan orang tua tentang anak. b. Para orang tua akan mendapat kesempatan belajar cara meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. c. Orang tua mengetahui kegiatan anak di sekolah. 5 d. Orang tua mengetahui bagaimana tingkah laku atau sikap anak terhadap anak lain. e. Orang tua mengetahui bagaimana tingkah laku atau sikap anak lain terhadap anak mereka. Manfaat bagi pendidik yaitu: a. Tugas guru terbantu dengan adanya keterlibatan orang tua (Soemiarti Patmonodewo, 2003). b. Terjalin komunikasi yang timbal balik antara guru dengan orang tua, saling mengirimkan dan menerima keterangan tentang anak (Soemiarti Patmonodewo, 2003). c. Komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua akan membantu terselenggaranya proses pendidikan yang baik (Chattermole dan Robinson dalam Soemiarti Patmonodewo, 2003). 3. Perilaku Moral Setiap anak memiliki perilaku moral yang berbeda-beda. Menurut Elizabeth B. Hurlock (2013), perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral” yang berasal dari kata Latin mores, yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep-konsep moral –peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Mengingat moralitas merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perilaku moralnya. 4. Konsep-Konsep Pengembangan Perilaku Moral Anak Usia Dini Socrates dan Spenser dalam Khalid Ahmad Syantut (2007) memandang bahwa karakter atau tabiat harus dibentuk melalui keteladanan akhlak. Melalui 6 keteladanan itu, seseorang baru akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif. a. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga Menurut Amirulloh Syarbini dan Heri Gunawan (2014) proses pendidikan anak setelah dilahirkan sangat dipengaruhi oleh orang tua, karena orang tua memiliki peranan yang sangat penting. Di tangan orang tua anak akan tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak dan lingkungan yang paling efektif untuk melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak. b. Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan di lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Menurut Soemiarti Patmonodewo (2003) ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD hanya mengembangkan logika berpikir, berperilaku, dan berkreasi. Ada pula yang menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar (ready to learn), yaitu siap belajar berhitung, membaca, dan menulis. Namun tidak hanya itu, lewat lembaga PAUD juga dapat mengembangkan aspek moral, emosional, sosial, fisik-motorik, dan intelektual anak. 5. Keterlibatan Orang Tua dalam Mengembangkan Perilaku Moral Anak Masa tumbuh kembang anak usia dini merupakan masa yang tidak boleh dilewatkan para orang tua. Selayaknya orang tua memahami, mendampingi dan menstimulasi setiap aspek perkembangan anak sesuai dengan tahap pencapaian perkembangannya, salah satu moment yang tidak boleh dilalaikan orang tua yaitu perilaku moral anak. Perilaku moral layaknya menjadi sorotan utama bagi orang tua 7 dalam masa emas anak (golden age). Menurut Michele Borba (2008), kekuatan morallah yang diperlukan anak-anak untuk menjaga adab menghadapi kebobrokan moral yang sering terjadi di dunia ini. Dalam masa-masa penuh persoalan seperti sekarang ini, orang tua perlu tindak lanjut jika ingin berhasil membuat anak-anak tidak hanya berpikir, tetapi juga bertindak sesuai dengan norma-norma moralitas. Harapannya, dengan meningkatkan kecerdasan moral, anak tidak hanya berpikir dengan benar, tetapi juga bertindak benar. Upaya orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan nilai-nilai moral sehingga terbentuk perilaku yang bermoral, harus dibangun dan dikembangkan orang tua atas dasar beberapa hal, antara lain adalah keteladanan diri, rasa kebersamaan dalam merealisasikan perilaku yang sesuai dengan nilai moral, keharmonisan hubungan orang tua dengan anak, latihan dan pembiasaan anak sejak usia dini dalam merealisasikan perilaku yang sesuai dengan nilai moral. Menurut Amirulloh Syarbini dan Heri Gunawan (2014) dalam mengembangkan nilai moral pada anak, ajarilah anak dengan berbagai adab islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dan lain-lain. Begitu pula dengan akhlak, tanamkan kepada anak akhlakakhlak mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda. Daftar Rujukan: Amirulloh Syarbini dan Heri Gunawan. Mencetak Anak Hebat. 2014. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 8 Borba, M., 2008. Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama untuk Membentuk Anak Bermoral Tinggi. Terjemahan Lina Jusuf. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Elizabeth B. Hurlock. 2013. Perkembangan Anak Jilid 2 Edisi Keenam. Terjemahan Meitasari tjandrasa. Penerbit Erlangga. Jakarta. Khalid Ahmad Syantut. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak. Penerbit Syaamil Cipta Media. Bandung. Saiful Falah. 2014. Parents Power. Republika Penerbit. Jakarta. Shochib, Moh., 2010. Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta. Jakarta. Membantu Anak Soemiarti Patmonodewo. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Rineka Cipta. Jakarta.