BAB I PENDAHULUAN Arsitektur dapat dilihat dari dua sisi yaitu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Arsitektur dapat dilihat dari dua sisi yaitu sebagai produk atau sebagai
sebuah proses. Sebagai sebuah produk, maka arsitektur dilihat sebagai obyek fisik
dari lingkungan binaan (built environment) yang digunakan dan dinikmati
manusia. Sedangkan sebagai sebuah proses, arsitektur dilihat dalam konteks
metoda desain yang digunakan untuk menciptakan sebuah karya arsitektur.
Gambar 1.1 arsitektur sebagai produk
Sumber : bahan materi kulaih arsitektur Gunadarma
Pada dasarnya desain arsitektur dapat dianggap sebagai proses tiga bagian
yang terdiri dari
1. Keadaan mula (eksisting)
2. Metode atau proses transformasi
3. Keadaan masa depan yang dibayangkan.
Bahasa yang lazim digunakan dalam proses ini adalah bahasa gambar, baik
gambar secara konvensional maupun dengan computer.
Desain arsitektur direncanakan secara cermat dan matang sejak awal
dengan menggunakan pola piker “glass box thinking” dimana semua tahapan
desain harus dapat dijelaskan dan disistematiskan dengan baik. Seorang
perancangan pertama – tama harus membuat dokumentasi mengenai kondisi –
1
kondisi dan suatu masalah, merumuskan lingkup permasalahannya, dan
mengumpulkan data – data yang relevan untuk dianalisa.
Tahapan ini merupakan tahapan yang paling penting dalam proses desain
karena sifat dan suatu pemecahan masalah selalu dihubungkan dengan bagaimana
masalah itu dilihat, didefinisikan, dan diklarifikasikan. Seorang ilmuan dan
penulis asal Denmark, Piet Hem menyatakan “seni adalah pemecahan masalah –
masalah yang tidak dapat dirumuskan sebelum masalah – masalah itu dipecahkan.
Penyusunan pertanyaan adalah bagian dan jawaban.
Gambar 1.2 produk desain arsitektur
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Perancang mau tidak mau dan secara instingtif meramalkan pemecahan
masalah, namun kedalaman dan jangkauan perbendaharaan desain yang mereka
miliki mempengaruhi baik persepsi mereka terhadap sebuah pertanyaan maupun
bentuk jawabannya. Jika pemahaman seseorang mengenai bahasa perancangan
terbatas, maka jangkauannya atas solusi-solusi yang mungkin diterapkan untuk
masalah itu juga akan teratas.
2
Berdasarkan hal itulah, materi e-learning ini menitikberatkan pada
perluasan dan pengayaan perbendaharaan desain lewat studi mengenai berbagai
unsur desain serta prinsipnya disertai eksplorasi serangkaian solusi terhadap
masalah arsitektur yang telah dikembangkan selama ini.
3
BAB II
PENGERTIAN BENTUK
2.1. Pengertian bentuk
Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa
pengertian. Dalam seni dan perancangan, istilah bentuk seringkali dipergunakan
untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan yaitu cara dalam
menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari suatu
komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata. Bentuk dapat dihubungkan
baik dengan struktur internal maupun garis eksternal serta prinsip yang
memberikan kesatuan secara menyeluruh.
Pada umumnya bentuk dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Bentuk beraturan
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berhubungan satu sama lain
dan tersusun secara rapi dan konsisten. Pada umunya bentuk – bentuk tersebut
bersifat stabil dan simetris terhadap sau sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut,
kubus dan piramida merupakan contoh utama bentuk – bentuk beraturan
Gambar 2.1 bentuk beraturan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
2. Bentuk tak beraturan
hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umunya bentuk ini tidak
simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk beraturan.
4
Gambar 2.2 bentuk tak beraturan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Bentuk tak beraturan bias berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu
bentuk tak beraturan ataupun hasil dan komposisi tak beraturan dan bentuk bentuk beraturan.
5
Gambar 2.3 komposisi bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Bentuk arsitektural adalah titik temu antara massa dan ruang. Kualitas
arsitektur akan ditentukan oleh keahlian seorang perancang dalam menggunakan
dan menyatukan unsur – unsur bentuk baik dalam ruang dalam (interior) maupun
ruang luar (eksterior) bangunan.
6
BAB III
UNSUR – UNSUR BENTUK
Unsur-unsur utama timbulnya suatu bentuk adalah adanya titik, garis,
bidang, dan ruang. Masing-masing unsur tersebut memiliki sifat dan dimensinya
sendiri-sendiri dalam desain.
3.1.Titik
Sebuah titik pada dasarnya statis dan tidak memiliki dimensi. Untuk
memperhatikan keberadaan sebuah titik dalam suatu ruang atau di atas permukaan
7
tanah. Maka titik itu harus diproyeksikan secara vertical menjadi suatu bentuk
linier, seperti sebuah kolom, tugu, atau menara
Gambar 3.1 pengaplikasian titik menjadi sebuah tugu
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Setiap elemen kolom dalam gambar denah akan terlihat sebagai sebuah titik, dan
oleh karena itu tetap mengandung ciri visual sebuah titik
Gambar 3.2 pengaplikasian titik menjadi sebuah kolom
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
8
Dua buah titik meIukiskan sebuah garis yang menghubungkannya.
Meskipun titik-titik tersebut memberikan panjang tertentu pada garis, garis itu
juga dapat dianggap sebagai segmen dan garis yang panjangnya tidak terbatas.
Gambar 3.4 dua titik yang menjadi penghubung
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Dua buah titik dapat menunjukkan sebuah sumbu yang terletak tegak lurus
terhadap garis yang dilukiskannya, di mana keduanya adalah simetri. Karena
sumbu tersebut panjangnya tidak terhingga, maka dalam beberapa hal sumbu
tersebut menjadi lebih dominan dibandingkan dengan garis yang dilukiskan tadi
Gambar 3.5 dua titik (node) yang menunjukkan sumbu imajiner
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
9
3.2.Garis
Sebuah titik yang diperpanjang akan menjadi sebuah garis. Secara konseptual,
sebuah garis memiliki panjang, tetapi tidak memiliki Iebar atau tinggi. Garis
adalah unsur penting dalam pembentukan setiap konstruksi visual. Sebuah garis
secara visual mampu memperlihatkan arah, pergerakan dan pertumbuhannya.
Gambar 3.6 Garis dapat menggabungkan, menghubungkan, mendukung,
mengelilingi, atau memotong elemen visual lainnya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.7 Garis dapat menggambarkan adanya sisi-sisi dan memberikan wujud
pada bidang-bidang.
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.8 Garis dapat menegaskan sifat-sifat permukaan bidang.
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
10
3.3.Bidang
Sebuah garis yang diteruskan ke arah yang berbeda dengan arah asalnya
akan menjadi sebuah bidang. Pada dasarnya sebuah bidang memiliki panjang
dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi.
Gambar 3.9 bidang dalam arsitektur
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Dalam komposisi suatu konstruksi visual, suatu bidang berfungsi untuk
membentuk batas-batas sebuah volume. Bila arsitektur sebagal seni visual
menguraikan secara spesifik tentang formasi volume massa dan ruang 3-dimensi,
maka bidang seharusnya dipandang sebagai unsur kunci dalam penbendaharaan
perancangan arsitektur.
Gambar 3.10 sisi pada bidang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
11
Dalam perancangan arsitektur terdapat tiga jenis bidang yaitu bidang atas,
dinding, dan dasar.
1. Bidang atas
Bidang atas dapat berupa bidang atap yang melindungi ruang interior terhadap
unsur-unsur iklim, atau bidang langit-langit yang menjadi penutup atas suatu
ruang.
2. Bidang dinding
Bidang dinding memiliki orientasi vertical,
sangat menentukan dalam
pembentukan dan membatasi ruang arsitektural
3. Bidang dasar
Bidang dasar dapat berupa :
-
Bidang permukaan tanah yang berfungsi sebagai dasar pondasi dan dasar
visual bentuk bangunan
-
Bidang lantai yang membentuk permukaan tutupan bawah suatu ruang dan
menjadi dasar untuk berpijak
Bidang atas
Bidang samping
Bidang samping
Bidang dasar
Gambar 3.11 pembagian bidang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebuah bidang memiliki sifat-sifat ukuran, wujud, warna, dan tekstur.
Sifat-sifat suatu bidang dan hubungan antara satu dengan lainnya akan
menentukan ciri-ciri visual dan mutu ruang yang terbentuk di dalamnya.
12
3.4.Ruang dan Massa
Bidang-bidang dalam arsitektur membentuk volume masa dan ruang tiga
dimensi. Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu volume. Hal ini
ditentukan oleh wujud dan hubungan antara bidang-bidang yang menggambarkan
batas-batas dan volume tersebut.
Gambar 3.12 massa bangunan terdiri dari bidang – bidang arsitektural
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
DaIam arsitektur, suatu volume dapat dilihat sebagai bagian dari ruang
yang terdiri dan dibentuk oleh dinding, Iantai, dan Ianglt-Ianglt (bidang atap). Hal
ini dapat dimengerti sebagi kuatitas ruang yang ditempati oleh massa bangunan.
Sangat penting untuk memahami keduanya, khususnya saat membaca rencana
ortografik tampak dan potongan.
Gambar 3.12 kombinasi antara bentuk massa dan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
13
Hubungan simbiosis antara bentuk massa dan ruang dalam arsitektur dapat
dipelajari dan dijumpai pada beberapa skala yang berbeda. Pada setiap tingkat,
kita harus memperhatikan bukan hanya bentuk bangunan, tetapi juga pengaruhnya
terhadap ruang di sekitarnya. Pada skala tapak suatu bangunan, ada bermacammacam strategi untuk menghubungkan suatu bentuk bangunan terhadap ruang di
sekitarnya.
Gambar 3.13 dinding disepanjang tapak membentuk ruang positif di dalamnya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.14 bangunan yang mengelilingi suatu halaman di dalamnya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.15 bangunan yang menyatukan ruang interior dengan ruang luar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
14
Gambar 3.16 bangunan melingkungi sebagian tapaknya sebagai ruang luar.
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.17 bangunan membuat ruang luar yang merupakan perluasan dari ruang
interiornya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.18 bangunan dapat merentang keluar dan menciptakan suatu muka yang
luas menghadap suatu arah pada tapak tersebut
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 3.19 bangunan dapat berdiri sebagai bentuk yang jelas di dalam ruang dan
mendominasi tapak tersebut.
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
15
BAB IV
PERUBAHAN BENTUK
Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan bentuk. Melalui
variasi – variasi yang timbul akibat manipulasi dimensi atau akibat penambahan
maupun pengurangan elemen – elemennya.
Table 1.1. perubahan bentuk
4.1. Perubahan dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengganti salah satu atau beberapa
dimensinya dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota bagian
dari suatu bentuk.
16
Gambar 4.1 proses transformasi bentuk lingkaran.
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebuah boIa dapat dirubah menjadi bentuk elips dengan cara
memperpanjang salah satu sumbunya. Sebuah piramida dapat diubah bentuknya
dengan merubah dimensi dasarnya, memodifikasi ketinggian puncaknya atau
dengan memindahkan kedudukan titik puncaknya.
Gambar 4.2 proses transformasi bentuk kotak
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebuah kubus dapat dirubah menjadi bentuk persegi panjang prismatik
dengan memperpendek atau memperpanjang tinggi, Iebar, atau tebalnya. Sekuah
kubus dapat diubah menjadi bentuk-bentuk prisma serupa dengan mengubah
ukuran tinggi, lebar, atau panjangnya.
4.2.Perubahan dengan pengurangan
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari volumenya.
Bentuk-bentuk
beraturan
yang
volumenya
hilang
sebagian,
dapat
mempertahankan identitas formalnya jika kita menganggapnya sebagai bentuk
17
yang tidak lengkap. Kita menyebut bentuk-bentuk ini sebagai bentuk-bentuk yang
dikurangi.
Gambar 4.3 proses pengurangan bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Karena sangat mudah dikenali, bentuk-bentuk geometrik sederhana dapat
menerima secara Iangsung adanya pemotongan. Bentuk-bentuk ini akan tetap
mempertahankan identitas formalnya jika bagian-bagian volumenya dihilangkan
tanpa merusak sisi, sudut, dan profil keseluruhan.
Gambar 4.4 proses pengurangan bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebuah bentuk dapat mempentahankan identitasnya walaupun ada bagian
yang dihilangkan atau diubah. Tergantung dari banyaknya pengurangan, suatu
bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau diubah menjadi suatu
bentuk yang lain sama sekali.
18
Gambar 4.5 ontoh proses pengurangan bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Keraguan akan identitas asli akan timbuI jika sebagian dari bentuk tersebut
dihilangkan dari volumenya dengan merusak sisi-sisinya dan secara drastis
mengubah profilnya
4.3.Perubahan dengan penambahan
Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsur-unsur tertentu kepada
volume bendanya atau menghubungkan bentuk tambahan lain terhadap volume
yang sudah ada.
Gambar 4.6 ontoh bangunan dengan penerapan penambahan bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relatif unsur yang ditambahkan
akan menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah.
Kemungkinan-kemungkinan dasar untuk penggabungan dua bentuk atau lebih
adalah:
19
Table 4.2 kemungkinan – kemungkinan dasar untuk penggabungan dua bentuk
atau lebih
Gambar 4.7 ontoh bangunan dengan perubahan bentuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
20
BAB V
PENGGABUNGAN ANTAR BENTUK
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau berlawanan orientasi
saling menembus batas masing-masing, maka masing-masing bentuk akan
bersaing untuk mendapatkan dominasi secara visual.
Gambar 5.1 ontoh penggabungan bentuuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Pada situasi semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat berkembang
21
Gambar 5.2 perkembangan bentuk dari penggabungan 2 bentuk dasar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Bentuk-bentuk yang berbeda dalam geometrl atau orientasi mungkin tergabung
dalam suatu organisasi tunggal untuk berapa alasan.
Gambar 5.3 tujuan yang ingin diapai dalam satu geometri
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
22
Gambar 5.3 tujuan yang ingin diapai dalam satu geometri
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
23
BAB VI
PENGERTIAN RUANG
Sebuah bidang yang diperluas dalam arah yang berbeda dari arah asalnya
akan menjadi sebuah ruang. Ruang adalah daerah 3 dimensi dimana obyek dan
peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif, terutama bila
suatu bagian dari daerah tersebut dirancang sedemikian rupa untuk tujuan tertentu.
Gambar 6.1ontoh ruang dalam arsitektur
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebagai bentuk 3 dimensi, ruang sangat terkait dengan volume. Secara konsep,
sebuah volume mempunyai tiga dimensi, yaitu: panjang, lebar, dan tinggi. Semua
volume dapat dianalisis dan dipahami terdiri atas:
• Titik atau ujung di mana beberapa bidang bertemu.
• Garis atau sisi-sisi di mana dua buah bidang berpotongan.
• Bidang atau permukaan yang membentuk batas-batas volume.
Gambar 6.2 volume ruang 3 dimensi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
24
Sebagai unsur tiga dimensi, dalam perbendaharaan perancangan arsitektur suatu
ruang dapat:
Gambar 6.3 unsur ruang 3 dimensi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
25
BAB VII
TERBENTUKNYA RUANG DAN BIDANG HORIZONTAL
Gambar 7.1 pengaplikasian bidang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
7.1. Bidang dasar
Agar bidang datar horizontal dapat dilihat sebagai suatu figur, maka harus
ada perbedaan yang menyolok dalam hal warna, gelap terang, atau tekstur antara
26
bidang datar tersebut dengan sekelilingnya.
Gambar 7.2 ontoh bidang dasar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Penegasan permukaan tanah atau lantai sering digunakan dalam arsitektur
untuk menetapkan daerah ruang yang berada di dalam ruang yang lebih besar.
Gambar 7.3 penegasan bidang dasar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
7.2. Bidang dasar dinaikkan
27
Bidang datar horizontal yang diangkat atau dinaikkan dari permukaan
tanah akan menimbulkan permukaan-permukaan vertikal sepanjang sisi-sisinya
yang memperkuat pemisahan visual daerah tersebut dari dasar di sekitarnya.
Gambar 7.4 ontoh bidang dasar yang dinaikkan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Tingkat di mana ruangan dan kontinuitas visual tetap dipertahankan antara
ruang yang ditinggikan dengan sekehlingnya, tergantung pada skala perubahan
ketinggiannya.
Gambar 7.5 ontoh ruang dengan penerapan bidang dasar yang dinaikkan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
28
7.3. Bidang dasar diturunkan
Sebuah bidang datar horizontal yang diturunkan ke bawah permukaan
tanah,
menggunakan
permukaan-permukaan
vertikal
pada
daerah
yang
direndahkan untuk membentuk suatu volume ruang
Gambar 7.6 ontoh bidang dasar yang diturunkan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Derajat kontinuitas ruang antara kawasan yang diturunkan dan daerah di
sekelilingnya tergantung pada skala perbedaan tinggi bidang-bidang tersebut.
Gambar 7.7 amphiteater ontoh bidang yang diturunkan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
29
7.4. Bidang atas (overhead)
Gambar 7.8 ontoh bidang atas
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Jika sisi – sisi bidang atas membentuk batas – batas daerah, maka wujud,
ukuran, dan tinggi bidang di atas bidang dasar menentukan kualitas bentuk formal
ruang tersebut
Gambar 7.9 bidang atas sebagai pembatas duang dibawahnya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
30
BAB VIII
TERBENTUKNYA RUANG DARI UNSUR VERTIKAL
Gambar 8.1 ruang dari unsure vertikal
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
8.1. unsure – unsure linier vertical
31
Dua buah kolom membentuk sebuah membran ruang transparan oleh
tarikan visual di antara kedua kolom tersebut. Tiga kolom atau lebih dapat diatur
untuk membentuk sudut-sudut suatu volume ruang.
Gambar 8.2 kolom sebagai pembatas ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang ini tidak memerlukan ruang lingkup yang luas untuk pendefinisian
tetapi terkait secara bebas dengan lingkup tersebut. Sisi-sisi suatu volume ruang
dapat diperkuat secara visual dengan memperjelas bidang dasarnya dan
membentuk batas atasnya dengan balok-balok yang membentanq di antara kolomkolom atau dengan memasang suatu bidang atas.
Gambar 8.2 penguatan bidang dasar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
32
8.2. Bidang vertical tunggal
Daerah ruang di mana hanya terdapat satu bidang vertikal kurang jelas
batas-batasnya. Bidang tersebut dapat membentuk hanya satu buah sisi dari daerah
tersebut. Untuk membentuk suatu volume ruang 3-dimensi, bidang tersebut harus
berinteraksi dengan unsur-unsur bentuk yang lainnya.
Gambar 8.3 ontoh bidang vertical tunggal
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Tinggi sebuah bidang sangat rlatif terhadap tinggi tubuh kita. Tinggi mata
kita merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan bidang
menggambarkan ruang secara visual.
Gambar 8.4 ukuran skala manusia dengan bidang vertiikal
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
33
Gambar 8.5 Contoh denah yang menggunakan bidang vertikal tunggal
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
8.3 Bidang berbentuk L
Konfigurasi L dari bidang-bidang vertikal membentuk suatu daerah ruang
sepanjang diagonalnya, dan sudut ke arah luar. Daerah introvert pada sudut-sudut
interior menjadi ekstrovert sepanjang sisi terluarnya.
Gambar 8.6 Contoh bidang berbentuk L
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Bidang-bidang dengan konfigurasi L tampak stabil dan mampu
menyangga diri sendiri, serta dapat berdiri tegak di dalam ruang. Bentuk ini
memiliki ujung-ujung terbuka yang merupakan unsur pembentuk ruang yang
fleksibel
Gambar 8.7 bidang L lebih stabil dan fleksibel
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
34
Gambar 8.8 konfigurasi bidang L
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 8.9 kombinasi bidang L dengan yang lain
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 8.10 Contoh desain yang menggunakan bidang L
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
35
8.4. Bidang – bidang sejajar
Sepasang bidang vertikal sejajar membentuk daerah ruang di antaranya.
Tepi terbuka pada ruangan terbentuk oleh sisi vertikal bidang, memberikan arah
yang kuat pada ruangan.
Gambar 8.11 Contoh bidang sejajar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Orientasi utamanya adalah sepanjang sumbu di mana bidang-bidang
tersebut simetris. OIeh karena bidang-bidang sejajar tidak bertemu membentuk
suatu sudut dan menutup penuh kawasan, maka ruang tersebut bersifat terbuka
keluar (ekstrovert).
Gambar 8.12 konfigurasi bidang sejajar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Fungsi terpenting dalam penggunaan dinding vertikal adalah sebagai unsur
penyangga dalam suatu sistem struktur dinding penahan.
36
Gambar 8.14 unsur vertical sebagai penyangga
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Dinding-dinding penahan akan membentuk ruang dengan kualitas arah
yang kuat. Ruang-ruang ini dapat dihubungkan satu dengan lainnya hanya dengan
menyisipkan dinding penahan lain untuk menciptakan daerah ruang yang tegak
lurus.
Gambar 8.15 Contoh denah yang menggunakan bidang vertikal sejajar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
8.5 bidang berbentuk U
Sebuah konfigurasi bentuk U dari bidang-bidang vertikal membentuk
daerah ruang yang memiliki fokus ke arah dalam serta orlentasi ke arah luar
37
Gambar 8.16 Contoh bidang berbentuk U
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Pada sisi tertutup dan konfigurasi itu, daerah tersebut terentuk dengan
baik. Terhadap tepi yang terbuka, daerah terseut bersifat terbuka keluar
(ekstrovert).
Gambar 8.16 konfigurasi bidang berbentuk U
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 8.17 Contoh denah yang menggunakan bidang berbentuk U
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
38
8.6. empat bidang tertutup
Empat buah dinding vertikal yang mencakup suatu daerah ruang
merupakan hal yang paling umum, dan merupakan pembentuk ruang yang terkuat
di dalam arsitektur. Jika daerah tersebut tertutup sepenuhnya, maka ruang yang
terbentuk bersifat introvert.
Gambar 8.18 ruang introvert
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Untuk dapat mencapai dominasi visual di dalam sebuah ruang atau untuk
menjadi muka utamanya, maka salah satu bidang penutup dapat dibedakan dari
yang lainnya melalul ukuran, bentuk, penegasan permukaan, atau melalui sifat
bukaan di dalamnya.
Gambar 8.19 ontoh bangunan yang mengaplikasikan 4 bidang tertutup
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 8.19 ontoh denah yang menggunakan emapt bidang tertutup
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
39
BAB IX
BUKAAN RUANG
Tidak ada kontinuitas ruang maupun visual yang mungkin terjadi dengan
ruang-ruang di sekitarnya tanpa adanya bukaan pada bidang-bidang penutup suatu
daerah ruang. Pintu – pintu memberikan jalan masuk dalam ruang dan
menentukan pola gerak serta penggunaan ruang di dalamnya
Gambar 9.1 pintu sebagai bukaan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Jendela-jendela memasukan cahaya ke dalam nuang, menawarkan
pemandangan ke arah luar, memangun huungan visual antara suatu ruang dengan
nuang-ruang yang bendekatan, serta membenikan ventilasi alamiah dalam
ruangan.
Gambar 9.1 jendela sebagi bukaan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
40
Gambar 9.2 konfigurasi bukaan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Bukaan-bukaan juga mempenganuhi orientasi dan aliran ruang, kualitas
pencahayaan, penampilan dan pemandangan, serta pola penggunaan dan
pengerakan di dalamnya
Gambar 9.3 bukaan akan mempengaruhi bentukan arsitektural
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
41
BAB X
HUBUNGAN RUANG
Gambar 10.1 jenis – jenis hubungan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
10.1 ruang di dalam ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain
yang lebih kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan kontinuitas ruang di antara
kedua ruang tersebut dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi ruang yang leih kecil
sangat tergantung pada ruang yang besar dalam hubungannya dengan Iingkungan
eksterior. Dalam jenis hubungan ruang ini, ruang yang leih besar berfungsi
sebagai suatu daerah tiga dimensi untuk ruang kecil di dalamnya.
Gambar 10.2 ruang yang lebih besar sebagi pembatas ruang yang ada didalamnya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
42
Jika ruang yang di dalam berkembang ukurannya, ruang yang leih besar
akan mulai kehilangan artinya sebagai bentuk ruang penutup. Jika ruang yang di
dalam tadi terus diperluas, ruang sisa di sekitarnya akan menjadi semakin tertekan
untuk berfung si sebagai ruang penutup.
Gambar 10.3 konfigurasi ruang didalam ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 10.4 ontoh penerapan hubungan “ruang dalam ruang”
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
10.2 Ruang – ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan dihasilkan dan overlapping dua
daerah ruang yang membentuk suattu daerah ruang bersama
43
Gambar 10.5 ontoh ruang yang saling berkaitan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Jika dua buah ruang membentuk volume berkaitan seperti ini, masingmasing ruang identitas dan definisinya sebagai suatu ruang.
Gambar 10.6 konfigurasi ruang yang saling berkaitan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 10.7 ontoh penerapan ruang yang saling berkaitan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
44
10.3 ruang - ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal
tersebut memungkinkan definisi yang jelas dan untuk masing-masing ruang baik
terhadap fungsi maupun persyaratan simbolisnya.
Gambar 10.8 ontoh penerapan ruang yang bersebelahan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Tingkat kontinuitas visual maupun ruang yang terjadi antara dua ruang
yang berdekatan akan tergantung pada sifat alami bidang yang memisahkan
sekaligus mcnghubungkan keduanya
Gambar 10.9 konfigurasi penerapan ruang yang bersebelahan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
45
Gambar 10.10 ontoh penerapan hubungan ruang yang bersebelahan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
10.4 ruang – ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama
Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan
satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hulungan visual dan
hubungan keruangan antara kedua ruang tergantung pada sifat ruang ketiga yang
digunakan bersama-sama.
Gambar 10.11 ontoh penerapan hubungan ruang yang bersama
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang perantara dapat Berbeda dalam bentuk dan orientasi dari kedua
ruang lainnya untuk menunjukkan fungsinya seagai penghubung.
46
Gambar 10.12 konfigurasi penerapan hubungan ruang yang bersama
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 10.13 ontoh penerapan hubungan ruang yang bersebelahan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
47
BAB XI
ORGANISASI RUANG
Gambar 11.1 jenis – jenis organisasi ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
11.1 Organisasi terpusat
Organisasi terpusat merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari
sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang
luas dan dominan.
48
Gambar 11.2 organisasi terpusat
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang pemersatu terpusat pada umumnya berbentuk teratur dan ukurannya
cukup besar untuk menggabungkan sejumlah ruang sekunder di sekelilingnya .
Gambar 11.3 konfigurasi organisasi terpusat
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 11.3 ontoh desain organisasi ruang terpusat
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
49
11.2 Organisasi linier
Organisasi linier pada dasarnya terdiri dari sederetan ruang. Ruang-ruang
ini dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan
melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.
Gambar 11.4 organisasi linier
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Organisasi linier biasanya terdiri dan ruang-ruang yang berulang, serupa
dalam ukuran, bentuk, dan fungsi. Ruang-ruang yang secara fungsional atau
simbolis penting keberadaannya terhadap organisasi dapat berada di manapun
sepanjang rangkaian linier. Derajat kepentingannya ditegaskan melalui ukuran,
bentuk, maupun lokasinya
Gambar 11.5 konfigurasiorganisasi linier
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
50
Gambar 11.5 konfigurasiorganisasi linier
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 11.6 ontoh desain organisasi ruang linier
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
11.3 organisasi radial
Organisasi ruang radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat dan
linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan di mana sejumlah
organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.
Apabila suatu organisasi terpusat adalah sebuah bentuk yang introvert
yang memusatkan pandangannya ke dalam ruang pusatnya, maka sebuah
51
organisasi radial adalah sebuah bentuk yang ekstrovert yang mengembang keluar
Iingkupnya.
Gambar 11.7 organisasi radial
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang pusat pada suatu organisasi radial pada umumnya berbentuk teratur.
Lengan-lengan liniernya, mungkin mirip satu sama lain dalam hal bentuk dan
panjang untuk mempertahankan keteraturan bentuk organisasi secara keseluruhan.
Lengan-lengan radialnya juga dapat berbeda satu sama lain untuk menanggapi
kebutuhan-kebutuhan akan fungsi dan konteksnya.
Variasi tertentu dari organisasi radial adalah pola baling-baling. Susunan
ini menghasilkan suatu pola dinamis yang secara visual mengarah kepada gerak
berputar mengelilingi ruang pusatnya.
Gambar 11.8 variasi organisasi radial
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
52
Gambar 11.9 vontoh desain organisasi ruang radial
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
11.4. Organisasi luster
Organisasi dalam bentuk kelompok atau “cluster” mempertimbangkan
pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.
Sering kali organisasi ini terdiri dart ruang-ruang yang berulang yang memiliki
fungsi-fungsi sejenis dan memiliki sifat visual yang umum seperti wujud dan
orientasi.
Di dalam komposisinya, organisasi ini juga dapat menerima ruang-ruang
yang berlainan ukuran, bentuk dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan
yang lain berdasarkan penempatan atau alat penata visual seperti simetri atau
sumbu.
Gambar 11.10 ontoh desain organisasi luster
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
53
Karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku, bentuk
organisasi ini bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan
langsung tanpa mempengaruhi karakternya.
Gambar 11.11 konfigurasi organisasi ruang luster
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang-ruang cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke
dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya.
Gambar 11.12 polai organisasi ruang luster
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau
volume ruang tertentu atau dimasukkan dalam suatu daerah atau volume ruang
yang telah dibentuk.
Gambar 11.13 kondisi aksial pada organisasi ruang luster
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
54
Kondisi simetris atau aksial dapat dipergunakan untuk memperkuat dan
menyatukan bagian-bagian organisasi dan membantu menegaskan pentingnya
suatu ruang atau kelompok ruang.
Gambar 11.14 Contoh desain organisasi ruang cluster
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
11.5 Organisasi grid
Organisasi grid terdiri dan bentuk-bentuk dan ruang-ruang di mana
posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau bidang grid
tiga dimensi.
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang
membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila
diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit
ruang modular berulang.
Gambar 11.15 Contoh organisasi grid
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
55
Suatu grid di dalam arsitektur paling sering dibangun oleh sistem struktur
rangka dari kolom dan balok. Kekuatan mengorganisir suatu grid dihasilkan dari
keteraturan dan kontinultas pola-polanya. Pola-pola ini membuat satu set atau
daerah titik-titik dan garis-garis referensi yang stabiI dalam ruang-ruang
organisasi grid.
Gambar 11.16 pola dan konfigurasi organisasi grid
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
56
BAB XII
SIRKULASI KE BANGUNAN
Sebuah bangunan merupakan bagian yang integral dengan lingkungannya.
Hubungan sirkulasi bangunan dengan lingkungan eksteriornya dapat dibagi 2 jenis
yaitu pencapaian ke bangunan dan jalan masuk (entrance) ke dalam bangunan
Gambar 12.1 hubungan sirkulasi bangunan dengan lingkungan eksteriornya
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
12.1 penapaian ke bangunan
Gambar 12.1 penapaian langsung
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Suatu pendekatan yang mengarah langsung ke suatu tempat masuk melalui
sebuah jalan lurus yang segaris dengan alur sumbu bangunan. Tujuan visual yang
mengakhiri penapaian ini jelas, dapat merupakan fasad bangunan atau perluasan
tempat masuk
57
Gambar 12.2 penapaian tersamar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Pendekatan tersamar meningkatkan efek perspektif pada fasad dan bentuk
bangunan. Jalur dapat diubah arahnya satu atau beberapa kali untuk menghambat
dan memperpanjang urutan pencapaian.
Gambar 12.3 penapaian berputar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Sebuah
jalan
berputar
memperpanjang
urutan
pencapaian
dan
mempertegas bentuk tiga dimensi bangunan. Sewaktu bergerak mengelilingi tepi
bangunan, lalan masuk ke bangunan mungkin dapat dilihat terputus-putus atau
dapat tersembunyi sampai tempat kedatangan.
Gambar 12.4 ontoh desain penapaian tersamar
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
58
12.2 jalan masuk ke dalam bangunan
Kegiatan memasuki ruang pada dasarnya bukan sekedar membuat lubang
di dinding. Untuk memasuki sebuah bangunan atau sebuah ruang dalam bangunan
akan melibatkan kegiatan menemus bidang vertikal yang memisahkan sebuah
ruang dengan Iainnya.
Gambar 12.5 ontoh pola jalan masuk ke dalam bangunan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Tanpa mengabaikan bentuk ruang yang dimasuki atau bentuk pelingkup
ruangnya, jalan masuk ke dalam ruang paling baik ditandai dengan mendirikan
sebuah bidang nyata atau tersamar yang tegak lurus pada jalur pencapaian.
Pintu masuk dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu pintu masuk yang
rata, menjorok keluar, dan menjorok ke dalam.
Gambar 12.6 konfigurasi pintu masuk ke dalam bangunan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
59
Lokasi pintu masuk dapat diletakkan di tengah bidang depan bangunan
atau di pinggir. Letak sebuah pintu masuk berpengaruh relatif terhadap bentuk
ruang yang dimasuki dan akan menciptakan konfigurasi alur dan pola aktivitas
yang berbeda-beda dalam ruang.
Gambar 12.7 penempatan pintu masuk
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 12.8 ontoh aplikasi desain pintu masuk bangunan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
60
BAB XIII
SIRKULASI ANTAR RUANG
Kita bergerak dalam waktu, melalui suatu tahapan, dan di dalam ruang.
Kita merasakan suatu ruang dalam hubungan di mana kita berada dan ke mana
kita menetapkan tujuan. Sirkulasi menghubungkan ruang satu dengan ruang
lainnya. Sirkulasi dapat menggunakan ruang yang sudah ada atau memiliki ruang
sirkulasi sendiri
Gambar 13.1Ontoh sirkulasi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Ada 3 materi yang dibahas dalam sirkulasi antar ruang
Gambar 13.2 sirkulasi antar ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
61
13.1 Hubungan jalan dengan ruang
Jalan mungkin dihubungkan degan ruang – ruang dalam ara – ara berikut
Gambar 13.3 pola hubungan ruang dengan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 13.4 ontoh hubungan jalan dengan ruang
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
62
13.2. Bentuk ruang sirkulasi
Ruang sirkulasi dapat berbentuk tertutup, terbuka pada salah satu sisinya,
atau terbuka pada kedua sisinya.
Gambar 13.5 bentuk ruang sirkulasi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
Gambar 13. 6 .ontoh bentuk ruang sirkulasi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
63
Gambar 13.7 konfigurasi bentuk ruang sirkulasi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
13.3. konfigurasi jalan
Konfigurasi jalan secara umum dapat dikelompokkan dalam beberapa pola
sirkulasi sebagai berikut
Gambar 13.8 konfigurasi jalan
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
64
Pada kenyataannya sebuah bangunan umumnya membuat konbinasl dari
pola-po!a di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan, jalan
masuk ke ruangan, serta tempat untuk sirkulasi vertikal.
Untuk menghindarl timbulnya orlentasi yang membingungkan, suatu
susunan hirarkis di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan
membedakan skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.
65
Gambar 13.9 ontoh pola sirkulasi
Sumber : bahan materi kuliah arsitektur Gunadarma
66
Download