TINJAUAN PUSTAKA Peran Mucosal-associated Invariant T-Cells dalam Imunitas terhadap Salmonella typhi Safari Wahyu Jatmiko Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Indonesia ABSTRAK Demam tifoid masih menjadi masalah di negara-negara berkembang. Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang penularannya terjadi secara fekal-oral. Bakteri yang berhasil melewati asam lambung akan menempel pada sel M dan epitel usus. Invasi ini direspons oleh berbagai sel seperti sel neutrofil, sel makrofag, sel T, dan sel B. Sel MAIT sebagai bagian dari sel T yang terletak di mukosa usus mempunyai peran penting dalam usaha eliminasi Salmonella typhi. Sel MAIT mempunyai TCR Vα7.2 yang bisa mengenali produk antara sintesis riboflavin Salmonella typhi yang terikat oleh MR1. Sel MAIT diaktifkan dengan adanya ikatan antara TCR dengan ligannya, ikatan antara molekul asesori CD80 atau CD86 dengan CD28, dan ikatan antara IL-12 dan 18 dengan IL-12R dan IL-18R. Sel MAIT yang aktif mengeliminasi bakteri dengan cara mengeluarkan sitokin, perforin, dan granzim. Kata kunci: Mucosal associated invariant T cell, imunitas pada mukosa, Salmonella typhi ABSTRACT Typhoid fever is still a problem in developing countries. Typhoid fever is caused by fecal-oral transmission of Salmonella typhi bacteria. Bacteria survived from gastric acid will be attached to M cells and intestinal epithelial cell. This invasion was responded by various cells such as neutrophils cells, macrophages, T cell, and B cells. MAIT cell as part of the T cells located in the intestinal mucosa have an important role in the elimination of Salmonella typhi. MAIT cells have Vα7.2 TCR that recognize MR1-bound intermediate product of riboflavin synthesis of Salmonella typhi. MAIT cell is activated by bond between the TCR and ligand, bond between accessory molecule CD28 and CD80 or CD86, and bond between IL-12 and IL-18 with IL-12R and IL-18R. Active MAIT cells eliminate bacteria by secreting cytokines, perforin, and granzyme. Safari Wahyu Jatmiko. The Role of Mucosal-associated Invariant T-Cells in Immunity against Salmonella typhi. Keywords: Mucosal associated invariant T cell, mucosal immunity, Salmonella typhi PENDAHULUAN Penyakit demam tifoid masih menjadi masalah yang besar di negara-negara berkembang. Pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak 11,9 juta orang mengidap demam tifoid dan 129.000 diantaranya meninggal dunia.4 Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Salmonella enterica serovar typhi (Salmonella typhi), bakteri gram negatif fakultatif intrasel. Salmonella typhi juga dikenal sebagai basil anaerob, berflagela, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul.1-3 Salmonella typhi ditularkan secara fekal-oral.5 Setelah masuk ke dalam tubuh, sebagian besar akan mati terkena asam lambung.6 Bakteri yang lolos dari asam lambung selanjutnya menempel pada sel M plaques Peyeri dan sel epitel usus halus. Penempelan Alamat korespondensi ini akan diikuti dengan translokasi bakteri menuju jaringan di bawah epitel. Invasi ke usus halus akan direspons oleh berbagai sel imun, seperti sel makrofag, sel neutrofil, sel dendritik, sel T, dan sel B.2,7,8 Mucosal associated invariant T cell (MAIT) merupakan sel limfosit berukuran besar dengan fenotip menyerupai sel iNKT (Invariant Natural Killer T), tetapi berbeda dalam hal reseptor pengenalan antigen. Sel MAIT banyak ditemukan di lamina propria usus halus,9 sehingga diduga terlibat dalam imunitas terhadap Salmonella typhi.10 MUCOSAL-ASSOCIATED INVARIANT T-CELLS Sel MAIT adalah sel limfosit T dengan fenotip khusus yang mampu mendeteksi sejumlah besar bakteri dan jamur.11 Sepuluh persen sel T CD8+ di dalam darah manusia adalah sel MAIT. Sel ini banyak ditemukan di lapisan mukosa dan hati.12 Pada saat terjadi infeksi bakteri, sel MAIT yang berada di dalam darah akan bermigrasi menuju ke jaringan yang mengalami infeksi. Hal ini menyebabkan jumlah sel MAIT di dalam darah menjadi berkurang.17 Fenotip sel MAIT secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Reseptor sel T (T cell receptor/TCR) Vα7.2 2. Secara umum, sel MAIT mengekspresikan CD161, IL-18Rα, dan CD8αα 3. Sel MAIT yang ditemukan di tali pusat masih mengekspresikan fenotip naive CD45RA+, CCR7+, CD62+. 4. Pada orang dewasa, sel MAIT mengekspresikan fenotip memori efektor email: [email protected] CDK-235/ vol. 42 no. 12, th. 2015 893 TINJAUAN PUSTAKA CD45RO+, CCR7-, CD62L-, CD27+, dan CD28+.12,13 Sel MAIT diketahui berhubungan dengan berbagai proses penyakit. Beberapa di antaranya adalah penyakit autoimun (rheumatoid arthritis, multipel sklerosis, coeliac disease, dan psoriasis), tumor, dan berbagai penyakit infeksi karena bakteri dan jamur.9,11,14-16 PENGENALAN SALMONELLA TYPHI OLEH MUCOSAL-ASSOCIATED INVARIANT T-CELLS Sampai saat ini, sel MAIT diyakini bisa mengenali berbagai antigen bakteri termasuk Salmonella typhi, tetapi belum ada bukti yang menunjukkan bahwa sel MAIT mampu mengenali antigen secara langsung. Proses pengenalan antigen oleh sel MAIT terjadi setelah antigen diproses oleh antigen presenting cell (APC).10,12 Pemrosesan antigen yang akan dipresentasikan kepada sel MAIT berbeda bila dibandingkan dengan pemrosesan antigen yang akan dipresentasikan kepada sel T helper dan sel T sitotoksik.18 Salmonella typhi masuk ke dalam sel APC melalui fagositosis ataupun infeksi bakteri ke dalam sel APC. Secara fisiologis, bakteri ini mampu memproduksi riboflavin sendiri. Di dalam APC, terjadi destruksi Salmonella sehingga metabolit sintesis riboflavin, yakni 5-amino-6-D-ribitylaminouracil (5A-RU), dilepaskan ke dalam fagosom. Selain ketika terjadi destruksi bakteri, sekresi 5-A-RU juga terjadi ketika bakteri dalam keadaan aktif. Selanjutnya, 5-A-RU akan mengalami reaksi non-enzimatik dengan glioksal atau metil glioksal dari jalur metabolisme lain (glikolisis) untuk membentuk 5-(2-oxopropylideneamino)-6d-ribitylaminouracil (5-OP-RU). Zat ini merupakan produk yang bersifat tidak stabil. Selanjutnya 5-OP-RU akan bergabung dengan MR1 (Major Hystocompatibility Complex Related Protein 1) dan menjadi stabil.12,19 Produk metabolisme Salmonella typhi yang berikatan dengan MR1 berfungsi sebagai antigen. Antigen yang sudah dipresentasikan melalui MR1 ini akan dikenali oleh reseptor sel MAIT. Rantai Vα dari TCR (T Cell Receptor) menjadi perantara terjadinya ikatan dengan 894 MR1, sementara rantai CDR3β yang posisinya di atas lekukan tempat pengikatan ligan MR1 (MR1 ligand-binding groove) berfungsi sebagai pengenal ligan yang berbeda dari berbagai patogen.20-22 granzim dalam menimbulkan apoptosis adalah dengan mengubah procaspase 3 menjadi caspase 3, memecah Bid menjadi tBid, memecah protein anti-apoptosis Mcl-1, dan merusak inhibitor apoptosis.25 AKTIVASI MUCOSAL-ASSOCIATED INVARIANT T-CELLS SETELAH INFEKSI SALMONELLA TYPHI Aktivasi sel MAIT tidak terjadi melalui TLR (Toll-like Receptor). Simpulan ini diambil karena blokade TLR2 dan TLR4 tidak mempengaruhi aktivasi sel MAIT. Sel MAIT juga tidak diaktifkan melalui jalur NLR (NOD Like Receptor).10 Aktivasi sel MAIT pada infeksi Salmonella typhi terjadi melalui tiga cara, yaitu: 1. Sel MAIT menjadi aktif ketika terjadi ikatan antara MR1 dengan TCR. 2. Ikatan antara CD28 pada sel MAIT dengan molekul asesori dari APC (CD80 atau CD86). 3. Ikatan antara sitokin seperti IL-12 dan IL18 dengan reseptornya.12,23 2. Sekresi Sitokin Pro-inflamasi Sel MAIT yang telah aktif akan memproduksi dan mensekresi sitokin pro-inflamasi seperti TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IFNγ (Interferon γ), dan IL-17. Masing-masing sitokin yang disekresikan akan berikatan dengan reseptornya pada sel target untuk menimbulkan efek anti-bakteri.26 Lima jam pertama setelah terjadi ikatan antara MR1 dengan TCR, aktivasi sel MAIT terutama terjadi karena aktivitas sinyal intrasel yang dikirim dari TCR dan molekul asesori. Dua puluh jam kemudian aktivasi sel MAIT terjadi terutama karena perangsangan oleh IL-12 dan IL-18.12 MEKANISME PENGHANCURAN SEL YANG TERINFEKSI SALMONELLA TYPHI Setelah teraktifkan, maka sel MAIT akan menjadi sel efektor yang berusaha menghilangkan bakteri Salmonella typhi. Mekanisme sel MAIT dalam eliminasi bakteri adalah sebagai berikut: 1. Pelepasan Perforin dan Granzim Ikatan antara TCR dari sel MAIT dengan MR1 menyebabkan dilepaskannya perforin dan granzim ke dalam sinaps imunologis antara sel MAIT dengan sel target yang terinfeksi Salmonella typhi. Perforin akan bersatu dengan membran sel target sedemikian rupa, sehingga terbentuk lubang di membran sel target yang bisa menyebabkan kerusakan sel target.24,25 Lubang yang terbentuk oleh perforin memudahkan masuknya granzim ke dalam sel target yang terinfeksi Salmonella typhi. Granzim B yang masuk ke dalam sel target akan memicu kematian sel. Mekanisme kerja Tumor necrosis factor α yang dihasilkan sel MAIT berikatan dengan TNFR (TNFα Receptor). Ikatan ini akan memunculkan serangkaian proses di dalam sel, sehingga muncul respons berbeda-beda tergantung jenis sel yang teraktifkan.27 a. Aktivasi Inflamasi dan Sitotoksik Ikatan antara TNFα dengan TNFR menyebabkan terjadinya trimer TNFR yang mengakibatkan direkrutnya TRADD (TNFα Receptor Associated Death Domain), TRAF2 (TNF Receptor Associated Factor 2) dan TRAF5, RIP1 (Receptor Interacting Protein 1), dan cIAP (cellular Inhibitor of Apoptosis Protein). Kompleks keempat molekul adapter ini mengaktifkan NFκB (Nuclear Factor κB) dan MAPK (Mitogen-activated Protein Kinases) untuk mempengaruhi ekspresi gen. Hasil akhir proses ini adalah dibentuknya sitokin pro-inflamasi dan proses sitotoksik.28 b. Nekroptosis Aktivasi reseptor TNFα menyebabkan bersatunya RIP1 dengan RIP3. Kompleks nekrosom ini kemudian mempengaruhi mitokondria, sehingga terbentuk ROS (Reactive Oxygen Species) yang menyebabkan nekroptosis. Proses seperti ini juga terjadi pada aktivasi nekroptosis oleh IFNγ.29 c. Apoptosis Aktivasi reseptor TNFα diikuti dengan perekrutan TRADD, TRAF2, dan RIP1 untuk membentuk sebuah kompleks molekul adapter. Kompleks yang terlepas ke dalam sitosol berikatan dengan FADD (Fas Associated Death Domain). Setelah FADD aktif, maka ia mampu mengaktifkan caspase 8 yang akan diikuti dengan serangkaian CDK-235/ vol. 42 no. 12, th. 2015 TINJAUAN PUSTAKA aktivasi caspase yang lain untuk memicu apoptosis.28 Interferon γ yang dibentuk oleh sel MAIT mempunyai peran penting dalam melawan Salmonella typhi. Fungsi IFN γ adalah sebagai berikut: 1). Interferon γ memicu terjadinya nekroptosis sel terinfeksi. Interferon γ yang terbentuk berikatan dengan IFGR (IFNγ Receptor). Segera setelahnya akan terjadi aktivasi JAK (Janus kinase) yang selanjutnya mengaktifkan STAT (Signal Transducer and Activator of Transcription). STAT yang aktif kemudian memicu transkripsi interferon stimulating gene (ISG) yang mengkode protein PKR (Protein Kinase R), RIP1, dan RIP3. PKR yang terbentuk kemudian mengikat RIP1. Proses ini memudahkan RIP1 untuk berikatan dengan RIP3. Kompleks RIP1-RIP3 menjadi sebuah nekrosom yang memicu mitokondria untuk menghasilkan ROS. ROS inilah yang menimbulkan nekroptosis. Isi sel yang dikeluarkan ketika nekroptosis menimbulkan inflamasi yang menjadi penyebab eliminasi bakteri yang menginvasi.29-31 2). Interferon γ memicu terjadinya apoptosis sel yang terinfeksi. Ketika IFNγ berikatan dengan reseptornya, terjadi pengiriman sinyal ke dalam inti sel untuk mempengaruhi ISG54. Hasil perangsangan ini adalah terbentuknya IFIT2 (interferon induced protein with tetratricopeptide repeats 2). IFIT2 menyebabkan aktifnya apoptosis dari jalur internal. Hasil proses ini adalah aktifnya protein pro-apoptosis Bak dan Bax yang meningkatkan permeabilitas membran mitokondria, sehingga sitokrom c keluar dari mitokondria dan memicu apopotosis.32 3). IFNγ membunuh bakteri intraseluler dengan cara mengatasi blokade maturasi fagosom yang dikembangkan oleh bakteri, menghalangi nutrisi, dan pembentukan molekul anti-bakteri, seperti nitric oxide.33 4). Bekerja sama dengan TNFα untuk menimbulkan apoptosis yang lebih efisien.34 5). Interferon γ merangsang sel paneth di mukosa usus halus untuk mensekresikan isi granulnya yang berisi peptida anti-mikroba defensin/kriptidin dan lisozim.35 IL-17 yang dihasilkan oleh sel MAIT merupakan sitokin yang sangat penting dalam hal rekrutmen, migrasi, dan aktivasi dari sel neutrofil. Ikatan antara IL-17 dengan IL-17R pada sel neutrofil menyebabkan aktifnya faktor transkripsi, seperti NF-κB, extracellular signal-regulated protein kinase (ERK1 dan ERK2), stress-induced c-Jun N-terminal kinases (JNK-1 dan JNK-2), dan p38 MAPKs. Setelah aktif, neutrofil akan memfagositosis Salmonella typhi. Setelah bakteri berada di dalam fagosom maka neutrofil akan menghasilkan ROS, peptida anti-mikroba, dan mengurangi kadar besi di dalam fagosom.36 IL-17 diketahui membantu pembentukan germinal centers dari folikel di limfonodus yang berisi sel B. Maturasi germinal center memungkinkan terbentuknya antibodi secara efisien.36 3. Sel MAIT Membantu Polarisasi Sel Th0 ke Arah Sel Th1 Interferon γ dan TNFα dikenal sebagai sitokin yang membantu polarisasi sel Th0 ke arah sel Th1. Polarisasi ini memicu terbentuknya cell mediated immunity dan humoral mediated immunity untuk mengeliminasi Salmonella typhi.37 SIMPULAN Sel MAIT merupakan sel limfosit berukuran besar yang menyerupai sel iNKT dengan kemampuan mengenali bakteri dan jamur. Lokasi sel MAIT di mukosa usus halus menjadikannya sel yang mempunyai peran penting dalam imunitas terhadap Salmonella typhi. Sel MAIT bisa mengenali antigen Salmonella typhi yang dipresentasikan melalui MR1. Pengenalan ini memicu serangkaian proses untuk menghilangkan patogen, meliputi sekresi perforin dan granzim, sekresi sitokin, dan membantu polarisasi sel Th0 ke arah sel Th1. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. Jain JKSK. Role of antigens and virulence factors of Salmonella enterica serovar typhi in its pathogenesis. Microbiol Res. 2012; 167: 199-210. Garai P, Gnanadhas DP, Chakravortty D. Salmonella enterica serovars typhimurium and typhi as model organisms: Revealing paradigm of host-pathogen interactions. Virulence 2012; 3(4): 377-88. 3. Ruby T, McLaughlin L, Gopinath S, Monack D. Salmonella’s long-term relationship with its host. FEMS Microbiol Rev. 2012; 36: 600-15. 4. Crump JA., Updating and refining estimates of typhoid fever burden for public health action. Lancet 2014; 2: 551-3. 5. Gole VC, Torok V, Sexton M, Caraguel CGB, Chousalkara KK. Association between indoor environmental contamination by Salmonella enterica and contamination of eggs on layer farms. J Clin Microbiol. 2014; 52(9): 3250-8. 6. Allam US, Krishna MG, Sen M, Thomas R, Lahiri A, Gnanadhas DP, et al. Acidic pH induced STM1485 gene is essential for intracellular replication of Salmonella. Virulence 2012; 3(2): 122-35. 7. de Jong HK, Parry CM, van der Poll1 T, Wiersinga WJ. Host–pathogen interaction in invasive salmonellosis. PLOS Pathogens 2012; 8(10): 1-9. 8. Hurley D, McCusker MP, Fanning S, Martins M. Salmonella–host interactions – modulation of the host innate immune system. Front Immunol. 2014; 5(48): 1-11. 9. Chiba A, Tajima R, Tomi C, Miyazaki Y, Yamamura T, Miyake S. Mucosal-associated invariant T cells promote inflammation and exacerbate disease in murine models of arthritis. Arthritis Rheumatism. 2012; 64(1): 153-61. 10. Gold MC, Lewinsohn DM. Mucosal associated invariant T cells and the immune response to infection. Microbes Infect. 2011; 13(8-9): 742-8. 11. Le Bourhis L, Dusseaux M, Bohineust A, Bessoles S, Martin E, Premel V, et al. MAIT cells detect and efficiently lyse bacterially-infected epithelial cells. PLOS Pathogens 2013; 9(10): 1-12. 12. Ussher JE, Klenerman P, Willberg CB., Mucosal-associated invariant T-cells: New players in anti-bacterial immunity. Front Immunol. 2014; 5(450): 1-9. 13. Dusseaux M, Martin E, Serriari N, Pe´guillet I, Premel V, Louis D, et al. Human MAIT cells are xenobiotic-resistant, tissue-targeted, CD161hi IL-17–secreting T cells. Blood 2011; 117(4): 1250-59. 14. Miyazaki Y, Miyake S, Chiba A, Lantz O, Yamamura T. Mucosal-associated invariant T cells regulate Th1 response in multiple sclerosis. Int Immunol. 2011; 23(9): 529-35. 15. Dunne MR, Elliott L, Hussey S, Mahmud N, Kelly J, Doherty DG, et al. Persistent changes in circulating and intestinal γδ T CellSubsets, invariant natural killer T cells and mucosal-associated invariant T cells in children and adults with coeliac disease. PLOS ONE 2013; 8(10): 1-10. 16. Peterfalvi A, Gomori E, Magyarlaki T, Pal J, Banati M, Javorhazy A, et al. Invariant Va7.2-Ja33 TCR is expressed in human kidney and brain tumors indicating infiltration by mucosal-associated CDK-235/ vol. 42 no. 12, th. 2015 895 TINJAUAN PUSTAKA invariant T (MAIT) cells. Int Immunol. 2008; 20(12): 1517-25. 17. Gold MC, Cerri S, Smyk-Pearson S, Cansler ME, Vogt TM, Delepine J, et al. Human mucosal associated invariant T cells detect bacterially infected cells. PLoS Biol. 2010; 8(6): 1-14. 18. Huang S, Gilfillan S, Kim S, Thompson B, Wang X, Sant AJ, et al. MR1 uses an endocytic pathway to activate mucosal-associated invariant T cells. J Exp Med. 2008; 205(5): 1201-11. 19. Corbett AJ, Eckle SBG, Birkinshaw RW, Liu L, Patel O, Mahony J, et al. T-cell activation by transitory neo-antigens derived from distinct microbial pathways. Nature 2014; 509: 361-5. 20. Lo´pez-Sagaseta J, Dulberger CL, McFedries A, Cushman M, Saghatelian A, Adams AE, et al. MAIT recognition of a stimulatory bacterial antigen bound to MR1. J Immunol. 2013; 191: 526877. 21. Gold MC, McLaren ME, Reistetter JA, Smyk-Pearson S, Ladell K, Swarbrick GM, et al. MR1-restricted MAIT cells display ligand discrimination and pathogen selectivity through distinct T cell receptor usage. J Exp Med. 2014; 211(8): 1601-10. 22. Reantragoon R, Corbett AJ, Sakala IG, Gherardin NA, Furness JB, Chen Z, et al. Antigen-loaded MR1 tetramers define T cell receptor heterogeneity in mucosal-associated invariant T cells. J Exp Med. 2013; 210(11): 2305-20. 23. Ussher JE, Bilton M, Attwod E, Shadwell J, Richardson R, de Lara C, et al. CD161++CD8+ T cells, including the MAIT cell subset, are specifically activated by IL-12+IL-18 in a TCR-independent manner. Eur J Immunol. 2014; 44: 195-203. 24. Kurioka A, Ussher JE, Cosgrove C, Clough C, Fergusson JR, Smith K, et al. MAIT cells are licensed through granzyme exchange to kill bacterially sensitized targets. Mucosal Immunol. 2015; 8(2): 429-40. 25. Safari WJ, Riandini A. Imunitas alamiah. Surakarta: UNS Press; 2015. 26. Meierovics A, Chua WJ, Yankelevich, Cowley SC. MAIT cells are critical for optimal mucosal immune responses during in vivo pulmonary bacterial infection. Proc Natl Acad Sci [Internet]. 2013 [cited 2013 July 3]; E3119-28. Available from: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1302799110 27. Apostolaki, Armaka M, Victoratos P, Kollias G. Cellular mechanisms of TNF function in models of inflammation and autoimmunity. In: Kollias G, Sfikakis PP, editors. TNF pathophysiology: Molecular and cellular mechanisms. Basel: Karger; 2010: vol 11. p.1-26. 28. Vlantis K, Pasparakis M. Role of TNF in pathologies induced by nuclear factor κB deficiency. In: Kollias G, Sfikakis PP, editors. TNF pathophysiology: Molecular and cellular mechanisms. Basel: Karger; 2010: vol 11. p.79-91. 29. Balachandran S, Adams GP. Interferon-γ-induced necrosis: An antitumor biotherapeutic perspective. J Interferon Cytokine Res. 2013; 33(4): 171-80. 30. Hu ZQ, Zhao WH. Type 1 interferon-associated necroptosis: A novel mechanism for Salmonella enterica typhimurium to induce macrophage death. Cell Mol Immunol. 2013; 10: 10-2. 31. Thapa RJ, Nogusa S, Chen P, Maki JL, Lerro A, Andrake M, et al. Interferon-induced RIP1/RIP3-mediated necrosis requires PKR and is licensed by FADD and caspases. Proc Natl Acad Sci [Internet]. 2013 [cited 2013 july 29]. Available from: www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1301218110 32. Stawowczyk M, Van Scoy S, Kumar KP, Reich NC. The interferon stimulated gene 54 promotes apoptosis. J Biol Chem. 2011; 286(9): 7257-66. 33. Herbst S, Schaible UE, Schneider BE. Interferon gamma activated macrophages kill Mycobacteria by nitric oxide induced apoptosis. Plos One 2011; 6(5):1-8. 34. Zhang J, Sun B, Huang Y, Kouadir M, Zhou X, Wang Y, et al. IFN-γ promotes THP-1cell apoptosis during early infection with Mycobacterium bovis by activating diferent apoptotic signaling, FEMS Immunol Med Microbiol. 2010; 60: 191-8. 35. Farin HF, Karthaus WR, Kujala P, Rakhshandehroo M, Schwank G, Vries RGJ, et al. Paneth cell extrusion and release of antimicrobial products is directly controlled by immune cell–derived IFN-γ. J Exp Med. 2014; 211(7): 1393-405. 36. Shabgah AG, Fattahi E, Shahneh FZ. Interleukin-17 in human inflammatory diseases. Postep Derm Alergol. 2014; 31(4): 256-61. 37. Abbas AK, Licthman AH. Basic immunology: Function and disorders of the immune system. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011. 896 CDK-235/ vol. 42 no. 12, th. 2015