[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016] AFIASI Pengetahuan Agama Berhubungan dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja Kab. Barru Religious Knowledge Associated with Sexual Behavior in Teens at SMAN 1 Riaja Soppeng District. Barru Sri Handayani Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra Abstrak Masa remaja adalah masa terjadinya perkembangan fisik berupa munculnya ciri-ciri seks primer, sekunder serta psikologis berupa perilaku seksual. Perilaku seksual tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi sudah merambah ke kabupaten khususnya di Kabupaten Barru. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan agama dengan perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja Kab Barru. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa-siswi SMAN 1 Soppeng Riaja yang berumur 15-18 tahun. Cara pengambilan sampel menggunakan metode Proportional Stratified Random Sampling dengan besar sampel 198. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan Koefisien phi. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan agama terhadap perilaku seksual pada remaja p = 0.014 dan φ = 0.185 dimana memiliki tingkat kekuatannya hubungan yang lemah. Diharapkan kepada siswa-siswi dapat meningkatkan pengetahuan tentang seks, sikap yang positif, pengetahuan agama, dengan mencari informasi yang baik dan akurat agar tidak terpengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja. Kata Kunci : Pengetahuan Agama, Perilaku Seksual, Remaja. adolescents p = 0.014 and φ = 0185 which have a level of strength of weak ties. It is expected that students can improve their knowledge about sex, a positive attitude, knowledge of religion, looking for a good and accurate information so as not influenced by sexual behavior in adolescents. Keywords: Religious Knowledge, Sexual Behavior, Adolescent. Pendahuluan Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam kehidupan seseorang karena merupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan paling menonjol adalah melibatkan dinamika psikologis yang besar adalah kematangan dari organ reproduksi dan seksual1. Dorongan seksual akan mencetus perilaku seksual dari yang sederhana sampai yang kompleks yaitu berhubungan seks dalam berbagai penyimpangan. Tidak semua remaja melakukan hal tersebut, akan tetapi banyak penelitian membuktikan, angka prevalensinya selalu bertambah dari tahun ke tahun2. Data World Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa 20% dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS berusia 20 tahun dan satu dari dua puluh remaja kontrak dengan penyakit menular seksual (PMS) setiap tahun. Usia saat melakukan aktivitas seksual 10-20 tahun sebanyak 80% dan 85% diantaranya perilaku seksual berisiko 3. Hasil riset PKBI, United Nation Population Fund Ascosiation (UNFPA) menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, sekitar 2,3 juta kasus aborsi juga terjadi di Indonesia dimana 20% diantaranya dilakukan oleh remaja. Fakta lain menunjukkan bahwa sekitar 15% remaja usia 1024 tahun yang jumlahnya mencapai 52 juta telah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Depkes RI, menunjukkan jumlah remaja umur 10 -19 tahun Abstrac Adolescence is a period in which the physical development such as the emergence of sex characteristics of primary, secondary and psychological form of sexual behavior. Sexual behavior is not only happening in the big cities but has penetrated into the district, especially in Barru. Therefore, this study aims to determine the relationship between religious knowledge with sexual behavior in adolescents in SMAN 1 Soppeng Riaja Barru. This study used cross sectional design study. Samples were mostly students of SMAN 1 Soppeng Riaja aged 15-18 years. How sampling using Proportional Stratified Random Sampling method with a sample size of 198. The data were analyzed using Chi Square and phi coefficient. The results of this study indicate that there is a relationship between religious knowledge of sexual behavior in 1 [Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016] di Indonesia sekitar 43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka pernah melakukan hubungan seksual. Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua4. Indonesia, dengan budaya ketimuran sangat lekat dengan adat dan budayanya yang santun, dan religius (beragama). Penelitian Firmiana, 2012 mengungkap, 99% penduduk Indonesia memiliki agama, dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia, yang membatasi kedekatan hubungan antar lawan jenis, bahkan di sekolah pun ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Dalam agama Islam tidak dikenal istilah pacaran yang seperti biasanya yang berlaku pada masyarakat belakangan ini5. Pacaran adalah salah satu bentuk pergaulan yang ditawarkan dari budaya Barat. Bentuknya bisa dimulai dari pandangan, lalu bersentuhan, berpelukan, berciuman dan seterusnya. Bentuk pacaran seperti ini jelas dilarang dalam Islam, karena sudah mendekati zina, tetapi jika hanya sampai pada saling kenal (ta’aruf) maka dibolehkan. Dewasa ini, sepertinya pacaran telah mengarah pada hal-hal yang dilarang agama atau melanggar nilai-nilai Islam, sehingga lebih besar mudharat daripada manfaat. Meskipun tidak ada penjelasan Al-Qur’an dan As-Sunnah secara eksplisit mengenai pacaran, tetapi Islam telah mengatur tatacara pergaulan dengan lawan jenis, dan melarang wanita-pria yang bukan muhrimnya untuk berduaan saja. Dengan berbagai penjelasan tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini melihat hubungan pengetahuan agama dengan perilaku sekseal remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja. AFIASI pemilihan sampel menggunakan metode Proportional Stratified Random Sampling. Desain penelitian menggunakan cross-sectional study, yaitu suatu penelitian yang menggunakan rancangan dengan ciri-ciri semua pengukuran variabel dependen (perilaku seksual pada remaja) dan variabel independen (pengetahuan, sikap, pengetahuan agama, sumber informasi/media dan peran keluarga) yang diteliti dilakukan pada waktu yang sama dan tidak ada periode follow-up6 Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara, yakni data primer (wawancara langsung kepada responden yang terpilih menjadi sampel) dan data sekunder berupa data berupa data jumlah kelas, jumlah siswa serta fasilitas yang ada. Selain itu data juga diperoleh melalui studi pustaka serta internet. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan uji Chi-Square melalui editing, coding, dan tabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil 1. Analisis Univariat Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan agama, menunjukkan bahwa responden paling banyak menjawab benar tentang pengetahuan agama yaitu salah satu cara remaja agar bisa mengurangi dorongan seksual sebelum menikah yaitu beribadah seperti berpuasa sebesar 179 orang (90,4%), sedangkan yang paling sedikit menjawab benar yaitu pada pertanyaan melakukan seks dengan orang yang sangat dicintai boleh dilakukan asalkan dengan pacar sendiri sebesar 26 orang (13,3%). Berdasarkan jawaban responden tentang pengetahuan agama maka dapat dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan agama baik dan pengetahuan agama buruk dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan agama baik sebesar 107 orang (54.0%) dan responden yang memiliki pengetahuan agama buruk sebesar 91 orang (46.0%). Metode Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa SMAN 1 Soppeng yaitu 406 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa SMAN 1 Soppeng Riaja yang berumur 15-18 tahun yaitu 198 siswa dengan menggunakan rumus sampel Lemeshow dan 2 [Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016] AFIASI Grafik. 1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Agama di SMAN 1 Soppeng Riaja 46% 54% Baik Buruk Perilaku seksual tidak hanya dilakukan oleh seseorang yang pernah atau sedang pacaran, tetapi perilaku seksual juga bisa dilakukan tanpa adanya hubungan pacaran terlebih dahulu. Berikut ini distribusi Berdasarkan jawaban responden tentang perilaku seksual maka dapat dikategorikan menjadi dua yaitu perilaku seks ringan dan perilaku seks berat, dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik. 2 Distribusi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja 45% 55% Ringan Berat Grafik 2 menunjukkan perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 Soppeng Riaja dalam kategori perilaku seks ringan sebesar 109 orang (55%) dan kategori perilaku seks berat sebesar 89 orang (45%). pemahaman tingkat. Sedangkan pengetahuan agamanya buruk bila responden memperoleh skor kurang dari nilai median atas pertanyaan tentang tingkat pemahaman agama. Dimana nilai median pada penelitian ini adalah delapan. Untuk mengetahui analisis bivariat antara pengetahuan agama dengan perilaku seksual pranikah remaja dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut : 2. Analisis Bivariat Pengetahuan agama pada penelitian ini merupakan pengetahuan normatif remaja mengenai perilaku seks pranikah dalam perspektif agama. Variabel ini dibagi menjadi dua kriteria yaitu pengetahuan agamanya baik bila responden memperoleh skor lebih dari atau sama dengan nilai median atas pertanyaan tentang tingkat Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Agama dengan Perilaku Seksual pada Soppeng Riaja Perilaku Seks n % Pengetahuan Berat Ringan Agama n % n % Buruk 50 54.0 41 46.0 91 100.0 Baik 39 36.0 68 64.0 107 100.0 Total 89 45.0 109 55.0 198 100.0 3 Remaja di SMAN 1 Uji Statistik X2=6,799 p = 0.014 φ =0.185 [Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016] Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa responden yang memiliki perilaku seks berat dengan pengetahuan agama buruk sebanyak 50 orang (54,0%) dan pengetahuan agama baik sebesar 39 orang (36,0%), sedangkan responden yang memiliki perilaku seks ringan dengan pengetahuan agama buruk sebanyak 41 orang (46,0%), dan pengetahuan agama baik sebesar 68 orang (64,0%). Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0.014) < nilai α (0,05), dengan demikian maka Ho ditolak atau dapat disimpulkan bahwa “ Ada hubungan antara pengetahuan agama dengan perilaku seksual pada remaja”. Berdasarkan nilai koefisiensi phi (0,185) atau hubungan lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan agama memberikan kontribusi sebesar 18.5% terhadap perilaku seksual pada remaja. AFIASI perilaku seksual pada remaja. Berdasarkan nilai koefisiensi phi (0,185) atau hubungan lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan agama memberikan kontribusi sebesar 18,5% terhadap perilaku seksual pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian Andisti, 2010 menyatakan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku dengan hubungan seksual pranikah antara remaja yang pengetahuan agama tinggi dengan remaja yang religiusitasnya rendah. Remaja yang pengetahuan agama tinggi menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual pranikah rendah (menolak), sedangkan remaja yang religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual pranikah tinggi (menerima)7. Hasil penelitian Nisfadhilah, 2011 juga menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku seksual remaja yang sedang pacaran, di mana semakin tinggi pengetahuan agama maka perilaku seksual semakin rendah dan sebaliknya. Selain itu, pada penelitian lain menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan perilaku seks bebas dimana koefisien korelasi yang diperoleh sebesar r = -0.378 dengan taraf signifikansi sebesar 0.007 (p < 0.01)8. Pengetahuan agama mempunyai pengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja, orang yang agamanya baik maka akan memiliki rasa takut untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dan dilarang dalam agamanya7. Dalam agama dijelaskan bahwa janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. MUI menyatakan bahwa menerapkan hukum zina sebagai solusi untuk memberantas seks bebas9. Seseorang yang memiliki pemahaman tingkat agama yang tinggi berpengaruh terhadap perilaku remaja untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Oleh karena itu orang tua perlu memberikan bekal materi, intelektual yang berupa pendidikan formal, serta bekal spiritual yang berupa pendidikan agama bagi remaja. Pembahasan Pengetahuan agama berhubungan dengan perilaku seksual pada remaja. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa pengetahuan agama menunjukkan pengetahuan normatif remaja mengenai perilaku seksual remaja dalam perspektif agama dalam kategori baik dengan persentase terbesar yaitu sebanyak 107 orang (54,0%) dan pengetahuan agama dengan kategori buruk dengan persentase terkecil yaitu sebanyak 91 orang (46,0%). Pengetahuan agama yang baik pada remaja SMA Negeri 1 Soppeng Riaja didukung oleh pendidikan agama yang cukup dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat, dimana pendidikan agama selalu diberikan di sekolah sejak SD yang dimasukkan ke dalam pelajaran kurikulum agama. Pengetahuan agama yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan masalah mereka dengan efektif. Pengetahuan agama yang baik menghasilkan tauhid dan kepercayaan terhadap remaja untuk menghindari perilaku yang menyimpang. Walaupun demikian pada pertanyaan tentang melakukan seks pranikah boleh dilakukan asal dengan pacar masih banyak menjawab salah sebesar 172 orang (86,9%). Hasil analisis statistik diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan agama dengan Kesimpulan Ada hubungan antara pengetahuan agama dengan perilaku seksual pada remaja di SMAN 1 4 [Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016] 4. Soppeng Riaja dengan kuat tingkat hubungan lemah. Ajaran Islam melarang hubungan lawan jenis yang terlalu dekat, dengan perintah “janganlah kamu berkhalwat...”. Karena itu pemahaman agama menjadi penting, untuk membatasi perilaku. Fungsi religiusitas dalam kehidupan individu adalah sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Normanorma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya5. 5. 6. 7. Saran 8. Diharapkan bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dapat melaksanakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja disetiap jenjang sekolah lanjutan di mulai pada tingkat pertama (SMP) sederajat, sekolah menengah atas (SMA) dan jika perlu pada jenjang pendidikan tinggi atau diploma, baik sekolah negeri atau swasta di Indonesia umumnya dan Kabupaten Barru pada khususnya, melalui metode peer education yang bersifat youth friendly (ramah terhadap remaja) artinya tidak hanya memberi materi melalui proses belajar mengajar di kelas, tetapi dikembangkan dengan metode lain seperti pemasangan mading, kesenian sekolah atau drama teater dan lain – lain, yang memuat materi dasar kesehatan reproduksi yang proporsional. Serta diharapkan kepada siswasiswi dapat meningkatkan pengetahuan tentang seks, sikap yang positif, pengetahuan agama, dengan mencari informasi yang baik dan akurat agar tidak terpengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja. 9. Daftar Pustaka 1. 2. 3. Citra Nisfadhilah. 2010. Hubunga Tingkat Pengetahuan Agama Islam dengan Sikap Perilaku Seks Bebas Remaja di Madrasah Aliyah Negeri III Malang: Skripsi PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Sarwono W.S 2010. Psikologi remaja. ed. revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Olasode. 2013. Sexual behaviour in adolescents and young people attending a sexually transmitted disease clinic, Ile Ife, Nigeria. Department of Dermatology and Venereology College of Health Sciences. Nigeria 5 AFIASI Depkes RI. 2010. Lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Lakukan Seks Pranikah. Online. Diakses 6 September 2014. Firmiana Masni Erika dkk. 2012. Ketimpangan Relijiusitas dengan Perilaku: Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja SMA/Sederajat di Jakarta Selatan. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol . 1, No. 4, September 2012 Sayogo Sapitri. 2009. Studi Cross-Sectional/Belah Lintang. Universitas Indonesia Andisti et all. 2010. Religiusitas Dan Perilaku Seks Bebas Pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi 170 Volume 1, No. 2. Nisfadhilah et all. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan Agama Islam dengan Sikap Perilaku Seks Bebas Remaja di Madrasah aliyah Negeri III Malang: Skripsi Universitas Brawijaya Malang . Utsman. 2002. Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi. Jakarta: Mustaqiim. Halaman 66-67