FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA Program Studi Akuntansi Terakreditasi : NO. 016/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/ 2009 Program Studi Manajemen Terakreditasi : NO. 016/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/ 2009 Kampus II: Jl. Dukuh Menanggal XII/4 , Telp- Fax. 031-8281183 Surabaya 60234 MATA KULIAH : PENGANTAR MANAJEMEN PROGRAM STUDI : MANAJEMEN / 2015-E TGL/BLN/THN : 03 November 2015 SIFAT UJIAN : TAKE HOME DOSEN : Dr. PRIYONO, MM. WAKTU : OLEH. : LINTAR BAGUS WICAKSONO NIM. : 151500130 JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER 1.) a. Mengapa kita perlu belajar manajemen ? Mempelajari teori manajemen membantu kita menjadi seorang manajer yang efektif dalam mengelola organisasi yang semakin kompleks dewasa ini. Manajemen merupakan disiplin ilmu yang berfokus pada hasil yang mudah dilaksanakan. Teori adalah kumpulan prinsip yang disusun secara sistematis. Sedangkan konsep adalah simbol yang dipakai untuk menjelaskan pengertian tertentu dalam teori. Ada beberapa alasan mengapa perlu mempelajari teori manajemen antara lain : 1. Teori mengarahkan keputusan manajemen. 2. Teori membentuk pandangan kita mengenai organisasi. 3. Teori membuat kita sadar mengenai lingkungan usaha. 4. Teori merupakan suatu sumber ide baru. b. Slogan manajemen datang masalah hilang dan manajemen pulang masalah datang adalah slogan untuk menyemangati para mahasiswa untuk belajar di dalam kelas. Di dalam arti slogan tersebut terdapat energi luar biasa yang dapat meningkatkan semangat mahasiswa yang tadinya kurang bersemangat menjadi semangat. Slogan tersebut diucapkan ketika dosen datang dan saat dosen mau keluar dari kelas. Slogan tersebut dibuat oleh dosen DR.PRIYONO,MM. Dengan tujuan supaya mahasiswa bersemangat mempelajari manajemen dan tidak lupa pentingnya manajemen dalam kehidupan manusia. 2.) Judul Buku : Pengantar Teori Dan Perilaku Organisasi Penulis : Akhmad Subkhi, M.M. Mohammad Jauhar, S.Pd. Kategori : Bisnis dan Manajemen, Pendidikan. ISBN : 978-602-256-006-7 Tahun Terbit : Mei 2013 Teori organisasi mempelajari kinerja sebuah organisasi. Dengan memahami teori organisasi, saya dapat mengetahui dan menjalankan organisasi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi Anda. Buku ini sangat membantu saya dalam mengelola organisasi karena menjelaskan secara tuntas: 1. •Konsep Dasar Teori Organisasi 2. • Konsep Individu dan Kelompok dalam Organisasi 3. • Konsep Evolusi dan Perkembangan Teori Organisasi 4. • Rancangan Organisasi dalam Berbagai Perspektif 5. • Organisasi sebagai suatu Sistem 6. • Teori Asas dan Fungsi Organisasi 7. • Bentuk-Bentuk Organisasi 8. • Teori Lingkungan Organisasi 9. • Pengertian Teknologi dalam Organisasi 10. • Teori Kekuasaan dan Kewenangan dalam Organisasi 11. • Teori Efektivitas Organisasi 12. • Refleksi dan Teori Komunikasi Organisasi. Dengan buku ini, saya belajar menemukan setiap masalah dan mendapatkan solusi secara cepat dan tepat demi keberlangsungan organisasi dan pencapaian profitabilitas yang tinggi. Selain buku tersebut saya juga mengambil sedikit inti teori organisasi dari buku (Priyono,2006,Pengantar Manajemen,Graha Ilmu Press,Sidoarjo,Jakarta) agar presentasi saya lebih relevan dan maksimal .dan audience dapat mengetahui arti luas dari organisasi. 3.) BERSAHABAT DENGAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX Sebuah Refleksi Kepemimpinan Sultan Dalam Potret Indonesia 2012Posted by Hasan Setiawan Published in Pendidikan. Oleh: Hasan Setiawan Mahasiswa Jurusan Pembangungan Sosial dan Kesejahteraan (Sosiatri) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada SULTAN LEBIH DARI SEKEDAR RAJA Saking erat atau kedekatan beliau terhadap masyarakat Yogyakarta, penulis sempat mendapatkan sebuah cerita yang melegenda dari masyarakat Yogyakarta sendiri saat Sultan dimarahi oleh seorang ibuk-ibuk yang telah diantarkan Sultan sampai Pasar Kranggan dengan mobil pribadinya. Ternyata hal ini bukanlah isapan jempol belaka, karena kejadian itu dibenarkan oleh Dra. S.K. Trimurti yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama[1]. Dalam tulisannya beliau kurang lebih menceritakan saat Sultan dari Kaliurang dan hendak menuju Keraton dengan mengendarai mobil pribadinya, ditengah jalan beliau diberhentikan oleh seorang ibuk dengan barang-barang dagangannya yang hendak menuju pasar Kranggan. Tanpa basi-basi Sultan kemudian menaikkan barang-barang ibuk tersebut sendiri ke dalam mobil dan diantar sampai pasar Kranggan. Setibanya di pasar Kranggan ibuk tersebut memberikan upah kepada beliau, namun beliau menolak dan tersenyum kepadanya. Karena merasa dilecehkan oleh oleh tindakan sopir tersebut (Sultan), akhirnya ibuk tersebut marah. Beberapa saat kemudian sang ibuk diberitahu oleh mantri pasar yang kebetulan jaga di tempat tersebut, singkat cerita ibuk tersebut pingsan karena baru tahu bahwa yang dimarahinya tersebut adalah Raja nya sendiri, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX. KERATON SULTAN BERSAHABAT DENGAN REPUBLIK INDONESIA Gambaran akan kehidupan seorang raja dalam benak penulis nampaknya sangat kontradiktif dengan apa yang telah dilakukan oleh Sultan semasa beliau masih hidup. Beliau bukanlah pribadi yang gemar hidup mewah seperti yang sering ditunjukkan oleh ayahnya, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Beliau bukanlah pribadi yang haus pencitraan atau pengakuan seperti apa yang telah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin negara kita saat ini, hal tersebut dibuktikan dengan sikap beliau yang selalu mencoba berdamai dengan dirinya sendiri dan memilih sikap ‘diam’ saat banyak orang menghujani beliau dengan pertanyaan-pertanyaan seputar ‘siapa sebenarnya aktor utama dibalik Serangan Umum 1 Maret 1949’, bagi Sultan sendiri lebih baik diam demi menjaga situasi politik Indonesia yang cukup kisruh saat itu. Dan yang paling penting, beliau tidak pernah menjaga jarak dengan rakyatnya (merakyat). BERKUASA TAPI TIDAK “SOK” KUASA Sri Sultan Hamengku Buwono IX identik dengan pribadi yang sering mengalah, tanpa pamrih, merakyat, sederhana, namun cerdas dalam mengambil sebuah strategi dan keputusan. Tak pelak dalam catatan karier beliau baik dalam bidang militer maupun politik lebih sering diposisikan sebagai perancang strategi. Dan anehnya, sikap beliau ini sering mendapatkan protes keras dari pendukungnya sendiri yang menilai Sultan sering tidak sadar dimanfaatkan oleh para lawan politiknya. Tapi apapun tanggapan yang diberikan oleh orang lain, Sultan tetaplah Sultan dimana beliau selalu memegang teguh prinsip hidupnya yang merupakan manifestasi melek politik (warisan budaya barat) dan mendengarkan bisikan ghaib (warisan budaya timur). Perpaduan sikap barat dan timur yang diterapkan oleh beliau inilah yang kemudian membuat beliau menjadi pribadi yang ‘cerdas’ namun tidak lepas dari tata hidup dan berprinsip orang timur. Hal tersebut dibuktikan oleh beliau saat penandatangan kontrak kesepakatan dengan Belanda saat beliau telah terpilih untuk melanjutkan kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Dimana perundingan yang sangat alot hingga menelan waktu berbulan-bulan seketika selesai saat Sultan mendapatkan ‘bisikan ghaib’ yang diyakini sebagai suara leluhur beliau.[3] Kesimpulan dalam kesempatan ini, penulis tidak mungkin dapat mengulas seluruh kiprah dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengingat beliau merupakan tokoh yang cukup banyak melakukan kegiatan baik itu di lingkup Yogyakarta sendiri maupun nasional. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis mencoba untuk memberikan sedikit refleksi atas gaya kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX atas apa yang terjadi pada Indonesia 2012. Harapannya kemudian tulisan ini akan memberikan masukan sekaligus inspirasi bagi para pembaca yang mungkin belum tahu akan sosok Sultan khususnya dalam hal kepemimpinan beliau. Sehinggga keteladan, kecerdasan, dan sikap luhur beliau dalam hal kepemimpinan akan menjadi salah satu refrensi bagi generasi muda yang nantinya akan menjadi salah satu tiang penerus berdirinya pemerintahan dan kehidupan masyarakat Indonesia kearah yang lebih baik. 4. Prinsip-prinsip kepemimpinan (pertanyaan dari mahasiswa saat presentasi) Menurut saya prinsip – prinsip kepemimpinan yang saya ketahui adalah: 1. Mampu menjadi teladan yang baik 2. Memiliki rasa tanggung jawab 3. Berani mengambil desisi an bersedia menerima resiko 4. Ciptakan sense of belonging dari para bawahan dan ciptakan sense of participation. 5. Ciptakan kerjasama yang baik di kalangan anggota.