1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L

advertisement
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L) merupakan bahan makanan yang menghasilkan
beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar (90%)
penduduk Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya,
namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain seperti jagung dan
kacang- kacangan (AAK, 2003).
Sampai saat ini padi tidak hanya sebagai makanan pokok sebagian
penduduk, tetapi juga merupakan sumber perekonomian bagi sebagian besar
petani di pedesaan, serta berperan dalam berbagai aspek sosial dan politik
nasional. Berdasarkan kenyataan ini, maka (1) usaha peningkatatan produktivitas
padi nasional menjadi sangat kompleks;(2) upaya untuk peningkatan produktivitas
padi tetap perlu mendapat prioritas yang tinggi dalam pembangunan pertanian di
Indonesia (Makarim, 2005).
Konsumsi beras masyarakat Indonesia menurut
Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) mencapai 139 kg per kapita per tahun atau
merupakan tertinggi di dunia. Kemudian BPS merilis lagi angka produksi padi
2010 sebanyak 66,4 juta ton. Angka ini merupakan angka sementara dan
diramalkan untuk tahun 2013 angka produksi bisa mencapai 67,3 juta
ton. Dengan demikian untuk mencapai angka tersebut parlu adanya usaha dalam
produksi pertanian.
Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk
menghasilkan produksi dalam taraf tinggi. Hal ini dapat dicapai jika terpenuhi
kondisi yang mendukung secara optimal bagi pertumbuhannya. Kondisi yang
Laporan Tugas Akhir (LTA)
2
optimal untuk pertumbuhan tanaman padi dengan melalui proses pengelolaan
yang memadai antara lain unsur hara tanah, tanaman dan air (syarief, 2004).
Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman padi sangat ditentukan oleh
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengadopsi suatu
teknologi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan serta permintaan pasar
(Hartono, 2005).
Salah satu faktor permasalahan dalam meningkatkan produksi tanaman
padi adalah petani pada umumnya masih tergantung pada penggunaan pupuk
anorganik. Penggunaan pupuk anorganik yang semakin tinggi akan berdampak
pada laju peningkatan hasil produksi padi yang tidak selaras dengan laju
penggunaan pupuk. Hal tersebut mencerminkan penurunan efisiensi penggunaan
pupuk dan gangguan terhadap ketersediaan hara dan biota tanah. Dampak dari
penggunaan pupuk anorganik menghasilkan peningkatan produktivitas tanaman
yang cukup tinggi. Namun penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang
relative panjang dapat mengganggu keseimbangan hara, tanah menjadi cepat
mengeras, kurang mampu menyimpan air , penipisan unsur mikro seperti Zn, Mn,
Cu, Mn dan Mo dalam tanah, mempengaruhi aktivitas organisme tanah, dapat
menurunkan kualitas pada kesehatan tanaman dan kondisi tanah serta dapat
menurunkan produktivitas pertanian padi dalam jangka panjang. Di beberapa
tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum pengolahan lahan, sehingga
mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur hara tidak terjadi. Oleh karena
itu perlu pengembangan terhadap jerami sebagai bahan organik untuk perbaikan
kesuburan lahan sawah (Sulisyawati, 2010).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
3
Metode yang mensinergikan untuk membuat tanaman agar tumbuh dan
berkembang dengan baik yaitu, dengan melakukan perbaikan lingkungan seperti
tanah dengan pemberian pupuk hayati sebagai perombak bahan organik sehingga
meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah (Kasim, 2004).
Pemakaian
teknologi yang banyak dikembangkan guna mencapai upaya untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan tanaman padi sawah secara efektif yang mengarah pada
efisiensi usahatani melalui anjuran pemupukan berimbang dengan penambahan
pupuk hayati pada tanaman padi dengan sistem legowo 4:1 dan pemanfaatan
potensi bahan organik setempat.
Manajemen atau pengelolaan jerami dapat dilakukan dengan pembenaman
jerami secara langsung di lahan sawah dan pemberian pupuk hayati agar
mikroorganisme yang terkandung didalamnya dapat menambat hara tertentu atau
menfasilitasi ketersediaan hara lainnya. Contohnya, mikroba pelarut fosfat yang
dapat membantu tanaman memperoleh fosfat atau bakteri penambat nitrogen yang
dapat membantu tanaman memperoleh nitrogen serta sebagai pengurai dalam
pembenaman jerami di lahan sawah (Syarief, 2005).
Pertumbuhan optimal
tanaman memerlukan hara atau zat makanan dengan pemberian pupuk anorganik
dan penambahan bio hayati dalam membantu penyediaan nutrisi bagi tanaman,
meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai
pengurai
jerami yang dibenamkan di lahan sawah sehingga mengalami proses penguraian
yang akhirnya menjadi makanan bagi tanaman (Andoko, 2002).
Subba
(1994),
mengatakan
bahwa
manfaat
dari
keberadaan
mikroorganisme tanah diantaranya: 1) meningkatkan kesuburan tanah, 2)
menghasilkan berbagai senyawa penting seperti pelarut hara, fitohormon dan anti
Laporan Tugas Akhir (LTA)
4
mikroba, 3) menambat N , 4) melarutkan P agar menjadi lebih tersedia, 5)
menghasilkan zat tumbuh alami dan 6) merombak bahan organik sehingga
meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
Biotrent multiguna adalah pupuk yang dikhususkan untuk tanaman padi,
jagung dan lada. Biotrent ini merupakan kultur campuran mikroba tanah alami
seperti pelarut fospat, bakteri penambat Nitrogen (Rhizobium dan azotobacter),
Lactobacillus, actinomycetes dan yeast, produk bioteknologi alami, tidak
mengandung bahan kimia, aman bagi manusia dan ramah lingkungan yang sangat
efektif untuk meningkatkan siklus hara dan kesuburan tanah. Bioternt multiguna
dapat merangsang bakteri yang menguntungkan yang
terdapat dalam tanah,
diantaranya: (a) bakteri pendaur ulang unsur hara (Sterptomicetes), (b) salah satu
bakteri pelarut fosfat (Pseudomonas), (c) bakteri yang berguna untuk fiksasi
biologis nitrogen (Azospirillum), (d) jamur biokontrol pathogen (Tricoderma) ,
(e) bakteri perangsang pertumbuhan tanaman (Bacillus Sp.) dan bakteri yang
berfungsi sebagai penghancur limbah organic (Kemoheterotrof) (Anonim, 2004).
Pemakaian pupuk anorganik yang diimbangi dengan penambahan pupuk
hayati dan pembenaman jerami serta sisa tanaman lainnya pada lahan sawah
merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk
memperbaiki kualitas lahan, menambah keragaman
hayati, meningkatkan
kesuburan dan kesehatan tanah serta meningkatkan produksi tanaman padi sawah
(Amirudin, 2007).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
5
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir (LTA) ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh penambahan pupuk hayati (bio-trent multiguna)
terhadap pertumbuhan tanaman padi dengan sistem legowo 4:1
2. Mengetahui pengaruh penambahan pupuk hayati (bio-trent multiguna)
terhadap produksi tanaman padi dengan sistem legowo 4:1
Laporan Tugas Akhir (LTA)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Komoditi
2.2.1 Klasifikasi padi
Menurut Harianty (2008), tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk suku
(famili) poaceae. Kedudukan tanaman padi tanah dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Oryzae
Spesies
: Oryza sativa L.
Akar padi tergolong akar serabut dan muncul kira-kira lima sampai enam
hari setelah berkecambah. Letak susunan akar hingga kedalaman 30 cm dari
permukaan tanah (Affandi, 1997). Menurut Suparyono dan Setyono (1993),
perakaran tanaman padi tidak banyak mengalami perubahan selama pertumbuhan.
Pada awalnya akar yang tumbuh dari biji kecambah biji disebut akar primer,
kemudian berkembang menjadi akar serabut.
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu
dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
Laporan Tugas Akhir (LTA)
7
berongga dan bentuknya bulat.
pendek.
Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan
ruas-ruas ini praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri
(AAK, 2003).
Menurut Manurung dan Ismunadji, (1988) daun tanaman padi tumbuh
pada batang dalam susunan berselang-seling dengan satu daun pada setiap
buku.
Adapun pada setiap daun terdiri dari : helai daun berbentuk seperti pita
memanjang, pelepah daun membungkus ruas, telinga daun (auricle) dan lidah
daun (ligule). Terdapatnya telinga daun dan lidah daun pada padi, dapat
digunakan untuk pembeda dengan rumput-rumputan pada saat stadia bibit
(seedling), karena pada daun rumput-rumputan hanya memiliki lidah atau telinga
daun atau tidak sama sekali. Daun teratas pada tanaman padi disebut daun
bendera, posisi dan ukurannya tampak berada dari daun yang lain. Satu daun
pada awal fase pertumbuhan memerlukan waktu 4-5 hari untuk berkembang
optimal, sedangkan pada fase pertumbuhan selanjutnya diperlukan waktu yang
lebih lama, yaitu 8-9 hari. Adapun jumlah daun pada setiap tanaman ditentukan
pada varietas yang ditanam, untuk varietas-varietas baru di daerah tropik memiliki
14-18 daun pada batang utama.
Pada suatu varietas yang memiliki 14 daun,
maka daun ke-4 (dihitung dari daun bendera) adalah daun terpanjang yang
terbentuk sebelum inisiasi malai.
Bunga padi secara keseluruhan di sebut dengan malai. Bunga padi terdiri
dari tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik dan benang sari serta bagian
lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabangcabang bulir yang terdiri dari cabang primer dan cabang skunder. Malai terdiri
Laporan Tugas Akhir (LTA)
8
dari 8-10 buku. Tangkai buah tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun
cabang skunder (AAK, 2001).
Malai padi terdiri dari bagian-bagian : tangkai bunga, dua sekam kelopak
(terletak pada dasar tangkai bunga) dan beberapa bunga. Masing-msing bunga
mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma sedang lainnya
disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar bunga, yang sebenarnya
adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya.
Lodicula memegang
peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia
menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh pengembangan ini
palea dipaksakan membuka (Haryanti, 2008). Secara morfologis tanaman padi
termasuk tanaman semusim. Butir gabah (biji) padi terdiri atas buah dan sekam,
bagian yang membungkus biji (kariopsis).
Buah terdiri atas embrio dan endosperma, palea, lemma, steril lemma dan
bulu merupakan penyusun sekam. Satu biji gabah mempunyai berat 12-44 mg
pada keadaan kadar air 0%. Panjang, lebar dan ketebalan biji bervariasi menurut
varietas. Berat sekam rata-rata yaitu 21% berat biji total, Biji padi sebagian besar
ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati
oleh embrio (lembaga) yang terletak pada bagian sentral, yaitu bagian lemma
(Yoshida 1981).
2.1.2 Faktor lingkungan.
Menurut Swastika (2007), tanaman padi tumbuh di daerah tropis atau
subtropis pada 45o LU sampai 450 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi
serta musim hujan selama 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200
Laporan Tugas Akhir (LTA)
9
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat tumbuh baik dengan temperatur
19-27 0C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan.
Padi dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah yang cukup mengandung
unsur hara yang dapat mendukung kelangsungan hidup pada pertumbuhan dan
perkembangannya. Iklim yang dikehendaki pertumbuhan tanaman padi adalah
berhawa panas dan udaranya banyak mengandung air. Padi dapat tumbuh dengan
baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut
(Sumarton,1997).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah
yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu
dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Tumbuh di daerah
tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan (Gani, 2002).
2.1.3 Budidaya Sistem Legowo 4:1
Sistem tanam Jajar Legowo 4:1 adalah salah satu cara tanam pindah padi
sawah yang mengatur setiap 4 barisan tanaman dan diselingi dengan satu barisan
kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam barisan maupun antar
barisan (Yuhelmi, 2002).
Maksud penerapan jarak tanam legowo 4:1 diantaranya untuk memperoleh
pengaruh tanaman pinggiran, agar pertumbuhan tanaman padi dapat berkembang
dengan optimal, mempermudah perawatan, sekaligus dapat meningkatkan jumlah
populasi tanaman padi sebesar lebih kurang 30% dibandingkan dengan ukuran
tegel biasa. Legowo 4:1 jarak tanam yang dianjurkan adalah dengan mengambil
ukuran 50 cm x 25 cm x 12,5 cm. Dimana untuk setiap empat lajur tanaman padi
Laporan Tugas Akhir (LTA)
10
diambil jarak tanam 25 cm dan diberikan
satu
lajur yang kosong tanpa
tanaman. Hal ini untuk memberikan efek atau pengaruh pinggiran yang
diharapkan. Sementara untuk setiap baris tanaman (jarak antar tanaman)
diberikan jarak 12,5 cm (rapat). Supaya pengaruh dari efek pinggir (border effect)
ini dapat dirasakan oleh tanaman, maka pembuatan lajur tanaman sebaiknya
melintang utara selatan. Hal ini untuk memberikan kesempatan pada tanaman
untuk mendapatkan pencahayaan sinar mata matahari yang maksimal.
2.2 Aspek Teknologi ( Pupuk Hayati biotrent multiguna )
Pupuk hayati Bio-trent adalah produk biologi aktif terdiri dari kultur
campuran mikroba tanah alami seprti bakteri pelarut fospat, bakteri yang sangat
efektif untuk meningkatkan siklus hara dan kesuburan tanah. Aktivitas
mikroorganismenya membantu memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik,
kimia maupun biologi , menguraikan sisa-sisa zat organik untuk dijadikan nutrisi
tanaman , membantu tanaman dalam menyerap unsur hara dari udara serta
menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman (Anonim, 2004).
Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi dengan
pemberian pupuk hayati dapat menurunkan penurunan efisiensi penggunaan
pupuk dan gangguan
terhadap
ketersediaan
hara dan biota tanah, truktur
tanah, kapasitas kukar kation dan biologi tanah seperti menurunnya aktivitas
mikro organisme tanah Lingga dan Marsono (2005) . Hasil penelitian di Negara
ratu (MT, 2005) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kimia dan pupuk hayati
pada padi dapat meningkatkan efisiensi pemupukan pada padi sawah. Perlakuan
sesuai rekomendasi pupuk kimia ditambah pupuk hayati (100 kg/ha Urea, 125
kg/ha SP-36 , 75 kg/ha KCl, 5 t/ha pupuk organik hayati) dapat meningkatkan
Laporan Tugas Akhir (LTA)
11
hasil padi sawah sebesar 53,1% dibandingkan kontrol atau takaran rekomendasi
pupuk kimia saja (200 kg/ha Urea, 250 kg/ha SP-36,150 kg /ha KCl).
Jerami
yang sudah dibenamkan ke lahan sawah akan bermanfaat untuk makanan
mikroorganisme tanah dan akan mendorong kegiatan bakteri pengikat N. Pada
batang dan daun padi yang bisa menyuburkan tanah secara fisika (jika membusuk
akan menjadi humus, bahan organik atau C-organik)
meningkatkan
kesuburan
sehingga
dapat
tanah, memperbaiki struktur tanah, menekan akan
serangan hama dan penyakit, karena didalam jerami mengandung unsur K yang
dapat membantu akan penguat dan pengeras bagian tanaman sehingga ketahanan
tanaman padi sawah akan menjadi lebih kuat (Winarso, 2005).
Berbagai jenis
mikroorganisme dapat meningkatkan kesuburan tanah,
menghasilkan berbagai senyawa penting seperti pelarut hara, fitohormon dan
antimikroba. Kemampuan mikroba dalam menambat N, melarutkan P tak tersedia
menjadi tersedia, menghasilkan zat tumbuh alami, dan merombak bahan organik
sangat berperan dalam meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
Bahan
organik yang biasa digunakan di lahan sawah adalah jerami dari sisa panen padi
sebelumnya, yang dapat dibenamkan secara langsung ke dalam
tanah
(Adiningsih, 2011).
2.2. Kelebihan pupuk biotrent multiguna
Memberikan usur hara secara alami, mempercepat penyerapan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, penyedia
alami hormon pertumbuhan pada tanaman padi, pengendali bakteri pathogen,
mengoptimalkan hasil panen tanaman khususnya padi, jagung dan lada, dan
memperbaiki struktur tanah.
Laporan Tugas Akhir (LTA)
12
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Pengalaman Kerja Praktek Mahasiwa (PKPM) dilaksanakan pada 23
Maret sampai dengan 13 Juni 2015 di lahan Padang Cermin Kabupaten Langkat
Kec.Selesai.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada budidaya padi sawah ini yaitu benih padi
varietas Intani-1, Pupuk hayati Bio-Trent, pupuk NPK dan pupuk Urea.
Sedangkan alat yang digunakan yaitu mesin bajak (hand tractor) , sabit, cangkul,
sprayer dan ember.
3.3. Metode
Metode yang digunakan adalah
membandingkan antara 2
perlakuan
yaitu:
1. Sistem legowo 4:1 tanpa pemberian pupuk hayati bio-trent
2. Sistem legowo 4:1 dengan pemberian pupuk hayati bio-trent
Setiap perlakuan diamati sebanyak 20 sampel tanaman yang diambil
secara acak, untuk mengetahui perbedaan variabel pengamatan antara 2 perlakuan
tersebut, maka data pengamatan dianalisis dengan uji t pada taraf 5%, dan 1%
dengan rumus sebagi berikut :
Laporan Tugas Akhir (LTA)
13
Di mana :
Keterangan :
x
= nilai masing-masing variabel pada dosis pupuk hayati
y
= nilai masing-masing variabel tanpa pupuk hayati
Mx, My
= rata-rata nilai variabel x dan y
N
= jumlah sampel tanaman
SDx, SDy
= standar deviasi variabel x dan y
Perbedaan variabel pengamatan pada masing-masing perlakuan dengan
pemberian pupuk hayati biotrent multiguna dan tanpa pemberian pupuk hayati
biotrent multiguna dilakukan uji t pada taraf nyata 5 % dengan hipotesis :
Ho = terdapat perbedaan yang tidak nyata antara penambahan pupuk hayati
biotrent dan tanpa pupuk hayati biotrent terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman padi dengan sistem legowo 4:1
H1 = terdapat perbedaan yang nyata antara penambahan pupuk hayati biotrent
dan tanpa pupuk hayati biotrent terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman padi legowo 4:1
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Pengolahan tanah
Tanah diolah sempurna dengan menggunakan bajak atau hand traktor
untuk membalikkan tanah dan jerami bekas panen.
Setelah melakukan
pembajakan, lahan langsung diratakan menggunakan mata bajak garu sebagai
pengolahan lahan kedua sekaligus membenamkan jerami atau sisa tanaman
lainnya sebagai bahan organik dalam tanah dan dibiarkan selama ± 1 minggu
dalam keadaan tergenangi , agar zat beracun terpisah dari tanah dan jerami atau
Laporan Tugas Akhir (LTA)
14
sisa tanaman yang dibenamkan mulai membusuk serta tanah menjadi lunak .
Tinggi air genangan 5-10 cm.
Untuk mengatur tinggi air genangan dapat
dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil bukaan pintu saluran air. Lalu
dilakukan penyemprotan pupuk hayati ( Bio-trent multiguna) pada lahan sawah
untuk mempercepat penyerapan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sebagai
pengendali bakteri pathogen dalam tanah, sebagai pengurai jerami dan sisa
tanaman yang dibenamkan sehingga menjadi bahan makanan bagi tanaman padi
sawah.
3.4.2 Aplikasi teknologi
1) Lahan dibajak untuk membalikkan jerami dan digaru. Kemudian biarkan lahan
selama ± 1 minggu lalu semprotkan pupuk hayati ( bio-tren multiguna) dengan
dosis 2 liter/ha setara dengan 100 cc/500 m2 . Cara aplikasi campurkan 200 cc
bio-trent ke dalam satu tengki (15 liter air) setara dengan 100 cc/500 m2 (8 liter
air)
dan semprotkan merata keseluruh areal sawah. 2)15 hari setelah tanam
semprotkan kembali bio-trent multi guna 100 cc/500 m2. 3) 35 hari setelah tanam
semprotkan kembali bio-trent multi guna 100 cc/500 m2.
3.4.3 Perlakuan terhadap benih
Benih diperoleh dari bantuan pemerintah yang diberikan kepada kelompok
tani dalam meningkatkan swasembada pangan. Untuk mencegah terjadinya
serangan hama dan penyakit pada padi yang akan disemaikan, maka sebelum
dilakukan persemaian maka dilaksanakan perlakuan terhadap benih dengan cara :
mengambil benih dari gudang yang sebelumnya disimpan, kemudian benih
dimasukkan pada ember yang berisi larutan Topsin sebanyak 5 cc / liter air
selama 12 jam. Setelah perendaman benih disaring dari rendaman, kemudian
Laporan Tugas Akhir (LTA)
15
ditiriskan selama 1 jam. Setelah perendaman sisa larutan Topsin disimpan untuk
disemprotkan kembali pada saat persemaian.
3.4.4 Persemaian
Persemaian , dibuat petakan dengan ukuran 1/20 dari luas lahan yang
digunakan (500 m2) yaitu (1/20 x500 = 50 m2) . Tambahkan sekam padi atau
bahan organik atau campuran keduanya secukupnya untuk menggemburkan tanah
sehingga mudah dalam pencabutan bibit. Taburkan benih yang sudah direndam
dan dikering anginkan secara merata di petakan persemaian.
Benih yang
disemaikan ditutupi dengan karung goni untuk melindungi benih dari hujan dan
gangguan dari hama burung.
3.4.5 Pebuatan baris tanam
Lahan sawah dalam keadaan macak-macak, melumpur dan rata. Lakukan
pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik caplak (alat
garis tanam), dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. Arah
baris tanam sebaiknya sesuai dengan arah aliran air dan matahari terbit. Legowo
4:1 (50 x 25 x 12,5 cm) yaitu dalam setiap larikan dibuat satu barisan kosong
yang disebut dengan gawangan ( legowo).
3.4.6
Penanaman
Saat tabur benih, bibit siap tanam setelah berumur 15-21 hari ( sudah
berdaun 4 helai). Penanaman dilakukan dengan sistem legowo 4:1 dimana jarak
tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam
dalam barisan. Jajar legowo 4:1. Setiap empat baris diselingi satu barisan kosong
dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Gunakan 1-2 bibit per lubang tanam
pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju
Laporan Tugas Akhir (LTA)
16
agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas. Namun
apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting
populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi.
3.4.7
Penyulaman
Setelah tanam ada rumpunan yang mati, maka harus dilakukan
penyulaman.
Penyulaman dilakukan setelah tanaman padi berumur 7-14 hari
dengan cara menanam ulang padi yang anakannya banyak pada barisan padi yang
tidak tumbuh (mati) atau tumbuh abnormal dengan varietas padi yang sama
Tujuan penyulaman adalah mengganti tanaman yang tidak tumbuh agar populasi
tanaman tidak berkurang. Meskipun bibit berasal dari benih terseleksi dan
ditanam dengan cara benar, tetapi tetap saja ada beberapa di antaranya
kemungkinan tidak tumbuh. Oleh karena itu, bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan
mati harus segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman sebaiknya
dilakukan maksimal dua minggu setelah tanam. Bila lebih lama, masaknya padi
akan tidak serentak (Andoko,2002).
3.4.8 Penyiangan
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di
antara sela-sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah. Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Penyiangan
bertujuan untuk mengurangi persaingan penyerapan hara, mengurangi hambatan
produksi anakan
dan
mengurangi
persaingan sinar matahari.
Penyiangan
dilakukan 2 kali, penyiangan pertama umur 15 setelah tanam dan penyiangan
kedua dilakukan umur 25 hari setelah tanam bersamaan dengan pemberian pupuk
Laporan Tugas Akhir (LTA)
17
susulan (urea). Penyiangan dilakukan menggunakan tangan dan gasrok yaitu
dengan membersihkan gulma diantara barisan padi searah dalam barisan
kemudian membenamkan gulma kedalam lumpur.
3.4.9 Pengairan
Secara berangsur-angsur tanah diari setinggi 2-5 cm sampai tanaman
berumur 10 hari ( hst ). Jika memungkinkan lakukan pengairan secara terputusputus (intermitten) . Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen lahan
terus diari setinggi 5 cm. Setelah itu lahan dikeringkan.
3.4.10 Pemupukan
Pupuk NPK diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis didasarkan pada
dosis anjuran yaitu, 300 kg/ha setara 15 kg/500 m2 . Sedangkan pupuk susulan
diberikan pada umur 25 hari setelah tanam (hst) dengan dosis sesuai anjuran
yaitu, 200 kg/ha setara dengan 10 kg/500 m2 Urea .
3.4.11 Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan, selama pelaksanaan budidaya
tanaman padi sawah, hama yang menyerang tanaman antara lain adalah keong
mas (Pamaceae canaliculata).
Pengendaliannya dilakukan
secara mekanis
dimana pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara membuang telur serta
keong masnya dari areal pertanaman dan sedangkan dengan cara kimia yaitu
dengan menggunakan insektisida Bestnoid dengan penyemprotan pada lahan
sawah satu hari sebelum hari penanaman .
3.4.12 Panen dan pasca panen
Panen tepat waktu dengan benar menjamin perolehan hasil panen secara
kuantitas maupun kualitas, yang akan menentukan tingkat pendapatan usaha tani.
Laporan Tugas Akhir (LTA)
18
Panen terlalu cepat dapat menimbulkan persentase butir hijau tinggi yang
berakibat sebagian biji tidak terisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat
menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan
tercecer di sawah atau beras pecah saat digiling. Pastikan malai sudah menguning
sebelum padi dipanen.
Panen dilakukan dengan cara memotong rumpun padi menggunakan sabit,
panen dilakukan pada padi usia 108-118 hari. Panen dilakukan pada pagi dan sore
hari tergantung dari kebiasaan masyarakat setempat. Pasca panen, merupakan
kelanjutan dari panen seperti, perontokan, penjemuran hingga pengemasan.
Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara dipukul/hantamkan
pada bila
bamboo yang di alasi terpal, perontokan juga dapat dilakukan dengan mesin
perontok (Tresher) untuk meminimalisir tenaga kerja. Penjemuran dilakukan
apabila padi selesai dirontokan, penjemuran dilakukan selama ± 1 minggu hingga
kadar air 12% tergantung dari kondisi cuaca. Penjemuran berfungsi sebagai
pengeringan supaya padi dapat disimpan pada waktu yang lama selain itu mudah
untuk dilakukan penggilingan menjadi beras.
3.4.13 Pengamatan vegetatif dan generatif
a. Tinggi tanaman (cm).
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat padi berumur 14 hari
setelah tanam. Tinggi tanaman diukur sampai tanaman memasuki fase generatif.
Interval pengamatan dilakukan 1 kali dalam 2 minggu. Tinggi tanaman diukur
dari pangkal batang sampai bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan batang
.
Laporan Tugas Akhir (LTA)
19
b. Jumlah Anakan/rumpun
Jumlah anakan/rumpun dihitung bersamaan dengan pengamatan tinggi
tanaman.
c. Jumlah malai/rumpun.
Jumlah anakan produktif/rumpun dihitung anakan yang mengeluarkan
malai.
e. Jumlah gabah/malai
Gabah yang ada pada malai dihitung secara keseluruhan
f. persentase gabah bernas/malai (%)
Gabah bernas dihitung yang ada pada malai
h. Berat gabah bernas/malai
Gabah bernas ditimbang dengan timbangan analitik
i. Bobot 1000 butir gabah bernas/rumpun
Pengamatan dilakukan dengan mengambil 1000 biji/rumpun kemudian di
timbang
j. Hasil per hektar
hasil produksi per hektar dihitung berdasarkan komponen hasil
Laporan Tugas Akhir (LTA)
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada fase vegetatif dan
generatif pada perlakuan penambahan pupuk hayati (Bio -Trent multiguna) dan
tanpa pupuk hayati pada padi dengan sistem tanam legowo 4:1 pada varietas
Intani -1, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Hasil analisis uji t terhadap variabel pengamatan vegetatif dan generatif
tanaman padi dengan penambahan pupuk hayati (biotrent multiguna) dan tanpa
pupuk hayati pada padi dengan sistem tanam legowo 4:1.
Tabel 1. Variabel pengamatan vegetatif dan generatif tanaman padi dengan
penambahan pupuk hayati (biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati.
No. Pengamatan
1 Tinggi tanaman
2 Jumlah anakan
3 ∑ malai/rumpun
4 ∑ gabah/malai
5 % gabah bernas/malai
6 Berat gabah bernas/malai
7 Bobot 1000 butir
8 Produksi/ha
Keterangan:
t tabel 5 %
t tabel 1 %
HS (highly significant)
S (significant)
NS (non significant)
Satuan
Cm
Batang
Balai
Buah
%
Gr
Gr
Ton
Dengan
pupuk
hayati
100,2
22,8
16,6
133,1
90,4
20,9
24,3
11,16
Tanpa
pupuk
hayati
97,3
21,4
14,6
128,2
84,8
19,3
23,4
7
t
Hasil
hitung
2,16
3,37
4,57
3,69
8,28
5,01
3,15
-
S
HS
HS
HS
HS
HS
HS
-
2,02
2,71
Berbeda sangat nyata
Berbeda nyata
Berbeda tidak nyata
Laporan Tugas Akhir (LTA)
21
Pengamatan variabel vegetatif dan generatif yang telah dianalisi dengan
uji t taraf 5 % dan 1 % bahwa pada penambahan pupuk hayati (biotrent
multiguna) dan tanpa pupuk hayati berbeda nyata terhadap tinggi tanaman dan
berbeda sangat nyata terhadap jumlah anakan maksimum (batang).
Pada
pengamatan jumlah anakan/rumpun, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah /malai,
persentase gabah bernas/malai, berat gabah bernas/malai, bobot seribu butir,
produksi/ha terlihat sangat nyata. Pengamatan terhadap variabel persentase gabah
hampa/malai menunjukkan perbedaan tidak nyata.
b. Tinggi tanaman (cm)
Gambar 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman padi sawah pada umur 14-70 hst .
Gambar 1 di atas memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman antara
perlakuan penambahan pupuk hayati ( biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati
pada tanaman padi dengan system tanam legowo 4:1, dimana tinggi tanaman
pada perlakuan penambahan pupuk hayati lebih tinggi dibandingkan dengan
tanpa pupuk hayati (gambar 1)
Laporan Tugas Akhir (LTA)
22
c. Jumlah anakan/rumpun
Gambar 2. Grafik rata-rata jumlah anakan padi sawah pada umur 14-70 hst .
Gambar 2 di atas memperlihatkan pertumbuhan jumlah anakan antara
perlakuan penambahan pupuk hayati ( biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati
pada tanaman padi dengan system tanam legowo 4:1, dimana jumlah anakan pada
perlakuan penambahan pupuk hayati lebih banyak dibandingkan dengan tanpa
pupuk hayati (gambar 2).
d. Jumlah malai/rumpun
Gambar 3.Diagram rata-rata jumlah malai/rumpun padi dengan penambahan
pupuk hayati (biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati
Jumlah anakan padi antara penambahan pupuk hayati (biotrent multiguna)
dan tanpa pupuk hayati mengalami perbedaan yang sangat nyata ( gambar 3).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
23
e. jumlah gabah/malai (butir)
Gambar4.Diagram Jumlah gabah/malai pada padi dengan penambahan
pupuk hayati (biotrent multiguna) tanpa pupuk hayati
Jumlah gabah/malai pada padi antara penambahan pupuk hayati (biotrent
multiguna) dan tanpa pupuk hayati mengalami perbedaan yang sangat nyata
(gambar 4).
f. persentase gabah bernas/malai(%)
Gambar 5.Diagram rata-rata persentase gabah bernas/malai pada padi dengan
Penambahan pupuk hayati (biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati
Persentase gabah bernas/malai pada padi antara penambahan pupuk hayati
(biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati mengalami perbedaan yang sangat
nyata ( gambar 5 ).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
24
h. Berat gabah bernas/malai (gram)
Gambar 6. Diagram rata-rata berat gabah bernas/malai pada padi dengan
penambahan pupuk hayati (biotrent multiguna) tanpa pupuk hayati
berat gabah bernas/malai pada padi antara penambahan pupuk hayati
(biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati mengalami
perbedaan yang
sangat nyata (gambar 6 ).
i. Bobot 1000 butir (gram)
Gambar 7. Diagram rata-rata bobot 100 butir/gram pada padi dengan
penambahan pupuk hayati ( biotrent multiguna) tanpa pupuk hayati
Bobot 1000 butir/gram pada padi antara penambahan pupuk hayati
(biotrent multiguna) dan tanpa pupuk hayati mengalami perbedaan yang sangat
nyata ( gambar 7 ).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
25
j. Produksi padi ( ton/ha)
Gambar 8. Diagram hasil produksi ton/ha pada padi dengan penambahan
pupuk hayati (biotrent multiguna) tanpa pupuk hayati
Hasil
produksi
ton/ha antara penambahan
pupuk
hayati
(biotrent
multiguna) dan tanpa pupuk hayati mengalami perbedaan yang sangat nyata
( gambar 8 ).
4.2 Pembahasan
Pengalamna Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) , merupakan kegiatan
magang yang dilakukan selama kurang lebih tiga bulan untuk menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir (LTA). Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Langkat,
Kecamatan Selesai dengan komoditi yang diamati padi (Oryza sativa L.) varietas
intani-1. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan fase vegetatif ,fase generatif
meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan, sedangkan pengamatan generatif
meliputi jumlah anakan, jumlah malai/rumpun, jumlah gabah/malai, persentase
gabah bernas/malai, berat gabah bernas/malai, bobot 1000 butir, dan produksi/ha.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan pemberian pupuk hayati ( biotrent
multiguna) terhadap pertumbuhan vegetatatif tanaman padi sawah seperti tinggi
tanaman dan jumlah anakan
menunjukkan hasil yang berbeda nyata setelah
Laporan Tugas Akhir (LTA)
26
dilakukan uji t tarap 1% dan 5 %. Sementara pada jumlah anakan menunjukkan
hasil yang berbeda sangat nyata, hal ini disebabkan karena bio hayati yang telah
tersedia dapat berperan sebagai bakteri pendaur ulang unsur hara (Sterptomicetes),
sebagai pelarut fosfat (Pseudomonas), biokontrol pathogen (Tricoderma),
perangsang pertumbuhan tanaman (Bacillus Sp.) dan penghancur limbah organik
(Kemoheterotrof) sehingga pupuk yang diberikan dengan dosis sesuai anjuran
(300 kg/ha) NPK sebagai pupuk dasar setara dengan 15 kg/ 500 m2 urea 200
kg/ha sebagai pupuk susulan setara dengan 10 kg/500 m2 dapat diserap oleh
tanaman dengan cepat, ini juga karena pada media telah dilakukan pembenaman
jerami sebagai bahan organik sehinggga diuraikan oleh bakteri penghancur limbah
(Kemoheterotrof) dan akan menjadi bahan makanan bagi tanaman.
Tanaman padi pada fase vegetatif sangat memerlukan nitrogen dalam
jumlah yang besar, hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (2007), bahwa nitrogen
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman terutama dalam pembentukan
anakan.
Selanjutnya menurut Simanungkalit (2004), bahwa pospor berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan dan pembentukan anakan atau tunas pada
tanaman serealia. Unsur nitrogen dan pospor yang banyak diperlukan tanaman
pada fase vegetatif cukup banyak terkandung dalam pupuk hayati (biotrent
multiguna). Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah nitrogen dan
pospor dari bio hayati berkorelasi positif terhadap peningkatan jumlah anakan.
Unsur N dan P yang terserap dari pupuk hayati akan berperan dalam pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sanchez (2009),
yang
mengatakan bahwa pembentukan anakan pada tanaman padi sangat erat
hubungannya dengan keadaan nitrogen di dalam tanaman. Menurut penelitian
Laporan Tugas Akhir (LTA)
27
Agustina (2006), semakin tinggi dosis bio hayati yang diberikan, maka semakin
banyak pula terbentuknya anakan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara
keseluruhan pemberian pupuk hayati sebagai pensuplay hara N, P, dan K pada
tanaman padi dapat menguatkan serapan hara yang ditujukan kedalam
pembentukan jerami.
Pupuk kimia yang diberikan tanpa penambahan bio hayati belum mampu
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga penyerapan unsur hara
menjadi terganggu sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi
terhambat.
Hal ini didukung oleh Sarief (2009), yang mengatakan bahwa
kesuburan fisik dan kimia tanah merupakan faktor utama bagi tanaman untuk
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Dalam pembentukan jumlah anakan produktif (malai) dari hasil analisis
keragaman menunjukan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah anakan produktif per rumpun. Hal ini sesuai dengan fungsi
unsur hara yang terkandung dalam bio hayati terhadap proses pertumbuhan
generatif, yaitu dalam proses pembentukan primordia bunga dan buah . Pospor
yang disumbangkan oleh bio hayati sangat berperan dalam pertumbuhan fase
generatif tanaman padi, selain hara nitrogen dan kalium (Baharsyah,1983).
Hardjowigeno (1987), mengatakan bahwa perlu diperhatikan ketersediaan
unsur N dan P agar unsur yang diserap tanaman terdapat dalam keadaan
seimbang. Hal ini diketahui bahwa fungsi dari nitrogen adalah untuk memacu
pertumbuhan
vegetatif, sedangkan
fungsi
pospor
adalah
untuk
memacu
pertumbuhan generatif. Banyaknya jumlah anakan produktif pada perlakuan
pupuk hayati pada tanaman tanaman padi sawah diduga karena kebutuhan
Laporan Tugas Akhir (LTA)
28
tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi dengan baik. Proses dekomposisi pupuk
hayati selain dapat memperbaiki struktur tanah sehingga meningkatkan
perkembangan akar serta meningkatkan serapan unsur hara, juga dapat
menyediakan unsur hara tanaman dan menekan fiksasi P oleh Al sehingga
ketersediaan unsur P bagi tanaman dapat terpenuhi.
Menurut Bangun (1986) jumlah gabah yang terbentuk pada setiap malai
ditentukan pada fase reproduktif. Tersedianya nutrisi yang memadai selama fase
reproduktif mempengaruhi laju fotosintesis tanaman dan menentukan jumlah bulir
yang terbentuk pada setiap malai. Dengan ketersediaan nutrisi yang cukup pada
tanaman memacu pertumbuhan akar dan pembentukkan sistem perakaran tanaman
yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak.
Tersedianya unsur hara yang cukup akan memacu pembentukan bunga dan
memperbesar persentase bunga (Lakitan, 1993).
Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah gabah/malai.
Hal ini memperlihatkan bahwa semakin banyak pupuk
hayati yang diberikan semakin meningkatkan jumlah gabah yang terbentuk. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah pupuk yang diberikan maka
akan semakin meningkatkan kandungan dan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman, dengan demikian fotosintesa berjalan lebih baik dan dihasilkan fotosintat
yang lebih banyak yang digunakan untuk pembentukan bulir padi. Peningkatan
produksi tanaman berbanding lurus dengan hasil fotosintesa (Jumin, 1987).
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap persentase gabah isi per malai,
menurut Rinsema (1983), unsur P mempunyai pengaruh positif dalam
Laporan Tugas Akhir (LTA)
29
meningkatkan produksi gabah, bila jumlah kelarutan P banyak, akibatnya tanaman
mampu berproduksi dengan baik. Dari analisis keragaman menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk hayati berpengaruh sangat nyata terhadap berat gabah per malai.
Meningkatnya berat gabah per rumpun lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor-faktor khusus antara lain : jumlah anakan produktif per rumpun, persentase
gabah isi dan bobot seribu bulir gabah gabah per rumpun. Meningkatnya faktorfaktor tersebut didukung oleh ketersediaan unsur-unsur hara yang diperlukan
dalam setiap proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan kondisi
fisik, kimia, dan biologi tanah yang baik dan menyediakan nutrisi yang optimum
untuk proses potosintesis dan untuk proses fisiologis lainnya yang sangat
menentukan dalam meningkatkan jumlah gabah.
Menurut Soetedjo dan
Kartasapoetra (1988) menjelaskan bahwa pupuk hayati mempunyai pengaruh
positif terhadap sifat fisik, dan kimia serta mendorong kehidupan jasad renik
tanah. Sarief (1986), menjelaskan bahwa bahan organik dapat memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah menyerap air, sumber unsur
mikro serta mampu mengubah kelarutan P tanah, jadi bila bio hayati yang
diberikan dalam jumlah yang memadai maka kemampuan bahan organik untuk
menekan fiksasi P oleh Al, Fe, dan Mn juga tinggi, akibatnya unsur P menjadi
tersedia bagi tanaman.
Menurut Rinsema (1986) unsur P mempunyai pengaruh
positif dalam meningkatkan produksi gabah ( bulir ), bila jumlah kelarutan P besar
akibatnya tanaman mampu berproduksi dengan baik.
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa perlakuan pupuk hayati
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil bobot 1000 butir gabah. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tanaman padi masih mendapat suplai fospor yang baik
Laporan Tugas Akhir (LTA)
30
dari pupuk hayati sampai dengan masa panen. Buckman dan Brady (1982),
mengatakan bahwa salah satu mamfaat dari pupuk hayati adalah kandungan unsur
haranya yang berangsur bebas sehingga mempunyai efek residu yang cukup lama
dan tersedia bagi tanaman.
Budi (1986), berpendapat bahwa tanaman yang
memperoleh suplai unsur P yang cukup dapat membentuk zat putih telur (protein)
dalam beras, sehingga dengan demikian beras yang berasal dari pertanaman yang
di beri pupuk P nilai gizi nya lebih tinggi dari pada nilai gizi beras yang berasal
dari tanaman yang kurang hara ini.
Tingginya bobot 1000 butir gabah kering
diduga karena kebutuhan
tanaman akan unsur nitrogen, pospor dan kalium dari pupuk hayati dapat dipenuhi
secara optimal dan berimbang sampai saat panen. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Bucman dan Brady (1982),yang menjelaskan bahwa pemupukan yang
ideal ialah unsur yang ditambahkan melengkapi unsur yang tersedia dalam tanah,
sehingga jumlah nitrogen, pospor, dan kalium yang tersedia bagi tanaman menjadi
tepat. Keseimbangan kesuburan secara keseluruhan harus sedemikian rupa
sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang wajar. Selanjutnya unsur hara
yang diberikan tersebut akan berperan terhadap pengisian gabah antara lain
melalui melalui proses fotosintesis yang akan menghasilkan karbohidrat dan
disalurkan untuk pembentukan gabah isi ( Budi, 1980),
Agustina (1990) mengatakan bahwa, proses fotosintesis yang berjalan
dengan baik sebagai akibat adanya pospor juga akan meningkatkan hasil
fotosintesa yang ditransfer kedalam biji. Bobot gabah padi sangat berhubungan
erat dengan proses fotosintesis yang terjadi pada daun.
Nitrogen merupakan
integral dari klorofil yang sangat berperan dalam peristiwa fotosintesis,sebagian
Laporan Tugas Akhir (LTA)
31
besar hasil fotosintesis tersebut tersimpan dalam biji (gabah) sehingga bobot 1000
butir dengan perlakuan pupuk hayati menunjukkan pengaruh yang sangat nyata
dibandingkan dengan tanpa pupuk hayati.
Menurut Supariyono dan Setyono (1993), salah satu peranan kalium
adalah untuk pembentukan pati, dimana pati katalase merupakan satu-satunya
enzim yang berfungsi menggabungkan gula menjadi rangkaian panjang yang
disebut pati. Perubahan gula terlarut menjadi pati merupakan tahapan utama
periode pengisian gabah. Sebab itu jika unsur kalium memenuhi kebutuhan
tanaman, maka bobot gabah akan bertambah. Hasil produksi /ha yang diperoleh
dilapangan
pertanaman Legowo 4:1 dengan pemupukan kimia saja mampu
meningkatkan hasil produksi 7 ton/ha sedangkan sistem jajar legowo 4:1 dengan
penambahan pupuk hayati
dilapangan menunjukkan terjadi kenaikan jumlah
produksi (hasil panen) sebesar 11,16 ton/ ha. Sesuai dengan pendapat Adiningsih
(2004) bahwa , organisme tanah memegang peranan penting pada proses siklus
hara di dalam tanah, dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas
suatu tanah. Peningkatan siklus hara di tanah kering sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan organik tanah, sehingga pengelolaan bahan organik tanah dan
kesuburan jangka panjang menjadi relevan dalam kontek kualitas tanah. Berbagai
jenis mikroorganisme dapat meningkatkan kesuburan tanah, menghasilkan
berbagai senyawa penting seperti pelarut hara, fitohormon dan antimikroba.
Kemampuan mikroba dalam menambat N, melarutkan P tak tersedia menjadi
tersedia, menghasilkan zat tumbuh alami, dan merombak bahan organik sangat
berperan dalam meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah. Bahan organik
yang biasa digunakan di lahan sawah adalah jerami dari sisa panen padi
Laporan Tugas Akhir (LTA)
32
sebelumnya, yang dapat diberikan secara langsung ke tanah atau dikomposkan
terlebih dahulu. Pemakaian bahan organik ini dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan efisiensi pemupukan. Selanjutnya peningkatan bahan organik akan
mampu meningkatkan kapasitas menahan air, merangsang granulasi dan
memantapkannya,sehingga tercipta keadaan lingkungan tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman Hakim (1986).
Laporan Tugas Akhir (LTA)
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap
pertumbuhan dan hasil padi sawah dengan metode legowo 4:1 ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi
dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan berpengaruh sangat
nyata terhadap ( jumlah anakan, jumlah malai/rumpun, persentase gabah isi,
jumlah gabah /malai, bobot gabah 1000 bulir, dan berat gabah/malai)..
2.
Penambahan pupuk hayati biotrent multiguna dapat meningkatkan produksi
pada tanaman padi
jika dibandingkan tanpa pupuk hayati
dimana
produksinya mencapai 11,16 ton/ha sedangkan tanpa perlakuan 7 ton/ha.
5.2 Saran
Dalam berbudidaya tanaman khususnya budidaya tanaman padi (oryza
sativa) agar pertumbuhannya bagus dan produksi yang dihasilkan optimal serta
menjaga keadaan fisik, kimia ,dan biologi tanah yang baik tetap maka harus
meningkatkan efesiensi pemupukan yang berimbang antara pupuk hayati dan
pupuk kimia. Selain kita memikirkan pertumbuhan dan produksi tanaman kita
juga harus memikirkan kesehatan dan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk
hayati
yang
dapat
meningkatkan
kualitas
dan
kesehatan
tanah. Untuk
meningkatkan produktivitas lahan sawah, sebaiknya pemupukan pada lahan
sawah dilakukan secara terpadu antara pupuk hayati, organik, dan NPK .
Laporan Tugas Akhir (LTA)
34
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2003. Tehnik Bercocok Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta.
Abdulrachman S, Sembiring H dan Suyamto. 2009. Pemupukan Tanaman Padi.
Jurnal Litbang Pertanian. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sukamandi. 44 hal.
Adiningsi,.2011.Implementasi Kebijakan Peningkatan ProduksiTanaman Pangan
Lokal dan Ketahanan Pangan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT),1(1):1-12.
Andoko.,1990. Penggunaan Pupuk Organik dalam produksi pertanian. Makalah
disampaikan pada seminar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan Bogor, 10 Agustus 1990.
Amirudin,2007. Arah dan Strategi Pengembangan Pupuk Majemuk NPK dan
Pupuk Organik, Seminar Nasional Peranan Pupuk NPK dan Organik
Dalam Meningkatkan Produksi dan Swasembada Beras Berkelanjutan,
Affandi, A. 1997. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, dan Sayuran. Badan
Pengendali Bimas. Departemen Pertanian. Jakarta
Anonim. 2004. Penggunaan unsur hara yang tepat dalam pemupukan. Bahan
Pelatihan Efisiensi Pemupukan dengan Penerapan LCC. Denpasar, 22−26
Mei 2000. IPPTP Denpasar, Bali.
Agustina, 2006. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta
Bangun., 1996, Satu Juta Ton Gabah Kering Gilinh Salah Satu Visi Pembangunan
Tanaman Pangan di Kalimantan Barat Menyonsong Tahun 2000.
UNTAN, Pontianak.
BPS., 2013, Konsumsi Perkapita dan Jumlah Penduduk, http://www.bps.go.id,
diakses online 17 November 2013.
Dwidjosoeputro, D., 1988, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia, Jakarta
Gani. 2002. Panduan teknis pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi
sawah irigasi . Badan Penelitian dan Pemgembangan Tanaman Pangan.
Bogor. Hlm. 55-102.
Hartono, 2005. Keragaan dan Analisis Sistem Usahatani Berbasis (SUTPA) di
Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Buletin Teknologi dan Informasi
Pertanian 3:59-67. BPTP Karangploso
Hardjowigeno, 2003.Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi
Agribisnis Yang Berkelanjutan
Laporan Tugas Akhir (LTA)
35
Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di
Indonesia? Peluang dan Tantangan ISSN : 0917-8376 Edisi Vol.4/XVII/.
Ismunadji, M., dkk. 1992. Padi Buku 2. Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
hlm. 55-102.
Makarim, A.K., E. Suhartatik, dan Ikhwani. 2005. Optimalisasi komponen hasil
varietas padi. Laporan akhir. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi,
Sukamandi. 80 hlm.
Mangestuti.2000.Peran Wanita Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Pada
Tingkat Rumah Tangga Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta,13(1):71-82.
Swastika, D.K.S., P.U. Hadi, & N. Ilham. 2000. Proyeksi Penawaran dan
Permintaan Komoditas Tanaman Pangan: 2000-10. Pusat Peneltiian Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.
Simanungkalit, R.D.M. (2004). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa
Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian.
Sarief , S.2004. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.
Setyamidjaja, D., 1988, Pupuk dan Pemupukan, Simplek, Jakarta.
Simanungkalit, RDM. 2004. Prospek Pupuk Organik dan Hayati di
Indonesia, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang
Pertanian.
Suwarto.2008.Produktivitas Lahan dan Biaya Usaha Tani Tanaman Pangan Di
Kabupaten Gunung Kidul,9(2):168-183.
Winarso,2011.Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan untuk Mendukung
Ketahanan Pangan,:73-80.
Suyastiri,Ni Made.2008.Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi
Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan
Di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul,13(1):51-60.
Sutanto,R.,2002. Pertanian Organik Menuju
Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta.
Pertanian
Alternatif
dan
Subba, 1994. Soil Microorganism and Plant Growth. Oxford and IBM Publishing
Co. (Terjemahan H. Susilo. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman.Universitas Indonesia Press)
Laporan Tugas Akhir (LTA)
36
Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Intani-1
Nama Varietas
: Intani-1
Kategori
: Varietas unggul nasional (released variety)
SK
: 645/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember 2001
Tahun
: 2001
Tetua
: 02 A X K 10
Rataan Hasil
: 8.7-11.2 ton/ha gabah kering giling (kadar air 14%)
Pemulia
: PT.Benih Inti Subur Intani (BISI)
Nomor seleksi
: BPK 002
Golongan
: Cere
Umur tanaman
: 108-118 hari
Bentuk tanaman
: Tegak
Tinggi tanaman
: 89,7 - 107,9 cm
Anakan produktif
: 11-17 batang
Warna kaki
: Hijau tua
Warna batang
: Hijau tua
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun
: Tidak berwarna
Warna helai daun
: Hijau tua
Muka daun
: Halus
Posisi daun
: Tegak
Daun bendera
: Tegak
Bentuk gabah
: Slender
Warna gabah
: Kuning bersih
Kerontokan
: Sedang
Kerebahan
: Tahan
Tekstur nasi
: Pulen
Bobot 1000 butir
: 23,97-26,7 gram
Kadar amilosa
: 25,57%
Ketahanan terhadap : Agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 (skala : 4,3)
penyakit
dan agak peka wereng coklat biotipe SU (skala : 6,3)
Penyakit
: Agak tahan terhadap BLB strain III dan IV, dan peka
terhadap BLB strain VIII
Laporan Tugas Akhir (LTA)
37
Lampiran 2. Hasil uji t terhadap parameter tinggi tanaman
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Nilai
X-rerata x
Y-rerata y
x²
y²
6.5
-2.6
-3.6
-3.6
-2.6
4.5
3.5
1.5
-2.6
3.5
-1.6
-2.6
10.5
6.5
3.5
-4.6
-2.6
-4.6
-7.6
-1.6
3.1
6.1
4.1
-2
0
-2
6.1
4.1
3.1
-5
0
-19
-1
-10
0
-2
4.1
-1
6.1
5.1
41.6
6.5
12.6
12.6
6.5
19.8
11.9
2.1
6.5
11.9
2.4
6.5
109.2
41.6
11.9
20.7
6.5
20.7
57
2.4
9.3
36.6
16.4
3.8
0
3.8
36.6
16.4
9.3
24.5
0
359.1
0.9
99
0
3.8
16.4
0.9
36.6
25.5
0
0
411
699
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
2,16
2,71
Hasil
S
X
105
98
106
104
105
99
107
101
98
104
106
103
105
99
104
105
100
100
99
105
100.2
2067
Y
98
102
101
97
95
97
100
102
97
94
99
100
98
105
99
100
97
96
100
98
97.3
2012
Laporan Tugas Akhir (LTA)
38
Lampiran 3.
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Hasil uji t terhadap parameter jumlah anakan
Nilai
XYx²
rerata
x
rerata
y
X
Y
20
23
-2.8
1.6
7.84
21
21
-1.8
-0.4
3.24
20
22
-2.8
0.6
7.84
24
20
1.2
-1.4
1.44
24
21
1.2
-0.4
1.44
25
22
23
24
22
22
2
21
20
25
23
24
25
24
23
22.8
20
22
20
20
19
22
20
21
20
25
23
20
24
21
24
21.4
y²
2.56
0.16
0.36
1.96
0.16
2.2
-0.8
0.2
1.2
-0.8
-0.8
1.2
-1.8
-2.8
2.2
0.2
1.2
2.2
1.2
0.2
-1.4
0.6
-1.4
-1.4
-2.4
0.6
-1.4
-0.4
-1.4
3.6
1.6
-1.4
2.6
-0.4
2.6
4.84
0.64
0.04
1.44
0.64
0.64
1.44
3.24
7.84
4.84
0.04
1.44
4.84
1.44
0.04
1.96
0.36
1.96
1.96
5.76
0.36
1.96
0.16
1.96
12.96
2.56
1.96
6.76
0.16
6.76
0.00
0.0
55.2
52.8
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
3,37
2,71
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
39
Lampiran 4. Hasil uji t terhadap parameter jumlah malai/rumpun
Nomor
Nilai
X-rerata
Yx²
Sampel
x
rerata y
X
Y
17
15
1
0.4
0.4
0.16
17
16
2
0.4
1.5
0.16
17
17
3
0.4
2.5
0.16
16
16
4
-0.6
1.5
0.36
17
14
5
0.4
-0.6
0.16
16
16
6
-0.6
1.5
0.36
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
16
16
17
16
17
17
16
17
17
17
16
17
17
16
16.6
332
16
17
14
14
14
13
16
15
14
17
17
1
14
15
14.6
291
y²
0.20
2.10
6.00
2.10
0.30
-0.6
-0.6
0.4
-0.6
0.4
0.4
-0.6
0.4
0.4
0.4
-0.6
0.4
0.4
-0.6
1.5
2.5
-0.6
-0.6
-0.6
-1.6
1.5
0.4
-0.6
2.5
2.5
-13.6
-0.6
0.4
0.36
0.36
0.16
0.36
0.16
0.16
0.36
0.16
0.16
0.16
0.36
0.16
0.16
0.36
2.10
2.10
6.00
0.30
0.30
0.30
2.40
2.10
0.20
0.30
6.00
6.00
183.60
0.30
0.20
0.00
0.0
4.8
223.0
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
4,57
2,71
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
40
Lampiran 5. Hasil uji t terhadap parameter jumlah gabah /malai
Nomor
Nilai
XYx²
y²
Sampel
rerata x rerata y
X
Y
165
110
1
32.0
-18.2 1020.80 331.24
125
120
2
-8.1
-8.2
64.80
67.24
120
147
3
-13.1
18.8
170.30 353.44
121
164
4
-12.1
35.8
145.20 1281.64
126
120
5
-7.1
-8.2
49.70
67.24
145
161
6
12.0
32.8
142.80 1075.84
165
121
7
32.0
-7.2
1020.80 51.84
127
117
8
-6.1
-11.2
36.60
125.44
130
145
9
-3.1
16.8
9.30
282.24
124
118
10
-9.1
-10.2
81.90
104.04
165
138
11
32.0
9.8
1020.80 96.04
162
120
12
29.0
-8.2
838.10
67.24
123
141
13
-10.1
12.8
101.00 163.84
125
118
14
-8.1
-10.2
64.80
104.04
129
120
15
-4.1
-8.2
16.40
67.24
120
145
16
-13.1
16.8
170.30 282.24
119
112
17
-14.1
-16.2
197.40 262.44
123
120
18
-10.1
-8.2
101.00
67.24
127
109
19
-6.1
-19.2
36.60
368.64
120
118
20
-13.1
-10.2
170.30 104.04
Rerata 133.1
128.2
Ʃ
2661
2564
0.00
0.0
5459.0 5323.2
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
3,69
2,71
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
41
Lampiran 6. Hasil uji t terhadap parameter % jumlah gabah bernas/malai
Nomor
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Rerata
Ʃ
Nilai
XYrerata x rerata y
X
Y
90.77
89.09
0.3
4.3
92
80.83
1.6
-3.9
88.33
83.9
-2.1
-0.9
90.91
93.33
0.5
8.6
91.27
87
0.8
2.2
92.19
79.44
1.8
-5.3
85.45
91.74
-5.0
7.0
91.34
90.6
0.9
5.8
90.77
75.76
0.3
-9.0
79.03
79.44
-11.4
-5.3
93.13
81.2
2.7
-3.6
94.17
87.5
3.7
2.7
92.68
90
2.2
5.2
90.4
83.05
0.0
-1.7
89.92
76.53
-0.5
-8.2
95.83
89.11
5.4
4.3
82.35
83.93
-8.1
-0.8
94.31
82.5
3.9
-2.3
90.55
88.07
0.1
3.3
93.33
82.2
2.9
-2.6
90.4
84.8
1808.73 1695.22
0.00
0.0
x²
y²
0.11
2.44
4.44
0.22
0.69
3.07
24.87
0.82
0.11
130.11
7.25
13.94
5.03
0.00
0.27
29.09
65.39
15.00
0.01
8.37
18.74
15.45
0.74
73.43
5.01
28.31
48.71
34.09
81.02
28.31
12.68
7.50
27.45
2.93
67.75
18.91
0.69
5.11
10.95
6.56
311.3
494.4
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
8,28
2,71
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
42
Lampiran 7. Hasil uji t terhadap parameter berat gabah bernas/malai
Nomor
Nilai
XYx²
y²
Sampel
rerata x rerata y
X
Y
21.2
19.9
1
0.3
0.6
0.12
0.31
21.35
18.5
2
0.5
-0.8
0.24
0.70
21.2
20.05
3
0.3
0.7
0.12
0.51
21.28
21.1
4
0.4
1.8
0.18
3.10
21.9
17.89
5
1.0
-1.4
1.08
2.10
21.35
19.2
6
0.5
-0.1
0.24
0.02
18.9
20.08
7
-2.0
0.7
3.84
0.55
19.45
18.78
8
-1.4
-0.6
1.98
0.31
20.21
16.7
9
-0.6
-2.6
0.42
6.96
21.92
18.9
10
1.1
-0.4
1.13
0.19
21.1
19.9
11
0.2
0.6
0.06
0.31
19.86
20.54
12
-1.0
1.2
1.00
1.44
20.45
19.08
13
-0.4
-0.3
0.17
0.07
21.23
20.05
14
0.4
0.7
0.14
0.51
20.58
18.98
15
-0.3
-0.4
0.08
0.13
21.86
19.7
16
1.0
0.4
1.00
0.13
20.5
18.78
17
-0.4
-0.6
0.13
0.31
20.7
19.79
18
-0.2
0.5
0.03
0.20
21.33
20.07
19
0.5
0.7
0.22
0.53
20.8
18.79
20
-0.1
-0.5
0.00
0.30
Rerata
20.9
19.3
Ʃ
417.17 386.78
0.00
0.0
12.2
18.7
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
5,01
2,71
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
43
Lampiran 8. Hasil uji t terhadap parameter bobot 1000 butir
Nomor
Nilai
XYx²
Sampel
rerata x rerata y
X
Y
24.89
23.56
1
0.6
0.1
0.39
24.34
24.23
2
0.1
0.8
0.01
24.58
22.13
3
0.3
-1.3
0.10
23.7
24.25
4
-0.6
0.8
0.32
24.38
24.89
5
0.1
1.5
0.01
24.9
23.56
6
0.6
0.1
0.40
23.77
23.7
7
-0.5
0.3
0.25
24.07
23.2
8
-0.2
-0.2
0.04
24.89
23.9
9
0.6
0.5
0.39
24.08
24.1
10
-0.2
0.7
0.04
23.4
23.67
11
-0.9
0.3
0.75
23.13
24.06
12
-1.1
0.6
1.29
23.75
22.24
13
-0.5
-1.2
0.27
25.82
22.8
14
1.6
-0.6
2.41
24.89
22.7
15
0.6
-0.7
0.39
24.24
22.09
16
0.0
-1.3
0.00
24.35
23.25
17
0.1
-0.2
0.01
23.89
24.21
18
-0.4
0.8
0.14
23.7
23.16
19
-0.6
-0.3
0.32
24.58
22.65
20
0.3
-0.8
0.10
Rerata
24.3
23.4
Ʃ
485.35 468.35
0.00
0.0
7.6
Perbandingan t hitung dengan t tabel 5% dan 1%
t tab 5%
t hitung
t tab 1 %
2,02
3,15
2,71
y²
0.02
0.66
1.66
0.69
2.17
0.02
0.08
0.05
0.23
0.47
0.06
0.41
1.39
0.38
0.51
1.76
0.03
0.63
0.07
0.59
11.9
Hasil
HS
Laporan Tugas Akhir (LTA)
Download