Pdt. Alex LETLORA. Materi Kazebo KITAB WAHYU PENDAHULUAN Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes, satu-satunya rasul yang tidak mati syahid. Saat tahun 70 M Yerusalem hancur oleh Jenderal Titus, Yohanes mengungsi dan dikejar-kejar, meski banyak upaya pembunuhan tetapi semuanya gagal, bahkan saat pernah suatu kali Rasul Yohanes tertangkap dan akan dimasukkan kedalam kuali besar yang penuh minyak mendidih tetapi saat dimasukkan tidak sehelai rambutpun dari tubuhnya yang hangus. Kejadian ini membuat orang-orang takut karena ia tidak mempan diapaapakan. Sehingga akhirnya rasul Yohanes dikirim jauh-jauh untuk kerja paksa dan akhirnya sampailah ia di pulau Patmos, tempat dimana ia memperoleh nubuatannubuatan yang kemudian ditulis dalam kitab Wahyu. Pada abad 2 Masehi, orang Kristen memiliki pemahaman bahwa kitab Wahyu adalah kode simbolis yang meramalkan orang-orang atau peristiwa-peristiwa tertentu yang mengantar pada akhir zaman. Pada saat itu, sekelompok kaum Montanis pergi ke padang gurun Frigia untuk menyaksikan Yerusalem surgawi turun dari langit, namun mereka semua kecewa dengan penantian mereka Alasan-alasan lain untuk memilih rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahy. a) Penulis menyatakan diri hanya sebagai ‘Yohanes’, dan ia tahu bahwa itu cukup bagi para pembacanya untuk mengetahui siapa dia. Tidak ada orang dalam gereja abad pertama, selain rasul Yohanes, yang begitu dikenal oleh orang-orang kristen saat itu, sehingga merasa cukup untuk menyatakan diri sebagai ‘Yohanes’. b) Ada banyak konsep dan ungkapan yang sama antara Kitab Wahyu, Injil Yohanes dan Surat Yohanes. Misalnya: istilah LOGOS untuk menunjuk kepada Yesus, ditemukan hanya dalam Injil Yohanes, Surat Yohanes dan Kitab Wahyu (Yoh 1:1 1Yoh 1:1 Wah 19:13). Perlu diingat bahwa tidak ada penulis Kitab Suci lain yang menggunakan istilah LOGOS untuk menunjuk kepada Yesus! istilah ‘domba’ / ‘anak domba’ untuk menunjuk kepada Yesus juga demikian (Yoh 1:29,36 Wah 5:6). Memang dalam hal ini istilah bahasa Yunani yang digunakan berbeda. Dalam Kitab Wahyu digunakan kata Yunani ARNION, sedangkan dalam Injil Yohanes digunakan kata Yunani AMNOS. Tetapi ini tidak terlalu menjadi soal. baik dalam Injil Yohanes maupun dalam Kitab Wahyu, Yesus digambarkan sebagai Gembala (Yoh 10:1-dst Wah 7:17). baik Injil Yohanes maupun Kitab Wahyu menjanjikan air hidup bagi mereka yang haus (Yoh 4:1014 Yoh 7:37 Wah 22:17). Kitab ini diberi judul demikian karena adanya “pewahyuan” Yesus Kristus kepada Rasul Yohanes. Kitab ini juga disebut “Apocalypse” yang berasal dari kata Yunani Apocalupsis yang juga berarti “Pewahyuan” atau “Penyingkapan”. Latar Belakang : Oleh pemerintahan Romawi Yohanes diasingkan ke Patmos, sebuah pulau kecil lepas pesisir Yunani, karena Yohanes mengabarkan Firman Allah. Pembuangannya hanyalah merupakan bagian dari sebuah masa aniaya yang hebat terhadap gereja, yang terjadi setelah Kaisar Romawi Domitianus memproklamirkan bahwa ia harus disembah sebagai tuhan. Ketika berada di pulau Patmos inilah Yohanes menerima pewahyuan mengenai Yesus Kristus dari Allah Bapa. Seorang malaikat menolong Yohanes untuk mengerti penglihatan itu. Mengigat kitab pertama dari Alkitab yaitu Kejadian menceritakan awal dari dosa dan kemenangan setan, maka kitab terakhir dari Alkitab yaitu Wahyu menceritakan akhir dosa dan kekalahan setan. Berkat yang khusus dijanjikan bagi mereka yang membaca, mendengar dan mentaati kitab ini. Nama 'apokalips' berasal dari bahasa Yunani apokalypsis, yang berarti penyingkapan (selubung). Sedangkan nama "Wahyu” adalah terjemahan dari bahasa Latin revelatio yang juga berarti penyingkapan. Dengan menyebut kedua nama itu, tampak bahwa anda sudah mempunyai pengetahuan tertentu tentang hal yang sampai sekarang masih tersembunyi. Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20). 1. "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1). 2. (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatanpenglihatan (Wahy 1:1,10-18). (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8). (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendir (Wahy 1:9). (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11). Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M) Teologi Kitab Wahyu Kitab Wahyu dimulai dengan kalimat: “Inilah wahyu Yesus Kristus . . .” (1:1). Memang benar kitab ini adalah wahyu Yesus Kristus, bukan wahyu rasul Yohanes. Namun jangan lupa kalimat berikutnya yaitu: “yang dikaruniakan Allah kepadanya” (1:1). Hal ini berarti wahyu Yesus Kristus itu bersumber dari Allah Bapa. God is the source of all revelation, seperti yang dikatakan dalam kitab Daniel, “di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia” (2:28-29, 45). Wahyu Allah disampaikan kepada dunia, terutama kepada gereja-Nya dan orang yang percaya melalui Anak. Dalam kitab Wahyu juga ditekankan tentang Allah sebagai Allah yang mahakuasa. Sembilan kali dikatakan Allah adalah pantokrator, yaitu Allah yang mahakuasa, yang berarti tidak seorang pun atau sesuatu kekuasaan pun yang bisa melawan Dia. No one can resist Him and His power. Menarik untuk diperhatikan bahwa kata “pantokrator” digunakan sepuluh kali dalam seluruh PB dan sembilan di antaranya terdapat di Wahyu (1:8; 4:8; 11:17; 15:3; 17:7, 14; 19:6, 15; 21:22, bdk. 2Kor. 6:18). D. A. Carson, et al. mengatakan: “Revelation . . . conveys a sense of the sovereignty of God that no other New Testament book approaches.” Allah juga digambarkan sebagai Allah yang suci dan adil. Ia tidak bisa berkompromi dengan dosa; semua perbuatan jahat harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Allah menghukum mereka, baik sekarang maupun yang akan datang, terutama kejahatan-kejahatan terhadap umat Allah. “Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu,” demikian suatu nyanyian pemujaan terhadap Allah yang suci dan adil (15:4). Dalam pasal 20 ketika Yohanes menulis tentang visi yang dilihatnya, yaitu takhta pengadilan Allah yang terakhir, ia mengatakan bahwa orang-orang mati akan dihakimi menurut perbuatan mereka, mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya” (ay. 12-13). Di sini kita melihat adanya suatu kebenaran yang jarang kita perhatikan: Salvation is by grace, but judgment is by work, artinya, keselamatan adalah atas dasar anugerah Tuhan tetapi penghakiman adalah atas dasar perbuatan manusia (bdk. 22:12; Mat. 16:27; Rm. 2:6; 14:12; Mzm. 28:4; 62:13; Ams. 24:12). Penekanan inilah yang disebut theology of power sebagaimana yang ditulis oleh nabi Nahum: “Tuhan itu Allah yang cemburu dan pembalas, Tuhan itu pembalas dan penuh kehangatan amarah . . . Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman yang bersalah” (1:1-2). selain ini, dalam Wahyu kita juga melihat bahwa Allah adalah yang kekal. Ia adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Morris mengatakan: “God was before all things and he outlasts all things.” Namun jangan lupa, apabila Allah adalah Yang Awal dan Yang Akhir berarti Ia adalah satu-satunya Allah, selain Dia tidak ada Allah yang lain. Kebenaran ini dapat kita lihat dari latar belakang PL, yaitu dalam kitab Yesaya: “Begini firman Tuhan, Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam: ‘Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian, tidak ada Allah selain daripada-Ku’” (44:6; bdk. 43:10-11). Logikanya ialah, apabila sejak pagi hingga sore matahari yang sama yang menyinari seluruh bumi ini, maka kita dapat mengatakan bahwa matahari ini adalah yang satusatunya bagi seluruh bumi kita ini, tidak ada matahari yang lain. KRISTOLOGI Kitab Wahyu dengan jelas diawali dengan kalimat: “Inilah wahyu Yesus Kristus” (1:1). Di sinilah kita melihat bahwa Yesus yang mulia, yang telah bangkit dan naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah, tetap mewahyukan diri-Nya kepada dunia. Ia tetap bersabda kepada gereja dan umatNya, bahkan dikatakan bahwa Ia berjalan-jalan di tengah kaki dian, yaitu gereja. Walvoord mengatakan bahwa tujuan penulisan kitab Wahyu adalah “to reveal Jesus Christ as the glorified one is contrast to the Christ of the Gospels, who has seen in humiliation and suffering.”15 Guthrie juga mengatakan: “The Apocalypse [kitab Wahyu] differs from the Gospels in concentrating on the post resurrection period rather than the earthly life of Jesus. . . . The presentation of Christ in the Apocalypse is of an exalted person who has already accomplished his mission. . . .” Dalam kitab ini Kristus juga berulang kali dikatakan sebagai Anak Domba yang telah disembelih tetapi bangkit kembali, sebagai yang pertama bangkit dari antara orang mati, yang berarti Ia bangkit dan hidup sampai selama-lamanya (1:5, 18; 5:6), dan telah menjadi buah sulung dari setiap orang yang meninggal (1Kor. 15:20-23). Oleh sebab itu Ia akan menggembalakan dan menuntun umat-Nya ke mata air kehidupan (7:17). Perhatikan adanya peralihan dari domba menjadi gembala. Dalam pasal 17 kita diberi tahu bahwa Anak Domba itu disebut sebagai Tuhan di atas segala tuhan dan Raja di atas segala raja. Hal ini tentunya juga mempunyai implikasi kristologis yang penting bahwa Ia sebagai Anak Domba Allah yang direndahkan sampai mati, namun Ia bangkit kembali dan ditinggikan sampai yang tertinggi, menjadi Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan (17:14; 19:16). Setiap orang Kristen perlu mengenal dan meyakini kebenaran ini. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya dikatakan bahwa Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi (19:15; bdk. 2:27; 12:5). ……BERSAMBUNG ………..