DOI: https://doi.org/10.17969/jtipi.v8i1.5252 http://jurnal.unsyiah.ac.id/TIPI Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal Pengaruh Konsentrasi Asam Askorbat dan Waktu Perendaman terhadap Kadar Air dan Bilangan Peroksida pada Minyak Kopra Effect of Ascorbic Acid Concentration and Soaking Time on Water Content And Peroxide Numbers of Copra Oil Erma Suryani*, Virna Muhardina INFO ARTIKEL Submit: 16 Februari 2016 Perbaikan: 23 Maret 2016 Diterima: 30 Maret 2016 Keywords: copra oil, ascorbic acid, water content, peroxide numbers ABSTRACT Copra oil is a product produced from the dried coconut through several stages of drying until the moisture content reaches 5-6%. Copra oil susceptible to oxidation due to containing high fat content. This causes the oil susceptible to rancidity, discoloration and odor. One of the efforts to prevent the oxidation of foods high in fat can be done with the giving ascorbic acid as an antioxidant. The purpose of this study was to determine the ascorbic acid concentration and coconut meat soaking time in the solution as well as to determine the effect of ascorbic acid on the water content and peroxide numbers of copra oil. This study used a Complete Randomized Design (CRD) with 2 factorial and three levels: (1) ascorbic acid concentration (0.5%, 1% and 1.55%) and (2) soaking time (10 minutes, 20 minutes and 30 minutes). The results showed that ascorbic acid concentration has significant effect (P≤0,01) on peroxide number. While soaking time has significant effect on the water content and peroxide. 1. PENDAHULUAN Kopra adalah salah satu produk hasil olahan kelapa yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dibuat dari daging buah kelapa yang telah dikeringkan (Grimwood dkk., 1975). Kopra dipergunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan minyak kelapa secara kering. Minyak kelapa merupakan produk dari kelapa yang sangat berharga. Minyak kelapa disebut juga sebagai minyak nabati yang diperoleh dari pengolahan daging buah kelapa. Masyarakat banyak menggunakan minyak kelapa sebagai minyak goreng, selain itu minyak kelapa juga dapat digunakan sebagai bahan margarin dan mentega Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Serambi Mekkah *email: [email protected] putih serta komponen dalam pembuatan sabun dan formulasi kosmetik (Alamsyah, 2005). Pada masyarakat pedesaan minyak kelapa tidak hanya digunakan sebagai minyak goreng tetapi juga dapat digunakan sebagai minyak pijat atau urut (Sutarmi dan Rozaline, 2006). Cara paling sederhana untuk memperoleh minyak dari kopra adalah dengan cara membungkus kopra ke dalam kain. Kemudian ditumbuk dengan menggunakan penumbuk dari kayu dan selanjutnya kopra yang telah ditumbuk dimasukkan ke dalam air mendidih. Minyak dan air akan terpisah. Minyak akan mengapung dipermukaan dan dapat dipisahkan dari air dengan mengambil minyaknya. Dengan demikian minyak yang diperoleh hanya sedikit. Untuk meningkatkan perolehan minyak, kopra diberi perlakuan penekanan pada wadah statis (Suhardiyono, 2000). Minyak Kopra mudah mengalami oksidasi dikarenakan mengandung kadar lemak yang tinggi. Hal ini menyebabkan minyak mudah JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 08, No. 01, 2016 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala mengalami ketengikan, perubahan warna dan bau. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya oksidasi pada bahan pangan berkadar lemak tinggi dapat dilakukan dengan pemberian asam askorbat sebagai antioksidan. Penelitian tentang pemberian antioksidan pada bahan berkadar lemak tinggi telah dilakukan oleh Madhafi dkk. (1996) dan Gulcin (2012), yang mengatakan bahwa asam askorbat dapat mengabsorbsi oksigen yang terdapat dalam bahan pangan sehingga dapat mencegah terjadinya oksidasi. Selain itu Dewi (2004) dan Arpi (2014), juga mengatakan bahwa kerusakan lemak/minyak dapat dicegah dengan pemberian antioksidan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam asakorbat dan waktu perendaman daging buah kelapa dalam larutan terhadap kadar air dan bilangan peroksida pada minyak kopra. 2. MATERIAL DAN METODE Alat dan bahan Bahan yang digunakan untuk proses produksi dalam penelitian ini adalah buah kelapa dalam yang sudah tua (penampakan sabut mulai mengering, tempurung sudah berwarna hitam), yang didapat dari Aceh Besar. Asam askorbat (GCE Laboratory Chemicals, Product of Goodrich Chemical Enterpress) yang didapat dari Laboratorium Pangan, Universitas Syiah Kuala, dan air. Alat yang digunakan adalah, parang, pisau untuk mencungkil daging buah kelapa, wadah plastik transparan, loyang pengering (tray dryer), hydrolic press, kain saring. Rancangan percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktorial dan 3 level yaitu (1) konsentrasi asam askorbat (0,5%,1% dan 1,5%) dan (2) lama perendaman (10 menit, 20 menit dan 30 menit). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Pembuatan Kopra Buah kelapa dikupas sabutnya lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya dilakukan pemisahan daging buah kelapa dari tempurung dengan cara mencungkilnya. Daging buah kelapa tersebut direndam dalam larutan asam askorbat dengan konsentrasi masing-masing 0,5%, 1% dan 1,5% dalam 2000 mL air dan lama perendaman 10, 20 dan 30 menit, dengan perbandingan daging buah dan larutan 1:2. lalu dijemur di panas matahari selama 10 hari (8 jam/hari). Proses penjemuran 30 dihentikan pada saat mencapai kadar air 6%. daging buah kelapa Pembuatan Minyak Kopra Pada penelitian ini minyak kelapa dihasilkan dengan cara pengepresan kopra dengan menggunakan hydrolic pressure. Kemudian minyak disaring menggunakan kertas saring (Yenaco) lalu dilakukan analisa kadar air, bilangan peroksida dan warna secara visual. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis).Kadar air minyak dianalisa dalam penelitian ini berdasarkan berat basah (wet basis) dengan menggunakan oven. Nilai kadar air yang dihasilkan berkisar antara 0,42% sampai 1, 82% dengan nilai rata-rata 0,89%. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa konsentrasi asam askorbat berpengaruh tidak nyata, sedangkan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap kadar air seperti yang terlihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 dapat dilihat, kadar air pada minyak sangat tergantung pada waktu perendaman dengan asam askorbat. Kadar air tertinggi terdapat pada lama perendaman 30 menit yaitu sebesar 1,37%, sedangkan kadar air terendah pada lama perendaman 10 menit dengan kadar air 0,53%. Semakin lama perendaman yang dilakukan, maka kadar air pada minyak akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman maka kontak antara bahan dengan asam askorbat akan semakin lama sehingga kemungkinan bahan menyerap asam askorbat semakin besar dan menyebabkan kadar air pada bahan akan semakin meningkat, disebabkan karena sifat dari asam askorbat yang mudah mengikat air. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Arpi (2014) bahwa asam askorbat dapat berikatan dengan air sehingga dapat mempertahankan sebagian air yang ada dalam bahan. JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 08, No. 01 , 2016 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala Bilangan Peroksida Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Mutu minyak, dapat dikatakan bermutu rendah jika mempunyai bilangan peroksida yang tinggi. Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Minyak dengan asam lemak rantai pendek dan mempunyai kestabilan yang tinggi terhadap oksidasi udara (Krishna, 2010). Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik. Dari data pengamatan, nilai bilangan peroksida yang dihasilkan berkisar antara 20,85 mEq/g sampai 26,52 mEq/g dengan nilai rata-rata 23,36 mEq/g. Dari hasil uji analisis sidik ragam diketahui bahwa konsentrasi asam askorbat sangat berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap bilangan peroksida. Hasil uji lanjut BNT pengaruh konsentrasi asam askorbat pada bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 2. pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq peroksid/mg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau tengik. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi. Perlakuan lama perendaman dalam larutan asam askorbat juga memberi pengaruh yang sangat nyata (P≤0,01) terhadap kadar air minyak kopra. Sedangkan pengaruh interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air minyak kopra. Pengaruh lamanya waktu perendaman menggunakan asam askorbat terhadap bilangan peroksida yang dihasilkan dapat dilihat Pada Gambar 3. Gambar 2 menunjukkan bahwa konsentrasi asam askorbat sangat berpengaruh terhadap bilangan peroksida yang dihasilkan. Terlihat bahwa bilangan peroksida terendah terdapat pada konsentrasi asam askorbat 1,5% yaitu sebesar 21,95 mEq/g. Sedangkan bilangan peroksida tertinggi pada konsentrasi asam askorbat 0,5% dengan jumlah bilangan peroksida yang dihasilkan sebesar 24,82 mEq/g. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa semakin banyak penambahan asam askorbat, maka akan semakin kecil bilangan peroksida. Minyak dapat dikatakan bermutu rendah jika mempunyai bilangan peroksida yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Cahyadi (2008), Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan 4. KESIMPULAN Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai bilangan peroksida tertinggi terdapat pada waktu rendaman menggunakan asam askorbat 10 menit yaitu sebesar 24,87 mEq/g. Sedangkan untuk bilangan peroksida terendah terdapat pada variasi waktu 30 menit dengan bilangan peroksida sebesar 22,42 mEq/g. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perendaman dengan asam askorbat dalam waktu yang lama dapat menyebabkan mutu minyak tersebut menjadi lebih bagus, yang ditandai dengan rendahnya bilangan peroksida yang dihasilkan. Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi asam askorbat berpengaruh sangat nyata terhadap bilangan peroksida. Sedangkan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air dan bilangan peroksida. Kadar air terendah yaitu sebesar 0,53% diperoleh pada waktu perendaman 10 menit, sedangkan kadar air tertinggi pada waktu perendaman 30 menit yaitu sebesar 1,37%. Hasil bilangan peroksida terendah diperoleh pada konsentrasi asam askorbat 1,5% dengan waktu perendaman 30 menit yaitu sebesar 22,42 mEq/kg Sedangkan bilangan peroksida tertinggi yaitu sebesar 24,87 mEq/kg diperoleh pada konsentrasi asam askorbat 0,5% dengan waktu perendaman 10 menit. JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 08, No. 01 , 2016 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala 31 DAFTAR PUSTAKA Alamsyah N.A. 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka penyakit. Agro Media Pustaka. Jakarta. Arpi, N. 2014.Kombinasi Antioksidan Alami a-Tokoferol dengan Asam Askorbat dan Antioksidan Sintetis BHA dengan BHT Dalam Menghambat Ketengikan Kelapa Gongseng Giling (U Neulheu) Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.2, 2014. Dewi, R. 2004. Kajian penambahan antioksidan (tokoferol) untuk mencegah ketengikan pada kelapa giling (u neulheu) yang telah ditambahkan emulsifier gliserol mono stearat. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Darussalam, Banda Aceh. Gulcin, I. 2012. Antioxidant activity of food constituents: an overview. Arch Toxicol (2012) 86:345-391. Grimwood B.E, Ashman F, Dendy D.A.V, Jarman C.G, Little E.C.S, Timmins WH, 1975. Coconut Palm Products – Their processing in developing countries.Rome: FAO. Hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9. Krishna G, Raj G, Bhatnagar A. S, Kumar P. K, Chandrashekar P, 2014. Cocunut oil: Chemistry, Production and it’s application. A Review Departemen of Lipis Science and Traditional Foods, Central Foods Technological Research Institute (CSIR), Mrsore Madhavi D. L. R. S, Singhal, P. R, Kulkarni. 1996. Technological aspects of food antioksidan. Di dalam: Food antioxidants, toxicological, and health preservatives. Inc., New York. Suhardiyono L.2000. Tanaman Kelapa, budidaya dan pemanfaatannya. Kanisius, Yogyakarta. Sutarni dan Rozaline. 2006. Taklukkan penyakit dengan VCO. Penebar Swadaya, Jakarta. JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 08, No. 01 , 2016 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala