Efek Pemberian Susu Kedelai Terhadap Kadar Gula Darah

advertisement
Baequny, Efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
EFEK PEMBERIAN SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR GULA DARAH
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
Ahmad Baequny, Mardi Hartono, Afiyah Sri Harnany
Poltekkes Kemenkes Semarang, Jl. Tirto Agung Pedalangan Banyumanik Jawa Tengah
email: [email protected]
Abstract: One of the foods that are connected with the improvements of blood glucose levels is soy. Soy
milk consumption habits have a protective risk against diabetes type 2. The objective of the research is
to determine the effect of giving soy milk on the blood glucose levels of type 2 people with diabetes. The
type of this research is quasi experiment, this research use pre test - post test design study with control
group. 60 respondents are divided into two groups. The first one is treatment group which is given soy
milk 280 ml/day for 14 days. The second one is a group without treatment. The results of data were
analyzed using dependent t-test Mann Whitney test. The results of study show that giving soy milk affects
the blood sugar levels of type 2 people with diabetes (p-value = 0,045). There is an average decrease
10.68 in the treatment group, where as in a group without treatment we find out an average increase 0.6.
Based on these results, it recommended for the diabetics with diabetes mellitus especially DM type 2 to
change consuming snacks into regularly consuming soy milk every day, because it can reduces and
stabilizes blood glucose levels.
Keywords: milk, soy, sugar, blood
Abstrak: Salah satu bahan makanan yang dihubungkan dengan perbaikan kadar gula darah adalah
berbahan dasar kedelai. Kebiasaan konsumsi susu kedelai memiliki resiko protektif terhadap DM tipe
2. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2. Jenis penelitian yaitu quasi eksperiment, dengan rancangan
pre test-post test design with control group. Jumlah responden ada 60 yang dibagi menjadi 2 yaitu
kelompok perlakuan yang diberikan susu kedelai 280 ml/hari selama 14 hari dan kelompok tanpa
perlakuan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa menggunakan uji dependent t-test Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
penderita DM Tipe 2 (p-value=0,045), dimana pada kelompok perlakuan terjadi rerata penurunan
sebesar 10,68 dan pada kelompok tanpa perlakuan terjadi kenaikan dengan rerata sebesar 0,6.
Berdasarkan hasil tersebut maka disarankan pada penderita Diabetes Mellitus khususnya DM Tipe 2
untuk mengonsumsi susu kedelai secara rutin setiap hari sebagai pengganti snack karena dapat
menurunkan dan menstabilkan kadar glukosa darah.
Kata Kunci: susu, kedelai, gula, darah
PENDAHULUAN
8,6% dari jumlah penduduk. Diperkirakan Diabetes Mellitus tipe 2 (tidak terkait insulin) merupakan
yang terbanyak diderita yaitu 95% dari keseluruhan
kasus Diabetes Mellitus (Reta, 2014).
Di Propinsi Jawa Tengah penyakit diabetes
mellitus juga menunjukkan jumlah yang semakin
meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2011
tercatat sebanyak 509.319 orang penderita. Angka
prevalensi tahun 2011 ini meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya, dengan jumlah mayoritas adalah
penderita DM tipe 2 (NIDDM).
89
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah
satu penyebab mortalitas dan morbiditas di semua
negara, dimana terdapat 3,5-4,3% penduduk
dunia terkena diabetes mellitus (Sudoyo,et.all,
2010). Berdasarkan data WHO pada tahun 2010
jumlah penderita diabetes mellitus di seluruh dunia
mencapai 285 juta jiwa dan diperkirakan dapat
lebih dari 430 juta jiwa pada tahun 2030. Jumlah
penderita penyakit Diabetes Mellitus di IndoneISSN
2460-0334
sia pada
tahun 2010 mencapai 6,4 juta orang atau
89
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 89-96
Besarnya insiden, prevalensi dan komplikasi
akibat DM menggambarkan betapa pentingnya
pencegahan dan penatalaksanaan dini penyakit
tersebut. Terdapat beberapa faktor yang diduga
menjadi pemicu timbulnya Diabetes Mellitus, yaitu
faktor keturunan, kegemukan, usia, jenis kelamin,
ketegangan (stres), nutrisi atau pola makan, sosial
ekonomi (pendapatan), ras, kelainan ginekologis,
aktifitas fisik serta kesadaran untuk menjaga
kesehatan, selain itu pengetahuan tentang penyakit
Diabetes Mellitus yang kurang baik, menyebabkan
seseorang kurang dalam menjalankan pola hidup
dan pola makan yang salah, sehingga terjadi
peningkatan penderita Diabetes Mellitus setiap
tahunnya (Soegondo, 2002).
Salah satu bahan makanan yang dihubungan
dengan perbaikan kadar gula darah adalah
berbahan dasar kedelai. Kebiasaan konsumsi
kacang-kacangan terutama kedelai memiliki resiko
protektif terhadap DM tipe 2. Kedelai disamping
dapat dikonsumsi langsung juga banyak dikonsumsi
dengan berbagai macam bentuk olahan seperti
tempe, tahu, kecap / tauco, tepung, minyak dan
susu. Khusus mengenai susu kedelai sekarang
sudah menjadi makanan populer di banyak negara
Eropa ataupun Amerika karena fungsinya yang
melebihi susu sapi. Kandungan protein, isoflavon,
serat dan lesitin yang tinggi dipercaya mempunyai
pengaruh yang sangat baik untuk kesehatan tubuh
terutama untuk keseimbangan metabolisme.
Sehingga banyak ahli yang berkeyakinan bahwa
mempunyai peran positip dalam pengendalian
kadar gula darah dan kolesterol (Unus, 2002).
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
kedelai dan protein kedelai serta isoflavon dapat
menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki
kontrol gula darah pada wanita post menopause
(Azadbakh, et.al, 2007). Penelitian lain
menunjukkan hasil yang berbeda dimana
pemberian 15gr protein kedelai dan 100 mg
isoflavon pada wanita post menopause prediabetes didapatkan hasil tidak memperbaiki sensitifitas
insulin dan kontrol gula darah (Liu ZM, et.al,
2010). Kedua penelitian ini menunjukkan hasil
yang tidak konsisten mengenai peran kedelai dalam
memperbaiki resistensi insulin dan kontrol gula
90
darah. Penelitian lain yang menggunakan model
(pada tikus) DM tipe 2 menunjukkan bahwa
pemberian susu kedelai mampu menurunkan kadar
gula darah dan insulin plasma secara signifikan
(Handayani, 2009).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
dilakukan diperoleh data bahwa di Kota
Pekalongan penderita Diabetes Mellitus cukup
besar jumlahnya. Apabila dibandingkan dengan
penyakit tidak menular lainnya maka penyakit
Diabetes Mellitus menempati urutan ketiga dalam
daftar penyakit tidak menular yaitu sebanyak 1257
penderita dengan mayoritas yaitu NIDDM (DM
tipe 2) sebanyak 862.
Pengelolaan penderita DM di Kota
Pekalongan salah satunya adalah dengan
dibentuknya PERSADIA Kota Pekalongan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah senam
DM dan penyuluhan kesehatan. Walaupun
kegiatan ini rutin dilakukan tiap minggu namun
belum diikuti oleh semua penderita DM, tercatat
ada sekitar 100 anggota PERSADIA dan yang
aktif kurang lebih 70-80 peserta. Berdasarkan
wawancara dengan beberapa orang penderita
Diabetes Mellitus anggota PERSADIA didapatkan
hasil bahwa beberapa penderita tidak melakukan
kontrol secara rutin, kontrol bila badan terasa tidak
enak, kadar gula darah belum stabil, beberapa ada
yang mengkonsumsi susu kedelai namun tidak
rutin setiap hari.
Susu kedelai merupakan susu yang berbahan
dasar kedelai yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Harganya murah,
terjangkau dan juga mudah didapatkan di
masyarakat.
Mengacu pada studi pendahuluan yang masih
kontroversial, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang efek pemberian susu
kedelai terhadap kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Pekalongan. Tujuan
dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui
efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula
darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di
Kota Pekalongan.
ISSN 2460-0334
Baequny, Efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi
eksperimen dengan rancangan pre test-post test
design with control group yaitu dengan
melakukan pengukuran kadar gula darah sebelum
dan sesudah perlakuan (pemberian susu kedelai)
dan dibandingan dengan kelompok kontrol yang
tidak diberikan perlakuan (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 2 yang
terdaftar sebagai anggota PERSADIA Kota
Pekalongan yaitu sebanyak 100 orang.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak
sederhana (simple random sampling). Besarnya
sampel dihitung berdasarkan sampel minimal size,
dengan jumlah sampel 60 sampel, dan dibagi
menjadi dua yaitu 30 sampel untuk kelompok
perlakuan dan 30 sampel untuk kelompok tanpa
perlakuan sebagai kontrol.
Terhadap sampel yang terpilih selanjutnya
dilakukan penelitian. Untuk semua responden
dilakukan pengukuran kadar gula darah sebelum
(hari ke-1) dan setelah penelitian (hari ke-15).
Selanjutnya untuk kelompok perlakuan diberikan
susu kedelai (280 ml) setiap hari selama 14 hari
dan pada kelompok lainnya tidak dilakukan
perlakuan sama sekali (tanpa diberikan susu
kedelai).
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam
penelitian kuantitatif sehingga alat/instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data berupa
kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cek list pemantauan konsumsi
harian susu kedelai. Set alat untuk mengukur kadar
gula darah penderita DM.
Cek list terdiri atas nomer responden, umur
responden, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, status perkawinan, dan status gizi.
Selanjutnya cek list yang digunakan untuk
mengukur konsumsi harian susu kedelai yang
terdiri dari nomor, hari dan tanggal, keterangan.
Dan yang terakhir adalah hasil pemeriksaan kadar
gula darah responden sebelum dan sesudah
pemberian susu kedelai.
ISSN 2460-0334
Terhadap data yang didapat selanjutnya
dilakukan oleh data dengan cara editing, coding,
transfering, tabulating dan scoring. Dan untuk
mengetahui efek pemberian susu kedelai terhadap
kadar gula darah maka dilakukan analisa dengan
menggunakan uji dependent t-test Mann
Whitney.
HASIL PENELITIAN
Dari tabel 1 terlihat bahwa usia pasien DM
tipe 2 yang mendapat perlakuan sebagian besar
adalah berusia 58 tahun yaitu ada 16 (57,1%)
dengan rata-rata usia 58,68 tahun, sedangkan pada
kelompok yang tidak mendapat perlakuan sebagian
besar adalah berusia 45-57 tahun yaitu ada 16
(53,3%) dengan rata-rata berusia 55,27 tahun.
Dari tabel 2 dapat dinyatakan bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
yaitu 76,7% pada kelompok tanpa pelakuan dan
60,7% di kelompok yang mandapatkan perlakuan.
Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden pada kelompok
perlakuan adalah berpendidikan tinggi (46,4%) dan
pendidikan dasar (42,9%) sedangkan pada
kelompok tanpa perlakuan sebagian besar
responden adalah berpendidikan dasar (50%) dan
pendidikan tinggi (30%).
Dari tabel 4 terlihat bahwa mayoritas
responden adalah bekerja baik pada kelompok
perlakuan (75%) maupun pada kelompok tanpa
perlakuan (80%). Hasil uji statistik menunjukkan
tidak terdapat perbedaan rerata pekerjaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan dan
kelompok tanpa perlakuan (p-value>0,05).
Dari tabel 5 terlihat bahwa mayoritas
responden adalah rutin melakukan olahraga,
dimana terdapat 89,3% pada kelompok perlakuan
dan 70% pada kelompok tanpa perlakuan. Ada
sedikit perbedaan kebiasaan olahraga pada kedua
kelompok, namun hasil uji statistik menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kelompok tanpa
perlakuan (p-value>0,05).
91
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 89-96
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur
Usia
Pra Lansia (45-57 tahun)
Lansia (  58 tahun)
Rerata usia±SD
Perlakuan=28
F
%
12
42,9
16
57,1
58,7±7,81
Tidak=30
F
%
16
53,3
14
46,7
55,3±6,49
p-value
0,139*
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
F
11
17
28
Perlakuan
%
39,3
60,7
100
Tidak
F
7
23
30
%
23,3
76,7
100
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan pendidikan
Pendidikan
Dasar (SD,SMP)
Menengah (SMA)
Tinggi (PT)
Jumlah
Perlakuan
F
%
12
42,9
3
10,7
13
46,4
28
100
F
15
6
9
30
Tidak
%
50
20
30
100
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Jumlah
Perlakuan
F
%
21
75
7
25
28
100
Tidak
F
24
6
30
%
80
20
100
Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan kebiasaan olahraga
Olahraga
Rutin
Tidak rutin
Jumlah
Perlakuan
F
%
25
89,3
3
10,7
28
100
Tidak
F
%
21
70
9
30
30
100
Tabel 6. Distribusi frekuensi perbedaan asupan makan
Variabel
Asupan energi
Asupan protein
Asupan lemak
Asupan karbohidrat
Asupan serat
92
Perlakuan (n=28)
Rerata±SD
1407,11±161,91
44,88±6,99
39,40±9,48
221,97±36,89
13,74±4,26
Tidak (n=30)
Rerata±SD
1322,43±167,74
36,93±6,14
37,61±6,41
208,32±36,62
10,94±3,37
pvalue*
0,065
0,000
0,379
0,133
0,016
ISSN 2460-0334
Baequny, Efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
Tabel 8. Perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi pemberian susu kedelai
Variabel
Perlakuan
Tidak
Sebelum
Rerata±SD
178,50±46,51
165,50±56,75
Kadar Gula darah
Sesudah
Rerata±SD
167,11±75,47
166,10±45,13
PEMBAHASAN
Rerata usia subyek pada kelompok perlakuan
58,7±7,81 sedikit lebih tinggi dari kelompok tanpa
perlakuan 55,3±6,49, sehingga dapat dikatakan
bahwa subyek kelompok perlakuan berusia lebih
tua dibandingkan kelompok tanpa perlakuan.
Namun uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan rerata usia yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kelompok tanpa
perlakuan ( p-value>0,05). Resiko menderita
intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Prevalensi penderita diabetes
di negara berkembang banyak ditemukan pada
rentang usia 45-64 tahun. Hal ini terkait dengan
terjadinya transisi ekonomi, sosial budaya dan
epidemologi (Soewondo, 2011). Disisi lain mulai
terjadi penurunan fisiologis tubuh, aktifitas fisik dan
massa otot yang dapat menyebabkan banyak
gangguan. Gangguan tersebut meliputi gangguan
sekresi insulin, penurunan aktifitas insulin dalam
menekan output glukosa hati dan resistensi insulin
peripheral.
Diabetes Mellitus dapat menyerang segala
lapisan usia dan sosial ekonomi, namun sebagian
besar Diabetes Mellitus adalah tipe 2 yang terjadi
lebih dari 90% biasanya pada usia diatas 40 tahun
(Askandar, 2001). Hal ini sejalan juga dengan yang
disampaikan dalam buku Vitahealth bahwa Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan tipe Diabetes
Mellitus yang sering dijumpai dan dimulai pada
usia dewasa. Resiko seseorang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 juga meningkat pada kondisi
mengalami kelebihan berat badan / obesitas dan
kurang aktifitas, dimana kondisi tersebut juga
biasanya dialami oleh seseorang yang berusia
diatas 40 tahun (Vitahealth, 2006).
ISSN 2460-0334
Selisih
Rerata±SD
-10,68±49,92
0,60 ±40,61
pvalue*
0,045
Uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan rerata jenis kelamin yang bermakna
antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa
perlakuan (p-value>0,05). Secara teori tidak ada
yang menyatakan secara pasti bahwa perempuan
lebih rentan terkena DM tipe 2 dibandingkan lakilaki, hal ini berarti bahwa masing-masing punya
kesempatan yang sama. Namun hal ini
dimungkinkan karena DM tipe 2 ini dipicu oleh
kondisi obesitas, kurang aktifitas, pola makan yang
kurang baik terutama saat kehamilan, stress dan
proses penuaan dimana kondisi tersebut biasanya
lebih sering dialami oleh perempuan (Vitahealth,
2006).
Hasil penelitian melalui uji statistik
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rerata
pendidikan yang bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan (pvalue>0,05). Secara umum pengelolaan penyakit
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan pasien dalam
program yang sedang dijalani dan pengetahuan
dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
seseorang. Kondisi demikian dapat berpengaruh
terhadap kepatuhan penderita dalam menjalani
program pengobatan. Rendahnya pendidikan
seseorang dapat memengaruhi daya serap
seseorang dalam menerima informasi sehingga
dapat mengurangi tingkat pemahaman tentang
program pengobatan dan bahaya akibat tidak
mematuhi program yang disarankan (Reta, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden adalah rutin melakukan
olahraga, dimana terdapat 89,3% pada kelompok
perlakuan dan 70% pada kelompok tanpa
perlakuan. Dengan melakukan kegiatan pekerjaan
dan olahraga dapat menyebabkan seseorang
93
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 89-96
melakukan aktifitas rutin sehingga seseorang dapat
mengeluarkan energi yang cukup. Pada penelitian
ini responden terbanyak adalah bekerja dan rutin
berolahraga antara 1-3 kali perminggu, pada
kondisi ini maka responden lebih banyak
beraktifitas sehingga banyak energi yang
digunakan. Hal ini dapat mengurangi timbulnya
penimbunan energi sehingga tidak menyebabkan
kelebihan berat badan dan obesitas. Dimana
kondisi kelebihan berat badan dan obesitas dapat
memicu timbulnya kenaikan kadar gula darah
terutama bagi penderita Diabetes Mellitus tipe 2
(Vitahealth, 2006).
Aktifitas fisik dapat memperbaiki metabolisme
glukosa dan sensitifitas insulin, memberikan efek
yang menguntungkan bagi metabolisme
karbohidrat dan lemak, meningkatkan asupan
glukosa oleh otot serta berperan dalam penurunan
berat badan (Price, 2006). Jenis olahraga yang
dilakukan responden seperti senam, jalan kaki dan
bersepeda. Olahraga yang dianjurkan dilakukan
secara teratur, intensitas ringan-sedang selama
kurang lebih 30 menit.
Secara statistik tidak terdapat perbedaan
asupan energi, lemak dan karbohidrat secara
bermakna (p-value>0,05) antara kelompok
perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan. Dan
terdapat perbedaan pada asupan protein dan serat
(p-value<0,05) dimana asupan protein dan serat
kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok tanpa perlakuan.
Berdasarkan hasil uji compare mean terlihat
bahwa selisih rerata pada kelompok yang
mendapat perlakuan dan yang tidak mendapatkan
perlakuan menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan (p-value=0,045) yang menunjukan
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan yang diberikan susu kedelai
dengan kelompok yang tidak diberikan susu kedelai
terhadap penurunan kadar gula darah. Dimana
pada kelompok perlakuan terjadi penurunan yang
bermakna dengan rerata sebesar 10,68 dan pada
kelompok tanpa perlakuan terjadi rerata kenaikan
sebesar 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa secara
statistik terdapat efek/pengaruh positip akibat dari
pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
94
penderita DM Tipe 2. Meskipun secara klinis
belum terlalu bermakna karena rata-rata kadar
gula responden masih diatas 150 mg/dl (Lebih dari
normal).
Adanya pengaruh yang signifikan secara
statistik pada kelompok perlakuan yang telah
mengonsumsi susu kedelai selama 14 hari, hal ini
membuktikan bahwa susu kedelai mengandung
senyawa yang bermanfaat terhadap penurunan
kadar gula darah. Kandungan protein, isoflavon,
serat dan lesitin yang tinggi dipercaya mempunyai
pengaruh yang sangat baik untuk kesehatan tubuh
terutama untuk keseimbangan metabolisme.
Sehingga banyak ahli yang berkeyakinan bahwa
mempunyai peran positip dalam pengendalian
kadar gula darah dan kolesterol (Unus, 2002).
Lesitin yang terkandung dalam susu kedelai
mengandung anti oksidan yang mampu menjaga
sel-sel pankreas, serta mampu meregenerasi selsel yang rusak dengan cepat. Sehingga ketika
pankreas rusak akan berfungsi dengan baik
kembali, serta dengan bantuan lesitin pula maka
insulin mampu diproduksi kembali secara
maksimal.
Pendapat yang hampir sama juga disampaikan
oleh Wijayakusuma dan Hembing (2003) yang
mengatakan bahwa susu kedelai merupakan susu
yang terbuat dari ekstrak kedelai yang
mengandung protein tinggi. Dengan mengkonsumsi
susu kedelai atau olahannya secara intensif, pancreatic dapat membesar sehingga produk insulin
pun akan bertambah.
Adanya pengaruh dari susu kedelai terhadap
penurunan kadar gula darah selain diperkuat oleh
beberapa teori diatas juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Anita C (2006)
Universitas Brawijaya Malang yang menyatakan
bahwa pengaturan diit dan pemberian susu kedelai
menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap
kadar glukosa darah puasa dan gula darah 2 jam
post prandial pada pasien DM Di Rumah Sakit
dr. Saiful Anwar Malang.
Penelitian lain menunjukkan bahwa konsumsi
kedelai dan protein kedelai serta isoflavon dapat
menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki
kontrol gula darah pada wanita post menopause
(Azadbakh, 2007).
ISSN 2460-0334
Baequny, Efek pemberian susu kedelai terhadap kadar gula darah
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Evi Sinaga (2012) yang menunjukan hasil
adanya perbedaan penurunan gula darah puasa
pada wanita prediabetes pada kelompok perlakuan
yang signifikan (P= 0,001) dan tidak ada penurunan
pada kelompok kontrol setelah diberi susu kedelai
selama 14 hari.
Berdasar hal tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa susu kedelai banyak mengandung zat yang
memang dibutuhkan untuk membantu memberikan
efek penurunan kadar gula darah bagi penderita
DM tipe2. Penurunan kadar gula darah yang
cukup signifikan pada kelompok yang diberikan
susu kedelai selama 14 hari juga diperkuat dengan
asupan makanan yang menunjang pada diet
penderita DM. Pada kedua kelompok ini terdapat
perbedaan dalam asupan protein dan serat, dimana
pada kelompok perlakuan asupan protein dan serat
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tanpa
perlakuan sehingga hal ini memperkuat efek
penurunan kadar gula darah.
PENUTUP
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
1) tidak ada perbedaan karakteristik berdasarkan
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
kebiasaan olahraga antara kelompok perlakuan dan
tanpa perlakuan, 2) tidak ada perbedaan pada
asupan makanan (kalori, lemak, karbohidrat),
namun ada perbedaan asupan makanan (protein
dan serat) antara kelompok perlakuan dan tanpa
perlakuan, 3) terdapat perbedaan yang signifikan
pada selisih rerata penurunan gula darah sebelum
dan sesudah perlakuan (p-value=0,045).
Disarankan pada penderita Diabetes Mellitus khususnya DM Tipe 2 untuk mengonsumsi susu
kedelai secara rutin setiap hari sebagai pengganti
snack karena dapat menurunkan dan menstabilkan
kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA
Askandar Tjokroprawiro. 2001. Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diagnosis dan Terapi, Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
ISSN 2460-0334
Azadbakh, L. et.al. 2007. Soy Inclution In The Diet Improves Features Of The Metabolic Sindrome : a
Randomized Crossover Study In Post Menopausal
Women. The American Jornals of Clinical Nutrition. Hal. 735-741. http://www.ajcn .nutrition.org.
Diperoleh tanggal 10 februari 2014
Dinkes Kota Pekalongan. 2012. Profil Kesehatan Kota
Pekalongan Tahun 2011. Dinkes Kota
Pekalongan.
Handayani, W. Rudijanto, A. Indra, MR. 2009. Susu
Kedelai Menurunkan Resistensi Insulin Pada Rattus Norvegicus Model Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. XXV No. 2.
Agustus 2009. Hal 60-66.
Liu ZM, Chen Y, Suzanne CH, Ho YP, Woo J. 2010.
Effects Soy Protein And Isoflavones On Glycemic Control And Insulin Sensitivity : Randomized,
Placebo Control Trial In Postmenopause Chinese
Women. The American Jornals of Clinical Nutrition. Hal. 1092-1101. http://www.ajcn.nutri
tion.org. Diperoleh tanggal 10 februari 2014
Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Perawatan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika
PERKENI. 2006. Konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta. PB PERKENI.
Hal : 3-14, 30-31
Price, SA,.Wilson,LM. 2006. Patofisiologi : Konsep
Klinis Dan Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Reta.2009. Diet Untuk Menghindari Peningkatan
Risiko Diabetes Tipe 2. http://www.perawat
onlin e.com/index.ph p?option =
com_content&view. Diperoleh tanggal 10 Februari
2014
Soegondo. 2002. Konsesus Pengelolaan Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Indonesia,. Jakarta: PB
PERKENI
Soewondo, P. Laurentinus, AP. 2011. Prevalences,
Characteristics And Predictor Of Prediabetes In
Indonesia. Jakarta : Departement Of Internal Medicine Faculty Of Medicine University Of Indonesia. Hal : 283 – 293.
Sudoyo, AW, et.al. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Internal Publishing.
95
JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 2, NOVEMBER 2015: 89-96
Sugiono, Edwin dan Imam Sumarno. 2009. Statistik
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sulistijani. 2006. Sehat Dengan Menu Berserat.
Jakarta: Trubus Agriwidya
Unus, S. 2002. Tanaman Berkhasiat Sebagai Obat.
Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
96
Vitahealth. 2006. Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Whitney, E. Rolfes SR. Pinna, K. 2002. Nutrition And
Diabetes Mellitus. Dalam: Understanding Normal And Clinical Nutrition 7TH Edition. Belmont
: Wadsworth. Hal : 790-816
ISSN 2460-0334
Download