1 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Manisan

advertisement
BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh
masyarakat. Rasanya yang manis bercampur dengan rasa khas buah sangat cocok
dinikmati di berbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum dipasarkan
ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat dikelompokan
menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer (buah
dilarutkan dalam gula, contohnya adalah jambu, manga, salak, dan kedondong)
2. Golongan kedua adalah manisan larutan gula kental menempel pada buah.
Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan ciremai
3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagai gula tidak
larut dan menempel pada buah) Buah yang sering digunakan adalah buah
mangga, kedongdong, sirsak dan pala
4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam
bahan adalah garam. Jenis buah dibuat adalah jambu biji, manga, belimbing,
rosella, buah pala.
Manisan kering adalah produk olahan yang berasal dari buah-buahan dimana
pemasakannya menggunakan gula kemudian dikeringkan. Produk ini mempunyai
beberapa keuntungan diantaranya: bentuknya lebih menarik, lebih awet, volume serta
bobotnya menjadi lebih kecil sehingga memudahkan pengangkutan. Buah-buahan yang
biasa digunakan untuk membuat manisan kering adalah jenis buah yang lunak seperti
buah papaya, sirsak, tomat, dan lainnya. Secara umum pembuatan manisan terdiri dari
tahap pemotongan/penusukan buah, perendaman, pencucian, perebusan, pemasakan
dengan gula hingga penjemuran
5
6
2.1.1 Sumber Data
Merupakan sumber data yang didapatkan melalui buku, artikel maupun data
online dari website yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas serta wawancara
dengan berbagai narasumber. Data dan informasi yang digunakan, diantaranya :
2.1.1.1 Wawancara Narasumber
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung Bpk. Guntur Wiyo
Gouw selaku pemilik Pusat Oleh-Oleh Cirebon Pangestu
sehingga
mendapatkan data yang akurat dari data yang diperlukan.wawancara dilakukan.
2.1.1.2 Literatur
Pengumpulan data dilakukan dengan pencarian bahan melalui artikel dan
literatur dari media elektronik seperti internet untuk mencari data tambahan yang
tidak di dapat dalam proses wawancara.
a. IPB (2010). Kesehatan pangan Manisan Buah-buahan (8-10-2010) from
:http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/.pdf
b. Donita(2011). Cara Membuat Manisan Buah. (4-9-2011) from :
http://teknologi--tepat-guna.blogspot.com/
c. Riwan
Kusmiadi.(2012).Manisan
Buah
(05-19-2012)
from:
http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php
2.1.1.3 Survey Lapangan
Survey dilakukan pada 2 tempat, seperti :
a. Survey mengunjungi tempat pembuatan manisan buah di Cirebon dan
mewawancarai beberapa karyawan disana.
b. Survey ke masyarakat untuk mewawancarai masyarakat dengan
pertanyaan seputar manisan dan menyebarkan kuisioner
2.1.1.4 Hasil Survey
Penulis melakukan survey dengan membagikan kuisioner kepada 218 orang
responden untuk mengetahui minat dan respon masyarakat terhadap manisan
buah Cirebon dan pengaruh kemasan.
7
a. Gender
Gambar 2.1. Hasil Survey Gender Responden
b. Usia
Gambar 2.2. Hasil Survey Usia Responden
8
c. Tempat Tinggal
Gambar 2.3. Hasil Survey Tempat Tinggal Responden
d. Status Pekerjaan
9
Gambar 2.4. Hasil Survey Status Pekerjaan Responden
e. Apakah anda tahu tentang manisan buah?
Gambar 2.5. Hasil Survey Pengetahuan Responden Tentang Manisan Buah
f. Manisan buah apa yang biasanya anda makan?
10
Gambar 2.6. Hasil Survey Manisan Buah yang Biasa Dikonsumsi Responden
g. Dimana anda biasanya mendapatkan manisan buah?
Gambar 2.7. Hasil Survey Tempat Responden Mendapat Manisan Buah
h. Apa alasan membeli manisan buah?
11
Gambar 2.8. Hasil Survey Alasan Responden Membeli Manisan Buah
i. Tertarikah anda mencoba manisan buah?
Gambar 2.9. Hasil Survey Ketertarikan Responden Mencoba Manisan Buah
12
j. Alasan mengkonsumsi manisan buah?
Gambar 2.10. Hasil Survey Ketertarikan Responden Mencoba Manisan Buah
k. Menurut anda apakah design kemasan manisan buah sekarang ini
cukup baik?
13
Gambar 2.11. Hasil Survey Pendapat Responden Tentang Kemasan Manisan
Buah
l. Menurut anda, apakah bentuk dan desain kemasan berpengaruh
pada keputusan anda dalam membeli produk makanan / minuman?
Gambar 2.12. Hasil Survey Responden Tentang Pengaruh Desain Kemasan
Pada Keputusan Pembelian
m. Ketika membeli produk, hal apa yang pertama kali menarik
perhatian anda?
14
Gambar 2.13. Hasil Survey Responden Tentang Ketertarikan Membeli Produk
n. Kemasan manisan seperti apakah yang ada di benak anda?
Gambar 2.14. Hasil Survey Tentang Kemasan Manisan yang Ada di Benak
Responden
2.1.2 Sejarah Manisan
15
Manisan buah adalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama
beberapa waktu. Manisan biasanya dimakan sebagai hidangan pelengkap untuk
merangsang nafsu makan. Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara
pengawetan makanan yang sudah diterapkan sejak dahulu kala. Perendamanan manisan
akan membuat kadar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang. Keadaan
ini akan menghambat pertumbuhan mikroba perusak sehingga buah akan lebih tahan
lama.
Pada awalnya manisan dibuat dengan merendam pada larutan gula hanya untuk
mengawetkan. Ada beberapa buah yang hanya dipanen pada musim-musim tertentu.
Saat musim itu, buah akan melimpah dan kelebihannya akan segera membusuk apabila
tidak segera dikonsumsi. Untuk itu manusia mulai berpikir untuk mengawetkan buah
dengan membuat manisan. Manisan juga dibuat dengan alasan memperbaiki cita rasa
buah yang tadinya masam menjadi manis. Setelah berkembang menjadi komoditas,
manisan mulai diolah dengan berbagai tambahan bahan, seperti pemutih, pengenyal,
pengering, atau gula buatan. Manisan merupakan salah satu metode pengawetan produk
buah-buahan yang paling tua, dan dalam pembuatannya menggunakan gula, dengan cara
merendam dan memanaskan buah dalam madu.
2.1.3 Proses Pembuatan Manisan
Untuk membuat manisan yang berkualitas perlu memperhatikan beberapa hal,
seperti bahan yang digunakan, bumbu, peralatan, dan wadah yang digunakan. Selain itu
perlu diperhatikan juga metode yang dilakukan seperti penirisan, penjemuran, dan
penyimpanan. Dengan pembuatan yang benar, manisan yang diperoleh akan renyah,
tidak getir atau sepat, dan memberi sensasi nikmat bagi yang makan.
2.1.3.1 Bahan-Bahan dan Bumbu
Bahan-bahan pembuatan manisan yang baik adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang digunakan dipilih yang baik kualitasnya, agar hasil manisan
tidak keriput.
b.
Buah yang digunakan tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, tidak
mengandung banyak serat serta tidak berulat dan tidak ada cacat.
16
c. Buah yang digunakan dicuci terlebih dahulu dari kotoran yang ada.
Proses pembuatan manisanpun dapat menggunakan berbagai macam bahan
untuk pengawetannya, diantaranya:
a. Garam
Garam yang digunakan adalah garam meja, garam bata, atau garam
beriodium, serta tidak mengandung vetsin karena akan menghambat proses
pengawetan.
b. Gula
Gula yang digunakan sebaiknya berwarna putih agar hasil manisan tidak
berubah warna menjadi lebih gelap. Pada produk manisan buah, jumlah gula
yang digunakan tergantung pada jenis dan varietas buah ataupun selera individu
sendiri. Gula yang ditambahkan dapat berupa bentuk kering ataupun sirup
dengan konsentrasi tertentu.
Apabila gula ditambahkaan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang
tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi
tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (Aw) dari
bahan pangan berkurang. Produk-produk pangan berkadar gula tinggi cenderung
rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relative
mudah rusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) atau dihambat oleh hal-hal
lain.
Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, akan tetapi pada umumnya gula dipergunakan dengan salah satu
tekhnik pengawetan lainnya misalnya dikombinasikan dengan keasaman yang
rendah, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah, pengeringan, pembekuan
dan penambahan bahan kimia seperti SO2 , asam benzoat dan lain-lain. Bahan
pangan yang mempunyai kadar gula yang tinggi berarti mempunyai Aw rendah.
c. Cuka
17
Bila digunakan cuka, gunakan yang kadar keasamannya 5% saja agar tidak
terlalu asam.
d. Air Kapur Sirih
Air kapur sirih digunakan untuk memberi tekstur renyah pada
manisan. Sebelum direndam dalam air gula, buah direndam dalam air kapur
sirih terlebih dahulu. Setelah dibilas hingga bersih agar sisa kapur sirih tidak
menempel.
e. Larutan CaCl2
CaCl2 merupakan elektrolit kuat yang mudah larut dalam air. Garam
kalsium yang bisa digunakan selain CaCl2 adalah Ca-laktat, Ca-sitrat dan
Ca-hidroksida. Ion kalsium juga dapat memperkuat tekstur dan mencegah
browning enzimatis karena ion kalsium bereaksi dengan asam amino
sehingga menghambat reaksi pencoklatan.
Pada buah yang masih muda, banyak mengandung senyawa
protopektin yang berfungsi sebagai penguat lamella tengah dan membran sel.
Protopektin tersebut merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer
asam galakturonat, banyak kalsium dan magnesium.
Tekstur produk hasil pengeringan dapat diperbaiki dengan melakukan
perendaman dalam garam kalsium yang dapat mengeraskan jaringan produk.
Ada 2 macam enzim pemecah pektin yang terdapat pada jaringan buah yang
telah masak, yaitu esterase dan poligalakturonase, yang aktivitasnya
meningkat selama proses pematangan buah.
Proses pengolahan, pemanasan atau pembekuan dapat melunakkan
jaringan sel tanaman tersebut, sehingga produk yang diperoleh mempunyai
tekstur yang lunak. Ion kalsium akan berikatan dengan pektin membentuk
Ca-Pektat/Ca Pektat yang tidak larut dalam air dan menghasilkan tekstur
yang keras.
18
Pengaruh kekerasan oleh ion kalsium disebabkan terbentuknya ikatan
menyilang antara ion kalsium divalent dengan polimer senyawa pectin yang
bermuatan negatif yaitu pada gugus karboksil asam galakturonat, bila ikatan
menyilang ini terjadi dalam jumlah besar maka akan terjadi jaringan molekul
yang melebar. Adannya jaringan tersebut akan mempengaruhi daya larut
senyawa pektin dan akan semakin kokoh dari pengaruh mekanis.
f. Bumbu Tambahan
Bumbu tambahan yang digunakan, seperti cabai merah, cengkeh, atau kayu
manis sebaiknya masih baru agar tidak mengganggu cita rasa manisan. Dalam
pembuatan, bumbu dibungkus dengan sepotong kain agar tidak mengotori air
rendaman dan tidak mengganggu warna hasil akhir manisan. Bahan pengawet
tidak perlu digunakan apabila manisan disimpan dalam tempat yang bersih dan
sesuai.
2.1.3.2 Peralatan dan Wadah
Peralatan yang digunakan untuk membuat manisan adalah panci, pengaduk, toples.
Panci dan sendok dibuat dari bahan baja antikarat, email, atau kayu. Peralatan yang
terbuat dari besi atau logam dapat meracuni dan mengubah warna manisan karena akan
bereaksi dengan cuka yang ditambahkan atau zat asam yang terdapat dalam buah
Wadah yang digunakan tertutup, telah dibersihkan dari lemak dan telah disterilkan.
Pastikan adah tidak retak dan dapat tertutup rapat.
2.1.3.3 Metode
Sebelum direndam, manisan dipilih dahulu yang berkualitas dan dicuci. Pada
beberapa buah dilakukan pengupasan dan pemotongan terlebih dahulu. Pada buah yang
memiliki daging tebal juga dapat dilakukan pelubangan untuk membantu meresapkan
larutan gula.Pada cara modern, penggulaan dilakukan lebih dari satu tahap.
Proses perendaman dalam larutan gula ada 2 cara, yaitu cara lambat dan cepat.
Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam larutan gula memerlukan waktu lama.
Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah direndam selama 24 jam konsentrasi gula
19
ditingkatkan menjadi 40% dan buah direndam lagi selama 24 jam. Demikian seterusnya
hingga konsentrasi gula mencapai 70%. Pada konsentrasi gula tinggi buah direndam
selama 3 minggu dan kemudian buah di keringkan.
Pada perendaman dalam larutan gula dengan cara cepat, pelaksanaanya
dapat disingkat menjadi beberapa jam saja dengan mempertahankan larutan
gula pada suhu 140-1500F (60-650C). Kenaikan konsentrasi gula dilakukan
setiap 3-4 jam sekali sampai mencapai konsentrasi kira-kira 68.
Penirisan dilakukan menggunakan ayakan yang terbuat dari bambu atau
aluminium. Setelah ditiriskan, buah dibiarkan beberapa lama untuk
memastikan sisa-sisa air tidak tersisa pada buah. Untuk manisan kering, air
gula terakhir yang digunakan juga ditiriskan, sedangkan untuk manisan basah
tidak.
Metode penjemuran dilakukan untuk beberapa manisan kering.
Penjemuran yang baik dilakukan dengan sinar matahari, sambil dibalik-balik
agar keringnya merata. Setara dengan itu manisan juga dapat dipanggang pada
oven sebelum dimasukkan ke wadah. Penyimpanan manisan pada umumnya
adalah di lemari es. Manisan diletakkan pada wadah yang kedap udara dan
tertutup rapat, atau dikemas dalam plastik yang kedap udara.
2.1.4 Data Perusahaan
2.1.4.1 Sejarah Perusahaan
Pangestu sendiri merupakan pusat oleh-oleh di Cirebon yang berdiri pada
tahun 1992. Berlokasi pertama kali di Pangestu pertama kali di kios pasar pagi di
kota Cirebon, kini pangestu telah melebarkan sayapnya dengan memiliki 3
cabang utama Pangestu. Dengan jerih payah sang pemilik, Bp. Guntur Wiyo
Gouw dan Ibu Debby, toko ini dapat berkembang dengan pesat. Dengan metode
Home Production (Produksi di Rumah/Produksi sendiri), Toko Pangestu dapat
menghasilkan produk-produk yang diakui "Produk Unggulan" yang inovatif dan
beragam. Pemasaran produk-produk dari Toko Pangestu pun telah menyebar
20
hingga Bandung, dan Jakarta. Hingga saat ini, Toko Pangestu masih ingin
menyebarluaskan pemasarannya tidak hanya di Indonesia namun juga tidak
menutup kemungkinan untuk memasarkan produk-produk Pangestu ke
mancanegara.
2.1.4.2 Produksi dan Pemasaran
Salah satu produk yang diminati dari Pangestu ialah manisan buah. Produk ini
cukup menjadi produk incaran konsumen yang membeli untuk dikonsumsi sendiri atau
juga membeli untuk oleh-oleh. Sama seperti kebanyakan produk dari Pangestu, manisan
buah Pangestu ini juga dibuat dengan cara home industry. Bahan-bahan buah yang
digunakan diperoleh dari perkebunan masyarakat dan para petani mitra binaan.
Proses pengolahan manisan buah cukup mudah dengan menggunakan prinsip
penggulaan. Tahapan–tahapan proses pembuatannya cukup mudah yaitu: sortasi,
trimming, pengecilan ukuran, perendaman Ca(OH)2, dan penambahan bahan tambahan,
perendaman larutan gula(secara bertahap), dan pengemasan.
a. Sortasi dan pencucian
Sortasi adalah memilih hasil panen yang telah dilakukan untuk
membedakan hasil panen yang baik dan hasil panen yang jelek. Untuk
mendapatkan kualitas dari keseragaman bahan makanan yang akan dikemas,
diperlukan tahap pemilihan (sortasi dan grading) dari bahan yang terlalu
muda atau tua, bahan yang rusak, bahan yang terkena serangan hama atau
serangga. Bahan harus dipisah-pisahkan menurut ukuran dan kemasakannya.
Bahan yang terlalu besar ukurannya dan bervariasi dapat diseragamkan
dengan cara pemotongan atau memperkecil ukurannya agar lebih seragam,
hal ini dapat mengefisiensikan proses sterilisasi dan lebih meningkatkan daya
tarik konsumen.
Pencucian, akan mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan sejenis
malam (lilin) yang melapisi kulit pada buah-buahan, untuk menghilangkan
kotoran yang melekat pada bahan yang dapat menunjukkan adanya populasi
mikroorganisme,
untuk
menghilangkan
adanya
Pencucian menggunakan air yang bersih dan mengalir.
sisa-sisa
insektisida.
21
b. Trimming dan pengecilan ukuran
Trimming yaitu membuang bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti
pemisahan daun, kelobot, polong, bagian-bagian yang cacat, memar atau
terpotong, bagian-bagian yang tidak dapat dimakan seperti biji, kulit, dan
lain-lain. Pemotongan buah menjadi lebih kecil sesuai standar/selera
konsumen dan gula dapat lebih meresap ke dalam jaringan buah. Bagian
buah yang tidak dapat dimanfaatkan seperti biji dan bagian tengah buah (hati)
dibuang.
c. Perendaman Ca(OH)2
Potongan buah direndam dalam air kapur sirih 10 % (10 g/liter) dan
garam 10 % (10 g/liter) selama 1-2 jam. Takaran yang digunakan untuk 10
kg buah, air yang digunakan 5-6 liter (sampai semua bagian buah terendam),
kapur sirih 1-2 sendok makan/ liter air, garam dapur 3-4 sendok makan/ liter
air. Hal ini bertujuan untuk memperkuat tekstur buah pada perlakuan
selanjutnya.
d. Pemblansingan
Blanching merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan pada sayursayuran dan buah-buahan dalam air panas atau uap air. Tujuan blanching
terutama untuk menginaktifkan enzim diantaranya enzim peroksidase dan
katalase. Kedua jenis enzim ini paling tahan terhadap panas. Disamping
menginaktifkan
enzim-enzim,
perlakuan
blanching
bertujuan
untuk
membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah bakteri dalam
bahan; memperluas bahan, memudahkan pengisian bahan ke dalam wadah;
mengeluarkan gas-gas yang terdapat dalam ruang sel-sel; memantapkan
warna buah dan tekstur bahan menjadi lebih baik. Suhu blanching biasanya
mencapai 82C-93C selama 3–5 menit.
e. Perendaman larutan gula
Gula mampu memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk
makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup. Hal ini umum bagi
gula yang dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan
22
bahan pangan. Potongan buah kemudian direndam dalam larutan gula 50 %
(500 g gula dilarutkan dalam 1 liter air yang telah masak dan disaring).
Lamanya proses rendaman ini tergantung jenis manisan dan buah yang
digunakan bisa 1-2 hari. Perendaman ini bertujuan agar cairan gula dapat
meresap ke dalam jaringan buah.
Proses perendaman dalam larutan gula ada 2 cara, yaitu cara lambat dan
cepat. Pada cara lambat, perlakuan perendaman dalam larutan gula
memerlukan waktu lama. Konsentrasi gula awalnya 30% dan buah direndam
selama 24 jam konsentrasi gula ditingkatkan menjadi 40% dan buah
direndam lagi selama 24 jam. Demikian seterusnya hingga konsentrasi gula
mencapai 70%. Pada konsentrasi gula tinggi buah direndam selama 3 minggu
dan kemudian buah di keringkan. Pada perendaman dalam larutan gula
dengan cara cepat, pelaksanaanya dapat disingkat menjadi beberapa jam saja
dengan mempertahankan larutan gula pada suhu 140-1500F (60-650C).
Kenaikan konsentrasi gula dilakukan setiap 3-4 jam sekali sampai mencapai
konsentrasi kira-kira 68%. Konsentrasi yang cukup tinggi (70%) sudah dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula
dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya. Misalnya
dikombinasikan dengan keasaman yang rendah, pasteurisasi, penyimpanan
pada suhu rendah, pengeringan, pembekuan dan penambahan bahan kimia
seperti SO2, asam benzoat dan lain-lain. Bahan pangan yang mempunyai
kadar gula yang tinggi berarti mempunyai Aw rendah
f. Penjemuran
Setelah proses pembuatan selesai, manisan yang telah dilarutkan dalam
larutan gula akan dikeringkan dibawah sinar matahari. Tujuannya agar
larutan gula dapat menyerap dan mengurangi massa air yang terkandung
dalam buah dan akibat perendaman larutan gula. Pengeringan dibawah sinar
matahari ini juga bertujuan untuk membunuh mikroba yang masih menempel
pada proses pembuatan manisan. Pada proses penjemuran, manisan di taruh
satu persatu berjejeran guna memantapkan proses pengringan setiap
potongan buah.
23
g. Pengemasan
Setelah proses pembuatan selesai, manisan dimasukkan ke dalam wadah.
Manisan dapat tahan lama dalam jangka waktu yang relatif lama apabila
dikemas dengan baik. Kemasan yang umum digunakan untuk wadah manisan
adalah gelas jar dan tertutup rapat, plastik PE, PP dan Polistiren.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk dan memudahkan
penanganan dalam penyimpanan transportasi dan pemasaran. Perlakuanperlakuan ini bertujuan agar kotoran atau bagian yang tidak dikehendaki
dapat hilang, agar ruang pendingin dimanfaatkan secara efisien, agar
perlakuan dingin dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dingin dari
produksinya
h. Pemasaran
Proses pemasaran Pangestu sendiri masih menggunakan cara konvensional
yaitu dengan distribusi langsung: di store Pangestu dan consignment ke tokotoko lain di seluruh Indonesia. Masi rendahmya sistem manajemen Pangestu
menjadi hambatan dalam melakukan pemasaran hingga keluar negri.
2.1.5
Data Produk
2.1.5.1 Logo
Gambar 2.15. Logo Pangestu
24
Produk Pangestu menggunakan logo utama seperti gambar diatas, logo
tersebut memiliki filosofi bentuk perahu dimana layarnya dibuat menyerupai
huruf P yang merupakan inisial pangestu sendiri. Penggunaan garis yang miring
kekanan atas menunjukan harapan dimana nantinya karir Pangestu ini terus
menanjak. Pangestu sendiri memiliki arti dalam Bahasa Sunda yang berarti baik
atau selamat.
2.1.5.2 Karakteristik Produk
Produk manisan Pangestu dijual dalam 4 varian berbeda, 100gram,
200gram, dan 500 gram. Manisan ini telah dipasarkan di store-store Pangestu
dan melalui consigment ke seluruh toko di Indonesia. Bahan baku berasal dari
kebun masyarakat dan petani binaan. Produk yang paling banyak di minati
adalah manisan Mangga. Dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas dan
tanpa pengawet.
2.1.5.3 Target Konsumen
a. Demografi
a) Usia : 20 - 40 tahun
b) Jenis kelamin : Wanita dan Pria
c) Pekerjaan : Remaja, Pelajar, Mahasiswa/i, Pekerja Kantoran,
Wiraswastawan/i
d) Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
e) Kelas ekonomi : B - A
b. Geografi
a) Domisili
: Perkotaan
b) Kepadatan : Pusat Kota
c) Iklim
c. Psikografi
: Tropis.
25
a) Pria dan Wanita yang menyukai buah sebagai hidangan camilan
b) Tertarik pada buah-buahan tropis
c) Kondisi ekonomi yang cukup baik, sehingga mudah untuk berbelanja
memenuhi kebutuhan konsumsi, terutama camilan.
d) Pria dan Wanita yang sering traveling dan membawakan oleh-oleh
khas daerah
2.1.5.4 Kompetitor
a. Manisan Sinta
Gambar 2.16. Salah Satu Produk Manisan Sinta
Merupakan salah satu merek dagang manisan dari Cirebon yang
dibangun bedasarkan nama tokonya. Berlokasi di Jl. Lemahwungkuk
Cirebon, manisan Sinta termasuk salah satu toko tertua yang menjual
manisan atau oleh-oleh khas Cirebon. Harga : Rp. 30.000/200gr
b. Manisan Buah Toeniel
26
Gambar 2.17. Salah Satu Produk Manisan Buah Toniel
Didirikan oleh Hj. Alicce Hannafi, Toeniel merupakan oleh-oleh
manisan buah asli Surabaya. Toeniel memproduksi dan menjual aneka
manisan kering dari buah dan sayur , juga aneka sirup buah dan herbal ,
kesemuanya sehat karena dibuat dari bahan alami dan tanpa bahan
pengawet. Harga: Rp. 25.000/250gr
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1.1 Teori Kemasan
Menurut drs. AD Pirous MA (2007) Mutu lain dari sebuah
kemasan dinilai dari kemampuannya dalam memenuhi fungsi, di mana
kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih besar daripada
barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik kemasan
ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal
perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus
terkandung dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis
tanpa melupakan kesan jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.
Menurut Oxford Dictionary, kemasan (packaging) adalah bahanbahan yang digunakan untuk membungkus atau melindungi suatu barang.
Definisi menurut buku Packaging the Branding adalah menurut beberapa
orang, desain kemasan merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan
27
mental, melatih intelektual yang diperlukan untuk membentuk ide dan
konsep. Untuk orang lain, kemasan adalah tentang kerajinan untuk
membuat sesuatu, menerapkan dan menyempurnakan rincian terkecil atau
detail dan pilihan nuansa yang dipilih. Kedua pendekatan tersebut
dianggap benar oleh sejarah desain
Kemasan yang baik dan akan digunakan semaksimal mungkin
dalam pasar harus mempertimbangkan dan dapat menampilkan beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut:
1. Faktor pengamanan
Kemasan harus dapat melindungi produk dari penyebab timbulnya
kerusakan barang dari segi biologis dan kimiawi, misalnya: cuaca, sinar
matahari, jatuh, tumpukan, kuman, serangga dan lain-lain. Contohnya,
kemasan biskuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.
2.
Faktor ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif dan efisien termasuk dalam
pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya.
Contohnya, produk-produk refill atau isi ulang.
3. Faktor pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau
pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor, kemudahan
penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Bentuk dan ukuran
kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
menyulitkan peletakan di dalam rak atau tempat pemajangan serta keamanan
produk terjamin bila ditumpuk.
4. Faktor komunikasi
Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan
produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan pertimbangan
28
mudah dilihat, dipahami dan diingat. Pencitraan produk yang tidak berhasil
biasanya menciptakan kesan atau pesan yang berbeda dari yang ingin
disampaikan oleh produk tersebut.
5.
Faktor ergonomi
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan
mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi
bentuk dari kemasan itu sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai
produk atau konsumen.
6. Faktor estetika
Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf,
tata letak atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu
daya tarik visual secara optimal.
7.
Faktor identitas
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain,
memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produkproduk yang lain.
8.
Faktor promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal
ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat
efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru.
9. Faktor lingkungan
Kita hidup di dalam era industri dan masyarakat yang berpikiran kritis.
Dalam situasi dan kondisi seperti ini, masalah lingkungan tidak dapat terlepas
dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah
kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Salah
satunya yang pernah menjadi topik hangat adalah styrofoam. Pada tahun 1990
29
organisasi-organisasi lingkungan hidup berhasil menekan perusahaan Mc
Donalds untuk mendaur ulang kemasan-kemasan mereka. Sekarang ini
banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan yang ramah
lingkungan (environmentally friendly), dapat didaur ulang (recyclable) atau
dapat dipakai ulang (reusable).
Sifat dasar desain yaitu bersifat fungsional dan estetis menurut Christine
S. Cenadi (1998) Agar berhasil, maka penampilan sebuah kemasan harus
mempunyai daya tarik. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu daya tarik visual (estetika) dan daya tarik praktis (fungsional);
1. Daya tarik visual (estetika)
Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan yang mencakup
unsur-unsur grafis yang telah disebutkan di atas. Semua unsur grafis tersebut
dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan untuk memberikan daya tarik
visual secara optimal. Daya tarik visual sendiri berhubungan dengan faktor
emosi dan psikologis yang terletak pada bawah sadar manusia. Sebuah desain
yang baik harus mampu mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon
yang positif tanpa disadarinya. Sering terjadi konsumen membeli suatu produk
yang tidak lebih baik dari produk lainnya walaupun harganya lebih mahal.
Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa terdapat daya tarik tertentu yang
mempengaruhi konsumen secara psikologis tanpa disadarinya. Misalnya
produk-produk sabun mandi yang pada umumnya memiliki komposisi yang
tidak jauh berbeda. Tetapi produk sabun mandi yang dapat menampilkan
kelembutan yang divisualkan dengan baik pada desain kemasannya,
diantaranya menggunakan warna-warna lembut (pastel) dan merek yang
memberikan kesan lembut dan anggun akan lebih banyak dipilih oleh
konsumen. Visualisasi yang ditampilkan memberikan efek psikologis bahwa
konsumen akan merasakan kulitnya lebih lembut setelah menggunakan sabun
mandi tersebut.
30
2. Daya tarik praktis (fungsional)
Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu kemasan
yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Misalnya, untuk
kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik
praktis lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain;
- Dapat melindungi produk
- Mudah dibuka atau ditutup kembali untuk disimpan
- Porsi yang sesuai untuk produk makanan/minuman
- Dapat digunakan kembali (reusable)
- Mudah dibawa, dijinjing atau dipegang
- Memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali
dengan jenis produk yang dapat diisi ulang (refill)
Selain itu menurut Capsule (2008, p41) terdapat 4 kriteria dari
berhasilnya suatu packaging, diantaranya:
1. Identifikasi
Identifikasi membicarakan mengenai sebaik apakah konsumen mampu
mengidentifikasi produk melalui kemasannya, disaat berbelanja.
2. Fungsional
Fungsional berhubungan dengan kegunaan produk dan menambah
maksud serta keberhasilan produk.
3. Personaliti
Personaliti menyangkut bagaimana suatu brand datang dalam kehidupan
kita, melalui kemasan.
4. Navigasi
Navigasi mengacu pada bagaimana konsumen mendapatkan dan
menggunakan packaging yang telah diseleksi melalui kategori dan spesialisasi.
Keempat kriteria tersebut tidaklah selalu tampil secara kuat dalam suatu
desain packaging, beberapa kriteria mungkin lebih dominan disbanding yang
lain, karena hal ini bergantung pada strategi dari brand tersebut. Dan kriteria
31
serta nilai-nilai dalam teori packaging membantu dalam mengaplikasikan
packaging manisan Pangestu yang baru.
2.2.1.2 Teori Desain Grafis
"Graphic design is the business of making or choosing marks and arranging
them on a surface to convey an idea" – Richard Hollis
Desainer dan sejarawan Richard Hollis melihat desain grafis sebagai semacam
bahasa dengan tata bahasa dan kosa kata yang tidak pasti dan terus berkembang.
Dalam Buku Pengantar Metode Penelitian Budaya Rupa, Agus Sachari (2005)
menjelaskan Desain Komunikasi Visual adalah Profesi yang mengkaji dan
mempelajari desain dengan berbagai pendekatan baik hal yang menyangkut
komunikasi, media, citra tanda maupun nilai. Peran utama dari desain adalah
identifikasi untuk mengatakan apa sesuatu atau barang itu, atau dari mana
asalnya. Fungsi yang kedua adalah untuk memberikan informasi dan instruksi,
yang menunjukkan hubungan dari satu hal ke hal lain. Ketiga adalah sebagai
fungsi promosi dan presentasi di mana tujuannya membuat mata konsumen
tertuju pada promosi atau presentasi tersebut atau sesuatu yang diingat baik oleh
konsumen, tapi tidak peduli apa format atau konsep yang ingin digunakan, setiap
desain akan terdiri dari satu atau lebih dari unsur-unsur dasar atau elemen desain.
Unsur-unsur tersebut termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan
warna membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut,
seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi
(proportion) dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural
komposisi yang lebih luas. Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah
ide, akal, mata, tangan, alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau
ide biasanya tidak dianggap sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau
dinyatakan dalam bentuk visual.
Gaya gabungan gambar ilustrasi dan teknik digital imaging dalam kemasan
Manisan Pangestu mengambil rujukan dari beberapa referensi gaya semi modern
yang minimalis.
32
2.2.1.3 Teori Komunikasi
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal
adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan
model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni: Siapa
(Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in which channel),
kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect) (Littlejhon,
1996).
Dalam ilmu komunikasi juga dikenal beberapa macam tipe
komunikasi. Prof. Joseph A. DeVito dosen dari City University of New York
dalam bukunya Communicology membagi komunikasi atas empat macam
yaitu;
1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)
Merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau dengan
kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Pace (1979) bahwa
“Interpersonal communication is communication involving two or more
people in a face to face setting”
3. Komunikasi Publik (Public Communication)
Sesuai namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi
di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka
di depan khalayak yang lebih besar.
4. Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga
33
kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat yang bersifat mekanis
separti radio, televisi, surat kabar dan film.
Komunikasi yang akan digunakan dalam makalah ini adalah komunikasi
massa di mana kita memberi pesan kepada komunikan melalui media yang
sifatnya massal. Faktor lain yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi
adalah homophily, yakni adanya kesamaan yang dimiliki oleh seorang
komunikator dengan khalayaknya misalkan dalam hal bahasa, pendidikan,
agama, usia dan jenis kelamin. Dalam berkomunikasi juga terdapat tujuan yang
ingin dicapai, yaitu untuk menciptakan kesesuaian, kesamaan, dan pemahaman
yang sama tentang informasi, ide, pemikiran dan sikap terhadap orang, pihak
atau kelompok tertentu yang biasa disebut sebagai target audience.
2.2.1.4 Teori Warna
Warna merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah desain
kemasan. Hal itu disebabkan karena mata manusia merespon warna lebih cepat
dibandingkan dengan desain yang lain, seperti bentuk atau rupa. Warnalah unsur
yang pertama kali dilihat jika produk telah berada di tempat penjualan.
Menurut Louis Prang pada 1876 warna mempunyai tiga sifat yang
disebut dengan dimensi warna, yaitu Hue, Value, dan Intensitas. Selain dari itu
terdapat juga beberapa teori tentang karakteristik warna yang perlu diketahui,
yaitu Warna Asli, Warna-warna yang Diredupkan, Warna Netral dan Keluarga
Warna
1. Hue
Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu
warna, seperti merah, biru, dan sebagainya. Berdasarkan hue inilah Prang
menggolongkan warna menjadi lima bagian yaitu warna primer, sekunder, warna
antara (intermediate), warna tersier dan warna kuarter.
2. Value
Value adalah istilah untuk menunjukkan gelap atau terangnya suatu
warna. Value adalah tingkatan atau urutan kecerahan suatu warna. Nilai tersebut
34
akan membedakan kualitas tingkatan kecerahan warna, misalnya membedakan
warna merah murni dengan warna merah tua (gelap) atau dengan warna merah
muda (terang).
3.
Intensitas
Intensitas ialah dimensi yang menjelaskan cerah atau kusamnya suatu
warna atau suatu karakter yang menyatakan kekuatan atau kelemahan warna,
daya pancar warna dan kemurnian warna. Intensitas adalah kualitas warna yang
menyebabkan warna itu berbicara, berteriak, atau berbisik dalam nada yang
lembut. Dua warna mungkin akan sama namanya, misalnya merah, dan nilainya
mungkin sama, tetapi mungkin akan berbeda dari segi intensitas atau
kekuatannya, yang satu mungkin lebih kuat dari yang lainnya. Warna yang penuh
intensitasnya akan sangat menarik perhatian atau menonjol dan memberikan
penampilan yang cemerlang. Warna yang intensitasnya rendah subtil (halus,
lembut)
Warna supaya lebih kelihatan menonjol dapat dilakukan dengan cara :
1. Mendekatkan suatu warna pada warna komplemennya, apabila dua
warna komplemen berdekatan, keduanya akan saling menonjol oleh karena itu
salah satu di antaranya harus diredupkan.
2. Mengkobinasikan suatu warna dengan hitam atau putih, keduanya
dapat menonjolkan warna lain.
3. Pengulangan sejumlah besar hue yang sama yang ada didekatkan
dengan intensistas yang lemah. Misalnya warna merah cerah dikelilingi merah
yang diredupkan.
Pemilihan warna putih sebagai background kemasan memproyeksikan
kebersihan dan kemurnian. Efek dari warna putih adalah membantu kejernihan
pikiran, juga mencerminkan ekspektasi dan ide yang jernih. Warna hitam juga
dipadukan karena warna hitam sendiri melambangkan kekuasaan dan kekuatan,
efek dari perpaduan warna hitam sendiri akan menghasilkan kesan yang lebih
modern.
35
2.2.1.5 Teori Tipografi
Tipografi menurut Roy Brewer (1971) dapat memiliki pengertian luas
yang meliputi penataan dan pola halaman, atau setiap barang cetak. Atau dalam
pengertian lebih sempit hanya meliputi pemilihan, penataan dan berbagai hal
bertalian pengaturan baris-baris susun huruf (typeset), tidak termasuk ilustrasi
dan unsur-unsur lain bukan susun huruf pada pada halaman cetak.
Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh
James Craig, antara lain sbb :
a. Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada
ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada
garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah
gemulai dan feminin.
b. Egyptian
Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi
seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang
ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
c. Sans Serif
Pengertian San Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak
memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau
hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern,
kontemporer sama.
d. Script
36
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas
atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya
adalah sifat pribadi dan akrab.
e. Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada.
Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki
adalah dekoratif dan ornamental.
Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang
berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Berdasarkan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai
arti. Penggunaan tanda tanda tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain
tipografi apabila digunakan dengan mempertimbangkan graphic clarity dan
prinsip-prinsip tipografi yang ada. Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang
sangat mempengaruhi keberhasilan suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity,
visibility, dan readibility.
Peran tipografi dalam desain komunikasi visual pada kemasan menjadi
penting karena potensinya yang mampu menampilkan diri baik sebagai elemen
baca maupun elemen rupa. Kemampuan inilah yang banyak dimanfaatkan
desainer untuk menampilkan brand name, logotype atau merk dagang. Tipografi
pada kemasan umumnya merupakan rangkaian alphabet yang menampilkan
angka atau tanda baca atau body copy yang menuliskan beberapa kalimat untuk
menjelaskan produk.
2.2.1.6 Teori Logo
Asal kata logo berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti kata,
pikiran, pembicaraan, akal budi. Pada awalnya yang lebih popular adalah istilah
logotype, bukan logo, dan pada awalnya logotype adalah elemen tulisan saja.
Fungsi dari logo itu sendiri:
37
- Identitas diri. Untuk membedakan dengan identitas milik orang lain.
- Tanda kepemilikan. Untuk membedakan miliknya dengan milik orang
lain.
- Tanda jaminan kualitas.
- Mencegah peniruan atau pembajakan.
Seiring dengan perkembangan dunia periklanan, peran logo menjadi amat
penting terutama dalam pembuatan strategi branding sebuah produk. Fungsi
identitas merupakan ukurann sebuah logotype, dengan hanya melihat logo
seseorang atau produk, konsumen akan ingat, tertarik, lalu membeli. Dari fungsi
ini, logo kemudiann menjadi ukuran sebuah citra, baik citra sebuah produk,
perusahaan maupun organisasi.Menurut David Airey, seorang desainer brand
identity asal Inggris,sebuah logo yang ikonik memiliki 5 hal pokok, yaitu:
Desscribable (Mampu mendeskripsikan)
Memorable (Mudah diingat)
Effective without color (Efektif walaupun tanpa warna)
Scalable (Dapat diskala)
Relevant (Tepat dalam penggunannya)
Dalam
mengatakan
salah
satu
bahwa
logo
artikel
dari
adalah
Design
sebuah
Institute
symbol
of
Australia
atau
gambar
pengidentifikasian perusahaan tanpa kehadiaran namaperusahaan. Dilihat dari
segi konstruksinya, logo dibagi menjadi tiga yaitu :
1.picture mark dan lettermark
Elemen gambar dan tulisan saling terpisah
2.picture mark sekaligus lettermark
Bisa disebut gambar, bisa juga disebut tulisan atau saling berbaur
3.lettermark saja
Elemen tulisan saja
Dengan adanya prinsip-prinsip tersebut, serta klasifikasi logo, membatu
sebagai panduan dan mencari referensi dalam pembuatan logo manisan Pangestu
ini
38
2.2.2 Analisa S W O T :
1. Strenght ( Kekuatan )
- Pengalaman dan kualitas yang cukup lama, sehingga membuat Pangestu
cukup memiliki nama sebagai pusat oleh-oleh di Cirebon
- Manisan buah Pangestu tidak menggunakan pengawet, hanya
mengunakan bahan-bahan alami
- Manisan Pangestu memilih buah-buahan terbaik dari perkebunan asli di
Cirebon dengan penyeleksian yang baik.
- Nilai gizi yang cukup tinggi dan sebagai cara baru menyantap buah
2. Weakness ( Kelemahan )
- Produk ini belum memiliki tampilan kemasan yang baik karena belum
digarap secara maksimal.
- Data yang tercantum pada kemasan manisan buah kurang lengkap,
karena tidak tercantum komposisi dan data-data penting
- Kurang adanya media promosi untuk memasarkan produk manisan
Pangestu di store Pangestu
3. Opportunity ( Peluang )
- Masih banyaknya peminat manisan buah di Indonesia sebagai hidangan
camilan
- Jarang adanya produk manisan buah dengan desain yang menarik
beredar di supermarket
39
- Proses produksi yang masih tradisional membuat cita rasa manisan
Pangestu tetap terjaga
- Manisan Pangestu menjadi salah satu buah tangan yang cukup digemari.
4. Threatness ( Ancaman )
- Kompetitor lain menjual dengan harga lebih murah dan dalam daya
tahan yang lebih lama
- Semakin banyak produk pesaing yang muncul di pasaran
-Masyarakat takut akan kesegaran dan keaslian manisan sekarang ini
(banyaknya issue pengawet dan pemanis berbahaya)
Download