BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara ekologi, invasi merupakan pergerakan suatu spesies dari suatu area
dengan kondisi tertentu menuju ke area lain dengan kondisi yang berbeda kemudian
secara perlahan spesies tersebut mengokupasi habitat barunya (Clements, 1905 dalam
Alpert dkk., 2000). Menurut Indriyanto (2006), Invasi merupakan proses masuknya
bakal kehidupan berbagai spesies organisme pioneer (invaders) baik itu berupa buah,
biji, spora, telur, larva dan sebagainya dari suatu daerah ke daerah yang baru dan
menetap di daerah baru tersebut.
Suatu spesies introduksi dapat menjadi invasif jika mereka mampu
menyingkirkan spesies asli dari persaingan memerebutkan sumber daya seperti
nutrisi, cahaya, ruang, air dan sebagainya. Selain itu suatu spesies mampu menginvasi
lingkungan apabila berasosiasi dengan baik di lingkungan yang baru sehingga akan
menguntungkan pertumbuhannya, tetapi merugikan bagi spesies lokal (Alpert dkk.,
2000). Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat
predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut
berkembang biak dengan cepat.
Proses invasi suatu lingkungan tidak hanya disebabkan oleh adanya
introduksi spesies asing, tetapi spesies-spesies lokal juga dipertimbangkan dapat
menjadi invasif ketika penyebarannya dilakukan di dalam habitat buatan manusia
1
seperti kebun atau halaman atau ketika kelimpahannya meningkat akibat campur
tangan manusia di habitat alaminya (Randall, 1997 dalam Alpert dkk., 2000). Pada
dasarnya proses invasi dari spesies tumbuhan asing dapat dibagi menjadi tiga proses,
yaitu proses introduksi, proses kolonisasi dan proses naturalisasi (Cousens dan
Mortimer, 1995 dalam Radosevich dkk., 2007). Menurut Sukisman (2010),
karakteristik yang paling terlihat pada tumbuhan invasif diantaranya cepat
membentuk naungan, merupakan spesies pionir, memiliki fenologi yang berbeda dan
tidak memiliki musuh alami.
International Day On Biological Diversity (IBD) mendefinisikan spesies
invasif sebagai spesies asing (baik itu tumbuhan ataupun hewan) yang mempengaruhi
habitat, ekonomi, lingkungan atau ekologis (dalam Kumar dkk., 2009). Sedangkan
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN)
mendefinisikan Invasive Alien Species (IAS) sebagai jenis tanaman asing (exotic)
ataupun jenis tanaman asli yang berada pada ekosistem alami atau semi alami yang
mampu mengubah habitat dan mengancam keanekaragaman hayati aslinya (Dey,
2009a).
Spesies invasif bisa berupa spesies asli (native) maupun spesies non-pribumi
(eksotik) yang hidup diluar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat dan menimbulkan
kerusakan pada lingkungan baik itu secara ekologis maupun ekonomi (Kumar dkk.,
2009). Pejchar dan Mooney (2009), mendefinisikan spesies invasif sebagai spesies
asing (non-native) yang pada umumnya diintroduksi oleh manusia kemudian
2
mengancam ekosistem, habitat atau spesies lainnya dan menyebabkan perubahan
global pada lingkungan.
Dampak kerusakan yang ditimbulkan spesies invasif antara lain mampu
mengubah struktur habitat yang ditempati, mengurangi ketersediaan air, mengurangi
perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman, serta mampu mengubah komposisi
gizi dan mengubah lanskap (Hakim dkk., 2004). Selain itu spesies invasif juga
berdampak negatif pada keanekaragaman hayati, pertanian, kesehatan manusia, serta
memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan mata
pencaharian (Witt, 2010).
Pengaruh dan dampak spesies invasif bagi ekosistem memang beragam.
Namun yang menjadi perhatian pada spesies invasif adalah kemampuan sebarannya
meningkat cepat, daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk menginvasi wilayah
baru memerlukan periode yang singkat (McNeely dkk., 2001), selain itu spesies
invasif memiliki kecenderungan sifat yang agresif, mampu menembus hambatan alam
dan menjadi pemangsa spesies lokal sehingga mengubah komposisi keanekaragaman
hayati di habitat baru (Anonim, 2009). Spesies invasif merupakan elemen utama dari
perubahan global dan berkontribusi terhadap hilangnya keanekaragaman hayati,
kerusakan ekosistem, dan menimbulkan berbagai gangguan pada ekosistem diseluruh
dunia (Py’sek dan Richardson, 2010). Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh
spesies invasif pada keanekaragaman hayati antara lain (Dey, 2011b) :
3
a. Hilangnya keanekaragaman hayati akibat kompetisi ruang pada habitat oleh
spesies invasif,
b. Kepunahan spesies hewan asli oleh predasi,
c. Hilangnya keanekaragaman hayati akibat kegiatan pengendalian (pembakaran
terkendali) spesies invasif non pribumi (eksotik) pada padang rumput,
d. Kelimpahan spesies berkurang sehingga menjadi terancam dan hampir punah.
Menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan jenis vegetasi akibat serangan
spesies invasif juga terjadi di padang penggembalaan Sadengan. Spesies invasif mulai
menyerang padang penggembalaan Sadengan pada tahun 1985, yang berupa semak
dan pepohonan. Pada tahun 1999, padang penggembalaan Sadengan mulai terinvasi
oleh enceng-enceng (Cassia tora) dan kerinyu (Chromolaena odorata) yang
menyebabkan menyusutnya padang penggembalaan Sadengan hingga 13,35 ha atau
16 % dari luas semula (Yulianto, 1999).
Invasi spesies di padang penggembalaan Sadengan mencapai puncaknya
pada tahun 2003 di mana dampak dari invasi ini mengakibatkan padang rumput segar
hanya tersisa ± 2 Ha (Nurhara, 2008). Dengan meluasnya penutupan spesies invasif
alang-alang (Imperata cylindrica), enceng-enceng (Casia tora) dan kerinyu
(Chromolaena odorata) di padang penggembalaan Sadengan, mengakibatkan
perubahan pada struktur vegetasi di padang penggembalaan Sadengan. Meskipun
lamuran merah (Arundinella setosa) dan lamuran putih (Dichantium caricosum)
masih mendominasi, namun jenis rumput balung (Arudinella setosa), merakan
(Heteropgon contortus), rumput gajah (Pennicetum purpureum) dan lamuran
4
(Polytrias amaura) yang dulu ditanam di Sadengan, ketersediaanya menjadi
berkurang. Ketiga jenis invasif ini nampaknya telah menggantikan spesies asli
sebagai spesies utama dengan mengubah komposisi habitat dengan menyerap sumber
daya air secara lebih efisien dan mengurangi penetrasi sinar matahari ke permukaan
tanah di mana rumput tumbuh di padang penggembalaan Sadengan (Hakim dkk.,
2004), sehingga kualitas habitat padang Sadengan menurun.
Upaya rehabilitasi terhadap padang penggembalaan Sadengan sebenarnya
sudah dimulai sejak tahun 1985 berupa pembakaran gulma (alang-alang) sampai
dengan tahun 1997. Selain itu, upaya lain yang dilakukan pihak pengelola antara lain
: a) pembabatan; b) pendongkelan; c) pembuatan titik air yang berupa Springkel dan,
d) pembuatan persemaian rumput. Namun, kegiatan tersebut belum dapat
memberantas spesies invasif enceng-enceng (Cassia tora) dan kerinyu (Chromolaena
odorata) serta belum dapat mengoptimalkan pertumbuhan rumput yang dijadikan
pakan banteng. Jenis tumbuhan invasif ini akan muncul kembali dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama setelah kegiatan pemberantasan dan segera mendominasi
kembali pada areal bekas pembabatan spesies invasif tersebut.
Pengelolaan padang Sadengan diyakini belum mendapatkan hasil yang
sempurna karena masih bersifat trial and error atau masih dalam tahap mencari
format yang sesuai, sehingga dibutuhan pengelolaan secara intensif guna
mempertahankan ketersediaan sumber pakan yang optimal (Nurhara dkk., 2008).
Pengaruh dan dampak spesies invasif tidak hanya pada komposisi keanekaragaman
hayati diatas tanah saja, namun pada kenyataannya, banyak bukti yang menunjukkan
5
bahwa spesies invasif secara signifikan juga mempengaruhi cadangan benih didalam
tanah pada daerah yang terserang, yang mengakibatkan perubahan komposisi dan
kelimpahan cadangan benih dalam tanah (Gioria dan Osborne, 2009).
Cadangan benih memainkan peranan penting dalam menentukan struktur
komunitas tumbuhan, komposisi dan dinamika vegetasi dari waktu ke waktu. Jika
komposisi dan kelimpahan cadangan benih dalam tanah berkurang, maka akan
mempengaruhi juga regenerasi vegetasi di atas tanah nantinya. Jadi, dengan
menurunnya keragaman dan kelimpahan komunitas benih, maka akan mengurangi
keanekaragaman vegetasi di atas tanah (Gioria dan Osborne, 2008). Besarnya korelasi
antara komposisi spesies di soil seed bank dengan vegetasi diatas tanah akan
terdeteksi selama terjadinya suksesi (Duro dkk., 2011).
Guna mengembangkan strategi dan pengelolaan spesies invasif, dibutuhkan
pemahaman tentang pengaruh spesies invasif terhadap soil seed bank dan atribut
tanah di sekitar daerah terinvasi; kesamaan komposisi spesies pada soil seed bank dan
vegetasi diatas tanah; dan keanekaragaman vegetasi antara soil seed bank dengan
vegetasi di atas tanah pada habitat yang terinvasi dengan yang habitat tidak terinvasi.
Pengetahuan
ini
penting
untuk
mengendalikan
spesies
invasif
dengan
mengembangkan tindakan pengawasan/pengendalian dan pemulihan, yang didasarkan
pada informasi terkait komposisi, kelimpahan dan presistensi cadangan benih dalam
tanah.
6
1.2. Rumusan Masalah
Sadengan merupakan feeding ground buatan yang secara alamiah selalu
terjadi suksesi alam. Sadengan mulai dibangun sebagai feeding ground pada tahun
1975-1979 dengan
melibatkan masyarakat
sekitar
hutan (Anonim, 1995).
Berdasarkan SK. Direktorat Jenderal PPA tahun 1978, feeding ground Sadengan
dibuka seluas 75 Ha, namun kenyataan di lapangan ditemukan seluas ± 84 Ha
(Nurhara, 2008).
Padang penggembalaan Sadengan mulai terinvasi oleh semak dan pepohonan
pada tahun 1985. Adanya invasi yang terjadi di padang penggembalaan Sadengan
merupakan ancaman serius bagi padang penggembalaan Sadengan, dimana jenis ini
menggantikan jenis rumput yang ditanam sebagai spesies utama, sehingga
mengakibatkan turunnya kualitas habitat. Selain itu, invasi spesies berdampak juga
terhadap keanekaragaman hayati dengan mengubah struktur habitat, mengurangi
ketersediaan air, mengurangi perkecambahan benih dan pertumbuhan, mengubah
komposisi gizi, dan mengubah lanskap (Hakim dkk., 2004). Dampak lain yang
diakibatkan oleh spesies invasif enceng-enceng (Cassia tora) dan kerinyu
(Chromolaena odorata) adalah memengaruhi dinamika dan komposisi tanah dalam
skala luas dan memiliki dampak yang besar pada fungsi ekosistem seperti siklus hara
tanah (Dogra dkk., 2010).
Turunnya keragaman dan kelimpahan jenis pada komunitas benih dapat
mengurangi keanekaragaman vegetasi yang tumbuh di atas tanah, sedangkan
7
pembentukan cadangan benih yang terus menerus berfungsi sebagai gudang
propagul, yang nantinya berperan penting dalam mendukung ekspansi di masa
mendatang (Gioria dan Osborne, 2009) . Cadangan benih (seed bank) merupakan
komponen utama dari siklus hidup spesies dan sumber penting dari keanekaragaman
tumbuhan (Roberts 1981 dalam Gioria dkk., 2012). Generasi yang akan muncul
sangat ditentukan oleh kompatibilitas biji-biji tegakan dalam seed bank untuk dapat
tumbuh dan berkembang. Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut maka studi
mengenai komposisi biji viable dalam seed bank menjadi sangat penting.
Dari gambaran yang ada, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah atribut tanah memengaruhi spesies invasif di padang penggembalaan
Sadengan?
2. Apakah keanekaragaman jenis vegetasi pada soil seed bank berbeda antara habitat
yang terinvasi dan yang tidak terinvasi ?
3. Apakah adanya spesies invasif berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahan
jenis vegetasi pada soil seed bank?
4. Apakah soil seed bank memiliki kontribusi bagi regenerasi spesies invasif
enceng-enceng dan kerinyu pada padang penggembalaan Sadengan?
8
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia tanah (Tekstur, Bulk density;
porositas, pH tanah, karbon (C-Organik), dan Nitrogen total (N)) pada habitat
yang terinvasi dan tidak terinvasi,
2. Untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman jenis vegetasi pada soil seed bank
antara habitat yang terinvasi dan tidak terinvasi,
3. Untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan jenis pada soil seed bank di padang
penggembalaan Sadengan,
4. Untuk mengetahui kontribusi soil seed bank terhadap regenerasi spesies invasif
enceng-enceng dan kerinyu pada padang penggembalaan Sadengan.
1.4. Hipotesis
Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka didapatkan hipotesis sebagai
berikut :
1. Adanya perbedaan sifat fisik dan kimia tanah pada habitat padang penggembalaan
Sadengan akan memengaruhi keberadaan spesies invasif di sekitarnya,
2. Habitat yang terinvasi akan memiliki keanekaragaman jenis yang lebih rendah
jika dibanding keanekaragaman jenis pada habitat yang tidak terinvasi,
3. Cadangan benih dalam tanah (soil seed bank) memiliki komposisi yang sama
dengan vegetasi di atasnya dan memiliki kelimpahan jenis yang tinggi,
9
4. Cadangan benih dalam tanah (soil seed bank) memiliki kontribusi terhadap
regenerasi spesies invasif di padang penggembalaan sadengan.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang soil seed bank ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang regenerasi spesies invasif yang terkandung dalam tanah serta potensi jenis
tanaman lain yang akan tumbuh, di mana informasi ini nantinya dapat dimanfaatkan
untuk menggembangkan strategi manajemen yang lebih efektif.
10
Download