Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan Roma .1:17 Orang benar akan hidup oleh iman Kitab Mazmur sebuah A Ap po otte ek k untuk Jiwa Sumber: “KasihKarunia” Jerry H.M. Sumanti RENUNGAN “Santapan Harian” adalah penerbitan dari Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA) Dikutip dari Santapan Harian dengan ijin. Hak cipta dipegang oleh penerbitnya yaitu Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab, artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat Anda peroleh dengan membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph: 3442461-2; 35197423; Fax: 344972; email: [email protected]. Informasi lengkap tentang PPA di: http://www.ppa.or.id. Penerbitan KITAB MAZMUR diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands) Copyright transkrip Ringkasan Khotbah ada di pihak antara lain GRII SYDNEY, GRII Surabaya Andhika dan berbagai sumber lain. Mungkin di antara khotbah-khotbah adalah khotbah yang belum diperiksa oleh Pengkhotbah. [email protected] www.imansejati.net Kembali ke halaman muka: Daftar Isi KITAB M A Z M U R – 1 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor RENUNGAN 1 Kebahagiaan yang sejati 2 Tuhan, sang Raja 3 Iman di tengah masalah 4 Tidur nyenyak walau 5 Bangun pagi bersama Tuhan 6 Belas kasih dan kasih karunia 7 Menantikan keadilan Allah 8 Mulia untuk memuliakan Allah 9 Keadilan Tuhan 10 Problema kefasikan 11 Menolak arogansi kelompok 12 Tolak info menyesatkan 13 Tetap percaya walau goyah 14 Sorot pandang Allah 15 Menikmati hadirat Allah 16 Sukacitaku, warisanku 17 Minta keadilan 18: 1-20 Melalui pengalaman berat 18: 21-45 Anugerah dan ketaatan 18: 46-50 Pujilah Tuhan 19 Kenal Tuhan melalui Alkitab 20 Mendoakan pemimpin 21 Tuhan pemberi kemenangan Ringkasan K H O T B A H - penulis Ev. Bakti Anugrah (GRII Ngagel) Pdt. Bigman Sirait 22: 1-18 Saat mengalami derita 22: 19-31 Nantikanlah Tuhan 23 Gembala yang baik Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney) 24 Raja Kemuliaan Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta) 25 Menanti-nantikan Tuhan Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney) Ev. Solomon Yo CTRL-HOME Kembali ke halaman muka: Daftar Isi CTRL-HOME KITAB M A Z M U R – 2 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor RENUNGAN 26 Hidup dalam kebenaran 27 Hanya Tuhan menolongku 28 Menghadapi lingkungan fasik 29 Raja atas alam semesta 30 Ucapan syukur yang tulus 31 Doa hamba Allah yang menderita 32 Bahagia karena diampuni 33 Nyanyian baru bagi Tuhan 34: 1-11 Alami Tuhan 34: 12-24 Alami kebaikan Tuhan 35 Minta keadilan pada Tuhan 36 Siapa Tuhan Anda,Siapakah yang dipertuan oleh orang fasik? 37: 1-20 Kebahagiaan orang fasik semu 37: 21-40 Orang benar mewarisi bumi 38 Sakit karena dosa 39 Saat Anda kalut 40 Pasti Tuhan menolong 41 Pengharapan jiwa yang tertekan 42 Pengharapan jiwa yang tertekan 43 Pengharapan akan keadilan Allah 44 Ikut menderita 45 Sang Mesias dan mempelai-Nya 46 Yakin akan kuasa Tuhan 47 Ke-Raja-an Allah 48 Aman dalam perlindungan Allah 49 Akhir hidup orang fasik 50 Anda setia atau tidak? 51 Indahnya sebuah pengampunan Ringkasan K H O T B A H - penulis Pdt. Effendi Susanto STh. Bagian 1 + 2 Pdt. Bigman Sirait Pdt. Budy Setiawan (GRII Melbourne) Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing (GKPA-Sumatera) Pdt. Agus Dasa Silitongaa (GKPA) Kembali ke halaman muka: Daftar Isi KITAB M A Z M U R – 3 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor RENUNGAN Ringkasan K H O T B A H - penulis 52 Penghukuman Allah 53 Hukuman bagi orang fasik 54 Doa minta keadilan 55 Musuh dalam selimut 56 Menghadapi Musuh 57 Berlindung pada Allah 58 Menyikapi ketidakadilan 59 Serahkanlah pada Tuhan 60 Doa di tengah pergumulan 61 Ketika merasa sendirian 62 Tuhanlah harapanku Pdt. SIHOMBING, Stephen Gabriel Rocky Feller, S.Th. (GPIB) 63 Haus akan Allah Pdt. Thomy J. Matakupan (GRII) 64 Allah berkuasa melindungi 65 Ingatlah kebaikan Tuhan 66 Mari mengingat karya Tuhan Pdt. Tigor Sitanggang, MTh (GKPA Sumatera) 67 Untuk orang lain juga Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung) 68: 1-19 Allah dalam hidup umat 68: 20-36 Allah memelihara 69: 1-19 Karena Engkau, aku menanggung cela 69: 20-37 Tindaklah mereka, ya Allah 70 Segeralah, lepaskan aku! 71 Jangan buang aku pada masa tuaku 72 Allah memerintah 73: 1-14 Jangan keliru memahami Allah 73: 15-28 Melihat dari kaca mata Allah 74 Kembalilah mengasihi kami! 75 Bersyukur untuk keadilan Allah 76 Allah sebagai Hakim Pdt. Effendi Susanto STh. Bagian 1 + 2 CTRL-HOME Kembali ke halaman muka: Daftar Isi CTRL-HOME KITAB M A Z M U R – 4 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor 77 RENUNGAN Ringkasan K H O T B A H - penulis Fokus pada Tuhan 78: 1-16 Mengingat dan merespons karya-Nya 78: 17-33 Sikap tak puas adalah dosa 78: 34-53 Perbudakan dosa 78: 54-72 Dihukum, tetapi dicintai kembali 79 Doa yang tulus 80 Doa yang meraih hati Allah 81 Bersediakah? 82 Hakim atas pemimpin dunia 83 Stress? No Way! 84 Hadirat Allah 85 Bertobat agar dipulihkan 86 Dekat dan kenal Tuhan 87 Sion, kota bagi bangsa-bangsa 88 Iman di tengah penderitaan berat 89: 1-19 Allah yang setia 89: 19-38 Setia pada perjanjian-Nya 89: 38-52 Kembalilah mengasihi kami Pdt. Esra Alfred Soru, STh (GKIN Kupang NTT) Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung) 90 Mawas diri Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta) 91 Siapa tempat perlindungan Anda? Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara) 92 Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? 93 Tuhan, penguasa alam semesta 94 Allahku, hakim yang adil 95 Jangan cobai Rajamu! 96 Nyanyian menyambut Sang Raja 97 Tuhan adalah Raja! 98 Hidup dalam pengharapan 99 Tuhan itu Raja Kembali ke halaman muka: Daftar Isi CTRL-HOME KITAB M A Z M U R – 5 Baca MAZMUR klik pada nomor RENUNGAN Ringkasan K H O T B A H 100 Satu umat, satu ibadat 101 Raja tak bercela 102 Kebesaran Tuhan dan penderitaanku 103 Kebaikan Tuhan dan kesaksianku 104 Semesta bernyanyi 105 Allah bekerja menggenapi rencana-Nya 106 Allah maha pengampun -bertobatlah! 107 Bersyukur karena kasih setia-Nya 108 Keyakinan yang tidak tergoyahkan 109 Doa mohon keadilan Pdt. Dr. Binsar Nainggolan (GKPA-Sumatera) 110 Raja Imam Pdt. Leo Dunan Sibarani, M.Th. (GKPA-Sumatera) 111 Kebesaran karya Allah 112 Bahagia orang benar 113 Ditinggikan Tuhan 114 Allah di dalam sejarah 115 Tetap percaya walau situasi sulit 116 Piala keselamatan Allah 117 Pujilah Tuhan, hai segala bangsa 118 Bersyukur dalam segala perkara Taurat membahagiakan? 119: 1-22 119: 23-44 Suka-duka dalam firman 119: 45-66 Firman dan iman yang aktif 119: 67-88 Menderita karena firman 119: 89-110 119: 111-132 Firman dan pertumbuhan sikap 119: 133-154 Firman dan doa 119: 155-176 Berpaut terus pada firman 120 Firman memberi hikmat Hidup berintegritas Pdt. Sutjipto Subeno (GRII-Surabaya Andhika) Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara) Pdt. Widyantoro,STh. M.Div (GKPA-Sumatera) Pdt. O. Pasaribu, MTh. (GKPI) Kembali ke halaman muka: Daftar Isi CTRL-HOME KITAB M A Z M U R – 6 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor RENUNGAN Ringkasan K H O T B A H - penulis 121 Disertai Tuhan 122 Mari kita pergi ke rumah Tuhan 123 Tetap memandang kepada Tuhan 124 Bersyukur dalam doa 125 Antara dua realitas Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta) 126 Melihat dengan iman Pdt. Effendi Susanto STh. (3 x) 127 Penyertaan Tuhan Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney) Pdt. Bigman Sirait (2 x) 128 Keluarga dan anak adalah berkat Pdt. Effendi Susanto STh. (2 x) 129 Doa mohon keadilan Tuhan 130 Berharap fajar menjelang Pdt. Sutjipto Subeno (GRII-Surabaya Andhika) 131 Tenang dekat Tuhan Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney) 132 Iman dan wawasan kebangsaan 133 Persekutuan kasih 134 Fokuskan perjalanan ziarah Anda! 135 Ibadah puji-pujian kepada Tuhan 136 Kasih setia-Nya untuk selamanya 137 Tetap percaya pada kesetiaan Allah 138 Ucapan syukur sebagai tanda percaya 139 Kemahatahuan Allah 140 Respons terhadap kejahatan 141 Strategi menghadapi cobaan 142 Ungkapan hati, Perjuangan dan kepercayaan 143 Belajar berdoa dengan iman 144 Pekerjaan Allah dalam hidupku 145 Allah adalah Raja 146 Bermasalah? Datang pada Tuhan 147 Jangan hanya ingin kuasa-Nya Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung) Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta) Sdr. Stefanus Kristianto, M.Div. (GKT Hosanna) Kembali ke halaman muka: CTRL-HOME Daftar Isi KITAB M A Z M U R – 7 Baca MAZMUR Mazmur klik pada nomor RENUNGAN 148 Memuji dengan pemahaman 149 Bukan hanya menyanyi 150 Songsong tahun baru dengan pujian Ringkasan K H O T B A H - penulis Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara) 1 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 1 1 2 3 4 5 6 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. Renungan Apa harapan Anda memasuki tahun baru ini? Banyak orang mendambakan kebahagiaan berupa kelegaan dari penderitaan, lepas dari berbagai kesulitan hidup, dan hidup serba berkecukupan. Apa benar semua itu mendatangkan kebahagiaan yang sejati? Judul: Kebahagiaan yang sejati Kebahagiaan seseorang terkait erat pada relasinya dengan Tuhan. Karena Tuhan adalah sumber hidup maka hanya dengan memiliki persekutuan intim dengan Tuhan, seseorang bisa menikmati hidup ini dan puas (ayat 2) . Sebaliknya orang yang bergaul intim dengan Tuhan tak mungkin bisa menikmati pergaulan dengan orang berdosa apalagi ikut-ikutan dalam kehidupan dosanya (ayat 1) . Ikut-ikutan cara hidup orang berdosa hanya membawa seseorang semakin jauh dari kebenaran. Ayat 1 mengungkapkan bagaimana pergaulan yang sembarangan, dengan cepat merusak kebiasaan baik (ayat 1Kor. 15:33) . Mulai dengan mendengar bujukan ("berjalan menurut nasihat orang fasik"), lalu mulai menjadi kebiasaan ("berdiri di jalan orang berdosa"), tahu-tahu sudah menjadi bagian dari kumpulan perencana kejahatan ("duduk di kumpulan pencemooh"). Dengan kata lain, mulai dengan mengikuti ajakan orang untuk berdosa, berujung pada ikut mengajak orang lain untuk berdosa! Apa yang mungkin dituai oleh orang yang hidup dalam keberdosaan? Tidak ada yang bernilai kekal yang bisa ditabung untuk masa depan (ayat 4) . Bahkan kebinasaan menjadi akhir tragis bagi mereka (ayat 6b) ! Kebahagiaan apa yang bisa dinikmati orang yang bergaul dengan Tuhan? Kepuasan sejati karena tahu hidupnya berhasil di mata Tuhan, yaitu seperti pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang baik dan lebat. Siapakah yang disenangkan kalau bukan pemiliknya sendiri? Juga kepuasan yang tidak dapat pudar karena tahu hidup yang menghasilkan buah itu adalah hidup yang Tuhan pakai untuk memberkati orang lain. Hidup ini menjadi bermakna saat orang lain mengenal Yesus karena hidup kita. 2 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 1: 1-6 Ev. Bakti Anugrah Sumber: GRII ngagel – Jaja Surabaya Orang benar dan orang fasik ini merupakan mazmur kebijaksanaan dan mazmur yang terkenal ini menjadi mazmur pembuka sebelum kita melanjutkan ke-149 pasal mazmur berikutnya. Sejak awal sudah terlihat dua bagian besar yang nampak dalam seluruh kitab mazmur yang juga menjadi tema di dalam seluruh Alkitab seperti yang sering disebutkan, ‘gandum dan ilalang’ atau ‘domba dan kambing’, maka dalam konteks mazmur disini dikatakan ‘orang benar dan orang fasik’. Mazmur 1 Di ayat 1 disebutkan ‘berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut orang fasik’. Kata ‘berbahagia’ pada ayat ini di dalam bahasa aslinya, Ibrani, itu mirip dengan penggunaan kata ‘berbahagia’ pada Matius 5 tentang Ucapan Bahagia dari Tuhan Yesus. Namun ada perbedaannya. Kata ‘berbahagia’ di ayat 1 ini berbentuk plural (jamak) sedangkan yang digunakan dalam Matius 5 itu berbentuk tunggal. Kata ‘berbahagia’ di Maz 1:1 ini dituliskan dalam bhs. Inggris yaitu ‘all the blessednesses…’. Yang diartikan bahwa betapa banyaknya kebahagiaan yang dinikmati dari orang-orang yang tidak berjalan menurut orang-orang fasik. Seorang yang saleh, sungguh-sungguh hidup benar dan mencintai Tuhan itu tidak hanya hidup menjauhi kejahatan sekaligus juga menjauhi para pembuat kejahatan dan tidak hidup bergaul dengan mereka. Penekanannya itu untuk menunjukkan betapa besar kebahagiaan orang yang hidupnya tidak berjalan menurut orang-orang fasik. Dalam bahasa Ibrani, kata-kata yang digunakan dalam puisi ini indah karena di dalam bahasa Ibrani suka memakai paralel kata, seperti yang tertulis pada ayat 1 dimana bisa diperhatikan ada tiga paralel kata yang disebutkan yaitu berjalan, berdiri, dan duduk sebagai paralel pertama. Berikutnya, paralel kedua, yaitu nasihat, jalan, dan kumpulan. Dan yang ketiga, yaitu orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh. Di dalam bahasa aslinya, kata-kata paralel tersebut menunjukkan adanya intensitas yang makin lama makin menurun, arahnya semakin rusak dan ‘pencemooh’ itu adalah titik puncaknya. ‘Orang fasik’ dalam bahasa aslinya itu menunjuk pada orang yang tidak adil, yang tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Tuhan, hak sesamanya, dan hak dirinya sendiri. Orang tersebut akan hidup semaunya di hadapan Tuhan dan sesamanya. Kemudian ‘orang berdosa’ di dalam pengertian dosa bukan lagi sebagai ketidakpedulian melainkan sudah menjadi kebiasaan. Bukan hanya kebiasaan, artinya juga meleset dari sasaran dan bahkan melampaui batas yang sudah ditetapkan. ‘Pencemooh’ disini menunjuk pada orang yang bukan hanya melakukan kejahatankejahatan tetapi juga secara terang-terangan menentang Tuhan bahkan menghina apa yang kudus. 3 Orang berdosa sekarang tidak lagi merasa perlu melarikan diri dari dosa-dosanya, melainkan duduk dan menikmati dosanya bahkan berani melawan Tuhan. Dosa yang berjalan makin parah, makin rusak itu tidak terjadi dalam sehari namun jelas dosa itu makin lama makin parah. Perhatikan dosa yang terjadi pada Adam dan Hawa hanya karena mendengar perkataan Iblis, lalu diikuti oleh keturunannya, Kain yang membunuh saudaranya sendiri, bahkan sampai dosa Lamekh yang lebih parah lagi melebihi Kain (akhir dari Kej 4) . Kejahatan atau sifat yang melawan Tuhan itu tidak bertumbuh dan berkembang dalam sehari tetapi secara perlahan-lahan atau secara bertahap makin menjadi-jadi. Orang yang kelihatannya baik dan sopan, secara mengejutkan sudah menjadi pecandu narkoba, pornografi, dsb. Maka haruslah kita memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Obat bagi semua hal di atas tadi itu bukanlah berkumpul dengan orang-orang baik. Untuk menjadi baik bukan berarti dengan cara berkumpul dengan orang-orang baik. Lihatlah Yudas Iskariot. Dia berada dalam kumpulan orang-orang benar dan juga bersama-sama dengan Tuhan Yesus tetapi dia adalah murid yang menjual Tuhan Yesus, dia tetap tidak menjadi orang benar. Maka dari itu di ayat 2 dinyatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang bukan hanya, secara negatif, menghindari kumpulan orang-orang tidak benar juga secara positif, orang itu menyukai Taurat Tuhan. Kata ‘Taurat’ disini itu adalah ‘hukum’. Kadang-kadang orang mengerti Taurat sebagai kesepuluh perintah Allah atau kelima kitab Musa. Bukan hanya itu saja tetapi termasuk juga penjabaran seluruh Alkitab mengenai kesepuluh perintah. Orang itu menyukai firman Tuhan, menyukai hukum termasuk PB yang sudah ada pada masa kini. Orang yang menyukai hukum di tengah-tengah orang-orang yang tidak menyukai hukum bahkan menganggap tidak perlu ada, seandainya bisa demikian, khususnya konteks Indonesia. James M. Boice mengatakan bahwa orang yang menyukai hukum Taurat itu adalah seperti orang yang mempelajari suatu bidang yang menjadi fokus pelajarannya. Orang yang menyukai fisika atau arsitektur maka dia akan berusaha mengetahui dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Maka hal seperti itu menjadi penting sekali untuk mempelajari doktrin yang sulit dan benar dengan sungguh-sungguh. Mengikuti perkuliahan di STRIS sebagai salah satu contoh sikap mencintai Firman. Kesukaan akan hal-hal yang bernilai dan indah itu semakin berkurang, terlebih lagi untuk hal yang paling bernilai yaitu Firman Allah, makin sedikit orang yang dengan sungguh-sungguh menyukai dan mempelajarinya pada zaman ini, suatu zaman yang lebih bodoh dari zaman-zaman sebelumnya karena semua yang baik dan bernilai dibuang. Pemazmur pada ayat 3 memberikan dua perumpamaan mengenai orang yang menyukai firman. Orang yang menyukai firman itu diumpamakan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya, tidak layu daunnya, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Seperti itulah gambaran kebahagiaan orang benar. Kebahagiaan orang benar yang merenungkan firman Tuhan siang malam itu seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Kata ‘aliran air’ itu di dalam budaya mereka seperti kita sekarang memiliki sistem irigasi. Pohon yang baik itu tidak tumbuh dengan sendirinya dan pohon yang bertumbuh serta berbuah haruslah ditanam bukannya tumbuh liar. Demikian pula iman dan kerohanian kita yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya sehingga jikalau kita sendiri tidak menyukai firman Tuhan dengan membaca, merenungkan, mempelajarinya maka tak akan ada pertumbuhan. Hal tersebut ibaratnya harus ada air yang diserap oleh pohon agar pohon tersebut bisa bertumbuh dan berbuah. Tidak mungkin ada orang kristen sejati – kecuali belum lahir baru – yang tidak menyukai firman Tuhan, mencintai firman, dan merenungkannya siang dan malam di dalam sepanjang hidupnya. 4 Kehidupan orang benar kemudian dibandingkan dengan kehidupan orang fasik. Pada ayat berikutnya (ayat 4 dan 5) berbicara tentang orang fasik. Dikatakan bahwa orang fasik itu digambarkan seperti sekam, tidak tahan dalam penghakiman dan di tengah kumpulan orang benar. Sekam itu adalah kulit dari gandum atau seperti halnya kulit beras dalam konteks kita disini dimana ketika penampian beras dilakukan maka sekam itu dengan mudah ditiupkan angin dan lenyap. Seperti itulah gambaran kehidupan orang fasik. Zaman ini adalah zaman dimana banyak orang mengejar kesuksesan dan popularitas bahkan sudah dimulai dari anak-anak dengan mementingkan kecerdasan anak sejak dini (segi kerohanian/kesalehan, moralitas kurang dipentingkan) begitu pula dengan sajian tayangan tentang anakanak yang masih kecil tetapi sudah mampu meraih popularitas. Kita melihat bahwa segala kesuksesan yang dikejar oleh manusia berdosa di luar Tuhan itu seperti sekam yang pada waktunya datang maka angin bertiup, penghakiman datang, semuanya akan lenyap. Tuhan mengenal jalan orang benar. Kata ‘mengenal’ disini diartikan sebagai menyetujui, menyertai, memberkati jalan orang benar. Sedangkan orang fasik itu menuju pada kebinasaan. Terlihat bagi kita bahwa Alkitab menyatakan ada dua jalan, jalan orang benar dan yang kedua itu jalan orang fasik, orang yang tak adil dan tak benar. Orang yang menyukai firman, hidup yang dipenuhi oleh firman, itu tidak akan layu sekalipun di dalam masa kering, tetap mampu bertahan dan tetap menjadi berkat serta tetap memuliakan Tuhan sekalipun dalam masa-masa yang sulit. Apakah kita seperti itu? Tanda keselamatan yang sejati adalah kesukaan terhadap firman Tuhan yang direnungkan siang dan malam, sedangkan orang fasik tidak akan mempedulikan firman bahkan menghina Tuhan. 5 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mengapa rusuh bangsa–bangsa, mengapa suku–suku bangsa mereka–reka perkara yang sia– sia? Raja–raja dunia bersiap–siap dan para pembesar bermufakat bersama–sama melawan TUHAN dan yang diurapi–Nya: “Marilah kita memutuskan belenggu–belenggu mereka dan membuang tali–tali mereka dari pada kita!” Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok–olok mereka. Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka–Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah–Nya: “Akulah yang telah melantik raja–Ku di Sion, gunung–Ku yang kudus!” Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak–Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada–Ku, maka bangsa–bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.” Oleh sebab itu, hai raja–raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki–Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka–Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada–Nya! Renungan Ingat penggalan lagu ini "Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada!" Lagu sekolah minggu ini menggambarkan keyakinan iman anak-anak Tuhan bahwa sebagai milik Tuhan hidup kita dijamin oleh Dia. Judul: Tuhan, sang Raja Pemazmur merasakan keyakinan yang sama saat menyaksikan penahbisan raja Israel yang baru. Israel adalah negara kecil dan muda. Ia hadir di tengah-tengah banyak bangsa yang relatif lebih besar dan yang tak sedikit bersikap bermusuhan dan hendak menjajahnya. Bagi pemazmur, sikap bangsabangsa musuh yang hendak menjegal raja Israel sama saja dengan memusuhi TUHAN (Yahweh). Sungguh nekat! Siapa yang dapat bertahan melawan Sang Pemilik Israel, yang telah meneguhkan takhta Israel pada pundak Daud dan keturunannya? Hanya raja urapan Tuhanlah yang mewarisi ujung bumi (ayat 8) . Oleh karena itu, pemazmur mengimbau bangsa-bangsa untuk menerima pengajaran, takluk kepada Tuhan dan menyembah Dia, Allah yang sejati (ayat 10-11) . Jangan sampai murka Tuhan menerpa dan kehancuran menimpa (ayat 12) . Umat Kristen masa kini pun dapat bersorak dan beribadah dengan sukacita tanpa perlu merasa khawatir karena Tuhan Yesuslah yang telah menggenapi penyebutan istimewa Sang Raja sebagai Anak Allah dan Mesias (Kis. 4:25-26) . Bapa menundukkan seisi dunia di bawah kaki Mesias. Semua bangsa dan setiap manusia yang tidak mau bertobat akan mendapatkan balasannya. Begitu pula 6 pihak-pihak yang merongrong umat-Nya. Sekali kelak mereka akan dihancurkan dan musnah tak berbekas. Di tahun ini realitas hidup umat Tuhan tidak semakin ringan. Justru tantangan semakin kuat untuk menolak ketuhanan Yesus dan kesaksian Kristen terhadap Dia. Namun Dia yang sudah melalui penderitaan dahsyat kini memerintah sebagai Tuhan dan Raja. Kita bukan hanya bisa bertahan bahkan mampu menyuarakan kebenaran tentang Kristus ini kepada semua orang. Dengan nada kemenangan! 7 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 3 1 2 3 4 5 6 7 8 Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya. (3–2) Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; (3–3) banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.” Sela (3–4) Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. (3–5) Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung–Nya yang kudus. Sela (3–6) Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku! (3–7) Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku. (3–8) Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang–orang fasik. (3–9) Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat–Mu atas umat–Mu! Sela Renungan Mengalami kudeta tentu merupakan hal yang menyakitkan bagi seorang raja. Apalagi dikudeta oleh anaknya sendiri, seperti yang dialami oleh Daud (ayat 2Sam. 1419) . Posisi Daud menjadi semakin tersudut setelah Absalom berhasil merebut hati rakyat (ayat 2Sam. 15:6) . Akibatnya Daud terpaksa melarikan diri dari istananya (ayat 1, band. 2 Sam. 15:14) . Mungkin mazmur ini ditulis pada pagi hari setelah ia berhasil melarikan diri. Judul: Iman di tengah masalah Di tengah permasalahan berat yang menimpa dirinya, pagi itu Daud "menemui" Allah. Daud mengadukan kesulitan besar yang sedang dia hadapi (ayat 2-3) . Nyawanya terancam. Begitu buruknya situasi yang dia hadapi, sampai-sampai orang menganggap tidak ada lagi pertolongan yang bisa dia harapkan dari Allah. Selain menghadapi musuh yang mengancam nyawanya, Daud harus berhadapan juga dengan orang yang berusaha melenyapkan iman dan pengharapannya kepada Allah. Meski demikian, Daud tahu bahwa Allah adalah perisai yang melindungi Dia (ayat 4) . Tak ada seorang pun dan tidak ada satu perkataan pun yang dapat mengguncang keyakinan Daud pada kasih dan pertolongan Allah. Allah bukan hanya memberi perlindungan, melainkan juga menganugerahkan kemuliaan kepada dirinya. Mengingat perlindungan Tuhan yang telah dirasakan sepanjang malam, saat ia tidur (ayat 6), membuat Daud yakin bahwa Allah menyertai dia. Daud yakin bahwa ia tidak perlu takut menghadapi orang-orang yang mengepung dia (ayat 7) . Allah beserta dia! Siapa yang dapat melawan? Keyakinan itu mendorong Daud untuk menaikkan permohonan agar Allah menolong dia (ayat 8) . Ia meminta Allah melepaskan dia dari musuh-musuhnya. Situasi pahit semacam ini mungkin tidak asing bagi kita. Kita harus menghadapi orang-orang yang memusuhi kita dan menyerang iman kita. Seperti Daud, kita harus tetap menyandarkan iman kita kepada Allah. Bergantunglah pada Dia saja. Mintalah tangan-Nya yang berkuasa menolong kita. 8 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 4 1 2 3 4 5 6 7 8 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud. (4–2) Apabila aku berseru, jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku! (4–3) Hai orang–orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai yang sia–sia dan mencari kebohongan? Sela (4–4) Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi–Nya seorang yang dikasihi–Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada–Nya. (4–5) Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata–katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela (4–6) Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN. (4–7) Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah cahaya wajah–Mu menyinari kami, ya TUHAN! (4–8) Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur. (4–9) Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman. Renungan Makin banyak orang yang hanya bisa tidur dengan pertolongan obat tidur. Kekhawatiran hidup yang berlebihan sering menjadi momok yang harus dihadapi dan dilalui setiap malam bagi orang-orang tertentu. Bagaimana kita bisa menutup hari yang berat dengan tidur nyenyak, seperti yang pada akhirnya dialami oleh pemazmur (ayat 9) ? Judul: Tidur nyenyak walau ... Kenalilah apa yang menjadi penyebab kegelisahan kita! Mungkin karena dosa: sesuatu yang kita perbuat melanggar firman Tuhan, atau menyakiti sesama manusia. Hanya pertobatan sungguhsungguh yang dapat memulihkan perasaan bersalah yang menekan hati nurani kita. Mulailah dengan meminta ampun kepada Tuhan, lalu upayakan memperbaiki kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain. Bangun kembali relasi yang benar dan akrab dengan Tuhan maka kita bisa kembali menikmati tidur nyenyak kita. Bisa terjadi masalah bertubi-tubi menimpa kita padahal kita hidup sesuai firman Tuhan. Sementara orang lain justru memfitnah kita secara keji seakan-akan masalah itu hadir disebabkan dosa kita (ayat 3, 7) . Tak heran kalau kita tertekan, marah, tidak terima, dan ingin membalas. Nasihat pemazmur patut kita resapkan dalam hati (ayat 5) : biarpun marah, tetaplah kendalikan emosi sehingga tidak sampai menghujat. Sebaliknya, berdoalah dalam hati, serahkan perasaan kita pada Tuhan agar kemarahan reda, sehingga tidur menyelimuti kita. Berdoalah sebelum kita mengakhiri hari ini. Belajarlah menyerahkan semua kekhawatiran, kegelisahan, dan kekecewaan kita kepada Tuhan. Percayalah dan berpeganglah pada janji firman-Nya bahwa Tuhan mengasihi dan peduli pada kita (ayat 4) . Ingatlah bahwa Tuhan Yesus dulu pernah mengalami pergumulan serta pencobaan melawan dosa, dan Dia menang (Ibr. 4:15) . Kuasa kemenangan-Nya atas dosa akan memampukan kita mengatasi semua pergumulan kita. Bersama Yesus, kita mengarungi badai kehidupan hari lepas hari. Bersama Yesus kita bisa tidur nyenyak setiap malam. 9 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan suling. Mazmur Daud. (5–2) Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. (5–3) Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada–Mulah aku berdoa. (5–4) TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi–Mu, dan aku menunggu–nunggu. (5–5) Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada–Mu. (5–6) Pembual tidak akan tahan di depan mata–Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. (5–7) Engkau membinasakan orang–orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu. (5–8) Tetapi aku, berkat kasih setia–Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah–Mu, sujud menyembah ke arah bait–Mu yang kudus dengan takut akan Engkau. (5–9) TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan–Mu karena seteruku; ratakanlah jalan–Mu di depanku. (5–10) Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu–rayu. (5–11) Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau. (5–12) Tetapi semua orang yang berlindung pada–Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak– sorai selama–lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang–orang yang mengasihi nama–Mu. (5–13) Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah–Mu seperti perisai. Renungan Bagaimana seharusnya kita memulai hidup kita setiap hari bersama Tuhan? Bolehkah dengan mengeluh dan berteriak minta tolong kepada-Nya? Pantaskah anak-anak Tuhan berlaku seperti itu? Kalau Daud saja memulai harinya dengan keluhan dan tangisan, bukankah manusiawi kalau itu juga yang kita rasakan? Judul: Bangun pagi bersama Tuhan Justru tangisan dan teriakan kita kepada Tuhan merupakan doa yang Dia dengar dan Dia pedulikan. Bukankah hati yang hancur dan remuk merupakan persembahan kurban yang Tuhan terima (ayat 4; Mzm. 51:19) ? Karena hanya dengan memiliki hati yang seperti itulah kita siap melihat Tuhan menyatakan karya-Nya dan kedaulatan-Nya di dalam dan melalui kita. Memulai hari bersama Tuhan menolong kita melihat dunia dari perspektif Allah. Bahwa Allah membenci perbuatan fasik yang dilakukan dengan penuh kesombongan dan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan terus menerus meraja lela (ayat 5-7, 10) . Suatu saat pasti keadilan Allah akan dinyatakan kepada mereka (ayat 11) . 10 Pada saat yang sama, memulai hari bersama Tuhan juga menolong kita untuk tidak menyombongkan diri seakan-akan kesalehan kita adalah jasa kita. Sebaliknya, bersama pemazmur kita bisa merendahkan diri dan berkata, semua itu karena kasih setia-Nya (ayat 8) . Oleh kasih karunia itulah kita bisa bersukacita dan bersorak sorai karena perlindungan Tuhan nyata. Rencana orang fasik untuk membinasakan orang benar tidak akan pernah berhasil karena Tuhan menjadi penjaga dan pelindung kita (ayat 22-23) . Apa kekhawatiran yang sedang Anda rasakan? Rongrongan dari orang-orang yang membenci Anda karena iman Anda? Gosip dan fitnah yang mencoba menjatuhkan Anda? Tekanan atasan agar Anda kompromi dengan cara-cara curang dunia ini? Jangan hadapi sendirian. Mulai setiap hari dan tempuh sepanjang hari dengan berseru dan bersandar pada Tuhan! 11 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud. (6–2) Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka–Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah–Mu. (6–3) Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang– tulangku gemetar, (6–4) dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi? (6–5) Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia– Mu. (6–6) Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada–Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada–Mu di dalam dunia orang mati? (6–7) Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. (6–8) Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku. (6–9) Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku; (6–10) TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku. (6–11) Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata. Renungan Inilah mazmur ratapan pengakuan dosa yang pertama muncul dari tujuh mazmur sejenis (ayat 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143) . Yang membedakan mazmur ini adalah tidak ada pengakuan dosa yang spesifik di dalamnya. Judul: Belas kasih dan kasih karunia Belas kasih (ayat 3; kasihanilah) adalah pemberian ampunan saat seharusnya hukuman menimpa. Kasih setia (ayat 5) senada dengan kasih karunia, pemberian kebaikan yang tak pernah ditarik walaupun si penerima tak layak menerimanya. Itulah yang pemazmur mohon dari Tuhan saat ia sadar sedang menderita karena dosanya. Pemazmur yakin penderitaan ini sendiri, entah sakit fisik (ayat 3; "tulang-tulangku gemetar") , atau gambaran simbolis tekanan batin pemazmur (ayat 7-8 ; air mata dan sakit hati) , adalah karena ia sudah membuat murka Tuhan (ayat 2) . Ia tambah merasa menderita oleh ulah musuh yang menertawakan keadaannya yang papa. Pemazmur berani memohon belas kasih dan kasih setia Tuhan karena ia sudah pernah mengalami kebaikan Tuhan pada masa lampau. "Kembalilah pula, Tuhan ... karena kasih setia-Mu" (ayat 5). Pemazmur yakin Tuhan tak berubah dalam kesetiaan-Nya. Dalam kekudusan Ia menghukum umatNya untuk membawa kepada pertobatan dan pemulihan. Dengan pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan, pemazmur bisa kembali menaikkan syukur (ayat 6) dan sekaligus membuktikan diri sudah bertobat dengan menolak dosa dan orang-orang yang melakukannya (ayat 9-10) . Pemazmur yakin bahwa Tuhan pasti mengampuni dia. 12 Sebab itu, jangan putus asa bila Anda sedang jatuh ke dalam dosa betapa pun kelamnya. Ingat Yesus sudah mati disalib untuk menyatakan belas kasih Allah berupa pengampunan tuntas atas dosa. Oleh kasih setia-Nya, Anda pasti akan diampuni lagi bila mau mengakui dosa dan bertobat lagi. Terimalah hukuman-Nya sebagai tindak disiplin dan proses pembaruan hidup Anda. Mohon kekuatan untuk menahan derita dan minta ketekunan untuk belajar cara hidup yang lebih baik sesuai petunjuk firman Tuhan! 13 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nyanyian ratapan Daud, yang dinyanyikan untuk TUHAN karena Kush, orang Benyamin itu. (7–2) Ya TUHAN, Allahku, pada–Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang mengejar aku dan lepaskanlah aku, (7–3) supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada yang melepaskan. (7–4) Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat ini: jika ada kecurangan di tanganku, (7–5) jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang melawan aku dengan tidak ada alasannya, (7–6) maka musuh kiranya mengejar aku sampai menangkap aku, dan menginjak–injak hidupku ke tanah, dan menaruh kemuliaanku ke dalam debu. Sela (7–7) Bangkitlah, TUHAN, dalam murka–Mu, berdirilah menghadapi geram orang–orang yang melawan aku, bangunlah untukku, ya Engkau yang telah memerintahkan penghakiman! (7–8) Biarlah bangsa–bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di atas mereka di tempat yang tinggi. (7–9) TUHAN mengadili bangsa–bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah aku tulus ikhlas. (7–10) Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau, yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil. (7–11) Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang–orang yang tulus hati; (7–12) Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat. (7–13) Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan membidik. (7–14) Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata–senjata yang mematikan, dan membuat anak panahnya menjadi menyala. (7–15) Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta. (7–16) Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya. (7–17) Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun menimpa batu kepalanya. (7–18) Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan–Nya, dan bermazmur bagi nama TUHAN, Yang Mahatinggi. Renungan Seperti apa rasanya dituduh melakukan sesuatu yang Anda tidak perbuat? Apalagi kalau tuduhan itu digemakan seakan-akan sudah terbukti. Bukankah fitnah seperti itu merusak dan membunuh karakter? Bagaimanakah kita beroleh pertolongan untuk memulihkan nama baik yang sudah terlanjur rusak? Judul: Menantikan keadilan Allah Mazmur ini tidak menjelaskan tuduhan apa yang dilakukan Kusy, si orang Benyamin, terhadap Daud. Nama ini tidak muncul di tempat lain dalam Alkitab. Namun mungkin sekali tuduhan Kusy sama 14 seperti tuduhan beberapa orang keturunan Saul, yakni bahwa Daud telah merampas takhta Saul (ayat 2Sam. 16:5-8) dan memperlakukan keturunan Saul dengan tidak adil (ayat 20:1) . Menghadapi fitnahan Kusy, yang Daud lakukan pertama kali adalah mencari perlindungan pada Tuhan (Mzm. 7:2-11) . Daud tahu bahwa ia tidak bersalah seperti tuduhan Kusy. Oleh karena itu permohonan Daud adalah agar Tuhan bertindak adil menyatakan kebenarannya (ayat 4-6) , serta menghukum mereka yang memperlakukan dia secara tidak adil (ayat 7) . Keadilan Tuhan akan menempatkan masalah secara proporsional dan tepat. Tuhan yang Mahaadil dapat diandalkan karena tidak ada yang dapat ditutupi di hadapan Tuhan. Tuhan juga akan membongkar kejahatan mereka yang memfitnah Daud. Hal ini menjadi peringatan keras buat orang-orang yang punya motivasi jahat. Tuhan dalam keadilan-Nya dapat membalikkan rencana jahat mereka menimpa diri mereka sendiri (ayat 13-17) . Dimulai dengan seruan minta tolong pada Tuhan, mazmur ini ditutup dengan ucapan syukur Daud karena Tuhan pasti berlaku adil terhadap dirinya dan orang-orang jahat yang memusuhinya. Oleh karena itu, saat kita difitnah orang lain, biarlah kita menyerahkan keadilan pada Tuhan. Cepat atau lambat Tuhan akan bertindak membela orang-orang yang menderita karena berbagai tindakan ketidakadilan yang dibuat oleh orang lain. 15 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. (8–2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama–Mu di seluruh bumi! Keagungan–Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. (8–3) Dari mulut bayi–bayi dan anak–anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan–Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. (8–4) Jika aku melihat langit–Mu, buatan jari–Mu, bulan dan bintang–bintang yang Kautempatkan: (8–5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (8–6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (8–7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan–Mu; segala–galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (8–8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang–binatang di padang; (8–9) burung–burung di udara dan ikan–ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (8–10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama–Mu di seluruh bumi! Renungan Mazmur pujian ini menfokuskan diri pada kemuliaan nama Yahweh (ayat 2, 10) . Kemuliaan Yahweh nyata lewat karya-karya ciptaan-Nya yang begitu ajaib. Di dalam Perjanjian Lama, nama menyatakan karakter. Melalui mazmur 8 , pemazmur hendak menegaskan bahwa Yahweh bukan hanya Allah Israel, tetapi Pencipta dan Pemilik seisi dunia dan bangsa-bangsa di dalamnya. Kemuliaan Yahweh semakin nyata justru lewat karya-Nya yang mulia, yaitu manusia (ayat 5) . Apa kemuliaan manusia? Manusia diciptakan sebagai gambar Allah (ayat 6a, "hampir sama seperti Allah"; band. Kej. 1:26) . Manusia satu-satunya makhluk ciptaan di dunia ini yang dapat berkomunikasi dengan Allah sebagai satu pribadi kepada Sang Pribadi sempurna. Manusia dikaruniai potensi Ilahi untuk mengembangkan diri agar hidupnya dapat dipakai oleh Allah. Lebih daripada itu, manusia dilengkapi dengan otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah (dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat; 6b) . Itu sebabnya, segenap makhluk ciptaan lain di alam semesta ini tunduk pada penguasaan manusia (ayat 7-9) . Judul: Mulia untuk memuliakan Allah Bagaimana kita memuliakan Allah? Pertama, lewat ibadah dan penyembahan, baik pribadi maupun bersama umat Tuhan. Nyatakan hormat dan sembah Anda lewat puji-pujian yang agung dan megah. Kedua, lewat menghargai sesama manusia sebagai gambar Allah, termasuk menghargai segala potensi Ilahi yang ada di dalam diri manusia tersebut. Dengan mengembangkan hidup ini menjadi berkat untuk sesama, kita sedang menyaksikan kemuliaan Allah lewat kemuliaan ciptaan-Nya. Ketiga, dengan berperan sebagai jurukunci yang baik bagi semua ciptaan Allah. Tugas kita adalah mengelola alam ini supaya menjadi wadah yang asri dan harmonis, seperti Taman Eden dulu. Mari bangkit dan bangun kembali lingkungan kita dengan memelihara kebersihannya, keseimbangan ekosistemnya, dan mengisinya dengan perilaku hidup yang mulia. 16 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 8 Pdt. Bigman Sirait Sesama itu ada di dalam keberagaman Siapakah aku? Ini pertanyaan yang tidak gampang dijawab, dan menjadi bahan pemikiran para filsuf selama berabad-abad, sampai sekarang. Tetapi Alkitab mempersaksikan “Siapakah aku” dengan lugas dan tepat. Pertama, Alkitab mengatakan, “aku” adalah ciptaan Tuhan yang dicipta menurut gambar dan rupaNya. Aku adalah yang dihargai oleh Allah. Aku dijadikan hampir sama seperti Allah (Maz 8). Jadi “aku” adalah makhluk agung dan mulia lebih dari ciptaan manapun. Kedua, aku adalah sebuah pribadi yang utuh, bukan sekadar yang kelihatan mata. Ketiga, aku adalah aku yang mempunyai pengalaman di dalam hidupku, menerima dan mengalami kasih Allah yang ajaib itu. Aku adalah aku yang sadar dan insyaf akan dosa-dosaku yang bertemu Kristus di dalam kebenaran. Saudara, tanpa pertobatan seseorang tidak akan bisa menemukan jati dirinya. Pertobatanlah yang membawa seseorang mengenal siapa dia. Rasul Paulus mengatakan: “Hidup bagiku adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan”. Dia tahu arti kesementaraan, dia tahu arti kekekalan, ia tahu Tuhan dan dia tahu dirinya karena dia sudah mengalami pertobatan. Pertobatan membawa kita mengenal identitas. Tanpa pertobatan seseorang tidak akan pernah menemukan jati dirinya. Tanpa pertobatan, seseorang tidak saja tidak menemukan jati dirinya, tapi juga tidak akan bisa mengenal sesamanya. Maka bagi yang sudah mengalami pertobatan, sudah mengenal dirinya, maka dia mengenal bahwa sesamanya adalah: dia yang kuperlakukan seperti diriku, demi-kian juga sebaliknya, ia memperlakukan aku bagaimana seharusnya. Sungguh suatu relasi yang indah. Tetapi sayang sekali, relasi indah dan ideal itu tidak selalu terjadi. Bisa saja kau mengasihi sesamamu tetapi sesamamu itu kurang mengasihimu. Tetapi engkau sebagai orang yang bertobat, yang sudah menerima Kristus tentu mempunyai inisiatif untuk melakukan itu. Mother Theresa menjadi buah bibir seluruh dunia tentang apa yang dia lakukan. Mengapa dia mau berbuat itu bagi orang-orang miskin Kalkutta, India? Karena konsep yang dia pahami: mereka sesamaku. Harus diperhatikan, sesama tidak terbentur karena perbedaan ras, suku, atau bangsa. Jadi nilai yang disebut sesama itu bersifat universal. Sesama itu tidak bisa dikurung oleh tembok-tembok peradaban manusia. Sesama itu tidak bisa dibatasi sistem nilai yang diciptakan. Sesama juga tidak boleh terbentur oleh perbedaan agama. Itu sebab Tuhan mengatakan: “Kasihilah sesamamu seperti dirimu sediri”. Maka yang disebut sesama itu tidak terbentur oleh perbedaan agama. Oleh karena itu perlu kedewasaan di sana. Kita tidak boleh menjadi orang yang eksklusif, terbentur pada hal-hal yang picik. Sesama itu justru terwujud dalam keragaman, bukan kesamaan. Justru dalam keberagaman maka bisa tercipta sesama. Kalau semua sudah sama, tidak ada lagi sesama, tetapi karena ada 17 perbedaan, keragaman suku, ras, agama, bangsa, dan karakter atau sifat. Tetapi di dalam keragaman itulah muncul apa yang disebut sesama. Jadi kalau Anda mencari sesama karena sama dengan Anda: sama sukunya, rasnya, agamanya, itu bukan sesama, itu sama namanya. Sama dengan sesama itu beda. Sesama itu dua pribadi, sama itu satu merek (jenis). Kalau itu yang menurut saudara sesama, betapa rendahnya pemahahan Anda tentang makna sesama. Seperti binatang Kita sering kali salah mengerti keberagaman hanya karena tidak seperti apa yang kita bayangkan, akhirnya kita menjadi terpecah dan eksklusif dalam kelompok-kelompok. Kita sering kali menjadi orang yang tidak siap menerima keragaman, kita berpikir terlalu picik dan sempit di dalam soal keragaman. Kita mencampur aduk konsep sesamaku dengan iman. Saya percaya Yesus juru selamat satu-satunya. Iman saya tidak bisa diganggu gugat. Tetapi wawasan saya tidak menjadi sempit, picik, eksklusif lalu tidak lagi melihat orang lain yang tidak percaya Kristus sebagai bukan sesamaku. Justru kalau aku percaya Kristus juru selamatku, akan kubuktikan perintah-Nya: “Kasihilah sesamamu”. Kalau saya tidak bisa melakukannya, itu hanya membuktikan bahwa sesungguhnya saya belum kenal Yesus Kristus sungguh-sungguh. Oleh karena itu sesama itu merupakan harmonisasi kehidupan anak manusia di bumi ini. Itu sebab kedamaian dapat ditawarkan kekristenan, bila kita mengerti, memahami dan mau melakukan itu semua. Hanya binatanglah yang menerjemahkan sesama sebagai sama. Sama jenis atau spesies. Anjing bergaul sama anjing. Itu pun kadang-kadang berantam juga. Mana bisa anjing ketemu sama anjing lalu duduk tenang, mereka akan berkelahi. Atau sebaliknya mana mungkin kucing dan tikus makan sepiring berdua. Karena mereka tidak sama, mereka datang dari jenis berbeda. Tikus dengan tikus bisa makan sepiring. Anjing dengan anjing bisa makan sepiring. Kalau sama itu baru dinamakan sesama—maaf—itu binatang. Dan kita kan bukan binatang, kita manusia yang punya peradaban tinggi. Jangan menghina dan jangan merendahkan diri dengan sikap-sikap yang salah tadi, hanya mau cari samanya saja: sama agama, sama suku. Itu sangat memalukan sekali. Memang kalau binatang, perbedaan adalah permusuhan, itu bagi mereka. Karena itu orang-orang Kristen harus mampu menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mudah dipecah belah dengan isu yang sering terjadi di Indonesia ini, isu-isu SARA. Kita bukan tipe seperti itu, dan tidak boleh terjebak dalam hal itu. Kiranya kita boleh memberikan sumbangsih yang penting bagi bangsa ini, menjadi penyejuk. Kiranya kita boleh memberikan gambaran atau relasi yang sehat antara aku dan sesamaku sebagai sesama anak bangsa. Sehingga kita tidak terjebak dalam perpecahan tetapi terikat pada persekutuan. Kalaupun orang lain menguman-dangkan perpecahan, orang lain merangsang untuk timbulnya kehancurna, biarlah kita menjadi air sejuk yang mengubah semua-nya menjadi indah. Kita menjadi berkat bagi orang-orang sehingga mereka boleh belajar apa itu ma-nusia dan siapa itu manusia. Manu-sia bukan binatang yang siap dilalap dan melalap manusia lain. Manusia adalah manusia yang justru membangun harkat sesama. Siapakah sesamaku, itu bukan hal sederhana, itu suatu prinsip tinggi yang Tuhan ajarkan kepada kita menyangkut harkat dan harga manusia. Oleh karena itu biarlah kita boleh mem-berikan sumbangsih bagi jaman ini, bagaimana seharusnya hidup berelasi supaya manusia itu tampak beda dari binatang, karena kita memang bukan binatang. Dan biarlah kita bisa memberi sumbangsih besar karena di tengah pertikaian kita justru menawarkan persekutuan. 18 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut–Laben. Mazmur Daud. (9–2) Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan–Mu yang ajaib; (9–3) aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama–Mu, ya Mahatinggi, (9–4) sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan–Mu. (9–5) Sebab Engkau membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di atas takhta. (9–6) Engkau telah menghardik bangsa–bangsa, telah membinasakan orang–orang fasik; nama mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama–lamanya; (9–7) musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing senantiasa: kota–kota telah Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya. (9–8) Tetapi TUHAN bersemayam untuk selama–lamanya, takhta–Nya didirikan–Nya untuk menjalankan penghakiman. (9–9) Dialah yang menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa–bangsa dengan kebenaran. (9–10) Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan. (9–11) Orang yang mengenal nama–Mu percaya kepada–Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN. (9–12) Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion, beritakanlah perbuatan–Nya di antara bangsa–bangsa, (9–13) sebab Dia, yang membalas penumpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak mereka tidaklah dilupakan–Nya. (9–14) Kasihanilah aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku, disebabkan oleh orang–orang yang membenci aku, ya Engkau, yang mengangkat aku dari pintu gerbang maut, (9–15) supaya aku menceritakan segala perbuatan–Mu yang terpuji dan bersorak–sorak di pintu gerbang puteri Sion karena keselamatan yang dari pada–Mu. (9–16) Bangsa–bangsa terbenam dalam pelubang yang dibuatnya, kakinya tertangkap dalam jaring yang dipasangnya sendiri. (9–17) TUHAN telah memperkenalkan diri–Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang fasik terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. Higayon. Sela (9–18) Orang–orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah. (9–19) Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang harapan orang sengsara. (9–20) Bangkitlah, TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa–bangsa dihakimi di hadapan–Mu! (9–21) Biarlah mereka menjadi takut, ya TUHAN, sehingga bangsa–bangsa itu mengakui, bahwa mereka manusia saja. Sela 19 Renungan Dilihat dari strukturnya yang berupa puisi akrostik (setiap bait dimulai dengan abjad Ibrani secara berurutan), Mazmur 9 dan 10 sangat mungkin merupakan satu gubahan. Dalam bagian pertama (ayat 9:2-13) , pemazmur mulai dengan menaikkan syukur karena perbuatan tangan Tuhan pada masa lampau. Sejarah Israel adalah kesaksian hidup dan nyata betapa Tuhan adalah hakim yang adil atas bangsa-bangsa. Tuhan menyelamatkan Israel dari bangsa jahat yang memperbudak mereka (Kel. 1-15) , dan kemudian memakai Israel sebagai alat penghukuman bagi bangsa-bangsa Kanaan yang fasik dengan penyembahan berhala yang memakai ritual najis (lih. Kitab Yosua). Judul: Keadilan Tuhan Konflik antara baik dan jahat kita alami bukan saja dalam lingkup perorangan, tetapi juga dalam lingkup sosial dan internasional. Seperti halnya mazmur ini memperlihatkan pergumulan umat Tuhan PL, ia juga menjadi bayang-bayang dari pergumulan gereja di zaman sekarang ini. Hanya satu sebab agar umat Tuhan dari zaman ke zaman dapat bertahan dan tetap mengukir sejarah, yaitu fakta bahwa Tuhan Allah memerintah sejarah (ayat 8) serta aktif melindungi umat-Nya (ayat 11) . Di Indonesia kini pun gereja dan orang Kristen bergumul untuk dapat hadir secara terhormat dan dengan hak penuh. Andaikan kondisi ideal tersebut sewaktu-waktu terganggu, merupakan penghiburan dan kekuatan bagi kita untuk menatap kepada Tuhan agar Ia menunjukkan keadilanNya. Tangan Tuhan berdaulat atas jalannya sejarah. Tidak ada bangsa yang jahat yang tetap tinggal berjaya. Satu kali kelak mereka akan dihukum oleh karena kefasikan mereka, terutama karena melawan Tuhan dan umat-Nya. Kita perlu berdoa agar apa pun yang Tuhan akan perlakukan atas bangsa kita, akhirnya rakyat dan pemimpin bangsa kita akan mengetahui bahwa mereka adalah manusia biasa (ayat 21) yang harus tunduk kepada Allah, taat, dan menyesuaikan pola sikap dan kelakuan mereka, termasuk kepada orang Kristen, sesuai dengan kebenaran Allah sendiri. 20 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Mengapa Engkau berdiri jauh–jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri–Mu dalam waktu– waktu kesesakan? Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan. Karena orang fasik memuji–muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN. Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!,” itulah seluruh pikirannya. Tindakan–tindakannya selalu berhasil; hukum–hukum–Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua lawannya. Ia berkata dalam hatinya: “Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun– temurun.” Mulutnya penuh dengan sumpah serapah, dengan tipu dan penindasan; di lidahnya ada kelaliman dan kejahatan. Ia duduk menghadang di gubuk–gubuk, di tempat yang tersembunyi ia membunuh orang yang tak bersalah. Matanya mengintip orang yang lemah; ia mengendap di tempat yang tersembunyi seperti singa di dalam semak–semak; ia mengendap untuk menangkap orang yang tertindas. Ia menangkap orang yang tertindas itu dengan menariknya ke dalam jaringnya. Ia membungkuk, dan meniarap, lalu orang–orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang kuat. Ia berkata dalam hatinya: “Allah melupakannya; Ia menyembunyikan wajah–Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya.” Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan–Mu, janganlah lupakan orang–orang yang tertindas. Mengapa orang fasik menista Allah, sambil berkata dalam hatinya: “Engkau tidak menuntut?” Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan–Mu sendiri. Kepada–Mulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong. Patahkanlah lengan orang fasik dan orang jahat, tuntutlah kefasikannya, sampai Engkau tidak menemuinya lagi. TUHAN adalah Raja untuk seterusnya dan selama–lamanya. Bangsa–bangsa lenyap dari tanah– Nya. Keinginan orang–orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau menguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga–Mu, untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi seorang manusia di bumi yang berani menakut–nakuti. Renungan Dalam dunia ini, apalagi di Indonesia, hampir tidak ada orang yang sepenuhnya ateis. Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Yang menjadi kesalahan adalah banyak orang religius, tetapi sangat anti semangat agama dalam tingkah laku mereka. Mengapa bisa Judul: Problema kefasikan 21 demikian? Menurut mazmur ini, karena orang yang menyembah Allah menempatkan Allah sedemikian transendens, sangat jauh dan tidak tersangkut paut lagi dengan dunia nyata (ayat 4, 11) . Kita tentu gemas melihat kelompok-kelompok fanatik yang menindas kelompok minoritas. Atas nama Tuhan mereka sering kali hidup dalam kemunafikan bahkan mempraktikkan kemaksiatan yang mereka tuduhkan kepada para 'musuh' mereka. Kondisi mereka mungkin lebih parah daripada orangorang fasik dalam mazmur ini yang berpikir bahwa mereka justru bersyukur bahwa dengan cara-cara jahat itu justru sedang menjadi alat Allah (bandingkan dengan fanatisme Saul sebelum bertobat menjadi Paulus). Pemazmur tambah tertekan karena Tuhan sepertinya bungkam (ayat 1) . Bukankah dengan berdiam diri seperti itu, para musuh yang jahat semakin tambah berani berbuat jahat dan meremehkan bahkan menista Tuhan (ayat 2-3, 13)? Namun pemazmur menolak melepaskan harapannya pada Tuhan. Pemazmur juga sadar bahwa Allah tidak bungkam dan pasif, tetapi akan bertindak membalas kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (ayat 13-14) . Pemazmur meletakkan problema masa kini dalam perspektif eskatologis (tindakan Allah di masa depan di akhir zaman). Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan yang adil. Semua orang benar yang berlindung pada-Nya pasti akan Dia bela. Jadi kalau kita sedang dalam posisi tertindas, diperlakukan tidak adil, segala hak kita dipasung, jangan putus harap pada Tuhan kita. Juga jangan habis akal dan sabar! Lihatlah ke atas dan ke depan, ke Tuhan yang bertakhta dan yang sedang bergerak datang dari masa depan untuk menghakimi dengan adil. 22 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 11 1 2 3 4 5 6 7 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung!” Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. Apabila dasar–dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu? TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus; TUHAN, takhta–Nya di sorga; mata–Nya mengamat–amati, sorot mata–Nya menguji anak–anak manusia. TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. Ia menghujani orang–orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah–Nya. Renungan Berulang kali kita mendengar berita tentang gereja yang ditutup, orang Kristen yang dilarang beribadah, bahkan begitu banyak aniaya terjadi di berbagai pelosok di Indonesia ini. Mirip dengan yang diadukan pemazmur kepada Tuhan di ayat 1-3. Lebih dari sedih atau marah, apa sikap dan tindakan yang sesuai dengan firman Tuhan? Judul: Menolak arogansi kelompok Pemazmur merasakan hal tersebut, seakan-akan ia tidak berhak untuk hidup dan menikmati dunia ciptaan Tuhan yang Dia karuniakan bagi semua umat manusia (ayat 1-3) . Dalam kesulitan pemazmur mengarahkan matanya kepada Tuhan yang bersemayam di tempat kudus-Nya di surga (ayat 4). Bila di bumi orang percaya seolah tidak beroleh tempat, ada tempat di surga untuk mengadu dan menampung masalah kita. Dari takhta keadilan-Nya Tuhan akan menyatakan kedaulatan-Nya. Tidak boleh ada orang yang mengklaim diri berhak mutlak mengatur dan mengendalikan dunia ini. Hanya Tuhan sebagai Pemilik sejati yang memiliki hak mutlak. Tuhan pasti akan menghancurkan orangorang yang menindas dan memperkosa hak kemanusiaan, serta membalas perbuatan diskriminatif itu dengan setimpal (ayat 6). Kita harus terlibat dengan aktif dalam segala upaya menegakkan keadilan Tuhan di negeri yang kita cintai ini. Bukan semata-mata karena kita sedang tertindas, tetapi karena Tuhan peduli kepada setiap orang benar yang ditindas kefasikan, kemunafikan, atau kefanatikan orang lain. Namun lebih daripada itu karena bumi ini milik Tuhan yang Maha Adil sekaligus Maha Kasih. Dia tidak pernah membeda-bedakan siapa yang boleh menikmati bumi ini. Di dalam Dia tidak ada diskriminasi suku, bangsa, ras, dan bahasa juga sosial-budaya. Di Indonesia yang berdasarkan Pancasila, setiap orang harus mendapat perlakuan sama. Kita harus mulai dari diri sendiri sebagai orang-orang yang sudah mengalami kasih Kristus. Kita harus menjadi duta Injil untuk mengangkat kembali harkat kemanusiaan yang sudah diinjak-injak oleh orang berdosa. 23 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 12 1 2 3 4 5 6 7 8 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud. (12–2) Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang–orang yang setia dari antara anak–anak manusia. (12–3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang. (12–4) Biarlah TUHAN mengerat segala bibir yang manis dan setiap lidah yang bercakap besar, (12–5) dari mereka yang berkata: “Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong kami! Siapakah tuan atas kami?” (12–6) Oleh karena penindasan terhadap orang–orang yang lemah, oleh karena keluhan orang– orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya. (12–7) Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. (12–8) Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. (12–9) Orang–orang fasik berjalan ke mana–mana, sementara kebusukan muncul di antara anak–anak manusia. Renungan Tolak info menyesatkan Era kita adalah era informasi. Dengan banyaknya alat-alat informasi canggih dan menarik, tidak ada orang yang tidak hidup dalam pengaruh informasi. TV, radio, MP3, internet, hp, tiap detik membanjiri kita dengan berbagai data. Kita merasa wajib dan butuh memiliki benda-benda penyalur info tadi meski sebagian besar info yang kita terima tidak bermanfaat, bahkan sering kali jahat dan sesat. Judul: Pemazmur menyinggung tentang bibir manis, lidah pembual, dan penindasan terhadap orang lemah (ayat 4-6) . Dalam era informasi ini kita menyadari bahwa memang penyalahgunaan informasi bisa berdampak penindasan bahkan pembunuhan karakter dan penghancuran masa depan! Kita tertipu oleh iklan-iklan yang menimbulkan kebutuhan yang tidak perlu, dan yang memberi gambaran kehidupan yang tidak benar. Generasi muda khususnya perlu diingatkan agar tidak menelan mentahmentah sajian iklan atau film yang tidak etis, yang sarat racun hedonisme, materialisme, egoisme, bahkan ateisme praktis. Seperti pemazmur, orang Kristen harus resah dan peduli terhadap berbagai kebohongan, penipuan, dan penindasan yang datang melalui info-info jahat media massa. Gereja, bukan saja Allah (ayat 6), harus bangkit dan bicara, berani menyuarakan didikan kepada warganya, terutama kepada generasi muda. Juga tanggap menyoroti kebohongan-kebohongan. Orang Kristen, terutama yang dikaruniai kedudukan dalam kepemimpinan harus menjadi teladan agar bicara atau menyampaikan informasi yang didasarkan kepada kebenaran dan janji-janji Allah di dalam Alkitab (ayat 7-8) . Kita sendiri perlu menjaga perilaku dan sikap hidup kita agar berpadanan dengan kebenaran firman Tuhan yang kita kumandangkan sehingga menjadi kesaksian yang sungguh-sungguh berkuasa. Doakan para pemimpin Kristen kita, baik yang duduk di pemerintahan maupun yang memiliki posisi di dalam bisnis media dan hiburan, agar hati mereka kudus, dan kudus pula yang mereka lakukan! 24 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 13 1 2 3 4 5 6 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (13–2) Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus–menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah–Mu terhadap aku? (13–3) Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? (13–4) Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, (13–5) supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan–lawanku bersorak–sorak, apabila aku goyah. (13–#6A) Tetapi aku, kepada kasih setia–Mu aku percaya, hatiku bersorak–sorak karena penyelamatan–Mu. (13–#6B) Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku. Renungan Seorang hamba Tuhan pernah berpesan agar jangan pernah mengandalkan perasaan karena perasaan berubah-ubah sesuai situasi. Sebaliknya, kita harus berpegang teguh dalam iman kepada fakta bahwa Tuhan penuh kasih dan setia. Namun tidak dapat disangkal bahwa perasaan seringkali begitu mendominasi sebagian anak Tuhan sehingga fakta-fakta iman kabur bahkan menghilang. Judul: Tetap percaya walau goyah Itulah yang dialami pemazmur. Perasaan kuat yang mendominasi dirinya adalah Tuhan melupakan dan mengabaikan dirinya sama sekali. Sampai empat kali ia berseru kepada Tuhan, "Berapa lama lagi ...?" (ayat 2-3) . Tuhan seakan membisu, tidak peduli dan masa bodoh kepadanya. Perasaan-perasaan yang bukan sesaat atau sementara, tetapi yang terus-menerus dirasakannya secara manusiawi membawanya pada depresi dan bahaya kehilangan iman. Kata "goyah" yang dipakai di ayat 5 kurang kuat untuk menggambarkan goncangan bak gempa bumi atau tsunami yang membongkar hancurkan segala sesuatu sampai ke dasarnya. Perasaan tertekan itu makin kuat ditambah cemoohan para musuh dan sorak-sorai para lawan yang melihat si pemazmur tanpa daya dan sedikit lagi hancur (ayat 3b, 5) . Namun justru dalam kegoncangan dahsyat seperti itu, iman pemazmur bangkit. Bukankah seruan "putus asa" yang ditujukan kepada Tuhan merupakan tanda iman yang pantang menyerah apalagi mati (ayat 4)? Kepastian iman bukan lahir dari kekuatan mental ataupun berpikir positif, melainkan anugerah dari Tuhan sendiri yang kasih setia-Nya tidak pernah berakhir dalam menjawab umat-Nya (ayat 6) . Saat putus asa melanda hidup Anda karena merasa Tuhan tidak kunjung menjawab, saat itulah Anda perlu berseru seperti pemazmur. Ingat segala kebaikan Tuhan pada masa lampau. Tolaklah segala hasutan Iblis bahwa Tuhan sudah melupakan Anda. Lawanlah godaan untuk berpaling pada alternatif lain. Yakinlah bahwa Tuhan akan membuat Anda bersorak karena penyelamatan-Nya berlanjut! 25 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 14 1 2 3 4 5 6 7 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.” Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik. TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak–anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat–Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar. Kamu dapat mengolok–olok maksud orang yang tertindas, tetapi TUHAN adalah tempat perlindungannya. Ya, datanglah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila TUHAN memulihkan keadaan umat–Nya, maka Yakub akan bersorak–sorak, Israel akan bersukacita. Renungan Orang-orang yang menjalani kehidupan yang menentang Tuhan adalah orang-orang yang bebal. Dalam sorot pandang Allah di kemuliaan-Nya, orang-orang demikian sama seperti orang yang tak berakal budi. Sikap dan tindakan mereka bisa menyebabkan orang benar menderita. Namun orang benar harus belajar menilai hidup ini dari sorot pandang Allah, bukan dari apa yang dialami langsung. Judul: Sorot pandang Allah Kebebalan orang fasik terlihat dalam dua hal: mencemooh hukum Allah (1-3) dan menganiaya umat Allah (4-6) . Mengapa mereka berani berbuat demikian? Karena mereka berpikir "Tidak ada Allah" (1) . Dalam zaman purba, semua orang percaya bahwa allah ada. Bahkan bangsa-bangsa di sekitar Israel menyembah banyak allah. Jadi pernyataan bahwa "tidak ada Allah" berarti anggapan bahwa Allah tidak akan ikut campur dalam kehidupan manusia. Karena itu mereka merasa bebas melakukan segala kejahatan yang melanggar hukum Allah. Namun salah besar bila mereka mengira bahwa Allah tinggal diam, terlebih ketika mereka memperlakukan umat-Nya secara keji (4) . Mereka akan terkejut karena penghakiman Allah akan menimpa mereka (5-6) . Allah akan melindungi dan memulihkan umat-Nya (7) . Mungkin muncul pertanyaan, "Mengapa Allah tidak langsung saja menghindarkan umat-Nya dari kejahatan? Apakah Ia lalai?" Tentu tidak. Namun Allah mau melatih umat-Nya untuk menjadi "cerdik seperti ular" (Mat. 10:16) . Jika Allah selalu turun tangan ketika orang fasik menipu dan menjahati orang benar, maka umat Allah akan jadi orang yang tak berhikmat dan tak berdisiplin sebab tidak belajar hidup sesuai prinsip kebenaran. Namun bukan berarti bahwa Allah tidak akan campur tangan. Sebab akhirnya Allah akan menghukum orang fasik dan memulihkan umat-Nya. Pemahaman ini kiranya menolong kita untuk bijak dalam bertindak menghadapi orang-orang fasik, sambil menantikan pertolongan Allah. Jangan takut hidup benar sebab Allah peduli atau akan menolong serta melindungi kita, umat-Nya. 26 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 15 1 2 3 4 5 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah–Mu? Siapa yang boleh diam di gunung–Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama–lamanya. Renungan Pertanyaan pemazmur adalah ungkapan hasrat terdalam orang beriman. Di dalam hidup para pahlawan iman sepanjang sejarah gereja, kita menjumpai pergumulan yang sama: bagaimana mengalami hadirat Allah, yakni hubungan yang teramat intim dengan Allah di dalam keseharian. Judul: Menikmati hadirat Allah Pemazmur menyebut sembilan kondisi positif dan negatif agar orang beriman dapat menikmati hadirat Allah. Ia hidup benar dan dapat dipercaya. Ia berlaku adil (ayat 2) . Uang tidak menempati kedudukan yang terutama di dalam hidupnya sehingga ia tidak akan menjual keadilan dengan menerima suap (ayat 5) . Ia pun bisa mengendalikan perkataannya dengan hanya mengatakan kebenaran (ayat 2) , tidak menyebarkan fitnah (ayat 3), dan menepati janji walau untuk itu ia harus bayar harga (ayat 4c, band. Pkh. 5:1-7) . Ia tidak memandang remeh orang lain, melainkan memperlakukan mereka dengan hormat (ayat 3-4) . Ia tidak segan mengulurkan tangan pada orang yang membutuhkan pertolongan, serta tidak memanfaatkan hal itu untuk menarik keuntungan (ayat 5) . Ia menjauhi orang fasik dan berkawan dengan orang yang takut akan Tuhan (ayat 4a-b) . Memang orang yang rindu untuk hidup akrab dengan Allah harus memiliki ungkapan sikap dan tindakan kebaikan maupun ungkapan sikap dan tindakan yang menghindari kejahatan. Meski dari zaman ke zaman manusia seolah makin mandiri dan merasa tak perlu Tuhan, tetapi Tuhan menciptakan manusia dengan hati yang dipenuhi kebutuhan untuk bersekutu akrab dengan Tuhan. Oleh karena itu orang yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh Yesus Kristus tidak boleh tidak memiliki hubungan intim secara nyata dan berkesinambungan dengan Allah. Persekutuan akrab dan pengalaman menikmati hadirat Allah secara nyata membuat kita hidup dengan kedalaman, juga membuat kita mampu membawa dampak rohani bagi dunia yang jauh dari Tuhan. Maka milikilah disiplin saat teduh dan doa secara teratur juga kerinduan agar melalui berbagai alat anugerah-Nya, kita sungguh hidup di dalam kemah-Nya. 27 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Miktam. Dari Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada–Mu aku berlindung. Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” Orang–orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. Bertambah besar kesedihan orang–orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut– nyebut nama mereka di bibirku. Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jatuh bagiku di tempat–tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak–sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus–Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan–Mu ada sukacita berlimpah– limpah, di tangan kanan–Mu ada nikmat senantiasa. Renungan Ada dua ancaman yang harus dihadapi oleh orang beriman. Pertama, ancaman daya tarik ilah-ilah lain (ayat 4) . Kedua, ancaman kematian (ayat 10) . Di awal permohonannya, pemazmur meminta agar Tuhan melindungi dia dari kedua ancaman tersebut. Permohonan ini menunjukkan keyakinan dan harapan pemazmur. Judul: Sukacitaku, warisanku Pernyataan "Engkaulah Tuhanku" (ayat 2) menunjukkan pengakuan pemazmur bahwa Allah ialah "Tuan" dan "Penguasa hidupnya". Pemazmur sadar bahwa memiliki Allah dan bersekutu dengan Dia merupakan pengalaman yang tiada duanya. Oleh sebab itu, ia senang bersama-sama dengan komunitas orang kudus yang menyembah Allah (ayat 3) . Sebaliknya, ia menjauhi para penyembah berhala. Ia tidak mau menyebut nama allah lain (ayat 4) , beribadah, atau bersumpah di dalam namanya. Godaan untuk menyembah ilah lain kehilangan daya tarik sebab Allah menjadi kesukaan bagi pemazmur. Daud menegaskan bahwa Tuhanlah warisannya dan Tuhan juga yang memberikan tanah warisan kepada dia (ayat 5-6) . Pengalaman Israel beroleh tanah perjanjian menjadi petunjuk bagi warisan lain yang lebih berharga, yaitu persekutuan kekal dengan Allah. Inilah yang memberi pemazmur keyakinan penuh, yang mengatasi rasa takut karena ancaman kematian (ayat 10) . Pemazmur yakin bahwa di dalam berbagai situasi hidup, Allah ada di sebelah kanannya sebagai pelindung, pemimpin, 28 dan penjamin. Bahkan di malam hari yang kegelapannya bisa melambangkan ketidakpastian dan maut, Allah menjadikan hati nurani pemazmur sebagai alat yang mengajari dia hal-hal penting tersebut. Tak heran bila Daud bersukacita (ayat 9) . Dia tahu bahwa Allah akan memberikan hidup kekal. Hidup dekat Allah menjadi sumber hidup dan kesukaan pemazmur. Begitu pulakah kita? Mengaku diri sebagai pengikut Tuhan membuat sebagian orang memenuhi pikirannya dengan batasan dan larangan yang menghilangkan sukacita mengiring Tuhan. Kiranya kita menikmati dinamika hidup bersama Tuhan, serta keindahan memiliki dan dimiliki Tuhan. 29 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Doa Daud. Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada–Mulah kiranya datang penghakiman: mata–Mu kiranya melihat apa yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan orang–orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti jejak–Mu, kakiku tidak goyang. Aku berseru kepada–Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga–Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku. Tunjukkanlah kasih setia–Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang–orang yang berlindung pada tangan kanan–Mu terhadap pemberontak. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap–Mu terhadap orang–orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung aku. Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, mereka membual; mereka mengikuti langkah–langkahku, mereka sekarang mengerumuni aku, mata mereka diarahkan untuk menghempaskan aku ke bumi. Rupa mereka seperti singa, yang bernafsu untuk menerkam, seperti singa muda, yang mengendap di tempat yang tersembunyi. Bangunlah, TUHAN, hadapilah mereka, rebahkanlah mereka, luputkanlah aku dengan pedang– Mu dari pada orang fasik. Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tangan–Mu, dari orang–orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan, sehingga anak–anak mereka menjadi puas, dan sisanya mereka tinggalkan untuk bayi–bayi mereka. Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah–Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa–Mu. Renungan Mamur ini merupakan ratapan pemazmur yang dikejar-kejar oleh musuh yang tak kenal belas kasihan. Pemazmur meminta agar Allah bertindak menghakimi musuhnya (ayat 2) , menyatakan kasih setia-Nya (ayat 7) , menjalankan penyelamatan dan penghukuman-Nya (ayat 1315) . Judul: Minta keadilan Permohonannya agar Allah menghukum dengan adil didasarkan atas ketaatannya. Ia bukan mengklaim dirinya sempurna atau taat tanpa cacat. Namun sebagai orang beriman yang konsisten, ia berani diperiksa oleh Tuhan tentang kesetiaannya memelihara firman Tuhan dalam sikap dan tindakannya (ayat 3-4) . Doa mohon Allah bertindak adil menghakimi musuh orang beriman layak didasari atas fakta ketaatannya. Akan tetapi, bukan berarti bahwa kebenaran kita adalah dasar untuk mendesak Tuhan membela kita. Penyebutan ketaatan yang telah dilakukan bukanlah dasar 30 tambahan bagi orang beriman untuk beroleh pertolongan Tuhan. Semua adalah karena anugerah, yang dibuktikan orang beriman dalam hidup yang taat. Maka dasar satu-satunya bagi doa untuk memohon Tuhan bertindak adalah kasih setia Tuhan (ayat 6-7) . Pemazmur kemudian mengadukan kejahatan para musuhnya kepada Tuhan. Ia mohon Tuhan melindungi dia dari berbagai kejahatan musuh. Pemazmur meminta Tuhan memuaskan musuhmusuhnya dengan nafsu mereka (ayat 14) . Bagi pemazmur, ini merupakan hukuman yang mengerikan. Lalu pemazmur meminta agar dapat memandang wajah Allah dalam kebenaran (ayat 15) . Jika ia meminta supaya musuhnya "puas" (ayat 14) dengan keinginan mereka, maka ia akan "puas" (ayat 15b) dengan memandang rupa Tuhan. Kepuasan pemazmur bukan terletak pada dendam yang terbalaskan, melainkan pada perwujudan keadilan dan kasih setia Allah. Bagaimana sikap kita ketika menghadapi kekelaman hidup? Adakah hasrat seperti doa pemazmur juga mengisi doa dan tindakan kita, yakni agar seluruf sifat Allah dinyatakan ke semua pihak, baik ke orang jahat dalam keadilan-Nya maupun ke orang beriman dalam kasih-Nya. 31 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 18: 1-20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyampaikan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN, pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari tangan Saul. (18:2) Ia berkata: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! (18–3) Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! (18–4) Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku. (18–5) Tali–tali maut telah meliliti aku, dan banjir–banjir jahanam telah menimpa aku, (18–6) tali–tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap–perangkap maut terpasang di depanku. (18–7) Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait–Nya, teriakku minta tolong kepada–Nya sampai ke telinga–Nya. (18–8) Lalu goyang dan goncanglah bumi, dan dasar–dasar gunung gemetar dan goyang, oleh karena menyala–nyala murka–Nya. (18–9) Asap membubung dari hidung–Nya, api menjilat keluar dari mulut–Nya, bara menyala keluar dari pada–Nya. (18–10) Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki–Nya. (18–11) Ia mengendarai kerub, lalu terbang dan melayang di atas sayap angin. (18–12) Ia membuat kegelapan di sekeliling–Nya menjadi persembunyian–Nya, ya, menjadi pondok–Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal. (18–13) Karena sinar di hadapan–Nya hilanglah awan–awan–Nya bersama hujan es dan bara api. (18–14) Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara–Nya. (18–15) Dilepaskan–Nya panah–panah–Nya, sehingga diserakkan–Nya mereka, kilat bertubi– tubi, sehingga dikacaukan–Nya mereka. (18–16) Lalu kelihatanlah dasar–dasar lautan, dan tersingkaplah alas–alas dunia karena hardik– Mu, ya TUHAN, karena hembusan nafas dari hidung–Mu. (18–17) Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir. (18–18) Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang–orang yang membenci aku, karena mereka terlalu kuat bagiku. (18–19) Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku; (18–20) Ia membawa aku ke luar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan kepadaku. Renungan Ungkapan pertama pemazmur kepada Allah menyentuh hati kita, "Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan kekuatanku!" (ayat 2) . Ini menggambarkan kualitas hubungan tertinggi dalam diri pemazmur dengan Tuhan. Bagaimana proses sampai ia tiba dalam hubungan semesra itu dengan Tuhan? Judul: Melalui pengalaman berat 32 Jawaban pertanyaan itu ada dalam pengalaman hidup berat yang telah dialami pemazmur, ia telah terbelit oleh bisa yang mematikan (ayat 4-6) . Namun Allah mendengar jerit si lemah yang tak berdaya itu (ayat 7) . Pengalaman itu membuat pemazmur makin yakin akan kebaikan dan kasih Allah. Dalam mazmur ini ada dua macam bahasa perlambangan yang dipakai untuk melukiskan sikap dan tindakan Allah yang telah dialami pemazmur. Pertama, Allah dalam bahasa perang: perisai, kubu pertahanan, kota benteng (ayat 3) . Sungguh Allah ikut campur menyelamatkan orang yang mempercayakan diri pada Dia dari berbagai ancaman dalam hidup. Kedua, Allah dalam bahasa pengalaman menghadapi kuasa dahsyat alam (Allah gunung batuku, tempat perlindungan, ayat 3b) . Kekuatan alam selain bisa mengungkapkan kekuatan penghancur, juga mengungkapkan kekuatan penyelamatan dan perlindungan. Dalam mazmur ini kekuatan penghancur dalam alam dan peperangan menjadi alat Allah untuk menghancurkan musuh orang beriman. Pengalaman hidup yang berat menyadarkan pemazmur akan keterbatasannya dan kesempatan untuk bergantung pada Allah. Pengalaman menakjubkan itu melahirkan puji-pujian kepada Tuhan (ayat 2-4) . Tuhan bagi pemazmur bukan lagi teori tetapi nyata sebagai bukit batu dan gunung batu yang tak tergoyahkan; kubu pertahanan dan kota benteng, tempat persembunyian dari musuh; perisai, penangkal senjata musuh. Maka ketika Anda mengalami beratnya hidup, cari dan alamilah Tuhan dalam kesempatan berharga itu. Jadikan pengalaman hidup berat menjadi proses pendidikan melalui mana Allah makin nyata bagi Anda. Kasih Anda pun kelak makin mesra pada Dia. 33 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 18: 21-45 TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku, (18–22) sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku. (18–23) Sebab segala hukum–Nya kuperhatikan, dan ketetapan–Nya tidaklah kujauhkan dari padaku; (18–24) aku berlaku tidak bercela di hadapan–Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan. (18–25) Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata–Nya. (18–26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18–27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat–belit. (18–28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. (18–29) Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. (18–30) Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani melompati tembok. (18–31) Adapun Allah, jalan–Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada–Nya. (18–32) Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita? (18–33) Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata; (18–34) yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit; (18–35) yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga. (18–36) Kauberikan kepadaku perisai keselamatan–Mu, tangan kanan–Mu menyokong aku, kemurahan–Mu membuat aku besar. (18–37) Kauberikan tempat lapang untuk langkahku, dan mata kakiku tidak goyah. (18–38) Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka kuhabiskan; (18–39) aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi; mereka rebah di bawah kakiku. (18–40) Engkau telah mengikat pinggangku dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau tundukkan ke bawah kuasaku orang yang bangkit melawan aku. (18–41) Kaubuat musuhku lari dari padaku, dan orang–orang yang membenci aku kubinasakan. (18–42) Mereka berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang menyelamatkan, mereka berteriak kepada TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka. (18–43) Aku menggiling mereka halus–halus seperti debu di depan angin, mencampakkan mereka seperti lumpur di jalan. (18–44) Engkau meluputkan aku dari perbantahan rakyat; Engkau mengangkat aku menjadi kepala atas bangsa–bangsa; bangsa yang tidak kukenal menjadi hambaku; 20 (18–21) 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 34 baru saja telinga mereka mendengar, mereka taat kepadaku; orang–orang asing tunduk menjilat aku. (18–46) Orang–orang asing pucat layu dan keluar dari kota kubunya dengan gemetar. 44 (18–45) 45 Renungan Pemazmur percaya bahwa Allah menyelamatkan dia karena ia adalah orang benar. Hidupnya seturut dengan hukum Tuhan. Dua kali dia mengulang pernyataan bahwa "Tuhan memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku" (ayat 21, 25) . Pernyataan pemazmur mungkin mengherankan bagi kita, yang sering berpikir bahwa tindakan Allah semata-mata terjadi karena anugerah-Nya dan tidak bergantung pada tindakan manusia. Namun pemazmur tidak salah. Allah, yang telah mengadakan perjanjian dengan Israel, berulang-ulang menekankan bahwa jika umat-Nya taat pada perjanjian-Nya maka Ia akan memberkati mereka. Sebaliknya jika umat tidak taat maka Ia akan menghukum mereka (band. Im. 26; Ul. 28) . Pemazmur percaya bahwa Allah akan setia pada umat yang setia pada Dia (ayat 26-27) . Kesetiaan Allah pada pemazmur dinyatakan dengan pemberian kuasa yang besar, sampai bangsa-bangsa pun takluk kepada dia (ayat 44-46) . Anugerah Allah bekerja dalam hidup orang beriman sehingga terjadi proses pembentukan hidup yang ajaib (ayat 31-43) . Allah akan merespons dengan berbagai tindakan ajaib yang membuat hidup orang beriman jadi makin serasi dengan kemurahan Allah. Judul: Anugerah dan ketaatan Ketaatan dan anugerah merupakan dua hal yang sangat penting dalam ajaran firman Tuhan. Allah akan merespons dengan anugerah yang berlimpah ketika kita taat dan melakukan kewajiban kita kepada-Nya. Anugerah dan ketaatan tidak bertolak belakang, melainkan bagai dua sisi dari satu keping uang. Karena itu Paulus dapat berkata "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang .... Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" (ayat 1 Kor. 15:10). Paulus melihat bahwa keberadaan dirinya semata-mata karena anugerah Allah yang direspons dengan benar. Apakah kita mendambakan tindakan baik Allah? Marilah kita memintanya kepada Tuhan. Namun jangan lupa bahwa kita perlu taat melakukan segala perintah-Nya. 35 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 18: 46-50 Orang–orang asing pucat layu dan keluar dari kota kubunya dengan gemetar. (18–47) TUHAN hidup! Terpujilah gunung batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku, (18–48) Allah, yang telah mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa– bangsa ke bawah kuasaku, (18–49) yang telah meluputkan aku dari pada musuhku. Bahkan, Engkau telah meninggikan aku mengatasi mereka yang bangkit melawan aku; Engkau telah melepaskan aku dari orang yang melakukan kelaliman. (18–50) Sebab itu aku mau menyanyikan syukur bagi–Mu di antara bangsa–bangsa, ya TUHAN, dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama–Mu. (18–51) Ia mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat–Nya, dan menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi–Nya, yaitu Daud dan kepada anak cucunya untuk selamanya.” 45 (18–46) 46 47 48 49 50 Renungan Pengalaman hidup pemazmur bersama Allah penuh dengan dinamika. Ia mengalami tekanan dalam hidup, tetapi kemudian merasakan kelepasan dan kemenangan karena Allah. Itulah sebabnya, ia menutup mazmurnya dengan syukur dan puji-pujian. Judul: Pujilah Tuhan Puji-pujian pemazmur dimulai dengan pernyataan iman bahwa Tuhan hidup (ayat 47) . Ini nyata di dalam pengalaman yang telah dijalani pemazmur. Pergumulan hidup dan kelepasan yang dia peroleh membuat pemazmur belajar dan menemukan bahwa Allah adalah Tuhan yang hidup. Maka kelepasan dan kemenangan dari musuh menjadi sesuatu hal yang bisa terjadi (ayat 48-49) , karena Allah yang berperan di dalam segala sesuatu yang terjadi. Tuhan menyatakan anugerah-Nya kepada pemazmur dengan menjadikan dia sebagai raja atas umat pilihan-Nya. Namun bukan hanya itu. Tuhan juga menyatakan kesetiaan-Nya kepada keturunan pemazmur, sebagai orang yang Dia urapi (ayat 51) . Tidak mungkin berhala mati buatan tangan manusia melakukan semua itu. Hanya Tuhan yang hidup, yang mulia dan yang berkuasa! Itu semua membuat pemazmur mengumandangkan syukurnya, bahkan sampai menembus batas ruang lingkup bangsanya (ayat 50) . Ia ingin bangsabangsa mengetahui juga kebesaran dan kemuliaan Allahnya. Orang yang mengalami anugerah Allah di dalam Kristus atas hidupnya tidak mungkin hidup tanpa rasa syukur dan pujian kepada Allah. Dan orang yang di dalam dirinya telah lahir syukur dan pujian, tidak mungkin berdiam diri saja atau menyimpan semua itu di dalam hati. Syukur dan pujian niscaya bersuara dan harus berbicara. Orang-orang disekeliling kita perlu tahu bahwa Tuhanlah yang telah berkarya di dalam hidup kita. Dengan demikian akan ada orang yang tertarik kepada Allah di dalam Kristus karena kekaguman atas campur tangan-Nya di dalam hidup kita. Kiranya kita menjadikan hidup kita sebagai lagu pujian yang mengumandangkan karya dan kemuliaan Allah yang mulia. 36 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (19–2) Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan–Nya; (19–3) hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. (19–4) Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; (19–5) tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari, (19–6) yang keluar bagaikan pengantin laki–laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya. (19–7) Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya. (19–8) Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (19–9) Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. (19–10) Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum–hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, (19–11) lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. (19–12) Lagipula hamba–Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. (19–13) Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. (19–14) Lindungilah hamba–Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar. (19–15) Mudah–mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku. Renungan Kuasa, kemuliaan, dan hikmat Allah nyata di dalam alam semesta (ayat 1) . Langit menjadi tempat bagi Allah untuk menempatkan matahari, bulan, dan bintang. Ketiganya berfungsi sebagai penerang bagi dunia, serta untuk membedakan siang dari malam (Kej. 1:14-19) . Meski tidak ada suara atau kata-kata, berita tentang kemuliaan Allah terpancar ke seluruh jagat raya melalui keindahan semesta (ayat 2-5a) . Memang tak perlu ada cerita maupun berita, karena panasnya sinar matahari yang menjamah seluruh ujung bumi menjadi bukti tak terbantahkan mengenai keberadaan Allah (ayat 5b-7) . Judul: Kenal Tuhan melalui Alkitab Namun pengetahuan tentang Allah melalui alam tidak sejelas pengenalan yang dinyatakan di dalam Taurat-Nya. Melalui ciptaan kita tahu ada Allah yang mencipta alam. Akan tetapi, pengetahuan tersebut tidak cukup membawa kita mengenal Tuhan secara pribadi. Perhatikan, pemazmur memakai nama "Allah" (ayat 2) ketika berbicara mengenai ciptaan dan memakai nama Tuhan (ayat 8- 37 ketika berbicara tentang Taurat. Kata Tuhan (ditulis dengan huruf kapital) berasal dari kata Yahweh. Jika Allah (berasal dari kataElohim) lebih menggambarkan Dia sebagai Pencipta langit dan bumi, maka Yahweh (yang merupakan nama pribadi Allah) lebih menggambarkan Tuhan, Allah perjanjian yang memberikan Taurat. 10) Pemazmur memaparkan tujuh (menunjukkan angka sempurna) karakter Taurat yaitu sempurna, teguh, tepat, murni, suci, benar, dan adil. Umat Allah yang merenungkan Taurat akan mendapatkan banyak faedah: disegarkan, diberi hikmat dan bersuka cita (ayat 8-9) . Sebab itu pemazmur menganggap Taurat lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu (ayat 11) . Bukan itu saja, umat Allah yang berpegang pada Taurat akan terhindar dari banyak hal negatif termasuk kesesatan, pelanggaran, dan tipuan orang jahat (ayat 12-14) . Taurat dapat diartikan sebagai ajaran yang Tuhan berikan di dalam Alkitab. Marilah kita memperlakukan Alkitab sebagai anugerah berharga karena Tuhan memberikannya supaya kita dapat mengenal Dia secara pribadi. 38 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (20–2) Kiranya TUHAN menjawab engkau pada waktu kesesakan! Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau! (20–3) Kiranya dikirimkan–Nya bantuan kepadamu dari tempat kudus dan disokong–Nya engkau dari Sion. (20–4) Kiranya diingat–Nya segala korban persembahanmu, dan disukai–Nya korban bakaranmu. Sela (20–5) Kiranya diberikan–Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan–Nya berhasil apa yang kaurancangkan. (20–6) Kami mau bersorak–sorai tentang kemenanganmu dan mengangkat panji–panji demi nama Allah kita; kiranya TUHAN memenuhi segala permintaanmu. (20–7) Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi–Nya dan menjawabnya dari sorga–Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang–gemilang oleh tangan kanan–Nya. (20–8) Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita. (20–9) Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak. (20–10) Ya TUHAN, berikanlah kemenangan kepada raja! Jawablah kiranya kami pada waktu kami berseru! Renungan Pernahkah kita mendoakan para pemimpin kita? Baik pemimpin negara, masyarakat, atau gereja? Mari kita mendoakan mereka dengan menggunakan mazmur ini. Judul: Mendoakan pemimpin Doa ini dipanjatkan dalam ibadah sebelum raja berangkat berperang melawan musuh. Tugas raja adalah menyejahterakan rakyatnya dan menjaga bangsanya dari musuh yang mengancam kedaulatan wilayahnya. Keduanya saling berkaitan. Aman dari musuh adalah konteks untuk pembangunan kesejahteraan rakyat. Seorang imam mungkin melantunkan ayat 2-5 , disusul dengan seruan jemaat di ayat 6 , lalu kembali imam (7-9) , dan diakhiri secara bersama-sama (10) . Kesatuan doa ini terlihat. Ungkapan yang senada memulai (2a) dan mengakhiri (10b) doa ini. Nama Allah (2b, 6b, 8b) menjadi sandaran yang kokoh bagi kemenangan raja (6a, 7a, 10a) . Kekuatan raja berasal dari surga (3, 5) karena Allah telah memilih dan mengurapi dia (7) . Raja telah menjaga relasi kudusnya dengan Allah (4) serta tidak bersandar pada kekuatan pasukan perangnya (8a) , padahal itulah yang lazim dijadikan pegangan raja-raja yang tidak mengenal Allah! Kemenangan pasti menjadi milik orang yang bersandar penuh kepada Allah (9) . Bagaimana mendoakan pemimpin kita? Konteks sekarang bukanlah peperangan melainkan kesejahteraan rakyat. Kita harus yakin bahwa para pemimpin kita adalah mereka yang Allah pilih untuk menyelenggarakan pemerintahan yang adil dan menyejahterakan rakyat. Ingat, kita ikut andil memilih mereka dalam pemilu yang lalu. Kita perlu mendoakan agar Allah berbelas kasih pada mereka dan mereka hidup takut akan Tuhan sehingga menjalankan tugas dengan benar. Doa pemazmur merefleksikan kepercayaan dan dukungan rakyat terhadap rajanya. Siapkah kita memberi kepercayaan dan dukungan, sambil tetap bersikap kritis (8) kepada pemimpin kita? 39 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (21–2) TUHAN, karena kuasa–Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada–Mu! (21–3) Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak. Sela (21–4) Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya. (21–5) Hidup dimintanya dari pada–Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama–lamanya. (21–6) Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada–Mu; keagungan dan semarak telah Kaukaruniakan kepadanya. (21–7) Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan–Mu. (21–8) Sebab raja percaya kepada TUHAN, dan karena kasih setia Yang Mahatinggi ia tidak goyang. (21–9) Tangan–Mu akan menjangkau semua musuh–Mu; tangan kanan–Mu akan menjangkau orang–orang yang membenci Engkau. (21–10) Engkau akan membuat mereka seperti perapian yang menyala–nyala, pada waktu Engkau menampakkan Diri, ya TUHAN. Murka TUHAN akan menelan mereka, dan api akan memakan mereka. (21–11) Keturunan mereka akan Kaubinasakan dari muka bumi, dan anak cucu mereka dari antara anak–anak manusia. (21–12) Apabila mereka hendak mendatangkan malapetaka atasmu, merancangkan tipu muslihat, mereka tidak berdaya. (21–13) Ya, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dengan tali busur–Mu Engkau membidik muka mereka. (21–14) Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa–Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan–Mu. Renungan Beberapa penafsir melihat Mazmur 21 sebagai mazmur yang merayakan penobatan raja. Allah telah menyatakan anugerah-Nya dengan memilih dan memberkati raja untuk memimpin umat-Nya; kasih setia Allah beserta raja (2-8) . Allah akan menyingkirkan musuh raja dan berperang bagi dia (9-13) . Mazmur ini ditutup dengan seruan pujian kepada Allah (14) . Judul: Tuhan pemberi kemenangan Penafsir lain melihat Mazmur 21 sebagai respons syukur terhadap hasil doa yang telah diungkapkan di Mazmur 20 . Syukur ini diungkapkan lewat ibadah. Terhadap permohonan agar Tuhan memberikan kemenangan kepada raja (Mzm. 20:10) , mazmur ini menjawab dengan sukacita bahwa raja sudah menang perang (2) . Apa yang menjadi keinginan raja (lihat Mzm. 20:5) telah Allah penuhi (3). Karena raja memercayai Allah, bukan bersandar diri sendiri (Mzm. 20:8-9) , ia pun mengalami penyertaan kasih setia Tuhan sehingga kepemimpinannya pun stabil (8) . Kemenangan demi kemenangan melawan musuh dialami raja. Semua itu adalah karya Allah melalui dirinya. 40 Ungkapan syukur Mazmur 21 ini bukan untuk menutup mata terhadap kegagalan beberapa raja Israel yang akhirnya membuahkan kehancuran bangsanya. Ungkapan syukur ini justru menegaskan bahwa keberhasilan raja adalah hanya oleh anugerah Tuhan. Saat raja merespons anugerah Allah dengan bekerja keras menjadi berkat buat rakyatnya, Tuhan memberkati kerajaan Israel. Bisakah kita melihat tangan Tuhan memberkati bangsa kita melalui pemerintah kita? Memang masih banyak PR bagi pemerintah dalam menegakkan keadilan dan kesejahteraan. Salah satu yang urgen adalah pemberantasan korupsi yang jalan di tempat. Namun jangan menutup mata terhadap keberhasilan pemerintah yang didukung data dan fakta. Yang penting adalah mendoakan pemerintah, mengkritisi tindakan yang salah, mendorong perubahan ke arah yang baik, dan menjadi agen perubahan itu. 41 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 22: 1-18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (22–2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (22–3) Allahku, aku berseru–seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. (22–4) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji–pujian orang Israel. (22–5) Kepada–Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. (22–6) Kepada–Mu mereka berseru–seru, dan mereka terluput; kepada–Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu. (22–7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. (22–8) Semua yang melihat aku mengolok–olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (22–9) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?” (22–10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. (22–11) Kepada–Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. (22–12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. (22–13) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng–banteng dari Basan mengepung aku; (22–14) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. (22–15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; (22–16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit–langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. (22–17) Sebab anjing–anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. (22–18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Renungan Kehidupan Kristen bukan hanya terdiri dari pengalaman manis yang indah untuk dikenang. Pasti ada juga pengalaman pahit yang menghadirkan duka dan penderitaan. Namun bagaimana kita menyikapi pengalaman pahit? Judul: Saat mengalami derita Di dalam intensitas penderitaan yang pemazmur alami, tidak ada tempat lain baginya untuk mengadukan kepedihan yang dia alami, selain kepada Allah. Kepada Dia sajalah, pemazmur mencurahkan isi hatinya. Pemazmur mempertanyakan Allah yang dia anggap sebagai penyebab penderitaannya (ayat 1) , Allah yang tidak mendengarkan doanya (ayat 2) . Allah meninggalkan dia sendirian, menyebabkan ia terasing dan kesepian. Ia juga harus menghadapi musuh yang begitu 42 kejam (ayat 15-19) . Padahal sejarah Israel telah memperlihatkan bagaimana Allah tampil menyelamatkan dan menjadi Pembela bagi umat-Nya (ayat 4-6) . Akibat kontras itulah, maka banyak orang yang mencibirkan bibir karena menganggap bahwa penderitaan pemazmur adalah akibat dosanya (ayat 8-9) . Merenungkan situasi yang menyedihkan tersebut, pemazmur kembali mengalihkan pandangannya pada Allah. Pemazmur meminta agar Allah tidak menjauhi dia (ayat 12) . Penderitaan hidup memang tampil dalam berbagai bentuk. Mungkin saja berupa perlawanan dari teman atau orang yang kita kasihi, bisa juga berupa pengalaman fisik atau mental yang menyakitkan, atau kegagalan yang menyebabkan rasa frustasi yang dalam. Namun semua itu harus dipandang berdasarkan perspektif yang tepat. Pengalaman orang Kristen bukanlah nasib buruk yang melulu menyebabkan kesedihan dan penderitaan. Meski demikian, pencobaan (Yak. 1:2-4, 12) , penganiayaan (Yoh. 15:18; 2Tim. 2:12) , dan penderitaan (Flp. 1:29) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman hidup orang Kristen. Karena melalui kesusahan, iman kita diperdalam (Yak. 2:3) , persekutuan kita dengan Allah diperkaya (Flp. 3:10) dan kita mengalami sukacita dalam kesulitan (Yoh. 17:13; 1Ptr. 4:13; 2Kor. 12:10) . 43 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 22: 19-31 Mereka membagi–bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. (22–20) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! (22–21) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. (22–22) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku! (22–23) Aku akan memasyhurkan nama–Mu kepada saudara–saudaraku dan memuji–muji Engkau di tengah–tengah jemaah: (22–24) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel! (22–25) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah–Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada–Nya. (22–26) Karena Engkau aku memuji–muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. (22–27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji–muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! (22–28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa–bangsa akan sujud menyembah di hadapan–Nya. (22–29) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa–bangsa. (22–30) Ya, kepada–Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan– Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. (22–31) Anak–anak cucu akan beribadah kepada–Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN kepada angkatan yang akan datang. (22–32) Mereka akan memberitakan keadilan–Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab Ia telah melakukannya. 18 (22–19) 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Renungan Harapan orang beriman di saat kesusahannya, memang hanya Allah. Keyakinan akan Allah membuat pemazmur beranggapan bahwa bila Allah dekat maka tidak ada satu masalah pun yang berani mendekat. Tentu hal sebaliknyalah yang akan terjadi bila Allah menjauh dari dia. Sebab itu, ketika pemazmur dililit kesusahan, yang ia harapkan adalah agar Allah tidak menjauh dari dia (ayat 20). Ia memohon agar Allah segera menolong dia karena situasi yang dia hadapi begitu kritis (ayat 21-22) . Kelihatannya tidak ada jalan keluar. Dalam keadaan tanpa alternatif jalan keluar, ia meminta Allah menolong dia. Judul: Nantikanlah Tuhan Namun di tengah semua kesulitan itu, Allah menjawab doa pemazmur dan melepaskan dia dari semua kesusahan yang membelenggu dia. Maka sebagai respons, Daud memuji-muji kebesaran Allah di tengah-tengah umat (ayat 23-27) . Kelepasan yang pemazmur alami membuat dia bersaksi bahwa Allah tidak meninggalkan dia, Allah tidak lagi menyembunyikan wajah-Nya dari Daud. Ketika ia 44 berteriak kepada Allah, Allah menjawab doanya dan menyatakan kasih setia-Nya yang besar. Maka dia tidak perlu lagi mempertanyakan kenapa Allah meninggalkan dia. Pujian pemazmur ini bagaikan akhir dari doa yang sudah lama dia panjatkan. Pujiannya kepada Allah dapat membangkitkan iman orang lain kepada Tuhan. Juga mendorong orang lain untuk juga memuji-muji nama Tuhan. Mazmur ini mengajar kita untuk tetap berdoa kepada Allah saat kita sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan-Nya. Jangan menyerah dengan situasi yang membelenggu Anda, tetaplah berdoa! Ia akan tidak memandang rendah orang yang sedang berada dalam kesulitan. Namun dari doa Kristus di taman Getsemani dan saat Ia di kayu salib, kita belajar bahwa jawaban doa kita mungkin datang pada waktu yang berbeda dan dengan cara tidak seperti yang kita doakan. Dalam waktu dan cara yang lebih baik, yaitu berdasarkan waktu dan caranya Allah. 45 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 23 1 2 3 4 5 6 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama–Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada–Mu dan tongkat–Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Renungan Bacaan kita hari ini menyejukkan hati kita. Pemazmur mengibaratkan dirinya seperti seekor domba. Lemah serta tak berdaya menghadapi tantangan dan bahaya. Di dalam gambaran lemah tersebut, pemazmur memiliki gambaran yang indah tentang Tuhan: Tuhanlah Gembalaku. Judul: Gembala yang baik Ketika Daud berbicara tentang Tuhan sebagai Gembala, ia berpikir tentang Tuhan sebagai Pelindungnya. Bagi domba, gembala adalah segala-galanya. Tidak ada yang lain yang diinginkan domba selain gembalanya. Sama seperti seorang ayah memenuhi kebutuhan anaknya, begitulah seorang gembala mencukupkan segala sesuatu yang diperlukan dombanya. Karena Tuhan adalah gembala Daud, ia tidak akan kekurangan apapun (ayat 1) . Seorang gembala memimpin dombanya ke tempat di mana si domba dapat makan dan beristirahat (ayat 2) . Ia juga memimpin domba di jalan yang benar. Ia menjauhkan domba dari jalan-jalan yang berbahaya dan harus dihindarkan. Begitu jugalah Allah memimpin hidup orang percaya. Bapak Lim, seorang Kristen kelahiran Indonesia yang tinggal di Cina, pernah berhari-hari diikat oleh tentara Komunis di tempat banyak orang lewat. Mereka menampar dan meludahi dia karena dianggap mengkhianati revolusi. Seseorang yang sedang lewat di jalan itu, berpura-pura meludahi kakinya sambil menyelipkan sehelai kertas ke sakunya. Kertas itu bertuliskan Mazmur 23 . Bapak Lim berkata: "Saya membacanya berulang-ulang dan menghafalnya. Saya mendapat penghiburan yang membuat saya mampu bertahan melewati masa sulit itu". Ia kemudian menjadi dirigen Hongkong Philharmonic Orchestra. Kita tentu ingin juga mengalami berkat dan ketenangan jiwa seperti yang dialami Daud dalam hidupnya dan diekspresikan dalam mazmurnya. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menjadi domba-Nya. Mereka yang menikmati pemeliharaan Gembala Baik adalah mereka yang mengenal suara Gembala dan mengikuti Dia. 46 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 23 Pdt. Effendi Susanto STh. Kepuasan dan hidup memberi adalah mazmur yang sederhana tetapi memiliki makna yang dalam adanya. Rata-rata hampir 80% orang Kristen bisa menghafal mazmur ini karena kesederhanaan kalimatnya. Ini merupakan syair pujian yang datang dari hati manusia yang berespons kepada Tuhan. Saya pernah mengutip kalimat John Calvin, doktrin mengajar bagaimana kita berpikir benar tentang Allah, tetapi kitab Mazmur diberikan kepada kita supaya kita di dalam segala keadaan, di dalam realita kehidupan kita mengalami jatuh dan bangun, gelombang dan keteduhan, bagaimana kita berespons dengan benar kepada Tuhan. Hari ini saya mengajak saudara melihat melalui Mzm.23 bagaimana kita berespons kepada Tuhan dengan benar ketika kita melihat terlalu banyak berkat dan anugerah Tuhan datang kepada kita. Tidak ada mazmur yang lebih indah bagi saya bicara mengenai respons contentment di hadapan Tuhan, berespons dengan kecukupan, selain Mzm.23 ini. Daud berkata, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…” Tuhan menjadi gembalaku, itu sudah cukup bagiku. Tidak ada hal lain yang kuingini selain Engkau Tuhan menjadi gembalaku dan milik pusakaku. Ini adalah satu respons orang yang merasa cukup dan puas di hadapan Tuhan. Mazmur 23 Derek Kidner yang menafsir kitab Mazmur mengeluarkan beberapa kalimat yang indah sekali, “Depth and strength underlie the simplicity of this psalm. Its peace is not escape; its contentment is not complacency…” Kekayaan mazmur ini terletak di dalam nadanya yang sederhana. Kedalaman mazmur ini terletak di dalam kesederhananya. Kedamaian kitab mazmur ini terletak di dalam keteduhan kepuasannya. Engkau mau memiliki damai? Lihat di dalam mazmur ini dimana dia mendapatkan kedamaiannya, yaitu di dalam kepuasannya. Engkau mau hidup kaya? Lihat mazmur ini terletak di dalam kesederhananya. Karena dua hal ini, kepuasan dan kesederhananya, pemazmur siap sedia walaupun kekelaman datang menyerang, musuh berada di sekitarnya, dia tetap bisa melihat ada pemeliharaan Tuhan di situ. Itu sebab karena kesederhanaan dan kepuasan ini, Mzm.23 memberitahukan kepada kita apa yang menjadi tujuan hidup orang Kristen, bukan kepada materi tetapi kepada Allah sendiri. Apa itu kepuasan? Apa itu cukup? Waktu pertanyaan ini diberikan kepada cucu dari Rockefeller, dia mengatakan “Enough is a little bit more…” Tambah sedikit lagi, tambah sedikit lagi… karena merasa tidak pernah cukup. Karena tidak pernah merasa cukup ini kita selalu akan memiliki sikap hidup selalu berusaha mendapatkan sesuatu sebagai cadangan melampaui apa yang kita perlukan. Saya mengajak saudara melihat rahasia dari kepuasan di dalam Mzm.23 dan kalimat dari Paulus, hidup kepuasan bukan terletak pada apa yang kita dapat, seberapa banyak yang kita raih, tetapi saudara bisa melihatnya terletak di dalam saya memiliki Tuhan yang menjadi bagian dan milik pusakanya selama-lamanya. Itulah yang membuat Daud maupun Paulus hidup kepuasan. Kepuasan tidak bisa 47 diukur dengan standar tertentu, tetapi tidak berarti dia tidak bisa dinilai di dalam hidup ini. Standar bersifat relatif, standar orang lain berbeda dengan standar kita. Saya baru puas kalau saya mencapai suatu standar seperti ini, tetapi mungkin pada waktu kita sudah sampai kepada standar itu, ketika kita sudah ada di situ ternyata kita merasa tidak cukup sebab kita lihat ternyata masih ada yang di atas kita. Mahatma Gandhi pernah mengeluarkan kalimat yang sangat agung, “Seluruh isi dunia ini sebenarnya sanggup memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia. Tetapi seluruh isi dunia ini tidak sanggup memenuhi keinginan satu manusia.” Dalam artikel terbaru saya di Radix, saya membawa saudara memikirkan satu hal, benarkah Tuhan itu cukup memberikan kepuasan sepenuhnya bagi kita? Tuhan menjadi gembala, Tuhan menjadi pusaka kita dan selain Tuhan tidak ada hal lain yang kita ingini di dalam dunia ini apakah itu sesuatu konsep teologi yang bersifat palsu dan hanya menina-bobokkan kita? Apakah betul hal itu bisa menjadi bagian di dalam hidup kita menjadi kepuasan di dalam hidup kita? Bukankah kita perlu yang lain? Benar kita perlu God as the giver tetapi kita juga perlu anugerah dari-Nya, bukan? Benar kita perlu Tuhan sang Pemberi berkat tetapi kita juga perlu berkat-Nya untuk kita hidup, bukan? Tetapi mengapa keluar kalimat ini, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…”? Saya mengajak saudara melihat 2 Kor.9 , saudara perhatikan dari ayat 1-5 Paulus bicara mengenai pengumpulan uang yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia dan Korintus. Uang itu mereka kumpulkan untuk membantu jemaat Yerusalem yang miskin. Itu konteksnya. Tetapi tidak berarti jemaat Makedonia adalah jemaat yang kaya dan tidak berarti jemaat Korintus juga adalah jemaat yang kaya. Cuma bedanya, jemaat Makedonia di dalam kemiskinannya tidak merasa itu sebagai halangan untuk mengumpulkan uang bagi Yerusalem. Kalimat Paulus di dalam bagian ini sangat menarik sekali, “Kamu akan diperkaya di dalam segala kemurahan hati yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami, sebab pelayanan kasih yang engkau berikan itu bukan saja mencukupkan keperluan orang-orang kudus tetapi melimpahkan ucapan terima kasih orang itu kepada Allah…” Yang memberi adalah saya, tetapi yang menerima ucapan terima kasih adalah Allah, apakah itu adil? Satu ayat lagi Gal.6:10 “Karena itu selama masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang..” Mari kita menjadi berkat, mari kita rajin memberi dan bersumbangsih kepada semua orang. Tetapi di ayat 9 di dalam kita berbuat baik, di dalam kita menjadi berkat, di dalam kita memberi, ada satu kendala yang mungkin bisa menghalangi kita akhirnya tidak bisa berbuat baik yaitu hati yang jemu. Maka Paulus mengingatkan ”...janganlah jemu-jemu berbuat baik.” Paulus minta jemaat untuk belajar memberi kepada semua orang selama ada kesempatan di dalam hidup kita menyalurkan sesuatu kepada orang lain. Tetapi bisa jadi kita berhenti melakukannya sebab kita jemu. Saya rasa ada beberapa faktor, dari faktor si pemberi. Saya sebagai pemberi mungkin akhirnya jemu menjadi berkat dan tidak memberi kepada orang lain karena dua alasan. Pertama, saya berpikir yang saya beri ini tidak mendatangkan efek dan perubahan apa-apa, seperti membuang setitik air ke lautan, jadi buat apa memberi? Yang kedua, kita sendiri menyadari kita memiliki sumber daya yang terbatas adanya. Sebanyak-banyaknya yang kita miliki kita tetap terbatas. Itu bisa ditandai pada waktu ada prahara dan kesulitan menimpa hidup kita, kitapun tidak terlepas dari kesulitan itu. Akibat keterbatasan itu maka orang kadang-kadang memikirkan bagaimana untuk menyelamatkan diri 48 terlebih dahulu, baru memikirkan orang lain. Sekarang dari sisi si penerima, salah satu faktor yang menyebabkan kita akhirnya menjadi jemu berbuat baik kepada orang yaitu karena dia tidak berterima kasih kepada kita. Kita kembali ke Filipi 4:10-20 , kita melihat jemaat Filipi sudah mengirim uang membantu Paulus lewat Epafroditus. Sebenarnya di ayat 14 Paulus ingin mengucapkan terima kasih kepada jemaat Filipi yang sudah membantunya, cuma kenapa perlu ayat 10-13 dulu bicara soal kepuasan sebelum bilang terima kasih? Terima kasihnya pun cecara tidak langsung. Saya percaya dia melakukan ini bukan karena sungkan. Dari sini saya hubungkan kepada 2 Kor.9 , kamu mengumpulkan uang memberi dan dari itu engkau diperkaya dan ucapan terima kasih diberikan mereka kepada Tuhan. Salah satu faktor yang menyebabkan orang mungkin terkendala akhirnya tidak lagi berbuat baik, tidak lagi memberi, sebab yang menerima tidak berespons dengan baik kepada kita. Tetapi kenapa sampai seperti ini? Saya menemukan jawabannya pada waktu di surat Filipi Paulus menasehati dua orang yang sedang berselisih paham, “Hendaklah engkau sehati sepikir seperti pikiran Kristus…” Artinya, pikiran saya mungkin bisa berbeda dengan pikiran saudara, karena perbedaan itu mungkin menyebabkan kita tidak bisa “ketemu.” Kalau semua orang punya pikiran yang berbeda, jadi sampai kapan bisa ketemu? Ketemunya kalau dua orang itu menaruh pikiran mereka di bawah pikiran Kristus. Maka saya bisa jemu berbuat baik kepada orang kalau relasi saya dengan orang itu hanya bersifat relasi horisontal, yaitu saya memberi kepada dia tergantung kepada apa yang ada pada diri saya. Kalau saya suka, kalau saya mau, kalau saya berkelebihan, baru saya memberi. Dan pemberian itu juga bergantung kepada dia yang saya beri. Kalau dia baik, kalau dia berkata ‘terima kasih’, kalau dari pemberian saya mendatangkan perubahan, baru saya kembali memberi. Relasi yang terus seperti itu akan membuat kita menjadi jemu karena di dalamnya saya bisa berhenti memberi, karena saya terbatas adanya, saya perlu pikir diri saya dulu, masih ada yang saya perlu cukupkan. Saya bisa berhenti oleh karena saya melihat respons dia kurang baik kepada saya, tidak ada terima kasihnya, jadi buat apa saya memberi kepada dia? Itu semua tidak akan terjadi kalau kita mengerti konsep ini: menaruh Allah di tengah-tengah relasi kita sehingga semua relasi itu menjadi relasi segitiga. Mengapa Paulus perlu mengatakan, “Aku sudah belajar mencukupkan diri di dalam segala hal. Aku mengerti apa itu kekurangan, aku mengerti apa itu kelebihan…” Jangan kita pikir kalau kita punya banyak otomatis kita bisa memberi kepada orang, dan tidak berarti orang yang kurang tidak memiliki hati yang memberi. Sampai sekarang kita menemukan statistik orang yang kurang memberi lebih banyak daripada orang yang berkelebihan. Saya memberi bukan karena ada sesuatu di dalam diri saya, tetapi karena saya tahu semua yang ada pada saya adalah pemberian Tuhan. Itu sebab Yesus pernah mengatakan jangan sampai tangan kirimu mengetahui tangan kananmu memberi. Bagaimana tangan kiri bisa tidak tahu kalau tangan kanan memberi? Pointnya adalah saya bisa memberi sebab Tuhan adalah yang memberi dulu kepada saya. Tuhan bukan boss yang membayar kepada saya karena saya melakukan sesuatu untuk Dia. God is the Giver. And God is a pure giver. Artinya Dia memberi tidak ada klausal dan embel-embel, apakah saya sudah melakukan sesuatu untuk Dia. God is love. God is a pure love. Dia mengasihi kita bukan karena kita sudah mengasihi Dia. Semua itu, kasih dan pemberian-Nya semata-mata datang dari Tuhan, saya hanya instrumen-Nya. Saya memberi kepada orang sebab Tuhan sudah kasih kepada saya. Itu sebab saya boleh tidak mengingat-ingat saya sudah memberi, karena itu bukan dari saya. itu artinya tangan kanan memberi, tangan kiri tidak usah tahu. Sehingga saya tidak akan jemu-jemu memberi meskipun 49 orang akhirnya tidak berespons sesuai keinginan saya. Maka kita bisa mengerti sekarang mengapa dalam 2 Kor.9 Paulus tidak mengatakan jemaat Yerusalem berterimakasih kepada Makedonia dan Korintus, tetapi mengucapkan terima kasih itu kepada Allah. Konsep ini yang ada di dalam diri Paulus, mereka bisa memberi, itu adalah anugerah Tuhan di dalam diri mereka. Waktu jemaat Yerusalem menerima, tentu mereka tidak lupa itu adalah pemberian dari Tuhan maka mereka mengucap syukur kepada Tuhan. Kembali kepada pernyataan Daud, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…” sungguhsungguh merupakan suatu jawaban yang indah bagi kita hari ini karena dari situ kita tahu bahwa bukan situasi dan bukan apa yang kita miliki yang menciptakan suatu kerinduan, kebanggaan, atau kemampuan kita untuk memberikan sesuatu kepada orang, tetapi karena kita sadar Tuhan sudah menjadi bagian hidup kita. Tuhan ada di dalam hidup kita. Dia adalah the pure giver, menjadi milik kita sehingga kita berkelimpahan. Itu sebab di dalam keadaan yang kurangpun, tidak menutup kemungkinan hati kita bisa puas. Di dalam segala hal yang berlimpah tersedia di dalam hidup kita, belum tentu bisa menjamin hati saya puas. Maka kepuasan itu apa? Ada orang mengatakan kepuasan adalah suatu suasana hati atau sikap hidup yang mandiri dari faktor eksternal, tidak bergantung kepada keadaan. Keadaan kita kaya atau miskin, sikap kita yang bersyukur dan kepuasan kepada Tuhan tidak bergantung kepada keadaan itu. Karena itulah kita bisa belajar menjadi berkat. Kalau kita menaruh Allah sebagai segitiga di dalam segala relasi kita, maka hal ini akan menjawab kenapa Daud di dalam keadaan susah dan sulit bisa berespons dengan kalimat ini, “Sekalipun dagingku habis lenyap, aku hanya ingin tinggal di dalam rumah Allah dan Dia menjadi milik pusakaku selama-lamanya.” Kepuasan itu terjadi jika kita selalu menaruh Tuhan di dalam segala keadaan dan realita hidup kita. Ini memang tidak gampang. Paulus sendiri bilang untuk mencapai ke sana dia harus belajar . “I’ve learned to be content…” (Fil.4:11) . Merasa puas itu tidak ada kaitannya dengan faktor ekternal, itu sebab Paulus menyatakan dalam keadaan lapar maupun kenyang, dalam keadaan kelimpahan maupun kekurangan, itu semua tidak mempengaruhinya karena Tuhan adalah milik dia satu-satunya. Yang kedua, Paulus memakai kata ‘belajar’ berarti ini satu proses. Berarti waktu menulis ayat-ayat ini dia sudah hampir “lulus” di dalam mengerti konsep hidup yang puas bersama Tuhan. Jangan lupa, surat Filipi ditulis bukan di dalam rumah besar, bukan di dalam rumah yang indah, tetapi di dalam penjara yang kumuh. Paulus menunjukkan betapa di awal-awal ketika dia menulis surat Korintus, dia pernah meminta Tuhan mencabut duri dari dagingnya tetapi Tuhan menolak (2 Kor.12:7) . Di sini Tuhan mengajar dia untuk tidak bergantung kepada kekuatan diri sendiri, merasa bisa mengatur, mengontrol, mengerjakan dan melakukan segala sesuatu. Sekarang Tuhan membawanya kepada satu situasi yang dia tidak bisa kontrol, tidak bisa dia ubah, bahkan dia tidak bisa berbuat apa-apa sama sekali. Kadang-kadang kita berada di dalam situasi seperti itu. Tetapi saya percaya waktu kita berada di dalam situasi yang tidak bisa kita kontrol, bukan supaya kita menjadi putus asa dan kecewa tetapi supaya kita belajar di situ ada kuasa yang lebih besar yang mengatur dan mengontrol hidup kita. Semua orang, baik dia Kristen ataupun tidak, pasti akan sampai kepada situasi seperti itu. Tetapi orang-orang Kristen yang mengalami hal-hal seperti itu tidak akan menjadi putus asa dan tidak mempunyai pengharapan karena dia tahu ada Tuhan yang mengontrol hidupnya. Tuhan memberi kesulitan yang banyak kepada orang baik, tetapi Dia memberikan pertolongan pada waktunya 50 (Mzm.34:20) . Ada duri di dalam dagingnya yang Paulus minta Tuhan cabut. Tetapi Tuhan membiarkan duri itu tetap ada di situ supaya justru pada waktu dia merasa lemah, orang bisa melihat ada kuasa Tuhan yang luar biasa di situ. menyebutkan inilah pengalaman hidup kita. Kita mungkin berada di dalam lembah yang subur, tetapi mungkin kita juga berada di dalam lembah kekelaman. Di ayat 2-3 saudara melihat Daud mengatakan Tuhan memberkati dia dengan segala kebaikan, memberikan segala yang dia perlukan di dalam hidupnya. Tetapi apakah saudara melihat ada reaksi balik dari Daud di sini? Bukankah di situ seharusnya dia menyatakan reaksi bersyukur? Tetapi kemudian di ayat 4 Daud mengatakan, sekalipun aku dibawa oleh Tuhan melewati lembah kekelaman, saudara akan menemukan dua reaksi balik darinya, dia tidak takut akan kebahayaan itu dan dia tahu Tuhan membimbing dia di sana. Mazmur ini mengingatkan kita pada waktu hidup ini lancar kita mungkin take it for granted dan tidak bersyukur kepada Tuhan. Makanya orang yang lancar hidupnya paling susah diajak berdoa, tetapi waktu berada di dalam kesulitan, dia yang paling rajin ikut persekutuan doa. Jikalau kehidupanmu senang, lancar, tenang, seringkali kita jadi melempem. Jangan heran orang justru sering ketiduran waktu ada di jalan raya lintas, tetapi paling melek waktu jalannya belak-belok dan berbatu. Ketika kesulitan itu tiba kepada kita, baru kita sadar dan melek, reaksi apa yang kita berikan kepada Tuhan? Di situ baru dia sadar kehadiran Tuhan yang memimpin dan membimbingnya. Mzm.23 Yang kedua, sebelumnya di ayat 2-3 pemazmur menyebut Tuhan sebagai “Dia” kata ganti orang ketiga. Tetapi saudara perhatikan begitu di ayat 4 , Tuhan bukan lagi menjadi “Dia” tetapi sekarang menjadi “Engkau.” Tadi sebelumnya hubungan dengan Tuhan secara tidak langsung, tetapi sekarang menjadi langsung. Di dalam lembah yang subur dan lancar, dia mengenal Tuhan sebagai “Dia,” tetapi pada waktu dia berada di dalam lembah kekelaman, relasi dengan Tuhan menjadi lebih erat. Situasi itu membangkitkan kesadaran dan reaksi kerohanianku kepada Tuhan dan membangkitkan satu kesadaran relasiku lebih dekat kepada Tuhan, itu lebih baik daripada kita berada di dalam kelancaran. Melalui pengalaman ini kita bisa melihat baik Daud maupun Paulus menemukan esensi hidup yang bersyukur dan puas di hadapan Tuhan bukan kepada apa yang datang, bukan kepada situasi yang ada, tetapi karena mereka tahu Tuhan sudah menjadi milik pusakanya. Mereka tahu God is the pure giver and the pure love. Segala sesuatu yang datang dari-Nya itu cukup. Apalagi yang bisa kita dapat dari ayat-ayat ini? Saya belajar hidup puas di hadapan Tuhan karena saya tahu hidup kita sekarang ini hanya sementara adanya. Kelak aku akan bertemu dengan Dia, itu keindahan dan kemuliaan yang tidak ada taranya. Ini bukan teologi yang menina-bobokan saudara. Ini bukan ajaran agama isapan jempol. Kekristenan berbeda dengan yang lain sebab apa yang kita katakan ini berdasarkan fakta sejarah kebangkitan Kristus. Kebangkitan itu yang memberikan jaminan kepada kita kelak kita ketemu dengan Tuhan, kita hidup di dalam kemuliaan, kita akan mendapatkan hidup yang sama sekali diperbaharui oleh Tuhan. Yesus yang sudah bangkit menjadi jaminan kita tidak perlu kuatir hidup kita nanti di sana. Maka Paulus menutup tema bicara mengenai kepuasan ini dengan mengkaitkannya kepada hidup kemuliaan bersama Kristus dengan kebutuhan hidup ini di dalam Fil.4:19 “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus…”Dia tahu kita masih hidup di dalam dunia ini, kita manusia yang perlu apa-apa untuk hidup. Tetapi kalau kita tidak mendapatkan banyak, tidak berarti Allah kita perhatian karena Dia kaya dan mulia dan tidak berarti bahwa Dia tidak mengerti apa yang kita perlukan di dalam dunia ini. Dia tahu apa yang kau perlukan, tetapi jangan lupa ada hal yang lebih daripada itu yaitu kemuliaan dan kekayaan Kristus pada suatu hari akan menjadi milik kita. 51 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai–sungai. “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat–Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang–orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah–Mu, ya Allah Yakub.” Sela Angkatlah kepalamu, hai pintu–pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu–pintu yang berabad–abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!” Angkatlah kepalamu, hai pintu–pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu–pintu yang berabad–abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela Renungan Sejarah Israel penuh dengan kesaksian akan keperkasaan Tuhan dalam mengalahkan musuh-musuh umat-Nya. Baik pada periode kisah Keluaran, saat menaklukkan tanah Kanaan, maupun ketika dirongrong oleh berbagai bangsa di sekitar wilayah mereka, Tuhan membuktikan bahwa diri-Nya adalah Raja mereka. Bahkan lebih dari itu, Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi dan isinya, karena Dialah pencipta dan pemilik semua itu (ayat 1-2) . Judul: Raja Kemuliaan Peristiwa apa saja yang memperlihatkan bahwa Tuhan adalah Raja atas Israel? Pertama, saat Allah, dengan kuasa-Nya, membuat Israel menyeberangi laut Teberau dengan selamat. Musuh mereka, yaitu Firaun serta pasukan Mesir, Tuhan tenggelamkan di laut itu (Kel. 14) . Maka pujian dikumandangkan (Kel. 15:1-18) dan Tuhan dimuliakan sebagai Raja pemenang yang memerintah selama-lamanya (ayat 18) . Namun saat itu Israel belum tinggal di tanah Perjanjian. Kedua, saat Israel telah menikmati kemerdekaan secara penuh di bawah kepemimpinan Daud. Bagi Daud, Tuhan adalah sumber kemenangannya. Dengan memindahkan Tabut Perjanjian, yang melambangkan takhta Allah, ke ibu kota Israel, Daud menyatakan bahwa Tuhanlah Raja Israel (ayat 2 Sam. 6) . Prosesi melewati pintu gerbang kota suci inilah yang kemiudian hari dirayakan dengan mengumandang-kan Mazmur 24 . Tentu, hanya mereka yang sungguh-sungguh tulus hati, yang layak menyembah Dia dan diperkenan oleh-Nya (ayat 3-6) . Berbagai perayaan gerejani, termasuk Kenaikan Tuhan Yesus bisa menjadi peristiwa penting untuk mengingat dan menyatakan Kristus sebagai Raja Gereja dan dunia serta segala isinya. Dialah yang sudah datang untuk bertakhta di hati orang percaya, untuk memerintah umat-Nya, dan untuk 52 menyatakan kedaulatan dan keperkasaan atas para musuh-Nya. Dengan hidup dalam ketulusan hati serta kejujuran dan keadilan perilaku, umat Tuhan merajakan Kristus Yesus dalam hidup mereka dan menjadi kesaksian bagi orang yang belum percaya. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 24 Pdt. Dr. Stephen Tong Sumber: Momentum, 40, Lembaga Reformed Injili Indonesia Siapakah Kristus yang naik ke Surga? Dalam Mazmur 24:7-10 , kita membaca mengenai adanya pintu kekekalan yang dibuka menyambut seorang pemenang untuk selama-lamanya. Di Vatikan, di dalam Gereja Basilica of Saint Peter, ada pintu yang hanya boleh dibuka satu kali dalam 50 tahun. Pada waktu mereka membuka pintu itu, kadang-kadang mereka membaca ayat ini. Mereka menganggap itu merupakan suatu upacara yang agung sekali. Sebenarnya pintu itu tidak mempunyai makna yang terlalu berarti bila dibandingkan dengan ayat-ayat yang tercantum di sini. "Semua pintu gerbang, terbukalah!" Untuk siapa pintu yang kekal dibuka? "Untuk raja yang pernah berperang di dalam medan peperangan." Siapakah raja yang pernah menang perang di medan peperangan? "Yaitu yang diutus oleh Yehovah, yang menjadi Tuhan di atas segala sesuatu." "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabadabad, supaya masuk Raja Kemuliaan!" Siapakah dia itu Raja Kemuliaan? "Tuhan semesta alam, Dialah raja semesta alam, Dia Raja Kemuliaan." Tapi Dia pernah datang, pernah dicobai, pernah diberi kesempatan untuk berjuang dan bertarung dengan kuasa-kuasa kejahatan. Iblis berusaha meremukkan dan menjatuhkan Dia. Tetapi Dia naik ke surga. Ini membuktikan bahwa Dialah Raja yang mulia, Raja yang menang, Raja yang pernah bertempur di dalam medan pertempuran rohani menggantikan engkau dan saya. "Hai pintu gerbang, gerbang yang mulia, pintu yang kekal, bukalah! Angkatlah kepalamu, bukalah pintumu menyambut Yesus Kristus sebagai yang menang!" Di dalam Pengakuan Iman Rasuli tertulis, "Dia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa". Bagian ini jangan dimengerti sebagai suatu lokasi atau semacam pengertian secara tata ruang. Jikalau Yesus betul- betul berada di sebelah kanan, berarti ada lokasinya. Bukankah ini juga berarti bahwa Bapa berada di sebelah kiri Yesus? Jikalau Bapa berada di kiri, lalu Yesus di kanan, yang mana yang lebih besar? Yang kanan atau yang kiri? Lalu, di manakah Roh Kudus? Bila demikian, hal ini akan 53 mengaburkan arti rohaninya. Padahal pengertian tempat seperti itu mempunyai arti rohani yang jauh lebih dalam. Di dalam pemikiran Kitab Suci, tempat kanan mempunyai tiga arti. Arti pertama, Yesus Kristus adalah orang yang sudah diterima dengan sukacita oleh Tuhan Allah. Ini adalah keputusan gembira. Suatu tempat yang diterima dengan baik, suatu tempat yang diberikan karena yang memberi begitu senang kepada Dia. Kristus adalah Anak kesayangan Bapa. "Dengarlah Dia! Dengarlah Anak yang Aku suka ini." Arti kedua, tempat sebelah kanan berarti tempat pemenang. Setelah orang yang bertempur dalam medan peperangan pulang, ia diberikan tempat di sebelah kanan oleh raja. Jenderal yang menang, jenderal yang begitu penting, duduk di sebelah kanan. Yesus Kristus menjadi pemenang di dalam medan peperangan. Itu sebabnya Ia duduk di sebelah kanan Bapa. Ketiga, tempat kanan berarti tempat penguasa. Tuhan memberikan kekuatan, kuasa, dan mandat yang melampaui apapun di bumi kepada-Nya. Itulah kuasa yang diberikan kepada Yesus Kristus. Puji Tuhan! "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang! Dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan. Siapakah Dia, Raja Kemuliaan itu?" Itulah Tuhan semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan Bagian kedua diambil dari Matius 28:18 , dst. Yesus Kristus bukan saja seorang pemenang, tapi Dia naik ke surga. Sewaktu naik ke surga, Dia memberikan suatu amanat yang paling agung kepada semua orang yang mengikuti Dia. Pada zaman reformasi, orang-orang reformasi, khususnya yang berada di Jenewa, menganggap amanat agung hanya diberikan kepada rasul-rasul pada waktu itu. Ini merupakan suatu kelemahan besar yang mengakibatkan kira-kira selama dua abad orang-orang reformasi, orang-orang Lutheran, hanya mengerjakan penggembalaan di Eropa. Mereka tidak mengutus orang keluar untuk mengabarkan Injil. Karena kesalahtanggapan itu, akhirnya gereja menjadi lemah dalam penginjilan. Lambat laun Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membawa kita kembali kepada visi yang benar, bahwa penginjilan itu bukan tugas gereja mula- mula saja. Penginjilan bukan sudah tidak ada, tetapi ada pada setiap zaman. Para rasul dan para nabi memang sudah tidak ada. Namun, fungsifungsi kerasulan dan kenabian masih tetap ada. Jadi, yang diutus mewakili Tuhan untuk berbicara adalah fungsi yang masih berada dalam segala zaman. Maka kita juga harus menegaskan hal ini. Pengertian tentang kesadaran semacam ini akan mengubah dan menggugat kembali tugas kita terhadap dunia ini. Yesus berkata, "Pergilah ke seluruh dunia dan jadikan segala bangsa murid-Ku." Ini merupakan suatu penanaman visi, semacam pikiran yang begitu besar kepada gereja. Bila suatu zaman tidak memiliki visi, maka zaman itu akan penuh dengan kekacauan. Gereja yang sudah kehilangan ketajaman dalam melihat visi akan menjadi tidak berdaya, tidak dinamis lagi. Namun, bila visi itu kembali dipertajam dan menggugah hati manusia, mau tidak mau gereja akan menjadi militan dan dinamis di dalam pelayanan. Begitu banyak orang Kristen yang malas, yang imannya kendur, yang hidup rohaninya begitu sembarangan dan etikanya begitu tidak bertanggung jawab karena sudah kehilangan ketajaman dan keinsyafan tentang visi dan mandat dari Tuhan! Tetapi puji Tuhan! Yesus bukan memberikan suatu khotbah dan amanat yang agung itu kepada mereka di tempat sembarangan. Mereka naik ke gunung dan di atas gunung itu Yesus mengutus mereka. 54 Pada waktu naik ke atas bukit, berada di tempat yang tinggi, kita akan melihat suatu dataran yang lebih besar. Kita akan mempunyai pemandangan yang jauh lebih luas dan di situ Tuhan membentuk suatu pemikiran atau semacam wawasan yang luas bagi orang-orang yang mau mengabarkan Injil. Barangsiapa yang tidak mempunyai hati yang luas, yang tidak mempunyai pandangan rohani dengan wawasan yang luas, tidak mungkin mempunyai penginjilan yang kekuatannya lebih besar daripada pelayanan yang lain. Di sini kita melihat, gereja harus kembali mengikuti teladan dan menaati perintah Yesus Kristus. Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah, tetapi juga suatu amanat. Dia pergi dan tugas-Nya dikerjakan oleh engkau dan saya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan Kristus, dia juga harus mengingat pesan Yesus sebelum Ia pergi. Pesannya adalah "Pergilah ke seluruh dunia, jadikan segala bangsa murid-Ku. Apa yang Aku katakan kepadamu ajarkanlah mereka, supaya mereka menjalankannya dan engkau yang mengabarkan Injil akan Kusertai, sampai kesudahan, sampai selama-lamanya." Selanjutnya, kita akan melihat apa yang dikaitkan dengan kenaikan Yesus ke surga. Dalam Yohanes 16:7-8 , tertera suatu perjanjian yang lebih penting lagi. Jikalau Yesus Kristus, yang sudah memberikan perintah untuk pergi mengabarkan Injil ke seluruh dunia hanya membiarkan pengikut-pengikut-Nya dengan keadaan yang begitu sulit, dengan penganiayaan-penganiayaan yang kejam, yang ganas dan tidak berperikemanusiaan, bukankah Ia adalah Tuhan yang meletakkan kewajiban dan pergi melarikan diri? Tetapi bukanlah demikian. Alkitab mengatakan, "Aku pergi justru berfaedah besar bagimu. Aku pergi untuk kamu karena jikalau Aku tidak pergi Roh Kudus tidak turun." Di sini Yesus Kristus mengaitkan kenaikkan-Nya ke surga dengan rencana yang berkesinambungan di dalam konsistensi pikiran Tuhan Allah yang kekal. Allah bukanlah Allah yang tidak berprogram. Allah adalah Allah yang mempunyai program yang tertinggi. Allah adalah Allah yang mempunyai cara berorganisasi dan mempunyai cara pemikiran dan jadwal yang paling tepat. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Jikalau Aku tidak pergi, tidak ada faedahnya bagimu. Tetapi jikalau Aku pergi, kepergian-Ku akan mendatangkan keuntungan bagimu, sebab setelah Aku pergi, Roh Kudus akan dikirim turun dan menyertai serta menjadi penghibur bagimu." Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah Kristus, Raja pemenang. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah Kristus, yang mengutus kita mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah Kristus, yang bersama dengan Bapa mengutus Roh Kudus menjadi pendamping bagi gereja. Jikalau kita melihat abad pertama, kita mengetahui bahwa orang Kristen bukan saja minoritas. Orang Kristen berada di kalangan bawah. Kebanyakan yang menjadi orang Kristen adalah budak, nelayan, orang miskin, orang di pasar, dan sedikit sekali pejabat-pejabat tinggi, konglomerat, atau orangorang penting di dalam masyarakat yang beriman kepada Yesus Kristus. Dari antara 12 murid Yesus, kita melihat begitu banyak nelayan yang dipanggil. Pengaruh mereka mulai dari grass-root, mulai dari lapisan yang paling bawah sekali. Yesus menjadi teman dari pemungut cukai, dari orang-orang berdosa. Ia menerima orang-orang yang dibuang oleh masyarakat. Melalui kira-kira 300 tahun, kita melihat pengaruh kekristenan sudah mengakibatkan Raja Konstantin akhirnya harus berlutut di hadapan Yesus dan mengakui Dia sebagai Tuhan. Di sini kita melihat di dalam 300 tahun permulaan itu, gereja mengalami penganiayaan, pengucilan, pembunuhan, dan 55 penyiksaan. Begitu banyak martir yang mati mengalirkan darah, mati syahid bagi kepercayaan dan iman kekristenan yang mereka yakini. Siapakah yang memberikan kekuatan? Bagaimana mereka bisa bertahan bila tidak ada penolong yang setiap saat berada dengan mereka, yang mempunyai kuasa ilahi, yang berada di tengah-tengah mereka? Siapakah Penolong itu? Dialah Roh Kudus. Maka Yesus berkata, "Aku harus pergi. Aku pergi, maka Dia akan datang. Aku pergi dan bersama dengan Bapa mengirim Roh Kudus agar turun ke atas kamu. Roh Kudus turun ke atas kamu, maka kamu akan berkuasa." Berkuasa atas apa? Berkuasa atas penderitaan, penganiayaan, dan segala kesulitan sehingga engkau dapat tetap memegang imanmu. Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, umumnya masyarakat saat ini memahami kuasa Allah melalui pertolongan dan kelancaran hidup serta pemberian berkat secara materi atau jasmani. Tetapi kuasa yang kita lihat dalam Perjanjian Baru setelah Kristus naik justru sama sekali terbalik. Kalau Tuhan berkuasa, kenapa tidak menyembuhkan saya? Kalau Tuhan berkuasa kenapa tidak menyertai? Kalau Tuhan berkuasa, kenapa situasi politik dan situasi ekonomi begitu jelek? Kalau Tuhan berkuasa, mengapa Nero saja bisa menganiaya rasul? Bisa memaku mati Petrus secara terbalik? Di mana kuasa Tuhan? Kekristenan justru memahami kuasa dari kerajaan Tuhan secara antitesis. Di dalam penganiayaan, di dalam kesulitan, di dalam desakan, di dalam kesempitan, di dalam segala sesuatu: kesulitan, sengsara, penderitaan politik, ekonomi dan apa pun juga, iman orang Kristen tidak berkompromi. Orang Kristen tidak menyerah kepada musuh. Itulah kuasa Roh Kudus. Saya sangat takut kalau gereja sudah menjadi sangat kaya. Saya sangat takut kalau hamba Tuhan sudah beroleh segala kelonggaran sehingga tidak lagi bersandar kepada Tuhan. Padahal melalui kemiskinan dan kesulitanlah iman kita memiliki kesempatan untuk dilatih agar memiliki suatu kekayaan rohani. Sebaliknya, saat kita sudah mempunyai segala sesuatu, kita menjadi sangat miskin di dalam iman. Tuhan berkata, "Aku pergi dan Aku mengirim Roh Kudus. Roh Kudus mendampingi engkau, saat engkau diutus ke dalam dunia sebagai utusan Tuhan." Saya minta maaf jikalau saya harus memakai suatu kalimat, bahwa itulah pengutusan yang paling kejam dalam sejarah. Jangan heran kalau ada orang Kristen yang dibunuh. Jangan heran kalau gereja dianiaya. Jangan heran kalau kadang-kadang kita dibiarkan miskin dan sulit luar biasa. Jangan mengomel apalagi heran karena itu cara pengutusan dari Tuhan. "Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah kawanan serigala!" Bukankah itu hal yang paling kejam? Coba Saudara bayangkan, seekor domba yang dikelilingi oleh kawanan serigala yang begitu kejam. Serigala yang mempunyai gigi begitu tajam, sifat yang begitu keras, kelompok yang begitu banyak kawannya. Itulah namanya utusan Tuhan. "Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah serigala." Itu sebabnya saya minta maaf kalau saya katakan pengutusan Tuhan adalah pengutusan yang kejam. Tetapi tidak menjadi soal, jikalau domba itu mengerti bahwa Roh Kudus sedang diutus untuk menyertainya. "Aku pergi supaya Roh Kudus turun!" Inilah sudut ketiga yang kita lihat dari kenaikkan Yesus ke surga. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia Raja yang menang di dalam pertempuran rohani. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia adalah Tuhan yang memberikan mandat kepada kita, amanat yang paling agung: mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Yesus yang naik ke surga? Dia adalah yang mengutus Roh Kudus yang menjadi parakletos, menjadi penghibur, pendamping untuk kita. 56 Keempat, kita membaca dalam Ibrani 4:14-16 . Bagian ini menyatakan bahwa kita memiliki seorang Imam Besar yang sudah melintasi segala langit. Yesus naik ke surga bukan berarti menghilang dari bumi ini setelah kurang lebih 33 tahun berada di dunia. Atau seperti yang dikatakan oleh doketisme, keberadaan-Nya hanya suatu dokaio saja. Dia hanya dibayang-bayangkan pernah datang ke dunia, lalu hilang. Setelah pergi, Ia naik ke surga dan melintasi segala langit. Ini merupakan suatu ajaran yang begitu besar. Pada hari kenaikan ini, saya merenungkan, terus merenungkan kenaikan Yesus Kristus. Lalu saya berkata, "Puji Tuhan! Agama lain tak pernah mempunyai seorang pendiri, tak pernah mempunyai seorang penghulu agama yang datang dari sana ke sini, dan juga tidak pernah ada yang dari sini ke sana dengan melintasi segala langit, kecuali Yesus Kristus." Mereka hanya membayangkan adanya satu allah. Allah, yang belum pernah datang ke dunia. Allah, yang katanya mencipta, menyelamatkan dan mengampuni, satu-satunya yang rahmani, rahimi. Tapi allah yang mereka bayangkan berbeda dengan Yesus Kristus yang adalah Allah yang pernah meninjau sendiri, datang sendiri, menyelamatkan kita, hidup di tengah- tengah kita, yang dengan mulut-Nya memakai bahasa manusia untuk memberikan pengajaran yang terindah di dalam sejarah kepada kita, lalu pergi setelah menyelesaikan tugas-Nya. Sewaktu mengenang Kristus, kita mengenang Allah yang pernah datang. Wujud-Nya begitu konkrit. Hubungan-Nya dengan manusia juga begitu intim. Dalam bagian Firman ini dikatakan suatu kalimat yang begitu menyentuh. Kita bukan mempunyai seorang Imam yang tidak mengerti segala kelemahan kita. Saya percaya di dalam hidup setiap orang, sedalam-dalamnya ada keluhan kesusahan hidup dalam dunia. Baik orang kaya maupun orang miskin, orang sukses maupun orang yang penuh dengan kegagalan, baik engkau yang kelihatan mempunyai materi yang begitu besar, begitu banyak, atau mereka yang selalu mengejar hanya untuk menyambung hidup saja. Setiap orang mempunyai keluhan akan hal yang begitu sulit. Namun, siapakah yang sungguh-sungguh dapat mengerti setiap orang? Suami ingin dimengerti oleh isteri. Tapi justru isteri ingin dimengerti oleh suami! Kekuatan kita untuk mengerti dan kemampuan kita untuk mau mengerti dibandingkan dengan kebutuhan kita untuk dimengerti, selalu tidak seimbang. Adakah yang mengerti? Ada! Yesus Kristus mengerti segalanya. Dia pernah datang. Dia pernah dilahirkan di tempat binatang. Dia pernah diejek oleh bangsanya sendiri. Dia pernah seorang diri mengalami puasa 40 hari dan dicobai oleh iblis. Dia pernah menanggung berat. Dia pernah menderita, berkorban emosi, berkorban perasaan. Yesus Kristus mengerti segala kelemahan kita. Dia mengerti karena Dia sama seperti kita. Dia merasakan segala pengalaman kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai tetapi tidak berbuat dosa. Yesus yang telah naik ke surga menjadi Imam Besar. Imam Besar inilah yang membawa kesulitan kita kepada Allah yang sulit kita capai. Ia juga membawa anugerah dari Allah kepada kita, anugerah yang tidak layak kita terima. Inilah pekerjaan Imam. Imam yang berada di antara yang hidup dan yang mati. Imam yang berada di antara yang tidak kelihatan dan yang kelihatan. Imam yang berada di antara Allah dan manusia. Kristuslah pengantara yang menjalankan tugas imam sekaligus sebagai korban. Inilah perbedaan imam dalam sejarah orang Yahudi dengan Imam yang paling besar, Yesus Kristus, bagi gereja-Nya. Imam- imam yang lain tidak menjadi korban. Mereka mempersembahkan korban, namun mereka sendiri bukan korban. Hanya Yesus yang bertindak sebagai Imam Besar sekaligus korban. 57 Dengan bahasanya, manusia tidak akan sanggup untuk mengungkapkan keagungan dan kebesaran cinta kasih Tuhan yang adalah Imam Besar sekaligus korban. Ia mempersembahkan diri dengan rohNya yang kekal dan darah-Nya yang suci yang tak bercacat cela untuk membersihkan dan menjadikan kita milik-Nya yang dilayakkan untuk berdamai dengan Tuhan Allah. Inilah Imam kita. Dan inilah bagian keempat yang kita lihat. Selanjutnya, dalam Ibrani 7:24-25 kita melihat bahwa Yesus Kristus mempunyai pekerjaan lain setelah naik ke surga. Dalam ayat 26 , dikatakan bahwa Yesus Kristus mempunyai tingkatan tertinggi sebagai pengantara untuk berdoa syafaat bagi setiap kita. Dalam pasal 7 ayat 27-28 , serta pasal 9 ayat 27-28 terlihat bahwa Dialah yang menanggung dosa kita dan yang menjadi pengantara yang berdoa syafaat bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Siapakah Kristus? Dia pemenang, bukan? Siapakah Kristus? Dia pengutus, bukan? Siapakah Kristus? Dia yang memberikan Roh Kudus kepada kita. Siapakah Kristus? Dia yang berdoa bagi kita dengan pengertian karena Ia sendiri pernah datang ke dalam dunia ini. Tidak hanya itu, Yesus adalah Tuhan yang kembali ke surga untuk menyiapkan tempat bagi kita. Dalam Injil Yohanes 14:1-4 Yesus berkata, "Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Jikalau Aku tidak pergi tidak ada yang menyediakan tempat bagimu dan jikalau Aku sudah menyediakan tempat bagimu Aku pasti akan datang kembali lagi. Di mana Aku ada di sana pun engkau akan berada." Adakah penghiburan yang lebih besar dari ini? Tidak ada. Adakah seorang Juruselamat seperti Kristus? Tidak ada. Dialah satu-satunya dan Dialah yang paling sempurna di dalam menyediakan segala sesuatu bagi umat-Nya. "Di jalan itu Aku pergi. Jalan satu-satunya dan engkau tahu juga." Pada waktu Filipus bertanya kepada Dia, "Hai Guru, tunjukkan jalan itu kepada kami," maka Yesus Kristus dengan menggelengkan kepala bertanya, "Sudah sekian lama engkau mengikut Aku, engkau masih belum tahu di mana jalan itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: `Akulah jalan, Akulah kebenaran, dan Akulah hidup.`" Saya melihat ketiga butir ini sebagai suatu gambaran tentang seluruh dunia, yaitu di dalam filsafat, kebudayaan agama, dan kebijaksanaan, yang terkristalisasi di dalam dunia mental manusia. "Akulah jalan, Akulah kebenaran." Mengapa Yesus mengatakan: "Akulah jalan"? Karena semua agama mencari jalan. Itulah yang dibutuhkan oleh orang di Timur. "Akulah kebenaran." Mengapa Yesus menyatakan kebenaran diidentikkan dengan diri-Nya? Karena manusia di Barat yang mencari filsafat ingin mengetahui kebenaran dan Yesus mengisi kebutuhan itu. Pada waktu Yesus mengatakan: "Akulah jalan", Ia sedang menunjukkan kepada orang Timur yang mau mendapatkan jalan di dalam agama. Ia berkata, "The way is not there. The way you are seeking is not in religion, but in Me, in My life." Yesus telah mengajak dunia Timur dan Barat untuk menerima kesimpulan- Nya, "Akulah hidup yang tidak ada pada agama-agama, tidak ada pada filsafat-filsafat dan sistem epistemologi dunia." Semua pendiri agama akhirnya mati di tengah usahanya mencari jalan. Para filsuf juga akhirnya mati di tengah usahanya mencari kebenaran. Dan Kristus akhirnya berkata, "Di manakah jalan itu? Akulah jalan itu. Di manakah kebenaran itu? Akulah kebenaran itu. Dan Akulah hidup." Inilah satu-satunya solusi. The only solution, the only answer, for seeking the truth in way thru philosophy, religion, culture, and human wisdom concluded only in Jesus Christ, the truth revelation of God in human form. Puji Tuhan! Dialah pernyataan Allah yang berbentuk manusia, yang telah menyimpulkan segala sesuatu yang sedang digumuli dan dicari agama maupun filsafat. 58 Paul Tillich, seorang teolog besar mengatakan, munculnya Yesus di dalam sejarah harus menghentikan usaha semua agama dalam mencari apa pun yang paling berharga yang mereka inginkan. The revelation of Christ, the appearance of Christ in history is to cease off the effort of seeking truth and way in religions. Puji Tuhan! "Akulah jalan. Dan jalan itu bukan dari sini ke sana melainkan dari sana ke sini. Akulah yang menghampiri manusia." Manusia tidak akan pernah dapat menghampiri takhta Allah dengan usaha dan kekuatannya sendiri. Allah yang suci dan kekal tidak akan dapat dijangkau oleh manusia yang berdosa dan terbatas. Bagaimana mungkin sesuatu yang terbatas, yang dicipta, yang bisa rusak dapat menghampiri Tuhan yang tak terbatas dan kekal? Hal ini hanya mungkin bila Allah, dari takhta yang tidak terbatas, yang kekal, yang tidak bisa rusak, rela turun, lalu pergi kembali untuk menjadi jaminan kita. Kalau agamaagama lain hanyalah one way traffic in human effort, jalan yang hanya satu arah dari usaha manusia, kekristenan percaya kepada suatu sistem keselamatan berupa two way traffic which initiative from God and assured in the term of God. Kita percaya pada sistem dua jalur, dari sana telah ke sini, yang membawa kita dari sini ke sana, yang dijamin di dalam segala kekuatan yang kekal di dalam takhta Tuhan. Puji Tuhan! "Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Aku pergi untuk mempersiapkan segala sesuatu bagimu dan Aku akan datang kembali untuk menyambut engkau sebagai seorang mempelai lelaki yang akan menyambut mempelai perempuan." Gereja harus siap sedia. Gereja harus senantiasa mempersiapkan diri dengan tidak menodai, tidak mencemari tubuh Kristus. Gereja harus bersiap untuk menjadi mempelai perempuan Kristus yang akan bersatu di dalam cinta kasih yang paling inti yang digambarkan dalam hubungan suami isteri. Ia yang akan datang kembali telah menyediakan tempat bagi kita. Ia berkata, "Di mana Aku berada, di situ engkau berada." Bagian terakhir ialah Kisah Para Rasul 1:9-11 . "Hai orang Galilea, mengapa engkau melihat seperti ini? Ingatlah, Yesus yang kau lihat diangkat ke surga, akan datang dengan cara yang sama, kembali ke dalam dunia ini." Seluruh Kitab Suci mempunyai suatu konsistensi, mempunyai suatu hubungan organis yang begitu erat, sehingga tidak bisa dipisah- pisahkan sembarangan, kecuali oleh mereka yang sengaja atau mereka yang tidak mengerti. Di dalamnya kita melihat rencana Allah yang sudah terbentuk begitu sempurna. Yesus Kristus naik ke surga bukan karena Ia melarikan diri. Ia tidak menyembunyikan diri. Ia pergi dengan tugas. Ia pergi dengan rencana Allah yang sudah ditetapkan dan itu bukan titik yang terakhir. Itu merupakan suatu janji bahwa suatu hari kelak Ia akan datang kembali dengan cara yang sama, kembali ke dalam dunia. Saya membayangkan orang-orang Galilea seperti Petrus dan Yohanes yang sudah terbiasa didampingi oleh Yesus, yang bila ada kesulitan langsung beralih kepada Yesus dan bertanya, "Bagaimanakah Tuhan? Bagaimanakah cara-Mu menangani kesulitan ini, Guru?" Mereka sudah terbiasa disertai, ditolong, dan berada bersama dengan Yesus Kristus. Sekarang, untuk pertama kali dalam hidupnya, mereka sadar bahwa Yesus tidak selamanya berada di samping mereka. Yesus harus pergi dan mereka harus menghadapi dunia secara faktual, menghadapi dunia ini dengan segala sesuatu yang tidak terlalu bersahabat dengan orang Kristen. "Akan bagaimana perlakuan Herodes terhadap kita? Akan bagaimana Pilatus terhadap kita? Dan bagaimana prinsip Kaisar dan politikus-politikus Romawi? Dan jika berganti gubernur yang lain, akan bagaimana? Kami tidak tahu." Mereka hanya tahu Yesus pergi. "Lalu, hanya mimpikah 3 1/2 tahun yang lampau itu? Janji kosongkah itu? Hanya menjadi catatan sejarahkah itu semua? Ataukah kedatangan-Nya itu suatu kesempatan yang belum pernah 59 ada dalam sejarah sehingga kami dapat menikmatinya? Kalau Tuhan sudah pernah turun, kenapa pergi lagi? Kalau Dia sudah menyertai, kenapa naik lagi? Setelah naik lalu bagaimana?" Kenaikan Yesus Kristus memaksa mereka untuk memikirkan pertangungjawaban iman dan respon mereka terhadap kalimat nubuat yang pernah diucapkan Yesus. Mereka harus memberikan semacam tantangan kepada setiap orang percaya. Mereka harus mempertanggungjawabkan tentang bagaimana meresponi, mengimani, dan mengaplikasikan setiap kalimat nubuat yang pernah diucapkan Yesus saat Ia ada di dunia. Kadang-kadang saat papa dan mama ada kita tidak menghargai mereka. Saat Tuhan memanggil mereka pulang, barulah kita sadar dan kalang kabut. Sekarang kita harus menghadapi kenyataan bagaimana hidup di dalam dunia ini. Baru kita ditantang untuk berpikir kembali, "Apa yang pernah papa katakan dulu kalau menghadapi orang yang begini?" Sekarang kita mulai mengingat-ingat. Sama persis dengan keadaan sewaktu Yesus naik ke surga. Waktu naik ke surga Yesus berkata, "Aku akan mengirim Roh Kudus untuk kembali mengingatkan perkataan-perkataan yang sudah pernah Aku katakan kepadamu." Itu sebabnya kita ditantang untuk berespon, bertanggung jawab, dan berdikari. Gereja ditantang untuk menjadi wakil Tuhan di dunia dengan memuliakan Tuhan, merefleksikan segala moral kesucian, keadilan, cinta kasih Allah dari zaman ke zaman. Inilah tugas gereja. "Hai orang Galilea, untuk apa melihat terus ke awan? Mengapa melihat terus ke langit? Yesus yang pernah beserta denganmu, yang pernah kau saksikan pelayanan-Nya, sekarang sudah naik ke surga dan akan datang kembali." Setelah membaca enam bagian Kitab Suci yang begitu penting ini, dan jikalau kita sungguh-sungguh menunggu dan mengharapkan Yesus Kristus datang kembali, maka ada dua hal penting yang harus kita kerjakan. Pertama, kita harus mengabarkan Injil kepada sesama. Tidak ada jalan lain. Ini merupakan keikhlasan orang yang menantikan kedatangan Yesus Kristus. Jikalau Injil ini dikabarkan ke seluruh dunia, maka hari itu akan tiba. Berarti sebelum Injil dikabarkan kepada segala bangsa, segala suku, segala sudut, Kristus tidak akan kembali. Saya betul-betul salut, sedalam-dalamnya dari dalam hati saya, kepada orang-orang di Wiclyffe Bible Translation Association. Mereka berada di lembaga Alkitab yang khusus menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa- bahasa yang terpencil di daerah-daerah yang dilupakan oleh manusia. Mereka pergi ke tempat yang begitu terpelosok, begitu dalam, begitu sulit dicapai. Saya salut melihat mereka. Saya berdoa dan mengajak kita semua supaya menjadikan gereja kita sebagai gereja yang mau mendukung penginjilan, gereja yang menghasilkan penginjil, gereja yang mengerti makna Injil, dan gereja yang mau melibatkan diri ke dalam penginjilan misi seluruh dunia. Bila kita menunggu kedatangan-Nya dengan hati yang sungguh-sungguh ikhlas haruslah kita tunjukkan dengan menunjang dan melibatkan diri ke dalam penginjilan. "Hai orang-orang Galilea, mengapa melihat seperti ini? Mengapa terus menengadah ke langit? Memang Yesus sudah naik, tapi tugasmu bukan memandang Dia, tetapi pergi ke dunia mengabarkan Injil!" Kedua, orang yang sungguh-sungguh menanti kedatangan Yesus Kristus adalah orang yang menjaga hidup di dalam kesucian. Hidup di dalam kesucian berarti kita terus memelihara diri kita supaya pada waktu Ia datang kembali kita sudah siap, boleh menerima dan diterima oleh-Nya. Barangsiapa yang menaruh pengharapan seperti ini kepada-Nya, biarlah ia membersihkan dirinya! Ini adalah perintah dari Yohanes di dalam 1 Yohanes 3 . Barangsiapa yang menaruh pengharapan kepada kedatangan Kristus biarlah ia menjaga dirinya, memelihara kesucian dan menunggu di dalam doa akan kedatangan Yesus Kristus. 60 Terakhir kita akan melihat ayat terakhir dari seluruh Kitab Suci, yaitu dalam Wahyu 22:20-21 . Ayat terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diakhiri dengan kutukan. Ayat terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, diakhiri dengan berkat. Siapakah Ia, yang dalam ayat 20 berfirman dan memberi kesaksian tentang semuanya? Jadi, Yesus Kristus berkata, "Ya, Aku datang segera. Aku akan datang kembali secepat mungkin." "Amin. Datanglah Tuhan Yesus." Atau terjemahan lain: "Oh Yesus, aku mengharapkan Engkau datang!" Yesus berkata, "Ya, Aku datang segera." Gereja menjawab, "Amin. Kami menunggu kedatangan-Mu." Dengan mengingat kenaikan-Nya ke surga, kita kembali menyadari bahwa Ialah pemenang, pemberi Roh Kudus, sekaligus pendoa syafaat yang mengerti kesengsaraan kita. Ia pula yang menyediakan tempat di surga yang akan datang kembali bagi kita. Kita pun bersedia menanti kedatangan Tuhan kedua kalinya. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing di dalam hidup kita sebagai orang Kristen di dunia. 61 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Dari Daud. Kepada–Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku; Allahku, kepada–Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh– musuhku beria–ria atas aku. Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya. Beritahukanlah jalan–jalan–Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran–Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti–nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat–Mu dan kasih setia–Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa–dosaku pada waktu muda dan pelanggaran–pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia–Mu, oleh karena kebaikan–Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang–orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan–Nya kepada orang–orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian–Nya dan peringatan–peringatan–Nya. Oleh karena nama–Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu. Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian–Nya diberitahukan– Nya kepada mereka. Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku! Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku. Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam. Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada–Mu. Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti–nantikan Engkau. Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya! Renungan Mengapa kita menanti-nantikan seseorang atau sesuatu? Tentu karena kita menganggap seseorang atau sesuatu itu penting bagi kita. Apakah kita juga menganggap Tuhan penting, sehingga kita pun menanti-nantikan Dia? Judul: Menanti-nantikan Tuhan Orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam bila ia mengalami sesuatu hal dalam hidupnya. Itu sebabnya, ia tidak malu memercayakan hidupnya kepada Tuhan 62 (ayat 2-3) . Akan tetapi, banyak orang Kristen malu untuk memberikan kesaksian tentang imannya kepada Tuhan. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan akan membela tatkala orang yang tak mengenal Tuhan mengolok-olok mereka. Atau bila penindasan dari musuh Tuhan menimpa mereka. Namun orang Kristen yang sejati mengenal Tuhannya, serta percaya dan menaruh harap kepada Dia. Orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar (ayat 4-14) . Ia sadar bahwa rahmat dan pengampunan Tuhan bersifat permanen (ayat 6-7) , dan ia yakin akan ikatan perjanjian Tuhan yang teguh dan kekal (ayat 14) . Oleh karena itu, walaupun bisa jatuh dan gagal, ia percaya bahwa ia bisa bangkit lagi (ayat 8-11) . Betapa seringnya kita membiarkan diri ditipu oleh Iblis sehingga memiliki anggapan bahwa Tuhan sudah bosan mengampuni kita yang berulang kali jatuh ke dalam dosa. Akibatnya kita tenggelam dalam rasa bersalah dan keputusasaan. Padahal orang Kristen sejati seharusnya tahu bahwa pengampunan dalam Kristus bersifat tuntas, dan kehadiran Roh-Nya memberikan penyertaan yang tak terbatas. Menanti-nantikan Tuhan (ayat 21b) harus dimulai dengan percaya bahwa Dia peduli dan mau mengajarkan jalan-Nya. Ingatlah senantiasa janji-Nya bahwa Dia siap mengampuni saat kita gagal. Dia juga siap memperbarui hidup kita saat kita berserah kepada-Nya. Sebab itu, berdoalah, minta Tuhan memberi kekuatan dalam menghadapi tantangan sehingga kita tidak mudah berputus asa. Dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan kemenangan kita, tiada musuh dapat bertahan! Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 25 Pdt. Effendi Susanto STh. Bersikap benar terhadap Allah Bapa Reformator John Calvin menafsir kitab Mazmur dengan begitu teliti dan dalam porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan tafsirannya terhadap kitab-kitab lain. Kenapa? Calvin memberikan penjelasan yang sangat indah mengenai hal ini. Dia mengatakan, pengetahuan kita akan firman Tuhan itu adalah soal bagaimana saya berpikir benar akan Allah. Belajar teologi, belajar doktrin, ikut katekisasi, ikut Bible Study, itu semua adalah untuk menambah pengetahuan kita, pengetahuan kita akan firman Tuhan. Dan pengetahuan akan firman Allah itu adalah bagaimana saya berpikir dengan benar tentang Allah. Tetapi, Calvin mengatakan, kitab Mazmur adalah kitab syair pujian kepada Allah dari anak-anak Tuhan yang mengalami pergumulan dalam realita hidup, ditulis untuk kita supaya melaluinya saudara bukan saja mendapatkan pengetahuan akan Allah, tetapi saudara menemukan ketuhanan Allah. Jadi itu bukan sekedar pengetahuan, tetapi kesalehan. Apa itu kesalehan? Apa itu hidup saleh? Hidup saleh di hadapan Tuhan adalah bagaimana saya bersikap dengan benar kepada Tuhan. Teologi adalah bagaimana saya berpikir benar mengenai Tuhan, tetapi kesalehan adalah bagaimana saya bersikap benar kepada Tuhan. Banyak orang memiliki pengertian dan pengetahuan yang tidak salah 63 mengenai Allah, tetapi seringkali di dalam hidupnya dia berespons dengan keliru kepada Tuhan. Maka kitab Mazmur menyatakan pergumulan orang-orang percaya bagaimana bersikap benar terhadap Tuhan. Salah satunya adalah Mazmur 25 ini, mazmur yang ditulis oleh Daud. Kalau saudara baca pengalaman hidup Daud di dalam kitab 1 Raja-Raja dan 1 Samuel di situ kita bisa tahu ceritanya dari sejak dia muda hingga menjadi raja di dalam berbagai pengalaman dan pergumulan hidup, di dalam peperangan, di dalam pelarian dikejar dan hendak dibunuh oleh raja Saul, dsb. Itu pengalaman realita hidupnya. Tetapi kitab-kitab itu hanya mencatat kronologi kehidupan, apa yang terjadi di dalam hidup Daud, bagaimana dia dibuang, bagaimana dia lari, bagaimana dia gagal, bagaimana dia mengambil keputusan yang salah. Itu semua dicatat dalam cerita kronologi ini. Tetapi kitab-kitab ini tidak mencatat apa yang ada di dalam hati Daud. Puji Tuhan, kitab Mazmur menjadi catatan hati orang-orang seperti Daud yang menjalani hidupnya hari demi hari. Kita mungkin bisa menjalani hidup yang sama seperti Daud. Ada masanya kita sukses, ada masanya kita gagal, ada masanya orang ingin menjatuhkan, dsb. Tetapi di tengah segala pengalaman, realita, tantangan kehidupan seperti itu, timbul pertanyaan yang sangat menarik, bagaimana pengenalan kita akan Allah itu menjadi nyata di dalam bagaimana kita berespons kepada-Nya. Waktu ada kesempatan berkali-kali bagi Daud untuk membunuh Saul, dia tidak melakukan. Semua bawahannya mengatakan ini adalah tangan Tuhan yang menyerahkan Saul kepadamu. Betapa mudah, tinggal tebas kepalanya, Saul pasti mati. Tetapi Daud mengatakan, orang ini adalah orang yang diurapi Tuhan. Saya tidak punya hak untuk melakukan tindakan seperti itu. Artinya, secara pikiran manusia ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan eksekusi tetapi kalau bukan waktunya Tuhan untuk dia mati, Daud tidak mau mendahului Tuhan di dalam hal itu. Namun itu adalah cerita yang kita baca yang tidak kita tahu pergumulan hati Daud di belakangnya. Kita tidak tahu bagaimana malam harinya waktu dia berdoa Daud mengalami pergumulan yang tidak dicatat di dalam kitab 1 Samuel ini. Apa yang terjadi di dalam doa pribadi Daud, apa yang terjadi pada Daud ketika dia sedang bersembunyi sendiri di dalam gua, mengalami pergumulan diincar dan hendak dibunuh, melalui mazmurmazmurnya semua itu bisa kita baca bagaimana besar dan dahsyat pergumulan rohani yang ada di dalam hati Daud itu. Mulutnya mungkin membisu tetapi tangannya menuliskan syair-syair mazmur ini, dan kita bersyukur tulisan dia bisa kita baca hari ini. Dalam Mazmur 25 Daud berada tersendiri di dalam gua, berada di dalam kesulitan dan kegagalan, lari jauh-jauh karena mengalami mara bahaya, tetapi yang menjadi kekuatannya adalah dia percaya Tuhan pimpin hidupnya. Dia membimbing saya. Dia berjalan di sampingku. Itu yang juga menjadi kekuatan bagi kita. Minggu lalu saya katakan salah satu kekayaan orang Kristen yang tidak boleh kita abaikan meskipun banyak di antara kita kehilangan materi dan finansial dan pekerjaan, ini adalah masa dimana orang mungkin melihat banyak hal yang terhilang di dalam hidupnya, tetapi kita tidak boleh kehilangan kekayaan rohani di dalam hidup kita. Kita adalah anak-anak Allah. Paulus mengatakan di dalam surat Roma, kalau engkau adalah anak Allah maka hidupmu dipimpin oleh Roh Kudus. Berapa banyakkah orang Kristen menyadari setiap langkah yang kita ambil di dalam perjalanan hidup kita Tuhan 64 menyertai dan memimpin di situ? Banyak kali yang terjadi adalah di saat-saat kritis mengambil keputusan-keputusan penting baru mereka mencari pimpinan Tuhan. Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa setiap saat Tuhan itu memimpin dan mengarahkan hidup mereka. Mari hari ini saya mengajak saudara belajar menjadi orang Kristen yang mengerti Tuhan memimpin hidup kita dan itu sudah cukup menjadi kekuatan yang indah. Jalan di depan terang atau gelap, lancar atau tidak lancar, lurus atau berkelok-kelok, itu semua tidak lagi menjadi problem yang kita pikirkan ketika kita tahu Dia sertai dan pimpin hidup kita. Ini menjadi pengakuan Daud di dalam Mzm.25 yang kita lihat. Daud mengatakan, Tuhan, beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku. Tunjukkanlah itu kepadaku. Tuhan mengajar orang-orang yang rendah hati untuk berjalan di dalam jalan Tuhan dan aku tahu jalan Tuhan itu baik dan benar adanya. Itu adalah pengakuan yang muncul di dalam mazmur ini. Kapankah kita benar-benar dan sungguh-sungguh mencari pimpinan Tuhan di dalam hidup kita? Mungkin waktu kita hendak mencari jodoh, atau waktu mau mencari pekerjaan, atau waktu mau mencari rumah. Sesudah mendapat rumah, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu mau membeli rumah yang lebih besar. Sesudah dapat jodoh, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu mau putus. Sama dengan pekerjaan, sesudah dapat, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu mau di PHK atau waktu mau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Banyak dari kita seperti itu. Kita memiliki pengetahuan akan Allah, kita percaya Allah memelihara kita. Tetapi kita tidak memiliki kesalehan di dalam pengetahuan itu, yakni bagaimana pengetahuan akan kebenaran firman Tuhan itu kita nyatakan sungguh-sungguh di dalam hidup kita. Jika kita memiliki kesalehan itu, kata Calvin, kita belajar hidup berespons dengan benar kepada Tuhan. Apapun yang terjadi di dalam hidupku, aku dituntut oleh firman Tuhan belajar berespons dengan benar kepada Dia. Maka kematangan kehidupan rohani kita akan dilihat dari sejauh mana kita berespons kepada Tuhan di dalam hidup kita. Salah satunya adalah bicara bagaimana Tuhan memimpin hidupmu. Daud di dalam Mzm. 25 ini tidak memberikan indikasi latar belakang mazmur ini di dalam kasus apa, maka kita hanya bisa menebak kenyataan dan realita hidup seperti apa yang sedang dialami oleh Daud ketika dia menulis mazmur ini. Kita melihat dia sedang tersendiri dan sepi. Musuh-musuhnya sedang mengincar dan mencarinya. Lalu ada indikasi dia meminta ampun untuk dosa masa mudanya. Kalimat-kalimat itu memberikan indikasi bahwa Daud mungkin menulis mazmur ini pada masa dia sudah beranjak tua. Mungkin dia tersendiri waktu dia sedang dikejar oleh Saul atau bisa jadi waktu dikejar oleh anaknya sendiri Absalom yang ingin membunuh dan mengkudeta dia. Kira-kira itu yang bisa kita tebak. Tetapi saya suka sekali di dalam Mzm.25 ini Daud sama sekali tidak memberikan indikasi kepada kita apa yang menjadi problem yang spesifik di dalam hidup dia. Banyak kali kita baru datang dan baru minta pimpinan Tuhan pada waktu kita sedang mengalami spesifik problems. Daud tidak seperti itu. Setiap momen hidupnya dia percaya Tuhan yang pimpin. Sebagai seorang Kristen yang memiliki kesalehan hidup, biarlah kita tahu Tuhan pimpin dan kita tahu Tuhan beserta dalam hidup kita walaupun mungkin di dalam kenyataan dan realitanya kita mengalami tantangan, kesulitan dan situasi hidup yang tidak baik. Apa yang menjadi kekuatan yang sangat indah di dalam Mzm.25 ini, yang kita belajar di dalamnya? Daud mengatakan Tuhan pasti pimpin langkah orang percaya, apapun yang kita ambil, perjalanan hidup kita di depan bagaimana, kita percaya Tuhan pimpin hidup kita. Apa yang harus menjadi dasar kekuatan kita di situ? Ayat 6 , 65 ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Terjemahan Inggris mencoba mencari padanan kata “hesed” dengan kata “the steadfast love of the Lord.” Kata ini begitu jelas digambarkan dalam Rat.3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan. Tak habis-habis rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi. Besar kesetiaan-Mu.” PL memiliki konsep yang kental mengenai kata ‘hesed’ ini. Hesed memiliki pengertian teologis yang begitu dalam, yaitu kesadaran bahwa Allah sudah berjanji dan sudah mengikatkan diri di dalam perjanjian dengan umat-Nya bahwa Dia akan menjadi Allah mereka. Allah sendiri mengingatkan orang Israel, jangan pikir dirimu hebat. Di antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarmu, engkau adalah bangsa yang paling kecil dan tidak dianggap. Tetapi Aku mengadakan perjanjian mau menjadi Allahmu di dalam kehidupan. Sehingga dengan konsep ini walaupun mungkin bangsa Israel tidak mengalami anugerah pemeliharaan dan penyertaan Tuhan dalam hidupnya, hesed menjadi penghiburan dan pengharapan yang kuat bagi mereka. Kalau saudara baca kitab Ratapan, sebagian besar penafsir setuju ditulis oleh Yeremia pada waktu berada di dalam pembuangan. Mereka sudah dibuang, dihina, tidak ada pengharapan, situasi hidupnya tidak baik, dsb. Di tengah-tengah ratapan itu, muncul ayat ini menjadi titik baliknya. The steadfast love of the Lord never ceases. Itu yang dikatakan oleh Daud juga, waktu saya sepi, saya dibuang, saya menghadapi situasi hidup seperti ini, saya bertanya-tanya apakah betul Tuhan memimpin hidup saya? Apakah betul di sini ada anugerah Tuhan yang baik? Apakah betul di tengah jalan yang suram dan gelap ini Tuhan sertai dan pimpin hidupku? Tidak ada jawaban. Tidak ada penyertaan yang jelas. Tetapi menghadapi semua itu maka Daud mengeluarkan kalimat ini, saya tahu Tuhanku hesed. Dia memiliki kasih yang tidak berubah dan tidak berkesudahan. Yang kedua, Dia selalu berfirman dan ini menjadi hal yang indah sekali. Ayat 9 , Allah membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum-Nya dan Ia mengajarkan segala jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Dia berfirman, Dia mengajar. Tuhan memimpin hidup kita bergantung kepada kesetiaan telinga kita untuk terus-menerus mendengar apa yang Ia katakan dengan firmanNya. Salah satu akibat dari keberdosaan kita adalah kita tutup telinga kita tidak mau mendengar jawaban Tuhan walaupun di dalam hati kecil kita tahu itu jawaban yang benar. Minggu lalu dalam kebaktian sore saya sudah menyinggung akan hal ini, berkaitan dengan sikap Adam setelah memakan buah yang Tuhan larang, ada dua pertanyaan Allah yang Adam tidak jawab. Allah bertanya kepada Adam, siapa yang memberitahukan bahwa engkau telanjang? Apakah kamu makan buah itu? (Kej.3:11) . Adam tidak menjawab dua pertanyaan ini meskipun jawabannya jelas ada, dan sebaliknya Adam justru mempersalahkan Tuhan. Orang kalau sudah terpojok dan dalam hatinya tahu dia salah, dia akan balik menjadi singa yang luka yang akan menerkam siapa yang ada di dekatnya. Dosa bukan saja sekedar tindakan, tetapi dosa sebenarnya adalah juga penipuan diri. Adam tahu dia bersalah dan Adam tahu dia sudah makan buah itu tetapi dia tidak mau mengakuinya. Dalam Rom.10:2-3 di sini Paulus bicara mengenai kehidupan orang Yahudi, mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah tetapi tanpa pengertian yang benar. Inilah bahayanya agama seperti ini. Punya keinginan dan ketekunan, mau sungguh-sungguh beribadah tetapi pengetehuan dan memahami 66 keagamaannya salah. Mereka tidak bisa mengenal kebenaran Allah karena mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri dan tidak mau takluk kepada kebenaran Allah. Waktu mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri, apakah mereka sadar akan hal itu? Apakah mereka sadar bahwa yang mereka dirikan itu bukan kebenaran sejati tetapi mengakui itu kebenaran sejati? Tidak mengaku tidak berarti tidak menyadari. Dan ini adalah penipuan diri yang sama seperti Adam. Maka saya tahu pimpinan Tuhan karena saya belajar takluk mau dengar suara firman Tuhan. Singkirkan suara-suara yang lain, singkirkan suara-suara yang memberikan penipuan kepada kita. Kita harus tunduk di dalam ketaatan kita kepada firman Tuhan. Sebab sebelum manusia mendirikan kebenaran diri padanya selalu akan disertai dengan penipuan diri terlebih dahulu. Bukan kebenaran tetapi kebohongan, tetapi mereka menganggapnya sebagai kebenaran. Sikap kita yang benar menerima pimpinan Tuhan bergantung kepada sikap kita apakah sungguh-sungguh mau takluk mau mendengarkan suara firman Tuhan. Kita menemukan Daud di dalam Mzm.25 bicara aspek yang kedua di dalam mengenal kebenaran dan pimpinan Tuhan adalah berkaitan dengan diri kita. Darimana kita tahu Tuhan pimpin hidup kita? Mari kita tidak belajar lagi meminta Tuhan buka jalan persoalan demi persoalan di dalam hidup kita, tetapi bagaimana ktia meresponi pimpinan Tuhan itu dengan bagaimana kita menyambut pimpinan Tuhan di dalam firman-Nya. Maka ada beberapa kualitas hidup yang dibicarakan di dalam Mzm.25 bicara mengenai orang yang dipimpin oleh Tuhan. Inilah yang dikatakan Calvin sebagai sikap kesalahan dari orang yang berespons dengan benar kepada Tuhan melalui sikap ini. Pertama, di ayat 9 , “Dia membimbing orang yang rendah hati…” Humbleness. John Bunyan di dalam bukunya yang terkenal “The Pilgrim’s Progress” bicara mengenai pertumbuhan hidup orang Kristen yang bagus sekali. Di sana diceritakan seorang Kristen berjalan menuju ke satu gunung yang tinggi disertai dengan teman-temannya Faith, Prudence, dsb. Lalu terjadi dialog, menanjak di dalam pertumbuhan rohani kita itu tidak gampang, tetapi menuruni lembah jauh lebih sulit karena bisa jadi saya jatuh dan tergelincir di situ. Maka kata Christian, menuruni lembah itu adalah “the valley of humiliation” lembah kehinaan, sangat terjal dan sangat licin sekali. Lembah kehinaan adalah lembah dimana Tuhan ijinkan masuk ke dalam hidup kita supaya kita belajar bukan untuk menghina diri atau dihina orang tetapi supaya kita belajar apa artinya rendah hati. Ratapan mengatakan, “adalah baik bagi selagi muda saya pikul beban yang berat…” Dalam Mzm.25 ini Daud menyatakan pengakuan yang menarik, “Tuhan, ampunilah dosaku pada masa mudaku…” Atau diterjemahkan lebih baik ‘my youthful sins’- tidak berarti orang muda paling banyak dosanya- tetapi mempunyai pengertian sifatsifat masa muda kita yang memang merupakan sifat-sifat bisa dikategorikan inilah yang menyebabkan kita akhirnya berdosa kepada Tuhan: gampang ambil keputusan dengan gegabah, terlalu bersandar kepada kekuatan dan kemampuan diri, kesombongan karena merasa mampu dan hebat. Itu adalah sifat dari kecongkakan hidup. Tuhan pimpin hidupku, biar saya belajar rendah hati di hadapan Tuhan. Rendah hati di dalam pengertian belajar menerima pendidikan dan pengajaran Tuhan dan mengalami perubahan. Kedua, di ayat 12-14 , takut akan Tuhan. Bagaimana kita bisa mendapat pimpinan Tuhan yang baik? Orang selalu mau seperti Gideon, mendapat tanda yang jelas dari Tuhan untuk mengambil keputusan. Hal-hal seperti itu yang kita mau, tapi Daud tidak bicara seperti itu. Daud bicara hidup 67 yang rendah hati di hadapan Tuhan, yang diajar dan dipimpin oleh firman Tuhan dan hidup bergaul karib dengan Tuhan. Bagaimana saudara bergaul karib dengan Tuhan? Bagaimana kita mempertumbuhkan persahabatan kita dengan Tuhan? Itu hal yang paling penting sekali di dalam hidup ini, karena dari situlah kita bisa mengenal apa yang menjadi isi hati Tuhan. Bahkan tanpa Tuhan berkata kepada kita, kita bisa mengenal isi hati Dia sebab kita bergaul karib dengan Tuhan. Dengan demikian engkau dan saya mungkin tidak perlu mengeluarkan kata-kata kepada Tuhan, Tuhan sendiri sudah tahu isi hatimu sebab Dia bergaul karib dengan kita. Saya minta kita belajar dari kebenaran firman Tuhan yang begitu dalam ini. Di situlah kita bertumbuh secara kesalehan di hadapan Tuhan, berespons dengan benar kepada Dia. Yang terakhir, di dalam bagian ini Daud berkata Tuhan tetap pimpin hidupku walau di dalam kondisi apapun. Ada dua tantangan yang Daud akui di dalam mazmur ini, kegagalan internalnya yaitu his youthful sins dan yang kedua adalah oposisi secara ekternal yaitu musuh-musuh yang senang melihatnya berada di dalam kesulitan. Semua ini membuatnya berada di dalam kesesakan, sengsara dan kesulitan. Bagaimana Tuhan tetap memimpin hidup kita walaupun kita mengalami kegagalan secara internal dan juga oposisi secara eksternal? Menghadapi dua situasi itu, Mzm.25 memberikan dua jawaban yang penting. Pertama, belajar mengaku bersalah. Itu pengakuan Daud, saya sudah mengambil langkah secara gegabah, saya berjalan dengan salah. Seorang yang dipimpin oleh Tuhan adalah seorang yang terus mengalami pembaharuan itu, ketika Tuhan menegur ada yang salah kita mengaku dengan jujur di hadapan Tuhan. Yang kedua, saudara lihat bagaimana menghadapi oposisi dari luar, Daud tidak minta kepada Tuhan supaya oposisi itu disingkirkan, supaya kesulitan itu lenyap darinya. Tetapi dia meminta Tuhan menjaga hatinya supaya integritas dan kelurusan hatinya makin dinyatakan oleh Tuhan. Ketika kesulitannya makin besar, tantangan hidup makin besar yang menghimpit hidupnya, situasi memperbesar kesulitannya, tidak ada jawaban lain kecuali Tuhan makin membesarkan kelapangan hatinya. Guard my soul and enlarge my integrity. Orang yang dipimpin oleh Tuhan walaupun menghadapi kesulitan, tantangan dan kegagalan, dia tetap sadar Tuhan pimpin di situ. Mari kita belajar mengaku kalau ada hal yang salah di situ. Kita tahu walaupun tantangan dan kesulitan begitu besar jangan sampai itu merusak hati kita. Tantangan dari luar boleh datang makin besar, tetapi biar Tuhan menjaga hati kita. Ini yang John Calvin katakan dengan kata ‘godliness’, the right response and the right attitude. Apa yang bisa menjaga hati kita tulus, tetap lurus dan memiliki integritas kecuali kita kembali dipimpin oleh firman Tuhan. 68 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 25; 34 Ev. Solomom Yo Takut akan Tuhan Hal takut akan Tuhan merupakan satu hal yang sangat penting dan esensial di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kerohanian dan moralitas yang sejati. Tanpa adanya takut akan Tuhan, orang mungkin memiliki satu aktivitas rohani dan bahkan kebajikan yang begitu indah namun sesungguhnya mereka melakukan sesuatu yang hanya secara tampak luar saja indah tetapi tidak berkenan dimata Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Matius 7:21 , “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Tanpa takut akan Tuhan semua hanya merupakan sesuatu yang sia-sia belaka, palsu dan menjadi sumber kehancuran. Raja Saul merupakan contoh tragis seorang tokoh rohani yang ketika melayani Tuhan memulai dengan begitu rendah hati tetapi berakhir dengan begitu ironis, yaitu dengan pergi mencari seorang peramal dan orang yang dapat memanggil arwah orang mati. Salah satu yang menyebabkan Saul jatuh, yang akan kita soroti adalah bahwa ia tidak memiliki rasa takut akan Tuhan. Dikatakan dalam I Sam 15: 24-26 : “Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah Tuhan dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. …, sebab engkau telah menolak firman Tuhan; sebab itu Tuhan telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel.” Demikian juga Pilatus yang takut pada desakan orang banyak sehingga ia mengkompromikan apa yang secara hati nuraninya, dan ketika istrinya mendapat mimpi dan mengingatkan, ia tidak berani dan tidak mampu melakukannya. Jadi di dalam tidak adanya takut akan Allah terdapat sesuatu yang sangat berbahaya. Disini terdapat beberapa alasan jikalau kita takut akan manusia: 1). Takut akan manusia mendorong kita menyerahkan diri menjadi budak orang lain, dan itu menjadikan diri kita sendiri hina. Sebagai manusia, kita tidak mempunyai hak atas hidup kita sehingga apa yang ada harus kita pelihara dan akhirnya boleh dipertanggungjawabkan pada Tuhan. Orang Kristen adalah orang yang hanya menyerahkan lututnya pada Tuhan untuk kemudian menjadi saksi-Nya. Dan pengajaran ini justru akan membuat orang Kristen menjadi lebih sayang dan hormat kepada orang tuanya. Jikalau di tengah sistem masyarakat, kita mengenal adanya orang tua-anak kecil; pimpinanbawahan, dsb., kita tahu bahwa anak muda harus menghormati orang yang lebih tua, seorang pimpinan akan dihormati bawahannya, dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian setiap kita mempunyai satu sikap hormat, sopan santun dan keteraturan yang berada di dalam satu keseimbangan. Kita hanya memuliakan dan takut akan Tuhan, tetapi juga mempunyai penghargaan terhadap orang lain sebagai ciptaan di dalam aturan yang sepantasnya. 69 2). Takut akan manusia membuat orang menggantungkan hidupnya kepada orang lain karena ia menganggap keputusan mereka adalah penentu hidup/matinya. Ada kalanya kita menganggap boss atau siapa saja mempunyai kuasa untuk menentukan kesejahteraan kita dan kita sangat bergantung pada keputusan atau kebaikannya, sehingga kita menjadi tunduk dalam segala hal kepadanya. Orang Kristen tidak pernah diajar untuk menggantungkan hidup dan sejahteranya kepada siapapun juga, baik pada materi maupun seseorang. Firman Tuhan bahkan mengatakan dengan tegas di dalam Yer 17: 5 : “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauhi daripada Tuhan!” Karena orang yang menggantungkan kebahagiaan dan kesejahteraannya kepada sesuatu yang tidak kuat dan dapat berubah adalah orang yang membahayakan dirinya untuk selalu tidak sejahtera. Sebab ketika materi/ manusia itu menjadi lemah dan tidak berarti, kita menjadi tidak bahagia. Kita diajarkan untuk membangun rumah kita bukan diatas pasir tetapi diatas batu karang yang teguh dan kesetiaan-Nya yaitu Yesus Kristus, dimana kebahagiaan kita akan ditegakkan. Tuhan dapat memberikan orang/kekasih sebagai orang yang membahagiakan kita, tetapi sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa apabila mereka diambil, atau bahkan jikalau kita di-PHK, kita tidak akan menjadi gila atau menghujat Tuhan. Dengan demikian kita tahu bahwa apapun yang kita terima baik berkat, keluarga, maupun tubuh yang sehat, selalu kita lihat bahwa lengan Tuhan yang kekal itulah yang membimbing dan menopang kita. 3). Membuat kita mau melakukan apa saja demi orang yang kita takuti. Betapa sering di dalam perusahaan, bahkan orang Kristen, yang kemudian kompromi di dalam berbagai hal untuk dapat menyenangkan boss atau pimpinannya. Akibatnya kita telah menjual iman kita dan mengkhianati Tuhan demi suatu upah yang nilainya tidak seberapa. Takut pada manusia menyebabkan kita berbuat dosa dan kehilangan sesuatu yang penting, dan justru ketika kita menjual iman kita, orang tidak akan menghargai kita lagi. Itu adalah kerugian yang seringkali tidak kita sadari yang akan menghancurkan diri kita sendiri. 4). Hidup kita hanya untuk menyenangkan hati orang yang kita takuti, yang ironisnya suatu hari ia akan mencampakkan kita, ketika ia sudah tidak memerlukan kita lagi. Manusia sebagai mahkluk berdosa tidak dapat diandalkan, bahkan kita tidak dapat mempercayai diri kita sendiri. Berapa banyak kita berdoa ingin setia pada Tuhan tetapi akhirnya kita melanggarnya. Dengan demikian kita harus mohon kekuatan Tuhan untuk menolong, terutama ketika seseorang semakin memiliki kuasa, disitu potensi penyelewengan menjadi semakin besar. Disini kita tahu bahwa hanya Tuhan yang begitu setia dan tidak pernah mengabaikan setiap apa yang kita lakukan, bahkan sesuatu yang paling kecil ketika kita lakukan dengan hati nurani yang tulus. 5). Orang yang takut akan manusia adalah orang yang memanfaatkan orang lain demi mencapai tujuannya. Orang ini merasa bahwa sejahteranya bergantung pada orang lain, dan yang ia inginkan adalah supaya sejahterannya dapat terpelihara. Sehingga ketika ia takut, tunduk atau melakukan apa saja termasuk kompromi, alasannya bukanlah cinta melainkan karena ketakutan jikalau kesejahteraannya terganggu. Dan tujuan orang tersebut adalah keuntungan, imbalan, keselamatan, dsb. Dan ketika ia bertemu dengan sesuatu yang lebih besar lagi, ia akan dengan mudah meninggalkan dan pergi kepada yang lain. 6). Mengakibatkan kita gagal untuk mengembangkan apa yang telah direncanakan Tuhan bagi kita karena kita telah menjual diri kita untuk mendapatkan keuntungan yang sepele. Kita mengorbankan 70 kebenaran dan membiasakan diri melakukan kesalahan yang akhirnya menjadikan kita orang yang sangat hina dan munafik karena kita dapat diatur oleh manusia. Hidup dalam dunia ini tidak ada satu jaminan akan selalu lancar, bahkan orang yang memiliki segala sesuatu pun tidak lancar dan bukannya tanpa bahaya, tetapi kita tetap mempunyai perbedaan dimana kita memiliki jaminan pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang tidak akan goyah selama-lamanya. Takut akan Tuhan bukan suatu takut yang memperbudak, yang membuat kita takut seperti pada hantu atau suatu kuasa yang negatif, tetapi suatu esensi dari satu kerohanian/ sikap batin yang benar di hadapan Tuhan. Di dalam takut akan Tuhan ada satu paradoks, yaitu ada semacam kegentaran/ ketakutan yang begitu dasyat kepada Allah yang suci, kudus dan benar sehingga sedikit kesalahan pun tidak akan Ia tolerir. Tetapi sekaligus di dalam takut akan Tuhan yang demikian, juga disertai satu kasih sayang Allah Bapa yang menyambut kita yang berdosa sebesar apapun juga, sehingga kita boleh datang kehadirat-Nya seperti seorang anak kecil yang datang kepada bapanya, yang dengan kasih sayang dan keintiman boleh menyebut-Nya Bapa. Kegentaran pada Tuhan adalah sesuatu yang sungguh-sungguh membuat kita gemetar, takut yang melebihi apapun juga. Sehingga orang yang berdosa berkata: “Hai bukit, hai gunung jatuhlah menimpa kami sebab kami sangat takut menghadap akan murka Allah.” Kita terlalu sering menekankan aspek positif Allah yaitu kasih, pengampunan dan damai sejahtera Tuhan yang menerima kita sehingga kita kehilangan sikap gentar dan takut akan Allah. Sikap takut akan Tuhan harus menjadi landasan kerohanian yang sejati dan moralitas yang tulus iklas, karena di dalam batinnya ia tahu kepada siapa ia berespon dan dihadapan siapa ia hidup sehingga tidak hidup sembarangan. Takut akan Tuhan dapat kita mengerti dalam beberapa aspek: 1). Adanya suatu paradoks bahwa ketika kita hidup di dalam anugerah dan pimpinannya, maka kita boleh memiliki damai sejahtera dan dengan penuh kepercayaan menghampiri tahta Tuhan. Namun sebaliknya bagi orang yang hidup dalam dosa dan sengaja memberontak pada Tuhan, Ia akan menjatuhkan murka-Nya atas kita. Mungkin kita memiliki rasa takut terhadap setan, penguasa atau militer yang sanggup melakukan sesuatu yang buruk terhadap kita, tetapi itu tidak akan berarti jika dibandingkan dengan murka Tuhan. Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa Allah tidak dapat dipermainkan dan ia adalah api yang menghanguskan sehingga tidak ada sesuatu yang cemar yang boleh hadir dihadapan-Nya. 2). Takut akan Tuhan adalah menyadari dan mengakui Allah sebagai pribadi yang tertinggi, yang mengendalikan seluruh kehidupan umat manusia, bahkan alam semesta ini. Semua hal di dalam alam semesta ini memiliki berbagai derajat kuasa dan otoritas, tetapi diantara semuanya itu hanya Tuhan satu-satunya yang patut disembah dan diperhitungkan. Seperti Yesaya di dalam bait Allah melihat kemuliaan Tuhan yang menguasai segala sesuatu dan menjulang tinggi, dan kepada Tuhan ia bertekuk lutut serta bersembah sujud. Sehingga jikalau saya takut pada Allah di dalam sikap yang benar dan di dalam sejahtera dengan Dia maka saya tidak perlu takut terhadap apapun yang lain. 3). Mengakui Allah sebagai sumber berkat sejati, yang menjadi sumber sejahtera dan bahagia daripada kita semua. Ketika Allah ada di pihak kita maka tidak ada apapun yang sanggup melawanNya. Orang yang takut akan Tuhan, yang telah melihat kemuliaan Tuhan yang mengatasi segala sesuatu akan mengakui bahwa sumber sejahtera adalah Tuhan sehingga hanya kepada Dia, ia tunduk dan menggantungkan dirinya. 71 4). Takut akan Tuhan berarti melibatkan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan kita dan kita taat kepada pimpinan-Nya. Kita tahu bahwa di gunung yang tinggi, di lembah yang dalam, di lautan yang luas maupun di samudra angkasa, disitupun Allah berada dan disitu kita hidup di hadapannya, dinilai, berharap dan memuliakan-Nya. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan tidak akan kekurangan, singa-singga muda akan mati kelaparan dan merana tetapi orang yang mengandalkan dan hidup takut akan Tuhan tidak akan kekurangan. Dengan demikian tidak ada yang perlu kita khawatirkan dan dengan sejahtera kita boleh hidup dan beristirahat dengan tenang. Takut akan Tuhan memberikan pada kita sejahtera yang besar dan kita tidak perlu dikuasai oleh orang lain. Salah satu kalimat Yesus yang bersifat revolusioner adalah, “Janganlah kamu takut kepada manusia yang hanya mampu untuk membinasakan tubuh, tetapi tidak seperti Tuhan yang sanggup membinasakan tubuh dan jiwa dalam neraka.” Ketika kita sudah tidak takut terhadap kematian ataupun penganiayaan maka kita justru hidup dalam damai sejahtera. Sehingga di dalam hubungan kita satu sama lain, yang pertama adalah takut akan Tuhan dan dalam hubungan dengan sesama kita boleh menjalin satu saling menghormati dan mengasihi semua di dalam kebenaran. Kiranya firman Tuhan hari ini boleh memberikan pada kita suatu terobosan dan kebebasan untuk hidup penuh sejahtera dengan satu kegentaran hidup benar dihadapan Tuhan. Mari kita belajar takut akan Tuhan. Amin! 72 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 26 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu–ragu. Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia–Mu, dan aku hidup dalam kebenaran–Mu. Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul; aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk. Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah–Mu, ya TUHAN, sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan–Mu yang ajaib. TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman–Mu dan pada tempat kemuliaan–Mu bersemayam. Janganlah mencabut nyawaku bersama–sama orang berdosa, atau hidupku bersama–sama orang penumpah darah, yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan. Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku. Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah. Renungan Pengadilan adalah tempat keadilan ditegakkan. Di pengadilan, orang yang benar dibuktikan tidak bersalah, sebaliknya orang yang salah dinyatakan kesalahannya dan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Judul: Hidup dalam kebenaran Mazmur ini mungkin ditulis saat pemazmur menghadapi pengadilan dengan tuduhan dosa tertentu, yang setimpal dengan hukuman mati (ayat 9) . Tidak ada penjelasan mengenai dosa apa yang dia lakukan. Akan tetapi, pemazmur mengklaim diri tidak bersalah. Dua kali ia menggunakan kata "hidup dalam ketulusan" (ayat 1, 11) . Meski dituduh bersalah, hati nuraninya tidak menyalahkan dirinya. Oleh karena itu, ia percaya bahwa ia akan mendapatkan keadilan Tuhan yang melihat ke kedalaman hatinya untuk menemukan bahwa ia tidak bersalah (ayat 2) . Bukan hanya hati, pemazmur juga siap diuji kehidupannya secara faktual. Pemazmur mengajukan fakta positif dan negatif untuk menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Fakta positif adalah bahwa ia hidup dalam kebenaran (ayat 3) , dan setia beribadah di dalam rumah Tuhan (ayat 6-8). Kalau di dalam hatinya ada kepalsuan, pasti Tuhan tidak akan berkenan menerima ibadahnya. Berjalan mengelilingi mezbah sebagai tanda tak bersalah (ayat 6) , mungkin bermakna mencari keadilan pada Tuhan (band. 1 Raj. 8:31-32) . Secara negatif, pemazmur menegaskan sikapnya yang tidak ikut-ikutan orang yang berbuat jahat. Ia bahkan menyatakan sikap menentang perbuatan tangan mereka (ayat 4-5) . Kenyataan bahwa pengadilan di dunia ini, termasuk yang ada di negara tercinta kita ini, tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan, tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak 73 mempertahankan hidup dalam kebenaran. Kita tetap harus mengasihi Tuhan dan melaksanakan firman-Nya serta menolak ikut-ikutan berbuat dosa. Justru kita harus menjadi teladan dalam hal hidup benar dan tidak kompromi dengan kejahatan, agar kita lantang bersuara ketika melawan kejahatan. 74 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 27 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika penjahat–penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya. Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait–Nya. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok–Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah–Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah–Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak–sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman–Mu: “Carilah wajah–Ku”; maka wajah–Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah–Mu kepadaku, janganlah menolak hamba–Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku. Tunjukkanlah jalan–Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku. Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi– saksi dusta, dan orang–orang yang bernafaskan kelaliman. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang–orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN! Renungan Dalam zaman yang serba tidak pasti dan penuh ancaman ini, apakah yang menjadi andalan Anda? Bersama pemazmur, mari kita nyatakan keyakinan bahwa Tuhan adalah persandaran yang teguh dan yang satu-satunya (ayat 1-6) . Keyakinan demikian akan memberanikan kita untuk datang dan memohon pertolongan-Nya (ayat 7-14) . Judul: Hanya Tuhan menolongku Pemazmur mulai dengan pertanyaan retoris, "Jika Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya, kepada siapakah dia harus takut?" Ketiga lambang ini menegaskan sifat Allah. Terang melambangkan kehadiran Allah yang mengenyahkan kegelapan, sekaligus memberi rasa aman. Keselamatan jelas merupakan akibat dari perlindungan Tuhan. Sedangkan benteng menggambarkan pertahanan dan perlindungan yang kokoh terhadap serangan musuh. Di manakah tempat perlindungan paling aman bagi anak-anak Tuhan (ayat 4-6)? Tentu di rumah Tuhan! Dua kata dipakai di sini, yaitu rumah Tuhan dan bait-Nya. Yang dimaksud bukanlah wujud fisik melainkan kehadiran dan penyertaan Tuhan atas umat-Nya, yakni ketika umat beribadah dan Dia 75 menyatakan berkat-Nya. Bandingkan dengan keyakinan pemazmur untuk tinggal selamanya di rumah Tuhan (Mzm. 23:6) . Dengan keyakinan seperti inilah pemazmur berani meminta pertolongan Tuhan atas semua kesesakan yang ia alami (ayat 12) . Delapan kata kerja dipakai untuk mengajukan permohonannya (ayat 7, 9, 11-12) , diselingi dengan motivasi yang mendorong pemazmur bermohon: "wajah-Mu kucari, ya Tuhan" (ayat 8) . Mencari wajah Tuhan berarti mencari perkenan-Nya. Kalau Tuhan berkenan, pasti Ia menolong. Keyakinan pemazmur kiranya menjadi keyakinan sekaligus komitmen Anda. Pertolongan manusia terbatas baik oleh daya, waktu, dan juga kemauan (ayat 10) . Saat kesusahan datang, ingat dua hal: sifat Tuhan yang peduli dan mau menolong umat-Nya, dan bahwa Dia pernah menolong Anda. Katakan, 'Tuhan aku percaya pada-Mu' (ayat 13) dan nantikanlah pertolongan-Nya (ayat 14)! 76 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dari Daud. Kepada–Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur. Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada–Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat–Mu yang maha kudus. Janganlah menyeret aku bersama–sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman–temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan. Ganjarilah mereka menurut perbuatan mereka dan menurut kelakuan mereka yang jahat; ganjarilah mereka setimpal dengan perbuatan tangan mereka, balaslah kepada mereka apa yang mereka lakukan. Karena mereka tidak mengindahkan pekerjaan TUHAN dan perbuatan tangan–Nya; Ia akan menjatuhkan mereka dan tidak membangunkan mereka lagi. Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku. TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada–Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria–ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada–Nya. TUHAN adalah kekuatan umat–Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi–Nya! Selamatkanlah kiranya umat–Mu dan berkatilah milik–Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk selama–lamanya. Renungan Hidup benar sebagai umat Tuhan yang mendapatkan pengurapan (ayat 8) di tengah-tengah orang-orang yang fasik (ayat 3) , sungguh tidak mudah. Apalagi kalau merasa sendirian (ayat 2), akan lebih mudah goyah dan berkompromi dengan kemunafikan. Itulah yang digumuli oleh pemazmur, dan juga banyak dihadapi oleh orang-orang percaya yang hidup di masa kini. Judul: Menghadapi lingkungan fasik Kita tidak hidup di dunia yang steril dari dosa. Kita hidup bersama-sama dengan orang-orang yang munafik, yang serakah, yang menghalalkan segala cara, bahkan kalau perlu dengan menjatuhkan orang lain, karena tujuan untuk memperkaya diri. Kondisi demikian membuat kita terjepit. Bahkan dapat membuat kita berpikir, bahwa jika kita tidak ikut-ikutan munafik, maka kita akan dilibas habis. Meski kita sudah berdoa kepada Tuhan dan meminta kekuatan, tetapi tampaknya Tuhan tidak segera bertindak. Tak heran bila kita merasa sendirian, tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan. Ada dua hal yang pemazmur lakukan untuk menghadapi situasi seperti itu. Pertama, ia tidak berhenti berdoa dan berharap, walaupun Tuhan belum menjawabnya. Pemazmur percaya bahwa hanya Tuhanlah sumber kekuatan dan kemenangan iman. Sebab itu, pemazmur mengarahkan doa-doanya ke takhta Allah di ruang maha kudus (ayat 2) . Maka dalam pergumulan itu, ia tidak kehilangan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan menjawab dan menolong dia (ayat 6-7). Kedua, pemazmur memohon keadilan Tuhan agar mereka yang jahat dihukum setimpal (ayat 4-5) . Permohonan ini 77 sangat realistis karena bila dibiarkan, kemunafikan mudah menjalar. Pemazmur merasa bahwa ia bisa jatuh ke dalam dosa yang sama (ayat 3) . Dengan sendirinya, hal itu akan menjadi kesaksian yang buruk bagi umat Tuhan (ayat 9) . Oleh karena itu, mulailah dengan tetap bertekun dalam doa dan tidak berhenti berharap kepada Tuhan. Kita boleh minta keadilan Tuhan ditegakkan, tetapi sebagai murid Kristus, kita bisa mendoakan pertobatan mereka. 78 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama–Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak. Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon. Ia membuat gunung Libanon melompat–lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti anak banteng. Suara TUHAN menyemburkan nyala api. Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh gemetar. Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya; dan di dalam bait–Nya setiap orang berseru: “Hormat!” TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama–lamanya. TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat–Nya, TUHAN kiranya memberkati umat– Nya dengan sejahtera! Renungan Dari beberapa mazmur yang memuji dan menyembah Allah sebagai Raja (ayat 29, 93, 96-99) , Mazmur 29 ini unik karena dua hal. Pertama, ajakan memuji Tuhan sebagai Raja ditujukan kepada semua makhluk ciptaan Allah penghuni sorgawi. Kata "penghuni sorgawi" secara harfiah adalah anak-anak Allah (band. Kej. 6:2; Ayub 1:6; 2:1) . Menurut seorang penafsir, di dalam mazmur ini umat Israel bukan peserta tetapi penonton. Namun ungkapan ibadah di dalamnya bisa menjadi contoh bagaimana Israel harus menyembah dan merajakan Tuhan (ayat 11). Jadi, mazmur ini adalah jenis Mazmur Raja yang berskala kosmis. Oleh karena itu, kedua, peragaan Tuhan sebagai Raja bukan terutama menunjukkan keperkasaan-Nya dalam mengatasi musuh-musuh Israel, melainkan kedaulatan-Nya atas alam semesta. Judul: Raja atas alam semesta Dalam karya penciptaan-Nya, karena Tuhan bersabda maka semua menjadi ada (Kejadian 1). Dalam mazmur ini, kuasa firman dinyatakan lebih eksplisit sebagai "Suara Tuhan". Suara yang menggelegar itu mampu membuat unsur-unsur alam yang menakutkan bagi manusia, tunduk dan taat. Air yang oleh orang zaman dulu dianggap sebagai kuasa kekacauan (ayat 3, 10a) , gunung-gunung yang dipercaya sebagai tempat bersemayam dewa dewi (ayat 6), dan padang gurun yang diyakini sebagai tempat roh-roh jahat (ayat 8), tidak berdaya menghadapi Sang Pencipta yang Mahakuasa. Sebagaimana alam semesta dan segala makhluk ciptaan-Nya tunduk pada kedaulatan Tuhan, Sang Raja, demikian seharusnya umat Israel dan juga umat Tuhan masa kini tunduk pada-Nya. Ketundukan kita harus terwujud dalam bentuk ketaatan dalam berbagai aspek. Dengan menjaga bumi ciptaan Allah ini tetap baik dan asri sebagaimana dulu Tuhan ciptakan, sesungguhnya kita sedang 79 memuliakan Sang Raja Pencipta. Dengan menghormati sesama manusia dan memperlakukannya adil, kita meninggikan Tuhan Sang Raja atas segala makhluk yang berakal budi. Mari, jadilah duta Sang Raja bagi segala bangsa di dunia milik-Nya ini. 80 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan Bait Suci. Dari Daud. (30–2) Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh–musuhku bersukacita atas aku. (30–3) TUHAN, Allahku, kepada–Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. (30–4) TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. (30–5) Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang–orang yang dikasihi–Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama–Nya yang kudus! (30–6) Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak–sorai. (30–7) Dalam kesenanganku aku berkata: “Aku takkan goyah untuk selama–lamanya!” (30–8) TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh; ketika Engkau menyembunyikan wajah–Mu, aku terkejut. (30–9) Kepada–Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon: (30–10) “Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur kepada–Mu dan memberitakan kesetiaan–Mu? (30–11) Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!” (30–12) Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari–nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, (30–13) supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi–Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama–lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi–Mu. Renungan Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang percaya secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan pertolongan Tuhan pada waktunya. Tetapi lebih lagi pada saat ia merasa tidak butuh pertolongan Tuhan, ternyata kemudian keadaan berbalik menjadi kacau, dan ternyata Tuhan siap dan masih mau menolong dirinya. Judul: Ucapan syukur yang tulus Inilah yang terjadi. Pemazmur pernah merasa diri aman. Karena percaya bahwa Tuhan berkenan kepadanya, pemazmur menjadi sombong, merasa tidak akan ada apa-apa yang bisa menggoyah hidupnya (ayat 7-8a) . Ia lupa Tuhan! Maka Tuhan sepertinya tidak hadir lagi dalam hidupnya (ayat 8b) . Kemudian kesulitan datang, pemazmur merasa sendirian dan ketakutan. Bayangkan, situasinya bagaikan seseorang sedang meregang nyawa karena hampir direnggut oleh maut dalam rawa hisap. Ia berteriak-teriak tanpa daya. Dalam keadaan kepepet, baru pemazmur ingat lagi kepada Tuhan dan berseru minta tolong kepada-Nya (ayat 11) . Berbagai alasan diungkapkan agar Tuhan menolongnya, namun alasan utama adalah ia takut mati (ayat 10)! Tiba-tiba tangan Tuhan terulur meraih dan mengangkatnya (ayat 4) . 81 Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang meluap-luap (ayat 12) seraya mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (ayat 5) . Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh melampaui kemurkaan-Nya (ayat 6) . Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut dalam lumpur rawa dosa. Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita hidup sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah (Roma 5:8-10) . Ungkapkan syukur Anda kepada-Nya dengan memberitakan kebaikan-Nya kepada orang lain. Nyatakan akibat kebaikan-Nya itu pada diri Anda, agar mereka melihat kesaksian hidup Anda, dan bertobat! 82 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (31–2) Pada–Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali–kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan–Mu, (31–3) sendengkanlah telinga–Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! (31–4) Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama–Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. (31–5) Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. (31–6) Ke dalam tangan–Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia. (31–7) Engkau benci kepada orang–orang yang memuja berhala yang sia–sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN. (31–8) Aku akan bersorak–sorak dan bersukacita karena kasih setia–Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, (31–9) dan tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang lapang. (31–10) Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. (31–11) Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun–tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang–tulangku menjadi lemah. (31–12) Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga–tetanggaku, dan menjadi kekejutan bagi kenalan–kenalanku; mereka yang melihat aku di jalan lari dari padaku. (31–13) Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang pecah. (31–14) Sebab aku mendengar banyak orang berbisik–bisik, ––ada kegentaran dari segala pihak! ––mereka bersama–sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku. (31–15) Tetapi aku, kepada–Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: “Engkaulah Allahku!” (31–16) Masa hidupku ada dalam tangan–Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh–musuhku dan orang–orang yang mengejar aku! (31–17) Buatlah wajah–Mu bercahaya atas hamba–Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia–Mu! (31–18) TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada–Mu; biarlah orang–orang fasik mendapat malu dan turun ke dunia orang mati dan bungkam. (31–19) Biarlah bibir dusta menjadi kelu, yang mencaci maki orang benar dengan kecongkakan dan penghinaan! (31–20) Alangkah limpahnya kebaikan–Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada–Mu, di hadapan manusia! (31–21) Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah–Mu terhadap persekongkolan orang–orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah. (31–22) Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia–Nya ditunjukkan–Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! 83 Aku menyangka dalam kebingunganku: “Aku telah terbuang dari hadapan mata–Mu.” Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada–Mu minta tolong. (31–24) Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi–Nya! TUHAN menjaga orang–orang yang setiawan, tetapi orang–orang yang berbuat congkak diganjar–Nya dengan tidak tanggung–tanggung. (31–25) Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN! 22 (31–23) 23 24 Renungan adalah ungkapan doa hamba Allah yang mengalami penderitaan oleh karena imannya. Pemazmur menghadapi para musuh yang hendak membinasakannya (ayat 5, 14) yaitu mereka yang memilih menyembah berhala daripada menyembah Tuhan (ayat 7) . Bertahun-tahun pemazmur menahan sakit hati mendapatkan ejekan dari mereka, baik dalam bentuk terang-terangan oleh para lawan, maupun bisik-bisikan gosip para tetangga yang memerahkan daun telinga (ayat 10-14) . Bahkan sempat sesaat pemazmur merasa Tuhan juga tidak peduli akan pergumulannya (ayat 23a) . Judul: Doa hamba Allah yang menderita Mazmur 31 Pemazmur memanjatkan permohonannya kepada Tuhan karena ia percaya Tuhan pasti mendengar dan menjawabnya (ayat 15, 23) . Ia tahu Tuhan adil (ayat 2) maka orang benar tidak akan dipermalukan (ayat 2, 18a) sebaliknya, orang fasik akan mendapat ganjaran setimpal (ayat 18-19, 24) . Berulang kali pemazmur menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan setia (ayat 6, 8, 17, 22) maka orang benar akan mengalami pertolongan pada waktunya (ayat 5) . Pemazmur yakin orang benar akan mengalami kebaikan Tuhan (ayat 20) , yaitu perlindungan dan pemeliharaan-Nya dari orang-orang jahat. Menarik sekali, pemazmur menggunakan kata "wajah-Mu" dua kali. Wajah Tuhan menyatakan perkenan-Nya (band. Mzm. 27:8) . Pemazmur mengharapkan wajah Tuhan memancarkan cahaya ke atas dirinya, sebagai tanda kesetiaan Tuhan menyertainya (ayat 17) . Dengan penyertaan seperti itu, para musuh tidak mungkin mengganggunya (ayat 21) . Sebagai pengikut Kristus, pikul salib adalah bagian kita. Ingat, Kristus sudah lebih dahulu memikul salib-Nya. Dia adalah sumber kekuatan dan penyertaan kita. Jangan bergu-mul sendirian. Dia hadir melalui Roh Kudus-Nya yang tak terbatas dalam hati kita. Dia menyediakan persekutuan orang percaya yang bisa saling menghibur, menguatkan dan meneguhkan. Ingat juga, banyak orang Kristen di berbagai penjuru dunia telah setia dan menang saat didera berbagai penderitaan oleh karena iman mereka. 84 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 32 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Selama aku berdiam diri, tulang–tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan–Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela Dosaku kuberitahukan kepada–Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran–pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada–Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata–Ku tertuju kepadamu. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau. Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi–Nya dengan kasih setia. Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak–soraklah, hai orang–orang benar; bersorak– sorailah, hai orang–orang jujur! Renungan Seperti apa perasaan orang yang menyimpan dosa dalam dirinya? Mungkin ia akan merasa bersalah, atau merasa diri munafik. Bisa juga ia merasa takut jika dosanya diketahui orang lain. Namun yang pasti, tak ada anak Tuhan yang tahan lama-lama menyimpan dosa. Judul: Bahagia karena diampuni Pemazmur pernah mengalami rasa tertekan yang luar biasa saat ia menyimpan dosa di dalam dirinya. Akibatnya ia seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Baru pada saat membuka diri di hadapan Tuhan dan mengaku dosa, pemazmur mengalami kelegaan (ayat 5) . Mazmur ini unik. Pada saat yang sama ada pengakuan dosa, tetapi sekaligus pernyataan bahagia. Mazmur-mazmur "bahagia" (mis. Mzm. 1, 106, 112, 119, 128) pada umumnya mendasarkan kebahagiaan pada memercayai atau menaati firman Tuhan. Namun mazmur ini justru menyatakan bahwa kebahagiaan sejati adalah anugerah Allah yang Maha Pengampun. Oleh karena itu, pemazmur menasihati para pembacanya agar senantiasa memelihara relasi mereka dengan Tuhan secara intim dalam doa (ayat 6) dan dalam ketaatan pada firman-Nya (ayat 8-9) . Dengan memelihara komunikasi yang dalam dengan Tuhan, kita akan mengalami hadirat-Nya terus menerus (ayat 7, 11) . Dengan 85 kesadaran bahwa hadirat Tuhan senantiasa melingkupi kita, kita akan terhindar dari pengaruh kefasikan dunia yang hanya menimbulkan murka Tuhan dan penghukuman-Nya. Pemazmur menggubah mazmur ini sebagai suatu bentuk doa pengakuan dosa sekaligus pernyataan bahagia karena pengampunan Tuhan. Bagi kita yang sadar telah melanggar firman Tuhan, dekatkan diri pada takhta anugerah-Nya. Sujud dan mohon pengampunan-Nya. Tekadkan diri mendekat kepada Dia dalam persekutuan yang akrab lewat doa dan firman-Nya. Alami sekali lagi penyertaan Tuhan yang indah, hadirat-Nya yang menakjubkan, dan kuasa-Nya yang dahsyat, untuk membimbing hidup kita menyaksikan kemuliaan dan kemurahan-Nya. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 32 (1) Pdt. Effendi Susanto STh. Nestapa batin karena dosa adalah satu mazmur yang penting dari Daud bicara mengenai kebahagiaan. Kita jujur mengaku, ini adalah tujuan hidup yang ingin dicapai oleh semua orang. Semua yang dikerjakan, semua yang direncanakan, semua yang dibangun, tidak ada yang lepas dari tujuan akhir ini, yaitu sukacita dan bahagia. Inilah yang mendorong semua aktifitas manusia, bekerja, membangun rumah tangga, membangun usaha, membesarkan anak-anak, dsb. Keinginan ini tidak salah. Tuhan ingin manusia menikmati sukacita dan bahagia. Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan ingin merebut dan mencabut sukacita manusia. Dia bukan Tuhan yang tidak suka orang berbahagia. Banyak orang Kristen memiliki pikiran yang salah seolah-olah Allah itu adalah “the joy-killer.” Itu tidak benar. Lihatlah alam semesta yang Tuhan cipta ini begitu indah dan agung, memberitahukan kepada kita betapa indah dan agungnya Allah kita. Tuhan tidak menciptakan dunia yang kering, gersang dan abuabu melulu. Allah kita adalah Allah yang menginginkan kita menikmati kebahagiaan. Mazmur 32 Itu sebab tidak salah jika di dalam satu keluarga ada kebahagiaan dan kesenangan yang berlimpah. Di dalam kita membangun rumah, rumah yang besar, rumah yang bagus dan megah, kita bisa menikmati sukacita disitu. Tetapi adalah sia-sia kita membangun rumah, rumah yang besar dan megah, kalau Tuhan tidak memberkatinya, itu yang Mzm.127:1 katakan. Bangun keluarga di dalam takut akan Tuhan, karena di situ sukacita keindahan akan engkau nikmati. Namun sebagai orang Kristen kita tidak boleh mengerti konsep bahagia hanya di dalam lapisan luar seperti itu. Kita tidak boleh melihat bahagia itu terjadi hanya pada waktu engkau pakai baju yang mahal, kita tidak boleh melihat bahagia itu berdasarkan rumahmu lebih mewah dan lebih besar daripada rumah orang lain. Bahagia tidak boleh diukur dengan ukuran seperti itu. Maka Mzm.32 bicara mengenai satu bahagia yang lebih dalam lagi yaitu betapa berbahagia dan diberkati orang yang berjalan hidup harmonis 86 bersama dengan Tuhan, blessed are those who walk with the Lord in harmony. Inilah kebahagiaan yang terindah dan terdalam, yaitu spiritual joy and spiritual happiness. Menarik sekali, dalam Mzm.32 Daud menyebut dua kali kata “menyembunyikan,” to cover up (menutupi semua). Di ayat 1 Daud berkata, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, berbahagialah orang yang dosanya disembunyikan Tuhan.” Di ayat 5 kata ini muncul lagi, “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu; kesalahanku tidak kusembunyikan…” Adalah bahagia orang yang kesalahannya disembunyikan oleh Tuhan, orang yang dosanya Tuhan tutupi. Lalu selanjutnya dia kontraskan betapa kasihan, betapa susah dan betapa sengsaranya hidup orang yang dililit oleh kebohongan kalau dia hidup menyembunyikan pelanggaran dan dosa-dosanya. Ada kesedihan dan kesusahan tidak habis-habisnya pada orang yang menyembunyikan dosanya. Kita tidak tahu dengan jelas dalam konteks apa mazmur ini ditulis. Mazmur 51 adalah mazmur yang lebih jelas konteksnya yaitu mazmur itu ditulis setelah dosanya berzinah dengan Batsyeba dibuka oleh nabi Natan. Tidak jelas apakah Mzm.32 ini ditulis oleh Daud sebelum atau sesudah peristiwa tsb, tetapi kalau melihat dari isi kalimat mazmur ini kita bisa mengambil kesimpulan mazmur ini juga ditulis sesudah peristiwa itu. Manusia berkecenderungan untuk menyimpan dan menyembunyikan, berusaha menyembunyikan apa yang menjadi dosa dan kesalahannya. Ketika seseorang berdosa, ketika seseorang berbuat salah, akan ada dua tindakan yang dia lakukan. Ini adalah tradisi yang sudah turun-temurun sejak Adam berbuat dosa, yaitu dia menutup ketelanjangannya dan lari bersembunyi. Selama dosa itu disembunyikan, ditekan sekuat tenaga, sepintar mungkin, rasa bersalah dan rasa malunya tidak akan bisa diselesaikan dan seluruh energi hidup akan dilumpuhkan olehnya. Sekuat-kuatnya, semampumampunya, sepintar-pintarnya seseorang menyembunyikan sesuatu yang tidak benar di dalam hidupnya, suatu kali kelak dia akan terbuka dan ternyata. Itu yang dikatakan oleh Daud di sini, “Tulang-tulangku menjadi lesu, aku tertekan, sumsumku menjadi kering…” (ayat 3-4). Tekanan kepada jiwa yang berusaha menyimpan kesalahan menghasilkan dukacita yang dia derita siang dan malam. Inilah fakta akibat dosa dan kesalahan yang dia lakukan. Nabi Natan datang menegur Daud dengan cara yang sedikit berbeda. Dia tidak langsung menyatakan dosa dan kesalahan Daud, tetapi menyampaikannya dengan satu perumpamaan. Nabi Natan menggambarkan ada seorang miskin yang hanya memiliki seekor domba yang sangat dia sayang. Lalu ada seorang kaya raya yang memiliki banyak domba tetapi ia kemudian merebut domba dari orang miskin itu. Mendengar kisah itu Daud menjadi sangat marah dan hendak menghukum orang kaya itu. Tetapi dia menjadi sangat terkejut ketika jari nabi Natan kemudian menuding dia dan berkata, “Engkaulah orang itu, ya raja Daud!” (2 Sam.12:1-7) . Daud telah mengambil isteri Uria, yaitu Batsyeba. Sebelum itu Daud sudah memiliki banyak isteri dan banyak gundik. Lalu sewaktu melihat isteri Uria dia ingin memilikinya. Maka dengan segala cara dan tipu daya, dia mengambil wanita itu. Maka selanjutnya semua menjadi proses sembunyi yang terus melilit hidupnya. Pertama dia berzinah dengan isteri orang. Lalu setelah ternyata isteri orang itu hamil akibat perbuatannya, Daud berusaha menutupinya dengan menyuruh Uria pulang untuk tidur dengan isterinya supaya dia mengira isterinya hamil akibat kepulangannya itu. Tetapi usaha Daud itu tidak berhasil karena rupanya sebagai seorang prajurit yang baik, Uria memutuskan untuk tinggal di pintu istana dan tidak pergi ke rumahnya. Maka tidak bisa tidak Daud harus menyembunyikan lagi perbuatan dosanya. Dia mengirim kembali Uria ke medan perang dan luar biasa, Uria pergi membawa surat bagi jenderal Yoab berisi perintah untuk menempatkan Uria di baris paling depan supaya dia mati. Uria tidak curiga sama sekali terhadap usaha jahat Daud, dan akhirnya dia mati di medan perang. Seumur hidup Yoab 87 pegang surat Daud menjadi jaminan Daud tidak bisa buat apa-apa terhadap apa yang Yoab lakukan karena rahasia itu ada di tangan dia (2 Sam 11) . Selama dosa itu terus dia simpan dan sembunyikan, Daud tidak pernah merasakan kelegaan dan kebahagiaan. Salah dan malu, itulah dua reaksi yang terjadi pada waktu seseorang berdosa. Dia akan bereaksi marah pada waktu orang menyatakan kesalahan itu. Tetapi dengan marahnya seolah-olah dia menunjukkan pembenaran atas dirinya sendiri padahal itu cuma usaha tersembunyi. Ini bagian pertama yang kita lihat dari Mzm.32 , bagaimana Daud secara gamblang memperlihatkan selama-lamanya engkau menyembunyikan dosadosamu, inilah yang akan terjadi kepadamu. Hidup di dalam dosa, menyimpan ‘skeleton in your closet’ menghilangkan seluruh sukacita dan bahagia dari dirimu. Mengapa manusia memiliki kecenderungan seperti ini? Ini merupakan satu aspek yang coba kita pikirkan pada hari ini. Waktu kita bicara mengenai pertobatan, waktu kita bicara mengenai dosa dan kesalahan, ingatkan baik-baik, psikologi dan psikoanalisis juga bicara akan hal itu bukan? Tetapi tanpa Tuhan, tanpa dasar rohani, maka psikologi dan psikoanalisis bicara mengenai salah dan dosa hanya akan melihat dari aspek naluri dan impulse yang ada di dalam diri manusia. Sigmund Freud menulis satu buku berjudul “Totem and Taboo” yang sekarang ini mungkin sudah tidak dianggap representatif pemikiran dia, di situ dia menganalisa darimana sebenarnya datangnya konsep benar salah manusia. Pada waktu kita bicara mengenai konsep benar salah, filsafat Barat dan filsafat Timur mempunyai pendekatan yang berbeda. Di dalam filsafat Barat yang kena pengaruh Kekristenan melihat konsep benar salah itu datangnya dari Allah yang berpribadi. Sebaliknya di dalam filsafat Timur tidak melihat soal Pribadi Allah yang suci, adil dan benar di belakang semua itu tetapi lebih melihat kepada alam dan natur. Maka kalau saudara tanya kepada orang Cina konsep ini, dia akan mengatakan selama saya hidup benar dan baik, saya akan hidup harmonis dengan alam. Tidak ada konsep saya berbuat salah terhadap Satu Pribadi. Selama hidup saya harmonis dengan orang lain, selama hidup saya harmonis dengan alam, sebisanya hidup baik-baik, maka tidak akan terjadi apa yang buruk dalam hidupmu. Tidak ada kemiskinan datang dari alam selama kamu mengolah tanah dengan baik. Itu semua tidak akan terjadi selama ‘yin’ dan ‘yang’ itu balance. Power yang positif dan power yang negatif itu selalu ada, tetapi akhirnya kalau yang negatif itu terlalu banyak di dalam hidupmu itu karena kamu tidak balance dalam hidupmu. Sehingga di dalam budaya Timur, yang penting hidup tidak bikin salah sama orang lain, relasi harmonis saling respek dan tidak ganggu satu sama lain, maka hidup akan baik. Maka waktu ditanya datangnya konsep benar salah dalam diri manusia datangnya darimana, filsafat Timur akan bilang itu turun dari nenek moyang, sudah dari sananya. Sehingga banyak hal benar salah tidak pernah dipertanyakan, pokoknya nenek bilang seperti itu. “Jangan duduk di depan pintu waktu magrib, nanti diganggu setan; Jangan makan tebu malam-malam, nanti nenek mati,” dsb itu menjadi taboo dalam budaya Timur yang turun-temurun diberikan orang tua berdasarkan bijaksana dan pengalaman orang dulu berelasi dengan alam. Freud menganalisa akan hal ini, darimana datangnya konsep benar salah dalam diri manusia menjadi satu pertanyaan yang intrik-intrikan. Benar salah itu terus diturunkan per generasi sampai satu ketika generasi itu makin berpendidikan, maka mereka mulai sadar semua ajaran yang diturunkan itu bukan berdasarkan moral benar salah tetapi hanya soal taboo dan pamali. Maka Freud mengambil kesimpulan kalau orang semakin diedukasi, akhirnya dia akan melihat apa yang tadinya dipikir salah belum tentu salah dan apa yang tadinya dibilang benar belum tentu benar. Lalu setelah dia makin teredukasi, orang yang 88 berpendidikan merasa dia tidak perlu lagi diajar oleh nenek moyang mengenai konsep benar dan salah. Dulu nenek moyang bilang kalau selama hidup kamu bikin salah, nanti kamu akan dapat balasan karma dan waktu mati kamu masuk ke dalam neraka. Sekarang setelah makin berpendidikan kita bilang itu cuma isapan jempol dan tahayul saja. Ini adalah cikal bakal pikiran Freud yang akhirnya memberikan pengaruh di dalam dunia pendidikan. Secara positif adalah kemudian orang-orang modern berpikir manusia harus teredukasi, pendidikan harus dikuatkan sehingga manusia mulai bisa memilah mana yang tahayul dan mana yang bukan tahayul. Tetapi sisi negatifnya, karena sisi edukasi, karena pikiran manusia menjadi yang terpenting, maka pikiran itu dianggap bisa mengganti Tuhan. Akibat daripada pikiran Freud ini nanti akan mempengaruhi Nazi. Karena dianggap Tuhan itu hanya kepercayaan nenek moyang yang tahayul maka orang modern tidak menganggap Tuhan itu ada dan karena Tuhan sudah tidak ada, manusia sudah tidak perlu takut kepada apapun juga berkaitan dengan hal benar salah. Maka orang berbuat baik kepada orang lain karena dia mau hidup sama-sama baik, harmonis dan selaras dengan orang. Orang berbuat jahat dan merugikan orang lain, tidak ada hubungannya dengan yang “di atas” melainkan hubungannya hanya dengan orang yang dirugikan itu. Maka orang bunuh orang, salah sama siapa? Hanya salah sama yang dia bunuh. Maka orang tidak bunuh orang supaya nanti selama hidup di dunia dia juga tidak dibunuh orang, bukan karena takut ada Tuhan yang akan hukum dia. Ini adalah pikiran yang berbahaya, karena dengan pikiran seperti ini orang berasumsi kalau orang makin berpendidikan maka dia akan semakin baik dan bermoral dan makin tinggi etikanya dan lebih bisa mengontrol dan mengatur yang lain. Kejahatan, amoralitas, orang menjadi buas, dsb itu adalah benih dari nafsu kebinatangan yang tidak dikontrol oleh edukasi. Tetapi sejarah membuktikan bedanya orang bodoh berbuat jahat langsung ketahuan dan ditangkap; orang pintar berbuat jahat tidak ketahuan dan yang jadi korban ditangkap adalah orang yang bodoh. Orang-orang pintar bisa mempermainkan hukum, bisa mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dengan membodohi orang lain, dsb. Waktu Jepang kena gempa bumi dan tsunami, dalam satu hari pasar saham Jepang amblas 60 billion dollar akibat permainan spekulan yang serakah dan oportunistik. Sekarang ini biaya hidup kita terus meningkat karena harga komoditi dasar seperti beras, jagung, kedelai dipermainkan oleh spekulan. Listrik, air dan gas diambil dan dikelola oleh perusahaan private sehingga rakyat miskin makin susah. Semua manusia punya hak untuk hidup, semua manusia punya hak untuk akses memperoleh kebutuhan dasar, tetapi saking terlalu mahal dan susah akhirnya orang tidak mampu lagi memperolehnya. Poin saya adalah bagaimana edukasi pendidikan yang bikin orang makin pintar, makin hebat, makin baik, justru menjadikan orang itu kehilangan kompas moralitas di dalam hidupnya. Sigmund Freud sendiri sampai akhir hidupnya masih tetap mempertanyakan darimana datangnya konsep benar salah itu; apakah hanya berkaitan dengan harmoni alam? Tetapi kalau memang hanya berkaitan dengan harmoni alam, bukankah bisa diseimbangkan, bisa diberi pengertian, bisa dibereskan, dan seharusnya dunia berjalan lebih baik. Kedua, kalau cuma pakai konsep harmoni alam, jujur sebenarnya tidak ada konsep moralitas benar salah di dalam alam. Angin bertiup sebenarnya baik, tetapi waktu angin itu makin lama makin besar menjadi badai yang menghancurkan kota, bisakah manusia mempersalahkan badai? Tidak bisa. Yang ada ialah kamu harus percaya Tuhan dulu baru bisa bilang, “Tuhan, kenapa Engkau mengirim badai ini?” Jadi di dalam konsep harmoni alam tidak ada unsur moralitas. Moralitas benar salah harus 89 berkaitan dengan pribadi. Alkitab mencatat kita punya standar benar salah bukan sesuatu yang ada di dalam alam sekitar kita tetapi karena Allah sudah menaruh hati nurani sehingga ada Allah yang menjadi sumber benar salah manusia, yang menjadi tolok ukur benar salah manusia. Dialah yang menjadi penentu, dan manusia dicipta oleh-Nya manusia hidup tidak akan pernah lepas dari benar salah itu. Yang ada adalah saking hebatnya manusia yang dicipta oleh Tuhan yang memiliki benar salah itu, kita bisa mempermainkan standar benar salah, kita bisa menipu benar salah itu. Yang dilakukan oleh manusia yang jatuh dalam dosa adalah terus-menerus menyembunyikan, menutupi dosa itu dengan dosa yang lain. Freud sendiri mengakui manusia bersalah bisa melakukan menipu diri. Hanya manusia satu-satunya mahluk yang sanggup bisa menciptakan menipu diri itu. Manusia menipu diri sendiri, dia sudah tahu dia lakukan dan dia bisa sembunyikan dan tidak mengaku melakukan, bahkan dia bisa merasa benar dan aman. Itulah yang Daud lakukan, sampai nabi Natan datang menegur dia, Daud tidak bisa lagi mengelak. Uria bisa dia tipu dan bunuh, tetapi Tuhan tidak bisa ditipu. Waktu telunjuk itu keluar menuding dia, di situ Daud tidak bisa mengelak lagi, itulah momen tudung yang menutup dosanya terbuka. Daud adalah seorang yang sudah mengalami suatu rasa malu yang tidak ada habis-habisnya. Ini adalah satu kejatuhan yang besar dari seorang pahlawan; ini adalah kejatuhan yang besar dari seorang yang luar biasa jaya. Akhirnya dia perlu menulis Mzm.51 untuk menyatakan betapa menyesalnya dia; dan saya rasa Mzm.32 ini merupakan satu analisa dia apa yang terjadi dengan dia, yang memiliki tendensi menyembunyikan sesuatu. Daud bicarakan aspek ketiga dalam mazmur ini yaitu “lesson learn.” Kita adalah manusia yang kecil dan lemah, kita gampang jatuh. Sebagai anak Tuhan kita sadar kalau kita tidak mungkin bisa tidak berbuat dosa dari bangun pagi hingga malam hari. Tetapi kita punya Tuhan yang kepadanya kita terus datang mengakui kelemahan kita dan Dia mengampuni dosa kita. Itulah indahnya, itulah sukacita kita, sebab Allah kita memiliki kekuatan dan kuasa mengampuni kita di dalam Kristus. Tetapi 1 Yoh.3:9 mengingatkan orang yang sudah percaya Tuhan namun terus-menerus berbuat dosa, mungkin kita harus bertanya dan meragukan apakah dia betul-betul sudah sungguhsungguh percaya Tuhan. Maksudnya adalah kita mungkin bisa jatuh, tetapi jatuhnya kita itu hanyalah merupakan suatu pengecualian, suatu exception, karena kita tidak memiliki keinginan dan niat untuk terus berbuat dosa. Ayat 8-9 Kenapa? Karena kita sudah “learn the lesson.” Itulah kalimat yang muncul dari mazmur ini. Orang jatuh satu kali, itu lumrah. Jatuh kali kedua, kita mungkin bertanya-tanya. Tetapi selanjutnya kalau jatuh terus-menerus di tempat yang sama, kita bilang orang itu tidak pernah “learn the lesson.” Maka setelah hidup bahagia ditebus oleh Tuhan, bagaimana saya menjalani hidup saya? Daud mengajarkan di dalam mazmur ini. Pengalaman memperlihatkan terlalu banyak yang kita belajar di sekolah adalah pelajaran yang membuat kita pintar di buku saja. Tetapi siapa di antara kita yang bisa menerima pelajaran mengenai hidup? Mari kita belajar dari orang-orang yang lebih tua daripada kita, yang memberikan pengertian pelajaran mengenai hidup, itulah yang akan membuat kita menjadi bijaksana. Salah satu pelajaran mengenai hidup yang Daud ajarkan di sini adalah bagaimana belajar tidak pernah lagi jatuh di tempat yang sama; jangan lagi berbuat dosa yang sama. Daud memberikan perbandingan yang menarik, orang yang tidak pernah belajar digambarkan seperti kuda atau bagal yang tidak punya akal, yang harus ditarik dan diikat baru bisa menurut. Saya rasa kita patut bersyukur kepada Tuhan, kalau melewati kesulitan, penderitaan, sakit dan waktu terjepit orang mulai sadar siapa Tuhan. Tetapi ayat ini mengingatkan kita janganlah sampai Tuhan perlu membuat hidupmu 90 dipukul, dihajar, dipojokkan baru kita “learn our lesson.” Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati perjalanan hidup kita. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 32 (2) Pdt. Effendi Susanto STh. Ia menutupi dosa-dosaku Kemarin mungkin ada banyak di antara saudara yang ingin pergi piknik, tetapi batal karena hujan turun sangat lebat. Begitu saudara keluar rumah, dengan kecewa saudara lalu bilang, “Waah… hujan .” Menurut saudara, hujan hari itu baik atau jelek? Saudara akan bilang cuaca hari ini jelek, saya tidak bisa kemana-mana. Tetapi untuk hujan yang sama, petani yang baru saja selesai menanam padinya akan bersyukur, “Oooh, hujan.” Bagi dia hari itu cuaca baik. Maka dengan kata lain, hujan itu pada dirinya sendiri sebenarnya tidak ada soal baik atau jelek. Yang ada ialah manusia yang memberikan penilaian itu. Kenapa kamu bilang tidak baik? Sebab yang baik menurutmu hari ini cerah; tetapi hujan yang sama dilihat oleh dia sebagai hal yang baik karena dia sedang memerlukan hujan itu. Natur alam pada dirinya hanya ada sifat destruktif kepada hidup kita kalau dia menjadi topan dan badai besar. Kalau seseorang tidak percaya adanya Tuhan, maka dia tidak bisa mempersalahkan Tuhan ketika topan badai yang destruktif itu merusak rumahnya. Yang bisa dia lakukan hanya mengeluh kepada diri sendiri, memang aku sedang apes, kenapa bikin rumah pas di tempat banyak badai. Minggu lalu saya sudah mengambil secara garis besar apa yang dipikirkan oleh Sigmund Freud, seorang psikoanalis yang ateis. Semua orang ateis yang sungguh-sungguh jujur memegang prinsip ateisme-nya mengatakan, kalau tidak ada Tuhan manusia boleh melakukan apa saja, sebab dia tidak perlu bertanggung jawab kepada siapapun setelah dia mati. Freud sendiri berkata seperti itu, kalau tidak ada Tuhan maka sebenarnya kita tidak perlu memiliki konsep benar salah. Saya juga mengangkat sedikit, di dalam filsafat Timur, khususnya di dalam kebudayaan Cina, sebenarnya kalau hidup itu dilihat sebagai harmoni dengan alam, maka hidup kita menjadi baik atau tidak baik tidak ada kaitannya kaitannya dengan standar moral baik dan jahat, melainkan bagaimana kita bisa hidup harmonis dengan alam. Maksudnya, kalau saudara tidak ingin ditimpa bencana, jalan masuk ke dalam jalan dimana bencana itu akan datang. Jadi sedapat mungkin hiduplah harmonis, bagaimana bisa balance dengan alam semesta ini. Kalau memang seperti itu, kalau memang tidak ada Tuhan, kita tidak boleh memberikan penilaian sesuatu apa yang terjadi di dalam dunia ini dengan mengkaitkannya dengan hal baik atau jahat. Tetapi harus kita akui, tidak ada orang yang tidak memiliki konsep itu. Dan yang lebih menarik, orang ateis sendiri mengaku konsep benar salah itu hanya ada pada manusia dan tidak ada pada diri binatang. Semampu-mampunya, sepandai-pandainya, setinggi-tingginya inteligensi binatang, dia 91 hanyalah berupa insting. Saya pernah mengutip satu artikel dari majalah Science bicara mengenai perbedaan manusia dengan binatang. Sampai hari ini Science harus mengakui ada beberapa hal yang hanya ada pada manusia dan tidak ada pada diri binatang sepandai-pandainya dan setinggi-tingginya inteligensi binatang itu, ada gap yang tidak mungkin terjembatani. Pertama, semua binatang akan lari ketika bertemu api; hanya manusia yang bisa memanipulasi api. Binatang seperti simpanse dan orangutan mungkin bisa diajar dan meniru, tetapi tetap dia tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan skill yang diajarkan lebih daripada itu. Manusia bukan saja menemukan api, tetapi tidak berhenti sampai di situ manusia mengembangkan api menjadi obor, dari obor menjadi lilin, dari lilin menjadi lampu dan seterusnya. Dari memanipulasi api maka manusia berbeda dengan binatang dalam hal yang kedua: tidak ada mahluk di dunia ini yang memiliki kuliner selain manusia. Hanya manusia yang memasak makanannya. Ketiga, hanya manusia yang beribadah dan beragama. Binatang tidak. Dalam agama itu manusia memiliki standar benar salah. Yang keempat, hanya manusia yang bisa menciptakan humor dan lelucon. Maka itulah sebabnya kenapa Sigmund Freud dari awal sangat terpaku sekali mempertanyakan hal intrik-intrikan ini, mengapa manusia memiliki standar benar salah; darimana datangnya konsep baik dan jahat di dalam diri manusia? Yang mungkin akhirnya bisa menjadi konklusi dia adalah konsep benar salah yang ada di dalam diri manusia itu disebabkan oleh proses turun-temurun ajaran dari nenek moyangnya. Jadi standar etika moral seseorang mengatakan ini benar itu salah, itu karena sudah diajarkan turun-temurun per generasi. Ketika engkau sudah menjadi dewasa, engkau akan mempertanyakan apa yang diajarkan dari dulu itu hanyalah sebagai suatu tahayul belaka. Maka akhirnya konsep moralitas menjadi hilang dalam dunia modern karena semua itu dianggap sebagai taboo dan tahayul. Siapa bilang laki perempuan dewasa mau tinggal bersama harus perlu menikah dulu? Siapa yang menentukan seperti itu? Kalau saya mau tinggal bersama tanpa nikah, kenapa tidak boleh? Siapa yang bilang orang harus menikah dengan lawan jenisnya? Kenapa hanya itu yang dibilang benar? Kenapa orang yang mau menikah sesama jenis dibilang salah? Siapa yang menentukan? Biar kita pikir dalam-dalam, darimana kita punya konsep benar salah sebenarnya? Kenapa setiap orang memiliki konsep ini? Darimana sumbernya? Walaupun masing-masing konsep sedikit berbeda, tetapi tetap ada standar universal benar salah itu. Walaupun budaya berbeda, lingkungan berbeda, paling tidak ada standar etika yang sedikit mirip. Sampai di sini pertanyaan darimana datangnya konsep benar salah manusia, ada dua jawaban. Yang pertama, konsep itu datang dari manusia, diturunkan generasi per generasi dan terakumulasi di dalam kebudayaan. Kalau itu datangnya dari kebudayaan manusia, maka konsep benar salah tiap orang akan berbeda-beda standarnya. Dan karena setiap orang berbeda standarnya, maka orang tidak punya hak untuk menghakimi orang yang lain. Saudara tidak bisa mengatakan saya salah, karena standar salah-mu berbeda dengan standar salah-ku. Inilah yang terjadi pada dunia kita sekarang tidak ada yang bisa klaim konsep ini benar yang absolut, ini benar yang mutlak karena masing-masing punya konsep yang berbeda. Dalam konsepmu orang hanya boleh tidur seranjang kalau sudah menikah, tetapi dalam konsepku hidup bersama tanpa menikah itu tidak salah. Dalam konsepmu orang hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya, tetapi dalam konsepku menikah dengan sesama jenis tidak apa-apa. Di dalam kebudayaanmu, suami hanya boleh punya satu isteri, tetapi di dalam kebudayaanku punya lima isteri tidak apa-apa. Di negaramu membunuh adalah perbuatan kriminal, tetapi di negaraku membunuh dengan dasar agama adalah satu kehormatan. Itulah yang terjadi di dalam dunia Post Modern sekarang, pada waktu kita bilang benar salah saya 92 yang tentukan sendiri. Maka sekarang orang Kristen tidak boleh bilang “Jesus is the only way to heaven,” karena dianggap sudah memaksakan konsepnya. Kalau engkau merasa Jesus is the best way for you, it’s OK, tetapi engkau tidak boleh memaksakan idemu kepadaku. Pihak yang kedua mengatakan sumber datangnya konsep benar salah bukan dari kebudayaan manusia. Waktu manusia mendapat perintah Tuhan ‘jangan membunuh’ maka kita tahu konsep itu bukan datang dari nenek moyang turun-temurun melainkan karena Tuhan Pencipta yang memberikan konsep itu. Dalam Rom.2:14-16 Paulus mengatakan bangsa-bangsa lain yang tidak kenal Tuhanpun memiliki standar benar salah yang ada di dalam hati mereka yang nantinya akan menghakimi segala tindakan mereka selama hidup di dunia. Hukum standar benar salah adalah bukan hasil ciptaan manusia. Kembali kepada Mzm.32, Daud berkata, selama dosanya dia sembunyikan, tindakan itu tidak akan mendatangkan sukacita, keindahan, kebaikan hidup. Sumsumku menjadi lemah, tulang-tulangku menjadi kering, sukacita itu tidak ada. Hanya karena kebanggaan, arogansi dan martabat kesombongankulah yang membuat aku tidak mau mengakui dosa dan kesalahanku. Tetapi persembunyian itu tidak mungkin kita bisa simpan terus-menerus karena suatu hari kita akan mempertanggung-jawabkannya di hadapan Tuhan. Ini yang dikatakan oleh Paulus tadi, sebab hukum dan standar benar salah bukan hasil ciptaan manusia tetapi ditaruh oleh Allah di dalam hati manusia. Bedanya bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain ialah bangsa Yahudi mendapatkan langsung hukum Taurat dari Allah sedangkan bangsa-bangsa lain tidak mendapatkan langsung mengenai halhal itu. Tetapi mereka tidak bisa bilang hukum itu tidak ada karena Tuhan telah menaruhnya di dalam hati mereka. Itulah sebabnya mengapa Alkitab kita berbicara soal pelanggaran dan dosa adalah berkaitan bukan hanya dengan orang lain atau kepada hal-hal yang impersonal, seperti yang diajarkan oleh filsafat Timur. Di dalam filsafat Timur kalau orang tertimpa sial, tidak hoki atau sedang apes, itu karena orang tsb ‘ciong’ dengan alam. Maka datanglah ahli fengshui ke rumah dia, memperbaiki posisi pintu rumah, supaya rejeki bisa tinggal di dalam, dsb. Kalau rejeki tetap tidak datang dan sebaliknya hidup terus ditimpa kemalangan, maka cari lagi ahli fengshui yang lebih pintar dan dia akan memperbaiki posisi rumah, dsb. Jadi di sini yang ada hanya unsur the power of nature yang orang harus harmonis dengannya. Tidak ada unsur orang melawan Allah, tidak ada unsur kalau orang berbuat salah itu berkaitan dengan satu pribadi, ada Allah Tuhan yang memberi hukum. Jadi kasihan orang, begitu jatuh cinta dan bawa kekasih kepada orang tua, orang tua cari tahu kapan lahirnya, dsb dan begitu tahu shionya ciong, satu tikus satu ular, tidak cocok, maka harus putus. Ada anak lahir terus sakit-sakitan, lalu dibilang anak ini ciong sama mamanya, harus kasih ke orang lain. menyatakan kemarahan Allah karena kefasikan dan kelaliman manusia menindas kebenaran. Sekuat-kuatnya manusia dengan segala kecongkakannya, dengan menipu diri berpura-pura jadi orang baik, atau dengan segala upaya menyembunyikan dosa dan kesalahannya, tetap dia tidak akan sanggup menyembunyikan dan menindas kebenaran Allah yang jauh lebih besar daripada dirinya. Seperti satu luka kena gangrene yang berlubang terbuka yang engkau coba tutupi dengan tensoplas, cepat atau lambat borok itu akan menjadi luka yang lebih besar karena yang menutupi itu memang bukan obatnya dan bukan jalan keluarnya. Manusia mencoba menutupi kesalahan mungkin karena tidak suka disebut sebagai orang berdosa. Manusia menutupi dosanya, di dalam hati sedalamdalamnya tahu dia orang berdosa, cuma sayang tidak dengan berani dan jujur bertanya dengan sungguh-sungguh apakah dia sudah mendapatkan obat dan jalan keluar yang tepat. Rom.1:18 93 memberikan kontras yang indah, Daud memakai kata yang sama, manusia berusaha ‘conceals his sins’ (ayat 5) dan ‘God conceals your sins’ (ayat 1) . Manusia tidak mungkin bisa menyembunyikan dosa dan kesalahannya. Maka yang terjadi adalah Daud gambarkan di ayat 3-4 , seumur hidup tulangtulangnya menjadi lesu. Sepanjang hari hidupnya tertekan, tidak ada sukacita, tidak ada damai, tidak ada kelegaan. Tetapi satu gambaran yang sangat kontras ketika Tuhan Allah sendiri yang conceals your sins. Orang itu sungguh berbahagia; orang itu sungguh diberkati; orang itu sungguh mendapatkan sukacita dan kegembiraan ketika Tuhan melakukan tindakan seperti ini. Berbahagialah orang yang ditutupi dosanya, berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, berbahagialah orang yang kesalahan-kesalahannya tidak diperhitungkan sepantasnya dan selayaknya. Sebab kalau kesalahan itu diperhitungkan setimpal maka siapa yang bisa tahan terhadap penghukuman Tuhan? Mzm.32 mengatakan, “Jika Tuhan mengingat-ingat kesalahan orang, siapa yang dapat tahan?” Kalau tidak ada pengampunan dan kalau Tuhan tidak memberikan anugerah-Nya kepada kita, inilah hidup kita yang pasti tanpa harapan karena pasti tidak ada orang di dunia ini yang bisa tahan berdiri di hadapan Tuhan yang suci dan kudus itu. Itu sebab memasuki minggu sengsara mendekati Jumat Agung, saya harap kebenaran ini membawa kita satu pencerahan kepada apa yang sudah Tuhan Yesus lakukan bagi engkau dan saya. Ayat ini menjadi begitu indah sebab Daud belum melihat karya kematian Kristus yang menutupi dosa kita, tetapi dia memakai satu kata yang sangat akurat mengenai pengampunan dosa, yaitu memakai kata “conceal.” Bagaimana bisa Daud yang hidup hampir seribu tahun sebelum kedatangan Tuhan Yesus menjadi manusia, mati di kayu salib, dia sudah menyatakan satu konsep penebusan pengampunan dosa dengan kata yang sangat akurat ini, berbahagialah orang yang ditutupi dosanya. Mzm.130:3 Tuhan bukan menghapus, men-delete, meng-eliminate dosa itu. Kenapa? Ditutupi berarti tidak ada orang yang bisa menolak fakta sudah ada pelanggaran yang terjadi. Itu fakta yang tidak bisa dihapus dari sejarah hidupmu. Banyak kali kita sulit mengampuni orang lain, bukan karena orang itu kurang berbuat baik kepada kita setelah dia sadar akan kesalahannya kepada kita. Kita selalu sulit mengampuni orang karena kita selalu mengingat-ingat dan tidak mau melupakan apa yang sudah diperbuatnya kepada kita. Perbuatannya yang sudah sepuluh dua puluh tahun terus diungkit-ungkit tidak habis-habis. Maka satu cara yang paling baik adalah lupakanlah apa yang sudah diperbuat orang yang salah kepadamu. Itu kata yang Alkitab pakai, bukan? Allah lupa dan tidak mengingat-ingat lagi dosa dan pelanggaran kita. Sejauh timur dari barat demikian Tuhan melemparkan dosa kita. Itu adalah satu sukacita dan kelegaan yang luar biasa. Sampai di hadapan Tuhan ketika kita bertemu Dia, Tuhan tidak ingat lagi segala dosa kita. Tetapi bagaimana kalau Tuhan tiba-tiba ingat lagi? Saudara mungkin akan kuatir hal itu bisa terjadi. Berbahagialah dia yang ditutupi dosanya, kalimat ini membawa kita melihat bagaimana raja Daud di dalam PL sudah mengerti konsep pengampunan dosa seperti ini. Dosa adalah sesuatu yang salah, dosa adalah sesuatu yang mengandung konsekuensi yang tidak mungkin bisa hilang begitu saja sebab saya bersalah kepada Dia, Allah yang suci dan kudus. Dan di dalam kesucian dan kekudusan-Nya Dia berkata, upah dosa adalah maut. Siapa yang bisa bayar? Siapa yang bisa ganti, kalau upah dosa itu adalah maut? Di dalam PL memberikan kunci rahasia ini: engkau boleh memperoleh pengampunan dosa oleh sebab Allah memberikan jalan, kamu boleh datang kepada-Nya sore setiap hari dengan membawa kambing domba dan menyembelihnya di depan mezbah Tuhan sebagai korban pengampunan dosa. Lalu berdoalah sehingga darah kambing domba yang disembelih, yang darahnya 94 dicurahkan di mezbah akan menjadi pengampunan bagi dosamu. Tetapi Daud mengerti, korban seperti itu tidak cukup. Mzm.51:18-19 Daud mengatakan, Tuhan tidak berkenan dengan korban sembelihan dan kerban bakaran. Maksudnya setelah dia melakukan dosa dan melakukan upacara seperti ini dengan mempersembahkan korban di hadapan Tuhan, Daud sadar kalau hanya berdasarkan upacara itu saja, tidak mungkin dosanya diampuni. Maka ayat 19 muncul, “Korban sembelihan kepada Allah adalah jiwa yang hancur, hati yang patah remuk tidak Kau pandang hina ya Tuhan…” Pertobatan sejati datang dari dalam hidup yang hancur yang datang berteriak kepada Tuhan, ampunilah aku orang yang berdosa ini. Kenapa? Sebab korban binatang yang dipersembahkan ke mezbah Tuhan di PL kalau harus dilakukan setiap hari, itu berarti binatang itu tidak sanggup mengampuni dosa. Maka Mzm.32 pada waktu Daud bicara, ‘berbahagialah orang yang diampuni dosanya, yang ditutupi kesalahannya,’ mari kita mengerti ayat ini di dalam konsep pengampunan Yesus di kayu salib bagi kita. Ibr.10:1-3 “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama yang setiap tahun terus menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, orang pasti tidak mempersembahkan korban lagi. Tetapi justru oleh korban itu setiap tahun orang diingatkan akan adanya dosa.” Penulis Ibrani melanjutkan di ayat10, upacara korban seperti itu terus hingga Kristus datang menutupi secara sempurna dosa-dosa kita. Dan karena kehendak-Nya kita dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh-Nya. Biar ayat ini biar menjadi keindahan sukacita rohanimu sebagai orang Kristen. Berbahagialah dia yang mengerti bahwa hidupnya sudah ditebus, dibayar dengan darah yang mahal dan dosanya ditutupi, dalam arti kata, ada Seseorang yang telah mengambil dosa-dosa kita dan kita tidak perlu lagi dihukum oleh Tuhan. Siapakah Dia? Yesus yang tergantung di atas kayu salib. Puji Tuhan! Biar melalui mazmur pertobatan Daud, melalui mazmur panggilannya untuk kita mengerti anugerah Tuhan boleh sekali lagi mengajak kita melihat dengan penuh kekaguman akan karya penebusan Yesus Kristus, seribu tahun sebelum Dia datang Daud sudah mengerti dan berharap satu kali kelak ada Korban yang mati bagi dosa-dosa kita, yang darah-Nya dicurahkan menutup segala pelanggaran kita yang begitu banyak adanya, sehingga Allah tidak lagi memperhitungkan dosa-dosa kita, Allah tidak mengingat-ingat dosa-dosa kita, karena Tuhan Yesus sudah membayarnya dengan lunas di atas kayu salib. Biar kita mengerti, mendapatkan, menerima Kristus bagi hidup kita. 95 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 33 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Bersorak–sorailah, hai orang–orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji–muji itu layak bagi orang–orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi–Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi–Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik–baik dengan sorak–sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan–Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut–Nya segala tentaranya. Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah. Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada. TUHAN menggagalkan rencana bangsa–bangsa; Ia meniadakan rancangan suku–suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama–lamanya, rancangan hati–Nya turun–temurun. Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih–Nya menjadi milik–Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman–Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka. Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan. Kuda adalah harapan sia–sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan. Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia–Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. Jiwa kita menanti–nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama–Nya yang kudus kita percaya. Kasih setia–Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada–Mu. Renungan Bagaimana menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan setiap hari? Bukan dengan menciptakan lagu baru, melainkan dengan menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup kita secara segar dan baru. Pemazmur mengajak kita melihat alam semesta ini dari kacamata Tuhan yang senantiasa aktif menyatakan pemeliharaan-Nya atas dunia ini. Judul: Nyanyian baru bagi Tuhan Walau dunia ini penuh ketidakadilan dan pelanggaran hukum, jiwa kita disegarkan oleh kenyataan bahwa Allah kita adalah Allah yang adil dan kesetiaan-Nya tidak berubah (ayat 4-5) . Anak-anak Tuhan 96 boleh berharap dengan kepastian bahwa satu saat kelak keadilan-Nya akan ditegakkan. Hukumhukum-Nya menjadi pembimbing hidup yang pasti. Betapa hati kita trenyuh melihat dan merasakan bumi yang semakin rusak dan panas. Namun kita diingatkan oleh mazmur ini bahwa Sang Pencipta tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur (ayat 6-9). Dia bertindak, menghakimi para perusak lingkungan. Dia bertindak, membela ciptaan-Nya dari kesewenang-wenangan manusia. Sesungguhnya semangat kita bergelora kembali untuk ikut serta membangun, melestarikan, dan memperbaiki bumi kita. Realitas saat ini adalah bangsa berperang melawan bangsa, banyak penindasan, juga kekacauan. Bangsa-bangsa adikuasa semakin pongah, sementara suku-suku minoritas menjerit terjepit. Namun sejarah memperlihatkan Tangan Kuasa Allah yang berdaulat menggagalkan rencana-rencana secanggih menara Babel (ayat 10-11) . Kita tidak perlu putus berharap bahwa kelak Tuhan akan datang, Kerajaan-Nya tegak mengatasi semua kerajaan dunia. Anak-anak Tuhan tidak perlu kehilangan iman karena Tuhan masih berkarya dan karya-Nya menyatakan kuasa dan kasih setia-Nya. Ia sanggup dan Ia terus menerus memelihara umat-Nya (ayat 18-19) . Naikkan pujian setiap hari dari hati yang senantiasa diperbarui dalam iman, yang mewujud dalam ucapan syukur dan tindakan kasih yang nyata kepada setiap orang yang kita jumpai. 97 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 34: 1-11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dari Daud, pada waktu ia pura–pura tidak waras pikirannya di depan Abimelekh, sehingga ia diusir, lalu pergi. (34–2) Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji–pujian kepada–Nya tetap di dalam mulutku. (34–3) Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang–orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. (34–4) Muliakanlah TUHAN bersama–sama dengan aku, marilah kita bersama–sama memasyhurkan nama–Nya! (34–5) Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. (34–6) Tujukanlah pandanganmu kepada–Nya, maka mukamu akan berseri–seri, dan tidak akan malu tersipu–sipu. (34–7) Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. (34–8) Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang–orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. (34–9) Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada–Nya! (34–10) Takutlah akan TUHAN, hai orang–orang–Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! (34–11) Singa–singa muda merana kelaparan, tetapi orang–orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik. Renungan Bagaimana meyakinkan orang lain bahwa Tuhan itu baik? Untuk orang-orang yang berpikiran modern, kita bisa mengajukan sejumlah bukti akan kebaikan Tuhan yang dinyatakan dalam Alkitab, atau yang dapat diperiksa dari kenyataan alam semesta ciptaan-Nya. Namun orangorang yang dipengaruhi oleh pandangan pascamodern, yang merelatifkan segala kebenaran, tidak butuh pengajaran dan berbagai bukti tertulis. Yang mereka butuhkan adalah pengalaman sebagai bukti. Judul: Alami Tuhan Mazmur ini mengajak para pembacanya untuk mengalami Tuhan. Alami sendiri kebaikan-Nya (ayat 9) sebagaimana yang telah pemazmur rasakan. Apa yang pemazmur rasakan dan alami? Rupanya mazmur ini lahir dari pengalaman Daud yang dilindungi Tuhan saat melarikan diri dari Saul, yang hendak membunuh dirinya (ayat 1; lih. 1 Samuel 18-27) . Sebagai seorang buronan, berulang kali Daud mengalami kesesakan, penindasan, dan merasa terjepit. Namun setiap kali ia menjerit kepada Tuhan, Tuhan menolong tepat pada waktunya (ayat 7) . Perlindungan Tuhan dirasakan bagai dijaga oleh pasukan malaikat yang mengelilingi dia (ayat 8) . Bagaikan satpam atau pengawal khusus yang dua puluh empat jam sehari menjaga penuh. 98 Pemazmur mengajak para pembacanya merespons Tuhan agar pengalaman hidup mereka diperkaya. Mari, pandanglah Tuhan, maka hidup ini akan penuh kesukacitaan (ayat 7) . Ayo, takutlah akan Tuhan, maka Dia akan mencukupkan segala kebutuhan kita (ayat 10-11) . Mengalami Tuhan bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tak usah menunggu saat tekanan hidup tak tertahankan lagi. Alami Tuhan dengan melibatkan Dia dalam segala aspek hidup Anda. Dekatkan diri pada-Nya dengan sikap yang terbuka agar Dia dengan bebas menyapa dan menjamah hidup Anda. Saat Anda mengalami kehadiran atau pertolongan-Nya, naikkan syukur bersama-sama umat Tuhan lainnya. Mahsyurkan nama-Nya di hadapan orang lain. 99 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 34: 12:24 Marilah anak–anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu! (34–13) Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik? (34–14) Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan–ucapan yang menipu; (34–15) jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! (34–16) Mata TUHAN tertuju kepada orang–orang benar, dan telinga–Nya kepada teriak mereka minta tolong; (34–17) wajah TUHAN menentang orang–orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. (34–18) Apabila orang–orang benar itu berseru–seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. (34–19) TUHAN itu dekat kepada orang–orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang– orang yang remuk jiwanya. (34–20) Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; (34–21) Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah. (34–22) Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang benar akan menanggung hukuman. (34–23) TUHAN membebaskan jiwa hamba–hamba–Nya, dan semua orang yang berlindung pada–Nya tidak akan menanggung hukuman. 11 (34–12) 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Renungan Menjadi orang benar tentu bukan terjadi karena usaha sendiri, melainkan karena anugerah Tuhan. Namun hidup senantiasa sebagai orang benar yang mempraktikkan kebenaran, merupakan seni yang harus terus menerus dipelajari dan diterapkan sejak awal kehidupan. Judul: Alami kebaikan Tuhan Pemazmur menasihati anak-anak muda agar mereka belajar hidup takut akan Tuhan sejak dini. Takut akan Tuhan berarti menjadikan karakter Tuhan sebagai cerminan hidup. Itu berarti kata-kata dan tindakan mereka harus sesuai dengan kekudusan Tuhan. Pemazmur memaparkan akibat hidup takut akan Tuhan, yaitu berumur panjang untuk menikmati kebaikan-Nya (ayat 13) . Menikmati kebaikan Tuhan bukan berarti tidak akan mengalami masalah apaapa. Pemazmur dengan jelas menyebut bahwa orang benar bisa saja mengalami penderitaan (ayat 20) . Penderitaan apa saja yang bisa dialami orang benar? Penderitaan fisik maupun penderitaan batin (ayat 19, 21) karena melihat dan mengalami kejahatan yang merajalela di dunia ini. Kalau begitu, kebaikan Tuhan seperti apa yang bisa dirasakan di tengah penderitaan? Pertama, mengalami pertolongan Tuhan tepat pada waktu-Nya sehingga penderitaan yang dialami tidak sampai menghancurkan atau membinasakan anak Tuhan (ayat 18, 21) . Kedua, melihat keadilan Tuhan 100 ditegakkan. Orang-orang jahat akan mendapatkan balasannya langgeng bahkan bisa berbalik menghancurkan mereka. (ayat 17, 22) . Kejahatan mereka tidak Karena dunia ini jahat dan bertolak belakang dalam segala hal dengan hidup orang benar, maka anakanak Tuhan akan senantiasa mengalami masalah. Baik masalah yang secara otomatis mengganggu kita karena cara hidup kita yang melawan cara dunia ini, maupun yang secara sengaja dikenakan kepada kita untuk menekan dan menghancurkan iman kita. Alamilah kebaikan Tuhan dengan melihat pertolongan-Nya pada waktu-Nya dan lihatlah bagaimana Tuhan membalikkan kejahatan menimpa pelakunya. 101 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Dari Daud. Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan aku, berperanglah melawan orang yang berperang melawan aku! Peganglah perisai dan utar–utar, bangunlah menolong aku, cabutlah tombak dan kapak menghadapi orang–orang yang mengejar aku; katakanlah kepada jiwaku: “Akulah keselamatanmu!” Biarlah mendapat malu dan kena noda, orang–orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan tersipu–sipu orang–orang yang merancang kecelakaanku! Biarlah mereka seperti sekam dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN; biarlah jalan mereka gelap dan licin, dan Malaikat TUHAN mengejar mereka! Karena tanpa alasan mereka memasang jaring terhadap aku, tanpa alasan mereka menggali pelubang untuk nyawaku. Biarlah kebinasaan mendatangi dia dengan tidak disangka–sangka, jerat yang dipasangnya, biarlah menangkap dia sendiri, biarlah ia jatuh dan musnah! Tetapi aku bersorak–sorak karena TUHAN, aku girang karena keselamatan dari pada–Nya; segala tulangku berkata: “Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?” Saksi–saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, apa yang tidak kuketahui, itulah yang mereka tuntut dari padaku. Mereka membalas kebaikanku dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku. Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku, seolah–olah temanku atau saudarakulah yang sakit, demikianlah aku berlaku; seperti orang yang berkeluh kesah karena kematian ibu, demikianlah aku tunduk dengan pakaian kabung. Tetapi ketika aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka dan berkerumun, berkerumun melawan aku; orang–orang asing yang tidak kukenal menista aku dengan tidak henti–hentinya; dengan fasik mereka mengolok–olok terus, menggertakkan giginya terhadap aku. Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah jiwaku dari perusakan mereka, nyawaku dari singa–singa muda! Aku mau menyanyikan syukur kepada–Mu dalam jemaah yang besar, di tengah–tengah rakyat yang banyak aku mau memuji–muji Engkau. Janganlah sekali–kali bersukacita atas aku orang–orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau mengedip–ngedipkan mata orang–orang yang membenci aku tanpa alasan. Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang–orang yang rukun di negeri mereka merancangkan penipuan, mereka membuka mulutnya lebar–lebar terhadap aku dan berkata: “Syukur, syukur, mata kami telah melihatnya!” Engkau telah melihatnya, TUHAN, janganlah berdiam diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari padaku! Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku! Hakimilah aku sesuai dengan keadilan–Mu, ya TUHAN Allahku, supaya mereka jangan bersukacita atasku! 102 25 26 27 28 Janganlah mereka berkata dalam hatinya: “Syukur, itulah keinginan kami!” Dan janganlah mereka berkata: “Kami telah menelannya!” Biarlah bersama–sama mendapat malu dan tersipu–sipu orang–orang yang bersukacita atas kemalanganku; biarlah berpakaian malu dan noda orang–orang yang membesarkan dirinya terhadap aku! Biarlah bersorak–sorai dan bersukacita orang–orang yang ingin melihat aku dibenarkan! Biarlah mereka tetap berkata: “TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba–Nya!” Dan lidahku akan menyebut–nyebut keadilan–Mu, memuji–muji Engkau sepanjang hari. Renungan Di manakah dan kepada siapakah kita bisa berharap mendapatkan keadilan? Seharusnya di pengadilan dan kepada hakim! Kenyataan memperlihatkan kepada kita, betapa buruknya sistem peradilan di negara kita. Selain itu, moralitas pelaku keadilan pun perlu dipertanyakan. Judul: Minta keadilan pada Tuhan Pemazmur memilih meminta keadilan pada Tuhan (ayat 24) . Ia memulai gugatannya"berbantah" (ribIbr. adalah istilah teknis di pengadilan) atas orang-orang fasik yang sedang menggugat (rib) dirinya (ayat 1) dengan gugatan palsu. Ia meminta Tuhan membela perkaranya (rib). Apa kejahatan orang-orang yang digugat pemazmur? Pertama, mereka senang berbuat jahat (ayat 7) dan menghancurkan orang lain yang tidak bersalah (ayat 4, 8) . Kejahatan bagaikan makanan seharihari buat mereka. Kedua, mereka membalas kebaikan dengan kejahatan (ayat 12-16) , padahal pemazmur telah berlaku sangat peduli terhadap mereka (ayat 13-14) . Ini mungkin yang paling menyakitkan dia secara pribadi. Bagi dia, ini merupakan sebuah pengkhianatan. Ketiga, mereka bersikap sombong karena mengira gugatan mereka untuk menghancurkan si pemazmur pasti berhasil (ayat 21, 25) . Mazmur ini bukan ratapan orang yang dirundung duka dan putus asa, sebaliknya pemazmur sangat percaya bahwa ia dapat mengandalkan keadilan Tuhan (ayat 24, 28) . Tuhan pasti membela perkaranya dan para musuh pasti akan terbukti bersalah. Oleh karena itu suasana yang dominan dari mazmur ini adalah keyakinan dan syukur (ayat 9-10, 27-28) . Dunia bisa saja berlaku tidak adil dan tutup mata terhadap kebenaran. Dunia bisa saja menindas dan memfitnah orang benar. Namun Tuhan tahu menjaga dan membela umat yang Dia kasihi. Sebagai orang percaya, kita sendiri harus memelihara hidup kudus, menegakkan keadilan, serta membela orang yang lemah dan tertindas. Jangan biarkan orang-orang fasik menemukan celah untuk mendakwa kita dan dengan demikian mereka mempermalukan nama Tuhan! Berharaplah kepada Tuhan dan bertindaklah benar. 103 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 36 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, dari Daud. (36–2) Dosa bertutur di lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu, (36–3) sebab ia membujuk dirinya, sampai orang mendapati kesalahannya dan membencinya. (36–4) Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia berhenti berlaku bijaksana dan berbuat baik. (36–5) Kejahatan dirancangkannya di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa yang jahat tidak ditolaknya. (36–6) Ya TUHAN, kasih–Mu sampai ke langit, setia–Mu sampai ke awan. (36–7) Keadilan–Mu adalah seperti gunung–gunung Allah, hukum–Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. (36–8) Betapa berharganya kasih setia–Mu, ya Allah! Anak–anak manusia berlindung dalam naungan sayap–Mu. (36–9) Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah–Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan–Mu. (36–10) Sebab pada–Mu ada sumber hayat, di dalam terang–Mu kami melihat terang. (36–11) Lanjutkanlah kasih setia–Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan–Mu bagi orang yang tulus hati! (36–12) Janganlah kiranya kaki orang–orang congkak menginjak aku, dan tangan orang fasik mengusir aku. (36–13) Lihat, orang–orang yang melakukan kejahatan itu jatuh; mereka dibanting dan tidak dapat bangun lagi. Renungan Paulus berkata, "perut" adalah Tuhan mereka (Flp. 3:19) . Yang dimaksud adalah kedagingan atau hawa nafsu mereka. Pemazmur menegaskan bahwa dosa adalah tuhannya orang fasik. Kata "bertutur" (neum, Ibr.) biasa dipakai di kitab nabi-nabi dengan subjek Tuhan (Yer. 23:31) . Jadi bagi orang fasik, yang mengatur hidup mereka, yang mereka rancang, dan yang mereka inginkan (ayat 3-5) adalah dosa. Mereka adalah hamba dosa (Yoh. 8:34) . Judul: Siapa Tuhan Anda? Siapakah yang dipertuan oleh orang fasik? Pemazmur mengajak para pembacanya untuk menyadari betapa beruntungnya setiap orang yang Tuhannya adalah Yahweh. Karena Yahweh setia dan kasih setia-Nya tidak terbatas, bahkan melampaui alam semesta ini (ayat 6) . Ia juga merupakan sumber kehidupan (ayat 10) . Bukan hanya perlindungan dan kesejahteraan yang dialami oleh semua orang yang berTuhankan Yahweh (ayat 8-9), tetapi kepastian hukum oleh karena keadilan Tuhan menjadi pegangan mereka untuk hidup di dunia yang penuh orang fasik (ayat 7) . Maka dengan penuh keyakinan, pemazmur memohon agar Tuhan bertindak menjadi Hakim adil, yang membela orang benar dan membinasakan orang fasik (ayat 1113) . Kita mudah mengalami salah arah dalam hidup karena dunia tampil lebih marak dan memikat dengan gaya hidup antiYesus. Apalagi nampaknya sikap hidup yang demikian lebih menyenangkan 104 dan lebih diterima oleh dunia ini. Kalau memang hidup ini berakhir di dunia ini maka alternatif di atas mungkin sudah pas. Namun sebagai anak-anak Tuhan kita diingatkan bahwa, dunia ini milik Tuhan sehingga manusia tidak bisa bertindak dengan sembarangan. Setiap tindakan kita akan dipertanggungjawabkan, cepat atau lambat, di hadapan Hakim yang Mahaadil. Kita juga harus mengingat bahwa hidup ini tidak berhenti di dunia ini. Ada kekekalan. Kelak kita harus mempertanggungjawabkan bagaimana kita mengisi hidup kita. Hanya dengan hidup berpusatkan Kristus, kita berkenan kepada-Nya. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 36 Pdt. Bigman Sirait Hidup bahagia bila dekat 'Sumber Hidup' itu Saudara terkasih, Mazmur 36: 6-10 dengan begitu indahnya memaparkan bagaimana kasih setia Tuhan dinyatakan dalam kehidupan orang-orang benar. Sang pemazmur melihat bahwa kasih Tuhan itu sampai ke langit. Istilah “kasih Tuhan itu sampai ke langit” untuk menunjukkan betapa tidak terbatasnya kasih itu bagi orang-orang yang dikasihi-Nya, betapa kasih itu melintasi segala ukuran (unlimited), tidak bisa dikurung. Manusia tidak pernah mampu melukiskan kasih Allah. “Dia setia sampai ke awan”, ini untuk menunjukkan ketidakterbatasan kesetiaan Tuhan. Alkitab berkata, “Sekalipun kita tidak setia Dia akan tetap setia”. Ini suatu hal yang luar biasa yang dikerjakan-Nya di tengah kehidupan manusia. Keadilan-Nya bagai gunung. Satu keadilan yang mengatasi apa pun juga, keadilan yang nyata terlihat, tidak tersembunyi. Sebuah keadilan yang begitu sederhana untuk dipahami. Dan hukum-Nya seperti samudra menguasai segalanya, menjangkau seluruh tepi, dan tidak bisa dipermainkan. Di sini kita melihat Tuhan itu penuh cinta kasih, penuh dengan kesetiaan, penuh dengan keadilan. Maka dalam kehidupan orang-orang percaya, dan mengandalkan Tuhan, pasti ada gairah luar biasa. Mungkin kita sering berkata, bahwa mudah mengatakan Tuhan itu penuh kasih, setia dan adil, menegakkan hukum, tetapi dalam kenyataannya kita mengalami kepahitan dan kegetiran. Habakuk saja, seorang nabi, berseru kebingungan atas realita hidup. Ia berteriak, “Mengapa hukum datang terbalik, keadilan dijungkirbalikkan ya Tuhan!” Tetapi justru Tuhan menjawab, “Engkau akan melihat hal yang tidak pernah terbayangkan. Engkau akan melihat hal-hal yang lebih mengerikan!” Gugatan Habakuk bukan dijawab Allah, justru Allah mendemonstrasikan kenyataan yang sangat menakutkan dan tidak terbayangkan (Habakuk 1) . Tetapi yang luar biasa adalah ketika pada bagian akhir Habakuk berkata, “Sekalipun gandum itu tidak panen, tidak akan jadi masalah. Sekalipun tidak berbunga tidak menjadi masalah”. Kenapa dia berkata demikian? Karena Habakuk bukan lagi melihat apa yang dilihat mata, tetapi apa yang hanya bisa ditangkap oleh iman yang dalam dan kuat. Dia menemukan kesejatian bahwa Allah adalah Allah yang penuh cinta kasih, setia, adil, dan menegakkan 105 hukum. Jika ingin mengenal Allah sebagai sumber hidup, maka kita tidak dapat mengukur Dia dengan logika atau apa yang dilihat oleh mata, tetapi mesti melihat jauh ke dalam, menggali dan menemukan kesejatian Allah yang hidup itu, karena Dia memang sumber hidup sejati yang menghidupi kita yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, sudah pada tempatnya jika kita menaruh pengharapan kepada Tuhan. Sudah seharusnyalah jika kita meletakkan seluruh kehidupan kita di bawah kaki-Nya, dan memasrahkan diri ke dalam pemeliharaan-Nya. Jadi, setiap orang percaya tidak perlu gentar, melainkan memainkan peran yang diberikan Tuhan sehingga sungguh mengalami kegairahan dalam hidup, beroleh kemenangan karena ketaatan, karena orang-orang yang percaya kepada Tuhan tidak akan pernah ditinggalkan. Mereka akan menemukan kesejatian dalam pengalaman-pengalaman indah, dan berkata, “Tak menjadi penting apakah aku sehat atau sakit, kaya atau miskin, karena bukan itu yang menjadi pemikiranku, tetapi kekuatan keteguhanku berpegang dan beriman kepada Dia, Allah yang hidup itu”. Berbahagialah Berbahagialah jika Dia memberi kita kesehatan dan harta. Tetapi kebahagiaan itu akan hilang, ketika sumber hidup, Allah itu, tidak lagi menghidupi hidup kita. Oleh karena itu, di dalam pergumulan hidup mari kita menyoroti dengan tajam seluruh kenyataan hidup. Sehingga jangan salah paham lalu menggugat bahwa Allah tidak memelihara, dan tidak mau tahu persoalan kita. Ketidakmengertian kita tentang Dia sebagai Allah sumber hiduplah yang membuat kita salah paham, seakan-akan Dia tidak memelihara kita. Dia mencukupkan kita di dalam kebutuhan. Dia menjamin kita, karena itu kenapa marah dan kecewa jika terbelit masalah? Tak ada yang perlu disesalkan. Tuhan tidak pernah salah dalam bertindak. Kitalah yang salah memahami kasih dan pemeliharaan-Nya. Oleh karena itu, mari terus menjelajah, melihat bahwa Tuhan campur tangan dalam kehidupan alam semesta. Dia tidak pernah menjadi pencipta yang kemudian melepaskan segalanya dan membiarkan itu rusak. Dia pemelihara yang bertanggung jawab. Dia mencipta dan memelihara seluruh ciptaan-Nya. Kurangnya perenungan akan hal ini membuat kita kurang memahami kasih itu, dan membuat kita kurang merespon atau kurang dalam bersekutu dengan Dia. Akhirnya kita kadang kehausan karena tidak menemukan kasih yang luar biasa itu. Dalam pergumulan hidup, biarlah kita belajar untuk bergantung pada Tuhan, Dialah yang memberi kenikmatan dan kesenangan kepada setiap manusia, karena dikatakan, “Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu. Engkau memberi mereka minum dari sungai-Mu”. Betapa indah dan memuaskan kehidupan yang diberikan Tuhan kepada orang yang percaya kepada-Nya. Mereka mengalami kepuasan kegairahan di tengah kehidupan. Apa yang dikerjakan Tuhan bagi orang percaya sangat luar biasa dan tidak pernah terbayangkan akal yang terbatas. Ini membuat kita terkejut dan tersentak. Tetapi itulah Tuhan di dalam keajaiban cinta kasih-Nya. Maka umat yang menerima Dia, menjadi umat yang berbahagia. Ketika kurang bahagia, bukankah ada baiknya kita introspeksi diri, mengapa tak mampu menikmati cinta kasih itu? “Berbahagialah orang yang Kau pilih dan Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu, kiranya kami kenyang dengan segala yang baik di dalam rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus” (Maz 65: 5) . Maka dalam konteks ini kita melihat kekenyangan bukanlah sekadar kekenyangan perut (jasmani) tetapi lebih dari itu, yakni kekenyangan jiwa (rohani). Kepuasan hidup ada apabila kita dekat Allah, sumber hidup itu. 106 Allah menjamin setiap langkah kita, baik suka maupun duka, jasmani maupun rohani. Karena itu kita harus berpegang teguh dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, jangan sampai terjebak pada perangkap yang membuat kita lemah. Jangan sampai terperangkap iblis yang mengajar kita menuduh dan menggugat seakan Tuhan tak peduli lagi. Bertarung dan berperanglah dalam hidup untuk menemukan kesejatian sehingga kita tampil menjadi pemenang yang memuji dan memuliakan Dia, Tuhan, sumber hidup. 107 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 37: 1-20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh–tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada–Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya. Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang–orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang–orang yang menanti– nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi. Tetapi orang–orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah–limpah. Orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan menggertakkan giginya terhadap dia; Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa harinya sudah dekat. Orang–orang fasik menghunus pedang dan melentur busur mereka untuk merobohkan orang– orang sengsara dan orang–orang miskin, untuk membunuh orang–orang yang hidup jujur; tetapi pedang mereka akan menikam dada mereka sendiri, dan busur mereka akan dipatahkan. Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah–limpah pada orang fasik; sebab lengan orang–orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang–orang benar. TUHAN mengetahui hari–hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama– lamanya; mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang pada hari–hari kelaparan. Sesungguhnya, orang–orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap. Renungan Judul: Kebahagiaan orang fasik semu Mengapa anak Tuhan tidak boleh marah melihat orang fasik? Ini pertanyaan penting untuk kita pikirkan dan renungkan. Tiga kali pemazmur menasihati para pembacanya agar jangan marah kepada orang yang berbuat jahat (ayat 1, 7, 8) . Mungkin kita perlu bertanya lebih dahulu, apa yang menyebabkan anak Tuhan bisa marah atau iri hati terhadap orang jahat? Biasanya karena mereka bebas berbuat jahat, tetapi hidupnya terlihat 108 aman dan terlindungi dari murka Allah. Tampaknya Allah telah bersikap tidak adil. Mengapa orang benar yang justru lebih sering bermasalah dibanding orang jahat? Pemazmur memberikan beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama, orang fasik tidak mungkin bertahan lama dalam keberdosaan mereka (ayat 2, 10, 13, 20) . Kejahatan mereka akan segera terbongkar dan hukuman pun akan dijatuhkan Tuhan. Justru kejahatan mereka akan menimpa mereka sendiri (ayat 15). Kedua, kalau kita marah kepada orang fasik, berarti kita akan menjadi sama dengan mereka (ayat 8), karena kemarahan yang tidak terkendali menjadi dosa. Dalam kemarahan yang seperti itu, sebenarnya kita secara tidak langsung menuduh Tuhan telah berpihak kepada orang jahat. Ketiga, Tuhan adalah Allah yang adil. Ia akan bertindak menghukum orang fasik dan membela orang benar (ayat 5-6) . Orang benar akan mewarisi bumi ini dan menikmati kesejahteraan (ayat 9, 11, 18-19) . Tuhan tahu memelihara umat-Nya. Maka nasihat pemazmur kepada orang benar adalah tetap percaya kepada Tuhan dan menantikan Dia bertindak (ayat 3-4) . Memang kita mudah pesimis dan kecil hati kalau melihat kefasikan merajalela di sekeliling kita. Bahkan sering kali lingkungan kerja kita pun dipenuhi dengan praktek-praktek kefasikan. Saat seperti itu, kita perlu belajar mengarahkan mata rohani kita kepada Tuhan, dengan lebih banyak berdoa dan merenungkan firman Tuhan untuk meneguhkan iman kita bahwa Tuhan masih pegang kendali atas hidup ini. 109 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 37: 21-40 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah. Sesungguhnya, orang–orang yang diberkati–Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang–orang yang dikutuki–Nya akan dilenyapkan. TUHAN menetapkan langkah–langkah orang yang hidupnya berkenan kepada–Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta–minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama– lamanya; sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang–orang yang dikasihi–Nya. Sampai selama–lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang–orang fasik akan dilenyapkan. Orang–orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa. Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum; Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah–langkahnya tidak goyah. Orang fasik mengintai orang benar dan berikhtiar membunuhnya; TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya, Ia tidak membiarkannya dinyatakan fasik pada waktu diadili. Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan–Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang–orang fasik dilenyapkan. Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui. Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; tetapi pendurhaka–pendurhaka akan dibinasakan bersama–sama, dan masa depan orang– orang fasik akan dilenyapkan. Orang–orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang– orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada–Nya. Renungan Berulang kali di mazmur ini, orang benar disebut-sebut akan mewarisi negeri/tanah (ayat 9, 11, 22, 29, 34) . Apa maksud mewarisi negeri/tanah? Judul: Orang benar mewarisi bumi Di Perjanjian Lama, yang disebut sebagai umat Tuhan adalah bangsa Israel. Kepada mereka, Tuhan telah memberikan tanah Kanaan sebagai tempat tinggal mereka, sesuai dengan janji-Nya kepada Abraham. Jadi mewarisi tanah merupakan tanda bahwa Tuhan menyertai dan memberkati mereka. 110 Dengan tanah yang mereka miliki dan tinggali, mereka bisa membangun kehidupan yang makmur dan sejahtera. Janji Tuhan nyata bagi anak-anak-Nya (ayat 23-26) . Namun, bukan hanya Tuhan memberkati dan memelihara mereka lewat tanah yang menjadi sumber kehidupan mereka, mereka juga harus menegakkan keadilan dan kebenaran bagi sesama umat Tuhan, bahkan juga bagi orangorang asing yang tinggal di antara mereka (ayat 27-29) . Mewarisi tanah merupakan anugerah sekaligus tanggung jawab. Ketidaksetiaan mereka dalam menjalankan sisi tanggung jawab itu akan mengakibatkan penghukuman. Salah satu hukuman yang paling keras, yang Tuhan bisa jatuhkan kepada umat-Nya, kalau mereka terus menerus berdosa dengan mengkhianati Tuhan, adalah kehilangan negeri perjanjian dan terbuang ke negeri orang lain (Ul. 28:64-68) . Oleh sebab itu pemazmur mendorong umat Tuhan mempraktikkan hidup yang serasi dengan anugerah-Nya. Orang yang fasik, yang dengan sombong menjalani hidup dengan melawan Tuhan, tak akan memiliki masa depan (ayat 35-36, 38) . Sebaliknya orang-orang yang hidup benar akan Tuhan pelihara (ayat 37, 39-40) . Kalau hidup kita saat ini tertekan oleh ulah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, bertahanlah dalam kesetiaan dan ketekunan iman. Pada waktunya Tuhan akan membalikkan keadaan. Mereka yang jahat justru akan hancur, sedangkan orang yang bersandar pada Tuhan akan menikmati pertolongan dan segala berkat-Nya. 111 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 38 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Mazmur Daud pada waktu mempersembahkan korban peringatan. (38–2) TUHAN, janganlah menghukum aku dalam geram–Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan murka– Mu; (38–3) sebab anak panah–Mu menembus aku, tangan–Mu telah turun menimpa aku. (38–4) Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah–Mu, tidak ada yang selamat pada tulang–tulangku oleh karena dosaku; (38–5) sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. (38–6) Luka–lukaku berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku; (38–7) aku terbungkuk–bungkuk, sangat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita. (38–8) Sebab pinggangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku; (38–9) aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap–degup jantungku. (38–10) Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi bagi–Mu; (38–11) jantungku berdebar–debar, kekuatanku hilang, dan cahaya matakupun lenyap dari padaku. (38–12) Sahabat–sahabatku dan teman–temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak saudaraku menjauh. (38–13) Orang–orang yang ingin mencabut nyawaku memasang jerat, orang–orang yang mengikhtiarkan celakaku, memikirkan kehancuran dan merancangkan tipu daya sepanjang hari. (38–14) Tetapi aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya; (38–15) ya, aku ini seperti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan dalam mulutnya. (38–16) Sebab kepada–Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku. (38–17) Pikirku: “Asal mereka jangan beria–ria karena aku, jangan membesarkan diri terhadap aku apabila kakiku goyah!” (38–18) Sebab aku mulai jatuh karena tersandung, dan aku selalu dirundung kesakitan; (38–19) ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku. (38–20) Orang–orang yang memusuhi aku besar jumlahnya, banyaklah orang–orang yang membenci aku tanpa sebab; (38–21) mereka membalas yang jahat kepadaku ganti yang baik, mereka memusuhi aku, karena aku mengejar yang baik. (38–22) Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku! (38–23) Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku! 112 Renungan Penderitaan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang dihukum Tuhan dengan penyakit, oleh karena dosa-dosanya? Tentu yang paling kentara adalah rasa sakit secara fisik. Ada penafsir yang mengatakan, pemazmur menderita sakit kusta, karena dikatakan tubuhnya penuh luka, berbau busuk dan bernanah (ayat 6) . Ada pula yang berpendapat bahwa pemazmur menderita sejenis penyakit kelamin karena bagian pinggangnya yang meradang dan seluruh tubuhnya menderita (ayat 8) . Judul: Sakit karena dosa Yang lebih berat daripada rasa sakit secara fisik tentu rasa sedih karena ditinggalkan sahabat. Mungkin mereka meninggalkan dia karena jijik atau takut ketularan, bisa juga karena mereka tidak mau disangkutpautkan dengan dosa pemazmur yang menjadi sebab penyakitnya. Apapun alasan mereka, itu membuktikan bahwa dosa memang tidak mengenal kesetiakawanan. Setiap orang yang berbuat dosa harus menanggung sendiri akibatnya. Belum lagi para musuh yang menggunakan kesempatan untuk menghancurkan pemazmur saat ia sedang sakit. Kiat pemazmur mengatasi hal ini adalah dengan pura-pura tuli dan bisu sambil berharap bisa melupakan rasa sakitnya (ayat 17). Tentu saja kita tahu, hal itu adalah harapan kosong. Yang paling menekan pemazmur tentunya adalah kesadaran bahwa Tuhan murka terhadap dirinya (ayat 2-5) . Tidak ada yang lebih berat daripada tangan Tuhan yang menekan dirinya. Itu sebabnya pemazmur memohon agar Tuhan segera mengampuni dirinya (ayat 19) dan segera menolong mengatasi penyakitnya (ayat 22-23) . Kita bersyukur kepada Kristus karena kematian-Nya di kayu salib sudah menebus kita dari hukuman kekal dosa. Namun itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk hidup sembarangan di dalam dosa. Ingatlah bahwa Tuhan akan menghukum kita karena pelanggaran kita. Oleh karena itu, cepat akui dan bereskan dosa Anda. Jangan lagi bermain-main di dalamnya. 113 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. (39–2) Pikirku: “Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku.” (39–3) Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat. (39–4) Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: (39–5) “Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (39–6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi–Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia–siaan! Sela (39–7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia–sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti. (39–8) Dan sekarang, apakah yang kunanti–nantikan, ya Tuhan? Kepada–Mulah aku berharap. (39–9) Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan aku celaan orang bebal! (39–10) Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak. (39–11) Hindarkanlah aku dari pada pukulan–Mu, aku remuk karena serangan tangan–Mu. (39–12) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya, dan menghancurkan keelokannya sama seperti gegat; sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia– siaan belaka. Sela (39–13) Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada–Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku. (39–14) Alihkanlah pandangan–Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!” Renungan Perjalanan hidup orang Kristen di dunia yang berdosa ini tidak pernah tenang dan aman, tidak pernah bebas dari pergumulan. Selama masih di dalam dunia ini, selalu saja ada masalah di sekeliling kita dan yang siap menjatuhkan kita kalau lengah. Itulah yang digumuli oleh pemazmur. Ia sadar bahwa godaan untuk berhenti berjuang melawan dosa begitu besar. Lebih mudah baginya untuk menyerah dan mengikuti jalan dunia ini daripada bertekun menjaga kesucian diri. Namun kesadarannya sebagai umat Tuhan masih menguasainya. Oleh karena itu, ia mencoba bertahan (ayat 2) . Judul: Saat Anda kalut Pergumulan pemazmur serasa bertambah berat karena Tuhan seperti membiarkan dia berada dalam situasi itu (ayat 13-14) . Apa yang dialami pemazmur mirip dengan yang dialami Ayub, yang merasa bahwa Tuhan sedang menekan dirinya 'tanpa sebab'. Namun berbeda dari Ayub yang menyatakan diri tidak bersalah, pemazmur menyadari bahwa sebagai manusia, ia tidak luput dari melakukan kesalahan yang membuat Tuhan marah (ayat 9-12) . Hanya saja ia tidak mengerti apa sebenarnya 114 dosa-dosa yang membuat Tuhan menghukum dia. Yang ia tahu adalah bahwa ia hanya manusia fana, dan bahwa kesia-siaanlah yang sudah ia lakukan (ayat 5-7) . Apakah Anda sedang merasakan hal yang sama? Kita merasa berjuang sendirian menjaga kesucian hidup, sementara kita merasa bahwa Tuhan tidak peduli. Kadang kita bertanya di dalam hati, "dosa apa yang sudah saya lakukan, sehingga Tuhan membiarkan saya mengalami hal-hal ini?" Mazmur ini tidak memberikan jawaban yang melegakan. Namun kita patut bersyukur karena memiliki Juru syafaat, yaitu Tuhan Yesus yang setia. Dia adalah pembela kita di hadapan Allah Bapa. Demikian juga Roh Kudus yang hadir dalam hati orang percaya, menolong kita berdoa, saat pergumulan membuat kita kehilangan kata-kata doa (Rm. 8:26) . Mari arahkan mata dengan tekun dan setia menantikan tangan Bapa meraih dan merangkul kita. 115 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (40–2) Aku sangat menanti–nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. (40–3) Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku, (40–4) Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN. (40–5) Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang–orang yang angkuh, atau kepada orang–orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! (40–6) Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan–Mu yang ajaib dan maksud–Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung. (40–7) Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. (40–8) Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; (40–9) aku suka melakukan kehendak–Mu, ya Allahku; Taurat–Mu ada dalam dadaku.” (40–10) Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. (40–11) Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan–Mu dan keselamatan dari pada–Mu kubicarakan, kasih–Mu dan kebenaran–Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar. (40–12) Engkau, TUHAN, janganlah menahan rahmat–Mu dari padaku, kasih–Mu dan kebenaran–Mu kiranya menjaga aku selalu! (40–13) Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak terbilang banyaknya. Aku telah terkejar oleh kesalahanku, sehingga aku tidak sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di kepalaku, sehingga hatiku menyerah. (40–14) Berkenanlah kiranya Engkau, ya TUHAN, untuk melepaskan aku; TUHAN, segeralah menolong aku! (40–15) Biarlah mendapat malu dan tersipu–sipu mereka semua yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan kena noda mereka yang mengingini kecelakaanku! (40–16) Biarlah terdiam karena malu mereka yang mengatai aku: “Syukur, syukur!” (40–17) Biarlah bergembira dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada–Mu tetap berkata: “TUHAN itu besar!” (40–18) Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan aku. Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku, ya Allahku, janganlah berlambat! Renungan Dari mana ucapan syukur mengalir? Tentu dari hati yang telah merasakan pertolongan Tuhan. Bagaimana mengungkapkan rasa syukur yang benar? Kita belajar dari pemazmur, yaitu dengan tidak sekadar menaikkan kata-kata syukur dan pujian, atau dengan mempersembahkan kurban-kurban bakaran, melainkan dengan menundukkan diri dalam ketaatan Judul: Pasti Tuhan menolong 116 kepada firman (ayat 7-9) . Kurban bakaran tidak berarti apa-apa kalau tidak disertai dengan hati yang tulus dan taat pada Tuhan. Kurban paling berkenan pada Tuhan adalah persembahan diri untuk Tuhan pakai sekehendak hati-Nya (ayat 9, band. Rm. 12:1) . Rasa syukur pemazmur juga dinyatakan kepada Tuhan dengan menyaksikan perbuatan Tuhan kepada umat Tuhan (ayat 10-11) . Tujuannya jelas, agar umat Tuhan dikuatkan dan ikut mensyukuri kasih setia-Nya. Itulah gambaran dari bagian pertama mazmur ini (ayat 2-11) . Dari pengalaman pernah ditolong Tuhan, pemazmur beroleh keyakinan bahwa Tuhan bisa diandalkan. Oleh karena itu, pada bagian kedua mazmur ini (ayat 12-18) , permohonan diungkapkan. Pemazmur sedang mengalami masalah: para musuhnya menginginkan kematiannya. Mereka mengepung dan mengeroyok dia (ayat 13) . Pemazmur merasa tertekan, tetapi pada saat yang sama ia percaya bahwa Tuhan peduli. Maka pemazmur memohon agar Tuhan jangan berlambat, tetapi segera menolong dirinya (ayat 18) . Ia ingin agar para musuh melihat pertolongan Tuhan atas dirinya, sehingga mereka mundur teratur (ayat 15-16) . Bagaimana pengalaman Anda ditolong Tuhan pada masa lampau? Sudahkah Anda mensyukurinya? Masih berpengaruhkah pengalaman itu dalam situasi yang sedang menekan Anda? Percayalah bahwa sesuai janji firman-Nya, Tuhan Yesus Kristus tidak pernah berubah, dulu, sekarang, dan sampai selamanya. Andalkan Dia terus untuk menolong kita. Naikkan syukur tak henti-hentinya disertai tekad tulus dan bersungguh-sungguh untuk taat pada firman-Nya dan menyaksikan segala kebaikanNya. 117 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 41 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (41–2) Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka. (41–3) TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya! (41–4) TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya. (41–5) Kalau aku, kataku: “TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!” (41–6) Musuhku mengatakan yang jahat tentang aku: “Bilakah ia mati, dan namanya hilang lenyap?” (41–7) Orang yang datang menjenguk, berkata dusta; hatinya penuh kejahatan, lalu ia keluar menceritakannya di jalan. (41–8) Semua orang yang benci kepadaku berbisik–bisik bersama–sama tentang aku, mereka merancangkan yang jahat terhadap aku: (41–9) “Penyakit jahanam telah menimpa dia, sekali ia berbaring, takkan bangun–bangun lagi.” (41–10) Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku. (41–11) Tetapi Engkau, ya TUHAN, kasihanilah aku dan tegakkanlah aku, maka aku hendak mengadakan pembalasan terhadap mereka. (41–12) Dengan demikian aku tahu, bahwa Engkau berkenan kepadaku, apabila musuhku tidak bersorak–sorai karena aku. (41–13) Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di hadapan–Mu untuk selama–lamanya. (41–14) Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama–lamanya sampai selama–lamanya! Amin, ya amin. Renungan Doa seperti apa yang didengar Tuhan? Tentu bukan doa yang semata-mata meminta-minta demi kepentingan diri sendiri. Apalagi doa yang berisikan klaim-klaim janji Allah, seakan-akan Allah berhutang kepada kita untuk mengabulkan doa kita. Mazmur ini mengajar dan mengajak kita berdoa secara tepat. Judul: Yang lemah dikuatkan Doa yang Tuhan dengar adalah doa yang datang dari kerendahan hati. Salah satu wujud kerendahan hati adalah memiliki sikap peduli pada orang yang lemah (ayat 2a) . Sikap itu muncul karena ia sendiri sadar bahwa dirinya penuh kelemahan dan butuh pertolongan juga. Doa orang yang seperti ini pasti diperkenan Tuhan. Sikap seperti ini menyatakan keterbukaan untuk menerima tangan pengasihan Tuhan yang siap menolong dia. Sikap rendah hati ini juga ditunjukkan pemazmur dalam bagian selanjutnya (ayat 5-10) . Di hadapan Tuhan ia menyadari dosa-dosanya. Ia mengakui bahwa ia tak sanggup menghadapi para musuh yang merencanakan kecelakaannya dan yang menertawakan penyakitnya. Sangat mungkin mereka 118 menghinanya dengan mengatakan bahwa ia sakit karena Tuhan menulahinya. Yang lebih menyakitkan adalah ketika sahabat karib sendiri mengkhianatinya (ayat 10) . Dengan penuh keberanian, pemazmur meminta pertolongan Tuhan agar ia sanggup menghadapi para musuhnya. Keberanian itu bukan muncul dari kesombongan, sebaliknya dari sikap yang rendah hati dan tulus (ayat 13) . Dengan kata lain, pemazmur percaya bahwa Tuhan melihat motivasi hatinya dan berkenan kepada dia. Mazmur ini ditutup dengan suatu pujian (ayat 14) , yang sekaligus menutup rangkaian buku pertama mazmur-mazmur (ayat 1-41) . Rangkaian mazmur yang didominasi permohonan ini ditutup dengan satu kesimpulan, bahwa Tuhan berkenan mendengar dan menjawab doa yang tulus dan dipanjatkan dalam kerendahan hati. Orang-orang seperti itulah yang akan mendapatkan pertolongan Tuhan pada waktunya. 119 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 42 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. (42–2) Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. (42–3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (42–4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?” (42–5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah–gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak–sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang–orang yang mengadakan perayaan. (42–6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku! (42–7) Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada–Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar. (42–8) Samudera raya berpanggil–panggilan dengan deru air terjun–Mu; segala gelora dan gelombang–Mu bergulung melingkupi aku. (42–9) TUHAN memerintahkan kasih setia–Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku. (42–10) Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?” (42–11) Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu?” (42–12) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku! Renungan Bagaimana perasaan Anda bila Anda tinggal di lingkungan yang tidak seiman, tidak ada saudara dan teman seiman untuk berdoa dan bersekutu. Ditambah lagi, lingkungan itu tidak menyukai Anda karena Anda orang Kristen. Mereka menekan Anda dengan sikap tidak bersahabat, dan bahkan mengejek Tuhan Yesus yang bagi mereka bukan Tuhan. Judul: Pengharapan jiwa yang tertekan Ada penafsir yang berpendapat bahwa Mazmur 42 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang menyembah berhala. Sementara itu, ia sendiri tidak dapat beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang biasa, mungkin sekali situasi bertambah berat karena orang-orang Babel memperlakukan orang Israel seakan-akan Allah orang Israel tidak mampu menolong mereka. Namun demikian, pemazmur tidak tinggal bahkan tenggelam dalam keadaan tertekan itu. Ia bangkit dari situasi itu. Ia menasihati jiwanya sendiri untuk keluar dari depresi. Apa yang dapat menolong pemazmur keluar dari perasaan-perasaan yang menekannya? 120 Pertama, pemazmur mengingat-ingat antuasiasme ibadahnya pada masa lampau, bagaimana dulu ia begitu bersemangat dalam menyembah Allah (ayat 5). Hubungannya dengan Allah begitu dekat dan intim. Maka hal itu mendorong si pemazmur untuk berpengharapan akan mengalami lagi saat-saat indah bersekutu dengan Allah. Kedua, pemazmur mengingat-ingat kebesaran Allah dalam alam (ayat 8) dan kasih setia Tuhan yang telah dinyatakan dalam kehidupannya sehingga ia bisa menaikkan nyanyian dan doa syukur kepadaNya. Pemazmur meyakini Allah tetap setia dan tetap satu-satunya perlindungannya. Oleh karena itu ia sekali lagi menguatkan jiwanya dan kembali menaruh pengharapan kepada-Nya. Renungkan: Anak-anak Tuhan hanya dapat keluar dari depresi yang dahsyat jika menaruh pikiran kepada Allah yang terbukti setia pada masa lampau. 121 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 43 1 2 3 4 5 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang! Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh? Suruhlah terang–Mu dan kesetiaan–Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung– Mu yang kudus dan ke tempat kediaman–Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada–Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku! Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku! Renungan Ada saatnya bagi kita untuk menerima semua tekanan dari lingkungan yang tidak seiman dengan sepenuhnya bersandar kepada Allah yang akan menolong dan memberikan kekuatan. Ada pula saatnya bagi kita untuk mendobrak keluar dari tekanan itu dengan meminta Allah bertindak. Judul: Pengharapan akan keadilan Allah sebenarnya menyambung Mazmur 42 . Pemazmur yang mulai berhasil mengatasi perasaan tertekannya sekarang meminta Allah bertindak demi keadilan-Nya. Ia adalah orang saleh yang mengalami penindasan dari orang-orang yang jahat, yaitu kaum tidak saleh, penipu, dan orang curang (ayat 1) . Mazmur 43 Tidak jelas apa yang pemazmur minta untuk Allah lakukan terhadap para musuhnya demi keadilanNya. Namun, pemazmur tahu apa yang ia dan bangsanya butuhkan. Pemazmur meminta agar Tuhan yang selama ini diyakininya sebagai tempat pengungsiannya bersegera menuntunnya kembali ke tempat di mana mereka boleh menikmati hadirat Allah (ayat 2,3) . Permintaan si pemazmur agar Tuhan bersegera melepaskan dia dari lingkungan orang-orang yang tidak percaya Tuhan sebenarnya mewakili kerinduan umat Israel untuk lepas dari penjajahan Babel dan kembali ke tanah mereka sendiri. Bagi mereka tempat ibadah yang sejati hanyalah di Yerusalem, kota kudus Allah, dan secara lebih spesifik lagi Bait Allah yang berdiri di Gunung Sion (ayat 3). Selama mereka masih dibuang di Babel, mereka tidak dapat dengan bebas beribadah kepada-Nya. Selama itu pula mereka tidak dapat menikmati Allah maupun Allah menikmati korban-korban persembahan dan puji-pujian mereka (ayat 4) . Sekali lagi pemazmur menasihati jiwanya agar menaruh harapan pada Allah saja. Renungkan: Katakan pada jiwa Anda: “Allah akan menolong saya.” Lalu, bersyukurlah kepada-Nya. 122 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 44 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran. (44–2) Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala. (44–3) Engkau sendiri, dengan tangan–Mu, telah menghalau bangsa–bangsa, tetapi mereka ini Kaubiarkan bertumbuh; suku–suku bangsa telah Kaucelakakan, tetapi mereka ini Kaubiarkan berkembang. (44–4) Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan–Mu dan lengan–Mu dan cahaya wajah–Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka. (44–5) Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub. (44–6) Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan nama–Mulah kami menginjak–injak orang–orang yang bangkit menyerang kami. (44–7) Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan, (44–8) tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang–orang yang membenci kami Kauberi malu. (44–9) Karena Allah kami nyanyikan puji–pujian sepanjang hari, dan bagi nama–Mu kami mengucapkan syukur selama–lamanya. Sela (44–10) Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak maju bersama–sama dengan bala tentara kami. (44–11) Engkau membuat kami mundur dari pada lawan kami, dan orang–orang yang membenci kami mengadakan perampokan. (44–12) Engkau menyerahkan kami sebagai domba sembelihan dan menyerakkan kami di antara bangsa–bangsa. (44–13) Engkau menjual umat–Mu dengan cuma–cuma dan tidak mengambil keuntungan apa– apa dari penjualan itu. (44–14) Engkau membuat kami menjadi cela bagi tetangga–tetangga kami, menjadi olok–olok dan cemooh bagi orang–orang sekeliling kami. (44–15) Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa–bangsa, menyebabkan suku– suku bangsa menggeleng–geleng kepala. (44–16) Sepanjang hari aku dihadapkan dengan nodaku, dan malu menyelimuti mukaku, (44–17) karena kata–kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh dan pendendam. (44–18) Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau, dan tidak mengkhianati perjanjian–Mu. (44–19) Hati kami tidak membangkang dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan–Mu, (44–20) walaupun Engkau telah meremukkan kami di tempat serigala, dan menyelimuti kami dengan kekelaman. (44–21) Seandainya kami melupakan nama Allah kami, dan menadahkan tangan kami kepada allah lain, (44–22) masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati! (44–23) Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba–domba sembelihan. 123 Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus–menerus! (44–25) Mengapa Engkau menyembunyikan wajah–Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami? (44–26) Sebab jiwa kami tertanam dalam debu, tubuh kami terhampar di tanah. (44–27) Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia–Mu! 23 (44–24) 24 25 26 Renungan Ketika Allah murka kepada umat-Nya, maka orang benar yang ada di tengah umat yang tidak setia itu akan merasakan juga akibat murka Allah tersebut. Pemazmur juga terimbas dan mengalami penderitaan akibat penghakiman Allah terhadap umat-Nya, sekalipun ia hidup benar. Judul: Ikut menderita Pemazmur mengingat kembali bagaimana Allah me-mimpin, berperang, dan memberikan negeri itu kepada nenek moyang mereka pada masa lampau (ayat 2-9) . Namun sekarang Allah sendiri telah membuang umat-Nya, menyerahkan mereka sebagai domba sembelihan, dan menyerakkan mereka di antara bangsa-bangsa (ayat 10-12) . Bahkan Allah telah menjual umat-Nya dengan cuma-cuma, tanpa keuntungan (ayat 13). Pemazmur adalah orang benar yang tidak melupakan Tuhan dan tidak mengkhianati perjanjian-Nya (ayat 18) . Namun ia ikut menderita ketika Allah membuang umat-Nya karena ketidaksetiaan mereka. Ia juga dicela dan dicemooh sehingga merasa sangat malu dan terhina (ayat 16-17) . Ia paham benar bahwa bangsanya mengalami kehancuran sebagai akibat murka Allah, bukan karena kekuatan militer bangsa lain. Maka dengan tegas ia menyatakan bahwa ia dan saudara seiman yang lain tidak pernah melupakan Tuhan. Ia pun kemudian meminta supaya Tuhan terjaga dan jangan membuang mereka terus-menerus, karena ia sangat sadar bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang penuh kasih setia (ayat 24-27) . Sebagai orang benar kadang kita harus ikut menanggung hukuman yang Allah timpakan kepada masyarakat. Ini karena Allah menuntut kita untuk ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam gereja maupun masyarakat kita, selain tanggung jawab atas dosa kita secara pribadi. Meski hukuman itu berat, hendaknya kita tidak meninggalkan Tuhan. Sebaliknya, sebagai orang benar hendaknya kita terus berseru kepada Tuhan, memohon belas kasih dan pemulihan-Nya. Ingatlah murka Allah bukan untuk selama-lamanya. Dalam kasih setia-Nya Allah akan menolong dan meluputkan kita. Di sisi lain, hendaknya kita pun tetap setia. 124 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 45 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran; nyanyian kasih. (45–2) Hatiku meluap dengan kata–kata indah, aku hendak menyampaikan sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir. (45–3) Engkau yang terelok di antara anak–anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama–lamanya. (45–4) Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pahlawan, dalam keagunganmu dan semarakmu! (45–5) Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan–perbuatan yang dahsyat! (45–6) Anak–anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa–bangsa jatuh di bawah kakimu. (45–7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (45–8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman–teman sekutumu. (45–9) Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi menyukakan engkau; (45–10) di antara mereka yang disayangi terdapat puteri–puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. (45–11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! (45–12) Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya! (45–13) Puteri Tirus datang dengan pemberian–pemberian; orang–orang kaya di antara rakyat akan mengambil muka kepadamu. (45–14) Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas. (45–15) Dengan pakaian bersulam berwarna–warna ia dibawa kepada raja; anak–anak dara mengikutinya, yakni teman–temannya, yang didatangkan untuk dia. (45–16) Dengan sukacita dan sorak–sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja. (45–17) Para bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak–anakmu nanti; engkau akan mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi. (45–18) Aku mau memasyhurkan namamu turun–temurun; sebab itu bangsa–bangsa akan bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya. Renungan Nas ini menggambarkan seorang raja agung pada hari pernikahannya. Sang raja digambarkan sebagai yang terelok, penuh kemurahan, dan diberkati Allah (ayat 3) . Ia juga digambarkan sebagai pahlawan agung yang menegakkan kebenaran dan keadilan (ayat 4-5) . Ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan akan menaklukkan segala bangsa di bawah kakinya (ayat 6) . Raja yang digambarkan demikian agung dan mulia tentu merupakan raja yang sangat luar biasa. Ayat 7 secara harfiah berkata "Takhtamu ya Allah, tetap untuk sete-rusnya dan selamanya" Judul: Sang Mesias dan mempelai-Nya 125 (LAI menerjemahkannya sebagai "Takhtamu kepunyaan Allah . . . ."). Ternyata raja yang dimaksud adalah Allah sendiri. Dengan demikian mazmur ini adalah mazmur mesianik, yang menunjuk kepada Kristus. Sang mempelai wanita digambarkan tunduk kepada sang mempelai pria sebagai raja dan tuannya (ayat 12) , dan bukan lagi kepada bangsanya dan seisi rumah ayahnya (ayat 11) . Dengan menundukkan diri kepada sang calon suami, sang mempelai wanita mendapat kehormatan karena orang-orang yang tunduk kepada suaminya juga tunduk kepada dia dan membawa banyak hadiah (ayat 13). Sang mempelai wanita dibawa ke hadapan sang mempelai pria dalam keindahan dan keagungan, serta dengan teriakan sukacita (ayat 14-16) . Mempelai pria kemudian dijanjikan masa depan yang penuh dengan anak-anak yang akan memerintah di seluruh bumi dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (ayat 17-18) . Karena merupakan mazmur mesianik, ini merupakan gambaran ketika Gereja sebagai mempelai wanita akan dipersembahkan kepada Sang Raja yang adalah mempelai pria. Sang mempelai wanita akan dipersembahkan sebagai perawan suci kepada Kristus (ayat 2 Kor. 11:2) . Gereja akan diberikan kehormatan yang luar biasa dan akan memerintah bersama-sama Sang Raja (ayat 2 Tim. 2:12) . Kitalah Gereja yang akan dipersiapkan menjadi mempelai Yesus Kristus yang kudus dan mulia. Maka menjadi bagian kitalah untuk memelihara kehidupan yang kudus dan mulia. 126 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 46 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. (46–2) Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. (46–3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung–gunung goncang di dalam laut; (46–4) sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung–gunung goyang oleh geloranya. Sela (46–5) Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran–aliran sebuah sungai. (46–6) Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. (46–7) Bangsa–bangsa ribut, kerajaan–kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara–Nya, dan bumipun hancur. (46–8) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela (46–9) Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, (46–10) yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta–kereta perang dengan api! (46–11) “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa–bangsa, ditinggikan di bumi!” (46–12) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela Renungan Orang percaya kadang-kadang juga mengalami kesulitan dan penganiayaan. Namun kita tidak perlu kecil hati dalam menghadapi kesulitan hidup karena Allah kita adalah Allah yang melindungi dan menolong umat-Nya. Judul: Yakin akan kuasa Tuhan Nas hari ini menunjukkan kuasa Allah secara progresif: melampaui alam (ayat 2-4), melindungi kotaNya dari serangan musuh (ayat 5-8) , dan atas seluruh bumi yang sedang berperang (ayat 9-12). Kita pasti masih mengingat bencana tsunami yang begitu mengerikan. Namun sedahsyat apapun suatu bencana, pemazmur tidak takut karena ia tahu dan yakin bahwa kuasa Allah melampaui kekuatan alam. Ia tahu bahwa ia dapat berlindung pada Allah (ayat 2) . Allah juga digambarkan sebagai kota benteng umat-Nya (ayat 8) . Karena Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang bahkan ketika bangsa-bangsa menyerang. Dengan tegas pemazmur mengontraskan kota Allah yang tidak akan goncang (ayat 6) walau kerajaan-kerajaan goncang (ayat 7) dan sekalipun gunung-gunung goncang (ayat 3) . Pemazmur memberi penekanan pada kuasa Allah dengan menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang Maha Tinggi (ayat 5) dan Tuhan semesta alam (ayat 8) . Allah Maha Tinggi menekankan Allah yang berkuasa atas segala kerajaan di muka bumi (Dan. 4:17) . Tuhan semesta alam menyatakan Allah yang memiliki tentara malaikat dalam jumlah besar (band. 1Raj. 22:19) . Itulah sebabnya pemazmur merasa aman. Pada bagian terakhir Allah digambarkan sebagai Allah yang menghentikan segala peperangan di bumi (ayat 9) . Ia adalah Allah yang berkuasa atas segala kerajaan di bumi. Karenanya Allah ditinggikan di antara bangsa-bangsa, di-tinggikan di bumi (ayat 11) . 127 Kita memiliki Allah yang begitu dahsyat, yang menguasai bangsa-bangsa bahkan seluruh alam. Bukankah seharusnya kita merasa aman dalam perlindungan-Nya? Meneladani pemazmur, marilah kita hidup dengan penuh keyakinan akan pertolongan dan perlindungan Allah kita. Ia adalah Allah yang tidak terkalahkan. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 46 Pdt. Budy Setiawan Sumber: Gereja Reformed Injili Indonesia - Melbourne Allah, kota benteng kita Menurut seorang penulis, kata yang paling sering diucapkan di dalam Alkitab adalah “jangan takut”. Kata ini, dan mungkin juga kata lainnya seperti “jangan kuatir” yang mirip artinya, dipakai kurang lebih 365 kali. Jadi boleh dikatakan, pesan ‘jangan takut’ ini cukup untuk kita tiap-tiap hari dalam setahun. Biarlah Mazmur 46 ini mengajarkan kita untuk menjadi betul-betul tidak perlu takut dalam memasuki tahun ini dan dalam menjalani karya dan pimpinan Tuhan. Terlebih lagi setelah melihat bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan akan seluruh alam semesta ini. dimulai dengan “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti”. Di dalam ayat yang ke-2 sampai ke-4, ditegaskan mengapa kita tidak perlu takut, sebab Allah adalah Allah yang berkuasa atas masa lalu, sebagai penolong dalam kesesakan yang telah dibuktikan di masa lalu. Tuhan adalah penolong dalam kesesakan, namun bukan hanya dalam kesulitan yang kita hadapi di dalam hidup, tapi di dalam perjuangan menantang kesulitan untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau. Maka semakin besar kesulitan yang kita hadapi, semakin kita boleh mengamini kata pemazmur yaitu Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita. Mazmur 46 Alkitab selain menyatakan janji-janji Tuhan, juga menyatakan perintah-perintah-Nya. Kedua hal ini selalu berjalan bersamaan. Tidak ada janji yang diberikan-Nya tanpa disertai perintah. Begitu pula tak ada perintah dari-Nya tanpa disertai dengan janji pemeliharaan dan kekuatan dari Tuhan. Oleh karena itu, kiranya di dalam tahun ini, kita boleh senantiasa melihat ke belakang dan mengingat akan janji dan pertolongan Tuhan yang telah menopang kita selama ini, membuat kita dapat lebih taat kepada kehendak Tuhan bagi hidup kita. Kita percaya di dalamnya ada janji penyertaan Tuhan. Selain itu, sebenarnya masih ada banyak hal yang belum dan harus kita kerjakan di dalam tahun ini. Karena 128 itu, kita yang telah menerima begitu banyak anugerah, kebenaran dan pembentukan di dalam diri kita, baiklah kita sekarang lebih berjuang ke luar untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya di dalam peperangan rohani bersama seluruh jemaat. Di dalam buku Desiring God karangan John Piper, doa dikatakan sebagai doa di mana kita boleh berseru meminta kepada Tuhan. Tapi doa itu selalu di dalam konteks kita yang diutus ke dunia untuk berperang dalam peperangan rohani. Doa bukanlah domestic intercom yang dipakai di dalam rumahrumah yang besar untuk sekedar kenyamanan, namun doa merupakan walky-talky yang diberikan kepada kita yang diutus ke dalam peperangan. Doa menjadi suatu sarana yang diberikan oleh jenderal kita. Ketika kita berperang habis-habisan dan menemui kesulitan, maka kita boleh memakai walky-talky ini untuk minta pimpinan dan bantuan dari jenderal kita. Itulah doa, suatu war-time walky-talky. Karena itulah, Tuhan memberikan pimpinan, pemeliharaan dan penyertaan sebab kita diutus untuk berperang di dalam dunia yang berdosa ini. Sekarang ini, Saksi Yehovah sudah resmi didirikan di Indonesia. Di dalam suatu rapat gereja-gereja Indonesia, dibahas bagaimana seharusnya sikap kita akan peresmian Saksi Yehovah ini. Salah satu keputusan yang diambil memang benar, yaitu kita tidak bisa dan tidak boleh menghambat. Keputusan ini benar karena kita tidak boleh menghambat dengan otoritas hukum. Namun, justru kita harus menghambat dengan memberitakan kebenaran. Maka kita seharusnya malu akan perkembangan Saksi Yehovah di dunia ini yang begitu pesat. Kita yang tahu kebenaran itu, tapi tidak berjuang melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dunia ini. Karena itu, biarlah dengan melihat pertolongan Tuhan di masa yang lalu dapat mendorong kita untuk mengerjakan lebih lagi di masamasa yang akan datang dan sekarang ini. Di dalam ayat ke-5 sampai ke-8 , dinyatakan bahwa kita tidak perlu takut karena Allah adalah Allah yang hadir tidak hanya di masa lalu dan sudah selesai, tapi juga Allah yang masih hadir di masa sekarang. Ayat ke-5 mengajarkan kita akan selalu di pandangan Tuhan yang terus hadir dan memelihara umat-Nya di Yerusalem. Tuhan juga sekarang hadir di zaman kita dan memelihara satu per satu dari kita yang adalah bait Allah. Tuhan memelihara kita sekarang ini dengan segala macam cara. Karena itu, biarlah dengan ini kita menjadi tidak takut lagi di tahun ini. Yang terakhir, di dalam ayat 9-12 , dinyatakan tentang Tuhan yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Hidup di dalam dunia yang penuh kekerasan yang tak ada habisnya ini memang sangat menyeramkan kalau kita tidak kembali ke Tuhan, the gospel of peace, yang sangat diperlukan oleh dunia ini. Dunia ini tidak memerlukan teknologi yang lebih hebat, uang yang lebih banyak, atau orang yang lebih pintar, tetapi yang diperlukan adalah pemimpin yang merendahkan diri ke dunia melalui inkarnasi, Kristus Allah turun ke dalam dunia, mati untuk menebus dosa manusia. Inilah berita yang diperlukan dunia ini yang begitu berkaitan dengan seluruh problem manusia. Itulah yang diperintahkan Tuhan Yesus, yaitu memberitakan kabar baik ini ke seluruh dunia, dan Dia pun berjanji akan menyertai kita. menyatakan bahwa Tuhan menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Memang sampai saat ini masih ada kekerasan yang luar biasa dan kejam. Tapi Tuhan akan hentikan itu semua di masa depan. Di dalam bahasa aslinya, kalimat ini tidak memakai future tense tapi memakai past tense, sebab ini adalah kata-kata Tuhan, oleh sebab itu, maka hal tersebut sudah dianggap telah terjadi. Maka kalimat “Those who knows the final victory will endure” sangatlah menguatkan. Mereka Ayat 10 129 yang mengetahui kemenangan terakhir, sudah pasti akan bertahan sekarang ini. Jadi, di dalam kesulitan dan pencobaan yang kita hadapi, kalau kita tahu Tuhan akan terus memegang tangan kita sampai selama-lamanya, maka kita akan terus bertahan. Terakhir, Mazmur 46 diakhiri dengan “be still and know that I am God”. Biarlah kita boleh terus taat dan melakukan kehendak Tuhan. Ironisnya, justru orang-orang yang berada di comfort zone yang selalu berusaha agar hidup mereka tidak diguncang, sebenarnya mereka adalah orang yang penuh ketakutan di dalam hidupnya. Biarlah kita bisa seperti Paulus yang tidak menghiraukan hidupnya sedikitpun asalkan dia dapat mencapai garis akhir yaitu menyelesaikan tugas penginjilan yang Tuhan berikan. Oleh sebab itu, biarlah kita di tahun ini dengan mata yang memandang kepada Tuhan dan kehendak-Nya, berjuang di dalamnya. Pasti akan ada kesulitan, tantangan dan penderitaan di dalamnya. Namun, di dalamnya itu justru akan terlihat pertolongan Tuhan yang nyata. Sehingga biarlah kita dapat berkata seperti pemazmur bahwa Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan, sangat terbukti. Biarlah ini menjadi iman kita. 130 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 47 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (47–2) Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu–elukanlah Allah dengan sorak–sorai! (47–3) Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. (47–4) Ia menaklukkan bangsa–bangsa ke bawah kuasa kita, suku–suku bangsa ke bawah kaki kita, (47–5) Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi–Nya. Sela (47–6) Allah telah naik dengan diiringi sorak–sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. (47–7) Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! (47–8) Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran! (47–9) Allah memerintah sebagai raja atas bangsa–bangsa, Allah bersemayam di atas takhta– Nya yang kudus. (47–10) Para pemuka bangsa–bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai–perisai bumi; Ia sangat dimuliakan. Renungan Allah adalah Raja. Ini adalah pernyataan yang bersifat politis. Dunia pada zaman Alkitab hanya mengenal satu tipe pemerintahan yaitu kerajaan. Di sebuah kerajaan yang berdaulat, raja adalah pemimpin tertinggi yang dihormati dan ditaati oleh rakyatnya. Seseorang menjadi raja karena tindakan kepahlawanannya bagi rakyat, sehingga rakyat menerima dan mengangkat dia sebagai raja. Judul: Ke-Raja-an Allah Allah adalah Raja bukan karena manusia menerima dan mengangkat Dia sebagai Raja. Bukan pula karena Allah telah berjasa bagi manusia. Allah adalah Raja sebab Dialah Sang pemilik alam semesta dan segala isinya, termasuk manusia. Dia Sang Pencipta, Pemilik, dan Penebus manusia yang sudah jatuh ke dalam perbudakan dosa. Tindakan penebusan Allah, yang dinyatakan lewat penyelamatan-Nya atas Israel yang diperbudak Mesir, adalah akibat dari tindakan Allah mewujudkan ke-Raja-an-Nya. Dialah yang menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa umat-Nya agar mereka mengakui bahwa Dialah Raja atas segala raja di muka dunia ini (ayat 4, 9). Bagaimana sikap bangsa-bangsa seharusnya terhadap Allah, yang adalah Raja? Dengan pengakuan dan penghormatan serta ketaatan mutlak! Pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya yang berhak mengatur hidup bangsa-bangsa. Kenyataannya, banyak bangsa yang menolak me-Raja-kan Allah. Kepada mereka, Allah bertindak dalam ke-mahakuasaan-Nya (Mzm. 2) . Itu sebabnya sejarah di Alkitab (lih. Dan. 2) maupun dunia memberi kesaksian bahwa tak ada bangsa yang menolak Allah, yang akan terus berjaya. Satu persatu mereka akan tumbang. Di dalam Perjanjian Baru, Ke-Raja-an Allah dinyatakan secara sempurna lewat Tuhan Yesus. Dialah Raja bukan dalam konteks bangsa-bangsa, tetapi dalam hati setiap orang percaya. Dia adalah Pencipta dan Pemilik, bahkan Penebus hidup. Karya penebusan Kristus mengkonfirmasi bahwa Dialah 131 satu-satunya yang berhak atas titel Raja. Tugas kita yang sudah menjadi anggota Keraja-an-Nya adalah memproklamasikan Injil Kerajaan Allah. Sebab ketika Injil diberitakan dan disambut, kuasa KeRaja-an Allah sedang dinyatakan (Flp. 2:10-11) . 132 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 48 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nyanyian. Mazmur bani Korah. (48–2) Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita! (48–3) Gunung–Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar. (48–4) Dalam puri–purinya Allah memperkenalkan diri–Nya sebagai benteng. (48–5) Sebab lihat, raja–raja datang berkumpul, mereka bersama–sama berjalan maju; (48–6) demi mereka melihatnya, mereka tercengang–cengang, terkejut, lalu lari kebingungan. (48–7) Kegentaran menimpa mereka di sana; mereka kesakitan seperti perempuan yang hendak melahirkan. (48–8) Dengan angin timur Engkau memecahkan kapal–kapal Tarsis. (48–9) Seperti yang telah kita dengar, demikianlah juga kita lihat, di kota TUHAN semesta alam, di kota Allah kita; Allah menegakkannya untuk selama–lamanya. Sela (48–10) Kami mengingat, ya Allah, kasih setia–Mu di dalam bait–Mu. (48–11) Seperti nama–Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran–Mu sampai ke ujung bumi; tangan kanan–Mu penuh dengan keadilan. (48–12) Biarlah gunung Sion bersukacita; biarlah anak–anak perempuan Yehuda bersorak–sorak oleh karena penghukuman–Mu! (48–13) Kelilingilah Sion dan edarilah dia, hitunglah menaranya, (48–14) perhatikanlah temboknya, jalanilah puri–purinya, supaya kamu dapat menceriterakannya kepada angkatan yang kemudian: (48–15) Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita! Renungan "Allah adalah kasih", itulah pernyataan yang agung dan sangat berharga bagi kita sebagai umat Allah. Namun sayangnya banyak orang percaya kemudian mendenifisikan kasih Allah sebagai kasih yang memanjakan, yang tidak menuntut, dan yang membiarkan kejahatan tidak dihukum. Nas hari ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang menegakkan keadilan dan memberikan penghakiman yang dahsyat kepada orang-orang fasik. Judul: Aman dalam perlindungan Allah Saat murka Allah dinyatakan maka kegentaran menimpa raja-raja yang berkumpul melawan Dia (ayat 5-7) . Kesakitan yang dahsyat menimpa raja-raja tersebut sehingga dikatakan mereka kesakitan seperti perempuan yang akan melahirkan (ayat 7) . Murka Allah tersebut disambut baik oleh umat Allah dan mereka pun memuji Allah yang telah menegakkan keadilan (ayat 11) . Umat bersorak-sorai karena penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa itu (ayat 12). Mereka memuji Allah, yang telah me-lepaskan Sion dari musuh-musuhnya. Yerusalem menjadi aman karena berkat dan perlindungan Allah. Sejak semula Allah memang selalu menyelamatkan umat-Nya dengan menghakimi bangsa-bangsa dan orang-orang fasik. Allah me-nyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan menjatuhkan 10 tulah atas orang Mesir dan menenggelamkan kereta-kereta kuda Mesir di Laut Merah. Banyak orang yang mencela tindakan Allah yang meme-rintahkan bangsa Israel menumpas habis orang Kanaan. Na-mun kita harus menyadari bahwa dalam hal ini, Allah sedang menyatakan keadilan 133 dan penghakiman kepada orang Kanaan (band. Kej. 15:16) . Begitu pula dalam nas hari ini pemazmur dan umat Allah melihat murka Allah terhadap bangsa-bangsa sebagai suatu penegakan keadilan dan mereka bersukacita atas tindakan Allah yang Maha Adil. Kita harus dapat melihat bahwa selain penuh kasih, Allah juga adil, Ia akan menghukum setiap kejahatan dengan keras. Allah yang demikian seharusnya memberi rasa aman dan penghiburan bagi kita yang berlindung pada-Nya. 134 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 49 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (49–2) Dengarlah, hai bangsa–bangsa sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia, (49–3) baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin bersama–sama! (49–4) Mulutku akan mengucapkan hikmat, dan yang direnungkan hatiku ialah pengertian. (49–5) Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, akan mengutarakan peribahasaku dengan bermain kecapi. (49–6) Mengapa aku takut pada hari–hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan pengejar–pengejarku, (49–7) mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka? (49–8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (49–9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama– lamanya— (49–10) supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur. (49–11) Sungguh, akan dilihatnya: orang–orang yang mempunyai hikmat mati, orang–orang bodoh dan dungupun binasa bersama–sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk orang lain. (49–12) Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama–lamanya, tempat kediaman mereka turun–temurun; mereka menganggap ladang–ladang milik mereka. (49–13) Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. (49–14) Inilah jalannya orang–orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang–orang yang gemar akan perkataannya sendiri. Sela (49–15) Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut; mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. (49–16) Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku. Sela (49–17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya bertambah, (49–18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (49–19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (49–20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (49–21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan. 135 Renungan Pengkhotbah mengatakan: "Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (Pkh. 8:11) . Apa yang dikatakan pengkhotbah masih relevan pada zaman ini. Banyak orang fasik yang belum mendapat penghakiman, tetapi hidup dalam kemakmuran dan kemuliaan. Namun nas hari ini mengingatkan kita bahwa walaupun mereka terlihat hidup dengan berbahagia, tetapi sesungguhnya akhir hidup yang mengerikan sedang menanti orang fasik. Judul: Akhir hidup orang fasik Nas hari ini adalah mazmur hikmat, yang hendak mengajarkan hikmat untuk direnungkan oleh setiap orang, baik hina maupun mulia, baik kaya maupun miskin (ayat 2-5) . Pemazmur mau mengajarkan bahwa mereka yang memercayakan diri pada harta bendanya tetap tidak dapat membebaskan diri dari kematian karena mereka tidak dapat memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawa mereka (ayat 6-10) . Ironisnya mereka harus meninggalkan seluruh harta kekayaan mereka pada waktu mereka meninggal (ayat 11-13) . Orang semacam ini akan tetap diam dalam dunia orang mati (ayat 14-15) , sedangkan pemazmur sebagai umat Allah akan ditarik dari cengkeraman dunia orang mati (ayat 16). Karena itu pemazmur menasihatkan agar tidak perlu takut bila seorang menjadi kaya (ayat 17). Mengapa pemazmur meminta kita jangan takut dan bukan jangan cemburu? Karena orang kaya yang digambarkan di sini adalah orang kaya yang menganiaya dan mengejar orang-orang benar (ayat 6). Orang kaya yang semena-mena ini, pada akhirnya juga pasti akan mati dan tidak akan melihat terang untuk seterusnya (ayat 18-20) . Bahkan bagaimanapun gemilangnya ia semasa hidup, jika tidak memiliki hikmat, ia akan disamakan dengan hewan yang dibinasakan (ayat 21) . Maka marilah kita sadari bahwa bagaimanapun kehebatan orang fasik yang kaya dan berkuasa, pada akhirnya mereka harus menerima hukuman. Karena itu kita tidak perlu takut pada mereka. Marilah kita bertekad untuk takut hanya kepada Allah, dan bukan takut kepada manusia. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 49: 2-14 Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Kebahagiaan yang sia-sia Firman Allah dari Mazmur 49:2-14 menyapa kita pada hari ini. Firman Allah berhenti pada hikmat pengajaran dari Pemazmur, yang harus didengar oleh seluruh manusia (49:2), termasuk kita. Kita harus mau belajar dan terbuka menerimanya, kalau kita ingin hidup berbahagia. Karena, orang yang 136 berbahagia adalah orang yang mendengarkan firman Allah serta memeliharanya (melakukan) dalam kehidupan sehari-hari. Apa isi hikmat itu? Hikmat itu mengatakan bahwa orang kaya tidak akan bisa menebus nyawanya dan membayar Allah untuk menghindarkan lubang kubur. Mereka akhirnya tidak dapat bertahan dan mereka akan sama dengan hewan yang dibinasakan. Mereka digembalakan oleh maut, dan dunia orang mati menjadi tempat kediamannya (8-15) . Bagaimana dengan Pemazmur sendiri? Apa ajaran yang akan disampaikan oleh Pemazmur? Apa pelajaran yang dapat kita tarik sebagai orang yang percaya kepada Allah, yang ikut bermazmur karena kita di dalam Kristus? Untuk memahami perikop khotbah kita hari ini, maka ijinkanlah saya mengajak saudara-saudara membaca dan merenungkan hingga akhir mazmur tersebut. Berpikirlah dari Akhir, Bertindaklah dari Awal! Hikmat dari pergumulan hidup Pemazmur membawanya sampai pada kesimpulan: “Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati” (16) . “Tetapi” itulah kata kunci yang mengandung arti “perbedaan” yang sangat menentukan. Persis diantara kata tersebut terlihat perbedaan akhir kehidupan orang yang mengandalkan kekuasaan harta, mengandalkan diri sendiri, mengandalkan pengertian sendiri. Singkatnya: Orang yang tidak mengandalkan Allah. Memang keduanya akan sama-sama mati. Tetapi orang yang tidak mengandalkan Allah akan dikuasai oleh kematian dan tinggal dalam dunia orang mati, tetapi orang yang mengandalkan Allah akan dibebaskan Allah dari cengkeraman dunia orang mati. Di balik kata “akan” ada kabar gembira. Itulah akhir yang didambakan semua orang. Itu pula akhir yang kita harapkan. Pengakuan Pemazmur dalam lagu ini membawa kita kepada penghayatan iman akan akhir hidup kita kalau kita mengandalkan Allah. Itu yang harus memenuhi pikiran, dan yang menentukan seluruh warna dan gerak langkah kehidupan kita. Perjalanan hidup kita akan menuju suatu akhir yang pasti. Suatu akhir yang membahagiakan. Memang hidup kita ditentukan olehnya. Tapi kita sedang menjalani hidup kini dan di sini. Hidup kini dan di sini yang digerakkan oleh kepastian pengharapan di masa yang akan datang. Apa artinya hidup kini dan di sini yang di tentukan kepastian yang akan datang? Tampaknya Steven Covey, seorang ahli manajemen modern, dalam bukunya “The Seven Habits” diinspirasi oleh Alkitab ketika mengatakan bahwa kunci keberhasilan yang sangat efektif salah satu adalah “berpikir dari akhir, bertindak dari awal. Sejak dini, kini dan di sini, segala sikap dan tindakan kita harus senafas, sejiwa dan sejalan dengan kepastian di masa depan, bahwa Allah akan membebaskan kita dari cengkeraman kematian. Bertindaklah dari awal! Itulah yang diserukan oleh Pemazmur (17-21) . Pemazmur dalam lagunya berdoa dan mengakui bahwa pada akhirnya Allah akan menyelamatkannya. Oleh karena dia mengajak agar seluruh umat untuk tidak takut pada orang kaya atau orang yang menjadi kaya dan mengandalkan kuasa kekayaannya (17-21) . Janganlah takut kepada orang kaya yang mengandalkan kuasa kekayaannya. Janganlah takut kepada orang yang tidak mengandalkan Allah. Kita justru takut kalau kita tidak mengandalkan Allah. Kita tahu dan mengaku bahwa Allah Mahakuasa. Tidak ada kekuasaan lain di atas kuasa Allah. Anehnya, kita sering mengandalkan yang lain: harta, kemampuan diri, kuasa dan pesona diri. 137 Saudara mendambakan kehidupan yang bahagia? Maka bertindaklah dari sekarang sesuai dengan dambaan itu! Andalkanlah Allah dalam segala tindakan! Jangan takut terhadap orang yang mengandalkan kuasanya! Beranilah untuk Hidup! Pemazmur berhasil mengajak kita berpikir dari akhir dan bertindak dari awal. Namun, realita bisa berkata lain! Dalam pengalaman pribadinya, Pemazmur mempertanyakan dirinya sendiri: “mengapa aku takut ketika dikejar dan dikepung oleh orang jahat, yang mengandalkan kekayaannya? (6) Pemazmur sadar akan akhir, tetapi terkadang takut menghadapi kekuasaan yang jahat. Mempertanyakan diri, mengoreksi diri merupakan proses pertumbuhan menuju kedewasaan iman. Proses untuk semakin sesuai dengan akhir yang didambakan. Mempertanyakan diri merupakan pengakuan akan kelemahan dan kegagalan diri untuk berani menghadapi kehidupan. Menghadapi kehidupan berarti menghadapi realita dalam kehidupan. Walaupun apa yang terjadi dalam kehidupan sulit dimengerti dan diterima secara iman, satu hal yang pasti diperlihatkan Pemazmur: Beranilah menghadapi kehidupan. Keberanian merupakan konsekuensi dari bebas dari rasa takut. Keberanian menghadapi realita kehidupan merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan atas kehidupan. Kita mungkin sering atau terbiasa dengan ungkapan “siap mati demi hidup”. Ini merupakan ungkapan yang menyesatkan. Setelah mati, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk kehidupan. Hikmat Pemazmur untuk tidak takut dan berani menghadapi tantangan dalam kehidupan, menolong kita keluar dari ungkapan yang salah. Kita juga terbiasa mendengar dan mengakui bahwa Yesus mati untuk kehidupan seluruh dunia, umat manusia. Kematian Yesus yang berkuasa untuk menghidupkan, kematian kita tidak! Panggilan untuk manusia yang hidup adalah untuk bertahan hidup dan menghadapi kuasa yang mematikan. Karena Allah akan membebaskan kita, pasti Dia juga menolong kita menghadapi kuasa jahat. Keyakinan seperti itu pastilah ada dalam diri Pemazmur. Allah bukan hanya Allah bagi masa depan. Tetapi Allah bagi kehidupan masa kini. Allah bukan hanya Allah atas sebagian sejarah, Dia juga adalah Allah atas seluruh sejarah, baik masa yang akan datang maupun masa kini. Dia berjalan bersamasama dengan orang yang mengandalkan-Nya. Jadilah ahli bahasa! Pemazmur membuka telinganya kepada amsal dan mengungkapkan hikmat dalam lagu untuk diperdengarkan kepada semua umat manusia, baik hina maupun mulia, kaya maupun miskin (49:2-5) . Ada dorongan yang kuat dalam diri Pemazmur untuk berbagi kepada seluruh umat manusia, bangsabangsa. Dorongan tersebut berangkat dari keyakinan bahwa penyertaan dan pemeliharaan Allah atas kehidupan merupakan hikmat bagi dunia. Dunia akan hancur kalau mengandalkan dirinya sendiri. Dunia butuh masa depan. Ketika dunia cenderung mengandalkan kuasa dunia, hikmat Allah mengoreksi dan menawarkan kehidupan dan masa depan. Itu sebabnya terdorong membahasakan pergumulan dan keyakinannya dengan bahasa hikmat, yang dapat dimengerti semua orang, baik kaya maupun miskin, hina maupun mulia. 138 Bahasa hikmat dalam bentuk lagu yang berisi doa merupakan bukti keahlian Pemazmur membahasakan. Dunia butuh ahli bahasa. Ahli bahasa kehidupan. Kita diajak oleh Pemazmur untuk menjadi ahli bahasa. Kita harus mampu membahasakan keyakinan kita demi kehidupan dan kelanjutan kehidupan dunia yang lebih baik. Ahli bahasa kehidupan, berarti ahli membahasakan bentuk kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Keahlian membahasakan berangkat dari keyakinan dan pengalaman hidup. Semakin berpengalaman dalam hidup, menarik pelajaran dari kehidupan, maka kita akan dimampukan Roh Kudus untuk membahasakannya bagi dunia. Kita harus sadar bahwa dunia membutuhkan ahli bahasa. Dunia butuh masa depannya. Dunia butuh kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan kebahagiaan semu (19) . Ahli bahasa bukanlah ahli uang, ahli menggandakan uang. Ketika bahasa dunia berpusat kepada uang, capital, Pemazmur mengajak kita memahami hikmat Allah yang sangat dalam. Semua itu akan ditinggalkan ketika kita mati. Kehormatan dan kenikmatan yang bisa dibeli dengan uang tidak akan dibawa ke liang kubur. Cinta uang, itulah logika dunia. Cinta uang, itulah akar segala kejahatan. Cinta uang itulah akar dan awal kehancuran. Hidup dan kehidupan, itulah bahasa hikmat Allah. Kebahagiaan yang sesungguhnya, itulah tawaran firman Allah. Pemazmur mengajak kita untuk membahasakan hikmat Allah ini dalam bahasa yang bisa dimengerti dan diterima semua orang. Mungkin kita ragu apakah orang akan menerima. Tetapi saya mau menegaskan berdasarkan firman Allah. Sesungguhnya semua orang merindukan bahasa kehidupan. Bahasa yang menghormati kehidupan. Bukan bahasa kapitalis. Keahlian kita dibuktikan, apakah kita mampu membahasakan bahasa kehidupan berdasarkan firman Allah kepada semua orang. TUHAN, Allah Israel, Bapa Tuhan Yesus Kristus, Allah kita, menyertai kita. 139 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya. Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar. Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan–Nya api menjilat, sekeliling–Nya bertiup badai yang dahsyat. Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat–Nya: “Bawalah kemari orang–orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!” Langit memberitakan keadilan–Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. Sela “Dengarlah, hai umat–Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan–Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya–Kulah segala binatang hutan, dan beribu–ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa–Ku. Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya–Kulah dunia dan segala isinya. Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum? Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi! Berserulah kepada–Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Sela Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan–Ku, dan menyebut–nyebut perjanjian–Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman–Ku? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau duduk, dan mengata–ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu. Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” Renungan Kita mungkin berpendapat bahwa umat Allah adalah orang benar. Namun Alkitab menunjukkan bahwa umat Allah bukan hanya terdiri dari orang yang sungguh Judul: Anda setia atau tidak? 140 beriman, tetapi juga ada umat yang tidak sungguh beriman. Nas hari ini menunjukkan bagaimana Allah menghakimi umat yang dipisahkan ke dalam dua kelompok berbeda ini. Tiga nama Allah yang dipakai pada ayat 1 (El, Elohim, Yahweh), yang menggabungkan nuansa kemahakuasaan Allah dan Allah umat perjanjian, sangat tepat karena Allah muncul sebagai Hakim berkuasa, yang akan menghakimi umat-Nya. Mereka disebut sebagai "orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku" (ayat 5) . Penghakiman ini tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman, tetapi supaya umat bertobat. Ia mengingatkan mereka bahwa Ia sesungguhnya tidak memerlukan korban yang mereka persembahkan. Mengapa? Karena Ia adalah pemilik alam semes-ta dan tidak membutuhkan binatang-binatang itu (ayat 8-13). Allah menginginkan umat mempersembahkan syukur sebagai korban dan menepati nazar yang mereka janjikan (ayat 14). Lalu penghakiman tersebut ditutup dengan janji bahwa Allah akan menolong umat yang berseru kepada Dia (ayat 15) . Berikutnya Allah menghakimi umat yang tidak setia. Mereka disebut orang fasik walaupun mereka umat Allah, yang juga menyebut-nyebut perjanjian Allah dengan mulut mereka (ayat 16). Umat yang fasik ini didakwa membenci teguran Tuhan dan melakukan banyak kejahatan (ayat 17-20) . Mereka bahkan menganggap bahwa Allah sederajat dengan mereka (ayat 21). Allah memperingatkan mereka yang telah melupakan Dia agar bertobat, karena jika tidak Allah akan menerkam mereka (ayat 22). Sebaliknya siapa yang mempersembahkan korban syu-kur dan jujur akan diselamatkan Allah (ayat 23) . Marilah kita introspeksi diri, apakah kita termasuk umat yang setia atau tidak setia? Jika kita termasuk setia, mari pertahankan kesetiaan kita. Jika termasuk umat yang tidak setia, cepat bertobat, jangan sampai Allah 'menerkam' kita. 141 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 51 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (51–2) ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. (51–3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia–Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat–Mu yang besar! (51–4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! (51–5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. (51–6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan–Mu, bersih dalam penghukuman–Mu. (51–7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. (51–8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam–diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. (51–9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! (51–10) Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak–sorak kembali! (51–11) Sembunyikanlah wajah–Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! (51–12) Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! (51–13) Janganlah membuang aku dari hadapan–Mu, dan janganlah mengambil roh–Mu yang kudus dari padaku! (51–14) Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada–Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! (51–15) Maka aku akan mengajarkan jalan–Mu kepada orang–orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang–orang berdosa berbalik kepada–Mu. (51–16) Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak–sorai memberitakan keadilan–Mu! (51–17) Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji–pujian kepada–Mu! (51–18) Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. (51–19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. (51–20) Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati–Mu bangunkanlah tembok– tembok Yerusalem! (51–21) Maka Engkau akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang terbakar seluruhnya; maka orang akan mengorbankan lembu jantan di atas mezbah–Mu. Renungan Ada tujuh mazmur pengakuan dosa dalam Kitab Mazmur (Mzm. 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143) . Mzm. 51 ini merupakan mazmur pengakuan dosa yang paling indah. Ini adalah pengakuan dosa Daud setelah nabi Natan menegur dia karena perzinaannya dengan Batsyeba. Judul: Indahnya sebuah pengampunan 142 Daud meminta belas kasihan Tuhan karena ia tahu bahwa ia telah berdosa. Ia sadar bahwa hanya Allah yang dapat menghapus dosanya. Ia tahu bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang penuh rahmat (ayat 3) . Walau Daud juga bersalah kepada Uria, suami Batsyeba, tetapi ia mengerti bahwa yang terutama ia berdosa kepada Allah. Keberdosaannya membuat ia sadar bahwa ia memang mempunyai natur yang berdosa (ayat 7) . Sebab itu ia rela menerima hukuman dari Allah yang adalah adil (ayat 6) . Daud kemudian memohon supaya Allah membasuh dia (ayat 9) . Daud juga meminta supaya hatinya ditahirkan dan batinnya diperbaharui (ayat 12) . Ini sejalan dengan nubuat para nabi mengenai karya keselamatan yang akan Allah kerjakan (lih. Yer. 24:7; Yeh. 36:26) . Perkataan Daud agar Allah tidak mengambil Roh-Nya yang kudus dari dirinya merupakan permohonan supaya Allah jangan menolak dia menjadi raja seperti yang telah Allah lakukan pada Saul (ayat 1 Sam. 16:14) . Untuk itu Daud berjanji akan mengajarkan jalan Tuhan kepada orang-orang lain untuk membawa mereka ke dalam pertobatan setelah Allah memulihkannya (ayat 14-15) . Ia kemudian memohon supaya Allah melepaskan dia dari hutang darah tersebut. Daud sadar bahwa bukan darah kambing dan domba yang menghapuskan dosanya, tetapi hanya Allah yang dapat menghapuskan dosa jika ia datang kepada Allah dengan hati yang hancur (ayat 18-19) . Pertobatan Daud dari dosa yang begitu mengerikan dan pengampunan Allah yang begitu ajaib menunjukkan bahwa tidak ada dosa apapun yang dapat memisahkan umat Allah dari kasih Allah jika ia sungguh-sungguh bertobat. Karena itu jangan ragu untuk meminta ampun kepada Tuhan atas semua dosa kita, bagaimanapun najisnya. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 51 Pdt. Agus Dasa Silitongaa Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Mengaku dosa untuk menerima pengampuan 1. Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, Permasalahan terbesar yang dihadapi manusia adalah dosa. Dosa adalah pabrik atau sumber penderitaan yang dialami manusia di dunia ini. Kekacauan dunia yang mengakibatkan penderitaan, kemiskinan, kesengsaraan manusia di seluruh dunia adalah juga akibat dosa. Menyelesaikan permasalahan mengenai dosa adalah misi Tuhan Yesus datang ke dunia ini. Dia datang membawa pengampunan dosa bagi orang yang mau datang dan percaya kepada-Nya. Akibat dosa adalah kematian, dan kematian akibat dosa itulah yang ditaklukkan Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Di dalam Yesus sudah tersedia peng-ampunan dosa. 143 Persoalannya adalah: apakah kita mau mengaku dosa dan memohon pengampunan-Nya. Mengenai hal itulah yang kita temukan dalam pemberitaan firman yang tertulis dalam Mazmur 51: 9 – 15 ini. ini adalah doa pribadi raja Daud yang mengaku dosa dan memohon pengampunan Tuhan atas dosa-dosanya ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba. Mazmur 51 Kalau kita membaca 2 Samuel 11 – 12 , disana diberitakan bahwa raja Daud begitu tergoda akan kecantikan dan keelokan Batsyeba yang sudah bersuami bernama Uria. Daud menyuruh orang mengambil dia dan melakukan perselingkuhan dengan Batsyeba yang kemudian mengandung hasil perselingkuhan. Ketika Daud mendengar bahwa Batsyeba telah mengandung. Dengan kekuasaan yang dimilikinya Daud memerintahkan supaya Uria di tempatkan di barisan paling depan dalam pertempuran yang hebat supaya dia mati dan dengan demikian dia bisa memiliki Batsyeba karena sudah janda. Dan memang setelah Uria mati dan masa perkabungan Batsyeba telah berakhir, Daud usaha Batsyeba menjadi isterinya. Apa yang dilakukan Daud ini adalah jahat di mata Tuhan. Tuhan mengutus nabi Natan untuk memperingatkan Daud atas kejahatan yang telah dilakukannya. Nabi Natan memperingatkan Duad dengan menceritakan sebuah cerita yang menunjukkan ketidakadilan yang dilakukan seorang yang kaya kepada seorang yang miskin. Dengan spontan raja Daud mengataka: “demi Tuhan yang hidup orang yang melakukan itu harus dihukum mati, dan harus mengganti segala kerugian yang diderita orang miskin tersebut”. Selanjutnya nabi Natan berkata: “engkaulah orang itu”. Dan hukuman Tuhan terhadap Daud adalah: “bahwa pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya”. 2. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Kita semua adalah manusia yang berdosa yang sering melakukan kesalahan di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama. Dosa dan kesalahan tidaklah baik kalau disembunyikan sebab tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Sebaliknya dosa dan kesalahan harus segera dibereskan. Dosa dapat dibereskan dengan datang menghadap Tuhan mengaku segala dosa dan kesalahan kita serta memohon pengampunan-Nya; seperti yang dilakukan raja Daud dalam nas ini. Kalau kita membaca Mazmur 51: 9 -15 ini, kita dapat mempelajari bagaimana raja Daud dalam hal memohon pengampunan dosa: a. Mengaku Dosa dan Memohon Pengampunan Mengenal diri sebagai manusia berdosa sangat penting dalam rangka memohon pengampunan dosa. Banyak orang yang merasa dirinya benar dan tidak berdosa, tetapi ada juga orang yang tidak tahu lagi bahwa yang dilakukannya adalah dosa karena sudah terlalu sering dilakukan, sudah menjadi kebiasaan. Ada juga yang menutupi dosanya dengan mencari kambing hitam atau melemparkan kesalahan dan dosa kepada orang lain. Orang yang demikian tidak akan mau memohon pengampunan dosa sebab merasa tidak berdosa. Hanya yang mengaku bahwa dia seorang yang berdosa dan sadar bahwa dia berdosa yang mau memohon pengampunan dan orang yang sungguhsungguh merindukan dan membutuhkan untuk diampuni. Hal itulah yang ditunjukkan raja Daud, dia tidak membenarkan dirinya atau mencari kambing hitam, tetapi dia mengaku bahwa dia seorang yang berdosa. Dalam Mzm.51:5-7 raja Daud mengaku: “aku sadar akan pelanggaranku, aku bergumul dengan dosaku, terhadap Engkau aku berdosa, aku melakukan apa yang Kau anggap jahat, dalam kesalahan aku dilahirkan dan dalam dosa aku dikandung ibuku”. Memang tidak dijelaskan secara 144 rinci apa saja dosa-dosa yang dilakukan Daud, tetapi secara khusus dosa yang dilakukannya adalah perbuatannya kepada Uria untuk mendapatkan Batsyeba. Seseorang yang memiliki kesadaran yang begitu mendalam akan dosanya melahirkan pengakuan dosa yang dilanjutkan dengan mohon pengampunan dosa. Pertama; memohon agar Tuhan melepaskannya dari dosanya dengan hisop, agar menjadi tahir kembali. Hisop adalah semacam semak. Di Palestina, hisop biasanya tumbuh di atas tanah yang berbatu, karena baunya yang harum digunakan sebagai alat pemercikan dan pentahiran ritual. Pemazmur ingin bersih kembali lebih putih dari salju (bnd. Rat. 4:7) . Kedua: memohon agar ‘dapat mendengar lagi kegirangan dan sukacita’. Keadaan di dalam dosa adalah keadaan seperti orang yang tulang-tulangnya diremukkan oleh Tuhan, tidak ada kegirangan dan sukacita yang ada adalah penderitaan dan kesusahan. Dengan memohon pengampunan dosa pemazmur menginginkan kegirangan dan sukacita ada di dalam hidupnya. Ketiga; memohon agar Tuhan menyembunyikan wajah-Nya terhadap dosanya. Artinya Tuhan tidak memandang dosanya yang menjadi alasan untuk menghukumnya. Apakah kita sudah menyadari dan mengaku bahwa kita adalah manusia berdosa? Jika sudah akuilah segala dosa dan kesalahan dihadapan Tuhan dan mohonlah pengampuna-Nya. Jangan pernah merasa malu mengaku dosa sebab hanya orang yang mengaku dosa yang akan diampuni. b. Keinginan untuk bertobat Pertobatan belumlah sempurna hanya dengan memohon pengampunan, itu baru separoh perjalanan. Dalam ayat 12-14 , pemazmur sampai pada kepenuhan pertobatan. Pemazmur memohon supaya batinnya diperbaharui dengan roh yang teguh. Permohonan supaya batinnya diperbaharui adalah keinginan untuk bertobat dan keinginan untuk menjadi seorang yang taat dan setia kepada Tuhan. Roh yang teguh adalah roh yang tidak lagi dikuasai dan diperhamba dosa tetapi roh yang dengan rela melakukan kehendak Tuhan. Dengan melakukan kehendak Tuhan dia tidak akan dibuang dari hadapan Tuhan sebaliknya dia akan diselamatkan dimana Roh Kudus akan berdiam di dalam diri pemazmur yang menentukan arah dan kehidupannya. Intinya dengan permohonannya ini pemazmur tidak mau dipisahkan dari Tuhan sebab dengan kehadiran Tuhan dia akan dikuatkan untuk menjadikan dirinya seluruhnya hidup bagi Tuhan. Mengaku dosa dan memohon pengampunan dosa tidaklah lengkap tanpa adanya keinginan untuk bertobat. Pertobatan adalah kembali kepada Allah dan melakukan kehendak Allah dengan taat dan setia. Untuk menjadi taat dan setia tentu membutuhkan pembaharuan dan pembaharuan itu hanya berasal dan bersumber dari Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus membina hubungan dan persekutuan yang baik dengan Tuhan sehingga Roh-Nya yang kudus menguatkan kita melakukan segala perintahNya dengan taat dan setia sebagai buah dari pertobatan. c. Menjadi alat di tangan Tuhan Bersyukur merupakan respon kita atas pengampunan dosa dan pembaharuan hidup yang Tuhan lakukan dalam hidup kita. Sebab hanya dengan pengampunan dan dengan pembaharuan yang dilakukan Tuhan kita mendapatkan kembali kegirangan dan sukacita yang karena dosa sempat hilang dari kehidupan kita. Sebagai tanda hati yang bersyukur karena karya Tuhan yang mengampuni dan 145 membaharui hidupnya pemazmur menyatakan janjinya bahwa dia akan mengajarkan jalan Tuhan kepada orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang yang berdosa berbalik kepada Tuhan. Pemazmur tidak mendiamkan kasih setia Tuhan tetapi dia membagikannya kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran; pemazmur menjadi alat di tangan Tuhan untuk memanggil setiap orang kepada pertobatan (berbalik kepada Allah dengan meninggalkan jalan hidup yang salah). Tuhan Yesus mengatakan: “demikian juga ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan” (Lukas 15:7; lih. Lukas 15: 10, 32) . Sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia dan pengampunan dari Allah di dalam kematian dan kebangkitan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus kita diberi tanggungjawab untuk membuat di sorga ada sukacita dengan memberitakan kasih setia dan jalan Tuhan kepada orang yang masih di dalam kegelapan, yang masih dikuasai oleh perbuatan-perbuatan pelanggaran. Kita terpanggil untuk turut serta mengambil bagian dalam program HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di tahun 2008 ini yang ditetapkan sebagai tahun marturia (bersaksi) dengan membawa satu orang (mamboan sadanari) kepada Kristus. 5. Dosa bukanlah sesuatu yang harus ditutup-tutupi atau disembunyikan. Langkah yang terbaik adalah datang kepada Yesus Kristus. Dengan berani mengaku dosa dihadapan takhta kasih-Nya dan memohon pengampunan. Percayalah, kegirangan dan sukacita akan mewarnai kehidupan kita dan kita akan Tuhan pakai untuk memberitakan dan mengajarkan kasih setia-Nya kepada orang-orang disekitar kita. Ingatlah, bahwa lumbung Tuhan tidak pernah penuh selalu ada tempat bagi orang yang mau bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Orang yang percaya adalah pekerja Tuhan untuk memanen tuai dan memasukkannya ke lumbung Tuhan. Amin ! 146 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 52 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, (52–2) ketika Doeg, orang Edom itu, datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh. (52–3) Mengapa engkau memegahkan diri dengan kejahatan, hai pahlawan, terhadap orang yang dikasihi Allah sepanjang hari? (52–4) Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu! (52–5) Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik, dan dusta lebih dari pada perkataan yang benar. Sela (52–6) Engkau mencintai segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu! (52–7) Tetapi Allah akan merobohkan engkau untuk seterusnya, Ia akan merebut engkau dan mencabut engkau dari dalam kemah, membantun engkau dari dalam negeri orang–orang hidup. Sela (52–8) Maka orang–orang benar akan melihatnya dan menjadi takut, dan mereka akan menertawakannya: (52–9) “Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya, yang percaya akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada tindakan penghancurannya!” (52–10) Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya. (52–11) Aku hendak bersyukur kepada–Mu selama–lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; karena nama–Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang–orang yang Kaukasihi! Renungan Hukuman adalah perlakuan Allah kepada manusia yang perbuatannya melanggar hukum Allah atau hidup dalam ketidakbenaran. Hukuman ditujukan pertama-tama untuk umat Tuhan sendiri agar menyadari bahwa hidup mereka harus selaras dengan kekudusan Tuhan. Hukuman seperti itu merupakan alat pendisiplinan menuju kepada pertobatan. Terhadap orang yang hidup di luar Tuhan dan yang menolak mengakui Dia sebagai yang berdaulat mengatur hidupnya, hukuman adalah pembalasan setimpal. Judul: Penghukuman Allah Tuhan menghukum dengan berbagai cara. Pertama, dengan menggunakan seperangkat hukuman yang sudah diaturkan dalam hukum-hukum-Nya. Bagi umat Israel, misalnya, saat mereka tidak setia kepada Tuhan dengan menyembah Baal, Tuhan menyerahkan mereka kepada malapetaka alam bahkan penjajahan bangsa lain. Kedua, Tuhan bisa juga menimpakan akibat keberdosaan mereka sebagai hukuman yang memperberat penderitaan mereka. Misalnya orang yang bermain-main kekudusan Allah dihukum dengan semakin terjebak dalam kehidupan yang najis (Rm. 1:24-32) . Penghukuman Tuhan bersifat adil dan benar sesuai dengan karakter Allah yang sudah dinyatakan lewat Alkitab. Adil karena Allah tidak membeda-bedakan siapa yang bersalah. Baik umat Israel sendiri maupun bangsa lain, yang bersalah pasti dihukum-Nya. Benar karena kriteria benar-salah berasal dari sumber kebenaran itu sendiri. Allah tidak keliru menghukum karena Dia mampu melihat keseluruhan 147 hidup manusia. Dia melihat bukan hanya perbuatan salah yang dilakukan, tetapi juga motivasi salah dibalik perbuatan tersebut. Penghukuman Allah bisa bersifat masa kini dan temporer. Hukuman dijatuhkan untuk suatu jangka waktu tertentu. Bila seseorang sudah selesai dihukum, Tuhan akan memulihkan. Penyesalan dan pertobatan menjadi respons yang tepat bagi anugerah pengampunan. Namun bila seseorang mengeraskan hati, tidak mau bertobat, Allah bisa menjatuhkan vonis yang final. Pada saat itu pengampunan telah tertutup. Penghukuman Allah seperti ini bersifat masa akan datang dan kekal. 148 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 53 1 2 3 4 5 6 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat. Nyanyian pengajaran Daud. (53–2) Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah!” Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik. (53–3) Allah memandang ke bawah dari sorga kepada anak–anak manusia, untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. (53–4) Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (53–5) Tidak sadarkah orang–orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat–Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada Allah? (53–6) Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, padahal tidak ada yang mengejutkan; sebab Allah menghamburkan tulang–tulang para pengepungmu; mereka akan dipermalukan, sebab Allah telah menolak mereka. (53–7) Ya, datanglah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila Allah memulihkan keadaan umat–Nya, maka Yakub akan bersorak–sorak, Israel akan bersukacita. Renungan Ketika kita melihat kejahatan dan penindasan yang dilakukan orang fasik, mungkin kita bertanya-tanya, mengapa ada orang yang sama sekali tidak takut mendapat pembalasan dari Allah yang Maha Adil. Nas hari ini menunjukkan bahwa orang fasik memang tidak memiliki pengertian. Sebab itu mereka terus melakukan kefasikan tanpa memikirkan akibatnya. Namun pada akhirnya mereka akan dikejutkan oleh penghakiman Allah. Judul: Hukuman bagi orang fasik Orang bebal digambarkan sebagai orang yang berkata: "Tidak ada Allah!" (ayat 2) . Namun pemazmur dengan indahnya menekankan bahwa sesungguhnya Allah itu ada. Dalam dunia kuno, semua orang percaya bahwa Allah itu ada. Namun dalam kehidupan praktis, orang bebal hidup seakan-akan tidak ada Allah. Mereka percaya bahwa mereka dapat melakukan kejahatan apapun dan tidak usah mempertanggungjawabkannya kepada Allah, karena Ia tidak peduli. Tidak mengherankan, perbuatan mereka diwarnai kecurangan dan penyimpangan. Tak ada seorang pun dari mereka yang mencari Allah, tak ada seorang pun yang berbuat baik (ayat 3-4). Kebodohan orang fasik yang terutama adalah tidak menyadari bahwa Allah tidak akan berpangku tangan ketika melihat umat yang dikasihi-Nya dianiaya dan dihancurkan (ayat 5) . Sebab itu mereka akan terkejut ketika Allah menghancurkan mereka (ayat 6) . Orang fasik begitu bodohnya sampai tidak sadar bahwa mereka pasti akan mendapat hukuman Allah walau sebenarnya ini bukan merupakan kejutan (ayat 6) . Seluruh umat manusia sesungguhnya sadar bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka kepada Allah. Namun orang fasik menindas kebenaran yang Allah berikan dengan kelaliman (band. Rm. 1:18) . Memang banyak orang fasik yang kelihatannya hidup enak dari kejahatan mereka, tanpa mendapatkan hukuman. Namun kita harus percaya bahwa semua orang fasik pasti akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dari Allah. Maka tak perlu tergiur jadi seperti orang fasik. 149 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 54 1 2 3 4 5 6 7 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, (54–2) ketika orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: “Daud bersembunyi kepada kami.” (54–3) Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama–Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan–Mu! (54–4) Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! (54–5) Sebab orang–orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang–orang yang sombong ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah. Sela (54–6) Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. (54–7) Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seteru–seteruku; binasakanlah mereka karena kesetiaan–Mu! (54–8) Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada–Mu, bersyukur sebab nama–Mu baik, ya TUHAN. (54–9) Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku. Renungan Mungkin kita masih bisa memahami bila orang yang kita anggap musuh menjahati kita. Namun bila seorang saudara mengkhianati kita, tentu akan sangat menyakitkan. Judul: Doa minta keadilan Daud dikhianati oleh orang Zifi (ayat 2) , yang adalah saudara satu suku dengan Daud (baca 1 Sam. 23:14-28) . Sesungguhnya orang-orang Zifi adalah orang Yehuda, jadi masih bagian dari umat Allah. Namun karena mereka telah bertindak jahat maka mereka dapat disebut sebagai orang asing (ayat 5; LAI menerjemahkan sebagai orang angkuh dan orang sombong). Waktu itu Daud sedang bersembunyi dari kejaran Saul. Namun orang Zifi malah memberitahu Saul tentang keberadaan Daud di padang gurun Zif (ayat 1 Sam. 23:14, 19) . Sebab itu Daud berdoa supaya Allah menyelamatkan dan memberikan keadilan kepada dia (ayat 3) . Keyakinan Daud menunjukkan bahwa ia berada di pihak yang benar. Ia pun dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah penolongnya (ayat 6) . Ia berdoa supaya kejahatan orang-orang yang mengkhianati dia berbalik kepada mereka, dan supaya Tuhan membinasakan mereka (ayat 7) . Daud kemudian dengan yakin dan syukur mengatakan bahwa ia akan mempersembahkan korban kepada Tuhan yang telah melepaskan ia dari kesesakan (ayat 8-9) . Mungkin bagi kita doa Daud terlalu kejam. Namun kita perlu menyadari bahwa yang diminta Daud adalah keadilan Tuhan, dan ini harus dilihat sebagai hal yang baik dan benar, bukan sebagai kekejaman. Ketika Yesus mengajarkan kita mengampuni musuh-musuh kita, bukan berarti keadilan tidak perlu ditegakkan. Tuhan Yesus sendiri pun akan memberikan penghakiman yang adil kepada Iblis, yang merupakan musuh Tuhan Yesus. Ketika kita dimusuhi atau ditindas oleh orang fasik, tentu saja kita boleh berdoa meminta Tuhan menyatakan keadilan kepada kita, yang benar dinyatakan kebenarannya dan yang salah menerima ganjarannya. Meski demikian, masih ada juga kemungkinan lain, yaitu kita berdoa supaya orangorang fasik tersebut bertobat. 150 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 55 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud. (55–2) Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi terhadap permohonanku! (55–3) Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku mengembara dan menangis karena cemas, (55–4) karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka memusuhi aku. (55–5) Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. (55–6) Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku. (55–7) Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, (55–8) bahkan aku akan lari jauh–jauh dan bermalam di padang gurun. Sela (55–9) Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.” (55–10) Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan, sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan dalam kota! (55–11) Siang malam mereka mengelilingi kota itu di atas tembok–temboknya, dan di dalamnya ada kemalangan dan bencana; (55–12) penghancuran ada di tengah–tengahnya, di tanah lapangnya tidak habis–habisnya ada penindasan dan tipu. (55–13) Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. (55–14) Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: (55–15) kami yang bersama–sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah– tengah keramaian. (55–16) Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup–hidup ke dalam dunia orang mati! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka. (55–17) Tetapi aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku. (55–18) ––Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku. (55–19) Ia membebaskan aku dengan aman dari serangan terhadap aku, sebab berduyun–duyun mereka melawan aku. (55–20) Allah akan mendengar dan merendahkan mereka, ––Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela Karena mereka tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah. (55–21) Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia, janjinya dilanggarnya; (55–22) mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus. (55–23) Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama–lamanya dibiarkan–Nya orang benar itu goyah. (55–24) Tetapi Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka ke lubang sumur yang dalam; orang penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah umurnya. Tetapi aku ini percaya kepada–Mu. 151 Renungan 'Musuh dalam selimut' adalah sebutan yang diberikan bagi musuh dari kalangan sendiri. Tak ada seorang pun yang senang menghadapi 'musuh dalam selimut'. Orang berpendapat bahwa lebih baik menghadapi musuh yang nyata daripada kawan yang berkhianat. Judul: Musuh dalam selimut Daud pun tak lepas dari 'musuh dalam selimut'. Orang itu malah pergi beribadah sama-sama dengan Daud (ayat 13-15) . Tak heran Daud merasa dikhianati (ayat 21-22) . Akibatnya muncul perasaan terluka dan tertekan (ayat 4-5) . Dalam situasi demikian, yang ingin Daud lakukan adalah melarikan diri dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi (ayat 6-8) . Apakah kita dapat menganggap Daud sebagai pengecut? Tentu tidak. Kita belum lupa bagaimana Daud begitu berani menghadapi dan kemudian mengalahkan Goliat, raksasa Filistin. Lalu mengapa Daud bersikap seperti itu? Karena ia tidak ingin membalas. Yang ia cari hanyalah Allah. Ia meminta agar Allah memerhatikan masalahnya dan mendengarkan permohonannya (ayat 2-3) . Ia meminta Allah bertindak atas orang yang berkhianat itu (ayat 9-11, 16) . Permohonan itu didasarkan pada iman bahwa Allah akan membebaskan dia (ayat 17-20, 24) . Daud percaya bahwa Allah akan memelihara orang-orang kepunyaan-Nya. Karena itu, Daud menghimbau agar orang lain pun menyerahkan beban mereka kepada Allah daripada menanggung hal itu sendirian (ayat 23, band. 1Ptr. 5:7) . Pengalaman Daud mungkin bagian pengalaman kita juga. Menghadapi sikap orang yang memusuhi kita saja sudah tidak menyenangkan, apalagi bila harus menanggung pengkhianatan dari orang yang karib dengan kita atau saudara seiman kita. Walau demikian pembalasan dendam bukanlah sebuah jalan keluar, mencari keadilan dari pengadilan dunia juga tidak selalu memecahkan masalah. Meneladani Daud, marilah kita serahkan masalah hanya kepada Allah. Datanglah kepada Dia yang akan menghakimi orang-orang jahat. Dia yang setia, akan senantiasa bersedia menolong dan melindungi kita dari orang yang bermaksud jahat terhadap kita. 152 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 56 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon–pohon tarbantin yang jauh. Miktam dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat. (56–2) Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang–orang menginjak–injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku! (56–3) Seteru–seteruku menginjak–injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong. (56–4) Waktu aku takut, aku ini percaya kepada–Mu; (56–5) kepada Allah, yang firman–Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (56–6) Sepanjang hari mereka mengacaukan perkaraku; mereka senantiasa bermaksud jahat terhadap aku. (56–7) Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat–amati langkahku, seperti orang– orang yang ingin mencabut nyawaku. (56–8) Apakah mereka dapat luput dengan kejahatan mereka? Runtuhkanlah bangsa–bangsa dengan murka–Mu, ya Allah! (56–9) Sengsaraku Engkaulah yang menghitung–hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat– Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? (56–10) Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. (56–11) Kepada Allah, firman–Nya kupuji, kepada TUHAN, firman–Nya kupuji, (56–12) kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? (56–13) Nazarku kepada–Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada–Mu. (56–14) Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan. Renungan Pernahkah Anda merasa terancam karena tindakan orang pada Anda? Bagaimana sikap Anda pada saat itu? Daud pernah merasa terancam dan teraniaya. Perhatikan gambaran serangan yang dia hadapi: diinjak-injak, diperangi, dan juga diimpit (ayat 2-3) . Para musuh mengintai Daud, memburu dia seolah mengincar nyawanya (ayat 6-7) . Betapa kuat musuh yang dihadapi Daud. Ia bagai tak berdaya menghadapi mereka. Tak heran bila ia merasa takut (ayat 4) . Judul: Menghadapi Musuh Bagaimana Daud mengatasi situasi yang begitu menekan? Satu-satunya pertolongan yang dia harapkan adalah Allah. Ia yakin pada kuasa Allah yang akan melindungi dia (ayat 4-5) . Sebab itu ia memohon belas kasihan Allah agar menolong dia. Bila menghadapi Allah, tentu para penindas tersebut akan seperti macan ompong. Terlihat menakutkan, tapi tak punya kemampuan mematikan. Sebab itu Daud mengharapkan keadilan Allah (ayat 8-10) yang akan meluputkan dia dari bahaya (ayat 14) . Dan ketika itu terjadi, Daud memuji-muji Allah karena telah melepaskan dia dari musuh dan 153 melindungi dia dari bahaya. Oleh karena itu Daud berjanji akan memberikan persembahan syukur kepada Allah (ayat 11-13) . Sebagai orang percaya yang harus hidup damai dan mengusahakan perdamaian dengan semua orang, kita tentu tidak mengharapkan adanya musuh. Namun keberpihakan kita pada Allah bukan tidak mungkin akan memperhadapkan kita pada musuh-musuh iman kita. Bagaimana menghadapi hal itu? Melihat pengalaman Daud, kita dapat meyakini Allah yang akan melawan orang-orang yang bermaksud jahat terhadap kita. Rasa takut mungkin saja akan muncul dan kemudian melahirkan rasa panik. Belajar dari Daud, jangan biarkan rasa takut menguasai kita. Marilah kita memandang pada Allah yang akan melepaskan kita. Hadapilah musuh iman dengan keyakinan bahwa Penolong kita adalah Tuhan yang memiliki kuasa di atas segala kuasa, dan musuh-musuh iman kita tidak akan pernah berhasil melampaui kuasa Allah. Kiranya pemahaman ini menguatkan iman kita. 154 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 57 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam Dari Daud, ketika ia lari dari pada Saul, ke dalam gua. (57–2) Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada– Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap–Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. (57–3) Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. (57–4) Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang–orang yang menginjak–injak aku. Sela Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran–Nya. (57–5) Aku terbaring di tengah–tengah singa yang suka menerkam anak–anak manusia, yang giginya laksana tombak dan panah, dan lidahnya laksana pedang tajam. (57–6) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan–Mu mengatasi seluruh bumi! (57–7) Mereka memasang jaring terhadap langkah–langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela (57–8) Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. (57–9) Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! (57–10) Aku mau bersyukur kepada–Mu di antara bangsa–bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi–Mu di antara suku–suku bangsa; (57–11) sebab kasih setia–Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran–Mu sampai ke awan– awan. (57–12) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan–Mu mengatasi seluruh bumi! Renungan Mungkin kita sudah sering mendengar khotbah bahwa satu-satunya pertolongan bagi kita adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Namun apakah Anda sungguh-sungguh merasa demikian? Daud merasakannya. Judul: Berlindung pada Allah Saul, raja Israel pada waktu itu, memburu Daud seakan-akan Daud adalah buronan kriminal yang membahayakan. Tanpa alasan yang obyektif, Saul mengejar-ngejar Daud. Bayangkan perasaan Daud. Menghadapi penguasa dengan bala tentara yang dapat dikerahkan kapan saja, apa yang bisa Daud lakukan? Ia hanya bisa melarikan diri ke bukit-bukit dan bersembunyi di dalam gua. Situasi yang dihadapi Daud, membuat ia merasa bagai berada di tengah-tengah singa buas yang tak kenal ampun (ayat 5) . Musuh berusaha menjerat Daud, bagai seekor hewan buruan (ayat 7) . Walau demikian, meski ter-sudut Daud tidak merasa berhadapan dengan jalan buntu. Meski dikelilingi musuh, Daud merasa tenang karena masih ada Allah yang menjadi tempat pengaduan dan perlindungan bagi dia. Bagai sayap induk ayam yang menjadi tempat nyaman bagi anak-anak ayam untuk berlindung, begitulah Daud menganggap Allah sebagai tempat perlindungan terpercaya. Sebab itu Daud berseru-seru memohon belas kasihan Allah (ayat 2-4) . Bila Allah berbelas kasihan, maka Allah akan menolong dan melindungi dia. Dan bila itu terjadi, bisa saja orang-orang yang berusaha menjebak dia akan jatuh ke 155 dalam jerat yang mereka pasang sendiri memuji-muji Tuhan (ayat 8-12) . (ayat 7) . Menyadari kasih Allah yang begitu besar, Daud Orang jahat memang tidak akan berjaya selamanya. Kejahatan mereka pun bukan tanpa akhir. Malah bukan tidak mungkin bila kejahatan mereka akan menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri. Maka bila kita menghadapi orang yang menjahati kita tanpa kita tahu alasannya, tak perlu berniat membalas dendam. Sebagai orang beriman, kita hanya perlu berlindung pada Allah, yang Maha Adil. Ia akan menaungi orang-orang yang mencari Dia. Ia akan menjadi perisai bagi orang-orang yang bergantung pada kuasa-Nya. 156 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 58 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud. (58–2) Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? Apakah kamu hakimi anak– anak manusia dengan jujur? (58–3) Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan di bumi. (58–4) Sejak lahir orang–orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta–pendusta telah sesat. (58–5) Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya, (58–6) yang tidak mendengarkan suara tukang–tukang serapah atau suara pembaca mantera yang pandai. (58–7) Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya, patahkanlah gigi geligi singa–singa muda, ya TUHAN! (58–8) Biarlah mereka hilang seperti air yang mengalir lenyap! Biarlah mereka menjadi layu seperti rumput di jalan! (58–9) Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak melihat matahari. (58–10) Sebelum periuk–periukmu merasakan api semak duri, telah dilanda–Nya baik yang hidup segar maupun yang hangus. (58–11) Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik. (58–12) Dan orang akan berkata: “Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.” Renungan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan lembaga yang sedang populer dan disegani saat ini. Karena prestasinya dalam mengungkap kasus korupsi, KPK diharapkan orang banyak untuk menyatakan kebenaran dan keadilan, khususnya atas aparat pemerintah yang tersangkut. Judul: Menyikapi ketidakadilan Kebobrokan aparat pemerintah juga sudah terjadi pada zaman Daud. Bagaimana reaksi Daud? Ia marah kepada para penguasa yang telah berlaku lalim dan tidak adil (ayat 2) . Mereka dengan sadar telah merancang dan melakukan ketidakadilan, kekerasan, dan kejahatan demi memuaskan keinginan mereka. Jabatan yang dipercayakan kepada mereka bukan dipergunakan untuk melayani dan menyejahterakan masyarakat, melainkan sebagai sarana untuk memuaskan hawa nafsu. Mereka memutuskan perkara sesuai kemauan hatinya dan bukan atas dasar keadilan dan kebenaran (ayat 36) . Ditengah kondisi seperti itu, Daud berseru meminta Tuhan menghukum para penguasa yang lalim itu (ayat 7-10) . Ia percaya bahwa Tuhan bertindak adil sehingga penguasa bobrok dihukum dan orang benar akan mendapat bagiannya (ayat 11-12) . Apa yang terjadi di zaman Daud tidak jauh berbeda dengan zaman kita sekarang ini. Akan sulit bagi kita mencari keadilan dan kebenaran di lembaga-lembaga pemerintahan. Mulai dari jual beli perkara, penyuapan, penyalahgunaan jabatan, hingga premanisme yang dilakukan atas nama agama. Lalu 157 bagaimana kita, sebagai rakyat, harus bertindak? Apakah kita harus mendiamkan semua itu? Atau ramai-ramai mengadakan demonstrasi? Sebagai orang percaya, kita harus berdoa untuk para penguasa lalim dan para penegak keadilan yang malah menginjak-injak kebenaran. Meskipun seandainya kita memiliki kuasa untuk menghukum mereka, kita harus terlebih dulu datang kepada Allah yang punya kuasa dan menyerahkan semua itu kepada Dia. Karena itu mari kita berdoa agar Tuhan menegakkan kasih dan keadilan-Nya di tengahtengah bangsa kita. 158 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud, ketika Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh dia. (59–2) Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang–orang yang bangkit melawan aku. (59–3) Lepaskanlah aku dari pada orang–orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada penumpah–penumpah darah. (59–4) Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang–orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, (59–5) aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap–siap. Marilah mendapatkan aku, dan lihatlah! (59–6) Engkau, TUHAN, Allah semesta alam, adalah Allah Israel. Bangunlah untuk menghukum segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan kejahatan dengan berkhianat! Sela (59–7) Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. (59–8) Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka, sebab—siapakah yang mendengarnya? (59–9) Tetapi Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok–olok segala bangsa. (59–10) Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada–Mu, sebab Allah adalah kota bentengku. (59–11) Allahku dengan kasih setia–Nya akan menyongsong aku; Allah akan membuat aku memandang rendah seteru–seteruku. (59–12) Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah mereka kian ke mari dengan kuasa–Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami! (59–13) Karena dosa mulut mereka adalah perkataan bibirnya, biarlah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh karena sumpah serapah dan dusta yang mereka ceritakan, (59–14) habisilah mereka dalam geram, habisilah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya mereka sadar bahwa Allah memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi. Sela (59–15) Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. (59–16) Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka mengaum. (59–17) Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan–Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak–sorai karena kasih setia–Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. (59–18) Ya kekuatanku, bagi–Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia–Nya. Renungan Bagaimana cara kita memandang masalah? Seberapa sering kita menyerahkan masalah kita kepada Tuhan? Judul: Serahkanlah pada Tuhan 159 Daud menghadapi masalah yang sangat berat. Ia dikejar-kejar dan nyawanya terancam. Yang memburu dia adalah Saul, raja Israel. Ironisnya ia sama sekali tidak melakukan perbuatan yang membuat dia layak diperlakukan sebagai buronan dengan ancaman hukuman mati (ayat 4-5a) . Lalu kenapa Saul begitu bernafsu menghabisi nyawanya? Karena Saul merasa kedudukannya terancam akibat keberhasilan Daud dalam perang. Daud tidak dianggap sebagai pahlawan bangsa, tetapi justru sebagai rival yang mengancam takhta. Ia khawatir jabatannya beralih ke tangan Daud. Maka satusatunya cara untuk mengatasi hal itu, Daud harus disingkirkan. Bagaimana Daud menanggapi ancaman maut dari Saul? Ia berseru kepada Allah memohon kelepasan dari penyerangnya, orang yang bermaksud membunuh dia (ayat 2-3, 5b-8) . Ia mengibaratkan orang itu seumpama anjing yang memanfaatkan senja untuk menyerang orang (ayat 7-8, 15-16) . Bagaimana Daud memandang masalahnya dari sudut pandang Tuhan? Ia tahu bahwa Tuhan menertawakan orang itu (ayat 9) . Artinya Tuhan memandang remeh tindakan itu. Maka tak ada keraguan bagi Daud untuk menyerahkan perkaranya kepada Tuhan (ayat 10-14) . Ia berharap Tuhan memakai mereka sebagai pelajaran agar orang tahu bagaimana Allah menghukum orang yang melawan Dia dan yang diurapi-Nya (ayat 12) . Masalah berat dengan ancaman nyawa tidak membuat Daud panik dan melupakan Tuhan. Meski berhadapan dengan penguasa yang bisa saja membinasakan dirinya, Daud tahu bahwa semua itu tidak berarti apa-apa bagi Tuhan. Mazmur Daud ini kiranya menguatkan kita tatkala menghadapi orang-orang yang memusuhi kita. Kita dapat meminta Tuhan campur tangan. Percayalah bahwa Allah tidak akan tinggal diam. Ia tidak akan membiarkan kejahatan berjaya dan tidak akan membiarkan sesuatu apapun memisahkan kita dari kasih setia-Nya (band. Rm. 8:31-39) . 160 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung kesaksian. Miktam dari Daud untuk diajarkan, (60–2) ketika ia memerangi orang Aram–Mesopotamia dan orang Aram–Zoba, dan ketika Yoab pada waktu pulang telah memukul kalah dua belas ribu orang Edom di Lembah Asin. (60–3) Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! (60–4) Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak–retaknya, sebab bumi telah goyang. (60–5) Engkau telah membuat umat–Mu mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah memberi kami minum anggur yang memusingkan. (60–6) Kepada mereka yang takut kepada–Mu telah Kauberikan panji–panji, tanda untuk berlindung terhadap panah. Sela (60–7) Supaya terluput orang–orang yang Kaucintai, berikanlah keselamatan dengan tangan kanan–Mu dan jawablah kami! (60–8) Allah telah berfirman di tempat kudus–Nya: “Aku hendak beria–ria, Aku hendak membagi–bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur. (60–9) Punya–Ku Gilead dan punya–Ku Manasye, Efraim ialah pelindung kepala–Ku, Yehuda ialah tongkat kerajaan–Ku; (60–10) Moab ialah tempat pembasuhan–Ku, kepada Edom Aku melemparkan kasut–Ku, karena Filistea Aku bersorak–sorai.” (60–11) Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapakah yang menuntun aku ke Edom? (60–12) Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama–sama bala tentara kami? (60–13) Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia–sia penyelamatan dari manusia. (60–14) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan–perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak–injak para lawan kita. Renungan Ada masa-masa suram dalam kehidupan umat Tuhan, yakni masa ketika Tuhan seolah marah dan meninggalkan mereka. Ini dirasakan ketika Israel kalah berperang melawan orang-orang Aram (ayat 1) . Situasi itu membuat umat meratap karena merasa ditolak Allah (ayat 3-4) . Yang mereka tahu, mereka adalah umat pilihan yang dikasihi Allah. Namun peristiwa yang terjadi membuat mereka terguncang (ayat 4) . Tiang-tiang pemahaman mereka seolah runtuh karena keterkejutan. Bagi umat, kemarahan Tuhan bagai anggur yang membuat mereka pusing (ayat 5) . Maka dari kedalaman ratapan, umat memohon pemulihan dari Tuhan (ayat 6-7). Umat masih mengingat bahwa Tuhan yang berkuasa itu adalah Pemilik mereka, yang telah mengalahkan musuh-musuh mereka (ayat 8-10) . Itulah sebabnya, walaupun situasi yang mereka hadapi saat itu bisa menggoyahkan iman, mereka tetap yakin bahwa Tuhan akan memimpin mereka meraih kemenangan (ayat 11-12) . Dan mereka tahu pasti bahwa kemenangan mereka berasal hanya dari Allah. Hanya karena pertolongan Allah belaka maka mereka mampu mengatasi semua situasi itu (ayat 13-14) . Judul: Doa di tengah pergumulan 161 Kesulitan dan krisis yang menghadang kita, seringkali menjadi momok yang menakutkan. Apalagi bila melihat kondisi dan kemampuan kita, kita mungkin akan mengira bahwa krisis itu tidak dapat kita atasi. Kita lupa bahwa Tuhan ada, melihat kita, dan siap mengulurkan tangan untuk menolong kita. Tuhan tidak akan tinggal diam, asalkan kita tidak lupa untuk berpaling pada Dia dan setia berjalan dalam kehendak-Nya. Namun sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa situasi apapun yang dihadapi umat, menang atau kalah, semua itu ada dalam kendali Allah. Sebab itu kita harus bergantung pada Allah dalam berbagai situasi. Sebagai umat Allah, kita harus senantiasa bergantung pada kekuatan dan janji penyertaan-Nya. Yakinilah bahwa panji-panji keselamatan Tuhan akan selalu melindungi kita dari ancaman panah-panah api si jahat. Maka janganlah takut, berjalanlah maju dalam iman, dan kalahkanlah si jahat. 162 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 61 1 2 3 4 5 6 7 8 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Dari Daud. (61–2) Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku! (61–3) Dari ujung bumi aku berseru kepada–Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. (61–4) Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap musuh. (61–5) Biarlah aku menumpang di dalam kemah–Mu untuk selama–lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan sayap–Mu! Sela (61–6) Sungguh, Engkau, ya Allah, telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi permintaan orang–orang yang takut akan nama–Mu. (61–7) Tambahilah umur raja, tahun–tahun hidupnya kiranya sampai turun–temurun; (61–8) kiranya ia bersemayam di hadapan Allah selama–lamanya, titahkanlah kasih setia dan kebenaran menjaga dia. (61–9) Maka aku hendak memazmurkan nama–Mu untuk selamanya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari. Renungan Sendirian dan terasing, itulah situasi yang dihadapi pemazmur. Ia berada dalam pelarian. Tanpa teman, ia berada di pegunungan yang berbatu-batu. Tentu ia merasa kesepian. Dirinya lemah lesu (ayat 3) . Ke manakah ia harus pergi kalau bukan kepada Tuhan? Siapakah yang bisa dia ajak bicara kalau bukan Tuhan? Maka ia berseru kepada Tuhan, sang Gunung batu. Ia meminta Allah memberi perhatian pada doanya (ayat 2) . Ia mengharapkan Allah menjadi tempat perlindungan karena baginya, Allah adalah gunung batu dan menara yang kuat (ayat 3-4). Kerinduan akan perlindungan Allah ini dilandaskan pada pengalaman pemazmur dengan Allah sebelumnya (ayat 4) . Maka pemazmur berharap dapat tinggal di rumah Allah, untuk menikmati perlindungan-Nya (ayat 5) . Harapan yang disertai keyakinan bahwa Allah mendengar doanya (ayat 6). Pada saat itulah, pemazmur akan memuji Allah dengan nyanyian dan akan memberi persembahan secara teratur (ayat 9) . Judul: Ketika merasa sendirian Masalah memang sering membuat kita merasa sendirian dan terasing, meski berada di tengah orang banyak. Seakan-akan tak ada teman untuk berbagi masalah. Orang terdekat pun seolah tak memahami kita. Namun sebagai orang percaya, kita dapat dengan yakin memohon kelepasan dari Allah. Dia tidak pernah bisa dibatasi oleh apapun juga. Ingatlah janji-janji dalam firman-Nya. Ingat juga kesetiaan-Nya yang telah kita alami sebelumnya. Pengalaman dan juga firman akan menguatkan kita tatkala kita merasa sendirian. Selain itu, yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia akan selalu menganugerahkan kekuatan dan per-lindungan yang sempurna kepada kita. Dengan senantiasa memercayai Tuhan sebagai gunung batu dan kota benteng kita, seluruh totalitas hidup kita akan berubah. Tak ada lagi yang dapat menjadi ancaman bagi kita. Ketika kita bergantung penuh pada Dia, tak ada lagi yang dapat mengoncangkan kita. Maka temukan kekuatan dengan berserah secara total kepada kasih dan kesetiaan-Nya. 163 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 62 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. (62–2) Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada–Nyalah keselamatanku. (62–3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (62–4) Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh? (62–5) Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki. Sela (62–6) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada–Nyalah harapanku. (62–7) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (62–8) Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. (62–9) Percayalah kepada–Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan–Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela (62–10) Hanya angin saja orang–orang yang hina, suatu dusta saja orang–orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin. (62–11) Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia–sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya. (62–12) Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, (62–13) dan dari pada–Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya. Renungan Keamanan adalah salah satu kebutuhan manusia. Banyak orang yang berani bayar mahal demi mendapatkan rasa aman, misal dengan membayar pengawal pribadi. Judul: Tuhanlah harapanku Daud pernah juga berada dalam posisi tidak aman, yakni saat menghadapi orang yang bermaksud menjatuhkan dia dari kedudukannya, dengan berbagai macam cara (ayat 4-5) . Dalam kondisi krisis semacam itu, Daud tahu ke mana dia harus pergi, yaitu kepada Allah yang menjadi tempat perlindungannya (ayat 2-3, 6-7) . Daud tahu bahwa Allah adalah dasar keselamatan dan kemuliaanNya. Sebab itu ia mendorong orang untuk memercayai Allah senantiasa. Dan itu bisa dinyatakan dengan berdoa kepada Dia (ayat 8-9) . Menurut Daud, tidaklah bijaksana bila orang tergantung kepada manusia bila ingin mencari perlindungan dan rasa aman. Memang pada saat itu Daud harus menghadapi orang-orang yang menginginkan kejatuhannya dengan cara apaun (ayat 10-11) . Bagi Daud, orang-orang semacam itu bagaikan angin, tidak memiliki arti apapun dan tidak punya kuasa sedikit pun. Karena itu tempat perlindungan yang aman, satu-satunya adalah Allah. Ia Maha Kuasa, penuh kasih setia, dan senantiasa bertindak adil (ayat 12-13) . Kita pun pasti pernah menghadapi krisis karena berbagai masalah yang melanda hidup kita. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, kepada siapakah kita hendak menggantungkan harapan dan menaruh 164 kepercayaan kita? Adakah Allah sebagai yang pertama dan satu-satunya kita ingat ketika kita dilanda krisis? Hanya dangan membawa diri mendekat dan melekat pada kuasa pemeliharaan-Nya yang melampaui segala akal, kita akan mendapatkan aliran ketenangan dan kedamaian sekalipun berada ditengah-tengah badai. Semua kekayaan, kemasyhuran, dan relasi sebaik apapun tidak akan memberi jaminan apapun di dalam hidup ini. Bawalah diri kita mendekat kepada aliran kasih dan kuasa Tuhan yang tak terbatas itu. Maka ketenangan dan kemenangan pasti menjadi bagian kita. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 62: 1-5 Pdt. SIHOMBING, Stephen Gabriel Rocky Feller, S.Th. Sumber: GPIB (Gereja Protestan Di Indonesia Bagian Barat) Pondok Ungu, Bekasi Hidup Tenang bersama Allah digolongkan sebagai mazmur kepercayaan. Maksudnya, mazmur ini mengungkapkan ketenangan hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman pemazmur di tengah segala kesukaran, tantangan dan penderitaan hidup. Pemazmur di sini mengungkapkan keyakinan yang teguh bahwa apapun kejahatan yang dilakukan orang lain, tidak boleh dibalas dengan kejahatan, melainkan dengan berserah diri mohon perlindungan Tuhan. Pemazmur mengingatkan orang percaya untuk selalu berharap kepada Tuhan (ayat 1 dan 5) . Mazmur 62:1-5 Berharap kepada Tuhan berarti kita memberi prioritas utama bagi campur tangan Allah. Kita memohon hikmat dan petunjuk-Nya agar diberikan pertolongan dan jalan keluar yang benar. Pemazmur dengan tegas mengatakan: Hanya dekat Allah saja aku tenang! Pemazmur tidak panik, gelisah apalagi takut menghadapi pemfitnah yang mengincar jabatannya (ayat 5) . Pemazmur bisa saja membalas, namun dia tidak melakukannya. Pemazmur hanya percaya kepada Tuhan sebagai kekuatan (gunung batu) dan perlindungan (kota benteng) yang memberikan keselamatan dan ketentraman hidup dalam menghadapi tekanan hidup yang berat. Bagaimana pemazmur dapat bersikap tenang dalam situasi yang mengerikan? Apakah pemazmur sedang bersandiwara? Apakah pemazmur sedang membual seolah-olah tidak ada masalah? Tidak. Pemazmur tidak berkata bohong. Pemazmur bukan sedang menjual obat. Pemazmur berbicara benar tentang hidup berimannya bersama Tuhan sehari-hari. Rahasia mengapa pemazmur dapat tenang: sebab pemazmur memiliki persekutuan rohani yang erat dengan Allah. Pemazmur percaya kepada kuasa Allah yang menolong dan melindunginya. Pemazmur menggambarkan Tuhan sebagai gunung 165 batu dan kota benteng (ayat 3) . Gambaran tentang kekuatan dan perlindungan Tuhan dalam hidup pemazmur begitu nyata dan dialami langsung pemazmur berulang-ulang dalam hidupnya. Rasa tenang itu datang karena imannya kepada Allah yang aktif memelihara umat. Bukan iman yang suam-suam kuku atau iman yang mati. Pemazmur memelihara iman yang hidup karena selalu punya kesempatan beribadah memuji dan berdoa kepada Allah. Pemazmur tidak mungkin mengatakan tidak ada waktu untuk berdoa; tidak ada waktu untuk memuji; tidak ada waktu untuk beribadah! Pemazmur selalu punya waktu khusus untuk bersyukur, berdoa dan beribadah, terlebih lagi saat hidupnya terjepit. Jika pemazmur dapat bersikap tenang saat hidupnya terancam, lalu bagaimana dengan kita yang hari ini bersekutu? Bisa jadi, pengalaman pemazmur beda dengan pengalaman hidup kita. Kita benarbenar bisa gelisah, tidak sabaran, mudah tersinggung dan cepat naik darah, di tengah situasi di mana kekerasan, egoisme dan keserakahan sudah jadi biasa. Banyak dari kita mudah terpengaruh untuk melakukan kejahatan dan membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan yang lebih kejam lagi. Jika begitu, maka hidup kita ada dalam bahaya; kita berjalan di jalan yang gelap; kita hidup di luar kendali Allah; hidup kita tidak menyenangkan hati Tuhan; hidup kita tidak bisa jadi persembahan yang berbau harum bagi Allah. Pertobatan dan pembaruan hidup menjadi keharusan. Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita untuk selalu memberi diri bersekutu dengan Tuhan Yesus. Bukankah 2-3 orang berkumpul dalam nama Yesus, di situ Tuhan ada dalam kemuliaan-Nya (Lihat. Matius 18:20) . Berilah waktu untuk bersama berdoa, dan memuji nama-Nya. Sebelum saudara bertindak mengambil keputusan, mintalah hikmat Tuhan terlebih dahulu. Jagalah mulut saudara dari ucapan menipu dan kata-kata fitnah. Jadi jika saudara gelisah, dan tidak sabaran, saudara tidak dapat mengatasinya dengan kekuatan diri sendiri. Saudara harus meminta hamba Tuhan atau anggota keluarga saudara untuk mendoakan hidup saudara. Saudara dan saya butuh pertolongan dan campur tangan Allah dalam hidup ini. Jika saudara dikelilingi oleh orang jahat, jangan gelisah; jangan takut, berdoalah kepada Tuhan Yesus; mintalah berkat-Nya agar saudara tetap selamat. Hanya dekat Allah saja orang beriman tenang, asalkan kita mau berserah sepenuhnya kepada Allah. Surat 1 Petrus 5: 7 berkata: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Amin ! 166 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 63 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. (63–2) Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada–Mu, tubuhku rindu kepada–Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. (63–3) Demikianlah aku memandang kepada–Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan–Mu dan kemuliaan–Mu. (63–4) Sebab kasih setia–Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. (63–5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama–Mu. (63–6) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak–sorai mulutku memuji–muji. (63–7) Apabila aku ingat kepada–Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, – (63–8) sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap–Mu aku bersorak–sorai. (63–9) Jiwaku melekat kepada–Mu, tangan kanan–Mu menopang aku. (63–10) Tetapi orang–orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian–bagian bumi yang paling bawah. (63–11) Mereka akan diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing hutan. (63–12) Tetapi raja akan bersukacita di dalam Allah; setiap orang, yang bersumpah demi Dia, akan bermegah, karena mulut orang–orang yang mengatakan dusta akan disumbat. Renungan Sebuah surat kabar nasional pernah memuat cerita tentang seorang anak yang nekad pergi dari Jakarta ke pulau Bangka dengan bermodalkan uang sebesar Rp 35.000 dan sepeda kesayangannya. Mengapa dia begitu nekad? Perlakuan kasar ibu tiri dan kerinduan akan ibu kandungnya memotivasi dia untuk melakukan perjalanan jauh itu. Judul: Haus akan Allah Daud pernah merasakan kerinduan yang amat kuat kepada Tuhan saat ia berada di padang gurun. Kerinduannya bagaikan kerinduan akan air saat haus di padang gurun (ayat 2-3) . Dahaga yang tak terperikan. Ini menggambarkan betapa Daud sangat membutuhkan Allah, yang mulia dan ber-kuasa. Kehausan Daud akan Allah membangkitkan puji-pujian dari dalam hatinya. Perenungan akan kasih Allah yang telah memuaskan hidupnya (ayat 6) mengalirkan sorak sorai pujian (ayat 7-8). Perenungan akan dukungan Tuhan dalam hidupnya, membuat Daud yakin bahwa Allah akan melindungi dia dalam situasi yang dia tengah hadapi (ayat 10-12) . Daud tahu bahwa Allah akan melepaskan dia dari musuh-musuhnya, dan karena itu ia bersukacita. Perenungan akan pribadi dan karya Allah memang membawa penyegaran pada iman kita. Merenungkan kasih dan setia Tuhan akan memenuhi kebutuhan dasar rohani kita, seperti makanan dan minuman bagi fisik. Maka bila saat ini Anda sedang merasa seperti berada di padang gurun yang kering dan gersang, ingatlah pengalaman-pengalaman Anda berjalan bersama Allah. Ingatlah bagaimana kasih dan kuasa-Nya pernah membuat Anda takjub dan bersukacita. Ingatlah bagaimana 167 pemeliharaan-Nya memampukan Anda menjalani hari demi hari. Maka Anda akan merasakan sukacita dan puji-pujian memenuhi hati Anda. Iman Anda pun akan disegarkan dan dikuatkan. Karena itu, ketika Anda mengalami masalah, jangan mau disudutkan oleh masalah itu sendiri. Angkat pandangan Anda kepada Allah, yang pasti tengah memerhatikan Anda. Yakinlah bahwa Ia tidak meninggalkan Anda. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 63 Pdt. Thomy J. Matakupan Melihat Allah Bagaimana memahami-Nya ditulis oleh Daud pada saat dia lari dari ancaman Absalom. Pada waktu itu Daud dengan terpaksa harus pergi meninggalkan Yerusalem. Di tengah perjalanan dia didatangi beberapa rekannya yang meminta dia mengembalikan Tabut Perjanjian (Ark of the covenant) ke Yerusalem. Daud menyetujui permintaan tersebut. Dalam kondisi demikianlah lahirlah Mazmur 63 ini. Mazmur 63 memiliki catatan-catatan yang memilukan hati, yaitu pada waktu Daud berkata: Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu. Perkataan itu sangat memilukan karena bagi Daud dan bangsa Israel pada waktu itu, kehadiran Tabut Perjanjian adalah sama dengan kehadiran dari Allah sendiri. Pada waktu Tabut itu belum kembali ke Yerusalem, maka Daud dengan segenap hati dan tenaga berusaha untuk mengembalikannya ke Yerusalem. Ternyata, mereka berhasil membawa Tabut itu kembali ke Yerusalem dan seluruh Israel bersukacita karenanya. Pada waktu Daud dikejar oleh Absalom, Tabut itu untuk sementara waktu juga keluar dari Yerusalem, tetapi kemudian harus dikembalikan ke tempat yang seharusnya yaitu di Yerusalem. Mazmur 63 Mari kita mencoba membayangkan hati yang seperti apa yang ada pada seorang Daud pada waktu dia memandang Tabut itu harus kembali ke Yerusalem, yang berarti keterpisahannya dengan Allah. Kalau kita telusuri kata demi kata dalam Mazmur 63 ini, kita akan melihat bagaimana pemazmur mengkaitkan pengalaman dengan Tuhan tersebut dengan emosinya. Seharusnya kita juga mempunyai keinginan yang sama yaitu mempunyai relasi yang sedemikian erat dengan Allah, dan dapat mengucapkan kalimat-kalimat seperti yang dicetuskan oleh Daud, yang menggambarkan sebuah keintiman/ kedekatan, sebuah keinginan untuk terus melekat kepada-Nya. Tema khotbah pada hari ini adalah bagaimana kita mengerti tentang mencari Allah. Hidup rohani kita juga merupakan suatu perjalanan mencari Allah. Dua dasar bagi kita untuk memikirkan realita konkret dalam mencari Allah yaitu: kehadiran Allah dalam hidup seseorang bukanlah problema menafsirkan Alkitab melainkan lebih kepada pengalaman mengalami kebenaran pernyataan Allah di dalam Alkitab. 1) 168 Pada waktu Daud mengeluarkan pernyataan: Ya Allah, Engkaulah Allahku ... berarti ada yang disapa olehnya. Hal ini jauh melebihi daripada sekedar menafsirkan Alkitab tentang bagaimana Allah menyatakan Diri. Perkataan Daud berlanjut: ... aku mencari Engkau, ... tidaklah sekedar menunjukkan problema tempat seperti bermain petak umpet dengan seseorang, Allah tidak pernah bersembunyi, Allah selalu hadir, yang menjadi masalah adalah kita yang seringkali kehilangan Allah. Jadi janganlah pernah kita bermain-main dengan iman kepercayaan yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita. Setiap seruan kepada Allah adalah suatu hal yang serius karena kita sedang menyapa Sang Maha Tinggi. Allah kemudian memberikan Diri untuk disapa oleh umat-Nya. Inilah pengalaman relasi antara manusia dengan Allah. Daud bukan sekedar menyapa Allah tetapi dia juga mencari Allah dengan segenap hidupnya, hatinya, dengan sesungguh-sungguhnya. Ketika sampai pada bagian ini, Daud mengalami penderitaan dalam jiwanya. Orang yang mencari Allah haruslah mengalami penderitaan di dalam jiwanya. Inilah titik awal mengalami kebenaran kehadiran Allah. Penderitaan itu akibat merasakan Allah begitu jauh, seperti hilang. Kita perlu memeriksa ulang definisi kalimat: aku percaya. Kalimat “aku percaya“ mengandung konsekuensi yang sangat besar didalamnya yaitu jiwa kita mengalami penderitaan. Banyak kali kalimat tersebut diatas yang mempunyai jiwa takdir di belakangnya sehingga tidak lagi ada pergumulan untuk mau mengerti kehendak Tuhan dan mencari Dia, karena semuanya sudah ditetapkan/ sudah suratan tangan. Hal ini bukan berhenti hanya dalam problema penafsiran Alkitab karena kalau begitu kita hanya akan bermain dalam wilayah wacana semata. Yang terpenting adalah bagaimana mengalami kebenaran pernyataan Alkitab. Kalimat “aku percaya“ merupakan kalimat personal dan merupakan respon personal kepada Allah. Hadirnya Allah bukan sekedar dalam konteks problema hidup, seperti: konflik relasi, konflik dalam pekerjaan, dll, melainkan dalam konflik yang lebih antara “aku percaya“ dan “aku tidak percaya“. Konflik disini adalah antara aku percaya bahwa Dia ada dan aku menghadapi seakan-akan Dia tidak ada. Konflik ini lebih personal sifatnya dan ini tiap-tiap kali kita hadapi. Di satu sisi kita tahu kebenaran, di sisi lain kita tidak tahu kebenaran itu seperti apa dan kita tidak tahu caranya. Hal ini bersifat personal. Allah hadir di dalam konflik internal (konflik jiwa yang muncul dalam hidup kita)! Mari kita melihat dua aspek tentang hadirnya Allah dalam hidup kita yaitu: 2) 1) Allah hadir melalui kebutuhan untuk melihat kekuatan dan kemuliaan-Nya. Istilah melihat Dia, mencari Dia dan percaya kepada Dia, saya samakan artinya. Ketika kita mencari Tuhan, kita sedang mencari cara untuk percaya kepada Dia. Ketika kita ingin melihat Tuhan, kita ingin melihat iman kita mempunyai pondasi kepercayaan kepada-Nya. Dari mana semua perasaan itu muncul? Teologi Reformed mengajarkan bahwa Allah memang menciptakan kondisi demikian sehingga manusia merasa harus mencari pribadi yang dapat mengisi kekosongan/ ketandusan dari jiwa ini. Inilah salah satu cara yang dipakai Allah untuk membawa orang kembali kepada Dia. Apa yang ingin dilihat oleh Daud? Alkitab mengungkapkan dua hal yaitu: a) kekuatan Allah, b) kemuliaan Allah. Pada saat Daud bertemu dengan kuasa Allah, dia menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa dan sepenuhnya bergantung kepada Allah. Pada saat Daud bertemu dengan kemuliaan Allah, dia menyadari bahwa dirinya sangatlah hina, miskin dan lemah. Inilah resiko ketika kita mencari Allah. Allah akan memperhadapkan kita pada kondisi kita yang sebenarnya. Di bagian lain Kitab Mazmur dicatat: Apalah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Dalam hal ini bukanlah problema materi ataupun psikologi yang dihadapi Daud melainkan problema rohani. Psikologi 169 seringkali membuang Tuhan dari dalamnya dan dalam banyak aspek tidak mengkaitkan dengan kekekalan. Daud memandang kepada Tuhan di tempat kudus (ayat 3) , berarti memandang dengan penuh harap dan memohon belas kasihan agar ada kesempatan untuk menemukan-Nya, dan bisa melihat kekuasaan dan kemuliaan Tuhan. Di sinilah kita menemukan arti kesempatan untuk boleh mendekati Dia dan melihat kekuatan dan kemuliaan-Nya. Kekuatan dalam hal ini bukanlah kuasa Tuhan untuk membereskan semua permasalahan yang terlihat, melainkan kekuatan yang Tuhan berikan untuk bisa menerima kenyataan kalau Tuhan tidak berkenan kepada keinginan kita. Inilah kebenaran iman yang tidak terelakkan bahwa Tuhan bisa memilih untuk berkata “tidak“. Hal ini juga merupakan cetusan kebaikan dari Allah. Melihat kemuliaan Tuhan bukanlah melihat cahaya yang terang. Daud ingin mengetahui kemuliaan Tuhan, maksudnya adalah ingin beroleh kesempatan untuk memuji-muji Tuhan dengan bibirnya, untuk bisa memegahkan Tuhan seumur hidupnya. Memuliakan Tuhan adalah pada saat Allah bekerja dalam hidup kita. Allah bekerja dalam hidup bukanlah untuk menolong orang yang memintanya. Allah bekerja dalam segala sesuatu adalah bagi Diri-Nya sendiri, untuk menyatakan kemuliaan-Nya sendiri. Kalau kita menjumpai Dia menolong kita, itu adalah karena kasih karunia-Nya semata. Allah bekerja untuk kemuliaan-Nya sendiri dengan cara menolong kita. Allah bukanlah pesuruh kita yang akan menjawab permintaan kita. Ketika kita menjumpai pertolongan-Nya, mau tidak mau kita akan memuji-muji Dia untuk kasih sayang-Nya. Melihat kemuliaan Tuhan adalah ekspresi dari hati yang bersyukur, yang keluar dari mulut. Hidup kita hanyalah karena belas kasihan Allah. 2) Allah hadir melalui kebutuhan melihat kesetiaan Allah. Allah yang setia berarti Allah tidak pernah berubah dalalm semua keputusanNya dan selalu berada bersama semua keputusanNya. Kita sulit untuk melihat kesetiaan Allah karena: a) membolak-balik arti hidup dan kehidupan. Kita seringkali tidak mengerti bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita, terkadang Allah terus menambah problema yang kita hadapi, sampai-sampai kita merasa hidup kita tidak berarti lagi. Hidup tidaklah sama dengan kehidupan. Hidup adalah esensi yang memberi penilaian di dalam kehidupan. Kehidupan barulah berarti ketika hidup itu memberikan penilaian kepadanya. Hidup tidaklah bergantung kepada kehidupan. Justru kehidupan yang bergantung pada hidup itu sendiri. Pada saat penciptaan Tuhan berkata bahwa semuanya itu sungguh amat baik, termasuk setelah Tuhan memberikan nafas hidup kepada manusia. Setelah itu Tuhan memberikan perintah kepada manusia untuk menaklukkan, menguasai dan memenuhi bumi. Adam mengerjakan semuanya itu didalam ketaatan. Setelah dia mengerjakannya, barulah dia menemukan arti dari hidupnya. Ada tiga aspek yang saling mengkait dalam hal ini yaitu: hidup, ketaatan, dan nilai/arti. Ketaatan adalah kehidupan, dan yang menjadikan hal itu menjadi mungkin adalah adanya hidup yang Tuhan berikan sebelumnya. Hidup sangatlah berarti, tetapi kehidupan bisa menjadi tidak berarti. Orang yang hidupnya disita dengan pikiran bahwa hidupnya tidak berarti, dia tidak akan bisa melihat kesetiaan Allah. b) membolak-balik arti baik dan tidak baik. 170 Dari kacamata Allah sajalah kita dapat mengetahui bahwa semuanya itu mendatangkan kebaikan. Kita seringkali tidak adil yaitu: kita tidak pernah mempertanyakan “mengapa“ ketika sesuatu yang baik terjadi, tetapi kita punya 1000 pertanyaan atas sesuatu yang tidak baik. Seharusnya kita bertanya: mengapa Tuhan memberikannya kepada kita? Maka dari itu kehidupan rohani kita menjadi pincang. Kita sangat ahli untuk mengajukan keberatan tetapi sangat miskin untuk bersyukur. Disini terlihat betapa rapuhnya kita, kita sangat cepat untuk mencari kesalahan termasuk kesalahan Tuhan. c) mempertanyakan apa artinya semua ini bagi kita. Pertanyaan itu menyimpan jiwa egois di belakangnya, karena pertanyaan itu bertolak dari diri manusia dan ingin agar semua yang baik menurut kita yang terjadi. Kita merasa semua yang Tuhan perbuat adalah sudah seharusnya kita dapatkan dari Dia. Ucapan syukur akan sangat sulit keluar dari mulut orang yang seperti ini. d) mempertanyakan apa maksud Tuhan untukku. Berani mempertanyakan hal ini berarti harus berani menerima semua konsekuensinya sebab Tuhan tidak pernah melihat sebuah permintaan dengan main-main. Di balik pertanyaan semacam ini sebenarnya ada suatu perspektif selektif yaitu kalau maksud Tuhan aman bagi kita maka kita setuju, tetapi kalau itu mengakibatkan pengorbanan yang besar maka kita tidak setuju. Tuhan Yesus mengajarkan satu prinsip yaitu: kalau mau tahu Kebenaran, maka kerjakanlah dahulu Kebenaran yang engkau mengerti, karena disitu engkau baru tahu mengenai Kebenaran itu. Kalau kita mau tahu kesetiaan Tuhan, maka kita harus setia mengerjakan apa yang Tuhan inginkan. Pergumulan mencari Tuhan adalah pergumulan mencari dan menemukan kesetiaan Tuhan. Kesetiaan tersebut akan membuat kita tidak bergeming walaupun masalah terus bertambah. Ketika kita berhadapan dengan kenyataan itu, secara otomatis mulut kita akan memuji-muji Tuhan dan memegahkan Tuhan. Ketika kita berada dalam pencarian akan Allah yang benar, kita akan senantiasa meminta Tuhan ingatkan kita akan Firman-Nya. Kalau kita bisa seperti itu, hal itu membuktikan kesetiaan Allah ada dalam hidup kita dan kita menemukan bahwa Tuhan menolong kita untuk berdiri dalam kesetiaan dengan cara mengingat Firman. Kasih setia Tuhan lebih penting daripada hidup, daripada semua problema hidup, daripada semua pengejaran dan pencarian kehidupan. Renungkanlah: Pelajaran iman apa yang Anda peroleh melalui pengalaman dalam pergumulan Anda dalam mencari dan mengenal Allah? Sharingkan satu peristiwa yang Anda alami baru-baru ini pada rekan seiman Anda. 2. Apa yang Anda mau lakukan di minggu ini bagi sesama supaya mereka juga beroleh anugerah Allah melalui kesaksian hidup iman percaya Anda. Berdoa dan lakukan komitmen Anda tersebut dengan tulus. 1. 171 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 64 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (64–2) Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat. (64–3) Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang– orang yang melakukan kejahatan, (64–4) yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah, (64–5) untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong– konyong mereka menembak dia dengan tidak takut–takut. (64–6) Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?” (64–7) Mereka merancang kecurangan–kecurangan: “Kami sudah siap, rancangan sudah rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang! (64–8) Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong–konyong mereka terluka. (64–9) Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala. (64–10) Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan– Nya. (64–11) Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada–Nya; semua orang yang jujur akan bermegah. Renungan Meski berkerinduan hidup dalam damai, orang percaya tidak luput dari orang-orang yang bersikap membenci dan memusuhi. Lalu bagaimana kita harus bersikap? Daud harus menghadapi orang-orang yang berkonspirasi untuk melawan dia (ayat 2-3) . Mereka menggunakan kata-kata keji untuk melukai dia (ayat 4-5) . Bahkan mereka merancang kejahatan yang akan ditujukan kepada dia (ayat 6-7) . Oleh karena itu Daud meminta Allah untuk menghakimi musuhmusuhnya. Daud mengharapkan perlindungan Ilahi karena ia yakin bahwa Allah akan menghukum orang-orang jahat. Judul: Allah berkuasa melindungi Apa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa daripada musuh-musuhnya. Senjata yang telah mereka lontarkan kepada dirinya, yaitu kata-kata yang keji dan jahat, kemudian dibalikkan Allah (ayat 8-9) . Seolah bumerang yang kembali kepada orang yang melemparkannya. Pembalasan yang Allah lakukan akan membuat orang menjadi gentar hingga tak berani melakukan hal yang sama kepada orang pilihan Allah (ayat 10). Namun orang-orang benar akan bersukacita karena apa yang telah Allah lakukan, dan ini akan memperbarui iman mereka pada Tuhan (ayat 11) . Ternyata musuh-musuh orang percaya hanya berjaya sebentar saja. Ada saat mereka merasa berada di atas angin. Namun Tuhan yang perkasa tidak akan membiarkan umat-Nya ditindas kejahatan. Ketika umat-Nya datang kepada-Nya, saat itulah Ia akan turun tangan dan bertindak menyatakan kuasa-Nya. Ini menjadi pelajaran bagi kita, orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Ketika berhadapan dengan orang-orang yang melontarkan perkataan keji, yang menuduh atau memfitnah 172 kita, kita tahu bahwa kita harus menyerahkan masalah itu kepada Allah. Belajar dari pengalaman Daud, kita dapat meyakini bahwa Allah pasti melindungi kita dan akan membalikkan kejahatan itu kepada mereka yang melakukannya. Semua itu dilakukan Allah karena Ia ingin menyatakan kemuliaan dan kuasa-Nya atas si jahat serta untuk kesejahteraan umat-Nya. 173 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 65 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Nyanyian. (65–2) Bagi–Mulah puji–pujian di Sion, ya Allah; dan kepada–Mulah orang membayar nazar. (65–3) Engkau yang mendengarkan doa. Kepada–Mulah datang semua yang hidup (65–4) karena bersalah. Bilamana pelanggaran–pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya. (65–5) Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran–Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah–Mu, di bait– Mu yang kudus. (65–6) Dengan perbuatan–perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan Engkau menjawab kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang menjadi kepercayaan segala ujung bumi dan pulau–pulau yang jauh–jauh; (65–7) Engkau, yang menegakkan gunung–gunung dengan kekuatan–Mu, sedang pinggang–Mu berikatkan keperkasaan; (65–8) Engkau, yang meredakan deru lautan, deru gelombang–gelombangnya dan kegemparan bangsa–bangsa! (65–9) Sebab itu orang–orang yang diam di ujung–ujung bumi takut kepada tanda–tanda mujizat–Mu; tempat terbitnya pagi dan petang Kaubuat bersorak–sorai. (65–10) Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya: (65–11) Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan–gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh–tumbuhannya. (65–12) Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan–Mu, jejak–Mu mengeluarkan lemak; (65–13) tanah–tanah padang gurun menitik, bukit–bukit berikatpinggangkan sorak–sorai; (65–14) padang–padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembah–lembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak–sorai dan bernyanyi–nyanyi. Renungan Apa saja isi doa kita kepada Tuhan? Seberapa banyak yang berisi permohonan? Adakah saat Anda hanya memuji Tuhan dan mengucap syukur kepada Dia? Judul: Ingatlah kebaikan Tuhan Selama beberapa hari kita telah merenungkan mazmur-mazmur Daud yang berisi pengaduan kepada Tuhan atas masalah-masalah yang dia hadapi. Daud juga mengajukan permohonan agar dia dilindungi dari musuh-musuh yang menginginkan nyawanya. Namun dalam mazmur ini kita melihat sesuatu yang berbeda. Mazmur ini merupakan ungkapan syukur dan pujian Daud kepada Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang bersedia mendengarkan doa-doa umat-Nya (ayat 3) . Tuhan juga membuka tangan terhadap mereka yang berdosa, bahkan Ia mau mengampuni kesalahan mereka (ayat 4) . Sebab itu orang akan merespons dengan menepati nazar yang telah mereka ucapkan (ayat 2) . Daud juga memuji-muji Allah yang telah menjawab doa umat-Nya dengan karya yang begitu luar biasa (ayat 6-9) . Orang-orang dari seluruh penjuru bumi pun memercayai Dia karena perbuatan-Nya 174 yang ajaib. Namun Tuhan bukan hanya menjawab doa, kasih dan kebaikan-Nya juga nyata melalui tanah yang subur dan panen yang berlimpah (ayat 10-14) . Bumi diperkaya juga dengan ternak yang berserak di padang rumput dan keemasan gandum yang menyelimuti lembah. Allah memberkati bumi dengan begitu banyak hal yang baik sehingga manusia bersukacita. Maka bukankah wajar kalau sorak sorai pujian dan gegap gempita ucapan syukur dinaik-kan kepada Tuhan? Coba renungkan, apa yang lebih sering Anda ingat-ingat? Pengalaman pahit dan penderitaan yang menyesakkan atau kasih dan kebaikan Tuhan yang telah Anda alami dalam perjalanan hidup Anda? Mana yang lebih sering Anda lakukan: berkeluh kesah karena masalah yang tak kunjung henti atau mengucap syukur karena campur tangan dan pemeliharaan Allah nyata? Maka sediakanlah waktu untuk merenungkan perlindungan dan kebaikan Tuhan di sepanjang hidup. 175 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 66 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian Mazmur. Bersorak–sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama–Nya, muliakanlah Dia dengan puji–pujian! Katakanlah kepada Allah: “Betapa dahsyatnya segala pekerjaan–Mu; oleh sebab kekuatan–Mu yang besar musuh–Mu tunduk menjilat kepada–Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada–Mu, dan bermazmur bagi–Mu, memazmurkan nama– Mu.” Sela Pergilah dan lihatlah pekerjaan–pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan–Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang–orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia, yang memerintah dengan perkasa untuk selama–lamanya, yang mata–Nya mengawasi bangsa– bangsa. Pemberontak–pemberontak tidak dapat meninggikan diri. Sela Pujilah Allah kami, hai bangsa–bangsa, dan perdengarkanlah puji–pujian kepada–Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak. Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada pinggang kami; Engkau telah membiarkan orang–orang melintasi kepala kami, kami telah menempuh api dan air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas. Aku akan masuk ke dalam rumah–Mu dengan membawa korban–korban bakaran, aku akan membayar kepada–Mu nazarku, yang telah diucapkan bibirku, dan dikatakan mulutku pada waktu aku susah. Korban–korban bakaran dari binatang gemuk akan kupersembahkan kepada–Mu, dengan asap korban dari domba–domba jantan; aku akan menyediakan lembu–lembu dan kambing– kambing jantan. Sela Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan–Nya terhadap diriku. Kepada–Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar. Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia–Nya dari padaku. Renungan Banyak orang yang tidak suka melihat masa lalunya, malah memilih untuk melupakannya saja karena menganggap masa lalunya kelam. Tak ada yang menyenangkan dan pantas untuk diingat. Judul: Mari mengingat karya Tuhan Pemazmur dalam bacaan kita hari ini, begitu bersemangat melihat ulang pengalaman hidup yang telah dia lalui: Tuhan telah menjawab doa yang dia panjatkan dengan hati nuraninya yang tulus (ayat 16-20) . Tuhan tentu tidak mau mendengar doa orang yang licik dan tidak tulus. Sebab itu pemazmur 176 memuji-muji Allah dan mempersembahkan korban untuk menepati nazar yang telah dia ucapkan sebelumnya, pada waktu dia mengalami kesusahan (ayat 13-15) . Pemazmur pun mengajak umat Tuhan untuk mengingat ulang karya-karya Allah dalam perjalanan sejarah bangsa mereka. Dengan ajaib, Allah telah melepaskan mereka dari kejaran tentara Mesir (ayat 5-7) . Dengan prajurit bersenjata di belakang mereka dan gulungan ombak di depan mereka, siapakah yang dapat menyangka sebelumnya bahwa Allah akan membelah laut menjadi jalan yang terbuka bagi mereka? Ajaib bukan? Maka meskipun pengalaman itu begitu mendebarkan, seolah nyawa berada di ujung tanduk, pemazmur dengan jelas menyaksikan bahwa Tuhan tidak membiarkan musuh berjaya atas mereka (ayat 8-12) . Tuhan tidak membiarkan mereka binasa begitu saja. Oleh sebab itu pemazmur mengajak umat untuk merespons karya Allah yang ajaib itu dengan puji-pujian dan sorak sorai (ayat 1-4) . Seberapa sering Anda mengisi ibadah Anda dengan puji-pujian kepada Tuhan? Seberapa sering hati Anda terangkat karena mengingat ulang karya Tuhan dalam perjalanan hidup? Ketika hidup terasa menekan, ketika Anda kehilangan sukacita dan memandang dunia dengan kacamata buram, mari ingat lagi apa yang telah Allah lakukan dalam hidup Semua itu akan menyatakan kebesaran dan kasih Allah. Dengan mengingat-ingat semua itu, niscaya sukacita akan mengalir dan puji-pujian pun akan terucap dari bibir Anda. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 66: 16-20 Pdt. Tigor Sitanggang, MTh Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Pujilah Allah yang mendengar dan memperhatikan engkau “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan.” Menyanyikan pujian atas segala perbuatan Allah yang pernah dilakukannya terhadap kita. Apakah alasan kita untuk menyanyikan pujian? Mungkin saja hidup kita susah, mungkin kita harus bekerja keras, mungkin juga pekerjaan kita kurang berhasil. Dalam situasi seperti itu bagaimana kita bisa menyanyikan kidung pujian? Nyanyian pujian bisa dilantunkan bila kita mengingat perbuatan atau apa yang dilakukan-Nya terhadap diri kita. Puji-pujian merupakan saat kita bernyanyi tentang Allah, pujian yang berhubungan dengan tindakan Allah yang kita rasakan karena anugerah, dan berkat-Nya; dan ketika kita beribadah kita bernyanyi kepada-Nya. Pemazmur menikmati berkat Allah bukan formalitas saja tanpa dasar dan penghayatan arti dan 177 makna sesungguhnya, tanpa penghayatan kristiani. Pemazmur merenungkan perbuatan-perbuatan Allah yang dilakukan-Nya ketika mereka berada di tanah Mesir. Mereka diperbudak dan Allah turun tangan melalui Musa untuk melepaskan mereka dari kekuasaan pemerintah Mesir. Peristiwa keluaran tidak dengan serta merta membuat bangsa Israel keluar dari Mesir dan memasuki tanah pengharapan, tetapi peristiwa itu dipakai Allah untuk mendidik bangsa itu agar semakin mengenal dan merasakan perbuatan Tuhan dalam hidup mereka. Begitu dahsyatnya perbuatan Tuhan dalam peristiwa itu yang membuat Firaun tunduk dalam kekuasaan Allah. Bangsa Israel dibebaskan menuju tanah pengharapan. Keluar dari Mesir meningkatkan nilai kemanusiaan bangsa itu, kepala mereka bisa tegak berdiri meninggalkan negeri yang telah memperbudak mereka. Umat Tuhan lahir karena perbuatan Allah di Mesir dan peristiwa Laut Teberau menjadi peristiwa yang tidak terlupakan bangsa itu dan pemazmur sendiri. Dia tidak pernah melupakan kekuasaan Tuhan. Ditambah lagi, dia sering mengalami perlindungan dan berkat Allah dalam hidupnya, meski musuhnya banyak dan mengalami masa-masa sulit dia selalu percaya kepada Tuhan. Mazmur ini menunjukkan rangkaian antara pujian dan ucapan syukur di dalam doa yang disampaikan secara pribadi maupun bersama-sama atas peristiwa masa lampau dan masa kini. Kita bisa melihat dalam ayat 16-19 dan kesimpulan pada ayat 20 dalam kasih karunia Allah atas kebaikan-Nya. Ayat-ayat itu sebagai kesaksian pribadi yang berdiri di tengah-tengah komunitas peserta ibadah untuk mengajak semua orang dalam ibadah untuk mensyukuri perbuatan-Nya yang ajaib. Kita melihat pemazmur bersyukur dan memuji Allah terus secara berulang-ulang. Rasa syukur bisa mengarah kepada ungkapan pribadi tetapi puji-pujian mengubah doa pribadi menjadi komunal dan meluas. Memuji Allah memerlukan pemusatan pikiran secara komunal, berbeda dari rasa syukur yang melihat apa yang telah dilakukan Allah kepadaku. Namun memuji bisa menciptakan jarak antara si pemuji dan Allah, jadi diperlukan ungkapan rasa syukur untuk melihat peran Allah secara pribadi kepadaku. Hal itu sangat berhubungan antara pengakuan terhadap perbuatan Allah di masa lampau dengan tindakan-Nya di masa kini, keberadaannya tidak terpisah namun berbeda cara mengungkapkannya dan penyataannya meski dari Allah yang sama. Mazmur ini mengarahkan kita juga kepada peristiwa Paskah. Peristiwa Keluaran diulang dalam peristiwa kebangkitan Yesus dengan cara baru di mana puji-pujian kita berakar dalam kebangkitanNya dari kubur. Hal-hal yang membuat kita menderita, susah dan berduka berubah kepada kesatuan dalam kemenangan Tuhan terhadap kematian dan Yesus Kristus tetap hidup di antara orang-orang percaya. Dia menang atas kuasa dosa, maut dan iblis. Dia mati di kayu salib karena dosa-dosa kita. Itulah sukacita kita. Itu jugalah doa rasa syukur kita mengingat karya Allah yang begitu besar di masa lalu dan melihat kuasa yang sama yang bekerja pada masa kini dalam diri setiap orang percaya (umatNya). Bagi orang Jahudi seluruh sejarah kehidupan mereka berhubungan dan dirangkum dalam peristiwa Keluaran; bagi umat Kristen peristiwa itu terdapat dalam kebangkitan Yesus. Peristiwa keluaran terjadi kepada bangsa Israel; kebangkitan Yesus terjadi terhadap individu. Namun setiap orang Jahudi menanggapi peristiwa keluaran itu diulang dalam gerak peristiwa hidup mereka sendiri secara pribadi. Selanjutnya, umat Kristiani juga akan melihat kebangkitan Yesus berulang dalam setiap peristiwa hidup mereka secara pribadi dan juga dalam kehidupan bersama sebagai gereja. Kebaikan Allah yang membawa umat Israel keluar dari perbudakan dan Yesus yang bangkit dari mati dapat mengantarkan kita keluar dari godaan – depresi, alkohol, sex, agama, hubungan-hubungan, kerja atau uang. Semua itu dapat dilakukan oleh karena kasih setia (hesed: Ibrani; dan agape: Yunani) dari 178 Allah yang sama. Puji-pujian muncul sebagai tanggapan kita karena kita mengetahui apa yang dilakukan Allah dalam hidup kita. Apa yang dilakukan-Nya terhadap kita? Semua orang percaya diajak untuk memuji Allah. Dalam Yesaya 43:21 dijelaskan alasan mengapa kita sebagai ciptaan-Nya harus memuji Tuhan. Puji-pujian berasal dari hati yang penuh kasih terhadap Allah. Kita mengasihi Allah karena Dia telah lebih dulu mengasihi kita. Tanpa kasih setia-Nya pujian kita terasa lemah. Kasih itu lahir dari hubungan kita bersama Tuhan melalui Yesus Kristus yang merupakan bagian terpenting dari puji-pujian kita. Alkitab juga memberitahu kita bahwa bukan hanya kita yang memuji-Nya tetapi: segala ciptaan memuji Dia (Mzm. 148:7-10); matahari, bulan dan segala bintang memuji Dia (Mzm 19:1; 148:3) ; para malaikat memuji Dia (Mzm. 148:2) ; bahkan orang-orang yang terhukum dipakai Allah untuk memuji Dia (Mzm. 76:10); anak-anak juga diajar untuk memuji Dia (Mzm. 78:4) . Pemazmur memuji Tuhan karena berbagai peristiwa yang telah dilaluinya bersama Tuhan ketika keluar dari Mesir, melewati Laut Merah dan memasuki tanah perjanjian dengan harapan baru yang lebih baik. Allah membebaskan umat-Nya agar umat-Nya menikmati hidup yang lebih berarti dan memiliki tujuan. Memuji Dia dalam kelemahan kita Dalam ibadah, orang percaya akan mengaku kebesaran Allah dalam hormat dan rasa takut untuk merespon kekudusan Allah. Pengakuan itu bukan hanya karena Allah kudus tetapi juga dosa merupakan beban dalam hidup dan berdampak pada jawaban Allah terhadap doa kita yang tersembunyi. Jelasnya, agar doa kita cukup efektif, maka dosa harus dihindarkan. Doa berawal dari pengakuan dosa kita kepada Tuhan. Dalam penderitaan kita perlu berpegang teguh terhadap janji Tuhan karena Dia adalah Allah Yang Pemurah, yang mau turun tangan menolong kita yang menderita. Dia turun hingga mati di kayu salib, dan kita melihat anugerah dan kasih karunia-Nya melalui Kristus. Dengan iman kita memegang teguh perkataan Yesus di kayu salib yang mengatakan “sudah selesai”. Itu adalah janji-Nya dan bukan hukuman atas dosa-dosa kita, sebab Allah telah menghukum-Nya. Kita tidak pantas menerima kasih karunia-Nya itu, namun kita menemukannya di dalam Kristus yang mengaruniakannya kepada kita. Itulah yang dilakukan oleh iman kita, yang dapat menyembuhkan ketakutan-ketakutan kita dan yang menjadi ungkapan doa dari Pemazmur. Seorang Lutheran yang suka menulis lagu himne bernama Paul Gerhardt pernah mengalami kegetiran hidup namun masih mampu menyanyikan lagu pujian karena kasih setia-Nya. Dia mempunyai lima anak tetapi tiga sudah meninggal ketika masih bayi, dan dia kehilangan satu dari dua putranya. Dalam situasi yang menyedihkan itu istrinya mulai letih akibat deraan derita dan cemas. Perlahan-lahan dan dalam waktu yang panjang situasi semakin memburuk dan ibu itu meninggal dunia. Akhirnya Gerhardt ditinggal bersama satu putranya yang berumur enam tahun ketika itu. Dalam berbagai peristiwa pahit yang dialaminya itu dia mampu menciptakan lagu-lagu yang sangat indah. Ada beberapa lagunya dalam Kidung Jemaat salah satu di antaranya nomor 290: “Takkah Patut ‘Ku Bernyanyi,” dalam ayat pertama kita mendengar: “Takkah patut ‘ku bernyanyi syukur bagi Tuhanku, kar’na rahmat tak berbanding yang melimpah selalu? Memang sungguh dan setia, tak terhingga kasih-Nya dan kekal bimbingan-Nya bagi yang mengabdi Dia. Biar dunia lenyap, kasih Allah ‘kan tetap.” Nyanyian ini juga ada dalam Buku Ende HKBP, dan merupakan kesaksian kita bersama seperti Pemazmur. Nyanyian ini sebagai ungkapan perasaan dan iman kita kepada Tuhan. Kalau kita 179 perhatikan doa dan lagu ini mengajak kita untuk bernyanyi seperti Pemazmur: Marilah, dengarlah … aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku, Allah telah mendengar, Ia memperhatikan doa yang kuucapkan. Allah tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku. Sebagaimana dia mampu mengungkapkan perasaan dan imannya demikian juga dia mampu meraih anugerah Tuhan karena imannya menguatkan dia. Pada bagian akhir Mazmur ini pemazmur memiliki keyakinan yang teguh bukan hanya karena Allah tidak menolak doanya tetapi juga karena kasih setiaNya melimpah dalam hidupnya. Demikian juga Paul Gerhardt menutup lagu himnenya dengan menuliskan: “Kar’na tak berkesudahan Bapa kasih sayangMu, maka ‘ku bertadah tangan bagai anak padaMu: b’ri hidupku diiringi oleh kuasa Roh Kudus siang-malam dan terus, agar Dikau kukasihi sampai umurku genap dan kupuji Kau tetap!” Dalam hidup pemazmur nyanyian ini berlangsung dalam rasa syukur atas pertolongan Tuhan melewati penderitaan dan perjalanan panjang dan sulit yang dapat berakibat pada depresi dan putus asa. Kita berharap bahwa nyanyian dan pujian kita juga akan mengajak kita untuk menyaksikan bagaimana Allah yang setia akan datang menolong kita. Dalam hidup dan di gereja kita mungkin mengalami perasaan letih, lesu dan lemah, keadaan seperti itu tidak hanya menyerang anda sendiri, namun jangan berkepanjangan. Yeremia juga pernah berada dalam situasi yang kacau dan bahan ejekan orang, dia merasa Allah menipunya dan membuat dia mulai menyerah (Yeremia 20); Paulus juga merasa ditinggalkan Allah ketika di penjara. Namun dalam seluruh persoalan yang mereka hadapi, mereka selalu berdoa agar tetap kuat dan mengarahkan pandangannya kepada Yesus Kristus. Ketika mengalami situasi yang buruk sekalipun dan kita merasa Allah membenci kita, kita ingin diajak oleh pemazmur untuk mendengar nyanyian ini dan belajar dari pemazmur untuk tetap teguh memegang janji-Nya, Dia akan mendengarkan doamu dan membebaskan engkau dari keputusasaan. Memuji Allah Meneguhkan Iman Kita Pemazmur di sini meyakini tindakan Allah dalam hidupnya mengarahkan dia kepada kebaikankebaikan hidup. Dalam Mazmur 106:12 juga kita bisa melihat ungkapan yang berharga dari umat Israel, mereka percaya maka mereka bernyanyi. Mereka percaya lalu mereka memuji Allah. Puji-pujian merupakan unsur dasar bagi iman mereka. Puji-pujian tidak keluar dari mulut dengan sia-sia atau dengan sembarangan. Iman akan mengarahkan kita kepada puji-pujian. Mungkin kita mengalami banyak persoalan, susah atau berduka, reaksi umat beriman akan berdoa. Doa membuat iman kita tumbuh lalu mengarahkan kita kepada pujian. Kalau iman bertumbuh, namun jika tidak melakukan pujian maka iman akan lenyap. Kita perlu belajar melakukan pujian. Puji-pujian itu timbul karena kasih setia Tuhan terhadap kita, dan kata kasih setia dalam kitab Perjanjian Lama ditulis sekitar 250 kali. Kata ini menunjuk kepada kasih Allah yang setia terhadap segala janji-janji-Nya, dan mempunyai arti yang cukup luas seperti kemurahan, kebaikan dan panjang sabar. Kebaikan Allah itu mengajar kita untuk tidak tegar tengkuk seperti bangsa Israel. Dalam buku “The One-Minute Manager,” Kenneth Blanchard memesankan untuk mengembangkan perilaku “one-minute praising,” di mana para manejer (orang tua, pasutri, dll) mencoba untuk merangkul seseorang agar melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Mereka memuji orang itu selama 60 detik untuk hal-hal baik pada diri orang itu. Tindakan itu tidak mudah 180 karena pada kenyataannya kita sering menemukan orang-orang lebih mudah mengecam perilaku seseorang dalam setiap 60 detik daripada memujinya. Ini juga patut diperhatikan oleh gereja, sebab sering ditemukan orang-orang yang tidak bisa memuji Tuhan dalam hidupnya. Sebaiknya kita memuji Tuhan, karena semakin sering kita memuji Dia atas segala hal yang telah diberikan-Nya kepada kita maka kita semakin kurang untuk mengecam orang lain. Bila kita sering memuji Tuhan dalam ibadah di gereja maka kita akan melihat kuasa dan Roh-Nya bergerak melalui gereja. Mendengar dan mengetahui bahwa Allah memperhatikan kita tentu memerlukan iman yang teguh. Dalam situasi kehidupan yang penuh ketakutan seperti sekarang ini mengakibatkan banyak orang berada di bawah tekanan mental. Untuk mengatasi keadaan itu banyak orang yang mengonsumsi obat penenang yang terjual secara resmi. Banyak penyakit menyerang seseorang diakibatkan oleh stress yang berdampak pada radang pencernaan dan penyakit lainnya karena tekanan rasa takut dan kecemasan. Para pakar kesehatan berpendapat bahwa 70% pasien yang berobat bukan karena memiliki masalah gangguan jasmani, tetapi mereka mengalami ketegangan syaraf, tekanan rasa takut atau khawatir. Banyak orang menderita dari rasa tidak aman. Pakar kesehatan itu menyarankan agar mereka mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Iman adalah satu-satunya jalan keluar bagi manusia. Iman kepada Kristus mengarahkan pandangan kita ke arah realitas kekal. Melalui iman kita mengetahui bahwa dunia ini akan berlalu. Segala sesuatu akan berlalu. Namun, kemurahan dan kasih setia Tuhan tidak berlalu. Itulah yang membuat kita memuji Tuhan yang tetap mendengar dan memperhatikan kita. Amin! 181 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 67 1 2 3 4 5 6 7 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur. Nyanyian. (67–2) Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah–Nya, Sela (67–3) supaya jalan–Mu dikenal di bumi, dan keselamatan–Mu di antara segala bangsa. (67–4) Kiranya bangsa–bangsa bersyukur kepada–Mu, ya Allah; kiranya bangsa–bangsa semuanya bersyukur kepada–Mu. (67–5) Kiranya suku–suku bangsa bersukacita dan bersorak–sorai, sebab Engkau memerintah bangsa–bangsa dengan adil, dan menuntun suku–suku bangsa di atas bumi. Sela (67–6) Kiranya bangsa–bangsa bersyukur kepada–Mu, ya Allah, kiranya bangsa–bangsa semuanya bersyukur kepada–Mu. (67–7) Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. (67–8) Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia! Renungan Ucapan berkat yang tertulis di ayat 2 cukup akrab bagi kita karena selalu kita dengar diucapkan oleh pendeta untuk mengakhiri ibadah Minggu. Ucapan berkat ini juga diucapkan imam pada umat Israel (Bil. 6:24-26) . Ada tiga aspek berkat yang kita lihat dalam bagian itu, yaitu perlindungan (Bil. 6:24), kasih karunia (Bil. 6:25) , dan damai sejahtera (Bil. 6:26) . Judul: Untuk orang lain juga Berkat-berkat itulah yang pemazmur harapkan dari Allah. Berkat itu bisa diperoleh Israel pada saat Allah berkenan atas mereka (ayat 2) . Namun pemazmur ternyata berbeda dari kebanyakan orang yang hanya memusatkan berkat untuk diri saja. Pandangannya begitu jauh, melewati pintu-pintu Bait Allah dan melampaui batas-batas temboknya. Bagi pemazmur, belas kasihan dan berkat Allah harus mengalir bagi seluruh umat manusia. Maka berkat yang diterima bangsa pilihan Allah, seharusnya menjadi kesaksian bagi dunia agar dunia mengenal Allah (ayat 3) . Sebab bangsa-bangsa lain pun perlu mengenal Allah. Mereka juga membutuhkan kasih karunia-Nya. Selanjutnya dari mulut bangsabangsa akan mengalir puji-pujian kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa Dialah Allah dan Dia berkuasa (ayat 4-6) . Mari bandingkan pandangan pemazmur tentang berkat dengan pandangan kita, yang hidup di zaman ini. Banyak ajaran tentang berkat yang dikumandangkan sekarang ini hanya berorientasi pada diri sendiri. Dan tekanannya adalah pada kemakmuran ekonomi atau keberhasilan dalam bisnis atau pekerjaan. Akibatnya orang terfokus untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan berkat, tidak lagi pada Allah sebagai sumber berkat. Juga tak sampai terpikir bahwa orang lain pun memerlukan berkat Allah. Kita, yang telah menerima berbagai berkat Allah, hendaknya tidak menyimpannya hanya untuk diri sendiri saja. Alamilah kepenuhan anugerah Allah dengan membagikan berita keselamatan, agar semakin banyak orang yang menikmati anugerah Allah. 182 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 67 Pdt.S.Brahmana Sumber: GBKP – Klasis Jakarta Bandung Allah telah memberkati kita Kehidupan orang percaya tidak terlepas dengan tindakan ataupun kebiasaan “mengucap syukur”. Ada banyak alasan mengucap syukur. Yang pasti semakin seseorang beriman kepada Tuhan akan semakin mengucap syukur. Ia tidak hanya mengucap syukur dikarenakan hal-hal besar, atau mengucap syukur karena mengalami hal-hal seperti yang di harapkan, tetapi juga mengucap syukur ketika mengalami sesuatu yang tidak seperti yang diharapkan. Memang hal ini tidaklah segampang diucapkan. Tetapi paling tidak rasul Paulus telah melakukan hal ini . Ia juga manusia sama seperti kita. Mengapa kita tidak bisa? Apa rahasia kekuatan Paulus? Tidak lain karena ia tahu benar bahwa ia sudah mengalami hal luar biasa dalam hidupnya yakni penebusan Yesus Kristus atas hidupnya. Hidupnya yang penuh dosa, yang seharusnya berujung kepada kematian kekal , telah ditebus dengan harga sangat mahal yakni kematian Yesus di kayu salib. Apakah yang lebih “wah” (lebih besar) dari hal itu ??? Karena itu mengucap syukur seharusnya menjadi gaya hidup orang percaya. Mengucap syukur dalam segala hal . Dalam pembacaan Firman Tuhan, Pemazmur juga sangat menekankan untuk mengucap syukur. Ada sebanyak empat kali disebutkan agar mengucap syukur. Rupanya pemazmur sangat mengenal Allah. Bahwa Tuhan itu sangat baik. Ia mengasihi dan memberkati umat-Nya. Dalam ayat 7 (6) pemasmur mengatakan "Tanah telah memberi hasilnya, Allah, Allah kita, memberkati kita." Karena itu sangat keterlaluanlah jika umat-Nya tidak mengucap syukur. Tetapi yang juga perlu kita renungkan ialah apakah ketika kita membuat kegiatan, kebaktian atau apa pun itu dalam rangka ucapan syukur, kita sungguh-sungguh memahami dan menghayati arti dari mengucap syukur tersebut? Makna dari mengucap syukur tidak lain sebagai respons dan pengakuan dari orang percaya bahwa apa yang dialami, apa yang telah dimiliki semuanya bukan karena kebetulan, bukan karena kekuatan, bukan karena kepintaran kita, tapi semata-mata karena berkat Allah. Semuanya karena pertolongan dan campur tangan Allah. Ini penting supaya acara atau pun kegiatan yang di hubungkan dengan “kebaktian ucapan syukur” tidak sekedar formalitas saja. Sebaliknya kegiatan seperti ini, kegiatan yang kita percaya menyenangkan hati Tuhan sungguh-sungguh membawa pengaruh kepada orang yang melakukannya, dalam hal ini keluarga Andri Tarigan dalam sikap hidup pada masa-masa mendatang. 183 Kalau benar penghayatan kita seperti pemazmur dalam ayat 7 (6) renungan kita: “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita”, akan membuat kita: Tetap mempercayakan masa depan kita kepada-Nya. 2. Mempergunakan semua yang telah kita terima bagi kemuliaan Tuhan. 3. Tidak sombong, tidak angkuh dan tidak pelit karena segala sesuatu yang dimiliki di pahami dan diamini oleh karena Tuhan sudah memberkati. 4. Hidup menurut kehendak Tuhan, bukan sebaliknya. 1. Sebagaimana difirmankan dalam Matius 6:33 , "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”, mengingatkan kita, bahwa hanya oleh karena kasih-Nyalah maka kita dapat hidup. Sebab apakah yang menjadi keperluan kita? Apa pun yang kita perlukan untuk kebahagiaan kita Allah akan memberikannya. Yang penting sebagaimana yang dikatakan Yesus: carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Titik. Karena itu ibadah ucapan syukur memasuki rumah baru ini kiranya menjadi kesaksian dari keluarga akan kebaikan Tuhan, bahwa hanya oleh pertolongan dan berkat Tuhanlah semua ini dapat dimiliki. Dan kesaksian ini juga kiranya menguatkan kita yang hadir saat ini. Bahwa benar apa yang disaksikan pemazmur: “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita”. Karena itu marilah kita senantiasa mengucp syukur atas segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Amin ! 184 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 68: 1-19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Nyanyian. (68–2) Allah bangkit, maka terseraklah musuh–musuh–Nya, orang–orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan–Nya. (68–3) Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang–orang fasik binasa di hadapan Allah. (68–4) Tetapi orang–orang benar bersukacita, mereka beria–ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita. (68–5) Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama–Nya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan–awan! Nama–Nya ialah TUHAN; beria–rialah di hadapan–Nya! (68–6) Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman–Nya yang kudus; (68–7) Allah memberi tempat tinggal kepada orang–orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang–orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak–pemberontak tinggal di tanah yang gundul. (68–8) Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat–Mu, ketika Engkau melangkah di padang belantara, Sela (68–9) bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan Allah; Sinai bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel. (68–10) Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik–Mu yang gersang, (68–11) sehingga kawanan hewan–Mu menetap di sana; dalam kebaikan–Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah. (68–12) Tuhan menyampaikan sabda; orang–orang yang membawa kabar baik itu merupakan tentara yang besar: (68–13) Raja–raja segala tentara melarikan diri, melarikan diri, dan perempuan di rumah membagi–bagi jarahan. (68–14) Maukah kamu berbaring di antara kandang–kandang? Sayap–sayap merpati bersalut dengan perak, bulu kepaknya dengan emas berkilau–kilauan. (68–15) Ketika Yang Mahakuasa menyerakkan raja–raja di sana, turunlah salju di atas gunung Zalmon. (68–16) Gunung Allah gunung Basan itu, gunung yang berpuncak banyak gunung Basan itu! (68–17) Hai gunung–gunung yang berpuncak banyak, mengapa kamu menjeling cemburu, kepada gunung yang dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan–Nya? Sesungguhnya TUHAN akan diam di sana untuk seterusnya! (68–18) Kereta–kereta Allah puluhan ribu, bahkan beribu–ribu banyaknya; Tuhan telah datang dari Sinai, masuk ke tempat kudus! (68–19) Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan–tawanan; Engkau telah menerima persembahan–persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak– pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah. 185 Renungan Bagi bangsa Israel, Allah bukan hanya dikenal sebagai Allah Pencipta saja. Kisah campur tangan Allah saat mereka keluar dari Mesir, membekas kuat dalam ingatan mereka. Israel, yang begitu lama berada dalam kungkungan Mesir, kemudian bebas merdeka. Bila bukan karena Allah, mana mungkin identitas mereka sebagai bangsa bisa pulih? Judul: Allah dalam hidup umat Mazmur yang menjadi bacaan hari ini merupakan hasil ingatan akan keperkasaan Allah saat Ia berhasil mengalahkan tentara Mesir, yang mengejar bangsa Israel. Bagai prajurit tangguh, Allah berhasil membuat musuh-musuh Israel bertekuk lutut (ayat 2-3) . Musuh-musuh lari tunggang langgang karena ketakutan (ayat 2) . Mereka kemudian lenyap bagai asap tertiup angin dan hancur bagai lilin meleleh terbakar api (ayat 3) . Begitulah nasib orang-orang yang memusuhi Allah dan umatNya. Di sisi lain, orang-orang yang berdiri di pihak Allah, yaitu orang-orang benar akan bersukacita karena hal itu (ayat 4) . Allah, yang berkuasa atas alam semesta itu, memang adalah Pelindung bagi orang-orang yang lemah dan tertindas (ayat 6) . Pemazmur ingat, waktu Israel membutuhkan pertolongan, Allah memimpin mereka seperti gembala memimpin kawanan domba. Mereka harus melalui padang belantara sampai akhirnya mereka dapat tiba di negeri yang dituju (ayat 8-11). Namun Tuhan tidak berhenti sampai di situ saja. Ia masih tetap terlibat ketika Israel masih harus berperang dengan para penguasa yang menduduki tanah itu, supaya mereka bisa tinggal di sana (ayat 12-15). Kehadiran Tuhan di tempat itu digambarkan bagai arak-arakan karena menang perang. Puluhan ribu kereta kuda disertai dengan tawanan-tawanan yang tertunduk malu karena kalah perang (ayat 16-19) . Kisah perjalanan hidup Israel sebagai suatu bangsa memperlihatkan karya dan keperkasaan Allah, juga menunjukkan kepedulian dan campur tangan Allah. Begitu jugakah kisah hidup kita? Bila Anda ragu untuk mengatakan ya, cobalah tanyakan hati Anda, sudahkah Anda mempersilakan Allah berkarya sepenuh dan seutuhnya dalam hidup Anda? 186 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 68: 20-36 Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan kita. Sela (68–21) Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut. (68–22) Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh–Nya, tempurung kepala yang berambut dari orang yang tetap hidup dalam kesalahan–kesalahannya. (68–23) Tuhan telah berfirman: “Dari Basan akan Kubawa kembali, akan Kubawa kembali dari tempat yang dalam, (68–24) supaya engkau membasuh kakimu dalam darah, dan lidah anjing–anjingmu mendapat bagiannya dari pada musuh.” (68–25) Orang melihat perarakan–Mu, ya Allah, perarakan Allahku, Rajaku, ke dalam tempat kudus. (68–26) Di depan berjalan penyanyi–penyanyi, di belakang pemetik–pemetik kecapi, di tengah– tengah dayang–dayang yang memalu rebana. (68–27) “Dalam jemaah pujilah Allah, yakni TUHAN, hai kamu yang berasal dari sumber Israel!” (68–28) Itu Benyamin, yang bungsu, yang berjalan di depan mereka, pemuka–pemuka Yehuda berbondong–bondong, pemuka–pemuka Zebulon, pemuka–pemuka Naftali. (68–29) Kerahkanlah kekuatan–Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan–Mu, ya Allah, Engkau yang telah bertindak bagi kami. (68–30) Demi bait–Mu di Yerusalem, raja–raja menyampaikan persembahan kepada–Mu. (68–31) Hardiklah binatang–binatang di teberau, kawanan orang–orang kuat, penguasa– penguasa bangsa–bangsa! Injaklah mereka yang mengejar perak; serakkanlah bangsa–bangsa yang suka berperang! (68–32) Dari Mesir orang membawa barang–barang tembaga, Etiopia bersegera mengulurkan tangannya kepada Allah. (68–33) Hai kerajaan–kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan; Sela (68–34) bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala. Perhatikanlah, Ia memperdengarkan suara–Nya, suara–Nya yang dahsyat! (68–35) Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan–Nya ada di atas Israel, kekuasaan–Nya di dalam awan–awan. (68–36) Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus–Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat–Nya. Terpujilah Allah! 19 (68–20) 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Renungan Pindah ke tempat yang baru tidak selalu menyenangkan. Terutama jika orang-orang di tempat yang baru itu tidak menunjukkan sambutan yang baik. Judul: Allah memelihara Kepindahan Israel ke tanah yang baru juga tidak mudah. Mereka harus menghadapi penduduk asli dan mempertahankan tanah yang Tuhan anugerahkan. Sebagai pendatang baru, mereka terancam oleh kekuatan militer kerajaan-kerajaan di sekeliling mereka, yang tidak menyukai kehadiran mereka. Sebab itu mau tidak mau Israel harus berperang, karena itulah cara pemecahan konflik antar bangsa 187 yang berlaku pada waktu itu. Namun Israel, yang selain memiliki identitas sebagai sebuah bangsa juga berstatus sebagai umat Allah, sadar benar bahwa pengharapan dan tempat perlindungan mereka hanya Allah saja. Walau tak punya bala tentara, pemazmur tahu bahwa hanya dengan tergantung pada kemenangan Allah saja maka mereka akan selamat. Untuk itu pemazmur mengingat-ingat kejayaan dan pertolongan Allah di masa silam, agar umat tidak gentar menghadapi musuh. Sebaliknya mereka akan memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang sanggup melepaskan umat-Nya dari maut (ayat 20-21) . Mengingat Allah hanya di kala sulit memang tidak dian-jurkan. Namun bukan berarti bahwa kita tidak boleh meminta tolong pada Tuhan, karena mengandalkan Tuhan di saat sulit adalah bagian iman kita. Mazmur ini mengajar kita untuk datang kepada Allah saat hidup sarat dengan berbagai beban yang menekan. Berada di tengah kuasa-kuasa yang berusaha menekan kita, maka harapan kita seharusnya dijangkarkan pada Tuhan yang berkuasa mengalahkan musuh-musuh-Nya. Marilah kita menjadikan hidup sebagai buku cerita yang berisi kisah pertolongan dan karya Allah di sepanjang hidup. Dan isi juga hidup Anda dengan puji-pujian tentang kasih setia dan kebesaran-Nya, sehingga orang lain pun dapat takjub menyaksikannya dan kemudian ikut memuliakan Tuhan. Oleh karena itu, buka hidup Anda bagi Tuhan dan persilakan Dia berkarya dan menunjukkan kejayaan-Nya pada Anda. 188 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 69: 1-19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari Daud. (69–2) Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! (69–3) Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku. (69–4) Lesu aku karena berseru–seru, kerongkonganku kering; mataku nyeri karena mengharapkan Allahku. (69–5) Orang–orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku; terlalu besar jumlah orang–orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas. (69–6) Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan–kesalahanku tidak tersembunyi bagi–Mu. (69–7) Janganlah mendapat malu oleh karena aku orang–orang yang menantikan Engkau, ya Tuhan, ALLAH semesta alam! Janganlah kena noda oleh karena aku orang–orang yang mencari Engkau, ya Allah Israel! (69–8) Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku. (69–9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara–saudaraku, orang asing bagi anak–anak ibuku; (69–10) sebab cinta untuk rumah–Mu menghanguskan aku, dan kata–kata yang mencela Engkau telah menimpa aku. (69–11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itupun menjadi cela bagiku; (69–12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka. (69–13) Aku menjadi buah bibir orang–orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi peminum–peminum menyanyi tentang aku. (69–14) Tetapi aku, aku berdoa kepada–Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah; demi kasih setia–Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan–Mu yang setia! (69–15) Lepaskanlah aku dari dalam lumpur, supaya jangan aku tenggelam, biarlah aku dilepaskan dari orang–orang yang membenci aku, dan dari air yang dalam! (69–16) Janganlah gelombang air menghanyutkan aku, atau tubir menelan aku, atau sumur menutup mulutnya di atasku. (69–17) Jawablah aku, ya TUHAN, sebab kasih setia–Mu baik, berpalinglah kepadaku menurut rahmat–Mu yang besar! (69–18) Janganlah sembunyikan wajah–Mu kepada hamba–Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku! (69–19) Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh–musuhku. Renungan Ada seorang ibu yang banyak menderita. Ia pernah mengalami sakit hebat karena kecelakaan saat mengerjakan urusan rumahtangga. Ia pernah menderita fisik karena harus bekerja keras mencari tambahan nafkah sesudah suaminya pensiun. Ia pernah mengalami ketidakadilan. Puji Tuhan, dalam anugerah ia dapat mengatasi semua itu. Judul: Karena Engkau, aku menanggung cela 189 Pemazmur menderita lebih berat lagi. Penderitaan apakah yang dia gambarkan sebagai banjir atau rawa yang membuat dia nyaris tenggelam (ayat 2-3) ? Yang membuat ia berdoa tanpa henti dan karena begitu sering berkeluh-kesah membuat kerongkongannya kering dan matanya nyeri (ayat 4)? Ia sadar bahwa ia adalah manusia biasa yang berdosa (ayat 6) . Namun jelas bahwa penderitaan yang dia tanggung bukanlah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya. Ia menderita karena keberpihakannya kepada Allah membuat orang membenci dia. Dan dunia ini kejam sekali. Mereka berkomplot melawan orang yang mengasihi Allah (ayat 5) . Bahkan, entah karena ikut berkomplot atau karena takut terkena "getah," sanak saudaranya ikut membuang dia (ayat 9) . Itulah penderitaan terberat, karena orang-orang terdekat menganggap dia sebagai orang berbahaya dan harus disingkirkan. Ia juga jadi objek sindiran (ayat 13) . Penderitaan, dalam terang Alkitab adalah senjata Allah menangguhkan iman (lih. Rm. 5:3-5; 1 Ptr. 1:67) . Dalam hal pemazmur, penderitaan membuat dia rindu akan pemulihan rohani yang bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Ia mengharapkan pelepasan supaya orang beriman lainnya tidak tawar hati (ayat 7) . Namun berkat terindah dari menanggung cela karena Allah ialah penegasan iman kepada perkenan Allah, kasih setia-Nya, dan pertolongan-Nya (ayat 14). Irama sumbang para pengejeknya kini menyingkir menjadi latarbelakang yang tak berarti. Orang yang menderita ini masuk ke dalam hadirat kasih anugerah Allah yang ajaib. Kepada Allah, ia mempertaruhkan kasusnya. Dari Allah, ia beroleh peluputan yang mengalir semata dari anugerah perjanjian Allah yang terpercaya! 190 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 69: 20-37 Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku; semua lawanku ada di hadapan–Mu. (69–21) Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia–sia, menantikan penghibur–penghibur, tetapi tidak kudapati. (69–22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam. (69–23) Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat, dan selamatan mereka menjadi perangkap. (69–24) Biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat; buatlah pinggang mereka goyah senantiasa! (69–25) Tumpahkanlah amarah–Mu ke atas mereka, dan biarlah murka–Mu yang menyala–nyala menimpa mereka. (69–26) Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah–kemah mereka tidak ada penghuninya. (69–27) Sebab mereka mengejar orang yang Kaupukul, mereka menambah kesakitan orang– orang yang Kautikam. (69–28) Tambahkanlah salah kepada salah mereka, dan janganlah sampai Engkau membenarkan mereka! (69–29) Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama– sama dengan orang–orang yang benar! (69–30) Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada–Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku! (69–31) Aku akan memuji–muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; (69–32) pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah. (69–33) Lihatlah, hai orang–orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! (69–34) Sebab TUHAN mendengarkan orang–orang miskin, dan tidak memandang hina orang– orang–Nya dalam tahanan. (69–35) Biarlah langit dan bumi memuji–muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya. (69–36) Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota–kota Yehuda, supaya orang–orang diam di sana dan memilikinya; (69–37) anak cucu hamba–hamba–Nya akan mewarisinya, dan orang–orang yang mencintai nama–Nya akan diam di situ. 19 (69–20) 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Renungan "Tindaklah mereka, ya Allah" Anda pernah merasakan kejamnya sesama? Ada pemikir pernah mengatakan bahwa manusia adalah serigala terhadap sesamanya. Dan ini benar terbukti dalam banyak pengalaman kita. Ini pulalah yang diutarakan pemazmur. Judul: 191 Dalam pembacaan kemarin, pemazmur mengeluhkan ke-jamnya sesama yang menjadikan dirinya menjadi objek gosip. Ketika berharap belas kasihan, yang ia dapat nihil! Ketika mencari penghiburan, ia malah menerima racun! Bahkan orang-orang itu bersyukur karena pemazmur menderita (ayat 23). Ada tiga respons pemazmur yang bisa kita tiru: Pertama, berulang kali ia menyebut bahwa Allah "mengenal" celaku, maluku, dan nodaku (ayat 20). Penderitaan jadi alat yang memperdalam pengenalan akan Tuhan, mempertebal kesadaran bahwa pertolongan hakiki datang dari Allah bukan dari manusia. Kini ia tidak saja mengakui kasih setia dan pertolongan Allah, ia juga mengenali keterlibatan Allah dalam hidupnya. Kedua, pemazmur memohon agar Tuhan bertindak. Antara membela yang benar dan menghukum orang yang menyebabkan penderitaan orang benar, tidak dapat dipisahkan. Maka pemazmur meminta agar amarah Tuhan dicurahkan (ayat 25 dst.). Namun jangan kira bahwa doa ini keluar dari hati yang membenci, melainkan dari hati yang sadar bahwa kemuliaan Allah sendiri yang dipertaruhkan. Jika Allah menegakkan kemuliaan, tentu akan ada hukuman setimpal! Ketiga, betapa indah bahwa ratapan melalui gumulan doa yang dalam berangsur menjadi pujian (ayat 30-37) . Ini bukan kesukaan karena kemenangan pribadi. Pemazmur menaikkan pujian yang menegaskan kebenaran, kesetiaan, kebaikan, keadilan Allah (ayat 34) , juga supaya orang lain dikuatkan iman oleh kesaksian pujiannya (ayat 33) . Pujian demikian menyukakan Allah dan bernilai lebih indah daripada persembahan kurban. Melalui penderitaan, pemazmur dimungkinkan menaikkan pujian dengan dimensi yang makin dewasa. Ia menjadi bagian dari paduan suara kosmis (ayat 35) , dan menatap jauh ke depan dalam pengharapan eskatologis (ayat 36-37) . 192 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 70 1 2 3 4 5 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan. (70–2) Ya Allah, bersegeralah melepaskan aku, menolong aku, ya TUHAN! (70–3) Biarlah mendapat malu dan tersipu–sipu mereka yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan kena noda mereka yang mengingini kecelakaanku; (70–4) biarlah berbalik karena malu mereka yang mengatakan: “Syukur, syukur!” (70–5) Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada–Mu selalu berkata: “Allah itu besar!” (70–6) Tetapi aku ini sengsara dan miskin—ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya TUHAN, janganlah lambat datang! Renungan Suatu ketika di saat retret saya mengalami pengalaman menakutkan. Dalam cuaca buruk, tiba-tiba listrik padam. Karena sudah larut malam dan langit gelap, padamnya listrik menyebabkan kegelapan yang begitu pekat. Saya tidak dapat melihat apapun, jarijari sendiri pun tidak. Kegelapan itu menimbulkan kesesakan dan ketakutan. Celakanya tidak ada persediaan alat penerang yang dapat diusahakan. Pengalaman ini sedikit membantu saya untuk dapat membayangkan perasaan pemazmur. Pengalaman apa yang menyebabkan pemazmur berteriak agar Allah segera bertindak? Judul: Segeralah, lepaskan aku! Meski tidak dijelaskan apa persisnya peristiwa yang ia alami, tentu hal itu begitu mengerikan sampai ia berteriak agar Allah segera menolong. Awal dan akhir doanya adalah teriakan: "Bersegeralah ya Allah, lepaskan aku. Tolong aku!" Jangan berlama-lama Tuhan, sebab kegelapan ini sudah menyelubungiku. Maut, o Tuhan, sedang mengintai hendak merenggut nyawaku. Jika Allah mengulur waktu, apa yang akan terjadi? Musuh sudah dekat. Mereka bernafsu mencelakaiku! Teriakan pemazmur tidak sekadar menyangkut kepen-tingan keselamatannya pribadi. Ia mengaitkan kondisinya dengan kondisi iman orang lain, juga dengan "reputasi" Allah sendiri. Pengalamannya ini bersifat rohani. Musuh bukan saja ingin mencelakakan dirinya, tetapi juga mau menggoncangkan iman umat Allah. Namun lebih jahat lagi dari itu, di balik semua pencobaan, aniaya, dan tekanan dari si musuh, ada niat musuh ingin mempermalukan Allah. Oleh karena itu, pemazmur memohon jangan sampai musuh beria-ria (ayat 4), tetapi agar situasi itu dibalikkan oleh Allah. Supaya umat Allah melihat kenyataan dari yang mereka imani, bahwa Allah hidup, bertindak sesuai kasih dan kebenaran-Nya. Apa jadinya bila Allah tidak saja menunda malah meninggalkan kita? Itulah kengerian yang tak tertanggungkan. Tetapi itu justru dialami oleh Yesus. Ia menanggung itu supaya kegelapan ngeri maut akibat dosa tak perlu kita alami lagi! Maka jangan pernah kembali lagi ke dalam gelap dosa. 193 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 71 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Pada–Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali–kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan–Mu, sendengkanlah telinga–Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang–orang lalim dan kejam. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH. Kepada–Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji–puji. Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang kuat. Mulutku penuh dengan puji–pujian kepada–Mu, dengan penghormatan kepada–Mu sepanjang hari. Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis. Sebab musuh–musuhku berkata–kata tentang aku, orang–orang yang mengincar nyawaku berunding bersama–sama dan berkata: “Allah telah meninggalkan dia, kejar dan tangkaplah dia, sebab tidak ada yang melepaskan dia!” Ya Allah, janganlah jauh dari padaku! Allahku, segeralah menolong aku! Biarlah mendapat malu dan menjadi habis orang–orang yang memusuhi jiwaku; biarlah berselubungkan cela dan noda orang–orang yang mengikhtiarkan celakaku! Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji–pujian kepada–Mu; mulutku akan menceritakan keadilan–Mu dan keselamatan yang dari pada–Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Aku datang dengan keperkasaan–keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan–Mu saja! Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan–Mu yang ajaib; juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa–Mu kepada angkatan ini, keperkasaan–Mu kepada semua orang yang akan datang. Keadilan–Mu, ya Allah, sampai ke langit. Engkau yang telah melakukan hal–hal yang besar, ya Allah, siapakah seperti Engkau? Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali. Engkau akan menambah kebesaranku dan akan berpaling menghibur aku. Akupun mau menyanyikan syukur bagi–Mu dengan gambus atas kesetiaan–Mu, ya Allahku, menyanyikan mazmur bagi–Mu dengan kecapi, ya Yang Kudus Israel. 194 23 24 Bibirku bersorak–sorai sementara menyanyikan mazmur bagi–Mu, juga jiwaku yang telah Kaubebaskan. Lidahku juga menyebut–nyebut keadilan–Mu sepanjang hari, sebab akan mendapat malu dan tersipu–sipu orang–orang yang mengikhtiarkan celakaku. Renungan Dalam cerita-cerita silat kita membaca bahwa ilmu silat yang tinggi dimiliki oleh pesilat berusia lanjut. Karena penguasaan ilmu yang makin tinggi, maka semakin lanjut usia semakin ia perkasa. Kita tahu bahwa ini tidak masuk akal, tetapi semacam takhyul belaka. Namun apa yang tidak benar ini kerap kita pegang dalam cara kita melihat kehidupan beriman. Kita kira bahwa jika sudah beriman sejak muda bahkan sejak kanak-kanak, pastilah di masa tua kondisi kehidupan beriman kita akan tangguh. Seumpama pesilat yang tenaga dalamnya makin mendekati sempurna, maka kita berpikir begitu juga kehidupan iman orang berusia lanjut. Judul: Jangan buang aku pada masa tuaku Kesaksian pemazmur menyatakan bahwa harapan tadi adalah lamunan kosong. Bukan saja berbagai ancaman yang datang tidak berkurang, tetapi makin berbahaya (ayat 4) . Meski sudah beriman sejak muda dan terus setia sampai tua, tetapi kondisi fisik melemah termakan usia sedikit banyak mempengaruhi ketangguhan mental orang yang lanjut usia. Maka pemazmur memohon agar Allah meluputkan dia dari cengkeraman orang keji, dari ejekan mereka (ayat 11). Ia memohon agar kekhawatiran manusiawi bahwa Allah akan membuang dia dengan jalan tidak menolongnya ketika kekuatannya semakin merosot bersama dengan bertambahnya usia, tidak terjadi. Semakin hari usia makin bertambah. Mungkin sekarang belum, tetapi kelak kita akan menjadi tua. Saat itu ada masalah khas yang akan kita alami. Daya ingat dan konsentrasi mengalami penurunan. Suasana hati dipengaruhi emosi yang turun naik karena berbagai kemerosotan fungsi tubuh. Si musuh dengan berbagai taktik masih akan terus menyerang, menggoda, menghimpit kita. Lalu akankah kita terkapar? Tidak! Vitalitas iman kita tidak tergantung pada kondisi manusiawi kita, tetapi pada Sang gunung batu (ayat 3) yang telah menopang sejak kita dalam kandungan ibu (ayat 6) dan sampai kita tua Ia tidak berubah (Yes. 46:4) . Maka saat kegentingan usia lanjut mulai mengintip, hanya dalam keperkasaan Allah kita dimampukan untuk memasyhurkan nama-Nya (ayat 15, 22) . 195 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 72 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Dari Salomo. Ya Allah, berikanlah hukum–Mu kepada raja dan keadilan–Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat–Mu dengan keadilan dan orang–orang–Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung–gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit–bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang–orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang–orang miskin, tetapi meremukkan pemeras–pemeras! Kiranya lanjut umurnya selama ada matahari, dan selama ada bulan, turun–temurun! Kiranya ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti dirus hujan yang menggenangi bumi! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Kiranya penghuni padang belantara berlutut di depannya, dan musuh–musuhnya menjilat debu; kiranya raja–raja dari Tarsis dan pulau–pulau membawa persembahan–persemb kiranya raja– raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya. Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari! Biarlah tanaman gandum berlimpah–limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan; biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon, bulir–bulirnya berkembang bagaikan rumput di bumi. Biarlah namanya tetap selama–lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia. Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri! Dan terpujilah kiranya nama–Nya yang mulia selama–lamanya, dan kiranya kemuliaan–Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin. Sekianlah doa–doa Daud bin Isai. Renungan Salomo dikenal juga karena doanya memohon hikmat dan bukan harta kekayaan. Mazmur dari Salomo ini tampak senada dengan doanya itu. Mazmur ini merupakan Judul: Allah memerintah 196 permohonan agar Tuhan menganugerahkan kemampuan kepada raja untuk memerintah dengan adil dan benar (ayat 1-4) . Karena raja yang adil dan benar akan mendatangkan kesejahteraan bagi rakyatnya, bagai hujan yang memberi kesuburan pada tanah (ayat 6) . Salomo juga meminta agar kekuasaannya diperluas. Namun permohonan ini bukan didasarkan pada ketamakan atau karena gila kuasa. Ia menginginkan kerajaannya memiliki pengaruh luas karena punya misi khusus, yakni agar ia dapat menyebarkan keadilan dan kebenaran di seluruh muka bumi (ayat 8-14) . Tentu saja semua itu bertujuan agar semakin banyak orang yang dapat menikmati kesejahteraan hidup. Dan sebagai balasan, rakyat akan menyampaikan ucapan terima kasih mereka melalui berbagai persembahan, pujian, dan juga doa. Karena raja telah memberikan pengaruh yang baik, tanahnya akan makmur mendatangkan panen yang melimpah. Di balik sang raja, pemazmur melihat Tuhan Allah. Meski mazmur ini banyak menuliskan puji-pujian kepada sang raja, tetapi sesungguhnya pujian itu hanya layak dinaikkan kepada Allah, yang telah memilih raja. Karena pemerintahan raja sesungguhnya adalah pemerintahan Allah. Alangkah indahnya memiliki pemerintah yang demikian, yang sadar akan misi yang diemban, yaitu mengupayakan terwujudnya kesejahteraan rakyat; yang sadar siapa dirinya di hadapan Allah, yang memerintah alam semesta. Saat kampanye menjelang pemilihan umum, biasanya banyak orang/partai yang meng-umandangkan rayuan gombal yang bertujuan agar kita memilih orang/partai tertentu. Namun bila orang/partai itu terpilih, apakah janji-janji itu akan ditepati? Maka bagi kita, mazmur Salomo merupakan contoh tentang bagaimana seharusnya kita berdoa dan mengharapkan pemerintahan Tuhan berlangsung di dunia. 197 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 73: 1-14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual–pembual, kalau aku melihat kemujuran orang–orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap–luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata–ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang–orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah–limpah. Dan mereka berkata: “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?” Sesungguhnya, itulah orang–orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia–sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Renungan Bagaimana perasaan Anda bila melihat orang yang tidak mengenal Tuhan, bahkan menghujat nama-Nya, memiliki hidup makmur dan berjaya, sementara anak-anak Tuhan hidup terhina seolah kena kutuk? Judul: Jangan keliru memahami Allah Pada perikop ini, pemazmur mengungkapkan kegalauan hatinya karena apa yang ia yakini tentang Allahnya berbeda jauh dengan apa yang ia alami. Dia tahu Tuhan baik kepada anak-anak-Nya yang hidup tulus, tetapi apa balasannya? Ternyata kebersihan hati dan perilaku salehnya tidak mendapatkan balasan kebaikan, malah sepertinya ia sedang dihukum Tuhan (ayat 13-14). Sementara mereka yang tidak mengenal Tuhan terlihat diberkati dengan begitu limpah (ayat 4-5, 12) . Padahal merekalah yang hidup penuh dosa melakukan berbagai perbuatan yang melawan Allah dan hukumNya. Sikap mereka sombong seakan Allah tidak akan tahu segala kejahatan mereka. Pemazmur mengakui bahwa ia hampir saja menyangkali Tuhan karena kecemburuannya terhadap keberuntungan orang berdosa (ayat 2-3) . Apa sebenarnya kekeliruan pemazmur sehingga hampir jatuh? Pemazmur mengukur Tuhan dengan memakai ukuran dunia. Bahwa kalau ia melakukan berbagai hal yang baik maka Tuhan wajib memberkatinya. Ini sama sekali keliru. Berbuat baik adalah kewajiban manusia ciptaan Tuhan. Jadi kalau berbuat baik lalu mengharapkan upah, kita akan terjebak dengan cara-cara dunia. Bukankah orang fasik juga berupaya keras untuk mendapatkan 198 berkat dengan cara mereka sendiri. Mereka mencuri, merampas, menfitnah demi keuntungan sendiri, dan mereka mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berkat! Syukur pemazmur segera disadarkan dari cara berpikir yang keliru dan fatal ini. Di perikop berikut, pemazmur memaparkan dengan gamblang bahwa Tuhan tetap setia dan adil. Kalau Anda sedang mengalami apa yang pemazmur alami dan rasakan, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak berdaulat. 199 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 73: 15-28 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Seandainya aku berkata: “Aku mau berkata–kata seperti itu,” maka sesungguhnya aku telah berkhianat kepada angkatan anak–anakmu. Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Sesungguhnya di tempat–tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk–nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat–Mu. Tetapi aku tetap di dekat–Mu; Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasihat–Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama–lamanya. Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada–Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan–Nya. Renungan Keraguan dan kebimbangan bisa meracuni iman orang percaya. Akan tetapi, mengakui ketidakmampuan untuk mengerti sehingga berserah kepada Tuhan membuka peluang untuk diajar Tuhan. Itulah yang pemazmur ungkapkan dalam perikop ini. Judul: Melihat dari kaca mata Allah Saat pemazmur tidak mengerti, ia tidak tergesa-gesa menyimpulkan dan mempersalahkan Tuhan (ayat 15-16) . Sebaliknya, ia menghampiri Allah dengan masuk ke bait-Nya yang kudus untuk berdoa. Maka Tuhan menyatakan jawaban-Nya. Ketika Tuhan memperlihatkan realitas sejati, pemazmur kembali kepada imannya yang semula. Dia belajar bahwa Tuhan adil dan kefasikan akan mendapatkan balasannya. Orang fasik hanya menimbun murka Allah karena perbuatannya yang jahat (ayat 18-20) . Di mata Allah perbuatan orang fasik sia-sia, seperti “sekam yang ditiupkan angin” (Mzm. 1:4) . Oleh karena itu pemazmur belajar berserah kepada Tuhan dan bertekun dalam kesetiaan kepadaNya. Saat hidup di dunia ini tidak tertahankan, lalu muncul godaan untuk iri atau membalas perbuatan orang fasik, ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan mendekat pada Tuhan dan mendengarkan nasihat-Nya, pemazmur belajar fokus pada hal-hal mulia. Dia belajar bahwa segala kejahatan pasti akan mendapat balasan (ayat 27) , dan anak Tuhan sejati akan menikmati hadirat Tuhan sehingga kelak bisa mengisahkan perbuatan baik-Nya kepada orang lain (ayat 28) . 200 Memang saat kita menyaksikan berbagai ketidakadilan merajalela bagai tak terkendali, hati kita bisa menjadi muak, tawar hati, atau bahkan marah. Jangan biarkan situasi sekeliling Anda mendikte perasaan Anda. Sebaliknya biarkan damai sejahtera Allah mengalir dalam hidup Anda. Ingat tiada kejahatan yang abadi, suatu saat pelakunya harus menghadap takhta pengadilan Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anak-anak Tuhan yang bertahan setia sampai akhir akan menerima mahkota kemuliaan di surga kekal. Amin! Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 73 (1) Pdt. Effendi Susanto STh. Krisis iman Kitab Mazmur membagi 150 mazmur di dalam lima jilid dan banyak penafsir melihat bahwa pembagian ini memiliki maksud tertentu. Jilid 1 dan 2 yaitu Mzm.1-72 mengangkat satu konsep kepercayaan iman orang Israel yang dinyatakan di dalam Mzm. 1 , “Diberkatilah orang yang benar. Dia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran sungai, hidupnya pasti akan bertumbuh indah. Tuhan betulbetul baik terhadapnya.” Ini adalah satu kredo (syahadat), satu pengakuan iman. Allah itu Gembala yang baik. He is good. Blessed are those who are pure in heart. Apapun yang dia lakukan akan diberkati oleh Tuhan. Begitu masuk ke dalam Mzm. 73 kita menemukan mazmur ini tetap mengangkat konsep kepercayaan iman yang sama: Truly, God is good to those who are pure in heart. Allah itu baik adanya kepada mereka yang hatinya tulus dan jujur. Tetapi Mzm. 73 mengangkat satu topik yang baru yaitu topik yang mempertanyakan mengapa kredo imanku kepada Tuhan ini memiliki gap yang besar di dalam realita dan kenyataannya? Saya pergi ke gereja. Saya menerima kredo (syahadat) yang diajarkan di gereja: Allah baik. Jadilah orang baik, jadilah orang yang hidup lurus, jadilah orang yang takut akan Tuhan maka hidupmu akan diberkati Tuhan, hidupmu akan bertumbuh di hadapan Tuhan. Itu yang saya terima di dalam gereja, itulah yang saya baca di dalam Alkitab. Tetapi begitu kakiku keluar dari gedung gereja, saya masuk ke dalam realita hidup sehari-hari, saya menemukan gap yang besar ini. Maka Mzm. 73 merupakan suatu penganalisaan tajam mengapa gap seperti ini terjadi. Ini adalah pergumulan iman yang riil dan nyata. Saya percaya ini merupakan krisis iman yang ada di dalam hati banyak orang Kristen yang tersimpan dalam-dalam dan tidak diungkapkan keluar dari hati mereka. Seperti pemazmur Asaf berkata, saya tetap percaya kredo (syahadat) ini: truly God is good to those who are pure in heart. Tetapi saya hampir saja tergelincir jatuh dari kredo (syahadat) yang saya percaya ini. Kenapa? Karena saya iri, saya marah, saya bertanya-tanya dan tetap tidak mendapatkan jawabannya dari Tuhan, mengapa justru di dalam kenyataan dan realita hidup sehari-hari orang yang hatinya bersih dan baik hidupnya lebih susah? Mengapa orang yang tulus dan bersih dan mencintai 201 Tuhan hidupnya tidak kaya? Malah banyak yang ditimpa bencana dan kesulitan dan sakit-penyakit yang tidak habis-habisnya? Sebaliknya saya melihat orang yang congkak dan tidak percaya Tuhan itu sehat, kaya, sukses. Kenapa realita begitu berbeda dari apa yang saya terima di dalam gereja? Belakangan ini di Inggris ada sebagian bus disponsori oleh kelompok Ateis memasang kalimat “Probably God is not exist, so stop worrying and enjoy life.” Apakah percaya Tuhan itu akan menghambat saya menikmati hidup? Saya menjawab, kalau saya tahu Allah itu tidak ada saya malah ragu-ragu lebih banyak. Ada dua hal yang menjadi argumentasi saya. Orang yang mengatakan “Stop worrying and enjoy life” hanya berpikir tujuan hidup kita di dalam dunia ini adalah bagaimana saya mendapatkan sukacita dan kenikmatan dan kepercayaan kepada Allah dan konsep-konsep agama yang melarang jangan ini dan itu bisa menghambat saya menikmati hidup. Ini adalah orang yang hanya melihat dari satu sisi tetapi melupakan aspek yang sebaliknya, bagaimana bagi mereka yang tidak pernah bisa menikmati hidup karena mengalami ketidak-adilan dan penindasan? Kalau Tuhan tidak ada, pertanyaan saya, kepada siapa manusia harus mendapatkan jawaban sepanjang hidupnya dia tidak pernah bisa menikmati hidup karena mengalami ketidak-adilan tetapi tidak ada orang yang menegakkan keadilan bagi dia? Mau minta siapa? Sesudah dia mati dan tidak ada Tuhan, habis selesai. Kamu yang ditimpa ketidak-adilan itu bagaimana? Orang yang sudah melakukan hal-hal jahat kepadamu tinggal bilang “bye bye”. Ini adalah konsep yang bagi saya khawatir sekali. Konsep orang ateis itu salah besar, karena hidup ini bukan saja bagaimana saya mendapatkan hal-hal yang baik tetapi juga bagaimana menjawab ketidakadilan dan malapetaka yang terjadi. Kalau itu karena bencana alam, dsb kita hanya bisa mengatakan itu sesuatu yang tidak bisa saya hindarkan dan tolak terjadi. Tetapi kalau itu dilakukan oleh orangorang yang jahat, orang-orang yang secara tidak adil terus menekan orang lain dan akibatnya mendatangkan kekayaan, kesuksesan dan kenikmatan bagi dia, kapankah keadilan bisa ditegakkan bagi orang yang tertindas itu? Kalau keadilan itu tidak bisa ditegakkan di sini, maka kita pasti memerlukan Tuhan pada suatu hari bisa menegakkan keadilan itu bagiku. Karena saya tahu Tuhan ada, maka saya berhenti khawatir dan bisa menikmati hidup. Kedua, “Probably God is not exist, stop worrying and enjoy life” memiliki asumsi saya sanggup mengontrol dan menguasai hidup saya. Pada waktu kita kuat, kita mampu, kita hebat, kita pikir kita bisa menguasai hidup kita. Tetapi ada momen dan ada saatnya ketika banyak hal-hal peristiwa yang tidak bisa kita kontrol dan di luar kontrol kita terjadi, kita baru sadar betapa terbatasnya kita dan ada begitu banyak hal yang tidak bisa kita kontrol. Bukankah itu yang membuat saya khawatir? Lalu bagaimana saya bisa hidup tidak kuatir? Jawabannya adalah saya harus pergi kepada Dia yang sanggup mengontrol dan menguasai hidup saya. Justru saya percaya Tuhan ada, Tuhan yang mengontrol hidup saya, itu yang membikin saya tidak kuatir. Walaupun saya sendiri tidak bisa mengontrol hidupku, walaupun banyak hal-hal yang terjadi di luar dari pengetahuan saya, di luar dari kemampuan saya untuk bisa mencegahnya, tetapi saya tahu Tuhan sanggup mengontrol hidup saya. memunculkan satu pertanyaan, mengapa penderitaan datang kepada orang-orang yang mencintai Tuhan? Mengapa kesulitan datang kepada orang-orang yang hatinya bersih? Mengapa sakit-penyakit justru datang kepada orang-orang yang lebih mencintai dan mengasihi Tuhan? Mengapa kesusahan dan kemiskinan datang kepada anak-anak Tuhan? Mengapa hal-hal itu terjadi? Pertanyaan-pertanyaan itu sekaligus menyatakan krisis iman yang diangkat oleh mazmur ini. Karena gap yang begitu besar terjadi antara pemahaman iman dan realita, saya akhirnya mengalami satu Mzm.73 202 krisis iman yang membuatku hampir-hampir tergelincir. Mengapa? Karena saya kesal, saya marah, saya kecewa, kenapa hal-hal itu terjadi dan kekecewaan itu sekarang ditujukan kepada Tuhan. Orang ateis bilang tidak usah kecewa, tidak usah marah kalau ketidak-adilan terjadi. Orang ateis tidak punya jawaban kepada siapa dia bisa menuntut keadilan. John Calvin mengatakan saya percaya Tuhan menjaga dan menjamin hidupku, itu sebab apapun yang saya alami dalam hidupku saya percaya Tuhan yang berdaulat. Tetapi dia mengakui orang Kristen selama hidup di dunia tidak akan mengalami “a perfect assurance”. Kita percaya hidup kita sudah di tangan Tuhan dan kalaupun kita sewaktu-waktu mati, kita yakin kita akan ke surga. Itu adalah jaminan yang pasti kita dapatkan. Tetapi kita tetap tidak akan menjalani jaminan yang sempurna selama kita hidup di dalam dunia ini. Jaminan yang sempurna itu hanya bisa kita alami waktu kita di surga, waktu kita bertemu dengan Allah. Ini menjadi satu paradoks. Kenapa dia sampai mengeluarkan kalimat seperti itu? Iman kita seharusnya adalah iman yang tidak boleh kuatir, iman yang seharusnya tidak boleh takut. Tetapi pada kenyataannya iman itu bisa kuatir, takut, gelisah, bahkan ragu-ragu kepada Tuhan. Mengapa? Calvin mengatakan apa yang kita imani seringkali tidak kita alami di dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Itulah yang menjadi dasar mengapa seringkali kita percaya dan yakin tetapi kadangkadang timbul keraguan dan kekecewaan dan krisis iman di dalam hidup kita karena di satu pihak kita mau iman itu harusnya percaya tetapi waktu kenyataan terjadi, imanku seperti ini adanya. Inilah yang menjadi paradoks, di satu pihak kita yakin Tuhan pimpin tetapi kadang-kadang kita menjadi ragu. Calvin mengatakan paling tidak ada empat hal kenapa kita sampai mengalami pergumulan iman seperti ini. Pertama, oleh karena di dalam hidup orang Kristen terjadi pertentangan iman versus pengalaman. Banyak kita jujur mengakui apa yang kita terima sebagai kebenaran, itu tidak terjadi di dalam realita pengalaman sehingga menimbulkan krisis bagi iman kita. Calvin mengatakan secara fisik kita adalah debu dan bayangan, itu sebab kematian selalu ada di depan mata kita. Kita terhadap ribuan sengsara yang bisa datang secara tiba-tiba di dalam hidup kita. Itu sebab setiap orang Kristen sering menemukan ada “neraka” di dalam hidupnya. Calvin bukan seorang yang lemah iman, dia adalah seorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Tetapi realitanya isteri dan anak-anaknya meninggal dengan menyedihkan. Dia tidak terlepas dengan kesulitan dan penderitaan. Yang kedua, ada faktor peperangan daging versus roh. Dalam Rom.7:20 Paulus mengatakan dosa yang ada di dalam akulah yang melakukan hal yang tidak kukehendaki. Para penafsir berdebat apakah pernyataan Paulus ini sebelum percaya Tuhan atau sesudah percaya Tuhan? Saya mengambil posisi di sini Paulus mengalami pergumulan ini sesudah dia percaya Tuhan, sudah bertobat dan sudah lahir baru. Karena Calvin sendiri mengatakan orang yang tidak percaya Tuhan dan belum lahir baru tidak mungkin mempunyai pergumulan seperti ini yang menyatakan hatinya cinta kepada hukum-hukum Tuhan tetapi yang kita lakukan adalah hal-hal yang tidak kita kehendaki. Orang yang belum lahir baru tidak punya pergumulan ini karena pada dirinya dia membenci Tuhan dan mencintai dosa. Tetapi justru orang yang sudah lahir baru dia cinta kepada Tuhan dan membenci dosa, namun yang terjadi adalah karena dia masih ditipu oleh dosa yang ada padanya akhirnya dia melakukan apa yang tidak dikehendakinya. Ini adalah pergumulan orang Kristen yang percaya Tuhan. Ada pergumulan daging melawan roh di dalam hidup kita. Daging kita yang lemah, yang selalu akan membawa hidup kita kecewa, kuatir dan ragu-ragu kepada Tuhan. Roh yang ada di dalam hati kita selalu membawa kita 203 percaya, beriman dan bersandar kepada Tuhan. Peperangan itu menimbulkan gelombang yang tidak habis-habisnya di dalam hidup kita. Yang ketiga, puji Tuhan, Alkitab mencatat kita beriman kepada Kristus yang menyebabkan jaminan itu aman dan kuat. Bukan kitanya yang kuat beriman kepada Kristus, tetapi Kristus yang menjadi fondasi iman kitalah yang kuat. Ibr.6:19 mengatakan iman kita itu aman karena ditaruh seperti jangkar yang kuat kepada fondasi Yesus Kristus. Calvin mengatakan lemah iman itu seperti benih iman yang belum bertumbuh menjadi kecambah. Tetapi benih itu meskipun benih yang kecil, tetap berbeda besar dengan tidak ada iman. Maka saya bisa terombang-ambing, saya bisa kecewa, saya bisa kuatir, saya bisa ragu kepada Tuhan. Itu tidak masalah, kata Calvin, karena iman kita memang mengalami proses pertumbuhan. Kadang-kadang dia masih berupa benih, masih lemah, masih kecil di dalam hidup orang percaya. Itu sebab kita masuk point ke empat, bagaimana bisa menjembatani antara Tuhan memberikan jaminan yang pasti di dalam engkau, tidak pernah berubah tetapi kadang-kadang di dalam perjalanan hidup kita tidak mengalami keyakinan yang sempurna itu, bagaimana mengatasinya. Ef.2:8 “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah…” Iman itu memang di posisi saya, saya beriman kepada Tuhan, tetapi pada waktu saya menyatakan imanku percaya kepada Allah, ayat ini memberitahukan kepada kita iman itu sendiri adalah pemberian Allah. Kita bisa beriman, punya kekuatan kemampuan berimanpun datangnya dari Allah. Sehingga walaupun saya punya iman bisa lemah dan kecil tetapi jaminanku beriman sampai akhir kepada Tuhan bukan ditentukan oleh diriku, bukan ditentukan oleh imanku kuat atau tidak, walaupun imanku sakit dan lemah, dia tidak akan pernah hilang sebab iman itu datangnya dari Allah. Dia yang memberi kepada kita. Krisis iman menjadi problem yang terjadi di dalam hidup kita. Mungkin kita bisa mengaku bisa tidak. Tetapi kita harus mengakui krisis iman akan terus berjalan terlepas dari kita mendapat jawaban atau tidak. Yang menarik, Mzm.73:16 menyatakan pengakuan sampai menutup matapun pemazmur Asaf tidak bisa mengerti “kenapa” dan dia tidak tahu jawabannya. Aku ingin mengerti mengapa krisis iman itu muncul, sebab apa yang saya percaya di dalam kredoku berbeda dengan apa yang kulihat di mataku. Anak Tuhan justru sengsara, sedangkan orang fasik kaya raya. Anak Tuhan lebih menderita sakit, orang fasik sehat wal afiat. Itu tanda tanya, kenapa? Pemazmur bilang terus berusaha mencari jawabannya, terus pakai otak, pakai pikiran menganalisa, pakai filsafat apapun, dia mengaku tidak bisa mendapat jawabannya. Itu sebab bagaimana menyelesaikan krisis imanku, apakah dengan memberikan pengertian dan pengetahuan yang banyak bisa selesai? Dia bilang tidak. Itu sebab saya sangat mencintai mazmur ini sebab ditulis dengan kerangka yang sangat indah. Mzm.73 dibagi dalam tiga bagian yang ketiganya dimulai dengan kata “Sesungguhnya…” (ayat 1, ayat 12 danayat 18) . Bagian pertama, tahap terjadi gap antara kredo kepercayaanku dengan pengalaman realitaku. Sesungguhnya Tuhan baik kepada orang yang cinta Tuhan, kenyataannya orang yang cinta Tuhan hidup di dalam ketidak-baikan. Bagian kedua, akibat dari problema yang dilihat, terjadi krisis yang lebih dalam pada diri pemazmur. Sesungguhnya ini fakta: yang tidak cinta Tuhan makin lama makin kaya. Kalau begitu, maka timbul pertanyaan ini: apa gunanya jadi orang benar? Apa gunanya terus berbakti? Apa gunanya jadi orang Kristen? Apa gunanya berdoa? Apa gunanya jadi orang baik? Apa gunanya menjaga hati bersih? Semua itu tidak berguna! Bukankah kita hidup seharusnya makin kaya, makin sehat, dsb? Justru itu semua didapatkan oleh orang yang tidak percaya. Jadi apa gunanya kita 204 memegang semua itu. Puji Tuhan, pemazmur kecewa, marah dan mengalami krisis ini namun semua itu hanya ada di dalam pergumulan hatinya. Dia tidak bisa keluarkan dengan kata-kata karena dia sadar begitu dia mengeluarkan semua ini dia bisa merontokkan begitu banyak iman orang. Mau marah kepada Tuhan, mau mengatakan tidak mau lagi percaya kepada Tuhan, mau meninggalkan Tuhan, itu semua tidak bisa terjadi. Inilah yang membedakan ada benih ilahi pada diri seseorang. Adanya benih iman itu tidak berarti tidak ada keraguan. Keraguan membuktikan ada benih iman. Tetapi iman yang sejati akan selalu mencegah saudara jatuh lebih dalam. Pada waktu dia mau menyatakan tidak ada gunanya ikut Tuhan, tidak ada gunanya percaya Tuhan, kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya. Maka ada orang bilang dia tidak pernah ragu kepada Tuhan, dia tidak pernah kecewa sama Tuhan, dsb, itu mungkin karena dia tidak pernah menyatakannya. Tetapi pemazmur menyimpan semua itu di dalam kehidupan dirinya. Dia tidak pernah menyatakan hal itu di depan umum karena hal itu mungkin bisa berkonsekuensi merusak iman orang Kristen yang lain. Krisis itu ditutup dengan kemana dia mendapatkan jawaban di bagian ketiga. Terjadi perubahan yang luar biasa dan kemenangan imannya. “Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka…” (ayat 17) maka sesungguhnya jalan orang-orang jahat yang tidak mencintai Tuhan dan melawan keadilan Tuhan, bagi mereka diberikan jalan yang licin berbatu-batu. Sampai pada waktunya mereka tergelincir jatuh dan habis lenyap. Filsafat Yunani mengatakan segala kesulitan dan problema yang terjadi di dalam hidup kita itu sebenarnya disebabkan oleh emosi kita yang gampang berubah. Emosi yang gampang berubah itulah yang menyebabkan kita berespons kepada situasi kita. Situasi jelek membuat kita menjadi susah, dsb. Tetapi kita tidak bisa merubah situasi itu. Maka di dalam filsafat Yunani mengatakan yang paling penting adalah bagaimana hati dan emosimu itu dikontrol. Itu sebab tidak heran orang Yunani sangat memegang pikiran. Hati dan emosi gampang berubah tetapi pikiran yang tenang, pikiran yang berbijaksana, kalau itu yang mengontrol hati kita, barulah orang itu bisa berada di dalam keindahan, kenormalan dan bisa mengatur hidupnya dengan bijaksana dan teratur. Pertanyaannya, siapa yang mengontrol pikiran manusia? Emosi sangat berperan besar di dalam krisis iman kita. menyatakan ketika jiwaku mengalami kepahitan dan hatiku terluka, aku menjadi masa bodoh dan berlaku seperti binatang di hadapan Tuhan. Artinya, betapa emosi dan hati yang sudah pahit dan sakit bisa bikin orang menjadi lupa ingatan dan kadang-kadang berprilaku tanpa bisa mengontrolnya. Pemazmur mengatakan menghadapi kesulitan dan realita seperti ini, kalau menuruti hati kita, perasaan kekecewaan dan kepahitan itu kalau diberi makan terus, maka dia akan menjadi binatang buas di dalam hidup kita. Pahit, terluka karena krisis situasi seperti ini. Siapa yang bisa kontrol? Seorang hamba Tuhan mengatakan ada kelemahan dari ilmu psikologi ketika mencoba memberi jawaban bagaimana manusia menghadapi kekuatiran. Psikologi mengatakan pertama: jangan kuatir, pokoknya kendalikan situasi hidupmu. Kedua: jangan kuatir, karena problem may not happen. Ketiga: buat apa kuatir, situasinya sudah terjadi, situasi tidak bisa berubah, jadi tidak perlu kuatir. semua jawaban untuk menyelesaikan kekuatiran itu hanya memperbaiki situasi tetapi tidak banyak orang mengerti dengan sungguh sebenarnya penyebab dari kuatir bukan karena situasi tetapi apa yang sedang berkecamuk di dalam hati dan pikiran orang. Kita hanya bisa diminta untuk mengontrol situasi tetapi siapa yang kontrol hati dan pikiran kita? Pemazmur jujur, menghadapi krisis ini memakai pikiran, dia mengaku tidak punya jawaban. Terus-menerus dipikirkan akhirnya bisa mendatangkan kerusakan imanku. Terus-menerus dipikirkan membuat jiwaku menjadi pahit dan Mzm.73:21-22 205 hatiku menjadi sakit dan terluka. Akhirnya itu bisa membuat saya tidak lagi berpikir dengan sehat dan saya menjadi orang yang terlalu dikontrol oleh emosi yang sudah terluka. Menghadapi itu, bagaimana? Fil.4:6-7 mengatakan biarlah damai sejahtera Tuhan yang mengontrol hati dan pikiran kita. Pemazmur mengatakan, saya boleh kehilangan segala sesuatu, yang penting saya tidak kehilangan Tuhan. Biarpun dagingku dan tulangku habis lenyap, Tuhan tetap milik pusakaku selama-lamanya. Pada waktu kita mengalami kondisi dan krisis iman, ketika apa yang kita imani tidak ternyata dan tidak sesuai di dalam realita hidupmu, apa yang tersisa dalam hidup kita? Maka pemazmur mengatakan, ketika aku kembali lagi ke rumah Tuhan, saya berhadapan muka dengan muka dengan Tuhan, di situ saya baru tahu, Dia milikku selama-lamanya. Dan itulah cukup untuk saya. Puji Tuhan kalau kita melewati pergumulan dan krisis iman ini, saudara dan saya bertumbuh dan bisa mencintai Tuhan. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 73 (2) Pdt. Effendi Susanto STh. Kebingunan rohani “Siapa di antaramu yang takut akan Tuhan dan yang mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup di dalam kegelapan, tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya pada nama Tuhan dan bersandar kepada Allahnya…” (Yes.50:10) . Mengapa engkau berjalan di dalam kegelapan dan tidak ada terang di jalanmu, padahal engkau mengaku percaya kepada Tuhan dan kepada firman-Nya? Kembalilah dan bersandarlah kepada Dia. Beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas tiga mazmur yang penting, Mzm.126, 127 dan 128 . Di dalam mazmur yang terakhir, sang pemazmur memberikan ikrar yang penting ini: berbahagialah mereka yang takut akan Tuhan; diberkatilah hidup orang yang berjalan dengan takut akan Tuhan. Di tengah tujuan kita mencapai hidup yang bahagia, di tengah keinginan kita untuk menjalani hidup yang penuh dengan sukacita, ada dua lubang yang seringkali membocorkan anugerah Tuhan di dalam hidup kita. Pertama: hidup yang kuatir. Kedua: hidup yang patah semangat. Anxious life and burn out. Kita sepatutnya bekerja dengan baik, kita berjuang untuk cinta Tuhan, kita mau memperoleh hal yang baik, tetapi kadang-kadang di dalam proses perjalanan itu kita manusia yang lemah dan kecil ini terkadang tidak sanggup lagi terus-menerus mengerjakan hal yang baik bagi Tuhan. Hati ingin berbakti, hati ingin cinta Tuhan, tetapi tangan, kaki, semangat sudah tidak kuat lagi. Itu sebab Alkitab mengingatkan kita, janganlah kita jemu berbuat baik, jangan patah semangat di dalam pelayanan, dsb. Tetapi ada satu hal lagi yang saya pikir menjadi fakta dan realita yang ada di dalam hidup kita yang saya sebut sebagai “the spiritual perplexity,” kebingungan rohani. Kenapa engkau berjalan di dalam 206 kegelapan? Kenapa tidak terang jalanmu? Nabi Yesaya melihat ada sejenis orang, orang itu takut akan Tuhan, orang itu dengar firman Tuhan dan taat kepada apa yang dikatakan oleh hamba-Nya, tetapi orang itu berjalan di dalam kegelapan. Mengapa tidak ada terang di dalam jalannya? Bukankah saudara dan saya ingat akan firman Tuhan yang berkata, “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm.119:105) , tetapi kenapa orang ini tetap berjalan di dalam kegelapan? Ayat ini luar biasa dalam. Bagi saya “berjalan di dalam kegelapan” ini tidak boleh ditafsir orang ini berjalan di dalam dosa dan lari meninggalkan Tuhan. Kenapa saya mengatakan demikian? Karena Yesaya tidak memanggil dia untuk bertobat. Kalimat Yesaya selanjutnya mengajak, “Come and trust in the Lord.” Orang itu sedang berada di dalam kebingungan karena apa yang dipercayai tidak menjadi fakta dan realita di dalam hidupnya. Itu sebab saya ingin mendefinisikan hari ini, kebingungan rohani adalah ketika seseorang percaya kepada Tuhan, kemudian kepercayaan itu menjadi sebuah ilusi belaka; ketika semua janji yang menyertai kepercayaan kepada Tuhan hanya menjadi sebuah mimpi di dalam hidupnya, sehingga kalimat “blessed are all who fear the Lord, who walk in His way,” itu tidak terjadi di dalam hidup dia. Orang ini takut akan Tuhan, orang ini dengar firman Tuhan tetapi orang ini berjalan di dalam kegelapan. Ada yang salah di situ tentunya. Saya percaya itu bukan salah dia, itu sebab Yesaya tidak menegur dia. Yesaya hanya seperti seorang ayah yang membuka tangan berkata mari kembali kepada Tuhan. Anak ini dalam keadaan bingung, dalam keadaan kebingungan rohani, mengalami kesulitan. menggambarkan spiritual kebingungan seperti ini. Mazmur ini dibuka dengan satu theological understanding yang penting: Sesungguhnya Allah itu baik kepada orang yang tulus dan bersih hatinya. Tetapi kemudian terjadi satu kontras pada diri Asaf, pemazmur: Buat apa aku mempertahankan tanganku bersih, itu tidak ada gunanya (ayat 13) . Maksudnya adalah apa yang saya percaya, realita imanku itu hanya menjadi ilusi dalam hidupku. Sia-sia aku mempertahankan hati yang murni dan tangan yang bersih sebab sepanjang hari hidupku kena tulah dan tidak menjalani hidup yang lebih baik daripada orang yang tidak percaya Tuhan. Mzm.73 Ada beberapa diagnosa yang bisa kita dapatkan dari Mzm.73 ini. Pemazmur menggambarkan hidup orang fasik seolah-olah tidak ada kesusahan dalam hidup mereka. Memang betul Asaf mengaku dia iri dan cemburu kepada mereka, dan ini merupakan satu diagnosa rohani yang jujur dari dia. Dari situ muncul kebingungan rohani dalam diri Asaf yang merasa sia-sia dan tidak ada gunanya percaya Tuhan, tidak ada hasil dalam kesetiaan berbakti kepada Tuhan, tidak ada untungnya ikut Tuhan, hanya kekosongan hidup yang dia dapatkan sebagai anak Tuhan. Penyebab pertama dari spiritual kebingungan terjadi sebab orang ini hidup di dalam kasihan diri. Gejalanya bisa terlihat di sini, dia terlalu melebih-lebihi menggambarkan hidup orang fasik. Seolaholah hidup orang yang tidak percaya Tuhan tidak pernah susah dan lepas dari segala kesulitan dan persoalan. Kalau saudara tanya kepada saya, adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang hidupnya susah? Ada. Adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang hidupnya miskin dan kekurangan? Ada. Adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang masuk penjara meskipun tidak berbuat salah? Ada. Tetapi kalimat-kalimat yang pemazmur Asaf pakai menggambarkan hidup orang yang tidak percaya Tuhan dengan begitu melebih-lebihi, itu adalah ciri-ciri dari orang yang kasihan diri. Orang yang kasihan diri pasti akan selalu melantunkan lagu-lagu cengeng di dalam hidupnya. Dia bukan benci dan marah tetapi kasihan diri, betapa kasihan diri sendiri sehingga tidak sanggup melihat bahwa tidak semua orang fasik hidup lancar tanpa kesusahan. Dia hanya melihat hidup orang yang tidak percaya 207 Tuhan itu gemuk dan sehat, tidak ada sakit di dalam dirinya. Akhirnya tertutup matanya tidak sanggup melihat dengan perspektif hidup secara balance dan seimbang. Yang ada bagi dia hanya kebaikan melulu yang terjadi pada diri orang yang tidak percaya. Orang yang kasihan diri selalu melihat orang lain hidupnya lebih lancar daripada dia; orang yang kasihan diri hanya melihat kenapa jalan hidupnya terus susah seperti ini, padahal pikiran seperti itu belum tentu benar. Kalau kita refleksi lebih dalam, pikir dengan tenang dan meneliti hidup orang lain, kita bisa bersyukur kepada Tuhan dan mengatakan hidupku tidak lebih buruk daripada orang lain. Yang kedua, di ayat 12 pemazmur mengambil kesimpulan bahwa hidup orang fasik hanya menambah harta benda dan senang selama-lamanya. Kita sering mengalami kebingungan rohani di dalam hidup kita, merasa apa yang kita percaya seharusnya kita yang setia dan baik kepada Tuhan, Tuhan sepatutnya memberikan kelancaran di dalam hidup kita. Kenapa? Karena kita terlalu cepat bikin kesimpulan akhir. Mungkin ada hal-hal kecil baru saja terjadi, kesalahan kecil terjadi di dalam hidup kita, langsung kita ambil kesimpulan, kalau begini pasti akan jadi begini. Padahal belum tentu. Kita sadar kita ambil pilihan yang salah, langsung kita bilang, “Habislah hidup saya! Tidak ada kemungkinan saya bisa balik lagi.” Hal seperti ini yang seringkali membuat kita gampang menjadi bingung sebab kita seolah-olah sudah tahu hasil akhir dari segala-galanya. Anak kita angkanya “hampir tidak lulus” lalu kita langsung pikir masa depannya pasti suram dan akan merongrong orang tua. Padahal banyak pengalaman membuktikan anak-anak yang dianggap seperti itu ternyata setelah sepuluh dua puluh tahun kemudian justru berhasil di dalam hidupnya, bukan? Tetapi berapa sering hidup kita dilumpuhkan, dikuatirkan, dibingungkan oleh kesimpulan yang kita buat sendiri? Kita lihat anak kita ambil keputusan yang salah kita jadi terus kuatir. Kenapa anak gadisku setiap kali pilih pasangan salah melulu, akhirnya kita takut, kita kuatir, kita selalu punya persepsi negatif seperti itu. Ini yang bahaya, terlalu cepat bikin kesimpulan akhir. Padahal banyak hal kita tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam hidup kita di depan. Dan melalui pengkotakan hidup seperti ini kita tidak lagi bisa melihat kekuatan dan kuasa Tuhan yang sanggup bisa merubah hidup kita. mengatakan tidak ada gunanya mencari dan taat kepada Tuhan. Lihat itu orang jahat, terusmenerus prosper, apapun yang dikerjakan oleh tangannya selalu berhasil. Makannya tidak beraturan tetapi tetap sehat, senang terus hidupnya. Kalau begitu sia-sia aku mempertahankan hidup yang bersih. Lebih baik jadi orang yang tidak percaya Tuhan, karena tidak ada untungnya jadi anak Tuhan. Aneh sekali, kita bertemu dengan orang di dunia ini jalannya tidak lurus tetapi lebih cepat sampai kepada karier yang menanjak. Ada orang yang tidak menggunakan aturan-aturan bisnis dan etika yang baik, tetapi hidupnya kok makin lancar dan lebih kaya. Tetapi kenapa anak-anak Tuhan, bukankah Alkitab sendiri bilang, “diberkatilah orang-orang yang takut akan Tuhan,” kenapa anak Tuhan tidak naik Ferrari? Lalu kita mulai merasa kecewa. Mzm.73 Di tengah-tengah kebingungan rohani seperti ini, puji Tuhan, tangan terbuka, hati yang lebar sadar akan kesulitan ini membuat panggilan nabi Yesaya menjadi penghiburan yang begitu indah, “Come, trust the Lord and rely on Him.” Panggil kita kembali, percaya kepada Tuhan, tahu siapa Dia, tahu apa yang bisa Tuhan kerjakan dengan kuasa-Nya yang sanggup bisa melakukan segala sesuatu, itu sepatutnya memberikan kekuatan kepada kita menjalani hidup. 208 Bagaimana akhirnya pemazmur bisa keluar dari self pity? Bagaimana akhirnya pemazmur keluar dari kebingungan rohani yang ada di dalam hidup dia? Terlebih dahulu saya ajak saudara melihat jawaban dari Mzm.37 yang begitu kontras dengan Mzm.73 . Mzm.73 mengatakan sia-sia hidup jadi orang percaya. Aku iri kepada orang-orang yang berbuat jahat dan curang sebab semakin lama mereka semakin kaya dan semakin makmur. Mzm.37 mengatakan tidak usah cemburu dan geram kepada orang-orang seperti itu. Sebab pada waktu Tuhan bertindak dan berkarya di dalam hidupmu, semua itu akan hilang lenyap seperti rumput kering. Kadang-kadang banyak orang Kristen tergoda untuk mencoba mencari jalan dan mengikuti pola dan cara yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya Tuhan untuk menjadi lebih kaya. Jangan demikian. Jangan biarkan keinginan dan motivasi untuk menjadi cepat kaya dan cepat dapat keuntungan itu ada di dalam hatimu dan akhirnya kita tidak melihat satu dignitas kita menjadi anak Tuhan. Kalau orang Jepang saja punya dignitas dan kebanggaan pada dirinya, masakan orang Kristen tidak? Ingatlah, Mzm.37 langsung mengangkat kekayaan kita bukan soal materi. Sampai aku masuk ke pelataran rumah Tuhan, begitu berjumpa dengan Tuhan dalam perspektif yang benar aku baru bisa melihat semua dengan jelas. Jangan geram dan marah kepada orang yang lebih berhasil. Datang ke rumah Tuhan, di pelatarannya engkau akan melihat segala sesuatu dengan jelas. Yesus berkata, apa gunanya seseorang memiliki segala harta di dunia padahal dia tidak dapat menyelamatkan nyawanya? Banyak orang yang bingung rohani justru lari dari pelataran Tuhan. Banyak orang merasa tidak ada guna percaya kepada Tuhan akhirnya lari dari ibadah kepada Tuhan. Justru semakin kita lari semakin kita tidak menemukan jawaban. Memang betul, di pelataran itu terjadi hal yang paradoks. Kenapa orang yang datang berbakti kepada Tuhan hidupnya tidak lebih lancar daripada orang yang tidak percaya Tuhan? Terjadi kesulitan paradoks seperti itu. Tetapi justru di pelataran Tuhan itu pemazmur menemukan jawabannya. Persoalan bukan di dalam diri Tuhan; persoalan itu di dalam diri saya. Tetapi begitu aku datang ke rumah Tuhan barulah aku mengerti bahwa kesudahan hidup mereka jauh lebih menderita, jauh lebih sengsara, jauh lebih kasihan daripada saya. Karena Tuhan hanya taruh mereka di atas batu yang licin, sedikit jalan mereka sudah jatuh tergelincir. Ketika aku masuk ke pelataran rumah Tuhan, barulah aku tahu kebinasaan orangorang yang tidak percaya Tuhan. Belajar selalu berpikir kekayaan kita bukanlah hal yang berupa materi. Belajar berpikir engkau adalah orang yang kaya yang jauh lebih kaya daripada orang yang memiliki materi yang banyak. Bukankah Rockefeller sendiri berkata, “The poorest man I know is the man who has nothing but money.” Orang yang paling miskin adalah orang yang tidak memiliki apa-apa selain uang. Jangan tergoda untuk melihat kemiskinan kita hanya diukur dari berapa banyaknya materi yang kita miliki. Paulus bisa berkata, dalam kemiskinanku aku telah memperkaya banyak orang. Di dalam kesulitanku aku tetap bisa membagikan banyak hal kepada orang. Bagi engkau yang terus berpikir aku harus sukses dan kaya secara materi, hari ini saya panggil saudara datang kepada Tuhan dan saya ingatkan kepadamu, itu semua adalah hal-hal yang tidak dapat engkau sandari. Bencana yang terjadi baru-baru ini begitu jelas mengingatkan kita, kesuksesan, kemakmuran, segala sesuatu seolah gampang dan mudah, segala sesuatu bisa diprediksi dengan baik, namun ketika fondasi itu goncang dan goyah engkau akan tahu ada kekayaan sejati yang tidak pernah akan binasa. Biar kita mengejar apa yang lebih penting daripada hidup ini. Berbahagialah dia yang datang ke 209 pelataran rumah Tuhan dan tahu ada nilai yang lebih kekal daripada sekedar materi; ada Tuhan yang tidak pernah berubah di atas dari harta yang mudah berubah ini. Ada kesalahan dari pemazmur Asaf yang membawa dia kepada kebingungan, namun ayat 15 dia bersyukur karena dia tidak jadi mengucapkan kata-kata yang akan dia sesali. Kontrol ucapan yang keluar dari mulut kita. Jangan terlalu cepat mengeluarkan semua kata-kata yang negatif dan tidak baik yang akhirnya kadang-kadang menjadi “self fulfillment prophecy” dalam hidup kita. Jangan setiap kali bangun pagi apapun yang muncul dalam pikiran kita langsung muncul di facebook. Orang yang terlalu cepat selalu keluarkan kata-kata yang negatif, terlalu cepat bereaksi dengan kata-kata, kurang sanggup bisa mengontrol ucapan dari mulutnya, akan menyadari efeknya bisa berantai. Asaf hampir saja mengeluarkan kata-kata, “Sia-sia ikut Tuhan, sia-sia percaya Tuhan, sia-sia datang kepada Tuhan. Apa gunanya jadi orang baik? Lebih baik jadi orang jahat saja.” Kalimat-kalimat seperti itu hampir saja keluar dari mulutnya. Untung saja tidak jadi dikatakan. Dengan kata lain, pemazmur ingin mengajak kita melihat kembali bagaimana cara dan pola berpikir kita, pikiran-pikiran yang negatif yang tidak ada gunanya jangan cepat keluar dari mulut kita. Tahan sedikit, sabar sedikit, karena kita belum tahu semua sampai akhirnya, jangan cepat-cepat mengeluarkan kesimpulan akhir. Bukan itu saja, karena kalau aku terlalu cepat berkata-kata, aku akan mengkhianati angkatan generasi selanjutnya. Itu akan menjadi satu kesaksian yang tidak indah dan tidak baik bagi mereka. Memang kesadaran ini tidak berarti kita akan segera menemukan jawaban; tidak berarti setelah kita mengerti keadaan dan situasi kita langsung berubah membaik; kita mungkin tetap akan mengalami hal-hal yang sama. Meskipun sebagai orang Kristen kita sudah berjalan dengan jujur dan baik, belum tentu hidup kita akan berhasil. Itu adalah fakta dan realita. “Aku dungu. Aku tidak mengerti. Seperti hewan aku didekatmu…” (ayat 23) . Pemazmur merefleksi diri dan dia mengatakan ”...this is my ignorant thinking.” Binatang tidak pernah kuatir dan cemas, bangun pagi dia keluar makan rumput yang ada. Banyak orang berpikir hidup kita seperti itu juga, kita bangun pagi-pagi, bekerja mencari makan dan membesarkan anak, terus hidup berputar-putar seperti itu, kita berpikir itulah hidup kita. Kita berpikir hanya ini yang paling penting di dalam hidupku. Something wrong in my thinking. It is ignorance and improper. Memahami semua ini, tidak persoalan salah di pihak Tuhan, persoalan yang terjadi sebab saya memiliki pola pikir yang ketidaktahuan, bodoh, tidak berpikir dengan dalam-dalam, tidak tahu bahwa saya ini manusia yang memiliki kebutuhan yang jauh lebih daripada sekedar hal-hal pemenuhan hidupku di atas muka bumi ini. Kalau begitu, apakah berarti semua ini beres, semua ini lancar, semua ini selesai, saya kembali kepada Tuhan, saya trust kepada-Nya, saya berdiri di pelataran rumah Tuhan, dan semua akan menjadi berubah sama sekali? Tidak. Kalau saudara baca Mzm.73 ini, terjadi perubahan yang lain, pemazmur berkata, “Kalaupun akhirnya kemiskinan membuatku lapar, kelaparan itu membuat dagingku habis hingga kulit pembungkus tulang yang tersisa, Tuhan jauh lebih penting daripada semua itu” (ayat 27) . Artinya, pemazmur sampai kepada skenario terburuk dari hidup, tetapi kita akan balik kembali: adakah Tuhan yang memberikan sesuai dengan kekayaan kemurahan-Nya akan membiarkan engkau seperti itu? Adakah Tuhan yang berkuasa intervensi dalam hidupmu tidak menghentikan tangan jahat datang kepadamu terus-menerus? Adakah Tuhan di surga tidak mendengarkan seru doa anak-anak-Nya yang meminta kepada-Nya? Dengan kata lain, skenario 210 terburuk ini tidak akan sampai terjadi. Tetapi sekalipun sampai akhirnya terburuk itu terjadi, itu tidak merubah Tuhan adalah kekuatan dan bagianku untuk selamanya. Kiranya hidup kita tidak lagi mengalami kebingungan rohani. Biar kiranya firman Tuhan pada hari ini boleh mencerahkan hidup kita. Tuhan mengatakan siapa yang hidup takut kepada-Ku, engkau mendengarkan firman-Ku, biar firman itu menjadi pelita yang memimpin jalanmu. Apa yang salah, apa yang membuatmu ragu dan bingung? Sebab engkau melihat kemakmuran orang yang tidak percaya Tuhan dibandingkan dengan hidupmu. Engkau bingung sebab apa yang sudah engkau percaya Tuhan, kenapa itu tidak ternyata di dalam hidupmu. Engkau merasa beriman kepada Tuhan menjadi sia-sia, beriman hanya menjadi ilusi belaka. Kita tergoda mau ikut jalan orang yang tidak percaya Tuhan. Biar mata kita terbuka jelas sebab kita tahu siapa yang kita percaya, kita tahu siapa yang kita sembah. Kita sadar kita terbatas, kita seringkali hanya mengerti dan mendefinisikan pekerjaan dan berkat Tuhan hanya di dalam hari-hari kita yang singkat. Kita tidak mampu melihat seluruh rangkaian hidup kita ke depan. Itu sebab kita menjadi takut, gelisah dan kuatir. Biar Tuhan hari ini meneduhkan hati kita karena kita tahu Dia Allah yang berkarya di dalam hidup kita. Kita serahkan hidup kita, pekerjaan kita, keluarga kita, pelayanan kita ke dalam tangan Tuhan. 211 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 74 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Nyanyian pengajaran Asaf. Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka–Mu terhadap kambing domba gembalaan–Mu? Ingatlah akan umat–Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik–Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. Ringankanlah langkah–Mu ke tempat yang rusak terus–menerus; segala–galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus. Lawan–lawan–Mu mengaum di tempat pertemuan–Mu dan telah mendirikan panji–panji mereka sebagai tanda. Kelihatannya seperti orang mengayunkan tinggi–tinggi sebuah kapak kepada kayu–kayuan yang lebat, dan sekarang ukir–ukirannya seluruhnya dipalu mereka dengan kapak dan beliung; mereka menyulut tempat kudus–Mu dengan api, mereka menajiskan tempat kediaman nama– Mu sampai pada tanah; mereka berkata dalam hatinya: “Baiklah kita menindas mereka semuanya!” Mereka membakar segala tempat pertemuan Allah di negeri. Tanda–tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi. Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama–Mu terus–menerus? Mengapa Engkau menarik kembali tangan–Mu, menaruh tangan kanan–Mu di dada? Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala, yang melakukan penyelamatan di atas bumi. Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan–Mu, yang memecahkan kepala ular–ular naga di atas muka air. Engkaulah yang meremukkan kepala–kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan penghuni–penghuni padang belantara. Engkaulah yang membelah mata air dan sungai; Engkaulah yang mengeringkan sungai–sungai yang selalu mengalir. Punya–Mulah siang, punya–Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari. Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat–Nya. Ingatlah ini: musuh mencela, ya TUHAN, dan bangsa yang bebal itu menista nama–Mu. Janganlah berikan nyawa merpati–Mu kepada binatang liar! Janganlah lupakan terus–menerus nyawa orang–orang–Mu yang tertindas! Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat–tempat gelap di bumi penuh sarang–sarang kekerasan. Janganlah biarkan orang yang terinjak–injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara dan orang miskin memuji–muji nama–Mu. Bangunlah, ya Allah, lakukanlah perjuangan–Mu! Ingatlah akan cela kepada–Mu dari pihak orang bebal sepanjang hari. Janganlah lupa suara lawan–Mu, deru orang–orang yang bangkit melawan Engkau, yang terus– menerus makin keras. 212 Renungan Tragis! Itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan kondisi saat Yerusalem hancur dan awal pembuangan ke Babel. Bait Allah dimusnahkan dan orang fasik bersorak-sorai. Umat Allah mencemaskan kalau-kalau Allah sudah meninggalkan mereka (ayat 1, 11) . Padahal mereka seharusnya sadar bahwa kehancuran itu ulah mereka sendiri yang berkhianat kepada Tuhan. Namun melalui mazmur ini, umat Tuhan belajar beberapa hal. Judul: Kembalilah mengasihi kami! Pertama, Dia adalah Allah yang berdaulat atas umat-Nya. Maka kehancuran Bait Allah dan penistaan yang dilakukan musuh terhadap umat Tuhan bukan terjadi karena Allah tidak sanggup menolong. Sebaliknya Allah sedang menyatakan murka-Nya atas dosa mereka. Ia sedang memakai para musuh untuk menghukum umat-Nya. Itu sebabnya pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan menyudahi murka dan penghukuman-Nya atas mereka (ayat 1-2, 10-11) . Bukankah mereka sudah habis-habisan? Tiada lagi simbol Ilahi, bahkan nabi-nabi pun menghilang (ayat 9) . Kiranya Tuhan kembali berbelas kasihan dan memulihkan mereka. Kedua, pemazmur mengingat bahwa Allah berdaulat atas alam semesta. Karya-Nya diberlakukan untuk penyelamatan dan bukan untuk merusak (ayat 12) . Tidak ada yang luput dari kemahakuasaanNya. Ketiga, oleh karena itu pemazmur memohon dengan kembali meyakini bahwa Tuhan tak akan terus menerus membiarkan mereka menderita. Demi nama-Nya (ayat 1) dan karena kasih dan kesetiaanNya, Ia akan kembali membela umat-Nya, merpati Allah (ayat 19; bnd. Kid. 6:9) . Kita perlu belajar bersyukur dan tetap percaya kepada Tuhan, bahkan waktu murka-Nya dinyatakan kepada kita karena dosa-dosa kita. Murka dan hukuman-Nya bukan tanda Ia membenci kita, melainkan tanda kasih-Nya yang suci. Saatnya akan datang, Dia akan kembali membela, memulihkan, dan menyayangi kita lagi demi nama-Nya. Kalau saat itu belum datang, nantikan dengan iman! 213 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 75 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Mazmur Asaf. Nyanyian. (75–2) Kami bersyukur kepada–Mu, ya Allah, kami bersyukur, dan orang–orang yang menyerukan nama–Mu menceritakan perbuatan–perbuatan–Mu yang ajaib. (75–3) “Apabila Aku menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran. (75–4) Bumi hancur dan semua penduduknya; tetapi Akulah yang mengokohkan tiang– tiangnya.” Sela (75–5) Aku berkata kepada pembual–pembual: “Jangan membual.” Dan kepada orang–orang fasik: “Jangan meninggikan tanduk! (75–6) Jangan mengangkat tandukmu tinggi–tinggi, jangan berbicara dengan bertegang leher!” (75–7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, (75–8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan–Nya yang satu dan ditinggikan–Nya yang lain. (75–9) Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang fasik di bumi. (75–10) Tetapi aku hendak bersorak–sorak untuk selama–lamanya, aku hendak bermazmur bagi Allah Yakub. (75–11) Segala tanduk orang–orang fasik akan dihancurkan–Nya, tetapi tanduk–tanduk orang benar akan ditinggikan. Renungan Ingat kisah janda miskin yang mengadukan perkaranya kepada hakim yang lalim di Luk. 18:1-8 ? Seringkali kita seperti janda tersebut, mengharapkan keadilan yang tak kunjung datang dari hakim yang lalim. Walau kisah itu berakhir dengan dikabulkannya permohonan janda tersebut oleh si hakim lalim, kita tahu kenyataan di dunia berbicara lain. Namun jangan lupa kisah ini hendak mengarahkan kita kepada Allah Bapa yang jauh melampaui si hakim lalim. Judul: Bersyukur untuk keadilan Allah Pemazmur bersyukur karena Allah adalah Hakim yang adil, yang membela umat-Nya. Dia tidak bisa diajak main-main atau disuap untuk membengkokkan perkara. Pemazmur bersyukur bersama-sama orang-orang yang menyerukan nama Tuhan karena mereka telah mengalami perbuatan ajaib Tuhan yang membela mereka (ayat 2) . Menyerukan nama Tuhan berarti berdoa, bersandar penuh kepada Dia yang Maha Kuasa dan Maha Adil. Bersama dengan mereka yang sudah mengalami pembelaan Tuhan, kita diajak untuk mengingat-ingat segala berkat yang sudah pernah Ia turunkan atas kita. Ingat nyanyian rohani, “Hitung berkat satu-persatu, pasti kau akan heran lihat jumlahnya!” Bagaimana keadilan Tuhan ditegakkan? Pada waktu-Nya sendiri, Tuhan akan menghakimi dunia ini. Orang fasik akan menerima ganjarannya. Tanduk-tanduk mereka akan dipatahkan. Tanduk melambangkan kekuatan; orang fasik yang segarang apa pun tidak dapat bertahan di hadapan Allah 214 yang Maha Kuasa. Sebaliknya tanduk orang benar akan dinyatakan kebenarannya dan ditinggikan (ayat 8-9, 10-11) . Berarti mereka akan menjadi saksi Tuhan akan kebenaran dan keadilan. Mengandalkan Tuhan sebagai hakim yang adil berarti memercayakan penuh hidup kita ke tanganNya. Dia tidak pernah keliru mengadili. Dia tidak pernah terlambat membela umat-Nya. Kalau Anda sedang ditimpa masalah karena perbuatan orang berdosa, hitung kebaikan Tuhan masa lampau. Dia yang adil akan membela perkara Anda. 215 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 76 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Asaf. Nyanyian. (76–2) Allah terkenal di Yehuda, nama–Nya masyhur di Israel! (76–3) Di Salem sudah ada pondok–Nya, dan kediaman–Nya di Sion! (76–4) Di sanalah dipatahkan–Nya panah yang berkilat, perisai dan pedang dan alat perang. Sela (76–5) Cemerlang Engkau, lebih mulia dari pada pegunungan yang ada sejak purba. (76–6) Orang–orang yang berani telah dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya, dan semua orang yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya. (76–7) Oleh sebab hardik–Mu, ya Allah Yakub, tertidur lelap baik pengendara maupun kuda. (76–8) Dahsyat Engkau! Siapakah yang tahan berdiri di hadapan–Mu pada saat Engkau murka? (76–9) Dari langit Engkau memperdengarkan keputusan–Mu; bumi takut dan tertegun, (76–10) pada waktu Allah bangkit untuk memberi penghukuman, untuk menyelamatkan semua yang tertindas di bumi. Sela (76–11) Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagi–Mu, dan sisa panas hati itu akan Kauperikatpinggangkan. (76–12) Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang yang di sekeliling–Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti, (76–13) Dia yang mematahkan semangat para pemimpin, Dia yang dahsyat bagi raja–raja di bumi. Renungan Hakim yang adil tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Dia tidak akan membela orang yang kaya supaya dapat imbalan, kalau memang orang kaya itu salah. Dia pun tidak boleh memihak kepada orang yang miskin, kalau memang tindakannya salah, misalnya mencuri dan merampok. Hakim yang adil berpihak pada kebenaran, yang sudah dirumuskan dalam hukum yang berlaku. Judul: Allah sebagai Hakim Allah adalah hakim yang adil, tak pernah berpihak kepada yang tidak benar, karena Dialah sumber kebenaran itu sendiri. Dalam Alkitab, kebenaran Allah dinyatakan lewat Hukum Taurat bagi umatNya, Israel. Bagi umat Tuhan Perjanjian Baru, hukum kasih yang merupakan intisari Hukum Taurat merupakan perwujudan kebenaran Allah yang bersifat universal. Paulus menyebut hati nurani sebagai juga tem-pat kebenaran Allah dinyatakan bagi mereka yang tidak memiliki Hukum Taurat tertulis (Rm. 2:14-15) . Allah melihat ke kedalaman hati manusia. Dia tidak bisa ditipu dengan penampilan baik, padahal dalamnya busuk. Dia tidak bisa dibayar untuk membelokkan kebenaran karena, semua yang ada di dunia ini milik-Nya. Bagaimana mungkin membayar Dia dengan apa yang memang milik-Nya? Dia adalah Kebenaran Sejati. Kalau Dia membengkokkan kebenaran, berarti menyangkali Diri-Nya sendiri. Hakim manusia kadang tidak berdaya dengan otoritas dari tempat lain yang memaksanya untuk bertindak bertentangan dengan kebenaran. Selain dibeli dengan uang, bisa juga dipaksa dengan ancaman keamanan keluarganya, juga lewat teror semacam "surat sakti" dari pihak yang jabatannya lebih tinggi. 216 Allah adalah hakim yang adil yang tidak dikendalikan oleh apapun dari luar. Dia mandiri dan tidak terbeli. Dia tidak bisa ditekan ataupun diancam. Dia adalah Pemilik alam semesta. Langit dan bumi menjadi saksi keadilan-Nya. Pengadilan-Nya atas bangsa-bangsa, pasti benar dan vonisnya pasti adil! Siapa yang menjaga hidupnya benar, takut akan Tuhan, serta menegakkan keadilan dan kebenaran di lingkup yang ia pimpin, tidak usah takut terhadap keadilan Allah. Ia akan teruji keluar bagai emas murni! 217 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 77 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. (77–2) Aku mau berseru–seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku. (77–3) Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam–malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan. (77–4) Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela (77–5) Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata–kata. (77–6) Aku memikir–mikir hari–hari zaman purbakala, tahun–tahun zaman dahulu aku ingat. (77–7) Aku sebut–sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari– cari: (77–8) “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? (77–9) Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia–Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun–temurun? (77–10) Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup–Nyakah rahmat–Nya karena murka–Nya?” Sela (77–11) Maka kataku: “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah.” (77–12) Aku hendak mengingat perbuatan–perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban–keajaiban–Mu dari zaman purbakala. (77–13) Aku hendak menyebut–nyebut segala pekerjaan–Mu, dan merenungkan perbuatan– perbuatan–Mu. (77–14) Ya Allah, jalan–Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? (77–15) Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa–Mu di antara bangsa–bangsa. (77–16) Dengan lengan–Mu Engkau telah menebus umat–Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela (77–17) Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar. (77–18) Awan–awan mencurahkan air, awan–gemawan bergemuruh, bahkan anak–anak panah– Mu beterbangan. (77–19) Deru guntur–Mu menggelinding, kilat–kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan bergoncang. (77–20) Melalui laut jalan–Mu dan lorong–Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak–Mu tidak kelihatan. (77–21) Engkau telah menuntun umat–Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun. Renungan Bagaimana seseorang bisa keluar dari jebakan pergumulan hidup dan melihat kasih Tuhan yang menopang dan membebaskan dirinya? Seorang hamba Tuhan pernah berujar demikian, saat persoalan besar menghadang hidup Anda, fokuskan diri Anda pada Yesus, Judul: Fokus pada Tuhan 218 maka bongkah besar itu akan terlihat kecil. Jika Anda terus menerus melihat masalah, ia akan tampak semakin besar dan Anda akan semakin frustasi menghadapinya. Itulah yang sedang dihadapi pemazmur. Apa masalah pemazmur, kita tidak diberitahu. Ia merasa kesusahan itu ia tanggung sendirian, Allah seperti tidak peduli, tidak menaruh belas kasih, bahkan berdiam diri. Padahal pemazmur ingat, pada masa lampau kebaikan Tuhan nyata. Namun rupanya ingatan itu tidak membawa pemazmur memahami bahwa Tuhan yang sama akan menolong dia juga kini. Di tengah keputusasaan, pemazmur sampai berkesimpulan bahwa Tuhan sudah berubah (ayat 11) . Perhatikan, pada saat keluhan demi keluhan terlontar di ay. 2-11 , berapa kali kata “aku,” “ku” muncul dibandingkan sapaannya terhadap Allah. Itu menunjukkan fokus perhatian pemazmur pada dirinya sendiri dan masalahnya. Tak heran pemazmur semakin terdesak, terpojok, dan frustasi. Ia tak mampu melihat Tuhan sebagai Allah yang berdaulat atas segala permasalahan hidup. Beda sekali ketika bagian kedua mazmur ini dilantunkan, “aku” menyurut ke belakang, “Engkau,” Tuhan, Allah, mendominasi ayat 12-21 . Pemazmur belajar fokus kepada Tuhan. Maka ia bisa menghayati kembali kebesaran, keperkasaan Tuhan, dan juga belas kasih-Nya yang pernah menuntun nenek moyangnya menyeberangi Laut Teberau, meninggalkan secara tuntas musuh mereka. Ingat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita bahkan saat-saat tersulit hidup kita. Dia selalu ada dan siap menolong, tetapi Dia ingin kita percaya sepenuhnya. Pandanglah Dia dengan kacamata iman. Belajar memelihara fokus hidup Anda pada Dia dan bukan pada dunia ini. 219 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 78: 1-16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai bangsaku, sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku. Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka–teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak–anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji–pujian kepada TUHAN dan kekuatan–Nya dan perbuatan– perbuatan ajaib yang telah dilakukan–Nya. Telah ditetapkan–Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi–Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan–Nya untuk memperkenalkannya kepada anak–anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak–anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak–anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan– perbuatan Allah, tetapi memegang perintah–perintah–Nya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah. Bani Efraim, pemanah–pemanah yang bersenjata lengkap, berbalik pada hari pertempuran; mereka tidak berpegang pada perjanjian Allah dan enggan hidup menurut Taurat–Nya. Mereka melupakan pekerjaan–pekerjaan–Nya dan perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib, yang telah diperlihatkan–Nya kepada mereka. Di hadapan nenek moyang mereka dilakukan–Nya keajaiban–keajaiban, di tanah Mesir, di padang Zoan; dibelah–Nya laut, diseberangkan–Nya mereka; didirikan–Nya air sebagai bendungan, dituntun–Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api; dibelah–Nya gunung batu di padang gurun, diberi–Nya mereka minum banyak air seperti dari samudera raya; dibuat–Nya aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat–Nya air turun seperti sungai. Renungan Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel. Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78 merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya. Judul: Mengingat dan merespons karya-Nya Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4) . Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia, tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat. 220 Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal. Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7) . Tuhan sendiri menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16) . Kesetiaan Tuhan terbukti dari Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65) . Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian. Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan, pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11) . Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya dan menyakiti hati-Nya? 221 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 78: 17-33 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap Dia, dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di padang kering. Mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka. Mereka berkata terhadap Allah: “Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai–sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat–Nya?” Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel, sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada–Nya. Maka Ia memerintahkan awan–awan dari atas, membuka pintu–pintu langit, menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah– limpah. Ia telah menghembuskan angin timur di langit dan menggiring angin selatan dengan kekuatan– Nya; Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya, dan hujan burung– burung bersayap seperti pasir laut; Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu. Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan. Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut mereka; maka bangkitlah murka Allah terhadap mereka: Ia membunuh gembong–gembong mereka, dan menewaskan teruna–teruna Israel. Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan– perbuatan–Nya yang ajaib. Sebab itu Ia membuat hari–hari mereka habis dalam kesia–siaan, dan tahun–tahun mereka dalam kekejutan. Renungan Di manakah penyertaan Tuhan yang paling Anda rasakan dalam hidup ini? Apakah waktu segala sesuatu berjalan lancar, semua tersedia dan bahkan melimpah? Kalau memperhatikan catatan sejarah Israel, kita menemukan penyertaan Tuhan yang paling kelihatan adalah di dalam perjalanan di padang gurun. Tiang awan dan tiang api yang bergantian menuntun mereka siang dan malam (ayat 14-16) . Air yang tercurah dari batu karang untuk melepaskan dahaga mereka di padang yang kering dan panas (ayat 15-16) . Lebih ajaib lagi, butiran manna yang setiap hari turun untuk dijadikan roti (ayat 23-25) . Bahkan, sore hari Allah mengirimkan daging berupa burung puyuh untuk kenikmatan mereka (ayat 26-28) . Judul: Sikap tak puas adalah dosa 222 Allah memperhatikan mereka bukan hanya dalam perkara rohani, lewat Taurat dan segala perintahnya, tapi juga dalam perkara jasmani dengan berlimpah-limpah. Namun, apa balasan umatNya? Gerutuan karena ketidakpuasan dan ketidakpercayaan! Mereka tidak puas dengan kelimpahan yang mereka terima (ayat 18) . Mereka merindukan dapat menikmati makanan seperti dulu di Mesir, padahal di situ mereka diperbudak. Mereka tidak percaya bahwa Allah sungguh-sungguh peduli atas mereka atau sanggup mencukupi mereka (ayat 19-20) . Bahkan setelah semua tersaji begitu ajaib, mereka masih juga merasa tidak puas (ayat 29-30) . Tidak heran kalau Allah pun murka dan menghukum mereka (ayat 31) . Adakah kemiripan pengalaman Anda dengan yang dialami umat Israel? Jangan-jangan malah Anda tidak pernah mengalami padang gurun. Yang ada selalu padang rumput hijau yang mengenyangkan serta aliran sungai yang hening dan bening untuk menyegarkan dahaga. Namun apakah Anda merasakan Tuhan hadir dan itu membuat Anda bersyukur dan puas hati? Atau masihkah Anda menggerutu karena merasa belum puas dan karena Anda menganggap memang sudah seharusnya Anda menerima semua yang baik ini? Hati-hati! Sikap tidak puas adalah sikap tidak tahu berterima kasih pada Tuhan! 223 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 78: 34-53 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka. Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka membohongi Dia. Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian–Nya. Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan mereka; banyak kali Ia menahan murka–Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah–Nya. Ia ingat bahwa mereka itu daging, angin yang berlalu, yang tidak akan kembali. Berapa kali mereka memberontak terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hati–Nya di padang belantara! Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel. Mereka tidak ingat kepada kekuasaan–Nya, kepada hari Ia membebaskan mereka dari pada lawan, ketika Ia mengadakan tanda–tanda di Mesir dan mujizat–mujizat di padang Zoan. Ia mengubah menjadi darah sungai–sungai mereka dan aliran–aliran air mereka, sehingga tidak terminum; Ia melepaskan kepada mereka lalat pikat yang memakan mereka, dan katak–katak yang memusnahkan mereka; Ia memberikan hasil tanah mereka kepada ulat, dan hasil jerih payah mereka kepada belalang; Ia mematikan pohon anggur mereka dengan hujan batu, dan pohon–pohon ara mereka dengan embun beku; Ia membiarkan kawanan binatang mereka ditimpa hujan es, dan ternak mereka disambar halilintar; Ia melepaskan kepada mereka murka–Nya yang menyala–nyala, kegemasan, kegeraman dan kesesakan, suatu pasukan malaikat yang membawa malapetaka; Ia membiarkan murka–Nya berkobar, Ia tidak mencegah jiwa mereka dari maut, nyawa mereka diserahkan–Nya kepada penyakit sampar; dibunuh–Nya semua anak sulung di Mesir, kegagahan mereka yang pertama–tama di kemah– kemah Ham; disuruh–Nya umat–Nya berangkat seperti domba–domba, dipimpin–Nya mereka seperti kawanan hewan di padang gurun; dituntun–Nya mereka dengan tenteram, sehingga tidak gemetar, sedang musuh mereka dilingkupi laut; Renungan Sungguh ngeri melihat zaman sekarang masih ada orang yang secara diam-diam melakukan traficking, penculikan anak-anak yang kemudian dijual untuk dijadikan budak, bahkan pelacur. Di zaman orang menghargai kemerdekaan, hak asasi manusia, betapa perbudakan Judul: Perbudakan dosa 224 sangat tidak masuk di akal sehat. Namun tahukah Anda perbudakan yang jauh lebih mengerikan daripada perbudakan fisik? Ya, perbudakan dosa. Keadaan manusia yang dibelenggu oleh dosa sehingga setiap perbuatannya dikendalikan oleh natur dosa. Itulah kenyataan manusia berdosa, bukan hanya tidak mampu mengendalikan diri untuk hidup sesuai dengan harkat kemanusiaannya, bahkan sengaja menggadaikan kemanusiaan yang mulia itu untuk hal-hal fana, semata-mata hawa nafsu. Gambaran umat Israel yang dipaparkan di perikop ini, tepat sekali mengilustrasikan belenggu dosa yang memperangkap hidup mereka. Di mulai ayat 32 yang menyatakan bahwa walaupun Tuhan sudah menghukum dahsyat kerakusan dan ketidakpuasan mereka, tetap saja mereka berbuat dosa dan tidak memercayai Tuhan. Bahkan mereka sengaja menggadaikan kemuliaan Allah yang menyertai mereka dengan menipu Dia. Yaitu dengan pura-pura bertobat. Dengan kata-kata memohon ampun, mungkin pula disertai ritual-ritual kudus, tetapi hatinya melawan Dia dan melecehkan firman-Nya (ayat 34-37) . Padahal sepanjang sejarah hidup mereka, kasih setia Tuhan tak pernah memudar. Bayangkan kegemasan pemazmur saat mengungkapkan sekali lagi kasih setia-Nya membela mereka dari tangan musuh (ayat 43-53) . Itulah kenyataan manusia berdosa, tidak ada sedikit pun kemampuan untuk hidup berkenan kepada Tuhan. Kebaikan Tuhan seperti angin lalu yang mereka nikmati hembusannya, terus dilupakan begitu saja. Syukur kepada Allah, di dalam Kristus, perbudakan dosa dipatahkan, belenggu maut dihancurkan. Sejarah kelam umat Israel menjadi peringatan untuk kita agar tidak keluar dari lingkup anugerah-Nya agar kita hidup berkenan kepada-Nya! 225 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 78: 54-72 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 dibawa–Nya mereka ke tanah–Nya yang kudus, yakni pegunungan ini, yang diperoleh tangan kanan–Nya; dihalau–Nya bangsa–bangsa dari depan mereka, dibagi–bagikan–Nya kepada mereka tanah pusaka dengan tali pengukur, dan disuruh–Nya suku–suku Israel mendiami kemah–kemah mereka itu. Tetapi mereka mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak berpegang pada peringatan–peringatan–Nya; mereka murtad dan berkhianat seperti nenek moyang mereka, berubah seperti busur yang memperdaya; mereka menyakiti hati–Nya dengan bukit–bukit pengorbanan mereka, membuat Dia cemburu dengan patung–patung mereka. Ketika Allah mendengarnya, Ia menjadi gemas, Ia menolak Israel sama sekali; Ia membuang kediaman–Nya di Silo kemah yang didiami–Nya di antara manusia; Ia membiarkan kekuatan–Nya tertawan, membiarkan kehormatan–Nya jatuh ke tangan lawan; Ia membiarkan umat–Nya dimakan pedang, dan gemaslah Ia atas milik–Nya sendiri. Anak–anak teruna mereka dimakan api, dan anak–anak dara mereka tidak lagi dipuja dengan nyanyian perkawinan; imam–imam mereka gugur oleh pedang, dan janda–janda mereka tidak dapat menangis. Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman dari mabuk anggur; Ia memukul mundur para lawan–Nya, Ia menyebabkan mereka mendapat cela untuk selama– lamanya. Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilih–Nya, tetapi Ia memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihi–Nya; Ia membangun tempat kudus–Nya setinggi langit, laksana bumi yang didasarkan–Nya untuk selama–lamanya; dipilih–Nya Daud, hamba–Nya, diambil–Nya dia dari antara kandang–kandang kambing domba; dari tempat domba–domba yang menyusui didatangkan–Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat–Nya, dan Israel, milik–Nya sendiri. Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya. Renungan Bagaimanakah menurut Anda, Tuhan harus bersikap terhadap umat yang terus menerus mendurhakai-Nya? Seperti seorang ayah yang "habis akal" menghadapi anaknya yang bandel luar biasa. Terkadang hanya ada satu cara, yaitu didiamkan dan tidak dipedulikan untuk sementara waktu. Judul: Dihukum, tetapi dicintai kembali Demikian juga tindakan Tuhan terhadap umat-Nya, yang sangat disayangi-Nya. Begitu banyak berkat dicurahkan, pemeliharaan-Nya nyata. Bahkan sampai mereka menerima kepenuhan janji Allah, yaitu tanah pusaka (ayat 55) . Namun, Israel seperti anak nakal yang tak puas dan berpetualang mencari 226 kepuasan dengan berhala-berhala (ayat 58) . Demikian sakit hati Allah sampai Ia membiarkan mereka bahkan menyerahkan mereka dihajar lawan, dijarah dan ditumpas musuh (ayat 59-64) . Puji syukur kepada Tuhan! Kita bukan memiliki Allah yang menyimpan dendam atau yang kasih-Nya memudar. Justru saat Ia melihat umat-Nya, yang dikasihi-Nya dikoyak-koyak oleh musuh, tak sampai hati Tuhan. Gambaran ayat 65 seakan-akan Tuhan kaget melihat kenyataan umat-Nya akan binasa. Dia bangkit pada waktu-Nya untuk membela umat-Nya. Ia membangkitkan Daud untuk menggembalakan umat-Nya bagi Dia (ayat 70-72) . Tuhan sendiri menyatakan perkenan-Nya kembali kepada umat-Nya, lewat bait Allah yang didirikan di kota Yerusalem (ayat 68-69) . Apakah Anda merasa sedang didiamkan Allah? Anda merasa Allah seolah tidak peduli dengan apa yang sedang Anda alami? Mungkin kita perlu memeriksa diri. Jangan-jangan ada dosa yang selama ini kita dengan sengaja pelihara dan nikmati. Kita tidak peka sudah menyakiti hati-Nya, malah kita bermain-main dengan segala hal yang tidak disukai-Nya. Mungkin kediaman-Nya adalah teguran kasih. Bertobatlah sebelum Dia memakai hal yang lebih keras dan menyakitkan untuk menyadarkan kita. Akuilah kesalahan kita dan perbaiki sikap hidup kita seturut firman-Nya. Biar Dia kembali menjadi Allah yang kekasih, dan kita menjadi umat yang setia dan penurut. 227 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 79 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Mazmur Asaf. Ya Allah, bangsa–bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik–Mu, menajiskan bait kudus–Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing. Mereka memberikan mayat hamba–hamba–Mu sebagai makanan kepada burung–burung di udara, daging orang–orang yang Kaukasihi kepada binatang–binatang liar di bumi. Mereka menumpahkan darah orang–orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada yang menguburkan. Kami menjadi cela bagi tetangga–tetangga kami, menjadi olok–olok dan cemooh bagi orang– orang sekeliling kami. Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus–menerus, dan cemburu–Mu berkobar–kobar seperti api? Tumpahkanlah amarah–Mu ke atas bangsa–bangsa yang tidak mengenal Engkau, ke atas kerajaan–kerajaan yang tidak menyerukan nama–Mu; sebab mereka telah memakan habis Yakub, dan tempat kediamannya mereka hancurkan. Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat–Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama–Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama–Mu! Mengapa bangsa–bangsa lain boleh berkata: “Di mana Allah mereka?” Biarlah di hadapan kami bangsa–bangsa lain mengetahui pembalasan atas darah yang tertumpah dari hamba–hamba– Mu. Biarlah sampai ke hadapan–Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan–Mu, biarkanlah hidup orang–orang yang ditentukan untuk mati dibunuh! Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan kepada–Mu, ya Tuhan! Maka kami ini, umat–Mu, dan kawanan domba gembalaan–Mu, akan bersyukur kepada–Mu untuk selama–lamanya, dan akan memberitakan puji–pujian untuk–Mu turun–temurun. Renungan Doa macam apa yang sampai ke hadirat Tuhan? Tentu bukan doa yang dipanjatkan untuk memamerkan kebaikan si pendoa bahwa doanya layak didengar Tuhan. Hakikatnya itu bukan doa, di hadapan Tuhan sama sekali tidak ada apa-apanya (band. Luk. 18:9-14). Juga bukan doa yang isinya memerintah Tuhan agar memberkati kita. Doa seperti ini memperlakukan Tuhan seperti pembantu saja. Judul: Doa yang tulus Dalam keadaan terancam bahaya oleh musuh-musuh bangsanya, pemazmur memanjatkan doa yang tulus. Ia mengakui bahwa semua penderitaan yang bangsanya sedang alami adalah karena dosa-dosa mereka sendiri. Ia sadar bahwa hukuman itu memang layak mereka terima. Namun karena kesadaran akan kebesaran dan kasih setia Tuhan, pemazmur berani memohon dengan merendahkan diri agar belas kasih Tuhan dan pengampunan-Nya diberlakukan atas mereka. Agar penghukuman yang sedang mereka terima segera diangkat. Ia juga memohon supaya hukuman itu ditimpakan pada bangsa musuh. 228 Pemazmur minta pengampunan dosa dan pengalihan penghukuman pada musuh demi kemuliaan Tuhan. Para musuh sedang menista Tuhan dengan menimpakan segala sengsara kepada umat-Nya. Kalau Tuhan tidak bertindak menyelamatkan, tentu musuh mengira Tuhan tidak sanggup menolong umat-Nya. Maka pemazmur meminta agar Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya dengan menolong mereka. Waktu kita berdoa, biarlah fokus kita adalah Tuhan dan kemuliaan-Nya. Maka jangan membela diri apalagi mencari kambing hitam. Akuilah dengan jujur, lalu mohon belas kasih dan pengampunanNya. Bertekadlah untuk hidup lebih berhati-hati, jangan lagi jatuh pada dosa yang sama. Jangan biarkan musuh berkesempatan mencela Allah kita karena kebebalan dan kedegilan hati kita. Maka Allah yang penuh kasih dan kemurahan akan menyatakan kemuliaan-Nya dengan menolong kita dan menimpakan hukuman kepada musuh-musuh-Nya. 229 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Kesaksian Asaf. Mazmur. (80–2) Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba! Ya Engkau, yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar (80–3) di depan Efraim dan Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan–Mu dan datanglah untuk menyelamatkan kami. (80–4) Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka kami akan selamat. (80–5) TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka–Mu menyala sekalipun umat–Mu berdoa? (80–6) Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata, Engkau memberi mereka minum air mata berlimpah–limpah, (80–7) Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan tetangga–tetangga kami, dan musuh– musuh kami mengolok–olok kami. (80–8) Ya Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka kami akan selamat. (80–9) Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa–bangsa, lalu Kautanam pohon itu. (80–10) Engkau telah menyediakan tempat bagi dia, maka berakarlah ia dalam–dalam dan memenuhi negeri; (80–11) gunung–gunung terlindung oleh bayang–bayangnya, dan pohon–pohon aras Allah oleh cabang–cabangnya; (80–12) dijulurkannya ranting–rantingnya sampai ke laut, dan pucuk–pucuknya sampai ke sungai Efrat. (80–13) Mengapa Engkau melanda temboknya, sehingga ia dipetik oleh setiap orang yang lewat? (80–14) Babi hutan menggerogotinya dan binatang–binatang di padang memakannya. (80–15) Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, (80–16) batang yang ditanam oleh tangan kanan–Mu! (80–17) Mereka telah membakarnya dengan api dan menebangnya; biarlah mereka hilang lenyap oleh hardik wajah–Mu! (80–18) Kiranya tangan–Mu melindungi orang yang di sebelah kanan–Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri–Mu itu, (80–19) maka kami tidak akan menyimpang dari pada–Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama–Mu. (80–20) Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka kami akan selamat. Renungan Bagaimana Anda menyampaikan doa permohonan Anda kepada Tuhan? Apakah hanya semata-mata mengutarakan pergumulan dan kebutuhan Anda? Judul: Doa yang meraih hati Allah 230 Pemazmur bukan hanya memohon pengampunan dan pemulihan Tuhan akan penderitaan umat karena hukuman Tuhan, tetapi doa yang dipanjatkannya ditujukan untuk membangkitkan sentimen kasih Tuhan kepada umat-Nya. Inilah doa yang indah! Doa pemazmur berpusat pada agar Allah memulihkan mereka (ayat 4, 8, 20) dari keadaan yang jauh dari Tuhan. Pada bagian pertama (ayat 2-4) pemazmur mulai dengan menyapa Allah sebagai gembala Israel (band. 23:1) yang menggiring Yusuf sebagai domba-Nya. Sebenarnya, Tuhan telah memercayakan tugas menggembalakan umat kepada raja (ayat 2 Sam. 7) . Namun, para raja telah gagal, maka hanya Tuhan saja satu-satunya andalan. Pemazmur menyapa Tuhan sebagai yang hadir dan bertakhta di tengah-tengah umat, secara simbolis bertakhta di tabut perjanjian dan tutup pendamaian di ruang maha kudus, bait Allah (band. Kel. 25:2122) . Pemazmur rindu Allah hadir kembali di pusat kehidupan umat-Nya. Pada bagian kedua (ayat 5-8), pemazmur minta Tuhan meredakan amarah-Nya karena para musuh telah mencela mereka. Mereka telah dipermalukan, kiranya Tuhan memulihkan jati diri mereka. Pada bagian ketiga (ayat 9-20) pemazmur menyapa Tuhan sebagai petani yang telah berjerih lelah menanam mereka bak pohon anggur di tanah milik-Nya. Namun karena buahnya asam, Tuhan telah membuang mereka bahkan membiarkan orang lain menjarah kebun anggur Tuhan. Maka permohonan pemazmur adalah agar Tuhan kembali peduli pada kebun anggur milik-Nya dan memulihkan milik kepunyaan-Nya. Pemazmur rindu sinar kemuliaan Allah berkenan menerangi mereka lagi (ayat 2b, 4, 8, 20) . Adakah doa yang lebih indah daripada doa yang bukan hanya meminta, tetapi yang meraih hati Allah dan yang membangunkan kembali relasi yang rusak oleh dosa? 231 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 81 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Dari Asaf. (81–2) Bersorak–sorailah bagi Allah, kekuatan kita, bersorak–soraklah bagi Allah Yakub. (81–3) Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi gambus. (81–4) Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada hari raya kita. (81–5) Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu hukum dari Allah Yakub. (81–6) Sebagai suatu peringatan bagi Yusuf ditetapkan–Nya hal itu, pada waktu Ia maju melawan tanah Mesir. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal: (81–7) “Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang pikulan; (81–8) dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau dalam persembunyian guntur, Aku telah menguji engkau dekat air Meriba. Sela (81–9) Dengarlah hai umat–Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika engkau mau mendengarkan Aku! (81–10) Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah asing. (81–11) Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar–lebar, maka Aku akan membuatnya penuh. (81–12) Tetapi umat–Ku tidak mendengarkan suara–Ku, dan Israel tidak suka kepada–Ku. (81–13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri! (81–14) Sekiranya umat–Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! (81–15) Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan–Ku. (81–16) Orang–orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada–Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama–lamanya. (81–17) Tetapi umat–Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.” Renungan Bagaimana perasaan Anda ketika melihat orang yang Anda kasihi ternyata memilih untuk mengkhianati Anda? Kecewa bukan? Apalagi jika hal itu dilakukan dengan sengaja. Anda bukan hanya merasakan kekecewaan melainkan juga merasakan kepedihan yang mendalam. Judul: Bersediakah Inilah perasaan Tuhan, yang digambarkan di ayat 12-13 . Tuhan kecewa akan sikap umat-Nya yang melupakan diri-Nya yang telah menolong mereka dalam kesesakan (ayat 7-8) . Oleh karena sikap mereka yang mendurhaka tersebut, Ia telah menyerahkan mereka ke tangan para musuh supaya mereka sadar betapa Tuhan tidak boleh diduakan (ayat 9-11) . Tujuannya adalah agar mereka segera sadar dan bertobat (ayat 14), sehingga Ia kembali memulihkan keadaan mereka bahkan memberkati mereka dengan limpah (ayat 15-17) . 232 Mazmur ini ditulis bukan dengan nada sendu, tetapi secara positif (ayat 2-4) . Pemazmur yakin Tuhan adalah setia dan dapat diandalkan. Mereka memang pernah keliru dalam hidup ini, tapi oleh karena kasih setia-Nya mereka pasti ditolong. Sebab itu mazmur ini mendorong pembacanya untuk bertekad tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Apakah mazmur ini merupakan cerminan dari perbuatan kita saat ini? Bisa jadi Allah juga merasakan hal yang sama ketika melihat kita. Ia kecewa melihat ketidaktaatan dan ketidaksetiaan kita pada-Nya. Berkali-kali ia mengingatkan kita, berkali-kali pula kita melanggar firman-Nya. Berkali-kali kita datang pada Tuhan dengan penyesalan, namun berkali-kali juga kita melakukan lagi pelanggaran. Marilah kita beranjak maju dalam pertumbuhan iman kita. Jangan lagi hidup dalam kekalahan dan kegagalan. Syukur ada Tuhan Yesus yang sudah menang atas kuasa dosa. Kita yang percaya kepadaNya diberi kuasa untuk bertahan bahkan tetap setia dan taat pada firman-Nya. Kita bisa meneladani Dia dalam menjalani hidup yang memuliakan Dia. Bersediakah Anda menjalani hidup ini berkemenangan ber-sama Yesus? 233 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 82 1 2 3 4 5 6 7 8 Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi: “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!” Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa–apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi. Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak–anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.— Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.” Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa. Renungan Adakah kesadaran pada para pemimpin bangsa kita bahwa mereka adalah hamba Tuhan? Bahwa mereka akan dihakimi Allah tentang sikap dan cara kerja mereka? Judul: Hakim atas pemimpin dunia Sebagian besar tidak! Krisis kepemimpinan melanda Indonesia! Di kalangan eksekutif, legislatif, bahkan yudikatif pun, payah! Jalan-jalan (studi perbandingan), korupsi (uang lelah), jegal-menjegal (ungkapan wibawa), pembiaran masalah (cari ide), bukan lagi menggejala tapi membudaya! Maka sebagian besar rakyat pun, termasuk orang Kristen dan gereja jadi tawar hati, marah, atau acuh. Kita harus konsisten bertindak benar di arena publik. Ini saja tidak cukup! Perlu keberanian dan kerendahan hati menyuarakan beberapa hal penting seperti yang dipaparkan mazmur ini. Pertama, tegaskan bahwa posisi pemimpin adalah suatu kehormatan besar. Karena, Allah sendiri menetapkan mereka meski prosesnya melalui pemilihan rakyat (ayat 6; band. Rm. 13:1). Maka mereka harus bersikap dan bertindak terhormat sebagai wakil Allah. Kedua, Allah sedang mengevaluasi (ayat 5) dan akan menghakimi. Dampak evaluasi Allah atas para pemimpin bisa terjadi kini bisa juga fatal kelak (ayat 7). Ketiga, Allah adalah hakim yang adil. Ia memiliki standar penugasan dan standar evaluasi yang jelas dan tegas. Ia tak akan membiarkan pemimpin yang mengorbankan orang kecil. Ia ingin agar ada upaya penyetaraan ke semua kalangan (ayat 3, 4) . Dan karena Ia adil, Ia sendiri yang akan menentukan bagaimana sesungguhnya kondisi faktual seorang pemimpin (ayat 5). Gereja harus memberikan pembinaan tentang prinsip penting ini. Sebentar lagi kita akan mengikuti pemilihan umum. Kita harus memilih sebisa mungkin pemimpin yang mendekati kriteria ini. Namun selesai pemilihan, kita harus berani dengan bijak mengingatkan pemimpin ten-tang tanggung jawab kepada Allah. Perlu pembinaan dan latihan agar orang Kristen memiliki keterampilan menyuarakan kenabian di ruang publik. Jika kita tidak berhasil mengoreksi, tak usah apatis. Kita sudah melakukan tugas kita. Kita tahu bahwa Allah akan menjalankan bagian-Nya. Pasti! Sejarah membuktikan, orang kuat mana pun diurus-Nya jika tidak beres! 234 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 83 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Mazmur Asaf: suatu nyanyian. (83–2) Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah! (83–3) Sebab sesungguhnya musuh–musuh–Mu ribut, orang–orang yang membenci Engkau meninggikan kepala. (83–4) Mereka mengadakan permufakatan licik melawan umat–Mu, dan mereka berunding untuk melawan orang–orang yang Kaulindungi. (83–5) Kata mereka: “Marilah kita lenyapkan mereka sebagai bangsa, sehingga nama Israel tidak diingat lagi!” (83–6) Sungguh, mereka telah berunding dengan satu hati, mereka telah mengadakan perjanjian melawan Engkau: (83–7) Penghuni kemah–kemah Edom dan orang Ismael, Moab dan orang Hagar, (83–8) Gebal dan Amon dan Amalek, Filistea beserta penduduk Tirus, (83–9) juga Asyur telah bergabung dengan mereka, menjadi kaki tangan bani Lot. Sela (83–10) Perlakukanlah mereka seperti Midian, seperti Sisera, seperti Yabin dekat sungai Kison, (83–11) yang sudah dipunahkan di En–Dor, menjadi pupuk bagi tanah. (83–12) Buatlah para pemuka mereka seperti Oreb dan Zeeb, seperti Zebah dan Salmuna semua pemimpin mereka, (83–13) yang berkata: “Marilah kita menduduki tempat–tempat kediaman Allah!” (83–14) Ya Allahku, buatlah mereka seperti dedak yang beterbangan, seperti jerami yang ditiup angin! (83–15) Seperti api yang membakar hutan, dan seperti nyala api yang menghanguskan gunung– gunung, (83–16) kejarlah mereka dengan badai–Mu, dan kejutkanlah mereka dengan puting beliung–Mu; (83–17) penuhilah muka mereka dengan kehinaan, supaya mereka mencari nama–Mu, ya TUHAN! (83–18) Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama–lamanya; biarlah mereka tersipu– sipu dan binasa, (83–19) supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi. Renungan Apa yang ada dalam pikiran kita ketika ketakutan atau kecemasan datang melanda? Biasanya segala sesuatu yang buruk. Makin lama, akan semakin terbenam ke dalam segala hal yang berakibat buruk, seolah-olah tidak ada lagi jalan keluar. Sulit untuk melihat atau memikirkan kemungkinan lain yang bisa saja menjadi jalan keluar dari persoalan yang kita hadapi. Semuanya serba buntu. Jadinya semakin stres, frustasi, bahkan depresi. Judul: Stress? No Way! Dalam mazmur ini kita melihat sikap dan cara berpikir yang berbeda. Saat pemazmur mengalami ketakutan luar biasa karena bangsa-bangsa yang menjadi musuh bersatu dan bermufakat untuk menghancurkan bangsanya, ia datang pada Tuhan dan mengadukan semua persoalan pada-Nya (ayat 235 2-9) . Ia tidak mencoba menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri atau melarikan diri dari masalah tersebut. Ia mengarahkan pikirannya untuk mengingat kembali segala karya Tuhan yang telah dilakukan-Nya untuk menolong umat-Nya saat menghadapi musuh-musuh yang begitu kuat. Tuhan bukan hanya telah menolong, tetapi juga menunjukkan kemenangan dengan cara yang luar biasa (ayat 10-13) . Akhirnya, dengan ingatan akan segala karya Tuhan, ia meminta agar Tuhan bertindak mengatasi para musuh. Ia tetap mengandalkan Tuhan dan bukan mencari kekuatan atau perlindungan dari bangsabangsa lain (ayat 14-19) . Bagaimana menghadapi persoalan yang betubi-tubi menimpa kehidupan kita? Stres? No Way! Datang pada Tuhan, serahkan semua persoalan. Ungkapkan semua ketakutan dan kekuatiran kita. Ingat kembali segala pertolongan-Nya yang sudah kita alami, agar keyakinan kita akan kuat kuasa dan kasih setia-Nya mengangkat hati kita. Lalu minta Tuhan berkarya dalam hidup kita. Nyatakan dengan sungguh-sungguh dan persilakan Tuhan menolong kita dengan cara-Nya. Yang harus kita lakukan sekarang, pujilah Dia dan naikkan syukur tak henti-henti atas pertolongan yang sudah dan yang akan dilakukan-Nya pada kita! 236 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah. (84–2) Betapa disenangi tempat kediaman–Mu, ya TUHAN semesta alam! (84–3) Jiwaku hancur karena merindukan pelataran–pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak–sorai kepada Allah yang hidup. (84–4) Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang–layang sebuah sarang, tempat menaruh anak–anaknya, pada mezbah–mezbah–Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! (84–5) Berbahagialah orang–orang yang diam di rumah–Mu, yang terus–menerus memuji–muji Engkau. Sela (84–6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! (84–7) Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. (84–8) Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion. (84–9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub. Sela (84–10) Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi! (84–11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran–Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah–kemah orang fasik. (84–12) Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. (84–13) Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada–Mu! Renungan Dalam PL, hadirat Allah adalah kehadiran-Nya dalam kehidupan umat Israel. Secara harfiah, menghadap hadirat Allah adalah "melihat muka" Allah (Kel. 23:15, 17) . Umat Israel diperintahkan untuk menghadap hadirat Allah dengan membawa persembahan dan hati syukur. Judul: Hadirat Allah Menghadap hadirat Allah merupakan anugerah karena siapakah yang bisa dan layak melihat Allah. Sedangkan Musa saja yang dikatakan Allah berbicara kepada dia berhadapan muka (Bil. 12:8), tidak dapat melihat muka Allah secara langsung (Kel. 34:18-23) . Hidup dalam hadirat Allah berarti hidup dalam kesadaran bahwa ada Allah dan Dia hadir dalam hidup kita dan Dia mau berkarya di dalam dan lewat hidup kita. Kesadaran akan Allah ada merupakan langkah pertama dari menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita. Kesadaran ini diperoleh dari firman Tuhan yang menyatakan bahwa Allah bukan sekadar Pencipta, tetapi yang juga peduli dan mau berelasi dengan manusia ciptaan-Nya. Ia menciptakan kita menurut gambar-Nya: di dalam diri kita ada unsur Ilahi yang memampukan kita berkomunikasi dengan Dia sebagai satu pribadi kepada Pribadi Allah. Dia hadir dalam hidup kita melalui Roh Kudus yang Dia berikan untuk memimpin kita. Saat kita menyadari ada Roh Kudus di dalam hidup kita dan kita mau merespons kepemimpinan-Nya, kesadaran ini akan menolong kita bertindak sesuai dengan firman-Nya, berhati-hati terhadap ajakan 237 dan bujukan dari luar yang mau menyimpangkan kita dari kehendak-Nya. Kerinduan untuk hidup berkenan kepada-Nya juga mewujud dalam keinginan untuk menikmati kebersamaan dan kemesraan berelasi dengan Dia (ayat 2-3, 11) . Akhirnya, hadirat Allah memampukan kita mengerti rencana-Nya buat hidup kita. Dia mau berkarya di dalam kita, membentuk kita menjadi makin hari makin menyerupai Kristus. Dia mau berkarya melalui kita, menjadi berkat buat sesama kita. Peliharalah kerinduan yang terus menerus untuk bersekutu dengan Dia lewat doa dan firman. Biar kepekaan kita diasah untuk merasakan hadirat-Nya melalui ketaatan kita pada firman yang kita baca dan oleh dorongan Roh Kudus kita wujudnyatakan. Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 84: 1-13 Pdt. Esra Alfred Soru, STh Sumber: Persekutua Doa (PD) Air Hidup – GEREJA KRISTEN INJILI NUSANTARA "REVIVAL" – GKIN Kupang NTT Indahnya Pelataran Tuhan Mazmur sebenarnya adalah kumpulan lagu atau pujian orang Ibrani yang dalam bahasa aslinya disebut “Mizmor”. Mazmur 84 ini adalah Mazmur yang sangat indah, dan satu ayat di dalamnya yang sangat menarik dan yang akan menjadi bahan renungan kita adalah ayat 11 yang berbunyi: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di tengah kemah-kemah orang fasik” Pertanyaan pertama yang harus kita pikirkan adalah apa itu pelataran? Pelataran sebenarnya adalah sebuah istilah atau terminologi religius bangsa Israel sejak dari masa exodus (keluaran) yakni pada kemah suci dan Bait Allah orang Israel. Sebenarnya kemah suci atau Bait Allah orang Israel terbagi menjadi tiga ruangan yakni pelataran (tempat bagi siapa saja), ruang suci (tempat bagi para imam) dan ruang mahasuci (tempat yang hanya boleh dimasuki oleh imam besar dan hanya sekali dalam setahun). Jadi pelataran adalah tempat paling luar dari kemah suci atau Bait Allah. Pelataran ini jugalah yang tentunya dimaksudkan dengan “ambang pintu rumah Allahku” yang dibicarakan oleh pemazmur dalam ayat 11b . Menarik sekali bahwa pemazmur hanya membicarakan pelataran Tuhan atau “ambang pintu” dari rumah Allah dalam perbandingan dengan tempat yang lain dan kemah-kemah orang fasik. Ia tidak memperbandingkan tempat yang lain dan kemah orang fasik dengan ruang suci atau ruang mahasuci. Tentunya pemazmur ingin berkata bahwa pelataran Tuhan saja sudah begitu menyenangkan daripada tempat yang lain atau kemah orang fasik apalagi ruang suci dan ruang mahasuci? Alasan 238 lain juga adalah karena ruang suci dan ruang mahasuci adalah tempat yang spesial bagi imam-imam dan imam besar. Hal penting lainnya dalam bacaan ini yang harus kita pahami adalah bukan hanya masalah kehadiran atau keberadaan di pelataran Tuhan melainkan apa yang dilakukan di sana. Pelataran Tuhan itu akan terasa nikmat dan berbeda dengan tempat yang lain jika ada sesuatu yang kita lakukan di sana. Pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah memiliki kerinduan atau hasrat hati yang besar terhadap pelataran Tuhan itu (ayat 2-3a) dan juga ada pujian dan penyembahan yang sungguh dan benar terhadap Allah (ayat 3b, 5b). Dengan demikian kita bisa berkesimpulan bahwa pelataran Tuhan tidak hanya menunjuk pada suatu tempat tetapi juga suatu aktivitas. Pemazmur berkata “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di tengah kemah-kemah orang fasik.” Mengapa? Tentunya ada sesuatu di pelataran Tuhan itulah yang membuat pemazmur mengeluarkan kalimat seperti itu. 1. Pelataran Tuhan adalah sumber kebahagiaan (5a, 6a, 13) Hal pertama yang membuat pelataran Tuhan itu mempunyai nilai plus dibandingkan dengan tempat yang lain atau kemah orang fasik adalah karena di pelataran Tuhan itulah terdapat sumber kebahagiaan. Menurut pandangan dunia kebahagiaan terletak pada kekayaan dan karena itulah banyak orang begitu sibuk mencari kekayaan sehingga akhirnya menjadi lupa beribadah di rumah Tuhan, lupa bersekurtu dengan Tuhan dan sesama, dan lupa memuji serta menyembah Tuhan. Orang rela mengahabiskan waktunya untuk bekerja bahkan bekerja lembur hanya untuk mencari uang dan kekayaan sehingga lupa akan pelataran Tuhan tempat di mana ia bisa berjumpa dan memuji Tuhan sumber kebahagiaan itu. Seorang ibu bertemu dengan seorang pengemis yang sangat memprihatinkan. Pengemis itu meminta sedikit uang agar ia bisa membeli makanan. Karena iba, ibu itu memberinya sejumlah uang. Setelah ibu itu berjalan beberapa meter di depannya, tiba-tiba pengemis itu mengeluarkan pisau dari balik bajunya dan berlari ke arah ibu itu lalu memotong tali tas sang ibu dan membawa kabur uang serta benda lain dalam tas ibu itu. Kita tentu berpikir betapa kurang ajarnya pengemis itu. Sudah diberi uang kok masih mau mencuri. Tetapi ketika kita memaki pengemis itu bukankah kita sebenarnya juga memaki diri kita sendiri? Tuhan telah memberi kita enam hari bekerja dan hanya meminta satu hari untuk berbakti kepada-Nya (itu pun hanya beberapa jam) tapi kita malah mencuri waktu untuk Tuhan dan dipakai untuk bekerja. Bukankah ini sebuah kekurangajaran seperti pengemis tadi? Jika kita sadar bahwa pelataran Tuhan itu adalah sumber kebahagiaan, maka tentu kita akan meluangkan waktu kita untuk berbakti di sana. Kalau kita memikirkan lebih dalam, sebenarnya sumber kebahagiaan tidak terletak pada harta kekayaan dan uang yang kita miliki. Seorang pengusaha yang kaya raya di kota Malang dapat menjadi contohnya. Ia mengakui bahwa segala kekayaannya tidak dapat membahagiakannya. Mengapa? Walaupun ia dapat membeli makanan seenak, selezat dan semahal apapun, tapi ia tidak bisa memakannya karena dokter melarangnya berhubung dengan penyakitnya. Ia hanya boleh makan bubur dan sayuran yang direbus tanpa garam ataupun penyedap rasa lainnya. Ia tidak boleh meminum teh, kopi, es, dan banyak minuman lainnya. Satu-satunya yang bisa diminumnya adalah air putih. Sungguh memprihatinkan. Ia memiliki sepuluh buah mobil tetapi tidak bisa memakainya sebab ia tidak bisa duduk lebih dari 15 menit dalam mobil. Setiap kamar di rumahnya dilengkapi dengan televisi namun ia tidak bisa menyaksikannya karena ada gangguan pada matanya. Ia berkata : “Untuk 239 apa semua kekayaan ini kalau aku tak bisa menikmatinya?” Sungguh kita dapat melihat bahwa harta, kekayaan, uang dan segala kemewahan bukanlah merupakan sumber kebahagiaan. Zakheus adalah orang kaya, namun ia merasa bahwa kekayaannya tidak dapat memberi kebahagiaan kepadanya. Itulah sebabnya ia merasa perlu berjumpa dengan Yesus secara pribadi. Uang adalah alat untuk: Membeli tempat tidur namun bukan tidur yang nyenyak. Membeli buku-buku namun bukan kepandaian Membeli makanan namun bukan nafsu makan Membeli obat namun bukan kesehatan Mencari hiburan namun bukan damai sejahtera Menimbun kekayaan namun bukan keselamatan Tentunya tidak salah jika kita ingin mencari uang dan kekayaan, namun ingatlah bahwa kita perlu juga untuk menyediakan waktu memuji dan menyembah Tuhan di pelataran-Nya karena itulah sumber kebahagiaan yang sejati. 2. Pelataran Tuhan adalah sumber kekuatan dan berkat (6b -8) Hal kedua yang membuat pelataran Tuhan itu mempunyai nilai plus dibanding dengan tempat yang lain adalah karena pelataran Tuhan itu adalah sumber kekuatan dan berkat. Kehidupan di dunia ini bukanlah sebuah kehidupan yang hanya menawarkan kebahagiaan, kekayaan, kesuksesan, kesenangan dan hal-hal positif lainnya tetapi juga kehidupan yang menyodorkan atau memaksakan kepada kita ketakutan, kecemasan, kelemahan dan kekuatiran. Berhadapan dengan semua fakta ini, maka manusia selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dan jalan aman terhadap semua masalahmasalah kehidupan, namun sayangnya adalah bahwa cara-cara yang ditempuh oleh manusia itu justru akan membawa manusia itu kepada sebuah kecelakaan yang lebih parah. Dalam pembacaan kita tadi kita dapat melihat bahwa pemazmur memandang pelataran Tuhan sebagai sumber kekuatan dan berkat dalam menghadapi semua pergumulan hidup. Ia berkata : “Apabila melintasi lembah baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.” Ketika menghadapi berbagai duka, nestapa dan pergumulan hidup, kita bisa mendapatkan kekuatan dan berkat Tuhan di pelataran-Nya yang kudus. Kalau kita memiliki kekuatan dan berkat-Nya, maka kita tidak akan menjadi stres atau frustrasi dengan semua pergumulan hidup itu melainkan kita akan sanggup membuat lembah air mata menjadi lembah yang bermata air. Raihlah kekuatan dan berkat dalam pelataran-Nya. 3. Pelataran Tuhan adalah sumber jawaban doa (9,10) Hal terakhir yang merupakan kelebihan pelataran Tuhan adalah bahwa pelataran Tuhan itu merupakan sumber jawaban doa. Pemazmur tentu pernah mengalami hal ini sehingga ia menuangkannya dalam lagunya kepada Tuhan. Ketika kita datang menghadap dan berjumpa dengan Tuhan dalam doa kepada-Nya maka sesungguhnya ada jaminan jawaban doa bagi kita. 240 Di dalam pelatan Tuhan ada sumber kebahagiaan, kekuatan dan berkat dan juga jawaban doa. Dengan demikian pelataran Tuhan adalah suatu tempat dan aktivitas yang sangat berharga. Itulah sebabnya bersama dengan pemazmur, marilah kita berkata :“Sebab lebih baik satu hari di pelataranMu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di tengah kemah-kemah orang fasik”. 241 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 85 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Untuk pemimpin biduan. Mazmur bani Korah. (85–2) Engkau telah berkenan kepada tanah–Mu, ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub. (85–3) Engkau telah mengampuni kesalahan umat–Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela (85–4) Engkau telah menyurutkan segala gemas–Mu, telah meredakan murka–Mu yang menyala–nyala. (85–5) Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati–Mu kepada kami. (85–6) Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka–Mu turun– temurun? (85–7) Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat–Mu bersukacita karena Engkau? (85–8) Perlihatkanlah kepada kami kasih setia–Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada–Mu! (85–9) Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat–Nya dan kepada orang–orang yang dikasihi–Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? (85–10) Sesungguhnya keselamatan dari pada–Nya dekat pada orang–orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. (85–11) Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium–ciuman. (85–12) Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. (85–13) Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. (85–14) Keadilan akan berjalan di hadapan–Nya, dan akan membuat jejak kaki–Nya menjadi jalan. Renungan Tak putus dirundung malang". Mungkin inilah pepatah yang tepat untuk menggambarkan situasi yang dialami oleh bangsa Indonesia. Berbagai macam persoalan dan penderitaan datang silih berganti. Tak sedikit orang yang mulai merasakan frustasi dan depresi. Para pemimpin dan elit politik lebih sering memakai masalah yang terjadi untuk menjatuhkan kinerja pemimpin yang menjadi lawan politiknya. Yang paling memprihatinkan adalah ketika mereka memanfaatkan penderitaan rakyat untuk kepentingan politiknya. Bagaimana menghadapi persoalan kompleks ini? Judul: Bertobat agar dipulihkan Menghadapi persoalan yang berat, pemazmur memilih untuk tidak menyalahkan atau memojokkan pihak lain. Dengan penuh kerendahan hati dan bahkan penyesalan yang mendalam, ia datang pada Tuhan dan mengakui segala kelalaian, pelanggaran, ketidaksetiaan, dan ketidaktaatan pada Tuhan. Ia menyadari dan mengakui bahwa apa yang terjadi pada bangsanya saat itu, adalah karena pilihan bangsanya sendiri untuk menjauh dari Tuhan. Ia tidak menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan. Ia sadar betul bahwa persoalan bangsanya saat ini adalah karena perbuatan mereka sendiri (ayat 2-8). Dari apa yang ia ungkapkan, terlihat bahwa ia meyakini, bahkan sangat optimis bahwa Tuhan akan memulihkan bangsanya, karena telah terbukti betapa besarnya kasih Allah pada manusia. Bagi pemazmur, pemulihan bangsa hanya terjadi apabila Tuhan mengampuni dosanya dan dosa 242 bangsanya (ayat 10-14) . Sebagai bentuk komitmennya yang baru, pemazmur berjanji untuk selalu mendengarkan Firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya (ayat 8) . Ingin bangsa Indonesia pulih dan mengalami kesejahteraan? Bertobatlah. Hanya Tuhan yang sanggup memulihkan bangsa kita. Jangan saling menyalahkan apalagi mencari kesalahan orang lain. Kita harus BERTOBAT ! Akui segala kelalaian, pelanggaran, ketidak setiaan, dan ketidaktaatan pada Tuhan. Lalu tunjukkan perubahan hidup yang sesungguhnya dalam ketaatan pada firman Tuhan. 243 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 86 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Doa Daud. Sendengkanlah telinga–Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba–Mu yang percaya kepada–Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada–Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba–Mu bersukacita, sebab kepada–Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada–Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku. Pada hari kesesakanku aku berseru kepada–Mu, sebab Engkau menjawab aku. Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan–Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama–Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban–keajaiban; Engkau sendiri saja Allah. Tunjukkanlah kepadaku jalan–Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran–Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama–Mu. Aku hendak bersyukur kepada–Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama–Mu untuk selama–lamanya; sebab kasih setia–Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah. Ya Allah, orang–orang yang angkuh telah bangkit menyerang aku, dan gerombolan orang– orang yang sombong ingin mencabut nyawaku, dan tidak mempedulikan Engkau. Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, berilah kekuatan–Mu kepada hamba–Mu, dan selamatkanlah anak laki–laki hamba–Mu perempuan! Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang–orang yang membenci aku melihat dengan malu, bahwa Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku. Renungan Seberapa jauh pengenalan kita akan Tuhan? Seberapa besar kepercayaan kita pada Tuhan, bahwa Ia pasti akan menolong kita? Bagaimana caranya, agar kita bisa percaya bahkan sebelum kita menerimanya dari Tuhan? Judul: Dekat dan kenal Tuhan Apa isi doa pemazmur? Dari ungkapannya tergambar bagaimana pemazmur memiliki kedekatan dengan Allah. Lihat betapa akrab pemazmur menyerukan nama-Nya secara langsung (ayat 1, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 17) . Berulang kali ia memanggil Allah dengan ungkapan Tuhan (Adonai = Tuan ayat 3, 4 5, 8, 9, 12, 15) yang dibedakan dari TUHAN (Yahweh; ayat 1, 6, 11, 17) . Panggilan Tuhan di sini merupakan pengakuan akan kedaulatan Tuhan atas hidup si pemazmur. Oleh sebab itu, ia menyerahkan semua 244 pergumulan hidupnya kepada Tuhan. Ia sadar ada para musuh yang dengan angkuh berupaya membinasakan dirinya (ayat 14, 17) . Ketegasan permohonan pemazmur terlihat dengan alasan-alasan yang ditampilkannya: sebab ... (ayat 1-4) dan karena karakter Allah yang pasti akan menolongnya: sebab ... (ayat 5, 10, 13) . Doa pemazmur bukan hanya curhat atas kesesakan yang ia alami, tetapi juga berisi pengakuan tentang siapa Tuhan baginya. Dia satu-satunya Allah (ayat 8-10) . Dia yang Esa dan berdaulat itu adalah juga Tuhan yang penuh kasih sayang kepada umat-Nya (ayat 15) . Berangkat dari keyakinan dan pengenalan seperti itu, pemazmur berani mempertaruhkan hidupnya pada Tuhan. Pemazmur juga tidak ragu-ragu bersyukur seperti ia telah lepas dari kesesakannya (ayat 12-13) . Seberapa jauh pengenalan kita akan Tuhan kita tentu tergantung dari seberapa dekat kita berelasi dengan-Nya. Seberapa sering kita membaca firman-Nya dengan tekun dan sungguh-sungguh akan menolong kita mengerti karakter, isi hati, dan kemahakuasaan-Nya. Demikian juga kedekatan kita lewat doa yang tulus dan terbuka kepada-Nya membuat Ia menyatakan semangat dan kuasa-Nya untuk kita semakin sanggup menjalani kehidupan iman kita dengan bersandar penuh kepada-Nya. 245 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 87 1 2 3 4 5 6 7 Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung–gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan–Nya: TUHAN lebih mencintai pintu–pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal–hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Sela Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang–orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: “Ini dilahirkan di sana.” Tetapi tentang Sion dikatakan: “Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya. TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa–bangsa: “Ini dilahirkan di sana.” Sela Dan orang menyanyi–nyanyi sambil menari beramai–ramai: “Segala mata airku ada di dalammu.” Renungan Seperti apakah rasanya mendapatkan perlakuan diskriminatif? Ketika orang lain boleh, Anda dicegah karena warna kulit, atau keyakinan iman, atau bahasa yang berbeda. Itulah kenyataan hidup di dunia berdosa. Bahkan tidak jarang di tempat yang seharusnya perbedaan seperti itu tidak menjadi masalah, seperti di gereja, di ruang pengadilan, justru sangat mencolok terjadi! Judul: Sion, kota bagi bangsa-bangsa Sion, bagi umat Israel sempat menjadi tempat eksklusif Allah hadir hanya untuk mereka. Yahweh hanya milik Israel, dan bangsa-bangsa lain hanya kafir yang dilirik pun tak pantas. Namun justru panggilan utama Israel memberitakan bahwa Yahweh mengasihi bangsa-bangsa, dan bahwa mereka diundang untuk menikmati berkat-Nya bersama dengan umat pilihan-Nya, Israel. Mereka juga umat pilihan! Mazmur ini meninggikan Sion sebagai tempat yang Tuhan cintai lebih daripada tempat mana pun di kerajaan Israel (ayat 2-3) . Namun, justru di tempat istimewa inilah Allah akan menghimpun umat-Nya dari penjuru dunia. Rahab, yang melambangkan Mesir serta Babel, dua adikuasa yang memusuhi Israel disapa sebagai umat Tuhan (ayat 4a) . Demikian juga dengan Filistea, Tirus, dan Etiopia (ayat 4b). Mereka yang lahir di luar Israel(ayat 4), dan mereka yang lahir di Sion (ayat 5), sama-sama akan menyanyikan pujian bagi Tuhan yang telah mempersatukan mereka.Tuhan menjadi satu sumber air kehidupan bagi mereka (ayat 7 , kata -ku, lebih cocok menunjuk kepada Tuhan, yaitu -Ku). Paulus pernah berkata, di dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani karena keduanya telah dipersatukan (Ef. 2:11-22) . Yang ada hanyalah anak-anak Tuhan tanpa membedakan ras, suku, bangsa, dan bahasa. Dan buat mereka yang masih di luar Kristus, yaitu orang-orang yang dibelenggu dosa, ada anugerah siap dicurahkan agar mereka menjadi milik-Nya. Tugas kita adalah memberitakan Injil lintas budaya dan bangsa, serta membuang perilaku diskriminatif di dalam gereja! 246 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 88 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nyanyian. Mazmur bani Korah. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat Leanot. Nyanyian pengajaran Heman, orang Ezrahi. (88–2) Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru–seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. (88–3) Biarlah doaku datang ke hadapan–Mu, sendengkanlah telinga–Mu kepada teriakku; (88–4) sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. (88–5) Aku telah dianggap termasuk orang–orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. (88–6) Aku harus tinggal di antara orang–orang mati, seperti orang–orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa–Mu. (88–7) Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam. (88–8) Aku tertekan oleh panas murka–Mu, dan segala pecahan ombak–Mu Kautindihkan kepadaku. Sela (88–9) Telah Kaujauhkan kenalan–kenalanku dari padaku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar; (88–10) mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada–Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada–Mu. (88–11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang–orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada–Mu? Sela (88–12) Dapatkah kasih–Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan–Mu di tempat kebinasaan? (88–13) Diketahui orangkah keajaiban–keajaiban–Mu dalam kegelapan, dan keadilan–Mu di negeri segala lupa? (88–14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada–Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan–Mu. (88–15) Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah–Mu dari padaku? (88–16) Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian dari pada–Mu, aku putus asa. (88–17) Kehangatan murka–Mu menimpa aku, kedahsyatan–Mu membungkamkan aku, (88–18) mengelilingi aku seperti air banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak. (88–19) Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan–kenalanku adalah kegelapan. Renungan Sebagian orang akan berpikir bahwa apa yang diungkapkan pemazmur mengisyaratkan bahwa ia kecewa pada Tuhan, bahkan protes dan mempertanyakan sikap Tuhan (ayat 2-3, 11-13) . Ungkapan-ungkapannya memang menunjukkan tingkat kefrustasiannya bahkan depresi karena terus-menerus menghadapi penderitaan yang begitu hebat (ayat 4-6) . Pemazmur kehilangan semangat hidup dan pengharapan. Ia merasa benar-benar sendirian (ayat 9, 19) . Bahkan ia merasa penderitaannya itu juga karena murka Allah (ayat 7-10) . Walaupun ia berulang memohon pada Tuhan, sepertinya Tuhan tidak menolongnya. Judul: Iman di tengah penderitaan berat 247 Sekalipun sepertinya pemazmur mempertanyakan bahkan protes dan menuntut Tuhan, tapi justru dari sikapnya yang terus-menerus memohon bahkan tak henti-hentinya berseru pada Tuhan menunjukkan bahwa ia percaya pada Tuhan. Sebab kalau ia tidak percaya, ia tidak mungkin masih berseru-seru dan mengadukan persoalan yang dihadapinya pada Tuhan. Seringkali ada pemahaman kalau orang beriman tidak akan mempertanyakan apa yang terjadi pada dirinya, melainkan terima saja segala sesuatu dengan tulus ikhlas. Orang beriman tidak akan, bahkan tidak boleh mengeluh pada Tuhan. Akibatnya banyak orang yang menjadi tidak jujur dengan apa yang dirasakannya termasuk pada Tuhan sendiri. Mungkin ini menjadi salah satu penyebab munculnya stres berkepanjangan. Orang menyimpan dan memendam kekecewaan bahkan kepedihannya dalam hati. Makin lama semakin banyak luka batin yang tidak terpulihkan. Sebenarnya iman juga bisa mempertanyakan banyak hal pada Tuhan, termasuk mengeluh, mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya. Keterbukaan dan kejujuran di hadapan Tuhan bukanlah tanda seseorang tidak beriman. Justru orang-orang yang sering mengadukan persoalannya pada Tuhan adalah orang yang memercayai Tuhan dan mengharapkan jawaban-Nya. 248 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 89: 1-19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nyanyian pengajaran Etan, orang Ezrahi. (89–2) Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama–lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan–Mu dengan mulutku turun–temurun. (89–3) Sebab kasih setia–Mu dibangun untuk selama–lamanya; kesetiaan–Mu tegak seperti langit. (89–4) Engkau telah berkata: “Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan–Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba–Ku: (89–5) Untuk selama–lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun–temurun.” Sela (89–6) Sebab itu langit bersyukur karena keajaiban–keajaiban–Mu, ya TUHAN, bahkan karena kesetiaan–Mu di antara jemaah orang–orang kudus. (89–7) Sebab siapakah di awan–awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti TUHAN di antara penghuni sorgawi? (89–8) Allah disegani dalam kalangan orang–orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling–Nya. (89–9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan–Mu ada di sekeliling–Mu. (89–10) Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang– gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya. (89–11) Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti orang terbunuh, dengan lengan–Mu yang kuat Engkau telah mencerai–beraikan musuh–Mu. (89–12) Punya–Mulah langit, punya–Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang mendasarkannya. (89–13) Utara dan selatan, Engkaulah yang menciptakannya, Tabor dan Hermon bersorak–sorai karena nama–Mu. (89–14) Punya–Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan–Mu dan tinggi tangan kanan–Mu. (89–15) Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta–Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di depan–Mu. (89–16) Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak–sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah–Mu; (89–17) karena nama–Mu mereka bersorak–sorak sepanjang hari, dan karena keadilan–Mu mereka bermegah. (89–18) Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk kami meninggi. (89–19) Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel. Renungan Dalam hal apakah kesetiaan Tuhan dinyatakan kepada umat-Nya? Pertama, dalam hal Tuhan menyediakan pemimpin yang baik untuk memimpin mereka menjalani hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Kedua, dalam hal pemeliharaan-Nya atas bumi milik-Nya sebagai tempat tinggal umat-Nya. Judul: Allah yang setia 249 Mazmur pujian ini, pada dua bagian pertamanya (ayat 1-19 dan 20-33) berfokus pada kesetiaan Tuhan tersebut. Namun di bagian akhir (ayat 39-53) berubah menjadi suatu keluhan yang dipanjatkan karena apa yang dipaparkan di dua bagian tersebut sepertinya tidak lagi berlaku. Kesetiaan adalah kata kunci Mazmur ini (ayat 2, 3, 6, 9, 15, 25, 34, 50) ! Kesetiaan Tuhan nyata lewat pemilihan Tuhan atas hamba-Nya, Daud, untuk menggembalakan umat-Nya (ayat 2-5) . Seberapa pasti Tuhan dapat diandalkan dengan janji-Nya tersebut? Sepasti kedaulatan Tuhan atas alam ciptaan-Nya (ayat 6-15) . Sama seperti alam semesta ini ada di bawah kendali-Nya, tidak ada yang dapat bertindak di luar izin-Nya, demikianlah Allah akan memastikan bahwa umat-Nya pasti mendapatkan berkat yang dicurahkan lewat orang yang dipercaya memimpin mereka (ayat 16-19) . Seperti tunduknya semua kekuatan alam, baik yang di atas maupun yang di bumi kepada Tuhan, demikian juga hambaNya akan taat setia menjalankan panggilan penggembalaannya atas umat Tuhan. Kepastian seperti inilah yang membuat pemazmur dengan tegas memastikan bahwa ia dan umat Tuhan dapat mengandalkan Tuhan. Memang alam kita rusak karena ulah manusia, dan banyak pemimpin kita yang tidak menunjukkan kesadaran bahwa mereka bertanggung jawab kepada Sang Khalik! Namun, kedaulatan-Nya tetap menopang ciptaan-Nya dan oleh pengurapan-Nya ada pemimpin baik yang takut akan Tuhan yang mengelola hidup ini bagi kemuliaan-Nya. Mari kita dukung pemimpin seperti itu, dan ikut serta dalam memikul tanggung jawab mengelola bumi milik Allah lebih baik. 250 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 89: 19-38 Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel. (89–20) Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang–orang yang Kaukasihi, kata– Mu: “Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. (89–21) Aku telah mendapat Daud, hamba–Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak–Ku yang kudus, (89–22) maka tangan–Ku tetap dengan dia, bahkan lengan–Ku meneguhkan dia. (89–23) Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya. (89–24) Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang–orang yang membencinya akan Kubunuh. (89–25) Kesetiaan–Ku dan kasih–Ku menyertai dia, dan oleh karena nama–Ku tanduknya akan meninggi. (89–26) Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai– sungai. (89–27) Diapun akan berseru kepada–Ku: ‘Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.’ (89–28) Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja–raja bumi. (89–29) Aku akan memelihara kasih setia–Ku bagi dia untuk selama–lamanya, dan perjanjian–Ku teguh bagi dia. (89–30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama–lamanya, dan takhtanya seumur langit. (89–31) Jika anak–anaknya meninggalkan Taurat–Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum– Ku, (89–32) jika ketetapan–Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah–perintah–Ku, (89–33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan–pukulan. (89–34) Tetapi kasih setia–Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaan–Ku. (89–35) Aku tidak akan melanggar perjanjian–Ku, dan apa yang keluar dari bibir–Ku tidak akan Kuubah. (89–36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusan–Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: (89–37) Anak cucunya akan ada untuk selama–lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata–Ku, (89–38) seperti bulan yang ada selama–lamanya, suatu saksi yang setia di awan–awan.” Sela 18 (89–19) 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Renungan Kesetiaan adalah barang langka pada masyarakat masa kini. Banyak orang melihat kepentingan sesaat, pemenuhan kebutuhan pragmatis sebagai sesuatu yang Judul: Setia pada perjanjian-Nya 251 jauh lebih penting. Namun, ada juga orang yang terjebak pada sisi lainnya, yaitu setia membabi buta pada orang tertentu atau ideologi tertentu. Allah setia pada janji-Nya, yaitu memimpin umat-Nya lewat hamba-Nya Daud yang dipilih dan diurapi-Nya. Kesetiaan Allah itu dinyatakan dengan menjadikan Daud raja atas Israel. Bagian kedua Mazmur 89 ini menegaskan bagaimana Tuhan akan memelihara hamba-Nya ini terhadap serangan para musuh yang hendak membinasakannya (ayat 23-24) . Tuhan sendiri akan membela yang diurapiNya, bahkan takhta Israel akan senantiasa diduduki oleh keturunan Daud. Perikop ini menaikkan pujipujian bagi Allah sebagai respons kepada Tuhan yang setia meneguhkan Perjanjian-Nya dengan Daud dan keturunannya (lih. 2Sam. 7) . Allah memang memastikan keturunan Daud akan selalu pada takhta Israel. Dia tidak akan mencabut ketetapan dan janji-Nya (ayat 35-37) . Sepasti matahari yang bersinar setiap hari dan bulan yang setia menerangi malam hari, demikian kasih setia-Nya tak berubah (ayat 37-38) . Namun, tidak berarti rajaraja keturunan Daud boleh memerintah sembarangan dan menodai kemuliaan Tuhan (ayat 31-33). Kesetiaan Allah bukan kesetiaan yang membabi-buta. Kesetiaan Allah serasi dengan keadilan dan kekudusan-Nya. Kesetiaan Allah adalah cerminan karakter-Nya yang mulia. Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kesetiaan-Nya tidak berubah. Memang banyak keturunan Daud gagal dan harus menerima hukuman keras. Namun, Mesias, Sang Keturunan Daud itu membuktikan diri taat sempurna pada Tuhan. Oleh karena itu mari kita merespons kasih setia Tuhan dengan menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya dan dengan tak henti-henti menyaksikan kebaikan-Nya kepada orang lain! 252 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 89: 38-52 seperti bulan yang ada selama–lamanya, suatu saksi yang setia di awan–awan.” Sela (89–39) Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang Kauurapi, (89–40) membatalkan perjanjian dengan hamba–Mu, menajiskan mahkotanya laksana debu, (89–41) melanda segala temboknya, membuat kubu–kubunya menjadi reruntuhan. (89–42) Semua orang yang lewat di jalan merampoknya, dan ia menjadi cela bagi tetangganya. (89–43) Engkau telah meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua musuhnya bersukacita. (89–44) Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat bertahan dalam peperangan. (89–45) Engkau menghentikan kegemilangannya, dan takhtanya Kaucampakkan ke bumi. (89–46) Kaupendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu. Sela (89–47) Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus–menerus, berkobar–kobar murka–Mu laksana api? (89–48) Ingatlah apa umur hidup itu, betapa sia–sia Kauciptakan semua anak manusia! (89–49) Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan nyawanya dari kuasa dunia orang mati? Sela (89–50) Di manakah kasih setia–Mu yang mula–mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada Daud demi kesetiaan–Mu? (89–51) Ingatlah cela hamba–Mu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan segala bangsa, (89–52) yang dilontarkan oleh musuh–musuh–Mu, ya TUHAN, yang dilontarkan mencela jejak langkah orang yang Kauurapi. (89–53) Terpujilah TUHAN untuk selama–lamanya! Amin, ya amin. 37 (89–38) 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 Renungan Mengapa Tuhan menolak orang yang diurapi-Nya? Membatalkan perjanjian kudus-Nya dengan keturunan Daud? Itulah pertanyaan yang menghantui pemazmur yang diungkapkan di bagian ketiga mazmur ini. Judul: Kembalilah mengasihi kami ditutup dengan kenyataan pahit bahwa keturunan Daud tidak ada lagi di takhta kerajaan Israel. Musuh telah melanda bangsanya, kedaulatan mereka sudah punah. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Pemazmur mengakui bahwa semua itu terjadi karena Tuhanlah yang menyerahkan mereka kepada musuh (ayat 43-46) . Di balik pengakuan ini ada pernyataan implisit bahwa Tuhan murka kepada mereka sehingga mereka mengalami hal-hal buruk ini (ayat 47) . Apa yang telah mereka lakukan sehingga Tuhan marah dan menghukum mereka? Walau mazmur ini tidak mengungkapkannya, kita tahu berdasarkan sejarah bahwa umat Israel dan para pemimpinnya telah hidup berdosa, mengkhianati perjanjian Sinai dengan menyembah ilah lain. Para raja keturunan Daud tidak mampu membimbing umat untuk tetap setia pada Tuhan, malah banyak di antara mereka yang justru memberi contoh yang tidak baik dengan beribadah kepada dewa-dewi bangsa-bangsa lain. Pemazmur menyadari penolakan Tuhan atas mereka bermuasal pada kesalahan mereka sendiri. Mazmur 89 253 Sebab itu pemazmur memohon belas kasih Tuhan agar mengampuni dan memulihkan lagi mereka. Pemazmur yakin, Tuhan tidak akan menolak mereka selama-lamanya. Penolakan Tuhan adalah agar mereka sadar dan segera bertobat. Syukur kepada Tuhan, di dalam Kristus belas kasih Allah sudah dinyatakan kepada kita. Allah telah menolak Kristus supaya Ia menerima kita. Kristus ditolak bukan karena Ia pemimpin yang tidak baik, tetapi untuk menggantikan hukuman semua pemimpin yang tidak baik dan juga rakyat yang ikutikutan berdosa. Oleh karena itu, marilah kita naikkan syukur untuk kasih-Nya, dan bertekad hidup lebih berkenan kepada-Nya. 254 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun–temurun. Sebelum gunung–gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama– lamanya sampai selama–lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: “Kembalilah, hai anak–anak manusia!” Sebab di mata–Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam. Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu. Sungguh, kami habis lenyap karena murka–Mu, dan karena kehangatan amarah–Mu kami terkejut. Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan–Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah–Mu. Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas–Mu, kami menghabiskan tahun–tahun kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru–buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka–Mu dan takut kepada gemas–Mu? Ajarlah kami menghitung hari–hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya TUHAN—berapa lama lagi? ––dan sayangilah hamba–hamba–Mu! Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia–Mu, supaya kami bersorak–sorai dan bersukacita semasa hari–hari kami. Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari–hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun–tahun kami mengalami celaka. Biarlah kelihatan kepada hamba–hamba–Mu perbuatan–Mu, dan semarak–Mu kepada anak– anak mereka. Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu. Renungan Mazmur-mazmur dalam jilid III (Mzm. 73-89) hampir sepenuhnya didominasi oleh pergumulan umat pascapembuangan. Jilid IV yang diawali oleh mazmur Mzm. 90 ini berjudul "Doa Musa." Sesudah Mzm. 89 mengungkapkan Allah telah menolak perjanjian Daud maka peralihan ke Musa menegaskan suatu makna teologis yang penting. Mazmur ini menyadari bahwa hanya Allah Raja sejati, dan penghayatan sebagai umat perjanjian Allah harus diisi oleh komitmen penuh kepada hukum-hukum perjanjian-Nya yang telah Ia berikan melalui Musa. Mazmur ini juga mengajak kita merenungkan problem dalam hidup Musa. Musa yang menjadi tokoh pembebas Israel tidak mendapat kesempatan masuk Tanah Perjanjian. Kelemahan dan dosa Musa membuat ia kurang layak dan akibatnya ia tidak mendapat kesempatan untuk mengalami penggenapan janji Allah. Judul: Mawas diri 255 Dalam masa sesudah pembuangan, pengalaman Musa ini menjadi kerangka supaya umat mawas diri dan merenungkan hal-hal prinsip yang harus mereka hayati ulang. Prinsip terpenting adalah menempatkan Allah sebagai tempat perlindungan umat untuk selama-lamanya (ayat 1-2) . Kekekalan Allah akan membangkitkan kesadaran tentang kefanaan dan keterbatasan umat, sebaliknya kefanaan dan keterbatasan umat akan membangkitkan kesadaran bahwa umat mutlak memerlukan Allah (ayat 3-6) . Hidup yang singkat ini menuju pada satu tujuan entah hidup bermakna kekal ataupun sia-sia menuju kebinasaan. Untuk itu, umat perlu hikmat agar tahu bagaimana mengisi hidup ini dengan halhal yang bermakna kekal (ayat 12) , dan topangan kasih setia Allah terus-menerus sepanjang kehidupan (ayat 13-17) . Hari-hari kehidupan kita bukan sekadar kegiatan bangun tidur, makan, kerja, belajar, istirahat, hiburan, olahraga, dst. Setiap saat dalam kehidupan kita adalah kesempatan untuk akrab dengan Tuhan, untuk mensyukuri kebaikan-Nya, dan untuk mewujudnyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita. Renungkan: Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 90 Pdt. Dr. Stephen Tong WAKTU dan HIKMAT Inilah doa Musa pada saat dia sudah sangat lanjut usia, doa yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebutuhan sehari-hari, doa yang saya sebut sebagai a pray of a life not a pray of a living. Banyak kali doa kita adalah doa yang mencari, meminta, menanti sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup sehari-hari; a pray for living. Tapi doa Musa adalah doa yang menata kembali hidupnya: bagaimana menjalankan hidup, mengintrospeksi diri dan menilai diri sendiri. Karena hidup yang kita lalui itu, suatu hari nanti akan berhenti. Itu sebabnya mari kita minta Tuhan memberi kekuatan untuk menangani hidup kita dengan serius, dengan sungguh-sungguh. Hari ini kita akan membahas konsep waktu dan hidup kita di dunia. Siapa yang menentukan kita dilahirkan di dunia, bukan orang lain atau diri kita sendiri. Sebelum kita menyadari keberadaan kita, kita sudah dilahirkan di dunia. Kita menerima segala tradisi, kristalisasi pemikiran dan bijaksana manusia yang diturunkan dari suku, bangsa dan negara kita. ditulis oleh Musa, tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, seribu tahun lebih dini dari pada Eulicis and Illiat; tulisan Homer, dua ribu tahun lebih dini dari tulisan Dupu, Libai, Paijuyi, tiga sastrawan besar Dinasti Tang. Juga lebih dini dibandingkan Kitab Upanisatnya orang India. Dengan kata lain, Mzm.90 adalah salah satu tulisan yang terdini, yang berbicara tentang bagaimana manusia mencari makna hidupnya di hadapan Tuhan. Pendahuluan Mzm.90 membuktikan penulisnya mempunyai kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap hubungan vertikalnya dengan Tuhan. Musa tidak Mzm.90 256 berkata, dunia ini adalah rumahku tapi dia berkata. You are my dwelling place. Dan di ayat 12 dia berkata, ajarkan kami how to count my time, my days, sungguh merupakan satu doa yang sangat unik. Karena biasanya: Pertama, manusia hanya pandai menghitung uang. Suatu hari saya bertanya, semua orang di dunia ini ingin mendapatkan untung, dari manakah datangnya untung? Dari Tuhan. Anehnya, waktu Allah berkata, perpuluhan adalah milik-Ku, manusia tidak pernah memperdulikannya, masih terus menerus mencuri uang Tuhan. Beranikah kau merampas uang milik orang yang lebih berkuasa dari kau dan mempunyai kemungkinan untuk membunuh kau? Tidak berani bukan? Kau hanya berani mencuri milik Tuhan yang di dalam anggapanmu penuh kasih. Ketahuilah semua keuntungan hanya berasal dari satu sumber: Tuhan Pencipta segala sesuatu. Jika orang Kristen tidak mengerti prinsip ini, kita sengaja membodohi diri sendiri, sengaja mengabaikan firman Tuhan, sengaja melupakan perintahNya dan sengaja melarikan diri dari kewajiban. Kedua, kita pandai menghitung kesalahan orang lain. Semua hal yang kau anggap salah, kau catat di dalam hati dan kau ingat semuanya. Ketiga, kita pandai menghitung jasa kita sendiri: orang ini pernah berhutang budi kepada saya, orang itu pernah berhutang uang kepada saya. Meskipun saat itu saya tidak mengatakan harus membayar, tapi sebenarnya saat itu, hidup saya susah, mengapa setelah dia kaya, dia melupakan saya? Perbuatan baik yang pernah kita lakukan bisa kita ingat, tapi kesalahan yang kita perbuat atas diri orang lain bukan saja tidak kita ingat bahkan tidak kita sadari. Inilah penyakit psikologis universal yang timbul setelah Adam jatuh di dalam dosa, kita selalu paranoid: merasa dirikulah dirugikan, padahal secara tidak sadar kita juga sering merugikan orang lain. Kecuali kita percaya pada ajaran Kitab Suci manusia sudah jatuh di dalam dosa, maka kita selalu ingin diperlakukan secara manusiawi tapi kita sering tidak menyadari orang lain adalah manusia yang perlu diperlakukan secara manusiawi. Kita selalu menggunakan dua ukuran yang berbeda: saat berbicara tentang cinta kasih, kita berkata, akulah yang perlu dikasihi. Tapi saat berbicara tentang adil, kita berkata, orang lainlah yang perlu berlaku adil. Permisi tanya, selama satu tahun ini, berapa kali kau mendoakan anakmu dan pernahkah kau mendoakan anak orang? Kau yang mempunyai mata juga melihat kebutuhan orang lain, Allah berfirman, kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Mungkin kau berkata mengasihi sesama adalah hal yang amat sulit dilakukan. Padahal mengasihi sesama membantumu menerobos kekurangan-kekurangan diri, membuatmu menjadi orang yang berjiwa lapang dan berohani tinggi. Apakah kekurangan kita dalam menghitung? Pertama. Kurang menghitung kebaikan yang orang lain lakukan bagi kita. Barangsiapa tidak melupakan budi baik orang lain, dia selalu hidup dengan penuh tanggungjawab, sukacita dan puas. Mari kita belajar di hadapan hadirat Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan orang lain dan Kedua, kurang menghitung kesalahan yang pernah kita lakukan. Orang yang tahu menghitung kesalahan diri sendiri dan bisa membereskannya di hadapan Tuhan melalui pengakuan dosa, pengoreksian diri dengan rendah hati, kerohaniannya pasti akan maju. Mengapa ada orang yang sudah sekian lama menjadi orang Kristen tapi hidupnya tidak mengalami perubahan? Karena dia tidak pernah menyadari kesalahan dirinya dan tidak merasa perlu dikoreksi. St.Francis yang hidup di abad ke-13 pernah menaikkan doa yang terkenal di seluruh jagat: Tuhan, di mana ada permusuhan, di situ aku akan menanamkan perdamaian yang berasal dari Tuhan untuk memperdamaikan mereka. 257 Mari kita mengenang kebaikan orang lain dan menyadari kesalahan diri sendiri sambil menghitungnya, waktu kita menyadari diri kita adalah orang yang lemah, yang perlu koreksi, kerohanian kita akan maju dengan pesat. Jika kita hanya tahu menghitung kesalahan orang lain, kita tidak mungkin maju. Apalagi kalau orang lain mengucapkan sesuatu yang kurang baik tentang diri kita, kita langsung membencinya, ini adalah etika yang sangat rendah. Karena orang yang berlaku baik terhadap saya belum tentu orang baik, orang yang berlaku tidak baik terhadap saya belum tentu orang jahat. Kongfuzu berkata, berkawanlah dengan tiga jenis orang: Orang yang lurus, jujur, benar. Orang yang mau mengerti, bisa mengerti, mampu mengerti dan mempunyai hati yang lapang untuk menerimamu. Orang yang mempunyai pengetahuan yang limpah. Saya rasa, itu adalah wahyu umum tentang standar berkawan yang luar biasa, yang Tuhan berikan kepada Kongfuzu. Sahabat yang baik juga membuat kita menyadari kesalahan diri dan berubah, menjadi orang yang lebih beres. Jangan mencari kawan yang hanya tahu makan dan bermabukmabuk saja, karena waktu kau berfoya-foya, mereka berada di sekitarmu, tapi waktu kau jatuh miskin mereka akan lari meninggalkanmu. Jangan berkawan terlalu rekat. Karena relasi yang terlalu intim justru mudah retak, namun relasi yang tawar tapi jujur akan bertahan lama. Saya berani pastikan secara mutlak: karena kita tidak menghitung anugerah Tuhan. Red Sea Mission yang khusus memberitakan Injil di daerah Islam, di tepi pantai Laut Merah sudah menginjili sepuluh tahun dengan susah payah, tidak seorangpun menerima Yesus. Sepuluh tahun kemudian, ada dua orang mau percaya dan dibaptiskan. Keesokan harinya, ditemukan kedua orang tersebut sudah dibunuh. Ada daerah yang begitu sulit mendengar Injil, ada daerah yang sudah puluhan tahun tidak menikmati anugerah seperti yang kita terima selama ini, tapi kita? menerimanya sebagai sesuatu yang biasa, kita memandang remeh anugerah Tuhan. Mari kita belajar menghargai anugerah Tuhan. Terakhir, kembali kepada ayat ini: belajar menghitung waktu; teach me how to count my day in order to achieve the heart of wisdom. Kalau saja Musa mengucapkan doa ini pada masa mudanya akan lebih baik, sayang, dia mengucapkan pada waktu hidupnya di dunia sudah tidak lama lagi. Namun dia tahu, satu hari hidup di dunia berarti dia harus bertanggungjawab untuk hari itu, sebab itu membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan tugas hari itu. Waktu saya masih kecil, ibu saya selalu membawa semua anaknya berdoa bersama. Lagu yang sering dia pilih untuk kami nyanyikan bersama sebelum doa adalah: bagi Tuhan ku melanjutkan satu hari lagi, untuk Tuhan ku hidup satu hari lagi, bekerjalah satu hari lagi dengan setia, hanya bekerja bagi Tuhan. Setelah ibu meninggal, barulah kami terpikir: itulah falsafah hidup ibu, satu hari demi satu hari berlalu di dalam anugerah Tuhan. Dilalui untuk siapa? Tuhan. Itulah yang dimaksud menghitung hari-hari hidup kita. Bagaimana kita menghitung waktu? 1. Dengan cara menambah; plus. Lewat satu hari berarti tambah satu hari lagi. Itu adalah cara anak- anak menghitung hari: saya sudah bertambah besar, sudah tambah satu tahun lagi. 2. Dengan cara mengurangi; minus. Ini adalah cara yang lebih bijaksana. Seorang yang sudah matang rohaninya mulai menyadari hidup di dunia ini pendek, suatu hari nanti akan berhenti. 3. Dengan cara mengalikan; times. Maksudnya pada saat yang sama, kita mengerjakan pekerjaan ganda. Bisnisman tahu menginves uangnya yang terbatas di beberapa tempat, agar bisa memperoleh laba yang lebih banyak dan memutar uangnya dengan cepat. Orang yang pandai bisnis tahu meski hanya mengambil untung satu rupiah tapi kalau setiap harinya bisa menjual seratus buah, berarti dia sudah mendapatkan untung seratus persen. Tetapi ada yang kurang pandai berbisnis selalu mau 258 untung besar, barangnya dia tahan sampai tiga tahun baru terjual, meskipun kelihatannya langsung mendapat untung dua puluh rupiah tapi karena sudah lewat sekian tahun nilai uangnya sudah berubah banyak. Mengapa manusia tahu mengalikan uangnya tapi tidak tahu mengalikan waktunya? Bagaimana melipatgandakan waktu kita? Waktu saya mengkhotbahkan hal ini di Boston, seorang Prof. Conwell Theological Seminary mengatakan, cara yang ketiga itu sudah saya jalankan. Bagaimana caranya? Saya adalah seorang hamba Tuhan, waktu saya senam pagi selama dua puluh menit, saya mendoakan dua puluh orang. Itu berarti dalam waktu yang sama saya sudah melakukan dua hal. Mungkinkah kita menggandakan waktu kita? Mungkin. Saya sudah membiasakan diri mengerjakan sesuatu sambil memikirkan hal yang lain. Bagaimana menghitung waktu? Melipatgandakan. Kita sering menghambur-hamburkan waktu, hingga hidup kita terus digeser ke kuburan tapi kita belum mengerjakan apa-apa. 4. Dengan cara membagi. Jika kau mau memanfaatkan waktu dengan sungguh, berarti di dalam waktu yang terbatas itu kau membagikan dirimu. Seperti guru, tidak memonopoli pengetahuan untuk diri sendiri, melainkan membagikannya kepada orang lain, maka dalam waktu yang sama, pengetahuannya menjadi berlipat ganda. Rahasia yang kau ketahui, berkat yang sudah kau dapatkan bagikanlah kepada orang lain. Dengan membagikan waktu, talenta, harta rohani, pengertianmu kepada orang lain, seluruh dunia akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Musa tidak minta otak yang pintar melainkan the heart of wisdom. Jika kita mempunyai banyak pengetahuan tapi tidak berarah itu berbahaya sekali. Orang yang berjuang dengan susah payah sampai mencapai sukses tahu bagaimana menggunakan uangnya, tetapi kekayaan yang diturunkan kepada mereka yang tidak mempunyai dasar moral akan berbahaya sekali. Banyak pemuda-pemudi rusak bukan karena tidak mempunyai uang melainkan terlalu banyak uang. Manusia yang terlalu miskin bisa rusak, manusia yang terlalu kaya juga bisa rusak. Kalau begitu, kau perlu dididik dengan membangun fondasi, arah, karena prinsip lebih penting dari pada pengetahuan. Setelah Musa berdoa untuk dapat menghitung waktu, apa lagi yang ingin dia peroleh? Hati yang bijaksana. Jika di dalam keluargamu terdapat satu orang yang benar-benar memiliki hati yang bijaksana, berbahagialah kamu. Keluarga yang dipimpin oleh hati yang bijaksana paling sedikit mengetahui tiga hal: pertama, takut kepada Tuhan. Kedua, mengenal kesucian-Nya. Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan yang jahat. Karena takut akan Tuhan adalah dasar kita tidak jatuh di dalam jerat iblis. Mengenal kesucian Allah adalah prinsip dan rahasia hidup bermoral yang sungguh. Menjauhkan diri dari segala perbuatan jahat adalah hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Ketiga, kurang menghitung anugerah Tuhan. Anugerah bukanlah sesuatu yang biasa, tapi karena kita sudah terbiasa di dalam anugerah maka kita memandang anugerah sebagai sesuatu yang remeh, kita tidak perlu bersyukur kepada Tuhan. Mengapa hidup kita penuh omelan tidak pernah sukacita? 259 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 91 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.” Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak–Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap–Nya engkau akan berlindung, kesetiaan–Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang. Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang– orang fasik. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu, malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat–malaikat–Nya akan diperintahkan–Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. “Sungguh, hatinya melekat kepada–Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama–Ku. Bila ia berseru kepada–Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada–Ku.” Renungan Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda membaca kata-kata berlindung dan bernaung? Mungkin Anda membayangkan sebuah tempat yang menjanjikan kedamaian dan keamanan. Judul: Siapa tempat perlindungan Anda? Pemazmur mengatakan bahwa hal itu hanya ditemukan di dalam satu Pribadi, yaitu Tuhan Allah! Pemazmur menghubungkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan dengan pribadi Allah sendiri, satu-satunya jaminan bagi umat-Nya untuk menghadapi segala kesulitan dan keadaan yang mengerikan (ayat 3-4) ! Tuhan berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan umat-Nya terjerat dalam kesulitan tanpa jalan keluar dan binasa dalam penyakit. Sekalipun tubuh 260 kita dapat dikalahkan oleh penyakit, tetapi jiwa kita aman dalam lindungan-Nya. Ia melindungi umatNya dari kuasa si jahat, dan membebaskan mereka dari ketakutan terhadap bahaya (ayat 5-8). UmatNya tidak perlu takut karena kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi mereka bagaikan perisai dan pagar tembok yang kokoh (ayat 4,9) . Tuhan tidak menjanjikan kekebalan terhadap kesulitan dan kesesakan. Ia berjanji, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan" (ayat 15) . Bagi siapakah janji itu diberikan? Pertama, bagi orang yang mengenal nama Tuhan dan yang menjadikan-Nya sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanannya (ayat 2) . Kedua, bagi orang yang senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang senantiasa berseru kepada-Nya, dan yang menjaga komunikasinya dengan Tuhan pada setiap saat. Banyak kekuatiran dan ketakutan muncul ketika kita ber-sikeras untuk memperjuangkan keinginan dan rencana kita. Hanya ketika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah supaya Ia menggenapi rencana-Nya dalam setiap aspek dan waktu hidup kita maka kita menemukan kedamaian dan keamanan sejati. Renungkan: Ketika badai kehidupan menerpa hidup dan diri Anda, siapakah pelindung Anda? Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 91: 1-9 Pdt. P.H. Hararap, Sth Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Hidup dalam lindungan Tuhan Semua orang mendambakan hidup yang tenang dan tenteram, penuh kedamaian dalam hidupnya. Harapan ini menjadi impian semua orang. Namun di dalam hidup kita sering bertemu dengan ancaman yang bisa membahayakan kita. Apa arti hidup kita? Kita hidup hanya sekali. Dan umur kita pun terbatas. Tidak bisa diulang atau diperpanjang. Sekali saja. Karena itu sebenarnya hidup kita sangat berarti. Ada banyak hal yang patut membuat kita berpikir tentang hidup ini. Hidup begitu sarat dengan pengalaman dan angan-angan, dengan pelbagai perasaan serta dambaan, dengan banyak kesempatan dan kesulitan. Hidup kita mengandung sejuta makna. Hidup selalu diperhadapkan dengan harapan dan kenyataan. Harapan tidak selalu menjadi kenyataan, bahkan sering hidup penuh dengan masalah dan persoalan. Sering di dalam hidup ditandai dengan 261 permusuhan, pencobaan, ancaman malapetaka dan rintangan. Apa yang kita lakukan dikala kita bertemu dengan dunia yang penuh ancaman ini? Mazmur 91 ini mengajak pendoa supaya teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup ini dan meyakinkan pendoa bahwa Tuhan adalah penyelamat dan pelindung. Allah yang setia dan selalu menyertai orang yang percaya kepada-Nya. Barangsiapa yang percaya, dia tidak perlu takut. “Berbahagialah semua orang yang berlindung kepadanya!” (2:12) . Nas ini merupakan gambaran kehidupan yang dilakoni manusia. Banyak yang mengancam kehidupan kita, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga. Pasti tidak ada manusia yang menghendaki penderitaan, kesulitan, tantangan, ancaman ada di dalam hidupnya. Kesemuanya itu adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus kita hadapi dan jalani. Untuk ini pemzmur mengajak kita: a. Ayat 1-2 . Ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan Kedua ayat pembukaan ini adalah suatu ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Kata-kata ini disampaikan kepada peziarah atau orang yang datang beribadah dan berdoa. “Tinggal” di sini tidaklah berarti terus-menerus berdiam secara fisik di lingkungan Bait Suci, tetapi menunjukkan sikap dan kerinduan akan perlindungan Tuhan. ‘Lindungan” dan “naungan”, kedua kata ini kemudian menjadi berkembang menjadi doa-liturgis untuk menunjukkan perlindungan Allah yang diperoleh dari lingkungan Bait Suci (bd.Mzm. 17:8;36:8;57:2) . Bisa kita bandingkan dengan pembangunan gedung gereja di Tapanuli umunya selalu diusahakan di tempat yang agak tinggi, agar semua jemaat melihat gedung gereja itu. Kemudian dengan membunyikan lonceng gereja setiap jam 6.00 pagi dan jam 18.00 sore, maka jemaat meyakini kehadiran Tuhan di dalam keseharian hidup mereka. Tuhan (ayat 2) adalah “Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” (ayat 1) . Kedua sebutan ini punya sejarah. Penggunaan sejajar dari sebutan”Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” terdapat hanya pada mazmur ini, menunjukkan kuasa perlindungan dan naungan-Nya bagi orang yang datang kepada-Nya. Doa yang diusulkan kepada peziarah (ayat 2) sebenarnya adalah jiwa dari setiap pemazmur yang menderita (bd. mis. 18:3; 31:4; 71:3; 144:2) . Hanya pada Tuhanlah hati manusia dapat tenang (bd. 62:2,6,9) . b. Ayat 3-9 Kata-kata peneguhan bagi yang percaya Bait ini adalah suatu ucapan langsung kepada pemazmur (pendoa) dan disampaikan oleh petugas liturgi. Dia ingin mendorong dan meyakinkan pemazmur akan kepastian perlindungan Tuhan Yang Mahatinggi. Dia berbicara dalam bahasa gambaran. Dari mana datangnya ancaman dan bahaya itu tidak disebutkan. Dalam mazmur-mazmur lain ancaman itu biasanya datang dari pihak musuh, orang fasik (ayat 3,5) atau dari Tuhan sendiri untuk menghukum orang fasik (ayat 3,5-8) . Ancaman dan malapetaka yang dilukiskan di sini dapat dilihat sebagai perwujudan dan kejahatan. Bait ini terdiri dari dua bagian diyakinkan: 1). (3-8,9-13) yang sama isinya, tetapi berbeda tekanannya. Pemazmur bahwa Tuhan akan melepaskan dari jerat yang dipasang oleh orang fasik secara sembunyisembunyi untuk menangkap dan mencelakakan dia (bd. 119:10; 140:6; 141:9; 142:4) . Jerat adalah rencana busuk, tetapi jerat bisa juga sesuatu konteks hidup atau pergaulan yang mencelakakan orang lain (bd. Yos.23:13; Ams.22:5,24) ; 262 2). bahwa Tuhan akan melindungi dia dengan: ”kepak dan sayap-Nya” (ayat 4) . Tuhan disamakan dengan burung besar (bd. Kel.19:4; Ul.32:11-12; Mat.23:37) . Mungkin kedua metaphor ini menunjuk pada kedua kerub yang bersayap yang menjadi seperti penjaga tabut perjanjian dalam ruang yang mahakudus (Kel.25:16-20; 1Raj. 6:24-32; 8:6) . Tuhan adalah Allah” yang bersemayam di atas kerubim” (1Sam. 4:4; Mzm. 80:2; 99:1) . Datang ke ”kemah” Tuhan berarti datang berlindung di bawah naungan sayap-sayap-Nya (Mzm. 61:5; bd. pula 17:8; 36:8; 57:2; 63:8) . Perlindungan Tuhan itu teguh karena Dia adalah ‘Allah yang setia” (Mzm. 31:6) . Kesetiaan-Nya adalah perisai-perisai pelindung.”Perisai” adalah metafora perang. Karena itu rasanya kurang pas dengan gambaran “jerat” (ayat 3) . Bagian pertama, Siapa yang mendapat perlindungan Tuhan, tidak perlu takut (ay.5-8) . Subyek sebagian ini bukan lagi Tuhan, melainkan pemazmur. Dia tidak perlu takut akan “kedahsyatan malam” (ayat 5) . ”Malam” adalah saat bencana atau malapetaka yang kerap mendatangi orang secara tibatiba dan tak terduga (bd. Ams.3:25) . “Malam” adalah saat kekuasaan iblis dan roh-roh jahat. Dia juga tidak perlu takut akan ancaman panah yang mematikan yang biasanya dibidikkan oleh orang-orang fasik terhadap orang benar dari tempat yang gelap. (Mzm. 11:2; 64:4-5; 64:6 menyebut pula perangkap, bd. 91:3 ). Keterangan”di waktu siang” mungkin untuk menekankan ancaman bahaya yang sudah tidak mengenal waktu. Juga “tengah hari” (waktu istirahat siang, bd. Kej. 18:1-5 ) adalah saat yang baik untuk mengadakan serangan yang tiba-tiba (bd. Yer. 6:4) . Orang yang dilindungi oleh Tuhan juga tidak perlu takut akan penyakit sampar dan menular yang biasanya dikirim oleh Tuhan sebagai hukuman (Mzm. 6; bd. 78:49-50) . Pada Habakuk 3:5 penyakitpenyakit ini berjalan di hadapan Tuhan sebagai pengiring-Nya. Penyakit-penyakit ini mungkin pula menggambarkan kekuatan kegelapan atau iblis. Kekuatan kegelapan menjatuhkan amat banyak orang, tetapi hal itu tidak akan menimpa orang yang percaya kepada Tuhan (Mzm.7; bd. 3). Dia hanya akan berdiri menyaksikan hukuman atas orang-orang fasik itu. Lukisan ayat 7 mengingatkan kita akan perang. Penyair menggunakan bahasa yang kuat (bd. 3:7) hanya untuk menyatakan besarnya perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Hidup yang penuh ancaman dan bahaya digambarkan sebagai suatu pertempuran melawan kekuasaaam-kekuasaan yang jahat. Bagian kedua (ayat 9-13) menekankan sekali lagi perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Ayat 9 berfungsi sebagai pembukaan untuk menekankan bahwa malapetaka atau tulah tak mendekati ”kemah” orang yang percaya kepada Tuhan (ayat 10) sebab Dia mengirim malaikatmalaikatnya untuk menjaga jalannya (ayat 11) . Di sini digunakan kata ”kemah” dan bukan “pondok” atau “rumah”, karena di sini hidup digambarkan sebagai suatu perjalanan. Penjagaan yang diberikan oleh para malaikat itu begitu istimewa sehingga orang yang percaya kepada Tuhan itu seperti ditantang di atas tangan mereka (ayat 12a) . Penjagaan itu membuat dia terhindar dari bahaya tersandung pada batu (ayat 12b) . Bukan hanya itu! Penjagaan itu akan membuat dia mengalahkan ancaman-ancaman yang paling berbahaya dan mematikan sekalipun (ayat 13) . Renungan: ini mengajak kita untuk tetap berdoa dan tetap teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup kita yang penuh ancaman dan rintangan ini. Keamanan kita didasarkan pada sifat Allah, Yang Maha-Tinggi dan Mahakuasa yang memberi perlindungan dan naungan. Kita adalah orang yang sering kurang percaya atau seperti Petrus yang lekas bimbang ketika menghadapi bahaya (bd. Mat.14:29-31) . Kita perlu terus-menerus mendengar firman yang menyelamatkan ini: Aku akan Mazmur 91 263 menyertai engkau di dalam kesesakan” dan dengan rendah hati kita berdoa;”Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk. 9:24) . Mazmur 91 ini sangat menekankan kepercayaan kepada Tuhan. Keamanan kita juga dilandasi pada iman pribadi. Allah yang kupercaya, dan dalam mempercayai Allah aku akan memperoleh baik tempat perlindungan maupun kubu pertahanan. Dia yang akan memberikan baik keamanan bagi mereka yang mempercayai Dia, maupun keamanan dari bahaya-bahaya yang mengancam.Tetapi apa artinya percaya itu baru menjadi lebih jelas dalam jawaban Yesus kepada Iblis ketika ia dicobai di bubung bait Allah (Mat. 4:5-7; Luk. 4:9-12) . Orang yang percaya tidak mencobai Tuhan dengan menguji apakah Dia setia dengan firman-Nya atau tidak. Orang yang percaya juga tidak mencari mujizat, bahaya atau sensasi. Orang yang percaya menyerahkan diri kepada Tuhan dan taat kepadaNya.”Siapa yang percaya, tidak akan tergesa-gesa” (Yes. 28:16) . Dia menanti-nantikan Tuhan. (bd. 25:13) . ini juga memperlihatkan landasan keamanan kita ialah kesetiaan Allah. Hidup itu adalah suatu perjalanan (menuju Allah) penuh perjuangan dan tantangan. Akan tetapi, bagi yang percaya kepada Allah akan menyertai dia dan memperlihatkan keselamatan yang datang dari pada-Nya. Hal ini juga berlaku bagi gereja. Dengan pertolongan Tuhan, Iblis dapat ditaklukan. Namun janganlah murid-murid bersukacita karena roh-roh jahat itu ditaklukan, tetapi hendaknya mereka bersukacita karena Tuhan mereka sebagai sahabat dan milik-Nya (bd. Luk. 10:17-20) . Mazmur 91 menunjukkan keterjaminan keamanan itu menyangkut segi tabiat, di mana kebenaran itu dipentaskan dengan memperhadapkan nasib orang fasik Keamanan itu menyentuh segenap waktu, malam… siang, segala keadaan gelap…petang; segala bahaya, segala macam bencana. Jadi orang percaya itu selalu memiliki kekayaan keamanan di dalam Allah yang tidak dikenal dunia. Mazmur 91 264 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 92 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (92–2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama–Mu, ya Yang Mahatinggi, (92–3) untuk memberitakan kasih setia–Mu di waktu pagi dan kesetiaan–Mu di waktu malam, (92–4) dengan bunyi–bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi. (92–5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan–Mu, karena perbuatan tangan–Mu aku akan bersorak–sorai. (92–6) Betapa besarnya pekerjaan–pekerjaan–Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan– rancangan–Mu. (92–7) Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu. (92–8) Apabila orang–orang fasik bertunas seperti tumbuh–tumbuhan, dan orang–orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama–lamanya. (92–9) Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama–lamanya, ya TUHAN! (92–10) Sebab, sesungguhnya musuh–Mu, ya TUHAN, sebab, sesungguhnya musuh–Mu akan binasa, semua orang yang melakukan kejahatan akan diceraiberaikan. (92–11) Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru; (92–12) mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang–orang jahat yang bangkit melawan aku. (92–13) Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; (92–14) mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. (92–15) Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, (92–16) untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada–Nya. Renungan Posisi Allah dari seharusnya tertinggi dan tersentral dalam hidup anak-anak Tuhan bisa dengan mudah tersingkir oleh berbagai alasan. Berbagai masalah kehidupan maupun bermacam-macam kesibukan dan tanggung jawab sering kali membuat orang Kristen secara tidak sadar menggeser Allah dari pusat kehidupannya. Judul: Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang pentingnya secara sadar memposisikan Allah sentral dan utama dalam hidup mereka (ayat 9). Sebagai suatu nyanyian untuk hari Sabat (ayat 1) , mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespons baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan maupun tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi dengan sikap yang benar. Yang membedakan orang beriman dari orang fasik adalah di mana mereka masing-masing memposisikan Tuhan. Sikap meninggikan Tuhan pada orang beriman terungkap jelas dalam kebiasaan mereka bersyukur kepada-Nya (ayat 2) dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan sepanjang waktu (ayat 3) . Orang fasik justru sebaliknya! Mereka tidak mengakui kebesaran Allah serta keagungan karya-karya-Nya karena mereka tidak menyadari bahwa semua realitas ini berasal dari Allah (ayat 7) . 265 Prinsip Sabat adalah prinsip memposisikan Tuhan Allah di tempat tertinggi yang sesungguhnya sehingga semua yang lain akan berada pada posisi yang seharusnya. Bukan saja dalam situasi baik, dalam situasi tidak baik sekalipun sikap ini memberi pembebasan. Orang beriman tidak perlu dibelenggu oleh berbagai kekuatiran tentang kebutuhan hidup atau oleh ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang fasik. Jika Tuhan yang bertakhta di surga bertakhta di hati, kita akan bertumbuh terus ke arah Dia (ayat 13-16) . Sebaliknya, orang yang menggeser Tuhan ke luar hidupnya akan mengalami kekeringan rohani dan akhirnya binasa (ayat 8) . Renungkan: Apakah hidup Anda sedang bertumbuh ke arah Allah? 266 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 93 1 2 3 4 5 TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta–Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Sungai–sungai telah mengangkat, ya TUHAN, sungai–sungai telah mengangkat suaranya, sungai–sungai mengangkat bunyi hempasannya. Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi. Peraturan–Mu sangat teguh; bait–Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa. Renungan Setiap manusia menyadari bahwa di luar dirinya ada oknum lain yang lebih berkuasa dibandingkan dirinya. Sayang, banyak manusia menyimpulkan bahwa bumi, laut, gunung, lembah, jurang, memiliki penguasa masing-masing. Hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Judul: Tuhan, penguasa alam semesta Nas ini memaparkan kemuliaan Kerajaan Allah. Mazmur ini juga berbicara tentang kerajaan-Nya di dunia ini dan kekekalan kerajaan-Nya. Ay.1-2 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja. Dia adalah penguasa sejak dahulu, sebelum zaman purbakala, bahkan sebelum alam semesta ini diciptakan. Dengan demikian, Tuhan jugalah yang berdaulat mengatur alam semesta serta kehidupan semua mahkluk di bumi. Sebagai Raja, kuasa Tuhan melebihi kekuatan lautan yang bergelora dan melampaui kecepatan suara yang dahsyat dan menggelegar. Orang-orang Kanaan yang percaya dan menyembah Baal sebagai penguasa lautan, yang mereka panggil dengan sebutan Ratu Yamm, akan menjadi saksi kedahsyatan kuasa Tuhan itu. Inilah yang pemazmur gambarkan tentang Tuhan yang jauh lebih berkuasa dibandingkan kekuatan lautan (ayat 3-4) . Pemazmur yang memahami polemik ini, menyerukan kekuasaan Tuhan melawan pengikut Baal. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diyakini oleh manusia sebagai kekuatan alam semesta yang tidak dapat dikendalikan manusia, ternyata ada dalam genggaman tangan Tuhan. Pemazmur juga menuliskan sifat kekudusan Tuhan (ayat 5) . Hal ini sangat berlawanan dengan sifat Baal, yang moralnya sangat bobrok. Mazmur ini mengajarkan kepada kita bahwa kuasa Allah atas alam semesta telah dinyatakan. Dia adalah satu-satunya Allah yang hidup. Oleh karena itu, kita tidak perlu mencari sesembahan lain di luar diri-Nya. Kita harus tunduk kepada-Nya dan taat pada perintah-Nya saja! Renungkanlah: dan kehidupan. Tinggalkan keraguan Anda, percayai Dia, Tuhan penguasa seluruh alam semesta 267 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 94 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Ya Allah pembalas, ya TUHAN, ya Allah pembalas, tampillah! Bangunlah, ya Hakim bumi, balaslah kepada orang–orang congkak apa yang mereka lakukan! Berapa lama lagi orang–orang fasik, ya TUHAN, berapa lama lagi orang–orang fasik beria–ria? Mereka memuntahkan kata–kata yang kurang ajar dan semua orang yang melakukan kejahatan itu menyombong. Umat–Mu, ya TUHAN, mereka remukkan, dan milik–Mu sendiri mereka tindas; janda dan orang asing mereka sembelih, dan anak–anak yatim mereka bunuh; dan mereka berkata: “TUHAN tidak melihatnya, dan Allah Yakub tidak mengindahkannya.” Perhatikanlah, hai orang–orang bodoh di antara rakyat! Hai orang–orang bebal, bilakah kamu memakai akal budimu? Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar? Dia yang membentuk mata, masakan tidak memandang? Dia yang menghajar bangsa–bangsa, masakan tidak akan menghukum? Dia yang mengajarkan pengetahuan kepada manusia? TUHAN mengetahui rancangan–rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia–sia belaka. Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat–Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari–hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik. Sebab TUHAN tidak akan membuang umat–Nya, dan milik–Nya sendiri tidak akan ditinggalkan– Nya; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan akan diikuti oleh semua orang yang tulus hati. Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang–orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang–orang yang melakukan kejahatan? Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi. Ketika aku berpikir: “Kakiku goyang,” maka kasih setia–Mu, ya TUHAN, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan–Mu menyenangkan jiwaku. Masakan bersekutu dengan Engkau takhta kebusukan, yang merancangkan bencana berdasarkan ketetapan? Mereka bersekongkol melawan jiwa orang benar, dan menyatakan fasik darah orang yang tidak bersalah. Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku. Ia akan membalas kepada mereka perbuatan jahat mereka, dan karena kejahatan mereka Ia akan membinasakan mereka; TUHAN, Allah kita, akan membinasakan mereka. Renungan Semakin mengamati proses peradilan di Indonesia, semakin pesimis hati ini. Dari hulu sampai muara sarat dengan manipulasi dan rekayasa. Apa pun asal ada uang bisa diatur, tuntutan bisa dibatalkan, vonis bisa diubah. Baik dari membebaskan orang bersalah maupun menghukum mereka yang tak bersalah. Judul: Allahku, hakim yang adil 268 Syukur, bukan demikian Hakim Adil yang pemazmur percayai. Pemazmur telah mengalami bagaimana Tuhan membela dia dari serangan keji orang fasik yang mencoba menghancurkan dia (1623) . Pemazmur berani berseru kepada Tuhan agar keadilan-Nya kembali ditegakkan saat kejahatan merajalela di tengah-tengah umat-Nya (4-7) . Pemazmur yakin bahwa tidak ada dosa dan kejahatan orang fasik yang tersembunyi di hadapan Tuhan (11) . Tuhan pasti akan menghukum dan membinasakan mereka serta memulihkan umat-Nya dari penderitaan akibat ulah orang-orang jahat. Di sisi lain pemazmur yakin bahwa penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi pada umat-Nya lewat tangan-tangan jahat adalah bagian dari pendidikan dan disiplin Tuhan atas mereka (12-15) . Justru melalui masalah, umat Tuhan diingatkan untuk kembali setia kepada firman- Nya. Semakin mereka berpaut pada kehendak-Nya, semakin pula mereka menegakkan keadilan. Maka keadilan Tuhan ditegakkan baik dengan cara menghukum mereka yang bersalah maupun dengan cara umat Tuhan menegakkan yang benar dan menyingkirkan yang salah! Berharap keadilan pada tangan manusia, sekalipun mereka yang berjabatan dan berotoritas tinggi, hanya akan mendatangkan rasa kecewa, frustasi, dan apatis. Namun berharap pada Tuhan niscaya tidak akan mengecewakan. Pada waktunya orang jahat akan menuai hasilnya yang membinasakan. Namun sementara menunggu waktu Tuhan, panggilan untuk kita adalah menjadi orang yang taat hukum, menegakkan keadilan di sekeliling kita, dan membela mereka yang tertindas! 269 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 95 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Marilah kita bersorak–sorai untuk TUHAN, bersorak–sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah–Nya dengan nyanyian syukur, bersorak–sorak bagi–Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian–bagian bumi yang paling dalam ada di tangan–Nya, puncak gunung–gunungpun kepunyaan–Nya. Kepunyaan–Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan–Nyalah yang membentuknya. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan–Nya dan kawanan domba tuntunan tangan–Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara–Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan–Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata–Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan–Ku.” Sebab itu Aku bersumpah dalam murka–Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian–Ku.” Renungan Apa dosa umat Israel yang terus menerus diulang? Tidak memercayai Tuhan dengan sepenuh hati! Mereka terus menerus mencobai Dia dengan berbagai hal. Baik dengan menggantikan Dia dengan dewa-dewi bangsa lain, ataupun dengan terus bersungutsungut untuk setiap masalah yang menimpa hidup mereka. Judul: Jangan cobai Rajamu! Berbagai hajaran keras sudah Tuhan timpakan kepada mereka atas ketidakpercayaan mereka. Salah satu yang paling dahsyat adalah ketika mereka harus kehilangan tanah perjanjian dan identitas mereka sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Namun di mazmur ini (8-11) , salah satu hukuman dahsyat paling awal yang diingat pemazmur adalah ketika nenek moyang mereka untuk satu generasi kehilangan kesempatan masuk ke tanah Perjanjian gara-gara sikap tidak percaya mereka kepada Tuhan (lih. Bil. 14) . Hukuman dahsyat Tuhan tidak pernah dimaksudkan untuk menghancurkan melainkan untuk pertobatan. Hukuman dashyat seharusnya menyadarkan mereka, bahwa Tuhan adalah Raja mereka yang berdaulat serta berhak mendapatkan sembah, hormat, dan ketaatan mereka. Inilah inti dari ayat 1-7 . Pemazmur mengajak umat Tuhan beribadah kepada Tuhan dengan masuk ke hadirat-Nya ( perhatikan ayat 1 "Mari…"; ayat 2 "biarlah kita menghadap…"; ayat 6 "Masuklah …") karena Tuhan adalah Raja, Sang Pemilik umat-Nya. Dia bukan hanya Raja atas umat-Nya, tetapi atas alam semesta. Tidak ada satu pun di alam ciptaan ini yang dapat berkata, "Aku bebas menentukan hidupku sendiri". Tuhan adalah Raja, berarti Dia harus menjadi segala-galanya bagi hidup umat-Nya. Itu berarti hanya ada kesetiaan tunggal kepada Dia, satu komitmen teguh kepada kehendak- Nya. 270 Kesadaran bahwa Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan pemilik hidup kita seharusnya membawa kita pada ketaatan tanpa syarat. Apalagi di dalam Kristus, Sang Raja yang sudah menang itu, kita dipelihara dengan kepastian dan jaminan penuh dari Tuhan sendiri. 271 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 96 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama–Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada–Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan–Nya di antara bangsa–bangsa dan perbuatan–perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. Sebab segala allah bangsa–bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Keagungan dan semarak ada di hadapan–Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus– Nya. Kepada TUHAN, hai suku–suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama–Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran–Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan– Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa–bangsa: “TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa–bangsa dalam kebenaran.” Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak–sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria–ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak– sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa–bangsa dengan kesetiaan–Nya. Renungan Nada gembira, penuh suka cita mewarnai mazmur ini. Ajakan untuk menyanyi di ayat 1 (diulang 3x), dan ajakan untuk memberi kemuliaan kepada Tuhan di ayat 7-8 (juga diulang 3x) menegaskan suasana riang tersebut. Judul: Nyanyian menyambut Sang Raja Mazmur yang ditulis pada masa sesudah pembuangan ini menggambarkan perayaan kedahsyatan Allah Israel yang dinyatakan-Nya dalam sejarah umat-Nya (3-6) . Israel belajar dari pengalaman mereka bahwa hanya Tuhanlah Allah sejati. Pengalaman dipelihara Tuhan, dilindungi dari musuh, dihukum dengan memakai bangsa-bangsa lain, bahkan dengan pembuangan, sampai Ia memulangkan mereka dari pembuangan, semua membuktikan keesaan Allah Israel. Oleh karena itu pemazmur mengajak semua bangsa untuk memuliakan Tuhan (7-9) . Sesungguhnya Tuhan adalah Raja (10), Ia berkuasa dan berdaulat penuh atas semua bangsa. Tuhan telah menyatakan keadilan dan kebenaran-Nya pada masa lalu. Baik dengan menghukum umat-Nya, juga dengan menghukum musuh-musuh umat-Nya. Sejarah Perjanjian Lama menunjukkan hal tersebut dengan gamblang. Kelak Sang Raja sekaligus Hakim yang Agung itu akan datang untuk menghakimi bumi ini (13) . Bangsa-bangsa yang dalam hidup mereka menentang Dia, hidup dalam kejahatan dan ketidakadilan, kelak harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. 272 Mazmur ini, khususnya ayat 7-13 , sering dipakai dalam liturgi ibadah untuk menyambut kedatangan Kristus yang kedua kali. Memang umat Tuhan masa kini yang hidup dalam iman yang memandang kepada Kristus, yang sudah menang melalui kematian dan kebangkitan-Nya, masih melihat kejahatan merajalela. Namun mata iman kita memandang bukan hanya kepada karya salib masa lalu, tetapi kepada masa depan di mana Ia berjanji untuk datang kembali dan menghakimi dengan adil semua yang jahat, serta menganugerahkan keselamatan kekal untuk yang bertahan sampai pada kesudahannya. 273 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 97 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak–sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta–Nya. Api menjalar di hadapan–Nya, dan menghanguskan para lawan–Nya sekeliling. Kilat–kilat–Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar. Gunung–gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan–Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan–Nya. Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala–berhala; segala allah sujud menyembah kepada–Nya. Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri–puteri Yehuda bersorak–sorak, oleh karena penghukuman–Mu, ya TUHAN. Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah. Hai orang–orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang–orang yang dikasihi–Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang–orang fasik. Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang–orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang–orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama– Nya yang kudus. Renungan Sukacita yang digambarkan di mazmur ini, sedikit berbeda dengan Mazmur 96 . Mazmur ini merayakan Tuhan sebagai Raja yang menyatakan diri-Nya memerangi musuhmusuh umat, yaitu para bangsa yang menyembah berhala. Judul: Tuhan adalah Raja! Pemazmur mulai dengan memperlihatkan kedahsyatan Allah, yang ditandai dengan awan (2) , api (3), dan kilat (4) yang melanda dunia ini. Awan yang tebal menyatakan takhta Tuhan, api menandakan kekudusan-Nya, sedangkan kilat menandakan kehadiran dan kekuatan- Nya. Kehadiran Allah menghanguskan musuh, menggetarkan bumi, dan melelehkan gunung-gunung. Suatu gambaran dahsyat, Allah menyatakan perang-Nya atas bangsa-bangsa penyembah berhala untuk menegakkan keadilan-Nya (2b, 6) . Oleh kedahsyatan Allah tersebut, para bangsa musuh yang beribadah kepada dewa-dewi berhala dipermalukan (7) , sebaliknya umat Tuhan disukacitakan. Dengan kekalahan bangsa-bangsa musuh maka umat Tuhan pun mendapatkan kelepasannya. Sion menjadi tempat kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Bahkan menjadi takhta Allah yang mahatinggi yang menghakimi semua bangsa penyembah berhala. Oleh karena itu pemazmur menutup sukacitanya dengan mengajak semua orang yang mengasihi Tuhan untuk tetap setia kepada Dia serta tidak takut kepada para musuh yang jahat. Pemazmur juga mengajak mereka membenci kejahatan (10) . Kalimat di ayat 10a bisa juga diterjemahkan "Tuhan mengasihi orang-orang yang membenci kejahatan." Tuhan akan membebaskan semua orang benar dari tangan orang jahat, serta memberikan sukacita sejati dalam hati mereka. 274 Pernyataan bahwa Allah adalah Raja yang mengatasi semua bangsa bukanlah slogan semata. Di dalam Kristus Ke-rajaan Allah sudah ditegakkan. Tak ada berhala atau ilah apa pun yang dapat bertahan di hadapan kedahsyatan kemenangan Kristus di kayu salib. Mari kita bersukacita karena kepastian kemenangan itu, dan kita merayakan kemenangan itu dengan memproklamasikannya kepada seluruh dunia! 275 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 98 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan– perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada–Nya oleh tangan kanan–Nya, oleh lengan–Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada–Nya, telah menyatakan keadilan– Nya di depan mata bangsa–bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan–Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak–soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak–sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak–soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai–sungai bertepuk tangan, dan gunung–gunung bersorak–sorai bersama–sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa–bangsa dengan kebenaran. Renungan Di saat menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan, seberapa sering kita menghayati kata-kata dari pujian itu dan mengucapkannya keluar dari hati kita sendiri? Seringkali menyanyi menjadi sebuah tindakan mekanis belaka dan apa yang kita ucapkan tidak berasal dari relung hati terdalam. Pemazmur mengajak jemaat untuk menyanyikan "nyanyian baru" bagi Tuhan, artinya sebuah nyanyian yang otentik, lahir dari pengalaman hidup bersama Tuhan hari demi hari. Kata "telah" yang dipakai berulang-ulang menegaskan motivasi ini di balik tindakan menaikkan pujian. Judul: Hidup dalam pengharapan Stanza pertama dari mazmur ini (1-3) memaparkan berbagai alasan kenapa jemaat perlu memuji Tuhan. Stanza kedua (4-6) menggambarkan suasana penuh semangat yang semakin memuncak saat jemaat semakin bersemangat memuji Tuhan. Mulai dari sorak-sorai, dilanjutkan dengan kecapi yang merdu, hingga nafiri dan sangkakala yang gegap gempita. Segenap kemampuan dikerahkan untuk memuja-muji Tuhan yang adalah Raja (4a, 6b) . Stanza terakhir (7-9) mengajak juga segenap alam ciptaan untuk bersama-sama manusia memuji dan membesarkan nama Tuhan. menunjukkan bagaimana umat Israel hidup dalam ucapan syukur kepada Tuhan dan dalam kesadaran akan kedahsyatan dan kebesaran-Nya dalam hidup mereka. Sikap hidup ini lahir dari pengetahuan tentang karya Tuhan di masa lalu (1-3) dan dari iman bagaimana Ia akan "datang untuk menghakimi bumi" dengan keadilan dan kebenaran. Mazmur 98 Ada orang, yang ketika menaikkan pujian kepada Tuhan, hanya mengingat kebaikan yang dialaminya di masa lalu. Namun mereka melupakan bahwa Tuhan juga akan datang sebagai hakim yang adil dan akan menyatakan kebenaran-Nya pada akhir zaman. Perspektif yang berimbang antara pengalaman keselamatan di masa lalu dan pengharapan kedatangan Tuhan di masa mendatang perlu dimiliki oleh setiap orang Kristen sehingga ia bisa menjalani hidup ini dengan bijaksana bagi Tuhan. 276 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 99 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TUHAN itu Raja, maka bangsa–bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub–kerub, maka bumi goyang. TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa. Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama–Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia! Raja yang kuat, yang mencintai hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya. Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki–Nya! Kuduslah Ia! Musa dan Harun di antara imam–imam–Nya, dan Samuel di antara orang–orang yang menyerukan nama–Nya. Mereka berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab mereka. Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan– peringatan–Nya dan ketetapan yang diberikan–Nya kepada mereka. TUHAN, Allah kami, Engkau telah menjawab mereka, Engkau Allah yang mengampuni bagi mereka, tetapi yang membalas perbuatan–perbuatan mereka. Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung–Nya yang kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita! Renungan Fakta bahwa "Tuhan itu Raja" mungkin adalah salah satu fakta iman yang paling sering dilupakan atau diabaikan oleh banyak orang Kristen. Di tengah realitas kehidupan, orang Kristen sering mengingat Allah hanya sebagai penyelamat, yang berbelas kasih dan memberikan kelepasan dari berbagai masalah kehidupan yang ada di depan mata. Judul: Tuhan itu Raja mengingatkan kita bahwa Dia juga adalah Allah yang "mahabesar … mengatasi segala bangsa", bukan Allah yang cuma mengatasi berbagai masalah pribadi dalam kehidupan kita. Allah adalah juga kudus, kuat, benar dan adil. Seberapa sering sifat Allah yang disebutkan dalam ayat 4 ini kita sadari dalam kehidupan kita sehari-hari? Seberapa sering kita berjuang untuk menyatakan kekudusan, kekuatan, kebenaran, dan keadilan Allah melalui hidup kita? Mazmur 99 Ketika sadar bahwa kita hidup di hadapan Allah yang adalah Raja tentu respons "sujud menyembah" adalah hal yang sangat alami. Namun saat kita bersikap terhadap Allah semata-mata sebagai sosok yang bisa kita mintai pertolongan kapan pun atau sebagai petugas "bantuan telepon 24 jam" seperti 911 di Amerika, maka respons yang muncul saat beribadah pun akan berbeda. Yaitu sikap kasual, datang ke gereja tanpa persiapan hati, bisa menerima telepon, atau membaca SMS di saat kebaktian, serta menjalani hidup tanpa integritas. memberikan perspektif yang menyeluruh kepada kita. Memang benar Allah itu pengampun, tetapi Allah tidak membiarkan perbuatan salah kita berlalu begitu saja. Dia mencintai hukum, Dia menegakkan kebenaran. Dialah sang Raja. Kiranya kesadaran akan Allah sebagai Raja tampak dalam hidup kita di hadapan orang lain! Ayat 8 277 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 100 1 2 3 4 5 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak–soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan–Nya dengan sorak–sorai! Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat– Nya dan kawanan domba gembalaan–Nya. Masuklah melalui pintu gerbang–Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran–Nya dengan puji–pujian, bersyukurlah kepada–Nya dan pujilah nama–Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia–Nya untuk selama–lamanya, dan kesetiaan–Nya tetap turun–temurun. Renungan Anda merasa satu umat dengan orang Kristen dari gereja dan denominasi lain, yang doktrin dan sikap hidupnya berbeda? Benarkah Anda menganggap liturgi golongan Kristen lain, adalah juga latreia (ibadat, pelayanan) kepada Allah? Judul: Satu umat, satu ibadat Belakangan hari ini saya diskusi dengan beberapa orang dalam jejaring email saya. Isu yang muncul adalah berbagai praktik ajaran, keyakinan, dan pelayanan berbagai aliran gereja. Tentu tentang yang tidak sealiran dengan yang menulis email. Dapat Anda tebak, nadanya mempertanyakan bahkan menyalahkan hal-hal yang tidak sama dengan yang diterima dalam gereja atau denominasinya sendiri. Sedih bahwa orang Kristen yang sama-sama memercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang menjunjung tinggi Alkitab sebagai kaidah doktrin, etika, dan praktika, ternyata menjadikan kepelbagaian tersebut sebagai penyebab pemisahan orang Kristen dan gereja yang berbeda dengan dia. Perbedaan yang tidak esensial bukan dipandang sebagai faset-faset yang menambah kekayaan dan keindahan kebenaran dalam Kristus, melainkan sebagai warna-warni yang membingungkan. Omong kosonglah pengakuan iman kita tiap Minggu"… aku percaya pada gereja yang kudus dan Am!" Satu umat dan satu ibadat, jangan diartikan keseragaman. Umat yang dipanggil untuk beribadat kepada-Nya itu berasal dari seluruh bumi! Tak mungkin semua mereka menggunakan satu bahasa saja, pasti masing-masing menyeru Allah dan mengungkapkan cinta serta puja mereka kepada Allah dalam bahasa berbeda. Allah menjumpai mereka dalam ribuan bahkan jutaan konteks pengalaman, budaya, tradisi gereja yang sangat beragam. Siapa kita yang berani-beraninya menjadikan tradisi, pemahaman, dan pengalaman kita saja yang membuat kita ber"merek" umat Allah sejati? Sombongnya kita! Alangkah menghinanya kita kepada kekayaan jalan-jalan Allah! Di surga kelak umat akan ma-suk dalam satu ibadat, yaitu kesatuan dari berbagai bahasa, tradisi, pengalaman yang Roh Allah izinkan berkembang di dunia ini. Mari belajar bertindak satu umat dan satu ibadat dengan mereka yang berbeda dari kita! 278 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 100: 1-5 Pdt. Sutjipto Subeno Indahnya beribadah ! Ibadah atau worship merupakan bagian dari setiap orang yang mengaku beriman. Yang dimaksud ibadah disini bukanlah sekedar satu hari berada di tempat ibadah. Ibadah terkait dengan seluruh hidup yang mengabdi kepada Allah secara totalitas tiap-tiap harinya dimanapun kita berada. Ibadah berasal dari kata aboda (bahasa Ibrani) proskuneo (bahasa Yunani) yang berarti melenturkan tubuh sampai ke tanah. Ibadah Kristen berpusat total di kebaktian Minggu, Sunday service maka kalau worship service itu kita abaikan dan merasa cukup beribadah di rumah saja maka dapatlah dipastikan pelan namun pasti kerohanian kita menjadi kering. Kebaktian Minggu merupakan inti dari ibadah. “Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak sorai!” Ibadah harusnya mendatangkan sukacita sejati atas kita. Wesminster short catechism menyatakan bahwa tujuan manusia dicipta adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Yang menjadi pertanyaan adalah apa artinya menikmati? Apakah kita boleh memakai semua bentuk gaya ke dalam ibadah? Bagaimana halnya dengan ibadah dimana yang hadir di dalamnya adalah orang-orang dari berbagai bangsa? Apakah setiap orang dari berbagai suku bangsa di dunia itu boleh memasukkan unsur budaya seperti musik dan bahasa ke dalam ibadah? Pertanyaannya adalah apakah kenikmatan? Kalau kenikmatan ibadah itu tergantung pada kita maka bolehkah unsur musik hard rock metal dimasukkan dalam ibadah untuk menarik anak-anak muda? Tujuan hidup kita sekaligus menjadi tujuan ibadah kita, yaitu memuliakan Dia dan menikmati Dia secara utuh. Inti ibadah bukan sekedar kenikmatan atau sekedar sukacita sesaat belaka. Esensi ibadah berada di obyek ibadah. Ketika kita datang beribadah maka bukan kita yang menjadi obyek ibadah tetapi Tuhanlah sebagai obyek. Kita harusnya dengan gemetar datang di hadapan-Nya sebab kalau Dia berkenan maka kita hidup tapi kalau tidak, kita akan mati. Jadi, kenikmatan bukan tergantung saya tapi ketika kita memuliakan Dia maka disana kita merasakan kenikmatan. Pertanyaannya adalah apakah Tuhan berkenan atas seluruh ibadah yang kita lakukan? Memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan saling terkait erat. Adalah mustahil orang dapat menikmati ibadah tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ibadah adalah meletakkan Allah yang merupakan obyek dari ibadah itu sendiri sebagai pusat dan kita berada di dalamnya memuliakan dan menikmati Dia. Sangatlah mengerikan, di dunia modern sekarang Tuhan tidak lagi sebagai obyek ibadah tapi dirilah yang menjadi obyek. Orang hanya berpikir untung dan rugi ketika datang beribadah. Kitab Mazmur pasalnya yang ke-100 seringkali dipakai sebagai votum dalam ibadah. Mazmur membukakan kita akan apakah ibadah sejati dan kedahsyatan ketika kita datang beribadah kepada Tuhan Allah. 279 Pemazmur membagi Mazmur 100 menjadi dua bagian, dimana setiap bagian mempunyai isi yang sama, yakni masing-masing terdapat tiga ajakan dan tiga alasan, yaitu: Bagian Pertama (Mzm. 100:1-3): Tiga ajakan: Bersorak-soraklah bagi Tuhan hai, seluruh bumi! (ay. 1) , beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita (ay. 2a) , datanglah ke hadapan-Nya dengan sukacita (ay. 2b); 1) Tiga alasan: Dialah yang menjadikan kita, punya Dialah kita, umat-Nya, kawanan domba gembalaan-Nya (ay.3) . 2) Bagian Kedua (Mzm. 100:4-5) : Tiga ajakan: Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya; 1) Tiga alasan: Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun. Kitab Mazmur 100 membukakan pada kita keindahan ibadah. 2) Apa yang menjadi dasar kita beribadah dengan sorak sorai? Jawabannya karena Tuhan Allah itu sendiri. Hari ini banyak orang tidak memahami akan konsep datang beribadah dengan sorak sorai. Orang malah merasa tidak perlu untuk beribadah pada hari Minggu. Orang tidak dapat melihat indahnya ibadah, bertemu dan memuliakan Tuhan di dalam ibadah; orang menganggap ke gereja hanya kewajiban yang harus dijalankan oleh orang Kristen. Celakanya, ada orang yang ke gereja karena alasan takut diinterograsi atau dibezuk oleh para pengurus gereja, ada juga orang yang ke gereja karena untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana kita dapat merasakan sukacita sejati kalau kita beribadah dengan alasan demikian? Beberapa aspek yang membuat kita merasakan sukacita sejati ketika kita datang beribadah kepada Tuhan, yaitu: I. ALASAN ONTOLOGIS 1. Allah adalah Pencipta Allah menciptakan kita, Dia pencipta kita maka betapa indah dan nyamannya kalau kita kembali pada Sang Pencipta kita. Celakanya, dunia telah dicengkeram konsep evolusi akibatnya manusia kehilangan perasaan, tidak ada relasi dengan Tuhan Sang Pencipta. Sadarlah kita adalah ciptaan yang bergantung mutlak pada Sang Pencipta. Betapa sukacita kalau kita bisa berada di rumah Tuhan. Sukacita itu bukan tergantung pada kita tetapi karena Tuhan itu sendiri. Seperti halnya seorang yang lagi kasmaran maka bisa datang ke rumah dan bertemu dengan sang kekasih akan membawa sukacita tersendiri, orang tidak akan peduli hal yang lain karena ada relasi. Bayangkan, kalau kita datang ke rumah Tuhan tetapi ribut dengan diri sendiri tentu saja kita tidak akan merasa sukacita. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat bertemu dengan Tuhan. Pemahaman dan semangat seperti inilah yang harusnya muncul ketika kita datang beribadah kepada Tuhan. 2. Allah adalah Penebus Manusia adalah ciptaan-Nya berarti manusia milik kepunyaan-Nya namun manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga kita tidak lagi jadi milik kepunyaan Tuhan tetapi kita jadi milik iblis. Kristus datang dari sorga mulia, mati dan menggantikan kita manusia berdosa sehingga hubungan manusia 280 yang terputus dipulihkan kembali sehingga sekarang, kita menjadi milik Tuhan kembali. Hal inilah yang seharusnya menjadikan kita bersukacita karena kita yang binasa, kini diselamatkan kembali dan kita bisa dimungkinkan kembali datang dan berada dalam rumah-Nya. 3. Allah adalah Pemelihara Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm. 100:3) . Betapa indah Firman-Nya, Dia tidak hanya mencipta dan menebus tetapi Dia juga memelihara hidup kita. Tuhan adalah gembala yang agung yang menuntun hidup kita ke padang yang berumput hijau, Dia membawa kita ke air yang tenang. Dia memelihara sehingga hidup kita menjadi tenang dan merasakan kenikmatan berada dalam pelukanNya. Hari ini begitu banyak orang yang ketakutan, paranoid; mereka takut mati. Hal ini disebabkan karena mereka tidak punya Tuhan, mereka tidak pernah tahu kalau ada Tuhan yang memelihara dan betapa indah hidup berada dalam pemeliharaan-Nya. Sejauh kita taat pada Sang Gembala maka Dia tidak akan membiarkan kita tersesat ataupun celaka. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat melawan kita? Tidak ada! Kristus Yesus adalah Gembala yang baik. Hal inilah yang harusnya menjadikan kita merasa sukacita. Hari ini, ibadah tidak lagi disandarkan pada penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan tapi orang memakai semangat emosi. Kalau ibadah itu hanya untuk memuaskan keinginan kita maka kita tidak akan pernah merasakan sukacita sejati. Banyak gereja yang melakukan segala cara untuk menyenangkan jemaat tapi semua itu hanyalah sukacita semu. Tuhan Allah sebagai pencipta, penebus dan pemelihara maka ketiga hal ini menjadi dasar yang hakiki, ontologism tidak dapat diganggu gugat untuk kita bersukacita dalam ibadah. Namun kalau hanya karena ketiga hal ini maka lama kelamaan kita akan menjadi bosan tapi ada alasan lain yang membuat kita bersukacita dalam ibadah: II. ALASAN PRAKTIS 1. Allah itu Baik Karakter baik itu barulah bernilai kalau direlasikan dengan suatu obyek. Demikian pula halnya dengan karakter yang lain seperti: kasih, setia, adil dan lain-lain. Tuhan itu baik itu merupakan karakter asli Allah. Banyak hal kita tidak mengerti akan kebaikan Allah khususnya ketika kita berada dalam kesulitan dan penderitaan maka orang akan bertanya dimanakah kebaikan Tuhan? Marilah kita renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwasanya Tuhan itu baik atas kita tetapi orang seringkali menganggap remeh hal-hal yang kelihatan kecil dan remeh. Sebagai pengalaman pribadi, saya merasakan kebaikan Tuhan dalam perjalanan saya di Amerika dan selama berada di sana. Mulai dari airport dimana harus menghadapi pihak imigrasi, cuaca dingin dan Tuhan juga mengirimkan seseorang untuk membantu ketika harus melakukan beberapa hal penting. Tuhan bekerja tepat pada waktu-Nya dan Dia itu baik. Kebaikan Tuhan itu tidak bersifat kondisional, hari ini baik dan besok jahat. Tidak! Tuhan itu baik karena esensi itu menjadikan kita bersukacita. 2. Allah itu Kasih Setia Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sangatlah luar biasa. Kalau hanya baik tapi tidak setia maka itu sama dengan bohong. Kasih setia-Nya kekal, tidak berubah; Dia tetap baik meski kita berulang kali menyakiti Dia. Kasih setia-Nya terus memimpin langkah hidup kita, kasih setia-Nya terus meng- 281 ampuni, kasih setia-Nya senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan juga tidak menuntut balas apapun dari kita atas kebaikan yang Dia berikan. Berbeda halnya dengan iblis, ketika dia memberi maka ia pasti akan menuntut suatu balasan. Adalah konsep yang salah bahwa dosaku banyak maka aku tidak ke gereja. Salah! Tidak datang beribadah justru akan membuat kita makin tersesat. Tuhan ingin kita semakin dekat pada-Nya kasih setia-Nya terus mengampuni kita. Hal ini menjadikan kita bersukacita dalam ibadah. 3. Allah itu Setia Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan tidak dapat melanggar natur-Nya sendiri. Dia tetap setia meski kita tidak setia; Dia tetap baik meski kita seringkali melawan Dia. Bayangkan kalau Tuhan selalu berubah, hari ini baik tapi besok tidak baik atau hari ini sukacita tetapi besok sedih maka dapatlah dipastikan seluruh relasi kita dengan sesama akan menjadi buruk, setiap orang akan saling curiga. Tuhan itu kekal, Dia tidak dapat digeser oleh apapun. Hal ini menjadikan kita bersukacita karena kita mempunyai jaminan hidup di dalam Dia dan menjadikan kita setiap hari disegarkan ketika datang beribadah kepada Tuhan. Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah dengan nyanyian sykur ke dalam pelatarannya dengan nyanyian pujian; bersyukurlah pada-Nya dan pujilah nama-Nya, sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya dan tetap turun murun. Pertanyaannya ketika kita datang ke dalam Rumah Tuhan hal apa yang kita lakukan? Marilah kita evaluasi ibadah kita, ketika kita datang ke hadapan Tuhan, apa yang kita bawa di hadapan-Nya? Ataukah kita hanya datang sekedar rutinitas belaka? Setiap ibadah melihat unsur pencipta dan ciptaan, antara pemilik dan yang dimiliki, antara pemelihara dengan yang dipelihara. Ibadah itu menjadikan iman kita diperkaya, makin lama makin berakar kuat. Kehidupan ibadah akan mempengaruhi seluruh hidup kita. Kiranya Firman Tuhan ini menyadarkan kita kembali akan indahnya ibadah dengan demikian kita merasakan sukacita dan menikmati Dia ketika kita berada dalam rumah Tuhan. Amin ! 282 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 101 1 2 3 4 5 6 7 8 Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi– Mu, ya TUHAN. Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku. Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku. Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu. Orang yang sembunyi–sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka. Mataku tertuju kepada orang–orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama– sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku. Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan. Renungan Mari berandai-andai. Andai Anda dapat menguping doa calon pemimpin, yang mana dari yang berikut ini akan Anda pilih dalam masa kampanye? "Ya Allah yang Mahabesar. Mohon Engkau sudi memberkatiku dengan pengaruh dan keberhasilan; supaya bangsa ini menjadi bangsa yang jaya makmur di bawah kepemimpinanku." "Ya Allah yang Pemimpin sejati, tolong aku untuk mengutamakan keadilan dan penegakan hukum, sebab Engkau adil. Tolong aku untuk lebih takut kepada-Mu daripada kepada para pesaingku atau pendukungku." Judul: Raja tak bercela Mazmur ini mazmur Daud. Tidak jelas kapan ia menuliskan mazmur penting ini, sesudah ia diurapi atau setelah memindahkan tabut. Yang utama untuk kita pelajari ialah isinya, dan dari isi mazmur ini kita boleh menyimpulkan sikap yang bagaimanakah yang harus dicari dari seorang pemimpin. Paling tidak kita boleh berdoa agar para pemimpin bo-leh mendekati sikap yang diungkapkan Daud ini. adalah inti dan penggerak dari seluruh bait mazmur berikutnya. Daud ingin menyanyikan kasih setia dan hukum kepada Allah. Posisi dan kemampuan memimpin yang ia terima, datang dari Allah. Semua orang berkuasa pun mendapat kesempatan untuk berkuasa atau memimpin bukan terutama karena kepiawaian dirinya melainkan karena kemurahan Allah. Pemimpin yang baik akan menjaga agar tidak melupakan hal ini. Ini akan membangkitkan tekad untuk memuliakan Allah dan menjunjung tinggi hukum-hukum kebenaran-Nya. Ayat 1 Semua tekad Daud lainnya, mengalir dari inti nyanyiannya di ayat 1 tadi. Orang yang sungguh ingin meninggikan kemu-rahan dan hukum Allah, akan memiliki dorongan kuat untuk menjadi pemimpin yang tak bercela (memanfaatkan kuasa untuk diri sendiri), kehidupan keluarga yang tulus, tidak kompromi dengan orang jahat, tidak membiarkan hati bengkok, tegas menghukum yang salah, memelihara kesetiaan dengan sahabat yang benar. Mari kita doakan para pemimpin kita agar mereka tidak hanya pameran beribadah tetapi sungguh memiliki tekad untuk memuliakan Allah dan hukum-hukum-Nya. 283 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 102 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. (102–2) TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada–Mu. (102–3) Janganlah sembunyikan wajah–Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga–Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku! (102–4) Sebab hari–hariku habis seperti asap, tulang–tulangku membara seperti perapian. (102–5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku. (102–6) Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang–belulang. (102–7) Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan. (102–8) Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh. (102–9) Sepanjang hari aku dicela oleh musuh–musuhku, orang–orang yang mempermainkan aku menyumpah dengan menyebut namaku. (102–10) Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan, (102–11) oleh karena marah–Mu dan geram–Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku. (102–12) Hari–hariku seperti bayang–bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput. (102–13) Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama–lamanya, dan nama–Mu tetap turun–temurun. (102–14) Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. (102–15) Sebab hamba–hamba–Mu sayang kepada batu–batunya, dan merasa kasihan akan debunya. (102–16) Maka bangsa–bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan–Mu, (102–17) bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan–Nya, (102–18) sudah berpaling mendengarkan doa orang–orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. (102–19) Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji–muji TUHAN, (102–20) sebab Ia telah memandang dari ketinggian–Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi, (102–21) untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang–orang yang ditentukan mati dibunuh, (102–22) supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji–puji di Yerusalem, (102–23) apabila berkumpul bersama–sama bangsa–bangsa dan kerajaan–kerajaan untuk beribadah kepada TUHAN. (102–24) Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku. (102–25) Aku berkata: “Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun–tahun–Mu tetap turun–temurun!” (102–26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan–Mu. 284 Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (102–28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun–tahun–Mu tidak berkesudahan. (102–29) Anak hamba–hamba–Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan tetap ada di hadapan–Mu. 26 (102–27) 27 28 Renungan mengajar kita bagaimana menghadapi penderitaan. Ayat 2- 3 memaparkan seruan permohonan pemazmur kepada Tuhan agar mendengar doanya. Ayat 4-12 memaparkan betapa pemazmur menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan pribadinya. Pemazmur jujur di hadapan Tuhan. Kejujuran menghadapi kesulitan hidup dan keberanian berseru kepada Tuhan di masa-masa sulit adalah bukti kedewasaan iman sekaligus juga merupakan sarana pendewasaan iman. Ketika kesulitan hidup disangkal dan tidak digumulkan di hadapan Tuhan, maka sebuah kesempatan untuk bertumbuh dapat berlalu begitu saja. Judul: Kebesaran Tuhan dan penderitaanku Mazmur 102 Adalah menarik ketika di ayat 13-23 tiba-tiba pemazmur mengubah konteks pergumulannya dari pribadi menjadi bangsanya. Mungkin pemazmur adalah seorang raja atau anggota keluarga kerajaan sehingga kehidupan pribadinya terkait erat dengan kehidupan bangsanya. Melalui kehidupan bangsanya, pemazmur meningkatkan intensitas seruannya kepada Tuhan. Ia juga memandang melampui masanya hingga jauh ke depan. Pemazmur tidak berseru demi kenyamanan dirinya sendiri, tetapi ia berseru agar nama Tuhan dan kemuliaan Tuhanlah yang menjadi besar di hadapan segala bangsa dan generasi-generasi yang akan datang. membentuk klimaks dari mazmur ini dengan sebuah pernyataan iman. Melampaui segala kesulitan yang tengah dia alami, pemazmur berseru agar Tuhan memberikan kelegaan kepada dia (25) . Pemazmur dapat melihat dengan imannya bahwa segala yang ada, ada karena Tuhan dan Tuhanlah yang menopang segala sesuatu. Pada akhirnya apa pun yang akan pemazmur maupun bangsanya alami, niscaya campur tangan dan pemeliharaan Tuhan ada di dalamnya. Tuhanlah yang akan menjaga mereka. Ayat 25-29 Walau tidak melihatnya, pemazmur mengimani pemeliharaan Tuhan atas anak cucunya. Ketika Anda menghadapi kesulitan besar dalam hidup Anda, apa yang menjadi seruan Anda kepada Tuhan? 285 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 103 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama–Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan–Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali. TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas. Ia telah memperkenalkan jalan–jalan–Nya kepada Musa, perbuatan–perbuatan–kepada orang Israel. TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama–lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan–Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas–Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia–Nya atas orang–orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan–Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak–anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang–orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Adapun manusia, hari–harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi. Tetapi kasih setia TUHAN dari selama–lamanya sampai selama–lamanya atas orang–orang yang takut akan Dia, dan keadilan–Nya bagi anak cucu, bagi orang–orang yang berpegang pada perjanjian–Nya dan yang ingat untuk melakukan titah– Nya. TUHAN sudah menegakkan takhta–Nya di sorga dan kerajaan–Nya berkuasa atas segala sesuatu. Pujilah TUHAN, hai malaikat–malaikat–Nya, hai pahlawan–pahlawan perkasa yang melaksanakan firman–Nya dengan mendengarkan suara firman–Nya. Pujilah TUHAN, hai segala tentara–Nya, hai pejabat–pejabat–Nya yang melakukan kehendak– Nya. Pujilah TUHAN, hai segala buatan–Nya, di segala tempat kekuasaan–Nya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Renungan Kasih setia dan rahmat Tuhan yang memahkotai kehidupan umat-Nya memberikan pemahaman dan pers-pektif yang segar tentang kehidupan di hadapan Dia yang kudus. Banyak seminar motivasi dan buku self- help saat ini yang menjual pesan bahwa kemampuan manusia hanya dibatasi oleh kepercayaan dirinya, "Jika aku percaya aku bisa, Judul: Kebaikan Tuhan dan kesaksianku 286 maka aku pasti bisa! Jika aku tidak bisa, maka itu salahku sendiri." Sebagai kontras, Mazmur 103 mulai dengan pengagungan kepada Tuhan. Tuhanlah yang melakukan dan memberikan segala yang baik kepada manusia. Stanza pertama (1-5), berturut-turut memaparkan kebaikan Tuhan sehingga hasrat manusia bisa terpuaskan dengan kebaikan, bahkan masa mudanya diperbarui "seperti pada burung rajawali". Di tengah dunia yang bengkok dan penuh kejahatan ini, Tuhan tetap berkarya. Dia menjalankan keadilan bagi seluruh alam ciptaan-Nya. Kepada umat-Nya, Dia berlaku seperti seorang bapak yang "sayang kepada anak-anaknya." Mengapa? Karena Tuhan ingat bahwa "kita ini debu". Satu faktor ini adalah pembeda yang sangat pelik antara ajaran Alkitab dengan teori-teori motivasi yang sangat marak dan bahkan dipercaya juga oleh orang-orang yang ada di dalam gereja. dengan gamblang memaparkan perbedaan ini. Seorang Kristen, ketika dia berhasil akan mengingat bahwa dirinya bukan apa-apa tanpa Tuhan. Ia akan mengembalikan segala kehormatan kepada Tuhan dan memberikan kesaksian bahwa Tuhanlah yang membuat semua prestasinya menjadi mungkin. Ayat 15-18 menyatakan bertubi-tubi dampak kebesaran Tuhan pada segala makhluk dan seluruh alam ciptaan-Nya. Ketika Tuhan berkarya dalam kehidupan kita sudah selayaknya Dia yang mendapatkan kemuliaan dan pujian sebab tanpa Dia, kita bukanlah apa-apa. Ketika Tuhan berkarya dalam hidup Anda, sudahkah Dia mendapatkan pujian dan kehormatan yang selayaknya Dia dapatkan, dari Anda dan orang-orang dalam hidup Anda? Ayat 20-22 287 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 104 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, yang mendirikan kamar–kamar loteng–Mu di air, yang menjadikan awan–awan sebagai kendaraan–Mu, yang bergerak di atas sayap angin, yang membuat angin sebagai suruhan–suruhan–Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan– pelayan–Mu, yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya. Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung– gunung. Terhadap hardik–Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara guntur–Mu, naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi. Engkau yang melepas mata–mata air ke dalam lembah–lembah, mengalir di antara gunung– gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai–keledai hutan; di dekatnya diam burung–burung di udara, bersiul dari antara daun–daunan. Engkau yang memberi minum gunung–gunung dari kamar–kamar loteng–Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan–Mu. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh–tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. Kenyang pohon–pohon TUHAN, pohon–pohon aras di Libanon yang ditanam–Nya, di mana burung–burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon–pohon sanobar; gunung–gunung tinggi adalah bagi kambing–kambing hutan, bukit–bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. Singa–singa muda mengaum–aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. Betapa banyak perbuatan–Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan–Mu. Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang–binatang yang kecil dan besar. Di situ kapal–kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya. Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. 288 28 29 30 31 32 33 34 35 Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan– Mu, mereka kenyang oleh kebaikan. Apabila Engkau menyembunyikan wajah–Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh–Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi. Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama–lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena perbuatan–perbuatan–Nya! Dia yang memandang bumi sehingga bergentar, yang menyentuh gunung–gunung sehingga berasap. Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada–Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN. Biarlah habis orang–orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang–orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya! Renungan Mazmur ini bukanlah tentang Anda dan saya. Mazmur ini tidak berbicara tentang manusia, tetapi tentang Allah dan alam ciptaan- Nya. Kapan terakhir kali Anda Judul: Semesta bernyanyi menikmati keindahan dan semarak alam yang Allah ciptakan? Bagaimana caranya Anda memahami kebesaran Allah? Bagi banyak orang, kebesaran Allah di harihari ini dipahami entah secara intelektual melalui pergumulan-pergumulan dan pemikiran-pemikiran teologis atau secara emosional, melalui pengalaman-pengalaman bernuansa rohani yang menggerakkan perasaan. Masih ada cara lain untuk memahami kebesaran Allah, yaitu cara yang telah digunakan oleh manusia sejak zaman Adam dan Hawa, cara yang seringkali kita lupakan di tengah kesibukan kita sehari-hari. Cara itu adalah melalui alam yang Allah ciptakan dan pelihara. Mazmur 104 menggambarkan dengan indah bagaimana berbagai unsur alam ciptaan Tuhan menyatakan keagungan dan semarak-Nya. Keindahan yang luar biasa Tuhan padu-padankan dengan fungsi yang tertata dengan begitu baik sehingga seluruh dunia tetap terpelihara dengan baik. Tuhan mencipta dan juga memelihara ciptaan-Nya. Ketika Anda merasa penat dan letih, ingatlah bahwa Tuhan juga ingin memberikan kepada kita kelegaan dan sukaria (15) . Tuhan memberikan kepada kita tugas untuk berkarya, tetapi juga untuk menikmati dan bersukaria dalam alam ciptaan-Nya. Kemuliaan dan pemeliharaan Tuhan tampak di dalam segala dinamika alam ini. Betapa pun dahsyat dan menakutkannya fenomena alam serta hewan-hewan yang ada, Tuhan melampaui semua itu (2632) . Dia layak menerima segala pujian dari relung hati kita yang terdalam. Dalam kesibukan kita, marilah kita menyediakan waktu dan berhenti sejenak. Beristirahat. Merenung. Menikmati alam ciptaan Tuhan. Bersukaria di dalam keagungan dan semarak Tuhan. Memuji Tuhan sebab Dia yang begitu agung mengenal kita dan peduli kepada kita. 289 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 104: 14-24 Pdt. P.H. Hararap, Sth Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Gereja dan lingkungan hidup Sadarkah kita bahwa alam tempat tinggal kita ini makin rusak? Dalam peringatan hari lingkungan hidup tanggal 5 Juni yang lalu, banyak orang menyoroti kerusakan lingkungan hidup. Kita merasakan bumi yang makin panas, banjir, juga pencemaran udara, air dan tanah, adalah masalah yang menimbulkan banyak dampak negatif bagi manusia. Gaya hidup manusia yang tidak ramah lingkungan dan eksploitasi alam yang berlebihan telah membuat alam ini berduka. Lingkungan hidup menjadi rusak dan terjadilah ketidakadilan ekolog. Mengapa lingkungan hidup kita menjadi rusak? Adakah cara pandang dan sikap manusia yang salah terhadap alam? Tentu saja. Pemahaman dan cara pandang orang terhadap lingkungan hidup mempengaruhi sikap mereka dalam memperlakukan alam. Misalnya ada pandangan bahwa manusia adalah pusat alam semesta (anthroposentris). Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem. Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya bernilai sejauh menunjang kepentingan manusia. Tentu pandangan seperti itu menghasilkan sikap yang tidak bersahabat dengan alam, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan dan sikap yang tidak peduli dengan kerusakan alam. Lalu, bagaimanakah pandangan kita (orang Kristen) terhadap alam atau lingkungan hidup? Alkitab sebagai sumber nilai dan moral kristiani menjadi pijakan dalam memandang dan mengapresiasi alam. Alkitab sebenarnya mengajak manusia memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ciptaan Allah lainnya, termasuk alam atau lingkungan hidup. Perhatikanlah kajian teologis berikut ini: Semua ciptaan adalah berharga, cerminan keagungan Allah (Mazmur 104) . Kebesaran Tuhan yang Maha Agung bagi karya cipataan-Nya (dalam artian lingkungan hidup) tampak dalam Mazmur 104 . Perikop ini menggambarkan ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak hanya mencipta tapi juga menumbuh-kembangkannya dan terus memelihara ciptaan-Nya. Ayat 13, 16, 18 dan 17 misalnya, menggambarkan pohon-pohon diberi makan oleh Tuhan, semua ciptaan menantikan makanan dari Tuhan. Yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan berkat Allah tapi seluruh ciptaan (unsur lingkungan hidup). Di samping itu penonjolan kedudukan dan kekuasaan manusia atas ciptaan lainnya di sini tidak tampak. Itu berarti bahwa baik manusia maupun ciptaan lainnya tunduk pada 290 kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 30 , secara khusus dikatakan: “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.” Kata “roh” seringkali dikaitkan dengan unsur kehidupan, atau hidup itu sendiri. Ini berarti seluruh mahluk ciptaan di alam semesta ini diberikan unsur kehidupan oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukan bahwa bukan hanya manusia yang diberi kehidupan tapi juga ciptaan lainnya. Betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh Allah terus berkarya dan memberikan kehidupan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang agung itu. Semua ciptaan (kosmos) diselamatkan melalui Kristus (Kolose 1:15-23) . Dalam perikop ini diungkap dimensi kosmologis yang terkait erat dengan hal keutamaan Kristus, khususnya karya pendamaian, penebusan dan penyelamatan-Nya atas semua ciptaan. Dalam ayat 23 dikatakan bahwa Injil diberitakan kepada ktisis (seluruh alam). Melalui Kristus dunia diciptakan, dan melalui Kristus pula Allah berinisiatif melakukan pendamaian dengan ciptaan-Nya. Sekarang alam berada di bawah kuasaNya dan dengan demikian kosmos mengalami pendamaian. Bagian ini juga menekankan arti universal tentang peristiwa Kristus melalui penampilan dimensi-dimensi kosmosnya dan melalui pembicaraan tentang keselamatan bagi seluruh dunia, termasuk semua ciptaan. Kristus membawa pendamaian dan keharmonisan bagi semua ciptaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Penebusan Kristus juga dipahami sebagai penebusan kosmis yang mencakup seluruh alam dan ciptaan. Penyelamatan juga mencakup pendamaian atau pemulihan hubungan yang telah rusak antara manusia dan ciptaan lainnya. Demikianlah dapat disimpulkan bahwa baik manusia maupun segala ciptaan atau makluk yang lain merupakan suatu kesatuan kosmik yang memiliki nilai yang berakar dan bermuara di dalam Kristus. Dengan memperhatikan kajian teologis di atas maka melahirkan teologi kontekstual-ekologis sebagai berikut: a. Teologi Ciptaan. Teologi ciptaan menekankan karya Allah yang memberikan hidup kepada seluruh ciptaan (Mazmur 104) . Dalam hal ini manusia dilihat sebagai bagian integral dari alam bersama tumbuh-tumbuhan, hewan dan ciptaan lainnya. Tanggungjawab manusia adalah bekerja untuk Tuhan dalam memelihara dan mengelola lingkungan hidup, bukan mendominasi apalagi mengeksploitasinya. Teologi seperti ini juga pernah dirumuskan dalam KTT Bumi di Rio de Jeneiro tahun 1992. b. Solidaritas dengan alam. Kesadaraan bahwa seluruh ciptaan berharga di mata Tuhan, membawa kita untuk membangun sikap solidaritas dengan alam. Kita memperlakukan lingkungan hidup sebagai sesama ciptaan yang harus dikasihi, dijaga, dipelihara dan dipedulikan. Kita mencintai dan memperlakukan lingkungan hidup dengan sentuhan kasih sebagaimana sikap Tuhan. Kita membangun solidaritas baru dengan alam yang telah rusak. c. Spiritualitas Ekologis. Spiritualitas ini dibangun dengan dasar penghayatan iman bahwa semua ciptaan diselamatkan dan dibaharui oleh Tuhan. Pembaharuan itu menciptakan kehidupan yang harmonis. Spiritualitas ekologis mempunyai dasar pada pengalaman manusiawi yang 291 berhadapan dengan kehancuran lingkungan hidup sekaligus berhadapan dengan pengalaman akan yang Mahakudus, yang mengatasi segalanya. Dalam pengalaman ini kita dipanggil untuk secara kreatif memelihara kualitas kehidupan, dipanggil untuk bersama Sang Penyelenggara hidup ikut serta mengusahakan syalom, kesejahteraan bersama dengan seluruh alam. Spiritualitas ekologis terwujud dalam macam-macam tindakan etis sebagai wujud tanggungjawab untuk ikut memelihara lingkungan hidup. Konkretnya, apa yang dapat gereja lakukan untuk mewujudkan pandangan teologi seperti tersebut di atas? Selama ini gereja hanya berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan kebaktian atau kegiatan lain yang melayani manusia. Sudah saatnya gereja menyadari bahwa gereja memiliki tugas panggilan menjaga keutuhan ciptaan atau kelestarian lingkungan hidup, misalnya dengan membuat programprogram sebagai berikut: a. Pembinaan tentang kesadaran ekologis. Pembinaan ini merupakan upaya gereja untuk mengingatkan anggotanya bahwa alam adalah ciptaan Allah yang harus dihargai dengan memelihara dan melestarikannya. Misalnya dalam PA atau pembinaan khusus dan tema-tema kebaktian. b. Perayaan lingkungan hidup dalam liturgi. Misalnya membuat ibadah khusus untuk merayakan hari lingkungan hidup. Dalam ibadah, ada baiknya kita melakukan penyesalan dosa terhadap alam semesta karena ulah manusia yang telah merusak alam. Penting juga untuk menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu rohani yang bertemakan alam. c. Menyuarakan suara kenabian terhadap kerusakan lingkungan hidup. Gereja perlu menyuarakan kritik atau memberikan masukan-masukan bagi masyarakat ataupun pemerintah terkait dengan upaya melestarikan lingkungan hidup. d. Menata lingkungan gereja dengan memperhatikan keseimbangan ekologis. Misalnya jangan habiskan tanah untuk mendirikan bangunan tapi berikan ruang untuk tanam-tanaman. Kita bisa membangun lingkungan gereja yang hijau dan asri. e. Gerakan penanaman pohon bagi seluruh warga gereja. f. Mengajak anggota jemaat membudayakan gaya hidup yang ramah dan dekat dengan alam, misalnya dengan memisahkan sampah plastik, membuat lingkungan sekitar rumah menjadi hijau dengan tanam-tanaman. g. Membangun kerjasama dengan lembaga atau kelompok pecinta alam, misalnya WALHI, untuk memperjuangkan pembangunan yang berwawasan ekologis. 292 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 105 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama–Nya, perkenalkanlah perbuatan–Nya di antara bangsa–bangsa! Bernyanyilah bagi–Nya, bermazmurlah bagi–Nya, percakapkanlah segala perbuatan–Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama–Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang–orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan–Nya, carilah wajah–Nya selalu! Ingatlah perbuatan–perbuatan ajaib yang dilakukan–Nya, mujizat–mujizat–Ny dan penghukuman–penghukuman yang diucapkan–Nya, hai anak cucu Abraham, hamba–Nya, hai anak–anak Yakub, orang–orang pilihan–Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman–Nya. Ia ingat untuk selama–lamanya akan perjanjian–Nya, firman yang diperintahkan–Nya kepada seribu angkatan, yang diikat–Nya dengan Abraham, dan akan sumpah–Nya kepada Ishak; diadakan–Nya hal itu menjadi ketetapan bagi Yakub, menjadi perjanjian kekal bagi Israel, firman–Nya: “Kepadamu akan Kuberikan tanah Kanaan, sebagai milik pusaka yang ditentukan bagimu.” Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang–orang asing di sana, dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dari kerajaan yang satu ke suku bangsa yang lain, Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja–raja dihukum–Nya oleh karena mereka: “Jangan mengusik orang–orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi–nabi–Ku!” Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus–Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman–Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya. Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa–bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya, untuk memberikan petunjuk kepada para pembesarnya sekehendak hatinya dan mengajarkan hikmat kepada para tua–tuanya. Demikianlah Israel datang ke Mesir, dan Yakub tinggal sebagai orang asing di tanah Ham. TUHAN membuat umat–Nya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya; diubah–Nya hati mereka untuk membenci umat–Nya, untuk memperdayakan hamba–hamba– Nya. Diutus–Nya Musa, hamba–Nya, dan Harun yang telah dipilih–Nya; keduanya mengadakan tanda–tanda–Nya di antara mereka, dan mujizat–mujizat di tanah Ham: dikirim–Nya kegelapan, maka hari menjadi gelap, tetapi mereka memberontak terhadap firman–Nya; diubah–Nya air mereka menjadi darah, dan dimatikan–Nya ikan–ikan mereka. 293 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Katak–katak berkeriapan di negeri mereka, bahkan di kamar–kamar raja mereka; Ia berfirman, maka datanglah lalat pikat, dan nyamuk–nyamuk di seluruh daerah mereka; dicurahkan–Nya hujan es ganti hujan mereka, dan api yang menyala–nyala di negeri mereka; dirubuhkan–Nya pohon anggur dan pohon ara mereka, dan ditumbangkan–Nya pohon di daerah mereka; Ia berfirman, maka datanglah belalang dan belalang pelompat tidak terbilang banyaknya, yang memakan segala tumbuh–tumbuhan di negeri mereka, dan memakan hasil tanah mereka; dibunuh–Nya semua anak sulung di negeri mereka, mula segala kegagahan mereka: Dituntun–Nya mereka keluar membawa perak dan emas, dan di antara suku–suku mereka tidak ada yang tergelincir. Orang Mesir bersukacita, ketika mereka keluar, sebab orang–orang Mesir itu ditimpa ketakutan terhadap mereka. Dibentangkan–Nya awan menjadi tudung, dan api untuk menerangi malam. Mereka meminta, maka didatangkan–Nya burung puyuh, dan dengan roti dari langit dikenyangkan–Nya mereka. Dibuka–Nya gunung batu, maka terpancarlah air, lalu mengalir di padang–padang kering seperti sungai; sebab Ia ingat akan firman–Nya yang kudus, akan Abraham, hamba–Nya. Dituntun–Nya umat–Nya keluar dengan kegirangan dan orang–orang pilihan–Nya dengan sorak–sorai. Diberikan–Nya kepada mereka negeri–negeri bangsa–bangsa, sehingga mereka memiliki hasil jerih payah suku–suku bangsa, agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan–Nya, dan memegang segala pengajaran–Nya. Haleluya! Renungan Manusia sulit untuk setia dan menepati apa yang telah dijanjikan. Namun "Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" (Bil. 23:19) . Judul: Allah bekerja menggenapi rencana-Nya menekankan kesetiaan Allah terhadap apa yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang Israel (8-11) . Apa yang bisa kita pelajari? Mazmur 105 Pertama, Allah biasa memulai dengan sesuatu yang kecil. Walaupun para patriark hanya berjumlah sedikit, mereka sama sekali tidak dapat diperas. Sebaliknya Allah menghukum para raja demi melindungi para patriark tersebut (12- 15) . Kedua, Ia memakai penderitaan sebagai sarana hamba-Nya menjadi besar dan menggenapi rencanaNya. Yusuf harus mengalami penderitaan sebagai budak. Melalui semua ini ia menjadi orang yang memberi petunjuk kepada para pembesar dan akhirnya umat Israel dapat tinggal di Mesir (16-23) . Ketiga, Ia memakai kejahatan orang-orang fasik untuk mendorong umat-Nya menggenapi rencanaNya. Ketika umat-Nya telah menjadi sangat banyak dan kelihatannya tidak bermaksud untuk keluar dari Mesir, maka Allah membiarkan hati orang Mesir membenci umat-Nya. Melalui penganiayaan yang mereka alami, baru mereka mau keluar dari Mesir. Lalu Allah memakai berbagai macam 294 mukjizat supaya orang Mesir mau melepaskan umat-Nya (24-36) . Keempat, Ia memakai berbagai cara untuk melindungi dan memelihara umat-Nya karena Ia ingat janji-Nya kepada Abraham (37- 42) . Tujuan Allah adalah supaya umat-Nya mengikuti ketetapan-Nya dan memegang segala pengajaranNya (43-45) . Allah kita setia dan akan menggenapi rencana-Nya dan tidak ada apa pun yang dapat menghalangiNya melaksanakan rencana-Nya. Walau kadang kita sulit untuk melihat apa yang sedang Allah lakukan dalam hidup kita, kita harus percaya bahwa Ia memiliki rencana yang indah bagi setiap kita dan Ia sedang bekerja untuk menggenapi-Nya. 295 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 106 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya. Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada–Nya? Berbahagialah orang–orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu! Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat–Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada–Mu, supaya aku melihat kebaikan pada orang–orang pilihan–Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat–Mu, dan supaya aku bermegah bersama–sama milik–Mu sendiri. Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, kami telah bersalah, telah berbuat fasik. Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan–perbuatan–Mu yang ajaib, tidak ingat besarnya kasih setia–Mu, tetapi mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi di tepi Laut Teberau. Namun diselamatkan–Nya mereka oleh karena nama–Nya, untuk memperkenalkan keperkasaan–Nya. Dihardik–Nya Laut Teberau, sehingga kering, dibawa–Nya mereka berjalan melalui samudera raya seperti melalui padang gurun. Demikian diselamatkan–Nya mereka dari tangan pembenci, ditebus–Nya mereka dari tangan musuh; air menutupi para lawan mereka, seorangpun dari pada mereka tiada tinggal. Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman–Nya, mereka menyanyikan puji–pujian kepada–Nya. Tetapi segera mereka melupakan perbuatan–perbuatan–Nya, dan tidak menantikan nasihat– Nya; mereka dirangsang nafsu di padang gurun, dan mencobai Allah di padang belantara. Diberikan–Nya kepada mereka apa yang mereka minta, dan didatangkan–Nya penyakit paru– paru di antara mereka. Mereka cemburu kepada Musa di perkemahan, dan kepada Harun, orang kudus TUHAN. Bumi terbuka dan menelan Datan, menutupi kumpulan Abiram. Api menyala di kalangan mereka, nyala api menghanguskan orang–orang fasik itu. Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal–hal yang besar di Mesir: perbuatan–perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan–perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau. Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan–Nya, tidak mengetengahi di hadapan–Nya, untuk menyurutkan amarah–Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan mereka. Mereka menolak negeri yang indah itu, tidak percaya kepada firman–Nya. Mereka menggerutu di kemahnya dan tidak mendengarkan suara TUHAN. 296 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Lalu Ia mengangkat tangan–Nya terhadap mereka untuk meruntuhkan mereka di padang gurun, dan untuk mencerai–beraikan anak cucu mereka ke antara bangsa–bangsa, dan menyerakkan mereka ke pelbagai negeri. Mereka berpaut pada Baal Peor, dan memakan korban–korban sembelihan bagi orang mati. Mereka menyakiti hati–Nya dengan perbuatan mereka, maka timbullah tulah di antara mereka. Tetapi Pinehas berdiri dan menjalankan hukum, maka berhentilah tulah itu. Hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai jasa turun–temurun, untuk selama–lamanya. Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka; sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata–katanya. Mereka tidak memunahkan bangsa–bangsa, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa–bangsa, dan belajar cara–cara mereka bekerja. Mereka beribadah kepada berhala–berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. Mereka mengorbankan anak–anak lelaki mereka, dan anak–anak perempuan mereka kepada roh–roh jahat, dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak–anak lelaki dan anak–anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala–berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah. Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan– perbuatan mereka. Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umat–Nya, dan Ia jijik kepada milik–Nya sendiri. Diserahkan–Nyalah mereka ke tangan bangsa–bangsa, sehingga orang–orang yang membenci mereka berkuasa atas mereka. Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya. Banyak kali dilepaskan–Nya mereka, tetapi mereka bersikap memberontak dengan rencana– rencana mereka, tenggelam dalam kesalahan mereka. Namun Ia menilik kesusahan mereka, ketika Ia mendengar teriak mereka. Ia ingat akan perjanjian–Nya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setia–Nya yang besar. Diberi–Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka. Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa– bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama–Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji– pujian kepada–Mu. Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama–lamanya sampai selama–lamanya, dan biarlah seluruh umat mengatakan: “Amin!” Haleluya! Renungan Sangat menyedihkan melihat umat Allah sering meninggalkan Allah walau mereka telah melihat dan mengalami kebaikan dan anugerah Allah yang begitu berlimpah. Tidak mengherankan bila sejarah Israel selalu menunjukkan bahwa berulang kali mereka meninggalkan Allah mereka, lupa kepada apa yang telah Allah lakukan kepada mereka. Judul: Allah maha pengampun -bertobatlah! 297 Pemazmur dalam nas hari ini mengucapkan syukur atas besarnya kasih setia Allah (1) dan berdoa supaya Allah tetap mengingat dan memberkati dia supaya ia dapat bersukacita dalam sukacita umat Tuhan (4-5) . Yang menarik adalah pemazmur mengajukan permohonannya dalam konteks di mana sesungguhnya umat Allah telah berkali-kali berdosa terhadap Tuhan. Mazmur ini penuh dengan pernyataan bahwa umat Allah telah berdosa (6), melupakan perbuatan-perbuatan-Nya (13), mencobai Allah (14) , cemburu (16) , menyembah berhala (19, 28) , tidak percaya kepada firman-Nya (24) , tidak taat (34) , menajiskan diri (39) , dll. Karena dosa umat-Nya Allah berulang kali murka dan menghukum dahsyat dengan memakai alam (17, 18) dan musuh (26, 27, 42) . Namun ketika dalam penghakiman Allah yang dahsyat umat kembali berseru, maka Allah menilik kesusahan mereka (44) . Sesuai dengan perjanjian dan kasih setia-Nya yang besar (45) , mereka mendapat rahmat dari pihak yang menawan mereka (46) . Di dalam konteks bahwa Allah merupakan Allah yang selalu berbelas kasihan mendengar rintihan umat-Nya inilah (bdk. Hak. 2:18) , pemazmur memanjatkan doa ini, supaya Allah boleh menyelamatkan mereka kembali dan mengumpulkan mereka dari antara bangsa-bangsa (47) . Walau kita berulang kali berdosa kepada Tuhan dan berkhianat kepada firman-Nya, Dia tetap mengasihi kita. Dia tidak pernah memungkiri kasih setia-Nya terhadap kita. Ma-ka mari datang lagi pada-Nya, mohon ampun dan belas kasih. Sertailah dengan janji untuk tidak lagi bermain-main dengan dosa. Naikkan doa syukur dan tekad hati Anda dengan tulus! 298 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 107 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia– Nya. Biarlah itu dikatakan orang–orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus–Nya dari kuasa yang menyesakkan, yang dikumpulkan–Nya dari negeri–negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan. Ada orang–orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan; mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka. Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan–Nya mereka dari kecemasan mereka. Dibawa–Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan– perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia, sebab dipuaskan–Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan–Nya dengan kebaikan. Ada orang–orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi. Karena mereka memberontak terhadap perintah–perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi, maka ditundukkan–Nya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong. Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan– Nyalah mereka dari kecemasan mereka, dibawa–Nya mereka keluar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskan–Nya belenggu– belenggu mereka. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan– perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia, sebab dipecahkan–Nya pintu–pintu tembaga, dan dihancurkan–Nya palang–palang pintu besi. Ada orang–orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan–kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan– Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan–Nya firman–Nya dan disembuhkan–Nya mereka, diluputkan–Nya mereka dari liang kubur. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan– perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia. Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan–pekerjaan– Nya dengan sorak–sorai! Ada orang–orang yang mengarungi laut dengan kapal–kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas; 299 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 mereka melihat pekerjaan–pekerjaan TUHAN, dan perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib di tempat yang dalam. Ia berfirman, maka dibangkitkan–Nya angin badai yang meninggikan gelombang– gelombangnya. Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka; mereka pusing dan terhuyung–huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal. Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan–Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat–Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang–gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun–Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan– perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia. Biarlah mereka meninggikan Dia dalam jemaat umat itu, dan memuji–muji Dia dalam majelis para tua–tua. Dibuat–Nya sungai–sungai menjadi padang gurun, dan pancaran–pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang–orang yang diam di dalamnya. Dibuat–Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran–pancaran air. Ditempatkan–Nya di sana orang–orang lapar, dan mereka mendirikan kota tempat kediaman; mereka menabur di ladang–ladang dan membuat kebun–kebun anggur, yang mengeluarkan buah–buahan sebagai hasil. Diberkati–Nya mereka sehingga mereka bertambah banyak dengan sangat, dan hewan–hewan mereka tidak dibuat–Nya berkurang. Tetapi mereka menjadi berkurang dan membungkuk oleh sebab tekanan celaka dan duka. Ditumpahkan–Nya kehinaan ke atas orang–orang terkemuka, dan dibuat–Nya mereka mengembara di padang tandus yang tiada jalan; tetapi orang miskin dibentengi–Nya terhadap penindasan, dan dibuat–Nya kaum–kaum mereka seperti kawanan domba banyaknya. Orang–orang benar melihatnya, lalu bersukacita, tetapi segala kecurangan tutup mulut. Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN. Renungan Mazmur ini adalah ucapan syukur umat Allah yang ditebus oleh Tuhan dari pembuangan (2-3) . Umat Tuhan diingatkan bahwa bukan karena siapa mereka atau apa yang telah mereka lakukan yang menyebabkan mereka layak untuk diselamatkan, tetapi semata-mata karena kasih setia-Nya. Kasih setia (hesed) merupakan kata yang mengandung dua unsur, kasih dan setia yang menunjukkan kasih dan kesetiaan Tuhan kepada umat perjanjianNya. Kata yang muncul enam kali ini, menekankan bahwa pertolongan yang Tuhan berikan terjadi hanya karena kasih setia-Nya. Setiap kali umat-Nya "berseru" Ia pasti menolong mereka (6, 13, 19, 28) . Judul: Bersyukur karena kasih setia-Nya 300 Perkataan "ditebus" mengingatkan kita kepada sistem penebusan keluarga di kalangan Israel. Seorang penebus akan menebus keluarga dekatnya dari hutang atau perbudakan. Demikian Allah telah menebus Israel dari perbudakan dan perserakan, dan mengumpulkan mereka kembali (2-3) . mengisahkan mengenai Tuhan yang menolong para pengembara yang tersesat dan ayat 2332 menceritakan mengenai orang-orang yang melakukan perdagangan di lautan luas, yang kemudian ditimpa badai yang dahsyat. Saat mereka berseru kepada Tuhan, Ia menyelamatkan mereka dari kecemasan (6, 28) . Tidak dikatakan bahwa keadaan mereka disebabkan oleh dosa mereka. Ayat 10-16 mengisahkan tentang orang-orang yang berada dalam penjara karena telah memberontak kepada Tuhan. Ayat 17-22 menceritakan tentang orang- orang yang sakit dan tersiksa karena kelakuan mereka yang berdosa. Jelas bahwa Allah memberikan penderitaan kepada mereka sebagai akibat dosa mereka (12) . Namun ketika mereka berseru kepada Tuhan, Ia pun menyelamatkan mereka (13, 19) . Ayat 4-9 Allah selalu menyendengkan telinga-Nya untuk mendengarkan seruan kita, baik kita menderita akibat dosa maupun bukan. Ia selalu siap menolong kita. Marilah kita mengikuti ajakan pemazmur untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya (8, 15, 21, 31) . Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 107: 33-43 Pdt. Widyantoro,STh. M.Div Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Sekecil yang indah Para ahli berpendapat bahwa Mazmur ini adalah mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel. Sementara itu orang bijak mengatakan bahwa Mazmur ini adalah renungan tentang nasib kehidupan Israel yang dikembalikan Tuhan. Orang yang dalam pembuangan atau pengungsian pasti mengalami berbagai penderitaan karena adanya tekanan dan penindasan dari penguasa. Juga karena adanya kekurangan pangan dan kemiskinan. Karena berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan atau stress. Namun demikian, kesadaran umat Tuhan, sekembalinya ke Tanah Perjanjian tidak lupa untuk mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu disampaikan karena pertolongan Tuhan, khusunya karena telah terlepas dari penderitaan selama pembuangan, dan juga karena mendapat bimbingan dalam perjalanan. Mereka juga bersyukur karena diizinkan Tuhan menduduki kembali Tanah Perjanjian. Sayang sekali ketika mereka masuk ke negeri Perjanjian itu mereka mendapati penduduk asli yang jahat, sehingga Tuhan telah menghukum mereka dengan membuat sungai-sungai menjadi padang gurun, tanah subur menjadi padang asin, dan pancaran- pancaran air menjadi tanah gersang. Tetapi 301 masuknya kembali bangsa Israel, Tuhan berkehendak untuk mengubah kondisi Tanah Perjanjian itu menjadi tanah yang elok. Kita tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah bagian dari rencana Tuhan bagi umat-Nya. Umat Tuhan itu memang harus bekerja keras untuk mengubah nasib mereka. Alam yang mereka hadapi adalah alam liar yang tandus dan gersang. Oleh karenanya mereka berusaha untuk menjadikannya tanah yang subur agar dapat menghasilkan. Padang belantara mereka ciptakan menjadi kota yang dapat didiami dengan nyaman. Orang-orang lapar mereka perhatikan untuk dapat menikmati kehidupan yang layak. Tanah yang telah menjadi subur mereka jadikan kebun anggur. Tanah gersang menjadi padang rumput bagi ternak mereka, sehingga hewan peliharaan mereka semakin bertambah banyak. Pertambahan penduduk pun semakin pesat. Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil jumlahnya bila dibanding dengan bangsa lain di sekitarnya. Oleh sebab itu dalam pemandangan Tuhan bangsa itu disebut orang sebagai Si Kecil Yang Indah. Itulah berkat Tuhan atas iman mereka. Namun demikian tidak semua orang Israel merasa puas dengan keadaan mereka saat itu. Orang-orang yang kurang iman membuat ulah dengan menimbulkan kerusuhan. Para pemimpin mereka hinakan sehingga kehilangan muka. Banyak yang melarikan diri dan tersesat di jalan (ay.40) . Mereka juga menimbulkan pemberontakan sehingga banyak yang mati. Banyak pula yang kelaparan dan menderita sakit atas ulah mereka sendiri. Datang pula hukuman Tuhan dengan krisis ekonomi. Akhirnya mereka insyaf bahwa penderitaan yang mereka alami adalah cara Tuhan menegur mereka, maka mereka kembali kepada Tuhan dan Tuhan memberi hikmat atas mereka. Lalu mereka berpegang pada kebenaran Tuhan. Tuhan juga memperhatikan mereka dengan segala kemurahan-Nya. Apakah kita pernah merasakan teguran Tuhan? Bagaimanakah respon kita terhadap teguran itu? Memang respon kita bisa bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa teguran Tuhan memang merupakan rencana Tuhan untuk mendisiplinkan umat-Nya, agar insyaf bahwa Tuhan dengan tindakan-Nya itu menaruh belas kasihan. Orang yang rela menerima teguran Tuhan dan menyadari bahwa atas kesalahannya itu Tuhan menghukumnya. Bila hukuman itu diterima secara iman, maka pastilah Tuhan akan mengembalikan dia ke jalan kebenaran, sehingga ia hidup di jalan Tuhan. Tetapi bagi mereka yang tidak mengakui teguran Tuhan sebagai tindakan disiplin, tidak akan pernah merasakan belas kasih Tuhan yang nyata (Ibr.12:8) . Yang harus kita renungkan adalah bahwa tindakan Tuhan dalam mendisiplinkan kita selalu mengambil dasar atas kesalahan atau dosa kita. Bagaikan seorang ayah yang menghajar anaknya agar menjadi penurut dan tidak berbuat kesalahan lagi. Tetapi ada juga maksud Tuhan yang lain, bahwa tindakan disiplin itu tidak didasarkan atas kesalahan melainkan atas dasar upaya mendidik kita menuju kepada iman yang kuat. Oleh karenanya tindakan Tuhan kadang sangat menyakitkan, namun bila kita renungkan ulang kita akan menemukan berkat yang indah dari padanya. Tuhan memang sering mempergunakan masa-masa yang sulit kita untuk menyatakan teguran-Nya. Melalui sulitnya kita mencari nafkah, sulitnya kita mendapat kesembuhan dari suatu penyakit, sulitnya kita menemukan pasangan hidup, sulitnya kita menemukan kebahagiaan rumah tangga. Semua kesulitan itu merupakan teguran. Semua teguran itu mengajak kita untuk bertahan dalam iman. Maka nanti belakangan kita akan tahu bahwa Tuhan telah membangun pengharapan di dalam hidup kita. Pengharapan itu akan menuju ke sesuatu yang indah. Bahwa Ia akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya (Pkh.3:11) . Misalnya, kesulitan ekonomi atau krisis pangan dalam keluarga kita, kenyataannya oleh ketahanan iman, setelah kita berhemat dan menerapkan sistem 302 ekonomi yang benar, maka kita dapat menemukan kemudahan-kemudahan dan kelimpahan. Kemudian kita bersorak “Bravo! Tuhan memang Pemurah. Amin”. Melalui Mazmur bacaan kita hari ini, maka kita tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasanya atas alam semesta, yakni melalui sungai-sungai, padang gurun, tanah tandus, pancaran-pancaran air, kebun buah- buahan, hujan dan panas. Semuanya itu dinyatakan kepada bangsa Israel untuk dikerjakan dan diusahakan agar mendatangkan rejeki bagi mereka. Oleh karenanya kedatangan kembali bangsa Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak perlu merasa takut kekurangan atau kemiskinan, sebab Tuhan telah menyediakan alam untuk menjadi berkat bagi mereka. Terkadang kita merasa takut tidak kebagian rejeki. Takut tidak dapat makan. Takut tidak memperoleh nafkah. Padahal Tuhan telah menyediakan begitu banyak lahan dalam berbagai bidang: pertanian, industri, seni dan budaya. Mata kita kadang tertutup tidak melihat peluang yang tersedia itu. Rama seorang tuna netra sejak lahir, dia belajar komputer sejak kecil, sehingga mampu menciptakan komputer bersuara. Akhirnya mampu menulis buku yang berjudul, “Amazing Blind”. Kemampuannya itu dia dapatkan dengan belajar keras; mula-mula belajar mengenal huruf Braille, kemudian huruf Latin. Belajar pula menangkap pengertian berbagai bahasa, sehingga mampu berbahasa Inggris dengan baik, baik pasif maupun aktif. Peluang itulah yang tidak dia sia-siakan untuk bertahan hidup kecukupan dan bahkan tenar sebagai tuna netra yang berhasil. Tuhan memiliki rencana yang indah buat umat pilihan-Nya, termasuk kita (Rm. 11:25) , agar kita tidak akan pernah kekurangan. Karenanya Tuhan telah menyediakan banyak peluang. Tinggal kita bisa melihat peluang itu atau tidak. Jika kita melihat peluang itu Tuhan itu juga menyediakan berkat bagi yang mau bekerja keras. Kadang peluang itu kita anggap terlalu kecil, jika dikerjakan hasilnya pun kecil, makanya cara mengerjakannya pun kecil-kecilan saja. Benar-benar bila seseorang menganggap segala sesuatu itu kecil, hasilnya kecil, maka dia sendiri akan tetap selalu kecil dan tidak akan menjadi orang besar. Kita orang Kristen jumlahnya sedikit. Orang menyebut kita sebagai golongan minoritas. Tetapi jangan lupa bahwa Tuhan memandang kita sebagai “Si Kecil yang Indah”, sebab kita dimiliki dan memiliki ‘Permata yang Indah’ yaitu Yesus Kristus. Kita yakin, sebagai anak Tuhan tidak perlu merasa kecil hati terhadap umat lain. Dalam hal ini bangsa Israel telah mebuktikan, meskipun kecil namun Tuhan memakainya untuk menjadi kebesaran nama-Nya. Ilustrasi berikut semoga menjadi gambaran yang ideal tentang berkat Tuhan. Seorang bayi mungil digendong oleh ibunya, ditutup kain selimut sehingga tidak nampak mukanya. Nama bayi itu Sumini. Su artinya Indah. Mini artinya kecil. Si Kecil yang Indah. Ketika seorang ibu tetangga membuka selimut penutup muka Sumini, ibu itu terbelalak dan terdiam. Ibu Sumini hanya tersenyum. Ibu yang lain ketika melihat Sumini segera berteriak menyebut nama Tuhan, “Oh Tuhan, ampunilah dosaku”. Ibu Sumini tetap tersenyum. Rupanya Sumini adalah penyandang cacat bibir sumbing hingga langit-langitnya kelihatan. Sumini rupanya anak bongsor, cepat menjadi besar. Banyak orang mencibir Sumini dan orang tuanya. Ada yang mengejek, mengolok-olok dengan mengatakan, “Dia kuwalat, makanya sekarang kena tulah”. Ibu Sumini hanya diam dan tersenyum. Hingga pada suatu hari ada pengumuman dari Dinas Kesehatan Kota bahwa akan ada operasi bibir sumbing gratis. Ibu Sumini sebagai pendaftar yang pertama. Pendek kata, Sumini berhasil dioperasi sangat sempurna. Sekarang Sumini menjadi gadis cantik yang ceria dan pintar. Dia rajin belajar 303 hingga berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran. Sekarang dr. Sumini membuka praktek di kampungnya dan disegani banyak orang. Orang- orang yang dulu mencibir, mengejek dan mengolok-olok pada berdatangan meminta maaf. Ada pula yang membawa anak untuk berobat kepadanya. Bahkan ada anak tetangga yang lahir tanpa daun telinga, Sumini mengusahakan daun telinga cangkokan secara gratis pula. Dr. Sumini “si Kecil yang Indah” benar-benar indah di mata Tuhan dan di mata banyak orang. Rupanya bagi orang yang berserah berkat Tuhan tidak pernah mengecewakan dan tidak pernah disangka orang. Berbuat kebaikan kepada semua orang tidak ada ruginya, meskipun kecil, percayalah bahwa akan menjadi “Si Kecil yang Indah”. 304 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 108 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nyanyian. Mazmur Daud. (108–2) Hatiku siap, ya Allah, aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, (108–3) bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar. (108–4) Aku mau bersyukur kepada–Mu di antara bangsa–bangsa, ya TUHAN, dan aku mau bermazmur bagi–Mu di antara suku–suku bangsa; (108–5) sebab kasih–Mu besar mengatasi langit, dan setia–Mu sampai ke awan–awan. (108–6) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah, dan biarlah kemuliaan–Mu mengatasi seluruh bumi. (108–7) Supaya terluput orang–orang yang Kaucintai, selamatkanlah dengan tangan kanan–Mu dan jawablah aku! (108–8) Allah telah berfirman di tempat kudus–Nya: “Aku hendak beria–ria, Aku hendak membagi–bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur. (108–9) Gilead punya–Ku, Manasye punya–Ku, Efraim ialah pelindung kepala–Ku, Yehuda ialah tongkat kerajaan–Ku, (108–10) Moab ialah tempat pembasuhan–Ku, kepada Edom Aku melemparkan kasut–Ku, dan karena Filistea Aku bersorak–sorai.” (108–11) Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapakah yang menuntun aku ke Edom? (108–12) Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama–sama bala tentara kami? (108–13) Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia–sia penyelamatan dari manusia. (108–14) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan–perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak–injak para lawan kita. Renungan Sukacita yang digambarkan dalam mazmur ini sangat kental. Pemazmur berkata ia mau menyanyi dan bermaz-mur (2) , memulai hari baru dengan pujian (3) , serta menyaksikannya di antara bangsa-bangsa (4) . Mungkin ini tidak mengherankan jika bukan karena mazmur ini ditujukan kepada Allah yang telah membuang dan menolak untuk maju bersamasama dengan umat-Nya (12) . Judul: Keyakinan yang tidak tergoyahkan Mengapa pemazmur masih dapat dengan begitu penuh sukacita meyakini bahwa Allah yang telah membuang umat-Nya akan kembali membawa mereka kembali ke kota yang berkubu? Ternyata karena pemazmur sangat mengenal siapa Allah yang disembahnya. Pertama, Allah adalah Allah yang kasih setia-Nya mengatasi langit (5) . Kesetiaan Allah tidak pernah luntur. Paulus berkata, "Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya" (2 Tim. 2:13) . Walau umat Allah telah tidak setia dan karenanya mendapat hukuman, bukan berarti Allah tidak akan setia lagi kepada janji-Nya. Ia telah berjanji akan memberikan keseluruhan tanah Kanaan dan ini pasti akan digenapi (8 ; Sikhem dan Sukot adalah kota di tepi barat dan timur sungai Yordan dan mewakili tanah yang Allah janjikan). 305 Kedua, kemuliaan Allah pasti mengatasi seluruh bumi (6) dan jika demikian maka umat yang dicintaiNya pasti akan terluput dan diselamatkan (7) . Dalam kepercayaan dunia kuno ketika dua bangsa bertempur, maka para allahlah yang sebenarnya bertempur. Karena itu kemuliaan Allah terkait dengan kemenangan umat yang menyandang nama-Nya. Ketiga, Allah adalah Mahakuasa dan merupakan satu-satunya harapan bagi umat Allah. Dia akan memberi pertolongan dan menghancurkan lawan umat-Nya (13-14) . Jika kita telah lama berseru dan Allah belum juga menjawab doa dan meluputkan kita dari kesulitan, marilah kita seperti pemazmur terus bersukafcita dan berharap hanya kepada Dia. Pasti pertolongan dari Allah akan datang, karena kasih setia dan janji- Nya kepada umat-Nya. 306 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 109 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri! Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan kata–kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan. Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka. Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku. “Angkatlah seorang fasik atas dia, dan biarlah seorang pendakwa berdiri di sebelah kanannya; apabila dihakimi, biarlah ia keluar sebagai orang bersalah, dan biarlah doanya menjadi dosa. Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain. Biarlah anak–anaknya menjadi yatim, dan isterinya menjadi janda. Biarlah anak–anaknya mengembara tidak keruan dan mengemis, dan dihalau dari reruntuhan rumahnya. Biarlah penagih hutang menyita segala kepunyaannya, dan orang–orang lain menjarah hasil jerih payahnya. Janganlah ada orang yang tetap menunjukkan kasihnya kepadanya, dan janganlah ada orang yang sayang kepada anak–anaknya yang menjadi yatim. Biarlah dilenyapkan keturunannya, dan dihapuskan namanya dalam angkatan yang kemudian. Biarlah kesalahan nenek moyangnya diingat–ingat di hadapan TUHAN, dan janganlah dihapuskan dosa ibunya. Biarlah itu selalu diperhatikan TUHAN, supaya ingatan kepada mereka dilenyapkan dari bumi. Oleh karena ia tidak ingat menunjukkan kasih, tetapi mengejar orang sengsara dan miskin dan orang yang hancur hati sampai mereka mati. Ia cinta kepada kutuk—biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat—biarlah itu menjauh dari padanya. Ia memakai kutuk sebagai bajunya—biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang–tulangnya; biarlah itu baginya seperti pakaian yang dikenakannya, sebagai ikat pinggang yang senantiasa dipakainya. Biarlah semuanya itu dari pihak TUHAN menjadi upah orang yang mendakwa aku, dan upah orang–orang yang berkata–kata jahat terhadap aku.” Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama–Mu, lepaskanlah aku oleh sebab kasih setia–Mu yang baik! Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; aku menghilang seperti bayang–bayang pada waktu memanjang, aku dikebutkan seperti belalang. Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya. Aku telah menjadi cela bagi mereka; melihat aku, mereka menggelengkan kepalanya. Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia–Mu, supaya mereka tahu, bahwa tangan–Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya. Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan–lawanku mendapat malu, tetapi hamba–Mu ini kiranya bersukacita. 307 29 30 31 Biarlah orang–orang yang mendakwa aku berpakaikan noda, dan berselimutkan malunya sebagai jubah. Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku, dan aku hendak memuji–muji Dia di tengah–tengah orang banyak. Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang–orang yang menghukumnya. Renungan Mazmur ratapan ini adalah permintaan tolong kepada Tuhan untuk menyelamatkan pemazmur dari kesusahan. Daud memohon kepada Tuhan untuk tidak berdiam diri dan menolong dia dari serangan orang fasik yang tidak beralasan terhadap dia (1-3) , yang bahkan telah membalas kebaikan Daud dengan kejahatan (4-5) . Judul: Doa mohon keadilan Mazmur ini secara gamblang merupakan doa, permintaan agar Tuhan menghukum mereka yang berlaku jahat terhadap pemazmur (6-20) . Pemazmur juga meminta Tuhan untuk bertindak karena nama-Nya untuk melepaskan dia dari kesulitan karena kasih setia Tuhan (21) . Ia memberikan alasan dengan memberikan gambaran dirinya yang dalam kesesakan (21-25) . Ia memohon supaya musuhnya dapat melihat bahwa Tuhan sendirilah yang menyelamatkan dia, dan Tuhan mengganti kutuk musuh dengan berkat sehingga musuhnya men-jadi malu (27-28) . Pemazmur menutup mazmurnya dengan pujian kepada Tuhan yang membela orang miskin dan menyelamatkan mereka yang tersesak (30-31) . Apa yang diminta pemazmur? Agar Tuhan menghukum musuhnya sesuai dengan kejahatan mereka. Ia meminta supaya musuhnya, yang tidak menunjukkan kasih kepada orang yang menderita (16) , juga tidak mendapat kasih (12) . Pada dasarnya pemazmur meminta keadilan Tuhan (21, 26) . Lihat bagaimana Petrus memahami keadilan Allah diberlakukan pada Yudas (8; Kis. 1:16, 20) . Kita sering berpikir bahwa ketika Tuhan mengajar kita untuk berdoa bagi musuh kita berarti kita tidak boleh berdoa supaya mereka mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatan jahat mereka. Hal ini tidak tepat. Allah kita adalah Allah yang adil dan kita mempunyai kewajiban untuk berdoa supaya keadilan Allah ditegakkan. Berdoa dengan kasih bagi musuh kita berarti berdoa supaya mereka mau bertobat dari perbuatan jahat mereka, dan sering sekali pertobatan itu baru akan terjadi ketika mereka mendapat hukuman atas perbuatan mereka. 308 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 109: 21-31 Pdt. Dr. Binsar Nainggolan Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Lihatlah tindakan Allah yang melepaskanmu dari himpitan hidup ini adalah ratapan pemazmur secara individu yang mengalami penderitaan hebat akibat dakwaan berupa kata-kata yang jahat, yang dihakimi secara salah, yang terhukum dan yang menjadi cela bagi orang-orang di sekitarnya. Semuanya dakwaan yang pahit tersebut dirasakan pemazmur tidak benar, karenanya pemazmur dalam nas ini memohon kepada Allah bagi kelepasan dari himpitan penderitaan (ayat 21-29) dan kemudian memuji Allah yang menyelamatkannya (ayat 30-31). Dari segi sastera, pangaruh bunyi doa Nabi Yeremia (Yer. 18:19-23) sangat kuat dalam nas ini, sehingga para penafsir menyimpulkan bahwa nas ini diucapkan pemazmur pada masa pembuangan Babelonia atau sesudahnya. Mazmur 109 Pemazmur menyerukan agar kiranya Allah bertindak kepadanya atas nama-Nya. Ia menyadari bahwa nama Allah adalah manifestasi dari karakter-Nya. Nama Allah mengekspresikan karakter-Nya yang menghendaki ketaatan yang penuh dari umat-Nya, dan dengan demikian umat-Nya bergantung pada kuasa-Nya. Nama Allah tidak mempunyai keberadaan yang terpisah dari diri Allah sendiri, serta merupakan penyataan kemurahhatian-Nya, di mana umat-Nya mempunyai hubungan dengan-Nya. Bait Allah di Yerusalem adalah tempat berdiam nama Allah yang dapat dijangkau oleh umat, sementara umat-Nya dapat berdoa kepada-Nya dengan cara memanggil nama-Nya. Nama Allah melindungi umat-Nya dalam segala kegiatan, di mana umat itu menunjukkan ketaatan dalam namaNya, memiliki pengharapan di dalam nama-Nya dan menyanyikan pujian bagi nama-Nya. Dikatakan pula oleh pemazmur bahwa Allah hendaknya melepaskan dia oleh sebab kasih setia-Nya yang baik. Dalam Perjanjian Lama seruan untuk memperoleh kasih setia Allah yang baik terdapat beberapa kali. Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa Allah yang setia itu adalah Allah yang memegang perjanjian terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang teguh pada perintahNya sampai kepada beribu-ribu keturunan (Ul. 7:9) . Kasih setia Allah yang bersifat kekal itu diberikan juga kepada Daud dan dinastinya sebagaimana ditekankan dalam Kitab Samuel: ”Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud … kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul” (2 Sam. 7: 15) . Nabi Yesaya mengingatkan, perjanjian abadi akan diikat oleh Allah dengan umat-Nya, menurut kasih setia yang teguh yang dijanjikan-Nya dengan Daud (Yes. 55:3) . Keyakinan yang teguh akan kasih setia Allah sangat diidam-idamkan orang percaya manakala segala penderitaan dan kepahitan hidup berada di depan mata. Janganlah bersandar kepada 309 kekuatan-kekuatan duniawi dan kemampuan pribadi. Bersandarlah kepada kasih setia Tuhan Allah senantiasa, sebagaimana di dalam nas ini pemazmur berseru meminta pertolongan dari Allah. Apabila kita melihat betapa nestapanya pengalaman hidup pemazmur di sini, yakni: sengsara, miskin, hati yang hancur, dan mati, maka kita bisa memaklumi jeritan hatinya di sini. Istilah “miskin” bukanlah semata-mata merujuk kepada orang yang tidak mempunyai harta dan mammon, melainkan juga kepada orang yang tidak mempunyai sumber-sumber yang dapat meluputkan hidupnya dari kesengsaraan, sehingga dengan demikian yang bersangkutan bergantung pada Allah. Hati yang hancur di sini berarti kerusakan pada pusat kerohanian manusia selaku sumber datangnya emosi, pikiran, motivasi, semangat dan tindakan. Kalau proses bersumbernya emosi, pikiran, motivasi dan semangat pada diri seseorang sudah melempem, kehidupannya tentu tidak bergerak ke arah yang benar lagi. Untuk itu nas ini menyerukan agar kita memohon pertolongan dari Tuhan dalam situasi yang sulit sedemikian. Kita membutuhkan teguran yang mendidik dari Tuhan pada saat-saat yang membingungkan dalam hati yang hancur, karena dari segala kewaspadaan hatilah terpancar kehidupan (Ams. 4:23) . Kehancuran hati pemazmur adalah perasaan seseorang bagaikan yang terkena kutuk. Begitulah gambaran perasaan batin terdalam pada pengalaman hidup seseorang yang sengsara, tetapi mendambakan pertolongan dari Tuhan. Dalam situasi sulit itu pemazmur menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang, di mana ia menderita suatu kesengsaraan hidup, dan dengan demikian lututnya melentuk, badannya menjadi kurus, dan lemaknya habis. Melihat kenyataan ini, musuh-musuhya menggelengkan kepala, dan ia menjadi cela bagi musuh-musuh tersebut (ay. 24-25) . Dalam menerima pertolongan Tuhan, pemazmur meyakini dirinya selaku seorang hamba Tuhan. Istilah “hamba” untuk konteks kerajaan “Tuhan” di dalam Perjanjian Lama memperoleh pengertian sebagai status yang tinggi dan terhormat. Status “hamba” dikenakan juga kepada Musa (Kel. 14:31) , Yosua (Yos. 24:29) , Samuel (1 Sam. 3:10), Daud (2 Sam. 3:18) dan Elia (2 Raj. 9:36) . Setelah mengalami kelepasan dari penderitaan, pemazmur tidak ‘lupa daratan’, melainkan mengingat segala sesuatunya itu sebagai perbuatan Tuhan yang maha ajaib. Ia bersyukur kepada-Nya serta memuji nama-Nya. Banyak doa dalam Kitab Mazmur berisikan ucapan syukur dan puji-pujian kepada Tuhan dalam rangka antisipasi buat jawaban doa-doa tersebut. Doa-doa itu merefleksikan kesadaran keagamaan umat Israel yang menekankan bahwa keselamatan dari musuh haruslah direspons dengan puji-pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, sebagaimana juga doa yang dipanjatkan pada waktu kesesakan. Puncak perbuatan dan tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya adalah karya penyelamatan yang dilakukan oleh Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dalam pengorbanan di kayu salib untuk memikul segala dosa kita, sehingga kita sudah menjadi orang-orang yang merdeka. Kita yang berada dalam kemiskinan akibat dosa berseru kepada Yesus agar kita beroleh keselamatan oleh karena kasih penyelamatan-Nya. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus: “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor. 8:9) . Kesempurnaan kelepasan kita oleh Allah dalam Yesus Kristus mencakup kelepasan kita dari kuasa dosa dan maut, oleh karenanya tidak ada lagi alasan untuk kuatir dan takut dalam menghadapi tantangan hidup ini. Inilah yang ditekankan oleh pemazmur di dalam nas Epistel ini, bahwa ia sudah yakin penuh akan pertolongan Tuhan yang menyelamatkannya sesuai dengan kasih setia-Nya. Amin ! 310 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 110 1 2 3 4 5 6 7 Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan–Ku, sampai Kubuat musuh–musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: “Engkau adalah imam untuk selama– lamanya, menurut Melkisedek.” TUHAN ada di sebelah kananmu; Ia meremukkan raja–raja pada hari murka–Nya, Ia menghukum bangsa–bangsa, sehingga mayat–mayat bergelimpangan; Ia meremukkan orang–orang yang menjadi kepala di negeri luas. Dari sungai di tepi jalan ia minum, oleh sebab itu ia mengangkat kepala. Renungan Dalam pimpinan Allah, sambil melihat jauh ke depan Daud mengucapkan nubuat sekaligus penyembahan. Ia berbicara tentang raja yang akan datang, yang berasal dari keturunannya. Raja itu adalah anaknya sendiri, Anak Daud. Namun kemuliaan dan kuasa-Nya jauh melampaui dia sehingga dia menyebut Anak-Nya sebagai "tuanku" (1) . Ia juga Imam. Maka tepatlah kita memakai julukan "Raja-Imam" untuk Yesus Kristus. Judul: Raja Imam Di antara umat Allah, imam maupun raja ditetapkan oleh Allah. Allah menetapkan bahwa para imam harus berasal dari keturunan Harun, sedangkan para raja berasal dari keturunan Yehuda-Daud. Dalam Injil jelas bahwa Yesus berasal dari keturunan Yehuda-Daud. Dalam hidup Abraham pernah terjadi peristiwa luar biasa, yaitu Ia memberikan persembahan kepada Melkisedek. Hal ini dilihat oleh Ibr. 5 sebagai digenapi penuh dalam diri Yesus Kristus. Yesus, yang bukan keturunan Harun, adalah Imam Besar Agung, tetapi bukan menurut garis keturunan Harun melainkan karena prinsip Melkisedek. Abraham moyang Harun berkedudukan di bawah Melkisedek, maka imamat Harun tunduk ke bawah imamat Yesus Kristus! Baik imam maupun raja berfungsi sebagai perwakilan. Imam mewakili manusia menghadap Allah dengan jalan memberikan kurban. Imam harus menjaga kekudusan sebab ia mewakili umat agar beroleh kelayakan dengan jalan pengampunan; maka imam yang tidak kudus, tidak layak mewakili umat. Itu sebab imam harus juga memberikan persembahan untuk dosa-dosanya sendiri. Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung sebab telah memberikan kurban hidup-Nya yang tanpa dosa sebagai tebusan dosa umat-Nya. Raja pun adalah wakil, tetapi bukan wakil umat melainkan wakil Allah. Raja dipilih Allah agar menjadi gembala untuk membawa umat ke jalan benar, memimpin ke dalam kesejahteraan. Yesus Kristus sepenuhnya menggenapi sifat Gembala yang Baik, yang mengurbankan hidup-Nya agar kawanan gembalaan-Nya sepenuhnya ada dalam naungan kuasa-Nya. Yesus Kristus Raja-Imam, kematian dan kebangkitan-Nya telah menaklukkan musuh-musuh jiwa, supaya kita mengalami pemerintahan-Nya sempurna. 311 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 110: 1-7 Pdt. Leo Dunan Sibarani, M.Th. Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), Padangsidimpuan – Sumatra Utara Duduklah di sebelah kanan-Ku 1. Menurut ahli Biblika Perjanjian Lama, M.C. Barth dan B.A. Pareira, Mazmur 110 ini digolongkan ke dalam jenis ‘Mazmur Raja’. Sebagai Mazmur Raja, Mazmur ini tentu berbicara tentang raja. Raja adalah pejabat kerajaan Allah. Sebab itu, dia dapat memohon kepada Tuhan supaya diberi kekuasaan atas semua raja dan penguasa di muka bumi ini. Dengan pemahaman demikianlah, takhta Daud adalah takhta Tuhan, Allah yang maha tinggi. Ada dua unsur di dalam setiap Mazmur jenis ini, yakni : a. Firman Tuhan kepada raja. b. Doa untuk raja. ini dinyanyikan pada hari pemahkotaan atau ulang tahun pemahkotaan tersebut. Karena hubungan raja yang erat dengan kerajaan Tuhan dan dengan Sion maka Mazmur-mazmur Raja ini harus selalu diikat dalam hubungan dengan madah ‘Tuhan Raja’ dan ‘Nyanyian Sion’. Mungkin ditanyakan mengapa Mazmur-mazmur ini yang begitu mengagungkan raja Israel oleh jemaah Yahudi sesudah pembuangan tetap dipertahankan dan tidak dikeluarkan dari kitab puji-pujian mereka. Mazmur-mazmur ini tetap dipertahankan karena mereka memupuk pengharapan mesianis. Pengharapan ini dikukuhkan oleh pewartaan para nabi (Yes. 9:1-6; 11:1-10; Am. 9:11-12; Yer. 23:5-8; Yeh. 34:23-24; 37:24) . Mazmur 110 2. Selanjutnya, Mazmur Raja ini dalam tradisi umat Israel Perjanjian Lama berhubungan dengan ‘pelantikan seorang raja’. Menurut Christoph Barth, pengangkatan seorang raja di Israel ada segi dan tahapnya yang tersembunyi pada pemandangan mata orang. Apabila Allah melihat atau memilih orang-Nya, pun apabila Ia mengurapinya dengan perantaraan seorang nabi, dan terutama sekali apabila roh-Nya mulai berkuasa atas orang yang terpilih itu, maka semuanya ini merupakan tindakantindakan yang bersifat rahasia. Tetapi pengangkatan itu ada juga tahapnya yang nyata, di mana segala-galanya berlangsung di muka umum, dengan lembaga-lembaga masyarakat tertentu sebagai pelaksana dan saksi. Upacara resmi ini sudah biasa disebut penobatan atau pelantikan seorang raja. Sungguhpun harus dibedakan, tetapi kedua bidang itu tak dapat dipisah-pisahkan yang satu dari pada yang lain. Jelaslah pengangkatan tersembunyi oleh Tuhan itu sudah merupakan tindakan politik, seperti sebaliknya penobatan nyata oleh masyarakat itupun merupakan upacara keagamaan yang bersifat rohani. Berdasarkan kesaksian-kesaksian Alkitab, dapatlah diduga dengan cara bagaimanakah upacara penobata itu berlansung. Urutannya kira-kira sebagai berikut: 312 Calon raja mengambil tempat berdirinya di atas suatu tempat yang terangkat tinggi, di halaman bait suci. Raja dikenakan jejamang, mahkota dan/atau lain lambang jabatan jabatan raja. Raja diserahi piagam pelantikan berisi nama-nama penobatan, ketetapan-ketetapan mengenai hak dan kewajibannya, dan firman ilahi dengan pemberian tugas, penyerahan kuasa dan janji penyertaan. - Raja diurapi sebagai tanda pemberian tugas dan penyerahan kuasa dari pihak masyarakat. Raja disambut dengan aklamasi atau sorak-sorai orang banyak. Raja dituntun ke istana, lalu dipersilahkan duduk di takhta kerajaan. Para pembesar/wakil masyarakat mengangkat sumpah setia di hadapan raja. Sebenarnya adat penobatan ini tidaklah merupakan keistimewaan. Bangsa-bangsa tetangga orang Israel, bahkan bangsa-bangsa lain di semua benua dan sejak ribuan tahun telah mempunyai adat yang hamper serupa. Di mana saja ada raja, di situpun ada upacara penobatan, lengkap dengan penyerahan lambang kekuasaan berdasarkan tugas masyarakat dan jaminan ilahi. Semuanya diakhiri pada saat di mana raja baru itu sudah duduk di takhtanya. Itu sebabnya, keistimewaan orang Israel tidak terletak di dalam adat penobatan yang mereka pakai. Perbedaannya justru terletak di tiga acara, yaitu penyerahan piagam, pengurapan dan unsure duduk di atas takhta. 3. Dengan menyimak upacara penobatan (pelantikan) tersebut maka dapat dilihat penekanan umat Israel akan prinsip yang tidak boleh hilang dalam pemerintahan mereka, yakni ‘theokrasi’. Prinsip harus jelas, tegas dan tetap; namun teknis yang boleh berubah sesuai dengan kebutuhan dan situasi kondisi. Demikian halnya dalam pemerintahan umat Israel. Prinsipnya adalah teokrasi, di mana Allahlah yang memerintah atas mereka. Namun di sisi lain, pelaksanaan teokrasi ini yang boleh berubah sesuai kondisi. 4. Dalam pemahaman umat Israel tentang fungsi dan kedudukan seorang raja ini, maka pada akhirnya mereka sampai kepada ‘raja adil yang akan datang’. Pemahaman seperti ini membuka pintu kepada pengharapan Mesias dalam diri seorang raja. Sehubungan dengan itu, J.L. Ch. Abineno mengatakan bahwa Mazmur 110 masuk ke dalam golongan ‘Mazmur Mesias’. Oleh penulis-penulis Perjanjian Baru, mazmur ini banyak sekali dikutip dan dihubungkan dengan hidup dan pekerjaan Yesus. Pertama-tama oleh Markus dalam ceriteranya tentang pemeriksaan Yesus oleh Imam Besar. Di situ kita membaca, bahwa waktu Imam Besar bertanya kepada-Nya apakah Ia Mesias, Anak dari Yang Terpuji, Ia menjawab: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit (14:62) . Selanjutnya oleh Lukas dalam pemberitaannya tentang khotbah Petrus pada hariraya Pentakosta di Yerusalem. Dalam khotbahnya itu Petrus katakan, bahwa yang dimaksudkan oleh Mazmur 110:1 dengan ‘tuanku – yang Tuhan suruh duduk di sebelah kanan-Nya, sampai Ia membuat musuh-musuhnya menjadi tumpuan kakinya – ialah Yesus, yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi, tetapi yang telah dibuat oleh Allah menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:35) . Kesaksian ini kita juga temui dalam surat Ibrani. Dalam Ibrani 1:3 penulis katakan, bahwa sesudah Yesus selesai mengadakan penyucian dosa, Ia ‘duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi’. Dengan demikian cukup masuk akal kalau Mazmur ini paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru. Fokus perhatian kutipan-kutipan itu adalah dua pernyataan Tuhan bagi raja, yang pertama menyangkut kekuasaan yang diserahkan kepadanya (ayat 1) dan yang kedua martabat imamat untuk selamanya (ayat 4) . Dari dua pernyataan ini struktur 313 mazmur ini jelas, terdiri dari dua bait yang disusun sejajar: rumus pengantar singkat (1a dan 4a) mengawali pernyataan meriah Tuhan (1b dan 4b) , yang setiap kali disusul oleh enam baris yang keluar dari mulut pemazmur sendiri (ayat 2-3 dan 5-7) . Kebanyakan penafsir sekarang sepakat bahwa – sama seperti Mazm. 2 – mazmur ini pernah digunakan berkaitan dengan raja Yehuda, barangkali dalam rangka penobatannya di Bait Allah. Namun penting dilihat juga bahwa gambaran yang diberikan mazmur ini tentang seorang raja – imam yang duduk di sebelah kanan Allah dan diberi kuasa dan kemenangan atas segala musuhnya, jauh melampaui kenyataan historis lembaga monarkhi di Israel. 5. Dengan latar belakang demikianlah, kita hendak memahami, memosisikan dan memaparkan nas ini, Mazmur 110:1-7 . a. Ayat 1 – 2 : Pelantikan raja di Sion (Installation of the King on Zion) Mazmur ini dibuka dengan ‘the typical oracle of a prophet’ (formula utusan dari seorang nabi). Formula ini merupakan legitimasi bahwa apa yang akan dipaparkan dalam mazmur ini betul-betul merupakan firman Allah, bukan perkataan manusia belaka. Kemudian dalam ayat ini Tuhan member kepada sang raja kedudukan di sebelah kanan-Nya. Tindakan ini tidak lain daripada mengangkatnya sebagai wakil atau wazir-nya yang dengan demikian diberi bagian penuh dalam kemahakuasaan Allah. Lukas melihatnya terwujud dalam pengangkatan Yesus ke surga (Kis. 2:34-35) . Kuasa yang diberikan kepada raja itu akan menjadi konkret dalam penaklukan total musuh-musuh (bnd. Yos. 10:24) . Allah sendiri akan mengerjakannya untuk raja-Nya. Dalam ayat 2 pemazmur menjelaskan bahwa Tuhan sendiri mengambil tongkat kekuasaan raja dan membuat lingkaran besar dengannya untuk menggambarkan luasnya wilayah kekuasaan sang raja. Kendatipun penaklukan musuh-musuh masih merupakan masa depan, namun sang raja diajak untuk sekarang juga memerintah atas mereka. Dalam perjuangan itu ia mendapat dukungan penuh dari bangsanya yang rela dan siap baginya. Mereka dinugerahkan kepadanya seperti embun yang lahir dari kandungan pagi. b. Ayat 3 – 4 : Raja dan Imam selama-lamanya (King and Priest for Ever). Dalam bait kedua Tuhan kembali berbicara, bahkan dengan nada yang lebih pasti dan tidak terbatalkan. Raja-Nya adalah juga imam, sama seperti Melkisedek, raja Salem yang juga imam Allah yang Mahatinggi (Kej. 14:18) . Sang raja yang tadi dilantik sebagai wakil Allah di bumi, sekaligus juga mewakili manusia di hadapan Allah. Dalam gabungan pemerintahan dan imamat tergabunglah kuasa dan belas kasih. Raja yang memerintah atas musuh-musuhnya tidak merajalela melainkan juga iba hati bagi yang bersalah. Ia imam untuk selamanya. Pemazmur menjelaskan bahwa itu berkat perlindungan Tuhan yang selalu di sisi raja-imam. c. Ayat 5 – 7 : Kegemilangan dan kemanangan (Triumph and Victory) Di sini kembali ditegaskan bahwa Ia imam untuk selamanya. Pemazmur menjelaskan bahwa itu berkat perlindungan Tuhan yang selalu di sisi raja-imam (ayat 5a) . Sisi balik dari perlindungan itu adalah penghakiman atas musuh-musuh, hal mana digambarkan dengan sangat dahsyat dalam ayat 5b-6 . Tidak jelas apakah ‘Ia’ di sini menunjuk kepada Allah atau kepada raja-imam. Barangkali yang terakhir. Raja Mesias ditampilkan dalam peranNya sebagai hakim akhir zaman. Ayat terakhir mengiaskan bagaimana Ia dalam perjuangan yang meletihkan selalu disegarkan dengan kekuatan baru, sehingga ia dapat mengangkat kepala dalam keyakinan bahwa akan menang. 314 6. Nas ini akan menjadi dasar persekutuan kita dalam merayakan pesta peringatan kenaikan Tuhan Yesus ke surga. Sehubungan dengan itu, yang menjadi pertanyaan ialah: Apakah dasar alkitabiah yang dapat disumbangkan oleh nas ini kepada kita orang Kristen dan kepada gereja kita? Kenaikan Yesus ke surga merupakan sebuah momentum bahwa Yesus kembali ke ke-Allah-annya di surga. Realita ini sekaligus juga merupakan peringatan bagi setiap orang Kristen bahwa tujuan hidup manusia bukanlah dunia ini, tetapi surga, di mana di sana Tuhan Allah memerintah selama-lamanya. Selanjutnya, nas ini juga memberikan ‘model’ takhta kerajaan yang ideal dan sejati bagi orang Kristen dan bagi gereja sepanjang masa. Model apakah itu? Di dalam dunia tetapi bukan dari dunia. Demikian juga kerajaan Allah ada di dunia ini, di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Namun, kerajaan Allah bukanlah seperti kerajaan dunia ini, karena Yesus yang adalah Mesias, bukan Mesias tokoh politis yang gilang gemilang (triumphant) akan tetapi Mesias yang menderita, sebagaimana dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama. 7. Kalau demikian halnya, nas ini juga sekaligus perenungan untuk kita dalam pesta kenaikan Tuhan Yesus ini. Renungan apa yang patut kita gumuli dalam pesta ini? Berikut ini suatu kutipan dipaparkan guna menolong kita menghayati perenungan itu. Dalam suatu kesempatan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Herman Musakabe, mengemukakan bahwa sikap orang Kristen sering kali sama seperti para murid Yesus yang terus-menerus menengadah ke atas ketika Yesus naik ke surga. Begitu asyiknya mereka menengadah sehingga harus diingatkan oleh para malaikat bahwa masalah sebenarnya tidak terletak di ‘atas’ tetapi justru di sini, dalam dunia yang sangat konkret. Kata-kata ini kita pakai sebagai titik tolak untuk melihat tinjauan teologis dari perenungan kita. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan kaitan antara cara dan sikap kita bertindak di dunia ini (sekularisasi) dengan kehidupan keberagamaan (religiositas) kita. Sekularisasi merupakan pengertian yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari kita dewasa ini, lebih-lebih ketika sekarang kita sedang memasuki abad ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology). Masalah kita adalah apakah keberagamaan kita cukup ‘kuat’ untuk menghadapi proses sekularisasi yang sedang berlangsung dewasa ini? Sekularisasi adalah sikap yang lebih mengarahkan perhatian kepada hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan dunia masa kini, suatu kesadaran akan otonomi ranah sekular, sekaligus penolakan terhadap segala sesuatu yang bersifat sekularisme. Tentu saja, defenisi ini adalah perumusan yang sangat popular. Namun demikian, pengertian sesungguhnya tidak sesederhana itu. Sekularisasi tidak dapat hanya dikaitkan dengan ketidakpercayaan dengan ketidakperdulian terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan. Apa yang hendak ditegaskan di sini? Ada dua hal yang harus selalu direnungkan oleh orang Kristen ketika merayakan hari Kenaikan Yesus, yakni: a. Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Hal ini sekaligus hendak mengingatkan orang Kristen sepanjang masa bahwa bukanlah dunia ini tujuan hidup orang Kristen. Tujuan hidup orang Kristen adalah surga, di mana di sana orang percaya akan menerima hidup selama-lamanya. b. Namun peristiwa itu juga hendak mengingatkan bahwa kita, orang-orang Kristen, masih ada dan hidup di dunia ini. Oleh karena itu, orang Kristen ditantang untuk selalu memaknai dan merespons hidup di dunia ini secara benar dan positif. Itu sebabnya, orang Kristen harus memahami secara benar sekularisasi, bukan sekularisme. 315 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 111 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang– orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan–perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan–Nya, dan keadilan–Nya tetap untuk selamanya. Perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib dijadikan–Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan–Nya rezeki kepada orang–orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama–lamanya akan perjanjian–Nya. Kekuatan perbuatan–Nya diberitakan–Nya kepada umat–Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa–bangsa. Perbuatan tangan–Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah–Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran. Dikirim–Nya kebebasan kepada umat–Nya, diperintahkan–Nya supaya perjanjian–Nya itu untuk selama–lamanya; nama–Nya kudus dan dahsyat. Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji–pujian kepada–Nya tetap untuk selamanya. Renungan memulai suatu trio dari mazmur Haleluya, karena Mazmur 111-113 semua dimulai dengan seruan halelu-yah (Pujilah Tuhan). Mazmur ini ditulis secara akrostik, penulis memakai urutan abjad Ibrani pada huruf pertama dari setiap baris. Mazmur pujian ini mengundang umat Allah untuk memuji dan memuliakan Allah (1) . Tema yang ditekankan oleh mazmur ini adalah mengenai kebaikan Allah yang dinyatakan melalui perbuatan-Nya (bdk. 2, 4, 6, 7) . Ayat 3-6 adalah pujian kepada Tuhan karena perbuatan ajaib-Nya telah membawa Israel keluar dari Mesir dan masuk ke tanah perjanjian. "Perbuatan-perbuatan ajaib" (4) menun-juk pada keajaiban yang Allah lakukan dalam menyelamat-kan umat-Nya (lih. Kel. 3:20; 34:10) . "Diberikannya rezeki" (5; secara harafiah "Ia menyediakan makanan") mengingatkan kita kepada roti manna di padang gurun. Perjanjian-Nya (5) mengingatkan kita pada Kel. 2:23- 24 yang menyatakan Allah menyelamatkan umatNya karena Ia mengingat perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka. Pemberian pusaka bangsabangsa kepada Israel (6) menunjuk pada penaklukan dan pendudukan tanah perjanjian. Judul: Kebesaran karya Allah Mazmur 111 menggambarkan perbuatan Tuhan yang mengadakan perjanjian dengan Israel di Sinai. Seperti Tuhan telah memberikan keselamatan kepada umat-Nya, Ia juga memerintahkan perjanjian hukum-Nya untuk selama-lama-Nya (7-9) . Keselamatan dan hukum sama-sama merupakan perbuatan Tuhan dan keduanya berkaitan erat. "Nama-Nya kudus dan dahsyat" (9) menekankan bahwa umat Allah yang telah diselamatkan harus hidup dalam kekudusan, yaitu menjalankan perintah-perintahNya (bdk. Yoh. 15:10) . Ayat 7-10 Marilah kita menyadari bahwa baik keselamatan maupun hukum Allah merupakan karya ajaib Tuhan yang diberikan dalam anugerah-Nya kepada umat-Nya. Marilah kita tidak hanya bersyukur, tetapi bertekad menaati segala titah-Nya, sehingga kita menjadi orang yang berhikmat karena permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (10) . 316 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah–Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama–lamanya; orang benar itu akan diingat selama–lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi–bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama– lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan. Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan. Renungan Apa yang menjadi jaminan orang benar bahwa hidupnya akan berbahagia? Bukan siapa dirinya dan apa perbuatannya, melainkan bagaimana relasinya dengan Allahnya. Yaitu relasi yang merespons segala karya Allah yang sudah dinyatakan atas dirinya. Judul: Bahagia orang benar Bagian kedua trio mazmur Haleluya (111-113) ini menguraikan perbuatan orang benar dan akibat dari merespons dengan tepat segala karya Tuhan yang sudah dipujikan dalam Mazmur 111 (lih. ayat 10) . Mazmur ini bercirikan sastra hikmat melihat tekanan kepada "takut akan Tuhan" (lih. Ams. 1:7) dan kesukaan akan Taurat Tuhan, "yang sangat suka kepada segala perintah-Nya" (lih. Mzm. 119:16, 24, 47, dst.) . Pembukaan mazmur ini "Berbahagialah orang..., " maupun isinya yang membandingkan orang benar (2-9) dan orang fasik (10) , mirip dengan Mazmur 1 . Seperti Mazmur 111 , Mazmur 112 ini bersifat puisi akrostik, setiap baris dimulai dengan huruf-huruf yang sesuai dengan urutan abjad Ibrani. Panggilan anak Tuhan bukan hanya memuji Tuhan karena karya-Nya yang dahsyat, yang keluar dari karakter-Nya yang luar biasa, tetapi bagaimana mewujudkan karakter tersebut dalam hidupnya. Oleh karena sikap hidup yang meneladani Tuhan inilah, kehidupan anak Tuhan disebut berbahagia. Seluruh hidupnya diabdikan untuk hal-hal baik, seperti selalu melakukan hal yang baik bagi orang lain (5, "mujur" lebih tepat diterjemahkan "adalah baik"; 9 ). Orang yang demikian tidak akan goyah (6) , bahkan dalam situasi yang sulit "gelap" ia akan keluar sebagai pemenang "terang" (4), dan ia dapat memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan (7) . Mazmur ini mengajak kita mewujudkan karakter Allah dalam hidup keseharian kita: di dalam keluarga kita sebagai orang tua yang baik (2-3) , dalam relasi kita sebagai sahabat dengan sesama manusia, berbelas kasih dan berlaku adil kepada orang miskin (4-5, 9) . Dengan demikian kita akan disebut orang yang berbahagia. 317 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 113 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Haleluya! Pujilah, hai hamba–hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama–lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan–Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama–sama dengan para bangsawan, bersama–sama dengan para bangsawan bangsanya. Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak–anak, penuh sukacita. Haleluya! Renungan Satu-satunya hal yang seharusnya menjadi harta kebanggaan gereja ialah Injil. Satu-satunya ciri yang patut menimbulkan kesan mendalam tentang orang Kristen adalah sikap serta perilaku serasi dengan Injil! Judul: Ditinggikan Tuhan Para hamba Allah patut meninggikan nama Allah di seluruh bumi (dari timur ke barat) pada segala waktu (dari saat matahari terbit sampai tenggelam kembali). Keberadaan Allah tinggi dan mulia jauh melampaui semua yang tinggi dan mulia. Sedemikian tinggi-Nya Allah, sampai bukan saja melihat ke bumi yang rendah Ia harus menjenguk, melihat langit yang tinggi mulia pun Ia harus merendahkan diri! Manusia semulia apa pun di hadapan Allah sama hina dan rendah dengan yang terhina! Kemuliaan Allah bukan saja karena Ia tinggi, tetapi karena Ia merendahkan diri memasuki kehinaan dan kepapaan manusia. Inilah Injil: Dia yang tak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan Allah; Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya karena kemiskinan-Nya (2 Kor. 5:21; 8:9) . Semua orang Kristen berubah status dan keadaan karena ditinggikan-Nya! Ini mendorong kita untuk meninggikan Allah, dan "tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia" (2 Kor. 5:16) . Sayang hal itu jarang dijumpai dalam kehidupan bergereja dan perilaku keseharian orang Kristen. Bukan karena kebanyakan kita tak lagi bersemangat membagikan Injil, melainkan sikap kita dalam berelasi tidak menggemakan prinsip Injil! Jika Allah yang Maha Kudus dan Maha Mulia sudi merendahkan diri melawat yang hina dan yang papa, mengapa dalam gereja, yang kaya berkumpul dengan yang kaya, yang pantas secara moral merangkul hanya mereka yang bermoral terhormat, yang terpandang dan punya nama menghindar dari mereka yang tak terpandang? Lalu bila ada yang terluka kita malah tambah melukai dengan sikap kita? Jika orang Kristen hanya mengasihi yang pantas untuk dikasihi, apa kelebihannya? Bagaimana mungkin gereja memiliki daya tarik Injil, dimana anugerah Allah yang dalam pengakuan kita telah membuat kita ditinggikan Allah? 318 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 114 1 2 3 4 5 6 7 8 Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus–Nya, Israel wilayah kekuasaan–Nya. Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai Yordan berbalik ke hulu. Gunung–gunung melompat–lompat seperti domba jantan, dan bukit–bukit seperti anak domba. Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai sungai Yordan, sehingga engkau berbalik ke hulu, hai gunung–gunung, sehingga kamu melompat–lompat seperti domba jantan, hai bukit–bukit, sehingga kamu seperti anak domba? Gemetarlah, hai bumi, di hadapan TUHAN, di hadapan Allah Yakub, yang mengubah gunung batu menjadi kolam air, dan batu yang keras menjadi mata air! Renungan Setiap bangsa memiliki sejarah masing-masing, tentang bagaimana mereka hadir dalam dunia ini. Israel memiliki sejarah yang ajaib, menjadi sebuah bangsa bukan dengan kekuatan sendiri atau karena keperkasaan para pahlawannya. Israel ada karena Allah berkarya membebaskan mereka. Judul: Allah di dalam sejarah Pujian dalam Mazmur ini jelas ditujukan kepada Allah yang bertindak menebus umat-Nya dari perbudakan Mesir dan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian. Karya dahsyat yang dipaparkan di sini menyangkut dua peristiwa besar dalam sejarah Israel. Yang pertama adalah kisah Keluaran. Setelah beratus tahun diperbudak di Mesir, Tuhan membebaskan mereka. Peristiwa pembebasan mereka begitu spektakuler. Sepuluh tulah berturutturut menghajar Mesir, dan pada ujungnya umat Tuhan menyeberangi Laut Teberau (3a, 5a). Di sana Firaun dan pasukannya justru tenggelam dan binasa. Peristiwa kedua adalah menyeberangi sungai Yordan (3b, 5b) . Peristiwa ini menandakan penggenapan janji Tuhan kepada Abraham bahwa keturunannya akan mewarisi tanah Perjanjian, yaitu Kanaan. Di tempat itulah mereka tinggal sebagai bangsa milik Allah yang berdaulat di antara bangsa-bangsa yang ada di dunia (2) . Di antara kedua peristiwa bersejarah itu, yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan Tuhan dalam empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun. Walau mereka ada di sana karena hukuman Allah atas dosa mereka, tetapi tangan kasih dan kuasa-Nya tidak pernah meninggalkan mereka. Air yang merupakan kebutuhan vital, Tuhan sediakan secara berlimpah (8) . Bagi kita umat Kristen masa kini, kedua peristiwa bersejarah tersebut menjadi simbol pembebasan dari perbudakan dosa dan masuk menjadi umat Tuhan di Kerajaan Allah. Kita bersyukur kepada Tuhan karena Kristus telah memungkinkan kedua hal tersebut menjadi nyata dalam kehidupan kita. Melalui pengurbanan diri-Nya di kayu salib, Dia membebaskan kita dari perbudakan dosa dan lewat kebangkitan-Nya, kita memiliki jaminan hidup yang kekal. 319 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 115 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama–Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih–Mu, oleh karena setia–Mu! Mengapa bangsa–bangsa akan berkata: “Di mana Allah mereka?” Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki–Nya! Berhala–berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata–kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba–raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang–orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya. Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. Hai orang–orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum Harun, memberkati orang–orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar. Kiranya TUHAN memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak–anakmu. Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan–Nya kepada anak–anak manusia. Bukan orang–orang mati akan memuji–muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi, tetapi kita, kita akan memuji TUHAN, sekarang ini dan sampai selama–lamanya. Haleluya! Renungan Apa kesulitan umat Tuhan yang hidup di tengah bangsabangsa yang tidak mengenal Tuhan? Bukankah Israel yang terbuang di antara bangsa-bangsa lain memperlihatkan bahwa Allah Israel tidak berkuasa menyelamatkan mereka? Judul: Tetap percaya walau situasi sulit Pemazmur menggubah pujian kepada Tuhan untuk dinyanyikan dalam suatu ibadah dengan liturgi yang bersahut-sahutan. Ayat 1-2 dimulai dengan permohonan umat agar Tuhan menunjukkan diriNya untuk mengatasi ejekan bangsa-bangsa lain yang merendahkan Dia. Lalu seorang imam yang mewakili umat menyahut dengan keyakinan penuh bahwa Allah mereka jauh lebih berkuasa daripada dewa-dewi bangsa-bangsa yang ada di sekeliling mereka. Imam tersebut mengontraskan ketidakberdayaan dewa-dewi kafir dengan keperkasaan dan kemuliaan Tuhan (3-8) . Ayat 9-11 , mungkin dikumandangkan oleh paduan suara, mendorong umat untuk tinggal teguh dalam keyakinan bahwa Tuhan adalah Penolong mereka. Menarik sekali ayat-ayat yang sepertinya 320 dinyanyikan bersahutan ini: ayat 9a, 10a, 11a , disambut dengan 9b, 10b, 11b. Ayat 12-15 si imam mengucapkan berkat bagi semua peserta ibadah. Akhirnya mazmur ini ditutup dengan respons seluruh jemaat, yang memuji Tuhan dengan segenap hati mereka (16-18) . Mengapa mazmur ini menggambarkan keberanian umat memercayai Tuhan di tengah situasi sulit? Karena kasih setia yang sudah pernah dialami umat Tuhan. Dengan mengingat semua kebaikan Tuhan pada masa lampau, umat tidak terjebak situasi sulit yang sedang mereka alami. Mereka tahu bahwa semua yang terjadi pada diri mereka ada dalam kontrol Allah. Maka umat Tuhan harus saling mengingatkan dan saling menguatkan untuk tetap setia menantikan karya Tuhan yang dahsyat agar sekali lagi dinyatakan. Situasi apa yang sedang Anda hadapi? Beranikah Anda menyatakan iman Anda kepada Tuhan? Jangan menggumulinya sendirian. Ajaklah saudara seiman untuk menggumuli hidup dengan saling menguatkan dan meneguhkan! Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 115 Pdt. O. Pasaribu, MTh. Sumber: Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) Keraguan, khawatir dan takut Kita harus jujur mengakui bahwa dalam perjalanan hidup ini, kita sering ragu, khawatir dan takut. Hal itu terjadi karena banyaknya tantangan yang kita alami dalam melaksanakan tugas-tugas kita, termasuk masalah hari depan, yang akan kita jalani. Masalah pekerjaan, sekolah anak-anak, kesehatan dan masa tua kita kelak. Mazmur ini mencontoh suatu aspek ibadah Israel; peran serta yang bersahutan antara pemimpin dan jemaat. Mazmur ini ditulis sesudah zaman pembuangan, disebut orang-orang yang takut akan Tuhan. Mazmur ini ditulis oleh orang Israel dan orang-orang proselit (bangsa lain yang percaya kepada Allah orang Israel). Tetapi mazmur 22:24 memberi petunjuk orang-orang yang takut akan Tuhan tersebut adalah umat Israel sendiri. Mazmur ini dibuat untuk mengenang kembali kasih karunia Allah semasa/zaman keluaran bangsa Israel. Di mana bangsa Israel boleh mengalami hal yang luar biasa, bukan karena keadaan mereka sendiri tetapi hanya karena atas nama dan kodrat Allah sendiri. Penjelasan. Bersandar adalah unsur pertama dalam hal mempercayai. Allah mampu membantu maupun memberi pertolongan dan melindungi (perisai) orang-orang yang mempercayai Dia. Kepatuhan sederhana itu hendaknya menandai setiap anggota umat Tuhan. Sekedar terdaftar menjadi anggota tidaklah cukup. Tetapi beriman adalah penyerahan hidup sepenuhnya kepada yang kita percayai, walaupun belum dapat kita lihat (Ibr. 11:1) . Penyerahan dan kepercayaan itu harus dimiliki oleh 321 semua umat itu, semua anggota keluarga (Yos. 24:15) . Baik orang-orang yang memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi harus percaya sepenuhnya kepada pertolongan dan bimbingan Tuhan (bnd. Ayat 10) . Juga tidak sekedar orang yang terkenal taat melaksanakan ketentuan agama, harus datang secara pribadi dalam kepasrahan kepada Tuhan. Kepastian Tanda umat Allah berikutnya adalah kepastian mengenai perhatian dan kebaikan-Nya. Tuhan tetap mengingat dan akan memberkati. Tidak ada satu orangpun yang terluput dari kasih Tuhan, tidak ada yang terlewat, semua janji-janji-Nya akan digenapi oleh-Nya. Bukan hanya diulangi ketiga kelompok yang telah disebut dalam ayat 9-11 (Israel, Kanaan, Harun dan orang-orang yang akan Tuhan). Tetapi ditambah lagi baik kepada orang-orang kecil maupun orang besar. Di mata Tuhan manusia adalah sama, memerlukan pertolongan dan berkat. Doa. Mengikuti adalah sebagai unsur yang hakiki dan mendasar dalam kepercayaan yang sejati. Karena kepercayaan yang sejati adalah sikap yang hanya mencari Allah untuk mencari pertolongan. Dan hanya memandang dan mengharapkan di dalam Dia satu-satunya sumber kecukupan. Kecukupan kebutuhan masa kini untuk kita sendiri, maupun untuk kebutuhan masa depan, generasi berikutnya yaitu anak-anak kita. Sikap penuh percaya ini terungkap dalam doa, dialaskan kepada kemahakuasaan Allah. Hal itu dicontohkan kepada keagungan dan kemahakuasaan Allah yang menciptakan langit dan bumi. 322 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 116 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga–Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada–Nya. Tali–tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan. Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: “Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!” TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. TUHAN memelihara orang–orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan–Nya aku. Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku dari pada tersandung. Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang–orang hidup. Aku percaya, sekalipun aku berkata: “Aku ini sangat tertindas.” Aku ini berkata dalam kebingunganku: “Semua manusia pembohong.” Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan–Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat–Nya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi–Nya. Ya TUHAN, aku hamba–Mu! Aku hamba–Mu, anak dari hamba–Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan–ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada–Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat–Nya, di pelataran rumah TUHAN, di tengah–tengahmu, ya Yerusalem! Haleluya! Renungan Judul: Piala keselamatan Allah Pengalaman apa dalam hidup kita yang membuat kita benar- benar bersyukur kepada Tuhan? Penulis mazmur ini memiliki pengalaman lepas dari maut. Itulah yang dia tuangkan dalam mazmur syukur ini. Mazmur syukur biasanya mulai dengan ajakan untuk memuji atau bersyukur kepada Tuhan. Namun mazmur ini dimulai dengan pernyataan kasih pemazmur kepada Tuhan. Kasih yang merupakan respons pemazmur terhadap pertolongan Tuhan yang nyata pada waktunya. Dua kali pemazmur menyebut dirinya dalam keadaan terancam maut (3, 8) . Pemazmur ketakutan, merasa sangat lemah (6) , dan tertindas (10) . Pemazmur pun berseru minta tolong (4) . Tuhan mendengar jeritannya dan menolong dia lepas dari situasi yang sangat mengerikan tersebut. Pertolongan Tuhan membuat hati pemazmur menjadi teduh (7) . Keyakinannya akan kebaikan Tuhan semakin mantap walaupun situasi belum sama sekali membaik (10) . Pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa, membekas di sanubari pemazmur. Maka ia bertekad untuk membalas kebaikan Tuhan. Apa yang hendak dia lakukan? 323 Pertama, ia hendak menyatakan kebaikan Tuhan di hadapan umat Tuhan. Mengangkat piala keselamatan Tuhan berarti menyaksikan karya penyelamatan-Nya. Kedua, pemazmur hendak mempersembahkan kurban syukur kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa sikap ibadah pemazmur sesuai dengan aturan Taurat. Ketiga, pemazmur hendak membayar nazar yang rupanya ia ikrarkan ketika menghadapi masa-masa sulit tersebut. Pemazmur tidak melupakan janjinya. Sampai dua kali, pernyataan akan membayar nazar itu diungkapkan (14, 18) . Ini membuktikan keseriusan pemazmur. Pertolongan terbesar yang pernah Tuhan lakukan dalam hidup kita ialah tatkala Ia membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut oleh kasih karunia Tuhan Yesus. Sudahkah kita mengangkat piala keselamatan Kristus di hadapan umat-Nya seraya memproklamasikan kasih-Nya kepada dunia ini? 324 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 117 1 2 Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih–Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama–lamanya. Haleluya! Renungan Mazmur terpendek ini menyajikan pujian yang jelas mengingatkan Israel bahwa kebaikan Tuhan atas mereka bukan semata-mata demi mereka. Ajakan pujian ini menggema ke seluruh dunia, memproklamasikan Allah Israel sebagai Allah atas bangsabangsa, maka patutlah semua bangsa memuji dan menyembah Allah Israel. Judul: Pujilah Tuhan, hai segala bangsa menggemakan kembali panggilan Israel untuk menjadi berkat di tengah bangsa-bangsa yang belum mengenal apalagi menyembah Tuhan. Kel. 19:4-6 dengan jelas memaparkan tujuan Allah menyelamatkan Israel keluar dari perbudakan Mesir, yaitu menjadikan mereka bangsa khusus milik Allah di tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Kasih setia Allah atas mereka (Mzm. 117:2) adalah untuk dibagikan kepada bangsa-bangsa lain. Israel dipanggil untuk menjadi kerajaan imamat dan bangsa yang kudus. Sebagai kerajaan imamat, mereka berfungsi memperkenalkan bangsa-bangsa kafir kepada Allah sejati, pencipta langit dan bumi, yaitu Tuhan Israel. Dengan demikian semua bangsa berkesempatan menyembah Allah Israel. Mazmur 117 Sebagai bangsa yang kudus, Israel dipanggil untuk menjadi model tentang umat yang hidup sesuai dengan kekudusan Allah. Dengan demikian bangsa-bangsa kafir beroleh contoh bagaimana hidup berkenan kepada Allah. Mazmur 117 mengingatkan Israel akan bahaya sikap eksklusivisme, yaitu menganggap bahwa Allah Israel adalah Allah yang dikhususkan sebagai milik mereka sendiri. Sikap seperti itu adalah arogan, keumatan mereka seolah merupakan hak istimewa dan bukan panggilan untuk melayani bangsa lain. Untuk apa Tuhan menyelamatkan kita dari perbudakan dan hukuman dosa? Bukan semata-mata agar kita menikmati segala kebaikan Allah sekarang dan kelak di surga mulia. Tuhan menyelamatkan kita agar kita memberi kesaksian tentang Dia kepada semua orang, dan juga menjadi contoh bagaimana seharusnya manusia hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sudahkah Anda menjadi saksi Kristus? 325 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 118 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia– Nya. Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya!” Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya!” Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya!” Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? TUHAN di pihakku, menolong aku; aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan. Segala bangsa mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku, ya mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala–nyala seperti api duri, ––demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur. Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi TUHAN menolong aku. TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak–sorai dan kemenangan di kemah orang–orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!” Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan–perbuatan TUHAN. TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut. Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang–orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada–Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang–tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak–sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk– tanduk mezbah. Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada–Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau. Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia– Nya. 326 Renungan Banyak anak Tuhan yang memberikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan, yang tak henti-hentinya dialami dan dirasakan. Namun apakah mereka mengucap syukur dan menyembah Dia setiap saat? Judul: Bersyukur dalam segala perkara mengajak umat Tuhan bersama-sama mengucap syukur atas segala perkara yang terjadi dalam kehidupan umat maupun setiap pribadi di dalamnya. Setelah ajakan mengucap syukur (1-4), pemazmur mengajukan tiga kesaksian berbeda akan karya Tuhan dalam hidup pribadi-pribadi. Mazmur 118 Yang pertama, ayat 5-9 , kesaksian akan pertolongan Tuhan dari kesesakan karena himpitan musuh. Terbukti, Tuhan adalah tempat perlindungan yang lebih teruji daripada manusia, bahkan bangsawan sekalipun. Kedua, ayat 10-12 , kesaksian raja akan pertolongan Tuhan ketika musuh berupaya menaklukkan bangsanya. Umat Israel berulang kali mengalami bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari cengkeraman bangsa-bangsa musuh. Ketiga, ayat 13-25 , kesaksian seorang pahlawan yang mengalami pembentukan dari Tuhan melalui penolakan dan hajaran. Betul, Tuhan mengizinkan dia kalah dan babak belur, tetapi pengalaman itu justru membentuk kekuatan dan ketangguhan untuk tetap setia kepada Dia. Dialah batu yang dibuang oleh tukang bangunan, tetapi yang dijadikan Tuhan sebagai batu penjuru untuk mengokohkan sebuah bangunan (22) . Oleh karena itu ia bertekad untuk memberi kesaksian tentang perbuatan Tuhan yang perkasa (17) . Tekad itu dinyatakan dengan keinginan beribadah di rumah Tuhan (19-21) dan merayakannya dengan bersorak sorai (24-25) . Sambutan dari imam yang mengepalai ibadah di rumah Tuhan tidak kalah meriah (26-27) . Ia mengenal siapa yang Tuhan sudah urapi untuk memimpin umat-Nya. Mazmur ini ditutup dengan ajakan bersyukur, yang merupakan ulangan ayat 1 . Sudahkah kita bersyukur untuk semua kebaikan Tuhan yang kita alami? Atau mungkin kita perlu lebih peka akan kebaikan Tuhan lewat cara-cara-Nya membentuk kita. 327 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 1-22 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Berbahagialah orang–orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang–orang yang memegang peringatan–peringatan–Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan–jalan yang ditunjukkan–Nya. Engkau sendiri telah menyampaikan titah–titah–Mu, supaya dipegang dengan sungguh– sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan–Mu! Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat–amati segala perintah–Mu. Aku akan bersyukur kepada–Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum–hukum–Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan–ketetapan–Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman–Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah– perintah–Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji–Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan–ketetapan–Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan. Atas petunjuk peringatan–peringatan–Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. Aku hendak merenungkan titah–titah–Mu dan mengamat–amati jalan–jalan–Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan–ketetapan–Mu; firman–Mu tidak akan kulupakan. Lakukanlah kebajikan kepada hamba–Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman–Mu. Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban–keajaiban dari Taurat–Mu. Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah–perintah–Mu terhadap aku. Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum–hukum–Mu setiap waktu. Engkau menghardik orang–orang yang kurang ajar, terkutuklah orang yang menyimpang dari perintah–perintah–Mu. Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan–peringatan– Mu. Renungan Judul: Taurat membahagiakan? Banyak orang Kristen salah mengerti Taurat. Mereka tidak habis mengerti bagaimana mungkin orang memuji-muji keindahan Taurat bahkan menyatakan kecintaan terhadapnya. Bukankah Taurat adalah peraturan- peraturan yang sebagian besar bersifat larangan? Bagaimana mungkin orang mencintai peraturan apalagi larangan, lagipula bukankah Taurat tidak berlaku lagi untuk orang Kristen? 328 mengoreksi pandangan keliru yang disebabkan mengidentikkan Taurat dengan hukum. Taurat bukan sekadar hukum melainkan petunjuk Ilahi berdasarkan karakter Tuhan. Tujuan Allah memberi Taurat ialah agar umat Allah menjalani dan menikmati hidup dalam anugerah-Nya. Dengan menyebut Taurat sebagai peringatan (2) , titah (4) , firman (9) , dll., pemazmur mengajak umat Allah menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (1-3) . Taurat membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka (9- 11) . Taurat menjadi terang Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Dengan hidup sesuai Taurat orang hidup dekat Allah. Merenungkan firman Tuhan dan menikmatinya sama dengan melihat karakter Allah (15) . Karena Taurat Tuhan berisi kedahsyatan diri Allah sendiri maka umat perlu berdoa memohon kepada Tuhan agar mampu memahami dan mengalaminya. Mazmur 119 Kita hidup di tengah-tengah dunia jahat yang menekan serta mengerikan (19, 22) . Oleh karena itu, kita perlu dekat dengan Tuhan dan benar-benar menikmati kemerdekaan kekudusan Allah. Dengan demikian gaya hidup dosa dari dunia ini kehilangan daya tariknya. Kita memerlukan kuasa kebenaran Allah menopang kita. Sehingga serangan kejahatan tidak akan mampu menggoncang keteguhan kerohanian kita kepada Tuhan. Mari kita belajar menghargai firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan kita dari cara hidup yang tidak berkenan kepada-Nya. Ajakan: 329 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 23-44 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Sekalipun pemuka–pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba–Mu ini merenungkan ketetapan–ketetapan–Mu. Ya, peringatan–peringatan–Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat–penasihatku. Jiwaku melekat kepada debu, hidupkanlah aku sesuai dengan firman–Mu. Jalan–jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku—ajarkanlah ketetapan– ketetapan–Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah–titah–Mu, supaya aku merenungkan perbuatan– perbuatan–Mu yang ajaib. Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman–Mu. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat–Mu. Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum–hukum–Mu di hadapanku. Aku telah berpaut pada peringatan–peringatan–Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu. Aku akan mengikuti petunjuk perintah–perintah–Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku. Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan–ketetapan–Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir. Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat–Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah–perintah–Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan–peringatan–Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan–jalan yang Kautunjukkan! Teguhkanlah pada hamba–Mu ini janji–Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada–Mu. Lalukanlah celaku yang menggetarkan aku, karena hukum–hukum–Mu adalah baik. Sesungguhnya aku rindu kepada titah–titah–Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan–Mu! Kiranya kasih setia–Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada–Mu itu sesuai dengan janji–Mu, supaya aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada firman–Mu. Janganlah sekali–kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum–hukum–Mu. Aku hendak berpegang pada Taurat–Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya. Renungan Judul: Suka-duka dalam firman Sungguhkah hidup akrab dengan firman selalu ditandai oleh suasana hati suka? Jika dalam perikop yang kita baca kemarin timbul kesan demikian, tidak demikian dengan perikop hari ini. Kini lebih banyak ungkapan yang menandakan kesusahan (25, 28, 39) daripada kesukaan (24) diakui jujur oleh pemazmur menjadi pengalaman nyata dia sehari-hari. 330 Bukankah pengalaman serupa juga menjadi fakta orang beriman masa kini? Mengapa bisa demikian? Apabila kita juga mengalami suka duka yang sama dalam firman, bagaimana kita sebaiknya bersikap? Perikop ini memberi kita analisis mengapa kemenduaan perasaan demikian bisa terjadi. Dengan memahami penyebabnya, kita akan mengerti bagaimana jalan keluarnya. Pertama, pemazmur mengungkapkan bahwa perasaan negatif yang dialaminya adalah akibat tekanan dari orang yang tidak tunduk kepada kebenaran Allah. Mereka bukan orang sembarangan, tetapi orang-orang berpengaruh yang justru bersepakat melawan pemazmur (23) . Pengalaman sama juga sering kita alami kini. Justru tatkala kita berpaut pada firman dan bertekad menaatinya, kita akan berhadapan dengan risiko yang tidak enak. Pengalaman pahit paling nyata adalah ketika kita ingin menerapkan firman dalam lingkup etika (29-31) . Kedua, kedukaan muncul karena ada kelemahan di pihak orang beriman untuk mampu sungguh mencintai dan melaksanakan firman (25-27, 34-36) . Orang beriman masih memiliki berbagai kelemahan dan kecenderungan melanggar firman. Kerinduan untuk mengerti firman, tidak selalu terjawab dalam pengalaman nyata. Firman kita baca dan renungkan, tetapi kita tidak kunjung memahaminya. Firman ingin kita pegang menjadi prinsip hidup, namun kita tidak teguh hati berpegang kepadanya. Juga sering tidak cukup keberanian untuk memikul segala risiko yang tidak enak. Jangan berhenti merenungkan firman hanya karena Anda tidak mengerti. Jangan berhenti berjuang menaati firman meski berat risikonya. Anjuran: 331 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 45-66 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah–titah–Mu. Aku hendak berbicara tentang peringatan–peringatan–Mu di hadapan raja–raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Aku hendak bergemar dalam perintah–perintah–Mu yang kucintai itu. Aku menaikkan tanganku kepada perintah–perintah–Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan–ketetapan–Mu. Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba–Mu, oleh karena Engkau telah membuat aku berharap. Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji–Mu menghidupkan aku. Orang–orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat–Mu. Aku ingat kepada hukum–hukum–Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku. Aku menjadi gusar terhadap orang–orang fasik, yang meninggalkan Taurat–Mu. Ketetapan–ketetapan–Mu adalah nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai orang asing. Pada waktu malam aku ingat kepada nama–Mu, ya TUHAN; aku hendak berpegang pada Taurat–Mu. Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah–titah–Mu. Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman–firman–Mu. Aku memohon belas kasihan–Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji– Mu. Aku memikirkan jalan–jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan– peringatan–Mu. Aku bersegera dan tidak berlambat–lambat untuk berpegang pada perintah–perintah–Mu. Tali–tali orang–orang fasik membelit aku, tetapi Taurat–Mu tidak kulupakan. Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada–Mu atas hukum–hukum–Mu yang adil. Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada–Mu, dan dengan orang–orang yang berpegang pada titah–titah–Mu. Bumi penuh dengan kasih setia–Mu, ya TUHAN, ajarkanlah ketetapan–ketetap kepadaku. Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba–Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman–Mu. Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah–perintah–Mu. Renungan Judul: Firman dan iman yang aktif Di tengah-tengah penentangan dan perlawanan dari dunia, iman Kristen sering kali menjadi terpojok. Iman dianggap tidak lebih dari menjaga diri agar tidak tercemar dosa. Kekudusan lebih dihayati sebagai sikap bertahan bukan sikap mempengaruhi. Hal itu sangat mungkin terjadi karena pemahaman sempit akan firman Tuhan. Firman Tuhan dianggap hanya berkuasa untuk mengatur aspek rohani dalam kehidupan seseorang bukan berotoritas penuh dan utuh atas keseluruhan hidupnya. 332 Pemazmur mengenal Tuhan yang firman-Nya berkuasa atas semua manusia dan berdaulat atas setiap aspek dari kehidupan umat-Nya. Itu sebabnya, pemazmur berdiri tegak menegur para pemimpin yang lalim (46) . Ia berani menyingkapkan kemarahan kudusnya kepada orang fasik (53) , yang hidup melawan Tuhan dan firman-Nya. Teladan pemazmur ini mendorong kita untuk berteguh tekad, tidak surut terhantam hujatan orang berdosa (51, 61) . Seperti pemazmur, kita mampu dengan mantap tetap berpegang pada firman Tuhan dan bersukacita di dalamnya (47, 50, 52, 54) . Hidup kudus memang berarti menjaga langkah hidup seirama dengan petunjuk- petunjuk-Nya secara teratur (55, 59, 62), dan memelihara ketaatan pada firman-Nya dalam persekutuan dengan sesama anak Tuhan (63) . Akan tetapi, firman yang direnungkan itu tidak berhenti sampai di situ. Firman Tuhan memberikan hikmat serta menjadikan anak-anak Tuhan bijak dan cerdas menjawab tantangan dunia dan menang terhadapnya (66) . Kita tidak boleh membiarkan kehidupan iman kita terkurung dalam sikap mengasihani diri sendiri. Sikap demikian hanya akan melumpuhkan kesaksian hidup kita karena kita membungkamkan kebenaran Tuhan yang seharusnya kita kumandangkan di dunia milik Tuhan ini. Hanya dengan menjadikan firman Tuhan sumber dan pedoman hidup, hidup akan memancarkan terang Tuhan yang mengenyahkan pekatnya kehidupan dunia berdosa. Camkan: 333 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 67-88 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji–Mu. Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan–ketetapan–Mu kepadaku. Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah–titah–Mu. Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat–Mu ialah kesukaanku. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan–ketetapan–Mu. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak. Tangan–Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah–perintah–Mu. Orang–orang yang takut kepada–Mu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada firman–Mu. Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum–hukum–Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan. Biarlah kiranya kasih setia–Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba–Mu. Biarlah rahmat–Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat–Mu adalah kegemaranku. Biarlah orang–orang yang kurang ajar mendapat malu, karena mereka berlaku bengkok terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan merenungkan titah–titah–Mu. Biarlah berbalik kepadaku orang–orang yang takut kepada–Mu, orang–orang yang tahu peringatan–peringatan–Mu. Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan–ketetapan–Mu, supaya jangan aku mendapat malu. Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada–Mu, aku berharap kepada firman–Mu. Habis mataku merindukan janji–Mu; aku berkata: “Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?” Sebab aku telah menjadi seperti kirbat yang diasapi; namun ketetapan–ketetapan–Mu tidak kulupakan. Berapa lagi hari–hari hamba–Mu ini? Bilakah Engkau menghukum orang–orang yang mengejar aku? Orang–orang yang kurang ajar telah menggali lobang bagiku, orang–orang yang tidak menuruti Taurat–Mu. Segala perintah–Mu dapat dipercaya; mereka mengejar aku tanpa alasan—tolonglah aku! Hampir saja mereka menghabisi aku di bumi, tetapi aku tidak meninggalkan titah–titah–Mu. Hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia–Mu, supaya aku berpegang pada peringatan yang Kauberikan. Renungan Mengapa orang Kristen menderita? Ada banyak alasan, namun dari perikop ini kita bisa melihat dua macam penderitaan yang dikaitkan dengan firman Tuhan. Judul: Menderita karena firman Pertama, penderitaan sebagai akibat proses pembelajaran firman (67) . Menurut 2 Tim. 3:16 salah satu manfaat firman dalam rangka mendidik orang dalam kebenaran adalah dengan menyatakan kesalahan orang tersebut. Mengapa firman menyingkapkan kesalahan? Apa maksud dan tujuan dari 334 pengalaman menyakitkan tersebut? Pemazmur yakin bahwa Tuhan sedang mengajarkan dirinya agar hidup dalam kebenaran, serta berpegang teguh pada firman-Nya. Allah tegas. Ia akan mengizinkan penderitaan menerpa orang percaya ketika orang percaya bermain-main dengan hal-hal yang tidak benar. Tuhan baik. Ia berbuat demikian karena menginginkan yang terbaik bagi anak-anak-Nya (68, 75) . Melalui penindasan, diharapkan anak-anak Tuhan sadar kesalahan mereka sehingga mereka bertobat dan belajar taat kepada firman-Nya (71) . Kedua, penderitaan sebagai bagian proses pikul salib (69) . Penderitaan ini justru terjadi karena taat firman, yang mengakibatkan diri dibenci dan dikucilkan oleh dunia ini (78, 83, 85) . Derita karena kebenaran memang berat, tetapi menguatkan. Dalam penderitaan, rohani dan iman kita bertumbuh dengan pengharapan yang membuat kita makin menantikan saat Tuhan menolong. Kita tidak hanya berharap Ia melegakan penderitaan, tetapi jaya menegakkan kebenaran serta menghukum pihak yang bersalah (81-84) . Penderitaan karena taat firman sesungguhnya menempa anak-anak Tuhan menjadi lebih kuat serta lebih menjunjung Allah dan firman-Nya. Sebenarnya kedua macam penderitaan itu, Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita karena Dia mengasihi kita dan menginginkan kita semakin bersinar dalam karakter Ilahi. Firman Tuhan mengikis habis semua karakter buruk kita dan menopang iman kita menuju kesempurnaan. Camkan: 335 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 89-110 Untuk selama–lamanya, ya TUHAN, firman–Mu tetap teguh di sorga. 90 Kesetiaan–Mu dari keturunan ke keturunan; Engkau menegakkan bumi, sehingga tetap ada. 91 Menurut hukum–hukum–Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau. 92 Sekiranya Taurat–Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku. 93 Untuk selama–lamanya aku tidak melupakan titah–titah–Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku. 94 Aku kepunyaan–Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah–titah–Mu. 95 Orang–orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak memperhatikan peringatan–peringatan–Mu. 96 Aku melihat batas–batas kesempurnaan, tetapi perintah–Mu luas sekali. 97 Betapa kucintai Taurat–Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. 98 Perintah–Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh–musuhku, sebab selama–lamanya itu ada padaku. 99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan–peringatan–Mu kurenungkan. 100 Aku lebih mengerti dari pada orang–orang tua, sebab aku memegang titah–titah–Mu. 101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman– Mu. 102 Aku tidak menyimpang dari hukum–hukum–Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku. 103 Betapa manisnya janji–Mu itu bagi langit–langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. 104 Aku beroleh pengertian dari titah–titah–Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta. 105 Firman–Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. 106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum–hukum–Mu yang adil. 107 Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman–Mu. 108 Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji–pujian berkenan kepada–Mu, ya TUHAN, dan ajarkanlah hukum–hukum–Mu kepadaku. 109 Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat–Mu tidak kulupakan. 110 Orang–orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah–titah– Mu. 89 Renungan Orang modern mengagung-agungkan pendidikan. Menurut mereka, pendidikan bisa mengubah orang menjadi lebih baik dan bermoral karena pada dasarnya manusia itu baik. Pandangan ini keliru! Banyak orang yang berpendidikan tinggi justru menjadi penjahat berkaliber. Judul: Firman memberi hikmat Hanya satu jenis pendidikan yang dapat mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang beradab dan bermoral, yaitu pendidikan dari Tuhan sendiri. Tentu syarat utama mendapatkan pendidikan Tuhan adalah seseorang harus menjadi umat Tuhan terlebih dulu. Inilah yang telah 336 dialami oleh pemazmur. Dengan pengakuan bahwa dia adalah milik Tuhan mengungkapkan faedah pendidikan Tuhan. (94) , pemazmur Pertama, firman Tuhan menjadikan anak-anak Tuhan bijaksana dan berakal budi melebihi kepandaian para guru bahkan pengetahuan para orang tua (89-100) . Hal ini bukan meremehkan peran para guru atau para orang tua yang telah makan asam garam kehidupan. Firman Tuhan membuat kita memiliki cara pandang dan cara menilai dari sudut Allah berdiri. Kedua, pendidikan Tuhan memberikan hikmat yang dapat mengatasi kelicikan para musuh Tuhan yang hendak memperdaya anak-anak Tuhan ke dalam kesesatan (98, 110) . Dengan berpegang pada firman Tuhan, kita dipelihara dari kesesatan. Firman Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran (101, 104, 105) . Ketiga, firman Tuhan menjadi kesukaan hidup anak-anak Tuhan (103) . Kedekatan dengan Tuhan membuat hidup kita bergairah (92) . Firman memberi tenaga rohani yang membuat kita semakin giat melayani-Nya dengan penuh syukur (108) . Dengan firman-Nya, Tuhan menopang kehidupan di dunia ini. Dengan kasih setia-Nya, Ia menopang hidup anak-anak-Nya untuk menjadi yang terbaik di mata-Nya serta menjadi teladan moral bagi dunia yang kacau ini. Menghadapi orang yang sungguh penuh firman Tuhan, orang dunia secerdik apa pun pasti "kewalahan." Renungkan: 337 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 111-132 Peringatan–peringatan–Mu adalah milik pusakaku untuk selama–lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku. 112 Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan–ketetapan–Mu, untuk selama– lamanya, sampai saat terakhir. 113 Orang yang bimbang hati kubenci, tetapi Taurat–Mu kucintai. 114 Engkaulah persembunyianku dan perisaiku; aku berharap kepada firman–Mu. 115 Menjauhlah dari padaku, hai penjahat–penjahat; aku hendak memegang perintah–perintah Allahku. 116 Topanglah aku sesuai dengan janji–Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku. 117 Sokonglah aku, supaya aku selamat; aku hendak bersukacita dalam ketetapan–ketetapan–Mu senantiasa. 118 Engkau menolak semua orang yang sesat dari ketetapan–ketetapan–Mu, sebab sia–sia tipu muslihat mereka. 119 Sebagai sanga Kauanggap semua orang fasik di bumi; sebab itu aku mencintai peringatan– peringatan–Mu. 120 Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau, aku takut kepada penghukuman–Mu. 121 Aku telah menjalankan hukum dan keadilan; janganlah menyerahkan aku kepada pemeras– pemerasku! 122 Jadilah jaminan bagi hamba–Mu untuk kebaikan, janganlah orang–orang yang kurang ajar memeras aku. 123 Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada–Mu dan merindukan janji–Mu yang adil. 124 Perlakukanlah hamba–Mu sesuai dengan kasih setia–Mu, dan ajarkanlah ketetapan– ketetapan–Mu kepadaku. 125 Hamba–Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan–peringatan–Mu. 126 Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; mereka telah merombak Taurat–Mu. 127 Itulah sebabnya aku mencintai perintah–perintah–Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua. 128 Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah–Mu; segala jalan dusta aku benci. 129 Peringatan–peringatan–Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya. 130 Bila tersingkap, firman–firman–Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang– orang bodoh. 131 Mulutku kungangakan dan megap–megap, sebab aku mendambakan perintah–perintah–Mu. 132 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebagaimana sepatutnya terhadap orang–orang yang mencintai nama–Mu. 111 Renungan Jika kita jujur maka akan kita akui bahwa banyak dari keputusan dan tindakan kita yang tidak didorong oleh alasan yang benar. Salah satu alasan paling berpengaruh adalah takut akan manusia. Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif, takut dianggap tidak berpihak, takut dilawan. Kita perlu sadar bahwa dengan demikian kita sedang Judul: Firman dan pertumbuhan sikap 338 membiarkan orang lain membentuk diri kita, bukan Tuhan. Akhirnya kita makin menyimpang dari menjadi diri yang sepadan dengan rencana Allah. Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menumbuhkan jati diri dan sikap-sikap yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap kita terhadap firman Allah, membuat karakter kita mengalami pemurnian dan penyelarasan dengan sikap hati Allah sendiri. Sikap benar apa saja akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul akrab dan menaati firman? Hati akan condong kepada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika firman menjadi harta pusaka (111) kita akan meminati keputusan Allah (112) , membenci sikap bercabang hati (113) . Kita akan lebih takut gentar terhadap Allah daripada takut kepada orang yang melawan Allah (117-120) . Firman menanamkan dalam diri kita janji dan prinsip bahwa saat kita takut kita dapat berdoa memohon perlindungan-Nya (116) . Kebiasaan menatap kemuliaan Allah dalam firman membuat kita mampu melihat kepalsuan dari kemuliaan orang fasik (119) . Penilaian Allah menjadi penilaian kita. Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dengan hati Allah sendiri. Untuk tiba pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun. Disiplin membaca-gali Alkitab melalui Santapan Harian hendaknya dilihat sebagai proses pembentukan sikap itu. Memang kita masih harus dan perlu hidup terlibat dalam masyarakat. Dibekali pemahaman firman yang kental, kita akan terlibat tidak dengan membunglon, tetapi membawa pengaruh positif dari kebenaran Tuhan. Renungkan: 339 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 133-154 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 Teguhkanlah langkahku oleh janji–Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku. Bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia, supaya aku berpegang pada titah–titah–Mu. Sinarilah hamba–Mu dengan wajah–Mu, dan ajarkanlah ketetapan–ketetapan–kepadaku. Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat–Mu. Engkau adil, ya TUHAN, dan hukum–hukum–Mu benar. Telah Kauperintahkan peringatan–peringatan–Mu dalam keadilan dan dalam kesetiaan belaka. Nyala cintaku menghabiskan aku, sebab para lawanku melupakan segala firman–Mu. Janji–Mu sangat teruji, dan hamba–Mu mencintainya. Aku ini kecil dan hina, tetapi titah–titah–Mu tidak kulupakan. Keadilan–Mu adil untuk selama–lamanya, dan Taurat–Mu benar. Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, tetapi perintah–perintah–Mu menjadi kesukaanku. Peringatan–peringatan–Mu adil untuk selama–lamanya, buatlah aku mengerti, supaya aku hidup. Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN! Ketetapan–ketetapan–Mu hendak kupegang. Aku berseru kepada–Mu; selamatkanlah aku! Aku hendak berpegang pada peringatan– peringatan–Mu. Pagi–pagi buta aku bangun dan berteriak minta tolong; aku berharap kepada firman–Mu. Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji–Mu. Dengarlah suaraku sesuai dengan kasih setia–Mu; ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan hukum–Mu. Mendekat orang–orang yang mengejar aku dengan maksud jahat, mereka menjauh dari Taurat–Mu. Engkau dekat, ya TUHAN, dan segala perintah–Mu adalah benar. Sejak dahulu aku tahu dari peringatan–peringatan–Mu, bahwa Engkau telah menetapkannya untuk selama–lamanya. Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku, sebab Taurat–Mu tidak kulupakan. Perjuangkanlah perkaraku dan tebuslah aku, hidupkanlah aku sesuai dengan janji–Mu. Renungan Saat krisis menimpa kehidupan anak-anak Tuhan, apakah yang mampu menopang mereka agar tetap tegar beriman? Hanya kehidupan doa dan firman yang disiplin dapat memberi topangan yang kokoh konsisten. Doa menghasilkan kekuatan untuk bertahan, sedangkan firman menjadi pedoman bagaimana menghadapi kesulitan dan menang terhadapnya. Judul: Firman dan doa Krisis terberat tentu saja ketika kita menghadapi penghujatan terhadap firman Tuhan (136, 150) . Serangan terhadap firman Tuhan sama saja dengan upaya menggoncang sendi-sendi keimanan itu sendiri. Padahal firman Tuhanlah yang menopang kehidupan anak Tuhan dan membuatnya bersukacita serta penuh pengharapan untuk dapat menanggulangi berbagai krisis (137-144) . Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk memanjatkan doa-doa permohonan kita kepada Tuhan agar 340 kita terus menerima firman Tuhan yang menopang hidup kita (133-135) . Marilah kita nyatakan tekad untuk lebih sungguh-sungguh menerapkan setiap perintah-Nya dalam hidup ini (145-149) . Kita harus memanjatkan doa demikian dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan dapat diandalkan (153- 154) dan segala firman-Nya tak pernah gagal (151-152) . Teladan pemazmur ketika krisis melanda patut kita tiru. Semakin keadaan sulit, semakin kita perlu bergiat mencari hadirat Tuhan dalam doa dan firman (147-148) . Marilah kita memeriksa diri kita masing- masing. Seberapa disiplinkah kita menjalankan waktu teduh? Janganlah menunggu krisis melanda baru mencari pegangan pada Tuhan lewat doa dan firman. Bentuklah kebiasaan dan pola yang teratur tiap-tiap hari untuk menghampiri takhta-Nya secara pribadi maupun dalam persekutuan sesama umat Tuhan. Kekuatan dan kemenangan melawan krisis sehebat apa pun tidak akan didapat dari usaha sendiri, melainkan dari Tuhan lewat kehidupan dan doa dan firman sehat. Renungkan: 341 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 119: 155-176 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 Keselamatan menjauh dari orang–orang fasik, sebab ketetapan–ketetapan–M tidaklah mereka cari. Rahmat–Mu berlimpah, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan hukum–hukum–Mu. Pengejar dan lawanku banyak, tetapi aku tidak menyimpang dari peringatan–peringatan–Mu. Melihat pengkhianat–pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka tidak berpegang pada janji–Mu. Lihatlah, betapa aku mencintai titah–titah–Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia–Mu. Dasar firman–Mu adalah kebenaran dan segala hukum–hukum–Mu yang adil adalah untuk selama–lamanya. Pembesar–pembesar mengejar aku tanpa alasan, tetapi hanya terhadap firman–Mu hatiku gemetar. Aku gembira atas janji–Mu, seperti orang yang mendapat banyak jarahan. Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi Taurat–Mu kucintai. Tujuh kali dalam sehari aku memuji–muji Engkau, karena hukum–hukum–Mu yang adil. Besarlah ketenteraman pada orang–orang yang mencintai Taurat–Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Aku menantikan keselamatan dari pada–Mu, ya TUHAN, dan aku melakukan perintah– perintah–Mu. Aku berpegang pada peringatan–peringatan–Mu, dan aku amat mencintainya. Aku berpegang pada titah–titah–Mu dan peringatan–peringatan–Mu, sebab seluruh hidupku terbuka di hadapan–Mu. Biarlah teriakku sampai ke hadapan–Mu, ya TUHAN; berilah aku pengertian sesuai dengan firman–Mu. Biarlah permohonanku datang ke hadapan–Mu; lepaskanlah aku sesuai dengan janji–Mu. Biarlah bibirku mengucapkan puji–pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan–ketetapan– Mu kepadaku. Biarlah lidahku menyanyikan janji–Mu, sebab segala perintah–Mu benar. Biarlah tangan–Mu menjadi penolongku, sebab aku memilih titah–titah–Mu. Aku rindu kepada keselamatan dari pada–Mu, ya TUHAN, dan Taurat–Mu menjadi kesukaanku. Biarlah jiwaku hidup, supaya memuji–muji Engkau, dan biarlah hukum–hukum–Mu menolong aku. Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba–Mu ini, sebab perintah–perintah–Mu tidak kulupakan. Renungan Penutup mazmur ini agak sedikit membingungkan, "Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini." Bukankah seluruh isi mazmur ini penuh ungkapan pujian syukur, keyakinan, keluhan dan permohonan serta bertubi-tubi pernyataan kesetiaan Judul: Berpaut terus pada firman 342 pemazmur dalam mengikut Tuhan? Bahkan di ayat 110 , pemazmur tegas berkata, "...tetapi aku tidak sesat dari titah-titah-Mu." Permohonan yang menutup rangkaian panjang Mazmur Mzm. 119 ini, sebenarnya merupakan pengakuan kerendah-hatian pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat dan setia terhadap firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja membuat ia lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya jatuh. Dengan pengakuan yang merendahkan hati seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua agar waspada terhadap segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati firman Tuhan. Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang yang meremehkan firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. Sebaliknya, kita harus ikrarkan tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat menikmati hadirat-Nya lewat persekutuan dalam firman-Nya (162-167) . Kita harus terbuka di hadapan Tuhan agar firman- Nya senantiasa mengoreksi hidup kita (168) . Dua hal bisa kita lakukan dengan meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan sedikit pun kita biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu terbuka kepada teguran firman Tuhan. Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah disingkapkan oleh firman dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan kesetiaan pada firman-Nya. 343 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 120 1 2 3 4 5 6 7 Nyanyian ziarah. Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku: “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.” Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu? Panah–panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar. Celakalah aku, karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di antara kemah–kemah Kedar! Cukup lama aku tinggal bersama–sama dengan orang–orang yang membenci perdamaian. Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang. Renungan Inilah mazmur ziarah yang pertama dari koleksi 15 mazmur ziarah. Mazmur ziarah merupakan mazmur yang dinyanyikan umat sementara berlangsung prosesi ziarah menuju Yerusalem dan Bait Allah. Tiga kali setahun umat Israel menghadap Tuhan di sana, untuk merayakan ibadah nasional sesuai dengan petunjuk Taurat. Judul: Hidup berintegritas Mazmur-mazmur ziarah juga bisa menggambarkan perjalanan hidup umat, dari keadaan terjauh, terasing, lalu menuju ke hadirat Tuhan. Semakin dekat, semakin menggairahkan, tetapi juga menggentarkan hati. Siapakah yang layak menghampiri takhta Tuhan? Pantaskah aku? Demikianlah setiap peziarah diajak untuk serius merefleksikan diri, mendekat kepada Dia? menggambarkan keadaan terasing pemazmur di negeri orang yang tidak mengenal Tuhan, yang kata-katanya kasar dan keras, serta suka berperang. Mesakh, suku bangsa yang mendiami wilayah Turki sekarang dan Kedar, suku pengembara dari Siria adalah suku-suku yang ganas dan suka berperang. Pemazmur mengalami kesulitan untuk hidup di tengah-tengah suku-suku yang gampang bertengkar dan siap membantai siapa pun yang lemah. Dalam keadaan seperti itu, godaan besar bagi pemazmur adalah untuk ikut-ikutan menyesuaikan diri. Mudah sekali tergoda untuk kompromi dengan situasi ‘siapa yang kuat, dia yang menang’. Mazmur 120 Namun tekad pemazmur adalah tetap hidup dalam integritas sesuai dengan imannya. Oleh karena itu pemazmur berseru minta tolong kepada Tuhan karena hanya Dia kekuatan untuk bertahan menghadapi situasi yang sangat menggoda dia untuk menyerah dan larut. Sering kita mendengar orang berkata, yang sukses adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan situasi setempat. Kompromi adalah kata kuncinya. Kita, anak-anak Tuhan, dipanggil untuk setia dan hidup berintegritas sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Kata kunci kita adalah ‘mengandalkan Tuhan dan setia sampai akhir!’ 344 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 121 1 2 3 4 5 6 7 8 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung–gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama–lamanya. Renungan Mengapa kita memerlukan penyertaan Tuhan sepanjang hidup kita? Hal apa saja akan kita alami bila Ia menyertai kita? Judul: Disertai Tuhan Hidup seumpama perjalanan ziarah. Dalam kondisi alam Palestina yang berbukit dan berpadang gurun, perjalanan ziarah dari berbagai pelosok Palestina ke Yerusalem bisa menjadi perjalanan berbahaya. Persis seperti berbagai bahaya yang senantiasa mengintai hidup kita. Selain alam yang keras dan membuat tenaga terkuras, binatang buas dan penyamun selalu mengintai, siap memangsa para peziarah. Dalam perjalanan berat dan berbahaya itu, tidak saja diperlukan teman sesama peziarah, tetapi juga pihak yang perkasa dan siaga, yang jadi perlindungan terpercaya. Tiga dampak ajaib dialami orang yang disertai Tuhan sepanjang perjalanan ziarah kehidupannya. Pertama, Tuhan menjadi pertolongan terpercaya. Ada banyak persimpangan jalan yang memerlukan pengambilan keputusan yang tepat dalam hidup ini. Tuhan sanggup memberikan pertolongan saat kita mengambil keputusan. Ia berhikmat, Ia benar adanya. Selain keputusan, kita juga memerlukan pertolongan dalam arti topangan atau dukungan. Keluarga, sahabat, sesama orang beriman dapat memberikan pertolongan secara terbatas. Hanya Allah yang layak dijadikan sumber pertolongan untuk segala kebutuhan dan keadaan kita. Bahkan ketika sumber pertolongan lain gagal memenuhi harapan, Ia pasti tidak. Kedua, Tuhan adalah penjaga umat-Nya. Tadi sudah kita singgung tentang berbagai bahaya yang mengancam hidup. Berbagai pencobaan, kelemahan laten, kerentanan tersembunyi selalu ada di sekitar kita. Bayangkan bahwa dalam perjalanan di alam lepas penuh bahaya, secara iman kita mengalami ada benteng kokoh dengan persenjataan teruji selalu mengitari kita! Ketiga, Tuhan adalah naungan kita. Sepanjang empat puluh tahun pengembaraan Israel dari Mesir ke Kanaan, Allah sendiri menaungi dengan tiang awan dan tiang api. Sengatan panas matahari dan gigitan dingin malam, tak sedikit pun membahayakan mereka. Disertai Tuhan berarti mengalami Dia sebagai pelindung, penolong, naungan kita sepanjang masa. Pasti kelak kita berjumpa Dia di Gunung Kudus-Nya! 345 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 122 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: “Mari kita pergi ke rumah TUHAN.” Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku–suku berziarah, yakni suku–suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi–kursi pengadilan, kursi–kursi milik keluarga raja Daud. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: “Biarlah orang–orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!” Oleh karena saudara–saudaraku dan teman–temanku aku hendak mengucapkan: “Semoga kesejahteraan ada di dalammu!” Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu. Renungan Ketika tiba hari Minggu, dan saatnya untuk ke rumah Tuhan, perasaan apa yang muncul di hati kita? Setelah lelah bekerja selama lima atau enam hari, bagaimana keadaan hati kita ketika pergi ke rumah Tuhan? Seringkali "sukacita" bukanlah jawaban yang ada di hati kita bukan? Bagi orang-orang yang aktif terlibat dalam pelayanan mungkin yang terbayang adalah keletihan yang akan dihadapi sepanjang hari Minggu. Sebagian orang mungkin merasa tidak enak, ada yang mengganjal kalau belum ke gereja. Ada pula yang merasa berbeban berat karena harus bertemu Ibu A atau Bapak B. Ada pula yang merasa biasa-biasa saja karena ke gereja adalah bagian dari agenda rutin mingguan. Judul: Mari kita pergi ke rumah Tuhan Daud mengungkapkan betapa bersukacita dan bergairahnya dia ketika orang mengajak dia pergi ke rumah Tuhan. Mazmur ini banyak berbicara tentang Yerusalem. Namun kita melihat di ayat 9 bahwa Yerusalem menjadi sumber sukacita dan gairah Daud bukan karena kota itu sendiri, melainkan karena adanya Bait Allah di situ. Dalam konteks kita, kita bisa meletakkan gereja dalam pandangan yang sama seperti Daud memandang Yerusalem. Apa perasaan kita waktu melangkahkan kaki ke gereja? Dari ayat 8 dan 9 kita bisa mendengar gaung kerinduan hati Daud untuk melangkahkan kakinya ke Yerusalem. Di sana ia akan bertemu dengan saudara dan teman, orang-orang yang mencintai Tuhan. Di sana juga ada Rumah Tuhan. Di gereja kita bersekutu dengan sesama anak Tuhan, saudara seiman. Kita disegarkan kembali oleh perjumpaan dengan Allah. Waktu melangkahkan kaki ke gereja, apa perasaan kita? Adakah kita memiliki sukacita dan gairah seperti yang Daud miliki? Jika sukacita dan gairah itu telah pudar dimakan waktu, dimakan kesibukan kita di gereja, dimakan oleh keletihan pelayanan kita, inilah saatnya kita berhenti dan berdoa, meminta Tuhan memulihkan kembali sukacita dan gairah untuk datang ke rumah Tuhan: bersekutu dengan saudara seiman dan memuji Allah. 346 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 123 1 2 3 4 Nyanyian ziarah. Kepada–Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki–laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok–olok orang–orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang–orang yang sombong. Renungan Kesulitan adalah bagian dari realitas kehidupan. Di dalam pekerjaan kita menghadapi kepenatan. Di dalam keluarga kita menghadapi gesekan-gesekan. Bahkan di dalam pelayanan pun ada hal-hal yang tidak menyenangkan. Belum lagi ketika kita menghadapi tekanan karena iman kita. Bagaimanakah kesulitan-kesulitan itu mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan? Judul: Tetap memandang kepada Tuhan Analogi yang dipakai pemazmur untuk menggambarkan situasi seorang beriman yang berada dalam kesulitan adalah seorang hamba yang memfokuskan pandangannya ke tangan majikannya. Hamba laki-laki pada tuannya dan hamba perempuan pada nyonyanya. Pada masa itu, seorang hamba (budak) yang mengalami kesulitan, tidak punya jalan lain dan tidak bisa berharap lain selain berharap kepada majikannya. Si hamba menyadari bahwa dirinya sepenuhnya adalah milik majikannya. Hanya majikannyalah yang memiliki kapasitas dan otoritas untuk melepaskan dirinya dari masalah yang menghimpit dia. Majikannyalah, dan bukan orang lain, yang memiliki kepentingan akan kebaikan dan kesehatan si hamba. Oleh karena itu, si hamba menyadari bahwa hanya dengan memohon belas kasihan dari majikannyalah ia akan mendapatkan kelegaan dan solusi yang dia butuhkan. Maka ia berkata, "demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita" (2b) . Di dalam kesulitan yang tidak terlalu besar, mungkin kita masih bisa berpegang pada Tuhan. Akan tetapi, ketika kesulitan yang besar datang menimpa, seperti krisis keuangan bertubi-tubi yang menimpa usaha kita, penyakit kanker yang menimpa kita atau orang yang kita cintai, guncangan keras yang menerpa keutuhan keluarga kita, hingga rasanya kita tak tahu harus berbuat apa, masih bisakah kita memandang dan berharap kepada Tuhan? Ataukah kita akan mengalihkan pandangan kepada solusi-solusi alternatif? Kiranya Tuhan menolong kita untuk teguh berpegang kepada Dia ketika badai hidup menghantam kita. 347 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 124 1 2 3 4 5 6 7 8 Nyanyian ziarah Daud. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ––biarlah Israel berkata demikian— jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup–hidup, ketika amarah mereka menyala–nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap–luap itu. Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka! Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput! Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Renungan Liturgi ibadah Minggu, dibuka dengan sebuah votum, "Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi" (8) . Pernahkah Anda bertanya apa makna votum ini? Mengapa sebuah ibadah harus dimulai dan dimeteraikan oleh pernyataan ini? Judul: Bersyukur dalam doa Menjalani kehidupan di tengah dunia yang berdosa dan yang rusak oleh dosa bukanlah suatu hal yang aman. Kecelakaan dan bahaya selalu mengintai dan bisa menerkam kita kapan saja. Entah itu terpeleset di kamar mandi, kecelakaan lalu lintas, atau bencana alam seperti tsunami yang terjadi di Aceh, tahun 2004 yang lalu. Banyak hal buruk bisa terjadi tanpa kita sadari atau mampu kita elakkan. Daud, dalam mazmur hari ini, memaparkan betapa banyaknya hal yang bisa "menelan kita hiduphidup" (3) , menjerat kita, dan membuat diri kita menjadi mangsa. Bahaya jasmani maupun rohani selalu ada di sekeliling kita selama masih hidup di dunia ini. Musuh-musuh berwujud manusia (2-3) maupun kuasa-kuasa jahat (yang dilambangkan dengan air dan sungai; 4-5 ) siap menenggelamkan kita dalam kehancuran dan kebinasaan. Daud dengan tegas mengatakan bahwa kalau kita masih dalam keadaan sehat-walafiat jasmani-rohani, itu semua karena "TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Betapa luar biasanya! Dia yang begitu besar, yang menjadikan langit dan bumi, memperhatikan kita satu demi satu. Ya, satu demi satu! Dia menjaga langkah kita, menjaga hidup kita, menjaga kesehatan kita jasmani-rohani sehingga Minggu, demi Minggu, kita masih bisa kembali datang ke gereja untuk bersekutu dengan saudara seiman dan memuliakan nama-Nya. Kalau begitu, apa seharusnya isi doa kita saat datang menghadap Dia? Menyembah dan mengucap syukur? Atau kita hanya meminta dan menuntut? Ingatlah bahwa apa yang Ia telah lakukan dalam hidup kita jauh melampaui yang kita sadari. Karena itu berhentilah bersungut-sungut dan mulailah memuji nama-Nya serta mengucap syukur kepada-Nya! 348 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 125 1 2 3 4 5 Nyanyian ziarah. Orang–orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama–lamanya. Yerusalem, gunung–gunung sekelilingnya; demikianlah TUHAN sekeliling umat–Nya, dari sekarang sampai selama–lamanya. Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang–orang benar, supaya orang–orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada kejahatan. Lakukanlah kebaikan, ya TUHAN, kepada orang–orang baik dan kepada orang–orang yang tulus hati; tetapi orang–orang yang menyimpang ke jalan yang berbelit–belit, kiranya TUHAN mengenyahkan mereka bersama–sama orang–orang yang melakukan kejahatan. Damai sejahtera atas Israel ! Renungan Bagi setiap orang beriman, penyertaan Tuhan adalah realitas. Penyertaan Tuhan membuat kita teguh dan aman di dalam kehidupan. Mazmur ziarah yang kita baca hari ini menggambarkan kerinduan pemazmur saat tiba di Yerusalem, di mana Bait Allah berada. Yerusalem yang dibentengi oleh gunung yang kokoh membayangkan kehidupan orang beriman yang aman terlindung oleh penyertaan Tuhan. Judul: Antara dua realitas Akan tetapi, kuasa si jahat pun merupakan realitas. Selama masih hidup di dunia ini kita masih akan terus menghadapi pergumulan-pergumulan dengan hal-hal yang tidak baik. Bisa jadi itu merupakan permasalahan di kantor atau di tengah keluarga; bisa jadi tantangan moral atau undangan yang menggiurkan untuk terlibat dalam satu hal yang tidak baik; bisa jadi tekanan hidup yang tak kunjung habis yang kemudian mengaburkan pandangan kita dari kebaikan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan kita. Bagaimana anak Tuhan menjalani kehidupan di antara dua realitas ini? Bisakah kita dengan yakin mengatakan bahwa ‘iman saya tidak akan goyah’? Hati-hati dengan keyakinan diri yang berlebihan! Terlalu percaya diri merupakan awal kejatuhan. Ayat 3 bahkan mengatakan bahwa orang-orang benar bisa "mengulurkan tangannya kepada kejahatan" oleh godaan dan tekanan hidup. Kita perlu menyadari bahwa keteguhan iman dan keamanan hidup berasal dari Tuhan yang menopang dan menguatkan kita. Dialah yang membentengi kita dari segala penjuru seperti gunung-gunung yang kokoh melindungi Yerusalem. Allah senantiasa menyertai anak-anak-Nya. Bagian kita adalah untuk bergumul dan hidup tulus di hadapan-Nya. Ayat 5 mengutuk bukan saja para pelaku kejahatan, tetapi juga "orang-orang yang menyimpang ke jalan yang berbelit-belit". Inilah orang-orang yang dengan mudah melabelkan banyak hal sebagai "area abu-abu", tanpa terlebih dulu bergumul untuk hidup tulus di hadapan Allah. Seberapa tuluskah Anda hidup di hadapan Allah? Kiranya Tuhan menolong. 349 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 125: 1-2 Pdt. Dr. Stephen Tong Bersandar Allah adalah fondasi yang tak tergoncang Mzm.125:1-2 ini terjemahan yang lebih tepat ialah ‘barangsiapa yang bersandar kepada Tuhan, dia akan kokoh seperti Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung demikian Tuhan mengelilingi orang-orang yang bersandar kepada Dia.’ Pada waktu saya membaca dan merenungkan kalimat ini saya mendapatkan satu kekuatan: dimana mungkin kita mendapatkan dasar yang tidak akan goyah untuk selama-lamanya? Plato 2350 tahun yang lalu mengatakan mungkinkah di dunia yang goncang ini kita bisa mendapatkan fondasi yang tidak goncang? Mungkinkah di dalam alam yang relatif ini kita dapat prinsip yang mutlak? Mungkinkah di dalam segala sesuatu yang terus berubah kita mempunyai dasar yang tidak berubah? Mungkinkah di dalam hidup yang hanya beberapa puluh tahun ini kita mempunyai sesuatu dalil yang tidak pernah berubah untuk selama-lamanya? In between the mutable and the immutable, in between the relative and the absolute, in between the temporal and the eternal, in between the changeable and the unchangeable, dimana hidup kita? Pertanyaan itu sebenarnya dijawab secara implisit: tidak ada. Dunia yang relatif tidak bisa memberikan kepada kita hidup yang mutlak. Dunia yang berubah tidak mungkin memberikan jaminan ketidak-perubahan. Dunia yang sementara tidak bisa memberikan kekekalan. Tetapi kenapa justru manusia yang hidup di dalam dunia ini tidak puas dengan hal yang sementara, yang relatif, yang berubah ini? Kenapa manusia yang tidak mutlak punya konsep kemutlakan? Kenapa kita yang tidak sempurna mempunyai pikiran kesempurnaan? Kenapa kita semua ada konsep kesempurnaan, konsep kemutlakan, konsep kekekalan, konsep keutuhan, itu semua datang darimana? Tidak ada orang yang bisa menjawab kecuali kita kembali kepada Alkitab. There is the source, the foundation, the core of the image and the likeness of God. Kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Anything which is in God, His substance has a shadow in our lives. Segala sesuatu yang berada di dalam Tuhan ada bayang-bayangnya di dalam diri manusia. Karena Allah itu sempurna, itu sebab kita mempunyai satu imajinasi kesempurnaan. Sebab konsep dasar yang membentuk kita disebut sebagai manusia. Maka itulah sebabnya baik Plato, Socrates maupun Aristotle yang begitu hebatpun sadar hidup mereka hanya beberapa puluh tahun dan sesudah itu mati, tetapi mereka adalah peta teladan Allah dan dari konsep sedalam-dalamnya, tuntutan konsep sempurna, keutuhan dan kekekalan tidak berubah. Itu menjadi satu gairah, menjadi satu dorongan mereka hidup menjadi filsuf. Tetapi filsuf berbeda dengan teolog. Apa bedanya teologi dan filosofi? 350 Ada orang bilang filsafat itu antroposentrik sedang teologi itu teosentrik. Filsafat itu berpikir jadi manusia, teologi itu Allah memberikan wahyu dari surga. Saya berkata kepada saudara, filsafat dan teologi itu bedanya adalah: Theology answers the questions, Philosophy questions the answers. Filsafat terus bertanya, kenapa, kenapa, kenapa? Teologi menjawab dan menjawab. Tetapi Filsafat kembali tanya, kenapa begini-begini? Tidak habis-habis. Tuhan memberikan kebenaran, manusia mencari kebenaran. Kemarin malam lebih dari satu jam saya hanya berbicara mengenai satu hal: manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak mungkin puas kecuali dia mengerti kebenaran. Mengerti kebenaran adalah satu daya dasar yang mendorong manusia hidup di dalam dunia tetapi bagaimanapun tidak mungkin mendapat jawaban kecuali takluk kepada jawaban yang diwahyukan oleh Tuhan. Yang disebut ‘setia kepada yang asal, setia kepada yang benar-benar BENAR’ itu namanya pistos, itu namanya iman. Lalu yang ‘benar-benar BENAR’ itu siapa? Tidak lain adalah Kristus. Only Jesus Christ is the originality flawless perfection. And why we believe in Jesus? To return to the truth. Khotbah semacam ini tidak ada di dalam buku apapun di dunia dan tidak ada penginjil, evangelist atau teolog yang memotong cara ankle (mata kaki) ini ke dalam pikiran manusia. Di sini diberikan jawaban bahwa mungkin mencapai hidup yang tidak pernah goncang jikalau engkau bersandar kepada Tuhan. Kalau saya bersandar kepada tembok ini karena saya kira tembok ini kuat, padahal tembok ini bisa jatuh maka saya akan ikut jatuh, bukan? Kepada siapa engkau bersandar? Sandar kepada Amerika? Amerika sendiri mau mati sekarang. Sejarah adalah satu buku besar untuk mendidik manusia. Salah satu profesor saya namanya adalah SEJARAH. Saya tidak banyak mengutip buku, tidak banyak mengutip dari profesor-profesor tetapi saya mengamati. Da Vinci mengatakan pengetahuan datang bukan dari ruang kuliah, pengetahuan datang dari pengamatan fakta. Kalimat ini telah mengubah dunia. Kenapa ada orang yang belajar sampai mendapat PhD. yang luar biasa pandai tetapi anaknya tidak karu-karuan? Kenapa seorang ibu tua di kampung yang tidak pernah sekolah, anaknya bisa menjadi berhasil? Karena wisdom is superior than knowledge. Our world is the world full of knowledge but lack of wisdom. Kalimat ini diucapkan oleh Bertrand Russell di tahun 1940, padahal dia sendiri termasuk orang seperti itu. Dia punya empat isteri dan mencoba pernikahan bebas. Itu yang menghancurkan sexual life di Inggris dan mempelopori imoralitas di seluruh dunia. The revolution of sex membuat dunia menjadi hancur. Dimana moral tidak diperketat, di situ hidup akan hancur. Pengetahuan tidak pernah mengikat manusia tetapi pengetahuan sesungguhnya membebaskan manusia. Kalimat ini keluar dari orang yang sejaman dengan Yesus yaitu Seneca, “Truth can never make you rich but truth can set you free.” Kalimat itu muncul juga dari Tuhan Yesus Kristus, “You should know the truth and the truth will set you free.” Saya belajar dari sejarah, saya baik-baik menaati semua dalil sejarah. Saya mengetahui ada beberapa hal yang manusia tidak bisa lepas daripada apa yang sejarah berikan kepada kita. Setelah perang dunia selesai, Amerika yang kuat dan tidak terganggu apa-apa selain Pearl Harbour, kirim jendral Marshall ke Eropa rundingan dengan Perancis, rundingan dengan Inggris untuk memberikan American Aid sampai Eropa bangun kembali. Marshall ke Tiongkok juga dan bicara dengan pemimpin KMT, tetapi setelah bicara dia geleng-geleng kepala. Sampai di Amerika 351 ditanya apakah kita mau bantu Tiongkok, dia bilang negara itu sulit dibantu, mereka apapun tidak mau kerja apa-apa selain melahirkan anak. Kalau American Aid dikirim untuk bantu orang Cina, saya percaya perlu bantu 3000 tahun karena negara itu tidak ada apa-apa lagi. Mereka terlalu banyak kebutuhan tidak habis-habis. Akhirnya Amerika tidak bantu. Lalu Mao Je Dong bilang tidak perlu bantuan Amerika, kita bisa menolong diri sendiri. Dari tahun 1949-2009 persis 50 tahun, sekarang Amerika menjadi pengemis minta Cina bantu mereka. Sekarang Amerika menjadi negara yang paling miskin, berhutang 900 trilliun dalam 10 tahun dan Tiongkok meminjamkan uang untuk mereka. Kenapa jadi begitu? Ada dalil-dalil sejarah yang tidak berubah. Kalau engkau dilahirkan dari keluarga kaya dan khususnya papa dan mamamu memanjakan kamu terus untuk memakai uang sebanyak-banyaknya, hari depanmu akan menjadi pengemis. Kembali kepada Alkitab. Berikan pendidikan dan kesulitan kepada anakmu biar dia jangan berfoya-foya. Baru umur 10 tahun sudah pakai branded. Anak perempuan saya kalau lihat kaca lebih dari 2 menit akan saya potong rambutnya sampai gundul. Orang perempuan yang terus lihat kaca mana ada waktu untuk baca buku? Bagaimana mencapai hidup yang betul-betul bermutu? Saya katakan kepada saudara seluruh dunia berubah. Orang yang kerja berat, selalu rajin, jujur dan tekun, mendapat uang berhemat, orang itu hari depannya akan bagus. Semut saja lebih pintar daripada manusia. Guru saya selain sejarah yaitu semut. Alkitab berkata, lihat kepada semut, adakah semut malas? Heran, semut kalau jalan kecepatannya selalu sama. Tidak ada semut yang nongkrong. Semut tidak ada yang malas, semut tidak ada yang tidak sopan, semut tidak ada yang jalannya pelan. Semua rajin dan gesit dan semua menyimpan makanan untuk musim dingin. Tidak ada semut yang mati kelaparan. Semua itu bijaksana alam bagi kita. Belajar dari alam yang Tuhan ciptakan. Bijaksana berteriak di jalan-jalan, kata Amsal. Saya kaget membaca kalimat ini. Bijaksana berteriak di jalan-jalan. Maksudnya, engkau jalan di Pasar Baru, engkau jalan di Thamrin, sepanjang jalan itu ada teriakan-teriakan yang tidak kedengaran, apakah itu? Teriakan bijaksana. Kenapa Immanuel Kant tidak pernah sekolah ke luar negeri tetapi dia sendiri menjadi wejangan semua luar negeri? Karena dia berpikir, dia belajar. Dan bijaksana yang tertinggi adalah takut akan Tuhan dan mengamati serta mengagumi seluruh ciptaan-Nya di alam semesta. Dengar firman-Nya melalui nabi-nabi dan rasul-rasul dan betul-betul menekuni segala sesuatu yang ada di dalam Alkitab. Itulah bijaksana. Saya tidak berarti menyuruh saudara berhenti sekolah lalu gulung tikar pulang ke rumah, tetapi saya berkata kepada saudara, mari kita kembali kepada kitab suci. Tidak ada buku yang memberikan pengajaran yang lebih hebat daripada kitab ini. Dan di sini dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya akan kokoh seperti Sion. Benarkah Sion itu kokoh? Sion adalah satu gunung yang tidak penting dan tidak besar. Himalaya tingginya 8892m dan sekarang ini malah sudah bertambah menjadi 8902m karena gempa bumi 1 1/2 tahun yang lalu di kota Sechuan menjadikan seluruh pegunungan Himalaya naik 10 meter. Bayangkan gempa bumi itu berapa besar. Dan karena gempa bumi itu kota Nanjing seluruhnya pindah satu meter. Padahal jarak kota Nanjing dan Sechuan 2000 km. Sechuan adalah satu tempat penting sejak Sam Kok sebagai satu tempat yang paling strategis di dalam militer. You should have that piece of land in order to control the whole China. Kenapa? Karena ini daerah yang begitu berbahaya sehingga 352 untuk masuk menyerang ke dalam begitu sulit dan dari situ untuk mendorong semua musuh begitu gampang. Jadi itu adalah daerah yang paling strategis di seluruh Tiongkok dan menurut National Geographic yang mengukur seluruh lapisan kulit bumi rata-rata tebalnya 30km tetapi hanya satu tempat yang tebalnya dua kali daripada bagian bumi manapun yaitu lapisan kulit bumi di Sechuan, 60km. Tempat itu paling kuat, paling hebat dan paling kokoh. Maka pemerintah Cina menaruh 7800 ilmuwan nuklirnya di situ. Strategi orang Komunis hebat sekali sudah menemukan semua itu. Atomic bomb scientist and atomic nuclear scientist semua ditaruh di situ. Tempat yang paling aman, tempat yang paling tidak goncang, tempat yang paling tidak mungkin ada gempa bumi. Semua ini membuktikan tidak ada satu tempatpun di bumi yang aman. Tidak ada satu tempatpun di bumi yang kekal. Semua adalah sementara, semua akan goncang, semua bisa berubah. Saya bersyukur kepada Tuhan. Dia berjanji orang-orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya kokoh untuk selama-lamanya seperti Sion, dikelilingi oleh gunung-gunung. Orang yang takut akan Tuhan juga hidupnya dikelilingi oleh Tuhan sama seperti satu tangan yang aman. Sion adalah satu bukit yang tidak ada apa-apanya. Kenapa di sini dia menjadi gunung yang paling penting? Kalau dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan seperti gunung Himalaya, masih lumayan. Tetapi seperti gunung Sion? Seolah tidak mengerti geografi. Tetapi ini bukan bicara mengenai geografi tetapi mengenai sejarah, karena Sion berada di tepi sungai Yordan. Di kanan dan kiri sungai ini secara lapisan geologinya berbeda ribuan tahun. Apa artinya? Sion di sebelah kiri yaitu East Bank dan Yerikho di sebelah kanan yaitu West Bank itu lapisan geologinya bedanya ribuan tahun. Itu membuktikan pernah terjadi gempa bumi yang terbesar di daerah itu sehingga seluruh tanah longsor dan merosot sehingga mengakibatkan seluruh lapisan bumi di situ berubah. Maka kita tidak boleh mengerti Alkitab dengan harafiah. Yang menjelaskan secara harafiah akan buntu. Yang mengerti arti rohaninya akan hidup. Maka apa artinya ‘seperti Sion’? Sion adalah satusatunya bukit yang dipilih Tuhan dimana peti perjanjian boleh ditaruh di sana. Berarti Sion adalah satu-satunya tempat dimana tangan Allah berjanji untuk memimpin dan memelihara manusia sampai selama-lamanya. Inilah arti iman. The temple of God is in that mount. The ark of God is in that mount. The faithfulness of the covenant of God is sealed in that mount. Satu-satunya bukit dimana ada peti perjanjian, dimana ada perjanjian, dimana ada hukum Tuhan yang tidak berubah. Dunia ini langit dan bumi akan berubah, tetapi hanya Taurat Tuhan satu titikpun tidak pernah berubah. Tuhan berjanji dengan manusia dan janji Tuhan bisa dipercaya. Kenapa Singapura ekonominya merosot? Karena mereka terlalu percaya dengan Amerika. Citibank is the strongest bank merosot begitu besar. Alkitab sendiri mengatakan uang itu mempunyai sayap dan bisa terbang jauh darimu. Engkau bilang, mana bisa? Saya akan kunci di dalam peti, mau terbang kemana? Uang itu bukan cuma lembaran tetapi ada nilainya. Kalau nilainya sudah turun, engkau makin kunci makin celaka. Mau tukarpun lebih lama membukanya. Itulah manusia yang pikir semua bisa dipercaya. Apa saja tidak bisa dipercaya, semua akan ambruk. Politik akan ambruk. Ekonomi akan ambruk. Hati manusia berubah. Isteripun bisa berubah. Tidak ada yang kekal. Jangan pernah berharap kepada manusia. Engkau mesti belajar bersandar kepada Tuhan. Bersandar hanya kepada Tuhan. Orang yang bersandar kepada Tuhan, dia seperti Sion yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Orang yang bersandar kepada Tuhan adalah dikelilingi oleh Tuhan sendiri. Kenapa kita bersandar 353 kepada Tuhan? Karena Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Allah yang sejati adalah Allah yang berjanji. Kitab Allah adalah kitab perjanjian. Tuhan Yesus sebelum mati di kayu salib Dia menggenapkan Perjanjian yang Baru. Perjanjian yang Lama diteguhkan oleh Tuhan dengan tanda tangan dari darah binatang. Perjanjian yang Baru ditandatangani oleh Tuhan dengan darah Anak-Nya yang tunggal. Tuhan tidak pernah mungkir dari apa yang Dia janjikan. Janji Tuhan berdasarkan tiga prinsip. Pertama, the unchangeable of God’s atribute. Kedua, the eternity of His substance. Ketiga, the honesty of His relationship with us. Allah yang kekal, Allah yang tidak berubah, Allah yang jujur berkata “Aku akan beserta dengan engkau sampai selama-lamanya.” Janji itu adalah janji yang kekal. Kalau engkau hidup di dalam human relationship only, engkau akan kecewa. Berjanji di dalam Tuhan kamu akan menikmati kekekalan, kejujuran dan ketidakberubahan, engkau akan kokoh luar biasa. Ibu saya umur 33 tahun sudah menjadi janda. Wajahnya lumayan dan banyak yang masih mau menikah dengan dia. Tetapi dia berjanji kepada Tuhan sampai mati akan menjanda dan sampai mati akan setia. Aku akan bersandar kepada kekuatan-Mu untuk membesarkan anak-anakku dan aku tidak minta pertolongan siapapun. Tuhan tidak meninggalkan dia, Tuhan mendengarkan doanya. Waktu saya umur 6 tahun setiap pagi terbangun mendengar doa mama saya selama 1 jam itu menggetarkan hati saya. The faithful widow, the faithful mother cried, “My God, my Lord, beri kekuatan kepadaku untuk membesarkan anak-anakku. Engkau adalah Bapa dari anak piatu dan Pembela dari para janda karena firman-Mu mengatakan janji ini. Saya sekarang bersandar kepada-Mu, peganglah tanganku.” Dia diberi Tuhan tujuh anak laki-laki dan satu-satu dia bawa di dalam doanya. Doa dan membaca kitab suci satu jam, lalu baru kerja dan mengantar anak-anak ke sekolah. Tuhan mendengar doanya. Di antara 7 anak, 5 yang menjadi pendeta. Ini memecahkan rekor sejarah gereja Tionghoa dan saya betul-betul dipengaruhi oleh iman seperti itu dan saya berjanji kalau saya sudah menyerahkan diri, sampai mati saya tidak akan berubah karena Tuhan yang berjanji adalah Tuhan yang tidak berubah. Saya akan melayani sampai mati. Saya menjadi orang Kristen susah luar biasa karena umur 15-17 tahun saya sudah jatuh ke dalam pikiran Komunisme, Evolusionisme, Dialektika Materialisme. Di antara anak seumurku tidak ada anak lain yang seperti saya, maunya filsafat dan pikiran yang dalam. Saya tidak cocok dengan anak sebayaku. Mau ngomong apa tidak masuk. Mereka ngomongnya cewe dan ngomongnya main. Saya maunya bicara filsafat. Jadi saya sulit. Dan saya menemukan jaman sudah berubah, Kekristenan sudah digeser, gereja sudah kosong, pendeta ngomongnya tidak karukaruan. Orang yang belajar dan punya pikiran yang tajam tidak ada. Tetapi saya susah menjadi orang Kristen karena terbentur dua kontras ini, my mum was a very devout Christian, very godliness. In one hand, she is the patron of my life but the other hand the faith is so difficult to be challenged by the modern science. Maka di dalam pergumulan seperti itu saya minta Tuhan untuk menjawab pertanyaanku. If You are able to solve my problems intellectually, I will go to answer the questions of every intellectuals in the whole world. Jawablah pertanyaanku maka aku akan melayani dan menjawab pertanyaan seluruh dunia. Itu sebab khotbah saya lain daripada khotbah semua 354 pengkhotbah karena saya menemukan pikiran-pikiran yang sulit. Bukan karena saya tahu apa yang dia pelajari. Saya tahu secara dasar manusia diganggu oleh epistemology dan logika apa dan terus mencari jalan menembusi dan menemukan sedalam-dalamnya batin setiap orang dan menjawab pertanyaan mereka. Saya bersandar kepada Tuhan dan saya hari ini sudah tidak muda lagi, saya berani berkata kepadamu, bersandarlah kepada Tuhan. Saya sudah melayani Dia lebih dari setengah abad, He never failed me. Dia adalah Allah yang sejati. Dia adalah Allah yang tekun dan jujur dan Allah yang konsisten memelihara iman orang Kristen yang sungguh cinta kepada-Nya. Kadang-kadang kesulitan besarnya menakutkan. Tetapi saya membuktikan 52 tahun lebih melayani Tuhan, Tuhan itu sungguh-sungguh hidup. Saya di GRII tidak pernah datang ke rumah siapapun minta uang untuk membangun gedung. Saya hanya memanggil siapa saja yang cinta Tuhan untuk berinisiatif dengan kerelaan dan kembalikan uang Tuhan kepada Tuhan. God is unchaneable, immutable, forever, the absolute God, the true God, the living God is with us. Saya bertanya, kepada siapa engkau bersandar? Kepada Amerika? Kepada orang kaya? Kepada siapa engkau beriman? Hanya kepada Yesus Kristus. Kiranya Tuhan memberkati kita. 355 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 126 1 2 3 4 5 6 Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang–orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak–sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa–bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang–orang ini!” TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang–orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak– sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak– sorai sambil membawa berkas–berkasnya. Renungan Jika kita memfokuskan seluruh perhatian kita kepada Allah yang benar, maka kita tidak akan pernah kehabisan alasan untuk bersyukur dan berharap. Mazmur ziarah ini terbagi menjadi dua: refleksi atas kepulangan bangsa Israel ke negerinya dan permohonan agar Tuhan memulihkan juga keadaan alam mereka sehingga mereka dapat kembali hidup makmur. Judul: Melihat dengan iman "Hidup ini tidak adil!" begitu keluhan yang kadang terbit di hati kita, disadari maupun tidak. "Kenapa orang beriman hidupnya susah? Kenapa orang baik dihukum Tuhan lebih keras daripada mereka yang jelas-jelas jahat, tetapi bisa terus berkubang di dalam kejahatan mereka?" Ada begitu banyak pertanyaan dalam benak kita. Begitu banyak hingga bagaikan kabut tebal yang menutupi pandangan kita ke depan. Iman bagaikan laser yang bisa menembus tebalnya kabut ketidakjelasan hidup hingga kita dapat melihat kebaikan Tuhan. Setelah puluhan tahun di pembuangan, ketika Tuhan akhirnya membawa bangsa Israel kembali ke negeri mereka, mereka masih bisa melihat betapa besarnya karya Tuhan melalui terbuang dan kembalinya mereka. Mereka ternganga, terlonjak-lonjak kegirangan, dan mengembalikan segala hormat, pujian, dan syukur mereka kepada Tuhan. Ketika menemukan bahwa negeri mereka dalam keadaan yang merana, mereka datang kepada Tuhan meminta pemulihan. Mereka percaya bahwa kalau Tuhan yang memulihkan, maka padang gurun pun bisa menjadi padang rumput. Karena itu mereka tidak duduk diam. Sambil memohon dan meratap mereka tetap melakukan bagian mereka, yaitu menyiangi tanah, menabur benih, dan menyiapkan jalan bagi pekerjaan Tuhan. Kondisi hidup yang bangsa Israel hadapi tidak serta-merta membuat orang bersyukur dan berharap. Dibutuhkan iman yang sejati untuk bersyukur dan berharap dalam segala keadaan. Cukup tangguhkah iman Anda untuk melihat Tuhan menembus kegelapan kabut yang menyelubungi kehidupan? 356 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 126 Pdt. Effendi Susanto STh. Ketika masa-masa sulit tiba Tidak ada orang yang bisa menyangkal dan tidak menjadikan hal itu sebagai momen historis yang paling penting di tahun ini: tanggal 20 Januari 2009, Amerika Serikat menginaugurasi presiden kulit hitam yang pertama. Tidak ada momen di dalam sejarah dimana dua juta lebih orang hadir di dalam acara inaugurasi. Sepanjang sejarah, selain inaugurasi dari presiden Abraham Lincoln dan Lyndon Johnson yang dihadiri satu juta orang, inaugurasi Obama ini adalah inaugurasi yang terbesar. Apakah karena dia hitam? Mungkin. Tetapi ada suara-suara mengatakan jangan terlalu berharap bahwa Obama akan menjadi mesias atau saviour. Jelas dia pasti bukan mesias dan penyelamat. Dia sendiri mengatakan jalan di depan menanjak dengan tajam. Bukan itu saja, dia mewarisi begitu banyak kesulitan yang tidak gampang dan tidak mudah yang juga ditanggung seluruh dunia saat ini termasuk krisis yang akan kita alami di hari-hari yang akan datang. Orang mengatakan mari kita melihat bukan pada inaugurasinya, tetapi empat tahun kemudian pada waktu dia keluar dari gedung putih apakah hasil yang sudah dia capai. Tetapi bagi saya, kalaupun dia tidak sanggup dan tidak dapat, tetap itu tidak boleh mengecilkan apalagi melupakan momen historis ini. Karena menuju ke situ saja, menjadi presiden kulit hitam yang pertama, itu bukan hal yang gampang. TIME yang terbaru selain membahas mengenai Barack Obama juga mewawancara 9 orang bekas aktifis yang menyertai perjuangan Rev.DR. Martin Luther King Jr. Sekarang mereka sudah tua. Sembilan orang bekas aktifis itu mengeluarkan kalimat yang sangat menarik. ”...Kami tahu mimpi DR. King pada suatu hari pasti akan tercapai, tetapi kami tidak menyangka mimpi itu kami lihat sebelum kami mati.” Beberapa bulan yang lalu orang masih berpikir itu adalah hal yang mustahil. Karena menuju ke sana, saudara jangan lupa, untuk mendapatkan pencalonan tunggal dari Demokrat mengalahkan Hillary Clinton itu bukan hal yang gampang. Maka dia bisa menjadi presiden itu harus menjadi sesuatu kebanggaan dan pengharapan kita dan respek kita kepada dia, sesuatu pencapaian yang bagi orang-orang di masa lalu adalah suatu mimpi adanya. Lima puluh tahun yang lalu di Amerika ada bus dimana orang kulit putih duduk di depan, orang kulit hitam duduk di belakang. Orang yang berumur 60-70 tahun sekarang masih mengalami realita itu. Lima puluh tahun yang lalu ada WC untuk orang kulit putih, ada WC untuk orang kulit hitam. Ada hotel yang hanya bisa ditinggali orang kulit putih dan ada hotel yang hanya untuk orang kulit hitam. Siapa yang menyangka di dalam lima puluh tahun perubahan bisa terjadi? Puji Tuhan, Amerika walaupun di tengah segala kesulitan dan morat-marit yang ada, boleh memberikan contoh kepada kita bahwa manusia harus dihargai dan dinilai sebagaiman Tuhan menghargai dan menilai seseorang di dalam kesederajatan penghargaan dan respek sebab Tuhan mencintai manusia seperti itu. 357 Waktu ditanya kepada Obama, program televisi apa yang dia suka, dia mengatakan film miniseri “The Wire” yang sangat berhasil pemutarannya di Amerika. Film ini memang tidak gampang dicerna karena begitu complicated filosofinya. Namun film ini sangat baik sekali karena bicara mengenai mengapa orang kulit hitam di Amerika tidak bisa keluar dari self defeating circle (lingkar kalah diri) yang terus melanda kehidupan mereka. Kenapa mereka sampai tidak bisa keluar untuk membuat hidup mereka lebih baik, lepas dari kemiskinan, obat bius dan kekerasan? Mengapa begitu banyak orang kulit hitam hidup di dalam self defeating circle (lingkar kalah diri) seperti itu? Mereka terus saja berputar-putar di situ, tidak pernah bertumbuh, sebab apa yang mereka capai selalu akhirnya menjadi hal yang mengalahkan hidup mereka terus-menerus. Memang mereka dulu adalah budak, sekarang mereka sudah lepas dari status budak namun tetap bermental budak. Itu salah satu sebab mengapa mereka tidak bisa keluar dan mendatangkan sesuatu perubahan yang besar dalam hidupnya walaupun kesempatan sudah dibuka, walaupun situasi sudah berubah, tetap hati tidak mau mengalami perubahan. Itu adalah aspek negatif yang harus pertama kali kita singkirkan di dalam hidup kita. Saya melihat seperti itulah yang terjadi di dalam sejarah orang Israel di dalam Alkitab kita. Mazmur 126 mengatakan kalimat ini: waktu perubahan hidup kami terjadi, peristiwa itu seperti mimpi adanya karena bagi kami mana bisa hal itu terjadi? Ayat ini hanya ingin mengatakan bukan karena kekuatan dan kemampuan kita bisa berhasil, tetapi ada tangan Tuhan yang perkasa yang melakukannya. Orang lain mengatakan perubahan itu tidak mungkin bisa terjadi di dalam hidupmu tetapi saya percaya Tuhan bisa merubah situasi yang buat orang mustahil adanya. Banyak di antara kita mungkin merasa mana bisa keadaan dan situasi hidup kita mengalami perubahan yang drastis? Itu bisa dan mungkin, sebab kita memiliki Tuhan yang sanggup mengadakan perubahan di luar dari apa yang pernah kita bayangkan dan pikirkan. Terlepas dari campur tangan Tuhan yang ajaib dan perkasa, Mazmur 126 juga mengajarkan kepada kita beberapa prinsip yang sangat indah dan sangat menarik. Yang pertama, pemazmur menolak untuk menyerah kepada situasi hidupnya. Walaupun situasi hidupnya digambarkan dengan lukisan yang sangat menyedihkan sekali, bagaimana bisa tanah Negeb itu mendapat air? Itu tidak mungkin. Kalau saudara belajar latar belakangnya, kita menemukan ini adalah salah satu tempat yang paling kering di atas muka bumi ini. Probabilitas terjadinya hujan, probabilitas ada air di situ kecil sekali. Itu situasi dia. Tetapi itu tidak membuat dia menjadi orang yang tidak menyertakan dengan situasi, karena dicatat di sini dia menangis. Tetapi dia juga tidak terlalu menyertakan dengan situasi itu, karena Alkitab mencatat dia berjalan maju. Itu perbedaannya. Kita tidak bisa merubah keadaan kita di belakang, kita tidak bisa merubah kondisi kita, tetapi yang bisa kita kerjakan dan lakukan adalah yang pertama, kita jangan mengambil posisi merasa sebagai korban. Diperlakukan boleh tidak adil, tetapi itu tidak boleh membuat kita menganggap diri sebagai korban. Situasi boleh mendatangkan kesulitan di dalam hidup kita, namun tetap kita tidak boleh menjadi orang yang mengasihani diri. Saya tidak bisa merubah warna kulit saya, saya tidak bisa merubah status saya, latar belakang saya, tetapi itu semua tidak boleh menjadi penghambat dan penghalang. Yang kedua adalah bagaimana saya bereaksi dengan perasaan saya, itu sangat menentukan bagaimana saya menghadapi situasi hidupku. Bagaimana saya menempatkan perasaan yang tepat kepada situasi itu? Merasa memainkan peranan yang sangat penting sekali di dalam kita bereaksi. Yang saya ingin bicara adalah bagaimana kita menaruh perasaan yang tepat, emosi yang tepat, 358 perasaan yang tepat kepada situasi yang kita alami, ini yang kadang-kadang menjadi kesulitan di dalam hidup kita. DR. Les Parrott mengatakan hal yang satu ini harus kita tangani lebih dulu, baru yang lain akan menjadi lebih mudah, yaitu sikap kita. Bagaimana kita bersikap, begitu kita sudah menaruh sikap negatif maka semua yang kita lihat menjadi negatif. Kita bertemu dengan orang-orang yang seperti ini, orang-orang yang menikmati kasihan diri, mengasihani diri sendiri, meletakkan perasaan yang negatif terus di dalam situasinya. Waktu saya membaca mazmur ini saya menemukan pemazmur menaruh barisan emosi yang besar sekali. Di satu pihak dia penuh dengan sukacita dan kebahagiaan tetapi di sisi lain dia menangis tersedu-sedu. Di dalam keadaan yang susah dan sulit, air mataku mengalir. Tetapi pada waktu Tuhan merubah situasi itu aku sungguh-sungguh bersukacita sehingga orang lain juga bisa melihat perbuatan Tuhan yang luar biasa itu kepadaku. Barisan emosi yang luar biasa. Tetapi di tengahtengah barisan emosi itu dia mengajarkan kepada kita, kita boleh memiliki emosi, kita boleh bereaksi, tetapi apakah reaksi emosi itu tepat pada situasi yang tepat? Itu tergantung bagaimana kita mengerjakan sesuatu di dalam emosi itu. Dalam 2 Kor.4:8 Paulus mengatakan ”...kami ditindas namun tidak terjepit, kami habis akal namun tidak putus asa.” Dalam keadaan tertindas, dia tidak putus asa. Mzm.42:12 mengatakan “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah, Penolongku dan Allahku.” Kunci jawabannya ada di sini, how you put your feeling and emotion in your situation properly . Realita, dia kecewa, dia depresi, dia mengalami perasaan seperti itu. Akibatnya hidupnya menjadi lumpuh. Tibalah saatnya kemudian pemazmur menyatakan cambukan dan cetusan itu kepada kesadaran dirinya sendiri dengan mengatakan, mengapa engkau tertekan? Mengapa engkau gelisah? Mengapa engkau terus ada di dalam perasaan negatif yang mengontrol hidupmu? Bangun! Berjalan! Dan bersandarlah kepada Allah. Bangun dan berjalan belum berarti mungkin bisa merubah situasimu. Tetapi di situ kita menemukan sesuatu kesadaran dari pemazmur itu mengatakan, kamu boleh kecewa pada waktu kamu tertekan. Kamu boleh menangis pada waktu berada di dalam kekeringan yang tidak habis-habisnya. Tetapi kalau kemudian tangisan dan depresi itu mengatur dan mengontrol bagaimana engkau berpikir dan bagaimana engkau berprilaku dan bagaimana engkau bertindak, stop. Tetapi saudara perhatikan dia minta berhenti dengan merelasikannya dengan beriman. Di sini kemudian kita perlu belajar satu kebenaran yang tidak boleh habis di dalam hidup kita. Paulus mengatakan dia menjalani hidup ini bukan dengan melihat tetapi dengan beriman. Walk not by your sight but by your faith. Perjalanan iman Kristen kita tidak boleh melepaskan prinsip ini. Tetapi perasaan kita seringkali menyertai apa yang kita lihat. Perasaan kita menyertai apa yang kita alami. Tidak ada masalah, sebab kita memang manusia yang dicipta Tuhan memiliki perasaan seperti itu. Tetapi untuk mengalihkan dan mengalahkan dan untuk membuat dia tidak menjadi perasaan negatif yang mengontrol hidupmu, kita perlu mengambil sikap seperti ini: saya hidup bukan dikontrol oleh perasaan saya, tetapi saya hidup dikontrol oleh apa yang saya percaya. Karena itulah kita akan melihat bagaimana kekuatan pengharapan dan percaya itu menjadi hal yang penting sekali di dalam iman orang Kristen. Dietrich Bonhoeffer di dalam suratnya di penjara menulis: saya bukan orang yang pesimis, yaitu berpikir bahwa segala sesuatu yang saya alami akan menjadi lebih buruk. Tetapi saya juga bukan seorang yang optimis yang percaya bahwa pada suatu hari saya akan keluar dari penjara ini dan 359 situasi menjadi lebih baik. Tetapi saya hidup hari demi hari dengan pengharapan. Artinya, di sini saya berjuang melakukan segala sesuatu di dalam kekuatan dan kemampuan yang saya bisa, tetapi saya tidak pernah melepaskan tangan Tuhan yang berdaulat untuk campur tangan di situ. Biblically speaking, berpengharapan berarti tidak melihat mungkin hal itu terjadi di depan tetapi itu tidak boleh melepaskan pengharapan kita, juga tidak boleh membuat hati kita kehilangan respons yang tepat di dalam bagaimana kita berespons. Ini yang paling penting. Hai jiwaku, mengapa engkau tertekan? Mengapa engkau kecewa? Mengapa engkau gelisah? Berharaplah kepada Allah dan Dia akan melepaskan engkau pada waktunya. Pemazmur bersukacita, pemazmur juga menangis. Di dalam barisan emosi ini dia terus berjalan dan berjalan. Dia berjalan karena dia punya pengharapan, tetapi dia berjalan dengan air mata. Dia berjalan dengan kesedihan tetapi dia menolak untuk berhenti dan tangannya tetap menabur benih. Dia berjalan di atas tanah yang kering dan tidak ada airnya. Kakinya hari demi hari menginjak padang pasir yang kering dan panas, tetapi itu tidak melunturkan hatinya untuk terus menabur karena dia percaya pada suatu hari ada hasil dan buahnya. Itu perbedaannya. Dia bukan seorang optimis bangun pagi-pagi di tengah padang pasir lalu menyanyi ketawa -ketawa sambil melempar benih. itu orang optimis yang kebacut dan kebablasan. Saya boleh menangis tetapi itu tidak boleh membuat saya terikat. Saya boleh bersukacita dengan sukacita yang dalam tetapi itu tidak boleh kemudian membuat saya melupakan Tuhan di dalam hidup saya. Ini adalah pengontrolan emosi yang penting, bukan dikontrol oleh emosi tetapi dikontrol oleh pengertian iman kita kepada Tuhan. “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah…” Kita boleh menangis, tetapi terus menabur. Tetapi di dalam proses perjalanan menabur itu mungkin akhirnya tidak sampai berhasil dan sukses sebab ada suatu kendala emosi terjadi di sini yaitu menjadi jemu. Gal.6:9 “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.” Bersungut-sungut kepada diri sendiri. Berbantah-bantah akhirnya menjadi tabrak dengan orang lain. Gerutu dan jemu adalah reaksi emosi bukan karena kehilangan kemauan berjalan tetapi kehilangan sukacita berjalan. Filipi adalah salah satu jemaat yang terbaik. Paulus sendiri memuji jemaat ini karena mereka terus membantu Paulus di dalam mendukung pelayanan misi Paulus (Fil.4:10) . Filipi dikatakan oleh Paulus sebagai jemaat setia, persekutuan dengan Paulus di dalam pemberitaan Injil. Bahkan di dalam Fil.1:30 dikatakan mereka rela menderita karena Injil. Tetapi di pasal 2 Paulus mengingatkan semua yang mereka lakukan itu jangan dilakukan dengan bersungut-sungut. Saudara lihat perbedaannya? Bukan mereka tidak melakukan, tetapi mereka bersungut-sungut dan menjadi berbantah-bantahan, kita bertemu di situlah bagaimana emosi kita mengontrol hidup kita. Mungkin kita pikir lebih baik berhenti di tengah jalan tidak melakukannya sebab kita bertanya buat apa saya melakukan hal ini.. toh tidak ada hasilnya?! Tanah ini kering. Buat apa saya terus keluar setiap hari, padahal tidak ada sukacita dan kegembiraan untuk itu? Ini ayat yang indah luar biasa. Kalau kita berada di dalam situasi seperti itu, buat apa menangis? Buat apa keluar menabur? Pemazmur tetap menangis karena itu memang sulit tetapi itu tidak mengontrol dia. Tempatkan emosinya dengan tepat. Orang mungkin bilang tidak ada gunanya. Mungkin memang tidak berhasil, atau mungkin hasilnya tidak kita lihat dengan mata kita, tetapi kita tidak boleh berhenti. Sebab sekali lagi, kita berjalan dengan kita beriman kepada Dia. Kita tidak bisa meragukan iman orang lain. Saya percaya Fil.2:14 360 saudara adalah anak Tuhan yang baik, saudara pergi kebaktian, saudara terus berdoa kepada Tuhan, saudara baca Alkitab, dsb. Tetapi bisa jadi di dalam kita mengerjakan dan melakukan semua itu kita tidak kehilangan pengertian dengan menaruh hati dan emosi yang tepat di dalamnya. Yang kedua, orang yang beriman memiliki ciri dan bukti. Dalam Mzm.126 ini seolah terjadi pengulangan, tetapi di ayat 1 “Tuhan memulihkan keadaan kami…” Itu satu deklarasi, satu statement, satu pengakuan ini terjadi sebab Tuhan yang campur tangan. Sedangkan di ayat 4 “Pulihkanlah keadaan kami…” Ini adalah satu petisi, satu permohonan dan satu doa. Perbedaan struktur kalimat ini membuktikan dua hal ini berbeda walaupun menyatakan hal yang sama. Orang yang percaya dan berjalan dengan iman menjadikan konsep kebenaran firman Tuhan yang mengontrol hidupnya walaupun situasi itu gampang meminta emosi kita bereaksi dengan berkelebihan. Orang yang berjalan dengan beriman tetap adalah orang yang dibuktikan oleh hidupnya tidak boleh melupakan aspek ini: kita tahu orang itu berpengharapan, kita tahu orang itu beriman karena kita menemukan bagaimana orang itu bersikap dan berdoa kepada Tuhan. Dimana bedanya orang yang berdosa dan yang tidak berdoa? Orang yang tidak berdoa sudah tidak punya pengharapan. Orang yang berdoa sebab dia punya pengharapan. Dia berdoa, menyegarkan semangat hidupnya. Bedanya cuma itu. Maka menghadapi situasi hidupmu yang seperti itu, apakah kita menyerah, ataukah kita berdoa? Berdoa itu mungkin tidak mendatangkan perbedaan secara eksternal tetapi memberikan perbedaan internal hidup rohani yang sangat berbeda. “Pulihkan keadaan kami…” menjadi satu cetusan doa bahwa tidak ada campur tangan lain lagi, tidak ada yang bisa mendatangkan air di padang pasir Negeb kecuali mujizat Tuhan menurunkan hujan. Tetapi karena hanya itu pengharapan saya maka menjadikan saya orang Kristen yang berlutut berdoa dan bersandar kepada Tuhan. Tahun ini mari kita juga merevolusi hidup doa kita di hadapan Tuhan. Kenapa itu semua bisa hilang? Kita bisa menyerah, kita bisa kecewa, kita bisa akhirnya membiarkan emosi kita membuat kita terhambat di tengah perjalanan. Atau mungkin kita terlalu ingin situasi kita bisa berubah secara mendadak dan tak terduga. Kita selalu bersukacita kalau kita melihat ada hal-hal yang tak terduga terjadi. Tetapi kalau kita menjalani semua ini lalu kemudian kita kehilangan sukacita itu, mungkin kita memerlukan kalimat ini: “kita bersukacita untuk hal-hal yang senang terjadi, tetapi kita harus setia untuk hal-hal yang rutin.” Pemazmur bersukacita sebab Tuhan mendatangkan perubahan besar, tetapi itu tidak boleh melupakan kerutinan dia. Benih yang berlipat ganda datang bukan karena hujan yang dinanti akhirnya datang dengan berlimpah, tetapi di tengah air mata yang mengalir deras yang tidak bisa menumbuhkan benih karena asin, dia tetap berjalan menabur dan menabur. Yang perlu dikerjakan dengan rutin memerlukan semangat yang setia dan pengharapan yang pasti kepada Tuhan. Saudara akan menghadapi tahun-tahun ke depan yang susah dan berat. Kita akan menghadapi pekerjaan yang tidak gampang dan tidak mudah. Belum lagi kita mungkin bertemu dengan orangorang yang akhirnya mengambil jalan yang salah dan pintas dan mungkin kita terefek di situ akibat perbuatan kekerasan mereka. Kita perlu siap, tetapi yang penting adalah bagaimana kebenaran firman Tuhan ini mempersiapkan hati saudara. Situasi menjadi tidak gampang dan tidak mudah, kata pemazmur, mungkin memerlukan intervensi Allah yang supranatural. Tetapi itu tidak menutup sikap kita hari ini untuk bisa mengintervensi perasaan kita. Perasaan yang berkelebihan, menaruh emosi yang salah di dalam situasi yang tidak tepat. Mari kita seperti pemazmur mengatakan, hai jiwaku, jangan tertekan, bersandar kepada Tuhan. 361 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 126: 5-6 Pdt. Effendi Susanto STh. Obat penawar tawar hati Kapan terakhir kali kita menangis? Mungkin kita tidak terlalu ingat kapan tepatnya, mungkin baru kemarin, mungkin sudah lama, tergantung berapa besar, berapa dalam, berapa hopeless dan berapa beratnya tekanan di dalam hidup kita. Saya percaya tidak ada orang yang tidak pernah menangis di dalam hidup ini. Namun pertanyaan yang paling penting dan paling serius adalah dengan cara apa kita menangis dan bagaimana kita menangis? Ada dua mazmur yang bicara mengenai menangis dengan perbedaan kontras yang luar biasa yaitu Mzm.6:7 dan Mzm.126:5-6 . Dalam Mzm.6:7 bicara Daud menangis dan tangisan itu adalah tangisan yang boleh dikatakan hampir melumpuhkan hidupnya. Dalam mazmur itu Daud menggambarkan dia menangis dan ranjangnya seperti danau karena air mata menggenanginya. Tangisan itu tidak kita remehkan karena saya percaya dia mengalami kesulitan yang begitu berat. Kalau saudara lihat di dalam fakta hidupnya, ada satu masa dia diam di dalam kamarnya tidak mau makan berhari-hari yaitu waktu dia menangis minta Tuhan kalau bisa anaknya yang lahir akibat perbuatannya yang salah dengan Batsyeba jangan mati (2 Sam.12:15-25) . Tetapi begitu anaknya meninggal, dia keluar untuk mandi, makan dan berdoa kepada Tuhan. Tetapi di Mzm.6:7 ini ditambahkan satu kalimat mengatakan tangisan seperti ini adalah tangisan yang merasa sudah tidak ada harapan, tangisan itu lahir dari hidup yang sudah ‘burn out.’ Maka kata yang keluar dari ayat ini adalah kata “lesu.” Lesu hidupku, itu sebab aku menangis tidak henti-hentinya. Namun dalam Mzm.126 begitu saudara baca, kita bayangkan itu menjadi satu cerita drama menggambarkan orang-orang yang berdiri di atas ladang yang keras dan tandus, lalu ada orang yang pergi menabur benih sambil menangis, tangisannya bagi saya begitu berbeda luar biasa. Tidak berarti orang yang menangis di Mzm.126 ini kesulitannya lebih ringan daripada orang yang di Mzm.6 , tetapi cara dia menangis luar biasa berbeda karena dia menangis sambil menabur benih. Air mata dan ingus menjadi pupuk. Saya begitu tersentuh dengan ayat ini. Banyak orang menangis tetapi tidak mau maju dan tidak mau menabur. Yang ada, kita lebih gampang menangis berbaring di tempat tidur sampai tempat tidur itu penuh dengan air mata. Dengan cara kita menangis memberikan perbedaan yang unik sekali dengan sikap kita bagaimana berespons. Dengan menangis berarti Tuhan memberitahukan kepada kita, kita anak Tuhan tidak akan lepas dari kerja keras kehidupan yang sama, jerih payah, susah yang sama. Tetapi mari kita waktu menjalani hal seperti itu, kita boleh menangis tetapi jangan sampai kita kehilangan semangat dan menjadi tawar hati. Lesu membuat hati menangis, tetapi menangis tidak membuat hati menjadi lesu. 362 Minggu lalu saya sudah katakan di dalam kita membesarkan anak, di dalam kita membangun rumah, di dalam kita mencari keamanan, keselamatan dan kesehatan, tujuan akhir dari semua yang kita kerjakan di dalam dunia ini, kita mau ada dua perasaan hati yang kita inginkan yaitu sukacita dan kebahagiaan. Kita tidak mau kalau kita sudah kerjakan bersusah-susah, kita sampai kepada akhir dari seluruh perjalanan hidup kita, semua yang kita kerjakan menjadi sia-sia adanya. Itulah sebabnya Mzm.126-128 membicarakan akan semua itu. Tetapi di dalam bagian ini saya menemukan dua hal yang menarik yaitu di dalam perjalanan kita mengerjakan semua itu, seringkali goal sukacita, goal kebahagiaan, tidak pernah kita dapatkan di dalam Tuhan. Mengapa? Saya ketemukan dua hal yang penting di dalam mazmur ini yaitu “the anxious life”, hidup yang penuh kecemasan, hidup yang kuatir, merupakan hal yang sering membocorkan kantung sukacita hidup kita. Sebenarnya kantung itu sudah penuh, tetapi pagi-pagi kita sudah cemas, kita sudah kuatir; kecemasan dan kekuatiran itu adalah hal yang paling banyak memboroskan hidup kita. Hal yang kedua adalah “burn out.” Kata “burn out” dalam bahasa Inggris bisa diterjemahkan dengan tiga kata dalam bahasa Indonesia: lesu, patah semangat, tawar hati. Dalam 2 Kor. 4:1 memakai kata “tawar hati.” Patah semangat tawar hati adalah perasaan yang menguras tenaga kita, yang memiliki perasaan tidak ingin lagi memiliki keinginan untuk meneruskan sesuatu. Kita sudah merasa capai, kita merasa patah semangat, kehilangan sukacita hidup dan kehilangan kepuasan dari hidup. Tidak gampang kita melewati perjalanan di tanah yang kering, tanah negeb yang tidak mungkin lagi bisa diairi. Itu sebab Mzm.126 mengatakan mimpi rasanya kalau terjadi perubahan 180 derajat di dalam hidupnya. Tetapi ayat 5 dan 6 merupakan ayat yang mengajak kita walaupun perjalanan hidup seperti itu aku tetap keluar dan menabur benih; aku tetap keluar berjalan; aku tetap melakukannya sekalipun dengan air mata. Kita bukanlah superman dalam hidup ini. Kita adalah manusia yang begitu lemah dan begitu rentan, bukan saja kita, paling tidak di dalam Alkitab paling tidak kita akan menemukan beberapa tokoh yang secara terbuka mencetuskan perasaan putus asa, burn out di dalam hidup mereka. Jelas ada dua orang yang begitu putus asa sampai minta mati kepada Tuhan, yaitu Elia dan Musa. Elia mengalami putus asa seperti ini, dia tidak mau maju, dia diam saja berbaring (1 Raj. 19:4-5). Yang kedua adalah Musa dalam Bil. 11: 14-15 mengeluh kepada Tuhan dan merasa tidak sanggup lagi memimpin bangsa Israel. Memang Yunus juga minta mati, tapi bukan karena putus asa tetapi karena dia sangat jengkel dan marah. Nabi itu patah semangat, nabi itu tawar hati dan di tengah kesulitan itu mereka tidak lagi merasa sanggup menahan, menanggung dan menerima beban itu. Kita bukan manusia yang kuat, dan Musa serta Elia juga sekuat-kuatnya, semampunya, kadang di tengah tantangan kesulitan pergumulan yang ada mungkin bisa menjadi tawar hati. Dan kita tahu ada seseorang yang mengalami pengalaman kesulitan yang begitu berat yang mungkin tidak pernah dialami oleh orang lain, sakit yang tidak ada habis-habisnya, uang dan harta hilang dirampok dan bahkan anak-anaknya mati dibunuh. Dia adalah Ayub. Dalam Ayub 17: 1 dia menyatakan satu kalimat yang menggambarkan penderitaannya, “Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan.” Hidup kita boleh sehat, boleh kuat, boleh panjang umur, tetapi bisa jadi semangat hidup itu sudah putus bertahun-tahun yang lalu, apa gunanya? Itu sebab Ayub memberikan kita rangkaian ini: waktu seseorang sudah patah semangatnya, hari-harinya menjadi pendek, lalu dia hanya berpikir sebentar lagi dia akan mati. Orang yang patah semangatnya pasti tidak ingin hidup lebih lama lagi. Orang yang patah semangatnya ingin cepat-cepat masuk ke liang 363 kubur. Tetapi lumrah Ayub bisa seperti itu karena dia tidak melihat lagi ada kemungkinan untuk bisa keluar dari sakit yang tidak ada habis-habisnya dan kesulitan ekonomi yang tidak henti-hentinya. Hampir semua orang di dalam hidupnya bisa mengalami dan pernah mengalami patah semangat, hilang pengharapan dan tawar hati di dalam hidup mereka. Di dalam PB, Paulus pun juga mengalami akan hal itu. Dalam 2 Kor. 4:1 dan 16 dua kali Paulus mengeluarkan kata ‘tawar hati’. Biar Firman Tuhan pada hari ini boleh menjadi firman yang memberi kekuatan kepada kita. Banyak buku yang saya baca bicara mengenai ketekunan, semangat, dsb kita dipanggil memiliki pikiran yang benar, kita dipanggil untuk belajar tahan, bersabar menghadapi segala sesuatu. Itu bukan hal yang salah. Tetapi saya lebih melihat bagaimana kekuatan terobosan kebenaran firman Tuhan memberikan cahaya yang jauh lebih akurat mengajak kita melihat akar masalah mengapa kita menjadi patah semangat. Saya tahu banyak orang mungkin terlalu banyak melihat situasi di luar hidupnya yang terlalu sulit dan terlalu berat, yang dia rasa dia jalani lebih berat daripada orang lain. Itu yang menyebabkan dia patah semangat. Betul, salah satu indikasi orang itu menjadi patah semangat sebab menginginkan dunia ini memperlakukan dia dengan adil dan baik. Kita ingin ada di satu perusahaan dimana kita bekerja, kita diperlakukan baik. Kita ingin ada di satu komunitas Gereja kita mau diperlakukan dengan baik. Kita ingin apa yang sudah kita kerjakan orang bisa berespons dengan baik dan positif kepada kita. Tetapi cepat atau lambat kita harus mengakui bahwa dunia yang ada di sekitar kita tidaklah adil kepada kita. Orang yang terus menuntut dunia yang, percayalah kepada saya, kita tidak akan pernah maju dan kita akan terus berkutat di situ. Seringkali kita menghadapi kesulitan dan cepat patah semangat. Jujur, kita rasa kecewa, kita putus asa dan patah semangat lagi meskipun sudah dengar nasehat untuk tetap berjalan maju. Karena kita belum meneliti dengan dalam dan dengan sungguh-sungguh bagaimana terang firman Tuhan memberi pencerahan kepada kita. Beberapa indikasi memperingatkan dari firman Tuhan untuk hidup kita yang memang gampang dan mudah menjadi patah semangat dan tawar hati. Gal. 6:9 Paulus menggunakan metafora yang sama dengan Mzm. 126 yaitu metafora seorang petani, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.” Sudah tabur, sudah kerjakan, tetapi kadang-kadang tidak sampai memetik hasilnya karena di tengah jalan kita sudah tawar hati. Dalam 2 Tes. 3:13 Paulus memberi nasehat yang sama, “Janganlah kamu jemu-jemu berbuat apa yang baik.” bicara mengenai kerja keras. Mari kita menetapkan satu perspektif yang benar, dari Tuhan menciptakan dunia, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, kerja merupakan bagian integral dari panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menciptakan dunia itu indah, baik dan sempurna dan Tuhan mengijinkan manusia tetap melakukan pengembangan yang kreatif terhadap dunia yang sudah sempurna itu menjadi lebih indah lagi. Itu sebab Tuhan berkata kepada Adam, “Usahakan dan kerjakanlah taman ini dengan baik-baik.” Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, bukan kerja itu menjadi upah dosa, tetapi rupa-rupa yang bersentuhan dengan kerja: ketidakadilan ada di dalam kerja kita. Itu sebab di dalam Kej. 3 Tuhan mengingatkan Adam, apa yang kamu tabur bisa keluar onak duri. Demikianlah kerja kita. Tetapi bedanya Mzm. 127 dan 128 adalah sekalipun sama-sama kata ‘toil’ (kerja keras) yang dipakai, bukan ‘work,’ tetapi kerja dengan keras dan susah payah, tetapi yang hidupnya sia-sia, yang tidak melihat anugerah Tuhan di dalam pekerjaannya, dia makan roti kecemasan dari kerja yang keras. Tetapi mereka yang mengerti anugerah Tuhan, yang tahu cinta kasih Tuhan di dalam pekerjaannya, sama-sama kerja keras tetapi mereka makan roti itu Mzm. 126, 127, 128 364 sebagai berkat Tuhan. Dengan kata itu berarti kita jangan menjadi kecewa, patah hati, tawar dan putus asa hanya karena kita rasa pekerjaan kita lebih berat daripada orang lain. Karena meskipun masing-masing kita memiliki beban, tugas, kesulitan yang berbeda tetapi setiap kita memiliki kesulitan masing-masing. Itu sebab di dalam bicara mengenai kekuatiran Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa mengikut Dia segala kekuatiran itu hilang. Kekuatiran itu ada tetapi biar kekuatiran itu sehari cukup untuk sehari. Maksud Tuhan Yesus yang bikin susah adalah susahnya kemarin kamu ‘microwave’ lagi untuk dimakan hari ini. Mari kita perbaiki perspektif kita, jangan terlalu tawar hati dan putus asa karena terlalu melihat faktor eksternal di luar hidup kita lebih berat daripada orang lain. Mari kita melihat faktor ‘burn out’ ini lebih berada di dalam. Paling tidak, x-ray dari Ibr. 12 dan 1 Kor.14 itu jawaban Alkitab yang sangat tepat mengenai kenapa orang menjadi ‘burn out.’ Memang ada orang menjadi tawar hati dan patah semangat sebab mimpi, cita-cita dan tujuannya tidak tercapai. Tetapi Ibr. 12:1-3 dan 1 Kor.14 merupakan prinsip Alkitab yang memberitahukan kenapa orang menjadi patah semangat. Kami terima pelayanan dari Tuhan, itu sebab kami buang segala motivasi yang salah dari hati kami, itu kata Paulus. Aku terima pelayanan ini dari Tuhan, maka aku tidak lagi memiliki keinginan yang tidak suci dan tidak benar di dalam hatiku. mengatakan kenapa engkau menjadi kecewa dan putus asa? Sebab di dalam perjalanan mengikuti Tuhan, engkau menaruh satu beban yang tidak perlu di pundakmu, beban dosa kesalahan yang sudah Tuhan tanggungkan, kenapa engkau tetap tidak serahkan kepada Tuhan? Bagi saya ini adalah Biblical prinsip yang penting sekali. Kenapa kita patah semangat, burn out dan kecewa karena situasi hidup kita di luar sangat berat. Mari kita lebih masuk ke dalam, kita tanya baik-baik hati kita, apakah ada keinginanku yang egois, hal-hal yang tidak benar dan tidak suci, hidupku terlalu fokus kepada apa yang saya mau dan bukan kepada apa yang Tuhan mau, itu yang menjadi penyebab saya menjadi patah semangat. Adakah ‘the burden of sin’ di dalam hidupmu? Kita masih simpan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, sesuatu yang memang Tuhan tidak mau, biar kita minta ampun kepada Tuhan. Itulah adalah beban yang tidak sepatutnya kita simpan dan kita taruh di atas pundak kita. Mari hari ini kita janji kepada Tuhan, kita tidak mau lagi semua itu menjadi bebanku. Minta Tuhan memberi kekuatan dari dalam. Hidup yang terbuka, hidup yang tidak menyimpan beban, hidup yang tidak ada motivasi apa-apa, yang tidak punya sifat yang ‘crooked’ (membengkok) di dalamnya, itu orang yang berjalan dengan tegak, tidak perlu takut apa-apa. Ini menjadi prinsip yang penting. Ibr. 12 Yang kedua, belajar berpikir secara Alkitabiah melihat semua apa yang terjadi di dalam hidup kita. Betul, kita harus berpikir dengan benar, tetapi bukan saja demikian, kita harus berpikir secara Biblical. Ada beberapa kalimat yang saya renungkan dari 2 Kor. bagaimana Paulus berpikir secara Biblical. Dalam 2 Kor. 2:4 Paulus begitu kecewa, sesak hati dan merasa ada hal yang mungkin begitu berat memberi perubahan kepada jemaat Korintus. Paulus juga menangis, Paulus juga mengalami perasaan yang berat di dalam dia melayani. Tetapi di dalam surat ini Paulus mengatakan dia tidak putus asa dan tawar hati. Bagi saya pikiran yang Biblical inilah yang terus memberi kekuatan kepada saya di dalam pelayanan. 2 Kor.4:16 , fakta hidup kita berjalan makin tua kita menjadi makin lemah, tetapi Paulus katakan di dalam hatinya hari demi hari dia terus diperbaharui. Perhatikan kata ‘hari demi hari,’ berarti hal itu tidak datang sekaligus melainkan proses pembaharuan di dalam batin. Dua hal yang menyebabkan dia tidak tawar hati, pertama, karena dia mengatakan ini adalah ministry yang 365 important yang Tuhan berikan. Selalu sadar apa yang kita kerjakan, apa yang kita lakukan, hidup yang sedang kita jalani, adalah sesuatu pemberian yang penting dari Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, seberapa besarnya gereja yang dia layani, atau seberapa kecilnya gereja yang dipercayakan untuk dia layani, berapa banyaknya tugas aktifitas yang dilakukan atau tidak, tidak menjadi persoalan yang penting. Yang menjadi persoalan yang penting adalah apakah dia sungguh mengerti dan menghargai, ‘this is the ministry God given to me’? Lihat kepada pekerjaanmu seperti itu juga. Lihat anak isteri kita seperti itu juga. Lihat pasangan kita sebagai pemberian Tuhan yang baik. Pasti perspektif kita akan menjadi lain. Saudara yang sudah patah semangat di dalam relasi pernikahan, lihat seperti itu. Waktu engkau menghadapi situasi yang flat, pelan dan boring di dalam hidupmu, bagaimana engkau tidak tawar hati di situ. Sense the purpose and the importance of the ministry yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing. Yang kedua, Paulus mengatakan sekalipun aku hanyalah bejana tanah liat, puji Tuhan, Tuhan menyimpan harta-Nya di dalam bejana ini. Kita tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan, kita orang yang lemah dan sederhana, tetapi menyadari hidup kita adalah hidup yang memiliki sinar cahaya menjadi saksi bagi Tuhan, di situ sense yang indah yang Paulus taruh di dalam hatinya. Dia tidak menjadi tawar hati, dia pergi terus mengabarkan Injil sebab Tuhan memakai bejana tanah liat ini sebagai tempat Dia meletakkan hartanya. Terakhir, kembali kepada Mzm.126, 127, 128 , dan saya juga ajak saudara melihat Mzm.129:1-4 Jangan pernah melepaskan Tuhan dari skenario hidup kita. Di ayat 4 ada Tuhan yang adil, Tuhan yang pasti akan membela hidup kita. Meskipun di ayat 1-3 pemazmur menggambarkan dengan luar biasa, dari muda aku sudah dibikin susah tetapi mereka tidak bisa mengalahkan aku. Dia bangga punya “tattoo ban traktor” dari ujung ke ujung, orang itu mendatangkan kesulitan dan kesusahan di dalam hidupku seperti membajak dari atas ke bawah. Ada satu kebanggaan dari seseorang yang mengalami penderitaan yang tidak ada di dalam diri orang lain, yaitu kebanggaan yang memperlihatkan “the scars of honour” kepadanya. Waktu muda, kita suka membanggakan scar yang tidak ada gunanya, membanggakan tattoo, ada orang membanggakan hal yang lain. Tetapi pemazmur ini membanggakan codetan bajak yang panjang di tubuhnya. Pada waktu kita mengalami seperti itu, jangan kita putus asa dan tawar hati sebab Allah kita adil. Yang kedua, kesusahan itupun tidak pernah menjadi sia-sia sebab itu menjadi kebanggaan kita, selama dia tidak mengalahkan kita. Biar hati kita limpah dengan sukacita dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya, semangat yang tidak pernah luntur dan habis dari Tuhan, sebab kita tahu Dia adalah Tuhan yang baik, setia dan adil, yang berkarya di dalam hidup kita. Kita tahu Tuhan memiliki maksud dan tujuan yang indah memakai hidup kita yang sementara ini bagi kemuliaan nama Tuhan. Kita tahu bahwa di dalam setiap hal yang kita kerjakan, di situ ada penghormatan dan kebanggaan yang Tuhan sediakan bagi kita. Biar itu semua kita lakukan dengan hati yang bersyukur kepada Tuhan. Kalau ada beban yang berat, kesulitan yang berat yang tidak semestinya kita pikul dan tanggung, biar Tuhan ambil dan singkirkan, sehingga penuhlah sukacita dalam hidup kita. Ketika kita letih dan lesu, kita akan kehilangan pengharapan. Ketika kita patah semangat, kita sulit melihat Tuhan berkarya dengan ajaib di dalam hidup kita. Biar kita tinggalkan ranjang yang penuh dengan air mata yang tidak perlu, biar kita berjalan sekalipun sambil menangis tetap kita bekerja dengan setia. 366 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 126; 127; 128 Pdt. Effendi Susanto STh. Perjalanan hidup antara realita dan mimpi Ada sebuah tulisan yang sangat unik di sebuah batu nisan tertulis “Buried in 2000, Died in 1980.” Itu satu batu nisan yang sangat tragis. Artinya, orang ini menjalani hidupnya, secara fakta dikubur tahun 2000, tetapi selama sisa dua puluh tahun hidupnya dia sudah tidak lagi memiliki gairah dan semangat hidup. Itu sebab satu permintaan dia itu ditulis di batu nisannya untuk mengingatkan orang agar jangan hidup seperti itu. Terlepas dari kehidupan seperti apa yang akan kita jalani dan kita tempuh, ada satu hal yang bagi saya paling penting perjalanan hidup, kita tidak boleh kehilangan api yang harus membakar semangat kita. Terlepas dari apa yang kita kerjakan dan lakukan, sukses atau gagal, kita tidak boleh lepas dari hal ini. Itu sebab saya harap menjalani tahun ini mari kita tata lagi hati dan pelayanan kita dengan dua prinsip ini. Apa yang akan kita kerjakan, akan berhasil atau tidak, semua itu tidak terlepas daripada kesatuan hati, semangat dan kobaran api di tengah-tengah kita. Dua minggu yang lalu secara berturut-turut saya membawa saudara merenungkan tema Gereja kita tahun ini “Misi di dalam Kasih-Nya” secara khusus melihat hati pelayanan Yesus Kristus dan rasul Paulus. Dua hati pelayanan ini begitu penting luar biasa dan tidak bisa kita abaikan di dalam hidup pelayanan kita. Pelayanan dari Tuhan Yesus Kristus didorong dan tidak lepas dari perasaan rasa kasihan. Itu harus menjadi prinsip hidup pelayanan kita. Melihat orang yang begitu banyak, di tengah-tengah pelayanan yang begitu padat dan sibuk, tetap Tuhan Yesus melayani dengan hati yang penuh dengan belas kasihan. Demikian kita juga melihat bagaimana Paulus menyebutkan prinsip pelayanannya, dia melayani karena dia ‘consumed by His love,’ dipenuhi, dihanguskan, dibakar, didorong, begitu meliputi oleh kasih Tuhan Yesus Kristus. Saya percaya ini merupakan dua aspek yang begitu penting. Maka saya rindu selain tahun ini kita berencana akan pergi melakukan pelayanan misi, selain dengan sungguh-sungguh kita memikirkan pelayanan misi, jangan kita lupa biar kita mulai semua ini dengan hati yang berdoa, dengan hati yang berlutut kepada Tuhan. Karena tidak mungkin pekerjaan dan pelayanan itu berjalan kalau tidak disertai dengan hati yang berdoa kepada Tuhan. Di dalam doa pribadi kita, di dalam kehidupan doa keluarga kita, di dalam kebaktian doa di gereja, kita terus mengingat dan berdoa bagi pelayanan para misionari. Di dalam kebaktian doa pagi kita jam 9, saya rindu saudara juga berbagian datang berdoa bersama-sama. Tidak ada gunanya kita mengumpulkan uang yang banyak, tidak ada gunanya kita mengerjakan pelayanan yang banyak, kalau tidak disertai dengan dua hati yang seperti ini: lead by His compassion, consumed by His love. Biar api semangat ini tidak padam di dalam hidup kita. 367 Selama beberapa minggu memasuki tahun ini saya memikirkan apa yang perlu saya tata, apa yang perlu saudara tata juga di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi. Dan selama beberapa waktu ini saya membaca dan merenungkan mazmur-mazmur ziarah ini. Mazmur-mazmur ziarah adalah mazmur yang dipakai oleh orang Israel khususnya di dalam perjalanan mereka menuju ke Yerusalem. Perjalanan ini penting sebab ini adalah perjalanan mereka pergi berbakti menyembah Tuhan di Bait Allah di Yerusalem. Perjalanan itu panjang dan melelahkan dan di tengah perjalanan itu berhari-hari bahkan berminggu-minggu mereka berada di atas kereta dan keledai, sehingga di dalam perjalanan itu mereka menyanyikan beberapa mazmur ziarah ini untuk mempersiapkan hati mereka, menyadarkan mereka menuju kepada kulminasi pelayanan, ibadah dan sukacita di Yerusalem dengan mazmur-mazmur ini. Mazmur ini juga penting karena mazmur ini mengajar dan mengingatkan orang Israel bahwa mereka sedang menjalani hidup di dalam satu perjalanan. Perjalanan berarti kita tidak akan selama-lamanya tinggal di satu tempat. Kita sedang bepergian. adalah tiga rangkai mazmur yang saling terkait. Kenapa? Sebab tiga mazmur ini membicarakan tiga aktifitas yang memenuhi seluruh hidup kita dari lahir sampai kita mati. Dan tiga aktifitas ini tidak ada henti-hentinya memenuhi hidup kita. Inilah tiga hal yang paling penting, yang paling kita kejar dan cari selama kita hidup di atas muka bumi ini. Mzm.127 bicara mengenai membangun rumah, ini adalah aktifitas pertama. Dari awal sampai akhir hidup kita, tidak ada orang yang tidak dipenuhi oleh aktifitas ini. Membangun rumah itu bicara mengenai seluruh ekspansi kreatifitas yang kita lakukan dalam hidup ini. Kita mau bisnis kita lebih besar, kita mau rumah kita lebih besar, kita mau apa yang kita kerjakan itu bisa kita bangun seluas mungkin. Itulah arti kata ‘membangun rumah.’ Aktifitas kedua adalah di Mzm.128 , membangun rumah tangga dan anak-anak, membesarkan anak-anak. Hidup kita dipenuhi tidak ada habis-habisnya dengan hal membesarkan anak. Paling tidak, setelah umur 55 tahun kita merasa lega karena kita tidak lagi membesarkan anak, tetapi jangan lupa saudara akan garuk-garuk kepala karena sekarang waktunya membesarkan cucu sementara anak kita sibuk membangun rumah. Mzm.126 , 127 dan 128 bicara mengenai aspek yang kita perlukan dan kita impikan di dalam membangun rumah dan membesarkan keluarga, ada lingkungan yang seperti ini. Mzm.126 bicara mengenai hal yang paling kita perlukan selama kita hidup di dalam dunia ini yaitu keamanan, keselamatan dan kesehatan. Kita ingin tinggal di satu tempat atau di lokasi dimana keamanan itu terjamin, keselamatan kita terpelihara dan terlebih lagi kesehatan kita. Kita sadar hal-hal ini adalah sesuatu yang ada di luar kontrol kita. Sekaligus tiga mazmur ini bicara mengenai tiga perasaan hati yang paling penting. Mzm.126 bicara mengenai kondisi hati yang sukacita, biarkan sukacita saya berlimpahan. Siapa yang hidup di dalam dunia ini tidak menginginkan sukacita? Tidak ada. Mzm.127 bicara mengenai satu kondisi hati yang kita tidak mau itu terjadi di dalam diri kita yaitu sia-sia. Segala sesuatu yang kita lakukan, segala sesuatu kita terima, kalau akhirnya mencapai kepada perasaan ini, betapa menyedihkan. Kalau akhirnya semua yang kita jalani kita merasa kekosongan, kita adalah orang yang paling kasihan dan paling malang di dunia ini. Pemazmur bilang, sia-sia kamu kerja dari pagi sampai tengah malam, tetapi kalau Tuhan tidak memberkati, apa gunanya? Kesia-siaan, kekosongan hati, jangan sampai itu memenuhi sepanjang hidup kita. Mzm.126 bicara mengenai kebahagiaan, happiness. Maka apa yang kita kejar, apa yang kita cari, apa yang kita perlu tata di dalam hidup ini, mari kita berangkat dari mazmur-mazmur ini. Kita tidak bisa abaikan, suatu waktu kita akan membangun rumah, kita akan membangun keluarga, kita akan Mzm.128 368 membesarkan anak-anak. Kita tidak akan berhenti dan stuck hanya di satu proses belajar dalam hidup kita. Itulah bagian dari perjalanan hidup. Proses belajar itu akan terus bertambah dan bertambah. Umur 25 kita sudah mulai berpikir dengan siapa kita akan menikah. Umur 35 kita akan berpikir karier apa yang saya akan bina. Sampai nanti umur 50 kemudian kita akan ‘goyah’ lagi, apakah hidupku harus sampai di sini saja? Itu sebab tidak heran banyak orang di fase umur 50 ini terjadi gejolak krisis. Sehingga ada orang di umur 50 kemudian dengan berani meninggalkan segala sesuatu yang sudah dia kerjakan dan berani memulai sesuatu yang baru lagi. Semua periode dan fase hidup ini tidak terlepas dari aspek ini, apa yang kita cari, apa yang kita kerja. Di semua itu apa yang kita kerjakan dan lakukan, Mzm.126, 127 dan 128 menaruh satu benang merah yang penting di dalamnya: segala aktifitas hidup ini jangan pernah terlepas dari pekerjaan campur tangan Tuhan di dalam hidupmu. Saya akan mulai dengan Mzm.126 . Mzm.126 berbeda dengan Mzm.127 . Mzm 126 bicara mengenai aktifitas-aktifitas yang kita kerjakan terjadi di dalam hidup kita dengan tanpa kita pernah pikirkan, tanpa pernah kita rencanakan, hal-hal yang terjadi di luar kontrol kita. Sedangkan Mzm.127 bicara mengenai aktifitas dan hal-hal yang kita kerjakan yang berada di dalam kontrol kita. Segala yang saudara mau usahakan, saudara mau membangun rumah, saudara mau membeli rumah, segala yang saudara rencanakan, segala yang saudara usahakan, segala yang engkau lakukan di dalam hidupmu. Maka semakin membaca dan meneliti lebih dalam, saudara akan menemukan keindahannya. Mzm.126 bicara mengenai hal-hal yang tidak pernah kita pikir dan bayangkan akhirnya menjadi realita di dalam hidup kita dan realita itu seolah seperti mimpi adanya. Sebagian orang yang berada di daerah Queensland saya pikir pasti berada di dalam stage seperti itu, bukan? Pulang, begitu melihat keadaan rumah, dia berpikir apakah ini realita atau suatu mimpi buruk? Tetapi ini adalah realita yang dia ingin jadikan sebagai mimpi. Tetapi adakalanya saudara menjalani satu hidup di dalam realitamu, lalu tiba-tiba terjadi satu perubahan yang tidak pernah kita pikirkan dan bayangkan sebelumnya karena Tuhan bekerja di situ, kitapun juga kaget dan pikir itu pasti adalah mimpi. Itu yang pemazmur katakan dalam ayat 1 hidup kita kadang ada tragedi, ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan, di luar dari yang kita pikirkan dan rencanakan dan perubahan itu begitu mengagetkan bagaikan mimpi adanya. Tetapi di tengah-tengah itu kita tidak boleh melupakan dan mengabaikan aspek yang lain, yaitu sekalipun keadaanku tidak baik, hal-hal yang terjadi di dalam hidupku di dalam pikiran orang lain adalah hal yang mustahil untuk mengalami perubahan, kita lihat Mzm.126 bilang itu bisa terjadi. Puji Tuhan! Mzm.126:1 mengatakan keadaan kita dipulihkan oleh Tuhan seperti mimpi rasanya. Tidak pernah kita pikirkan hal itu terjadi di dalam hidup ini, dan kalau bukan campur tangan Tuhan tidak mungkin itu terjadi. Saya membagi Mzm.126 dalam dua bagian, ayat 1-3 bicara mengenai fakta yang terjadi pada waktu itu. Ayat 2 dan 3 menjadi ayat yang begitu saya suka. Ayat 2 menggambarkan perspektif orang luar melihat hidupmu. Ayat 2 merupakan cara pandang orang luar melihat apa yang Tuhan kerjakan di dalam hidupmu. Orang-orang lain juga berkata, hidup orang ini disertai Tuhan. Orang-orang lain juga berkata, kalau bukan tangan Tuhan, mustahil. Kalau orang lain bisa berkata seperti itu, betapa indah ketika pemazmur sendiri mengakui Tuhan memang telah berkarya di dalam hidupku. Banyak orang meskipun orang lain melihat hidupnya diberkati oleh Tuhan namun dia sendiri tidak lihat. Bukan saja tidak melihat, dia tidak mengeluarkan syukur dan sukacita. Pemazmur di sini menyatakan pengakuannya bahwa seperti yang orang lain lihat, diapun melihat Tuhan telah melakukan hal yang 369 besar di dalam hidupnya dan dia tidak berhenti sampai di situ, dia bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan. Ini merupakan hal yang penting di dalam kita belajar menata hidup kita. Jangan kita pernah putus asa dan kecewa pada waktu hal yang tidak terduga datang di dalam hidup kita. Siapa pernah menyangka orang yang pernah hancur, bangkrut dan habis total dalam sepuluh lima belas tahun kemudian dia bisa balik kembali? Dan pada waktu itu terjadi mari kita tidak mengabaikan dua prinsip penting ini: kita tetap percaya tangan Tuhan yang berkuasa sanggup bisa merubah segala sesuatu dalam sekejap mata dan yang kedua, jangan pernah mengabaikan aspek ini, apa yang terjadi di dalam hidupku aku tidak mau sampai tidak bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan. Kemudian selanjutnya ayat 4 merupakan memori flashback dimana pemazmur menceritakan kondisi yang begitu mustahil, dia meminta Tuhan memulihkan keadaan bangsa Israel seperti memulihkan batang air kering di tanah Negeb. Dia pernah berdoa, dia berlutut dan menangis melukiskan kondisi keadaannya seperti demikian. Tanah Negeb adalah daerah yang paling kering dan berada di tanah yang tinggi, secara manusia mustahil air bisa mengalir ke atas sana. Maka dia menggambarkan memulihkan batang air sungai yang kering di tanah Negeb itu adalah mustahil. Melihat ke belakang, betapa tidak bisa menyangka, it is amazing. Saya percaya banyak di antara saudara yang melihat flashback ke belakang lalu melihat kondisimu sekarang, bisa mengatakan hal yang sama, ‘kehidupan saya ajaib.’ Kita tidak pernah menyangka kita bisa sampai seperti ini. Tuhan bekerja kadang-kadang di luar daripada yang pernah kita pikirkan dan bayangkan. Di dalam hal ini, di dalam menata hidup ini, kita tidak boleh mengabaikan dan melupakan tangan Tuhan yang perkasa yang sanggup merubah segala sesuatu dalam sekejap mata di dalam hidup kita. Itu menyebabkan kita hormat, respek, takut dan bersyukur kepada Tuhan. Pada waktu kita maju dan jaya, jangan sekali-sekali kita lupa dan mengabaikan Dia. Kita bisa lihat ada orang yang begitu kaget dan tersedak pada waktu terjadi pembalikan yang mendadak di dalam hidupnya. Di dalam flashback pemazmur mengaku memang betul ada tangan Tuhan bekerja dengan luar biasa, tetapi ayat 5-6 menjadi ayat yang menarik. Itu bicara mengenai ketekunan hidup, hidup yang tidak pernah berhenti, hidup yang terus berjalan. Kondisi berapapun susah tidak membuat pemazmur kehilangan pengharapan. Ini dimensi yang indah. Apa gunanya saya berjalan maju kalau hidupku sudah tidak bisa berubah? Sudahlah, mustahil. Mana bisa batang air yang sudah kering di tanah Negeb bisa mengalirkan air lagi? Tidak mungkin. So, what for? Maka keindahan pemazmur ialah dia tetap berjalan, dan sambil berjalan sambil menangis. Tuhan tidak larang kita menangis, sebab tanah itu memang keras. Tetapi Tuhan tidak mau kita hanya menangis di situ. Dia minta kita menabur. Kita tidak akan mungkin menuai kalau kita tidak pernah menabur. Kalau kita hanya berjalan sambil menangis saja, kita tidak akan menghasilkan sesuatu. Pemazmur mengajarkan walaupun kita harus menangis, kita harus berjalan maju sambil menabur benih. Beberapa waktu yang lalu di Amerika ada dua orang gadis gemuk menuntut restoran fast food McDonald dengan alasan burger McDonald itu menyebabkan kecanduan sehingga mereka tidak mampu melawan godaan untuk tidak makan burger itu. Tetapi hakim memutuskan tidak memenangkan kasus ini karena menurut hakim dua gadis ini seharusnya tahu konsekuensi makan burger dan tidak bisa mempersalahkan McDonalds. Namun kalau akhirnya dua gadis ini berhasil menuntut McDonalds dan mendapat kompensasi, apakah dengan mendapat uang kompensasi itu langsung mereka menjadi kurus? Jawabannya mungkin mereka akan tambah gemuk karena punya uang untuk makan burger lebih banyak lagi, bukan? Excuses change nothing in your life. Excuses only 370 make you feel better about your life. Selalu mencari alasan dalam hidup tidak akan merubah apa-apa di dalam hidup kita, itu hanya membuat perasaan kita lebih enak saja. Dua gadis ini excuse gara-gara advertising dari McDonalds, ada orang lain excuse gara-gara lahir dari keluarga yang tidak berada sehingga tidak ada kesempatan bersekolah, ada orang lain excuse gara-gara lahir dari keluarga yang berantakan, sebagai penyebab hidup mereka tidak berhasil dan penyebab mereka menyia-nyiakan hidup mereka. Mencari excuses terhadap apa yang terjadi di dalam hidup kita itu satu hal, tetapi menjalani fakta hidup kita itu adalah hal yang lain. Tuhan, saya tidak mampu bisa merubah situasi hidupku karena memang saya tidak mendapat banyak. Bagaimana situasi hidupku bisa menjadi maju kalau Engkau memberiku lingkungan yang ganas sekali? Saya hidup di tanah yang kering, tidak bisa maju. Itu bukan salah saya. Kalau kita sudah cari excuses seperti itu, pertanyaan selanjutnya, ‘so what?’ Tetap excuses itu toh tidak merubah dan tidak memperbaiki hidup kita. Waktu Yesus memberikan perumpamaan mengenai talenta, kita tahu ada orang yang diberi lima talenta, ada orang yang diberi dua talenta, ada orang yang diberi satu talenta. Tuhan tidak mempersoalkan yang diberi satu talenta itu harus menghasilkan berapa. Tuhan membicarakan soal Dia sudah kasih, bagaimana engkau mempergunakan apa yang Tuhan sudah kasih. Kita mungkin tidak memiliki kekuatan untuk memilih kondisi dan keadaan hidup kita bagaimana, tetapi kita memiliki kemampuan dan kekuatan bereaksi terhadap apa yang terjadi di dalam hidup kita. Kita tidak boleh mencari excuses, kenapa orang itu mendapat lima, aku cuma mendapat dua; kenapa dia mendapat kesempatan lebih banyak, aku tidak mendapat kesempatan, karena itu tidak akan memperbaiki dan merubah hidup kita. Jangan takut dan jangan merasa putus asa di tengah kondisi yang tidak mampu karena kita punya Tuhan yang berkuasa. Dia bisa merubah itu. Itu adalah urusan Tuhan. Dia bisa sekejap mata merubah hidup seseorang. Tetapi meskipun Tuhan bisa merubah dalam sekejap mata, itu tidak menganulir tanggung jawab kita untuk terus maju sambil menangis menabur benih dan bertekun. Kita sadar kadang-kadang anugerah Tuhan datang pada waktu kita tidak buat apa-apa. Kita mengakui kadang di tengah tidur kita, berkat Tuhan datang berlipat ganda dalam hidup kita. Tetapi karena hal seperti itu tidak berarti kemudian kita menjadi orang yang malas dan tidak mau mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita. Kita menangis, kita berjalan maju, kita menabur. Kita menabur sambil menangis mungkin sambil berpikir apakah yang aku lakukan ini ada hasilnya? Tanahnya kering seperti ini. Saudara dan saya tidak bisa mengontrol datangnya hujan membasahi tanah kering ini, tetapi pada waktu hujan itu datang bagaimana bisa tumbuh benih kalau kita tidak pernah menabur? Mari kita mulai tahun ini menata hidup kita dengan sikap seperti ini. Kita mau kesehatan, kita mau keamanan, kita mau keselamatan. Kita tahu ada hal-hal yang bisa kita kontrol dan lakukan, tetapi ada hal-hal yang kadang terjadi di luar kontrol kita dan di luar dari yang kita pikirkan. Kita mau sukacita, kita mau kebahagiaan, kita tidak mau hidup kita kosong dan sia-sia. Kita mau rumah yang kita bangun itu berarti, kita mau anak-anak yang kita besarkan menjadi berkat. Tetapi semua yang saudara kerjakan di atas muka bumi ini adakah berangkat dengan starting point yang benar? Adakah itu berangkat dengan hati yang benar: kalau bukan Tuhan yang berkarya, kalau bukan Tuhan yang memberi; kalau bukan ada hati orang yang takut akan Tuhan; semua itu akan menjadi sia-sia. 371 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 127 1 2 3 4 5 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia–sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia–sialah pengawal berjaga–jaga. Sia–sialah kamu bangun pagi–pagi dan duduk–duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai–Nya pada waktu tidur. Sesungguhnya, anak–anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak–anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak–anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh–musuh di pintu gerbang. Renungan Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Rat. 3:22-23) . Mazmur ziarah hari ini menunjukkan bahwa pemeliharaan Tuhan itu sebegitu besarnya sehingga sanggup menerangi seluruh tatanan lanskap kehidupan kita, bahkan meruak hingga ke relung-relung terdalam kehidupan kita. Mulai dari urusan politik, kehidupan berbangsa, nafkah setiap orang, hingga urusan kandungan, semua itu ada dalam tangan kasih pemeliharaan Tuhan. Judul: Penyertaan Tuhan Berbicara mengenai pembangunan "rumah", Raja Salomo dikenal sebagai orang yang membangun Rumah Tuhan yang dahsyat dan megah di Yerusalem. Begitu pula istananya, yang lebih besar lagi, juga di Yerusalem. Orang yang sama inilah, yang sudah melakukan perencanaan, perancangan arsitektur, hingga program pembangunan yang luar biasa itu yang mengatakan bahwa kalau bukan Tuhan yang melaksanakan pembangunan, semuanya sia-sia saja. Orang ini juga yang memerintah Israel di puncak kejayaan. Pada masanya, keamanan seluruh negeri berada di titik puncak. Namun ia berkata, kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sia saja pengawal berjaga-jaga. Perbandingan yang sama bisa kita renungkan juga atas kekayaan Raja Salomo dan kehidupan keluarganya. Ia adalah orang yang mempunyai segalanya dan dengan rendah hati mengatakan, kalau bukan karena Tuhan yang secara aktif memberikannya maka semuanya sia-sia belaka. Salah satu hal terpenting yang membedakan kehidupan seorang beriman dari orang tak beriman adalah pemahamannya terhadap kehidupan. Orang beriman memahami bahwa hidup adalah anugerah Tuhan yang harus digunakan secara maksimal. Dalam semua pemikiran dan tindakan, kita tidak pernah sendirian. Tuhan bukan saja mengizinkan hal-hal baik terjadi, tetapi secara aktif Dia juga melipatgandakan karya kita agar pada akhirnya nama-Nya juga dipermuliakan di dalam dan melalui kehidupan masing-masing kita. 372 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 127 Pdt. Effendi Susanto STh. Hidup yang kosong tanpa Allah dan 128 ini adalah tiga rangkaian mazmur yang indah yang tidak bisa kita lepaskan satu-persatu. Saya percaya mazmur-mazmur ini diatur dengan baik oleh penyusun kitab Mazmur, yang bicara akan tiga hal penting yang memenuhi seluruh hidup kita. Yang pertama, berbicara mengenai aspek keamanan. Di dalam perjalanan hidup kita, kita ingin mencari keamanan, keselamatan dan kesehatan. Kita ingin menjalani hidup kita dengan lancar dan aman, meskipun terkadang kita tidak mendapatkan hal itu selalu. Yang kedua, Mzm.127 berbicara mengenai membangun rumah. Ini yang kita kerjakan di dalam hidup kita, yaitu sepanjang hidup kita mengusaha, kita ekspansi, kita mengerjakan dan membangun dan apapun yang kita kerjakan itu kita ingin berhasil adanya. Yang ketiga, membesarkan anak-anak menjadi aspek yang kita kerjakan di dalam hidup kita di atas muka bumi ini. Mazmur 126, 127 Kemudian kita melihat Mzm.126-128 ini bicara mengenai tiga perasaan hati, suasana rohmu, suasana pikiranmu; dua yang kita inginkan terjadi di dalam hidup kita, dan satu yang kalau bisa jangan itu memenuhi hidup kita. Yang pertama, sukacita dan yang kedua, kebahagiaan, berkat yang Tuhan ingin kita terima di dalam hidup ini. Yang ketiga, yang kita tidak mau terjadi di dalam hidup kita, kesiasiaan dan kekosongan hidup. Jangan biarkan hidup kita mengalami kesia-siaan dan kekosongan. Mzm.127 mengatakan sia-sialah kita membangun rumah, sia-sialah kita berusaha dengan jerih payah, sia-sialah kita mengawal seluruh harta milik kita, kalau itu bukan datangnya dari tangan Tuhan yang baik menjadi berkat dan anugerah di dalam hidup kita, cepat atau lambat engkau akan menghadapi kesia-sian, kekosongan hidupmu. Orang yang tidak pernah membangun apa-apa di dalam hidup tidak berhak berkata tidak ada gunanya membangun sesuatu. Orang yang tidak pernah sukses dan berhasil di dalam hidupnya tidak berhak berkata bahwa kita tidak perlu mencari kesuksesan. Orang yang tidak mencapai prestasi di dalam hidupnya tidak berhak berkata bahwa apa yang dicapai dan diraih oleh orang lain itu adalah hal yang tidak berguna. Berangkat dari ini kita melihat Mazmur 127 adalah mazmur yang penting sebab yang berkata “sia-sia” di sini adalah orang yang justru mengerjakan pembangunan seumur hidupnya. Ini adalah satu-satunya mazmur ziarah yang ditulis oleh Salomo. Kebanyakan mazmur ziarah ditulis oleh Daud dan selebihnya oleh orang-orang pada masa Salomo dan selanjutnya. Satusatunya mazmur ziarah yang ditulis oleh Salomo adalah Mzm.127 ini dan sangat unik sekali inilah mazmur yang bicara mengenai kesia-siaan hidup. Di dalam 1 Raja 9 saudara akan bertemu lebih dari 20 tahun lamanya Salomo membangun dua hal yang penting di dalam hidupnya yaitu Bait Allah dan istananya. Tidak ada di dalam sejarah raja Israel yang melakukan pembangunan dan pencapaian 373 kesuksesan selain Salomo. Itu sebab saya percaya dia berhak untuk mengatakan di tengah-tengah membangun sesuatu, di tengah-tengah mencapai kesuksesan atas sesuatu, akan tiba kepada kekosongan jika kita tidak mengerti dengan jelas untuk apa kita bangun, untuk apa kita sukses, untuk apa kita mencapai sesuatu di dalam hidup ini. Tetapi di pihak lain, seorang bernama Jean Meslier yang hidup tahun 1664-1729 selama 40 tahun dalam hidupnya dia menjadi seorang priest Katolik, lalu kemudian dia keluar dari biara dan menjadi seorang ateis. Orang ini begitu populer di kalangan orang ateis karena dia menulis satu buku berjudul “The Vanity of Religion.” Berkontras dengan Mzm.127 yang berbicara mengenai “The Vanity of Life without God.” Meslier bilang, sia-sia percaya Tuhan. Ada dua hal yang diangkat di dalam bukunya. Yang pertama dia mengatakan bahwa agama itu sudah membuat kita menerima segala sesuatu yang kita tidak pahami dan kita tidak mau mencari penjelasan yang logis terhadap apa yang tidak kita pahami di dalam hidup ini. Agama hanya meminta kita pokoknya percaya saja, padahal kepercayaan yang buta kepada Ilahi justru tidak membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Science dan kehidupan yang logis justru menawarkan hidup yang jauh lebih baik dan lebih sukses, ketimbang agama yang sudah membuat kita naif dan buta di dalam kepercayaan kita akan Allah yang tidak membuat perubahan apa-apa di dalam hidup kita. Yang kedua, Meslier bilang agama adalah sumber masalah dan sumber perselisihan. Kita tidak bisa mengabaikan eratnya agama dengan kekerasan juga pernah menjadi coreng di dalam sejarah Kekristenan. Kita tidak boleh melupakan sejarah hitam di dalam Kekristenan, bagaimana Katolik membantai habis Protestan pada waktu St. Bartholomew Day di Perancis, hampir 20.000 orang Protestan dibunuh oleh orang Katolik. Tetapi kita tidak boleh mengabaikan sejarah, ketika Inggris dikuasai oleh raja Protestan, dia juga membantai dan membunuh priest-priest Katolik yang ada di situ. Maka tidak heran Blaise Pascal menulis satu kalimat yang sangat benar adanya, “Kejahatan yang paling dinikmati manusia adalah kejahatan yang dilakukan atas dasar kepercayaan agama.” Saudara bisa ngeri mendengar orang bisa memuji Allahnya besar sambil memukul orang dengan kayu sampai mati. Saudara bisa ngeri mendengar teriakan ‘Haleluya’ dari mulut orang Kristen sambil memegang parang membunuh orang beragama lain. Saudara bisa ngeri melihat orang seolah-olah berdoa dan beribadah kepada Tuhan, pada saat yang sama tangannya penuh dengan lumuran darah. Kejahatan yang dibuat oleh manusia, jujur sebenarnya dia tahu apa yang dia buat itu adalah hal yang salah. Banyak orang melakukan kejahatan, dia sendiri tahu kejahatan itu tidak benar adanya. Tetapi Blaise Pascal mengeluarkan kalimat ini, “Satu-satunya kejahatan yang paling dinikmati oleh manusia justru adalah kejahatan yang dibuat atas dasar kepercayaan dan agama.” Itu sebab di tengah perjalanan ini Jean Meslier tergelincir dan menganggap tidak perlu lagi percaya Tuhan sebab orang beragama justru menjadi sumber masalah dan sumber perselisihan. Maka bagi dia jalani hidup ini jadikan dirimu sebagai pengatur. Engkaulah satu-satunya tujuan dari hidup ini dan bukan Tuhan. Pikiran yang logis, common sense, itu yang seharusnya memimpin hidup manusia, bukan normanorma agama. Tetapi sebaliknya mari kita lihat kembali di dalam perspektif Alkitab, justru hidupmu menjadi sia-sia pada waktu hidup itu dilepaskan arah, tujuan dan sumbernya dari Tuhan adanya. Aku sudah membangun banyak hal, aku sudah mencapai begitu banyak kesuksesan, kata Salomo, tetapi di akhir hidupnya pada waktu dia merefleksikan penuh dengan kesulitan dan kegagalan, pencapaian itu tidak 374 mendatangkan harum nama baiknya sampai akhir, tetapi justru penuh dengan kesulitan dan kegagalan karena kesuksesannya membuat dia tergelincir dan jatuh meninggalkan Tuhan. Memang banyak penafsir memperdebatkan mengenai kitab Pengkhotbah, apakah Salomo yang menulisnya atau orang lain yang hidup sesudah dia yang menulis dan memakai hidup Salomo sebagai refleksi. Tetapi apapun juga yang benar, kita semua setuju kitab Pengkhotbah adalah kitab yang sedang membicarakan hidup dari Salomo dan saudara lihat di akhir dari seluruh perjalanan hidupnya dia menjalani dengan sia-sia. Di atas segala-galanya, sia-sia. Apa yang aku kerjakan, apa yang aku capai, kalau aku lepaskan dari tangan Tuhan, dari anugerah Tuhan dalam hidupku, cepat atau lambat, aku akan sampai kepada titik kekosongan dan tidak ada artinya. Untuk lebih memahami Mzm.127 kita perlu membandingkannya dengan kitab Pengkhotbah. Pengkhotbah dengan jelas mengatakan kalau engkau membangun segala sesuatu dan tidak ada Tuhan di situ, apapun yang engkau capai tidak ada gunanya. Kita akan lebih memahami konsep siasia itu dari perkataan Pengkhotbah, di atas segala sesuatu apa yang kita kerjakan di bumi ini, apa yang kita lakukan seperti menjaring angin. Jangan pikir bahwa Pengkhotbah itu pesimis terhadap hidup ini. Yang dia ingin angkat adalah kamu akan cape, kamu cepat atau lambat akan sampai kepada satu titik sama seperti realita yang aku alami, hidupku menjadi sia-sia kalau dua hal ini yang menjadi motivasi di belakang semua yang engkau kerjakan: pertama, kalau engkau menjadikan dirimu sebagai pusat, maka semua yang kita kejar itu akan terus menarik kita, nama, kesuksesan, semua untuk diri kita. Pkh. 5:9 “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang…” Sia-sia tidak berarti yang kita cari dan kita kejar di dalam hidup ini bukan hal yang tidak berguna. Membangun sesuatu menjadi sia-sia bukan berarti yang engkau kerjakan dan engkau bangun itu tidak ada gunanya. Kita harus menjelaskan konsep ini baik-baik. Yang dimaksud oleh Pengkhotbah, semua itu akan menjadi sia-sia setelah engkau bangun, setelah engkau capai, semua itu untuk apa dan apa yang menjadi tujuan akhirnya. Kalau tujuan akhirnya adalah demi untuk dirimu menjadi pusat, satu kali semua itu akan menjadi sia-sia. Kenapa saya mengatakan demikian? Karena kalau saudara nanti baca seluruh kitab Pengkhotbah itu kita akan bertemu dengan realita ini. Pengkhotbah mencari hal-hal di dalam hidupnya. Dosen saya di SAAT pernah menggunakan istilah unik mengenai apa saja yang dicari dan diraih oleh Pengkhotbah dalam hidupnya dengan 5 huruf W, wisdom, wealth, wall, wine, women (Pkh.1-2) . Di dalam sejarah kerajaan Israel tidak ada yang bisa melampaui rekor Salomo dalam hal jumlah isteri dan gundiknya. Bahkan playboy-playboy Hollywood saja tetap masih kalah daripada Salomo. Yang terdaftar saja ada 700 isteri dan 300 selir. Saya tidak tahu bagaimana cara Salomo menghafal namanama mereka. Apa sih sebenarnya yang mendorong manusia untuk punya lebih dari satu isteri? Seksualitaskah? Kebanggaankah? Saya tidak bisa mengerti apa yang memotivasi dan mendorong orang bisa seperti itu. Sia-sia sebab di belakang dari semua yang diraih dan dikejar, pertama kalau saya menjadikan diriku yang menjadi pusat, saya tidak akan pernah puas. Kumpul uang, kumpul kekayaan, kumpul isteri, makin banyak makin rasa kurang dan tidak ada habis-habisnya. Pengkhotbah juga mengajak kita melihat beberapa refleksi. Refleksi yang pertama di pasal 6:1-2, kalau engkau jadikan hidupmu sebagai pusat, akan tiba kesia-siaan. Orang dikaruniai harta dan kekayaan berlimpah tetapi tidak dikaruniai kuasa untuk menikmatinya. Kematian bisa datang, ada hal yang tidak bisa dia kontrol, sudah susah-susah kumpulkan ternyata tidak bisa menikmati. 375 Kita adalah manusia yang sangat terobsesi mau mengontrol segala sesuatu. Kita adalah manusia yang suka mengkalkulasi dan kalau bisa mengatur segala yang ke depan dan memprediksi dan mengontrolnya. Akibat dari ingin mengatur, akibat dari ingin mengontrol, akibat dari ingin bisa menggenggam segala sesuatu di tangan kita menyebabkan tidak ada habis-habisnya manusia selalu mencari kekuatan, kekuasaan dan power. Pkh.3:1-15 memperlihatkan banyak hal engkau tidak bisa kontrol di dalam hidupmu. Hidupmu akan menjadi sia-sia kalau engkau berangkat dari poin aku bisa mengatur dan mengontrol apa yang akan terjadi di dalam hidupku, aku bisa memprediksi dan mengkalkulasi. Tetapi kekuatan untuk bisa mengatur, kekuatan untuk bisa mengontrol hidup itu membutuhkan satu kekuatan yang absolut yaitu power. Kamu harus punya power tetapi suatu kali engkau sadar engkau tidak bisa mengontrol power itu sendiri, dan power itu menjadi pelecehan dan tidak adil. Ini yang dimaksud kalau kita hidup tidak menyadari hidup itu ada di tangan Tuhan. Ini yang dimaksud oleh Pengkhotbah, kalau engkau tidak sadar dan lihat itu berkat dan anugerah Tuhan, engkau akan capai kepada kesia-siaan. Tetapi kesia-siaan itu akan lebih lagi kalau kita mau mengontrol semua. Di mana-mana saudara akan melihat power dipakai orang secara tidak adil. Kita mengontrol bawahan, kita mengontrol orang di sekitar, kita menggunakan power dengan tidak adil. Sampai di situlah kita akan menemukan arti dari kalimat Pengkhotbah dalam Pkh.3:19 kalau engkau hidup tidak ada Tuhan, maka hidupmu tidak lebih daripada binatang. Karena nasib manusia akan sama seperti nasib binatang, kalau dia menjalani hidup tanpa ada Tuhan di dalamnya, tanpa menyadari anugerah dan berkat Tuhan menyertainya, tanpa berpikir bahwa semua yang ada di dalam hidupnya berada di dalam tangan Tuhan, hidup orang seperti itu tidak beda dengan hidup binatang. Satu kali kelak ketika kematian datang mereka tidak punya kekuatan apa-apa. Kembali ke Mzm.127 banyak penafsir sedikit terkejut karena bagian di atas dari mazmur ini bicara mengenai membangun rumah, tetapi di bagian selanjutnya kenapa bicara mengenai membesarkan anak-anak. Tetapi dalam bahasa aslinya saudara akan takjub menemukan Salomo menggunakan permainan kata yang bagus, ayat 1 memakai kata “bonim” (builders), ayat 3 memakai kata “banim” (sons). Di sini baru kita temukan keindahannya. Tidak ada gunanya “bonim” sukses kita kerjakan dan lakukan tetapi kita mengabaikan membangun “banim” di dalam rumah kita. Apa gunanya segala sesuatu yang dikerjakan dan diusahakan orang tetapi semua kesuksesan di luar, begitu pulang ke rumah dia menjadi sedih dan kecewa karena anak-anaknya tidak menjadi orang yang dibentuk dengan baik dan memiliki karakter yang indah. Bagi saya kita sukses di luar tidak seberapa tetapi kita sukses mendidik mempersiapkan “banim” di rumah kita itu menjadi indah dan penting karena pemazmur berkata pada suatu hari anak-anak yang kita didik dan kita bina dengan baik itu menjadi kehormatan dan respek orang tua. Pemazmur tidak bicara banyak secara metode bagaimana membesarkan anak, tetapi di sini ada dua prinsip penting. Pertama, dia katakan anakmu seperti anak panah di tangan seorang pahlawan. Dan di dalam Mzm.128:3 anak itu digambarkan seperti tunas zaitun. Dia akan keluar potensi menjadi bunga. Tunas zaitun berarti membesarkan anak itu perlu pelihara yang khusus. Kita perlu memelihara anak-anak yang dipercayakan kepada kita dengan baik-baik karena dia adalah tunas zaitun. Tetapi membesarkan anak juga seperti menyiapkan anak-anak panah. Ini dua prinsip yang kita tidak boleh abaikan: anakmu harus dipelihara baik-baik, anakmu harus dipertajam. Terus kita belajar teori pendidikan membesarkan anak, tetapi waktu kita mendalami ayat-ayat ini kita menemukan mutiara bijaksana yang luar biasa. Didik anakmu seperti anak panah. Kenapa anak panah itu perlu 376 dipertajam? Mari kita lihat konteksnya, jaman itu belum ada stainless steel, maka anak panah itu setiap hari harus diasah sehingga tidak tumpul dan berkarat. Kedua, anak panah itu dipakai oleh pahlawan tidak boleh sembarang tembak. Berbeda dengan AKA 47 yang dalam semenit bisa menembakkan lebih dari 600 peluru, senapan mesin tidak perlu dipegang oleh seorang jago tembak. Siapapun bisa main tembak dan kena kepada sasarannya karena pelurunya banyak. Tetapi jaman dulu seorang pahlawan hanya punya tiga anak panah di tabungnya. Berarti setiap anak panah harus efektif. Mempertajam anak, itu panggilan kita sebagai orang tua. Mempertajam itu membutuhkan usaha, di dalam kita mengasah membutuhkan tanggung jawab, disiplin, pengolahan yang tidak gampang dan tidak mudah. Alkitab sudah meletakkan begitu banyak prinsip yang indah seperti ini. Anak-anakmu adalah pemberian dari Tuhan dan itu adalah anak-anak panah di tangan seorang pahlawan. Pahlawan yang jago dan betul-betul terlatih, dia sadar dan tahu anak panah itu harus dipakai satu kali dan harus kena kepada sasaran. Itu tugas tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada orang tua. Kalau anak panah itu penuh, maka pada waktu kita berdiri, berbicara dengan orang, melihat pencapaian keindahan kesuksesan pada anak kita itu merupakan kehormatan orang tua yang tidak ada habis-habisnya. Pencapaian yang paling penting adalah bagaimana kita sukses mendidik, memelihara, mempertajam setiap anak-anak yang Tuhan beri kepada kita sehingga mereka mencapai goal, sasaran, kena, bersumbangsih besar bagi masyarakat dan kerajaan Allah. Kira-kira dua tiga minggu yang lalu terjadi perdebatan di televisi mengenai seorang ibu Asia yang membesarkan anak di Amerika, dia menjadi “tiger mum.” Banyak orang tidak setuju dengan disiplin cara dia karena dia seolah memaksa anak itu menjadi apa yang ibunya mau. Tetapi ada yang sedikit mengkoreksi dengan lebih baik, dia memaksa anaknya melakukan apa yang dia mau. Intinya di situ kita melihat ibu itu mau mempertajam, mengoptimalkan, menjadikan anaknya menjadi seorang yang indah, berhasil dan penting. Itu adalah sukacita kebanggaan yang lebih besar daripada membangun usaha bisnis di dalam hidup. Jangan biarkan semua yang kita kejar dan kita capai di dalam hidup ini tanpa kita melihat dengan kacamata yang indah sebagai anak Tuhan, di belakangnya semua itu adalah berkat anugerah yang Tuhan beri. Di dalam perjalanan hidup kita mungkin melewati perjalanan yang baik dan perjalanan yang kurang baik; perjalanan yang menanjak dan perjalanan yang menurun; perjalanan yang mulus dan perjalanan yang berkerikil. Namun di balik perjalanan itu biar kita mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dan kita sadar di dalamnya anugerah dan berkat Tuhan yang memimpin dan mengontrolnya. Semua yang kita terima sampai hari ini adalah anugerah pemberian Tuhan yang baik, kita tidak menjadi kecewa dan mengeluh. Kita diberi harta yang paling indah di dalam hidup kita, anak-anak yang dikaruniakan kepada kita, dengan segala bakat dan potensi yang mungkin melebihi apa yang pernah kita pikirkan dan cita-citakan. Biar kita minta Tuhan kekuatan, kesungguhan, sukacita membesarkan di tengah susah, mendidik di tengah lelah segala usaha yang kita kerjakan kiranya boleh Tuhan pimpin dan berkati. Anak-anak yang Tuhan karuniakan di dalam hidup kita, biar kita pertajam, kita asah dan jadikan sebagai panah-panah Allah yang berguna di tangan Tuhan. Biar Tuhan memimpin kita menyerap apa yang kita dengar pada hari ini, menyertai segala usaha tangan kita, menyertai anak-anak yang kita besarkan supaya semua itu menjadi keindahan dan tidak pernah menjadi kesia-siaan di dalam hidup kita. 377 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 127 Pdt. Bigman Sirait Buang rasa khawatir, jangan tumpuk harta HARTA adalah anugerah Allah kepada manusia untuk menghidupi hidup-nya. Harta adalah sesuatu yang Tuhan sediakan. Di Mazmur 127 dikatakan bahwa ketika kita masih tidur Tuhan sudah menyediakan roti yang kita butuhkan untuk esok pagi. Tapi ayat ini tidak untuk mengajarkan kita tidak perlu bekerja. Ayat ini justru mengajarkan bahwa ada jaminan yang Allah sediakan bagi kita, tetapi Allah mau kita bertindak di dalam kehidupan secara bertanggung jawab, yaitu dengan otak, tenaga, dan talenta yang Tuhan berikan. Itu kita pakai mengelola hidup, untuk mendapatkan apa yang Tuhan sudah sediakan bagi kita. Kenapa kita khawatir? Karena ada keterbatasan kita di dalam ruang dan waktu. Keterbatasan membuat kita tidak mengetahui apa yang terjadi besok. Menurut hitung-hitungan kita, jika tidak punya uang tidak bisa makan. Kalau tidak punya deposito cukup, berat menyekolahkan anak. Hitungan-hitungan itu memang tidak salah. Dalam keterbatasan, kita berpikir seperti itu. Seluruh yang ada itu bisa kita hitung sedemikian rupa: sebab-akibatnya dan logika jalannya. Dalam keterbatasan itu kita mampu berhitung dengan jitu dan tepat. Jadi, masak kita tidak mau belajar pada realita umum yang disebut sebagai anugerah umum. Kalau rajin belajar pasti pintar. Kalau Anda baik, dihargai orang dan banyak sahabat, mereka pasti menolongmu. Secara anugerah umum, semua orang diperlihara oleh kasih Tuhan. Karena Tuhan mengatakan bahwa Dia memberikan matahari bukan hanya untuk orang baik, tetapi juga orang jahat. Maka secara anugerah umum tadi kita sadar ada berkat Tuhan yang mengalir dalam hidup. Tetapi jangan kaitkan ini dengan anugerah khusus, keselamatan. Maka dalam anugerah umum tadi, orang bisa belajar, bisa bertumbuh di dalam keimanannya, memahami kebenaran kasih setia Allah. Maka di dalam keimanannya itu, ia akan bertumbuh dan makin kuat menaruh harapannya kepada Tuhan, dan pengharapannya itu akan merangsang dia untuk bekerja secara betanggung jawab di hadapan Tuhan. Jadi, kalau secara umum orang baik membuka peluang masa depan bagi dirinya, apalagi orang yang takut Tuhan. Orang takut Tuhan pasti baik kan? Tapi jangan mengaku percaya Tuhan, tetapi Anda terkenal sebagai pekerja yang tidak jujur, tidak suka menolong. Jangan mengaku cinta Yesus tetapi Anda dikenal sebagai teman kerja yang tidak bisa diandalkan. Lalu kau berdoa marah-marah sama Tuhan. “Di manakah pemeliharaan-Mu?...” Lalu muncullah rasa khawatirmu tentang hidup ini, maka doamu selalu menuntut apa yang kau perlukan dalam hidupmu. Maka kau melupakan prinsip yang Tuhan ajarkan: “Cari dahulu kerajaan Allah semuanya akan ditambahkan bagimu” (Matius 6: 33) . Orang yang mencari kerajaan Allah adalah yang melakukan kehendak-kehendak Allah dalam hidupnya. Maka dia jujur, bisa diandalkan, rekan yang baik dan menyenangkan. Maka dengan sendirinya dia akan mendapatkan penghargaan, bukan? 378 Nikmati porsi masing-masing Jadi, mencari kerajaan Allah itu musti diterjemahkan secara praktikal dalam hidup. Jangan dijadikan semacam ayat yang menyembunyikan kesulitan kita dan mencoba lari dan bersembunyi di balik itu. Itu membunuh tanggung jawab kita untuk hidup seperti apa yang Tuhan kehendaki dalam rangka mencari kerajaan itu. Karena itu mari kita hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Cari kerajaan-Nya itu, lakukan kehendak-Nya, jangan sampai salah langkah, salah kaprah. Oleh karena itulah harta yang ada di dalam hidup ini tidak boleh kita khawatirkan. Kekhawatiran terhadap harta atau hidup ini hanya menunjukkan kesalahpahaman kita tentang arti pemeliharaan Tuhan. Jadi karena itu, jangan kamu khawatir akan hidupmu, apa yang hendak kamu makan atau minum. Jangan khawatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup lebih penting dari makanan? Tubuh lebih penting dari pakaian, dan hidup kita dipelihara Tuhan. Khawatirlah kalau hidupmu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Khawatirlah kalau kamu bukan mencari kerajaan Tuhan, tetapi mencari kerajaanmu sendiri. Khawatirlah sekalipun dalam pencarian kerajaan itu saudara mempunyai banyak harta benda, karena harta benda itu bisa menjadi malapetaka. Kaya-miskin hanyalah dinamika dalam hidup yang harus disikapi dengan lapang dada. Yang kaya tidak besar kepala. Yang miskin tidak kecil hati, tetapi bagaimana menikmati masingmasing porsi yang Tuhan berikan pada kita. Karena tujuan utama kita bukan bagaimana kita bekerja untuk mendapatkan banyak harta tetapi bagaimana hidup memuliakan Tuhan. Oleh karena itu tempatkanlah harta itu sebagai alat dalam kehidupan, bukan tujuan utama. Jangan pernah khawatir terhadap hal itu sekalipun manusia riskan atas hal itu, tetapi itulah perjuangan kita melawan rasa khawatir. Selama rasa khawatir itu kita biarkan bertumbuh berkembang bahkan menguasai kehidupan kita maka selama itu kita tidak akan pernah mengalami pertumbuhan iman yang utuh. Selama rasa khawatir itu melanda kehidupan maka selama itu pula kita tidak bisa apa-apa dalam membangun semangat keberimanan. Karena itu belajarlah untuk membuang rasa khawatir itu dengan hidup bergantung pada Tuhan, bukan dengan menumpuk segala apa yang kau anggap bisa menjamin masa depanmu. Tidak ada yang salah dengan kekayaan. Yang salah sikap terhadap kekayaan. Tak ada yang salah dengan harta. Yang salah sikap terhadap harta itu. Jangan harta menjadi jaminan hidupmu, tetapi Tuhan. Tetapi kalau kau bilang Tuhan jaminan hidupmu, itu harus tampak benar-benar dalam aktivitasmu. Jangan khawatir tentang apa yang akan kau makan, minum, pakai. Kekhawatiran tidak akan mengubah apa pun, tetapi bersyukurlah di dalam kekhawatiran yang sudah salah itu, toh Tuhan berbelas kasihan, mendidik membimbing menuntun kita. Karena itu mulailah dengan belajar mencari dulu kerajaan Allah supaya kau tidak terjebak dalam lilitan persoalan. 379 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 127 Pdt. Bigman Sirait Sia-sia tumpuk harta tanpa peyertaan Tuhan RUMAH merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi manusia. Di rumahlah, setiap orang menghabiskan sebagian besar hari-harinya. Wajar pula jika setiap orang mendambakan rumah yang bisa membuatnya merasa aman, tenang dan nyaman tinggal di sana. Rumah dan segala kebutuhan hidup—yang dalam kesempatan ini kita sebut saja harta—merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Harta yang kita miliki, bisa menjadi suatu identitas tentang: siapa saya? Semakin banyak harta, semakin besar penghormatan orang pada kita. Tapi, rumah atau harta benda seperti apa yang Tuhan kehendaki? Tentang hal ini, Raja Salomo (dalam Mazmur 127 : 1) mengatakan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya…”. Raja Salomo dikenal sebagai raja Israel yang tidak hanya sukses memerintah kerajaannya, namun juga jenius dalam mengelola usaha dan perdagangan. Tidak heran, berkat kepiawaiannya itu, dia berhasil menumpuk harta benda yang membuatnya sebagai raja yang kaya raya luar biasa. Sayang, sebagai orang yang diberkati Tuhan dengan segudang kemampuan luar biasa itu, dia justru melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh Tuhan: memiliki ribuan wanita simpanan. Dia memang sukses menumpuk harta, tapi gagal membendung hawa nafsu. Yang lebih menyedihkan, dia tergoda oleh salah seorang wanita simpanannya sehingga terjatuh dalam penyem-bahan berhala! Namun seluruh pengalaman itu tidak membuatnya merasa bahagia. Sampai akhirnya, dalam perenungannya dia menyadari bahwa tanpa penyertaan Tuhan, semua sia-sia. Bagi kita, rumah dan harta benda, memang telah menjadi semacam KTP. Orang mengenal, mengukur, dan menghormati kita tergantung dari seberapa banyak harta kita. Harta benda sebagai identitas menjadi konsentrasi dan perhatian semua orang. Dengan harta yang cukup, seseorang itu akan dihargai. Tapi sebaliknya, jika harta bendanya tidak cukup, dia dicurigai. Apalagi tak punya apa-apa, ia akan dizalimi. Haknya akan dirampas, dia akan diinjak-injak orang. Karena itu, harta benda sebagai identitas menjadi mimpi setiap orang. Semua orang akan berpacu untuk mendapatkannya, bagaimana pun caranya. Korupsi, boleh-boleh saja. Mencuri, kenapa tidak? Menipu? Lakukan! Orang akan mengesahkan segala cara demi harta ini. Jika harta menjadi ukuran harga diri, maka kebenaran-kebenaran hidup pun bergeser. Orang berpacu untuk membuktikan kekayaan sebagai wujud “berkat” Tuhan. Harga diri tidak lagi menempel pada nilai-nilai etis yang seharusnya dimiliki: kejujuran, kesungguhan, kebenaran. Dalam hal seperti 380 ini kita telah melihat banyak fakta yang sangat menyedihkan, demi harta benda, korban berjatuhan. Dan tragedi yang lain adalah jika harta dijadikan sebagai keyakinan, iman, menjadikannya sebagai berhala. Jika sudah begini, maka Alkitab tidak ada apa-apanya lagi. Tidak mendengar khotbah juga bukan masalah. Yang penting, asal jangan sampai nggak ada uang, asal jangan sampai berkurang properti, rumah dan harta benda. Bagi orang-orang seperti ini, pertarungannya hanya melulu untuk materi. Karena materi baginya adalah berhala, maka dia siap melakukan apa saja untuk itu. Dia siap menzalimi orang, bahkan saking gilanya akan harta, tidak sedikit orang pergi ke Gunung Kawi, menebar sesajen ke mana-mana, “berguru” ke sana-sini, asal bisa kaya. Meski anak, anggota keluarga atau pembantunya menjadi tumbal, tidak masalah, yang penting bisa kaya. Sangat mengerikan, dia rela nyawa orang hilang demi berhala yang dipuja-pujanya: materi. Manusia semacam ini bukan lagi manusia, karena bukan hanya dirinya saja yang dihargai dengan materi, tetapi orang lain pun dia hargai dengan materi. Dia tidak sungkan-sungkan mencabut nyawa orang lain demi kelanggengan materi yang mengalir ke dalam hidupnya. Seorang wanita yang berstatus istri bisa saja meninggalkan suaminya demi materi. Sering pula terjadi pengkhianatan dan memakan banyak korban demi materi yang sudah merupakan segala-galanya dalam kehidupan. Oleh karena itulah Alkitab mengajarkan kepada kita, “Kalau harta benda seperti itu yang kau dambakan, sia-sialah”. Kalau itu datang dari semangat dirimu, ketika itu kau jadikan identitas, harga dirimu, keyakinan dirimu, berhalamu, habislah hidupmu. Harta benda itu milik Tuhan, berasal dari Tuhan, maka belajarlah bergantung hidup pada Tuhan, melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan, bekerja sesuai yang Tuhan kehendaki, rajin seperti yang dituntut Alkitab. Harta benda bukan dosa, tetapi bagaimana memperlakukannya, itulah yang jadi masalah. Karena itu biarkan Tuhan membangunnya. Seharusnya gairah kita untuk mencari harta adalah semangat untuk melayani Tuhan. Sehingga di dalam gairah mencari atau membangun materi, kita ada dalam kendali diri yang penuh, tidak terjebak pada perangkap, rangsangan yang memang luar biasa dari materi itu. Maka, apa pun yang ada dalam hidup kita, hanya omong kosong jika kita dapatkan dengan cara tanpa Tuhan, mengabaikan Tuhan. 381 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 128 1 2 3 4 5 6 Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan–Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak–anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki–laki yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak–anak dari anak–anakmu! Damai sejahtera atas Israel! Renungan Di dalam komunitas Kristen masa kini, penundaan pernikahan atau bahkan kehidupan tidak menikah (selibat) adalah sesuatu yang lazim dijumpai. Bahkan di antara mereka yang menikah, menunda memiliki anak bahkan keputusan untuk tidak memiliki anak juga bukan suatu hal yang aneh. Tradisi selibat di kalangan Kristen memang lebih kuat dibandingkan dengan di dalam komunitas agama lain. Hidup membiara misalnya, pada masa lampau merupakan hal yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh Gereja. Secara historis ini bisa menjadi bumper ketika ada orang yang mendesak dan mempertanyakan keputusan seseorang untuk tidak menikah. Namun seringkali alasan pragmatislah yang ada di balik penundaan pernikahan atau memiliki anak, bahkan keputusan untuk tidak memiliki anak sama sekali, yaitu kemapanan finansial dan kenikmatan hidup. Judul: Keluarga dan anak adalah berkat Alasan lain yang mengemuka adalah kerepotan. Menikah dan memiliki anak tampaknya kini dipandang sebagai dua komitmen terpisah. Seringkali keduanya diidentikkan dengan kerepotan. Repot harus menyesuaikan diri dengan pasangan atau repot harus membesarkan anak. Belum lagi ongkos – tenaga, pikiran, uang, dan emosi – yang harus diberikan untuk membesarkan dan menyekolahkan anak. Karena itu banyak orang Kristen, terutama di kota-kota besar, memutuskan entah untuk menunda pernikahan, menunda memiliki anak, atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali. Kita perlu mengingat bahwa Tuhan tidak pernah meralat atau pun menarik kembali firman-Nya seperti tertulis dalam Kej. 1:28 . Tidak pernah perintah beranak-cucu dianulir (bdk. Kis. 10:15) . Mazmur 128 mengingatkan kita betapa pentingnya sebuah keluarga di mata Tuhan dan betapa berharganya anak-anak di mata Tuhan. Berkeluarga dan memiliki anak adalah suatu bentuk pengabdian hidup dan pelayanan kita yang menyukakan hati Tuhan. Jangan biarkan alasan-alasan pragmatis menghalangi rencana Allah hadir melalui hidup dan keluarga kita! 382 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 128 Pdt. Effendi Susanto STh. Kenikmatan di hadapan Allah merupakan mazmur yang mengajak kita melihat Allah kita adalah Allah yang indah; Allah kita adalah Allah yang menginginkan kita menikmati kebahagiaan dan sukacita; Allah kita yang di tangan kanan-Nya ada kebahagiaan dan sukacita dan di tangan kiri-Nya ada nikmat senantiasa. Itu sebab saya ajak kita melihat dimensi ini membuat kita menjadi orang Kristen yang utuh. Waktu anugerah Tuhan datang kepada kita, sukacita itu datang dari hasil jerih payah kita, mari kita terima dengan syukur dan jangan pernah berpikir Tuhan kita adalah Tuhan yang seolah-olah tidak menginginkan anak-anak-Nya itu bersukacita dan bersyukur menikmati apa yang Tuhan sudah beri. Saya pikir ini merupakan point yang paling penting yang Mzm.128 ingin angkat. Mzm.128 mengingatkan kita hal-hal yang bersifat rohani tidak terpisahkan dengan hal-hal yang bersifat physical yang kita lakukan sehari-hari. Hal-hal yang kita lakukan sehari-hari sebaliknya mari kita lihat memiliki dimensi dan sifat spiritual pula. Banyak orang Kristen dan juga orang di luar berpikir ikut Tuhan berarti kita kehilangan sukacita. Banyak anak muda mengatakan tidak mau dibaptis dulu sekarang karena belum sempat “have fun.” Orang di luar juga waktu menolak selalu mengatakan, “Nantilah saya masuk Gereja kalau saya sudah tua, sekarang waktunya untuk senangsenang. Sebab kalau sudah masuk Gereja kita jadi orang serius…” Seolah-olah Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak mau anak-anak-Nya bersukacita. Mzm.128 Paulus mengajak orang Kristen untuk memikirkan “semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, Allah adalah Allah yang adil dan suci; Allah adalah Allah yang mulia; dan bukan itu saja, Paulus menambahkan God is also a beautiful and lovely God. Pikirkanlah apa yang benar, pikirkanlah yang suci, pikirkanlah hal-hal yang mulia, tetapi pikirkan juga apa yang menyenangkan, pikirkan apa yang sempurna, pikirkan yang indah. Ini seharusnya menjadi keseluruhan totalitas orang Kristen. Mengapa kita datang berbakti kita merasa terpaksa? Mengapa kita datang beribadah kepada Tuhan kita kehilangan sukacita? Jangan biarkan aspek ini semua menjadi hilang. Betul kita datang dengan respek dan hormat sebab Allah kita adalah suci, agung, dan mulia adanya. Tetapi mari kita juga datang dengan kagum dan datang dengan penuh sukacita di hadapanNya sebab Dia adalah Allah yang indah dan Allah yang menyenangkan. Seindah-indahnya kita melukis pemandangan, tidak akan pernah seindah pemandangan yang ada di postcard, bukan? Tidak ada orang yang bisa menandingi Tuhan dengan kreatif “menggambar” ikan-ikan hias yang ada di lautan. Ada ikan yang yang dinamakan “picasso triggerfish” yang bentuknya sangat unik dan di badannya ada “coretan-coretan” yang abstrak, ada ikan grouper yang dengan teliti Tuhan buat dengan pola polka dot di badannya. Luar biasa. Coba kalau di dunia ini semua ikan bentuknya sama dan warnanya hanya Fil.4:8 383 abu-abu, betapa membosankan, bukan? Juga kalau kita melihat sekeliling dan semua pemandangan sama. Dari situ kita bisa melihat Tuhan itu beautiful, Tuhan itu begitu indah, begitu agung, begitu menyenangkan. Inilah dimensi yang diangkat oleh Mzm.128 , bagaimana mengkaitkan dengan harmonis orang yang takut akan Tuhan, orang yang beribadah kepada Tuhan berlimpah penuh dengan kebahagiaan dan sukacita. Berbahagialah dia, orang yang takut akan Tuhan, dan seluruh kehidupannya penuh dengan segala hal yang indah berkimpahan. memperlihatkan kaitan orang yang takut akan Tuhan dengan tiga hal yang sangat unik sekali, yang saya percaya banyak orang tidak melihatnya sebagai hal yang rohani adanya. Yang pertama, orang yang takut akan Tuhan akan berbahagia menikmati hasil jerih payah tangannya. Bagaimana saudara memahami enjoy menikmati apa yang kita dapat di dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bersifat rohani. Yang kedua, orang yang takut akan Tuhan akan menikmati isterinya yang digambarkan seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahnya. Kalau saudara buka Kid.8 (Kidung Agung) saudara akan menemukan gambaran isteri sebagai kebun anggur. Jadi ada dua pohon yang dipakai Alkitab untuk menggambarkan ketertarikan yaitu pohon anggur dan pohon korma. Bagaimana kita bisa mengkaitkan seorang yang takut akan Tuhan menikmati isterinya sebagai kebun anggur yang indah, di situ pemazmur menggambarkan hubungan suami isteri yang mesra di dalam pemahaman pengertian takut akan Tuhan. Mzm.128 Lumrah pemazmur berkata orang yang takut akan Tuhan, dia akan tinggal di dalam rumah Tuhan selama-lamanya. Lumrah pemazmur berkata orang yang takut akan Tuhan, maka doanya akan didengar oleh Tuhan. Lumrah kita mendengar kalimat orang yang takut akan Tuhan akan hidup mengasihi dan melayani Tuhan. Semua itu lumrah karena semua itu dikaitkan dengan aspek-aspek yang rohani adanya. Tetapi di bagian ini pemazmur memperlihatkan seluruh hal-hal yang bersentuhan dengan hidup kita, kita kerja, kita makan, kita melakukan hubungan suami isteri yang kita anggap mungkin itu tidak ada dimensi rohaninya, pemazmur justru mengkaitkan hal-hal itu di sini. He who fears the Lord enjoys his hard work; he who fears the Lord enjoys his wife as a fruitful vine in his house. Yang ketiga, seorang yang takut akan Tuhan menikmati berkat tersendiri berkaitan dengan panjang umur. Tidak berarti semua anak Tuhan pasti berumur panjang. Maksudnya adalah mari kita melihat umur yang kita jalani hari demi hari itu sebagai berkat dan anugerah Tuhan. Mari kita melihat keindahan relasi suami isteri yang intim, suami isteri yang makin hari makin cinta Tuhan justru makin mempererat di dalam kenikmatan hubungan suami isteri yang eksklusif. Mari kita melihat bagaimana saudara bekerja hari demi hari saudara tidak merasa bersalah dan saudara tidak merasa takut menikmati hasil jerih payah itu sebagai berkat dan anugerah Tuhan. Itu yang ingin pemazmur ajak kita melihat hari ini. Namun sebelum sampai ke sana, mari kita sedikit mencerahkan udara kita sehingga kita sanggup bisa menikmati Allah itu indah adanya. C.S. Lewis dalam bukunya “Suprise by Joy” mengatakan, “Joy is a serious business in heaven.” Itu bukan theme park Disneyland. Mungkin beberapa ayat kita lihat dulu untuk mengerti kenapa orang Kristen sulit melihat gembira, kenikmatan dan apa yang didapat secara fisik itu sebagai sesuatu yang dari Tuhan yang bisa kita nikmati, sesuatu yang dari Tuhan yang tidak hanya bersifat spiritual tetapi juga yang bersifat fisik. Dalam 2 Tim.3:4 Paulus mengatakan, dalam terjemahan bahasa Inggris lebih jelas, ”...lovers of pleasure rather than lovers of God.” Ayat ini membuat sebagian penafsir salah mengerti seolah-olah berarti kita diminta tidak boleh mencintai kenikmatan. 384 Tidak ada satu agamapun menolak fakta manusia mempunyai keinginan, manusia mempunyai keinginan dan cita-cita. Tidak ada masalah dengan keiniginanmu. Tidak ada masalah dengan citacitamu. Yang menjadi problem adalah dengan cara apa dan di jalan apa engkau memenuhi keinginan itu. Bukan salah di aspek keinginan tetapi Kekristenan mengingatkan kita salah di caranya, salah di bagaimana mendapatkannya. Jadi 2 Tim.3:4 bukan melarang seolah-olah kita tidak boleh menikmati sesuatu, namun mengajak kita memperhatikan kata yang penting di situ yaitu “agak,” jadi maksudnya yang ditegur oleh Paulus tidak boleh mendapatkan kenikmatan atau menerima kenikmatan di luar daripada kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan. Bukan menjadi pecinta kenikmatan tetapi menjadi pecinta Allah, maksudnya adalah kita menikmati segala kebahagiaan yang kita terima dari Allah. Kita harus menolak segala kebahagiaan, jikalau kebahagiaan itu kita terima tanpa Allah di dalamnya. Kedua, dalam Mark.8:34-37 apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Memang betul salib itu adalah lambang penderitaan. Memang betul pikul salib berarti kita rela mati bagi Kristus. Tetapi ayat ini tidak boleh disalah-mengerti. Yang dimaksudkan oleh Kristus di sini adalah apa gunanya kamu mendapatkan segala sesuatu kebahagiaan kenikmatan fisik tetapi akhirnya kehilangan kebahagiaan yang bersifat kekal adanya. Di dalam bukunya “Desiring God” John Piper menggunakan satu istilah yang mungkin membuat banyak orang terganggu yaitu istilah “Christian Hedonism.” Kata ‘hedonism’ berarti orang yang mengumbar dan menikmati kesenangan. Tetapi justru karena menggunakan istilah yang kontroversil ini membuat buku itu dibaca orang, dan di situ kita akan menemukan apa yang ditulisnya bukanlah dalam pengertian menikmati sukacita tanpa Allah. John Piper mengangkat beberapa hal. Yang pertama dia mengatakan, kesenangan itu merupakan hal yang paling hakiki yang diinginkan oleh manusia. Itu sebab tidak heran kenapa di dalam Pengakuan Iman Westminster Confession pertanyaan pertama yang muncul adalah “Apa yang menjadi tujuan utama hidup manusia?” Dijawab “The chief end of man is to glorify God and to enjoy Him forever.” Itu tujuan utama hidup kita, memuliakan Allah dan menikmati Dia untuk selamanya. Allah adalah fondasi sumber kebahagiaan kita. Yang kedua, John Piper berkaitan dengan Mark.8:34-37 tadi mengatakan hidup kita berkorban itu adalah satu kebahagiaan karena yang dikorbankan oleh kita bukan kesenangan belaka tetapi yang dikorbankan oleh kita adalah apa gunanya kamu mendapatkan sesuatu yang bersifat sementara tetapi akhirnya kehilangan apa yang kekal. Dalam Ul.14:22-29 adalah satu bagian yang unik bicara mengenai dimensi yang lain daripada perpuluhan. Fungsi perpuluhan yang pertama adalah untuk supaya terjadi keserataan biaya hidup dari suku yang tidak punya. Kita tahu suku bangsa Israel ada 12 dan ada satu suku yang di set apart oleh Tuhan, tidak mendapatkan harta warisan dan tanah pusaka yaitu suku Lewi. Maka fungsi perpuluhan dari sebelas suku yang lain adalah bertujuan untuk menunjang suku ini. Dengan demikian sistem itu menyebabkan suku Lewi walaupun tidak mempunyai harta warisan dan tanah pusaka, mereka tetap bisa hidup memadai sama derajatnya dengan suku-suku yang lain. Dari situ saudara bisa mengerti dan tidak dibingungkan oleh penafsiran yang mengatakan perpuluhan itu adalah milik dari pendeta. Perpuluhan di dalam Alkitab jelas adalah milik satu suku dan bukan menjadi milik satu orang. Intinya di situ sederhana yaitu supaya suku ini bisa melayani dengan baik, tidak perlu memikirkan biaya hidup karena mereka bekerja sepenuhnya melayani di rumah Allah. Yang kedua, saudara bisa menemukan fungsi perpuluhan di dalam PL adalah untuk menunjang running cost kebutuhan di Kemah Suci. 385 Yang ketiga, yang sangat unik kita temukan di dalam Ul.14 ini, perpuluhan memiliki tujuan dimensi yang berbeda. Bagaimana kita bisa menikmati, sejauh mana saya yang sudah mendapatkan sesuatu, saya bisa menikmati untuk diri sendiri? Sampai kepada hal seperti ini saya percaya itu sulit untuk dijawab secara jelas dan tegas. Tetapi ada beberapa hal yang penting di sini: Tuhan tidak melarang kenikmatan sukacita seseorang menikmati dari hasil jerih payah tangannya. Berarti sebaliknya kita tahu Tuhan pasti dan jelas marah kepada orang yang menikmati dari hasil bukan jerih payah tangannya. Jadi intinya, silakan kamu menikmati dan nikmati usaha dari hasil tanganmu. Di dalam segala usaha engkau sudah setia bekerja berat, ada berkat anugerah Tuhan, makin lama makin banyak dan makin bertambah, itu lumrah. Sejauh mana saudara menikmatinya, haruskah saudara membuat rumah saudara lebih besar daripada yang sekarang, haruskah mobilmu diganti, saudara mungkin menjadi salah, memikirkan sejauh mana saudara sebagai orang Kristen menikmati semua hal itu, bukan? Hari ini mari kita melihat beberapa hal yang penting di sini. Bagaimana orang yang mempunyai hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan sebagai seorang yang takut akan Tuhan dalam segala sesuatu, dengan hormat saudara memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu. Mari kita lihat selanjutnya, orang yang hidupnya rohani mencintai Tuhan, Tuhan juga memberikan anugerah berkat yang kita bisa menikmati. Makan saja, kata Ul.14 , beli saja lembu yang terbaik. Tentu saudara akan membeli lembu yang gemuk. Saudara tentu tidak akan pergi ke pasar, sebagai seorang Kristen yang rohani lalu bilang, “Saya mau beli daging lembu, tetapi saya orang Kristen yang mau hidup berkorban, apakah ada daging lembu tua yang agak keras dagingnya untuk saya makan?” Sudah pasti tidak seperti itu, bukan? Ada orang yang bilang begini kepada saya, “Pak, saya takut bersyukur dan menikmati segala sesuatu sebab kalau saya menikmati kesuksesan dan kekayaan yang saya dapat, itu artinya saya menghina orang lain yang kurang daripada saya.” Kalau saudara terus berpikir seperti itu, sampai kapan saudara bisa bersyukur? Saya bersyukur untuk berkat tidak berarti saya bertepuk-tangan melihat orang punya kesulitan. Itu adalah dua hal yang berbeda. Saya bersyukur itu tidak ada kaitannya saya menghina orang lain; saya bersyukur sebab saya tahu sumber fondasi datangnya nikmat ini dari Tuhan adanya. Maka perpuluhan di Ul.14 ini mengandung dimensi yang lain yaitu perpuluhan ini dinikmati. Sampai di sini saudara hati-hati, bolehkah dengan ayat ini lalu mengatakan, saya pakai uang perpuluhan untuk undang orang makan di restoran? Ul.14 memberi beberapa prinsip, pakai perpuluhan itu untuk engkau enjoy dengan seluruh keluargamu. Kedua, ada aspek saya juga tidak melupakan orang yang miskin dan janda. Kiranya Tuhan memimpin kita bijaksana dalam hal-hal ini. Seringkali kita melihat Allah kita adalah Allah yang selalu ingin mengambil sukacita dan kebahagiaan dari apa yang kita miliki. Mari kita melihat sukacita kenikmatan kesuksesan yang datang itu sebagai berkat anugerah Tuhan dan biar Dia menjadi sumber fondasi kebahagiaan hidup kita. Waktu kita belajar berkorban memberi sesuatu, bukan karena kita mau menderita diri sendiri tetapi karena kita mau memakai apa yang sementara itu menjadi sesuatu berkat yang bersifat kekal adanya. Yes.62:8-9 bicara mengenai nanti di langit dan bumi yang baru apa yang akan terjadi di situ. Selama engkau dan saya hidup di dalam dunia ini, kita hidup di dalam dunia yang sudah dikutuk oleh dosa. Saudara dan saya melihat dan mengalami ketidak-adilan terjadi di atas muka bumi ini. Ketidak-adilan yang terjadi di atas muka bumi ini paling tidak ada dua hal penyebabnya. Yang pertama, evil terjadi karena ada orang jahat melakukannya. Kekerasan, pembunuhan membuat hati kita marah dan sedih karena ada orang yang jahat melakukannya. Kita ingin keadilan terjadi atas orang itu. Kita hidup di 386 dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa. Dosalah yang menodai keindahan dan kenikmatan daripada dunia ini sehingga karena dosa manusia bumi dikutuk oleh Tuhan. Apa yang engkau tanam akan menghasilkan onak dan duri. Engkau tanam benih jagung, dicuri orang, engkau tanam dengan susah payah benih gandum, yang keluar adalah onak duri karena dimakan oleh orang lain. Itulah dunia kita yang sudah tidak adil. Bukan Tuhan yang tidak adil, tetapi dosalah yang merusak semuanya. Satu kali kelak dosa tidak ada lagi, dan semua itu akan hilang lenyap. Tidak ada lagi air mata, tidak ada penderitaan dan tidak ada kematian lagi waktu kita ketemu Tuhan. Lalu sampai di langit dan bumi yang baru nanti adakah sukacita yang penuh? Ada. Kalau anak kecil sukacita, dia akan gembira lompat-lompat. Kalau orang dewasa? Ah, tidak boleh lompat-lompat, harus jaga wibawa. Saya harap dimensi ini kita lihat baik-baik. Yes.62 bicara mengenai dunia yang sudah tidak lagi berada di bawah kutuk dosa. Sampai di sana nanti kita akan makan, minum dan bersukacita sambil memuliakan Allah. Apa yang Tuhan kasih dengan segala jerih payah kerja terima itu sebagai syukur dari Tuhan. Jangan pernah menikmati sesuatu yang saudara tahu itu bukan datangnya dari Tuhan. Waktu kita bersyukur dan menikmati apa yang datang dari Tuhan, itu berarti kita sekaligus memuliakan Dia sebab syukur kita berarti kita tahu itu sumbernya dari Tuhan. Waktu kita bersyukur, Tuhan menginginkanmu menikmati dengan indah dan sukacita apa yang didapat oleh jerih payah tangan kita. Waktu kita menikmati dan bersyukur atas apa yang Tuhan kasih kepada kita, kita juga tidak melupakan orang yang lain. Waktu kita belajar berkorban, itu bukan berarti kita mau menderita tetapi sebab kita tahu apa yang kita kerjakan sekarang kita tidak mau itu hanya kita nikmati sebagai sukacita yang sementara, kita mau sukacita yang lebih indah dan lebih kekal. Yang Tuhan minta adalah sebagai seorang pria yang takut akan Tuhan, panggilan saya kepada bapak-bapak dan semua pria, kebahagiaan kita berangkat karena kita adalah orang-orang yang takut akan Tuhan. Yang kedua, minggu kemarin sudah saya angkat, kebahagiaan dan sukacita kita bukan karena kekayaan harta yang banyak, tetapi ada kekayaan yang saudara dan saya jangan sampai abaikan yaitu anak-anak yang Tuhan berikan di dalam keluarga kita. Mzm.128 menggambarkan anak-anak itu sebagai tunas pohon zaitun. Tunas itu sangat ringkih dan gampang patah. Tetapi jangan lupa, dalam Mzm.127 anak-anak digambarkan sebagai anak-anak panah yang tajam di tangan pahlawan. Kebanggaan seorang pahlawan yang berhasil mempertajam anak-anak panahnya bukan di hadapan teman dan sahabatnya tetapi musuhpun respek kepada dia. Jadi sebagai orang tua kita dipanggil untuk memelihara dan sekaligus mengasah sehingga dia besar menjadi seorang yang sukses dan berhasil di dalam masyarakat. Dalam Kol.3:21 Paulus mengingatkan para ayah supaya jangan menyakiti hati anak sehingga tidak menjadi tawar hati. Anak adalah seperti sebatang anak panah, di situ ada dinamika, di situ ada gairah, di situ ada energi. Mungkin natur anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan, tetapi di sini Paulus mengingatkan para ayah jangan sampai padamkan api di dalam hati anak, sehingga apapun dia tidak mau kerjakan. Jangan padamkan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan dia. Dukung dia, dorong dia. Apalagi anak laki-laki, saudara terlalu lindungi dia, mau bikin ini-itu dilarang. Latih anak punya semangat berjuang. Pertajam dia untuk bisa hidup sendiri, bertanggung jawab sendiri, ini merupakan hal yang penting. 387 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 127:2; 128:2 Matius 6:25:34 Pdt. Effendi Susanto STh. Mengapa kantung berkatmu bocor? 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Injil Matius 6 25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung–burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung–burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa–bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” dan 128 bagi saya merupakan satu trilogi yang indah berbicara mengenai apa saja yang memenuhi hidup kita. Ada tiga hal yang penting dimana seluruh hidup kita dipenuhi dan sibuk dengan aktifitas dan hal ini. Pertama, kita mau perhatian, kita mau keselamatan, kita mau kesehatan, kita mau satu lingkungan kodusif. Semua orang mencari keselamatan, kesehatan dan keamanan. Yang kedua, hidup kita dipenuhi dengan “building houses.” Kita bangun pagi-pagi, kita pulang jauh malam, kita berusaha maju terus di dalam pekerjaan, kita berkumpul tidak lain dan tidak bukan Mzm.126, 127 388 supaya apa yang kita kerjakan dalam hidup ini makin hari makin menjadi besar. Yang ketiga, Mzm.128 bicara mengenai “membesarkan anak-anak.” Hidup kita dipenuhi dengan semua itu. Dari muda kita berpacaran supaya suatu hari kelak kita bisa beristeri dan mempunyai anak. Di dalam tiga hal itu Pemazmur berkata tujuan akhirnya, tujuannya, sasarannya ada dua perasaan hati yang kita mau yaitu sukacita dan kebahagiaan. Kita mau apa yang kita kerjakan mencapai dua hal ini. Tidak ada orang yang membangun rumah, sesudah membangun lalu kemudian masuk ke rumah baru kehilangan kebahagiaan. Tidak ada orang yang mau membesarkan anak dengan penderitaan, melainkan ingin menikmati sukacita melihat anak bertumbuh besar. Kita tidak mau mengalami apa yang menjadi peringatan Mzm.127 yaitu “kekosongan kehidupan.” Sudah setengah mati mencari uang, sudah setengah mati bangun, sudah mencapai kesuksesan, sampai di ujung hatimu menjadi kosong dan tidak bisa menikmati apa yang engkau sudah dapatkan. Apa gunanya? Sia-sia orang yang membangun sesuatu tetapi tidak diberkati oleh Tuhan. Sia-sia engkau pagi-pagi sudah pergi bekerja hingga larut malam tetapi kita kehilangan semuanya. Memang kita harus melihat di dalam realita hidup ini tidak semua yang menjadi tujuan dari Mazmur ini bisa terjadi seperti hanya membalikkan telapak tangan tetapi membutuhkan proses. Di dalam kita berjalan menuju ke situ kita mengalami proses. Di dalam proses itu pagi ini saya ingin berbicara mengenai dua hal yang seringkali membocorkan sehingga kebahagiaan and hidup senang itu tidak penuh kita nikmati. Seperti saudara sedang berjalan sambil membawa kantong air yang penuh dengan anugerah dan berkat Tuhan. Tetapi kenapa sampai di ujung sukacita itu menjadi tidak ada? Karena kantong air yang saudara bawa itu bocor. Ada dua hal yang membocorkannya yaitu “kekuatiran hidup” dan “patah semangat.” dan Mzm.128:2 memperlihatkan dua orang sama-sama makan, tetapi dengan cara yang sangat berbeda. Makanannya mungkin sama, tetapi menikmatinya dengan kontras yang sangat berbeda. Satu perbandingan yang sangat menarik. Dalam terjemahan ESV Mzm.127:2 ”...eating the bread of anxious toil.” Mzm.128:2 ”...eating the fruit of your labour and be blessed.” Yang satu “eating the bread of anxious toil,” dan yang satu “eating the bread of blessed toil.” Mzm.127:2 Kadang-kadang kita tidak perlu makan lobster untuk menikmati makan, tetapi pergi ke warung Padang meskipun tidak punya duit, kita bisa makan nasi dengan kuah gulai dan bumbu rendang, hanya bayar nasinya saja, nikmat sekali. Itu yang saudara dan saya lakukan waktu masih jadi mahasiswa bokek, bukan? Sekarang mungkin warung Padang sudah waspada kalau yang makan adalah mahasiswa, sehingga kuahnya pun di-charge. Nasi panas bisa dimakan dengan sangat nikmat. Tetapi ada orang yang sudah kerja keras dari pagi hingga malam, yang dimakan adalah “roti kecemasan,” kasihan sekali… saya tidak tahu bagaimana caranya dia makan. Bukan makanannya tidak banyak di meja, bukan makanannya tidak enak, ada berlimpah di meja, tetapi mungkin ambil roti dengan malas, sudah masuk ke mulut tidak ada rasa nikmat. Tetapi firman Tuhan berkata, orang yang takut akan Tuhan hidupnya amat berbahagia, ‘eat the fruit of blessed toil.’ Tidak berarti orang yang takut Tuhan bekerja lebih gampang dan lebih ringan daripada orang yang tidak percaya Tuhan. Sama-sama toil, sama-sama bekerja dengan susah payah. Tidak berarti makanan lebih kurang tetapi dua bagian ini memberikan perbedaan yang sangat kontras: ada orang makan roti kekuatiran, bukan rotinya kurang enak tetapi makannya penuh dengan kuatir dan cemas; ada orang makan roti, roti itu adalah roti anugerah di dalam hidupnya. Dua cara makan yang begitu berbeda. Di dalam proses kita bekerja, di dalam proses kita membesarkan 389 anak, di dalam perjalanan hidup ini akan banyak kesulitan dan tantangan yang datang kepada kita. Listrik, uang sekolah anak, bunga cicilan hutang, hampir bisa dipastikan semua akan naik tahun depan. Maka kita akan berpikir dan bertanya, apakah mungkin saya bisa membayar hutang dan cicilan rumah? Apakah mungkin saya bisa membayar uang sekolah anak? Bagaimana dengan kondisi hidup saya menghadapi kesusahan seperti ini? Bukan jaman sekarang saja orang hidup dalam kerja keras dan susah payah. Mzm.127 sudah mengatakan realita seperti itu, banyak orang bangun pagi-pagi untuk bekerja hingga larut malam. Saya setuju pepatah yang mengatakan “hurry, worry and bury” itulah hidup orang di dalam dunia ini. Hidup terlalu tergesa-gesa, hidup penuh kekuatiran, akhirnya selesai juga dikubur. Mari kita mempelajari dua hal ini, kita kerja, kita lakukan dua hal ini menjadi kebocoran atas sukacita kita sehingga kita tidak bisa menikmatinya secara penuh, yaitu “hidup bersemangat,” kekuatiran yang bersalah dan “patah semangat,” kita letih, kita jemu, kita tidak punya energi untuk mengerjakan hal itu. Kita bukan mesin, itu sebab Mzm.127 bicara mengenai “rest.” Kita begitu gampang dan mudah menjadi letih dan lesu. Tetapi pada waktu kita “patah semangat,” kekuatan apa yang bisa membuat kita bisa memantul, kita bisa bangkit dan mengerjakannya lagi? Ketika kita sudah penuh dengan kelimpahan dan penuh sudah lumbung kita, kenapa kita tidak bisa bersyukur dan menikmatinya? Sebab kita dicemari oleh perasaan kekuatiran ini. Kata kuatir dipakai secara positif dan negatif di dalam Alkitab. Itu sebab tidak heran Paulus juga pernah mengatakan, “Aku kuatir dengan kondisimu…” kepada Timotius yang sakit; Paulus juga pernah menyatakan kekuatirannya kepada jemaat di Filipi dan Kolose; sehingga kita tahu ada perbedaan antara “kekuatiran” dengan “kecemasan.” Kita tahu kita perlu bayar rekening, kita tahu anak kita perlu bayar uang sekolah, kita tahu kita begitu terbatas tidak bisa mengontrol banyak hal, itu merupakan concern kita. Saya percaya sebagai manusia biasa kita tidak bisa lepas dari hal-hal itu. Saudara bekerja, saudara juga concern apakah bisa sukses atau tidak, itu merupakan hal yang lumrah. Tetapi yang dibicarakan oleh Alkitab kita menjadi warning dari Tuhan Yesus, “Jangan kamu kuatir,” berarti Tuhan tahu kita bisa kuatir tetapi Tuhan juga ingatkan kita kekuatiran itu merupakan lubang yang menggerogoti begitu banyak berkat anugerah Tuhan tidak kita nikmati secara penuh. Jangan sampai kita pulang, kita sudah penuh diberkati Tuhan, roti itu berkelimpahan, tetapi kita tetap makan “roti kekuatiran” di dalam hidup kita. Ada satu orang terus-menerus kuatir di dalam hidupnya, tidak pernah ada sukacita, kuatir terus, tidak pernah senyum, tidak pernah tertawa. Teman-temannya sudah putus asa mencoba menolong dia mengurangi kekuatirannya. Tetapi suatu hari waktu dia pergi ke kantor terjadi keajaiban, hari itu dia senang luar biasa. Teman baiknya bilang, “Wah, hari ini kamu kelihatan gembira sekali.” Dia jawab, “Iya, baru hari ini saya tidak kuatir lagi.” Bagaimana bisa? “Karena kemarin saya ambil keputusan untuk menggaji satu orang untuk mengkuatirkan apa yang saya kuatirkan. Itu sebab saya gembira dan tidak kuatir lagi.” Bagaimana bisa? Siapa orang yang mau mengerjakan hal seperti itu? “Ooh, ada. Tapi gajinya memang sangat mahal. Satu hari gajinya $1000.” “Haaa? Seribu dollar? Apa kamu bisa bayar?” “Tidak.” Lalu, bagaimana? “Lho, saya tidak perlu kuatir, biar dia saja yang pikirin. Toh saya sudah kasih semua kekuatiran saya menjadi tugas dia, lalu bagaimana saya bayar nanti biar itu dia yang kuatirkan.” Kalau bisa ada orang mau kerja seperti itu, enak sekali, bukan? Semua kekuatiran kita kasih saja kepada dia. Tetapi puji Tuhan, Orang seperti itu ada, dan kita tidak perlu bayar. “Cast your worry to Me,” kata-Nya. Serahkan kuatirmu kepada-Ku, kata Tuhan Yesus. Bagaimana saya bisa membedakan antara kekuatiran yang sah dengan kekuatiran yang salah? Bagaimana saya membedakan antara saya put a legitimate concern dengan a sinful worry? Tidak 390 gampang, bukan? Obyek kekuatiran kita bisa sama tetapi yang satu bisa menjadi kekuatiran kita yang sah, yang satu menjadi kekuatiran yang tidak ada habis-habisnya. Itu sebab saya ingin mengajak kita melihat Alkitab secara teliti bagaimana Alkitab bicara mengenai kekuatiran. Apa akibat yang dikerjakan oleh kekuatiran di dalam hidup kita? Mat.6 berbicara akan seluruh prinsip mengenai kekuatiran itu muncul dari kalimat-kalimat Tuhan Yesus. Ada satu buku mencatat kurang lebih ada 60 penyakit yang muncul semata-mata karena pengaruh kekuatiran dan kecemasan di dalam hidup kita. Kita akan kurang tidur, kita akan mengalami gangguan pencernaan, kita akan letih lesu, kita tidak punya energi lagi untuk mengerjakan sesuatu, dsb. Jelas sekali kekuatiran itu merusak hidup kita. Dia merongrong kesehatan kita. Itu sebab Alkitab dengan simple berkata, “Tidak usah kuatir dalam hidupmu.” Yang kedua, kekuatiran jelas menghancurkan sukacita kita. Luk.10:41 mencatat orang yang bekerja setengah mati untuk membuat makanan yang enak buat Tuhan Yesus, namanya Marta. Waktu mendengar Yesus mau datang ke rumahnya, dia senang, bukan? Waktu mendengar Yesus mau datang, dia dengan gairah pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk memasak dinner yang paling enak, bukan? Waktu Yesus akhirnya sampai di rumah dia, dia senang dan sambil masak di dapur sambil show off keahliannya di depan Tuhan Yesus. Tetapi setelah itu kesenangan itu lenyap dan dia datang bersungut-sungut kepada Tuhan Yesus, “Saya keluh, Tuhan, suruh itu Maria bantu saya.” Tuhan Yesus bilang, “Martha, Martha, kamu terlalu cemas.” Kamu terlalu bercemas. Bukan Yesus tidak menghargai pelayanan dan kerja keras dari Marta. Yesus hanya bicara, hasil kerjamu itu dipenuhi dengan kekuatiran, kekuatiranmu itu menghancurkan sukacita hidupmu. Itu efek dari kekuatiran. Yang ketiga, Yesus mengatakan apakah dengan kekuatiranmu itu engkau sanggup bisa menambah satu centi saja dari perjalanan hidupmu? Tidak! Kita kuatir akan kesehatan kita, apakah itu bisa memperpanjang umur? Kita kuatir dengan banyak hal di dalam hidup kita, apakah itu akan merubah segala sesuatu? Tidak. Itu sebab kenapa kita kuatir? Alkitab berkata, tidak perlu kuatir sebab kuatir itu tidak berguna apa-apa di dalam hidupmu. Kuatir itu tidak merubah apa-apa di dalam hidup saudara. Yang keempat, kuatir akhirnya menyebabkan kita terjerumus tidak melihat anugerah pemberian Tuhan yang baik di dalam hidup kita. Maka terjadi kontras yang luar biasa di dalam Mzm.127:2 , Allah bisa memberi roti kepada orang yang Dia kasihi pada waktu ia sedang tidur. Tetapi ada orang bangun pagi-pagi bekerja hingga larut malam, sudah kerjakan semua seperti itu, mereka tidak menikmati roti itu dengan sukacita sebab mereka ingin kontrol situasi, mereka mau bisa kerjakan dan lakukan untuk diri sendiri. Akhirnya mereka tidak melihat aspek berkat anugerah Tuhan di dalam hidupnya. Itu efek yang disebabkan oleh kekuatiran di dalam hidup kita. Apa penyebab kita kuatir? Kalau saudara belajar psikologi saudara akan mengatakan ada orang yang dilahirkan memang dengan temperamen yang bisa membuat dia memiliki kekuatiran yang berkelebihan. Yang paling bagus katanya orang yang punya temperamen Phlegmatic, yang tidak pernah kuatir. Pulang dapat angka berapa? Delapan, Pa. Wah, bagus dong. Hehe… delapannya ketawa, alias angka tiga. Orangnya selalu tenang, everything is OK, itu orang Phlegmatic. Tenang saja, nanti hari H-nya pasti dapat angka bagus. Sudah planning mau menikah, tenang saja, tidak apa-apa. Beda dengan orang optimis dan orang Melancholic yang lebih mudah kuatir. Orang optimis dengar 391 bunyi ban meletus langsung pikir ada teroris. Sudah atur planning mau pergi liburan, baru dengar ada apa-apa di sana, langsung ditunda. Tidak bisa apa-apa, temperamennya sudah begitu. Dikasih firman Tuhan sama Pak Effendi juga tetap tidak bisa apa-apa, tetap kuatir terus. Apakah semua orang Kristen harus menjadi orang Phlegmatic-kah? Saya percaya Alkitab tidak memperlihatkan aspek seperti itu. Mari kita buka Mat.6:25-34 Yesus bicara mengenai kekuatiran, tetapi kita tidak boleh lepaskan pembicaraan ini dari konteks sebelumnya, Yesus bicara mengenai dua hal penting di Mat.6:19-24 . Pertama, kalau orang memiliki sistem nilai yang “up-side down,” maka tidak bisa tidak kekuatiran itu akan memenuhi hidupnya. Itulah sistem nilai dari orang yang tidak percaya Tuhan. Dia akan menyimpan harta terlalu banyak kepada dunia ini, lupa simpan kepada kehidupan yang akan datang waktu ketemu Tuhan. Kata Tuhan Yesus, “Apa gunanya kamu berkumpul semua hartamu di dalam dunia ini? Ngengat dan karat akan merusaknya dan pencuri akan mencurinya. Simpanlah hartamu di surga.” Jelas prinsip mengenai kenapa orang cemas tidak berkaitan langsung dengan persoalan temperamen walaupun mungkin ada pengaruh sedikit; tidak berkaitan langsung dengan karakter kita walaupun mungkin ada sedikit; tetapi lebih berkaitan dengan bagaimana cara kita berpikir, bagaimana sikap iman kita di sini. Dan prinsip ini muncul: orang yang sistem nilainya terbalik, orang itu akan selalu hidup di dalam kekuatiran. Sistem yang terbalik itu dimiliki oleh orang yang tidak percaya Tuhan dan jangan itu juga menjadi sistem hidup kita. Yang kedua, kenapa kekuatiran muncul? Tuhan Yesus memberi prinsip kedua: orang yang hidupnya mendua hati, punya dua tuan, hidupnya tidak akan pernah tenang. Apa artinya punya dua tuan? Orang yang percaya Tuhan tetapi juga masih reserve sama Mamon. Tidak bisa kita bersandar kepada Tuhan sekaligus kita bersandar kepada Mamon, harta benda. Itu membuat hidup kita tidak akan pernah tenang selama-lamanya. Dua hal ini menjadi penyebab penting mengapa kita terus-menerus menjadi orang yang kuatir di dalam hidup ini. Yang ketiga, orang yang penuh dengan kekuatiran adalah orang yang selalu mengasyik dengan dirinya sendiri. Itu yang menjadikan kehidupan yang sia-sia kalau orang mencari sesuatu, kalau orang memperluas kehidupannya, orang bertambah banyak hartanya, orang terus menambah banyak hal yang dia bisa makan tetapi hanya untuk dirinya sendiri, bukan saja sia-sia terjadi, setiap kali makan roti, roti itu adalah roti adalah roti kekuatiran. Kalau hidup kita kuatir, dan kuatir itu menjadi kuatir yang berkelebihan, mari kita tanya diri kita baikbaik, siapa yang jadi Tuan di dalam hidup kita? Kalau hidup kita penuh dengan kekuatiran yang tidak beralasan, mari kita tanya diri kita baik-baik, apa sistem nilai yang ada di kepala kita? Yang keempat, kuatir disebabkan karena kita tidak terlalu sungguh-sungguh dengar firman Tuhan. Dalam perumpamaan Yesus mengenai penabur benih (Luk.8:5-8), Yesus mengatakan benih itu ada yang jatuh di pinggir jalan lalu diinjak-injak orang dan ada yang dimakan burung sampai habis, benih itu ada yang jatuh di tanah yang kering tidak mendapat air, benih itu ada yang jatuh di tengah semak duri dan dihimpit semak itu sampai mati, dan ada benih yang jatuh di tanah yang subur lalu berbuah seratus kali lipat. Di dalam menjelaskan arti dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus lalu menjelaskan yang mendengar firman Tuhan seperti benih yang jatuh di tanah yang subur, dia responsif dan beriman maka firman itu berbuah berlipat ganda di dalam hidupnya. Orang yang mendengar firman seperti benih yang tumbuh di antara semak duri, dalam pertumbuhannya mereka terhimpit oleh 392 kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang (Luk.8:14) . Kalau kita hidup penuh kuatir, kita harus tanya diri kita baik-baik, seberapa sehat pendengaran kita kepada firman Tuhan? Seberapa sehat kita percaya dengan tegas janji firman Tuhan yang menjadi benih yang tumbuh subur di dalam hati kita? Ataukah benih itu jatuh di dalam hati kita yang penuh dengan kekuatiran terhadap apa yang perlu kita makan, apa yang perlu kita pakai sehingga kita tidak serius menerima firman Tuhan. Terakhir, penyebab dari kekuatiran, Alkitab jelas berkata, orang itu kuatir, lumrah dia kuatir sebab hidupnya memang tidak pernah di-planning dengan baik; orang itu malas dan tidak bertanggung jawab; Kalau engkau kuatir besok exam tidak dapat A tapi malam ini tidak mau belajar, ya sudahlah memang pasti akan dapat jeblok. Kalau engkau kuatir tidak bisa membayar segala sesuatu karena engkau memang seorang yang tidak rajin dan boros dan tidak bertanggung jawab terhadap hidupmu, itu adalah konsekuensi yang wajar. Pulang dan nikmati rotimu dengan mengucap syukur kepada Tuhan, this is the bread of blessed toils. Biar kita lempar jauh-jauh segala kekuatiran hidup kita sebab itu yang Tuhan perintahkan kepada kita, karena dengan kuatir kita tidak menghargai anugerah Tuhan. Dengan kuatir kita tidak melihat kedaulatan Tuhan yang mengontrol dan mengatur hidup kita. Dengan kuatir kita dengan sombong merasa kita sanggup mengontrol dan mengerjakan sendiri hidup kita tapi di ujungnya kita kuatir lagi karena kita sadar kita tidak mampu. Itulah sebabnya kita kehilangan sukacita, kita kehilangan syukur, sekalipun kita hidup di dalam kelimpahan roti, sebab roti yang kita makan adalah roti kekuatiran. Biar kita berdoa minta ampun kepada Tuhan dan memohon Tuhan memenuhi kita dengan firman Tuhan dan kita takluk dan percaya bahwa Tuhan selalu mencukupkan lebih daripada apa yang kita minta kepada-Nya. 393 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 129 1 2 3 4 5 6 7 8 Nyanyian ziarah. Mereka telah cukup menyesakkan aku sejak masa mudaku—biarlah Israel berkata demikian— mereka telah cukup menyesakkan aku sejak masa mudaku, tetapi mereka tidak dapat mengalahkan aku. Di atas punggungku pembajak membajak, membuat panjang alur bajak mereka. TUHAN itu adil, Ia memotong tali–tali orang fasik. Semua orang yang membenci Sion akan mendapat malu dan akan mundur. Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut, yang tidak digenggam tangan penyabit, atau dirangkum orang yang mengikat berkas, sehingga orang–orang yang lewat tidak berkata: “Berkat TUHAN atas kamu! Kami memberkati kamu dalam nama TUHAN!” Renungan Bagi orang Israel, menyanyikan mazmur ziarah berarti mengarahkan hati dan pikiran kepada Bait Allah di Yerusalem, kiblat mereka. Seperti Daniel yang berdoa tiga kali sehari menghadap Yerusalem (Dan. 6:11) , demikianlah Israel terus diingatkan untuk memfokuskan bukan saja diri mereka, tetapi juga perhatian dan hati mereka kepada hadirat Allah yang dilambangkan Bait Allah di Yerusalem. Ketika mata hati kita tertuju dan terfokus kepada Allah, maka segala pikiran dan perasaan kita perlahan-lahan akan tertata dengan baik menurut prioritasnya. Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin baik prioritas itu akan tertata rapi. Mazmur 129 mendoakan bukan saja kebaikan Israel, juga hukuman bagi mereka yang berlaku jahat terhadap umat Tuhan. Judul: Doa mohon keadilan Tuhan Penyertaan Tuhan adalah sesuatu yang nyata melalui kehidupan umat-Nya. Walaupun umat Israel pernah melalui masa-masa yang berat dalam sejarah mereka, tetapi pada akhirnya Tuhan menyatakan juga kebaikan-Nya. Orang-orang jahat bisa saja mendatangkan kesesakan, tetapi kata akhirnya akan selalu ada di tangan Tuhan dan Dia akan memberikan kelepasan pada waktunya. Sebagai umat Tuhan, kehidupan kita di dunia ini bukan saja membawa citra dan nama baik kita, tetapi juga citra dan nama baik Tuhan. Karena itu ketika ada orang yang berlaku jahat terhadap kita, kita bisa naik banding kepada Tuhan dan minta kepada-Nya untuk bertindak bagi kepentingan kita sebab kepentingan kita adalah kepentingan-Nya juga. Doa agar mereka yang jahat menerima keadilan Tuhan dan tidak menerima berkat-Nya lahir bukan dari perasaan egois karena ingin diberkati Tuhan dan tidak peduli orang lain. Justru doa ini adalah agar nama baik Tuhan dinyatakan. Mari kita belajar berdoa dengan tepat. Kita belajar melihat berbagai isu dan kesulitan di dunia ini melalui kacamata dan kepentingan Allah. Kita meminta berkat untuk anak-anak Tuhan dan keadilan untuk mereka yang melawan Tuhan agar dunia melihat keadilan dan kekudusan-Nya! 394 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 130 1 2 3 4 5 6 7 8 Nyanyian ziarah. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada–Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga–Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat–ingat kesalahan–kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada–Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti–nantikan TUHAN, jiwaku menanti–nanti, dan aku mengharapkan firman–Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya. Renungan Sehebat-hebatnya manusia, ada saatnya ia akan melalui lembah kekelaman dalam hidupnya. Pemazmur mengatakan, "dari jurang yang dalam dia berseru kepada Tuhan". Makin dekat hubungan kita dengan Tuhan, makin sensitif kita terhadap kejatuhan yang kita alami dalam hubungan kita dengan Tuhan. Makin dekat kita dengan Tuhan, makin besar kerinduan dan hasrat untuk erat bersekutu dengan Tuhan. Judul: Berharap fajar menjelang Saat membaca bait-bait mazmur ini, kita diajak untuk merenungkan kembali betapa menyedihkan keadaan kita dan betapa besar kesalahan kita. Saat merenungkan keadaan kita, di hadapan Tuhan, kita akan tercengang dan terpukul: "Betapa kotornya diri saya! Betapa dalamnya saya telah terjatuh! Betapa besar anugerah-Nya bagi saya sehingga dia merangkul saya kembali!" Sebegitu kotornya diri kita sehingga hanya pengampunan yang dapat mengangkat kita kembali dari kedalaman jurang itu. Bukan perjuangan. Bukan kerja keras. Bukan kepandaian maupun kecerdikan kita. Hanya pengampunan yang bisa memulihkan kita. Pengampunan itu hanya bisa didapatkan dari Tuhan sendiri. Inilah realitas kehidupan. Orang yang menyadari keadaannya dan realitas kehidupan ini akan berseru kepada Tuhan dan kepada Tuhan saja, penuh harap, tanpa henti. Seorang pengawal ditempatkan di malam hari untuk menjaga kota dan penduduknya dari ancaman berbagai hal buruk yang bisa terjadi, seperti serangan musuh, hewan liar, atau bencana alam. Ia tak boleh lengah dan harus ekstra hati-hati di tengah kekelaman malam. Maka merekahnya sinar mentari di pagi hari merupakan tanda kelepasan yang melegakan bagi seorang pengawal yang berjaga di malam hari. Di tengah berbagai pergumulan hidup ini, seberapa sungguh jiwa kita berharap kepada Tuhan? Ketika kita menyadari betapa mengenaskan keadaan kita dan betapa kita telah terjatuh ke dalam jurang, adakah kita mengharapkan merekahnya fajar? Atau jangan-jangan kita menikmati keadaan dalam gelap? 395 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 130 Pdt. Sutjipto Subeno Ratapan dalam Ibadah Hal yang tak kalah pentingnya dalam ibadah adalah ratapan. Meratap merupakan hal yang unik yang ada dalam ibadah namun pada hari ini banyak gereja yang menghilangkan unsur ratapan. Akibatnya banyak orang meratap di luar gereja, orang pergi ke psikolog dan bukan penyelesaian yang didapatkan tetapi masalah baru. Meratap sering dilakukan oleh para nabi Tuhan yang hidup dalam jaman yang rusak moral. Yang menjadi pertanyaan adalah samakah meratap dengan marah? Bukankah ketika kita sedang marah pada Tuhan, keluar ungkapan kemarahan sebagai ratapan di hadapan Tuhan? Alkitab memperkenankan kita meratap dan menyatakan keluhan-keluhan kita di hadapanNya bukan kemarahan yang kita ungkapkan ke hadapan Tuhan. Ketika kita meratap maka ratapan yang keluar itu seharusnya menjadi ungkapan yang keluar karena kita orang berdosa yang hidup dalam kesengsaraan. Berbeda halnya dengan marah, ketika orang marah maka kemarahan itu lebih didasarkan karena diri merasa benar dan Tuhan salah. Perhatikan, manusia selamanya tidak mungkin akan lebih benar dari Tuhan. Tuhan adalah kebenaran sejati. Maka jelaslah disini meratap berbeda dengan marah. Kitab Ratapan yang ditulis nabi Yeremia begitu indah, terdiri dari lima pasal dimana setiap pasal terdiri dari 22 ayat dimana ke-22 ayat ini merupakan jumlah abjad Ibrani, setiap ayat dimulai dari abjad Ibrani dan khusus pasal 3 terdiri dari 66 ayat. Ternyata, dalam ratapan ada keindahan. Ratapan Yeremia berisi tentang keluhan kondisi Yerusalaem bukan kemarahan sebab orang marah tidak mungkin menulis sedemikian indah dan teratur. Sangatlah wajar kalau hari ini banyak manusia meratap mengingat kondisi dunia berdosa, banyak kesulitan yang harus dihadapi, bencana alam dimana-mana, kehancuran sistim ekonomi dunia, dan tantangan lain di depan yang harus dihadapi. Adalah pendapat yang salah yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara bencana dengan dosa. Tidak! Akibat ulah manusia berdosa, kejahatan makin meraja lela, bencana alam melanda hampir seluruh penjuru dunia. Dunia makin menuju pada kehancuran dan sifat dosa begitu mencengkeram hidup sehingga sulit bagi manusia untuk lepas dari belenggu dosa. Bencana alam yang terjadi tidak lepas dari tangan Tuhan. Tuhan memakai bencana untuk memperingati dan menghukum manusia berdosa, Tuhan juga mengirim bangsa-bangsa lain yang jahat untuk berperang dan menawan mereka. Penderitaan demi penderitaan sepertinya tidak pernah berhenti, manusia merasa seperti berada dalam lembah maut. Di tengah segala kesulitan, orang harusnya mengevaluasi diri mengapa hal itu terjadi dalam hidup kita? Orang harusnya datang, meratap ke hadapan Tuhan, memohon ampunan dan bertobat. Pemazmur berseru kepada Tuhan dari jurang yang dalam, ia meratap kepada 396 Tuhan. Sebagai anak Tuhan, seharusnya sadar bahwa kita hidup dalam realita dunia berdosa; dosa itu begitu mengerikan sehingga sulit bagi kita untuk keluar dari jurang yang begitu dalam kecuali tangan Tuhan mengangkat dan melepaskan kita. Penderitaan tidak hanya datang dari bencana alam semata tetapi juga karena ulah manusia itu sendiri. Hari ini kita melihat ekonomi dunia khususnya ekonomi Amerika mulai berada di ambang kejatuhan karena manusia mulai bermain-main dengan saham seperti layaknya berjudi. Orang tidak lagi menggunakan kaidah-kaidah investasi seperti seharusnya tetapi orang berinvestasi, membeli saham dan dalam hitungan detik menjualnya kembali dengan keuntungan lebih besar. Seorang pakar ekonomi Amerika, Paul B. Farrel dalam tulisannya di Harian Kompas menganalisa ternyata 516 triliun US dollar dipermainkan sedemikian rupa dalam bursa saham padahal jumlah seluruh produk domestik bruto manusia hanya 48 triuliun US dollar. Lalu darimanakah dana sebesar 516 triliun US dollar itu? Komiditi utama negara seperti minyak, emas, dan lain-lain itulah yang dimasukkan dalam permainan saham akibatnya harga minyak melambung tinggi, begitu juga halnya dengan emas maupun komoditi yang lain. Hidup manusia yang sudah menderita semakin bertambah sulit. Celakanya, manusia yang sudah hidup dalam penderitaan juga dimanipulasi orang lain; orang masih tega menarik keuntungan dari penderitaan orang lain. Perhatikan, pialang saham pasti tidak mau rugi maka ia mempermainkan uang orang lain dan dari situ, ia mendapatkan keuntungan. Inilah dunia berdosa. Manusia begitu serakah, selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih besar dan lebih besar lagi dan iblis tahu akan hal ini maka dengan caranya yang licik, tentang hal investasi dibalut sedemikian rupa sehingga orang menjadi tergiur dan terjebak. Orang ingin mengeruk keuntungan sebanyak- banyaknya dari orang lain, tidak peduli meski orang lain menderita asal dirinya memperoleh keuntungan. Inilah cara iblis dan cara ini yang hari ini dipakai oleh hampir seluruh perusahaan yang menawarkan investasi ”menguntungkan.” Sesungguhnya, kalau kita mau teliti, data statis yang diberikan tidak pernah valid, data yang diberikan menunjukkan keuntungan besar, yakni 33% karena data diambil dari tahun 2002 s/d 2008, tetapi kalau kita hanya ambil data dari tahun 2005 s/d 2008 maka keuntungan turun hanya 14% dan kalau kita ambil data satu tahun terakhir maka keuntungan semakin turun hanya 7%. Jelaslah disini, orang menipu dengan memakai data palsu untuk mendapatkan keuntungan dan celakanya, manusia tidak menyadari karena manusia berdosa sangat agresif, tergiur dengan keuntungan besar yang semu. Celakanya, bukan hanya perorangan yang bermain-main dalam investasi tetapi negara juga ikut bermain di dalamnya akibatnya rakyat semakin menderita karena ikut menanggung hutang negara. Semua bahan pokok mengalami kenaikan harga, pajak naik, listrik naik, dan masih banyak lagi. Inilah kondisi dunia berdosa maka wajarlah kalau kita meratap, justru aneh kalau kita tidak meratap karena kita berada dalam jurang yang paling dalam. Sangatlah disayangkan, tidak semua orang sadar seperti pemazmur kalau saat ini, ia berada di dalam jurang. Orang menjadi pragmatis terhadap kondisi di sekitar. Firman Tuhan telah membukakan pada kita bagaimana jalan keluar dari jurang dosa. 1. Kesadaran dalam Jurang Dosa (Mazmur 130:1-2) Pemazmur tidak berhenti menikmati hidup dalam jurang penderitaan, non posse non peccare. Hidup di dalam jurang berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengandalkan belas kasihan si tuan, kalau si tuan senang maka ia akan memberi kita makan sebaliknya ketika si tuan sudah tidak suka 397 maka ia akan membuang kita. Dari jurang yang dalam itu, pemazmur berseru dan meminta pertolongan Tuhan, ia menerobos ke luar. Hari ini kita hidup dalam dunia berdosa, kita berada dalam jurang dosa namun perhatikan, Tuhan tidak pernah menginginkan kita terbelenggu dalam jerat dosa. Tidak! Alkitab menegaskan ketika kita hidup di dalam Tuhan maka Dia mengeluarkan kita dari dalam jurang. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami hal ini, ketika mereka berada dalam jurang, mereka tidak berseru meminta tolong malah marah dan mengeluh pada Tuhan. Hanya Tuhan satu-satunya yang bisa mengangkat kita keluar, hanya Dia satu-satunya pengharapan kita dan yang memberikan kemenangan pada kita.Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku (Mzm. 130:2) biarlah juga menjadi permohonan kita. Ratapan adalah suatu pengakuan, confession dan biasanya diletakkan pada bagian depan dari suatu ibadah. Perlu diakui kita, gereja reformed masih kurang meskipun secara keseluruhan ibadah telah mengikuti format yang berlaku sejak berabad-abad tahun yang lalu. Ratapan yang diletakkan pada bagian depan ibadah seharusnya menyadarkan siapakah kita di hadapan Allah yang Maha Besar, kita tidak lebih hanyalah manusia berdosa. Maka ada baiknya sebelum masuk dalam ibadah, ada pengakuan dosa, dengan rendah hati kita mengaku di hadapan Tuhan, dan kita memohon supaya Tuhan mendengarkan suara permohonan kita. Sayang, sikap rendah hati ini tidak muncul dalam ibadah. Dunia merasa diri hebat dan merasa diri adalah ”allah” yang dapat mengatur segala sesuatu akibatnya kehancuran bagi diri. Dia telah menutup satu-satunya jalan yang membawa ke luar dari jurang. 2. Kesadaran bahwa Tuhan Berdaulat (Mazmur 130:3) Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? (Mzm. 130:3) Kalimat yang paradoks, di satu sisi, kita hanya tahu satu yakni Tuhanlah jawabanku namun di sisi lain, kalau Tuhan menahan, tidak mau menyelesaikan kesalahan kita maka kita tidak akan dapat tahan. Jelas disini kita melihat, otorisasi di tengan Tuhan. Celakalah hidup kita kalau Tuhan tidak lagi peduli dengan kita.Tidak ada cara manusia harus kembali pada Tuhan. Kedaulatan pertama kembalikan pada Tuhan, manusia harus taat pada apa yang menjadi kehendak Allah. 3. Kesadaran Pengharapan hanya pada Pengampunan Allah (Mazmur 130:4) Tidak cukup sampai disitu, ada paradoks yang lain: Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang (Mzm. 130:4) . Di satu pihak, Tuhan Maha Besar namun di pihak lain, Tuhan menyediakan pengampunan. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan berkenan memberikan pengampunan pada kita. Ingat, Allah itu Maha Pengampun namun bukan berarti Ia dapat dipermainkan. Allah Maha Pengampun itu juga menyediakan neraka bagi mereka yang melawan Allah. Jalan ke sorga itu sempit sebaliknya jalan ke neraka itu lebar, bebas hambatan maka tidak heran kalau banyak orang yang mau ke sana. Anugerah pengampunan Tuhan harusnya membuat kita takut gentar, kita tidak berani berbuat dosa sebab sesungguhnya, kita tidak layak menerimanya. Adalah pernyataan yang salah kalau menjadi Kristen, kita dapat berbuat dosa dari hari Senin s/d Sabtu dan kita kembali suci pada hari Minggu. Salah! Ini konsep humanis. Anugerah Tuhan itu harusnya menggentarkan kita. Kita adalah orang berdosa tetapi mendapatkan anugerah keselamatan maka jangan permainkan anugerah Tuhan itu. Ratapan orang kristen bukan berakhir dengan ratapan tetapi berakhir dengan keselamatan kekal sebaliknya, ratapan dunia berakhir dengan ratapan kekal. Semua agama tidak dapat menyelesaikan 398 secara tuntas, mereka menyatakan kalau ingin masuk surga harus usaha sendiri, yakni dengan berbuat baik. Dengan usaha sendiri, mustahil manusia dapat keluar dari lumpur dosa. Hanya Kristus Tuhan yang sanggup mengeluarkan kita dari lumpur dosa, dari sorga mulia Dia turun ke dunia. Hatihati iblis yang licik akan menawarkan jalan keluar tetapi perhatikan, ia tidak pernah memberi gratis. Iblis pasti mengharapkan imbalan. Hanya Tuhan yang mampu melepaskan kita dari jerat dosa. 4. Kesadaran Pengharapan hanya pada Anugerah Allah (Mazmur 130:5-6) Ketika kita hidup menanti-nantikan Tuhan maka disana ada suatu pengharapan sejati. Pada ayat ke-6 diulang sebanyak dua kali menjadi cetusan hati si pemazmur setelah dibuang. Dalam situasi pelik itu, posisi seorang pengawal itu sangatlah berarti. Tidaklah mudah menjadi seorang pengawal, ia harus terus berjaga sepanjang malam hingga pagi. Waktu menjelang pagi adalah waktu yang sangat berat untuk melawan kantuk sekaligus saat yang berbahaya dimana pencuri mudah untuk masuk maka ia berharap akan datangnya pagi. Itulah pengharapan yang sungguh. Betapa indah hidup kita kalau kita senantiasa berharap pada Tuhan karena Dialah satu-satunya pengharapan sejati. 5. Melihat Keselamatan bagi Bangsa (Mazmur 130:7-8) juga mempunyai kesan mendalam di hati Luther selain Mazmur pasal 32 dan pasal 43. Ketiga mazmur ini disebut juga sebagai psalm Pauline sebab seperti teologi Paulus. Paulus menyadari sebelum dilepaskan oleh Kristus, seluruh jiwa raganya terbelenggu dosa, ia telah melakukan perbuatan bodoh, membunuh pengikut Tuhan dan membela orang Yahudi yang munafik. Tuhan melepaskan maka terlepas, kita dipanggil untuk menjadi pelepas dan melihat pembebasan Tuhan. Jawaban terakhir dari ratapan bukan kesengsaraan, tapi kebebasan. Kemerdekaan yang Tuhan berikan berbeda dengan kemerdekaan yang diberikan oleh dunia. Kebebasan yang diberikan dunia berarti bebas berbuat dosa. Berbahagialah hidup kita kalau Tuhan masih peduli dan menegur ketika kita berbuat dosa. Apakah kemerdekaan sejati? Jajahan berarti tidak punya hak, orang menuntut kemerdekaan namun setelah merdeka, tidak mengerjakan kemerdekaan malah tertidur. Hidup setelah merdeka justru menjadi lebih sengsara. Pada saat sengsara, manusia meratap dan meminta tolong pada Tuhan untuk mengeluarkan dari jurang. Kemerdekaan yang Tuhan berikan adalah kemerdekaan dalam kebenaran dan menjadikan hidup kita berkualitas; apapun yang kita lakukan adalah untuk Tuhan yang telah memerdekakan kita. Hidup berkualitas disini bukan berarti kita harus mempunyai intelektualitas yang tinggi. Tidak! Apalah artinya intelektualitas tinggi tetapi kita tidak mempunyai hati yang mengasihi sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Mazmur 130 Biarlah kebebasan sejati yang Tuhan berikan menerobos dan mengubahkan konsep pemikiran kita yang selama ini salah dan kita hidup menjadi semakin serupa dengan Kristus dan hidup memuliakan Dia. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:31-32) . Amin ! 399 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 131 1 2 3 Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal–hal yang terlalu besar atau hal–hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama–lamanya! Renungan Aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya". Apakah ayat ini menggambarkan jiwa kita? Dunia hari ini berputar begitu cepat, begitu banyak informasi berseliweran di sekitar kita dari penjuru dunia, tuntutan pekerjaan begitu tinggi, tuntutan kehidupan ekonomi, tuntutan dari keluarga, tuntutan dari kantor dan lain sebagainya. Tampaknya hidup ini dipenuhi dengan berbagai tuntutan yang seolah tak ada habis-habisnya. Dapatkah jiwa kita tenang, seperti anak berbaring dekat ibunya, dalam hiruk pikuk tuntutan seperti itu? Judul: Tenang dekat Tuhan Kepada setiap kita, Allah telah memberikan takaran yang pas sesuai porsi kita (1c-d, bdk. Rm. 12:3) . Yang menjadi bagian kita, harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah dan yang bukan bagian kita, harus kita percayakan kepada Dia. Manusia seringkali merasa tidak puas dengan bagiannya. Ia ingin menjadi yang paling top dalam segala upayanya: menjadi orang terkaya, gereja dengan jemaat terbanyak, orang yang paling dibutuhkan, orang yang paling berkuasa dlsb. Kita ingin menjadi yang paling ini dan paling itu sehingga kalau bisa dunia tidak berputar tanpa kehadiran kita. Mental seperti inilah yang seringkali merusak diri kita dan juga gereja. Orang yang memiliki mental seperti ini merasa dirinya tidak aman sebelum tiba di puncak. Begitu tiba di puncak, dia merasa tidak aman bila tidak terus menambah ketinggian hingga semakin jauh berada di atas orang lain. Pada akhirnya, alihalih menjadi yang terbaik di bidang yang Tuhan percayakan, dia hanya menjadi biasa-biasa saja walau menguasai banyak bidang. Alih-alih bisa jadi berkat bagi lingkungannya, gereja malah memilih prestasi dalam hal jumlah, bukan membina serta mengutus orang-orang yang Tuhan telah percayakan. Tenang di dekat Tuhan membuat kita peka akan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan dalam hidup ini. Jadilah alat anugerah Tuhan yang terbaik, bukan karena ambisi, tetapi karena mengenal rencana-Nya dalam hidup ini! 400 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 130; 131 Pdt. Effendi Susanto STh. Keberanian memperbaiki yang salah Memasuki tahun ini saya percaya ada dua kemungkinan yang akan kita alami. Kemungkinan yang pertama kita akan berjalan penuh dengan tantangan, penuh dengan kesulitan dan penuh dengan kegelapan. Kemungkinan yang kedua kita berjalan tahun ini dengan sukses, dengan penuh percaya diri hari demi hari yang kita kerjakan menjadi lebih baik dan lebih maju. Namun di tengah-tengah dua kemungkinan itu mari kita meletakkan perspektif yang benar di dalam kita menghadapi tahun yang baru ini. Di dalam refleksi awal tahun ini saya tidak menyangka saya baru melayani Tuhan 20 tahun. Keluar dari SAAT tahun 1991 dan tahun ini memasuki tahun ke 20 melayani Tuhan dan selama 12 tahun ini merintis GRII Sydney. Memasuki tahun ini saya memikirkan apa yang Tuhan inginkan dalam saya melayani Tuhan dan saya hari ini akan membagikan firman Tuhan yang telah menjadi berkat bagi saya juga membekali saudara memasuki tahun yang baru ini. adalah dua mazmur yang ditulis oleh Daud berbicara mengenai dua peristiwa yang mungkin muncul dan mungkin terjadi di dalam hidupnya. Mzm.131:1 adalah peristiwa kesuksesan di dalam hidupnya. Di tengah sukses, di tengah perjalanan hidup yang lancar, ayat ini menjadi doa Daud, jangan aku menjadi sombong dan tinggi hati dan memandang rendah orang lain. Ada sukses, ada lancar, dia memohon kepada Tuhan jangan sampai dirinya menjadi tinggi hati. Mzm.130:1 sebaliknya menggambarkan situasi yang sulit, jurang yang dalam, berbicara soal lembaran yang gagal, lembaran kesulitan, lembaran yang tidak berhasil dari hidupnya. Dua gambaran inilah yang dilukiskan dalam Mzm.130 dan 131 . Mzm.130-131 Tetapi dua mazmur ini sama-sama berpegang kepada prinsip yang sama, aku menanti-nantikan Tuhan, aku berharap kepada Tuhan. Ini merupakan perspektif yang sangat penting. Namun demikian, mazmur ini menyisipkan sedikit humor yang indah di tengah situasi dan realita yang dia hadapi. Mzm.131:2 ”...seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya demikian aku menenangkan jiwaku…” Daud menggambarkan dirinya seperti seorang anak yang baru disapih berbaring dekat ibunya. Tidak mendapatkan susu, pasti sedih dan menangis dan mencetuskan emosi yang merasa ibu tidak lagi mencintai dia tetapi tidak bisa mengatakannya. Namun di dalam situasi yang tidak enak itu, tetap ada ibu di samping itu sudah cukup menjadi penghiburan baginya. Kemudian di dalam Mzm.130 Daud menggambarkan dari jurang yang gelap, di tengah kesulitan yang seolah tidak ada jalan keluar dia berseru dan berharap kepada Tuhan. Dia memberikan satu humor di tengah keadaan ini dengan melukiskan pengharapannya kepada Tuhan seperti seorang pengawal mengharapkan sinar pagi hari. 401 “Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi…” Menjadi satpam kerja dan berjaga sepanjang malam, saudara bisa bayangkan apa yang paling dia tunggu-tunggu? Kapan sinar matahari pagi muncul di langit. Di dalam jurang yang dalam, di tengah kesulitan hidup, terlalu gampang dan terlalu mudah kita mungkin menjadi kecewa dan putus asa, namun Daud tetap menaruh nada optimis di sana. Walaupun susah dan sulit, seperti seorang penjaga menanti malam itu memang panjang tetapi pasti satu kali kelak malam akan lewat dan berakhir. Sinar mentari yang akan muncul menjadi pengharapan dan sukacitanya. Dari jurang yang dalam, dari kekelaman yang dalam, dari kesulitan dan kegagalan hidup aku berseru kepada-Mu. Tetapi di tengah seruannya yang sedih dan menangis, dia menggambarkan pengharapannya menanti Tuhan seperti seorang pengawal menanti matahari terbit. Sisakanlah secuil humor dan optimisme di tengah kesulitanmu. Jangan lupa di tengah kesuksesan kita bisa menjadi sombong, mari kita hati-hati di situ. Dan mungkin di tengah kesuksesan kita pun bisa mengalami situasi seperti seorang anak kecil yang diberhentikan dari susu ibunya, kita mungkin akan kaget. Waktu kita lancar dan sukses mungkin Tuhan melihat sudah waktunya kita masuk ke dalam fase dewasa, tidak perlu mendapat susu. Kadang kita terkejut dan kaget di situ. Surat Filemon adalah satu surat yang indah sekali. Memang ini adalah satu surat yang sangat pribadi, tetapi di dalam surat ini kita menemukan bagaimana orang-orang yang tadinya tidak berguna, orangorang yang melakukan perjalanan lembaran hidupnya dengan kesulitan, dengan kegagalan, dengan torehan tinta yang gelap boleh berubah dan akhirnya menjadi berguna di masa yang akan datang. Itulah Onesimus. Surat ini adalah surat pribadi Paulus untuk mengantar seorang yang bernama Onesimus kembali kepada tuannya yang bernama Filemon. “Kalau ada yang dia berhutang kepadamu, aku Paulus akan membayarnya kembali…” (ay.18-19) sudah cukup membuat hampir seluruh penafsir setuju bahwa Onesimus lari dari tuannya yang bernama Filemon, dan bukan saja lari, dia sudah mencuri uang dari Filemon. Sangat wajar kita katakan dia sudah mencuri uang Filemon sebab dia lari dari Kolose tempat Filemon tinggal di daerah Asia dan akhirnya bertemu Paulus di penjara di kota Roma. Tentu untuk lari dan pergi hingga ke Roma membutuhkan uang dan Onesimus mencuri uang itu dari tuannya. Onesimus adalah satu nama yang sangat bagus sekali, Onesimus berarti “berguna.” Dari namanya ini Paulus kemudian menggunakan permainan kata yang bagus ”...dulu Onesimus tidak berguna namun sekarang dia berguna” (ay.11) . Dulu cuma namanya ‘berguna’ tetapi secara karakter dan sifat sudah merugikan Filemon, tetapi setelah bertobat dan perubahan yang terjadi, dia memulai lembaran hidup baru dan dia menjadi seorang anak Tuhan yang berguna. Onesimus pernah gagal di dalam hidupnya. Onesimus pernah lari dan dia melakukan kesalahan yang besar, keputusan-keputusan yang salah di dalam hidupnya. Kita tahu sebagai orang Kristen betapa susahnya kita membuat keputusan hidup yang benar. Tetapi sekaligus kita tahu terlebih sulit lagi kita memperbaiki kesalahan dari keputusan yang sudah salah. Memasuki tahun yang baru ini apa yang kita bisa belajar dari hidup Onesimus ini? Yang pertama, memasuki tahun yang baru ini mari kita memiliki keberanian untuk memperbaiki yang salah. Kita tidak tahu apa yang menjadi pemicu sampai akhirnya Onesimus kembali kepada Filemon. Kepulangan kepada tuannya membutuhkan satu keberanian yang sangat besar karena nyawa taruhannya. Dia bisa ditangkap dan di dahinya akan dicap dengan selar panas bertulis “F” sebagai tanda fugitivus, seorang pelarian. Apakah karena ada orang datang kepada Paulus dan bertemu Onesimus di situ dan mengenali dia sebagai budak Filemon sehingga dia tidak lagi bisa menyembunyikan latar belakangnya, maka mau tidak mau dia memberitahukannya kepada Paulus? Atau kemungkinan yang 402 kedua adalah dia berada di penjara Roma itu merupakan satu pengalaman yang tidak gampang dan tidak mudah, dia melakukan tindakan kriminal dalam pelariannya ke Roma dan dipenjarakan di sana. Dan di dalam penjara itulah Onesimus mengalami pertobatan dan akhirnya dia mengakui semua yang menjadi pengalaman masa lalunya kepada Paulus. Karena itulah Paulus mengatakan hal yang terbaik yang harus Onesimus lakukan adalah kembali kepada tuannya. Kita tidak tahu pasti penyebab keputusan dia kembali, apakah itu karena orang lain, apakah itu keinginan yang muncul dari dirinya sendiri ataukah itu dorongan dari Paulus, yang kita tahu ini adalah momen yang penting bagi Onesimus mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan terhadap apa yang salah yang dia sudah kerjakan. Belajar melalui kesulitan kegagalan hidup tidak pernah menjadi lembaran yang gelap dan salah di dalam hidup kita. Onesimus dulu hidupnya sia-sia, tidak berguna, tidak berarti dan tidak bermanfaat. Namun sekarang dia mau hidupnya berguna dan berarti. Ada banyak hal yang patut kita lakukan di tahun ini. Yang pertama kita bisa minta kepada Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk bisa melakukan hal yang lebih baik lagi di tahun ini. Kita juga bisa memohon kepada Tuhan biar kita bisa melakukan the best things bagi Tuhan di dalam tahun ini. Tetapi saya percaya yang paling penting yang perlu kita janji di hadapan Tuhan adalah “I want to do the right things.” Lakukan hal-hal tepat membutuhkan keberanian untuk belajar memperbaiki apa yang salah dalam hidup kita. Terlalu banyak kita mungkin takut terhadap kegagalan dan kesalahan di dalam hidup kita. Terlalu banyak kita takut anak kita mengalami kesulitan dan kegagalan dalam hidupnya. Alkitab mencatat ada tiga orang tua yang memberikan mutiara yang indah bagi tiga anak muda sebagai warisan mempersiapkan mereka melanjutkan tanggung jawab hidup. Dalam Ul.31:7 di akhir hidupnya Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya, “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu.” Dalam 1 Taw.28:10 raja Daud yang sudah tua berkata kepada Salomo anaknya, “Kuatkanlah hatimu dan lakukanlah itu.” Dan dalam 2 Tim.2:1 Paulus berkata kepada hamba Tuhan yang masih muda yang bernama Timotius, “Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus.” Ini menjadi tiga mutiara yang indah dari orang yang tua kepada yang muda; dari seorang pemimpin senior kepada penerusnya; dari ayah yang sudah tua mewariskan sesuatu kepada anaknya yang masih muda; dari seorang pendeta senior kepada yang junior. Mereka yang sudah tua, yang sudah menjalani perjalanan hidup yang panjang dan penuh dengan bijaksana menemukan keindahan mutiara ini. Apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita? Seringkali orang berpikir dia harus mewariskan harta yang banyak kepada anak cucunya supaya mereka bisa hidup tenang dan aman. Tetapi tiga orang tua ini memberikan warisan yang paling penting yaitu semangat keberanian, satu roh hidup yang berani. Musa yang tua berkata kepada Yosua, lanjutkan misi ini memasuki tanah yang Tuhan janjikan. Di situ engkau hanya membutuhkan satu hal yaitu be strong and be brave. Daud sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk pembangunan Bait Allah dan Salomo rasanya tidak perlu terlalu banyak menambahkan dari apa yang ada. Tetapi pembangunan itu tidak akan bisa sukses dan terealisir dengan baik jika tidak ada semangat perjuangan dan keinginan untuk mengerjakan di dalam diri Salomo. Itu sebab Daud memberikan semangat ini kepada Salomo, be strong and do it. Demikian juga dari seorang pendeta senior yang sudah melakukan begitu banyak pelayanan, di dalam kesuksesan, di dalam kesulitan dan kegagalan, tetapi di tengah semua itu Paulus tidak melepaskan prinsip hidup ini dan memberikannya kepada Timotius, be strong and be brave. Kepada anak-anak 403 muda yang bersekolah di luar negeri, jauh dari orang tua, kita tahu untuk bisa sekolah di sini kita membutuhkan uang dan kita tahu orang tua sudah bekerja keras untuk mempersiapkan kebutuhan kita untuk sukses. Tetapi satu panggilan saya kepada saudara yang jauh dari orang tua bersekolah di tempat ini, sukses atau tidak suksesnya engkau bergantung dari beberapa hal yang tidak boleh engkau abaikan. Pertama, jangan pernah ke luar negeri hanya menginginkan supaya engkau bisa bebas dari pengawasan orang tua. Punya semangat seperti itu maka engkau akan menjadi seekor kuda liar. ‘Toh orang tua tidak lihat aku bikin apa di sini, aku bebas melakukan apa saja…’ Hargailah setiap usaha dan pemberian orang tua. Demikian sebagai orang tua kita juga jangan terlalu takut anak kita menjalani kesulitan dan kegagalan di dalam hidup mereka. Mungkin sebagai orang tua, dahulu saudara hidup susah dan mengumpulkan uang dengan sulit, berkorban makan bubur supaya anak bisa mendapat sekolah yang baik. Setelah kita mengalami kepahitan dan kesulitan hidup kita pikir kita tidak mau hal yang sama terjadi kepada anak-anak kita. Itu adalah hal yang berbahaya, karena bisa jadi kita mewariskan harta yang banyak tetapi kita tidak mewariskan semangat perjuangan kita kepada mereka. Tidak heran ada pepatah mengatakan, generasi pertama adalah generasi yang kumpul uang, generasi kedua adalah generasi yang buang-buang uang, generasi ketiga adalah generasi yang minta-minta uang. Saya rindu biar kita mendidik anak-anak kita pada waktu mengalami kesulitan hidup jangan terlalu cepat kita mengangkat tantangan kesulitan itu. Pada waktu mereka gagal, biar mereka belajar dari kegagalan itu. Biar mereka pegang prinsip ini: to win humbly and to lose gracefully. Memang tidak gampang, meski gagal masih ada perasaan gembira dan sukacita dan kenginan untuk mencoba dan bangkit lagi. Dalam pelayanan, hamba Tuhan yang sudah tua yang sudah berpuluh-puluh tahun melayani, apa yang kita wariskan kepada anak-anak muda yang baru melayani Tuhan? Tidak lain dan tidak bukan adalah semangat pelayanan, itu sudah cukup, be strong and be brave. Harta keberanian bukan berani nekad, tetapi berani memperbaiki apa yang salah; berani untuk menghadapi kesulitan dan kegagalan dengan spirit yang tidak pantang menyerah. Orang yang takut gagal adalah orang yang akhirnya tidak berani mengerjakan banyak hal di dalam hidupnya, karena sebelum dikerjakan dia sudah terlebih dahulu takut gagal. Ini adalah penyakit yang berbahaya. Onesimus mengajarkan kita satu prinsip hidup yang penting: hidup yang sudah dirubah oleh Tuhan, hidup pertobatan yang mendatangkan satu perspektif yang baru. Walaupun kembali kepada Filemon itu bukan perkara yang gampang dan mudah, karena ini bukan hanya berkaitan dengan masalah pribadi saja. Nanti kita akan melihat bahwa meskipun surat ini adalah surat pribadi Paulus, dia mengalamatkan surat ini sebagai surat umum dan terbuka yang dibacakan kepada seluruh jemaat. Kenapa ini menjadi satu surat umum? Karena kembalinya Onesimus pasti akan mendatangkan kegoncangan terhadap struktur perbudakan pada waktu itu. Bagaimana Filemon sekarang memperlakukan Onesimus, sebagai seorang budak seperti dulukah? Atau sebagai saudaran seiman yang diperlakukan setara karena sekarang dia adalah orang percaya? Kalau dia sudah bersalah secara hukum, penanganannya sekarang bagaimana? Begitu pulang, kalau diperlakukan sebagai orang merdeka, masih ada puluhan budak lain, bagaimana melakukan hal yang benar? Yang kedua, Paulus mempunyai keberanian memperbaiki tatanan sosial yang keliru dan timpang. Bagaimana lakukan hal yang terbaik di dalam hidup kita? Mungkin Tuhan panggil saudara untuk hal seperti ini. Itu sebab sangat unik sekali Paulus menulis surat kepada Filemon, namun sekaligus dia 404 menyebutkan beberapa nama dan itu adalah nama-nama pemimpin jemaat yang ada di Kolose. Kenapa sampai surat pribadi itu akhirnya menjadi surat yang umum, ini memberikan niat kepada kita bahwa Paulus memiliki keinginan, memang sistem perbudakan tidak bisa dirombak dalam satu malam tetapi semangat di balik sistem perbudakan itu harus dirobah oleh orang Kristen. Maka Onesimus pulang kembali ke rumah Filemon, tetap dia adalah budakmu tetapi sambutlah dia sebagai saudara seiman. Ini merupakan poin yang penting dimana Paulus melihat hal yang tidak benar di dalam kehidupan masyarakat, biar orang Kristen yang berani melakukan perbaikan walaupun mungkin itu tidak besar dan tidak terlalu bersignifikansi. Itu adalah panggilan kita. Yang ketiga, dari bagian ini kita mendapat satu perspektif yang baik dari Filemon, ayat 15 ”...sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak daripadamu supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya.” Di dalam rumah Filemon ada dua penjara. Yang pertama adalah penjara fisik yang memenjarakan Onesimus karena dia telah berbuat salah. Yang kedua adalah penjara hati dari Filemon. Tidak gampang dan tidak mudah menerima dan mengampuni orang yang pernah merugikan kita, mencuri dan melakukan hal yang tidak benar kepada kita yang datang mengetuk pintu rumah kita. Apalagi kalau dia adalah orang yang pernah sangat engkau percayai, tidak gampang untuk bisa menerima dia kembali. Namun di bagian ini Paulus berkata, sebagai seorang rasul aku bisa saja memerintahkan engkau untuk menerima kembali Onesimus. Tetapi Paulus tidak ingin melakukan hal yang seperti itu, sebaliknya dua kali dia menyebut dirinya, “I am Paul, the prisoner for Jesus,” seorang tawanan yang dipenjarakan karena Kristus. Dan dia minta dengan sangat persuasif kepada Filemon, untuk menerima Onesimus demi diri Paulus sendiri. Tidak gampang dan tidak mudah untuk memaafkan dan mengampuni orang. Namun memasuki tahun yang baru ini mari kita juga melepaskan diri kita dari penjara yang tersembunyi dan tersimpan di dalam hati kita. Shakespeare pernah mengatakan, “To forgive is divine,” mengampuni adalah satu tindakan ilahi. Tidak gampang dan tidak mudah untuk bisa mengampuni orang. Filemon mungkin menyimpan di dalam penjara hatinya kemarahan dan sakit hati dan perasaan yang kecewa kepada Onesimus. Seorang yang mungkin pernah sangat dia percayai namun sudah menjadi seorang yang mengkhianati kepercayaannya. Sekarang Paulus minta dia belajar mengampuni dan menerima dia, itu bukan satu hal yang gampang. Bagaimana semua perspektif ini menjadi indah? Ayat 15 menjadi ayat yang indah. Kita percaya Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia, namun di dalam konteks ini Paulus mengatakan ‘mungkin’ dengan dia lari daripadamu akhirnya mendatangkan satu hal yang baik yaitu dia bisa pulang selama-lamanya. ‘Mungkin,’ supaya apa yang dilihat oleh Paulus juga bisa dilihat oleh Filemon. Benar secara teologis hal-hal yang terjadi, kesulitan, sakit, penderitaan, air mata dan kekecewaan. Meletakkan perspektif providensi dan pemeliharaan Allah akan menjadikan kita terbuka memasuki tahun yang baru ini dengan hati yang percaya, tidak ada hal yang salah yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita. Untuk seketika lamanya engkau kehilangan dia, kata Paulus, untuk seketika lamanya dia pergi dan menyakiti hatimu, tetapi di belakang semua itu ada maksud Tuhan yang baik, dia sekarang pulang menjadi orang Kristen, dia sekarang pulang menjadi orang yang berguna, dia sekarang pulang menjadi orang yang melayani Tuhan, dia sekarang pulang menjadi orang yang mencintai Tuhan. Engkau tidak rugi apa-apa menerima dia dengan tangan dan hati yang terbuka. 405 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 132 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nyanyian ziarah. Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya, bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub: “Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.” Memang kita telah mendengar tentang itu di Efrata, telah mendapatnya di padang Yaar. “Mari kita pergi ke kediaman–Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki–Nya.” Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian–Mu, Engkau serta tabut kekuatan– Mu! Biarlah imam–imam–Mu berpakaian kebenaran, dan bersorak–sorai orang–orang yang Kaukasihi! Oleh karena Daud, hamba–Mu, janganlah Engkau menolak orang yang Kauurapi! TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: “Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; jika anak–anakmu berpegang pada perjanjian–Ku, dan pada peraturan–peraturan–Ku yang Kuajarkan kepada mereka, maka anak–anak mereka selama–lamanya akan duduk di atas takhtamu.” Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan–Nya: “Inilah tempat perhentian–Ku selama–lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya. Perbekalannya akan Kuberkati dengan limpahnya, orang–orangnya yang miskin akan Kukenyangkan dengan roti, imam–imamnya akan Kukenakan pakaian keselamatan, dan orang–orangnya yang saleh akan bersorak–sorai dengan girang. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud, Aku akan menyediakan sebuah pelita bagi orang yang Kuurapi. Musuh–musuhnya akan Kukenakan pakaian penuh malu, tetapi di atas kepalanya akan bersemarak mahkotanya.” Renungan Bagi bangsa Israel, hidup beragama tidaklah jauh dari kehidupan bernegara. Mazmur 132 merupakan satu gubahan yang dinyanyikan oleh orang-orang Israel untuk merayakan pemilihan Tuhan atas Raja Daud dan atas Sion. Penulis 2 Tawarikh menempatkan sebagian dari mazmur ini sebagai kata-kata Raja Salomo. Di sepanjang mazmur ini janji-janji Tuhan dirayakan, pemilihan Tuhan atas pemerintahan keturunan Daud menjadi alasan bersukacita, dan pemilihan Tuhan atas Sion menjadi alasan untuk tetap berharap atas kebaikan-kebaikan yang akan terjadi di masa mendatang. Judul: Iman dan wawasan kebangsaan 406 Rangkaian mazmur ziarah yang mendekati penghujungnya di Mazmur 134, membawa kita semakin dekat dengan Sion dan Bait Allah. Rangkaian yang dimulai dengan perjalanan jauh menuju Sion kini telah menjadi sangat dekat. Hal ini, selain memberikan kita gambaran mengenai kehidupan beragama bangsa Israel juga menyadarkan kita akan beberapa aspek yang berbeda dari penghayatan kita atas hubungan agama dan negara. Bagaimana kita memahami mazmur ini dalam konteks kehidupan kita di Indonesia? Umat Kristen di berbagai tempat di dunia memandang kehidupannya bernegara sebagai wujud dari kesetiaannya kepada Tuhan yang telah menempatkan dia sebagai warga negara di negara itu. Maka dia harus hidup sebagai warga negara yang mematuhi aturan dan undang-undang yang berlaku di negara tersebut. Sebagai warga negara Indonesia, kita baru saja merayakan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus yang lalu. Masih dalam suasana peringatan hari kemerdekaan, Mazmur 132 mengingatkan kita: seberapa serius kita menyikapi kenyataan bahwa Tuhan menempatkan kita di Indonesia untuk suatu tujuan? Hidup beragama kita seyogianya memberikan kita kacamata yang khas dalam memandang hidup bernegara sehingga kita dimampukan untuk memberikan kontribusi yang khas pula bagi kebaikan dan kemajuan negara kita tercinta, Indonesia. 407 2 Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net Mazmur 133 1 2 3 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara–saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung–gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama–lamanya. Renungan Mengapa kerukunan kasih dijadikan tema indah nyanyian ziarah? Apa hubungan kerukunan kasih dengan keberhasilan dalam berziarah? Konteks zaman manakah yang melatari nyanyian ziarah ini? Judul: Persekutuan kasih Dalam berbagai persekutuan antar manusia, khususnya keluarga dan gereja, kita menyadari betapa pentingnya kerukunan kasih. Tanpa kerukunan kasih, keluarga tidak dapat bertumbuh menjadi keluarga harmonis. Tanpa kerukunan kasih, gereja tidak mungkin berfungsi sebagai keluarga Allah, sebagai bagian misi Kerajaan Allah untuk dunia ini. Semua bentuk persekutuan manusia memerlukan persekutuan kasih. Tanpa unsur vital tersebut bukan saja tidak mungkin terjadi kemajuan, ikatan sosial yang ada pun hanya formalitas belaka. Kapankah persekutuan kasih sangat dibutuhkan? Dalam segala keadaan! Di segala waktu! Namun tidak lebih besar daripada ketika kita berada dalam ziarah. Sebab ziarah menguras tenaga, menyita sumber-sumber yang ada dan menuntut kesiagaan serta ketangguhan. Hanya jika ada kerukunan kasih maka orang-orang yang dalam ziarah berada dalam kondisi saling mengisi dan prima. Ziarah yang dimaksud bukan saja dalam perjalanan ziarah dari pelosok Palestina ke Yerusalem, tetapi dalam setiap episode perjalanan sejarah Israel – masa Musa, masa Daud, masa Nehemia, dst. – membutuhkan vitalitas yang mengalir di dalam keintiman hubungan kasih. Tugas-tugas berat jadi mudah dan menyukakan ketika terjadi saling topang dan saling hibur. Salah satu upacara agama paling berarti untuk Israel ialah pengurapan imam. Pengurapan adalah lambang pengkhususan Allah atas orang yang bersangkutan, yang menjadikan dia layak menjadi pengantara antara manusia dan Allah. Ketika Harun dan para imam dilantik, minyak zaitun lambang perkenan dan hadirat Allah dicurahkan ke atas kepalanya. Lalu mengalir dan menetes, persis seperti tetesan dan aliran berkat Allah. Aliran perkenan dan dampak Ilahi itu bagai keajaiban embun, dari titik-titik air lemah tak berdaya bisa berubah menganak sungai, mengalir dari Hermon ke Sion. Dahsyat! Di dalam persekutuan kasih hadir Allah Pencipta langit dan bumi, Penyelamat yang Maha Perkasa! 408 Ringkasan Khotbah Nats: Mazmur 133 Pdt.S.Brahmana Sumber: GBKP – Klasis Jakarta Bandung Hargailah sesama manusia Pendahuluan Kalau disuruh memilih, hidup rukun dan tidak rukun (harmonis dan tidak harmonis), saya pikir jarang ada orang, bahkan mungkin tidak ada yang memilih untuk hidup tidak rukun atau tidak harmonis. Namun kenyataannya yang justru sering terjadi ialah hidup yang kurang rukun. Tidak rukun dengan mertua, dengan sesama saudara, dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan tetangga, antar etnis, kelompok dan golongan, antar bangsa, dsb. Mengapa bisa demikian? Banyak faktor yang menyebabkannya. Diantara banyak penyebab tersebut penyebab utama karena kita kurang atau tidak mampu menghargai orang lain sebagaimana ia ada. Kita mau orang lain seperti yang kita harapkan. Ketika itu tidak tidak terjadi, apa lagi ketika kita sudah berusaha mengubahnya dengan memberi menasehati, membimbing atau mengarahkannya, dsb, namun juga tidak berubah, kekecewaan kita akan semakin dalam yang akhirnya mempengaruhi hubungan kita menjadi tidak harmonis. Hal yang lain karena sejak kecil, disadari atau tidak sudah ditanamkan bibit-bibit permusuhan. Misalnya bahwa orang kristen itu kafir, atau islam itu tidak baik karena itu tidak boleh bergaul atau melakukan pertemanan. Pengaruh doktrinasi seperti ini sangat mempangaruhi hubungan antara sesama manusia. Seperti seorang ahli taurat yang ingin mengcobai Yesus dalam pembacaan kita (Lukas 10: 25-37