Kitab Mazmur - Imansejati.net

advertisement
Ibr 4:12 Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi–sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
Roma .1:17
Orang benar akan hidup oleh iman
Kitab Mazmur
sebuah A
Ap
po
otte
ek
k untuk Jiwa
Sumber:
“KasihKarunia” Jerry H.M. Sumanti
RENUNGAN “Santapan Harian” adalah penerbitan dari Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
Dikutip dari Santapan Harian dengan ijin. Hak cipta dipegang oleh penerbitnya yaitu Yayasan Persekutuan Pembaca
Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab, artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat Anda peroleh dengan
membeli buku Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4, Jakarta 10710, ph: 3442461-2; 35197423; Fax: 344972; email: [email protected]. Informasi lengkap tentang PPA di: http://www.ppa.or.id.
Penerbitan KITAB MAZMUR diusahakan oleh Pieter Kuiper (the Netherlands)
Copyright transkrip
Ringkasan Khotbah
ada di pihak antara lain
GRII SYDNEY,
GRII Surabaya Andhika dan berbagai sumber lain.
Mungkin di antara khotbah-khotbah adalah khotbah yang belum diperiksa oleh Pengkhotbah.
[email protected]
www.imansejati.net
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
KITAB M A Z M U R – 1
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
RENUNGAN
1
Kebahagiaan yang sejati
2
Tuhan, sang Raja
3
Iman di tengah masalah
4
Tidur nyenyak walau
5
Bangun pagi bersama Tuhan
6
Belas kasih dan kasih karunia
7
Menantikan keadilan Allah
8
Mulia untuk memuliakan Allah
9
Keadilan Tuhan
10
Problema kefasikan
11
Menolak arogansi kelompok
12
Tolak info menyesatkan
13
Tetap percaya walau goyah
14
Sorot pandang Allah
15
Menikmati hadirat Allah
16
Sukacitaku, warisanku
17
Minta keadilan
18: 1-20
Melalui pengalaman berat
18: 21-45
Anugerah dan ketaatan
18: 46-50
Pujilah Tuhan
19
Kenal Tuhan melalui Alkitab
20
Mendoakan pemimpin
21
Tuhan pemberi kemenangan
Ringkasan K H O T B A H - penulis
Ev. Bakti Anugrah (GRII Ngagel)
Pdt. Bigman Sirait
22: 1-18
Saat mengalami derita
22: 19-31
Nantikanlah Tuhan
23
Gembala yang baik
Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney)
24
Raja Kemuliaan
Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta)
25
Menanti-nantikan Tuhan
Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney)
Ev. Solomon Yo
CTRL-HOME
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
CTRL-HOME
KITAB M A Z M U R – 2
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
RENUNGAN
26
Hidup dalam kebenaran
27
Hanya Tuhan menolongku
28
Menghadapi lingkungan fasik
29
Raja atas alam semesta
30
Ucapan syukur yang tulus
31
Doa hamba Allah yang menderita
32
Bahagia karena diampuni
33
Nyanyian baru bagi Tuhan
34: 1-11
Alami Tuhan
34: 12-24
Alami kebaikan Tuhan
35
Minta keadilan pada Tuhan
36
Siapa Tuhan Anda,Siapakah yang dipertuan oleh orang fasik?
37: 1-20
Kebahagiaan orang fasik semu
37: 21-40
Orang benar mewarisi bumi
38
Sakit karena dosa
39
Saat Anda kalut
40
Pasti Tuhan menolong
41
Pengharapan jiwa yang tertekan
42
Pengharapan jiwa yang tertekan
43
Pengharapan akan keadilan Allah
44
Ikut menderita
45
Sang Mesias dan mempelai-Nya
46
Yakin akan kuasa Tuhan
47
Ke-Raja-an Allah
48
Aman dalam perlindungan Allah
49
Akhir hidup orang fasik
50
Anda setia atau tidak?
51
Indahnya sebuah pengampunan
Ringkasan K H O T B A H - penulis
Pdt. Effendi Susanto STh. Bagian 1 + 2
Pdt. Bigman Sirait
Pdt. Budy Setiawan (GRII Melbourne)
Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing (GKPA-Sumatera)
Pdt. Agus Dasa Silitongaa (GKPA)
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
KITAB M A Z M U R – 3
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
RENUNGAN
Ringkasan K H O T B A H - penulis
52
Penghukuman Allah
53
Hukuman bagi orang fasik
54
Doa minta keadilan
55
Musuh dalam selimut
56
Menghadapi Musuh
57
Berlindung pada Allah
58
Menyikapi ketidakadilan
59
Serahkanlah pada Tuhan
60
Doa di tengah pergumulan
61
Ketika merasa sendirian
62
Tuhanlah harapanku
Pdt. SIHOMBING, Stephen Gabriel Rocky Feller, S.Th. (GPIB)
63
Haus akan Allah
Pdt. Thomy J. Matakupan (GRII)
64
Allah berkuasa melindungi
65
Ingatlah kebaikan Tuhan
66
Mari mengingat karya Tuhan
Pdt. Tigor Sitanggang, MTh (GKPA Sumatera)
67
Untuk orang lain juga
Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung)
68: 1-19
Allah dalam hidup umat
68: 20-36
Allah memelihara
69: 1-19
Karena Engkau, aku menanggung cela
69: 20-37
Tindaklah mereka, ya Allah
70
Segeralah, lepaskan aku!
71
Jangan buang aku pada masa tuaku
72
Allah memerintah
73: 1-14
Jangan keliru memahami Allah
73: 15-28
Melihat dari kaca mata Allah
74
Kembalilah mengasihi kami!
75
Bersyukur untuk keadilan Allah
76
Allah sebagai Hakim
Pdt. Effendi Susanto STh. Bagian 1 + 2
CTRL-HOME
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
CTRL-HOME
KITAB M A Z M U R – 4
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
77
RENUNGAN
Ringkasan K H O T B A H - penulis
Fokus pada Tuhan
78: 1-16
Mengingat dan merespons karya-Nya
78: 17-33
Sikap tak puas adalah dosa
78: 34-53
Perbudakan dosa
78: 54-72
Dihukum, tetapi dicintai kembali
79
Doa yang tulus
80
Doa yang meraih hati Allah
81
Bersediakah?
82
Hakim atas pemimpin dunia
83
Stress? No Way!
84
Hadirat Allah
85
Bertobat agar dipulihkan
86
Dekat dan kenal Tuhan
87
Sion, kota bagi bangsa-bangsa
88
Iman di tengah penderitaan berat
89: 1-19
Allah yang setia
89: 19-38
Setia pada perjanjian-Nya
89: 38-52
Kembalilah mengasihi kami
Pdt. Esra Alfred Soru, STh (GKIN Kupang NTT)
Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung)
90
Mawas diri
Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta)
91
Siapa tempat perlindungan Anda?
Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara)
92
Bagaimana pertumbuhan rohani Anda?
93
Tuhan, penguasa alam semesta
94
Allahku, hakim yang adil
95
Jangan cobai Rajamu!
96
Nyanyian menyambut Sang Raja
97
Tuhan adalah Raja!
98
Hidup dalam pengharapan
99
Tuhan itu Raja
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
CTRL-HOME
KITAB M A Z M U R – 5
Baca MAZMUR
klik pada nomor
RENUNGAN
Ringkasan K H O T B A H
100
Satu umat, satu ibadat
101
Raja tak bercela
102
Kebesaran Tuhan dan penderitaanku
103
Kebaikan Tuhan dan kesaksianku
104
Semesta bernyanyi
105
Allah bekerja menggenapi rencana-Nya
106
Allah maha pengampun -bertobatlah!
107
Bersyukur karena kasih setia-Nya
108
Keyakinan yang tidak tergoyahkan
109
Doa mohon keadilan
Pdt. Dr. Binsar Nainggolan (GKPA-Sumatera)
110
Raja Imam
Pdt. Leo Dunan Sibarani, M.Th. (GKPA-Sumatera)
111
Kebesaran karya Allah
112
Bahagia orang benar
113
Ditinggikan Tuhan
114
Allah di dalam sejarah
115
Tetap percaya walau situasi sulit
116
Piala keselamatan Allah
117
Pujilah Tuhan, hai segala bangsa
118
Bersyukur dalam segala perkara
Taurat membahagiakan?
119:
1-22
119:
23-44
Suka-duka dalam firman
119:
45-66
Firman dan iman yang aktif
119:
67-88
Menderita karena firman
119:
89-110
119:
111-132
Firman dan pertumbuhan sikap
119:
133-154
Firman dan doa
119:
155-176
Berpaut terus pada firman
120
Firman memberi hikmat
Hidup berintegritas
Pdt. Sutjipto Subeno (GRII-Surabaya Andhika)
Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara)
Pdt. Widyantoro,STh. M.Div (GKPA-Sumatera)
Pdt. O. Pasaribu, MTh. (GKPI)
Kembali ke halaman muka:
Daftar Isi
CTRL-HOME
KITAB M A Z M U R – 6
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
RENUNGAN
Ringkasan K H O T B A H - penulis
121
Disertai Tuhan
122
Mari kita pergi ke rumah Tuhan
123
Tetap memandang kepada Tuhan
124
Bersyukur dalam doa
125
Antara dua realitas
Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta)
126
Melihat dengan iman
Pdt. Effendi Susanto STh. (3 x)
127
Penyertaan Tuhan
Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney)
Pdt. Bigman Sirait (2 x)
128
Keluarga dan anak adalah berkat
Pdt. Effendi Susanto STh. (2 x)
129
Doa mohon keadilan Tuhan
130
Berharap fajar menjelang
Pdt. Sutjipto Subeno (GRII-Surabaya Andhika)
131
Tenang dekat Tuhan
Pdt. Effendi Susanto STh. (GRII Sydney)
132
Iman dan wawasan kebangsaan
133
Persekutuan kasih
134
Fokuskan perjalanan ziarah Anda!
135
Ibadah puji-pujian kepada Tuhan
136
Kasih setia-Nya untuk selamanya
137
Tetap percaya pada kesetiaan Allah
138
Ucapan syukur sebagai tanda percaya
139
Kemahatahuan Allah
140
Respons terhadap kejahatan
141
Strategi menghadapi cobaan
142
Ungkapan hati, Perjuangan dan kepercayaan
143
Belajar berdoa dengan iman
144
Pekerjaan Allah dalam hidupku
145
Allah adalah Raja
146
Bermasalah? Datang pada Tuhan
147
Jangan hanya ingin kuasa-Nya
Pdt.S.Brahmana (GBKP-Jakarta Bandung)
Pdt. Dr. Stephen Tong (GRII Pusat Jakarta)
Sdr. Stefanus Kristianto, M.Div. (GKT Hosanna)
Kembali ke halaman muka:
CTRL-HOME
Daftar Isi
KITAB M A Z M U R – 7
Baca MAZMUR
Mazmur
klik pada nomor
RENUNGAN
148
Memuji dengan pemahaman
149
Bukan hanya menyanyi
150
Songsong tahun baru dengan pujian
Ringkasan K H O T B A H - penulis
Pdt. P.H. Hararap, Sth (GKPA-Sumatera Utara)
1
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 1
1
2
3
4
5
6
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di
jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan
malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam
perkumpulan orang benar;
sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Renungan
Apa harapan Anda memasuki tahun baru ini? Banyak orang
mendambakan kebahagiaan berupa kelegaan dari penderitaan, lepas dari berbagai kesulitan hidup,
dan hidup serba berkecukupan. Apa benar semua itu mendatangkan kebahagiaan yang sejati?
Judul: Kebahagiaan yang sejati
Kebahagiaan seseorang terkait erat pada relasinya dengan Tuhan. Karena Tuhan adalah sumber
hidup maka hanya dengan memiliki persekutuan intim dengan Tuhan, seseorang bisa menikmati
hidup ini dan puas (ayat 2) . Sebaliknya orang yang bergaul intim dengan Tuhan tak mungkin bisa
menikmati pergaulan dengan orang berdosa apalagi ikut-ikutan dalam kehidupan dosanya (ayat 1) .
Ikut-ikutan cara hidup orang berdosa hanya membawa seseorang semakin jauh dari kebenaran. Ayat
1 mengungkapkan bagaimana pergaulan yang sembarangan, dengan cepat merusak kebiasaan baik
(ayat 1Kor. 15:33) . Mulai dengan mendengar bujukan ("berjalan menurut nasihat orang fasik"), lalu mulai
menjadi kebiasaan ("berdiri di jalan orang berdosa"), tahu-tahu sudah menjadi bagian dari kumpulan
perencana kejahatan ("duduk di kumpulan pencemooh"). Dengan kata lain, mulai dengan mengikuti ajakan
orang untuk berdosa, berujung pada ikut mengajak orang lain untuk berdosa! Apa yang mungkin
dituai oleh orang yang hidup dalam keberdosaan? Tidak ada yang bernilai kekal yang bisa ditabung
untuk masa depan (ayat 4) . Bahkan kebinasaan menjadi akhir tragis bagi mereka (ayat 6b) !
Kebahagiaan apa yang bisa dinikmati orang yang bergaul dengan Tuhan? Kepuasan sejati karena tahu
hidupnya berhasil di mata Tuhan, yaitu seperti pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang
baik dan lebat. Siapakah yang disenangkan kalau bukan pemiliknya sendiri? Juga kepuasan yang tidak
dapat pudar karena tahu hidup yang menghasilkan buah itu adalah hidup yang Tuhan pakai untuk
memberkati orang lain. Hidup ini menjadi bermakna saat orang lain mengenal Yesus karena hidup
kita.
2
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 1: 1-6
Ev. Bakti Anugrah
Sumber: GRII ngagel – Jaja Surabaya
Orang benar dan orang fasik
ini merupakan mazmur kebijaksanaan dan mazmur yang terkenal ini menjadi mazmur
pembuka sebelum kita melanjutkan ke-149 pasal mazmur berikutnya. Sejak awal sudah terlihat dua
bagian besar yang nampak dalam seluruh kitab mazmur yang juga menjadi tema di dalam seluruh
Alkitab seperti yang sering disebutkan, ‘gandum dan ilalang’ atau ‘domba dan kambing’, maka dalam
konteks mazmur disini dikatakan ‘orang benar dan orang fasik’.
Mazmur 1
Di ayat 1 disebutkan ‘berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut orang fasik’. Kata ‘berbahagia’
pada ayat ini di dalam bahasa aslinya, Ibrani, itu mirip dengan penggunaan kata ‘berbahagia’ pada
Matius 5 tentang Ucapan Bahagia dari Tuhan Yesus. Namun ada perbedaannya. Kata ‘berbahagia’ di
ayat 1 ini berbentuk plural (jamak) sedangkan yang digunakan dalam Matius 5 itu berbentuk tunggal.
Kata ‘berbahagia’ di Maz 1:1 ini dituliskan dalam bhs. Inggris yaitu ‘all the blessednesses…’. Yang
diartikan bahwa betapa banyaknya kebahagiaan yang dinikmati dari orang-orang yang tidak berjalan
menurut orang-orang fasik. Seorang yang saleh, sungguh-sungguh hidup benar dan mencintai Tuhan
itu tidak hanya hidup menjauhi kejahatan sekaligus juga menjauhi para pembuat kejahatan dan tidak
hidup bergaul dengan mereka. Penekanannya itu untuk menunjukkan betapa besar kebahagiaan
orang yang hidupnya tidak berjalan menurut orang-orang fasik. Dalam bahasa Ibrani, kata-kata yang
digunakan dalam puisi ini indah karena di dalam bahasa Ibrani suka memakai paralel kata, seperti
yang tertulis pada ayat 1 dimana bisa diperhatikan ada tiga paralel kata yang disebutkan yaitu
berjalan, berdiri, dan duduk sebagai paralel pertama. Berikutnya, paralel kedua, yaitu nasihat, jalan,
dan kumpulan. Dan yang ketiga, yaitu orang fasik, orang berdosa, dan pencemooh. Di dalam bahasa
aslinya, kata-kata paralel tersebut menunjukkan adanya intensitas yang makin lama makin menurun,
arahnya semakin rusak dan ‘pencemooh’ itu adalah titik puncaknya.
‘Orang fasik’ dalam bahasa aslinya itu menunjuk pada orang yang tidak adil, yang tidak mau
memberikan apa yang menjadi hak Tuhan, hak sesamanya, dan hak dirinya sendiri. Orang tersebut
akan hidup semaunya di hadapan Tuhan dan sesamanya. Kemudian ‘orang berdosa’ di dalam
pengertian dosa bukan lagi sebagai ketidakpedulian melainkan sudah menjadi kebiasaan. Bukan
hanya kebiasaan, artinya juga meleset dari sasaran dan bahkan melampaui batas yang sudah
ditetapkan. ‘Pencemooh’ disini menunjuk pada orang yang bukan hanya melakukan kejahatankejahatan tetapi juga secara terang-terangan menentang Tuhan bahkan menghina apa yang kudus.
3
Orang berdosa sekarang tidak lagi merasa perlu melarikan diri dari dosa-dosanya, melainkan duduk
dan menikmati dosanya bahkan berani melawan Tuhan. Dosa yang berjalan makin parah, makin
rusak itu tidak terjadi dalam sehari namun jelas dosa itu makin lama makin parah. Perhatikan dosa
yang terjadi pada Adam dan Hawa hanya karena mendengar perkataan Iblis, lalu diikuti oleh
keturunannya, Kain yang membunuh saudaranya sendiri, bahkan sampai dosa Lamekh yang lebih
parah lagi melebihi Kain (akhir dari Kej 4) . Kejahatan atau sifat yang melawan Tuhan itu tidak
bertumbuh dan berkembang dalam sehari tetapi secara perlahan-lahan atau secara bertahap makin
menjadi-jadi. Orang yang kelihatannya baik dan sopan, secara mengejutkan sudah menjadi pecandu
narkoba, pornografi, dsb. Maka haruslah kita memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
Obat bagi semua hal di atas tadi itu bukanlah berkumpul dengan orang-orang baik. Untuk menjadi
baik bukan berarti dengan cara berkumpul dengan orang-orang baik. Lihatlah Yudas Iskariot. Dia
berada dalam kumpulan orang-orang benar dan juga bersama-sama dengan Tuhan Yesus tetapi dia
adalah murid yang menjual Tuhan Yesus, dia tetap tidak menjadi orang benar. Maka dari itu di ayat 2
dinyatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang bukan hanya, secara negatif,
menghindari kumpulan orang-orang tidak benar juga secara positif, orang itu menyukai Taurat Tuhan.
Kata ‘Taurat’ disini itu adalah ‘hukum’. Kadang-kadang orang mengerti Taurat sebagai kesepuluh
perintah Allah atau kelima kitab Musa. Bukan hanya itu saja tetapi termasuk juga penjabaran seluruh
Alkitab mengenai kesepuluh perintah. Orang itu menyukai firman Tuhan, menyukai hukum termasuk
PB yang sudah ada pada masa kini. Orang yang menyukai hukum di tengah-tengah orang-orang yang
tidak menyukai hukum bahkan menganggap tidak perlu ada, seandainya bisa demikian, khususnya
konteks Indonesia.
James M. Boice mengatakan bahwa orang yang menyukai hukum Taurat itu adalah seperti orang
yang mempelajari suatu bidang yang menjadi fokus pelajarannya. Orang yang menyukai fisika atau
arsitektur maka dia akan berusaha mengetahui dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Maka
hal seperti itu menjadi penting sekali untuk mempelajari doktrin yang sulit dan benar dengan
sungguh-sungguh. Mengikuti perkuliahan di STRIS sebagai salah satu contoh sikap mencintai Firman.
Kesukaan akan hal-hal yang bernilai dan indah itu semakin berkurang, terlebih lagi untuk hal yang
paling bernilai yaitu Firman Allah, makin sedikit orang yang dengan sungguh-sungguh menyukai dan
mempelajarinya pada zaman ini, suatu zaman yang lebih bodoh dari zaman-zaman sebelumnya
karena semua yang baik dan bernilai dibuang.
Pemazmur pada ayat 3 memberikan dua perumpamaan mengenai orang yang menyukai firman.
Orang yang menyukai firman itu diumpamakan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buah pada musimnya, tidak layu daunnya, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Seperti itulah gambaran kebahagiaan orang benar. Kebahagiaan orang benar yang merenungkan
firman Tuhan siang malam itu seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Kata ‘aliran air’ itu di
dalam budaya mereka seperti kita sekarang memiliki sistem irigasi. Pohon yang baik itu tidak tumbuh
dengan sendirinya dan pohon yang bertumbuh serta berbuah haruslah ditanam bukannya tumbuh
liar. Demikian pula iman dan kerohanian kita yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya sehingga
jikalau kita sendiri tidak menyukai firman Tuhan dengan membaca, merenungkan, mempelajarinya
maka tak akan ada pertumbuhan. Hal tersebut ibaratnya harus ada air yang diserap oleh pohon agar
pohon tersebut bisa bertumbuh dan berbuah. Tidak mungkin ada orang kristen sejati – kecuali belum
lahir baru – yang tidak menyukai firman Tuhan, mencintai firman, dan merenungkannya siang dan
malam di dalam sepanjang hidupnya.
4
Kehidupan orang benar kemudian dibandingkan dengan kehidupan orang fasik. Pada ayat berikutnya
(ayat 4 dan 5) berbicara tentang orang fasik. Dikatakan bahwa orang fasik itu digambarkan seperti
sekam, tidak tahan dalam penghakiman dan di tengah kumpulan orang benar. Sekam itu adalah kulit
dari gandum atau seperti halnya kulit beras dalam konteks kita disini dimana ketika penampian beras
dilakukan maka sekam itu dengan mudah ditiupkan angin dan lenyap. Seperti itulah gambaran
kehidupan orang fasik. Zaman ini adalah zaman dimana banyak orang mengejar kesuksesan dan
popularitas bahkan sudah dimulai dari anak-anak dengan mementingkan kecerdasan anak sejak dini
(segi kerohanian/kesalehan, moralitas kurang dipentingkan) begitu pula dengan sajian tayangan tentang anakanak yang masih kecil tetapi sudah mampu meraih popularitas. Kita melihat bahwa segala
kesuksesan yang dikejar oleh manusia berdosa di luar Tuhan itu seperti sekam yang pada waktunya
datang maka angin bertiup, penghakiman datang, semuanya akan lenyap.
Tuhan mengenal jalan orang benar. Kata ‘mengenal’ disini diartikan sebagai menyetujui, menyertai,
memberkati jalan orang benar. Sedangkan orang fasik itu menuju pada kebinasaan. Terlihat bagi kita
bahwa Alkitab menyatakan ada dua jalan, jalan orang benar dan yang kedua itu jalan orang fasik,
orang yang tak adil dan tak benar. Orang yang menyukai firman, hidup yang dipenuhi oleh firman, itu
tidak akan layu sekalipun di dalam masa kering, tetap mampu bertahan dan tetap menjadi berkat
serta tetap memuliakan Tuhan sekalipun dalam masa-masa yang sulit.
Apakah kita seperti itu? Tanda keselamatan yang sejati adalah kesukaan terhadap firman Tuhan yang
direnungkan siang dan malam, sedangkan orang fasik tidak akan mempedulikan firman bahkan
menghina Tuhan.
5
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Mengapa rusuh bangsa–bangsa, mengapa suku–suku bangsa mereka–reka perkara yang sia–
sia?
Raja–raja dunia bersiap–siap dan para pembesar bermufakat bersama–sama melawan TUHAN
dan yang diurapi–Nya:
“Marilah kita memutuskan belenggu–belenggu mereka dan membuang tali–tali mereka dari
pada kita!”
Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok–olok mereka.
Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka–Nya dan mengejutkan mereka dalam
kehangatan amarah–Nya:
“Akulah yang telah melantik raja–Ku di Sion, gunung–Ku yang kudus!”
Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak–Ku engkau!
Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.
Mintalah kepada–Ku, maka bangsa–bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik
pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.
Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar
tukang periuk.”
Oleh sebab itu, hai raja–raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim
dunia!
Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki–Nya dengan gemetar,
supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka–Nya menyala.
Berbahagialah semua orang yang berlindung pada–Nya!
Renungan
Ingat penggalan lagu ini "Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak
ada!" Lagu sekolah minggu ini menggambarkan keyakinan iman anak-anak Tuhan bahwa sebagai
milik Tuhan hidup kita dijamin oleh Dia.
Judul: Tuhan, sang Raja
Pemazmur merasakan keyakinan yang sama saat menyaksikan penahbisan raja Israel yang baru.
Israel adalah negara kecil dan muda. Ia hadir di tengah-tengah banyak bangsa yang relatif lebih besar
dan yang tak sedikit bersikap bermusuhan dan hendak menjajahnya. Bagi pemazmur, sikap bangsabangsa musuh yang hendak menjegal raja Israel sama saja dengan memusuhi TUHAN (Yahweh).
Sungguh nekat! Siapa yang dapat bertahan melawan Sang Pemilik Israel, yang telah meneguhkan
takhta Israel pada pundak Daud dan keturunannya? Hanya raja urapan Tuhanlah yang mewarisi
ujung bumi (ayat 8) . Oleh karena itu, pemazmur mengimbau bangsa-bangsa untuk menerima
pengajaran, takluk kepada Tuhan dan menyembah Dia, Allah yang sejati (ayat 10-11) . Jangan sampai
murka Tuhan menerpa dan kehancuran menimpa (ayat 12) .
Umat Kristen masa kini pun dapat bersorak dan beribadah dengan sukacita tanpa perlu merasa
khawatir karena Tuhan Yesuslah yang telah menggenapi penyebutan istimewa Sang Raja sebagai
Anak Allah dan Mesias (Kis. 4:25-26) . Bapa menundukkan seisi dunia di bawah kaki Mesias. Semua
bangsa dan setiap manusia yang tidak mau bertobat akan mendapatkan balasannya. Begitu pula
6
pihak-pihak yang merongrong umat-Nya. Sekali kelak mereka akan dihancurkan dan musnah tak
berbekas.
Di tahun ini realitas hidup umat Tuhan tidak semakin ringan. Justru tantangan semakin kuat untuk
menolak ketuhanan Yesus dan kesaksian Kristen terhadap Dia. Namun Dia yang sudah melalui
penderitaan dahsyat kini memerintah sebagai Tuhan dan Raja. Kita bukan hanya bisa bertahan
bahkan mampu menyuarakan kebenaran tentang Kristus ini kepada semua orang. Dengan nada
kemenangan!
7
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 3
1
2
3
4
5
6
7
8
Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya. (3–2) Ya TUHAN, betapa banyaknya
lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;
(3–3) banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah.”
Sela
(3–4) Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan
yang mengangkat kepalaku.
(3–5) Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung–Nya yang
kudus. Sela
(3–6) Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!
(3–7) Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.
(3–8) Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua
musuhku, dan mematahkan gigi orang–orang fasik.
(3–9) Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat–Mu atas umat–Mu! Sela
Renungan
Mengalami kudeta tentu merupakan hal yang menyakitkan bagi
seorang raja. Apalagi dikudeta oleh anaknya sendiri, seperti yang dialami oleh Daud (ayat 2Sam. 1419) . Posisi Daud menjadi semakin tersudut setelah Absalom berhasil merebut hati rakyat (ayat 2Sam.
15:6) . Akibatnya Daud terpaksa melarikan diri dari istananya (ayat 1, band. 2 Sam. 15:14) . Mungkin
mazmur ini ditulis pada pagi hari setelah ia berhasil melarikan diri.
Judul: Iman di tengah masalah
Di tengah permasalahan berat yang menimpa dirinya, pagi itu Daud "menemui" Allah. Daud
mengadukan kesulitan besar yang sedang dia hadapi (ayat 2-3) . Nyawanya terancam. Begitu buruknya
situasi yang dia hadapi, sampai-sampai orang menganggap tidak ada lagi pertolongan yang bisa dia
harapkan dari Allah. Selain menghadapi musuh yang mengancam nyawanya, Daud harus berhadapan
juga dengan orang yang berusaha melenyapkan iman dan pengharapannya kepada Allah. Meski
demikian, Daud tahu bahwa Allah adalah perisai yang melindungi Dia (ayat 4) . Tak ada seorang pun
dan tidak ada satu perkataan pun yang dapat mengguncang keyakinan Daud pada kasih dan
pertolongan Allah. Allah bukan hanya memberi perlindungan, melainkan juga menganugerahkan
kemuliaan kepada dirinya.
Mengingat perlindungan Tuhan yang telah dirasakan sepanjang malam, saat ia tidur (ayat 6),
membuat Daud yakin bahwa Allah menyertai dia. Daud yakin bahwa ia tidak perlu takut menghadapi
orang-orang yang mengepung dia (ayat 7) . Allah beserta dia! Siapa yang dapat melawan? Keyakinan
itu mendorong Daud untuk menaikkan permohonan agar Allah menolong dia (ayat 8) . Ia meminta
Allah melepaskan dia dari musuh-musuhnya.
Situasi pahit semacam ini mungkin tidak asing bagi kita. Kita harus menghadapi orang-orang yang
memusuhi kita dan menyerang iman kita. Seperti Daud, kita harus tetap menyandarkan iman kita
kepada Allah. Bergantunglah pada Dia saja. Mintalah tangan-Nya yang berkuasa menolong kita.
8
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 4
1
2
3
4
5
6
7
8
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Daud. (4–2) Apabila aku berseru,
jawablah aku, ya Allah, yang membenarkan aku. Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan
kepadaku. Kasihanilah aku dan dengarkanlah doaku!
(4–3) Hai orang–orang, berapa lama lagi kemuliaanku dinodai, berapa lama lagi kamu mencintai
yang sia–sia dan mencari kebohongan? Sela
(4–4) Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi–Nya seorang yang dikasihi–Nya; TUHAN
mendengarkan, apabila aku berseru kepada–Nya.
(4–5) Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata–katalah dalam hatimu di tempat
tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela
(4–6) Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN.
(4–7) Banyak orang berkata: “Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah
cahaya wajah–Mu menyinari kami, ya TUHAN!
(4–8) Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika
mereka kelimpahan gandum dan anggur.
(4–9) Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah,
ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.
Renungan
Makin banyak orang yang hanya bisa tidur dengan pertolongan
obat tidur. Kekhawatiran hidup yang berlebihan sering menjadi momok yang harus dihadapi dan
dilalui setiap malam bagi orang-orang tertentu. Bagaimana kita bisa menutup hari yang berat dengan
tidur nyenyak, seperti yang pada akhirnya dialami oleh pemazmur (ayat 9) ?
Judul:
Tidur nyenyak walau ...
Kenalilah apa yang menjadi penyebab kegelisahan kita! Mungkin karena dosa: sesuatu yang kita
perbuat melanggar firman Tuhan, atau menyakiti sesama manusia. Hanya pertobatan sungguhsungguh yang dapat memulihkan perasaan bersalah yang menekan hati nurani kita. Mulailah dengan
meminta ampun kepada Tuhan, lalu upayakan memperbaiki kesalahan yang kita lakukan kepada
orang lain. Bangun kembali relasi yang benar dan akrab dengan Tuhan maka kita bisa kembali
menikmati tidur nyenyak kita.
Bisa terjadi masalah bertubi-tubi menimpa kita padahal kita hidup sesuai firman Tuhan. Sementara
orang lain justru memfitnah kita secara keji seakan-akan masalah itu hadir disebabkan dosa kita (ayat
3, 7) . Tak heran kalau kita tertekan, marah, tidak terima, dan ingin membalas. Nasihat pemazmur
patut kita resapkan dalam hati (ayat 5) : biarpun marah, tetaplah kendalikan emosi sehingga tidak
sampai menghujat. Sebaliknya, berdoalah dalam hati, serahkan perasaan kita pada Tuhan agar
kemarahan reda, sehingga tidur menyelimuti kita.
Berdoalah sebelum kita mengakhiri hari ini. Belajarlah menyerahkan semua kekhawatiran,
kegelisahan, dan kekecewaan kita kepada Tuhan. Percayalah dan berpeganglah pada janji firman-Nya
bahwa Tuhan mengasihi dan peduli pada kita (ayat 4) . Ingatlah bahwa Tuhan Yesus dulu pernah
mengalami pergumulan serta pencobaan melawan dosa, dan Dia menang (Ibr. 4:15) . Kuasa
kemenangan-Nya atas dosa akan memampukan kita mengatasi semua pergumulan kita. Bersama
Yesus, kita mengarungi badai kehidupan hari lepas hari. Bersama Yesus kita bisa tidur nyenyak setiap
malam.
9
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan suling. Mazmur Daud. (5–2) Berilah telinga kepada
perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku.
(5–3) Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada–Mulah aku
berdoa.
(5–4) TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur
persembahan bagi–Mu, dan aku menunggu–nunggu.
(5–5) Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan
menumpang pada–Mu.
(5–6) Pembual tidak akan tahan di depan mata–Mu; Engkau membenci semua orang yang
melakukan kejahatan.
(5–7) Engkau membinasakan orang–orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah
darah dan penipu.
(5–8) Tetapi aku, berkat kasih setia–Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah–Mu, sujud
menyembah ke arah bait–Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.
(5–9) TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan–Mu karena seteruku; ratakanlah jalan–Mu di
depanku.
(5–10) Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan,
kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu–rayu.
(5–11) Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena
rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka
memberontak terhadap Engkau.
(5–12) Tetapi semua orang yang berlindung pada–Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak–
sorai selama–lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria
orang–orang yang mengasihi nama–Mu.
(5–13) Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan
anugerah–Mu seperti perisai.
Renungan
Bagaimana seharusnya kita memulai hidup kita setiap hari
bersama Tuhan? Bolehkah dengan mengeluh dan berteriak minta tolong kepada-Nya? Pantaskah
anak-anak Tuhan berlaku seperti itu? Kalau Daud saja memulai harinya dengan keluhan dan tangisan,
bukankah manusiawi kalau itu juga yang kita rasakan?
Judul: Bangun pagi bersama Tuhan
Justru tangisan dan teriakan kita kepada Tuhan merupakan doa yang Dia dengar dan Dia pedulikan.
Bukankah hati yang hancur dan remuk merupakan persembahan kurban yang Tuhan terima (ayat 4;
Mzm. 51:19) ? Karena hanya dengan memiliki hati yang seperti itulah kita siap melihat Tuhan
menyatakan karya-Nya dan kedaulatan-Nya di dalam dan melalui kita.
Memulai hari bersama Tuhan menolong kita melihat dunia dari perspektif Allah. Bahwa Allah
membenci perbuatan fasik yang dilakukan dengan penuh kesombongan dan bahwa Tuhan tidak akan
membiarkan kejahatan terus menerus meraja lela (ayat 5-7, 10) . Suatu saat pasti keadilan Allah akan
dinyatakan kepada mereka (ayat 11) .
10
Pada saat yang sama, memulai hari bersama Tuhan juga menolong kita untuk tidak menyombongkan
diri seakan-akan kesalehan kita adalah jasa kita. Sebaliknya, bersama pemazmur kita bisa
merendahkan diri dan berkata, semua itu karena kasih setia-Nya (ayat 8) . Oleh kasih karunia itulah
kita bisa bersukacita dan bersorak sorai karena perlindungan Tuhan nyata. Rencana orang fasik untuk
membinasakan orang benar tidak akan pernah berhasil karena Tuhan menjadi penjaga dan pelindung
kita (ayat 22-23) .
Apa kekhawatiran yang sedang Anda rasakan? Rongrongan dari orang-orang yang membenci Anda
karena iman Anda? Gosip dan fitnah yang mencoba menjatuhkan Anda? Tekanan atasan agar Anda
kompromi dengan cara-cara curang dunia ini? Jangan hadapi sendirian. Mulai setiap hari dan tempuh
sepanjang hari dengan berseru dan bersandar pada Tuhan!
11
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur
Daud. (6–2) Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka–Mu, dan janganlah menghajar
aku dalam kepanasan amarah–Mu.
(6–3) Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang–
tulangku gemetar,
(6–4) dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?
(6–5) Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia–
Mu.
(6–6) Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada–Mu; siapakah yang akan bersyukur
kepada–Mu di dalam dunia orang mati?
(6–7) Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air
mataku aku membanjiri ranjangku.
(6–8) Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku.
(6–9) Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah
mendengar tangisku;
(6–10) TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku.
(6–11) Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat
malu dalam sekejap mata.
Renungan
Inilah mazmur ratapan pengakuan dosa yang pertama
muncul dari tujuh mazmur sejenis (ayat 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143) . Yang membedakan mazmur ini
adalah tidak ada pengakuan dosa yang spesifik di dalamnya.
Judul: Belas kasih dan kasih karunia
Belas kasih (ayat 3; kasihanilah) adalah pemberian ampunan saat seharusnya hukuman menimpa.
Kasih setia (ayat 5) senada dengan kasih karunia, pemberian kebaikan yang tak pernah ditarik
walaupun si penerima tak layak menerimanya. Itulah yang pemazmur mohon dari Tuhan saat ia sadar
sedang menderita karena dosanya. Pemazmur yakin penderitaan ini sendiri, entah sakit fisik (ayat 3;
"tulang-tulangku gemetar") , atau gambaran simbolis tekanan batin pemazmur (ayat 7-8 ; air mata dan
sakit hati) , adalah karena ia sudah membuat murka Tuhan (ayat 2) . Ia tambah merasa menderita oleh
ulah musuh yang menertawakan keadaannya yang papa.
Pemazmur berani memohon belas kasih dan kasih setia Tuhan karena ia sudah pernah mengalami
kebaikan Tuhan pada masa lampau. "Kembalilah pula, Tuhan ... karena kasih setia-Mu" (ayat 5).
Pemazmur yakin Tuhan tak berubah dalam kesetiaan-Nya. Dalam kekudusan Ia menghukum umatNya untuk membawa kepada pertobatan dan pemulihan. Dengan pengampunan dan kesembuhan
dari Tuhan, pemazmur bisa kembali menaikkan syukur (ayat 6) dan sekaligus membuktikan diri sudah
bertobat dengan menolak dosa dan orang-orang yang melakukannya (ayat 9-10) . Pemazmur yakin
bahwa Tuhan pasti mengampuni dia.
12
Sebab itu, jangan putus asa bila Anda sedang jatuh ke dalam dosa betapa pun kelamnya. Ingat Yesus
sudah mati disalib untuk menyatakan belas kasih Allah berupa pengampunan tuntas atas dosa. Oleh
kasih setia-Nya, Anda pasti akan diampuni lagi bila mau mengakui dosa dan bertobat lagi.
Terimalah hukuman-Nya sebagai tindak disiplin dan proses pembaruan hidup Anda. Mohon kekuatan
untuk menahan derita dan minta ketekunan untuk belajar cara hidup yang lebih baik sesuai petunjuk
firman Tuhan!
13
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nyanyian ratapan Daud, yang dinyanyikan untuk TUHAN karena Kush, orang Benyamin itu. (7–2)
Ya TUHAN, Allahku, pada–Mu aku berlindung; selamatkanlah aku dari semua orang yang
mengejar aku dan lepaskanlah aku,
(7–3) supaya jangan mereka seperti singa menerkam aku dan menyeret aku, dengan tidak ada
yang melepaskan.
(7–4) Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat ini: jika ada kecurangan di tanganku,
(7–5) jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang hidup damai dengan aku, atau
merugikan orang yang melawan aku dengan tidak ada alasannya,
(7–6) maka musuh kiranya mengejar aku sampai menangkap aku, dan menginjak–injak hidupku
ke tanah, dan menaruh kemuliaanku ke dalam debu. Sela
(7–7) Bangkitlah, TUHAN, dalam murka–Mu, berdirilah menghadapi geram orang–orang yang
melawan aku, bangunlah untukku, ya Engkau yang telah memerintahkan penghakiman!
(7–8) Biarlah bangsa–bangsa berkumpul mengelilingi Engkau, dan bertakhtalah di atas mereka
di tempat yang tinggi.
(7–9) TUHAN mengadili bangsa–bangsa. Hakimilah aku, TUHAN, apakah aku benar, dan apakah
aku tulus ikhlas.
(7–10) Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar, Engkau,
yang menguji hati dan batin orang, ya Allah yang adil.
(7–11) Perisai bagiku adalah Allah, yang menyelamatkan orang–orang yang tulus hati;
(7–12) Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat.
(7–13) Sungguh, kembali ia mengasah pedangnya, melentur busurnya dan membidik.
(7–14) Terhadap dirinya ia mempersiapkan senjata–senjata yang mematikan, dan membuat
anak panahnya menjadi menyala.
(7–15) Sesungguhnya, orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman dan
melahirkan dusta.
(7–16) Ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang
dibuatnya.
(7–17) Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya turun
menimpa batu kepalanya.
(7–18) Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena keadilan–Nya, dan bermazmur bagi nama
TUHAN, Yang Mahatinggi.
Renungan
Seperti apa rasanya dituduh melakukan sesuatu yang Anda
tidak perbuat? Apalagi kalau tuduhan itu digemakan seakan-akan sudah terbukti. Bukankah fitnah
seperti itu merusak dan membunuh karakter? Bagaimanakah kita beroleh pertolongan untuk
memulihkan nama baik yang sudah terlanjur rusak?
Judul:
Menantikan keadilan Allah
Mazmur ini tidak menjelaskan tuduhan apa yang dilakukan Kusy, si orang Benyamin, terhadap Daud.
Nama ini tidak muncul di tempat lain dalam Alkitab. Namun mungkin sekali tuduhan Kusy sama
14
seperti tuduhan beberapa orang keturunan Saul, yakni bahwa Daud telah merampas takhta Saul (ayat
2Sam. 16:5-8) dan memperlakukan keturunan Saul dengan tidak adil (ayat 20:1) .
Menghadapi fitnahan Kusy, yang Daud lakukan pertama kali adalah mencari perlindungan pada
Tuhan (Mzm. 7:2-11) . Daud tahu bahwa ia tidak bersalah seperti tuduhan Kusy. Oleh karena itu
permohonan Daud adalah agar Tuhan bertindak adil menyatakan kebenarannya (ayat 4-6) , serta
menghukum mereka yang memperlakukan dia secara tidak adil (ayat 7) . Keadilan Tuhan akan
menempatkan masalah secara proporsional dan tepat. Tuhan yang Mahaadil dapat diandalkan
karena tidak ada yang dapat ditutupi di hadapan Tuhan. Tuhan juga akan membongkar kejahatan
mereka yang memfitnah Daud. Hal ini menjadi peringatan keras buat orang-orang yang punya
motivasi jahat. Tuhan dalam keadilan-Nya dapat membalikkan rencana jahat mereka menimpa diri
mereka sendiri (ayat 13-17) .
Dimulai dengan seruan minta tolong pada Tuhan, mazmur ini ditutup dengan ucapan syukur Daud
karena Tuhan pasti berlaku adil terhadap dirinya dan orang-orang jahat yang memusuhinya. Oleh
karena itu, saat kita difitnah orang lain, biarlah kita menyerahkan keadilan pada Tuhan. Cepat atau
lambat Tuhan akan bertindak membela orang-orang yang menderita karena berbagai tindakan
ketidakadilan yang dibuat oleh orang lain.
15
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. (8–2) Ya TUHAN, Tuhan kami,
betapa mulianya nama–Mu di seluruh bumi! Keagungan–Mu yang mengatasi langit
dinyanyikan.
(8–3) Dari mulut bayi–bayi dan anak–anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan
karena lawan–Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
(8–4) Jika aku melihat langit–Mu, buatan jari–Mu, bulan dan
bintang–bintang yang
Kautempatkan:
(8–5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya?
(8–6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat.
(8–7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan–Mu; segala–galanya telah Kauletakkan
di bawah kakinya:
(8–8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang–binatang di padang;
(8–9) burung–burung di udara dan ikan–ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.
(8–10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama–Mu di seluruh bumi!
Renungan
Mazmur pujian ini menfokuskan diri pada kemuliaan nama
Yahweh (ayat 2, 10) . Kemuliaan Yahweh nyata lewat karya-karya ciptaan-Nya yang begitu ajaib. Di
dalam Perjanjian Lama, nama menyatakan karakter. Melalui mazmur 8 , pemazmur hendak
menegaskan bahwa Yahweh bukan hanya Allah Israel, tetapi Pencipta dan Pemilik seisi dunia dan
bangsa-bangsa di dalamnya. Kemuliaan Yahweh semakin nyata justru lewat karya-Nya yang mulia,
yaitu manusia (ayat 5) . Apa kemuliaan manusia? Manusia diciptakan sebagai gambar Allah (ayat 6a,
"hampir sama seperti Allah"; band. Kej. 1:26) . Manusia satu-satunya makhluk ciptaan di dunia ini yang
dapat berkomunikasi dengan Allah sebagai satu pribadi kepada Sang Pribadi sempurna. Manusia
dikaruniai potensi Ilahi untuk mengembangkan diri agar hidupnya dapat dipakai oleh Allah. Lebih
daripada itu, manusia dilengkapi dengan otoritas Ilahi untuk mengelola dunia ini atas nama Allah
(dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat; 6b) . Itu sebabnya, segenap makhluk ciptaan lain di alam
semesta ini tunduk pada penguasaan manusia (ayat 7-9) .
Judul: Mulia untuk memuliakan Allah
Bagaimana kita memuliakan Allah? Pertama, lewat ibadah dan penyembahan, baik pribadi maupun
bersama umat Tuhan. Nyatakan hormat dan sembah Anda lewat puji-pujian yang agung dan megah.
Kedua, lewat menghargai sesama manusia sebagai gambar Allah, termasuk menghargai segala
potensi Ilahi yang ada di dalam diri manusia tersebut. Dengan mengembangkan hidup ini menjadi
berkat untuk sesama, kita sedang menyaksikan kemuliaan Allah lewat kemuliaan ciptaan-Nya. Ketiga,
dengan berperan sebagai jurukunci yang baik bagi semua ciptaan Allah. Tugas kita adalah mengelola
alam ini supaya menjadi wadah yang asri dan harmonis, seperti Taman Eden dulu. Mari bangkit dan
bangun kembali lingkungan kita dengan memelihara kebersihannya, keseimbangan ekosistemnya,
dan mengisinya dengan perilaku hidup yang mulia.
16
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 8
Pdt. Bigman Sirait
Sesama itu ada di dalam keberagaman
Siapakah aku? Ini pertanyaan yang tidak gampang dijawab, dan menjadi bahan pemikiran para filsuf
selama berabad-abad, sampai sekarang. Tetapi Alkitab mempersaksikan “Siapakah aku” dengan lugas
dan tepat.
Pertama, Alkitab mengatakan, “aku” adalah ciptaan Tuhan yang dicipta menurut gambar dan rupaNya. Aku adalah yang dihargai oleh Allah. Aku dijadikan hampir sama seperti Allah (Maz 8). Jadi “aku”
adalah makhluk agung dan mulia lebih dari ciptaan manapun.
Kedua, aku adalah sebuah pribadi yang utuh, bukan sekadar yang kelihatan mata.
Ketiga, aku adalah aku yang mempunyai pengalaman di dalam hidupku, menerima dan mengalami
kasih Allah yang ajaib itu. Aku adalah aku yang sadar dan insyaf akan dosa-dosaku yang bertemu
Kristus di dalam kebenaran.
Saudara, tanpa pertobatan seseorang tidak akan bisa menemukan jati dirinya. Pertobatanlah yang
membawa seseorang mengenal siapa dia. Rasul Paulus mengatakan: “Hidup bagiku adalah Kristus,
dan mati adalah keuntungan”. Dia tahu arti kesementaraan, dia tahu arti kekekalan, ia tahu Tuhan
dan dia tahu dirinya karena dia sudah mengalami pertobatan. Pertobatan membawa kita mengenal
identitas. Tanpa pertobatan seseorang tidak akan pernah menemukan jati dirinya. Tanpa pertobatan,
seseorang tidak saja tidak menemukan jati dirinya, tapi juga tidak akan bisa mengenal sesamanya.
Maka bagi yang sudah mengalami pertobatan, sudah mengenal dirinya, maka dia mengenal bahwa
sesamanya adalah: dia yang kuperlakukan seperti diriku, demi-kian juga sebaliknya, ia memperlakukan aku bagaimana seharusnya.
Sungguh suatu relasi yang indah. Tetapi sayang sekali, relasi indah dan ideal itu tidak selalu terjadi.
Bisa saja kau mengasihi sesamamu tetapi sesamamu itu kurang mengasihimu. Tetapi engkau sebagai
orang yang bertobat, yang sudah menerima Kristus tentu mempunyai inisiatif untuk melakukan itu.
Mother Theresa menjadi buah bibir seluruh dunia tentang apa yang dia lakukan. Mengapa dia mau
berbuat itu bagi orang-orang miskin Kalkutta, India? Karena konsep yang dia pahami: mereka
sesamaku. Harus diperhatikan, sesama tidak terbentur karena perbedaan ras, suku, atau bangsa. Jadi
nilai yang disebut sesama itu bersifat universal. Sesama itu tidak bisa dikurung oleh tembok-tembok
peradaban manusia. Sesama itu tidak bisa dibatasi sistem nilai yang diciptakan. Sesama juga tidak
boleh terbentur oleh perbedaan agama. Itu sebab Tuhan mengatakan: “Kasihilah sesamamu seperti
dirimu sediri”. Maka yang disebut sesama itu tidak terbentur oleh perbedaan agama. Oleh karena itu
perlu kedewasaan di sana. Kita tidak boleh menjadi orang yang eksklusif, terbentur pada hal-hal yang
picik. Sesama itu justru terwujud dalam keragaman, bukan kesamaan. Justru dalam keberagaman
maka bisa tercipta sesama. Kalau semua sudah sama, tidak ada lagi sesama, tetapi karena ada
17
perbedaan, keragaman suku, ras, agama, bangsa, dan karakter atau sifat. Tetapi di dalam keragaman
itulah muncul apa yang disebut sesama. Jadi kalau Anda mencari sesama karena sama dengan Anda:
sama sukunya, rasnya, agamanya, itu bukan sesama, itu sama namanya. Sama dengan sesama itu
beda. Sesama itu dua pribadi, sama itu satu merek (jenis). Kalau itu yang menurut saudara sesama,
betapa rendahnya pemahahan Anda tentang makna sesama.
Seperti binatang
Kita sering kali salah mengerti keberagaman hanya karena tidak seperti apa yang kita bayangkan,
akhirnya kita menjadi terpecah dan eksklusif dalam kelompok-kelompok. Kita sering kali menjadi
orang yang tidak siap menerima keragaman, kita berpikir terlalu picik dan sempit di dalam soal
keragaman. Kita mencampur aduk konsep sesamaku dengan iman. Saya percaya Yesus juru selamat
satu-satunya. Iman saya tidak bisa diganggu gugat. Tetapi wawasan saya tidak menjadi sempit, picik,
eksklusif lalu tidak lagi melihat orang lain yang tidak percaya Kristus sebagai bukan sesamaku. Justru
kalau aku percaya Kristus juru selamatku, akan kubuktikan perintah-Nya: “Kasihilah sesamamu”.
Kalau saya tidak bisa melakukannya, itu hanya membuktikan bahwa sesungguhnya saya belum kenal
Yesus Kristus sungguh-sungguh. Oleh karena itu sesama itu merupakan harmonisasi kehidupan anak
manusia di bumi ini. Itu sebab kedamaian dapat ditawarkan kekristenan, bila kita mengerti,
memahami dan mau melakukan itu semua.
Hanya binatanglah yang menerjemahkan sesama sebagai sama. Sama jenis atau spesies. Anjing
bergaul sama anjing. Itu pun kadang-kadang berantam juga. Mana bisa anjing ketemu sama anjing
lalu duduk tenang, mereka akan berkelahi. Atau sebaliknya mana mungkin kucing dan tikus makan
sepiring berdua. Karena mereka tidak sama, mereka datang dari jenis berbeda. Tikus dengan tikus
bisa makan sepiring. Anjing dengan anjing bisa makan sepiring. Kalau sama itu baru dinamakan
sesama—maaf—itu binatang. Dan kita kan bukan binatang, kita manusia yang punya peradaban
tinggi. Jangan menghina dan jangan merendahkan diri dengan sikap-sikap yang salah tadi, hanya mau
cari samanya saja: sama agama, sama suku. Itu sangat memalukan sekali. Memang kalau binatang,
perbedaan adalah permusuhan, itu bagi mereka. Karena itu orang-orang Kristen harus mampu
menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mudah dipecah belah dengan isu yang
sering terjadi di Indonesia ini, isu-isu SARA. Kita bukan tipe seperti itu, dan tidak boleh terjebak dalam
hal itu.
Kiranya kita boleh memberikan sumbangsih yang penting bagi bangsa ini, menjadi penyejuk. Kiranya
kita boleh memberikan gambaran atau relasi yang sehat antara aku dan sesamaku sebagai sesama
anak bangsa. Sehingga kita tidak terjebak dalam perpecahan tetapi terikat pada persekutuan.
Kalaupun orang lain menguman-dangkan perpecahan, orang lain merangsang untuk timbulnya
kehancurna, biarlah kita menjadi air sejuk yang mengubah semua-nya menjadi indah. Kita menjadi
berkat bagi orang-orang sehingga mereka boleh belajar apa itu ma-nusia dan siapa itu manusia.
Manu-sia bukan binatang yang siap dilalap dan melalap manusia lain. Manusia adalah manusia yang
justru membangun harkat sesama. Siapakah sesamaku, itu bukan hal sederhana, itu suatu prinsip
tinggi yang Tuhan ajarkan kepada kita menyangkut harkat dan harga manusia. Oleh karena itu biarlah
kita boleh mem-berikan sumbangsih bagi jaman ini, bagaimana seharusnya hidup berelasi supaya
manusia itu tampak beda dari binatang, karena kita memang bukan binatang. Dan biarlah kita bisa
memberi sumbangsih besar karena di tengah pertikaian kita justru menawarkan persekutuan.
18
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mut–Laben. Mazmur Daud. (9–2) Aku mau bersyukur
kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan–Mu yang
ajaib;
(9–3) aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama–Mu, ya
Mahatinggi,
(9–4) sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan–Mu.
(9–5) Sebab Engkau membela perkaraku dan hakku, sebagai Hakim yang adil Engkau duduk di
atas takhta.
(9–6) Engkau telah menghardik bangsa–bangsa, telah membinasakan orang–orang fasik; nama
mereka telah Kauhapuskan untuk seterusnya dan selama–lamanya;
(9–7) musuh telah habis binasa, menjadi timbunan puing senantiasa:
kota–kota telah
Kauruntuhkan; lenyaplah ingatan kepadanya.
(9–8) Tetapi TUHAN bersemayam untuk selama–lamanya, takhta–Nya didirikan–Nya untuk
menjalankan penghakiman.
(9–9) Dialah yang menghakimi dunia dengan keadilan dan mengadili bangsa–bangsa dengan
kebenaran.
(9–10) Demikianlah TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat
perlindungan pada waktu kesesakan.
(9–11) Orang yang mengenal nama–Mu percaya kepada–Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang
yang mencari Engkau, ya TUHAN.
(9–12) Bermazmurlah bagi TUHAN, yang bersemayam di Sion, beritakanlah perbuatan–Nya di
antara bangsa–bangsa,
(9–13) sebab Dia, yang membalas penumpahan darah, ingat kepada orang yang tertindas; teriak
mereka tidaklah dilupakan–Nya.
(9–14) Kasihanilah aku, ya TUHAN; lihatlah sengsaraku, disebabkan oleh orang–orang yang
membenci aku, ya Engkau, yang mengangkat aku dari pintu gerbang maut,
(9–15) supaya aku menceritakan segala perbuatan–Mu yang terpuji dan bersorak–sorak di pintu
gerbang puteri Sion karena keselamatan yang dari pada–Mu.
(9–16) Bangsa–bangsa terbenam dalam pelubang yang dibuatnya, kakinya tertangkap dalam
jaring yang dipasangnya sendiri.
(9–17) TUHAN telah memperkenalkan diri–Nya, Ia menjalankan penghakiman; orang fasik
terjerat dalam perbuatan tangannya sendiri. Higayon. Sela
(9–18) Orang–orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan
Allah.
(9–19) Sebab bukan untuk seterusnya orang miskin dilupakan, bukan untuk selamanya hilang
harapan orang sengsara.
(9–20) Bangkitlah, TUHAN, janganlah manusia merajalela; biarlah bangsa–bangsa dihakimi di
hadapan–Mu!
(9–21) Biarlah mereka menjadi takut, ya TUHAN, sehingga bangsa–bangsa itu mengakui, bahwa
mereka manusia saja. Sela
19
Renungan
Dilihat dari strukturnya yang berupa puisi akrostik (setiap bait dimulai dengan
abjad Ibrani secara berurutan), Mazmur 9 dan 10 sangat mungkin merupakan satu gubahan. Dalam bagian
pertama (ayat 9:2-13) , pemazmur mulai dengan menaikkan syukur karena perbuatan tangan Tuhan
pada masa lampau. Sejarah Israel adalah kesaksian hidup dan nyata betapa Tuhan adalah hakim yang
adil atas bangsa-bangsa. Tuhan menyelamatkan Israel dari bangsa jahat yang memperbudak mereka
(Kel. 1-15) , dan kemudian memakai Israel sebagai alat penghukuman bagi bangsa-bangsa Kanaan
yang fasik dengan penyembahan berhala yang memakai ritual najis (lih. Kitab Yosua).
Judul: Keadilan Tuhan
Konflik antara baik dan jahat kita alami bukan saja dalam lingkup perorangan, tetapi juga dalam
lingkup sosial dan internasional. Seperti halnya mazmur ini memperlihatkan pergumulan umat Tuhan
PL, ia juga menjadi bayang-bayang dari pergumulan gereja di zaman sekarang ini. Hanya satu sebab
agar umat Tuhan dari zaman ke zaman dapat bertahan dan tetap mengukir sejarah, yaitu fakta
bahwa Tuhan Allah memerintah sejarah (ayat 8) serta aktif melindungi umat-Nya (ayat 11) . Di
Indonesia kini pun gereja dan orang Kristen bergumul untuk dapat hadir secara terhormat dan
dengan hak penuh. Andaikan kondisi ideal tersebut sewaktu-waktu terganggu, merupakan
penghiburan dan kekuatan bagi kita untuk menatap kepada Tuhan agar Ia menunjukkan keadilanNya.
Tangan Tuhan berdaulat atas jalannya sejarah. Tidak ada bangsa yang jahat yang tetap tinggal
berjaya. Satu kali kelak mereka akan dihukum oleh karena kefasikan mereka, terutama karena
melawan Tuhan dan umat-Nya. Kita perlu berdoa agar apa pun yang Tuhan akan perlakukan atas
bangsa kita, akhirnya rakyat dan pemimpin bangsa kita akan mengetahui bahwa mereka adalah
manusia biasa (ayat 21) yang harus tunduk kepada Allah, taat, dan menyesuaikan pola sikap dan
kelakuan mereka, termasuk kepada orang Kristen, sesuai dengan kebenaran Allah sendiri.
20
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Mengapa Engkau berdiri jauh–jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri–Mu dalam waktu–
waktu kesesakan?
Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu
daya yang mereka rancangkan.
Karena orang fasik memuji–muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan
menista TUHAN.
Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada
Allah!,” itulah seluruh pikirannya.
Tindakan–tindakannya selalu berhasil; hukum–hukum–Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia
menganggap remeh semua lawannya.
Ia berkata dalam hatinya: “Aku takkan goyang. Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun–
temurun.”
Mulutnya penuh dengan sumpah serapah, dengan tipu dan penindasan; di lidahnya ada
kelaliman dan kejahatan.
Ia duduk menghadang di gubuk–gubuk, di tempat yang tersembunyi ia membunuh orang yang
tak bersalah. Matanya mengintip orang yang lemah;
ia mengendap di tempat yang tersembunyi seperti singa di dalam semak–semak; ia mengendap
untuk menangkap orang yang tertindas. Ia menangkap orang yang tertindas itu dengan
menariknya ke dalam jaringnya.
Ia membungkuk, dan meniarap, lalu orang–orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang kuat.
Ia berkata dalam hatinya: “Allah melupakannya; Ia menyembunyikan wajah–Nya, dan tidak
akan melihatnya untuk seterusnya.”
Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan–Mu, janganlah lupakan orang–orang yang
tertindas.
Mengapa orang fasik menista Allah, sambil berkata dalam hatinya: “Engkau tidak menuntut?”
Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya
Engkau mengambilnya ke dalam tangan–Mu sendiri. Kepada–Mulah orang lemah menyerahkan
diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong.
Patahkanlah lengan orang fasik dan orang jahat, tuntutlah kefasikannya, sampai Engkau tidak
menemuinya lagi.
TUHAN adalah Raja untuk seterusnya dan selama–lamanya. Bangsa–bangsa lenyap dari tanah–
Nya.
Keinginan orang–orang yang tertindas telah Kaudengarkan, ya TUHAN; Engkau menguatkan
hati mereka, Engkau memasang telinga–Mu,
untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak; supaya tidak ada lagi
seorang manusia di bumi yang berani menakut–nakuti.
Renungan
Dalam dunia ini, apalagi di Indonesia, hampir tidak ada orang yang
sepenuhnya ateis. Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Yang menjadi kesalahan adalah
banyak orang religius, tetapi sangat anti semangat agama dalam tingkah laku mereka. Mengapa bisa
Judul: Problema kefasikan
21
demikian? Menurut mazmur ini, karena orang yang menyembah Allah menempatkan Allah
sedemikian transendens, sangat jauh dan tidak tersangkut paut lagi dengan dunia nyata (ayat 4, 11) .
Kita tentu gemas melihat kelompok-kelompok fanatik yang menindas kelompok minoritas. Atas
nama Tuhan mereka sering kali hidup dalam kemunafikan bahkan mempraktikkan kemaksiatan yang
mereka tuduhkan kepada para 'musuh' mereka. Kondisi mereka mungkin lebih parah daripada orangorang fasik dalam mazmur ini yang berpikir bahwa mereka justru bersyukur bahwa dengan cara-cara
jahat itu justru sedang menjadi alat Allah (bandingkan dengan fanatisme Saul sebelum bertobat menjadi Paulus).
Pemazmur tambah tertekan karena Tuhan sepertinya bungkam (ayat 1) . Bukankah dengan berdiam
diri seperti itu, para musuh yang jahat semakin tambah berani berbuat jahat dan meremehkan
bahkan menista Tuhan (ayat 2-3, 13)? Namun pemazmur menolak melepaskan harapannya pada
Tuhan. Pemazmur juga sadar bahwa Allah tidak bungkam dan pasif, tetapi akan bertindak membalas
kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (ayat 13-14) . Pemazmur meletakkan problema masa kini dalam
perspektif eskatologis (tindakan Allah di masa depan di akhir zaman).
Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan yang adil. Semua orang benar yang berlindung pada-Nya pasti
akan Dia bela. Jadi kalau kita sedang dalam posisi tertindas, diperlakukan tidak adil, segala hak kita
dipasung, jangan putus harap pada Tuhan kita. Juga jangan habis akal dan sabar! Lihatlah ke atas dan
ke depan, ke Tuhan yang bertakhta dan yang sedang bergerak datang dari masa depan untuk
menghakimi dengan adil.
22
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 11
1
2
3
4
5
6
7
Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani
berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung!”
Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur,
untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.
Apabila dasar–dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?
TUHAN ada di dalam bait–Nya yang kudus; TUHAN, takhta–Nya di sorga; mata–Nya
mengamat–amati, sorot mata–Nya menguji anak–anak manusia.
TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai
kekerasan.
Ia menghujani orang–orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin
yang
menghanguskan, itulah isi piala mereka.
Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang
wajah–Nya.
Renungan
Berulang kali kita mendengar berita tentang gereja yang
ditutup, orang Kristen yang dilarang beribadah, bahkan begitu banyak aniaya terjadi di berbagai
pelosok di Indonesia ini. Mirip dengan yang diadukan pemazmur kepada Tuhan di ayat 1-3. Lebih dari
sedih atau marah, apa sikap dan tindakan yang sesuai dengan firman Tuhan?
Judul:
Menolak arogansi kelompok
Pemazmur merasakan hal tersebut, seakan-akan ia tidak berhak untuk hidup dan menikmati dunia
ciptaan Tuhan yang Dia karuniakan bagi semua umat manusia (ayat 1-3) . Dalam kesulitan pemazmur
mengarahkan matanya kepada Tuhan yang bersemayam di tempat kudus-Nya di surga (ayat 4). Bila di
bumi orang percaya seolah tidak beroleh tempat, ada tempat di surga untuk mengadu dan
menampung masalah kita. Dari takhta keadilan-Nya Tuhan akan menyatakan kedaulatan-Nya. Tidak
boleh ada orang yang mengklaim diri berhak mutlak mengatur dan mengendalikan dunia ini. Hanya
Tuhan sebagai Pemilik sejati yang memiliki hak mutlak. Tuhan pasti akan menghancurkan orangorang yang menindas dan memperkosa hak kemanusiaan, serta membalas perbuatan diskriminatif
itu dengan setimpal (ayat 6).
Kita harus terlibat dengan aktif dalam segala upaya menegakkan keadilan Tuhan di negeri yang kita
cintai ini. Bukan semata-mata karena kita sedang tertindas, tetapi karena Tuhan peduli kepada setiap
orang benar yang ditindas kefasikan, kemunafikan, atau kefanatikan orang lain. Namun lebih
daripada itu karena bumi ini milik Tuhan yang Maha Adil sekaligus Maha Kasih. Dia tidak pernah
membeda-bedakan siapa yang boleh menikmati bumi ini. Di dalam Dia tidak ada diskriminasi suku,
bangsa, ras, dan bahasa juga sosial-budaya. Di Indonesia yang berdasarkan Pancasila, setiap orang
harus mendapat perlakuan sama. Kita harus mulai dari diri sendiri sebagai orang-orang yang sudah
mengalami kasih Kristus. Kita harus menjadi duta Injil untuk mengangkat kembali harkat
kemanusiaan yang sudah diinjak-injak oleh orang berdosa.
23
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 12
1
2
3
4
5
6
7
8
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud. (12–2) Tolonglah
kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang–orang yang setia dari
antara anak–anak manusia.
(12–3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang
manis dan hati yang bercabang.
(12–4) Biarlah TUHAN mengerat segala bibir yang manis dan setiap lidah yang bercakap besar,
(12–5) dari mereka yang berkata: “Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong
kami! Siapakah tuan atas kami?”
(12–6) Oleh karena penindasan terhadap orang–orang yang lemah, oleh karena keluhan orang–
orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada
orang yang menghauskannya.
(12–7) Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan
dalam dapur peleburan di tanah.
(12–8) Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa
terhadap angkatan ini.
(12–9) Orang–orang fasik berjalan ke mana–mana, sementara kebusukan muncul di antara
anak–anak manusia.
Renungan
Tolak info menyesatkan Era kita adalah era informasi. Dengan banyaknya alat-alat
informasi canggih dan menarik, tidak ada orang yang tidak hidup dalam pengaruh informasi. TV,
radio, MP3, internet, hp, tiap detik membanjiri kita dengan berbagai data. Kita merasa wajib dan
butuh memiliki benda-benda penyalur info tadi meski sebagian besar info yang kita terima tidak
bermanfaat, bahkan sering kali jahat dan sesat.
Judul:
Pemazmur menyinggung tentang bibir manis, lidah pembual, dan penindasan terhadap orang lemah
(ayat 4-6) . Dalam era informasi ini kita menyadari bahwa memang penyalahgunaan informasi bisa
berdampak penindasan bahkan pembunuhan karakter dan penghancuran masa depan! Kita tertipu
oleh iklan-iklan yang menimbulkan kebutuhan yang tidak perlu, dan yang memberi gambaran
kehidupan yang tidak benar. Generasi muda khususnya perlu diingatkan agar tidak menelan mentahmentah sajian iklan atau film yang tidak etis, yang sarat racun hedonisme, materialisme, egoisme,
bahkan ateisme praktis.
Seperti pemazmur, orang Kristen harus resah dan peduli terhadap berbagai kebohongan, penipuan,
dan penindasan yang datang melalui info-info jahat media massa. Gereja, bukan saja Allah (ayat 6),
harus bangkit dan bicara, berani menyuarakan didikan kepada warganya, terutama kepada generasi
muda. Juga tanggap menyoroti kebohongan-kebohongan. Orang Kristen, terutama yang dikaruniai
kedudukan dalam kepemimpinan harus menjadi teladan agar bicara atau menyampaikan informasi
yang didasarkan kepada kebenaran dan janji-janji Allah di dalam Alkitab (ayat 7-8) . Kita sendiri perlu
menjaga perilaku dan sikap hidup kita agar berpadanan dengan kebenaran firman Tuhan yang kita
kumandangkan sehingga menjadi kesaksian yang sungguh-sungguh berkuasa. Doakan para pemimpin
Kristen kita, baik yang duduk di pemerintahan maupun yang memiliki posisi di dalam bisnis media
dan hiburan, agar hati mereka kudus, dan kudus pula yang mereka lakukan!
24
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 13
1
2
3
4
5
6
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (13–2) Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku
terus–menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah–Mu terhadap aku?
(13–3) Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati
sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?
(13–4) Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya,
supaya jangan aku tertidur dan mati,
(13–5) supaya musuhku jangan berkata: “Aku telah mengalahkan dia,” dan lawan–lawanku
bersorak–sorak, apabila aku goyah.
(13–#6A) Tetapi aku, kepada kasih setia–Mu aku percaya, hatiku bersorak–sorak karena
penyelamatan–Mu.
(13–#6B) Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.
Renungan
Seorang hamba Tuhan pernah berpesan agar jangan pernah
mengandalkan perasaan karena perasaan berubah-ubah sesuai situasi. Sebaliknya, kita harus
berpegang teguh dalam iman kepada fakta bahwa Tuhan penuh kasih dan setia. Namun tidak dapat
disangkal bahwa perasaan seringkali begitu mendominasi sebagian anak Tuhan sehingga fakta-fakta
iman kabur bahkan menghilang.
Judul: Tetap percaya walau goyah
Itulah yang dialami pemazmur. Perasaan kuat yang mendominasi dirinya adalah Tuhan melupakan
dan mengabaikan dirinya sama sekali. Sampai empat kali ia berseru kepada Tuhan, "Berapa lama lagi
...?" (ayat 2-3) . Tuhan seakan membisu, tidak peduli dan masa bodoh kepadanya. Perasaan-perasaan
yang bukan sesaat atau sementara, tetapi yang terus-menerus dirasakannya secara manusiawi
membawanya pada depresi dan bahaya kehilangan iman. Kata "goyah" yang dipakai di ayat 5 kurang
kuat untuk menggambarkan goncangan bak gempa bumi atau tsunami yang membongkar hancurkan
segala sesuatu sampai ke dasarnya. Perasaan tertekan itu makin kuat ditambah cemoohan para
musuh dan sorak-sorai para lawan yang melihat si pemazmur tanpa daya dan sedikit lagi hancur (ayat
3b, 5) .
Namun justru dalam kegoncangan dahsyat seperti itu, iman pemazmur bangkit. Bukankah seruan
"putus asa" yang ditujukan kepada Tuhan merupakan tanda iman yang pantang menyerah apalagi
mati (ayat 4)? Kepastian iman bukan lahir dari kekuatan mental ataupun berpikir positif, melainkan
anugerah dari Tuhan sendiri yang kasih setia-Nya tidak pernah berakhir dalam menjawab umat-Nya
(ayat 6) .
Saat putus asa melanda hidup Anda karena merasa Tuhan tidak kunjung menjawab, saat itulah Anda
perlu berseru seperti pemazmur. Ingat segala kebaikan Tuhan pada masa lampau. Tolaklah segala
hasutan Iblis bahwa Tuhan sudah melupakan Anda. Lawanlah godaan untuk berpaling pada alternatif
lain. Yakinlah bahwa Tuhan akan membuat Anda bersorak karena penyelamatan-Nya berlanjut!
25
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 14
1
2
3
4
5
6
7
Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah.”
Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik.
TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak–anak manusia untuk melihat, apakah
ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.
Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.
Tidak sadarkah semua orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat–Ku seperti
memakan roti, dan yang tidak berseru kepada TUHAN?
Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar.
Kamu dapat mengolok–olok maksud orang yang tertindas, tetapi TUHAN adalah tempat
perlindungannya.
Ya, datanglah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila TUHAN memulihkan keadaan
umat–Nya, maka Yakub akan bersorak–sorak, Israel akan bersukacita.
Renungan
Orang-orang yang menjalani kehidupan yang menentang Tuhan adalah
orang-orang yang bebal. Dalam sorot pandang Allah di kemuliaan-Nya, orang-orang demikian sama
seperti orang yang tak berakal budi. Sikap dan tindakan mereka bisa menyebabkan orang benar
menderita. Namun orang benar harus belajar menilai hidup ini dari sorot pandang Allah, bukan dari
apa yang dialami langsung.
Judul: Sorot pandang Allah
Kebebalan orang fasik terlihat dalam dua hal: mencemooh hukum Allah (1-3) dan menganiaya umat
Allah (4-6) . Mengapa mereka berani berbuat demikian? Karena mereka berpikir "Tidak ada Allah" (1) .
Dalam zaman purba, semua orang percaya bahwa allah ada. Bahkan bangsa-bangsa di sekitar Israel
menyembah banyak allah. Jadi pernyataan bahwa "tidak ada Allah" berarti anggapan bahwa Allah
tidak akan ikut campur dalam kehidupan manusia. Karena itu mereka merasa bebas melakukan
segala kejahatan yang melanggar hukum Allah. Namun salah besar bila mereka mengira bahwa Allah
tinggal diam, terlebih ketika mereka memperlakukan umat-Nya secara keji (4) . Mereka akan terkejut
karena penghakiman Allah akan menimpa mereka (5-6) . Allah akan melindungi dan memulihkan
umat-Nya (7) .
Mungkin muncul pertanyaan, "Mengapa Allah tidak langsung saja menghindarkan umat-Nya dari
kejahatan? Apakah Ia lalai?" Tentu tidak. Namun Allah mau melatih umat-Nya untuk menjadi "cerdik
seperti ular" (Mat. 10:16) . Jika Allah selalu turun tangan ketika orang fasik menipu dan menjahati
orang benar, maka umat Allah akan jadi orang yang tak berhikmat dan tak berdisiplin sebab tidak
belajar hidup sesuai prinsip kebenaran. Namun bukan berarti bahwa Allah tidak akan campur tangan.
Sebab akhirnya Allah akan menghukum orang fasik dan memulihkan umat-Nya.
Pemahaman ini kiranya menolong kita untuk bijak dalam bertindak menghadapi orang-orang fasik,
sambil menantikan pertolongan Allah. Jangan takut hidup benar sebab Allah peduli atau akan
menolong serta melindungi kita, umat-Nya.
26
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 15
1
2
3
4
5
Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah–Mu? Siapa yang boleh
diam di gunung–Mu yang kudus?
Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan
kebenaran dengan segenap hatinya,
yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya
dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;
yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan
TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;
yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan
orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama–lamanya.
Renungan
Pertanyaan pemazmur adalah ungkapan hasrat terdalam orang
beriman. Di dalam hidup para pahlawan iman sepanjang sejarah gereja, kita menjumpai pergumulan
yang sama: bagaimana mengalami hadirat Allah, yakni hubungan yang teramat intim dengan Allah di
dalam keseharian.
Judul: Menikmati hadirat Allah
Pemazmur menyebut sembilan kondisi positif dan negatif agar orang beriman dapat menikmati
hadirat Allah. Ia hidup benar dan dapat dipercaya. Ia berlaku adil (ayat 2) . Uang tidak menempati
kedudukan yang terutama di dalam hidupnya sehingga ia tidak akan menjual keadilan dengan
menerima suap (ayat 5) . Ia pun bisa mengendalikan perkataannya dengan hanya mengatakan
kebenaran (ayat 2) , tidak menyebarkan fitnah (ayat 3), dan menepati janji walau untuk itu ia harus
bayar harga (ayat 4c, band. Pkh. 5:1-7) . Ia tidak memandang remeh orang lain, melainkan
memperlakukan mereka dengan hormat (ayat 3-4) . Ia tidak segan mengulurkan tangan pada orang
yang membutuhkan pertolongan, serta tidak memanfaatkan hal itu untuk menarik keuntungan (ayat
5) . Ia menjauhi orang fasik dan berkawan dengan orang yang takut akan Tuhan (ayat 4a-b) . Memang
orang yang rindu untuk hidup akrab dengan Allah harus memiliki ungkapan sikap dan tindakan
kebaikan maupun ungkapan sikap dan tindakan yang menghindari kejahatan.
Meski dari zaman ke zaman manusia seolah makin mandiri dan merasa tak perlu Tuhan, tetapi Tuhan
menciptakan manusia dengan hati yang dipenuhi kebutuhan untuk bersekutu akrab dengan Tuhan.
Oleh karena itu orang yang telah diperdamaikan dengan Allah oleh Yesus Kristus tidak boleh tidak
memiliki hubungan intim secara nyata dan berkesinambungan dengan Allah. Persekutuan akrab dan
pengalaman menikmati hadirat Allah secara nyata membuat kita hidup dengan kedalaman, juga
membuat kita mampu membawa dampak rohani bagi dunia yang jauh dari Tuhan.
Maka milikilah disiplin saat teduh dan doa secara teratur juga kerinduan agar melalui berbagai alat
anugerah-Nya, kita sungguh hidup di dalam kemah-Nya.
27
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Miktam. Dari Daud. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada–Mu aku berlindung.
Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!”
Orang–orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi
kesukaanku.
Bertambah besar kesedihan orang–orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut
mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut–
nyebut nama mereka di bibirku.
Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan
bagian yang diundikan kepadaku.
Tali pengukur jatuh bagiku di tempat–tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan
hatiku.
Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati
nuraniku mengajari aku.
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak
goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak–sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan
tenteram;
sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang
Kudus–Mu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan–Mu ada sukacita berlimpah–
limpah, di tangan kanan–Mu ada nikmat senantiasa.
Renungan
Ada dua ancaman yang harus dihadapi oleh orang beriman.
Pertama, ancaman daya tarik ilah-ilah lain (ayat 4) . Kedua, ancaman kematian (ayat 10) . Di awal
permohonannya, pemazmur meminta agar Tuhan melindungi dia dari kedua ancaman tersebut.
Permohonan ini menunjukkan keyakinan dan harapan pemazmur.
Judul:
Sukacitaku, warisanku
Pernyataan "Engkaulah Tuhanku" (ayat 2) menunjukkan pengakuan pemazmur bahwa Allah ialah
"Tuan" dan "Penguasa hidupnya". Pemazmur sadar bahwa memiliki Allah dan bersekutu dengan Dia
merupakan pengalaman yang tiada duanya. Oleh sebab itu, ia senang bersama-sama dengan
komunitas orang kudus yang menyembah Allah (ayat 3) . Sebaliknya, ia menjauhi para penyembah
berhala. Ia tidak mau menyebut nama allah lain (ayat 4) , beribadah, atau bersumpah di dalam
namanya. Godaan untuk menyembah ilah lain kehilangan daya tarik sebab Allah menjadi kesukaan
bagi pemazmur.
Daud menegaskan bahwa Tuhanlah warisannya dan Tuhan juga yang memberikan tanah warisan
kepada dia (ayat 5-6) . Pengalaman Israel beroleh tanah perjanjian menjadi petunjuk bagi warisan lain
yang lebih berharga, yaitu persekutuan kekal dengan Allah. Inilah yang memberi pemazmur
keyakinan penuh, yang mengatasi rasa takut karena ancaman kematian (ayat 10) . Pemazmur yakin
bahwa di dalam berbagai situasi hidup, Allah ada di sebelah kanannya sebagai pelindung, pemimpin,
28
dan penjamin. Bahkan di malam hari yang kegelapannya bisa melambangkan ketidakpastian dan
maut, Allah menjadikan hati nurani pemazmur sebagai alat yang mengajari dia hal-hal penting
tersebut. Tak heran bila Daud bersukacita (ayat 9) . Dia tahu bahwa Allah akan memberikan hidup
kekal.
Hidup dekat Allah menjadi sumber hidup dan kesukaan pemazmur. Begitu pulakah kita? Mengaku
diri sebagai pengikut Tuhan membuat sebagian orang memenuhi pikirannya dengan batasan dan
larangan yang menghilangkan sukacita mengiring Tuhan. Kiranya kita menikmati dinamika hidup
bersama Tuhan, serta keindahan memiliki dan dimiliki Tuhan.
29
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Doa Daud. Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga
akan doaku, dari bibir yang tidak menipu.
Dari pada–Mulah kiranya datang penghakiman: mata–Mu kiranya melihat apa yang benar.
Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka
Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur.
Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga
diriku terhadap jalan orang–orang yang melakukan kekerasan;
langkahku tetap mengikuti jejak–Mu, kakiku tidak goyang.
Aku berseru kepada–Mu, karena Engkau menjawab aku, ya Allah; sendengkanlah telinga–Mu
kepadaku, dengarkanlah perkataanku.
Tunjukkanlah kasih setia–Mu yang ajaib, ya Engkau, yang menyelamatkan orang–orang yang
berlindung pada tangan kanan–Mu terhadap pemberontak.
Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap–Mu
terhadap orang–orang fasik yang menggagahi aku, terhadap musuh nyawaku yang mengepung
aku.
Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, mereka membual;
mereka mengikuti langkah–langkahku, mereka sekarang mengerumuni aku, mata mereka
diarahkan untuk menghempaskan aku ke bumi.
Rupa mereka seperti singa, yang bernafsu untuk menerkam, seperti singa muda, yang
mengendap di tempat yang tersembunyi.
Bangunlah, TUHAN, hadapilah mereka, rebahkanlah mereka, luputkanlah aku dengan pedang–
Mu dari pada orang fasik.
Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tangan–Mu, dari orang–orang dunia ini yang bagiannya
adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan,
sehingga anak–anak mereka menjadi puas, dan sisanya mereka tinggalkan untuk bayi–bayi
mereka.
Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah–Mu, dan pada waktu bangun aku akan
menjadi puas dengan rupa–Mu.
Renungan
Mamur ini merupakan ratapan pemazmur yang dikejar-kejar oleh musuh
yang tak kenal belas kasihan. Pemazmur meminta agar Allah bertindak menghakimi musuhnya (ayat
2) , menyatakan kasih setia-Nya (ayat 7) , menjalankan penyelamatan dan penghukuman-Nya (ayat 1315) .
Judul:
Minta keadilan
Permohonannya agar Allah menghukum dengan adil didasarkan atas ketaatannya. Ia bukan
mengklaim dirinya sempurna atau taat tanpa cacat. Namun sebagai orang beriman yang konsisten, ia
berani diperiksa oleh Tuhan tentang kesetiaannya memelihara firman Tuhan dalam sikap dan
tindakannya (ayat 3-4) . Doa mohon Allah bertindak adil menghakimi musuh orang beriman layak
didasari atas fakta ketaatannya. Akan tetapi, bukan berarti bahwa kebenaran kita adalah dasar untuk
mendesak Tuhan membela kita. Penyebutan ketaatan yang telah dilakukan bukanlah dasar
30
tambahan bagi orang beriman untuk beroleh pertolongan Tuhan. Semua adalah karena anugerah,
yang dibuktikan orang beriman dalam hidup yang taat. Maka dasar satu-satunya bagi doa untuk
memohon Tuhan bertindak adalah kasih setia Tuhan (ayat 6-7) .
Pemazmur kemudian mengadukan kejahatan para musuhnya kepada Tuhan. Ia mohon Tuhan
melindungi dia dari berbagai kejahatan musuh. Pemazmur meminta Tuhan memuaskan musuhmusuhnya dengan nafsu mereka (ayat 14) . Bagi pemazmur, ini merupakan hukuman yang
mengerikan. Lalu pemazmur meminta agar dapat memandang wajah Allah dalam kebenaran (ayat
15) . Jika ia meminta supaya musuhnya "puas" (ayat 14) dengan keinginan mereka, maka ia akan
"puas" (ayat 15b) dengan memandang rupa Tuhan. Kepuasan pemazmur bukan terletak pada dendam
yang terbalaskan, melainkan pada perwujudan keadilan dan kasih setia Allah.
Bagaimana sikap kita ketika menghadapi kekelaman hidup? Adakah hasrat seperti doa pemazmur
juga mengisi doa dan tindakan kita, yakni agar seluruf sifat Allah dinyatakan ke semua pihak, baik ke
orang jahat dalam keadilan-Nya maupun ke orang beriman dalam kasih-Nya.
31
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 18: 1-20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyampaikan perkataan
nyanyian ini kepada TUHAN, pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman
semua musuhnya dan dari tangan Saul. (18:2) Ia berkata: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN,
kekuatanku!
(18–3) Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku,
tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!
(18–4) Terpujilah TUHAN, seruku; maka akupun selamat dari pada musuhku.
(18–5) Tali–tali maut telah meliliti aku, dan banjir–banjir jahanam telah menimpa aku,
(18–6) tali–tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap–perangkap maut terpasang di
depanku.
(18–7) Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak
minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait–Nya, teriakku minta tolong kepada–Nya sampai
ke telinga–Nya.
(18–8) Lalu goyang dan goncanglah bumi, dan dasar–dasar gunung gemetar dan goyang, oleh
karena menyala–nyala murka–Nya.
(18–9) Asap membubung dari hidung–Nya, api menjilat keluar dari mulut–Nya, bara menyala
keluar dari pada–Nya.
(18–10) Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki–Nya.
(18–11) Ia mengendarai kerub, lalu terbang dan melayang di atas sayap angin.
(18–12) Ia membuat kegelapan di sekeliling–Nya menjadi persembunyian–Nya, ya, menjadi
pondok–Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal.
(18–13) Karena sinar di hadapan–Nya hilanglah awan–awan–Nya bersama hujan es dan bara api.
(18–14) Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara–Nya.
(18–15) Dilepaskan–Nya panah–panah–Nya, sehingga diserakkan–Nya mereka, kilat bertubi–
tubi, sehingga dikacaukan–Nya mereka.
(18–16) Lalu kelihatanlah dasar–dasar lautan, dan tersingkaplah alas–alas dunia karena hardik–
Mu, ya TUHAN, karena hembusan nafas dari hidung–Mu.
(18–17) Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir.
(18–18) Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang–orang yang membenci aku,
karena mereka terlalu kuat bagiku.
(18–19) Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku;
(18–20) Ia membawa aku ke luar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan
kepadaku.
Renungan
Ungkapan pertama pemazmur kepada Allah menyentuh hati
kita, "Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan kekuatanku!" (ayat 2) . Ini menggambarkan kualitas hubungan
tertinggi dalam diri pemazmur dengan Tuhan. Bagaimana proses sampai ia tiba dalam hubungan
semesra itu dengan Tuhan?
Judul:
Melalui pengalaman berat
32
Jawaban pertanyaan itu ada dalam pengalaman hidup berat yang telah dialami pemazmur, ia telah
terbelit oleh bisa yang mematikan (ayat 4-6) . Namun Allah mendengar jerit si lemah yang tak berdaya
itu (ayat 7) . Pengalaman itu membuat pemazmur makin yakin akan kebaikan dan kasih Allah.
Dalam mazmur ini ada dua macam bahasa perlambangan yang dipakai untuk melukiskan sikap dan
tindakan Allah yang telah dialami pemazmur. Pertama, Allah dalam bahasa perang: perisai, kubu
pertahanan, kota benteng (ayat 3) . Sungguh Allah ikut campur menyelamatkan orang yang
mempercayakan diri pada Dia dari berbagai ancaman dalam hidup. Kedua, Allah dalam bahasa
pengalaman menghadapi kuasa dahsyat alam (Allah gunung batuku, tempat perlindungan, ayat 3b) .
Kekuatan alam selain bisa mengungkapkan kekuatan penghancur, juga mengungkapkan kekuatan
penyelamatan dan perlindungan. Dalam mazmur ini kekuatan penghancur dalam alam dan
peperangan menjadi alat Allah untuk menghancurkan musuh orang beriman.
Pengalaman hidup yang berat menyadarkan pemazmur akan keterbatasannya dan kesempatan
untuk bergantung pada Allah. Pengalaman menakjubkan itu melahirkan puji-pujian kepada Tuhan
(ayat 2-4) . Tuhan bagi pemazmur bukan lagi teori tetapi nyata sebagai bukit batu dan gunung batu
yang tak tergoyahkan; kubu pertahanan dan kota benteng, tempat persembunyian dari musuh;
perisai, penangkal senjata musuh. Maka ketika Anda mengalami beratnya hidup, cari dan alamilah
Tuhan dalam kesempatan berharga itu. Jadikan pengalaman hidup berat menjadi proses pendidikan
melalui mana Allah makin nyata bagi Anda. Kasih Anda pun kelak makin mesra pada Dia.
33
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 18: 21-45
TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai
dengan kesucian tanganku,
(18–22) sebab aku tetap mengikuti jalan TUHAN dan tidak berlaku fasik terhadap Allahku.
(18–23) Sebab segala hukum–Nya kuperhatikan, dan ketetapan–Nya tidaklah kujauhkan dari
padaku;
(18–24) aku berlaku tidak bercela di hadapan–Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan.
(18–25) Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan
kesucian tanganku di depan mata–Nya.
(18–26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela
Engkau berlaku tidak bercela,
(18–27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok
Engkau berlaku belat–belit.
(18–28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang
memandang dengan congkak Kaurendahkan.
(18–29) Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari
kegelapanku.
(18–30) Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku
berani melompati tembok.
(18–31) Adapun Allah, jalan–Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi
semua orang yang berlindung pada–Nya.
(18–32) Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?
(18–33) Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku
rata;
(18–34) yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit;
(18–35) yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur
tembaga.
(18–36) Kauberikan kepadaku perisai keselamatan–Mu, tangan kanan–Mu menyokong aku,
kemurahan–Mu membuat aku besar.
(18–37) Kauberikan tempat lapang untuk langkahku, dan mata kakiku tidak goyah.
(18–38) Aku mengejar musuhku sampai kutangkap mereka, dan tidak berbalik sebelum mereka
kuhabiskan;
(18–39) aku meremukkan mereka, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi; mereka rebah di
bawah kakiku.
(18–40) Engkau telah mengikat pinggangku dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau
tundukkan ke bawah kuasaku orang yang bangkit melawan aku.
(18–41) Kaubuat musuhku lari dari padaku, dan orang–orang yang membenci aku kubinasakan.
(18–42) Mereka berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang menyelamatkan, mereka berteriak
kepada TUHAN, tetapi Ia tidak menjawab mereka.
(18–43) Aku menggiling mereka halus–halus seperti debu di depan angin, mencampakkan
mereka seperti lumpur di jalan.
(18–44) Engkau meluputkan aku dari perbantahan rakyat; Engkau mengangkat aku menjadi
kepala atas bangsa–bangsa; bangsa yang tidak kukenal menjadi hambaku;
20 (18–21)
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
34
baru saja telinga mereka mendengar, mereka taat kepadaku; orang–orang asing tunduk
menjilat aku.
(18–46) Orang–orang asing pucat layu dan keluar dari kota kubunya dengan gemetar.
44 (18–45)
45
Renungan
Pemazmur percaya bahwa Allah menyelamatkan dia karena ia
adalah orang benar. Hidupnya seturut dengan hukum Tuhan. Dua kali dia mengulang pernyataan
bahwa "Tuhan memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku" (ayat 21, 25) . Pernyataan pemazmur
mungkin mengherankan bagi kita, yang sering berpikir bahwa tindakan Allah semata-mata terjadi
karena anugerah-Nya dan tidak bergantung pada tindakan manusia. Namun pemazmur tidak salah.
Allah, yang telah mengadakan perjanjian dengan Israel, berulang-ulang menekankan bahwa jika
umat-Nya taat pada perjanjian-Nya maka Ia akan memberkati mereka. Sebaliknya jika umat tidak
taat maka Ia akan menghukum mereka (band. Im. 26; Ul. 28) . Pemazmur percaya bahwa Allah akan
setia pada umat yang setia pada Dia (ayat 26-27) . Kesetiaan Allah pada pemazmur dinyatakan dengan
pemberian kuasa yang besar, sampai bangsa-bangsa pun takluk kepada dia (ayat 44-46) . Anugerah
Allah bekerja dalam hidup orang beriman sehingga terjadi proses pembentukan hidup yang ajaib
(ayat 31-43) . Allah akan merespons dengan berbagai tindakan ajaib yang membuat hidup orang
beriman jadi makin serasi dengan kemurahan Allah.
Judul:
Anugerah dan ketaatan
Ketaatan dan anugerah merupakan dua hal yang sangat penting dalam ajaran firman Tuhan. Allah
akan merespons dengan anugerah yang berlimpah ketika kita taat dan melakukan kewajiban kita
kepada-Nya. Anugerah dan ketaatan tidak bertolak belakang, melainkan bagai dua sisi dari satu
keping uang. Karena itu Paulus dapat berkata "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang .... Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua;
tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku" (ayat 1 Kor. 15:10). Paulus
melihat bahwa keberadaan dirinya semata-mata karena anugerah Allah yang direspons dengan
benar.
Apakah kita mendambakan tindakan baik Allah? Marilah kita memintanya kepada Tuhan. Namun
jangan lupa bahwa kita perlu taat melakukan segala perintah-Nya.
35
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 18: 46-50
Orang–orang asing pucat layu dan keluar dari kota kubunya dengan gemetar.
(18–47) TUHAN hidup! Terpujilah gunung batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku,
(18–48) Allah, yang telah mengadakan pembalasan bagiku, yang telah menaklukkan bangsa–
bangsa ke bawah kuasaku,
(18–49) yang telah meluputkan aku dari pada musuhku. Bahkan, Engkau telah meninggikan aku
mengatasi mereka yang bangkit melawan aku; Engkau telah melepaskan aku dari orang yang
melakukan kelaliman.
(18–50) Sebab itu aku mau menyanyikan syukur bagi–Mu di antara bangsa–bangsa, ya TUHAN,
dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama–Mu.
(18–51) Ia mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat–Nya, dan
menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi–Nya, yaitu Daud dan kepada anak cucunya
untuk selamanya.”
45 (18–46)
46
47
48
49
50
Renungan
Pengalaman hidup pemazmur bersama Allah penuh dengan dinamika. Ia
mengalami tekanan dalam hidup, tetapi kemudian merasakan kelepasan dan kemenangan karena
Allah. Itulah sebabnya, ia menutup mazmurnya dengan syukur dan puji-pujian.
Judul: Pujilah Tuhan
Puji-pujian pemazmur dimulai dengan pernyataan iman bahwa Tuhan hidup (ayat 47) . Ini nyata di
dalam pengalaman yang telah dijalani pemazmur. Pergumulan hidup dan kelepasan yang dia peroleh
membuat pemazmur belajar dan menemukan bahwa Allah adalah Tuhan yang hidup. Maka
kelepasan dan kemenangan dari musuh menjadi sesuatu hal yang bisa terjadi (ayat 48-49) , karena
Allah yang berperan di dalam segala sesuatu yang terjadi. Tuhan menyatakan anugerah-Nya kepada
pemazmur dengan menjadikan dia sebagai raja atas umat pilihan-Nya. Namun bukan hanya itu.
Tuhan juga menyatakan kesetiaan-Nya kepada keturunan pemazmur, sebagai orang yang Dia urapi
(ayat 51) . Tidak mungkin berhala mati buatan tangan manusia melakukan semua itu. Hanya Tuhan
yang hidup, yang mulia dan yang berkuasa! Itu semua membuat pemazmur mengumandangkan
syukurnya, bahkan sampai menembus batas ruang lingkup bangsanya (ayat 50) . Ia ingin bangsabangsa mengetahui juga kebesaran dan kemuliaan Allahnya.
Orang yang mengalami anugerah Allah di dalam Kristus atas hidupnya tidak mungkin hidup tanpa
rasa syukur dan pujian kepada Allah. Dan orang yang di dalam dirinya telah lahir syukur dan pujian,
tidak mungkin berdiam diri saja atau menyimpan semua itu di dalam hati. Syukur dan pujian niscaya
bersuara dan harus berbicara. Orang-orang disekeliling kita perlu tahu bahwa Tuhanlah yang telah
berkarya di dalam hidup kita. Dengan demikian akan ada orang yang tertarik kepada Allah di dalam
Kristus karena kekaguman atas campur tangan-Nya di dalam hidup kita. Kiranya kita menjadikan
hidup kita sebagai lagu pujian yang mengumandangkan karya dan kemuliaan Allah yang mulia.
36
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (19–2) Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan–Nya;
(19–3) hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu
kepada malam.
(19–4) Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar;
(19–5) tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung
bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,
(19–6) yang keluar bagaikan pengantin laki–laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan
pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.
(19–7) Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain; tidak ada yang
terlindung dari panas sinarnya.
(19–8) Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN
itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
(19–9) Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata
bercahaya.
(19–10) Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum–hukum TUHAN itu
benar, adil semuanya,
(19–11) lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari
pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.
(19–12) Lagipula hamba–Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang
padanya mendapat upah yang besar.
(19–13) Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak
kusadari.
(19–14) Lindungilah hamba–Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka
menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.
(19–15) Mudah–mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya
TUHAN, gunung batuku dan penebusku.
Renungan
Kuasa, kemuliaan, dan hikmat Allah nyata di dalam alam
semesta (ayat 1) . Langit menjadi tempat bagi Allah untuk menempatkan matahari, bulan, dan
bintang. Ketiganya berfungsi sebagai penerang bagi dunia, serta untuk membedakan siang dari
malam (Kej. 1:14-19) . Meski tidak ada suara atau kata-kata, berita tentang kemuliaan Allah terpancar
ke seluruh jagat raya melalui keindahan semesta (ayat 2-5a) . Memang tak perlu ada cerita maupun
berita, karena panasnya sinar matahari yang menjamah seluruh ujung bumi menjadi bukti tak
terbantahkan mengenai keberadaan Allah (ayat 5b-7) .
Judul:
Kenal Tuhan melalui Alkitab
Namun pengetahuan tentang Allah melalui alam tidak sejelas pengenalan yang dinyatakan di dalam
Taurat-Nya. Melalui ciptaan kita tahu ada Allah yang mencipta alam. Akan tetapi, pengetahuan
tersebut tidak cukup membawa kita mengenal Tuhan secara pribadi. Perhatikan, pemazmur
memakai nama "Allah" (ayat 2) ketika berbicara mengenai ciptaan dan memakai nama Tuhan (ayat 8-
37
ketika berbicara tentang Taurat. Kata Tuhan (ditulis dengan huruf kapital) berasal dari kata
Yahweh. Jika Allah (berasal dari kataElohim) lebih menggambarkan Dia sebagai Pencipta langit dan
bumi, maka Yahweh (yang merupakan nama pribadi Allah) lebih menggambarkan Tuhan, Allah perjanjian
yang memberikan Taurat.
10)
Pemazmur memaparkan tujuh (menunjukkan angka sempurna) karakter Taurat yaitu sempurna, teguh,
tepat, murni, suci, benar, dan adil. Umat Allah yang merenungkan Taurat akan mendapatkan banyak
faedah: disegarkan, diberi hikmat dan bersuka cita (ayat 8-9) . Sebab itu pemazmur menganggap
Taurat lebih indah daripada emas dan lebih manis daripada madu (ayat 11) . Bukan itu saja, umat Allah
yang berpegang pada Taurat akan terhindar dari banyak hal negatif termasuk kesesatan,
pelanggaran, dan tipuan orang jahat (ayat 12-14) .
Taurat dapat diartikan sebagai ajaran yang Tuhan berikan di dalam Alkitab. Marilah kita memperlakukan Alkitab sebagai anugerah berharga karena Tuhan memberikannya supaya kita dapat
mengenal Dia secara pribadi.
38
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (20–2) Kiranya TUHAN menjawab engkau pada waktu
kesesakan! Kiranya nama Allah Yakub membentengi engkau!
(20–3) Kiranya dikirimkan–Nya bantuan kepadamu dari tempat kudus dan disokong–Nya engkau
dari Sion.
(20–4) Kiranya diingat–Nya segala korban persembahanmu, dan disukai–Nya
korban
bakaranmu. Sela
(20–5) Kiranya diberikan–Nya kepadamu apa yang kaukehendaki dan dijadikan–Nya berhasil apa
yang kaurancangkan.
(20–6) Kami mau bersorak–sorai tentang kemenanganmu dan mengangkat panji–panji demi
nama Allah kita; kiranya TUHAN memenuhi segala permintaanmu.
(20–7) Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi–Nya
dan menjawabnya dari sorga–Nya yang kudus dengan kemenangan yang gilang–gemilang oleh
tangan kanan–Nya.
(20–8) Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah
dalam nama TUHAN, Allah kita.
(20–9) Mereka rebah dan jatuh, tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak.
(20–10) Ya TUHAN, berikanlah kemenangan kepada raja! Jawablah kiranya kami pada waktu
kami berseru!
Renungan
Pernahkah kita mendoakan para pemimpin kita? Baik pemimpin
negara, masyarakat, atau gereja? Mari kita mendoakan mereka dengan menggunakan mazmur ini.
Judul: Mendoakan pemimpin
Doa ini dipanjatkan dalam ibadah sebelum raja berangkat berperang melawan musuh. Tugas raja
adalah menyejahterakan rakyatnya dan menjaga bangsanya dari musuh yang mengancam
kedaulatan wilayahnya. Keduanya saling berkaitan. Aman dari musuh adalah konteks untuk
pembangunan kesejahteraan rakyat.
Seorang imam mungkin melantunkan ayat 2-5 , disusul dengan seruan jemaat di ayat 6 , lalu kembali
imam (7-9) , dan diakhiri secara bersama-sama (10) . Kesatuan doa ini terlihat. Ungkapan yang senada
memulai (2a) dan mengakhiri (10b) doa ini. Nama Allah (2b, 6b, 8b) menjadi sandaran yang kokoh bagi
kemenangan raja (6a, 7a, 10a) . Kekuatan raja berasal dari surga (3, 5) karena Allah telah memilih dan
mengurapi dia (7) . Raja telah menjaga relasi kudusnya dengan Allah (4) serta tidak bersandar pada
kekuatan pasukan perangnya (8a) , padahal itulah yang lazim dijadikan pegangan raja-raja yang tidak
mengenal Allah! Kemenangan pasti menjadi milik orang yang bersandar penuh kepada Allah (9) .
Bagaimana mendoakan pemimpin kita? Konteks sekarang bukanlah peperangan melainkan
kesejahteraan rakyat. Kita harus yakin bahwa para pemimpin kita adalah mereka yang Allah pilih
untuk menyelenggarakan pemerintahan yang adil dan menyejahterakan rakyat. Ingat, kita ikut andil
memilih mereka dalam pemilu yang lalu. Kita perlu mendoakan agar Allah berbelas kasih pada
mereka dan mereka hidup takut akan Tuhan sehingga menjalankan tugas dengan benar. Doa
pemazmur merefleksikan kepercayaan dan dukungan rakyat terhadap rajanya. Siapkah kita memberi
kepercayaan dan dukungan, sambil tetap bersikap kritis (8) kepada pemimpin kita?
39
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (21–2) TUHAN, karena kuasa–Mulah raja bersukacita;
betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada–Mu!
(21–3) Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan
bibirnya tidak Kautolak. Sela
(21–4) Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari
emas tua di atas kepalanya.
(21–5) Hidup dimintanya dari pada–Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang
untuk seterusnya dan selama–lamanya.
(21–6) Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada–Mu; keagungan dan semarak
telah Kaukaruniakan kepadanya.
(21–7) Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan
sukacita di hadapan–Mu.
(21–8) Sebab raja percaya kepada TUHAN, dan karena kasih setia Yang Mahatinggi ia tidak
goyang.
(21–9) Tangan–Mu akan menjangkau semua musuh–Mu; tangan kanan–Mu akan menjangkau
orang–orang yang membenci Engkau.
(21–10) Engkau akan membuat mereka seperti perapian yang menyala–nyala, pada waktu
Engkau menampakkan Diri, ya TUHAN. Murka TUHAN akan menelan mereka, dan api akan
memakan mereka.
(21–11) Keturunan mereka akan Kaubinasakan dari muka bumi, dan anak cucu mereka dari
antara anak–anak manusia.
(21–12) Apabila mereka hendak mendatangkan malapetaka atasmu,
merancangkan tipu
muslihat, mereka tidak berdaya.
(21–13) Ya, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dengan tali busur–Mu Engkau
membidik muka mereka.
(21–14) Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa–Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan
keperkasaan–Mu.
Renungan
Beberapa penafsir melihat Mazmur 21 sebagai mazmur yang
merayakan penobatan raja. Allah telah menyatakan anugerah-Nya dengan memilih dan memberkati
raja untuk memimpin umat-Nya; kasih setia Allah beserta raja (2-8) . Allah akan menyingkirkan musuh
raja dan berperang bagi dia (9-13) . Mazmur ini ditutup dengan seruan pujian kepada Allah (14) .
Judul: Tuhan pemberi kemenangan
Penafsir lain melihat Mazmur 21 sebagai respons syukur terhadap hasil doa yang telah diungkapkan di
Mazmur 20 . Syukur ini diungkapkan lewat ibadah. Terhadap permohonan agar Tuhan memberikan
kemenangan kepada raja (Mzm. 20:10) , mazmur ini menjawab dengan sukacita bahwa raja sudah
menang perang (2) . Apa yang menjadi keinginan raja (lihat Mzm. 20:5) telah Allah penuhi (3). Karena
raja memercayai Allah, bukan bersandar diri sendiri (Mzm. 20:8-9) , ia pun mengalami penyertaan kasih
setia Tuhan sehingga kepemimpinannya pun stabil (8) . Kemenangan demi kemenangan melawan
musuh dialami raja. Semua itu adalah karya Allah melalui dirinya.
40
Ungkapan syukur Mazmur 21 ini bukan untuk menutup mata terhadap kegagalan beberapa raja Israel
yang akhirnya membuahkan kehancuran bangsanya. Ungkapan syukur ini justru menegaskan bahwa
keberhasilan raja adalah hanya oleh anugerah Tuhan. Saat raja merespons anugerah Allah dengan
bekerja keras menjadi berkat buat rakyatnya, Tuhan memberkati kerajaan Israel.
Bisakah kita melihat tangan Tuhan memberkati bangsa kita melalui pemerintah kita? Memang masih
banyak PR bagi pemerintah dalam menegakkan keadilan dan kesejahteraan. Salah satu yang urgen
adalah pemberantasan korupsi yang jalan di tempat. Namun jangan menutup mata terhadap
keberhasilan pemerintah yang didukung data dan fakta. Yang penting adalah mendoakan pemerintah,
mengkritisi tindakan yang salah, mendorong perubahan ke arah yang baik, dan menjadi agen perubahan itu.
41
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 22: 1-18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (22–2) Allahku,
Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak
menolong aku.
(22–3) Allahku, aku berseru–seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada
waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
(22–4) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji–pujian orang Israel.
(22–5) Kepada–Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan
mereka.
(22–6) Kepada–Mu mereka berseru–seru, dan mereka terluput; kepada–Mu mereka percaya,
dan mereka tidak mendapat malu.
(22–7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
(22–8) Semua yang melihat aku mengolok–olok aku, mereka mencibirkan
bibirnya,
menggelengkan kepalanya:
(22–9) “Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang
melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?”
(22–10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman
pada dada ibuku.
(22–11) Kepada–Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah
Allahku.
(22–12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.
(22–13) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng–banteng dari Basan mengepung aku;
(22–14) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan
mengaum.
(22–15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi
seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku;
(22–16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit–langit mulutku; dan
dalam debu maut Kauletakkan aku.
(22–17) Sebab anjing–anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka
menusuk tangan dan kakiku.
(22–18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku.
Renungan
Kehidupan Kristen bukan hanya terdiri dari pengalaman manis yang
indah untuk dikenang. Pasti ada juga pengalaman pahit yang menghadirkan duka dan penderitaan.
Namun bagaimana kita menyikapi pengalaman pahit?
Judul: Saat mengalami derita
Di dalam intensitas penderitaan yang pemazmur alami, tidak ada tempat lain baginya untuk
mengadukan kepedihan yang dia alami, selain kepada Allah. Kepada Dia sajalah, pemazmur
mencurahkan isi hatinya. Pemazmur mempertanyakan Allah yang dia anggap sebagai penyebab
penderitaannya (ayat 1) , Allah yang tidak mendengarkan doanya (ayat 2) . Allah meninggalkan dia
sendirian, menyebabkan ia terasing dan kesepian. Ia juga harus menghadapi musuh yang begitu
42
kejam (ayat 15-19) . Padahal sejarah Israel telah memperlihatkan bagaimana Allah tampil
menyelamatkan dan menjadi Pembela bagi umat-Nya (ayat 4-6) . Akibat kontras itulah, maka banyak
orang yang mencibirkan bibir karena menganggap bahwa penderitaan pemazmur adalah akibat
dosanya (ayat 8-9) . Merenungkan situasi yang menyedihkan tersebut, pemazmur kembali
mengalihkan pandangannya pada Allah. Pemazmur meminta agar Allah tidak menjauhi dia (ayat 12) .
Penderitaan hidup memang tampil dalam berbagai bentuk. Mungkin saja berupa perlawanan dari
teman atau orang yang kita kasihi, bisa juga berupa pengalaman fisik atau mental yang menyakitkan,
atau kegagalan yang menyebabkan rasa frustasi yang dalam. Namun semua itu harus dipandang
berdasarkan perspektif yang tepat.
Pengalaman orang Kristen bukanlah nasib buruk yang melulu menyebabkan kesedihan dan
penderitaan. Meski demikian, pencobaan (Yak. 1:2-4, 12) , penganiayaan (Yoh. 15:18; 2Tim. 2:12) , dan
penderitaan (Flp. 1:29) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman hidup orang
Kristen. Karena melalui kesusahan, iman kita diperdalam (Yak. 2:3) , persekutuan kita dengan Allah
diperkaya (Flp. 3:10) dan kita mengalami sukacita dalam kesulitan (Yoh. 17:13; 1Ptr. 4:13; 2Kor. 12:10) .
43
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 22: 19-31
Mereka membagi–bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas
jubahku.
(22–20) Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku!
(22–21) Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing.
(22–22) Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab
aku!
(22–23) Aku akan memasyhurkan nama–Mu kepada saudara–saudaraku dan memuji–muji
Engkau di tengah–tengah jemaah:
(22–24) kamu yang takut akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah
Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!
(22–25) Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang
tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah–Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar
ketika orang itu berteriak minta tolong kepada–Nya.
(22–26) Karena Engkau aku memuji–muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di
depan mereka yang takut akan Dia.
(22–27) Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan
memuji–muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya!
(22–28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum
dari bangsa–bangsa akan sujud menyembah di hadapan–Nya.
(22–29) Sebab Tuhanlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa–bangsa.
(22–30) Ya, kepada–Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan–
Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat
menyambung hidup.
(22–31) Anak–anak cucu akan beribadah kepada–Nya, dan akan menceritakan tentang TUHAN
kepada angkatan yang akan datang.
(22–32) Mereka akan memberitakan keadilan–Nya kepada bangsa yang akan lahir nanti, sebab
Ia telah melakukannya.
18 (22–19)
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Renungan
Harapan orang beriman di saat kesusahannya, memang hanya Allah.
Keyakinan akan Allah membuat pemazmur beranggapan bahwa bila Allah dekat maka tidak ada satu
masalah pun yang berani mendekat. Tentu hal sebaliknyalah yang akan terjadi bila Allah menjauh
dari dia. Sebab itu, ketika pemazmur dililit kesusahan, yang ia harapkan adalah agar Allah tidak
menjauh dari dia (ayat 20). Ia memohon agar Allah segera menolong dia karena situasi yang dia
hadapi begitu kritis (ayat 21-22) . Kelihatannya tidak ada jalan keluar. Dalam keadaan tanpa alternatif
jalan keluar, ia meminta Allah menolong dia.
Judul:
Nantikanlah Tuhan
Namun di tengah semua kesulitan itu, Allah menjawab doa pemazmur dan melepaskan dia dari
semua kesusahan yang membelenggu dia. Maka sebagai respons, Daud memuji-muji kebesaran Allah
di tengah-tengah umat (ayat 23-27) . Kelepasan yang pemazmur alami membuat dia bersaksi bahwa
Allah tidak meninggalkan dia, Allah tidak lagi menyembunyikan wajah-Nya dari Daud. Ketika ia
44
berteriak kepada Allah, Allah menjawab doanya dan menyatakan kasih setia-Nya yang besar. Maka
dia tidak perlu lagi mempertanyakan kenapa Allah meninggalkan dia.
Pujian pemazmur ini bagaikan akhir dari doa yang sudah lama dia panjatkan. Pujiannya kepada Allah
dapat membangkitkan iman orang lain kepada Tuhan. Juga mendorong orang lain untuk juga
memuji-muji nama Tuhan.
Mazmur ini mengajar kita untuk tetap berdoa kepada Allah saat kita sungguh-sungguh membutuhkan
pertolongan-Nya. Jangan menyerah dengan situasi yang membelenggu Anda, tetaplah berdoa! Ia
akan tidak memandang rendah orang yang sedang berada dalam kesulitan. Namun dari doa Kristus di
taman Getsemani dan saat Ia di kayu salib, kita belajar bahwa jawaban doa kita mungkin datang pada
waktu yang berbeda dan dengan cara tidak seperti yang kita doakan. Dalam waktu dan cara yang
lebih baik, yaitu berdasarkan waktu dan caranya Allah.
45
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 23
1
2
3
4
5
6
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama–Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada–Mu dan tongkat–Mu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku
dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam
dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Renungan
Bacaan kita hari ini menyejukkan hati kita. Pemazmur mengibaratkan
dirinya seperti seekor domba. Lemah serta tak berdaya menghadapi tantangan dan bahaya. Di dalam
gambaran lemah tersebut, pemazmur memiliki gambaran yang indah tentang Tuhan: Tuhanlah
Gembalaku.
Judul: Gembala yang baik
Ketika Daud berbicara tentang Tuhan sebagai Gembala, ia berpikir tentang Tuhan sebagai
Pelindungnya. Bagi domba, gembala adalah segala-galanya. Tidak ada yang lain yang diinginkan
domba selain gembalanya. Sama seperti seorang ayah memenuhi kebutuhan anaknya, begitulah
seorang gembala mencukupkan segala sesuatu yang diperlukan dombanya. Karena Tuhan adalah
gembala Daud, ia tidak akan kekurangan apapun (ayat 1) .
Seorang gembala memimpin dombanya ke tempat di mana si domba dapat makan dan beristirahat
(ayat 2) . Ia juga memimpin domba di jalan yang benar. Ia menjauhkan domba dari jalan-jalan yang
berbahaya dan harus dihindarkan. Begitu jugalah Allah memimpin hidup orang percaya. Bapak Lim,
seorang Kristen kelahiran Indonesia yang tinggal di Cina, pernah berhari-hari diikat oleh tentara
Komunis di tempat banyak orang lewat. Mereka menampar dan meludahi dia karena dianggap
mengkhianati revolusi. Seseorang yang sedang lewat di jalan itu, berpura-pura meludahi kakinya
sambil menyelipkan sehelai kertas ke sakunya. Kertas itu bertuliskan Mazmur 23 . Bapak Lim berkata:
"Saya membacanya berulang-ulang dan menghafalnya. Saya mendapat penghiburan yang membuat
saya mampu bertahan melewati masa sulit itu". Ia kemudian menjadi dirigen Hongkong Philharmonic
Orchestra.
Kita tentu ingin juga mengalami berkat dan ketenangan jiwa seperti yang dialami Daud dalam
hidupnya dan diekspresikan dalam mazmurnya. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan menjadi
domba-Nya. Mereka yang menikmati pemeliharaan Gembala Baik adalah mereka yang mengenal
suara Gembala dan mengikuti Dia.
46
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 23
Pdt. Effendi Susanto STh.
Kepuasan dan hidup memberi
adalah mazmur yang sederhana tetapi memiliki makna yang dalam adanya. Rata-rata
hampir 80% orang Kristen bisa menghafal mazmur ini karena kesederhanaan kalimatnya. Ini
merupakan syair pujian yang datang dari hati manusia yang berespons kepada Tuhan. Saya pernah
mengutip kalimat John Calvin, doktrin mengajar bagaimana kita berpikir benar tentang Allah, tetapi
kitab Mazmur diberikan kepada kita supaya kita di dalam segala keadaan, di dalam realita kehidupan
kita mengalami jatuh dan bangun, gelombang dan keteduhan, bagaimana kita berespons dengan
benar kepada Tuhan. Hari ini saya mengajak saudara melihat melalui Mzm.23 bagaimana kita
berespons kepada Tuhan dengan benar ketika kita melihat terlalu banyak berkat dan anugerah
Tuhan datang kepada kita. Tidak ada mazmur yang lebih indah bagi saya bicara mengenai respons
contentment di hadapan Tuhan, berespons dengan kecukupan, selain Mzm.23 ini. Daud berkata, “The
Lord is my shepherd, I shall not be in want…” Tuhan menjadi gembalaku, itu sudah cukup bagiku.
Tidak ada hal lain yang kuingini selain Engkau Tuhan menjadi gembalaku dan milik pusakaku. Ini
adalah satu respons orang yang merasa cukup dan puas di hadapan Tuhan.
Mazmur 23
Derek Kidner yang menafsir kitab Mazmur mengeluarkan beberapa kalimat yang indah sekali, “Depth
and strength underlie the simplicity of this psalm. Its peace is not escape; its contentment is not
complacency…” Kekayaan mazmur ini terletak di dalam nadanya yang sederhana. Kedalaman
mazmur ini terletak di dalam kesederhananya. Kedamaian kitab mazmur ini terletak di dalam
keteduhan kepuasannya. Engkau mau memiliki damai? Lihat di dalam mazmur ini dimana dia
mendapatkan kedamaiannya, yaitu di dalam kepuasannya. Engkau mau hidup kaya? Lihat mazmur ini
terletak di dalam kesederhananya. Karena dua hal ini, kepuasan dan kesederhananya, pemazmur
siap sedia walaupun kekelaman datang menyerang, musuh berada di sekitarnya, dia tetap bisa
melihat ada pemeliharaan Tuhan di situ. Itu sebab karena kesederhanaan dan kepuasan ini, Mzm.23
memberitahukan kepada kita apa yang menjadi tujuan hidup orang Kristen, bukan kepada materi
tetapi kepada Allah sendiri.
Apa itu kepuasan? Apa itu cukup? Waktu pertanyaan ini diberikan kepada cucu dari Rockefeller, dia
mengatakan “Enough is a little bit more…” Tambah sedikit lagi, tambah sedikit lagi… karena merasa
tidak pernah cukup. Karena tidak pernah merasa cukup ini kita selalu akan memiliki sikap hidup
selalu berusaha mendapatkan sesuatu sebagai cadangan melampaui apa yang kita perlukan.
Saya mengajak saudara melihat rahasia dari kepuasan di dalam Mzm.23 dan kalimat dari Paulus, hidup
kepuasan bukan terletak pada apa yang kita dapat, seberapa banyak yang kita raih, tetapi saudara
bisa melihatnya terletak di dalam saya memiliki Tuhan yang menjadi bagian dan milik pusakanya
selama-lamanya. Itulah yang membuat Daud maupun Paulus hidup kepuasan. Kepuasan tidak bisa
47
diukur dengan standar tertentu, tetapi tidak berarti dia tidak bisa dinilai di dalam hidup ini. Standar
bersifat relatif, standar orang lain berbeda dengan standar kita. Saya baru puas kalau saya mencapai
suatu standar seperti ini, tetapi mungkin pada waktu kita sudah sampai kepada standar itu, ketika
kita sudah ada di situ ternyata kita merasa tidak cukup sebab kita lihat ternyata masih ada yang di
atas kita. Mahatma Gandhi pernah mengeluarkan kalimat yang sangat agung, “Seluruh isi dunia ini
sebenarnya sanggup memenuhi kebutuhan seluruh umat manusia. Tetapi seluruh isi dunia ini tidak
sanggup memenuhi keinginan satu manusia.”
Dalam artikel terbaru saya di Radix, saya membawa saudara memikirkan satu hal, benarkah Tuhan itu
cukup memberikan kepuasan sepenuhnya bagi kita? Tuhan menjadi gembala, Tuhan menjadi pusaka
kita dan selain Tuhan tidak ada hal lain yang kita ingini di dalam dunia ini apakah itu sesuatu konsep
teologi yang bersifat palsu dan hanya menina-bobokkan kita? Apakah betul hal itu bisa menjadi
bagian di dalam hidup kita menjadi kepuasan di dalam hidup kita? Bukankah kita perlu yang lain?
Benar kita perlu God as the giver tetapi kita juga perlu anugerah dari-Nya, bukan? Benar kita perlu
Tuhan sang Pemberi berkat tetapi kita juga perlu berkat-Nya untuk kita hidup, bukan? Tetapi
mengapa keluar kalimat ini, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…”?
Saya mengajak saudara melihat 2 Kor.9 , saudara perhatikan dari ayat 1-5 Paulus bicara mengenai
pengumpulan uang yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia dan Korintus. Uang itu mereka
kumpulkan untuk membantu jemaat Yerusalem yang miskin. Itu konteksnya. Tetapi tidak berarti
jemaat Makedonia adalah jemaat yang kaya dan tidak berarti jemaat Korintus juga adalah jemaat
yang kaya. Cuma bedanya, jemaat Makedonia di dalam kemiskinannya tidak merasa itu sebagai
halangan untuk mengumpulkan uang bagi Yerusalem.
Kalimat Paulus di dalam bagian ini sangat menarik sekali, “Kamu akan diperkaya di dalam segala
kemurahan hati yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami, sebab pelayanan kasih
yang engkau berikan itu bukan saja mencukupkan keperluan orang-orang kudus tetapi melimpahkan
ucapan terima kasih orang itu kepada Allah…” Yang memberi adalah saya, tetapi yang menerima
ucapan terima kasih adalah Allah, apakah itu adil?
Satu ayat lagi Gal.6:10 “Karena itu selama masih ada kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada
semua orang..” Mari kita menjadi berkat, mari kita rajin memberi dan bersumbangsih kepada semua
orang. Tetapi di ayat 9 di dalam kita berbuat baik, di dalam kita menjadi berkat, di dalam kita
memberi, ada satu kendala yang mungkin bisa menghalangi kita akhirnya tidak bisa berbuat baik
yaitu hati yang jemu. Maka Paulus mengingatkan ”...janganlah jemu-jemu berbuat baik.” Paulus
minta jemaat untuk belajar memberi kepada semua orang selama ada kesempatan di dalam hidup
kita menyalurkan sesuatu kepada orang lain. Tetapi bisa jadi kita berhenti melakukannya sebab kita
jemu.
Saya rasa ada beberapa faktor, dari faktor si pemberi. Saya sebagai pemberi mungkin akhirnya jemu
menjadi berkat dan tidak memberi kepada orang lain karena dua alasan. Pertama, saya berpikir yang
saya beri ini tidak mendatangkan efek dan perubahan apa-apa, seperti membuang setitik air ke
lautan, jadi buat apa memberi? Yang kedua, kita sendiri menyadari kita memiliki sumber daya yang
terbatas adanya. Sebanyak-banyaknya yang kita miliki kita tetap terbatas. Itu bisa ditandai pada
waktu ada prahara dan kesulitan menimpa hidup kita, kitapun tidak terlepas dari kesulitan itu. Akibat
keterbatasan itu maka orang kadang-kadang memikirkan bagaimana untuk menyelamatkan diri
48
terlebih dahulu, baru memikirkan orang lain. Sekarang dari sisi si penerima, salah satu faktor yang
menyebabkan kita akhirnya menjadi jemu berbuat baik kepada orang yaitu karena dia tidak
berterima kasih kepada kita.
Kita kembali ke Filipi 4:10-20 , kita melihat jemaat Filipi sudah mengirim uang membantu Paulus lewat
Epafroditus. Sebenarnya di ayat 14 Paulus ingin mengucapkan terima kasih kepada jemaat Filipi yang
sudah membantunya, cuma kenapa perlu ayat 10-13 dulu bicara soal kepuasan sebelum bilang terima
kasih? Terima kasihnya pun cecara tidak langsung. Saya percaya dia melakukan ini bukan karena
sungkan. Dari sini saya hubungkan kepada 2 Kor.9 , kamu mengumpulkan uang memberi dan dari itu
engkau diperkaya dan ucapan terima kasih diberikan mereka kepada Tuhan. Salah satu faktor yang
menyebabkan orang mungkin terkendala akhirnya tidak lagi berbuat baik, tidak lagi memberi, sebab
yang menerima tidak berespons dengan baik kepada kita. Tetapi kenapa sampai seperti ini?
Saya menemukan jawabannya pada waktu di surat Filipi Paulus menasehati dua orang yang sedang
berselisih paham, “Hendaklah engkau sehati sepikir seperti pikiran Kristus…” Artinya, pikiran saya
mungkin bisa berbeda dengan pikiran saudara, karena perbedaan itu mungkin menyebabkan kita
tidak bisa “ketemu.” Kalau semua orang punya pikiran yang berbeda, jadi sampai kapan bisa ketemu?
Ketemunya kalau dua orang itu menaruh pikiran mereka di bawah pikiran Kristus. Maka saya bisa
jemu berbuat baik kepada orang kalau relasi saya dengan orang itu hanya bersifat relasi horisontal,
yaitu saya memberi kepada dia tergantung kepada apa yang ada pada diri saya. Kalau saya suka,
kalau saya mau, kalau saya berkelebihan, baru saya memberi. Dan pemberian itu juga bergantung
kepada dia yang saya beri. Kalau dia baik, kalau dia berkata ‘terima kasih’, kalau dari pemberian saya
mendatangkan perubahan, baru saya kembali memberi. Relasi yang terus seperti itu akan membuat
kita menjadi jemu karena di dalamnya saya bisa berhenti memberi, karena saya terbatas adanya,
saya perlu pikir diri saya dulu, masih ada yang saya perlu cukupkan. Saya bisa berhenti oleh karena
saya melihat respons dia kurang baik kepada saya, tidak ada terima kasihnya, jadi buat apa saya
memberi kepada dia? Itu semua tidak akan terjadi kalau kita mengerti konsep ini: menaruh Allah di
tengah-tengah relasi kita sehingga semua relasi itu menjadi relasi segitiga. Mengapa Paulus perlu
mengatakan, “Aku sudah belajar mencukupkan diri di dalam segala hal. Aku mengerti apa itu
kekurangan, aku mengerti apa itu kelebihan…”
Jangan kita pikir kalau kita punya banyak otomatis kita bisa memberi kepada orang, dan tidak berarti
orang yang kurang tidak memiliki hati yang memberi. Sampai sekarang kita menemukan statistik
orang yang kurang memberi lebih banyak daripada orang yang berkelebihan. Saya memberi bukan
karena ada sesuatu di dalam diri saya, tetapi karena saya tahu semua yang ada pada saya adalah
pemberian Tuhan. Itu sebab Yesus pernah mengatakan jangan sampai tangan kirimu mengetahui
tangan kananmu memberi. Bagaimana tangan kiri bisa tidak tahu kalau tangan kanan memberi?
Pointnya adalah saya bisa memberi sebab Tuhan adalah yang memberi dulu kepada saya. Tuhan
bukan boss yang membayar kepada saya karena saya melakukan sesuatu untuk Dia. God is the Giver.
And God is a pure giver. Artinya Dia memberi tidak ada klausal dan embel-embel, apakah saya sudah
melakukan sesuatu untuk Dia. God is love. God is a pure love. Dia mengasihi kita bukan karena kita
sudah mengasihi Dia. Semua itu, kasih dan pemberian-Nya semata-mata datang dari Tuhan, saya
hanya instrumen-Nya. Saya memberi kepada orang sebab Tuhan sudah kasih kepada saya. Itu sebab
saya boleh tidak mengingat-ingat saya sudah memberi, karena itu bukan dari saya. itu artinya tangan
kanan memberi, tangan kiri tidak usah tahu. Sehingga saya tidak akan jemu-jemu memberi meskipun
49
orang akhirnya tidak berespons sesuai keinginan saya. Maka kita bisa mengerti sekarang mengapa
dalam 2 Kor.9 Paulus tidak mengatakan jemaat Yerusalem berterimakasih kepada Makedonia dan
Korintus, tetapi mengucapkan terima kasih itu kepada Allah. Konsep ini yang ada di dalam diri Paulus,
mereka bisa memberi, itu adalah anugerah Tuhan di dalam diri mereka. Waktu jemaat Yerusalem
menerima, tentu mereka tidak lupa itu adalah pemberian dari Tuhan maka mereka mengucap syukur
kepada Tuhan.
Kembali kepada pernyataan Daud, “The Lord is my shepherd, I shall not be in want…” sungguhsungguh merupakan suatu jawaban yang indah bagi kita hari ini karena dari situ kita tahu bahwa
bukan situasi dan bukan apa yang kita miliki yang menciptakan suatu kerinduan, kebanggaan, atau
kemampuan kita untuk memberikan sesuatu kepada orang, tetapi karena kita sadar Tuhan sudah
menjadi bagian hidup kita. Tuhan ada di dalam hidup kita. Dia adalah the pure giver, menjadi milik
kita sehingga kita berkelimpahan. Itu sebab di dalam keadaan yang kurangpun, tidak menutup
kemungkinan hati kita bisa puas. Di dalam segala hal yang berlimpah tersedia di dalam hidup kita,
belum tentu bisa menjamin hati saya puas.
Maka kepuasan itu apa? Ada orang mengatakan kepuasan adalah suatu suasana hati atau sikap
hidup yang mandiri dari faktor eksternal, tidak bergantung kepada keadaan. Keadaan kita kaya atau
miskin, sikap kita yang bersyukur dan kepuasan kepada Tuhan tidak bergantung kepada keadaan itu.
Karena itulah kita bisa belajar menjadi berkat. Kalau kita menaruh Allah sebagai segitiga di dalam
segala relasi kita, maka hal ini akan menjawab kenapa Daud di dalam keadaan susah dan sulit bisa
berespons dengan kalimat ini, “Sekalipun dagingku habis lenyap, aku hanya ingin tinggal di dalam
rumah Allah dan Dia menjadi milik pusakaku selama-lamanya.” Kepuasan itu terjadi jika kita selalu
menaruh Tuhan di dalam segala keadaan dan realita hidup kita. Ini memang tidak gampang. Paulus
sendiri bilang untuk mencapai ke sana dia harus belajar . “I’ve learned to be content…” (Fil.4:11) .
Merasa puas itu tidak ada kaitannya dengan faktor ekternal, itu sebab Paulus menyatakan dalam
keadaan lapar maupun kenyang, dalam keadaan kelimpahan maupun kekurangan, itu semua tidak
mempengaruhinya karena Tuhan adalah milik dia satu-satunya.
Yang kedua, Paulus memakai kata ‘belajar’ berarti ini satu proses. Berarti waktu menulis ayat-ayat ini
dia sudah hampir “lulus” di dalam mengerti konsep hidup yang puas bersama Tuhan. Jangan lupa,
surat Filipi ditulis bukan di dalam rumah besar, bukan di dalam rumah yang indah, tetapi di dalam
penjara yang kumuh. Paulus menunjukkan betapa di awal-awal ketika dia menulis surat Korintus, dia
pernah meminta Tuhan mencabut duri dari dagingnya tetapi Tuhan menolak (2 Kor.12:7) . Di sini
Tuhan mengajar dia untuk tidak bergantung kepada kekuatan diri sendiri, merasa bisa mengatur,
mengontrol, mengerjakan dan melakukan segala sesuatu. Sekarang Tuhan membawanya kepada satu
situasi yang dia tidak bisa kontrol, tidak bisa dia ubah, bahkan dia tidak bisa berbuat apa-apa sama
sekali.
Kadang-kadang kita berada di dalam situasi seperti itu. Tetapi saya percaya waktu kita berada di
dalam situasi yang tidak bisa kita kontrol, bukan supaya kita menjadi putus asa dan kecewa tetapi
supaya kita belajar di situ ada kuasa yang lebih besar yang mengatur dan mengontrol hidup kita.
Semua orang, baik dia Kristen ataupun tidak, pasti akan sampai kepada situasi seperti itu. Tetapi
orang-orang Kristen yang mengalami hal-hal seperti itu tidak akan menjadi putus asa dan tidak
mempunyai pengharapan karena dia tahu ada Tuhan yang mengontrol hidupnya. Tuhan memberi
kesulitan yang banyak kepada orang baik, tetapi Dia memberikan pertolongan pada waktunya
50
(Mzm.34:20) .
Ada duri di dalam dagingnya yang Paulus minta Tuhan cabut. Tetapi Tuhan membiarkan
duri itu tetap ada di situ supaya justru pada waktu dia merasa lemah, orang bisa melihat ada kuasa
Tuhan yang luar biasa di situ.
menyebutkan inilah pengalaman hidup kita. Kita mungkin berada di dalam lembah yang
subur, tetapi mungkin kita juga berada di dalam lembah kekelaman. Di ayat 2-3 saudara melihat Daud
mengatakan Tuhan memberkati dia dengan segala kebaikan, memberikan segala yang dia perlukan di
dalam hidupnya. Tetapi apakah saudara melihat ada reaksi balik dari Daud di sini? Bukankah di situ
seharusnya dia menyatakan reaksi bersyukur? Tetapi kemudian di ayat 4 Daud mengatakan,
sekalipun aku dibawa oleh Tuhan melewati lembah kekelaman, saudara akan menemukan dua reaksi
balik darinya, dia tidak takut akan kebahayaan itu dan dia tahu Tuhan membimbing dia di sana.
Mazmur ini mengingatkan kita pada waktu hidup ini lancar kita mungkin take it for granted dan tidak
bersyukur kepada Tuhan. Makanya orang yang lancar hidupnya paling susah diajak berdoa, tetapi
waktu berada di dalam kesulitan, dia yang paling rajin ikut persekutuan doa. Jikalau kehidupanmu
senang, lancar, tenang, seringkali kita jadi melempem. Jangan heran orang justru sering ketiduran
waktu ada di jalan raya lintas, tetapi paling melek waktu jalannya belak-belok dan berbatu. Ketika
kesulitan itu tiba kepada kita, baru kita sadar dan melek, reaksi apa yang kita berikan kepada Tuhan?
Di situ baru dia sadar kehadiran Tuhan yang memimpin dan membimbingnya.
Mzm.23
Yang kedua, sebelumnya di ayat 2-3 pemazmur menyebut Tuhan sebagai “Dia” kata ganti orang
ketiga. Tetapi saudara perhatikan begitu di ayat 4 , Tuhan bukan lagi menjadi “Dia” tetapi sekarang
menjadi “Engkau.” Tadi sebelumnya hubungan dengan Tuhan secara tidak langsung, tetapi sekarang
menjadi langsung. Di dalam lembah yang subur dan lancar, dia mengenal Tuhan sebagai “Dia,” tetapi
pada waktu dia berada di dalam lembah kekelaman, relasi dengan Tuhan menjadi lebih erat. Situasi
itu membangkitkan kesadaran dan reaksi kerohanianku kepada Tuhan dan membangkitkan satu
kesadaran relasiku lebih dekat kepada Tuhan, itu lebih baik daripada kita berada di dalam
kelancaran. Melalui pengalaman ini kita bisa melihat baik Daud maupun Paulus menemukan esensi
hidup yang bersyukur dan puas di hadapan Tuhan bukan kepada apa yang datang, bukan kepada
situasi yang ada, tetapi karena mereka tahu Tuhan sudah menjadi milik pusakanya. Mereka tahu God
is the pure giver and the pure love.
Segala sesuatu yang datang dari-Nya itu cukup. Apalagi yang bisa kita dapat dari ayat-ayat ini? Saya
belajar hidup puas di hadapan Tuhan karena saya tahu hidup kita sekarang ini hanya sementara
adanya. Kelak aku akan bertemu dengan Dia, itu keindahan dan kemuliaan yang tidak ada taranya. Ini
bukan teologi yang menina-bobokan saudara. Ini bukan ajaran agama isapan jempol. Kekristenan
berbeda dengan yang lain sebab apa yang kita katakan ini berdasarkan fakta sejarah kebangkitan
Kristus. Kebangkitan itu yang memberikan jaminan kepada kita kelak kita ketemu dengan Tuhan, kita
hidup di dalam kemuliaan, kita akan mendapatkan hidup yang sama sekali diperbaharui oleh Tuhan.
Yesus yang sudah bangkit menjadi jaminan kita tidak perlu kuatir hidup kita nanti di sana. Maka
Paulus menutup tema bicara mengenai kepuasan ini dengan mengkaitkannya kepada hidup
kemuliaan bersama Kristus dengan kebutuhan hidup ini di dalam Fil.4:19 “Allahku akan memenuhi
segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus…”Dia tahu kita masih
hidup di dalam dunia ini, kita manusia yang perlu apa-apa untuk hidup. Tetapi kalau kita tidak
mendapatkan banyak, tidak berarti Allah kita perhatian karena Dia kaya dan mulia dan tidak berarti
bahwa Dia tidak mengerti apa yang kita perlukan di dalam dunia ini. Dia tahu apa yang kau perlukan,
tetapi jangan lupa ada hal yang lebih daripada itu yaitu kemuliaan dan kekayaan Kristus pada suatu
hari akan menjadi milik kita.
51
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di
dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai–sungai.
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat–Nya
yang kudus?”
“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada
penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan
dia.
Itulah angkatan orang–orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah–Mu, ya Allah Yakub.”
Sela
Angkatlah kepalamu, hai pintu–pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu–pintu yang
berabad–abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
“Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam
peperangan!”
Angkatlah kepalamu, hai pintu–pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu–pintu yang
berabad–abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
“Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela
Renungan
Sejarah Israel penuh dengan kesaksian akan keperkasaan Tuhan dalam
mengalahkan musuh-musuh umat-Nya. Baik pada periode kisah Keluaran, saat menaklukkan tanah
Kanaan, maupun ketika dirongrong oleh berbagai bangsa di sekitar wilayah mereka, Tuhan
membuktikan bahwa diri-Nya adalah Raja mereka. Bahkan lebih dari itu, Tuhan adalah Raja atas
seluruh bumi dan isinya, karena Dialah pencipta dan pemilik semua itu (ayat 1-2) .
Judul: Raja Kemuliaan
Peristiwa apa saja yang memperlihatkan bahwa Tuhan adalah Raja atas Israel? Pertama, saat Allah,
dengan kuasa-Nya, membuat Israel menyeberangi laut Teberau dengan selamat. Musuh mereka,
yaitu Firaun serta pasukan Mesir, Tuhan tenggelamkan di laut itu (Kel. 14) . Maka pujian
dikumandangkan (Kel. 15:1-18) dan Tuhan dimuliakan sebagai Raja pemenang yang memerintah
selama-lamanya (ayat 18) . Namun saat itu Israel belum tinggal di tanah Perjanjian. Kedua, saat Israel
telah menikmati kemerdekaan secara penuh di bawah kepemimpinan Daud. Bagi Daud, Tuhan
adalah sumber kemenangannya. Dengan memindahkan Tabut Perjanjian, yang melambangkan takhta
Allah, ke ibu kota Israel, Daud menyatakan bahwa Tuhanlah Raja Israel (ayat 2 Sam. 6) . Prosesi
melewati pintu gerbang kota suci inilah yang kemiudian hari dirayakan dengan mengumandang-kan
Mazmur 24 . Tentu, hanya mereka yang sungguh-sungguh tulus hati, yang layak menyembah Dia dan
diperkenan oleh-Nya (ayat 3-6) .
Berbagai perayaan gerejani, termasuk Kenaikan Tuhan Yesus bisa menjadi peristiwa penting untuk
mengingat dan menyatakan Kristus sebagai Raja Gereja dan dunia serta segala isinya. Dialah yang
sudah datang untuk bertakhta di hati orang percaya, untuk memerintah umat-Nya, dan untuk
52
menyatakan kedaulatan dan keperkasaan atas para musuh-Nya. Dengan hidup dalam ketulusan hati
serta kejujuran dan keadilan perilaku, umat Tuhan merajakan Kristus Yesus dalam hidup mereka dan
menjadi kesaksian bagi orang yang belum percaya.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 24
Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber: Momentum, 40, Lembaga Reformed Injili Indonesia
Siapakah Kristus yang naik ke Surga?
Dalam Mazmur 24:7-10 , kita membaca mengenai adanya pintu kekekalan yang dibuka menyambut
seorang pemenang untuk selama-lamanya. Di Vatikan, di dalam Gereja Basilica of Saint Peter, ada
pintu yang hanya boleh dibuka satu kali dalam 50 tahun. Pada waktu mereka membuka pintu itu,
kadang-kadang mereka membaca ayat ini. Mereka menganggap itu merupakan suatu upacara yang
agung sekali. Sebenarnya pintu itu tidak mempunyai makna yang terlalu berarti bila dibandingkan
dengan ayat-ayat yang tercantum di sini.
"Semua pintu gerbang, terbukalah!" Untuk siapa pintu yang kekal dibuka? "Untuk raja yang pernah
berperang di dalam medan peperangan." Siapakah raja yang pernah menang perang di medan
peperangan? "Yaitu yang diutus oleh Yehovah, yang menjadi Tuhan di atas segala sesuatu."
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabadabad, supaya masuk Raja Kemuliaan!" Siapakah dia itu Raja Kemuliaan? "Tuhan semesta alam, Dialah
raja semesta alam, Dia Raja Kemuliaan."
Tapi Dia pernah datang, pernah dicobai, pernah diberi kesempatan untuk berjuang dan bertarung
dengan kuasa-kuasa kejahatan. Iblis berusaha meremukkan dan menjatuhkan Dia. Tetapi Dia naik ke
surga. Ini membuktikan bahwa Dialah Raja yang mulia, Raja yang menang, Raja yang pernah
bertempur di dalam medan pertempuran rohani menggantikan engkau dan saya.
"Hai pintu gerbang, gerbang yang mulia, pintu yang kekal, bukalah! Angkatlah kepalamu, bukalah
pintumu menyambut Yesus Kristus sebagai yang menang!"
Di dalam Pengakuan Iman Rasuli tertulis, "Dia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa".
Bagian ini jangan dimengerti sebagai suatu lokasi atau semacam pengertian secara tata ruang. Jikalau
Yesus betul- betul berada di sebelah kanan, berarti ada lokasinya. Bukankah ini juga berarti bahwa
Bapa berada di sebelah kiri Yesus? Jikalau Bapa berada di kiri, lalu Yesus di kanan, yang mana yang
lebih besar? Yang kanan atau yang kiri? Lalu, di manakah Roh Kudus? Bila demikian, hal ini akan
53
mengaburkan arti rohaninya. Padahal pengertian tempat seperti itu mempunyai arti rohani yang jauh
lebih dalam. Di dalam pemikiran Kitab Suci, tempat kanan mempunyai tiga arti.
Arti pertama, Yesus Kristus adalah orang yang sudah diterima dengan sukacita oleh Tuhan Allah. Ini
adalah keputusan gembira. Suatu tempat yang diterima dengan baik, suatu tempat yang diberikan
karena yang memberi begitu senang kepada Dia. Kristus adalah Anak kesayangan Bapa. "Dengarlah
Dia! Dengarlah Anak yang Aku suka ini."
Arti kedua, tempat sebelah kanan berarti tempat pemenang. Setelah orang yang bertempur dalam
medan peperangan pulang, ia diberikan tempat di sebelah kanan oleh raja. Jenderal yang menang,
jenderal yang begitu penting, duduk di sebelah kanan. Yesus Kristus menjadi pemenang di dalam
medan peperangan. Itu sebabnya Ia duduk di sebelah kanan Bapa.
Ketiga, tempat kanan berarti tempat penguasa. Tuhan memberikan kekuatan, kuasa, dan mandat
yang melampaui apapun di bumi kepada-Nya. Itulah kuasa yang diberikan kepada Yesus Kristus. Puji
Tuhan! "Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang! Dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang
berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan. Siapakah Dia, Raja Kemuliaan itu?" Itulah Tuhan
semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan
Bagian kedua diambil dari Matius 28:18 , dst. Yesus Kristus bukan saja seorang pemenang, tapi Dia naik
ke surga. Sewaktu naik ke surga, Dia memberikan suatu amanat yang paling agung kepada semua
orang yang mengikuti Dia. Pada zaman reformasi, orang-orang reformasi, khususnya yang berada di
Jenewa, menganggap amanat agung hanya diberikan kepada rasul-rasul pada waktu itu. Ini
merupakan suatu kelemahan besar yang mengakibatkan kira-kira selama dua abad orang-orang
reformasi, orang-orang Lutheran, hanya mengerjakan penggembalaan di Eropa. Mereka tidak
mengutus orang keluar untuk mengabarkan Injil. Karena kesalahtanggapan itu, akhirnya gereja
menjadi lemah dalam penginjilan.
Lambat laun Tuhan membangkitkan orang-orang untuk membawa kita kembali kepada visi yang
benar, bahwa penginjilan itu bukan tugas gereja mula- mula saja. Penginjilan bukan sudah tidak ada,
tetapi ada pada setiap zaman. Para rasul dan para nabi memang sudah tidak ada. Namun, fungsifungsi kerasulan dan kenabian masih tetap ada. Jadi, yang diutus mewakili Tuhan untuk berbicara
adalah fungsi yang masih berada dalam segala zaman. Maka kita juga harus menegaskan hal ini.
Pengertian tentang kesadaran semacam ini akan mengubah dan menggugat kembali tugas kita
terhadap dunia ini.
Yesus berkata, "Pergilah ke seluruh dunia dan jadikan segala bangsa murid-Ku." Ini merupakan suatu
penanaman visi, semacam pikiran yang begitu besar kepada gereja. Bila suatu zaman tidak memiliki
visi, maka zaman itu akan penuh dengan kekacauan. Gereja yang sudah kehilangan ketajaman dalam
melihat visi akan menjadi tidak berdaya, tidak dinamis lagi. Namun, bila visi itu kembali dipertajam
dan menggugah hati manusia, mau tidak mau gereja akan menjadi militan dan dinamis di dalam
pelayanan.
Begitu banyak orang Kristen yang malas, yang imannya kendur, yang hidup rohaninya begitu
sembarangan dan etikanya begitu tidak bertanggung jawab karena sudah kehilangan ketajaman dan
keinsyafan tentang visi dan mandat dari Tuhan! Tetapi puji Tuhan! Yesus bukan memberikan suatu
khotbah dan amanat yang agung itu kepada mereka di tempat sembarangan. Mereka naik ke gunung
dan di atas gunung itu Yesus mengutus mereka.
54
Pada waktu naik ke atas bukit, berada di tempat yang tinggi, kita akan melihat suatu dataran yang
lebih besar. Kita akan mempunyai pemandangan yang jauh lebih luas dan di situ Tuhan membentuk
suatu pemikiran atau semacam wawasan yang luas bagi orang-orang yang mau mengabarkan Injil.
Barangsiapa yang tidak mempunyai hati yang luas, yang tidak mempunyai pandangan rohani dengan
wawasan yang luas, tidak mungkin mempunyai penginjilan yang kekuatannya lebih besar daripada
pelayanan yang lain. Di sini kita melihat, gereja harus kembali mengikuti teladan dan menaati
perintah Yesus Kristus.
Kenaikan Kristus ke surga bukan hanya merupakan suatu catatan sejarah, tetapi juga suatu amanat.
Dia pergi dan tugas-Nya dikerjakan oleh engkau dan saya. Barangsiapa merayakan hari kenaikan
Kristus, dia juga harus mengingat pesan Yesus sebelum Ia pergi. Pesannya adalah "Pergilah ke seluruh
dunia, jadikan segala bangsa murid-Ku. Apa yang Aku katakan kepadamu ajarkanlah mereka, supaya
mereka menjalankannya dan engkau yang mengabarkan Injil akan Kusertai, sampai kesudahan,
sampai selama-lamanya."
Selanjutnya, kita akan melihat apa yang dikaitkan dengan kenaikan Yesus ke surga. Dalam Yohanes
16:7-8 , tertera suatu perjanjian yang lebih penting lagi. Jikalau Yesus Kristus, yang sudah memberikan
perintah untuk pergi mengabarkan Injil ke seluruh dunia hanya membiarkan pengikut-pengikut-Nya
dengan keadaan yang begitu sulit, dengan penganiayaan-penganiayaan yang kejam, yang ganas dan
tidak berperikemanusiaan, bukankah Ia adalah Tuhan yang meletakkan kewajiban dan pergi
melarikan diri? Tetapi bukanlah demikian. Alkitab mengatakan, "Aku pergi justru berfaedah besar
bagimu. Aku pergi untuk kamu karena jikalau Aku tidak pergi Roh Kudus tidak turun." Di sini Yesus
Kristus mengaitkan kenaikkan-Nya ke surga dengan rencana yang berkesinambungan di dalam
konsistensi pikiran Tuhan Allah yang kekal.
Allah bukanlah Allah yang tidak berprogram. Allah adalah Allah yang mempunyai program yang
tertinggi. Allah adalah Allah yang mempunyai cara berorganisasi dan mempunyai cara pemikiran dan
jadwal yang paling tepat. Itu sebabnya Tuhan berkata, "Jikalau Aku tidak pergi, tidak ada faedahnya
bagimu. Tetapi jikalau Aku pergi, kepergian-Ku akan mendatangkan keuntungan bagimu, sebab
setelah Aku pergi, Roh Kudus akan dikirim turun dan menyertai serta menjadi penghibur bagimu."
Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah Kristus, Raja pemenang.
Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga adalah Kristus, yang mengutus kita
mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Kristus yang naik ke surga? Kristus yang naik ke surga
adalah Kristus, yang bersama dengan Bapa mengutus Roh Kudus menjadi pendamping bagi gereja.
Jikalau kita melihat abad pertama, kita mengetahui bahwa orang Kristen bukan saja minoritas. Orang
Kristen berada di kalangan bawah. Kebanyakan yang menjadi orang Kristen adalah budak, nelayan,
orang miskin, orang di pasar, dan sedikit sekali pejabat-pejabat tinggi, konglomerat, atau orangorang penting di dalam masyarakat yang beriman kepada Yesus Kristus. Dari antara 12 murid Yesus,
kita melihat begitu banyak nelayan yang dipanggil. Pengaruh mereka mulai dari grass-root, mulai dari
lapisan yang paling bawah sekali. Yesus menjadi teman dari pemungut cukai, dari orang-orang
berdosa. Ia menerima orang-orang yang dibuang oleh masyarakat.
Melalui kira-kira 300 tahun, kita melihat pengaruh kekristenan sudah mengakibatkan Raja Konstantin
akhirnya harus berlutut di hadapan Yesus dan mengakui Dia sebagai Tuhan. Di sini kita melihat di
dalam 300 tahun permulaan itu, gereja mengalami penganiayaan, pengucilan, pembunuhan, dan
55
penyiksaan. Begitu banyak martir yang mati mengalirkan darah, mati syahid bagi kepercayaan dan
iman kekristenan yang mereka yakini. Siapakah yang memberikan kekuatan? Bagaimana mereka bisa
bertahan bila tidak ada penolong yang setiap saat berada dengan mereka, yang mempunyai kuasa
ilahi, yang berada di tengah-tengah mereka? Siapakah Penolong itu? Dialah Roh Kudus. Maka Yesus
berkata, "Aku harus pergi. Aku pergi, maka Dia akan datang. Aku pergi dan bersama dengan Bapa
mengirim Roh Kudus agar turun ke atas kamu. Roh Kudus turun ke atas kamu, maka kamu akan
berkuasa." Berkuasa atas apa? Berkuasa atas penderitaan, penganiayaan, dan segala kesulitan
sehingga engkau dapat tetap memegang imanmu.
Sebagaimana dalam Perjanjian Lama, umumnya masyarakat saat ini memahami kuasa Allah melalui
pertolongan dan kelancaran hidup serta pemberian berkat secara materi atau jasmani. Tetapi kuasa
yang kita lihat dalam Perjanjian Baru setelah Kristus naik justru sama sekali terbalik. Kalau Tuhan
berkuasa, kenapa tidak menyembuhkan saya? Kalau Tuhan berkuasa kenapa tidak menyertai? Kalau
Tuhan berkuasa, kenapa situasi politik dan situasi ekonomi begitu jelek? Kalau Tuhan berkuasa,
mengapa Nero saja bisa menganiaya rasul? Bisa memaku mati Petrus secara terbalik? Di mana kuasa
Tuhan?
Kekristenan justru memahami kuasa dari kerajaan Tuhan secara antitesis. Di dalam penganiayaan, di
dalam kesulitan, di dalam desakan, di dalam kesempitan, di dalam segala sesuatu: kesulitan,
sengsara, penderitaan politik, ekonomi dan apa pun juga, iman orang Kristen tidak berkompromi.
Orang Kristen tidak menyerah kepada musuh. Itulah kuasa Roh Kudus. Saya sangat takut kalau gereja
sudah menjadi sangat kaya. Saya sangat takut kalau hamba Tuhan sudah beroleh segala kelonggaran
sehingga tidak lagi bersandar kepada Tuhan. Padahal melalui kemiskinan dan kesulitanlah iman kita
memiliki kesempatan untuk dilatih agar memiliki suatu kekayaan rohani. Sebaliknya, saat kita sudah
mempunyai segala sesuatu, kita menjadi sangat miskin di dalam iman. Tuhan berkata, "Aku pergi dan
Aku mengirim Roh Kudus. Roh Kudus mendampingi engkau, saat engkau diutus ke dalam dunia
sebagai utusan Tuhan."
Saya minta maaf jikalau saya harus memakai suatu kalimat, bahwa itulah pengutusan yang paling
kejam dalam sejarah. Jangan heran kalau ada orang Kristen yang dibunuh. Jangan heran kalau gereja
dianiaya. Jangan heran kalau kadang-kadang kita dibiarkan miskin dan sulit luar biasa. Jangan
mengomel apalagi heran karena itu cara pengutusan dari Tuhan. "Aku mengutus engkau seperti
domba di tengah-tengah kawanan serigala!" Bukankah itu hal yang paling kejam? Coba Saudara
bayangkan, seekor domba yang dikelilingi oleh kawanan serigala yang begitu kejam. Serigala yang
mempunyai gigi begitu tajam, sifat yang begitu keras, kelompok yang begitu banyak kawannya. Itulah
namanya utusan Tuhan. "Aku mengutus engkau seperti domba di tengah-tengah serigala." Itu
sebabnya saya minta maaf kalau saya katakan pengutusan Tuhan adalah pengutusan yang kejam.
Tetapi tidak menjadi soal, jikalau domba itu mengerti bahwa Roh Kudus sedang diutus untuk
menyertainya. "Aku pergi supaya Roh Kudus turun!" Inilah sudut ketiga yang kita lihat dari kenaikkan
Yesus ke surga. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia Raja yang menang di dalam pertempuran
rohani. Siapakah Dia yang naik ke surga? Dia adalah Tuhan yang memberikan mandat kepada kita,
amanat yang paling agung: mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Siapakah Yesus yang naik ke surga?
Dia adalah yang mengutus Roh Kudus yang menjadi parakletos, menjadi penghibur, pendamping
untuk kita.
56
Keempat, kita membaca dalam Ibrani 4:14-16 . Bagian ini menyatakan bahwa kita memiliki seorang
Imam Besar yang sudah melintasi segala langit. Yesus naik ke surga bukan berarti menghilang dari
bumi ini setelah kurang lebih 33 tahun berada di dunia. Atau seperti yang dikatakan oleh doketisme,
keberadaan-Nya hanya suatu dokaio saja. Dia hanya dibayang-bayangkan pernah datang ke dunia,
lalu hilang. Setelah pergi, Ia naik ke surga dan melintasi segala langit. Ini merupakan suatu ajaran
yang begitu besar. Pada hari kenaikan ini, saya merenungkan, terus merenungkan kenaikan Yesus
Kristus. Lalu saya berkata, "Puji Tuhan! Agama lain tak pernah mempunyai seorang pendiri, tak
pernah mempunyai seorang penghulu agama yang datang dari sana ke sini, dan juga tidak pernah
ada yang dari sini ke sana dengan melintasi segala langit, kecuali Yesus Kristus."
Mereka hanya membayangkan adanya satu allah. Allah, yang belum pernah datang ke dunia. Allah,
yang katanya mencipta, menyelamatkan dan mengampuni, satu-satunya yang rahmani, rahimi. Tapi
allah yang mereka bayangkan berbeda dengan Yesus Kristus yang adalah Allah yang pernah meninjau
sendiri, datang sendiri, menyelamatkan kita, hidup di tengah- tengah kita, yang dengan mulut-Nya
memakai bahasa manusia untuk memberikan pengajaran yang terindah di dalam sejarah kepada kita,
lalu pergi setelah menyelesaikan tugas-Nya. Sewaktu mengenang Kristus, kita mengenang Allah yang
pernah datang. Wujud-Nya begitu konkrit. Hubungan-Nya dengan manusia juga begitu intim. Dalam
bagian Firman ini dikatakan suatu kalimat yang begitu menyentuh. Kita bukan mempunyai seorang
Imam yang tidak mengerti segala kelemahan kita. Saya percaya di dalam hidup setiap orang,
sedalam-dalamnya ada keluhan kesusahan hidup dalam dunia. Baik orang kaya maupun orang
miskin, orang sukses maupun orang yang penuh dengan kegagalan, baik engkau yang kelihatan
mempunyai materi yang begitu besar, begitu banyak, atau mereka yang selalu mengejar hanya untuk
menyambung hidup saja.
Setiap orang mempunyai keluhan akan hal yang begitu sulit. Namun, siapakah yang sungguh-sungguh
dapat mengerti setiap orang? Suami ingin dimengerti oleh isteri. Tapi justru isteri ingin dimengerti
oleh suami! Kekuatan kita untuk mengerti dan kemampuan kita untuk mau mengerti dibandingkan
dengan kebutuhan kita untuk dimengerti, selalu tidak seimbang. Adakah yang mengerti? Ada! Yesus
Kristus mengerti segalanya. Dia pernah datang. Dia pernah dilahirkan di tempat binatang. Dia pernah
diejek oleh bangsanya sendiri. Dia pernah seorang diri mengalami puasa 40 hari dan dicobai oleh
iblis. Dia pernah menanggung berat. Dia pernah menderita, berkorban emosi, berkorban perasaan.
Yesus Kristus mengerti segala kelemahan kita. Dia mengerti karena Dia sama seperti kita. Dia
merasakan segala pengalaman kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai tetapi tidak berbuat
dosa.
Yesus yang telah naik ke surga menjadi Imam Besar. Imam Besar inilah yang membawa kesulitan kita
kepada Allah yang sulit kita capai. Ia juga membawa anugerah dari Allah kepada kita, anugerah yang
tidak layak kita terima. Inilah pekerjaan Imam. Imam yang berada di antara yang hidup dan yang
mati. Imam yang berada di antara yang tidak kelihatan dan yang kelihatan. Imam yang berada di
antara Allah dan manusia. Kristuslah pengantara yang menjalankan tugas imam sekaligus sebagai
korban. Inilah perbedaan imam dalam sejarah orang Yahudi dengan Imam yang paling besar, Yesus
Kristus, bagi gereja-Nya. Imam- imam yang lain tidak menjadi korban. Mereka mempersembahkan
korban, namun mereka sendiri bukan korban. Hanya Yesus yang bertindak sebagai Imam Besar
sekaligus korban.
57
Dengan bahasanya, manusia tidak akan sanggup untuk mengungkapkan keagungan dan kebesaran
cinta kasih Tuhan yang adalah Imam Besar sekaligus korban. Ia mempersembahkan diri dengan rohNya yang kekal dan darah-Nya yang suci yang tak bercacat cela untuk membersihkan dan menjadikan
kita milik-Nya yang dilayakkan untuk berdamai dengan Tuhan Allah. Inilah Imam kita. Dan inilah
bagian keempat yang kita lihat.
Selanjutnya, dalam Ibrani 7:24-25 kita melihat bahwa Yesus Kristus mempunyai pekerjaan lain setelah
naik ke surga. Dalam ayat 26 , dikatakan bahwa Yesus Kristus mempunyai tingkatan tertinggi sebagai
pengantara untuk berdoa syafaat bagi setiap kita. Dalam pasal 7 ayat 27-28 , serta pasal 9 ayat 27-28
terlihat bahwa Dialah yang menanggung dosa kita dan yang menjadi pengantara yang berdoa syafaat
bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Siapakah Kristus? Dia pemenang, bukan? Siapakah
Kristus? Dia pengutus, bukan? Siapakah Kristus? Dia yang memberikan Roh Kudus kepada kita.
Siapakah Kristus? Dia yang berdoa bagi kita dengan pengertian karena Ia sendiri pernah datang ke
dalam dunia ini. Tidak hanya itu, Yesus adalah Tuhan yang kembali ke surga untuk menyiapkan
tempat bagi kita.
Dalam Injil Yohanes 14:1-4 Yesus berkata, "Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Jikalau Aku
tidak pergi tidak ada yang menyediakan tempat bagimu dan jikalau Aku sudah menyediakan tempat
bagimu Aku pasti akan datang kembali lagi. Di mana Aku ada di sana pun engkau akan berada."
Adakah penghiburan yang lebih besar dari ini? Tidak ada. Adakah seorang Juruselamat seperti
Kristus? Tidak ada. Dialah satu-satunya dan Dialah yang paling sempurna di dalam menyediakan
segala sesuatu bagi umat-Nya. "Di jalan itu Aku pergi. Jalan satu-satunya dan engkau tahu juga." Pada
waktu Filipus bertanya kepada Dia, "Hai Guru, tunjukkan jalan itu kepada kami," maka Yesus Kristus
dengan menggelengkan kepala bertanya, "Sudah sekian lama engkau mengikut Aku, engkau masih
belum tahu di mana jalan itu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: `Akulah jalan, Akulah
kebenaran, dan Akulah hidup.`"
Saya melihat ketiga butir ini sebagai suatu gambaran tentang seluruh dunia, yaitu di dalam filsafat,
kebudayaan agama, dan kebijaksanaan, yang terkristalisasi di dalam dunia mental manusia. "Akulah
jalan, Akulah kebenaran." Mengapa Yesus mengatakan: "Akulah jalan"? Karena semua agama
mencari jalan. Itulah yang dibutuhkan oleh orang di Timur. "Akulah kebenaran." Mengapa Yesus
menyatakan kebenaran diidentikkan dengan diri-Nya? Karena manusia di Barat yang mencari filsafat
ingin mengetahui kebenaran dan Yesus mengisi kebutuhan itu. Pada waktu Yesus mengatakan:
"Akulah jalan", Ia sedang menunjukkan kepada orang Timur yang mau mendapatkan jalan di dalam
agama. Ia berkata, "The way is not there. The way you are seeking is not in religion, but in Me, in My
life." Yesus telah mengajak dunia Timur dan Barat untuk menerima kesimpulan- Nya, "Akulah hidup
yang tidak ada pada agama-agama, tidak ada pada filsafat-filsafat dan sistem epistemologi dunia."
Semua pendiri agama akhirnya mati di tengah usahanya mencari jalan. Para filsuf juga akhirnya mati
di tengah usahanya mencari kebenaran. Dan Kristus akhirnya berkata, "Di manakah jalan itu? Akulah
jalan itu. Di manakah kebenaran itu? Akulah kebenaran itu. Dan Akulah hidup."
Inilah satu-satunya solusi. The only solution, the only answer, for seeking the truth in way thru
philosophy, religion, culture, and human wisdom concluded only in Jesus Christ, the truth revelation of
God in human form. Puji Tuhan! Dialah pernyataan Allah yang berbentuk manusia, yang telah
menyimpulkan segala sesuatu yang sedang digumuli dan dicari agama maupun filsafat.
58
Paul Tillich, seorang teolog besar mengatakan, munculnya Yesus di dalam sejarah harus
menghentikan usaha semua agama dalam mencari apa pun yang paling berharga yang mereka
inginkan. The revelation of Christ, the appearance of Christ in history is to cease off the effort of
seeking truth and way in religions. Puji Tuhan! "Akulah jalan. Dan jalan itu bukan dari sini ke sana
melainkan dari sana ke sini. Akulah yang menghampiri manusia."
Manusia tidak akan pernah dapat menghampiri takhta Allah dengan usaha dan kekuatannya sendiri.
Allah yang suci dan kekal tidak akan dapat dijangkau oleh manusia yang berdosa dan terbatas.
Bagaimana mungkin sesuatu yang terbatas, yang dicipta, yang bisa rusak dapat menghampiri Tuhan
yang tak terbatas dan kekal? Hal ini hanya mungkin bila Allah, dari takhta yang tidak terbatas, yang
kekal, yang tidak bisa rusak, rela turun, lalu pergi kembali untuk menjadi jaminan kita. Kalau agamaagama lain hanyalah one way traffic in human effort, jalan yang hanya satu arah dari usaha manusia,
kekristenan percaya kepada suatu sistem keselamatan berupa two way traffic which initiative from
God and assured in the term of God. Kita percaya pada sistem dua jalur, dari sana telah ke sini, yang
membawa kita dari sini ke sana, yang dijamin di dalam segala kekuatan yang kekal di dalam takhta
Tuhan. Puji Tuhan!
"Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu. Aku pergi untuk mempersiapkan segala sesuatu
bagimu dan Aku akan datang kembali untuk menyambut engkau sebagai seorang mempelai lelaki
yang akan menyambut mempelai perempuan." Gereja harus siap sedia. Gereja harus senantiasa
mempersiapkan diri dengan tidak menodai, tidak mencemari tubuh Kristus. Gereja harus bersiap
untuk menjadi mempelai perempuan Kristus yang akan bersatu di dalam cinta kasih yang paling inti
yang digambarkan dalam hubungan suami isteri. Ia yang akan datang kembali telah menyediakan
tempat bagi kita. Ia berkata, "Di mana Aku berada, di situ engkau berada." Bagian terakhir ialah Kisah
Para Rasul 1:9-11 . "Hai orang Galilea, mengapa engkau melihat seperti ini? Ingatlah, Yesus yang kau
lihat diangkat ke surga, akan datang dengan cara yang sama, kembali ke dalam dunia ini."
Seluruh Kitab Suci mempunyai suatu konsistensi, mempunyai suatu hubungan organis yang begitu
erat, sehingga tidak bisa dipisah- pisahkan sembarangan, kecuali oleh mereka yang sengaja atau
mereka yang tidak mengerti. Di dalamnya kita melihat rencana Allah yang sudah terbentuk begitu
sempurna. Yesus Kristus naik ke surga bukan karena Ia melarikan diri. Ia tidak menyembunyikan diri.
Ia pergi dengan tugas. Ia pergi dengan rencana Allah yang sudah ditetapkan dan itu bukan titik yang
terakhir. Itu merupakan suatu janji bahwa suatu hari kelak Ia akan datang kembali dengan cara yang
sama, kembali ke dalam dunia.
Saya membayangkan orang-orang Galilea seperti Petrus dan Yohanes yang sudah terbiasa didampingi
oleh Yesus, yang bila ada kesulitan langsung beralih kepada Yesus dan bertanya, "Bagaimanakah
Tuhan? Bagaimanakah cara-Mu menangani kesulitan ini, Guru?" Mereka sudah terbiasa disertai,
ditolong, dan berada bersama dengan Yesus Kristus. Sekarang, untuk pertama kali dalam hidupnya,
mereka sadar bahwa Yesus tidak selamanya berada di samping mereka. Yesus harus pergi dan
mereka harus menghadapi dunia secara faktual, menghadapi dunia ini dengan segala sesuatu yang
tidak terlalu bersahabat dengan orang Kristen. "Akan bagaimana perlakuan Herodes terhadap kita?
Akan bagaimana Pilatus terhadap kita? Dan bagaimana prinsip Kaisar dan politikus-politikus Romawi?
Dan jika berganti gubernur yang lain, akan bagaimana? Kami tidak tahu." Mereka hanya tahu Yesus
pergi. "Lalu, hanya mimpikah 3 1/2 tahun yang lampau itu? Janji kosongkah itu? Hanya menjadi
catatan sejarahkah itu semua? Ataukah kedatangan-Nya itu suatu kesempatan yang belum pernah
59
ada dalam sejarah sehingga kami dapat menikmatinya? Kalau Tuhan sudah pernah turun, kenapa
pergi lagi? Kalau Dia sudah menyertai, kenapa naik lagi? Setelah naik lalu bagaimana?" Kenaikan
Yesus Kristus memaksa mereka untuk memikirkan pertangungjawaban iman dan respon mereka
terhadap kalimat nubuat yang pernah diucapkan Yesus. Mereka harus memberikan semacam
tantangan kepada setiap orang percaya. Mereka harus mempertanggungjawabkan tentang
bagaimana meresponi, mengimani, dan mengaplikasikan setiap kalimat nubuat yang pernah
diucapkan Yesus saat Ia ada di dunia.
Kadang-kadang saat papa dan mama ada kita tidak menghargai mereka. Saat Tuhan memanggil
mereka pulang, barulah kita sadar dan kalang kabut. Sekarang kita harus menghadapi kenyataan
bagaimana hidup di dalam dunia ini. Baru kita ditantang untuk berpikir kembali, "Apa yang pernah
papa katakan dulu kalau menghadapi orang yang begini?" Sekarang kita mulai mengingat-ingat. Sama
persis dengan keadaan sewaktu Yesus naik ke surga. Waktu naik ke surga Yesus berkata, "Aku akan
mengirim Roh Kudus untuk kembali mengingatkan perkataan-perkataan yang sudah pernah Aku
katakan kepadamu." Itu sebabnya kita ditantang untuk berespon, bertanggung jawab, dan berdikari.
Gereja ditantang untuk menjadi wakil Tuhan di dunia dengan memuliakan Tuhan, merefleksikan
segala moral kesucian, keadilan, cinta kasih Allah dari zaman ke zaman. Inilah tugas gereja.
"Hai orang Galilea, untuk apa melihat terus ke awan? Mengapa melihat terus ke langit? Yesus yang
pernah beserta denganmu, yang pernah kau saksikan pelayanan-Nya, sekarang sudah naik ke surga
dan akan datang kembali." Setelah membaca enam bagian Kitab Suci yang begitu penting ini, dan
jikalau kita sungguh-sungguh menunggu dan mengharapkan Yesus Kristus datang kembali, maka ada
dua hal penting yang harus kita kerjakan.
Pertama, kita harus mengabarkan Injil kepada sesama. Tidak ada jalan lain. Ini merupakan keikhlasan
orang yang menantikan kedatangan Yesus Kristus. Jikalau Injil ini dikabarkan ke seluruh dunia, maka
hari itu akan tiba. Berarti sebelum Injil dikabarkan kepada segala bangsa, segala suku, segala sudut,
Kristus tidak akan kembali. Saya betul-betul salut, sedalam-dalamnya dari dalam hati saya, kepada
orang-orang di Wiclyffe Bible Translation Association. Mereka berada di lembaga Alkitab yang khusus
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa- bahasa yang terpencil di daerah-daerah yang dilupakan
oleh manusia. Mereka pergi ke tempat yang begitu terpelosok, begitu dalam, begitu sulit dicapai.
Saya salut melihat mereka. Saya berdoa dan mengajak kita semua supaya menjadikan gereja kita
sebagai gereja yang mau mendukung penginjilan, gereja yang menghasilkan penginjil, gereja yang
mengerti makna Injil, dan gereja yang mau melibatkan diri ke dalam penginjilan misi seluruh dunia.
Bila kita menunggu kedatangan-Nya dengan hati yang sungguh-sungguh ikhlas haruslah kita
tunjukkan dengan menunjang dan melibatkan diri ke dalam penginjilan. "Hai orang-orang Galilea,
mengapa melihat seperti ini? Mengapa terus menengadah ke langit? Memang Yesus sudah naik, tapi
tugasmu bukan memandang Dia, tetapi pergi ke dunia mengabarkan Injil!"
Kedua, orang yang sungguh-sungguh menanti kedatangan Yesus Kristus adalah orang yang menjaga
hidup di dalam kesucian. Hidup di dalam kesucian berarti kita terus memelihara diri kita supaya pada
waktu Ia datang kembali kita sudah siap, boleh menerima dan diterima oleh-Nya. Barangsiapa yang
menaruh pengharapan seperti ini kepada-Nya, biarlah ia membersihkan dirinya! Ini adalah perintah
dari Yohanes di dalam 1 Yohanes 3 . Barangsiapa yang menaruh pengharapan kepada kedatangan
Kristus biarlah ia menjaga dirinya, memelihara kesucian dan menunggu di dalam doa akan
kedatangan Yesus Kristus.
60
Terakhir kita akan melihat ayat terakhir dari seluruh Kitab Suci, yaitu dalam Wahyu 22:20-21 . Ayat
terakhir dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diakhiri dengan kutukan. Ayat terakhir dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru, diakhiri dengan berkat.
Siapakah Ia, yang dalam ayat 20 berfirman dan memberi kesaksian tentang semuanya? Jadi, Yesus
Kristus berkata, "Ya, Aku datang segera. Aku akan datang kembali secepat mungkin." "Amin.
Datanglah Tuhan Yesus." Atau terjemahan lain: "Oh Yesus, aku mengharapkan Engkau datang!" Yesus
berkata, "Ya, Aku datang segera." Gereja menjawab, "Amin. Kami menunggu kedatangan-Mu."
Dengan mengingat kenaikan-Nya ke surga, kita kembali menyadari bahwa Ialah pemenang, pemberi
Roh Kudus, sekaligus pendoa syafaat yang mengerti kesengsaraan kita. Ia pula yang menyediakan
tempat di surga yang akan datang kembali bagi kita. Kita pun bersedia menanti kedatangan Tuhan
kedua kalinya. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing di dalam hidup kita sebagai orang
Kristen di dunia.
61
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Dari Daud. Kepada–Mu, ya TUHAN, kuangkat jiwaku;
Allahku, kepada–Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh–
musuhku beria–ria atas aku.
Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah
mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya.
Beritahukanlah jalan–jalan–Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran–Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang
menyelamatkan aku, Engkau kunanti–nantikan sepanjang hari.
Ingatlah segala rahmat–Mu dan kasih setia–Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada
sejak purbakala.
Dosa–dosaku pada waktu muda dan pelanggaran–pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi
ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia–Mu, oleh karena kebaikan–Mu, ya TUHAN.
TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing orang–orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan–Nya
kepada orang–orang yang rendah hati.
Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada
perjanjian–Nya dan peringatan–peringatan–Nya.
Oleh karena nama–Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu.
Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus
dipilihnya.
Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.
TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian–Nya diberitahukan–
Nya kepada mereka.
Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring.
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas.
Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!
Tiliklah sengsaraku dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku.
Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat
mendalam.
Jagalah kiranya jiwaku dan lepaskanlah aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku
berlindung pada–Mu.
Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti–nantikan Engkau.
Ya Allah, bebaskanlah orang Israel dari segala kesesakannya!
Renungan
Mengapa kita menanti-nantikan seseorang atau sesuatu? Tentu
karena kita menganggap seseorang atau sesuatu itu penting bagi kita. Apakah kita juga menganggap
Tuhan penting, sehingga kita pun menanti-nantikan Dia?
Judul: Menanti-nantikan Tuhan
Orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam bila ia mengalami
sesuatu hal dalam hidupnya. Itu sebabnya, ia tidak malu memercayakan hidupnya kepada Tuhan
62
(ayat 2-3) .
Akan tetapi, banyak orang Kristen malu untuk memberikan kesaksian tentang imannya
kepada Tuhan. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan akan membela tatkala orang yang tak mengenal
Tuhan mengolok-olok mereka. Atau bila penindasan dari musuh Tuhan menimpa mereka. Namun
orang Kristen yang sejati mengenal Tuhannya, serta percaya dan menaruh harap kepada Dia.
Orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar (ayat
4-14) . Ia sadar bahwa rahmat dan pengampunan Tuhan bersifat permanen (ayat 6-7) , dan ia yakin
akan ikatan perjanjian Tuhan yang teguh dan kekal (ayat 14) . Oleh karena itu, walaupun bisa jatuh
dan gagal, ia percaya bahwa ia bisa bangkit lagi (ayat 8-11) . Betapa seringnya kita membiarkan diri
ditipu oleh Iblis sehingga memiliki anggapan bahwa Tuhan sudah bosan mengampuni kita yang
berulang kali jatuh ke dalam dosa. Akibatnya kita tenggelam dalam rasa bersalah dan keputusasaan.
Padahal orang Kristen sejati seharusnya tahu bahwa pengampunan dalam Kristus bersifat tuntas, dan
kehadiran Roh-Nya memberikan penyertaan yang tak terbatas.
Menanti-nantikan Tuhan (ayat 21b) harus dimulai dengan percaya bahwa Dia peduli dan mau
mengajarkan jalan-Nya. Ingatlah senantiasa janji-Nya bahwa Dia siap mengampuni saat kita gagal.
Dia juga siap memperbarui hidup kita saat kita berserah kepada-Nya. Sebab itu, berdoalah, minta
Tuhan memberi kekuatan dalam menghadapi tantangan sehingga kita tidak mudah berputus asa.
Dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan kemenangan kita, tiada musuh dapat bertahan!
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 25
Pdt. Effendi Susanto STh.
Bersikap benar terhadap Allah
Bapa Reformator John Calvin menafsir kitab Mazmur dengan begitu teliti dan dalam porsi yang lebih
banyak dibandingkan dengan tafsirannya terhadap kitab-kitab lain. Kenapa? Calvin memberikan
penjelasan yang sangat indah mengenai hal ini. Dia mengatakan, pengetahuan kita akan firman
Tuhan itu adalah soal bagaimana saya berpikir benar akan Allah. Belajar teologi, belajar doktrin, ikut
katekisasi, ikut Bible Study, itu semua adalah untuk menambah pengetahuan kita, pengetahuan kita
akan firman Tuhan. Dan pengetahuan akan firman Allah itu adalah bagaimana saya berpikir dengan
benar tentang Allah. Tetapi, Calvin mengatakan, kitab Mazmur adalah kitab syair pujian kepada Allah
dari anak-anak Tuhan yang mengalami pergumulan dalam realita hidup, ditulis untuk kita supaya
melaluinya saudara bukan saja mendapatkan pengetahuan akan Allah, tetapi saudara menemukan
ketuhanan Allah.
Jadi itu bukan sekedar pengetahuan, tetapi kesalehan. Apa itu kesalehan? Apa itu hidup saleh?
Hidup saleh di hadapan Tuhan adalah bagaimana saya bersikap dengan benar kepada Tuhan. Teologi
adalah bagaimana saya berpikir benar mengenai Tuhan, tetapi kesalehan adalah bagaimana saya
bersikap benar kepada Tuhan. Banyak orang memiliki pengertian dan pengetahuan yang tidak salah
63
mengenai Allah, tetapi seringkali di dalam hidupnya dia berespons dengan keliru kepada Tuhan.
Maka kitab Mazmur menyatakan pergumulan orang-orang percaya bagaimana bersikap benar
terhadap Tuhan. Salah satunya adalah Mazmur 25 ini, mazmur yang ditulis oleh Daud.
Kalau saudara baca pengalaman hidup Daud di dalam kitab 1 Raja-Raja dan
1 Samuel
di situ kita bisa
tahu ceritanya dari sejak dia muda hingga menjadi raja di dalam berbagai pengalaman dan
pergumulan hidup, di dalam peperangan, di dalam pelarian dikejar dan hendak dibunuh oleh raja
Saul, dsb. Itu pengalaman realita hidupnya. Tetapi kitab-kitab itu hanya mencatat kronologi
kehidupan, apa yang terjadi di dalam hidup Daud, bagaimana dia dibuang, bagaimana dia lari,
bagaimana dia gagal, bagaimana dia mengambil keputusan yang salah. Itu semua dicatat dalam
cerita kronologi ini. Tetapi kitab-kitab ini tidak mencatat apa yang ada di dalam hati Daud. Puji Tuhan,
kitab Mazmur menjadi catatan hati orang-orang seperti Daud yang menjalani hidupnya hari demi
hari.
Kita mungkin bisa menjalani hidup yang sama seperti Daud. Ada masanya kita sukses, ada masanya
kita gagal, ada masanya orang ingin menjatuhkan, dsb. Tetapi di tengah segala pengalaman, realita,
tantangan kehidupan seperti itu, timbul pertanyaan yang sangat menarik, bagaimana pengenalan
kita akan Allah itu menjadi nyata di dalam bagaimana kita berespons kepada-Nya. Waktu ada
kesempatan berkali-kali bagi Daud untuk membunuh Saul, dia tidak melakukan. Semua bawahannya
mengatakan ini adalah tangan Tuhan yang menyerahkan Saul kepadamu. Betapa mudah, tinggal
tebas kepalanya, Saul pasti mati. Tetapi Daud mengatakan, orang ini adalah orang yang diurapi
Tuhan. Saya tidak punya hak untuk melakukan tindakan seperti itu. Artinya, secara pikiran manusia
ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan eksekusi tetapi kalau bukan waktunya Tuhan untuk dia
mati, Daud tidak mau mendahului Tuhan di dalam hal itu. Namun itu adalah cerita yang kita baca
yang tidak kita tahu pergumulan hati Daud di belakangnya. Kita tidak tahu bagaimana malam harinya
waktu dia berdoa Daud mengalami pergumulan yang tidak dicatat di dalam kitab
1 Samuel
ini. Apa
yang terjadi di dalam doa pribadi Daud, apa yang terjadi pada Daud ketika dia sedang bersembunyi
sendiri di dalam gua, mengalami pergumulan diincar dan hendak dibunuh, melalui mazmurmazmurnya semua itu bisa kita baca bagaimana besar dan dahsyat pergumulan rohani yang ada di
dalam hati Daud itu. Mulutnya mungkin membisu tetapi tangannya menuliskan syair-syair mazmur
ini, dan kita bersyukur tulisan dia bisa kita baca hari ini.
Dalam Mazmur 25 Daud berada tersendiri di dalam gua, berada di dalam kesulitan dan kegagalan, lari
jauh-jauh karena mengalami mara bahaya, tetapi yang menjadi kekuatannya adalah dia percaya
Tuhan pimpin hidupnya. Dia membimbing saya. Dia berjalan di sampingku. Itu yang juga menjadi
kekuatan bagi kita.
Minggu lalu saya katakan salah satu kekayaan orang Kristen yang tidak boleh kita abaikan meskipun
banyak di antara kita kehilangan materi dan finansial dan pekerjaan, ini adalah masa dimana orang
mungkin melihat banyak hal yang terhilang di dalam hidupnya, tetapi kita tidak boleh kehilangan
kekayaan rohani di dalam hidup kita. Kita adalah anak-anak Allah. Paulus mengatakan di dalam surat
Roma, kalau engkau adalah anak Allah maka hidupmu dipimpin oleh Roh Kudus. Berapa banyakkah
orang Kristen menyadari setiap langkah yang kita ambil di dalam perjalanan hidup kita Tuhan
64
menyertai dan memimpin di situ? Banyak kali yang terjadi adalah di saat-saat kritis mengambil
keputusan-keputusan penting baru mereka mencari pimpinan Tuhan. Banyak orang Kristen tidak
menyadari bahwa setiap saat Tuhan itu memimpin dan mengarahkan hidup mereka. Mari hari ini
saya mengajak saudara belajar menjadi orang Kristen yang mengerti Tuhan memimpin hidup kita dan
itu sudah cukup menjadi kekuatan yang indah. Jalan di depan terang atau gelap, lancar atau tidak
lancar, lurus atau berkelok-kelok, itu semua tidak lagi menjadi problem yang kita pikirkan ketika kita
tahu Dia sertai dan pimpin hidup kita. Ini menjadi pengakuan Daud di dalam Mzm.25 yang kita lihat.
Daud mengatakan, Tuhan, beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku. Tunjukkanlah itu kepadaku.
Tuhan mengajar orang-orang yang rendah hati untuk berjalan di dalam jalan Tuhan dan aku tahu
jalan Tuhan itu baik dan benar adanya. Itu adalah pengakuan yang muncul di dalam mazmur ini.
Kapankah kita benar-benar dan sungguh-sungguh mencari pimpinan Tuhan di dalam hidup kita?
Mungkin waktu kita hendak mencari jodoh, atau waktu mau mencari pekerjaan, atau waktu mau
mencari rumah. Sesudah mendapat rumah, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu mau
membeli rumah yang lebih besar. Sesudah dapat jodoh, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu
mau putus. Sama dengan pekerjaan, sesudah dapat, kita berhenti doa dan baru berdoa lagi waktu
mau di PHK atau waktu mau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Banyak dari kita seperti itu. Kita
memiliki pengetahuan akan Allah, kita percaya Allah memelihara kita. Tetapi kita tidak memiliki
kesalehan di dalam pengetahuan itu, yakni bagaimana pengetahuan akan kebenaran firman Tuhan
itu kita nyatakan sungguh-sungguh di dalam hidup kita. Jika kita memiliki kesalehan itu, kata Calvin,
kita belajar hidup berespons dengan benar kepada Tuhan. Apapun yang terjadi di dalam hidupku, aku
dituntut oleh firman Tuhan belajar berespons dengan benar kepada Dia. Maka kematangan
kehidupan rohani kita akan dilihat dari sejauh mana kita berespons kepada Tuhan di dalam hidup
kita. Salah satunya adalah bicara bagaimana Tuhan memimpin hidupmu.
Daud di dalam Mzm. 25 ini tidak memberikan indikasi latar belakang mazmur ini di dalam kasus apa,
maka kita hanya bisa menebak kenyataan dan realita hidup seperti apa yang sedang dialami oleh
Daud ketika dia menulis mazmur ini. Kita melihat dia sedang tersendiri dan sepi. Musuh-musuhnya
sedang mengincar dan mencarinya. Lalu ada indikasi dia meminta ampun untuk dosa masa mudanya.
Kalimat-kalimat itu memberikan indikasi bahwa Daud mungkin menulis mazmur ini pada masa dia
sudah beranjak tua. Mungkin dia tersendiri waktu dia sedang dikejar oleh Saul atau bisa jadi waktu
dikejar oleh anaknya sendiri Absalom yang ingin membunuh dan mengkudeta dia. Kira-kira itu yang
bisa kita tebak. Tetapi saya suka sekali di dalam
Mzm.25
ini Daud sama sekali tidak memberikan
indikasi kepada kita apa yang menjadi problem yang spesifik di dalam hidup dia. Banyak kali kita baru
datang dan baru minta pimpinan Tuhan pada waktu kita sedang mengalami spesifik problems. Daud
tidak seperti itu. Setiap momen hidupnya dia percaya Tuhan yang pimpin.
Sebagai seorang Kristen yang memiliki kesalehan hidup, biarlah kita tahu Tuhan pimpin dan kita tahu
Tuhan beserta dalam hidup kita walaupun mungkin di dalam kenyataan dan realitanya kita
mengalami tantangan, kesulitan dan situasi hidup yang tidak baik. Apa yang menjadi kekuatan yang
sangat indah di dalam
Mzm.25
ini, yang kita belajar di dalamnya? Daud mengatakan Tuhan pasti
pimpin langkah orang percaya, apapun yang kita ambil, perjalanan hidup kita di depan bagaimana,
kita percaya Tuhan pimpin hidup kita. Apa yang harus menjadi dasar kekuatan kita di situ?
Ayat 6 ,
65
ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak
purbakala.
Terjemahan Inggris mencoba mencari padanan kata “hesed” dengan kata “the steadfast love of the
Lord.” Kata ini begitu jelas digambarkan dalam Rat.3:22-23 “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan. Tak
habis-habis rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi. Besar kesetiaan-Mu.” PL memiliki konsep yang kental
mengenai kata ‘hesed’ ini. Hesed memiliki pengertian teologis yang begitu dalam, yaitu kesadaran
bahwa Allah sudah berjanji dan sudah mengikatkan diri di dalam perjanjian dengan umat-Nya bahwa
Dia akan menjadi Allah mereka. Allah sendiri mengingatkan orang Israel, jangan pikir dirimu hebat. Di
antara bangsa-bangsa yang ada di sekitarmu, engkau adalah bangsa yang paling kecil dan tidak
dianggap. Tetapi Aku mengadakan perjanjian mau menjadi Allahmu di dalam kehidupan. Sehingga
dengan konsep ini walaupun mungkin bangsa Israel tidak mengalami anugerah pemeliharaan dan
penyertaan Tuhan dalam hidupnya, hesed menjadi penghiburan dan pengharapan yang kuat bagi
mereka.
Kalau saudara baca kitab Ratapan, sebagian besar penafsir setuju ditulis oleh Yeremia pada waktu
berada di dalam pembuangan. Mereka sudah dibuang, dihina, tidak ada pengharapan, situasi
hidupnya tidak baik, dsb. Di tengah-tengah ratapan itu, muncul ayat ini menjadi titik baliknya. The
steadfast love of the Lord never ceases. Itu yang dikatakan oleh Daud juga, waktu saya sepi, saya
dibuang, saya menghadapi situasi hidup seperti ini, saya bertanya-tanya apakah betul Tuhan
memimpin hidup saya? Apakah betul di sini ada anugerah Tuhan yang baik? Apakah betul di tengah
jalan yang suram dan gelap ini Tuhan sertai dan pimpin hidupku? Tidak ada jawaban. Tidak ada
penyertaan yang jelas. Tetapi menghadapi semua itu maka Daud mengeluarkan kalimat ini, saya tahu
Tuhanku hesed. Dia memiliki kasih yang tidak berubah dan tidak berkesudahan.
Yang kedua, Dia selalu berfirman dan ini menjadi hal yang indah sekali.
Ayat 9 ,
Allah membimbing
orang-orang yang rendah hati menurut hukum-Nya dan Ia mengajarkan segala jalan-Nya kepada
orang-orang yang rendah hati. Dia berfirman, Dia mengajar. Tuhan memimpin hidup kita bergantung
kepada kesetiaan telinga kita untuk terus-menerus mendengar apa yang Ia katakan dengan firmanNya. Salah satu akibat dari keberdosaan kita adalah kita tutup telinga kita tidak mau mendengar
jawaban Tuhan walaupun di dalam hati kecil kita tahu itu jawaban yang benar.
Minggu lalu dalam kebaktian sore saya sudah menyinggung akan hal ini, berkaitan dengan sikap
Adam setelah memakan buah yang Tuhan larang, ada dua pertanyaan Allah yang Adam tidak jawab.
Allah bertanya kepada Adam, siapa yang memberitahukan bahwa engkau telanjang? Apakah kamu
makan buah itu?
(Kej.3:11) .
Adam tidak menjawab dua pertanyaan ini meskipun jawabannya jelas
ada, dan sebaliknya Adam justru mempersalahkan Tuhan. Orang kalau sudah terpojok dan dalam
hatinya tahu dia salah, dia akan balik menjadi singa yang luka yang akan menerkam siapa yang ada di
dekatnya. Dosa bukan saja sekedar tindakan, tetapi dosa sebenarnya adalah juga penipuan diri.
Adam tahu dia bersalah dan Adam tahu dia sudah makan buah itu tetapi dia tidak mau mengakuinya.
Dalam Rom.10:2-3 di sini Paulus bicara mengenai kehidupan orang Yahudi, mereka sungguh-sungguh
giat untuk Allah tetapi tanpa pengertian yang benar. Inilah bahayanya agama seperti ini. Punya
keinginan dan ketekunan, mau sungguh-sungguh beribadah tetapi pengetehuan dan memahami
66
keagamaannya salah. Mereka tidak bisa mengenal kebenaran Allah karena mereka mendirikan
kebenaran mereka sendiri dan tidak mau takluk kepada kebenaran Allah. Waktu mereka mendirikan
kebenaran mereka sendiri, apakah mereka sadar akan hal itu? Apakah mereka sadar bahwa yang
mereka dirikan itu bukan kebenaran sejati tetapi mengakui itu kebenaran sejati? Tidak mengaku
tidak berarti tidak menyadari. Dan ini adalah penipuan diri yang sama seperti Adam.
Maka saya tahu pimpinan Tuhan karena saya belajar takluk mau dengar suara firman Tuhan.
Singkirkan suara-suara yang lain, singkirkan suara-suara yang memberikan penipuan kepada kita. Kita
harus tunduk di dalam ketaatan kita kepada firman Tuhan. Sebab sebelum manusia mendirikan
kebenaran diri padanya selalu akan disertai dengan penipuan diri terlebih dahulu. Bukan kebenaran
tetapi kebohongan, tetapi mereka menganggapnya sebagai kebenaran. Sikap kita yang benar
menerima pimpinan Tuhan bergantung kepada sikap kita apakah sungguh-sungguh mau takluk mau
mendengarkan suara firman Tuhan. Kita menemukan Daud di dalam Mzm.25 bicara aspek yang kedua
di dalam mengenal kebenaran dan pimpinan Tuhan adalah berkaitan dengan diri kita. Darimana kita
tahu Tuhan pimpin hidup kita? Mari kita tidak belajar lagi meminta Tuhan buka jalan persoalan demi
persoalan di dalam hidup kita, tetapi bagaimana ktia meresponi pimpinan Tuhan itu dengan
bagaimana kita menyambut pimpinan Tuhan di dalam firman-Nya. Maka ada beberapa kualitas hidup
yang dibicarakan di dalam
Mzm.25
bicara mengenai orang yang dipimpin oleh Tuhan. Inilah yang
dikatakan Calvin sebagai sikap kesalahan dari orang yang berespons dengan benar kepada Tuhan
melalui sikap ini.
Pertama, di ayat 9 , “Dia membimbing orang yang rendah hati…” Humbleness. John Bunyan di dalam
bukunya yang terkenal “The Pilgrim’s Progress” bicara mengenai pertumbuhan hidup orang Kristen
yang bagus sekali. Di sana diceritakan seorang Kristen berjalan menuju ke satu gunung yang tinggi
disertai dengan teman-temannya Faith, Prudence, dsb. Lalu terjadi dialog, menanjak di dalam
pertumbuhan rohani kita itu tidak gampang, tetapi menuruni lembah jauh lebih sulit karena bisa jadi
saya jatuh dan tergelincir di situ. Maka kata Christian, menuruni lembah itu adalah “the valley of
humiliation” lembah kehinaan, sangat terjal dan sangat licin sekali. Lembah kehinaan adalah lembah
dimana Tuhan ijinkan masuk ke dalam hidup kita supaya kita belajar bukan untuk menghina diri atau
dihina orang tetapi supaya kita belajar apa artinya rendah hati. Ratapan mengatakan, “adalah baik
bagi selagi muda saya pikul beban yang berat…” Dalam Mzm.25 ini Daud menyatakan pengakuan yang
menarik, “Tuhan, ampunilah dosaku pada masa mudaku…” Atau diterjemahkan lebih baik ‘my
youthful sins’- tidak berarti orang muda paling banyak dosanya- tetapi mempunyai pengertian sifatsifat masa muda kita yang memang merupakan sifat-sifat bisa dikategorikan inilah yang
menyebabkan kita akhirnya berdosa kepada Tuhan: gampang ambil keputusan dengan gegabah,
terlalu bersandar kepada kekuatan dan kemampuan diri, kesombongan karena merasa mampu dan
hebat. Itu adalah sifat dari kecongkakan hidup. Tuhan pimpin hidupku, biar saya belajar rendah hati
di hadapan Tuhan. Rendah hati di dalam pengertian belajar menerima pendidikan dan pengajaran
Tuhan dan mengalami perubahan.
Kedua, di
ayat 12-14 ,
takut akan Tuhan. Bagaimana kita bisa mendapat pimpinan Tuhan yang baik?
Orang selalu mau seperti Gideon, mendapat tanda yang jelas dari Tuhan untuk mengambil
keputusan. Hal-hal seperti itu yang kita mau, tapi Daud tidak bicara seperti itu. Daud bicara hidup
67
yang rendah hati di hadapan Tuhan, yang diajar dan dipimpin oleh firman Tuhan dan hidup bergaul
karib dengan Tuhan. Bagaimana saudara bergaul karib dengan Tuhan? Bagaimana kita mempertumbuhkan persahabatan kita dengan Tuhan? Itu hal yang paling penting sekali di dalam hidup ini,
karena dari situlah kita bisa mengenal apa yang menjadi isi hati Tuhan. Bahkan tanpa Tuhan berkata
kepada kita, kita bisa mengenal isi hati Dia sebab kita bergaul karib dengan Tuhan. Dengan demikian
engkau dan saya mungkin tidak perlu mengeluarkan kata-kata kepada Tuhan, Tuhan sendiri sudah
tahu isi hatimu sebab Dia bergaul karib dengan kita. Saya minta kita belajar dari kebenaran firman
Tuhan yang begitu dalam ini. Di situlah kita bertumbuh secara kesalehan di hadapan Tuhan,
berespons dengan benar kepada Dia.
Yang terakhir, di dalam bagian ini Daud berkata Tuhan tetap pimpin hidupku walau di dalam kondisi
apapun. Ada dua tantangan yang Daud akui di dalam mazmur ini, kegagalan internalnya yaitu his
youthful sins dan yang kedua adalah oposisi secara ekternal yaitu musuh-musuh yang senang
melihatnya berada di dalam kesulitan. Semua ini membuatnya berada di dalam kesesakan, sengsara
dan kesulitan. Bagaimana Tuhan tetap memimpin hidup kita walaupun kita mengalami kegagalan
secara internal dan juga oposisi secara eksternal? Menghadapi dua situasi itu,
Mzm.25
memberikan
dua jawaban yang penting.
Pertama, belajar mengaku bersalah. Itu pengakuan Daud, saya sudah mengambil langkah secara
gegabah, saya berjalan dengan salah. Seorang yang dipimpin oleh Tuhan adalah seorang yang terus
mengalami pembaharuan itu, ketika Tuhan menegur ada yang salah kita mengaku dengan jujur di
hadapan Tuhan.
Yang kedua, saudara lihat bagaimana menghadapi oposisi dari luar, Daud tidak minta kepada Tuhan
supaya oposisi itu disingkirkan, supaya kesulitan itu lenyap darinya. Tetapi dia meminta Tuhan
menjaga hatinya supaya integritas dan kelurusan hatinya makin dinyatakan oleh Tuhan. Ketika
kesulitannya makin besar, tantangan hidup makin besar yang menghimpit hidupnya, situasi
memperbesar kesulitannya, tidak ada jawaban lain kecuali Tuhan makin membesarkan kelapangan
hatinya. Guard my soul and enlarge my integrity. Orang yang dipimpin oleh Tuhan walaupun
menghadapi kesulitan, tantangan dan kegagalan, dia tetap sadar Tuhan pimpin di situ. Mari kita
belajar mengaku kalau ada hal yang salah di situ. Kita tahu walaupun tantangan dan kesulitan begitu
besar jangan sampai itu merusak hati kita. Tantangan dari luar boleh datang makin besar, tetapi biar
Tuhan menjaga hati kita. Ini yang John Calvin katakan dengan kata ‘godliness’, the right response and
the right attitude.
Apa yang bisa menjaga hati kita tulus, tetap lurus dan memiliki integritas kecuali kita kembali
dipimpin oleh firman Tuhan.
68
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 25; 34
Ev. Solomom Yo
Takut akan Tuhan
Hal takut akan Tuhan merupakan satu hal yang sangat penting dan esensial di dalam kehidupan kita
sebagai orang Kristen, sebab hal itu merupakan dasar kerohanian dan moralitas yang sejati. Tanpa
adanya takut akan Tuhan, orang mungkin memiliki satu aktivitas rohani dan bahkan kebajikan yang
begitu indah namun sesungguhnya mereka melakukan sesuatu yang hanya secara tampak luar saja
indah tetapi tidak berkenan dimata Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Matius 7:21 , “Bukan setiap
orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia
yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Tanpa takut akan Tuhan semua hanya merupakan
sesuatu yang sia-sia belaka, palsu dan menjadi sumber kehancuran.
Raja Saul merupakan contoh tragis seorang tokoh rohani yang ketika melayani Tuhan memulai
dengan begitu rendah hati tetapi berakhir dengan begitu ironis, yaitu dengan pergi mencari seorang
peramal dan orang yang dapat memanggil arwah orang mati. Salah satu yang menyebabkan Saul
jatuh, yang akan kita soroti adalah bahwa ia tidak memiliki rasa takut akan Tuhan. Dikatakan dalam
I Sam 15: 24-26 : “Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah Tuhan dan perkataanmu; tetapi aku
takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. …, sebab engkau telah
menolak firman Tuhan; sebab itu Tuhan telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel.” Demikian
juga Pilatus yang takut pada desakan orang banyak sehingga ia mengkompromikan apa yang secara
hati nuraninya, dan ketika istrinya mendapat mimpi dan mengingatkan, ia tidak berani dan tidak
mampu melakukannya. Jadi di dalam tidak adanya takut akan Allah terdapat sesuatu yang sangat
berbahaya.
Disini terdapat beberapa alasan jikalau kita takut akan manusia:
1).
Takut akan manusia mendorong kita menyerahkan diri menjadi budak orang lain, dan itu menjadikan diri kita sendiri hina. Sebagai manusia, kita tidak mempunyai hak atas hidup kita sehingga apa
yang ada harus kita pelihara dan akhirnya boleh dipertanggungjawabkan pada Tuhan. Orang Kristen
adalah orang yang hanya menyerahkan lututnya pada Tuhan untuk kemudian menjadi saksi-Nya. Dan
pengajaran ini justru akan membuat orang Kristen menjadi lebih sayang dan hormat kepada orang
tuanya. Jikalau di tengah sistem masyarakat, kita mengenal adanya orang tua-anak kecil; pimpinanbawahan, dsb., kita tahu bahwa anak muda harus menghormati orang yang lebih tua, seorang pimpinan akan dihormati bawahannya, dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian setiap kita mempunyai satu sikap hormat, sopan santun dan keteraturan yang berada di dalam satu keseimbangan.
Kita hanya memuliakan dan takut akan Tuhan, tetapi juga mempunyai penghargaan terhadap orang
lain sebagai ciptaan di dalam aturan yang sepantasnya.
69
2).
Takut akan manusia membuat orang menggantungkan hidupnya kepada orang lain karena ia
menganggap keputusan mereka adalah penentu hidup/matinya. Ada kalanya kita menganggap boss
atau siapa saja mempunyai kuasa untuk menentukan kesejahteraan kita dan kita sangat bergantung
pada keputusan atau kebaikannya, sehingga kita menjadi tunduk dalam segala hal kepadanya. Orang
Kristen tidak pernah diajar untuk menggantungkan hidup dan sejahteranya kepada siapapun juga,
baik pada materi maupun seseorang. Firman Tuhan bahkan mengatakan dengan tegas di dalam Yer
17: 5 : “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri,
dan yang hatinya menjauhi daripada Tuhan!” Karena orang yang menggantungkan kebahagiaan dan
kesejahteraannya kepada sesuatu yang tidak kuat dan dapat berubah adalah orang yang
membahayakan dirinya untuk selalu tidak sejahtera. Sebab ketika materi/ manusia itu menjadi lemah
dan tidak berarti, kita menjadi tidak bahagia. Kita diajarkan untuk membangun rumah kita bukan
diatas pasir tetapi diatas batu karang yang teguh dan kesetiaan-Nya yaitu Yesus Kristus, dimana
kebahagiaan kita akan ditegakkan. Tuhan dapat memberikan orang/kekasih sebagai orang yang
membahagiakan kita, tetapi sebagai orang Kristen kita harus sadar bahwa apabila mereka diambil,
atau bahkan jikalau kita di-PHK, kita tidak akan menjadi gila atau menghujat Tuhan. Dengan demikian
kita tahu bahwa apapun yang kita terima baik berkat, keluarga, maupun tubuh yang sehat, selalu kita
lihat bahwa lengan Tuhan yang kekal itulah yang membimbing dan menopang kita.
3).
Membuat kita mau melakukan apa saja demi orang yang kita takuti. Betapa sering di dalam
perusahaan, bahkan orang Kristen, yang kemudian kompromi di dalam berbagai hal untuk dapat
menyenangkan boss atau pimpinannya. Akibatnya kita telah menjual iman kita dan mengkhianati
Tuhan demi suatu upah yang nilainya tidak seberapa. Takut pada manusia menyebabkan kita berbuat
dosa dan kehilangan sesuatu yang penting, dan justru ketika kita menjual iman kita, orang tidak akan
menghargai kita lagi. Itu adalah kerugian yang seringkali tidak kita sadari yang akan menghancurkan
diri kita sendiri.
4).
Hidup kita hanya untuk menyenangkan hati orang yang kita takuti, yang ironisnya suatu hari ia
akan mencampakkan kita, ketika ia sudah tidak memerlukan kita lagi. Manusia sebagai mahkluk
berdosa tidak dapat diandalkan, bahkan kita tidak dapat mempercayai diri kita sendiri. Berapa
banyak kita berdoa ingin setia pada Tuhan tetapi akhirnya kita melanggarnya. Dengan demikian kita
harus mohon kekuatan Tuhan untuk menolong, terutama ketika seseorang semakin memiliki kuasa,
disitu potensi penyelewengan menjadi semakin besar. Disini kita tahu bahwa hanya Tuhan yang
begitu setia dan tidak pernah mengabaikan setiap apa yang kita lakukan, bahkan sesuatu yang paling
kecil ketika kita lakukan dengan hati nurani yang tulus.
5).
Orang yang takut akan manusia adalah orang yang memanfaatkan orang lain demi mencapai
tujuannya. Orang ini merasa bahwa sejahteranya bergantung pada orang lain, dan yang ia inginkan
adalah supaya sejahterannya dapat terpelihara. Sehingga ketika ia takut, tunduk atau melakukan apa
saja termasuk kompromi, alasannya bukanlah cinta melainkan karena ketakutan jikalau
kesejahteraannya terganggu. Dan tujuan orang tersebut adalah keuntungan, imbalan, keselamatan,
dsb. Dan ketika ia bertemu dengan sesuatu yang lebih besar lagi, ia akan dengan mudah meninggalkan dan pergi kepada yang lain.
6).
Mengakibatkan kita gagal untuk mengembangkan apa yang telah direncanakan Tuhan bagi kita
karena kita telah menjual diri kita untuk mendapatkan keuntungan yang sepele. Kita mengorbankan
70
kebenaran dan membiasakan diri melakukan kesalahan yang akhirnya menjadikan kita orang yang sangat hina dan munafik karena kita dapat diatur oleh manusia. Hidup dalam dunia ini tidak ada satu
jaminan akan selalu lancar, bahkan orang yang memiliki segala sesuatu pun tidak lancar dan
bukannya tanpa bahaya, tetapi kita tetap mempunyai perbedaan dimana kita memiliki jaminan
pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang tidak akan goyah selama-lamanya.
Takut akan Tuhan bukan suatu takut yang memperbudak, yang membuat kita takut seperti pada
hantu atau suatu kuasa yang negatif, tetapi suatu esensi dari satu kerohanian/ sikap batin yang benar
di hadapan Tuhan. Di dalam takut akan Tuhan ada satu paradoks, yaitu ada semacam kegentaran/
ketakutan yang begitu dasyat kepada Allah yang suci, kudus dan benar sehingga sedikit kesalahan
pun tidak akan Ia tolerir. Tetapi sekaligus di dalam takut akan Tuhan yang demikian, juga disertai satu
kasih sayang Allah Bapa yang menyambut kita yang berdosa sebesar apapun juga, sehingga kita
boleh datang kehadirat-Nya seperti seorang anak kecil yang datang kepada bapanya, yang dengan
kasih sayang dan keintiman boleh menyebut-Nya Bapa. Kegentaran pada Tuhan adalah sesuatu yang
sungguh-sungguh membuat kita gemetar, takut yang melebihi apapun juga. Sehingga orang yang
berdosa berkata: “Hai bukit, hai gunung jatuhlah menimpa kami sebab kami sangat takut menghadap
akan murka Allah.” Kita terlalu sering menekankan aspek positif Allah yaitu kasih, pengampunan dan
damai sejahtera Tuhan yang menerima kita sehingga kita kehilangan sikap gentar dan takut akan
Allah. Sikap takut akan Tuhan harus menjadi landasan kerohanian yang sejati dan moralitas yang
tulus iklas, karena di dalam batinnya ia tahu kepada siapa ia berespon dan dihadapan siapa ia hidup
sehingga tidak hidup sembarangan.
Takut akan Tuhan dapat kita mengerti dalam beberapa aspek:
1).
Adanya suatu paradoks bahwa ketika kita hidup di dalam anugerah dan pimpinannya, maka kita
boleh memiliki damai sejahtera dan dengan penuh kepercayaan menghampiri tahta Tuhan. Namun
sebaliknya bagi orang yang hidup dalam dosa dan sengaja memberontak pada Tuhan, Ia akan
menjatuhkan murka-Nya atas kita. Mungkin kita memiliki rasa takut terhadap setan, penguasa atau
militer yang sanggup melakukan sesuatu yang buruk terhadap kita, tetapi itu tidak akan berarti jika
dibandingkan dengan murka Tuhan. Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa Allah tidak dapat dipermainkan dan ia adalah api yang menghanguskan sehingga tidak ada sesuatu yang cemar yang boleh
hadir dihadapan-Nya.
2).
Takut akan Tuhan adalah menyadari dan mengakui Allah sebagai pribadi yang tertinggi, yang
mengendalikan seluruh kehidupan umat manusia, bahkan alam semesta ini. Semua hal di dalam alam
semesta ini memiliki berbagai derajat kuasa dan otoritas, tetapi diantara semuanya itu hanya Tuhan
satu-satunya yang patut disembah dan diperhitungkan. Seperti Yesaya di dalam bait Allah melihat
kemuliaan Tuhan yang menguasai segala sesuatu dan menjulang tinggi, dan kepada Tuhan ia
bertekuk lutut serta bersembah sujud. Sehingga jikalau saya takut pada Allah di dalam sikap yang
benar dan di dalam sejahtera dengan Dia maka saya tidak perlu takut terhadap apapun yang lain.
3).
Mengakui Allah sebagai sumber berkat sejati, yang menjadi sumber sejahtera dan bahagia
daripada kita semua. Ketika Allah ada di pihak kita maka tidak ada apapun yang sanggup melawanNya. Orang yang takut akan Tuhan, yang telah melihat kemuliaan Tuhan yang mengatasi segala
sesuatu akan mengakui bahwa sumber sejahtera adalah Tuhan sehingga hanya kepada Dia, ia tunduk
dan menggantungkan dirinya.
71
4).
Takut akan Tuhan berarti melibatkan Tuhan di dalam seluruh aspek kehidupan kita dan kita taat
kepada pimpinan-Nya. Kita tahu bahwa di gunung yang tinggi, di lembah yang dalam, di lautan yang
luas maupun di samudra angkasa, disitupun Allah berada dan disitu kita hidup di hadapannya, dinilai,
berharap dan memuliakan-Nya. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan tidak
akan kekurangan, singa-singga muda akan mati kelaparan dan merana tetapi orang yang
mengandalkan dan hidup takut akan Tuhan tidak akan kekurangan. Dengan demikian tidak ada yang
perlu kita khawatirkan dan dengan sejahtera kita boleh hidup dan beristirahat dengan tenang.
Takut akan Tuhan memberikan pada kita sejahtera yang besar dan kita tidak perlu dikuasai oleh
orang lain. Salah satu kalimat Yesus yang bersifat revolusioner adalah, “Janganlah kamu takut kepada
manusia yang hanya mampu untuk membinasakan tubuh, tetapi tidak seperti Tuhan yang sanggup
membinasakan tubuh dan jiwa dalam neraka.” Ketika kita sudah tidak takut terhadap kematian
ataupun penganiayaan maka kita justru hidup dalam damai sejahtera. Sehingga di dalam hubungan
kita satu sama lain, yang pertama adalah takut akan Tuhan dan dalam hubungan dengan sesama kita
boleh menjalin satu saling menghormati dan mengasihi semua di dalam kebenaran. Kiranya firman
Tuhan hari ini boleh memberikan pada kita suatu terobosan dan kebebasan untuk hidup penuh
sejahtera dengan satu kegentaran hidup benar dihadapan Tuhan. Mari kita belajar takut akan Tuhan.
Amin!
72
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan;
kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu–ragu.
Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.
Sebab mataku tertuju pada kasih setia–Mu, dan aku hidup dalam kebenaran–Mu.
Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;
aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak
duduk.
Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah–Mu, ya
TUHAN,
sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala
perbuatan–Mu yang ajaib.
TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman–Mu dan pada tempat kemuliaan–Mu bersemayam.
Janganlah mencabut nyawaku bersama–sama orang berdosa, atau hidupku bersama–sama
orang penumpah darah,
yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima
suapan.
Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku.
Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah.
Renungan
Pengadilan adalah tempat keadilan ditegakkan. Di pengadilan,
orang yang benar dibuktikan tidak bersalah, sebaliknya orang yang salah dinyatakan kesalahannya
dan dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Judul:
Hidup dalam kebenaran
Mazmur ini mungkin ditulis saat pemazmur menghadapi pengadilan dengan tuduhan dosa tertentu,
yang setimpal dengan hukuman mati (ayat 9) . Tidak ada penjelasan mengenai dosa apa yang dia
lakukan. Akan tetapi, pemazmur mengklaim diri tidak bersalah. Dua kali ia menggunakan kata "hidup
dalam ketulusan" (ayat 1, 11) . Meski dituduh bersalah, hati nuraninya tidak menyalahkan dirinya.
Oleh karena itu, ia percaya bahwa ia akan mendapatkan keadilan Tuhan yang melihat ke kedalaman
hatinya untuk menemukan bahwa ia tidak bersalah (ayat 2) .
Bukan hanya hati, pemazmur juga siap diuji kehidupannya secara faktual. Pemazmur mengajukan
fakta positif dan negatif untuk menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Fakta positif adalah bahwa ia
hidup dalam kebenaran (ayat 3) , dan setia beribadah di dalam rumah Tuhan (ayat 6-8). Kalau di dalam
hatinya ada kepalsuan, pasti Tuhan tidak akan berkenan menerima ibadahnya. Berjalan mengelilingi
mezbah sebagai tanda tak bersalah (ayat 6) , mungkin bermakna mencari keadilan pada Tuhan (band. 1
Raj. 8:31-32) . Secara negatif, pemazmur menegaskan sikapnya yang tidak ikut-ikutan orang yang
berbuat jahat. Ia bahkan menyatakan sikap menentang perbuatan tangan mereka (ayat 4-5) .
Kenyataan bahwa pengadilan di dunia ini, termasuk yang ada di negara tercinta kita ini, tidak
sungguh-sungguh menegakkan keadilan, tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk tidak
73
mempertahankan hidup dalam kebenaran. Kita tetap harus mengasihi Tuhan dan melaksanakan
firman-Nya serta menolak ikut-ikutan berbuat dosa. Justru kita harus menjadi teladan dalam hal
hidup benar dan tidak kompromi dengan kejahatan, agar kita lantang bersuara ketika melawan
kejahatan.
74
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 27
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?
TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
Ketika penjahat–penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan
musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan
melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.
Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur
hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait–Nya.
Sebab Ia melindungi aku dalam pondok–Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku
dalam persembunyian di kemah–Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.
Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah–Nya aku
mau mempersembahkan korban dengan sorak–sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi
TUHAN.
Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!
Hatiku mengikuti firman–Mu: “Carilah wajah–Ku”; maka wajah–Mu kucari, ya TUHAN.
Janganlah menyembunyikan wajah–Mu kepadaku, janganlah menolak hamba–Mu ini dengan
murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku,
ya Allah penyelamatku!
Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.
Tunjukkanlah jalan–Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab
seteruku.
Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi–
saksi dusta, dan orang–orang yang bernafaskan kelaliman.
Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang–orang yang hidup!
Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Renungan
Dalam zaman yang serba tidak pasti dan penuh ancaman ini,
apakah yang menjadi andalan Anda? Bersama pemazmur, mari kita nyatakan keyakinan bahwa
Tuhan adalah persandaran yang teguh dan yang satu-satunya (ayat 1-6) . Keyakinan demikian akan
memberanikan kita untuk datang dan memohon pertolongan-Nya (ayat 7-14) .
Judul: Hanya Tuhan menolongku
Pemazmur mulai dengan pertanyaan retoris, "Jika Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng
hidupnya, kepada siapakah dia harus takut?" Ketiga lambang ini menegaskan sifat Allah. Terang
melambangkan kehadiran Allah yang mengenyahkan kegelapan, sekaligus memberi rasa aman.
Keselamatan jelas merupakan akibat dari perlindungan Tuhan. Sedangkan benteng menggambarkan
pertahanan dan perlindungan yang kokoh terhadap serangan musuh.
Di manakah tempat perlindungan paling aman bagi anak-anak Tuhan (ayat 4-6)? Tentu di rumah
Tuhan! Dua kata dipakai di sini, yaitu rumah Tuhan dan bait-Nya. Yang dimaksud bukanlah wujud fisik
melainkan kehadiran dan penyertaan Tuhan atas umat-Nya, yakni ketika umat beribadah dan Dia
75
menyatakan berkat-Nya. Bandingkan dengan keyakinan pemazmur untuk tinggal selamanya di rumah
Tuhan (Mzm. 23:6) . Dengan keyakinan seperti inilah pemazmur berani meminta pertolongan Tuhan
atas semua kesesakan yang ia alami (ayat 12) . Delapan kata kerja dipakai untuk mengajukan
permohonannya (ayat 7, 9, 11-12) , diselingi dengan motivasi yang mendorong pemazmur bermohon:
"wajah-Mu kucari, ya Tuhan" (ayat 8) . Mencari wajah Tuhan berarti mencari perkenan-Nya. Kalau
Tuhan berkenan, pasti Ia menolong.
Keyakinan pemazmur kiranya menjadi keyakinan sekaligus komitmen Anda. Pertolongan manusia
terbatas baik oleh daya, waktu, dan juga kemauan (ayat 10) . Saat kesusahan datang, ingat dua hal:
sifat Tuhan yang peduli dan mau menolong umat-Nya, dan bahwa Dia pernah menolong Anda.
Katakan, 'Tuhan aku percaya pada-Mu' (ayat 13) dan nantikanlah pertolongan-Nya (ayat 14)!
76
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 28
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dari Daud. Kepada–Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri
terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang
turun ke dalam liang kubur.
Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada–Mu minta tolong, dan
mengangkat tanganku ke arah tempat–Mu yang maha kudus.
Janganlah menyeret aku bersama–sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang
melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman–temannya, tetapi yang hatinya penuh
kejahatan.
Ganjarilah mereka menurut perbuatan mereka dan menurut kelakuan mereka yang jahat;
ganjarilah mereka setimpal dengan perbuatan tangan mereka, balaslah kepada mereka apa
yang mereka lakukan.
Karena mereka tidak mengindahkan pekerjaan TUHAN dan perbuatan tangan–Nya; Ia akan
menjatuhkan mereka dan tidak membangunkan mereka lagi.
Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku.
TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada–Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu
beria–ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada–Nya.
TUHAN adalah kekuatan umat–Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi–Nya!
Selamatkanlah kiranya umat–Mu dan berkatilah milik–Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan
dukunglah mereka untuk selama–lamanya.
Renungan
Hidup benar sebagai umat Tuhan yang mendapatkan
pengurapan (ayat 8) di tengah-tengah orang-orang yang fasik (ayat 3) , sungguh tidak mudah. Apalagi
kalau merasa sendirian (ayat 2), akan lebih mudah goyah dan berkompromi dengan kemunafikan.
Itulah yang digumuli oleh pemazmur, dan juga banyak dihadapi oleh orang-orang percaya yang hidup
di masa kini.
Judul: Menghadapi lingkungan fasik
Kita tidak hidup di dunia yang steril dari dosa. Kita hidup bersama-sama dengan orang-orang yang
munafik, yang serakah, yang menghalalkan segala cara, bahkan kalau perlu dengan menjatuhkan
orang lain, karena tujuan untuk memperkaya diri. Kondisi demikian membuat kita terjepit. Bahkan
dapat membuat kita berpikir, bahwa jika kita tidak ikut-ikutan munafik, maka kita akan dilibas habis.
Meski kita sudah berdoa kepada Tuhan dan meminta kekuatan, tetapi tampaknya Tuhan tidak segera
bertindak. Tak heran bila kita merasa sendirian, tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan.
Ada dua hal yang pemazmur lakukan untuk menghadapi situasi seperti itu. Pertama, ia tidak berhenti
berdoa dan berharap, walaupun Tuhan belum menjawabnya. Pemazmur percaya bahwa hanya
Tuhanlah sumber kekuatan dan kemenangan iman. Sebab itu, pemazmur mengarahkan doa-doanya
ke takhta Allah di ruang maha kudus (ayat 2) . Maka dalam pergumulan itu, ia tidak kehilangan
keyakinan bahwa Tuhan pasti akan menjawab dan menolong dia (ayat 6-7). Kedua, pemazmur
memohon keadilan Tuhan agar mereka yang jahat dihukum setimpal (ayat 4-5) . Permohonan ini
77
sangat realistis karena bila dibiarkan, kemunafikan mudah menjalar. Pemazmur merasa bahwa ia bisa
jatuh ke dalam dosa yang sama (ayat 3) . Dengan sendirinya, hal itu akan menjadi kesaksian yang
buruk bagi umat Tuhan (ayat 9) .
Oleh karena itu, mulailah dengan tetap bertekun dalam doa dan tidak berhenti berharap kepada
Tuhan. Kita boleh minta keadilan Tuhan ditegakkan, tetapi sebagai murid Kristus, kita bisa
mendoakan pertobatan mereka.
78
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 29
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mazmur Daud. Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan
kekuatan!
Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama–Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan
kekudusan!
Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar.
Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak.
Suara TUHAN mematahkan pohon aras, bahkan, TUHAN menumbangkan pohon aras Libanon.
Ia membuat gunung Libanon melompat–lompat seperti anak lembu, dan gunung Siryon seperti
anak banteng.
Suara TUHAN menyemburkan nyala api.
Suara TUHAN membuat padang gurun gemetar, TUHAN membuat padang gurun Kadesh
gemetar.
Suara TUHAN membuat beranak rusa betina yang mengandung, bahkan, hutan digundulinya;
dan di dalam bait–Nya setiap orang berseru: “Hormat!”
TUHAN bersemayam di atas air bah, TUHAN bersemayam sebagai Raja untuk selama–lamanya.
TUHAN kiranya memberikan kekuatan kepada umat–Nya, TUHAN kiranya memberkati umat–
Nya dengan sejahtera!
Renungan
Dari beberapa mazmur yang memuji dan menyembah Allah
sebagai Raja (ayat 29, 93, 96-99) , Mazmur 29 ini unik karena dua hal. Pertama, ajakan memuji Tuhan
sebagai Raja ditujukan kepada semua makhluk ciptaan Allah penghuni sorgawi. Kata "penghuni
sorgawi" secara harfiah adalah anak-anak Allah (band. Kej. 6:2; Ayub 1:6; 2:1) . Menurut seorang
penafsir, di dalam mazmur ini umat Israel bukan peserta tetapi penonton. Namun ungkapan ibadah
di dalamnya bisa menjadi contoh bagaimana Israel harus menyembah dan merajakan Tuhan (ayat 11).
Jadi, mazmur ini adalah jenis Mazmur Raja yang berskala kosmis. Oleh karena itu, kedua, peragaan
Tuhan sebagai Raja bukan terutama menunjukkan keperkasaan-Nya dalam mengatasi musuh-musuh
Israel, melainkan kedaulatan-Nya atas alam semesta.
Judul:
Raja atas alam semesta
Dalam karya penciptaan-Nya, karena Tuhan bersabda maka semua menjadi ada (Kejadian 1). Dalam
mazmur ini, kuasa firman dinyatakan lebih eksplisit sebagai "Suara Tuhan". Suara yang menggelegar
itu mampu membuat unsur-unsur alam yang menakutkan bagi manusia, tunduk dan taat. Air yang
oleh orang zaman dulu dianggap sebagai kuasa kekacauan (ayat 3, 10a) , gunung-gunung yang
dipercaya sebagai tempat bersemayam dewa dewi (ayat 6), dan padang gurun yang diyakini sebagai
tempat roh-roh jahat (ayat 8), tidak berdaya menghadapi Sang Pencipta yang Mahakuasa.
Sebagaimana alam semesta dan segala makhluk ciptaan-Nya tunduk pada kedaulatan Tuhan, Sang
Raja, demikian seharusnya umat Israel dan juga umat Tuhan masa kini tunduk pada-Nya. Ketundukan
kita harus terwujud dalam bentuk ketaatan dalam berbagai aspek. Dengan menjaga bumi ciptaan
Allah ini tetap baik dan asri sebagaimana dulu Tuhan ciptakan, sesungguhnya kita sedang
79
memuliakan Sang Raja Pencipta. Dengan menghormati sesama manusia dan memperlakukannya adil,
kita meninggikan Tuhan Sang Raja atas segala makhluk yang berakal budi. Mari, jadilah duta Sang
Raja bagi segala bangsa di dunia milik-Nya ini.
80
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Mazmur. Nyanyian untuk pentahbisan Bait Suci. Dari Daud. (30–2) Aku akan memuji Engkau, ya
TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh–musuhku
bersukacita atas aku.
(30–3) TUHAN, Allahku, kepada–Mu aku berteriak minta tolong, dan
Engkau telah
menyembuhkan aku.
(30–4) TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di
antara mereka yang turun ke liang kubur.
(30–5) Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang–orang yang dikasihi–Nya,
dan
persembahkanlah syukur kepada nama–Nya yang kudus!
(30–6) Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada
tangisan, menjelang pagi terdengar sorak–sorai.
(30–7) Dalam kesenanganku aku berkata: “Aku takkan goyah untuk selama–lamanya!”
(30–8) TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung
yang kokoh; ketika Engkau menyembunyikan wajah–Mu, aku terkejut.
(30–9) Kepada–Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada Tuhanku aku memohon:
(30–10) “Apakah untungnya kalau darahku tertumpah, kalau aku turun ke dalam lobang kubur?
Dapatkah debu bersyukur kepada–Mu dan memberitakan kesetiaan–Mu?
(30–11) Dengarlah, TUHAN, dan kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!”
(30–12) Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari–nari, kain kabungku telah
Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita,
(30–13) supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi–Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku,
untuk selama–lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi–Mu.
Renungan
Kapan ucapan syukur sungguh-sungguh muncul di hati orang
percaya secara tulus? Bukan hanya pada saat ia merasakan pertolongan Tuhan pada waktunya.
Tetapi lebih lagi pada saat ia merasa tidak butuh pertolongan Tuhan, ternyata kemudian keadaan
berbalik menjadi kacau, dan ternyata Tuhan siap dan masih mau menolong dirinya.
Judul: Ucapan syukur yang tulus
Inilah yang terjadi. Pemazmur pernah merasa diri aman. Karena percaya bahwa Tuhan berkenan
kepadanya, pemazmur menjadi sombong, merasa tidak akan ada apa-apa yang bisa menggoyah
hidupnya (ayat 7-8a) . Ia lupa Tuhan! Maka Tuhan sepertinya tidak hadir lagi dalam hidupnya (ayat 8b) .
Kemudian kesulitan datang, pemazmur merasa sendirian dan ketakutan. Bayangkan, situasinya
bagaikan seseorang sedang meregang nyawa karena hampir direnggut oleh maut dalam rawa hisap.
Ia berteriak-teriak tanpa daya. Dalam keadaan kepepet, baru pemazmur ingat lagi kepada Tuhan dan
berseru minta tolong kepada-Nya (ayat 11) . Berbagai alasan diungkapkan agar Tuhan menolongnya,
namun alasan utama adalah ia takut mati (ayat 10)! Tiba-tiba tangan Tuhan terulur meraih dan
mengangkatnya (ayat 4) .
81
Tidak heran perasaan sukacita pemazmur diekspresikan dengan tari-tarian kegembiraan yang
meluap-luap (ayat 12) seraya mengajak semua anak Tuhan mensyukuri kebaikan-Nya (ayat 5) .
Memang Tuhan pernah marah karena pemazmur mengkhianati-Nya, tetapi kemurahan-Nya jauh
melampaui kemurkaan-Nya (ayat 6) .
Kita semua adalah orang-orang yang pernah mengalami kengerian maut dalam lumpur rawa dosa.
Oleh kasih karunia-Nya, Kristus telah mati untuk menebus kebinasaan kita dan memberikan kita
hidup sejati, bahkan ketika kita masih menjadi musuh Allah (Roma 5:8-10) . Ungkapkan syukur Anda
kepada-Nya dengan memberitakan kebaikan-Nya kepada orang lain. Nyatakan akibat kebaikan-Nya
itu pada diri Anda, agar mereka melihat kesaksian hidup Anda, dan bertobat!
82
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (31–2) Pada–Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah
sekali–kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan–Mu,
(31–3) sendengkanlah telinga–Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku
gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku!
(31–4) Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama–Mu Engkau akan
menuntun dan membimbing aku.
(31–5) Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab
Engkaulah tempat perlindunganku.
(31–6) Ke dalam tangan–Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN,
Allah yang setia.
(31–7) Engkau benci kepada orang–orang yang memuja berhala yang sia–sia, tetapi aku percaya
kepada TUHAN.
(31–8) Aku akan bersorak–sorak dan bersukacita karena kasih setia–Mu, sebab Engkau telah
menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku,
(31–9) dan tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang
lapang.
(31–10) Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah
mataku, meranalah jiwa dan tubuhku.
(31–11) Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun–tahun umurku dalam keluh kesah;
kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang–tulangku menjadi lemah.
(31–12) Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga–tetanggaku, dan
menjadi kekejutan bagi kenalan–kenalanku; mereka yang melihat aku di jalan lari dari padaku.
(31–13) Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati, telah menjadi seperti barang yang
pecah.
(31–14) Sebab aku mendengar banyak orang berbisik–bisik, ––ada kegentaran dari segala pihak!
––mereka bersama–sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut
nyawaku.
(31–15) Tetapi aku, kepada–Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: “Engkaulah Allahku!”
(31–16) Masa hidupku ada dalam tangan–Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh–musuhku dan
orang–orang yang mengejar aku!
(31–17) Buatlah wajah–Mu bercahaya atas hamba–Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia–Mu!
(31–18) TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada–Mu;
biarlah orang–orang fasik mendapat malu dan turun ke dunia orang mati dan bungkam.
(31–19) Biarlah bibir dusta menjadi kelu, yang mencaci maki orang benar dengan kecongkakan
dan penghinaan!
(31–20) Alangkah limpahnya kebaikan–Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan
Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada–Mu, di hadapan manusia!
(31–21) Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah–Mu terhadap persekongkolan
orang–orang; Engkau melindungi mereka dalam pondok terhadap perbantahan lidah.
(31–22) Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia–Nya ditunjukkan–Nya kepadaku dengan ajaib pada
waktu kesesakan!
83
Aku menyangka dalam kebingunganku: “Aku telah terbuang dari hadapan mata–Mu.”
Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak
kepada–Mu minta tolong.
(31–24) Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi–Nya! TUHAN menjaga orang–orang
yang setiawan, tetapi orang–orang yang berbuat congkak diganjar–Nya dengan tidak
tanggung–tanggung.
(31–25) Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!
22 (31–23)
23
24
Renungan
adalah ungkapan doa hamba Allah yang
mengalami penderitaan oleh karena imannya. Pemazmur menghadapi para musuh yang hendak
membinasakannya (ayat 5, 14) yaitu mereka yang memilih menyembah berhala daripada menyembah
Tuhan (ayat 7) . Bertahun-tahun pemazmur menahan sakit hati mendapatkan ejekan dari mereka, baik
dalam bentuk terang-terangan oleh para lawan, maupun bisik-bisikan gosip para tetangga yang
memerahkan daun telinga (ayat 10-14) . Bahkan sempat sesaat pemazmur merasa Tuhan juga tidak
peduli akan pergumulannya (ayat 23a) .
Judul: Doa hamba Allah yang menderita Mazmur 31
Pemazmur memanjatkan permohonannya kepada Tuhan karena ia percaya Tuhan pasti mendengar
dan menjawabnya (ayat 15, 23) . Ia tahu Tuhan adil (ayat 2) maka orang benar tidak akan dipermalukan
(ayat 2, 18a) sebaliknya, orang fasik akan mendapat ganjaran setimpal (ayat 18-19, 24) . Berulang kali
pemazmur menyatakan keyakinannya bahwa Tuhan setia (ayat 6, 8, 17, 22) maka orang benar akan
mengalami pertolongan pada waktunya (ayat 5) . Pemazmur yakin orang benar akan mengalami
kebaikan Tuhan (ayat 20) , yaitu perlindungan dan pemeliharaan-Nya dari orang-orang jahat.
Menarik sekali, pemazmur menggunakan kata "wajah-Mu" dua kali. Wajah Tuhan menyatakan
perkenan-Nya (band. Mzm. 27:8) . Pemazmur mengharapkan wajah Tuhan memancarkan cahaya ke
atas dirinya, sebagai tanda kesetiaan Tuhan menyertainya (ayat 17) . Dengan penyertaan seperti itu,
para musuh tidak mungkin mengganggunya (ayat 21) .
Sebagai pengikut Kristus, pikul salib adalah bagian kita. Ingat, Kristus sudah lebih dahulu memikul
salib-Nya. Dia adalah sumber kekuatan dan penyertaan kita. Jangan bergu-mul sendirian. Dia hadir
melalui Roh Kudus-Nya yang tak terbatas dalam hati kita. Dia menyediakan persekutuan orang
percaya yang bisa saling menghibur, menguatkan dan meneguhkan. Ingat juga, banyak orang Kristen
di berbagai penjuru dunia telah setia dan menang saat didera berbagai penderitaan oleh karena iman
mereka.
84
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang
dosanya ditutupi!
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak
berjiwa penipu!
Selama aku berdiam diri, tulang–tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;
sebab siang malam tangan–Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti
oleh teriknya musim panas. Sela
Dosaku kuberitahukan kepada–Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata:
“Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran–pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni
kesalahan karena dosaku. Sela
Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada–Mu, selagi Engkau dapat ditemui;
sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.
Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau
mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak
memberi nasihat, mata–Ku tertuju kepadamu.
Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan
dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.
Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi–Nya
dengan kasih setia.
Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak–soraklah, hai orang–orang benar; bersorak–
sorailah, hai orang–orang jujur!
Renungan
Seperti apa perasaan orang yang menyimpan dosa dalam
dirinya? Mungkin ia akan merasa bersalah, atau merasa diri munafik. Bisa juga ia merasa takut jika
dosanya diketahui orang lain. Namun yang pasti, tak ada anak Tuhan yang tahan lama-lama
menyimpan dosa.
Judul: Bahagia karena diampuni
Pemazmur pernah mengalami rasa tertekan yang luar biasa saat ia menyimpan dosa di dalam dirinya.
Akibatnya ia seperti orang yang kehilangan semangat hidup. Baru pada saat membuka diri di
hadapan Tuhan dan mengaku dosa, pemazmur mengalami kelegaan (ayat 5) .
Mazmur ini unik. Pada saat yang sama ada pengakuan dosa, tetapi sekaligus pernyataan bahagia.
Mazmur-mazmur "bahagia" (mis. Mzm. 1, 106, 112, 119, 128) pada umumnya mendasarkan kebahagiaan pada memercayai atau menaati firman Tuhan. Namun mazmur ini justru menyatakan
bahwa kebahagiaan sejati adalah anugerah Allah yang Maha Pengampun. Oleh karena itu, pemazmur
menasihati para pembacanya agar senantiasa memelihara relasi mereka dengan Tuhan secara intim
dalam doa (ayat 6) dan dalam ketaatan pada firman-Nya (ayat 8-9) . Dengan memelihara komunikasi
yang dalam dengan Tuhan, kita akan mengalami hadirat-Nya terus menerus (ayat 7, 11) . Dengan
85
kesadaran bahwa hadirat Tuhan senantiasa melingkupi kita, kita akan terhindar dari pengaruh
kefasikan dunia yang hanya menimbulkan murka Tuhan dan penghukuman-Nya.
Pemazmur menggubah mazmur ini sebagai suatu bentuk doa pengakuan dosa sekaligus pernyataan
bahagia karena pengampunan Tuhan. Bagi kita yang sadar telah melanggar firman Tuhan, dekatkan
diri pada takhta anugerah-Nya. Sujud dan mohon pengampunan-Nya. Tekadkan diri mendekat
kepada Dia dalam persekutuan yang akrab lewat doa dan firman-Nya. Alami sekali lagi penyertaan
Tuhan yang indah, hadirat-Nya yang menakjubkan, dan kuasa-Nya yang dahsyat, untuk membimbing
hidup kita menyaksikan kemuliaan dan kemurahan-Nya.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 32 (1)
Pdt. Effendi Susanto STh.
Nestapa batin karena dosa
adalah satu mazmur yang penting dari Daud bicara mengenai kebahagiaan. Kita jujur
mengaku, ini adalah tujuan hidup yang ingin dicapai oleh semua orang. Semua yang dikerjakan,
semua yang direncanakan, semua yang dibangun, tidak ada yang lepas dari tujuan akhir ini, yaitu
sukacita dan bahagia. Inilah yang mendorong semua aktifitas manusia, bekerja, membangun rumah
tangga, membangun usaha, membesarkan anak-anak, dsb. Keinginan ini tidak salah. Tuhan ingin
manusia menikmati sukacita dan bahagia. Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan ingin merebut dan
mencabut sukacita manusia. Dia bukan Tuhan yang tidak suka orang berbahagia. Banyak orang
Kristen memiliki pikiran yang salah seolah-olah Allah itu adalah “the joy-killer.” Itu tidak benar.
Lihatlah alam semesta yang Tuhan cipta ini begitu indah dan agung, memberitahukan kepada kita
betapa indah dan agungnya Allah kita. Tuhan tidak menciptakan dunia yang kering, gersang dan abuabu melulu. Allah kita adalah Allah yang menginginkan kita menikmati kebahagiaan.
Mazmur 32
Itu sebab tidak salah jika di dalam satu keluarga ada kebahagiaan dan kesenangan yang berlimpah. Di
dalam kita membangun rumah, rumah yang besar, rumah yang bagus dan megah, kita bisa
menikmati sukacita disitu. Tetapi adalah sia-sia kita membangun rumah, rumah yang besar dan
megah, kalau Tuhan tidak memberkatinya, itu yang Mzm.127:1 katakan. Bangun keluarga di dalam
takut akan Tuhan, karena di situ sukacita keindahan akan engkau nikmati. Namun sebagai orang
Kristen kita tidak boleh mengerti konsep bahagia hanya di dalam lapisan luar seperti itu. Kita tidak
boleh melihat bahagia itu terjadi hanya pada waktu engkau pakai baju yang mahal, kita tidak boleh
melihat bahagia itu berdasarkan rumahmu lebih mewah dan lebih besar daripada rumah orang lain.
Bahagia tidak boleh diukur dengan ukuran seperti itu. Maka Mzm.32 bicara mengenai satu bahagia
yang lebih dalam lagi yaitu betapa berbahagia dan diberkati orang yang berjalan hidup harmonis
86
bersama dengan Tuhan, blessed are those who walk with the Lord in harmony. Inilah kebahagiaan
yang terindah dan terdalam, yaitu spiritual joy and spiritual happiness.
Menarik sekali, dalam Mzm.32 Daud menyebut dua kali kata “menyembunyikan,” to cover up (menutupi
semua). Di ayat 1 Daud berkata, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, berbahagialah
orang yang dosanya disembunyikan Tuhan.” Di ayat 5 kata ini muncul lagi, “Dosaku kuberitahukan
kepada-Mu; kesalahanku tidak kusembunyikan…” Adalah bahagia orang yang kesalahannya
disembunyikan oleh Tuhan, orang yang dosanya Tuhan tutupi. Lalu selanjutnya dia kontraskan
betapa kasihan, betapa susah dan betapa sengsaranya hidup orang yang dililit oleh kebohongan
kalau dia hidup menyembunyikan pelanggaran dan dosa-dosanya. Ada kesedihan dan kesusahan
tidak habis-habisnya pada orang yang menyembunyikan dosanya. Kita tidak tahu dengan jelas dalam
konteks apa mazmur ini ditulis. Mazmur 51 adalah mazmur yang lebih jelas konteksnya yaitu mazmur
itu ditulis setelah dosanya berzinah dengan Batsyeba dibuka oleh nabi Natan. Tidak jelas apakah
Mzm.32 ini ditulis oleh Daud sebelum atau sesudah peristiwa tsb, tetapi kalau melihat dari isi kalimat
mazmur ini kita bisa mengambil kesimpulan mazmur ini juga ditulis sesudah peristiwa itu.
Manusia berkecenderungan untuk menyimpan dan menyembunyikan, berusaha menyembunyikan
apa yang menjadi dosa dan kesalahannya. Ketika seseorang berdosa, ketika seseorang berbuat salah,
akan ada dua tindakan yang dia lakukan. Ini adalah tradisi yang sudah turun-temurun sejak Adam
berbuat dosa, yaitu dia menutup ketelanjangannya dan lari bersembunyi. Selama dosa itu
disembunyikan, ditekan sekuat tenaga, sepintar mungkin, rasa bersalah dan rasa malunya tidak akan
bisa diselesaikan dan seluruh energi hidup akan dilumpuhkan olehnya. Sekuat-kuatnya, semampumampunya, sepintar-pintarnya seseorang menyembunyikan sesuatu yang tidak benar di dalam
hidupnya, suatu kali kelak dia akan terbuka dan ternyata. Itu yang dikatakan oleh Daud di sini,
“Tulang-tulangku menjadi lesu, aku tertekan, sumsumku menjadi kering…” (ayat 3-4). Tekanan kepada
jiwa yang berusaha menyimpan kesalahan menghasilkan dukacita yang dia derita siang dan malam.
Inilah fakta akibat dosa dan kesalahan yang dia lakukan.
Nabi Natan datang menegur Daud dengan cara yang sedikit berbeda. Dia tidak langsung menyatakan
dosa dan kesalahan Daud, tetapi menyampaikannya dengan satu perumpamaan. Nabi Natan
menggambarkan ada seorang miskin yang hanya memiliki seekor domba yang sangat dia sayang. Lalu
ada seorang kaya raya yang memiliki banyak domba tetapi ia kemudian merebut domba dari orang
miskin itu. Mendengar kisah itu Daud menjadi sangat marah dan hendak menghukum orang kaya itu.
Tetapi dia menjadi sangat terkejut ketika jari nabi Natan kemudian menuding dia dan berkata,
“Engkaulah orang itu, ya raja Daud!” (2 Sam.12:1-7) . Daud telah mengambil isteri Uria, yaitu Batsyeba.
Sebelum itu Daud sudah memiliki banyak isteri dan banyak gundik. Lalu sewaktu melihat isteri Uria
dia ingin memilikinya. Maka dengan segala cara dan tipu daya, dia mengambil wanita itu. Maka
selanjutnya semua menjadi proses sembunyi yang terus melilit hidupnya. Pertama dia berzinah
dengan isteri orang. Lalu setelah ternyata isteri orang itu hamil akibat perbuatannya, Daud berusaha
menutupinya dengan menyuruh Uria pulang untuk tidur dengan isterinya supaya dia mengira
isterinya hamil akibat kepulangannya itu. Tetapi usaha Daud itu tidak berhasil karena rupanya
sebagai seorang prajurit yang baik, Uria memutuskan untuk tinggal di pintu istana dan tidak pergi ke
rumahnya. Maka tidak bisa tidak Daud harus menyembunyikan lagi perbuatan dosanya. Dia
mengirim kembali Uria ke medan perang dan luar biasa, Uria pergi membawa surat bagi jenderal
Yoab berisi perintah untuk menempatkan Uria di baris paling depan supaya dia mati. Uria tidak curiga
sama sekali terhadap usaha jahat Daud, dan akhirnya dia mati di medan perang. Seumur hidup Yoab
87
pegang surat Daud menjadi jaminan Daud tidak bisa buat apa-apa terhadap apa yang Yoab lakukan
karena rahasia itu ada di tangan dia (2 Sam 11) . Selama dosa itu terus dia simpan dan sembunyikan,
Daud tidak pernah merasakan kelegaan dan kebahagiaan. Salah dan malu, itulah dua reaksi yang
terjadi pada waktu seseorang berdosa. Dia akan bereaksi marah pada waktu orang menyatakan
kesalahan itu. Tetapi dengan marahnya seolah-olah dia menunjukkan pembenaran atas dirinya
sendiri padahal itu cuma usaha tersembunyi. Ini bagian pertama yang kita lihat dari Mzm.32 ,
bagaimana Daud secara gamblang memperlihatkan selama-lamanya engkau menyembunyikan dosadosamu, inilah yang akan terjadi kepadamu. Hidup di dalam dosa, menyimpan ‘skeleton in your
closet’ menghilangkan seluruh sukacita dan bahagia dari dirimu.
Mengapa manusia memiliki kecenderungan seperti ini? Ini merupakan satu aspek yang coba kita
pikirkan pada hari ini. Waktu kita bicara mengenai pertobatan, waktu kita bicara mengenai dosa dan
kesalahan, ingatkan baik-baik, psikologi dan psikoanalisis juga bicara akan hal itu bukan? Tetapi tanpa
Tuhan, tanpa dasar rohani, maka psikologi dan psikoanalisis bicara mengenai salah dan dosa hanya
akan melihat dari aspek naluri dan impulse yang ada di dalam diri manusia. Sigmund Freud menulis
satu buku berjudul “Totem and Taboo” yang sekarang ini mungkin sudah tidak dianggap representatif
pemikiran dia, di situ dia menganalisa darimana sebenarnya datangnya konsep benar salah manusia.
Pada waktu kita bicara mengenai konsep benar salah, filsafat Barat dan filsafat Timur mempunyai
pendekatan yang berbeda. Di dalam filsafat Barat yang kena pengaruh Kekristenan melihat konsep
benar salah itu datangnya dari Allah yang berpribadi. Sebaliknya di dalam filsafat Timur tidak melihat
soal Pribadi Allah yang suci, adil dan benar di belakang semua itu tetapi lebih melihat kepada alam
dan natur.
Maka kalau saudara tanya kepada orang Cina konsep ini, dia akan mengatakan selama saya hidup
benar dan baik, saya akan hidup harmonis dengan alam. Tidak ada konsep saya berbuat salah
terhadap Satu Pribadi. Selama hidup saya harmonis dengan orang lain, selama hidup saya harmonis
dengan alam, sebisanya hidup baik-baik, maka tidak akan terjadi apa yang buruk dalam hidupmu.
Tidak ada kemiskinan datang dari alam selama kamu mengolah tanah dengan baik. Itu semua tidak
akan terjadi selama ‘yin’ dan ‘yang’ itu balance. Power yang positif dan power yang negatif itu selalu
ada, tetapi akhirnya kalau yang negatif itu terlalu banyak di dalam hidupmu itu karena kamu tidak
balance dalam hidupmu. Sehingga di dalam budaya Timur, yang penting hidup tidak bikin salah sama
orang lain, relasi harmonis saling respek dan tidak ganggu satu sama lain, maka hidup akan baik.
Maka waktu ditanya datangnya konsep benar salah dalam diri manusia datangnya darimana, filsafat
Timur akan bilang itu turun dari nenek moyang, sudah dari sananya. Sehingga banyak hal benar salah
tidak pernah dipertanyakan, pokoknya nenek bilang seperti itu. “Jangan duduk di depan pintu waktu
magrib, nanti diganggu setan; Jangan makan tebu malam-malam, nanti nenek mati,” dsb itu menjadi
taboo dalam budaya Timur yang turun-temurun diberikan orang tua berdasarkan bijaksana dan
pengalaman orang dulu berelasi dengan alam. Freud menganalisa akan hal ini, darimana datangnya
konsep benar salah dalam diri manusia menjadi satu pertanyaan yang intrik-intrikan.
Benar salah itu terus diturunkan per generasi sampai satu ketika generasi itu makin berpendidikan,
maka mereka mulai sadar semua ajaran yang diturunkan itu bukan berdasarkan moral benar salah
tetapi hanya soal taboo dan pamali. Maka Freud mengambil kesimpulan kalau orang semakin
diedukasi, akhirnya dia akan melihat apa yang tadinya dipikir salah belum tentu salah dan apa yang
tadinya dibilang benar belum tentu benar. Lalu setelah dia makin teredukasi, orang yang
88
berpendidikan merasa dia tidak perlu lagi diajar oleh nenek moyang mengenai konsep benar dan
salah. Dulu nenek moyang bilang kalau selama hidup kamu bikin salah, nanti kamu akan dapat
balasan karma dan waktu mati kamu masuk ke dalam neraka. Sekarang setelah makin berpendidikan
kita bilang itu cuma isapan jempol dan tahayul saja. Ini adalah cikal bakal pikiran Freud yang akhirnya
memberikan pengaruh di dalam dunia pendidikan. Secara positif adalah kemudian orang-orang
modern berpikir manusia harus teredukasi, pendidikan harus dikuatkan sehingga manusia mulai bisa
memilah mana yang tahayul dan mana yang bukan tahayul. Tetapi sisi negatifnya, karena sisi edukasi,
karena pikiran manusia menjadi yang terpenting, maka pikiran itu dianggap bisa mengganti Tuhan.
Akibat daripada pikiran Freud ini nanti akan mempengaruhi Nazi. Karena dianggap Tuhan itu hanya
kepercayaan nenek moyang yang tahayul maka orang modern tidak menganggap Tuhan itu ada dan
karena Tuhan sudah tidak ada, manusia sudah tidak perlu takut kepada apapun juga berkaitan
dengan hal benar salah.
Maka orang berbuat baik kepada orang lain karena dia mau hidup sama-sama baik, harmonis dan
selaras dengan orang. Orang berbuat jahat dan merugikan orang lain, tidak ada hubungannya dengan
yang “di atas” melainkan hubungannya hanya dengan orang yang dirugikan itu. Maka orang bunuh
orang, salah sama siapa? Hanya salah sama yang dia bunuh. Maka orang tidak bunuh orang supaya
nanti selama hidup di dunia dia juga tidak dibunuh orang, bukan karena takut ada Tuhan yang akan
hukum dia. Ini adalah pikiran yang berbahaya, karena dengan pikiran seperti ini orang berasumsi
kalau orang makin berpendidikan maka dia akan semakin baik dan bermoral dan makin tinggi
etikanya dan lebih bisa mengontrol dan mengatur yang lain. Kejahatan, amoralitas, orang menjadi
buas, dsb itu adalah benih dari nafsu kebinatangan yang tidak dikontrol oleh edukasi. Tetapi sejarah
membuktikan bedanya orang bodoh berbuat jahat langsung ketahuan dan ditangkap; orang pintar
berbuat jahat tidak ketahuan dan yang jadi korban ditangkap adalah orang yang bodoh. Orang-orang
pintar bisa mempermainkan hukum, bisa mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dengan
membodohi orang lain, dsb.
Waktu Jepang kena gempa bumi dan tsunami, dalam satu hari pasar saham Jepang amblas 60 billion
dollar akibat permainan spekulan yang serakah dan oportunistik. Sekarang ini biaya hidup kita terus
meningkat karena harga komoditi dasar seperti beras, jagung, kedelai dipermainkan oleh spekulan.
Listrik, air dan gas diambil dan dikelola oleh perusahaan private sehingga rakyat miskin makin susah.
Semua manusia punya hak untuk hidup, semua manusia punya hak untuk akses memperoleh
kebutuhan dasar, tetapi saking terlalu mahal dan susah akhirnya orang tidak mampu lagi
memperolehnya. Poin saya adalah bagaimana edukasi pendidikan yang bikin orang makin pintar,
makin hebat, makin baik, justru menjadikan orang itu kehilangan kompas moralitas di dalam
hidupnya. Sigmund Freud sendiri sampai akhir hidupnya masih tetap mempertanyakan darimana
datangnya konsep benar salah itu; apakah hanya berkaitan dengan harmoni alam? Tetapi kalau
memang hanya berkaitan dengan harmoni alam, bukankah bisa diseimbangkan, bisa diberi
pengertian, bisa dibereskan, dan seharusnya dunia berjalan lebih baik.
Kedua, kalau cuma pakai konsep harmoni alam, jujur sebenarnya tidak ada konsep moralitas benar
salah di dalam alam. Angin bertiup sebenarnya baik, tetapi waktu angin itu makin lama makin besar
menjadi badai yang menghancurkan kota, bisakah manusia mempersalahkan badai? Tidak bisa. Yang
ada ialah kamu harus percaya Tuhan dulu baru bisa bilang, “Tuhan, kenapa Engkau mengirim badai
ini?” Jadi di dalam konsep harmoni alam tidak ada unsur moralitas. Moralitas benar salah harus
89
berkaitan dengan pribadi. Alkitab mencatat kita punya standar benar salah bukan sesuatu yang ada
di dalam alam sekitar kita tetapi karena Allah sudah menaruh hati nurani sehingga ada Allah yang
menjadi sumber benar salah manusia, yang menjadi tolok ukur benar salah manusia. Dialah yang
menjadi penentu, dan manusia dicipta oleh-Nya manusia hidup tidak akan pernah lepas dari benar
salah itu. Yang ada adalah saking hebatnya manusia yang dicipta oleh Tuhan yang memiliki benar
salah itu, kita bisa mempermainkan standar benar salah, kita bisa menipu benar salah itu. Yang
dilakukan oleh manusia yang jatuh dalam dosa adalah terus-menerus menyembunyikan, menutupi
dosa itu dengan dosa yang lain. Freud sendiri mengakui manusia bersalah bisa melakukan menipu
diri. Hanya manusia satu-satunya mahluk yang sanggup bisa menciptakan menipu diri itu. Manusia
menipu diri sendiri, dia sudah tahu dia lakukan dan dia bisa sembunyikan dan tidak mengaku
melakukan, bahkan dia bisa merasa benar dan aman. Itulah yang Daud lakukan, sampai nabi Natan
datang menegur dia, Daud tidak bisa lagi mengelak. Uria bisa dia tipu dan bunuh, tetapi Tuhan tidak
bisa ditipu. Waktu telunjuk itu keluar menuding dia, di situ Daud tidak bisa mengelak lagi, itulah
momen tudung yang menutup dosanya terbuka. Daud adalah seorang yang sudah mengalami suatu
rasa malu yang tidak ada habis-habisnya. Ini adalah satu kejatuhan yang besar dari seorang
pahlawan; ini adalah kejatuhan yang besar dari seorang yang luar biasa jaya. Akhirnya dia perlu
menulis Mzm.51 untuk menyatakan betapa menyesalnya dia; dan saya rasa Mzm.32 ini merupakan satu
analisa dia apa yang terjadi dengan dia, yang memiliki tendensi menyembunyikan sesuatu.
Daud bicarakan aspek ketiga dalam mazmur ini yaitu “lesson learn.” Kita adalah manusia
yang kecil dan lemah, kita gampang jatuh. Sebagai anak Tuhan kita sadar kalau kita tidak mungkin
bisa tidak berbuat dosa dari bangun pagi hingga malam hari. Tetapi kita punya Tuhan yang
kepadanya kita terus datang mengakui kelemahan kita dan Dia mengampuni dosa kita. Itulah
indahnya, itulah sukacita kita, sebab Allah kita memiliki kekuatan dan kuasa mengampuni kita di
dalam Kristus. Tetapi 1 Yoh.3:9 mengingatkan orang yang sudah percaya Tuhan namun terus-menerus
berbuat dosa, mungkin kita harus bertanya dan meragukan apakah dia betul-betul sudah sungguhsungguh percaya Tuhan. Maksudnya adalah kita mungkin bisa jatuh, tetapi jatuhnya kita itu hanyalah
merupakan suatu pengecualian, suatu exception, karena kita tidak memiliki keinginan dan niat untuk
terus berbuat dosa.
Ayat 8-9
Kenapa? Karena kita sudah “learn the lesson.” Itulah kalimat yang muncul dari mazmur ini. Orang
jatuh satu kali, itu lumrah. Jatuh kali kedua, kita mungkin bertanya-tanya. Tetapi selanjutnya kalau
jatuh terus-menerus di tempat yang sama, kita bilang orang itu tidak pernah “learn the lesson.” Maka
setelah hidup bahagia ditebus oleh Tuhan, bagaimana saya menjalani hidup saya? Daud mengajarkan
di dalam mazmur ini. Pengalaman memperlihatkan terlalu banyak yang kita belajar di sekolah adalah
pelajaran yang membuat kita pintar di buku saja. Tetapi siapa di antara kita yang bisa menerima
pelajaran mengenai hidup? Mari kita belajar dari orang-orang yang lebih tua daripada kita, yang
memberikan pengertian pelajaran mengenai hidup, itulah yang akan membuat kita menjadi
bijaksana. Salah satu pelajaran mengenai hidup yang Daud ajarkan di sini adalah bagaimana belajar
tidak pernah lagi jatuh di tempat yang sama; jangan lagi berbuat dosa yang sama. Daud memberikan
perbandingan yang menarik, orang yang tidak pernah belajar digambarkan seperti kuda atau bagal
yang tidak punya akal, yang harus ditarik dan diikat baru bisa menurut. Saya rasa kita patut bersyukur
kepada Tuhan, kalau melewati kesulitan, penderitaan, sakit dan waktu terjepit orang mulai sadar
siapa Tuhan. Tetapi ayat ini mengingatkan kita janganlah sampai Tuhan perlu membuat hidupmu
90
dipukul, dihajar, dipojokkan baru kita “learn our lesson.” Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati
perjalanan hidup kita.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 32 (2)
Pdt. Effendi Susanto STh.
Ia menutupi dosa-dosaku
Kemarin mungkin ada banyak di antara saudara yang ingin pergi piknik, tetapi batal karena hujan
turun sangat lebat. Begitu saudara keluar rumah, dengan kecewa saudara lalu bilang, “Waah… hujan
.” Menurut saudara, hujan hari itu baik atau jelek? Saudara akan bilang cuaca hari ini jelek, saya tidak
bisa kemana-mana. Tetapi untuk hujan yang sama, petani yang baru saja selesai menanam padinya
akan bersyukur, “Oooh, hujan.” Bagi dia hari itu cuaca baik. Maka dengan kata lain, hujan itu pada
dirinya sendiri sebenarnya tidak ada soal baik atau jelek. Yang ada ialah manusia yang memberikan
penilaian itu. Kenapa kamu bilang tidak baik? Sebab yang baik menurutmu hari ini cerah; tetapi hujan
yang sama dilihat oleh dia sebagai hal yang baik karena dia sedang memerlukan hujan itu. Natur alam
pada dirinya hanya ada sifat destruktif kepada hidup kita kalau dia menjadi topan dan badai besar.
Kalau seseorang tidak percaya adanya Tuhan, maka dia tidak bisa mempersalahkan Tuhan ketika
topan badai yang destruktif itu merusak rumahnya. Yang bisa dia lakukan hanya mengeluh kepada
diri sendiri, memang aku sedang apes, kenapa bikin rumah pas di tempat banyak badai.
Minggu lalu saya sudah mengambil secara garis besar apa yang dipikirkan oleh Sigmund Freud,
seorang psikoanalis yang ateis. Semua orang ateis yang sungguh-sungguh jujur memegang prinsip
ateisme-nya mengatakan, kalau tidak ada Tuhan manusia boleh melakukan apa saja, sebab dia tidak
perlu bertanggung jawab kepada siapapun setelah dia mati. Freud sendiri berkata seperti itu, kalau
tidak ada Tuhan maka sebenarnya kita tidak perlu memiliki konsep benar salah. Saya juga
mengangkat sedikit, di dalam filsafat Timur, khususnya di dalam kebudayaan Cina, sebenarnya kalau
hidup itu dilihat sebagai harmoni dengan alam, maka hidup kita menjadi baik atau tidak baik tidak
ada kaitannya kaitannya dengan standar moral baik dan jahat, melainkan bagaimana kita bisa hidup
harmonis dengan alam. Maksudnya, kalau saudara tidak ingin ditimpa bencana, jalan masuk ke
dalam jalan dimana bencana itu akan datang. Jadi sedapat mungkin hiduplah harmonis, bagaimana
bisa balance dengan alam semesta ini.
Kalau memang seperti itu, kalau memang tidak ada Tuhan, kita tidak boleh memberikan penilaian
sesuatu apa yang terjadi di dalam dunia ini dengan mengkaitkannya dengan hal baik atau jahat.
Tetapi harus kita akui, tidak ada orang yang tidak memiliki konsep itu. Dan yang lebih menarik, orang
ateis sendiri mengaku konsep benar salah itu hanya ada pada manusia dan tidak ada pada diri
binatang. Semampu-mampunya, sepandai-pandainya, setinggi-tingginya inteligensi binatang, dia
91
hanyalah berupa insting. Saya pernah mengutip satu artikel dari majalah Science bicara mengenai
perbedaan manusia dengan binatang. Sampai hari ini Science harus mengakui ada beberapa hal yang
hanya ada pada manusia dan tidak ada pada diri binatang sepandai-pandainya dan setinggi-tingginya
inteligensi binatang itu, ada gap yang tidak mungkin terjembatani. Pertama, semua binatang akan lari
ketika bertemu api; hanya manusia yang bisa memanipulasi api. Binatang seperti simpanse dan
orangutan mungkin bisa diajar dan meniru, tetapi tetap dia tidak memiliki kemampuan untuk
mengembangkan skill yang diajarkan lebih daripada itu. Manusia bukan saja menemukan api, tetapi
tidak berhenti sampai di situ manusia mengembangkan api menjadi obor, dari obor menjadi lilin, dari
lilin menjadi lampu dan seterusnya. Dari memanipulasi api maka manusia berbeda dengan binatang
dalam hal yang kedua: tidak ada mahluk di dunia ini yang memiliki kuliner selain manusia. Hanya
manusia yang memasak makanannya. Ketiga, hanya manusia yang beribadah dan beragama.
Binatang tidak. Dalam agama itu manusia memiliki standar benar salah. Yang keempat, hanya
manusia yang bisa menciptakan humor dan lelucon.
Maka itulah sebabnya kenapa Sigmund Freud dari awal sangat terpaku sekali mempertanyakan hal
intrik-intrikan ini, mengapa manusia memiliki standar benar salah; darimana datangnya konsep baik
dan jahat di dalam diri manusia? Yang mungkin akhirnya bisa menjadi konklusi dia adalah konsep
benar salah yang ada di dalam diri manusia itu disebabkan oleh proses turun-temurun ajaran dari
nenek moyangnya. Jadi standar etika moral seseorang mengatakan ini benar itu salah, itu karena
sudah diajarkan turun-temurun per generasi. Ketika engkau sudah menjadi dewasa, engkau akan
mempertanyakan apa yang diajarkan dari dulu itu hanyalah sebagai suatu tahayul belaka. Maka
akhirnya konsep moralitas menjadi hilang dalam dunia modern karena semua itu dianggap sebagai
taboo dan tahayul. Siapa bilang laki perempuan dewasa mau tinggal bersama harus perlu menikah
dulu? Siapa yang menentukan seperti itu? Kalau saya mau tinggal bersama tanpa nikah, kenapa tidak
boleh? Siapa yang bilang orang harus menikah dengan lawan jenisnya? Kenapa hanya itu yang
dibilang benar? Kenapa orang yang mau menikah sesama jenis dibilang salah? Siapa yang
menentukan? Biar kita pikir dalam-dalam, darimana kita punya konsep benar salah sebenarnya?
Kenapa setiap orang memiliki konsep ini? Darimana sumbernya? Walaupun masing-masing konsep
sedikit berbeda, tetapi tetap ada standar universal benar salah itu. Walaupun budaya berbeda,
lingkungan berbeda, paling tidak ada standar etika yang sedikit mirip.
Sampai di sini pertanyaan darimana datangnya konsep benar salah manusia, ada dua jawaban. Yang
pertama, konsep itu datang dari manusia, diturunkan generasi per generasi dan terakumulasi di
dalam kebudayaan. Kalau itu datangnya dari kebudayaan manusia, maka konsep benar salah tiap
orang akan berbeda-beda standarnya. Dan karena setiap orang berbeda standarnya, maka orang
tidak punya hak untuk menghakimi orang yang lain. Saudara tidak bisa mengatakan saya salah,
karena standar salah-mu berbeda dengan standar salah-ku. Inilah yang terjadi pada dunia kita
sekarang tidak ada yang bisa klaim konsep ini benar yang absolut, ini benar yang mutlak karena
masing-masing punya konsep yang berbeda. Dalam konsepmu orang hanya boleh tidur seranjang
kalau sudah menikah, tetapi dalam konsepku hidup bersama tanpa menikah itu tidak salah. Dalam
konsepmu orang hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya, tetapi dalam konsepku menikah
dengan sesama jenis tidak apa-apa. Di dalam kebudayaanmu, suami hanya boleh punya satu isteri,
tetapi di dalam kebudayaanku punya lima isteri tidak apa-apa. Di negaramu membunuh adalah
perbuatan kriminal, tetapi di negaraku membunuh dengan dasar agama adalah satu kehormatan.
Itulah yang terjadi di dalam dunia Post Modern sekarang, pada waktu kita bilang benar salah saya
92
yang tentukan sendiri. Maka sekarang orang Kristen tidak boleh bilang “Jesus is the only way to
heaven,” karena dianggap sudah memaksakan konsepnya. Kalau engkau merasa Jesus is the best way
for you, it’s OK, tetapi engkau tidak boleh memaksakan idemu kepadaku.
Pihak yang kedua mengatakan sumber datangnya konsep benar salah bukan dari kebudayaan
manusia. Waktu manusia mendapat perintah Tuhan ‘jangan membunuh’ maka kita tahu konsep itu
bukan datang dari nenek moyang turun-temurun melainkan karena Tuhan Pencipta yang
memberikan konsep itu. Dalam Rom.2:14-16 Paulus mengatakan bangsa-bangsa lain yang tidak kenal
Tuhanpun memiliki standar benar salah yang ada di dalam hati mereka yang nantinya akan
menghakimi segala tindakan mereka selama hidup di dunia. Hukum standar benar salah adalah
bukan hasil ciptaan manusia.
Kembali kepada Mzm.32, Daud berkata, selama dosanya dia sembunyikan, tindakan itu tidak akan
mendatangkan sukacita, keindahan, kebaikan hidup. Sumsumku menjadi lemah, tulang-tulangku
menjadi kering, sukacita itu tidak ada. Hanya karena kebanggaan, arogansi dan martabat
kesombongankulah yang membuat aku tidak mau mengakui dosa dan kesalahanku. Tetapi
persembunyian itu tidak mungkin kita bisa simpan terus-menerus karena suatu hari kita akan
mempertanggung-jawabkannya di hadapan Tuhan. Ini yang dikatakan oleh Paulus tadi, sebab hukum
dan standar benar salah bukan hasil ciptaan manusia tetapi ditaruh oleh Allah di dalam hati manusia.
Bedanya bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain ialah bangsa Yahudi mendapatkan langsung
hukum Taurat dari Allah sedangkan bangsa-bangsa lain tidak mendapatkan langsung mengenai halhal itu. Tetapi mereka tidak bisa bilang hukum itu tidak ada karena Tuhan telah menaruhnya di dalam
hati mereka. Itulah sebabnya mengapa Alkitab kita berbicara soal pelanggaran dan dosa adalah
berkaitan bukan hanya dengan orang lain atau kepada hal-hal yang impersonal, seperti yang diajarkan oleh filsafat Timur. Di dalam filsafat Timur kalau orang tertimpa sial, tidak hoki atau sedang
apes, itu karena orang tsb ‘ciong’ dengan alam. Maka datanglah ahli fengshui ke rumah dia,
memperbaiki posisi pintu rumah, supaya rejeki bisa tinggal di dalam, dsb. Kalau rejeki tetap tidak
datang dan sebaliknya hidup terus ditimpa kemalangan, maka cari lagi ahli fengshui yang lebih pintar
dan dia akan memperbaiki posisi rumah, dsb. Jadi di sini yang ada hanya unsur the power of nature
yang orang harus harmonis dengannya. Tidak ada unsur orang melawan Allah, tidak ada unsur kalau
orang berbuat salah itu berkaitan dengan satu pribadi, ada Allah Tuhan yang memberi hukum. Jadi
kasihan orang, begitu jatuh cinta dan bawa kekasih kepada orang tua, orang tua cari tahu kapan
lahirnya, dsb dan begitu tahu shionya ciong, satu tikus satu ular, tidak cocok, maka harus putus. Ada
anak lahir terus sakit-sakitan, lalu dibilang anak ini ciong sama mamanya, harus kasih ke orang lain.
menyatakan kemarahan Allah karena kefasikan dan kelaliman manusia menindas kebenaran. Sekuat-kuatnya manusia dengan segala kecongkakannya, dengan menipu diri berpura-pura
jadi orang baik, atau dengan segala upaya menyembunyikan dosa dan kesalahannya, tetap dia tidak
akan sanggup menyembunyikan dan menindas kebenaran Allah yang jauh lebih besar daripada
dirinya. Seperti satu luka kena gangrene yang berlubang terbuka yang engkau coba tutupi dengan
tensoplas, cepat atau lambat borok itu akan menjadi luka yang lebih besar karena yang menutupi itu
memang bukan obatnya dan bukan jalan keluarnya. Manusia mencoba menutupi kesalahan mungkin
karena tidak suka disebut sebagai orang berdosa. Manusia menutupi dosanya, di dalam hati sedalamdalamnya tahu dia orang berdosa, cuma sayang tidak dengan berani dan jujur bertanya dengan
sungguh-sungguh apakah dia sudah mendapatkan obat dan jalan keluar yang tepat.
Rom.1:18
93
memberikan kontras yang indah, Daud memakai kata yang sama, manusia berusaha ‘conceals
his sins’ (ayat 5) dan ‘God conceals your sins’ (ayat 1) . Manusia tidak mungkin bisa menyembunyikan
dosa dan kesalahannya. Maka yang terjadi adalah Daud gambarkan di ayat 3-4 , seumur hidup tulangtulangnya menjadi lesu. Sepanjang hari hidupnya tertekan, tidak ada sukacita, tidak ada damai, tidak
ada kelegaan. Tetapi satu gambaran yang sangat kontras ketika Tuhan Allah sendiri yang conceals
your sins. Orang itu sungguh berbahagia; orang itu sungguh diberkati; orang itu sungguh
mendapatkan sukacita dan kegembiraan ketika Tuhan melakukan tindakan seperti ini. Berbahagialah
orang yang ditutupi dosanya, berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, berbahagialah
orang yang kesalahan-kesalahannya tidak diperhitungkan sepantasnya dan selayaknya. Sebab kalau
kesalahan itu diperhitungkan setimpal maka siapa yang bisa tahan terhadap penghukuman Tuhan?
Mzm.32
mengatakan, “Jika Tuhan mengingat-ingat kesalahan orang, siapa yang dapat tahan?”
Kalau tidak ada pengampunan dan kalau Tuhan tidak memberikan anugerah-Nya kepada kita, inilah
hidup kita yang pasti tanpa harapan karena pasti tidak ada orang di dunia ini yang bisa tahan berdiri
di hadapan Tuhan yang suci dan kudus itu. Itu sebab memasuki minggu sengsara mendekati Jumat
Agung, saya harap kebenaran ini membawa kita satu pencerahan kepada apa yang sudah Tuhan
Yesus lakukan bagi engkau dan saya. Ayat ini menjadi begitu indah sebab Daud belum melihat karya
kematian Kristus yang menutupi dosa kita, tetapi dia memakai satu kata yang sangat akurat
mengenai pengampunan dosa, yaitu memakai kata “conceal.” Bagaimana bisa Daud yang hidup
hampir seribu tahun sebelum kedatangan Tuhan Yesus menjadi manusia, mati di kayu salib, dia
sudah menyatakan satu konsep penebusan pengampunan dosa dengan kata yang sangat akurat ini,
berbahagialah orang yang ditutupi dosanya.
Mzm.130:3
Tuhan bukan menghapus, men-delete, meng-eliminate dosa itu. Kenapa? Ditutupi berarti tidak ada
orang yang bisa menolak fakta sudah ada pelanggaran yang terjadi. Itu fakta yang tidak bisa dihapus
dari sejarah hidupmu. Banyak kali kita sulit mengampuni orang lain, bukan karena orang itu kurang
berbuat baik kepada kita setelah dia sadar akan kesalahannya kepada kita. Kita selalu sulit mengampuni orang karena kita selalu mengingat-ingat dan tidak mau melupakan apa yang sudah
diperbuatnya kepada kita. Perbuatannya yang sudah sepuluh dua puluh tahun terus diungkit-ungkit
tidak habis-habis. Maka satu cara yang paling baik adalah lupakanlah apa yang sudah diperbuat orang
yang salah kepadamu. Itu kata yang Alkitab pakai, bukan? Allah lupa dan tidak mengingat-ingat lagi
dosa dan pelanggaran kita. Sejauh timur dari barat demikian Tuhan melemparkan dosa kita. Itu
adalah satu sukacita dan kelegaan yang luar biasa. Sampai di hadapan Tuhan ketika kita bertemu Dia,
Tuhan tidak ingat lagi segala dosa kita. Tetapi bagaimana kalau Tuhan tiba-tiba ingat lagi? Saudara
mungkin akan kuatir hal itu bisa terjadi.
Berbahagialah dia yang ditutupi dosanya, kalimat ini membawa kita melihat bagaimana raja Daud di
dalam PL sudah mengerti konsep pengampunan dosa seperti ini. Dosa adalah sesuatu yang salah,
dosa adalah sesuatu yang mengandung konsekuensi yang tidak mungkin bisa hilang begitu saja sebab
saya bersalah kepada Dia, Allah yang suci dan kudus. Dan di dalam kesucian dan kekudusan-Nya Dia
berkata, upah dosa adalah maut. Siapa yang bisa bayar? Siapa yang bisa ganti, kalau upah dosa itu
adalah maut? Di dalam PL memberikan kunci rahasia ini: engkau boleh memperoleh pengampunan
dosa oleh sebab Allah memberikan jalan, kamu boleh datang kepada-Nya sore setiap hari dengan
membawa kambing domba dan menyembelihnya di depan mezbah Tuhan sebagai korban
pengampunan dosa. Lalu berdoalah sehingga darah kambing domba yang disembelih, yang darahnya
94
dicurahkan di mezbah akan menjadi pengampunan bagi dosamu. Tetapi Daud mengerti, korban
seperti itu tidak cukup. Mzm.51:18-19 Daud mengatakan, Tuhan tidak berkenan dengan korban
sembelihan dan kerban bakaran. Maksudnya setelah dia melakukan dosa dan melakukan upacara
seperti ini dengan mempersembahkan korban di hadapan Tuhan, Daud sadar kalau hanya
berdasarkan upacara itu saja, tidak mungkin dosanya diampuni. Maka ayat 19 muncul, “Korban
sembelihan kepada Allah adalah jiwa yang hancur, hati yang patah remuk tidak Kau pandang hina ya
Tuhan…” Pertobatan sejati datang dari dalam hidup yang hancur yang datang berteriak kepada
Tuhan, ampunilah aku orang yang berdosa ini. Kenapa? Sebab korban binatang yang dipersembahkan
ke mezbah Tuhan di PL kalau harus dilakukan setiap hari, itu berarti binatang itu tidak sanggup
mengampuni dosa. Maka Mzm.32 pada waktu Daud bicara, ‘berbahagialah orang yang diampuni
dosanya, yang ditutupi kesalahannya,’ mari kita mengerti ayat ini di dalam konsep pengampunan
Yesus di kayu salib bagi kita. Ibr.10:1-3 “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari
keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan
korban yang sama yang setiap tahun terus menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin
menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin,
orang pasti tidak mempersembahkan korban lagi. Tetapi justru oleh korban itu setiap tahun orang
diingatkan akan adanya dosa.”
Penulis Ibrani melanjutkan di ayat10, upacara korban seperti itu terus hingga Kristus datang
menutupi secara sempurna dosa-dosa kita. Dan karena kehendak-Nya kita dikuduskan satu kali untuk
selama-lamanya oleh persembahan tubuh-Nya. Biar ayat ini biar menjadi keindahan sukacita
rohanimu sebagai orang Kristen. Berbahagialah dia yang mengerti bahwa hidupnya sudah ditebus,
dibayar dengan darah yang mahal dan dosanya ditutupi, dalam arti kata, ada Seseorang yang telah
mengambil dosa-dosa kita dan kita tidak perlu lagi dihukum oleh Tuhan. Siapakah Dia? Yesus yang
tergantung di atas kayu salib. Puji Tuhan!
Biar melalui mazmur pertobatan Daud, melalui mazmur panggilannya untuk kita mengerti anugerah
Tuhan boleh sekali lagi mengajak kita melihat dengan penuh kekaguman akan karya penebusan
Yesus Kristus, seribu tahun sebelum Dia datang Daud sudah mengerti dan berharap satu kali kelak
ada Korban yang mati bagi dosa-dosa kita, yang darah-Nya dicurahkan menutup segala pelanggaran
kita yang begitu banyak adanya, sehingga Allah tidak lagi memperhitungkan dosa-dosa kita, Allah
tidak mengingat-ingat dosa-dosa kita, karena Tuhan Yesus sudah membayarnya dengan lunas di atas
kayu salib. Biar kita mengerti, mendapatkan, menerima Kristus bagi hidup kita.
95
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 33
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Bersorak–sorailah, hai orang–orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji–muji itu layak bagi
orang–orang jujur.
Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi–Nya dengan gambus sepuluh
tali!
Nyanyikanlah bagi–Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik–baik dengan sorak–sorai!
Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan–Nya dengan kesetiaan.
Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.
Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut–Nya segala tentaranya.
Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam
wadah.
Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap
Dia!
Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
TUHAN menggagalkan rencana bangsa–bangsa; Ia meniadakan rancangan suku–suku bangsa;
tetapi rencana TUHAN tetap selama–lamanya, rancangan hati–Nya turun–temurun.
Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih–Nya menjadi
milik–Nya sendiri!
TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;
dari tempat kediaman–Nya Ia menilik semua penduduk bumi.
Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.
Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong
oleh besarnya kekuatan.
Kuda adalah harapan sia–sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun
besar
ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan.
Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang
berharap akan kasih setia–Nya,
untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa
kelaparan.
Jiwa kita menanti–nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!
Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama–Nya yang kudus kita percaya.
Kasih setia–Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada–Mu.
Renungan
Bagaimana menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan setiap hari?
Bukan dengan menciptakan lagu baru, melainkan dengan menghayati kehadiran Tuhan dalam hidup
kita secara segar dan baru. Pemazmur mengajak kita melihat alam semesta ini dari kacamata Tuhan
yang senantiasa aktif menyatakan pemeliharaan-Nya atas dunia ini.
Judul: Nyanyian baru bagi Tuhan
Walau dunia ini penuh ketidakadilan dan pelanggaran hukum, jiwa kita disegarkan oleh kenyataan
bahwa Allah kita adalah Allah yang adil dan kesetiaan-Nya tidak berubah (ayat 4-5) . Anak-anak Tuhan
96
boleh berharap dengan kepastian bahwa satu saat kelak keadilan-Nya akan ditegakkan. Hukumhukum-Nya menjadi pembimbing hidup yang pasti.
Betapa hati kita trenyuh melihat dan merasakan bumi yang semakin rusak dan panas. Namun kita
diingatkan oleh mazmur ini bahwa Sang Pencipta tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur (ayat 6-9).
Dia bertindak, menghakimi para perusak lingkungan. Dia bertindak, membela ciptaan-Nya dari
kesewenang-wenangan manusia. Sesungguhnya semangat kita bergelora kembali untuk ikut serta
membangun, melestarikan, dan memperbaiki bumi kita.
Realitas saat ini adalah bangsa berperang melawan bangsa, banyak penindasan, juga kekacauan.
Bangsa-bangsa adikuasa semakin pongah, sementara suku-suku minoritas menjerit terjepit. Namun
sejarah memperlihatkan Tangan Kuasa Allah yang berdaulat menggagalkan rencana-rencana
secanggih menara Babel (ayat 10-11) . Kita tidak perlu putus berharap bahwa kelak Tuhan akan datang,
Kerajaan-Nya tegak mengatasi semua kerajaan dunia.
Anak-anak Tuhan tidak perlu kehilangan iman karena Tuhan masih berkarya dan karya-Nya
menyatakan kuasa dan kasih setia-Nya. Ia sanggup dan Ia terus menerus memelihara umat-Nya (ayat
18-19) . Naikkan pujian setiap hari dari hati yang senantiasa diperbarui dalam iman, yang mewujud
dalam ucapan syukur dan tindakan kasih yang nyata kepada setiap orang yang kita jumpai.
97
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 34: 1-11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dari Daud, pada waktu ia pura–pura tidak waras pikirannya di depan Abimelekh, sehingga ia
diusir, lalu pergi. (34–2) Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji–pujian kepada–Nya
tetap di dalam mulutku.
(34–3) Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang–orang yang rendah hati mendengarnya
dan bersukacita.
(34–4) Muliakanlah TUHAN bersama–sama dengan aku, marilah kita
bersama–sama
memasyhurkan nama–Nya!
(34–5) Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala
kegentaranku.
(34–6) Tujukanlah pandanganmu kepada–Nya, maka mukamu akan berseri–seri, dan tidak akan
malu tersipu–sipu.
(34–7) Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari
segala kesesakannya.
(34–8) Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang–orang yang takut
akan Dia, lalu
meluputkan mereka.
(34–9) Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung
pada–Nya!
(34–10) Takutlah akan TUHAN, hai orang–orang–Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan
orang yang takut akan Dia!
(34–11) Singa–singa muda merana kelaparan, tetapi orang–orang yang mencari TUHAN, tidak
kekurangan sesuatupun yang baik.
Renungan
Bagaimana meyakinkan orang lain bahwa Tuhan itu baik? Untuk orang-orang
yang berpikiran modern, kita bisa mengajukan sejumlah bukti akan kebaikan Tuhan yang dinyatakan
dalam Alkitab, atau yang dapat diperiksa dari kenyataan alam semesta ciptaan-Nya. Namun orangorang yang dipengaruhi oleh pandangan pascamodern, yang merelatifkan segala kebenaran, tidak
butuh pengajaran dan berbagai bukti tertulis. Yang mereka butuhkan adalah pengalaman sebagai
bukti.
Judul: Alami Tuhan
Mazmur ini mengajak para pembacanya untuk mengalami Tuhan. Alami sendiri kebaikan-Nya (ayat 9)
sebagaimana yang telah pemazmur rasakan. Apa yang pemazmur rasakan dan alami? Rupanya
mazmur ini lahir dari pengalaman Daud yang dilindungi Tuhan saat melarikan diri dari Saul, yang
hendak membunuh dirinya (ayat 1; lih. 1 Samuel 18-27) . Sebagai seorang buronan, berulang kali Daud
mengalami kesesakan, penindasan, dan merasa terjepit. Namun setiap kali ia menjerit kepada Tuhan,
Tuhan menolong tepat pada waktunya (ayat 7) . Perlindungan Tuhan dirasakan bagai dijaga oleh
pasukan malaikat yang mengelilingi dia (ayat 8) . Bagaikan satpam atau pengawal khusus yang dua
puluh empat jam sehari menjaga penuh.
98
Pemazmur mengajak para pembacanya merespons Tuhan agar pengalaman hidup mereka diperkaya.
Mari, pandanglah Tuhan, maka hidup ini akan penuh kesukacitaan (ayat 7) . Ayo, takutlah akan Tuhan,
maka Dia akan mencukupkan segala kebutuhan kita (ayat 10-11) .
Mengalami Tuhan bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tak usah menunggu saat tekanan hidup
tak tertahankan lagi. Alami Tuhan dengan melibatkan Dia dalam segala aspek hidup Anda. Dekatkan
diri pada-Nya dengan sikap yang terbuka agar Dia dengan bebas menyapa dan menjamah hidup
Anda. Saat Anda mengalami kehadiran atau pertolongan-Nya, naikkan syukur bersama-sama umat
Tuhan lainnya. Mahsyurkan nama-Nya di hadapan orang lain.
99
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 34: 12:24
Marilah anak–anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!
(34–13) Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati
yang baik?
(34–14) Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan–ucapan yang
menipu;
(34–15) jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah
mendapatkannya!
(34–16) Mata TUHAN tertuju kepada orang–orang benar, dan telinga–Nya kepada teriak mereka
minta tolong;
(34–17) wajah TUHAN menentang orang–orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan
kepada mereka dari muka bumi.
(34–18) Apabila orang–orang benar itu berseru–seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan
mereka dari segala kesesakannya.
(34–19) TUHAN itu dekat kepada orang–orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang–
orang yang remuk jiwanya.
(34–20) Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;
(34–21) Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah.
(34–22) Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang benar akan
menanggung hukuman.
(34–23) TUHAN membebaskan jiwa hamba–hamba–Nya, dan semua orang yang berlindung
pada–Nya tidak akan menanggung hukuman.
11 (34–12)
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Renungan
Menjadi orang benar tentu bukan terjadi karena usaha sendiri,
melainkan karena anugerah Tuhan. Namun hidup senantiasa sebagai orang benar yang mempraktikkan kebenaran, merupakan seni yang harus terus menerus dipelajari dan diterapkan sejak
awal kehidupan.
Judul:
Alami kebaikan Tuhan
Pemazmur menasihati anak-anak muda agar mereka belajar hidup takut akan Tuhan sejak dini. Takut
akan Tuhan berarti menjadikan karakter Tuhan sebagai cerminan hidup. Itu berarti kata-kata dan
tindakan mereka harus sesuai dengan kekudusan Tuhan.
Pemazmur memaparkan akibat hidup takut akan Tuhan, yaitu berumur panjang untuk menikmati
kebaikan-Nya (ayat 13) . Menikmati kebaikan Tuhan bukan berarti tidak akan mengalami masalah apaapa. Pemazmur dengan jelas menyebut bahwa orang benar bisa saja mengalami penderitaan (ayat
20) . Penderitaan apa saja yang bisa dialami orang benar? Penderitaan fisik maupun penderitaan batin
(ayat 19, 21) karena melihat dan mengalami kejahatan yang merajalela di dunia ini. Kalau begitu,
kebaikan Tuhan seperti apa yang bisa dirasakan di tengah penderitaan? Pertama, mengalami
pertolongan Tuhan tepat pada waktu-Nya sehingga penderitaan yang dialami tidak sampai
menghancurkan atau membinasakan anak Tuhan (ayat 18, 21) . Kedua, melihat keadilan Tuhan
100
ditegakkan. Orang-orang jahat akan mendapatkan balasannya
langgeng bahkan bisa berbalik menghancurkan mereka.
(ayat 17, 22) .
Kejahatan mereka tidak
Karena dunia ini jahat dan bertolak belakang dalam segala hal dengan hidup orang benar, maka anakanak Tuhan akan senantiasa mengalami masalah. Baik masalah yang secara otomatis mengganggu
kita karena cara hidup kita yang melawan cara dunia ini, maupun yang secara sengaja dikenakan
kepada kita untuk menekan dan menghancurkan iman kita. Alamilah kebaikan Tuhan dengan melihat
pertolongan-Nya pada waktu-Nya dan lihatlah bagaimana Tuhan membalikkan kejahatan menimpa
pelakunya.
101
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Dari Daud. Berbantahlah, TUHAN, melawan orang yang berbantah dengan aku, berperanglah
melawan orang yang berperang melawan aku!
Peganglah perisai dan utar–utar, bangunlah menolong aku,
cabutlah tombak dan kapak menghadapi orang–orang yang mengejar aku; katakanlah kepada
jiwaku: “Akulah keselamatanmu!”
Biarlah mendapat malu dan kena noda, orang–orang yang ingin mencabut nyawaku; biarlah
mundur dan tersipu–sipu orang–orang yang merancang kecelakaanku!
Biarlah mereka seperti sekam dibawa angin, didorong Malaikat TUHAN;
biarlah jalan mereka gelap dan licin, dan Malaikat TUHAN mengejar mereka!
Karena tanpa alasan mereka memasang jaring terhadap aku, tanpa alasan mereka menggali
pelubang untuk nyawaku.
Biarlah kebinasaan mendatangi dia dengan tidak disangka–sangka, jerat yang dipasangnya,
biarlah menangkap dia sendiri, biarlah ia jatuh dan musnah!
Tetapi aku bersorak–sorak karena TUHAN, aku girang karena keselamatan dari pada–Nya;
segala tulangku berkata: “Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang
sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari
tangan orang yang merampasi dia?”
Saksi–saksi yang gemar kekerasan bangkit berdiri, apa yang tidak kuketahui, itulah yang
mereka tuntut dari padaku.
Mereka membalas kebaikanku dengan kejahatan; perasaan bulus mencekam aku.
Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung; aku menyiksa diriku dengan
berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam dadaku,
seolah–olah temanku atau saudarakulah yang sakit, demikianlah aku berlaku; seperti orang
yang berkeluh kesah karena kematian ibu, demikianlah aku tunduk dengan pakaian kabung.
Tetapi ketika aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka dan berkerumun, berkerumun
melawan aku; orang–orang asing yang tidak kukenal menista aku dengan tidak henti–hentinya;
dengan fasik mereka mengolok–olok terus, menggertakkan giginya terhadap aku.
Sampai berapa lama, Tuhan, Engkau memandangi saja? Selamatkanlah jiwaku dari perusakan
mereka, nyawaku dari singa–singa muda!
Aku mau menyanyikan syukur kepada–Mu dalam jemaah yang besar, di tengah–tengah rakyat
yang banyak aku mau memuji–muji Engkau.
Janganlah sekali–kali bersukacita atas aku orang–orang yang memusuhi aku tanpa sebab, atau
mengedip–ngedipkan mata orang–orang yang membenci aku tanpa alasan.
Karena mereka tidak membicarakan damai, dan terhadap orang–orang yang rukun di negeri
mereka merancangkan penipuan,
mereka membuka mulutnya lebar–lebar terhadap aku dan berkata: “Syukur, syukur, mata kami
telah melihatnya!”
Engkau telah melihatnya, TUHAN, janganlah berdiam diri, ya Tuhan, janganlah jauh dari
padaku!
Terjagalah dan bangunlah membela hakku, membela perkaraku, ya Allahku dan Tuhanku!
Hakimilah aku sesuai dengan keadilan–Mu, ya TUHAN Allahku, supaya mereka jangan
bersukacita atasku!
102
25
26
27
28
Janganlah mereka berkata dalam hatinya: “Syukur, itulah keinginan kami!” Dan janganlah
mereka berkata: “Kami telah menelannya!”
Biarlah bersama–sama mendapat malu dan tersipu–sipu orang–orang yang bersukacita atas
kemalanganku; biarlah berpakaian malu dan noda orang–orang yang membesarkan dirinya
terhadap aku!
Biarlah bersorak–sorai dan bersukacita orang–orang yang ingin melihat aku dibenarkan!
Biarlah mereka tetap berkata: “TUHAN itu besar, Dia menginginkan keselamatan hamba–Nya!”
Dan lidahku akan menyebut–nyebut keadilan–Mu, memuji–muji Engkau sepanjang hari.
Renungan
Di manakah dan kepada siapakah kita bisa berharap mendapatkan keadilan? Seharusnya di pengadilan dan kepada hakim! Kenyataan memperlihatkan kepada
kita, betapa buruknya sistem peradilan di negara kita. Selain itu, moralitas pelaku keadilan pun perlu
dipertanyakan.
Judul: Minta keadilan pada Tuhan
Pemazmur memilih meminta keadilan pada Tuhan (ayat 24) . Ia memulai gugatannya"berbantah" (ribIbr. adalah istilah teknis di pengadilan) atas orang-orang fasik yang sedang menggugat (rib) dirinya (ayat 1)
dengan gugatan palsu. Ia meminta Tuhan membela perkaranya (rib).
Apa kejahatan orang-orang yang digugat pemazmur? Pertama, mereka senang berbuat jahat (ayat 7)
dan menghancurkan orang lain yang tidak bersalah (ayat 4, 8) . Kejahatan bagaikan makanan seharihari buat mereka. Kedua, mereka membalas kebaikan dengan kejahatan (ayat 12-16) , padahal
pemazmur telah berlaku sangat peduli terhadap mereka (ayat 13-14) . Ini mungkin yang paling
menyakitkan dia secara pribadi. Bagi dia, ini merupakan sebuah pengkhianatan. Ketiga, mereka
bersikap sombong karena mengira gugatan mereka untuk menghancurkan si pemazmur pasti
berhasil (ayat 21, 25) .
Mazmur ini bukan ratapan orang yang dirundung duka dan putus asa, sebaliknya pemazmur sangat
percaya bahwa ia dapat mengandalkan keadilan Tuhan (ayat 24, 28) . Tuhan pasti membela
perkaranya dan para musuh pasti akan terbukti bersalah. Oleh karena itu suasana yang dominan dari
mazmur ini adalah keyakinan dan syukur (ayat 9-10, 27-28) .
Dunia bisa saja berlaku tidak adil dan tutup mata terhadap kebenaran. Dunia bisa saja menindas dan
memfitnah orang benar. Namun Tuhan tahu menjaga dan membela umat yang Dia kasihi. Sebagai
orang percaya, kita sendiri harus memelihara hidup kudus, menegakkan keadilan, serta membela
orang yang lemah dan tertindas. Jangan biarkan orang-orang fasik menemukan celah untuk
mendakwa kita dan dengan demikian mereka mempermalukan nama Tuhan! Berharaplah kepada
Tuhan dan bertindaklah benar.
103
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 36
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Dari hamba TUHAN, dari Daud. (36–2) Dosa bertutur di lubuk hati
orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu,
(36–3) sebab ia membujuk dirinya, sampai orang mendapati kesalahannya dan membencinya.
(36–4) Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia berhenti berlaku bijaksana
dan berbuat baik.
(36–5) Kejahatan dirancangkannya di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang
tidak baik; apa yang jahat tidak ditolaknya.
(36–6) Ya TUHAN, kasih–Mu sampai ke langit, setia–Mu sampai ke awan.
(36–7) Keadilan–Mu adalah seperti gunung–gunung Allah, hukum–Mu bagaikan samudera raya
yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN.
(36–8) Betapa berharganya kasih setia–Mu, ya Allah! Anak–anak manusia berlindung dalam
naungan sayap–Mu.
(36–9) Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah–Mu; Engkau memberi mereka
minum dari sungai kesenangan–Mu.
(36–10) Sebab pada–Mu ada sumber hayat, di dalam terang–Mu kami melihat terang.
(36–11) Lanjutkanlah kasih setia–Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan–Mu bagi
orang yang tulus hati!
(36–12) Janganlah kiranya kaki orang–orang congkak menginjak aku, dan tangan orang fasik
mengusir aku.
(36–13) Lihat, orang–orang yang melakukan kejahatan itu jatuh; mereka dibanting dan tidak
dapat bangun lagi.
Renungan
Paulus berkata, "perut"
adalah Tuhan mereka (Flp. 3:19) . Yang dimaksud adalah kedagingan atau hawa nafsu mereka.
Pemazmur menegaskan bahwa dosa adalah tuhannya orang fasik. Kata "bertutur" (neum, Ibr.) biasa
dipakai di kitab nabi-nabi dengan subjek Tuhan (Yer. 23:31) . Jadi bagi orang fasik, yang mengatur
hidup mereka, yang mereka rancang, dan yang mereka inginkan (ayat 3-5) adalah dosa. Mereka
adalah hamba dosa (Yoh. 8:34) .
Judul: Siapa Tuhan Anda? Siapakah yang dipertuan oleh orang fasik?
Pemazmur mengajak para pembacanya untuk menyadari betapa beruntungnya setiap orang yang
Tuhannya adalah Yahweh. Karena Yahweh setia dan kasih setia-Nya tidak terbatas, bahkan
melampaui alam semesta ini (ayat 6) . Ia juga merupakan sumber kehidupan (ayat 10) . Bukan hanya
perlindungan dan kesejahteraan yang dialami oleh semua orang yang berTuhankan Yahweh (ayat 8-9),
tetapi kepastian hukum oleh karena keadilan Tuhan menjadi pegangan mereka untuk hidup di dunia
yang penuh orang fasik (ayat 7) . Maka dengan penuh keyakinan, pemazmur memohon agar Tuhan
bertindak menjadi Hakim adil, yang membela orang benar dan membinasakan orang fasik (ayat 1113) .
Kita mudah mengalami salah arah dalam hidup karena dunia tampil lebih marak dan memikat
dengan gaya hidup antiYesus. Apalagi nampaknya sikap hidup yang demikian lebih menyenangkan
104
dan lebih diterima oleh dunia ini. Kalau memang hidup ini berakhir di dunia ini maka alternatif di atas
mungkin sudah pas. Namun sebagai anak-anak Tuhan kita diingatkan bahwa, dunia ini milik Tuhan
sehingga manusia tidak bisa bertindak dengan sembarangan. Setiap tindakan kita akan
dipertanggungjawabkan, cepat atau lambat, di hadapan Hakim yang Mahaadil. Kita juga harus
mengingat bahwa hidup ini tidak berhenti di dunia ini. Ada kekekalan. Kelak kita harus
mempertanggungjawabkan bagaimana kita mengisi hidup kita. Hanya dengan hidup berpusatkan
Kristus, kita berkenan kepada-Nya.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 36
Pdt. Bigman Sirait
Hidup bahagia bila dekat 'Sumber Hidup' itu
Saudara terkasih, Mazmur 36: 6-10 dengan begitu indahnya memaparkan bagaimana kasih setia Tuhan
dinyatakan dalam kehidupan orang-orang benar. Sang pemazmur melihat bahwa kasih Tuhan itu
sampai ke langit. Istilah “kasih Tuhan itu sampai ke langit” untuk menunjukkan betapa tidak
terbatasnya kasih itu bagi orang-orang yang dikasihi-Nya, betapa kasih itu melintasi segala ukuran
(unlimited), tidak bisa dikurung. Manusia tidak pernah mampu melukiskan kasih Allah. “Dia setia
sampai ke awan”, ini untuk menunjukkan ketidakterbatasan kesetiaan Tuhan. Alkitab berkata,
“Sekalipun kita tidak setia Dia akan tetap setia”. Ini suatu hal yang luar biasa yang dikerjakan-Nya di
tengah kehidupan manusia.
Keadilan-Nya bagai gunung. Satu keadilan yang mengatasi apa pun juga, keadilan yang nyata terlihat,
tidak tersembunyi. Sebuah keadilan yang begitu sederhana untuk dipahami. Dan hukum-Nya seperti
samudra menguasai segalanya, menjangkau seluruh tepi, dan tidak bisa dipermainkan. Di sini kita
melihat Tuhan itu penuh cinta kasih, penuh dengan kesetiaan, penuh dengan keadilan. Maka dalam
kehidupan orang-orang percaya, dan mengandalkan Tuhan, pasti ada gairah luar biasa. Mungkin kita
sering berkata, bahwa mudah mengatakan Tuhan itu penuh kasih, setia dan adil, menegakkan hukum,
tetapi dalam kenyataannya kita mengalami kepahitan dan kegetiran.
Habakuk saja, seorang nabi, berseru kebingungan atas realita hidup. Ia berteriak, “Mengapa hukum
datang terbalik, keadilan dijungkirbalikkan ya Tuhan!” Tetapi justru Tuhan menjawab, “Engkau akan
melihat hal yang tidak pernah terbayangkan. Engkau akan melihat hal-hal yang lebih mengerikan!”
Gugatan Habakuk bukan dijawab Allah, justru Allah mendemonstrasikan kenyataan yang sangat
menakutkan dan tidak terbayangkan (Habakuk 1) . Tetapi yang luar biasa adalah ketika pada bagian
akhir Habakuk berkata, “Sekalipun gandum itu tidak panen, tidak akan jadi masalah. Sekalipun tidak
berbunga tidak menjadi masalah”. Kenapa dia berkata demikian? Karena Habakuk bukan lagi melihat
apa yang dilihat mata, tetapi apa yang hanya bisa ditangkap oleh iman yang dalam dan kuat. Dia
menemukan kesejatian bahwa Allah adalah Allah yang penuh cinta kasih, setia, adil, dan menegakkan
105
hukum. Jika ingin mengenal Allah sebagai sumber hidup, maka kita tidak dapat mengukur Dia dengan
logika atau apa yang dilihat oleh mata, tetapi mesti melihat jauh ke dalam, menggali dan menemukan kesejatian Allah yang hidup itu, karena Dia memang sumber hidup sejati yang menghidupi
kita yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, sudah pada tempatnya jika kita menaruh
pengharapan kepada Tuhan. Sudah seharusnyalah jika kita meletakkan seluruh kehidupan kita di
bawah kaki-Nya, dan memasrahkan diri ke dalam pemeliharaan-Nya. Jadi, setiap orang percaya tidak
perlu gentar, melainkan memainkan peran yang diberikan Tuhan sehingga sungguh mengalami
kegairahan dalam hidup, beroleh kemenangan karena ketaatan, karena orang-orang yang percaya
kepada Tuhan tidak akan pernah ditinggalkan. Mereka akan menemukan kesejatian dalam
pengalaman-pengalaman indah, dan berkata, “Tak menjadi penting apakah aku sehat atau sakit, kaya
atau miskin, karena bukan itu yang menjadi pemikiranku, tetapi kekuatan keteguhanku berpegang
dan beriman kepada Dia, Allah yang hidup itu”.
Berbahagialah
Berbahagialah jika Dia memberi kita kesehatan dan harta. Tetapi kebahagiaan itu akan hilang, ketika
sumber hidup, Allah itu, tidak lagi menghidupi hidup kita. Oleh karena itu, di dalam pergumulan
hidup mari kita menyoroti dengan tajam seluruh kenyataan hidup. Sehingga jangan salah paham lalu
menggugat bahwa Allah tidak memelihara, dan tidak mau tahu persoalan kita. Ketidakmengertian
kita tentang Dia sebagai Allah sumber hiduplah yang membuat kita salah paham, seakan-akan Dia
tidak memelihara kita. Dia mencukupkan kita di dalam kebutuhan. Dia menjamin kita, karena itu
kenapa marah dan kecewa jika terbelit masalah? Tak ada yang perlu disesalkan. Tuhan tidak pernah
salah dalam bertindak. Kitalah yang salah memahami kasih dan pemeliharaan-Nya. Oleh karena itu,
mari terus menjelajah, melihat bahwa Tuhan campur tangan dalam kehidupan alam semesta. Dia
tidak pernah menjadi pencipta yang kemudian melepaskan segalanya dan membiarkan itu rusak. Dia
pemelihara yang bertanggung jawab. Dia mencipta dan memelihara seluruh ciptaan-Nya. Kurangnya
perenungan akan hal ini membuat kita kurang memahami kasih itu, dan membuat kita kurang
merespon atau kurang dalam bersekutu dengan Dia. Akhirnya kita kadang kehausan karena tidak
menemukan kasih yang luar biasa itu.
Dalam pergumulan hidup, biarlah kita belajar untuk bergantung pada Tuhan, Dialah yang memberi
kenikmatan dan kesenangan kepada setiap manusia, karena dikatakan, “Mereka mengenyangkan
dirinya dengan lemak di rumah-Mu. Engkau memberi mereka minum dari sungai-Mu”. Betapa indah
dan memuaskan kehidupan yang diberikan Tuhan kepada orang yang percaya kepada-Nya. Mereka
mengalami kepuasan kegairahan di tengah kehidupan. Apa yang dikerjakan Tuhan bagi orang
percaya sangat luar biasa dan tidak pernah terbayangkan akal yang terbatas. Ini membuat kita
terkejut dan tersentak. Tetapi itulah Tuhan di dalam keajaiban cinta kasih-Nya. Maka umat yang
menerima Dia, menjadi umat yang berbahagia. Ketika kurang bahagia, bukankah ada baiknya kita
introspeksi diri, mengapa tak mampu menikmati cinta kasih itu? “Berbahagialah orang yang Kau pilih
dan Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu, kiranya kami kenyang dengan segala yang
baik di dalam rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus” (Maz 65: 5) . Maka dalam konteks ini kita melihat
kekenyangan bukanlah sekadar kekenyangan perut (jasmani) tetapi lebih dari itu, yakni kekenyangan
jiwa (rohani). Kepuasan hidup ada apabila kita dekat Allah, sumber hidup itu.
106
Allah menjamin setiap langkah kita, baik suka maupun duka, jasmani maupun rohani. Karena itu kita
harus berpegang teguh dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, jangan sampai terjebak
pada perangkap yang membuat kita lemah. Jangan sampai terperangkap iblis yang mengajar kita
menuduh dan menggugat seakan Tuhan tak peduli lagi. Bertarung dan berperanglah dalam hidup
untuk menemukan kesejatian sehingga kita tampil menjadi pemenang yang memuji dan memuliakan
Dia, Tuhan, sumber hidup.
107
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 37: 1-20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang
berbuat curang;
sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh–tumbuhan hijau.
Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,
dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan
hatimu.
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada–Nya, dan Ia akan bertindak;
Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.
Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang
berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa
kepada kejahatan.
Sebab orang–orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang–orang yang menanti–
nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.
Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya,
maka ia sudah tidak ada lagi.
Tetapi orang–orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena
kesejahteraan yang berlimpah–limpah.
Orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar dan menggertakkan giginya
terhadap dia;
Tuhan menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat bahwa harinya sudah dekat.
Orang–orang fasik menghunus pedang dan melentur busur mereka untuk merobohkan orang–
orang sengsara dan orang–orang miskin, untuk membunuh orang–orang yang hidup jujur;
tetapi pedang mereka akan menikam dada mereka sendiri, dan busur mereka akan dipatahkan.
Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah–limpah pada orang fasik;
sebab lengan orang–orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang–orang benar.
TUHAN mengetahui hari–hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama–
lamanya;
mereka tidak akan mendapat malu pada waktu kecelakaan, dan mereka akan menjadi kenyang
pada hari–hari kelaparan.
Sesungguhnya, orang–orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang
rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap.
Renungan
Judul: Kebahagiaan orang fasik semu Mengapa anak Tuhan tidak boleh marah melihat orang
fasik? Ini pertanyaan penting untuk kita pikirkan dan renungkan. Tiga kali pemazmur menasihati para
pembacanya agar jangan marah kepada orang yang berbuat jahat (ayat 1, 7, 8) .
Mungkin kita perlu bertanya lebih dahulu, apa yang menyebabkan anak Tuhan bisa marah atau iri
hati terhadap orang jahat? Biasanya karena mereka bebas berbuat jahat, tetapi hidupnya terlihat
108
aman dan terlindungi dari murka Allah. Tampaknya Allah telah bersikap tidak adil. Mengapa orang
benar yang justru lebih sering bermasalah dibanding orang jahat?
Pemazmur memberikan beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Pertama, orang fasik
tidak mungkin bertahan lama dalam keberdosaan mereka (ayat 2, 10, 13, 20) . Kejahatan mereka akan
segera terbongkar dan hukuman pun akan dijatuhkan Tuhan. Justru kejahatan mereka akan menimpa
mereka sendiri (ayat 15). Kedua, kalau kita marah kepada orang fasik, berarti kita akan menjadi sama
dengan mereka (ayat 8), karena kemarahan yang tidak terkendali menjadi dosa. Dalam kemarahan
yang seperti itu, sebenarnya kita secara tidak langsung menuduh Tuhan telah berpihak kepada orang
jahat. Ketiga, Tuhan adalah Allah yang adil. Ia akan bertindak menghukum orang fasik dan membela
orang benar (ayat 5-6) . Orang benar akan mewarisi bumi ini dan menikmati kesejahteraan (ayat 9, 11,
18-19) . Tuhan tahu memelihara umat-Nya. Maka nasihat pemazmur kepada orang benar adalah tetap
percaya kepada Tuhan dan menantikan Dia bertindak (ayat 3-4) .
Memang kita mudah pesimis dan kecil hati kalau melihat kefasikan merajalela di sekeliling kita.
Bahkan sering kali lingkungan kerja kita pun dipenuhi dengan praktek-praktek kefasikan. Saat seperti
itu, kita perlu belajar mengarahkan mata rohani kita kepada Tuhan, dengan lebih banyak berdoa dan
merenungkan firman Tuhan untuk meneguhkan iman kita bahwa Tuhan masih pegang kendali atas
hidup ini.
109
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 37: 21-40
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan
pemurah.
Sesungguhnya, orang–orang yang diberkati–Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang–orang
yang dikutuki–Nya akan dilenyapkan.
TUHAN menetapkan langkah–langkah orang yang hidupnya berkenan kepada–Nya;
apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar
ditinggalkan, atau anak cucunya meminta–minta roti;
tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama–
lamanya;
sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang–orang yang dikasihi–Nya.
Sampai selama–lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang–orang fasik akan
dilenyapkan.
Orang–orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.
Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum;
Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah–langkahnya tidak goyah.
Orang fasik mengintai orang benar dan berikhtiar membunuhnya;
TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya, Ia tidak membiarkannya
dinyatakan fasik pada waktu diadili.
Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan–Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk
mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang–orang fasik dilenyapkan.
Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras
Libanon;
ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.
Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang
suka damai akan ada masa depan;
tetapi pendurhaka–pendurhaka akan dibinasakan bersama–sama, dan masa depan orang–
orang fasik akan dilenyapkan.
Orang–orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada
waktu kesesakan;
TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang–
orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada–Nya.
Renungan
Berulang kali di mazmur ini, orang benar disebut-sebut akan
mewarisi negeri/tanah (ayat 9, 11, 22, 29, 34) . Apa maksud mewarisi negeri/tanah?
Judul: Orang benar mewarisi bumi
Di Perjanjian Lama, yang disebut sebagai umat Tuhan adalah bangsa Israel. Kepada mereka, Tuhan
telah memberikan tanah Kanaan sebagai tempat tinggal mereka, sesuai dengan janji-Nya kepada
Abraham. Jadi mewarisi tanah merupakan tanda bahwa Tuhan menyertai dan memberkati mereka.
110
Dengan tanah yang mereka miliki dan tinggali, mereka bisa membangun kehidupan yang makmur
dan sejahtera. Janji Tuhan nyata bagi anak-anak-Nya (ayat 23-26) . Namun, bukan hanya Tuhan
memberkati dan memelihara mereka lewat tanah yang menjadi sumber kehidupan mereka, mereka
juga harus menegakkan keadilan dan kebenaran bagi sesama umat Tuhan, bahkan juga bagi orangorang asing yang tinggal di antara mereka (ayat 27-29) . Mewarisi tanah merupakan anugerah
sekaligus tanggung jawab. Ketidaksetiaan mereka dalam menjalankan sisi tanggung jawab itu akan
mengakibatkan penghukuman. Salah satu hukuman yang paling keras, yang Tuhan bisa jatuhkan
kepada umat-Nya, kalau mereka terus menerus berdosa dengan mengkhianati Tuhan, adalah
kehilangan negeri perjanjian dan terbuang ke negeri orang lain (Ul. 28:64-68) .
Oleh sebab itu pemazmur mendorong umat Tuhan mempraktikkan hidup yang serasi dengan
anugerah-Nya. Orang yang fasik, yang dengan sombong menjalani hidup dengan melawan Tuhan, tak
akan memiliki masa depan (ayat 35-36, 38) . Sebaliknya orang-orang yang hidup benar akan Tuhan
pelihara (ayat 37, 39-40) .
Kalau hidup kita saat ini tertekan oleh ulah orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, bertahanlah
dalam kesetiaan dan ketekunan iman. Pada waktunya Tuhan akan membalikkan keadaan. Mereka
yang jahat justru akan hancur, sedangkan orang yang bersandar pada Tuhan akan menikmati
pertolongan dan segala berkat-Nya.
111
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 38
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Mazmur Daud pada waktu mempersembahkan korban peringatan. (38–2) TUHAN, janganlah
menghukum aku dalam geram–Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan murka–
Mu;
(38–3) sebab anak panah–Mu menembus aku, tangan–Mu telah turun menimpa aku.
(38–4) Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah–Mu, tidak ada yang selamat
pada tulang–tulangku oleh karena dosaku;
(38–5) sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang
menjadi terlalu berat bagiku.
(38–6) Luka–lukaku berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku;
(38–7) aku terbungkuk–bungkuk, sangat tertunduk; sepanjang hari aku berjalan dengan
dukacita.
(38–8) Sebab pinggangku penuh radang, tidak ada yang sehat pada dagingku;
(38–9) aku kehabisan tenaga dan remuk redam, aku merintih karena degap–degup jantungku.
(38–10) Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku, dan keluhkupun tidak tersembunyi
bagi–Mu;
(38–11) jantungku berdebar–debar, kekuatanku hilang, dan cahaya matakupun lenyap dari
padaku.
(38–12) Sahabat–sahabatku dan teman–temanku menyisih karena penyakitku, dan sanak
saudaraku menjauh.
(38–13) Orang–orang yang ingin mencabut nyawaku memasang jerat, orang–orang yang
mengikhtiarkan celakaku, memikirkan kehancuran dan merancangkan tipu daya sepanjang
hari.
(38–14) Tetapi aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar, seperti orang bisu yang tidak
membuka mulutnya;
(38–15) ya, aku ini seperti orang yang tidak mendengar, yang tak ada bantahan dalam mulutnya.
(38–16) Sebab kepada–Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan menjawab, ya Tuhan,
Allahku.
(38–17) Pikirku: “Asal mereka jangan beria–ria karena aku, jangan membesarkan diri terhadap
aku apabila kakiku goyah!”
(38–18) Sebab aku mulai jatuh karena tersandung, dan aku selalu dirundung kesakitan;
(38–19) ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku.
(38–20) Orang–orang yang memusuhi aku besar jumlahnya, banyaklah orang–orang yang
membenci aku tanpa sebab;
(38–21) mereka membalas yang jahat kepadaku ganti yang baik, mereka memusuhi aku, karena
aku mengejar yang baik.
(38–22) Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku!
(38–23) Segeralah menolong aku, ya Tuhan, keselamatanku!
112
Renungan
Penderitaan apa yang dirasakan oleh orang yang sedang dihukum Tuhan
dengan penyakit, oleh karena dosa-dosanya? Tentu yang paling kentara adalah rasa sakit secara fisik.
Ada penafsir yang mengatakan, pemazmur menderita sakit kusta, karena dikatakan tubuhnya penuh
luka, berbau busuk dan bernanah (ayat 6) . Ada pula yang berpendapat bahwa pemazmur menderita
sejenis penyakit kelamin karena bagian pinggangnya yang meradang dan seluruh tubuhnya
menderita (ayat 8) .
Judul: Sakit karena dosa
Yang lebih berat daripada rasa sakit secara fisik tentu rasa sedih karena ditinggalkan sahabat.
Mungkin mereka meninggalkan dia karena jijik atau takut ketularan, bisa juga karena mereka tidak
mau disangkutpautkan dengan dosa pemazmur yang menjadi sebab penyakitnya. Apapun alasan
mereka, itu membuktikan bahwa dosa memang tidak mengenal kesetiakawanan. Setiap orang yang
berbuat dosa harus menanggung sendiri akibatnya. Belum lagi para musuh yang menggunakan
kesempatan untuk menghancurkan pemazmur saat ia sedang sakit. Kiat pemazmur mengatasi hal ini
adalah dengan pura-pura tuli dan bisu sambil berharap bisa melupakan rasa sakitnya (ayat 17). Tentu
saja kita tahu, hal itu adalah harapan kosong.
Yang paling menekan pemazmur tentunya adalah kesadaran bahwa Tuhan murka terhadap dirinya
(ayat 2-5) . Tidak ada yang lebih berat daripada tangan Tuhan yang menekan dirinya. Itu sebabnya
pemazmur memohon agar Tuhan segera mengampuni dirinya (ayat 19) dan segera menolong
mengatasi penyakitnya (ayat 22-23) .
Kita bersyukur kepada Kristus karena kematian-Nya di kayu salib sudah menebus kita dari hukuman
kekal dosa. Namun itu tidak boleh menjadi alasan bagi kita untuk hidup sembarangan di dalam dosa.
Ingatlah bahwa Tuhan akan menghukum kita karena pelanggaran kita. Oleh karena itu, cepat akui
dan bereskan dosa Anda. Jangan lagi bermain-main di dalamnya.
113
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 39
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. (39–2) Pikirku: “Aku hendak menjaga
diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang
selama orang fasik masih ada di depanku.”
(39–3) Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku
makin berat.
(39–4) Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku
berbicara dengan lidahku:
(39–5) “Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku
mengetahui betapa fananya aku!
(39–6) Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi–Mu hidupku seperti
sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia–siaan! Sela
(39–7) Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang
sia–sia dan
menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti.
(39–8) Dan sekarang, apakah yang kunanti–nantikan, ya Tuhan? Kepada–Mulah aku berharap.
(39–9) Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan aku celaan orang bebal!
(39–10) Aku kelu, tidak kubuka mulutku, sebab Engkau sendirilah yang bertindak.
(39–11) Hindarkanlah aku dari pada pukulan–Mu, aku remuk karena serangan tangan–Mu.
(39–12) Engkau menghajar seseorang dengan hukuman karena kesalahannya,
dan
menghancurkan keelokannya sama seperti gegat; sesungguhnya, setiap manusia adalah kesia–
siaan belaka. Sela
(39–13) Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong,
janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada–Mu, aku pendatang
seperti semua nenek moyangku.
(39–14) Alihkanlah pandangan–Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan
tidak ada lagi!”
Renungan
Perjalanan hidup orang Kristen di dunia yang berdosa ini tidak pernah
tenang dan aman, tidak pernah bebas dari pergumulan. Selama masih di dalam dunia ini, selalu saja
ada masalah di sekeliling kita dan yang siap menjatuhkan kita kalau lengah.
Itulah yang digumuli oleh pemazmur. Ia sadar bahwa godaan untuk berhenti berjuang melawan dosa
begitu besar. Lebih mudah baginya untuk menyerah dan mengikuti jalan dunia ini daripada bertekun
menjaga kesucian diri. Namun kesadarannya sebagai umat Tuhan masih menguasainya. Oleh karena
itu, ia mencoba bertahan (ayat 2) .
Judul:
Saat Anda kalut
Pergumulan pemazmur serasa bertambah berat karena Tuhan seperti membiarkan dia berada dalam
situasi itu (ayat 13-14) . Apa yang dialami pemazmur mirip dengan yang dialami Ayub, yang merasa
bahwa Tuhan sedang menekan dirinya 'tanpa sebab'. Namun berbeda dari Ayub yang menyatakan
diri tidak bersalah, pemazmur menyadari bahwa sebagai manusia, ia tidak luput dari melakukan
kesalahan yang membuat Tuhan marah (ayat 9-12) . Hanya saja ia tidak mengerti apa sebenarnya
114
dosa-dosa yang membuat Tuhan menghukum dia. Yang ia tahu adalah bahwa ia hanya manusia fana,
dan bahwa kesia-siaanlah yang sudah ia lakukan (ayat 5-7) .
Apakah Anda sedang merasakan hal yang sama? Kita merasa berjuang sendirian menjaga kesucian
hidup, sementara kita merasa bahwa Tuhan tidak peduli. Kadang kita bertanya di dalam hati, "dosa
apa yang sudah saya lakukan, sehingga Tuhan membiarkan saya mengalami hal-hal ini?" Mazmur ini
tidak memberikan jawaban yang melegakan. Namun kita patut bersyukur karena memiliki Juru
syafaat, yaitu Tuhan Yesus yang setia. Dia adalah pembela kita di hadapan Allah Bapa. Demikian juga
Roh Kudus yang hadir dalam hati orang percaya, menolong kita berdoa, saat pergumulan membuat
kita kehilangan kata-kata doa (Rm. 8:26) . Mari arahkan mata dengan tekun dan setia menantikan
tangan Bapa meraih dan merangkul kita.
115
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 40
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (40–2) Aku sangat menanti–nantikan TUHAN; lalu Ia
menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong.
(40–3) Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di
atas bukit batu, menetapkan langkahku,
(40–4) Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang
akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
(40–5) Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling
kepada orang–orang yang angkuh, atau kepada orang–orang yang telah menyimpang kepada
kebohongan!
(40–6) Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan–Mu yang ajaib dan
maksud–Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau
memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.
(40–7) Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah
membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut.
(40–8) Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku;
(40–9) aku suka melakukan kehendak–Mu, ya Allahku; Taurat–Mu ada dalam dadaku.”
(40–10) Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku,
Engkau juga yang tahu, ya TUHAN.
(40–11) Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan–Mu dan keselamatan dari
pada–Mu kubicarakan, kasih–Mu dan kebenaran–Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang
besar.
(40–12) Engkau, TUHAN, janganlah menahan rahmat–Mu dari padaku,
kasih–Mu dan
kebenaran–Mu kiranya menjaga aku selalu!
(40–13) Sebab malapetaka mengepung aku sampai tidak terbilang banyaknya. Aku telah terkejar
oleh kesalahanku, sehingga aku tidak sanggup melihat; lebih besar jumlahnya dari rambut di
kepalaku, sehingga hatiku menyerah.
(40–14) Berkenanlah kiranya Engkau, ya TUHAN, untuk melepaskan aku; TUHAN, segeralah
menolong aku!
(40–15) Biarlah mendapat malu dan tersipu–sipu mereka semua yang ingin mencabut nyawaku;
biarlah mundur dan kena noda mereka yang mengingini kecelakaanku!
(40–16) Biarlah terdiam karena malu mereka yang mengatai aku: “Syukur, syukur!”
(40–17) Biarlah bergembira dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau;
biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada–Mu tetap berkata: “TUHAN itu besar!”
(40–18) Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan aku. Engkaulah yang
menolong aku dan meluputkan aku, ya Allahku, janganlah berlambat!
Renungan
Dari mana ucapan syukur mengalir? Tentu dari hati yang telah
merasakan pertolongan Tuhan. Bagaimana mengungkapkan rasa syukur yang benar? Kita belajar dari
pemazmur, yaitu dengan tidak sekadar menaikkan kata-kata syukur dan pujian, atau dengan
mempersembahkan kurban-kurban bakaran, melainkan dengan menundukkan diri dalam ketaatan
Judul:
Pasti Tuhan menolong
116
kepada firman (ayat 7-9) . Kurban bakaran tidak berarti apa-apa kalau tidak disertai dengan hati yang
tulus dan taat pada Tuhan. Kurban paling berkenan pada Tuhan adalah persembahan diri untuk
Tuhan pakai sekehendak hati-Nya (ayat 9, band. Rm. 12:1) . Rasa syukur pemazmur juga dinyatakan
kepada Tuhan dengan menyaksikan perbuatan Tuhan kepada umat Tuhan (ayat 10-11) . Tujuannya
jelas, agar umat Tuhan dikuatkan dan ikut mensyukuri kasih setia-Nya. Itulah gambaran dari bagian
pertama mazmur ini (ayat 2-11) .
Dari pengalaman pernah ditolong Tuhan, pemazmur beroleh keyakinan bahwa Tuhan bisa
diandalkan. Oleh karena itu, pada bagian kedua mazmur ini (ayat 12-18) , permohonan diungkapkan.
Pemazmur sedang mengalami masalah: para musuhnya menginginkan kematiannya. Mereka
mengepung dan mengeroyok dia (ayat 13) . Pemazmur merasa tertekan, tetapi pada saat yang sama ia
percaya bahwa Tuhan peduli. Maka pemazmur memohon agar Tuhan jangan berlambat, tetapi
segera menolong dirinya (ayat 18) . Ia ingin agar para musuh melihat pertolongan Tuhan atas dirinya,
sehingga mereka mundur teratur (ayat 15-16) .
Bagaimana pengalaman Anda ditolong Tuhan pada masa lampau? Sudahkah Anda mensyukurinya?
Masih berpengaruhkah pengalaman itu dalam situasi yang sedang menekan Anda? Percayalah bahwa
sesuai janji firman-Nya, Tuhan Yesus Kristus tidak pernah berubah, dulu, sekarang, dan sampai
selamanya. Andalkan Dia terus untuk menolong kita. Naikkan syukur tak henti-hentinya disertai
tekad tulus dan bersungguh-sungguh untuk taat pada firman-Nya dan menyaksikan segala kebaikanNya.
117
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 41
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (41–2) Berbahagialah orang yang memperhatikan orang
lemah! TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka.
(41–3) TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia
di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya!
(41–4) TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya
sama sekali dari sakitnya.
(41–5) Kalau aku, kataku: “TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap
Engkaulah aku berdosa!”
(41–6) Musuhku mengatakan yang jahat tentang aku: “Bilakah ia mati, dan namanya hilang
lenyap?”
(41–7) Orang yang datang menjenguk, berkata dusta; hatinya penuh kejahatan, lalu ia keluar
menceritakannya di jalan.
(41–8) Semua orang yang benci kepadaku berbisik–bisik bersama–sama tentang aku, mereka
merancangkan yang jahat terhadap aku:
(41–9) “Penyakit jahanam telah menimpa dia, sekali ia berbaring, takkan bangun–bangun lagi.”
(41–10) Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat
tumitnya terhadap aku.
(41–11) Tetapi Engkau, ya TUHAN, kasihanilah aku dan tegakkanlah aku, maka aku hendak
mengadakan pembalasan terhadap mereka.
(41–12) Dengan demikian aku tahu, bahwa Engkau berkenan kepadaku, apabila musuhku tidak
bersorak–sorai karena aku.
(41–13) Tetapi aku, Engkau menopang aku karena ketulusanku, Engkau membuat aku tegak di
hadapan–Mu untuk selama–lamanya.
(41–14) Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama–lamanya sampai selama–lamanya! Amin, ya
amin.
Renungan
Doa seperti apa yang didengar Tuhan? Tentu bukan doa yang
semata-mata meminta-minta demi kepentingan diri sendiri. Apalagi doa yang berisikan klaim-klaim
janji Allah, seakan-akan Allah berhutang kepada kita untuk mengabulkan doa kita. Mazmur ini
mengajar dan mengajak kita berdoa secara tepat.
Judul:
Yang lemah dikuatkan
Doa yang Tuhan dengar adalah doa yang datang dari kerendahan hati. Salah satu wujud kerendahan
hati adalah memiliki sikap peduli pada orang yang lemah (ayat 2a) . Sikap itu muncul karena ia sendiri
sadar bahwa dirinya penuh kelemahan dan butuh pertolongan juga. Doa orang yang seperti ini pasti
diperkenan Tuhan. Sikap seperti ini menyatakan keterbukaan untuk menerima tangan pengasihan
Tuhan yang siap menolong dia.
Sikap rendah hati ini juga ditunjukkan pemazmur dalam bagian selanjutnya (ayat 5-10) . Di hadapan
Tuhan ia menyadari dosa-dosanya. Ia mengakui bahwa ia tak sanggup menghadapi para musuh yang
merencanakan kecelakaannya dan yang menertawakan penyakitnya. Sangat mungkin mereka
118
menghinanya dengan mengatakan bahwa ia sakit karena Tuhan menulahinya. Yang lebih menyakitkan adalah ketika sahabat karib sendiri mengkhianatinya (ayat 10) .
Dengan penuh keberanian, pemazmur meminta pertolongan Tuhan agar ia sanggup menghadapi
para musuhnya. Keberanian itu bukan muncul dari kesombongan, sebaliknya dari sikap yang rendah
hati dan tulus (ayat 13) . Dengan kata lain, pemazmur percaya bahwa Tuhan melihat motivasi hatinya
dan berkenan kepada dia.
Mazmur ini ditutup dengan suatu pujian (ayat 14) , yang sekaligus menutup rangkaian buku pertama
mazmur-mazmur (ayat 1-41) . Rangkaian mazmur yang didominasi permohonan ini ditutup dengan
satu kesimpulan, bahwa Tuhan berkenan mendengar dan menjawab doa yang tulus dan dipanjatkan
dalam kerendahan hati. Orang-orang seperti itulah yang akan mendapatkan pertolongan Tuhan pada
waktunya.
119
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. (42–2) Seperti rusa yang merindukan
sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
(42–3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat
Allah?
(42–4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata
kepadaku: “Di mana Allahmu?”
(42–5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah–gulana; bagaimana aku berjalan
maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara
sorak–sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang–orang yang mengadakan perayaan.
(42–6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada
Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku!
(42–7) Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada–Mu dari tanah sungai
Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.
(42–8) Samudera raya berpanggil–panggilan dengan deru air terjun–Mu; segala gelora dan
gelombang–Mu bergulung melingkupi aku.
(42–9) TUHAN memerintahkan kasih setia–Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku
menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.
(42–10) Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa
aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?”
(42–11) Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata
kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu?”
(42–12) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku!
Renungan
Bagaimana perasaan Anda bila Anda tinggal di
lingkungan yang tidak seiman, tidak ada saudara dan teman seiman untuk berdoa dan bersekutu.
Ditambah lagi, lingkungan itu tidak menyukai Anda karena Anda orang Kristen. Mereka menekan
Anda dengan sikap tidak bersahabat, dan bahkan mengejek Tuhan Yesus yang bagi mereka bukan
Tuhan.
Judul: Pengharapan jiwa yang tertekan
Ada penafsir yang berpendapat bahwa Mazmur 42 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami
pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang menyembah berhala. Sementara itu, ia
sendiri tidak dapat beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang biasa, mungkin sekali situasi
bertambah berat karena orang-orang Babel memperlakukan orang Israel seakan-akan Allah orang
Israel tidak mampu menolong mereka.
Namun demikian, pemazmur tidak tinggal bahkan tenggelam dalam keadaan tertekan itu. Ia bangkit
dari situasi itu. Ia menasihati jiwanya sendiri untuk keluar dari depresi. Apa yang dapat menolong
pemazmur keluar dari perasaan-perasaan yang menekannya?
120
Pertama, pemazmur mengingat-ingat antuasiasme ibadahnya pada masa lampau, bagaimana dulu ia
begitu bersemangat dalam menyembah Allah (ayat 5). Hubungannya dengan Allah begitu dekat dan
intim. Maka hal itu mendorong si pemazmur untuk berpengharapan akan mengalami lagi saat-saat
indah bersekutu dengan Allah.
Kedua, pemazmur mengingat-ingat kebesaran Allah dalam alam (ayat 8) dan kasih setia Tuhan yang
telah dinyatakan dalam kehidupannya sehingga ia bisa menaikkan nyanyian dan doa syukur kepadaNya. Pemazmur meyakini Allah tetap setia dan tetap satu-satunya perlindungannya. Oleh karena itu
ia sekali lagi menguatkan jiwanya dan kembali menaruh pengharapan kepada-Nya.
Renungkan: Anak-anak Tuhan hanya dapat keluar dari depresi yang dahsyat jika menaruh pikiran
kepada Allah yang terbukti setia pada masa lampau.
121
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 43
1
2
3
4
5
Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak
saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa
aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
Suruhlah terang–Mu dan kesetiaan–Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung–
Mu yang kudus dan ke tempat kediaman–Mu!
Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan
kegembiraanku, dan bersyukur kepada–Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada–Nya, penolongku dan Allahku!
Renungan
Ada saatnya bagi kita untuk menerima semua tekanan
dari lingkungan yang tidak seiman dengan sepenuhnya bersandar kepada Allah yang akan menolong
dan memberikan kekuatan. Ada pula saatnya bagi kita untuk mendobrak keluar dari tekanan itu
dengan meminta Allah bertindak.
Judul: Pengharapan akan keadilan Allah
sebenarnya menyambung Mazmur 42 . Pemazmur yang mulai berhasil mengatasi perasaan
tertekannya sekarang meminta Allah bertindak demi keadilan-Nya. Ia adalah orang saleh yang
mengalami penindasan dari orang-orang yang jahat, yaitu kaum tidak saleh, penipu, dan orang
curang (ayat 1) .
Mazmur 43
Tidak jelas apa yang pemazmur minta untuk Allah lakukan terhadap para musuhnya demi keadilanNya. Namun, pemazmur tahu apa yang ia dan bangsanya butuhkan. Pemazmur meminta agar Tuhan
yang selama ini diyakininya sebagai tempat pengungsiannya bersegera menuntunnya kembali ke
tempat di mana mereka boleh menikmati hadirat Allah (ayat 2,3) .
Permintaan si pemazmur agar Tuhan bersegera melepaskan dia dari lingkungan orang-orang yang
tidak percaya Tuhan sebenarnya mewakili kerinduan umat Israel untuk lepas dari penjajahan Babel
dan kembali ke tanah mereka sendiri. Bagi mereka tempat ibadah yang sejati hanyalah di Yerusalem,
kota kudus Allah, dan secara lebih spesifik lagi Bait Allah yang berdiri di Gunung Sion (ayat 3). Selama
mereka masih dibuang di Babel, mereka tidak dapat dengan bebas beribadah kepada-Nya. Selama itu
pula mereka tidak dapat menikmati Allah maupun Allah menikmati korban-korban persembahan dan
puji-pujian mereka (ayat 4) .
Sekali lagi pemazmur menasihati jiwanya agar menaruh harapan pada Allah saja.
Renungkan: Katakan pada jiwa Anda: “Allah akan menolong saya.” Lalu, bersyukurlah kepada-Nya.
122
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 44
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran. (44–2) Ya Allah, dengan telinga
kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami
perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala.
(44–3) Engkau sendiri, dengan tangan–Mu, telah menghalau bangsa–bangsa, tetapi mereka ini
Kaubiarkan bertumbuh; suku–suku bangsa telah Kaucelakakan, tetapi mereka ini Kaubiarkan
berkembang.
(44–4) Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang
memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan–Mu dan lengan–Mu dan cahaya
wajah–Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka.
(44–5) Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub.
(44–6) Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan nama–Mulah kami
menginjak–injak orang–orang yang bangkit menyerang kami.
(44–7) Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku
kemenangan,
(44–8) tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan
orang–orang yang membenci kami Kauberi malu.
(44–9) Karena Allah kami nyanyikan puji–pujian sepanjang hari, dan bagi nama–Mu kami
mengucapkan syukur selama–lamanya. Sela
(44–10) Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak
maju bersama–sama dengan bala tentara kami.
(44–11) Engkau membuat kami mundur dari pada lawan kami, dan orang–orang yang membenci
kami mengadakan perampokan.
(44–12) Engkau menyerahkan kami sebagai domba sembelihan dan menyerakkan kami di antara
bangsa–bangsa.
(44–13) Engkau menjual umat–Mu dengan cuma–cuma dan tidak mengambil keuntungan apa–
apa dari penjualan itu.
(44–14) Engkau membuat kami menjadi cela bagi tetangga–tetangga kami, menjadi olok–olok
dan cemooh bagi orang–orang sekeliling kami.
(44–15) Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa–bangsa, menyebabkan suku–
suku bangsa menggeleng–geleng kepala.
(44–16) Sepanjang hari aku dihadapkan dengan nodaku, dan malu menyelimuti mukaku,
(44–17) karena kata–kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh dan pendendam.
(44–18) Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau, dan tidak
mengkhianati perjanjian–Mu.
(44–19) Hati kami tidak membangkang dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan–Mu,
(44–20) walaupun Engkau telah meremukkan kami di tempat serigala, dan menyelimuti kami
dengan kekelaman.
(44–21) Seandainya kami melupakan nama Allah kami, dan menadahkan tangan kami kepada
allah lain,
(44–22) masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati!
(44–23) Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap
sebagai domba–domba sembelihan.
123
Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami
terus–menerus!
(44–25) Mengapa Engkau menyembunyikan wajah–Mu dan melupakan penindasan dan impitan
terhadap kami?
(44–26) Sebab jiwa kami tertanam dalam debu, tubuh kami terhampar di tanah.
(44–27) Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia–Mu!
23 (44–24)
24
25
26
Renungan
Ketika Allah murka kepada umat-Nya, maka orang benar yang ada di tengah
umat yang tidak setia itu akan merasakan juga akibat murka Allah tersebut. Pemazmur juga terimbas
dan mengalami penderitaan akibat penghakiman Allah terhadap umat-Nya, sekalipun ia hidup benar.
Judul: Ikut menderita
Pemazmur mengingat kembali bagaimana Allah me-mimpin, berperang, dan memberikan negeri itu
kepada nenek moyang mereka pada masa lampau (ayat 2-9) . Namun sekarang Allah sendiri telah
membuang umat-Nya, menyerahkan mereka sebagai domba sembelihan, dan menyerakkan mereka
di antara bangsa-bangsa (ayat 10-12) . Bahkan Allah telah menjual umat-Nya dengan cuma-cuma,
tanpa keuntungan (ayat 13).
Pemazmur adalah orang benar yang tidak melupakan Tuhan dan tidak mengkhianati perjanjian-Nya
(ayat 18) . Namun ia ikut menderita ketika Allah membuang umat-Nya karena ketidaksetiaan mereka.
Ia juga dicela dan dicemooh sehingga merasa sangat malu dan terhina (ayat 16-17) . Ia paham benar
bahwa bangsanya mengalami kehancuran sebagai akibat murka Allah, bukan karena kekuatan militer
bangsa lain. Maka dengan tegas ia menyatakan bahwa ia dan saudara seiman yang lain tidak pernah
melupakan Tuhan. Ia pun kemudian meminta supaya Tuhan terjaga dan jangan membuang mereka
terus-menerus, karena ia sangat sadar bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang penuh kasih
setia (ayat 24-27) .
Sebagai orang benar kadang kita harus ikut menanggung hukuman yang Allah timpakan kepada
masyarakat. Ini karena Allah menuntut kita untuk ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi
dalam gereja maupun masyarakat kita, selain tanggung jawab atas dosa kita secara pribadi. Meski
hukuman itu berat, hendaknya kita tidak meninggalkan Tuhan. Sebaliknya, sebagai orang benar
hendaknya kita terus berseru kepada Tuhan, memohon belas kasih dan pemulihan-Nya. Ingatlah
murka Allah bukan untuk selama-lamanya. Dalam kasih setia-Nya Allah akan menolong dan
meluputkan kita. Di sisi lain, hendaknya kita pun tetap setia.
124
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 45
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran;
nyanyian kasih. (45–2) Hatiku meluap dengan kata–kata indah, aku hendak menyampaikan
sajakku kepada raja; lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir.
(45–3) Engkau yang terelok di antara anak–anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu,
sebab itu Allah telah memberkati engkau untuk selama–lamanya.
(45–4) Ikatlah pedangmu pada pinggang, hai pahlawan, dalam keagunganmu dan semarakmu!
(45–5) Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! Biarlah
tangan kananmu mengajarkan engkau perbuatan–perbuatan yang dahsyat!
(45–6) Anak–anak panahmu tajam, menembus jantung musuh raja; bangsa–bangsa jatuh di
bawah kakimu.
(45–7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
(45–8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah
mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman–teman sekutumu.
(45–9) Segala pakaianmu berbau mur, gaharu dan cendana; dari istana gading permainan kecapi
menyukakan engkau;
(45–10) di antara mereka yang disayangi terdapat puteri–puteri raja, di sebelah kananmu berdiri
permaisuri berpakaian emas dari Ofir.
(45–11) Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan
seisi rumah ayahmu!
(45–12) Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah
kepadanya!
(45–13) Puteri Tirus datang dengan pemberian–pemberian; orang–orang kaya di antara rakyat
akan mengambil muka kepadamu.
(45–14) Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas.
(45–15) Dengan pakaian bersulam berwarna–warna ia dibawa kepada raja; anak–anak dara
mengikutinya, yakni teman–temannya, yang didatangkan untuk dia.
(45–16) Dengan sukacita dan sorak–sorai mereka dibawa, mereka masuk ke dalam istana raja.
(45–17) Para bapa leluhurmu hendaknya diganti oleh anak–anakmu nanti; engkau akan
mengangkat mereka menjadi pembesar di seluruh bumi.
(45–18) Aku mau memasyhurkan namamu turun–temurun; sebab itu bangsa–bangsa akan
bersyukur kepadamu untuk seterusnya dan selamanya.
Renungan
Nas ini menggambarkan seorang raja agung pada hari
pernikahannya. Sang raja digambarkan sebagai yang terelok, penuh kemurahan, dan diberkati Allah
(ayat 3) . Ia juga digambarkan sebagai pahlawan agung yang menegakkan kebenaran dan keadilan
(ayat 4-5) . Ia akan menghancurkan musuh-musuhnya dan akan menaklukkan segala bangsa di bawah
kakinya (ayat 6) . Raja yang digambarkan demikian agung dan mulia tentu merupakan raja yang sangat
luar biasa. Ayat 7 secara harfiah berkata "Takhtamu ya Allah, tetap untuk sete-rusnya dan selamanya"
Judul:
Sang Mesias dan mempelai-Nya
125
(LAI menerjemahkannya sebagai "Takhtamu kepunyaan Allah . . . .").
Ternyata raja yang dimaksud adalah Allah
sendiri. Dengan demikian mazmur ini adalah mazmur mesianik, yang menunjuk kepada Kristus.
Sang mempelai wanita digambarkan tunduk kepada sang mempelai pria sebagai raja dan tuannya
(ayat 12) , dan bukan lagi kepada bangsanya dan seisi rumah ayahnya (ayat 11) . Dengan menundukkan
diri kepada sang calon suami, sang mempelai wanita mendapat kehormatan karena orang-orang
yang tunduk kepada suaminya juga tunduk kepada dia dan membawa banyak hadiah (ayat 13). Sang
mempelai wanita dibawa ke hadapan sang mempelai pria dalam keindahan dan keagungan, serta
dengan teriakan sukacita (ayat 14-16) . Mempelai pria kemudian dijanjikan masa depan yang penuh
dengan anak-anak yang akan memerintah di seluruh bumi dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa
(ayat 17-18) .
Karena merupakan mazmur mesianik, ini merupakan gambaran ketika Gereja sebagai mempelai
wanita akan dipersembahkan kepada Sang Raja yang adalah mempelai pria. Sang mempelai wanita
akan dipersembahkan sebagai perawan suci kepada Kristus (ayat 2 Kor. 11:2) . Gereja akan diberikan
kehormatan yang luar biasa dan akan memerintah bersama-sama Sang Raja (ayat 2 Tim. 2:12) .
Kitalah Gereja yang akan dipersiapkan menjadi mempelai Yesus Kristus yang kudus dan mulia. Maka
menjadi bagian kitalah untuk memelihara kehidupan yang kudus dan mulia.
126
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 46
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. (46–2) Allah itu bagi
kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
(46–3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung–gunung
goncang di dalam laut;
(46–4) sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung–gunung goyang oleh geloranya.
Sela
(46–5) Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran–aliran sebuah sungai.
(46–6) Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang
pagi.
(46–7) Bangsa–bangsa ribut, kerajaan–kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara–Nya, dan
bumipun hancur.
(46–8) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
(46–9) Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi,
(46–10) yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah,
menumpulkan tombak, membakar kereta–kereta perang dengan api!
(46–11) “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa–bangsa,
ditinggikan di bumi!”
(46–12) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
Renungan
Orang percaya kadang-kadang juga mengalami kesulitan dan
penganiayaan. Namun kita tidak perlu kecil hati dalam menghadapi kesulitan hidup karena Allah kita
adalah Allah yang melindungi dan menolong umat-Nya.
Judul: Yakin akan kuasa Tuhan
Nas hari ini menunjukkan kuasa Allah secara progresif: melampaui alam (ayat 2-4), melindungi kotaNya dari serangan musuh (ayat 5-8) , dan atas seluruh bumi yang sedang berperang (ayat 9-12). Kita
pasti masih mengingat bencana tsunami yang begitu mengerikan. Namun sedahsyat apapun suatu
bencana, pemazmur tidak takut karena ia tahu dan yakin bahwa kuasa Allah melampaui kekuatan
alam. Ia tahu bahwa ia dapat berlindung pada Allah (ayat 2) .
Allah juga digambarkan sebagai kota benteng umat-Nya (ayat 8) . Karena Allah ada di dalamnya, kota
itu tidak akan goncang bahkan ketika bangsa-bangsa menyerang. Dengan tegas pemazmur
mengontraskan kota Allah yang tidak akan goncang (ayat 6) walau kerajaan-kerajaan goncang (ayat 7)
dan sekalipun gunung-gunung goncang (ayat 3) . Pemazmur memberi penekanan pada kuasa Allah
dengan menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang Maha Tinggi (ayat 5) dan Tuhan semesta alam
(ayat 8) . Allah Maha Tinggi menekankan Allah yang berkuasa atas segala kerajaan di muka bumi (Dan.
4:17) . Tuhan semesta alam menyatakan Allah yang memiliki tentara malaikat dalam jumlah besar
(band. 1Raj. 22:19) . Itulah sebabnya pemazmur merasa aman. Pada bagian terakhir Allah digambarkan
sebagai Allah yang menghentikan segala peperangan di bumi (ayat 9) . Ia adalah Allah yang berkuasa
atas segala kerajaan di bumi. Karenanya Allah ditinggikan di antara bangsa-bangsa, di-tinggikan di
bumi (ayat 11) .
127
Kita memiliki Allah yang begitu dahsyat, yang menguasai bangsa-bangsa bahkan seluruh alam.
Bukankah seharusnya kita merasa aman dalam perlindungan-Nya? Meneladani pemazmur, marilah
kita hidup dengan penuh keyakinan akan pertolongan dan perlindungan Allah kita. Ia adalah Allah
yang tidak terkalahkan.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 46
Pdt. Budy Setiawan
Sumber: Gereja Reformed Injili Indonesia - Melbourne
Allah, kota benteng kita
Menurut seorang penulis, kata yang paling sering diucapkan di dalam Alkitab adalah “jangan takut”.
Kata ini, dan mungkin juga kata lainnya seperti “jangan kuatir” yang mirip artinya, dipakai kurang
lebih 365 kali. Jadi boleh dikatakan, pesan ‘jangan takut’ ini cukup untuk kita tiap-tiap hari dalam
setahun. Biarlah Mazmur 46 ini mengajarkan kita untuk menjadi betul-betul tidak perlu takut dalam
memasuki tahun ini dan dalam menjalani karya dan pimpinan Tuhan. Terlebih lagi setelah melihat
bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat baik di masa lalu, masa kini maupun masa
depan akan seluruh alam semesta ini.
dimulai dengan “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong
dalam kesesakan sangat terbukti”. Di dalam ayat yang ke-2 sampai ke-4, ditegaskan mengapa kita tidak
perlu takut, sebab Allah adalah Allah yang berkuasa atas masa lalu, sebagai penolong dalam
kesesakan yang telah dibuktikan di masa lalu. Tuhan adalah penolong dalam kesesakan, namun
bukan hanya dalam kesulitan yang kita hadapi di dalam hidup, tapi di dalam perjuangan menantang
kesulitan untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau. Maka semakin besar kesulitan yang kita hadapi,
semakin kita boleh mengamini kata pemazmur yaitu Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan
kita.
Mazmur 46
Alkitab selain menyatakan janji-janji Tuhan, juga menyatakan perintah-perintah-Nya. Kedua hal ini
selalu berjalan bersamaan. Tidak ada janji yang diberikan-Nya tanpa disertai perintah. Begitu pula tak
ada perintah dari-Nya tanpa disertai dengan janji pemeliharaan dan kekuatan dari Tuhan. Oleh
karena itu, kiranya di dalam tahun ini, kita boleh senantiasa melihat ke belakang dan mengingat akan
janji dan pertolongan Tuhan yang telah menopang kita selama ini, membuat kita dapat lebih taat
kepada kehendak Tuhan bagi hidup kita. Kita percaya di dalamnya ada janji penyertaan Tuhan. Selain
itu, sebenarnya masih ada banyak hal yang belum dan harus kita kerjakan di dalam tahun ini. Karena
128
itu, kita yang telah menerima begitu banyak anugerah, kebenaran dan pembentukan di dalam diri
kita, baiklah kita sekarang lebih berjuang ke luar untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya
di dalam peperangan rohani bersama seluruh jemaat.
Di dalam buku Desiring God karangan John Piper, doa dikatakan sebagai doa di mana kita boleh
berseru meminta kepada Tuhan. Tapi doa itu selalu di dalam konteks kita yang diutus ke dunia untuk
berperang dalam peperangan rohani. Doa bukanlah domestic intercom yang dipakai di dalam rumahrumah yang besar untuk sekedar kenyamanan, namun doa merupakan walky-talky yang diberikan
kepada kita yang diutus ke dalam peperangan. Doa menjadi suatu sarana yang diberikan oleh
jenderal kita. Ketika kita berperang habis-habisan dan menemui kesulitan, maka kita boleh memakai
walky-talky ini untuk minta pimpinan dan bantuan dari jenderal kita. Itulah doa, suatu war-time
walky-talky. Karena itulah, Tuhan memberikan pimpinan, pemeliharaan dan penyertaan sebab kita
diutus untuk berperang di dalam dunia yang berdosa ini.
Sekarang ini, Saksi Yehovah sudah resmi didirikan di Indonesia. Di dalam suatu rapat gereja-gereja
Indonesia, dibahas bagaimana seharusnya sikap kita akan peresmian Saksi Yehovah ini. Salah satu
keputusan yang diambil memang benar, yaitu kita tidak bisa dan tidak boleh menghambat.
Keputusan ini benar karena kita tidak boleh menghambat dengan otoritas hukum. Namun, justru kita
harus menghambat dengan memberitakan kebenaran. Maka kita seharusnya malu akan
perkembangan Saksi Yehovah di dunia ini yang begitu pesat. Kita yang tahu kebenaran itu, tapi tidak
berjuang melakukan apa yang Tuhan kehendaki di dunia ini. Karena itu, biarlah dengan melihat
pertolongan Tuhan di masa yang lalu dapat mendorong kita untuk mengerjakan lebih lagi di masamasa yang akan datang dan sekarang ini.
Di dalam ayat ke-5 sampai ke-8 , dinyatakan bahwa kita tidak perlu takut karena Allah adalah Allah
yang hadir tidak hanya di masa lalu dan sudah selesai, tapi juga Allah yang masih hadir di masa
sekarang. Ayat ke-5 mengajarkan kita akan selalu di pandangan Tuhan yang terus hadir dan
memelihara umat-Nya di Yerusalem. Tuhan juga sekarang hadir di zaman kita dan memelihara satu
per satu dari kita yang adalah bait Allah. Tuhan memelihara kita sekarang ini dengan segala macam
cara. Karena itu, biarlah dengan ini kita menjadi tidak takut lagi di tahun ini.
Yang terakhir, di dalam ayat 9-12 , dinyatakan tentang Tuhan yang menghentikan peperangan sampai
ke ujung bumi. Hidup di dalam dunia yang penuh kekerasan yang tak ada habisnya ini memang
sangat menyeramkan kalau kita tidak kembali ke Tuhan, the gospel of peace, yang sangat diperlukan
oleh dunia ini. Dunia ini tidak memerlukan teknologi yang lebih hebat, uang yang lebih banyak, atau
orang yang lebih pintar, tetapi yang diperlukan adalah pemimpin yang merendahkan diri ke dunia
melalui inkarnasi, Kristus Allah turun ke dalam dunia, mati untuk menebus dosa manusia. Inilah
berita yang diperlukan dunia ini yang begitu berkaitan dengan seluruh problem manusia. Itulah yang
diperintahkan Tuhan Yesus, yaitu memberitakan kabar baik ini ke seluruh dunia, dan Dia pun berjanji
akan menyertai kita.
menyatakan bahwa Tuhan menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi. Memang
sampai saat ini masih ada kekerasan yang luar biasa dan kejam. Tapi Tuhan akan hentikan itu semua
di masa depan. Di dalam bahasa aslinya, kalimat ini tidak memakai future tense tapi memakai past
tense, sebab ini adalah kata-kata Tuhan, oleh sebab itu, maka hal tersebut sudah dianggap telah
terjadi. Maka kalimat “Those who knows the final victory will endure” sangatlah menguatkan. Mereka
Ayat 10
129
yang mengetahui kemenangan terakhir, sudah pasti akan bertahan sekarang ini. Jadi, di dalam
kesulitan dan pencobaan yang kita hadapi, kalau kita tahu Tuhan akan terus memegang tangan kita
sampai selama-lamanya, maka kita akan terus bertahan.
Terakhir, Mazmur 46 diakhiri dengan “be still and know that I am God”. Biarlah kita boleh terus taat
dan melakukan kehendak Tuhan. Ironisnya, justru orang-orang yang berada di comfort zone yang
selalu berusaha agar hidup mereka tidak diguncang, sebenarnya mereka adalah orang yang penuh
ketakutan di dalam hidupnya.
Biarlah kita bisa seperti Paulus yang tidak menghiraukan hidupnya sedikitpun asalkan dia dapat
mencapai garis akhir yaitu menyelesaikan tugas penginjilan yang Tuhan berikan. Oleh sebab itu,
biarlah kita di tahun ini dengan mata yang memandang kepada Tuhan dan kehendak-Nya, berjuang
di dalamnya.
Pasti akan ada kesulitan, tantangan dan penderitaan di dalamnya. Namun, di dalamnya itu justru
akan terlihat pertolongan Tuhan yang nyata. Sehingga biarlah kita dapat berkata seperti pemazmur
bahwa Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan,
sangat terbukti. Biarlah ini menjadi iman kita.
130
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 47
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (47–2) Hai segala
bangsa,
bertepuktanganlah, elu–elukanlah Allah dengan sorak–sorai!
(47–3) Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.
(47–4) Ia menaklukkan bangsa–bangsa ke bawah kuasa kita, suku–suku bangsa ke bawah kaki
kita,
(47–5) Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi–Nya. Sela
(47–6) Allah telah naik dengan diiringi sorak–sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi
sangkakala.
(47–7) Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah!
(47–8) Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!
(47–9) Allah memerintah sebagai raja atas bangsa–bangsa, Allah bersemayam di atas takhta–
Nya yang kudus.
(47–10) Para pemuka bangsa–bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang
empunya perisai–perisai bumi; Ia sangat dimuliakan.
Renungan
Allah adalah Raja. Ini adalah pernyataan yang bersifat politis. Dunia pada
zaman Alkitab hanya mengenal satu tipe pemerintahan yaitu kerajaan. Di sebuah kerajaan yang
berdaulat, raja adalah pemimpin tertinggi yang dihormati dan ditaati oleh rakyatnya. Seseorang
menjadi raja karena tindakan kepahlawanannya bagi rakyat, sehingga rakyat menerima dan
mengangkat dia sebagai raja.
Judul:
Ke-Raja-an Allah
Allah adalah Raja bukan karena manusia menerima dan mengangkat Dia sebagai Raja. Bukan pula
karena Allah telah berjasa bagi manusia. Allah adalah Raja sebab Dialah Sang pemilik alam semesta
dan segala isinya, termasuk manusia. Dia Sang Pencipta, Pemilik, dan Penebus manusia yang sudah
jatuh ke dalam perbudakan dosa.
Tindakan penebusan Allah, yang dinyatakan lewat penyelamatan-Nya atas Israel yang diperbudak
Mesir, adalah akibat dari tindakan Allah mewujudkan ke-Raja-an-Nya. Dialah yang menaklukkan
bangsa-bangsa ke bawah kuasa umat-Nya agar mereka mengakui bahwa Dialah Raja atas segala raja
di muka dunia ini (ayat 4, 9).
Bagaimana sikap bangsa-bangsa seharusnya terhadap Allah, yang adalah Raja? Dengan pengakuan
dan penghormatan serta ketaatan mutlak! Pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya yang berhak
mengatur hidup bangsa-bangsa. Kenyataannya, banyak bangsa yang menolak me-Raja-kan Allah.
Kepada mereka, Allah bertindak dalam ke-mahakuasaan-Nya (Mzm. 2) . Itu sebabnya sejarah di Alkitab
(lih. Dan. 2) maupun dunia memberi kesaksian bahwa tak ada bangsa yang menolak Allah, yang akan
terus berjaya. Satu persatu mereka akan tumbang.
Di dalam Perjanjian Baru, Ke-Raja-an Allah dinyatakan secara sempurna lewat Tuhan Yesus. Dialah
Raja bukan dalam konteks bangsa-bangsa, tetapi dalam hati setiap orang percaya. Dia adalah
Pencipta dan Pemilik, bahkan Penebus hidup. Karya penebusan Kristus mengkonfirmasi bahwa Dialah
131
satu-satunya yang berhak atas titel Raja. Tugas kita yang sudah menjadi anggota Keraja-an-Nya
adalah memproklamasikan Injil Kerajaan Allah. Sebab ketika Injil diberitakan dan disambut, kuasa KeRaja-an Allah sedang dinyatakan (Flp. 2:10-11) .
132
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 48
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nyanyian. Mazmur bani Korah. (48–2) Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita!
(48–3) Gunung–Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi;
gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.
(48–4) Dalam puri–purinya Allah memperkenalkan diri–Nya sebagai benteng.
(48–5) Sebab lihat, raja–raja datang berkumpul, mereka bersama–sama berjalan maju;
(48–6) demi mereka melihatnya, mereka tercengang–cengang, terkejut, lalu lari kebingungan.
(48–7) Kegentaran menimpa mereka di sana; mereka kesakitan seperti perempuan yang hendak
melahirkan.
(48–8) Dengan angin timur Engkau memecahkan kapal–kapal Tarsis.
(48–9) Seperti yang telah kita dengar, demikianlah juga kita lihat, di kota TUHAN semesta alam,
di kota Allah kita; Allah menegakkannya untuk selama–lamanya. Sela
(48–10) Kami mengingat, ya Allah, kasih setia–Mu di dalam bait–Mu.
(48–11) Seperti nama–Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran–Mu sampai ke ujung bumi;
tangan kanan–Mu penuh dengan keadilan.
(48–12) Biarlah gunung Sion bersukacita; biarlah anak–anak perempuan Yehuda bersorak–sorak
oleh karena penghukuman–Mu!
(48–13) Kelilingilah Sion dan edarilah dia, hitunglah menaranya,
(48–14) perhatikanlah temboknya, jalanilah puri–purinya, supaya kamu
dapat
menceriterakannya kepada angkatan yang kemudian:
(48–15) Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah
yang memimpin kita!
Renungan
"Allah adalah kasih", itulah pernyataan yang agung dan
sangat berharga bagi kita sebagai umat Allah. Namun sayangnya banyak orang percaya kemudian
mendenifisikan kasih Allah sebagai kasih yang memanjakan, yang tidak menuntut, dan yang
membiarkan kejahatan tidak dihukum. Nas hari ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang
menegakkan keadilan dan memberikan penghakiman yang dahsyat kepada orang-orang fasik.
Judul: Aman dalam perlindungan Allah
Saat murka Allah dinyatakan maka kegentaran menimpa raja-raja yang berkumpul melawan Dia (ayat
5-7) . Kesakitan yang dahsyat menimpa raja-raja tersebut sehingga dikatakan mereka kesakitan seperti
perempuan yang akan melahirkan (ayat 7) . Murka Allah tersebut disambut baik oleh umat Allah dan
mereka pun memuji Allah yang telah menegakkan keadilan (ayat 11) . Umat bersorak-sorai karena
penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa itu (ayat 12). Mereka memuji Allah, yang telah me-lepaskan
Sion dari musuh-musuhnya. Yerusalem menjadi aman karena berkat dan perlindungan Allah. Sejak
semula Allah memang selalu menyelamatkan umat-Nya dengan menghakimi bangsa-bangsa dan
orang-orang fasik. Allah me-nyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan menjatuhkan 10
tulah atas orang Mesir dan menenggelamkan kereta-kereta kuda Mesir di Laut Merah.
Banyak orang yang mencela tindakan Allah yang meme-rintahkan bangsa Israel menumpas habis
orang Kanaan. Na-mun kita harus menyadari bahwa dalam hal ini, Allah sedang menyatakan keadilan
133
dan penghakiman kepada orang Kanaan (band. Kej. 15:16) . Begitu pula dalam nas hari ini pemazmur
dan umat Allah melihat murka Allah terhadap bangsa-bangsa sebagai suatu penegakan keadilan dan
mereka bersukacita atas tindakan Allah yang Maha Adil. Kita harus dapat melihat bahwa selain penuh
kasih, Allah juga adil, Ia akan menghukum setiap kejahatan dengan keras. Allah yang demikian
seharusnya memberi rasa aman dan penghiburan bagi kita yang berlindung pada-Nya.
134
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 49
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (49–2) Dengarlah, hai bangsa–bangsa
sekalian, pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia,
(49–3) baik yang hina maupun yang mulia, baik yang kaya maupun yang miskin bersama–sama!
(49–4) Mulutku akan mengucapkan hikmat, dan yang direnungkan hatiku ialah pengertian.
(49–5) Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, akan mengutarakan peribahasaku
dengan bermain kecapi.
(49–6) Mengapa aku takut pada hari–hari celaka pada waktu aku dikepung oleh kejahatan
pengejar–pengejarku,
(49–7) mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya
kekayaan mereka?
(49–8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah
ganti nyawanya,
(49–9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama–
lamanya—
(49–10) supaya ia tetap hidup untuk seterusnya, dan tidak melihat lobang kubur.
(49–11) Sungguh, akan dilihatnya: orang–orang yang mempunyai hikmat mati, orang–orang
bodoh dan dungupun binasa bersama–sama dan meninggalkan harta benda mereka untuk
orang lain.
(49–12) Kubur mereka ialah rumah mereka untuk selama–lamanya, tempat kediaman mereka
turun–temurun; mereka menganggap ladang–ladang milik mereka.
(49–13) Tetapi dengan segala kegemilangannya manusia tidak dapat bertahan, ia boleh
disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
(49–14) Inilah jalannya orang–orang yang percaya kepada dirinya sendiri, ajal orang–orang yang
gemar akan perkataannya sendiri. Sela
(49–15) Seperti domba mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh maut;
mereka turun langsung ke kubur, perawakan mereka hancur, dunia orang mati menjadi tempat
kediaman mereka.
(49–16) Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati, sebab Ia
akan menarik aku. Sela
(49–17) Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya
bertambah,
(49–18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya serta, kemuliaannya
tidak akan turun mengikuti dia.
(49–19) Sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang
menyanjungnya, karena ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri,
(49–20) namun ia akan sampai kepada angkatan nenek moyangnya, yang tidak akan melihat
terang untuk seterusnya.
(49–21) Manusia, yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh
disamakan dengan hewan yang dibinasakan.
135
Renungan
Pengkhotbah mengatakan: "Oleh karena hukuman terhadap
perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (Pkh.
8:11) . Apa yang dikatakan pengkhotbah masih relevan pada zaman ini. Banyak orang fasik yang belum
mendapat penghakiman, tetapi hidup dalam kemakmuran dan kemuliaan. Namun nas hari ini
mengingatkan kita bahwa walaupun mereka terlihat hidup dengan berbahagia, tetapi sesungguhnya
akhir hidup yang mengerikan sedang menanti orang fasik.
Judul: Akhir hidup orang fasik
Nas hari ini adalah mazmur hikmat, yang hendak mengajarkan hikmat untuk direnungkan oleh setiap
orang, baik hina maupun mulia, baik kaya maupun miskin (ayat 2-5) . Pemazmur mau mengajarkan
bahwa mereka yang memercayakan diri pada harta bendanya tetap tidak dapat membebaskan diri
dari kematian karena mereka tidak dapat memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawa mereka
(ayat 6-10) . Ironisnya mereka harus meninggalkan seluruh harta kekayaan mereka pada waktu mereka
meninggal (ayat 11-13) . Orang semacam ini akan tetap diam dalam dunia orang mati (ayat 14-15) ,
sedangkan pemazmur sebagai umat Allah akan ditarik dari cengkeraman dunia orang mati (ayat 16).
Karena itu pemazmur menasihatkan agar tidak perlu takut bila seorang menjadi kaya (ayat 17).
Mengapa pemazmur meminta kita jangan takut dan bukan jangan cemburu? Karena orang kaya yang
digambarkan di sini adalah orang kaya yang menganiaya dan mengejar orang-orang benar (ayat 6).
Orang kaya yang semena-mena ini, pada akhirnya juga pasti akan mati dan tidak akan melihat terang
untuk seterusnya (ayat 18-20) . Bahkan bagaimanapun gemilangnya ia semasa hidup, jika tidak
memiliki hikmat, ia akan disamakan dengan hewan yang dibinasakan (ayat 21) .
Maka marilah kita sadari bahwa bagaimanapun kehebatan orang fasik yang kaya dan berkuasa, pada
akhirnya mereka harus menerima hukuman. Karena itu kita tidak perlu takut pada mereka. Marilah
kita bertekad untuk takut hanya kepada Allah, dan bukan takut kepada manusia.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 49: 2-14
Pdt. Dr. Ir. Fridz P. Sihombing
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Kebahagiaan yang sia-sia
Firman Allah dari Mazmur 49:2-14 menyapa kita pada hari ini. Firman Allah berhenti pada hikmat
pengajaran dari Pemazmur, yang harus didengar oleh seluruh manusia (49:2), termasuk kita. Kita
harus mau belajar dan terbuka menerimanya, kalau kita ingin hidup berbahagia. Karena, orang yang
136
berbahagia adalah orang yang mendengarkan firman Allah serta memeliharanya (melakukan) dalam
kehidupan sehari-hari. Apa isi hikmat itu? Hikmat itu mengatakan bahwa orang kaya tidak akan bisa
menebus nyawanya dan membayar Allah untuk menghindarkan lubang kubur. Mereka akhirnya tidak
dapat bertahan dan mereka akan sama dengan hewan yang dibinasakan. Mereka digembalakan oleh
maut, dan dunia orang mati menjadi tempat kediamannya (8-15) . Bagaimana dengan Pemazmur
sendiri? Apa ajaran yang akan disampaikan oleh Pemazmur? Apa pelajaran yang dapat kita tarik
sebagai orang yang percaya kepada Allah, yang ikut bermazmur karena kita di dalam Kristus? Untuk
memahami perikop khotbah kita hari ini, maka ijinkanlah saya mengajak saudara-saudara membaca
dan merenungkan hingga akhir mazmur tersebut.
Berpikirlah dari Akhir, Bertindaklah dari Awal!
Hikmat dari pergumulan hidup Pemazmur membawanya sampai pada kesimpulan: “Tetapi Allah akan
membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati” (16) . “Tetapi” itulah kata kunci yang
mengandung arti “perbedaan” yang sangat menentukan. Persis diantara kata tersebut terlihat
perbedaan akhir kehidupan orang yang mengandalkan kekuasaan harta, mengandalkan diri sendiri,
mengandalkan pengertian sendiri. Singkatnya: Orang yang tidak mengandalkan Allah. Memang
keduanya akan sama-sama mati. Tetapi orang yang tidak mengandalkan Allah akan dikuasai oleh
kematian dan tinggal dalam dunia orang mati, tetapi orang yang mengandalkan Allah akan
dibebaskan Allah dari cengkeraman dunia orang mati.
Di balik kata “akan” ada kabar gembira. Itulah akhir yang didambakan semua orang. Itu pula akhir
yang kita harapkan. Pengakuan Pemazmur dalam lagu ini membawa kita kepada penghayatan iman
akan akhir hidup kita kalau kita mengandalkan Allah. Itu yang harus memenuhi pikiran, dan yang
menentukan seluruh warna dan gerak langkah kehidupan kita.
Perjalanan hidup kita akan menuju suatu akhir yang pasti. Suatu akhir yang membahagiakan.
Memang hidup kita ditentukan olehnya. Tapi kita sedang menjalani hidup kini dan di sini. Hidup kini
dan di sini yang digerakkan oleh kepastian pengharapan di masa yang akan datang. Apa artinya hidup
kini dan di sini yang di tentukan kepastian yang akan datang?
Tampaknya Steven Covey, seorang ahli manajemen modern, dalam bukunya “The Seven Habits”
diinspirasi oleh Alkitab ketika mengatakan bahwa kunci keberhasilan yang sangat efektif salah satu
adalah “berpikir dari akhir, bertindak dari awal. Sejak dini, kini dan di sini, segala sikap dan tindakan
kita harus senafas, sejiwa dan sejalan dengan kepastian di masa depan, bahwa Allah akan
membebaskan kita dari cengkeraman kematian.
Bertindaklah dari awal! Itulah yang diserukan oleh Pemazmur
(17-21) .
Pemazmur dalam lagunya
berdoa dan mengakui bahwa pada akhirnya Allah akan menyelamatkannya. Oleh karena dia
mengajak agar seluruh umat untuk tidak takut pada orang kaya atau orang yang menjadi kaya dan
mengandalkan kuasa kekayaannya (17-21) .
Janganlah takut kepada orang kaya yang mengandalkan kuasa kekayaannya. Janganlah takut kepada
orang yang tidak mengandalkan Allah. Kita justru takut kalau kita tidak mengandalkan Allah. Kita tahu
dan mengaku bahwa Allah Mahakuasa. Tidak ada kekuasaan lain di atas kuasa Allah. Anehnya, kita
sering mengandalkan yang lain: harta, kemampuan diri, kuasa dan pesona diri.
137
Saudara mendambakan kehidupan yang bahagia? Maka bertindaklah dari sekarang sesuai dengan
dambaan itu! Andalkanlah Allah dalam segala tindakan! Jangan takut terhadap orang yang
mengandalkan kuasanya!
Beranilah untuk Hidup!
Pemazmur berhasil mengajak kita berpikir dari akhir dan bertindak dari awal. Namun, realita bisa
berkata lain! Dalam pengalaman pribadinya, Pemazmur mempertanyakan dirinya sendiri: “mengapa
aku takut ketika dikejar dan dikepung oleh orang jahat, yang mengandalkan kekayaannya? (6)
Pemazmur sadar akan akhir, tetapi terkadang takut menghadapi kekuasaan yang jahat.
Mempertanyakan diri, mengoreksi diri merupakan proses pertumbuhan menuju kedewasaan iman.
Proses untuk semakin sesuai dengan akhir yang didambakan. Mempertanyakan diri merupakan
pengakuan akan kelemahan dan kegagalan diri untuk berani menghadapi kehidupan. Menghadapi
kehidupan berarti menghadapi realita dalam kehidupan. Walaupun apa yang terjadi dalam
kehidupan sulit dimengerti dan diterima secara iman, satu hal yang pasti diperlihatkan Pemazmur:
Beranilah menghadapi kehidupan.
Keberanian merupakan konsekuensi dari bebas dari rasa takut. Keberanian menghadapi realita
kehidupan merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan atas kehidupan. Kita mungkin
sering atau terbiasa dengan ungkapan “siap mati demi hidup”. Ini merupakan ungkapan yang
menyesatkan. Setelah mati, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk kehidupan. Hikmat Pemazmur
untuk tidak takut dan berani menghadapi tantangan dalam kehidupan, menolong kita keluar dari
ungkapan yang salah. Kita juga terbiasa mendengar dan mengakui bahwa Yesus mati untuk
kehidupan seluruh dunia, umat manusia. Kematian Yesus yang berkuasa untuk menghidupkan,
kematian kita tidak! Panggilan untuk manusia yang hidup adalah untuk bertahan hidup dan
menghadapi kuasa yang mematikan.
Karena Allah akan membebaskan kita, pasti Dia juga menolong kita menghadapi kuasa jahat.
Keyakinan seperti itu pastilah ada dalam diri Pemazmur. Allah bukan hanya Allah bagi masa depan.
Tetapi Allah bagi kehidupan masa kini. Allah bukan hanya Allah atas sebagian sejarah, Dia juga adalah
Allah atas seluruh sejarah, baik masa yang akan datang maupun masa kini. Dia berjalan bersamasama dengan orang yang mengandalkan-Nya.
Jadilah ahli bahasa!
Pemazmur membuka telinganya kepada amsal dan mengungkapkan hikmat dalam lagu untuk
diperdengarkan kepada semua umat manusia, baik hina maupun mulia, kaya maupun miskin (49:2-5) .
Ada dorongan yang kuat dalam diri Pemazmur untuk berbagi kepada seluruh umat manusia, bangsabangsa. Dorongan tersebut berangkat dari keyakinan bahwa penyertaan dan pemeliharaan Allah atas
kehidupan merupakan hikmat bagi dunia. Dunia akan hancur kalau mengandalkan dirinya sendiri.
Dunia butuh masa depan. Ketika dunia cenderung mengandalkan kuasa dunia, hikmat Allah
mengoreksi dan menawarkan kehidupan dan masa depan. Itu sebabnya terdorong membahasakan
pergumulan dan keyakinannya dengan bahasa hikmat, yang dapat dimengerti semua orang, baik
kaya maupun miskin, hina maupun mulia.
138
Bahasa hikmat dalam bentuk lagu yang berisi doa merupakan bukti keahlian Pemazmur
membahasakan. Dunia butuh ahli bahasa. Ahli bahasa kehidupan. Kita diajak oleh Pemazmur untuk
menjadi ahli bahasa. Kita harus mampu membahasakan keyakinan kita demi kehidupan dan
kelanjutan kehidupan dunia yang lebih baik. Ahli bahasa kehidupan, berarti ahli membahasakan
bentuk kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Keahlian membahasakan berangkat dari
keyakinan dan pengalaman hidup. Semakin berpengalaman dalam hidup, menarik pelajaran dari
kehidupan, maka kita akan dimampukan Roh Kudus untuk membahasakannya bagi dunia.
Kita harus sadar bahwa dunia membutuhkan ahli bahasa. Dunia butuh masa depannya. Dunia butuh
kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan kebahagiaan semu (19) . Ahli bahasa bukanlah ahli uang, ahli
menggandakan uang. Ketika bahasa dunia berpusat kepada uang, capital, Pemazmur mengajak kita
memahami hikmat Allah yang sangat dalam. Semua itu akan ditinggalkan ketika kita mati.
Kehormatan dan kenikmatan yang bisa dibeli dengan uang tidak akan dibawa ke liang kubur. Cinta
uang, itulah logika dunia. Cinta uang, itulah akar segala kejahatan. Cinta uang itulah akar dan awal
kehancuran.
Hidup dan kehidupan, itulah bahasa hikmat Allah. Kebahagiaan yang sesungguhnya, itulah tawaran
firman Allah. Pemazmur mengajak kita untuk membahasakan hikmat Allah ini dalam bahasa yang
bisa dimengerti dan diterima semua orang. Mungkin kita ragu apakah orang akan menerima. Tetapi
saya mau menegaskan berdasarkan firman Allah. Sesungguhnya semua orang merindukan bahasa
kehidupan. Bahasa yang menghormati kehidupan. Bukan bahasa kapitalis. Keahlian kita dibuktikan,
apakah kita mampu membahasakan bahasa kehidupan berdasarkan firman Allah kepada semua
orang. TUHAN, Allah Israel, Bapa Tuhan Yesus Kristus, Allah kita, menyertai kita.
139
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 50
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya
matahari sampai kepada terbenamnya.
Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.
Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan–Nya api menjilat, sekeliling–Nya
bertiup badai yang dahsyat.
Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat–Nya:
“Bawalah kemari orang–orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku
berdasarkan korban sembelihan!”
Langit memberitakan keadilan–Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. Sela
“Dengarlah, hai umat–Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap
kamu: Akulah Allah, Allahmu!
Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu
tetap ada di hadapan–Ku?
Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu,
sebab punya–Kulah segala binatang hutan, dan beribu–ribu hewan di gunung.
Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa–Ku.
Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya–Kulah dunia dan segala isinya.
Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum?
Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang
Mahatinggi!
Berserulah kepada–Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan
memuliakan Aku.” Sela
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan–Ku, dan
menyebut–nyebut perjanjian–Ku dengan mulutmu,
padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman–Ku?
Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang
berzinah.
Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya.
Engkau duduk, dan mengata–ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu.
Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini
sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke
hadapanmu.
Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak
ada yang melepaskan.
Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur
jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”
Renungan
Kita mungkin berpendapat bahwa umat Allah adalah orang benar.
Namun Alkitab menunjukkan bahwa umat Allah bukan hanya terdiri dari orang yang sungguh
Judul: Anda setia atau tidak?
140
beriman, tetapi juga ada umat yang tidak sungguh beriman. Nas hari ini menunjukkan bagaimana
Allah menghakimi umat yang dipisahkan ke dalam dua kelompok berbeda ini.
Tiga nama Allah yang dipakai pada ayat 1 (El, Elohim, Yahweh), yang menggabungkan nuansa
kemahakuasaan Allah dan Allah umat perjanjian, sangat tepat karena Allah muncul sebagai Hakim
berkuasa, yang akan menghakimi umat-Nya. Mereka disebut sebagai "orang-orang yang Kukasihi,
yang mengikat perjanjian dengan Aku" (ayat 5) . Penghakiman ini tidak dimaksudkan untuk
menjatuhkan hukuman, tetapi supaya umat bertobat. Ia mengingatkan mereka bahwa Ia
sesungguhnya tidak memerlukan korban yang mereka persembahkan. Mengapa? Karena Ia adalah
pemilik alam semes-ta dan tidak membutuhkan binatang-binatang itu (ayat 8-13). Allah menginginkan
umat mempersembahkan syukur sebagai korban dan menepati nazar yang mereka janjikan (ayat 14).
Lalu penghakiman tersebut ditutup dengan janji bahwa Allah akan menolong umat yang berseru
kepada Dia (ayat 15) .
Berikutnya Allah menghakimi umat yang tidak setia. Mereka disebut orang fasik walaupun mereka
umat Allah, yang juga menyebut-nyebut perjanjian Allah dengan mulut mereka (ayat 16). Umat yang
fasik ini didakwa membenci teguran Tuhan dan melakukan banyak kejahatan (ayat 17-20) . Mereka
bahkan menganggap bahwa Allah sederajat dengan mereka (ayat 21). Allah memperingatkan mereka
yang telah melupakan Dia agar bertobat, karena jika tidak Allah akan menerkam mereka (ayat 22).
Sebaliknya siapa yang mempersembahkan korban syu-kur dan jujur akan diselamatkan Allah (ayat
23) .
Marilah kita introspeksi diri, apakah kita termasuk umat yang setia atau tidak setia? Jika kita
termasuk setia, mari pertahankan kesetiaan kita. Jika termasuk umat yang tidak setia, cepat
bertobat, jangan sampai Allah 'menerkam' kita.
141
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 51
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, (51–2) ketika nabi Natan datang kepadanya setelah
ia menghampiri Batsyeba. (51–3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia–Mu,
hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat–Mu yang besar!
(51–4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
(51–5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
(51–6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang
Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil
dalam putusan–Mu, bersih dalam
penghukuman–Mu.
(51–7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
(51–8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam–diam
Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
(51–9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku,
maka aku menjadi lebih putih dari salju!
(51–10) Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan
bersorak–sorak kembali!
(51–11) Sembunyikanlah wajah–Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku!
(51–12) Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
(51–13) Janganlah membuang aku dari hadapan–Mu, dan janganlah mengambil roh–Mu yang
kudus dari padaku!
(51–14) Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada–Mu, dan
lengkapilah aku dengan roh yang rela!
(51–15) Maka aku akan mengajarkan jalan–Mu kepada orang–orang yang
melakukan
pelanggaran, supaya orang–orang berdosa berbalik kepada–Mu.
(51–16) Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan
bersorak–sorai memberitakan keadilan–Mu!
(51–17) Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji–pujian kepada–Mu!
(51–18) Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan
korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
(51–19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk
tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
(51–20) Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati–Mu bangunkanlah tembok–
tembok Yerusalem!
(51–21) Maka Engkau akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban
yang terbakar seluruhnya; maka orang akan mengorbankan lembu jantan di atas mezbah–Mu.
Renungan
Ada tujuh mazmur pengakuan dosa dalam Kitab Mazmur
(Mzm. 6, 32, 38, 51, 102, 130, 143) . Mzm. 51 ini merupakan mazmur pengakuan dosa yang paling indah.
Ini adalah pengakuan dosa Daud setelah nabi Natan menegur dia karena perzinaannya dengan
Batsyeba.
Judul: Indahnya sebuah pengampunan
142
Daud meminta belas kasihan Tuhan karena ia tahu bahwa ia telah berdosa. Ia sadar bahwa hanya
Allah yang dapat menghapus dosanya. Ia tahu bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang penuh
rahmat (ayat 3) . Walau Daud juga bersalah kepada Uria, suami Batsyeba, tetapi ia mengerti bahwa
yang terutama ia berdosa kepada Allah. Keberdosaannya membuat ia sadar bahwa ia memang
mempunyai natur yang berdosa (ayat 7) . Sebab itu ia rela menerima hukuman dari Allah yang adalah
adil (ayat 6) . Daud kemudian memohon supaya Allah membasuh dia (ayat 9) . Daud juga meminta
supaya hatinya ditahirkan dan batinnya diperbaharui (ayat 12) . Ini sejalan dengan nubuat para nabi
mengenai karya keselamatan yang akan Allah kerjakan (lih. Yer. 24:7; Yeh. 36:26) . Perkataan Daud agar
Allah tidak mengambil Roh-Nya yang kudus dari dirinya merupakan permohonan supaya Allah jangan
menolak dia menjadi raja seperti yang telah Allah lakukan pada Saul (ayat 1 Sam. 16:14) . Untuk itu
Daud berjanji akan mengajarkan jalan Tuhan kepada orang-orang lain untuk membawa mereka ke
dalam pertobatan setelah Allah memulihkannya (ayat 14-15) . Ia kemudian memohon supaya Allah
melepaskan dia dari hutang darah tersebut. Daud sadar bahwa bukan darah kambing dan domba
yang menghapuskan dosanya, tetapi hanya Allah yang dapat menghapuskan dosa jika ia datang
kepada Allah dengan hati yang hancur (ayat 18-19) .
Pertobatan Daud dari dosa yang begitu mengerikan dan pengampunan Allah yang begitu ajaib
menunjukkan bahwa tidak ada dosa apapun yang dapat memisahkan umat Allah dari kasih Allah jika
ia sungguh-sungguh bertobat. Karena itu jangan ragu untuk meminta ampun kepada Tuhan atas
semua dosa kita, bagaimanapun najisnya.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 51
Pdt. Agus Dasa Silitongaa
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Mengaku dosa untuk menerima
pengampuan
1.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, Permasalahan terbesar yang dihadapi
manusia adalah dosa. Dosa adalah pabrik atau sumber penderitaan yang dialami manusia di dunia ini.
Kekacauan dunia yang mengakibatkan penderitaan, kemiskinan, kesengsaraan manusia di seluruh
dunia adalah juga akibat dosa. Menyelesaikan permasalahan mengenai dosa adalah misi Tuhan Yesus
datang ke dunia ini. Dia datang membawa pengampunan dosa bagi orang yang mau datang dan
percaya kepada-Nya. Akibat dosa adalah kematian, dan kematian akibat dosa itulah yang ditaklukkan
Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Di dalam Yesus sudah tersedia peng-ampunan dosa.
143
Persoalannya adalah: apakah kita mau mengaku dosa dan memohon pengampunan-Nya. Mengenai
hal itulah yang kita temukan dalam pemberitaan firman yang tertulis dalam Mazmur 51: 9 – 15 ini.
ini adalah doa pribadi raja Daud yang mengaku dosa dan memohon pengampunan Tuhan
atas dosa-dosanya ketika nabi Natan datang kepadanya setelah ia menghampiri Batsyeba.
Mazmur 51
Kalau kita membaca 2 Samuel 11 – 12 , disana diberitakan bahwa raja Daud begitu tergoda akan
kecantikan dan keelokan Batsyeba yang sudah bersuami bernama Uria. Daud menyuruh orang
mengambil dia dan melakukan perselingkuhan dengan Batsyeba yang kemudian mengandung hasil
perselingkuhan. Ketika Daud mendengar bahwa Batsyeba telah mengandung. Dengan kekuasaan
yang dimilikinya Daud memerintahkan supaya Uria di tempatkan di barisan paling depan dalam
pertempuran yang hebat supaya dia mati dan dengan demikian dia bisa memiliki Batsyeba karena
sudah janda. Dan memang setelah Uria mati dan masa perkabungan Batsyeba telah berakhir, Daud
usaha Batsyeba menjadi isterinya.
Apa yang dilakukan Daud ini adalah jahat di mata Tuhan. Tuhan mengutus nabi Natan untuk
memperingatkan Daud atas kejahatan yang telah dilakukannya. Nabi Natan memperingatkan Duad
dengan menceritakan sebuah cerita yang menunjukkan ketidakadilan yang dilakukan seorang yang
kaya kepada seorang yang miskin. Dengan spontan raja Daud mengataka: “demi Tuhan yang hidup
orang yang melakukan itu harus dihukum mati, dan harus mengganti segala kerugian yang diderita
orang miskin tersebut”. Selanjutnya nabi Natan berkata: “engkaulah orang itu”. Dan hukuman Tuhan
terhadap Daud adalah: “bahwa pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya”.
2.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kita semua adalah manusia yang berdosa yang sering melakukan kesalahan di hadapan Tuhan dan di
hadapan sesama. Dosa dan kesalahan tidaklah baik kalau disembunyikan sebab tidak ada yang
tersembunyi di hadapan Tuhan. Sebaliknya dosa dan kesalahan harus segera dibereskan. Dosa dapat
dibereskan dengan datang menghadap Tuhan mengaku segala dosa dan kesalahan kita serta
memohon pengampunan-Nya; seperti yang dilakukan raja Daud dalam nas ini. Kalau kita membaca
Mazmur 51: 9 -15 ini, kita dapat mempelajari bagaimana raja Daud dalam hal memohon pengampunan
dosa:
a.
Mengaku Dosa dan Memohon Pengampunan
Mengenal diri sebagai manusia berdosa sangat penting dalam rangka memohon pengampunan dosa.
Banyak orang yang merasa dirinya benar dan tidak berdosa, tetapi ada juga orang yang tidak tahu
lagi bahwa yang dilakukannya adalah dosa karena sudah terlalu sering dilakukan, sudah menjadi
kebiasaan. Ada juga yang menutupi dosanya dengan mencari kambing hitam atau melemparkan
kesalahan dan dosa kepada orang lain. Orang yang demikian tidak akan mau memohon
pengampunan dosa sebab merasa tidak berdosa. Hanya yang mengaku bahwa dia seorang yang
berdosa dan sadar bahwa dia berdosa yang mau memohon pengampunan dan orang yang sungguhsungguh merindukan dan membutuhkan untuk diampuni. Hal itulah yang ditunjukkan raja Daud, dia
tidak membenarkan dirinya atau mencari kambing hitam, tetapi dia mengaku bahwa dia seorang
yang berdosa. Dalam Mzm.51:5-7 raja Daud mengaku: “aku sadar akan pelanggaranku, aku bergumul
dengan dosaku, terhadap Engkau aku berdosa, aku melakukan apa yang Kau anggap jahat, dalam
kesalahan aku dilahirkan dan dalam dosa aku dikandung ibuku”. Memang tidak dijelaskan secara
144
rinci apa saja dosa-dosa yang dilakukan Daud, tetapi secara khusus dosa yang dilakukannya adalah
perbuatannya kepada Uria untuk mendapatkan Batsyeba.
Seseorang yang memiliki kesadaran yang begitu mendalam akan dosanya melahirkan pengakuan
dosa yang dilanjutkan dengan mohon pengampunan dosa.
Pertama; memohon agar Tuhan melepaskannya dari dosanya dengan hisop, agar menjadi tahir
kembali. Hisop adalah semacam semak. Di Palestina, hisop biasanya tumbuh di atas tanah yang
berbatu, karena baunya yang harum digunakan sebagai alat pemercikan dan pentahiran ritual.
Pemazmur ingin bersih kembali lebih putih dari salju (bnd. Rat. 4:7) .
Kedua: memohon agar ‘dapat mendengar lagi kegirangan dan sukacita’. Keadaan di dalam dosa
adalah keadaan seperti orang yang tulang-tulangnya diremukkan oleh Tuhan, tidak ada kegirangan
dan sukacita yang ada adalah penderitaan dan kesusahan. Dengan memohon pengampunan dosa
pemazmur menginginkan kegirangan dan sukacita ada di dalam hidupnya.
Ketiga; memohon agar Tuhan menyembunyikan wajah-Nya terhadap dosanya. Artinya Tuhan tidak
memandang dosanya yang menjadi alasan untuk menghukumnya. Apakah kita sudah menyadari dan
mengaku bahwa kita adalah manusia berdosa? Jika sudah akuilah segala dosa dan kesalahan
dihadapan Tuhan dan mohonlah pengampuna-Nya. Jangan pernah merasa malu mengaku dosa
sebab hanya orang yang mengaku dosa yang akan diampuni.
b.
Keinginan untuk bertobat
Pertobatan belumlah sempurna hanya dengan memohon pengampunan, itu baru separoh perjalanan.
Dalam ayat 12-14 , pemazmur sampai pada kepenuhan pertobatan. Pemazmur memohon supaya
batinnya diperbaharui dengan roh yang teguh. Permohonan supaya batinnya diperbaharui adalah
keinginan untuk bertobat dan keinginan untuk menjadi seorang yang taat dan setia kepada Tuhan.
Roh yang teguh adalah roh yang tidak lagi dikuasai dan diperhamba dosa tetapi roh yang dengan rela
melakukan kehendak Tuhan. Dengan melakukan kehendak Tuhan dia tidak akan dibuang dari
hadapan Tuhan sebaliknya dia akan diselamatkan dimana Roh Kudus akan berdiam di dalam diri
pemazmur yang menentukan arah dan kehidupannya. Intinya dengan permohonannya ini pemazmur
tidak mau dipisahkan dari Tuhan sebab dengan kehadiran Tuhan dia akan dikuatkan untuk
menjadikan dirinya seluruhnya hidup bagi Tuhan.
Mengaku dosa dan memohon pengampunan dosa tidaklah lengkap tanpa adanya keinginan untuk
bertobat. Pertobatan adalah kembali kepada Allah dan melakukan kehendak Allah dengan taat dan
setia. Untuk menjadi taat dan setia tentu membutuhkan pembaharuan dan pembaharuan itu hanya
berasal dan bersumber dari Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus membina hubungan dan persekutuan
yang baik dengan Tuhan sehingga Roh-Nya yang kudus menguatkan kita melakukan segala perintahNya dengan taat dan setia sebagai buah dari pertobatan.
c.
Menjadi alat di tangan Tuhan
Bersyukur merupakan respon kita atas pengampunan dosa dan pembaharuan hidup yang Tuhan
lakukan dalam hidup kita. Sebab hanya dengan pengampunan dan dengan pembaharuan yang
dilakukan Tuhan kita mendapatkan kembali kegirangan dan sukacita yang karena dosa sempat hilang
dari kehidupan kita. Sebagai tanda hati yang bersyukur karena karya Tuhan yang mengampuni dan
145
membaharui hidupnya pemazmur menyatakan janjinya bahwa dia akan mengajarkan jalan Tuhan
kepada orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang yang berdosa berbalik kepada Tuhan.
Pemazmur tidak mendiamkan kasih setia Tuhan tetapi dia membagikannya kepada orang-orang yang
melakukan pelanggaran; pemazmur menjadi alat di tangan Tuhan untuk memanggil setiap orang
kepada pertobatan (berbalik kepada Allah dengan meninggalkan jalan hidup yang salah).
Tuhan Yesus mengatakan: “demikian juga ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang
bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan” (Lukas 15:7; lih. Lukas 15: 10, 32) . Sebagai orang yang sudah menerima kasih
karunia dan pengampunan dari Allah di dalam kematian dan kebangkitan Anak-Nya Tuhan Yesus
Kristus kita diberi tanggungjawab untuk membuat di sorga ada sukacita dengan memberitakan kasih
setia dan jalan Tuhan kepada orang yang masih di dalam kegelapan, yang masih dikuasai oleh
perbuatan-perbuatan pelanggaran. Kita terpanggil untuk turut serta mengambil bagian dalam
program HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di tahun 2008 ini yang ditetapkan sebagai tahun marturia
(bersaksi) dengan membawa satu orang (mamboan sadanari) kepada Kristus.
5.
Dosa bukanlah sesuatu yang harus ditutup-tutupi atau disembunyikan. Langkah yang terbaik
adalah datang kepada Yesus Kristus. Dengan berani mengaku dosa dihadapan takhta kasih-Nya dan
memohon pengampunan. Percayalah, kegirangan dan sukacita akan mewarnai kehidupan kita dan
kita akan Tuhan pakai untuk memberitakan dan mengajarkan kasih setia-Nya kepada orang-orang
disekitar kita. Ingatlah, bahwa lumbung Tuhan tidak pernah penuh selalu ada tempat bagi orang yang
mau bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Orang yang percaya adalah pekerja Tuhan untuk
memanen tuai dan memasukkannya ke lumbung Tuhan.
Amin !
146
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 52
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, (52–2) ketika Doeg, orang Edom itu,
datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai di rumah Ahimelekh. (52–3)
Mengapa engkau memegahkan diri dengan kejahatan, hai pahlawan, terhadap orang yang
dikasihi Allah sepanjang hari?
(52–4) Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai
engkau, penipu!
(52–5) Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik, dan dusta lebih dari pada
perkataan yang benar. Sela
(52–6) Engkau mencintai segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu!
(52–7) Tetapi Allah akan merobohkan engkau untuk seterusnya, Ia akan merebut engkau dan
mencabut engkau dari dalam kemah, membantun engkau dari dalam negeri orang–orang
hidup. Sela
(52–8) Maka orang–orang benar akan melihatnya dan menjadi takut, dan mereka akan
menertawakannya:
(52–9) “Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya, yang percaya
akan kekayaannya yang melimpah, dan berlindung pada tindakan penghancurannya!”
(52–10) Tetapi aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku percaya
akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya.
(52–11) Aku hendak bersyukur kepada–Mu selama–lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak;
karena nama–Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang–orang yang Kaukasihi!
Renungan
Hukuman adalah perlakuan Allah kepada manusia yang perbuatannya
melanggar hukum Allah atau hidup dalam ketidakbenaran. Hukuman ditujukan pertama-tama untuk
umat Tuhan sendiri agar menyadari bahwa hidup mereka harus selaras dengan kekudusan Tuhan.
Hukuman seperti itu merupakan alat pendisiplinan menuju kepada pertobatan. Terhadap orang yang
hidup di luar Tuhan dan yang menolak mengakui Dia sebagai yang berdaulat mengatur hidupnya,
hukuman adalah pembalasan setimpal.
Judul: Penghukuman Allah
Tuhan menghukum dengan berbagai cara. Pertama, dengan menggunakan seperangkat hukuman
yang sudah diaturkan dalam hukum-hukum-Nya. Bagi umat Israel, misalnya, saat mereka tidak setia
kepada Tuhan dengan menyembah Baal, Tuhan menyerahkan mereka kepada malapetaka alam
bahkan penjajahan bangsa lain. Kedua, Tuhan bisa juga menimpakan akibat keberdosaan mereka
sebagai hukuman yang memperberat penderitaan mereka. Misalnya orang yang bermain-main
kekudusan Allah dihukum dengan semakin terjebak dalam kehidupan yang najis (Rm. 1:24-32) .
Penghukuman Tuhan bersifat adil dan benar sesuai dengan karakter Allah yang sudah dinyatakan
lewat Alkitab. Adil karena Allah tidak membeda-bedakan siapa yang bersalah. Baik umat Israel sendiri
maupun bangsa lain, yang bersalah pasti dihukum-Nya. Benar karena kriteria benar-salah berasal dari
sumber kebenaran itu sendiri. Allah tidak keliru menghukum karena Dia mampu melihat keseluruhan
147
hidup manusia. Dia melihat bukan hanya perbuatan salah yang dilakukan, tetapi juga motivasi salah
dibalik perbuatan tersebut.
Penghukuman Allah bisa bersifat masa kini dan temporer. Hukuman dijatuhkan untuk suatu jangka
waktu tertentu. Bila seseorang sudah selesai dihukum, Tuhan akan memulihkan. Penyesalan dan
pertobatan menjadi respons yang tepat bagi anugerah pengampunan. Namun bila seseorang
mengeraskan hati, tidak mau bertobat, Allah bisa menjatuhkan vonis yang final. Pada saat itu
pengampunan telah tertutup. Penghukuman Allah seperti ini bersifat masa akan datang dan kekal.
148
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 53
1
2
3
4
5
6
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat. Nyanyian pengajaran Daud. (53–2) Orang
bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Allah!” Busuk dan jijik kecurangan mereka, tidak ada
yang berbuat baik.
(53–3) Allah memandang ke bawah dari sorga kepada anak–anak manusia, untuk melihat
apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah.
(53–4) Mereka semua telah menyimpang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik,
seorangpun tidak.
(53–5) Tidak sadarkah orang–orang yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umat–Ku
seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada Allah?
(53–6) Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, padahal tidak ada yang mengejutkan;
sebab Allah menghamburkan tulang–tulang para pengepungmu; mereka akan dipermalukan,
sebab Allah telah menolak mereka.
(53–7) Ya, datanglah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! Apabila Allah memulihkan
keadaan umat–Nya, maka Yakub akan bersorak–sorak, Israel akan bersukacita.
Renungan
Ketika kita melihat kejahatan dan penindasan yang dilakukan
orang fasik, mungkin kita bertanya-tanya, mengapa ada orang yang sama sekali tidak takut mendapat
pembalasan dari Allah yang Maha Adil. Nas hari ini menunjukkan bahwa orang fasik memang tidak
memiliki pengertian. Sebab itu mereka terus melakukan kefasikan tanpa memikirkan akibatnya.
Namun pada akhirnya mereka akan dikejutkan oleh penghakiman Allah.
Judul: Hukuman bagi orang fasik
Orang bebal digambarkan sebagai orang yang berkata: "Tidak ada Allah!" (ayat 2) . Namun pemazmur
dengan indahnya menekankan bahwa sesungguhnya Allah itu ada. Dalam dunia kuno, semua orang
percaya bahwa Allah itu ada. Namun dalam kehidupan praktis, orang bebal hidup seakan-akan tidak
ada Allah. Mereka percaya bahwa mereka dapat melakukan kejahatan apapun dan tidak usah
mempertanggungjawabkannya kepada Allah, karena Ia tidak peduli. Tidak mengherankan, perbuatan
mereka diwarnai kecurangan dan penyimpangan. Tak ada seorang pun dari mereka yang mencari
Allah, tak ada seorang pun yang berbuat baik (ayat 3-4).
Kebodohan orang fasik yang terutama adalah tidak menyadari bahwa Allah tidak akan berpangku
tangan ketika melihat umat yang dikasihi-Nya dianiaya dan dihancurkan (ayat 5) . Sebab itu mereka
akan terkejut ketika Allah menghancurkan mereka (ayat 6) . Orang fasik begitu bodohnya sampai tidak
sadar bahwa mereka pasti akan mendapat hukuman Allah walau sebenarnya ini bukan merupakan
kejutan (ayat 6) . Seluruh umat manusia sesungguhnya sadar bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka kepada Allah. Namun orang fasik menindas kebenaran yang
Allah berikan dengan kelaliman (band. Rm. 1:18) .
Memang banyak orang fasik yang kelihatannya hidup enak dari kejahatan mereka, tanpa
mendapatkan hukuman. Namun kita harus percaya bahwa semua orang fasik pasti akan mendapatkan pembalasan yang setimpal dari Allah. Maka tak perlu tergiur jadi seperti orang fasik.
149
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 54
1
2
3
4
5
6
7
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud, (54–2) ketika
orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: “Daud bersembunyi kepada kami.” (54–3) Ya Allah,
selamatkanlah aku karena nama–Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan–Mu!
(54–4) Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!
(54–5) Sebab orang–orang yang angkuh bangkit menyerang aku, orang–orang yang sombong
ingin mencabut nyawaku; mereka tidak mempedulikan Allah. Sela
(54–6) Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku.
(54–7) Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seteru–seteruku; binasakanlah mereka karena
kesetiaan–Mu!
(54–8) Dengan rela hati aku akan mempersembahkan korban kepada–Mu, bersyukur sebab
nama–Mu baik, ya TUHAN.
(54–9) Sebab Ia melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku.
Renungan
Mungkin kita masih bisa memahami bila orang yang kita anggap musuh
menjahati kita. Namun bila seorang saudara mengkhianati kita, tentu akan sangat menyakitkan.
Judul: Doa minta keadilan
Daud dikhianati oleh orang Zifi (ayat 2) , yang adalah saudara satu suku dengan Daud (baca 1 Sam.
23:14-28) . Sesungguhnya orang-orang Zifi adalah orang Yehuda, jadi masih bagian dari umat Allah.
Namun karena mereka telah bertindak jahat maka mereka dapat disebut sebagai orang asing (ayat 5;
LAI menerjemahkan sebagai orang angkuh dan orang sombong).
Waktu itu Daud sedang bersembunyi dari kejaran Saul. Namun orang Zifi malah memberitahu Saul
tentang keberadaan Daud di padang gurun Zif (ayat 1 Sam. 23:14, 19) . Sebab itu Daud berdoa supaya
Allah menyelamatkan dan memberikan keadilan kepada dia (ayat 3) . Keyakinan Daud menunjukkan
bahwa ia berada di pihak yang benar. Ia pun dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah
penolongnya (ayat 6) . Ia berdoa supaya kejahatan orang-orang yang mengkhianati dia berbalik
kepada mereka, dan supaya Tuhan membinasakan mereka (ayat 7) . Daud kemudian dengan yakin dan
syukur mengatakan bahwa ia akan mempersembahkan korban kepada Tuhan yang telah melepaskan
ia dari kesesakan (ayat 8-9) .
Mungkin bagi kita doa Daud terlalu kejam. Namun kita perlu menyadari bahwa yang diminta Daud
adalah keadilan Tuhan, dan ini harus dilihat sebagai hal yang baik dan benar, bukan sebagai
kekejaman. Ketika Yesus mengajarkan kita mengampuni musuh-musuh kita, bukan berarti keadilan
tidak perlu ditegakkan. Tuhan Yesus sendiri pun akan memberikan penghakiman yang adil kepada
Iblis, yang merupakan musuh Tuhan Yesus.
Ketika kita dimusuhi atau ditindas oleh orang fasik, tentu saja kita boleh berdoa meminta Tuhan
menyatakan keadilan kepada kita, yang benar dinyatakan kebenarannya dan yang salah menerima
ganjarannya. Meski demikian, masih ada juga kemungkinan lain, yaitu kita berdoa supaya orangorang fasik tersebut bertobat.
150
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 55
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud. (55–2) Berilah
telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi terhadap permohonanku!
(55–3) Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku mengembara dan menangis karena cemas,
(55–4) karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab mereka
menimpakan
kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka memusuhi aku.
(55–5) Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku.
(55–6) Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku.
(55–7) Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari
tempat yang tenang,
(55–8) bahkan aku akan lari jauh–jauh dan bermalam di padang gurun. Sela
(55–9) Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.”
(55–10) Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan, sebab aku melihat
kekerasan dan perbantahan dalam kota!
(55–11) Siang malam mereka mengelilingi kota itu di atas tembok–temboknya, dan di dalamnya
ada kemalangan dan bencana;
(55–12) penghancuran ada di tengah–tengahnya, di tanah lapangnya tidak habis–habisnya ada
penindasan dan tipu.
(55–13) Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku
yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia.
(55–14) Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku:
(55–15) kami yang bersama–sama bergaul dengan baik, dan masuk rumah Allah di tengah–
tengah keramaian.
(55–16) Biarlah maut menyergap mereka, biarlah mereka turun hidup–hidup ke dalam dunia
orang mati! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka.
(55–17) Tetapi aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku.
(55–18) ––Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar
suaraku.
(55–19) Ia membebaskan aku dengan aman dari serangan terhadap aku, sebab berduyun–duyun
mereka melawan aku.
(55–20) Allah akan mendengar dan merendahkan mereka, ––Dia yang bersemayam sejak
purbakala. Sela Karena mereka tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah.
(55–21) Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai dengan dia,
janjinya dilanggarnya;
(55–22) mulutnya lebih licin dari mentega, tetapi ia berniat menyerang; perkataannya lebih
lembut dari minyak, tetapi semuanya adalah pedang terhunus.
(55–23) Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk
selama–lamanya dibiarkan–Nya orang benar itu goyah.
(55–24) Tetapi Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka ke lubang sumur yang dalam;
orang penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah umurnya. Tetapi aku ini
percaya kepada–Mu.
151
Renungan
'Musuh dalam selimut' adalah sebutan yang diberikan bagi musuh
dari kalangan sendiri. Tak ada seorang pun yang senang menghadapi 'musuh dalam selimut'. Orang
berpendapat bahwa lebih baik menghadapi musuh yang nyata daripada kawan yang berkhianat.
Judul:
Musuh dalam selimut
Daud pun tak lepas dari 'musuh dalam selimut'. Orang itu malah pergi beribadah sama-sama dengan
Daud (ayat 13-15) . Tak heran Daud merasa dikhianati (ayat 21-22) . Akibatnya muncul perasaan terluka
dan tertekan (ayat 4-5) . Dalam situasi demikian, yang ingin Daud lakukan adalah melarikan diri dan
mencari tempat yang aman untuk bersembunyi (ayat 6-8) . Apakah kita dapat menganggap Daud
sebagai pengecut? Tentu tidak. Kita belum lupa bagaimana Daud begitu berani menghadapi dan
kemudian mengalahkan Goliat, raksasa Filistin. Lalu mengapa Daud bersikap seperti itu? Karena ia
tidak ingin membalas. Yang ia cari hanyalah Allah. Ia meminta agar Allah memerhatikan masalahnya
dan mendengarkan permohonannya (ayat 2-3) . Ia meminta Allah bertindak atas orang yang
berkhianat itu (ayat 9-11, 16) . Permohonan itu didasarkan pada iman bahwa Allah akan membebaskan
dia (ayat 17-20, 24) . Daud percaya bahwa Allah akan memelihara orang-orang kepunyaan-Nya. Karena
itu, Daud menghimbau agar orang lain pun menyerahkan beban mereka kepada Allah daripada
menanggung hal itu sendirian (ayat 23, band. 1Ptr. 5:7) .
Pengalaman Daud mungkin bagian pengalaman kita juga. Menghadapi sikap orang yang memusuhi
kita saja sudah tidak menyenangkan, apalagi bila harus menanggung pengkhianatan dari orang yang
karib dengan kita atau saudara seiman kita. Walau demikian pembalasan dendam bukanlah sebuah
jalan keluar, mencari keadilan dari pengadilan dunia juga tidak selalu memecahkan masalah.
Meneladani Daud, marilah kita serahkan masalah hanya kepada Allah. Datanglah kepada Dia yang
akan menghakimi orang-orang jahat. Dia yang setia, akan senantiasa bersedia menolong dan
melindungi kita dari orang yang bermaksud jahat terhadap kita.
152
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Merpati di pohon–pohon tarbantin yang jauh. Miktam
dari Daud, ketika orang Filistin menangkap dia di Gat. (56–2) Kasihanilah aku, ya Allah, sebab
orang–orang menginjak–injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku!
(56–3) Seteru–seteruku menginjak–injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang
memerangi aku dengan sombong.
(56–4) Waktu aku takut, aku ini percaya kepada–Mu;
(56–5) kepada Allah, yang firman–Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah
yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
(56–6) Sepanjang hari mereka mengacaukan perkaraku; mereka senantiasa bermaksud jahat
terhadap aku.
(56–7) Mereka mau menyerbu, mereka mengintip, mengamat–amati langkahku, seperti orang–
orang yang ingin mencabut nyawaku.
(56–8) Apakah mereka dapat luput dengan kejahatan mereka? Runtuhkanlah bangsa–bangsa
dengan murka–Mu, ya Allah!
(56–9) Sengsaraku Engkaulah yang menghitung–hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat–
Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?
(56–10) Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak
kepadaku.
(56–11) Kepada Allah, firman–Nya kupuji, kepada TUHAN, firman–Nya kupuji,
(56–12) kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia
terhadap aku?
(56–13) Nazarku kepada–Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar
kepada–Mu.
(56–14) Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga
tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan.
Renungan
Pernahkah Anda merasa terancam karena tindakan orang pada Anda?
Bagaimana sikap Anda pada saat itu?
Daud pernah merasa terancam dan teraniaya. Perhatikan gambaran serangan yang dia hadapi:
diinjak-injak, diperangi, dan juga diimpit (ayat 2-3) . Para musuh mengintai Daud, memburu dia seolah
mengincar nyawanya (ayat 6-7) . Betapa kuat musuh yang dihadapi Daud. Ia bagai tak berdaya
menghadapi mereka. Tak heran bila ia merasa takut (ayat 4) .
Judul: Menghadapi Musuh
Bagaimana Daud mengatasi situasi yang begitu menekan? Satu-satunya pertolongan yang dia
harapkan adalah Allah. Ia yakin pada kuasa Allah yang akan melindungi dia (ayat 4-5) . Sebab itu ia
memohon belas kasihan Allah agar menolong dia. Bila menghadapi Allah, tentu para penindas
tersebut akan seperti macan ompong. Terlihat menakutkan, tapi tak punya kemampuan mematikan.
Sebab itu Daud mengharapkan keadilan Allah (ayat 8-10) yang akan meluputkan dia dari bahaya (ayat
14) . Dan ketika itu terjadi, Daud memuji-muji Allah karena telah melepaskan dia dari musuh dan
153
melindungi dia dari bahaya. Oleh karena itu Daud berjanji akan memberikan persembahan syukur
kepada Allah (ayat 11-13) .
Sebagai orang percaya yang harus hidup damai dan mengusahakan perdamaian dengan semua
orang, kita tentu tidak mengharapkan adanya musuh. Namun keberpihakan kita pada Allah bukan
tidak mungkin akan memperhadapkan kita pada musuh-musuh iman kita. Bagaimana menghadapi
hal itu? Melihat pengalaman Daud, kita dapat meyakini Allah yang akan melawan orang-orang yang
bermaksud jahat terhadap kita. Rasa takut mungkin saja akan muncul dan kemudian melahirkan rasa
panik. Belajar dari Daud, jangan biarkan rasa takut menguasai kita. Marilah kita memandang pada
Allah yang akan melepaskan kita. Hadapilah musuh iman dengan keyakinan bahwa Penolong kita
adalah Tuhan yang memiliki kuasa di atas segala kuasa, dan musuh-musuh iman kita tidak akan
pernah berhasil melampaui kuasa Allah. Kiranya pemahaman ini menguatkan iman kita.
154
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 57
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam Dari Daud, ketika ia lari
dari pada Saul, ke dalam gua. (57–2) Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada–
Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap–Mu aku akan berlindung, sampai berlalu
penghancuran itu.
(57–3) Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya
bagiku.
(57–4) Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang–orang
yang menginjak–injak aku. Sela Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran–Nya.
(57–5) Aku terbaring di tengah–tengah singa yang suka menerkam anak–anak manusia, yang
giginya laksana tombak dan panah, dan lidahnya laksana pedang tajam.
(57–6) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan–Mu mengatasi
seluruh bumi!
(57–7) Mereka memasang jaring terhadap langkah–langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka
menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela
(57–8) Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur.
(57–9) Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan
fajar!
(57–10) Aku mau bersyukur kepada–Mu di antara bangsa–bangsa, ya Tuhan,
aku mau
bermazmur bagi–Mu di antara suku–suku bangsa;
(57–11) sebab kasih setia–Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran–Mu sampai ke awan–
awan.
(57–12) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan–Mu mengatasi
seluruh bumi!
Renungan
Mungkin kita sudah sering mendengar khotbah bahwa satu-satunya
pertolongan bagi kita adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Namun apakah Anda sungguh-sungguh
merasa demikian? Daud merasakannya.
Judul: Berlindung pada Allah
Saul, raja Israel pada waktu itu, memburu Daud seakan-akan Daud adalah buronan kriminal yang
membahayakan. Tanpa alasan yang obyektif, Saul mengejar-ngejar Daud. Bayangkan perasaan Daud.
Menghadapi penguasa dengan bala tentara yang dapat dikerahkan kapan saja, apa yang bisa Daud
lakukan? Ia hanya bisa melarikan diri ke bukit-bukit dan bersembunyi di dalam gua. Situasi yang
dihadapi Daud, membuat ia merasa bagai berada di tengah-tengah singa buas yang tak kenal ampun
(ayat 5) . Musuh berusaha menjerat Daud, bagai seekor hewan buruan (ayat 7) . Walau demikian, meski
ter-sudut Daud tidak merasa berhadapan dengan jalan buntu. Meski dikelilingi musuh, Daud merasa
tenang karena masih ada Allah yang menjadi tempat pengaduan dan perlindungan bagi dia. Bagai
sayap induk ayam yang menjadi tempat nyaman bagi anak-anak ayam untuk berlindung, begitulah
Daud menganggap Allah sebagai tempat perlindungan terpercaya. Sebab itu Daud berseru-seru
memohon belas kasihan Allah (ayat 2-4) . Bila Allah berbelas kasihan, maka Allah akan menolong dan
melindungi dia. Dan bila itu terjadi, bisa saja orang-orang yang berusaha menjebak dia akan jatuh ke
155
dalam jerat yang mereka pasang sendiri
memuji-muji Tuhan (ayat 8-12) .
(ayat 7) .
Menyadari kasih Allah yang begitu besar, Daud
Orang jahat memang tidak akan berjaya selamanya. Kejahatan mereka pun bukan tanpa akhir. Malah
bukan tidak mungkin bila kejahatan mereka akan menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri. Maka
bila kita menghadapi orang yang menjahati kita tanpa kita tahu alasannya, tak perlu berniat
membalas dendam. Sebagai orang beriman, kita hanya perlu berlindung pada Allah, yang Maha Adil.
Ia akan menaungi orang-orang yang mencari Dia. Ia akan menjadi perisai bagi orang-orang yang
bergantung pada kuasa-Nya.
156
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 58
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud. (58–2)
Sungguhkah kamu memberi keputusan yang adil, hai para penguasa? Apakah kamu hakimi anak–
anak manusia dengan jujur?
(58–3) Malah sesuai dengan niatmu kamu melakukan kejahatan, tanganmu, menjalankan kekerasan
di bumi.
(58–4) Sejak lahir orang–orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta–pendusta
telah sesat.
(58–5) Bisa mereka serupa bisa ular, mereka seperti ular tedung tuli yang menutup telinganya,
(58–6) yang tidak mendengarkan suara tukang–tukang serapah atau suara pembaca mantera yang
pandai.
(58–7) Ya Allah, hancurkanlah gigi mereka dalam mulutnya, patahkanlah gigi geligi singa–singa
muda, ya TUHAN!
(58–8) Biarlah mereka hilang seperti air yang mengalir lenyap! Biarlah mereka menjadi layu seperti
rumput di jalan!
(58–9) Biarlah mereka seperti siput yang menjadi lendir, seperti guguran perempuan yang tidak
melihat matahari.
(58–10) Sebelum periuk–periukmu merasakan api semak duri, telah dilanda–Nya baik yang hidup
segar maupun yang hangus.
(58–11) Orang benar itu akan bersukacita, sebab ia memandang pembalasan, ia akan membasuh
kakinya dalam darah orang fasik.
(58–12) Dan orang akan berkata: “Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada
Allah yang memberi keadilan di bumi.”
Renungan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan lembaga yang
sedang populer dan disegani saat ini. Karena prestasinya dalam mengungkap kasus korupsi, KPK
diharapkan orang banyak untuk menyatakan kebenaran dan keadilan, khususnya atas aparat
pemerintah yang tersangkut.
Judul:
Menyikapi ketidakadilan
Kebobrokan aparat pemerintah juga sudah terjadi pada zaman Daud. Bagaimana reaksi Daud? Ia
marah kepada para penguasa yang telah berlaku lalim dan tidak adil (ayat 2) . Mereka dengan sadar
telah merancang dan melakukan ketidakadilan, kekerasan, dan kejahatan demi memuaskan
keinginan mereka. Jabatan yang dipercayakan kepada mereka bukan dipergunakan untuk melayani
dan menyejahterakan masyarakat, melainkan sebagai sarana untuk memuaskan hawa nafsu. Mereka
memutuskan perkara sesuai kemauan hatinya dan bukan atas dasar keadilan dan kebenaran (ayat 36) . Ditengah kondisi seperti itu, Daud berseru meminta Tuhan menghukum para penguasa yang lalim
itu (ayat 7-10) . Ia percaya bahwa Tuhan bertindak adil sehingga penguasa bobrok dihukum dan orang
benar akan mendapat bagiannya (ayat 11-12) .
Apa yang terjadi di zaman Daud tidak jauh berbeda dengan zaman kita sekarang ini. Akan sulit bagi
kita mencari keadilan dan kebenaran di lembaga-lembaga pemerintahan. Mulai dari jual beli perkara,
penyuapan, penyalahgunaan jabatan, hingga premanisme yang dilakukan atas nama agama. Lalu
157
bagaimana kita, sebagai rakyat, harus bertindak? Apakah kita harus mendiamkan semua itu? Atau
ramai-ramai mengadakan demonstrasi?
Sebagai orang percaya, kita harus berdoa untuk para penguasa lalim dan para penegak keadilan yang
malah menginjak-injak kebenaran. Meskipun seandainya kita memiliki kuasa untuk menghukum
mereka, kita harus terlebih dulu datang kepada Allah yang punya kuasa dan menyerahkan semua itu
kepada Dia. Karena itu mari kita berdoa agar Tuhan menegakkan kasih dan keadilan-Nya di tengahtengah bangsa kita.
158
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 59
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam dari Daud, ketika Saul
menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk membunuh dia. (59–2) Lepaskanlah aku dari pada
musuhku, ya Allahku; bentengilah aku terhadap orang–orang yang bangkit melawan aku.
(59–3) Lepaskanlah aku dari pada orang–orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah
aku dari pada penumpah–penumpah darah.
(59–4) Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku; orang–orang perkasa menyerbu
aku, padahal aku tidak melakukan pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN,
(59–5) aku tidak bersalah, merekalah yang lari dan bersiap–siap. Marilah mendapatkan aku, dan
lihatlah!
(59–6) Engkau, TUHAN, Allah semesta alam, adalah Allah Israel. Bangunlah untuk menghukum
segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan kejahatan dengan berkhianat!
Sela
(59–7) Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan
mengelilingi kota.
(59–8) Sesungguhnya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka,
sebab—siapakah yang mendengarnya?
(59–9) Tetapi Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok–olok segala bangsa.
(59–10) Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada–Mu, sebab Allah adalah kota bentengku.
(59–11) Allahku dengan kasih setia–Nya akan menyongsong aku; Allah akan membuat aku
memandang rendah seteru–seteruku.
(59–12) Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah mereka kian ke
mari dengan kuasa–Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami!
(59–13) Karena dosa mulut mereka adalah perkataan bibirnya, biarlah mereka tertangkap dalam
kecongkakannya. Oleh karena sumpah serapah dan dusta yang mereka ceritakan,
(59–14) habisilah mereka dalam geram, habisilah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya
mereka sadar bahwa Allah memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi. Sela
(59–15) Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing dan
mengelilingi kota.
(59–16) Mereka mengembara mencari makan; apabila mereka tidak kenyang, maka mereka
mengaum.
(59–17) Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan–Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak–sorai
karena kasih setia–Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada
waktu kesesakanku.
(59–18) Ya kekuatanku, bagi–Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku,
Allahku dengan kasih setia–Nya.
Renungan
Bagaimana cara kita memandang masalah? Seberapa sering kita
menyerahkan masalah kita kepada Tuhan?
Judul: Serahkanlah pada Tuhan
159
Daud menghadapi masalah yang sangat berat. Ia dikejar-kejar dan nyawanya terancam. Yang
memburu dia adalah Saul, raja Israel. Ironisnya ia sama sekali tidak melakukan perbuatan yang
membuat dia layak diperlakukan sebagai buronan dengan ancaman hukuman mati (ayat 4-5a) . Lalu
kenapa Saul begitu bernafsu menghabisi nyawanya? Karena Saul merasa kedudukannya terancam
akibat keberhasilan Daud dalam perang. Daud tidak dianggap sebagai pahlawan bangsa, tetapi justru
sebagai rival yang mengancam takhta. Ia khawatir jabatannya beralih ke tangan Daud. Maka satusatunya cara untuk mengatasi hal itu, Daud harus disingkirkan.
Bagaimana Daud menanggapi ancaman maut dari Saul? Ia berseru kepada Allah memohon kelepasan
dari penyerangnya, orang yang bermaksud membunuh dia (ayat 2-3, 5b-8) . Ia mengibaratkan orang itu
seumpama anjing yang memanfaatkan senja untuk menyerang orang (ayat 7-8, 15-16) . Bagaimana
Daud memandang masalahnya dari sudut pandang Tuhan? Ia tahu bahwa Tuhan menertawakan
orang itu (ayat 9) . Artinya Tuhan memandang remeh tindakan itu. Maka tak ada keraguan bagi Daud
untuk menyerahkan perkaranya kepada Tuhan (ayat 10-14) . Ia berharap Tuhan memakai mereka
sebagai pelajaran agar orang tahu bagaimana Allah menghukum orang yang melawan Dia dan yang
diurapi-Nya (ayat 12) .
Masalah berat dengan ancaman nyawa tidak membuat Daud panik dan melupakan Tuhan. Meski
berhadapan dengan penguasa yang bisa saja membinasakan dirinya, Daud tahu bahwa semua itu
tidak berarti apa-apa bagi Tuhan.
Mazmur Daud ini kiranya menguatkan kita tatkala menghadapi orang-orang yang memusuhi kita. Kita
dapat meminta Tuhan campur tangan. Percayalah bahwa Allah tidak akan tinggal diam. Ia tidak akan
membiarkan kejahatan berjaya dan tidak akan membiarkan sesuatu apapun memisahkan kita dari
kasih setia-Nya (band. Rm. 8:31-39) .
160
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 60
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung kesaksian. Miktam dari Daud untuk
diajarkan, (60–2) ketika ia memerangi orang Aram–Mesopotamia dan orang Aram–Zoba, dan
ketika Yoab pada waktu pulang telah memukul kalah dua belas ribu orang Edom di Lembah
Asin. (60–3) Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah
murka; pulihkanlah kami!
(60–4) Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak–retaknya,
sebab bumi telah goyang.
(60–5) Engkau telah membuat umat–Mu mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah
memberi kami minum anggur yang memusingkan.
(60–6) Kepada mereka yang takut kepada–Mu telah Kauberikan panji–panji, tanda untuk
berlindung terhadap panah. Sela
(60–7) Supaya terluput orang–orang yang Kaucintai, berikanlah keselamatan dengan tangan
kanan–Mu dan jawablah kami!
(60–8) Allah telah berfirman di tempat kudus–Nya: “Aku hendak beria–ria, Aku hendak
membagi–bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur.
(60–9) Punya–Ku Gilead dan punya–Ku Manasye, Efraim ialah pelindung kepala–Ku, Yehuda
ialah tongkat kerajaan–Ku;
(60–10) Moab ialah tempat pembasuhan–Ku, kepada Edom Aku melemparkan kasut–Ku, karena
Filistea Aku bersorak–sorai.”
(60–11) Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapakah yang menuntun aku
ke Edom?
(60–12) Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah,
bersama–sama bala tentara kami?
(60–13) Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia–sia penyelamatan dari
manusia.
(60–14) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan–perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri
akan menginjak–injak para lawan kita.
Renungan
Ada masa-masa suram dalam kehidupan umat Tuhan, yakni
masa ketika Tuhan seolah marah dan meninggalkan mereka. Ini dirasakan ketika Israel kalah
berperang melawan orang-orang Aram (ayat 1) . Situasi itu membuat umat meratap karena merasa
ditolak Allah (ayat 3-4) . Yang mereka tahu, mereka adalah umat pilihan yang dikasihi Allah. Namun
peristiwa yang terjadi membuat mereka terguncang (ayat 4) . Tiang-tiang pemahaman mereka seolah
runtuh karena keterkejutan. Bagi umat, kemarahan Tuhan bagai anggur yang membuat mereka
pusing (ayat 5) . Maka dari kedalaman ratapan, umat memohon pemulihan dari Tuhan (ayat 6-7). Umat
masih mengingat bahwa Tuhan yang berkuasa itu adalah Pemilik mereka, yang telah mengalahkan
musuh-musuh mereka (ayat 8-10) . Itulah sebabnya, walaupun situasi yang mereka hadapi saat itu bisa
menggoyahkan iman, mereka tetap yakin bahwa Tuhan akan memimpin mereka meraih kemenangan
(ayat 11-12) . Dan mereka tahu pasti bahwa kemenangan mereka berasal hanya dari Allah. Hanya
karena pertolongan Allah belaka maka mereka mampu mengatasi semua situasi itu (ayat 13-14) .
Judul:
Doa di tengah pergumulan
161
Kesulitan dan krisis yang menghadang kita, seringkali menjadi momok yang menakutkan. Apalagi bila
melihat kondisi dan kemampuan kita, kita mungkin akan mengira bahwa krisis itu tidak dapat kita
atasi. Kita lupa bahwa Tuhan ada, melihat kita, dan siap mengulurkan tangan untuk menolong kita.
Tuhan tidak akan tinggal diam, asalkan kita tidak lupa untuk berpaling pada Dia dan setia berjalan
dalam kehendak-Nya. Namun sebagai orang percaya, kita harus menyadari bahwa situasi apapun
yang dihadapi umat, menang atau kalah, semua itu ada dalam kendali Allah. Sebab itu kita harus
bergantung pada Allah dalam berbagai situasi. Sebagai umat Allah, kita harus senantiasa bergantung
pada kekuatan dan janji penyertaan-Nya. Yakinilah bahwa panji-panji keselamatan Tuhan akan selalu
melindungi kita dari ancaman panah-panah api si jahat. Maka janganlah takut, berjalanlah maju
dalam iman, dan kalahkanlah si jahat.
162
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 61
1
2
3
4
5
6
7
8
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Dari Daud. (61–2) Dengarkanlah kiranya
seruanku, ya Allah, perhatikanlah doaku!
(61–3) Dari ujung bumi aku berseru kepada–Mu, karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke
gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.
(61–4) Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindunganku, menara yang kuat terhadap
musuh.
(61–5) Biarlah aku menumpang di dalam kemah–Mu untuk selama–lamanya, biarlah aku
berlindung dalam naungan sayap–Mu! Sela
(61–6) Sungguh, Engkau, ya Allah, telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi permintaan
orang–orang yang takut akan nama–Mu.
(61–7) Tambahilah umur raja, tahun–tahun hidupnya kiranya sampai turun–temurun;
(61–8) kiranya ia bersemayam di hadapan Allah selama–lamanya, titahkanlah kasih setia dan
kebenaran menjaga dia.
(61–9) Maka aku hendak memazmurkan nama–Mu untuk selamanya, sedang aku membayar
nazarku hari demi hari.
Renungan
Sendirian dan terasing, itulah situasi yang dihadapi pemazmur. Ia
berada dalam pelarian. Tanpa teman, ia berada di pegunungan yang berbatu-batu. Tentu ia merasa
kesepian. Dirinya lemah lesu (ayat 3) . Ke manakah ia harus pergi kalau bukan kepada Tuhan?
Siapakah yang bisa dia ajak bicara kalau bukan Tuhan? Maka ia berseru kepada Tuhan, sang Gunung
batu. Ia meminta Allah memberi perhatian pada doanya (ayat 2) . Ia mengharapkan Allah menjadi
tempat perlindungan karena baginya, Allah adalah gunung batu dan menara yang kuat (ayat 3-4).
Kerinduan akan perlindungan Allah ini dilandaskan pada pengalaman pemazmur dengan Allah
sebelumnya (ayat 4) . Maka pemazmur berharap dapat tinggal di rumah Allah, untuk menikmati
perlindungan-Nya (ayat 5) . Harapan yang disertai keyakinan bahwa Allah mendengar doanya (ayat 6).
Pada saat itulah, pemazmur akan memuji Allah dengan nyanyian dan akan memberi persembahan
secara teratur (ayat 9) .
Judul: Ketika merasa sendirian
Masalah memang sering membuat kita merasa sendirian dan terasing, meski berada di tengah orang
banyak. Seakan-akan tak ada teman untuk berbagi masalah. Orang terdekat pun seolah tak
memahami kita. Namun sebagai orang percaya, kita dapat dengan yakin memohon kelepasan dari
Allah. Dia tidak pernah bisa dibatasi oleh apapun juga. Ingatlah janji-janji dalam firman-Nya. Ingat
juga kesetiaan-Nya yang telah kita alami sebelumnya. Pengalaman dan juga firman akan menguatkan
kita tatkala kita merasa sendirian. Selain itu, yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan
kita. Dia akan selalu menganugerahkan kekuatan dan per-lindungan yang sempurna kepada kita.
Dengan senantiasa memercayai Tuhan sebagai gunung batu dan kota benteng kita, seluruh totalitas
hidup kita akan berubah. Tak ada lagi yang dapat menjadi ancaman bagi kita. Ketika kita bergantung
penuh pada Dia, tak ada lagi yang dapat mengoncangkan kita. Maka temukan kekuatan dengan
berserah secara total kepada kasih dan kesetiaan-Nya.
163
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 62
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. (62–2) Hanya dekat Allah saja aku
tenang, dari pada–Nyalah keselamatanku.
(62–3) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
(62–4) Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu
sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh?
(62–5) Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka
suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka
mengutuki. Sela
(62–6) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada–Nyalah harapanku.
(62–7) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.
(62–8) Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat
perlindunganku ialah Allah.
(62–9) Percayalah kepada–Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan–Nya;
Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela
(62–10) Hanya angin saja orang–orang yang hina, suatu dusta saja orang–orang yang mulia. Pada
neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.
(62–11) Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia–sia kepada
perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.
(62–12) Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya,
(62–13) dan dari pada–Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang
menurut perbuatannya.
Renungan
Keamanan adalah salah satu kebutuhan manusia. Banyak orang yang
berani bayar mahal demi mendapatkan rasa aman, misal dengan membayar pengawal pribadi.
Judul: Tuhanlah harapanku
Daud pernah juga berada dalam posisi tidak aman, yakni saat menghadapi orang yang bermaksud
menjatuhkan dia dari kedudukannya, dengan berbagai macam cara (ayat 4-5) . Dalam kondisi krisis
semacam itu, Daud tahu ke mana dia harus pergi, yaitu kepada Allah yang menjadi tempat
perlindungannya (ayat 2-3, 6-7) . Daud tahu bahwa Allah adalah dasar keselamatan dan kemuliaanNya. Sebab itu ia mendorong orang untuk memercayai Allah senantiasa. Dan itu bisa dinyatakan
dengan berdoa kepada Dia (ayat 8-9) .
Menurut Daud, tidaklah bijaksana bila orang tergantung kepada manusia bila ingin mencari
perlindungan dan rasa aman. Memang pada saat itu Daud harus menghadapi orang-orang yang
menginginkan kejatuhannya dengan cara apaun (ayat 10-11) . Bagi Daud, orang-orang semacam itu
bagaikan angin, tidak memiliki arti apapun dan tidak punya kuasa sedikit pun. Karena itu tempat
perlindungan yang aman, satu-satunya adalah Allah. Ia Maha Kuasa, penuh kasih setia, dan
senantiasa bertindak adil (ayat 12-13) .
Kita pun pasti pernah menghadapi krisis karena berbagai masalah yang melanda hidup kita. Dalam
situasi dan kondisi seperti itu, kepada siapakah kita hendak menggantungkan harapan dan menaruh
164
kepercayaan kita? Adakah Allah sebagai yang pertama dan satu-satunya kita ingat ketika kita dilanda
krisis? Hanya dangan membawa diri mendekat dan melekat pada kuasa pemeliharaan-Nya yang
melampaui segala akal, kita akan mendapatkan aliran ketenangan dan kedamaian sekalipun berada
ditengah-tengah badai. Semua kekayaan, kemasyhuran, dan relasi sebaik apapun tidak akan
memberi jaminan apapun di dalam hidup ini. Bawalah diri kita mendekat kepada aliran kasih dan
kuasa Tuhan yang tak terbatas itu. Maka ketenangan dan kemenangan pasti menjadi bagian kita.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 62: 1-5
Pdt. SIHOMBING, Stephen Gabriel Rocky Feller, S.Th.
Sumber: GPIB (Gereja Protestan Di Indonesia Bagian Barat)
Pondok Ungu, Bekasi
Hidup Tenang bersama Allah
digolongkan sebagai mazmur kepercayaan. Maksudnya, mazmur ini mengungkapkan
ketenangan hati, kedamaian jiwa, kegembiraan dan kekuatan iman pemazmur di tengah segala
kesukaran, tantangan dan penderitaan hidup. Pemazmur di sini mengungkapkan keyakinan yang
teguh bahwa apapun kejahatan yang dilakukan orang lain, tidak boleh dibalas dengan kejahatan,
melainkan dengan berserah diri mohon perlindungan Tuhan. Pemazmur mengingatkan orang
percaya untuk selalu berharap kepada Tuhan (ayat 1 dan 5) .
Mazmur 62:1-5
Berharap kepada Tuhan berarti kita memberi prioritas utama bagi campur tangan Allah. Kita
memohon hikmat dan petunjuk-Nya agar diberikan pertolongan dan jalan keluar yang benar.
Pemazmur dengan tegas mengatakan: Hanya dekat Allah saja aku tenang! Pemazmur tidak panik,
gelisah apalagi takut menghadapi pemfitnah yang mengincar jabatannya (ayat 5) . Pemazmur bisa saja
membalas, namun dia tidak melakukannya. Pemazmur hanya percaya kepada Tuhan sebagai
kekuatan (gunung batu) dan perlindungan (kota benteng) yang memberikan keselamatan dan
ketentraman hidup dalam menghadapi tekanan hidup yang berat.
Bagaimana pemazmur dapat bersikap tenang dalam situasi yang mengerikan? Apakah pemazmur
sedang bersandiwara? Apakah pemazmur sedang membual seolah-olah tidak ada masalah? Tidak.
Pemazmur tidak berkata bohong. Pemazmur bukan sedang menjual obat. Pemazmur berbicara benar
tentang hidup berimannya bersama Tuhan sehari-hari. Rahasia mengapa pemazmur dapat tenang:
sebab pemazmur memiliki persekutuan rohani yang erat dengan Allah. Pemazmur percaya kepada
kuasa Allah yang menolong dan melindunginya. Pemazmur menggambarkan Tuhan sebagai gunung
165
batu dan kota benteng (ayat 3) . Gambaran tentang kekuatan dan perlindungan Tuhan dalam hidup
pemazmur begitu nyata dan dialami langsung pemazmur berulang-ulang dalam hidupnya.
Rasa tenang itu datang karena imannya kepada Allah yang aktif memelihara umat. Bukan iman yang
suam-suam kuku atau iman yang mati. Pemazmur memelihara iman yang hidup karena selalu punya
kesempatan beribadah memuji dan berdoa kepada Allah. Pemazmur tidak mungkin mengatakan
tidak ada waktu untuk berdoa; tidak ada waktu untuk memuji; tidak ada waktu untuk beribadah!
Pemazmur selalu punya waktu khusus untuk bersyukur, berdoa dan beribadah, terlebih lagi saat
hidupnya terjepit.
Jika pemazmur dapat bersikap tenang saat hidupnya terancam, lalu bagaimana dengan kita yang hari
ini bersekutu? Bisa jadi, pengalaman pemazmur beda dengan pengalaman hidup kita. Kita benarbenar bisa gelisah, tidak sabaran, mudah tersinggung dan cepat naik darah, di tengah situasi di mana
kekerasan, egoisme dan keserakahan sudah jadi biasa. Banyak dari kita mudah terpengaruh untuk
melakukan kejahatan dan membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan yang lebih kejam lagi.
Jika begitu, maka hidup kita ada dalam bahaya; kita berjalan di jalan yang gelap; kita hidup di luar
kendali Allah; hidup kita tidak menyenangkan hati Tuhan; hidup kita tidak bisa jadi persembahan
yang berbau harum bagi Allah. Pertobatan dan pembaruan hidup menjadi keharusan.
Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita untuk selalu memberi diri bersekutu dengan Tuhan
Yesus. Bukankah 2-3 orang berkumpul dalam nama Yesus, di situ Tuhan ada dalam kemuliaan-Nya
(Lihat. Matius 18:20) . Berilah waktu untuk bersama berdoa, dan memuji nama-Nya. Sebelum saudara
bertindak mengambil keputusan, mintalah hikmat Tuhan terlebih dahulu. Jagalah mulut saudara dari
ucapan menipu dan kata-kata fitnah. Jadi jika saudara gelisah, dan tidak sabaran, saudara tidak dapat
mengatasinya dengan kekuatan diri sendiri. Saudara harus meminta hamba Tuhan atau anggota
keluarga saudara untuk mendoakan hidup saudara.
Saudara dan saya butuh pertolongan dan campur tangan Allah dalam hidup ini. Jika saudara
dikelilingi oleh orang jahat, jangan gelisah; jangan takut, berdoalah kepada Tuhan Yesus; mintalah
berkat-Nya agar saudara tetap selamat. Hanya dekat Allah saja orang beriman tenang, asalkan kita
mau berserah sepenuhnya kepada Allah.
Surat 1 Petrus 5: 7 berkata: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.
Amin !
166
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 63
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. (63–2) Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku
mencari Engkau, jiwaku haus kepada–Mu, tubuhku rindu kepada–Mu, seperti tanah yang
kering dan tandus, tiada berair.
(63–3) Demikianlah aku memandang kepada–Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan–Mu
dan kemuliaan–Mu.
(63–4) Sebab kasih setia–Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
(63–5) Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi
nama–Mu.
(63–6) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang
bersorak–sorai mulutku memuji–muji.
(63–7) Apabila aku ingat kepada–Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal
malam, –
(63–8) sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap–Mu aku
bersorak–sorai.
(63–9) Jiwaku melekat kepada–Mu, tangan kanan–Mu menopang aku.
(63–10) Tetapi orang–orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian–bagian
bumi yang paling bawah.
(63–11) Mereka akan diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing
hutan.
(63–12) Tetapi raja akan bersukacita di dalam Allah; setiap orang, yang bersumpah demi Dia,
akan bermegah, karena mulut orang–orang yang mengatakan dusta akan disumbat.
Renungan
Sebuah surat kabar nasional pernah memuat cerita tentang seorang anak
yang nekad pergi dari Jakarta ke pulau Bangka dengan bermodalkan uang sebesar Rp 35.000 dan
sepeda kesayangannya. Mengapa dia begitu nekad? Perlakuan kasar ibu tiri dan kerinduan akan ibu
kandungnya memotivasi dia untuk melakukan perjalanan jauh itu.
Judul: Haus akan Allah
Daud pernah merasakan kerinduan yang amat kuat kepada Tuhan saat ia berada di padang gurun.
Kerinduannya bagaikan kerinduan akan air saat haus di padang gurun (ayat 2-3) . Dahaga yang tak
terperikan. Ini menggambarkan betapa Daud sangat membutuhkan Allah, yang mulia dan ber-kuasa.
Kehausan Daud akan Allah membangkitkan puji-pujian dari dalam hatinya. Perenungan akan kasih
Allah yang telah memuaskan hidupnya (ayat 6) mengalirkan sorak sorai pujian (ayat 7-8). Perenungan
akan dukungan Tuhan dalam hidupnya, membuat Daud yakin bahwa Allah akan melindungi dia
dalam situasi yang dia tengah hadapi (ayat 10-12) . Daud tahu bahwa Allah akan melepaskan dia dari
musuh-musuhnya, dan karena itu ia bersukacita.
Perenungan akan pribadi dan karya Allah memang membawa penyegaran pada iman kita.
Merenungkan kasih dan setia Tuhan akan memenuhi kebutuhan dasar rohani kita, seperti makanan
dan minuman bagi fisik. Maka bila saat ini Anda sedang merasa seperti berada di padang gurun yang
kering dan gersang, ingatlah pengalaman-pengalaman Anda berjalan bersama Allah. Ingatlah
bagaimana kasih dan kuasa-Nya pernah membuat Anda takjub dan bersukacita. Ingatlah bagaimana
167
pemeliharaan-Nya memampukan Anda menjalani hari demi hari. Maka Anda akan merasakan
sukacita dan puji-pujian memenuhi hati Anda. Iman Anda pun akan disegarkan dan dikuatkan. Karena
itu, ketika Anda mengalami masalah, jangan mau disudutkan oleh masalah itu sendiri. Angkat
pandangan Anda kepada Allah, yang pasti tengah memerhatikan Anda. Yakinlah bahwa Ia tidak
meninggalkan Anda.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 63
Pdt. Thomy J. Matakupan
Melihat Allah
Bagaimana memahami-Nya
ditulis oleh Daud pada saat dia lari dari ancaman Absalom. Pada waktu itu Daud dengan
terpaksa harus pergi meninggalkan Yerusalem. Di tengah perjalanan dia didatangi beberapa rekannya
yang meminta dia mengembalikan Tabut Perjanjian (Ark of the covenant) ke Yerusalem. Daud
menyetujui permintaan tersebut. Dalam kondisi demikianlah lahirlah Mazmur 63 ini. Mazmur 63
memiliki catatan-catatan yang memilukan hati, yaitu pada waktu Daud berkata: Ya Allah, Engkaulah
Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu. Perkataan itu
sangat memilukan karena bagi Daud dan bangsa Israel pada waktu itu, kehadiran Tabut Perjanjian
adalah sama dengan kehadiran dari Allah sendiri. Pada waktu Tabut itu belum kembali ke Yerusalem,
maka Daud dengan segenap hati dan tenaga berusaha untuk mengembalikannya ke Yerusalem.
Ternyata, mereka berhasil membawa Tabut itu kembali ke Yerusalem dan seluruh Israel bersukacita
karenanya. Pada waktu Daud dikejar oleh Absalom, Tabut itu untuk sementara waktu juga keluar dari
Yerusalem, tetapi kemudian harus dikembalikan ke tempat yang seharusnya yaitu di Yerusalem.
Mazmur 63
Mari kita mencoba membayangkan hati yang seperti apa yang ada pada seorang Daud pada waktu
dia memandang Tabut itu harus kembali ke Yerusalem, yang berarti keterpisahannya dengan Allah.
Kalau kita telusuri kata demi kata dalam Mazmur 63 ini, kita akan melihat bagaimana pemazmur
mengkaitkan pengalaman dengan Tuhan tersebut dengan emosinya. Seharusnya kita juga
mempunyai keinginan yang sama yaitu mempunyai relasi yang sedemikian erat dengan Allah, dan
dapat mengucapkan kalimat-kalimat seperti yang dicetuskan oleh Daud, yang menggambarkan
sebuah keintiman/ kedekatan, sebuah keinginan untuk terus melekat kepada-Nya. Tema khotbah
pada hari ini adalah bagaimana kita mengerti tentang mencari Allah.
Hidup rohani kita juga merupakan suatu perjalanan mencari Allah. Dua dasar bagi kita untuk
memikirkan realita konkret dalam mencari Allah yaitu:
kehadiran Allah dalam hidup seseorang bukanlah problema menafsirkan Alkitab melainkan lebih
kepada pengalaman mengalami kebenaran pernyataan Allah di dalam Alkitab.
1)
168
Pada waktu Daud mengeluarkan pernyataan: Ya Allah, Engkaulah Allahku ... berarti ada yang disapa
olehnya. Hal ini jauh melebihi daripada sekedar menafsirkan Alkitab tentang bagaimana Allah
menyatakan Diri. Perkataan Daud berlanjut: ... aku mencari Engkau, ... tidaklah sekedar menunjukkan
problema tempat seperti bermain petak umpet dengan seseorang, Allah tidak pernah bersembunyi,
Allah selalu hadir, yang menjadi masalah adalah kita yang seringkali kehilangan Allah. Jadi janganlah
pernah kita bermain-main dengan iman kepercayaan yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita.
Setiap seruan kepada Allah adalah suatu hal yang serius karena kita sedang menyapa Sang Maha
Tinggi. Allah kemudian memberikan Diri untuk disapa oleh umat-Nya. Inilah pengalaman relasi antara
manusia dengan Allah. Daud bukan sekedar menyapa Allah tetapi dia juga mencari Allah dengan
segenap hidupnya, hatinya, dengan sesungguh-sungguhnya. Ketika sampai pada bagian ini, Daud
mengalami penderitaan dalam jiwanya. Orang yang mencari Allah haruslah mengalami penderitaan
di dalam jiwanya. Inilah titik awal mengalami kebenaran kehadiran Allah. Penderitaan itu akibat
merasakan Allah begitu jauh, seperti hilang.
Kita perlu memeriksa ulang definisi kalimat: aku percaya. Kalimat “aku percaya“ mengandung
konsekuensi yang sangat besar didalamnya yaitu jiwa kita mengalami penderitaan. Banyak kali
kalimat tersebut diatas yang mempunyai jiwa takdir di belakangnya sehingga tidak lagi ada
pergumulan untuk mau mengerti kehendak Tuhan dan mencari Dia, karena semuanya sudah
ditetapkan/ sudah suratan tangan. Hal ini bukan berhenti hanya dalam problema penafsiran Alkitab
karena kalau begitu kita hanya akan bermain dalam wilayah wacana semata. Yang terpenting adalah
bagaimana mengalami kebenaran pernyataan Alkitab. Kalimat “aku percaya“ merupakan kalimat
personal dan merupakan respon personal kepada Allah.
Hadirnya Allah bukan sekedar dalam konteks problema hidup, seperti: konflik relasi, konflik dalam
pekerjaan, dll, melainkan dalam konflik yang lebih antara “aku percaya“ dan “aku tidak percaya“.
Konflik disini adalah antara aku percaya bahwa Dia ada dan aku menghadapi seakan-akan Dia tidak
ada. Konflik ini lebih personal sifatnya dan ini tiap-tiap kali kita hadapi. Di satu sisi kita tahu
kebenaran, di sisi lain kita tidak tahu kebenaran itu seperti apa dan kita tidak tahu caranya. Hal ini
bersifat personal. Allah hadir di dalam konflik internal (konflik jiwa yang muncul dalam hidup kita)!
Mari kita melihat dua aspek tentang hadirnya Allah dalam hidup kita yaitu:
2)
1)
Allah hadir melalui kebutuhan untuk melihat kekuatan dan kemuliaan-Nya.
Istilah melihat Dia, mencari Dia dan percaya kepada Dia, saya samakan artinya. Ketika kita mencari
Tuhan, kita sedang mencari cara untuk percaya kepada Dia. Ketika kita ingin melihat Tuhan, kita ingin
melihat iman kita mempunyai pondasi kepercayaan kepada-Nya. Dari mana semua perasaan itu
muncul? Teologi Reformed mengajarkan bahwa Allah memang menciptakan kondisi demikian
sehingga manusia merasa harus mencari pribadi yang dapat mengisi kekosongan/ ketandusan dari
jiwa ini. Inilah salah satu cara yang dipakai Allah untuk membawa orang kembali kepada Dia.
Apa yang ingin dilihat oleh Daud? Alkitab mengungkapkan dua hal yaitu: a) kekuatan Allah,
b) kemuliaan Allah. Pada saat Daud bertemu dengan kuasa Allah, dia menyadari bahwa dirinya
bukanlah apa-apa dan sepenuhnya bergantung kepada Allah. Pada saat Daud bertemu dengan
kemuliaan Allah, dia menyadari bahwa dirinya sangatlah hina, miskin dan lemah. Inilah resiko ketika
kita mencari Allah. Allah akan memperhadapkan kita pada kondisi kita yang sebenarnya. Di bagian
lain Kitab Mazmur dicatat: Apalah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Dalam hal ini bukanlah
problema materi ataupun psikologi yang dihadapi Daud melainkan problema rohani. Psikologi
169
seringkali membuang Tuhan dari dalamnya dan dalam banyak aspek tidak mengkaitkan dengan
kekekalan. Daud memandang kepada Tuhan di tempat kudus (ayat 3) , berarti memandang dengan
penuh harap dan memohon belas kasihan agar ada kesempatan untuk menemukan-Nya, dan bisa
melihat kekuasaan dan kemuliaan Tuhan. Di sinilah kita menemukan arti kesempatan untuk boleh
mendekati Dia dan melihat kekuatan dan kemuliaan-Nya.
Kekuatan dalam hal ini bukanlah kuasa Tuhan untuk membereskan semua permasalahan yang
terlihat, melainkan kekuatan yang Tuhan berikan untuk bisa menerima kenyataan kalau Tuhan tidak
berkenan kepada keinginan kita. Inilah kebenaran iman yang tidak terelakkan bahwa Tuhan bisa
memilih untuk berkata “tidak“. Hal ini juga merupakan cetusan kebaikan dari Allah.
Melihat kemuliaan Tuhan bukanlah melihat cahaya yang terang. Daud ingin mengetahui kemuliaan
Tuhan, maksudnya adalah ingin beroleh kesempatan untuk memuji-muji Tuhan dengan bibirnya,
untuk bisa memegahkan Tuhan seumur hidupnya. Memuliakan Tuhan adalah pada saat Allah bekerja
dalam hidup kita. Allah bekerja dalam hidup bukanlah untuk menolong orang yang memintanya.
Allah bekerja dalam segala sesuatu adalah bagi Diri-Nya sendiri, untuk menyatakan kemuliaan-Nya
sendiri. Kalau kita menjumpai Dia menolong kita, itu adalah karena kasih karunia-Nya semata. Allah
bekerja untuk kemuliaan-Nya sendiri dengan cara menolong kita. Allah bukanlah pesuruh kita yang
akan menjawab permintaan kita. Ketika kita menjumpai pertolongan-Nya, mau tidak mau kita akan
memuji-muji Dia untuk kasih sayang-Nya. Melihat kemuliaan Tuhan adalah ekspresi dari hati yang
bersyukur, yang keluar dari mulut. Hidup kita hanyalah karena belas kasihan Allah.
2)
Allah hadir melalui kebutuhan melihat kesetiaan Allah.
Allah yang setia berarti Allah tidak pernah berubah dalalm semua keputusanNya dan selalu berada
bersama semua keputusanNya. Kita sulit untuk melihat kesetiaan Allah karena:
a) membolak-balik arti hidup dan kehidupan.
Kita seringkali tidak mengerti bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita, terkadang Allah terus
menambah problema yang kita hadapi, sampai-sampai kita merasa hidup kita tidak berarti lagi.
Hidup tidaklah sama dengan kehidupan. Hidup adalah esensi yang memberi penilaian di dalam
kehidupan. Kehidupan barulah berarti ketika hidup itu memberikan penilaian kepadanya. Hidup
tidaklah bergantung kepada kehidupan. Justru kehidupan yang bergantung pada hidup itu sendiri.
Pada saat penciptaan Tuhan berkata bahwa semuanya itu sungguh amat baik, termasuk setelah
Tuhan memberikan nafas hidup kepada manusia. Setelah itu Tuhan memberikan perintah kepada
manusia untuk menaklukkan, menguasai dan memenuhi bumi. Adam mengerjakan semuanya itu
didalam ketaatan. Setelah dia mengerjakannya, barulah dia menemukan arti dari hidupnya. Ada tiga
aspek yang saling mengkait dalam hal ini yaitu: hidup, ketaatan, dan nilai/arti.
Ketaatan adalah kehidupan, dan yang menjadikan hal itu menjadi mungkin adalah adanya hidup yang
Tuhan berikan sebelumnya. Hidup sangatlah berarti, tetapi kehidupan bisa menjadi tidak berarti.
Orang yang hidupnya disita dengan pikiran bahwa hidupnya tidak berarti, dia tidak akan bisa melihat
kesetiaan Allah.
b) membolak-balik arti baik dan tidak baik.
170
Dari kacamata Allah sajalah kita dapat mengetahui bahwa semuanya itu mendatangkan kebaikan.
Kita seringkali tidak adil yaitu: kita tidak pernah mempertanyakan “mengapa“ ketika sesuatu yang
baik terjadi, tetapi kita punya 1000 pertanyaan atas sesuatu yang tidak baik. Seharusnya kita
bertanya: mengapa Tuhan memberikannya kepada kita? Maka dari itu kehidupan rohani kita menjadi
pincang. Kita sangat ahli untuk mengajukan keberatan tetapi sangat miskin untuk bersyukur. Disini
terlihat betapa rapuhnya kita, kita sangat cepat untuk mencari kesalahan termasuk kesalahan Tuhan.
c) mempertanyakan apa artinya semua ini bagi kita.
Pertanyaan itu menyimpan jiwa egois di belakangnya, karena pertanyaan itu bertolak dari diri
manusia dan ingin agar semua yang baik menurut kita yang terjadi. Kita merasa semua yang Tuhan
perbuat adalah sudah seharusnya kita dapatkan dari Dia. Ucapan syukur akan sangat sulit keluar dari
mulut orang yang seperti ini.
d) mempertanyakan apa maksud Tuhan untukku.
Berani mempertanyakan hal ini berarti harus berani menerima semua konsekuensinya sebab Tuhan
tidak pernah melihat sebuah permintaan dengan main-main. Di balik pertanyaan semacam ini
sebenarnya ada suatu perspektif selektif yaitu kalau maksud Tuhan aman bagi kita maka kita setuju,
tetapi kalau itu mengakibatkan pengorbanan yang besar maka kita tidak setuju.
Tuhan Yesus mengajarkan satu prinsip yaitu: kalau mau tahu Kebenaran, maka kerjakanlah dahulu
Kebenaran yang engkau mengerti, karena disitu engkau baru tahu mengenai Kebenaran itu. Kalau
kita mau tahu kesetiaan Tuhan, maka kita harus setia mengerjakan apa yang Tuhan inginkan.
Pergumulan mencari Tuhan adalah pergumulan mencari dan menemukan kesetiaan Tuhan. Kesetiaan
tersebut akan membuat kita tidak bergeming walaupun masalah terus bertambah. Ketika kita
berhadapan dengan kenyataan itu, secara otomatis mulut kita akan memuji-muji Tuhan dan
memegahkan Tuhan.
Ketika kita berada dalam pencarian akan Allah yang benar, kita akan senantiasa meminta Tuhan
ingatkan kita akan Firman-Nya. Kalau kita bisa seperti itu, hal itu membuktikan kesetiaan Allah ada
dalam hidup kita dan kita menemukan bahwa Tuhan menolong kita untuk berdiri dalam kesetiaan
dengan cara mengingat Firman. Kasih setia Tuhan lebih penting daripada hidup, daripada semua
problema hidup, daripada semua pengejaran dan pencarian kehidupan.
Renungkanlah:
Pelajaran iman apa yang Anda peroleh melalui pengalaman dalam pergumulan Anda dalam
mencari dan mengenal Allah? Sharingkan satu peristiwa yang Anda alami baru-baru ini pada rekan
seiman Anda.
2.
Apa yang Anda mau lakukan di minggu ini bagi sesama supaya mereka juga beroleh anugerah
Allah melalui kesaksian hidup iman percaya Anda. Berdoa dan lakukan komitmen Anda tersebut
dengan tulus.
1.
171
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 64
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (64–2) Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku
mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat.
(64–3) Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang–
orang yang melakukan kejahatan,
(64–4) yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti
panah,
(64–5) untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong–
konyong mereka menembak dia dengan tidak takut–takut.
(64–6) Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak
memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?”
(64–7) Mereka merancang kecurangan–kecurangan: “Kami sudah siap,
rancangan sudah
rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang!
(64–8) Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong–konyong mereka terluka.
(64–9) Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka
menggeleng kepala.
(64–10) Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan–
Nya.
(64–11) Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada–Nya; semua orang
yang jujur akan bermegah.
Renungan
Meski berkerinduan hidup dalam damai, orang percaya tidak
luput dari orang-orang yang bersikap membenci dan memusuhi. Lalu bagaimana kita harus bersikap?
Daud harus menghadapi orang-orang yang berkonspirasi untuk melawan dia (ayat 2-3) . Mereka
menggunakan kata-kata keji untuk melukai dia (ayat 4-5) . Bahkan mereka merancang kejahatan yang
akan ditujukan kepada dia (ayat 6-7) . Oleh karena itu Daud meminta Allah untuk menghakimi musuhmusuhnya. Daud mengharapkan perlindungan Ilahi karena ia yakin bahwa Allah akan menghukum
orang-orang jahat.
Judul:
Allah berkuasa melindungi
Apa yang terjadi kemudian menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa daripada musuh-musuhnya.
Senjata yang telah mereka lontarkan kepada dirinya, yaitu kata-kata yang keji dan jahat, kemudian
dibalikkan Allah (ayat 8-9) . Seolah bumerang yang kembali kepada orang yang melemparkannya.
Pembalasan yang Allah lakukan akan membuat orang menjadi gentar hingga tak berani melakukan
hal yang sama kepada orang pilihan Allah (ayat 10). Namun orang-orang benar akan bersukacita
karena apa yang telah Allah lakukan, dan ini akan memperbarui iman mereka pada Tuhan (ayat 11) .
Ternyata musuh-musuh orang percaya hanya berjaya sebentar saja. Ada saat mereka merasa berada
di atas angin. Namun Tuhan yang perkasa tidak akan membiarkan umat-Nya ditindas kejahatan.
Ketika umat-Nya datang kepada-Nya, saat itulah Ia akan turun tangan dan bertindak menyatakan
kuasa-Nya. Ini menjadi pelajaran bagi kita, orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Ketika
berhadapan dengan orang-orang yang melontarkan perkataan keji, yang menuduh atau memfitnah
172
kita, kita tahu bahwa kita harus menyerahkan masalah itu kepada Allah. Belajar dari pengalaman
Daud, kita dapat meyakini bahwa Allah pasti melindungi kita dan akan membalikkan kejahatan itu
kepada mereka yang melakukannya. Semua itu dilakukan Allah karena Ia ingin menyatakan
kemuliaan dan kuasa-Nya atas si jahat serta untuk kesejahteraan umat-Nya.
173
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 65
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Nyanyian. (65–2) Bagi–Mulah puji–pujian di Sion, ya
Allah; dan kepada–Mulah orang membayar nazar.
(65–3) Engkau yang mendengarkan doa. Kepada–Mulah datang semua yang hidup
(65–4) karena bersalah. Bilamana pelanggaran–pelanggaran kami melebihi kekuatan kami,
Engkaulah yang menghapuskannya.
(65–5) Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di
pelataran–Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah–Mu, di bait–
Mu yang kudus.
(65–6) Dengan perbuatan–perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan Engkau menjawab
kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang menjadi kepercayaan segala ujung
bumi dan pulau–pulau yang jauh–jauh;
(65–7) Engkau, yang menegakkan gunung–gunung dengan kekuatan–Mu, sedang pinggang–Mu
berikatkan keperkasaan;
(65–8) Engkau, yang meredakan deru lautan, deru gelombang–gelombangnya dan kegemparan
bangsa–bangsa!
(65–9) Sebab itu orang–orang yang diam di ujung–ujung bumi takut kepada tanda–tanda
mujizat–Mu; tempat terbitnya pagi dan petang Kaubuat bersorak–sorai.
(65–10) Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat
kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah
Engkau menyediakannya:
(65–11) Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan–gumpalan tanahnya,
dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh–tumbuhannya.
(65–12) Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan–Mu, jejak–Mu mengeluarkan lemak;
(65–13) tanah–tanah padang gurun menitik, bukit–bukit berikatpinggangkan sorak–sorai;
(65–14) padang–padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba,
lembah–lembah
berselimutkan gandum, semuanya bersorak–sorai dan bernyanyi–nyanyi.
Renungan
Apa saja isi doa kita kepada Tuhan? Seberapa banyak yang berisi
permohonan? Adakah saat Anda hanya memuji Tuhan dan mengucap syukur kepada Dia?
Judul: Ingatlah kebaikan Tuhan
Selama beberapa hari kita telah merenungkan mazmur-mazmur Daud yang berisi pengaduan kepada
Tuhan atas masalah-masalah yang dia hadapi. Daud juga mengajukan permohonan agar dia
dilindungi dari musuh-musuh yang menginginkan nyawanya. Namun dalam mazmur ini kita melihat
sesuatu yang berbeda. Mazmur ini merupakan ungkapan syukur dan pujian Daud kepada Tuhan.
Tuhan adalah Tuhan yang bersedia mendengarkan doa-doa umat-Nya (ayat 3) . Tuhan juga membuka
tangan terhadap mereka yang berdosa, bahkan Ia mau mengampuni kesalahan mereka (ayat 4) .
Sebab itu orang akan merespons dengan menepati nazar yang telah mereka ucapkan (ayat 2) .
Daud juga memuji-muji Allah yang telah menjawab doa umat-Nya dengan karya yang begitu luar
biasa (ayat 6-9) . Orang-orang dari seluruh penjuru bumi pun memercayai Dia karena perbuatan-Nya
174
yang ajaib. Namun Tuhan bukan hanya menjawab doa, kasih dan kebaikan-Nya juga nyata melalui
tanah yang subur dan panen yang berlimpah (ayat 10-14) . Bumi diperkaya juga dengan ternak yang
berserak di padang rumput dan keemasan gandum yang menyelimuti lembah. Allah memberkati
bumi dengan begitu banyak hal yang baik sehingga manusia bersukacita. Maka bukankah wajar kalau
sorak sorai pujian dan gegap gempita ucapan syukur dinaik-kan kepada Tuhan?
Coba renungkan, apa yang lebih sering Anda ingat-ingat? Pengalaman pahit dan penderitaan yang
menyesakkan atau kasih dan kebaikan Tuhan yang telah Anda alami dalam perjalanan hidup Anda?
Mana yang lebih sering Anda lakukan: berkeluh kesah karena masalah yang tak kunjung henti atau
mengucap syukur karena campur tangan dan pemeliharaan Allah nyata? Maka sediakanlah waktu
untuk merenungkan perlindungan dan kebaikan Tuhan di sepanjang hidup.
175
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 66
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian Mazmur. Bersorak–sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi,
mazmurkanlah kemuliaan nama–Nya, muliakanlah Dia dengan puji–pujian!
Katakanlah kepada Allah: “Betapa dahsyatnya segala pekerjaan–Mu; oleh sebab kekuatan–Mu
yang besar musuh–Mu tunduk menjilat kepada–Mu.
Seluruh bumi sujud menyembah kepada–Mu, dan bermazmur bagi–Mu, memazmurkan nama–
Mu.” Sela
Pergilah dan lihatlah pekerjaan–pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan–Nya terhadap
manusia:
Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang–orang itu berjalan kaki menyeberangi
sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia,
yang memerintah dengan perkasa untuk selama–lamanya, yang mata–Nya mengawasi bangsa–
bangsa. Pemberontak–pemberontak tidak dapat meninggikan diri. Sela
Pujilah Allah kami, hai bangsa–bangsa, dan perdengarkanlah puji–pujian kepada–Nya!
Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang
memurnikan perak.
Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada pinggang kami;
Engkau telah membiarkan orang–orang melintasi kepala kami, kami telah menempuh api dan
air; tetapi Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas.
Aku akan masuk ke dalam rumah–Mu dengan membawa korban–korban bakaran, aku akan
membayar kepada–Mu nazarku,
yang telah diucapkan bibirku, dan dikatakan mulutku pada waktu aku susah.
Korban–korban bakaran dari binatang gemuk akan kupersembahkan kepada–Mu, dengan asap
korban dari domba–domba jantan; aku akan menyediakan lembu–lembu dan kambing–
kambing jantan. Sela
Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa
yang dilakukan–Nya terhadap diriku.
Kepada–Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.
Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan.
Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia–Nya dari padaku.
Renungan
Banyak orang yang tidak suka melihat masa lalunya, malah
memilih untuk melupakannya saja karena menganggap masa lalunya kelam. Tak ada yang
menyenangkan dan pantas untuk diingat.
Judul: Mari mengingat karya Tuhan
Pemazmur dalam bacaan kita hari ini, begitu bersemangat melihat ulang pengalaman hidup yang
telah dia lalui: Tuhan telah menjawab doa yang dia panjatkan dengan hati nuraninya yang tulus (ayat
16-20) . Tuhan tentu tidak mau mendengar doa orang yang licik dan tidak tulus. Sebab itu pemazmur
176
memuji-muji Allah dan mempersembahkan korban untuk menepati nazar yang telah dia ucapkan
sebelumnya, pada waktu dia mengalami kesusahan (ayat 13-15) .
Pemazmur pun mengajak umat Tuhan untuk mengingat ulang karya-karya Allah dalam perjalanan
sejarah bangsa mereka. Dengan ajaib, Allah telah melepaskan mereka dari kejaran tentara Mesir
(ayat 5-7) . Dengan prajurit bersenjata di belakang mereka dan gulungan ombak di depan mereka,
siapakah yang dapat menyangka sebelumnya bahwa Allah akan membelah laut menjadi jalan yang
terbuka bagi mereka? Ajaib bukan? Maka meskipun pengalaman itu begitu mendebarkan, seolah
nyawa berada di ujung tanduk, pemazmur dengan jelas menyaksikan bahwa Tuhan tidak
membiarkan musuh berjaya atas mereka (ayat 8-12) . Tuhan tidak membiarkan mereka binasa begitu
saja. Oleh sebab itu pemazmur mengajak umat untuk merespons karya Allah yang ajaib itu dengan
puji-pujian dan sorak sorai (ayat 1-4) .
Seberapa sering Anda mengisi ibadah Anda dengan puji-pujian kepada Tuhan? Seberapa sering hati
Anda terangkat karena mengingat ulang karya Tuhan dalam perjalanan hidup? Ketika hidup terasa
menekan, ketika Anda kehilangan sukacita dan memandang dunia dengan kacamata buram, mari
ingat lagi apa yang telah Allah lakukan dalam hidup Semua itu akan menyatakan kebesaran dan kasih
Allah. Dengan mengingat-ingat semua itu, niscaya sukacita akan mengalir dan puji-pujian pun akan
terucap dari bibir Anda.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 66: 16-20
Pdt. Tigor Sitanggang, MTh
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Pujilah Allah yang mendengar dan memperhatikan
engkau
“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan.” Menyanyikan pujian atas segala perbuatan Allah yang
pernah dilakukannya terhadap kita. Apakah alasan kita untuk menyanyikan pujian? Mungkin saja
hidup kita susah, mungkin kita harus bekerja keras, mungkin juga pekerjaan kita kurang berhasil.
Dalam situasi seperti itu bagaimana kita bisa menyanyikan kidung pujian? Nyanyian pujian bisa
dilantunkan bila kita mengingat perbuatan atau apa yang dilakukan-Nya terhadap diri kita. Puji-pujian
merupakan saat kita bernyanyi tentang Allah, pujian yang berhubungan dengan tindakan Allah yang
kita rasakan karena anugerah, dan berkat-Nya; dan ketika kita beribadah kita bernyanyi kepada-Nya.
Pemazmur menikmati berkat Allah bukan formalitas saja tanpa dasar dan penghayatan arti dan
177
makna sesungguhnya, tanpa penghayatan kristiani. Pemazmur merenungkan perbuatan-perbuatan
Allah yang dilakukan-Nya ketika mereka berada di tanah Mesir. Mereka diperbudak dan Allah turun
tangan melalui Musa untuk melepaskan mereka dari kekuasaan pemerintah Mesir. Peristiwa
keluaran tidak dengan serta merta membuat bangsa Israel keluar dari Mesir dan memasuki tanah
pengharapan, tetapi peristiwa itu dipakai Allah untuk mendidik bangsa itu agar semakin mengenal
dan merasakan perbuatan Tuhan dalam hidup mereka. Begitu dahsyatnya perbuatan Tuhan dalam
peristiwa itu yang membuat Firaun tunduk dalam kekuasaan Allah. Bangsa Israel dibebaskan menuju
tanah pengharapan. Keluar dari Mesir meningkatkan nilai kemanusiaan bangsa itu, kepala mereka
bisa tegak berdiri meninggalkan negeri yang telah memperbudak mereka. Umat Tuhan lahir karena
perbuatan Allah di Mesir dan peristiwa Laut Teberau menjadi peristiwa yang tidak terlupakan bangsa
itu dan pemazmur sendiri. Dia tidak pernah melupakan kekuasaan Tuhan. Ditambah lagi, dia sering
mengalami perlindungan dan berkat Allah dalam hidupnya, meski musuhnya banyak dan mengalami
masa-masa sulit dia selalu percaya kepada Tuhan.
Mazmur ini menunjukkan rangkaian antara pujian dan ucapan syukur di dalam doa yang disampaikan
secara pribadi maupun bersama-sama atas peristiwa masa lampau dan masa kini. Kita bisa melihat
dalam ayat 16-19 dan kesimpulan pada ayat 20 dalam kasih karunia Allah atas kebaikan-Nya. Ayat-ayat
itu sebagai kesaksian pribadi yang berdiri di tengah-tengah komunitas peserta ibadah untuk
mengajak semua orang dalam ibadah untuk mensyukuri perbuatan-Nya yang ajaib. Kita melihat
pemazmur bersyukur dan memuji Allah terus secara berulang-ulang. Rasa syukur bisa mengarah
kepada ungkapan pribadi tetapi puji-pujian mengubah doa pribadi menjadi komunal dan meluas.
Memuji Allah memerlukan pemusatan pikiran secara komunal, berbeda dari rasa syukur yang melihat
apa yang telah dilakukan Allah kepadaku. Namun memuji bisa menciptakan jarak antara si pemuji
dan Allah, jadi diperlukan ungkapan rasa syukur untuk melihat peran Allah secara pribadi kepadaku.
Hal itu sangat berhubungan antara pengakuan terhadap perbuatan Allah di masa lampau dengan
tindakan-Nya di masa kini, keberadaannya tidak terpisah namun berbeda cara mengungkapkannya
dan penyataannya meski dari Allah yang sama.
Mazmur ini mengarahkan kita juga kepada peristiwa Paskah. Peristiwa Keluaran diulang dalam
peristiwa kebangkitan Yesus dengan cara baru di mana puji-pujian kita berakar dalam kebangkitanNya dari kubur. Hal-hal yang membuat kita menderita, susah dan berduka berubah kepada kesatuan
dalam kemenangan Tuhan terhadap kematian dan Yesus Kristus tetap hidup di antara orang-orang
percaya. Dia menang atas kuasa dosa, maut dan iblis. Dia mati di kayu salib karena dosa-dosa kita.
Itulah sukacita kita. Itu jugalah doa rasa syukur kita mengingat karya Allah yang begitu besar di masa
lalu dan melihat kuasa yang sama yang bekerja pada masa kini dalam diri setiap orang percaya (umatNya). Bagi orang Jahudi seluruh sejarah kehidupan mereka berhubungan dan dirangkum dalam
peristiwa Keluaran; bagi umat Kristen peristiwa itu terdapat dalam kebangkitan Yesus. Peristiwa
keluaran terjadi kepada bangsa Israel; kebangkitan Yesus terjadi terhadap individu. Namun setiap
orang Jahudi menanggapi peristiwa keluaran itu diulang dalam gerak peristiwa hidup mereka sendiri
secara pribadi. Selanjutnya, umat Kristiani juga akan melihat kebangkitan Yesus berulang dalam
setiap peristiwa hidup mereka secara pribadi dan juga dalam kehidupan bersama sebagai gereja.
Kebaikan Allah yang membawa umat Israel keluar dari perbudakan dan Yesus yang bangkit dari mati
dapat mengantarkan kita keluar dari godaan – depresi, alkohol, sex, agama, hubungan-hubungan,
kerja atau uang. Semua itu dapat dilakukan oleh karena kasih setia (hesed: Ibrani; dan agape: Yunani) dari
178
Allah yang sama. Puji-pujian muncul sebagai tanggapan kita karena kita mengetahui apa yang
dilakukan Allah dalam hidup kita. Apa yang dilakukan-Nya terhadap kita? Semua orang percaya diajak
untuk memuji Allah. Dalam Yesaya 43:21 dijelaskan alasan mengapa kita sebagai ciptaan-Nya harus
memuji Tuhan. Puji-pujian berasal dari hati yang penuh kasih terhadap Allah. Kita mengasihi Allah
karena Dia telah lebih dulu mengasihi kita. Tanpa kasih setia-Nya pujian kita terasa lemah. Kasih itu
lahir dari hubungan kita bersama Tuhan melalui Yesus Kristus yang merupakan bagian terpenting dari
puji-pujian kita. Alkitab juga memberitahu kita bahwa bukan hanya kita yang memuji-Nya tetapi:
segala ciptaan memuji Dia (Mzm. 148:7-10); matahari, bulan dan segala bintang memuji Dia (Mzm 19:1;
148:3) ; para malaikat memuji Dia (Mzm. 148:2) ; bahkan orang-orang yang terhukum dipakai Allah
untuk memuji Dia (Mzm. 76:10); anak-anak juga diajar untuk memuji Dia (Mzm. 78:4) . Pemazmur
memuji Tuhan karena berbagai peristiwa yang telah dilaluinya bersama Tuhan ketika keluar dari
Mesir, melewati Laut Merah dan memasuki tanah perjanjian dengan harapan baru yang lebih baik.
Allah membebaskan umat-Nya agar umat-Nya menikmati hidup yang lebih berarti dan memiliki
tujuan.
Memuji Dia dalam kelemahan kita
Dalam ibadah, orang percaya akan mengaku kebesaran Allah dalam hormat dan rasa takut untuk
merespon kekudusan Allah. Pengakuan itu bukan hanya karena Allah kudus tetapi juga dosa
merupakan beban dalam hidup dan berdampak pada jawaban Allah terhadap doa kita yang
tersembunyi. Jelasnya, agar doa kita cukup efektif, maka dosa harus dihindarkan. Doa berawal dari
pengakuan dosa kita kepada Tuhan. Dalam penderitaan kita perlu berpegang teguh terhadap janji
Tuhan karena Dia adalah Allah Yang Pemurah, yang mau turun tangan menolong kita yang
menderita. Dia turun hingga mati di kayu salib, dan kita melihat anugerah dan kasih karunia-Nya
melalui Kristus. Dengan iman kita memegang teguh perkataan Yesus di kayu salib yang mengatakan
“sudah selesai”. Itu adalah janji-Nya dan bukan hukuman atas dosa-dosa kita, sebab Allah telah
menghukum-Nya. Kita tidak pantas menerima kasih karunia-Nya itu, namun kita menemukannya di
dalam Kristus yang mengaruniakannya kepada kita. Itulah yang dilakukan oleh iman kita, yang dapat
menyembuhkan ketakutan-ketakutan kita dan yang menjadi ungkapan doa dari Pemazmur.
Seorang Lutheran yang suka menulis lagu himne bernama Paul Gerhardt pernah mengalami
kegetiran hidup namun masih mampu menyanyikan lagu pujian karena kasih setia-Nya. Dia
mempunyai lima anak tetapi tiga sudah meninggal ketika masih bayi, dan dia kehilangan satu dari
dua putranya. Dalam situasi yang menyedihkan itu istrinya mulai letih akibat deraan derita dan
cemas. Perlahan-lahan dan dalam waktu yang panjang situasi semakin memburuk dan ibu itu
meninggal dunia. Akhirnya Gerhardt ditinggal bersama satu putranya yang berumur enam tahun
ketika itu. Dalam berbagai peristiwa pahit yang dialaminya itu dia mampu menciptakan lagu-lagu
yang sangat indah. Ada beberapa lagunya dalam Kidung Jemaat salah satu di antaranya nomor 290:
“Takkah Patut ‘Ku Bernyanyi,” dalam ayat pertama kita mendengar:
“Takkah patut ‘ku bernyanyi syukur bagi Tuhanku, kar’na rahmat tak berbanding yang melimpah
selalu? Memang sungguh dan setia, tak terhingga kasih-Nya dan kekal bimbingan-Nya bagi yang
mengabdi Dia. Biar dunia lenyap, kasih Allah ‘kan tetap.”
Nyanyian ini juga ada dalam Buku Ende HKBP, dan merupakan kesaksian kita bersama seperti
Pemazmur. Nyanyian ini sebagai ungkapan perasaan dan iman kita kepada Tuhan. Kalau kita
179
perhatikan doa dan lagu ini mengajak kita untuk bernyanyi seperti Pemazmur:
Marilah, dengarlah … aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku, Allah telah
mendengar, Ia memperhatikan doa yang kuucapkan. Allah tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari
padaku.
Sebagaimana dia mampu mengungkapkan perasaan dan imannya demikian juga dia mampu meraih
anugerah Tuhan karena imannya menguatkan dia. Pada bagian akhir Mazmur ini pemazmur memiliki
keyakinan yang teguh bukan hanya karena Allah tidak menolak doanya tetapi juga karena kasih setiaNya melimpah dalam hidupnya. Demikian juga Paul Gerhardt menutup lagu himnenya dengan
menuliskan:
“Kar’na tak berkesudahan Bapa kasih sayangMu, maka ‘ku bertadah tangan bagai anak padaMu: b’ri
hidupku diiringi oleh kuasa Roh Kudus siang-malam dan terus, agar Dikau kukasihi sampai umurku
genap dan kupuji Kau tetap!”
Dalam hidup pemazmur nyanyian ini berlangsung dalam rasa syukur atas pertolongan Tuhan
melewati penderitaan dan perjalanan panjang dan sulit yang dapat berakibat pada depresi dan putus
asa. Kita berharap bahwa nyanyian dan pujian kita juga akan mengajak kita untuk menyaksikan
bagaimana Allah yang setia akan datang menolong kita. Dalam hidup dan di gereja kita mungkin
mengalami perasaan letih, lesu dan lemah, keadaan seperti itu tidak hanya menyerang anda sendiri,
namun jangan berkepanjangan. Yeremia juga pernah berada dalam situasi yang kacau dan bahan
ejekan orang, dia merasa Allah menipunya dan membuat dia mulai menyerah (Yeremia 20); Paulus juga
merasa ditinggalkan Allah ketika di penjara. Namun dalam seluruh persoalan yang mereka hadapi,
mereka selalu berdoa agar tetap kuat dan mengarahkan pandangannya kepada Yesus Kristus. Ketika
mengalami situasi yang buruk sekalipun dan kita merasa Allah membenci kita, kita ingin diajak oleh
pemazmur untuk mendengar nyanyian ini dan belajar dari pemazmur untuk tetap teguh memegang
janji-Nya, Dia akan mendengarkan doamu dan membebaskan engkau dari keputusasaan.
Memuji Allah Meneguhkan Iman Kita
Pemazmur di sini meyakini tindakan Allah dalam hidupnya mengarahkan dia kepada kebaikankebaikan hidup. Dalam Mazmur 106:12 juga kita bisa melihat ungkapan yang berharga dari umat Israel,
mereka percaya maka mereka bernyanyi. Mereka percaya lalu mereka memuji Allah. Puji-pujian
merupakan unsur dasar bagi iman mereka. Puji-pujian tidak keluar dari mulut dengan sia-sia atau
dengan sembarangan. Iman akan mengarahkan kita kepada puji-pujian. Mungkin kita mengalami
banyak persoalan, susah atau berduka, reaksi umat beriman akan berdoa. Doa membuat iman kita
tumbuh lalu mengarahkan kita kepada pujian. Kalau iman bertumbuh, namun jika tidak melakukan
pujian maka iman akan lenyap.
Kita perlu belajar melakukan pujian. Puji-pujian itu timbul karena kasih setia Tuhan terhadap kita,
dan kata kasih setia dalam kitab Perjanjian Lama ditulis sekitar 250 kali. Kata ini menunjuk kepada
kasih Allah yang setia terhadap segala janji-janji-Nya, dan mempunyai arti yang cukup luas seperti
kemurahan, kebaikan dan panjang sabar. Kebaikan Allah itu mengajar kita untuk tidak tegar tengkuk
seperti bangsa Israel. Dalam buku “The One-Minute Manager,” Kenneth Blanchard memesankan
untuk mengembangkan perilaku “one-minute praising,” di mana para manejer (orang tua, pasutri, dll)
mencoba untuk merangkul seseorang agar melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Mereka
memuji orang itu selama 60 detik untuk hal-hal baik pada diri orang itu. Tindakan itu tidak mudah
180
karena pada kenyataannya kita sering menemukan orang-orang lebih mudah mengecam perilaku
seseorang dalam setiap 60 detik daripada memujinya. Ini juga patut diperhatikan oleh gereja, sebab
sering ditemukan orang-orang yang tidak bisa memuji Tuhan dalam hidupnya. Sebaiknya kita memuji
Tuhan, karena semakin sering kita memuji Dia atas segala hal yang telah diberikan-Nya kepada kita
maka kita semakin kurang untuk mengecam orang lain. Bila kita sering memuji Tuhan dalam ibadah
di gereja maka kita akan melihat kuasa dan Roh-Nya bergerak melalui gereja.
Mendengar dan mengetahui bahwa Allah memperhatikan kita tentu memerlukan iman yang teguh.
Dalam situasi kehidupan yang penuh ketakutan seperti sekarang ini mengakibatkan banyak orang
berada di bawah tekanan mental. Untuk mengatasi keadaan itu banyak orang yang mengonsumsi
obat penenang yang terjual secara resmi. Banyak penyakit menyerang seseorang diakibatkan oleh
stress yang berdampak pada radang pencernaan dan penyakit lainnya karena tekanan rasa takut dan
kecemasan. Para pakar kesehatan berpendapat bahwa 70% pasien yang berobat bukan karena
memiliki masalah gangguan jasmani, tetapi mereka mengalami ketegangan syaraf, tekanan rasa takut
atau khawatir.
Banyak orang menderita dari rasa tidak aman. Pakar kesehatan itu menyarankan agar mereka
mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus. Iman adalah satu-satunya jalan keluar bagi manusia. Iman
kepada Kristus mengarahkan pandangan kita ke arah realitas kekal. Melalui iman kita mengetahui
bahwa dunia ini akan berlalu. Segala sesuatu akan berlalu. Namun, kemurahan dan kasih setia Tuhan
tidak berlalu. Itulah yang membuat kita memuji Tuhan yang tetap mendengar dan memperhatikan
kita.
Amin!
181
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 67
1
2
3
4
5
6
7
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur. Nyanyian. (67–2) Kiranya Allah
mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah–Nya, Sela
(67–3) supaya jalan–Mu dikenal di bumi, dan keselamatan–Mu di antara segala bangsa.
(67–4) Kiranya bangsa–bangsa bersyukur kepada–Mu, ya Allah; kiranya
bangsa–bangsa
semuanya bersyukur kepada–Mu.
(67–5) Kiranya suku–suku bangsa bersukacita dan bersorak–sorai, sebab Engkau memerintah
bangsa–bangsa dengan adil, dan menuntun suku–suku bangsa di atas bumi. Sela
(67–6) Kiranya bangsa–bangsa bersyukur kepada–Mu, ya Allah, kiranya
bangsa–bangsa
semuanya bersyukur kepada–Mu.
(67–7) Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita.
(67–8) Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!
Renungan
Ucapan berkat yang tertulis di ayat 2 cukup akrab bagi kita karena
selalu kita dengar diucapkan oleh pendeta untuk mengakhiri ibadah Minggu. Ucapan berkat ini juga
diucapkan imam pada umat Israel (Bil. 6:24-26) . Ada tiga aspek berkat yang kita lihat dalam bagian itu,
yaitu perlindungan (Bil. 6:24), kasih karunia (Bil. 6:25) , dan damai sejahtera (Bil. 6:26) .
Judul: Untuk orang lain juga
Berkat-berkat itulah yang pemazmur harapkan dari Allah. Berkat itu bisa diperoleh Israel pada saat
Allah berkenan atas mereka (ayat 2) . Namun pemazmur ternyata berbeda dari kebanyakan orang
yang hanya memusatkan berkat untuk diri saja. Pandangannya begitu jauh, melewati pintu-pintu Bait
Allah dan melampaui batas-batas temboknya. Bagi pemazmur, belas kasihan dan berkat Allah harus
mengalir bagi seluruh umat manusia. Maka berkat yang diterima bangsa pilihan Allah, seharusnya
menjadi kesaksian bagi dunia agar dunia mengenal Allah (ayat 3) . Sebab bangsa-bangsa lain pun perlu
mengenal Allah. Mereka juga membutuhkan kasih karunia-Nya. Selanjutnya dari mulut bangsabangsa akan mengalir puji-pujian kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa Dialah Allah dan
Dia berkuasa (ayat 4-6) .
Mari bandingkan pandangan pemazmur tentang berkat dengan pandangan kita, yang hidup di zaman
ini. Banyak ajaran tentang berkat yang dikumandangkan sekarang ini hanya berorientasi pada diri
sendiri. Dan tekanannya adalah pada kemakmuran ekonomi atau keberhasilan dalam bisnis atau
pekerjaan. Akibatnya orang terfokus untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkan berkat, tidak
lagi pada Allah sebagai sumber berkat. Juga tak sampai terpikir bahwa orang lain pun memerlukan
berkat Allah.
Kita, yang telah menerima berbagai berkat Allah, hendaknya tidak menyimpannya hanya untuk diri
sendiri saja. Alamilah kepenuhan anugerah Allah dengan membagikan berita keselamatan, agar
semakin banyak orang yang menikmati anugerah Allah.
182
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 67
Pdt.S.Brahmana
Sumber: GBKP – Klasis Jakarta Bandung
Allah telah memberkati kita
Kehidupan orang percaya tidak terlepas dengan tindakan ataupun kebiasaan “mengucap syukur”.
Ada banyak alasan mengucap syukur. Yang pasti semakin seseorang beriman kepada Tuhan akan
semakin mengucap syukur. Ia tidak hanya mengucap syukur dikarenakan hal-hal besar, atau
mengucap syukur karena mengalami hal-hal seperti yang di harapkan, tetapi juga mengucap syukur
ketika mengalami sesuatu yang tidak seperti yang diharapkan. Memang hal ini tidaklah segampang
diucapkan. Tetapi paling tidak rasul Paulus telah melakukan hal ini . Ia juga manusia sama seperti kita.
Mengapa kita tidak bisa? Apa rahasia kekuatan Paulus? Tidak lain karena ia tahu benar bahwa ia
sudah mengalami hal luar biasa dalam hidupnya yakni penebusan Yesus Kristus atas hidupnya.
Hidupnya yang penuh dosa, yang seharusnya berujung kepada kematian kekal , telah ditebus dengan
harga sangat mahal yakni kematian Yesus di kayu salib. Apakah yang lebih “wah” (lebih besar) dari hal
itu ??? Karena itu mengucap syukur seharusnya menjadi gaya hidup orang percaya. Mengucap syukur
dalam segala hal .
Dalam pembacaan Firman Tuhan, Pemazmur juga sangat menekankan untuk mengucap syukur. Ada
sebanyak empat kali disebutkan agar mengucap syukur. Rupanya pemazmur sangat mengenal Allah.
Bahwa Tuhan itu sangat baik. Ia mengasihi dan memberkati umat-Nya. Dalam ayat 7 (6) pemasmur
mengatakan "Tanah telah memberi hasilnya, Allah, Allah kita, memberkati kita." Karena itu sangat
keterlaluanlah jika umat-Nya tidak mengucap syukur.
Tetapi yang juga perlu kita renungkan ialah apakah ketika kita membuat kegiatan, kebaktian atau apa
pun itu dalam rangka ucapan syukur, kita sungguh-sungguh memahami dan menghayati arti dari
mengucap syukur tersebut? Makna dari mengucap syukur tidak lain sebagai respons dan pengakuan
dari orang percaya bahwa apa yang dialami, apa yang telah dimiliki semuanya bukan karena
kebetulan, bukan karena kekuatan, bukan karena kepintaran kita, tapi semata-mata karena berkat
Allah.
Semuanya karena pertolongan dan campur tangan Allah. Ini penting supaya acara atau pun kegiatan
yang di hubungkan dengan “kebaktian ucapan syukur” tidak sekedar formalitas saja. Sebaliknya
kegiatan seperti ini, kegiatan yang kita percaya menyenangkan hati Tuhan sungguh-sungguh membawa pengaruh kepada orang yang melakukannya, dalam hal ini keluarga Andri Tarigan dalam sikap
hidup pada masa-masa mendatang.
183
Kalau benar penghayatan kita seperti pemazmur dalam ayat 7 (6) renungan kita: “Tanah telah
memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita”, akan membuat kita:
Tetap mempercayakan masa depan kita kepada-Nya.
2. Mempergunakan semua yang telah kita terima bagi kemuliaan Tuhan.
3. Tidak sombong, tidak angkuh dan tidak pelit karena segala sesuatu yang dimiliki di pahami
dan diamini oleh karena Tuhan sudah memberkati.
4. Hidup menurut kehendak Tuhan, bukan sebaliknya.
1.
Sebagaimana difirmankan dalam Matius 6:33 , "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”, mengingatkan kita, bahwa hanya oleh karena
kasih-Nyalah maka kita dapat hidup. Sebab apakah yang menjadi keperluan kita? Apa pun yang kita
perlukan untuk kebahagiaan kita Allah akan memberikannya. Yang penting sebagaimana yang
dikatakan Yesus: carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Titik.
Karena itu ibadah ucapan syukur memasuki rumah baru ini kiranya menjadi kesaksian dari keluarga
akan kebaikan Tuhan, bahwa hanya oleh pertolongan dan berkat Tuhanlah semua ini dapat dimiliki.
Dan kesaksian ini juga kiranya menguatkan kita yang hadir saat ini. Bahwa benar apa yang disaksikan
pemazmur: “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita”. Karena itu marilah
kita senantiasa mengucp syukur atas segala kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
Amin !
184
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 68: 1-19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Nyanyian. (68–2) Allah bangkit, maka terseraklah
musuh–musuh–Nya, orang–orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan–Nya.
(68–3) Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang–orang
fasik binasa di hadapan Allah.
(68–4) Tetapi orang–orang benar bersukacita, mereka beria–ria di hadapan Allah, bergembira
dan bersukacita.
(68–5) Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama–Nya, buatlah jalan
bagi Dia yang
berkendaraan melintasi awan–awan! Nama–Nya ialah TUHAN; beria–rialah di hadapan–Nya!
(68–6) Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman–Nya yang
kudus;
(68–7) Allah memberi tempat tinggal kepada orang–orang sebatang kara, Ia mengeluarkan
orang–orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak–pemberontak tinggal di
tanah yang gundul.
(68–8) Ya Allah, ketika Engkau maju berperang di depan umat–Mu, ketika Engkau melangkah di
padang belantara, Sela
(68–9) bergoncanglah bumi, bahkan langit mencurahkan hujan di hadapan
Allah; Sinai
bergoyang di hadapan Allah, Allah Israel.
(68–10) Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Engkau memulihkan tanah milik–Mu
yang gersang,
(68–11) sehingga kawanan hewan–Mu menetap di sana; dalam kebaikan–Mu Engkau memenuhi
kebutuhan orang yang tertindas, ya Allah.
(68–12) Tuhan menyampaikan sabda; orang–orang yang membawa kabar baik itu merupakan
tentara yang besar:
(68–13) Raja–raja segala tentara melarikan diri, melarikan diri, dan perempuan di rumah
membagi–bagi jarahan.
(68–14) Maukah kamu berbaring di antara kandang–kandang? Sayap–sayap merpati bersalut
dengan perak, bulu kepaknya dengan emas berkilau–kilauan.
(68–15) Ketika Yang Mahakuasa menyerakkan raja–raja di sana, turunlah salju di atas gunung
Zalmon.
(68–16) Gunung Allah gunung Basan itu, gunung yang berpuncak banyak gunung Basan itu!
(68–17) Hai gunung–gunung yang berpuncak banyak, mengapa kamu menjeling cemburu,
kepada gunung yang dikehendaki Allah menjadi tempat kedudukan–Nya? Sesungguhnya
TUHAN akan diam di sana untuk seterusnya!
(68–18) Kereta–kereta Allah puluhan ribu, bahkan beribu–ribu banyaknya; Tuhan telah datang
dari Sinai, masuk ke tempat kudus!
(68–19) Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan–tawanan; Engkau telah
menerima persembahan–persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak–
pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.
185
Renungan
Bagi bangsa Israel, Allah bukan hanya dikenal sebagai Allah
Pencipta saja. Kisah campur tangan Allah saat mereka keluar dari Mesir, membekas kuat dalam
ingatan mereka. Israel, yang begitu lama berada dalam kungkungan Mesir, kemudian bebas merdeka.
Bila bukan karena Allah, mana mungkin identitas mereka sebagai bangsa bisa pulih?
Judul:
Allah dalam hidup umat
Mazmur yang menjadi bacaan hari ini merupakan hasil ingatan akan keperkasaan Allah saat Ia
berhasil mengalahkan tentara Mesir, yang mengejar bangsa Israel. Bagai prajurit tangguh, Allah
berhasil membuat musuh-musuh Israel bertekuk lutut (ayat 2-3) . Musuh-musuh lari tunggang
langgang karena ketakutan (ayat 2) . Mereka kemudian lenyap bagai asap tertiup angin dan hancur
bagai lilin meleleh terbakar api (ayat 3) . Begitulah nasib orang-orang yang memusuhi Allah dan umatNya. Di sisi lain, orang-orang yang berdiri di pihak Allah, yaitu orang-orang benar akan bersukacita
karena hal itu (ayat 4) . Allah, yang berkuasa atas alam semesta itu, memang adalah Pelindung bagi
orang-orang yang lemah dan tertindas (ayat 6) . Pemazmur ingat, waktu Israel membutuhkan
pertolongan, Allah memimpin mereka seperti gembala memimpin kawanan domba. Mereka harus
melalui padang belantara sampai akhirnya mereka dapat tiba di negeri yang dituju (ayat 8-11). Namun
Tuhan tidak berhenti sampai di situ saja. Ia masih tetap terlibat ketika Israel masih harus berperang
dengan para penguasa yang menduduki tanah itu, supaya mereka bisa tinggal di sana (ayat 12-15).
Kehadiran Tuhan di tempat itu digambarkan bagai arak-arakan karena menang perang. Puluhan ribu
kereta kuda disertai dengan tawanan-tawanan yang tertunduk malu karena kalah perang (ayat 16-19) .
Kisah perjalanan hidup Israel sebagai suatu bangsa memperlihatkan karya dan keperkasaan Allah,
juga menunjukkan kepedulian dan campur tangan Allah. Begitu jugakah kisah hidup kita? Bila Anda
ragu untuk mengatakan ya, cobalah tanyakan hati Anda, sudahkah Anda mempersilakan Allah
berkarya sepenuh dan seutuhnya dalam hidup Anda?
186
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 68: 20-36
Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung bagi kita; Allah adalah keselamatan
kita. Sela
(68–21) Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan
dari maut.
(68–22) Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh–Nya, tempurung
kepala yang
berambut dari orang yang tetap hidup dalam kesalahan–kesalahannya.
(68–23) Tuhan telah berfirman: “Dari Basan akan Kubawa kembali, akan Kubawa kembali dari
tempat yang dalam,
(68–24) supaya engkau membasuh kakimu dalam darah, dan lidah anjing–anjingmu mendapat
bagiannya dari pada musuh.”
(68–25) Orang melihat perarakan–Mu, ya Allah, perarakan Allahku, Rajaku, ke dalam tempat
kudus.
(68–26) Di depan berjalan penyanyi–penyanyi, di belakang pemetik–pemetik kecapi, di tengah–
tengah dayang–dayang yang memalu rebana.
(68–27) “Dalam jemaah pujilah Allah, yakni TUHAN, hai kamu yang berasal dari sumber Israel!”
(68–28) Itu Benyamin, yang bungsu, yang berjalan di depan mereka, pemuka–pemuka Yehuda
berbondong–bondong, pemuka–pemuka Zebulon, pemuka–pemuka Naftali.
(68–29) Kerahkanlah kekuatan–Mu, ya Allah, tunjukkanlah kekuatan–Mu, ya Allah, Engkau yang
telah bertindak bagi kami.
(68–30) Demi bait–Mu di Yerusalem, raja–raja menyampaikan persembahan kepada–Mu.
(68–31) Hardiklah binatang–binatang di teberau, kawanan orang–orang kuat, penguasa–
penguasa bangsa–bangsa! Injaklah mereka yang mengejar perak; serakkanlah bangsa–bangsa
yang suka berperang!
(68–32) Dari Mesir orang membawa barang–barang tembaga, Etiopia bersegera mengulurkan
tangannya kepada Allah.
(68–33) Hai kerajaan–kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah, bermazmurlah bagi Tuhan; Sela
(68–34) bagi Dia yang berkendaraan melintasi langit purbakala.
Perhatikanlah, Ia
memperdengarkan suara–Nya, suara–Nya yang dahsyat!
(68–35) Akuilah kekuasaan Allah; kemegahan–Nya ada di atas Israel, kekuasaan–Nya di dalam
awan–awan.
(68–36) Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus–Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan
kekuasaan dan kekuatan kepada umat–Nya. Terpujilah Allah!
19 (68–20)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Renungan
Pindah ke tempat yang baru tidak selalu menyenangkan. Terutama jika
orang-orang di tempat yang baru itu tidak menunjukkan sambutan yang baik.
Judul:
Allah memelihara
Kepindahan Israel ke tanah yang baru juga tidak mudah. Mereka harus menghadapi penduduk asli
dan mempertahankan tanah yang Tuhan anugerahkan. Sebagai pendatang baru, mereka terancam
oleh kekuatan militer kerajaan-kerajaan di sekeliling mereka, yang tidak menyukai kehadiran mereka.
Sebab itu mau tidak mau Israel harus berperang, karena itulah cara pemecahan konflik antar bangsa
187
yang berlaku pada waktu itu. Namun Israel, yang selain memiliki identitas sebagai sebuah bangsa
juga berstatus sebagai umat Allah, sadar benar bahwa pengharapan dan tempat perlindungan
mereka hanya Allah saja. Walau tak punya bala tentara, pemazmur tahu bahwa hanya dengan
tergantung pada kemenangan Allah saja maka mereka akan selamat. Untuk itu pemazmur
mengingat-ingat kejayaan dan pertolongan Allah di masa silam, agar umat tidak gentar menghadapi
musuh. Sebaliknya mereka akan memiliki keyakinan bahwa hanya Allah yang sanggup melepaskan
umat-Nya dari maut (ayat 20-21) .
Mengingat Allah hanya di kala sulit memang tidak dian-jurkan. Namun bukan berarti bahwa kita tidak
boleh meminta tolong pada Tuhan, karena mengandalkan Tuhan di saat sulit adalah bagian iman kita.
Mazmur ini mengajar kita untuk datang kepada Allah saat hidup sarat dengan berbagai beban yang
menekan. Berada di tengah kuasa-kuasa yang berusaha menekan kita, maka harapan kita seharusnya
dijangkarkan pada Tuhan yang berkuasa mengalahkan musuh-musuh-Nya. Marilah kita menjadikan
hidup sebagai buku cerita yang berisi kisah pertolongan dan karya Allah di sepanjang hidup. Dan isi
juga hidup Anda dengan puji-pujian tentang kasih setia dan kebesaran-Nya, sehingga orang lain pun
dapat takjub menyaksikannya dan kemudian ikut memuliakan Tuhan. Oleh karena itu, buka hidup
Anda bagi Tuhan dan persilakan Dia berkarya dan menunjukkan kejayaan-Nya pada Anda.
188
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 69: 1-19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari Daud. (69–2) Selamatkanlah aku, ya
Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku!
(69–3) Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah
terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku.
(69–4) Lesu aku karena berseru–seru, kerongkonganku kering; mataku
nyeri karena
mengharapkan Allahku.
(69–5) Orang–orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di
kepalaku; terlalu besar jumlah orang–orang yang hendak membinasakan aku, yang memusuhi
aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas.
(69–6) Ya Allah, Engkau mengetahui kebodohanku, kesalahan–kesalahanku tidak tersembunyi
bagi–Mu.
(69–7) Janganlah mendapat malu oleh karena aku orang–orang yang menantikan Engkau, ya
Tuhan, ALLAH semesta alam! Janganlah kena noda oleh karena aku orang–orang yang mencari
Engkau, ya Allah Israel!
(69–8) Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda meliputi mukaku.
(69–9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara–saudaraku, orang asing bagi anak–anak ibuku;
(69–10) sebab cinta untuk rumah–Mu menghanguskan aku, dan kata–kata yang mencela Engkau
telah menimpa aku.
(69–11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itupun menjadi cela bagiku;
(69–12) aku membuat kain kabung menjadi pakaianku, aku menjadi sindiran bagi mereka.
(69–13) Aku menjadi buah bibir orang–orang yang duduk di pintu gerbang, dengan kecapi
peminum–peminum menyanyi tentang aku.
(69–14) Tetapi aku, aku berdoa kepada–Mu, ya TUHAN, pada waktu Engkau berkenan, ya Allah;
demi kasih setia–Mu yang besar jawablah aku dengan pertolongan–Mu yang setia!
(69–15) Lepaskanlah aku dari dalam lumpur, supaya jangan aku tenggelam, biarlah aku
dilepaskan dari orang–orang yang membenci aku, dan dari air yang dalam!
(69–16) Janganlah gelombang air menghanyutkan aku, atau tubir menelan aku, atau sumur
menutup mulutnya di atasku.
(69–17) Jawablah aku, ya TUHAN, sebab kasih setia–Mu baik, berpalinglah kepadaku menurut
rahmat–Mu yang besar!
(69–18) Janganlah sembunyikan wajah–Mu kepada hamba–Mu, sebab aku tersesak; segeralah
menjawab aku!
(69–19) Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh–musuhku.
Renungan
Ada seorang ibu yang banyak menderita. Ia
pernah mengalami sakit hebat karena kecelakaan saat mengerjakan urusan rumahtangga. Ia pernah
menderita fisik karena harus bekerja keras mencari tambahan nafkah sesudah suaminya pensiun. Ia
pernah mengalami ketidakadilan. Puji Tuhan, dalam anugerah ia dapat mengatasi semua itu.
Judul:
Karena Engkau, aku menanggung cela
189
Pemazmur menderita lebih berat lagi. Penderitaan apakah yang dia gambarkan sebagai banjir atau
rawa yang membuat dia nyaris tenggelam (ayat 2-3) ? Yang membuat ia berdoa tanpa henti dan
karena begitu sering berkeluh-kesah membuat kerongkongannya kering dan matanya nyeri (ayat 4)?
Ia sadar bahwa ia adalah manusia biasa yang berdosa (ayat 6) . Namun jelas bahwa penderitaan yang
dia tanggung bukanlah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya. Ia menderita karena keberpihakannya
kepada Allah membuat orang membenci dia. Dan dunia ini kejam sekali. Mereka berkomplot
melawan orang yang mengasihi Allah (ayat 5) . Bahkan, entah karena ikut berkomplot atau karena
takut terkena "getah," sanak saudaranya ikut membuang dia (ayat 9) . Itulah penderitaan terberat,
karena orang-orang terdekat menganggap dia sebagai orang berbahaya dan harus disingkirkan. Ia
juga jadi objek sindiran (ayat 13) .
Penderitaan, dalam terang Alkitab adalah senjata Allah menangguhkan iman (lih. Rm. 5:3-5; 1 Ptr. 1:67) . Dalam hal pemazmur, penderitaan membuat dia rindu akan pemulihan rohani yang bukan untuk
kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain. Ia mengharapkan pelepasan supaya orang
beriman lainnya tidak tawar hati (ayat 7) . Namun berkat terindah dari menanggung cela karena Allah
ialah penegasan iman kepada perkenan Allah, kasih setia-Nya, dan pertolongan-Nya (ayat 14). Irama
sumbang para pengejeknya kini menyingkir menjadi latarbelakang yang tak berarti. Orang yang
menderita ini masuk ke dalam hadirat kasih anugerah Allah yang ajaib. Kepada Allah, ia
mempertaruhkan kasusnya. Dari Allah, ia beroleh peluputan yang mengalir semata dari anugerah
perjanjian Allah yang terpercaya!
190
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 69: 20-37
Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku; semua lawanku ada di hadapan–Mu.
(69–21) Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan,
tetapi sia–sia, menantikan penghibur–penghibur, tetapi tidak kudapati.
(69–22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi
aku minum anggur asam.
(69–23) Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat, dan selamatan mereka menjadi
perangkap.
(69–24) Biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat; buatlah pinggang
mereka goyah senantiasa!
(69–25) Tumpahkanlah amarah–Mu ke atas mereka, dan biarlah murka–Mu yang menyala–nyala
menimpa mereka.
(69–26) Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah–kemah mereka tidak ada
penghuninya.
(69–27) Sebab mereka mengejar orang yang Kaupukul, mereka menambah kesakitan orang–
orang yang Kautikam.
(69–28) Tambahkanlah salah kepada salah mereka, dan janganlah sampai Engkau membenarkan
mereka!
(69–29) Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama–
sama dengan orang–orang yang benar!
(69–30) Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada–Mu, ya Allah, kiranya
melindungi aku!
(69–31) Aku akan memuji–muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan
nyanyian syukur;
(69–32) pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan
yang bertanduk dan berkuku belah.
(69–33) Lihatlah, hai orang–orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari
Allah, biarlah hatimu hidup kembali!
(69–34) Sebab TUHAN mendengarkan orang–orang miskin, dan tidak memandang hina orang–
orang–Nya dalam tahanan.
(69–35) Biarlah langit dan bumi memuji–muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya.
(69–36) Sebab Allah akan menyelamatkan Sion dan membangun kota–kota Yehuda, supaya
orang–orang diam di sana dan memilikinya;
(69–37) anak cucu hamba–hamba–Nya akan mewarisinya, dan orang–orang yang mencintai
nama–Nya akan diam di situ.
19 (69–20)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Renungan
"Tindaklah mereka, ya Allah" Anda pernah merasakan kejamnya sesama? Ada pemikir
pernah mengatakan bahwa manusia adalah serigala terhadap sesamanya. Dan ini benar terbukti
dalam banyak pengalaman kita. Ini pulalah yang diutarakan pemazmur.
Judul:
191
Dalam pembacaan kemarin, pemazmur mengeluhkan ke-jamnya sesama yang menjadikan dirinya
menjadi objek gosip. Ketika berharap belas kasihan, yang ia dapat nihil! Ketika mencari penghiburan,
ia malah menerima racun! Bahkan orang-orang itu bersyukur karena pemazmur menderita (ayat 23).
Ada tiga respons pemazmur yang bisa kita tiru:
Pertama, berulang kali ia menyebut bahwa Allah "mengenal" celaku, maluku, dan nodaku (ayat 20).
Penderitaan jadi alat yang memperdalam pengenalan akan Tuhan, mempertebal kesadaran bahwa
pertolongan hakiki datang dari Allah bukan dari manusia. Kini ia tidak saja mengakui kasih setia dan
pertolongan Allah, ia juga mengenali keterlibatan Allah dalam hidupnya.
Kedua, pemazmur memohon agar Tuhan bertindak. Antara membela yang benar dan menghukum
orang yang menyebabkan penderitaan orang benar, tidak dapat dipisahkan. Maka pemazmur
meminta agar amarah Tuhan dicurahkan (ayat 25 dst.). Namun jangan kira bahwa doa ini keluar dari
hati yang membenci, melainkan dari hati yang sadar bahwa kemuliaan Allah sendiri yang
dipertaruhkan. Jika Allah menegakkan kemuliaan, tentu akan ada hukuman setimpal!
Ketiga, betapa indah bahwa ratapan melalui gumulan doa yang dalam berangsur menjadi pujian (ayat
30-37) . Ini bukan kesukaan karena kemenangan pribadi. Pemazmur menaikkan pujian yang
menegaskan kebenaran, kesetiaan, kebaikan, keadilan Allah (ayat 34) , juga supaya orang lain
dikuatkan iman oleh kesaksian pujiannya (ayat 33) . Pujian demikian menyukakan Allah dan bernilai
lebih indah daripada persembahan kurban. Melalui penderitaan, pemazmur dimungkinkan
menaikkan pujian dengan dimensi yang makin dewasa. Ia menjadi bagian dari paduan suara kosmis
(ayat 35) , dan menatap jauh ke depan dalam pengharapan eskatologis (ayat 36-37) .
192
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 70
1
2
3
4
5
Untuk pemimpin biduan. Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan. (70–2)
Ya Allah, bersegeralah melepaskan aku, menolong aku, ya TUHAN!
(70–3) Biarlah mendapat malu dan tersipu–sipu mereka yang ingin mencabut nyawaku; biarlah
mundur dan kena noda mereka yang mengingini kecelakaanku;
(70–4) biarlah berbalik karena malu mereka yang mengatakan: “Syukur, syukur!”
(70–5) Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau;
biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada–Mu selalu berkata: “Allah itu besar!”
(70–6) Tetapi aku ini sengsara dan miskin—ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang
menolong aku dan meluputkan aku; ya TUHAN, janganlah lambat datang!
Renungan
Suatu ketika di saat retret saya mengalami pengalaman
menakutkan. Dalam cuaca buruk, tiba-tiba listrik padam. Karena sudah larut malam dan langit gelap,
padamnya listrik menyebabkan kegelapan yang begitu pekat. Saya tidak dapat melihat apapun, jarijari sendiri pun tidak. Kegelapan itu menimbulkan kesesakan dan ketakutan. Celakanya tidak ada
persediaan alat penerang yang dapat diusahakan. Pengalaman ini sedikit membantu saya untuk
dapat membayangkan perasaan pemazmur. Pengalaman apa yang menyebabkan pemazmur
berteriak agar Allah segera bertindak?
Judul: Segeralah, lepaskan aku!
Meski tidak dijelaskan apa persisnya peristiwa yang ia alami, tentu hal itu begitu mengerikan sampai
ia berteriak agar Allah segera menolong. Awal dan akhir doanya adalah teriakan: "Bersegeralah ya
Allah, lepaskan aku. Tolong aku!" Jangan berlama-lama Tuhan, sebab kegelapan ini sudah
menyelubungiku. Maut, o Tuhan, sedang mengintai hendak merenggut nyawaku. Jika Allah mengulur
waktu, apa yang akan terjadi? Musuh sudah dekat. Mereka bernafsu mencelakaiku!
Teriakan pemazmur tidak sekadar menyangkut kepen-tingan keselamatannya pribadi. Ia mengaitkan
kondisinya dengan kondisi iman orang lain, juga dengan "reputasi" Allah sendiri. Pengalamannya ini
bersifat rohani. Musuh bukan saja ingin mencelakakan dirinya, tetapi juga mau menggoncangkan
iman umat Allah. Namun lebih jahat lagi dari itu, di balik semua pencobaan, aniaya, dan tekanan dari
si musuh, ada niat musuh ingin mempermalukan Allah. Oleh karena itu, pemazmur memohon jangan
sampai musuh beria-ria (ayat 4), tetapi agar situasi itu dibalikkan oleh Allah. Supaya umat Allah
melihat kenyataan dari yang mereka imani, bahwa Allah hidup, bertindak sesuai kasih dan
kebenaran-Nya.
Apa jadinya bila Allah tidak saja menunda malah meninggalkan kita? Itulah kengerian yang tak
tertanggungkan. Tetapi itu justru dialami oleh Yesus. Ia menanggung itu supaya kegelapan ngeri
maut akibat dosa tak perlu kita alami lagi! Maka jangan pernah kembali lagi ke dalam gelap dosa.
193
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 71
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Pada–Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali–kali aku mendapat malu.
Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan–Mu, sendengkanlah telinga–Mu
kepadaku dan selamatkanlah aku!
Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku;
sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.
Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang–orang lalim dan
kejam.
Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.
Kepada–Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkau telah mengeluarkan aku dari
perut ibuku; Engkau yang selalu kupuji–puji.
Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib, karena Engkaulah tempat perlindunganku yang
kuat.
Mulutku penuh dengan puji–pujian kepada–Mu, dengan penghormatan kepada–Mu sepanjang
hari.
Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku
habis.
Sebab musuh–musuhku berkata–kata tentang aku, orang–orang yang mengincar nyawaku
berunding bersama–sama
dan berkata: “Allah telah meninggalkan dia, kejar dan tangkaplah dia, sebab tidak ada yang
melepaskan dia!”
Ya Allah, janganlah jauh dari padaku! Allahku, segeralah menolong aku!
Biarlah mendapat malu dan menjadi habis orang–orang yang memusuhi jiwaku; biarlah
berselubungkan cela dan noda orang–orang yang mengikhtiarkan celakaku!
Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji–pujian kepada–Mu;
mulutku akan menceritakan keadilan–Mu dan keselamatan yang dari pada–Mu sepanjang hari,
sebab aku tidak dapat menghitungnya.
Aku datang dengan keperkasaan–keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya
keadilan–Mu saja!
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan
perbuatan–Mu yang ajaib;
juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya
aku memberitakan kuasa–Mu kepada angkatan ini, keperkasaan–Mu kepada semua orang
yang akan datang.
Keadilan–Mu, ya Allah, sampai ke langit. Engkau yang telah melakukan hal–hal yang besar, ya
Allah, siapakah seperti Engkau?
Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan
menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku
kembali.
Engkau akan menambah kebesaranku dan akan berpaling menghibur aku.
Akupun mau menyanyikan syukur bagi–Mu dengan gambus atas kesetiaan–Mu, ya Allahku,
menyanyikan mazmur bagi–Mu dengan kecapi, ya Yang Kudus Israel.
194
23
24
Bibirku bersorak–sorai sementara menyanyikan mazmur bagi–Mu, juga jiwaku yang telah
Kaubebaskan.
Lidahku juga menyebut–nyebut keadilan–Mu sepanjang hari, sebab akan mendapat malu dan
tersipu–sipu orang–orang yang mengikhtiarkan celakaku.
Renungan
Dalam cerita-cerita silat kita membaca bahwa ilmu
silat yang tinggi dimiliki oleh pesilat berusia lanjut. Karena penguasaan ilmu yang makin tinggi, maka
semakin lanjut usia semakin ia perkasa. Kita tahu bahwa ini tidak masuk akal, tetapi semacam takhyul
belaka. Namun apa yang tidak benar ini kerap kita pegang dalam cara kita melihat kehidupan
beriman. Kita kira bahwa jika sudah beriman sejak muda bahkan sejak kanak-kanak, pastilah di masa
tua kondisi kehidupan beriman kita akan tangguh. Seumpama pesilat yang tenaga dalamnya makin
mendekati sempurna, maka kita berpikir begitu juga kehidupan iman orang berusia lanjut.
Judul:
Jangan buang aku pada masa tuaku
Kesaksian pemazmur menyatakan bahwa harapan tadi adalah lamunan kosong. Bukan saja berbagai
ancaman yang datang tidak berkurang, tetapi makin berbahaya (ayat 4) . Meski sudah beriman sejak
muda dan terus setia sampai tua, tetapi kondisi fisik melemah termakan usia sedikit banyak
mempengaruhi ketangguhan mental orang yang lanjut usia. Maka pemazmur memohon agar Allah
meluputkan dia dari cengkeraman orang keji, dari ejekan mereka (ayat 11). Ia memohon agar
kekhawatiran manusiawi bahwa Allah akan membuang dia dengan jalan tidak menolongnya ketika
kekuatannya semakin merosot bersama dengan bertambahnya usia, tidak terjadi.
Semakin hari usia makin bertambah. Mungkin sekarang belum, tetapi kelak kita akan menjadi tua.
Saat itu ada masalah khas yang akan kita alami. Daya ingat dan konsentrasi mengalami penurunan.
Suasana hati dipengaruhi emosi yang turun naik karena berbagai kemerosotan fungsi tubuh. Si
musuh dengan berbagai taktik masih akan terus menyerang, menggoda, menghimpit kita. Lalu
akankah kita terkapar? Tidak! Vitalitas iman kita tidak tergantung pada kondisi manusiawi kita, tetapi
pada Sang gunung batu (ayat 3) yang telah menopang sejak kita dalam kandungan ibu (ayat 6) dan
sampai kita tua Ia tidak berubah (Yes. 46:4) . Maka saat kegentingan usia lanjut mulai mengintip,
hanya dalam keperkasaan Allah kita dimampukan untuk memasyhurkan nama-Nya (ayat 15, 22) .
195
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 72
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Dari Salomo. Ya Allah, berikanlah hukum–Mu kepada raja dan keadilan–Mu kepada putera
raja!
Kiranya ia mengadili umat–Mu dengan keadilan dan orang–orang–Mu yang tertindas dengan
hukum!
Kiranya gunung–gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit–bukit membawa
kebenaran!
Kiranya ia memberi keadilan kepada orang–orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong
orang–orang miskin, tetapi meremukkan pemeras–pemeras!
Kiranya lanjut umurnya selama ada matahari, dan selama ada bulan, turun–temurun!
Kiranya ia seperti hujan yang turun ke atas padang rumput, seperti dirus hujan yang
menggenangi bumi!
Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak
ada lagi bulan!
Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!
Kiranya penghuni padang belantara berlutut di depannya, dan musuh–musuhnya menjilat
debu;
kiranya raja–raja dari Tarsis dan pulau–pulau membawa persembahan–persemb kiranya raja–
raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti!
Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya!
Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan
orang yang tidak punya penolong;
ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang
miskin.
Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di
matanya.
Hiduplah ia! Kiranya dipersembahkan kepadanya emas Syeba! Kiranya ia didoakan senantiasa,
dan diberkati sepanjang hari!
Biarlah tanaman gandum berlimpah–limpah di negeri, bergelombang di puncak pegunungan;
biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon, bulir–bulirnya berkembang bagaikan rumput di
bumi.
Biarlah namanya tetap selama–lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada
matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia
berbahagia.
Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!
Dan terpujilah kiranya nama–Nya yang mulia selama–lamanya, dan kiranya kemuliaan–Nya
memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.
Sekianlah doa–doa Daud bin Isai.
Renungan
Salomo dikenal juga karena doanya memohon hikmat dan bukan harta
kekayaan. Mazmur dari Salomo ini tampak senada dengan doanya itu. Mazmur ini merupakan
Judul: Allah memerintah
196
permohonan agar Tuhan menganugerahkan kemampuan kepada raja untuk memerintah dengan adil
dan benar (ayat 1-4) . Karena raja yang adil dan benar akan mendatangkan kesejahteraan bagi
rakyatnya, bagai hujan yang memberi kesuburan pada tanah (ayat 6) .
Salomo juga meminta agar kekuasaannya diperluas. Namun permohonan ini bukan didasarkan pada
ketamakan atau karena gila kuasa. Ia menginginkan kerajaannya memiliki pengaruh luas karena
punya misi khusus, yakni agar ia dapat menyebarkan keadilan dan kebenaran di seluruh muka bumi
(ayat 8-14) . Tentu saja semua itu bertujuan agar semakin banyak orang yang dapat menikmati
kesejahteraan hidup. Dan sebagai balasan, rakyat akan menyampaikan ucapan terima kasih mereka
melalui berbagai persembahan, pujian, dan juga doa. Karena raja telah memberikan pengaruh yang
baik, tanahnya akan makmur mendatangkan panen yang melimpah.
Di balik sang raja, pemazmur melihat Tuhan Allah. Meski mazmur ini banyak menuliskan puji-pujian
kepada sang raja, tetapi sesungguhnya pujian itu hanya layak dinaikkan kepada Allah, yang telah
memilih raja. Karena pemerintahan raja sesungguhnya adalah pemerintahan Allah.
Alangkah indahnya memiliki pemerintah yang demikian, yang sadar akan misi yang diemban, yaitu
mengupayakan terwujudnya kesejahteraan rakyat; yang sadar siapa dirinya di hadapan Allah, yang
memerintah alam semesta.
Saat kampanye menjelang pemilihan umum, biasanya banyak orang/partai yang meng-umandangkan
rayuan gombal yang bertujuan agar kita memilih orang/partai tertentu. Namun bila orang/partai itu
terpilih, apakah janji-janji itu akan ditepati? Maka bagi kita, mazmur Salomo merupakan contoh
tentang bagaimana seharusnya kita berdoa dan mengharapkan pemerintahan Tuhan berlangsung di
dunia.
197
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 73: 1-14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mazmur Asaf. Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang
bersih hatinya.
Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir.
Sebab aku cemburu kepada pembual–pembual, kalau aku melihat kemujuran orang–orang
fasik.
Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;
mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan.
Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap–luap dengan sangkaan.
Mereka menyindir dan mengata–ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka
dengan tinggi hati.
Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.
Sebab itu orang–orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang
berlimpah–limpah.
Dan mereka berkata: “Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang
Mahatinggi?”
Sesungguhnya, itulah orang–orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang
selamanya!
Sia–sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak
bersalah.
Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
Renungan
Bagaimana perasaan Anda bila melihat orang yang tidak
mengenal Tuhan, bahkan menghujat nama-Nya, memiliki hidup makmur dan berjaya, sementara
anak-anak Tuhan hidup terhina seolah kena kutuk?
Judul: Jangan keliru memahami Allah
Pada perikop ini, pemazmur mengungkapkan kegalauan hatinya karena apa yang ia yakini tentang
Allahnya berbeda jauh dengan apa yang ia alami. Dia tahu Tuhan baik kepada anak-anak-Nya yang
hidup tulus, tetapi apa balasannya? Ternyata kebersihan hati dan perilaku salehnya tidak
mendapatkan balasan kebaikan, malah sepertinya ia sedang dihukum Tuhan (ayat 13-14). Sementara
mereka yang tidak mengenal Tuhan terlihat diberkati dengan begitu limpah (ayat 4-5, 12) . Padahal
merekalah yang hidup penuh dosa melakukan berbagai perbuatan yang melawan Allah dan hukumNya. Sikap mereka sombong seakan Allah tidak akan tahu segala kejahatan mereka.
Pemazmur mengakui bahwa ia hampir saja menyangkali Tuhan karena kecemburuannya terhadap
keberuntungan orang berdosa (ayat 2-3) . Apa sebenarnya kekeliruan pemazmur sehingga hampir
jatuh? Pemazmur mengukur Tuhan dengan memakai ukuran dunia. Bahwa kalau ia melakukan
berbagai hal yang baik maka Tuhan wajib memberkatinya. Ini sama sekali keliru. Berbuat baik adalah
kewajiban manusia ciptaan Tuhan. Jadi kalau berbuat baik lalu mengharapkan upah, kita akan
terjebak dengan cara-cara dunia. Bukankah orang fasik juga berupaya keras untuk mendapatkan
198
berkat dengan cara mereka sendiri. Mereka mencuri, merampas, menfitnah demi keuntungan
sendiri, dan mereka mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berkat! Syukur pemazmur segera
disadarkan dari cara berpikir yang keliru dan fatal ini.
Di perikop berikut, pemazmur memaparkan dengan gamblang bahwa Tuhan tetap setia dan adil.
Kalau Anda sedang mengalami apa yang pemazmur alami dan rasakan, jangan buru-buru mengambil
kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak berdaulat.
199
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 73: 15-28
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Seandainya aku berkata: “Aku mau berkata–kata seperti itu,” maka sesungguhnya aku telah
berkhianat kepada angkatan anak–anakmu.
Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku,
sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka.
Sesungguhnya di tempat–tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur.
Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan!
Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang
hina.
Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk–nusuk rasanya,
aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat–Mu.
Tetapi aku tetap di dekat–Mu; Engkau memegang tangan kananku.
Dengan nasihat–Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam
kemuliaan.
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di
bumi.
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah
selama–lamanya.
Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada–Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang,
yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan
ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan–Nya.
Renungan
Keraguan dan kebimbangan bisa meracuni iman orang
percaya. Akan tetapi, mengakui ketidakmampuan untuk mengerti sehingga berserah kepada Tuhan
membuka peluang untuk diajar Tuhan. Itulah yang pemazmur ungkapkan dalam perikop ini.
Judul:
Melihat dari kaca mata Allah
Saat pemazmur tidak mengerti, ia tidak tergesa-gesa menyimpulkan dan mempersalahkan Tuhan
(ayat 15-16) . Sebaliknya, ia menghampiri Allah dengan masuk ke bait-Nya yang kudus untuk berdoa.
Maka Tuhan menyatakan jawaban-Nya. Ketika Tuhan memperlihatkan realitas sejati, pemazmur
kembali kepada imannya yang semula. Dia belajar bahwa Tuhan adil dan kefasikan akan
mendapatkan balasannya. Orang fasik hanya menimbun murka Allah karena perbuatannya yang
jahat (ayat 18-20) . Di mata Allah perbuatan orang fasik sia-sia, seperti “sekam yang ditiupkan angin”
(Mzm. 1:4) .
Oleh karena itu pemazmur belajar berserah kepada Tuhan dan bertekun dalam kesetiaan kepadaNya. Saat hidup di dunia ini tidak tertahankan, lalu muncul godaan untuk iri atau membalas
perbuatan orang fasik, ia mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan mendekat pada Tuhan dan
mendengarkan nasihat-Nya, pemazmur belajar fokus pada hal-hal mulia. Dia belajar bahwa segala
kejahatan pasti akan mendapat balasan (ayat 27) , dan anak Tuhan sejati akan menikmati hadirat
Tuhan sehingga kelak bisa mengisahkan perbuatan baik-Nya kepada orang lain (ayat 28) .
200
Memang saat kita menyaksikan berbagai ketidakadilan merajalela bagai tak terkendali, hati kita bisa
menjadi muak, tawar hati, atau bahkan marah. Jangan biarkan situasi sekeliling Anda mendikte
perasaan Anda. Sebaliknya biarkan damai sejahtera Allah mengalir dalam hidup Anda. Ingat tiada
kejahatan yang abadi, suatu saat pelakunya harus menghadap takhta pengadilan Allah untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anak-anak Tuhan yang bertahan setia sampai akhir akan
menerima mahkota kemuliaan di surga kekal. Amin!
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 73 (1)
Pdt. Effendi Susanto STh.
Krisis iman
Kitab Mazmur membagi 150 mazmur di dalam lima jilid dan banyak penafsir melihat bahwa
pembagian ini memiliki maksud tertentu. Jilid 1 dan 2 yaitu Mzm.1-72 mengangkat satu konsep
kepercayaan iman orang Israel yang dinyatakan di dalam Mzm. 1 , “Diberkatilah orang yang benar. Dia
seperti pohon yang ditanam di tepi aliran sungai, hidupnya pasti akan bertumbuh indah. Tuhan betulbetul baik terhadapnya.” Ini adalah satu kredo (syahadat), satu pengakuan iman. Allah itu Gembala
yang baik. He is good. Blessed are those who are pure in heart. Apapun yang dia lakukan akan
diberkati oleh Tuhan.
Begitu masuk ke dalam Mzm. 73 kita menemukan mazmur ini tetap mengangkat konsep kepercayaan
iman yang sama: Truly, God is good to those who are pure in heart. Allah itu baik adanya kepada
mereka yang hatinya tulus dan jujur. Tetapi Mzm. 73 mengangkat satu topik yang baru yaitu topik
yang mempertanyakan mengapa kredo imanku kepada Tuhan ini memiliki gap yang besar di dalam
realita dan kenyataannya? Saya pergi ke gereja. Saya menerima kredo (syahadat) yang diajarkan di
gereja: Allah baik. Jadilah orang baik, jadilah orang yang hidup lurus, jadilah orang yang takut akan
Tuhan maka hidupmu akan diberkati Tuhan, hidupmu akan bertumbuh di hadapan Tuhan. Itu yang
saya terima di dalam gereja, itulah yang saya baca di dalam Alkitab. Tetapi begitu kakiku keluar dari
gedung gereja, saya masuk ke dalam realita hidup sehari-hari, saya menemukan gap yang besar ini.
Maka Mzm. 73 merupakan suatu penganalisaan tajam mengapa gap seperti ini terjadi. Ini adalah
pergumulan iman yang riil dan nyata. Saya percaya ini merupakan krisis iman yang ada di dalam hati
banyak orang Kristen yang tersimpan dalam-dalam dan tidak diungkapkan keluar dari hati mereka.
Seperti pemazmur Asaf berkata, saya tetap percaya kredo (syahadat) ini: truly God is good to those
who are pure in heart. Tetapi saya hampir saja tergelincir jatuh dari kredo (syahadat) yang saya
percaya ini. Kenapa? Karena saya iri, saya marah, saya bertanya-tanya dan tetap tidak mendapatkan
jawabannya dari Tuhan, mengapa justru di dalam kenyataan dan realita hidup sehari-hari orang yang
hatinya bersih dan baik hidupnya lebih susah? Mengapa orang yang tulus dan bersih dan mencintai
201
Tuhan hidupnya tidak kaya? Malah banyak yang ditimpa bencana dan kesulitan dan sakit-penyakit
yang tidak habis-habisnya? Sebaliknya saya melihat orang yang congkak dan tidak percaya Tuhan itu
sehat, kaya, sukses. Kenapa realita begitu berbeda dari apa yang saya terima di dalam gereja?
Belakangan ini di Inggris ada sebagian bus disponsori oleh kelompok Ateis memasang kalimat
“Probably God is not exist, so stop worrying and enjoy life.” Apakah percaya Tuhan itu akan
menghambat saya menikmati hidup? Saya menjawab, kalau saya tahu Allah itu tidak ada saya malah
ragu-ragu lebih banyak. Ada dua hal yang menjadi argumentasi saya. Orang yang mengatakan “Stop
worrying and enjoy life” hanya berpikir tujuan hidup kita di dalam dunia ini adalah bagaimana saya
mendapatkan sukacita dan kenikmatan dan kepercayaan kepada Allah dan konsep-konsep agama
yang melarang jangan ini dan itu bisa menghambat saya menikmati hidup. Ini adalah orang yang
hanya melihat dari satu sisi tetapi melupakan aspek yang sebaliknya, bagaimana bagi mereka yang
tidak pernah bisa menikmati hidup karena mengalami ketidak-adilan dan penindasan? Kalau Tuhan
tidak ada, pertanyaan saya, kepada siapa manusia harus mendapatkan jawaban sepanjang hidupnya
dia tidak pernah bisa menikmati hidup karena mengalami ketidak-adilan tetapi tidak ada orang yang
menegakkan keadilan bagi dia? Mau minta siapa? Sesudah dia mati dan tidak ada Tuhan, habis
selesai. Kamu yang ditimpa ketidak-adilan itu bagaimana? Orang yang sudah melakukan hal-hal jahat
kepadamu tinggal bilang “bye bye”.
Ini adalah konsep yang bagi saya khawatir sekali. Konsep orang ateis itu salah besar, karena hidup ini
bukan saja bagaimana saya mendapatkan hal-hal yang baik tetapi juga bagaimana menjawab ketidakadilan dan malapetaka yang terjadi. Kalau itu karena bencana alam, dsb kita hanya bisa mengatakan
itu sesuatu yang tidak bisa saya hindarkan dan tolak terjadi. Tetapi kalau itu dilakukan oleh orangorang yang jahat, orang-orang yang secara tidak adil terus menekan orang lain dan akibatnya
mendatangkan kekayaan, kesuksesan dan kenikmatan bagi dia, kapankah keadilan bisa ditegakkan
bagi orang yang tertindas itu? Kalau keadilan itu tidak bisa ditegakkan di sini, maka kita pasti
memerlukan Tuhan pada suatu hari bisa menegakkan keadilan itu bagiku. Karena saya tahu Tuhan
ada, maka saya berhenti khawatir dan bisa menikmati hidup.
Kedua, “Probably God is not exist, stop worrying and enjoy life” memiliki asumsi saya sanggup
mengontrol dan menguasai hidup saya. Pada waktu kita kuat, kita mampu, kita hebat, kita pikir kita
bisa menguasai hidup kita. Tetapi ada momen dan ada saatnya ketika banyak hal-hal peristiwa yang
tidak bisa kita kontrol dan di luar kontrol kita terjadi, kita baru sadar betapa terbatasnya kita dan ada
begitu banyak hal yang tidak bisa kita kontrol. Bukankah itu yang membuat saya khawatir? Lalu
bagaimana saya bisa hidup tidak kuatir? Jawabannya adalah saya harus pergi kepada Dia yang
sanggup mengontrol dan menguasai hidup saya. Justru saya percaya Tuhan ada, Tuhan yang
mengontrol hidup saya, itu yang membikin saya tidak kuatir. Walaupun saya sendiri tidak bisa
mengontrol hidupku, walaupun banyak hal-hal yang terjadi di luar dari pengetahuan saya, di luar dari
kemampuan saya untuk bisa mencegahnya, tetapi saya tahu Tuhan sanggup mengontrol hidup saya.
memunculkan satu pertanyaan, mengapa penderitaan datang kepada orang-orang yang
mencintai Tuhan? Mengapa kesulitan datang kepada orang-orang yang hatinya bersih? Mengapa
sakit-penyakit justru datang kepada orang-orang yang lebih mencintai dan mengasihi Tuhan?
Mengapa kesusahan dan kemiskinan datang kepada anak-anak Tuhan? Mengapa hal-hal itu terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekaligus menyatakan krisis iman yang diangkat oleh mazmur ini. Karena
gap yang begitu besar terjadi antara pemahaman iman dan realita, saya akhirnya mengalami satu
Mzm.73
202
krisis iman yang membuatku hampir-hampir tergelincir. Mengapa? Karena saya kesal, saya marah,
saya kecewa, kenapa hal-hal itu terjadi dan kekecewaan itu sekarang ditujukan kepada Tuhan. Orang
ateis bilang tidak usah kecewa, tidak usah marah kalau ketidak-adilan terjadi. Orang ateis tidak punya
jawaban kepada siapa dia bisa menuntut keadilan.
John Calvin mengatakan saya percaya Tuhan menjaga dan menjamin hidupku, itu sebab apapun yang
saya alami dalam hidupku saya percaya Tuhan yang berdaulat. Tetapi dia mengakui orang Kristen
selama hidup di dunia tidak akan mengalami “a perfect assurance”. Kita percaya hidup kita sudah di
tangan Tuhan dan kalaupun kita sewaktu-waktu mati, kita yakin kita akan ke surga. Itu adalah
jaminan yang pasti kita dapatkan. Tetapi kita tetap tidak akan menjalani jaminan yang sempurna
selama kita hidup di dalam dunia ini. Jaminan yang sempurna itu hanya bisa kita alami waktu kita di
surga, waktu kita bertemu dengan Allah. Ini menjadi satu paradoks. Kenapa dia sampai
mengeluarkan kalimat seperti itu? Iman kita seharusnya adalah iman yang tidak boleh kuatir, iman
yang seharusnya tidak boleh takut. Tetapi pada kenyataannya iman itu bisa kuatir, takut, gelisah,
bahkan ragu-ragu kepada Tuhan. Mengapa?
Calvin mengatakan apa yang kita imani seringkali tidak kita alami di dalam pengalaman hidup kita
sehari-hari. Itulah yang menjadi dasar mengapa seringkali kita percaya dan yakin tetapi kadangkadang timbul keraguan dan kekecewaan dan krisis iman di dalam hidup kita karena di satu pihak kita
mau iman itu harusnya percaya tetapi waktu kenyataan terjadi, imanku seperti ini adanya. Inilah
yang menjadi paradoks, di satu pihak kita yakin Tuhan pimpin tetapi kadang-kadang kita menjadi
ragu. Calvin mengatakan paling tidak ada empat hal kenapa kita sampai mengalami pergumulan iman
seperti ini.
Pertama, oleh karena di dalam hidup orang Kristen terjadi pertentangan iman versus pengalaman.
Banyak kita jujur mengakui apa yang kita terima sebagai kebenaran, itu tidak terjadi di dalam realita
pengalaman sehingga menimbulkan krisis bagi iman kita. Calvin mengatakan secara fisik kita adalah
debu dan bayangan, itu sebab kematian selalu ada di depan mata kita. Kita terhadap ribuan sengsara
yang bisa datang secara tiba-tiba di dalam hidup kita. Itu sebab setiap orang Kristen sering menemukan ada “neraka” di dalam hidupnya. Calvin bukan seorang yang lemah iman, dia adalah seorang
yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Tetapi realitanya isteri dan anak-anaknya meninggal
dengan menyedihkan. Dia tidak terlepas dengan kesulitan dan penderitaan.
Yang kedua, ada faktor peperangan daging versus roh. Dalam Rom.7:20 Paulus mengatakan dosa yang
ada di dalam akulah yang melakukan hal yang tidak kukehendaki. Para penafsir berdebat apakah
pernyataan Paulus ini sebelum percaya Tuhan atau sesudah percaya Tuhan? Saya mengambil posisi
di sini Paulus mengalami pergumulan ini sesudah dia percaya Tuhan, sudah bertobat dan sudah lahir
baru. Karena Calvin sendiri mengatakan orang yang tidak percaya Tuhan dan belum lahir baru tidak
mungkin mempunyai pergumulan seperti ini yang menyatakan hatinya cinta kepada hukum-hukum
Tuhan tetapi yang kita lakukan adalah hal-hal yang tidak kita kehendaki. Orang yang belum lahir baru
tidak punya pergumulan ini karena pada dirinya dia membenci Tuhan dan mencintai dosa. Tetapi
justru orang yang sudah lahir baru dia cinta kepada Tuhan dan membenci dosa, namun yang terjadi
adalah karena dia masih ditipu oleh dosa yang ada padanya akhirnya dia melakukan apa yang tidak
dikehendakinya. Ini adalah pergumulan orang Kristen yang percaya Tuhan. Ada pergumulan daging
melawan roh di dalam hidup kita. Daging kita yang lemah, yang selalu akan membawa hidup kita
kecewa, kuatir dan ragu-ragu kepada Tuhan. Roh yang ada di dalam hati kita selalu membawa kita
203
percaya, beriman dan bersandar kepada Tuhan. Peperangan itu menimbulkan gelombang yang tidak
habis-habisnya di dalam hidup kita.
Yang ketiga, puji Tuhan, Alkitab mencatat kita beriman kepada Kristus yang menyebabkan jaminan
itu aman dan kuat. Bukan kitanya yang kuat beriman kepada Kristus, tetapi Kristus yang menjadi
fondasi iman kitalah yang kuat. Ibr.6:19 mengatakan iman kita itu aman karena ditaruh seperti
jangkar yang kuat kepada fondasi Yesus Kristus. Calvin mengatakan lemah iman itu seperti benih
iman yang belum bertumbuh menjadi kecambah. Tetapi benih itu meskipun benih yang kecil, tetap
berbeda besar dengan tidak ada iman. Maka saya bisa terombang-ambing, saya bisa kecewa, saya
bisa kuatir, saya bisa ragu kepada Tuhan. Itu tidak masalah, kata Calvin, karena iman kita memang
mengalami proses pertumbuhan.
Kadang-kadang dia masih berupa benih, masih lemah, masih kecil di dalam hidup orang percaya. Itu
sebab kita masuk point ke empat, bagaimana bisa menjembatani antara Tuhan memberikan jaminan
yang pasti di dalam engkau, tidak pernah berubah tetapi kadang-kadang di dalam perjalanan hidup
kita tidak mengalami keyakinan yang sempurna itu, bagaimana mengatasinya. Ef.2:8 “sebab karena
kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah…” Iman
itu memang di posisi saya, saya beriman kepada Tuhan, tetapi pada waktu saya menyatakan imanku
percaya kepada Allah, ayat ini memberitahukan kepada kita iman itu sendiri adalah pemberian Allah.
Kita bisa beriman, punya kekuatan kemampuan berimanpun datangnya dari Allah. Sehingga
walaupun saya punya iman bisa lemah dan kecil tetapi jaminanku beriman sampai akhir kepada
Tuhan bukan ditentukan oleh diriku, bukan ditentukan oleh imanku kuat atau tidak, walaupun
imanku sakit dan lemah, dia tidak akan pernah hilang sebab iman itu datangnya dari Allah. Dia yang
memberi kepada kita. Krisis iman menjadi problem yang terjadi di dalam hidup kita. Mungkin kita
bisa mengaku bisa tidak. Tetapi kita harus mengakui krisis iman akan terus berjalan terlepas dari kita
mendapat jawaban atau tidak.
Yang menarik, Mzm.73:16 menyatakan pengakuan sampai menutup matapun pemazmur Asaf tidak
bisa mengerti “kenapa” dan dia tidak tahu jawabannya. Aku ingin mengerti mengapa krisis iman itu
muncul, sebab apa yang saya percaya di dalam kredoku berbeda dengan apa yang kulihat di mataku.
Anak Tuhan justru sengsara, sedangkan orang fasik kaya raya. Anak Tuhan lebih menderita sakit,
orang fasik sehat wal afiat. Itu tanda tanya, kenapa? Pemazmur bilang terus berusaha mencari
jawabannya, terus pakai otak, pakai pikiran menganalisa, pakai filsafat apapun, dia mengaku tidak
bisa mendapat jawabannya. Itu sebab bagaimana menyelesaikan krisis imanku, apakah dengan
memberikan pengertian dan pengetahuan yang banyak bisa selesai? Dia bilang tidak. Itu sebab saya
sangat mencintai mazmur ini sebab ditulis dengan kerangka yang sangat indah. Mzm.73 dibagi dalam
tiga bagian yang ketiganya dimulai dengan kata “Sesungguhnya…” (ayat 1, ayat 12 danayat 18) . Bagian
pertama, tahap terjadi gap antara kredo kepercayaanku dengan pengalaman realitaku. Sesungguhnya Tuhan baik kepada orang yang cinta Tuhan, kenyataannya orang yang cinta Tuhan hidup
di dalam ketidak-baikan. Bagian kedua, akibat dari problema yang dilihat, terjadi krisis yang lebih
dalam pada diri pemazmur. Sesungguhnya ini fakta: yang tidak cinta Tuhan makin lama makin kaya.
Kalau begitu, maka timbul pertanyaan ini: apa gunanya jadi orang benar? Apa gunanya terus
berbakti? Apa gunanya jadi orang Kristen? Apa gunanya berdoa? Apa gunanya jadi orang baik? Apa
gunanya menjaga hati bersih? Semua itu tidak berguna! Bukankah kita hidup seharusnya makin kaya,
makin sehat, dsb? Justru itu semua didapatkan oleh orang yang tidak percaya. Jadi apa gunanya kita
204
memegang semua itu. Puji Tuhan, pemazmur kecewa, marah dan mengalami krisis ini namun semua
itu hanya ada di dalam pergumulan hatinya. Dia tidak bisa keluarkan dengan kata-kata karena dia
sadar begitu dia mengeluarkan semua ini dia bisa merontokkan begitu banyak iman orang. Mau
marah kepada Tuhan, mau mengatakan tidak mau lagi percaya kepada Tuhan, mau meninggalkan
Tuhan, itu semua tidak bisa terjadi. Inilah yang membedakan ada benih ilahi pada diri seseorang.
Adanya benih iman itu tidak berarti tidak ada keraguan.
Keraguan membuktikan ada benih iman. Tetapi iman yang sejati akan selalu mencegah saudara jatuh
lebih dalam. Pada waktu dia mau menyatakan tidak ada gunanya ikut Tuhan, tidak ada gunanya
percaya Tuhan, kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya. Maka ada orang bilang dia tidak pernah
ragu kepada Tuhan, dia tidak pernah kecewa sama Tuhan, dsb, itu mungkin karena dia tidak pernah
menyatakannya. Tetapi pemazmur menyimpan semua itu di dalam kehidupan dirinya. Dia tidak
pernah menyatakan hal itu di depan umum karena hal itu mungkin bisa berkonsekuensi merusak
iman orang Kristen yang lain. Krisis itu ditutup dengan kemana dia mendapatkan jawaban di bagian
ketiga. Terjadi perubahan yang luar biasa dan kemenangan imannya. “Sampai aku masuk ke dalam
tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka…” (ayat 17) maka sesungguhnya jalan
orang-orang jahat yang tidak mencintai Tuhan dan melawan keadilan Tuhan, bagi mereka diberikan
jalan yang licin berbatu-batu. Sampai pada waktunya mereka tergelincir jatuh dan habis lenyap.
Filsafat Yunani mengatakan segala kesulitan dan problema yang terjadi di dalam hidup kita itu
sebenarnya disebabkan oleh emosi kita yang gampang berubah. Emosi yang gampang berubah itulah
yang menyebabkan kita berespons kepada situasi kita. Situasi jelek membuat kita menjadi susah, dsb.
Tetapi kita tidak bisa merubah situasi itu. Maka di dalam filsafat Yunani mengatakan yang paling
penting adalah bagaimana hati dan emosimu itu dikontrol. Itu sebab tidak heran orang Yunani sangat
memegang pikiran. Hati dan emosi gampang berubah tetapi pikiran yang tenang, pikiran yang
berbijaksana, kalau itu yang mengontrol hati kita, barulah orang itu bisa berada di dalam keindahan,
kenormalan dan bisa mengatur hidupnya dengan bijaksana dan teratur. Pertanyaannya, siapa yang
mengontrol pikiran manusia? Emosi sangat berperan besar di dalam krisis iman kita.
menyatakan ketika jiwaku mengalami kepahitan dan hatiku terluka, aku menjadi masa
bodoh dan berlaku seperti binatang di hadapan Tuhan. Artinya, betapa emosi dan hati yang sudah
pahit dan sakit bisa bikin orang menjadi lupa ingatan dan kadang-kadang berprilaku tanpa bisa
mengontrolnya. Pemazmur mengatakan menghadapi kesulitan dan realita seperti ini, kalau menuruti
hati kita, perasaan kekecewaan dan kepahitan itu kalau diberi makan terus, maka dia akan menjadi
binatang buas di dalam hidup kita. Pahit, terluka karena krisis situasi seperti ini. Siapa yang bisa
kontrol? Seorang hamba Tuhan mengatakan ada kelemahan dari ilmu psikologi ketika mencoba
memberi jawaban bagaimana manusia menghadapi kekuatiran. Psikologi mengatakan pertama:
jangan kuatir, pokoknya kendalikan situasi hidupmu. Kedua: jangan kuatir, karena problem may not
happen. Ketiga: buat apa kuatir, situasinya sudah terjadi, situasi tidak bisa berubah, jadi tidak perlu
kuatir. semua jawaban untuk menyelesaikan kekuatiran itu hanya memperbaiki situasi tetapi tidak
banyak orang mengerti dengan sungguh sebenarnya penyebab dari kuatir bukan karena situasi tetapi
apa yang sedang berkecamuk di dalam hati dan pikiran orang. Kita hanya bisa diminta untuk
mengontrol situasi tetapi siapa yang kontrol hati dan pikiran kita? Pemazmur jujur, menghadapi krisis
ini memakai pikiran, dia mengaku tidak punya jawaban. Terus-menerus dipikirkan akhirnya bisa
mendatangkan kerusakan imanku. Terus-menerus dipikirkan membuat jiwaku menjadi pahit dan
Mzm.73:21-22
205
hatiku menjadi sakit dan terluka. Akhirnya itu bisa membuat saya tidak lagi berpikir dengan sehat dan
saya menjadi orang yang terlalu dikontrol oleh emosi yang sudah terluka.
Menghadapi itu, bagaimana? Fil.4:6-7 mengatakan biarlah damai sejahtera Tuhan yang mengontrol
hati dan pikiran kita. Pemazmur mengatakan, saya boleh kehilangan segala sesuatu, yang penting
saya tidak kehilangan Tuhan. Biarpun dagingku dan tulangku habis lenyap, Tuhan tetap milik
pusakaku selama-lamanya. Pada waktu kita mengalami kondisi dan krisis iman, ketika apa yang kita
imani tidak ternyata dan tidak sesuai di dalam realita hidupmu, apa yang tersisa dalam hidup kita?
Maka pemazmur mengatakan, ketika aku kembali lagi ke rumah Tuhan, saya berhadapan muka
dengan muka dengan Tuhan, di situ saya baru tahu, Dia milikku selama-lamanya. Dan itulah cukup
untuk saya. Puji Tuhan kalau kita melewati pergumulan dan krisis iman ini, saudara dan saya
bertumbuh dan bisa mencintai Tuhan.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 73 (2)
Pdt. Effendi Susanto STh.
Kebingunan rohani
“Siapa di antaramu yang takut akan Tuhan dan yang mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup
di dalam kegelapan, tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya pada nama Tuhan dan
bersandar kepada Allahnya…” (Yes.50:10) . Mengapa engkau berjalan di dalam kegelapan dan tidak
ada terang di jalanmu, padahal engkau mengaku percaya kepada Tuhan dan kepada firman-Nya?
Kembalilah dan bersandarlah kepada Dia.
Beberapa minggu yang lalu kita sudah membahas tiga mazmur yang penting, Mzm.126, 127 dan 128 . Di
dalam mazmur yang terakhir, sang pemazmur memberikan ikrar yang penting ini: berbahagialah
mereka yang takut akan Tuhan; diberkatilah hidup orang yang berjalan dengan takut akan Tuhan. Di
tengah tujuan kita mencapai hidup yang bahagia, di tengah keinginan kita untuk menjalani hidup
yang penuh dengan sukacita, ada dua lubang yang seringkali membocorkan anugerah Tuhan di dalam
hidup kita. Pertama: hidup yang kuatir. Kedua: hidup yang patah semangat. Anxious life and burn out.
Kita sepatutnya bekerja dengan baik, kita berjuang untuk cinta Tuhan, kita mau memperoleh hal
yang baik, tetapi kadang-kadang di dalam proses perjalanan itu kita manusia yang lemah dan kecil ini
terkadang tidak sanggup lagi terus-menerus mengerjakan hal yang baik bagi Tuhan. Hati ingin
berbakti, hati ingin cinta Tuhan, tetapi tangan, kaki, semangat sudah tidak kuat lagi. Itu sebab Alkitab
mengingatkan kita, janganlah kita jemu berbuat baik, jangan patah semangat di dalam pelayanan,
dsb.
Tetapi ada satu hal lagi yang saya pikir menjadi fakta dan realita yang ada di dalam hidup kita yang
saya sebut sebagai “the spiritual perplexity,” kebingungan rohani. Kenapa engkau berjalan di dalam
206
kegelapan? Kenapa tidak terang jalanmu? Nabi Yesaya melihat ada sejenis orang, orang itu takut
akan Tuhan, orang itu dengar firman Tuhan dan taat kepada apa yang dikatakan oleh hamba-Nya,
tetapi orang itu berjalan di dalam kegelapan. Mengapa tidak ada terang di dalam jalannya? Bukankah
saudara dan saya ingat akan firman Tuhan yang berkata, “Firman-Mu adalah pelita bagi kakiku dan
terang bagi jalanku” (Mzm.119:105) , tetapi kenapa orang ini tetap berjalan di dalam kegelapan? Ayat
ini luar biasa dalam. Bagi saya “berjalan di dalam kegelapan” ini tidak boleh ditafsir orang ini berjalan
di dalam dosa dan lari meninggalkan Tuhan. Kenapa saya mengatakan demikian? Karena Yesaya tidak
memanggil dia untuk bertobat. Kalimat Yesaya selanjutnya mengajak, “Come and trust in the Lord.”
Orang itu sedang berada di dalam kebingungan karena apa yang dipercayai tidak menjadi fakta dan
realita di dalam hidupnya. Itu sebab saya ingin mendefinisikan hari ini, kebingungan rohani adalah
ketika seseorang percaya kepada Tuhan, kemudian kepercayaan itu menjadi sebuah ilusi belaka;
ketika semua janji yang menyertai kepercayaan kepada Tuhan hanya menjadi sebuah mimpi di dalam
hidupnya, sehingga kalimat “blessed are all who fear the Lord, who walk in His way,” itu tidak terjadi
di dalam hidup dia. Orang ini takut akan Tuhan, orang ini dengar firman Tuhan tetapi orang ini
berjalan di dalam kegelapan. Ada yang salah di situ tentunya. Saya percaya itu bukan salah dia, itu
sebab Yesaya tidak menegur dia. Yesaya hanya seperti seorang ayah yang membuka tangan berkata
mari kembali kepada Tuhan. Anak ini dalam keadaan bingung, dalam keadaan kebingungan rohani,
mengalami kesulitan.
menggambarkan spiritual kebingungan seperti ini. Mazmur ini dibuka dengan satu theological
understanding yang penting: Sesungguhnya Allah itu baik kepada orang yang tulus dan bersih
hatinya. Tetapi kemudian terjadi satu kontras pada diri Asaf, pemazmur: Buat apa aku
mempertahankan tanganku bersih, itu tidak ada gunanya (ayat 13) . Maksudnya adalah apa yang saya
percaya, realita imanku itu hanya menjadi ilusi dalam hidupku. Sia-sia aku mempertahankan hati
yang murni dan tangan yang bersih sebab sepanjang hari hidupku kena tulah dan tidak menjalani
hidup yang lebih baik daripada orang yang tidak percaya Tuhan.
Mzm.73
Ada beberapa diagnosa yang bisa kita dapatkan dari Mzm.73 ini. Pemazmur menggambarkan hidup
orang fasik seolah-olah tidak ada kesusahan dalam hidup mereka. Memang betul Asaf mengaku dia
iri dan cemburu kepada mereka, dan ini merupakan satu diagnosa rohani yang jujur dari dia. Dari situ
muncul kebingungan rohani dalam diri Asaf yang merasa sia-sia dan tidak ada gunanya percaya
Tuhan, tidak ada hasil dalam kesetiaan berbakti kepada Tuhan, tidak ada untungnya ikut Tuhan,
hanya kekosongan hidup yang dia dapatkan sebagai anak Tuhan.
Penyebab pertama dari spiritual kebingungan terjadi sebab orang ini hidup di dalam kasihan diri.
Gejalanya bisa terlihat di sini, dia terlalu melebih-lebihi menggambarkan hidup orang fasik. Seolaholah hidup orang yang tidak percaya Tuhan tidak pernah susah dan lepas dari segala kesulitan dan
persoalan. Kalau saudara tanya kepada saya, adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang hidupnya
susah? Ada. Adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang hidupnya miskin dan kekurangan? Ada.
Adakah orang yang tidak percaya Tuhan yang masuk penjara meskipun tidak berbuat salah? Ada.
Tetapi kalimat-kalimat yang pemazmur Asaf pakai menggambarkan hidup orang yang tidak percaya
Tuhan dengan begitu melebih-lebihi, itu adalah ciri-ciri dari orang yang kasihan diri. Orang yang
kasihan diri pasti akan selalu melantunkan lagu-lagu cengeng di dalam hidupnya. Dia bukan benci dan
marah tetapi kasihan diri, betapa kasihan diri sendiri sehingga tidak sanggup melihat bahwa tidak
semua orang fasik hidup lancar tanpa kesusahan. Dia hanya melihat hidup orang yang tidak percaya
207
Tuhan itu gemuk dan sehat, tidak ada sakit di dalam dirinya. Akhirnya tertutup matanya tidak
sanggup melihat dengan perspektif hidup secara balance dan seimbang. Yang ada bagi dia hanya
kebaikan melulu yang terjadi pada diri orang yang tidak percaya. Orang yang kasihan diri selalu
melihat orang lain hidupnya lebih lancar daripada dia; orang yang kasihan diri hanya melihat kenapa
jalan hidupnya terus susah seperti ini, padahal pikiran seperti itu belum tentu benar. Kalau kita
refleksi lebih dalam, pikir dengan tenang dan meneliti hidup orang lain, kita bisa bersyukur kepada
Tuhan dan mengatakan hidupku tidak lebih buruk daripada orang lain.
Yang kedua, di ayat 12 pemazmur mengambil kesimpulan bahwa hidup orang fasik hanya menambah
harta benda dan senang selama-lamanya. Kita sering mengalami kebingungan rohani di dalam hidup
kita, merasa apa yang kita percaya seharusnya kita yang setia dan baik kepada Tuhan, Tuhan
sepatutnya memberikan kelancaran di dalam hidup kita. Kenapa? Karena kita terlalu cepat bikin
kesimpulan akhir. Mungkin ada hal-hal kecil baru saja terjadi, kesalahan kecil terjadi di dalam hidup
kita, langsung kita ambil kesimpulan, kalau begini pasti akan jadi begini. Padahal belum tentu. Kita
sadar kita ambil pilihan yang salah, langsung kita bilang, “Habislah hidup saya! Tidak ada
kemungkinan saya bisa balik lagi.” Hal seperti ini yang seringkali membuat kita gampang menjadi
bingung sebab kita seolah-olah sudah tahu hasil akhir dari segala-galanya.
Anak kita angkanya “hampir tidak lulus” lalu kita langsung pikir masa depannya pasti suram dan akan
merongrong orang tua. Padahal banyak pengalaman membuktikan anak-anak yang dianggap seperti
itu ternyata setelah sepuluh dua puluh tahun kemudian justru berhasil di dalam hidupnya, bukan?
Tetapi berapa sering hidup kita dilumpuhkan, dikuatirkan, dibingungkan oleh kesimpulan yang kita
buat sendiri? Kita lihat anak kita ambil keputusan yang salah kita jadi terus kuatir. Kenapa anak
gadisku setiap kali pilih pasangan salah melulu, akhirnya kita takut, kita kuatir, kita selalu punya
persepsi negatif seperti itu. Ini yang bahaya, terlalu cepat bikin kesimpulan akhir. Padahal banyak hal
kita tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam hidup kita di depan. Dan melalui pengkotakan hidup
seperti ini kita tidak lagi bisa melihat kekuatan dan kuasa Tuhan yang sanggup bisa merubah hidup
kita.
mengatakan tidak ada gunanya mencari dan taat kepada Tuhan. Lihat itu orang jahat, terusmenerus prosper, apapun yang dikerjakan oleh tangannya selalu berhasil. Makannya tidak beraturan
tetapi tetap sehat, senang terus hidupnya. Kalau begitu sia-sia aku mempertahankan hidup yang
bersih. Lebih baik jadi orang yang tidak percaya Tuhan, karena tidak ada untungnya jadi anak Tuhan.
Aneh sekali, kita bertemu dengan orang di dunia ini jalannya tidak lurus tetapi lebih cepat sampai
kepada karier yang menanjak. Ada orang yang tidak menggunakan aturan-aturan bisnis dan etika
yang baik, tetapi hidupnya kok makin lancar dan lebih kaya. Tetapi kenapa anak-anak Tuhan,
bukankah Alkitab sendiri bilang, “diberkatilah orang-orang yang takut akan Tuhan,” kenapa anak
Tuhan tidak naik Ferrari? Lalu kita mulai merasa kecewa.
Mzm.73
Di tengah-tengah kebingungan rohani seperti ini, puji Tuhan, tangan terbuka, hati yang lebar sadar
akan kesulitan ini membuat panggilan nabi Yesaya menjadi penghiburan yang begitu indah, “Come,
trust the Lord and rely on Him.” Panggil kita kembali, percaya kepada Tuhan, tahu siapa Dia, tahu apa
yang bisa Tuhan kerjakan dengan kuasa-Nya yang sanggup bisa melakukan segala sesuatu, itu
sepatutnya memberikan kekuatan kepada kita menjalani hidup.
208
Bagaimana akhirnya pemazmur bisa keluar dari self pity? Bagaimana akhirnya pemazmur keluar dari
kebingungan rohani yang ada di dalam hidup dia? Terlebih dahulu saya ajak saudara melihat jawaban
dari Mzm.37 yang begitu kontras dengan Mzm.73 . Mzm.73 mengatakan sia-sia hidup jadi orang percaya.
Aku iri kepada orang-orang yang berbuat jahat dan curang sebab semakin lama mereka semakin kaya
dan semakin makmur. Mzm.37 mengatakan tidak usah cemburu dan geram kepada orang-orang
seperti itu. Sebab pada waktu Tuhan bertindak dan berkarya di dalam hidupmu, semua itu akan
hilang lenyap seperti rumput kering. Kadang-kadang banyak orang Kristen tergoda untuk mencoba
mencari jalan dan mengikuti pola dan cara yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak percaya
Tuhan untuk menjadi lebih kaya. Jangan demikian. Jangan biarkan keinginan dan motivasi untuk
menjadi cepat kaya dan cepat dapat keuntungan itu ada di dalam hatimu dan akhirnya kita tidak
melihat satu dignitas kita menjadi anak Tuhan. Kalau orang Jepang saja punya dignitas dan
kebanggaan pada dirinya, masakan orang Kristen tidak? Ingatlah, Mzm.37 langsung mengangkat
kekayaan kita bukan soal materi. Sampai aku masuk ke pelataran rumah Tuhan, begitu berjumpa
dengan Tuhan dalam perspektif yang benar aku baru bisa melihat semua dengan jelas. Jangan geram
dan marah kepada orang yang lebih berhasil.
Datang ke rumah Tuhan, di pelatarannya engkau akan melihat segala sesuatu dengan jelas. Yesus
berkata, apa gunanya seseorang memiliki segala harta di dunia padahal dia tidak dapat
menyelamatkan nyawanya? Banyak orang yang bingung rohani justru lari dari pelataran Tuhan.
Banyak orang merasa tidak ada guna percaya kepada Tuhan akhirnya lari dari ibadah kepada Tuhan.
Justru semakin kita lari semakin kita tidak menemukan jawaban. Memang betul, di pelataran itu
terjadi hal yang paradoks. Kenapa orang yang datang berbakti kepada Tuhan hidupnya tidak lebih
lancar daripada orang yang tidak percaya Tuhan? Terjadi kesulitan paradoks seperti itu. Tetapi justru
di pelataran Tuhan itu pemazmur menemukan jawabannya. Persoalan bukan di dalam diri Tuhan;
persoalan itu di dalam diri saya. Tetapi begitu aku datang ke rumah Tuhan barulah aku mengerti
bahwa kesudahan hidup mereka jauh lebih menderita, jauh lebih sengsara, jauh lebih kasihan
daripada saya. Karena Tuhan hanya taruh mereka di atas batu yang licin, sedikit jalan mereka sudah
jatuh tergelincir. Ketika aku masuk ke pelataran rumah Tuhan, barulah aku tahu kebinasaan orangorang yang tidak percaya Tuhan.
Belajar selalu berpikir kekayaan kita bukanlah hal yang berupa materi. Belajar berpikir engkau adalah
orang yang kaya yang jauh lebih kaya daripada orang yang memiliki materi yang banyak. Bukankah
Rockefeller sendiri berkata, “The poorest man I know is the man who has nothing but money.” Orang
yang paling miskin adalah orang yang tidak memiliki apa-apa selain uang. Jangan tergoda untuk
melihat kemiskinan kita hanya diukur dari berapa banyaknya materi yang kita miliki. Paulus bisa
berkata, dalam kemiskinanku aku telah memperkaya banyak orang. Di dalam kesulitanku aku tetap
bisa membagikan banyak hal kepada orang. Bagi engkau yang terus berpikir aku harus sukses dan
kaya secara materi, hari ini saya panggil saudara datang kepada Tuhan dan saya ingatkan kepadamu,
itu semua adalah hal-hal yang tidak dapat engkau sandari.
Bencana yang terjadi baru-baru ini begitu jelas mengingatkan kita, kesuksesan, kemakmuran, segala
sesuatu seolah gampang dan mudah, segala sesuatu bisa diprediksi dengan baik, namun ketika
fondasi itu goncang dan goyah engkau akan tahu ada kekayaan sejati yang tidak pernah akan binasa.
Biar kita mengejar apa yang lebih penting daripada hidup ini. Berbahagialah dia yang datang ke
209
pelataran rumah Tuhan dan tahu ada nilai yang lebih kekal daripada sekedar materi; ada Tuhan yang
tidak pernah berubah di atas dari harta yang mudah berubah ini.
Ada kesalahan dari pemazmur Asaf yang membawa dia kepada kebingungan, namun ayat 15 dia
bersyukur karena dia tidak jadi mengucapkan kata-kata yang akan dia sesali. Kontrol ucapan yang
keluar dari mulut kita. Jangan terlalu cepat mengeluarkan semua kata-kata yang negatif dan tidak
baik yang akhirnya kadang-kadang menjadi “self fulfillment prophecy” dalam hidup kita. Jangan
setiap kali bangun pagi apapun yang muncul dalam pikiran kita langsung muncul di facebook. Orang
yang terlalu cepat selalu keluarkan kata-kata yang negatif, terlalu cepat bereaksi dengan kata-kata,
kurang sanggup bisa mengontrol ucapan dari mulutnya, akan menyadari efeknya bisa berantai. Asaf
hampir saja mengeluarkan kata-kata, “Sia-sia ikut Tuhan, sia-sia percaya Tuhan, sia-sia datang kepada
Tuhan. Apa gunanya jadi orang baik? Lebih baik jadi orang jahat saja.” Kalimat-kalimat seperti itu
hampir saja keluar dari mulutnya. Untung saja tidak jadi dikatakan. Dengan kata lain, pemazmur ingin
mengajak kita melihat kembali bagaimana cara dan pola berpikir kita, pikiran-pikiran yang negatif
yang tidak ada gunanya jangan cepat keluar dari mulut kita.
Tahan sedikit, sabar sedikit, karena kita belum tahu semua sampai akhirnya, jangan cepat-cepat
mengeluarkan kesimpulan akhir. Bukan itu saja, karena kalau aku terlalu cepat berkata-kata, aku
akan mengkhianati angkatan generasi selanjutnya. Itu akan menjadi satu kesaksian yang tidak indah
dan tidak baik bagi mereka. Memang kesadaran ini tidak berarti kita akan segera menemukan
jawaban; tidak berarti setelah kita mengerti keadaan dan situasi kita langsung berubah membaik; kita
mungkin tetap akan mengalami hal-hal yang sama. Meskipun sebagai orang Kristen kita sudah
berjalan dengan jujur dan baik, belum tentu hidup kita akan berhasil. Itu adalah fakta dan realita.
“Aku dungu. Aku tidak mengerti. Seperti hewan aku didekatmu…” (ayat 23) . Pemazmur merefleksi diri
dan dia mengatakan ”...this is my ignorant thinking.” Binatang tidak pernah kuatir dan cemas, bangun
pagi dia keluar makan rumput yang ada. Banyak orang berpikir hidup kita seperti itu juga, kita
bangun pagi-pagi, bekerja mencari makan dan membesarkan anak, terus hidup berputar-putar
seperti itu, kita berpikir itulah hidup kita. Kita berpikir hanya ini yang paling penting di dalam
hidupku. Something wrong in my thinking. It is ignorance and improper. Memahami semua ini, tidak
persoalan salah di pihak Tuhan, persoalan yang terjadi sebab saya memiliki pola pikir yang ketidaktahuan, bodoh, tidak berpikir dengan dalam-dalam, tidak tahu bahwa saya ini manusia yang memiliki
kebutuhan yang jauh lebih daripada sekedar hal-hal pemenuhan hidupku di atas muka bumi ini.
Kalau begitu, apakah berarti semua ini beres, semua ini lancar, semua ini selesai, saya kembali
kepada Tuhan, saya trust kepada-Nya, saya berdiri di pelataran rumah Tuhan, dan semua akan
menjadi berubah sama sekali? Tidak. Kalau saudara baca Mzm.73 ini, terjadi perubahan yang lain,
pemazmur berkata, “Kalaupun akhirnya kemiskinan membuatku lapar, kelaparan itu membuat
dagingku habis hingga kulit pembungkus tulang yang tersisa, Tuhan jauh lebih penting daripada
semua itu” (ayat 27) . Artinya, pemazmur sampai kepada skenario terburuk dari hidup, tetapi kita akan
balik kembali: adakah Tuhan yang memberikan sesuai dengan kekayaan kemurahan-Nya akan
membiarkan engkau seperti itu? Adakah Tuhan yang berkuasa intervensi dalam hidupmu tidak
menghentikan tangan jahat datang kepadamu terus-menerus? Adakah Tuhan di surga tidak
mendengarkan seru doa anak-anak-Nya yang meminta kepada-Nya? Dengan kata lain, skenario
210
terburuk ini tidak akan sampai terjadi. Tetapi sekalipun sampai akhirnya terburuk itu terjadi, itu tidak
merubah Tuhan adalah kekuatan dan bagianku untuk selamanya.
Kiranya hidup kita tidak lagi mengalami kebingungan rohani. Biar kiranya firman Tuhan pada hari ini
boleh mencerahkan hidup kita. Tuhan mengatakan siapa yang hidup takut kepada-Ku, engkau
mendengarkan firman-Ku, biar firman itu menjadi pelita yang memimpin jalanmu. Apa yang salah,
apa yang membuatmu ragu dan bingung? Sebab engkau melihat kemakmuran orang yang tidak
percaya Tuhan dibandingkan dengan hidupmu. Engkau bingung sebab apa yang sudah engkau
percaya Tuhan, kenapa itu tidak ternyata di dalam hidupmu. Engkau merasa beriman kepada Tuhan
menjadi sia-sia, beriman hanya menjadi ilusi belaka. Kita tergoda mau ikut jalan orang yang tidak
percaya Tuhan.
Biar mata kita terbuka jelas sebab kita tahu siapa yang kita percaya, kita tahu siapa yang kita sembah.
Kita sadar kita terbatas, kita seringkali hanya mengerti dan mendefinisikan pekerjaan dan berkat
Tuhan hanya di dalam hari-hari kita yang singkat. Kita tidak mampu melihat seluruh rangkaian hidup
kita ke depan. Itu sebab kita menjadi takut, gelisah dan kuatir.
Biar Tuhan hari ini meneduhkan hati kita karena kita tahu Dia Allah yang berkarya di dalam hidup
kita. Kita serahkan hidup kita, pekerjaan kita, keluarga kita, pelayanan kita ke dalam tangan Tuhan.
211
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 74
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nyanyian pengajaran Asaf. Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa
menyala murka–Mu terhadap kambing domba gembalaan–Mu?
Ingatlah akan umat–Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi
bangsa milik–Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami.
Ringankanlah langkah–Mu ke tempat yang rusak terus–menerus; segala–galanya telah
dimusnahkan musuh di tempat kudus.
Lawan–lawan–Mu mengaum di tempat pertemuan–Mu dan telah mendirikan panji–panji
mereka sebagai tanda.
Kelihatannya seperti orang mengayunkan tinggi–tinggi sebuah kapak kepada kayu–kayuan
yang lebat,
dan sekarang ukir–ukirannya seluruhnya dipalu mereka dengan kapak dan beliung;
mereka menyulut tempat kudus–Mu dengan api, mereka menajiskan tempat kediaman nama–
Mu sampai pada tanah;
mereka berkata dalam hatinya: “Baiklah kita menindas mereka semuanya!” Mereka membakar
segala tempat pertemuan Allah di negeri.
Tanda–tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang
mengetahui berapa lama lagi.
Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama–Mu terus–menerus?
Mengapa Engkau menarik kembali tangan–Mu, menaruh tangan kanan–Mu di dada?
Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala, yang melakukan penyelamatan
di atas bumi.
Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan–Mu, yang memecahkan kepala ular–ular
naga di atas muka air.
Engkaulah yang meremukkan kepala–kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan
penghuni–penghuni padang belantara.
Engkaulah yang membelah mata air dan sungai; Engkaulah yang mengeringkan sungai–sungai
yang selalu mengalir.
Punya–Mulah siang, punya–Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan
matahari.
Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah
yang membuat–Nya.
Ingatlah ini: musuh mencela, ya TUHAN, dan bangsa yang bebal itu menista nama–Mu.
Janganlah berikan nyawa merpati–Mu kepada binatang liar! Janganlah lupakan terus–menerus
nyawa orang–orang–Mu yang tertindas!
Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat–tempat gelap di bumi penuh sarang–sarang
kekerasan.
Janganlah biarkan orang yang terinjak–injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara
dan orang miskin memuji–muji nama–Mu.
Bangunlah, ya Allah, lakukanlah perjuangan–Mu! Ingatlah akan cela kepada–Mu dari pihak
orang bebal sepanjang hari.
Janganlah lupa suara lawan–Mu, deru orang–orang yang bangkit melawan Engkau, yang terus–
menerus makin keras.
212
Renungan
Tragis! Itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan kondisi
saat Yerusalem hancur dan awal pembuangan ke Babel. Bait Allah dimusnahkan dan orang fasik
bersorak-sorai. Umat Allah mencemaskan kalau-kalau Allah sudah meninggalkan mereka (ayat 1, 11) .
Padahal mereka seharusnya sadar bahwa kehancuran itu ulah mereka sendiri yang berkhianat
kepada Tuhan. Namun melalui mazmur ini, umat Tuhan belajar beberapa hal.
Judul: Kembalilah mengasihi kami!
Pertama, Dia adalah Allah yang berdaulat atas umat-Nya. Maka kehancuran Bait Allah dan penistaan
yang dilakukan musuh terhadap umat Tuhan bukan terjadi karena Allah tidak sanggup menolong.
Sebaliknya Allah sedang menyatakan murka-Nya atas dosa mereka. Ia sedang memakai para musuh
untuk menghukum umat-Nya. Itu sebabnya pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan
menyudahi murka dan penghukuman-Nya atas mereka (ayat 1-2, 10-11) . Bukankah mereka sudah
habis-habisan? Tiada lagi simbol Ilahi, bahkan nabi-nabi pun menghilang (ayat 9) . Kiranya Tuhan
kembali berbelas kasihan dan memulihkan mereka.
Kedua, pemazmur mengingat bahwa Allah berdaulat atas alam semesta. Karya-Nya diberlakukan
untuk penyelamatan dan bukan untuk merusak (ayat 12) . Tidak ada yang luput dari kemahakuasaanNya.
Ketiga, oleh karena itu pemazmur memohon dengan kembali meyakini bahwa Tuhan tak akan terus
menerus membiarkan mereka menderita. Demi nama-Nya (ayat 1) dan karena kasih dan kesetiaanNya, Ia akan kembali membela umat-Nya, merpati Allah (ayat 19; bnd. Kid. 6:9) .
Kita perlu belajar bersyukur dan tetap percaya kepada Tuhan, bahkan waktu murka-Nya dinyatakan
kepada kita karena dosa-dosa kita. Murka dan hukuman-Nya bukan tanda Ia membenci kita,
melainkan tanda kasih-Nya yang suci. Saatnya akan datang, Dia akan kembali membela, memulihkan,
dan menyayangi kita lagi demi nama-Nya. Kalau saat itu belum datang, nantikan dengan iman!
213
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 75
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Mazmur Asaf. Nyanyian. (75–2)
Kami bersyukur kepada–Mu, ya Allah, kami bersyukur, dan orang–orang yang menyerukan
nama–Mu menceritakan perbuatan–perbuatan–Mu yang ajaib.
(75–3) “Apabila Aku menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran.
(75–4) Bumi hancur dan semua penduduknya; tetapi Akulah yang mengokohkan tiang–
tiangnya.” Sela
(75–5) Aku berkata kepada pembual–pembual: “Jangan membual.” Dan kepada orang–orang
fasik: “Jangan meninggikan tanduk!
(75–6) Jangan mengangkat tandukmu tinggi–tinggi, jangan berbicara dengan bertegang leher!”
(75–7) Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya
peninggian itu,
(75–8) tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan–Nya yang satu dan ditinggikan–Nya yang lain.
(75–9) Sebab sebuah piala ada di tangan TUHAN, berisi anggur berbuih, penuh campuran
bumbu; Ia menuang dari situ; sungguh, ampasnya akan dihirup dan diminum oleh semua orang
fasik di bumi.
(75–10) Tetapi aku hendak bersorak–sorak untuk selama–lamanya, aku hendak bermazmur bagi
Allah Yakub.
(75–11) Segala tanduk orang–orang fasik akan dihancurkan–Nya, tetapi tanduk–tanduk orang
benar akan ditinggikan.
Renungan
Ingat kisah janda miskin yang mengadukan perkaranya
kepada hakim yang lalim di Luk. 18:1-8 ? Seringkali kita seperti janda tersebut, mengharapkan keadilan
yang tak kunjung datang dari hakim yang lalim. Walau kisah itu berakhir dengan dikabulkannya
permohonan janda tersebut oleh si hakim lalim, kita tahu kenyataan di dunia berbicara lain. Namun
jangan lupa kisah ini hendak mengarahkan kita kepada Allah Bapa yang jauh melampaui si hakim
lalim.
Judul: Bersyukur untuk keadilan Allah
Pemazmur bersyukur karena Allah adalah Hakim yang adil, yang membela umat-Nya. Dia tidak bisa
diajak main-main atau disuap untuk membengkokkan perkara. Pemazmur bersyukur bersama-sama
orang-orang yang menyerukan nama Tuhan karena mereka telah mengalami perbuatan ajaib Tuhan
yang membela mereka (ayat 2) . Menyerukan nama Tuhan berarti berdoa, bersandar penuh kepada
Dia yang Maha Kuasa dan Maha Adil. Bersama dengan mereka yang sudah mengalami pembelaan
Tuhan, kita diajak untuk mengingat-ingat segala berkat yang sudah pernah Ia turunkan atas kita.
Ingat nyanyian rohani, “Hitung berkat satu-persatu, pasti kau akan heran lihat jumlahnya!”
Bagaimana keadilan Tuhan ditegakkan? Pada waktu-Nya sendiri, Tuhan akan menghakimi dunia ini.
Orang fasik akan menerima ganjarannya. Tanduk-tanduk mereka akan dipatahkan. Tanduk
melambangkan kekuatan; orang fasik yang segarang apa pun tidak dapat bertahan di hadapan Allah
214
yang Maha Kuasa. Sebaliknya tanduk orang benar akan dinyatakan kebenarannya dan ditinggikan
(ayat 8-9, 10-11) . Berarti mereka akan menjadi saksi Tuhan akan kebenaran dan keadilan.
Mengandalkan Tuhan sebagai hakim yang adil berarti memercayakan penuh hidup kita ke tanganNya. Dia tidak pernah keliru mengadili. Dia tidak pernah terlambat membela umat-Nya. Kalau Anda
sedang ditimpa masalah karena perbuatan orang berdosa, hitung kebaikan Tuhan masa lampau. Dia
yang adil akan membela perkara Anda.
215
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 76
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Mazmur Asaf. Nyanyian. (76–2) Allah
terkenal di Yehuda, nama–Nya masyhur di Israel!
(76–3) Di Salem sudah ada pondok–Nya, dan kediaman–Nya di Sion!
(76–4) Di sanalah dipatahkan–Nya panah yang berkilat, perisai dan pedang dan alat perang. Sela
(76–5) Cemerlang Engkau, lebih mulia dari pada pegunungan yang ada sejak purba.
(76–6) Orang–orang yang berani telah dijarah, mereka terlelap dalam tidurnya, dan semua orang
yang gagah perkasa kehilangan kekuatannya.
(76–7) Oleh sebab hardik–Mu, ya Allah Yakub, tertidur lelap baik pengendara maupun kuda.
(76–8) Dahsyat Engkau! Siapakah yang tahan berdiri di hadapan–Mu pada saat Engkau murka?
(76–9) Dari langit Engkau memperdengarkan keputusan–Mu; bumi takut dan tertegun,
(76–10) pada waktu Allah bangkit untuk memberi penghukuman, untuk menyelamatkan semua
yang tertindas di bumi. Sela
(76–11) Sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagi–Mu, dan sisa panas hati itu
akan Kauperikatpinggangkan.
(76–12) Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang
yang di sekeliling–Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti,
(76–13) Dia yang mematahkan semangat para pemimpin, Dia yang dahsyat bagi raja–raja di
bumi.
Renungan
Hakim yang adil tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Dia tidak
akan membela orang yang kaya supaya dapat imbalan, kalau memang orang kaya itu salah. Dia pun
tidak boleh memihak kepada orang yang miskin, kalau memang tindakannya salah, misalnya mencuri
dan merampok. Hakim yang adil berpihak pada kebenaran, yang sudah dirumuskan dalam hukum
yang berlaku.
Judul:
Allah sebagai Hakim
Allah adalah hakim yang adil, tak pernah berpihak kepada yang tidak benar, karena Dialah sumber
kebenaran itu sendiri. Dalam Alkitab, kebenaran Allah dinyatakan lewat Hukum Taurat bagi umatNya, Israel. Bagi umat Tuhan Perjanjian Baru, hukum kasih yang merupakan intisari Hukum Taurat
merupakan perwujudan kebenaran Allah yang bersifat universal. Paulus menyebut hati nurani
sebagai juga tem-pat kebenaran Allah dinyatakan bagi mereka yang tidak memiliki Hukum Taurat
tertulis (Rm. 2:14-15) .
Allah melihat ke kedalaman hati manusia. Dia tidak bisa ditipu dengan penampilan baik, padahal
dalamnya busuk. Dia tidak bisa dibayar untuk membelokkan kebenaran karena, semua yang ada di
dunia ini milik-Nya. Bagaimana mungkin membayar Dia dengan apa yang memang milik-Nya? Dia
adalah Kebenaran Sejati. Kalau Dia membengkokkan kebenaran, berarti menyangkali Diri-Nya sendiri.
Hakim manusia kadang tidak berdaya dengan otoritas dari tempat lain yang memaksanya untuk
bertindak bertentangan dengan kebenaran. Selain dibeli dengan uang, bisa juga dipaksa dengan
ancaman keamanan keluarganya, juga lewat teror semacam "surat sakti" dari pihak yang jabatannya
lebih tinggi.
216
Allah adalah hakim yang adil yang tidak dikendalikan oleh apapun dari luar. Dia mandiri dan tidak
terbeli. Dia tidak bisa ditekan ataupun diancam. Dia adalah Pemilik alam semesta. Langit dan bumi
menjadi saksi keadilan-Nya. Pengadilan-Nya atas bangsa-bangsa, pasti benar dan vonisnya pasti adil!
Siapa yang menjaga hidupnya benar, takut akan Tuhan, serta menegakkan keadilan dan kebenaran di
lingkup yang ia pimpin, tidak usah takut terhadap keadilan Allah. Ia akan teruji keluar bagai emas
murni!
217
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 77
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Asaf. (77–2) Aku mau berseru–seru
dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku.
(77–3) Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam–malam tanganku terulur dan tidak
menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan.
(77–4) Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah
lesulah semangatku. Sela
(77–5) Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata–kata.
(77–6) Aku memikir–mikir hari–hari zaman purbakala, tahun–tahun zaman dahulu aku ingat.
(77–7) Aku sebut–sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari–
cari:
(77–8) “Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi?
(77–9) Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia–Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku
turun–temurun?
(77–10) Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup–Nyakah rahmat–Nya karena
murka–Nya?” Sela
(77–11) Maka kataku: “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi
berubah.”
(77–12) Aku hendak mengingat perbuatan–perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat
keajaiban–keajaiban–Mu dari zaman purbakala.
(77–13) Aku hendak menyebut–nyebut segala pekerjaan–Mu, dan merenungkan perbuatan–
perbuatan–Mu.
(77–14) Ya Allah, jalan–Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?
(77–15) Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa–Mu di
antara bangsa–bangsa.
(77–16) Dengan lengan–Mu Engkau telah menebus umat–Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela
(77–17) Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan
samudera raya gemetar.
(77–18) Awan–awan mencurahkan air, awan–gemawan bergemuruh, bahkan anak–anak panah–
Mu beterbangan.
(77–19) Deru guntur–Mu menggelinding, kilat–kilat menerangi dunia, bumi gemetar dan
bergoncang.
(77–20) Melalui laut jalan–Mu dan lorong–Mu melalui muka air yang luas, tetapi jejak–Mu tidak
kelihatan.
(77–21) Engkau telah menuntun umat–Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa
dan Harun.
Renungan
Bagaimana seseorang bisa keluar dari jebakan pergumulan hidup dan
melihat kasih Tuhan yang menopang dan membebaskan dirinya? Seorang hamba Tuhan pernah
berujar demikian, saat persoalan besar menghadang hidup Anda, fokuskan diri Anda pada Yesus,
Judul: Fokus pada Tuhan
218
maka bongkah besar itu akan terlihat kecil. Jika Anda terus menerus melihat masalah, ia akan tampak
semakin besar dan Anda akan semakin frustasi menghadapinya.
Itulah yang sedang dihadapi pemazmur. Apa masalah pemazmur, kita tidak diberitahu. Ia merasa
kesusahan itu ia tanggung sendirian, Allah seperti tidak peduli, tidak menaruh belas kasih, bahkan
berdiam diri. Padahal pemazmur ingat, pada masa lampau kebaikan Tuhan nyata. Namun rupanya
ingatan itu tidak membawa pemazmur memahami bahwa Tuhan yang sama akan menolong dia juga
kini. Di tengah keputusasaan, pemazmur sampai berkesimpulan bahwa Tuhan sudah berubah (ayat
11) . Perhatikan, pada saat keluhan demi keluhan terlontar di ay. 2-11 , berapa kali kata “aku,” “ku”
muncul dibandingkan sapaannya terhadap Allah. Itu menunjukkan fokus perhatian pemazmur pada
dirinya sendiri dan masalahnya. Tak heran pemazmur semakin terdesak, terpojok, dan frustasi. Ia tak
mampu melihat Tuhan sebagai Allah yang berdaulat atas segala permasalahan hidup. Beda sekali
ketika bagian kedua mazmur ini dilantunkan, “aku” menyurut ke belakang, “Engkau,” Tuhan, Allah,
mendominasi ayat 12-21 . Pemazmur belajar fokus kepada Tuhan. Maka ia bisa menghayati kembali
kebesaran, keperkasaan Tuhan, dan juga belas kasih-Nya yang pernah menuntun nenek moyangnya
menyeberangi Laut Teberau, meninggalkan secara tuntas musuh mereka.
Ingat Tuhan tidak pernah meninggalkan kita bahkan saat-saat tersulit hidup kita. Dia selalu ada dan
siap menolong, tetapi Dia ingin kita percaya sepenuhnya. Pandanglah Dia dengan kacamata iman.
Belajar memelihara fokus hidup Anda pada Dia dan bukan pada dunia ini.
219
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 78: 1-16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nyanyian pengajaran Asaf. Pasanglah telinga untuk pengajaranku, hai
bangsaku,
sendengkanlah telingamu kepada ucapan mulutku.
Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka–teki dari zaman
purbakala.
Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek
moyang kami,
kami tidak hendak sembunyikan kepada anak–anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada
angkatan yang kemudian puji–pujian kepada TUHAN dan kekuatan–Nya dan perbuatan–
perbuatan ajaib yang telah dilakukan–Nya.
Telah ditetapkan–Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi–Nya di Israel; nenek
moyang kita diperintahkan–Nya untuk memperkenalkannya kepada anak–anak mereka,
supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak–anak, yang akan lahir kelak,
bangun dan menceritakannya kepada anak–anak mereka,
supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan–
perbuatan Allah, tetapi memegang perintah–perintah–Nya;
dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan
yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.
Bani Efraim, pemanah–pemanah yang bersenjata lengkap, berbalik pada hari pertempuran;
mereka tidak berpegang pada perjanjian Allah dan enggan hidup menurut Taurat–Nya.
Mereka melupakan pekerjaan–pekerjaan–Nya dan perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib, yang
telah diperlihatkan–Nya kepada mereka.
Di hadapan nenek moyang mereka dilakukan–Nya keajaiban–keajaiban, di tanah Mesir, di
padang Zoan;
dibelah–Nya laut, diseberangkan–Nya mereka; didirikan–Nya air sebagai bendungan,
dituntun–Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk dengan terang api;
dibelah–Nya gunung batu di padang gurun, diberi–Nya mereka minum banyak air seperti dari
samudera raya;
dibuat–Nya aliran air keluar dari bukit batu, dan dibuat–Nya air turun seperti sungai.
Renungan
Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian
Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel.
Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78
merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya.
Judul:
Mengingat dan merespons karya-Nya
Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik
dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4) . Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia,
tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang
belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat.
220
Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal.
Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia
terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7) . Tuhan sendiri
menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16) . Kesetiaan Tuhan terbukti dari
Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65) . Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari
Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan
dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian.
Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan,
pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11) .
Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah
menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa
dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons
kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan
penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya
dan menyakiti hati-Nya?
221
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 78: 17-33
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Tetapi mereka terus berbuat dosa terhadap Dia, dengan memberontak terhadap Yang
Mahatinggi di padang kering.
Mereka mencobai Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka.
Mereka berkata terhadap Allah: “Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun?
Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai–sungai;
tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat–Nya?”
Sebab itu, ketika mendengar hal itu, TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan
murka bergejolak menimpa Israel,
sebab mereka tidak percaya kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada–Nya.
Maka Ia memerintahkan awan–awan dari atas, membuka pintu–pintu langit,
menurunkan kepada mereka hujan manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka
gandum dari langit;
setiap orang telah makan roti malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah–
limpah.
Ia telah menghembuskan angin timur di langit dan menggiring angin selatan dengan kekuatan–
Nya;
Ia menurunkan kepada mereka hujan daging seperti debu banyaknya, dan hujan burung–
burung bersayap seperti pasir laut;
Ia menjatuhkannya ke tengah perkemahan mereka, sekeliling tempat kediaman itu.
Mereka makan dan menjadi sangat kenyang; Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka
inginkan.
Mereka belum merasa puas, sedang makanan masih ada di mulut mereka;
maka bangkitlah murka Allah terhadap mereka: Ia membunuh gembong–gembong mereka,
dan menewaskan teruna–teruna Israel.
Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya kepada perbuatan–
perbuatan–Nya yang ajaib.
Sebab itu Ia membuat hari–hari mereka habis dalam kesia–siaan, dan tahun–tahun mereka
dalam kekejutan.
Renungan
Di manakah penyertaan Tuhan yang paling Anda rasakan
dalam hidup ini? Apakah waktu segala sesuatu berjalan lancar, semua tersedia dan bahkan
melimpah? Kalau memperhatikan catatan sejarah Israel, kita menemukan penyertaan Tuhan yang
paling kelihatan adalah di dalam perjalanan di padang gurun. Tiang awan dan tiang api yang
bergantian menuntun mereka siang dan malam (ayat 14-16) . Air yang tercurah dari batu karang untuk
melepaskan dahaga mereka di padang yang kering dan panas (ayat 15-16) . Lebih ajaib lagi, butiran
manna yang setiap hari turun untuk dijadikan roti (ayat 23-25) . Bahkan, sore hari Allah mengirimkan
daging berupa burung puyuh untuk kenikmatan mereka (ayat 26-28) .
Judul:
Sikap tak puas adalah dosa
222
Allah memperhatikan mereka bukan hanya dalam perkara rohani, lewat Taurat dan segala
perintahnya, tapi juga dalam perkara jasmani dengan berlimpah-limpah. Namun, apa balasan umatNya? Gerutuan karena ketidakpuasan dan ketidakpercayaan! Mereka tidak puas dengan kelimpahan
yang mereka terima (ayat 18) . Mereka merindukan dapat menikmati makanan seperti dulu di Mesir,
padahal di situ mereka diperbudak. Mereka tidak percaya bahwa Allah sungguh-sungguh peduli atas
mereka atau sanggup mencukupi mereka (ayat 19-20) . Bahkan setelah semua tersaji begitu ajaib,
mereka masih juga merasa tidak puas (ayat 29-30) . Tidak heran kalau Allah pun murka dan
menghukum mereka (ayat 31) .
Adakah kemiripan pengalaman Anda dengan yang dialami umat Israel? Jangan-jangan malah Anda
tidak pernah mengalami padang gurun. Yang ada selalu padang rumput hijau yang mengenyangkan
serta aliran sungai yang hening dan bening untuk menyegarkan dahaga. Namun apakah Anda
merasakan Tuhan hadir dan itu membuat Anda bersyukur dan puas hati? Atau masihkah Anda
menggerutu karena merasa belum puas dan karena Anda menganggap memang sudah seharusnya
Anda menerima semua yang baik ini? Hati-hati! Sikap tidak puas adalah sikap tidak tahu berterima
kasih pada Tuhan!
223
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 78: 34-53
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini
Allah;
mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi
adalah Penebus mereka.
Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka
membohongi Dia.
Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian–Nya.
Tetapi Ia bersifat penyayang, Ia mengampuni kesalahan mereka dan tidak memusnahkan
mereka; banyak kali Ia menahan murka–Nya dan tidak membangkitkan segenap amarah–Nya.
Ia ingat bahwa mereka itu daging, angin yang berlalu, yang tidak akan kembali.
Berapa kali mereka memberontak terhadap Dia di padang gurun, dan menyusahkan hati–Nya
di padang belantara!
Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati Yang Kudus dari Israel.
Mereka tidak ingat kepada kekuasaan–Nya, kepada hari Ia membebaskan mereka dari pada
lawan,
ketika Ia mengadakan tanda–tanda di Mesir dan mujizat–mujizat di padang Zoan.
Ia mengubah menjadi darah sungai–sungai mereka dan aliran–aliran air mereka, sehingga tidak
terminum;
Ia melepaskan kepada mereka lalat pikat yang memakan mereka, dan katak–katak yang
memusnahkan mereka;
Ia memberikan hasil tanah mereka kepada ulat, dan hasil jerih payah mereka kepada belalang;
Ia mematikan pohon anggur mereka dengan hujan batu, dan pohon–pohon ara mereka dengan
embun beku;
Ia membiarkan kawanan binatang mereka ditimpa hujan es, dan ternak mereka disambar
halilintar;
Ia melepaskan kepada mereka murka–Nya yang menyala–nyala, kegemasan, kegeraman dan
kesesakan, suatu pasukan malaikat yang membawa malapetaka;
Ia membiarkan murka–Nya berkobar, Ia tidak mencegah jiwa mereka dari maut, nyawa mereka
diserahkan–Nya kepada penyakit sampar;
dibunuh–Nya semua anak sulung di Mesir, kegagahan mereka yang pertama–tama di kemah–
kemah Ham;
disuruh–Nya umat–Nya berangkat seperti domba–domba, dipimpin–Nya mereka seperti
kawanan hewan di padang gurun;
dituntun–Nya mereka dengan tenteram, sehingga tidak gemetar, sedang musuh mereka
dilingkupi laut;
Renungan
Sungguh ngeri melihat zaman sekarang masih ada orang yang secara
diam-diam melakukan traficking, penculikan anak-anak yang kemudian dijual untuk dijadikan budak,
bahkan pelacur. Di zaman orang menghargai kemerdekaan, hak asasi manusia, betapa perbudakan
Judul:
Perbudakan dosa
224
sangat tidak masuk di akal sehat. Namun tahukah Anda perbudakan yang jauh lebih mengerikan
daripada perbudakan fisik? Ya, perbudakan dosa. Keadaan manusia yang dibelenggu oleh dosa
sehingga setiap perbuatannya dikendalikan oleh natur dosa. Itulah kenyataan manusia berdosa,
bukan hanya tidak mampu mengendalikan diri untuk hidup sesuai dengan harkat kemanusiaannya,
bahkan sengaja menggadaikan kemanusiaan yang mulia itu untuk hal-hal fana, semata-mata hawa
nafsu.
Gambaran umat Israel yang dipaparkan di perikop ini, tepat sekali mengilustrasikan belenggu dosa
yang memperangkap hidup mereka. Di mulai ayat 32 yang menyatakan bahwa walaupun Tuhan
sudah menghukum dahsyat kerakusan dan ketidakpuasan mereka, tetap saja mereka berbuat dosa
dan tidak memercayai Tuhan. Bahkan mereka sengaja menggadaikan kemuliaan Allah yang
menyertai mereka dengan menipu Dia. Yaitu dengan pura-pura bertobat. Dengan kata-kata
memohon ampun, mungkin pula disertai ritual-ritual kudus, tetapi hatinya melawan Dia dan
melecehkan firman-Nya (ayat 34-37) . Padahal sepanjang sejarah hidup mereka, kasih setia Tuhan tak
pernah memudar. Bayangkan kegemasan pemazmur saat mengungkapkan sekali lagi kasih setia-Nya
membela mereka dari tangan musuh (ayat 43-53) .
Itulah kenyataan manusia berdosa, tidak ada sedikit pun kemampuan untuk hidup berkenan kepada
Tuhan. Kebaikan Tuhan seperti angin lalu yang mereka nikmati hembusannya, terus dilupakan begitu
saja. Syukur kepada Allah, di dalam Kristus, perbudakan dosa dipatahkan, belenggu maut
dihancurkan. Sejarah kelam umat Israel menjadi peringatan untuk kita agar tidak keluar dari lingkup
anugerah-Nya agar kita hidup berkenan kepada-Nya!
225
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 78: 54-72
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
dibawa–Nya mereka ke tanah–Nya yang kudus, yakni pegunungan ini, yang diperoleh tangan
kanan–Nya;
dihalau–Nya bangsa–bangsa dari depan mereka, dibagi–bagikan–Nya kepada mereka tanah
pusaka dengan tali pengukur, dan disuruh–Nya suku–suku Israel mendiami kemah–kemah
mereka itu.
Tetapi mereka mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak
berpegang pada peringatan–peringatan–Nya;
mereka murtad dan berkhianat seperti nenek moyang mereka, berubah seperti busur yang
memperdaya;
mereka menyakiti hati–Nya dengan bukit–bukit pengorbanan mereka, membuat Dia cemburu
dengan patung–patung mereka.
Ketika Allah mendengarnya, Ia menjadi gemas, Ia menolak Israel sama sekali;
Ia membuang kediaman–Nya di Silo kemah yang didiami–Nya di antara manusia;
Ia membiarkan kekuatan–Nya tertawan, membiarkan kehormatan–Nya jatuh ke tangan lawan;
Ia membiarkan umat–Nya dimakan pedang, dan gemaslah Ia atas milik–Nya sendiri.
Anak–anak teruna mereka dimakan api, dan anak–anak dara mereka tidak lagi dipuja dengan
nyanyian perkawinan;
imam–imam mereka gugur oleh pedang, dan janda–janda mereka tidak dapat menangis.
Lalu terjagalah Tuhan, seperti orang yang tertidur, seperti pahlawan yang siuman dari mabuk
anggur;
Ia memukul mundur para lawan–Nya, Ia menyebabkan mereka mendapat cela untuk selama–
lamanya.
Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilih–Nya,
tetapi Ia memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihi–Nya;
Ia membangun tempat kudus–Nya setinggi langit, laksana bumi yang didasarkan–Nya untuk
selama–lamanya;
dipilih–Nya Daud, hamba–Nya, diambil–Nya dia dari antara kandang–kandang kambing domba;
dari tempat domba–domba yang menyusui didatangkan–Nya dia, untuk menggembalakan
Yakub, umat–Nya, dan Israel, milik–Nya sendiri.
Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan
kecakapan tangannya.
Renungan
Bagaimanakah menurut Anda, Tuhan harus bersikap
terhadap umat yang terus menerus mendurhakai-Nya? Seperti seorang ayah yang "habis akal"
menghadapi anaknya yang bandel luar biasa. Terkadang hanya ada satu cara, yaitu didiamkan dan
tidak dipedulikan untuk sementara waktu.
Judul: Dihukum, tetapi dicintai kembali
Demikian juga tindakan Tuhan terhadap umat-Nya, yang sangat disayangi-Nya. Begitu banyak berkat
dicurahkan, pemeliharaan-Nya nyata. Bahkan sampai mereka menerima kepenuhan janji Allah, yaitu
tanah pusaka (ayat 55) . Namun, Israel seperti anak nakal yang tak puas dan berpetualang mencari
226
kepuasan dengan berhala-berhala (ayat 58) . Demikian sakit hati Allah sampai Ia membiarkan mereka
bahkan menyerahkan mereka dihajar lawan, dijarah dan ditumpas musuh (ayat 59-64) .
Puji syukur kepada Tuhan! Kita bukan memiliki Allah yang menyimpan dendam atau yang kasih-Nya
memudar. Justru saat Ia melihat umat-Nya, yang dikasihi-Nya dikoyak-koyak oleh musuh, tak sampai
hati Tuhan. Gambaran ayat 65 seakan-akan Tuhan kaget melihat kenyataan umat-Nya akan binasa.
Dia bangkit pada waktu-Nya untuk membela umat-Nya. Ia membangkitkan Daud untuk
menggembalakan umat-Nya bagi Dia (ayat 70-72) . Tuhan sendiri menyatakan perkenan-Nya kembali
kepada umat-Nya, lewat bait Allah yang didirikan di kota Yerusalem (ayat 68-69) .
Apakah Anda merasa sedang didiamkan Allah? Anda merasa Allah seolah tidak peduli dengan apa
yang sedang Anda alami? Mungkin kita perlu memeriksa diri. Jangan-jangan ada dosa yang selama ini
kita dengan sengaja pelihara dan nikmati. Kita tidak peka sudah menyakiti hati-Nya, malah kita
bermain-main dengan segala hal yang tidak disukai-Nya. Mungkin kediaman-Nya adalah teguran
kasih. Bertobatlah sebelum Dia memakai hal yang lebih keras dan menyakitkan untuk menyadarkan
kita. Akuilah kesalahan kita dan perbaiki sikap hidup kita seturut firman-Nya. Biar Dia kembali
menjadi Allah yang kekasih, dan kita menjadi umat yang setia dan penurut.
227
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 79
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Mazmur Asaf. Ya Allah, bangsa–bangsa lain telah masuk ke dalam tanah milik–Mu, menajiskan
bait kudus–Mu, membuat Yerusalem menjadi timbunan puing.
Mereka memberikan mayat hamba–hamba–Mu sebagai makanan kepada burung–burung di
udara, daging orang–orang yang Kaukasihi kepada binatang–binatang liar di bumi.
Mereka menumpahkan darah orang–orang itu seperti air sekeliling Yerusalem, dan tidak ada
yang menguburkan.
Kami menjadi cela bagi tetangga–tetangga kami, menjadi olok–olok dan cemooh bagi orang–
orang sekeliling kami.
Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau murka terus–menerus, dan cemburu–Mu berkobar–kobar
seperti api?
Tumpahkanlah amarah–Mu ke atas bangsa–bangsa yang tidak mengenal Engkau, ke atas
kerajaan–kerajaan yang tidak menyerukan nama–Mu;
sebab mereka telah memakan habis Yakub, dan tempat kediamannya mereka hancurkan.
Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat–Mu
segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami.
Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama–Mu! Lepaskanlah kami dan
ampunilah dosa kami oleh karena nama–Mu!
Mengapa bangsa–bangsa lain boleh berkata: “Di mana Allah mereka?” Biarlah di hadapan kami
bangsa–bangsa lain mengetahui pembalasan atas darah yang tertumpah dari hamba–hamba–
Mu.
Biarlah sampai ke hadapan–Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan–Mu,
biarkanlah hidup orang–orang yang ditentukan untuk mati dibunuh!
Dan balikkanlah ke atas pangkuan tetangga kami tujuh kali lipat cela yang telah didatangkan
kepada–Mu, ya Tuhan!
Maka kami ini, umat–Mu, dan kawanan domba gembalaan–Mu, akan bersyukur kepada–Mu
untuk selama–lamanya, dan akan memberitakan puji–pujian untuk–Mu turun–temurun.
Renungan
Doa macam apa yang sampai ke hadirat Tuhan? Tentu bukan doa yang
dipanjatkan untuk memamerkan kebaikan si pendoa bahwa doanya layak didengar Tuhan.
Hakikatnya itu bukan doa, di hadapan Tuhan sama sekali tidak ada apa-apanya (band. Luk. 18:9-14).
Juga bukan doa yang isinya memerintah Tuhan agar memberkati kita. Doa seperti ini memperlakukan
Tuhan seperti pembantu saja.
Judul:
Doa yang tulus
Dalam keadaan terancam bahaya oleh musuh-musuh bangsanya, pemazmur memanjatkan doa yang
tulus. Ia mengakui bahwa semua penderitaan yang bangsanya sedang alami adalah karena dosa-dosa
mereka sendiri. Ia sadar bahwa hukuman itu memang layak mereka terima. Namun karena kesadaran
akan kebesaran dan kasih setia Tuhan, pemazmur berani memohon dengan merendahkan diri agar
belas kasih Tuhan dan pengampunan-Nya diberlakukan atas mereka. Agar penghukuman yang
sedang mereka terima segera diangkat. Ia juga memohon supaya hukuman itu ditimpakan pada
bangsa musuh.
228
Pemazmur minta pengampunan dosa dan pengalihan penghukuman pada musuh demi kemuliaan
Tuhan. Para musuh sedang menista Tuhan dengan menimpakan segala sengsara kepada umat-Nya.
Kalau Tuhan tidak bertindak menyelamatkan, tentu musuh mengira Tuhan tidak sanggup menolong
umat-Nya. Maka pemazmur meminta agar Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya dengan menolong
mereka.
Waktu kita berdoa, biarlah fokus kita adalah Tuhan dan kemuliaan-Nya. Maka jangan membela diri
apalagi mencari kambing hitam. Akuilah dengan jujur, lalu mohon belas kasih dan pengampunanNya. Bertekadlah untuk hidup lebih berhati-hati, jangan lagi jatuh pada dosa yang sama. Jangan biarkan musuh berkesempatan mencela Allah kita karena kebebalan dan kedegilan hati kita. Maka Allah
yang penuh kasih dan kemurahan akan menyatakan kemuliaan-Nya dengan menolong kita dan
menimpakan hukuman kepada musuh-musuh-Nya.
229
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 80
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Kesaksian Asaf. Mazmur. (80–2) Hai
gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba! Ya
Engkau, yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar
(80–3) di depan Efraim dan Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan–Mu dan
datanglah untuk menyelamatkan kami.
(80–4) Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka kami akan selamat.
(80–5) TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka–Mu menyala sekalipun umat–Mu
berdoa?
(80–6) Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata, Engkau memberi mereka minum
air mata berlimpah–limpah,
(80–7) Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan tetangga–tetangga kami, dan musuh–
musuh kami mengolok–olok kami.
(80–8) Ya Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka kami akan
selamat.
(80–9) Telah Kauambil pohon anggur dari Mesir, telah Kauhalau bangsa–bangsa, lalu Kautanam
pohon itu.
(80–10) Engkau telah menyediakan tempat bagi dia, maka berakarlah ia dalam–dalam dan
memenuhi negeri;
(80–11) gunung–gunung terlindung oleh bayang–bayangnya, dan pohon–pohon aras Allah oleh
cabang–cabangnya;
(80–12) dijulurkannya ranting–rantingnya sampai ke laut, dan pucuk–pucuknya sampai ke sungai
Efrat.
(80–13) Mengapa Engkau melanda temboknya, sehingga ia dipetik oleh setiap orang yang lewat?
(80–14) Babi hutan menggerogotinya dan binatang–binatang di padang memakannya.
(80–15) Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah!
Indahkanlah pohon anggur ini,
(80–16) batang yang ditanam oleh tangan kanan–Mu!
(80–17) Mereka telah membakarnya dengan api dan menebangnya; biarlah mereka hilang
lenyap oleh hardik wajah–Mu!
(80–18) Kiranya tangan–Mu melindungi orang yang di sebelah kanan–Mu, anak manusia yang
telah Kauteguhkan bagi diri–Mu itu,
(80–19) maka kami tidak akan menyimpang dari pada–Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami
akan menyerukan nama–Mu.
(80–20) Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah–Mu bersinar, maka
kami akan selamat.
Renungan
Bagaimana Anda menyampaikan doa permohonan Anda
kepada Tuhan? Apakah hanya semata-mata mengutarakan pergumulan dan kebutuhan Anda?
Judul:
Doa yang meraih hati Allah
230
Pemazmur bukan hanya memohon pengampunan dan pemulihan Tuhan akan penderitaan umat
karena hukuman Tuhan, tetapi doa yang dipanjatkannya ditujukan untuk membangkitkan sentimen
kasih Tuhan kepada umat-Nya. Inilah doa yang indah! Doa pemazmur berpusat pada agar Allah
memulihkan mereka (ayat 4, 8, 20) dari keadaan yang jauh dari Tuhan. Pada bagian pertama (ayat 2-4)
pemazmur mulai dengan menyapa Allah sebagai gembala Israel (band. 23:1) yang menggiring Yusuf
sebagai domba-Nya. Sebenarnya, Tuhan telah memercayakan tugas menggembalakan umat kepada
raja (ayat 2 Sam. 7) . Namun, para raja telah gagal, maka hanya Tuhan saja satu-satunya andalan.
Pemazmur menyapa Tuhan sebagai yang hadir dan bertakhta di tengah-tengah umat, secara simbolis
bertakhta di tabut perjanjian dan tutup pendamaian di ruang maha kudus, bait Allah (band. Kel. 25:2122) . Pemazmur rindu Allah hadir kembali di pusat kehidupan umat-Nya.
Pada bagian kedua (ayat 5-8), pemazmur minta Tuhan meredakan amarah-Nya karena para musuh
telah mencela mereka. Mereka telah dipermalukan, kiranya Tuhan memulihkan jati diri mereka. Pada
bagian ketiga (ayat 9-20) pemazmur menyapa Tuhan sebagai petani yang telah berjerih lelah
menanam mereka bak pohon anggur di tanah milik-Nya. Namun karena buahnya asam, Tuhan telah
membuang mereka bahkan membiarkan orang lain menjarah kebun anggur Tuhan. Maka
permohonan pemazmur adalah agar Tuhan kembali peduli pada kebun anggur milik-Nya dan
memulihkan milik kepunyaan-Nya. Pemazmur rindu sinar kemuliaan Allah berkenan menerangi
mereka lagi (ayat 2b, 4, 8, 20) .
Adakah doa yang lebih indah daripada doa yang bukan hanya meminta, tetapi yang meraih hati Allah
dan yang membangunkan kembali relasi yang rusak oleh dosa?
231
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 81
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Dari Asaf. (81–2) Bersorak–sorailah bagi Allah,
kekuatan kita, bersorak–soraklah bagi Allah Yakub.
(81–3) Angkatlah lagu, bunyikanlah rebana, kecapi yang merdu, diiringi gambus.
(81–4) Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada bulan purnama, pada hari raya kita.
(81–5) Sebab hal itu adalah suatu ketetapan bagi Israel, suatu hukum dari Allah Yakub.
(81–6) Sebagai suatu peringatan bagi Yusuf ditetapkan–Nya hal itu, pada waktu Ia maju
melawan tanah Mesir. Aku mendengar bahasa yang tidak kukenal:
(81–7) “Aku telah mengangkat beban dari bahunya, tangannya telah bebas dari keranjang
pikulan;
(81–8) dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau; Aku menjawab engkau
dalam persembunyian guntur, Aku telah menguji engkau dekat air Meriba. Sela
(81–9) Dengarlah hai umat–Ku, Aku hendak memberi peringatan kepadamu; hai Israel, jika
engkau mau mendengarkan Aku!
(81–10) Janganlah ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah kepada allah
asing.
(81–11) Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah
mulutmu lebar–lebar, maka Aku akan membuatnya penuh.
(81–12) Tetapi umat–Ku tidak mendengarkan suara–Ku, dan Israel tidak suka kepada–Ku.
(81–13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan
mengikuti rencananya sendiri!
(81–14) Sekiranya umat–Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang
Kutunjukkan!
(81–15) Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku
balikkan tangan–Ku.
(81–16) Orang–orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada–Nya, dan itulah
nasib mereka untuk selama–lamanya.
(81–17) Tetapi umat–Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik dan dengan madu dari gunung
batu Aku akan mengenyangkannya.”
Renungan
Bagaimana perasaan Anda ketika melihat orang yang Anda kasihi ternyata
memilih untuk mengkhianati Anda? Kecewa bukan? Apalagi jika hal itu dilakukan dengan sengaja.
Anda bukan hanya merasakan kekecewaan melainkan juga merasakan kepedihan yang mendalam.
Judul:
Bersediakah
Inilah perasaan Tuhan, yang digambarkan di ayat 12-13 . Tuhan kecewa akan sikap umat-Nya yang
melupakan diri-Nya yang telah menolong mereka dalam kesesakan (ayat 7-8) . Oleh karena sikap
mereka yang mendurhaka tersebut, Ia telah menyerahkan mereka ke tangan para musuh supaya
mereka sadar betapa Tuhan tidak boleh diduakan (ayat 9-11) . Tujuannya adalah agar mereka segera
sadar dan bertobat (ayat 14), sehingga Ia kembali memulihkan keadaan mereka bahkan memberkati
mereka dengan limpah (ayat 15-17) .
232
Mazmur ini ditulis bukan dengan nada sendu, tetapi secara positif (ayat 2-4) . Pemazmur yakin Tuhan
adalah setia dan dapat diandalkan. Mereka memang pernah keliru dalam hidup ini, tapi oleh karena
kasih setia-Nya mereka pasti ditolong. Sebab itu mazmur ini mendorong pembacanya untuk bertekad
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Apakah mazmur ini merupakan cerminan dari perbuatan kita saat ini? Bisa jadi Allah juga merasakan
hal yang sama ketika melihat kita. Ia kecewa melihat ketidaktaatan dan ketidaksetiaan kita pada-Nya.
Berkali-kali ia mengingatkan kita, berkali-kali pula kita melanggar firman-Nya. Berkali-kali kita datang
pada Tuhan dengan penyesalan, namun berkali-kali juga kita melakukan lagi pelanggaran.
Marilah kita beranjak maju dalam pertumbuhan iman kita. Jangan lagi hidup dalam kekalahan dan
kegagalan. Syukur ada Tuhan Yesus yang sudah menang atas kuasa dosa. Kita yang percaya kepadaNya diberi kuasa untuk bertahan bahkan tetap setia dan taat pada firman-Nya. Kita bisa meneladani
Dia dalam menjalani hidup yang memuliakan Dia. Bersediakah Anda menjalani hidup ini
berkemenangan ber-sama Yesus?
233
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 82
1
2
3
4
5
6
7
8
Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi:
“Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela
Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara
dan orang yang kekurangan!
Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!”
Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa–apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah
segala dasar bumi.
Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak–anak Yang Mahatinggi kamu
sekalian.—
Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan
tewas.”
Bangunlah ya Allah, hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa.
Renungan
Adakah kesadaran pada para pemimpin bangsa kita bahwa
mereka adalah hamba Tuhan? Bahwa mereka akan dihakimi Allah tentang sikap dan cara kerja
mereka?
Judul:
Hakim atas pemimpin dunia
Sebagian besar tidak! Krisis kepemimpinan melanda Indonesia! Di kalangan eksekutif, legislatif,
bahkan yudikatif pun, payah! Jalan-jalan (studi perbandingan), korupsi (uang lelah), jegal-menjegal
(ungkapan wibawa), pembiaran masalah (cari ide), bukan lagi menggejala tapi membudaya! Maka
sebagian besar rakyat pun, termasuk orang Kristen dan gereja jadi tawar hati, marah, atau acuh.
Kita harus konsisten bertindak benar di arena publik. Ini saja tidak cukup! Perlu keberanian dan
kerendahan hati menyuarakan beberapa hal penting seperti yang dipaparkan mazmur ini.
Pertama, tegaskan bahwa posisi pemimpin adalah suatu kehormatan besar. Karena, Allah sendiri
menetapkan mereka meski prosesnya melalui pemilihan rakyat (ayat 6; band. Rm. 13:1). Maka mereka
harus bersikap dan bertindak terhormat sebagai wakil Allah.
Kedua, Allah sedang mengevaluasi (ayat 5) dan akan menghakimi. Dampak evaluasi Allah atas para
pemimpin bisa terjadi kini bisa juga fatal kelak (ayat 7).
Ketiga, Allah adalah hakim yang adil. Ia memiliki standar penugasan dan standar evaluasi yang jelas
dan tegas. Ia tak akan membiarkan pemimpin yang mengorbankan orang kecil. Ia ingin agar ada
upaya penyetaraan ke semua kalangan (ayat 3, 4) . Dan karena Ia adil, Ia sendiri yang akan
menentukan bagaimana sesungguhnya kondisi faktual seorang pemimpin (ayat 5).
Gereja harus memberikan pembinaan tentang prinsip penting ini. Sebentar lagi kita akan mengikuti
pemilihan umum. Kita harus memilih sebisa mungkin pemimpin yang mendekati kriteria ini. Namun
selesai pemilihan, kita harus berani dengan bijak mengingatkan pemimpin ten-tang tanggung jawab
kepada Allah. Perlu pembinaan dan latihan agar orang Kristen memiliki keterampilan menyuarakan
kenabian di ruang publik. Jika kita tidak berhasil mengoreksi, tak usah apatis. Kita sudah melakukan
tugas kita. Kita tahu bahwa Allah akan menjalankan bagian-Nya. Pasti! Sejarah membuktikan, orang
kuat mana pun diurus-Nya jika tidak beres!
234
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 83
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Mazmur Asaf: suatu nyanyian. (83–2) Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam
diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah!
(83–3) Sebab sesungguhnya musuh–musuh–Mu ribut, orang–orang yang membenci Engkau
meninggikan kepala.
(83–4) Mereka mengadakan permufakatan licik melawan umat–Mu, dan mereka berunding
untuk melawan orang–orang yang Kaulindungi.
(83–5) Kata mereka: “Marilah kita lenyapkan mereka sebagai bangsa, sehingga nama Israel tidak
diingat lagi!”
(83–6) Sungguh, mereka telah berunding dengan satu hati, mereka telah mengadakan perjanjian
melawan Engkau:
(83–7) Penghuni kemah–kemah Edom dan orang Ismael, Moab dan orang Hagar,
(83–8) Gebal dan Amon dan Amalek, Filistea beserta penduduk Tirus,
(83–9) juga Asyur telah bergabung dengan mereka, menjadi kaki tangan bani Lot. Sela
(83–10) Perlakukanlah mereka seperti Midian, seperti Sisera, seperti Yabin dekat sungai Kison,
(83–11) yang sudah dipunahkan di En–Dor, menjadi pupuk bagi tanah.
(83–12) Buatlah para pemuka mereka seperti Oreb dan Zeeb, seperti Zebah dan Salmuna semua
pemimpin mereka,
(83–13) yang berkata: “Marilah kita menduduki tempat–tempat kediaman Allah!”
(83–14) Ya Allahku, buatlah mereka seperti dedak yang beterbangan, seperti jerami yang ditiup
angin!
(83–15) Seperti api yang membakar hutan, dan seperti nyala api yang menghanguskan gunung–
gunung,
(83–16) kejarlah mereka dengan badai–Mu, dan kejutkanlah mereka dengan puting beliung–Mu;
(83–17) penuhilah muka mereka dengan kehinaan, supaya mereka mencari nama–Mu, ya
TUHAN!
(83–18) Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama–lamanya; biarlah mereka tersipu–
sipu dan binasa,
(83–19) supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas
seluruh bumi.
Renungan
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika ketakutan atau kecemasan datang
melanda? Biasanya segala sesuatu yang buruk. Makin lama, akan semakin terbenam ke dalam segala
hal yang berakibat buruk, seolah-olah tidak ada lagi jalan keluar. Sulit untuk melihat atau memikirkan
kemungkinan lain yang bisa saja menjadi jalan keluar dari persoalan yang kita hadapi. Semuanya
serba buntu. Jadinya semakin stres, frustasi, bahkan depresi.
Judul: Stress? No Way!
Dalam mazmur ini kita melihat sikap dan cara berpikir yang berbeda. Saat pemazmur mengalami
ketakutan luar biasa karena bangsa-bangsa yang menjadi musuh bersatu dan bermufakat untuk
menghancurkan bangsanya, ia datang pada Tuhan dan mengadukan semua persoalan pada-Nya (ayat
235
2-9) .
Ia tidak mencoba menyelesaikan masalah dengan kekuatan sendiri atau melarikan diri dari
masalah tersebut.
Ia mengarahkan pikirannya untuk mengingat kembali segala karya Tuhan yang telah dilakukan-Nya
untuk menolong umat-Nya saat menghadapi musuh-musuh yang begitu kuat. Tuhan bukan hanya
telah menolong, tetapi juga menunjukkan kemenangan dengan cara yang luar biasa (ayat 10-13) .
Akhirnya, dengan ingatan akan segala karya Tuhan, ia meminta agar Tuhan bertindak mengatasi para
musuh. Ia tetap mengandalkan Tuhan dan bukan mencari kekuatan atau perlindungan dari bangsabangsa lain (ayat 14-19) .
Bagaimana menghadapi persoalan yang betubi-tubi menimpa kehidupan kita? Stres? No Way!
Datang pada Tuhan, serahkan semua persoalan. Ungkapkan semua ketakutan dan kekuatiran kita.
Ingat kembali segala pertolongan-Nya yang sudah kita alami, agar keyakinan kita akan kuat kuasa dan
kasih setia-Nya mengangkat hati kita. Lalu minta Tuhan berkarya dalam hidup kita. Nyatakan dengan
sungguh-sungguh dan persilakan Tuhan menolong kita dengan cara-Nya. Yang harus kita lakukan
sekarang, pujilah Dia dan naikkan syukur tak henti-henti atas pertolongan yang sudah dan yang akan
dilakukan-Nya pada kita!
236
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 84
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur bani Korah. (84–2) Betapa disenangi
tempat kediaman–Mu, ya TUHAN semesta alam!
(84–3) Jiwaku hancur karena merindukan pelataran–pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku
bersorak–sorai kepada Allah yang hidup.
(84–4) Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang–layang sebuah
sarang, tempat menaruh anak–anaknya, pada mezbah–mezbah–Mu, ya TUHAN semesta alam,
ya Rajaku dan Allahku!
(84–5) Berbahagialah orang–orang yang diam di rumah–Mu, yang terus–menerus memuji–muji
Engkau. Sela
(84–6) Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan
ziarah!
(84–7) Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air;
bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.
(84–8) Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.
(84–9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub.
Sela
(84–10) Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi!
(84–11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran–Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih
baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah–kemah orang fasik.
(84–12) Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia
tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
(84–13) Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada–Mu!
Renungan
Dalam PL, hadirat Allah adalah kehadiran-Nya dalam kehidupan umat Israel.
Secara harfiah, menghadap hadirat Allah adalah "melihat muka" Allah (Kel. 23:15, 17) . Umat Israel
diperintahkan untuk menghadap hadirat Allah dengan membawa persembahan dan hati syukur.
Judul: Hadirat Allah
Menghadap hadirat Allah merupakan anugerah karena siapakah yang bisa dan layak melihat Allah.
Sedangkan Musa saja yang dikatakan Allah berbicara kepada dia berhadapan muka (Bil. 12:8), tidak
dapat melihat muka Allah secara langsung (Kel. 34:18-23) .
Hidup dalam hadirat Allah berarti hidup dalam kesadaran bahwa ada Allah dan Dia hadir dalam hidup
kita dan Dia mau berkarya di dalam dan lewat hidup kita. Kesadaran akan Allah ada merupakan
langkah pertama dari menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita. Kesadaran ini diperoleh dari
firman Tuhan yang menyatakan bahwa Allah bukan sekadar Pencipta, tetapi yang juga peduli dan
mau berelasi dengan manusia ciptaan-Nya. Ia menciptakan kita menurut gambar-Nya: di dalam diri
kita ada unsur Ilahi yang memampukan kita berkomunikasi dengan Dia sebagai satu pribadi kepada
Pribadi Allah. Dia hadir dalam hidup kita melalui Roh Kudus yang Dia berikan untuk memimpin kita.
Saat kita menyadari ada Roh Kudus di dalam hidup kita dan kita mau merespons kepemimpinan-Nya,
kesadaran ini akan menolong kita bertindak sesuai dengan firman-Nya, berhati-hati terhadap ajakan
237
dan bujukan dari luar yang mau menyimpangkan kita dari kehendak-Nya. Kerinduan untuk hidup
berkenan kepada-Nya juga mewujud dalam keinginan untuk menikmati kebersamaan dan kemesraan
berelasi dengan Dia (ayat 2-3, 11) . Akhirnya, hadirat Allah memampukan kita mengerti rencana-Nya
buat hidup kita. Dia mau berkarya di dalam kita, membentuk kita menjadi makin hari makin
menyerupai Kristus. Dia mau berkarya melalui kita, menjadi berkat buat sesama kita.
Peliharalah kerinduan yang terus menerus untuk bersekutu dengan Dia lewat doa dan firman. Biar
kepekaan kita diasah untuk merasakan hadirat-Nya melalui ketaatan kita pada firman yang kita baca
dan oleh dorongan Roh Kudus kita wujudnyatakan.
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 84: 1-13
Pdt. Esra Alfred Soru, STh
Sumber: Persekutua Doa (PD) Air Hidup –
GEREJA KRISTEN INJILI NUSANTARA "REVIVAL" – GKIN Kupang NTT
Indahnya Pelataran Tuhan
Mazmur sebenarnya adalah kumpulan lagu atau pujian orang Ibrani yang dalam bahasa aslinya
disebut “Mizmor”. Mazmur 84 ini adalah Mazmur yang sangat indah, dan satu ayat di dalamnya yang
sangat menarik dan yang akan menjadi bahan renungan kita adalah ayat 11 yang berbunyi:
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di
ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di tengah kemah-kemah orang fasik”
Pertanyaan pertama yang harus kita pikirkan adalah apa itu pelataran? Pelataran sebenarnya adalah
sebuah istilah atau terminologi religius bangsa Israel sejak dari masa exodus (keluaran) yakni pada
kemah suci dan Bait Allah orang Israel. Sebenarnya kemah suci atau Bait Allah orang Israel terbagi
menjadi tiga ruangan yakni pelataran (tempat bagi siapa saja), ruang suci (tempat bagi para imam) dan ruang
mahasuci (tempat yang hanya boleh dimasuki oleh imam besar dan hanya sekali dalam setahun). Jadi
pelataran adalah tempat paling luar dari kemah suci atau Bait Allah. Pelataran ini jugalah yang
tentunya dimaksudkan dengan “ambang pintu rumah Allahku” yang dibicarakan oleh pemazmur
dalam ayat 11b .
Menarik sekali bahwa pemazmur hanya membicarakan pelataran Tuhan atau “ambang pintu” dari
rumah Allah dalam perbandingan dengan tempat yang lain dan kemah-kemah orang fasik. Ia tidak
memperbandingkan tempat yang lain dan kemah orang fasik dengan ruang suci atau ruang mahasuci.
Tentunya pemazmur ingin berkata bahwa pelataran Tuhan saja sudah begitu menyenangkan
daripada tempat yang lain atau kemah orang fasik apalagi ruang suci dan ruang mahasuci? Alasan
238
lain juga adalah karena ruang suci dan ruang mahasuci adalah tempat yang spesial bagi imam-imam
dan imam besar. Hal penting lainnya dalam bacaan ini yang harus kita pahami adalah bukan hanya
masalah kehadiran atau keberadaan di pelataran Tuhan melainkan apa yang dilakukan di sana.
Pelataran Tuhan itu akan terasa nikmat dan berbeda dengan tempat yang lain jika ada sesuatu yang
kita lakukan di sana. Pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah memiliki kerinduan atau hasrat
hati yang besar terhadap pelataran Tuhan itu (ayat 2-3a) dan juga ada pujian dan penyembahan yang
sungguh dan benar terhadap Allah (ayat 3b, 5b). Dengan demikian kita bisa berkesimpulan bahwa
pelataran Tuhan tidak hanya menunjuk pada suatu tempat tetapi juga suatu aktivitas.
Pemazmur berkata “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain;
lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada diam di tengah kemah-kemah orang
fasik.” Mengapa? Tentunya ada sesuatu di pelataran Tuhan itulah yang membuat pemazmur
mengeluarkan kalimat seperti itu.
1.
Pelataran Tuhan adalah sumber kebahagiaan (5a,
6a, 13)
Hal pertama yang membuat pelataran Tuhan itu mempunyai nilai plus dibandingkan dengan tempat
yang lain atau kemah orang fasik adalah karena di pelataran Tuhan itulah terdapat sumber
kebahagiaan. Menurut pandangan dunia kebahagiaan terletak pada kekayaan dan karena itulah
banyak orang begitu sibuk mencari kekayaan sehingga akhirnya menjadi lupa beribadah di rumah
Tuhan, lupa bersekurtu dengan Tuhan dan sesama, dan lupa memuji serta menyembah Tuhan. Orang
rela mengahabiskan waktunya untuk bekerja bahkan bekerja lembur hanya untuk mencari uang dan
kekayaan sehingga lupa akan pelataran Tuhan tempat di mana ia bisa berjumpa dan memuji Tuhan
sumber kebahagiaan itu.
Seorang ibu bertemu dengan seorang pengemis yang sangat memprihatinkan. Pengemis itu meminta
sedikit uang agar ia bisa membeli makanan. Karena iba, ibu itu memberinya sejumlah uang. Setelah
ibu itu berjalan beberapa meter di depannya, tiba-tiba pengemis itu mengeluarkan pisau dari balik
bajunya dan berlari ke arah ibu itu lalu memotong tali tas sang ibu dan membawa kabur uang serta
benda lain dalam tas ibu itu. Kita tentu berpikir betapa kurang ajarnya pengemis itu. Sudah diberi
uang kok masih mau mencuri. Tetapi ketika kita memaki pengemis itu bukankah kita sebenarnya juga
memaki diri kita sendiri? Tuhan telah memberi kita enam hari bekerja dan hanya meminta satu hari
untuk berbakti kepada-Nya (itu pun hanya beberapa jam) tapi kita malah mencuri waktu untuk Tuhan dan
dipakai untuk bekerja. Bukankah ini sebuah kekurangajaran seperti pengemis tadi? Jika kita sadar
bahwa pelataran Tuhan itu adalah sumber kebahagiaan, maka tentu kita akan meluangkan waktu
kita untuk berbakti di sana.
Kalau kita memikirkan lebih dalam, sebenarnya sumber kebahagiaan tidak terletak pada harta
kekayaan dan uang yang kita miliki. Seorang pengusaha yang kaya raya di kota Malang dapat menjadi
contohnya. Ia mengakui bahwa segala kekayaannya tidak dapat membahagiakannya. Mengapa?
Walaupun ia dapat membeli makanan seenak, selezat dan semahal apapun, tapi ia tidak bisa
memakannya karena dokter melarangnya berhubung dengan penyakitnya. Ia hanya boleh makan
bubur dan sayuran yang direbus tanpa garam ataupun penyedap rasa lainnya. Ia tidak boleh
meminum teh, kopi, es, dan banyak minuman lainnya. Satu-satunya yang bisa diminumnya adalah air
putih. Sungguh memprihatinkan. Ia memiliki sepuluh buah mobil tetapi tidak bisa memakainya sebab
ia tidak bisa duduk lebih dari 15 menit dalam mobil. Setiap kamar di rumahnya dilengkapi dengan
televisi namun ia tidak bisa menyaksikannya karena ada gangguan pada matanya. Ia berkata : “Untuk
239
apa semua kekayaan ini kalau aku tak bisa menikmatinya?” Sungguh kita dapat melihat bahwa harta,
kekayaan, uang dan segala kemewahan bukanlah merupakan sumber kebahagiaan. Zakheus adalah
orang kaya, namun ia merasa bahwa kekayaannya tidak dapat memberi kebahagiaan kepadanya.
Itulah sebabnya ia merasa perlu berjumpa dengan Yesus secara pribadi.
Uang adalah alat untuk:
Membeli tempat tidur namun bukan tidur yang nyenyak.
Membeli buku-buku namun bukan kepandaian
Membeli makanan namun bukan nafsu makan
Membeli obat namun bukan kesehatan
Mencari hiburan namun bukan damai sejahtera
Menimbun kekayaan namun bukan keselamatan
Tentunya tidak salah jika kita ingin mencari uang dan kekayaan, namun ingatlah bahwa kita perlu
juga untuk menyediakan waktu memuji dan menyembah Tuhan di pelataran-Nya karena itulah
sumber kebahagiaan yang sejati.
2.
Pelataran Tuhan adalah sumber kekuatan dan berkat
(6b -8)
Hal kedua yang membuat pelataran Tuhan itu mempunyai nilai plus dibanding dengan tempat yang
lain adalah karena pelataran Tuhan itu adalah sumber kekuatan dan berkat. Kehidupan di dunia ini
bukanlah sebuah kehidupan yang hanya menawarkan kebahagiaan, kekayaan, kesuksesan,
kesenangan dan hal-hal positif lainnya tetapi juga kehidupan yang menyodorkan atau memaksakan
kepada kita ketakutan, kecemasan, kelemahan dan kekuatiran. Berhadapan dengan semua fakta ini,
maka manusia selalu berusaha untuk mencari jalan keluar dan jalan aman terhadap semua masalahmasalah kehidupan, namun sayangnya adalah bahwa cara-cara yang ditempuh oleh manusia itu
justru akan membawa manusia itu kepada sebuah kecelakaan yang lebih parah.
Dalam pembacaan kita tadi kita dapat melihat bahwa pemazmur memandang pelataran Tuhan
sebagai sumber kekuatan dan berkat dalam menghadapi semua pergumulan hidup. Ia berkata :
“Apabila melintasi lembah baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan
pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.”
Ketika menghadapi berbagai duka, nestapa dan pergumulan hidup, kita bisa mendapatkan kekuatan
dan berkat Tuhan di pelataran-Nya yang kudus. Kalau kita memiliki kekuatan dan berkat-Nya, maka
kita tidak akan menjadi stres atau frustrasi dengan semua pergumulan hidup itu melainkan kita akan
sanggup membuat lembah air mata menjadi lembah yang bermata air. Raihlah kekuatan dan berkat
dalam pelataran-Nya.
3.
Pelataran Tuhan adalah sumber jawaban doa
(9,10)
Hal terakhir yang merupakan kelebihan pelataran Tuhan adalah bahwa pelataran Tuhan itu
merupakan sumber jawaban doa. Pemazmur tentu pernah mengalami hal ini sehingga ia
menuangkannya dalam lagunya kepada Tuhan.
Ketika kita datang menghadap dan berjumpa dengan Tuhan dalam doa kepada-Nya maka
sesungguhnya ada jaminan jawaban doa bagi kita.
240
Di dalam pelatan Tuhan ada sumber kebahagiaan, kekuatan dan berkat dan juga jawaban doa.
Dengan demikian pelataran Tuhan adalah suatu tempat dan aktivitas yang sangat berharga. Itulah
sebabnya bersama dengan pemazmur, marilah kita berkata :“Sebab lebih baik satu hari di pelataranMu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku, daripada
diam di tengah kemah-kemah orang fasik”.
241
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 85
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Untuk pemimpin biduan. Mazmur bani Korah. (85–2) Engkau telah berkenan kepada tanah–Mu,
ya TUHAN, telah memulihkan keadaan Yakub.
(85–3) Engkau telah mengampuni kesalahan umat–Mu, telah menutupi segala dosa mereka. Sela
(85–4) Engkau telah menyurutkan segala gemas–Mu, telah meredakan
murka–Mu yang
menyala–nyala.
(85–5) Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati–Mu kepada kami.
(85–6) Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka–Mu turun–
temurun?
(85–7) Apakah Engkau tidak mau menghidupkan kami kembali, sehingga umat–Mu bersukacita
karena Engkau?
(85–8) Perlihatkanlah kepada kami kasih setia–Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami
keselamatan dari pada–Mu!
(85–9) Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah Ia hendak
berbicara tentang damai kepada umat–Nya dan kepada orang–orang yang dikasihi–Nya,
supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?
(85–10) Sesungguhnya keselamatan dari pada–Nya dekat pada orang–orang yang takut akan Dia,
sehingga kemuliaan diam di negeri kita.
(85–11) Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium–ciuman.
(85–12) Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.
(85–13) Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya.
(85–14) Keadilan akan berjalan di hadapan–Nya, dan akan membuat jejak kaki–Nya menjadi
jalan.
Renungan
Tak putus dirundung malang". Mungkin inilah pepatah yang tepat
untuk menggambarkan situasi yang dialami oleh bangsa Indonesia. Berbagai macam persoalan dan
penderitaan datang silih berganti. Tak sedikit orang yang mulai merasakan frustasi dan depresi. Para
pemimpin dan elit politik lebih sering memakai masalah yang terjadi untuk menjatuhkan kinerja
pemimpin yang menjadi lawan politiknya. Yang paling memprihatinkan adalah ketika mereka
memanfaatkan penderitaan rakyat untuk kepentingan politiknya. Bagaimana menghadapi persoalan
kompleks ini?
Judul: Bertobat agar dipulihkan
Menghadapi persoalan yang berat, pemazmur memilih untuk tidak menyalahkan atau memojokkan
pihak lain. Dengan penuh kerendahan hati dan bahkan penyesalan yang mendalam, ia datang pada
Tuhan dan mengakui segala kelalaian, pelanggaran, ketidaksetiaan, dan ketidaktaatan pada Tuhan. Ia
menyadari dan mengakui bahwa apa yang terjadi pada bangsanya saat itu, adalah karena pilihan
bangsanya sendiri untuk menjauh dari Tuhan. Ia tidak menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan. Ia
sadar betul bahwa persoalan bangsanya saat ini adalah karena perbuatan mereka sendiri (ayat 2-8).
Dari apa yang ia ungkapkan, terlihat bahwa ia meyakini, bahkan sangat optimis bahwa Tuhan akan
memulihkan bangsanya, karena telah terbukti betapa besarnya kasih Allah pada manusia. Bagi
pemazmur, pemulihan bangsa hanya terjadi apabila Tuhan mengampuni dosanya dan dosa
242
bangsanya (ayat 10-14) . Sebagai bentuk komitmennya yang baru, pemazmur berjanji untuk selalu
mendengarkan Firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya (ayat 8) .
Ingin bangsa Indonesia pulih dan mengalami kesejahteraan? Bertobatlah. Hanya Tuhan yang sanggup
memulihkan bangsa kita. Jangan saling menyalahkan apalagi mencari kesalahan orang lain. Kita harus
BERTOBAT ! Akui segala kelalaian, pelanggaran, ketidak setiaan, dan ketidaktaatan pada Tuhan. Lalu
tunjukkan perubahan hidup yang sesungguhnya dalam ketaatan pada firman Tuhan.
243
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 86
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Doa Daud. Sendengkanlah telinga–Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin
aku.
Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba–Mu yang percaya
kepada–Mu.
Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada–Mulah aku berseru sepanjang
hari.
Buatlah jiwa hamba–Mu bersukacita, sebab kepada–Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua
orang yang berseru kepada–Mu.
Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku.
Pada hari kesesakanku aku berseru kepada–Mu, sebab Engkau menjawab aku.
Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang
Kaubuat.
Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan–Mu, ya Tuhan, dan
akan memuliakan nama–Mu.
Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban–keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.
Tunjukkanlah kepadaku jalan–Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran–Mu;
bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama–Mu.
Aku hendak bersyukur kepada–Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan
memuliakan nama–Mu untuk selama–lamanya;
sebab kasih setia–Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang
mati yang paling bawah.
Ya Allah, orang–orang yang angkuh telah bangkit menyerang aku, dan gerombolan orang–
orang yang sombong ingin mencabut nyawaku, dan tidak mempedulikan Engkau.
Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih
dan setia.
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, berilah kekuatan–Mu kepada hamba–Mu, dan
selamatkanlah anak laki–laki hamba–Mu perempuan!
Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang–orang yang membenci aku melihat
dengan malu, bahwa Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku.
Renungan
Seberapa jauh pengenalan kita akan Tuhan? Seberapa besar
kepercayaan kita pada Tuhan, bahwa Ia pasti akan menolong kita? Bagaimana caranya, agar kita bisa
percaya bahkan sebelum kita menerimanya dari Tuhan?
Judul: Dekat dan kenal Tuhan
Apa isi doa pemazmur? Dari ungkapannya tergambar bagaimana pemazmur memiliki kedekatan
dengan Allah. Lihat betapa akrab pemazmur menyerukan nama-Nya secara langsung (ayat 1, 3, 4, 5, 6,
8, 11, 12, 14, 15, 17) . Berulang kali ia memanggil Allah dengan ungkapan Tuhan (Adonai = Tuan ayat 3, 4 5,
8, 9, 12, 15) yang dibedakan dari TUHAN (Yahweh; ayat 1, 6, 11, 17) . Panggilan Tuhan di sini merupakan
pengakuan akan kedaulatan Tuhan atas hidup si pemazmur. Oleh sebab itu, ia menyerahkan semua
244
pergumulan hidupnya kepada Tuhan. Ia sadar ada para musuh yang dengan angkuh berupaya
membinasakan dirinya (ayat 14, 17) . Ketegasan permohonan pemazmur terlihat dengan alasan-alasan
yang ditampilkannya: sebab ... (ayat 1-4) dan karena karakter Allah yang pasti akan menolongnya:
sebab ... (ayat 5, 10, 13) .
Doa pemazmur bukan hanya curhat atas kesesakan yang ia alami, tetapi juga berisi pengakuan
tentang siapa Tuhan baginya. Dia satu-satunya Allah (ayat 8-10) . Dia yang Esa dan berdaulat itu adalah
juga Tuhan yang penuh kasih sayang kepada umat-Nya (ayat 15) . Berangkat dari keyakinan dan
pengenalan seperti itu, pemazmur berani mempertaruhkan hidupnya pada Tuhan. Pemazmur juga
tidak ragu-ragu bersyukur seperti ia telah lepas dari kesesakannya (ayat 12-13) .
Seberapa jauh pengenalan kita akan Tuhan kita tentu tergantung dari seberapa dekat kita berelasi
dengan-Nya. Seberapa sering kita membaca firman-Nya dengan tekun dan sungguh-sungguh akan
menolong kita mengerti karakter, isi hati, dan kemahakuasaan-Nya. Demikian juga kedekatan kita
lewat doa yang tulus dan terbuka kepada-Nya membuat Ia menyatakan semangat dan kuasa-Nya
untuk kita semakin sanggup menjalani kehidupan iman kita dengan bersandar penuh kepada-Nya.
245
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 87
1
2
3
4
5
6
7
Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung–gunung yang kudus ada kota yang
dibangunkan–Nya:
TUHAN lebih mencintai pintu–pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.
Hal–hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Sela
Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang–orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea,
Tirus dan Etiopia: “Ini dilahirkan di sana.”
Tetapi tentang Sion dikatakan: “Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya,” dan Dia, Yang
Mahatinggi, menegakkannya.
TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa–bangsa: “Ini dilahirkan di sana.” Sela
Dan orang menyanyi–nyanyi sambil menari beramai–ramai: “Segala mata airku ada di
dalammu.”
Renungan
Seperti apakah rasanya mendapatkan perlakuan diskriminatif? Ketika orang lain boleh, Anda dicegah karena warna kulit, atau keyakinan iman, atau
bahasa yang berbeda. Itulah kenyataan hidup di dunia berdosa. Bahkan tidak jarang di tempat yang
seharusnya perbedaan seperti itu tidak menjadi masalah, seperti di gereja, di ruang pengadilan,
justru sangat mencolok terjadi!
Judul: Sion, kota bagi bangsa-bangsa
Sion, bagi umat Israel sempat menjadi tempat eksklusif Allah hadir hanya untuk mereka. Yahweh
hanya milik Israel, dan bangsa-bangsa lain hanya kafir yang dilirik pun tak pantas. Namun justru
panggilan utama Israel memberitakan bahwa Yahweh mengasihi bangsa-bangsa, dan bahwa mereka
diundang untuk menikmati berkat-Nya bersama dengan umat pilihan-Nya, Israel. Mereka juga umat
pilihan!
Mazmur ini meninggikan Sion sebagai tempat yang Tuhan cintai lebih daripada tempat mana pun di
kerajaan Israel (ayat 2-3) . Namun, justru di tempat istimewa inilah Allah akan menghimpun umat-Nya
dari penjuru dunia. Rahab, yang melambangkan Mesir serta Babel, dua adikuasa yang memusuhi
Israel disapa sebagai umat Tuhan (ayat 4a) . Demikian juga dengan Filistea, Tirus, dan Etiopia (ayat 4b).
Mereka yang lahir di luar Israel(ayat 4), dan mereka yang lahir di Sion (ayat 5), sama-sama akan
menyanyikan pujian bagi Tuhan yang telah mempersatukan mereka.Tuhan menjadi satu sumber air
kehidupan bagi mereka (ayat 7 , kata -ku, lebih cocok menunjuk kepada Tuhan, yaitu -Ku).
Paulus pernah berkata, di dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani karena keduanya
telah dipersatukan (Ef. 2:11-22) . Yang ada hanyalah anak-anak Tuhan tanpa membedakan ras, suku,
bangsa, dan bahasa. Dan buat mereka yang masih di luar Kristus, yaitu orang-orang yang dibelenggu
dosa, ada anugerah siap dicurahkan agar mereka menjadi milik-Nya. Tugas kita adalah memberitakan
Injil lintas budaya dan bangsa, serta membuang perilaku diskriminatif di dalam gereja!
246
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 88
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nyanyian. Mazmur bani Korah. Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat Leanot.
Nyanyian pengajaran Heman, orang Ezrahi. (88–2) Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku,
siang hari aku berseru–seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau.
(88–3) Biarlah doaku datang ke hadapan–Mu, sendengkanlah telinga–Mu kepada teriakku;
(88–4) sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati.
(88–5) Aku telah dianggap termasuk orang–orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang
yang tidak berkekuatan.
(88–6) Aku harus tinggal di antara orang–orang mati, seperti orang–orang yang mati dibunuh,
terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa–Mu.
(88–7) Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam
tempat yang dalam.
(88–8) Aku tertekan oleh panas murka–Mu, dan segala pecahan ombak–Mu Kautindihkan
kepadaku. Sela
(88–9) Telah Kaujauhkan kenalan–kenalanku dari padaku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian
bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar;
(88–10) mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada–Mu, ya TUHAN, sepanjang
hari, telah mengulurkan tanganku kepada–Mu.
(88–11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang–orang mati? Masakan arwah bangkit untuk
bersyukur kepada–Mu? Sela
(88–12) Dapatkah kasih–Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan–Mu
di tempat
kebinasaan?
(88–13) Diketahui orangkah keajaiban–keajaiban–Mu dalam kegelapan, dan keadilan–Mu di
negeri segala lupa?
(88–14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada–Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi
doaku datang ke hadapan–Mu.
(88–15) Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah–Mu dari padaku?
(88–16) Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian
dari pada–Mu, aku putus asa.
(88–17) Kehangatan murka–Mu menimpa aku, kedahsyatan–Mu membungkamkan aku,
(88–18) mengelilingi aku seperti air banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak.
(88–19) Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan–kenalanku
adalah
kegelapan.
Renungan
Sebagian orang akan berpikir bahwa apa yang
diungkapkan pemazmur mengisyaratkan bahwa ia kecewa pada Tuhan, bahkan protes dan
mempertanyakan sikap Tuhan (ayat 2-3, 11-13) . Ungkapan-ungkapannya memang menunjukkan
tingkat kefrustasiannya bahkan depresi karena terus-menerus menghadapi penderitaan yang begitu
hebat (ayat 4-6) . Pemazmur kehilangan semangat hidup dan pengharapan. Ia merasa benar-benar
sendirian (ayat 9, 19) . Bahkan ia merasa penderitaannya itu juga karena murka Allah (ayat 7-10) .
Walaupun ia berulang memohon pada Tuhan, sepertinya Tuhan tidak menolongnya.
Judul: Iman di tengah penderitaan berat
247
Sekalipun sepertinya pemazmur mempertanyakan bahkan protes dan menuntut Tuhan, tapi justru
dari sikapnya yang terus-menerus memohon bahkan tak henti-hentinya berseru pada Tuhan
menunjukkan bahwa ia percaya pada Tuhan. Sebab kalau ia tidak percaya, ia tidak mungkin masih
berseru-seru dan mengadukan persoalan yang dihadapinya pada Tuhan.
Seringkali ada pemahaman kalau orang beriman tidak akan mempertanyakan apa yang terjadi pada
dirinya, melainkan terima saja segala sesuatu dengan tulus ikhlas. Orang beriman tidak akan, bahkan
tidak boleh mengeluh pada Tuhan. Akibatnya banyak orang yang menjadi tidak jujur dengan apa
yang dirasakannya termasuk pada Tuhan sendiri. Mungkin ini menjadi salah satu penyebab
munculnya stres berkepanjangan. Orang menyimpan dan memendam kekecewaan bahkan
kepedihannya dalam hati. Makin lama semakin banyak luka batin yang tidak terpulihkan.
Sebenarnya iman juga bisa mempertanyakan banyak hal pada Tuhan, termasuk mengeluh,
mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya. Keterbukaan dan kejujuran di hadapan Tuhan
bukanlah tanda seseorang tidak beriman. Justru orang-orang yang sering mengadukan persoalannya
pada Tuhan adalah orang yang memercayai Tuhan dan mengharapkan jawaban-Nya.
248
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 89: 1-19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nyanyian pengajaran Etan, orang Ezrahi. (89–2) Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN
selama–lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan–Mu dengan mulutku turun–temurun.
(89–3) Sebab kasih setia–Mu dibangun untuk selama–lamanya; kesetiaan–Mu tegak seperti
langit.
(89–4) Engkau telah berkata: “Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan–Ku, Aku telah
bersumpah kepada Daud, hamba–Ku:
(89–5) Untuk selama–lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun
takhtamu turun–temurun.” Sela
(89–6) Sebab itu langit bersyukur karena keajaiban–keajaiban–Mu, ya TUHAN, bahkan karena
kesetiaan–Mu di antara jemaah orang–orang kudus.
(89–7) Sebab siapakah di awan–awan yang sejajar dengan TUHAN, yang sama seperti TUHAN di
antara penghuni sorgawi?
(89–8) Allah disegani dalam kalangan orang–orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua
yang ada di sekeliling–Nya.
(89–9) Ya TUHAN, Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan
kesetiaan–Mu ada di sekeliling–Mu.
(89–10) Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik
gelombang–
gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya.
(89–11) Engkaulah yang meremukkan Rahab seperti orang terbunuh, dengan lengan–Mu yang
kuat Engkau telah mencerai–beraikan musuh–Mu.
(89–12) Punya–Mulah langit, punya–Mulah juga bumi, dunia serta isinya Engkaulah yang
mendasarkannya.
(89–13) Utara dan selatan, Engkaulah yang menciptakannya, Tabor dan Hermon bersorak–sorai
karena nama–Mu.
(89–14) Punya–Mulah lengan yang perkasa, kuat tangan–Mu dan tinggi tangan kanan–Mu.
(89–15) Keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta–Mu, kasih dan kesetiaan berjalan di
depan–Mu.
(89–16) Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak–sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya
wajah–Mu;
(89–17) karena nama–Mu mereka bersorak–sorak sepanjang hari, dan karena keadilan–Mu
mereka bermegah.
(89–18) Sebab Engkaulah kemuliaan kekuatan mereka, dan karena Engkau berkenan, tanduk
kami meninggi.
(89–19) Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel.
Renungan
Dalam hal apakah kesetiaan Tuhan dinyatakan kepada umat-Nya?
Pertama, dalam hal Tuhan menyediakan pemimpin yang baik untuk memimpin mereka menjalani
hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Kedua, dalam hal pemeliharaan-Nya atas bumi milik-Nya
sebagai tempat tinggal umat-Nya.
Judul:
Allah yang setia
249
Mazmur pujian ini, pada dua bagian pertamanya (ayat 1-19 dan 20-33) berfokus pada kesetiaan Tuhan
tersebut. Namun di bagian akhir (ayat 39-53) berubah menjadi suatu keluhan yang dipanjatkan karena
apa yang dipaparkan di dua bagian tersebut sepertinya tidak lagi berlaku.
Kesetiaan adalah kata kunci Mazmur ini (ayat 2, 3, 6, 9, 15, 25, 34, 50) ! Kesetiaan Tuhan nyata lewat
pemilihan Tuhan atas hamba-Nya, Daud, untuk menggembalakan umat-Nya (ayat 2-5) . Seberapa pasti
Tuhan dapat diandalkan dengan janji-Nya tersebut? Sepasti kedaulatan Tuhan atas alam ciptaan-Nya
(ayat 6-15) . Sama seperti alam semesta ini ada di bawah kendali-Nya, tidak ada yang dapat bertindak
di luar izin-Nya, demikianlah Allah akan memastikan bahwa umat-Nya pasti mendapatkan berkat
yang dicurahkan lewat orang yang dipercaya memimpin mereka (ayat 16-19) . Seperti tunduknya
semua kekuatan alam, baik yang di atas maupun yang di bumi kepada Tuhan, demikian juga hambaNya akan taat setia menjalankan panggilan penggembalaannya atas umat Tuhan. Kepastian seperti
inilah yang membuat pemazmur dengan tegas memastikan bahwa ia dan umat Tuhan dapat
mengandalkan Tuhan.
Memang alam kita rusak karena ulah manusia, dan banyak pemimpin kita yang tidak menunjukkan
kesadaran bahwa mereka bertanggung jawab kepada Sang Khalik! Namun, kedaulatan-Nya tetap
menopang ciptaan-Nya dan oleh pengurapan-Nya ada pemimpin baik yang takut akan Tuhan yang
mengelola hidup ini bagi kemuliaan-Nya. Mari kita dukung pemimpin seperti itu, dan ikut serta dalam
memikul tanggung jawab mengelola bumi milik Allah lebih baik.
250
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 89: 19-38
Sebab perisai kita kepunyaan TUHAN, dan raja kita kepunyaan Yang Kudus Israel.
(89–20) Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang–orang yang Kaukasihi, kata–
Mu: “Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang
pilihan dari antara bangsa itu.
(89–21) Aku telah mendapat Daud, hamba–Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak–Ku yang
kudus,
(89–22) maka tangan–Ku tetap dengan dia, bahkan lengan–Ku meneguhkan dia.
(89–23) Musuh tidak akan menyergapnya, dan orang curang tidak akan menindasnya.
(89–24) Aku akan menghancurkan lawannya dari hadapannya, dan orang–orang
yang
membencinya akan Kubunuh.
(89–25) Kesetiaan–Ku dan kasih–Ku menyertai dia, dan oleh karena nama–Ku tanduknya akan
meninggi.
(89–26) Aku akan membuat tangannya menguasai laut, dan tangan kanannya menguasai sungai–
sungai.
(89–27) Diapun akan berseru kepada–Ku: ‘Bapaku Engkau, Allahku dan
gunung batu
keselamatanku.’
(89–28) Akupun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di
antara raja–raja bumi.
(89–29) Aku akan memelihara kasih setia–Ku bagi dia untuk selama–lamanya, dan perjanjian–Ku
teguh bagi dia.
(89–30) Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama–lamanya, dan takhtanya
seumur langit.
(89–31) Jika anak–anaknya meninggalkan Taurat–Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum–
Ku,
(89–32) jika ketetapan–Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah–perintah–Ku,
(89–33) maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka
dengan pukulan–pukulan.
(89–34) Tetapi kasih setia–Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku
curang dalam hal kesetiaan–Ku.
(89–35) Aku tidak akan melanggar perjanjian–Ku, dan apa yang keluar dari bibir–Ku tidak akan
Kuubah.
(89–36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusan–Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada
Daud:
(89–37) Anak cucunya akan ada untuk selama–lamanya, dan takhtanya seperti matahari di
depan mata–Ku,
(89–38) seperti bulan yang ada selama–lamanya, suatu saksi yang setia di awan–awan.” Sela
18 (89–19)
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Renungan
Kesetiaan adalah barang langka pada masyarakat masa kini.
Banyak orang melihat kepentingan sesaat, pemenuhan kebutuhan pragmatis sebagai sesuatu yang
Judul:
Setia pada perjanjian-Nya
251
jauh lebih penting. Namun, ada juga orang yang terjebak pada sisi lainnya, yaitu setia membabi buta
pada orang tertentu atau ideologi tertentu.
Allah setia pada janji-Nya, yaitu memimpin umat-Nya lewat hamba-Nya Daud yang dipilih dan
diurapi-Nya. Kesetiaan Allah itu dinyatakan dengan menjadikan Daud raja atas Israel. Bagian kedua
Mazmur 89 ini menegaskan bagaimana Tuhan akan memelihara hamba-Nya ini terhadap serangan
para musuh yang hendak membinasakannya (ayat 23-24) . Tuhan sendiri akan membela yang diurapiNya, bahkan takhta Israel akan senantiasa diduduki oleh keturunan Daud. Perikop ini menaikkan pujipujian bagi Allah sebagai respons kepada Tuhan yang setia meneguhkan Perjanjian-Nya dengan Daud
dan keturunannya (lih. 2Sam. 7) .
Allah memang memastikan keturunan Daud akan selalu pada takhta Israel. Dia tidak akan mencabut
ketetapan dan janji-Nya (ayat 35-37) . Sepasti matahari yang bersinar setiap hari dan bulan yang setia
menerangi malam hari, demikian kasih setia-Nya tak berubah (ayat 37-38) . Namun, tidak berarti rajaraja keturunan Daud boleh memerintah sembarangan dan menodai kemuliaan Tuhan (ayat 31-33).
Kesetiaan Allah bukan kesetiaan yang membabi-buta. Kesetiaan Allah serasi dengan keadilan dan
kekudusan-Nya. Kesetiaan Allah adalah cerminan karakter-Nya yang mulia.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kesetiaan-Nya tidak berubah. Memang banyak keturunan
Daud gagal dan harus menerima hukuman keras. Namun, Mesias, Sang Keturunan Daud itu
membuktikan diri taat sempurna pada Tuhan. Oleh karena itu mari kita merespons kasih setia Tuhan
dengan menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya dan dengan tak henti-henti menyaksikan
kebaikan-Nya kepada orang lain!
252
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 89: 38-52
seperti bulan yang ada selama–lamanya, suatu saksi yang setia di awan–awan.” Sela
(89–39) Tetapi Engkau sendiri menolak dan membuang, menjadi gemas kepada orang yang
Kauurapi,
(89–40) membatalkan perjanjian dengan hamba–Mu, menajiskan mahkotanya laksana debu,
(89–41) melanda segala temboknya, membuat kubu–kubunya menjadi reruntuhan.
(89–42) Semua orang yang lewat di jalan merampoknya, dan ia menjadi cela bagi tetangganya.
(89–43) Engkau telah meninggikan tangan kanan para lawannya, telah membuat semua
musuhnya bersukacita.
(89–44) Juga Kaubalikkan mata pedangnya, dan tidak membuat dia dapat bertahan dalam
peperangan.
(89–45) Engkau menghentikan kegemilangannya, dan takhtanya Kaucampakkan ke bumi.
(89–46) Kaupendekkan masa mudanya, Kauselubungi dia dengan malu. Sela
(89–47) Berapa lama lagi, ya TUHAN, Engkau bersembunyi terus–menerus, berkobar–kobar
murka–Mu laksana api?
(89–48) Ingatlah apa umur hidup itu, betapa sia–sia Kauciptakan semua anak manusia!
(89–49) Siapakah orang yang hidup dan yang tidak mengalami kematian, yang dapat meluputkan
nyawanya dari kuasa dunia orang mati? Sela
(89–50) Di manakah kasih setia–Mu yang mula–mula, ya Tuhan, yang telah Kaujanjikan dengan
sumpah kepada Daud demi kesetiaan–Mu?
(89–51) Ingatlah cela hamba–Mu, ya Tuhan, bahwa dalam dadaku aku menanggung penghinaan
segala bangsa,
(89–52) yang dilontarkan oleh musuh–musuh–Mu, ya TUHAN, yang dilontarkan mencela jejak
langkah orang yang Kauurapi.
(89–53) Terpujilah TUHAN untuk selama–lamanya! Amin, ya amin.
37 (89–38)
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Renungan
Mengapa Tuhan menolak orang yang diurapi-Nya?
Membatalkan perjanjian kudus-Nya dengan keturunan Daud? Itulah pertanyaan yang menghantui
pemazmur yang diungkapkan di bagian ketiga mazmur ini.
Judul:
Kembalilah mengasihi kami
ditutup dengan kenyataan pahit bahwa keturunan Daud tidak ada lagi di takhta kerajaan
Israel. Musuh telah melanda bangsanya, kedaulatan mereka sudah punah. Mengapa bisa terjadi
seperti itu? Pemazmur mengakui bahwa semua itu terjadi karena Tuhanlah yang menyerahkan
mereka kepada musuh (ayat 43-46) . Di balik pengakuan ini ada pernyataan implisit bahwa Tuhan
murka kepada mereka sehingga mereka mengalami hal-hal buruk ini (ayat 47) . Apa yang telah mereka
lakukan sehingga Tuhan marah dan menghukum mereka? Walau mazmur ini tidak mengungkapkannya, kita tahu berdasarkan sejarah bahwa umat Israel dan para pemimpinnya telah hidup
berdosa, mengkhianati perjanjian Sinai dengan menyembah ilah lain. Para raja keturunan Daud tidak
mampu membimbing umat untuk tetap setia pada Tuhan, malah banyak di antara mereka yang
justru memberi contoh yang tidak baik dengan beribadah kepada dewa-dewi bangsa-bangsa lain.
Pemazmur menyadari penolakan Tuhan atas mereka bermuasal pada kesalahan mereka sendiri.
Mazmur 89
253
Sebab itu pemazmur memohon belas kasih Tuhan agar mengampuni dan memulihkan lagi mereka.
Pemazmur yakin, Tuhan tidak akan menolak mereka selama-lamanya. Penolakan Tuhan adalah agar
mereka sadar dan segera bertobat.
Syukur kepada Tuhan, di dalam Kristus belas kasih Allah sudah dinyatakan kepada kita. Allah telah
menolak Kristus supaya Ia menerima kita. Kristus ditolak bukan karena Ia pemimpin yang tidak baik,
tetapi untuk menggantikan hukuman semua pemimpin yang tidak baik dan juga rakyat yang ikutikutan berdosa. Oleh karena itu, marilah kita naikkan syukur untuk kasih-Nya, dan bertekad hidup
lebih berkenan kepada-Nya.
254
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 90
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun–temurun.
Sebelum gunung–gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama–
lamanya sampai selama–lamanya Engkaulah Allah.
Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: “Kembalilah, hai anak–anak
manusia!”
Sebab di mata–Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu
giliran jaga di waktu malam.
Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,
di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
Sungguh, kami habis lenyap karena murka–Mu, dan karena kehangatan amarah–Mu kami
terkejut.
Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan–Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam
cahaya wajah–Mu.
Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas–Mu, kami menghabiskan tahun–tahun kami
seperti keluh.
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru–buru, dan kami
melayang lenyap.
Siapakah yang mengenal kekuatan murka–Mu dan takut kepada gemas–Mu?
Ajarlah kami menghitung hari–hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya TUHAN—berapa lama lagi? ––dan sayangilah hamba–hamba–Mu!
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia–Mu, supaya kami bersorak–sorai dan
bersukacita semasa hari–hari kami.
Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari–hari Engkau menindas kami, seimbang dengan
tahun–tahun kami mengalami celaka.
Biarlah kelihatan kepada hamba–hamba–Mu perbuatan–Mu, dan semarak–Mu kepada anak–
anak mereka.
Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya,
perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
Renungan
Mazmur-mazmur dalam jilid III (Mzm. 73-89) hampir sepenuhnya didominasi oleh
pergumulan umat pascapembuangan. Jilid IV yang diawali oleh mazmur Mzm. 90 ini berjudul "Doa
Musa." Sesudah Mzm. 89 mengungkapkan Allah telah menolak perjanjian Daud maka peralihan ke
Musa menegaskan suatu makna teologis yang penting. Mazmur ini menyadari bahwa hanya Allah
Raja sejati, dan penghayatan sebagai umat perjanjian Allah harus diisi oleh komitmen penuh kepada
hukum-hukum perjanjian-Nya yang telah Ia berikan melalui Musa. Mazmur ini juga mengajak kita
merenungkan problem dalam hidup Musa. Musa yang menjadi tokoh pembebas Israel tidak
mendapat kesempatan masuk Tanah Perjanjian. Kelemahan dan dosa Musa membuat ia kurang layak
dan akibatnya ia tidak mendapat kesempatan untuk mengalami penggenapan janji Allah.
Judul: Mawas diri
255
Dalam masa sesudah pembuangan, pengalaman Musa ini menjadi kerangka supaya umat mawas diri
dan merenungkan hal-hal prinsip yang harus mereka hayati ulang. Prinsip terpenting adalah
menempatkan Allah sebagai tempat perlindungan umat untuk selama-lamanya (ayat 1-2) . Kekekalan
Allah akan membangkitkan kesadaran tentang kefanaan dan keterbatasan umat, sebaliknya kefanaan
dan keterbatasan umat akan membangkitkan kesadaran bahwa umat mutlak memerlukan Allah (ayat
3-6) . Hidup yang singkat ini menuju pada satu tujuan entah hidup bermakna kekal ataupun sia-sia
menuju kebinasaan. Untuk itu, umat perlu hikmat agar tahu bagaimana mengisi hidup ini dengan halhal yang bermakna kekal (ayat 12) , dan topangan kasih setia Allah terus-menerus sepanjang
kehidupan (ayat 13-17) .
Hari-hari kehidupan kita bukan sekadar kegiatan bangun tidur, makan, kerja, belajar,
istirahat, hiburan, olahraga, dst. Setiap saat dalam kehidupan kita adalah kesempatan untuk akrab
dengan Tuhan, untuk mensyukuri kebaikan-Nya, dan untuk mewujudnyatakan kehendak-Nya dalam
hidup kita.
Renungkan:
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 90
Pdt. Dr. Stephen Tong
WAKTU dan HIKMAT
Inilah doa Musa pada saat dia sudah sangat lanjut usia, doa yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kebutuhan sehari-hari, doa yang saya sebut sebagai a pray of a life not a pray of a living. Banyak kali
doa kita adalah doa yang mencari, meminta, menanti sesuatu yang kita butuhkan di dalam hidup
sehari-hari; a pray for living. Tapi doa Musa adalah doa yang menata kembali hidupnya: bagaimana
menjalankan hidup, mengintrospeksi diri dan menilai diri sendiri. Karena hidup yang kita lalui itu,
suatu hari nanti akan berhenti. Itu sebabnya mari kita minta Tuhan memberi kekuatan untuk
menangani hidup kita dengan serius, dengan sungguh-sungguh. Hari ini kita akan membahas konsep
waktu dan hidup kita di dunia. Siapa yang menentukan kita dilahirkan di dunia, bukan orang lain atau
diri kita sendiri. Sebelum kita menyadari keberadaan kita, kita sudah dilahirkan di dunia. Kita
menerima segala tradisi, kristalisasi pemikiran dan bijaksana manusia yang diturunkan dari suku,
bangsa dan negara kita.
ditulis oleh Musa, tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, seribu tahun lebih dini dari pada Eulicis
and Illiat; tulisan Homer, dua ribu tahun lebih dini dari tulisan Dupu, Libai, Paijuyi, tiga sastrawan
besar Dinasti Tang. Juga lebih dini dibandingkan Kitab Upanisatnya orang India. Dengan kata lain,
Mzm.90 adalah salah satu tulisan yang terdini, yang berbicara tentang bagaimana manusia mencari
makna hidupnya di hadapan Tuhan. Pendahuluan Mzm.90 membuktikan penulisnya mempunyai
kesadaran dan kepekaan yang tinggi terhadap hubungan vertikalnya dengan Tuhan. Musa tidak
Mzm.90
256
berkata, dunia ini adalah rumahku tapi dia berkata. You are my dwelling place. Dan di ayat 12 dia
berkata, ajarkan kami how to count my time, my days, sungguh merupakan satu doa yang sangat
unik. Karena biasanya:
Pertama, manusia hanya pandai menghitung uang. Suatu hari saya bertanya, semua orang di dunia
ini ingin mendapatkan untung, dari manakah datangnya untung? Dari Tuhan. Anehnya, waktu Allah
berkata, perpuluhan adalah milik-Ku, manusia tidak pernah memperdulikannya, masih terus menerus
mencuri uang Tuhan. Beranikah kau merampas uang milik orang yang lebih berkuasa dari kau dan
mempunyai kemungkinan untuk membunuh kau? Tidak berani bukan? Kau hanya berani mencuri
milik Tuhan yang di dalam anggapanmu penuh kasih. Ketahuilah semua keuntungan hanya berasal
dari satu sumber: Tuhan Pencipta segala sesuatu. Jika orang Kristen tidak mengerti prinsip ini, kita
sengaja membodohi diri sendiri, sengaja mengabaikan firman Tuhan, sengaja melupakan perintahNya dan sengaja melarikan diri dari kewajiban.
Kedua, kita pandai menghitung kesalahan orang lain. Semua hal yang kau anggap salah, kau catat di
dalam hati dan kau ingat semuanya.
Ketiga, kita pandai menghitung jasa kita sendiri: orang ini pernah berhutang budi kepada saya, orang
itu pernah berhutang uang kepada saya. Meskipun saat itu saya tidak mengatakan harus membayar,
tapi sebenarnya saat itu, hidup saya susah, mengapa setelah dia kaya, dia melupakan saya?
Perbuatan baik yang pernah kita lakukan bisa kita ingat, tapi kesalahan yang kita perbuat atas diri
orang lain bukan saja tidak kita ingat bahkan tidak kita sadari. Inilah penyakit psikologis universal
yang timbul setelah Adam jatuh di dalam dosa, kita selalu paranoid: merasa dirikulah dirugikan,
padahal secara tidak sadar kita juga sering merugikan orang lain.
Kecuali kita percaya pada ajaran Kitab Suci manusia sudah jatuh di dalam dosa, maka kita selalu ingin
diperlakukan secara manusiawi tapi kita sering tidak menyadari orang lain adalah manusia yang perlu
diperlakukan secara manusiawi. Kita selalu menggunakan dua ukuran yang berbeda: saat berbicara
tentang cinta kasih, kita berkata, akulah yang perlu dikasihi. Tapi saat berbicara tentang adil, kita
berkata, orang lainlah yang perlu berlaku adil. Permisi tanya, selama satu tahun ini, berapa kali kau
mendoakan anakmu dan pernahkah kau mendoakan anak orang? Kau yang mempunyai mata juga
melihat kebutuhan orang lain, Allah berfirman, kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri.
Mungkin kau berkata mengasihi sesama adalah hal yang amat sulit dilakukan. Padahal mengasihi
sesama membantumu menerobos kekurangan-kekurangan diri, membuatmu menjadi orang yang
berjiwa lapang dan berohani tinggi. Apakah kekurangan kita dalam menghitung?
Pertama. Kurang menghitung kebaikan yang orang lain lakukan bagi kita. Barangsiapa tidak
melupakan budi baik orang lain, dia selalu hidup dengan penuh tanggungjawab, sukacita dan puas.
Mari kita belajar di hadapan hadirat Tuhan untuk selalu mengingat kebaikan orang lain dan
Kedua, kurang menghitung kesalahan yang pernah kita lakukan. Orang yang tahu menghitung
kesalahan diri sendiri dan bisa membereskannya di hadapan Tuhan melalui pengakuan dosa,
pengoreksian diri dengan rendah hati, kerohaniannya pasti akan maju. Mengapa ada orang yang
sudah sekian lama menjadi orang Kristen tapi hidupnya tidak mengalami perubahan? Karena dia
tidak pernah menyadari kesalahan dirinya dan tidak merasa perlu dikoreksi. St.Francis yang hidup di
abad ke-13 pernah menaikkan doa yang terkenal di seluruh jagat: Tuhan, di mana ada permusuhan,
di situ aku akan menanamkan perdamaian yang berasal dari Tuhan untuk memperdamaikan mereka.
257
Mari kita mengenang kebaikan orang lain dan menyadari kesalahan diri sendiri sambil
menghitungnya, waktu kita menyadari diri kita adalah orang yang lemah, yang perlu koreksi,
kerohanian kita akan maju dengan pesat. Jika kita hanya tahu menghitung kesalahan orang lain, kita
tidak mungkin maju. Apalagi kalau orang lain mengucapkan sesuatu yang kurang baik tentang diri
kita, kita langsung membencinya, ini adalah etika yang sangat rendah. Karena orang yang berlaku
baik terhadap saya belum tentu orang baik, orang yang berlaku tidak baik terhadap saya belum tentu
orang jahat. Kongfuzu berkata, berkawanlah dengan tiga jenis orang: Orang yang lurus, jujur, benar.
Orang yang mau mengerti, bisa mengerti, mampu mengerti dan mempunyai hati yang lapang untuk
menerimamu. Orang yang mempunyai pengetahuan yang limpah.
Saya rasa, itu adalah wahyu umum tentang standar berkawan yang luar biasa, yang Tuhan berikan
kepada Kongfuzu. Sahabat yang baik juga membuat kita menyadari kesalahan diri dan berubah,
menjadi orang yang lebih beres. Jangan mencari kawan yang hanya tahu makan dan bermabukmabuk saja, karena waktu kau berfoya-foya, mereka berada di sekitarmu, tapi waktu kau jatuh
miskin mereka akan lari meninggalkanmu. Jangan berkawan terlalu rekat. Karena relasi yang terlalu
intim justru mudah retak, namun relasi yang tawar tapi jujur akan bertahan lama. Saya berani
pastikan secara mutlak: karena kita tidak menghitung anugerah Tuhan. Red Sea Mission yang khusus
memberitakan Injil di daerah Islam, di tepi pantai Laut Merah sudah menginjili sepuluh tahun dengan
susah payah, tidak seorangpun menerima Yesus. Sepuluh tahun kemudian, ada dua orang mau
percaya dan dibaptiskan. Keesokan harinya, ditemukan kedua orang tersebut sudah dibunuh. Ada
daerah yang begitu sulit mendengar Injil, ada daerah yang sudah puluhan tahun tidak menikmati
anugerah seperti yang kita terima selama ini, tapi kita? menerimanya sebagai sesuatu yang biasa, kita
memandang remeh anugerah Tuhan. Mari kita belajar menghargai anugerah Tuhan.
Terakhir, kembali kepada ayat ini: belajar menghitung waktu; teach me how to count my day in order
to achieve the heart of wisdom. Kalau saja Musa mengucapkan doa ini pada masa mudanya akan
lebih baik, sayang, dia mengucapkan pada waktu hidupnya di dunia sudah tidak lama lagi. Namun dia
tahu, satu hari hidup di dunia berarti dia harus bertanggungjawab untuk hari itu, sebab itu
membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan tugas hari itu. Waktu saya masih kecil, ibu saya selalu
membawa semua anaknya berdoa bersama. Lagu yang sering dia pilih untuk kami nyanyikan bersama
sebelum doa adalah: bagi Tuhan ku melanjutkan satu hari lagi, untuk Tuhan ku hidup satu hari lagi,
bekerjalah satu hari lagi dengan setia, hanya bekerja bagi Tuhan. Setelah ibu meninggal, barulah kami
terpikir: itulah falsafah hidup ibu, satu hari demi satu hari berlalu di dalam anugerah Tuhan. Dilalui
untuk siapa? Tuhan. Itulah yang dimaksud menghitung hari-hari hidup kita.
Bagaimana kita menghitung waktu?
1. Dengan cara menambah; plus. Lewat satu hari berarti tambah satu hari lagi. Itu adalah cara anak-
anak menghitung hari: saya sudah bertambah besar, sudah tambah satu tahun lagi.
2. Dengan cara mengurangi; minus. Ini adalah cara yang lebih bijaksana. Seorang yang sudah matang
rohaninya mulai menyadari hidup di dunia ini pendek, suatu hari nanti akan berhenti.
3. Dengan cara mengalikan; times. Maksudnya pada saat yang sama, kita mengerjakan pekerjaan
ganda. Bisnisman tahu menginves uangnya yang terbatas di beberapa tempat, agar bisa memperoleh
laba yang lebih banyak dan memutar uangnya dengan cepat. Orang yang pandai bisnis tahu meski
hanya mengambil untung satu rupiah tapi kalau setiap harinya bisa menjual seratus buah, berarti dia
sudah mendapatkan untung seratus persen. Tetapi ada yang kurang pandai berbisnis selalu mau
258
untung besar, barangnya dia tahan sampai tiga tahun baru terjual, meskipun kelihatannya langsung
mendapat untung dua puluh rupiah tapi karena sudah lewat sekian tahun nilai uangnya sudah
berubah banyak. Mengapa manusia tahu mengalikan uangnya tapi tidak tahu mengalikan waktunya?
Bagaimana melipatgandakan waktu kita? Waktu saya mengkhotbahkan hal ini di Boston, seorang
Prof. Conwell Theological Seminary mengatakan, cara yang ketiga itu sudah saya jalankan.
Bagaimana caranya? Saya adalah seorang hamba Tuhan, waktu saya senam pagi selama dua puluh
menit, saya mendoakan dua puluh orang. Itu berarti dalam waktu yang sama saya sudah melakukan
dua hal. Mungkinkah kita menggandakan waktu kita? Mungkin. Saya sudah membiasakan diri
mengerjakan sesuatu sambil memikirkan hal yang lain. Bagaimana menghitung waktu?
Melipatgandakan. Kita sering menghambur-hamburkan waktu, hingga hidup kita terus digeser ke
kuburan tapi kita belum mengerjakan apa-apa.
4. Dengan cara membagi. Jika kau mau memanfaatkan waktu dengan sungguh, berarti di dalam
waktu yang terbatas itu kau membagikan dirimu. Seperti guru, tidak memonopoli pengetahuan untuk
diri sendiri, melainkan membagikannya kepada orang lain, maka dalam waktu yang sama,
pengetahuannya menjadi berlipat ganda. Rahasia yang kau ketahui, berkat yang sudah kau dapatkan
bagikanlah kepada orang lain. Dengan membagikan waktu, talenta, harta rohani, pengertianmu
kepada orang lain, seluruh dunia akan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Musa tidak minta otak yang pintar melainkan the heart of wisdom. Jika kita mempunyai banyak
pengetahuan tapi tidak berarah itu berbahaya sekali. Orang yang berjuang dengan susah payah
sampai mencapai sukses tahu bagaimana menggunakan uangnya, tetapi kekayaan yang diturunkan
kepada mereka yang tidak mempunyai dasar moral akan berbahaya sekali. Banyak pemuda-pemudi
rusak bukan karena tidak mempunyai uang melainkan terlalu banyak uang. Manusia yang terlalu
miskin bisa rusak, manusia yang terlalu kaya juga bisa rusak. Kalau begitu, kau perlu dididik dengan
membangun fondasi, arah, karena prinsip lebih penting dari pada pengetahuan.
Setelah Musa berdoa untuk dapat menghitung waktu, apa lagi yang ingin dia peroleh? Hati yang
bijaksana. Jika di dalam keluargamu terdapat satu orang yang benar-benar memiliki hati yang
bijaksana, berbahagialah kamu. Keluarga yang dipimpin oleh hati yang bijaksana paling sedikit
mengetahui tiga hal: pertama, takut kepada Tuhan. Kedua, mengenal kesucian-Nya. Ketiga, menjauhkan diri dari perbuatan yang jahat. Karena takut akan Tuhan adalah dasar kita tidak jatuh di
dalam jerat iblis. Mengenal kesucian Allah adalah prinsip dan rahasia hidup bermoral yang sungguh.
Menjauhkan diri dari segala perbuatan jahat adalah hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.
Ketiga, kurang menghitung anugerah Tuhan. Anugerah bukanlah sesuatu yang biasa, tapi karena kita
sudah terbiasa di dalam anugerah maka kita memandang anugerah sebagai sesuatu yang remeh, kita
tidak perlu bersyukur kepada Tuhan. Mengapa hidup kita penuh omelan tidak pernah sukacita?
259
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 91
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang
Mahakuasa
akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang
kupercayai.”
Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit
sampar yang busuk.
Dengan kepak–Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap–Nya engkau akan berlindung,
kesetiaan–Nya ialah perisai dan pagar tembok.
Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu
siang,
terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang
mengamuk di waktu petang.
Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan
menimpamu.
Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang–
orang fasik.
Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat
perteduhanmu,
malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;
sebab malaikat–malaikat–Nya akan diperintahkan–Nya kepadamu untuk menjaga engkau di
segala jalanmu.
Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada
batu.
Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga.
“Sungguh, hatinya melekat kepada–Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku
akan
membentenginya, sebab ia mengenal nama–Ku.
Bila ia berseru kepada–Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku
akan meluputkannya dan memuliakannya.
Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya
keselamatan dari pada–Ku.”
Renungan
Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda
membaca kata-kata berlindung dan bernaung? Mungkin Anda membayangkan sebuah tempat yang
menjanjikan kedamaian dan keamanan.
Judul:
Siapa tempat perlindungan Anda?
Pemazmur mengatakan bahwa hal itu hanya ditemukan di dalam satu Pribadi, yaitu Tuhan Allah!
Pemazmur menghubungkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan
dengan pribadi Allah sendiri, satu-satunya jaminan bagi umat-Nya untuk menghadapi segala
kesulitan dan keadaan yang mengerikan (ayat 3-4) ! Tuhan berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan
umat-Nya terjerat dalam kesulitan tanpa jalan keluar dan binasa dalam penyakit. Sekalipun tubuh
260
kita dapat dikalahkan oleh penyakit, tetapi jiwa kita aman dalam lindungan-Nya. Ia melindungi umatNya dari kuasa si jahat, dan membebaskan mereka dari ketakutan terhadap bahaya (ayat 5-8). UmatNya tidak perlu takut karena kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi mereka bagaikan perisai dan pagar
tembok yang kokoh (ayat 4,9) .
Tuhan tidak menjanjikan kekebalan terhadap kesulitan dan kesesakan. Ia berjanji, "Aku akan
menyertai dia dalam kesesakan" (ayat 15) . Bagi siapakah janji itu diberikan?
Pertama, bagi orang yang mengenal nama Tuhan dan yang menjadikan-Nya sebagai tempat
perlindungan dan kubu pertahanannya (ayat 2) .
Kedua, bagi orang yang senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang senantiasa berseru
kepada-Nya, dan yang menjaga komunikasinya dengan Tuhan pada setiap saat.
Banyak kekuatiran dan ketakutan muncul ketika kita ber-sikeras untuk memperjuangkan keinginan
dan rencana kita. Hanya ketika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah supaya Ia
menggenapi rencana-Nya dalam setiap aspek dan waktu hidup kita maka kita menemukan
kedamaian dan keamanan sejati.
Renungkan:
Ketika badai kehidupan menerpa hidup dan diri Anda, siapakah pelindung Anda?
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 91: 1-9
Pdt. P.H. Hararap, Sth
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Hidup dalam lindungan Tuhan
Semua orang mendambakan hidup yang tenang dan tenteram, penuh kedamaian dalam hidupnya.
Harapan ini menjadi impian semua orang. Namun di dalam hidup kita sering bertemu dengan
ancaman yang bisa membahayakan kita. Apa arti hidup kita? Kita hidup hanya sekali. Dan umur kita
pun terbatas. Tidak bisa diulang atau diperpanjang. Sekali saja. Karena itu sebenarnya hidup kita
sangat berarti. Ada banyak hal yang patut membuat kita berpikir tentang hidup ini. Hidup begitu
sarat dengan pengalaman dan angan-angan, dengan pelbagai perasaan serta dambaan, dengan
banyak kesempatan dan kesulitan. Hidup kita mengandung sejuta makna. Hidup selalu
diperhadapkan dengan harapan dan kenyataan. Harapan tidak selalu menjadi kenyataan, bahkan
sering hidup penuh dengan masalah dan persoalan. Sering di dalam hidup ditandai dengan
261
permusuhan, pencobaan, ancaman malapetaka dan rintangan. Apa yang kita lakukan dikala kita
bertemu dengan dunia yang penuh ancaman ini?
Mazmur 91 ini mengajak pendoa supaya teguh percaya kepada Tuhan di dalam hidup ini dan
meyakinkan pendoa bahwa Tuhan adalah penyelamat dan pelindung. Allah yang setia dan selalu
menyertai orang yang percaya kepada-Nya. Barangsiapa yang percaya, dia tidak perlu takut.
“Berbahagialah semua orang yang berlindung kepadanya!” (2:12) . Nas ini merupakan gambaran
kehidupan yang dilakoni manusia. Banyak yang mengancam kehidupan kita, baik kehidupan pribadi
maupun kehidupan keluarga. Pasti tidak ada manusia yang menghendaki penderitaan, kesulitan,
tantangan, ancaman ada di dalam hidupnya. Kesemuanya itu adalah bagian dari perjalanan hidup
yang harus kita hadapi dan jalani. Untuk ini pemzmur mengajak kita:
a.
Ayat 1-2 .
Ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan
Kedua ayat pembukaan ini adalah suatu ajakan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan. Kata-kata ini
disampaikan kepada peziarah atau orang yang datang beribadah dan berdoa. “Tinggal” di sini
tidaklah berarti terus-menerus berdiam secara fisik di lingkungan Bait Suci, tetapi menunjukkan sikap
dan kerinduan akan perlindungan Tuhan. ‘Lindungan” dan “naungan”, kedua kata ini kemudian
menjadi berkembang menjadi doa-liturgis untuk menunjukkan perlindungan Allah yang diperoleh
dari lingkungan Bait Suci (bd.Mzm. 17:8;36:8;57:2) . Bisa kita bandingkan dengan pembangunan gedung
gereja di Tapanuli umunya selalu diusahakan di tempat yang agak tinggi, agar semua jemaat melihat
gedung gereja itu. Kemudian dengan membunyikan lonceng gereja setiap jam 6.00 pagi dan jam 18.00
sore, maka jemaat meyakini kehadiran Tuhan di dalam keseharian hidup mereka.
Tuhan (ayat 2) adalah “Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” (ayat 1) . Kedua sebutan ini punya
sejarah. Penggunaan sejajar dari sebutan”Yang Mahatinggi” dan “Yang Mahakuasa” terdapat hanya
pada mazmur ini, menunjukkan kuasa perlindungan dan naungan-Nya bagi orang yang datang
kepada-Nya. Doa yang diusulkan kepada peziarah (ayat 2) sebenarnya adalah jiwa dari setiap
pemazmur yang menderita (bd. mis. 18:3; 31:4; 71:3; 144:2) . Hanya pada Tuhanlah hati manusia dapat
tenang (bd. 62:2,6,9) .
b.
Ayat 3-9
Kata-kata peneguhan bagi yang percaya
Bait ini adalah suatu ucapan langsung kepada pemazmur (pendoa) dan disampaikan oleh petugas
liturgi. Dia ingin mendorong dan meyakinkan pemazmur akan kepastian perlindungan Tuhan Yang
Mahatinggi. Dia berbicara dalam bahasa gambaran. Dari mana datangnya ancaman dan bahaya itu
tidak disebutkan. Dalam mazmur-mazmur lain ancaman itu biasanya datang dari pihak musuh, orang
fasik (ayat 3,5) atau dari Tuhan sendiri untuk menghukum orang fasik (ayat 3,5-8) . Ancaman dan
malapetaka yang dilukiskan di sini dapat dilihat sebagai perwujudan dan kejahatan.
Bait ini terdiri dari dua bagian
diyakinkan:
1).
(3-8,9-13)
yang sama isinya, tetapi berbeda tekanannya. Pemazmur
bahwa Tuhan akan melepaskan dari jerat yang dipasang oleh orang fasik secara sembunyisembunyi untuk menangkap dan mencelakakan dia (bd. 119:10; 140:6; 141:9; 142:4) . Jerat adalah
rencana busuk, tetapi jerat bisa juga sesuatu konteks hidup atau pergaulan yang mencelakakan orang
lain (bd. Yos.23:13; Ams.22:5,24) ;
262
2).
bahwa Tuhan akan melindungi dia dengan: ”kepak dan sayap-Nya” (ayat 4) . Tuhan disamakan
dengan burung besar (bd. Kel.19:4; Ul.32:11-12; Mat.23:37) . Mungkin kedua metaphor ini menunjuk
pada kedua kerub yang bersayap yang menjadi seperti penjaga tabut perjanjian dalam ruang yang
mahakudus (Kel.25:16-20; 1Raj. 6:24-32; 8:6) . Tuhan adalah Allah” yang bersemayam di atas kerubim”
(1Sam. 4:4; Mzm. 80:2; 99:1) . Datang ke ”kemah” Tuhan berarti datang berlindung di bawah naungan
sayap-sayap-Nya (Mzm. 61:5; bd. pula 17:8; 36:8; 57:2; 63:8) . Perlindungan Tuhan itu teguh karena Dia
adalah ‘Allah yang setia” (Mzm. 31:6) . Kesetiaan-Nya adalah perisai-perisai pelindung.”Perisai” adalah
metafora perang. Karena itu rasanya kurang pas dengan gambaran “jerat” (ayat 3) .
Bagian pertama, Siapa yang mendapat perlindungan Tuhan, tidak perlu takut (ay.5-8) . Subyek sebagian ini bukan lagi Tuhan, melainkan pemazmur. Dia tidak perlu takut akan “kedahsyatan malam”
(ayat 5) . ”Malam” adalah saat bencana atau malapetaka yang kerap mendatangi orang secara tibatiba dan tak terduga (bd. Ams.3:25) . “Malam” adalah saat kekuasaan iblis dan roh-roh jahat. Dia juga
tidak perlu takut akan ancaman panah yang mematikan yang biasanya dibidikkan oleh orang-orang
fasik terhadap orang benar dari tempat yang gelap. (Mzm. 11:2; 64:4-5; 64:6 menyebut pula perangkap, bd.
91:3 ). Keterangan”di waktu siang” mungkin untuk menekankan ancaman bahaya yang sudah tidak
mengenal waktu. Juga “tengah hari” (waktu istirahat siang, bd. Kej. 18:1-5 ) adalah saat yang baik untuk
mengadakan serangan yang tiba-tiba (bd. Yer. 6:4) .
Orang yang dilindungi oleh Tuhan juga tidak perlu takut akan penyakit sampar dan menular yang
biasanya dikirim oleh Tuhan sebagai hukuman (Mzm. 6; bd. 78:49-50) . Pada Habakuk 3:5 penyakitpenyakit ini berjalan di hadapan Tuhan sebagai pengiring-Nya. Penyakit-penyakit ini mungkin pula
menggambarkan kekuatan kegelapan atau iblis. Kekuatan kegelapan menjatuhkan amat banyak
orang, tetapi hal itu tidak akan menimpa orang yang percaya kepada Tuhan (Mzm.7; bd. 3). Dia hanya
akan berdiri menyaksikan hukuman atas orang-orang fasik itu. Lukisan ayat 7 mengingatkan kita akan
perang. Penyair menggunakan bahasa yang kuat (bd. 3:7) hanya untuk menyatakan besarnya
perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Hidup yang penuh ancaman dan bahaya digambarkan
sebagai suatu pertempuran melawan kekuasaaam-kekuasaan yang jahat.
Bagian kedua (ayat 9-13) menekankan sekali lagi perlindungan Tuhan bagi orang yang percaya. Ayat 9
berfungsi sebagai pembukaan untuk menekankan bahwa malapetaka atau tulah tak
mendekati ”kemah” orang yang percaya kepada Tuhan (ayat 10) sebab Dia mengirim malaikatmalaikatnya untuk menjaga jalannya (ayat 11) . Di sini digunakan kata ”kemah” dan bukan “pondok”
atau “rumah”, karena di sini hidup digambarkan sebagai suatu perjalanan. Penjagaan yang diberikan
oleh para malaikat itu begitu istimewa sehingga orang yang percaya kepada Tuhan itu seperti
ditantang di atas tangan mereka (ayat 12a) . Penjagaan itu membuat dia terhindar dari bahaya
tersandung pada batu (ayat 12b) . Bukan hanya itu! Penjagaan itu akan membuat dia mengalahkan
ancaman-ancaman yang paling berbahaya dan mematikan sekalipun (ayat 13) .
Renungan:
ini mengajak kita untuk tetap berdoa dan tetap teguh percaya kepada Tuhan di dalam
hidup kita yang penuh ancaman dan rintangan ini. Keamanan kita didasarkan pada sifat Allah, Yang
Maha-Tinggi dan Mahakuasa yang memberi perlindungan dan naungan. Kita adalah orang yang
sering kurang percaya atau seperti Petrus yang lekas bimbang ketika menghadapi bahaya (bd.
Mat.14:29-31) . Kita perlu terus-menerus mendengar firman yang menyelamatkan ini: Aku akan
Mazmur 91
263
menyertai engkau di dalam kesesakan” dan dengan rendah hati kita berdoa;”Aku percaya. Tolonglah
aku yang tidak percaya ini!” (Mrk. 9:24) .
Mazmur 91 ini sangat menekankan kepercayaan kepada Tuhan. Keamanan kita juga dilandasi pada
iman pribadi. Allah yang kupercaya, dan dalam mempercayai Allah aku akan memperoleh baik
tempat perlindungan maupun kubu pertahanan. Dia yang akan memberikan baik keamanan bagi
mereka yang mempercayai Dia, maupun keamanan dari bahaya-bahaya yang mengancam.Tetapi apa
artinya percaya itu baru menjadi lebih jelas dalam jawaban Yesus kepada Iblis ketika ia dicobai di
bubung bait Allah (Mat. 4:5-7; Luk. 4:9-12) . Orang yang percaya tidak mencobai Tuhan dengan menguji
apakah Dia setia dengan firman-Nya atau tidak. Orang yang percaya juga tidak mencari mujizat,
bahaya atau sensasi. Orang yang percaya menyerahkan diri kepada Tuhan dan taat kepadaNya.”Siapa yang percaya, tidak akan tergesa-gesa” (Yes. 28:16) . Dia menanti-nantikan Tuhan. (bd. 25:13) .
ini juga memperlihatkan landasan keamanan kita ialah kesetiaan Allah. Hidup itu adalah
suatu perjalanan (menuju Allah) penuh perjuangan dan tantangan. Akan tetapi, bagi yang percaya
kepada Allah akan menyertai dia dan memperlihatkan keselamatan yang datang dari pada-Nya. Hal
ini juga berlaku bagi gereja. Dengan pertolongan Tuhan, Iblis dapat ditaklukan. Namun janganlah
murid-murid bersukacita karena roh-roh jahat itu ditaklukan, tetapi hendaknya mereka bersukacita
karena Tuhan mereka sebagai sahabat dan milik-Nya (bd. Luk. 10:17-20) .
Mazmur 91
menunjukkan keterjaminan keamanan itu menyangkut segi tabiat, di mana kebenaran itu
dipentaskan dengan memperhadapkan nasib orang fasik Keamanan itu menyentuh segenap waktu,
malam… siang, segala keadaan gelap…petang; segala bahaya, segala macam bencana. Jadi orang
percaya itu selalu memiliki kekayaan keamanan di dalam Allah yang tidak dikenal dunia.
Mazmur 91
264
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 92
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat. (92–2) Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada
TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama–Mu, ya Yang Mahatinggi,
(92–3) untuk memberitakan kasih setia–Mu di waktu pagi dan kesetiaan–Mu di waktu malam,
(92–4) dengan bunyi–bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi.
(92–5) Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan–Mu, karena
perbuatan tangan–Mu aku akan bersorak–sorai.
(92–6) Betapa besarnya pekerjaan–pekerjaan–Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan–
rancangan–Mu.
(92–7) Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu.
(92–8) Apabila orang–orang fasik bertunas seperti tumbuh–tumbuhan, dan orang–orang yang
melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama–lamanya.
(92–9) Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama–lamanya, ya TUHAN!
(92–10) Sebab, sesungguhnya musuh–Mu, ya TUHAN, sebab, sesungguhnya musuh–Mu akan
binasa, semua orang yang melakukan kejahatan akan diceraiberaikan.
(92–11) Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak
baru;
(92–12) mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang–orang jahat yang
bangkit melawan aku.
(92–13) Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras
di Libanon;
(92–14) mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.
(92–15) Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,
(92–16) untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada
kecurangan pada–Nya.
Renungan
Posisi Allah dari seharusnya tertinggi dan
tersentral dalam hidup anak-anak Tuhan bisa dengan mudah tersingkir oleh berbagai alasan.
Berbagai masalah kehidupan maupun bermacam-macam kesibukan dan tanggung jawab sering kali
membuat orang Kristen secara tidak sadar menggeser Allah dari pusat kehidupannya.
Judul:
Bagaimana pertumbuhan rohani Anda?
Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang pentingnya secara sadar memposisikan
Allah sentral dan utama dalam hidup mereka (ayat 9). Sebagai suatu nyanyian untuk hari Sabat (ayat
1) , mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespons baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan
maupun tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi dengan sikap yang benar.
Yang membedakan orang beriman dari orang fasik adalah di mana mereka masing-masing
memposisikan Tuhan. Sikap meninggikan Tuhan pada orang beriman terungkap jelas dalam
kebiasaan mereka bersyukur kepada-Nya (ayat 2) dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan
sepanjang waktu (ayat 3) . Orang fasik justru sebaliknya! Mereka tidak mengakui kebesaran Allah serta
keagungan karya-karya-Nya karena mereka tidak menyadari bahwa semua realitas ini berasal dari
Allah (ayat 7) .
265
Prinsip Sabat adalah prinsip memposisikan Tuhan Allah di tempat tertinggi yang sesungguhnya
sehingga semua yang lain akan berada pada posisi yang seharusnya. Bukan saja dalam situasi baik,
dalam situasi tidak baik sekalipun sikap ini memberi pembebasan. Orang beriman tidak perlu
dibelenggu oleh berbagai kekuatiran tentang kebutuhan hidup atau oleh ancaman-ancaman yang
datang dari orang-orang fasik. Jika Tuhan yang bertakhta di surga bertakhta di hati, kita akan
bertumbuh terus ke arah Dia (ayat 13-16) . Sebaliknya, orang yang menggeser Tuhan ke luar hidupnya
akan mengalami kekeringan rohani dan akhirnya binasa (ayat 8) .
Renungkan:
Apakah hidup Anda sedang bertumbuh ke arah Allah?
266
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 93
1
2
3
4
5
TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan.
Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang;
takhta–Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.
Sungai–sungai telah mengangkat, ya TUHAN, sungai–sungai telah mengangkat suaranya,
sungai–sungai mengangkat bunyi hempasannya.
Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN
di tempat tinggi.
Peraturan–Mu sangat teguh; bait–Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa.
Renungan
Setiap manusia menyadari bahwa di luar dirinya ada
oknum lain yang lebih berkuasa dibandingkan dirinya. Sayang, banyak manusia menyimpulkan bahwa
bumi, laut, gunung, lembah, jurang, memiliki penguasa masing-masing. Hal ini jelas bertentangan
dengan ajaran Alkitab.
Judul:
Tuhan, penguasa alam semesta
Nas ini memaparkan kemuliaan Kerajaan Allah. Mazmur ini juga berbicara tentang kerajaan-Nya di
dunia ini dan kekekalan kerajaan-Nya. Ay.1-2 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja. Dia adalah
penguasa sejak dahulu, sebelum zaman purbakala, bahkan sebelum alam semesta ini diciptakan.
Dengan demikian, Tuhan jugalah yang berdaulat mengatur alam semesta serta kehidupan semua
mahkluk di bumi.
Sebagai Raja, kuasa Tuhan melebihi kekuatan lautan yang bergelora dan melampaui kecepatan suara
yang dahsyat dan menggelegar. Orang-orang Kanaan yang percaya dan menyembah Baal sebagai
penguasa lautan, yang mereka panggil dengan sebutan Ratu Yamm, akan menjadi saksi kedahsyatan
kuasa Tuhan itu. Inilah yang pemazmur gambarkan tentang Tuhan yang jauh lebih berkuasa
dibandingkan kekuatan lautan (ayat 3-4) . Pemazmur yang memahami polemik ini, menyerukan
kekuasaan Tuhan melawan pengikut Baal. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diyakini oleh
manusia sebagai kekuatan alam semesta yang tidak dapat dikendalikan manusia, ternyata ada dalam
genggaman tangan Tuhan. Pemazmur juga menuliskan sifat kekudusan Tuhan (ayat 5) . Hal ini sangat
berlawanan dengan sifat Baal, yang moralnya sangat bobrok.
Mazmur ini mengajarkan kepada kita bahwa kuasa Allah atas alam semesta telah dinyatakan. Dia
adalah satu-satunya Allah yang hidup. Oleh karena itu, kita tidak perlu mencari sesembahan lain di
luar diri-Nya. Kita harus tunduk kepada-Nya dan taat pada perintah-Nya saja!
Renungkanlah:
dan kehidupan.
Tinggalkan keraguan Anda, percayai Dia, Tuhan penguasa seluruh alam semesta
267
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 94
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Ya Allah pembalas, ya TUHAN, ya Allah pembalas, tampillah!
Bangunlah, ya Hakim bumi, balaslah kepada orang–orang congkak apa yang mereka lakukan!
Berapa lama lagi orang–orang fasik, ya TUHAN, berapa lama lagi orang–orang fasik beria–ria?
Mereka memuntahkan kata–kata yang kurang ajar dan semua orang yang melakukan
kejahatan itu menyombong.
Umat–Mu, ya TUHAN, mereka remukkan, dan milik–Mu sendiri mereka tindas;
janda dan orang asing mereka sembelih, dan anak–anak yatim mereka bunuh;
dan mereka berkata: “TUHAN tidak melihatnya, dan Allah Yakub tidak mengindahkannya.”
Perhatikanlah, hai orang–orang bodoh di antara rakyat! Hai orang–orang bebal, bilakah kamu
memakai akal budimu?
Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar? Dia yang membentuk mata,
masakan tidak memandang?
Dia yang menghajar bangsa–bangsa, masakan tidak akan menghukum? Dia yang mengajarkan
pengetahuan kepada manusia?
TUHAN mengetahui rancangan–rancangan manusia; sesungguhnya semuanya sia–sia belaka.
Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat–Mu,
untuk menenangkan dia terhadap hari–hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang
fasik.
Sebab TUHAN tidak akan membuang umat–Nya, dan milik–Nya sendiri tidak akan ditinggalkan–
Nya;
sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan akan diikuti oleh semua orang yang tulus
hati.
Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang–orang jahat, siapakah yang tampil bagiku
melawan orang–orang yang melakukan kejahatan?
Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi.
Ketika aku berpikir: “Kakiku goyang,” maka kasih setia–Mu, ya TUHAN, menyokong aku.
Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan–Mu menyenangkan jiwaku.
Masakan bersekutu dengan Engkau takhta kebusukan, yang merancangkan
bencana
berdasarkan ketetapan?
Mereka bersekongkol melawan jiwa orang benar, dan menyatakan fasik darah orang yang
tidak bersalah.
Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku.
Ia akan membalas kepada mereka perbuatan jahat mereka, dan karena kejahatan mereka Ia
akan membinasakan mereka; TUHAN, Allah kita, akan membinasakan mereka.
Renungan
Semakin mengamati proses peradilan di Indonesia, semakin
pesimis hati ini. Dari hulu sampai muara sarat dengan manipulasi dan rekayasa. Apa pun asal ada
uang bisa diatur, tuntutan bisa dibatalkan, vonis bisa diubah. Baik dari membebaskan orang bersalah
maupun menghukum mereka yang tak bersalah.
Judul:
Allahku, hakim yang adil
268
Syukur, bukan demikian Hakim Adil yang pemazmur percayai. Pemazmur telah mengalami
bagaimana Tuhan membela dia dari serangan keji orang fasik yang mencoba menghancurkan dia (1623) . Pemazmur berani berseru kepada Tuhan agar keadilan-Nya kembali ditegakkan saat kejahatan
merajalela di tengah-tengah umat-Nya (4-7) . Pemazmur yakin bahwa tidak ada dosa dan kejahatan
orang fasik yang tersembunyi di hadapan Tuhan (11) . Tuhan pasti akan menghukum dan membinasakan mereka serta memulihkan umat-Nya dari penderitaan akibat ulah orang-orang jahat.
Di sisi lain pemazmur yakin bahwa penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi pada umat-Nya lewat
tangan-tangan jahat adalah bagian dari pendidikan dan disiplin Tuhan atas mereka (12-15) . Justru
melalui masalah, umat Tuhan diingatkan untuk kembali setia kepada firman- Nya. Semakin mereka
berpaut pada kehendak-Nya, semakin pula mereka menegakkan keadilan. Maka keadilan Tuhan
ditegakkan baik dengan cara menghukum mereka yang bersalah maupun dengan cara umat Tuhan
menegakkan yang benar dan menyingkirkan yang salah!
Berharap keadilan pada tangan manusia, sekalipun mereka yang berjabatan dan berotoritas tinggi,
hanya akan mendatangkan rasa kecewa, frustasi, dan apatis. Namun berharap pada Tuhan niscaya
tidak akan mengecewakan. Pada waktunya orang jahat akan menuai hasilnya yang membinasakan.
Namun sementara menunggu waktu Tuhan, panggilan untuk kita adalah menjadi orang yang taat
hukum, menegakkan keadilan di sekeliling kita, dan membela mereka yang tertindas!
269
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 95
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Marilah kita bersorak–sorai untuk TUHAN, bersorak–sorak bagi gunung batu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah–Nya dengan nyanyian syukur, bersorak–sorak bagi–Nya dengan
nyanyian mazmur.
Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah.
Bagian–bagian bumi yang paling dalam ada di tangan–Nya, puncak gunung–gunungpun
kepunyaan–Nya.
Kepunyaan–Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan–Nyalah
yang
membentuknya.
Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan–Nya dan kawanan domba tuntunan
tangan–Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara–Nya!
Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan–Ku.
Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata–Ku: “Mereka suatu bangsa yang
sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan–Ku.”
Sebab itu Aku bersumpah dalam murka–Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian–Ku.”
Renungan
Apa dosa umat Israel yang terus menerus diulang? Tidak
memercayai Tuhan dengan sepenuh hati! Mereka terus menerus mencobai Dia dengan berbagai hal.
Baik dengan menggantikan Dia dengan dewa-dewi bangsa lain, ataupun dengan terus bersungutsungut untuk setiap masalah yang menimpa hidup mereka.
Judul: Jangan cobai Rajamu!
Berbagai hajaran keras sudah Tuhan timpakan kepada mereka atas ketidakpercayaan mereka. Salah
satu yang paling dahsyat adalah ketika mereka harus kehilangan tanah perjanjian dan identitas
mereka sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Namun di mazmur ini (8-11) , salah satu
hukuman dahsyat paling awal yang diingat pemazmur adalah ketika nenek moyang mereka untuk
satu generasi kehilangan kesempatan masuk ke tanah Perjanjian gara-gara sikap tidak percaya
mereka kepada Tuhan (lih. Bil. 14) .
Hukuman dahsyat Tuhan tidak pernah dimaksudkan untuk menghancurkan melainkan untuk
pertobatan. Hukuman dashyat seharusnya menyadarkan mereka, bahwa Tuhan adalah Raja mereka
yang berdaulat serta berhak mendapatkan sembah, hormat, dan ketaatan mereka.
Inilah inti dari ayat 1-7 . Pemazmur mengajak umat Tuhan beribadah kepada Tuhan dengan masuk ke
hadirat-Nya ( perhatikan ayat 1 "Mari…"; ayat 2 "biarlah kita menghadap…"; ayat 6 "Masuklah …")
karena Tuhan adalah Raja, Sang Pemilik umat-Nya. Dia bukan hanya Raja atas umat-Nya, tetapi atas
alam semesta. Tidak ada satu pun di alam ciptaan ini yang dapat berkata, "Aku bebas menentukan
hidupku sendiri". Tuhan adalah Raja, berarti Dia harus menjadi segala-galanya bagi hidup umat-Nya.
Itu berarti hanya ada kesetiaan tunggal kepada Dia, satu komitmen teguh kepada kehendak- Nya.
270
Kesadaran bahwa Tuhan adalah Raja yang berdaulat dan pemilik hidup kita seharusnya membawa
kita pada ketaatan tanpa syarat. Apalagi di dalam Kristus, Sang Raja yang sudah menang itu, kita
dipelihara dengan kepastian dan jaminan penuh dari Tuhan sendiri.
271
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 96
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!
Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama–Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada–Nya
dari hari ke hari.
Ceritakanlah kemuliaan–Nya di antara bangsa–bangsa dan perbuatan–perbuatan yang ajaib di
antara segala suku bangsa.
Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah.
Sebab segala allah bangsa–bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit.
Keagungan dan semarak ada di hadapan–Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus–
Nya.
Kepada TUHAN, hai suku–suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!
Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama–Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke
pelataran–Nya!
Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan–
Nya, hai segenap bumi!
Katakanlah di antara bangsa–bangsa: “TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia
akan mengadili bangsa–bangsa dalam kebenaran.”
Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak–sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya,
biarlah beria–ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak–
sorai
di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan
menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa–bangsa dengan kesetiaan–Nya.
Renungan
Nada gembira, penuh suka cita mewarnai mazmur ini.
Ajakan untuk menyanyi di ayat 1 (diulang 3x), dan ajakan untuk memberi kemuliaan kepada Tuhan di
ayat 7-8 (juga diulang 3x) menegaskan suasana riang tersebut.
Judul: Nyanyian menyambut Sang Raja
Mazmur yang ditulis pada masa sesudah pembuangan ini menggambarkan perayaan kedahsyatan
Allah Israel yang dinyatakan-Nya dalam sejarah umat-Nya (3-6) . Israel belajar dari pengalaman
mereka bahwa hanya Tuhanlah Allah sejati. Pengalaman dipelihara Tuhan, dilindungi dari musuh,
dihukum dengan memakai bangsa-bangsa lain, bahkan dengan pembuangan, sampai Ia memulangkan mereka dari pembuangan, semua membuktikan keesaan Allah Israel.
Oleh karena itu pemazmur mengajak semua bangsa untuk memuliakan Tuhan (7-9) . Sesungguhnya
Tuhan adalah Raja (10), Ia berkuasa dan berdaulat penuh atas semua bangsa. Tuhan telah
menyatakan keadilan dan kebenaran-Nya pada masa lalu. Baik dengan menghukum umat-Nya, juga
dengan menghukum musuh-musuh umat-Nya. Sejarah Perjanjian Lama menunjukkan hal tersebut
dengan gamblang. Kelak Sang Raja sekaligus Hakim yang Agung itu akan datang untuk menghakimi
bumi ini (13) . Bangsa-bangsa yang dalam hidup mereka menentang Dia, hidup dalam kejahatan dan
ketidakadilan, kelak harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
272
Mazmur ini, khususnya ayat 7-13 , sering dipakai dalam liturgi ibadah untuk menyambut kedatangan
Kristus yang kedua kali. Memang umat Tuhan masa kini yang hidup dalam iman yang memandang
kepada Kristus, yang sudah menang melalui kematian dan kebangkitan-Nya, masih melihat kejahatan
merajalela. Namun mata iman kita memandang bukan hanya kepada karya salib masa lalu, tetapi
kepada masa depan di mana Ia berjanji untuk datang kembali dan menghakimi dengan adil semua
yang jahat, serta menganugerahkan keselamatan kekal untuk yang bertahan sampai pada
kesudahannya.
273
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 97
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak–sorak, biarlah banyak pulau bersukacita!
Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta–Nya.
Api menjalar di hadapan–Nya, dan menghanguskan para lawan–Nya sekeliling.
Kilat–kilat–Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar.
Gunung–gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi.
Langit memberitakan keadilan–Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan–Nya.
Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan
diri karena berhala–berhala; segala allah sujud menyembah kepada–Nya.
Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri–puteri Yehuda bersorak–sorak, oleh karena
penghukuman–Mu, ya TUHAN.
Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan
di atas segala allah.
Hai orang–orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa
orang–orang yang dikasihi–Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang–orang fasik.
Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang–orang yang tulus hati.
Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang–orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama–
Nya yang kudus.
Renungan
Sukacita yang digambarkan di mazmur ini, sedikit berbeda dengan
Mazmur 96 . Mazmur ini merayakan Tuhan sebagai Raja yang menyatakan diri-Nya memerangi musuhmusuh umat, yaitu para bangsa yang menyembah berhala.
Judul: Tuhan adalah Raja!
Pemazmur mulai dengan memperlihatkan kedahsyatan Allah, yang ditandai dengan awan (2) , api (3),
dan kilat (4) yang melanda dunia ini. Awan yang tebal menyatakan takhta Tuhan, api menandakan
kekudusan-Nya, sedangkan kilat menandakan kehadiran dan kekuatan- Nya. Kehadiran Allah
menghanguskan musuh, menggetarkan bumi, dan melelehkan gunung-gunung. Suatu gambaran
dahsyat, Allah menyatakan perang-Nya atas bangsa-bangsa penyembah berhala untuk menegakkan
keadilan-Nya (2b, 6) .
Oleh kedahsyatan Allah tersebut, para bangsa musuh yang beribadah kepada dewa-dewi berhala
dipermalukan (7) , sebaliknya umat Tuhan disukacitakan. Dengan kekalahan bangsa-bangsa musuh
maka umat Tuhan pun mendapatkan kelepasannya. Sion menjadi tempat kehadiran Allah di tengah
umat-Nya. Bahkan menjadi takhta Allah yang mahatinggi yang menghakimi semua bangsa
penyembah berhala.
Oleh karena itu pemazmur menutup sukacitanya dengan mengajak semua orang yang mengasihi
Tuhan untuk tetap setia kepada Dia serta tidak takut kepada para musuh yang jahat. Pemazmur juga
mengajak mereka membenci kejahatan (10) . Kalimat di ayat 10a bisa juga diterjemahkan "Tuhan
mengasihi orang-orang yang membenci kejahatan." Tuhan akan membebaskan semua orang benar
dari tangan orang jahat, serta memberikan sukacita sejati dalam hati mereka.
274
Pernyataan bahwa Allah adalah Raja yang mengatasi semua bangsa bukanlah slogan semata. Di
dalam Kristus Ke-rajaan Allah sudah ditegakkan. Tak ada berhala atau ilah apa pun yang dapat
bertahan di hadapan kedahsyatan kemenangan Kristus di kayu salib. Mari kita bersukacita karena
kepastian kemenangan itu, dan kita merayakan kemenangan itu dengan memproklamasikannya
kepada seluruh dunia!
275
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 98
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan–
perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada–Nya oleh tangan kanan–Nya, oleh
lengan–Nya yang kudus.
TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada–Nya, telah menyatakan keadilan–
Nya di depan mata bangsa–bangsa.
Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan–Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah
melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.
Bersorak–soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak–sorailah dan
bermazmurlah!
Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,
dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak–soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!
Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya!
Biarlah sungai–sungai bertepuk tangan, dan gunung–gunung bersorak–sorai bersama–sama
di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia
dengan keadilan, dan bangsa–bangsa dengan kebenaran.
Renungan
Di saat menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan, seberapa sering
kita menghayati kata-kata dari pujian itu dan mengucapkannya keluar dari hati kita sendiri?
Seringkali menyanyi menjadi sebuah tindakan mekanis belaka dan apa yang kita ucapkan tidak
berasal dari relung hati terdalam. Pemazmur mengajak jemaat untuk menyanyikan "nyanyian baru"
bagi Tuhan, artinya sebuah nyanyian yang otentik, lahir dari pengalaman hidup bersama Tuhan hari
demi hari. Kata "telah" yang dipakai berulang-ulang menegaskan motivasi ini di balik tindakan
menaikkan pujian.
Judul: Hidup dalam pengharapan
Stanza pertama dari mazmur ini (1-3) memaparkan berbagai alasan kenapa jemaat perlu memuji
Tuhan. Stanza kedua (4-6) menggambarkan suasana penuh semangat yang semakin memuncak saat
jemaat semakin bersemangat memuji Tuhan. Mulai dari sorak-sorai, dilanjutkan dengan kecapi yang
merdu, hingga nafiri dan sangkakala yang gegap gempita. Segenap kemampuan dikerahkan untuk
memuja-muji Tuhan yang adalah Raja (4a, 6b) . Stanza terakhir (7-9) mengajak juga segenap alam
ciptaan untuk bersama-sama manusia memuji dan membesarkan nama Tuhan.
menunjukkan bagaimana umat Israel hidup dalam ucapan syukur kepada Tuhan dan dalam
kesadaran akan kedahsyatan dan kebesaran-Nya dalam hidup mereka. Sikap hidup ini lahir dari
pengetahuan tentang karya Tuhan di masa lalu (1-3) dan dari iman bagaimana Ia akan "datang untuk
menghakimi bumi" dengan keadilan dan kebenaran.
Mazmur 98
Ada orang, yang ketika menaikkan pujian kepada Tuhan, hanya mengingat kebaikan yang dialaminya
di masa lalu. Namun mereka melupakan bahwa Tuhan juga akan datang sebagai hakim yang adil dan
akan menyatakan kebenaran-Nya pada akhir zaman. Perspektif yang berimbang antara pengalaman
keselamatan di masa lalu dan pengharapan kedatangan Tuhan di masa mendatang perlu dimiliki oleh
setiap orang Kristen sehingga ia bisa menjalani hidup ini dengan bijaksana bagi Tuhan.
276
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 99
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TUHAN itu Raja, maka bangsa–bangsa gemetar. Ia duduk di atas kerub–kerub, maka bumi
goyang.
TUHAN itu maha besar di Sion, dan Ia tinggi mengatasi segala bangsa.
Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama–Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!
Raja yang kuat, yang mencintai hukum, Engkaulah yang menegakkan kebenaran; hukum dan
keadilan di antara keturunan Yakub, Engkaulah yang melakukannya.
Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan kaki–Nya!
Kuduslah Ia!
Musa dan Harun di antara imam–imam–Nya, dan Samuel di antara orang–orang yang
menyerukan nama–Nya. Mereka berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab mereka.
Dalam tiang awan Ia berbicara kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan–
peringatan–Nya dan ketetapan yang diberikan–Nya kepada mereka.
TUHAN, Allah kami, Engkau telah menjawab mereka, Engkau Allah yang mengampuni bagi
mereka, tetapi yang membalas perbuatan–perbuatan mereka.
Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung–Nya yang
kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita!
Renungan
Fakta bahwa "Tuhan itu Raja" mungkin adalah salah satu fakta iman yang
paling sering dilupakan atau diabaikan oleh banyak orang Kristen. Di tengah realitas kehidupan,
orang Kristen sering mengingat Allah hanya sebagai penyelamat, yang berbelas kasih dan
memberikan kelepasan dari berbagai masalah kehidupan yang ada di depan mata.
Judul: Tuhan itu Raja
mengingatkan kita bahwa Dia juga adalah Allah yang "mahabesar … mengatasi segala
bangsa", bukan Allah yang cuma mengatasi berbagai masalah pribadi dalam kehidupan kita. Allah
adalah juga kudus, kuat, benar dan adil. Seberapa sering sifat Allah yang disebutkan dalam ayat 4 ini
kita sadari dalam kehidupan kita sehari-hari? Seberapa sering kita berjuang untuk menyatakan
kekudusan, kekuatan, kebenaran, dan keadilan Allah melalui hidup kita?
Mazmur 99
Ketika sadar bahwa kita hidup di hadapan Allah yang adalah Raja tentu respons "sujud menyembah"
adalah hal yang sangat alami. Namun saat kita bersikap terhadap Allah semata-mata sebagai sosok
yang bisa kita mintai pertolongan kapan pun atau sebagai petugas "bantuan telepon 24 jam" seperti
911 di Amerika, maka respons yang muncul saat beribadah pun akan berbeda. Yaitu sikap kasual,
datang ke gereja tanpa persiapan hati, bisa menerima telepon, atau membaca SMS di saat kebaktian,
serta menjalani hidup tanpa integritas.
memberikan perspektif yang menyeluruh kepada kita. Memang benar Allah itu pengampun,
tetapi Allah tidak membiarkan perbuatan salah kita berlalu begitu saja. Dia mencintai hukum, Dia
menegakkan kebenaran. Dialah sang Raja. Kiranya kesadaran akan Allah sebagai Raja tampak dalam
hidup kita di hadapan orang lain!
Ayat 8
277
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 100
1
2
3
4
5
Mazmur untuk korban syukur. Bersorak–soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan–Nya dengan sorak–sorai!
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat–
Nya dan kawanan domba gembalaan–Nya.
Masuklah melalui pintu gerbang–Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran–Nya
dengan puji–pujian, bersyukurlah kepada–Nya dan pujilah nama–Nya!
Sebab TUHAN itu baik, kasih setia–Nya untuk selama–lamanya, dan kesetiaan–Nya tetap
turun–temurun.
Renungan
Anda merasa satu umat dengan orang Kristen dari gereja dan
denominasi lain, yang doktrin dan sikap hidupnya berbeda? Benarkah Anda menganggap liturgi
golongan Kristen lain, adalah juga latreia (ibadat, pelayanan) kepada Allah?
Judul:
Satu umat, satu ibadat
Belakangan hari ini saya diskusi dengan beberapa orang dalam jejaring email saya. Isu yang muncul
adalah berbagai praktik ajaran, keyakinan, dan pelayanan berbagai aliran gereja. Tentu tentang yang
tidak sealiran dengan yang menulis email. Dapat Anda tebak, nadanya mempertanyakan bahkan
menyalahkan hal-hal yang tidak sama dengan yang diterima dalam gereja atau denominasinya
sendiri. Sedih bahwa orang Kristen yang sama-sama memercayai Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, yang menjunjung tinggi Alkitab sebagai kaidah doktrin, etika, dan praktika, ternyata
menjadikan kepelbagaian tersebut sebagai penyebab pemisahan orang Kristen dan gereja yang
berbeda dengan dia. Perbedaan yang tidak esensial bukan dipandang sebagai faset-faset yang
menambah kekayaan dan keindahan kebenaran dalam Kristus, melainkan sebagai warna-warni yang
membingungkan. Omong kosonglah pengakuan iman kita tiap Minggu"… aku percaya pada gereja
yang kudus dan Am!"
Satu umat dan satu ibadat, jangan diartikan keseragaman. Umat yang dipanggil untuk beribadat
kepada-Nya itu berasal dari seluruh bumi! Tak mungkin semua mereka menggunakan satu bahasa
saja, pasti masing-masing menyeru Allah dan mengungkapkan cinta serta puja mereka kepada Allah
dalam bahasa berbeda. Allah menjumpai mereka dalam ribuan bahkan jutaan konteks pengalaman,
budaya, tradisi gereja yang sangat beragam. Siapa kita yang berani-beraninya menjadikan tradisi,
pemahaman, dan pengalaman kita saja yang membuat kita ber"merek" umat Allah sejati?
Sombongnya kita! Alangkah menghinanya kita kepada kekayaan jalan-jalan Allah!
Di surga kelak umat akan ma-suk dalam satu ibadat, yaitu kesatuan dari berbagai bahasa, tradisi,
pengalaman yang Roh Allah izinkan berkembang di dunia ini. Mari belajar bertindak satu umat dan
satu ibadat dengan mereka yang berbeda dari kita!
278
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 100: 1-5
Pdt. Sutjipto Subeno
Indahnya beribadah !
Ibadah atau worship merupakan bagian dari setiap orang yang mengaku beriman. Yang dimaksud
ibadah disini bukanlah sekedar satu hari berada di tempat ibadah. Ibadah terkait dengan seluruh
hidup yang mengabdi kepada Allah secara totalitas tiap-tiap harinya dimanapun kita berada. Ibadah
berasal dari kata aboda (bahasa Ibrani) proskuneo (bahasa Yunani) yang berarti melenturkan tubuh sampai
ke tanah. Ibadah Kristen berpusat total di kebaktian Minggu, Sunday service maka kalau worship
service itu kita abaikan dan merasa cukup beribadah di rumah saja maka dapatlah dipastikan pelan
namun pasti kerohanian kita menjadi kering. Kebaktian Minggu merupakan inti dari ibadah.
“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak sorai!”
Ibadah harusnya mendatangkan sukacita sejati atas kita. Wesminster short catechism menyatakan
bahwa tujuan manusia dicipta adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia. Yang menjadi
pertanyaan adalah apa artinya menikmati? Apakah kita boleh memakai semua bentuk gaya ke dalam
ibadah? Bagaimana halnya dengan ibadah dimana yang hadir di dalamnya adalah orang-orang dari
berbagai bangsa? Apakah setiap orang dari berbagai suku bangsa di dunia itu boleh memasukkan
unsur budaya seperti musik dan bahasa ke dalam ibadah? Pertanyaannya adalah apakah
kenikmatan? Kalau kenikmatan ibadah itu tergantung pada kita maka bolehkah unsur musik hard
rock metal dimasukkan dalam ibadah untuk menarik anak-anak muda?
Tujuan hidup kita sekaligus menjadi tujuan ibadah kita, yaitu memuliakan Dia dan menikmati Dia
secara utuh. Inti ibadah bukan sekedar kenikmatan atau sekedar sukacita sesaat belaka. Esensi
ibadah berada di obyek ibadah. Ketika kita datang beribadah maka bukan kita yang menjadi obyek
ibadah tetapi Tuhanlah sebagai obyek. Kita harusnya dengan gemetar datang di hadapan-Nya sebab
kalau Dia berkenan maka kita hidup tapi kalau tidak, kita akan mati. Jadi, kenikmatan bukan
tergantung saya tapi ketika kita memuliakan Dia maka disana kita merasakan kenikmatan.
Pertanyaannya adalah apakah Tuhan berkenan atas seluruh ibadah yang kita lakukan?
Memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan saling terkait erat. Adalah mustahil orang dapat menikmati
ibadah tetapi tidak memuliakan Tuhan. Ibadah adalah meletakkan Allah yang merupakan obyek dari
ibadah itu sendiri sebagai pusat dan kita berada di dalamnya memuliakan dan menikmati Dia.
Sangatlah mengerikan, di dunia modern sekarang Tuhan tidak lagi sebagai obyek ibadah tapi dirilah
yang menjadi obyek. Orang hanya berpikir untung dan rugi ketika datang beribadah. Kitab Mazmur
pasalnya yang ke-100 seringkali dipakai sebagai votum dalam ibadah. Mazmur membukakan kita akan
apakah ibadah sejati dan kedahsyatan ketika kita datang beribadah kepada Tuhan Allah.
279
Pemazmur membagi Mazmur 100 menjadi dua bagian, dimana setiap bagian mempunyai isi yang
sama, yakni masing-masing terdapat tiga ajakan dan tiga alasan, yaitu:
Bagian Pertama (Mzm. 100:1-3):
Tiga ajakan: Bersorak-soraklah bagi Tuhan hai, seluruh bumi! (ay. 1) , beribadahlah kepada Tuhan
dengan sukacita (ay. 2a) , datanglah ke hadapan-Nya dengan sukacita (ay. 2b);
1)
Tiga alasan: Dialah yang menjadikan kita, punya Dialah kita, umat-Nya, kawanan domba
gembalaan-Nya (ay.3) .
2)
Bagian Kedua (Mzm. 100:4-5) :
Tiga ajakan: Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya;
1)
Tiga alasan: Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap
turun temurun. Kitab Mazmur 100 membukakan pada kita keindahan ibadah.
2)
Apa yang menjadi dasar kita beribadah dengan sorak sorai? Jawabannya karena Tuhan Allah itu
sendiri. Hari ini banyak orang tidak memahami akan konsep datang beribadah dengan sorak sorai.
Orang malah merasa tidak perlu untuk beribadah pada hari Minggu. Orang tidak dapat melihat
indahnya ibadah, bertemu dan memuliakan Tuhan di dalam ibadah; orang menganggap ke gereja
hanya kewajiban yang harus dijalankan oleh orang Kristen. Celakanya, ada orang yang ke gereja
karena alasan takut diinterograsi atau dibezuk oleh para pengurus gereja, ada juga orang yang ke
gereja karena untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana kita dapat merasakan sukacita sejati
kalau kita beribadah dengan alasan demikian?
Beberapa aspek yang membuat kita merasakan sukacita sejati ketika kita datang beribadah kepada
Tuhan, yaitu:
I.
ALASAN ONTOLOGIS
1.
Allah adalah Pencipta
Allah menciptakan kita, Dia pencipta kita maka betapa indah dan nyamannya kalau kita kembali pada
Sang Pencipta kita. Celakanya, dunia telah dicengkeram konsep evolusi akibatnya manusia
kehilangan perasaan, tidak ada relasi dengan Tuhan Sang Pencipta. Sadarlah kita adalah ciptaan yang
bergantung mutlak pada Sang Pencipta. Betapa sukacita kalau kita bisa berada di rumah Tuhan.
Sukacita itu bukan tergantung pada kita tetapi karena Tuhan itu sendiri. Seperti halnya seorang yang
lagi kasmaran maka bisa datang ke rumah dan bertemu dengan sang kekasih akan membawa
sukacita tersendiri, orang tidak akan peduli hal yang lain karena ada relasi. Bayangkan, kalau kita
datang ke rumah Tuhan tetapi ribut dengan diri sendiri tentu saja kita tidak akan merasa sukacita.
Sungguh merupakan suatu anugerah kalau kita dapat bertemu dengan Tuhan. Pemahaman dan
semangat seperti inilah yang harusnya muncul ketika kita datang beribadah kepada Tuhan.
2.
Allah adalah Penebus
Manusia adalah ciptaan-Nya berarti manusia milik kepunyaan-Nya namun manusia telah jatuh ke
dalam dosa sehingga kita tidak lagi jadi milik kepunyaan Tuhan tetapi kita jadi milik iblis. Kristus
datang dari sorga mulia, mati dan menggantikan kita manusia berdosa sehingga hubungan manusia
280
yang terputus dipulihkan kembali sehingga sekarang, kita menjadi milik Tuhan kembali. Hal inilah
yang seharusnya menjadikan kita bersukacita karena kita yang binasa, kini diselamatkan kembali dan
kita bisa dimungkinkan kembali datang dan berada dalam rumah-Nya.
3.
Allah adalah Pemelihara
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan
kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm. 100:3) . Betapa indah Firman-Nya, Dia tidak hanya mencipta
dan menebus tetapi Dia juga memelihara hidup kita. Tuhan adalah gembala yang agung yang
menuntun hidup kita ke padang yang berumput hijau, Dia membawa kita ke air yang tenang. Dia
memelihara sehingga hidup kita menjadi tenang dan merasakan kenikmatan berada dalam pelukanNya. Hari ini begitu banyak orang yang ketakutan, paranoid; mereka takut mati. Hal ini disebabkan
karena mereka tidak punya Tuhan, mereka tidak pernah tahu kalau ada Tuhan yang memelihara dan
betapa indah hidup berada dalam pemeliharaan-Nya. Sejauh kita taat pada Sang Gembala maka Dia
tidak akan membiarkan kita tersesat ataupun celaka. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang dapat
melawan kita? Tidak ada! Kristus Yesus adalah Gembala yang baik. Hal inilah yang harusnya
menjadikan kita merasa sukacita.
Hari ini, ibadah tidak lagi disandarkan pada penciptaan, penebusan, dan pemeliharaan tapi orang
memakai semangat emosi. Kalau ibadah itu hanya untuk memuaskan keinginan kita maka kita tidak
akan pernah merasakan sukacita sejati. Banyak gereja yang melakukan segala cara untuk
menyenangkan jemaat tapi semua itu hanyalah sukacita semu. Tuhan Allah sebagai pencipta,
penebus dan pemelihara maka ketiga hal ini menjadi dasar yang hakiki, ontologism tidak dapat
diganggu gugat untuk kita bersukacita dalam ibadah. Namun kalau hanya karena ketiga hal ini maka
lama kelamaan kita akan menjadi bosan tapi ada alasan lain yang membuat kita bersukacita dalam
ibadah:
II.
ALASAN PRAKTIS
1.
Allah itu Baik
Karakter baik itu barulah bernilai kalau direlasikan dengan suatu obyek. Demikian pula halnya dengan
karakter yang lain seperti: kasih, setia, adil dan lain-lain. Tuhan itu baik itu merupakan karakter asli
Allah. Banyak hal kita tidak mengerti akan kebaikan Allah khususnya ketika kita berada dalam
kesulitan dan penderitaan maka orang akan bertanya dimanakah kebaikan Tuhan? Marilah kita
renungkan dalam kehidupan kita sehari-hari bahwasanya Tuhan itu baik atas kita tetapi orang
seringkali menganggap remeh hal-hal yang kelihatan kecil dan remeh. Sebagai pengalaman pribadi,
saya merasakan kebaikan Tuhan dalam perjalanan saya di Amerika dan selama berada di sana. Mulai
dari airport dimana harus menghadapi pihak imigrasi, cuaca dingin dan Tuhan juga mengirimkan
seseorang untuk membantu ketika harus melakukan beberapa hal penting. Tuhan bekerja tepat pada
waktu-Nya dan Dia itu baik. Kebaikan Tuhan itu tidak bersifat kondisional, hari ini baik dan besok
jahat. Tidak! Tuhan itu baik karena esensi itu menjadikan kita bersukacita.
2.
Allah itu Kasih Setia
Tuhan itu baik dan kasih setia-Nya sangatlah luar biasa. Kalau hanya baik tapi tidak setia maka itu
sama dengan bohong. Kasih setia-Nya kekal, tidak berubah; Dia tetap baik meski kita berulang kali
menyakiti Dia. Kasih setia-Nya terus memimpin langkah hidup kita, kasih setia-Nya terus meng-
281
ampuni, kasih setia-Nya senantiasa memelihara hidup kita. Tuhan juga tidak menuntut balas apapun
dari kita atas kebaikan yang Dia berikan. Berbeda halnya dengan iblis, ketika dia memberi maka ia
pasti akan menuntut suatu balasan. Adalah konsep yang salah bahwa dosaku banyak maka aku tidak
ke gereja. Salah! Tidak datang beribadah justru akan membuat kita makin tersesat. Tuhan ingin kita
semakin dekat pada-Nya kasih setia-Nya terus mengampuni kita. Hal ini menjadikan kita bersukacita
dalam ibadah.
3.
Allah itu Setia
Tuhan tidak pernah berubah. Tuhan tidak dapat melanggar natur-Nya sendiri. Dia tetap setia meski
kita tidak setia; Dia tetap baik meski kita seringkali melawan Dia. Bayangkan kalau Tuhan selalu
berubah, hari ini baik tapi besok tidak baik atau hari ini sukacita tetapi besok sedih maka dapatlah
dipastikan seluruh relasi kita dengan sesama akan menjadi buruk, setiap orang akan saling curiga.
Tuhan itu kekal, Dia tidak dapat digeser oleh apapun. Hal ini menjadikan kita bersukacita karena kita
mempunyai jaminan hidup di dalam Dia dan menjadikan kita setiap hari disegarkan ketika datang
beribadah kepada Tuhan.
Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan
kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah dengan nyanyian sykur ke dalam pelatarannya dengan
nyanyian pujian; bersyukurlah pada-Nya dan pujilah nama-Nya, sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya
untuk selama-lamanya dan tetap turun murun. Pertanyaannya ketika kita datang ke dalam Rumah
Tuhan hal apa yang kita lakukan? Marilah kita evaluasi ibadah kita, ketika kita datang ke hadapan
Tuhan, apa yang kita bawa di hadapan-Nya? Ataukah kita hanya datang sekedar rutinitas belaka?
Setiap ibadah melihat unsur pencipta dan ciptaan, antara pemilik dan yang dimiliki, antara
pemelihara dengan yang dipelihara. Ibadah itu menjadikan iman kita diperkaya, makin lama makin
berakar kuat. Kehidupan ibadah akan mempengaruhi seluruh hidup kita. Kiranya Firman Tuhan ini
menyadarkan kita kembali akan indahnya ibadah dengan demikian kita merasakan sukacita dan
menikmati Dia ketika kita berada dalam rumah Tuhan.
Amin !
282
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 101
1
2
3
4
5
6
7
8
Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi–
Mu, ya TUHAN.
Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku
hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan
melekat padaku.
Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu.
Orang yang sembunyi–sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang
sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
Mataku tertuju kepada orang–orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama–
sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.
Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara
dusta tidak akan tegak di depan mataku.
Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN,
semua orang yang melakukan kejahatan.
Renungan
Mari berandai-andai. Andai Anda dapat menguping doa calon pemimpin,
yang mana dari yang berikut ini akan Anda pilih dalam masa kampanye? "Ya Allah yang Mahabesar.
Mohon Engkau sudi memberkatiku dengan pengaruh dan keberhasilan; supaya bangsa ini menjadi
bangsa yang jaya makmur di bawah kepemimpinanku." "Ya Allah yang Pemimpin sejati, tolong aku
untuk mengutamakan keadilan dan penegakan hukum, sebab Engkau adil. Tolong aku untuk lebih
takut kepada-Mu daripada kepada para pesaingku atau pendukungku."
Judul: Raja tak bercela
Mazmur ini mazmur Daud. Tidak jelas kapan ia menuliskan mazmur penting ini, sesudah ia diurapi
atau setelah memindahkan tabut. Yang utama untuk kita pelajari ialah isinya, dan dari isi mazmur ini
kita boleh menyimpulkan sikap yang bagaimanakah yang harus dicari dari seorang pemimpin. Paling
tidak kita boleh berdoa agar para pemimpin bo-leh mendekati sikap yang diungkapkan Daud ini.
adalah inti dan penggerak dari seluruh bait mazmur berikutnya. Daud ingin menyanyikan kasih
setia dan hukum kepada Allah. Posisi dan kemampuan memimpin yang ia terima, datang dari Allah.
Semua orang berkuasa pun mendapat kesempatan untuk berkuasa atau memimpin bukan terutama
karena kepiawaian dirinya melainkan karena kemurahan Allah. Pemimpin yang baik akan menjaga
agar tidak melupakan hal ini. Ini akan membangkitkan tekad untuk memuliakan Allah dan menjunjung tinggi hukum-hukum kebenaran-Nya.
Ayat 1
Semua tekad Daud lainnya, mengalir dari inti nyanyiannya di ayat 1 tadi. Orang yang sungguh ingin
meninggikan kemu-rahan dan hukum Allah, akan memiliki dorongan kuat untuk menjadi pemimpin
yang tak bercela (memanfaatkan kuasa untuk diri sendiri), kehidupan keluarga yang tulus, tidak kompromi
dengan orang jahat, tidak membiarkan hati bengkok, tegas menghukum yang salah, memelihara kesetiaan dengan sahabat yang benar.
Mari kita doakan para pemimpin kita agar mereka tidak hanya pameran beribadah tetapi sungguh
memiliki tekad untuk memuliakan Allah dan hukum-hukum-Nya.
283
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 102
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke
hadapan TUHAN. (102–2) TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong
sampai kepada–Mu.
(102–3) Janganlah sembunyikan wajah–Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah
telinga–Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
(102–4) Sebab hari–hariku habis seperti asap, tulang–tulangku membara seperti perapian.
(102–5) Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku.
(102–6) Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang–belulang.
(102–7) Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung
ponggok pada reruntuhan.
(102–8) Aku tak bisa tidur dan sudah menjadi seperti burung terpencil di atas sotoh.
(102–9) Sepanjang hari aku dicela oleh musuh–musuhku, orang–orang yang mempermainkan
aku menyumpah dengan menyebut namaku.
(102–10) Sebab aku makan abu seperti roti, dan mencampur minumanku dengan tangisan,
(102–11) oleh karena marah–Mu dan geram–Mu, sebab Engkau telah mengangkat aku dan
melemparkan aku.
(102–12) Hari–hariku seperti bayang–bayang memanjang, dan aku sendiri layu seperti rumput.
(102–13) Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama–lamanya, dan nama–Mu tetap
turun–temurun.
(102–14) Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk
mengasihaninya, sudah tiba saatnya.
(102–15) Sebab hamba–hamba–Mu sayang kepada batu–batunya, dan merasa kasihan akan
debunya.
(102–16) Maka bangsa–bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan
kemuliaan–Mu,
(102–17) bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan–Nya,
(102–18) sudah berpaling mendengarkan doa orang–orang yang bulus, dan tidak memandang
hina doa mereka.
(102–19) Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan
nanti akan memuji–muji TUHAN,
(102–20) sebab Ia telah memandang dari ketinggian–Nya yang kudus, TUHAN memandang dari
sorga ke bumi,
(102–21) untuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang–orang yang
ditentukan mati dibunuh,
(102–22) supaya nama TUHAN diceritakan di Sion, dan Dia dipuji–puji di Yerusalem,
(102–23) apabila berkumpul bersama–sama bangsa–bangsa dan kerajaan–kerajaan
untuk
beribadah kepada TUHAN.
(102–24) Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek umurku.
(102–25) Aku berkata: “Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku!
Tahun–tahun–Mu tetap turun–temurun!”
(102–26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan–Mu.
284
Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi
usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah;
(102–28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun–tahun–Mu tidak berkesudahan.
(102–29) Anak hamba–hamba–Mu akan diam dengan tenteram, dan anak cucu mereka akan
tetap ada di hadapan–Mu.
26 (102–27)
27
28
Renungan
mengajar kita bagaimana menghadapi
penderitaan. Ayat 2- 3 memaparkan seruan permohonan pemazmur kepada Tuhan agar mendengar
doanya. Ayat 4-12 memaparkan betapa pemazmur menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan
pribadinya. Pemazmur jujur di hadapan Tuhan. Kejujuran menghadapi kesulitan hidup dan
keberanian berseru kepada Tuhan di masa-masa sulit adalah bukti kedewasaan iman sekaligus juga
merupakan sarana pendewasaan iman. Ketika kesulitan hidup disangkal dan tidak digumulkan di
hadapan Tuhan, maka sebuah kesempatan untuk bertumbuh dapat berlalu begitu saja.
Judul: Kebesaran Tuhan dan penderitaanku Mazmur 102
Adalah menarik ketika di ayat 13-23 tiba-tiba pemazmur mengubah konteks pergumulannya dari
pribadi menjadi bangsanya. Mungkin pemazmur adalah seorang raja atau anggota keluarga kerajaan
sehingga kehidupan pribadinya terkait erat dengan kehidupan bangsanya. Melalui kehidupan
bangsanya, pemazmur meningkatkan intensitas seruannya kepada Tuhan. Ia juga memandang
melampui masanya hingga jauh ke depan. Pemazmur tidak berseru demi kenyamanan dirinya sendiri,
tetapi ia berseru agar nama Tuhan dan kemuliaan Tuhanlah yang menjadi besar di hadapan segala
bangsa dan generasi-generasi yang akan datang.
membentuk klimaks dari mazmur ini dengan sebuah pernyataan iman. Melampaui segala
kesulitan yang tengah dia alami, pemazmur berseru agar Tuhan memberikan kelegaan kepada dia
(25) . Pemazmur dapat melihat dengan imannya bahwa segala yang ada, ada karena Tuhan dan
Tuhanlah yang menopang segala sesuatu. Pada akhirnya apa pun yang akan pemazmur maupun
bangsanya alami, niscaya campur tangan dan pemeliharaan Tuhan ada di dalamnya. Tuhanlah yang
akan menjaga mereka.
Ayat 25-29
Walau tidak melihatnya, pemazmur mengimani pemeliharaan Tuhan atas anak cucunya. Ketika Anda
menghadapi kesulitan besar dalam hidup Anda, apa yang menjadi seruan Anda kepada Tuhan?
285
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 103
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama–Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan–Nya!
Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia
dan rahmat,
Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru
seperti pada burung rajawali.
TUHAN menjalankan keadilan dan hukum bagi segala orang yang diperas.
Ia telah memperkenalkan jalan–jalan–Nya kepada Musa, perbuatan–perbuatan–kepada orang
Israel.
TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama–lamanya Ia mendendam.
Tidak dilakukan–Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas–Nya kepada kita
setimpal dengan kesalahan kita,
tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia–Nya atas orang–orang yang
takut akan Dia;
sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan–Nya dari pada kita pelanggaran kita.
Seperti bapa sayang kepada anak–anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang–orang yang
takut akan Dia.
Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.
Adapun manusia, hari–harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia
berbunga;
apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.
Tetapi kasih setia TUHAN dari selama–lamanya sampai selama–lamanya atas orang–orang yang
takut akan Dia, dan keadilan–Nya bagi anak cucu,
bagi orang–orang yang berpegang pada perjanjian–Nya dan yang ingat untuk melakukan titah–
Nya.
TUHAN sudah menegakkan takhta–Nya di sorga dan kerajaan–Nya berkuasa atas segala
sesuatu.
Pujilah TUHAN, hai malaikat–malaikat–Nya, hai pahlawan–pahlawan perkasa
yang
melaksanakan firman–Nya dengan mendengarkan suara firman–Nya.
Pujilah TUHAN, hai segala tentara–Nya, hai pejabat–pejabat–Nya yang melakukan kehendak–
Nya.
Pujilah TUHAN, hai segala buatan–Nya, di segala tempat kekuasaan–Nya! Pujilah TUHAN, hai
jiwaku!
Renungan
Kasih setia dan rahmat Tuhan yang memahkotai
kehidupan umat-Nya memberikan pemahaman dan pers-pektif yang segar tentang kehidupan di
hadapan Dia yang kudus. Banyak seminar motivasi dan buku self- help saat ini yang menjual pesan
bahwa kemampuan manusia hanya dibatasi oleh kepercayaan dirinya, "Jika aku percaya aku bisa,
Judul:
Kebaikan Tuhan dan kesaksianku
286
maka aku pasti bisa! Jika aku tidak bisa, maka itu salahku sendiri." Sebagai kontras, Mazmur 103
mulai dengan pengagungan kepada Tuhan. Tuhanlah yang melakukan dan memberikan segala yang
baik kepada manusia. Stanza pertama (1-5), berturut-turut memaparkan kebaikan Tuhan sehingga
hasrat manusia bisa terpuaskan dengan kebaikan, bahkan masa mudanya diperbarui "seperti pada
burung rajawali".
Di tengah dunia yang bengkok dan penuh kejahatan ini, Tuhan tetap berkarya. Dia menjalankan
keadilan bagi seluruh alam ciptaan-Nya. Kepada umat-Nya, Dia berlaku seperti seorang bapak yang
"sayang kepada anak-anaknya." Mengapa? Karena Tuhan ingat bahwa "kita ini debu". Satu faktor ini
adalah pembeda yang sangat pelik antara ajaran Alkitab dengan teori-teori motivasi yang sangat
marak dan bahkan dipercaya juga oleh orang-orang yang ada di dalam gereja.
dengan gamblang memaparkan perbedaan ini. Seorang Kristen, ketika dia berhasil akan
mengingat bahwa dirinya bukan apa-apa tanpa Tuhan. Ia akan mengembalikan segala kehormatan
kepada Tuhan dan memberikan kesaksian bahwa Tuhanlah yang membuat semua prestasinya
menjadi mungkin.
Ayat 15-18
menyatakan bertubi-tubi dampak kebesaran Tuhan pada segala makhluk dan seluruh alam
ciptaan-Nya. Ketika Tuhan berkarya dalam kehidupan kita sudah selayaknya Dia yang mendapatkan
kemuliaan dan pujian sebab tanpa Dia, kita bukanlah apa-apa. Ketika Tuhan berkarya dalam hidup
Anda, sudahkah Dia mendapatkan pujian dan kehormatan yang selayaknya Dia dapatkan, dari Anda
dan orang-orang dalam hidup Anda?
Ayat 20-22
287
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 104
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian
keagungan dan semarak,
yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda,
yang mendirikan kamar–kamar loteng–Mu di air, yang menjadikan awan–awan sebagai
kendaraan–Mu, yang bergerak di atas sayap angin,
yang membuat angin sebagai suruhan–suruhan–Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan–
pelayan–Mu,
yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya
dan selamanya.
Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung–
gunung.
Terhadap hardik–Mu air itu melarikan diri, lari kebingungan terhadap suara guntur–Mu,
naik gunung, turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka.
Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi.
Engkau yang melepas mata–mata air ke dalam lembah–lembah, mengalir di antara gunung–
gunung,
memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai–keledai hutan;
di dekatnya diam burung–burung di udara, bersiul dari antara daun–daunan.
Engkau yang memberi minum gunung–gunung dari kamar–kamar loteng–Mu, bumi kenyang
dari buah pekerjaan–Mu.
Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh–tumbuhan untuk diusahakan
manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah
dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan
makanan yang menyegarkan hati manusia.
Kenyang pohon–pohon TUHAN, pohon–pohon aras di Libanon yang ditanam–Nya,
di mana burung–burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon–pohon sanobar;
gunung–gunung tinggi adalah bagi kambing–kambing hutan, bukit–bukit batu adalah tempat
perlindungan bagi pelanduk.
Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat
terbenamnya.
Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala
binatang hutan.
Singa–singa muda mengaum–aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah.
Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya;
manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang.
Betapa banyak perbuatan–Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi
penuh dengan ciptaan–Mu.
Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya,
binatang–binatang yang kecil dan besar.
Di situ kapal–kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain dengannya.
Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.
288
28
29
30
31
32
33
34
35
Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan–
Mu, mereka kenyang oleh kebaikan.
Apabila Engkau menyembunyikan wajah–Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh
mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.
Apabila Engkau mengirim roh–Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.
Biarlah kemuliaan TUHAN tetap untuk selama–lamanya, biarlah TUHAN bersukacita karena
perbuatan–perbuatan–Nya!
Dia yang memandang bumi sehingga bergentar, yang menyentuh gunung–gunung sehingga
berasap.
Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku
selagi aku ada.
Biarlah renunganku manis kedengaran kepada–Nya! Aku hendak bersukacita karena TUHAN.
Biarlah habis orang–orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang–orang fasik tidak ada lagi!
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!
Renungan
Mazmur ini bukanlah tentang Anda dan saya. Mazmur ini tidak
berbicara tentang manusia, tetapi tentang Allah dan alam ciptaan- Nya. Kapan terakhir kali Anda
Judul:
Semesta bernyanyi
menikmati keindahan dan semarak alam yang Allah ciptakan?
Bagaimana caranya Anda memahami kebesaran Allah? Bagi banyak orang, kebesaran Allah di harihari ini dipahami entah secara intelektual melalui pergumulan-pergumulan dan pemikiran-pemikiran
teologis atau secara emosional, melalui pengalaman-pengalaman bernuansa rohani yang
menggerakkan perasaan. Masih ada cara lain untuk memahami kebesaran Allah, yaitu cara yang
telah digunakan oleh manusia sejak zaman Adam dan Hawa, cara yang seringkali kita lupakan di
tengah kesibukan kita sehari-hari. Cara itu adalah melalui alam yang Allah ciptakan dan pelihara.
Mazmur 104
menggambarkan dengan indah bagaimana berbagai unsur alam ciptaan Tuhan
menyatakan keagungan dan semarak-Nya. Keindahan yang luar biasa Tuhan padu-padankan dengan
fungsi yang tertata dengan begitu baik sehingga seluruh dunia tetap terpelihara dengan baik. Tuhan
mencipta dan juga memelihara ciptaan-Nya.
Ketika Anda merasa penat dan letih, ingatlah bahwa Tuhan juga ingin memberikan kepada kita
kelegaan dan sukaria (15) . Tuhan memberikan kepada kita tugas untuk berkarya, tetapi juga untuk
menikmati dan bersukaria dalam alam ciptaan-Nya.
Kemuliaan dan pemeliharaan Tuhan tampak di dalam segala dinamika alam ini. Betapa pun dahsyat
dan menakutkannya fenomena alam serta hewan-hewan yang ada, Tuhan melampaui semua itu (2632) .
Dia layak menerima segala pujian dari relung hati kita yang terdalam.
Dalam kesibukan kita, marilah kita menyediakan waktu dan berhenti sejenak. Beristirahat.
Merenung. Menikmati alam ciptaan Tuhan. Bersukaria di dalam keagungan dan semarak Tuhan.
Memuji Tuhan sebab Dia yang begitu agung mengenal kita dan peduli kepada kita.
289
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 104: 14-24
Pdt. P.H. Hararap, Sth
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Gereja dan lingkungan hidup
Sadarkah kita bahwa alam tempat tinggal kita ini makin rusak? Dalam peringatan hari lingkungan
hidup tanggal 5 Juni yang lalu, banyak orang menyoroti kerusakan lingkungan hidup. Kita merasakan
bumi yang makin panas, banjir, juga pencemaran udara, air dan tanah, adalah masalah yang
menimbulkan banyak dampak negatif bagi manusia. Gaya hidup manusia yang tidak ramah
lingkungan dan eksploitasi alam yang berlebihan telah membuat alam ini berduka. Lingkungan hidup
menjadi rusak dan terjadilah ketidakadilan ekolog.
Mengapa lingkungan hidup kita menjadi rusak? Adakah cara pandang dan sikap manusia yang salah
terhadap alam? Tentu saja. Pemahaman dan cara pandang orang terhadap lingkungan hidup
mempengaruhi sikap mereka dalam memperlakukan alam. Misalnya ada pandangan bahwa manusia
adalah pusat alam semesta (anthroposentris). Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem. Alam dilihat hanya sebagai obyek, alat, dan sarana bagi
pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya bernilai sejauh menunjang
kepentingan manusia. Tentu pandangan seperti itu menghasilkan sikap yang tidak bersahabat
dengan alam, misalnya eksploitasi alam yang berlebihan dan sikap yang tidak peduli dengan
kerusakan alam.
Lalu, bagaimanakah pandangan kita (orang Kristen) terhadap alam atau lingkungan hidup? Alkitab
sebagai sumber nilai dan moral kristiani menjadi pijakan dalam memandang dan mengapresiasi alam.
Alkitab sebenarnya mengajak manusia memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ciptaan Allah
lainnya, termasuk alam atau lingkungan hidup. Perhatikanlah kajian teologis berikut ini:
Semua ciptaan adalah berharga, cerminan keagungan Allah (Mazmur 104) . Kebesaran Tuhan yang
Maha Agung bagi karya cipataan-Nya (dalam artian lingkungan hidup) tampak dalam Mazmur 104 . Perikop
ini menggambarkan ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak
hanya mencipta tapi juga menumbuh-kembangkannya dan terus memelihara ciptaan-Nya. Ayat 13,
16, 18 dan 17 misalnya, menggambarkan pohon-pohon diberi makan oleh Tuhan, semua ciptaan
menantikan makanan dari Tuhan.
Yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan berkat Allah tapi seluruh ciptaan
(unsur lingkungan hidup). Di samping itu penonjolan kedudukan dan kekuasaan manusia atas ciptaan
lainnya di sini tidak tampak. Itu berarti bahwa baik manusia maupun ciptaan lainnya tunduk pada
290
kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 30 , secara khusus dikatakan: “Apabila Engkau mengirim roh-Mu,
mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.” Kata “roh” seringkali dikaitkan dengan unsur
kehidupan, atau hidup itu sendiri. Ini berarti seluruh mahluk ciptaan di alam semesta ini diberikan
unsur kehidupan oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukan bahwa bukan hanya manusia yang diberi
kehidupan tapi juga ciptaan lainnya. Betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh
Allah terus berkarya dan memberikan kehidupan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung
telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam
hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang
lainnya. Jadi sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap
karya Allah yang agung itu.
Semua ciptaan (kosmos) diselamatkan melalui Kristus (Kolose 1:15-23) . Dalam perikop ini diungkap
dimensi kosmologis yang terkait erat dengan hal keutamaan Kristus, khususnya karya pendamaian,
penebusan dan penyelamatan-Nya atas semua ciptaan. Dalam ayat 23 dikatakan bahwa Injil
diberitakan kepada ktisis (seluruh alam). Melalui Kristus dunia diciptakan, dan melalui Kristus pula
Allah berinisiatif melakukan pendamaian dengan ciptaan-Nya. Sekarang alam berada di bawah kuasaNya dan dengan demikian kosmos mengalami pendamaian. Bagian ini juga menekankan arti universal
tentang peristiwa Kristus melalui penampilan dimensi-dimensi kosmosnya dan melalui pembicaraan
tentang keselamatan bagi seluruh dunia, termasuk semua ciptaan. Kristus membawa pendamaian
dan keharmonisan bagi semua ciptaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Penebusan Kristus
juga dipahami sebagai penebusan kosmis yang mencakup seluruh alam dan ciptaan. Penyelamatan
juga mencakup pendamaian atau pemulihan hubungan yang telah rusak antara manusia dan ciptaan
lainnya.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa baik manusia maupun segala ciptaan atau makluk yang lain
merupakan suatu kesatuan kosmik yang memiliki nilai yang berakar dan bermuara di dalam Kristus.
Dengan memperhatikan kajian teologis di atas maka melahirkan teologi kontekstual-ekologis sebagai
berikut:
a.
Teologi Ciptaan. Teologi ciptaan menekankan karya Allah yang memberikan hidup kepada
seluruh ciptaan (Mazmur 104) . Dalam hal ini manusia dilihat sebagai bagian integral dari alam bersama
tumbuh-tumbuhan, hewan dan ciptaan lainnya. Tanggungjawab manusia adalah bekerja untuk Tuhan
dalam memelihara dan mengelola lingkungan hidup, bukan mendominasi apalagi mengeksploitasinya. Teologi seperti ini juga pernah dirumuskan dalam KTT Bumi di Rio de Jeneiro tahun
1992.
b.
Solidaritas dengan alam. Kesadaraan bahwa seluruh ciptaan berharga di mata Tuhan,
membawa kita untuk membangun sikap solidaritas dengan alam. Kita memperlakukan lingkungan
hidup sebagai sesama ciptaan yang harus dikasihi, dijaga, dipelihara dan dipedulikan. Kita mencintai
dan memperlakukan lingkungan hidup dengan sentuhan kasih sebagaimana sikap Tuhan. Kita
membangun solidaritas baru dengan alam yang telah rusak.
c.
Spiritualitas Ekologis. Spiritualitas ini dibangun dengan dasar penghayatan iman bahwa
semua ciptaan diselamatkan dan dibaharui oleh Tuhan. Pembaharuan itu menciptakan kehidupan
yang harmonis. Spiritualitas ekologis mempunyai dasar pada pengalaman manusiawi yang
291
berhadapan dengan kehancuran lingkungan hidup sekaligus berhadapan dengan pengalaman akan
yang Mahakudus, yang mengatasi segalanya. Dalam pengalaman ini kita dipanggil untuk secara
kreatif memelihara kualitas kehidupan, dipanggil untuk bersama Sang Penyelenggara hidup ikut serta
mengusahakan syalom, kesejahteraan bersama dengan seluruh alam. Spiritualitas ekologis terwujud
dalam macam-macam tindakan etis sebagai wujud tanggungjawab untuk ikut memelihara lingkungan
hidup.
Konkretnya, apa yang dapat gereja lakukan untuk mewujudkan pandangan teologi seperti tersebut di
atas? Selama ini gereja hanya berkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan kebaktian atau kegiatan lain
yang melayani manusia. Sudah saatnya gereja menyadari bahwa gereja memiliki tugas panggilan
menjaga keutuhan ciptaan atau kelestarian lingkungan hidup, misalnya dengan membuat programprogram sebagai berikut:
a.
Pembinaan tentang kesadaran ekologis. Pembinaan ini merupakan upaya gereja untuk
mengingatkan anggotanya bahwa alam adalah ciptaan Allah yang harus dihargai dengan memelihara
dan melestarikannya. Misalnya dalam PA atau pembinaan khusus dan tema-tema kebaktian.
b.
Perayaan lingkungan hidup dalam liturgi. Misalnya membuat ibadah khusus untuk merayakan
hari lingkungan hidup. Dalam ibadah, ada baiknya kita melakukan penyesalan dosa terhadap alam
semesta karena ulah manusia yang telah merusak alam. Penting juga untuk menciptakan dan
menyanyikan lagu-lagu rohani yang bertemakan alam.
c.
Menyuarakan suara kenabian terhadap kerusakan lingkungan hidup. Gereja perlu
menyuarakan kritik atau memberikan masukan-masukan bagi masyarakat ataupun pemerintah
terkait dengan upaya melestarikan lingkungan hidup.
d.
Menata lingkungan gereja dengan memperhatikan keseimbangan ekologis. Misalnya jangan
habiskan tanah untuk mendirikan bangunan tapi berikan ruang untuk tanam-tanaman. Kita bisa
membangun lingkungan gereja yang hijau dan asri.
e.
Gerakan penanaman pohon bagi seluruh warga gereja.
f.
Mengajak anggota jemaat membudayakan gaya hidup yang ramah dan dekat dengan alam,
misalnya dengan memisahkan sampah plastik, membuat lingkungan sekitar rumah menjadi hijau
dengan tanam-tanaman.
g.
Membangun kerjasama dengan lembaga atau kelompok pecinta alam, misalnya WALHI, untuk
memperjuangkan pembangunan yang berwawasan ekologis.
292
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 105
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama–Nya, perkenalkanlah perbuatan–Nya di antara
bangsa–bangsa!
Bernyanyilah bagi–Nya, bermazmurlah bagi–Nya, percakapkanlah segala perbuatan–Nya yang
ajaib!
Bermegahlah di dalam nama–Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang–orang yang mencari
TUHAN!
Carilah TUHAN dan kekuatan–Nya, carilah wajah–Nya selalu!
Ingatlah perbuatan–perbuatan ajaib yang dilakukan–Nya, mujizat–mujizat–Ny
dan
penghukuman–penghukuman yang diucapkan–Nya,
hai anak cucu Abraham, hamba–Nya, hai anak–anak Yakub, orang–orang pilihan–Nya!
Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman–Nya.
Ia ingat untuk selama–lamanya akan perjanjian–Nya, firman yang diperintahkan–Nya kepada
seribu angkatan,
yang diikat–Nya dengan Abraham, dan akan sumpah–Nya kepada Ishak;
diadakan–Nya hal itu menjadi ketetapan bagi Yakub, menjadi perjanjian kekal bagi Israel,
firman–Nya: “Kepadamu akan Kuberikan tanah Kanaan, sebagai milik pusaka yang ditentukan
bagimu.”
Ketika jumlah mereka tidak seberapa, sedikit saja, dan mereka orang–orang asing di sana,
dan mengembara dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain, dari kerajaan yang satu ke suku
bangsa yang lain,
Ia tidak membiarkan seorangpun memeras mereka, raja–raja dihukum–Nya oleh karena
mereka:
“Jangan mengusik orang–orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi–nabi–Ku!”
Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan
makanan,
diutus–Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak.
Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi,
sampai saat firman–Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.
Raja menyuruh melepaskannya, penguasa bangsa–bangsa membebaskannya.
Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan kuasa atas segala harta kepunyaannya,
untuk memberikan petunjuk kepada para pembesarnya sekehendak hatinya dan mengajarkan
hikmat kepada para tua–tuanya.
Demikianlah Israel datang ke Mesir, dan Yakub tinggal sebagai orang asing di tanah Ham.
TUHAN membuat umat–Nya sangat subur, dan menjadikannya lebih kuat dari pada para
lawannya;
diubah–Nya hati mereka untuk membenci umat–Nya, untuk memperdayakan hamba–hamba–
Nya.
Diutus–Nya Musa, hamba–Nya, dan Harun yang telah dipilih–Nya;
keduanya mengadakan tanda–tanda–Nya di antara mereka, dan mujizat–mujizat di tanah Ham:
dikirim–Nya kegelapan, maka hari menjadi gelap, tetapi mereka memberontak terhadap
firman–Nya;
diubah–Nya air mereka menjadi darah, dan dimatikan–Nya ikan–ikan mereka.
293
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Katak–katak berkeriapan di negeri mereka, bahkan di kamar–kamar raja mereka;
Ia berfirman, maka datanglah lalat pikat, dan nyamuk–nyamuk di seluruh daerah mereka;
dicurahkan–Nya hujan es ganti hujan mereka, dan api yang menyala–nyala di negeri mereka;
dirubuhkan–Nya pohon anggur dan pohon ara mereka, dan ditumbangkan–Nya pohon di
daerah mereka;
Ia berfirman, maka datanglah belalang dan belalang pelompat tidak terbilang banyaknya,
yang memakan segala tumbuh–tumbuhan di negeri mereka, dan memakan hasil tanah mereka;
dibunuh–Nya semua anak sulung di negeri mereka, mula segala kegagahan mereka:
Dituntun–Nya mereka keluar membawa perak dan emas, dan di antara suku–suku mereka
tidak ada yang tergelincir.
Orang Mesir bersukacita, ketika mereka keluar, sebab orang–orang Mesir itu ditimpa
ketakutan terhadap mereka.
Dibentangkan–Nya awan menjadi tudung, dan api untuk menerangi malam.
Mereka meminta, maka didatangkan–Nya burung puyuh, dan dengan roti dari langit
dikenyangkan–Nya mereka.
Dibuka–Nya gunung batu, maka terpancarlah air, lalu mengalir di padang–padang kering
seperti sungai;
sebab Ia ingat akan firman–Nya yang kudus, akan Abraham, hamba–Nya.
Dituntun–Nya umat–Nya keluar dengan kegirangan dan orang–orang pilihan–Nya dengan
sorak–sorai.
Diberikan–Nya kepada mereka negeri–negeri bangsa–bangsa, sehingga mereka memiliki hasil
jerih payah suku–suku bangsa,
agar supaya mereka tetap mengikuti ketetapan–Nya, dan memegang segala pengajaran–Nya.
Haleluya!
Renungan
Manusia sulit untuk setia dan menepati apa yang
telah dijanjikan. Namun "Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia,
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak
menepatinya?" (Bil. 23:19) .
Judul: Allah bekerja menggenapi rencana-Nya
menekankan kesetiaan Allah terhadap apa yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah
kepada nenek moyang Israel (8-11) . Apa yang bisa kita pelajari?
Mazmur 105
Pertama, Allah biasa memulai dengan sesuatu yang kecil. Walaupun para patriark hanya berjumlah
sedikit, mereka sama sekali tidak dapat diperas. Sebaliknya Allah menghukum para raja demi
melindungi para patriark tersebut (12- 15) .
Kedua, Ia memakai penderitaan sebagai sarana hamba-Nya menjadi besar dan menggenapi rencanaNya. Yusuf harus mengalami penderitaan sebagai budak. Melalui semua ini ia menjadi orang yang
memberi petunjuk kepada para pembesar dan akhirnya umat Israel dapat tinggal di Mesir (16-23) .
Ketiga, Ia memakai kejahatan orang-orang fasik untuk mendorong umat-Nya menggenapi rencanaNya. Ketika umat-Nya telah menjadi sangat banyak dan kelihatannya tidak bermaksud untuk keluar
dari Mesir, maka Allah membiarkan hati orang Mesir membenci umat-Nya. Melalui penganiayaan
yang mereka alami, baru mereka mau keluar dari Mesir. Lalu Allah memakai berbagai macam
294
mukjizat supaya orang Mesir mau melepaskan umat-Nya (24-36) . Keempat, Ia memakai berbagai cara
untuk melindungi dan memelihara umat-Nya karena Ia ingat janji-Nya kepada Abraham (37- 42) .
Tujuan Allah adalah supaya umat-Nya mengikuti ketetapan-Nya dan memegang segala pengajaranNya (43-45) .
Allah kita setia dan akan menggenapi rencana-Nya dan tidak ada apa pun yang dapat menghalangiNya melaksanakan rencana-Nya. Walau kadang kita sulit untuk melihat apa yang sedang Allah
lakukan dalam hidup kita, kita harus percaya bahwa Ia memiliki rencana yang indah bagi setiap kita
dan Ia sedang bekerja untuk menggenapi-Nya.
295
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 106
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya
kasih setia–Nya.
Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian
kepada–Nya?
Berbahagialah orang–orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala
waktu!
Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat–Mu, perhatikanlah aku, demi
keselamatan dari pada–Mu,
supaya aku melihat kebaikan pada orang–orang pilihan–Mu, supaya aku bersukacita dalam
sukacita umat–Mu, dan supaya aku bermegah bersama–sama milik–Mu sendiri.
Kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, kami telah bersalah, telah berbuat fasik.
Nenek moyang kami di Mesir tidak mengerti perbuatan–perbuatan–Mu yang ajaib, tidak ingat
besarnya kasih setia–Mu, tetapi mereka memberontak terhadap Yang Mahatinggi di tepi Laut
Teberau.
Namun diselamatkan–Nya mereka oleh karena nama–Nya, untuk memperkenalkan
keperkasaan–Nya.
Dihardik–Nya Laut Teberau, sehingga kering, dibawa–Nya mereka berjalan melalui samudera
raya seperti melalui padang gurun.
Demikian diselamatkan–Nya mereka dari tangan pembenci, ditebus–Nya mereka dari tangan
musuh;
air menutupi para lawan mereka, seorangpun dari pada mereka tiada tinggal.
Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman–Nya, mereka menyanyikan puji–pujian
kepada–Nya.
Tetapi segera mereka melupakan perbuatan–perbuatan–Nya, dan tidak menantikan nasihat–
Nya;
mereka dirangsang nafsu di padang gurun, dan mencobai Allah di padang belantara.
Diberikan–Nya kepada mereka apa yang mereka minta, dan didatangkan–Nya penyakit paru–
paru di antara mereka.
Mereka cemburu kepada Musa di perkemahan, dan kepada Harun, orang kudus TUHAN.
Bumi terbuka dan menelan Datan, menutupi kumpulan Abiram.
Api menyala di kalangan mereka, nyala api menghanguskan orang–orang fasik itu.
Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan;
mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput.
Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal–hal
yang besar di Mesir:
perbuatan–perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan–perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.
Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan–Nya, tidak
mengetengahi di hadapan–Nya, untuk menyurutkan amarah–Nya, sehingga
Ia tidak
memusnahkan mereka.
Mereka menolak negeri yang indah itu, tidak percaya kepada firman–Nya.
Mereka menggerutu di kemahnya dan tidak mendengarkan suara TUHAN.
296
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Lalu Ia mengangkat tangan–Nya terhadap mereka untuk meruntuhkan mereka di padang
gurun,
dan untuk mencerai–beraikan anak cucu mereka ke antara bangsa–bangsa, dan menyerakkan
mereka ke pelbagai negeri.
Mereka berpaut pada Baal Peor, dan memakan korban–korban sembelihan bagi orang mati.
Mereka menyakiti hati–Nya dengan perbuatan mereka, maka timbullah tulah di antara
mereka.
Tetapi Pinehas berdiri dan menjalankan hukum, maka berhentilah tulah itu.
Hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai jasa turun–temurun, untuk selama–lamanya.
Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka;
sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata–katanya.
Mereka tidak memunahkan bangsa–bangsa, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada
mereka,
tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa–bangsa, dan belajar cara–cara mereka bekerja.
Mereka beribadah kepada berhala–berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka.
Mereka mengorbankan anak–anak lelaki mereka, dan anak–anak perempuan mereka kepada
roh–roh jahat,
dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak–anak lelaki dan anak–anak
perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala–berhala Kanaan, sehingga negeri
itu cemar oleh hutang darah.
Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan–
perbuatan mereka.
Maka menyalalah murka TUHAN terhadap umat–Nya, dan Ia jijik kepada milik–Nya sendiri.
Diserahkan–Nyalah mereka ke tangan bangsa–bangsa, sehingga orang–orang yang membenci
mereka berkuasa atas mereka.
Mereka diimpit oleh musuhnya, sehingga takluk ke bawah kuasanya.
Banyak kali dilepaskan–Nya mereka, tetapi mereka bersikap memberontak dengan rencana–
rencana mereka, tenggelam dalam kesalahan mereka.
Namun Ia menilik kesusahan mereka, ketika Ia mendengar teriak mereka.
Ia ingat akan perjanjian–Nya karena mereka, dan menyesal sesuai dengan kasih setia–Nya yang
besar.
Diberi–Nya mereka mendapat rahmat dari pihak semua orang yang menawan mereka.
Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa–
bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama–Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji–
pujian kepada–Mu.
Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama–lamanya sampai selama–lamanya, dan biarlah
seluruh umat mengatakan: “Amin!” Haleluya!
Renungan
Sangat menyedihkan melihat umat Allah sering
meninggalkan Allah walau mereka telah melihat dan mengalami kebaikan dan anugerah Allah yang
begitu berlimpah. Tidak mengherankan bila sejarah Israel selalu menunjukkan bahwa berulang kali
mereka meninggalkan Allah mereka, lupa kepada apa yang telah Allah lakukan kepada mereka.
Judul:
Allah maha pengampun -bertobatlah!
297
Pemazmur dalam nas hari ini mengucapkan syukur atas besarnya kasih setia Allah (1) dan berdoa
supaya Allah tetap mengingat dan memberkati dia supaya ia dapat bersukacita dalam sukacita umat
Tuhan (4-5) . Yang menarik adalah pemazmur mengajukan permohonannya dalam konteks di mana
sesungguhnya umat Allah telah berkali-kali berdosa terhadap Tuhan. Mazmur ini penuh dengan
pernyataan bahwa umat Allah telah berdosa (6), melupakan perbuatan-perbuatan-Nya (13),
mencobai Allah (14) , cemburu (16) , menyembah berhala (19, 28) , tidak percaya kepada firman-Nya
(24) , tidak taat (34) , menajiskan diri (39) , dll.
Karena dosa umat-Nya Allah berulang kali murka dan menghukum dahsyat dengan memakai alam
(17, 18) dan musuh (26, 27, 42) . Namun ketika dalam penghakiman Allah yang dahsyat umat kembali
berseru, maka Allah menilik kesusahan mereka (44) . Sesuai dengan perjanjian dan kasih setia-Nya
yang besar (45) , mereka mendapat rahmat dari pihak yang menawan mereka (46) .
Di dalam konteks bahwa Allah merupakan Allah yang selalu berbelas kasihan mendengar rintihan
umat-Nya inilah (bdk. Hak. 2:18) , pemazmur memanjatkan doa ini, supaya Allah boleh menyelamatkan
mereka kembali dan mengumpulkan mereka dari antara bangsa-bangsa (47) .
Walau kita berulang kali berdosa kepada Tuhan dan berkhianat kepada firman-Nya, Dia tetap
mengasihi kita. Dia tidak pernah memungkiri kasih setia-Nya terhadap kita. Ma-ka mari datang lagi
pada-Nya, mohon ampun dan belas kasih. Sertailah dengan janji untuk tidak lagi bermain-main
dengan dosa. Naikkan doa syukur dan tekad hati Anda dengan tulus!
298
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 107
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–
Nya.
Biarlah itu dikatakan orang–orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus–Nya dari kuasa yang
menyesakkan,
yang dikumpulkan–Nya dari negeri–negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari
selatan.
Ada orang–orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang
tidak mereka temukan;
mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.
Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan–Nya
mereka dari kecemasan mereka.
Dibawa–Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman
orang.
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan–
perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia,
sebab dipuaskan–Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan–Nya dengan
kebaikan.
Ada orang–orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi.
Karena mereka memberontak terhadap perintah–perintah Allah, dan menista nasihat Yang
Mahatinggi,
maka ditundukkan–Nya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada
yang menolong.
Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan–
Nyalah mereka dari kecemasan mereka,
dibawa–Nya mereka keluar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskan–Nya belenggu–
belenggu mereka.
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan–
perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia,
sebab dipecahkan–Nya pintu–pintu tembaga, dan dihancurkan–Nya palang–palang pintu besi.
Ada orang–orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh
sebab kesalahan–kesalahan mereka;
mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut.
Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan–
Nya mereka dari kecemasan mereka,
disampaikan–Nya firman–Nya dan disembuhkan–Nya mereka, diluputkan–Nya mereka dari
liang kubur.
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan–
perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia.
Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan–pekerjaan–
Nya dengan sorak–sorai!
Ada orang–orang yang mengarungi laut dengan kapal–kapal, yang melakukan perdagangan di
lautan luas;
299
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
mereka melihat pekerjaan–pekerjaan TUHAN, dan perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib di
tempat yang dalam.
Ia berfirman, maka dibangkitkan–Nya angin badai yang meninggikan
gelombang–
gelombangnya.
Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka;
mereka pusing dan terhuyung–huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal.
Maka berseru–serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan–Nya
mereka dari kecemasan mereka,
dibuat–Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang–gelombangnya tenang.
Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun–Nya mereka ke pelabuhan kesukaan
mereka.
Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia–Nya, karena perbuatan–
perbuatan–Nya yang ajaib terhadap anak–anak manusia.
Biarlah mereka meninggikan Dia dalam jemaat umat itu, dan memuji–muji Dia dalam majelis
para tua–tua.
Dibuat–Nya sungai–sungai menjadi padang gurun, dan pancaran–pancaran air menjadi tanah
gersang,
tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang–orang yang diam di
dalamnya.
Dibuat–Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran–pancaran
air.
Ditempatkan–Nya di sana orang–orang lapar, dan mereka mendirikan kota tempat kediaman;
mereka menabur di ladang–ladang dan membuat kebun–kebun anggur, yang mengeluarkan
buah–buahan sebagai hasil.
Diberkati–Nya mereka sehingga mereka bertambah banyak dengan sangat, dan hewan–hewan
mereka tidak dibuat–Nya berkurang.
Tetapi mereka menjadi berkurang dan membungkuk oleh sebab tekanan celaka dan duka.
Ditumpahkan–Nya kehinaan ke atas orang–orang terkemuka, dan dibuat–Nya mereka
mengembara di padang tandus yang tiada jalan;
tetapi orang miskin dibentengi–Nya terhadap penindasan, dan dibuat–Nya kaum–kaum
mereka seperti kawanan domba banyaknya.
Orang–orang benar melihatnya, lalu bersukacita, tetapi segala kecurangan tutup mulut.
Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan
segala kemurahan TUHAN.
Renungan
Mazmur ini adalah ucapan syukur umat Allah yang
ditebus oleh Tuhan dari pembuangan (2-3) . Umat Tuhan diingatkan bahwa bukan karena siapa
mereka atau apa yang telah mereka lakukan yang menyebabkan mereka layak untuk diselamatkan,
tetapi semata-mata karena kasih setia-Nya. Kasih setia (hesed) merupakan kata yang mengandung
dua unsur, kasih dan setia yang menunjukkan kasih dan kesetiaan Tuhan kepada umat perjanjianNya. Kata yang muncul enam kali ini, menekankan bahwa pertolongan yang Tuhan berikan terjadi
hanya karena kasih setia-Nya. Setiap kali umat-Nya "berseru" Ia pasti menolong mereka (6, 13, 19,
28) .
Judul:
Bersyukur karena kasih setia-Nya
300
Perkataan "ditebus" mengingatkan kita kepada sistem penebusan keluarga di kalangan Israel.
Seorang penebus akan menebus keluarga dekatnya dari hutang atau perbudakan. Demikian Allah
telah menebus Israel dari perbudakan dan perserakan, dan mengumpulkan mereka kembali (2-3) .
mengisahkan mengenai Tuhan yang menolong para pengembara yang tersesat dan ayat 2332 menceritakan mengenai orang-orang yang melakukan perdagangan di lautan luas, yang kemudian
ditimpa badai yang dahsyat. Saat mereka berseru kepada Tuhan, Ia menyelamatkan mereka dari
kecemasan (6, 28) . Tidak dikatakan bahwa keadaan mereka disebabkan oleh dosa mereka. Ayat 10-16
mengisahkan tentang orang-orang yang berada dalam penjara karena telah memberontak kepada
Tuhan. Ayat 17-22 menceritakan tentang orang- orang yang sakit dan tersiksa karena kelakuan
mereka yang berdosa. Jelas bahwa Allah memberikan penderitaan kepada mereka sebagai akibat
dosa mereka (12) . Namun ketika mereka berseru kepada Tuhan, Ia pun menyelamatkan mereka (13,
19) .
Ayat 4-9
Allah selalu menyendengkan telinga-Nya untuk mendengarkan seruan kita, baik kita menderita
akibat dosa maupun bukan. Ia selalu siap menolong kita. Marilah kita mengikuti ajakan pemazmur
untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya (8, 15, 21, 31) .
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 107: 33-43
Pdt. Widyantoro,STh. M.Div
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Sekecil yang indah
Para ahli berpendapat bahwa Mazmur ini adalah mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan Babel.
Sementara itu orang bijak mengatakan bahwa Mazmur ini adalah renungan tentang nasib kehidupan
Israel yang dikembalikan Tuhan. Orang yang dalam pembuangan atau pengungsian pasti mengalami
berbagai penderitaan karena adanya tekanan dan penindasan dari penguasa. Juga karena adanya
kekurangan pangan dan kemiskinan. Karena berbagai penyakit dan gangguan kejiwaan atau stress.
Namun demikian, kesadaran umat Tuhan, sekembalinya ke Tanah Perjanjian tidak lupa untuk
mengucapkan syukur. Ucapan syukur itu disampaikan karena pertolongan Tuhan, khusunya karena
telah terlepas dari penderitaan selama pembuangan, dan juga karena mendapat bimbingan dalam
perjalanan. Mereka juga bersyukur karena diizinkan Tuhan menduduki kembali Tanah Perjanjian.
Sayang sekali ketika mereka masuk ke negeri Perjanjian itu mereka mendapati penduduk asli yang
jahat, sehingga Tuhan telah menghukum mereka dengan membuat sungai-sungai menjadi padang
gurun, tanah subur menjadi padang asin, dan pancaran- pancaran air menjadi tanah gersang. Tetapi
301
masuknya kembali bangsa Israel, Tuhan berkehendak untuk mengubah kondisi Tanah Perjanjian itu
menjadi tanah yang elok. Kita tahu bahwa Tanah Perjanjian adalah bagian dari rencana Tuhan bagi
umat-Nya. Umat Tuhan itu memang harus bekerja keras untuk mengubah nasib mereka. Alam yang
mereka hadapi adalah alam liar yang tandus dan gersang. Oleh karenanya mereka berusaha untuk
menjadikannya tanah yang subur agar dapat menghasilkan. Padang belantara mereka ciptakan
menjadi kota yang dapat didiami dengan nyaman. Orang-orang lapar mereka perhatikan untuk dapat
menikmati kehidupan yang layak. Tanah yang telah menjadi subur mereka jadikan kebun anggur.
Tanah gersang menjadi padang rumput bagi ternak mereka, sehingga hewan peliharaan mereka
semakin bertambah banyak. Pertambahan penduduk pun semakin pesat.
Bangsa Israel adalah bangsa yang kecil jumlahnya bila dibanding dengan bangsa lain di sekitarnya.
Oleh sebab itu dalam pemandangan Tuhan bangsa itu disebut orang sebagai Si Kecil Yang Indah.
Itulah berkat Tuhan atas iman mereka. Namun demikian tidak semua orang Israel merasa puas
dengan keadaan mereka saat itu. Orang-orang yang kurang iman membuat ulah dengan
menimbulkan kerusuhan. Para pemimpin mereka hinakan sehingga kehilangan muka. Banyak yang
melarikan diri dan tersesat di jalan (ay.40) . Mereka juga menimbulkan pemberontakan sehingga
banyak yang mati. Banyak pula yang kelaparan dan menderita sakit atas ulah mereka sendiri. Datang
pula hukuman Tuhan dengan krisis ekonomi. Akhirnya mereka insyaf bahwa penderitaan yang
mereka alami adalah cara Tuhan menegur mereka, maka mereka kembali kepada Tuhan dan Tuhan
memberi hikmat atas mereka. Lalu mereka berpegang pada kebenaran Tuhan. Tuhan juga
memperhatikan mereka dengan segala kemurahan-Nya.
Apakah kita pernah merasakan teguran Tuhan? Bagaimanakah respon kita terhadap teguran itu?
Memang respon kita bisa bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa teguran Tuhan memang
merupakan rencana Tuhan untuk mendisiplinkan umat-Nya, agar insyaf bahwa Tuhan dengan
tindakan-Nya itu menaruh belas kasihan. Orang yang rela menerima teguran Tuhan dan menyadari
bahwa atas kesalahannya itu Tuhan menghukumnya. Bila hukuman itu diterima secara iman, maka
pastilah Tuhan akan mengembalikan dia ke jalan kebenaran, sehingga ia hidup di jalan Tuhan. Tetapi
bagi mereka yang tidak mengakui teguran Tuhan sebagai tindakan disiplin, tidak akan pernah
merasakan belas kasih Tuhan yang nyata (Ibr.12:8) . Yang harus kita renungkan adalah bahwa tindakan
Tuhan dalam mendisiplinkan kita selalu mengambil dasar atas kesalahan atau dosa kita. Bagaikan
seorang ayah yang menghajar anaknya agar menjadi penurut dan tidak berbuat kesalahan lagi. Tetapi
ada juga maksud Tuhan yang lain, bahwa tindakan disiplin itu tidak didasarkan atas kesalahan
melainkan atas dasar upaya mendidik kita menuju kepada iman yang kuat. Oleh karenanya tindakan
Tuhan kadang sangat menyakitkan, namun bila kita renungkan ulang kita akan menemukan berkat
yang indah dari padanya.
Tuhan memang sering mempergunakan masa-masa yang sulit kita untuk menyatakan teguran-Nya.
Melalui sulitnya kita mencari nafkah, sulitnya kita mendapat kesembuhan dari suatu penyakit,
sulitnya kita menemukan pasangan hidup, sulitnya kita menemukan kebahagiaan rumah tangga.
Semua kesulitan itu merupakan teguran. Semua teguran itu mengajak kita untuk bertahan dalam
iman. Maka nanti belakangan kita akan tahu bahwa Tuhan telah membangun pengharapan di dalam
hidup kita. Pengharapan itu akan menuju ke sesuatu yang indah. Bahwa Ia akan membuat segala
sesuatu indah pada waktunya (Pkh.3:11) . Misalnya, kesulitan ekonomi atau krisis pangan dalam
keluarga kita, kenyataannya oleh ketahanan iman, setelah kita berhemat dan menerapkan sistem
302
ekonomi yang benar, maka kita dapat menemukan kemudahan-kemudahan dan kelimpahan.
Kemudian kita bersorak “Bravo! Tuhan memang Pemurah. Amin”.
Melalui Mazmur bacaan kita hari ini, maka kita tahu bahwa Tuhan menyatakan kuasanya atas alam
semesta, yakni melalui sungai-sungai, padang gurun, tanah tandus, pancaran-pancaran air, kebun
buah- buahan, hujan dan panas. Semuanya itu dinyatakan kepada bangsa Israel untuk dikerjakan dan
diusahakan agar mendatangkan rejeki bagi mereka. Oleh karenanya kedatangan kembali bangsa
Israel ke Tanah Perjanjian itu tidak perlu merasa takut kekurangan atau kemiskinan, sebab Tuhan
telah menyediakan alam untuk menjadi berkat bagi mereka.
Terkadang kita merasa takut tidak kebagian rejeki. Takut tidak dapat makan. Takut tidak memperoleh
nafkah. Padahal Tuhan telah menyediakan begitu banyak lahan dalam berbagai bidang: pertanian,
industri, seni dan budaya. Mata kita kadang tertutup tidak melihat peluang yang tersedia itu. Rama
seorang tuna netra sejak lahir, dia belajar komputer sejak kecil, sehingga mampu menciptakan
komputer bersuara. Akhirnya mampu menulis buku yang berjudul, “Amazing Blind”. Kemampuannya
itu dia dapatkan dengan belajar keras; mula-mula belajar mengenal huruf Braille, kemudian huruf
Latin. Belajar pula menangkap pengertian berbagai bahasa, sehingga mampu berbahasa Inggris
dengan baik, baik pasif maupun aktif. Peluang itulah yang tidak dia sia-siakan untuk bertahan hidup
kecukupan dan bahkan tenar sebagai tuna netra yang berhasil.
Tuhan memiliki rencana yang indah buat umat pilihan-Nya, termasuk kita (Rm. 11:25) , agar kita tidak
akan pernah kekurangan. Karenanya Tuhan telah menyediakan banyak peluang. Tinggal kita bisa
melihat peluang itu atau tidak. Jika kita melihat peluang itu Tuhan itu juga menyediakan berkat bagi
yang mau bekerja keras. Kadang peluang itu kita anggap terlalu kecil, jika dikerjakan hasilnya pun
kecil, makanya cara mengerjakannya pun kecil-kecilan saja. Benar-benar bila seseorang menganggap
segala sesuatu itu kecil, hasilnya kecil, maka dia sendiri akan tetap selalu kecil dan tidak akan menjadi
orang besar.
Kita orang Kristen jumlahnya sedikit. Orang menyebut kita sebagai golongan minoritas. Tetapi jangan
lupa bahwa Tuhan memandang kita sebagai “Si Kecil yang Indah”, sebab kita dimiliki dan memiliki
‘Permata yang Indah’ yaitu Yesus Kristus. Kita yakin, sebagai anak Tuhan tidak perlu merasa kecil hati
terhadap umat lain. Dalam hal ini bangsa Israel telah mebuktikan, meskipun kecil namun Tuhan
memakainya untuk menjadi kebesaran nama-Nya. Ilustrasi berikut semoga menjadi gambaran yang
ideal tentang berkat Tuhan.
Seorang bayi mungil digendong oleh ibunya, ditutup kain selimut sehingga tidak nampak mukanya.
Nama bayi itu Sumini. Su artinya Indah. Mini artinya kecil. Si Kecil yang Indah. Ketika seorang ibu
tetangga membuka selimut penutup muka Sumini, ibu itu terbelalak dan terdiam. Ibu Sumini hanya
tersenyum. Ibu yang lain ketika melihat Sumini segera berteriak menyebut nama Tuhan, “Oh Tuhan,
ampunilah dosaku”. Ibu Sumini tetap tersenyum. Rupanya Sumini adalah penyandang cacat bibir
sumbing hingga langit-langitnya kelihatan. Sumini rupanya anak bongsor, cepat menjadi besar.
Banyak orang mencibir Sumini dan orang tuanya. Ada yang mengejek, mengolok-olok dengan
mengatakan, “Dia kuwalat, makanya sekarang kena tulah”. Ibu Sumini hanya diam dan tersenyum.
Hingga pada suatu hari ada pengumuman dari Dinas Kesehatan Kota bahwa akan ada operasi bibir
sumbing gratis. Ibu Sumini sebagai pendaftar yang pertama. Pendek kata, Sumini berhasil dioperasi
sangat sempurna. Sekarang Sumini menjadi gadis cantik yang ceria dan pintar. Dia rajin belajar
303
hingga berhasil lulus dari Fakultas Kedokteran. Sekarang dr. Sumini membuka praktek di kampungnya
dan disegani banyak orang. Orang- orang yang dulu mencibir, mengejek dan mengolok-olok pada
berdatangan meminta maaf. Ada pula yang membawa anak untuk berobat kepadanya. Bahkan ada
anak tetangga yang lahir tanpa daun telinga, Sumini mengusahakan daun telinga cangkokan secara
gratis pula. Dr. Sumini “si Kecil yang Indah” benar-benar indah di mata Tuhan dan di mata banyak
orang. Rupanya bagi orang yang berserah berkat Tuhan tidak pernah mengecewakan dan tidak
pernah disangka orang. Berbuat kebaikan kepada semua orang tidak ada ruginya, meskipun kecil,
percayalah bahwa akan menjadi “Si Kecil yang Indah”.
304
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 108
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nyanyian. Mazmur Daud. (108–2) Hatiku siap, ya Allah, aku mau menyanyi, aku mau
bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku,
(108–3) bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar.
(108–4) Aku mau bersyukur kepada–Mu di antara bangsa–bangsa, ya TUHAN, dan aku mau
bermazmur bagi–Mu di antara suku–suku bangsa;
(108–5) sebab kasih–Mu besar mengatasi langit, dan setia–Mu sampai ke awan–awan.
(108–6) Tinggikanlah diri–Mu mengatasi langit, ya Allah, dan biarlah kemuliaan–Mu mengatasi
seluruh bumi.
(108–7) Supaya terluput orang–orang yang Kaucintai, selamatkanlah dengan tangan kanan–Mu
dan jawablah aku!
(108–8) Allah telah berfirman di tempat kudus–Nya: “Aku hendak beria–ria, Aku hendak
membagi–bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur.
(108–9) Gilead punya–Ku, Manasye punya–Ku, Efraim ialah pelindung kepala–Ku, Yehuda ialah
tongkat kerajaan–Ku,
(108–10) Moab ialah tempat pembasuhan–Ku, kepada Edom Aku melemparkan kasut–Ku, dan
karena Filistea Aku bersorak–sorai.”
(108–11) Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapakah yang menuntun
aku ke Edom?
(108–12) Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah,
bersama–sama bala tentara kami?
(108–13) Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia–sia penyelamatan dari
manusia.
(108–14) Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan–perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri
akan menginjak–injak para lawan kita.
Renungan
Sukacita yang digambarkan dalam mazmur ini sangat
kental. Pemazmur berkata ia mau menyanyi dan bermaz-mur (2) , memulai hari baru dengan pujian
(3) , serta menyaksikannya di antara bangsa-bangsa (4) . Mungkin ini tidak mengherankan jika bukan
karena mazmur ini ditujukan kepada Allah yang telah membuang dan menolak untuk maju bersamasama dengan umat-Nya (12) .
Judul: Keyakinan yang tidak tergoyahkan
Mengapa pemazmur masih dapat dengan begitu penuh sukacita meyakini bahwa Allah yang telah
membuang umat-Nya akan kembali membawa mereka kembali ke kota yang berkubu? Ternyata
karena pemazmur sangat mengenal siapa Allah yang disembahnya.
Pertama, Allah adalah Allah yang kasih setia-Nya mengatasi langit (5) . Kesetiaan Allah tidak pernah
luntur. Paulus berkata, "Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya" (2 Tim. 2:13) . Walau umat Allah telah tidak setia dan karenanya mendapat hukuman, bukan
berarti Allah tidak akan setia lagi kepada janji-Nya. Ia telah berjanji akan memberikan keseluruhan
tanah Kanaan dan ini pasti akan digenapi (8 ; Sikhem dan Sukot adalah kota di tepi barat dan timur sungai Yordan
dan mewakili tanah yang Allah janjikan).
305
Kedua, kemuliaan Allah pasti mengatasi seluruh bumi (6) dan jika demikian maka umat yang dicintaiNya pasti akan terluput dan diselamatkan (7) . Dalam kepercayaan dunia kuno ketika dua bangsa
bertempur, maka para allahlah yang sebenarnya bertempur. Karena itu kemuliaan Allah terkait
dengan kemenangan umat yang menyandang nama-Nya.
Ketiga, Allah adalah Mahakuasa dan merupakan satu-satunya harapan bagi umat Allah. Dia akan
memberi pertolongan dan menghancurkan lawan umat-Nya (13-14) .
Jika kita telah lama berseru dan Allah belum juga menjawab doa dan meluputkan kita dari kesulitan,
marilah kita seperti pemazmur terus bersukafcita dan berharap hanya kepada Dia. Pasti pertolongan
dari Allah akan datang, karena kasih setia dan janji- Nya kepada umat-Nya.
306
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 109
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri!
Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap
aku dengan lidah dusta;
dengan kata–kata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan.
Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka.
Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.
“Angkatlah seorang fasik atas dia, dan biarlah seorang pendakwa berdiri di sebelah kanannya;
apabila dihakimi, biarlah ia keluar sebagai orang bersalah, dan biarlah doanya menjadi dosa.
Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain.
Biarlah anak–anaknya menjadi yatim, dan isterinya menjadi janda.
Biarlah anak–anaknya mengembara tidak keruan dan mengemis, dan dihalau dari reruntuhan
rumahnya.
Biarlah penagih hutang menyita segala kepunyaannya, dan orang–orang lain menjarah hasil
jerih payahnya.
Janganlah ada orang yang tetap menunjukkan kasihnya kepadanya, dan janganlah ada orang
yang sayang kepada anak–anaknya yang menjadi yatim.
Biarlah dilenyapkan keturunannya, dan dihapuskan namanya dalam angkatan yang kemudian.
Biarlah kesalahan nenek moyangnya diingat–ingat di hadapan TUHAN, dan janganlah
dihapuskan dosa ibunya.
Biarlah itu selalu diperhatikan TUHAN, supaya ingatan kepada mereka dilenyapkan dari bumi.
Oleh karena ia tidak ingat menunjukkan kasih, tetapi mengejar orang sengsara dan miskin dan
orang yang hancur hati sampai mereka mati.
Ia cinta kepada kutuk—biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat—biarlah itu
menjauh dari padanya.
Ia memakai kutuk sebagai bajunya—biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan
seperti minyak ke dalam tulang–tulangnya;
biarlah itu baginya seperti pakaian yang dikenakannya, sebagai ikat pinggang yang senantiasa
dipakainya.
Biarlah semuanya itu dari pihak TUHAN menjadi upah orang yang mendakwa aku, dan upah
orang–orang yang berkata–kata jahat terhadap aku.”
Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama–Mu, lepaskanlah
aku oleh sebab kasih setia–Mu yang baik!
Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku;
aku menghilang seperti bayang–bayang pada waktu memanjang, aku dikebutkan seperti
belalang.
Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya.
Aku telah menjadi cela bagi mereka; melihat aku, mereka menggelengkan kepalanya.
Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia–Mu,
supaya mereka tahu, bahwa tangan–Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah
melakukannya.
Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan–lawanku mendapat malu,
tetapi hamba–Mu ini kiranya bersukacita.
307
29
30
31
Biarlah orang–orang yang mendakwa aku berpakaikan noda, dan berselimutkan malunya
sebagai jubah.
Aku hendak bersyukur sangat kepada TUHAN dengan mulutku, dan aku hendak memuji–muji
Dia di tengah–tengah orang banyak.
Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang–orang
yang menghukumnya.
Renungan
Mazmur ratapan ini adalah permintaan tolong kepada Tuhan untuk
menyelamatkan pemazmur dari kesusahan. Daud memohon kepada Tuhan untuk tidak berdiam diri
dan menolong dia dari serangan orang fasik yang tidak beralasan terhadap dia (1-3) , yang bahkan
telah membalas kebaikan Daud dengan kejahatan (4-5) .
Judul: Doa mohon keadilan
Mazmur ini secara gamblang merupakan doa, permintaan agar Tuhan menghukum mereka yang
berlaku jahat terhadap pemazmur (6-20) . Pemazmur juga meminta Tuhan untuk bertindak karena
nama-Nya untuk melepaskan dia dari kesulitan karena kasih setia Tuhan (21) . Ia memberikan alasan
dengan memberikan gambaran dirinya yang dalam kesesakan (21-25) . Ia memohon supaya musuhnya
dapat melihat bahwa Tuhan sendirilah yang menyelamatkan dia, dan Tuhan mengganti kutuk musuh
dengan berkat sehingga musuhnya men-jadi malu (27-28) . Pemazmur menutup mazmurnya dengan
pujian kepada Tuhan yang membela orang miskin dan menyelamatkan mereka yang tersesak (30-31) .
Apa yang diminta pemazmur? Agar Tuhan menghukum musuhnya sesuai dengan kejahatan mereka.
Ia meminta supaya musuhnya, yang tidak menunjukkan kasih kepada orang yang menderita (16) , juga
tidak mendapat kasih (12) . Pada dasarnya pemazmur meminta keadilan Tuhan (21, 26) . Lihat
bagaimana Petrus memahami keadilan Allah diberlakukan pada Yudas (8; Kis. 1:16, 20) .
Kita sering berpikir bahwa ketika Tuhan mengajar kita untuk berdoa bagi musuh kita berarti kita tidak
boleh berdoa supaya mereka mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatan jahat mereka. Hal ini
tidak tepat. Allah kita adalah Allah yang adil dan kita mempunyai kewajiban untuk berdoa supaya
keadilan Allah ditegakkan. Berdoa dengan kasih bagi musuh kita berarti berdoa supaya mereka mau
bertobat dari perbuatan jahat mereka, dan sering sekali pertobatan itu baru akan terjadi ketika
mereka mendapat hukuman atas perbuatan mereka.
308
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 109: 21-31
Pdt. Dr. Binsar Nainggolan
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Lihatlah tindakan Allah yang melepaskanmu
dari himpitan hidup
ini adalah ratapan pemazmur secara individu yang mengalami penderitaan hebat akibat
dakwaan berupa kata-kata yang jahat, yang dihakimi secara salah, yang terhukum dan yang menjadi
cela bagi orang-orang di sekitarnya. Semuanya dakwaan yang pahit tersebut dirasakan pemazmur
tidak benar, karenanya pemazmur dalam nas ini memohon kepada Allah bagi kelepasan dari
himpitan penderitaan (ayat 21-29) dan kemudian memuji Allah yang menyelamatkannya (ayat 30-31).
Dari segi sastera, pangaruh bunyi doa Nabi Yeremia (Yer. 18:19-23) sangat kuat dalam nas ini, sehingga
para penafsir menyimpulkan bahwa nas ini diucapkan pemazmur pada masa pembuangan Babelonia
atau sesudahnya.
Mazmur 109
Pemazmur menyerukan agar kiranya Allah bertindak kepadanya atas nama-Nya. Ia menyadari bahwa
nama Allah adalah manifestasi dari karakter-Nya. Nama Allah mengekspresikan karakter-Nya yang
menghendaki ketaatan yang penuh dari umat-Nya, dan dengan demikian umat-Nya bergantung pada
kuasa-Nya. Nama Allah tidak mempunyai keberadaan yang terpisah dari diri Allah sendiri, serta
merupakan penyataan kemurahhatian-Nya, di mana umat-Nya mempunyai hubungan dengan-Nya.
Bait Allah di Yerusalem adalah tempat berdiam nama Allah yang dapat dijangkau oleh umat,
sementara umat-Nya dapat berdoa kepada-Nya dengan cara memanggil nama-Nya. Nama Allah
melindungi umat-Nya dalam segala kegiatan, di mana umat itu menunjukkan ketaatan dalam namaNya, memiliki pengharapan di dalam nama-Nya dan menyanyikan pujian bagi nama-Nya.
Dikatakan pula oleh pemazmur bahwa Allah hendaknya melepaskan dia oleh sebab kasih setia-Nya
yang baik. Dalam Perjanjian Lama seruan untuk memperoleh kasih setia Allah yang baik terdapat
beberapa kali. Ini berkaitan dengan kenyataan bahwa Allah yang setia itu adalah Allah yang
memegang perjanjian terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang teguh pada perintahNya sampai kepada beribu-ribu keturunan (Ul. 7:9) . Kasih setia Allah yang bersifat kekal itu diberikan
juga kepada Daud dan dinastinya sebagaimana ditekankan dalam Kitab Samuel: ”Pergilah,
katakanlah kepada hamba-Ku Daud … kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang
Kuhilangkan dari pada Saul” (2 Sam. 7: 15) . Nabi Yesaya mengingatkan, perjanjian abadi akan diikat
oleh Allah dengan umat-Nya, menurut kasih setia yang teguh yang dijanjikan-Nya dengan Daud (Yes.
55:3) . Keyakinan yang teguh akan kasih setia Allah sangat diidam-idamkan orang percaya manakala
segala penderitaan dan kepahitan hidup berada di depan mata. Janganlah bersandar kepada
309
kekuatan-kekuatan duniawi dan kemampuan pribadi. Bersandarlah kepada kasih setia Tuhan Allah
senantiasa, sebagaimana di dalam nas ini pemazmur berseru meminta pertolongan dari Allah.
Apabila kita melihat betapa nestapanya pengalaman hidup pemazmur di sini, yakni: sengsara, miskin,
hati yang hancur, dan mati, maka kita bisa memaklumi jeritan hatinya di sini. Istilah “miskin”
bukanlah semata-mata merujuk kepada orang yang tidak mempunyai harta dan mammon, melainkan
juga kepada orang yang tidak mempunyai sumber-sumber yang dapat meluputkan hidupnya dari
kesengsaraan, sehingga dengan demikian yang bersangkutan bergantung pada Allah.
Hati yang hancur di sini berarti kerusakan pada pusat kerohanian manusia selaku sumber datangnya
emosi, pikiran, motivasi, semangat dan tindakan. Kalau proses bersumbernya emosi, pikiran, motivasi
dan semangat pada diri seseorang sudah melempem, kehidupannya tentu tidak bergerak ke arah
yang benar lagi. Untuk itu nas ini menyerukan agar kita memohon pertolongan dari Tuhan dalam
situasi yang sulit sedemikian. Kita membutuhkan teguran yang mendidik dari Tuhan pada saat-saat
yang membingungkan dalam hati yang hancur, karena dari segala kewaspadaan hatilah terpancar
kehidupan (Ams. 4:23) . Kehancuran hati pemazmur adalah perasaan seseorang bagaikan yang terkena
kutuk. Begitulah gambaran perasaan batin terdalam pada pengalaman hidup seseorang yang
sengsara, tetapi mendambakan pertolongan dari Tuhan.
Dalam situasi sulit itu pemazmur menghilang seperti bayang-bayang pada waktu memanjang, di
mana ia menderita suatu kesengsaraan hidup, dan dengan demikian lututnya melentuk, badannya
menjadi kurus, dan lemaknya habis. Melihat kenyataan ini, musuh-musuhya menggelengkan kepala,
dan ia menjadi cela bagi musuh-musuh tersebut (ay. 24-25) . Dalam menerima pertolongan Tuhan,
pemazmur meyakini dirinya selaku seorang hamba Tuhan. Istilah “hamba” untuk konteks kerajaan
“Tuhan” di dalam Perjanjian Lama memperoleh pengertian sebagai status yang tinggi dan terhormat.
Status “hamba” dikenakan juga kepada Musa (Kel. 14:31) , Yosua (Yos. 24:29) , Samuel (1 Sam. 3:10),
Daud (2 Sam. 3:18) dan Elia (2 Raj. 9:36) .
Setelah mengalami kelepasan dari penderitaan, pemazmur tidak ‘lupa daratan’, melainkan
mengingat segala sesuatunya itu sebagai perbuatan Tuhan yang maha ajaib. Ia bersyukur kepada-Nya
serta memuji nama-Nya. Banyak doa dalam Kitab Mazmur berisikan ucapan syukur dan puji-pujian
kepada Tuhan dalam rangka antisipasi buat jawaban doa-doa tersebut. Doa-doa itu merefleksikan
kesadaran keagamaan umat Israel yang menekankan bahwa keselamatan dari musuh haruslah
direspons dengan puji-pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, sebagaimana juga doa yang
dipanjatkan pada waktu kesesakan.
Puncak perbuatan dan tindakan Allah untuk menyelamatkan umat-Nya adalah karya penyelamatan
yang dilakukan oleh Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dalam pengorbanan di kayu salib untuk memikul
segala dosa kita, sehingga kita sudah menjadi orang-orang yang merdeka. Kita yang berada dalam
kemiskinan akibat dosa berseru kepada Yesus agar kita beroleh keselamatan oleh karena kasih
penyelamatan-Nya. Sebagaimana dikatakan Rasul Paulus: “Karena kamu telah mengenal kasih
karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya,
supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor. 8:9) . Kesempurnaan kelepasan kita
oleh Allah dalam Yesus Kristus mencakup kelepasan kita dari kuasa dosa dan maut, oleh karenanya
tidak ada lagi alasan untuk kuatir dan takut dalam menghadapi tantangan hidup ini.
Inilah yang ditekankan oleh pemazmur di dalam nas Epistel ini, bahwa ia sudah yakin penuh akan
pertolongan Tuhan yang menyelamatkannya sesuai dengan kasih setia-Nya.
Amin !
310
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 110
1
2
3
4
5
6
7
Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan–Ku,
sampai Kubuat musuh–musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”
Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu!
Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari
kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun.
TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: “Engkau adalah imam untuk selama–
lamanya, menurut Melkisedek.”
TUHAN ada di sebelah kananmu; Ia meremukkan raja–raja pada hari murka–Nya,
Ia menghukum bangsa–bangsa, sehingga mayat–mayat bergelimpangan; Ia meremukkan
orang–orang yang menjadi kepala di negeri luas.
Dari sungai di tepi jalan ia minum, oleh sebab itu ia mengangkat kepala.
Renungan
Dalam pimpinan Allah, sambil melihat jauh ke depan Daud mengucapkan nubuat
sekaligus penyembahan. Ia berbicara tentang raja yang akan datang, yang berasal dari keturunannya.
Raja itu adalah anaknya sendiri, Anak Daud. Namun kemuliaan dan kuasa-Nya jauh melampaui dia
sehingga dia menyebut Anak-Nya sebagai "tuanku" (1) . Ia juga Imam. Maka tepatlah kita memakai
julukan "Raja-Imam" untuk Yesus Kristus.
Judul: Raja Imam
Di antara umat Allah, imam maupun raja ditetapkan oleh Allah. Allah menetapkan bahwa para imam
harus berasal dari keturunan Harun, sedangkan para raja berasal dari keturunan Yehuda-Daud.
Dalam Injil jelas bahwa Yesus berasal dari keturunan Yehuda-Daud. Dalam hidup Abraham pernah
terjadi peristiwa luar biasa, yaitu Ia memberikan persembahan kepada Melkisedek. Hal ini dilihat
oleh Ibr. 5 sebagai digenapi penuh dalam diri Yesus Kristus. Yesus, yang bukan keturunan Harun,
adalah Imam Besar Agung, tetapi bukan menurut garis keturunan Harun melainkan karena prinsip
Melkisedek. Abraham moyang Harun berkedudukan di bawah Melkisedek, maka imamat Harun
tunduk ke bawah imamat Yesus Kristus!
Baik imam maupun raja berfungsi sebagai perwakilan. Imam mewakili manusia menghadap Allah
dengan jalan memberikan kurban. Imam harus menjaga kekudusan sebab ia mewakili umat agar
beroleh kelayakan dengan jalan pengampunan; maka imam yang tidak kudus, tidak layak mewakili
umat. Itu sebab imam harus juga memberikan persembahan untuk dosa-dosanya sendiri. Yesus
Kristus adalah Imam Besar Agung sebab telah memberikan kurban hidup-Nya yang tanpa dosa
sebagai tebusan dosa umat-Nya. Raja pun adalah wakil, tetapi bukan wakil umat melainkan wakil
Allah. Raja dipilih Allah agar menjadi gembala untuk membawa umat ke jalan benar, memimpin ke
dalam kesejahteraan. Yesus Kristus sepenuhnya menggenapi sifat Gembala yang Baik, yang
mengurbankan hidup-Nya agar kawanan gembalaan-Nya sepenuhnya ada dalam naungan kuasa-Nya.
Yesus Kristus Raja-Imam, kematian dan kebangkitan-Nya telah menaklukkan musuh-musuh jiwa,
supaya kita mengalami pemerintahan-Nya sempurna.
311
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 110: 1-7
Pdt. Leo Dunan Sibarani, M.Th.
Sumber: Gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola),
Padangsidimpuan – Sumatra Utara
Duduklah di sebelah kanan-Ku
1.
Menurut ahli Biblika Perjanjian Lama, M.C. Barth dan B.A. Pareira, Mazmur 110 ini digolongkan
ke dalam jenis ‘Mazmur Raja’. Sebagai Mazmur Raja, Mazmur ini tentu berbicara tentang raja. Raja
adalah pejabat kerajaan Allah. Sebab itu, dia dapat memohon kepada Tuhan supaya diberi kekuasaan
atas semua raja dan penguasa di muka bumi ini. Dengan pemahaman demikianlah, takhta Daud
adalah takhta Tuhan, Allah yang maha tinggi. Ada dua unsur di dalam setiap Mazmur jenis ini, yakni :
a.
Firman Tuhan kepada raja.
b.
Doa untuk raja.
ini dinyanyikan pada hari pemahkotaan atau ulang tahun pemahkotaan tersebut. Karena
hubungan raja yang erat dengan kerajaan Tuhan dan dengan Sion maka Mazmur-mazmur Raja ini
harus selalu diikat dalam hubungan dengan madah ‘Tuhan Raja’ dan ‘Nyanyian Sion’. Mungkin
ditanyakan mengapa Mazmur-mazmur ini yang begitu mengagungkan raja Israel oleh jemaah Yahudi
sesudah pembuangan tetap dipertahankan dan tidak dikeluarkan dari kitab puji-pujian mereka.
Mazmur-mazmur ini tetap dipertahankan karena mereka memupuk pengharapan mesianis.
Pengharapan ini dikukuhkan oleh pewartaan para nabi (Yes. 9:1-6; 11:1-10; Am. 9:11-12; Yer. 23:5-8; Yeh.
34:23-24; 37:24) .
Mazmur 110
2.
Selanjutnya, Mazmur Raja ini dalam tradisi umat Israel Perjanjian Lama berhubungan dengan
‘pelantikan seorang raja’. Menurut Christoph Barth, pengangkatan seorang raja di Israel ada segi dan
tahapnya yang tersembunyi pada pemandangan mata orang. Apabila Allah melihat atau memilih
orang-Nya, pun apabila Ia mengurapinya dengan perantaraan seorang nabi, dan terutama sekali
apabila roh-Nya mulai berkuasa atas orang yang terpilih itu, maka semuanya ini merupakan tindakantindakan yang bersifat rahasia. Tetapi pengangkatan itu ada juga tahapnya yang nyata, di mana
segala-galanya berlangsung di muka umum, dengan lembaga-lembaga masyarakat tertentu sebagai
pelaksana dan saksi. Upacara resmi ini sudah biasa disebut penobatan atau pelantikan seorang raja.
Sungguhpun harus dibedakan, tetapi kedua bidang itu tak dapat dipisah-pisahkan yang satu dari pada
yang lain. Jelaslah pengangkatan tersembunyi oleh Tuhan itu sudah merupakan tindakan politik,
seperti sebaliknya penobatan nyata oleh masyarakat itupun merupakan upacara keagamaan yang
bersifat rohani. Berdasarkan kesaksian-kesaksian Alkitab, dapatlah diduga dengan cara bagaimanakah upacara penobata itu berlansung. Urutannya kira-kira sebagai berikut:
312
Calon raja mengambil tempat berdirinya di atas suatu tempat yang terangkat tinggi, di halaman
bait suci.
Raja dikenakan jejamang, mahkota dan/atau lain lambang jabatan jabatan raja.
Raja diserahi piagam pelantikan berisi nama-nama penobatan, ketetapan-ketetapan mengenai
hak dan kewajibannya, dan firman ilahi dengan pemberian tugas, penyerahan kuasa dan janji
penyertaan.
-
Raja diurapi sebagai tanda pemberian tugas dan penyerahan kuasa dari pihak masyarakat.
Raja disambut dengan aklamasi atau sorak-sorai orang banyak.
Raja dituntun ke istana, lalu dipersilahkan duduk di takhta kerajaan.
Para pembesar/wakil masyarakat mengangkat sumpah setia di hadapan raja.
Sebenarnya adat penobatan ini tidaklah merupakan keistimewaan. Bangsa-bangsa tetangga orang
Israel, bahkan bangsa-bangsa lain di semua benua dan sejak ribuan tahun telah mempunyai adat
yang hamper serupa. Di mana saja ada raja, di situpun ada upacara penobatan, lengkap dengan
penyerahan lambang kekuasaan berdasarkan tugas masyarakat dan jaminan ilahi. Semuanya diakhiri
pada saat di mana raja baru itu sudah duduk di takhtanya. Itu sebabnya, keistimewaan orang Israel
tidak terletak di dalam adat penobatan yang mereka pakai. Perbedaannya justru terletak di tiga
acara, yaitu penyerahan piagam, pengurapan dan unsure duduk di atas takhta.
3.
Dengan menyimak upacara penobatan (pelantikan) tersebut maka dapat dilihat penekanan umat
Israel akan prinsip yang tidak boleh hilang dalam pemerintahan mereka, yakni ‘theokrasi’. Prinsip
harus jelas, tegas dan tetap; namun teknis yang boleh berubah sesuai dengan kebutuhan dan situasi
kondisi. Demikian halnya dalam pemerintahan umat Israel. Prinsipnya adalah teokrasi, di mana Allahlah yang memerintah atas mereka. Namun di sisi lain, pelaksanaan teokrasi ini yang boleh berubah
sesuai kondisi.
4.
Dalam pemahaman umat Israel tentang fungsi dan kedudukan seorang raja ini, maka pada
akhirnya mereka sampai kepada ‘raja adil yang akan datang’. Pemahaman seperti ini membuka pintu
kepada pengharapan Mesias dalam diri seorang raja. Sehubungan dengan itu, J.L. Ch. Abineno
mengatakan bahwa Mazmur 110 masuk ke dalam golongan ‘Mazmur Mesias’. Oleh penulis-penulis
Perjanjian Baru, mazmur ini banyak sekali dikutip dan dihubungkan dengan hidup dan pekerjaan
Yesus. Pertama-tama oleh Markus dalam ceriteranya tentang pemeriksaan Yesus oleh Imam Besar. Di
situ kita membaca, bahwa waktu Imam Besar bertanya kepada-Nya apakah Ia Mesias, Anak dari Yang
Terpuji, Ia menjawab: “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan
Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit (14:62) . Selanjutnya oleh Lukas
dalam pemberitaannya tentang khotbah Petrus pada hariraya Pentakosta di Yerusalem. Dalam
khotbahnya itu Petrus katakan, bahwa yang dimaksudkan oleh Mazmur 110:1 dengan ‘tuanku – yang
Tuhan suruh duduk di sebelah kanan-Nya, sampai Ia membuat musuh-musuhnya menjadi tumpuan
kakinya – ialah Yesus, yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi, tetapi yang telah dibuat oleh
Allah menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:35) . Kesaksian ini kita juga temui dalam surat Ibrani. Dalam
Ibrani 1:3 penulis katakan, bahwa sesudah Yesus selesai mengadakan penyucian dosa, Ia ‘duduk di
sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi’. Dengan demikian cukup masuk akal kalau
Mazmur ini paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru. Fokus perhatian kutipan-kutipan itu adalah
dua pernyataan Tuhan bagi raja, yang pertama menyangkut kekuasaan yang diserahkan kepadanya
(ayat 1) dan yang kedua martabat imamat untuk selamanya (ayat 4) . Dari dua pernyataan ini struktur
313
mazmur ini jelas, terdiri dari dua bait yang disusun sejajar: rumus pengantar singkat (1a dan 4a)
mengawali pernyataan meriah Tuhan (1b dan 4b) , yang setiap kali disusul oleh enam baris yang keluar
dari mulut pemazmur sendiri (ayat 2-3 dan 5-7) . Kebanyakan penafsir sekarang sepakat bahwa – sama
seperti Mazm. 2 – mazmur ini pernah digunakan berkaitan dengan raja Yehuda, barangkali dalam
rangka penobatannya di Bait Allah. Namun penting dilihat juga bahwa gambaran yang diberikan
mazmur ini tentang seorang raja – imam yang duduk di sebelah kanan Allah dan diberi kuasa dan
kemenangan atas segala musuhnya, jauh melampaui kenyataan historis lembaga monarkhi di Israel.
5.
Dengan latar belakang demikianlah, kita hendak memahami, memosisikan dan memaparkan nas
ini, Mazmur 110:1-7 .
a.
Ayat 1 – 2 :
Pelantikan raja di Sion (Installation of the King on Zion)
Mazmur ini dibuka dengan ‘the typical oracle of a prophet’ (formula utusan dari seorang nabi). Formula ini
merupakan legitimasi bahwa apa yang akan dipaparkan dalam mazmur ini betul-betul merupakan
firman Allah, bukan perkataan manusia belaka. Kemudian dalam ayat ini Tuhan member kepada sang
raja kedudukan di sebelah kanan-Nya. Tindakan ini tidak lain daripada mengangkatnya sebagai wakil
atau wazir-nya yang dengan demikian diberi bagian penuh dalam kemahakuasaan Allah. Lukas
melihatnya terwujud dalam pengangkatan Yesus ke surga (Kis. 2:34-35) . Kuasa yang diberikan kepada
raja itu akan menjadi konkret dalam penaklukan total musuh-musuh (bnd. Yos. 10:24) . Allah sendiri
akan mengerjakannya untuk raja-Nya.
Dalam ayat 2 pemazmur menjelaskan bahwa Tuhan sendiri mengambil tongkat kekuasaan raja dan
membuat lingkaran besar dengannya untuk menggambarkan luasnya wilayah kekuasaan sang raja.
Kendatipun penaklukan musuh-musuh masih merupakan masa depan, namun sang raja diajak untuk
sekarang juga memerintah atas mereka. Dalam perjuangan itu ia mendapat dukungan penuh dari
bangsanya yang rela dan siap baginya. Mereka dinugerahkan kepadanya seperti embun yang lahir
dari kandungan pagi.
b. Ayat 3 – 4 : Raja dan Imam selama-lamanya (King and Priest for Ever). Dalam bait kedua Tuhan kembali
berbicara, bahkan dengan nada yang lebih pasti dan tidak terbatalkan. Raja-Nya adalah juga imam,
sama seperti Melkisedek, raja Salem yang juga imam Allah yang Mahatinggi (Kej. 14:18) . Sang raja
yang tadi dilantik sebagai wakil Allah di bumi, sekaligus juga mewakili manusia di hadapan Allah.
Dalam gabungan pemerintahan dan imamat tergabunglah kuasa dan belas kasih. Raja yang
memerintah atas musuh-musuhnya tidak merajalela melainkan juga iba hati bagi yang bersalah. Ia
imam untuk selamanya. Pemazmur menjelaskan bahwa itu berkat perlindungan Tuhan yang selalu di
sisi raja-imam.
c. Ayat 5 – 7 : Kegemilangan dan kemanangan (Triumph and Victory) Di sini kembali ditegaskan bahwa
Ia imam untuk selamanya. Pemazmur menjelaskan bahwa itu berkat perlindungan Tuhan yang selalu
di sisi raja-imam (ayat 5a) . Sisi balik dari perlindungan itu adalah penghakiman atas musuh-musuh, hal
mana digambarkan dengan sangat dahsyat dalam ayat 5b-6 . Tidak jelas apakah ‘Ia’ di sini menunjuk
kepada Allah atau kepada raja-imam. Barangkali yang terakhir. Raja Mesias ditampilkan dalam peranNya sebagai hakim akhir zaman. Ayat terakhir mengiaskan bagaimana Ia dalam perjuangan yang
meletihkan selalu disegarkan dengan kekuatan baru, sehingga ia dapat mengangkat kepala dalam
keyakinan bahwa akan menang.
314
6.
Nas ini akan menjadi dasar persekutuan kita dalam merayakan pesta peringatan kenaikan Tuhan
Yesus ke surga. Sehubungan dengan itu, yang menjadi pertanyaan ialah: Apakah dasar alkitabiah
yang dapat disumbangkan oleh nas ini kepada kita orang Kristen dan kepada gereja kita? Kenaikan
Yesus ke surga merupakan sebuah momentum bahwa Yesus kembali ke ke-Allah-annya di surga.
Realita ini sekaligus juga merupakan peringatan bagi setiap orang Kristen bahwa tujuan hidup
manusia bukanlah dunia ini, tetapi surga, di mana di sana Tuhan Allah memerintah selama-lamanya.
Selanjutnya, nas ini juga memberikan ‘model’ takhta kerajaan yang ideal dan sejati bagi orang Kristen
dan bagi gereja sepanjang masa. Model apakah itu? Di dalam dunia tetapi bukan dari dunia.
Demikian juga kerajaan Allah ada di dunia ini, di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Namun,
kerajaan Allah bukanlah seperti kerajaan dunia ini, karena Yesus yang adalah Mesias, bukan Mesias
tokoh politis yang gilang gemilang (triumphant) akan tetapi Mesias yang menderita, sebagaimana
dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama.
7.
Kalau demikian halnya, nas ini juga sekaligus perenungan untuk kita dalam pesta kenaikan
Tuhan Yesus ini. Renungan apa yang patut kita gumuli dalam pesta ini? Berikut ini suatu kutipan
dipaparkan guna menolong kita menghayati perenungan itu. Dalam suatu kesempatan Gubernur
Nusa Tenggara Timur, Herman Musakabe, mengemukakan bahwa sikap orang Kristen sering kali
sama seperti para murid Yesus yang terus-menerus menengadah ke atas ketika Yesus naik ke surga.
Begitu asyiknya mereka menengadah sehingga harus diingatkan oleh para malaikat bahwa masalah
sebenarnya tidak terletak di ‘atas’ tetapi justru di sini, dalam dunia yang sangat konkret. Kata-kata ini
kita pakai sebagai titik tolak untuk melihat tinjauan teologis dari perenungan kita. Hal ini
dimaksudkan untuk menjelaskan kaitan antara cara dan sikap kita bertindak di dunia ini (sekularisasi)
dengan kehidupan keberagamaan (religiositas) kita.
Sekularisasi merupakan pengertian yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari kita dewasa ini,
lebih-lebih ketika sekarang kita sedang memasuki abad ilmu pengetahuan dan teknologi (science and
technology). Masalah kita adalah apakah keberagamaan kita cukup ‘kuat’ untuk menghadapi proses
sekularisasi yang sedang berlangsung dewasa ini? Sekularisasi adalah sikap yang lebih mengarahkan
perhatian kepada hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan dunia masa kini, suatu
kesadaran akan otonomi ranah sekular, sekaligus penolakan terhadap segala sesuatu yang bersifat
sekularisme. Tentu saja, defenisi ini adalah perumusan yang sangat popular. Namun demikian,
pengertian sesungguhnya tidak sesederhana itu. Sekularisasi tidak dapat hanya dikaitkan dengan
ketidakpercayaan dengan ketidakperdulian terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan.
Apa yang hendak ditegaskan di sini? Ada dua hal yang harus selalu direnungkan oleh orang Kristen
ketika merayakan hari Kenaikan Yesus, yakni:
a. Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Hal
ini sekaligus hendak mengingatkan orang Kristen sepanjang masa bahwa bukanlah dunia ini tujuan
hidup orang Kristen. Tujuan hidup orang Kristen adalah surga, di mana di sana orang percaya akan
menerima hidup selama-lamanya.
b. Namun peristiwa itu juga hendak mengingatkan bahwa kita, orang-orang Kristen, masih ada dan
hidup di dunia ini. Oleh karena itu, orang Kristen ditantang untuk selalu memaknai dan merespons
hidup di dunia ini secara benar dan positif. Itu sebabnya, orang Kristen harus memahami secara
benar sekularisasi, bukan sekularisme.
315
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 111
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang–
orang benar dan dalam jemaah.
Besar perbuatan–perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
Agung dan bersemarak pekerjaan–Nya, dan keadilan–Nya tetap untuk selamanya.
Perbuatan–perbuatan–Nya yang ajaib dijadikan–Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan
penyayang.
Diberikan–Nya rezeki kepada orang–orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama–lamanya
akan perjanjian–Nya.
Kekuatan perbuatan–Nya diberitakan–Nya kepada umat–Nya, dengan memberikan kepada
mereka milik pusaka bangsa–bangsa.
Perbuatan tangan–Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah–Nya teguh,
kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.
Dikirim–Nya kebebasan kepada umat–Nya, diperintahkan–Nya supaya perjanjian–Nya itu
untuk selama–lamanya; nama–Nya kudus dan dahsyat.
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi
yang baik. Puji–pujian kepada–Nya tetap untuk selamanya.
Renungan
memulai suatu trio dari mazmur Haleluya, karena
Mazmur 111-113 semua dimulai dengan seruan halelu-yah (Pujilah Tuhan). Mazmur ini ditulis secara
akrostik, penulis memakai urutan abjad Ibrani pada huruf pertama dari setiap baris. Mazmur pujian
ini mengundang umat Allah untuk memuji dan memuliakan Allah (1) . Tema yang ditekankan oleh
mazmur ini adalah mengenai kebaikan Allah yang dinyatakan melalui perbuatan-Nya (bdk. 2, 4, 6, 7) .
Ayat 3-6 adalah pujian kepada Tuhan karena perbuatan ajaib-Nya telah membawa Israel keluar dari
Mesir dan masuk ke tanah perjanjian. "Perbuatan-perbuatan ajaib" (4) menun-juk pada keajaiban
yang Allah lakukan dalam menyelamat-kan umat-Nya (lih. Kel. 3:20; 34:10) . "Diberikannya rezeki" (5;
secara harafiah "Ia menyediakan makanan") mengingatkan kita kepada roti manna di padang gurun.
Perjanjian-Nya (5) mengingatkan kita pada Kel. 2:23- 24 yang menyatakan Allah menyelamatkan umatNya karena Ia mengingat perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka. Pemberian pusaka bangsabangsa kepada Israel (6) menunjuk pada penaklukan dan pendudukan tanah perjanjian.
Judul:
Kebesaran karya Allah
Mazmur 111
menggambarkan perbuatan Tuhan yang mengadakan perjanjian dengan Israel di Sinai.
Seperti Tuhan telah memberikan keselamatan kepada umat-Nya, Ia juga memerintahkan perjanjian
hukum-Nya untuk selama-lama-Nya (7-9) . Keselamatan dan hukum sama-sama merupakan perbuatan
Tuhan dan keduanya berkaitan erat. "Nama-Nya kudus dan dahsyat" (9) menekankan bahwa umat
Allah yang telah diselamatkan harus hidup dalam kekudusan, yaitu menjalankan perintah-perintahNya (bdk. Yoh. 15:10) .
Ayat 7-10
Marilah kita menyadari bahwa baik keselamatan maupun hukum Allah merupakan karya ajaib Tuhan
yang diberikan dalam anugerah-Nya kepada umat-Nya. Marilah kita tidak hanya bersyukur, tetapi
bertekad menaati segala titah-Nya, sehingga kita menjadi orang yang berhikmat karena permulaan
hikmat adalah takut akan Tuhan (10) .
316
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 112
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala
perintah–Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.
Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.
Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan
urusannya dengan sewajarnya.
Sebab ia takkan goyah untuk selama–lamanya; orang benar itu akan diingat selama–lamanya.
Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.
Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.
Ia membagi–bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama–
lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.
Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang
fasik akan menuju kebinasaan.
Renungan
Apa yang menjadi jaminan orang benar bahwa hidupnya akan
berbahagia? Bukan siapa dirinya dan apa perbuatannya, melainkan bagaimana relasinya dengan
Allahnya. Yaitu relasi yang merespons segala karya Allah yang sudah dinyatakan atas dirinya.
Judul: Bahagia orang benar
Bagian kedua trio mazmur Haleluya (111-113) ini menguraikan perbuatan orang benar dan akibat dari
merespons dengan tepat segala karya Tuhan yang sudah dipujikan dalam Mazmur 111 (lih. ayat 10) .
Mazmur ini bercirikan sastra hikmat melihat tekanan kepada "takut akan Tuhan" (lih. Ams. 1:7) dan
kesukaan akan Taurat Tuhan, "yang sangat suka kepada segala perintah-Nya" (lih. Mzm. 119:16, 24, 47,
dst.) . Pembukaan mazmur ini "Berbahagialah orang..., " maupun isinya yang membandingkan orang
benar (2-9) dan orang fasik (10) , mirip dengan Mazmur 1 . Seperti Mazmur 111 , Mazmur 112 ini bersifat
puisi akrostik, setiap baris dimulai dengan huruf-huruf yang sesuai dengan urutan abjad Ibrani.
Panggilan anak Tuhan bukan hanya memuji Tuhan karena karya-Nya yang dahsyat, yang keluar dari
karakter-Nya yang luar biasa, tetapi bagaimana mewujudkan karakter tersebut dalam hidupnya. Oleh
karena sikap hidup yang meneladani Tuhan inilah, kehidupan anak Tuhan disebut berbahagia.
Seluruh hidupnya diabdikan untuk hal-hal baik, seperti selalu melakukan hal yang baik bagi orang lain
(5, "mujur" lebih tepat diterjemahkan "adalah baik"; 9 ). Orang yang demikian tidak akan goyah (6) ,
bahkan dalam situasi yang sulit "gelap" ia akan keluar sebagai pemenang "terang" (4), dan ia dapat
memercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan (7) .
Mazmur ini mengajak kita mewujudkan karakter Allah dalam hidup keseharian kita: di dalam
keluarga kita sebagai orang tua yang baik (2-3) , dalam relasi kita sebagai sahabat dengan sesama
manusia, berbelas kasih dan berlaku adil kepada orang miskin (4-5, 9) . Dengan demikian kita akan
disebut orang yang berbahagia.
317
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 113
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Haleluya! Pujilah, hai hamba–hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN!
Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama–lamanya.
Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN.
TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan–Nya mengatasi langit.
Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,
yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari
lumpur,
untuk mendudukkan dia bersama–sama dengan para bangsawan, bersama–sama dengan para
bangsawan bangsanya.
Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak–anak, penuh sukacita.
Haleluya!
Renungan
Satu-satunya hal yang seharusnya menjadi harta kebanggaan gereja
ialah Injil. Satu-satunya ciri yang patut menimbulkan kesan mendalam tentang orang Kristen adalah
sikap serta perilaku serasi dengan Injil!
Judul:
Ditinggikan Tuhan
Para hamba Allah patut meninggikan nama Allah di seluruh bumi (dari timur ke barat) pada segala waktu
(dari saat matahari terbit sampai tenggelam kembali). Keberadaan Allah tinggi dan mulia jauh melampaui
semua yang tinggi dan mulia. Sedemikian tinggi-Nya Allah, sampai bukan saja melihat ke bumi yang
rendah Ia harus menjenguk, melihat langit yang tinggi mulia pun Ia harus merendahkan diri! Manusia
semulia apa pun di hadapan Allah sama hina dan rendah dengan yang terhina!
Kemuliaan Allah bukan saja karena Ia tinggi, tetapi karena Ia merendahkan diri memasuki kehinaan
dan kepapaan manusia. Inilah Injil: Dia yang tak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan Allah; Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin,
sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya karena kemiskinan-Nya (2 Kor. 5:21; 8:9) . Semua orang
Kristen berubah status dan keadaan karena ditinggikan-Nya! Ini mendorong kita untuk meninggikan
Allah, dan "tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia" (2 Kor. 5:16) .
Sayang hal itu jarang dijumpai dalam kehidupan bergereja dan perilaku keseharian orang Kristen.
Bukan karena kebanyakan kita tak lagi bersemangat membagikan Injil, melainkan sikap kita dalam
berelasi tidak menggemakan prinsip Injil! Jika Allah yang Maha Kudus dan Maha Mulia sudi
merendahkan diri melawat yang hina dan yang papa, mengapa dalam gereja, yang kaya berkumpul
dengan yang kaya, yang pantas secara moral merangkul hanya mereka yang bermoral terhormat,
yang terpandang dan punya nama menghindar dari mereka yang tak terpandang? Lalu bila ada yang
terluka kita malah tambah melukai dengan sikap kita? Jika orang Kristen hanya mengasihi yang
pantas untuk dikasihi, apa kelebihannya? Bagaimana mungkin gereja memiliki daya tarik Injil, dimana
anugerah Allah yang dalam pengakuan kita telah membuat kita ditinggikan Allah?
318
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 114
1
2
3
4
5
6
7
8
Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa yang asing bahasanya,
maka Yehuda menjadi tempat kudus–Nya, Israel wilayah kekuasaan–Nya.
Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai Yordan berbalik ke hulu.
Gunung–gunung melompat–lompat seperti domba jantan, dan bukit–bukit seperti anak
domba.
Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai sungai Yordan, sehingga engkau berbalik
ke hulu,
hai gunung–gunung, sehingga kamu melompat–lompat seperti domba jantan, hai bukit–bukit,
sehingga kamu seperti anak domba?
Gemetarlah, hai bumi, di hadapan TUHAN, di hadapan Allah Yakub,
yang mengubah gunung batu menjadi kolam air, dan batu yang keras menjadi mata air!
Renungan
Setiap bangsa memiliki sejarah masing-masing, tentang bagaimana
mereka hadir dalam dunia ini. Israel memiliki sejarah yang ajaib, menjadi sebuah bangsa bukan
dengan kekuatan sendiri atau karena keperkasaan para pahlawannya. Israel ada karena Allah
berkarya membebaskan mereka.
Judul: Allah di dalam sejarah
Pujian dalam Mazmur ini jelas ditujukan kepada Allah yang bertindak menebus umat-Nya dari
perbudakan Mesir dan membawa mereka masuk ke tanah perjanjian. Karya dahsyat yang dipaparkan
di sini menyangkut dua peristiwa besar dalam sejarah Israel.
Yang pertama adalah kisah Keluaran. Setelah beratus tahun diperbudak di Mesir, Tuhan
membebaskan mereka. Peristiwa pembebasan mereka begitu spektakuler. Sepuluh tulah berturutturut menghajar Mesir, dan pada ujungnya umat Tuhan menyeberangi Laut Teberau (3a, 5a). Di sana
Firaun dan pasukannya justru tenggelam dan binasa.
Peristiwa kedua adalah menyeberangi sungai Yordan (3b, 5b) . Peristiwa ini menandakan penggenapan
janji Tuhan kepada Abraham bahwa keturunannya akan mewarisi tanah Perjanjian, yaitu Kanaan. Di
tempat itulah mereka tinggal sebagai bangsa milik Allah yang berdaulat di antara bangsa-bangsa yang
ada di dunia (2) . Di antara kedua peristiwa bersejarah itu, yang tidak kalah penting adalah
pemeliharaan Tuhan dalam empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun. Walau mereka ada
di sana karena hukuman Allah atas dosa mereka, tetapi tangan kasih dan kuasa-Nya tidak pernah
meninggalkan mereka. Air yang merupakan kebutuhan vital, Tuhan sediakan secara berlimpah (8) .
Bagi kita umat Kristen masa kini, kedua peristiwa bersejarah tersebut menjadi simbol pembebasan
dari perbudakan dosa dan masuk menjadi umat Tuhan di Kerajaan Allah. Kita bersyukur kepada
Tuhan karena Kristus telah memungkinkan kedua hal tersebut menjadi nyata dalam kehidupan kita.
Melalui pengurbanan diri-Nya di kayu salib, Dia membebaskan kita dari perbudakan dosa dan lewat
kebangkitan-Nya, kita memiliki jaminan hidup yang kekal.
319
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 115
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama–Mulah beri
kemuliaan, oleh karena kasih–Mu, oleh karena setia–Mu!
Mengapa bangsa–bangsa akan berkata: “Di mana Allah mereka?”
Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki–Nya!
Berhala–berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,
mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata–kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat
melihat,
mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat
mencium,
mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba–raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat
berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Seperti itulah jadinya orang–orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya
kepadanya.
Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.
Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.
Hai orang–orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! ––Dialah pertolongan
mereka dan perisai mereka.
TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum
Harun,
memberkati orang–orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.
Kiranya TUHAN memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak–anakmu.
Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan–Nya kepada anak–anak
manusia.
Bukan orang–orang mati akan memuji–muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke
tempat sunyi,
tetapi kita, kita akan memuji TUHAN, sekarang ini dan sampai selama–lamanya. Haleluya!
Renungan
Apa kesulitan umat Tuhan yang hidup di tengah bangsabangsa yang tidak mengenal Tuhan? Bukankah Israel yang terbuang di antara bangsa-bangsa lain
memperlihatkan bahwa Allah Israel tidak berkuasa menyelamatkan mereka?
Judul: Tetap percaya walau situasi sulit
Pemazmur menggubah pujian kepada Tuhan untuk dinyanyikan dalam suatu ibadah dengan liturgi
yang bersahut-sahutan. Ayat 1-2 dimulai dengan permohonan umat agar Tuhan menunjukkan diriNya untuk mengatasi ejekan bangsa-bangsa lain yang merendahkan Dia. Lalu seorang imam yang
mewakili umat menyahut dengan keyakinan penuh bahwa Allah mereka jauh lebih berkuasa
daripada dewa-dewi bangsa-bangsa yang ada di sekeliling mereka. Imam tersebut mengontraskan
ketidakberdayaan dewa-dewi kafir dengan keperkasaan dan kemuliaan Tuhan (3-8) . Ayat 9-11 ,
mungkin dikumandangkan oleh paduan suara, mendorong umat untuk tinggal teguh dalam
keyakinan bahwa Tuhan adalah Penolong mereka. Menarik sekali ayat-ayat yang sepertinya
320
dinyanyikan bersahutan ini: ayat 9a, 10a, 11a , disambut dengan 9b, 10b, 11b. Ayat 12-15 si imam
mengucapkan berkat bagi semua peserta ibadah. Akhirnya mazmur ini ditutup dengan respons
seluruh jemaat, yang memuji Tuhan dengan segenap hati mereka (16-18) .
Mengapa mazmur ini menggambarkan keberanian umat memercayai Tuhan di tengah situasi sulit?
Karena kasih setia yang sudah pernah dialami umat Tuhan. Dengan mengingat semua kebaikan
Tuhan pada masa lampau, umat tidak terjebak situasi sulit yang sedang mereka alami. Mereka tahu
bahwa semua yang terjadi pada diri mereka ada dalam kontrol Allah. Maka umat Tuhan harus saling
mengingatkan dan saling menguatkan untuk tetap setia menantikan karya Tuhan yang dahsyat agar
sekali lagi dinyatakan.
Situasi apa yang sedang Anda hadapi? Beranikah Anda menyatakan iman Anda kepada Tuhan?
Jangan menggumulinya sendirian. Ajaklah saudara seiman untuk menggumuli hidup dengan saling
menguatkan dan meneguhkan!
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 115
Pdt. O. Pasaribu, MTh.
Sumber: Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)
Keraguan, khawatir dan takut
Kita harus jujur mengakui bahwa dalam perjalanan hidup ini, kita sering ragu, khawatir dan takut. Hal
itu terjadi karena banyaknya tantangan yang kita alami dalam melaksanakan tugas-tugas kita,
termasuk masalah hari depan, yang akan kita jalani. Masalah pekerjaan, sekolah anak-anak,
kesehatan dan masa tua kita kelak. Mazmur ini mencontoh suatu aspek ibadah Israel; peran serta
yang bersahutan antara pemimpin dan jemaat. Mazmur ini ditulis sesudah zaman pembuangan,
disebut orang-orang yang takut akan Tuhan. Mazmur ini ditulis oleh orang Israel dan orang-orang
proselit (bangsa lain yang percaya kepada Allah orang Israel). Tetapi mazmur 22:24 memberi petunjuk
orang-orang yang takut akan Tuhan tersebut adalah umat Israel sendiri. Mazmur ini dibuat untuk
mengenang kembali kasih karunia Allah semasa/zaman keluaran bangsa Israel. Di mana bangsa Israel
boleh mengalami hal yang luar biasa, bukan karena keadaan mereka sendiri tetapi hanya karena atas
nama dan kodrat Allah sendiri.
Penjelasan.
Bersandar adalah unsur pertama dalam hal mempercayai. Allah mampu membantu maupun
memberi pertolongan dan melindungi (perisai) orang-orang yang mempercayai Dia. Kepatuhan
sederhana itu hendaknya menandai setiap anggota umat Tuhan. Sekedar terdaftar menjadi anggota
tidaklah cukup. Tetapi beriman adalah penyerahan hidup sepenuhnya kepada yang kita percayai,
walaupun belum dapat kita lihat (Ibr. 11:1) . Penyerahan dan kepercayaan itu harus dimiliki oleh
321
semua umat itu, semua anggota keluarga (Yos. 24:15) . Baik orang-orang yang memiliki jabatan atau
kedudukan yang tinggi harus percaya sepenuhnya kepada pertolongan dan bimbingan Tuhan (bnd.
Ayat 10) . Juga tidak sekedar orang yang terkenal taat melaksanakan ketentuan agama, harus datang
secara pribadi dalam kepasrahan kepada Tuhan.
Kepastian
Tanda umat Allah berikutnya adalah kepastian mengenai perhatian dan kebaikan-Nya. Tuhan tetap
mengingat dan akan memberkati. Tidak ada satu orangpun yang terluput dari kasih Tuhan, tidak ada
yang terlewat, semua janji-janji-Nya akan digenapi oleh-Nya. Bukan hanya diulangi ketiga kelompok
yang telah disebut dalam ayat 9-11 (Israel, Kanaan, Harun dan orang-orang yang akan Tuhan). Tetapi ditambah
lagi baik kepada orang-orang kecil maupun orang besar. Di mata Tuhan manusia adalah sama,
memerlukan pertolongan dan berkat.
Doa. Mengikuti adalah sebagai unsur yang hakiki dan mendasar dalam kepercayaan yang sejati.
Karena kepercayaan yang sejati adalah sikap yang hanya mencari Allah untuk mencari pertolongan.
Dan hanya memandang dan mengharapkan di dalam Dia satu-satunya sumber kecukupan.
Kecukupan kebutuhan masa kini untuk kita sendiri, maupun untuk kebutuhan masa depan, generasi
berikutnya yaitu anak-anak kita. Sikap penuh percaya ini terungkap dalam doa, dialaskan kepada
kemahakuasaan Allah. Hal itu dicontohkan kepada keagungan dan kemahakuasaan Allah yang
menciptakan langit dan bumi.
322
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 116
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.
Sebab Ia menyendengkan telinga–Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru
kepada–Nya.
Tali–tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku
mengalami kesesakan dan kedukaan.
Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: “Ya TUHAN, luputkanlah kiranya aku!”
TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.
TUHAN memelihara orang–orang sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan–Nya aku.
Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.
Ya, Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata, dan kakiku
dari pada tersandung.
Aku boleh berjalan di hadapan TUHAN, di negeri orang–orang hidup.
Aku percaya, sekalipun aku berkata: “Aku ini sangat tertindas.”
Aku ini berkata dalam kebingunganku: “Semua manusia pembohong.”
Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan–Nya kepadaku?
Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN,
akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat–Nya.
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi–Nya.
Ya TUHAN, aku hamba–Mu! Aku hamba–Mu, anak dari hamba–Mu perempuan! Engkau telah
membuka ikatan–ikatanku!
Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada–Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN,
akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat–Nya,
di pelataran rumah TUHAN, di tengah–tengahmu, ya Yerusalem! Haleluya!
Renungan
Judul:
Piala keselamatan Allah
Pengalaman apa dalam hidup kita yang membuat kita benar-
benar bersyukur kepada Tuhan? Penulis mazmur ini memiliki pengalaman lepas dari maut. Itulah
yang dia tuangkan dalam mazmur syukur ini.
Mazmur syukur biasanya mulai dengan ajakan untuk memuji atau bersyukur kepada Tuhan. Namun
mazmur ini dimulai dengan pernyataan kasih pemazmur kepada Tuhan. Kasih yang merupakan
respons pemazmur terhadap pertolongan Tuhan yang nyata pada waktunya. Dua kali pemazmur
menyebut dirinya dalam keadaan terancam maut (3, 8) . Pemazmur ketakutan, merasa sangat lemah
(6) ,
dan tertindas
(10) .
Pemazmur pun berseru minta tolong
(4) .
Tuhan mendengar jeritannya dan
menolong dia lepas dari situasi yang sangat mengerikan tersebut. Pertolongan Tuhan membuat hati
pemazmur menjadi teduh (7) . Keyakinannya akan kebaikan Tuhan semakin mantap walaupun situasi
belum sama sekali membaik (10) .
Pertolongan Tuhan yang begitu luar biasa, membekas di sanubari pemazmur. Maka ia bertekad
untuk membalas kebaikan Tuhan. Apa yang hendak dia lakukan?
323
Pertama, ia hendak menyatakan kebaikan Tuhan di hadapan umat Tuhan. Mengangkat piala
keselamatan Tuhan berarti menyaksikan karya penyelamatan-Nya.
Kedua, pemazmur hendak mempersembahkan kurban syukur kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa
sikap ibadah pemazmur sesuai dengan aturan Taurat.
Ketiga, pemazmur hendak membayar nazar yang rupanya ia ikrarkan ketika menghadapi masa-masa
sulit tersebut. Pemazmur tidak melupakan janjinya. Sampai dua kali, pernyataan akan membayar
nazar itu diungkapkan (14, 18) . Ini membuktikan keseriusan pemazmur.
Pertolongan terbesar yang pernah Tuhan lakukan dalam hidup kita ialah tatkala Ia membebaskan kita
dari belenggu dosa dan maut oleh kasih karunia Tuhan Yesus. Sudahkah kita mengangkat piala
keselamatan Kristus di hadapan umat-Nya seraya memproklamasikan kasih-Nya kepada dunia ini?
324
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 117
1
2
Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
Sebab kasih–Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama–lamanya. Haleluya!
Renungan
Mazmur terpendek ini menyajikan pujian yang jelas
mengingatkan Israel bahwa kebaikan Tuhan atas mereka bukan semata-mata demi mereka. Ajakan
pujian ini menggema ke seluruh dunia, memproklamasikan Allah Israel sebagai Allah atas bangsabangsa, maka patutlah semua bangsa memuji dan menyembah Allah Israel.
Judul: Pujilah Tuhan, hai segala bangsa
menggemakan kembali panggilan Israel untuk menjadi berkat di tengah bangsa-bangsa
yang belum mengenal apalagi menyembah Tuhan. Kel. 19:4-6 dengan jelas memaparkan tujuan Allah
menyelamatkan Israel keluar dari perbudakan Mesir, yaitu menjadikan mereka bangsa khusus milik
Allah di tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Kasih setia Allah atas mereka (Mzm. 117:2) adalah untuk
dibagikan kepada bangsa-bangsa lain. Israel dipanggil untuk menjadi kerajaan imamat dan bangsa
yang kudus. Sebagai kerajaan imamat, mereka berfungsi memperkenalkan bangsa-bangsa kafir
kepada Allah sejati, pencipta langit dan bumi, yaitu Tuhan Israel. Dengan demikian semua bangsa
berkesempatan menyembah Allah Israel.
Mazmur 117
Sebagai bangsa yang kudus, Israel dipanggil untuk menjadi model tentang umat yang hidup sesuai
dengan kekudusan Allah. Dengan demikian bangsa-bangsa kafir beroleh contoh bagaimana hidup
berkenan kepada Allah. Mazmur 117 mengingatkan Israel akan bahaya sikap eksklusivisme, yaitu
menganggap bahwa Allah Israel adalah Allah yang dikhususkan sebagai milik mereka sendiri. Sikap
seperti itu adalah arogan, keumatan mereka seolah merupakan hak istimewa dan bukan panggilan
untuk melayani bangsa lain.
Untuk apa Tuhan menyelamatkan kita dari perbudakan dan hukuman dosa? Bukan semata-mata agar
kita menikmati segala kebaikan Allah sekarang dan kelak di surga mulia. Tuhan menyelamatkan kita
agar kita memberi kesaksian tentang Dia kepada semua orang, dan juga menjadi contoh bagaimana
seharusnya manusia hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sudahkah Anda menjadi saksi Kristus?
325
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 118
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–
Nya.
Biarlah Israel berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya!”
Biarlah kaum Harun berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–Nya!”
Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: “Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih
setia–Nya!”
Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan
memberi kelegaan.
TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?
TUHAN di pihakku, menolong aku; aku akan memandang rendah mereka yang membenci aku.
Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.
Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan.
Segala bangsa mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur.
Mereka mengelilingi aku, ya mengelilingi aku—demi nama TUHAN, sesungguhnya aku pukul
mereka mundur.
Mereka mengelilingi aku seperti lebah, mereka menyala–nyala seperti api duri, ––demi nama
TUHAN, sesungguhnya aku pukul mereka mundur.
Aku ditolak dengan hebat sampai jatuh, tetapi TUHAN menolong aku.
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku.
Suara sorak–sorai dan kemenangan di kemah orang–orang benar: “Tangan kanan TUHAN
melakukan keperkasaan,
tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!”
Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan–perbuatan TUHAN.
TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.
Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap
syukur kepada TUHAN.
Inilah pintu gerbang TUHAN, orang–orang benar akan masuk ke dalamnya.
Aku bersyukur kepada–Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi
keselamatanku.
Batu yang dibuang oleh tukang–tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak–sorak dan bersukacita karenanya!
Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!
Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah
TUHAN.
Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk–
tanduk mezbah.
Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada–Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau.
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama–lamanya kasih setia–
Nya.
326
Renungan
Banyak anak Tuhan yang memberikan kesaksian tentang
kebaikan Tuhan, yang tak henti-hentinya dialami dan dirasakan. Namun apakah mereka mengucap
syukur dan menyembah Dia setiap saat?
Judul: Bersyukur dalam segala perkara
mengajak umat Tuhan bersama-sama mengucap syukur atas segala perkara yang terjadi
dalam kehidupan umat maupun setiap pribadi di dalamnya. Setelah ajakan mengucap syukur (1-4),
pemazmur mengajukan tiga kesaksian berbeda akan karya Tuhan dalam hidup pribadi-pribadi.
Mazmur 118
Yang pertama, ayat 5-9 , kesaksian akan pertolongan Tuhan dari kesesakan karena himpitan musuh.
Terbukti, Tuhan adalah tempat perlindungan yang lebih teruji daripada manusia, bahkan bangsawan
sekalipun.
Kedua, ayat 10-12 , kesaksian raja akan pertolongan Tuhan ketika musuh berupaya menaklukkan
bangsanya. Umat Israel berulang kali mengalami bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari
cengkeraman bangsa-bangsa musuh.
Ketiga, ayat 13-25 , kesaksian seorang pahlawan yang mengalami pembentukan dari Tuhan melalui
penolakan dan hajaran. Betul, Tuhan mengizinkan dia kalah dan babak belur, tetapi pengalaman itu
justru membentuk kekuatan dan ketangguhan untuk tetap setia kepada Dia. Dialah batu yang
dibuang oleh tukang bangunan, tetapi yang dijadikan Tuhan sebagai batu penjuru untuk
mengokohkan sebuah bangunan (22) . Oleh karena itu ia bertekad untuk memberi kesaksian tentang
perbuatan Tuhan yang perkasa (17) . Tekad itu dinyatakan dengan keinginan beribadah di rumah
Tuhan (19-21) dan merayakannya dengan bersorak sorai (24-25) . Sambutan dari imam yang
mengepalai ibadah di rumah Tuhan tidak kalah meriah (26-27) . Ia mengenal siapa yang Tuhan sudah
urapi untuk memimpin umat-Nya. Mazmur ini ditutup dengan ajakan bersyukur, yang merupakan
ulangan ayat 1 .
Sudahkah kita bersyukur untuk semua kebaikan Tuhan yang kita alami? Atau mungkin kita perlu lebih
peka akan kebaikan Tuhan lewat cara-cara-Nya membentuk kita.
327
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 1-22
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Berbahagialah orang–orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.
Berbahagialah orang–orang yang memegang peringatan–peringatan–Nya, yang mencari Dia
dengan segenap hati,
yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan–jalan yang
ditunjukkan–Nya.
Engkau sendiri telah menyampaikan titah–titah–Mu, supaya dipegang dengan sungguh–
sungguh.
Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan–Mu!
Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat–amati segala perintah–Mu.
Aku akan bersyukur kepada–Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum–hukum–Mu
yang adil.
Aku akan berpegang pada ketetapan–ketetapan–Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.
Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya
sesuai dengan firman–Mu.
Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah–
perintah–Mu.
Dalam hatiku aku menyimpan janji–Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.
Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan–ketetapan–Mu kepadaku.
Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.
Atas petunjuk peringatan–peringatan–Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.
Aku hendak merenungkan titah–titah–Mu dan mengamat–amati jalan–jalan–Mu.
Aku akan bergemar dalam ketetapan–ketetapan–Mu; firman–Mu tidak akan kulupakan.
Lakukanlah kebajikan kepada hamba–Mu ini, supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang
pada firman–Mu.
Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban–keajaiban dari Taurat–Mu.
Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah–perintah–Mu terhadap aku.
Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum–hukum–Mu setiap waktu.
Engkau menghardik orang–orang yang kurang ajar, terkutuklah orang yang menyimpang dari
perintah–perintah–Mu.
Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan–peringatan–
Mu.
Renungan
Judul: Taurat membahagiakan?
Banyak orang Kristen salah mengerti Taurat. Mereka tidak habis mengerti bagaimana mungkin orang
memuji-muji keindahan Taurat bahkan menyatakan kecintaan terhadapnya. Bukankah Taurat adalah
peraturan- peraturan yang sebagian besar bersifat larangan? Bagaimana mungkin orang mencintai
peraturan apalagi larangan, lagipula bukankah Taurat tidak berlaku lagi untuk orang Kristen?
328
mengoreksi pandangan keliru yang disebabkan mengidentikkan Taurat dengan hukum.
Taurat bukan sekadar hukum melainkan petunjuk Ilahi berdasarkan karakter Tuhan. Tujuan Allah
memberi Taurat ialah agar umat Allah menjalani dan menikmati hidup dalam anugerah-Nya. Dengan
menyebut Taurat sebagai peringatan (2) , titah (4) , firman (9) , dll., pemazmur mengajak umat Allah
menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (1-3) . Taurat
membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka (9- 11) . Taurat menjadi terang
Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Dengan hidup
sesuai Taurat orang hidup dekat Allah. Merenungkan firman Tuhan dan menikmatinya sama dengan
melihat karakter Allah (15) . Karena Taurat Tuhan berisi kedahsyatan diri Allah sendiri maka umat
perlu berdoa memohon kepada Tuhan agar mampu memahami dan mengalaminya.
Mazmur 119
Kita hidup di tengah-tengah dunia jahat yang menekan serta mengerikan (19, 22) . Oleh karena itu,
kita perlu dekat dengan Tuhan dan benar-benar menikmati kemerdekaan kekudusan Allah. Dengan
demikian gaya hidup dosa dari dunia ini kehilangan daya tariknya. Kita memerlukan kuasa kebenaran
Allah menopang kita. Sehingga serangan kejahatan tidak akan mampu menggoncang keteguhan
kerohanian kita kepada Tuhan.
Mari kita belajar menghargai firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan kita dari
cara hidup yang tidak berkenan kepada-Nya.
Ajakan:
329
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 23-44
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
Sekalipun pemuka–pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba–Mu ini merenungkan
ketetapan–ketetapan–Mu.
Ya, peringatan–peringatan–Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat–penasihatku.
Jiwaku melekat kepada debu, hidupkanlah aku sesuai dengan firman–Mu.
Jalan–jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku—ajarkanlah ketetapan–
ketetapan–Mu kepadaku.
Buatlah aku mengerti petunjuk titah–titah–Mu, supaya aku merenungkan perbuatan–
perbuatan–Mu yang ajaib.
Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman–Mu.
Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat–Mu.
Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum–hukum–Mu di hadapanku.
Aku telah berpaut pada peringatan–peringatan–Mu, ya TUHAN, janganlah membuat aku malu.
Aku akan mengikuti petunjuk perintah–perintah–Mu, sebab Engkau melapangkan hatiku.
Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan–ketetapan–Mu, aku hendak
memegangnya sampai saat terakhir.
Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat–Mu; aku hendak memeliharanya
dengan segenap hati.
Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah–perintah–Mu, sebab aku menyukainya.
Condongkanlah hatiku kepada peringatan–peringatan–Mu, dan jangan kepada laba.
Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan–jalan
yang Kautunjukkan!
Teguhkanlah pada hamba–Mu ini janji–Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada–Mu.
Lalukanlah celaku yang menggetarkan aku, karena hukum–hukum–Mu adalah baik.
Sesungguhnya aku rindu kepada titah–titah–Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan–Mu!
Kiranya kasih setia–Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada–Mu itu sesuai
dengan janji–Mu,
supaya aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada
firman–Mu.
Janganlah sekali–kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada
hukum–hukum–Mu.
Aku hendak berpegang pada Taurat–Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.
Renungan
Judul: Suka-duka dalam firman
Sungguhkah hidup akrab dengan firman selalu ditandai oleh suasana hati suka? Jika dalam perikop
yang kita baca kemarin timbul kesan demikian, tidak demikian dengan perikop hari ini. Kini lebih
banyak ungkapan yang menandakan kesusahan (25, 28, 39) daripada kesukaan (24) diakui jujur oleh
pemazmur menjadi pengalaman nyata dia sehari-hari.
330
Bukankah pengalaman serupa juga menjadi fakta orang beriman masa kini? Mengapa bisa demikian?
Apabila kita juga mengalami suka duka yang sama dalam firman, bagaimana kita sebaiknya bersikap?
Perikop ini memberi kita analisis mengapa kemenduaan perasaan demikian bisa terjadi. Dengan
memahami penyebabnya, kita akan mengerti bagaimana jalan keluarnya.
Pertama, pemazmur mengungkapkan bahwa perasaan negatif yang dialaminya adalah akibat
tekanan dari orang yang tidak tunduk kepada kebenaran Allah. Mereka bukan orang sembarangan,
tetapi orang-orang berpengaruh yang justru bersepakat melawan pemazmur (23) . Pengalaman sama
juga sering kita alami kini. Justru tatkala kita berpaut pada firman dan bertekad menaatinya, kita
akan berhadapan dengan risiko yang tidak enak. Pengalaman pahit paling nyata adalah ketika kita
ingin menerapkan firman dalam lingkup etika (29-31) .
Kedua, kedukaan muncul karena ada kelemahan di pihak orang beriman untuk mampu sungguh
mencintai dan melaksanakan firman (25-27, 34-36) . Orang beriman masih memiliki berbagai
kelemahan dan kecenderungan melanggar firman. Kerinduan untuk mengerti firman, tidak selalu
terjawab dalam pengalaman nyata. Firman kita baca dan renungkan, tetapi kita tidak kunjung
memahaminya. Firman ingin kita pegang menjadi prinsip hidup, namun kita tidak teguh hati
berpegang kepadanya. Juga sering tidak cukup keberanian untuk memikul segala risiko yang tidak
enak.
Jangan berhenti merenungkan firman hanya karena Anda tidak mengerti. Jangan berhenti
berjuang menaati firman meski berat risikonya.
Anjuran:
331
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 45-66
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah–titah–Mu.
Aku hendak berbicara tentang peringatan–peringatan–Mu di hadapan raja–raja, dan aku tidak
akan mendapat malu.
Aku hendak bergemar dalam perintah–perintah–Mu yang kucintai itu.
Aku menaikkan tanganku kepada perintah–perintah–Mu yang kucintai, dan aku hendak
merenungkan ketetapan–ketetapan–Mu.
Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba–Mu, oleh karena Engkau telah membuat aku
berharap.
Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji–Mu menghidupkan aku.
Orang–orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari
Taurat–Mu.
Aku ingat kepada hukum–hukum–Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku.
Aku menjadi gusar terhadap orang–orang fasik, yang meninggalkan Taurat–Mu.
Ketetapan–ketetapan–Mu adalah nyanyian mazmur bagiku di rumah yang kudiami sebagai
orang asing.
Pada waktu malam aku ingat kepada nama–Mu, ya TUHAN; aku hendak berpegang pada
Taurat–Mu.
Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah–titah–Mu.
Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman–firman–Mu.
Aku memohon belas kasihan–Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji–
Mu.
Aku memikirkan jalan–jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan–
peringatan–Mu.
Aku bersegera dan tidak berlambat–lambat untuk berpegang pada perintah–perintah–Mu.
Tali–tali orang–orang fasik membelit aku, tetapi Taurat–Mu tidak kulupakan.
Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada–Mu atas hukum–hukum–Mu yang adil.
Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada–Mu, dan dengan orang–orang yang
berpegang pada titah–titah–Mu.
Bumi penuh dengan kasih setia–Mu, ya TUHAN, ajarkanlah ketetapan–ketetap kepadaku.
Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba–Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman–Mu.
Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada
perintah–perintah–Mu.
Renungan
Judul: Firman dan iman yang aktif
Di tengah-tengah penentangan dan perlawanan dari dunia, iman Kristen sering kali menjadi terpojok.
Iman dianggap tidak lebih dari menjaga diri agar tidak tercemar dosa. Kekudusan lebih dihayati
sebagai sikap bertahan bukan sikap mempengaruhi. Hal itu sangat mungkin terjadi karena
pemahaman sempit akan firman Tuhan. Firman Tuhan dianggap hanya berkuasa untuk mengatur
aspek rohani dalam kehidupan seseorang bukan berotoritas penuh dan utuh atas keseluruhan
hidupnya.
332
Pemazmur mengenal Tuhan yang firman-Nya berkuasa atas semua manusia dan berdaulat atas
setiap aspek dari kehidupan umat-Nya. Itu sebabnya, pemazmur berdiri tegak menegur para
pemimpin yang lalim (46) . Ia berani menyingkapkan kemarahan kudusnya kepada orang fasik (53) ,
yang hidup melawan Tuhan dan firman-Nya. Teladan pemazmur ini mendorong kita untuk berteguh
tekad, tidak surut terhantam hujatan orang berdosa (51, 61) . Seperti pemazmur, kita mampu dengan
mantap tetap berpegang pada firman Tuhan dan bersukacita di dalamnya (47, 50, 52, 54) .
Hidup kudus memang berarti menjaga langkah hidup seirama dengan petunjuk- petunjuk-Nya secara
teratur (55, 59, 62), dan memelihara ketaatan pada firman-Nya dalam persekutuan dengan sesama
anak Tuhan (63) . Akan tetapi, firman yang direnungkan itu tidak berhenti sampai di situ. Firman
Tuhan memberikan hikmat serta menjadikan anak-anak Tuhan bijak dan cerdas menjawab tantangan
dunia dan menang terhadapnya (66) .
Kita tidak boleh membiarkan kehidupan iman kita terkurung dalam sikap mengasihani diri sendiri.
Sikap demikian hanya akan melumpuhkan kesaksian hidup kita karena kita membungkamkan
kebenaran Tuhan yang seharusnya kita kumandangkan di dunia milik Tuhan ini.
Hanya dengan menjadikan firman Tuhan sumber dan pedoman hidup, hidup akan
memancarkan terang Tuhan yang mengenyahkan pekatnya kehidupan dunia berdosa.
Camkan:
333
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 67-88
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji–Mu.
Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan–ketetapan–Mu kepadaku.
Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan
memegang titah–titah–Mu.
Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat–Mu ialah kesukaanku.
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan–ketetapan–Mu.
Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak.
Tangan–Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku
dapat belajar perintah–perintah–Mu.
Orang–orang yang takut kepada–Mu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada
firman–Mu.
Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum–hukum–Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku
dalam kesetiaan.
Biarlah kiranya kasih setia–Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan
kepada hamba–Mu.
Biarlah rahmat–Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat–Mu
adalah
kegemaranku.
Biarlah orang–orang yang kurang ajar mendapat malu, karena mereka berlaku bengkok
terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan merenungkan titah–titah–Mu.
Biarlah berbalik kepadaku orang–orang yang takut kepada–Mu, orang–orang yang tahu
peringatan–peringatan–Mu.
Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan–ketetapan–Mu, supaya jangan aku mendapat malu.
Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada–Mu, aku berharap kepada firman–Mu.
Habis mataku merindukan janji–Mu; aku berkata: “Bilakah Engkau akan menghiburkan aku?”
Sebab aku telah menjadi seperti kirbat yang diasapi; namun ketetapan–ketetapan–Mu tidak
kulupakan.
Berapa lagi hari–hari hamba–Mu ini? Bilakah Engkau menghukum orang–orang yang mengejar
aku?
Orang–orang yang kurang ajar telah menggali lobang bagiku, orang–orang yang tidak menuruti
Taurat–Mu.
Segala perintah–Mu dapat dipercaya; mereka mengejar aku tanpa alasan—tolonglah aku!
Hampir saja mereka menghabisi aku di bumi, tetapi aku tidak meninggalkan titah–titah–Mu.
Hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia–Mu, supaya aku berpegang pada peringatan yang
Kauberikan.
Renungan
Mengapa orang Kristen menderita? Ada banyak alasan, namun
dari perikop ini kita bisa melihat dua macam penderitaan yang dikaitkan dengan firman Tuhan.
Judul: Menderita karena firman
Pertama, penderitaan sebagai akibat proses pembelajaran firman (67) . Menurut 2 Tim. 3:16 salah satu
manfaat firman dalam rangka mendidik orang dalam kebenaran adalah dengan menyatakan
kesalahan orang tersebut. Mengapa firman menyingkapkan kesalahan? Apa maksud dan tujuan dari
334
pengalaman menyakitkan tersebut? Pemazmur yakin bahwa Tuhan sedang mengajarkan dirinya agar
hidup dalam kebenaran, serta berpegang teguh pada firman-Nya. Allah tegas. Ia akan mengizinkan
penderitaan menerpa orang percaya ketika orang percaya bermain-main dengan hal-hal yang tidak
benar. Tuhan baik. Ia berbuat demikian karena menginginkan yang terbaik bagi anak-anak-Nya (68,
75) . Melalui penindasan, diharapkan anak-anak Tuhan sadar kesalahan mereka sehingga mereka
bertobat dan belajar taat kepada firman-Nya (71) .
Kedua, penderitaan sebagai bagian proses pikul salib (69) . Penderitaan ini justru terjadi karena taat
firman, yang mengakibatkan diri dibenci dan dikucilkan oleh dunia ini (78, 83, 85) . Derita karena
kebenaran memang berat, tetapi menguatkan. Dalam penderitaan, rohani dan iman kita bertumbuh
dengan pengharapan yang membuat kita makin menantikan saat Tuhan menolong. Kita tidak hanya
berharap Ia melegakan penderitaan, tetapi jaya menegakkan kebenaran serta menghukum pihak
yang bersalah (81-84) . Penderitaan karena taat firman sesungguhnya menempa anak-anak Tuhan
menjadi lebih kuat serta lebih menjunjung Allah dan firman-Nya. Sebenarnya kedua macam
penderitaan itu, Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita karena Dia mengasihi kita dan menginginkan
kita semakin bersinar dalam karakter Ilahi.
Firman Tuhan mengikis habis semua karakter buruk kita dan menopang iman kita menuju
kesempurnaan.
Camkan:
335
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 89-110
Untuk selama–lamanya, ya TUHAN, firman–Mu tetap teguh di sorga.
90 Kesetiaan–Mu dari keturunan ke keturunan; Engkau menegakkan bumi, sehingga tetap ada.
91 Menurut hukum–hukum–Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani
Engkau.
92 Sekiranya Taurat–Mu tidak menjadi kegemaranku, maka aku telah binasa dalam sengsaraku.
93 Untuk selama–lamanya aku tidak melupakan titah–titah–Mu, sebab dengan
itu Engkau
menghidupkan aku.
94 Aku kepunyaan–Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah–titah–Mu.
95 Orang–orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku; tetapi aku hendak
memperhatikan peringatan–peringatan–Mu.
96 Aku melihat batas–batas kesempurnaan, tetapi perintah–Mu luas sekali.
97 Betapa kucintai Taurat–Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
98 Perintah–Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh–musuhku, sebab selama–lamanya
itu ada padaku.
99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab
peringatan–peringatan–Mu
kurenungkan.
100 Aku lebih mengerti dari pada orang–orang tua, sebab aku memegang titah–titah–Mu.
101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman–
Mu.
102 Aku tidak menyimpang dari hukum–hukum–Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
103 Betapa manisnya janji–Mu itu bagi langit–langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.
104 Aku beroleh pengertian dari titah–titah–Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.
105 Firman–Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
106 Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum–hukum–Mu
yang adil.
107 Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman–Mu.
108 Kiranya persembahan sukarela yang berupa puji–pujian berkenan kepada–Mu, ya TUHAN,
dan ajarkanlah hukum–hukum–Mu kepadaku.
109 Aku selalu mempertaruhkan nyawaku, namun Taurat–Mu tidak kulupakan.
110 Orang–orang fasik telah memasang jerat terhadap aku, tetapi aku tidak sesat dari titah–titah–
Mu.
89
Renungan
Orang modern mengagung-agungkan pendidikan. Menurut
mereka, pendidikan bisa mengubah orang menjadi lebih baik dan bermoral karena pada dasarnya
manusia itu baik. Pandangan ini keliru! Banyak orang yang berpendidikan tinggi justru menjadi
penjahat berkaliber.
Judul:
Firman memberi hikmat
Hanya satu jenis pendidikan yang dapat mengubah manusia yang berdosa menjadi manusia yang
beradab dan bermoral, yaitu pendidikan dari Tuhan sendiri. Tentu syarat utama mendapatkan
pendidikan Tuhan adalah seseorang harus menjadi umat Tuhan terlebih dulu. Inilah yang telah
336
dialami oleh pemazmur. Dengan pengakuan bahwa dia adalah milik Tuhan
mengungkapkan faedah pendidikan Tuhan.
(94) ,
pemazmur
Pertama, firman Tuhan menjadikan anak-anak Tuhan bijaksana dan berakal budi melebihi
kepandaian para guru bahkan pengetahuan para orang tua (89-100) . Hal ini bukan meremehkan peran
para guru atau para orang tua yang telah makan asam garam kehidupan. Firman Tuhan membuat
kita memiliki cara pandang dan cara menilai dari sudut Allah berdiri.
Kedua, pendidikan Tuhan memberikan hikmat yang dapat mengatasi kelicikan para musuh Tuhan
yang hendak memperdaya anak-anak Tuhan ke dalam kesesatan (98, 110) . Dengan berpegang pada
firman Tuhan, kita dipelihara dari kesesatan. Firman Tuhan menuntun kita pada jalan kebenaran (101,
104, 105) . Ketiga, firman Tuhan menjadi kesukaan hidup anak-anak Tuhan (103) . Kedekatan dengan
Tuhan membuat hidup kita bergairah (92) . Firman memberi tenaga rohani yang membuat kita
semakin giat melayani-Nya dengan penuh syukur (108) .
Dengan firman-Nya, Tuhan menopang kehidupan di dunia ini. Dengan kasih setia-Nya, Ia menopang
hidup anak-anak-Nya untuk menjadi yang terbaik di mata-Nya serta menjadi teladan moral bagi
dunia yang kacau ini.
Menghadapi orang yang sungguh penuh firman Tuhan, orang dunia secerdik apa pun
pasti "kewalahan."
Renungkan:
337
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 111-132
Peringatan–peringatan–Mu adalah milik pusakaku untuk selama–lamanya, sebab semuanya
itu kegirangan hatiku.
112 Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan–ketetapan–Mu, untuk selama–
lamanya, sampai saat terakhir.
113 Orang yang bimbang hati kubenci, tetapi Taurat–Mu kucintai.
114 Engkaulah persembunyianku dan perisaiku; aku berharap kepada firman–Mu.
115 Menjauhlah dari padaku, hai penjahat–penjahat; aku hendak memegang perintah–perintah
Allahku.
116 Topanglah aku sesuai dengan janji–Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu
dalam pengharapanku.
117 Sokonglah aku, supaya aku selamat; aku hendak bersukacita dalam ketetapan–ketetapan–Mu
senantiasa.
118 Engkau menolak semua orang yang sesat dari ketetapan–ketetapan–Mu, sebab sia–sia tipu
muslihat mereka.
119 Sebagai sanga Kauanggap semua orang fasik di bumi; sebab itu aku mencintai peringatan–
peringatan–Mu.
120 Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau, aku takut kepada penghukuman–Mu.
121 Aku telah menjalankan hukum dan keadilan; janganlah menyerahkan aku kepada pemeras–
pemerasku!
122 Jadilah jaminan bagi hamba–Mu untuk kebaikan, janganlah orang–orang yang kurang ajar
memeras aku.
123 Mataku sangat merindukan keselamatan dari pada–Mu dan merindukan janji–Mu yang adil.
124 Perlakukanlah hamba–Mu sesuai dengan kasih setia–Mu, dan ajarkanlah
ketetapan–
ketetapan–Mu kepadaku.
125 Hamba–Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan–peringatan–Mu.
126 Waktu untuk bertindak telah tiba bagi TUHAN; mereka telah merombak Taurat–Mu.
127 Itulah sebabnya aku mencintai perintah–perintah–Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada
emas tua.
128 Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah–Mu; segala jalan dusta aku benci.
129 Peringatan–peringatan–Mu ajaib, itulah sebabnya jiwaku memegangnya.
130 Bila tersingkap, firman–firman–Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang–
orang bodoh.
131 Mulutku kungangakan dan megap–megap, sebab aku mendambakan perintah–perintah–Mu.
132 Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebagaimana sepatutnya terhadap orang–orang
yang mencintai nama–Mu.
111
Renungan
Jika kita jujur maka akan kita akui bahwa banyak dari
keputusan dan tindakan kita yang tidak didorong oleh alasan yang benar. Salah satu alasan paling
berpengaruh adalah takut akan manusia. Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif,
takut dianggap tidak berpihak, takut dilawan. Kita perlu sadar bahwa dengan demikian kita sedang
Judul:
Firman dan pertumbuhan sikap
338
membiarkan orang lain membentuk diri kita, bukan Tuhan. Akhirnya kita makin menyimpang dari
menjadi diri yang sepadan dengan rencana Allah.
Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menumbuhkan jati diri dan sikap-sikap
yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap kita terhadap
firman Allah, membuat karakter kita mengalami pemurnian dan penyelarasan dengan sikap hati Allah
sendiri. Sikap benar apa saja akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul akrab dan menaati firman?
Hati akan condong kepada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika firman menjadi harta pusaka (111) kita
akan meminati keputusan Allah (112) , membenci sikap bercabang hati (113) . Kita akan lebih takut
gentar terhadap Allah daripada takut kepada orang yang melawan Allah (117-120) .
Firman menanamkan dalam diri kita janji dan prinsip bahwa saat kita takut kita dapat berdoa
memohon perlindungan-Nya (116) . Kebiasaan menatap kemuliaan Allah dalam firman membuat kita
mampu melihat kepalsuan dari kemuliaan orang fasik (119) . Penilaian Allah menjadi penilaian kita.
Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dengan hati Allah sendiri. Untuk tiba
pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun. Disiplin membaca-gali Alkitab melalui
Santapan Harian hendaknya dilihat sebagai proses pembentukan sikap itu.
Memang kita masih harus dan perlu hidup terlibat dalam masyarakat. Dibekali
pemahaman firman yang kental, kita akan terlibat tidak dengan membunglon, tetapi membawa
pengaruh positif dari kebenaran Tuhan.
Renungkan:
339
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 133-154
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
Teguhkanlah langkahku oleh janji–Mu, dan janganlah segala kejahatan berkuasa atasku.
Bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia, supaya aku berpegang pada titah–titah–Mu.
Sinarilah hamba–Mu dengan wajah–Mu, dan ajarkanlah ketetapan–ketetapan–kepadaku.
Air mataku berlinang seperti aliran air, karena orang tidak berpegang pada Taurat–Mu.
Engkau adil, ya TUHAN, dan hukum–hukum–Mu benar.
Telah Kauperintahkan peringatan–peringatan–Mu dalam keadilan dan dalam kesetiaan
belaka.
Nyala cintaku menghabiskan aku, sebab para lawanku melupakan segala firman–Mu.
Janji–Mu sangat teruji, dan hamba–Mu mencintainya.
Aku ini kecil dan hina, tetapi titah–titah–Mu tidak kulupakan.
Keadilan–Mu adil untuk selama–lamanya, dan Taurat–Mu benar.
Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, tetapi perintah–perintah–Mu menjadi kesukaanku.
Peringatan–peringatan–Mu adil untuk selama–lamanya, buatlah aku mengerti, supaya aku
hidup.
Aku berseru dengan segenap hati; jawablah aku, ya TUHAN! Ketetapan–ketetapan–Mu
hendak kupegang.
Aku berseru kepada–Mu; selamatkanlah aku! Aku hendak berpegang pada peringatan–
peringatan–Mu.
Pagi–pagi buta aku bangun dan berteriak minta tolong; aku berharap kepada firman–Mu.
Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janji–Mu.
Dengarlah suaraku sesuai dengan kasih setia–Mu; ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan
hukum–Mu.
Mendekat orang–orang yang mengejar aku dengan maksud jahat, mereka menjauh dari
Taurat–Mu.
Engkau dekat, ya TUHAN, dan segala perintah–Mu adalah benar.
Sejak dahulu aku tahu dari peringatan–peringatan–Mu, bahwa Engkau telah menetapkannya
untuk selama–lamanya.
Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku, sebab Taurat–Mu tidak kulupakan.
Perjuangkanlah perkaraku dan tebuslah aku, hidupkanlah aku sesuai dengan janji–Mu.
Renungan
Saat krisis menimpa kehidupan anak-anak Tuhan, apakah yang mampu
menopang mereka agar tetap tegar beriman? Hanya kehidupan doa dan firman yang disiplin dapat
memberi topangan yang kokoh konsisten. Doa menghasilkan kekuatan untuk bertahan, sedangkan
firman menjadi pedoman bagaimana menghadapi kesulitan dan menang terhadapnya.
Judul:
Firman dan doa
Krisis terberat tentu saja ketika kita menghadapi penghujatan terhadap firman Tuhan (136, 150) .
Serangan terhadap firman Tuhan sama saja dengan upaya menggoncang sendi-sendi keimanan itu
sendiri. Padahal firman Tuhanlah yang menopang kehidupan anak Tuhan dan membuatnya
bersukacita serta penuh pengharapan untuk dapat menanggulangi berbagai krisis (137-144) . Oleh
karena itu, marilah kita belajar untuk memanjatkan doa-doa permohonan kita kepada Tuhan agar
340
kita terus menerima firman Tuhan yang menopang hidup kita (133-135) . Marilah kita nyatakan tekad
untuk lebih sungguh-sungguh menerapkan setiap perintah-Nya dalam hidup ini (145-149) . Kita harus
memanjatkan doa demikian dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan dapat diandalkan (153- 154) dan
segala firman-Nya tak pernah gagal (151-152) .
Teladan pemazmur ketika krisis melanda patut kita tiru. Semakin keadaan sulit, semakin kita perlu
bergiat mencari hadirat Tuhan dalam doa dan firman (147-148) . Marilah kita memeriksa diri kita
masing- masing. Seberapa disiplinkah kita menjalankan waktu teduh? Janganlah menunggu krisis
melanda baru mencari pegangan pada Tuhan lewat doa dan firman. Bentuklah kebiasaan dan pola
yang teratur tiap-tiap hari untuk menghampiri takhta-Nya secara pribadi maupun dalam persekutuan
sesama umat Tuhan.
Kekuatan dan kemenangan melawan krisis sehebat apa pun tidak akan didapat dari
usaha sendiri, melainkan dari Tuhan lewat kehidupan dan doa dan firman sehat.
Renungkan:
341
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 119: 155-176
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
Keselamatan menjauh dari orang–orang fasik, sebab ketetapan–ketetapan–M tidaklah
mereka cari.
Rahmat–Mu berlimpah, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan hukum–hukum–Mu.
Pengejar dan lawanku banyak, tetapi aku tidak menyimpang dari peringatan–peringatan–Mu.
Melihat pengkhianat–pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka tidak berpegang pada
janji–Mu.
Lihatlah, betapa aku mencintai titah–titah–Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan
kasih setia–Mu.
Dasar firman–Mu adalah kebenaran dan segala hukum–hukum–Mu yang adil adalah untuk
selama–lamanya.
Pembesar–pembesar mengejar aku tanpa alasan, tetapi hanya terhadap firman–Mu hatiku
gemetar.
Aku gembira atas janji–Mu, seperti orang yang mendapat banyak jarahan.
Aku benci dan merasa jijik terhadap dusta, tetapi Taurat–Mu kucintai.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji–muji Engkau, karena hukum–hukum–Mu yang adil.
Besarlah ketenteraman pada orang–orang yang mencintai Taurat–Mu, tidak ada batu
sandungan bagi mereka.
Aku menantikan keselamatan dari pada–Mu, ya TUHAN, dan aku melakukan perintah–
perintah–Mu.
Aku berpegang pada peringatan–peringatan–Mu, dan aku amat mencintainya.
Aku berpegang pada titah–titah–Mu dan peringatan–peringatan–Mu, sebab seluruh hidupku
terbuka di hadapan–Mu.
Biarlah teriakku sampai ke hadapan–Mu, ya TUHAN; berilah aku pengertian sesuai dengan
firman–Mu.
Biarlah permohonanku datang ke hadapan–Mu; lepaskanlah aku sesuai dengan janji–Mu.
Biarlah bibirku mengucapkan puji–pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan–ketetapan–
Mu kepadaku.
Biarlah lidahku menyanyikan janji–Mu, sebab segala perintah–Mu benar.
Biarlah tangan–Mu menjadi penolongku, sebab aku memilih titah–titah–Mu.
Aku rindu kepada keselamatan dari pada–Mu, ya TUHAN, dan Taurat–Mu menjadi
kesukaanku.
Biarlah jiwaku hidup, supaya memuji–muji Engkau, dan biarlah hukum–hukum–Mu menolong
aku.
Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba–Mu ini, sebab perintah–perintah–Mu
tidak kulupakan.
Renungan
Penutup mazmur ini agak sedikit membingungkan, "Aku sesat
seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini." Bukankah seluruh isi mazmur ini penuh ungkapan
pujian syukur, keyakinan, keluhan dan permohonan serta bertubi-tubi pernyataan kesetiaan
Judul:
Berpaut terus pada firman
342
pemazmur dalam mengikut Tuhan? Bahkan di ayat 110 , pemazmur tegas berkata, "...tetapi aku tidak
sesat dari titah-titah-Mu."
Permohonan yang menutup rangkaian panjang Mazmur Mzm. 119 ini, sebenarnya merupakan
pengakuan kerendah-hatian pemazmur. Walaupun selama ini ia telah mempertahankan hidup taat
dan setia terhadap firman Tuhan, tekanan yang bertubi-tubi dari pihak musuh dapat saja membuat ia
lemah dan tidak mawas diri sampai dosa kesombongan menjeratnya jatuh.
Dengan pengakuan yang merendahkan hati seperti itu, pemazmur hendak mengingatkan kita semua
agar waspada terhadap segala tipu daya yang dapat membawa kita keluar dari menikmati firman
Tuhan. Kita harus melawan dan sedikit pun tidak boleh menyerah terhadap hujatan orang yang
meremehkan firman Tuhan sebagai tidak relevan untuk hidup ini. Sebaliknya, kita harus ikrarkan
tekad untuk mengiring Tuhan senantiasa sehingga kita dapat menikmati hadirat-Nya lewat
persekutuan dalam firman-Nya (162-167) . Kita harus terbuka di hadapan Tuhan agar firman- Nya
senantiasa mengoreksi hidup kita (168) .
Dua hal bisa kita lakukan dengan meneladani pemazmur. Pertama, kita tidak boleh lengah. Jangan
sedikit pun kita biarkan fokus kita beralih dari Tuhan kepada dunia. Kedua, kita harus selalu terbuka
kepada teguran firman Tuhan. Siap berpaling dari pelanggaran yang sudah disingkapkan oleh firman
dan terimalah perbaikan dari Tuhan Yesus, agar kita menjadi lebih sempurna dalam ketaatan dan
kesetiaan pada firman-Nya.
343
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 120
1
2
3
4
5
6
7
Nyanyian ziarah. Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku:
“Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.”
Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu?
Panah–panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar.
Celakalah aku, karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di
antara kemah–kemah Kedar!
Cukup lama aku tinggal bersama–sama dengan orang–orang yang membenci perdamaian.
Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang.
Renungan
Inilah mazmur ziarah yang pertama dari koleksi 15 mazmur ziarah.
Mazmur ziarah merupakan mazmur yang dinyanyikan umat sementara berlangsung prosesi ziarah
menuju Yerusalem dan Bait Allah. Tiga kali setahun umat Israel menghadap Tuhan di sana, untuk
merayakan ibadah nasional sesuai dengan petunjuk Taurat.
Judul: Hidup berintegritas
Mazmur-mazmur ziarah juga bisa menggambarkan perjalanan hidup umat, dari keadaan terjauh,
terasing, lalu menuju ke hadirat Tuhan. Semakin dekat, semakin menggairahkan, tetapi juga
menggentarkan hati. Siapakah yang layak menghampiri takhta Tuhan? Pantaskah aku? Demikianlah
setiap peziarah diajak untuk serius merefleksikan diri, mendekat kepada Dia?
menggambarkan keadaan terasing pemazmur di negeri orang yang tidak mengenal
Tuhan, yang kata-katanya kasar dan keras, serta suka berperang. Mesakh, suku bangsa yang
mendiami wilayah Turki sekarang dan Kedar, suku pengembara dari Siria adalah suku-suku yang
ganas dan suka berperang. Pemazmur mengalami kesulitan untuk hidup di tengah-tengah suku-suku
yang gampang bertengkar dan siap membantai siapa pun yang lemah. Dalam keadaan seperti itu,
godaan besar bagi pemazmur adalah untuk ikut-ikutan menyesuaikan diri. Mudah sekali tergoda
untuk kompromi dengan situasi ‘siapa yang kuat, dia yang menang’.
Mazmur 120
Namun tekad pemazmur adalah tetap hidup dalam integritas sesuai dengan imannya. Oleh karena itu
pemazmur berseru minta tolong kepada Tuhan karena hanya Dia kekuatan untuk bertahan
menghadapi situasi yang sangat menggoda dia untuk menyerah dan larut.
Sering kita mendengar orang berkata, yang sukses adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan
situasi setempat. Kompromi adalah kata kuncinya. Kita, anak-anak Tuhan, dipanggil untuk setia dan
hidup berintegritas sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Kata kunci kita adalah ‘mengandalkan Tuhan
dan setia sampai akhir!’
344
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 121
1
2
3
4
5
6
7
8
Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung–gunung; dari manakah akan datang
pertolonganku?
Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.
Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu.
Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.
TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama–lamanya.
Renungan
Mengapa kita memerlukan penyertaan Tuhan sepanjang hidup kita? Hal apa
saja akan kita alami bila Ia menyertai kita?
Judul: Disertai Tuhan
Hidup seumpama perjalanan ziarah. Dalam kondisi alam Palestina yang berbukit dan berpadang
gurun, perjalanan ziarah dari berbagai pelosok Palestina ke Yerusalem bisa menjadi perjalanan
berbahaya. Persis seperti berbagai bahaya yang senantiasa mengintai hidup kita. Selain alam yang
keras dan membuat tenaga terkuras, binatang buas dan penyamun selalu mengintai, siap memangsa
para peziarah. Dalam perjalanan berat dan berbahaya itu, tidak saja diperlukan teman sesama
peziarah, tetapi juga pihak yang perkasa dan siaga, yang jadi perlindungan terpercaya.
Tiga dampak ajaib dialami orang yang disertai Tuhan sepanjang perjalanan ziarah kehidupannya.
Pertama, Tuhan menjadi pertolongan terpercaya. Ada banyak persimpangan jalan yang memerlukan
pengambilan keputusan yang tepat dalam hidup ini. Tuhan sanggup memberikan pertolongan saat
kita mengambil keputusan. Ia berhikmat, Ia benar adanya. Selain keputusan, kita juga memerlukan
pertolongan dalam arti topangan atau dukungan. Keluarga, sahabat, sesama orang beriman dapat
memberikan pertolongan secara terbatas. Hanya Allah yang layak dijadikan sumber pertolongan
untuk segala kebutuhan dan keadaan kita. Bahkan ketika sumber pertolongan lain gagal memenuhi
harapan, Ia pasti tidak.
Kedua, Tuhan adalah penjaga umat-Nya. Tadi sudah kita singgung tentang berbagai bahaya yang
mengancam hidup. Berbagai pencobaan, kelemahan laten, kerentanan tersembunyi selalu ada di
sekitar kita. Bayangkan bahwa dalam perjalanan di alam lepas penuh bahaya, secara iman kita
mengalami ada benteng kokoh dengan persenjataan teruji selalu mengitari kita!
Ketiga, Tuhan adalah naungan kita. Sepanjang empat puluh tahun pengembaraan Israel dari Mesir ke
Kanaan, Allah sendiri menaungi dengan tiang awan dan tiang api. Sengatan panas matahari dan
gigitan dingin malam, tak sedikit pun membahayakan mereka. Disertai Tuhan berarti mengalami Dia
sebagai pelindung, penolong, naungan kita sepanjang masa. Pasti kelak kita berjumpa Dia di Gunung
Kudus-Nya!
345
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 122
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: “Mari kita pergi ke
rumah TUHAN.”
Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem.
Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat,
ke mana suku–suku berziarah, yakni suku–suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN
sesuai dengan peraturan bagi Israel.
Sebab di sanalah ditaruh kursi–kursi pengadilan, kursi–kursi milik keluarga raja Daud.
Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: “Biarlah orang–orang yang mencintaimu mendapat
sentosa.
Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!”
Oleh karena saudara–saudaraku dan teman–temanku aku hendak mengucapkan: “Semoga
kesejahteraan ada di dalammu!”
Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu.
Renungan
Ketika tiba hari Minggu, dan saatnya untuk ke rumah
Tuhan, perasaan apa yang muncul di hati kita? Setelah lelah bekerja selama lima atau enam hari,
bagaimana keadaan hati kita ketika pergi ke rumah Tuhan? Seringkali "sukacita" bukanlah jawaban
yang ada di hati kita bukan? Bagi orang-orang yang aktif terlibat dalam pelayanan mungkin yang
terbayang adalah keletihan yang akan dihadapi sepanjang hari Minggu. Sebagian orang mungkin
merasa tidak enak, ada yang mengganjal kalau belum ke gereja. Ada pula yang merasa berbeban
berat karena harus bertemu Ibu A atau Bapak B. Ada pula yang merasa biasa-biasa saja karena ke
gereja adalah bagian dari agenda rutin mingguan.
Judul:
Mari kita pergi ke rumah Tuhan
Daud mengungkapkan betapa bersukacita dan bergairahnya dia ketika orang mengajak dia pergi ke
rumah Tuhan. Mazmur ini banyak berbicara tentang Yerusalem. Namun kita melihat di ayat 9 bahwa
Yerusalem menjadi sumber sukacita dan gairah Daud bukan karena kota itu sendiri, melainkan
karena adanya Bait Allah di situ. Dalam konteks kita, kita bisa meletakkan gereja dalam pandangan
yang sama seperti Daud memandang Yerusalem.
Apa perasaan kita waktu melangkahkan kaki ke gereja? Dari ayat 8 dan 9 kita bisa mendengar gaung
kerinduan hati Daud untuk melangkahkan kakinya ke Yerusalem. Di sana ia akan bertemu dengan
saudara dan teman, orang-orang yang mencintai Tuhan. Di sana juga ada Rumah Tuhan. Di gereja
kita bersekutu dengan sesama anak Tuhan, saudara seiman. Kita disegarkan kembali oleh
perjumpaan dengan Allah.
Waktu melangkahkan kaki ke gereja, apa perasaan kita? Adakah kita memiliki sukacita dan gairah
seperti yang Daud miliki? Jika sukacita dan gairah itu telah pudar dimakan waktu, dimakan kesibukan
kita di gereja, dimakan oleh keletihan pelayanan kita, inilah saatnya kita berhenti dan berdoa,
meminta Tuhan memulihkan kembali sukacita dan gairah untuk datang ke rumah Tuhan: bersekutu
dengan saudara seiman dan memuji Allah.
346
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 123
1
2
3
4
Nyanyian ziarah. Kepada–Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga.
Lihat, seperti mata para hamba laki–laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata
hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang
kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan
penghinaan;
jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok–olok orang–orang yang merasa aman, dengan
penghinaan orang–orang yang sombong.
Renungan
Kesulitan adalah bagian dari realitas kehidupan. Di
dalam pekerjaan kita menghadapi kepenatan. Di dalam keluarga kita menghadapi gesekan-gesekan.
Bahkan di dalam pelayanan pun ada hal-hal yang tidak menyenangkan. Belum lagi ketika kita
menghadapi tekanan karena iman kita. Bagaimanakah kesulitan-kesulitan itu mempengaruhi
hubungan kita dengan Tuhan?
Judul: Tetap memandang kepada Tuhan
Analogi yang dipakai pemazmur untuk menggambarkan situasi seorang beriman yang berada dalam
kesulitan adalah seorang hamba yang memfokuskan pandangannya ke tangan majikannya. Hamba
laki-laki pada tuannya dan hamba perempuan pada nyonyanya. Pada masa itu, seorang hamba (budak)
yang mengalami kesulitan, tidak punya jalan lain dan tidak bisa berharap lain selain berharap kepada
majikannya. Si hamba menyadari bahwa dirinya sepenuhnya adalah milik majikannya. Hanya
majikannyalah yang memiliki kapasitas dan otoritas untuk melepaskan dirinya dari masalah yang
menghimpit dia. Majikannyalah, dan bukan orang lain, yang memiliki kepentingan akan kebaikan dan
kesehatan si hamba. Oleh karena itu, si hamba menyadari bahwa hanya dengan memohon belas
kasihan dari majikannyalah ia akan mendapatkan kelegaan dan solusi yang dia butuhkan. Maka ia
berkata, "demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita"
(2b) .
Di dalam kesulitan yang tidak terlalu besar, mungkin kita masih bisa berpegang pada Tuhan. Akan
tetapi, ketika kesulitan yang besar datang menimpa, seperti krisis keuangan bertubi-tubi yang
menimpa usaha kita, penyakit kanker yang menimpa kita atau orang yang kita cintai, guncangan
keras yang menerpa keutuhan keluarga kita, hingga rasanya kita tak tahu harus berbuat apa, masih
bisakah kita memandang dan berharap kepada Tuhan? Ataukah kita akan mengalihkan pandangan
kepada solusi-solusi alternatif? Kiranya Tuhan menolong kita untuk teguh berpegang kepada Dia
ketika badai hidup menghantam kita.
347
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 124
1
2
3
4
5
6
7
8
Nyanyian ziarah Daud. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ––biarlah Israel
berkata demikian—
jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita,
maka mereka telah menelan kita hidup–hidup, ketika amarah mereka menyala–nyala terhadap
kita;
maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita,
maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap–luap itu.
Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan
kitapun terluput!
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.
Renungan
Liturgi ibadah Minggu, dibuka dengan sebuah votum, "Pertolongan
kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi" (8) . Pernahkah Anda bertanya apa
makna votum ini? Mengapa sebuah ibadah harus dimulai dan dimeteraikan oleh pernyataan ini?
Judul: Bersyukur dalam doa
Menjalani kehidupan di tengah dunia yang berdosa dan yang rusak oleh dosa bukanlah suatu hal
yang aman. Kecelakaan dan bahaya selalu mengintai dan bisa menerkam kita kapan saja. Entah itu
terpeleset di kamar mandi, kecelakaan lalu lintas, atau bencana alam seperti tsunami yang terjadi di
Aceh, tahun 2004 yang lalu. Banyak hal buruk bisa terjadi tanpa kita sadari atau mampu kita elakkan.
Daud, dalam mazmur hari ini, memaparkan betapa banyaknya hal yang bisa "menelan kita hiduphidup" (3) , menjerat kita, dan membuat diri kita menjadi mangsa. Bahaya jasmani maupun rohani
selalu ada di sekeliling kita selama masih hidup di dunia ini. Musuh-musuh berwujud manusia (2-3)
maupun kuasa-kuasa jahat (yang dilambangkan dengan air dan sungai; 4-5 ) siap menenggelamkan kita dalam
kehancuran dan kebinasaan. Daud dengan tegas mengatakan bahwa kalau kita masih dalam keadaan
sehat-walafiat jasmani-rohani, itu semua karena "TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi." Betapa
luar biasanya! Dia yang begitu besar, yang menjadikan langit dan bumi, memperhatikan kita satu
demi satu. Ya, satu demi satu! Dia menjaga langkah kita, menjaga hidup kita, menjaga kesehatan kita
jasmani-rohani sehingga Minggu, demi Minggu, kita masih bisa kembali datang ke gereja untuk
bersekutu dengan saudara seiman dan memuliakan nama-Nya.
Kalau begitu, apa seharusnya isi doa kita saat datang menghadap Dia? Menyembah dan mengucap
syukur? Atau kita hanya meminta dan menuntut? Ingatlah bahwa apa yang Ia telah lakukan dalam
hidup kita jauh melampaui yang kita sadari. Karena itu berhentilah bersungut-sungut dan mulailah
memuji nama-Nya serta mengucap syukur kepada-Nya!
348
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 125
1
2
3
4
5
Nyanyian ziarah. Orang–orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang
tidak goyang, yang tetap untuk selama–lamanya.
Yerusalem, gunung–gunung sekelilingnya; demikianlah TUHAN sekeliling umat–Nya, dari
sekarang sampai selama–lamanya.
Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada
orang–orang benar, supaya orang–orang benar tidak mengulurkan tangannya kepada
kejahatan.
Lakukanlah kebaikan, ya TUHAN, kepada orang–orang baik dan kepada orang–orang yang tulus
hati;
tetapi orang–orang yang menyimpang ke jalan yang berbelit–belit, kiranya
TUHAN
mengenyahkan mereka bersama–sama orang–orang yang melakukan kejahatan. Damai
sejahtera atas Israel !
Renungan
Bagi setiap orang beriman, penyertaan Tuhan adalah realitas.
Penyertaan Tuhan membuat kita teguh dan aman di dalam kehidupan. Mazmur ziarah yang kita baca
hari ini menggambarkan kerinduan pemazmur saat tiba di Yerusalem, di mana Bait Allah berada.
Yerusalem yang dibentengi oleh gunung yang kokoh membayangkan kehidupan orang beriman yang
aman terlindung oleh penyertaan Tuhan.
Judul:
Antara dua realitas
Akan tetapi, kuasa si jahat pun merupakan realitas. Selama masih hidup di dunia ini kita masih akan
terus menghadapi pergumulan-pergumulan dengan hal-hal yang tidak baik. Bisa jadi itu merupakan
permasalahan di kantor atau di tengah keluarga; bisa jadi tantangan moral atau undangan yang
menggiurkan untuk terlibat dalam satu hal yang tidak baik; bisa jadi tekanan hidup yang tak kunjung
habis yang kemudian mengaburkan pandangan kita dari kebaikan dan penyertaan Tuhan di dalam
kehidupan kita.
Bagaimana anak Tuhan menjalani kehidupan di antara dua realitas ini? Bisakah kita dengan yakin
mengatakan bahwa ‘iman saya tidak akan goyah’? Hati-hati dengan keyakinan diri yang berlebihan!
Terlalu percaya diri merupakan awal kejatuhan. Ayat 3 bahkan mengatakan bahwa orang-orang benar
bisa "mengulurkan tangannya kepada kejahatan" oleh godaan dan tekanan hidup. Kita perlu
menyadari bahwa keteguhan iman dan keamanan hidup berasal dari Tuhan yang menopang dan
menguatkan kita. Dialah yang membentengi kita dari segala penjuru seperti gunung-gunung yang
kokoh melindungi Yerusalem.
Allah senantiasa menyertai anak-anak-Nya. Bagian kita adalah untuk bergumul dan hidup tulus di
hadapan-Nya. Ayat 5 mengutuk bukan saja para pelaku kejahatan, tetapi juga "orang-orang yang
menyimpang ke jalan yang berbelit-belit". Inilah orang-orang yang dengan mudah melabelkan
banyak hal sebagai "area abu-abu", tanpa terlebih dulu bergumul untuk hidup tulus di hadapan Allah.
Seberapa tuluskah Anda hidup di hadapan Allah? Kiranya Tuhan menolong.
349
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 125: 1-2
Pdt. Dr. Stephen Tong
Bersandar Allah adalah fondasi
yang tak tergoncang
Mzm.125:1-2
ini terjemahan yang lebih tepat ialah ‘barangsiapa yang bersandar kepada Tuhan, dia
akan kokoh seperti Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung demikian Tuhan mengelilingi
orang-orang yang bersandar kepada Dia.’ Pada waktu saya membaca dan merenungkan kalimat ini
saya mendapatkan satu kekuatan: dimana mungkin kita mendapatkan dasar yang tidak akan goyah
untuk selama-lamanya? Plato 2350 tahun yang lalu mengatakan mungkinkah di dunia yang goncang
ini kita bisa mendapatkan fondasi yang tidak goncang? Mungkinkah di dalam alam yang relatif ini kita
dapat prinsip yang mutlak? Mungkinkah di dalam segala sesuatu yang terus berubah kita mempunyai
dasar yang tidak berubah? Mungkinkah di dalam hidup yang hanya beberapa puluh tahun ini kita
mempunyai sesuatu dalil yang tidak pernah berubah untuk selama-lamanya? In between the mutable
and the immutable, in between the relative and the absolute, in between the temporal and the
eternal, in between the changeable and the unchangeable, dimana hidup kita? Pertanyaan itu
sebenarnya dijawab secara implisit: tidak ada.
Dunia yang relatif tidak bisa memberikan kepada kita hidup yang mutlak. Dunia yang berubah tidak
mungkin memberikan jaminan ketidak-perubahan. Dunia yang sementara tidak bisa memberikan
kekekalan. Tetapi kenapa justru manusia yang hidup di dalam dunia ini tidak puas dengan hal yang
sementara, yang relatif, yang berubah ini? Kenapa manusia yang tidak mutlak punya konsep
kemutlakan? Kenapa kita yang tidak sempurna mempunyai pikiran kesempurnaan? Kenapa kita
semua ada konsep kesempurnaan, konsep kemutlakan, konsep kekekalan, konsep keutuhan, itu
semua datang darimana? Tidak ada orang yang bisa menjawab kecuali kita kembali kepada Alkitab.
There is the source, the foundation, the core of the image and the likeness of God. Kita dicipta
menurut peta dan teladan Allah. Anything which is in God, His substance has a shadow in our lives.
Segala sesuatu yang berada di dalam Tuhan ada bayang-bayangnya di dalam diri manusia. Karena
Allah itu sempurna, itu sebab kita mempunyai satu imajinasi kesempurnaan. Sebab konsep dasar
yang membentuk kita disebut sebagai manusia. Maka itulah sebabnya baik Plato, Socrates maupun
Aristotle yang begitu hebatpun sadar hidup mereka hanya beberapa puluh tahun dan sesudah itu
mati, tetapi mereka adalah peta teladan Allah dan dari konsep sedalam-dalamnya, tuntutan konsep
sempurna, keutuhan dan kekekalan tidak berubah. Itu menjadi satu gairah, menjadi satu dorongan
mereka hidup menjadi filsuf. Tetapi filsuf berbeda dengan teolog. Apa bedanya teologi dan filosofi?
350
Ada orang bilang filsafat itu antroposentrik sedang teologi itu teosentrik. Filsafat itu berpikir jadi
manusia, teologi itu Allah memberikan wahyu dari surga. Saya berkata kepada saudara, filsafat dan
teologi itu bedanya adalah: Theology answers the questions, Philosophy questions the answers.
Filsafat terus bertanya, kenapa, kenapa, kenapa? Teologi menjawab dan menjawab. Tetapi Filsafat
kembali tanya, kenapa begini-begini? Tidak habis-habis.
Tuhan memberikan kebenaran, manusia mencari kebenaran. Kemarin malam lebih dari satu jam saya
hanya berbicara mengenai satu hal: manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak mungkin puas
kecuali dia mengerti kebenaran. Mengerti kebenaran adalah satu daya dasar yang mendorong
manusia hidup di dalam dunia tetapi bagaimanapun tidak mungkin mendapat jawaban kecuali takluk
kepada jawaban yang diwahyukan oleh Tuhan. Yang disebut ‘setia kepada yang asal, setia kepada
yang benar-benar BENAR’ itu namanya pistos, itu namanya iman. Lalu yang ‘benar-benar BENAR’ itu
siapa? Tidak lain adalah Kristus. Only Jesus Christ is the originality flawless perfection. And why we
believe in Jesus? To return to the truth. Khotbah semacam ini tidak ada di dalam buku apapun di
dunia dan tidak ada penginjil, evangelist atau teolog yang memotong cara ankle (mata kaki) ini ke
dalam pikiran manusia.
Di sini diberikan jawaban bahwa mungkin mencapai hidup yang tidak pernah goncang jikalau engkau
bersandar kepada Tuhan. Kalau saya bersandar kepada tembok ini karena saya kira tembok ini kuat,
padahal tembok ini bisa jatuh maka saya akan ikut jatuh, bukan? Kepada siapa engkau bersandar?
Sandar kepada Amerika? Amerika sendiri mau mati sekarang. Sejarah adalah satu buku besar untuk
mendidik manusia. Salah satu profesor saya namanya adalah SEJARAH. Saya tidak banyak mengutip
buku, tidak banyak mengutip dari profesor-profesor tetapi saya mengamati.
Da Vinci mengatakan pengetahuan datang bukan dari ruang kuliah, pengetahuan datang dari
pengamatan fakta. Kalimat ini telah mengubah dunia. Kenapa ada orang yang belajar sampai
mendapat PhD. yang luar biasa pandai tetapi anaknya tidak karu-karuan? Kenapa seorang ibu tua di
kampung yang tidak pernah sekolah, anaknya bisa menjadi berhasil? Karena wisdom is superior than
knowledge. Our world is the world full of knowledge but lack of wisdom. Kalimat ini diucapkan oleh
Bertrand Russell di tahun 1940, padahal dia sendiri termasuk orang seperti itu. Dia punya empat isteri
dan mencoba pernikahan bebas. Itu yang menghancurkan sexual life di Inggris dan mempelopori
imoralitas di seluruh dunia. The revolution of sex membuat dunia menjadi hancur. Dimana moral
tidak diperketat, di situ hidup akan hancur. Pengetahuan tidak pernah mengikat manusia tetapi
pengetahuan sesungguhnya membebaskan manusia.
Kalimat ini keluar dari orang yang sejaman dengan Yesus yaitu Seneca, “Truth can never make you
rich but truth can set you free.” Kalimat itu muncul juga dari Tuhan Yesus Kristus, “You should know
the truth and the truth will set you free.” Saya belajar dari sejarah, saya baik-baik menaati semua dalil
sejarah. Saya mengetahui ada beberapa hal yang manusia tidak bisa lepas daripada apa yang sejarah
berikan kepada kita. Setelah perang dunia selesai, Amerika yang kuat dan tidak terganggu apa-apa
selain Pearl Harbour, kirim jendral Marshall ke Eropa rundingan dengan Perancis, rundingan dengan
Inggris untuk memberikan American Aid sampai Eropa bangun kembali. Marshall ke Tiongkok juga
dan bicara dengan pemimpin KMT, tetapi setelah bicara dia geleng-geleng kepala. Sampai di Amerika
351
ditanya apakah kita mau bantu Tiongkok, dia bilang negara itu sulit dibantu, mereka apapun tidak
mau kerja apa-apa selain melahirkan anak. Kalau American Aid dikirim untuk bantu orang Cina, saya
percaya perlu bantu 3000 tahun karena negara itu tidak ada apa-apa lagi. Mereka terlalu banyak
kebutuhan tidak habis-habis. Akhirnya Amerika tidak bantu. Lalu Mao Je Dong bilang tidak perlu
bantuan Amerika, kita bisa menolong diri sendiri. Dari tahun 1949-2009 persis 50 tahun, sekarang
Amerika menjadi pengemis minta Cina bantu mereka. Sekarang Amerika menjadi negara yang paling
miskin, berhutang 900 trilliun dalam 10 tahun dan Tiongkok meminjamkan uang untuk mereka.
Kenapa jadi begitu? Ada dalil-dalil sejarah yang tidak berubah.
Kalau engkau dilahirkan dari keluarga kaya dan khususnya papa dan mamamu memanjakan kamu
terus untuk memakai uang sebanyak-banyaknya, hari depanmu akan menjadi pengemis. Kembali
kepada Alkitab. Berikan pendidikan dan kesulitan kepada anakmu biar dia jangan berfoya-foya. Baru
umur 10 tahun sudah pakai branded. Anak perempuan saya kalau lihat kaca lebih dari 2 menit akan
saya potong rambutnya sampai gundul. Orang perempuan yang terus lihat kaca mana ada waktu
untuk baca buku? Bagaimana mencapai hidup yang betul-betul bermutu? Saya katakan kepada
saudara seluruh dunia berubah. Orang yang kerja berat, selalu rajin, jujur dan tekun, mendapat uang
berhemat, orang itu hari depannya akan bagus.
Semut saja lebih pintar daripada manusia. Guru saya selain sejarah yaitu semut. Alkitab berkata, lihat
kepada semut, adakah semut malas? Heran, semut kalau jalan kecepatannya selalu sama. Tidak ada
semut yang nongkrong. Semut tidak ada yang malas, semut tidak ada yang tidak sopan, semut tidak
ada yang jalannya pelan. Semua rajin dan gesit dan semua menyimpan makanan untuk musim dingin.
Tidak ada semut yang mati kelaparan. Semua itu bijaksana alam bagi kita. Belajar dari alam yang
Tuhan ciptakan. Bijaksana berteriak di jalan-jalan, kata Amsal. Saya kaget membaca kalimat ini.
Bijaksana berteriak di jalan-jalan. Maksudnya, engkau jalan di Pasar Baru, engkau jalan di Thamrin,
sepanjang jalan itu ada teriakan-teriakan yang tidak kedengaran, apakah itu? Teriakan bijaksana.
Kenapa Immanuel Kant tidak pernah sekolah ke luar negeri tetapi dia sendiri menjadi wejangan
semua luar negeri? Karena dia berpikir, dia belajar. Dan bijaksana yang tertinggi adalah takut akan
Tuhan dan mengamati serta mengagumi seluruh ciptaan-Nya di alam semesta. Dengar firman-Nya
melalui nabi-nabi dan rasul-rasul dan betul-betul menekuni segala sesuatu yang ada di dalam Alkitab.
Itulah bijaksana. Saya tidak berarti menyuruh saudara berhenti sekolah lalu gulung tikar pulang ke
rumah, tetapi saya berkata kepada saudara, mari kita kembali kepada kitab suci. Tidak ada buku yang
memberikan pengajaran yang lebih hebat daripada kitab ini.
Dan di sini dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya akan kokoh seperti Sion.
Benarkah Sion itu kokoh? Sion adalah satu gunung yang tidak penting dan tidak besar. Himalaya
tingginya 8892m dan sekarang ini malah sudah bertambah menjadi 8902m karena gempa bumi 1 1/2
tahun yang lalu di kota Sechuan menjadikan seluruh pegunungan Himalaya naik 10 meter. Bayangkan
gempa bumi itu berapa besar. Dan karena gempa bumi itu kota Nanjing seluruhnya pindah satu
meter. Padahal jarak kota Nanjing dan Sechuan 2000 km. Sechuan adalah satu tempat penting sejak
Sam Kok sebagai satu tempat yang paling strategis di dalam militer. You should have that piece of
land in order to control the whole China. Kenapa? Karena ini daerah yang begitu berbahaya sehingga
352
untuk masuk menyerang ke dalam begitu sulit dan dari situ untuk mendorong semua musuh begitu
gampang. Jadi itu adalah daerah yang paling strategis di seluruh Tiongkok dan menurut National
Geographic yang mengukur seluruh lapisan kulit bumi rata-rata tebalnya 30km tetapi hanya satu
tempat yang tebalnya dua kali daripada bagian bumi manapun yaitu lapisan kulit bumi di Sechuan,
60km. Tempat itu paling kuat, paling hebat dan paling kokoh. Maka pemerintah Cina menaruh 7800
ilmuwan nuklirnya di situ. Strategi orang Komunis hebat sekali sudah menemukan semua itu. Atomic
bomb scientist and atomic nuclear scientist semua ditaruh di situ. Tempat yang paling aman, tempat
yang paling tidak goncang, tempat yang paling tidak mungkin ada gempa bumi. Semua ini
membuktikan tidak ada satu tempatpun di bumi yang aman. Tidak ada satu tempatpun di bumi yang
kekal. Semua adalah sementara, semua akan goncang, semua bisa berubah.
Saya bersyukur kepada Tuhan. Dia berjanji orang-orang yang bersandar kepada Tuhan hidupnya
kokoh untuk selama-lamanya seperti Sion, dikelilingi oleh gunung-gunung. Orang yang takut akan
Tuhan juga hidupnya dikelilingi oleh Tuhan sama seperti satu tangan yang aman. Sion adalah satu
bukit yang tidak ada apa-apanya. Kenapa di sini dia menjadi gunung yang paling penting? Kalau
dikatakan orang yang bersandar kepada Tuhan seperti gunung Himalaya, masih lumayan. Tetapi
seperti gunung Sion? Seolah tidak mengerti geografi. Tetapi ini bukan bicara mengenai geografi
tetapi mengenai sejarah, karena Sion berada di tepi sungai Yordan. Di kanan dan kiri sungai ini secara
lapisan geologinya berbeda ribuan tahun. Apa artinya? Sion di sebelah kiri yaitu East Bank dan
Yerikho di sebelah kanan yaitu West Bank itu lapisan geologinya bedanya ribuan tahun. Itu
membuktikan pernah terjadi gempa bumi yang terbesar di daerah itu sehingga seluruh tanah longsor
dan merosot sehingga mengakibatkan seluruh lapisan bumi di situ berubah.
Maka kita tidak boleh mengerti Alkitab dengan harafiah. Yang menjelaskan secara harafiah akan
buntu. Yang mengerti arti rohaninya akan hidup. Maka apa artinya ‘seperti Sion’? Sion adalah satusatunya bukit yang dipilih Tuhan dimana peti perjanjian boleh ditaruh di sana. Berarti Sion adalah
satu-satunya tempat dimana tangan Allah berjanji untuk memimpin dan memelihara manusia sampai
selama-lamanya. Inilah arti iman. The temple of God is in that mount. The ark of God is in that mount.
The faithfulness of the covenant of God is sealed in that mount. Satu-satunya bukit dimana ada peti
perjanjian, dimana ada perjanjian, dimana ada hukum Tuhan yang tidak berubah. Dunia ini langit dan
bumi akan berubah, tetapi hanya Taurat Tuhan satu titikpun tidak pernah berubah. Tuhan berjanji
dengan manusia dan janji Tuhan bisa dipercaya.
Kenapa Singapura ekonominya merosot? Karena mereka terlalu percaya dengan Amerika. Citibank is
the strongest bank merosot begitu besar. Alkitab sendiri mengatakan uang itu mempunyai sayap dan
bisa terbang jauh darimu. Engkau bilang, mana bisa? Saya akan kunci di dalam peti, mau terbang
kemana? Uang itu bukan cuma lembaran tetapi ada nilainya. Kalau nilainya sudah turun, engkau
makin kunci makin celaka. Mau tukarpun lebih lama membukanya. Itulah manusia yang pikir semua
bisa dipercaya. Apa saja tidak bisa dipercaya, semua akan ambruk. Politik akan ambruk. Ekonomi
akan ambruk. Hati manusia berubah. Isteripun bisa berubah. Tidak ada yang kekal. Jangan pernah
berharap kepada manusia. Engkau mesti belajar bersandar kepada Tuhan. Bersandar hanya kepada
Tuhan. Orang yang bersandar kepada Tuhan, dia seperti Sion yang dikelilingi oleh gunung-gunung.
Orang yang bersandar kepada Tuhan adalah dikelilingi oleh Tuhan sendiri. Kenapa kita bersandar
353
kepada Tuhan? Karena Tuhan adalah Tuhan yang berjanji. Allah yang sejati adalah Allah yang berjanji.
Kitab Allah adalah kitab perjanjian. Tuhan Yesus sebelum mati di kayu salib Dia menggenapkan
Perjanjian yang Baru. Perjanjian yang Lama diteguhkan oleh Tuhan dengan tanda tangan dari darah
binatang. Perjanjian yang Baru ditandatangani oleh Tuhan dengan darah Anak-Nya yang tunggal.
Tuhan tidak pernah mungkir dari apa yang Dia janjikan. Janji Tuhan berdasarkan tiga prinsip.
Pertama, the unchangeable of God’s atribute.
Kedua, the eternity of His substance.
Ketiga, the honesty of His relationship with us. Allah yang kekal, Allah yang tidak berubah, Allah yang
jujur berkata “Aku akan beserta dengan engkau sampai selama-lamanya.” Janji itu adalah janji yang
kekal. Kalau engkau hidup di dalam human relationship only, engkau akan kecewa. Berjanji di dalam
Tuhan kamu akan menikmati kekekalan, kejujuran dan ketidakberubahan, engkau akan kokoh luar
biasa.
Ibu saya umur 33 tahun sudah menjadi janda. Wajahnya lumayan dan banyak yang masih mau
menikah dengan dia. Tetapi dia berjanji kepada Tuhan sampai mati akan menjanda dan sampai mati
akan setia. Aku akan bersandar kepada kekuatan-Mu untuk membesarkan anak-anakku dan aku tidak
minta pertolongan siapapun. Tuhan tidak meninggalkan dia, Tuhan mendengarkan doanya. Waktu
saya umur 6 tahun setiap pagi terbangun mendengar doa mama saya selama 1 jam itu menggetarkan
hati saya. The faithful widow, the faithful mother cried, “My God, my Lord, beri kekuatan kepadaku
untuk membesarkan anak-anakku. Engkau adalah Bapa dari anak piatu dan Pembela dari para janda
karena firman-Mu mengatakan janji ini. Saya sekarang bersandar kepada-Mu, peganglah tanganku.”
Dia diberi Tuhan tujuh anak laki-laki dan satu-satu dia bawa di dalam doanya. Doa dan membaca
kitab suci satu jam, lalu baru kerja dan mengantar anak-anak ke sekolah. Tuhan mendengar doanya.
Di antara 7 anak, 5 yang menjadi pendeta. Ini memecahkan rekor sejarah gereja Tionghoa dan saya
betul-betul dipengaruhi oleh iman seperti itu dan saya berjanji kalau saya sudah menyerahkan diri,
sampai mati saya tidak akan berubah karena Tuhan yang berjanji adalah Tuhan yang tidak berubah.
Saya akan melayani sampai mati. Saya menjadi orang Kristen susah luar biasa karena umur 15-17
tahun saya sudah jatuh ke dalam pikiran Komunisme, Evolusionisme, Dialektika Materialisme. Di
antara anak seumurku tidak ada anak lain yang seperti saya, maunya filsafat dan pikiran yang dalam.
Saya tidak cocok dengan anak sebayaku. Mau ngomong apa tidak masuk. Mereka ngomongnya cewe
dan ngomongnya main. Saya maunya bicara filsafat. Jadi saya sulit. Dan saya menemukan jaman
sudah berubah, Kekristenan sudah digeser, gereja sudah kosong, pendeta ngomongnya tidak karukaruan. Orang yang belajar dan punya pikiran yang tajam tidak ada. Tetapi saya susah menjadi orang
Kristen karena terbentur dua kontras ini, my mum was a very devout Christian, very godliness. In one
hand, she is the patron of my life but the other hand the faith is so difficult to be challenged by the
modern science. Maka di dalam pergumulan seperti itu saya minta Tuhan untuk menjawab
pertanyaanku. If You are able to solve my problems intellectually, I will go to answer the questions of
every intellectuals in the whole world. Jawablah pertanyaanku maka aku akan melayani dan
menjawab pertanyaan seluruh dunia. Itu sebab khotbah saya lain daripada khotbah semua
354
pengkhotbah karena saya menemukan pikiran-pikiran yang sulit. Bukan karena saya tahu apa yang
dia pelajari. Saya tahu secara dasar manusia diganggu oleh epistemology dan logika apa dan terus
mencari jalan menembusi dan menemukan sedalam-dalamnya batin setiap orang dan menjawab
pertanyaan mereka. Saya bersandar kepada Tuhan dan saya hari ini sudah tidak muda lagi, saya
berani berkata kepadamu, bersandarlah kepada Tuhan. Saya sudah melayani Dia lebih dari setengah
abad, He never failed me. Dia adalah Allah yang sejati. Dia adalah Allah yang tekun dan jujur dan
Allah yang konsisten memelihara iman orang Kristen yang sungguh cinta kepada-Nya. Kadang-kadang
kesulitan besarnya menakutkan. Tetapi saya membuktikan 52 tahun lebih melayani Tuhan, Tuhan itu
sungguh-sungguh hidup. Saya di GRII tidak pernah datang ke rumah siapapun minta uang untuk
membangun gedung. Saya hanya memanggil siapa saja yang cinta Tuhan untuk berinisiatif dengan
kerelaan dan kembalikan uang Tuhan kepada Tuhan. God is unchaneable, immutable, forever, the
absolute God, the true God, the living God is with us. Saya bertanya, kepada siapa engkau bersandar?
Kepada Amerika? Kepada orang kaya? Kepada siapa engkau beriman? Hanya kepada Yesus Kristus.
Kiranya Tuhan memberkati kita.
355
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 126
1
2
3
4
5
6
Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang–orang
yang bermimpi.
Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak–sorai. Pada
waktu itu berkatalah orang di antara bangsa–bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar
kepada orang–orang ini!”
TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
Orang–orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak–
sorai.
Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak–
sorai sambil membawa berkas–berkasnya.
Renungan
Jika kita memfokuskan seluruh perhatian kita kepada Allah yang
benar, maka kita tidak akan pernah kehabisan alasan untuk bersyukur dan berharap. Mazmur ziarah
ini terbagi menjadi dua: refleksi atas kepulangan bangsa Israel ke negerinya dan permohonan agar
Tuhan memulihkan juga keadaan alam mereka sehingga mereka dapat kembali hidup makmur.
Judul:
Melihat dengan iman
"Hidup ini tidak adil!" begitu keluhan yang kadang terbit di hati kita, disadari maupun tidak. "Kenapa
orang beriman hidupnya susah? Kenapa orang baik dihukum Tuhan lebih keras daripada mereka yang
jelas-jelas jahat, tetapi bisa terus berkubang di dalam kejahatan mereka?" Ada begitu banyak
pertanyaan dalam benak kita. Begitu banyak hingga bagaikan kabut tebal yang menutupi pandangan
kita ke depan.
Iman bagaikan laser yang bisa menembus tebalnya kabut ketidakjelasan hidup hingga kita dapat
melihat kebaikan Tuhan. Setelah puluhan tahun di pembuangan, ketika Tuhan akhirnya membawa
bangsa Israel kembali ke negeri mereka, mereka masih bisa melihat betapa besarnya karya Tuhan
melalui terbuang dan kembalinya mereka. Mereka ternganga, terlonjak-lonjak kegirangan, dan
mengembalikan segala hormat, pujian, dan syukur mereka kepada Tuhan.
Ketika menemukan bahwa negeri mereka dalam keadaan yang merana, mereka datang kepada
Tuhan meminta pemulihan. Mereka percaya bahwa kalau Tuhan yang memulihkan, maka padang
gurun pun bisa menjadi padang rumput. Karena itu mereka tidak duduk diam. Sambil memohon dan
meratap mereka tetap melakukan bagian mereka, yaitu menyiangi tanah, menabur benih, dan
menyiapkan jalan bagi pekerjaan Tuhan.
Kondisi hidup yang bangsa Israel hadapi tidak serta-merta membuat orang bersyukur dan berharap.
Dibutuhkan iman yang sejati untuk bersyukur dan berharap dalam segala keadaan. Cukup
tangguhkah iman Anda untuk melihat Tuhan menembus kegelapan kabut yang menyelubungi
kehidupan?
356
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 126
Pdt. Effendi Susanto STh.
Ketika masa-masa sulit tiba
Tidak ada orang yang bisa menyangkal dan tidak menjadikan hal itu sebagai momen historis yang
paling penting di tahun ini: tanggal 20 Januari 2009, Amerika Serikat menginaugurasi presiden kulit
hitam yang pertama. Tidak ada momen di dalam sejarah dimana dua juta lebih orang hadir di dalam
acara inaugurasi. Sepanjang sejarah, selain inaugurasi dari presiden Abraham Lincoln dan Lyndon
Johnson yang dihadiri satu juta orang, inaugurasi Obama ini adalah inaugurasi yang terbesar.
Apakah karena dia hitam? Mungkin. Tetapi ada suara-suara mengatakan jangan terlalu berharap
bahwa Obama akan menjadi mesias atau saviour. Jelas dia pasti bukan mesias dan penyelamat. Dia
sendiri mengatakan jalan di depan menanjak dengan tajam. Bukan itu saja, dia mewarisi begitu
banyak kesulitan yang tidak gampang dan tidak mudah yang juga ditanggung seluruh dunia saat ini
termasuk krisis yang akan kita alami di hari-hari yang akan datang. Orang mengatakan mari kita
melihat bukan pada inaugurasinya, tetapi empat tahun kemudian pada waktu dia keluar dari gedung
putih apakah hasil yang sudah dia capai. Tetapi bagi saya, kalaupun dia tidak sanggup dan tidak
dapat, tetap itu tidak boleh mengecilkan apalagi melupakan momen historis ini. Karena menuju ke
situ saja, menjadi presiden kulit hitam yang pertama, itu bukan hal yang gampang.
TIME yang terbaru selain membahas mengenai Barack Obama juga mewawancara 9 orang bekas
aktifis yang menyertai perjuangan Rev.DR. Martin Luther King Jr. Sekarang mereka sudah tua.
Sembilan orang bekas aktifis itu mengeluarkan kalimat yang sangat menarik. ”...Kami tahu mimpi DR.
King pada suatu hari pasti akan tercapai, tetapi kami tidak menyangka mimpi itu kami lihat sebelum
kami mati.” Beberapa bulan yang lalu orang masih berpikir itu adalah hal yang mustahil. Karena
menuju ke sana, saudara jangan lupa, untuk mendapatkan pencalonan tunggal dari Demokrat
mengalahkan Hillary Clinton itu bukan hal yang gampang. Maka dia bisa menjadi presiden itu harus
menjadi sesuatu kebanggaan dan pengharapan kita dan respek kita kepada dia, sesuatu pencapaian
yang bagi orang-orang di masa lalu adalah suatu mimpi adanya.
Lima puluh tahun yang lalu di Amerika ada bus dimana orang kulit putih duduk di depan, orang kulit
hitam duduk di belakang. Orang yang berumur 60-70 tahun sekarang masih mengalami realita itu.
Lima puluh tahun yang lalu ada WC untuk orang kulit putih, ada WC untuk orang kulit hitam. Ada
hotel yang hanya bisa ditinggali orang kulit putih dan ada hotel yang hanya untuk orang kulit hitam.
Siapa yang menyangka di dalam lima puluh tahun perubahan bisa terjadi? Puji Tuhan, Amerika
walaupun di tengah segala kesulitan dan morat-marit yang ada, boleh memberikan contoh kepada
kita bahwa manusia harus dihargai dan dinilai sebagaiman Tuhan menghargai dan menilai seseorang
di dalam kesederajatan penghargaan dan respek sebab Tuhan mencintai manusia seperti itu.
357
Waktu ditanya kepada Obama, program televisi apa yang dia suka, dia mengatakan film miniseri “The
Wire” yang sangat berhasil pemutarannya di Amerika. Film ini memang tidak gampang dicerna
karena begitu complicated filosofinya. Namun film ini sangat baik sekali karena bicara mengenai
mengapa orang kulit hitam di Amerika tidak bisa keluar dari self defeating circle (lingkar kalah diri) yang
terus melanda kehidupan mereka. Kenapa mereka sampai tidak bisa keluar untuk membuat hidup
mereka lebih baik, lepas dari kemiskinan, obat bius dan kekerasan? Mengapa begitu banyak orang
kulit hitam hidup di dalam self defeating circle (lingkar kalah diri) seperti itu? Mereka terus saja
berputar-putar di situ, tidak pernah bertumbuh, sebab apa yang mereka capai selalu akhirnya
menjadi hal yang mengalahkan hidup mereka terus-menerus. Memang mereka dulu adalah budak,
sekarang mereka sudah lepas dari status budak namun tetap bermental budak. Itu salah satu sebab
mengapa mereka tidak bisa keluar dan mendatangkan sesuatu perubahan yang besar dalam
hidupnya walaupun kesempatan sudah dibuka, walaupun situasi sudah berubah, tetap hati tidak mau
mengalami perubahan. Itu adalah aspek negatif yang harus pertama kali kita singkirkan di dalam
hidup kita.
Saya melihat seperti itulah yang terjadi di dalam sejarah orang Israel di dalam Alkitab kita. Mazmur 126
mengatakan kalimat ini: waktu perubahan hidup kami terjadi, peristiwa itu seperti mimpi adanya
karena bagi kami mana bisa hal itu terjadi? Ayat ini hanya ingin mengatakan bukan karena kekuatan
dan kemampuan kita bisa berhasil, tetapi ada tangan Tuhan yang perkasa yang melakukannya. Orang
lain mengatakan perubahan itu tidak mungkin bisa terjadi di dalam hidupmu tetapi saya percaya
Tuhan bisa merubah situasi yang buat orang mustahil adanya. Banyak di antara kita mungkin merasa
mana bisa keadaan dan situasi hidup kita mengalami perubahan yang drastis? Itu bisa dan mungkin,
sebab kita memiliki Tuhan yang sanggup mengadakan perubahan di luar dari apa yang pernah kita
bayangkan dan pikirkan. Terlepas dari campur tangan Tuhan yang ajaib dan perkasa, Mazmur 126 juga
mengajarkan kepada kita beberapa prinsip yang sangat indah dan sangat menarik.
Yang pertama, pemazmur menolak untuk menyerah kepada situasi hidupnya. Walaupun situasi
hidupnya digambarkan dengan lukisan yang sangat menyedihkan sekali, bagaimana bisa tanah Negeb
itu mendapat air? Itu tidak mungkin. Kalau saudara belajar latar belakangnya, kita menemukan ini
adalah salah satu tempat yang paling kering di atas muka bumi ini. Probabilitas terjadinya hujan,
probabilitas ada air di situ kecil sekali. Itu situasi dia. Tetapi itu tidak membuat dia menjadi orang
yang tidak menyertakan dengan situasi, karena dicatat di sini dia menangis. Tetapi dia juga tidak
terlalu menyertakan dengan situasi itu, karena Alkitab mencatat dia berjalan maju. Itu
perbedaannya. Kita tidak bisa merubah keadaan kita di belakang, kita tidak bisa merubah kondisi
kita, tetapi yang bisa kita kerjakan dan lakukan adalah yang pertama, kita jangan mengambil posisi
merasa sebagai korban. Diperlakukan boleh tidak adil, tetapi itu tidak boleh membuat kita
menganggap diri sebagai korban. Situasi boleh mendatangkan kesulitan di dalam hidup kita, namun
tetap kita tidak boleh menjadi orang yang mengasihani diri. Saya tidak bisa merubah warna kulit
saya, saya tidak bisa merubah status saya, latar belakang saya, tetapi itu semua tidak boleh menjadi
penghambat dan penghalang.
Yang kedua adalah bagaimana saya bereaksi dengan perasaan saya, itu sangat menentukan
bagaimana saya menghadapi situasi hidupku. Bagaimana saya menempatkan perasaan yang tepat
kepada situasi itu? Merasa memainkan peranan yang sangat penting sekali di dalam kita bereaksi.
Yang saya ingin bicara adalah bagaimana kita menaruh perasaan yang tepat, emosi yang tepat,
358
perasaan yang tepat kepada situasi yang kita alami, ini yang kadang-kadang menjadi kesulitan di
dalam hidup kita.
DR. Les Parrott mengatakan hal yang satu ini harus kita tangani lebih dulu, baru yang lain akan
menjadi lebih mudah, yaitu sikap kita. Bagaimana kita bersikap, begitu kita sudah menaruh sikap
negatif maka semua yang kita lihat menjadi negatif. Kita bertemu dengan orang-orang yang seperti
ini, orang-orang yang menikmati kasihan diri, mengasihani diri sendiri, meletakkan perasaan yang
negatif terus di dalam situasinya.
Waktu saya membaca mazmur ini saya menemukan pemazmur menaruh barisan emosi yang besar
sekali. Di satu pihak dia penuh dengan sukacita dan kebahagiaan tetapi di sisi lain dia menangis
tersedu-sedu. Di dalam keadaan yang susah dan sulit, air mataku mengalir. Tetapi pada waktu Tuhan
merubah situasi itu aku sungguh-sungguh bersukacita sehingga orang lain juga bisa melihat
perbuatan Tuhan yang luar biasa itu kepadaku. Barisan emosi yang luar biasa. Tetapi di tengahtengah barisan emosi itu dia mengajarkan kepada kita, kita boleh memiliki emosi, kita boleh bereaksi,
tetapi apakah reaksi emosi itu tepat pada situasi yang tepat? Itu tergantung bagaimana kita
mengerjakan sesuatu di dalam emosi itu.
Dalam 2 Kor.4:8 Paulus mengatakan ”...kami ditindas namun tidak terjepit, kami habis akal namun
tidak putus asa.” Dalam keadaan tertindas, dia tidak putus asa. Mzm.42:12 mengatakan “Mengapa
engkau tertekan, hai jiwaku? Mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah,
Penolongku dan Allahku.” Kunci jawabannya ada di sini, how you put your feeling and emotion in
your situation properly . Realita, dia kecewa, dia depresi, dia mengalami perasaan seperti itu.
Akibatnya hidupnya menjadi lumpuh. Tibalah saatnya kemudian pemazmur menyatakan cambukan
dan cetusan itu kepada kesadaran dirinya sendiri dengan mengatakan, mengapa engkau tertekan?
Mengapa engkau gelisah? Mengapa engkau terus ada di dalam perasaan negatif yang mengontrol
hidupmu? Bangun! Berjalan! Dan bersandarlah kepada Allah. Bangun dan berjalan belum berarti
mungkin bisa merubah situasimu. Tetapi di situ kita menemukan sesuatu kesadaran dari pemazmur
itu mengatakan, kamu boleh kecewa pada waktu kamu tertekan. Kamu boleh menangis pada waktu
berada di dalam kekeringan yang tidak habis-habisnya. Tetapi kalau kemudian tangisan dan depresi
itu mengatur dan mengontrol bagaimana engkau berpikir dan bagaimana engkau berprilaku dan
bagaimana engkau bertindak, stop. Tetapi saudara perhatikan dia minta berhenti dengan
merelasikannya dengan beriman. Di sini kemudian kita perlu belajar satu kebenaran yang tidak boleh
habis di dalam hidup kita. Paulus mengatakan dia menjalani hidup ini bukan dengan melihat tetapi
dengan beriman. Walk not by your sight but by your faith. Perjalanan iman Kristen kita tidak boleh
melepaskan prinsip ini. Tetapi perasaan kita seringkali menyertai apa yang kita lihat. Perasaan kita
menyertai apa yang kita alami. Tidak ada masalah, sebab kita memang manusia yang dicipta Tuhan
memiliki perasaan seperti itu. Tetapi untuk mengalihkan dan mengalahkan dan untuk membuat dia
tidak menjadi perasaan negatif yang mengontrol hidupmu, kita perlu mengambil sikap seperti ini:
saya hidup bukan dikontrol oleh perasaan saya, tetapi saya hidup dikontrol oleh apa yang saya
percaya. Karena itulah kita akan melihat bagaimana kekuatan pengharapan dan percaya itu menjadi
hal yang penting sekali di dalam iman orang Kristen.
Dietrich Bonhoeffer di dalam suratnya di penjara menulis: saya bukan orang yang pesimis, yaitu
berpikir bahwa segala sesuatu yang saya alami akan menjadi lebih buruk. Tetapi saya juga bukan
seorang yang optimis yang percaya bahwa pada suatu hari saya akan keluar dari penjara ini dan
359
situasi menjadi lebih baik. Tetapi saya hidup hari demi hari dengan pengharapan. Artinya, di sini saya
berjuang melakukan segala sesuatu di dalam kekuatan dan kemampuan yang saya bisa, tetapi saya
tidak pernah melepaskan tangan Tuhan yang berdaulat untuk campur tangan di situ. Biblically
speaking, berpengharapan berarti tidak melihat mungkin hal itu terjadi di depan tetapi itu tidak
boleh melepaskan pengharapan kita, juga tidak boleh membuat hati kita kehilangan respons yang
tepat di dalam bagaimana kita berespons. Ini yang paling penting. Hai jiwaku, mengapa engkau
tertekan? Mengapa engkau kecewa? Mengapa engkau gelisah? Berharaplah kepada Allah dan Dia
akan melepaskan engkau pada waktunya.
Pemazmur bersukacita, pemazmur juga menangis. Di dalam barisan emosi ini dia terus berjalan dan
berjalan. Dia berjalan karena dia punya pengharapan, tetapi dia berjalan dengan air mata. Dia
berjalan dengan kesedihan tetapi dia menolak untuk berhenti dan tangannya tetap menabur benih.
Dia berjalan di atas tanah yang kering dan tidak ada airnya. Kakinya hari demi hari menginjak padang
pasir yang kering dan panas, tetapi itu tidak melunturkan hatinya untuk terus menabur karena dia
percaya pada suatu hari ada hasil dan buahnya. Itu perbedaannya. Dia bukan seorang optimis bangun
pagi-pagi di tengah padang pasir lalu menyanyi ketawa -ketawa sambil melempar benih. itu orang
optimis yang kebacut dan kebablasan.
Saya boleh menangis tetapi itu tidak boleh membuat saya terikat. Saya boleh bersukacita dengan
sukacita yang dalam tetapi itu tidak boleh kemudian membuat saya melupakan Tuhan di dalam hidup
saya. Ini adalah pengontrolan emosi yang penting, bukan dikontrol oleh emosi tetapi dikontrol oleh
pengertian iman kita kepada Tuhan.
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan
menuai jika kita tidak menjadi lemah…” Kita boleh menangis, tetapi terus menabur. Tetapi di dalam
proses perjalanan menabur itu mungkin akhirnya tidak sampai berhasil dan sukses sebab ada suatu
kendala emosi terjadi di sini yaitu menjadi jemu.
Gal.6:9
“Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.”
Bersungut-sungut kepada diri sendiri. Berbantah-bantah akhirnya menjadi tabrak dengan orang lain.
Gerutu dan jemu adalah reaksi emosi bukan karena kehilangan kemauan berjalan tetapi kehilangan
sukacita berjalan. Filipi adalah salah satu jemaat yang terbaik. Paulus sendiri memuji jemaat ini
karena mereka terus membantu Paulus di dalam mendukung pelayanan misi Paulus (Fil.4:10) . Filipi
dikatakan oleh Paulus sebagai jemaat setia, persekutuan dengan Paulus di dalam pemberitaan Injil.
Bahkan di dalam Fil.1:30 dikatakan mereka rela menderita karena Injil. Tetapi di pasal 2 Paulus
mengingatkan semua yang mereka lakukan itu jangan dilakukan dengan bersungut-sungut. Saudara
lihat perbedaannya? Bukan mereka tidak melakukan, tetapi mereka bersungut-sungut dan menjadi
berbantah-bantahan, kita bertemu di situlah bagaimana emosi kita mengontrol hidup kita. Mungkin
kita pikir lebih baik berhenti di tengah jalan tidak melakukannya sebab kita bertanya buat apa saya
melakukan hal ini.. toh tidak ada hasilnya?! Tanah ini kering. Buat apa saya terus keluar setiap hari,
padahal tidak ada sukacita dan kegembiraan untuk itu? Ini ayat yang indah luar biasa. Kalau kita
berada di dalam situasi seperti itu, buat apa menangis? Buat apa keluar menabur? Pemazmur tetap
menangis karena itu memang sulit tetapi itu tidak mengontrol dia. Tempatkan emosinya dengan
tepat. Orang mungkin bilang tidak ada gunanya. Mungkin memang tidak berhasil, atau mungkin
hasilnya tidak kita lihat dengan mata kita, tetapi kita tidak boleh berhenti. Sebab sekali lagi, kita
berjalan dengan kita beriman kepada Dia. Kita tidak bisa meragukan iman orang lain. Saya percaya
Fil.2:14
360
saudara adalah anak Tuhan yang baik, saudara pergi kebaktian, saudara terus berdoa kepada Tuhan,
saudara baca Alkitab, dsb. Tetapi bisa jadi di dalam kita mengerjakan dan melakukan semua itu kita
tidak kehilangan pengertian dengan menaruh hati dan emosi yang tepat di dalamnya.
Yang kedua, orang yang beriman memiliki ciri dan bukti. Dalam Mzm.126 ini seolah terjadi
pengulangan, tetapi di ayat 1 “Tuhan memulihkan keadaan kami…” Itu satu deklarasi, satu statement,
satu pengakuan ini terjadi sebab Tuhan yang campur tangan. Sedangkan di ayat 4 “Pulihkanlah
keadaan kami…” Ini adalah satu petisi, satu permohonan dan satu doa. Perbedaan struktur kalimat
ini membuktikan dua hal ini berbeda walaupun menyatakan hal yang sama. Orang yang percaya dan
berjalan dengan iman menjadikan konsep kebenaran firman Tuhan yang mengontrol hidupnya
walaupun situasi itu gampang meminta emosi kita bereaksi dengan berkelebihan. Orang yang
berjalan dengan beriman tetap adalah orang yang dibuktikan oleh hidupnya tidak boleh melupakan
aspek ini: kita tahu orang itu berpengharapan, kita tahu orang itu beriman karena kita menemukan
bagaimana orang itu bersikap dan berdoa kepada Tuhan.
Dimana bedanya orang yang berdosa dan yang tidak berdoa? Orang yang tidak berdoa sudah tidak
punya pengharapan. Orang yang berdoa sebab dia punya pengharapan. Dia berdoa, menyegarkan
semangat hidupnya. Bedanya cuma itu. Maka menghadapi situasi hidupmu yang seperti itu, apakah
kita menyerah, ataukah kita berdoa? Berdoa itu mungkin tidak mendatangkan perbedaan secara
eksternal tetapi memberikan perbedaan internal hidup rohani yang sangat berbeda. “Pulihkan
keadaan kami…” menjadi satu cetusan doa bahwa tidak ada campur tangan lain lagi, tidak ada yang
bisa mendatangkan air di padang pasir Negeb kecuali mujizat Tuhan menurunkan hujan. Tetapi
karena hanya itu pengharapan saya maka menjadikan saya orang Kristen yang berlutut berdoa dan
bersandar kepada Tuhan. Tahun ini mari kita juga merevolusi hidup doa kita di hadapan Tuhan.
Kenapa itu semua bisa hilang? Kita bisa menyerah, kita bisa kecewa, kita bisa akhirnya membiarkan
emosi kita membuat kita terhambat di tengah perjalanan. Atau mungkin kita terlalu ingin situasi kita
bisa berubah secara mendadak dan tak terduga. Kita selalu bersukacita kalau kita melihat ada hal-hal
yang tak terduga terjadi. Tetapi kalau kita menjalani semua ini lalu kemudian kita kehilangan sukacita
itu, mungkin kita memerlukan kalimat ini: “kita bersukacita untuk hal-hal yang senang terjadi, tetapi
kita harus setia untuk hal-hal yang rutin.” Pemazmur bersukacita sebab Tuhan mendatangkan
perubahan besar, tetapi itu tidak boleh melupakan kerutinan dia. Benih yang berlipat ganda datang
bukan karena hujan yang dinanti akhirnya datang dengan berlimpah, tetapi di tengah air mata yang
mengalir deras yang tidak bisa menumbuhkan benih karena asin, dia tetap berjalan menabur dan
menabur. Yang perlu dikerjakan dengan rutin memerlukan semangat yang setia dan pengharapan
yang pasti kepada Tuhan.
Saudara akan menghadapi tahun-tahun ke depan yang susah dan berat. Kita akan menghadapi
pekerjaan yang tidak gampang dan tidak mudah. Belum lagi kita mungkin bertemu dengan orangorang yang akhirnya mengambil jalan yang salah dan pintas dan mungkin kita terefek di situ akibat
perbuatan kekerasan mereka. Kita perlu siap, tetapi yang penting adalah bagaimana kebenaran
firman Tuhan ini mempersiapkan hati saudara. Situasi menjadi tidak gampang dan tidak mudah, kata
pemazmur, mungkin memerlukan intervensi Allah yang supranatural. Tetapi itu tidak menutup sikap
kita hari ini untuk bisa mengintervensi perasaan kita. Perasaan yang berkelebihan, menaruh emosi
yang salah di dalam situasi yang tidak tepat. Mari kita seperti pemazmur mengatakan, hai jiwaku,
jangan tertekan, bersandar kepada Tuhan.
361
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 126: 5-6
Pdt. Effendi Susanto STh.
Obat penawar tawar hati
Kapan terakhir kali kita menangis? Mungkin kita tidak terlalu ingat kapan tepatnya, mungkin baru
kemarin, mungkin sudah lama, tergantung berapa besar, berapa dalam, berapa hopeless dan berapa
beratnya tekanan di dalam hidup kita. Saya percaya tidak ada orang yang tidak pernah menangis di
dalam hidup ini. Namun pertanyaan yang paling penting dan paling serius adalah dengan cara apa
kita menangis dan bagaimana kita menangis?
Ada dua mazmur yang bicara mengenai menangis dengan perbedaan kontras yang luar biasa yaitu
Mzm.6:7 dan Mzm.126:5-6 . Dalam Mzm.6:7 bicara Daud menangis dan tangisan itu adalah tangisan yang
boleh dikatakan hampir melumpuhkan hidupnya. Dalam mazmur itu Daud menggambarkan dia
menangis dan ranjangnya seperti danau karena air mata menggenanginya. Tangisan itu tidak kita
remehkan karena saya percaya dia mengalami kesulitan yang begitu berat. Kalau saudara lihat di
dalam fakta hidupnya, ada satu masa dia diam di dalam kamarnya tidak mau makan berhari-hari
yaitu waktu dia menangis minta Tuhan kalau bisa anaknya yang lahir akibat perbuatannya yang salah
dengan Batsyeba jangan mati (2 Sam.12:15-25) . Tetapi begitu anaknya meninggal, dia keluar untuk
mandi, makan dan berdoa kepada Tuhan. Tetapi di Mzm.6:7 ini ditambahkan satu kalimat mengatakan
tangisan seperti ini adalah tangisan yang merasa sudah tidak ada harapan, tangisan itu lahir dari
hidup yang sudah ‘burn out.’ Maka kata yang keluar dari ayat ini adalah kata “lesu.” Lesu hidupku, itu
sebab aku menangis tidak henti-hentinya.
Namun dalam Mzm.126 begitu saudara baca, kita bayangkan itu menjadi satu cerita drama
menggambarkan orang-orang yang berdiri di atas ladang yang keras dan tandus, lalu ada orang yang
pergi menabur benih sambil menangis, tangisannya bagi saya begitu berbeda luar biasa. Tidak berarti
orang yang menangis di Mzm.126 ini kesulitannya lebih ringan daripada orang yang di Mzm.6 , tetapi
cara dia menangis luar biasa berbeda karena dia menangis sambil menabur benih. Air mata dan ingus
menjadi pupuk. Saya begitu tersentuh dengan ayat ini. Banyak orang menangis tetapi tidak mau maju
dan tidak mau menabur. Yang ada, kita lebih gampang menangis berbaring di tempat tidur sampai
tempat tidur itu penuh dengan air mata. Dengan cara kita menangis memberikan perbedaan yang
unik sekali dengan sikap kita bagaimana berespons. Dengan menangis berarti Tuhan memberitahukan kepada kita, kita anak Tuhan tidak akan lepas dari kerja keras kehidupan yang sama,
jerih payah, susah yang sama. Tetapi mari kita waktu menjalani hal seperti itu, kita boleh menangis
tetapi jangan sampai kita kehilangan semangat dan menjadi tawar hati. Lesu membuat hati
menangis, tetapi menangis tidak membuat hati menjadi lesu.
362
Minggu lalu saya sudah katakan di dalam kita membesarkan anak, di dalam kita membangun rumah,
di dalam kita mencari keamanan, keselamatan dan kesehatan, tujuan akhir dari semua yang kita
kerjakan di dalam dunia ini, kita mau ada dua perasaan hati yang kita inginkan yaitu sukacita dan
kebahagiaan. Kita tidak mau kalau kita sudah kerjakan bersusah-susah, kita sampai kepada akhir dari
seluruh perjalanan hidup kita, semua yang kita kerjakan menjadi sia-sia adanya. Itulah sebabnya
Mzm.126-128 membicarakan akan semua itu.
Tetapi di dalam bagian ini saya menemukan dua hal yang menarik yaitu di dalam perjalanan kita
mengerjakan semua itu, seringkali goal sukacita, goal kebahagiaan, tidak pernah kita dapatkan di
dalam Tuhan. Mengapa? Saya ketemukan dua hal yang penting di dalam mazmur ini yaitu “the
anxious life”, hidup yang penuh kecemasan, hidup yang kuatir, merupakan hal yang sering
membocorkan kantung sukacita hidup kita. Sebenarnya kantung itu sudah penuh, tetapi pagi-pagi
kita sudah cemas, kita sudah kuatir; kecemasan dan kekuatiran itu adalah hal yang paling banyak
memboroskan hidup kita. Hal yang kedua adalah “burn out.” Kata “burn out” dalam bahasa Inggris
bisa diterjemahkan dengan tiga kata dalam bahasa Indonesia: lesu, patah semangat, tawar hati.
Dalam 2 Kor. 4:1 memakai kata “tawar hati.” Patah semangat tawar hati adalah perasaan yang
menguras tenaga kita, yang memiliki perasaan tidak ingin lagi memiliki keinginan untuk meneruskan
sesuatu. Kita sudah merasa capai, kita merasa patah semangat, kehilangan sukacita hidup dan
kehilangan kepuasan dari hidup. Tidak gampang kita melewati perjalanan di tanah yang kering, tanah
negeb yang tidak mungkin lagi bisa diairi. Itu sebab Mzm.126 mengatakan mimpi rasanya kalau terjadi
perubahan 180 derajat di dalam hidupnya. Tetapi ayat 5 dan 6 merupakan ayat yang mengajak kita
walaupun perjalanan hidup seperti itu aku tetap keluar dan menabur benih; aku tetap keluar
berjalan; aku tetap melakukannya sekalipun dengan air mata.
Kita bukanlah superman dalam hidup ini. Kita adalah manusia yang begitu lemah dan begitu rentan,
bukan saja kita, paling tidak di dalam Alkitab paling tidak kita akan menemukan beberapa tokoh yang
secara terbuka mencetuskan perasaan putus asa, burn out di dalam hidup mereka. Jelas ada dua
orang yang begitu putus asa sampai minta mati kepada Tuhan, yaitu Elia dan Musa. Elia mengalami
putus asa seperti ini, dia tidak mau maju, dia diam saja berbaring (1 Raj. 19:4-5). Yang kedua adalah
Musa dalam Bil. 11: 14-15 mengeluh kepada Tuhan dan merasa tidak sanggup lagi memimpin bangsa
Israel. Memang Yunus juga minta mati, tapi bukan karena putus asa tetapi karena dia sangat jengkel
dan marah. Nabi itu patah semangat, nabi itu tawar hati dan di tengah kesulitan itu mereka tidak lagi
merasa sanggup menahan, menanggung dan menerima beban itu. Kita bukan manusia yang kuat,
dan Musa serta Elia juga sekuat-kuatnya, semampunya, kadang di tengah tantangan kesulitan
pergumulan yang ada mungkin bisa menjadi tawar hati.
Dan kita tahu ada seseorang yang mengalami pengalaman kesulitan yang begitu berat yang mungkin
tidak pernah dialami oleh orang lain, sakit yang tidak ada habis-habisnya, uang dan harta hilang
dirampok dan bahkan anak-anaknya mati dibunuh. Dia adalah Ayub. Dalam Ayub 17: 1 dia
menyatakan satu kalimat yang menggambarkan penderitaannya, “Semangatku patah, umurku telah
habis, dan bagiku tersedia kuburan.” Hidup kita boleh sehat, boleh kuat, boleh panjang umur, tetapi
bisa jadi semangat hidup itu sudah putus bertahun-tahun yang lalu, apa gunanya? Itu sebab Ayub
memberikan kita rangkaian ini: waktu seseorang sudah patah semangatnya, hari-harinya menjadi
pendek, lalu dia hanya berpikir sebentar lagi dia akan mati. Orang yang patah semangatnya pasti
tidak ingin hidup lebih lama lagi. Orang yang patah semangatnya ingin cepat-cepat masuk ke liang
363
kubur. Tetapi lumrah Ayub bisa seperti itu karena dia tidak melihat lagi ada kemungkinan untuk bisa
keluar dari sakit yang tidak ada habis-habisnya dan kesulitan ekonomi yang tidak henti-hentinya.
Hampir semua orang di dalam hidupnya bisa mengalami dan pernah mengalami patah semangat,
hilang pengharapan dan tawar hati di dalam hidup mereka. Di dalam PB, Paulus pun juga mengalami
akan hal itu. Dalam 2 Kor. 4:1 dan 16 dua kali Paulus mengeluarkan kata ‘tawar hati’. Biar Firman
Tuhan pada hari ini boleh menjadi firman yang memberi kekuatan kepada kita. Banyak buku yang
saya baca bicara mengenai ketekunan, semangat, dsb kita dipanggil memiliki pikiran yang benar, kita
dipanggil untuk belajar tahan, bersabar menghadapi segala sesuatu. Itu bukan hal yang salah. Tetapi
saya lebih melihat bagaimana kekuatan terobosan kebenaran firman Tuhan memberikan cahaya
yang jauh lebih akurat mengajak kita melihat akar masalah mengapa kita menjadi patah semangat.
Saya tahu banyak orang mungkin terlalu banyak melihat situasi di luar hidupnya yang terlalu sulit dan
terlalu berat, yang dia rasa dia jalani lebih berat daripada orang lain. Itu yang menyebabkan dia patah
semangat. Betul, salah satu indikasi orang itu menjadi patah semangat sebab menginginkan dunia ini
memperlakukan dia dengan adil dan baik. Kita ingin ada di satu perusahaan dimana kita bekerja, kita
diperlakukan baik. Kita ingin ada di satu komunitas Gereja kita mau diperlakukan dengan baik. Kita
ingin apa yang sudah kita kerjakan orang bisa berespons dengan baik dan positif kepada kita. Tetapi
cepat atau lambat kita harus mengakui bahwa dunia yang ada di sekitar kita tidaklah adil kepada kita.
Orang yang terus menuntut dunia yang, percayalah kepada saya, kita tidak akan pernah maju dan
kita akan terus berkutat di situ.
Seringkali kita menghadapi kesulitan dan cepat patah semangat. Jujur, kita rasa kecewa, kita putus
asa dan patah semangat lagi meskipun sudah dengar nasehat untuk tetap berjalan maju. Karena kita
belum meneliti dengan dalam dan dengan sungguh-sungguh bagaimana terang firman Tuhan
memberi pencerahan kepada kita. Beberapa indikasi memperingatkan dari firman Tuhan untuk hidup
kita yang memang gampang dan mudah menjadi patah semangat dan tawar hati. Gal. 6:9 Paulus
menggunakan metafora yang sama dengan Mzm. 126 yaitu metafora seorang petani, “Janganlah kita
jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak
menjadi lemah.” Sudah tabur, sudah kerjakan, tetapi kadang-kadang tidak sampai memetik hasilnya
karena di tengah jalan kita sudah tawar hati. Dalam 2 Tes. 3:13 Paulus memberi nasehat yang sama,
“Janganlah kamu jemu-jemu berbuat apa yang baik.”
bicara mengenai kerja keras. Mari kita menetapkan satu perspektif yang benar,
dari Tuhan menciptakan dunia, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, kerja merupakan bagian
integral dari panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan menciptakan dunia itu indah, baik dan
sempurna dan Tuhan mengijinkan manusia tetap melakukan pengembangan yang kreatif terhadap
dunia yang sudah sempurna itu menjadi lebih indah lagi. Itu sebab Tuhan berkata kepada Adam,
“Usahakan dan kerjakanlah taman ini dengan baik-baik.” Setelah manusia jatuh ke dalam dosa,
bukan kerja itu menjadi upah dosa, tetapi rupa-rupa yang bersentuhan dengan kerja: ketidakadilan
ada di dalam kerja kita. Itu sebab di dalam Kej. 3 Tuhan mengingatkan Adam, apa yang kamu tabur
bisa keluar onak duri. Demikianlah kerja kita. Tetapi bedanya Mzm. 127 dan 128 adalah sekalipun
sama-sama kata ‘toil’ (kerja keras) yang dipakai, bukan ‘work,’ tetapi kerja dengan keras dan susah
payah, tetapi yang hidupnya sia-sia, yang tidak melihat anugerah Tuhan di dalam pekerjaannya, dia
makan roti kecemasan dari kerja yang keras. Tetapi mereka yang mengerti anugerah Tuhan, yang
tahu cinta kasih Tuhan di dalam pekerjaannya, sama-sama kerja keras tetapi mereka makan roti itu
Mzm. 126, 127, 128
364
sebagai berkat Tuhan. Dengan kata itu berarti kita jangan menjadi kecewa, patah hati, tawar dan
putus asa hanya karena kita rasa pekerjaan kita lebih berat daripada orang lain. Karena meskipun
masing-masing kita memiliki beban, tugas, kesulitan yang berbeda tetapi setiap kita memiliki
kesulitan masing-masing. Itu sebab di dalam bicara mengenai kekuatiran Tuhan Yesus tidak
mengatakan bahwa mengikut Dia segala kekuatiran itu hilang. Kekuatiran itu ada tetapi biar
kekuatiran itu sehari cukup untuk sehari. Maksud Tuhan Yesus yang bikin susah adalah susahnya
kemarin kamu ‘microwave’ lagi untuk dimakan hari ini. Mari kita perbaiki perspektif kita, jangan
terlalu tawar hati dan putus asa karena terlalu melihat faktor eksternal di luar hidup kita lebih berat
daripada orang lain.
Mari kita melihat faktor ‘burn out’ ini lebih berada di dalam. Paling tidak, x-ray dari Ibr. 12 dan 1
Kor.14 itu jawaban Alkitab yang sangat tepat mengenai kenapa orang menjadi ‘burn out.’ Memang
ada orang menjadi tawar hati dan patah semangat sebab mimpi, cita-cita dan tujuannya tidak
tercapai. Tetapi Ibr. 12:1-3 dan 1 Kor.14 merupakan prinsip Alkitab yang memberitahukan kenapa
orang menjadi patah semangat. Kami terima pelayanan dari Tuhan, itu sebab kami buang segala
motivasi yang salah dari hati kami, itu kata Paulus. Aku terima pelayanan ini dari Tuhan, maka aku
tidak lagi memiliki keinginan yang tidak suci dan tidak benar di dalam hatiku.
mengatakan kenapa engkau menjadi kecewa dan putus asa? Sebab di dalam perjalanan
mengikuti Tuhan, engkau menaruh satu beban yang tidak perlu di pundakmu, beban dosa kesalahan
yang sudah Tuhan tanggungkan, kenapa engkau tetap tidak serahkan kepada Tuhan? Bagi saya ini
adalah Biblical prinsip yang penting sekali. Kenapa kita patah semangat, burn out dan kecewa karena
situasi hidup kita di luar sangat berat. Mari kita lebih masuk ke dalam, kita tanya baik-baik hati kita,
apakah ada keinginanku yang egois, hal-hal yang tidak benar dan tidak suci, hidupku terlalu fokus
kepada apa yang saya mau dan bukan kepada apa yang Tuhan mau, itu yang menjadi penyebab saya
menjadi patah semangat. Adakah ‘the burden of sin’ di dalam hidupmu? Kita masih simpan hal-hal
yang tidak berkenan kepada Tuhan, sesuatu yang memang Tuhan tidak mau, biar kita minta ampun
kepada Tuhan. Itulah adalah beban yang tidak sepatutnya kita simpan dan kita taruh di atas pundak
kita. Mari hari ini kita janji kepada Tuhan, kita tidak mau lagi semua itu menjadi bebanku. Minta
Tuhan memberi kekuatan dari dalam. Hidup yang terbuka, hidup yang tidak menyimpan beban,
hidup yang tidak ada motivasi apa-apa, yang tidak punya sifat yang ‘crooked’ (membengkok) di
dalamnya, itu orang yang berjalan dengan tegak, tidak perlu takut apa-apa. Ini menjadi prinsip yang
penting.
Ibr. 12
Yang kedua, belajar berpikir secara Alkitabiah melihat semua apa yang terjadi di dalam hidup kita.
Betul, kita harus berpikir dengan benar, tetapi bukan saja demikian, kita harus berpikir secara
Biblical. Ada beberapa kalimat yang saya renungkan dari 2 Kor. bagaimana Paulus berpikir secara
Biblical. Dalam 2 Kor. 2:4 Paulus begitu kecewa, sesak hati dan merasa ada hal yang mungkin begitu
berat memberi perubahan kepada jemaat Korintus. Paulus juga menangis, Paulus juga mengalami
perasaan yang berat di dalam dia melayani. Tetapi di dalam surat ini Paulus mengatakan dia tidak
putus asa dan tawar hati. Bagi saya pikiran yang Biblical inilah yang terus memberi kekuatan kepada
saya di dalam pelayanan. 2 Kor.4:16 , fakta hidup kita berjalan makin tua kita menjadi makin lemah,
tetapi Paulus katakan di dalam hatinya hari demi hari dia terus diperbaharui. Perhatikan kata ‘hari
demi hari,’ berarti hal itu tidak datang sekaligus melainkan proses pembaharuan di dalam batin. Dua
hal yang menyebabkan dia tidak tawar hati, pertama, karena dia mengatakan ini adalah ministry yang
365
important yang Tuhan berikan. Selalu sadar apa yang kita kerjakan, apa yang kita lakukan, hidup yang
sedang kita jalani, adalah sesuatu pemberian yang penting dari Tuhan. Sebagai hamba Tuhan,
seberapa besarnya gereja yang dia layani, atau seberapa kecilnya gereja yang dipercayakan untuk dia
layani, berapa banyaknya tugas aktifitas yang dilakukan atau tidak, tidak menjadi persoalan yang
penting. Yang menjadi persoalan yang penting adalah apakah dia sungguh mengerti dan menghargai,
‘this is the ministry God given to me’? Lihat kepada pekerjaanmu seperti itu juga. Lihat anak isteri kita
seperti itu juga. Lihat pasangan kita sebagai pemberian Tuhan yang baik. Pasti perspektif kita akan
menjadi lain. Saudara yang sudah patah semangat di dalam relasi pernikahan, lihat seperti itu. Waktu
engkau menghadapi situasi yang flat, pelan dan boring di dalam hidupmu, bagaimana engkau tidak
tawar hati di situ. Sense the purpose and the importance of the ministry yang Tuhan berikan kepada
kita masing-masing.
Yang kedua, Paulus mengatakan sekalipun aku hanyalah bejana tanah liat, puji Tuhan, Tuhan
menyimpan harta-Nya di dalam bejana ini. Kita tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan, kita orang
yang lemah dan sederhana, tetapi menyadari hidup kita adalah hidup yang memiliki sinar cahaya
menjadi saksi bagi Tuhan, di situ sense yang indah yang Paulus taruh di dalam hatinya. Dia tidak
menjadi tawar hati, dia pergi terus mengabarkan Injil sebab Tuhan memakai bejana tanah liat ini
sebagai tempat Dia meletakkan hartanya.
Terakhir, kembali kepada Mzm.126, 127, 128 , dan saya juga ajak saudara melihat Mzm.129:1-4 Jangan
pernah melepaskan Tuhan dari skenario hidup kita. Di ayat 4 ada Tuhan yang adil, Tuhan yang pasti
akan membela hidup kita. Meskipun di ayat 1-3 pemazmur menggambarkan dengan luar biasa, dari
muda aku sudah dibikin susah tetapi mereka tidak bisa mengalahkan aku. Dia bangga punya “tattoo
ban traktor” dari ujung ke ujung, orang itu mendatangkan kesulitan dan kesusahan di dalam hidupku
seperti membajak dari atas ke bawah. Ada satu kebanggaan dari seseorang yang mengalami
penderitaan yang tidak ada di dalam diri orang lain, yaitu kebanggaan yang memperlihatkan “the
scars of honour” kepadanya. Waktu muda, kita suka membanggakan scar yang tidak ada gunanya,
membanggakan tattoo, ada orang membanggakan hal yang lain. Tetapi pemazmur ini membanggakan codetan bajak yang panjang di tubuhnya. Pada waktu kita mengalami seperti itu, jangan
kita putus asa dan tawar hati sebab Allah kita adil. Yang kedua, kesusahan itupun tidak pernah
menjadi sia-sia sebab itu menjadi kebanggaan kita, selama dia tidak mengalahkan kita.
Biar hati kita limpah dengan sukacita dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya, semangat yang tidak
pernah luntur dan habis dari Tuhan, sebab kita tahu Dia adalah Tuhan yang baik, setia dan adil, yang
berkarya di dalam hidup kita. Kita tahu Tuhan memiliki maksud dan tujuan yang indah memakai
hidup kita yang sementara ini bagi kemuliaan nama Tuhan. Kita tahu bahwa di dalam setiap hal yang
kita kerjakan, di situ ada penghormatan dan kebanggaan yang Tuhan sediakan bagi kita. Biar itu
semua kita lakukan dengan hati yang bersyukur kepada Tuhan.
Kalau ada beban yang berat, kesulitan yang berat yang tidak semestinya kita pikul dan tanggung, biar
Tuhan ambil dan singkirkan, sehingga penuhlah sukacita dalam hidup kita. Ketika kita letih dan lesu,
kita akan kehilangan pengharapan. Ketika kita patah semangat, kita sulit melihat Tuhan berkarya
dengan ajaib di dalam hidup kita. Biar kita tinggalkan ranjang yang penuh dengan air mata yang tidak
perlu, biar kita berjalan sekalipun sambil menangis tetap kita bekerja dengan setia.
366
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 126; 127; 128
Pdt. Effendi Susanto STh.
Perjalanan hidup antara realita
dan mimpi
Ada sebuah tulisan yang sangat unik di sebuah batu nisan tertulis “Buried in 2000, Died in 1980.” Itu
satu batu nisan yang sangat tragis. Artinya, orang ini menjalani hidupnya, secara fakta dikubur tahun
2000, tetapi selama sisa dua puluh tahun hidupnya dia sudah tidak lagi memiliki gairah dan semangat
hidup. Itu sebab satu permintaan dia itu ditulis di batu nisannya untuk mengingatkan orang agar
jangan hidup seperti itu. Terlepas dari kehidupan seperti apa yang akan kita jalani dan kita tempuh,
ada satu hal yang bagi saya paling penting perjalanan hidup, kita tidak boleh kehilangan api yang
harus membakar semangat kita. Terlepas dari apa yang kita kerjakan dan lakukan, sukses atau gagal,
kita tidak boleh lepas dari hal ini. Itu sebab saya harap menjalani tahun ini mari kita tata lagi hati dan
pelayanan kita dengan dua prinsip ini. Apa yang akan kita kerjakan, akan berhasil atau tidak, semua
itu tidak terlepas daripada kesatuan hati, semangat dan kobaran api di tengah-tengah kita.
Dua minggu yang lalu secara berturut-turut saya membawa saudara merenungkan tema Gereja kita
tahun ini “Misi di dalam Kasih-Nya” secara khusus melihat hati pelayanan Yesus Kristus dan rasul
Paulus. Dua hati pelayanan ini begitu penting luar biasa dan tidak bisa kita abaikan di dalam hidup
pelayanan kita. Pelayanan dari Tuhan Yesus Kristus didorong dan tidak lepas dari perasaan rasa
kasihan. Itu harus menjadi prinsip hidup pelayanan kita. Melihat orang yang begitu banyak, di
tengah-tengah pelayanan yang begitu padat dan sibuk, tetap Tuhan Yesus melayani dengan hati yang
penuh dengan belas kasihan. Demikian kita juga melihat bagaimana Paulus menyebutkan prinsip
pelayanannya, dia melayani karena dia ‘consumed by His love,’ dipenuhi, dihanguskan, dibakar,
didorong, begitu meliputi oleh kasih Tuhan Yesus Kristus.
Saya percaya ini merupakan dua aspek yang begitu penting. Maka saya rindu selain tahun ini kita
berencana akan pergi melakukan pelayanan misi, selain dengan sungguh-sungguh kita memikirkan
pelayanan misi, jangan kita lupa biar kita mulai semua ini dengan hati yang berdoa, dengan hati yang
berlutut kepada Tuhan. Karena tidak mungkin pekerjaan dan pelayanan itu berjalan kalau tidak
disertai dengan hati yang berdoa kepada Tuhan. Di dalam doa pribadi kita, di dalam kehidupan doa
keluarga kita, di dalam kebaktian doa di gereja, kita terus mengingat dan berdoa bagi pelayanan para
misionari. Di dalam kebaktian doa pagi kita jam 9, saya rindu saudara juga berbagian datang berdoa
bersama-sama. Tidak ada gunanya kita mengumpulkan uang yang banyak, tidak ada gunanya kita
mengerjakan pelayanan yang banyak, kalau tidak disertai dengan dua hati yang seperti ini: lead by
His compassion, consumed by His love. Biar api semangat ini tidak padam di dalam hidup kita.
367
Selama beberapa minggu memasuki tahun ini saya memikirkan apa yang perlu saya tata, apa yang
perlu saudara tata juga di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi. Dan selama beberapa waktu ini saya
membaca dan merenungkan mazmur-mazmur ziarah ini. Mazmur-mazmur ziarah adalah mazmur
yang dipakai oleh orang Israel khususnya di dalam perjalanan mereka menuju ke Yerusalem.
Perjalanan ini penting sebab ini adalah perjalanan mereka pergi berbakti menyembah Tuhan di Bait
Allah di Yerusalem. Perjalanan itu panjang dan melelahkan dan di tengah perjalanan itu berhari-hari
bahkan berminggu-minggu mereka berada di atas kereta dan keledai, sehingga di dalam perjalanan
itu mereka menyanyikan beberapa mazmur ziarah ini untuk mempersiapkan hati mereka,
menyadarkan mereka menuju kepada kulminasi pelayanan, ibadah dan sukacita di Yerusalem dengan
mazmur-mazmur ini. Mazmur ini juga penting karena mazmur ini mengajar dan mengingatkan orang
Israel bahwa mereka sedang menjalani hidup di dalam satu perjalanan. Perjalanan berarti kita tidak
akan selama-lamanya tinggal di satu tempat. Kita sedang bepergian.
adalah tiga rangkai mazmur yang saling terkait. Kenapa? Sebab tiga mazmur ini
membicarakan tiga aktifitas yang memenuhi seluruh hidup kita dari lahir sampai kita mati. Dan tiga
aktifitas ini tidak ada henti-hentinya memenuhi hidup kita. Inilah tiga hal yang paling penting, yang
paling kita kejar dan cari selama kita hidup di atas muka bumi ini. Mzm.127 bicara mengenai
membangun rumah, ini adalah aktifitas pertama. Dari awal sampai akhir hidup kita, tidak ada orang
yang tidak dipenuhi oleh aktifitas ini. Membangun rumah itu bicara mengenai seluruh ekspansi
kreatifitas yang kita lakukan dalam hidup ini. Kita mau bisnis kita lebih besar, kita mau rumah kita
lebih besar, kita mau apa yang kita kerjakan itu bisa kita bangun seluas mungkin. Itulah arti kata
‘membangun rumah.’ Aktifitas kedua adalah di Mzm.128 , membangun rumah tangga dan anak-anak,
membesarkan anak-anak. Hidup kita dipenuhi tidak ada habis-habisnya dengan hal membesarkan
anak. Paling tidak, setelah umur 55 tahun kita merasa lega karena kita tidak lagi membesarkan anak,
tetapi jangan lupa saudara akan garuk-garuk kepala karena sekarang waktunya membesarkan cucu
sementara anak kita sibuk membangun rumah.
Mzm.126 , 127 dan 128
bicara mengenai aspek yang kita perlukan dan kita impikan di dalam membangun rumah dan
membesarkan keluarga, ada lingkungan yang seperti ini. Mzm.126 bicara mengenai hal yang paling
kita perlukan selama kita hidup di dalam dunia ini yaitu keamanan, keselamatan dan kesehatan. Kita
ingin tinggal di satu tempat atau di lokasi dimana keamanan itu terjamin, keselamatan kita
terpelihara dan terlebih lagi kesehatan kita. Kita sadar hal-hal ini adalah sesuatu yang ada di luar
kontrol kita. Sekaligus tiga mazmur ini bicara mengenai tiga perasaan hati yang paling penting.
Mzm.126 bicara mengenai kondisi hati yang sukacita, biarkan sukacita saya berlimpahan. Siapa yang
hidup di dalam dunia ini tidak menginginkan sukacita? Tidak ada. Mzm.127 bicara mengenai satu
kondisi hati yang kita tidak mau itu terjadi di dalam diri kita yaitu sia-sia. Segala sesuatu yang kita
lakukan, segala sesuatu kita terima, kalau akhirnya mencapai kepada perasaan ini, betapa
menyedihkan. Kalau akhirnya semua yang kita jalani kita merasa kekosongan, kita adalah orang yang
paling kasihan dan paling malang di dunia ini. Pemazmur bilang, sia-sia kamu kerja dari pagi sampai
tengah malam, tetapi kalau Tuhan tidak memberkati, apa gunanya? Kesia-siaan, kekosongan hati,
jangan sampai itu memenuhi sepanjang hidup kita.
Mzm.126
bicara mengenai kebahagiaan, happiness. Maka apa yang kita kejar, apa yang kita cari, apa
yang kita perlu tata di dalam hidup ini, mari kita berangkat dari mazmur-mazmur ini. Kita tidak bisa
abaikan, suatu waktu kita akan membangun rumah, kita akan membangun keluarga, kita akan
Mzm.128
368
membesarkan anak-anak. Kita tidak akan berhenti dan stuck hanya di satu proses belajar dalam
hidup kita. Itulah bagian dari perjalanan hidup. Proses belajar itu akan terus bertambah dan
bertambah. Umur 25 kita sudah mulai berpikir dengan siapa kita akan menikah. Umur 35 kita akan
berpikir karier apa yang saya akan bina. Sampai nanti umur 50 kemudian kita akan ‘goyah’ lagi,
apakah hidupku harus sampai di sini saja? Itu sebab tidak heran banyak orang di fase umur 50 ini
terjadi gejolak krisis. Sehingga ada orang di umur 50 kemudian dengan berani meninggalkan segala
sesuatu yang sudah dia kerjakan dan berani memulai sesuatu yang baru lagi. Semua periode dan fase
hidup ini tidak terlepas dari aspek ini, apa yang kita cari, apa yang kita kerja. Di semua itu apa yang
kita kerjakan dan lakukan, Mzm.126, 127 dan 128 menaruh satu benang merah yang penting di
dalamnya: segala aktifitas hidup ini jangan pernah terlepas dari pekerjaan campur tangan Tuhan di
dalam hidupmu.
Saya akan mulai dengan Mzm.126 . Mzm.126 berbeda dengan Mzm.127 . Mzm 126 bicara mengenai
aktifitas-aktifitas yang kita kerjakan terjadi di dalam hidup kita dengan tanpa kita pernah pikirkan,
tanpa pernah kita rencanakan, hal-hal yang terjadi di luar kontrol kita. Sedangkan Mzm.127 bicara
mengenai aktifitas dan hal-hal yang kita kerjakan yang berada di dalam kontrol kita. Segala yang
saudara mau usahakan, saudara mau membangun rumah, saudara mau membeli rumah, segala yang
saudara rencanakan, segala yang saudara usahakan, segala yang engkau lakukan di dalam hidupmu.
Maka semakin membaca dan meneliti lebih dalam, saudara akan menemukan keindahannya.
Mzm.126 bicara mengenai hal-hal yang tidak pernah kita pikir dan bayangkan akhirnya menjadi realita
di dalam hidup kita dan realita itu seolah seperti mimpi adanya. Sebagian orang yang berada di
daerah Queensland saya pikir pasti berada di dalam stage seperti itu, bukan? Pulang, begitu melihat
keadaan rumah, dia berpikir apakah ini realita atau suatu mimpi buruk? Tetapi ini adalah realita yang
dia ingin jadikan sebagai mimpi.
Tetapi adakalanya saudara menjalani satu hidup di dalam realitamu, lalu tiba-tiba terjadi satu
perubahan yang tidak pernah kita pikirkan dan bayangkan sebelumnya karena Tuhan bekerja di situ,
kitapun juga kaget dan pikir itu pasti adalah mimpi. Itu yang pemazmur katakan dalam ayat 1 hidup
kita kadang ada tragedi, ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan, di luar dari yang kita pikirkan dan
rencanakan dan perubahan itu begitu mengagetkan bagaikan mimpi adanya. Tetapi di tengah-tengah
itu kita tidak boleh melupakan dan mengabaikan aspek yang lain, yaitu sekalipun keadaanku tidak
baik, hal-hal yang terjadi di dalam hidupku di dalam pikiran orang lain adalah hal yang mustahil untuk
mengalami perubahan, kita lihat Mzm.126 bilang itu bisa terjadi. Puji Tuhan! Mzm.126:1 mengatakan
keadaan kita dipulihkan oleh Tuhan seperti mimpi rasanya. Tidak pernah kita pikirkan hal itu terjadi
di dalam hidup ini, dan kalau bukan campur tangan Tuhan tidak mungkin itu terjadi.
Saya membagi Mzm.126 dalam dua bagian, ayat 1-3 bicara mengenai fakta yang terjadi pada waktu itu.
Ayat 2 dan 3 menjadi ayat yang begitu saya suka. Ayat 2 menggambarkan perspektif orang luar
melihat hidupmu. Ayat 2 merupakan cara pandang orang luar melihat apa yang Tuhan kerjakan di
dalam hidupmu. Orang-orang lain juga berkata, hidup orang ini disertai Tuhan. Orang-orang lain juga
berkata, kalau bukan tangan Tuhan, mustahil. Kalau orang lain bisa berkata seperti itu, betapa indah
ketika pemazmur sendiri mengakui Tuhan memang telah berkarya di dalam hidupku. Banyak orang
meskipun orang lain melihat hidupnya diberkati oleh Tuhan namun dia sendiri tidak lihat. Bukan saja
tidak melihat, dia tidak mengeluarkan syukur dan sukacita. Pemazmur di sini menyatakan
pengakuannya bahwa seperti yang orang lain lihat, diapun melihat Tuhan telah melakukan hal yang
369
besar di dalam hidupnya dan dia tidak berhenti sampai di situ, dia bersyukur dan berterimakasih
kepada Tuhan. Ini merupakan hal yang penting di dalam kita belajar menata hidup kita. Jangan kita
pernah putus asa dan kecewa pada waktu hal yang tidak terduga datang di dalam hidup kita. Siapa
pernah menyangka orang yang pernah hancur, bangkrut dan habis total dalam sepuluh lima belas
tahun kemudian dia bisa balik kembali? Dan pada waktu itu terjadi mari kita tidak mengabaikan dua
prinsip penting ini: kita tetap percaya tangan Tuhan yang berkuasa sanggup bisa merubah segala
sesuatu dalam sekejap mata dan yang kedua, jangan pernah mengabaikan aspek ini, apa yang terjadi
di dalam hidupku aku tidak mau sampai tidak bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan.
Kemudian selanjutnya ayat 4 merupakan memori flashback dimana pemazmur menceritakan kondisi
yang begitu mustahil, dia meminta Tuhan memulihkan keadaan bangsa Israel seperti memulihkan
batang air kering di tanah Negeb. Dia pernah berdoa, dia berlutut dan menangis melukiskan kondisi
keadaannya seperti demikian. Tanah Negeb adalah daerah yang paling kering dan berada di tanah
yang tinggi, secara manusia mustahil air bisa mengalir ke atas sana. Maka dia menggambarkan
memulihkan batang air sungai yang kering di tanah Negeb itu adalah mustahil. Melihat ke belakang,
betapa tidak bisa menyangka, it is amazing. Saya percaya banyak di antara saudara yang melihat
flashback ke belakang lalu melihat kondisimu sekarang, bisa mengatakan hal yang sama, ‘kehidupan
saya ajaib.’ Kita tidak pernah menyangka kita bisa sampai seperti ini. Tuhan bekerja kadang-kadang di
luar daripada yang pernah kita pikirkan dan bayangkan. Di dalam hal ini, di dalam menata hidup ini,
kita tidak boleh mengabaikan dan melupakan tangan Tuhan yang perkasa yang sanggup merubah
segala sesuatu dalam sekejap mata di dalam hidup kita.
Itu menyebabkan kita hormat, respek, takut dan bersyukur kepada Tuhan. Pada waktu kita maju dan
jaya, jangan sekali-sekali kita lupa dan mengabaikan Dia. Kita bisa lihat ada orang yang begitu kaget
dan tersedak pada waktu terjadi pembalikan yang mendadak di dalam hidupnya. Di dalam flashback
pemazmur mengaku memang betul ada tangan Tuhan bekerja dengan luar biasa, tetapi ayat 5-6
menjadi ayat yang menarik. Itu bicara mengenai ketekunan hidup, hidup yang tidak pernah berhenti,
hidup yang terus berjalan. Kondisi berapapun susah tidak membuat pemazmur kehilangan
pengharapan. Ini dimensi yang indah. Apa gunanya saya berjalan maju kalau hidupku sudah tidak
bisa berubah? Sudahlah, mustahil. Mana bisa batang air yang sudah kering di tanah Negeb bisa
mengalirkan air lagi? Tidak mungkin. So, what for? Maka keindahan pemazmur ialah dia tetap
berjalan, dan sambil berjalan sambil menangis. Tuhan tidak larang kita menangis, sebab tanah itu
memang keras. Tetapi Tuhan tidak mau kita hanya menangis di situ. Dia minta kita menabur. Kita
tidak akan mungkin menuai kalau kita tidak pernah menabur. Kalau kita hanya berjalan sambil
menangis saja, kita tidak akan menghasilkan sesuatu. Pemazmur mengajarkan walaupun kita harus
menangis, kita harus berjalan maju sambil menabur benih.
Beberapa waktu yang lalu di Amerika ada dua orang gadis gemuk menuntut restoran fast food
McDonald dengan alasan burger McDonald itu menyebabkan kecanduan sehingga mereka tidak
mampu melawan godaan untuk tidak makan burger itu. Tetapi hakim memutuskan tidak
memenangkan kasus ini karena menurut hakim dua gadis ini seharusnya tahu konsekuensi makan
burger dan tidak bisa mempersalahkan McDonalds. Namun kalau akhirnya dua gadis ini berhasil
menuntut McDonalds dan mendapat kompensasi, apakah dengan mendapat uang kompensasi itu
langsung mereka menjadi kurus? Jawabannya mungkin mereka akan tambah gemuk karena punya
uang untuk makan burger lebih banyak lagi, bukan? Excuses change nothing in your life. Excuses only
370
make you feel better about your life. Selalu mencari alasan dalam hidup tidak akan merubah apa-apa
di dalam hidup kita, itu hanya membuat perasaan kita lebih enak saja. Dua gadis ini excuse gara-gara
advertising dari McDonalds, ada orang lain excuse gara-gara lahir dari keluarga yang tidak berada
sehingga tidak ada kesempatan bersekolah, ada orang lain excuse gara-gara lahir dari keluarga yang
berantakan, sebagai penyebab hidup mereka tidak berhasil dan penyebab mereka menyia-nyiakan
hidup mereka. Mencari excuses terhadap apa yang terjadi di dalam hidup kita itu satu hal, tetapi
menjalani fakta hidup kita itu adalah hal yang lain. Tuhan, saya tidak mampu bisa merubah situasi
hidupku karena memang saya tidak mendapat banyak. Bagaimana situasi hidupku bisa menjadi maju
kalau Engkau memberiku lingkungan yang ganas sekali? Saya hidup di tanah yang kering, tidak bisa
maju. Itu bukan salah saya. Kalau kita sudah cari excuses seperti itu, pertanyaan selanjutnya, ‘so
what?’ Tetap excuses itu toh tidak merubah dan tidak memperbaiki hidup kita.
Waktu Yesus memberikan perumpamaan mengenai talenta, kita tahu ada orang yang diberi lima
talenta, ada orang yang diberi dua talenta, ada orang yang diberi satu talenta. Tuhan tidak
mempersoalkan yang diberi satu talenta itu harus menghasilkan berapa. Tuhan membicarakan soal
Dia sudah kasih, bagaimana engkau mempergunakan apa yang Tuhan sudah kasih. Kita mungkin tidak
memiliki kekuatan untuk memilih kondisi dan keadaan hidup kita bagaimana, tetapi kita memiliki
kemampuan dan kekuatan bereaksi terhadap apa yang terjadi di dalam hidup kita. Kita tidak boleh
mencari excuses, kenapa orang itu mendapat lima, aku cuma mendapat dua; kenapa dia mendapat
kesempatan lebih banyak, aku tidak mendapat kesempatan, karena itu tidak akan memperbaiki dan
merubah hidup kita. Jangan takut dan jangan merasa putus asa di tengah kondisi yang tidak mampu
karena kita punya Tuhan yang berkuasa. Dia bisa merubah itu. Itu adalah urusan Tuhan. Dia bisa
sekejap mata merubah hidup seseorang. Tetapi meskipun Tuhan bisa merubah dalam sekejap mata,
itu tidak menganulir tanggung jawab kita untuk terus maju sambil menangis menabur benih dan
bertekun. Kita sadar kadang-kadang anugerah Tuhan datang pada waktu kita tidak buat apa-apa. Kita
mengakui kadang di tengah tidur kita, berkat Tuhan datang berlipat ganda dalam hidup kita. Tetapi
karena hal seperti itu tidak berarti kemudian kita menjadi orang yang malas dan tidak mau
mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita. Kita menangis, kita berjalan maju,
kita menabur. Kita menabur sambil menangis mungkin sambil berpikir apakah yang aku lakukan ini
ada hasilnya? Tanahnya kering seperti ini. Saudara dan saya tidak bisa mengontrol datangnya hujan
membasahi tanah kering ini, tetapi pada waktu hujan itu datang bagaimana bisa tumbuh benih kalau
kita tidak pernah menabur?
Mari kita mulai tahun ini menata hidup kita dengan sikap seperti ini. Kita mau kesehatan, kita mau
keamanan, kita mau keselamatan. Kita tahu ada hal-hal yang bisa kita kontrol dan lakukan, tetapi ada
hal-hal yang kadang terjadi di luar kontrol kita dan di luar dari yang kita pikirkan. Kita mau sukacita,
kita mau kebahagiaan, kita tidak mau hidup kita kosong dan sia-sia. Kita mau rumah yang kita bangun
itu berarti, kita mau anak-anak yang kita besarkan menjadi berkat. Tetapi semua yang saudara
kerjakan di atas muka bumi ini adakah berangkat dengan starting point yang benar? Adakah itu
berangkat dengan hati yang benar: kalau bukan Tuhan yang berkarya, kalau bukan Tuhan yang
memberi; kalau bukan ada hati orang yang takut akan Tuhan; semua itu akan menjadi sia-sia.
371
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 127
1
2
3
4
5
Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia–sialah usaha
orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia–sialah pengawal
berjaga–jaga.
Sia–sialah kamu bangun pagi–pagi dan duduk–duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang
diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai–Nya pada
waktu tidur.
Sesungguhnya, anak–anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan
adalah suatu upah.
Seperti anak–anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak–anak pada masa muda.
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh–musuh di pintu gerbang.
Renungan
Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Rat. 3:22-23) . Mazmur ziarah hari ini menunjukkan bahwa
pemeliharaan Tuhan itu sebegitu besarnya sehingga sanggup menerangi seluruh tatanan lanskap
kehidupan kita, bahkan meruak hingga ke relung-relung terdalam kehidupan kita. Mulai dari urusan
politik, kehidupan berbangsa, nafkah setiap orang, hingga urusan kandungan, semua itu ada dalam
tangan kasih pemeliharaan Tuhan.
Judul:
Penyertaan Tuhan
Berbicara mengenai pembangunan "rumah", Raja Salomo dikenal sebagai orang yang membangun
Rumah Tuhan yang dahsyat dan megah di Yerusalem. Begitu pula istananya, yang lebih besar lagi,
juga di Yerusalem. Orang yang sama inilah, yang sudah melakukan perencanaan, perancangan
arsitektur, hingga program pembangunan yang luar biasa itu yang mengatakan bahwa kalau bukan
Tuhan yang melaksanakan pembangunan, semuanya sia-sia saja.
Orang ini juga yang memerintah Israel di puncak kejayaan. Pada masanya, keamanan seluruh negeri
berada di titik puncak. Namun ia berkata, kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sia saja
pengawal berjaga-jaga. Perbandingan yang sama bisa kita renungkan juga atas kekayaan Raja Salomo
dan kehidupan keluarganya. Ia adalah orang yang mempunyai segalanya dan dengan rendah hati
mengatakan, kalau bukan karena Tuhan yang secara aktif memberikannya maka semuanya sia-sia
belaka.
Salah satu hal terpenting yang membedakan kehidupan seorang beriman dari orang tak beriman
adalah pemahamannya terhadap kehidupan. Orang beriman memahami bahwa hidup adalah
anugerah Tuhan yang harus digunakan secara maksimal. Dalam semua pemikiran dan tindakan, kita
tidak pernah sendirian. Tuhan bukan saja mengizinkan hal-hal baik terjadi, tetapi secara aktif Dia juga
melipatgandakan karya kita agar pada akhirnya nama-Nya juga dipermuliakan di dalam dan melalui
kehidupan masing-masing kita.
372
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 127
Pdt. Effendi Susanto STh.
Hidup yang kosong tanpa Allah
dan 128 ini adalah tiga rangkaian mazmur yang indah yang tidak bisa kita lepaskan
satu-persatu. Saya percaya mazmur-mazmur ini diatur dengan baik oleh penyusun kitab Mazmur,
yang bicara akan tiga hal penting yang memenuhi seluruh hidup kita. Yang pertama, berbicara
mengenai aspek keamanan. Di dalam perjalanan hidup kita, kita ingin mencari keamanan,
keselamatan dan kesehatan. Kita ingin menjalani hidup kita dengan lancar dan aman, meskipun
terkadang kita tidak mendapatkan hal itu selalu. Yang kedua, Mzm.127 berbicara mengenai
membangun rumah. Ini yang kita kerjakan di dalam hidup kita, yaitu sepanjang hidup kita
mengusaha, kita ekspansi, kita mengerjakan dan membangun dan apapun yang kita kerjakan itu kita
ingin berhasil adanya. Yang ketiga, membesarkan anak-anak menjadi aspek yang kita kerjakan di
dalam hidup kita di atas muka bumi ini.
Mazmur 126, 127
Kemudian kita melihat Mzm.126-128 ini bicara mengenai tiga perasaan hati, suasana rohmu, suasana
pikiranmu; dua yang kita inginkan terjadi di dalam hidup kita, dan satu yang kalau bisa jangan itu
memenuhi hidup kita. Yang pertama, sukacita dan yang kedua, kebahagiaan, berkat yang Tuhan ingin
kita terima di dalam hidup ini. Yang ketiga, yang kita tidak mau terjadi di dalam hidup kita, kesiasiaan dan kekosongan hidup. Jangan biarkan hidup kita mengalami kesia-siaan dan kekosongan.
Mzm.127 mengatakan sia-sialah kita membangun rumah, sia-sialah kita berusaha dengan jerih payah,
sia-sialah kita mengawal seluruh harta milik kita, kalau itu bukan datangnya dari tangan Tuhan yang
baik menjadi berkat dan anugerah di dalam hidup kita, cepat atau lambat engkau akan menghadapi
kesia-sian, kekosongan hidupmu.
Orang yang tidak pernah membangun apa-apa di dalam hidup tidak berhak berkata tidak ada
gunanya membangun sesuatu. Orang yang tidak pernah sukses dan berhasil di dalam hidupnya tidak
berhak berkata bahwa kita tidak perlu mencari kesuksesan. Orang yang tidak mencapai prestasi di
dalam hidupnya tidak berhak berkata bahwa apa yang dicapai dan diraih oleh orang lain itu adalah
hal yang tidak berguna. Berangkat dari ini kita melihat Mazmur 127 adalah mazmur yang penting
sebab yang berkata “sia-sia” di sini adalah orang yang justru mengerjakan pembangunan seumur
hidupnya. Ini adalah satu-satunya mazmur ziarah yang ditulis oleh Salomo. Kebanyakan mazmur
ziarah ditulis oleh Daud dan selebihnya oleh orang-orang pada masa Salomo dan selanjutnya. Satusatunya mazmur ziarah yang ditulis oleh Salomo adalah Mzm.127 ini dan sangat unik sekali inilah
mazmur yang bicara mengenai kesia-siaan hidup. Di dalam 1 Raja 9 saudara akan bertemu lebih dari
20 tahun lamanya Salomo membangun dua hal yang penting di dalam hidupnya yaitu Bait Allah dan
istananya. Tidak ada di dalam sejarah raja Israel yang melakukan pembangunan dan pencapaian
373
kesuksesan selain Salomo. Itu sebab saya percaya dia berhak untuk mengatakan di tengah-tengah
membangun sesuatu, di tengah-tengah mencapai kesuksesan atas sesuatu, akan tiba kepada
kekosongan jika kita tidak mengerti dengan jelas untuk apa kita bangun, untuk apa kita sukses, untuk
apa kita mencapai sesuatu di dalam hidup ini.
Tetapi di pihak lain, seorang bernama Jean Meslier yang hidup tahun 1664-1729 selama 40 tahun
dalam hidupnya dia menjadi seorang priest Katolik, lalu kemudian dia keluar dari biara dan menjadi
seorang ateis. Orang ini begitu populer di kalangan orang ateis karena dia menulis satu buku berjudul
“The Vanity of Religion.” Berkontras dengan Mzm.127 yang berbicara mengenai “The Vanity of Life
without God.” Meslier bilang, sia-sia percaya Tuhan. Ada dua hal yang diangkat di dalam bukunya.
Yang pertama dia mengatakan bahwa agama itu sudah membuat kita menerima segala sesuatu yang
kita tidak pahami dan kita tidak mau mencari penjelasan yang logis terhadap apa yang tidak kita
pahami di dalam hidup ini. Agama hanya meminta kita pokoknya percaya saja, padahal kepercayaan
yang buta kepada Ilahi justru tidak membuat hidup manusia menjadi lebih baik. Science dan
kehidupan yang logis justru menawarkan hidup yang jauh lebih baik dan lebih sukses, ketimbang
agama yang sudah membuat kita naif dan buta di dalam kepercayaan kita akan Allah yang tidak
membuat perubahan apa-apa di dalam hidup kita.
Yang kedua, Meslier bilang agama adalah sumber masalah dan sumber perselisihan. Kita tidak bisa
mengabaikan eratnya agama dengan kekerasan juga pernah menjadi coreng di dalam sejarah
Kekristenan. Kita tidak boleh melupakan sejarah hitam di dalam Kekristenan, bagaimana Katolik
membantai habis Protestan pada waktu St. Bartholomew Day di Perancis, hampir 20.000 orang
Protestan dibunuh oleh orang Katolik. Tetapi kita tidak boleh mengabaikan sejarah, ketika Inggris
dikuasai oleh raja Protestan, dia juga membantai dan membunuh priest-priest Katolik yang ada di
situ. Maka tidak heran Blaise Pascal menulis satu kalimat yang sangat benar adanya, “Kejahatan yang
paling dinikmati manusia adalah kejahatan yang dilakukan atas dasar kepercayaan agama.”
Saudara bisa ngeri mendengar orang bisa memuji Allahnya besar sambil memukul orang dengan kayu
sampai mati. Saudara bisa ngeri mendengar teriakan ‘Haleluya’ dari mulut orang Kristen sambil
memegang parang membunuh orang beragama lain. Saudara bisa ngeri melihat orang seolah-olah
berdoa dan beribadah kepada Tuhan, pada saat yang sama tangannya penuh dengan lumuran darah.
Kejahatan yang dibuat oleh manusia, jujur sebenarnya dia tahu apa yang dia buat itu adalah hal yang
salah. Banyak orang melakukan kejahatan, dia sendiri tahu kejahatan itu tidak benar adanya. Tetapi
Blaise Pascal mengeluarkan kalimat ini, “Satu-satunya kejahatan yang paling dinikmati oleh manusia
justru adalah kejahatan yang dibuat atas dasar kepercayaan dan agama.” Itu sebab di tengah
perjalanan ini Jean Meslier tergelincir dan menganggap tidak perlu lagi percaya Tuhan sebab orang
beragama justru menjadi sumber masalah dan sumber perselisihan. Maka bagi dia jalani hidup ini
jadikan dirimu sebagai pengatur. Engkaulah satu-satunya tujuan dari hidup ini dan bukan Tuhan.
Pikiran yang logis, common sense, itu yang seharusnya memimpin hidup manusia, bukan normanorma agama.
Tetapi sebaliknya mari kita lihat kembali di dalam perspektif Alkitab, justru hidupmu menjadi sia-sia
pada waktu hidup itu dilepaskan arah, tujuan dan sumbernya dari Tuhan adanya. Aku sudah
membangun banyak hal, aku sudah mencapai begitu banyak kesuksesan, kata Salomo, tetapi di akhir
hidupnya pada waktu dia merefleksikan penuh dengan kesulitan dan kegagalan, pencapaian itu tidak
374
mendatangkan harum nama baiknya sampai akhir, tetapi justru penuh dengan kesulitan dan
kegagalan karena kesuksesannya membuat dia tergelincir dan jatuh meninggalkan Tuhan.
Memang banyak penafsir memperdebatkan mengenai kitab Pengkhotbah, apakah Salomo yang
menulisnya atau orang lain yang hidup sesudah dia yang menulis dan memakai hidup Salomo sebagai
refleksi. Tetapi apapun juga yang benar, kita semua setuju kitab Pengkhotbah adalah kitab yang
sedang membicarakan hidup dari Salomo dan saudara lihat di akhir dari seluruh perjalanan hidupnya
dia menjalani dengan sia-sia. Di atas segala-galanya, sia-sia. Apa yang aku kerjakan, apa yang aku
capai, kalau aku lepaskan dari tangan Tuhan, dari anugerah Tuhan dalam hidupku, cepat atau lambat,
aku akan sampai kepada titik kekosongan dan tidak ada artinya.
Untuk lebih memahami Mzm.127 kita perlu membandingkannya dengan kitab Pengkhotbah.
Pengkhotbah dengan jelas mengatakan kalau engkau membangun segala sesuatu dan tidak ada
Tuhan di situ, apapun yang engkau capai tidak ada gunanya. Kita akan lebih memahami konsep siasia itu dari perkataan Pengkhotbah, di atas segala sesuatu apa yang kita kerjakan di bumi ini, apa
yang kita lakukan seperti menjaring angin. Jangan pikir bahwa Pengkhotbah itu pesimis terhadap
hidup ini. Yang dia ingin angkat adalah kamu akan cape, kamu cepat atau lambat akan sampai kepada
satu titik sama seperti realita yang aku alami, hidupku menjadi sia-sia kalau dua hal ini yang menjadi
motivasi di belakang semua yang engkau kerjakan: pertama, kalau engkau menjadikan dirimu sebagai
pusat, maka semua yang kita kejar itu akan terus menarik kita, nama, kesuksesan, semua untuk diri
kita. Pkh. 5:9 “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang…” Sia-sia tidak berarti yang kita cari
dan kita kejar di dalam hidup ini bukan hal yang tidak berguna. Membangun sesuatu menjadi sia-sia
bukan berarti yang engkau kerjakan dan engkau bangun itu tidak ada gunanya. Kita harus
menjelaskan konsep ini baik-baik.
Yang dimaksud oleh Pengkhotbah, semua itu akan menjadi sia-sia setelah engkau bangun, setelah
engkau capai, semua itu untuk apa dan apa yang menjadi tujuan akhirnya. Kalau tujuan akhirnya
adalah demi untuk dirimu menjadi pusat, satu kali semua itu akan menjadi sia-sia. Kenapa saya
mengatakan demikian? Karena kalau saudara nanti baca seluruh kitab Pengkhotbah itu kita akan
bertemu dengan realita ini. Pengkhotbah mencari hal-hal di dalam hidupnya. Dosen saya di SAAT
pernah menggunakan istilah unik mengenai apa saja yang dicari dan diraih oleh Pengkhotbah dalam
hidupnya dengan 5 huruf W, wisdom, wealth, wall, wine, women (Pkh.1-2) .
Di dalam sejarah kerajaan Israel tidak ada yang bisa melampaui rekor Salomo dalam hal jumlah isteri
dan gundiknya. Bahkan playboy-playboy Hollywood saja tetap masih kalah daripada Salomo. Yang
terdaftar saja ada 700 isteri dan 300 selir. Saya tidak tahu bagaimana cara Salomo menghafal namanama mereka. Apa sih sebenarnya yang mendorong manusia untuk punya lebih dari satu isteri?
Seksualitaskah? Kebanggaankah? Saya tidak bisa mengerti apa yang memotivasi dan mendorong
orang bisa seperti itu. Sia-sia sebab di belakang dari semua yang diraih dan dikejar, pertama kalau
saya menjadikan diriku yang menjadi pusat, saya tidak akan pernah puas. Kumpul uang, kumpul
kekayaan, kumpul isteri, makin banyak makin rasa kurang dan tidak ada habis-habisnya.
Pengkhotbah juga mengajak kita melihat beberapa refleksi. Refleksi yang pertama di pasal 6:1-2, kalau
engkau jadikan hidupmu sebagai pusat, akan tiba kesia-siaan. Orang dikaruniai harta dan kekayaan
berlimpah tetapi tidak dikaruniai kuasa untuk menikmatinya. Kematian bisa datang, ada hal yang
tidak bisa dia kontrol, sudah susah-susah kumpulkan ternyata tidak bisa menikmati.
375
Kita adalah manusia yang sangat terobsesi mau mengontrol segala sesuatu. Kita adalah manusia yang
suka mengkalkulasi dan kalau bisa mengatur segala yang ke depan dan memprediksi dan
mengontrolnya. Akibat dari ingin mengatur, akibat dari ingin mengontrol, akibat dari ingin bisa
menggenggam segala sesuatu di tangan kita menyebabkan tidak ada habis-habisnya manusia selalu
mencari kekuatan, kekuasaan dan power. Pkh.3:1-15 memperlihatkan banyak hal engkau tidak bisa
kontrol di dalam hidupmu. Hidupmu akan menjadi sia-sia kalau engkau berangkat dari poin aku bisa
mengatur dan mengontrol apa yang akan terjadi di dalam hidupku, aku bisa memprediksi dan
mengkalkulasi. Tetapi kekuatan untuk bisa mengatur, kekuatan untuk bisa mengontrol hidup itu
membutuhkan satu kekuatan yang absolut yaitu power. Kamu harus punya power tetapi suatu kali
engkau sadar engkau tidak bisa mengontrol power itu sendiri, dan power itu menjadi pelecehan dan
tidak adil. Ini yang dimaksud kalau kita hidup tidak menyadari hidup itu ada di tangan Tuhan.
Ini yang dimaksud oleh Pengkhotbah, kalau engkau tidak sadar dan lihat itu berkat dan anugerah
Tuhan, engkau akan capai kepada kesia-siaan. Tetapi kesia-siaan itu akan lebih lagi kalau kita mau
mengontrol semua. Di mana-mana saudara akan melihat power dipakai orang secara tidak adil. Kita
mengontrol bawahan, kita mengontrol orang di sekitar, kita menggunakan power dengan tidak adil.
Sampai di situlah kita akan menemukan arti dari kalimat Pengkhotbah dalam Pkh.3:19 kalau engkau
hidup tidak ada Tuhan, maka hidupmu tidak lebih daripada binatang. Karena nasib manusia akan
sama seperti nasib binatang, kalau dia menjalani hidup tanpa ada Tuhan di dalamnya, tanpa
menyadari anugerah dan berkat Tuhan menyertainya, tanpa berpikir bahwa semua yang ada di
dalam hidupnya berada di dalam tangan Tuhan, hidup orang seperti itu tidak beda dengan hidup
binatang. Satu kali kelak ketika kematian datang mereka tidak punya kekuatan apa-apa.
Kembali ke Mzm.127 banyak penafsir sedikit terkejut karena bagian di atas dari mazmur ini bicara
mengenai membangun rumah, tetapi di bagian selanjutnya kenapa bicara mengenai membesarkan
anak-anak. Tetapi dalam bahasa aslinya saudara akan takjub menemukan Salomo menggunakan
permainan kata yang bagus, ayat 1 memakai kata “bonim” (builders), ayat 3 memakai kata “banim”
(sons). Di sini baru kita temukan keindahannya. Tidak ada gunanya “bonim” sukses kita kerjakan dan
lakukan tetapi kita mengabaikan membangun “banim” di dalam rumah kita. Apa gunanya segala
sesuatu yang dikerjakan dan diusahakan orang tetapi semua kesuksesan di luar, begitu pulang ke
rumah dia menjadi sedih dan kecewa karena anak-anaknya tidak menjadi orang yang dibentuk
dengan baik dan memiliki karakter yang indah. Bagi saya kita sukses di luar tidak seberapa tetapi kita
sukses mendidik mempersiapkan “banim” di rumah kita itu menjadi indah dan penting karena
pemazmur berkata pada suatu hari anak-anak yang kita didik dan kita bina dengan baik itu menjadi
kehormatan dan respek orang tua.
Pemazmur tidak bicara banyak secara metode bagaimana membesarkan anak, tetapi di sini ada dua
prinsip penting. Pertama, dia katakan anakmu seperti anak panah di tangan seorang pahlawan. Dan
di dalam Mzm.128:3 anak itu digambarkan seperti tunas zaitun. Dia akan keluar potensi menjadi
bunga. Tunas zaitun berarti membesarkan anak itu perlu pelihara yang khusus. Kita perlu memelihara
anak-anak yang dipercayakan kepada kita dengan baik-baik karena dia adalah tunas zaitun. Tetapi
membesarkan anak juga seperti menyiapkan anak-anak panah. Ini dua prinsip yang kita tidak boleh
abaikan: anakmu harus dipelihara baik-baik, anakmu harus dipertajam. Terus kita belajar teori
pendidikan membesarkan anak, tetapi waktu kita mendalami ayat-ayat ini kita menemukan mutiara
bijaksana yang luar biasa. Didik anakmu seperti anak panah. Kenapa anak panah itu perlu
376
dipertajam? Mari kita lihat konteksnya, jaman itu belum ada stainless steel, maka anak panah itu
setiap hari harus diasah sehingga tidak tumpul dan berkarat. Kedua, anak panah itu dipakai oleh
pahlawan tidak boleh sembarang tembak. Berbeda dengan AKA 47 yang dalam semenit bisa
menembakkan lebih dari 600 peluru, senapan mesin tidak perlu dipegang oleh seorang jago tembak.
Siapapun bisa main tembak dan kena kepada sasarannya karena pelurunya banyak. Tetapi jaman
dulu seorang pahlawan hanya punya tiga anak panah di tabungnya. Berarti setiap anak panah harus
efektif. Mempertajam anak, itu panggilan kita sebagai orang tua. Mempertajam itu membutuhkan
usaha, di dalam kita mengasah membutuhkan tanggung jawab, disiplin, pengolahan yang tidak
gampang dan tidak mudah. Alkitab sudah meletakkan begitu banyak prinsip yang indah seperti ini.
Anak-anakmu adalah pemberian dari Tuhan dan itu adalah anak-anak panah di tangan seorang
pahlawan. Pahlawan yang jago dan betul-betul terlatih, dia sadar dan tahu anak panah itu harus
dipakai satu kali dan harus kena kepada sasaran. Itu tugas tanggung jawab yang Tuhan berikan
kepada orang tua. Kalau anak panah itu penuh, maka pada waktu kita berdiri, berbicara dengan
orang, melihat pencapaian keindahan kesuksesan pada anak kita itu merupakan kehormatan orang
tua yang tidak ada habis-habisnya. Pencapaian yang paling penting adalah bagaimana kita sukses
mendidik, memelihara, mempertajam setiap anak-anak yang Tuhan beri kepada kita sehingga
mereka mencapai goal, sasaran, kena, bersumbangsih besar bagi masyarakat dan kerajaan Allah.
Kira-kira dua tiga minggu yang lalu terjadi perdebatan di televisi mengenai seorang ibu Asia yang
membesarkan anak di Amerika, dia menjadi “tiger mum.” Banyak orang tidak setuju dengan disiplin
cara dia karena dia seolah memaksa anak itu menjadi apa yang ibunya mau. Tetapi ada yang sedikit
mengkoreksi dengan lebih baik, dia memaksa anaknya melakukan apa yang dia mau. Intinya di situ
kita melihat ibu itu mau mempertajam, mengoptimalkan, menjadikan anaknya menjadi seorang yang
indah, berhasil dan penting. Itu adalah sukacita kebanggaan yang lebih besar daripada membangun
usaha bisnis di dalam hidup. Jangan biarkan semua yang kita kejar dan kita capai di dalam hidup ini
tanpa kita melihat dengan kacamata yang indah sebagai anak Tuhan, di belakangnya semua itu
adalah berkat anugerah yang Tuhan beri. Di dalam perjalanan hidup kita mungkin melewati
perjalanan yang baik dan perjalanan yang kurang baik; perjalanan yang menanjak dan perjalanan
yang menurun; perjalanan yang mulus dan perjalanan yang berkerikil. Namun di balik perjalanan itu
biar kita mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab kita dan kita sadar di dalamnya
anugerah dan berkat Tuhan yang memimpin dan mengontrolnya.
Semua yang kita terima sampai hari ini adalah anugerah pemberian Tuhan yang baik, kita tidak
menjadi kecewa dan mengeluh. Kita diberi harta yang paling indah di dalam hidup kita, anak-anak
yang dikaruniakan kepada kita, dengan segala bakat dan potensi yang mungkin melebihi apa yang
pernah kita pikirkan dan cita-citakan. Biar kita minta Tuhan kekuatan, kesungguhan, sukacita
membesarkan di tengah susah, mendidik di tengah lelah segala usaha yang kita kerjakan kiranya
boleh Tuhan pimpin dan berkati. Anak-anak yang Tuhan karuniakan di dalam hidup kita, biar kita
pertajam, kita asah dan jadikan sebagai panah-panah Allah yang berguna di tangan Tuhan. Biar
Tuhan memimpin kita menyerap apa yang kita dengar pada hari ini, menyertai segala usaha tangan
kita, menyertai anak-anak yang kita besarkan supaya semua itu menjadi keindahan dan tidak pernah
menjadi kesia-siaan di dalam hidup kita.
377
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 127
Pdt. Bigman Sirait
Buang rasa khawatir, jangan tumpuk harta
HARTA adalah anugerah Allah kepada manusia untuk menghidupi hidup-nya. Harta adalah sesuatu
yang Tuhan sediakan. Di Mazmur 127 dikatakan bahwa ketika kita masih tidur Tuhan sudah
menyediakan roti yang kita butuhkan untuk esok pagi. Tapi ayat ini tidak untuk mengajarkan kita
tidak perlu bekerja. Ayat ini justru mengajarkan bahwa ada jaminan yang Allah sediakan bagi kita,
tetapi Allah mau kita bertindak di dalam kehidupan secara bertanggung jawab, yaitu dengan otak,
tenaga, dan talenta yang Tuhan berikan. Itu kita pakai mengelola hidup, untuk mendapatkan apa
yang Tuhan sudah sediakan bagi kita.
Kenapa kita khawatir? Karena ada keterbatasan kita di dalam ruang dan waktu. Keterbatasan
membuat kita tidak mengetahui apa yang terjadi besok. Menurut hitung-hitungan kita, jika tidak
punya uang tidak bisa makan. Kalau tidak punya deposito cukup, berat menyekolahkan anak.
Hitungan-hitungan itu memang tidak salah. Dalam keterbatasan, kita berpikir seperti itu. Seluruh
yang ada itu bisa kita hitung sedemikian rupa: sebab-akibatnya dan logika jalannya. Dalam keterbatasan itu kita mampu berhitung dengan jitu dan tepat.
Jadi, masak kita tidak mau belajar pada realita umum yang disebut sebagai anugerah umum. Kalau
rajin belajar pasti pintar. Kalau Anda baik, dihargai orang dan banyak sahabat, mereka pasti menolongmu. Secara anugerah umum, semua orang diperlihara oleh kasih Tuhan. Karena Tuhan mengatakan bahwa Dia memberikan matahari bukan hanya untuk orang baik, tetapi juga orang jahat.
Maka secara anugerah umum tadi kita sadar ada berkat Tuhan yang mengalir dalam hidup. Tetapi
jangan kaitkan ini dengan anugerah khusus, keselamatan. Maka dalam anugerah umum tadi, orang
bisa belajar, bisa bertumbuh di dalam keimanannya, memahami kebenaran kasih setia Allah. Maka di
dalam keimanannya itu, ia akan bertumbuh dan makin kuat menaruh harapannya kepada Tuhan, dan
pengharapannya itu akan merangsang dia untuk bekerja secara betanggung jawab di hadapan Tuhan.
Jadi, kalau secara umum orang baik membuka peluang masa depan bagi dirinya, apalagi orang yang
takut Tuhan. Orang takut Tuhan pasti baik kan? Tapi jangan mengaku percaya Tuhan, tetapi Anda
terkenal sebagai pekerja yang tidak jujur, tidak suka menolong. Jangan mengaku cinta Yesus tetapi
Anda dikenal sebagai teman kerja yang tidak bisa diandalkan. Lalu kau berdoa marah-marah sama
Tuhan. “Di manakah pemeliharaan-Mu?...” Lalu muncullah rasa khawatirmu tentang hidup ini, maka
doamu selalu menuntut apa yang kau perlukan dalam hidupmu. Maka kau melupakan prinsip yang
Tuhan ajarkan: “Cari dahulu kerajaan Allah semuanya akan ditambahkan bagimu” (Matius 6: 33) .
Orang yang mencari kerajaan Allah adalah yang melakukan kehendak-kehendak Allah dalam
hidupnya. Maka dia jujur, bisa diandalkan, rekan yang baik dan menyenangkan. Maka dengan
sendirinya dia akan mendapatkan penghargaan, bukan?
378
Nikmati porsi masing-masing
Jadi, mencari kerajaan Allah itu musti diterjemahkan secara praktikal dalam hidup. Jangan dijadikan
semacam ayat yang menyembunyikan kesulitan kita dan mencoba lari dan bersembunyi di balik itu.
Itu membunuh tanggung jawab kita untuk hidup seperti apa yang Tuhan kehendaki dalam rangka
mencari kerajaan itu. Karena itu mari kita hidup seperti yang Tuhan kehendaki. Cari kerajaan-Nya itu,
lakukan kehendak-Nya, jangan sampai salah langkah, salah kaprah. Oleh karena itulah harta yang ada
di dalam hidup ini tidak boleh kita khawatirkan. Kekhawatiran terhadap harta atau hidup ini hanya
menunjukkan kesalahpahaman kita tentang arti pemeliharaan Tuhan. Jadi karena itu, jangan kamu
khawatir akan hidupmu, apa yang hendak kamu makan atau minum. Jangan khawatir akan tubuhmu,
akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup lebih penting dari makanan? Tubuh lebih penting
dari pakaian, dan hidup kita dipelihara Tuhan.
Khawatirlah kalau hidupmu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Khawatirlah kalau kamu bukan
mencari kerajaan Tuhan, tetapi mencari kerajaanmu sendiri. Khawatirlah sekalipun dalam pencarian
kerajaan itu saudara mempunyai banyak harta benda, karena harta benda itu bisa menjadi
malapetaka. Kaya-miskin hanyalah dinamika dalam hidup yang harus disikapi dengan lapang dada.
Yang kaya tidak besar kepala. Yang miskin tidak kecil hati, tetapi bagaimana menikmati masingmasing porsi yang Tuhan berikan pada kita. Karena tujuan utama kita bukan bagaimana kita bekerja
untuk mendapatkan banyak harta tetapi bagaimana hidup memuliakan Tuhan. Oleh karena itu
tempatkanlah harta itu sebagai alat dalam kehidupan, bukan tujuan utama. Jangan pernah khawatir
terhadap hal itu sekalipun manusia riskan atas hal itu, tetapi itulah perjuangan kita melawan rasa
khawatir. Selama rasa khawatir itu kita biarkan bertumbuh berkembang bahkan menguasai
kehidupan kita maka selama itu kita tidak akan pernah mengalami pertumbuhan iman yang utuh.
Selama rasa khawatir itu melanda kehidupan maka selama itu pula kita tidak bisa apa-apa dalam
membangun semangat keberimanan. Karena itu belajarlah untuk membuang rasa khawatir itu
dengan hidup bergantung pada Tuhan, bukan dengan menumpuk segala apa yang kau anggap bisa
menjamin masa depanmu.
Tidak ada yang salah dengan kekayaan. Yang salah sikap terhadap kekayaan. Tak ada yang salah
dengan harta. Yang salah sikap terhadap harta itu. Jangan harta menjadi jaminan hidupmu, tetapi
Tuhan. Tetapi kalau kau bilang Tuhan jaminan hidupmu, itu harus tampak benar-benar dalam
aktivitasmu. Jangan khawatir tentang apa yang akan kau makan, minum, pakai. Kekhawatiran tidak
akan mengubah apa pun, tetapi bersyukurlah di dalam kekhawatiran yang sudah salah itu, toh Tuhan
berbelas kasihan, mendidik membimbing menuntun kita. Karena itu mulailah dengan belajar mencari
dulu kerajaan Allah supaya kau tidak terjebak dalam lilitan persoalan.
379
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 127
Pdt. Bigman Sirait
Sia-sia tumpuk harta tanpa
peyertaan Tuhan
RUMAH merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi manusia. Di rumahlah, setiap orang
menghabiskan sebagian besar hari-harinya. Wajar pula jika setiap orang mendambakan rumah yang
bisa membuatnya merasa aman, tenang dan nyaman tinggal di sana.
Rumah dan segala kebutuhan hidup—yang dalam kesempatan ini kita sebut saja harta—merupakan
hal yang sangat penting dalam kehidupan. Harta yang kita miliki, bisa menjadi suatu identitas
tentang: siapa saya? Semakin banyak harta, semakin besar penghormatan orang pada kita. Tapi,
rumah atau harta benda seperti apa yang Tuhan kehendaki? Tentang hal ini, Raja Salomo (dalam
Mazmur 127 : 1) mengatakan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang
yang membangunnya…”.
Raja Salomo dikenal sebagai raja Israel yang tidak hanya sukses memerintah kerajaannya, namun
juga jenius dalam mengelola usaha dan perdagangan. Tidak heran, berkat kepiawaiannya itu, dia
berhasil menumpuk harta benda yang membuatnya sebagai raja yang kaya raya luar biasa. Sayang,
sebagai orang yang diberkati Tuhan dengan segudang kemampuan luar biasa itu, dia justru melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh Tuhan: memiliki ribuan wanita simpanan. Dia memang sukses
menumpuk harta, tapi gagal membendung hawa nafsu. Yang lebih menyedihkan, dia tergoda oleh
salah seorang wanita simpanannya sehingga terjatuh dalam penyem-bahan berhala! Namun seluruh
pengalaman itu tidak membuatnya merasa bahagia. Sampai akhirnya, dalam perenungannya dia
menyadari bahwa tanpa penyertaan Tuhan, semua sia-sia.
Bagi kita, rumah dan harta benda, memang telah menjadi semacam KTP. Orang mengenal, mengukur,
dan menghormati kita tergantung dari seberapa banyak harta kita. Harta benda sebagai identitas
menjadi konsentrasi dan perhatian semua orang. Dengan harta yang cukup, seseorang itu akan
dihargai. Tapi sebaliknya, jika harta bendanya tidak cukup, dia dicurigai. Apalagi tak punya apa-apa, ia
akan dizalimi. Haknya akan dirampas, dia akan diinjak-injak orang. Karena itu, harta benda sebagai
identitas menjadi mimpi setiap orang. Semua orang akan berpacu untuk mendapatkannya,
bagaimana pun caranya. Korupsi, boleh-boleh saja. Mencuri, kenapa tidak? Menipu? Lakukan! Orang
akan mengesahkan segala cara demi harta ini.
Jika harta menjadi ukuran harga diri, maka kebenaran-kebenaran hidup pun bergeser. Orang berpacu untuk membuktikan kekayaan sebagai wujud “berkat” Tuhan. Harga diri tidak lagi menempel
pada nilai-nilai etis yang seharusnya dimiliki: kejujuran, kesungguhan, kebenaran. Dalam hal seperti
380
ini kita telah melihat banyak fakta yang sangat menyedihkan, demi harta benda, korban berjatuhan.
Dan tragedi yang lain adalah jika harta dijadikan sebagai keyakinan, iman, menjadikannya sebagai
berhala. Jika sudah begini, maka Alkitab tidak ada apa-apanya lagi. Tidak mendengar khotbah juga
bukan masalah. Yang penting, asal jangan sampai nggak ada uang, asal jangan sampai berkurang
properti, rumah dan harta benda. Bagi orang-orang seperti ini, pertarungannya hanya melulu untuk
materi.
Karena materi baginya adalah berhala, maka dia siap melakukan apa saja untuk itu. Dia siap
menzalimi orang, bahkan saking gilanya akan harta, tidak sedikit orang pergi ke Gunung Kawi, menebar sesajen ke mana-mana, “berguru” ke sana-sini, asal bisa kaya. Meski anak, anggota keluarga
atau pembantunya menjadi tumbal, tidak masalah, yang penting bisa kaya. Sangat mengerikan, dia
rela nyawa orang hilang demi berhala yang dipuja-pujanya: materi. Manusia semacam ini bukan lagi
manusia, karena bukan hanya dirinya saja yang dihargai dengan materi, tetapi orang lain pun dia
hargai dengan materi. Dia tidak sungkan-sungkan mencabut nyawa orang lain demi kelanggengan
materi yang mengalir ke dalam hidupnya. Seorang wanita yang berstatus istri bisa saja meninggalkan
suaminya demi materi. Sering pula terjadi pengkhianatan dan memakan banyak korban demi materi
yang sudah merupakan segala-galanya dalam kehidupan.
Oleh karena itulah Alkitab mengajarkan kepada kita, “Kalau harta benda seperti itu yang kau dambakan, sia-sialah”. Kalau itu datang dari semangat dirimu, ketika itu kau jadikan identitas, harga
dirimu, keyakinan dirimu, berhalamu, habislah hidupmu. Harta benda itu milik Tuhan, berasal dari
Tuhan, maka belajarlah bergantung hidup pada Tuhan, melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak
Tuhan, bekerja sesuai yang Tuhan kehendaki, rajin seperti yang dituntut Alkitab.
Harta benda bukan dosa, tetapi bagaimana memperlakukannya, itulah yang jadi masalah. Karena itu
biarkan Tuhan membangunnya. Seharusnya gairah kita untuk mencari harta adalah semangat untuk
melayani Tuhan. Sehingga di dalam gairah mencari atau membangun materi, kita ada dalam kendali
diri yang penuh, tidak terjebak pada perangkap, rangsangan yang memang luar biasa dari materi itu.
Maka, apa pun yang ada dalam hidup kita, hanya omong kosong jika kita dapatkan dengan cara tanpa
Tuhan, mengabaikan Tuhan.
381
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 128
1
2
3
4
5
6
Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut
jalan yang ditunjukkan–Nya!
Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah
keadaanmu!
Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak–anakmu
seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki–laki yang takut akan TUHAN.
Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem
seumur hidupmu,
dan melihat anak–anak dari anak–anakmu! Damai sejahtera atas Israel!
Renungan
Di dalam komunitas Kristen masa kini, penundaan
pernikahan atau bahkan kehidupan tidak menikah (selibat) adalah sesuatu yang lazim dijumpai.
Bahkan di antara mereka yang menikah, menunda memiliki anak bahkan keputusan untuk tidak
memiliki anak juga bukan suatu hal yang aneh. Tradisi selibat di kalangan Kristen memang lebih kuat
dibandingkan dengan di dalam komunitas agama lain. Hidup membiara misalnya, pada masa lampau
merupakan hal yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh Gereja. Secara historis ini bisa menjadi
bumper ketika ada orang yang mendesak dan mempertanyakan keputusan seseorang untuk tidak
menikah. Namun seringkali alasan pragmatislah yang ada di balik penundaan pernikahan atau
memiliki anak, bahkan keputusan untuk tidak memiliki anak sama sekali, yaitu kemapanan finansial
dan kenikmatan hidup.
Judul: Keluarga dan anak adalah berkat
Alasan lain yang mengemuka adalah kerepotan. Menikah dan memiliki anak tampaknya kini
dipandang sebagai dua komitmen terpisah. Seringkali keduanya diidentikkan dengan kerepotan.
Repot harus menyesuaikan diri dengan pasangan atau repot harus membesarkan anak. Belum lagi
ongkos – tenaga, pikiran, uang, dan emosi – yang harus diberikan untuk membesarkan dan
menyekolahkan anak. Karena itu banyak orang Kristen, terutama di kota-kota besar, memutuskan
entah untuk menunda pernikahan, menunda memiliki anak, atau bahkan tidak memiliki anak sama
sekali.
Kita perlu mengingat bahwa Tuhan tidak pernah meralat atau pun menarik kembali firman-Nya
seperti tertulis dalam Kej. 1:28 . Tidak pernah perintah beranak-cucu dianulir (bdk. Kis. 10:15) . Mazmur
128 mengingatkan kita betapa pentingnya sebuah keluarga di mata Tuhan dan betapa berharganya
anak-anak di mata Tuhan. Berkeluarga dan memiliki anak adalah suatu bentuk pengabdian hidup dan
pelayanan kita yang menyukakan hati Tuhan. Jangan biarkan alasan-alasan pragmatis menghalangi
rencana Allah hadir melalui hidup dan keluarga kita!
382
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 128
Pdt. Effendi Susanto STh.
Kenikmatan di hadapan Allah
merupakan mazmur yang mengajak kita melihat Allah kita adalah Allah yang indah; Allah kita
adalah Allah yang menginginkan kita menikmati kebahagiaan dan sukacita; Allah kita yang di tangan
kanan-Nya ada kebahagiaan dan sukacita dan di tangan kiri-Nya ada nikmat senantiasa. Itu sebab
saya ajak kita melihat dimensi ini membuat kita menjadi orang Kristen yang utuh. Waktu anugerah
Tuhan datang kepada kita, sukacita itu datang dari hasil jerih payah kita, mari kita terima dengan
syukur dan jangan pernah berpikir Tuhan kita adalah Tuhan yang seolah-olah tidak menginginkan
anak-anak-Nya itu bersukacita dan bersyukur menikmati apa yang Tuhan sudah beri. Saya pikir ini
merupakan point yang paling penting yang Mzm.128 ingin angkat.
Mzm.128
mengingatkan kita hal-hal yang bersifat rohani tidak terpisahkan dengan hal-hal yang
bersifat physical yang kita lakukan sehari-hari. Hal-hal yang kita lakukan sehari-hari sebaliknya mari
kita lihat memiliki dimensi dan sifat spiritual pula. Banyak orang Kristen dan juga orang di luar
berpikir ikut Tuhan berarti kita kehilangan sukacita. Banyak anak muda mengatakan tidak mau
dibaptis dulu sekarang karena belum sempat “have fun.” Orang di luar juga waktu menolak selalu
mengatakan, “Nantilah saya masuk Gereja kalau saya sudah tua, sekarang waktunya untuk senangsenang. Sebab kalau sudah masuk Gereja kita jadi orang serius…” Seolah-olah Tuhan kita adalah
Tuhan yang tidak mau anak-anak-Nya bersukacita.
Mzm.128
Paulus mengajak orang Kristen untuk memikirkan “semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, Allah adalah Allah yang adil dan suci; Allah adalah Allah yang
mulia; dan bukan itu saja, Paulus menambahkan God is also a beautiful and lovely God. Pikirkanlah
apa yang benar, pikirkanlah yang suci, pikirkanlah hal-hal yang mulia, tetapi pikirkan juga apa yang
menyenangkan, pikirkan apa yang sempurna, pikirkan yang indah. Ini seharusnya menjadi keseluruhan totalitas orang Kristen. Mengapa kita datang berbakti kita merasa terpaksa? Mengapa kita
datang beribadah kepada Tuhan kita kehilangan sukacita? Jangan biarkan aspek ini semua menjadi
hilang. Betul kita datang dengan respek dan hormat sebab Allah kita adalah suci, agung, dan mulia
adanya. Tetapi mari kita juga datang dengan kagum dan datang dengan penuh sukacita di hadapanNya sebab Dia adalah Allah yang indah dan Allah yang menyenangkan. Seindah-indahnya kita melukis
pemandangan, tidak akan pernah seindah pemandangan yang ada di postcard, bukan? Tidak ada
orang yang bisa menandingi Tuhan dengan kreatif “menggambar” ikan-ikan hias yang ada di lautan.
Ada ikan yang yang dinamakan “picasso triggerfish” yang bentuknya sangat unik dan di badannya ada
“coretan-coretan” yang abstrak, ada ikan grouper yang dengan teliti Tuhan buat dengan pola polka
dot di badannya. Luar biasa. Coba kalau di dunia ini semua ikan bentuknya sama dan warnanya hanya
Fil.4:8
383
abu-abu, betapa membosankan, bukan? Juga kalau kita melihat sekeliling dan semua pemandangan
sama. Dari situ kita bisa melihat Tuhan itu beautiful, Tuhan itu begitu indah, begitu agung, begitu
menyenangkan. Inilah dimensi yang diangkat oleh Mzm.128 , bagaimana mengkaitkan dengan
harmonis orang yang takut akan Tuhan, orang yang beribadah kepada Tuhan berlimpah penuh
dengan kebahagiaan dan sukacita. Berbahagialah dia, orang yang takut akan Tuhan, dan seluruh
kehidupannya penuh dengan segala hal yang indah berkimpahan.
memperlihatkan kaitan orang yang takut akan Tuhan dengan tiga hal yang sangat unik sekali,
yang saya percaya banyak orang tidak melihatnya sebagai hal yang rohani adanya. Yang pertama,
orang yang takut akan Tuhan akan berbahagia menikmati hasil jerih payah tangannya. Bagaimana
saudara memahami enjoy menikmati apa yang kita dapat di dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bersifat rohani. Yang kedua, orang yang takut akan Tuhan akan menikmati isterinya yang
digambarkan seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahnya. Kalau saudara buka Kid.8 (Kidung
Agung) saudara akan menemukan gambaran isteri sebagai kebun anggur. Jadi ada dua pohon yang
dipakai Alkitab untuk menggambarkan ketertarikan yaitu pohon anggur dan pohon korma.
Bagaimana kita bisa mengkaitkan seorang yang takut akan Tuhan menikmati isterinya sebagai kebun
anggur yang indah, di situ pemazmur menggambarkan hubungan suami isteri yang mesra di dalam
pemahaman pengertian takut akan Tuhan.
Mzm.128
Lumrah pemazmur berkata orang yang takut akan Tuhan, dia akan tinggal di dalam rumah Tuhan
selama-lamanya. Lumrah pemazmur berkata orang yang takut akan Tuhan, maka doanya akan
didengar oleh Tuhan. Lumrah kita mendengar kalimat orang yang takut akan Tuhan akan hidup
mengasihi dan melayani Tuhan. Semua itu lumrah karena semua itu dikaitkan dengan aspek-aspek
yang rohani adanya. Tetapi di bagian ini pemazmur memperlihatkan seluruh hal-hal yang
bersentuhan dengan hidup kita, kita kerja, kita makan, kita melakukan hubungan suami isteri yang
kita anggap mungkin itu tidak ada dimensi rohaninya, pemazmur justru mengkaitkan hal-hal itu di
sini. He who fears the Lord enjoys his hard work; he who fears the Lord enjoys his wife as a fruitful
vine in his house. Yang ketiga, seorang yang takut akan Tuhan menikmati berkat tersendiri berkaitan
dengan panjang umur. Tidak berarti semua anak Tuhan pasti berumur panjang. Maksudnya adalah
mari kita melihat umur yang kita jalani hari demi hari itu sebagai berkat dan anugerah Tuhan. Mari
kita melihat keindahan relasi suami isteri yang intim, suami isteri yang makin hari makin cinta Tuhan
justru makin mempererat di dalam kenikmatan hubungan suami isteri yang eksklusif. Mari kita
melihat bagaimana saudara bekerja hari demi hari saudara tidak merasa bersalah dan saudara tidak
merasa takut menikmati hasil jerih payah itu sebagai berkat dan anugerah Tuhan. Itu yang ingin
pemazmur ajak kita melihat hari ini.
Namun sebelum sampai ke sana, mari kita sedikit mencerahkan udara kita sehingga kita sanggup bisa
menikmati Allah itu indah adanya. C.S. Lewis dalam bukunya “Suprise by Joy” mengatakan, “Joy is a
serious business in heaven.” Itu bukan theme park Disneyland. Mungkin beberapa ayat kita lihat dulu
untuk mengerti kenapa orang Kristen sulit melihat gembira, kenikmatan dan apa yang didapat secara
fisik itu sebagai sesuatu yang dari Tuhan yang bisa kita nikmati, sesuatu yang dari Tuhan yang tidak
hanya bersifat spiritual tetapi juga yang bersifat fisik. Dalam 2 Tim.3:4 Paulus mengatakan, dalam
terjemahan bahasa Inggris lebih jelas, ”...lovers of pleasure rather than lovers of God.” Ayat ini
membuat sebagian penafsir salah mengerti seolah-olah berarti kita diminta tidak boleh mencintai
kenikmatan.
384
Tidak ada satu agamapun menolak fakta manusia mempunyai keinginan, manusia mempunyai
keinginan dan cita-cita. Tidak ada masalah dengan keiniginanmu. Tidak ada masalah dengan citacitamu. Yang menjadi problem adalah dengan cara apa dan di jalan apa engkau memenuhi keinginan
itu. Bukan salah di aspek keinginan tetapi Kekristenan mengingatkan kita salah di caranya, salah di
bagaimana mendapatkannya. Jadi 2 Tim.3:4 bukan melarang seolah-olah kita tidak boleh menikmati
sesuatu, namun mengajak kita memperhatikan kata yang penting di situ yaitu “agak,” jadi
maksudnya yang ditegur oleh Paulus tidak boleh mendapatkan kenikmatan atau menerima
kenikmatan di luar daripada kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan. Bukan menjadi pecinta
kenikmatan tetapi menjadi pecinta Allah, maksudnya adalah kita menikmati segala kebahagiaan yang
kita terima dari Allah. Kita harus menolak segala kebahagiaan, jikalau kebahagiaan itu kita terima
tanpa Allah di dalamnya. Kedua, dalam Mark.8:34-37 apa gunanya seseorang memperoleh seluruh
dunia tetapi kehilangan nyawanya? Memang betul salib itu adalah lambang penderitaan. Memang
betul pikul salib berarti kita rela mati bagi Kristus. Tetapi ayat ini tidak boleh disalah-mengerti. Yang
dimaksudkan oleh Kristus di sini adalah apa gunanya kamu mendapatkan segala sesuatu kebahagiaan
kenikmatan fisik tetapi akhirnya kehilangan kebahagiaan yang bersifat kekal adanya.
Di dalam bukunya “Desiring God” John Piper menggunakan satu istilah yang mungkin membuat
banyak orang terganggu yaitu istilah “Christian Hedonism.” Kata ‘hedonism’ berarti orang yang
mengumbar dan menikmati kesenangan. Tetapi justru karena menggunakan istilah yang kontroversil
ini membuat buku itu dibaca orang, dan di situ kita akan menemukan apa yang ditulisnya bukanlah
dalam pengertian menikmati sukacita tanpa Allah. John Piper mengangkat beberapa hal. Yang
pertama dia mengatakan, kesenangan itu merupakan hal yang paling hakiki yang diinginkan oleh
manusia. Itu sebab tidak heran kenapa di dalam Pengakuan Iman Westminster Confession
pertanyaan pertama yang muncul adalah “Apa yang menjadi tujuan utama hidup manusia?” Dijawab
“The chief end of man is to glorify God and to enjoy Him forever.” Itu tujuan utama hidup kita,
memuliakan Allah dan menikmati Dia untuk selamanya. Allah adalah fondasi sumber kebahagiaan
kita. Yang kedua, John Piper berkaitan dengan Mark.8:34-37 tadi mengatakan hidup kita berkorban itu
adalah satu kebahagiaan karena yang dikorbankan oleh kita bukan kesenangan belaka tetapi yang
dikorbankan oleh kita adalah apa gunanya kamu mendapatkan sesuatu yang bersifat sementara
tetapi akhirnya kehilangan apa yang kekal.
Dalam Ul.14:22-29 adalah satu bagian yang unik bicara mengenai dimensi yang lain daripada
perpuluhan. Fungsi perpuluhan yang pertama adalah untuk supaya terjadi keserataan biaya hidup
dari suku yang tidak punya. Kita tahu suku bangsa Israel ada 12 dan ada satu suku yang di set apart
oleh Tuhan, tidak mendapatkan harta warisan dan tanah pusaka yaitu suku Lewi. Maka fungsi
perpuluhan dari sebelas suku yang lain adalah bertujuan untuk menunjang suku ini. Dengan demikian
sistem itu menyebabkan suku Lewi walaupun tidak mempunyai harta warisan dan tanah pusaka,
mereka tetap bisa hidup memadai sama derajatnya dengan suku-suku yang lain. Dari situ saudara
bisa mengerti dan tidak dibingungkan oleh penafsiran yang mengatakan perpuluhan itu adalah milik
dari pendeta. Perpuluhan di dalam Alkitab jelas adalah milik satu suku dan bukan menjadi milik satu
orang. Intinya di situ sederhana yaitu supaya suku ini bisa melayani dengan baik, tidak perlu
memikirkan biaya hidup karena mereka bekerja sepenuhnya melayani di rumah Allah.
Yang kedua, saudara bisa menemukan fungsi perpuluhan di dalam PL adalah untuk menunjang
running cost kebutuhan di Kemah Suci.
385
Yang ketiga, yang sangat unik kita temukan di dalam Ul.14 ini, perpuluhan memiliki tujuan dimensi
yang berbeda. Bagaimana kita bisa menikmati, sejauh mana saya yang sudah mendapatkan sesuatu,
saya bisa menikmati untuk diri sendiri? Sampai kepada hal seperti ini saya percaya itu sulit untuk
dijawab secara jelas dan tegas. Tetapi ada beberapa hal yang penting di sini: Tuhan tidak melarang
kenikmatan sukacita seseorang menikmati dari hasil jerih payah tangannya. Berarti sebaliknya kita
tahu Tuhan pasti dan jelas marah kepada orang yang menikmati dari hasil bukan jerih payah
tangannya. Jadi intinya, silakan kamu menikmati dan nikmati usaha dari hasil tanganmu. Di dalam
segala usaha engkau sudah setia bekerja berat, ada berkat anugerah Tuhan, makin lama makin
banyak dan makin bertambah, itu lumrah. Sejauh mana saudara menikmatinya, haruskah saudara
membuat rumah saudara lebih besar daripada yang sekarang, haruskah mobilmu diganti, saudara
mungkin menjadi salah, memikirkan sejauh mana saudara sebagai orang Kristen menikmati semua
hal itu, bukan?
Hari ini mari kita melihat beberapa hal yang penting di sini. Bagaimana orang yang mempunyai
hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan sebagai seorang yang takut akan Tuhan dalam segala
sesuatu, dengan hormat saudara memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu. Mari kita lihat selanjutnya,
orang yang hidupnya rohani mencintai Tuhan, Tuhan juga memberikan anugerah berkat yang kita
bisa menikmati. Makan saja, kata Ul.14 , beli saja lembu yang terbaik. Tentu saudara akan membeli
lembu yang gemuk. Saudara tentu tidak akan pergi ke pasar, sebagai seorang Kristen yang rohani lalu
bilang, “Saya mau beli daging lembu, tetapi saya orang Kristen yang mau hidup berkorban, apakah
ada daging lembu tua yang agak keras dagingnya untuk saya makan?” Sudah pasti tidak seperti itu,
bukan? Ada orang yang bilang begini kepada saya, “Pak, saya takut bersyukur dan menikmati segala
sesuatu sebab kalau saya menikmati kesuksesan dan kekayaan yang saya dapat, itu artinya saya
menghina orang lain yang kurang daripada saya.” Kalau saudara terus berpikir seperti itu, sampai
kapan saudara bisa bersyukur? Saya bersyukur untuk berkat tidak berarti saya bertepuk-tangan
melihat orang punya kesulitan. Itu adalah dua hal yang berbeda. Saya bersyukur itu tidak ada
kaitannya saya menghina orang lain; saya bersyukur sebab saya tahu sumber fondasi datangnya
nikmat ini dari Tuhan adanya. Maka perpuluhan di Ul.14 ini mengandung dimensi yang lain yaitu
perpuluhan ini dinikmati. Sampai di sini saudara hati-hati, bolehkah dengan ayat ini lalu mengatakan,
saya pakai uang perpuluhan untuk undang orang makan di restoran? Ul.14 memberi beberapa
prinsip, pakai perpuluhan itu untuk engkau enjoy dengan seluruh keluargamu. Kedua, ada aspek saya
juga tidak melupakan orang yang miskin dan janda.
Kiranya Tuhan memimpin kita bijaksana dalam hal-hal ini. Seringkali kita melihat Allah kita adalah
Allah yang selalu ingin mengambil sukacita dan kebahagiaan dari apa yang kita miliki. Mari kita
melihat sukacita kenikmatan kesuksesan yang datang itu sebagai berkat anugerah Tuhan dan biar Dia
menjadi sumber fondasi kebahagiaan hidup kita. Waktu kita belajar berkorban memberi sesuatu,
bukan karena kita mau menderita diri sendiri tetapi karena kita mau memakai apa yang sementara
itu menjadi sesuatu berkat yang bersifat kekal adanya.
Yes.62:8-9 bicara mengenai nanti di langit dan bumi yang baru apa yang akan terjadi di situ. Selama
engkau dan saya hidup di dalam dunia ini, kita hidup di dalam dunia yang sudah dikutuk oleh dosa.
Saudara dan saya melihat dan mengalami ketidak-adilan terjadi di atas muka bumi ini. Ketidak-adilan
yang terjadi di atas muka bumi ini paling tidak ada dua hal penyebabnya. Yang pertama, evil terjadi
karena ada orang jahat melakukannya. Kekerasan, pembunuhan membuat hati kita marah dan sedih
karena ada orang yang jahat melakukannya. Kita ingin keadilan terjadi atas orang itu. Kita hidup di
386
dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa. Dosalah yang menodai keindahan dan kenikmatan
daripada dunia ini sehingga karena dosa manusia bumi dikutuk oleh Tuhan. Apa yang engkau tanam
akan menghasilkan onak dan duri. Engkau tanam benih jagung, dicuri orang, engkau tanam dengan
susah payah benih gandum, yang keluar adalah onak duri karena dimakan oleh orang lain. Itulah
dunia kita yang sudah tidak adil. Bukan Tuhan yang tidak adil, tetapi dosalah yang merusak
semuanya. Satu kali kelak dosa tidak ada lagi, dan semua itu akan hilang lenyap. Tidak ada lagi air
mata, tidak ada penderitaan dan tidak ada kematian lagi waktu kita ketemu Tuhan.
Lalu sampai di langit dan bumi yang baru nanti adakah sukacita yang penuh? Ada. Kalau anak kecil
sukacita, dia akan gembira lompat-lompat. Kalau orang dewasa? Ah, tidak boleh lompat-lompat,
harus jaga wibawa. Saya harap dimensi ini kita lihat baik-baik. Yes.62 bicara mengenai dunia yang
sudah tidak lagi berada di bawah kutuk dosa. Sampai di sana nanti kita akan makan, minum dan
bersukacita sambil memuliakan Allah. Apa yang Tuhan kasih dengan segala jerih payah kerja terima
itu sebagai syukur dari Tuhan. Jangan pernah menikmati sesuatu yang saudara tahu itu bukan
datangnya dari Tuhan. Waktu kita bersyukur dan menikmati apa yang datang dari Tuhan, itu berarti
kita sekaligus memuliakan Dia sebab syukur kita berarti kita tahu itu sumbernya dari Tuhan.
Waktu kita bersyukur, Tuhan menginginkanmu menikmati dengan indah dan sukacita apa yang
didapat oleh jerih payah tangan kita. Waktu kita menikmati dan bersyukur atas apa yang Tuhan kasih
kepada kita, kita juga tidak melupakan orang yang lain. Waktu kita belajar berkorban, itu bukan
berarti kita mau menderita tetapi sebab kita tahu apa yang kita kerjakan sekarang kita tidak mau itu
hanya kita nikmati sebagai sukacita yang sementara, kita mau sukacita yang lebih indah dan lebih
kekal. Yang Tuhan minta adalah sebagai seorang pria yang takut akan Tuhan, panggilan saya kepada
bapak-bapak dan semua pria, kebahagiaan kita berangkat karena kita adalah orang-orang yang takut
akan Tuhan.
Yang kedua, minggu kemarin sudah saya angkat, kebahagiaan dan sukacita kita bukan karena
kekayaan harta yang banyak, tetapi ada kekayaan yang saudara dan saya jangan sampai abaikan
yaitu anak-anak yang Tuhan berikan di dalam keluarga kita. Mzm.128 menggambarkan anak-anak itu
sebagai tunas pohon zaitun. Tunas itu sangat ringkih dan gampang patah. Tetapi jangan lupa, dalam
Mzm.127 anak-anak digambarkan sebagai anak-anak panah yang tajam di tangan pahlawan.
Kebanggaan seorang pahlawan yang berhasil mempertajam anak-anak panahnya bukan di hadapan
teman dan sahabatnya tetapi musuhpun respek kepada dia. Jadi sebagai orang tua kita dipanggil
untuk memelihara dan sekaligus mengasah sehingga dia besar menjadi seorang yang sukses dan
berhasil di dalam masyarakat.
Dalam Kol.3:21 Paulus mengingatkan para ayah supaya jangan menyakiti hati anak sehingga tidak
menjadi tawar hati. Anak adalah seperti sebatang anak panah, di situ ada dinamika, di situ ada
gairah, di situ ada energi. Mungkin natur anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan, tetapi di
sini Paulus mengingatkan para ayah jangan sampai padamkan api di dalam hati anak, sehingga
apapun dia tidak mau kerjakan. Jangan padamkan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan dia.
Dukung dia, dorong dia. Apalagi anak laki-laki, saudara terlalu lindungi dia, mau bikin ini-itu dilarang.
Latih anak punya semangat berjuang. Pertajam dia untuk bisa hidup sendiri, bertanggung jawab
sendiri, ini merupakan hal yang penting.
387
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 127:2; 128:2
Matius 6:25:34
Pdt. Effendi Susanto STh.
Mengapa kantung berkatmu bocor?
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Injil Matius 6
25
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan
atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26
Pandanglah burung–burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan
bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi
burung–burung itu?
27
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya?
28
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa
bekerja dan tanpa memintal,
29
namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah
satu dari bunga itu.
30
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam
api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
31
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami
minum? Apakah yang akan kami pakai?
32
Semua itu dicari bangsa–bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu,
bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan
kepadamu.
34
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
dan 128 bagi saya merupakan satu trilogi yang indah berbicara mengenai apa saja yang
memenuhi hidup kita. Ada tiga hal yang penting dimana seluruh hidup kita dipenuhi dan sibuk
dengan aktifitas dan hal ini. Pertama, kita mau perhatian, kita mau keselamatan, kita mau kesehatan,
kita mau satu lingkungan kodusif. Semua orang mencari keselamatan, kesehatan dan keamanan.
Yang kedua, hidup kita dipenuhi dengan “building houses.” Kita bangun pagi-pagi, kita pulang jauh
malam, kita berusaha maju terus di dalam pekerjaan, kita berkumpul tidak lain dan tidak bukan
Mzm.126, 127
388
supaya apa yang kita kerjakan dalam hidup ini makin hari makin menjadi besar. Yang ketiga, Mzm.128
bicara mengenai “membesarkan anak-anak.” Hidup kita dipenuhi dengan semua itu. Dari muda kita
berpacaran supaya suatu hari kelak kita bisa beristeri dan mempunyai anak. Di dalam tiga hal itu
Pemazmur berkata tujuan akhirnya, tujuannya, sasarannya ada dua perasaan hati yang kita mau
yaitu sukacita dan kebahagiaan. Kita mau apa yang kita kerjakan mencapai dua hal ini. Tidak ada
orang yang membangun rumah, sesudah membangun lalu kemudian masuk ke rumah baru
kehilangan kebahagiaan. Tidak ada orang yang mau membesarkan anak dengan penderitaan,
melainkan ingin menikmati sukacita melihat anak bertumbuh besar. Kita tidak mau mengalami apa
yang menjadi peringatan Mzm.127 yaitu “kekosongan kehidupan.” Sudah setengah mati mencari
uang, sudah setengah mati bangun, sudah mencapai kesuksesan, sampai di ujung hatimu menjadi
kosong dan tidak bisa menikmati apa yang engkau sudah dapatkan. Apa gunanya? Sia-sia orang yang
membangun sesuatu tetapi tidak diberkati oleh Tuhan. Sia-sia engkau pagi-pagi sudah pergi bekerja
hingga larut malam tetapi kita kehilangan semuanya.
Memang kita harus melihat di dalam realita hidup ini tidak semua yang menjadi tujuan dari Mazmur
ini bisa terjadi seperti hanya membalikkan telapak tangan tetapi membutuhkan proses. Di dalam kita
berjalan menuju ke situ kita mengalami proses. Di dalam proses itu pagi ini saya ingin berbicara
mengenai dua hal yang seringkali membocorkan sehingga kebahagiaan and hidup senang itu tidak
penuh kita nikmati. Seperti saudara sedang berjalan sambil membawa kantong air yang penuh
dengan anugerah dan berkat Tuhan. Tetapi kenapa sampai di ujung sukacita itu menjadi tidak ada?
Karena kantong air yang saudara bawa itu bocor. Ada dua hal yang membocorkannya yaitu
“kekuatiran hidup” dan “patah semangat.”
dan Mzm.128:2 memperlihatkan dua orang sama-sama makan, tetapi dengan cara yang
sangat berbeda. Makanannya mungkin sama, tetapi menikmatinya dengan kontras yang sangat
berbeda. Satu perbandingan yang sangat menarik. Dalam terjemahan ESV Mzm.127:2 ”...eating the
bread of anxious toil.” Mzm.128:2 ”...eating the fruit of your labour and be blessed.” Yang satu “eating
the bread of anxious toil,” dan yang satu “eating the bread of blessed toil.”
Mzm.127:2
Kadang-kadang kita tidak perlu makan lobster untuk menikmati makan, tetapi pergi ke warung
Padang meskipun tidak punya duit, kita bisa makan nasi dengan kuah gulai dan bumbu rendang,
hanya bayar nasinya saja, nikmat sekali. Itu yang saudara dan saya lakukan waktu masih jadi
mahasiswa bokek, bukan? Sekarang mungkin warung Padang sudah waspada kalau yang makan
adalah mahasiswa, sehingga kuahnya pun di-charge. Nasi panas bisa dimakan dengan sangat nikmat.
Tetapi ada orang yang sudah kerja keras dari pagi hingga malam, yang dimakan adalah “roti
kecemasan,” kasihan sekali… saya tidak tahu bagaimana caranya dia makan. Bukan makanannya
tidak banyak di meja, bukan makanannya tidak enak, ada berlimpah di meja, tetapi mungkin ambil
roti dengan malas, sudah masuk ke mulut tidak ada rasa nikmat.
Tetapi firman Tuhan berkata, orang yang takut akan Tuhan hidupnya amat berbahagia, ‘eat the fruit
of blessed toil.’ Tidak berarti orang yang takut Tuhan bekerja lebih gampang dan lebih ringan
daripada orang yang tidak percaya Tuhan. Sama-sama toil, sama-sama bekerja dengan susah payah.
Tidak berarti makanan lebih kurang tetapi dua bagian ini memberikan perbedaan yang sangat
kontras: ada orang makan roti kekuatiran, bukan rotinya kurang enak tetapi makannya penuh
dengan kuatir dan cemas; ada orang makan roti, roti itu adalah roti anugerah di dalam hidupnya. Dua
cara makan yang begitu berbeda. Di dalam proses kita bekerja, di dalam proses kita membesarkan
389
anak, di dalam perjalanan hidup ini akan banyak kesulitan dan tantangan yang datang kepada kita.
Listrik, uang sekolah anak, bunga cicilan hutang, hampir bisa dipastikan semua akan naik tahun
depan. Maka kita akan berpikir dan bertanya, apakah mungkin saya bisa membayar hutang dan
cicilan rumah? Apakah mungkin saya bisa membayar uang sekolah anak? Bagaimana dengan kondisi
hidup saya menghadapi kesusahan seperti ini? Bukan jaman sekarang saja orang hidup dalam kerja
keras dan susah payah. Mzm.127 sudah mengatakan realita seperti itu, banyak orang bangun pagi-pagi
untuk bekerja hingga larut malam. Saya setuju pepatah yang mengatakan “hurry, worry and bury”
itulah hidup orang di dalam dunia ini. Hidup terlalu tergesa-gesa, hidup penuh kekuatiran, akhirnya
selesai juga dikubur. Mari kita mempelajari dua hal ini, kita kerja, kita lakukan dua hal ini menjadi
kebocoran atas sukacita kita sehingga kita tidak bisa menikmatinya secara penuh, yaitu “hidup
bersemangat,” kekuatiran yang bersalah dan “patah semangat,” kita letih, kita jemu, kita tidak punya
energi untuk mengerjakan hal itu. Kita bukan mesin, itu sebab Mzm.127 bicara mengenai “rest.” Kita
begitu gampang dan mudah menjadi letih dan lesu. Tetapi pada waktu kita “patah semangat,”
kekuatan apa yang bisa membuat kita bisa memantul, kita bisa bangkit dan mengerjakannya lagi?
Ketika kita sudah penuh dengan kelimpahan dan penuh sudah lumbung kita, kenapa kita tidak bisa
bersyukur dan menikmatinya? Sebab kita dicemari oleh perasaan kekuatiran ini. Kata kuatir dipakai
secara positif dan negatif di dalam Alkitab. Itu sebab tidak heran Paulus juga pernah mengatakan,
“Aku kuatir dengan kondisimu…” kepada Timotius yang sakit; Paulus juga pernah menyatakan
kekuatirannya kepada jemaat di Filipi dan Kolose; sehingga kita tahu ada perbedaan antara
“kekuatiran” dengan “kecemasan.” Kita tahu kita perlu bayar rekening, kita tahu anak kita perlu
bayar uang sekolah, kita tahu kita begitu terbatas tidak bisa mengontrol banyak hal, itu merupakan
concern kita. Saya percaya sebagai manusia biasa kita tidak bisa lepas dari hal-hal itu. Saudara
bekerja, saudara juga concern apakah bisa sukses atau tidak, itu merupakan hal yang lumrah. Tetapi
yang dibicarakan oleh Alkitab kita menjadi warning dari Tuhan Yesus, “Jangan kamu kuatir,” berarti
Tuhan tahu kita bisa kuatir tetapi Tuhan juga ingatkan kita kekuatiran itu merupakan lubang yang
menggerogoti begitu banyak berkat anugerah Tuhan tidak kita nikmati secara penuh. Jangan sampai
kita pulang, kita sudah penuh diberkati Tuhan, roti itu berkelimpahan, tetapi kita tetap makan “roti
kekuatiran” di dalam hidup kita.
Ada satu orang terus-menerus kuatir di dalam hidupnya, tidak pernah ada sukacita, kuatir terus, tidak
pernah senyum, tidak pernah tertawa. Teman-temannya sudah putus asa mencoba menolong dia
mengurangi kekuatirannya. Tetapi suatu hari waktu dia pergi ke kantor terjadi keajaiban, hari itu dia
senang luar biasa. Teman baiknya bilang, “Wah, hari ini kamu kelihatan gembira sekali.” Dia jawab,
“Iya, baru hari ini saya tidak kuatir lagi.” Bagaimana bisa? “Karena kemarin saya ambil keputusan
untuk menggaji satu orang untuk mengkuatirkan apa yang saya kuatirkan. Itu sebab saya gembira
dan tidak kuatir lagi.” Bagaimana bisa? Siapa orang yang mau mengerjakan hal seperti itu? “Ooh,
ada. Tapi gajinya memang sangat mahal. Satu hari gajinya $1000.” “Haaa? Seribu dollar? Apa kamu
bisa bayar?” “Tidak.” Lalu, bagaimana? “Lho, saya tidak perlu kuatir, biar dia saja yang pikirin. Toh
saya sudah kasih semua kekuatiran saya menjadi tugas dia, lalu bagaimana saya bayar nanti biar itu
dia yang kuatirkan.” Kalau bisa ada orang mau kerja seperti itu, enak sekali, bukan? Semua
kekuatiran kita kasih saja kepada dia. Tetapi puji Tuhan, Orang seperti itu ada, dan kita tidak perlu
bayar. “Cast your worry to Me,” kata-Nya. Serahkan kuatirmu kepada-Ku, kata Tuhan Yesus.
Bagaimana saya bisa membedakan antara kekuatiran yang sah dengan kekuatiran yang salah?
Bagaimana saya membedakan antara saya put a legitimate concern dengan a sinful worry? Tidak
390
gampang, bukan? Obyek kekuatiran kita bisa sama tetapi yang satu bisa menjadi kekuatiran kita yang
sah, yang satu menjadi kekuatiran yang tidak ada habis-habisnya. Itu sebab saya ingin mengajak kita
melihat Alkitab secara teliti bagaimana Alkitab bicara mengenai kekuatiran. Apa akibat yang
dikerjakan oleh kekuatiran di dalam hidup kita? Mat.6 berbicara akan seluruh prinsip mengenai
kekuatiran itu muncul dari kalimat-kalimat Tuhan Yesus.
Ada satu buku mencatat kurang lebih ada 60 penyakit yang muncul semata-mata karena pengaruh
kekuatiran dan kecemasan di dalam hidup kita. Kita akan kurang tidur, kita akan mengalami
gangguan pencernaan, kita akan letih lesu, kita tidak punya energi lagi untuk mengerjakan sesuatu,
dsb. Jelas sekali kekuatiran itu merusak hidup kita. Dia merongrong kesehatan kita. Itu sebab Alkitab
dengan simple berkata, “Tidak usah kuatir dalam hidupmu.”
Yang kedua, kekuatiran jelas menghancurkan sukacita kita. Luk.10:41 mencatat orang yang bekerja
setengah mati untuk membuat makanan yang enak buat Tuhan Yesus, namanya Marta. Waktu
mendengar Yesus mau datang ke rumahnya, dia senang, bukan? Waktu mendengar Yesus mau
datang, dia dengan gairah pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk memasak dinner yang paling
enak, bukan? Waktu Yesus akhirnya sampai di rumah dia, dia senang dan sambil masak di dapur
sambil show off keahliannya di depan Tuhan Yesus. Tetapi setelah itu kesenangan itu lenyap dan dia
datang bersungut-sungut kepada Tuhan Yesus, “Saya keluh, Tuhan, suruh itu Maria bantu saya.”
Tuhan Yesus bilang, “Martha, Martha, kamu terlalu cemas.” Kamu terlalu bercemas. Bukan Yesus
tidak menghargai pelayanan dan kerja keras dari Marta. Yesus hanya bicara, hasil kerjamu itu
dipenuhi dengan kekuatiran, kekuatiranmu itu menghancurkan sukacita hidupmu. Itu efek dari
kekuatiran.
Yang ketiga, Yesus mengatakan apakah dengan kekuatiranmu itu engkau sanggup bisa menambah
satu centi saja dari perjalanan hidupmu? Tidak! Kita kuatir akan kesehatan kita, apakah itu bisa
memperpanjang umur? Kita kuatir dengan banyak hal di dalam hidup kita, apakah itu akan merubah
segala sesuatu? Tidak. Itu sebab kenapa kita kuatir? Alkitab berkata, tidak perlu kuatir sebab kuatir
itu tidak berguna apa-apa di dalam hidupmu. Kuatir itu tidak merubah apa-apa di dalam hidup
saudara.
Yang keempat, kuatir akhirnya menyebabkan kita terjerumus tidak melihat anugerah pemberian
Tuhan yang baik di dalam hidup kita. Maka terjadi kontras yang luar biasa di dalam Mzm.127:2 , Allah
bisa memberi roti kepada orang yang Dia kasihi pada waktu ia sedang tidur. Tetapi ada orang bangun
pagi-pagi bekerja hingga larut malam, sudah kerjakan semua seperti itu, mereka tidak menikmati roti
itu dengan sukacita sebab mereka ingin kontrol situasi, mereka mau bisa kerjakan dan lakukan untuk
diri sendiri. Akhirnya mereka tidak melihat aspek berkat anugerah Tuhan di dalam hidupnya. Itu efek
yang disebabkan oleh kekuatiran di dalam hidup kita.
Apa penyebab kita kuatir? Kalau saudara belajar psikologi saudara akan mengatakan ada orang yang
dilahirkan memang dengan temperamen yang bisa membuat dia memiliki kekuatiran yang
berkelebihan. Yang paling bagus katanya orang yang punya temperamen Phlegmatic, yang tidak
pernah kuatir. Pulang dapat angka berapa? Delapan, Pa. Wah, bagus dong. Hehe… delapannya
ketawa, alias angka tiga. Orangnya selalu tenang, everything is OK, itu orang Phlegmatic. Tenang saja,
nanti hari H-nya pasti dapat angka bagus. Sudah planning mau menikah, tenang saja, tidak apa-apa.
Beda dengan orang optimis dan orang Melancholic yang lebih mudah kuatir. Orang optimis dengar
391
bunyi ban meletus langsung pikir ada teroris. Sudah atur planning mau pergi liburan, baru dengar ada
apa-apa di sana, langsung ditunda. Tidak bisa apa-apa, temperamennya sudah begitu. Dikasih firman
Tuhan sama Pak Effendi juga tetap tidak bisa apa-apa, tetap kuatir terus. Apakah semua orang
Kristen harus menjadi orang Phlegmatic-kah? Saya percaya Alkitab tidak memperlihatkan aspek
seperti itu.
Mari kita buka Mat.6:25-34 Yesus bicara mengenai kekuatiran, tetapi kita tidak boleh lepaskan
pembicaraan ini dari konteks sebelumnya, Yesus bicara mengenai dua hal penting di Mat.6:19-24 .
Pertama, kalau orang memiliki sistem nilai yang “up-side down,” maka tidak bisa tidak kekuatiran itu
akan memenuhi hidupnya. Itulah sistem nilai dari orang yang tidak percaya Tuhan. Dia akan
menyimpan harta terlalu banyak kepada dunia ini, lupa simpan kepada kehidupan yang akan datang
waktu ketemu Tuhan. Kata Tuhan Yesus, “Apa gunanya kamu berkumpul semua hartamu di dalam
dunia ini? Ngengat dan karat akan merusaknya dan pencuri akan mencurinya. Simpanlah hartamu di
surga.” Jelas prinsip mengenai kenapa orang cemas tidak berkaitan langsung dengan persoalan
temperamen walaupun mungkin ada pengaruh sedikit; tidak berkaitan langsung dengan karakter kita
walaupun mungkin ada sedikit; tetapi lebih berkaitan dengan bagaimana cara kita berpikir,
bagaimana sikap iman kita di sini. Dan prinsip ini muncul: orang yang sistem nilainya terbalik, orang
itu akan selalu hidup di dalam kekuatiran. Sistem yang terbalik itu dimiliki oleh orang yang tidak
percaya Tuhan dan jangan itu juga menjadi sistem hidup kita.
Yang kedua, kenapa kekuatiran muncul? Tuhan Yesus memberi prinsip kedua: orang yang hidupnya
mendua hati, punya dua tuan, hidupnya tidak akan pernah tenang. Apa artinya punya dua tuan?
Orang yang percaya Tuhan tetapi juga masih reserve sama Mamon. Tidak bisa kita bersandar kepada
Tuhan sekaligus kita bersandar kepada Mamon, harta benda. Itu membuat hidup kita tidak akan
pernah tenang selama-lamanya. Dua hal ini menjadi penyebab penting mengapa kita terus-menerus
menjadi orang yang kuatir di dalam hidup ini.
Yang ketiga, orang yang penuh dengan kekuatiran adalah orang yang selalu mengasyik dengan
dirinya sendiri. Itu yang menjadikan kehidupan yang sia-sia kalau orang mencari sesuatu, kalau orang
memperluas kehidupannya, orang bertambah banyak hartanya, orang terus menambah banyak hal
yang dia bisa makan tetapi hanya untuk dirinya sendiri, bukan saja sia-sia terjadi, setiap kali makan
roti, roti itu adalah roti adalah roti kekuatiran.
Kalau hidup kita kuatir, dan kuatir itu menjadi kuatir yang berkelebihan, mari kita tanya diri kita baikbaik, siapa yang jadi Tuan di dalam hidup kita? Kalau hidup kita penuh dengan kekuatiran yang tidak
beralasan, mari kita tanya diri kita baik-baik, apa sistem nilai yang ada di kepala kita?
Yang keempat, kuatir disebabkan karena kita tidak terlalu sungguh-sungguh dengar firman Tuhan.
Dalam perumpamaan Yesus mengenai penabur benih (Luk.8:5-8), Yesus mengatakan benih itu ada
yang jatuh di pinggir jalan lalu diinjak-injak orang dan ada yang dimakan burung sampai habis, benih
itu ada yang jatuh di tanah yang kering tidak mendapat air, benih itu ada yang jatuh di tengah semak
duri dan dihimpit semak itu sampai mati, dan ada benih yang jatuh di tanah yang subur lalu berbuah
seratus kali lipat. Di dalam menjelaskan arti dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus lalu menjelaskan
yang mendengar firman Tuhan seperti benih yang jatuh di tanah yang subur, dia responsif dan
beriman maka firman itu berbuah berlipat ganda di dalam hidupnya. Orang yang mendengar firman
seperti benih yang tumbuh di antara semak duri, dalam pertumbuhannya mereka terhimpit oleh
392
kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang
matang (Luk.8:14) . Kalau kita hidup penuh kuatir, kita harus tanya diri kita baik-baik, seberapa sehat
pendengaran kita kepada firman Tuhan? Seberapa sehat kita percaya dengan tegas janji firman
Tuhan yang menjadi benih yang tumbuh subur di dalam hati kita? Ataukah benih itu jatuh di dalam
hati kita yang penuh dengan kekuatiran terhadap apa yang perlu kita makan, apa yang perlu kita
pakai sehingga kita tidak serius menerima firman Tuhan.
Terakhir, penyebab dari kekuatiran, Alkitab jelas berkata, orang itu kuatir, lumrah dia kuatir sebab
hidupnya memang tidak pernah di-planning dengan baik; orang itu malas dan tidak bertanggung
jawab; Kalau engkau kuatir besok exam tidak dapat A tapi malam ini tidak mau belajar, ya sudahlah
memang pasti akan dapat jeblok. Kalau engkau kuatir tidak bisa membayar segala sesuatu karena
engkau memang seorang yang tidak rajin dan boros dan tidak bertanggung jawab terhadap hidupmu,
itu adalah konsekuensi yang wajar.
Pulang dan nikmati rotimu dengan mengucap syukur kepada Tuhan, this is the bread of blessed toils.
Biar kita lempar jauh-jauh segala kekuatiran hidup kita sebab itu yang Tuhan perintahkan kepada
kita, karena dengan kuatir kita tidak menghargai anugerah Tuhan. Dengan kuatir kita tidak melihat
kedaulatan Tuhan yang mengontrol dan mengatur hidup kita. Dengan kuatir kita dengan sombong
merasa kita sanggup mengontrol dan mengerjakan sendiri hidup kita tapi di ujungnya kita kuatir lagi
karena kita sadar kita tidak mampu. Itulah sebabnya kita kehilangan sukacita, kita kehilangan syukur,
sekalipun kita hidup di dalam kelimpahan roti, sebab roti yang kita makan adalah roti kekuatiran. Biar
kita berdoa minta ampun kepada Tuhan dan memohon Tuhan memenuhi kita dengan firman Tuhan
dan kita takluk dan percaya bahwa Tuhan selalu mencukupkan lebih daripada apa yang kita minta
kepada-Nya.
393
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 129
1
2
3
4
5
6
7
8
Nyanyian ziarah. Mereka telah cukup menyesakkan aku sejak masa mudaku—biarlah Israel
berkata demikian—
mereka telah cukup menyesakkan aku sejak masa mudaku, tetapi mereka tidak dapat
mengalahkan aku.
Di atas punggungku pembajak membajak, membuat panjang alur bajak mereka.
TUHAN itu adil, Ia memotong tali–tali orang fasik.
Semua orang yang membenci Sion akan mendapat malu dan akan mundur.
Mereka seperti rumput di atas sotoh, yang menjadi layu, sebelum dicabut,
yang tidak digenggam tangan penyabit, atau dirangkum orang yang mengikat berkas,
sehingga orang–orang yang lewat tidak berkata: “Berkat TUHAN atas kamu! Kami memberkati
kamu dalam nama TUHAN!”
Renungan
Bagi orang Israel, menyanyikan mazmur ziarah berarti
mengarahkan hati dan pikiran kepada Bait Allah di Yerusalem, kiblat mereka. Seperti Daniel yang
berdoa tiga kali sehari menghadap Yerusalem (Dan. 6:11) , demikianlah Israel terus diingatkan untuk
memfokuskan bukan saja diri mereka, tetapi juga perhatian dan hati mereka kepada hadirat Allah
yang dilambangkan Bait Allah di Yerusalem. Ketika mata hati kita tertuju dan terfokus kepada Allah,
maka segala pikiran dan perasaan kita perlahan-lahan akan tertata dengan baik menurut
prioritasnya. Semakin dalam kita mengenal Allah, semakin baik prioritas itu akan tertata rapi. Mazmur
129 mendoakan bukan saja kebaikan Israel, juga hukuman bagi mereka yang berlaku jahat terhadap
umat Tuhan.
Judul: Doa mohon keadilan Tuhan
Penyertaan Tuhan adalah sesuatu yang nyata melalui kehidupan umat-Nya. Walaupun umat Israel
pernah melalui masa-masa yang berat dalam sejarah mereka, tetapi pada akhirnya Tuhan
menyatakan juga kebaikan-Nya. Orang-orang jahat bisa saja mendatangkan kesesakan, tetapi kata
akhirnya akan selalu ada di tangan Tuhan dan Dia akan memberikan kelepasan pada waktunya.
Sebagai umat Tuhan, kehidupan kita di dunia ini bukan saja membawa citra dan nama baik kita,
tetapi juga citra dan nama baik Tuhan. Karena itu ketika ada orang yang berlaku jahat terhadap kita,
kita bisa naik banding kepada Tuhan dan minta kepada-Nya untuk bertindak bagi kepentingan kita
sebab kepentingan kita adalah kepentingan-Nya juga. Doa agar mereka yang jahat menerima
keadilan Tuhan dan tidak menerima berkat-Nya lahir bukan dari perasaan egois karena ingin
diberkati Tuhan dan tidak peduli orang lain. Justru doa ini adalah agar nama baik Tuhan dinyatakan.
Mari kita belajar berdoa dengan tepat. Kita belajar melihat berbagai isu dan kesulitan di dunia ini
melalui kacamata dan kepentingan Allah. Kita meminta berkat untuk anak-anak Tuhan dan keadilan
untuk mereka yang melawan Tuhan agar dunia melihat keadilan dan kekudusan-Nya!
394
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 130
1
2
3
4
5
6
7
8
Nyanyian ziarah. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada–Mu, ya TUHAN!
Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga–Mu menaruh perhatian kepada
suara
permohonanku.
Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat–ingat kesalahan–kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat
tahan?
Tetapi pada–Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.
Aku menanti–nantikan TUHAN, jiwaku menanti–nanti, dan aku mengharapkan firman–Nya.
Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada
pengawal mengharapkan pagi.
Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali
mengadakan pembebasan.
Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.
Renungan
Sehebat-hebatnya manusia, ada saatnya ia akan melalui lembah
kekelaman dalam hidupnya. Pemazmur mengatakan, "dari jurang yang dalam dia berseru kepada
Tuhan". Makin dekat hubungan kita dengan Tuhan, makin sensitif kita terhadap kejatuhan yang kita
alami dalam hubungan kita dengan Tuhan. Makin dekat kita dengan Tuhan, makin besar kerinduan
dan hasrat untuk erat bersekutu dengan Tuhan.
Judul: Berharap fajar menjelang
Saat membaca bait-bait mazmur ini, kita diajak untuk merenungkan kembali betapa menyedihkan
keadaan kita dan betapa besar kesalahan kita. Saat merenungkan keadaan kita, di hadapan Tuhan,
kita akan tercengang dan terpukul: "Betapa kotornya diri saya! Betapa dalamnya saya telah terjatuh!
Betapa besar anugerah-Nya bagi saya sehingga dia merangkul saya kembali!" Sebegitu kotornya diri
kita sehingga hanya pengampunan yang dapat mengangkat kita kembali dari kedalaman jurang itu.
Bukan perjuangan. Bukan kerja keras. Bukan kepandaian maupun kecerdikan kita. Hanya
pengampunan yang bisa memulihkan kita. Pengampunan itu hanya bisa didapatkan dari Tuhan
sendiri. Inilah realitas kehidupan. Orang yang menyadari keadaannya dan realitas kehidupan ini akan
berseru kepada Tuhan dan kepada Tuhan saja, penuh harap, tanpa henti.
Seorang pengawal ditempatkan di malam hari untuk menjaga kota dan penduduknya dari ancaman
berbagai hal buruk yang bisa terjadi, seperti serangan musuh, hewan liar, atau bencana alam. Ia tak
boleh lengah dan harus ekstra hati-hati di tengah kekelaman malam. Maka merekahnya sinar
mentari di pagi hari merupakan tanda kelepasan yang melegakan bagi seorang pengawal yang
berjaga di malam hari.
Di tengah berbagai pergumulan hidup ini, seberapa sungguh jiwa kita berharap kepada Tuhan? Ketika
kita menyadari betapa mengenaskan keadaan kita dan betapa kita telah terjatuh ke dalam jurang,
adakah kita mengharapkan merekahnya fajar? Atau jangan-jangan kita menikmati keadaan dalam
gelap?
395
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 130
Pdt. Sutjipto Subeno
Ratapan dalam Ibadah
Hal yang tak kalah pentingnya dalam ibadah adalah ratapan. Meratap merupakan hal yang unik yang
ada dalam ibadah namun pada hari ini banyak gereja yang menghilangkan unsur ratapan. Akibatnya
banyak orang meratap di luar gereja, orang pergi ke psikolog dan bukan penyelesaian yang didapatkan tetapi masalah baru. Meratap sering dilakukan oleh para nabi Tuhan yang hidup dalam jaman
yang rusak moral. Yang menjadi pertanyaan adalah samakah meratap dengan marah? Bukankah
ketika kita sedang marah pada Tuhan, keluar ungkapan kemarahan sebagai ratapan di hadapan
Tuhan? Alkitab memperkenankan kita meratap dan menyatakan keluhan-keluhan kita di hadapanNya bukan kemarahan yang kita ungkapkan ke hadapan Tuhan. Ketika kita meratap maka ratapan
yang keluar itu seharusnya menjadi ungkapan yang keluar karena kita orang berdosa yang hidup
dalam kesengsaraan. Berbeda halnya dengan marah, ketika orang marah maka kemarahan itu lebih
didasarkan karena diri merasa benar dan Tuhan salah. Perhatikan, manusia selamanya tidak mungkin
akan lebih benar dari Tuhan. Tuhan adalah kebenaran sejati. Maka jelaslah disini meratap berbeda
dengan marah.
Kitab Ratapan yang ditulis nabi Yeremia begitu indah, terdiri dari lima pasal dimana setiap pasal terdiri
dari 22 ayat dimana ke-22 ayat ini merupakan jumlah abjad Ibrani, setiap ayat dimulai dari abjad
Ibrani dan khusus pasal 3 terdiri dari 66 ayat. Ternyata, dalam ratapan ada keindahan. Ratapan
Yeremia berisi tentang keluhan kondisi Yerusalaem bukan kemarahan sebab orang marah tidak
mungkin menulis sedemikian indah dan teratur. Sangatlah wajar kalau hari ini banyak manusia
meratap mengingat kondisi dunia berdosa, banyak kesulitan yang harus dihadapi, bencana alam
dimana-mana, kehancuran sistim ekonomi dunia, dan tantangan lain di depan yang harus dihadapi.
Adalah pendapat yang salah yang menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara bencana dengan dosa.
Tidak! Akibat ulah manusia berdosa, kejahatan makin meraja lela, bencana alam melanda hampir
seluruh penjuru dunia. Dunia makin menuju pada kehancuran dan sifat dosa begitu mencengkeram
hidup sehingga sulit bagi manusia untuk lepas dari belenggu dosa. Bencana alam yang terjadi tidak
lepas dari tangan Tuhan. Tuhan memakai bencana untuk memperingati dan menghukum manusia
berdosa, Tuhan juga mengirim bangsa-bangsa lain yang jahat untuk berperang dan menawan
mereka. Penderitaan demi penderitaan sepertinya tidak pernah berhenti, manusia merasa seperti
berada dalam lembah maut. Di tengah segala kesulitan, orang harusnya mengevaluasi diri mengapa
hal itu terjadi dalam hidup kita? Orang harusnya datang, meratap ke hadapan Tuhan, memohon
ampunan dan bertobat. Pemazmur berseru kepada Tuhan dari jurang yang dalam, ia meratap kepada
396
Tuhan. Sebagai anak Tuhan, seharusnya sadar bahwa kita hidup dalam realita dunia berdosa; dosa itu
begitu mengerikan sehingga sulit bagi kita untuk keluar dari jurang yang begitu dalam kecuali tangan
Tuhan mengangkat dan melepaskan kita.
Penderitaan tidak hanya datang dari bencana alam semata tetapi juga karena ulah manusia itu
sendiri. Hari ini kita melihat ekonomi dunia khususnya ekonomi Amerika mulai berada di ambang
kejatuhan karena manusia mulai bermain-main dengan saham seperti layaknya berjudi. Orang tidak
lagi menggunakan kaidah-kaidah investasi seperti seharusnya tetapi orang berinvestasi, membeli
saham dan dalam hitungan detik menjualnya kembali dengan keuntungan lebih besar. Seorang pakar
ekonomi Amerika, Paul B. Farrel dalam tulisannya di Harian Kompas menganalisa ternyata 516 triliun
US dollar dipermainkan sedemikian rupa dalam bursa saham padahal jumlah seluruh produk
domestik bruto manusia hanya 48 triuliun US dollar. Lalu darimanakah dana sebesar 516 triliun US
dollar itu? Komiditi utama negara seperti minyak, emas, dan lain-lain itulah yang dimasukkan dalam
permainan saham akibatnya harga minyak melambung tinggi, begitu juga halnya dengan emas
maupun komoditi yang lain.
Hidup manusia yang sudah menderita semakin bertambah sulit. Celakanya, manusia yang sudah
hidup dalam penderitaan juga dimanipulasi orang lain; orang masih tega menarik keuntungan dari
penderitaan orang lain. Perhatikan, pialang saham pasti tidak mau rugi maka ia mempermainkan
uang orang lain dan dari situ, ia mendapatkan keuntungan. Inilah dunia berdosa. Manusia begitu
serakah, selalu ingin mendapatkan keuntungan lebih besar dan lebih besar lagi dan iblis tahu akan
hal ini maka dengan caranya yang licik, tentang hal investasi dibalut sedemikian rupa sehingga orang
menjadi tergiur dan terjebak. Orang ingin mengeruk keuntungan sebanyak- banyaknya dari orang
lain, tidak peduli meski orang lain menderita asal dirinya memperoleh keuntungan. Inilah cara iblis
dan cara ini yang hari ini dipakai oleh hampir seluruh perusahaan yang menawarkan investasi
”menguntungkan.” Sesungguhnya, kalau kita mau teliti, data statis yang diberikan tidak pernah valid,
data yang diberikan menunjukkan keuntungan besar, yakni 33% karena data diambil dari tahun 2002
s/d 2008, tetapi kalau kita hanya ambil data dari tahun 2005 s/d 2008 maka keuntungan turun hanya
14% dan kalau kita ambil data satu tahun terakhir maka keuntungan semakin turun hanya 7%.
Jelaslah disini, orang menipu dengan memakai data palsu untuk mendapatkan keuntungan dan
celakanya, manusia tidak menyadari karena manusia berdosa sangat agresif, tergiur dengan
keuntungan besar yang semu. Celakanya, bukan hanya perorangan yang bermain-main dalam
investasi tetapi negara juga ikut bermain di dalamnya akibatnya rakyat semakin menderita karena
ikut menanggung hutang negara. Semua bahan pokok mengalami kenaikan harga, pajak naik, listrik
naik, dan masih banyak lagi. Inilah kondisi dunia berdosa maka wajarlah kalau kita meratap, justru
aneh kalau kita tidak meratap karena kita berada dalam jurang yang paling dalam. Sangatlah
disayangkan, tidak semua orang sadar seperti pemazmur kalau saat ini, ia berada di dalam jurang.
Orang menjadi pragmatis terhadap kondisi di sekitar. Firman Tuhan telah membukakan pada kita
bagaimana jalan keluar dari jurang dosa.
1.
Kesadaran dalam Jurang Dosa (Mazmur
130:1-2)
Pemazmur tidak berhenti menikmati hidup dalam jurang penderitaan, non posse non peccare. Hidup
di dalam jurang berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa, hanya mengandalkan belas kasihan si tuan,
kalau si tuan senang maka ia akan memberi kita makan sebaliknya ketika si tuan sudah tidak suka
397
maka ia akan membuang kita. Dari jurang yang dalam itu, pemazmur berseru dan meminta
pertolongan Tuhan, ia menerobos ke luar. Hari ini kita hidup dalam dunia berdosa, kita berada dalam
jurang dosa namun perhatikan, Tuhan tidak pernah menginginkan kita terbelenggu dalam jerat dosa.
Tidak! Alkitab menegaskan ketika kita hidup di dalam Tuhan maka Dia mengeluarkan kita dari dalam
jurang. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami hal ini, ketika mereka berada
dalam jurang, mereka tidak berseru meminta tolong malah marah dan mengeluh pada Tuhan. Hanya
Tuhan satu-satunya yang bisa mengangkat kita keluar, hanya Dia satu-satunya pengharapan kita dan
yang memberikan kemenangan pada kita.Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh
perhatian kepada suara permohonanku (Mzm. 130:2) biarlah juga menjadi permohonan kita.
Ratapan adalah suatu pengakuan, confession dan biasanya diletakkan pada bagian depan dari suatu
ibadah. Perlu diakui kita, gereja reformed masih kurang meskipun secara keseluruhan ibadah telah
mengikuti format yang berlaku sejak berabad-abad tahun yang lalu. Ratapan yang diletakkan pada
bagian depan ibadah seharusnya menyadarkan siapakah kita di hadapan Allah yang Maha Besar, kita
tidak lebih hanyalah manusia berdosa. Maka ada baiknya sebelum masuk dalam ibadah, ada
pengakuan dosa, dengan rendah hati kita mengaku di hadapan Tuhan, dan kita memohon supaya
Tuhan mendengarkan suara permohonan kita. Sayang, sikap rendah hati ini tidak muncul dalam
ibadah. Dunia merasa diri hebat dan merasa diri adalah ”allah” yang dapat mengatur segala sesuatu
akibatnya kehancuran bagi diri. Dia telah menutup satu-satunya jalan yang membawa ke luar dari
jurang.
2.
Kesadaran bahwa Tuhan Berdaulat
(Mazmur 130:3)
Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
(Mzm. 130:3) Kalimat yang paradoks, di satu sisi, kita hanya tahu satu yakni Tuhanlah jawabanku
namun di sisi lain, kalau Tuhan menahan, tidak mau menyelesaikan kesalahan kita maka kita tidak
akan dapat tahan. Jelas disini kita melihat, otorisasi di tengan Tuhan. Celakalah hidup kita kalau
Tuhan tidak lagi peduli dengan kita.Tidak ada cara manusia harus kembali pada Tuhan. Kedaulatan
pertama kembalikan pada Tuhan, manusia harus taat pada apa yang menjadi kehendak Allah.
3.
Kesadaran Pengharapan hanya pada Pengampunan Allah
(Mazmur 130:4)
Tidak cukup sampai disitu, ada paradoks yang lain: Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya
Engkau ditakuti orang (Mzm. 130:4) . Di satu pihak, Tuhan Maha Besar namun di pihak lain, Tuhan
menyediakan pengampunan. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan berkenan
memberikan pengampunan pada kita. Ingat, Allah itu Maha Pengampun namun bukan berarti Ia
dapat dipermainkan. Allah Maha Pengampun itu juga menyediakan neraka bagi mereka yang
melawan Allah. Jalan ke sorga itu sempit sebaliknya jalan ke neraka itu lebar, bebas hambatan maka
tidak heran kalau banyak orang yang mau ke sana.
Anugerah pengampunan Tuhan harusnya membuat kita takut gentar, kita tidak berani berbuat dosa
sebab sesungguhnya, kita tidak layak menerimanya. Adalah pernyataan yang salah kalau menjadi
Kristen, kita dapat berbuat dosa dari hari Senin s/d Sabtu dan kita kembali suci pada hari Minggu.
Salah! Ini konsep humanis. Anugerah Tuhan itu harusnya menggentarkan kita. Kita adalah orang
berdosa tetapi mendapatkan anugerah keselamatan maka jangan permainkan anugerah Tuhan itu.
Ratapan orang kristen bukan berakhir dengan ratapan tetapi berakhir dengan keselamatan kekal
sebaliknya, ratapan dunia berakhir dengan ratapan kekal. Semua agama tidak dapat menyelesaikan
398
secara tuntas, mereka menyatakan kalau ingin masuk surga harus usaha sendiri, yakni dengan
berbuat baik. Dengan usaha sendiri, mustahil manusia dapat keluar dari lumpur dosa. Hanya Kristus
Tuhan yang sanggup mengeluarkan kita dari lumpur dosa, dari sorga mulia Dia turun ke dunia. Hatihati iblis yang licik akan menawarkan jalan keluar tetapi perhatikan, ia tidak pernah memberi gratis.
Iblis pasti mengharapkan imbalan. Hanya Tuhan yang mampu melepaskan kita dari jerat dosa.
4.
Kesadaran Pengharapan hanya pada Anugerah Allah
(Mazmur 130:5-6)
Ketika kita hidup menanti-nantikan Tuhan maka disana ada suatu pengharapan sejati. Pada ayat ke-6
diulang sebanyak dua kali menjadi cetusan hati si pemazmur setelah dibuang. Dalam situasi pelik itu,
posisi seorang pengawal itu sangatlah berarti. Tidaklah mudah menjadi seorang pengawal, ia harus
terus berjaga sepanjang malam hingga pagi. Waktu menjelang pagi adalah waktu yang sangat berat
untuk melawan kantuk sekaligus saat yang berbahaya dimana pencuri mudah untuk masuk maka ia
berharap akan datangnya pagi. Itulah pengharapan yang sungguh. Betapa indah hidup kita kalau kita
senantiasa berharap pada Tuhan karena Dialah satu-satunya pengharapan sejati.
5.
Melihat Keselamatan bagi Bangsa (Mazmur
130:7-8)
juga mempunyai kesan mendalam di hati Luther selain Mazmur pasal 32 dan pasal 43.
Ketiga mazmur ini disebut juga sebagai psalm Pauline sebab seperti teologi Paulus. Paulus menyadari
sebelum dilepaskan oleh Kristus, seluruh jiwa raganya terbelenggu dosa, ia telah melakukan
perbuatan bodoh, membunuh pengikut Tuhan dan membela orang Yahudi yang munafik. Tuhan
melepaskan maka terlepas, kita dipanggil untuk menjadi pelepas dan melihat pembebasan Tuhan.
Jawaban terakhir dari ratapan bukan kesengsaraan, tapi kebebasan. Kemerdekaan yang Tuhan
berikan berbeda dengan kemerdekaan yang diberikan oleh dunia. Kebebasan yang diberikan dunia
berarti bebas berbuat dosa. Berbahagialah hidup kita kalau Tuhan masih peduli dan menegur ketika
kita berbuat dosa. Apakah kemerdekaan sejati? Jajahan berarti tidak punya hak, orang menuntut
kemerdekaan namun setelah merdeka, tidak mengerjakan kemerdekaan malah tertidur. Hidup
setelah merdeka justru menjadi lebih sengsara. Pada saat sengsara, manusia meratap dan meminta
tolong pada Tuhan untuk mengeluarkan dari jurang. Kemerdekaan yang Tuhan berikan adalah
kemerdekaan dalam kebenaran dan menjadikan hidup kita berkualitas; apapun yang kita lakukan
adalah untuk Tuhan yang telah memerdekakan kita. Hidup berkualitas disini bukan berarti kita harus
mempunyai intelektualitas yang tinggi. Tidak! Apalah artinya intelektualitas tinggi tetapi kita tidak
mempunyai hati yang mengasihi sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Mazmur 130
Biarlah kebebasan sejati yang Tuhan berikan menerobos dan mengubahkan konsep pemikiran kita
yang selama ini salah dan kita hidup menjadi semakin serupa dengan Kristus dan hidup memuliakan
Dia. "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh. 8:31-32) .
Amin !
399
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 131
1
2
3
Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong;
aku tidak mengejar hal–hal yang terlalu besar atau hal–hal yang terlalu ajaib bagiku.
Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih
berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama–lamanya!
Renungan
Aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang
disapih berbaring dekat ibunya". Apakah ayat ini menggambarkan jiwa kita? Dunia hari ini berputar
begitu cepat, begitu banyak informasi berseliweran di sekitar kita dari penjuru dunia, tuntutan
pekerjaan begitu tinggi, tuntutan kehidupan ekonomi, tuntutan dari keluarga, tuntutan dari kantor
dan lain sebagainya. Tampaknya hidup ini dipenuhi dengan berbagai tuntutan yang seolah tak ada
habis-habisnya. Dapatkah jiwa kita tenang, seperti anak berbaring dekat ibunya, dalam hiruk pikuk
tuntutan seperti itu?
Judul: Tenang dekat Tuhan
Kepada setiap kita, Allah telah memberikan takaran yang pas sesuai porsi kita (1c-d, bdk. Rm. 12:3) .
Yang menjadi bagian kita, harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah dan yang bukan bagian kita,
harus kita percayakan kepada Dia. Manusia seringkali merasa tidak puas dengan bagiannya. Ia ingin
menjadi yang paling top dalam segala upayanya: menjadi orang terkaya, gereja dengan jemaat
terbanyak, orang yang paling dibutuhkan, orang yang paling berkuasa dlsb. Kita ingin menjadi yang
paling ini dan paling itu sehingga kalau bisa dunia tidak berputar tanpa kehadiran kita. Mental seperti
inilah yang seringkali merusak diri kita dan juga gereja. Orang yang memiliki mental seperti ini
merasa dirinya tidak aman sebelum tiba di puncak. Begitu tiba di puncak, dia merasa tidak aman bila
tidak terus menambah ketinggian hingga semakin jauh berada di atas orang lain. Pada akhirnya, alihalih menjadi yang terbaik di bidang yang Tuhan percayakan, dia hanya menjadi biasa-biasa saja walau
menguasai banyak bidang. Alih-alih bisa jadi berkat bagi lingkungannya, gereja malah memilih
prestasi dalam hal jumlah, bukan membina serta mengutus orang-orang yang Tuhan telah
percayakan.
Tenang di dekat Tuhan membuat kita peka akan apa yang Tuhan ingin kita kerjakan dalam hidup ini.
Jadilah alat anugerah Tuhan yang terbaik, bukan karena ambisi, tetapi karena mengenal rencana-Nya
dalam hidup ini!
400
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 130; 131
Pdt. Effendi Susanto STh.
Keberanian memperbaiki yang salah
Memasuki tahun ini saya percaya ada dua kemungkinan yang akan kita alami. Kemungkinan yang
pertama kita akan berjalan penuh dengan tantangan, penuh dengan kesulitan dan penuh dengan
kegelapan. Kemungkinan yang kedua kita berjalan tahun ini dengan sukses, dengan penuh percaya
diri hari demi hari yang kita kerjakan menjadi lebih baik dan lebih maju. Namun di tengah-tengah dua
kemungkinan itu mari kita meletakkan perspektif yang benar di dalam kita menghadapi tahun yang
baru ini. Di dalam refleksi awal tahun ini saya tidak menyangka saya baru melayani Tuhan 20 tahun.
Keluar dari SAAT tahun 1991 dan tahun ini memasuki tahun ke 20 melayani Tuhan dan selama 12
tahun ini merintis GRII Sydney. Memasuki tahun ini saya memikirkan apa yang Tuhan inginkan dalam
saya melayani Tuhan dan saya hari ini akan membagikan firman Tuhan yang telah menjadi berkat
bagi saya juga membekali saudara memasuki tahun yang baru ini.
adalah dua mazmur yang ditulis oleh Daud berbicara mengenai dua peristiwa yang
mungkin muncul dan mungkin terjadi di dalam hidupnya. Mzm.131:1 adalah peristiwa kesuksesan di
dalam hidupnya. Di tengah sukses, di tengah perjalanan hidup yang lancar, ayat ini menjadi doa
Daud, jangan aku menjadi sombong dan tinggi hati dan memandang rendah orang lain. Ada sukses,
ada lancar, dia memohon kepada Tuhan jangan sampai dirinya menjadi tinggi hati. Mzm.130:1
sebaliknya menggambarkan situasi yang sulit, jurang yang dalam, berbicara soal lembaran yang
gagal, lembaran kesulitan, lembaran yang tidak berhasil dari hidupnya. Dua gambaran inilah yang
dilukiskan dalam Mzm.130 dan 131 .
Mzm.130-131
Tetapi dua mazmur ini sama-sama berpegang kepada prinsip yang sama, aku menanti-nantikan
Tuhan, aku berharap kepada Tuhan. Ini merupakan perspektif yang sangat penting. Namun demikian,
mazmur ini menyisipkan sedikit humor yang indah di tengah situasi dan realita yang dia hadapi.
Mzm.131:2 ”...seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya demikian aku menenangkan jiwaku…”
Daud menggambarkan dirinya seperti seorang anak yang baru disapih berbaring dekat ibunya. Tidak
mendapatkan susu, pasti sedih dan menangis dan mencetuskan emosi yang merasa ibu tidak lagi
mencintai dia tetapi tidak bisa mengatakannya. Namun di dalam situasi yang tidak enak itu, tetap ada
ibu di samping itu sudah cukup menjadi penghiburan baginya. Kemudian di dalam Mzm.130 Daud
menggambarkan dari jurang yang gelap, di tengah kesulitan yang seolah tidak ada jalan keluar dia
berseru dan berharap kepada Tuhan. Dia memberikan satu humor di tengah keadaan ini dengan
melukiskan pengharapannya kepada Tuhan seperti seorang pengawal mengharapkan sinar pagi hari.
401
“Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih daripada pengawal mengharapkan pagi…” Menjadi satpam kerja
dan berjaga sepanjang malam, saudara bisa bayangkan apa yang paling dia tunggu-tunggu? Kapan
sinar matahari pagi muncul di langit. Di dalam jurang yang dalam, di tengah kesulitan hidup, terlalu
gampang dan terlalu mudah kita mungkin menjadi kecewa dan putus asa, namun Daud tetap
menaruh nada optimis di sana. Walaupun susah dan sulit, seperti seorang penjaga menanti malam
itu memang panjang tetapi pasti satu kali kelak malam akan lewat dan berakhir. Sinar mentari yang
akan muncul menjadi pengharapan dan sukacitanya. Dari jurang yang dalam, dari kekelaman yang
dalam, dari kesulitan dan kegagalan hidup aku berseru kepada-Mu. Tetapi di tengah seruannya yang
sedih dan menangis, dia menggambarkan pengharapannya menanti Tuhan seperti seorang pengawal
menanti matahari terbit. Sisakanlah secuil humor dan optimisme di tengah kesulitanmu. Jangan lupa
di tengah kesuksesan kita bisa menjadi sombong, mari kita hati-hati di situ. Dan mungkin di tengah
kesuksesan kita pun bisa mengalami situasi seperti seorang anak kecil yang diberhentikan dari susu
ibunya, kita mungkin akan kaget. Waktu kita lancar dan sukses mungkin Tuhan melihat sudah
waktunya kita masuk ke dalam fase dewasa, tidak perlu mendapat susu. Kadang kita terkejut dan
kaget di situ.
Surat Filemon adalah satu surat yang indah sekali. Memang ini adalah satu surat yang sangat pribadi,
tetapi di dalam surat ini kita menemukan bagaimana orang-orang yang tadinya tidak berguna, orangorang yang melakukan perjalanan lembaran hidupnya dengan kesulitan, dengan kegagalan, dengan
torehan tinta yang gelap boleh berubah dan akhirnya menjadi berguna di masa yang akan datang.
Itulah Onesimus. Surat ini adalah surat pribadi Paulus untuk mengantar seorang yang bernama
Onesimus kembali kepada tuannya yang bernama Filemon. “Kalau ada yang dia berhutang
kepadamu, aku Paulus akan membayarnya kembali…” (ay.18-19) sudah cukup membuat hampir
seluruh penafsir setuju bahwa Onesimus lari dari tuannya yang bernama Filemon, dan bukan saja lari,
dia sudah mencuri uang dari Filemon. Sangat wajar kita katakan dia sudah mencuri uang Filemon
sebab dia lari dari Kolose tempat Filemon tinggal di daerah Asia dan akhirnya bertemu Paulus di
penjara di kota Roma. Tentu untuk lari dan pergi hingga ke Roma membutuhkan uang dan Onesimus
mencuri uang itu dari tuannya. Onesimus adalah satu nama yang sangat bagus sekali, Onesimus
berarti “berguna.” Dari namanya ini Paulus kemudian menggunakan permainan kata yang bagus
”...dulu Onesimus tidak berguna namun sekarang dia berguna” (ay.11) . Dulu cuma namanya ‘berguna’
tetapi secara karakter dan sifat sudah merugikan Filemon, tetapi setelah bertobat dan perubahan
yang terjadi, dia memulai lembaran hidup baru dan dia menjadi seorang anak Tuhan yang berguna.
Onesimus pernah gagal di dalam hidupnya. Onesimus pernah lari dan dia melakukan kesalahan yang
besar, keputusan-keputusan yang salah di dalam hidupnya. Kita tahu sebagai orang Kristen betapa
susahnya kita membuat keputusan hidup yang benar. Tetapi sekaligus kita tahu terlebih sulit lagi kita
memperbaiki kesalahan dari keputusan yang sudah salah.
Memasuki tahun yang baru ini apa yang kita bisa belajar dari hidup Onesimus ini? Yang pertama,
memasuki tahun yang baru ini mari kita memiliki keberanian untuk memperbaiki yang salah. Kita
tidak tahu apa yang menjadi pemicu sampai akhirnya Onesimus kembali kepada Filemon. Kepulangan
kepada tuannya membutuhkan satu keberanian yang sangat besar karena nyawa taruhannya. Dia
bisa ditangkap dan di dahinya akan dicap dengan selar panas bertulis “F” sebagai tanda fugitivus,
seorang pelarian. Apakah karena ada orang datang kepada Paulus dan bertemu Onesimus di situ dan
mengenali dia sebagai budak Filemon sehingga dia tidak lagi bisa menyembunyikan latar
belakangnya, maka mau tidak mau dia memberitahukannya kepada Paulus? Atau kemungkinan yang
402
kedua adalah dia berada di penjara Roma itu merupakan satu pengalaman yang tidak gampang dan
tidak mudah, dia melakukan tindakan kriminal dalam pelariannya ke Roma dan dipenjarakan di sana.
Dan di dalam penjara itulah Onesimus mengalami pertobatan dan akhirnya dia mengakui semua yang
menjadi pengalaman masa lalunya kepada Paulus. Karena itulah Paulus mengatakan hal yang terbaik
yang harus Onesimus lakukan adalah kembali kepada tuannya. Kita tidak tahu pasti penyebab
keputusan dia kembali, apakah itu karena orang lain, apakah itu keinginan yang muncul dari dirinya
sendiri ataukah itu dorongan dari Paulus, yang kita tahu ini adalah momen yang penting bagi
Onesimus mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan terhadap apa yang salah yang dia
sudah kerjakan. Belajar melalui kesulitan kegagalan hidup tidak pernah menjadi lembaran yang gelap
dan salah di dalam hidup kita. Onesimus dulu hidupnya sia-sia, tidak berguna, tidak berarti dan tidak
bermanfaat. Namun sekarang dia mau hidupnya berguna dan berarti.
Ada banyak hal yang patut kita lakukan di tahun ini. Yang pertama kita bisa minta kepada Tuhan
memberi kekuatan kepada kita untuk bisa melakukan hal yang lebih baik lagi di tahun ini. Kita juga
bisa memohon kepada Tuhan biar kita bisa melakukan the best things bagi Tuhan di dalam tahun ini.
Tetapi saya percaya yang paling penting yang perlu kita janji di hadapan Tuhan adalah “I want to do
the right things.” Lakukan hal-hal tepat membutuhkan keberanian untuk belajar memperbaiki apa
yang salah dalam hidup kita. Terlalu banyak kita mungkin takut terhadap kegagalan dan kesalahan di
dalam hidup kita. Terlalu banyak kita takut anak kita mengalami kesulitan dan kegagalan dalam
hidupnya.
Alkitab mencatat ada tiga orang tua yang memberikan mutiara yang indah bagi tiga anak muda
sebagai warisan mempersiapkan mereka melanjutkan tanggung jawab hidup. Dalam Ul.31:7 di akhir
hidupnya Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya, “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu.”
Dalam 1 Taw.28:10 raja Daud yang sudah tua berkata kepada Salomo anaknya, “Kuatkanlah hatimu
dan lakukanlah itu.” Dan dalam 2 Tim.2:1 Paulus berkata kepada hamba Tuhan yang masih muda yang
bernama Timotius, “Jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus.” Ini menjadi tiga mutiara yang
indah dari orang yang tua kepada yang muda; dari seorang pemimpin senior kepada penerusnya; dari
ayah yang sudah tua mewariskan sesuatu kepada anaknya yang masih muda; dari seorang pendeta
senior kepada yang junior.
Mereka yang sudah tua, yang sudah menjalani perjalanan hidup yang panjang dan penuh dengan
bijaksana menemukan keindahan mutiara ini. Apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita?
Seringkali orang berpikir dia harus mewariskan harta yang banyak kepada anak cucunya supaya
mereka bisa hidup tenang dan aman. Tetapi tiga orang tua ini memberikan warisan yang paling
penting yaitu semangat keberanian, satu roh hidup yang berani. Musa yang tua berkata kepada
Yosua, lanjutkan misi ini memasuki tanah yang Tuhan janjikan. Di situ engkau hanya membutuhkan
satu hal yaitu be strong and be brave. Daud sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk pembangunan Bait Allah dan Salomo rasanya tidak perlu terlalu banyak menambahkan dari apa yang ada.
Tetapi pembangunan itu tidak akan bisa sukses dan terealisir dengan baik jika tidak ada semangat
perjuangan dan keinginan untuk mengerjakan di dalam diri Salomo. Itu sebab Daud memberikan
semangat ini kepada Salomo, be strong and do it.
Demikian juga dari seorang pendeta senior yang sudah melakukan begitu banyak pelayanan, di dalam
kesuksesan, di dalam kesulitan dan kegagalan, tetapi di tengah semua itu Paulus tidak melepaskan
prinsip hidup ini dan memberikannya kepada Timotius, be strong and be brave. Kepada anak-anak
403
muda yang bersekolah di luar negeri, jauh dari orang tua, kita tahu untuk bisa sekolah di sini kita
membutuhkan uang dan kita tahu orang tua sudah bekerja keras untuk mempersiapkan kebutuhan
kita untuk sukses. Tetapi satu panggilan saya kepada saudara yang jauh dari orang tua bersekolah di
tempat ini, sukses atau tidak suksesnya engkau bergantung dari beberapa hal yang tidak boleh
engkau abaikan.
Pertama, jangan pernah ke luar negeri hanya menginginkan supaya engkau bisa bebas dari
pengawasan orang tua. Punya semangat seperti itu maka engkau akan menjadi seekor kuda liar. ‘Toh
orang tua tidak lihat aku bikin apa di sini, aku bebas melakukan apa saja…’ Hargailah setiap usaha dan
pemberian orang tua. Demikian sebagai orang tua kita juga jangan terlalu takut anak kita menjalani
kesulitan dan kegagalan di dalam hidup mereka. Mungkin sebagai orang tua, dahulu saudara hidup
susah dan mengumpulkan uang dengan sulit, berkorban makan bubur supaya anak bisa mendapat
sekolah yang baik. Setelah kita mengalami kepahitan dan kesulitan hidup kita pikir kita tidak mau hal
yang sama terjadi kepada anak-anak kita. Itu adalah hal yang berbahaya, karena bisa jadi kita
mewariskan harta yang banyak tetapi kita tidak mewariskan semangat perjuangan kita kepada
mereka.
Tidak heran ada pepatah mengatakan, generasi pertama adalah generasi yang kumpul uang, generasi
kedua adalah generasi yang buang-buang uang, generasi ketiga adalah generasi yang minta-minta
uang. Saya rindu biar kita mendidik anak-anak kita pada waktu mengalami kesulitan hidup jangan
terlalu cepat kita mengangkat tantangan kesulitan itu. Pada waktu mereka gagal, biar mereka belajar
dari kegagalan itu. Biar mereka pegang prinsip ini: to win humbly and to lose gracefully. Memang
tidak gampang, meski gagal masih ada perasaan gembira dan sukacita dan kenginan untuk mencoba
dan bangkit lagi. Dalam pelayanan, hamba Tuhan yang sudah tua yang sudah berpuluh-puluh tahun
melayani, apa yang kita wariskan kepada anak-anak muda yang baru melayani Tuhan? Tidak lain dan
tidak bukan adalah semangat pelayanan, itu sudah cukup, be strong and be brave. Harta keberanian
bukan berani nekad, tetapi berani memperbaiki apa yang salah; berani untuk menghadapi kesulitan
dan kegagalan dengan spirit yang tidak pantang menyerah. Orang yang takut gagal adalah orang yang
akhirnya tidak berani mengerjakan banyak hal di dalam hidupnya, karena sebelum dikerjakan dia
sudah terlebih dahulu takut gagal. Ini adalah penyakit yang berbahaya.
Onesimus mengajarkan kita satu prinsip hidup yang penting: hidup yang sudah dirubah oleh Tuhan,
hidup pertobatan yang mendatangkan satu perspektif yang baru. Walaupun kembali kepada Filemon
itu bukan perkara yang gampang dan mudah, karena ini bukan hanya berkaitan dengan masalah
pribadi saja. Nanti kita akan melihat bahwa meskipun surat ini adalah surat pribadi Paulus, dia
mengalamatkan surat ini sebagai surat umum dan terbuka yang dibacakan kepada seluruh jemaat.
Kenapa ini menjadi satu surat umum? Karena kembalinya Onesimus pasti akan mendatangkan
kegoncangan terhadap struktur perbudakan pada waktu itu. Bagaimana Filemon sekarang
memperlakukan Onesimus, sebagai seorang budak seperti dulukah? Atau sebagai saudaran seiman
yang diperlakukan setara karena sekarang dia adalah orang percaya? Kalau dia sudah bersalah secara
hukum, penanganannya sekarang bagaimana? Begitu pulang, kalau diperlakukan sebagai orang
merdeka, masih ada puluhan budak lain, bagaimana melakukan hal yang benar?
Yang kedua, Paulus mempunyai keberanian memperbaiki tatanan sosial yang keliru dan timpang.
Bagaimana lakukan hal yang terbaik di dalam hidup kita? Mungkin Tuhan panggil saudara untuk hal
seperti ini. Itu sebab sangat unik sekali Paulus menulis surat kepada Filemon, namun sekaligus dia
404
menyebutkan beberapa nama dan itu adalah nama-nama pemimpin jemaat yang ada di Kolose.
Kenapa sampai surat pribadi itu akhirnya menjadi surat yang umum, ini memberikan niat kepada kita
bahwa Paulus memiliki keinginan, memang sistem perbudakan tidak bisa dirombak dalam satu
malam tetapi semangat di balik sistem perbudakan itu harus dirobah oleh orang Kristen. Maka
Onesimus pulang kembali ke rumah Filemon, tetap dia adalah budakmu tetapi sambutlah dia sebagai
saudara seiman. Ini merupakan poin yang penting dimana Paulus melihat hal yang tidak benar di
dalam kehidupan masyarakat, biar orang Kristen yang berani melakukan perbaikan walaupun
mungkin itu tidak besar dan tidak terlalu bersignifikansi. Itu adalah panggilan kita.
Yang ketiga, dari bagian ini kita mendapat satu perspektif yang baik dari Filemon, ayat 15 ”...sebab
mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak daripadamu supaya engkau dapat menerimanya untuk
selama-lamanya.” Di dalam rumah Filemon ada dua penjara. Yang pertama adalah penjara fisik yang
memenjarakan Onesimus karena dia telah berbuat salah. Yang kedua adalah penjara hati dari
Filemon. Tidak gampang dan tidak mudah menerima dan mengampuni orang yang pernah merugikan
kita, mencuri dan melakukan hal yang tidak benar kepada kita yang datang mengetuk pintu rumah
kita. Apalagi kalau dia adalah orang yang pernah sangat engkau percayai, tidak gampang untuk bisa
menerima dia kembali. Namun di bagian ini Paulus berkata, sebagai seorang rasul aku bisa saja
memerintahkan engkau untuk menerima kembali Onesimus. Tetapi Paulus tidak ingin melakukan hal
yang seperti itu, sebaliknya dua kali dia menyebut dirinya, “I am Paul, the prisoner for Jesus,” seorang
tawanan yang dipenjarakan karena Kristus. Dan dia minta dengan sangat persuasif kepada Filemon,
untuk menerima Onesimus demi diri Paulus sendiri. Tidak gampang dan tidak mudah untuk
memaafkan dan mengampuni orang. Namun memasuki tahun yang baru ini mari kita juga
melepaskan diri kita dari penjara yang tersembunyi dan tersimpan di dalam hati kita.
Shakespeare pernah mengatakan, “To forgive is divine,” mengampuni adalah satu tindakan ilahi.
Tidak gampang dan tidak mudah untuk bisa mengampuni orang. Filemon mungkin menyimpan di
dalam penjara hatinya kemarahan dan sakit hati dan perasaan yang kecewa kepada Onesimus.
Seorang yang mungkin pernah sangat dia percayai namun sudah menjadi seorang yang mengkhianati
kepercayaannya. Sekarang Paulus minta dia belajar mengampuni dan menerima dia, itu bukan satu
hal yang gampang. Bagaimana semua perspektif ini menjadi indah? Ayat 15 menjadi ayat yang indah.
Kita percaya Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap
orang yang mengasihi Dia, namun di dalam konteks ini Paulus mengatakan ‘mungkin’ dengan dia lari
daripadamu akhirnya mendatangkan satu hal yang baik yaitu dia bisa pulang selama-lamanya.
‘Mungkin,’ supaya apa yang dilihat oleh Paulus juga bisa dilihat oleh Filemon. Benar secara teologis
hal-hal yang terjadi, kesulitan, sakit, penderitaan, air mata dan kekecewaan. Meletakkan perspektif
providensi dan pemeliharaan Allah akan menjadikan kita terbuka memasuki tahun yang baru ini
dengan hati yang percaya, tidak ada hal yang salah yang Tuhan kerjakan di dalam hidup kita. Untuk
seketika lamanya engkau kehilangan dia, kata Paulus, untuk seketika lamanya dia pergi dan menyakiti
hatimu, tetapi di belakang semua itu ada maksud Tuhan yang baik, dia sekarang pulang menjadi
orang Kristen, dia sekarang pulang menjadi orang yang berguna, dia sekarang pulang menjadi orang
yang melayani Tuhan, dia sekarang pulang menjadi orang yang mencintai Tuhan. Engkau tidak rugi
apa-apa menerima dia dengan tangan dan hati yang terbuka.
405
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 132
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Nyanyian ziarah. Ingatlah, ya TUHAN, kepada Daud dan segala penderitaannya,
bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari
Yakub:
“Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di
ranjang petiduranku,
sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku
terlelap,
sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.”
Memang kita telah mendengar tentang itu di Efrata, telah mendapatnya di padang Yaar.
“Mari kita pergi ke kediaman–Nya, sujud menyembah pada tumpuan kaki–Nya.”
Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian–Mu, Engkau serta tabut kekuatan–
Mu!
Biarlah imam–imam–Mu berpakaian kebenaran, dan bersorak–sorai orang–orang yang
Kaukasihi!
Oleh karena Daud, hamba–Mu, janganlah Engkau menolak orang yang Kauurapi!
TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: “Seorang
anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu;
jika anak–anakmu berpegang pada perjanjian–Ku, dan pada peraturan–peraturan–Ku yang
Kuajarkan kepada mereka, maka anak–anak mereka selama–lamanya akan duduk di atas
takhtamu.”
Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan–Nya:
“Inilah tempat perhentian–Ku selama–lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku
mengingininya.
Perbekalannya akan Kuberkati dengan limpahnya, orang–orangnya yang miskin akan
Kukenyangkan dengan roti,
imam–imamnya akan Kukenakan pakaian keselamatan, dan orang–orangnya yang saleh akan
bersorak–sorai dengan girang.
Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud, Aku akan menyediakan sebuah
pelita bagi orang yang Kuurapi.
Musuh–musuhnya akan Kukenakan pakaian penuh malu, tetapi di atas kepalanya akan
bersemarak mahkotanya.”
Renungan
Bagi bangsa Israel, hidup beragama tidaklah jauh dari
kehidupan bernegara. Mazmur 132 merupakan satu gubahan yang dinyanyikan oleh orang-orang Israel
untuk merayakan pemilihan Tuhan atas Raja Daud dan atas Sion. Penulis 2 Tawarikh menempatkan
sebagian dari mazmur ini sebagai kata-kata Raja Salomo. Di sepanjang mazmur ini janji-janji Tuhan
dirayakan, pemilihan Tuhan atas pemerintahan keturunan Daud menjadi alasan bersukacita, dan
pemilihan Tuhan atas Sion menjadi alasan untuk tetap berharap atas kebaikan-kebaikan yang akan
terjadi di masa mendatang.
Judul: Iman dan wawasan kebangsaan
406
Rangkaian mazmur ziarah yang mendekati penghujungnya di Mazmur 134, membawa kita semakin
dekat dengan Sion dan Bait Allah. Rangkaian yang dimulai dengan perjalanan jauh menuju Sion kini
telah menjadi sangat dekat. Hal ini, selain memberikan kita gambaran mengenai kehidupan
beragama bangsa Israel juga menyadarkan kita akan beberapa aspek yang berbeda dari penghayatan
kita atas hubungan agama dan negara. Bagaimana kita memahami mazmur ini dalam konteks
kehidupan kita di Indonesia?
Umat Kristen di berbagai tempat di dunia memandang kehidupannya bernegara sebagai wujud dari
kesetiaannya kepada Tuhan yang telah menempatkan dia sebagai warga negara di negara itu. Maka
dia harus hidup sebagai warga negara yang mematuhi aturan dan undang-undang yang berlaku di
negara tersebut.
Sebagai warga negara Indonesia, kita baru saja merayakan peringatan hari kemerdekaan Republik
Indonesia, pada tanggal 17 Agustus yang lalu. Masih dalam suasana peringatan hari kemerdekaan,
Mazmur 132 mengingatkan kita: seberapa serius kita menyikapi kenyataan bahwa Tuhan
menempatkan kita di Indonesia untuk suatu tujuan? Hidup beragama kita seyogianya memberikan
kita kacamata yang khas dalam memandang hidup bernegara sehingga kita dimampukan untuk
memberikan kontribusi yang khas pula bagi kebaikan dan kemajuan negara kita tercinta, Indonesia.
407
2
Copyright Pieter Kuiper - Imansejati.net
Mazmur 133
1
2
3
Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara–saudara
diam bersama dengan rukun!
Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan
ke leher jubahnya.
Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung–gunung Sion. Sebab ke sanalah
TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama–lamanya.
Renungan
Mengapa kerukunan kasih dijadikan tema indah nyanyian ziarah? Apa
hubungan kerukunan kasih dengan keberhasilan dalam berziarah? Konteks zaman manakah yang
melatari nyanyian ziarah ini?
Judul: Persekutuan kasih
Dalam berbagai persekutuan antar manusia, khususnya keluarga dan gereja, kita menyadari betapa
pentingnya kerukunan kasih. Tanpa kerukunan kasih, keluarga tidak dapat bertumbuh menjadi
keluarga harmonis. Tanpa kerukunan kasih, gereja tidak mungkin berfungsi sebagai keluarga Allah,
sebagai bagian misi Kerajaan Allah untuk dunia ini. Semua bentuk persekutuan manusia memerlukan
persekutuan kasih. Tanpa unsur vital tersebut bukan saja tidak mungkin terjadi kemajuan, ikatan
sosial yang ada pun hanya formalitas belaka.
Kapankah persekutuan kasih sangat dibutuhkan? Dalam segala keadaan! Di segala waktu! Namun
tidak lebih besar daripada ketika kita berada dalam ziarah. Sebab ziarah menguras tenaga, menyita
sumber-sumber yang ada dan menuntut kesiagaan serta ketangguhan. Hanya jika ada kerukunan
kasih maka orang-orang yang dalam ziarah berada dalam kondisi saling mengisi dan prima. Ziarah
yang dimaksud bukan saja dalam perjalanan ziarah dari pelosok Palestina ke Yerusalem, tetapi dalam
setiap episode perjalanan sejarah Israel – masa Musa, masa Daud, masa Nehemia, dst. –
membutuhkan vitalitas yang mengalir di dalam keintiman hubungan kasih. Tugas-tugas berat jadi
mudah dan menyukakan ketika terjadi saling topang dan saling hibur.
Salah satu upacara agama paling berarti untuk Israel ialah pengurapan imam. Pengurapan adalah
lambang pengkhususan Allah atas orang yang bersangkutan, yang menjadikan dia layak menjadi
pengantara antara manusia dan Allah. Ketika Harun dan para imam dilantik, minyak zaitun lambang
perkenan dan hadirat Allah dicurahkan ke atas kepalanya. Lalu mengalir dan menetes, persis seperti
tetesan dan aliran berkat Allah. Aliran perkenan dan dampak Ilahi itu bagai keajaiban embun, dari
titik-titik air lemah tak berdaya bisa berubah menganak sungai, mengalir dari Hermon ke Sion.
Dahsyat! Di dalam persekutuan kasih hadir Allah Pencipta langit dan bumi, Penyelamat yang Maha
Perkasa!
408
Ringkasan
Khotbah
Nats:
Mazmur 133
Pdt.S.Brahmana
Sumber: GBKP – Klasis Jakarta Bandung
Hargailah sesama manusia
Pendahuluan
Kalau disuruh memilih, hidup rukun dan tidak rukun (harmonis dan tidak harmonis), saya pikir jarang ada
orang, bahkan mungkin tidak ada yang memilih untuk hidup tidak rukun atau tidak harmonis. Namun
kenyataannya yang justru sering terjadi ialah hidup yang kurang rukun. Tidak rukun dengan mertua,
dengan sesama saudara, dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan tetangga, antar etnis,
kelompok dan golongan, antar bangsa, dsb. Mengapa bisa demikian? Banyak faktor yang
menyebabkannya. Diantara banyak penyebab tersebut penyebab utama karena kita kurang atau
tidak mampu menghargai orang lain sebagaimana ia ada. Kita mau orang lain seperti yang kita
harapkan. Ketika itu tidak tidak terjadi, apa lagi ketika kita sudah berusaha mengubahnya dengan
memberi menasehati, membimbing atau mengarahkannya, dsb, namun juga tidak berubah,
kekecewaan kita akan semakin dalam yang akhirnya mempengaruhi hubungan kita menjadi tidak
harmonis.
Hal yang lain karena sejak kecil, disadari atau tidak sudah ditanamkan bibit-bibit permusuhan.
Misalnya bahwa orang kristen itu kafir, atau islam itu tidak baik karena itu tidak boleh bergaul atau
melakukan pertemanan. Pengaruh doktrinasi seperti ini sangat mempangaruhi hubungan antara
sesama manusia. Seperti seorang ahli taurat yang ingin mengcobai Yesus dalam pembacaan kita
(Lukas 10: 25-37
Download