PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN (PP No. 55 Tahun 2007)

advertisement
REGULASI PENDIDIKAN AGAMA DAN
KEAGAMAAN (PP No. 55 Tahun 2007)
Disampaikan Oleh :
Drs. H. Andi M Darlis, M. Pd.I
NIP. 196012271990011005
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Orientasi Guru Sekolah Minggu Buddha
Balai Diklat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
Senin, 20 April 2015
Latar Belakang
Pendidikan
Agama
adalah
pendidikan
yang
memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap,
kepribadian, dan keterampilan peserta
didik dalam mengamalkan ajaran
agamanya,
yang
dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran/kuliah
pada
semua
jalur,jenjang dan jenis pendidikan.
Pendidikan agama bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan nilainilai agama yang menyerasikan
penguasaannya
dalam
ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni.
Pendidikan keagamaan adalah
pendidikan yang mempersiapkan
peserta
didik
untuk
dapat
menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang
ajaran agama dan atau menjadi ahli
ilmu agama dan mengamalkan ajaran
agamanya.
Fungsi Pendidikan Keagamaan
Pendidikan Agama dan Keagamaan
di
Indonesia
berfungsi
untuk
mempersiapkan agar peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya,
atau untuk menjadi ahli ilmu agama yang
memiliki wawasan yang luas, kritis, kreatif,
inovatif dan dinamis dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang
beriman dan berakhlak mulia.
Latar Belakang
Sekolah Minggu Buddha
Sekolah
Minggu
Buddha
merupakan
kegiatan
Belajar
mengajar
nonformal
yang
dilaksanakan di Vihara atau Cetya
setiap hari minggu secara rutin.
Tujuan Sekolah Minggu Buddha
Sekolah
minggu
Buddha
bertujuan
untuk
menanamkan
saddha/sraddha dan bhakti peserta
didik dalam rangka meningkatkan
keimanan umat Buddha secara
berkesinambungan.
Sekolah Buddha merupakan
pelengkap
atau
bagian
dari
pendidikan agama pada satuan
pendidikan formal.
Kurikulum Sekolah Minggu Buddha
Kurikulum
Sekolah
Minggu
Buddha memuat bahan kajian
antara lain :
Paritta/Mantram,
Dharmagita,
Dhammapada, Meditasi, Jataka,
Riwayat Hidup Buddha Gotama,
dan Pokok-pokok Dasar Agama
Buddha
Tenaga Pendidik Sekolah Minggu Buddha
Tenaga pendidik sekolah
minggu
Buddhis
mencakup
Bhikku/Bhiksu,Bhikkuni/Bhiksuni,
Samanera/Sramanera,Samaneri/
Sramaneri, Pandita, Pendidik
Agama
dan
atau
yang
berkompetensi dalam bidang
Agama Buddha.
Fungsi Sekolah Minggu Buddha
1. Membantu anak-anak supaya
dapat menerima, mempelajari dan
mendapat
informasi
nilai-nilai
Buddha Dharma sesuai dengan
kitab suci Tripitaka.
2. Membantu anak agar dapat
menghayati, mengamalkan dan
mempraktekkan Buddha Dharma
dalam
kehidupan
sehari-hari
sesuai
dengan
tingkat
kemampuannya.
Fungsi Sekolah Minggu Buddha
3. Menjadikan anak didik mampu
bertanggung
jawab
terhadap
segala tindakan melalui pikiran
dan ucapan serta jasmani yang
dilaksanakan sesuai dengan prinsi
ajaran Buddha.
4. Meningkatkan keterampilannya
5. Membantu peserta didik untuk
menjadi pribadi yang mandiri.
Program PP Nomor 55 Th. 2007
Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2007 menjelaskan bahwa berbagai
jenis pendidikan agama dan keagamaan
Buddha, termasuk Pabbaja Samanera
dan Sekolah Minggu.
Dhammasekha merupakan program
unggulan Dirjen Bimas Buddha. Program
tersebut
mengacu
pada
Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007
Tentang
Pendidikan
Agama
dan
Keagamaan.
Pasal-pasal Pendidikan
Keagamaan Buddha
Pasal 42.
1. Pendidikan keagamaan Buddha
diselenggarakan oleh masyarakat
pada jalur pendidikan nonformal
dalam bentuk program Sekolah
Minggu Buddha, Pabbaja, Samanera
atau dalam bentuk lainnya yang
sejenis.
2. Pengelolaan satuan pendidikan
keagamaan Buddha dilakukan
oleh
Pemerintah
Pusat,
Pemerintah Daerah dan atau
masyarakat.
Pasal 43.
Pabbaja Samanera merupakan pendidikan
nonformal yang diselenggarakan oleh
Sangha atau Majelis Keagamaan Buddha
bertempat di Vihara atau Cetiya yang
diperuntukkan khusus bagi samanera,
smaneri, silacarini, buddhasiswa, dalam
rangka peningkatan kualitas keimanan dan
ketakwaan.
Pasal 44.
Sekolah Minggu Buddha merupakan
kegiatan belajar mengajar nonformal
yang dilaksanakan di Vihara atau
Cetya setiap hari minggu secara
rutin,
yang
bertujuan
untuk
menanamkan saddha/sraddha dan
bhakti
peserta
didik
dalam
meningkatkan keimanan.
Pendidikan sekarang ini bukan lagi
sebatas tanggungjawab orang tua dan
guru. Tetapi pendidikan dalam arti yang
lebih luas, sekarang sudah melibatkan
para pengurus rumah ibadah.
Oleh
karena
itu
pemerintah
berharap, para pengurus wihara dapat
bekerjasama dengan yayasan untuk bisa
mendirikan sekolah berciri khas agama
Buddha. Sehingga sekolah formal bercirikhas
Buddha
dapat
menanamkan
pengertian Buddha Dharma sejak usia dini.
Sekian
Dan
Terimakasih.
Download