Pengertian dan Pengelompokan Konsep Kimia Konsep merupakan sekumpulan atribut atau karakteristik umum terhadap semua contoh (orang, obyek, kejadian, ide) dari kelompok tertentu (bentuk, jenis, kategori) atau karakteristik yang menjadikan bagian tertentu sebagai contoh dari sesuatu yang membedakannya dari noncontoh. Konsep terdiri atas label konsep yang merupakan satu atau lebih istilah yang digunakan untuk menggambarkan seluruh contoh dari konsep tersebut dan karakteristik konsep yang merupakan penjelasan dari label konsep yang bersangkutan (Ehrenberg, 1985). Konsep sebagai penyajian internal dari sekelompok stimulus harus disimpulkan dari perilaku. Definisi verbal dari suatu konsep umumnya tidak dapat mengungkapkan semua hubungan antar suatu konsep dengan konsep lain (Dahar, 1989). Konsep-konsep dapat dibedakan dalam 7 dimensi (Flavel, 1970) meliputi: a. atribut, yang dapat berupa fisik ataupun fungsional. b. struktur, yang menunjukkan keterkaitan atribut-atribut konsep. Keterkaitan ini dapat konjungtif, disjungtif dan relasioanl. c. keabstrakan, yang membedakan atas konkrit dan abstrak. d. keinklusifan, yang menggambarkan luas atau sempitnya ruang lingkup suatu konsep. e. keumuman, yang menggambarkan banyak (superordinat) atau sedikitnya (subordinat) hubungan suatu konsep dengan konsep lain. f. ketepatan, yang menggambarkan kejelasan definisi atau suatu konsep sehingga mudah membedakannya dari noncontoh. g. kekuatan, menggambarkan pentingnya konsep berdasarkan pendapat umum. Struktur abstrak konsep yang dinyatakan dalam dimensi-dimensi konsep tersebut merupakan inti logis (logic core) suatu konsep (Schaefer, 1978) yaitu karakteristik yang memberi arti terhadap suatu label konsep. Pemahaman inti logis konsep dapat digambarkan dalam grafik tiga dimensi. Dimensi pemahaman horizontal menggambarkan kekompleksan suatu konsep, yang membedakan konsep atas komponen atau sistem. Dimensi pemahaman vertikal menunjukkan keabstrakan konsep, yang membedakan konsep atas subordinat atau superordinat. Hubungan kedua dimensi logis pemahaman konsep ini yang dinyatakan sebagai jumlah dari kedua dimensi pemahaman tersebut, dijadikan sebagai dimensi ketiga pemahaman konsep (Doerner, 1974). 1 Ilmu kimia sebagai salahsatu disiplin IPA dibangun oleh konsep-konsep kimia. Sebagai konsep IPA maka kimia harus disepakati oleh para pakar pada disiplin ilmu yang bersangkutan. Konsep-konsep kimia dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 6 kelompok (Herron, 1977) yaitu: a. konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat, misalnya gelas kimia, tabung reaksi, spectrum. b. konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tak dapat dilihat, misalnya atom, molekul, inti. c. konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat, misalnya unsur, senyawa. d. konsep yang berdasarkan suatu prinsip, misalnya mol, campuran, larutan. e. konsep yang melibatkan penggambaran symbol, misalnya lambang unsur, rumus kimia, persamaan reaksi. f. konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif, elektronegatif, eksplosif dan konsep-konsep yang menunjukkan atribut ukuran meliputi ion, kg, g (ukuran massa), M, m, pH, (ukuran konsentrasi), C, ses (ukuran muatan listrik). Dengan dasar pengelompokan tersebut berbagai konsep kimia dapat dikelompokkan. Untuk meyakinkan bahwa suatu konsep telah dimasukkan dalam kelompok yang tepat, maka pada saat pengelompokkannya perlu dicantumkan secara lengkap karakteristik suatu konsep. Karakteristik suatu konsep meliputi definisi konsep, atribut konsep, kedudukannya terhadap konsep lain, contoh dan non contoh. Atribut konsep dapat berupa atribut kritis dan atribut variabel. Atribut kritis merupakan cirri-ciri utama suatu konsep yang merupakan penjabaran dari definisi konsep. Atribut variabel menunjukkan cirri-ciri konsep yang nilainya dapat berubah tetatpi besaran dan satuannya tetap. Contoh karakteristik konsep yang lengkap adalah sebagai berikut: Label konsep : Campuran Definisi : Campuran adalah kumpulan dua atau lebih zat yang masing-masing tetap memiliki sifat-sifat khasnya. Atribut kritis : 1) Dua atau lebih zat dapat pula zat tertentu dengan dua atau lebih fasa. 2) Setiap zat mempertahankan cirri khasnya. Atribut variabel: 1) Komposisi 2) Massa 3) Warna 4) Ukuran partikel setiap zat 2 5) Jumlah komponen Konsep superordinat : zat, materi Konsep koordinat : zat murni Konsep subordinat : homogen, heterogen Contoh Noncontoh semen besi tanah intan udara oksigen susu air minyak dan air butane es dan air es Analisis konsep seperti ini dapat mengarahkan guru untuk mengajarkan konsep yang bersangkutan (Markle and Tiemann, 1970; Romberg, et.al, 1971; Klausmeier, et.al, 1974). Suatu konsep dapat dipahami sebagai inti logis, yang polanya tidak dipengaruhi oleh aplikasi konsep bagi yang mempelajarinya (Schaefer, 1979). 3 Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Larutan non Elektrolit Label konsep (1) Larutan Jenis Konsep (2) kongkret Larutan elektrolit kongkret Larutan elektrolit kuat kongkret Larutan elekrolit lemah kongkret Larutan non elekrolit kongkret Definisi konsep Konsep (3) Campuran homogen dua ma-cam zat atau le-bih membentuk larutan Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik Elektrolit kuat, daya hantar listriknya besar Elektrolit lemah, daya hantar listriknya kecil Larutan non elektrolit tak dapat menghantarkan arus listrik Atribut Konsep A.Kritis (4) Larutan Campuran homogen 2 macam zat atau lebih A. Variabel (5) jumlah zat Jenis zat Posisi Konsep Super Ordinat Koordinat (6) Campuran (7) Suspensi Subordinat (8) Larutan elektrolit Larutan non elektrolit Contoh Non Contoh (9) larutan gula (10) Campuran Minyak dan air Larutan elektrolit Menghantar arus listrik jenis elektrolit Konsentrasi larutan Larutan Larutan non elektrolit kuat elektrolit elektrolit lemah Larutan garam dapur Larutan gula elektrolit kuat daya hantar listrik besar jenis elektrolit Konsentrasi larutan Larutan elektrolit Elektrolit lemah - Asam kuat - basa kuat - garam H2SO4 NaOH NaCl H2S (aq) NH3((aq) (NH4)2S Elektrolit lemah daya hantar listrik kecil Larutan non elektrolit Tak dapat menghantar arus listrik nis elektrolit Konsentrasi larutan Larutan elektrolit Elektrolit kuat - asam lemah - basa lemah HCN (aq) H3PO4(aq) H2CO3(aq) HCl (aq) jenis zat Larutan Larutan elektrolit Larutan gula HCl (aq) - 4 Analisis Konsep Sifat-sifat Larutan Basa, Metode Pengukuran, dan Terapannya 1. Teori Asam-basa Label konsep (1) Asam Arrchenius Jenis Konsep (2) Konsep berdasarkan Prinsip Definisi konsep Konsep Atribut Konsep A.Kritis A. Variabel (3) (4) (5) Asam Arrhenius - Asam - Jenis dalam pelarut air Arrhenius asam menghasilkan -pelarut air - Jumlah H+ ion hidrogen - ion H+ (H+) Basa arhenius - - Basa Arhe- Jenis basa dalam pelarut air nius - Jumlah menghasilkan -- pelarut air OHion hidroksida -- Menghasilkan (OH-) ion hidroksida (OHAsam Bronstead .- Asam - Jenis asam –Lowrey sebagai Bronstead- - Jenis donor proton - Lowrey pelarut pada basa - Donor proton konyugasinya - basa konyugasi Basa Arhenius Konsep berdasarkan prinsip Asam BronsteadLowrey Konsep Berdasarkan Prinsip Basa BronsteadLowrey Konsep Berdasarkan Prinsip Basa Bronstead –Lowrey sebagai aseptor proton pada asam konyugasinya .- Basa - Jenis basa Bronstead- - Jenis - Lowrey pelarut - Donor proton - asam konyugasi Asam Lewis Konsep Berdasarkan Prinsip Asam Lewis, sebagai akseptor pasangan elektron - asam Lewis - Akseptorr - Pasangan elektron Struktur elektron atom pusat Posisi Konsep Contoh Non Contoh pH (9) HCl(aq) →H+(aq) + Cl-(aq) (10) HCl(aq)+H2O→ H3O+(aq) + Cl(aq) pOH NaOHaq)→ Na+(aq)+ OH-(aq) HCl(aq)→ H+(aq)+ Cl-aq) - HA + B BH+ + AHA adalah asam konyugasi dari A- HA + B BH+ + AHA adalah asam konyugasi dari B- - B+HL BH+ + L- B+HL BH+ + L- B adalah basa konyugasi dari BH+ B adalah asam konyugasi dari L- A +:B A:B BF3 B adalah asam Lewis A+:B A:B BF3 A adalah asam Lewis Super Ordinat (6) - teori asam basa Koordinat Subordinat (7) -Asam Bronstead Lowrey - teori asam basa Basa Bronstead Lowrey teori asam basa Asam Lewis teori asam basa Basa Lewis teori asam basa -Asam Bronstead – Lowrey (8) - 5 Basa Lewis Konsep Berdasarkan Prinsip Basa Lewis, donor pasang an elektron - Basa Lewis - Akseptorr - Pasangan elektron Struktur elektron atom pusat teori asam basa Basa Bronstead – Lowrey - A+:B A:B A adalah basa Lewis A+:B A:B B adalah basa Lewis 6 Proses kognitif Aktivitas mental untuk mempunyai pengetahuan Apa? Pengalaman yang kreatif (Presseisen, 1985) Selalu berkembang Mengapa? Dapat dipelajari (Nickerson, 1985) Berpikir Berpikir dasar (Novak, 1979) Bagaimana? Berpikir rasional (Logis) - Menghapal Membayangkan Mengklasifikasikan Menggeneralisasikan Membandingkan Mengevaluasi Menganalisis mensisntesis Mendeduksi menyimpulkan Pemecahan masalah (Problem solving) Berpikir kompleks (Costa, 1985) Pengambilan keputusan Berpikir kritis Berpikir kreatif metakognitif 7 Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis terdiri dari kemampuan dan disposisi. Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari 12 indikator, yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Klarifikasi dasar, terdiri dari tiga indikator: (1) memfokuskan pada pertanyaan, (2) menganalisis argumen, (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan/atau tantangan. 2) Dukungan dasar, terdiri dari dua indikator: (4) mempertimbangkan kredibilitas sumber, (5) menyelidiki dan mempertimbangkan laporan observasi. 3) Inferensi, terdiri dari tiga indikator: (6) membuat deduksi dan mempertimbangkan deduksi, (7) membuat induksi dan mempertimbangkan induksi, (8) membuat dan mempertimbangkan pendapat yang bernilai. 4) Klarifikasi lanjut, terdiri dari dua indikator: (9) mendefinisikan istilah-istilah dan mempertimbangkan defnisi, (10) mengidentifikasi asumsi. 5) Strategi dan taktik, terdiri dari dua indikator: (11) menentukan suatu tindakan, (12) berinteraksi dengan orang lain. Disposisi menurut Ennis adalah semangat kritis. Semangat kritis adalah apa yang memotivasi seseorang untuk menerapkan kemampuan berpikir kritis. Disposisi ini antara lain: 1) mencari pernyataan yang jelas dari suatu tesis atau pertanyaan, 2) mencari alasan, 3) berwawasan luas, 4) menggunakan sumber-sumber yang kredibel dan menyebutkannya, 5) mempertimbangkan situasi total, 6) mencari alternatif, 7) berpikiran terbuka, 8) menentukan posisi ketika bukti-bukti atau alasan mendukung, dan 9) sensitif terhadap perasaan orang lain. Facione & Facione (dalam McBride & Xiang, 2002) mengemukakan bahwa disposisi berpikir kritis terdiri dari: 1) pencarian kebenaran, 2) berpikiran terbuka, 3) analitisitas, 4) sistematisitas, 5) keingintahuan, 6) keyakinan diri tentang berpikir kritis, dan 7) kematangan. Berpikir kritis merupakan proses untuk mencapai tujuan tertentu (porpuseful), pengendalian diri (self-regulatory), dan pertimbangan (judgment), yang mendorong proses pemecahan 8 masalah dan pembuatan keputusan. Inti dari keterampilan berpikir kritis menurut Facione et al (2002) adalah: 1) interpretasi, meliputi: katagorisasi, menguraikan manfaat, dan mengklarifikasi makna; 2) analisis, meliputi: memeriksa ide, mengidentifikasi dan menganalisis argumen; 3) evaluasi, meliputi: menilai klaim dan argumen; 4) inferensi, meliputi: menyangsikan bukti, menduga alternatif, dan menarik kesimpulan; 5) eksplanasi, meliputi: menyatakan hasil, memberi alasan prosedur, dan menyajikan argumen; 6) pengendalian diri, meliputi: pemeriksaan diri dan perbaikan diri. Inti keterampilan berpikir di atas adalah strategi yang digunakan seseorang ketika memecahkan masalah, mengevaluasi ide, dan membuat keputusan. Inch dan Warnick (dalam Verlinden, 2005) mengatakan bahwa berpikir kritis melibatkan aspek-aspek berikut: 1) mengungkapkan pertanyaan dengan jelas dalam diskusi; 2) mengklarifikasi makna dari suatu istilah; 3) mengembangkan dan menerapkan kriteria untuk evaluasi; 4) mengevaluasi kredibilitas sumber informasi; 5) menyempurnakan generalisasi dan menghindari penyederhanaan yang berlebih; 6) menghasilkan dan menilai solusi dari masalah; 7) membandingkan perspektif, interpretasi, atau teori; 8) membaca kritis, yaitu mencari informasi yang mendukung perspektif seseorang; 9) mendengarkan kritis, yaitu mempertimbangkan dengan serius pandangan seseorang tentang ketidaksetujuannya. Kuhn (seperti dikutif Anderson et al, 2001) menyatakan bahwa berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk: 1) membedakan opini dari bukti, 2) mendukung opini dengan bukti-bukti yang jelas dan benar, 3) mengusulkan opini alternatif dan mengetahui bukti yang mendukung opini tersebut, 4) menyediakan bukti untuk mendukung opini ketika membantah suatu alternatif, dan 5) menentukan sikap yang melibatkan pertimbangan pro dan kontra dari apa yang diketahui. Sementara itu, Tsui (dalam Tapper, 2004) mengungkapkan keterampilan berpikir kritis melibatkan kemampuan bertanya dan kemampuan melakukan evaluasi, analisis, refleksi, inferensi, dan pertimbangan. Masih menurut Tsui, dalam beberapa literatur, berpikir kritis melibatkan kemampuan siswa mengidentifikasi isu dan 9 asumsi, mengenal hubungan yang penting, membuat inferensi dengan benar, mengevaluasi bukti atau sumber, dan mendeduksi kesimpulan. Berpikir Kreatif Tahap 1. Meningkatkan antisipasi 1. Menghadapi kebingungan dan ketidakpastian 2. Menanyakan tentang harapan dan antisipasi yang terbaik 3. Menciptakan kesadaran mengatasi masalah, kemiskinan, kebutuhan masa depan, atau kesulitan yang dihadapi 4. Membangun siswa yang berpengetahuan 5. Merangsang keingintahuan dan keinginan untuk tahu 6. Membuat keakraban yang kuat atau kekuatan yang akrab 7. Bebas dar serangkaian hal yang diinginkan 8. Memperhatikan informasi yang sama dari berbagi sudut pandang 9. memperhatikan informasi yang sama dari berbagai sudut pandang 10. Pertanyaan profokatif untuk membuat siswa berpikir tentang informasi baru 11. Memperkirakan dari informasi terbatas 12. Tujuan lengkap dari pelajaran membuat jelas, menunjukkan hubungan antara belajar yang diharapkan dan menampilkan masalah saat ini atau ke depan 13. Cukup hanya susunan untuk memberi jeda dan arah 14. Melakukan langkah berikutnya terhadap apa yang diketahui 15. Secara fisik meningkatkan informasi untuk dihadirkan Tahap 2. Menemukan yang diharapkan, tidak diharapkan, dan memperdalam/sangat diharapkan 1. Meningkatkan kesadaran thd masalah dan kesulitan 2. Menerima batasan secara beruruta sbg suatu tantangan drpd scr klinis memperbaiki yg ada 3. Mendorong cir-ciri personal atau sadar situasi 4. Melatih proses mengatasi masalah secara kreatif dalam suatu sikap yang disiplin berkaitan dengan masalah dan informasi yang dihadapi 5. Secara terpisah dan sistematik memperhatikan informasi y dihadirkan 6. Menampilkan informasi ketika tidak lengkap dan menyuruh siswa menanyakan pertanyaan untuk mengisi keheningan 7. Nampak sejajar dengan elemen-elemen yg tidak relevan 8. Mengeksplorasi dan menguji misteri dan mencoba memecahkannya 9. Menyediakan keterbukaan 10. Membuat outcome tidak dapat diprediksi dengan lengkap 11. Memprediksi dari informasi yg terbatas 12. Mencari untuk kejujuran dan realisme 13. Mengidentifikasi dan mendorong penggunaan keterampilan baru pada penemuan informasi 14. Meningkatkan dan kadang-kadang menggunakan surprise 15. Mendorong visualisasi Tahap 3. Melanjutkan terhadap dan menjaga itu tetap berjalan 1. Bermain dengan kebingungan 2. Memperdalam kesadaran masalah, kesulitan atau gap dalam informasi 3. Mengetahui potensi unik pada siswa 10 4 Meningkatkan perhatian tentang suatu masalah 5. Menantang suatu jawaban y knstruktif 6. Melihat hubungan yg jelas antara informasi baru dengan karir di masa depan 7. Melihat koreksi yang jelas antara informasi baru dengan karir di masa depan 8. Menerima batasan-batasan secara kreatif dan konstruktif 9. Masih menggali lebih dalam, 10. Membuat legistimasi berfikir yang berbeda 11. Mengelaborasi nformasi yang diberikan 12. Mendorong solusi yang elegan, solusi pada koflik-konflik tumbukan, tidak memecahkan masalah 13. Menentukan eksperimen 14. Membuat kekuatan yang akrab atau keakraban yang kuat 15. Memeriksa gambaran-gambaran untuk menemukan solusi yang nyata 16. Mendorong proyeksi masa depan 17. Menghibur ketidakmungkinan 18. Menciptakan humor dan melihat humor dalam informasi yang ada 19. Mendorong keadilan yang ada dan penggunaan beberapa tatacara yang disiplin mengatasi masalah 20. Menghubungkan informasi ke informasi dala berbagai disiplin ilmu 21. Memperhatikan informasi yang sama dengan cara yang berbeda 22. Mendorong pergantian ide-ide dan obyek 23. Mendorong pensilangan hipotesis 24. Menghadapi dan menantang produk Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Creative Critical Basic Recall Gambar 1. Hirarki Berpikir (Krulik & Rudnick, 1995) Setiap kategori pada hirarki berpikir gambar 2.2 memiliki ciri-ciri tersendiri. Menurut Krulik dan Rudnick (1995) basic, critical dan creative merupakan pemikiran (reasoning) dan sangat sulit mendefinisikan masing-masing kategori dengan tepat. Bagaimanapun juga, kita dapat mendata gambaran yang sesuai untuk menghubungkan masing-masing kategori. Berpikir dasar (basic) cirinya meliputi memahami dan mengenali konsep yang tampak pada suatu keadaan. Berpikir kritis (critical) cirinya meliputi (1) memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi suati permasalahan; (2) mencari fokus permasalahan; (3) mengumpulkan dan mengorganisisr informasi; (4) 11 memvalidasi dan menganalisis informasi; (5) mengingat dan menghubungkan informasi sebelumnya; (6) menentukan alasan jawaban; (7) menarik kesimpulan; dan (8) analitis dan reflektif. Sedangkan pada tingkat berpikir kreatif (creative) memiliki ciri (1) menghasilkan suatu produk asli; (2) pemikiran dan penemuan baru; dan (3) menyatukan atau menghasilkan atau menerapkan ide-ide. Tingkatan ranah berpikir juga dikemukakan oleh Bloom. Modifikasi taksonomi Bloom berisi enam tingkatan ranah berpikir kognitif ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Modifikasi Taksonomi Bloom, Pertanyaan, dan Kegiatan Modifikasi Pertanyaan Kegiatan Taksonomi Bloom Mengingat Dapat mengingat Mengenali, membuat daftar, (Remembering) informasi? menghafal, menyebutkan. Memahami (Understanding) Dapat Mengklasifikasikan, menerangkan ide menginterpretasi, menjelaskan, atau konsep? mengelompokkan. Menerapkan Dapat Menerapkan, menafsirkan, (Applying) menggunakan mengoperasikan, memecahkan, informasi dalam menggunakan. situasi lain? Menganalisa Dapat mengolah Mengorganisasi, menata ulang, (Analyzing) informasi untuk mengajukan pertanyaan. memahami sesuatu dan mencari hubungan? Mengevaluasi Dapat menilai Memeriksa, membuat hipotesa, (Evaluating) suatu keputusan mengkritik, bereksperimen, atau tindakan? memberi penilaian. Mencipta Dapat Mendisain, membangun, (Creating) menghasilkan idemerencanakan, merumuskan, ide baru, produk, menemukan. atau cara pandang? Dalam tingkatan berpikir menurut Bloom tersebut, dapat dirancang pertanyaanpertanyaan yang mengarahkan siswa pada ranah berpikir tingkat tinggi. Pertanyaanpertanyaan tersebut tentunya mengarahkan siswa pada pemahaman berpikir melalui kemampuan mengolah informasi. Selanjutnya siswa mampu menerapkan informasi dalam pemecahan masalah. Pada tahap menganalisa siswa mampu menghubungkan keterkaitan konsep satu dengan yang lain. Melalui kegiatan menganalisa, siswa mampu 12 membandingkan permasalahan berdasarkan kriteria tertentu pada saat evaluasi. Pada tahap berpikir modifikasi Bloom, mencipta (creating) merupakan ranah berpikir tingkat tinggi sehingga siswa mampu membentuk gagasan baru. Tabel 2.3. Indikator Metakognisi (diadaptasi dari Mc Gregor, 2007, Schraw, 1995, dan Anderson & Krathwol, 2001) No Level metakognisi Sub level metakognisi (sebagai indikator) 1 Menyadari proses Menyatakan tujuan berpikir dan Mengetahui tentang apa dan bagaimana mampu Menyadari bahwa tugas yang diberikan membutuhkan menggambarkannya banyak referensi Menyadari kemampuan sendiri dalam mengerjakan tugas Mengidentifikasi informasi Memilih operasi/prosedur yang dipakai Mengurutkan operasi yang digunakan Merancang apa yang akan dipelajari 2 Mengembangkan Memikirkan tujuan yang telah ditetapkan pengenalan Mengelaborasi informasi dari berbagai sumber strategi berpikir Memutuskan operasi yang paling sesuai Menjelaskan urutan operasi lebih spesifik Mengetahui bahwa strategi elaborasi meningkatkan pemahaman Memikirkan bagaimana orang lain memikirkan tugas 3 Merefleksi Menilai pencapaian tujuan prosedur secara Menyusun dan menginterpretasi data evaluatif Mengevaluasi prosedur yang digunakan Mengatasi kesalahan/hambatan dalam pemecahan masalah Mengidentifikasi sumber-sumber kesalahan dari percobaan 4 Mentransfer Menggunakan operasi yang berbeda untuk penyelesaian pengalaman masalah yang sama pengetahuan dan Menggunakan operasi/prosedur yang sama untuk prosedural pada masalah lain konteks lain Mengembangkan prosedur untuk masalah yang sama Mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru 5 Menghubungkan Mengaitkan data pengamatan dengan pembahasan pemahaman Menganalisis efisiensi dan efektifitas prosedur konseptual dengan Menganalisis kompleksnya masalah pengalaman Menyeleksi informasi penting yang digunakan dalam prosedural memecahkan masalah Memikirkan proses berpikirnya selama pemecahan masalah 13