1.4. Kegunaan Penelitian

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas 1
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Muhammad Indra/I34100075
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Citra Dewi/I34100045
Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS/19600827 198603 2 002
Pengaruh Migrasi Sirkuler Terhadap Kondisi Sosial Rumah
Tangga Petani (Kasus Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan
Pamanukan, Kabupaten Subang)
7 Maret 2014, 10.00-11.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini problematika kependudukan di negara-negara sedang berkembang terutama di
Indonesia menjadi hal yang sangat kompleks bagi pembangunan. Dinamika kependudukan akan
selalu berkembang mengikuti perkembangan angka kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk (migrasi) serta terjadi perubahan dalam berbagai aspeknya, baik aspek jumlah,
komposisi menurut jenis kelamin dan umur, pertumbuhan dan persebarannya. Sejalan dengan hal
tersebut, menurut BPS tahun 2010 penduduk Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu.
Ketika sensus pertama pada tahun 1961 dilakukan, jumlah penduduk Indonesia masih sekitar 97,1
juta jiwa, namun setelah hampir setengah abad berlalu, jumlah populasi penduduk Indonesia
meningkat drastis dan telah mencapai 237,6 juta jiwa pada saat sensus 2010 dilakukan.1
Peningkatan jumlah penduduk ternyata sejalan dengan meningkatnya angka pertumbuhan
angkatan kerja yang semakin lama semakin bertambah banyak namun tidak disejalan dengan
penciptaan lapangan kerja yang memadai. Dengan demikian terdapat suatu ketimpangan antara
lapangan pekerjaan yang tersedia dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang ada. Mau tidak
mau dengan kondisi tersebut menyebabkan banyak calon tenaga kerja baru sulit mendapatkan
pekerjaan baik di sektor formal maupun di sektor informal karena persaingan yang sangat banyak.
Hal yang serupa terjadi di sektor pertanian, ketersediaan lahan pertanian yang sudah demikian
sempit sejalan dengan penduduk yang semakin padat. Namun masih banyak masyarakat
khususnya kaum petani yang menggantungkan perekonomian rumah tangga pada lahan pertanian
dan bekerja sebagai buruh tani di desanya maupun di desa lain yang berdekatan. Fakta
menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tidak cukup mendapatkan akses pada
tanah karena lahan-lahan pertanian telah dikuasai oleh para pemilik lahan yang sejumlah 0,2%
atau kurang lebih 460 ribu orang dari total penduduk Indonesia pada tahun 2011 yang menguasai
56% aset nasional. Di dalam konsentrasi 56% aset ini, tidak kurang dari 62-87% dalam bentuk
tanah.2 Hal-hal tersebut mendorong mereka untuk melakukan mobilisasi di kalangan penduduk
dari satu wilayah ke wilayah lain atau yang disebut dengan gerak penduduk (Shrylock dan Siegel
1973 dalam Rusli 2010:100).
Migrasi sebagai salah satu bagian dari gerak penduduk telah membentuk suatu pola
perpindahan penduduk (migrasi) di Indonesia yang dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
mobilitas permanen (menetap di daerah tujuan) dan non-permanen (yang tidak menetap di daerah
tujuan) dengan arah yang berubah (Ananta dan Chotib 1996). Migrasi permanen pada umumnya
mempunyai ciri-ciri yakni terdapat suatu gerak perpindahan tempat tinggal penduduk yang secara
menetap pada satu wilayah ke wilayah lainnya yang menjadi tujuan migrasi (Lee 1966 dalam Rusli
2010). Pada kota-kota besar (seperti Jakarta) yang menjadi daerah tujuan mobilitas permanen
telah terjadi perambatan pada daerah sekitar kota tersebut (kota-kota seperti Bodetabek) yang
menyebabkan menurunnya tingkat migrasi masuk pada kota besar tersebut namun telah
1
2
BPS. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregat per Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Winoto J. 2011. Mengelola Pertanahan untuk Kemakmuran Rakyat. Majalah Bhumi Bakti. Edisi 10. Hal 24.
2
meningkatkan angka migrasi masuk ke daerah sekitarnya. Menurunnya migrasi masuk pada kota
besar tersebut, diimbangi dengan meningkatnya mobilisasi non-permanen baik sirkuler maupun
komutasi yang biasanya berciri jangka pendek, repetitif, atau siklikal, hal ini mempunyai suatu
kesamaan dalam hal tujuannya yang memang sudah jelas tidak ingin untuk menetap secara
permanen di daerah tujuan. (W Zelinsky dalam Rusli 2010:101). Fenomena perpindahan
penduduk dari desa ke kota tersebut dapat menggambarkan bahwa di negara-negara sedang
berkembang terutama di Indonesia kekuatan ekonomi masih terpusat di daerah perkotaan saja,
sehingga dapat dicirikan oleh migrasi non-permanen dalam bentuk sirkulasi atau komutasi
(Wahyuni 2000).
Faktor-faktor yang berperan untuk mempengaruhi orang dalam melakukan migrasi sangat
beragam dan kompleks karena migrasi merupakan proses yang secara selektif mempengaruhi
setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu. Akibatnya
mereka yang melakukan migrasi pada umumnya adalah para tenaga kerja yang mempunyai
tingkat pendidikan tertentu dan berasal dari lokasi yang memiliki kelebihan tenaga kerja juga
berpenghasilan rendah menuju lokasi yang kekurangan tenaga kerja dan atau yang mampu
memberikan upah lebih tinggi (Bandiono dan Salihar 1999 dalam Waridin 2002) dengan harapan
dapat membuat mereka hidup lebih layak dari daerah asalnya. Beberapa penelitian sebelumnya
mengenai migrasi menyebutkan bahwa alasan utama orang melakukan migrasi karena alasan
ekonomi. Tentunya dengan tidak mengabaikan faktor budaya dan norma-norma masyarakat
perdesaan setempat, telah terjadi pergeseran dalam strategi ekonomi masyarakat pedesaan yang
semula hanya mengandalkan pertanian subsisten bergeser secara pasti menjadi ekonomi pasar
yang selama ini dicirikan di perkotaan (sektor informal) melalui remittances migran sirkuler.
Pengaruh migrasi terhadap pertanian dimulai saat adanya pergeseran kesempatan kerja dari
sektor pertanian ke sektor non-pertanian, seperti proporsi jumah tenaga kerja dibidang pertanian
yang semakin berkurang karena sudah tidak ada minat bekerja di bidang pertanian atau semakin
bertambah banyak tenaga kerja di bidang pertanian akibat tidak tersedianya lahan pertanian yang
cukup untuk diolah. Pengalokasian waktu untuk kegiatan bertani juga semakin berkurang karena
lebih banyak digunakan saat bekerja di tempat tujuan migrasi. Sehingga banyak petani yang
melakukan migrasi desa kota untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya yang semakin lama
semakin tidak dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan dari kegiatan bertani saja. Tidak hanya
mempengaruhi terhadap sektor pertanian saja, melainkan juga berdampak pada pelaku utama dari
pertanian tersebut yaitu petani. Kondisi sosial rumah tangga petani sedianya banyak yang
berubah.
Sehingga ini menjadi menarik untuk diteliti dalam mengidentifikasi perubahan yang terjadi
dalam bidang sosial terutama pada tingkat pendidikan anak, pola jam kerja petani, peranan sosial
di masyarakat dan pembagian kerja dalam rumah tangga petani. Penelitian ini berusaha untuk
mengidentifikasi pengaruh dari migrasi sirkuler terhadap kondisi sosial rumah tangga petani.
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Subang, yakni Desa Pamanukan
Hilir, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang.
1.2. MASALAH PENELITIAN
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa alasan utama orang melakukan migrasi karena
faktor ekonomi, namun selain faktor ekonomi terdapat beberapa faktor lain yang ikut b dalam
fenomena migrasi sirkuler terhadap rumah tangga petani di Desa Pamanukan Hilir. Sesuai dengan
teori dorong – tarik atau Push – Pull Theory menurut Everett S. Lee (1966) dalam Mantra (1985),
terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam melakukan migrasi. Lebih lanjut
Lee menguraikan mengenai empat faktor yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk
melakukan migrasi, yaitu faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, faktor-faktor yang terdapat di
tempat tujuan, rintangan-rintangang yang menghambat serta faktor-faktor pribadi. Oleh karena itu,
penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan rumah
tangga petani melakukan migrasi sirkuler di Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan
Pamanukan?
3
Pengaruh migrasi sirkuler pada rumah tangga di desa dapat memberikan peningkatan
pendapatan dan perbaikan pada rumah tangga migran. Pengeluaran rumah tangga yang semakin
bertambah dari tahun ke tahun membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat pula.
Sehingga banyak calon migran memutuskan untuk bermigrasi dengan tujuan memperoleh
pendapatan lebih. Pendapatan yang meningkat selanjutnya akan mempengaruhi status sosial dan
mutu hidup rumah tangga (Refiani, 2006). Status sosial dan mutu hidup rumah tangga tersebut
juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan anggota rumah tangga khususnya pendidikan anak.
Selain itu, menurut Herdiana (1995) dalam Hermawan (2002), migrasi menimbulkan perubahan
peranan dan tanggung jawab wanita, terutama pada saat kepala keluarga pergi ke kota atau
melakukan migrasi sirkuler. Migrasi ini secara tidak langsung mempengaruhi kebiasaan dan
pembagian kerja dalam rumah tangga di daerah asal. Namun, dengan melakukan migrasi desa
kota dengan cara sirkulasi memungkinkan penduduk desa khususnya yang masih menjadi petani
dapat mengerjakan pekerjaan pertanian sehingga pendapatan rumah tangga akan lebih baik
(Hermawan 2002:3). Oleh karena itu, penting untuk menganalisis sejauhmana pengaruh migrasi
sirkuler terhadap perubahan pendidikan anak, peranan sosial, pola jam kerja petani, dan
pembagian kerja dalam rumah tangga petani di Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan
Pamanukan?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh migrasi sirkuler terhadap kondisi sosial rumah tangga petani di Desa
Pamanukan Hilir. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumah tangga petani melakukan
migrasi sirkuler di Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan.
2. Menganalisis pengaruh yang ditimbulkan dari migrasi sirkuler terhadap perubahan tingkat
pendidikan anak, peranan sosial, pola jam kerja petani, dan pembagian kerja dalam rumah
tangga petani di Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pembuat kebijakan
dan masyarakat pada umumya mengenai kajian migrasi bagi sektor pertanian di suatu wilayah.
Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai
berikut:
1. Bagi akademisi:
Bagi akademisi, penelitian ini menjadi proses pembelajaran dalam memahami fenomena
sosial di lapangan. Selain itu, diharapkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dari perkembangan fenomena sosial mengenai pengaruh migrasi sirkuler terhadap
kondisi sosial rumah tangga petani. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi
akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh.
2. Bagi pembuat kebijakan:
Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam
menganalisis bagaimana seharusnya migrasi dijadikan suatu cara untuk memajukan dan
membangun daerah-daerah yang tertinggal dari pembangunan.
3. Bagi masyarakat:
Bagi masyarakat khusunya pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan mengenai migrasi sirkuler dan pengaruhnya bagi masyarakat khususnya para
petani.
4
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Migrasi
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk atau gerak penduduk. Migrasi juga
merupakan salah satu bentuk dari tipologi gerak penduduk yang cenderung bersifat permanen.
Gerak penduduk mempunyai makna dalam ilmu demografi yaitu perpindahan penduduk
(population mobility) atau secara khusus perpindahan wilayah (teritorial mobility) dari suatu tempat
ke tempat lainnya yang mengandung makna gerak spasial, fisik, dan geografis (Rusli 2010:100).
Lebih lanjut Rusli (2010) menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan melakukan migrasi
apabila ia melakukan pindah tempat tinggal secara permanen dan relatif permanen (untuk jangka
waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu unit
geografis ke unit geografis lainnya. Unit geografis berarti unit administratif pemerintah baik berupa
negara maupun bagian-bagian dari negara. Menurut Mantra (1985) mobilitas penduduk horizontal
atau geografis meliputi semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam
periode waktu tertentu. Batas wilayah yang dimaksud lebih kepada batas administrasi yang
ditetapkan oleh negara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Sunarto (1985) merumuskan migrasi penduduk
sebagai suatu perpindahan tempat tinggal dari suatu unit administrasi ke unit administrasi yang
lain (United Nations 1970). Menurut Biro Pusat Statistik (1995) dalam Hermawan (2002)
menetapkan migrasi sebagai proses berpindahnya penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
melewati batas wilayah tertentu yang dilalui dalam perpindahan tersebut. Sunarto (1985)
mengemukakan migrasi juga mengandung pengertian bahwa perpindahan seseorang melalui
batas propinsi ke propinsi lain yang dalam prosesnya memerlukan jangka waktu enam bulan atau
lebih, tetapi seseorang dikategorikan sebagai migran biarpun perpindahan kurang dari enam bulan
atau sebelumnya telah berniat menuju ke tempat tujuan. Berbeda dengan definisi lain, Lee (1984)
menyatakan perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen dapat terjadi jika
tidak ada pembatasan dan sifat tindakan tersebut dilakukan secara sukarela atau terpaksa.
Dalam membicarakan konsep perpindahan penduduk akan selalu terkait dengan dimensi
yang ditetapkan oleh Standing (1985), diantaranya dimensi ruang, yaitu penetapan tempat
berdasarkan ciri-ciri wilayah yang menjadi tujuan migrasi dan dimensi waktu, yaitu periode atau
selang waktu yang digunakan dalam proses migrasi, sehingga migrasi dapat dikategorikan
menurut dimensi ruang dan waktu. Jika menurut dimensi ruang, secara umum terdapat dua jenis
migrasi yaitu migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internasional adalah perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain, sedangkan untuk migrasi internal adalah perpindahan
penduduk yang terjadi pada unit-unit geografis satu negara. Gould (1993) dalam Hermawan (2002)
juga mengemukakan bahwa migrasi merupakan fenomena yang bervariasi terdiri dari empat
macam, yaitu migrasi desa ke desa, desa ke kota, kota ke desa, dan kota ke kota. Jika menurut
dimensi waktu, menurut Rusli (2010) gerak penduduk dapat dibagi menjadi dua yaitu, gerak
penduduk permanen dan non-permanen, yang terdiri dari sirkulasi dan komutasi. Bentuk gerak
penduduk tersebut merujuk pada selang waktu yang digunakan seseorang untuk berdiam diri atau
menetap di tempat tujuan perpindahan. Mobilitas permanen dan non-permanen pada dasarnya
terletak pada ada tidaknya niat bertempat tinggal untuk menetap di daerah tujuan (Mantra 1985).
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa migrasi adalah segala
bentuk gerak penduduk yang terkait dengan perpindahan tempat tinggal dari satu tempat ke
tempat yang lain selama periode waktu tertentu (permanen dan non-permanen).
Orang atau pelaku yang melakukan migrasi disebut sebagai migran. Lebih spesifik Rusli
(2010) menjelaskan bahwa seseorang dapat disebut sebagai migran jika telah melakukan migrasi
lebih dari satu kali. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Standing (1991) dalam Sri Wahyuni
(2003) yang menyatakan bahwa migran adalah mereka yang berpindah dalam masa antarsensus
dan dalam masa sensus kedua tinggal di wilayah yang tidak sama dengan wilayah tempat tinggal
pada waktu sensus pertama.
5
Migrasi Sirkuler
Berdasarkan konsep gerak penduduk yang diungkapkan Rusli (2010) gerak penduduk nonpermanen dapat dibagi menjadi sirkulasi dan komutasi, secara umum bermakna sebagai gerak
penduduk yang biasanya bercirikan jangka pendek, repetitif atau siklikal; ketiga ciri tersebut
mempunyai kesamaan dalam hal tidak nampaknya niat yang jelas untuk mengubah tempat tinggal
secara permanen (Zelinsky 1971 dalam Rusli 2010:101). Dalam sirkulasi, migran hanya berniat
bergerak dan menetap di daerah tujuan pada periode waktu tertentu. Hal ini berbeda dengan
komutasi yang semata-mata merupakan gerak penduduk harian yaitu gerak yang berulang hampir
setiap harinya antara tempat tinggal dan tempat tujuan. Jika dihubungkan dengan sektor pertanian
Zulham dan Gunawan dalam Erwidodo et. al. (1992) mengemukakan hanya terdapat dua bentuk
yaitu sirkulasi dan komutasi. Dugaan ini berdasarkan pemanfaatan waktu migran sirkuler dan
komuter antara desa dan kota.
Menurut Rusli (2010) migrasi sirkuler didefinisikan sebagai gerak berselang antara tempat
tinggal dan tempat tujuan baik untuk bekerja maupun untuk lain-lain tujuan seperti sekolah.
Seorang sirkulator tinggal di tempat tujuan untuk periode waktu dengan pola yang kurang teratur,
diselingi dengan kembali dan tinggal di tempat asal untuk waktu-waktu tertentu juga. (Rusli
2010:101). Migrasi sirkuler menurut Mantra (1994) adalah gerak penduduk dari sutu wilayah
menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Pengertian migrasi
sirkuler menurut Alatas dan Edi (1992) dalam Mahfudhoh (2006) adalah jenis mobilitas penduduk
yang dipilih seseorang atau kelompok dengan maksud untuk tidak menetap di daerah tujuan dan
pada waktu tertentu tetap kembali ke daerah asal. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian
migrasi sirkuler adalah gerak berselang penduduk antara tempat asal dengan tempat tujuan yang
bersifat non-permanen dimana migran tidak mempunyai maksud atau niatan untuk menetap
selamanya.
Faktor-faktor Penyebab Migrasi
Pada dasarnya orang melakukan migrasi selalu di latar belakangi oleh berbagai faktor baik
dari individu itu sendiri maupun dari faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Everett S.
Lee (1966) dalam Mantra (1985:181), terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan dalam
memahami penyebab para migran melakukan gerak penduduk, diantaranya: (1) Faktor-faktor yang
terdapat di daerah asal, (2) Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan, (3) Rintangan antara, dan
(4) Faktor-faktor individu.
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Terdapat Pada Daerah Asal. Daerah Tujuan,
dan Rintangan Antara (Mantra 1985)
Selain itu, terdapat dua faktor yang selalu terdapat di daerah asal maupun tujuan terkait
dengan perpindahan penduduk, yaitu faktor positif dan faktor negatif. Faktor positif merupakan
faktor yang menarik seseorang untuk tidak meninggalkan daerah asalnya dan faktor negatif
merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya tersebut. Jika
dilihat dari faktor pendorong dan penariknya, yang tergolong menjadi faktor pendorong antara lain:
6
(1) Makin berkurang sumber-sumber alam, (2) Menyempitnya lahan pekerjaan di tempat asal, (3)
Adanya tekanan-tekanan dan diskriminasi politik, agama, dan suku, (4) Tidak cocok lagi dengan
budaya atau adaptasi daerah asal, (5) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan
tidak berkembangnya karir pribadi, dan (6) Bencana alam. Uraian tersebut memperlihatkan bahwa
faktor pendorong dari daerah asal identik dengan faktor negatif yang dimiliki daerah asal dan faktor
yang menarik dari daerah tujuan identik dengan faktor positif yang dimiliki daerah tujuan. Adapun
faktor positif yang terdapat dari daerah asal yaitu menyebabkan penduduk untuk memilih tidak
meninggalkan daerah asalnya, menurut mantra (1985:176) berkaitan dengan: (1) Jalinan
persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga desa sangat erat, (2) Sistem gotong royong pada
masyarakat pedesaan jawa sangat erat pula, (3) Penduduk sangat terikat pada tanah pertanian,
dan (4) Penduduk sangat terikat pula kepada daerah (desa) dimana mereka dilahirkan.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilvis E. Tahitu (2007) melihat faktor
pendorong dan penarik dari sisi sosial dan ekonomi para migran yang melakukan migrasi ke
daerah tujuan (Kota Ambon). Faktor pendorong dalam penelitiannya yang terkait dengan aspek
sosial ekonomi, meliputi penghasilan, lapangan pekerjaan, produktivitas pertanian, dan akses
terhadap pelayanan sosial. Namun, faktor pendorong utama para migran sirkuler untuk bermigrasi
adalah faktor pendapatan atau faktor ekonomi. Kepemilikan lahan pertanian dan juga adat istiadat
yang dianggap menekan kebebasan masyarakat juga menjadi faktor pendorong bagi sebagian
migran untuk bermigrasi. Hal ini dimungkinkan karena dalam kehidupan sosial kemasyakatan
berlaku norma atau aturan-aturan yang mengikat sehingga berimplikasi pada ruang gerak
masyarakat dalam beraktivitas. Faktor penariknya, meliputi penghasilan atau upah di daerah
tujuan lebih besar, mudah mendapatkan pekerjaan dan terdapat pusat-pusat pemasaran yang
mana hal-hal tersebut susah untuk didapatkan jika berada di daerah asal. Faktor penarik lainnya
adalah ajakan teman yang telah lebih dulu bermigrasi dan adanya anggapan bahwa di Kota
Ambon mudah mendapatkan pekerjaan Faktor kebebasan menentukan pilihan tanpa dibatasi adatistiadat di kota, dalam hal ini Kota Ambon menjadi penarik bagi para migran yang merasa
kebebasan mereka di daerah asal dibatasi oleh adat-istiadat.
Hal tersebut senada dengan yang dinyatakan oleh BPS (1995) dalam Hermawan (2002),
banyaknya orang yang masuk ke suatu propinsi (migrasi) dipengaruhi besarnya faktor penarik
propinsi tersebut bagi pendatang berupa industrialisasi, perdagangan, pendidikan, perumahan,
dan lingkungan hidup. Selain itu karena ada faktor pendorong seperti kesempatan kerja yang
terbatas jumlah dan jenisnya, saranan dan prasarana, pendidikan, fasilitas, dan kondisi
lingkungan. Teori Migrasi oleh Ravanstein dalam Mantra (2000) bahwa migran berumur relatif
muda lebih banyak melakukan mobilitas karena masih memiliki produktivitas yang tinggi dalam
bekerja.
Dampak Migrasi Terhadap Pertanian
Adanya perpindahan penduduk dari desa ke kota menyebabkan terjadinya kekurangan
tenaga kerja di desa pada sektor pertanian. Hal ini dibuktikan melalui data Badan Pusat Statistik
(BPS) yang menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor pertanian turun secara teratur.
Pada Februari 2011, tercatat jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak 42,48 juta jiwa.
Jumlahnya menurun menjadi 41,20 juta jiwa pada Februari 2012. Kemudian berkurang lagi pada
Februari 2013 menjadi 39,96 juta jiwa. Jadi, dalam dua tahun, jumlah tenaga kerja meningkat
sebanyak 2,74 juta jiwa, tetapi di sektor pertanian berkurang sebanyak 2,52 juta jiwa tenaga kerja
dalam dua tahun. Data ini jelas membuktikan terjadinya migrasi tenaga kerja dari sektor pertanian
ke sektor non-pertanian. Gejala penurunan jumlah tenaga kerja petani dari waktu ke waktu ini
diduga karena rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani terutama kaum muda. Hasil
sensus pertanian tahun 2013 yang menunjukkan bahwa sekitar 60 persen petani negeri ini
berumur di atas 45 tahun dan sekitar sepertiganya bahkan telah berumur di atas 55 tahun. Hal
yang mempengaruhi keinginan para pemuda tidak mau terjun ke sektor pertanian karena
pendidikan mereka lebih tinggi dibandingkan dengan orang tua mereka yang bekerja di sawah dan
pendapatan yang rendah dari hasil pertanian dibandingkan di luar pertanian (Hermawan 2002).
7
Penyebab utama perubahan dalam sektor pertanian ialah pembangunan atau globalisasi.
Perubahan yang disebabkan globalisasi pada sektor pertanian, yaitu ditinggalkannya sektor
pertanian dan beralih ke sektor non-pertanian. Di tempat tujuan migrasi nantinya, sebagian dari
mereka mempunyai kegiatan di sektor informal (seperti dibidang perdagangan, industri,
pengolahan, transportasi, konstruksi, dan jasa). (Suharso 1996 dalam Hermawan 2002). Menurut
Herdiana (1995) pelaku mobilitas menjadi penyebab lain berkurangnya kesempatan kerja di desa
karena mereka memperkenalkan teknologi baru pada bidang pertanian di desa. Keluarga petani
yang semula bekerja sama menumbuk pada berubah menjadi komersil, karena harus mengatur
biaya penumbukan padi secara modern. Menurut Zulham dan Gunawan dikutip Erwidodo et.al
(1992), mobilitas penduduk yang tidak tergantung lagi pada sekor pertanian lebih bersifat
permanen. Migran ini pada umumnya melepas kegiatan di sektor pertanian karena pendapatan di
luar sektor pertanian lebih besar.
Kajian yang dilakukan oleh Sumaryanto dan Sudaryanto (1989) dalam Rohmadiani (2011) di
Propinsi Jawa Tengah bahwa pola migran ternyata dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja
dalam desa. Pada saat permintaan tenaga kerja di dalam desa cukup tinggi seperti pada saat
musim tanam dan panen maka arus migrasi ke luar desa lebih kecil dibangdingkan masa lainnya.
Pada saat musim paceklik, petani lebih memilih bermigrasi keluar desa dengan menjadi buruh di
kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bekasi (Rohmadiani 2011). Hal tersebut dikarenakan jumlah
pemilik lahan pertanian lebih kecil dibandingkan jumlah buruh tani sehingga tenaga kerja buruh
tani berlebih. Hal yang terjadi adalah semakin banyak buruh tani yang membutuhkan pekerjaan
tambahan, namun tidak tersedianya lahan pertanian yang cukup untuk diolah. Jika hal tersebut
terus menerus terjadi, dikhawatirkan akan merubah sumber mata pencaharian petani yang tadinya
diandalkan hanya dari bertani menjadi pekerjaan non-pertanian dan lebih memilih menjadi buruh
dengan cara bermigrasi ke daerah perkotaan.
Dampak Migrasi Terhadap Status Sosial Petani
Berdasarkan data dari BPS tahun 2003, tingkat pendidikan petani masih didominasi oleh
petani lulusan SD. Secara umum jumlah petani Tidak Sekolah 8,08%, tidak/belum lulus SD
13,39%, Lulusan SD 46,19 %, lulusan SLTP 10,67 %, Lulusan SLTA 8,95%, Diploma atau
Perguruan tinggi 1,73%. Migrasi memiliki kaitan erat dengan ekonomi, sedangkan ekonomi ikut
berpengaruh terhadap pendidikan. Russel (1993) menyatakan bahwa pengaruh faktor-faktor
ekonomi terhadap pendidikan jelas kuat, dan secara dangkal tidak selalu jelas. Kalangan ekonomi
kelas bawah, tidak mampu mengenyam pendidikan karena biayanya yang mahal, sedangkan
masyarakat yang tidak berpendidikan tidak mampu meningkatkan mobilitas sosialnya. Caldwell
sependapat dengan Gugler menyampaikan bahwa migran selama ini didominasi oleh mereka yang
tidak mampu, tidak memiliki tanah, kurang terampil, dan peluang kerjanya sebagian besar tidak
ada (Mulyadi 2006). Dengan migrasi diharapkan dapat menggantikan kekurangan yang dialami
selama ada di desa. Kekurangan yang ada desa seperti daya jual pertanian yang rendah,
rendahnya teknologi dan informasi di pedesaan, serta peluang pekerjaan yang sempit, sehingga
seseorang melakukan migrasi di dorong oleh kondisi kemiskinan di pedesaan. Kondisi kemiskinan
tersebut amat dipengaruhi oleh sempitnya kepemilikan tanah, tingginya modal produksi pertanian,
serta daya jual hasil pertanian yang rendah. Kemiskinan ini turut memicu rendahnya pendidikan
masyarakat pedesaan. Selain itu, masyarakat pedesaan juga mengutamakan prestise dan
menghindari rasa sungkan jika bekerja di sektor informal di luar sektor pertanian. Rasa sungkan
tidak akan di alami, dan penghargaan bisa diperoleh, jika pekerjaan sektor informal di lakukan di
daerah lain.
Pembagian Kerja Dalam Rumah Tangga
Marwell dalam teorinya Nature dan Nurture menjelaskan bahwa peran yang didasarkan atas
perbedaan jenis kelamin (seksual) selalu terjadi. Pada setiap kebudayaan, wanita dan laki-laki
diberi peran dan pola tingkah laku yang berbeda untuk saling melengkapi perbedaan dari kedua
makhluk ini. Melalui pembagian peran atau pembagian kerja inilah yang berfungsi melengkapi
kekurangan dari masing-masing jenis kelamin (Saidah 2013). Menurut Budiman (1982: 2) dalam
8
Saidah (2013) pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) ialah pembagian kerja atas
perbeadaan biologis dan sosio-kultural, dimana wanita bersifat lemah lembut, bersifat melayani,
ketergantungan, emosional, dan tidak bisa bekerja keras, sedangkan laki-laki makhluk yang
berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Sehingga laki-laki dan wanita memiliki perannya
masing-masing. Hal ini akan membudaya dalam masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang
alamiah. Hal-hal yang menyebabkan munculnya pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin
menurut (Skolnick 1974: 131 dalam Budiman, 1982: 2), pembagian kerja berdasarkan jenis
kelamin muncul karena perbedaan psikologis yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan
sosio-kultural dalam proses pembentukan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan.
Budiman (1982: 36) dalam Saidah (2013) menjelaskan, ada beberapa hal-hal yang
menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, diantaranya adalah (1) Faktor-faktor
yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Kebutuhan ini
didasarkan pada kebutuhan nyata dari sistem masyarakat tersebut; (2) Faktor-faktor yang
didasarkan pada sistem psikokultural dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
menyebarkannya dan mengembangbiakan sistem pembagian kerja ini. Sistem pembagian kerja
berdasarkan jenis kelamin ini menjadi sistem patriarkal yang bukan hanya sekedar sistem
kepercayaan yang abstrak belaka, tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
menyebarkan dan mengembangbiakannya.
Berdasarkan hal tersebut dalam dunia pertanian, pembagian kerja yang terjadi juga
berdasarkan jenis kelamin. Menurut Hermawan (2002) pembagian kerja dalam pertanian ada
perbedaannya, dimana suami biasanya mengerjakan dan mengolah sawah, sedangkan ibu rumah
tangga berperan dalam mengurus keluarga seperti memasak, mengurus anak, dan memanjemen
keuangan keluarga. Tidak jarang bahwa ibu rumah tangga ada yang mencari nafkah pada
keluarga migran sirkuler dan bukan migran (Hermawan 2002).
2.2. KERANGKA PEMIKIRAN
Gerak atau mobilitas penduduk non-permanen meliputi gerak secara sirkulasi dan komutasi,
namun yang menjadi fokus penelitian adalah migrasi sirkulasi. Migrasi sirkulasi dalam hal ini
adalah migrasi desa ke kota yang menyebabkan penduduk desa terpengaruhi untuk
melaksanakan mobilitas ke kota. Dalam setiap gerak penduduk tersebut pasti dilatarbelakangi oleh
faktor-faktor penyebab mengapa para penduduk tersebut bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya. Faktor utama yang menyebabkan para migran melakukan mobilitas adalah faktor
ekonomi. Namun, selain itu faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya mobilitas, seperti faktor
penarik dan faktor pendorong atau lebih dikenal dengan teori push and pull factors. Faktor penarik
berupa informasi yang di dapat mengenai kota, pendapatan yang tinggi, peluang kerja yang lebih
luas di kota. Selain faktor penarik, terdapat fakor pendorong yang berupa hasil pertanian yang
rendah di desa, peluang kerja yang terbatas di desa, kurangnya lahan pertanian. Migrasi sirkuler
juga dapat mempengaruhi para masyarakat desa khususnya para petani untuk berlomba-lomba
meningkatkan tingkat pendidikan rumah tangganya baik itu keterampilan maupun pengetahuan
formal yang mereka miliki sebelum mereka melakukan migrasi ke kota.
Dampak yang dihasilkan dari kegiatan gerak penduduk masyarakat secara sirkuler dapat
berpengaruh terhadap perubahan kondisi sosial rumah tangga petani migran. Dampak migrasi
sirkuler yang ingin diteliti dalam penelitian ini secara sengaja dibataskan hanya pada kondisi sosial
rumah tangga petani migran saja. Kondisi sosial ini berhubungan dengan perubahan tingkat
pendidikan anak, peranan sosial, pola jam kerja petani, dan pembagian kerja. Secara umum
kerangka penelitian ini ingin menjelaskan bahwa kondisi sosial rumah tangga petani dipengaruhi
oleh dampak dari migrasi sirkuler dan pengaruh dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
migrasi sirkuler. Hal tersebut tergambar dengan ringkas pada gambar 2 berikut:
9
MIGRASI SIRKULER
Desa
Kota
Faktor
Pendorong
Faktor
Penarik
Kondisi Sosial Rumah
Tangga (RT) Petani
Pembagian
Kerja
Pendidikan
Anak
Peranan
Sosial
Pola Jam
Kerja
Petani
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Berhubungan
: Mempengaruhi
: Saling Mempengaruhi
: Lingkup yang akan diteliti
2.3. HIPOTESIS PENELITIAN
Untuk membantu penelitian ini dalam menganalisis pengaruh migrasi sirkuler
kondisi sosial rumah tangga petani digunakan suatu hipotesa penguji sebagai berikut:
1. Semakin tinggi pengaruh faktor pendorong dan penarik terhadap migran maka
tinggi tingkat pendidikan anak.
2. Semakin tinggi pengaruh faktor pendorong dan penarik terhadap migran maka
rendah jumlah curahan waktu yang diperlukan untuk kegiatan bertani.
3. Semakin tinggi pengaruh faktor pendorong dan penarik terhadap migran maka
tinggi perubahan peranan sosial di masyarakat.
4. Semakin tinggi pengaruh faktor pendorong dan penarik terhadap migran maka
banyak peran kepala keluarga yang digantikan oleh istri dalam rumah tangga.
terhadap
semakin
semakin
semakin
semakin
2.4. DEFINISI OPERASIONAL
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang harus didefinisikan secara operasional
agar dapat memberikan arti yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Masing-masing
variabel diberi batasan terlebih dahulu agar dapat ditentukan indikator pengukurannya. Berikut
adalah definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Tingkat Pendidikan
(Ordinal)
:
Jenjang pendidikan formal tertinggi yang berhasil ditempuh oleh
responden. Tingkat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rendah : ≤ SD
2. Sedang : SMP
3. Tinggi : ≥ SMA/SMK
10
Tingkat Pendapatan
(Ordinal)
:
Penerimaan materi yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok dan
pekerjaan sampingan dari anggota rumah tangga per bulan dengan
satuan rupiah. Tingkat pendapatan dapat dikelompokan menjadi:
1. Rendah : < Rp.500.000,2. Sedang : Rp.500.000,- s/d Rp.1.000.000,3. Tinggi : > Rp.1000.000,-
Kepemilikan Lahan
(Interval)
:
Besarnya luas lahan pertanian yang dimiliki oleh rumah tangga
petani. Dapat dikelompokan menjadi:
1. Sempit : < 0,25 Ha
2. Sedang : 0,25 Ha s/d 0,50 Ha
3. Luas : > 0,50 Ha
Informasi Kota
(Ordinal)
:
kabar dan gambaran umum yang didapatkan oleh calon migran
mengenai kota. Informasi kota ini diukur dari sumber informasi
berasal:
1. Keluarga
2. Teman
3. Tetangga atau Orang Lain
Peranan Sosial
(Nominal)
:
Perbuatan dan atau perilaku yang ditampilkan anggota rumah
tangga petani yang sedang melakukan migrasi sirkuler sehubungan
dengan status sosial yang disandangnya (sebagai ayah, ibu, atau
anak) terhadap lingkungan kemasyrakatannya. Peranan sosial
diukur melalui perbandingan peranan antara suami dan istri pada
keluarga petani migran dan non-migran
Pola Pembagian Kerja
(Nominal)
:
Pola pembagian tugas dalam rumah tangga yang didasarkan pada
status individu yang ada dalam keluarga. Pola pembaian kerja diukur
melalui perbandingan pembagian kerja yang dilakukan antara suami
dan istri serta adanya tambahan kerja sampingan yang dilakukan
oleh istri saat suami sedang bermigrasi sirkuler.
Pola Jam Kerja Petani
(Nominal)
:
Kecenderungan curahan waktu kerja petani yang diperuntukan
dalam kegiatan bertani. Pola jam kerja petani diukur berdasarkan
perbandingan curahan waktu kerja antara perbandingan curah waktu
yang digunakan oleh petani dalam melakukan bertani dengan curah
waktu yang digunakan untuk bekerja di tempat migrasi.
11
3.
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Penelitian yang
dilakukan adalah jenis penelitian penjelasan (explanatory research), yakni penelitian yang
digunakan untuk menguji hipotesa. Pedekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui instrumen berupa kuesioner yang
didukung oleh metode wawancara mendalam. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk
mendeskripsikan perubahan kondisi sosial rumah tangga petani akibat pengaruh migrasi sirkuler.
Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh faktor pendorong dan penarik
terhadap tingkat pendidikan anak, pola jam kerja petani, peranan sosial di masyarakat dan
pembagian kerja dalam rumah tangga petani.
3.2 LOKASI DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten
Subang. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa keberadaan migran
dapat dengan mudah diperoleh di desa ini dan menurut peneltian Lidiana (2011) migrasi keluar di
kecamatan pamanukan lebih besar dibanding dengan migrasi masuk pada tahun 2007. Desa
Pamanukan Hilir merupakan desa yang jumlah petaninya masih besar dan memiliki kemungkinan
para petaninya melakukan sirkulasi karena berada di dekat dengan jalur Pantura. Kegiatan
penelitian meliputi penulisan dan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data
lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan dan penyusunan draft skripsi, sidang
skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Februari
1
2 3 4
2014
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan
Penulisan dan
penyusunan draft proposal
penelitian
Kolokium
Perbaikan proposal
penelitian
Pengambilan data
lapangan
Pengolahan data dan
analisis data lapangan
Penulisan dan
penyususan draft skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan skripsi
3.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani Desa Pamanukan Hilir,
Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah rumah
tangga petani yang kepala keluarganya melakukan migrasi migrasi sirkuler, dengan kontrol rumah
tangga petani yang kepala keluarganya tidak melakukan migrasi sirkuler. Responden merupakan
istri dalam rumah tangga petani yang kepala keluarganya melakukan migrasi sirkuler. Hal tersebut
sesuai dengan tujuan utama penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh migrasi sirkuler
12
terhadap kondisi sosial rumah tangga petani. Kontrol digunakan untuk membandingkan kondisi
rumah tangga petani yang migran sirkuler dengan rumah tangga petani yang non-migran sirkuler.
Metode pemilihan responden dilakukan dengan pengambilan sampel acak distrafikasi
(stratified random sampling). Populasi yang akan diambil dibagi-bagi dalam lapisan-lapisan (strata)
berdasarkan luas kepemilikan lahan dan dari setiap lapisan tersebut dapat diambil sampel secara
acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin
sama, mungkin pula berbeda. Teknik bola salju (snowball) juga dilakukan kepada informan untuk
mengetahui jumlah dan lokasi rumah tangga yang memiliki kriteria sebagai sampel penelitian.
Bungin (2005) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode snowball peneliti menjadi
penting untuk memanfaatkan jaringan sosial informan yang pernah dikontak pertama kali atau
bertemu dengan peneliti sehingga dapat merujuk kepada orang lain yang berpotensi, berpartisipasi
atau berkontribusi, dan mempelajari atau memberi informasi penting kepada peneliti. Jumlah
sampel atau responden yang diambil sebanyak 60 orang pada rumah tangga petani dengan
rincian 30 rumah tangga petani yang suaminya sedang melakukan migrasi sirkuler dan 30 rumah
tangga petani yang suaminya sedang menetap di desa.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
sekunder berupa data yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu profil Desa Pamanukan Hilir
2010, data demografi Desa Pamanukan Hilir, dan data dari Badan Pusat Statistika mengenai
potensi desa dan sesus penduduk tahun 2010, serta studi literatur-literatur bahan pustaka yang
terkait dengan topik penelitian juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis penelitian. Data
primer diperoleh dari hasil pengambilan data langsung di lapangan melalui instrumen berupa
kuesioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan. Wawancara mendalam
diberikan kepada responden dan informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan
dan diikuti dengan pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Wawancara
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh migrasi sirkuler terhadap konsisi sosial rumah
tangga petani di Desa Pamanukan dan informasi-informasi lain mengenai pengaruh migrasi
sirkuler. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 2).
3.4 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner akan diolah secara kuantitatif dengan
menggunakan Microsoft Excel 2013 dan SPSS Statistics 20. Analisis data antara lain dilakukan
dengan membandingkan antara petani yang bermigrasi sirkuler dan petani yang tidak bermigrasi
sirkuler dalam hal pendidikan anak, peranan sosial, pola jam kerja petani, dan pembagian kerja.
Data kuantitatif disajikan pada tabel-tabel. Analisis perbandingan dilakukan untuk melihat apakah
ada perbedaan nyata yang dapat mempengaruhi keadaan sosial rumah tangga petani.
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square menggunakan dan
dijelaskan secara deskripsi. Uji ini biasa digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara dua sampel yang saling independen dengan skala data minimal nominal. Selain analisis
data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data
kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil
analisis antar variabel yang konsisten. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi
(Lampiran 3).
13
DAFTAR PUSTAKA
Bungin B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media
Hermawan A. 2002. Faktor-Faktor Penyebab Migrasi Sirkulasi dan Pengaruh Migrasi Sirkulasi
Terhadap Daerah Asal (Kasus Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Propinsi
Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. 75 Hal.
Irawan T. 2000. Mobilitas Penduduk Desa-Kota dan Dampaknya Terhadap Daerah Asal: Studi
Kasus di Tiga Desa di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. [internet]. [Diunduh pada
tanggal 10 Oktober 2013]. Dapat diunduh di: http://www.digital.lib.itb.ac.id
Lee ES. 1984. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta [ID]: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas
Gajah Mada.
Mahfudhoh. 2006. Analisis Dampak Migrasi Sirkuler Terhadap Pembangunan Ekonomi Perdesaan
(Studi Kasus Pada Rumahtangga Sektor Informal Perdagangan di Dua Kecamatan di Kabupaten
Lamongan Jawa Timur). [Tesis]. Bogor [ID]; Institut Pertanian Bogor. 148 Hal.
Mantra IB. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta [ID]: Nur Cahya.
Mulyadi S. 2006. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta [ID]:
Raja Grafindo Persada
Refiani E. 2006. Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal. [Skripsi]. Bogor
[ID]: Institut Pertanian Bogor. 95 Hal.
Rianse U, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Alfabeta
Rohmadiani LD. 2011. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Petani (Studi Kasus: Jalur Pantura Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang). Jurnal Teknik
Waktu. [Internet]. Jurnal [dikutip tanggal 18 Februari 2014]. 9(2): 1412-1867. Dapat diunduh: http://
Rusli S. 2010. Pengantar Ilmu Kependudukan. Bogor [ID]: IPB Press.
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES. 346 hal.
Tahitu ME. 2007. Studi Tentang Migrasi Sirkuler di Kota Ambon. Jurnal Agroforestri. [Internet].
Jurnal
[dikutip
tanggal
2
Oktober
2013].
2(3):
188-193.
Dapat
diunduh:
http://jurnalee.files.wordpress.com/2013/06/studi-tentang-migrasi-sirkuler-di-kota-ambon1.pdf
Wahyuni ES. 2000. Migrasi Wanita dan Persoalan Perawatan Anak. Jurnal Sosiologi Indonesia.
4(tidak ada nomor): 12-13
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Profil Kemiskinan di Indonesia September 2012.
[BPS]
Badan
Pusat
Statistik.
2010.
Sensus
Penduduk
Indonesia
Tahun
2010.
14
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Responden:
No.
KUESIONER SURVEI
PENGARUH MIGRASI SIRKULER TERHADAP KONDISI SOSIAL RUMAH
TANGGA PETANI
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh:
Nama / NRP
: Muhammad Indra / I34100075
Departemen
: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas
: Fakultas Ekologi Manusia
Universitas
: Institut Pertanian Bogor
Peneliti meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini secara jujur,
jelas, dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk keperluan akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.
1.
2.
3.
4.
5.
Nama Responden
: ……………………………….………………………………..
Nama Kepala Keluarga : ……………………………….………………………………..
Alamat Rumah Tangga : ……………………………….………………………………..
RT …. / RW …. Desa/Kelurahan …………………………Kecamatan………………...
Kabupaten………………………
Nomor Telepon/HP : ………………………………….
Berapa jumlah anggota rumah tangga yang tinggal bersama di rumah ini selama lebih dari 3
bulan terakhir? …….. orang (termasuk KRT, tidak termasuk tamu, pengunjung sementara, dan
pembantu)
A. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA
KOLOM
JAWABAN
1 2 3 4 5
Kode anggota rumah tangga
6. Jenis kelamin anggota rumah tangga
7 Usia anggota rumah tangga
Pendidikan terakhir anggota rumah tangga?
1. Tidak bersekolah/Tidak tamat SD
2. SD / Setara
8
3. SMP / Setara
4. SMA / SMK / Setara
5. Diploma / Sarjana / Lebih
15
9
10
11
12
13
16
17
18
19
20
Berapa luas kepemilikan lahan pertanian di desa asal?
1. < 0,10 Ha
2. 0,10– 0,20 Ha
3. 0,20 – 0,30 Ha
4. 0,40 – 0,50Ha
5. > 0,50 Ha
Apa pekerjaan kepala keluarga di Desa?
1. Petani Pemilik
2. Petani Penggarap Pemilik
3. Petani Penggarap Bukan Pemilik
4. Buruh Tani
Apa pekerjaan sampingan kepala keluarga di Desa?
1. Pedagang Warung
2. Pedagang Keliling
3. Kuli Pasar
4. Buruh Bangunan
5. Tukang Ojek
6. Serabutan
Apakah suami Anda sedang melakukan migrasi sirkuler?
1. Ya
2. Tidak
*jika menjawab “Ya” lanjut ke nomor 13; Jika menjawab “Tidak”
lanjut ke nomor 1.
Kemana biasanya suami Anda jika melakukan migrasi
sirkuler?
1. Kota
2. Desa lain
Sebutkan nama kota atau desa lain tempat tujuan migrasi
anda? …………….…………….……………
Apa faktor utama kepala keluarga memutuskan untuk
melakukan migrasi?
1. Pendapatan
2. Pendidikan
3. Luas Lahan
4. Informasi
Bekerja pada sektor apa kepala keluaga saat sedang
melakukan migrasi?
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Formal (Pegawai Negeri, Swasta, Industri)
3. Sektor Inforrmal (Pedagang, Jasa, Buruh)
SUMBER PENGHASILAN RUMAHTANGGA
Penyumbang
Per Bulan (Rp)
Usaha Tani (% Dijual)
a.
b.
c.
Gaji / Upah (Total):
a.
b.
Usaha Keluarga / Wiraswasta (Total):
a.
b.
Per Tahun (Rp)
16
21
22
23
Remitan (Total):
a.
b.
Lain-lain:
a.
b.
Total Pendapatan:
B. FAKTOR PENARIK DAERAH TUJUAN
24. Apa saja alasan kepala keluarga Anda memutuskan untuk melakukan migrasi ke daerah
tersebut?
1. Pendapatan di daerah tujuan yang lebih tinggi.
2. Peluang kerja yang ditawarkan di daerah tujuan lebih luas.
3. Adanya informasi mengenai daerah tujuan
4. Lainnya: ..................
*jawaban boleh lebih dari satu pilihan.
25. Darimana rumah tangga Anda mendapatkan informasi mengenai daerah tujuan tersebut?
1. Keluarga yang sudah lebih dahulu bermigrasi
2. Teman yang sudah lebih dahulu bermigrasi
3. Tetangga atau Orang Lain
4. Mencari Sendiri
C. FAKTOR PENDORONG DAERAH ASAL
26. Apa saja alasan suami Anda memutuskan untuk keluar dari desa asal?
1. Sempitnya kepemilikan lahan pertanian
2. Kurangnya tersedianya pekerjaan lain di desa asal.
3. Rendahnya tingkat upah di desa asal.
4. Lainnya: ..................
*jawaban boleh lebih dari satu pilihan.
D. PENGARUH TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
27. Siapakah yang memperhatikan pendidikan anak?
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan Istri
28. Darimanakah Anda membiayai pendidikan anak?
1. Hasil Bertani Saja
2. Hasil Migrasi (Remitan) Saja
3. Hasil Bertani + Remitan
29. Berapa persen pengeluaran rumah tangga untuk membiayai pendidikan anak?
1. < 25% dari total pengeluaran rumah tangga.
2. 25% - 50% dari total pengeluaran rumah tangga.
3. > 50% dari total pengeluaran rumah tangga.
17
30. Sampai sejauh mana Anda mampu menyekolahkan anak saat ini?
1. Sampai tingkat SMP
2. Sampai tingkat SMA / SMK / sederajat
3. Sampai tingkat Akademi / Diploma I / II / III
4. Sampai tingkat S1 atau lebih
E. PERUBAHAN POLA JAM KERJA PETANI
31. Berapa lama jumlah suami Anda menghabiskan waktu saat bekerja di sektor pertanian
dalam jangka waktu satu tahun (saat berada di desa)?
1. < 1 bulan
2, 1 – 2,5 bulan
3. 2,5 – 5 bulan
4. > 5 bulan
32. Berapa lama Anda menghabiskan waktu saat bekerja di sektor non-pertanian dalam jangka
waktu satu tahun (saat berada ditempat tujuan migrasi)?
1. < 1 bulan
2, 1 – 2,5 bulan
3. 2,5 – 5 bulan
4. > 5 bulan
F.
PERANAN SOSAL
33. Dalam rumah tangga Anda, siapa yang biasanya hadir dalam rapat di desa?
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan Istri
34. Dalam rumah tangga Anda, siapa yang biasanya ikut dalam kegiatan kerja bakti di desa?
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan Istri
35. Dalam rumah tangga Anda, siapa yang biasanya ikut dalam pengajan rutin di desa?
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan Istri
G. POLA PEMBAGIAN KERJA
36. Siapa yang lebih dominan dalam mengerjakan dan mengolah lahan pertanian?
1. Suami
2. Istri
3. Suami dan Istri
37. Selain sebagai Ibu rumah tangga, apa pekerjaan sampingan Anda?
1. Buruh Tani
2, Buruh Pabrik
3. Pedagang Warung
4. Pedagang Keliling
5. Penjahit
18
Lampiran 2. Panduan Wawancara Mendalam
A. Profil Lokasi Penelitian
(Diperuntukan bagi Kepala Desa Pamanukan Hilir, Ketua RW dan RT serta informan lainnya
yang mampu memberikan informasi terkait lokasi yang dijadikan subjek penelitian ini)
Hari/ tanggal wawancara :
Lokasi wawancara
:
Nama Informan
:
Umur Informan
:
Pertanyaan Penelitian
:
1. Bagaimana perkembangan kondisi kependudukan di lokasi penelitian hingga saat ini
(terkait migrasi sirkuler)?
2. Bagaimana perkembangan kondisi pertanian di lokasi penelitian hingga saat ini?
3. Bagaimana perkembangan mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian hingga saat
ini?
4. Bagaimana perkembangan pendapatan masyarakat di lokasi penelitian hingga saat ini?
5. Bagaimana perkembangan tingkat pendidikan di lokasi penelitian hingga saat ini?
6. Kapan biasanya penduduk melakukan migrasi ke luar desa?
7. Kapan biasanya penduduk kembali lagi ke desa setelah bermigrasi?
B. Perubahan Pola Pembagian Kerja, Peranan Sosial, dan Jam Kerja Petani Pada Rumah
Tangga Petani yang Suaminya Bermigrasi Sirkuler
1. Apakah tugas suami dalam kegiatan bertani digantikan oleh istri pada saat suami pergi ke
kota?
2. Apakah tugas-tugas dalam kegiatan bertani diserahkan kembali kepada suami setelah
pulang ke rumah?
3. Selama suami bermigrasi tugas apa saja yang digantikan oleh istri dalam kegiatan bertani?
4. Siapa yang memutuskan pemilihan jenis tanaman yang ditanam dan penyewaan buruh
tani?
5. Siapa yang lebih banyak berperan pada saat musim tanam dan musim panen berlangsung
di desa?
6. Apakah peranan sosial suami di lingkungan rumah tangga akan digantikan oleh istri saat
suami pergi ke kota?
7. Pada kondisi apa Anda merasa tidak mampu untuk menggantikan peranan sosial suami di
lingkungan?
8. Mengapa suami Anda dalam setahun lebih banyak menghabiskan waktu kerjanya untuk di
tempat migrasi daripada menghabiskan waktu kerjanya untuk bertani?
9. Apakah Anda sebagai orang tua menginginkan anak Anda menjadi petani seperti orang
tuanya?
19
Lampiran 3. Rancangan Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penelitian
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
2.4 Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Metode Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu
3.3 Teknik Sampling
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Desa
4.2 Kondisi Geografis Desa
4.3 Kondisi Pendidikan di Desa
4.4 Kondisi Ekonomi di Desa
4.5 Kondisi Kependudukan di Desa
4.6 Jenis Pekerjaan di Desa
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MIGRASI SIRKULER
5.1 Faktor Pendorong yang Terdapat di Desa Asal
5.2 Faktor Penarik yang Terdapat di Tempat Tujuan
6. PENGARUH MIGRASI SIRKULER TERHADAP KONDISI SOSIAL RUMAH TANGGA PETANI
6.1 Tingkat Pendidikan Anak
6.2 Peranan Sosial Dalam Masyarakat
6.3 Pembagian Kerja Rumah Tangga Petani
6.4 Perubahan Pola Jam Kerja Petani
7. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN
Download