Mane`e

advertisement
MANE’E TRADISI UNIK MENANGKAP IKAN
Di Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.
ABSTRAK
Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup Pulau: Kakorotan,
Intata, dan Malo. Secara administratif kepulauan tersebut termasuk dalam
wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Di daerah ini mempunyai
tradisi yang disebut Mane’e. Mane’e adalah tradisi menggiring ikan menggunakan
rotan yang diikat janur dan dilakukan beramai-ramai dari kedalaman tiga meter,
kemudian dikurung di lokasi tertentu di pesisir pantai secara bersamasama.Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama yang dilakukan oleh 10 suku
bangsa yang ada di wilayah Kakorotan tersebut merupakan akhir dari masa eha.
Eha adalah masa pelarangan untuk mengambil hasil laut (ikan) dan darat (buahbuahan, sayur mayur, binatang ternak) selama tiga sampai enam bulan setiap
tahunnya. Tradisi ini mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan,
gotong royong, kearifan dan religius.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan segalahasildaricipta, karsa, dan rasa manusia.
Menurut R. Lintonn, dalambukunya The Cultural Background of Personality,
kebudayaan merupakankonfigurasitingkahlaku yang dipelajaridanhasil tingkah
laku
yang
unsur-
unsurpembentuknyadidukungdanditeruskanolehanggotadarimasyarakattertentu.
Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek
dalam kehidupan masyarakt dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan,
misalnya gagasan atau pikiran manusia, aktivitas manusia, atau karya yang
dihasilkan manusia.
Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga
dengan baik oleh para penerus bangsa. Budaya lokal Indonesia beranekaragam
1
2
sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang
terdiri dari banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya. Dalam artikelnya,
Parsudi
Suparlan
mengatakan
bahwa
potensi
Indonesia
sebagai
negara
multikultural, telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia
dalam mendefinisikan apa yang disebut kebudayaan bangsa, seperti yang terdapat
pada penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “Kebudayaan bangsa
(Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Hal ini menjadi satu kebanggaan sekaligus suatu tantangan bagi seluruh
rakyat Indonesia untuk dapat mempertahankan budaya lokal yang ada di tengah
banyaknya pengaruh budaya asing yang dapat merusak budaya lokal. Tugas ini
tentunya dikhususkan bagi generasi penerus bangsa yang mulai mengabaikan
pentingnya peranan budaya lokal untuk memperkokoh ketahanan budaya bangsa.
Padahal ketahanan budaya bangsa merupakan salah satu identitas negara di mata
Internasional.
Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup Pulau: Kakorotan,
Intata, dan Malo. Secara administratif kepulauan tersebut termasuk dalam
wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Di kawasan pulau-pulau
kecil yang berada di penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 ada sebuah
upacara adat atautradisiyang disebut Mane’e yang bermakna “mengambil ikan di
laut secara bersama setelah ada musyawarah mufakat”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana gambaran umumKabupaten Kepulauan Talaud Sumatra Utara?
b. Apa yang disebut dengan tradisi atau kebudayaan Mane’e?
c. Bagaimana pelaksanaantradisi Mane’e?
d. Apa?
1.3 Tujuan
3
a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum Kabupaten Kepulauan Talaud
Sumatra Utara
b. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan tradisi atau kebudayaan Mane’e
c. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaantradisi Mane’e
d. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Mane’e
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Talaud Sumatra Utara
Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi
Sulawesi Utara. Letaknya yang berada paling utara propinsi Sulawesi Utara,
menjadikannya sebagai Kabupaten perbatasan, yang berbatasan langsung dengan
Negara Philipina. Beribukota di Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut
dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado.
Secara Geografis, kabupaten ini terletak antara 3º 38’ 00” - 5º 33’ 00”
Lintang Utara dan 126° 38’ 00” - 127° 10’ 00” Bujur Timur. Adapun batasbatasnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Republik Filipina ( P. Mindanau )
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Pasifik
- Sebelah Selatan berbatas-an dengan Kebupaten Kepulauan Sangihe
- Dan sebelah Barat ber-batasan dengan Laut Sulawesi.
Kabupaten Kepulauan Talaud terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan,
dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Beo Utara (144,85 KM2) dan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Miangas (2,39 KM2) yang terletak di Pulau
Miangas segaligus merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang harus
dijaga.
Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah
bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 km2 dan luas wilayah daratan 1.251,02
km2, luas daratannya hanya sebesar 3,20% dari luas total. Dari daratan
tersebut, terdapat tiga pulau utama yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, dan
Pulau Kabaruan, dan gugusan kepulauan Nanusa di sebelah utara dari Kabupaten
ini.
Secara Iklim, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah cukup panas,
dengan suhu udara rata-rata selama tahun 2010 sebesar 27,5oc. Tingkat
kelembaban udara rata-rata di Kabupaten Kepulauan Talaud cenderung tinggi,
4
5
mencapai 83,3 % pada tahun 2010. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
maret mencapai 536 milimeter dengan jumlah hari hujan selama 28 hari dalam
bulan tersebut, sedangkan terendah terjadi pada bu lan Februari dengan hanya
15 hari hujan. Di wilayah ini mempunyai tradisi yang unik yaitu Mane’e. Tradisi ini
sudah ada sejak dulu dan diturun-temurunkan pada tiap generasi dan dilakukan
sampai sekarang.
2.2 Tradisi Mane’e
Jarang ada penangkapan ikan yang didahului dengan menggiring ikan
menggunakan rotan yang diikat janur dan dilakukan beramai-ramai dari kedalaman
tiga meter, kemudian dikurung di lokasi tertentu di pesisir pantai. Peristiwa unik
tersebut masih dilakukan masyarakat pada kepulauan Kakorotan, Intata, Malo
Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Di kawasan pulau-pulau kecil yang berada di
penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 memang ada sebuah upacara
adat yang disebut mane’e yang bermakna “mengambil ikan di laut secara bersama
setelah ada musyawarah mufakat”. Mane`e adalah tradisi menangkap ikan
tradisional turun-temurun yang digelar sekali dalam setahun di Pulau Intata,
Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Warga setempat
mengartikan Mane`e sebagai pelaksanaan sesuatu yang berdasar kerja sama,
kebersamaan dan persatuan. Semangat kebersamaan inilah yang kemudian
menjadi inspirasi warga Pulau Kakorotan, pulau bersebelahan dengan Pulau Intata,
menangkap ikan tanpa menggunakan bom atau racun seperti yang biasa dilakukan
nelayan di tempat lain.
Tradisi Mane`e kemudian dikemas begitu rupa oleh Pemerintah Kabupaten
Talaud menjadi sebuah kegiatan bertajuk Festival Mane`e, ikon pariwisata baru
kabupaten yang dimekarkan dari kabupaten induk, Sangihe dan Talaud. Tradisi
atau festival ini biasanya dilakukan pada bulan Mei.Karena di bulan Mei biasanya
air akan surut pada titik terendah sehingga hamparan terumbu karang (nyare,
6
sebutan warga), tampak jelas dan tidak tertutup seluruhnya oleh air laut.
Biasanya akan surut pada pukul 11.00-12.00 WITA, dan menjadi titik terendah air
surut, di Pulau Intata dan beberapa pulau lainnya yang berdekatan.
Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama yang dilakukan oleh 10
sukubangsa yang ada di wilayah Kakorotan tersebut merupakan akhir dari masa
eha. Eha adalah masa pelarangan untuk mengambil hasil laut (ikan) dan darat
(buah-buahan, sayur-mayur, binatang ternak) selama tiga sampai enam bulan
setiap tahunnya. Selama masa eha itu, tak seorang warga pun yang boleh
mengambil sumber daya alam di darat maupun laut dalam zona tertentu di wilayah
Kakorotan. Apabila ada orang yang kedapatan melakukan pelanggaran, maka akan
diberikan sanksi denda sebesar kelipatan dari Rp.100.00,00, atau bergantung dari
jumlah orang yang memergokinya plus dua tetua adat dan satu orang tokoh dari
setiap sukubangsa yang ada di sana.
2.3 PelaksanaanTradisi Mane’e
Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara mane’e juga dilakukan secara
bertahap dan membutuhkan beberapa perlengkapan. Perlengkapan yang perlu
dipersiapkan dalam upacara mane’e ini adalah jubih (panah laut), saringan, dan
Jaring berbentuk segi empat yang terbuat dari janur kelapa dan tali hutan
(sammy). Jaring ini dibuat secara bergotong-royong oleh seluruh warga Karorotan
sehingga panjangnya dapat mencapai tiga kilometer.
Ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam upacara ini, yaitu
setelah masa eha berakhir, para tetua adat di kepulauan Kakorotan mulai
mengabarkan kepada para warganya agar mereka bersiap-siap untuk mengadakan
pesta mane’e baik di darat maupun di laut secara besar-besaran. Kabar ini
kemudian disampaikan oleh warga pada warga lainnya yang sedang merantau atau
berada di luar wilayah Kakorotan. Tahap pertama dilaksanakannya Mane’e, pada
malam hari sebelum tradisi dimulai, dilakukan rapat persiapan pelaksanaan mane’e
7
di rumah sang pemimpin tetua adat. Rapat dihadiri oleh 4 tetua adat yaitu 2
ratumbanua dan 2 inanguwanua, para kepala suku, pemuka agama, pemerintah
desa, dan ibu camat. Setelah mendapatkan kesepakatan, dilakukan tahapan yang
selanjutnya yaitu maraca pundagi atau memotong tali hutan yang diadakan tiga
hari sebelum ritual mane’e diadakan. Mereka melilitkan janur pada tali hutan
sampai berbentuk ekor ikan. Tali yang sudah dililiti janur ini disebut sammy .
Gambar 1.1
Proses membuat Sammy
Setelah larut malam menjelang upacara, para tetua adat secara bergantian
membacakan doa. Doa ini dipanjatkan dalam bahasa adat kuno. Kedengarannya
seperti mantra . Doa ini hanya diwariskan kepada Ratumbanua dan Inangwanua.
Doa berisi permohonan kepada Yang Kuasa agar sammy dapat menggiring ikan
yang banyak, diberikan cuaca yang baik, dan dijauhkan dari malapetaka atau doa
syukur. Pada ritual ini, segala perlengkapan yang akan digunakan dalam prosesi
adat Mane`e didoakan. Perahu, tali hutan yang dililit janur, hingga 200-an warga
pilihan harus mendapat restu.
Selanjutnya pada pagi harinya mane’e dilaksanakan atau menangkap ikan
secara beramai-ramai di tepi laut. Sedangkan, pihak-pihak yang terlibat dalam
upacara mane’e adalah para tetua adat, tokoh masyarakat, warga masyarakat di
Kepulauan Kakorotan, dan sebagian warga di luar Kepulauan Kakorotan yang
mendapat undangan atau ingin menyaksikan jalannya upacara.
8
Tradisi Mane’e juga mempunyai aturan-aturan. Beberapa aturan yang harus
dipenuhi dalam upacara mane’e misalnya, warga tidak boleh berpakaian merah.
Tidak boleh bercanda, tertawa berlebihan atau membuat keonaran. Selain itu,
warga dilarang merusak tumbuhan di pulau dan tidak boleh mengeluarkan katakata kotor (makian). Upacara pun dimulai. Papa Ratumbanua memegang ujung
Sammy dan memberi aba-aba, itu adalah tanda dimulainya mane’e. Sammy
diangkat ke perahu dan mulai ditebar ke laut. Dari sisi kiri, ditebar oleh warga
menggunakan perahu. Dari sisi kanan, ditebar langsung
oleh para lelaki
berperawakan tinggi dengan berjalan masuk ke laut.
Gambar 1.2
Menggiring ikan dengan Sammy
Saat air laut surut, sammy ditarik beramai-ramai ke tepi pantai sampai
membentuk lingkaran kecil. Mulai tampak ikan-ikan berenang di dalam sammy.
Inilah pesta tangkap ikan terunik di dunia. Aku merasa bermimpi berada di
tengah-tengah prosesi Mane’e. Proses mane’e diakhiri dengan pesta rakyat. Ikanikan yang ditangkap, dibakar, dan dimakan bersama oleh warga.
2.4 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Mane’e
9
Upacara mane’e pada masyarakat di Kepulauan Kakorotan dan sekitarnya,
jika dicermati secara mendalam, mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah:
kebersamaan, gotong royong, kearifan dan religius. Nilai kebersamaan tercermin
dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat untuk
sama-sama mengikuti prosesi mane’e dan kemudian berdoa bersama demi
keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di
dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung
pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang
mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.
Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam
penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara.
Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan bahan pembuat jaring, membuat
jaring, membuat kubangan di pantai dan lain sebagainya.
Nilai kearifan tercermin dari upacara mane’e itu sendiri yang merupakan
rangkaian akhir dari masa eha atau pelarangan pengambilan sumber daya yang ada
di laut maupun di darat. Fungsi dari pelarangan ini pada hakikatnya adalah untuk
menjaga agar sumber daya alam tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi
berikutnya. Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada
Tuhan agar mendapat perlindungan, keselataman dan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia mempunyai banyak sekali tradisi atau kebudayaan yang beragam.
Seperti halnya kebudayaan Mane’e yang dilakukan di wilayah Kabupaten Kepulauan
Talaud, Sulawesi Utara. Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama ini
mempunyai
manfaat
yang
sangat
Karenatradisiinimenggunakanalattangkaptradisional
tidakakanmerusaklautdanekosistemnya.
tahapan
yang
baik.
yang
TradisiMane’einimempunyaitahapan-
harusdilaluidarimulaimempersiapkanperalatan,
prosesidoahinggawaktunyamenangkapikandengan
Sammy
prosesiyang
telahdibuatdanberpestamakanikanbersama.
TradisiMane’emengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan,
gotong royong, kearifan dan religius. Nilai kebersamaan tercermin dari
berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat untuk
sama-sama mengikuti prosesi mane’e dan kemudian berdoa bersama demi
keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di
dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung
pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang
mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.
3.2 Saran
Demi melestarikan kekayaan budaya Indonesia, kita sebagai generasi muda
hendaknya ikut mengetahui serta melestarikan tradisi yang ada di lingkungan
masyarakat kita. Salah satunya adalah tradisi menangkapikanbersamaatau yang
disebutdenganMane’e.
Denganadanyatradisiinilautkitajugaakanlestari,
karenatradisiinimenggunakanalattangkap yang tradisional. Tidakmenggunakanbom,
putatlautataucara
lain
yang
membuatlautdanekosistemnyarusak.
Makakitaperlujugamelakukantradisiiniuntukmenjagakelestariannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Askes. 2012. MANE"E, Ikon Kearifan Lokal Masyarakat Talaud. Online.
(http://www.transaktual.com). Diakses pada 1 Januari 2013
BPSKepulauanTalaud. 2012. Geografi dan Iklim. Online.
(http://talaudkab.bps.go.id). Diakses pada 1 Januari 2013
Kidnesia. 2012. Dibalik Suksesnya Mane'e. Online. (http://www.kidnesia.com).
Diakses pada 1 Januari 2013
Majalahgastra. 2007. Upacara Mane’e pada Masyarakat Kakorotan (Sulawesi
Utara). Online. (http://uun-halimah.blogspot.com/2009/03/upacaramanee-pada-masyarakat-kakorotan.html). Diakses pada 1 Januari 2013
Polakitan, Karel A. 2012. "Mane`e", kearifan lokal budaya temurun pulau
Kakorotan. Online. (http://www.antaranews.com). Diakses pada 1 Januari
2013
SuaraManado. 2012. Gubernur: "Mane’e Jangan Sampai Merusak Terumbu
Karang". Online. http://www.suaramanado.com) . Diakses pada 1 Januari
2013
11
Download