Kasus Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Tanda bel pertanda masuk berbunyi, semua siswa berhamburan masuk ke kelas masingmasing. Guru kelas pun masuk ke kelas terkecuali Pak Misram guru kelas IV SDN Maju Harapan Jaya. Beliau masih asyik ngobrol-ngobrol di kantor bersama guru Agama. Sementara anak-anak kelas IV pada main ada yang masih di luar dan membunyikan meja dengan sapu ijuk. Karena beliau dengar suara gaduh dari kelas IV, akhirnya Pak Misram marah di depan kelas. “anak-anak kalau sudah bel masuk, kalian belajar mandiri sebelum bapak masuk. Ya sudah sekarang pelajaran apa anak-anak?” Semua siswa menjawab dengan serentak “Bahasa Indonesia, pak!” Hari ini kita akan belajar tentang pantun. Pantun adalah puisi lama, macam-macam pantun banyak sekali diantaranya pantun jenaka, pantun kasih sayang, pantun teka-teki dan masih banyak lagi. Pak Misram menulis contoh pantun di papan tulis dengan membelakangi siswa. Siswa pun tidak melihat apa yang ditulis Pak Misram. Salah satu siswa komentar “pak, nggak kelihatan?”. Pak Misram selesai menulis contoh pantun: Pergi berlayar ke Pulau Bali, Tak lupa mampir ke Madura. Rajin belajar setiap hari, Untuk menggapai cita-cita. Anak-anak sekarang kalian buat 2 contoh pantun. Anak-anak bingung untuk mengerjakan tugas. Waktu yang diberikan oleh pak Misram 10 menit. Sementara pak Misram pergi ke kantor asyik main game di laptop. Setelah 10 menit berlalu Pak Misram masuk ke kelas. “sudah selesai anak-anak?” anak-anak menjawab: belum, sudah pak. Pak Misram kecewa, masa 2 soal saja banyak yang belum selesai. Yang sudah selesai bawa ke depan untuk bapak cek. Setelah mengecek 5 anak, ternyata 4 siswa membuat pantun dengan kalimat yang sama. Dan 1 anak menjawab atas pemikiran sendiri. Sementara 20 siswa masih kebingungan. Pak Misram kecewa dengan anak-anak atas pekerjaan mereka. Kasus Pembelajaran IPS di SD • Pak Sukses adalah seorang guru yang disegani, disiplin dan bertanggung jawab. • Pak sukses menerapkan kedisiplinan kepada siswa • Pak Sukses menyampaikan topik jenis alat transportasi, bertanya tentang pelajaran sebelumnya dan tugas yang diberikan. • Pak Sukses berkeliling memeriksa tugas siswa, menegur, menasehati dan memperingatkan Budi dan Ali agar tidak mengulangi lagi lalai dalam mengerjakan tugas. • Pak Sukses bertanya jawab tentang alat transportasi. Pak Sukses menjelaskan masalah angkutan di kota-kota kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan memberi komentar tentang hal tersebut. • Siswa mampu mengidentifikasi permasalahan angkutan di kota-kota besar dan menunjukkan pemecahan masalah angkutan. • Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan tanya jawab sehingga aktifitas siswa lebih tinggi dan diskusi dengan Pak Sukses sebagai pembimbing serta memberikan penjelasan hal-hal yang belum mendapat kesepakatan. Siswa membaca dan mengerjakan LKS. • Siswa mengemukakan jawaban pertanyaan dalam LKS. Pertanyaan yang tidak terjawab dengan baik siswa yang lain diminta untuk menjawab. Apabila jawaban belum sempurna, Pak Sukses berusaha menjelaskan dengan baik. • Pukul 09.00 bel tanda istirahat siswa menghentikan kegiatan belajar dan berhamburan keluar kelas. Kelemahan Pak Sukses dalam proses pembelajaran 1. Tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga karena dengan menggunakan media pembelajaran atau alat peraga untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik yang mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran 2. Tidak memberikan penguatan pada respon jawaban anak karena dengan penguatan akan menumbuhkan rasa percaya diri anak. 3. Tidak mengambil kesimpulan umum dari materi pelajaran. Kelebihan Pak Sukses dalam proses pembelajaran 1. Menyampaikan topik bahasan dan tujuan yang akan dipelajari sehingga siswa mengetahui apa yang akan dipelajari dan tujuan atau kompetensi pembelajaran tercapai serta memfokuskan siswa dengan pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Memberikan apersepsi yang dikaitkan dengan keadaan lingkungan siswa untuk menggali pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. 3. Pembahasan materi dikaitkan dengan lingkungan anak sehari-hari sehingga siswa dengan mudah memahami materi. 4. Menggunakan variasi metode pembelajaran seperti tanya jawab, diskusi, sehingga aktifitas siswa menjadi lebih tinggi dan tidak membosankan. 5. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan teman sehingga pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan. Hukuman yang diberikan pada Budi dan Ali kurang sesuai dengan tingkat kesalahan dan tujuan perbaikan pembelajaran karena kesalahan Budi tidak sama dengan kesalahan Ali. Kesalahan Budi disebabkan oleh Ali yang lupa membawa buku tugas Budi Fungsi pemberian hukuman secara umum dalam proses pembelajaran adalah: untuk mengontrol tingkah laku siswa agar tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal. Strategi dalam mengubah perilaku siswa agar tidak mengulangi kesalahan yang dibuat. Pemberian hukuman tidak bersifat badaniah, diberikan secara hormat, hukuman sesuai dengan kesalahan. Langkah-Langkah Pembelajaran Mata Pelajaran : IPS Kelas : IV Topik : Jenis alat transportasi Kegiatan awal: • Siswa menyanyikan lagu “Naik Kereta Api” • Guru menyampaikan topik “jenis alat transportasi” • Siswa menyebutkan alat-alat transportasi yang ada disekitarnya Kegiatan Inti: • Guru memperlihatkan gambar-gambar alat transportasi • Melalui pengamatan siswa menjawab dan mengelompokkan keanekaragaman alat transportasi darat, air, dan udara dan perbandingan dari segi kecepatan, kenyamanan, keselamatan, dan pencemaran lingkungan • Guru memperlihatkan keadaan lalu lintas kota • Melalui diskusi kelompok siswa mengidentifikasi permasalahan angkutan kota dan menunjukkan pemecahan masalah angkutan • Secara bergantian siswa melaporkan hasil diskusi di depan kelas dan siswa/kelompok lain memberi tanggapan. • Siswa menyelesaikan soal-soal latihan Kegiatan akhir: • Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari • Guru memberi pesan-pesan moral tentang tertib berlalu lintas • Memajang hasil kerja siswa • Memberi tugas rumah Kasus pembelajaran matematika Menulis Angka Romawi Baru pada tahun pembelajaran 2010/2011 ini, saya mendapat tugas sebagai guru kelas IV, dan sekaligus sebagai wali kelasnya. Tempat tugas saya, ada di SDN 4 Bategede. Posisi geografis SDN 4 Bategede ini, tepat di lereng pegunungan Sreni. Pada umumnya, warga di tempat ini bekerja sebaga petani. Kelas IV SDN 4 Bategede, terdiri dari 32 peserta didik. Yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 20 anak perempuan. Dua puluh lima persen peserta didik di kelas 4 tergolong pandai, lima puluh lima persen biasa, dan dua puluh persen di bawah rata-rata. Kamis, 30 September 2010, saya mengajar pelajaran Matematika, pokok bahasan Menulis Angka Romawi, satuan sampai ribuan. Pembelajaran Matematika, khususnya pokok bahasan menulis angka romawi ini menurut saya punya keunikan dan kesukaran tersendiri. Proses pembelajaran saya awali dengan bertanya kepada anak-anak, “Sudah pernahkah kalian melihat angka romawi?” Anak-anak menjawab, “Pernah Pak!” Lanjut saya, “Di mana?”. Jawab anak-anak, ada yang di buku pelajaran, di depan kelas dan di televisi. Semuanya sudah pernah melihat. Artinya sudah mengenal angka romawi walaupun tidak seluruh angka romawi. Langkah selanjutnya, saya kenalkan beberapa angka romawi. Kemudian, saya menerangkan dengan ceramah bervariasi dengan menulis di papan tulis, cara-cara menuliskan angka romawi yang benar. Menulis angka romawi berbeda dengan menulis angka latin. Beberapa kali saya memberi contoh. Anak-anak kelihatan memahaminya. Setelah itu, saya membuat lima soal, untuk latihan. Yaitu mengubah angka latin, menjadi angka romawi. Mereka bereaksi dengan cepat. Dua puluh menit selesai semuanya. Kemudian saya memerintahkan menukarkan hasil pekerjaan mereka dengan kawannya. Lalu saya menjawab semua soal di papan tulis. Hasilnya? Lima puluh persen anak menjawab benar semua. Dua puluh lima persen salah satu, sepuluh persen salah tiga, dan lima belas persen salah semua. Dengan hasil di atas, terus terang saya merasa kurang puas dengan pembelajaran menulis angka romawi ini. Kelihatannya anak-anak memahami semuanya ketika diterangkan, tetapi hasilnya tidak seperti yang saya harapkan. Dalam benak saya timbul pertanyaan, “ Apa yang kurang dengan pembelajaran tadi?”. *** Kasus pembelajaran PKN Pendidikan Kewarganegaraan SD pada hakikatnya adalah upaya dan proses internalisasi nilai- nilai moral dan norma Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan SD ditujukan agar anak- anak SD dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan memilih nilai- nilai (apa yang dianggap berharga dalam hidupunya) sekaligus menjadi moral dan norma masyarakatnya. Pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan penilaian pada(nilai Pancasila) itu kemudian dijadikan landasan dalam bersikap, berkemauan, dan berkelakuan baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan warga negara. Dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan kepribadian. Siswa kurang begitu tertarik dengan mata pelajaran PKn, mereka menganggap PKn sebagai mata pelajaran yang mementingkan hafalan, kurang memperhatikan aspek penalaran sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang tidak dapat mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Faktor lain yang menyebabkan kurang berkembangnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah minimnya pengetahuan guru tentang inovasi model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaaan. Semua itu berdampak pada kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn, sehingga hasil belajara siswa menjadi turun. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan ntuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas IV SD Pisang Candi II.Untuk mendeskripsikan masalah- masalah yang menjadi hambatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas IV SD Pisang Candi II.Untuk mendeskripsikan solusi yang dilakukan oleh sekolah dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas IV SD Pisang Candi II. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif jenis studi kasus. Data penelitian yang diperoleh berupa paparan tentang pelaksanaan pembelajaran PKn, permasalalahan pembelajaran PKn, dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi. Berdasar hasil analisis data tersebut, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.Dalam hal perencanaan pembelajaran guru tidak selalu membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Padahal seorang guru sebelum menyampaiakan materi harus membuat perencanaan pembelaran. Pada pelaksanaan pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak dapat menggunakan media secara optimal. Penilaian yang dilakukan guru tidak dapat menyeluruh karena guru tidak membuat terlebih dahulu format penilaian. Dari hasil penelitian tersebut, pembahyasannya adalah sebagai berikut, dalam melaksanakan pembelajaran sehari- hari seorang guru harus dapat membuat perencanaan terlebih dahulu agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat terorganisasi dengan baik dan materi yang disampaikan tidak melenceng dari tujuan pembelajran yang dibuat. Selain dalam hal perencanaan, pembelajaran seharusnya dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi metode bel;ajar agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan. Selain penggunaan metode yang bervariasi guru juga dapat memanfaatkan berbagai sumber dan media belajar dengan optimal untuk menunjang pembelajaran. Penilaian pembelajaran perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran.Guru harus dapat menentukan format penilaian yang tepat dan baik, agr penilaian yang dilakukan dapat menyeluruh dan mencerminkan tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Kesimpulan dari data di atas adalah dalam perencanaan pembelajaran guru tidak selalu membuat perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tidak dapat mengoptimalkan media dengan baik serta guru hanya menggunakan metode ceramah. Penilaian pembelajaran tidak dapat dilakukan karena guru tidak mebuat format penilaian. Permasalahan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran adalah guru tidak dapat membuat indikator dan mengembangkannya menjadi tujuan pembelajaran. Kesulitan dalam hal pemilihan metode dan media adalah guru tidak dapat menentukan metode dan media sesuai dengan materi yang diajarkan. Penilaian tidak dilakukan karena guru bingung membuat formata penialaian.Dalam pemilihan metode belajar guru sesekali menggunakan metode diskusi. Media yang digunakan guru adalah media yang ada dalam kelas sperti gambar- gambar. Penilaian dialkukan guru pada saat istirahat saja dengan melihat sikap siswa. Sedangkan saran dari penelitian ini adalah dalam setiap melakukan pembelajaran guru seharusnya membuat perencanaan pembelajaran dahulu. Dalam pelaksanaannya diperlukan metode dan media yang bervariasi.Untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran guru dapat bertanya kepada rekan guru lain atau membaca buku- buku tentang pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya perlu diupayakan pengorganisasian waktu yang tepat agar data yang diperoleh benar- benar tepat. Kasus pembelajaran IPA kelas V SD Bu Is akan mengajarkan IPA dengan topik pernapasan pada manusia, di kelas V SD. Ia mempersiapkan media berupa gambar organ pernapasan dan model organ pernapasan dan model organ pernapasan manusia. Ia juga mempersiapkan LKS tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Sebelum mengajar, Bu Is memberikan apersepsi bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Bu Is juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu tentang macam/nama organ pernapasan manusia dan fungsi masing–masing organ tersebut. Setelah itu, Bu Is memulai mengajar materi tentang organ pernapasan. Ia menyuruh semua murid menarik napas untuk membuktikan bahwa manusia bernapas dan untuk mengetahui dimana letak organ – organ pernapasan tersebut. Bu Is memasang organ pernapasan manusia di papan tulis, dan tanya jawab tentang nama – nama organ pernapasan manusia. Setelah itu Bu Is memberikan LKS sebagai latihan secara berkelompok. Siswa melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya. Untuk menambah pemahaman siswa, Bu Is menunjukkan model organ pernapasan manusia. Hal ini juga bertujuan membuat siswa lebih tertarik untuk mengetahui siswa lebih tertarik untuk mengetahui letak dan fungsi organ pernapasan manusia. Sambil menunjukkan pada model, Bu Is mengadakan tanya jawab tentang fungsi masing-masing organ pernafasan pada manusia. Setelah itu Bu Is mengadakan evaluasi, dan setelah dikoreksi, Bu Is tidak menyangka bahwa hasilnya tidak memuaskan. Hasil nilai murid yang mencapai 75 ke atas hanya 10 orang dari 30 siswa. Bu Is merenung, mengapa target tidak tercapai, padahal dia menargetkan 75 % siswa mendapat nilai 75 ke atas ? 1. Mengidentifikasi masalah yang penting 1. Bu Is mengajarkan materi IPA dengan topik organ pernapasan manusia kelas V SD. 2. Media yang digunakan adalah gambar dan model organ pernapasan manusia. 3. LKS yang berisi gambar organ pernapasan manusia dan siswa disuruh untuk menjelaskan nama. 4. Mengadakan apersepsi dengan menyatakan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu supaya siswa – siswa mengetahui tentang nama – nama organ pernapasan manusia dan fungsinya. 6. Metode yang dipakai demonstrasi, tanya jawab, penugasan, diskusi, ceramah. 7. Setelah hasil ulangan diperiksa ternyata hanya ada 10 orang siswa yang nilainya 75 ke atas dari 30 orang siswa. 2. Bu Is sudah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, ternyata hasilnya kurang memuaskan. 3. Analisis penyebab masalah a. Bu Is terlalu banyak menggunakan metode, sehingga dalam pelaksanaan masing – masing metode kurang tuntas. b. Bu Is tidak memberikan pemantapan materi dan kesimpulan di akhir kegiatan belajar mengajar. c. Bu Is kurang menguasai materi 4. Alternatif pemecahan masalah 1. Seharusnya dalam proses belajar mengajar, Bu Is tidak terlalu banyak menggunakan metode, karena hal itu justru membuat proses pemahaman konsep menjadi tidak mantap. Pilih beberapa metode saja yang dianggap paling tepat untuk mengajarkan materi tersebut. 2. Pada akhir proses belajar mengajar, seharusnya Bu Is memberikan pemantapan dan kesimpulan, supaya siswa lebih paham terhadap materi yang diajarkan. 3. Sebelum mengajar seharusnya Bu Is sudah menguasai materi sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar, jelas, dan agar yang disampaikan mudah di serap oleh siswa. 5. Pemecahan masalah Jika diamati lebih dalam, kasus yang muncul dalam pembelajaran Bu Is adalah karena kurang menguasai materi. Padahal salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi professional. Artinya ia harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari bidang studi yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memiliki metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam PBM. Guru juga harus memiliki pengetahuan luas tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap murid. Hal ini juga seperti yang dikemukakan oleh Robert W. Richey ( 1974 ) bahwa ciri – ciri profesionalisasi jabatan guru salah satunya adalah para guru di tuntut memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi dalam hal bahan pengajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan. Johnson ( 1980 ) menjabarkan cakupan kemampuan professional guru diantaranya adalah penguasaan materi pelajaran yang etrdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penguasaan materi bagi seorang guru adalah mutlak adanya. Jadi untuk mengatasi kasus tersebut di atas, hal yang paling penting yang harus dikerjakan adalah peningkatan kompetensi guru dengan cara rajin membaca, menerapkan dan mengembangkan ilmunya. Dengan langkah seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa. Jadi kasus di atas tidak akan terulang kembali. Kasus pembelajaran matematika Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang oleh sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, dan sukar dipaharni. Dalam pemberian materi di Sekolah Dasar, dijumpai bahan ajar yang berupa soal cerita sebagai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari, maupun bentuk soal yang dirangkai dalam kalimat sebagai rangkaian pembinaan pola berpikir deduktif siswa. Harapan semua orang, baik orang tua siswa maupun guru yang mengajar matematika, materi matematika bukan lagi merupakan hal yang sulit untuk dipahami siswa, oleh karena itu guru memerlukan strategi atau pendekatan mengajar yang tepat, sesuai dengan tahapan berpikir siswa dalam melakukan penyelesaian berbagai permasalahan dalam matematika. Dari berbagai hasil penelitian yang diungkapkan oleh Rudnitsky, Etheredge, Freeman & Gilbert (1995:467) menunjukkan bahwa soal cerita dalam matematika masih merupakan masalah yang sulit bagi siswa. Faktor kesulitan dikatakan terletak pada struktur matematika dan bahasa. Selain itu Hudojo (1990: 187) menyatakan bahwa soal yang berhubungan dengan bilangan tidak begitu menyulitkan siswa Sekolah Dasar, akan tetapi soal-soal yang menggunakan kalimat sangat menyulitkan siswa yang berkemampuan kurang. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Haji (1994), Suarjana (1997, dan Akhmad (2000), umumnya menyatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam menelesaikan soal cerita terletak pada faktor lemahnya kemampuan siswa dalam memahami “isi “soal yang disajikan. Selain itu hasil studi Asdar menunjukkan bahwa dan 41 siswa kelas 3 di suatu Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan dijumpai 33,17 siswa yang menjawab benar, dan 66,83% siswa menjawab salah. Hasil studi mi menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam soal cerita masih rendah. Studi ini bukan hanya memperhatikan hasil akhir saja, tetapi juga memperhatikan proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah responden. Hasil studi ini menunjukkan bahwa (1) guru dalam mengajarkan soal perkalian bentuk cerita masih dengan cara konvensional, (2) guru tidak menggunakan alat peraga yang tepat untuk rnengajarkannya, (3) Bila ada siswa yang belum memahami, guru cenderung menyelesaikannya sendiri, jawaban guru bukan bersifat bantuan bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menyajikan topik bahasan tentang penggunaan model Polya dalam pemecahan masalah masalah soal cerita dengan mengambil contoh tentang perkalian bilangan cacah di kelas 3 (tiga) Sekolah Dasar. Penulisan ini bertujuan untuk: Membantu mengatasi kesulitan yang seringkali dihadapi guru dalam mengajarkan soal cerita dikelas 3 (tiga) Sekolah dasar Memungkinkan guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam mengajarkan soal cerita di kelas 3 (tiga) Sekolah Dasar Memberikan kemungkinan bagi guru untuk mengembangkannya di kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian diharapkan tulisan mi dapat bermanfaat bagi guru, agar (a) membuka wawasan untuk mau berbuat, dan mengatasi kesulitan dalam pembelajarannya, sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah berdasarkan model Polya, (b) memungkinkan guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meminimalkan kesulitan yang dihadapi siswa dengan menggunakan model Polya sebagai dasar tindakan perbaikan pembelajaran. Model Polya Dalam Penyelesaian Soal Cerita Soal cerita dalam matematika adalah soal yang diungkapkan dalam bentuk cerita yang diambil dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika. Dalam soal cenita, masalah yang diajukan disajikan dalam rangkaian kata-kata yang bermakna. Soal tersebut adalah soal yang tidak berbentuk kalimat matematika , tetapi soal yang disajikan dalam bentuk cerita baik secara lisan maupun tertulis. Untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar, soal dibacakan guru, karena siswa kelas 1 belum mampu untuk membaca dan menulis dengan lancar. Akan tetapi untuk kelas 3 (tiga), soal sudah dapat dituliskan dan siswa dapat membaca dengan lancar. Meskipun siswa baru di kelas 3 SD, akan tetapi pemecahan masalah merupakan suatu cana atau indikator yang sangat baik untuk membantu siswa mendapatkan pola berpikir nalar, logis serta sikap kritis. Agar mendapatkan hasil yang sesuai aspek kemampuan siswa, maka perlu diketahui tahapan-tahapan pemecahan masalah berdasarkan model Polya yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Memahami masalah. 2. Menyusun rencana Penyelesaian 3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian 4. Mengecek kembali Keempat langkah-langkah pemecahan masalah model polya ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Memahami Masalah Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal bentuk cerita adalah kurangnya pemahaman siswa dalam memahami bahasa. Oleh karena itu kemampuan siswa dalam membaca soal dan memahaminya dengan baik merupakan salah satu faktor penting yang hams diperhatikan guru. Daugustin dan Smith (1992:39) menyatakan bahwa ketidak mampuan siswa menyelesaikan soal cerita dapat disebabkan karena siswa tidak mampu membaca kalimat-kalimat dalam soal itu atau tidak memahami apa yang sedang dibaca mereka. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan gum adalah membantu siswa untuk menyelesaikan masalah dalam menyelesaikan dengan cara mengarahkan siswa agar dapat membaca soal dengan cermat. Membaca soal dengan cermat berarti berusaha untuk memaknai setiap informasi, mengkaitkan informasi tersebut ke dalam suatu kesatuan yang utuh. Untuk itu melalui tanya jawab guru dapat mengarahkan siswa bagaimana menganalisis sekaligus memaknai setiap informasi soal secara cermat. Pertanyaan-pertanyaan guru akan membantu wawasan berpikir siswa dan memberikan motivasi untuk selalu berpikir secara aktif. Cox dan Zarrilo dalam Mahyuddin (2001) menyatakan bahwa usaha memperoleh informasi dan memahami bacaan, pembaca butuh kebebasan untuk menganalisis bacaan, ada bagian yang perlu diulang membacanya dan dalam hal mi kemampuan siswa tidak sama. Oleh karena tujuan utama membaca cermat adalah untuk memperoleh informasi yang terkandung dalam soal cerita, maka guru hams mampu untuk membuat siswanya memusatkan perhatian pada soal yang dibaca, dan kemudian menggali kemungkinan berbagai informasi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan pada siswa Kegiatan membaca soal, akan memudahkan siswa untuk merepresentasikan isi soal cerita yang diberikan. Dengan demikian dalam penyajian materi kepada siswa guru dapat memadukan bentuk bentuk representasi dengan benda-benda nyata, gambargambar.bahasa lisan , dan bahasa tulisan. Dengan bantuan ini pola berpikir siswa akan dapat bergerak dan situasi konkrit dan situasi masalah ke situasi abstrak. Kegiatan pembelajaran ini akan memberikan pengalaman belajar siswa untuk mampu melakukan manipulatif lewat benda-benda konkrit yang dipilih dengan baik dan digunakan untuk mengembangkan pemahaman konsep dan dapat mempermudah konsep-konsep yang sulit 2. Menyusun Rencana Penyelesaian Seseorang dapat menyusun rencana lanjutan, jika ia memahami paling sedikit garis besar yang mana yang hams dihitung atau dicari dan data yang diperolehnya pada waktu membaca soal derigan cermat. Pada tahapan ini guru mengajak siswa untuk menentukan hal-hal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan akhimya sampai pada menerjemahkan soal kepada bentuk model matematika. Hal ini tentu saja cukup sulit jika pemaharnan terhadap masalah yang dihadapi sangat minim sekali. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu diajukan guru untuk memberikan arahan pada siswa antara lain : Lihat pada hal-hal yang belum diketahui, dan cobalah berpikir dan masalah tersebut hal-hal yang sangat dekat hubungannva dengan hal yang belum diketahui atau hal—hal yang mempunyai masalah yang sama dengan hal tersebut. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... Apa saja yang belum diketahui? Upaya guru yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menerjemahkan bahasa dalam soal cerita ke dalam model matematika adalah dengan menggunakan pendekatan translasi dan simulasi. Model translasi adalah menyuruh siswa untuk memaparkan kembali infomiasi yang sudah diketahuinya (representasi verbal) ke dalam suatu struktur sajian informasi berdasarkan pemahamannya sendiri. Pendekatan simulasi menurut Tipps (1994) adalah salah satu strategi dalam pemecahan soal cerita dan Reys, Suydam, Linquis dan Smith (1998) menyatakan bahwa simulasi dapat membantu siswa memvisualisasikan pernyataan-pemyataan yang terdapat dalam soal cerita. Pendekatan simulasi (bermain peran) baik secara langsung atau mengamati teman yang meläkukan simulasi sangat membantu siswa dalam memahami masalah yang terkandung dalam soal cerita. Penggunaan benda konkrit untuk menunjukkan isi cerita dalam kegiatan simulasi dalam adalab upaya melakukan representasi sangat membantu pemahaman siswa dalam mebuat model matematika dan soal cerita. 3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian Setelah menemukan model matematika dengan menggunakan benda konkrit atau alat peraga, maka langkah ketiga mi adalah menyelesaikan kalimat matematika untuk mendapatkan nilai atau hasil. Kemampuan yang hams dimiliki siswa adalah pengetahuan prasyarat. Pengetahuan pra-syarat merupakan pen getahuan dasar yang harus dimiliki siswa dan merupakan syarat utama yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan siswa dalam melakukan penyelesaian soal cerita. Guru diharapkan dapat menggali pengetahuan pra-syarat sesuai dengan yang dibutuhkan pada soal cerita yang diajukan. Jika pengetahuan pra-syarat telah dimiliki siswa, maka guru dengan mudah dapat menggunakan tanya jawab untuk melakukan penyelesaian selanjutnya. 4. Mengecek (melihat kembali) Langkah mi digunakan untuk melakukan pengecekan apakah siswa telah mampu menyelesaikan masalahnya. Salah satu upaya untuk melakukan pengecekan kembali adalah meminta siswa untuk melakukan representasi kembali masalah yang telah diselesaikannya. Tujuan kegiatan mi untuk memperoleh jawaban dan untuk memeriksa apakah soal yang diselesaikan sudah benar dan lengkap. Pengecekan dilakukan mulai dan apa yang diketahui, yang ditanyakan membuat model matematika, dan pengecekan hasil masalah yang telah diselesaikannya. Di samping itu juga untuk memperoleh jawaban dan untuk memeriksa apakah soal yang diselesaikan sudah benar dan lengkap. Pengecekan juga dilakukan sampai kepada kemampuan menginterpretasikan penyelesaian tersebut terhadap situasi dan permasalahan dalam soal cerita yang diberikan. Sampai guru dapat menarik kesimpulan bahwa siswa telah dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan benar dan mengikuti langkah-langkah yang diharapkan guru. Contoh Penyelesaian Soal Cerita Dalam Matematika Contoh berikut ini memberikan gambaran tentang proses penyelesaian soal cerita yang diberikan kepada siswa kelas 3 (tiga ) di suatu sekolah dasar sebagai uji coba. Dalam hal ini guru menggunakan cara dengan melakukan peragaan dan tanya jawab. Tulisan ini mencoba mengajak para pembaca untuk menghayati proses kegiatan secara sistematis dan bertahap. Sebagai contoh diambil sebuah soal sebagai berikut: Ibu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk, setiap keranjang berisi 5 jeruk. Berapa banyak jeruk Ibu Rini seluruhnya? Langkah-langkah kegiatan: 1. Guru menuliskan soal di papan tulis dan mengarahkan siswa untuk membaca soal dengan cermat dan teliti. Siswa hendaknya diberi waktu untuk berpikir dan membaca dengan cermat. 2. Selang beberapa menit, guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui apakah soal sudah dipahami atau belum oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaanpertanyaan. Tanya jawab yang perlu diperhatikan dan kemungkinan untuk dilakukan guru: Guru : Anak-anak, apakah soal yang kalian baca sudah dapat dimengerti? Siswa (perkiraan jawaban siswa) : Sudah bu! Guru : Apakah diantara kalian ada yang belum memahaminya? Siswa : Ada bu, Saya belum mengerti maksudnya. Guru : Coba kamu baca kembali dengan teliti. Kalau sudah jelaskan pada ibu apa yang kamu pahami dan kegiatan membaca tadi. Guru : Bagaimana ? sudah paham semua maksudnya? ( guru menunggu jawab siswa ) bagus. Sekarang coba kamu jawab apa yang diketahui dan coal itu ? ada yang dapat menjawab? Guru menuliskan di papan tulis, Diketahui : ......................................................... Seorang siswa diminta untuk melengkapi apa yang diketahui tersebut. Siswa yang lain diminta untuk menuliskan dibukunya. Diketahui : Bu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk, Setiap keranjang berisi 5 buah jeruk. Guru : Selain yang ditulis itu, masih ada kalimat lain yang merupakan pertanyaan. Apa yang ditanyakan? Guru menuliskan yang ditanyakan di bawah apa yang diketahui, dan meminta seorang siswa untuk melengkapinya. Siswa menulis di papan tulis untuk melengkapi permintaan guru. Yang ditanyakan : Berapa banyak Jeruk apel bu Rini seluruhnya? Guru : Bagus, sekarang kita semua mencoba untuk menyelesaikan masalah mi. Masih ada yang belum mengerti masalahnya? (tidak ada jawaban siswa) Dalam hal ini guru menganggap bahwa siswa sudah dapat memahami maksud guru Guru : Kalau sudah dimengeri, coba salah seorang dan kalian menjelaskan kembali pada ibu maksud soal ini? dan coba peragakan (guru meminta seorang murid untuk melakukannya). Siswa A: Yang saya pahami adalah, ada 4 keranjang jeruk, yang masing-masing isinya 5 jeruk 3. Dalam kegiatan ini Guru sudah menyiapkan benda-benda sebagai pengganti jeruk, misalnya dengan menggunakan barn, atau kelereng untuk diragakan dengan tempatnya atau keranjang yang dalam hal mi dapat menggunakan kotak kapur dan karton atau kotak lainnya. Guru kemudian menyuruh salah seorang anak mendemonstrasikan , dengan cara mengambil 4 buah keranjang, dan mengisi masing-masing keranjang dengan 5 buah jeruk sesuai dengan soal. 4. Setelah itu guru melanjutkan tanya jawab Guru: Dengan peragaan tadi ada berapa keranjang ibu Rini? Siswa: Ada empat bu! Guru : Dalam satu keranjang ada berapa buah jeruk, B? Siswa B : Ada lima jeruk, bu! Guru: Bagus, sekarang siapa yang tahu, apa yang ditanyakan dalam soal cerita tadi? Siswa C: Saya bu, Banyak buah jeruk bu Rini seluruhnya Guru : Jadi berapa B harus mengisi setiap keranjang? Siswa C : Lima bu, dalam satu keranjang Guru : Bagus, berapa kali B mengisi lima-lima ke dalam keranjang keranjang tersebut? Coba jawabD! Siswa D: empat kali, bu Guru : Mengapa? Siswa D: Karena keranjangnya ada empat Guru : Bagus , Kalau begitu , siapa coba bisa menuliskan dalam kalimat niatematika dengan menggunakan tanda kali Siswa E: Saya bu, 4 x 5 (siswa menulis di papan tulis sambil menyebutkan) Guru : Jadi kamu telah melakukan perkalian 4x 5, Apakah ada yang mempunyai pendapat lain? Siswa: Tidak ada, bu? Guru : Bagus, kalau begitu, kalian telah dapat men gubah soal cerita menjadi bentuk kalimat matematika. Karena ada 4 keranjang , dan isinya inasing-masing 5, maka kalimat matematikanya 4 x 5. Bagaimana apakah kalian sudah mengerti? Siswa: Sudah Bu! Guru : Sekarang siapa yang dapat memberikan jawaban, untuk menyelesaikan hasil 4 x 5? Siswa F : Sava bu, hasilnya 20 Guru :. Dari mana F mendapatkan hasil 20 ? Siapa yang dapat menjawab? Siswa G: 5+5+5+5=20, bu! Guru : Bagus, coba kamu H, yang ditanyakan pada soal tadi apa? Siswa H : Banyak buah jeruk ibu Rini. Guru : Kalau begitu bagaimana hubungan pertanyaan pada coal dengan hasil perkalian tadi? Ada yang dapat memberikan komentar? Siswa 1: Saya , bu. Jadi banyaknya jeruk ibu Rini seluruhnya ada 20 buah. Guru : Bagus sekali. Kita semua sudah mendapatkan penyelesaian dan soal tadi. Apakah masih ada yang belum paham? Coba kita periksa kembali jawaban kita apakah sudah benar! (Guru melakukan pengecekan untuk meyakinkan bahwa dialog tersebut sudah menghasilkan suatu penyelesaian yang tepat) 5. Setelah dialog tersebut berlangsung, guru menunjuk ke papan tulis, dan menjelaskan bahwa proses penyelesaian tersebut harus disusun dengan teratur sesuai dengan langkah-langkah yang diperlukan untuk proses penyelesaian masalah , yang selama tanya jawab telah dilakukan. Proses menjawab soal secara sistematis dilakukan guru bersama-sama siswa. Guru hanya mengarahkan siswa agar semua siswa dapat menuliskan rincian proses dengan benar seperti yang tertera di bawah ini: Diketahui : Bu Rini mempunyai 4 keranjang jeruk Setiap keranjang berisi 5 buah jeruk Yang ditanyakan : Berapa banyak Jeruk bu Rini seluruhnya? Kalimat Matematika : 4 x 5 Penyelesaian: 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20 Jadi banyäk Jeruk bu Rini selurühnya adalah 20 buah Dialog di atas merupakan alternatif strategi yang dilakukan guru dalam menyelesaikan soal cerita di kelas 3 SD. Dari dialog tersebut nampak bahwa penyelesaian masalah tidak dilakukan guru seorang diri, akan tetapi dilakukan bersama siswa secara sistematis. Untuk dapat memahami proses penyelesaian dengan mapan, contoh-contoh sebaiknya tidäk cuma satu soal, tetapi guru dapat menambah dengan soal berikutnya. Siswa diharapkan dapat melakukan sendiri tanpa bantuan guru terlalu banyak, hal ini sesuai dengan pendapat Polya dalam bukunya How to Solve It yang mengatakan” The Teacher should Help, but not too much and not too little, so that the student shall have a reasonable share of the work. Yang maksudnya adalah agar guru tidak membantu siswa terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit, dengan alasan agar siswa mendapat kesempatan untuk berpikir.