REINTREPRETASI MAKNA JIHAD: JIHAD ORANG-ORANG YANG BERPUASA Oleh: M. Askari Zakariah Disampaikan pada Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1438 H/ 22 Juni 2017 M di Mesjid Al Muhajirin, BTN Tahoa Kolaka السالَ م علَي ُكم ور ْْحةُ ِ هللا َوبَ َرَكتاُ ْْ َّ ُ َ ْ ْ َ َ َ هللاُ اَ ْكَ ْر× 9هللاُ اَ ْكَ ْر َكِْي ًر َاواْحلَ ْم ُد هلل ِ َكثِي راوس حتا َن ِ هللا ب ْكرةًواَ ِ ص ْيالَ َإالِلَْ ا َّإاهللاْ ْ ً َ ُْ َ ُ ََ وَإانَ ْع ُدلِإاَّاِ ََّّيهُ ُُمْلِ ِ ْي لَُْ ال ِديْ َن َول َْوَك ِرهَ اْل َكتافِ ُرْو َن ص َْ َ ُ ِ ِ ص َر َع ْ َد ْه ص َد َق َو ْع َد ْه َونَ َ َإاالَْ ا َّإاهللاُ َو ْح َدهُ َ ِ َوأ َ َع َّز ُج ْن َدهُ َو َه َزَم اْأل ْ اب َو ْح َد ْه َإالِلَْ اإاَّهللاُ َوهللاُ َح َز َ هلل اْحلم ْد اْحلم ُد ِ ِ هلل الَّ ِِ ْْ َع ْن َع َم َْ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْر َو َ ْ َعلَْي نَتا بِنِ ْع َم ٍة ِِف يَ ْوِم اْ ِلع ْي ِد اْ ِلفْطْ ِريَ ْو ُم اْلَ َرَك ِة َويَ ْو ُم ِ ِ اْملَْر َْحَ ِة اَ ْش َه ُد اَ ْن َّإا الَْ ا َّإا هللاُ َو ْح َدهُ َإا َش ِريْ َ ك لَُْ ِ ِ ْي َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُُ َّم ًدا َع ْ ُدهُ ا ََّّيهُ نَ ْع ُ ُد َوا ََّّيهُ نَ ْستَ ِع ْ ْ ص ِ ِّ َو َسلِ ْم عَلَ َوَر ُس ْولُ ْْ إاَ نَ ََّ َب بَ ْع َد ْه ال ُ له َّم فَ َ َسيِ ِد ََن َُُ َّم ٍد َو َعل الِ ِْ َوَم ْن َُِ َعُْ َوَم ْن َوَإا ْْ اََّمتا صي ُكم ونَ ْف ِس بِت ْقو ِ ِ ِ هللا بَ ْع ُد فَ يَتااَيُّ َهتا اْحلَتاض ُرْو ْن اُ ْو ْ ْ َ َ َ َ فَ َق ْد فَ َتازاْملُتَّ ُق ْو ْن َو ْعلَ ُم ْوا اَ َّن ه َِاْليَ ْوَم يَ ْوم َع ِِ ْيم ب َك ِرْْي َختَم ربِ ِْ َش ْهر ِ الصيَ ِتام ضُْ ُر ٌّ َو ِع ْيد َك ِرْْي فَ َّر َ ََ ُ ِ ِِ تام يَ ْو ُم َُ ْسِْي ِِ َوَُ ْهلِ ْي ِ ِّ َوَُ ْكِ ِْْ اُح َّ ِّ لَ ُك ْم ف ْيْ الْطَّ َع ُ تال هللاُ ُس ْ َحتانَُْ َوَُ َع َتاَ َوَُ ْع ِِ ْي ِم َوَُ ْق ِديْ ِر َوَتَْ ِج ْي ِد فَ َق َ ِِف كِتتابِ ِْ اْل َك ِرِْْي اَعوذُ ِِب ِ الَّ ْيْطَ ِ هلل ِم َن َّ الرِج ْي ِم تان َّ ْ َ ُْ بِس ِم ِ الرِح ْي ِم قَ ْد اَفْ لَ َِ َم ْن َُ َزَّك هللا َر ْْح ِن َّ ْ ِ صلَّ َوذَ َك َر ْ اس َم َربِْ فَ َ بَ ْ ِّ ُ ْؤ ِذ ُرْو َن اْحلَيَو َةالدنْ يَتا واْ ِ ألخ َرةُ َخ ْي ر َواَبْ َق َ Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Hanya kehariban-MU, Ya Allah, kami memuji. Wahai zat yang merendahkan dan menghinakan telah yang sombong dan congkak yang orang-orang meruntuhkan tahta firaun dan para kaisar yang sombong dan congkak. Tak seorang pun yang mampu mencegah apa yang engkau berikan dan tak ada seorang pun yang mampu memberikan apa yang tidak engkau kehendaki untuk diberikan. Maha Suci , Engkau ya Allah dan Maha Unggul. Alangkah luas rahmat-Mu dan betapa agung kedermawananMu, walau kebanyakan manusia ingkar pada-Mu dan tidak percaya akan wujud-Mu serta benci pada-Mu. Meski demikian, Engkau tetap melimpahkan kenikmatan-Mu pada mereka. Engkau beberkan rizki serta karunia-Mu dan engkau panjangkan hidup mereka sepanjang masa. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Tambahan rahmat dan keagungan semoga tetap Engkau limpahkan pada Nabi-Mu yang Ummi, Sayyidina Muhammad SAW. Yang telah Engkau perintahkan untuk membeberkan sayap rahmat dan salamnya kepada orang-orang mukmin yang mengikutinya. Yang telah engkau tawarkan padanya gunung uhud untuk diubah menjadi emas namun ditolaknya dan beliau memilih hidup zuhud duniawi. Walau demikian engkau tetap menjadikan beliau unggul melebihi dunia dan isinya. Sementara itu keagungan budi pekertinya telah meluluh lantakkan hidup orang orang yang sombong dan pendendam. Semoga keselamatan dan kedamaian senantiasan menyertai Nabi besar Muhammad SAW, Ahli baiit, beserta sahabat-sahabat beliau dihari kiamat. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Hari ini kita sedang merayakan kemenangan orang-orang yang berpuasa selama sebulan lamanya, serta menjadi masa evaluasi dan monitoring pribadi dan keluarga kita terdahulu. Selanjutnya kita koreksi diri kita sendiri termasuk di antara golongan manakah di antara pernyataan yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, yaitu : “Siapa yang hari ini amal perbuatannya lebih baik dibanding hari kemarin maka ia tergolong orang yang untung. Siapa yang amal perbuatannya hari ini sama dengan hari kemarin (tidak ada peningkatan) maka ia tergolong orang yang rugi. Dan siapa yang amal perbuatannya lebih jelek dibanding kemaren maka tergolong orang yang rusak.” هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Menurut Hadratusyekh Hasyim Asyari, ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian kita di dalam kitab Tsalasatu Munijyat yang dituliskan oleh Syekh Ishom Hadzik. Pertama: ”Marilah kita pelajari poin ini dari dimensi spirit agama, kita akan mengetahui ternyata kondisi keagamaan kemarin justru lebih baik dibanding hari ini. Pada tahun-tahun yang lalu perhatian begitu besar terhadap urusan keagamaan, namun kemudian akhir-akhir ini intensitas dan kepedulian kita terhadap masalah tersebut semakin melemah bahkan kini hampir tak terdengar lagi gaungnya. Sekolah-sekolah Islam (madrasah) banyak yang gulung tikar disebabkan oleh sedikitnya animo masyarakat dan sulitnya mencari orangorang yang betul-betul punya tanggung jawab dan kepedulian yang besar untuk menghidupkannya kembali. Masjid-masjid dan mushalla begitu menyedihlan kondisinya, karena walau tersebar di mana-mana namun yang tinggi hanya bangunan yang sudah mulai ditinggal jemaah dan orang-orang yang mau merawatnya. Kedua: Kita pelajari dari dimensi sosial kemasyarakatan. Di sini kita juga mendapati kenyataan bahwa ruh agama sudah mulai melemah bahkan terkesan lumpuh dalam kehidupan masyarakat sehingga bekas-bekas ketaatannya sangatlah sedikit. Persoalan-persoalan agama akan sulit saudara-saudara yang bernuansa temukan dalam masyarakat, seperti apakah sesuatu itu hukumnya halal atau haram. Kemungkaran begitu merajalela di berbagai tempat, baik yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan. Seperti minum arak, ballo atau apapun itu namanya, dengan merambahnya tempat hiburan malam yang melegalkan minuman keras dan wanita penghibur yang semuanya itu adalah haram untuk kita. Itu semua adalah sumber malapetaka sudah tersebar luas di berbagai tempat dan suasana dan bahkan sudah menjadi kebanggaan. Begitupun pergaulan laki-laki dan perempuan yang sudah terkesan melecehkan (hukum agama). Dengan gamblang mata kita telah menyaksikannya dan dengan jelas telinga kita telah mendengar akan realita ini. Dan tak seorangpun yang nampak memperdulikannya, apakah ini halal (diperbolehkan oleh aturan agama)? Semuanya diam seribu bahasa. Apakah haram ? yang mengakibatkan siksa dari Allah dan kehinaan di dunia. Ada lagi hal yang sangat tercela dan hina melebihi apa yang sudah kami tuturkan tadi, yaitu tersebarnya ajaranajaran dan tuntutan yang mengarah dan menggiring pada kekufuran dan pengingkaran (terhadap Allah) di kalangan generasi muda Islam, baik di desa maupun di kota-kota besar. Telah tersebarnya ajaran materialisme-historis sebagai suatu prinsip yang mencanangkan bahwa kebahagiaan di dunia ini hanya bisa diraih dengan materi dan tidak percaya dengan hal-hal yang ghaib. (metafisis, ekstra empiris) serta tidak percaya akan adanya kehidupan setelah mati. Bahaya laten ini tak mungkin terelakkan lagi bila sudah tertanam dalam hati dan sanubari anak-anak kita, dan yang demikian ini bisa mengubah tatanan awal dasar keyakinan mereka, terhadap agama Islam yang kita peluk. Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Adapun ukhuwah Islamiyah pada saat ini hanyalah merupakan jargon-jargon yang kosong yang keluar dari mulut orator yang hanya merebak di awang-awang tanpa bisa menyentuh dataran empiris tanpa ada bukti yang kongrit dalam realita. Ukhuwah Islamiyah kehidupan seakan-akan masyarakat di telah lenyap dari mana seorang muslim yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri terhadap temannya sesama muslim yang telanjang (kelaparan bahkan yang hampir mati karena kelaparan, hatinya sama sekali tidak tergerak mengulurkan pertolongan dan membantu berbuat baik. Dia atau sang Muslim yang menyaksikan ketimpangan sosial tersebut bahkan membisu bagaikan membisunya batu dan besi. Tidak cukup hanya dengan membisu, tapi masih ditambah lagi dengan mengomel bahwa penghasilan atau income sekarang lagi seret (atau terkena kerugian), kehidupan perekonomian sedang mengalami kemacetan dan kemunduran bahkan dia menuduh ini sebagai akibat dari menjalankan kewajiban agama dan kemasyarakatan. Sedangkan dia sendiri mengetahui bahwa Allah itu Maha Pemberi Rizki, menurunkan rizkinya dengan satu kadar yang sama. Tidak sulit bagi orang yang menjaga dengan baik norma-norma agama ('afif) untuk mendapatkan keutamaan (anugrah, fadhl) dari Allah. Hanya dikarenakan akhlak mereka sajalah yang menyebabkan semuanya menjadi sempit dan sulit. Ketiga; kita tinjau dari dimensi politik. Dalam konstelasi perpolitikan, kita dapati kenyataan bahwa ternyata peranan umat Islam sangat kecil. Jika jiwa keagamaan, dalam dunia politik di Indonesia ini sangat lemah, bahkan akhirakhair ini bisa dikatakan sudah mati. Walau demikian, masih ada dicatutnya juga bahaya yang masih besar yaitu label Islam oleh sebagian manusia sebagai kendaraan yang ditunggangi untuk bisa sampai kepada apa yang diinginkannya, baik dimensi politik itu berupa kemaslahatan dari ataupun untuk kepentingan pribadi dengan mengatas namakan politik. Dan akan lebih berbahaya lagi bila masyarakat menganggap mereka sebagai orang Islam (yang taat) atau bahkan memfigurkannya sebagai seorang tokoh, padahal mereka tidak pernah menundukkan kepala mereka (untuk mentaati) diperintahkan oleh larangannya. Merekapun Allah keningnya (sujud) di dianggap aneh, lantai bila pada dan tidak hal-hal pernah tidak berusaha menjauhi pernah masjid, kondisi yang lalu menempelkan apakah semacam ini masih kemudian menyebabkan lemahnya spirit keagamaan di negara kita, bahkan hampir mati. Pada tiga hal ini, diharapkan menjadi bagian penting dari perenungan kita pada pagi hari yang cerah ini. Seorang alumni bulan Ramadhan menjadi sosok pribadi yang tangguh dan penuh ilmu yang diperoleh pada bulan yang berkah. Sosok kita ini diharapkan menjadi sosok penebar kasih sayang, penebar islam rahmatan lil alamin, karena agama islam sejak kedatangannya di jazirah arab telah membawa pesan perdamaian, toleransi, penghargaan terhadap perbedaan suku, ras, ataupun agama dan prinsip eligaterisme sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad S. A. W dalam mengembang misi kenabiannya. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Namun sayang, belakangan ini wajah islam yang damai itu tercoreng oleh perilaku sebagian kelompok yang mengatasnamakan dirinya muslim yang melakukan tindak anarkis dan radikal. Bahkan beberapa peristiwa bom bunuh diri, seperti yang terjadi di London dan Kampung Melayu Jakarta menambah parah citra negative yang dikenakan kepada muslim. Seorang Muslim Sejati, tentu tidak akan menerima pandangan yang negative itu. Bahkan sangat manusiawi bila kemudian kita gusar ataupun marah karena islam telah dihina dan dinodai. Namun masalahnya, bagaimanakah kita mengekspresikan kegusaran kita? Apakah dengan senjata? Tentu jawabannya tidak! Jika dengan kekerasan yang kita gunakan sebagai jawaban, hal itu bukan saja kontra-produktif tetapi juga akan semakin menambah citra negative. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Oleh karenanya, pada kesempatan saya ini, izinkan saya mengemukakan kajian “Reintrepretasi Makna Jihad, sebagai Bentuk Jihad Orang-Orang yang Berpuasa”. Hal ini berasaskan Sabda Rasulullah: Ajaran islam yang suci, memiliki istilah “Jihad” yang telah mengalami pergeseran makna dan pengamalan. Dalam kitab Mu’jam Mufradat li Al-Fadz Al Quran, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan jihad adalah mengerahkan segala kemampuan untuk menahan serangan dan menghadapi musuh baik yang Nampak yaitu orang kafir yang menyerang ataupun menghadapi musuh yang tidak Nampak. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Dalam Al-Quran kata jihad dalam bergagai bentuknya disebutkan sebanyak 41 kali. Sebagian besar dari ayat-ayat yang menggunakan sebuah perjuangan kata jihad mengadung pengertian berat, mengerahkan segenap kemampuan untuk meraih suatu tujuan. Dari kata “Jihad” ini terbentuk kosa kata “Ijtihad” yang merupakan pengertian yang mengarah pada upaya aktifitas intelektual yang serius dan melelahkan, pelakunya disebut Mujtahid. Dalam terminology sufi-isme juga dikenal istilah”Mujahada” sebuah usaha spritiual yang intens, bahkan mungkin sampai pada tingkat ekstase. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Dalam terminology islam, jihad diartikan sebagai perjuangan dengan mengarahkan seluruh potensi dan kemampuan manusia untuk sebuah tujuan. Pada umumnya tujuan jihad adalah kebenaran, kebaikan, kemuliaan, dan kedamaian. Menurut Fakhurdin Ar razi jihad diartikan untuk menolong agama Allah. Menurut Ijma’ Ulama hukum jihad adalah fardu kifayah, bukan fardu ain, karena ada dalil yang menyatakan bahwa : Beberapa tahun yang lalu, kita mendengar suatu pernyataan dari penggganti Paus Paulus II, yaitu Paus Benecdictus XIV tentang konsep jihad dalam islam, dia menyatakan, penerapan jihad islam selalu identic dengan pedang dan kekerasan. Tentu saja pernyataan itu, ditanggapi umat islam dengan kemarahan. Hal ini, jika dipahami lebih jauh tentu saja kurang wajar, karena seolah-olah umat islam menyamakan jihad dan perang fisik. Sekali lagi ini merupakan sebuah kekeliruan. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Memang, tidak semua ayat-ayat jihad menunjukkan perang, seperti halnya ayat-ayat jihad yang diturunkan di mekkah Pada surat Luqman ayat 15: Ayat diatas merupakan salah satu contoh kata jihad yang isinya tidak berhubungan dengan masalah perang. Bahkan Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan kalimat “ jika keduanya sangat berkeinginan” هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Sedangkan ayat-yat jihad yang diturunkan pada periode Madinah, kebanyakan berhubungan dengan perang, misal pada surat Attaubah ayat 41: Namun, ada sedikit keanehan dalam hal pengembangan konsep jihad, walaupun pada hakikatnya lafaz/ucapan jihad yang diteliti oleh Ibnu Manzur dalam bait syairnya semuanya bermakna al-juhd yaitu mengeluarkan daya-upaya, kemampuan dan kekuatan, dan kata al-jahd yang artinya kesungguhan, atau sesuatu yang menyusahkan dan melelahkan. Diantaranya dikenal kata jahad bagi tanah yang sulit dijadikan lahan untuk becocok tanam. Bahkan hubungan intim juga bisa dikatakan jihad karna perlu kesungguhan dan upaya yang cukup melelahkan. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Kenapa saya bilang “Aneh”, karena jika kita melihat pada literature islam klasik mengenai masalah jihad, makna peperangan merupakan definisi yang baku bagi jihad. Baik dari pada ulama tafsir, hadits maupun fikih. Ulama fikih hanyut pada pemaknaan tentang perang, sehingga membuat makna awal menjadi kabur. Sebut saja misal, Imam Ath thabari menulis kitab al jihad dalam fiqihnya, begitu juga Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayah Al Mujtahid. Akan tetapi, Ibnu Rusyd menyatakan dalam kitabnya bahwa jihad itu ada empat macam: jihad dengan hati, jihad dengan lidah, jihad dengan tangan dan yang terakhir jihad dengan pedang. Artinya, Ibnu rusyd mengakui bahwa jihad perang hanya merupakan salah satu makna saja dari sekian banyak makna. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Memaknai jihad sebagai perang, memang bukanlah pemahaman yang asing dalam tradisi islam. Bahkan hampir seluruh literature islam ketika berbicara jihad tidak lepas dari peperangan menggunakan dan kata pertempuran. Al-Qital Meskipun sebagai Al-Quran padanan kata, pembakuan arti jihad hanya sebatas makna perang banyak terdapat dalam kitab tafsir dan hadits. Sebagai contoh misalnya Imam Ibnu Hajar Asqlani, seorang muhaditssin terkenuka ketika mendefinisikan jihad sebagai badzl al juhud fi qital al-kuffar (mengerahkan kemampuan dalam memerangi orang kafir yang memerangi kita). Demikian juga Muhammad bin Ismail Al-Kahlani pengarang kitab Subulu Salam Syarah Kitab Bulugul Maram karya Imam Ibnu Hajar, mendefinisikan jihad sebagai badzl al juhud fi qital al kuffar aw al bughat (mengerahkan kesungguhan dalam memerangi orang kafir dan pemberontak). هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Disamping pendapat para mufassir dan muhaditts yang kebanyakan memaknai jihad sebagai perang. Mayoritas ulama fikih juga sepakat mendefinisikan sebagai peperangan melawan musuh agama. Hal ini disimpulkan oleh Dr. Wahba Azzuhayli seorang ahli kontemporer dan zuhud dalam bukunya Al fiqg Al Islam Wa adillatuh mengusulkan definisi jihad terlengkap yaitu mengerahkan kemampuan dan kekuatan dalam memerangi dan melawan orang kafir yang keras (harbi) dengan jiwa, harta dan lidah. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Mahmud bin Umar Al Bajuri seorang ulamah fikih Syafii, menyatakan bahwa jihad bisa berarti perang fisik, tetapi ini dikategorikan sebagai jihad kecil, besar adalah sedangkan jihad yang kesungguhan untuk mensucikan jiwa dan menundukkan hawa nafsu. Olehnya Dr. Abdul Karim Zaidan menjelaskan bahwa jihad kalau ditinjau dari segi alat yang digunakan dalam berjihad, maka jihad itu diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu jihad dengan lisan, jihad dengan harta dan jihad dengan jiwa. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa jihda dengan jiwa atau nyawa, baru dapat dilakukan oleh orang islam, jika dibawah tekanan (pressure) orangorang zalim. Kenyataan ini tentu tidak bisa digunakan di negara kita karena negara kita menurut Muktamar Nahdlatul Ulama adalah Daaru Al Salam, begitu juga Muktamar Muhammadiyyah “ Darul Ahdi Wa Syahadah” Olehnya, sesuai dengan fatwa MUI memutuskan bahwa pelaku bom bunuh diri adalah HARAM karena merupakan salah satu bentuk tindakan yang mencelakan diri sendiri. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Ibnu Qoyyim Al Juziyah mengklasifikasikan makna jihad menjadi empat kategori yaitu: Mujahadatun nafs, Mujahadatun syaitan, Mujahadatun Munafiqin dan Muajahadatul kufar. Masing-masing bentuk jihad itu mempunyai tingkatan- tingkatan, Jihad melawan diri sendiri: Jihad dengan mempelajari Agama yang benar= Jihad dengan mengamalkan ilmu yang dipelajari Jihad dengan menhajarkan ilmu yang telah dipeljari kepada orang lain Jihad dengan bersikap sabar ketika menerima ujian dan cobaan. Jihad melawan syaitan: Jihad melawan syaitan yang berkaitan dengan keimanan. Jihad melawan godaan kehendak buruk dan syahwat Jihad melawan kaum kafir dan munafik: Jihad dengan hati Jihad dengan lisan Jihad dengan harta Jihad dengan jiwa Hal yang saya sebutkan diatas, sesuai dengan yang dikatakan oleh intelektual Muslim asal mesir, Tariq Ramadhan yang mengungkapkan bahwa jihad adalah konsep dengan banyak aspek. Untuk memahami jihad, seorang muslim harus kembali pada diri sendiri “ dalam diri kita ada godaan untuk melakukan kekerasan, kemarahan, dan pertengkaran. Itu adalah nafsu alami manusia. Kita bisa melakukan kekerasan tapi dengan kesadaran penuh kita dapat mengontrol dorongan-dorongan jahat itu, konsep jihad bukanlah perang, melainkan perdamaian”. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Marilah kita membumikan makna jihad di Indonesia dengan mengarahkan segala kekuatan dan kemampuan untuk memerangi hawa nafsu dan kemungkaran seperti Terorisme, Kemaksiatan, Kebodohan, Kemiskinan. Kebodohan adalah salah satu sebab dari kehancuran sebuah bangsa. Bangsa yang bodoh adalah bangsa yang tidak akan mampu menghadapi tantangan kehidupan yang senantiasa bergerak secara dinamis. Dalam sejarah, betapa banyak peristiwa kehancuran sebuah bangsa atau negeri yang disebabkan oleh kebodohan dan ketinggalan penduduk dan rakyatnya dalam membentuk peradaban. Islam tidak hanya agama syariat, tetapi juga agama Tsaqafah (pedaban). Berkaitan dengan hal ini, Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid Al Ghazali (pengerang kitab Ihya Ulumuddin) pernah menuliskan di dalam kitabnya bahwa manusia seluruhnya akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu seluruhnya binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya, dan orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali orang yang ikhlas, dan orang yang yang ikhlas akan binasa kecuali orang yang bertakwa. Olehnya, ajar anak kita dengan ilmu agama dan ilmu umum secara berimbang. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Selain jihad melawan kebodohan, masalah yang irgent yang dihadapi oleh negeri ini adalah masalah kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik pada sensus 2003, jumlah warga yang tidak memiliki pekerjaan di indonesia 10,13 juta dan diperkirakan meningkat di setiap tahunnya. Kita juga tahu bahwa hampir (pembunuhan, semua persoalan perampokan, “patologi pencurian, sosial” gelandangan, prostitusi dan dekadensi moral serta pelanggaranb terhadap norma masyarakat., hal itu semua bersumber dari satu sumur, yang kita sebut sebagai sumur kemiskinan. Teranglah bahwa titik tolak persoalanya adalah kemiskinan dan ketidak berdayaan sebagian masyarakat kita. Kemiskinan adalah sumber mata rantai lingkaran syaitan dalam persoalan bangsa ini, baik yang bersifat makro maupun mikro. Ingatlah Sabda rasul” Kaadal Faqru an yakuna kufra” Oleh karena itu, kekafiran harus kita perangi. Jika kemiskinan dapat diperangi, ,maka separuh masalah bangsa ini dapat diatasi. هللاُ اَ ْكَ ْر هللاُ اَ ْكَ ْرَوهلل اْحلَ ْم ْد Dengan demikian perang melawan kemiskinan bisa dengan; Pertama, merevitalisasi lembaga-lembaga keagamaan islam yang sudah ada di negara kita, di setiap pesantren ada Baitul Maal Wa Tamwil, Alhamdulillah di Pondok Pesantren AlMawaddah Warrahmah sudah ada 1 unit. Kita harus ingat bahwa dakwa tidak hanya bersifat formalisitik-ritualistik saja, tetapi juga tentang hurriyah (freedom), masalih (benefit), keadilan (fair and equality), ikhwah (muslim brotherhood or sisterhood), dan perdamaian (peace). Kedua, institutional building dan memberdayakan “filantropi islam”, lembaga ini di indonesia kebanyakan menggunakan instrument zakat, infaq, sadekah, dan wakaf. Sekedar menyebutkan bahwa di daerah kolaka sudah ada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang telah dikelola secara professional. Dengan demikian, Menurut Ahmad Dahlan “pendiri Muhammadiyyah’, semangat Al’Maun terus ada pada diri kita dan selamat dari predikat “Pendusta Agama” Khutbah Ke Dua Idul fitri هللا اَ ْك ر×َ 7إااِلْ اَِّإاهللا هوهللا اَ ْك ر هللا اَ ْك ر و ِ هلل اْحلَ ْم ِد اْحلَ ْم ُد ُ َْ َ ُ َُ ُ َْ ُ َْ َ ِ ص َّوَر اَ ْش َه ُد تاداْألَ ْعيَ َ هلل الَّ ِِ ْْ اَ َع َ تاد َوَك َّرَر اَ ْْحَ ُدهُ ُس ْ َحتانَُْ اَن َخلَ َق َو َ ِ ِ تادةً يَثْ ُق ُ ِّ ِِبَتااْملِْي َزا ُن ِِف اَ ْن َّإا الَْ اَّإا هللاُ َو ْح َد ُه َإا َش ِريْ َ ك لَُْ َش َه َ ِ ْي اْملَ ْح َ َّ ِر َواَ ْش َه ُد اَ َّن َُُ َّم ًدا َع ْ ُد ُه َوَر ُس ْولُُْ اْملَْ ُع ْوذُ َر ْْحَةً لل َْعتال َِم ْْ ِ ِِ ٍ ِ ص َحتابِ ِْ اْل َفتائِ ِزيْ َن ص ِ ِّ َو َسل ْم َعلَ َسيِد ََن َُُ َّمد َو َعل الْ َواَ ْ ال ُ له َّم فَ َ ِ تاع تاد ِ ِِب َّ ِ هللا اَُِّ ُقوهللاَ فِ ْي َمتا اََم َر َوانْ تَ ُه ْوا لَّ َرف َواْألَفْ َخ ِر اََّمتابَ ْع ُد فَ يَ َ َ ِ ِ َع َّمتانَ َه هللاُ َع ْنُْ َو َح َِ َر قَ َ تال هللاُ َُ َع َتاَ ِِف اْل ُق ْران اْل َك ِرْْْي ا َّن هللاَ ِ َوَم َالئِ َكتَُْ يُ َ ُّ صلُّ ْوا َعلَْي ِْ َو َسلِ ُم ْوا ََّب ََّياَيُّ َهتاالَِّيْ َن َامنُ ْوا َ صل ْو َن َعلَ النِ ْ ِ ِِ ٍ ِ ص َحتابِ ِْ اَ ْْجَ ِع ْْْي ص ِ ِّ َعلَ َسيِد ََن َُُ َّمد َو َعلَ الْ َواَ ْ َُ ْسل ْي َمتا ال ُ له َّم َ تان اِ ََ ي وِم ِ ِِ ْي ومن َُِع ُهم ِبِِ ْحس ٍ الديْ ِن َو ْارْحَْنَ َتام َع ُه ْم َْ َو َعلَ التَّتابع َْ َ َ ْ َ ْ َ ك َّياَرحم َّ ِ اْحْي الله َّم ا ْغ ِفر لِل ِ ِ ِ تات ْي َواْملُ ْسلِ َم ْ ْم ْسل ِم َْ ُ الر ِ َْ ْ ُ ب َر ْْحَت َ َ ْ َ َ تات اْألَحي ِتاء ِمن هم ِواَألَمو ْ ِ ِ ِ ك ََِس ْيع قَ ِريْب ات انَّ َ َواْملُْؤمنِ َْ ْي َواْملُْؤمنَ ْ ْ َ ْ ُ ْ َْ ت الله َّم انْصر من نَصر ِ ِ ُُِم ْيب َّ الديْن الد ْع َو َ تاج ْ ُ ات َوََّيقَتاض َي اْحلَ َ ُْ َ ْ ََ وا ْخ ُِ ْل من َخ َِ َل اْملُسلِ ِمْي و َد ِمر اَ ْع َداء ِ الديْن واَ ْهلِ ِ ك اْل َك َف َرَة َْ ْ َْ َ ْ َ َ َ َ ِ ِ ِ ك ا ََ ي وم ِ ِ ِ ِ الديْ ِن َربَّنَتا اُِنَتا ِِف َواْملُْ تَد َعةَ َواْملُ َّْ ِرك َْ ْي َواَ ْع َم ِ ِّ اْل َكل َمت َ َ ْ ِ ِ ِ ِ ِ تاد هللا اِ َّن اب النَّتا ِر عَ َ سنَةً َوقنَتا َع َِ َ سنَةً َوِف اْألخ َرة َح َ الدُّنْ يَتا َح َ هللا َيْمر ِِبْلع ْد ِل واِِْل ْحس ِ َّ ِتاء تان َواِيْ تَ ِتاء ِذى اْل ُق ْرََب َويَ ْن َه َع ِن اْل َف ْح َ َ َ ُُ َ َ َ َواْملُْن َك ِر َواْلَ ِغ ْي يَ ِعُِ ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم َُ َِ َّك ُرْو َن فَتاذْ ُك ُر هللاَ اْ َلع ِِ ْي ِم يَ ِْ ُك ُرُك ْم وا ْدعوا يست ِجب لَ ُكم ولِ ُِ ْكر ِ هللا اَ ْكَ ْر َوهللاُ يَ ْعلَ ُم َمتاَُ ْسنَ ُع ْو َن َ ُْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ