ANALISA KASUS “ Sisca”

advertisement
ANALISA KASUS “ Sisca”
PRAKTEK KONSELING
Nama : Ivon
Nim : 0721013
Kelas : Empati
Identitas Klien
Nama
: Sisca
Usia
: 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Kampung Kumuh Jakarta Pusat
Status dalam keluarga: Anak Tunggal
I. Identifikasi masalah ketika usia 15 tahun
A. Kondisi Sisca :
a. Orang tua sering bertengkar dan mengakibatkan timbul perceraian
b. Merasa dunianya menjadi gelap
c. Merasa sedih yang mendalam
d. Menjadi pemarah
e. Suka menyendiri
f. Tidak sekolah lagi setelah gagal ujian
g. Sering mabuk hingga akhirnya hilang keperawanannya
h. Menjadi pengguna putaw
i. Dan menjual diri untuk mendapatkan uang dan putaw
B. Di sekolah :
a. Prestasi akademik rata-rata
b. Prestasi non akademik : Juara tae kwondo se DKI golongon usia 12 -15
tah
C. Kondisi Orang tua
a. Sering bertengkar dan akhirnya Bercerai karena alasan ekonomi
b. Keadaan ekonomi semakin sulit sehingga jatuh miskin
c. Untuk menutupi biaya hidup , ibu bekerja sebagai buruh cuci baju di
kampong
d. Kondisi ayah sebagai pengangguran
D. Kondisi Lingkungan Kampung kumuh
a. Banyak anak-anak muda yang sering mabuk, dan kecanduan putaw
b. Tergolong daerah yang banyak anak putus sekolah
c. Pekerjaan anak muda hanya ngamen, mencopet atau sebagai preman
jalanan
d. Cari duit dengan melayani “om-om” di daerah Beos Mangga Besar
E. Kondisi tahun 2003
a. Menjadi Penjangkau wanita IDU, walau dapat gaji tetapi uang habis
karena untuk membeli putaw
b. Tetap melacurkan diri pada malam hari untuk mendapatkan putaw
c. Menjadi wanita malam dan tertangkap trantib dalam kondisi teller
d. Masuk ke Panti Dep Sos di Cipayung
F. Kondisi di Panti Dep Sos di Cipayung
a. Barang yang dibawa ke panti harus selalu diperiksa
b. Tidak boleh keluar panti kalau bukan jam-jam tertentu
c. Selalu saja putaw bias masuk
d. Penjaga panti adalah laki-laki sehingga apa saja bisa terjadi
II. Prognosa
Ketidak siapan seseorang menerima persoalan dalam hidup atau sedang
mengalami kegagalan dalam hidup yang berbeda dengan keadaan sebelumnya, dapat
menyebabkan timbulnya penderitaan yang dianggapnya sangat berat, dapat menjadikan
seseorang merasa minder, tidak berdaya, tidak punya harga diri, yang pada akhirnya
membuat dirinya semakin terpuruk dengan penderitaan atau persoalan dalam hidupnya
sehingga tidak dapat atau sulit bangkit dari keterpurukannya.
III. Diagnosa Masalah
1. Ketidak siapan sisca menghadapi awal pertengkaran dan berdampak pada
perceraian ke dua orang tuanya, telah menyebabkan ia merasa ditolak, tidak
diinginkan dan dikaitkan dengan persoalan ekonomi yang selalu menjadi
ajang keributan dirasa semakin menekan sisca sehingga ia merasa tidak punya
teman, merasa malu dan bingung dalam menempatkan diri. Hal ini bisa
berdampak pada sikapnya yang menjadi penyendiri, lenih mudah marah.
2. Sisca merasa sulit bangkit dari keterpurukannya karena ia merasa dunianya
menjadi gelap setelah kejatuhan ekonomi orang tuanya yang berdampak pada
perceraian ke dua orang tuanya dan menyebabkan ia sering merasa malu,
sedih, marah, dan tidak berharga, sehingga untuk mengisi rasa kesepian dalam
dirinya ia menggunakan putaw, karena anak-anak muda di lingkungan sekitar
juga melakukan hal demikian.
3. Saat ini ( pada masa remaja) sisca adalah seorang remaja yang sedang
membutuhkan figure untuk dijadikan idolanya, dan remaja seusia sisca juga
sedang mengalami tahap senang dalam kelompok sebaya dan sebaliknya
dilingkungan rumah maupun sekitar tidak ada contoh untuk teladan atau
figure yang baik untuk dijadikan idola. Dan cara mengatasi masalah yang
dilakukan remaja di lingkungannya adalah dengan menggunakan putaw maka
dengan mudahnya sisca yang ingin melepaskan diri dari beban hidupnya atas
saran dan contoh teman menyelesaikannya dengan putaw
4. Bila saat sisca mengalami kesedihan akibat ekonomi dan perceraian orang tua
, ia dapat menemukan konselor atau teman yang baik, yang mau menerima
sisca apa adanya, yang mau peduli dan mengerti perasaan yang dirasakan,
sehingga ia memiliki teman berbagi kesedihan yang tepat maka ia tidak akan
jatuh dalam persolan hidup yang terus menerus akibat ketagihan putaw, dan
akan dapat membantu memeperkecil serta meringankan masalahnya. Beban
yang dialami hingga saat ini adalah karena ia merasa tidak ada yang peduli
dengannya dan yang ia rasakan adalah merasa terbuang dan tertolak.
5. Orang tua tidak dapat memberi perhatian pada sisca karena orang tua juga
sibuk dengan persoalan yang dialaminya hal ini dapat menyebabkan anak
merasa terkurung oleh perasaannya sendiri. Terutama ketika anak mengalami
kesedihan mendalam dan akhirnya merasa putus asa, yang sebenarnya tampak
dari perubahan yang terjadi dalam diri sisca antara lain muncul gejala-gejala
seperti mulai menyendiri, menjadi pemarah, prestasi yang mulai menurun
sehingga gagal ujian. Ebenarnya saat ini anak butuh teman atau
pendampingan dari orang dewasa yang mau peduli dan dapat memberi
motivasi untuk bisa mengatasi masalahnya sehingga anak tidak menjadi
semakin terpuruk dan mengambil jalan pintas yang salah.
6. Sisca dapat berubah menjadi wanita yang baik, setelah dewasa ( saat ini) bila
ada teman yang bisa mengerti dan menerima dirinya dengan apa adanya,
sehingga bisa timbul rasa hormat terhadap diri, rasa menghargai diri . Hal ini
sangat dibutuhkan untuk ia bisa bangkit dari keterpurukan akan masa lalunya.
Dan juga harus disadarkan akan pertanggungan jawaban hidupnya akan masa
depan segal resiko yang dihadapi, untuk itu ia harus dilepaskan dari
ketergantungannya dengan putaw dan diarahkan secara bertahap ke cara hidup
yang sehat tanpa putaw. Untuk membantu ini aktivitas harus jelas dan
membangkitkan semangat untuk maju bukan yang membebani sehingga ia
tidak lari kembali pada putaw ketika menghadapi kesulitan hidup. BIla perlu
setelah ia sembuh dari putaw ia dipindahkan ke daerah yang bersih dari putaw
sambil diajarkan life skill ( sementara ia dipanti juga tetap dapat
menggunakan putaw)
7. Sukses atau prestasi bagus diusia remaja seharunya dapat membentuk mental
hidup yang sportif dan tangguh tetapi kenyataannyahal ini tidak selamanya
dapat membuat seseorang siap menghadapi penderitaan/ kegagalan dalam
hidup. Untuk itu dibutuhkan mental yang positif dari dlam diri dan lingkungan
sekitar yang mensuport keadaan yang lebih baikagar mampu bertahan
terhadap kesulitan hidup serta belajar untuk menerima keadaan . Dukungan
dari keluarga dan teman sangat diperlukan, teladan bangkit dari keterpurukan
perlu diajarkan.
IV. Definisi Masalah
Kesepian, rasa tidak aman, malu dapat menimbulkan hilangnya rasa harga diri
dan rasa hormat akan diri dan hidupnya. Agar anak tidak semakin terpuruk dalam
kesedihannya, hingga ia tidak menjadi semakin putus asa maka perlu teladan dan
dukungan dari orang-orang sekitar untuk bisa menjadi teman dan tempat untuk berbagi
kesedihan dan kesulitan hidupnya. Untuk menunjang hal ini maka perlu kesediaan dari
dalam diri seseorang untuk ditolong dan ada kemauan untuk emnerima pertolongan.
Unsur-unsur yang perlu mendapat perhatian saat menolong adalah :
Dari dalam diri :
1. Ada kesediaan untuk ditolong
2. Ada kemauan untuk menerima pertolongan
3. Ada keinginan untuk berubah dan memperbaiki diri
4. Perlu sikap rendah hati untuk menerima masukan
5. Memiliki ketekunan untuk memperbaiki diri agar menjadi sehat
6. Memiliki daya juang untuk mengalahkan godaan/ kedagingan
Dari luar diri :
1. Perlu lingkungan yang baru dan dapat dipercaya oleh klien
2. Adanya pendampingan yang mau menerima diri klien apa adanya tanpa
menyalahkan
3. Memberi pendampingan dan bimbingan yang memotivasi untuk bertahan
dalam hidup baik
4. Kesiapan metode dan cara untk memberi life skill.
V. Kesimpulan :
Sisca perlu dibantu dan diterima apa adanya , tanpa menyalahkan kejadian dimasa
lalu. Dan dengan dibekali materi life skill untuk dapat membangkitkan rasa hormat
terhadap diri dan hidupnya sehingga bisa muncul kembali rasa berharga.Dengan kembali
belajar menerima diri apa adanya dan mau bangkit dari keterpurukannya, memaafkan
semua yang terjadi dalam dirinya , dan bangkit menjadi manusia baru melalui
pendampingan dan bimbingan yang kompeten sisca akan menata kembali hidupnya.
Jika saya dulu adalah konselor Sisca ketika ia SMP , yang akan saya lakukan adalah :
1. Observasi keadaan sisca yang mulai menunjukkan perubahan sikap :
a. Sisca tampak sedih
b. Suka menyendiri
c. Mudah mara
d. Prestasinya menurun
2. Konseling
a. Memanggil sisca dan ngobrol bareng tentang perubahan sikapnya
b. Memantau perkembangan siswa setelah diajak konseling ( misalnya sesuai
kesepakatan 1 minggu sekali ketemu BK
c. Memanggil kembali bila dalam pemantauan sebelum satu minggu sisca
masih belum menunjukkan perubahan seperti yang diharapkan pada
konseling pertama
d. Memanggil sisca sesuai dengan kesepakatan sambil konselor juga
menyampaikan hasil observasinya terhadap sisca, Bila ada perubahan
maka diberi pujian dan bila belum ada perubahan dimotivasi untuk terus
melakukan perubahan sesuai dengan kesepakatan ketika konseling
e. Bila Sisca sulit untuk diajak konseling maka sisca disilakan menuliskan
segala perasaan yang dialami atau disuruh menggambar dengan simbul
inti perasaannya
f. Bila sisca adalah anak yang terbuka dan dengan seijinnya ( nama diganti)
kasus sisca boleh dijadikan studi kasus dalam kelas akan sangat membantu
sisca mengerti perasaan dan pandangan orang lain dalam menghadapi
masalah hidup ( Disarankan bila sisca mau sisca yang membuat
skenarionya)
3. Memanggil Orang tua:
a. Memanggil orang tua dengan seijin dari sisca , agar orang tua tahu
perubahan yang terjadi pada anaknya akhir-akhir ini
b. Bila sisca tidak mengijinkan , maka hal itu harus disarankan pada orang
tua untuk lebih memberi perhatian dengan perubahan yang terjadi pada
anaknya
c. Ketika orang tua sudah mengetahui perubahan yang terjadi pada sisca
orang tua disarankan untuk konseling bersama konselor dan bila
memungkinkan dan sisca mau , bisa dijadikan ajang untuk membina
bersama antara sekolah, orang tua dan anak
4. Untuk Sekolah :
a. Perlu mengajarkan life skill untuk membekali anak dalam menghadapi
persoalan dalam hidup
LAPORAN KONSELING KASUS “SISCA”
PROGRAM PRAKTEK KONSELING
Pengajar
: Pendeta Julianto Simanuntak. M.Div, M.Si
Nama
: IVON
NIM : 0721913
KELAS: EMPATI
2010
Download