RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Salah satu faktor strategis yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah adalah faktor ketersediaan dan pengelolaan keuangan. Faktor keuangan daerah ini merupakan faktor signifikan yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. Kondisi kinerja keuangan ini akan sangat menentukan bagaimana kinerja penyelenggaraan urusan pemerintah pada masa yang akan datang. Berikut ini disajikan gambaran data pengelolaan keuangan Kabupaten Bekasi. 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Perkembangan kinerja keuangan pemerintah derah tidak terlepas dari regulasi pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam : (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 juncto Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu, neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi aset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPJMD Pemerintah Kabupaten Bekasi Tahun 20132017. 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi Untuk memperoleh gambaran kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi berikut ini akan diuraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah. Pendapatan meliputi III-1 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Setiap kelompok pendapatan tersebut dirinci kembali dalam jenis pendapatan. Kelompok PAD jenisnya meliputi Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Kelompok Dana Perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Lain-lain Pendapatan yang Sah meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Untuk mengetahui secara lebih rinci mengenai anggaran dan realisasi pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2011 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah No. Uraian 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbuhan 2012 (%) 1 1.1 1.1.1 1.1.2 PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak daerah 1.398.270.356.705,00 1.623.653.309.514,00 1.735.259.432.745,00 2.363.250.553.528,00 2.047.743.854.339,00 249.063.806.936,00 287.299.507.395,00 258.671.098.123,00 599.070.130.849,00 492.295.240.836,00 105.513.220.243,00 107.813.509.242,00 116.873.915.640,00 418.894.443.644,00 340.900.080.000,00 88.272.337.739,00 75.669.249.864,00 68.033.758.376,00 87.801.046.425,00 68.645.842.036,00 10.975.965.017,00 26.991.358.363,00 24.248.217.129,00 30.137.542.965,00 37.355.119.282,00 44.302.283.937,00 76.825.389.926,00 49.515.206.978,00 62.237.097.815,00 45.394.199.518,00 977.738.732.256,00 1.077.791.052.669,00 1.147.007.099.045,00 1.157.037.049.474,00 1.377.364.362.503,00 Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 444.267.767.256,00 431.116.094.669,00 526.520.943.045,00 421.208.461.474,00 371.110.175.503,00 (3,18) Dana alokasi umum 525.365.565.000,00 618.237.958.000,00 536.786.256.000,00 680.464.788.000,00 962.996.327.000,00 18,20 8.105.400.000,00 28.437.000.000,00 83.699.900.000,00 55.363.800.000,00 43.257.860.000,00 171.467.817.513,00 258.562.749.450,00 329.581.235.577,00 607.143.373.205,00 178.084.251.000,00 - - 2.999.965.000,00 3.999.965.000,00 - - - - - - 126.425.050.000,00 146.525.256.807,00 157.993.465.850,00 252.740.755.170,00 178.084.251.000,00 8.820.262.400,00 48.597.388.373,00 66.275.198.577,00 289.739.129.930,00 - 36.222.505.113,00 63.440.104.270,00 101.526.397.000,00 59.745.783.400,00 - - - 786.209.150,00 917.739.705,00 - Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3 Dana alokasi khusus Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah 1.3.2 Dana darurat 1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemda lainnya ***) Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemda lainnya Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi dan Pemda Lainnya 1.3.5 1.3.6 (4,28) 46,00 9,12 Dana Perimbangan 1.3.1 1.3.4 62,60 Retribusi daerah 1.1.3 11,46 29,79 9,14 97,36 22,95 13,54 181,13 (1,49) - Tahun 2008 s/d Tahun 2010 Kabupaten Bekasi III-2 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel di atas menunjukkan bahwa Dana Perimbangan tetap merupakan sumber pendanaan yang utama terhadap APBD Kabupaten Bekasi, dengan rata-rata realisasi pertumbuhan pendapatan mengalami kenaikan sebesar 9,14% per tahun selama lima tahun terakhir (2008-2012). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan fiskal pemerintah daerah Kabupaten Bekasi termasuk kategori cukup mampu. Namun demikian, khusus untuk 2 tahun terakhir (2011-2012), trend kontribusi PAD terhadap APBD relatif naik signifikan. Sedangkan dana perimbangan khususnya dana bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak mengalami penurunan, hal ini disebabkan keluarnya Undangundang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang selama ini merupakan komponen penerimaan pajak pemerintah Pusat dialihkan menjadi Pajak Daerah, dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah yang selama ini menjadi Pajak Provinsi menjadi Pajak Daerah Kabupaten, akan tetapi pertumbuhan pendapatan tetap belum mampu mengimbangi pertumbuhan kebutuhan belanja daerah. Dalam kurun waktu lima tahun ini, pencapaian realisasi pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan, dalam Hal ini terlihat dari kenaikan realisasi pendapatan daerah pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.166.169.585.730,44 atau 111,41 % dari target yang ditetapkan dan di Tahun 2011 meningkat menjadi sebesar Rp.2.047.743.854.339,00,-, dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 11,46%. Sedangkan apabila dihitung persentase realisasi peningkatan pendapatan Daerah Kabupaten dari tahun 2007 ke tahun 2012 terhadap target mencapai 99,81 %. Hal ini menggambarkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah efektif dalam melakukan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah. Selain itu, sumber-sumber potensi pendapatan daerah masih cukup banyak yang dapat digali dan dikembangkan sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah. Namun perlu dicatat bahwa pertumbuhan realisasi PAD menunjukkan disparitas tinggi yang berarti bahwa tingkat kepastiannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan karena belum optimalnya strategi dan kebijakan yang dijalankan, serta tingginya ketergantungan penerimaan daerah terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan Pemerintah Pusat. Hal ini dapat dimengerti karena pendapatan daerah utamanya diperoleh dari pajak daerah yang bersifat closed list dan pertumbuhannya memiliki keterbatasan (terbatasi oleh ketersediaan ruang dan sarana prasarana infrastruktur), sehingga rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, ke depan perlu segera dicari terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif. Untuk perbandingan antara target dengan realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu yang sama, dapat dilihat pada tabel berikut ini. III-3 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel 3.2 Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada APBD Kabupaten Bekasi 2008–2012 Tahun Target PAD Rasio Efektivitas Realisasi Pertumbuhan PAD Pertumbuhan 2008 180.210.510.155 2009 236.597.109.948 31,29 287.299.507.395 15,35 121,43 2010 243.005.087.400 2,71 258.671.098.123 9,96 106,45 2011 470.545.425.678 93,64 599.070.130.849 131,60 127,31 2012 492.295.240.836 4,62 - - Rata-rata Per Tahun 249.063.806.936 33,06 138,21 - 34,25 Tabel di atas menunjukkan bahwa kenaikan dengan rata-rata sebesar 34,25%. Selain itu, rata-rata realisasi pendapatan yang dicapai melampaui rata-rata target yang telah ditetapkan dengan rasio efektivitas PAD mencapai 106,45% sampai 138,21%. Hal ini dapat diinterpetasikan bahwa secara umum pendapatan Kabupaten Bekasi dapat terealisasi meskipun pada beberapa objek pendapatan belum mencapai target. Hal ini terkait dengan beberapa permasalahan antara lain : salah satu jenis pendapatan daerah yang bersumber dari kelompok Pendapatan Lain-Lain Yang Sah, yaitu Dana bagi hasil Cukai Hasil Tembakau, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 197/PMK.07/2009 tentang Dasar Pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kepada Provinsi Penghasil Cukai dan / atau Provinsi Penghasil Tembakau dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 66/PMK.07/2010 Tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2010 Kabupaten Bekasi, didukung oleh Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penggunaan dan Pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun 2010, Kabupaten Bekasi memperoleh dana bagi hasil cukai hasil tembakau sebesar Rp.10.035.323.807,- dan ditambah dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dari SILPA Tahun 2008 dan Tahun 2009 sebesar Rp.17.782.780.276,-. Dengan demikian, maka total anggaran untuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp. 27.818.104.083,- realisasi penyerapannya sebesar Rp.1.947.175.600,- atau hanya 7,00%, Hal ini dikarenakan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau bersifat Specific Grant atau penggunaannya telah diarahkan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 20/PMK.07/2009, sehingga Kabupaten Bekasi tidak dapat melaksanakan kegiatannya secara maksimal karena Kabupaten Bekasi bukan daerah penghasil tembakau. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan revisi dari UU No. 34 Tahun 2000, jenis pendapatan asli daerah terdapat beberapa perubahan, yaitu : jenis pajak daerah menjadi 8 jenis meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Sarang Burung Walet, Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Jenis retribusi yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan memungkinkan untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan. III-4 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas, peluang dan tantangan pengelolaan pendapatan daerah pada masa yang akan datang diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui : (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat berdasarkan potensi; dan (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Untuk itu dapat digariskan sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu : 1. Optimalisasi pengelolaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam upaya meningkatkan penerimaan PAD; 2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam upaya optimalisasi penerimaan Dana Perimbangan; 3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya dalam upaya meningkatkan penerimaan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Selain itu, secara operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah hingga tahun 2017 mendatang, prioritas kebijakan pendapatan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Menyiapkan revisi Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta implementasinya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan pelaksanaannya guna optimalisasi pendapatan daerah; 2. Menerapkan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk pengembangan sumber penerimaan lain, terutama dari potensi investasi daerah serta pelibatan sektor swasta dalam pembangunan daerah melalui kegiatan skema kerjasama pemerintah (Public Private Partnership) dan swasta maupun corporate social responsibility (CSR). Untuk itu sejumlah langkah yang akan dilakukan meliputi : a. Deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat berinvestasi di Kabupaten Bekasi; b. Kerjasama investasi antara Pemerintah Kabupaten Bekasi dengan pihak swasta atau dengan pihak pemerintah lainnya dengan perjanjian yang disepakati; c. Meningkatkan koordinasi program melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL); d. Program dan kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3.1.2. Neraca Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub rekening sampai level rincian obyek. Merujuk ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat III-5 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2007-2011 seperti terlihat pada Tabel 3.3 dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut: Tabel 3.3 Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Bekasi No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. ASET 1.1. ASET LANCAR 1.15 1.1.1. Kas 0.13 1.1.2. Piutang -0.25 1.1.3. Persediaan 28.61 1.2. ASET TETAP 25.00 1.2.1. Tanah 18.81 1.2.2. Peralatan dan mesin 23.66 1.2.3. Gedung dan bangunan 25.39 1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 1.2.5. Aset tetap lainnya 19.44 1.3. ASET LAINNYA 29.67 1.3.1. Tagihan penjualan angsuran 0.00 1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 0.12 1.3.3. Kemitraan dengan pihak kedua 31.34 1.3.4. Aset tak berwujud 25.00 JUMLAH ASET DAERAH 22.45 2. KEWAJIBAN 25.00 2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 25.00 2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 25.00 2.1.2. Uang muka dari kas daerah 25.00 2.1.3. Pendapatan diterima dimuka 0.13 3. EKUITAS DANA 0.13 3.1. EKUITAS DANA LANCAR 1.08 3.1.1. SILPA 0.09 3.1.2. Cadangan piutang -0.25 3.1.3. Cadangan persediaan 28.61 3.1.4. Pendapatan Yang Ditangguhkan 72.05 3.2. EKUITAS DANA INVESTASI 21.90 3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 21.16 3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 12.31 6.61 III-6 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 3.2.3. Diinvestasikan dalam aset lainnya 27.67 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 19.79 Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa selama kurun waktu 2007-2011, pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi mencapai 22,45%. Aset tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang semuanya dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintahan. Pertumbuhan rata-rata aset lancar mencapai 1,15%, meskipun piutang menurun sebesar 0,25 %. Hal ini disebabkan karena komponen aset lancar, yaitu kas dan persediaan, mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 0,13% dan 28,61%. Tingginya pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset pemerintah Kabupaten Bekasi berada pada kondisi cukup sehat. Kewajiban, baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang, memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Apabila dilihat dari data di atas, menunjukan bahwa adanya kenaikan kewajiban, dikarenakan rata-ratanya tumbuh sekitar 25%. Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi selama kurun waktu tersebut selalu dapat melaksanakan kewajiban finansial jangka pendek yang cukup tinggi. Ke depan persoalan ini perlu dikendalikan, karena kewajiban jangka pendek yang tinggi akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaran. 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Memahami dengan baik kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, akan memberikan arah kebijakan pengelolaan pada masa yang akan datang. Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu terkait proporsi penggunaan anggaran dan hasil analisis pembiayaan yang mencakup: 3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran Proporsi Penggunaan Anggaran dapat dilihat dari proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kondisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.4 Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 BELANJA DAERAH 2,1 Belanja Tidak Langsung Anggaran 556.028.810.242,40 742.159.968.076,00 1.087.626.197.324,00 1.064.217.301.371,00 1.277.623.982.243 Realisasi 457.099.215.824,00 636.850.639.835,00 914.512.468.230,00 953.507.338.323,00 1.097.331.201.848 82,21 85,81 84,08 89,60 85,88 Anggaran 402.090.837.156,00 585.164.969.000,00 743.184.764.350,00 790.672.377.200,00 948.089.924.460 Realisasi 355.546.511.557,00 505.872.975.293,00 612.218.721.138,00 735.080.171.878,00 871.060.030.397 88,42 86,45 82,38 92,97 91.88 Anggaran 22.375.100.000,00 107.241.139.000,00 122.660.791.770,00 123.484.818.000 Realisasi 21.828.136.442,00 98.974.293.692,00 100.803.372.645,00 90.856.300.750 % 2.1.1 Belanja Pegawai % 2.1.4 Belanja Hibah III-7 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 % 2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 2.1.7 2.1.8 82,18 73,58 90.779.256.100,00 67.858.211.000,00 159.259.061.000,00 63.159.320.000,00 87.625.280.000 Realisasi 73.650.848.267,00 62.032.737.750,00 140.772.071.300,00 54.612.305.000,00 62.685.547.000 81,13 91,42 88,39 86,47 71,54 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Anggaran 40.806.331.000,00 41.386.037.000,00 15.633.164.000,00 18.850.990.000,00 27.511.550.000 Realisasi 21.398.356.000,00 41.386.037.000,00 15.633.164.000,00 18.850.990.000,00 27.511.550.000 52,44 100,00 100,00 100,00 100,00 Belanja Bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Anggaran 3.403.108.000,00 3.729.755.000,00 46.187.673.000,00 47.944.013.200,00 50.686.239.700 Realisasi 1.055.325.000,00 1.655.000.000,00 44.922.773.000,00 43.810.546.700,00 45.136.239.701 31,01 44,37 97,26 91,38 89,05 Belanja Tidak Terduga Anggaran 18.949.277.986,40 21.645.896.076,00 16.120.395.974,00 10.929.809.201,00 40.226.170.083 Realisasi 5.448.175.000,00 4.075.753.350,00 1.991.445.100,00 349.952.100,00 61.534.000 28,75 18,83 12,35 1,67 0,15 1.432.106.965.726 % % % 2,2 92,29 Anggaran % 2.1.6 97,56 Belanja Langsung Anggaran 838.495.458.672,00 889.728.989.980,00 1.176.802.753.492,00 1.060.150.872.414,00 Realisasi 683.777.226.530,00 403.301.422.938,00 996.213.054.467,00 747.375.175.177,00 851.796.880.372 81,55 45,33 84,65 70,50 59,48 Anggaran 1.394.534.268.914,40 1.631.888.958.056,00 2.264.428.950.816,00 2.124.368.173.785,00 2.709.730.947.969 Realisasi 1.140.876.442.354,00 1.040.152.062.773,00 1.910.725.522.697,00 1.700.882.513.500,00 1.949.108.082.220 % Jumlah Belanja % 81,81 63,74 84,38 80,07 71,93 Dari data di atas, digambarkan bahwa realisasi Belanja Tidak Langsung pada tahun 2011 mencapai 85,89 %. Persentase ini meningkat dibandingkan tahun 2007 yang hanya terealisasi 82,21 %. Belanja hibah digunakan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dilakukan apabila pemerintah daerah telah memiliki kemampuan untuk menutupi belanja urusan wajib yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Sedangkan Bantuan sosial direncanakan untuk memberikan bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang diberikan tidak secara terus menerus/tidak berulang setiap tahunnya, selektif dan memiliki kejelasan penggunaannya. Begitu pula halnya dengan bantuan kepada organisasi profesi dan Parpol akan disesuaikan ketentuan perundangundangan. Realisasi Belanja Langsung pada tahun 2011 mencapai 59,48 %, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 81,55 %. Hal ini diantaranya dipengaruhi oleh adanya efisiensi belanja, anggaran tidak terserap karena keterbatasan waktu dan gagal lelang. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, realisasi belanja mengalami peningkatan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 realisasi belanja daerah adalah sebesar Rp. 1.949.108.082.220,- meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mencapai Rp. 1.140.876.442.354,-. Untuk memperoleh gambaran proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran dapat dilihat pada tabel berikut ini. III-8 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel 3.5 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bekasi No Uraian Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) (Rp) (a) (b) 1 Tahun anggaran (2010) 1.031.862.326.039,00 2.137.818.173.785,00 2 Tahun anggaran (2011) 1.228.042.105.381,00 2.710.123.529.969,00 3 Tahun anggaran (2012) 1.164.923.880.525,00 2.452.050.917.478,00 Prosentase (a) / (b) x 100% 48,27 45,31 47,51 Tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi total belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dibanding total pengeluaran masih dibawah 50% atau rata-rata 47,03%. Dengan kata lain, belanja ditambah pembiayaan pengeluaran masih lebih besar dibanding belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur. Selanjutnya, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2013-2017 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran IPM. Untuk itu, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pencapaian IPM guna memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur. Kebijakan belanja daerah tahun anggaran 2013-2017 dilakukan melalui pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, yaitu : 1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten Bekasi yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; 2. Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik, melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektifitas setiap program dan kegiatan; 3. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi OPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Bekasi; 4. Belanja dalam rangka peyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum; III-9 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 5. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari Volume Anggaran APBD tiap tahunnya; 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk keluarga miskin serta kesehatan ibu dan anak; 7. Pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan aktivitas perekonomian; 8. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bekasi, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur; 9. Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Mengalokasikan belanja pegawai, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat; c. Mengalokasikan belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya; d. Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup; e. Mengalokasikan belanja bagi hasil kepada pemerintah desa digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; f. Mengalokasikan belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa yang digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus. 3.2.2. Analisis Pembiayaan Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, realisasi Pembiayaan Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2011, realisasi penerimaan pembiayaan daerah sebesar Rp. 879.637.357.890,- atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp. 366.550.360.877,56. Secara rinci realisasi pembiayaan Kabupaten Bekasi tahun anggaran 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. III-10 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel 3.6 Target dan Realisasi Pembiayaan Kabupaten Bekasi Tahun Anggaran 2007-2011 No 1 Uraian PENERIMAAN PEMBIAYAAN Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Rencana 359.745.708.127 418.159.571.088 792.520.273.868 478.992.551.878 498.569.471.123 366.550.360.877 415.689.723.129 776.418.017.061 478.992.551.878 498.569.471.123 101,89 99,41 97,97 100,00 100,00 330.807.253.009 381.968.504.274 773.808.017.061 478.992.551.878 498.569.471.123 330.807.253.009 381.968.504.274 773.808.017.061 478.992.551.878 498.569.471.123 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 - - - - - Realisasi % 1,1 1,2 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA) Penerimaan piutang daerah Rencana Realisasi % Rencana 28.938455.118 36.191.066.814 Realisasi 35.752.622.868,65 18.712.256.807- 33.721.218.855 % 1,3 Penerimaan Kembali Investasi Daerah 123,55 93.18 - - - - - - - - - - - - - - - 2.610.000.000 - - 12.000.000.000 - 10.353.252.000 14.800.000.000 392.582.000,- 9.875.000.000 - 10.353.252.000 14.800.000.000 - Rencana Realisasi % 2. Pengeluaran Pembiayaan Rencana Realisasi % 82.29 2.1 Penyertaan Modal - 100 100 - Rencana - - - - - Realisasi - - - - - % - - PEMBIAYAAN NETTO 381.968.504.274 773.808.017.061 - - - 478.992.551.878 498.569.471.123 498.176.889.123 Tabel di atas menunjukan bahwa target penerimaan pembiayaan setiap tahunnya hampir selalu terpenuhi, yang terendah hanya tahun 2009 yakni 97,97% dari rencana atau target. Sedangkan untuk defisit riil anggaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.7. Defisit Riil Anggaran Kabupaten NO 1. Uraian 2010 2011 2012 (Rp) (Rp) (Rp) 1.735.259.432.745,00 2.363.250.553.528,00 2.047.743.854.339,00 1.700.882.513.500,00 2.323.239.730.761,00 2.420.015.374.563,00 14.800.000.000,00 392.527.000,00 32.035.542.915,00 19.576.919.245,00 39.618.295.767,00 (404.307.063.139,00) Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi realisasi: 2. Belanja Daerah 3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah Defisit riil III-11 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Dari Tabel tersebut, terlihat bahwa realisasi APBD Pemerintah Kabupaten Bekasi pada tahun 2010 mencapai surplus sekitar Rp. 19,57 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp. 39,62 milyar pada tahun 2011 dan mengalami defisit pada tahun 2012 sebesar Rp. 404,31 milyar. Adanya defisit riil anggaran pada tahun 2012 kiranya perlu dikaji dan ditelaah apa yang menjadi faktor penyebabnya. Apabila kondisi riel diketahui maka perlu diantisipasi dalam bentuk kebijakan pembiayaan pada masa yang akan datang. Untuk kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan diarahkan untuk meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SILPA), hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan, untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, pemerintah daerah akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna apabila akan melakukan pinjaman, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. III-12 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, berupa penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah. Untuk itu, kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi : 1. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk penyertaan modal BUMD; 2. Penyertaan modal manakala terjadi surplus anggaran; 3. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD. Untuk realisasi sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah, dengan kurun waktu pada tahun 2011-2012, gambarannya seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.8. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Pemerintah Kabupaten Bekasi Tahun 2010-2012 No. Uraian 2010 2011 Rp Rp % dari SiLPA 1. Jumlah SiLPA 2. Pelampauan penerimaan PAD 15.666.010.723 3,14 128.524.705.171 23,94 3. Pelampauan penerimaan dana perimbangan 82.787.255.045 16,60 31.344.671.971 5,84 4. Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya 5. 498.569.471.123 % dari SiLPA 6. Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7. Kegiatan lanjutan Berdasarkan tabel di atas (22.019.454.950) 422.135.660.305 (4,42) 84,67 536.925.671.250 (8.172.882.460) 383.193.633.653 2.035.542.915 terlihat bahwa pada tahun 2011 terdapat (1,52) 71,37 0,38 SiLPA sebesar Rp. 536.925.671.250,-. Komponen SiLPA ini yang terbesar adalah berasal dari sisa penghematan belanja atau akibat lainnya yakni sebesar Rp. 383.193.633.653,- atau 71,37% sedangkan yang terkecil adalah dari Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah minus 1,52%. Dari Tabel di atas terlihat bahwa selama 2 tahun terakhir (2010-2012), tahun 2010 dan 2011 didasarkan pada realisasi yang kemudian dialokasikan pada tahun berikutnya, sedangkan untuk tahun 2012 masih dalam perjalanan anggaran dan baru akan terlihat pada saat tahun anggaran III-13 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 berakhir, sebagai tahun rujukan yang dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah, adanya kecenderungan peningkatan SiLPA (Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) pada setiap tahunnya. Merujuk pada ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kondisi ini, sumber terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Dari uraian SIiLPA yang ada, dari 7 (tujuh) item terdapat ada 5 (lima) item yang berkontribusi terhadap bertambahnya penerimaan SILPA selama tahun 2010-2012, yakni dari : a. Pelampauan penerimaan PAD yang secara keseluruhannya jika dirata-ratakan mengalami kenaikan konstribusinya sebesar 13,54%. Namun jika diperbandingan terhadap kondisi SILPA tahun bersangkutan, pelampauan penerimaan PAD paling besar kontribusinya terjadi pada tahun anggaran 2011 yang mencapai 23,94%. Lonjakan ini disebabkan merupakan reaksi atas pemulihan kondisi ekonomi nasional terutama imbas investasi industri, yang berdampak pada penerimaan BPHTB; b. Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan pada SILPA mengalami kenaikan dengan ratarata kontribusinya sebesar 11,2 %, baik nilai konstribusi maupun proporsi tahunannya, terus mengalami penurunan. Penurunan ini dapat disimpulkan jika perencanaan alokasi dana perimbangan oleh pemerintah daerah yang dituangkan dalam RAPBD Tahun berkenaan semakin cermat dengan realisasi penetapannya oleh pemerintah pusat; c. Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah tidak terjadi, malah terjadi penurunan dengan rata-rata sebesar 2,97%; Jika dilihat nilai nominalnya, kontribusi penurunan terbesar terhadap SILPA diperoleh pada tahun anggaran 2010; d. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya dengan rata-rata konstribusinya sebesar 78,02%. Kondisi ini, merupakan fakta yang kurang relevan dengan pendekatan perencanaan pembangunan yang harus makin akurat dalam perencanaan alokasi kegiatan; e. Kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan hanya terjadi pada tahun 2011 dengan konstribusi sebesar 0,38%. 3.3. Kerangka Pendanaan Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan pengeluaran keuangan yang harus dilakukan pemerintah daerah, baik terkait dengan pembelanjaan pada katagori kewajiban maupun pengeluaraan pembiayaan. Pengeluaran keuangan pemerintah daerah sepenuhnya mengacu pada pedoman pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana ketentuan normatifnya telah disampaikan dalam uraian sebelumnya. 3.3.1. Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama Mengenai analisis belanja periodik yang wajib dan mengikat, serta pengeluaran periodik prioritas utama. Dalam bentuk tabel dapat disajikan di bawah ini : III-14 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel 3.9. Belanja Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bekasi 2010 2011 2012 (Rp) (Rp) (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) Belanja Tidak Langsung 857.467.380.400,00 1.026.287.714.160,00 1.034.869.191.619,00 10,26 539.610.627.000,00 629.040.741.000,00 732.503.056.000,00 16,51 224.725.834.200,00 280.244.701.460,00 169.666.152.300,00 (7,38) 4.380.000.000,00 4.380.000.000,00 4.518.300.000,00 1,58 21.955.916.000,00 34.424.482.000,00 39.403.366.619,00 35,63 5 Belanja Gaji dan Tunjangan Belanja Tambahan Penghasilan**) Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH Belanja pemungutan Pajak Daerah**) Belanja bagi hasil 18.850.990.000,00 27.511.550.000,00 38.225.067.000,00 42,44 6 Belanja Bantuan Keuangan 47.944.013.200,00 50.686.239.700,00 50.553.249.700,00 2,73 No A 1 2 3 4 Uraian Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tertinggi ada pada belanja bagi hasil, sedangkan yang terendah ada pada belanja tambahan penghasilan yang nilainya minus 7,38%. Sedangkan apabila dilihat dari proporsi belanja tidak langsung yang terbesar adalah belanja gaji dan tunjangan dan disusul dengan belanja tambahan penghasilan. Persoalan ini tipikal dengan persoalan pengelolaan APBD secara nasional, dimana memang porsi belanja untuk kebutuhan aparatur masih cukup besar dibanding dengan belanja langsung untuk publik dan pembangunan. 3.3.2. Penghitungan Kerangka Pendanaan Dalam bagian ini diuraikan sekurang-kurangnya mengenai penghitungan kerangka pendanaan dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dan rencana penggunaannya. Perhitungan kerangka pendanaan dapat dilihat dari kapasitas riil kemampuan keuangan daerah. III-15 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 Tabel 3.10 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Proyeksi No Uraian 1. Pendapatan 2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda) 3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran Total penerimaan Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 2.506.745.669.134 2.641.650.655.000 2.790.421.488.000 2.954.565.110.000 3.135.758.283.000 48.175.456.766 79.203.902.000 83.655.925.000 88.631.458.000 93.994.585.000 2.554.921.125.900 2.720.854.557.000 2.874.077.413.000 3.043.196.568.000 3.229.752.868.000 Dikurangi: 4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama 1.244.091.992.700 1.276.454.557.000 1.375.722.413.000 1.482.928.818.000 1.598.711.730.000 Kapasitas riil kemampuan keuangan 1.310.829.133.200 1.444.400.000.000 1.498.355.000.000 1.560.267.750.000 1.631.041.138.000 Dari tabel di atas, dapat diproyeksikan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi 5 tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 20122017, yaitu : 1. Proyeksi Tahun 2013 sebesar Rp. 1.310.829.133.200atau sebesar 51,31% dari total penerimaan; 2. Proyeksi Tahun 2014 sebesar Rp.1.444.400.000.000 atau sebesar 53,09 % dari total penerimaan; 3. Proyeksi Tahun 2015 sebesar Rp.1.498.355.000.000 atau sebesar 52,13 % dari total penerimaan; 4. Proyeksi Tahun 2016 sebesar Rp. 1.560.267.750.000 atau sebesar 51,27 % dari total penerimaan; 5. Proyeksi Tahun 2017 sebesar Rp.1.631.041.138.000 atau sebesar 50,50 % dari total penerimaan. Jumlah kapasitas riil kemampuan keuangan yang ada tersebut merupakan modal pemerintah derah dalam membiayai : a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, yakni berkaitan dengan tema atau program pembangunan daerah yang menjadi unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh persen) dan kesehatan sebesar 10 % (sepuluh persen). Selain itu program prioritas I berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Selain itu, prioritas I juga III-16 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, yakni berkaitan dengan program prioritas di tingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan serta paling berdampak luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu. Dalam hal ini antara lain untuk bidang perindustrian, perdagangan, pariwisata dan pertanian; c. Rencana alokasi pengeluaran prioritas III, yakni berkaitan dengan alokasi belanja-belanja tidak langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III baru akan dipenuhi setelah pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih dahulu. Melihat proyeksi kapasitas riil keuangan daerah yang terus mengecil pada tahun 2013, sedangkan proyeksi jumlah penerimaan terus meningkat, maka terdapat sejumlah pertimbangan alokasi belanja ke depan, yaitu sebagai berikut : 1. Perlu lebih selektif dalam memilah program dan kegiatan sesuai urutan prioritasnya; 2. Perlunya peningkatan keperansertaan sektor swasta dalam pendanaan pembangunan, baik melalui skenario kemitraan pemerintah dan sektor swasta (public private partnership) maupun potensi corporate social responsibility (CSR); d. Reorganisasi struktur organisasi pemerintah daerah yang semakin relevan dengan posisi dan kedudukan pemerintahan kabupaten yang lebih difokuskan pada penyelenggaraan urusan pemerintahan terutama dalam hal pelayanan dasar dan penyelenggaraan urusan yang merupukan unggulan daerah (perindustrian, perdagangan, pariwisata dan pertanian). Seiringdenganmeningkatnyakinerjapendapatan, realisasikapasitasriilkeuanganTahun 2014 dan 2015 berada di atasproyeksi Tabel 3.10, sehinggadapatdiproyeksikanpeningkatanpadatahun 2015, 2016 dan 2017 sebagaimanatabelberikut : Tabel 3.11 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2015-2017 APBD NO URAIAN PROYEKSI RPJMD 2014 (Perubahan) Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 (Rp) (RP) (Rp) (Rp) I PENDAPATAN 3.818.046.553.296 4.248.709.366.874 4.555.924.236.601 4.780.531.217.319 A Pendaatan Asli Daerah 1.290.412.792.982 1.259.740.666.120 1.361.569.213.755 1.458.502.435.131 Pajak Daerah 892.007.000.000 902.552.000.000 958.387.000.000 1.015.002.000.000 Retribusi Daerah 198.455.005.920 193.557.690.920 226.968.733.763 249.665.607.140 III-17 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017 APBD NO URAIAN Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 (Rp) 54.575.269.562 (RP) 53.930.975.200 (Rp) 65.256.479.992 (Rp) 71.782.127.991 145.375.517.500 109.700.000.000 110.957.000.000 122.052.700.000 Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak 1.716.941.472.268 2.008.727.637.487 2.212.640.236.819 2.318.243.769.261 410.011.694.268 640.623.862.487 280.673.216.539 287.690.046.953 Dana Alokasi Umum 1.195.757.868.000 1.256.103.775.000 1.781.967.020.280 1.870.553.722.308 Dana Alokasi Khusus 111.171.910.000 112.000.000.000 150.000.000.000 160.000.000.000 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 810.692.288.046 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah B C Hibah Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daeah Lainnya **) Dana Penyesuaian dan otonomi khusus ***) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya Dana bagi hasil retribusi dari provinsi 2014 (Perubahan) PROYEKSI RPJMD 980.241.063.267 981.714.786.027 1.003.785.012.927 652.950.000 - - - 488.535.515.691 480.282.903.267 481.648.749.902 493.689.968.649 251.707.803.000 348.905.710.000 348.905.710.000 348.905.710.000 68.466.000.000 150.000.000.000 150.000.000.000 160.000.000.000 1.330.019.355 1.052.450.000 1.160.326.125 1.189.334.278 II BELANJA 4.491.935.457.689 4.625.453.363.150 4.791.077.802.000 5.031.323.195.000 A Belanja Tidak Langsung 1.927.350.454.991 2.060.868.361.150 2.147.077.802.000 2.337.323.195.000 1 Belanja Pegawai 1.487.079.593.802 1.796.869.819.150 1.840.619.405.000 1.987.868.958.000 2 Belanja Hibah 109.804.400.000 400.000.000 - - 3 Belanja Bantuan Sosial 54.665.000.000 75.000.000.000 100.000.000.000 125.000.000.000 4 Belanja Bagi Hasil 128.214.611.000 108.406.470.000 119.247.117.000 131.171.829.000 5 Belanja Bantuan Keuangan 60.099.220.600 55.192.072.000 60.711.280.000 66.782.408.000 6 Belanja Tidak Terduga 87.487.629.589 25.000.000.000 26.500.000.000 26.500.000.000 Belanja Langsung BLUD 2.564.585.002.698 2.564.585.002.000 2.644.000.000.000 2.694.000.000.000 35.000.000.000 44.000.000.000 44.000.000.000 44.000.000.000 Program SKPD 2.529.585.002.698 2.520.585.002.000 2.600.000.000.000 2.650.000.000.000 Defisit/Surplus (673.888.904.393) (376.743.996.276) (235.153.565.399) (250.791.977.681) B III Pembiayaan 709.191.954.393 376.743.996.276 235.153.565.399 250.791.977.681 A Penerimaan Pembiayaan 709.191.954.393 376.743.996.276 235.153.565.399 250.791.977.681 B Pengeluaran Pembiayaan 35.303.050.000 - - - 673.888.904.393 376.743.996.276 235.153.565.399 250.791.977.681 Pembiayaan Netto Sumber : Hasil Pembahasan Pansus RPJMD Tahun 2012-2017 III-18 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a Kerangka Pendanaan