penyusunan rancangan akhir rpjpd kabupaten bekasi 2005-2025

advertisement
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
Salah satu faktor strategis yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan otonomi
daerah adalah faktor ketersediaan dan pengelolaan keuangan. Faktor keuangan daerah ini
merupakan faktor signifikan yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan
daerah terhadap penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan
asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati
kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang
melandasi pengelolaannya. Kondisi kinerja keuangan ini akan sangat menentukan bagaimana
kinerja penyelenggaraan urusan pemerintah pada masa yang akan datang. Berikut ini disajikan
gambaran data pengelolaan keuangan Kabupaten Bekasi.
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
Perkembangan kinerja keuangan pemerintah derah tidak terlepas dari regulasi pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana diatur dalam : (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor
13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 juncto Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait
dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan
APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung)
pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan yang sah. Sementara itu, neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari
kondisi aset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana
yang tersedia. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi sejak tahun 2008 hingga tahun 2012,
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RPJMD Pemerintah Kabupaten Bekasi Tahun 20132017.
3.1.1.
Kinerja Pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi
Untuk memperoleh gambaran kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Bekasi berikut ini akan
diuraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan,
pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi belanja daerah. Pendapatan meliputi
III-1 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, yang
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Setiap kelompok pendapatan tersebut dirinci kembali dalam jenis pendapatan. Kelompok
PAD jenisnya meliputi Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Kelompok Dana Perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus. Lain-lain Pendapatan yang Sah meliputi Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan
Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Untuk mengetahui secara lebih rinci
mengenai anggaran dan realisasi pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2011 dapat dilihat
pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1.
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
No.
Uraian
2008
2009
2010
2011
Rata-rata
Pertumbuhan
2012
(%)
1
1.1
1.1.1
1.1.2
PENDAPATAN
Pendapatan Asli
Daerah
Pajak daerah
1.398.270.356.705,00
1.623.653.309.514,00
1.735.259.432.745,00
2.363.250.553.528,00
2.047.743.854.339,00
249.063.806.936,00
287.299.507.395,00
258.671.098.123,00
599.070.130.849,00
492.295.240.836,00
105.513.220.243,00
107.813.509.242,00
116.873.915.640,00
418.894.443.644,00
340.900.080.000,00
88.272.337.739,00
75.669.249.864,00
68.033.758.376,00
87.801.046.425,00
68.645.842.036,00
10.975.965.017,00
26.991.358.363,00
24.248.217.129,00
30.137.542.965,00
37.355.119.282,00
44.302.283.937,00
76.825.389.926,00
49.515.206.978,00
62.237.097.815,00
45.394.199.518,00
977.738.732.256,00
1.077.791.052.669,00
1.147.007.099.045,00
1.157.037.049.474,00
1.377.364.362.503,00
Dana bagi hasil
pajak /bagi hasil
bukan pajak
444.267.767.256,00
431.116.094.669,00
526.520.943.045,00
421.208.461.474,00
371.110.175.503,00
(3,18)
Dana alokasi umum
525.365.565.000,00
618.237.958.000,00
536.786.256.000,00
680.464.788.000,00
962.996.327.000,00
18,20
8.105.400.000,00
28.437.000.000,00
83.699.900.000,00
55.363.800.000,00
43.257.860.000,00
171.467.817.513,00
258.562.749.450,00
329.581.235.577,00
607.143.373.205,00
178.084.251.000,00
-
-
2.999.965.000,00
3.999.965.000,00
-
-
-
-
-
-
126.425.050.000,00
146.525.256.807,00
157.993.465.850,00
252.740.755.170,00
178.084.251.000,00
8.820.262.400,00
48.597.388.373,00
66.275.198.577,00
289.739.129.930,00
-
36.222.505.113,00
63.440.104.270,00
101.526.397.000,00
59.745.783.400,00
-
-
-
786.209.150,00
917.739.705,00
-
Hasil pengelolaan
keuangan daerah
yang dipisahkan
1.1.4
Lain-lain PAD yang
sah
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
Dana alokasi
khusus
Lain-Lain
Pendapatan Daerah
yang Sah
Hibah
1.3.2
Dana darurat
1.3.3
Dana bagi hasil
pajak dari provinsi
dan Pemda lainnya
***)
Dana penyesuaian
dan otonomi
khusus****)
Bantuan keuangan
dari provinsi atau
Pemda lainnya
Dana Bagi Hasil
Retribusi dari
Provinsi dan Pemda
Lainnya
1.3.5
1.3.6
(4,28)
46,00
9,12
Dana Perimbangan
1.3.1
1.3.4
62,60
Retribusi daerah
1.1.3
11,46
29,79
9,14
97,36
22,95
13,54
181,13
(1,49)
-
Tahun 2008 s/d Tahun 2010
Kabupaten Bekasi
III-2 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel di atas menunjukkan bahwa Dana Perimbangan tetap merupakan sumber pendanaan
yang utama terhadap APBD Kabupaten Bekasi, dengan rata-rata realisasi pertumbuhan pendapatan
mengalami kenaikan sebesar 9,14% per tahun selama lima tahun terakhir (2008-2012). Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan fiskal pemerintah daerah Kabupaten Bekasi termasuk kategori
cukup mampu. Namun demikian, khusus untuk 2 tahun terakhir (2011-2012), trend kontribusi PAD
terhadap APBD relatif naik signifikan. Sedangkan dana perimbangan khususnya dana bagi hasil
pajak dan bagi hasil bukan pajak mengalami penurunan, hal ini disebabkan keluarnya Undangundang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang selama ini merupakan komponen penerimaan pajak
pemerintah Pusat dialihkan menjadi Pajak Daerah, dan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah yang
selama ini menjadi Pajak Provinsi menjadi Pajak Daerah Kabupaten, akan tetapi pertumbuhan
pendapatan tetap belum mampu mengimbangi pertumbuhan kebutuhan belanja daerah.
Dalam kurun waktu lima tahun ini, pencapaian realisasi pendapatan daerah Pemerintah
Kabupaten Bekasi telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan, dalam Hal ini terlihat dari
kenaikan realisasi pendapatan daerah pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.166.169.585.730,44 atau
111,41 % dari target yang ditetapkan dan di Tahun 2011 meningkat menjadi sebesar
Rp.2.047.743.854.339,00,-, dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 11,46%.
Sedangkan apabila dihitung persentase realisasi peningkatan pendapatan Daerah Kabupaten dari
tahun 2007 ke tahun 2012 terhadap target mencapai 99,81 %. Hal ini menggambarkan bahwa
Pemerintah Kabupaten Bekasi sudah efektif dalam melakukan penggalian sumber-sumber
pendapatan daerah. Selain itu, sumber-sumber potensi pendapatan daerah masih cukup banyak
yang dapat digali dan dikembangkan sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah.
Namun perlu dicatat bahwa pertumbuhan realisasi PAD menunjukkan disparitas tinggi yang
berarti bahwa tingkat kepastiannya masih rendah. Kondisi ini disebabkan karena belum optimalnya
strategi dan kebijakan yang dijalankan, serta tingginya ketergantungan penerimaan daerah
terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan Pemerintah Pusat. Hal ini dapat dimengerti karena
pendapatan daerah utamanya diperoleh dari pajak daerah yang bersifat closed list dan
pertumbuhannya memiliki keterbatasan (terbatasi oleh ketersediaan ruang dan sarana prasarana
infrastruktur), sehingga rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, ke depan
perlu segera dicari terobosan untuk mendapatkan sumber pendapatan lain yang prospektif.
Untuk perbandingan antara target dengan realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu
yang sama, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
III-3 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel 3.2
Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pada APBD Kabupaten Bekasi 2008–2012
Tahun
Target
PAD
Rasio Efektivitas
Realisasi
Pertumbuhan
PAD
Pertumbuhan
2008
180.210.510.155
2009
236.597.109.948
31,29
287.299.507.395
15,35
121,43
2010
243.005.087.400
2,71
258.671.098.123
9,96
106,45
2011
470.545.425.678
93,64
599.070.130.849
131,60
127,31
2012
492.295.240.836
4,62
-
-
Rata-rata Per Tahun
249.063.806.936
33,06
138,21
-
34,25
Tabel di atas menunjukkan bahwa kenaikan dengan rata-rata sebesar 34,25%. Selain itu,
rata-rata realisasi pendapatan yang dicapai melampaui rata-rata target yang telah ditetapkan
dengan rasio efektivitas PAD mencapai 106,45% sampai 138,21%. Hal ini dapat diinterpetasikan
bahwa secara umum pendapatan Kabupaten Bekasi dapat terealisasi meskipun pada beberapa
objek pendapatan belum mencapai target. Hal ini terkait dengan beberapa permasalahan antara
lain : salah satu jenis pendapatan daerah yang bersumber dari kelompok Pendapatan Lain-Lain
Yang Sah, yaitu Dana bagi hasil Cukai Hasil Tembakau, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor : 197/PMK.07/2009 tentang Dasar Pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kepada
Provinsi Penghasil Cukai dan / atau Provinsi Penghasil Tembakau dan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor : 66/PMK.07/2010 Tentang Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2010 Kabupaten Bekasi, didukung oleh Peraturan Gubernur
Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penggunaan dan Pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau Tahun 2010, Kabupaten Bekasi memperoleh dana bagi hasil cukai hasil tembakau
sebesar Rp.10.035.323.807,- dan ditambah dengan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dari
SILPA Tahun 2008 dan Tahun 2009 sebesar Rp.17.782.780.276,-. Dengan demikian, maka total
anggaran untuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp.
27.818.104.083,- realisasi penyerapannya sebesar Rp.1.947.175.600,- atau hanya 7,00%, Hal ini
dikarenakan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau bersifat Specific Grant atau penggunaannya telah
diarahkan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 20/PMK.07/2009, sehingga
Kabupaten Bekasi tidak dapat melaksanakan kegiatannya secara maksimal karena Kabupaten
Bekasi bukan daerah penghasil tembakau.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, yang merupakan revisi dari UU No. 34 Tahun 2000, jenis pendapatan asli
daerah terdapat beberapa perubahan, yaitu : jenis pajak daerah menjadi 8 jenis meliputi Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak Sarang
Burung Walet, Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Pemanfaatan Air
Bawah Tanah. Jenis retribusi yang telah dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan
memungkinkan untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan.
III-4 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan di atas, peluang dan tantangan pengelolaan
pendapatan daerah pada masa yang akan datang diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah
melalui : (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah;
(2) Peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3)
Peningkatan
intensitas
hubungan perimbangan keuangan pusat berdasarkan potensi; dan (4)
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Untuk itu dapat digariskan
sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu :
1. Optimalisasi pengelolaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam upaya
meningkatkan penerimaan PAD;
2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam upaya optimalisasi
penerimaan Dana Perimbangan;
3. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah lainnya dalam upaya meningkatkan penerimaan Lain-lain Pendapatan yang
Sah.
Selain itu, secara operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah hingga
tahun 2017 mendatang, prioritas kebijakan pendapatan daerah meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Menyiapkan revisi Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta implementasinya
sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan Peraturan pelaksanaannya guna optimalisasi pendapatan daerah;
2.
Menerapkan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk pengembangan
sumber penerimaan lain, terutama dari potensi investasi daerah serta pelibatan sektor swasta
dalam pembangunan daerah melalui kegiatan skema kerjasama pemerintah (Public Private
Partnership) dan swasta maupun corporate social responsibility (CSR). Untuk itu sejumlah
langkah yang akan dilakukan meliputi :
a. Deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat berinvestasi di Kabupaten
Bekasi;
b. Kerjasama investasi antara Pemerintah Kabupaten Bekasi dengan pihak swasta atau
dengan pihak pemerintah lainnya dengan perjanjian yang disepakati;
c. Meningkatkan koordinasi program melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL);
d. Program dan kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
3.1.2. Neraca Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah adalah neraca
yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi
masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan
berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset,
kewajiban, dan ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub
rekening sampai level rincian obyek.
Merujuk ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntasi Pemerintahan, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat
III-5 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak
hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja,
tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan
sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca
Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi selama kurun waktu 2007-2011 seperti terlihat pada Tabel 3.3
dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah
Kabupaten Bekasi
No.
Uraian
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
1.
ASET
1.1.
ASET LANCAR
1.15
1.1.1.
Kas
0.13
1.1.2.
Piutang
-0.25
1.1.3.
Persediaan
28.61
1.2.
ASET TETAP
25.00
1.2.1.
Tanah
18.81
1.2.2.
Peralatan dan mesin
23.66
1.2.3.
Gedung dan bangunan
25.39
1.2.4.
Jalan, irigasi, dan jaringan
1.2.5.
Aset tetap lainnya
19.44
1.3.
ASET LAINNYA
29.67
1.3.1.
Tagihan penjualan angsuran
0.00
1.3.2.
Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
0.12
1.3.3.
Kemitraan dengan pihak kedua
31.34
1.3.4.
Aset tak berwujud
25.00
JUMLAH ASET DAERAH
22.45
2.
KEWAJIBAN
25.00
2.1.
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
25.00
2.1.1.
Utang perhitungan pihak ketiga
25.00
2.1.2.
Uang muka dari kas daerah
25.00
2.1.3.
Pendapatan diterima dimuka
0.13
3.
EKUITAS DANA
0.13
3.1.
EKUITAS DANA LANCAR
1.08
3.1.1.
SILPA
0.09
3.1.2.
Cadangan piutang
-0.25
3.1.3.
Cadangan persediaan
28.61
3.1.4.
Pendapatan Yang Ditangguhkan
72.05
3.2.
EKUITAS DANA INVESTASI
21.90
3.2.1.
Diinvestasikan dalam aset tetap
21.16
3.2.2.
Diinvestasikan dalam aset lainnya
12.31
6.61
III-6 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
3.2.3.
Diinvestasikan dalam aset lainnya
27.67
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
19.79
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa selama kurun waktu 2007-2011,
pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi mencapai 22,45%. Aset
tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana mobilitas dan peralatan kantor yang
semuanya dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintahan.
Pertumbuhan rata-rata aset lancar mencapai 1,15%, meskipun piutang menurun sebesar 0,25 %. Hal ini disebabkan karena komponen aset lancar, yaitu kas dan persediaan, mengalami
kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar 0,13% dan 28,61%. Tingginya
pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset pemerintah Kabupaten Bekasi berada
pada kondisi cukup sehat.
Kewajiban, baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang, memberikan informasi tentang
utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas
pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Apabila dilihat dari data di atas,
menunjukan bahwa adanya kenaikan kewajiban, dikarenakan rata-ratanya tumbuh sekitar 25%.
Hal ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi selama kurun waktu tersebut
selalu dapat melaksanakan kewajiban finansial jangka pendek yang cukup tinggi. Ke depan
persoalan ini perlu dikendalikan, karena kewajiban jangka pendek yang tinggi akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan anggaran.
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Memahami dengan baik kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu, akan memberikan arah
kebijakan pengelolaan pada masa yang akan datang. Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran
kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu terkait proporsi penggunaan anggaran dan hasil analisis
pembiayaan yang mencakup:
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Proporsi Penggunaan Anggaran dapat dilihat dari proporsi belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Kondisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung
No
Uraian
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
BELANJA DAERAH
2,1
Belanja Tidak Langsung
Anggaran
556.028.810.242,40
742.159.968.076,00 1.087.626.197.324,00 1.064.217.301.371,00
1.277.623.982.243
Realisasi
457.099.215.824,00
636.850.639.835,00
914.512.468.230,00
953.507.338.323,00
1.097.331.201.848
82,21
85,81
84,08
89,60
85,88
Anggaran
402.090.837.156,00
585.164.969.000,00
743.184.764.350,00
790.672.377.200,00
948.089.924.460
Realisasi
355.546.511.557,00
505.872.975.293,00
612.218.721.138,00
735.080.171.878,00
871.060.030.397
88,42
86,45
82,38
92,97
91.88
Anggaran
22.375.100.000,00
107.241.139.000,00
122.660.791.770,00
123.484.818.000
Realisasi
21.828.136.442,00
98.974.293.692,00
100.803.372.645,00
90.856.300.750
%
2.1.1
Belanja Pegawai
%
2.1.4
Belanja Hibah
III-7 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
%
2.1.5
Belanja Bantuan Sosial
2.1.7
2.1.8
82,18
73,58
90.779.256.100,00
67.858.211.000,00
159.259.061.000,00
63.159.320.000,00
87.625.280.000
Realisasi
73.650.848.267,00
62.032.737.750,00
140.772.071.300,00
54.612.305.000,00
62.685.547.000
81,13
91,42
88,39
86,47
71,54
Belanja Bagi Hasil
kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Anggaran
40.806.331.000,00
41.386.037.000,00
15.633.164.000,00
18.850.990.000,00
27.511.550.000
Realisasi
21.398.356.000,00
41.386.037.000,00
15.633.164.000,00
18.850.990.000,00
27.511.550.000
52,44
100,00
100,00
100,00
100,00
Belanja Bantuan
keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Anggaran
3.403.108.000,00
3.729.755.000,00
46.187.673.000,00
47.944.013.200,00
50.686.239.700
Realisasi
1.055.325.000,00
1.655.000.000,00
44.922.773.000,00
43.810.546.700,00
45.136.239.701
31,01
44,37
97,26
91,38
89,05
Belanja Tidak Terduga
Anggaran
18.949.277.986,40
21.645.896.076,00
16.120.395.974,00
10.929.809.201,00
40.226.170.083
Realisasi
5.448.175.000,00
4.075.753.350,00
1.991.445.100,00
349.952.100,00
61.534.000
28,75
18,83
12,35
1,67
0,15
1.432.106.965.726
%
%
%
2,2
92,29
Anggaran
%
2.1.6
97,56
Belanja Langsung
Anggaran
838.495.458.672,00
889.728.989.980,00 1.176.802.753.492,00 1.060.150.872.414,00
Realisasi
683.777.226.530,00
403.301.422.938,00
996.213.054.467,00
747.375.175.177,00
851.796.880.372
81,55
45,33
84,65
70,50
59,48
Anggaran
1.394.534.268.914,40 1.631.888.958.056,00 2.264.428.950.816,00 2.124.368.173.785,00
2.709.730.947.969
Realisasi
1.140.876.442.354,00 1.040.152.062.773,00 1.910.725.522.697,00 1.700.882.513.500,00
1.949.108.082.220
%
Jumlah Belanja
%
81,81
63,74
84,38
80,07
71,93
Dari data di atas, digambarkan bahwa realisasi Belanja Tidak Langsung pada tahun
2011 mencapai 85,89 %. Persentase ini meningkat dibandingkan tahun 2007 yang hanya terealisasi
82,21 %. Belanja hibah digunakan untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat
dilakukan apabila pemerintah daerah telah memiliki kemampuan untuk menutupi belanja urusan
wajib yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Pemberian hibah dalam bentuk uang
atau dalam bentuk barang atau jasa dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah tertentu sepanjang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Sedangkan Bantuan sosial direncanakan untuk
memberikan bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang diberikan tidak secara terus menerus/tidak
berulang setiap tahunnya, selektif dan memiliki kejelasan penggunaannya. Begitu pula halnya
dengan bantuan kepada organisasi profesi dan Parpol akan disesuaikan ketentuan perundangundangan.
Realisasi Belanja Langsung pada tahun 2011 mencapai 59,48 %, mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 81,55 %. Hal ini diantaranya dipengaruhi oleh adanya
efisiensi belanja, anggaran tidak terserap karena keterbatasan waktu dan gagal lelang. Dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, realisasi belanja mengalami peningkatan yang cukup signifikan
tiap tahunnya. Pada tahun 2011 realisasi belanja daerah adalah sebesar
Rp.
1.949.108.082.220,- meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mencapai
Rp.
1.140.876.442.354,-.
Untuk memperoleh gambaran proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap
total pengeluaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
III-8 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel 3.5
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Bekasi
No
Uraian
Total belanja untuk
pemenuhan kebutuhan
aparatur
Total pengeluaran (Belanja +
Pembiayaan Pengeluaran)
(Rp)
(Rp)
(a)
(b)
1
Tahun anggaran (2010)
1.031.862.326.039,00
2.137.818.173.785,00
2
Tahun anggaran (2011)
1.228.042.105.381,00
2.710.123.529.969,00
3
Tahun anggaran (2012)
1.164.923.880.525,00
2.452.050.917.478,00
Prosentase
(a) / (b) x 100%
48,27
45,31
47,51
Tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi total belanja pemenuhan kebutuhan aparatur
dibanding total pengeluaran masih dibawah 50% atau rata-rata 47,03%. Dengan kata lain, belanja
ditambah pembiayaan pengeluaran masih lebih besar dibanding belanja untuk memenuhi
kebutuhan aparatur.
Selanjutnya, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah
disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input
yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
ke dalam program dan kegiatan.
Kebijakan belanja daerah tahun 2013-2017 diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran
IPM. Untuk itu, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pencapaian IPM
guna memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan infrastruktur. Kebijakan belanja
daerah tahun anggaran 2013-2017 dilakukan melalui
pengaturan pola pembelanjaan yang
proporsional, efisien dan efektif, yaitu :
1. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten
Bekasi
yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan perundang-undangan;
2. Efisiensi belanja dilakukan dengan mengoptimalkan belanja untuk kepentingan publik,
melaksanakan proper budgeting melalui analisis cost benefit dan tingkat efektifitas setiap
program dan kegiatan;
3. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi OPD dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang
menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten Bekasi;
4. Belanja dalam rangka peyelenggaraan urusan wajib diarahkan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah
yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum;
III-9 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
5. Pemenuhan dan pemanfaatan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari Volume
Anggaran APBD tiap tahunnya;
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan memperbaiki
fasilitas dan pengadaan untuk pelayanan dasar kesehatan terutama untuk keluarga miskin
serta kesehatan ibu dan anak;
7. Pemeliharaan dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengembangan aktivitas
perekonomian;
8. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja dengan
memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan kebijakan Pemerintah
Kabupaten Bekasi, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna
anggaran tetap terukur;
9. Kebijakan untuk belanja tidak langsung meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.
Mengalokasikan belanja pegawai, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan
lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk menganggarkan
pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat;
c.
Mengalokasikan belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah daerah, dan kelompok
masyarakat perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya;
d. Mengalokasikan belanja tidak terduga yang merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian
atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup;
e.
Mengalokasikan belanja
bagi hasil kepada pemerintah desa digunakan untuk
menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
f.
Mengalokasikan belanja bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa yang digunakan
untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus.
3.2.2. Analisis Pembiayaan
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, realisasi
Pembiayaan Kabupaten Bekasi
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat terlihat pada tahun 2011, realisasi
penerimaan pembiayaan daerah sebesar
Rp. 879.637.357.890,- atau mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp. 366.550.360.877,56. Secara rinci realisasi pembiayaan
Kabupaten Bekasi tahun anggaran 2007-2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
III-10 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel 3.6
Target dan Realisasi Pembiayaan Kabupaten Bekasi
Tahun Anggaran 2007-2011
No
1
Uraian
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Rencana
359.745.708.127
418.159.571.088
792.520.273.868
478.992.551.878
498.569.471.123
366.550.360.877
415.689.723.129
776.418.017.061
478.992.551.878
498.569.471.123
101,89
99,41
97,97
100,00
100,00
330.807.253.009
381.968.504.274
773.808.017.061
478.992.551.878
498.569.471.123
330.807.253.009
381.968.504.274
773.808.017.061
478.992.551.878
498.569.471.123
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
-
-
-
-
-
Realisasi
%
1,1
1,2
Sisa Lebih
Perhitungan
Anggaran
Tahun
Anggaran
sebelumnya
(SiLPA)
Penerimaan
piutang daerah
Rencana
Realisasi
%
Rencana
28.938455.118
36.191.066.814
Realisasi
35.752.622.868,65
18.712.256.807-
33.721.218.855
%
1,3
Penerimaan
Kembali
Investasi
Daerah
123,55
93.18
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.610.000.000
-
-
12.000.000.000
-
10.353.252.000
14.800.000.000
392.582.000,-
9.875.000.000
-
10.353.252.000
14.800.000.000
-
Rencana
Realisasi
%
2.
Pengeluaran
Pembiayaan
Rencana
Realisasi
%
82.29
2.1
Penyertaan
Modal
-
100
100
-
Rencana
-
-
-
-
-
Realisasi
-
-
-
-
-
%
-
-
PEMBIAYAAN
NETTO
381.968.504.274
773.808.017.061
-
-
-
478.992.551.878
498.569.471.123
498.176.889.123
Tabel di atas menunjukan bahwa target penerimaan pembiayaan setiap tahunnya hampir
selalu terpenuhi, yang terendah hanya tahun 2009 yakni 97,97% dari rencana atau target.
Sedangkan untuk defisit riil anggaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.7.
Defisit Riil Anggaran Kabupaten
NO
1.
Uraian
2010
2011
2012
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1.735.259.432.745,00
2.363.250.553.528,00
2.047.743.854.339,00
1.700.882.513.500,00
2.323.239.730.761,00
2.420.015.374.563,00
14.800.000.000,00
392.527.000,00
32.035.542.915,00
19.576.919.245,00
39.618.295.767,00
(404.307.063.139,00)
Realisasi Pendapatan Daerah
Dikurangi realisasi:
2.
Belanja Daerah
3.
Pengeluaran Pembiayaan
Daerah
Defisit riil
III-11 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Dari Tabel tersebut, terlihat bahwa realisasi APBD Pemerintah Kabupaten Bekasi pada
tahun 2010 mencapai surplus sekitar Rp. 19,57 milyar, kemudian meningkat menjadi Rp. 39,62
milyar pada tahun 2011 dan mengalami defisit pada tahun 2012 sebesar Rp. 404,31 milyar. Adanya
defisit riil anggaran pada tahun 2012 kiranya perlu dikaji dan ditelaah apa yang menjadi faktor
penyebabnya. Apabila kondisi riel diketahui maka perlu diantisipasi dalam bentuk kebijakan
pembiayaan pada masa yang akan datang.
Untuk kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan diarahkan untuk
meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran
sebelumnya (SILPA), hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Terkait dengan
pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang
memenuhi persyaratan, untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan
pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi
kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti
angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, pemerintah daerah akan terus
mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna
apabila akan melakukan pinjaman, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan
daerah.
III-12 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman
pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah.
Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang
menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima kembali
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
berupa penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah. Untuk itu, kebijakan pengeluaran
pembiayaannya meliputi :
1. Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk penyertaan modal BUMD;
2. Penyertaan modal manakala terjadi surplus anggaran;
3. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan
pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran
pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD.
Untuk realisasi sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah, dengan kurun waktu
pada tahun 2011-2012, gambarannya seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.8.
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
Pemerintah Kabupaten Bekasi Tahun 2010-2012
No.
Uraian
2010
2011
Rp
Rp
% dari
SiLPA
1.
Jumlah SiLPA
2.
Pelampauan penerimaan
PAD
15.666.010.723
3,14
128.524.705.171
23,94
3.
Pelampauan penerimaan
dana perimbangan
82.787.255.045
16,60
31.344.671.971
5,84
4.
Pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan
daerah yang sah
Sisa penghematan
belanja atau akibat
lainnya
5.
498.569.471.123
%
dari
SiLPA
6.
Kewajiban kepada pihak
ketiga sampai dengan
akhir tahun belum
terselesaikan
7.
Kegiatan lanjutan
Berdasarkan
tabel
di
atas
(22.019.454.950)
422.135.660.305
(4,42)
84,67
536.925.671.250
(8.172.882.460)
383.193.633.653
2.035.542.915
terlihat
bahwa
pada
tahun
2011
terdapat
(1,52)
71,37
0,38
SiLPA
sebesar
Rp. 536.925.671.250,-. Komponen SiLPA ini yang terbesar adalah berasal dari sisa penghematan
belanja atau akibat lainnya yakni sebesar Rp. 383.193.633.653,- atau 71,37% sedangkan yang
terkecil adalah dari Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah minus 1,52%.
Dari Tabel di atas terlihat bahwa selama 2 tahun terakhir (2010-2012), tahun 2010 dan 2011
didasarkan pada realisasi yang kemudian dialokasikan pada tahun berikutnya, sedangkan untuk
tahun 2012 masih dalam perjalanan anggaran dan baru akan terlihat pada saat tahun anggaran
III-13 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
berakhir, sebagai tahun rujukan yang dijadikan bahan laporan keuangan pemerintah daerah,
adanya kecenderungan peningkatan SiLPA (Sisa Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) pada setiap
tahunnya. Merujuk pada ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kondisi ini, sumber terjadinya SiLPA berasal
dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan
penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,
penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Dari uraian SIiLPA yang ada, dari 7 (tujuh) item terdapat ada 5 (lima) item yang
berkontribusi terhadap bertambahnya penerimaan SILPA selama tahun 2010-2012, yakni dari :
a. Pelampauan penerimaan PAD yang secara keseluruhannya jika dirata-ratakan mengalami
kenaikan konstribusinya sebesar 13,54%. Namun jika diperbandingan terhadap kondisi SILPA
tahun bersangkutan, pelampauan penerimaan PAD paling besar kontribusinya terjadi pada
tahun anggaran 2011 yang mencapai 23,94%. Lonjakan ini disebabkan merupakan reaksi atas
pemulihan kondisi ekonomi nasional terutama imbas investasi industri, yang berdampak pada
penerimaan BPHTB;
b. Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan pada SILPA mengalami kenaikan dengan ratarata kontribusinya sebesar 11,2 %, baik nilai konstribusi maupun proporsi tahunannya, terus
mengalami penurunan. Penurunan ini dapat disimpulkan jika perencanaan alokasi dana
perimbangan oleh pemerintah daerah yang dituangkan dalam RAPBD Tahun berkenaan
semakin cermat dengan realisasi penetapannya oleh pemerintah pusat;
c.
Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah tidak terjadi, malah terjadi
penurunan dengan rata-rata sebesar 2,97%; Jika dilihat nilai nominalnya, kontribusi penurunan
terbesar terhadap SILPA diperoleh pada tahun anggaran 2010;
d. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya dengan rata-rata konstribusinya sebesar
78,02%. Kondisi ini, merupakan fakta yang kurang relevan dengan pendekatan perencanaan
pembangunan yang harus makin akurat dalam perencanaan alokasi kegiatan;
e. Kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan hanya terjadi
pada tahun 2011 dengan konstribusi sebesar 0,38%.
3.3. Kerangka Pendanaan
Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan pengeluaran keuangan yang harus
dilakukan pemerintah daerah, baik terkait dengan pembelanjaan pada katagori kewajiban maupun
pengeluaraan pembiayaan. Pengeluaran keuangan pemerintah daerah sepenuhnya mengacu pada
pedoman pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana ketentuan normatifnya telah disampaikan
dalam uraian sebelumnya.
3.3.1.
Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama
Mengenai analisis belanja periodik yang wajib dan mengikat, serta pengeluaran periodik
prioritas utama. Dalam bentuk tabel dapat disajikan di bawah ini :
III-14 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel 3.9.
Belanja Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kabupaten Bekasi
2010
2011
2012
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
Belanja Tidak Langsung
857.467.380.400,00
1.026.287.714.160,00
1.034.869.191.619,00
10,26
539.610.627.000,00
629.040.741.000,00
732.503.056.000,00
16,51
224.725.834.200,00
280.244.701.460,00
169.666.152.300,00
(7,38)
4.380.000.000,00
4.380.000.000,00
4.518.300.000,00
1,58
21.955.916.000,00
34.424.482.000,00
39.403.366.619,00
35,63
5
Belanja Gaji dan Tunjangan
Belanja Tambahan
Penghasilan**)
Belanja Penerimaan Anggota
dan Pimpinan DPRD serta
Operasional KDH/WKDH
Belanja pemungutan Pajak
Daerah**)
Belanja bagi hasil
18.850.990.000,00
27.511.550.000,00
38.225.067.000,00
42,44
6
Belanja Bantuan Keuangan
47.944.013.200,00
50.686.239.700,00
50.553.249.700,00
2,73
No
A
1
2
3
4
Uraian
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tertinggi ada pada belanja bagi
hasil, sedangkan yang terendah ada pada belanja tambahan penghasilan yang nilainya minus
7,38%. Sedangkan apabila dilihat dari proporsi belanja tidak langsung yang terbesar adalah
belanja gaji dan tunjangan dan disusul dengan belanja tambahan penghasilan. Persoalan ini tipikal
dengan persoalan pengelolaan APBD secara nasional, dimana memang porsi belanja untuk
kebutuhan aparatur masih cukup besar dibanding dengan belanja langsung untuk publik dan
pembangunan.
3.3.2. Penghitungan Kerangka Pendanaan
Dalam bagian ini diuraikan sekurang-kurangnya mengenai penghitungan kerangka pendanaan
dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dan rencana
penggunaannya. Perhitungan kerangka pendanaan dapat dilihat dari kapasitas riil kemampuan
keuangan daerah.
III-15 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
Tabel 3.10
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
untuk Mendanai Pembangunan Daerah
Kabupaten Bekasi
Proyeksi
No
Uraian
1.
Pendapatan
2.
Pencairan dana cadangan
(sesuai Perda)
3.
Sisa Lebih Riil
Perhitungan Anggaran
Total penerimaan
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
2.506.745.669.134
2.641.650.655.000
2.790.421.488.000
2.954.565.110.000
3.135.758.283.000
48.175.456.766
79.203.902.000
83.655.925.000
88.631.458.000
93.994.585.000
2.554.921.125.900
2.720.854.557.000
2.874.077.413.000
3.043.196.568.000
3.229.752.868.000
Dikurangi:
4.
Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan yang Wajib
dan Mengikat serta
Prioritas Utama
1.244.091.992.700
1.276.454.557.000
1.375.722.413.000
1.482.928.818.000
1.598.711.730.000
Kapasitas riil kemampuan
keuangan
1.310.829.133.200
1.444.400.000.000
1.498.355.000.000
1.560.267.750.000
1.631.041.138.000
Dari tabel di atas, dapat diproyeksikan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah
Pemerintah Kabupaten Bekasi 5 tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 20122017, yaitu :
1. Proyeksi Tahun 2013 sebesar Rp. 1.310.829.133.200atau sebesar
51,31% dari total
penerimaan;
2. Proyeksi Tahun 2014 sebesar Rp.1.444.400.000.000 atau sebesar
53,09 % dari total
penerimaan;
3. Proyeksi Tahun 2015 sebesar
Rp.1.498.355.000.000 atau sebesar
52,13 % dari total
penerimaan;
4. Proyeksi Tahun 2016 sebesar Rp.
1.560.267.750.000 atau sebesar
51,27 % dari total
penerimaan;
5. Proyeksi Tahun 2017 sebesar Rp.1.631.041.138.000 atau sebesar
50,50 % dari total
penerimaan.
Jumlah kapasitas riil kemampuan keuangan yang ada tersebut merupakan modal
pemerintah derah dalam membiayai :
a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, yakni berkaitan dengan tema atau program
pembangunan daerah yang menjadi unggulan (dedicated) Kepala daerah sebagaimana
diamanatkan dalam RPJMN dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan
oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas bidang pendidikan 20% (duapuluh
persen) dan kesehatan sebesar 10 % (sepuluh persen). Selain itu program prioritas I
berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan
memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat
dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi/misi daerah. Selain itu, prioritas I juga
III-16 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, yakni berkaitan dengan program prioritas di tingkat
SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan serta paling berdampak luas pada
masing-masing
segementasi
masyarakat
yang
dilayani
sesuai
dengan
prioritas
dan
permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD
termasuk peningkatan kapasitas kelembagaan yang berhubungan dengan itu. Dalam hal ini
antara lain untuk bidang perindustrian, perdagangan, pariwisata dan pertanian;
c.
Rencana alokasi pengeluaran prioritas III, yakni berkaitan dengan alokasi belanja-belanja tidak
langsung seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi
kemasyarakatan,
belanja
bantuan
keuangan
kepada
provinsi/kabupaten/kota
dan
pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana pada prioritas III baru
akan dipenuhi setelah pemenuhan dana pada prioritas I dan II terlebih dahulu.
Melihat proyeksi kapasitas riil keuangan daerah yang terus mengecil pada tahun 2013,
sedangkan proyeksi jumlah penerimaan terus meningkat, maka terdapat sejumlah pertimbangan
alokasi belanja ke depan, yaitu sebagai berikut :
1. Perlu lebih selektif dalam memilah program dan kegiatan sesuai urutan prioritasnya;
2. Perlunya peningkatan keperansertaan sektor swasta dalam pendanaan pembangunan, baik
melalui skenario kemitraan pemerintah dan sektor swasta (public private partnership) maupun
potensi corporate social responsibility (CSR);
d. Reorganisasi struktur organisasi pemerintah daerah yang semakin relevan dengan posisi dan
kedudukan pemerintahan kabupaten yang lebih difokuskan pada penyelenggaraan urusan
pemerintahan terutama dalam hal pelayanan dasar dan penyelenggaraan urusan yang
merupukan unggulan daerah (perindustrian, perdagangan, pariwisata dan pertanian).
Seiringdenganmeningkatnyakinerjapendapatan, realisasikapasitasriilkeuanganTahun 2014 dan 2015
berada di atasproyeksi Tabel 3.10, sehinggadapatdiproyeksikanpeningkatanpadatahun 2015, 2016
dan 2017 sebagaimanatabelberikut :
Tabel 3.11
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
untuk Mendanai Pembangunan Daerah
Kabupaten Bekasi Tahun 2015-2017
APBD
NO
URAIAN
PROYEKSI RPJMD
2014 (Perubahan)
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
(Rp)
(RP)
(Rp)
(Rp)
I
PENDAPATAN
3.818.046.553.296
4.248.709.366.874
4.555.924.236.601
4.780.531.217.319
A
Pendaatan Asli Daerah
1.290.412.792.982
1.259.740.666.120
1.361.569.213.755
1.458.502.435.131
Pajak Daerah
892.007.000.000
902.552.000.000
958.387.000.000
1.015.002.000.000
Retribusi Daerah
198.455.005.920
193.557.690.920
226.968.733.763
249.665.607.140
III-17 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2012-2017
APBD
NO
URAIAN
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
(Rp)
54.575.269.562
(RP)
53.930.975.200
(Rp)
65.256.479.992
(Rp)
71.782.127.991
145.375.517.500
109.700.000.000
110.957.000.000
122.052.700.000
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak / bagi
hasil bukan pajak
1.716.941.472.268
2.008.727.637.487
2.212.640.236.819
2.318.243.769.261
410.011.694.268
640.623.862.487
280.673.216.539
287.690.046.953
Dana Alokasi Umum
1.195.757.868.000
1.256.103.775.000
1.781.967.020.280
1.870.553.722.308
Dana Alokasi Khusus
111.171.910.000
112.000.000.000
150.000.000.000
160.000.000.000
Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah
810.692.288.046
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
B
C
Hibah
Dana bagi hasil pajak dari
provinsi dan Pemerintah
Daeah Lainnya **)
Dana Penyesuaian dan
otonomi khusus ***)
Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau pemerintah
daerah lainnya
Dana bagi hasil retribusi dari
provinsi
2014 (Perubahan)
PROYEKSI RPJMD
980.241.063.267
981.714.786.027
1.003.785.012.927
652.950.000
-
-
-
488.535.515.691
480.282.903.267
481.648.749.902
493.689.968.649
251.707.803.000
348.905.710.000
348.905.710.000
348.905.710.000
68.466.000.000
150.000.000.000
150.000.000.000
160.000.000.000
1.330.019.355
1.052.450.000
1.160.326.125
1.189.334.278
II
BELANJA
4.491.935.457.689
4.625.453.363.150
4.791.077.802.000
5.031.323.195.000
A
Belanja Tidak Langsung
1.927.350.454.991
2.060.868.361.150
2.147.077.802.000
2.337.323.195.000
1
Belanja Pegawai
1.487.079.593.802
1.796.869.819.150
1.840.619.405.000
1.987.868.958.000
2
Belanja Hibah
109.804.400.000
400.000.000
-
-
3
Belanja Bantuan Sosial
54.665.000.000
75.000.000.000
100.000.000.000
125.000.000.000
4
Belanja Bagi Hasil
128.214.611.000
108.406.470.000
119.247.117.000
131.171.829.000
5
Belanja Bantuan Keuangan
60.099.220.600
55.192.072.000
60.711.280.000
66.782.408.000
6
Belanja Tidak Terduga
87.487.629.589
25.000.000.000
26.500.000.000
26.500.000.000
Belanja Langsung
BLUD
2.564.585.002.698
2.564.585.002.000
2.644.000.000.000
2.694.000.000.000
35.000.000.000
44.000.000.000
44.000.000.000
44.000.000.000
Program SKPD
2.529.585.002.698
2.520.585.002.000
2.600.000.000.000
2.650.000.000.000
Defisit/Surplus
(673.888.904.393)
(376.743.996.276)
(235.153.565.399)
(250.791.977.681)
B
III
Pembiayaan
709.191.954.393
376.743.996.276
235.153.565.399
250.791.977.681
A
Penerimaan Pembiayaan
709.191.954.393
376.743.996.276
235.153.565.399
250.791.977.681
B
Pengeluaran Pembiayaan
35.303.050.000
-
-
-
673.888.904.393
376.743.996.276
235.153.565.399
250.791.977.681
Pembiayaan Netto
Sumber : Hasil Pembahasan Pansus RPJMD Tahun 2012-2017
III-18 | B A B I I I - G a m b a r a n P e n g e l o l a a n K e u a n g a n D a e r a h s e r t a
Kerangka Pendanaan
Download