SELAMAT PASKAH 2012! Surat kepada para religius

advertisement
CONGREGAZIONE DELLA PASSIONE DI GESÙ CRISTO
P.ZA SS. GIOVANNI E PAOLO, 13
00184 ROMA – ITALIA
Tel. 06 772711;
fax 06 7008454
Il Superiore Generale
Prot. n. 2012.048
SELAMAT PASKAH 2012!
Surat kepada para religius Kongregasi
dan Keluarga Pasionis
Para religius sekongregasi dan Keluarga Besar Pasionis yang terkasih,
salamku untuk semua saja dalam nama Yesus yang, kita renungkan pada Minggu Palma,
memasuki lagi Yerusalem, menunggang keledai, sementara rakyat bersukacita menyambutnya
dengan ranting-ranting palma di tangan sambil menyanyikan pujian bagi Allah: Terpujilah Dia
yang datang dalam nama Tuhan” (Yoh. 12:13).
Injil yang kita baca mengatakan bahwa “pada saat itu para murid belum mengerti arti
peristiwa itu”, tetapi mereka akan memahaminya sesudah kebangkitan. Adalah sambutan yang
penuh sukacita yang akan memperjelas niat kaum Farisi untuk membunuhnya: “Lihatlah semua
mengikutiNya”.
Seperti para murid, kita tertegun pula atas kedatangan penuh kegemilangan yang tampak
berlebihan dan tak terpahami, karena akan membuka minggu yang kita sebut “suci”, namun sarat
dengan kesengsaraan dan kematian Yesus di atas salib.
Yesus sendiri memberikan kunci bagi kita untuk membaca semua yang terjadi: “Telah tiba
saat bagi Putra manusia untuk dimuliakan. Sungguh, Aku berkata kepadamu: jika biji gandum
tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap sendirian. Tetapi, jika mati, ia menghasilkan banyak buah”
(Yoh. 12:23-24).
Namun demikian, Yesus adalah manusia dan takut akan maut: “Sekarang hatiKu sangat
sedih, dan apa yang harus Kukatakan? ... Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tetapi untuk
itulah Aku telah datang. Bapa dimuliakanlah namaMu” (Yoh. 12:27).
Yesus sadar bahwa kematianNya akan merupakan kemuliaan Bapa. Inkarnasi Yesus akan
menjadi sempurna di atas salib, ketika Ia menanggung noda dosa semua manusia dan menerima
kematian sebagai akibatnya. Betapa sulit bagi kita mengerti bahwa maut bisa menjadi kemuliaan
bagi Allah yang adalah Hidup.
“Saat telah tiba”, kata Yesus kepada Filipus, Andreas dan kaum Yunani yang meminta
bertemu denganNya. Yesus bersedia menjadi biji gandum yang mati untuk mendatangkan buah
bagi umat manusia dan semua ciptaan. Yesus diutus Bapa sebagai Guru dan Anak Domba yang
dikurbankan demi keselamatan kita. Yang terjadi selama Minggu Suci merupakan sekolah
tertinggi Allah, pengajaran teragung Trinitas bagi kita untuk mengerti Allah, kehadiranNya dalam
dunia dan segala sesuatu yang Dia kehendaki dari kita.
Pada perayaan Jumat Agung, dalam salah satu jawaban yang diberikan kepada Pilatus,
Yesus lebih memperjelas alasan Inkarnasi dan SengsaraNya: Saya datang untuk ini dan karena
itulah Aku datang ke dalam dunia: memberikan kesaksian tentang kebenaran” (Yoh. 18:37).
Bagi Yesus, memberikan kesaksian tentang kebenaran berarti menebus umat manusia dan
menata ulang alam semesta seturut kehendak Bapa: “karya yang telah Kauserahkan kepadaKu
untuk dilakukan”.
Dengan mati di salib Yesus memberikan kesaksian teragung bagi kebenaran Allah yang
adalah Kasih dan memuliakanNya. Di atas salib Yesus adalah warta kasih Allah, “Kitab Hukum”
baru yang tidak dipahat pada loh batu seperti yang diberikan kepada Musa di atas gunung Sinai,
tetapi dipatrikan dalam dagingNya: “Aku memberikan perintah baru bagi kalian, kasihilah satu
sama lain seperti Aku telah mengasihi kamu sekalian ... tidak ada kasih yang lebih besar daripada
menyerahkan nyawa sendiri”.
Di atas salib Yesus menanggung semua dosa dunia dan dengan menjadikan diri hamba, Ia
menanggalkan semua kekuasaan, menyerahkan diri ke tangan manusia yang telah menolak,
menghukum mati dan menistaNya, sementara Ia sedang berada dalam sakrat maut di atas salib di
hadapan BundaNya. Selain ditinggalkan oleh para muridNya dan seluruh penduduk, Yesus
menerima juga rasa ditinggalkan Bapa ketika menyerukan ingatan dan doaNya sebagai Anak:
AllahKu, ya AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Daku” (Mat. 27:46).
Di atas salib pun Yesus melupakan diriNya sendiri, sedangkan Ia berlumur darah dan
panas terik menjadi malam pada jam tiga sore di seluruh muka bumi. Kasih adalah kebenaran dan
kemuliaan Bapa, dan Yesus tetaplah “guru” walau tersalib, menjadi pengantara juga bagi mereka
yang sedang menggiringnya menuju maut dengan cara yang begitu keji: Bapa ampunilah mereka
karena mereka tidak tahu apa yang dilakukan” (Luk. 23:34); “Hari ini kamu akan ada bersama
Aku di dalam firdaus” (Luk. 23:43) kata Yesus kepada salah seorang penyamun yang disalibkan
bersama dengan Dia; “Hai Ibu, inilah anakmu” katanya kepada Maria sambil menunjuk pada
Yohanes. Lalu, sambil berseru dengan suara lantang, Yesus menyerahkan rohNya ke dalam tangan
Bapa dengan penuh iman: “Semua sudah selesai”.
Namun sesudah tiga hari, seperti telah diramalkan, Yesus bangkit dan menampakkan diri
kepada para rasul di Yerusalem dan Galilea di tepi danau Genesaret; Ia meneguhkan mereka
dalam iman dan pelayanan serta mengutus mereka menjadi misionaris ke seluruh dunia.
Kita juga merupakan bagian dari tugas dan perutusan demikian. Iman kita bertumpu pada
Yesus, dalam kematian dan kebangkitanNya: sia-sialah iman kita, tulis rasul Paulus, jika Kristus
tidak bangkit. Tetapi Kristus, Paskah kita sungguh telah bangkit!
Kristus bangkit kita imani tanpa minta menyentuh dengan jari luka-luka bekas paku pada
tanganNya, seperti rasul Thomas maupun meletakkan tangan pada luka besar di lambungnya; kita
hanya ingin menyembahNya tanpa harus menyentuhNya seperti Maria Magdalena di dekat kubur
pada pagi hari kebangkitan: sikapnya merupakan iman murni penuh kasih.
Paulus dari Salib, Pendiri kita, berulang-ulang dalam surat-suratnya meminta untuk hidup
dalam iman murni penuh kasih.
Dan Paskah dengan solidaritas penuh Yesus yang diungkapkan di salib merupakan suatu
kesempatan yang tidak boleh berlalu. Kita hendak menjadi kemuliaan Bapa, memberikan
kesaksian tentang kebenaranNya yang adalah kasih entah dengan aneka pilihan pribadi maupun
komuniter dan Kongregasi secara menyeluruh. Kaum awam dari Keluarga pasionis dapat pula
memberikan kesaksian dengan beragam pilihan pribadi dalam hidup keluarga dan pekerjaan.
Kita sungguh yakin bahwa kebenaran Allah, yang dimuat dalam Kitab Suci dan diingat
ulang oleh para nabi serta pada Yesus, Sabda Allah yang berinkarnasi, menjadi ungkapan
tertingginya, masih tersemaikan dalam sejarah dunia. Tugas kita adalah memperdalam
pengetahuan dan kemampuan membacanya juga dalam tanda-tanda jaman. Allah hidup, hadir di
antara kita dan masih berbicara kepada kita.
Salam persaudaraan dan penghargaan atas pelayanan pastoral partikular bagi para Uskup
pasionis. Bagi semua komunitas dan seluruh Kongregasi saya ucapkan Selamat Paskah dengan
kesanggupan mengenal kehadiran Allah di antara kita dan mendengarkan sabdaNya. Keheningan
dan kesendirian, mengambil jarak dari dunia dan hidup doa, seperti diingatkan oleh Konstitusi,
dapat membantu kita untuk mengenal, mendengar dan merenungkan sabda dan kehadiranNya.
Salam dan ucapan selamat juga bagi para religius dan rubiah, para suster dan kaum awam
dalam Keluarga Pasionis yang sedang sakit dan menderita secara batin, berada dalam keraguan
atau depresi. Makam kosong Yesus yang bangkit mengundang kita pada keyakinan dan iman.
Salam hangat bagi kaum muda, harapan Kongregasi: Kristus bangkit dan kita juga bangkit
bersama Dia. Allelluia. Tataplah masa depan dengan keteguhan dalam panggilan. Kalian akan
terkejut mengalami bagaimana Dia berbicara sepanjang jalan formasi, tetapi kalian akan
mengenal Dia, seperti para murid di Emaus, hanya pada pemecahan roti sebelum malam tiba.
Saya ucapkan: SELAMAT PASKAH bagi semua saja juga atas nama Dewan Penasehat
Jendral dan para religius di komunitas Santo Yohanes dan Paulus. Semoga Kristus yang bangkit
menerangi hari-hari kita!
Rumah Retret St. Yohanes dan Paulus
Roma, 1 April 2012
Minggu Palma
P. Ottaviano D’Egidio
Superior Jendral cp
Download