hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai

advertisement
ISSN 2337-6686
ISSN-L 2338-3321
HUBUNGAN DAN PENGARUH ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA
DEPOSITO, NILAI INVESTASI (PMA) TERHADAP KURS DOLLAR
AMERIKA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER
TAHUN 1997
.
Susiati Purwaning Utami
STIE DR. Moechtar Thalib
E-mail: [email protected]
Abstraks:
Industri Perbankan Indonesia mengalami masa surut pada pertengahan tahun 1997 yang disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah
terhadap nilai Dollar Amerika Serikat yang diikuti pula oleh krisis kepercayaan masyarakat, antara lain ditandai dengan penarikan uang tunai
secara besar-besaran (rush). Hal ini berakibat pada semakin minimnya likuiditas yang dimiliki oleh bank-bank di Indonesia. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui: (1) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap nilai kurs dollar
Amerika sebelum krisis moneter (2) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) setelah krisis moneter.
Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Data yang diambil berasal dari laporan tahunan Bank Indonesia, tahun penelitian adalah periode
sebelum krisis moneter Oktober 1994 s/d Agustus 1997 dan setelah krisis moneter September 1997 s/d Juli 2000. Hasil analisis menunjukkan
bahwa: (1) terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap kurs US $ sebelum krisis
moneter (2) terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku bunga deposito, investasi (PMA) terhadap kurs US $ setelah krisis moneter.
Kata kunci: korelasi, regresi, kurs US $, suku bunga deposito, nilai investasi (PMA), krisis moneter.
Abstract: Indonesia's banking industry experienced a period of receding in mid-1997 which was caused by the depreciation of the value of
the rupiah against the Dollar value of the United States was followed by a crisis of public confidence, among others, marked by massive cash
withdrawals (rush). This resulted in a lack of liquidity that are owned by banks in Indonesia. The purpose of this research is to know the: (1)
the relationship and influence between the interest rates of deposits, the value of the investment (PMA) against the value of the American dollar
exchange rate before the monetary crisis (2) relationships and influence between the interest rates of deposits, the value of the investment (PMA)
after the monetary crisis. This research uses the associative method. Data derived from the annual reports of the Bank Indonesia, years of
research was a period before the monetary crisis of October 1994 until August 1997 and after the monetary crisis of September 1997 until July
2000. The results of the analysis show that (1) there was a significant positive relationship between the level of interest rates on deposits, the
value of the investment (PMA) against US $ exchange rate before the monetary crisis (2) there was a significant positive relationship between
the interest rates of deposits, investments (PMA) against US $ exchange rate after the monetary crisis.
Key words: correlation, regression, exchange rate, interest rate deposit, value investment, crisis monetary
PENDAHULUAN
Latar belakang penelitian ini adalah tentang Industri
Perbankan Indonesia yang mengalami masa surut pada
pertengahan tahun 1997 yang disebabkan oleh depresiasi
nilai rupiah terhadap Dollar Amerika yang diikuti juga
oleh krisis kepercayaan masyarakat yang ditandai dengan
penarikan uang tunai secara besar-besaran (rush) Kodisi
ini berakibat pada semakin minimnya likuiditas yang
dimiliki oleh bank-bank di Indonesia. Sehingga
manajemen Bank meningkatkan tingkat suku bunga untuk
menarik kembali dana yang telah berpindah ke tangan
masyarakat.
Kondisi dunia Perbankan tersebut sangat berlawanan
dengan keadaan pada awal tahun 90 an, dimana terjadi
“booming” terhadap bisnis perbankan di Indonesia, yaitu
banyak berdirinya bank-bank baru karena kemudahan
Jurnal Ilmiah WIDYA
dalam syarat untuk mendirikan usaha bank oleh
pemerintah. Misalnya melalui paket kebijaksanaan Pakto
88 dimana dapat mendirikan Bank hanya dengan modal
sebesar Rp 50 miliar.. Kemunculan bank-bank tersebut
berdampak pada jumlah uang yang beredar dalam bentuk
kredit-kredit yang meningkat ke berbagai sektor, baik
sektor industri manufaktur maupun sektor komersiil.
Dampak penyaluran kredit tersebut mengakibatkan usaha
pihak bank untuk menarik dana pihak ketiga sebagai
sumber dananya meningkat pesat. Hal itu dapat dilihat
dari semakin gencarnya pihak bank dalam melakukan
promosi untuk meningkatkan sumber dananya melalui
tabungan, giro dan deposito.
Persaingan antar bank khususnya dalam tingkat suku
bunga sangat ketat dan gencar dilakukan oleh pelaku
bisnis perbankan. Tingkat suku bunga yang ditawarkan
147
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Susiati Purwaning Utami, 147 - 151
Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap
Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997
oleh bank sangat kompetitif sehingga para nasabah
mempunyai banyak pilihan dalam menentukan bank yang
menjadi tujuan tempat penyimpanan dananya. Kondisi
ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun 1997, dan
pada bulan Juli 1997, perekonomian Indonesia terpuruk
akibat dari imbas krisis moneter yang terjadi hampir di
seluruh negara-negara Asia.
Krisis moneter yang terjadi diakibatkan melemahnya
nilai mata uang rupiah terhadap nilai mata uang dollar
pada saat pemerintah menerapkan manage floating,
kemudian baru diubah menjadi kebijakan kurs
mengambang (floating rate policy) dimana perubahan
tersebut berdampak pula kepada bisnis perbankan di
Indonesia.
Melemahnya nilai rupiah menyebabkan pihak
perbankan melakukan antisipasi dengan cara menetapkan
tingkat suku bunga yang fluktuatif yang dipengaruhi oleh
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Otoritas moneter Bank
Indonesia sebagai bank sentral menerapkan tingkat suku
bunga SBI yang fluktuatif dalam rangka untuk
menstabilkan nilai rupiah dan melakukan penjaminan
terhadap dana pihak ketiga. Alasan melakukan penjaminan
adalah rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
bank, bukan karena pengaruh exchange rate. Bank Sentral
sebagai pengatur kebijakan moneter, lebih banyak
mengandalkan SBI sebagai instrumen penstabil nilai
rupiah. SBI digunakan untuk menyerap dana masyarakat
untuk menghindari perilaku spekulatif dan
ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah. Sedangkan
suku bunga deposito dipengaruhi juga oleh besarnya rate
SBI. Selain itu pihak bank sentral dan lembaga terkait
melakukan likuidasi terhadap bank -bank yang dianggap
tidak sehat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) hubungan
dan pengaruh antara tingkat suku bunga deposito, investasi
(PMA) terhadap kurs dollar Amerika sebelum krisis
moneter, (2) hubungan dan pengaruh antara tingkat suku
bunga deposito, nilai investasi (PMA) setelah krisis
moneter. Kurs yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kurs dollar Amerika Serikat pada akhir bulan Juli 1997.
Sedangkan tingkat suku bunga yang digunakan adalah
Jurnal Ilmiah WIDYA
tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan dari
bank-bank pemerintah. Untuk investasi menggunakan
data yang berasal dari rencana penanaman modal asing
yang disetujui pemerintah menurut sektor, dari bulan
Oktober 1994 sampai dengan Agustus 1997 sebelum
krisis moneter, September 1997 sampai dengan Juli 2000
setelah krisis moneter.
Penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
keterkaitan antara dua variabel yaitu variabel independen;
Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA)) sedangkan
variabel dependen adalah Kurs Dollar Amerika dengan
Konstalasi antar variabel-variabel sebagai berikut:
X1
Suku Bunga
Deposito
Y
Kurs Dollar
Amerika
X2
Nilai Investasi
(PMA)
PEMBAHASAN
Krisis Moneter
Krisis Moneter adalah menurunnya perekonomian
yang disebabkan oleh hancurnya suatu sistem
pemerintahan yang berdampak besar terhadap suatu
Negara. Indonesia sebagai negara berkembang, sudah
sering mengalami krisis moneter di beberapa fase
pemerintahan Krisis moneter yang paling parah terjadi
pada pertengahan tahun 1997. Berawal dari melemahnya
nilai tukar mata uang Thailand Baht terhadap Dollar AS,
dimana pada tanggal 14 dan 15 Mei 1997, mengalami
goncangan akibat para investor asing mengambil keputusan
jual karena tidak percaya lagi terhadap prospek
perekonomian dan ketidakstabilan politik negara Thailand.
Pada tanggal 2 Juli 1997, bank sentral Thailand
mengumumkan bahwa nilai tukar Bath dibebaskan dari
ikatan Dollar AS dan meminta bantuan IMF (International
Monetary Fund) yang menyebabkan nilai Bath
terdepresiasi hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20
Bath per Dollar AS. Nilai Dollar menguat, yang kemudian
148
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Susiati Purwaning Utami, 147 - 151
Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap
Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997
berimbas pada nilai Rupiah Indonesia.
Sebenarnya krisis yang terjadi di Indonesia bukan
hanya karena dipicu oleh melemahnya nilai mata uang
Thailand bath terhadap dollar AS saja, tetapi juga
disebabkan oleh sistem ekonomi yang dijalankan oleh
pemerintah pada saat itu. Sebelumnya krisis yang terjadi
di negara-negara Asia seperti Thailand, Korea Selatan
dan Indonesia sudah dapat diramalkan walaupun waktunya
tidak dapat dipastikan. Hal ini terlihat dari defisit neraca
yang terlalu besar dan terus meningkat pada setiap
tahunnya. Selama pemerintahan Presiden Soeharto (Orde
Baru), Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang
mengesankan, dengan kembali membaiknya hubungan
politik dengan negara-negara Barat dan adanya
kesungguhan pemerintah untuk melakukan rekonstruksi
dan pembangunan ekonomi, maka arus modal mulai
masuk kembali ke Indonesia. Namun di samping
kelebihan-kelebihan tersebut, terdapat kekurangan. Melalui
kebijakan-kebijakannya Indonesia memang mengalami
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, namun dengan
biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang
rapuh. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia mengalami
krisis ekonomi yang diawali dengan krisis pertukaran
mata uang terhadap Dollar AS. Kecenderungan
melemahnya mata uang Rupiah semakin serius ketika
terjadinya aksi mahasiswa pada tanggal 12 Mei 1998
yang dikenal dengan Tragedi Trisakti.
untuk menabung semakin berkurang., (Nopirin ,2000:90)
Investasi; adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan
dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai
dan atau memberikan hasil (return) yang positif, (Sentanoe
Kartonegoro,2007:98). Investasi yaitu sebuah komitmen
atas sumber daya atau dana lainnya yang ada pada saat
sekarang, yang mempunyai tujuan dapat mendatangkan
sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang, ( Haming
dan Basalamah ,2009:87) ,
Kurs (Exchange Rate); adalah nilai satu mata uang
relatif terhadap mata uang lainnya Misal kurs rupiah
terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang
diperlukan untuk ditukarkan dengan satu Dollar Amerika,
(Syamsurizal Tan,2008:62).
Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap
keseluruhan variabel (suku bunga deposito, PMA) terhadap
kurs US $ dihasilkan uji statistik sebagai berikut ini:
1. Sebelum Krisis Moneter
Analisis Koefisien Korelasi
a. Korelasi antaraVariabel Bunga Deposito (X1) dan
Kurs rupiah terhadap US $ (Y) sebelum krisis moneter
Nilai koefisien korelasi antar variabel yang diteliti seperti
terlihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Nilai Koefisien Korelasi Pearson
Kurs US $
Kurs US $
Bunga Deposito
PMA
Suku Bunga, Tingkat Suku Bunga, Investasi, Kurs
Suku bunga; adalah harga dari pinjaman. Suku bunga
dinyatakan sebagai presentase uang pokok per unit waktu.
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada
kreditur, (Sunariyah ,2004:80),
Tingkat Suku Bunga; semakin tinggi tingkat suku bunga
semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung. Artinya, pada tingkat suku bunga yang lebih
tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk
mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi
guna menambah tabungan. Begitu pula sebaliknya, apabila
makin rendah tingkat suku bunga keinginan masyarakat
Jurnal Ilmiah WIDYA
Bunga
Deposito PMA
1.000
0.744
0.051
0.744
1.000
0.296
0.051
0.296
1.000
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terdapat korelasi
dan hubungan positif yang kuat antara variabel bunga
deposito (X1) terhadap kurs US $ (Y) yaitu sebesar 0,744
. Korelasi ini mendekati + 1 dan bersifat searah, artinya
kenaikan / penurunan nilai bunga deposito terjadi bersamasama dengan kenaikan / penurunan kurs rupiah terhadap
US $.
Nilai koefisien determinasi dari model regresi tersebut
adalah (r2 x 100 = (0,744)2 x 100% = 0,5535 atau 55,35%
artinya variasi perubahan nilai rupiah terhadap kurs US
$ dapat dijelaskan oleh bunga deposito, sedangkan sisanya
149
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Susiati Purwaning Utami, 147 - 151
Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap
Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997
44,65% dijelaskan oleh faktor–faktor di luar variabel
bunga deposito (X1).
Pada Gambar 1 terlihat nilai thitung sebesar 6,694
sedangkan ttabel sebesar 1,310 dengan demikian thitung >
ttabel, maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga variabel
bunga deposito memiliki keterkaitan nyata terhadap
peningkatan kurs rupiah / US $.
b. Korelasi antara Variabel PMA (X2) dan Kurs
Rupiah terhadap US $ (Y) Sebelum Krisis Moneter
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terdapat korelasi positif
sangat lemah antara variabel PMA (X2) dan nilai kurs US
$ (Y), yaitu sebesar 0,051. Korelasi ini masih jauh dari
+1 walau bersifat searah, artinya kenaikan / penurunan
variabel PMA walaupun sangat lemah namun memiliki
hubungan peningkatan / penurunan kurs rupiah terhadap
US $.
Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas
2
r x 100% = (0,051)2 x 100% = 0,0026 atau 0,26% artinya
variasi perubahan nilai kurs rupiah / US $ dapat dijelaskan
oleh PMA, sedangkan sisanya 0,9974 atau 99,74%
dijelaskan oleh faktor – faktor di luar variabel PMA (X2).
PMA (X2) terhadap US $ (Y)
Menunjukkan nilai thitung sebesar 2,932 sedangkan
ttabel sebesar 1,310 dengan demikian thiutng > ttabel maka (Ho)
ditolak dan (Ha) diterima sehingga PMA (X2) memiliki
keterkaitan nyata terhadap peningkatan kurs Rp / US $.
c. Analisis of Variance (Anova)
Hasil pengujian terhadap ketiga variabel secara
bersama–sama dengan nilai Fhitung 22, 647 sedangkan Ftabel
2,89 dengan demikian Fhitung > Ftabel , maka (Ho) ditolak
dan (Ha) diterima dengan taraf signifikansi 0,000 sehingga
hasil pengujian anova (dua arah) memperlihatkan bahwa
kurs Rp / US $ berpengaruh terhadap fluktuasi bunga
deposito dan PMA secara bersama–sama atau serentak
(atau sebaliknya).
Analisis Regresi Linier
a. Model Regresi Linear Berganda dan Interpretasi
^ 7,811 + 2,189 x + 1,047 x
Y=
1
2
Nilai konstanta (a) sebesar 7,811 atau sebesar 7,8
menunjukkan nilai kurs rupiah terhadap US $ sebelum
krisis moneter sebesar 7,8 tanpa dipengaruhi oleh faktorfaktor lain. Nilai koefisien b1 (bunga deposito) sebesar
2,189 artinya bila bunga deposito (X1) naik sebesar 1 poin
dengan asumsi PMA tetap, maka kurs US $ terhadap
rupiah akan mengalami peningkatan sebesar 2,189 poin.
Nilai koefisien b2 (PMA) sebesar 1,047 artinya bila
PMA (X2) naik 1 poin dengan asumsi bunga deposito
tetap, maka kurs US $ terhadap Rupiah akan meningkat
sebesar 1,047 poin.
b. Uji Hipotesis Individu
Bunga Deposito (X1) terhadap US $ (Y)
2. Setelah Krisis Moneter
Analisis Koefisien Korelasi
a. Korelasi antara Variabel Bunga Deposito (X1) dan
Kurs US $ (Y), setelah Krisis Moneter
Nilai koefisien korelasi Pearson seperti terlihat pada
Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Nilai Koefisien Korelasi Pearson
Kurs US $
Kurs US $
Bunga Deposito
PMA
Bunga
Deposito
PMA
1.000
0.378
0.108
0.378
1.000
0.045
0.108
0.045
1.000
Berdasarkan Tabel 2 tersebut, koefisien korelasi
antara bunga deposito (X1) dan kurs US $ (Y) adalah
sebesar 0,378 positif, korelasi antara kedua variabel
tersebut lemah, karena lebih mendekati 0 daripada +1,
dan bersifat searah, artinya kenaikan / penurunan variabel
deposito terjadi bersama – sama dengan kenaikan /
penurunan nilai kurs US $.
Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas
Gambar 1. Uji Koefisien Regresi secara Parsial
Jurnal Ilmiah WIDYA
150
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Susiati Purwaning Utami, 147 - 151
Hubungan dan Pengaruh antara Tingkat Suku Bunga Deposito, Nilai Investasi (PMA) terhadap
Kurs Dollar Amerika Sebelum dan Setelah Krisis Moneter Tahun 1997
adalah r2 x 100 = (0,378)2 x 100% = 0,1428 atau sebesar
14,28% artinya variasi perubahan nilai kurs rupiah terhadap
US $ dapat dijelaskan oleh bunga deposito (X1), sedangkan
sisanya 85,72% dijelaskan oleh faktor – faktor lain diluar
variabel bunga deposito.
demikian thitung> ttabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima
sehingga X1 memiliki pengaruh terhadap variabel Y,
artinya variabel bunga deposito (X1) memiliki keterkaitan
nyata terhadap peningkatan kurs Rp / US $.
PMA (X2) terhadap kurs US $ (Y) menujukkan nilai
thitung 5,435 sedangkan ttabel 1,310 dengan demikian thitung>
ttabel maka (Ho) ditolak dan (Ha) diterima sehingga variabel
PMA (X2) memiliki pengaruh terhadap variabel Y, artinya
variabel PMA (X2) memiliki keterkaitan nyata terhadap
peningkatan penguatan kurs Rp / US$.
b. Korelasi antara Variabel PMA (X2) dan Kurs US
$ (Y), setelah Krisis Moneter
Koefisien korelasi antara PMA dan kurs US $ (Y)
sebesar 0,108 dengan demikian hubungan antara kedua
variabel positif sangat lemah, namun searah, bila variabel
PMA naik maka kurs US$ akan naik.
Nilai koefisien determinasi dari model regresi diatas
adalah r2 x 100% = 0,108% x 100% = 0,01166 atau 1,16%
saja variasi perubahan nilai kurs Rp / US$ yang dapat
dijelaskan oleh PMA, sedangkan sisanya 0,9883 atau
98,83% dijelaskan oleh faktor – faktor di luar variabel
PMA.
c. Analisis of Variance (Anova)
Hasil pengujian terhadap ketiga variabel secara
bersama –sama dengan nilai Fhitung 4,687 sedangkan Ftabel
2,89 dengan demikian Fhitung> Ftabel maka (Ho) ditolak dan
(Ha) diterima dengan tariff signifikan 0,043 < 0,10
sehingga hasil pengujian anova (dua arah) memperlihatkan
bahwa kurs Rp / US $ berpengaruh terhadap fluktuasi
bunga deposito dan PMA secara bersama -sama atau
serentak atau sebaliknya.
Analisis Regresi Linier Berganda
a. Model Regresi Linear Berganda dan Interpretasi
^ 9,519 + 0,686 x + 1,087x
Y=
1
2
Nilai konstanta (a) sebesar 9,519 menunjukkan
bahwa nilai kurs rupiah terhadap kurs US $ sejak krisis
moneter 1997 sebesar 9,519 tanpa dipengaruhi oleh faktor
- faktor lain.
Nilai koefisien (b1) sebesar 0,686 artinya bila bunga
deposito (X1) naik sebesar 1 poindengan asumsi PMA
tetap. menyebabkan nilai kurs kurs US$ terhadap rupiah
akan naik sebesar 0,686 poin.
Nilai koefisien (b2) sebesar 1,087 artinya bila PMA
(X2) naik sebesar 1 poin dengan asumsi bunga deposito
tetap menyebabkan nilai kurs US $ terhadap rupiah akan
meningkat sebesar 1,087 poin.
b. Uji Hipotesis Individu
PENUTUP
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat
suku bunga deposito, nilai investasi (PMA) terhadap kurs
US $ sebelum krisis moneter.
2. terdapat hubungan positif signifikan antara tingkat suku
bunga deposito, investasi (PMA) terhadap kurs US $
setelah krisis moneter.
Saran-saran
1. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan memasukkan
faktor-faktor ekonomi lainnya misalnya adanya
penerimaan ekspor, permintaan terhadap valas.
2. Adanya pelunasan hutang akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarini Lestari, Ekonomi Moneter, In Media, Jakarta, 2014
Murdifin Haming dan Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi
Proyek dan Bisnis. Bumi Aksara. Jakarta. 2010.
Nopirin. Ekonomi Internasional. BPFE. Yogyakarta. 2000.
Sentanoe Kartanegoro. Investasi, Widya Pers. Jakarta. 2007.
Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat.
UMP AMP YKPN. Yogyakarta.2004.
Syamsulrizal Tan. Essensi Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia.
Jakarta. 2008.
Gambar 2. Uji Koefisien Regresi secara Parsial
Bunga deposito (X 1 ) terhadap kurs US $ (Y)
menunjukkan nilai thitung 2,286 sedangkan ttabel 1,310 dengan
Jurnal Ilmiah WIDYA
151
Volume 3 Nomor 3 Januari - Juli 2016
Download