Dokumen - Simbangda Jayapura

advertisement
KATA PENGANTAR
Pemetaan potensi batubara di Wilayah Pembangunan IV Kabupaten
Jayapura merupakan kegiatan inventarisasi potensi komoditas tambang
yang bertujuan untuk menyediakan data dan informasi tentang jenis, lokasi
keterdapatan, kualitas dan kuantitas (sebaran)
mineral, batuan dan/atau
batubara. Kegiatan ini adalah bagian dari program pengembangan dan
pengelolaan sumber daya mineral yang ditetapkan oleh Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Jayapura.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, diketahui bahwa Kabupaten
Jayapura memiliki sumber daya mineral yang cukup berlimpah dan potensial
untuk dikelola sebagai
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan
masyarakat. Hasil pemetaan ini memperlihatkan bahwa Wilayah Pembangunan
IV memiliki potensi batubara yang ekonomis dan berpeluang dikembangkan
menjadi wilayah pertambangan. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memberi
pelayanan
yang memadai kepada masyarakat dan pemangku kepentingan
yang lain sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Dengan harapan, kerja sama
yang telah berlangsung dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan untuk
kegiatan yang lain.
Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun instansi
pemerintah terkait, dan dapat memberikan informasi yang akurat bagi
perencanaan, pengembangan dan pembangunan Kabupaten Jayapura secara
keseluruhan.
Sentani, Oktober 2015
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI
KEPALA,
DAFTAR ISI
ISI
Kata Pengantar
Ringkasan
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
HALAMAN
i
ii
vii
viii
viii
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan
1.4. Keadaan Lingkungan
1.4.1.Kondisi cuaca
1.4.2.Topografi
1.4.3.Demografi
1.4.4.Penggunaan lahan
1.5. Waktu
1.6. Pelaksana dan Peralatan
1.7. Penyelidikan Terdahulu
1.8. Geologi Umum
I–1
I–1
I–2
I–2
I–2
I–2
I–5
I–5
I–6
I–7
I–7
I–8
I–8
BAB II KEGIATAN PENYELIDIKAN
2.1. Persiapan
2.2. Penyelidikan Lapangan
2.2.1.Distrik Unurum Guay
2.2.2.Distrik Yapsi
2.2.3.Distrik Kaureh
2.3. Penyelidikan Laboratorium
2.3.1. Analisis fisik
2.3.2. Analisis kimia
2.4. Pengolahan Data
II – 1
II – 1
II – 1
II – 2
II – 6
II – 6
II – 8
II – 8
II – 8
II – 9
BAB III HASIL PENYELIDIKAN
3.1. Geologi
3.1.1.Geomorfologi
3.1.2.Litologi
3.1.3.Struktur geologi
3.2. Estimasi Sumber Daya
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
III – 1
III – 1
III – 1
III – 2
III – 4
III – 5
IV – 1
IV – 1
IV – 2
DAFTAR ACUAN
DAFTAR TABEL
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
2.1.
2.2.
TABEL
HAL.
Curah hujan & hari hujan tercatat pd stasiun Genyem thn 2014
Suhu rata-rata tercatat pada stasiun Genyem tahun 2014
Kelembaban udara pada stasiun Genyem tahun 2014
Kecepatan angin pada stasiun Genyem tahun 2014
Kemiringan lereng
Ketinggian tempat
Jumlah penduduk
Luas wilayah dan kepadatan penduduk
Hasil pengukuran lapangan
Hasil uji proximate dan ultimate batubara
I–3
I–3
I–4
I–4
I–5
I–5
I–6
I–6
II – 3
II – 9
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
3.1.
3.2.
Batubara muda lokasi sungai Bior, Kampung Guryat
Batubara muda lokasi sungai Tuaren, Kampung Guryat
Batubara muda kampung Garusa
Lempung hitam di sungai Tabeyan
Lempung hitam mengandung karbon di sungai Tabeyan
Keadaan lapangan sungai Lere, distrik Kaureh
Batulempung di sungai Yabola Distrik Kaureh
Struktur perlapisan sejajar batupasir
Lapisan lempung dan pasir menunjukan sesar anjak
DAFTAR LAMPIRAN
A.
B.
C.
D.
LAMPIRAN
PETA MORFOLOGI
PETA STRUKTUR GEOLOGI
PETA GEOLOGI
PETA POTENSI
HAL.
II – 3
II – 4
II – 4
II – 5
II – 6
II – 7
II – 7
III – 4
III – 5
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Jayapura yang melampar dibagian Utara pulau New
Guinea, mulai dari pantai, dataran rendah hingga pegunungan, diyakini juga
memiliki sumber daya mineral yang cukup banyak. Secara geologi, baik
morfologi dan struktural geologi, wilayah Jayapura yang terdiri dari bukit-bukit
tersusun oleh batugamping, batulempung dan batuan metamorfik serta
terobosan batuan beku memberi indikasi akan keterdapatan komoditas
tambang batuan, mineral logam dan non logam serta batubara. Namun, lokasi
pasti keterdapatan komoditas tambang tersebut belum semua diketahui. Hal ini
terjadi akibat masih kurangnya kegiatan penyelidikan dan penelitian tentang
sumber daya mineral. Disamping itu, masalah terbatasnya prasarana dan
sarana pendukung seperti peralatan dan laboratorium, lokasi yang sulit
dijangkau, serta kendala kondisi sosial budaya masyarakat.
Dalam rangka mengembangkan dan mengelola sumber daya mineral di
Kabupaten Jayapura maka perlu upaya penelitian dan peninjauan terhadap
potensi komoditas tambang. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan survei secara bertahap dan berkelanjutan. Survei yang dimaksud
adalah upaya penyelidikan umum yang bertujuan untuk mengidentifikasi
daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan komoditas tambang pada
skala regional berdasarkan hasil studi referensi, metode tidak langsung dan
inspeksi lapangan, serta menghasilkan kesimpulan yang diperoleh secara
ekstrapolasi.
Berdasarkan struktur ruang wilayah di Kabupaten Jayapura terbagi atas 4
(empat) Wilayah Pembangunan (WP). Lokus kegiatan Pemetaan Potensi
Batubara di Wilayah Pembangunan IV dilaksanakan dengan pertimbangan
antara lain a) luas wilayah pembangunan yang cukup luas, b) wilayah ini dekat
dan hampir berbatasan dengan bagian Pegunungan Tengah Papua yang
diketahui mengandung mineral-mineral ekonomis dan batubara, c) peluang
pengembangan dan pencadangan bagi wilayah pertambangan.
I-1
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan adalah melakukan pemetaan potensi keterdapatan komoditas
tambang batubara di Wilayah Pembangunan IV Kabupaten Jayapura.
Tujuan kegiatan, antara lain :
1. Untuk menyediakan data dan informasi tentang jenis, lokasi keterdapatan,
kualitas dan kuantitas (sebaran) komoditas tambang batu bara.
2. Untuk menetapkan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pertambangan
terkait dengan perencanaan, pengembangan dan perlindungan terhadap
sumber daya batubara.
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan
Lokasi pemetaan berada dibagian selatan wilayah Kabupaten Jayapura, berada
di dalam Wilayah Pembangunan IV yang terdiri dari 3 (tiga) distrik, yaitu
Unurum Guay, Yapsi dan Kaureh.
Secara geografis dibatasi oleh koordinat 139o25’17,347” – 140o3’25,503” Bujur
Timur (BT) dan 2o24’10,486” – 3o32’44,339” Lintang Selatan (LS).
1.4. Keadaan Lingkungan
1.4.1. Kondisi cuaca
Berdasarkan data cuaca yang diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Jayapura, maka dapat diperoleh gambarkan
kondisi curah hujan, suhu, angin dan kelembaban, seperti disajikan dalam
Tabel 1.1 sampai 1.4 :
Jumlah curah hujan tertinggi adalah 436 mm terjadi pada bulan November
dan terendah adalah 88 mm terjadi pada bulan Agustus serta hari hujan
terbanyak terjadi pada bulan November dan hari hujan terjarang terjadi
pada bulan Mei.
I-2
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Tabel 1.1. Curah hujan dan hari hujan tercatat pada stasiun Genyem Tahun 2014.
No.
Bulan
Komponen Iklim
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan
1
Januari
340,1
24
2
Februari
149,8
26
3
Maret
187,8
19
4
April
430,2
20
5
Mei
218,2
17
6
Juni
184,3
24
7
Juli
134,7
21
8
Agustus
88,0
19
9
September
237,5
21
10
Oktober
186,4
15
11
November
436,3
27
12 Desember
408,1
Sumber : BMKG Wil. V Jayapura (2014)
21
Tabel 1.2. Suhu rata-rata tercatat pada stasiun Genyem Tahun 2014.
No.
Bulan
Rata-rata
Minimum
Komponen Iklim
Rata-rata
Rata-rata
Maksimum
1
Januari
23.4
31.8
26,4
2
Februari
24.5
32.9
26,7
3
Maret
23.9
31.3
26,5
4
April
23.6
31.7
26,6
5
Mei
23.7
32.0
27,0
6
Juni
23.1
31.3
26,7
7
Juli
23.1
31.9
26,5
8
Agustus
22.7
31.7
26,8
9
September
23.2
31.8
26,2
10
Oktober
23.2
32.8
27,2
11
November
23.8
32.2
26,8
12 Desember
24.8
31.9
Sumber : BMKG Wil. V Jayapura (2014)
26,5
Suhu udara harian maksimum 32.76oC dan minimum 23.06oC Suhu
udara panas terjadi pada bulan september dan suhu udara dingin terjadi
pada bulan juli serta suhu rata-rata adalah 27.7oC.
I-3
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Tabel 1.3. Kelembaban udara tercatat di stasiun Genyem Tahun 2014.
NO.
BULAN
STASIUN
GENYEM JPR
1
Januari
88,1
2
Februari
85,5
3
Maret
86,1
4
April
88,8
5
Mei
86,6
6
Juni
87,1
7
Juli
84,8
8
Agustus
82,0
9
September
85,9
10
Oktober
83,2
11
November
86,0
12
Desember
87,7
86,0
Rata-rata
Sumber : BMKG Wil. V Jayapura (2014)
Berdasarkan data stasiun Genyem tentang kelembaban dan penyinaran
rata-rata kelembaban udara rata-rata 86% dan penyinaran matahari ratarata 53%.
Tabel 1.4. Kecepatan angin tercatat di stasiun Genyem Tahun 2014.
NO.
BULAN
STASIUN
GENYEM JPR
1
Januari
1,7
2
Februari
x
3
Maret
4
April
6
5
Mei
6,2
6
Juni
3,3
7
Juli
x
8
Agustus
0,8
9
September
0,6
10
Oktober
3,9
11
November
3,6
6,6
12
Desember
2,9
TOTAL
35,6
KECEPATAN
Sumber : BMKG Wil. V Jayapura (2014)
I-4
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
1.4.2. Topografi
Keadaan topografi wilayah penyelidikan umumnya datar dan berlereng
sangat curam dengan kemiringan > 41 %. Dataran dengan kemiringan <
2 % berupa dataran rendah yang ditutupi dengan endapan alluvial.
Secara fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa. Gambaran kelerengan
tempat disajikan dalam Tabel 1.5 berikut ini.
Tabel 1.5. Kemiringan lereng
Kelerengan (%)
No.
Distrik
Datar
Gelombang
Curam
0%
2%
2 -8%
5 – 15%
16 – 25%
228.06
1
Kaureh
0.1
1772.3
69.32
64.1
2
Unurum Guay
0.03
337.49
33.16
16.42
3
Yapsi
199.3
Jumlah
0.1
2,309.1 102.5
Sumber : Hasil analisis (2015)
Sangat Curam
26 – 40%
90.15
9.61
38.76
90.1
266.8
90.2
41 – 65%
> 65%
655.13
2795.35
888.46
1608.41
32.3
831.18
1,575.9
5,234.9
Ketinggian tempat di Kabupaten Jayapura, sebagian besar berada di
antara 100 - 500 m dpl (meter di atas permukaan laut) dengan sebaran
luasnya adalah 5.039,2 km2 dan ketinggian tempat antara < 100 m dpl
adalah sebesar 2.878,2 km2. Sedangkan ketinggian tempat 500 - 1000 m
dpl sebesar 1.616,6 km2.
Tabel 1.6. Ketinggian tempat
No.
Ketinggian (km2)
Distrik
< 100m
100 – 500m
500 – 1000m
1000 – 2000m
1
Kaureh
1548.99
2445.63
1476.36
113.39
2
Unurum Guay
1202.76
1656.02
93.02
22.32
3
Yapsi
126.46
937.5
47.19
Jumlah
2,878.2
Sumber : Hasil analisis (2015)
5,039.2
1,616.6
135.7
1.4.3. Demografi
Jumlah penduduk di daerah penyelidikan yang meliputi 3 distrik Tahun 2014
sebanyak 14.682 jiwa yang terdiri dari 8.186 jiwa laki-laki dan 6.496 jiwa
perempuan. Sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
I-5
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
dengan perempuan rata-rata 124. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dibanding penduduk perempuan. Perincian jumlah
penduduk di daerah penyelidikan disajikan pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7. Jumlah Penduduk
Jenis Kelamin
No.
Distrik
Laki - laki
Perempuan
Jumlah
Ratio
1
Kaureh
3,795
2,761
6,556
137
2
Unurum Guay
1,108
944
2,052
117
3
Yapsi
6,074
14.682
118
124
3,283
2,791
8.186
6.496
Jumlah
Sumber : Kabupaten Jayapura Dalam Angka (2014)
Kepadatan penduduk pada suatu wilayah tergantung pada jumlah
penduduk dan luas wilayahnya serta tingkat perkembangan wilayah
terutama perkembangan pada sektor perekonomian. Tingkat kepadatan
penduduk rata-rata 14,21 jiwa/km2. Distrik terpadat adalah Yapsi dan
terjarang adalah Kaureh (Tabel 1.8).
Tabel 1.8. Luas wilayah dan kepadatan penduduk
LUAS
WILAYAH
(km2)
4357,9
JUMLAH
PENDUDUK
(jiwa)
6556
3131,3
2052
0,66
1291,3
6074
4,7
JUMLAH
8780,5
14682
Sumber : Kabupaten Jayapura Dalam Angka (2014)
2,29
NO.
1
2
3
DISTRIK
Kaureh
Unurum
Guay
Yapsi
KEPADATAN
(jiwa/km2)
1,5
1.4.4. Penggunaan lahan
Lahan di WP IV Kabupaten Jayapura sebagian besar masih berupa
hutan yang difungsikan sebagai hutan lindung maupun hutan produksi.
Penggunaan lahan yang cukup besar diperuntukan bagi pertanian dan
perkebunan. Pertanian terkait dengan tanaman pangan, seperti padi
sawah maupun palawija, sedangkan perkebunan yang dikembangkan
adalah sawit, cokelat dan kopi. Hanya sebagian kecil lahan yang
dipergunaan untuk pemukiman, pasar, perkantoran dan jalan.
I-6
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
1.4.5. Waktu
Kegiatan survei dilakukan mulai bulan Juli hingga Oktober 2015, terbagi
dalam beberapa tahapan waktu, yaitu persiapan, survei, analisis dan
pembahasan.
1.4.6. Pelaksana dan Peralatan
Kegiatan Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
dilaksanakan secara bersama-sama antara Dinas Pertambangan
Kabupaten Jayapura dengan Pusat Studi Sumber Daya Alam dan Energi
Universitas Cenderawasih.
I-7
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
BAB II KEGIATAN PENYELIDIKAN
2.1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi penyediaan peta dasar untuk keperluan lapangan,
pembuatan surat pemberitahuan dan ijin memasuki lokasi, konfirmasi jadwal
kerja, penyiapan alat dan bahan serta pengumpulan data sekunder.
A. Peta kerja
Peta
kerja
yang
digunakan
adalah
peta
topografi
yang
menggambarkan roman muka bumi, skala 1 : 50.000, lembar Genyem
dan Unurum Guay yang dikeluarkan oleh JANTOP Angkatan Darat
dan Bakosurtanal. Peta kerja dipakai untuk memasukan (plotting) data
lapangan dan menentukan lokasi pengukuran dan pengamatan.
B. Peta geologi
Peta geologi yang digunakan adalah peta geologi Lembar Cyclop
terbitan Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung,
disusun oleh
Suwarna & Noya
tahun 1995. Peta geologi
menggambarkan sebaran dan urutan formasi batuan (stratigrafi),
fisiografi, struktur geologi, dan sejarah geologi daerah sekitar
Kabupaten Jayapura, serta membahasnya secara regional.
2.2. Penyelidikan Lapangan
Tahap penyelidikan lapangan dalam kegiatan survei ini merupakan tahap
penyelidikan umum, berupa survei dan pemetaan geologi permukaan. Survei
yaitu upaya penyelidikan umum yang bertujuan untuk mengidentifikasi daerahdaerah yang berpotensi bagi keterdapatan komoditas tambang pada skala
regional berdasarkan hasil studi referensi, metode tidak langsung dan inspeksi
lapangan, serta menghasilkan kesimpulan yang diperoleh secara ekstrapolasi.
Pemetaan geologi adalah upaya pengungkapan data dan informasi geologi
suatu daerah atau wilayah menjadi sebuah peta dengan tingkat kualitas
berdasarkan skala.
II - 1
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Survei dan pemetaan dilakukan secara bersamaan dengan menerapkan
metode jalur lintasan. Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan data
pengukuran sepanjang lintasan, pengamatan singkapan dan manifestasinya,
penelusuran endapan dan cebakan bahan galian serta pengambilan contoh
dan dokumentasi. Lokasi survei dipilih berdasarkan informasi masyarakat
atau aparat pemerintahan (distrik maupun kampung) tentang keberadaan
bahan tambang di wilayahnya. Lokasi kampung yang telah di survei antara
lain kampung Guryat Distrik Unurum Guay dan Kampung Tabeyan Distrik
Yapsi serta Kampung Lere di Distrik Kaureh.
Dalam kegiatan survei ini juga dilakukan delineasi batas dan lokasi
berdasarkan posisi koordinat geografis yang diplot pada peta kerja dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS) dan pengambilan contoh
bahan tambang untuk keperluan analisis laboratorium.
2.2.1. Kampung Guryat Distrik Unurum Guay
Kampung Guryat berada pada jalur jalan raya Jayapura – Sarmi, terletak pada
koordinat 139o45’36,229” BT dan 2o26’25,349” LS. Berbatasan dengan Sungai
Toarim yang mengalir kearah utara. Berdasarkan informasi awal diketahui
kampung ini memiliki potensi batubara yang sudah sering dicari, baik oleh
masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta. Batubara yang dimaksud
berada di bawah tanah dan hanya tersingkap di tebing sungai atau lereng bukit
yang mengalami longsor. Secara umum, singkapan batubara berwarna hitam
dengan kilap kaca, berlapis dengan ketebalan bervariasi, miring relatif ke arah
timurlaut, berselang-seling dengan batulempung berwarna abu-abu. Kondisi
struktur lapangan mengalami penipisan serta persesaran kuat dan terlipat,
sehingga sering lapisan tidak menerus dan hancur. Bobot batubara Guryat
relatif berat dan masih memperlihatkan tekstur tanaman aslinya, serta
meninggalkan cerat hitam di tangan, jika digosok. Berdasarkan kondisi
lapangan seperti ini, maka ditafsirkan atau diduga tipe batubara di Kampung
Guryat adalah lignit atau batubara muda. Hasil pengukuran kemiringan lapisan
batubara adalah sebagai berikut :
II - 2
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Tabel 2.1. Hasil pengukuran lapangan
No.
Lokasi
1.
Sungai Tuaren, Kampung Guryat, Distrik
Unurum Guay
2.
Sungai Bior, Kampung Garusa, Distrik
Unurum Guay
Pengukuran Lapisan
Strike/dip (tebal)
N145oE/23o (60cm)
N154oE/20o (95cm)
N145oE/45o (26cm)
N115oE/15o (150cm)
N88oE/10o (270cm)
N110oE/11o (140cm)
N120oE/11o (60cm)
Penipisan lapisan batubara daerah penyelidikan terjadi akibat pengaruh
sedimentasi dan struktur geologi. Hal ini diinterpretasikan bahwa selama
pengendapan batubara terjadi gangguan adanya material berukuran
lempung yang dominan dibandingkan material organik pembentuk
batubara yang diendapkan di cekungan batubara. Selain itu juga proses
struktur geologi dimana dapat dilihat lapisan batubara mengalami
penipisan dan penebalan di tempat-tempat tertentu.
Gambar 2.1. Batubara muda lokasi Sungai Bior Kampung Guryat, Distrik
Unurum Guay.
II - 3
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Gambar 2.2. Batubara muda lokasi Sungai Tuaren Kampung Guryat, Distrik
Unurum Guay.
Gambar 2.3. Batubara muda di Kampung Garusa Distrik Unurum Guay.
II - 4
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
2.2.2. Kampung Tabeyan Distrik Yapsi
Kampung Tabeyan terletak diantara jalur Sentani – Lereh, berada pada
koordinat
140o1’40,008
BT
dan
2o40’43,298”
LS.
Menurut
informasi
masyarakat, terdapat indikasi float batubara di sungai Tabeyan. Namun setelah
dilakukan pengamatan dan pemeriksaan tidak ditemukan float batubara. Batuan
berwarna hitam yang ditemukan di dalam sungai Tabeyan adalah batulempung
hitam, terkersikan, masif dan sangat keras. Secara kimia batulempung ini
mengandung cukup banyak karbon, namun tidak termasuk genesa batubara.
Gambar 2.4. Lempung hitam di sungai Tabeyan.
II - 5
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Gambar 2.5. Lempung hitam yang mengandung karbon di kampung Tabeyan.
2.2.3. Kampung Lere Distrik Kaureh
Kampung Lere berada pada koordinat 3o 04.785 Lintang Selatan dan 139o
57.072 Bujur Timur. Di distrik ini tidak diperoleh informasi awal yang memadai,
sehingga dilakukan pengamatan terhadap beberapa sungai, diantaranya sungai
Lere, sungai Serebu, sungai Wadrun dan sungai Yabola.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemeriksaan float di dalam sungai, tidak
diperoleh contoh sedimen yang mengandung batubara. Sebagian besar
endapan sungai merupakan berisi endapan teras terdiri dari fragmen kerikil dan
kerakal, serta batulempung, pasir dan lumpur.
II - 6
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Gambar 2.6. Keadaan lapangan sungai Lere di Distrik Kaureh.
Gambar 2.7 Batulempung di sungai Yabola, Distrik Kaureh.
II - 7
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
2.3. Penyelidikan Laboratorium
2.3.1. Analisis fisik
Analisis fisik adalah upaya identifikasi bahan tambang yang dilakukan
secara megaskopis (kasat mata) maupun mikroskopis (menggunakan
mikroskop). Namun dalam kegiatan survei ini yang diterapkan hanya
metode megaskopis. Hasil survei menemukan batubara hanya dijumpai di
Distrik Unurum Guay, yaitu di Kampung Guryat dan Garusa.
Deksripsi batubara (coal) : Warna hitam kecokelatan, kilap semi kaca
(semibrigth), cerat hitam, kekerasan < 3 skala
mohs, pecahan
subkonkoidal, mudah hancur (brittle), mengalami lapuk ringan hingga
menengah, tekstur berserat (memperlihatkan sisa tanaman), struktur
berlapis tipis hingga tebal, berselingan dengan batulempung berwarna
abu-abu, mengandung unsur karbon tinggi.
2.3.2. Analisis kimia
Analisis kimia merupakan upaya mengungkap kualitas bahan tambang.
Dalam survei ini kualitas bahan tambang yang dianalisiskan adalah
batubara. Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di
laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat.
Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang,
karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk
menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
Hasil pengujian proximate dan ultimate terhadap contoh batu bara yang
diambil dari kampung Guryat (Distrik Unurum Guay) ditampilkan dalam
Tabel 2.2. Pengujian dilakukan pada Badan Geologi - Pusat Sumber Daya
Geologi, Laboratorium Pengujian Kimia – Fisika Mineral dan Batu Bara di
Bandung. Sertifikat dengan nomor 1407/43.04/BGD/2015 untuk contoh dari
Kampung Guryad dan nomor 1408/43.04/BGD/2015 untuk contoh dari
Kampung Ombrop. Sertifikat asli diarsipkan oleh Sub Dinas Geologi dan
II - 8
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Jayapura.
Kualitas batu bara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara
tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya
cadangan batubara di daerah penelitian (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).
Tabel 2.2. Hasil uji proximate dan ultimate batu bara.
Analisis
Unit Basis Tuaren Guryad Guryad 1 Guryad 2
Bior 1
Bior 2
Bior 3
Kelembaban bebas
%
ar
14,22
11,88
-
-
17,4
18,5
16,8
Kelembaban total
%
ar
23,32
21,65
-
-
2,6
3,6
2,75
Kelembaban
%
adb
10,61
11,09
29,89
31,09
8,.09
7,09
9,1
Materi terbang
%
adb
49,3
42,03
58,05
57,49
46,5
45,2
48,3
Karbon tetap
%
adb
29,79
33,27
6,8
6,07
49,3
47,5
47,2
Abu
%
adb
10,47
13,61
5,26
5,35
1,9
2,06
1,8
Belerang Total
%
adb
4,6
4,92
0,25
0,35
0,26
Cal/gr adb
5225
4850
7540
8109
7391
Rata-rata
15,8
10,8
Proximate
Nilai Kalori
4053,83
3982,62
16,5
49,6
31,4
5,8
2,1
5878,8
Ultimate
Karbon
%
daf
73,63
71,12
-
-
-
-
-
Hidrogen
%
daf
4,93
4,71
-
-
-
-
-
Nitrogen
%
daf
1,38
1,24
-
-
-
-
-
Sulfur
%
daf
5,83
6,53
-
-
-
-
-
Oksigen
%
daf
14,23
16,4
-
-
-
-
-
Sumber : Lab. Kimia-Fisika, Minerba, Bandung (2015)
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium,
diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat
dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar
abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan
unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
2.4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengkompilasi data sekunder dari referensi
laporan terdahulu, peta geologi regional, dan pengolahan citra satelit, dengan
data primer berupa data lapangan seperti data wawancara, pengukuran struktur
geologi dan ketebalan, pengambilan titik koordinat dengan GPS, dokumentasi
II - 9
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
foto dan pencatatan secara langsung. Proses pengolahan data menggunakan
perangkat komputer dengan program sistem informasi geografis (ARCView
GIS), sekaligus ditampilkan sebagai peta tematik. Hasil pengolahan disajikan
dalam bentuk gambar atau peta, tabel dan deskripsi atau uraian.
Lokasi keterdapatan mineral logam maupun non logam dapat ditentukan
berdasarkan informasi peta geologi regional maupun penafsiran foto udara atau
satelit. Hasil analisis bahan referensi tersebut, kemudian dibuktikan dengan
survei pendahuluan atau survei tinjau dan pengambilan contoh. Lokasi dijumpai
mineral yang in-situ dan dalam keadaan tidak lapuk atau rusak, ditetapkan
sebagai lokasi keterdapatan mineral.
Dengan menggunakan GPS lokasi keterdapatan mineral ditentukan koordinat
dan ketinggiannya. Batas sebaran mineral juga dapat ditentukan oleh GPS.
Hasil pengukuran dengan GPS tersebut diplot dalam peta topografi dan
kemudian dilakukan ekstrapolasi untuk menentukan sebaran mineral. Sebaran
mineral ini memperlihatkan luas dipermukaan. Luas yang ditentukan adalah
luas alas atau luas bidang datar yang diukur dari peta topografi.
Untuk menghitung potensi atau volume, perlu ditentukan asumsi atau model
bentuk cebakan mineral. Model yang umum digunakan adalah bentuk piramid
atau kerucut, sebagai analog bentuk bukit.
Rumusan piramid atau kerucut :
V = 1/3 H x A
Keterangan :
V = Volume (m3)
H = Beda tinggi atau selisih antara bidang batas (m)
A = Luas bidang kontur bawah atau luas alas (m2)
Dalam kegiatan ini potensi yang ditunjukan berupa sumber daya tingkat
spekulatif (speculative resource), yaitu potensi sumber daya yang mengkin
dapat diproduksi dari suatu daerah prospek yang ditentukan dari hasil studi
pustaka dan penyelidikan lapangan sepintas (Sukandarrumidi, 1999). Nilai
cadangan bahan tambang ditetapkan sebagai cadangan hipotetik, dimana
tingkat keyakinannya sebesar 10 – 15% dari total cadangan yang diduga.
II - 10
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
BAB III HASIL PENYELIDIKAN
3.1. Geologi
3.1.1. Geomorofologi
A. Dataran rendah
Morfologi dataran rendah ditentukan dari topografi yang datar dengan
ketinggian kurang dari 100 m dari permukaan laut. Pada lokasi
penyelidikan, dataran ini menempati bagian utara, tenggara dan barat daya.
Dataran rendah disusun oleh endapan aluvial, fluvial dan eluvial yang
terletak di antara perbukitan yang memanjang relatif baratlaut – tenggara.
Luas dataran ini sekitar 270 Ha atau 28% luas daerah penyelidikan.
Dataran ini disebagian besar ditempati oleh hutan rawa, dan sebagian kecil
dipergunakan untuk pemukiman dan pertanian.
B. Dataran tinggi
Dataran tinggi merupakan topografi datar yang berada pada ketinggian
lebih dari 100 m dari permukaan laut. Wilayah morfologi dataran tinggi
tersebar dibeberapa bagian, khususnya pada pegunungan di sebelah barat
daerah penyelidikan. Luas dataran tingga sekitar 14 ha atau 1,4% luas
daerah penyelidikan. Dataran tinggi ini ditempat oleh hutan rawa dataran
tinggi dan hutan yang berfungsi sebagai hutan konservasi maupun hutan
konversi terbatas.
C. Perbukitan bergelombang lemah
Perbukitan bergelombang lemah adalah topografi yang memiliki lereng
10 - 15% dengan beda tinggi lebih dari 100 m dari permukaan laut.
Morfologi ini menempati wilayah sekitar tenggara dan utara daerah
penyelidikan. Luas morfologi ini sekitar 258 Ha atau 27% luas daerah
penyelidikan. Penggunaan lahan di morfologi ini sebagian besar masih
berupa hutan dan perkebunan.
III - 1
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
D. Perbukitan bergelombang kuat
Perbukitan bergelombang lemah adalah topografi yang memiliki lereng
lebih dari 15% dengan beda tinggi lebih dari 100 m dari permukaan laut.
Morfologi ini menempati wilayah sekitar barat daerah penyelidikan. Luas
morfologi ini sekitar 427 Ha atau 44% luas daerah penyelidikan.
Penggunaan lahan di morfologi ini sebagian besar masih berupa hutan
dan perkebunan.
3.1.2. Litologi
A. Endapan aluvial
Litologi endapan aluvial berupa kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur,
terpilah buruk dan di beberapa tempat membentuk morfologi kipas aluvial
dan sebagian besar berada di lingkungan rawa. Luas endapan ini 43.864
Ha atau seluas 4,5% dari luas daerah penyelidikan, menempati daerah
sebelah tenggara.
B. Endapan fluvial
Endapan fluvial berisi kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur yang
menempati daerah sekitar aliran sungai dengan membentuk gosong pasir
seperti channel atau point bar. Luas endapan ini sekitar 113.060 Ha atau
seluas 12 % luas daerah penyelidikan.
C. Endapan eluvial
Endapan eluvial adalah endapan yang terdapat pada kaki bukit atau lereng
bukit yang tersusun oleh material lepas, seperti kerakal, kerikil, dan pasir.
Endapan ini membentuk morfologi kipas yang banyak ditemukan mata air.
Luas endapan ini sekitar 25.635 Ha atau 2,7% luas daerah penyelidikan.
D. Batugamping klastik
Batugamping klastik berbutir halus hingga sedang, mengandung moluska,
berlapis baik, tebal sekitar 150 m, berselang-seling dengan batulempung
dan batupasir, setempat mengandung karbonan. Luas satuan ini sekitar
20.829 Ha atau 2,1% daerah penyelidikan. Satuan ini dikorelasi dengan
Formasi Aurimi yang berumur Miosen Akhir – Pliosen dan lingkungan
pengendapan laut dangkal hingga paralis.
III - 2
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
E. Batugamping terumbu
Batugamping terumbu bertektur halus hingga kasar, berstruktur masif,
terdiri dari fosil koral, cangkang moluska, tebal lebih dari 10 m. Luas satuan
ini sekitar 6.418 Ha atau 0.7 % luas daerah penyelidikan. Satuan ini
disetarakan dengan Formasi Benai yang berumur Miosen dan lingkungan
pengendapan litoral – neritik.
F. Batulempung
Batulempung berlapis baik, sejajar, setempat dijumpai batubara dan lensa
batupasir. Luas satuan ini 145.448 Ha atau 15% luas daerah penyelidikan.
Satuan ini setara dengan Formasi Aurimi bagian bawah yang berumur
Miosen
– Pliosen
dengan lingkungan
pengendapan paralis,
hasil
pengendapan fase susut laut.
G. Batupasir - batulempung
Satuan ini merupakan selang-seling antara batupasir dan batulempung
dengan
sisipan
batugamping,
terpilah
buruk,
berlapis,
setempat
mengandung unsur karbonan dan gampingan. Korelasi satuan ini setara
dengan Formasi Aurimi yang berumur Miosen – Pliosen dengan lingkungan
pengendapan paralis.
H. Batupasir grewak
Satuan ini berlapis baik, tebal sekitar 100 cm, mengandung fragmen
berukuran pasir kasar dengan komposisi kuarsa, batuan beku, sedimen dan
metamorfik. Korelasi dengan Formasi Makats bagian atas, berumur Miosen
Tengah – Miosen Akhir dengan lingkungan litoral.
I. Batupasir kuarsa
Satuan ini tersusun oleh material pasir, berlapis sejajar, berkomposisi
dominan kuarsa, tebal sekitar 50 cm, sedikit mengandung karbonatan, dan
sedikit mengandung fosil. Korelasi dengan Formasi Makats bagian bawah,
berumur Miosen dengan lingkungan pengendapan litoral.
J. Metamorfik
Satuan ini dicirikan oleh batuan berukuran lempung dengan struktur foliasi,
schistositas, mengandung klorit, tremolit, pirit, magnetit, muskovit, biotit,
urat kuarsa, setempat terdapat mineral sulfida dan sulfur. Kondisi ini terjadi
III - 3
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
akibat tekanan tinggi, bersuhu rendah, dan mungkin berhubungan dengan
sesar naik.
3.1.3. Struktur Geologi
Struktur geologi berupa sesar anjak , sesar normal, antiklin dan sinklin.
Arah umum struktur pada sesar anjak berarah baratlaut –– tenggara dan
melengkung ke arah barat – timur memisahkan malihan Cyclop dengan
satuan batuan ultramafik dan mafik. Sesar normal berarah timurlaut –
baratdaya yang menyesarkan ultrabasa dengan batuan sedimen. Arah
umum struktur pada batuan sedimen berarah baratlaut – tenggara hampir
barat barat laut ; timur tenggara dan utara barat laut.
Gambar 3.1. Struktur perlapisan sejajar batupasir. Lokasi jalan Sentani – Lereh.
III - 4
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
Gambar 3.2. Lapisan lempung dan pasir yang relatif miring ke timur yang
memperlihatkan adanya sesar anjak. Lokasi di Distrik Unurum Guay.
3.2. Komoditas Batubara
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan
Batubara,
dikelompokan
pasal
menjadi
34
2
disebutkan
macam,
yaitu
bahwa
usaha
pertambangan
pertambangan
mineral
dan
pertambangan batubara. Pembagian komoditas pertambangan secara rinci
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Di
dalam peraturan tersebut dijelaskan tentang pengelompokan komoditas
tambang menjadi 5 bagian (pasal 2 ayat 2), yaitu :
a. Mineral radioaktif, meliputi radium, thorium, uranium, monasit dan
bahan galian radiaktif lainnya;
b. Mineral logam, meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium,
emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina,
bismuth, molibnum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit,
vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmiun, galium, indium,
yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit,
III - 5
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum,
niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium,
rhodium, osmium, ruhenium, iridium, selenium, telluride, stronium,
germanium dan zenotin;
c. Mineral bukan logam, meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa,
fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika,
magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar,
bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit,
tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay dan batugamping untuk semen;
d. Batuan, meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah
diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit,
gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung,
opal,
kalsedon,
chert,
kristal kuarsa,
jasper,
krisoprase,
kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar,
kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak
tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu),
bahan timbunan pilihan (tanah), urugan tanah setempat, tanah merah
(laterit), gatugamping, onik, pasir laut dan pasir yang tidak mengandung
unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah
yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; dan
e. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut.
Berdasarkan tingkat proses pembentukan batubara dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, maka batubara umumnya dibagi dalam lima kelas yaitu
antrasit, bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut. Tingkat perubahan
yang dialami batubara dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai
pengarangan dan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut
disebagai ‘tingkat mutu’ batubara.

Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon (C)
dengan kadar air kurang dari 8%. Batubara jenis ini adalah batubara
dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan
seringkali berwarna hitam cemerlang seperti kaca. Batubara jenis ini
III - 6
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban
yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak.

Bituminus mengandung 68% – 86% unsur karbon (C) dengan kadar air
8 – 10% dari beratnya.

Sub Bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air. Oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.

Lignit atau batubara muda coklat adalah batubara yang sangat lunak
dengan kadar air 35 – 75% dari beratnya. Batubara muda memiliki
tingkat kelembaban yang tinggi an kandungan karbon yang rendah
sehingga kandungan energinya pun rendah.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air diatas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.
Berdasarkan peraturan yang ada, maka kegiatan yang menjadi obyek
pemetaan adalah batubara yang terdiri dari bitumen padat, lignit dan
batubara, sesuai dengan PP No. 23 Tahun 2010 tersebut.
Hasil penyelidikan lapangan dengan metode pemetaan geologi secara
permukaan serta pengujian laboratorium dengan metode analisis proximate
dan ultimate diperoleh jenis batubara yang teridentifikasi berupa batubara
muda (lignit). Kualitas batubara yang terdapat di kampung Guryad dan
Garusa sebagai berikut (nilai rata-rata) :
a. Kelembaban
: 24%
b. Zat terbang
: 53%
c. Karbon tetap
: 15%
d. Abu
: 8%
e. Nilai Kalor
: 4300 cal/gr
Sedangkan kualitas batubara di distrik Yapsi, sebagai berikut :
a. Kelembaban
: 8%
b. Zat terbang
: 47%
c. Karbon tetap
: 48%
d. Abu
: 2%
e. Nilai Kalor
: 7680 cal/gr
III - 7
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
3.3. Estimasi Sumber Daya Batubara
Berdasarkan hasil pengamatan dan pemetaan dilapangan dan pengolahan data
dengan sistem informasi geografi terhadap batubara muda (lignit) yang dijumpai di
Distrik
Unurum Guay (Kampung Guryad dan Garusa), Kaureh (Wilayah
pegunungan yang berbatasan dengan Bonggo, Kabupaten Sarmi) dan Distrik
Yapsi (Ongan Jaya dan Bumi Sahaja), maka dapat diketahui bahwa luas batubara
di ketiga distrik di WP IV adalah 1.431.771 km3
atau memiliki Sumber daya
hipotetik sebesar 107.382.825 m3, Tabel 3.1. Distrik yang memiliki sumber daya
hipotetik batubara terbesar berada di Distrik Kaureh, yaitu 61.284.900 m3,
sedangkan terkecil terdapat di Distrik Yapsi, yaitu 11.024.625 m3. Meskipun
diduga Distrik Kaureh memiliki sumber daya batubarat yang terbesar, tetapi
keterdapatannya yang sangat sulit dijangkau dan berada pada kawasan hutan
yang dilindungi maka sumber daya ini menjadi kurang potensial dijadikan kawasan
pertambangan. Sumber daya batubara yang mungkin dikembangkan sebagai
kawasan pertambangan batubara adalah Distrik Unurum Guay, yang memiliki
sumber daya hipotetik sebesar 35.073.300 m3. Di Distrik ini telah ada perusahaan
pertambangan batubara yaitu PT. Arton
Jaya Energi Pranata Nusantara (PT
AJEPN) yang menguasa wilayah seluas 4.700 Ha di Kampung Sawesuma dan
Guryard.
Secara teoritis, batubara yang terdapat di WP IV adalah jenis lignit dengan berat
jenis 1,5 gr/cm3, sehingga berat total tonase adalah 161.074.237,5 ton. Untuk
Distrik Unurum Guay, dimana telah terdapat perusahaan pertambangan batubara,
jumlah tonase hipotetik yang terhitung adalah
52.609.950,0
ton. Jumlah ini
sangat besar untuk dipergunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik yang
menggunakan bahan bakar batu bara.
Tabel 3.1 Estimasi sumber daya hipotetik batubara di WP IV
No.
Rerata
Tebal
Volume
2
(km)
(km )
(km )
Luas
Distrik
(Ha)
(km )
3
Sumber Daya Hipotetik
3
3
(m )
1.
Kaureh
81.713,20
817.132
0,0005
408,566
61,2849
61.284.900,0
2.
Unurum Guay
46.764,40
467.644
0,0005
233,822
35,0733
35.073.300,0
3.
Yapsi
14.699,50
146.995
0,0005
73,4975
11,0246
11.024.625,0
143.177,10
1.431.771
0,0005
715,886
107,383
107.382.825,0
Jumlah
III - 8
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
pemetaan
lapangan,
pengujian
laboratorium
dan
pengolahan data dengan GIS terhadap komoditas tambang batubara di
Wilayah Pembangunan IV Kabupaten Jayapura, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Daerah pemetaan merupakan wilayah dataran rendah, dataran tinggi,
perbukitan bergelombang lemah dan perbukitan bergelombang kuat yang
sebagian besar berada di ketinggian antara
permukaan
laut.
Berdasarkan
300 - 500 meter di atas
morfogenesa
daerah
penyelidikan
dikendalikan oleh litologi yang terdiri dari endapan, seperti aluvial, fluvial
dan eluvial; batugamping klastik dan batugamping terumbu; batulempung,
batupasir – batulempung, batupasir grewak, batupasir kuarsa (Formasi
Aurimi dan Formasi Benai), serta struktur geologi yang berupa sesar, lipatan
dan kekar.
2. Berdasarkan hasil pemetaan dengan metode pemetaan geologi secara
permukaan serta pengujian laboratorium dengan metode analisis proximate
dan ultimate diperoleh jenis batubara yang teridentifikasi berupa batubara
muda (lignit). Kualitas batubara yang terdapat di kampung Guryad dan
Garusa (dalam nilai rata-rata) : a) Kelembaban
: 24%, b) Zat terbang :
53%, c) Karbon tetap : 15%, d) Abu : 8%, e) Nilai Kalor : 4300 cal/gr; dan
kualitas batubara di distrik Yapsi : a) Kelembaban : 8%, b) Zat terbang :
47%, c) Karbon tetap
: 48%, d) Abu : 2%, e) Nilai Kalor : 7680 cal/gr.
3. Estimasi sumber daya hipotetik batubara di Distrik Kaureh, yaitu
61.284.900 m3, Distrik Unurum Guay sebesar 35.073.300 m3 dan Distrik
Yapsi, yaitu 11.024.625 m3, sehingga total estimasi sumber daya batubara
hipotetik di Wilayah Pembangunan IV adalah 107.382.825 m3 atau setara
dengan 161.074.237,5 ton.
IV - 1
Pemetaan Potensi Batubara di Wilayah Pembangunan IV
Kabupaten Jayapura, Tahun 2015
4.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari kegiatan ini adalah :
1. Komoditas tambang di WP IV Kabupaten Jayapura cukup potensial
dikembangkan adalah batubara, terutama batubara muda (lignit). Oleh
sebab itu, perlu penyelidikan yang lebih mendalam dan teliti, meliputi tahap
prospeksi dan eksplorasi terhadap komoditas tambang tersebut.
2. Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah upaya pencadangan penetapan
wilayah usaha pertambangan batubara dan studi kelayakannya. Sehingga
dapat digunakan untuk lelang wilayah usaha pertambangan dan menarik
investor.
IV - 2
DAFTAR ACUAN
1. Dow, D.B (1977) A Geological Synthesis of Papua New Guinea, Bulletin
Australia Bureau of Mineral Resources, Geology and Geophysics,
Canberra.
2. Dow, D.B., Robinson, G.P., Hartono, U dan Ratman, N (1988) Geology of
Irian Jaya: Geological Research and Development Centre, Indonesia in
Cooperations with Bureau of Mineral Resources, Australia.
3. M. Rum Budi, S (2004), Peta Cekungan Air Tanah Pulau Papua Lembar
VIII (Jayapura), Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan, Bandung.
4. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
5. Suwarna, N dan Noya, Y (1995), Peta Geologi Lembar Jayapura (Peg.
Cycloops) Irian Jaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
6. Zega, F dan Junaidi (1998), Inventarisasi Emas di Daerah Kabupaten
Jayapura, Kanwil Pertambangan dan Energi Provinsi Irian Jaya.
7. _______, Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1452
K/10/MEM/2000; Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan
di Bidang Inventarisasi Sumber Daya Mineral dan Energi, Penyusunan Peta
Geologi dan Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah.
Download