Etika komunikasi bisnis Muhammad Noor Hidayat M I Kom 081325088875 1 Kontrak kuliah Masih sama dengan semester kemaren Prosentase nilai: Tugas 40% UTS 30% UAS 30% 2 Apakah etika itu? Apakah komunikasi bisnis 30 menit 3 4 Ethos, Etika, dan Moral • • • • Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal memiliki sejumlah arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir Dalam bentuk jamak (ta etha) berarti: adat kebiasaan Dari asal-usul kata-kata ini, “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan Kata yang cukup dekat dengan “etika” adalah “moral”, yang berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores), yang juga bermakna: kebiasaan, adat 5 Tiga Makna Etika 1. 2. 3. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (“sistem nilai”) Kumpulan asas atau normal moral (kode etik) Ilmu tentang yang baik atau buruk (filsafat moral) Moral sama dengan etika: Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya Moralitas: sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk 6 Amoral dan Immoral • • • Amoral: tidak berhubungan dengan konteks moral, di luar suasana etis, non-moral Immoral: bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis Jadi, kata amoral sebaiknya diartikan sebagai “netral dari sudut moral” atau “tidak memiliki relevansi etis” 7 Etiket dan Etika Etika berarti moral Etiket berarti tata krama atau sopan santun Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia Etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif Artinya: memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan 8 Perbedaan Etiket dan Etika Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia Etiket hanya berlaku dalam pergaulan Etiket bersifat relatif Etiket bersifat lahiriah Etiket Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri Etika tidak tergantung pada kehadiran orang lain Etika jauh lebih absolut Etika menyangkut manusia dari segi dalam Etika 9 Moralitas: Ciri Khas Manusia Moralitas: ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk di bawah tingkat manusia Keharusan alamiah dan keharusan moral Hukum moral tidak dijalankan “dengan sendirinya” Hukum moral merupakan semacam imbauan kepada kemauan manusia Hukum moral mengarahkan diri kepada kemauan manusia dengan menyuruh dia untuk melakukan sesuatu Keharusan moral adalah kewajiban Moralitas selalu mengandaikan adanya kebebasan 10 Etika: Ilmu tentang Moralitas Etika: ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas Etika: ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral Tiga pendekatan yang dipakai: 1. Etika deskriptif 2. Etika normatif 3. Metaetika 11 Etika Deskriptif Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baikburuk, tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan Etika deskriptif hanya melukiskan, tidak memberi penilaian Etika deskriptif termasuk ilmu pengetahuan empiris, dan bukan filsafat 12 Etika Normatif Etika normatif meninggalkan sikap netral dengan mendasarkan pendiriannya atas norma Norma-norma yang diterima suatu masyarakat atau diterima seorang filosof berani ditanyakan: apakah norma-norma itu benar atau tidak? Etika normatif bersifat preskriptif (memerintahkan), tidak melukiskan melainkan menentukan benartidaknya tingkah laku atau anggapan moral Etika normatif bertujuan merumuskan prinsipprinsip etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik 13 Etika Normatif: Etika Umum dan Etika Khusus Etika umum memandang tema-tema umum, seperti: apa itu norma etis? Jika ada banyak norma etis, bagaimana hubungannya satu sama lain? Etika khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus Dalam etika khusus, premis normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif juga → etika terapan Contoh: Dilarang keras membunuh manusia yang tidak bersalah Abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap manusia yang tidak bersalah Jadi, abortus provocatus dilarang keras 14 Metaetika (1) Hal yang dibahas bukan moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas Metaetika seolah-olah bergerak lebih tinggi daripada perilaku etis, yakni taraf “bahasa etis” atau bahasa yang dipergunakan dalam bidang moral (etika analitis) The is/ought question: apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan faktual Jika sesuatu ada atau sesuatu kenyataan (is: faktual), apakah dapat disimpulkan sesuatu harus atau boleh dilakukan (ought: normatif) 15 Metaetika (2) • Dengan menggunakan peristilahan logika dapat dapat ditanyakan juga apakah dari dua premis deskriptif bisa ditarik suatu kesimpulan preskriptif • Kalau satu premis preskriptif dan premis lain deskriptif, kesimpulannya pasti preskriptif • Contoh: Setiap manusia harus menghormati orang tuanya (premis preskriptif) Lelaki ini adalah orang tua saya (presmis deskriptif) Jadi, lelaki ini harus saya hormati (kesimpulan preskriptif) 16 Konklusi Pendekatan non-filosofis adalah etika deskriptif Pendekatan filosofis bisa sebagai etika normatif dan bisa juga sebagai metaetika atau etika analitis Dalam pendekatan normatif, diambil suatu posisi (standpoint moral) → terjadi dalam etika normatif (umum/khusus) Dalam pendekatan non-normatif, si peneliti tinggal netral terhadap setiap posisi moral, terjadi dalam etika deskriptif dan metaetika 17 Hakikat Etika Filosofis Pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain Etika adalah refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan norma Etika: refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk Etika adalah ilmu, tapi sebagai filsafat ia tidak merupakan suatu ilmu empiris 18 Peranan Etika dalam Dunia Modern Ada tiga ciri menonjol dalam dunia modern, yakini: 1. Adanya pluralisme moral 2. Timbulnya masalah-masalah etis baru, terutama disebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis 3. Kepedulian etis yang bersifat universal 19 Moral dan Agama (1) 1. 2. Agama memiliki hubungan erat dengan moral Cara bagaimana kita harus hidup biasanya kita temukan dalam agama Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya Ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam aturan: Di satu pihak cukup banyak aturan berbicara— kadang-kadang dengan agak mendetail—tentang makanan yang haram, puasa, ibadah, dan sebagainya Di lain pihak ada aturan etis lebih umum yang melampaui kepentingan salah satu agama saja, seperti jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzinah, dan jangan mencuri 20 Moral dan Agama (2) Di bidang moral kesepakatan antar-agama jauh lebih mudah tercapai daripada di bidang dogmatik (pandangan tentang Allah, tentang hubungan antara Allah dan dunia, dan seterusnya) Nilai-nilai dan norma-norma moral tidak secara eksklusif diterima karena alasan keagamaan, melainkan karena alasan rasional Berbeda dengan agama, filsafat memilih titik tolaknya dalam rasio dan untuk selanjutnya juga mendasarkan diri hanya atas rasio Keimanan justru tidak terbuka untuk pemeriksaan rasional Kebenaran iman tidak dibuktikan, melainkan dipercaya 21 Moral dan Agama (3) Agama berbicara tentang topik-topik etis secara berkhotbah Artinya, agama berusaha memberi motivasi serta inspirasi supaya umatnya mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang sudah diterimanya berdasarkan iman Filsafat berbicara tentang topk-topik etis dengan berargumentasi Artinya, ia berusaha memperlihatkan bahwa suatu perbuatan tertentu harus dianggap baik atau buruk hanya dengan menunjukkan alasan-alasan rasional Dalam konteks agama, kesalahan moral adalah dosa (orang beragama merasa bersalah di hadapan Tuhan karena melanggar perintah-Nya) Dari sudut filsafat moral, kesalahan moral adalah pelanggaran prinsip etis yang seharusnya dipatuhi Kesalahan moral pada dasarnya adalah sebuah inkonsekuensi rasional 22 Moral dan Agama (4) • Bagi orang beragama, Tuhan adalah dasar dan jaminan untuk berlakunya tatanan moral Dostoyevski: “Seandainya Allah tidak ada, semuanya diperbolehkan.” Munculnya sekularisasi (gejala yang semakin membuat banyak orang mengerti dunia serta kehidupan mereka sendiri tanpa mengikutsertakan asas keagamaan apa pun) Jean-Paul Sartre (1905-1980) menolak perkataan Dostoyevski itu Tidak benar bahwa bagi orang yang tidak beragama semua diperbolehkan Manusia memang tidak bertanggung jawab kepada Tuhan, namun ia tetap bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan tanggung jawab terakhir ini pasti tidak kurang penting Jika kita ingin mencapai kesepakatan di bidang etis, kita hanya bisa berpedoman pada rasio, sebab sarana lain tidak kita punya 23 Moral dan Hukum Ada dua alasan mengapa hukum membutuhkan moral 1. “Apa artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas?” 2. Menyangkut pelaksanaan hukum → semua penegak hukum harus berlaku etis dalam menjalankan tugasnya Namun, moral juga membutuhkan hukum Moral akan mengawang-awang saja kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat, khususnya hukum pidana Hukum juga mengatur konsekuensi-konsekuensi lebih mendetail dari prinsip-prinsip moral Hukum harus membatasi diri dengan mengatur hubunganhubungan antar-manusia yang relevan Moral dan hukum tidak sama, seperti adanya undangundang yang berwatak immoral yang harus ditolak dan ditentang atas pertimbangan etis 24 Perbedaan Moral dan Hukum (1) Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara kurang lebih sistematis disusun dalam kitab undangundang Norma moral lebih bersifat subyektif dan akibatnya lebih banyak “diganggu” oleh diskusi-diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis Hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia Namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja (legalitas) Moral menyangkut juga sikap batin seseorang (moralitas) 25 Moral dan Hukum (2) Sanksi yang berasal dari hukum sebagian terbesar dapat dipaksakan Norma-norma etis tidak dapat dipaksakan, sebab paksaan hanya mampu menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari dalam Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi kalangan individu dan masyarakat Masalah etika tidak bisa diputuskan dengan suara terbanyak Moral menilai hukum, dan bukan sebaliknya 26