J DAERAH TINGRAT I JAWA BARAT J. DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT 1. GAMBARAN UMUM a. Penyebaran penduduk Luas Propinsi Jawa Barat seluruhnya meliputi 44.599 km2, kira-kira 32% luas pulau Jawa. Dalam tahun 1961 jumlah penduduk adalah 17.614.555 jiwa, sedangkan dalam tahun 1971 meningkat menjadi 21.632.684 jiwa, berarti bahwa dalam jangka waktu 10 tahun penduduk bertambah dengan 4.018.129 jiwa. Kenaikan rata-rata per tahun kira-kira 2,3%, sedangkan kepadatan penduduk rata-rata dalam tahun 1971 ialah 466 orang per km2. Wilayah dataran rendah sebelah utara terutama daerah sekitar Tangerang, Krawang-Bekasi dan Cirebon dan dataran tinggi di bagian tengah terutama daerah Bogor-Sukabumi, Bandung, Garut dan Tasikmalaya, merupakan daerah yang padat penduduknya. Sedangkan daerah pegunungan selatan dan Banten lebih jarang penduduknya. Dari seluruh jumlah penduduk, 12,4% hidup di kota sedang 87,6% hidup di daerah pedesaan. Kota yang terpadat penduduknya ialah Bandung, Bogor, Cirebon, Tasikmalaya, Garut dan Sukabumi. 50% jumlah penduduk Jawa Barat berada dalam usia kerja (1971), 15% diantara angkatan tersebut sebagai pengangguran terbuka dan diperkirakan 20% lagi merupakan pengangguran tersembunyi. Diperkirakan, dari angkatan kerja ini, 58% bekerja di bidang pertanian, 10% jasa, 12% perdagangan, 7% industri dan tambang, angkutan dan lain-lain 13%. b. Penyebaran kegiatan perekonomian Kegiatan perekonomian yang ada Dari seluruh kegiatan perekonomian, sektor pertanian merupakan kegiatan utama yang meliputi 51% dari seluruh 159 pendapatan daerah, kemudian sektor perdagangan 18%, jasa 8%, industri 10%, dan lain-lain 13%. Dalam tahun 1969, produksi padi Jawa Barat berjumlah 4.387.000 ton padi kering dengan Was areal panenan sekitar 1.692.000 ha. Dengan berhasilnya program rehabilitasi irigasi dan peningkatan produksi pertanian, maka dalam tahun 1971 produksi padi Jawa Barat meningkat menjadi 5.241.00 ton (kira-kira 21% produksi pada nasional) dengan areal panenan seluas 1.785.000 ha. Daerah produksi padi sebagian besar terletak di dataran rendah bagian utara. Luas sawah di daerah ini meliputi 575.423 ha merupakan 49% dari luas sawah seluruh Jawa Barat, di mana hampir 70% merupakan sawah dengan pengairan teknis. Daerah produksi padi lainnya terletak di dataran tinggi bagian tengah (330.863 ha), dan dataran rendah bagian timur. Produksi pertanian lainnya yang terpenting ialah ketela pohon, ketela rambat, jagung, kacang tanah, dan kedelai. Dalam pada itu, produksi sayur-sayuran dan buah-buahan dapat mencukupi kebutuhan kota Jakarta dan, Bandung. Di bidang perkebunan, karet dan teh merupakan produksi utama Jawa Barat, di samping kelapa, kopi dan kina. Sekalipun luas areal perkebunan merupakan 13% dari luas seluruh Jawa Barat, namun produksi perkebunan, sangat rendah, demikian juga produksi kehutanan. Sedangkan usaha. peternakan dan perikanan masih dilakukan dengan cara tradisional, sehingga produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan daerah sendiri. Di bidang perindustrian, Propinsi Jawa Barat menduduki tempat yang panting. Perkembangan pada akhir-akhir ini menunjukkan kenaikan yang cepat, dengan adanya penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Industri yang penting di antaranya ialah industri dasar, industri k i m i a , industri assembling dan kerajinan rakyat. 160 Industri tekstil sangat menonjol di Jawa Barat. Dalam tahun 1969 produksi tekstil Jawa Barat mencapai 251 juta meter, dalam tahun 1972 naik menjadi 525 juta meter. Dengan demikian, 70% dari produksi tekstil nasional berasal dari Jawa Barat. Daerah Bandung dan sekitarnya merupakan daerah industri tekstil. Industri lainnya ialah industri dasar dan kimia, industri assembling serta kerajinan rakyat. Pada umumnya industri dasar dan kimia serta industri assembling, tersebar di daerah perbatasan dengan Jakarta dan daerah sekitar Bandung, sedangkan industri kerajinan di Tasikmalaya. Kegiatan perekonomian lainnya yang menonjol ialah usaha di bidang perdagangan meliputi 18,1% dari pendapatan daerah, dan usaha di bidang jasa dan pengangkutan meliputi 10% dari pendapatan daerah. Potensi d a e r a h Sumber kekayaan alam yang ada di Propinsi Jawa Barat pada umumnya terbatas. Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, mengakibatkan semakin terbatasnya luas areal untuk ekstensifikasi persawahan maupun kegiatan di bidang pertanian lainnya. Dengan demikian usaha peningkatan produksi pertanian hanya dapat dilakukan dengan cara intensifikasi. Namun demikian Jawa Barat memiliki beberapa sungai besar yang mengalir ke arah dataran rendah utara, antara lain Cisadane, Ciliwung, Cimanuk dan Citarum. Sungai tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan pembangkit tenaga listrik, selain itu sungai-sungai tersebut dapat dimanfaatkan terutama untuk usaha pen ingatan sawah nonteknis menjadi sawah teknis. Sumber minyak dan gas bum yang terdapat di daerah sekitar Jatibarang-Cirebon mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Dengan demikian Cirebon mempunyai 161 kemungkinan untuk dijadikan pusat industri petrokimia dan pupuk. Beberapa daerah di bagian salatan memiliki kemungkinan untuk dikembangkan menjadi daerah pertanian, yaitu daerah Ciamis selatan (Lakbok) dan Ciletuh. Sedang daerah pegunungan tinggi di bagian tengah cocok untuk perkebunan pengembangan buah-buahan dan sayuran. Dalam pada itu daerah Ujungkulon, Pelabuhan ratu, dan Pangandaran dapat dijadikan pusat pariwisata di tepi pantai. Di samping sumber kekayaan alam seperti tersebut di atas Jawa Barat memiliki potensi tenaga kerja yang cukup besar. Tenaga ahli dan tenaga terlatih yang dihasilkan oleh pusatpusat pendidikan tinggi di Bandung dan Bogor, serta pusat pendidikan kejuruan lainnya, merupakan potensi yang dapat menunjang berhasilnya pembangunan. Dalam pada itu jumlah penduduk yang cukup besar merupakan konsumen yang baik bagi pemasaran hasil produksi pertanian, industri, dan lain-lain. 2. MASALAH Sekalipun pembangunan yang dilakukan selama Repelita I berjalan lancar, tidak berarti bahwa semua masalah yang dihadapi dapat diatasi. Beberapa masalah pokok yang ikut mempengaruhi laju perkembangan pembangunan masih terdapat, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan pemecahannya dalam Repelita II. Di antara berbagai masalah pokok yang mendesak dan perlu pemecahannya ialah masalah tekanan penduduk' dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam tahun 1971, 58% dari angkatan kerja penduduk Jawa Barat hidup di sektor pertanian. Jika dibanding dengan luas areal pertanian yang ada, maka sektor pertanian tidak dapat lagi menampung tenaga kerja yang berkelebihan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tanpa diikuti dengan kesempatan kerja yang memadai, akan menimbulkan masalah sosial lainnya. 162 Masalah lain yang dianggap perlu mendapat perhatian ialah masalah penyelamatan hutan, tanah dan air, rehabilitasi tanah, dan tata air serta pengawetan/konservasi tanah. Usaha ke arah penyelamatan hutan, tanah dan air, besar sangkut pautnya dengan pengamanan pertanian secara keseluruhan. Perusakan hutan dan penebangan pohon secara liar mengakibatkan hutan gundul dan tanah menjadi kritis. Tanah yang menjadi kritis terutama terdapat di daerah aliran dan hulu sungai Cimanuk, Cisanggarung, Citarum, Cipunagara, Ciliwung, dan Citanduy. Di samping masalah tersebut diatas, oleh karena Jawa Barat mempunyai prospek yang balk di bidang perindustrian, maka fasilitas dan sarana yang menunjang ke arah pertumbuhan industri yang cepat seperti persediaan tenaga listrik, air bersih dan jaringan telekomunikasi, dirasakan belum memenuhi kebutuhan. Dalam pada itu, untuk mengurangi beban pelabuhan Tanjung Priok, pelabuhan Cirebon perlu perhatian perbaikan fasilitas dan kondisi. Usaha ke arah perbaikan pelabuhan Cirebon dapat dikaitkan dengan usaha ke arah pemusatan industri petrokimia dan pupuk di kota tersebut. 3 . PENGARAHAN L I T A I I PEMBANGUNAN SELAMA REPE- a.Sektoral Pembangunan yang telah dilakukan selama Repelita I akan meningkat dalam Repelita II. Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan selama Repelita II, beberapa sektor yang menonjol akan mendapat perhatian yang utama. Di bidang pertanian dan irigasi, usaha ke arah intensifikasi akan diteruskan dan ditingkatkan. Luas sawah nonteknis akan ditingkatkan menjadi sawah dengan pengairan teknis, sehingga produksi bahan makanan dapat ditingkatkan. Untuk menjamin tersedianya air, dan untuk mencegah bahaya banjir di musim hujan dan bahaya kekeringan di musim 163 kemarau, usaha pengawetan tanah dan air melalui program penghijauan dan reboisasi akan ditingkatkan. Tanah kritis seperti yang terdapat di daerah aliran sungai Cimanuk, Cisanggarung, Cipunagara, Citarum, Ciliwung dan Citanduy akan direhabilitasi, sehingga usaha rehabilitasi dan intensifikasi irigasi dapat terjamin. Dengan demikian kegiatan sektor pertanian, pengairan/irigasi clan reboisasi/penghijauan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan saling menunjang. Di bidang perindustrian, Jawa Barat menduduki tempat yang panting. Kegiatan di bidang ini tahap demi tahap akan dikembangkan dan ditingkatkan. Usaha-usaha ditujukan kearah peningkatan industri yang mengolah hasil pertanian dan perkebunan, di samping industri dasar lainnya dan industri assembling. Pengembangan sektor perindustrian dimaksudkan pula sebagai salah satu usaha untuk mengatasi tekanan penduduk dan pengangguran. Usaha lain untuk mengatasi tekanan penduduk yang setiap tahunnya diperkirakan mengalami kenaikan 2,3% ialah melalui -program keluarga berencana dan transmigrasi. Diharapkan jumlah akseptor dalam waktu yang akan datang akan semakin meningkat. Dalam pada itu usaha pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial akan terus ditingkatkan. b. Wilayah pembangunan Untuk dapat mengusahakan pembangunan yang serasi dan laju pembangunan yang pesat, selain pengarahan dan kebijaksanaan sektoral, akan dilakukan pula pengarahan dan kebijaksanaan secara regional. Dalam rangka kebijaksanaan pengembangan regional, Jawa Barat dibagi menjadi beberapa wilayah pembangunan yang masing-masing mempunyai sifat pengarahan tersendiri. 164 Wilayah pembangunan tersebut terdiri dari ; (1) Wilayah pembangunan daerah yang berbatasan dengan Jakarta, yaitu wilayah Tangerang, Bogor dan Bekasi (wilayah (JABOTABEK), dan sebagian daerah Sukabumi. Wilayah ini dipersiapkan untuk menampung berbagai-bagai kegiatan industri yang tidak dapat ditampung lagi di Jakarta. Dengan demikian fasilitas yang diperlukan untuk menunjang perkembangan industri di wilayah ini, akan dipersiapkan. Namun demikian keseimbangan ekologis akan tetap dijaga, sehingga beberapa daerah tetap dipertahankan sebagai "daerah hijau". Untuk tetap mempertahankan jumlah penduduk sekitar 6 juta di Jakarta, maka daerah Bogor dan sekitarnya akan dijadikan sebagai daerah tempat tinggal, dan Bogor akan menjadi pusat perkotaan baru. (2) Wilayah pembangunan Bandung Raya. Wilayah ini terutama dipersiapkan untuk kegiatan pemerintah, pusat pendidikan tinggi, perdagangan dan pusat industri tekstil. Dalam pada itu untuk kota Bandung sendiri sebagai pusat perkembangan, fasilitas urban perlu ditambah dan disempurnakan, sedangkan usaha ke arah rehabilitasi tanah kritis tersebut dipusatkan di wilayah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang. Bagian sebelah timur merupakan subwilayah dari Bandung Raya ini dengan pusatnya Tasikmalaya. (3) Wilayah pembangunan dataran rendah sebelah utara dengan pusatnya Kerawang. Wilayah pembangunan daerah ini terutama dititik berat kan kepada usaha peningkatan produksi pangan terutama beras dan palawija, melalui intensifikasi areal persawahan. (4) Wilayah pembangunan Cirebon dan sekitarnya, terutama diarahkan untuk kegiatan perindustrian, perdagangan. Industri yang mempunyai kemungkinan yang baik untuk dikembangkan yaitu industri yang mengolah bahan yang berasal dari pertanian, industri petrokimia, pupuk dan semen. 165 Untuk menunjang usaha tersebut, pelabuhan Cirebon perlu ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan pula untuk menampung arus barang, yang tidak dapat dilayani oleh Tanjung Priok. (5) Wilayah pembangunan daerah Banten, dengan pusatnya Serang-Cilegon. Wilayah bagian utara diutamakan untuk perluasan dan intensifikasi areal persawahan teknis, wilayah bagian selatan untuk perkebunan dan tanaman buah-buahan wilayah Teluk Lada untuk intensifikasi usaha pertanian, sedangkan daerah sekitar Cilegon dijadikan pusat industri berat. 4. LANGKAH KEBIJAKSANAAN a. Kebijaksanaan umum Di bidang pertanian, usaha pembangunan terutama akan diarahkan kepada kegiatan yang sifatnya dapat meningkatkan produksi. Usaha tersebut akan ditempuh melalui program perbaikan dan penyempurnaan irigasi dan pembangunan jaringan irigasi baru, serta program peningkatan dan pengembangan produksi pertanian. Di bidang perindustrian di kembang kan industri yang menunjang basil pertanian melalui program bimbingan dan penyuluhan industri. Untuk meningkatkan kegiatan tersebut maka usaha di bidang lainnya seperti peningkatan jalan dan jembatan, penyelamatan hutan, tanah dan air, keluarga berencana, transmigrasi, pendidikan dan usaha lain di bidang sosial akan ditingkatkan. b. Program Dalam rangka pembangunan daerah, akan dilakukan ke- giatan sebagai berikut : Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, dapat dipergunakan untuk pemeliharaan jalan Propinsi, pemeliharaan pengairan, rehabilitasi pengairan dan kegiatan lainnya. 166 Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dapat dipergunakan untuk kegiatan rehabilitasi jalan dan jembatan kabupaten, rehabilitasi pengairan, pembangunan pasar, terminal bus, riol, usaha-usaha penghijauan, dan usaha lainnya. Program Bantuan Desa, dapat dipergunakan untuk kegiatan prasarana produksi desa seperti jalan dan jembatan desa, balai pengobatan dan madrasah desa, dan usaha lainnya. Program bantuan di bidang kesehatan, meliputi kegiatan pengembangan gedung SD serta perlengkapannya. Program bantuan di bidang kesehatan, meliputi kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan, antara lain pembangunan PUSKESMAS di setiap kecamatan serta BKIA dan balai pengobatan, pemberantasan penyakit menular dan peningkatan kesehatan air minum pedesaan. Di bidang pertanian dan pengairan akan dilakukan kegiatan yang meliputi, usaha peningkatan produksi pangan, perkebunan, peternakan, perikanan serta sarana-sarana penunjangnya. Untuk menjaga kelestarian sumber alam, usaha penyelamatan hutan, tanah dan air, akan ditingkatkan. Perbaikan dan penyempurnaan irigasi dilakukan antara lain meliputi pembangunan Cisadane, Rentang, Ciujung dan Cirebon. Pembangunan jaringan irigasi barn, meliputi Jati luhur, ciledug, Cikunten, Cidurian, Teluk Lada dan Cilandak, dan pengaturan serta pengembangan sungai meliputi kegiatan pengembangan daerah-daerah aliran sungai Citanduy dan Cimanuk. Di bidang perindustrian akan dilakukan bimbingan dan penyuluhan industri guna meningkatkan kemampuan dalam produksi, pembiayaan dan pemasaran. Usaha lainnya, meliputi perluasan pabrik kertas Padalarang, pembangunan pabrik pupuk, melanjutkan pembangunan pabrik semen Cibinong (selesai 1974 dengan kapasitas 500.000 ton/ 167 tahun), dan pembangunan unit lain kapasitas '500.000 ton/ tahun yang diharapkan beroperasi 1975, rehabilitasi pabrik gula di Cirebon, perluasan pemintalan Cipadung, pemintalan, benang halus di Garut, dan pabrik besi baja di Cilegon. Peningkatan tenaga listrik dilakukan melalui peningkatan tenaga listrik PLTA Juanda/Jatiluhur VI (25 MW), PLTA Cimanuk (250 MW), PLTA Saguling di Citarum (400-600 MW), PLTU Cirebon (100 MW), PLTP Kemojang (5 MW), PLTD dan PLTM serta Transmisi (2 X 126 + 2 X 577 km) dan jaringan distribusi. Usaha peningkatan prasarana perhubungan darat, meliputi pembangunan jalan baru, peningkatan jalan dan jembatan, rehabilitasi jalan dan jembatan, pemeliharaan jalan dan peningkatan angkutan jalan raya dengan kegiatan survey angkutan, kota di Bandung. Usaha peningkatan perbaikan angkutan kereta api, antara lain rehabilitasi jalan dan bangunan kereta api antara Bandung: Kroya dan antara Jakarta-Merak. Di bidang fasilitas perhubungan udara kegiatannya meliputi, peningkatan pelabuhan udara Husein Sastranegara Bandung hingga dapat didarati F-27 (1974-1975). Di bidang perhubungan laut, kegiatannya antara lain peningkatan fasilitas pelabuhan Cirebon. Peningkatan jasa telekom meliputi kegiatan pembangunan/ penyempurnaan central telex di Bandung. Usaha pengembangan kepariwisataan akan dilanjutkan. Kegiatan transmigrasi meliputi usaha pembinaan dan pengadaan calon transmigran. Di bidang pengaturan tata ruang antara lain, meliputi kegiatan tata guna tanah, tata kota, dan tata daerah dan tata agraria. Pengembangan sarana kehidupan beragama, meliputi antara lain kegiatan pembuatan pembangunan tempat peribadatan balai nikah dan penyediaan kitab suci 168 Di bidang pendidikan, akan dilakukan usaha pembinaan pendidikan lanjutan tingkat pertama, tingkat atas, pembinaan perguruan tinggi serta pembinaan STM Pembangunan di Bandung. Di bidang kesehatan dan keluarga berencana usaha meliputi antara lain rehabilitasi rumah sakit, peningkatan nilai gizi makanan rakyat, penyuluhan kesehatan rakyat, meningkatkan usaha penerangan dan motivasi keluarga berencana kepada para akseptor, dan mengembangkan jumlah klinik keluarga berencana. Peningkatan penyediaan air minum dan kesehatan lingkungan, melalui kegiatan peningkatan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi air minum di Bandung, Purwakarta, Tangerang, Serang, Tasikmalaya, studi dan perencanaan assainering kota Bandung. 169 SAMUDERA INDONE Fasik alaya JAWA BARAT 1 PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN LAUT Peningkatan/perbaikan pelabuhan Pengerukan pelabuhan Fasilitas pelabuhan Jasa maritim C TELEKOMUNIKASI Pelabuhan Udara Tx Sentral telekomunikasi r a f f i a . SAR udus Kapasitas F - 27 O Lima Ferry PARIWISATA Industri semen METEOROLOGI Industri pupuk PERHUBUNGAN DARAT Sp kereta api Industrial j estate Pembangunan angkutan sungai dan pengerukan Ks Peningkatan fasilitas Industri kerns Industri b e s i baja Industri alumini um Industri gala Riling minyak 1AWA PETA LOKASI PROYEK - PROYEK UTAMA TENAGA Listrik temp uap B Listrik tenaga air A AIR atINUM Listrik tenaga panes bumi Upgrading jalan ± 575 Km Rehabilitasi jalan + 1.250 km. PPL1, BARU [RICAN PROPINSI JAWA BARAT Listrik tenaga gas Lisaik temp diesel ° Pemeliharaan jalan Pembangunan jalan ± 656 km. + 270 km.