BANKING REGULATION and BASEL II

advertisement
BANKING REGULATION and
BASEL II
Dr. Joni Swastanto
[email protected]
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
1
CURRENT ISSUES (1)
 Krisis 1997/98 vs 2008
 Krisis 97/98 bersifat regional, Indonesia berada
dipusat. Krisis 2008 bersifat global yang berpusat
di negara maju (terutama AS)
 Krisis 97/98 krisis mata uang dan excessive risk
bank2, krisis 08 subprime mortgage investment
dimana perbankan Indonesia tdk ada exposure
 Perbankan sdh siap (infrastruktur, ketentuan,
risk behavior)
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
2
CURRENT ISSUES (2)
 Bank Performance
Capital cukup kuat (CAR 17%),
Asset quality terjaga, trend naik (NPL gross 4,6%)
Management - governance membaik
Earning membaik (ROA 2,7%)
Liquidity stabil
 Risk Taking
Risiko suku bunga: maturity short jgk pendek long jgk
panjang  rentan thd kenaikan suku bunga
Risiko nilai tukar: PDN short  rentan Rp depresiasi
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
3
Perlunya Regulasi Perbankan
FINANCIAL INTERMEDIATION
 Regulasi perbankan dibuat untuk mengatur
bank yang kegiatannya sebagai lembaga
intermediasi
 Untuk menjadi intermediator, bank harus
mempu menangani aspek pasiva dan aktiva
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
4
Perlunya Regulasi Perbankan
 Intermediasi keuangan penting karena
menghubungkan kreditur dan peminjam,
mempengaruhi fungsi pasar keuangan,
uang beredar dan pertumbuhan ekonomi
 Pada tingkat mikroekonomi, financial
intermediaries (FI) mengubah bentuk dana
menjadi kredit atau surat berharga
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
5
Perlunya Regulasi Perbankan
 FI juga menarik minat microeconomist karena
sangat diatur (heavily regulated) dan akan
menentukan likuiditas dari pasar keuangan
 Perhatian terbaru mengenai regulasi
perbankan (deregulasi) disebabkan adanya
masalah besar perbankan di banyak negara
 FI juga menarik macroeconomist. Bank
mempengaruhi permintaan uang dan supply
investasi
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
6
Perlunya Regulasi Perbankan
 Regulasi bank akan menyangkut semua level
kegiatan bank
 Fokus dari prudential regulation adalah
solvency (hubungan antara equity, debt dan
asset riskiness)
 Karena sebagian besar equity adalah
eksternal, maka solvency bank tergantung
pada struktur modalnya
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
7
Perlunya Regulasi Perbankan
OTHER APPROACHES
 Pengusaha tidak bisa mengajukan kredit karena
kredit bank diberikan kepada orang tertentu yang
dekat dengan kekuasaan, (Brazil/Zambia)
 menghambat pertumbuhan ekonomi
 rumah tangga di Nigeria, Rusia atau Venezuela
senang membeli valas dp menabung ke bank,
 inefisiensi transformasi dari tabungan ke sektor
produktif
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
8
Perlunya Regulasi Perbankan
 Bad policies menyebabkan timbulnya krisis
perbankan di Argentina atau Indonesia
 akan menimbulkan pengangguran
 Ada hub kuat antara bisnis perbankan dgn
kegiatan ekonomi.
 Ketika bank menyalurkan dana ke
perusahaan yang mempunyai RR tinggi dan
dan digunakan secara tepat, akan
mendorong timbulnya kewirausahaan dan
pertumbuhan ekonomi
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
9
Perlunya Regulasi Perbankan
 Negara dengan industri perbankan yang maju
dapat mengurangi masalah kemiskinan lebih
cepat karena kredit bank disalurkan kepada
sektor produktif
 Perbankan juga perlu dilihat jika bangkrut.
Krisis perbankan di Jepang pada tahun 1990an menelan biaya lebih dari 20% GDP
 Jadi, motif untuk mempelajari bank regulation
adalah karena bisnis bank penting bagi
kesejahteraan masyarakat
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
10
Perlunya Regulasi Perbankan
Institutional Environment
Democratic, Political Structure/System
Media
Politicians
Corruption
Corruption
Regulators and
supervisors
Banks
The Market:
Market Structure
Judicial, Legal,
Regulatory Environment
The Public
Depositors, creditors,
Rating agencies
Corruption
Borrowers,
counterparties
Technology, Information Infrastructure
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
11
Perlunya Regulasi Perbankan
 Dari framework peraturan perbankan di atas, ada (1)
principal-agent problem dan (2) corruption
 Principal-agent problem terjadi pada setiap tingkat.
Misalnya dari sisi pemberian kredit, bank adalah
principal dan peminjam adalah agent dan masalah
bagi principal adalah bagaimana memastikan
peminjam mempunyai perilaku baik dan dapat
membayar pinjamannya (information asymmetries)
 Bank meminta kolateral dan jangka waktu lebih
pendek
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
12
Perlunya Regulasi Perbankan
 Masalah korupsi terjadi powerful individual
mempengaruhi bank dan bank
mempengaruhi regulator dengan
menawarkan balasjasa. Masalah korupsi ini
membuat framework peraturan perbankan
menjadi lebih rumit
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
13
Perlunya Regulasi Perbankan
PUBLIC INTEREST APPROACH
 Public interest dalam arti luas: mendorong
pertumbuhan ekonomi mengurangi inflasi dan
melindungi konsumen.
 Pembuatan peraturan perbankan diawali
dengan motif untuk menguntungkan publik
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
14
Perlunya Regulasi Perbankan
 Pigou: pada pasar yang tidak sempurna,
invisible hand’s Adam Smith tidak jalan.
 Ketidak sempurnaan (monopoli, eksternalitas
atau information asymmetries) dapat
menghalangi berfungsinya pasar dan
mendorong berperannya pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
 (1) terdapat kegagalan pasar, dan (2)
pemerintah mempunyai insentif dan
kemampuan untuk mengatasi kegagalan
pasar
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
15
Perlunya Regulasi Perbankan
 Akerlof membuat model mengenai
information asymmetries. Peminjam tahu apa
yang akan dilakukan dengan dana dan niat
membayar begitu kontrak ditandatangani
(kasus used car).
 Information asymmetries menimbulkan: (1)
adverse selection (peminjam yang kurang
baik berani membayar bunga lebih tinggi) dan
(2) moral hazard (begitu dana diperoleh,
peminjam dapat menggunakan uang untuk
apa saja).
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
16
Perlunya Regulasi Perbankan
 Information asymmetries dapat menjelaskan
adanya tendensi pasar keuangan menuju
oligopolistik: bank cenderung memberi dana
pada peminjam yang dikenal dan peminjam
baru sulit memperoleh kredit
 Stiglitz dan Weiss menjelaskan bahwa
information imperfection dapat mendorong
terjadinya rationing pada pasar kredit.
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
17
Perlunya Regulasi Perbankan
 Tanpa information asymmetries, bank tidak
hidup karena surplus unit dapat langsung
berhubungan dengan defisit unit tanpa
transaction cost.
 Intertemporal transaction akan memperburuk
information asymmetries dan dapat
memperpendek jangka waktu kredit. Kredit
jangka panjang memungkinkan terjadi shock
dan perubahan perilaku peminjam.
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
18
Perlunya Regulasi Perbankan
 Pemilik deposito juga memiliki perilaku yang
sama terhadap bank, memilih deposito
jangka pendek untuk menghindari risk taking
oleh bankir
 Bank juga menghadapi information
asymmetries. Manager bank mempunyai
lebih banyak informasi mengenai kualitas
aset dibandingkan pemilik deposito dan small
shareholder.
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
19
Perlunya Regulasi Perbankan
 Jika pemilik deposito tidak dapat memperoleh info
yang benar mengenai kondisi bank dan ketika
beberapa deposan menarik dananya, yang lain akan
ikut karena tidak memahami kondisi bank. Bank run
akan bisa mempengaruhi bank lain
 Dengan perfect information, bank run tidak terjadi
karena deposan dan kreditur bank akan meminta
bunga lebih tinggi jika bank mulai mengambil risiko
lebih tinggi. Dengan demikian, risk taking juga dapat
dihambat. Dalam kondisi demikian, bank run hanya
terjadi jika ada shock
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
20
Perlunya Regulasi Perbankan
 Bank run jika terjadi secara luas akan
menyebabkan krisis perbankan yang
menyebabkan meningkatnya kemiskinan.
Krisis perbankan sering diikuti dengan
berkurangnya kredit perbankan dan
kemudian resesi ekonomi
 Krisis perbankan sering disebut sebagai
akibat dari imperfect information dan
externalities. Dengan informasi lebih baik
mengenai exogenous shocks atau risk taking
oleh bank, bank run tidak terjadi
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
21
Perlunya Regulasi Perbankan
 Apa contoh public interest approach? Yang banyak
diulas adalah (1) untuk meningkatkan peran sistem
finansial pada perekonomian, dan (2) untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi
 Selain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
menjamin stabilitas sistem keuangan, peraturan
perbankan juga diperlukan untuk melindungi
konsumen dari fraud, manipulasi dan penyelewengan
lain.
 Dilakukannya fit and proper test untuk bankir baru,
adalah refleksi dari sejarah fraud. Krisis perbankan di
beberapa negara akhir2 ini, fraud dan looting adalah
penyebab tingginya biaya krisis
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
22
Perlunya Regulasi Perbankan
PRIVATE INTEREST VIEW
 Pemerintah mempunyai keinginan dan
kemampuan untuk mengatasi kegagalan
pasar. Namun dalam praktek, ini tidak selalu
terjadi.
 Peraturan adalah produk sehingga ditentukan
oleh demand dan supply. Dalam aplikasi
perbankan, pemerintah mengatur bank untuk
memfasilitasi pengeluaran pemerintah, untuk
menyalurkan kredit untuk kepentingan partai
politik
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
23
Perlunya Regulasi Perbankan
 Public dan private view to regulation adalah 2
kutub ekstrim yang melambangkan
kompleksnya masalah regulasi
 Berbagai sistem regulasi merupakan respon
dari kondisi suatu saat
 Motivasi adanya regulasi, salah satunya
adalah kebutuhan dana pemerintah
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
24
Perlunya Regulasi Perbankan
 Dengan pasar modal yang belum
berkembang, di negara berkembang sistem
perbankan adalah sumber utama
pembiayaan domestik utk pemerintah
 Negara berkembang sebelum liberalisasi,
bank mempunyai reserve tinggi yang
mensyaratkan memegang obligasi
pemerintah
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
25
Perlunya Regulasi Perbankan
 Mengawasi bank dengan menetapkan
peraturan menjadi penting untuk menjamin
keberhasilan ekonomi dan keselamatan
politik bagi pemerintah
 Meskipun pembiayaan kpd pemerintah dapat
disebut sebagai publik, tapi disebut sebagai
private karena partai politik dapat
menggunakan bank sebagai sumber kredit
bagi suporternya
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
26
Perlunya Regulasi Perbankan
 Pemerintah mengatur bank untuk
meningkatkan dukungan politik dan ini
merupakan salah satu faktor supply dan
demand
 Bank yang powerful dapat mempengaruhi
regulator (melalui partai politik) untuk
mengeluarkan peraturan yang
menguntungkan bank
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
27
Perlunya Regulasi Perbankan
 Di beberapa negara berkembang,
konglomerat mengontrol prerekonomian dan
perbankan
 Persaingan hanya terjadi pada beberapa
kelompok konglomerat dan peraturan
perbankan cenderung menguntungkan
mereka
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
28
Perlunya Regulasi Perbankan
 Pemilihan umum dapat mengarahkan
regulasi perbankan. Di AS tahun 1980an1990an, penutupan bank dilakukan setelah
pemilu
 Di beberapa negara, pola deregulasi juga
didasari oleh perubahan inflasi, perubahan
teknologi, dsb
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
29
Perlunya Regulasi Perbankan
 Dalam situasi ada shocks, motif public atau
private sering sulit dibedakan. Di beberapa
negara, ekonomi pembangunan sering
menjadi motif utama
 Setelah mengalami krisis perbankan, banyak
negara membuat regulasi tanpa melihat
motifnya public atau private
Dr. Joni Swastanto/Banking Regulation-Basel II
30
Download