ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN PADA NY. T DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG HUSNA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : Dewi Setyowigiastri A01301736 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2016 i Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2016 Dewi Setyowigiastri1, Arnika Dwi Asti1 ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN PERLINDUNGAN PADA NY. T DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG HUSNA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Latar Belakang : Keamanan / perlindungan adalah suatu keadaan yang bebas dari cedera fisik dan psikologis atau keadaan aman dan tentram, tidak ada gangguan fisik atau pemikiran (Perry & Potter, 2006). Tujuan Umum Penulisan Karya Ilmiah : untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan pada klien dengan Diabetes Melitus. Resume Keperawatan : Berdasarkan pengkajian tanggal 16 Juni 2016 pukul 10.00 WIB penulis mendapatkan data subjektif klien mengatakan luka sudah lama belum diganti balut, klien mengatakan ingin diganti balutannya, data objektif terdapat luka pada kaki kanan post amputasi, luka terdapat pus, GDS: 150 mg/dL. Masalah keperawatan yang muncul dari data tersebut adalah resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis. Intervensi dan implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah berupa melakukan perawatan luka, mengkaji tanda infeksi, dan cek GDS. Hasil evaluasi selama tiga hari yaitu masalah keperawatan belum teratasi lanjutkan intervensi perawatan luka per hari. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keamanan, Perlindungan iv DIII Nursing Studies Program College of Health Sciences Muhammadiyah Gombong KTI, July 2016 Dewi Seryowigiastri1, Arnika Dwi Asti1 ABSTRACT MEETING THE NEEDS OF NURSING CARE SECURITY AND PROTECTION TO Mrs. T WITH DIABETES MELITUS TYPE II IN THE HUSNA ROOM GENERAL HOSPITAL OF PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Background: Security / protection is a condition that is free from physical and psychological injury, or safe condition and peaceful, there is no physical disorder or thought (Perry & Potter, 2006). General Purpose Scientific Writing: to give an overview of nursing care with a problem fulfilling the needs of the sense of security and protection on a client with Diabetes mellitus. Nursing Resume: Based on the assessment dated June 16, 2016 at 10:00 am the writer gets subjective data the client said the wound had not replaced the old bandage, the client said he wanted replaced the bandages, objective data there is a wound on the right foot post amputation, wound are pus, GDS: 150 mg / dL. Nursing problems that arise from these data is the risk of infection associated with chronic diseases. Intervention and implementation done to resolve the problem of wound care, assess signs of infection, and check GDS. Results of the evaluation for the three days of the issue is not resolved continue nursing wound care interventions by day. Keywords: Nursing care, Protection, and Security v KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan Pada Ny. T dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Husna Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”. Karya tulis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan program studi Diploma III Keperawatan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. M. Madkhan Anis, S.Kep.Ns selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 2. Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong 3. Arnika Dwi Asti, M.Kep selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran, arahan, dan motivasinya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Bapak/ Ibu dosen STIKES Muhammadiyah Gombong yang telah membekali ilmu keperawatan kepada penulis dan memberikan bimbingan dalam pelaksanaan ujian hingga penyusunan laporan. 5. Kedua orang tua Ayah Sri Retno Wigiatmoko dan Ibu Siti Sulastri, yang selalu memberikan motivasi, semangat dan mengajarkan tentang sebuah tanggung jawab serta do’a yang tiada henti. 6. Adikku Deni Fajar Ramadhan, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. vi 7. Teman – teman seperjuangan angkatan 2016, yang telah memberikan dukungan, semangat dan membantu dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan saran dan bantunya pada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari dalam penyusunan kaya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan penulis baik pengetahuan mauun pengalaman tentang Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahu Wabarakatuh Gombong, Juli 2016 Penulis vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5 C. Manfaat Penulisan ............................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 7 A. Konsep Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan ............................. 7 B. Luka .................................................................................................... 7 1. Definisi Luka ................................................................................. 7 2. Jenis Luka ..................................................................................... 8 3. Luka Infeksi .................................................................................. 9 4. Fase Penyembuhan Luka............................................................... 10 5. Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.................. 12 C. Penatalaksanaan Perawatan Luka ....................................................... 14 1. Perawatan Luka ............................................................................. 14 2. Tipe Balutan Luka ......................................................................... 16 BAB III RESUME KEPERAWATAN ........................................................... 19 A. Pengkajian ........................................................................................... 19 B. Analisa Data ........................................................................................ 22 viii C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................................... 23 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 28 A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ............................. 28 B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan .................................... 32 C. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis ......................... 35 D. Analisa tindakan .................................................................................. 38 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 40 A. Kesimpulan ......................................................................................... 40 B. Saran .................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penyakit yang mengalirkan volume urin yang banyak dengan mengandung kadar gula yang tinggi (Corwin, 2009). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kelainan ginjal, saraf , jantung dan pembuluh darah. Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,2007). Salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai pada masalah kesehatan adalah diabetes melitus. Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1 – 2 mg%/ tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6 – 13 mg%/ tahun pada 2 jam setelah makan (Rochman, 2007). Data tingkat prevalensi global bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2012 telah mencapai 8,4 % dari populasi penduduk di dunia, telah mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013. Jika tidak ada suatu penanganan yang khusus, jumlah tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2035 menjadi 55 % (592 juta orang), usia pada penderita DM antara 40 – 59 tahun (IDF,2013). International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sekitar 183 juta orang tidak menyadari kalau mereka menderita penyakit diabetes mellitus, sebesar 80 % yang menderita diabetes mellitus tinggal di Negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. Dari data tahun 2006, 1 2 sebagian besar orang yang menderita penyakit diabetes melitus lebih dari 50 juta orang di Asia Tenggara (IDF 2011). Secara epidemiologi, diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penyakit DM pada tahun 2030 dengan jumlah penderita meningkat menjadi 21,3 juta orang di Indonesia. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes (Tarwoto, 2012). Indonesia merupakan urutan ke 7 dengan diabetes mellitus tertinggi sejumlah 8,5 juta setelah Cina (98,4 juta), India (65,1 juta), Amerika (24,4 juta), Brazil (11,9 juta), Rusia (10,9 juta), Mexico (8,7 juta), Indonesia (8,5 juta), Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5 juta), dan Jepang (7,2 juta) (IDF,2013). Data Riskesdes tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi DM pada 17 Propinsi seluruh Indonesia dari 1,1 % (2007) menjadi 2,1 % (2013) dengan total penduduk 250 juta. Dari data kejadian DM, salah satunya adalah Propinsi Jawa Tengah dengan penderita DM tertinggi sebanyak 509.319 orang jiwa di wilayah kota Semarang (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2011). Berdasarkan data dari Badan Statistik Provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, sebesar 33.270.207 jiwa. Prevalensi DM tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06 lebih rendah dibandingkan tahun 2011 (0,09 %). Sedangkan, prevalensi DM tidak tergantung insulin yang lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan dari 0,63 % menjadi 0,55 % pada tahun 2012 ( Dinkes Provinsi Jawa Tengah). Berdasarkan laporan program dari Rumah Sakit, Kasus DM ditemukan sebanyak 151.075. berdasarkan jumlah kasus PTM lain di kota Semarang adalah 36,98 %. Penduduk di Kabupaten Kebumen 1.181.678 jiwa, sedangkan untuk jumlah lansia berdasarkan usia 45 – 64 tahun ada 136.328 jiwa dan 3 untuk jumlah lansia >65 tahun ada 58.747 jiwa. Prevalensi DM tergantung insulin untuk wilayah Kebumen pada tahun 2012 sebesar 163 jiwa, dan untuk pravalensi DM tidak tergantung insulin ada 1.652 jiwa (Dinkes Provinsi Jawa Tengah). Di Kabupaten Kebumen tahun 2015, penyakit tidak menular diabetes mellitus menduduki peringkat kedua setelah penyakit Hipertensi (8.131 kasus), Diabets Melitus (2.216 kasus), dan Asma Bronkial (2.085 kasus) (Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen). Berdasarkan analisa data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok umur diatas 45 tahun sebesar 12,41 %. Analisa ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan kejadian DM dengan faktor risikonya yaitu jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang, dan umur. Sebesar 22,6 % kasus DM Tipe 2 di populasi dapat dicegah jika obesitas sentral diintervensikan (Irawan, 2010). Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus, prevalensi kejadiana DM pada wanita lebih tinggi dari pada laki – laki. Wanita lebih berisiko mengidap penyakit diabetes mellitus karena secara fisik wanita memiliki peluang meningkatkan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca menopause membuat distribusi lemak tubuh menjadi lebih mudah terakumulasi akibat proses hormonal, sehingga wanita berisiko menderita pentakit diabetes mellitus (Irawan, 2010). Komplikasi Diabetes Melitus ( Subekti, 2006 ) adalah Hipoglikemia terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebih, kurangnya asupan makanan, dan aktivitas klien yang berlebihan. Diabetes Ketoasidosis ketidakadaan insulin atau tidak cukupnya insulin yang dapat mengakibatkan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein dan lemak yang dimanifestasikan dengan adanya dehidrasi, asidosis dan kehilangan elektrolit. Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar 4 Nonketotik yaitu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas, hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ tubuh. Komplikasi menahun Diabetes Melitus yaitu neuropatik diabetik, retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, kelainan coroner, dan ulkus. Kaki diabetik adalah infeksi, ulkus, yang di tandai dengan kerusakan jaringan berhubungan dengan gangguan pada system saraf dan aliran darah pada kaki (Adhiarta,2011; Gitarja,2008). Gangguan saraf pada saraf dan aliran darah ini disebabkan karena hiperglikemia, sedangakan menurut Waspadji (2007) kaki diabetik adalah kelainan tungkai bawah akibat diabetes yang tidak terkontrol. Pada penderita DM dengan luka di kaki biasanya akan mengalami infeksi. Infeksi Kaki Diabetik (IKD) merupakan infeksi yang terjadi didaerah ekstremitas bawah, karena dapat mengalami mati rasa didaerah tersebut, sehingga penderita tidak menyadari adanya luka dikakinya. Infeksi kaki diabetik merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan sering dijumpai bersamaan dengan hiperglikemia. Lebih dari 40 % orang dengan IKD kemungkinan harus diamputasi dan 5 % - 10 % akan meninggal karena infeksi yang terjadi disekitar area amputasi. Hal ini terjadi karena kurangnya perawatan luka sejak dini, perawatan luka berfungsi agar luka sembuh dan infeksi tidak menyebar ke organ lain (Suryani, 2012). Berdasarkan penjelasan diatas banyak dampak negatif apabila orang yang menderita Diabetes Melitus tidak di tangani sejak dini, apalagi orang yang menderita diabetes melitus memiliki luka pada kakinya tidak dilakukan perawatan luka sejak awal maka akan berakibat fatal. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil bahan studi karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan pada Ny. T dengan Diabetes Melitus Tipe II di ruang Husna Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong”. 5 B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan pada Ny.T dengan diabetes mellitus tipe II di ruang Husna, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. 2. Tujuan Khusus a. Memaparkan hasil pengkajian pada klien penderita Diabetes Melitus b. Memaparkan analisa data dan diagnosa keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus c. Memaparkan intervensi keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan sesuai rencana keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus f. Memaparkan inovasi asuhan keperawatan pada klien penderita Diabetes Melitus C. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Keilmuan a. Institusi Pendidikan Penulisan KTI ini sebagai kapustakaan atau informasi tentang Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan pada penderita Diabetes Melitus. b. Penulis 6 Karya Tulis Ilmiah ini memeberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita Diabetes Melitus dengan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan. 2. Manfaat Aplikatif a. Rumah Sakit Memberikan pengetahuan tambahan bagi tenaga kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan pada klien yang menderita diabetes mellitus dengan Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan b. Klien dan Keluarga Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga tentang cara perawatan luka post amputasi pada klien penderita diabetes mellitus. . LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILITUS DI RUANG KHUSNA RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Program Diploma III Keperawatan Disusun Oleh DEWI SETYOWIGIASTRI NIM A01301736 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2016 LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS A. PENGETIAN Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007) Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. diabetes. B. ETIOLOGI Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu : 1. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM ) Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas disebabkan oleh : a. Faktor genetic Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya. b. Faktor Imunologi Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing. c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. 2. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM ) Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu : a. Usia Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. (Sujono & Sukarmin, 2008). b. Obesitas Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak. (Sujono & Sukarmin, 2008). c. Riwayat Keluarga Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah defek genetif, masingmasing memberi kontribusi pada risiko dan masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan. (Robbins, 2007). d. Gaya hidup (stres) Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. C. MANIFESTASI KLINIS 1. Diabetes Tipe I a. hiperglikemia berpuasa b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia c. keletihan dan kelemahan d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian) 2. Diabetes Tipe II a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur c. komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer D. PATOFISIOLOGI Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengala mi peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan glikogenolisis kelemahan. (pemecahan Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi E. PATHWAY F. KOMPLIKASI Menurut Subekti (2006; 161) komplikasi dari diabetes mellitus adalah 1. Hipoglikemia Dapat terjadi karena pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit atau karena aktivitas yang berlebihan. 2. Diabetes Ketoasidosis Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini akan mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang dimanifestasikan dengan adanya dehidrasi, asidosis dan kehilangan elektrolit. 3. Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik Yaitu keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran 4. Komplikasi Jangka Panjang Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ tubuh 5. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus a) Neuropati diabetik b) Retinopati diabetik c) Nefropati diabetik d) Proteinuria e) Kelainan koroner f) Ulkus/gangrene G. PEMEIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan gula darah 2. Pemeriksaan urine 3. Pemeriksaan Hb H. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis Intervensi : a. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi. b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. d. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). f. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk gmengetasi nyeri. g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. h. Monitor TTV 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose Intervensi : a. Monitor intake makanan dan minuman yang dikonsumsi klien setiap har b. Tentukan berapa jumlah kalori dan tipe zat gizi yang dibutuhkan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi c. Kaji status nutrisi d. Timbang BB klien e. Kolaborasikan pemberian insulin secara teratur f. Kolaborasikan pemberian diit rendah glukosa 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi Intervensi : a. observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti kemerahan dan adanya push pada luka b. Kaji TTV c. Lakukan erawatan luka d. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif. DAFTAR PUSTAKA Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Sujono & Sukarmin, 2009, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta : Graha Ilmu. Imam Subekti. 2006. Tetap Sehat Dengan Diabetes Mellitus. Dalam: Pradana Soewondo, editor: Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 25 Robbins, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni