MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA Modul ini berisi langkahlangkah awal untuk memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar. Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh MK42002 Ety Sujanti, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini ditulis untuk membantu mahasiswa mengenal dasar dari segala ilmu dan pengetahuan yaitu logika. Diharapakan dengan adanya modul ini, mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami alur berpikir dan bernalar menggunakan logika. Katakan Maksud Anda (1) 1. Memahami Kesesatan Berpikir Kesesatan merupakan bidang kajian logika yang menaruh perhatian pada penalaran yang tidak tepat atau penalaran yang keliru. Kesesatan juga disebut “fallacia atau fallacy” yaitu kekeliruan penalaran yang terjadi pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika. Kesesatan dapat terjadi karena ketidaksadaran orang yang bernalar atau sebaliknya dilakukan secara sengaja untuk menyesatkan orang lain. Kesesatan yang terjadi karena ketidak sengajaan disebut paralogis, sedangkan kesesatan penalaran yang dilakukan secara sengaja disebut sofisme. Kesesatan dapat terjadi karena dua faktor yaitu karena bentuk penalarannya yang tidak sahih dan karena tidak ada hubungan logis antara premis dengan konklusi. Kesesatan yang terjadi akibat bentuk penalaran yang tidak sahih disebut kesesatan formal. Sedangkan kesesatan yang terjadi karena inkonsistensi antara premis dengan konklusi disebut kesesatan relevansi. 1.1. Jenis-jenis Kesesatan Secara umum ada dua jenis kesesatan yakni kesesatan karena bahasa dan kesesatan relevansi. A. Kesesatan Bahasa Kesesatan bahasa terjadi karena penggunaan kata atau istilah tertentu dalam kalimat (bahasa) yang memiliki arti yang berbeda-beda. Ada beberapa jenis kesesesatan yang temasuk dalam kesesatan bahasa yakni, kesesatan karena aksen atau intonasi; kesesatan term ekuivokal; kesesatan metafora, dan kesesatan amfibolia (amphibolia). Keempat jenis kesesatan ini disebut quaterna terminorum. 1. Kesesatan intonasi Kesesatan intonasi adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat perubahan tekanan pada satu kata tertentu yang mengakibatkan terjadi perubahan arti. 2. Kesesatan term ekuivokal Term ekuivokal adalah term yang mempunyai lebih dari satu arti. Jadi kesesatan term ekuivokal adalah jenis kesesatan yang terjadi akibat pergantian arti dari sebuah term yang sama. 3. ‘14 2 Kesesatan karena metafora Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesesatan karena metafora adalah jenis kesesatan yang terjadi jika pelaran dalam arti kiasan, disamakan dengan arti yang sebenarnya. 4. Kesesatan amfiboli Kesesatan karena metafora adalah jenis kesesatan yang terjadi jika konstruksi kalimat yang dibangun menyebabkan arti yang bercabang. B. Kesesatan Relevansi Kesesatan relevansi adalah jenis kesesatan yang terjadi karena konklusi yang dibangun tidak relevan dengan premisnya. Atau dengan kata lain konklusi yang dibuat bukan merupakan implikasi dari premisnya. Kesesatan ini dapat dikategorikan atas (1) argumentum ad hominem; (2) argumentum auctoritatis; (3) argumentum ad baculum; (4) argumentum ad misericordiam; (5) argumentum ad populum; (6) non causa pro causa; (7) kesesatan aksidensi; (8) kesesatan komposisi dan divisi; (9) kesesatan karena pertanyan yangkompleks; 1. Argumentum Ad Hominem Argumentum ad hominem adalah, kesesatan yang terjadi karena pemaksaan kehendak agar orang lain menerima keputusan yang didasarkan pada kepentingan tertentu. Misalnya: seorang terdakwa yang berusaha mendapat hukuman seringan mungkin dengan mengatakan bahwa penderitaan yang ditimpakan hakim kepadanya dapat juga terjadi pada keluarga sang hakim. 2. Argumentum Autoritatis Argumentum autoritatis adalah, kesesatan yang terjadi karena orang menerima atau menolak suatu kebenaran bukan berdasarkan penalaran tetepi berdasarkan otoritas orang yang mengatakannya. Misalnya: kebenaran yang diterima hanya berdasarkan pada siapa yang mengatakan kebenaran itu. 3. Argumentum Ad Baculum Argumentum ad baculum adalah, kesesatan yang terjadi karena penerimaan atas kebenaran bukan ditentukan oleh penalaran melainkan karena tekanan atau intimidasi. Misalnya: penyangkalan para koruptor karena tekanan para mafia. 4. Argumentum Ad Misericordiam Argumentum ad misericordiam adalah, kesesatan yang terjadi karena argumen yang dibuat untuk menimbulkan belas kasihan pihak lain. Argumen ini biasanya dilakukan agar suatu perbuatan dimaafkan. 5. Argumentum Ad Populum Argumentum ad populum adalah, kesesatan yang terjadi karena argumentasi yang dibuat tidak didasarkan pada bukti melainkan didasarkan pada keykinan banyak orang. Pembuktian suatu argumentasi menjadi tidak penting melainkan, yang diutamakan adalah menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan emosi ‘14 3 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id agar menerima simpulan tertentu. Argumentum ad populum banyak terjadi dalam kampanye politik, pidato-pidato atau dalam demostrasi yang melibatkan banyak orang. 6. Non Causa Pro Causa Non causa pro causa adalah, kesesatan yang terjadi karena konklusi yang dibuat tidak berdasarkan penyebab yang semestinya, melainkan oleh sebab yang lain. 7. Kesesatan Aksidensi Kesesatan aksidensi adalah, kesesatan yang terjadi karena penerapan prinsip atau pernyataan umum pada suatu peristiwa tertentu yang karena sifatnya yang kebetulan (aksidental) menyebabkan penerapan itu tidak cocok. Sifat aksidental adalah sifat yang tidak mutlak, yang tidak harus ada. 8. Kesesatan Komposisi dan Divisi Kesesatan komposisi adalah keseatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa totem pro parte yang tidak tepat. Sedangkan kesesatan devisi adalah kesesatan yang terjadi karena penggunaan gaya bahasa pars pro toto yang keliru. 9. Kesesatan karena pertanyan yang kompleks Kesesatan ini terjadi karena, pertanyaan yang dibuat tidak spesifik sehingga dapat menimbulkan penafsifaran dan jawaban yang lebih dari satu. 2. Memahami Term, Proposisi dan Argumen 2.1. Term Term adalah bagian dari suatu kalimat yang berfungsi sebagai subjek atau predikat (S atau P). Dengan demikian term ialah gabungan dari sejumlah kata (kalimat) yang terdiri subjek, predikat, dan kata penghubung. Kata penghubung seperti, antara lain, jika, dan, oleh, dalam, akan, adalah, merupakan, tidak terkategori ke dalam term. Term dipahami juga sebagai sebuah gagasan atau segugus gagasan yang dinyatakan dalam wujud kata-kata. Gagasan dalam hal ini berarti juga pengertian yang membentuk kata. Selanjutnya kata membentuk term sebagai sarana komunikasi atau bahasa. Bahasa diproduksi manusia. Manusia menyatakan pikirannya melalui bahasa. Dengan begitu pemikiran yang diungkapkan tidak terdiri dari kata-kata yang satu sama lain terlepas, tetapi kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang dapat dimengerti. Itulah sesunguhnya yang dimaksud dengan term. Contoh: Ety Sujanti seorang dosen (Ety Sujanti = S; seorang dosen = P). Kalimat itu dapat berfungsi hanya sebagai subjek ketika diperluas dengan tambahan ‘Dia adalah kakak saya’ yang berfungsi sebagai predikat. Berbeda dengan linguistik, di dalam logika sebuah kalimat (term) hanya terdiri dari subjek atau predikat. ‘14 4 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut luasnya, term dapat dibedakan menjadi: 1. Term singular. Term ini dengan tegas menunujukkan satu individu, barang atau golongan yang tertentu. Misalnya, Slamet, orang itu, kesebelasan itu, yang terpandai, dan sebagainya; 2. Term partikular. Term ini menunjukkan hanya sebagian saja dari seluruh luasnya. Artinya, menunjukkan lebih dari satu, tetapi tidak semua bawahannya. Misalnya, beberapa mahasiswa, kebanyakan orang, empat orang muda, dan sebagainya; 3. Term universal. Term ini mernunjukkan seluruh lingkungan dan bawahannya masingmasing tanpa ada yang dikecualikan. Misalnya, semua orang, setiap dosen; kera adalah binatang, dan sebagainya.. 4. Term kolektif. Term yang menggambarkan sekelompok objek atau koleksi objek sebagai sebuah unit. Contoh: keluarga, angkatan bersenjata, himpunan mahasiswa jurusan. Term kolektif dapat bersifat singular (misalnya TNI), particular (misalnya beberapa anggota TNI), serta universal (misalnya tentara) Menurut asas perlawanan gagasan dasarnya, term memiliki jenis sebagai berikut: 1. Term kontradiktoris. Yaitu term dimana term yang satu mempertegas makna term yang lain melalui pengingkarannya. Disini term yang satu mengingkari term yang lainnya. Contoh: hidup mati, benar salah. 2. Term kontraris. Yaitu pasangan term yang menunjukkan sudut-sudut ekstrem di antara objek-objek yang tersusun dalam satu kelas tertentu. Contoh: panas dingin (suhu), hitam putih (warna). 3. Term relatif. Yaitu pasangan term dimana yang satu tidak mungkin dimengerti tanpa ada yang lain sebagai lawannya.Konotasi term yang satu mengandaikan konotasi term yang lain sebagai lawannya. Contoh: ibu-anak, suami-istri, guru-murid. Menurut ketepatan maknanya, term memiliki jenis sebagai berikut: 1. Term univok. Yaitu term yang hanya menerangkan satu objek tertentu atau dalam arti yang persis sama. Contoh: rokok, pohon, rumah. 2. Term ekuivok. Yaitu term yang memungkinkan terbentuknya makna ganda, atau termterm yang mempunyai bunyi yang persisi sama, tetapi arti yang terkandung di dalam masing-masing term berbeda satu sama lain. ‘14 5 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh: Halaman dapat berarti tanah kosong di sekitar rumah Lembar-lembar sebuah buku 4. Term analog. Yaitu term yang data menerangkan dua hal atau lebih dalam arti yang berbeda satu sama lain, namun kadang-kadang ada kesamaannya juga. Contoh: Kaki dapat berarti bagian tubuh (arti sebenarnya) Bagian benda yang berfungsi seperti kaki (analog) Menurut kodrat referent, term memiliki jenis: 1. Term konkrit. Yaitu term yang memiliki objek yang mudah diamati. Contoh: kacamata, ballpoint. 2. Term abstrak. Yaitu term yang memiliki objek yang baru dapat dimengerti setelah melalui proses abstraksi. Contoh: keadilan, kebenaran. 3. Term nihil. Yaitu objek yang tidak memiliki objek referent sama sekali, sebab objekobjek term ini bersifat imajinatif, fiktif, dan sebagainya. Contoh: malaikat, sorga, neraka, peri, dan sebagainya. 2.2. Proposisi Memberi pengertian, membuat keputusan (proposisi) dan menentukan penyimpulan (penalaran) merupakan bagian dari proses kerja akal budi kita. Dengan demikian maka proposisi bagian dari proses kerja akal budi yang kedua setelah pengertian. Proposisi adalah pernyataan akal budi mengenai persesuaian dan ketidaksesuaian yang terdapat di antara dua gagasan. Dengan kata lain, putusan adalah kegiatan akal budi mengiakan, memperteguh atau menguatkan sebuah gagasan dengan perantaraan gagasan lain atau melakukan pengingkaran sebuah gagasan terhadap gagasan lainnya. Dari batasan itu terdapat hal-hal berikut yang harus diperhatikan sehubungan dengan proposisi: . kegiatan akal budi Seperti telah diutarakan bahwa proposisi merupakan bagian dari proses kerja akal budi. Dengan demikian maka membuat proposisi ialah kegiatan akal budi manusia. . mengiakan, memperteguh, atau menguatkan sebuah gagasan dengan perantaraan gagasan lain Contoh: Dita itu cantik. Dalam pernyataan itu, “Dita” dan “cantik” bukanlah dua hal yang terpisah melainkan satu kesatuan. Dita = cantik. Dengan demikian maka pernyataan itu: mengiakan, memperteguh, atau menguatkan. Sementara itu: Dita ialah sebuah gagasan, ‘14 6 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan, cantik ialah gagasan lainnya dimana kedua gagasan itu menjadi perantara satu sama lain saling memperteguh dan menguatkan. . melakukan pengingkaran sebuah gagasan terhadap gagasan lainnya. Contoh: Dita itu tidak cantik. Dalam pernyataan itu, “Dita” dan “tidak cantik” dua hal yang terpisah dan tidak merupakan satu kesatuan. Dita ≠ cantik. Dengan demikian maka pernyataan itu: melakukan pengingkaran sebuah gagasan terhadap gagasan lainnya. Sementara itu: Dita ialah sebuah gagasan, dan, cantik ialah gagasan lainnya dimana kedua gagasan itu menjadi perantara satu sama lain saling melakukan pengingkaran. Sebuah proposisi apabila dilihat dari segi tata bahasa memiliki tiga unsur sebagai berikut: 1. Subjek. Yakni hal yang diakui atau diingkari (That about which something is affirmed or denied). 2. Predikat. Yakni apa yang diakui atau disangkal dari subjek. (That what is affirmed or denied of the subject). 3. Kopula. Yakni kata yang menghubungkanan antara subjek dengan predikat. Dalam kalimat bahasa Indonesia selaku bahasa yang tidak ber-fleksi, kopula tidak dibutuhkan. Namun dalam proposisi logika, kopula merupakan keharusan. Oleh sebab itu dalam proposisi-proposisi logika yang berbahasa Indonesia, kopula tetap digunakan. Katakata yang dapat digunakan sebagai kopula dalam bahasa Indonesia ialah: adalah, ialah, itu, merupakan, dan sebagainya. Contoh: ” Dita itu cantik” Dita = Subjek Itu = Kopula Cantik = Predikat Atau “Dita itu tidak cantik” ‘14 Dita = Subjek Itu = Kopula Tidak Cantik = Predikat 7 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proposisi terdiri dari dua jenis, yakni, proposisi kategorik dan proposisi hipotesis.Hal yang membedakan kedua jenis proposisi tersebut ialah sebagai berikut: 1. Proposisi Kategorik; yakni proposisi yang di dalamnya P diakui atau diingkari oleh S ‘tanpa syarat’ dengan rincian secara mutlak atau ditambah dengan keterangan modalitas seperti pasti, mungkin, mustahil, dan sebagainya. Dalam hal ini, proposisi kategoris memiliki fungsi untuk menghindari kesesatan dalam berfikir dengan memperhatikan segi-segi sebagai berikut: a. Orang harus selalu kritis, lebih-lebih terhadap dirinya sendiri. Kritis tidak hanya mau menyangkal saja, melainkan berfikir dan objektif; b. Pada saat berfifikir, apabila sesuatu tidak pasti, jangan dianggap pasti; c. Jika merasa pasti, lihatlah dulu apakah-betul-betul demikian pasti (objektif); d. Apabila masih ragu-ragu, jangan memutuskan dulu sebelum berfikir yang lebih mendalam; e. Apabila tidak mendapat kepastian, beranilah mengatakan sesuatu dengan menggunakan kata-kata seperti: mungkin, barangkali, saya kira, dan sebagainya. 2. Proposisi Hipotesis yakni proposisi yang di dalamnya P diakui atau diingkari oleh S tidak secara langsung melainkan tergantung pada suatu syarat. Proposisi tersebut diungkapkan dalam kalimat-kalimat seperti: a.Kondisional (bersyarat): jika….maka… b.Disjungtif atau….atau…. c.Konjungtif tidak sekaligus….dan…. Proposisi kategorik memiliki ragam sebagai berikut: 1. Proposisi subjek-predikat (subject-predicate proposition / categorical proposition). Yaitu proposisi yang hanya terdiri dari subjek dan predikat. Dalam proposisi ini predikat mengafirmasi (mengiakan atau menguatkan) atau menegasi (mengingkari atau menolak) subjek. Contoh: Plato adalah seorang filsuf (mengafirmasi (mengiakan atau menguatkan)) Ety bukanlah seorang filsuf (menegasi (mengingkari atau menolak) 2. Proposisi Universal (universal proposition). Yaitu proposisi yang menggunakan kata pembilang (quatifier) yang bersifat universal. Kata pembilang yang biasa digunakan ialah: semua, tiap-tiap, masing-masing, setiap, siapa pun juga, atau apapun juga. Contoh: Semua manusia adalah fana ‘14 8 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Setiap sarjana lulusan program Humas Universitas Mercu Buana paham mengenai tugas dan fungsi humas. 3. Proposisi partikular (particular proposition). Yaitu proposisi yang menggunakan kata pembilang (quatifier) yang bersifat khusus. Kata pembilang yang bersifat khusus itu ialah beberapa dan sebagian. Kata pembilang tersebut berlaku baik dalam bentuk afirmasi atau pun negasi. Contoh: Beberapa mahasiswa Humas UMB adalah Karyawan swasta Sebagian dosen Humas UMB adalah pensiunan guru. Beberapa mahasiswa Humas UMB bukanlah gadis. Sebagian mahasiswa Humas UMB tidaklah bodoh. 4. Proposisi Singular (singular proposition). Yaitu proposisi yang hanya terdiri atas satu pernyataan dan mengacu kepada nama diri atau jika menggunakan kata ganti, maka akan menggunakan kata petunjuk ini atau itu. Contoh: Ety adalah perempuan. Orang ini jujur. Dosen itu bergelar doktor. 5. Proposisi Asertorik (assertoric proposition). Yaitu proposisi yang membenarkan bahwa subjek adalah sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh predikat. Contoh: Semua guru adalah pendidik Semua ular adalah binatang melata 6. Proposisi apodiktik (apodictic preposition). Yaitu proposisi yang merupakan kemestian kebenaran dari penjelasan yang diberikan oleh predikat terhadap subjek berdasarkan pertimbangan akal budi semata-mata. Contoh: Lima adalah sepuluh dibagi dua Semua segitiga adalah bersisi tiga 7.Proposisi empirik (empirical proposition). Yaitu proposisi yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman. Contoh: Suci adalah mahasiswi yang aktif bertanya Adam adalah mahasiswa saya yang paling rajin masuk kuliah Yang dimaksud dengan kualitas dalam hubungan dengan proposisi kategori ialah ciri atau karakteristik yang terkandung di dalam hakikat proposisi itu sendiri. Hakikat sebuah proposisi ialah afirmasi atau negasi. Sebuah proposisi disebut afirmasi jika kopula berfungsu menghubungkan,meneguhkan, atau mempersatukan S dan P. Sebuah proposisi disebut negatif apabila kopula memisahkan antara S dan P. Dengan demikian jelas bahwa sebuah proposisi ditentukan oleh kopulanya. Artinya, apabila keseluruhan kopula bersifat afirmasi maka keseluruhan proposisi adalah afirmasi. Demikian pula sebaliknya. Yakni apabila keseluruhan kopula bersifat negasi maka keseluruhan proposisi adalah negasi. ‘14 9 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh: Tidak ada manusia yang tidak dapat mati Tidak semua mahasiswa memahami logika Beberapa pejabat tidak memahami logika Adapun yang dimaksud dengan kuantitas dalam hubungan dengan proposisi kategoris ialah jumlah individu objek dimana term subjek diterapkan. Jadi jika sebuah proposisi disebut universal jika term subjeknya adalah universal. Contoh: Semua mahasiswa Humas UMB pakaian rapi pada saat mengikuti ujian tengah atau akhir semester. Mahasiswa Humas UMB bukan pengguna narkoba. Demikian pula sebuah proposisi disebut partikular jika semua subjeknya partikular. Contoh: Ada mahasiswa Humas UMB yang tidak pernah hadir kuliah Tim futsal Humas UMB menang mutlak atas tim universitas lain. Kualitas dan kuantitas dalam proposisi kategorik dapat berdiri sendiri sebagaimana contoh di atas atau dapat berkombinasi. Dengan kata lain kualitas dan kuantitas dalam proposisi kategorik dapat saling melengkapi. Proposisi dimana kualitas dan kuantitas saling melengkapi itu disebut sebagai proposisi A-E-I-O. Struktur kombinasi itu dapat digambarkan sebagai berikut: Kualitas Hubungan Subjek- Predikat Kuantitas Subjek Universal Partikular Singular Afirmasi Negasi A E I O Hurup A, E, I, dan O merupakan simbol dari: A-ff-I-rmo = meng-A-ku-I; n-E-go = m-E-n-O-lak Dalam kerangka kombinasi kualitas dan kuantitas dalam proposisi itu, maka hurup A, E, I, dan O berarti: A = universal dan afirmatif; E = universal dan negative; ‘14 10 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id I = partikular/singular dan afirmatif; O = particular/singular dan negative; Contoh proposisi: A = universal dan afirmatif (= Semua S adalah P) Semua mahasiswa lulus dalam ujian mata kuliah Logika Manusia adalah mahkluk sosial Besi itu logam E = universal dan negatif (=Semua S bukan/tidak P) Seorang pun tidak ada yang lulus ujian mata kuliah Logika Pelajar bukan mahasiswa I = partikular/singular dan afirmatif (= Sebagian S adalah P) Ada mahasiswa yang menjadi pengguna narkoba Orang Sunda suka dandan O = partikular/singular dan negatif (= Sebagian S bukan/tidak P) Banyak mahasiswa yang tidak cukup sadar akan tanggung jawab sosial mereka Ada mahasiswa yang tidak mengerti logika 2.3. Argumen Melihat materinya menyusun pemikiran, para logisi membagi pemikiran dalam berbagai macam argumentasi, yaitu: 1. Demonstrasi dan argument probable Demonstrasi adalah suatu argument yang benar, yang bertolak dari premis-premis yang pasti dan eviden. Sedangkan argument probable adalah suatu argument yang benar, yang dari premis-premis probable (mungkin). Perbedaannya juga Nampak pada kesimpulan. Kesimpulan suatu demonstrasi adalah pasti dan eviden, sedangkan kesimpulan suatu argument probable hanya dapat membawa kita pada kesimpulan yang probable juga, yakni tidak pasti. Contoh argument demonstrasi: Semua manusia pasti mati. Si A adalah manusia, jadi si A pasti mati Contoh argument probable: Musuh kita mungkin akan melakukan sabotase. ‘14 11 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pasukan Musang musuh kita. Jadi pasukan Musang mungkin akan melakukan sabotase. 2. Argumentasi Langsung dan Tidak langsung Prinsip pembagiannya berdasar pada kontradisi kesimpulan yang harus dibuktikan. Argument tidak langsung membuktikan suatu proposisi dengan menunjukkan bahwa kontradiksinya proposisi tersebut adalah salah atau tidak masuk akal. Biasanya berbentuk hipotesis dan bertumpu pada prinsip yang jelas dengan sendirinya, yakni apabila salah satu proposisi kontradiktoris itu palsu, maka yang lainnya benar. Sedangkan argumentasi langsung membuktikan suatu proposisi tanpa menggunakan cara yang berputar itu. Semua proposisi yang benar dapat dibuktikan secara tidak langsung. Bahkan pembuktian tidak langsung sering justru merupakan satu-satunya pembuktian yang mungkin atau yang dapat dilaksanakan, lebih-lebih apabila membicarakan epistemology. Namun prinsip-prinsip pembuktian tidak pertama pengetahuan, langsung mempunyai misalnya kelemahan. Pembuktian tidak langsung hanya menunjukkan bahwa suatu proposisi tidak dapat disangkal menurut akal budi, tetapi tidak menunjukkan mengapa proposisi tidak harus diakui kebenarannya. Oleh karena itu, pembuktian tidak langsung disebut argument yang tidak sempurna. Akrab hubungannya dengan pembuktian tidak langsung adalah: a. Argument negatif, yang sekadar menunjukkan bahwa suatu penuturan (keterangan) belum atau tidak dapat dibuktikan. b. Argumentum ad hominem, yang bertolak dari pengakuan lawan adalah pengakuan-pengakuan tadi benar atau palsu c. Retorsi, yang menunjukkan kepada lawan bahwa ia berlawanan asas dengan dirinya sendiri. 3. Argumentasi a priori dan a posteriori Prinsip pembagian ini berdasar pada hubungan prioritas riil antara premis-premis dan kesimpulan. Premis-premis secara logis selalu mendahului (prior) kesimpulan. Sebab premis-premis merupakan alasan logis mengapa kita setuju dengan kesimpulan. Akan tetapi, hal-hal yang ditunjuk oleh premis dalam kenyataannya dapat mendahului atau mengikuti hal yang dinyatakan dalam kesimpulan. Apabila mereka mendahului pemikiran, disebut “a priori”. Apabila mengikuti pemikiran disebut “a posteriori” Misal: “Sebab” dalam kenyataannya ‘14 12 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom kenyataannya mengikuti mendahului (posterior) (prior) “akibat”. Akibat dalam “sebab”. Tetapi kita dapat Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengadakan/menyusun pemikiran dengan bertolak dari sebab ke akibat ( a priori) atau dari akibat ke sebab (a posteriori). Contoh argument a priori (mendahului terlalu cepat), argument a posteriori (mengiringi): Ketua kelas A cakap, tentunya kelas A tertib dan teratur (a priori). Kelas A tertib dan teratur, tentunya ketua kelasnya cakap (a posteriori). ‘14 13 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Jacobus Ranjabar, Dasar-Dasar Logika, Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai Disiplin Ilmu dan Pengetahuan (Bandung: Alfabeta, 2014) 2. Djoni Dwijono dan F. Soesianto, Seri Logika Matematika: Logika Proposisional, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003). 3.Glass, A. L., & Holyoak, K. J, Cognition (2nd ed.). Auckland: McGraw-Hill International 4. Matlin, M. W. (1994). Cognition (3rd ed.). Fort Worth: Harcourt Brace Publishers. (1986). 5. Patrick J. Hurley, A Concise Introduction to Logic, Eleventh edition, 2012, Wadsworth, Cengage Learning 5. Surajiyo, dkk.,Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). 6. Wittgenstein, L, 1951, Tractacus Logico Philosophicus, London, Routlede & Kegan Paul Ltd. ‘14 14 Dasar-Dasar Logika Ety Sujanti, M.Ikom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id