Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE Published Date Artikel

advertisement
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Artikel ini disadur dari ceramah yang diberikan oleh Romo Yohanes Indrakusuma CSE. pada Konvensi Nasional
Karismatik VII di Malang, tahun 1996
1 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Pendahuluan
Sebagai seorang murid Kristus, kita dipanggil untuk melakukan karya Allah sendiri. Untuk itu Kristus
telah membekali kita dengan kuasa-Nya sendiri yang telah diterima-Nya dari Bapa (bdk. Yoh 14:12).
Pekerjaan yang harus kita lakukan adalah pekerjaan Allah sendiri, yang dari hakekatnya melampaui segala
kekuatan kita. Oleh karena itu kita memerlukan kuasa Allah sendiri, sebab hanya dengan demikian kita akan
mampu melakukan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Tetapi kuasa Allah itu, yang dari dirinya
sendiri adalah baik, mudah diselewengkan bila orang itu tidak waspada. Orang mudah tergoda untuk menjadi
sombong, berbangga-bangga secara sia-sia. Dan dari situ jatuh ke dalam pelbagai macam godaan. Orang
yang melayani Tuhan menjadi target serangan si iblis yang selalu ingin menggagalkan karya Allah. Karena
itulah Paulus menghimbau kita agar mengenakan seluruh persenjataan Allah (Ef 6:10). Sebab ada
kemungkinan, bahwa setelah kita mewartakan Injil dan menjadi alat keselamatan bagi orang lain, kita sendiri
dapat terbuang (bdk. Mat 7:21-23). Tidak jarang kita dengar, bahwa seseorang yang mulai dengan baik,
kemudian berakhir secara menyedihkan, karena selama perjalanan hidupnya, dia tidak membangun hidup
pribadinya dengan baik seturut rencana dan kehendak Allah. Itulah sebabnya Santo Paulus berkata: "Aku melatih
tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
2 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
ditolak." (1 Kor 9:27). Karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengajak Anda sekalian, para pelayan Tuhan,
untuk memperhatikan hal-hal tersebut dan sungguh-sungguh membangun hidup pribadi Anda atas dasar yang
kokoh dan kuat.
1. Menjadi Yesus lain
3 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Sebagai murid-murid Kristus kita dipanggil untuk mengikuti jejak Guru kita dan ikut serta menjadi
pelayan, seperti Dia telah datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan
hidup-Nya untuk kita. Dialah teladan dan model yang harus kita ikuti. Karena itu pula Santo Paulus
berkata: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, yang… telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba… Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib" (Flp 2:5-8).
Sebagai murid Yesus kita harus merasa seperti Yesus, berpikir seperti Yesus, mencintai dan melayani
seperti Yesus. Menjadi seperti Yesus, memiliki semangat Yesus, itulah program kita. Khususnya kita harus
meneladan dan menghayati kerendahan hati-Nya, yang walaupun Allah telah mau merendahkan diri-Nya.
Karena itu kita harus mengosongkan diri dari egoisme kita, supaya Yesus dapat hidup dalam diri kita.
Demikian kita akan dapat berkata bersama Paulus: "Aku hidup, tetapi sudah bukan aku, melainkan Yesuslah yang
4 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
hidup dalam diriku." Dengan demikian kita tidak akan memikirkan kepentingan diri sendiri saja, melainkan memiliki
semangat Kristus yang telah berkurban bagi kita. Kitapun akan dapat mengerti nilai kurban, penyangkalan diri
serta salib pada umumnya, yang bila dilihat dalam iman, justru akan semakin mempersatukan kita dengan Kristus
sendiri.
5 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
2. Hidup dalam Kemesraan Kristus
Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk memberitakan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit
kembali dan yang sekarang hidup ditengah-tengah kita. Sebelum kita dapat mewartakan Dia, Yesus harus lebih
dulu hidup dalam pikiran, hati, dan kerinduan kita. Dialah yang harus menjiwai seluruh hati dan hidup kita. Dialah
juga yang harus memenuhi pikiran kita. Supaya kita dapat benar-benar memberi kesaksian tentang Dia, kita harus
lebih dahulu mengenal Dia, mengalami kehadiran-Nya yang menyelamatkan. Pengenalan akan Yesus Kristus
inilah yang sesungguhnya hakiki bagi kita. Persekutuan dengan Dia itulah yang sesungguhnya menentukan nilai
kita di hadapan Allah, tetapi sekaligus juga kesuburan serta efektivitas pelayanan kita.
Dalam pembaruan karismatik orang sering terbuai oleh kuasa, karena memang pembaruan itu
membawakan kuasa Allah bagi kita. Memang kuasa itu dapat menjadi suatu godaan dan jerat yang amat
membahayakan, bila orang tidak dapat menempatkannya pada tempat yang semestinya. Khususnya bila orang
tidak tahu dengan jelas membedakan mana yang pokok dan mana yang hanya tambahan saja. Karena itu dengan
sedih hati harus sering kita konstatir, bahwa banyak orang yang membanggakan karunia-karunianya, atau
kuasanya yang diperoleh dari Tuhan. Bila orang mulai menjadi 'laku', segera dia menjadi sombong dan
menganggap dirinya sudah begitu hebat. Dari kesombongan itu dia mulai jatuh ke dalam godaan dan dosa-dosa
lain, seperti: kebanggaan sia-sia, pamer, mencari nama, keserakahan, bahkan tidak jarang juga jatuh dalam
perzinahan. Mengapa? Karena orang yang sombong menutup diri terhadap rahmat Allah yang harus dimintanya
dengan rendah hati. Sebaliknya ia membuka diri terhadap serangan si iblis.
Karena itu kita harus sung-guh-sungguh menyadari, bahwa kuasa yang dibawakan olah pelbagai
macam karunia Roh Kudus bukanlah tujuan, melainkan sarana pelayanan. Nilai kita dihadapan Allah tidak
ditentukan oleh banyaknya kuasa yang kita miliki, melainkan oleh kadar iman, harapan, dan kasih yang kita
miliki. Oleh sebab itu pula yang terpenting bukanlah karunia itu sendiri, melainkan pengenalan mesra akan
Yesus Kristus yang melampaui segala pengertian itu, yang pada hakekatnya adalah hidup abadi itu sendiri: "Inilah
6 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka itu mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus
Kristus yang telah Engkau utus" (bdk. Yoh 17:3). Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus, setelah ke 70 murid
yang diutus-Nya untuk mewartakan Injil dan diberi kuasa atas setan-setan kembali dari perjalanan-nya serta
melaporkan dengan antusias bahwa setan-setan tunduk pada mereka dalam nama-Nya, mengingatkan mereka
7 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
akan yang pokok. Yesus tidak meremehkan kuasa dan karunia-karunia Roh, tetapi meletakkannya pada
tempatnya yang serta merelativirnya.
Semua itu hanya sarana, bukan tujuan. Tujuannya adalah persatuan dengan Allah, hidup kekal yang
sudah mulai sekarang ini juga: "Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit. Namun demikian janganlah
bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ter-daftar di sorga" (Luk
8 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
10:18.20).
Kita dipanggil bukan untuk mencari kuasa, melainkan mencari Yesus sendiri dan dalam Dia
mencari Bapa. Oleh sebab itu pula, jelaslah bahwa kita harus selalu bersatu dengan Yesus. Itulah
yang menjadi tujuannya dan sebagai bonusnya kita akan menerima segala kuasa yang ada. "Barangsiapa percaya
kepada-Ku, dia juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan lebih besar daripada itu"
(Yoh 14:12). Percaya disini berarti berpaut pada Yesus dalam kasih. Maka itu yang dikatakan ialah: "Siapa yang
9 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
percaya kepada-Ku" dan bukan kepada ajaran-Nya saja. Keterpautan kita kepada pribadi Yesus akan
memungkinkan Dia mengalirkan hidup dan juga kuasa-Nya kepada kita. "Kalau kamu tinggal dalam Aku dan
firman-Ku tinggal dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, maka kamu akan memperolehnya"
(Yoh
15:7).
Hanya
bila
kita
tetap
tinggal
dalam
Yesus,
kita
akan
menghasilkan
banyak
buah.
10 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Sebaliknya lepas dari Yesus kita akan cepat menjadi kering dan mati. "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku
di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5).
Kadang-kadang terjadi, bahwa seseorang yang pernah memperoleh karunia Allah yang melimpah kemudian
menjadi tidak setia, tidak segera kehilangan kuasanya itu, melainkan masih tetap memilikinya sampai beberapa
saat lamanya demi kepentingan orang lain, namun dia sendiri tidak akan menerima manfaatnya sama sekali bila ia
tidak bertobat dan kembali kepada Allah. Karena itu baiklah kita selalu mengerjakan keselamatan kita dengan takut
dan gemetar, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam Flp 2:12.
3. Menjadi Rendah Hati Seperti Yesus
11 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Kerendahan hati menjadi syarat mutlak bagi seorang pelayan Tuhan sebab kerendahan hati akan
menjaga kita dari kejatuhan. Kecuali itu “Allah menentang orang sombong, tetapi mengasihani orang yang rendah
hati” (Yak 4:5). Karena itu orang yang sombong tidak mungkin berkenan kepada Allah, sebaliknya orang yang
rendah hati akan memperoleh segalanya.
Yesus sendiri, walaupun mahakuasa, telah merendahkan diri-Nya sebagai manusia lemah. Walaupun
banyak sekali mukjizat yang dilakukannya, ia tetap rendah hati dan tidak pernah membanggakan diri atas
semuanya itu. Dalam segala hal ia memuliakan Bapa karena kerendahan hati-Nya. Ia tidak pernah mencari
kemuliaan bagi diri-Nya sendiri, melainkan kemuliaan bagi Bapa saja. Mengapa Yesus tidak mencari
kemuliaan-Nya sendiri? Pertama-tama karena Ia sungguh-sungguh mengasihi Dia, dan itulah segalanya bagi Dia,
dan itulah segalanya bagi Dia, kemudian karena Ia rendah hati. Ia menyadari dan menerima sepenuhnya
ketergantungan-Nya yang mutlak dengan Bapa. Karena ia sadar sepenuhnya, bahwa Ia berharga di mata Bapa,
dan dikasihi Bapa, Ia tidak membutuhkan afirmasi dari pihak lain. Kasih dari Bapa sudah lebih dari cukup
bagi-Nya. Sesungguhnya memang itulah satu-satunya yang berarti, yang lainnya tanpa itu tidak ada artinya sama
sekali. Karena Yesus menyadari dan menerima ketergantungannya yang mutlak dari Bapa, ia disebut rendah hati.
12 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Kerendahan hati dalam bahasa latin disebut humalitas, dari kata ‘humus’ yang artinya tanah. Karena itu
orang yang rendah hati menyadari dan menerima, bahwa sesungguhnya ia hanyalah debu dan kembali kepada
debu. Kecuali itu kerendahan hati pada manusia juga mengandung suatu aspek lain di samping menyadari
kepapaannya sebagai orang berdosa yang tidak berdaya menghadapi dosa tanpa rahmat Allah sendiri. Seperti
yang dikatakan Santo Paulus, ia juga mengalami perjuangan batin yang dashyat, yaitu perjuangan antara dosa
dan rahmat, antara tarikan daging dan Roh (bdk. Rm. 7:14-23).
Seorang yang rendah hati tidak hanya menyadari dan menerima ketergantungannya yang mutlak dari Allah,
melainkan juga kepapaannya yang mendalam, ketidakberdayaannya menghadapi kuasa dan dosa. Dari dirinya
sendiri ia tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya rahmat Allah yang membuatnya tetap tegak, hal itu disadarinya
secara mendalam. Karena itu juga, ia tidak akan berbangga-bangga karena ia sadar bahwa yang baik yang ada
padanya, semuanya pemberian Allah semata-mata bukan karena jasa-jasanya, melainkan karena kerahiman Allah
semata-mata. Bila pekerjaan yang dilakukan Allah melalui dia, orang memuji dan memuliakan dia, dia tidak akan
terbuai karena sesungguhnya ia sadar bahwa dia hanyalah keledai yang ditunggangi Yesus. Orang tidak
menghormati keledainya, melainkan Yesus yang menungganginya.
Bagaimana orang dapat menjadi rendah hati? Orang bisa menjadi rendah hati sampai pada derajat tertentu
dengan merenungkan ketergantungannya dari Allah, ketidakberdayaannya, dosa-dosanya sendiri. Namun
kerendahan hati yang sejati diberikan oleh Allah sebagai buah pengenalan Allah yang sejati. Semakin orang
mengenal Allah, semakin rendah hatilah dia, karena dengan dinar rahmat-Nya Allah menyatakan keadaannya
yang sesungguhnya. Di samping itu, pengenalan yang sejati akan Allah menjadikan segala nilai di dunia ini pudar
sehingga dia tidak akan mencarinya lagi; dia tidak akan mencari kemuliaan, nama, pujian, kedudukan, tidak
mempertahankan gengsinya karena dalam terang pengenalan Allah yang sejati semuanya itu hanya kosong
belaka dan tampak sebagai sampah. Karenanya dia tidak lagi terikat oleh hal-hal itu. Itulah sebabnya
pelayanannya akan menjadi semakin murni karena tanpa pamrih, dan sebaliknya, karena tanpa pamrih,
pelayannya akan menjadi semakin efektif dan semakin menarik pula. Segala sesuatu yang yang dilakukan dengan
kerendahan hati mempunyai daya tarik sendiri. Kerendahan hati boleh diumpamakan dengan rempah-rempah
yang membuat semua masakan menjadi sedap.
13 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
4. Memikul Salib Bersama Dengan Kristus
Sebelum meninggalkan para murid-Nya Yesus memberikan nasehat-Nya yang terakhir dimana a.l. dikatakan
bahwa seorang hamba tidak lebih besar daripada tuannya. Bila tuannya dianiaya, maka hamba itupun akan
dianiaya pula. Bila orang menerima Kristus, maka Ia juga akan menerima murid-Nya (bdk. Yoh 15:20). Karena itu
bila kita sungguh-sungguh mau mengikuti Kristus, kita pun harus siap mengikuti-Nya sampai pada salib, kita harus
siap menanggung nasib Kristus. Musah sekali mengikuti dan bersama Dia sewaktu di atas gunung Tabor, sewaktu
Ia mempergandakan roti, sewaktu ia mengadakan tanda-tanda mukjizat. Namun kita juga harus siap menanggung
segala cerca dan penghinaan, bahkan aniaya demi nama-Nya. Dengan demikian kita menjadi murid-Nya yang
sejati. Karena kita bukan milik dunia, maka dunia akan membenci kita.
Memang “seorang yang mau hidup beribadah dalam Kristus Yesus, akan menderita aniaya” (2 Tim.3:12).
Dalam Kis 14:22 jelas bahwa hal ini merupakan kenyataan yang sejak semula dialami oleh orang yang
14 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
sungguh-sungguh mau beribadah kepada Allah. Hal ini sudah berlaku sejak dalam Perjanjian Lama, seperti kita
lihat nasib para nabi. Demikian pula dalam Perjanjian Baru dalam hal yang sama tampak pula dengan jelas.
Sejarah gereja pun penuh dengan contoh-contoh yang konkrit akan hal itu. Mereka yang mau dengan
sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas akan senantiasa mengalami hambatan. Si iblis
15 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
yang adalah musuh kita nomor satu, yang kehendaknya adalah kebinasaan kita, akan berusaha sekuat tenaga
menggagalkan karya Allah dengan menggoda dan menggagalkan orang-orang yang dipakai Tuhan. Bila ia tidak
bisa menggodanya dan membawanya jatuh ke dalam dosa, dia akan berusaha menentang dan memusuhinya
dengan tangan-tangan orang lain yang terbuka dengan bisikan iblisnya baik dari kalangan biasa, juga dari umat
16 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
beriman biasa sampai kepada para pemimpin, bahkan para pemimpin karismatik sendiri maupun dari kalangan
hierarki, seringkali dengan disertai rasa dengki dan iri hati. Tak jarang terjadi bahwa perlawanan yang paling hebat
justru datangnya dari orang-orang yang menurut jabatannya seharusnya melindungi karya Allah.
Perlawanan dan penganiayaan semacam itu dialami oleh setiap pembaruan yang otentik. Dalam abad ke-13
kita jumpai pembaruan besar yang ditimbulkan oleh para fransiskan dan dominikan dalam gereja. Mereka
mendapat tanggapan yang antusias dari umat kerana mereka sungguh-sungguh membawakan Injil secara murni,
tanpa pamrih, dan umat yang harus akan makanan rohani mengetahuinya. Namun keberhasilan mereka pada
umat justru menimbulkan reaksi negatif yang hebat dari kalangan hirarki sendiri, para imam dan uskup-uskup
tertentu. Sejarah membuktikan bahwa motivasi utama dari perlawanan itu adalah iri hati dan kepentingan sendiri.
Mereka tidak mau bertobat dan menyelidiki dengan jujur mengapa para fransiskan dan dominikan waktu itu
berhasil sekali, sedangkan mereka tidak. Kalau bisa, mereka ingin membinasakan pembaruan itu, namun Tuhan
yang menimbulkan pembaruan itu lebih kuat dari semuanya dan mengilhami Paus untuk memberikan dukungan
pada kelompok pembaruan tersebut. Karena kesetiaan mereka pada Tuhan dan gereja walaupun menderita
aniaya, Tuhan memberkati kesetiaan mereka dan memberikan kesuburan pada hidup mereka secara melimpah.
Akhirnya karena keteguhan dan kesetiaan mereka, gereja perlahan-lahan mengalami pembaruan.
17 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Kemudian pada abad ke-17 kita
dampak besar sekali untuk gereja, bukan
Yohanes dari Salib harus menanggung
mereka, Allah mencurahkan rahmat yang
jumpai reformasi Santa Teresia dari Avila yang mempunyai
hanya untuk Ordo Karmel saja. Juga Teresia dari Avila bersama
banyak aniaya dan kesengsaraan. Namun karena kesetiaan
berlimpah ke dalam gereja dan banyak orang yang mengalami
buah dari pembaharuan mereka. Paul Cordes dalam bukunya ‘Charism and Charismatic Renewal’ dengan jelas
menggambarkan apa yang terjadi dalam sejarah itu.
Juga pada dewasa ini pembaruan karismatik mengalami hambatan dan pertentangan di mana-mana, di
samping dukungan yang diterima darinya dari pimpinan gereja, dari Paus dan konferensi para Uskup. Situasinya
memang berbeda dengan jaman para fransiskan dan teresian (para anggota pembaruan rohani Santa Teresia dari
Avila), namun ada juga persamaannya. Kali ini pembaruan itu menyangkut seluruh lapisan umat dalam Gereja dan
tersebar luas di kalangan umat. Tantangannya juga sama, si iblis yang tidak senang dengan semuanya itu juga
membangkitkan perlawanan dimana-mana dan dia juga berusaha merongrong pembaruan itu dari dalam. Justru
yang terakhir ini merupakan senjata yang jauh lebih ampuh bila berhasil. Karena itu bila mungkin selalu
ditimbulkann perpecahan, permusuhan, iri hati, dan persaingan tidak sehat di antara para pemimpinnya sendiri.
Inilah senjata yang sangat ampuh untuk menghancurkan pembaruan itu sendiri.
Melihat teladan pendahulu-pendahulu kita, dalam situasi yang sukar ini kita juga harus selalu memupuk
kesetiaan. Bila kita tetap setia, bahkan bila kita harus menderita dari pihak pimpinan gereja, Tuhan akan
memberkati kesetiaan itu dan akan memberikan rahmat yang berlimpah-limpah. Kita mau setia bukan karena
pemimpin yang tidak adil, yang kadang-kadang bahkan bertindak sewenang-wenang, serta yang main kuasa,
namun kita mau setia kepada Yesus Kristus, Tuhan kita, yang adalah Kepala dari Gereja itu sendiri dan yang
dapat mengubah segala sesuatu menjadi kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (bdk. Rm 8:28). Dalam iman
kita dapat mengubah segala sesuatu menjadi kebaikan, seperti Salib Yesus – yang de facto adalah kekejian dan
tindakan sewenang-wenang – telah diubah oleh Allah menjadi berkat bagi semua manusia karena kesetiaan dan
18 / 23
ketaatan Yesus kepada Bapa.
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Juga untuk hidup pribadi kita masing-masing, salib, bila dilihat dan diterima dengan mata iman, merupakan
kesempatan untuk tumbuh dalam pengenalan akan Yesus Kristus dan dalam persekutuan dengan Dia (bdk. Yak
1:2-4; 1 Ptr 4:12-14).
5. Tanggung Jawab atas Pembaruan Karismatik
Sebagai pelayan-pelayan Kristus kita juga bisa lepas dari tanggung jawab kita atas pembaruan karismatik
pada umumnya dan di tempat kita khususnya. Dari satu pihak kita harus berusaha supaya pembaruan itu
berkembang secara posotif, dan dari pihak lain juga berusaha menghilangkan penghambat-penghambatnya,
khususnya yang datang dari pihak itu sendiri.
Di samping segala kesukaran yang telah dibahas di atas, kita sendiri harus pula mawas diri, karena sadar,
karena kita pun mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, juga dalam pembaruan itu sendiri. Di Indonesia
pembaruan itu sudah cukup meluas, namun hambatan dan perlawanan juga masih banayk sekali. Hal itu sebagian
juga karena disebabkan oleh kita sendiri. Menghadapi situasi seperti ini, kita, para pelayan (saya lebih suka
memakai istilah pelayan daripada pemimpin, karena kita harus melayani seperti Kristus) pembaruan karismatik,
harus juga mawas diri. Dengan jujur kita sendiri harus mawas diri dalam hal apakah kita telah bersalah, sehingga
pembaruan itu tidak diterima. Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tetapi baiklah kita juga berusaha
memperbaiki apa yang menjadi sandungan bagi saudara kita yang lain. Pada hemat saya ada beberapa hal yang
harus sungguh-sungguh mendapat perhatian kita a.l:
19 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
5.1. Kekatolikan Pembaruan Karismatik
Karena pengaruh ekumene yang tidak sehat, tokoh-tokoh karismatik tertentu memberikan batu sandungan
kepada umat, karena mereka de facto meremehkan dan bahkan berbicara dengan nada menghina Bunda Maria.
Karena pengaruh ekumene mereka tidak bisa lagi menghargai Bunda Maria dan sakramen-sakramen. Khususnya
dalam sakramen tobat, orang mengatakan, “Mengapa harus mengaku pada pastor, kan dia juga hanya orang
yang berdosa? Lebih baik aku langsung kepada Allah saja!” Celakanya tokoh-tokoh inilah yang sering berkeliaran
di seluruh Indonesia membawa nama karismatik, dan dengan demikian merusak nama karismatik itu sendiri.
5.2. Menyadari Keterbatasan Ungkapan Kultural Karismatik
20 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
Dalam pembaruan karismatik kita harus dapat membedakan intinya dari ungkapannya yang lebih bersifat
kultural dan terbatas oleh suatu kebudayaan tertentu. Perlahan-lahan terciptalah suatu kebudayaan rohani tertentu
yang menjadi ungkapan pembaruan itu. Inti pembaruan karismatik sesungguhnya ialah apa yang dapat kita sebut
dengan istilah “Hidup dalam Roh”, yaitu suatu pengalaman nyata akan kehadiran dan kuasa Roh Kudus yang
memimpin hidup kita. Ungkapannya yang bersifat kultural dan karenanya juga terbatas ialah a.l. tepuk tangan,
jargon-jargon tertentu, dan lain sebagainya. Pengalaman itu tentu saja akan membawa nada-nada tersendiri dan
kadang-kadang juga ikut menciptakan ungkapan kultural, namun tidak identik dengan ungkapan tersebut. Kalau
kita tidak dapat membedakan antara inti dan ungkapannya yang terbatas, kita berada dalam bahaya akan
memutlakkan hal-hal tertentu yang bersifat kultural saja. Dengan demikian tanpa dikehendaki kita justru ikut
menghambat perkembangan pembaruan itu sendiri.
5.3.
Kritik yang Destruktif terhadap Gereja
Sering kali orang-orang tertentu melancarkan kritik dengan nada sombong terhadap Gereja, seolah-olah
tidak ada Roh Kudus lagi dalam Gereja Katolik kecuali di antara para karismatik saja. Ada yang dengan sombong
mengatakan, bahwa imam-imam yang bukan karismatik tidak mempunyai Roh Kudus. Hal itu sangat menyakitkan
hati pihak lain dan jelas ucapan seperti itu, walaupun diucapkan oleh orang yang menamakan dirinya karismatik,
bukanlah dari Roh Kudus asalnya. Memang harus diakui bahwa banyak hal yang masih belum memuaskan dalam
Gereja. Namun marilah kita mengubah situasi bukan dengan kritik tajam dan destruktif melainkan dengan
penghayatan iman kita yang rendah hati dan pertisipasi kita secara konstruktif dalam kehidupan Gereja lokal di
mana Allah menempatkan kita. Dengan partisipasi yang konstruktif kita membuktikan bahwa memang Roh Allahlah
yang menjiwai kita.
21 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
5.4. Menyadari Tujuan dengan Jelas
Dalam pembaruan kita harus selalu sadar akan tujuan yang ingin kita capai, yaitu pembaruan hidup kristiani
kita. Tujuan pembaruan bukanlah untuk memperoleh karunia-karunia Roh Kudus, walaupun itu sangat penting
dalam pelayanan kita, namun itu bukan tujuan. Tujuannya ialah pembaruan hidup kita seluruhnya sehingga seluruh
hidup kita berada dalam kuasa Roh Allah. Bila kita sadar akan tujuan tersebut dan betapa kita masih jauh dari
cita-cita tersebut, kita akan menjadi rendah hati dan penampilan kita juga akan semakin menarik bagi orang lain.
5.5. Mencari Dasar Teologi yang Kuat dan Sehat
Ada juga yang dengan sombong mengatakan, bahwa segala filsafat dan teologi yang dipelajarinya dahulu
sama sekali tidak berguna. Mungkin tidak berguna bagi dia pribadi karena ia mempelajarinya secara salah, tetapi
bisa amat berguna bagi orang lain, bila dipelajari secara benar. Saya seorang doktor teologi dan saya bersyukur
kepada Allah karena teologi yang telah saya pelajari dan tetap saya pelajari sangat membantu saya untuk
berkembang dalam pembaruan karismatik. Teologi menunjukkan jalan yang benar kepada Allah dan juga
membantu mengontrolnya supaya tidak menyimpang. Namun harus segera saya tambahkan bahwa teologi saja,
22 / 23
Phoca PDF
HOME
Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
Published Date
tanpa iman, tidak membantu mengantar orang kepada Allah sebab teologi tanpa iman tidak ubahnya dengan tubuh
tanpa jiwa. Sayang sekali, bahwa ada teologi yang bukannya menolong iman, melainkan justru merongrongnya.
Tapi kalau demikian yang salah bukan teologi sebagai teologi, melainkan teologi yang diselewengkan. Sebaliknya,
teologi yang sehat membantu kita tumbuh dan berkembang dalam iman, sehingga hidup kita semakin berkenan
kepada Allah. Karena itu sebenarnya kita selalu membutuhkan teologi yang sehat jika kita jumpai penyelewengan
Jim Jones, Charles Manson, dan lain sebagainya yang berakibat tragis sekali.
Pembaruan Karismatik Katolik di Indonesia pada umumnya kurang bersandar pada teologi yang sehat dan
kuat. Karena itu seringkali tujuan pembaruan itu sendiri menjadi kabur bagi para pengikutnya sehingga orang
kadang-kadang lebih mencari dan mengutamakan hal-hal yang tidak hakiki daripada yang hakiki. Oleh sebab itu
perlu adanya pengertian yang jelas tentang tujuan hidup kristen kita. Banyak kekurangan-kekurangan yang
tersebut di atas, yang juga disebabkan oleh kurangnya dasar teologi yang sehat dan kuat.
Akhirnya semoga uraian ini mendorong kita semua untuk mawas diri yang sehat untuk menyingkirkan hal-hal
yang kurang sehat yang ada dalam pembaharuan itu sendiri serta menciptakan pembaruan yang
sungguh-sungguh sehat, sungguh-sungguh katolik, tetapi sungguh-sungguh karismatik. Dengan demikian kita
akan seumpama seorang yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya (bdk. Mat
13:52). Kekayaan rohani Gereja Katolik yang begitu besar, yang dewasa ini masih terpendam dan kurang
dimanfaatkan akan dapat mengalami suatu semarak baru melalui dan dalam pembaruan karismatik ini. Amin.
23 / 23
Phoca PDF
Download