1. PENGERTIAN DNA 1.1. STRUKTUR DAN

advertisement
1.
PENGERTIAN DNA
1.1. STRUKTUR DAN KARAKTERISTIK DNA
DNA (deoxyribo nucleic acid) adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik
yang berguna perkembangan dan fungsi biologis seluruh organisme hidup. Fungsi utama dari
molekul DNA adalah sebagai tempat penyimpanan informasi jangka panjang. DNA seringkali
dianalogkan dengan blue print, karena DNA mengandung instruksi yang diperlukan dalam
pembentukan komponen sel seperti protein dan molekul RNA. Segmen DNA yang membawa
informasi genetik disebut gen.
DNA berwujud dua rantai polimer panjang (double helix) yang terdiri dari komponen
gula pentosa (deoksiribosa) dan gugus fosfat yang distabilisasi oleh ikatan hidrogen antar
molekul basa yang terdapat pada kedua untai. Keempat basa DNA adalah Adenin (A), sitosin
(C), guanin (G), dan timin (T), yang kemudian diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu Purin
(pasangan adenin dan guanin yang memiliki struktur cincin ganda) dan Pirimidin (pasangan
sitosin dan timin yang mempunyai struktur cincin tungal).
(1)
Selain itu, DNA mempunyai unit esensial berupa kodon, yang merupakan triplet urutan
basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino tertentu. Kode genetik hanya
menentukan struktur protein primer. Protein ini dapat merupakan komponen struktural
makromolekul atau enzim yang mengendalikan sintesis non protein.
(1)
Pada organisme eukariotik, sebagian besar DNA berada pada inti sel (kromosom), yaitu
yang disebut core DNA (c-DNA); dan sebagian kecil DNA berada dalam mitokondria (organel
mitokondria), yaitu yang disebut mitokondria DNA (mt-DNA). c-DNA merupakan materi
genetik yang membawa sifat individu dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel.
Berdasarkan pola pewarisan ini, maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk mencari
hubungan anak-ibu maupun anak-bapak.
(1)
Gambar 1. Struktur Kimia DNA URL: http://schools-wikipedia.org/wp/g/Genetics.ht m
Sedangkan mt-DNA merupakan materi genetik yang membawa kode genetik dari
berbagai enzim dan protein yang berkaitan dengan proses pembentukan dan penuaan. Berbeda
dengan c-DNA, mt-DNA berbentuk lingkaran ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada
anak, sehingga pemeriksaan mt-DNA hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.
Dalam forensik yang dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk pada pemeriksaan
c-DNA yang penggunannya lebih luas.
(1)
1.2. KROMOSOM
Setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik. Rangkaian DNA
setiap sel disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi lokus-lokus yang menandai posisi
gen dalam kromosom. Setiap sel dalam tubuh manusia memiliki 23 pasang kromosom yang
terdiri atas 22 pasang kromosom autosomal dan satu pasang kromosom seks (XX pada wanita,
dan XY pada laki-laki). Rangkaian DNA pada setiap orang didapatkan dari kontribusi sel ovum
ibunya dan sel sperma ayahnya.
Kromosom Y menempati posisi yang unik dalam hal kriminologi dan genealogi.
Kromosom Y merupakan salah satu kromosom terkecil dari 23 pasang kromosom
manusia, namun memiliki sejumlah gen aktif dan memiliki nilai penting dalam DNAtyping.
(2)
Kromosom Y mengandung SRY (Sex Determining Region Y) yang berperan
menentukan kelelakian seseorang dengan peranannya mengatur terbentuknya hormon
testosterone. Kromosom Y bersifat unik karena setiap kromosom Y pada seorang pria
akan diturunkannya secara langsung hanya kepada anak laki-lakinya dan kemudian
diteruskan oleh anak laki-lakinya kepada cucunya hingga keturunan laki-laki selanjutnya.
Peran penting kromosom Y dalam DNA typing antara lain untuk kriminologi dan
analisis forensik, analisis orang hilang, kasus warisan yang melibatkan keterkaitan
genetik antara anggota keluarga laki-laki, kasus imigrasi untuk menentukan kekerabatan
genetik, dan kepentingan antropologi.
2.
(2)
TES DNA
2.1. PENGERTIAN TES DNA
Tes DNA adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang
dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang
menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi
sampelnya. Hanya sebagian kecil berkas DNA yang dipakai untuk pengujian, seperti
bagian DNA yang berisi pengulangan urutan basa (variable number tandam repeats /
VNRT).
Tes DNA ini sangat dipercaya dan sudah diakui keabsahannya dapat
mengidentifikasi seseorang dengan keakuratan mencapai 100 %, sehingga banyak
dimanfaatkan dalam analisis, pihak kepolisian maupun pengadilan khusunya untuk
membantu mengungkap suatu perkara. Adanya kesalahan bahwa kemiripan pola DNA
bisa terjadi secara random (kebetulan) sangat kecil kemungkinannya, yaitu dengan
peluang satu diantara satu juta. Jikapun terdapat kesalahan itu disebabkan oleh faktor
human error terutama pada kesalahan interpretasi fragmen-fragmen DNA oleh operator
(manusia).
(1)
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah c-DNA dan mt-DNA. Sampel DNA
yang paling akurat digunakan dalam tes adalah c-DNA, karena inti sel tidak bisa berubah.
Sementara mt-DNA dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu yang dapat
berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Namun, keunikan dari pola pewarisan
mt-DNA tersebut sekaligus menjadi kelebihannya, sehingga mt-DNA dapat dijadikan
sebagai marker (penanda) untuk tes DNA dalam upaya mengidentifikasi hubungan
kekerabatan secara maternal.
(3)
2.2. TUJUAN TES DNA
Tes DNA pada umumnya digunakan untuk 2 tujuan yaitu (1) tujuan pribadi seperti
penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas); dan (2)
tujuan hukum, yang meliputi masalah forensik, seperti identifikasi korban yang telah
hancur maupun untuk pembuktian kasus kejahatan semisal kasus pemerkosaan atau
pembunuhan.
(3)
Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Metode tes paternitas terbagi atas
metode analisis DNA dan metode konvensional. Tes paternitas dengan menggunakan
analisis DNA merupakan analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam
membedakan ciri setiap individu, sehingga dapat memastikan (hampir 100%) bahwa
sesorang adalah ayah biologis si anak atau bukan. Sedangkan metode konvensional
dengan analisis fenotip dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell (K),
Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran.
2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah merah
terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomrantaie (PGM), Esterase D (EsD),
Erythrocyte Acid Phosphatase (EAP), Glyoxalase (GLO), Adenosine Deaminase
(ADA), Adenylate Kinase (AK), Group specific Component (GC), Gm dan KM.
3. Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada leukosit.
2.3. SAMPEL DAN PENYIAPAN SAMPEL UNTUK TES DNA
Hampir semua sampel biologis tubuh seperti darah dan bercak darah, seminal,
cairan vaginal, dan bercak kering, rambut (baik rambut lengkap dengan akarnya atau
hanya batang rambut), epitel bibir (misal pada puntung rokok), sel buccal, tulang, gigi,
saliva dengan nukleus (pada amplop, perangko, cangkir), urine, feces, kerokan kuku,
jaringan otot, ketombe, sidik jari, atau pada peralatan pribadi dapat digunakan untuk sampel
tes DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian
dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sampel sperma, daging, tulang,
kulit, air liur atau sampel biologis lain yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP)
dapat dijadikan sampel tes DNA.
(4,5,6)
Tahap pengambilan dan penyimpanan bahan atau sampel merupakan tahapan
yang vital, dan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip di bawah ini:
(6)
1. Hindari tempat yang terkontaminasi DNA dengan tidak menyentuh objek
secara langsung dengan tangan, tidak bersin atau batuk di dekat barang bukti.
2. Menggunakan sarung tangan bersih untuk pengumpulan barang bukti. Sarung
tangan harus diganti untuk setiap penanganan barang bukti yang berbeda
3. Setiap barang bukti harus disimpan terpisah.
4. Bercak darah, bercak sperma, dan bercak lainnya harus dikeringkan dahulu
sebelum disimpan.
5. Sampel harus disimpan pada amplop atau kertas setelah dikeringkan. Jangan
menggunakan bahan plastik karena plastik dapat mempercepat degradasi
molekul DNA. Setiap amplop harus ditandai nomor kasus, nomor bukti,
waktu pengumpulan.
6. Bercak pada permukaan meja atau lantai dapat diambil dengan swab kapas
steril dan alkohol. Keringkan kapas tersebut sebelum dibawa.
o
7. Di laboratorium, sampel DNA disimpan dalam kulkas bersuhu 4 C atau dalam
o
freezer bersuhu -20 C. Sampel yang akan digunakan dalam waktu yang lama,
o
dapat disimpan dalam suhu -70 C.
Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti paparan sinar
matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim DNAase yang terdapat
dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel tersebut harus diberi
perlakuan sebagai berikut:
(4,7)
1. Jaringan, organ dan tulang.
(8)
Bila masih segar, ambil tiap bagian dengan pinset lalu masukkan masing-masing
bagian ke dalam wadah tersendiri. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, simpan di pendingin lalu kirim ke laboratorium. Namun bila sampel tidak
lagi segar (busuk), ambil sampel, bungkus dengan kerta alumunium, dan bekukan
o
pada suhu -20 C. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu
kirim ke laboratorium.
2. Darah dan bercak darah (seperti darah pada pakaian, karpet, tempat tidur, perban).
- Darah
o
(7,8)
Darah cair dari seseorang.


Ambil dengan menggunakan semprit.
Masukkan ke dalam tabung yang diberikan pengawet EDTA ± 1 ml
darah.

o
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, simpan dalam
termos es, lemari es atau kirim ke laboratorium.
Darah cair di TKP.


Ambil dengan menggunakan semprit, pipet atau kain.
Masukkan ke dalam tabung yang berisikan pengawet EDTA. Bila
membeku, ambil dengan menggunakan spaltel.

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, simpan di
termos es, lemari es, atau kirim ke laboratorium.
o Darah cair dalam air/salju/es.


-
Sesegera mungkin, ambil secukupnya, masukkan ke dalam botol.
Hindari kontaminasi, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, simpan atau kirim ke lab.
Bercak darah basah.
o Ditemukan pada pakaian

Pakaian dengan noda ditempatkan pada permukaan bersih dan keringkan.

Setelah kering, masukkan kantong kertas atau amplop.

Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, kirim ke
laboratorium.
o Ditemukan pada benda.

Bila benda kecil biarkan kering, tetapi pada benda besar, hisap bercak
tersebut dengan kain katun dan keringkan.

Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel,
dan kirim ke laboratorium.
o Ditemukan pada karpet atau benda yang dapat dipotong.

Potong bagian yang ada nodanya.


o
Tiap potongan diberi label yang jelas, sertakan potongan yang tidak
ada nodanya sebagai kontrol.
Kirim ke laboratorium.
Percikan darah kering



Gunakan celotape, tempelkan pada percikan noda.
Masukkan celotape tersebut kedalam kantong plastik.
Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, kirim ke
laboratorium.
3. Sperma dan bercak sperma.(8)
-
Sperma cair.
a. Hisap dengan semprit, masukkan ke dalam tabung.
b. Atau dengan kapas, keringkan.
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
-
Bercak sperma pada benda yang dipindah (misalnya pada celana).
a. Bila masih basah, keringkan.
b. Bila kering, potong pada bagian yang ada nodanya, dan masukkan ke
dalam amplop.
c. Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
-
Bercak sperma pada benda besar yang bisa dipotong (misalnya pada karpet).
o
Potong pada bagian yang bernoda.
o
Masukkan ke dalam amplop.
o Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim ke
laboratorium.
-
Bercak pada benda yang tidak dapat dipindah dan tidak menyerap (misal:
lantai).
o Kerok bercaknya, lalu masukkan kertas.
o Lipat kertas hingga membungkus kerokan, masukkan ke dalam
amplop.
o Beri label yang jelas dan tanggal pengambilan sampel, lalu kirim
ke laboratorium.
4. Urine, saliva dan cairan tubuh yang lain.
- Sampel cair
(8)
a. Urine atau saliva dimasukkan ke dalam tempat steril.
b. Simpan di pendingin, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel, lalu kirim ke laboratorium.
-
Bercak urine, saliva
a. Dugaan noda, dikerok atau potong lalu kumpulkan.
b. Masukkan amplop, beri label yang jelas dan tanggal pengambilan
sampel, lalu kirim ke laboratorium.
5. Rambut dan gigi.
- Rambut.
(8)
a. Cabut beberapa helai rambut (10-15 helai) dengan akarnya. Hatihati bila tercampur dengan darah
b. Tempatkan pada wadah, beri label yang jelas dan tanggal
pengambilan sampel. Kirim ke laboratorium.
-
Pulpa Gigi
a. Cabut gigi yang masih utuh. Sampel gigi sebaiknya tidak dirusak
oleh endodontia.
b. Masukkan ke dalam kantong plastik, beri label yang jelas dan
tanggal pengambilan sampel.
2.4. TEKNIK TES DNA
Beberapa kelebihan tes DNA dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional
lainnya adalah sebagai berikut:
(7,9)
1. Ketepatan yang lebih tinggi.
Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya
pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah. Hasil pemeriksaan
golongan darah yang tidak cocok akan menyebabkan orang yang dicurigai
tersingkir sebagai sumber darah tersebut, namun jika cocok maka merupakan
suatu kemungkinan saja.
Sedangkan hasil pemeriksaan DNA terhadap bercak darah tersebut akan nyaris
sempurna
dalam menentukan siapa sumber bercak darah tersebut.
2. Kestabilan yang tinggi.
Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk, maka hanya tes
DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA bersifat tahan pembusukan
dibandingkan protein.
3. Pilihan sampel yang luas.
Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel untuk tes
DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah.
4. Dapat mengungkap kasus sulit
Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus sulit yang
tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara lain seperti: penentuan
keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus
paternitas dengan bayi yang sudah meninggal dan kasus paternity tanpa kehadiran
sang “ayah”.
5. Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku, pemeriksaan DNA
dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya.
6. Sensitifitas yang amat tinggi
Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat dilakukan pada
sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR.
Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:
(10)
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik adalah
RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP)
adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah
dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number Of Tandem
Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang
mampu mengenal urutan basa tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa).
(10,11)
Urutan basa tersebut disebut sebagai recognition sequence.
Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri
yang menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang
berbeda, sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkan
karena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga
berbeda.
(11,16)
Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah
ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code). Saat
membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan
untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
(8,12)
Proses pada teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan dengan
menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda. Kemudian
dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan
panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis, dan prinsip pada proses in adalah
potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang.
Gambar 2. Analisis DNA dengan RFLP URL: http://www.scq.ubc.ca/dna-fingerprinting-in-thestandardization-of-herbs-and-nutraceuticals/
Untuk mendeteksi adanya segmen yang bersifat polimorfik maka dilakukan suatu
prosedur yang disebut sebagai Southern Blooting. Dalam prosedur ini pada gel
ditambahkan suatu zat kimia yang berfungsi untuk memisahkan rantai ganda menjadi
rantai tunggal, kemudian membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas
membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama potongan DNA
rantai tunggal.
(7,13)
Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang
mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada
genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe
akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda
pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang
berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada
selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut
autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal
dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP tidak hanya digunakan satu DNA probe,
diamana DNA probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda.
(7,13)
Keunggulan RFLP adalah sifatnya yang kodominan, cukup berlimpah dalam arti
lokus-lokus yang dipergunakan untuk RFLP dapat menunjukkan ratusan variasi untuk
tiap lokus, mampu memeriksa lebih dari satu lokus, serta frekuensi polimorfismenya
tinggi karena hipervariabilitas pada tiap lokus.
Selain itu, penanda ini mudah dipetakan dalam peta genetik, serta tidak mudah
berubah hasilnya bila diulang (stabil). Karena bukan berbasis PCR, penanda ini tidak
spesifik spesies sehingga bisa digunakan untuk perbandingan peta genetik spesies yang
berbeda-beda. Dengan demikian jika dua sampel berasal dari sumber yang berbeda,
RFLP mampu membedakannya menggunakan jumlah lokus yang lebih sedikit. RFLP
dapat menentukan apabila sebuah sampel berasal dari lebih satu sumber dan dapat
membedakan sumbernya dengan baik.
(7,11,13)
Namun kelemahannya, penanda ini memerlukan DNA dalam jumlah besar,
memakan waktu lama (± 3 hari), serta melibatkan penggunaan pelabelan isotop radioaktif
pada teknik yang pertama kali digunakan. Kelemahan yang terakhir ini dapat diatasi
setelah ditemukan teknik tanpa radioaktif.
(7,11,13)
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu metode untuk
memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA. Reaksi
teknik ini didesain seperti meniru penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi
dalam makhluk hidup, hanya pada segmen tertentu dengan bantuan enzim DNA
polymerase sebanyak 20 hingga 40 siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Proses ini berlangsung secara in-vitro dalam tabung reaksi
sebesar 200 µl. Walaupun dengan sampel DNA yang sedikit atau sudah mulai
terdegradasi, PCR mampu menggandakan atau mengkopi DNA template hingga
miliaran kali jumlah semula sehingga dapat diperoleh informasi. (7,10,13,14)
Gambar 3. Siklus copy DNA template pada PCR. URL:
http://users.ugent.be/~avierstr/principles/pcr.htm l
Sampel DNA yang disiapkan untuk metode PCR dapat dianalisa
menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus sampel DNA yang
disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi pada RFLP. Dengan demikian
hasil dapat diperoleh dari sampel yang kurang secara kualitas maupun kuantitas
namun kekuatan diskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus yang sama.
Kekuatan metode Analisa PCR adalah kemampuan untuk menganalisa beberapa lokus
secara bersamaan dengan proses yang otomatis. (7,10,13)
PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermal Cycler yang dapat
menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu secara cepat sesuai kebutuhan siklus
PCR. Pada awalnya orang menggunakan tiga penangas air (water bath), berpindah
dari satu suhu ke suhu lainnya menggunakan tangan. Tapi sekarang mesin Thermal
Cycler sudah terotomatisasi dan dapat diprogram sesuai kebutuhan.
(14)
Selain DNA template yang akan digandakan dan enzim DNA polymerase,
komponen lain yang dibutuhkan adalah:
(14)
a. DNA Primer.
DNA primer adalah sepasang DNA rantai tunggal atau oligonukleotida
pendek yang memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template, dibuat
secara sintetis, dan dirancang agar menempel mengapit pada daerah tertentu yang
diinginkan, serta mampu menunjukkan urutan DNA yang akan diperbanyak,
menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau polimerisasi
DNA.
b. dNTP (deoxynucleoside triphosphate).
dNTP atau building blocks merupakan ‘komponen’ penyusun DNA yang
baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP,
dCTP, dGTP dan dTTP.
c. Buffer.
Buffer yang biasanya digunakan terdiri atas bahan-bahan kimia untuk
mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA
polymerase.
d. Ion Logam.
i. Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor bagi
enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak dapat
bekerja.
ii. Ion logam monovalen, kalsium (K+)
e. Master-Mix
Master-mix terdiri dari

32 µl air.


5 µl PCR-Buffer (dengan Mg ).
5µl dNTP-Mix.

2 µl D1S80 Primer-Mix.
2+
1
6
 1 µl Taq Polymerase

45 µl (per orang).
Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak
jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium. Pertama, proses yang
dinamakan Denaturation, yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan DNA rantai ganda
o
pada suhu 96 , sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal. Tahap
kedua yaitu proses Annealing atau Hybridization, pada proses ini setiap rantai tunggal
tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. Tahap ini dilakukan
o
dengan menurunkan suhu hingga ke kisaran 40–60 C selama 20-40 detik. Tahap Ketiga,
disebut Extension atau Elongasi. Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan
dilakukan peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu
o
suhu 70-72 C. Kemudian, DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai dengan
pasangannya, dilanjutkan dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru
ini hingga ke ujung, dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan
diamplifikasi.
Selain ketiga proses tersebut biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh tahapan
berikut, yaitu tahap Pra-denaturasi. Tahapan ini dilakukan selama 1-9 menit di awal reaksi
untuk memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktifasi DNA Polymerase. Tahap
terakhir yang dilakukan setelah siklus PCR terakhir disebut tahap Final Elongasi.
Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim (70-72 oC) selama 5-15 menit untuk
memastikan bahwa setiap rantai tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara sempurna.
Gambar 4. Proses PCR yang terjadi di Laboratorium. URL:
http://users.ugent.be/~avierstr/principles/pcr.htm l
(10)
Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah:
a. Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium.
b. Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari)
c. Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas maka metode
yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk menganalisa DNA dalam jumlah
sangat sedikit.
Kekurangan metode PCR adalah:
(10,12)
a. Mudah terkontaminasi
Kontaminasi merupakan masalah yang besar pada PCR karena sistem ini
memperbanyak DNA yang ada dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sebuah molekul
DNA dapat menjadi jutaan bahkan milyaran DNA dalam waktu tiga jam, jika ada
sebuah molekul DNA bakteri atau kontaminan lain tercampur maka molekul tersebut
juga akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga akan terjadi salah kesimpulan.
b. Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit dibandingkan VNTR
pada metode RFLP.
c. Tidak seperti VNTR yang menggunakan area yang tidak berfungsi, beberapa
lokus dari PCR adalah gen yang fungsional, ini berarti telah terjadi seleksi alam
yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dari subgroup populasi.
3. Short Tandem Repeats (STRs)
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang
berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)
adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek
(2 – 5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs.
Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki
kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA
yang rusak atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh
PCR hanya berkisar antara 200 – 500 pasangan basa.
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang
memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu
bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak
lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan
menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa
STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
(7,10)
Namun metode STRs memiliki kelemahan yaitu mensyaratkan penggunaan tiga
belas lokus sedangkan DNA inti hanya memliki dua salinan molekul dalam setiap sel. Hal
ini menyulitkan untuk menganalisis ketigabelas lokus tersebut, terutama pada
laboratorium dengan prasarana sederhana.
(15)
4. Y-Short Tandem Repeats (Y-STRs)
Y-STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y-STRs dapat diperiksa
menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat yang sama dengan
pemeriksaan STRs pada kromosom autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada
pria maka Y- STRs dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari
pria yang yang menjadi sampel.
Gambar 5. Sebuah STR profil manusia parsial. URL: http://www.thefullwiki.org/Short_tandem_repeat
Pemeriksaan Y-STRs dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa sperma
yang bercampur antara sampel laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah atau air liur
yang diambil dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi profil
pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat menggunakan STRs. Karena
kromosom Y tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous.
Kromosom Y tidak mempunyai partner yang sama seperti pada kromosom autosomal.
Walaupun ia berpasangan selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya
sedikit atau tidak ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya. Y-STRs
sangat berguna untuk menyelesaikan kasus disputed paternity pada anak laki-laki, karena
kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.
(7,13)
5. Mitochondrial DNA (mt-DNA)
Aplikasi penggunaan mt-DNA dalam identifikasi forensik dimulai pada tahun
1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar nukleus dalam
sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk sirkular
yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel mengandung
100 – 1000 mitokondria.
Ciri khas dari mt-DNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang
tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mt-DNA hanya mengandung DNA ibu.
Mitokondria diturunkan melalui sel telur tidak melalui sperma walaupun sperma
secara struktural juga mengandung mitokondria dalam jumlah kecil, hal ini disebabkan
karena bagian mitokondria sperma tidak masuk ke dalam sel telur sehingga hanya
mitokondria ibu yang secara normal diturunkan pada anaknya.
(7,10)
mt-DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak mempunyai homolog pada
genom manusia, maka disebut hemizygous hal ini menyebabkan mt-DNA dan Kromosom
Y diturunkan secara spesifik. Jika dari pemeriksaan mt-DNA dapat mengetahui garis ibu,
maka dari pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki.
Perbedaan yang terlihat bahwa mt-DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu
kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya
diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.
(7)
6. CODIS (Combined DNA Index System)
CODIS merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI. FBI memilih 13
STR yang digunakan sebagai deretan lokus utama standar dan meningkatkan
pengembangan kemampuan laboraturium untuk melakukan pemeriksaan pada lokus
tersebut. Laboratorium di seluruh dunia menggunakan lokus yang sama. Pengumpulan 13
lokus utama meningkatkan kemampuan diskriminasi. Kemungkinan ditemukan
kecocokan antara dua orang yang tidak berhubungan berdasarkan random di Caucasian
Amerika adalah satu diantara 575 trilyun. Angka kemungkinan ini lebih kecil
dibandingkan UK system. FBI secara aktif dilibatkan dalam pengumpulan data frekuensi
populasi pada grup dan subgrup populasi yang berbeda. Populasi ini kemudian dibagi
lagi, misalnya data dari Jepang, Cina, Korea dan Vietnam. Pada dunia bagian barat
terdapat data untuk Bahamian, Jamaica dan Trinidadian.
(10,12,13,16)
FBI menyediakan software sebagai fasilitas pada penggunaan CODIS, termasuk
pelatihan penggunaan sistem serta menyediakan dukungan bagi laboraturium untuk
melakukan analisis DNA. CODIS menggunakan dua indeks atau putunjuk untuk
melakukan pemeriksaan pada kasus kriminal dengan analisis dna. Convicted Offender
Index mengandung profil narapidana yang melakukan tindakan criminal. The Forensik
Index mengandung profil DNA dari fakta yang didapatkan pada kasus criminal misalnya
(10)
darah atau semen. Kedua indeks ini didapatkan dengan komputer.
Teknologi DNA bagi kepentingan forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP) atau pada pakaian atau barang-barang lain
milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat
ditemukan dari tubuh korban, jika jaringan atau air mani cukup tersedia, maka laboratorium
forensik dapat menentukan jenis darah atau jenis jaringan dengan menggunakan antibodi
untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Akan tetapi, pengujian seperti ini
membutuhkan jaringan yang agak segar dalam jumlah yang relatif banyak. Selain itu, karena
terdapat banyak orang dalam populasi dengan jenis darah atau jaringan yang sama,
pendekatan ini hanya dapat mengarah ke seseorang tersangka; pendekatan ini tidak dapat
memberikan bukti kuat tentang pelakunya.
Di lain pihak, pengujian DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian
yang jauh lebih tinggi, karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar
identik). Analisis RFLP dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk
pendeteksian kemiripan dan perbedaan sample DNA dan hanya membutuhkan darah atau
jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit (kira-kira 1.000 sel). Misalnya, dalam kasus
pembunuhan metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sample DNA dari
tersangka, korban, dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita
elektroforesis yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensic menguji
kira-kira lima penanda; dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan
tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikit pun sudah dapat
memberikan sidikjari DNA, atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensic karena
probabilitas bahwa dua orang (yang bukan kembar identik) akan memiliki rangkaian penanda
RFLP yang tepat sama adalah sangat kecil. Autoradiograf meniru jenis bukti yang disajikan
kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Saat ini, sebagai ganti RFLP, variasi dalam panjang DNA satelit semakin banyak
digunakan sebagai penanda untuk penyidikjarian DNA. DNA satelit terdiri atas urutan basa
yang berulang secara tndem (berurut) di dalam genomnya. Urutan satelit yang paling
bermanfaat untuk keperluan forensic ialah mikrosatelit yang panjangnya kira-kira 10-100
pasangan basa, yang memiliki unit berulang hanya beberapa pasangan basa, dan yang sangat
bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Misalnya satu individu dapat saja memiliki unit
ACA yang berulang 65 kali pada satu lokus genom, 118 kali pada lokus kedua, dan
seterusnya, sementara individu lain agaknya akan memiliki jumlah pengulangan yang
berebeda pada lokus-lokus tersebut. Lokus genetic polimorgik tersebut biasanya disebut
perulangan tandem sederhana (STR – simple tandem repeat). Fragmen restriksi yang
mengandung STR bervariasi ukurannya di anatara individu-individu Karena perbedaan
dalam panjang STR, dan bukannya disebabkan oleh perbedaan jumlah tempat restriksi di
dalam daerah genom, seperti dalam analisis RFLP. Semakin banyak penanda yang diperiksa
dalam suatu sampel DNA akan semakin unik sidikjari DNA menggambarkan satu individu.
PCR sering digunakan untuk secara elektroforesis. Karena kekuatan selektifnya, PCR sangat
bernilai dalam jumlah yang sangat kecil. Sampel jaringan sekecil 20 sel sudah mencukupi
untuk PCR.
Bagaimanakah kehandalan sidikjari DNA ini? Sidikjari DNA seseorang akan benarbenar unik jika memang layak untuk melakukan analisis fragmen restriksi pada seluruh
genom orang tersebut. Pada prakteknya, seperti yang telah dijelaskan, pengujian sidikjari
DNA berfokus hanya pada kira-kira lima daerah yang sangat kecil dari suatu genom. Akan
tetapi, daerah DNA yang dipilih merupakan daerah yang diketahui sangat bervariasi dari satu
orang ke orang lainnya. Pada sebagian kasus forensik, probabilitas dua orang memiliki
sidikjari DNA yang sama ialah antara satu dalam 100.000 hingga satu dalam satu miliar.
Angka yang tepat bergantung pada jumlah penanda yang dibandingkan dan pada frekuensi
penanda ini dalam populasinya. Informasi tentang bagaimana berbagai penanda yang sama
berada dalam kelompok etnik yang berbeda adalah merupakan kuncinya karena frekuensi
penanda ini dapat sangat berbeda dari frekuensi pada populasi itu secara keseluruhan. Data
seperti itu sekarang telah membuat para saintis forensik dapat membuat perhitungan statistik
yang sangat akurat. Dengan demikian, meskipun ada masalah-masalah yang timbul dari data
statistik yang tidak mencukupi, kesalahan manusia (human error), atau bukti cacat, sidikjari
DNA sekarang diterima sebagai bukti penguat oleh pakar hukum dan saintis sejenis. Banyak
argumentasi mengatakan bahwa bukti DNA lebih handal daripada saksi mata dalam
menempatkan tersangka pada TKP. Pengadilan pembunuhan O.J. Simpson pada tahun 1995
membuat ”sidikjari DNA” menjadi istilah rumah tangga, dan jenis bukti ini akan memiliki
dampak forensik yang meningkat. (17)
DAFTAR PUSTAKA
Cantor Charles, Spengler Sylvia. Primer
www.ornl.gov/hgmis/publicat/primer/toc.
on
Molecular
Genetiks.
URL:
http://
1. Kolbinsky L, Levine, Margolis-Nuno H. 2007. Analysis DNA Forensik. Chelsea House of
Publishing Infobase, New York.
M. Gunawan Abdillah. Tahapan Tes DNA. URL: http:// www.klikp21.com
Anonim.. Forensic DNA Testing. URL: http:// www.800dnaexam.com/forensic_DNA_
testing.aspx
Andraea Petrophylla. Tes DNA. URL: http://www.ripiu.com/article/read/klik4orofit-tes-dna.
Anonim. Pengumpulan Sampel, Ekstraksi DNA,
http://www.freewebs.com/pengumpulansampeldna.htm
dan
Kuantifikasi
DNA.
URL:
2. Modul Bahan Ajar, Proyek Pengembangan Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan Ajar
Kriminalistik. Buku II. Jakarta: Universitas Indonesia, 2000.
3. Putu Sudjana L Hoediyanto. Pengumpulan dan Cara Pengiriman Bahan Pemeriksaan Analisa
DNA. Bagian/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik. FK UNAIR – RSU dr. Soetomo.
Surabaya.
Anonim. Pusdokkes Polri The Indonesian police centre for medical and Health Service. URL:
http://www.pusdokkes.polri.go.id/naskah/dokpol/ladokpoli.html.
Samuels Julie E., Asplen Christopher The Future of Forensik DNA Testing, Prediction of the
Research
and
Development
Working
Group.
URL:
http://www.denverda.org/DNA/
ForensikDNAArticles.htm
Anonim.
Polimorfisme
Panjang Berkas Restriksi URL:
http://id.wikipedia.org/wiki/
Polimorfisme Panjang_Berkas_Restriksi
Curran Thomas. Forensik DNA Analisys : Technology and Aplication. Available at:
http
://www. denverda. org/DNA/Forensik_ DNA_ Articles.htm. Accessed on: August 10, 2009.
4. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensik DNA Analysis. 2
York Washington DC: CRC Press LLC, 2002
nd
ed. London New
Anonim.
Mengenal
PCR
(Polymerase
Chain
http://sciencebiotech.net/mengenal-pcr-polymerase-chain-reaction/
Reaction)
URL:
Anonim. URL. http://www.chem-is-try.org/artikel.../di-balik-teknologi-tes-dna
Anonim. DNA Genetik Testing-Paternity and Forensik Use. URL: http://www.genetiks.edu.au
5. Neil A. Campbell. Biologi Jilid I. Edisi V. Jakarta: Erlangga, 2002.
Download