KENDALI KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA MENGGUNAKAN LQR (LINEAR QUADRATIC REGULATOR) Ilham Program Studi Teknik Informatika STMIK AKBA Abstrak: Salah satu metode pengaturan kecepatan motor induksi yang dikembangkan selain PID adalah menggunakan kontrol LQR (Linear Quadratic Regulator). Teknik control LQR memungkinkan pengaturan fluks dan torsi. Untuk mencapai fluks dan torsi yang dikehendaki digunakan estimasi umpan balik pada sistem kontrol. Pada penelitian ini dirancang dan disimulasikan suatu sistem kontrol LQR menggunakan perangkat lunak Matlab yang bertujuan untuk mengatur kecepatan putaran motor induksi 3 phasa. Estimasi kecepatan motor akan dibandingkan dengan kecepatan referensi yang diberikan untuk dapat mengetahui besarnya error. Hasil yang diperoleh melalui simulasi menunjukkan respon kecepatan putar yang cepat dalam kondisi start, perubahan beban dan perubahan set point. Khusus pada respon kecepatan pada saat terjadi perubahan beban, kecepatan hampir tidak mengalami perubahan kecepatan atau bisa dikatakan respon kendali LQR mampu meredam perubahan beban akan kecepatan putaran motor induksi 3 phasa. Kata Kunci: Motor Induksi ,LQR, Kecepatan putar 1. Pendahuluan Untuk menunjang perkembangan infrastruktur industri modern yang lebih efisien dan handal, terutama mesin-mesin canggih yang digunakan dalam proses produksi harus dalam kondisi dan performa yang benar-benar sempurna untuk menjaga kuantitas dan kualitas produksi [1]. Aplikasi sistem kendali dalam kehidupan manusia memberikan sangat banyak kemudahan.Hal ini banyak ditemui dalam dunia industri seperti proses-proses dalam pabrik dan industri modern.Sebagai contoh, Pengendalian automatik sangat diperlukan dalam operasi-operasi di industri untuk pengendalian tekanan, temperatur, kelembaban, viskositas, aliran proses produksi, pengerjaan dengan mesin perkakas, penanganan dan perakitan bagian-bagian mekanik dalam industri manufaktur, dan sebagainya. Motor induksi 3 phasa saat ini banyak digunakan pada industri dengan berbagai aplikasi [2]. Hal ini disebabkan karena motor induksi 3 phase memiliki keunggulan diantaranya handal, tidak ada kontak antara stator dan rotor kecuali bearing, tenaga yang besar, daya listrik rendah dan hampir tidak ada perawatan [3] Banyak alternatif pengendalian yang dapat digunakan dalam mengendalikan kecepatan motor induksi, antara lain dengan pengaturan frekuensi dan jala-jala, vektor kontrol dan lain-lain[4]. Namun model pengendalian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah motor induksi dengan kendali LQR. Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkanpengendali LQR (Linear Quadratic Regulator) sebagai kontrol putaran motor induksi untuk berbagai kondisi yaitu kondisi start, steady state dan perubahan setting point pada beban torsi motor. 2. DQ Model Motor Induksi Secara konvensional untuk menganalisa model motor induksi 3 phasa dikembangkan berdasarkan model trafo dengan mengasumsikan tegangan sumber adalah sinusoidal dan kondisi steady state [5].Dalam operasi riil ditemui permasalahan tegangan sumber yang tidak sinusoidal danada perubahan beban. Karena itu dibutuhkan model lain yang lebih fleksibel untuk menganalisis motor induksi. Motor induksi dalam koordinat dq digunakan untuk menganalisis motor dan lebih fleksibel. Persamaan tegangan motor induksi dengan tegangan simetri dalam koordinat dq [6] dan Fluksi yang tercakup dalam kumparan [7]. Persamaanpersamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk matriks [8], Torka elektromagnetik motor induksi dapat ditentukan dengan : ( )( )( ) (4) Persamaan dinamisdari mesin induksi dinyatakan oleh (5) Dengan, adalah torka beban adalah torka elektromagnetik J adalah momen inersia (kg.m) 61 r adalah kecepatan angular rotor (rad/dt) Untuk lebih memudahkan dalam menghitung tegangan dan arus dalam bentuk d-q dan sebaliknya kita dapat menggunakan transformasi matriks kombinasi Clarke-Park [8] yakni : ( ) ( ( ) ) ( ) Gambar 1. Rangkaian ekivalen dq motor induksi [ ] P.C.Krause.Analysis of Electric Machinery, McGraw-Hill Book Company, 1986 3. Persamaan State Space Motor Induksi [ [ ] [ ( ) ( ) ( ) ( ) ] [ ]dan[ ] ] Dari beberapa model matematika diatas, persamaanpersamaan tersebut dapat disederhanakan untuk mendapatkan model state space yang kemudian digambarkan dalam bentuk vector matriks persamaan state (keadaan). Bentuk persamaan state space motor induksi khususnya tipe squirrel-cage (sangkar tupai) yang digunakan dalam penelitian ini. Dari Persamaan tegangan motor induksi dengan tegangan simetri dalam koordinat d-q [6] dan Fluksi yang tercakup dalam kumparan[7] dapat dinyatakan dalam bentuk matriks sebagai berikut : Dimana : √ √ ( ) √ ( ) Dengan | | Diagram dari model motor induksi dapat dilihat pada gambar 1. Dan [ | | adalah matriks impedansi yang dinyatakan oleh : ] [ ] [ ] Dengan : Dimana Ls dan Lr adalah induktansi sendiri untuk stator dan rotor dan Lm adalah induktansi bersama antara stator dan rotor sedangkan : Bentuk simulasi, persamaan diatas kemudian direpresentasikan dalam state-variable untuk arus sebagai berikut : [] [ ] ([ ] [ ])[ ] [ ] [ ] Dimana : 62 [ ] [ [ ] [ [ ] [ [ ] [ [] [ ] Respon Putaran Motor Terhadap perubahan Beban: ] ] ] ] Setelah membuat model simulasi dari motor induksi 3 phasa [2] maka perlu dilakukan Validasi untuk melihat respon motor yang dihasilkan sesuai dengan karakteristik motor yang sebenarnya sesuai dengan parameter-parameter pada tabel 1. (a) Tabel 1. Parameter-parameter motor induksi De Lorenzo 20 Viaio Romagna-20089 Rozzano (Milano) Italy DL 1027 3-M S/N. 0725534.4 Daya (P) Jumlah Kutub (p) Tegangan Sal./ Teg. Bus (V) Arus Saluran (I) Kecepatan Putaran (Wr) Frekuensi (f) Resistansi Stator (Rs) Resistansi Rotor (Rr) Induktansi Bocor Stator (Lls) Induktansi Bocor Rotor (Llr) Induktansi Magnetik (Lm) Pf Inersia (J) Slip 1,1 kW / 1,5 HP 4 kutub 380 V 2,2 A 1400 rpm 50 Hertz 6 Ohm 4,97 Ohm 0,2. Henry 0,6. Henry 461. Henry 0,85 0,0043 kg.m² 6,6 % Dari hasil simulasi menggunakan program Matlab kemudian dibandingkan dengan Validasi(physical Observation) pengamatan fisik sesuai dengan parameter pada tabel (1) dimana pengujian dilakukan di laboratorium Motor-Motor Listrik Teknik Elektro Universitas Hasanuddin dan Laboratorium Motor-Motor dan Pengamanan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang. (b) Gambar 2. Respon putaran motor terhadap perubahan tegangan, a) Respon putaran beban variasi 1 Nm- 2 Nm, b)Respon Iabc dan Torsi Elektromagnetik beban Variasi. Tabel 2. Respon putaran motor terhadap perubahan beban Beban (Nm) Putaran Motor (RPM) Arus (A) Error (%) Lab Simulink Lab Simulink - 1400 1400 1,9 1,5 0,21 1 1272 1272 5 4,89 0,022 2 1168 1168 10 9,95 0,005 Berdasarkan pada Tabel 2. Hasil Validasi Respon putaran motor terhadap perubahan beban maka didapatkan error sebesar 0,079 % sehingga dapat disimpulkan bahwa model simulasi motor induksi 3 phasa yang digunakan pada Simulink matlab mendekati kondisi yang sebenarnya. 4. Perancangan Sistem Dalam penelitian ini sistem yang akan dikendalikan adalah motor induksi 3 phasa jenis rotor sangkar tupai (Squirrel-cage). Adapun model sistem motor induksi 3 phasa kendali LQR dapat dilihat pada gambar 7. 63 C C E IGBT/Diode5 E IGBT/Diode3 E IGBT/Diode1 C [s5] switch5 g [s3] switch3 g [s1] switch1 g boleh konduksi secara bersamaan hingga menimbulkan arus hubung singkat, dan arus sisi AC harus selalu dijaga kontinuitasnya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4. a A b Vdc B [s4] [s6] switch2 switch4 switch6 c outa IGBT/Diode2 E IGBT/Diode6 E E IGBT/Diode4 C C g C C g g [s2] Gambar 3. Simulasi motor induksi 3 phasa dengan pengendali LQR Dari gambar 7 dapat dilihat dalam perancangan sistem kendali kecepatan motor induksi terbagi atas beberapa bagian yaitu : 1. 2. 3. 4. Motor induksi Inverter3 phasa dan switching PWM Kalkulasi rotor flux, Teta, Iqs*, Id* Kendali LQR 5. Prinsip Dasar Vektor Kontrol Gambar 4. Konfigurasi inverter 3 phasa 3 lengan (Senyu Yu, 1998) [6] Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan dibentuk oleh 6 buah saklar daya denganmasing-masing dua saklar berpasangan untuk menghasilkan setiap fasa untuk setiap lengannya[10]. Lengan “a” dibentuk oleh saklar A pada sisi positif dan saklar A’ pada sisi negatif yang bekerja secara bergantian demikian pula dengan saklar “b” dan “c”. Dengan teknik kendali SPWM maka konfigurasi saklar daya inverter diatas dapat menghasilkan beberapa kemungkinan pensaklaran seperti pada gambar 5. Vektor kontrol adalah suatu metode pengaturan kumparan medan pada motor induksi, dimana dari sistem coupling dirubah menjadi sistem decoupling. Dengan sistem ini arus penguatan dan arus beban motor dapat dikontrol secara terpisah, sehingga torsi dan fluks juga dapat diatur secara terpisah, seperti halnya motor dc. Implementasi flux vektor pada motor induksi 3 phasa membutuhkan perhitungan/simulasi pada orientasi stator, rotor dan torsi. Untuk memudahkan simulasi motor dari kondisi transient sampai stabil, maka koordinat abc pada motor diubah ke dalam model bayangan/vektor ke bentuk dq [7] dan [8]. 6. Inverter 3 phasa dan Switching PWM (SPWM) Inverter sebagai rangkaian penyaklaran elektronik dapat mengubah sumber tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik dengan besar tegangan dan frekuensi dapat diatur [9].Untuk menjalankan motor AC 3 fasa kendali LQR diperlukan rangkaian daya sebagai media pengasutan.Teknik PWM inverter sangat tepat digunakan sebagaiimplementasi perancangan model.Rangkaian daya inverter tiga fasa tiga lengan (three-leg inverter) yang memiliki enam buah saklar dan sumber tegangan DC. Suatu konverter DC to AC jenis sumber tegangan (voltage-type inverter) harus memenuhi dua syarat, yaitu saklar yang terletak pada satu lengan tidak Gambar 5. Konfigurasi saklar daya inverter 3 phasa 3 lengan (Senyu Yu, 1998) Dari konfigurasi pensaklaran pada gambar 5 maka dapat diturunkan suatu persamaan tegangan antar fasa seperti yang terlihat pada persamaan (24). [ ] [ ]* + (24) Sedangkan persamaan tegangan fasa yang dihasilkan oleh inverter diatas adalah sebagai berikut : 64 [ ] [ ]* + (25) Rangkaian Inverter ini terdiri dari enam buah piranti switching (MOSFET) yang bekerja secara berpasangan dan bekerja (on-off) secara bergantian. Maka membutuhkan enam buah pulsa yang bekerja on-off secara bergantian. Rangkaian dasar Three Phase Full Bridge Inverter pada Gambar 4, didesain untuk menghasilkan tegangan 380 Vac dan arus 3 Ampere. Untuk memenuhi keadaan tersebut, piranti yang sesuai untuk Three Phase Full Bridge Inverter ini menggunakan MOSFET tipe IRFP 460. MOSFET ini memiliki kemampuan switching diatas 50 KHz, batas kemampuan tegangan drain-source sampai 500 V dan arus drain ID 20 Ampere. Sementara untuk membangkitkan PWM pada proses switching menggunakan HV Gate Drive Module [X]’ = [A][X] + [B][U] [Y] = [C][X] + [D][U] Gambar 6.Representasi sistem dalam bentuk persamaan ruang keadaan. (Ogata, 1996) Berdasarkan gambar 6, maka persamaan ruang keadaan dapat dituliskan sebagai berikut: ̇ 7. Metode Linear Quadratic Regulator Sistem optimal adalah sistem yang mempunyai unjuk kerja terbaik (best performance) terhadap suatu acuan tertentu.Sistem kendali optimal memerlukan adanya suatu kriteria optimasi yang dapat meminimumkan hasil pengukuran dengan deviasi perilaku sistem terhadap perilaku idealnya [11]. Metode optimasi dengan linear quadratic regulator (LQR) adalah denganmenentukan sinyal masukan yang akan memindahkan suatu state sistem linier dari kondisiawal x(t0) menuju ke suatu kondisi akhir x(t) yang meminimumkan suatu indeks unjuk kerja performansi kuadratis. Cost functional yang dimaksud adalah waktu integral dari bentuk kuadratis pada vektor keadaan (state) x dan vektor masukan u seperti pada persamaan : [ ]dimana Q adalah matriks semi definit positif dan R adalah matriksdefinit positif. Dengan dasar seperti diatas, variasi parameter dari masalah perancanganlinear quadratic regulator dapat ditentukan, juga untuk kondisi akhir, yang mungkin dapat berpengaruh pada cost function. Prinsip penggunaan metode LQR adalah memperoleh sinyal kendali optimal dari umpan balik keadaan (state feedback) u= -[k].[x]. Matrik umpan balik k diperoleh dengan memecahkan persamaan Riccati. Salah satu kendala penggunaan metode LQR adalah pemecahan persamaan Riccati yang tidak mudah jika diselesaikan secara manual, karenanya dibutuhkan bantuan komputer, dalam hal ini dengan paket program Matlab. Pada sistem kendali optimal model yang banyak digunakan adalah persamaan keadaan.Representasi sistem dalam bentuk persamaan ruang keadaan bisa dilihat pada gambar 3. Dalam persamaan keadaan persamaan diferensial berorde satu secara simultan, dan ditulis dalam notasi vektor matriks: Pengendali LQR ini dirancang untuk mengendalikan kecepatan pada motor induksi 3 phase. pada tahap penerapannya menggunakan simulasi Matlab untuk memperoleh bahan informasi desain kendali LQR. Untuk melakukan perancangan pengendali menggunakan metode LQR pada pengendali kecepatan motor induksi 3 phase dilakukan pertama-tama adalah menghitung matriks keadaan yang dipergunakan dalam perancangan pengendali. perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Matlab, adapun matriks keadaan mengacu pada matriks impedansi , sehingga diperoleh: [ [ ] ] [ ] [ ] Dimana: ( ) (26) 65 Pembuktian Keterkendalian Sistem (Controllability) Matriks keterkendalian (controlability matrix): Sedangkan matriks R adalah matriks simetris, definit positif dan real (R > 0). Matriks R merupakan matriks berordo 1×1 yang ditulis sebagai persamaan R=[r] [ | ( | ) ] Dengan menggunakan program Matlab matriks keterkendalian diperoleh dengan cara sebagai berikut [12]: C = ctrb (A,B); Rank (C) Ans = 4 Nilai determinan yang diperoleh tidak sama dengan nol karena matriks keterkendalian memiliki full rank yaitu sebesar 4. Dengan demikian dapat disimpulkan sistem dapat dikendalikan (controllable). Pembuktian Keteramatan Sistem (Observability) Matriks keteramatan (observability matrix): [ | | |( )( (30) (27) ) ] (28) Matriks R adalah matriks diagonal dengan komponen-komponennya r, dan bila diadakan pemisahan akan diperoleh matriks identitas yang dikalikan dengan konstanta r. Untuk menghitung besarnya nilai penguatan (gain) optimal K digunakan bantuan program Matlab. Untuk mendapatkan gain K terlebih dulu harus memilih matriks bobot Q dan R. Pemilihan matriks bobot Q dan R ini berdasarkan nilai sisa relatif yang paling kecil. Perhitungan nilai sisa relatif tersebut dapat dilakukan dengan cara cobacoba (trial and error).Yaitu dengan mengubah-ubah nilai matriks Q. Setelah mendapatkan nilai matriks Q dan Matriks R maka nilai (gain) optimal K dapat diperoleh dengan memasukkan perintah lqr(A,B,Q,R,N) pada program Matlab, Adapun Blok diagram Kendali LQR pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 7. Dengan menggunakan program Matlab matriks keteramatan diperoleh dengan cara sebagai berikut: O = obsv (A,C); Rank (O) Ans = 4 Gambar 7.Blok diagram kendali LQR (sumber : perancangan) Nilai determinan yang diperoleh tidak sama dengan nol karena matriks keteramatan memiliki full rank yaitu sebesar 4. Dengan demikian dapat disimpulkan sistem dapat diamati (observable). 8. 7. Hasil Simulasi Dan Analisa Penentuan Matriks Bobot Matriks bobot adalah matriks Q dan R. Pemilihan matriks Q dan R dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error). Dengan syarat, matriks Q adalah matriks simetris, semidefinit positif dan real (Q > 0). Matriks Q merupakan matriks berordo4×4 yang ditulis sebagai persamaan [ Rangkaian LQR ini merupakan Gain yang terdiri dari 4 input dan 1 output mengacu pada nilai (gain) optimal K. Untuk rangkaian Kendali LQR menggunakan rangkaian OpAmp LM 348. ] (29) Untuk dapat melihat respon dari kendali LQR pada motor induksi 3 phasa maka dilakukan simulasi menggunakan simulink Matlab dengan waktu simulasi (sample time) 10 second. Adapun parameter motor induksi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1. Simulasi diatur pada kondisi start, steady state dan perubahan referensi putaran pada saat diberi perubahan beban bervariasi. Dalam simulasi diperlihatkan respon motor terhadap penggunaan Linear Quadratic Regulator (LQR) terhadap performa kecepatan putaran motor induksi 3 phasa saat diberikan torsi beban variasi Q pada x=100 dan y=50 dan R= 0,06, hasilnya dapat dilihat pada gambar 8. Matriks Q adalah matriks diagonal dengan komponen-komponennya q, dan bila diadakan pemisahan akan diperoleh matriks identitas yang dikalikan dengan konstanta q.Penentuan dimensi matriks Q didasarkan pada jumlah state matriks A [13]. 66 Dari gambar 8, terlihat bahwa respon LQR pada saat terjadi perubahan Torsi beban variasi yang diberikan. Kecepatan putaran motor induksi 3 phasa dapat dikendalikan menggunakan LQR mengacu pada kecepatan referensi yang diberikan. Namun perlu dilihat pula setiap perubahan torsi beban akan menghasilkan overshoot. 8. Penutup Kesimpulan Gambar 8. Respon motor induksi terhadap perubahan beban torsi dengan kondisi Steady state dengan kendali LQR dengan K=[38.2792 -1.3548 6.4802 0.2910] Pada gambar 3, terlihat bahwa kecepatan putaran motor induksi pada saat terjadi perubahan torsi beban. Dari gambar 5 kecepatan putar motor dikendalikan oleh LQR mampu merespon beban torsi yang diberikan dan mengembalikan kecepatan putaran motor pada performansi kecepatan referensi yang diberikan, adapun hasil respon untuk kedua kondisi model simulasi motor induksi 3 phasa dengan kendali LQR dapat kita lihat pada tabel 3. Tabel 2. Respon putaran motor terhadap torsi beban variasi (naik-turun) K=[39.3962 -1.2479 3.9851 Durasi (detik) TL (Nm) Putaran Motor 0–2 - 2–4 1 1396 rpm 0,0028% 0,043 4–6 2 1396 rpm 0,0028 % 0,042 6–8 `1 1404 rpm 0,0028 % 0,043 8 – 10 - OS [rpm] Dari hasil simulasi yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan : 1. 2. Saran 1. 0.1777] MP [%] Tss [det] Wr=1400 rpm Wr=1400 rpm 2. 3. Ket. Os(nilai putaran saat MP), Tss (time steady-state), MP (Overshoot maksimum) Dari tabel 3, terlihat bahwa kecepatan putaran motor induksi 3 phasa dapat dikendalikan oleh LQR dengan gain K=[18.5805 -0.8512 8.4967 0.3391]dibandingkan pada saat tanpa kendali LQR yang ditunjukkan pada tabel 2. Adapun kecepatan putaran motor dengan kendali LQRpada saat diberi torsi beban `1 Nm maka akan terjadi overshoot 0,0028 % dari putaran referensi atau sebesar 1396 rpm dan kemudian akan kembali pada kecepatan referensi yang diberikan pada Tss 0,043 detik. Begitupun saat motor induksi diberi Torsi beban sebesar 2 Nm maka akan terjadi overshoot 0,0028 % dari putaran referensi atau sebesar 1396 rpm dan kemudian akan kembali padaputaran referensi pada Tss 0,042 detik. Dan pada saat putaran torsi diturunkan 1 Nm akan menimbulkan overshoot sebesar 0,0028 % dan kembali keputaran referensi pada Tss 0,043 detik. Pengaturan kecepatan motor induksi 3 phasa dengan kendali LQR mempunyai respon dinamik yang cukup baik, halini dapat dilihat dari kecepatan aktual dalam mengikuti kecepatan referensi dari motor induksi terhadap perubahan beban. Sistem kendali Linear Quadratic Regulator (LQR) mampu memperbaiki kecepatan putaran motor induksi pada saat perubahan torsi beban. Penelitian ini hanya bersifat simulasi dari model matematis motor induksi berdasarkan pada parameter rill motor induksi yang ada dan komponen peralatan lainnya, maka penelitian selanjutnya perlu diimplementasikan serta di uji coba kan langsung pada peralatan atau komponen yang riil. Untuk mendapatkan performa yang baik dalam pengendalian Linear Quadratic Regulator (LQR) dapat dikombinasikan dengan Fuzzy Control, selain itu dalam pencarian nilai matriks Q dan R dapat dicari menggunakan Algoritma Genetika. Perlu melakukan pengkajian yang lebih spesifik dalam menentukan nilai Q dan R dalam kendali LQR agar hasil yang diperoleh dapat lebih baik. Daftar Pustaka [1] Endro Wahjono. Soebagio.Fuzzi Logic Direct Torque Control Untuk Motor Induksi Yang digunakan Pada kendaraan Listrik (Electrik Vehicle).Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. 2009. [2] Oktavianus Kati. Pengendali Sliding Mode Control (SMC) Motor Induksi 3 Phasa dengan Direct Torque Control (DTC Menggunakan Algoritma Genetika. Universitas Hasanuddin. 2011. 67 [3] Ching-Chang Wong, shih-Yu Chang. Parameter [9]Era Purwanto, Ananto Mukti Wibowo, Soebagio, Selection in The Sliding Mode Control Design Using Mauridhi Hery Purnomo, Pengembangan Metoda Self Genetic Algorithms. Tamkang Journal of Sience and Tuning Engineering. Vol. 1, No. 2, pp. 115-122. 1998. Menggunakan [4] Jeremia Purba.Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Motor Parameter PID Controller Dengan Genetic Algorithm Pada Pengaturan Induksi Sebagai Penggerak Mobil Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Listrik.Electrical Engineering Department of Institute Dengan Universitas Technology Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia. [5] Epyk Sunarno, Soebagio, Mauridhi Heri Purnomo. [10] E. Agung Nugroho Sri Heranurweni, Supari.Inverter Menggunakan Matlab 7.0.1. Sumatera Utara. 2009. 2009. Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tanpa Snesor Volt/Hertz Kontrol Kecepatan dengan Metoda Direct Torque control Fasa.Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Menggunakan Observer Recurrent Neural Network. Semarang. 2009. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.2009 Sebagai Pengendali Motor Ac 3 [11] Lewis, F.L. Optimal Control. Kanada: John Wiley & [6] Panji Kurniawan. Perancangan Dan Simulasi Metode Direct Torque Control (DTC) Untuk Pengatuan Sons, Inc.1996. [12] Wahyu, Thomas dan Agung, Wahyu. 2003. Analisis Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa. Institute Teknologi dan Sepuluh November Surabaya.2009. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Desain Sistem Kontrol dengan MATLAB. [7] Era Purwanto, Ananto Mukti Wibowo, Soebagio, [13]Heru Dibyo Laksono. Simulasi Tingkah Laku Kecepatan Mauridhi Hery Purnomo. Pengembangan Metoda Self Motor DC di titik Operasi Mempergunakan Metoda Tuning Dengan Linear Quadratic Regulator (LQR). Jurusan Teknik Menggunakan Genetic Algorithm Pada Pengaturan Elektro Universitas Andalas Padang.. No. 29 Vol.2 thn. Motor Induksi Sebagai Penggerak Mobil Listrik. XV April 2008. Seminar Parameter Nasional PID Aplikasi Controller Teknologi Informasi (SNATI). ISSN: 1907-5022. 2009. [8] M. Abid, Y. Ramdani, A. Aissaoui, A. Zeblah. Sliding [14] P.C.Krause.Analysis of Electric Machinery. McGrawHill Book Company, 1986 [15] Zhenyu Yu and David Figoli, AC Induction Motor Mode Speed and Flux control of an Induction Machine. Control Using Constant V/Hz Principle and Space Journal of Cybernetics and Informatics. ISSN:1336- Vector PWM Technique with TMS320C240. Texas 4774. Vol. 6. 2006. Instruments Incorporated, April 1998 [16]Ogata, Katsuhiko. Teknik Kontrol Automatik I Edisi Kedua (terjemahan : Ir. Edi Laksono), Erlangga, Jakarta, 1996. 68