1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh.Bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatandalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,fungsi serta prosesnya.Kesehatan sangat penting reproduksi bagi setiap merupakan orang dan hal tak yang mengenal gender.Kesehatan reproduksi identik dengan kehidupan seorang wanita terutama sekali beberapa yang masih produktif.Banyak yang menyangkut permasalahan dari kesehatan reproduksi.Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya menyebabkan kanker (Mukti, 2012). Kanker yang disebut juga keganasan atau tumor ganas adalah istilah untuk menjelaskan suatu penyakit dimana sel-sel abnormal.Sel-sel tubuh normal abnormal berubah tersebut menjadi bermultiplikasi tanpa kontrol, serta dapat menginvasi jaringan sekitar organ yang 2010).Penyakit dekat maupun kanker yang yang banyak jauh (Andrijono, dialami penduduk Indonesia saat ini adalah kanker leher rahim (17%), kanker payudara (11%), 1 kanker kulit (7%), kanker 2 nasofaring (5%), sisanya kanker hati, paru, dan leukemia (Priyo, 2010 dalam Rasjidi (2010). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus. Lebih dari 90% kanker mulut rahim ini adalah Virus Human berhubungan jenis skuama Papillomadan denganHuman yang 50% mengandung kanker Papilloma mulut Virus DNA rahim tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual (Rasjidi, 2007).Sangat kecil kemungkinan perempuan yang belum melakukan hubungan seksual menderita kanker leher rahim (Andrijono, 2010).Setiap tahun, ratusan ribu kasus HPV terdiagnosis di dunia dan ribuan wanita meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain diseluruh tubuh (Bertiani, 2009). WHO menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang dunia. Prevalensi mencapai 1,4 menyebabkan juta kematian kasus dengan kanker pada perempuan serviks 493.000 kasus di baru di dunia dan 273.000 kematian. Dari data tersebut lebih dari 80% penderita berasal dari Negara berkembang seperti: Asia 3 Selatan, Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan (Nadia, 2009). Data Kemenkes dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI, 2012) menyebutkan sekitar 15 ribu perempuan Indonesia terdeteksi kanker serviks tiap tahunnya, Artinya, 41 perempuan perhari atau tiga perempuan setiap dua jam menderita penyakit yang mematikan ini. Dari angka itu, sekitar delapan ribu perempuan meninggal setiap tahunnya (Mukti, 2012).Indonesia diperingkat pertama dengan 15.050 kasus baru dan kematian 7.566 jiwa dalam setahun (Indarwati, 2012). Berdasarkan data rekapitulasi tahunan deteksi dini kanker serviks Dikes NTB, khususnya sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 tercatat sebanyak 6474,5 yang melakukan pemeriksaan IVA dari target 1 tahun sebanyak 80923,9 artinya pemeriksaan IVA. masih Dan hanya di 8,0% dapatkan yang 202 melakukan yang positif kanker serviks, 14 diantaranya masih dicurigai kanker (DATA DIKES registrasi NTB, 2013-2014). pemeriksaan IVA Pada Berdasarkan tahun 2013 data sampai dengan 2014 sekitar 583 perempuan di wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong memeriksakan dirinya dengan melakukan pemeriksaan IVA, didapatkan hasil 14 orang dinyatakan positif pemeriksaan IVA, menyeluruh di lesi pra sedangkan wilayah kerja kanker jumlah Puskesmas dengan metode wanita secara Dasan Lekong 4 sebanyak 17.377 sehingga dapat di simpulkan bahwa yang sudah melakukan pemeriksaan sebesar 3,36% dan yang tidak melakukan pemriksaan sebanyak 96,64%. Kanker dini leher kanker visual asam rahim serviks asetat dapat dicegah melalui dengandeteksi pemeriksaan (IVA).Sering disebut inspeksi dengan IVA test.IVA test merupakan cara yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh bidan, perawat dan tenaga medis lainnya yang sudah terlatih. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut Rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir dipermukaan mulut Rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut Rahim (Nurcahyo, 2010). Sehubung dengan kejadian dan angka kematian yang tinggi keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status ekonomi yang rendah, keterbatasan prasarana dan menentukan sumber daya, derajat prognosi keterbatasan pendidikan dari penderita ikut sarana serta (Rasjidi, dan dalam 2007). Oleh sebab itulah, penyebarluasan pengetahuan kanker serviks pada ibu khususnya PUS dan remaja usia produktif perlu digalakkan, mengingat pada usia ini rentan terhadap kanker tingkat pengetahuan yang serviks lebih tersebut. baik tentang Dengan kanker 5 serviks pada usia tersebut, diharapkan dapat memberi motivasi pada ibu untuk datang memeriksakan dirinya dalam rangka deteksi dini kanker serviks sehingga dapat menurunkan angka kejadian kanker serviks. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Dasan Lekong kabupaten Lombok timur pada tanggal 08 november 2014 dilakukan wawancara pada 10 ibu yang datang ke Puskesmas didapatkan 8 (80%) ibu mengatakan tidak tahu tentang IVA dan kanker serviks dan 2 (20%) ibu mengatakan tahu tentang IVA dan kanker serviks. Dari 10 ibu yang diwawancara 2 (20%) ibu yang mau melakukan pemeriksaan IVA dari data di atas menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan dan motivasi ibu untuk mau diperiksa dengan metodeIVA.Melihat latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA TEST) di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur“. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana motivasi ibu hubungan tingkat pengetahuan melakukan pemeriksaan IVA di dengan Wilayah kerja Puskesmas Dasan lekong Kabupaten Lombok Timur? C. TUJUAN PENELITIAN 6 1. Tujuan Umum Untuk dengan mengetahui motivasi Wilayah ibu Puskesmas hubungan tingkat melakukan Dasan pengetahuan pemeriksaan Lekong IVA Kabupaten di Lombok Timur. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan Ibu tentang pemeriksaan IVA. b. Mengidentifikasi motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA. c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan denganmotivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan dan pengetahuan tentang pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) sehingga wanita dapat melakukan pencegahan dan pemeriksaan lebih dini tentang kanker leher Rahim (kanker serviks). b. Sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa terutama dalam mata tentang kuliah kanker metode IVA. 2. Manfaat praktis kesehatan serviks dan Reproduksi khususnya pemeriksaan dengan 7 a. Bagi masyarakat hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode pemeriksaan IVA. b. Bagi peneliti sebagai acuan untuk peneliti lebih lanjut tentang judul pengetahuan Hubungan dengan antara tingkat motivasi ibu melakukanpemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks. c. Bagi pemeritah sebagai dasar kebijakan untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat atau untuk dasar penetapan tentang kondisi kesehatan masyarakat. d. Bagi puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan kesehatan untuk khususnya tentang IVA. dan masukan meningkatkan kanker bagi pelayanan serviks dan tenaga kesehatan pemeriksaan 8 E. KEASLIAN PENELITIAN URAIAN PENELITIAN Nama dan Tahun Penelitian Judul PENELITIAN TERDAHULU PENELITIAN TERDAHULU PENELITIAN SEKARANG Ninik Artiningsih, 2011 Heni Sumastri, 2013 M. Mahpuz Tohir,2015 Hubungan antara pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon Mojokerto. Hubungan antara perilaku ibu dengan deteksi dini Ca.cervix menggunakan IVA test di Puskesmas Basuki Rahmat Palembang. Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi Ibu melakukan pemeriksaan IVA Test di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong Kabupatem Lombok Timur. Tujuan Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka diteksi dini kanker Serviks. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA di Wilayah Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur. Desain Diketahui hubungan antara perilaku ibu dengan deteksi dini Ca. Cervix menggunakan IVA Test di Puskesmas Basuki Rahmat Palembang. Desain yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dan peneliti melakukan observasi atau pengkuran variabel pada saat yang sama. Yang dijadikan sampel dalam Yang dijadikan sampel penelitian ini adalah wanita dalam penelitian ini Sampel Desain yang di study korelasi pendekatan sectional. gunakan dengan cross Yang di jadikan sampel dalam penelitian ini 9 usia subur di Blooto Kecamatan Kulon Mojokerto. Teknik Sampling Hasil puskesmas adalah 97 dari 130 Prajurit orang ibu rumah tangga yang melakukan kunjungan pemeriksaan di Poli KIA Puskesmas Basuki Rahmat Palembang. Teknik sampling pada Teknik sampling pada penelitian ditentukan dengan penelitian ditentukan rumus slovin. dengan tehnik purposive sampling. Berdasarkan hasil uji Berdasarkan hasil bivariate menunjukkan bahwa analisa univariat dari 100 wanita usia subur di dengan chi-square, puskesmas tersebut hampir α=0,05 pada variabel separuhnya (48 orang atau pengetahuan p value 48,0%) mempunyai tingkat 0,308, yang berarti pengetahuan yang tidak ada hubungan kurang,sedangkan yang baik bermakna antara hanya (9 orang atau 9,0%) dan pengetahuan ibu sebanyak (43 atau 43,0%) dengan deteksi dini mempunyai tingkat pengetahuan ca. cervix kategori cukup. menggunakan iva test. adalah ibu yang berumur 20-45 tahun sebanyak 36 orang yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong tepatnya di Desa Dasan Lekong. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simplerandom sampling 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. KONSEP PENGETAHUAN a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia indrawi.Pengetahuan melalui muncul pengamatan ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenal benda dilihat atau kejadian atau tertentu dirasakan yang belum sebelumnya tentu (Meliono, 2008).Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca penglihatan, indera manusia, pendengaran, yakni penciuman, indera rasa dan rabaan.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu materi diartikan yang sebelumnya.Termasuk 12 sebagai telah dalam mengingat suatu dipelajari pengetahuan tingkat 11 ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik.Dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain; menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan,menyatak an dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan diketahui, secara dan benar dapat tentang objek menginterpretasi yang materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objekatau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpul dan sebagainya terhadap pelajari.Misalnya objek harus yang dapat telah di menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam 12 komponen-komponen, struktur tetapi organisasi masih tersebut dalam dan suatu masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesi ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas dan dapat menyesuaikan. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada. b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 1) Umur Menurut Nursalam dan Hurlock Pariani yang dikutip oleh (2001), semakin cukup 13 umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. 2) Intelegensi Intelegensi di artikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Perbedaan intelgensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan (Hendra AW, 2008). 3) Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang pengetahuan yang menyerap mereka dan peroleh memahami (Hendra AW,2008). 4) Motivasi Motivasi adalah kecendrungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar melakukan tidakan dengan tujuan tertentu (Yasin,2008). 14 5) Informasi Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh informasi.Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat. 6) Pengalaman Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini di lakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan masalah yang di hadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman 7) Pekerjaan Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus di lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. 15 c. Pengukuran tingkat pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dan subjek penelitian atau respon. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003). Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu pertanyaan subyektif dari nilai dan pertanyaan obyektif yang digunakan untuk penilaian tanpa melibatkan faktor subyektif khususnya dalam dari pertanyaan pengukuran disesuaikan dengan penilai. Pertanyaan pilihan pengetahuan dengan ganda karena pengetahuan penilaiannya akan lebih yang obyektif lebih disukai lebih akan cepat mudah diukur (Arikunto, 2002). Kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008) yaitu: Baik : nilai 76- 100% Cukup : nilai 56- 75% Kurang : nilai < 56% 2. KONSEP MOTIVASI a. Pengertian Motivasi 16 Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang melakukan suatu Menurut pendapat atau seseorang. orang kegiatan-kegiatan mencapai batin menyebabkan tujuan lain Motivasi tertentu (Notoatmodjo, motivasi proses tersebut sebagai psikologis (dorongan) guna 2003). proses dalam diri terbentuk dari pikiran dan sikap (Mangkunegara, 2005). 1) Sikap adalah kecendrungan bersifat tertentu perasaan, seseorang permanen dalam yang kurang mengenai lebih aspek-aspek lingkungannya (Ambarwati, 2012). Sikap juga di artikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju, tidak setuju, baik- tidak baik dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “An individual’s attitude is syndrome ofresponse consistency disini with dikatakan regard bahwa to object”.Jelas sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah 17 seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain tindakan fungsi (reaksi sikap belum terbuka) atau merupakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan),atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010). 2) Komponen sikap Menurut Azwar (2000), struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu : a)Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kepercayaan kognitif stereotipe yang berisi dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. b)Komponen afektif menyangkut emosional merupakan aspek inilah perasaan emosional. yang biasanya yang Aspek berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh – pengaruh yang mungkin 18 adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c)Komponen konatif kecenderungan merupakan aspek berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu tertentu. yang Dan dengan berkaitan dihadapinya mengharapkan adalah cara adalah bahwa cara dengan objek logis untuk sikap dicerminkan – seseorang dalam bentuk tendensi perilaku. 3) Tingkatan sikap Menurut Notoatmodjo (2010) ada empat tingkatan sikap yaitu : a) Menerima (receiving) Menerima mau diartikan dan bahwa memperhatikan orang (obyek) stimulus yang diberikan (obyek). b) Merespon (respnding) Suatu indikasi memberikan dari jawaban sikap apabila adalah ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 19 c) Menghargai (valuing) Mengajak atau orang lain mendiskusikan untuk suatu mengerjakan masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d) Bertanggung jawab (responsibility) Tingkatan sikap yang paling tinggi adalah bertanggung yang telah jawab atas segala sesuatu dipilihnya dengan segala resiko. 4) Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Purwanto, 1998) : a) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,menyenangi,mengharapkanobyek tertentu. b) Sikap negatif untuk menjauhi, terdapat kecenderungan menghindari membenci, tidak menyukai obyek tertentu. 5) Faktor – faktor yang Mempengaruhi SikapMenurut Azwar (2005), faktor – faktor yang mempengaruhi sikap obyek sikap antara lain : a. Pengalaman Pribadi keluarga terhadap 20 Untuk dapat sikap, menjadi dasar pengalaman pembentukan pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. b. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari menanamkan garis terhadap telah kebudayaan pengarah berbagai mewarnai telah sikap kita masalah.Kebudayaan sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu – individu masyarakat asuhannya. c. Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita 21 yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. d. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran pendidikan dan menentukan sistem mengherankan dari lembaga jika agama kepercayaan kalau lembaga pada sangat tidaklah gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. e. Faktor Emosional Kadang kala, suatu pernyataan yang berfungsi bentuk sikap didasari sebagai semacam merupakan emosi yang penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003). f. Tujuan motivasi Menurut Hasibuan motivasi adalah : (2007), tujuan pemberian 22 1) Mendorong gairah dan semangat 2)Meningkatkan kepuasan 3) Meningkatkan kedisiplinan 4) Menciptakan hubungan yang baik 5) Meningkatkan partisipasi 6) Meningkatkan kesejahteraan 7) Mempertinggi rasa tanggung jawab g. Factor-faktor yang mempengaruhi motivasi Faktor motivasi adalah faktor-faktor yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam contohnya kebutuhan akan melakukan kesehatan sesuatu (Hasibuan, 2007). Faktor yang mempengaruhi motivasi dapat menjadi rintangan dalam mendapatkan perilaku yang diinginkan.Intensive pertimbangkan dalam motivasi konteks harus individu.Apa di yang mungkin menjadi penghalang bagi yang lain. Faktor yang bersifat mempengaruhi atau menghalangi dalam bentuk-bentuk motivasi digolongkan menjadi 6 kategori, yaitu : 1) Tingkat pengetahuan Setiap orang mempunyai pengetahuan dari semua yang telah mereka alami selama ini.Pengetahuan /kognitif merupakan domain yang sangat penting 23 untuk terbentuknya tindakan atau motivasi seseorang (Notoatmodjo, 2005). 2) Kepribadian Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, kepribadian tidak tumbuh jika seorang individu pengalaman-pengalaman kelompok sosial tidak sosial. seorang memiliki Di dalam individu akan mempelajari berbagai macam nilai, norma dan sikap, seperti kesetiaan, hormat, simpati, Secara umum, kebiasaan, bersifat seorang kerjasama dan kepribadian harapan tetap dan dan individu. bagaimana pengabdian, sebagainya. adalah susunan sikap-sikap menjadi yang karakteristik Keperibadian seseorang rasa berfikir, menentukan merasa dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari (Asih ; Bambang, 2006). Menurut pembentukan dipengaruhi Kebudayaan (Asih; Bambang, seorang oleh langsung kepribadian individu kebudayaan daerah, lingkungan proses individu kebudayaan yang pekerjaan/keahlian 2006), setempat. mempengaruhi pada umumnya agama yang (profesi), masyarakat sangat atau cara adalah dianut, hidup kota, di dan 24 kebudayaan khusus kelas sosial yang dapat di lihat dari cara berpakaian, cara mengisi waktu senggang, dan etika pergaulan. 3) Pengaruh lingkungan Menurut (Bambang, kondisi-kondisi 2006), di linkungan sekeliling yaitu individu yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Lingkungan dapat di bedakan menjadi 2, yaitu: a) Lingkungan alam Lingkungan iklim, diri meliputi topografi, alam.Sehingga dengan alam manusia lingkungan dengan dan sumber harus alam. lingkungan perbedaan daya menyesuaikan Upayapenyesuaian yang kecil akan mempengaruhi motivasi sesorang. b) Lingkungan kebudayaan Lingkungan kebudayaan adalah cara hidup masyarakat tempat individu itu hidup. Mempunyai 2 aspek yaitu : 1) Aspek material Contoh: rumah, puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan yang lainnya. 2) Aspek non material Contoh: jarak rumah ke kesehatan, adat- istiadat dll. tempat 25 Karakteristik fisik keterjangkauan, lingkungan, kesediaan sumber daya manusia (SDM) dan materi dan beberapa jenis prilaku dapat mempengaruhi motivasi seseorang. h. Cara memotivasi Ada beberapa cara yang dapat di terapkan untuk memotivasi seseorang , yaitu: 1) Memotivasi dengan kekerasan Yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman atau kekerasan agar yang di motivasi dapat melakukan contohnya dapat yang menjelaskan terjadi harus tentang bilatidak di lakukan penyakit segera yang dilakukan pencegahan dan pengobatan. 2) Motivasi dengan bujukan Yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan memberikan konseling reproduksi seperti motivasi contohnya tentang kanker kesehatan serviks dapat di cegah dengan pemeriksaan IVA. 3) Memotivasi dengan adentifikasi Yaitu cara kesadaran karena memotivasi sehingga keinginan dengan individu yang menanamkan berbuat timbul sesuatu dari dalam 26 dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu contohnya menjelaskan manfaat dari pemeriksaan IVA. i. Faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pemeriksaan iva 1) Pengetahuan 2) Tingkat pendidikan 3) Status ekonomi 3. KONSEP KANKER SERVIKS a. Pengertian Kanker Serviks Kanker sebagai yang leher kanker serviks disebabkan Virusonkogenik tinggi dalam rahim oleh atau yang merupakan HPV mempunyai menyebabkan atau disebut suatu Human persentase kanker juga penyakit Papilloma yang cukup serviks, yaitu sekitar 99,7%. Kanker serviks adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia (Adi D. Tilong, 2012) Menurut Share (2008), kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), reproduksi wanita yaitu yang daerah merupakan pada organ pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada 27 daerah leher rahim, yang paling sering dijumpai pada wanita menyebabkan setelah kematian.Angka dibandingkan kanker (2003) menyebutkan setiap tahunnya serviks, kanker dan payudara kejadian ginekologi bahwa hampir 60% dapat sekitar 74% lainnya.Data WHO sekitar didiagnosa dan 500.000 menderita diantaranya wanita kanker meninggal dunia. Di Indonesia diperkirakan terjadi sekitar kasus baru meninggal perharinya karena epidemiologi, dan penyakit kanker 50% diantaranya tersebut. serviks 40 cenderung Secara timbul pada usia 33-55 tahun, tetapi dapat juga timbul pada usia yang lebih muda (Sofani, 2008). Gambar Ca. Cervix (Sumber:Doshi,dkk, 2009) b. Gejala Kanker Serviks 1) Perdarahan rahim yang abnormal 2) Siklus menstruasi yang abnormal 3) Perdarahan diantara dua siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi) 28 4) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita setelah masa menopause 5) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40tahun) 6) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul 7) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause) 8) Nyeri atau sulit untuk berkemih 9) Nyeri saat melakukan hubungan seksual 10) Kotoran vagina meningkat 11) Nyeri pada pelvis (Adi D. Tilong, 2012) c. Penyebab Kanker Serviks Penyebab kanker serviks adalah HPV (Human Papiloma Virus).Virus ini adalah sejenis virus yang menyerang manusia. Tipe virus ini banyak (lebih dari 100 tipe) dan sebagian besar tidak menimbulkan gejala yang sendirinya sering terlihat (Self terjadi dan akan Limiting). pada kelompok hilang Infeksi usia dengan HPV paling 18-28 tahun. Virus yang menginfeksi pada saat pertama kali tidak langsung muncul sebagai tumor atau kanker. Infeksi pertama akan berkembang kearah kanker serviks tergantung dari jenis dan tipe HPVnya, tipe resiko rendah atau resiko tinggi, yang akan menimbulkan kelainan lesi pra kanker. 29 Lesi pada tipe resiko rendah (Tipe 6 dan 11) hampir tidak beresiko menjadi kanker menimbulkan kelainan yang di sebut dan hanya genital wart (kutil pada kelamin). Pada infeksi HPV, lesi pra kanker dapat regresi (sembuh sendiri karena system kekebalan tubuh alamiah), menetap atau progresif.Sebagian besar dapat regresi dalam waktu 1-2 tahun. Akan tetapi lesi yang menetap karena infeksi HPV (Tipe 16-18) akan cenderung berkembang menjadi kanker (progresive) dalam jangka waktu yang cepat atau pun lambat. Infeksi ini akan menyebabkan perubahan pada sel-sel serviks sehingga sel abnormal tumbuh lebih cepat tanpa terkontrol dan membentuk benjolan tumor (Sofani, 2008). Hingga saat ini merupakan penyebab papilloma ini human 99,7% berukuran papiloma virus (HPV) kanker serviks. Virus kecil, diameter virus kurang lebih 55 mm. terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58sering di temukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dam 18 merupakan 70% penyebab kanker serviks. Sebenarnya sebagian virus HPV akan menghilang sendiri karena adanya system kekebalan tidak tubuh menghilang alami, tetapi dan menetap. ada HPV sebagian yang yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim 30 menjadi kanker serviks.Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10-20 tahun (Anonim, 2009). d. Stadium Kanker Serviks Menurut Handayani, dkk (2012), stadium kanker serviks dibagi menjadi beberapa tingkatan stadium. Untuk menentukan stadium kanker serviks dibutuhkan pemeriksaan ginekologi. Pemeriksaan meliputi inpeksi (melihat), palpasi (perabaan), kolposkopi, kuret endoserviks, protoskopi, pielografi histeroskopi, intravena, sistoskopi, foto rontgent thorax(dada), foto tulang, pemeriksaan radiologi CT scan dan ultrasonografi. Stadium kanker serviks terdiri dari: Stadium 0: lesi (luka atau jaringan abnormal) pada permukaan serviks, belum menembus jaringan di bawahnya (karsinoma insitu-CIS) 1) Stadium 1: lesi tumor masih terbatas di serviks, stadium I dibagi menjadi empat kriteria sebagai berikut. a) IA kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dengan lebar tidak lebih dari 7 mm. b) IA1 : lesi menembus membrane basal dengan diameter permukaan tumor <7 mm. <3 mm 31 c) IB : lesi terbatas di serviks atau secara mikroskop lebih dari IA. d) IB1 lesi terbatas di serviks dengan ukuran <4 cm. e) IB2 lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4 2) Stadium II lesi telah (meluas ke parametrium keluar dan dari serviks sepertiga atas vagina). Stadium II dibagi menjadi dua kriteria sebagai berikut. a) II A lesi telah meluas ke sepertiga atas vagina, tetapi belum mencapai parametrium b) II B lesi telah mencapai parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul. Stadium lesi keluar dari serviks, menyebar ke parametrium dan sepertiga bawah vagina. 3) Stadium III dibagi menjadi dua kriteria sebagai berikut: a) IIIA lesi menyebar ke sepertiga bawah vagina, tetapi belum mencapai dinding panggul. b) IIIB lesi menyebarkan ke parametrium sampai ke dinding panggul 4) Stadium IV lesi menyebabkan keluar dari organ genitalia. Stadium IV kriteria sebagai berikut: dibagi menjadi dua 32 a) IVA lesi meluas keluar rongga dan menyebar ke mukosa kandung kemih. b) IVB lesi meluas ke mukosa rectum dan meluas ke organ jauh. Stadium Ca.Cervix (Sumber:Handayani,dkk,2012) e. Tindakan Pencegahan Kanker Serviks Menurut Abdinst yang di lakukan (2011), beberapa cara praktis untuk mencegah kanker serviks antara lain: 1) Melakukan pembersihan organ inti atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat di lakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit. 2) Hindari merokok. penggunaan tembakau Banyak dapat bukti menunjukkan meningkatkan resiko terkena kanker serviks. 3) Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistim 33 kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan asam folat dapat mengurangi resiko terkena kanker leher rahim. 4) Hindari kontak seksual sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun. 5) Hindari kontak seksual selama masa haid, terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks. 6) Hindari kontak seksual dengan banyak pasangan (berganti-ganti pasangan). 7) Secara rutin menjalani tes IVA secara teratur. 8) Alternatif test Pap Smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah 9) Pemberian vaksin HPV untuk mencegah terinfeksi HPV. Menurut (Sukaca, 2009) pencegahan kanker leher rahim dapat dilakukan dengan 2 pencegahan yakni: 1) Pencegahan primer Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama.Hal ini utuk menghindari faktor resiko yang dapat di Kontrol. Cara-cara tersebut sampai seperti usia pasangan, di menolak tundalah atas hubungan remaja, berhubungan seksual batasi jumlah seksual dengan orang terinfeksi genital Warts, hubungan seksual 34 yang aman (kondom tidak memproteksi infeksi HPV), hentikan merokok. 2) Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang di lakukan dengan cara uji Pap Smear dan IVA tes secara pada teratur. semua Hal wanita tersebut usia 18 dapat tahun dilakukan atau telah melakukan hubungan seksual, wanita yang telah di lakukan pengangkatan rahim, wanita yang telah menopause, bila telah tiga kali melakukan skrining dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang. 4. INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT a. Pengertian Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) IVA merupakan (serviks) dengan pemeriksaan cara melihat leher Rahim langsung (dengan mata telanjang) leher Rahim setelah memulas leher Rahim setelah denganlarutan pulasan asam terjadi asetat perubahan 3-5% apabila warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Dan jika tidak ada perubahan warna, maka dapat di anggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya,2010). IVA (Inspeksi Asetat) merupakan Visual metode Dengan untuk Pulasan Asam mendeteksi dini kanker serviks yang murah meriah menggunakan asam 35 asetat 3-5% dan tergolong sederhana dan memiliki keakuratan 90% (Widyastuti,Rahmawati,Pumamaningrum,2009). IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat di lakukan oleh dokter atau bidan terlatih di puskesmas. Perinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut Rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut Rahim (Nurcahyo,2010). Gambar IVA Test (sumber:Delia, 2010) b. Keunggulan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) 1) Aman,tidak mahal,dan mudah dilakukan 2) Kinerja lainnya tes tersebut yang di sama gunakan dengan untuk test penapisan kanker Rahim 3) Dapat di pelajari dan di lakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan system kesehatan di semua jenjang 36 4) Memberikan hasil segera sehingga dapat di ambil segera keputusan mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan) 5) Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah di dapat 6) Tidak bersifat infasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai prakanker (Depkes,2007). Tabel perbandingan IVA dengan penapisan lain Jenis Aman Praktis Terjangkau Efektif Available IVA Ya Ya Ya Ya Ya Pap Ya Tidak Tidak Ya Tidak HPV/DNA Ya Tidak Tidak Ya Tidak Test Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tes Smear Cervicho Graphy Sumber: Depkes, 2007 1) Syarat-Syarat Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) a) Di lakukan di luar siklus haid b) Pada masa kehamilan,nifas dan paska keguguran c) Sebelum menopause. Pada masa menopause sudah tidak kelihatan (Depkes RI, 2007) 37 2) Faktor Resiko Penilaian Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) a) Paritas b) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah c) Pemakaian alat KB d) Jumlah pasangan seksual atau berapa kali kandung yang menikah e) Riwayat infeksi menular f) Merokok g) Ibu atau saudara perempuan terkena kanker serviks h) Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis) (Depkes RI,2007). 3) Tujuan pemeriksaan IVA a) Mendapatkan kanker serviks pada stadium secara dini adanya lebih awal. b) Untuk mendeteksi perubahan mengarah sel ke mulut kanker rahim mulut yang rahim dapat beberapa tahun kemudian. c) Penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker mulut rahim. d) Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik. (Winkjosastro, 2005) 38 4) Peralatan dan bahan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Peralatan dan bahan yang di butuhkan untuk pemeriksaan IVA menurut (Depkes RI,2007). a) Meja periksa gynecologi dan kursi b) Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan serviks c) Speculum graves bivalve (cocor bebek) d) Nampan atau wadah e) Sarana pencegahan infeksi f) Kapas lidi g) Sarung tangan atau handscone h) Spatula kayu yang masih baru i) Larutan asam asetat (3-5%) j) Larutan clorin 0,5% untuk dikontaminasi alat 5) Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat di pergunakan yaitu: a) IVA negatif,maka akan menunjukkan leher Rahim normal. b) IVA radang, (servisitis) adalah atau serviks kelainan jinak dengan lainnya (polip serviks). c) IVA positif, adalah ditemukannya bercak putih (Epithelium), inilah gejala prakanker. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan 39 skrining kanker serviks dengan metode IVA. Sebab temuan ini mengarah serviks pada diagnosis pra kanker (dysplasia,ringan,sedang,berat,atau kanker servik insitu). d) IVA kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menemukan turunan stadium kanker serviks. Walaupun demikian akan bermanfaat pada penurunan kematian, akibat kanker serviks bila di temukan masih dalam stadium invasive dini (IB-IIA) (Sukaca, 2009). 6) Tindakan Pelaksanaan Inspeksi Visual Asam RI, 2007) Asetat (IVA) Tindakan IVA menurut (Depkes meliputi: a) Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi antara lain: (1) Paritas. (2) Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah. (3) Pemakaian alat KB. (4) Jumlah pasangan seksual atau berapa kali menikah. (5) Riwayat infeksi menular seksual termasuk HIV. (6) Merokok. 40 b) Langkah yang di lakukan: (1) Inspeksi genitalia ekterna, apakah terjadi discharge pada mulut uretra. (2) Masukkan speculum perlahan untuk speculum sehinga sepenuhnya melihat secara serviks. Atur leher Rahim seluruh dapat terlihat. (3) Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas. (4) Amati serviks apakah ada infeksi, keputihan dan kista nabota. (5) Gunakan cairan lidi yang kapas untuk keluar. membersihkan Setelah itu buang servikalis dan kapas lidi ke dalam wadah. (6) Identifikasi ostium daerah sekitarnya. (7) Basahi lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada serviks sampai seluruh permukaan serviks benar-benar teroles secara merata. Dan buang kapas lidi yang sudah di pakai. (8) Tunggu 1 menit agar terserap dan memunculkan reaksi acetowhite. (9) Periksa apakah serviks serviks dengan mudah teliti, berdarah, lihat cari 41 adanya bercak ephitel putih acetowhite yang yang tebal atau menandakan IVA positif. (10) Bila pemeriksaan gunakan sisa kapas asam visual baru untuk asetat dari telah selesai, menghilangkan serviks dan vagina. Buang kapas lidi pada wadah. (11) Lepaskan speculum secara halus. (12) Rapikan alat. Pemeriksaan iva (Sumber:YKI Jatim, 2012) 7) Keunggulan dan kelebihan metode skrining IVA Menurut Zhali(2012), keunggulan IVA di bandingkan Pap Smear adalah sebagai berikut: a) Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambil sampel jaringan, preparat, reagen, mikroskop, dan lain-lain). b) Tidak memerlukan teknisi pembacaan hasil tes. lab khusus utuk 42 c) Hasilnya langsung di ketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu. d) Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher Rahim lebih tinggi dari Pap Smear (sekitar 75%), dam IVA (sekirtar 85%). e) Biayanya sangat murah, bahkan geratis bila di puskesmas. Menurut winda (2010), adapun kelebihan dari IVA tes antar lain: a) Mudah dan sangat praktis. b) Butuh bahan dan alat yang yang sederhana dan murah. c) Sensifitas dan spesifiksitas cukup tinggi. d) Dapat tidak dilaksanakan hanya dilakukan oleh dokter oleh bidan tenaga kesehatan ginekologi, di setiap dapat tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau di lakukan oleh semua tenaga medis terlatih. e) Alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana. f) Metode skrining IVA sesuai untuk pelayanan sederhana Bila hasil Test bagus, kunjungan ulang untuk test IVA adalah setiap 5 tahun. 43 B. KERANGKA KONSEP Deteksi Dini Kanker Serviks Papsmear Pemeriksaan IVA Pengetahuan ibu : - Tahu - Servicho Graphy Motivasi ibu : - Sikap Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi Faktor pengetahuan 1. Umur 2. Pendidikan 3. Lingkungan social 4. Budaya 5. Informasi 6. Pekerjaan 7. pengalaman Keterangan: : Diteliti : Tidak Diteliti Faktor-faktor motivasi 1.Tingkatpengetahua n 2.Keperibadian 3.Pengaruhlingkunga n 44 C. HIPOTESIS PENELITIAN Menurut sementara masalah (Nursalam, dari yang penelitian 2008) pertanyaan ada dalam hipotesis adalah jawaban penelitian atau rumusan penelitian.Hipotesi dalam ini adalah: 1. Hipotesis Alternatif (Ha): Adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur. 2. Hipotesis Nol (Ho): Tidak adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi Ibu melakukan pemeriksaan IVA di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur. 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian Hubungan tingkat pengetahuan dengan motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong kabupaten Lombok Timur ini, subyek yang di pilih untuk di teliti adalah Ibu yang tinggal di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian Populasi menurut (SoekidjoNotoatmodjo, 2012) di jelaskan secara spesifik tentang siapa atau golongan mana yang akan menjadi sasaran penelitian. Dari pendapat ahli tersebut di atas maka dalam penilitian ini yang menjadi populasi adalah sebagian ibu yang berumur 20-45 tahun yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong berjumlah 40 orang . 2. Sampel dan Tehnik Sampling a. Sampel sampel merupakanbagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dengan kata lain (Sugiono, anggota sampel adalah 2010).Besar yang pertimbangan akan sebagian sampel dijadikan tenaga, 45 waktu, dari adalah sampel dan populasi banyaknya berdasarkan biaya yang 46 dimiliki. Untuk besar sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo, 2005) : n N 1 N (d 2 ) Keterangan : N = Besar populasi n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan (0,05) Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : N 1 N (d 2 ) n = n = 40 1 40 0,05 2 n = 40 1 40 0,0025 n = 40 1 0.1025 n = 40 36,2 36 1,1025 Berdasarkan jumlah 36orang. perhitungan sampel dalam tersebut penelitian diatas, ini maka sebanyak 47 b. Tehnik Sampling Tehnik Sampling menyeleksi mewakili sampling porsi adalah suatu dari populasi populasi adalah (Nursalam, teknik yang proses dalam untuk dapat 2008). Teknik digunakan untuk mengambil sampel dalam populasi (Arikunto, 2006). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling. Random sampling yaitu pengambilan sampel secara random atau acak. Random sampling yang Sampling yaitu digunakan adalah pengambilan Simple sampel secara Random acak sederhana. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah kriteria dimana sebagai berikut: a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi subjek penelitian yang memenuhi (Nursalam,2003). merupakan mewakilisampel syarat Pada penelitian sebagai penelitian sampel ini yang menjadi kriteria inklusi adalah: 1) Ibu yang berumur 20-45 tahun 2)Ibu yang tinggal di wilayah Puskesmas Dasan Lekong 3) Ibu yang bersedia menjadi responden kerja 48 b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 1) Ibu yang tidak dapat melihat atau butahuruf 2) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden 3) Ibu yang tidak berada ditempat penelitian C. RANCANGAN PENELITIAN Dalam gunakan penelitian adalah studi ini jenis korelasi penelitian yaitu yang penelitian di yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Sugiyono, 2010). Dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu pengumpulan data sekaligus pada approach(Notoadmodjo, untuk mengetahui 2010). hubungan suatu saat/point Penelitian tingkat ini time dilakukan pengetahuan ibu sebagai (variabel independent) atau variabel bebas dan motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA sebagai (variabel dependent) atau variabel terikat. 49 D. PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 1. Metode pengumpulan data a. Data Primer Data tentang identitas responden yang meliputi : nama, umur, melalui pekerjaan, wawancara pendidikan, langsung dengan diperoleh menggunakan alat bantu kuisioner terstruktur. Demikian halnya data tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dan motivasi diperoleh ibu melakukan pemeriksaan melalui wawancara langsung IVA dengan menggunakan kuisioner terstruktur. b. Data Sekunder Data tentang gambaran diperoleh melalui ibu/PUS diperoleh rekapitulasi umum profil wilayah puskesmas.Data melalui kohort KB penelitian jumlah catatan/laporan Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur. 2. Instrumen Penelitian a. Instrument penelitian adalah seperangkat alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dicermat, lengkap dan diolah, (Arikunto, gunakan untuk tentang keadaan dalam sistematis 2010). memperoleh objek arti atau lebih mudah sehingga Instrumen informasi proses mudah yang atau yang di data terjadi 50 yaitu dengan tertutup, kuisioner, yang dengan dugunakan jenis untuk pertanyaan mengukur tingkat pengetahuan dan motivasi ibu melakukan pemeriksaan IVA di Wilayah kerja Puskesmas Dasan Lekong Kabupaten Lombok Timur. b. Uji validitas dan reabilitas instrument 1) Uji Validitas Uji validitas adalah sejauh mana ketepatan suatu alat (Hastono, ukur dalam 2007).Sebuah mengukur suatu instrument data dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap diteliti secara validitas instrument data yang gambaran (Arikunto, validitas data tepat. 2006). variable Tinggi menunjukkan terkumpul tentang dari tidak validitas Dalam menggunakan sejauh mana menyimpang dari yang Pearson Moment. Rxy = N∑xy-(∑x-)(∑y) {N∑x2-(∑x)2}{N∑y2-(∑y)2} Keterangan: Rxy = koefisien korelasi X = skor pertanyaan tiap nomor Y = skor tetap N = jumlah responden rendahnya penelitian rumus yang dimaksud ini, uji Product 51 Validitas alat ukur dengan menghitung korelasi antara masing – masing item pertanyaan dengan skor product total moment, menggunakan kemudian rumus korelasi dibandingkan dengan nilai product moment. Apabila korelasinya diperoleh negatif, angka ini negatif berarti menunjukkan adanya kebalikkan urutan indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1,00 (Arikunto (2006). Arikunto (2000) mengatakan bahwa jika koefisien korelasi (rxy) antara skor butir dan skor total yang diperoleh lebih besar dari pada α=5%, maka butir tersebut dinyatakan gugur bila rxy lebih kecil daripada table. Uji validitas diujikan pada 10 responden dengan 27 pertanyaan. Cara yang lebih mudah untuk menentukan valid tidaknya butir yang diisi bila computer menggunakan adalah dengan program statistic mengacu pada nilai Bila nilai lebih kecil signifikasi (p) yang diperoleh. signifikasi (p) yang diperoleh daripada 0,05, maka butir yang diuji dinyatakan valid (Riwidikdo, 2007). Dari hasil uji validitas 27 butir pertanyaan yang butir dibagikan pada 10 pertanyaan responden yang terdapat 20 valid (1,2,3,4,5,7,9,10,12,13,14,15,16,17,18,20,21,23, 52 24,25), sedangkan 7 butir yang tidak valid (6,8,11,18,22). Dari item soal yang tidak valid kemudian didelet/dibuang. Adapun hasil dari uji validitas dilampirkan. Dari 20 butir pertanyaan yang valid tersebut kemudian dilakukan uji reliabilitas. 2)Uji reliabilitas Reliabilitas dalam adalah waktu Reliabilitas kesamaan pengukuran menunjuk pada hasil pengukuran yang berlainan. titik keterandalan sesuatu. Reliable artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan reliabilitas (Arikunto, dalam penelitian 2006). ini Uji menggunakan rumus Alpha cronbach: Rumus: r = k k-1{1-∑Si2} Keterangan: r = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal S2 = varian skor tes Menurut Maradapi (2003), dalam buku karangan Riwidikdo (2008), instrumen penelitian dikatakan reliable apabila hasil penghitungan alpha cronbach lebih besar dari nilai r table pada derajat signifikasi atau memiliki nilai alpha 53 minimal 0,6. Setelah dilakukan uji reliabilitas didapat nilai alpha sebesar 0,903 sehingga 20 pertanyaan tersebut mempunyai reliabilitas yang tinggi karena nilai alpha >0,6. 3. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Editing Pada tahapa dilakukan dengan cara memeriksa kembali kuisioner yang telah diisi untuk melihat kelengkapan pengisian, dibaca serta jawaban pada mengindari konsistensi kuisioner. adanya kesalahan dapat tidaknya dari pengisian item ini dilakukan untuk Hal kesalahan interprestasi tulisan pengisian terhadap jawaban serta yang tertulis pada kuisioner. b. Coding Setiap item jawaban responden diberi kode secara numeric agar dapat dientri ke computer untuk mempermudah proses analisis data. c. Entry Proses melakukan akhir pengecekan dalam pengolahan kembali data data yang adalah sudah di entry untuk melihat ada tidaknya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang telah ditetapkan dengan pengetikan melaluikomputer. 54 4. Tehnik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis univariate (Analisis Deskriptif) karena jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, berhubungan dengan sifat variabel, penggolongan yaitu data yang kategorisasi, karakteristik atau hasil suatu pengklasifikasian data dengan dan tujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yang pada umumnya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2005). E. IDENTIFIKASI VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Variabel adalah karakteristik populasi, bervariasi antara yang satu melekat orang dengan pada yang lainnya, dan diteliti dalamsuatu penelitian (Dharma, 2011).Pada variable penelitian bebas ini (Variabel variabel terdiri independent), dari merupakan variabel pengaruh/penyebab timbulnya variabel dependen meliputi karakteristik pendidikan, responden, pengetahuan, dan antar motivasi, lain : sedangkan variabel terikat (Variabel Dependen) merupakan akibat atau hasil dari pengaruh variabel independen, yaitu kehadiran ibu melakukan pemeriksaan IVA untuk 55 mendeteksi dini kanker serviks di Puskesmas Dasan lekong Kabupaten Lombok Timur. 2. Definisi operrasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini definisi operasional dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: 56 Table 3.1 Definisi Operasional Variabel No Variabel 1 (variabel independent) Tingkat pengetahuan ibu 2 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan tentang ibu adalah pengetahuan responden tentang pengertian, tujuan, keuntungan, cara pemeriksaan, syarat, dan tempat pelayanan. Parameter Alat Ukur a. Pengertian Kuesioner IVA Test Dan kanker serviks b. Penyebab kanker serviks c. Tanda-gejala dan tindakan pencegahan kanker serviks d. Tujuan IVA Test e. Keunggulan f. Cara pemeriksaan g. Syaratsyarat h. Tempat pelayanan (Variabel Motivasi Sikap ibu Kuesioner dependent) adalah terhadap Motivasi ibu keinginan pemeriksaan melakukan yang kuat IVA Pemeriksaan yang IVA. dimiliki Skala Ordinal Skor Kategori: pengetahuan yang baik: 75-100% Pengetahuanyang cukup baik: 6575% pengetahuan yang kurang baik: <56% Skor pertanyaan: 1 = benar 0 = salah Ordinal Kategori: Baik : 76-100% Cukup : 56-75% Kurang :< 56% Skor pertanyaan: 57 oleh ibu untuk melakukan pemeriksaan IVA guna mengetahui sejak awal adanya kanker serviks. 1 = ya 0 = tidak 58 F. KERANGKA KERJA Populasi cluster Sampling Sampel Inform Consent Kuesioner Motivasi ibu melakukan Pemeriksaan IVA Pengetahuan ibu Tabulasi data Analisa data dengan bantuan komputer (dengan spearman rank) Hasil Kesimpulan 59 G. ANALISA DATA Analisa tahap data yaitu hasil penelitian pengolahan data dilakukan dan melalui analisis data dua dengan menggunakan alat bantu software SPSS for windows versi 16.00. G. ETIKA PENELITIAN Sebelum melakukan penelitian, peneliti untuk permohonan kepada institusi persetujuan. Setelah itu melakukan mengajukan mendapatkan penelitian pada responden dengan menekankan masalah etika yaitu : 1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Informed dilakukan tentang Consent pada maksud diberikan subjek dan sebelum penelitian Subjek diberitahu penelitian. tujuan penelitian.Jika bersedia responden menandatangani lembar persetujuan. 2. Anonimity (Tanpa Nama) Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data.Cukup menulis nomor responden untuk menjamin kerahasiaan identitas. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian Akademis. hanya ditampilkan pada forum 60 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta. Suatu Artiningsih, Ninik. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap WUS dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks. Surakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Tidak Dipublikasikan. Bertiani, Sukaca. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Printika. Depkes RI. 2007. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dengan IVA. Jakarta: Depkes RI. Doshi, dkk. 2009. Erlangga. Ensiklopedia Tubuh Delia, Wijaya. 2010. Pembunuh Ganas Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora. Manusia. Itu Jakarta: Bernama Kanker Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodelogi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Penelitian Nursalam, 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Edisi 3. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Keperawatan. Puskesmas Dasan Lekong. 2013. Data Registrasi Kunjungan Pasien Puskesmas Dasan Lekong. Sukamulia Lombik Timur: PKM Dasan Lekong. Tilong, Adi D. 2012. Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Banguntaphttp://Zhalicious.Blogspot.com/2013/04/ivates-Langsung-Deteksi-Kanker-Serviks.html)an Jogjakarta: FlashBooks. Winda. 2010. IVA Test. Online. (http://boulluwellwinda.Blogspot.com/2013/04/ivatest.html). Diakses Tanggal 09 Desember 2014.Pukul 09.00 WITA. Zhali.2012. IVA Test Langsung Deteksi Dini Kanker Serviks.Online.(.Diakses Tanggal 09 Desember 2014.Pukul 09.00 WITA.