Intervensi: Militer, Humaniter, dan Internasional Rizal Panggabean Apakah yang dimaksud dengan “intervensi internasional” dan “intervensi asing” dalam ungkapan seperti: Bangsa Indonesia menolak intervensi asing di dalam konflik Maluku. Bangsa Aceh meminta intervensi internasional menangani konflik Aceh. Keterlibatan Australia di Timtim adalah intervensi terhadap urusan internal Indonesia. Provide Comfort (kasus Bangsa Kurdi pasca-perang Teluk) adalah intervensi PBB yang melanggar prinsip yurisdiksi internal Irak. Norma dan hukum internasional pada umumnya menganut prinsip (1) kedaulatan dan (2) nonintervensi, walapun banyak terjadi pengecualian dan pelanggaran terhadap kedua prinsip ini. Ikatan traktat atau aliansi, penerapan prinsip self-help, dan self-preservation sering menjadi pembenar terhadap aksi intervensi. Belakangan, kemanusiaan dan humanitarianisme juga digunakan pembenar intervensi. Walaupun demikian, kasus-kasus intervensi humaniter internasional selalu menjadi kontroversi. Beberapa contoh intervensi dalam sejarah (termasuk kasus-kasus yang dianggap tidak dapat dibenarkan berdasarkan argumen intervensi humaniter): Intervensi monarki-monarki Eropa ke dalam Revolusi Perancis misalnya dalam bentuk counterrevolutionary intervention Intervensi Rusia terhadap revolusi Hungaria 1848 Intervensi Soviet di Hungaria 1956 Intervensi AS di Vietnam Intervensi India di Pakistan Timur 1971 Intervensi PBB terhadap Irak dalam kasus Kurdi pasca Perang Teluk 1991 Beberapa alasan intervensi humanitar dilihat dari sudut posisi etis, menurut Pierre Laberge, “Humanitarian Intervention: Three Ethical Positions” Ethics & International Affairs, Vol. 9, 1995: 15-35. 1. etika hak asasi manusia, yang membenarkan intervensi karena ada pelanggaran besarbesaran terhadap hak asasi manusia. Berarti, Pasal 39 Piagam PBB perlu diamandemen supaya mencakup pelanggaran HAM selain threats to peace, breaches of the peace and acts of agression (kecuali pelanggaran HAM masuk kategori ancman terhadap perdamaian) 2. etika hak komunitas historis dan hak menentukan nasib sendiri, yang membenarkan intervensi bila ada pelanggaran terhadap hak komunitas tertentu di bidang pembebasan nasional, termasuk dalam bentuk counterintervention yang bertujuan mendukung komunitas yang ingin bebas yang sedang ditindas penguasa dengan bantuan dan campurtangan asing. 3. etika perdamaian dan keamanan, yang membenarkan intervensi bila ada ancaman terhadap perdamaian dan keamanan di suatu kawasan yang bersumber dari tindakan suatu negara Beberapa definisi intervensi humaniter: (1) Penggunaan kekuatan fisik di dalam teritori negara berdaulat oleh negara-negara lain atau PBB dengan tujuan melindungi atau menyediakan bantuan darurat terhadap penduduk di teritori tersebut; (2) penggunaan kekuatan militer asing di dalam teritori negara berdaulat, dengan melawan protes negara tersebut, dengan tujuan melindungi populasi minoritas tertentu; (3) penggunaan kekuatan di dalam perbatasan suatu negara dengan tujuan memengaruhi kebijakan atau status suatu pemerintahan berdaulat.