Lembaran Informasi 535--Kotrimoksazol

advertisement
Yayasan Spiritia
Lembaran Informasi 535
KOTRIMOKSAZOL
Apa Kotrimoksazol Itu?
Kotrimoksazol (kotri) adalah kombinasi
dua obat antibiotik (antibakteri): trimetoprim
dan sulfametoksazol dalam satu pil. Kombinasi obat ini juga dikenal sebagai TMP/
SMX, dan dipasarkan dengan beberapa nama
merek, misalnya Bactrim. Namun versi
generik dengan nama kotrimoksazol adalah
sama dengan versi bermerek, hanya harganya jauh lebih murah.
Antibiotik menyerang infeksi yang
disebabkan bakteri. Kotri juga dipakai
untuk menyerang beberapa infeksi yang
disebabkan jamur, termasuk beberapa
infeksi oportunistik pada Odha.
Mengapa Odha Memakai Kotri?
Kotri dipakai untuk banyak infeksi
bakteri. Obat ini efektif dan murah.
Menambah kotri pada terapi antiretroviral
(ART) mengurangi angka kematian 35%
pada 60 minggu pertama terapi. Hasil ini
berdasarkan uji coba di Afrika yang
dilaporkan pada 2010. Sayangnya, hingga
sepertiga orang yang memakainya mengalami reaksi alergi.
Banyak kuman hidup di tubuh kita atau
adalah umum dalam lingkungan kita.
Sistem kekebalan yang sehat dapat menyerang atau mengendalikan infeksi yang
disebabkan oleh kuman tersebut. Namun,
infeksi HIV dapat merusak sistem kekebalan. Infeksi yang mengambil manfaat
dari kerusakan pertahanan kekebalan
tubuh dikenal sebagai “infeksi oportunistik
(IO).” Orang dengan penyakit HIV tahap
lanjut dapat mengalami IO. Lihat Lembaran Informasi (LI) 500 untuk informasi
lebih lanjut tentang infeksi oportunistik.
Salah satu IO pada Odha adalah PCP. Ini
singkatan untuk pneumocystis pneumonia,
yang berdampak pada paru. Lihat LI 512
untuk informasi tentang PCP. Odha dengan
jumlah CD4 di bawah 200 dapat mengalami PCP.
Kotri adalah obat pilihan pertama untuk
mengobati atau mencegah PCP. Jika
jumlah CD4 kita di bawah 200, tanyakan
pada dokter apakah sebaiknya kita memakai kotri atau obat lain untuk mencegah
PCP. Penggunaan obat untuk mencegah
penyakit disebut sebagai profilaksis.
Salah satu IO lain adalah toksoplasmosis
(tokso), yang berdampak pada otak. Lihat
LI 517 untuk informasi tentang tokso.
Odha dengan jumlah CD4 di bawah 100
dapat mengalami tokso. Kotri juga dapat
dipakai untuk mengobati atau mencegah
tokso.
Penggunaan obat dengan maksud untuk
mencegah penyakit akibat infeksi disebut
sebagai profilaksis. WHO sudah mengeluarkan pedoman yang mengusulkan
penggunaan kotri sebagai profilaksis oleh
Odha dewasa dan anak. Lihat LI 950 dan
LI 951 untuk informasi mengenai pedoman
WHO ini.
Beberapa orang memiliki alergi terhadap
kotrimoksazol. Katakan pada dokter jika
kita beralergi pada obat sulfa atau antibiotik lain, atau bila kita mempunyai
penyakit hati atau ginjal. Orang dengan
anemia (kurang darah merah – lihat
LI 552) sebaiknya tidak memakai kotri.
Penggunaan kotri waktu hamil dapat
meningkatkan risiko cacat lahir. Perempuan hamil atau menyusui sebaiknya
menghindari penggunaan kotri jika mungkin. Pastikan dokter tahu bila kita mempunyai penyakit hati atau ginjal, atau
kekurangan enzim G6PD.
Bagaimana dengan Resistansi
terhadap Obat?
Jika kita memakai obat resep apa pun,
kita harus menghabiskan semua pil yang
diresepkan. Banyak orang berhenti memakai obat jika mereka merasa lebih baik. Ini
bukan langkah yang baik. Jika sebuah obat
tidak mematikan semua kuman, kuman
tersebut dapat berubah (bermutasi) sehingga mereka bisa kebal (resistan). Bila
kuman menjadi resistan terhadap satu atau
beberapa obat, obat tersebut tidak akan
berhasil lagi di tubuh kita.
Misalnya, jika kita memakai kotri
sebagai pengobatan PCP, dan kita lupakan
terlalu banyak dosis, kuman PCP di tubuh
kita dapat menjadi resistan pada kotri. Jika
ini terjadi, kita harus memakai obat lain
terhadap PCP.
Bagaimana Kotri Dipakai?
Kotri umumnya tersedia dalam tablet
yang mengandung 400mg sulfametoksazol
dan 80mg trimetoprim (400/80mg). Juga
ada tablet kekuatan ganda (‘forte’) 800/
160mg. Untuk anak tersedia versi sirop
yang mengandung 200/40mg per 5ml, serta
tablet 100/20mg. Dosis yang dipakai
tergantung pada jenis infeksi kita coba
obati atau cegah.
Kita harus memakai kotri terus-menerus
selama jumlah CD4 kita masih begitu
rendah sehingga kita dapat mengalami
tokso atau PCP.
Kotri biasanya diminum waktu makan,
tetapi tablet 400/80mg dapat dipakai
dengan atau tanpa makanan. Kita sebaiknya minum banyak air saat kita memakai
kotri.
Apa Efek Samping Kotri?
Infeksi HIV menyebabkan angka efek
samping kotri yang lebih tinggi. Orang
yang pernah memakai kotri sebelumnya
sering mengalami lebih banyak efek
samping.
Efek samping utama dari kotri adalah
mual, muntah, hilang nafsu makan, dan
reaksi alergi pada kulit (ruam). Ruam agak
umum. Walau sangat jarang. kotri juga
dapat menyebabkan sindrom StevensJohnson, sejenis ruam yang gawat (lihat
LI 562).
Kotri juga dapat menyebabkan neutropenia, yaitu tingkat neutrofil yang rendah.
Neutrofil adalah jenis sel darah putih yang
menyerang infeksi bakteri. Infeksi HIV juga
dapat menyebabkan neutropenia.
Beberapa dokter memakai proses ‘desensitisasi dengan pasien yang mengalami
reaksi alergi’ – lihat LI 951. Kotri dimulai
dengan dosis yang sangat rendah yang
tidak menyebabkan reaksi alergi, dan dosis
secara bertahap ditingkatkan hingga
menjadi dosis penuh. Vitamin C juga dapat
membantu bila ada reaksi alergi pada kotri.
Jika ini tidak berhasil, alternatif lain adalah
untuk memakai obat lain misalnya dapson
(lihat LI 533).
Jika kita memakai kotri, kita bisa menjadi
lebih peka terhadap sinar matahari. Bila
ini terjadi, memakai krim antisinar matahari pada kulit dan/atau memakai kacamata
gelap.
Periksa ke dokter jika kulit menjadi pucat
atau berwarna kuning, atau jika mengalami
sakit tenggorokan, demam, atau ruam,
bahkan setelah beberapa minggu penggunaan kotri. Gejala ini mungkin menandai
reaksi obat yang gawat.
Bagaimana Kotri Berinteraksi
dengan Obat Lain?
Kotri sebagian besar diuraikan oleh ginjal.
Jadi obat ini tidak begitu berinteraksi
dengan obat yang diuraikan oleh hati,
termasuk sebagian besar obat antiretroviral
(ARV) yang dipakai untuk menyerang HIV.
Namun, kotri berinteraksi dengan beberapa
jenis obat lain, termasuk beberapa obat
pengencer darah, obat untuk menurunkan
gula dalam darah, obat antisawan (antikonvulsi), dan diuretik – lihat LI 407 untuk
informasi lebih lanjut mengenai interaksi.
Pastikan dokter mengetahui SEMUA
obat, suplemen dan jamu yang kita
pakai.
Risiko mengembangkan anemia adalah
lebih tinggi jika kita memakai kotri
sekaligus dengan obat lain yang menyebabkannya, misalnya AZT.
Risiko mengembangkan neutropenia
adalah lebih tinggi jika kita memakai kotri
sekaligus dengan obat lain yang menyebabkannya, misalnya AZT dan gansiklovir.
Diperbarui 24 Desember 2014 berdasarkan FS 535
The AIDS InfoNet 21 April 2014
Diterbitkan oleh Yayasan Spiritia, Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Jakarta 10560. Tel: (021) 422-5163/8 E-mail: [email protected] Situs web: http://spiritia.or.id/
Semua informasi ini sekadar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Sebelum melaksanakan suatu pengobatan sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Seri Lembaran Informasi ini berdasarkan terbitan The AIDS InfoNet. Lihat http:// www.aidsinfonet.org
Download