KEANEKARAGAMAN CAPUNG

advertisement
KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) DI KAWASAN RAWA
JOMBOR, KLATEN, JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh:
Tria Septiani Subagyo
NIM 11308144019
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016 KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) DI KAWASAN RAWA
JOMBOR, KLATEN, JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh:
Tria Septiani Subagyo
NIM 11308144019
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
i
Motto: hauslah akan ilmu karena samudera pengetahuan tak akan pernah
mengering
“Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat
(juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab,
kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.” (Q. S. Al-An’am 6: 38)
“Bangun setiap hari dengan mengingat bahwa mimpi-mimpi kita jauh lebih indah
daripada masalah hidup apapun yang sedang kita hadapi saat ini. Jadi, teruslah
berjuang, menjadikan semua mimpi-mimpi itu nyata.” (Chelsea Elizabeth Islan)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada Universitas Negeri Yogyakarta
vi
KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA) DI KAWASAN RAWA
JOMBOR, KLATEN, JAWA TENGAH
Oleh:
Tria Septiani Subagyo
NIM 11308144019
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan tingkat
keanekaragaman jenis capung berdasarkan ragam lokasi di kawasan Rawa
Jombor.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi dengan metode distance
sampling, yakni menghitung individu capung dewasa yang dijumpai di sepanjang
jalur pengamatan (line transect). Individu yang dijumpai diidentifikasi
berdasarkan kenampakan morfologi warna tubuh, corak, warna mata, dan ciri
bagian tubuh, lalu ditandai dengan cat berbahan nitrocellulose agar tidak terjadi
penghitungan ulang, kemudian dilepaskan kembali. Penelitian ini dilakukan pada
Februari s.d. April 2016 di kawasan Rawa Jombor yang terbagi menjadi enam
lokasi dengan karakteristik yang berbeda berdasarkan keberadaan sumber air dan
vegetasi di sekitarnya, yakni (1) kawasan waduk, (2) kawasan sungai aliran masuk
menuju waduk, (3) kawasan rawa, (4) kawasan kolam, (5) kawasan sungai aliran
keluar dari waduk, dan (6) kawasan sawah. Pengamatan dilakukan pada pukul
08.00-11.00 WIB selama tiga kali dalam jangka waktu tidak lebih dari dua
minggu pada tiap lokasi pengamatan.
Ditemukan 28 jenis Odonata dari 6 famili, yakni capung jarum dari Famili
Chlorocyphidae 1 jenis, Famili Coenagrionidae 5 jenis, dan Famili
Platycnemididae 1 jenis, capung biasa dari Famili Aeshnidae 2 jenis, Famili
Gomphidae 1 jenis, dan Famili Libellulidae 18 jenis. Berdasarkan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener tingkat keanekaragaman jenis capung di
kawasan Rawa Jombor termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 2,57, dan
nilai indeks keanekaragaman jenis capung pada tiap lokasi pengamatan termasuk
dalam kategori sedang dengan nilai tertinggi pada kawasan rawa 2,23 dan
terendah pada kawasan waduk 1,64.
Kata kunci: keanekaragaman, Odonata, capung, Rawa Jombor
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segenap puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Capung (Odonata) di Kawasan
Rawa Jombor, Klaten, Jawa Tengah” ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan agung, Nabi Muhammad SAW,
Sahabat, dan keluarganya.
Tugas akhir skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains di bidang Ilmu Biologi. Penyusun berharap karya
ini dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber ilmu bagi pembaca. Proses
penyusunan karya ini melibatkan berbagai pihak yang dengan rendah hatinya
berkenan membantu penyusun, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Dr. Suyanta selaku Wakil Dekan I Fakultas MIPA UNY tahun 2015 yang
telah memberikan izin penelitian sehingga proses penelitian dapat
dilaksanakan.
2.
Dr. Paidi, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA
UNY yang telah mengabulkan pengajuan permohonan izin penelitian.
3.
Dr. Ir. Suhartini, M. S., Evi Yulianti, M. Sc. dan Kartika Ratna Pertiwi, MD,
M. Biomed. Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama menempuh
masa kuliah, yang telah memberikan arahan, dukungan, dan motivasi.
viii
4.
Triatmanto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Tien Aminatun
selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan yang
membangun dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini.
5.
Sukiya, M. Si selaku Dosen Penguji I dan Dr. Ir. Suhartini, M. S. selaku
Dosen Penguji II.
6.
Abdu Rohman dan Ahmad Zulfikar Abdullah yang telah mengenalkan dunia
penelitian capung.
7.
Hening Triandika Rachman dan Prajawan Kusuma Wardhana, sahabat
meneliti capung.
8.
Dina Chaerunnisa, Tini Adiatma, Fauzan Rizky Pamungkas, Gana Yuriko
Putra, Putri Wijayanti, Misbachun Aji Santosa, Heny Rahmawati, Harlina
Jatiningsih, Andi Joko Purnomo, Opik Prasetyo, Marbellisa Briliani, Setyo
Sulistyono, Failasuf Aulia Nugroho, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Bima
Gana Pradana, Ahmad Arifandy Hidayat, Ariani Anugrah Putri, M. Fajar
Hariadi, M. Yatsrib Ramadhan, Jalu Prianggodo, Kurnia Cahyani, Wahyu
Nuryadi Harsono, Irfan Aziz Nurhidayat, Nrangwesthi Widyaningrum,
Arellea Revina Dewi, dan Nurrohman Eko Purnomo selaku sahabat-sahabat
yang berkenan memberikan bantuan, semangat, dan nasihat ketika
pengambilan data dan pengerjaan laporan penelitian ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
9.
Pihak Laboratorium, BSO Arwana, dan BSO BSG Jurdik Biologi Fakultas
MIPA UNY yang telah memberikan kemudahan dalam meminjamkan
peralatan yang mendukung penelitian ini.
ix
10. Pak Wahyu Sigit Rhd yang dengan ramahnya berkenan berdialog mengenai
capung secara luas.
11. Keluarga yang tidak hentinya memberikan kepercayaan dan dukungan, baik
dalam bentuk spirit maupun materi agar penyusun dapat melakukan
penelitian dengan baik.
12. Keluarga Biologi E 2011 UNY yang senantiasa memberikan dukungan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, banyak
kekurangan dan keterbatasan penyusun, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangatlah penyusun harapkan. Akhir kata, semoga
karya ini memberikan manfaat di dunia ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, September 2016
Penyusun
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
PERNYATAAN..................................................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................3
C. Batasan Masalah .............................................................................................3
D. Rumusan Masalah ..........................................................................................3
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................4
F.
Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
G. Definisi Operasional .......................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................7
A. Dasar Teori .....................................................................................................7
1. Morfologi Capung ....................................................................................8
2. Topografi Capung .....................................................................................9
3. Siklus Hidup dan Usia Capung ...............................................................11
4. Persebaran Capung .................................................................................14
5. Habitat Capung .......................................................................................14
6. Klasifikasi ...............................................................................................15
7. Peranan Capung ......................................................................................19
xi
8. Keanekaragaman Jenis ...........................................................................20
9. Gambaran Umum Kawasan Rawa Jombor .............................................21
B. Kerangka Pikir ..............................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................23
A. Jenis dan Metode Penelitian .........................................................................23
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................23
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................23
D. Variabel Penelitian .......................................................................................24
E. Instrumen Penelitian .....................................................................................24
F. Teknik Pengambilan Data ............................................................................25
1.
Observasi Pendahuluan..........................................................................25
2.
Pengamatan Jenis Capung .....................................................................31
3.
Pengamatan Mangsa Capung dan Faktor Abiotik .................................34
G. Rancangan Organisasi Data ..........................................................................34
1.
Data Jenis, Jumlah Individu...................................................................34
2.
Data Faktor Abiotik ...............................................................................34
H. Teknik Analisis Data ....................................................................................35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................37
A. Kondisi Lokasi Penelitian .............................................................................37
B. Jenis-Jenis Capung di Kawasan Rawa Jombor ................................................ 39
C. Tingkat Keanekaragaman Jenis Capung di Kawasan Rawa Jombor ............98
D. Faktor Abiotik Kawasan Rawa Jombor ......................................................103
E. Mangsa Capung Kawasan Rawa Jombor ...................................................105
BAB V PENUTUP...............................................................................................106
A. Simpulan .....................................................................................................106
B. Saran ...........................................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................108
LAMPIRAN .........................................................................................................110
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel Rancangan Organisasi Data Jenis dan Jumlah Individu Tiap
Jenis .....................................................................................................34
Tabel 2.
Tabel Rancangan Organisasi Data Faktor Abiotik..............................34
Tabel 3.
Komposisi Vegetasi di Lokasi Pengamatan ........................................37
Tabel 4.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Acisoma panorpoides .................................................40
Tabel 5.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Aethriamanta aethra ..................................................42
Tabel 6.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Agriocnemis femina....................................................44
Tabel 7.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Agriocnemis pygmaea ................................................46
Tabel 8.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Agrionoptera insignis .................................................48
Tabel 9.
Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Anax guttatus..............................................................50
Tabel 10. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Brachydiplax chalybea ...............................................52
Tabel 11. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Brachythemis contaminata .........................................54
Tabel 12. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Copera marginipes .....................................................56
Tabel 13. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Crocothemis servilia ..................................................58
Tabel 14. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Diplacodes trivialis ....................................................60
Tabel 15. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Gynacantha subinterrupta .........................................62
Tabel 16. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Ictinogomphus decoratus ...........................................64
xiii
Tabel 17. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Ischnura senegalensis ................................................66
Tabel 18. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Lathrecista asiatica ....................................................69
Tabel 19. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Libellago lineata ........................................................71
Tabel 20. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Neurothemis terminata ...............................................73
Tabel 21. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Orthetrum sabina .......................................................75
Tabel 22. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Orthetrum testaceum ..................................................77
Tabel 23. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Pantala flavescens......................................................79
Tabel 24. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Potamarcha congener ................................................81
Tabel 25. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Pseudagrion microcephalum .....................................83
Tabel 26. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Pseudagrion rubriceps ...............................................85
Tabel 27. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Rhodothemis rufa .......................................................88
Tabel 28. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Tholymis tillarga ........................................................90
Tabel 29. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Urothemis signata ......................................................92
Tabel 30. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Zyxomma obtusum......................................................94
Tabel 31. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Zyxomma petiolatum ..................................................96
xiv
Tabel 32. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Capung pada Berbagai Lokasi
Pengamatan
di
Kawasan
Rawa
Jombor
dan
Nilai
Indeks
Keanekaragaman Jenis Capung Kawasan Rawa Jombor ....................98
Tabel 33. Rentang Nilai Faktor Abiotik di Kawasan Rawa Jombor .................103
Tabel 34. Mangsa Capung di Kawasan Rawa Jombor ......................................105
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Topografi Capung Dewasa: Kenampakan Lateral (Aeshnidae sp.,
male) dan Anal Appendages (Embelan) Jantan ..................................9
Gambar 2.
Topografi Kepala Capung Subordo Anisoptera dan Subordo
Zygoptera ..........................................................................................10
Gambar 3.
Pangkal Sayap Depan dan Sayap Belakang Diplacodes bipunctata
Jantan ................................................................................................10
Gambar 4.
Sayap
Belakang
Capung
Subordo
Zygoptera
dan
Subordo
Anisoptera .........................................................................................11
Gambar 5.
Capung Dewasa Hydrobasilleus croceus Keluar dari Nimfa ...........12
Gambar 6.
Tahap Perkembangan Capung ..........................................................13
Gambar 7.
Bagan Kerangka Pikir .......................................................................22
Gambar 8.
Peta Penutupan Lahan di Sekitar Lokasi Pengamatan & Kawasan
Lokasi Pengamatan ...........................................................................30
Gambar 9.
Aplikasi Transek Garis pada Lokasi Pengamatan ............................31
Gambar 10. Binomial System Sheppard (1969) pada Diptera .............................32
Gambar 11. Titik Perjumpaan Acisoma panorpoides ...........................................41
Gambar 12. Titik Perjumpaan Aethriamanta aethra ............................................43
Gambar 13. Titik Perjumpaan Agriocnemis femina .............................................45
Gambar 14. Titik Perjumpaan Agriocnemis pygmaea ..........................................47
Gambar 15. Titik Perjumpaan Agrionoptera insignis...........................................49
Gambar 16. Titik Perjumpaan Anax guttatus .......................................................51
Gambar 17. Titik Perjumpaan Brachydiplax chalybea.........................................53
Gambar 18. Titik Perjumpaan Brachythemis cotaminata.....................................55
Gambar 19. Titik Perjumpaan Copera marginipes...............................................57
Gambar 20. Titik Perjumpaan Crocothemis servilia ............................................59
Gambar 21. Titik Perjumpaan Diplacodes trivialis ..............................................61
Gambar 22. Titik Perjumpaan Gynacantha subinterrupta ...................................63
Gambar 23. Titik Perjumpaan Ictinogomphus decoratus .....................................65
Gambar 24. Titik Perjumpaan Ischnura senegalensis ..........................................68
Gambar 25. Titik Perjumpaan Lathrecista asiatica ..............................................70
xvi
Gambar 26. Titik Perjumpaan Libellago lineata ..................................................72
Gambar 27. Titik Perjumpaan Neurothemis terminata.........................................74
Gambar 28. Titik Perjumpaan Orthetrum sabina .................................................76
Gambar 29. Titik Perjumpaan Orthetrum testaceum ............................................78
Gambar 30. Titik Perjumpaan Pantala flavescens ...............................................80
Gambar 31. Titik Perjumpaan Potamarcha congener ..........................................82
Gambar 32. Titik Perjumpaan Pseudagrion microcephalum ...............................84
Gambar 33. Titik Perjumpaan Pseudagrion rubriceps .........................................87
Gambar 34. Titik Perjumpaan Rhodothemis rufa .................................................89
Gambar 35. Titik Perjumpaan Tholymis tillarga ..................................................91
Gambar 36. Titik Perjumpaan Urothemis signata ................................................93
Gambar 37. Titik Perjumpaan Zyxomma obtusum ...............................................95
Gambar 38. Titik Perjumpaan Zyxomma petiolatum ............................................97
Grafik 1.
Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Capung pada
Berbagai Lokasi Pengamatan di Kawasan Rawa Jombor ...............100
Grafik 2.
Nilai Kemelimpahan Relatif Setiap Jenis Capung di Kawasan Rawa
Jombor ............................................................................................101
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis, Jumlah Individu Tiap Jenis,
dan Kemelimpahan Relatif Jenis Capung pada Tiap Lokasi
Pengamatan di Kawasan Rawa Jombor ........................................111
Lampiran 2.
Kondisi Lokasi Penelitian.............................................................113
Lampiran 3.
Alat, Bahan, dan Buku Panduan Identifikasi................................119
Lampiran 4.
Kegiatan Penangkapan, Penandaan, dan Morfometri Capung .....120
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Odonata atau capung merupakan golongan serangga yang mudah dikenali dan
ragam jenisnya paling banyak dijumpai di kawasan tropis karena kawasan tropis
memiliki berbagai jenis habitat yang ideal sepanjang tahun, seperti Indonesia. Di
Indonesia, jumlah capung diperkirakan ada sekitar 750 spesies (Shanti Susanti,
1998: 7) dari total 5680 spesies capung dunia yang sudah diketahui hingga saat ini
(Kalkman, V. J., et. al., 2008: 351).
Bagi manusia, capung dewasa memiliki peran sebagai predator alami
serangga hama tanaman pangan dan dalam ekosistem berperan sebagai agen
pengendali hayati (Wakhid, dkk., 2014: 42), selain itu nimfa capung juga
memangsa jentik-jentik nyamuk, ikan-ikan kecil, dan lain-lain (Wahyu Sigit Rhd,
dkk., 2013: 25). Capung identik dengan kawasan perairan tawar karena capung
menghabiskan sebagian besar masa hidupnya sebagai nimfa yang sangat
bergantung pada habitat perairan tawar, dan tidak ditemukan satu jenis pun
capung yang hidup di laut (Shanti Susanti, 1998: 8).
Salah satu kawasan perairan tawar yang terdapat di Jawa adalah kawasan
Rawa Jombor. Rawa Jombor merupakan kawasan air tawar yang memiliki aliran
air tenang dan air menggenang, dulunya merupakan resapan air alami yang
berbentuk rawa, dimanfaatkan sebagai irigasi perkebunan tebu di sekitarnya,
kemudian sebagian dari kawasan rawa tersebut dibangun tanggul yang bentuknya
mengelilingi rawa hingga menjadi waduk seperti saat ini. Rawa Jombor terletak
sekitar 8 km dari pusat Kota Klaten, tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
1
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan luas permukaan kurang lebih sekitar
18.900 m2, mendukung fungsi ekologis wilayah sekitarnya (Endri Priyanto, 2009:
1-2). Rawa Jombor saat ini berfungsi sebagai sumber irigasi sawah, tambak ikan,
dan wisata memancing serta kuliner berupa rumah makan apung. Kawasan Rawa
Jombor merupakan habitat spesifik bagi capung dengan berbagai lokasi yang
terdapat sumber air dan vegetasi dengan karakteristik beragam, mendukung
sebagai tempat berburu, berlindung, dan lokasi berkembang biak bagi capung
karena kawasan dengan karakteristik yang beragam akan memberikan peluang
untuk dijumpainya jenis capung yang beragam pula.
Eksplorasi keanekaragaman capung belum tuntas serta penelitian-penelitian
yang telah dilakukan di Rawa Jombor mengenai potensi sumber daya flora dan
fauna masih sedikit, sehingga penelitian dasar seperti keanekaragaman capung
masih perlu dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, capung merupakan fauna asal
perairan tawar yang populasinya dapat dijumpai di kawasan air tawar seperti
Rawa Jombor, sehingga eksplorasi keanekaragaman capung di sana perlu
dilakukan. Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi sumber pengetahuan dan
sumber belajar mengenai keanekaragaman dan penyebaran capung di berbagai
lokasi di kawasan Rawa Jombor, serta dapat menjadi informasi dasar dan
pendukung untuk melindungi eksistensi suatu spesies beserta habitatnya,
khususnya di kawasan Rawa Jombor.
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi
antara lain:
1. Bagaimana keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor?
2. Bagaimana persebaran capung di kawasan Rawa Jombor?
3. Apa peran ekologis jenis-jenis capung di kawasan Rawa Jombor?
4. Bagaimana hubungan jenis-jenis capung dengan kawasan Rawa Jombor
sebagai habitat spesifik capung?
5. Apa pengaruh aktivitas kultural manusia di kawasan Rawa Jombor terhadap
keberadaan jenis-jenis capung di sana?
6. Bagaimana keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor
berdasarkan ragam lokasi di kawasan Rawa Jombor?
C. Batasan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada eksplorasi keanekaragaman
jenis capung dewasa di kawasan Rawa Jombor, Desa Krakitan, Klaten, Jawa
Tengah selama pengambilan data pada bulan Februari-April 2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan batasan masalah di atas dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah jenis-jenis capung yang ada di kawasan Rawa Jombor berdasarkan
ragam lokasi di kawasan tersebut?
2. Bagaimanakah tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor
berdasarkan ragam lokasi di kawasan tersebut?
3
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis capung yang ada di kawasan Rawa Jombor berdasarkan
ragam lokasi di kawasan tersebut.
2. Mengetahui tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor
berdasarkan ragam lokasi di kawasan tersebut.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah informasi, pengalaman di lapangan, dan melatih
kemampuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis capung. Bagi
peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data awal
(primer) atau acuan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai referensi dalam upaya konservasi terhadap capung
(Odonata).
2. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah dapat menjadi data inventaris kekayaan hayati di kawasan
perairan Rawa Jombor untuk kepentingan pengawasan lingkungan serta
pengelolaan dan perlindungan kawasan.
3. Bagi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
Bagi
LSM
data
hasil
penelitian
ini
nantinya
diharapkan
mampu
menyumbangkan informasi dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam
membuat program kerja organisasi dan langkah strategis organisasi khususnya
terkait capung dan lingkungan Rawa Jombor.
4
4. Bagi Masyarakat Umum
Bagi masyarakat umum diharapkan menjadi tahu dan turut menjaga kelestarian
capung, mampu bekerja sama dengan pihak pemerintah atau LSM untuk saling
membantu dalam menjaga keseimbangan lingkungan agar keanekaragaman
hayati tetap lestari.
G. Definisi Operasional
1. Capung (Odonata) dalam penelitian ini adalah capung jarum (Subordo
Zygoptera) dan capung biasa (Subordo Anisoptera) pada fase dewasa (imago).
2. Jenis-jenis capung adalah jenis capung yang ditemukan pada berbagai lokasi
pengamatan di kawasan Rawa Jombor selama pengamatan pada bulan
Februari-April 2016. Jenis-jenis capung yang ditemukan dideskripsikan
berdasarkan morfologi individu tiap jenis dan diidentifikasi sampai ke tingkat
spesies.
3. Tingkat keanekaragaman jenis capung dalam penelitian ini dihitung
berdasarkan pembandingan jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis capung
yang dijumpai pada berbagai lokasi pengamatan di kawasan Rowo Jombor
ketika pengambilan data pada bulan Februari-April 2016 menggunakan rumus
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener.
4. Kawasan Rawa Jombor dalam penelitian ini meliputi berbagai lokasi, yakni
waduk dan wilayah terdekat dengan waduk yang terdapat sumber air tawar
(freshwater) serta terdapat vegetasi yang sesuai sebagai tempat berburu, tempat
berlindung, dan tempat berkembang biak bagi capung, antara lain kawasan
5
sungai aliran masuk menuju waduk, kawasan rawa, kawasan kolam, kawasan
sungai aliran keluar dari waduk, dan kawasan sawah.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dasar Teori
Capung merupakan salah satu kelompok serangga (Kelas Insecta) yang
familiar (IUCN Red List, 2009: 1), termasuk dalam golongan serangga air (Morse
J. C., 2009: 167). Ukuran, warna, dan kebiasaannya yang mencolok membuat
kelompok serangga ini populer di antara para ahli serangga maupun orang awam
(Klakman, V. J., et. al., 2008: 351). Capung muncul sejak zaman karbon sekitar
360-290 ratus juta tahun yang lalu (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 22), tercatat ada
5680 spesies serangga capung yang telah ditemukan di dunia (IUCN Red List,
2009: 5), dan diperkirakan dapat mencapai 7000 spesies (Morse J. C., 2009: 172).
Capung memiliki kelebihan pada kemampuan terbang dan penglihatannya.
Berdasarkan pernyataan Moore (1954), jarak tempuh terbang Anax imperator
yang sedang tidak dalam aktivitas kawin dapat mencapai lebih dari 200 meter
(Corbet, P. S., 1962: 144), dan Sympetrum depressiusculum tercatat memiliki
jarak terbang maksimum sejauh 1196 meter dari lokasi berkembang biaknya
(Dolný A. et. al. 2014: 7), dan capung tertentu juga ada yang merupakan migran,
terbang menempuh jarak berkilo-kilo meter, salah satu spesies migran yang sering
ditemukan di Indonesia adalah Pantala flavescens (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013:
29).
Sensitivitas capung terhadap pergerakan di sekitarnya sangat tinggi dan
capung dapat melihat dalam sudut pandang 360 derajat. Saat terbang, beberapa
jenis capung dapat terbang ke segala arah dengan kecepatan tinggi dan mampu
berubah arah seketika (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 29).
7
1. Morfologi Capung
Tubuh capung secara umum terdiri dari bagian kepala, toraks, dan abdomen,
memiliki enam tungkai dan dua pasang sayap dengan venasi yang pada tiap
spesies memiliki pola berbeda (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 22).
Kepala capung berukuran besar dengan mata yang besar pula, antena pada
kepala berukuran pendek dan ramping. Mata majemuknya berukuran besar, terdiri
dari banyak mata kecil (faset) atau ommatidium. Capung mampu mendeteksi
gerakan dan melihat ke segala arah dengan matanya tersebut serta dengan mudah
dapat mendeteksi keberadaan mangsa atau meloloskan diri dari musuh (Shanti
Susanti, 1998: 1-2).
Capung memiliki toraks yang kuat dan kaki yang sempurna. Keempat sayap
berada pada bagian toraks, sayapnya berselaput dan banyak urat. Abdomen
panjang dan ramping, terdiri dari sembilan sampai sepuluh ruas, tidak memiliki
ekor, tetapi memiliki berbagai bentuk umbai ekor (embelan) yang telah
berkembang dengan baik (Shanti Susanti, 1998: 1; Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013:
22). Tubuh capung tidak berbulu dan biasanya berwarna-warni. Beberapa jenis
capung ada yang mempunyai warna tubuh yang mengkilap (metalik). Kedua
pasang sayap capung berurat-urat. Kaki capung tidak terlalu kuat, oleh karena itu
capung menggunakan kakinya bukan untuk berjalan, melainkan untuk hinggap
dan menangkap mangsanya. Kaki-kaki capung yang ramping itu juga dapat
membentuk kurungan untuk membawa mangsanya (Shanti Susanti, 1998: 3-4).
8
2. Topografi Capung
A
B
Gambar 1. A: Topografi Capung Dewasa: Kenampakan Lateral (Aeshnidae sp.,
male), Bellman (1993) (Sumber: Theischinger, G., 2009: 13); B: Anal
Appendages (Embelan) Jantan (a) Zygoptera dan (b) Anisoptera Tampak dari Atas
(Terence de Fonseka, 2000: 27)
9
Gambar 2. Topografi Kepala Capung Subordo Anisoptera (2A dan 2B) dan
Subordo Zygoptera (2C dan 2D) (Sumber: Theischinger, G., 2009: 14)
Gambar 3. Pangkal Sayap Depan (Atas) dan Sayap Belakang (Bawah)
Diplacodes bipunctata Jantan (Sumber: Theischinger, G., 2009: 15)
10
Gambar 4. Sayap Belakang Capung Subordo Zygoptera (Atas) dan Subordo
Anisoptera (Bawah) (Sumber: Theischinger, G., 2009: 15)
3. Siklus Hidup dan Usia Capung
Menurut Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 23), siklus hidup capung melalui tiga
tahap perubahan bentuk (metamorfosis), yaitu telur, nimfa, dan dewasa,
metamorfosis ini termasuk dalam kategori metamorfosis tidak lengkap (Shanti
Susanti, 1998: 14). Siklus diawali dengan proses kopulasi sepasang capung,
kemudian capung bertelur di dalam air atau disisipkan pada tanaman air,
kemudian setelah 5-40 hari menetas menjadi larva yang disebut nimfa (Corbet, P.
S., 1980: 191). Seekor nimfa dapat hidup di dalam air selama berbulan-bulan,
perkembangan nimfa menjadi capung dewasa pada capung jarum biasanya lebih
cepat dibandingkan nimfa capung biasa, perkembangan nimfa capung sekitar 36180 hari (Corbet, P. S., 1962: 91). Nimfa hidup di dalam air bernapas dengan
insang (Shanti Susanti, 1998: 14), pada kedalaman hingga 120 cm (Michael P.,
11
1994: 1377), memanggsa jentik-jeentik nyamu
uk, ikan-ikaan kecil, dann larva seraangga
lainnya (W
Wahyu Sigitt Rhd, dkk., 2013: 25).
Nimfaa setelah berganti
b
kullit 10-15 kaali akan menjadi
m
nim
mfa tua (mature),
kemudian nimfa terssebut memaanjat batan
ng tanaman air atau bbenda lain untuk
u
keluar darri air dan bertengger
b
p
pada
batang
g atau bendda tersebut, dalam beb
berapa
jam prosees menjadi capung
c
sem
mpurna dan capung kelluar dari nim
mfa tua (W
Wahyu
Sigit Rhd, dkk., 2013: 25; Gam
mbar 5). Seetelah keluaar dari nimfa, capung yang
berukurann kecil dapaat terbang setelah 30 menit, tetaapi capungg dengan uk
kuran
tubuh yanng lebih bessar memerllukan waktu
u yang lebiih lama ataau sesuai deengan
temperatuur lingkungaannya hinggga dapat terrbang. Capuung yang sudah dewasa ini
biasanya memangsa nyamuk, lalat,
l
dan beberapa
b
jeenis serangga lain maaupun
jenisnya sendiri (Shannti Susanti, 1998: 17-2
25).
Gambaar 5. Capungg Dewasa Hydrobasille
H
eus croceus Keluar darri Nimfa (Fo
oto
oleh: Heening Triand
dika Rachm
man)
12
Menurut Corbet, P. S. (1980: 198-199), selama periode reproduksi
kebanyakan Zygoptera hidup pada rentang waktu 1-2 minggu dan bisa mencapai
5-8 minggu, untuk Anisoptera 2-3 minggu dan bisa mencapai 3-6 minggu. Jika
termasuk dengan periode pematangan (maturasi), maksimum rentang waktu
kehidupan di alam bisa mencapai 7-9 minggu untuk Zygoptera dan 8-10 minggu
untuk Anisoptera. Beberapa spesies dari Famili Aeshnidae memiliki kapasitas
untuk hidup lebih lama, bisa mencapai 11-13 minggu.
B
C
49-91 Hari
36-180 Hari
5-40 Hari
A
B
C
Gambar 6. Tahap Perkembangan Capung: (A) Telur, (B) Nimfa, dan (C) Capung
Dewasa (Sumber: (A) Corbet, P. S., 1962: 40 &
(B & C): Gillot, C., 2005: 6-7)
13
4. Persebaran Capung
Capung tersebar di seluruh dunia, jumlah capung sangat melimpah di
kawasan tropis seperti Indonesia, karena di kawasan tropis terdapat berbagai
macam habitat (Shanti Susanti, 1998: 6-7). Capung jarum dan capung biasa
tersebar luas dan melimpah di hampir semua perairan tawar dan payau (Morse J.
C., 2009: 167). Wilayah penyebarannya di pegunungan, sungai, danau, rawa,
sawah, hingga pantai (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 22).
Corbet, P. S. (1962: 183) menyatakan bahwa populasi capung menyebar
setelah kemunculannya dari fase nimfa menjadi capung dewasa. Capung bisa
tersebar luas hanya pada fase dewasa, karena hanya jika terjadi kejadian luar biasa
pada fase telur dan larva (nimfa) dapat berpindah dari satu habitat ke habitat
lainnya. Menurut Moore (1960), capung dewasa tersebar karena aktivitasnya, dan
penyebaran capung dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: (1) terbang
mencari makan, tempat berlindung, atau tempat berkembang biak, (2) terbang
untuk pertama kali, dan (3) migrasi (Corbet, P. S., 1962: 183). Kebanyakan jenis
capung memiliki jarak penyebaran yang sempit karena habitatnya yang spesifik
(Kalkman V. J., et. al., 2008: 351).
5. Habitat Capung
Capung identik dengan kawasan perairan tawar karena capung menghabiskan
sebagian besar hidupnya sebagai nimfa yang sangat bergantung pada habitat
perairan tawar, dan tidak ditemukan satu jenis pun capung yang hidup di laut,
namun ada beberapa yang tahan terhadap tingkat garam tertentu, dan ada juga
nimfa capung hutan tropis yang hidup di darat (Shanti Susanti, 1998: 8).
14
Capung dewasa sering terlihat di tempat-tempat terbuka, terutama di perairan
tempat mereka berkembang biak dan berburu makanan (Shanti Susanti, 1998: 11).
Buchwald (1994) menyatakan bahwa himpunan jenis-jenis capung pada umumnya
tergantung pada komposisi dan struktur dari vegetasi (Siregar A. Z., dkk., 2005:
106). Sebagain besar capung senang hinggap pada pucuk rumput, perdu, dan lainlain, yang tumbuh di sekitar perairan (Shanti Susanti, 1998: 11). Vegetasi air yang
hidup di perairan tawar juga berperan sebagai tempat meletakkan telur bagi
sebagian besar jenis capung (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 23).
Capung aktif pada siang hari ketika matahari bersinar, pada hari yang panas
capung akan sangat aktif terbang dan sulit didekati, sedangkan pada dini hari atau
senja, capung terkadang lebih mudah untuk didekati (Shanti Susanti, 1998: 11).
6. Klasifikasi
Capung digolongkan dalam dua subordo, yakni Zygoptera dan Anisoptera.
Berdasarkan perbedaan ukuran, Zygoptera (capung jarum) memiliki ukuran tubuh
yang kecil dan ramping seperti jarum, dan ketika hinggap posisi sayapnya
menutup di atas punggung, sedangkan Anisoptera (capung/capung biasa)
memiliki tubuh yang lebih besar dan lebih kekar daripada capung jarum, capung
biasa umumnya dapat terbang dengan kecepatan tinggi dan dengan jarak yang
jauh, dan ketika hinggap posisi sayapnya terentang. Kebiasaan capung jarum
adalah makan sewaktu hinggap, sedangkan capung biasa biasanya dapat
menangkap dan memakan mangsanya sambil terbang (Shanti Susanti, 1998: 413).
15
Menurut Theischinger, G. (2009: 18), perbedaan antara Zygoptera dan
Anisoptera berdasarkan venasi pada sayap adalah sel discoidal (discoidal cell)
Zygoptera berbentuk segiempat sederhana, kadang-kadang terpotong oleh
crossvein, dan kadang terbuka di bagian pangkal, sedangkan discoidal cell
Anisoptera terbagi menjadi banyak segitiga dan segitiga, biasanya bentuknya
berbeda antara sayap depan dan sayap belakang, dan biasanya terpotong oleh
crossvein.
Berikut ini penggolongan capung Subordo Zygoptera dan Subordo
Anisoptera ke dalam beberapa famili berdasarkan morfologi dan kebiasaan.
a. Subordo Zygoptera-capung jarum
Sayap-sayap depan dan belakang serupa bentuknya dan keduanya menyempit
di dasar, pada waktu istirahat diletakkan bersama di atas tubuh atau sedikit agak
membuka. Sayap pada jantan dan betina berbentuk sama. Kepala memanjang
secara transversal. Jantan mempunyai empat embelan pada ujung abdomen, yakni
sepasang embelan superior dan sepasang embelan inferior (Gambar 1). Betina
mempunyai ovipositor yang pada umumnya menyebabkan ujung abdomen tampak
agak membengkak (Borror, et. al., 1992: 245-254).
1) Famili Chlorocyphidae. Anggota famili ini tidak seperti capung jarum
pada famili lainnya, yakni bagian abdomennya lebih pendek daripada
sayapnya. Mereka memiliki bentuk kepala yang unik, wajah yang khas
menonjol memberikan penampilan seperti moncong. Capung-capung ini
umumnya berwarna-warni seperti permata, aktivitas kawin biasanya di air
yang mengalir (umumnya aliran air yang ada di hutan) dan tidak terbang
16
jauh dari tempat tersebut (Tang, H. B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M.,
2010: 35).
2) Famili Coenagrionidae-capung jarum bersayap-sempit. Capung jarum
yang berukuran paling kecil berasal dari famili ini. Ciri sayapnya bening
dan tidak lebar, di tungkainya terdapat seta atau rambut yang pendek dan
agak tebal (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 33). Anggota famili ini
berjumlah banyak, baik dalam genera maupun spesiesnya. Capung jarum
ini terdapat di berbagai habitat, terutama sepanjang aliran-aliran air, dan
lainnya terdapat di kolam-kolam atau rawa. Anggota famili ini kebanyakan
merupakan penerbang lemah, ketika hinggap posisi tubuhnya horisontal
dan sayapnya diletakkan bersama-sama di atas tubuh. Jantan dan betina
memiliki warna yang sangat berbeda pada kebanyakan jenis, yakni jantan
lebih berwarna cerah daripada betina (Borror, et. al., 1992: 255).
3) Famili Platycnemididae. Anggota famili ini adalah capung jarum yang
berukuran kecil hingga sedang, ditandai oleh tubuhnya yang cukup ringan,
sayap hialin cukup sempit dengan retikulasi agak terbuka. Bentuk kepala
pada umumnya lebih ringan dan memanjang, lebih sempit dibandingkan
famili Coenagrionidae. Mereka memiliki banyak duri tipis yang panjang
pada bagian femur dan tibia, pada beberapa spesies tibianya melebar dan
berwarna cerah. Mereka mendiami sungai di hutan, rawa, kolam teduh,
dan sumber (Tang, H. B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M., 2010: 83).
17
b. Subordo Anisoptera-capung biasa
Bagian dasar sayap belakang lebih lebar daripada sayap depan, pada waktu
istirahat diletakkan secara atau agak horisontal. Sayap belakang yang jantan
semuanya agak berlekuk pada sudut analnya, kecuali Famili Libellulidae,
sedangkan sayap-sayap belakang dari semua Libellulidae dan betina dari famili
lainnya mempunyai sudut anal yang membulat. Kepala biasanya tidak memanjang
secara transversal, tetapi agak membulat. Jantan mempunyai tiga embelan pada
ujung abdomen, yakni dua embelan superior dan satu inferior (Borror, et. al.,
1992: 246-248; Gambar 1).
1) Famili Aeshnidae-capung loreng. Kelompok capung ini mencakup
capung-capung dengan ukuran tubuh yang besar dan kuat, pada umumnya
berukuran sekitar 75 mm, berwarna hitam dengan tanda-tanda biru atau
kebiru-biruan pada toraks dan abdomen. Tersebar luas di perairan kolam
(Borror, et. al., 1992: 251). Senang hinggap di daun atau ranting yang
tinggi (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 33).
2) Famili Gomphidae-capung berekor-gada. Kelompok ini anggotanya
memiliki ukuran tubuh cukup besar, anggota famili ini kebanyakan
terdapat di sepanjang aliran-aliran sungai dan danau. Panjang tubuh 50-75
mm, berwarna hitam dan biasanya dengan corak kekuning-kuningan atau
kehijau-hijauan. Jenis dari kelompok ini kebanyakan pada ruas tertentu
abdomennya menggembung (Borror, et. al., 1992: 250-251). Posisi mata
majemuknya terpisah (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 32).
18
3) Famili
Libellulidae-capung
penyaring-umum/capung
sambar.
Anggota dari kelompok ini pada umumnya dapat ditemukan di sekitar
kolam-kolam dan rawa-rawa. Kelompok ini sangat umum dapat dijumpai.
Capung-capung ini sangat bervariasi panjangnya, yakni antara 25-75 mm.
Banyak jenis memiliki tanda-tanda berupa bintik atau pita pada sayapsayapnya (Borror, et. al., 1992: 252). Bentuk andomennya cenderung
melebar dan tipis (Wahyu Sigit Rhd, dkk., 2013: 33).
7. Peranan Capung
Capung dewasa merupakan predator alami bagi serangga hama tanaman
pangan dan dalam ekosistem berperan sebagai agen pengendali hayati (Wakhid,
dkk., 2014: 42). Pada fase nimfa, capung memangsa jentik-jentik nyamuk, ikanikan kecil, dan lain-lain. Seekor nimfa dapat hidup di dalam air selama beberapa
bulan hingga tahun dan sensitif terhadap kondisi air yang tercemar. Kondisi air
yang baik atau tidak dapat diketahui dari keberadaan nimfa di suatu perairan. Oleh
karena itu, capung dapat dijadikan bioindikator pencemaran air (Wahyu Sigit Rhd,
dkk., 2013: 25).
Moore (1997) menyatakan bahwa capung sangat sesuai digunakan untuk
menilai perubahan lingkungan dalam jangka panjang maupun jangka pendek,
meskipun capung tidak sesensitif invertebrata bentik lainnya (IUCN Red List,
2009: 1), tetapi capung dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran air
(Michael P., 1994: 442), karena kepekaannya terhadap kualitas suatu habitat dan
relatif mudah dalam pengidentifikasiannya (IUCN Red List, 2009: 1).
19
8.
Keanekaragaman Jenis
Organisme dalam suatu lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan
sekelilingnya, mereka membentuk bagian dari lingkungan itu sendiri. Jika suatu
jenis mengalami gangguan atau kerusakan dapat menyebabkan penurunan suatu
jenis. Keanekaragaman dan jumlah jenis dalam suatu komunitas sangatlah penting
karena melalui keanekaragaman jenis dapat diambil untuk menandai jumlah
spesies dalam suatu daerah (Michael, 1994: 12, 269).
Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara
fisik terkendali dan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi. Ada dua
cara pendekatan yang digunakan untuk menganalisis keragaman jenis dalam
keadaan yang berlainan, yakni: (1) pembandingan-pembandingan yang didasarkan
bentuk, pola, atau persamaan kurva banyaknya jenis, dan (2) pembandingan yang
didasarkan pada indeks keanekaragaman, yang merupakan nisbah atau pernyataan
matematika lainnya dari hubungan-hubungan jenis kepentingan (Odum, 1993:
184-185).
Keanekaragaman jenis mempunyai sejumlah komponen utama yang dapat
memberi
reaksi
secara
berbeda-beda
terhadap
faktor-faktor
geografi,
perkembangan, atau fisik. Komponen utama pertama disebut sebagai kekayaan
jenis atau komponen varietas, komponen utama kedua adalah kesamarataan atau
equitibilitas dalam pembagian individu yang merata di antara jenis (Odum, 1993:
185).
Prinsip ekologi yang penting dan berhubungan dengan keanekaragaman
adalah semakin tinggi kenaekaragaman berarti ranta-rantai makanan lebih panjang
20
dan lebih banyak simbiosis (mutualisme, parasitisme, komensalisme, dan
sebagainya), dan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar untuk kendali
umpan balik negatif, yang mengurangi goyangan-goyangan dan meningkatkan
kemantapan. Akibatnya, komunitas di dalam lingkungan yang mantap mempunyai
keanekaragaman jenis yang lebih tinggi daripada komunitas-komunitas yang
dipengaruhi oleh gangguan musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam
(Odum, 1993: 185-186).
9.
Gambaran Umum Kawasan Perairan Rawa Jombor
Rawa Jombor merupakan rawa yang dibendung, kawasannya merupakan
daerah resapan air yang memiliki aliran air tenang dan air menggenang, terletak
sekitar 8 km dari pusat Kota Klaten, tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Rawa Jombor memiliki luas permukaan kurang
lebih sekitar 18.900 m2 (Endri Priyanto, 2009: 1), waduk tersebut dikelilingi oleh
bukit yang banyak ditumbuhi pohon-pohon. Kawasan Rawa Jombor merupakan
kawasan resapan air yang mendukung fungsi ekologis wilayah sekitarnya (Endri
Priyanto, 2009: 1-2).
Menurut Winarsih (2004), Rawa Jombor merupakan ekosistem perairan tawar
yang dikelilingi bukit, utamanya difungsikan untuk irigasi, selain itu juga
memiliki peranan penting dalam beberapa sektor, yakni pertanian, perikanan, dan
wisata perairan (Staf Desa Krakitan, 2013: 1-3).
B. Kerangka Pikir
Capung (dalam fase imago) adalah serangga yang memiliki morfologi tubuh
yang kasat mata dan mudah dikenali dengan bentuk dan warnanya yang beragam,
21
banyak tersebar di sekitar kawasan perairan tawar karena perairan tawar
merupakan habitat spesifik bagi capung terkait siklus hidupnya. Salah satu
wilayah perairan tawar di Jawa yang dapat dijumpai adalah Rawa Jombor.
Kawasan Rawa Jombor merupakan ekosistem perairan tawar berupa rawa yang
sebagian besar wilayahnya dibangun tanggul di sekelilingnya sehingga
menyerupai waduk, perairannya cukup luas dan masih ditemukan banyak vegetasi
dengan berbagai jenis. Kawasan Rawa Jombor memiliki berbagai lokasi dengan
air tenang dan air menggenang yang cocok bagi keberadaan capung dewasa untuk
beraktivitas berdasarkan keberadaan air tawar dan ragam vegetasi. Lokasi yang
beragam akan memberikan peluang lebih besar untuk dijumpainya jenis capung
yang beragam pula, dan pendekatan terhadap keanekaragaman jenis capung dapat
berdasarkan indeks keanekaragaman.
Capung merupakan serangga spesifik kawasan perairan tawar
Rawa Jombor merupakan kawasan perairan tawar
Kawasan Rawa Jombor memiliki berbagai lokasi yang terdapat air
tawar dan vegetasi yang beragam, cocok bagi aktivitas capung
Jenis-jenis capung dan jumlah setiap jenis capung
Tingkat keanekaragaman jenis capung
Gambar 7. Bagan Kerangka Pikir
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi, yakni mengamati langsung
fakta yang ada di lapangan (Sugiyono, 2012: 199). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode distance sampling Buckland (1993), yakni mencatat
setiap perjumpaan di sepanjang jalur pengamatan (Balai TNGM, 2011: 4) yang
berupa transek garis (line transect).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan perairan tawar Rawa Jombor pada
bulan Februari-April 2016. Penentuan waktu lamanya penelitian berdasarkan
rentang waktu maksimum kehidupan capung dewasa yakni sekitar 13 minggu.
Lokasi penelitian ini adalah di kawasan resapan air Rawa Jombor dengan
berbagai lokasi di sekitarnya, terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, lokasi
penelitian dikategorikan berdasarkan keberadaan sumber air dan karakteristik
vegetasi yang berbeda, diwakilkan oleh enam lokasi, yakni kawasan waduk,
kawasan sungai aliran masuk menuju waduk, kawasan rawa, kawasan kolam,
kawasan sungai aliran keluar dari waduk, dan kawasan sawah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi: jenis-jenis capung yang ada di kawasan Rawa Jombor.
2. Sampel: jenis-jenis capung yang teramati pada berbagai lokasi di kawasan
Rawa Jombor selama pengambilan data pada bulan Februari-April 2016.
23
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini antara lain:
1. Variabel bebas: lokasi-lokasi pengamatan di kawasan Rawa Jombor.
2. Variabel tergayut: jenis-jenis capung di kawasan Rawa Jombor.
E. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, insectnet, jangka
sorong, GPS (Global Positioning System) Garmin 62s, jam tangan Casio AQ163W, binokuler Alpen 8x40, kamera Canon EOS 600D lensa 18-55 mm dan
ponsel Xiaomi Mi4i, lux meter, termometer udara, higrometer, anemometer, alat
tulis, papan jalan, dan indikator universal pH. Bahan yang digunakan adalah cat
berbahan nitrocellulose. Pedoman identifikasi yang digunakan, antara lain:
1. Shanti Susanti. (1998). Seri Panduan Lapangan: Mengenal Capung. Bogor:
Puslitbang Biologi-LIPI.
2. Tang, H. B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M. (2010). A Photographic Guide to
The Dragonflies of Singapore. Singapore: Raffles Museum of Biodiversity
Research.
3. Terence de Fonseka. (2000). The Dragonflies of Sri Lanka. Sri Lanka: WHT
Publications (Private) Limited.
4. Theischinger, G. (2009). Identification Guide To The Australian Odonata.
Sydney: Department of Environment, Climate Change and Water NSW.
5. Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013). Naga Terbang Wendit. Malang: Indonesia
Dragonfly Society.
24
F. Teknik Pengambilan Data
1. Observasi Pendahuluan
Observasi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui medan di lokasi
penelitian. Lokasi ditentukan berdasarkan keberadaan air tawar dan vegetasi yang
cocok bagi keberadaan capung. Vegetasi berhubungan dengan capung karena
vegetasi menjadi tempat berburu dan berlindung, dan vegetasi yang berada di air
digunakan oleh banyak jenis capung untuk tempat meletakkan telur saat
berkembang biak.
Pengamatan dilakukan pada 6 lokasi yang berbeda di kawasan Rawa Jombor,
yakni (1) kawasan waduk, (2) kawasan sungai aliran masuk menuju waduk, (3)
kawasan rawa, (4) kawasan kolam, (5) kawasan sungai aliran keluar dari waduk,
dan (6) kawasan sawah. Lokasi pengamatan capung ini dikategorikan berdasarkan
karakter keberadaan sumber air dan vegetasi yang sesuai bagi keberadaan capung
untuk beraktivitas maupun beristirahat.
Lokasi
pengamatan
pertama,
kawasan
waduk
7°45'19,262"S
&
110°38'3,107"E, adalah kawasan rawa yang dibendung dan dibangun pintu air
untuk aliran menuju dan keluar waduk, kawasan waduk ini sangat luas dan lokasi
pengamatan capung ditentukan berdasarkan keberadaan vegetasi eceng gondok
(Eichhornia crassipes (Mart) Solms) yang tumbuh di permukaan air waduk yang
sesuai sebagai habitat berkembang biak bagi capung. Kelompok tumbuhan eceng
gondok pada sisi Timur waduk merupakan kelompok yang tetap posisinya
dibandingkan kelompok lainnya yang tumbuh di waduk. Sejak pengamatan
pendahuluan pada bulan Oktober 2015 hingga pengamatan pada bulan Februari
25
2016 populasi eceng gondok pada sisi timur waduk ini tidak berpindah karena
adanya pendangkalan sehingga akar-akar eceng gondok dapat tertambat pada
substrat di dasar waduk, sedangkan posisi populasi eceng gondok yang tumbuh
mengapung pada sisi lain waduk setiap harinya dapat bergeser sesuai dengan arah
hembusan angin ketika angin berhembus kencang, sehingga sisi Timur waduk
berdasarkan keberadaan populasi tumbuhan eceng gondok ini ditentukan menjadi
lokasi pengamatan. Di lokasi ini juga dijumpai Ipomoea fistulosa tumbuh di
antara tumbuhan eceng gondok.
Di tepi bagian waduk ini terdapat kebun-kebun jagung (Zea mays) yang
teramati menjadi tempat berburu bagi banyak jenis capung, sehingga waduk
dengan ceruk-ceruk air dan tumbuhan airnya yang cocok bagi capung untuk
berkembang biak serta kebun jagung yang sangat dekat dengan waduk yang
sesuai sebagai tempat berburu menjadi pertimbangan penentuan lokasi tersebut
sebagai lokasi pengamatan. Lokasi waduk ini sangat terbuka (tidak ada naungan
dari kanopi pohon besar), naungan yang ada di sekitar waduk adalah beberapa
pohon pisang yang menjadi tempat beristirahat bagi beberapa spesies capung yang
kurang mampu beradaptasi dengan intensitas cahaya tinggi.
Lokasi pengamatan ke dua, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk
7°45'15,606"S & 110°37'9,974"E, berada dekat dengan area persawahan yang
berada di sepanjang kedua sisinya (Lampiran 2, Gambar 41), lebar sungai sekitar
5 meter dan jarak dari tepi sungai ke area sawah sekitar 5 meter, dan sungai ini
terletak sekitar 200-300 meter dari rawa yang berada di sebelah utaranya. Di
sepanjang sungai ini terdapat pohon-pohon besar dan semak-semak di kedua
26
tepinya, hampir seluruh kawasan tepi sepanjang aliran sungai ini tertutupi kanopi
pohon tetapi tidak terlalu rapat.
Di dekat pintu air menuju waduk, terdapat pintu air kecil untuk irigasi sawah.
Di dekat pintu air yang kecil ini terdapat ceruk dengan air tergenang yang
ditumbuhi vegetasi air serta tertutup oleh kanopi pohon besar di tepinya
(Lampiran 2, Gambar 41), di lokasi ini banyak ditemukan capung jarum
beristirahat di semak-semak dan berkembang biak di sekitar air.
Lokasi pengamatan ke tiga, kawasan rawa 7°45'4,394"S & 110°37'10,705"E,
merupakan kawasan terbuka tanpa naungan pohon besar (Lampiran 2, Gambar
44). Keadaan tanahnya sangat labil, tidak padat, dan tergenang air, ciri khas tanah
rawa. Wilayah terluarnya telah difungsikan sebagai lahan pertanian jagung dan
padi (Oryza sativa), dan berbatasan langsung dengan jalan raya. Di bagian tengah
rawa hingga tepi ke arah Barat terdapat saluran air berupa parit yang dibangun
siring, air mengalir dari arah pemukiman dan berujung di tengah-tengah rawa
tersebut.
Di kawasan rawa ini banyak ditemukan tumbuhan kangkung (Ipomoea
aquatica) dan eceng gondok serta berbagai jenis tumbuhan semak, termasuk
rumput teki (Famili Cyperaceae). Kangkung-kangkungan utamanya dijumpai pada
permukaan air rawa, sedangkan eceng gondok dan rumput-rumput pada substrat
tanah rawa yang labil.
Lokasi
pengamatan
ke
empat,
kawasan
kolam
7°45'3,535"S
&
110°37'5,856"E, berada di dekat tebing karst, terpisah oleh jalan raya dan petak
kebun dari lokasi rawa. Kawasan ini terdiri dari dua bagian kolam yang sudah
27
tidak difungsikan oleh manusia, seluruh bagian kolam dipenuhi tumbuhan eceng
gondok dan keladi air dengan air yang sangat jernih. Kolam-kolam ini dikelilingi
pepohonan besar dan dengan kanopi rapat serta berbatasan langsung dengan
tebing karst (Lampiran 2, Gambar 45). Jarak antara kedua kolam tidak lebih dari 7
meter dan di sekitarnya ditumbuhi pepohonan lebat. Keadaan di sekitar kolam
terasa lembab karena kawasannya tertutup oleh kanopi pohon yang rapat,
penetrasi cahaya hanya mampu menembus bagian tengah kolam, sedangkan pada
bagian lainnya hanya sedikit.
Lokasi pengamatan ke lima, kawasan sungai aliran keluar dari waduk
7°45'46,803"S & 110°37'28,01"E, merupakan lokasi dengan naungan dan tanpa
naungan, di sekitar kanan dan kiri sepanjang sungai aliran keluar ini merupakan
lahan pembibitan hortikultura, sehingga banyak dijumpai berbagai jenis bibit
pohon, dan di sepanjang sisi sungai ditumbuhi pohon-pohon besar dengan kanopi
rapat. Sekitar 50 meter dari tepi sungai terdapat lahan-lahan basah terbuka yang
tergenang air yang ditumbuhi rumput-rumput seperti di rawa. Lahan-lahan
tersebut juga dikelilingi oleh pohon-pohon dengan kanopi besar dan rapat,
kawasan ini merupakan lokasi dengan karakteristik yang lebih beragam, antara
lain aliran sungai yang terbuka tanpa naungan, aliran sungai yang tertutup kanopi
pohon, lahan pembibitan holtikultura, lahan basah terbuka, dan lahan basah yang
tertutup oleh kanopi pohon (Lampiran 2, Gambar 46 dan 47).
Lokasi
pengamatan
ke
enam,
kawasan
sawah
7°45'24,624"S
&
110°37'0,712"E. Di sekitar kawasan Rawa Jombor terdapat banyak lahan yang
difungsikan sebagai sawah. Lokasi sawah yang menjadi lokasi pengamatan
28
capung dalam penelitian ini adalah yang tidak berimpit dengan lokasi lainnya.
Pengamatan capung di habitat sawah ini adalah di area petak-petak sawah dan
tepi-tepi sawah. Di tepi-tepi sawah terdapat pohon-pohon besar yang di bawahnya
terdapat semak-semak dan aliran air, tempat ini juga menjadi titik pengamatan
capung selain petak-petak sawah pada lokasi ini (Lampiran 2, Gambar 49).
Berikut ini kenampakan penutupan lahan di lokasi pengamatan di Kawasan
Rawa Jombor.
29
Gambar 8. Peta Penutupan Lahan di Sekitar Lokasi Pengamatan (Atas) &
Kawasan Lokasi Pengamatan (Bawah)
30
Jenis transek pengamatan yang digunakan adalah transek garis (line transect),
berupa garis atau jalur yang memotong ke arah seberang komunitas capung yang
diamati (Melati Ferianita Fachrul, 2012: 13-14). Aplikasi transek menggunakan
transek garis yang ditarik lurus pada lokasi pengamatan, waduk dari Utara ke arah
Selatan, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk dari hilir ke arah hulu
sungai, kawasan rawa dari sisi Timur ke arah Barat, kawasan kolam dari Timur ke
arah Barat, kawasan sungai aliran keluar dari waduk dari hulu ke arah hilir sungai,
dan kawasan sawah dari sisi Tenggara ke arah Barat Laut sejauh 100-300 meter.
Area pengamatan capung meliputi kanan dan kiri transek dengan jarak maksimum
50 meter kanan dan 50 meter kiri transek seperti pada Gambar 9.
Gambar 9. Aplikasi Transek Garis pada Lokasi Pengamatan (Sumber: Balai
TNGM, 2011: 4)
2. Pengamatan Jenis Capung
Metode yang dipakai untuk mengamati capung adalah metode distance
sampling Buckland (1993), yakni mencatat setiap perjumpaan di sepanjang jalur
31
pengamatan (Balai TNGM, 2011: 4). Agar tidak terjadi penghitungan berulang
(double counting), capung yang dijumpai ditangkap menggunakan insectnet lalu
ditandai dengan cat di bagian sayap depan atau sayap belakang sebelah luar serta
di bagian toraks dengan mengadaptasi sistem penandaan binomial system milik
Sheppard (1969) untuk Diptera (Southwood, T. R. E. & Henderson, P. A., 2000:
111). Kombinasi angka dengan sistem penandaan ini dapat digunakan untuk
menandai sekitar 255 individu yang berbeda dengan menggunakan satu warna cat.
Gambar 10. Binomial System Sheppard (1969) pada Diptera (Sumber: Southwood,
T. R. E. & Henderson, P. A., 2000: 111)
Penandaan dengan cat akan menunjukkan nomor penandaan setiap individu
capung yang tertangkap, penandaan berupa kombinasi penjumlahan posisi titik
pada bagian sayap dan toraks dapat menunjukkan urutan penomoran mulai dari 1,
2, 3, dan seterusnya hingga kombinasi angka mencapai nomor maksimum 255.
Melalui penandaan ini dapat membedakan setiap individu yang pernah tercatat
dan dapat mendeteksi jika satu individu capung dijumpai di beberapa lokasi
pengamatan.
Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-11.00 WIB. Menurut
Suharni (1991), pemilihan waktu tersebut berdasarkan aktifnya capung dewasa,
sehingga diharapkan dapat menjumpai jenis capung yang beragam selama
32
pengamatan (Novita Patty, 2006: 25). Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali
dalam kurun waktu tidak lebih dari dua minggu pada setiap lokasi, kurun waktu
ini ditentukan berdasarkan rentang waktu kehidupan capung jarum dewasa pada
periode reproduksi sekitar 1-2 minggu dan capung biasa sekitar 2-3 minggu
(Corbet, P. S., 1980: 198).
Capung yang dijumpai diamati kebiasaannya di lokasi pengamatan,
ditangkap, diidentifikasi berdasarkan kenampakan morfologinya, sehingga bagian
tubuh dicirikan secara jelas melalui pengukuran panjang tubuh dan panjang sayap
(morfometri) menggunakan jangka sorong dan deskripsi warna tubuh, corak, dan
warna mata, serta bentuk bagian tubuh tertentu, kemudian didokumentasikan
dalam bentuk foto. Proses identifikasi dibantu dengan menggunakan buku
panduan, kemudian capung yang sudah tertangkap tersebut ditandai dengan
menggunakan cat lalu dilepaskan kembali di sekitar lokasi penangkapan. Menurut
Terence de Fonseka (2000: 20), ciri nyata yang berguna untuk mengidentifikasi
capung ketika di lapangan adalah menggunakan ciri warna tubuh secara umum,
warna pola/corak, dan warna mata.
Penghitungan jumlah individu tiap jenis capung dilakukan berdasarkan
penangkapan secara langsung di kanan dan kiri jalur transek ketika pengamatan.
Jika capung yang dijumpai ketika di lapangan belum bisa teridentifikasi langsung
saat pengamatan maka tubuh capung difoto secara jelas dan lengkap dari berbagai
sisi, setelah itu diidentifikasi melalui studi literatur lebih lanjut atau melalui
diskusi dengan ahli.
33
3. Pengamatan Mangsa Capung dan Faktor Abiotik
Data mangsa capung dan faktor abiotik merupakan data pendukung yang
diambil pada masing-masing lokasi.
a. Mangsa capung
Capung yang teramati sedang melakukan aktivitas makan pada masingmasing lokasi pengamatan diamati kebiasaan memangsanya, yakni makan ketika
hinggap atau terbang, lalu diamati dan dicatat jenis mangsanya dan jenis capung
pemangsanya.
b. Faktor abiotik
Faktor abiotik sebagai data pendukung pada masing-masing lokasi didata
setiap kali pengamatan. Temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin,
dan pH air dihitung secara kuantitatif menggunakan alat ukur.
G. Rancangan Organisasi Data
1. Data Jenis dan Jumlah Individu Capung
Tabel 1. Tabel Rancangan Organisasi Data Jenis dan Jumlah Individu Tiap Jenis
Jumlah Individu
Jenis
No.
Lokasi
Capung
1
2
3
4
5
6
1
2
3
...dst
2. Data Faktor Abiotik
Tabel 2. Tabel Rancangan Organisasi Data Faktor Abiotik
Waktu
Pengamatan
Intensitas Cahaya
(lux)
Suhu Udara (ºC)
34
Kecepatan Angin
(m/s)
H. Teknik Analisis Data
Jenis-jenis capung yang dijumpai diidentifikasi dan didokumentasikan.
Identifikasi di lapangan menggunakan spesimen langsung dan mencocokkan
dengan buku panduan identifikasi Odonata berdasarkan kenampakan morfologi,
kebiasaan, dan karakter lokasi perjumpaannya, sedangkan spesimen yang belum
diketahui jenisnya ketika di lapangan, difoto seluruh bagian tubuhnya dan diukur
panjang tubuh dan sayapnya, serta dicatat karakter lokasi perjumpaannya, lalu
diidentifikasi lebih lanjut atau ditanyakan kepada ahli. Jumlah jenis capung dan
jumlah individu dari tiap jenis capung yang dijumpai di setiap lokasi dicatat.
Tingkat keanekaragaman jenis diukur dengan menggunakan indeks
keanekaragaman (H’) Shannon-Wiener, menurut Schowalter (2006: 255):
H
pi
pi
Keterangan:
H = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
pi = i/N
i = jumlah individu dari suatu jenis i
N = jumlah total individu seluruh jenis
Terdapat tiga kriteria keanekaragaman jenis serangga berdasarkan nilai
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, yakni H’<1 keanekaragaman jenis
dikatakan rendah, H’≤1≤3 keanekaragaman jenis dikatakan sedang, dan H’>3
keanekaragaman jenis dikatakan tinggi.
35
Selain itu dilakukan juga analisis kemelimpahan relatif jenis capung yang
ditemukan
untuk
mengetahui
kemerataan
individu
jenis
capung
dari
keanekaragaman jenis yang didapat. Penentuan kemelimpahan relatif (Pi) tiap
jenis capung menggunakan rumus van Balen (1984) sebagai berikut (Melati
Ferianita Fachrul, 2012: 67).
Pi
∑
∑
100%
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis capung dan tingkat
keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor, Klaten, Jawa Tengah
berdasarkan karakteristik lokasi yang berbeda-beda pada kawasan tersebut. Lokasi
dikategorikan berdasarkan karakter keberadaan sumber air dan vegetasi yang
sesuai bagi keberadaan capung untuk beraktivitas maupun beristirahat, sehingga
dapat dijumpai sebanyak mungkin jenis capung.
A. Kondisi Lokasi Penelitian
Tabel 3. Komposisi Vegetasi di Lokasi Pengamatan
Lokasi Pengamatan
Vegetasi
Kawasan Waduk
Eichhornia crassipes: ***
Ipomoea aquatica: *
Ipomoea fistulosa: **
Zea mays: ***
Semak-semak pendek: ***
Semak-semak tinggi: **
Kawasan Sungai Aliran Masuk
Ipomoea aquatica: **
Ipomoea fistulosa: **
Oryza sativa: ***
Semak-semak pendek: ***
Semak-semak tinggi: ***
Pohon besar: **
Kawasan Rawa
Eichhornia crassipes: ***
Ipomoea aquatica: ***
Keladi air: **
Semak-semak pendek: ***
Semak-semak tinggi: **
Kawasan Kolam
Eichhornia crassipes: ***
Keladi air: **
Semak-semak pendek: **
Semak-semak tinggi: *
Pohon besar: ***
Kawasan Sungai Aliran Keluar
Eichhornia crassipes: *
Ipomoea aquatica: *
Semak-semak pendek: ***
Semak-semak tinggi: ***
Pohon besar: ***
37
Lokasi Pengamatan
Kawasan Sawah
Vegetasi
Oryza sativa: ***
Semak-semak pendek: **
Semak-semak tinggi: **
Pohon besar: *
Keterangan: *** = banyak, ** = sedang, * = sedikit
Kawasan waduk merupakan kawasan air tergenang dengan vegetasi
didominasi oleh Eichhornia crassipes dan berbatasan langsung dengan lahan
jagung sehingga dijumpai banyak tumbuhan Zea mays di sepanjang tepinya.
Capung-capung jarum di kawasan ini dijumpai di semak-semak pendek dan
semak-semak tinggi, sedangkan capung biasa umumnya dijumpai di bagian ujungujung tumbuhan Eichhornia crassipes, Ipomoea, dan Zea mays.
Kawasan sungai aliran masuk menuju waduk merupakan kawasan aliran
sungai yang berbatasan langsung dengan area sawah di sepanjang kanan dan
kirinya, sehingga banyak dijumpai Oryza sativa di kawasan terluar lokasi
pengamatan yang menjadi kawasan berburu capung. Pengamatan dimulai dari
hilir menuju hulu sungai, semakin ke hulu semakin banyak dijumpai tumbuhan di
badan air, yakni Ipomoea aquatica dan Ipomoea fistulosa, dan pohon besar di
kedua tepi sungai. Vegetasi didominasi oleh semak-semak pendek dan tinggi di
kedua tepi sungai. Capung jarum banyak dijumpai hinggap di semak-semak
pendek di tepi sungai di bawah kanopi pohon besar serta hinggap pada tumbuhan
yang tumbuh di badan air, capung biasa sering dijumpai terbang di atas badan air
dan hinggap di ujung-ujung semak-semak tinggi.
Kawasan rawa merupakan kawasan air tergenang dan ditumbuhi vegetasi
dominan Eichhornia crassipes, Ipomoea aquatica, dan semak-semak pendek
38
seperti rumput teki, selain itu dijumpai juga vegetasi keladi air dan semak-semak
tinggi.
Kawasan kolam merupakan kawasan air tergenang yang ditumbuhi
Eichhornia crassipes dan keladi air di bagian kolamnya, kawasan sekitarnya
banyak pohon-pohon besar yang tumbuh rapat dan lantainya ditumbuhi semaksemak pendek.
Kawasan sungai aliran keluar dari waduk merupakan kawasan aliran air yang
banyak dijumpai vegetasi pohon besar dan semak-semak dengan jenis yang
bervariasi di sepanjang kanan dan kiri tepi sungai. Pengamatan dimulai dari pintu
keluar air waduk ke arah hilir sungai. Eichhornia crassipes dan Ipomoea aquatica
dijumpai hanya tumbuh di badan air dekat pintu keluar air waduk.
Kawasan sawah merupakan kawasan air menggenang, vegetasi didominasi
oleh Oryza sativa. Di tepi-tepi sawah ditumbuhi semak-semak pendek maupun
tinggi dan beberapa pohon berkanopi besar.
B. Jenis-Jenis Capung di Kawasan Rawa Jombor
Odonata atau capung dalam Bahasa Jawa umumnya disebut kinjeng, dan
khususnya penduduk di Klaten menyebutnya dok iyik untuk capung jarum dan dok
erok untuk capung biasa. Capung utamanya tersebar di dekat perairan tawar
terkait siklus hidupnya, oleh karena itu kawasan Rawa Jombor sebagai kawasan
perairan tawar memiliki hubungan yang erat dengan keberadaan capung di sana.
39
Berikut ini pembahasan mengenai masing-masing jenis capung yang dijumpai
di berbagai lokasi di kawasan Rawa Jombor, terdapat 28 jenis capung berdasarkan
ciri-ciri morfologinya, yakni:
1. Acisoma panorpoides
Tabel 4. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Acisoma panorpoides
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Abdomen berwarna biru muda
kekuningan dengan bercak hitam,
berbentuk seperti terompet melebar
pada segmen 1-5 ke arah dorsoventral dan lateral, di bagian ventral
apendix saling bertaut berwarna
hitam, segmen 8-10 berwarna hitam
penuh, embelan putih dengan
pinggiran hitam;
Jantan dengan panjang tubuh 20
♂ © Tria Septiani Subagyo
mm, sayap depan 21 mm, sayap
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk belakang 13 mm;
Betina berwarna kuning dengan
panjang tubuh 24 mm, sayap depan
20 mm, sayap belakang 19 mm;
Sayap transparan dengan venasi
hitam, stigma (pterostigma) kuning
pucat, distal antenodal komplit.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Rawa
3. Sungai aliran keluar
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Terence de Fonseka (2000: 157), Filum
: Arthropoda
Odonata dengan uraian di atas adalah Kelas
: Insekta
Acisoma panorpoides (Burmeister, 1839) Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Acisoma
Spesies : Acisoma panorpoides
40
Acisoma panorpoides merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh tergolong kecil, disebut juga capung perutterompet karena bagian abdomennya menggembung dan berlekuk menyerupai
terompet. Capung ini biasa dijumpai terbang rendah dan dengan jarak terbang
yang dekat, hinggap pada daun tumbuhan eceng gondok dan rumput-rumput. Di
kawasan Rawa Jombor, A. panorpoides banyak dijumpai di lokasi dengan air
tergenang seperti di kawasan waduk dan rawa, sedikit dijumpai di sekitar kawasan
sungai aliran keluar. Kawasan waduk dan rawa merupakan habitat terbuka tanpa
naungan, didominasi tumbuhan eceng gondok, sedangkan di sungai aliran keluar
terdapat naungan pohon-pohon besar di tepi sungai. Capung ini aktif ketika
berawan hingga cerah.
Gambar 11. Titik Perjumpaan Acisoma panorpoides
41
2. Aethriamanta aethra
Tabel 5. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Aethriamanta aethra
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dewasa dengan panjang
tubuh 30,5 mm, sayap depan 25 mm,
sayap belakang 23,5 mm, tubuh
dominan
tertutup
pruinescent
berwarna biru di toraks dan
abdomen, abdomen segmen 7-10
berwarna hitam, pangkal sayap
belakang
berwarna
cokelat
kehitaman;
Betina dengan panjang tubuh 27
♂ © Tria Septiani Subagyo
mm, sayap depan 23 mm, dan sayap
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk belakang 22 mm, mata majemuk
bagian atas berwarna cokelat
kemerahan, bagian bawah abu-abu
kecokelatan, warna tubuh kuning
kecokelatan, pada toraks terdapat
garis-garis hitam di sisi dorsal dan
lateral, di abdomen sisi dorsal
terdapat pola hitam berbentuk
segitiga di segmen 2-4, bentuk jam
pasir di segmen 5-8, segmen 9-10
berwarna hitam penuh, pangkal
sayap belakang cokelat;
Sayap transparan dengan venasi
hitam dan stigma cokelat.
Lokasi Perjumpaan
Sungai aliran keluar
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Tang, H. B., Wang, L.K., & Filum
: Arthropoda
Hämäläinen, M. (2010: 133), Odonata Kelas
: Insekta
dengan
uraian
di
atas
adalah Ordo
: Odonata
Aethriamanta aethra (Ris, 1912)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Aethriamanta
Spesies : Aethriamanta aethra
42
Aethriamanta aethra merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh tergolong kecil. Capung ini dijumpai di sekitar
lokasi sungai aliran keluar, hinggap pada ujung-ujung ranting mati di tepi aliran
sungai yang terbuka tanpa naungan. Jenis capung ini senang berjemur di terik
matahari, dapat dijumpai ketika berawan hingga cerah. Ketika terbang capung
jenis ini dapat terbang dengan cepat dengan jarak yang jauh dan tinggi.
Gambar 12. Titik Perjumpaan Aethriamanta aethra
43
3. Agriocnemis femina
Tabel 6. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Agriocnemis femina
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Ukuran tubuh kecil;
Toraks jantan berwarna hijau atau
hijau pucat, hitam di sisi dorsal dan
antero-lateral, saat dewasa tertutup
pruinescent berwarna putih;
Abdomen 1-6 hijau, hijau pucat,
hingga kebiruan di sisi ventral, sisi
dorsal hitam, abdomen 7-10 kuning
hingga jingga;
Embelan inferior jantan lebih
♂ © Hening Triandika Rachman
panjang dibandingkan embelan
Lokasi: Sungai Aliran Masuk menuju
superior;
Waduk
Betina pradewasa berwarna merah,
dewasa
berwarna
kehijauan,
protoraks memiliki tonjolan cuping
dengan bentuk curam yang dalam di
bagian tengahnya;
Sayap transparan dengan stigma
hitam, venasi cokelat kehitaman.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
4. Kolam
5. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Terence de Fonseka (2000: 80-81) Filum
: Arthropoda
dan Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 110), Kelas
: Insekta
Odonata dengan uraian di atas adalah Ordo
: Odonata
Agriocnemis femina (Baruer, 1868)
Famili
: Coenagrionidae
Genus
: Agriocnemis
Spesies : Agriocnemis femina
Agriocnemis femina disebut juga capung-jarum centil (Wahyu Sigit Rhd.,
dkk., 2013: 109), anggota dari Famili Coenagrionidae. Jenis ini memiliki ukuran
44
tubuh yang sangat kecil. Pada jantan yang sudah tua akan muncul serbuk putih
(pruinescent) yang menutupi bagian toraksnya, sedangkan betina dewasa akan
memiliki warna dominan hijau pucat dan hitam. Agriocnemis femina dapat
dijumpai di kawasan waduk, sungai aliran masuk, rawa, kolam, dan sawah, baik
di tempat terbuka tanpa naungan maupun tempat dengan naungan, tetapi biasanya
lebih banyak ditemukan di tempat dengan naungan, hinggap di rumput, semak,
dan padi, terbang rendah dengan jarak yang dekat dan termasuk penerbang lemah
seperti capung jarum pada umumnya. Capung ini dijumpai ketika berawan hingga
cerah.
Gambar 13. Titik Perjumpaan Agriocnemis femina
45
4. Agriocnemis pygmaea
Tabel 7. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Agriocnemis pygmaea
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Toraks jantan berwarna hijau atau
hijau pucat, hitam di sisi dorsal dan
antero-lateral;
abdomen
1-6
berwarna hijau, hijau pucat, hingga
kebiruan di sisi ventral, sisi dorsal
hitam, abdomen 7-10 kuning hingga
jingga;
Embelan inferior pada jantan
hampir sama atau lebih pendek
dibandingkan
superior,
ujung
♂ © Hening Triandika Rachman
embelan superior tidak berimpit,
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk permukaan atas embelan superior
agak melengkung ke bawah;
Betina tidak memiliki tonjolan
cuping di protoraks seperti A.
femina betina, terdapat titik
berwarna biru muda di dekat kedua
mata majemuk dan protoraks, serta
garis tipis berwarna biru muda di
toraks membatasi warna hitam pada
sisi dorsal dan warna cokelat pada
sisi antero-lateral;
Sayap transparan dengan venasi
cokelat, stigma kuning pucat pada
sayap depan dan hitam pada sayap
belakang.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Sungai aliran keluar
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Tang, H. B., Wang, L.K., & Filum
: Arthropoda
Hämäläinen, M. (2010: 54), Terence de Kelas
: Insekta
Fonseka (2000: 80-81), dan Wahyu Sigit Ordo
: Odonata
Rhd, dkk. (2013: 110), Odonata dengan Famili
: Coenagrionidae
uraian di atas adalah Agriocnemis Genus
: Agriocnemis
pygmaea (Rambur, 1842)
Spesies : Agriocnemis pygmaea
46
Agriocnemis pygmaea disebut juga capung-jarum kecil (Wahyu Sigit Rhd.,
dkk., 2013: 113), sesuai dengan namanya memiliki ukuran tubuh yang sangat
kecil, anggota dari Famili Coenagrionidae. Agriocnemis pygmaea jantan memiliki
ciri yang mirip dengan A. femina jantan, ciri yang membedakan keduanya adalah
bentuk embelan pada ujung abdomen, yakni A. pygmaea memiliki sepasang
embelan superior yang lebih panjang dibandingkan dengan embelan inferior,
berkebalikan dengan A. femina. Betina A. pygmaea juga memiliki ciri yang mirip
dengan betina A. femina, namun keduanya dibedakan dari bentuk cuping yang
menonjol di bagian protoraks. Jenis ini terbang rendah dengan jarak yang dekat,
termasuk penerbang lemah seperti capung jarum pada umumnya, dapat dijumpai
di tempat terbuka tanpa naungan maupun dengan naungan, hinggap di rumputrumput di sekitar lokasi dengan air tenang di sekitar waduk, sungai aliran masuk,
dan sungai aliran keluar dalam kondisi berawan hingga cerah.
Gambar 14. Titik Perjumpaan Agriocnemis pygmaea
47
5. Agrionoptera insignis
Tabel 8. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Agrionoptera insignis
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Toraks
berwarna
hitam-hijau
metalik;
Abdomen sisi ventral hitam, sisi
dorsal 3-7 berwarna kuning, jingga,
merah, atau hitam, di segmen 8-10
berwarna hitam pekat, embelan
hitam;
Jantan dengan panjang tubuh 42-44
mm, sayap depan 33-34 mm, sayap
belakang 31,5-32 mm, abdomen
♂ © Tria Septiani Subagyo
jingga-kemerahan;
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk Betina dengan panjang tubuh 42,544 mm, sayap depan 35-35,5 mm,
sayap belakang 33 mm, abdomen
kuning sampai dengan hitamkemerahan;
Sayap transparan atau bening
kecokelatan dengan bercak cokelat
pada ujung-ujung sayap, venasi dan
stigma hitam.
Lokasi Perjumpaan
1. Kolam
2. Sungai aliran keluar
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Theischinger, G. (2009: 115), Filum
: Arthropoda
Odonata dengan uraian di atas adalah Kelas
: Insekta
Agrionoptera insignis (Rambur, 1842)
Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Agrionoptera
Spesies : Agrionoptera insignis
Agrionoptera insignis merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang. Ciri-ciri jenis ini adalah pada jantan
terdapat occeli, vertex, dan frons yang berwarna biru metalik. Capung jenis ini
48
ditemukan di lokasi yang tertutup naungan pohon dan sering ditemukan istirahat
hinggap di ranting-ranting dan di balik daun-daun pohon yang tidak terpapar sinar
matahari secara langsung dan hanya sesekali terbang dengan jarak terbang yang
tinggi menuju ranting-ranting pohon ketika terusik. Capung ini dijumpai di
kawasan lokasi pengamatan ketika berawan. Lokasi dijumpainya jenis ini adalah
tempat dengan kanopi pohon yang rapat di sekitar kolam dan sungai aliran keluar.
Gambar 15. Titik Perjumpaan Agrionoptera insignis
49
6. Anax guttatus
Tabel 9. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Anax guttatus
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Ukuran tubuh besar;
Warna tubuh dominan hijau;
Pangkal abdomen berwarna hijaubiru dan sedikit warna kuning di
sepanjang abdomen;
Sayap transparan.
Lokasi Perjumpaan
Rawa
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Tang, H. B., Wang, Filum
: Arthropoda
L.K., & Hämäläinen, M. (2010: 98) dan Kelas
: Insekta
Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 44), Ordo
: Odonata
Odonata dengan uraian di atas adalah Famili
: Aeshnidae
Anax guttatus (Burmeister, 1839)
Genus
: Anax
Spesies : Anax guttatus
Anax guttatus merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Aeshnidae atau disebut juga capung-barong bercak-biru (Wahyu Sigit Rhd., dkk.,
2013: 43), yakni dengan ciri utama ukuran tubuh besar, mata majemuk luas
berimpit, dan warna tubuh dominan hijau dengan bercak biru. Dijumpai terbang di
tempat terbuka tanpa naungan, terbang rendah menyusuri sepanjang aliran air
dengan gerak yang cepat dan mampu merubah arah seketika terbang tinggi dan
dengan jarak yang sangat jauh. Capung ini dijumpai terbang aktif pada kondisi
cerah. Capung ini dijumpai satu kali di kawasan rawa, terbang menyusuri aliran
air.
Menurut Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 44), A. guttatus memiliki kebiasaan
aktif pada pagi hari menjelang siang untuk berburu mangsa, dan spesies ini sangat
50
suka terbang dengan kecepatan tinggi di atas permukaan air. Capung jenis ini
biasa terbang terus-menerus dalam jangka panjang, jarang dijumpai hinggap, serta
sensitif jika didekati. Hal ini sesuai dengan hasil perjumpaan ketika pengamatan,
yakni terbang rendah menyusuri sepanjang aliran air dengan gerak yang cepat
sehingga sulit untuk ditangkap dan didokumentasikan melalui foto.
Gambar 16. Titik Perjumpaan Anax guttatus
51
7. Brachydiplax chalybea
Tabel 10. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Brachydiplax chalybea
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 31,538 mm, sayap depan 25-30,5 mm,
sayap belakang 24,5-29 mm, toraks
sisi lateral dan abdomen sisi ventral
berwarna cokelat, sisi dorsal toraks
dan dorsal abdomen diselimuti
serbuk pruinescent berwarna biru
keputih-putihan, abdomen segmen
7-10 hitam;
Betina dengan toraks dan abdomen
♂ © Tria Septiani Subagyo
berwarna cokelat dengan corak
Lokasi: Kolam
hitam;
Sayap transparan dengan stigma
cokelat, venasi hitam, pada pangkal
kedua pasang sayap berwarna
cokelat, antenodal di sayap depan
kurang dari sembilan.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Kolam
3. Sungai aliran keluar
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Shanti Susanti (1998: 64), Tang, H. Filum
: Arthropoda
B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M. Kelas
: Insekta
(2010: 140), dan Theischinger, G. (2009: Ordo
: Odonata
114), Odonata dengan uraian di atas Famili
: Libellulidae
adalah Brachydiplax chalybea (Brauer, Genus
: Brachydiplax
1868)
Spesies : Brachydiplax chalybea
Brachydiplax chalybea merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh kecil. Jantan memiliki ciri mirip A. aethra,
namun dapat dibedakan dari jumlah segmen yang berwarna hitam pada ujung
abdomen, yakni pada B. chalybea pada segmen 7-10, sedangkan pada A. aethra
52
pada segmen 9-10. Capung jenis ini sering dijumpai hinggap dan sesekali terbang
dengan jarak yang dekat, sering dijumpai hinggap di daun-daun eceng gondok dan
ujung ranting mati di tempat terbuka tanpa naungan seperti waduk maupun di
tempat dengan naungan seperti di lokasi kolam dan sekitar sungai aliran keluar.
Capung jenis ini dijumpai aktif ketika berawan hingga cerah.
Gambar 17. Titik Perjumpaan Brachydiplax chalybea
53
8. Brachythemis contaminata
Tabel 11. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Brachythemis contaminata
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 31 mm,
sayap depan 24-25 mm, sayap belakang
23
mm,
warna
toraks
hijau
kecokelatan, abdomen berwarna jingga
kecokelatan dengan garis cokelat di sisi
dorsal,
sayap
berwarna
jingga
kecokelatan di bagian tengah dari
pangkal hingga 2/3 sayap, stigma
jingga, venasi cokelat kemerahan;
Betina berwarna hijau kecokelatan di
♂ © Tria Septiani Subagyo
bagian toraks, cokelat pucat di bagian
Lokasi: Waduk
abdomen, sayap transparan dengan
stigma kuning tua cerah.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Shanti Susanti (1998: 65) dan Filum
: Arthropoda
Terence de Fonseka (2000: 158-159), Kelas
: Insekta
Odonata dengan uraian di atas adalah Ordo
: Odonata
Brachythemis contaminata (Fabricius, Famili
: Libellulidae
1793)
Genus
: Brachythemis
Spesies : Brachythemis contaminata
Brachythemis contaminata merupakan capung biasa yang termasuk dalam
Famili Libellulidae, mudah dikenali melalui ukuran tubuhnya yang kecil dengan
sayap berwarna jingga. Capung jenis ini senang hinggap di ujung-ujung ranting
mati ataupun ujung batang tumbuhan yang masih hidup yang tak berdaun di dekat
air yang menggenang maupun mengalir di tempat terbuka tanpa naungan pada
siang hari, jika terbang hanya terbang rendah dan dengan jarak dekat untuk
54
mencari tempat hinggap. Capung jenis ini dijumpai di kawasan waduk, sungai
aliran masuk, dan rawa pada kondisi berawan hingga cerah. Capung ini sangat
tahan berlama-lama berjemur pada kondisi cuaca cerah.
Gambar 18. Titik Perjumpaan Brachythemis contaminata
55
9. Copera marginipes
Tabel 12. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi,
dan Klasifikasi Copera marginipes
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Tubuh pradewasa berwarna putih
kecokelatan dengan tungkai putih
pada betina, cokelat cerah pada
jantan;
Jantan dewasa berwarna dominan
hitam, toraks hitam dan kuning,
ventral abdomen putih, tungkai
kuning;
Betina dengan panjang tubuh 35-37
mm, sayap depan 20-21 mm, sayap
♂ © Hening Triandika Rachman
belakang 19 mm, dewasa berwarna
Lokasi: Waduk
hitam pucat dengan tungkai cokelat;
Sayap transparan dengan venasi dan
stigma hitam.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Kolam
4. Sawah
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 130- Filum
: Arthropoda
131), Odonata dengan uraian di atas Kelas
: Insekta
adalah Copera marginipes (Rambur, Ordo
: Odonata
1842)
Famili
: Platycnemididae
Genus
: Copera
Spesies : Copera marginipes
Copera marginipes merupakan capung jarum yang termasuk dalam Famili
Platycnemididae atau disebut juga capung-hantu kaki-kuning (Wahyu Sigit Rhd.,
dkk., 2013: 130). Capung jarum ini memiliki ciri rambut-rambut halus yang
panjang dan tipis pada tungkainya yang berwarna kuning. Pada fase pradewasa,
tubuh capung jenis ini berwarna putih secara keseluruhan baik pada jantan
56
maupun betina. Capung ini dijumpai aktif pada siang hari di tempat-tempat
dengan naungan pada kondisi berawan hingga gerimis, merupakan penerbang
lemah sehingga hanya mampu terbang pada kondisi angin tenang hingga sepoisepoi. Namun, ada beberapa capung yang baru keluar dari nimfa dijumpai di
tempat terbuka dengan temperatur panas. Capung jenis ini dijumpai di kawasan
waduk, sungai aliran masuk, kolam, dan sawah, sedang hinggap di daun-daun
eceng gondok, semak, dan kangkung di dekat air di bawah naungan pepohonan,
dan individu yang dijumpai seringnya pada fase pradewasa.
Gambar 19. Titik Perjumpaan Copera marginipes
57
10. Crocothemis servilia
Tabel 13. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Crocothemis servilia
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 45-47
mm, sayap depan 33-34 mm, sayap
belakang 32-33 mm, warna tubuh
pradewasa kuning kehijauan dan
dewasa merah dengan garis hitam
di sepanjang bagian tengah dorsal
abdomen;
Betina dengan panjang tubuh 41
mm, sayap depan 32 mm, sayap
belakang 30 mm, warna tubuh
♂ © Gana Yuriko Putra
kuning hingga kecokelatan dengan
Lokasi: Waduk
garis hitam di sepanjang bagian
dorsal abdomen;
Sayap transparan dengan venasi
cokelat (jantan) dan kuning
(betina), stigma kuning pudar
dengan warna hitam di sisi luarnya.
Pangkal sayap belakang cokelat tua.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
4. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 49), Filum
: Arthropoda
Odonata dengan uraian di atas adalah Kelas
: Insekta
Crocothemis servilia (Drury, 1770)
Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Crocothemis
Spesies : Crocothemis servilia
Crocothemis servilia merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung-sambar garishitam (Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 49) karena ciri jenis ini terdapat garis hitam
58
tipis di sepanjang sisi dorsal abdomennya. Jantan berwarna merah dan betina
berwarna kuning kecokelatan pada fase dewasa, pada fase pradewasa C. servilia
memiliki warna yang sama baik jantan maupun betina, yakni berwarna kuning
kehijauan. Capung jenis ini dijumpai aktif beraktivitas pada lokasi dengan tempat
terbuka tanpa naungan, yakni di kawasan waduk, sungai aliran masuk, rawa, dan
sawah, sedangkan di lokasi dengan kanopi pohon yang rapat seperti kolam tidak
dijumpai kehadirannya. Jenis ini dijumpai pada keadaan berawan hingga cerah.
Capung ini mampu terbang ketika keadaan angin kencang dan sering dijumpai
pada keadaan temperatur udara yang panas, hinggap pada daun-daun eceng
gondok, jagung, dan padi.
Gambar 20. Titik Perjumpaan Crocothemis servilia
59
11. Diplacodes trivialis
Tabel 14. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Diplacodes trivialis
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Tubuh jantan dewasa diselimuti
pruinescent berwarna biru keabuabuan;
Subtriangle pada sayap depan
terbagi menjadi dua atau tiga sel;
Abdomen capung pradewasa hitamkuning dengan embelan putih;
Betina dengan panjang tubuh 30,4
mm, sayap depan 23,6 mm, sayap
belakang 22 mm, embelan berwarna
♀ © Tria Septiani Subagyo
putih;
Lokasi: Waduk
Sayap transparan dengan venasi
hitam, stigma berwarna abu-abu
hingga kecokelatan. Pangkal sayap
belakang berwarna kuning hingga
kecokelatan.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Theischinger, G. Filum
: Arthropoda
(2009: 123), Odonata dengan uraian di Kelas
: Insekta
atas adalah Diplacodes trivialis (Rambur, Ordo
: Odonata
1842)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Diplacodes
Spesies : Diplacodes trivialis
Diplacodes trivialis merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh kecil. Capung ini sering dijumpai hinggap di
seresah-seresah pada permukaan tanah yang terbuka tanpa naungan, sesekali
dijumpai di dekat air pada fase pradewasa. Lokasi tempat dijumpainya capung
jenis ini adalah tempat-tempat terbuka tanpa naungan di kawasan waduk dan
60
sungai aliran masuk. Dijumpai ketika kondisi cerah, kebiasaan capung jenis ini
adalah terbang dalam jarak pendek dan rendah.
Gambar 21. Titik Perjumpaan Diplacodes trivialis
61
12. Gynacantha subinterrupta
Tabel 15. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Gynacantha subinterrupta
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Ukuran tubuh besar dengan warna
didominasi cokelat dan hijau;
Jantan dengan panjang tubuh 61,8 mm
(tanpa embelan), 68,7 mm (termasuk
embelan), sayap depan 45 mm, sayap
belakang 44,2 mm, toraks sisi dorsal
berwarna hijau kebiruan, sisi lateral
berwarna hijau tua, dan sisi ventral
cokelat muda, abdomen segmen 1-2
menggembung ke arah dorso-ventral
♂ © Hening Triandika Rachman
dan lateral berwarna hitam dengan
Lokasi: Kolam
corak hijau dan biru, segmen 3
menyempit di sisi anterior, segmen 410 berbentuk silinder berwarna cokelat
dengan corak hijau kekuningan,
embelan superior berwarna cokelat
dan terdapat struktur rambut di sisi
dalamnya serta terdapat struktur
embelan inferior meruncing deperti
tombak mengarah ke anal di antara
embelan superior di segmen 10;
Sayap transparan dengan venasi hitam,
pangkal sayap berwarna cokelat
kehitaman.
Segitiga anal capung jantan berisi tiga
sel atau lebih. Stigma sempit berwarna
abu-abu kecokelatan.
Lokasi Perjumpaan
Kolam
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Terence de Fonseka Filum
: Arthropoda
(2000: 125) dan Theischinger, G. (2009: Kelas
: Insekta
70), Odonata dengan uraian di atas Ordo
: Odonata
adalah
Gynacantha
subinterrupta Famili
: Aeshnidae
(Rambur, 1842)
Genus
: Gynacantha
Spesies : Gynacantha subinterrupta
62
Gynacantha subinterrupta merupakan capung biasa yang termasuk dalam
Famili Aeshnidae dengan ukuran tubuh yang besar. Capung ini memiliki abdomen
yang ramping dengan ciri warna tubuh didominasi cokelat dan hijau dengan
embelan yang panjang dan biasanya variasi embelan ini digunakan sebagai ciri
pembeda spesies di dalam genusnya. Capung jenis ini hanya dijumpai di kawasan
kolam, yakni tempat dengan naungan kanopi pohon yang rapat. Capung ini
mampu terbang tinggi untuk meraih ranting-ranting maupun daun-daun pohon
besar untuk hinggap dan istirahat, keadaan angin yang tenang mendukung
pergerakan capung jenis ini karena kebiasaan terbangnya dengan jarak dekat.
Gambar 22. Titik Perjumpaan Gynacantha subinterrupta
63
13. Ictinogomphus decoratus
Tabel 16. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Ictinogomphus decoratus
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Ukuran besar, mata majemuk tidak
berimpit berwarna hijau keabu-abuan,
toraks berwarna hitam-hijau;
Abdomen silinder berwarna hitam
dengan bintik kuning di sisi anterodorsal, embelan hitam;
Tungkai kekar dan pendek berwarna
hitam kecokelatan;
Betina dengan panjang tubuh 65,9
mm, sayap depan 40,5 mm, sayap
♀ © Hening Triandika Rachman
belakang 38,5 mm, abdomen agak
Lokasi: Waduk
melengkung ke arah ventral dan
memiliki cuping di segmen ke 8, di
sisi ventral segmen 3 berwarna putih;
Sayap transparan atau bening
kecokelatan dengan venasi hitam.
Lokasi Perjumpaan
Waduk
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Tang, H. B., Wang, Filum
: Arthropoda
L.K., & Hämäläinen, M. (2010: 116), Kelas
: Insekta
Odonata dengan uraian di atas adalah Ordo
: Odonata
Ictinogomphus decoratus (Selys, 1854)
Famili
: Gomphidae
Genus
: Ictinogomphus
Spesies : Ictinogomphus decoratus
Ictinogomphus decoratus merupakan capung biasa yang termasuk dalam
Famili Gomphidae, disebut juga capung-tombak loreng dengan ciri badan yang
besar kekar dan mata majemuk terpisah, warna tubuh didominasi hitam dan
kuning. Capung jenis ini dijumpai di habitat waduk dengan kondisi kawasan
terbuka tanpa naungan pada keadaan cerah. Capung ini dijumpai sedang terbang
rendah mengitari sekitar kawasan waduk di sekitar eceng gondok.
64
Menurut Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 37), capung jenis ini memiliki daya
jelajah yang luas dan bersifat soliter, dan merupakan predator ganas bagi serangga
hama.
Gambar 23. Titik Perjumpaan Ictinogomphus decoratus
65
14. Ischnura senegalensis
Tabel 17. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Ischnura senegalensis
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 22 mm,
sayap depan 14 mm, sayap belakang
13 mm, mata majemuk sisi atas hitam
dan sisi bawah hijau kebiruan, toraks
berwarna hijau kebiruan dengan garis
hitam di sisi dorsal dan antero-lateral,
abdomen sisi ventral hijau pucat dan
sisi dorsal hitam di segmen 1-7 dan 910, segmen 8 biru, segmen 1, 2, 9,
dan 10 berwarna biru di sisi lateral,
♂ © Hening Triandika Rachman
sayap transparan dengan stigma sayap
Lokasi: Sungai Aliran Masuk menuju
depan berwarna hitam dan sayap
Waduk
belakang cokelat;
Betina dengan panjang tubuh 29-31
mm, sayap depan 16-17,8 mm, sayap
belakang 15-16,6 mm, mata majemuk
seperti jantan, toraks berwarna kuning
kecokelatan dengan garis hitam tebal
di sisi dorsal dan cokelat muda di sisi
antero-lateral, abdomen sisi dorsal
segmen 1-10 berwarna hitam, sisi
ventral
segmen
1-2
kuning
kecokelatan, segmen 3-6 hijau
kebiruan, dan segmen 7-10 biru,
sayap transparan dengan venasi dan
stigma cokelat.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Wahyu Sigit Rhd, Filum
: Arthropoda
dkk. (2013: 117-118), Odonata dengan Kelas
: Insekta
uraian di atas adalah Ischnura Ordo
: Odonata
senegalensis (Rambur, 1842)
Famili
: Coenagrionidae
Genus
: Ischnura
Spesies : Ischnura senegalensis
66
Ischnura senegalensis merupakan capung jarum yang termasuk dalam Famili
Coenagrionidae, disebut juga capung-jarum sawah (Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013:
116). Sesuai dengan namanya, capung ini biasanya mudah dijumpai di area
persawahan (Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 118), namun di sawah di kawasan
Rawa Jombor, capung jenis ini sulit dijumpai. Hal ini dikarenakan sistem
pertanian padi di kawasan Rawa Jombor yang selalu ditanami padi tanpa seling
atau jeda, sehingga petak-petak sawah selalu diolah untuk bercocok tanam padi
secara terus-menerus, hal ini berhubungan dengan penyemprotan insektisida yang
dilakukan oleh petani terhadap hama tanaman terus bergulir dan memberikan
dampak terhadap keberadaan capung di area persawahan terutama capung jarum
karena jenis ini bukan penerbang yang kuat sehingga tidak dapat pergi terlalu jauh
dari tempat berkembang biaknya di air. Hal yang lebih tidak menguntungkan bagi
keberadaan capung jarum di lokasi sawah ini adalah petak-petak sawah yang
ditanami padi tidak serempak usia padinya, sehingga penyemperotan insektisida
tidak dalam periode yang serempak akan sering memutus siklus hidup capung di
kawasan tersebut. Selain di kawasan sawah, I. senegalensis juga dijumpai di
kawasan waduk dan sungai aliran masuk. Capung jenis ini dijumpai hinggap di
daun-daun eceng gondok dan ujung ranting mati di sekitar ceruk-ceruk yang ada
di waduk. Di kawasan sungai aliran masuk, capung jenis ini dijumpai pada bagian
sungai yang tergenang di dekat pintu air sungai aliran masuk. Ischnura
senegalensis dapat dijumpai di tempat terbuka tanpa naungan maupun tempat
dengan naungan ketika berawan hingga cerah, capung jarum jenis ini termasuk
penerbang lemah sehingga aktif terbang pada kondisi angin yang tenang.
67
Menurut Tang, H. B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M. (2010: 69), capung
jenis ini tidak terlalu sensitif dengan gangguan di habitat terbuka seperti kolam
dan sawah dengan aliran air tenang.
Gambar 24. Titik Perjumpaan Ischnura senegalensis
68
15. Lathrecista asiatica
Tabel 18. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Lathrecista asiatica
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 43-44
mm, sayap depan 33-34 mm, sayap
belakang 32-33 mm, toraks hijau
pucat kekuningan dengan garisgaris hitam saat dewasa tertutup
pruinescent berwarna abu-abu
termasuk abdomen segmen 1-2
yang berwarna kuning kehijauan di
bagian lateralnya, abdomen segmen
3-8 berwarna merah hingga merah
♂ © Hening Triandika Rachman
tua, segmen 9-10 hitam dengan
Lokasi: Kolam
embelan hitam;
Betina dengan panjang tubuh 41
mm, sayap depan 34 mm, sayap
belakang 32,5 mm, abdomen
berwarna kecokelatan dengan garis
kuning kehijauan di tengah dorsal
segmen 1-8, embelan hitam;
Sayap transparan dengan venasi dan
stigma hitam. Distal antenodal tidak
lengkap, 15-17 antenodal pada
sayap depan. Ujung-ujung sayap
dekat ujung stigma berwarna
cokelat.
Lokasi Perjumpaan
1. Kolam
2. Sungai aliran keluar
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Terence de Fonseka Filum
: Arthropoda
(2000: 148-149) dan Theischinger, G. Kelas
: Insekta
(2009: 122 & 144), Odonata dengan Ordo
: Odonata
uraian di atas adalah Lathrecista asiatica Famili
: Libellulidae
(Fabricius, 1798)
Genus
: Lathrecista
Spesies : Lathrecista asiatica
69
Lathrecista asiatica merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh termasuk sedang, memiliki ciri yang mirip
dengan A. insignis. Ciri pembeda di antara jantan kedua jenis ini adalah pada pola
warna hitam pada ujung abdomen, jika pada L. asiatica segmen yang berwarna
hitam adalah 9-10, maka pada A. insignis segmen yang berwarna hitam adalah
segmen 8-10. Selain itu, jika dilihat dari sisi lateral, abdomen A. insignis tampak
menyempit di bagian tengah, sedangkan L. asiatica tampak lurus dari pangkal
hingga ujung. Lathrecista asiatica dijumpai di kawasan kolam dan sungai aliran
keluar dengan tempat yang tertutup naungan pohon dengan kanopi rapat, sedang
hinggap beristirahat di balik daun-daun atau di ranting pohon yang agak tinggi.
Capung jenis ini dijumpai di dekat air tergenang ketika berawan. Capung ini
biasanya tidak kuat berlama-lama terpapar sinar matahari langsung, sehingga
hanya ditemukan di lokasi yang memiliki kanopi pohon yang rapat.
Gambar 25. Titik Perjumpaan Lathrecista asiatica
70
16. Libellago lineata
Tabel 19. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Libellago lineata
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan berwarna hijau dan hitam di
bagian toraks, abdomen segmen 1-4
berwarna kuning tua, segmen 5-8
kuning dan hitam, segmen 9-10
hitam;
Betina dengan panjang abdomen 13
mm, sayap depan 19,4 mm, sayap
belakang 19,3 mm, warna toraks
hijau kecokelatan dengan garisgaris hitam, abdomen cokelat muda
♂ © Ahmad Arifandy Hidayat
dengan garis-garis hitam di sisi
Lokasi: Sawah
dorsal dan lateral, di kedua sisi
samping segmen 8-10 terdapat
cuping yang melebar;
Sayap lebih panjang daripada
abdomen, transparan dengan venasi
sayap jantan berwarna hitam
terkadang cokelat kemerahan di
dekat pangkal dan stigma hitam,
venasi sayap betina cokelat dengan
stigma cokelat.
Lokasi Perjumpaan
Sawah
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Wahyu Sigit Rhd, Filum
: Arthropoda
dkk. (2013: 102-103), Odonata dengan Kelas
: Insekta
uraian di atas adalah Libellago lineata Ordo
: Odonata
(Burmeister, 1839)
Famili
: Chlorocyphidae
Genus
: Libellago
Spesies : Libellago lineata
Libellago lineata merupakan capung jarum yang termasuk dalam Famili
Chlorocyphidae, capung ini disebut juga capung–batu kuning (Wahyu Sigit Rhd.,
dkk., 2013: 102) dengan ciri sayap lebih panjang dari abdomen. Capung ini dapat
71
dijumpai di sekitar aliran air yang jernih dan terdapat banyak vegetasi yang
tumbuh menaungi sekitar alirannya. Di kawasan Rawa Jombor, capung jenis ini
dijumpai di kawasan sawah, namun bukan tepat di petak-petak sawah, tetapi di
aliran irigasi di tepi sawah. Aliran ini memiliki air yang jernih dan terdapat
pohon-pohon dengan kanopi besar dan semak-semak di sepanjang tepinya.
Capung jenis ini dijumpai di tempat dengan naungan pohon di sepanjang aliran air
di tepi sawah, hinggap pada ranting-ranting mati dan semak yang ada di sepanjang
aliran air ketika kondisi berawan. Capung jenis ini memiliki kebiasaan tidak tahan
berlama-lama di bawah terik matahari, sehingga senang beristirahat di tempattempat sejuk seperti di bawah kanopi pohon. Capung ini mampu terbang cepat
dengan jarak tinggi menuju ke dahan-dahan pohon ketika terusik.
Gambar 26. Titik Perjumpaan Libellago lineata
72
17. Neurothemis terminata
Tabel 20. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Neurothemis terminata
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 39-42
mm, sayap depan 29-30,8 mm,
sayap belakang 29-30 mm, tubuh
dan ¾ dari kedua pasang sayapnya
didominasi warna merah hati, mata
majemuk sisi atas berwarna cokelat
dan sisi bawah berwarna hijau,
frons merah, toraks berwarna
cokelat
kemerahan,
abdomen
berwarna merah hati dengan pola
♂ © Hening Triandika Rachman
hitam pada sisi dorsal dan lateral
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk yang semakin menebal ke arah
posterior, segmen 10 hitam dengan
embelan putih gading, sayap
berwarna merah hati dari pangkal
sampai ¾ sayap atau mencapai
pertengahan stigma dan selebihnya
transparan, stigma berwarna merah.
Lokasi Perjumpaan
1. Rawa
2. Kolam
3. Sungai aliran keluar
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Shanti Susanti (1998: 54 & 68), Filum
: Arthropoda
Odonata dengan uraian di atas adalah Kelas
: Insekta
Neurothemis terminata (Ris, 1911)
Ordo
: Odonata
Famili
: Libellulidae
Genus
: Neurothemis
Spesies : Neurothemis terminata
Neurothemis terminata merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, memiliki ciri tubuh yang dominan
berwarna merah hati. Sayap jantan capung jenis ini memiliki warna merah hati
hingga merah kecokelatan dari pangkal hingga dekat ujung sayap, tidak seperti
73
kebanyakan jenis lain dari Famili Libellulidae yang ditemukan di kawasan Rawa
Jombor yang memiliki sayap transparan. Capung jenis ini dijumpai di kawasan
rawa, kolam, dan sungai aliran keluar, di tempat dengan naungan maupun tanpa
naungan, lebih sering dijumpai di tempat tanpa naungan, dijumpai ketika kondisi
cerah. Capung jenis ini sering dijumpai terbang rendah di antara rumput-rumput
teki ataupun daun-daun eceng gondok. Tetapi, ketika terusik capung ini mampu
terbang dengan jarak yang tinggi dan jauh dalam gerakan yang cepat.
Gambar 27. Titik Perjumpaan Neurothemis terminata
74
18. Orthetrum sabina
Tabel 21. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Orthetrum sabina
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Toraks berwarna hijau kekuningan
dengan garis-garis hitam, abdomen
segmen 1-3 menggembung secara
dorso-ventral dan lateral dan
berwarna kuning kehijauan dengan
garis-garis hitam, segmen 4-6
berbentuk silinder tipis berwarna
hitam dan di bagian lateral
tengahnya putih, segmen 7-9
melebar secara dorso-ventral dan
♂ © Tria Septiani Subagyo
berwarna hitam, segmen 10 sangat
Lokasi: Rawa
kecil berwarna hitam dan embelan
berwarna putih;
Sayap transparan dengan venasi
hitam kecokelatan dan stigma
cokelat, pada pangkal sayap
belakang
berwarna
kuning
kecokelatan;
Jantan dengan panjang tubuh 4952,8 mm, sayap depan 34-36 mm,
sayap belakang 33-35,3 mm, jarak
antar embelan rapat.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
4. Sungai aliran keluar
5. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Terence de Fonseka Filum
: Arthropoda
(2000: 154) dan Wahyu Sigit Rhd, dkk. Kelas
: Insekta
(2013: 70-71), Odonata dengan uraian di Ordo
: Odonata
atas adalah Orthetrum sabina (Drury, Famili
: Libellulidae
1770)
Genus
: Orthetrum
Spesies : Orthetrum sabina
75
Orthetrum sabina merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung-sambar hijau
(Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 70) karena cirinya yang memiliki warna tubuh
didominasi hijau dengan garis-garis hitam. Capung jantan dan betina dari jenis ini
memiliki ciri yang sangat mirip pada fase pradewasa maupun dewasa. Capung ini
sangat ganas sebagai predator, sering dijumpai sedang memangsa serangga lain
seperti belalang dan lalat, maupun capung dari jenisnya sendiri. Capung jenis ini
dapat dijumpai di banyak tempat, hampir di semua lokasi dapat dijumpai kecuali
lokasi kolam. Dijumpai ketika keadaan mendung hingga cerah. Di kawasan
waduk, sungai aliran masuk, rawa, sungai aliran keluar, dan sawah dapat dijumpai
capung dari jenis ini baik di tempat terbuka tanpa naungan maupun di tempat
dengan naungan, tetapi tidak dijumpai pada lokasi dengan kanopi rapat seperti di
sekitar kolam.
Gambar 28. Titik Perjumpaan Orthetrum sabina
76
19. Orthetrum testaceum
Tabel 22. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Orthetrum testaceum
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 49,5
mm, sayap depan 38 mm, sayap
belakang 36,3 mm, mata majemuk
berwarna cokelat pudar keabuabuan, toraks berwarna jingga
kecokelatan, abdomen dan embelan
berwarna merah terang, sayap
transparan dengan venasi dan
stigma hitam dengan berkas cokelat
di bagian ujung-ujung sayap dan
♂ © Tria Septiani Subagyo
tepi sayap di sisi anal. Pangkal
Lokasi: Sungai Aliran Masuk menuju
sayap belakang berwarna jingga
Waduk
kecokelatan.
Lokasi Perjumpaan
Sungai aliran masuk
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Tang, H. B., Wang, Filum
: Arthropoda
L.K., & Hämäläinen, M. (2010: 179), Kelas
: Insekta
Odonata dengan uraian di atas adalah Ordo
: Odonata
Orthetrum testaceum (Burmeister, 1839) Famili
: Libellulidae
Genus
: Orthetrum
Spesies : Orthetrum testaceum
Orthetrum testaceum merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang. Capung jenis ini dapat dijumpai di
lokasi terbuka dengan naungan maupun tanpa naungan pada keadaan cerah di
kawasan sungai aliran keluar. Capung ini memiliki ciri abdomen berwarna merah
terang dengan toraks berwarna jingga kecokelatan, dan sayap transparan. Ukuran
tubuh yang sedang mendukung kemampuan terbangnya, ketika dijumpai capung
ini aktif terbang tinggi, hanya sesekali hinggap di ranting mati.
77
Gambar 29. Titik Perjumpaan Orthetrum testaceum
78
20. Pantala flavescens
Tabel 23. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Pantala flavescens
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Abdomen
berwarna
cokelat
kekuningan atau jingga kemerahan,
di sisi dorsal segmen 4-10 terdapat
bercak hitam yang melebar dan
menebal di segmen 8-9, embelan
hitam dengan pangkal berwarna
kuning;
Jantan dengan panjang tubuh 42-46
mm, sayap depan 40-41 mm, sayap
belakang 38-39 mm;
♀ © Tria Septiani Subagyo
Betina dengan panjang tubuh 50,5Lokasi: Sungai Aliran Masuk menuju
53 mm, sayap depan 42-44,7 mm,
Waduk
sayap belakang 39-42,7 mm;
Sayap belakang melebar, transparan
dengan venasi cokelat dan stigma
jingga kecokelatan, pada ujungujung sayap terdapat bercak
berwarna cokelat gelap melebihi
posisi stigma, di pangkal sayap
belakang terdapat corak putih kecil
di dekat pola kuning ke arah anal.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
4. Sungai aliran keluar
5. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Theischinger, G. Filum
: Arthropoda
(2009: 124), Odonata dengan uraian di Kelas
: Insekta
atas
adalah
Pantala
flavescens Ordo
: Odonata
(Fabricius, 1798)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Pantala
Spesies : Pantala flavescens
79
Pantala flavescens merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung kembara. Capung
jenis ini memiliki kemampuan terbang yang kuat, didukung dengan morfologi
sayap belakang yang lebar, sering dijumpai terbang berkelompok di tempattempat yang luas terbuka, ketika pengamatan teramati mulai hinggap untuk
istirahat ketika menuju tengah hari pada kondisi cerah. Capung ini dijumpai
hampir di semua lokasi, yakni di kawasan waduk, sungai aliran masuk, rawa,
sungai aliran keluar, dan sawah, hanya di kawasan kolam tidak dijumpai capung
jenis ini karena di sekitar kolam merupakan tempat dengan pohon-pohon besar
berkanopi rapat, hanya di bagian tengah kolam yang tidak tertutup kanopi pohon,
sehingga kurang mendukung bagi kebiasaan capung jenis ini untuk terbang secara
berkelompok di sekitar kawasan kolam.
Gambar 30. Titik Perjumpaan Pantala flavescens
80
marcha conggener
21. Potam
Tabel 24. Gambar Sppesimen, Cirri Morfolog
gi, Lokasi Peerjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Potamarchha congenerr
Gambar Spesimen
Ciri Morfoologi
S
Abdomen segmen 1-7 memilliki
garis berwarna kuningg si sepanjaang
gan
sisi dorsal, sayap transsparan deng
venasi daan stigma hitam, paada
ujung-ujunng sayap teerdapat berccak
berwarna cokelat;
c
Jantan denngan panjangg tubuh 46--48
mm, sayapp depan 35 mm, say
yap
belakang 32,5-34
3
mm
m, toraks hijjau
pucat-kekuuningan deengan garris♀ © Tria Septiani Suubagyo
garis hitam
m, abdomenn segmen 1-8
Lokasi: Suungai Alirann Masuk meenuju
berwarna kuning
k
tua di sisi laterral,
Waduk
selebihnya hitam, toraks dan
d
abdomen tertutupi pruinesccent
berwarna biru keabbu-abuan saat
s
dewasa, abdomen segmen 1-3
tertutupi prruinescent ddi seluruh sisi,
s
sedangkan 4-10 haanya di sisi
s
ventral, em
mbelan hitam
m;
Betina denngan panjang tubuh 44--46
mm, sayapp depan 36,5 mm, say
yap
belakang 36 mm, warna tub
buh
mirip denggan jantan m
muda, terdaapat
cuping berwarna
b
hitam yaang
melebar di segmen 8.
Lokasi Peerjumpaan
1. Sungai aliran masuuk
2. Rawa
3. Sungai aliran keluaar
4. Sawah
*tempat teerbuka denggan naungann dan tanpa naungan
Identifikaasi
Klasifikasii
Berdasarkkan deskrripsi yangg yang Kingdom : Animalia
dikemukakkan oleh Terence
T
de Fonseka Filum
: Arthropodda
(2000: 156-157), Odonata dengaan uraian Kelas
: Insekta
di atas adalah
a
Pottamarcha congener Ordo
: Odonata
(Rambur, 1842)
Famili
: Libelluliddae
Genus
: Potamarccha
Spesies : Potamarccha congeneer
81
Potamarcha congener merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang. Capung jenis ini dijumpai di tempat
terbuka, baik tanpa naungan maupun dengan naungan, senang hinggap di ujungujung ranting mati baik di tempat yang rendah maupun di tempat yang agak
tinggi. Di kawasan aliran sungai, capung ini sering dijumpai terbang menyusuri
aliran sungai dan hinggap di ranting-ranting mati yang ada di tepi-tepi sungai.
Capung ini lebih mudah dijumpai aktif terbang di dekat air ketika hari cerah. Di
kawasan Rawa Jombor, capung jenis ini dapat dijumpai di kawasan sungai aliran
masuk, rawa, sungai aliran keluar, dan sawah.
Gambar 31. Titik Perjumpaan Potamarcha congener
82
22. Pseudagrion microcephalum
Tabel 25. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Pseudagrion microcephalum
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 33,5-35
mm, sayap depan 13-19 mm, sayap
belakang 12-18 mm, toraks berwarna biru
dan terdapat garis hitam tipis di sisi
dorsal dan antero-lateral, mata majemuk
bagian atas berwarna biru tua kehitaman
dan bagian bawah biru muda dengan titik
hitam di bagian tengah, abdomen bagian
dorsal hitam dan bagian ventral biru di
segmen 2-7, segmen 1 dan 8-10 berwarna
♂ © Tria Septiani Subagyo
biru dengan bercak hitam di sisi dorsal
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari
segmen 10, embelan superior lebih
Waduk
panjang daripada inferior dan berbentuk
V berwarna hitam;
Betina berwarna lebih pucat daripada
jantan, toraks berwarna hijau kebiruan
dengan garis hitam di sisi dorsal, garis
cokelat di sisi antero-lateral, abdomen
berwarna hitam di sisi dorsal, berwarna
hijau pucat kebiruan di sisi lateral hingga
ventral;
Sayap transparan dengan venasi hitam
dan stigma cokelat tua.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran keluar
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Theischinger, G. Filum
: Arthropoda
(2009: 60) dan Wahyu Sigit Rhd, dkk. Kelas
: Insekta
(2013: 120-121), Odonata dengan uraian Ordo
: Odonata
di
atas
adalah
Pseudagrion Famili
: Coenagrionidae
microcephalum (Rambur, 1842)
Genus
: Pseudagrion
Spesies : Pseudagrion microcephalum
Pseudagrion microcephalum merupakan capung jarum yang termasuk dalam
Famili Coenagrionidae, disebut juga capung-jarum kepala-kecil (Wahyu Sigit
83
Rhd., dkk., 2013: 120). Tubuh capung jenis ini didominasi oleh warna biru dan
hitam, terutama pada jantan. Capung ini dijumpai di kawasan waduk dan sungai
aliran keluar, hinggap di daun-daun rumput atau daun dan batang tanaman air,
dapat dijumpai ketika gerimis hingga cerah. Capung jarum ini bukan penerbang
kuat, sehingga dijumpai tidak jauh dari air.
Gambar 32. Titik Perjumpaan Pseudagrion microcephalum
84
23. Pseudagrion rubriceps
Tabel 26. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Pseudagrion rubriceps
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 37-38
mm, sayap depan 18,5-20 mm,
sayap belakang 17,5-18 mm, frons
dan sebagian mata majemuk
berwarna jingga, toraks berwarna
biru dan metalik jingga kehijauan di
sisi dorsal, terdapat garis hitam di
sisi dorsal dan antero-lateral toraks,
abdomen segmen 2-7 berwarna
hitam di sisi dorsal dan biru di sisi
♂ © Hening Triandika Rachman
ventral, segmen 1 dan 8-10 biru
Lokasi: Sungai Aliran Masuk menuju
dengan bercak hitam di ujung
segmen 8-9 di sisi dorsal;
Waduk
Betina dengan panjang tubuh 30,7
mm, sayap depan 16,5 mm, sayap
belakang 15,5 mm, mata majemuk
sisi atas cokelat dan hijau
kekuningan di sisi bawah, warna
toraks hijau pucat dengan garis
hitam tebal di sisi dorsal dan
cokelat di sisi antero-lateral,
abdomen segmen 1 berwarna hijau
pucat, segmen 2-10 berwarna hitam
di sisi dorsal, hijau pucat di sisi
lateral dan kebiruan di sisi ventral;
Sayap transparan dengan venasi dan
stigma cokelat.
Lokasi Perjumpaan
1. Sungai aliran masuk
2. Rawa
* tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Wahyu Sigit Rhd, Filum
: Arthropoda
dkk. (2013: 126-127), Odonata dengan Kelas
: Insekta
uraian di atas adalah Pseudagrion Ordo
: Odonata
rubriceps (Selys, 1876)
Famili
: Coenagrionidae
Genus
: Pseudagrion
Spesies : Pseudagrion rubriceps
85
Pseudagrion rubriceps merupakan capung jarum yang termasuk dalam Famili
Coenagrionidae, disebut juga capung-jarum metalik (Wahyu Sigit Rhd., dkk.,
2013: 126), memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada P. microcephalum.
Capung jenis ini memiliki ciri mata majemuk yang berwarna jingga kehijauan dan
bagian toraks sisi dorsal yang bercorak metalik. Capung ini dapat dijumpai di
tempat-tempat dengan air tergenang maupun mengalir di sekitar kawasan sungai
aliran masuk dan rawa. Teramati ketika sedang kopulasi di sekitar air yang tenang
di sungai aliran masuk, telur-telur diselipkan oleh capung betina pada batang
tumbuhan air yang terendam air, sehingga separuh abdomen betina dicelupkan ke
dalam air, sedangkan jantan berada di dekat tempat meletakkan telur, hinggap
pada daun tumbuhan air. Capung jenis ini dapat dijumpai aktif ketika berawan
hingga cerah pada tempat dengan naungan maupun tempat terbuka tanpa naungan.
Pseudagrion rubriceps bukan penerbang kuat, sehingga lebih sering dijumpai di
dekat air, tetapi jenis ini mampu terbang cepat ketika terusik. Capung jantan lebih
sering dijumpai hinggap di tumbuhan-tumbuhan air, sedangkan betina sering
teramati hinggap pada semak-semak di tepi sungai.
Menurut Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 127), capung jenis ini aktif terbang
ketika pagi dan siang hari, hinggap di daun atau tanaman air, dan biasanya
melakukan kopulasi ketika siang hari. Hal ini juga teramati ketika pengamatan,
jenis ini dijumpai sedang melakukan kopulasi di bagian air menggenang, di
sekitar tanaman-tanaman air.
86
Gambar 33. Titik Perjumpaan Pseudagrion rubriceps
87
24. Rhodothemis rufa
Tabel 27. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Rhodothemis rufa
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Antenodal crossveins berjumlah
lebih dari sembilan, mata majemuk
berdekatan namun tidak rapat;
Jantan dengan panjang tubuh 44,8
mm, sayap depan 35 mm, sayap
belakang 34 mm, frons berwarna
merah, mata majemuk dan toraks
berwarna
merah
kecokelatan,
abdomen merah tanpa bercak hitam
dan embelan merah, terdapat garis
♂ © Tria Septiani Subagyo
merah sepanjang dorsal toraks dari
Lokasi: Kolam
dekat mata majemuk hingga
pangkal abdomen bercorak metalik;
Sayap transparan dengan venasi
cokelat dan stigma cokelat pudar, di
pangkal sayap belakang terdapat
bercak berwarna cokelat terang.
Lokasi Perjumpaan
Kolam
*tempat terbuka tanpa naungan dan dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Wahyu Sigit Rhd, Filum
: Arthropoda
dkk. (2013: 78-79), Odonata dengan Kelas
: Insekta
uraian di atas adalah Rhodothemis rufa Ordo
: Odonata
(Rambur, 1842)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Rhodothemis
Spesies : Rhodothemis rufa
Rhodothemis rufa merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung-merah punggungmetalik (Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 78). Jantan jenis ini memiliki tubuh
berwarna dominan merah dengan sayap transparan, mirip dengan O. testaceum,
tetapi dibedakan dengan ciri pada R. rufa terdapat garis metalik pada bagian
88
dorsal toraks hingga pangkal abdomen. Capung jenis ini hanya dijumpai di
kawasan kolam di tempat yang terbuka tanpa naungan maupun di tempat dengan
naungan kanopi pohon, hinggap pada daun-daun eceng gondok yang tumbuh di
tengah kolam. Capung ini dijumpai ketika berawan, terbang rendah berpindah dari
daun satu ke daun eceng gondok lainnya, sangat mudah terusik dengan gerakangerakan di sekitarnya.
Gambar 34. Titik Perjumpaan Rhodothemis rufa
89
25. Tholymis tillarga
Tabel 28. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Tholymis tillarga
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Jantan dengan panjang tubuh 44-47
mm, sayap depan 33-34 mm, sayap
belakang 33,5-34,5 mm, mata
majemuk sisi atas berwarna merah
dan sisi bawah berwarna hijau
dengan titik hitam di tengahnya,
toraks dan abdomen berwarna
jingga kemerahan hingga jingga
kecokelatan, ciri utama adalah di
bagian sayap belakang terdapat
♂ © Tria Septiani Subagyo
bercak berwarna cokelat dari
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari
pangkal hingga ¼ bagian sayap dan
berwarna putih di ujung bercak
Waduk
cokelat tersebut serta bercak cokelat
tipis di pangkal sayap depan;
Betina dengan panjang tubuh 4243,5 mm, sayap depan 33-34 mm,
sayap belakang 33,5-34,8 mm,
warna tubuh cokelat kekuningan,
sayap memiliki bercak seperti pada
jantan, tetapi tidak ada bercak putih
di ujungnya, embelan berwarna
hitam di bagian ujung;
Sayap dengan venasi hitam dan
stigma cokelat.
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Kolam
4. Sungai aliran keluar
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan
deskripsi
yang Kingdom : Animalia
dikemukakan oleh Theischinger, G. Filum
: Arthropoda
(2009: 121) dan Wahyu Sigit Rhd, dkk. Kelas
: Insekta
(2013: 81-83), Odonata dengan uraian di Ordo
: Odonata
atas adalah Tholymis tillarga (Fabricius, Famili
: Libellulidae
1798)
Genus
: Tholymis
Spesies : Tholymis tillarga
90
Tholymis tillarga merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung-sambar senja
(Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 81). Capung ini dijumpai sedang hinggap
beristirahat di daun-daun pohon di dekat sumber air, seperti di kawasan sungai
aliran masuk, kolam, dan sungai aliran keluar. Dijumpai satu kali hinggap di
tumbuhan air di waduk yang terbuka karena capung tersebut baru keluar dari
nimfa. Capung jenis ini sering dapat dijumpai di tempat-tempat dengan naungan
yang rapat pada kondisi gerimis hingga berawan.
Gambar 35. Titik Perjumpaan Tholymis tillarga
91
26. Urothemis signata
Tabel 29. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Urothemis signata
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Sisi dorsal abdomen memiliki pola
hitam yang menebal di segmen 8-9;
Jantan dengan panjang tubuh 43-46,
sayap depan 33-38 mm, sayap
belakang 31-36 mm, mata majemuk
bagian atas merah gelap dan bagian
bawah cokelat gelap, toraks dan
abdomen berwarna merah kecokelatan
atau merah terang, embelan merah;
Betina dengan panjang tubuh 42,3-45
mm, sayap depan 35-36,4 mm, sayap
belakang 32-34,9 mm, mata majemuk
bagian
atas
berwarna
merah
kecokelatan dan bagian bawah abuabu, toraks dan abdomen berwarna
jingga kemerahan;
Sayap transparan dengan venasi merah
dan stigma cokelat gelap, di pangkal
sayap belakang berwarna cokelat
hingga
kehitaman.
Antenodal
crossveins berjumlah kurang dari
sembilan.
♂ © Tria Septiani Subagyo
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk
Lokasi Perjumpaan
1. Waduk
2. Sungai aliran masuk
3. Rawa
4. Sungai aliran keluar
5. Sawah
*tempat terbuka tanpa naungan
Identifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan
oleh Theischinger, G. (2009: 116) dan
Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 90-91),
Odonata dengan uraian di atas adalah
Urothemis signata (Rambur, 1842)
Klasifikasi
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Arthropoda
: Insekta
: Odonata
: Libellulidae
: Urothemis
: Urothemis signata
Urothemis signata merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang, disebut juga capung-jemur bercakhitam (Wahyu Sigit Rhd., dkk., 2013: 90) karena kebiasaannya pada hari yang
92
terik sering ditemukan hinggap di ujung-ujung tertinggi bagian tumbuhan seperti
daun eceng gondok, ujung bunga jantan tanaman jagung, dan ujung-ujung ranting
tumbuhan atau pohon yang tidak berdaun di tempat-tempat terbuka. Ciri utama
dari jenis ini adalah bercak hitam yang terdapat pada ujung abdomennya. Tubuh
jantan dewasa umumnya berwarna merah dengan toraks gelap dan betina
memiliki warna kuning hingga jingga kemerahan. Capung jenis ini banyak
dijumpai aktif di tempat terbuka tanpa naungan terbang di atas tanaman air dan
semak-semak ketika berawan hingga cerah. Urothemis signata merupakan capung
yang paling sering dijumpai di berbagai lokasi, kecuali di kawasan kolam tidak
dijumpai satu pun dari jenis ini karena kawasan kolam merupakan lokasi dengan
kanopi pohon yang rapat kurang sesuai bagi kebiasaan U. signata yang aktif pada
tempat terbuka tanpa naungan.
Gambar 36. Titik Perjumpaan Urothemis signata
93
27. Zyxomma obtusum
Tabel 30. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Zyxomma obtusum
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Tubuh jantan berwarna putih dan
betina berwarna cokelat, pada
abdomen segmen ke 4 sedikit
menyempit di bagian anterior,
segmen 1-3 menggembung secara
dorso-ventral dan lateral;
Jantan dengan panjang tubuh 49,2
mm, sayap depan 37,5 mm, sayap
belakang 37 mm, sayap berwarna
putih dari pangkal sampai batas
♂ © Hening Triandika Rachman
stigma dan sisanya sampai ujung
Lokasi: Sungai Aliran Keluar dari Waduk sayap berwarna cokelat tua;
Betina dengan panjang tubuh 47,8
mm, sayap depan 36,4 mm, sayap
belakang 36 mm, sayap transparan
dengan ujung berwarna cokelat
sperti jantan;
Venasi sayap hitam dengan stigma
cokelat.
Lokasi Perjumpaan
1. Kolam
2. Sungai aliran keluar
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013: 93- Filum
: Arthropoda
94), Odonata dengan uraian di atas Kelas
: Insekta
adalah Zyxomma obtusum (Albarda, Ordo
: Odonata
1881)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Zyxomma
Spesies : Zyxomma obtusum
Zyxomma obtusum merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh termasuk sedang, disebut juga capung-sambar
putih. Ciri utama capung jantan dari jenis ini adalah tubuh dan sayapnya
didominasi warna putih, sedangkan tubuh betina berwarna cokelat dengan sayap
94
transparan. Capung jenis ini dijumpai di tempat dengan naungan sedang
beristirahat hinggap di ranting-ranting maupun di balik daun-daun pohon yang
rindang. Capung ini tidak terlalu kuat terhadap paparan sinar matahari dengan
intensitas tinggi, sehingga pada siang hari hanya dijumpai sedang hinggap
beristirahat di tempat dengan naungan kanopi-kanopi pohon besar. Capung jenis
ini dijumpai ketika cuaca berawan pada kawasan kolam dan kawasan sungai aliran
keluar di dekat sumber air yang menggenang.
Gambar 37. Titik Perjumpaan Zyxomma obtusum
95
28. Zyxomma petiolatum
Tabel 31. Gambar Spesimen, Ciri Morfologi, Lokasi Perjumpaan, Identifikasi, dan
Klasifikasi Zyxomma petiolatum
Gambar Spesimen
Ciri Morfologi
Betina dengan panjang tubuh 49
mm, sayap depan 31,6 mm, sayap
belakang 32 mm, mata majemuk
berwarna hijau di bagian atas dan
abu-abu di bagian bawah, warna
tubuh dan tungkai cokelat, bentuk
abdomen sangat ramping, segmen
1-3 menggembung ke arah dorsoventral dan lateral, tetapi lebih
condong ke arah ventral, sisi lateral
♀ © Hening Triandika Rachman
segmen 4 menyempit lalu segmen
Lokasi: Kolam
5-7 melebar kemudian menyempit
kembali di segmen 8-10;
Sayap transparan dengan venasi
hitam dan stigma cokelat, pangkal
sayap berwarna cokelat.
Lokasi Perjumpaan
Kolam
*tempat dengan naungan
Identifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan Kingdom : Animalia
oleh Tang, H. B., Wang, L.K., & Filum
: Arthropoda
Hämäläinen, M. (2010: 206), Odonata Kelas
: Insekta
dengan uraian di atas adalah Zyxomma Ordo
: Odonata
petiolatum (Rambur, 1842)
Famili
: Libellulidae
Genus
: Zyxomma
Spesies : Zyxomma petiolatum
Zyxomma petiolatum merupakan capung biasa yang termasuk dalam Famili
Libellulidae dengan ukuran tubuh sedang. Ketika pengamatan hanya individu
betina yang dijumpai di kolam. Capung jenis ini memiliki ciri tubuh yang mirip
dengan Z. obtusum, tetapi pemanjangan abdomen Z. petiolatum lebih ramping.
Selain ciri tubuh, karakter tempat dijumpainya capung jenis ini pun sama dengan
96
Z. obtusum, yakni dijumpai sedang beristirahat hinggap di tempat dengan naungan
berkanopi rapat.
Gambar 38. Titik Perjumpaan Zyxomma petiolatum
Berdasarkan jenis-jenis di atas diketahui ada enam famili capung yang
dijumpai. Famili yang termasuk capung jarum antara lain Chlorocyphidae,
Coenagrionidae, dan Paltycnemididae, famili yang termasuk capung biasa antara
lain Aeshnidae, Gomphidae, dan Libellulidae. Di lokasi pengamatan kawasan
waduk dijumpai 15 jenis, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk dijumpai
14 jenis, kawasan rawa dijumpai 12 jenis, kawasan kolam dijumpai 11 jenis,
kawasan sungai aliran keluar dari waduk dijumpai 16 jenis, dan kawasan sawah
dijumpai 10 jenis. Famili Chlorocyphidae, Platycnemididae, Aeshnidae, dan
97
Gomphidae, adalah yang paling sedikit dijumpai jenisnya, hanya satu atau dua
jenis saja dari masing-masing famili dan hanya dijumpai pada satu lokasi
pengamatan, kecuali Famili Platycnemididae, yakni C. marginipes yang dijumpai
di empat lokasi dari enam lokasi yang diamati. Sedangkan Famili Coenagrinodae
dan Libellulidae dijumpai dengan jenis paling banyak dan dijumpai di berbagai
lokasi pengamatan.
C. Tingkat Keanekaragaman Jenis Capung di Kawasan Rawa Jombor
Tabel 32. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Capung pada Berbagai Lokasi
Pengamatan di Kawasan Rawa Jombor dan Nilai Indeks
Keanekaragaman Jenis Capung Kawasan Rawa Jombor
No.
Lokasi Pengamatan
H’
Keterangan
1 Kawasan Waduk
1,64
Sedang
2 Kawasan Sungai Aliran Masuk Menuju Waduk
1,77
Sedang
3 Kawasan Rawa
2,23
Sedang
4 Kawasan Kolam
2,00
Sedang
5 Kawasan Sungai Aliran Keluar dari Waduk
2,09
Sedang
6 Kawasan Sawah
1,73
Sedang
Keanekaragaman Capung Kawasan Rawa Jombor
2,57
Sedang
Sumber: Analisis Data Primer (2016)
Nilai indeks keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor sebesar
2,57 termasuk kategori sedang dan nilai indeks keanekaragaman jenis capung di
enam lokasi pengamatan masing-masing, yakni kawasan waduk 1,64, kawasan
sungai aliran masuk menuju waduk 1,77, kawasan rawa 2,23, kawasan kolam
2,00, kawasan sungai aliran keluar dari waduk 2,09, dan kawasan sawah 1,73.
Seluruh kawasan lokasi pengamatan memiliki tingkat keanekaragaman jenis
capung sedang. Pada enam lokasi pengamatan, nilai keanekaragaman jenis capung
tertinggi ≥ 2 adalah di kawasan rawa, diikuti oleh kawasan sungai aliran keluar,
dan kawasan kolam, ketiga kawasan ini merupakan kawasan yang tidak banyak
98
aktivitas manusia yang dapat mengganggu aktivitas capung di kawasan tersebut,
sedangkan kawasan waduk, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk, dan
kawasan sawah memiliki nilai keanekaragaman jenis capung yang lebih rendah <
2 dibandingkan dengan kawasan lainnya. Ketiga kawasan yang memiliki nilai
keanekaragaman capung lebih rendah berbatasan langsung dengan atau
merupakan lahan pertanian, yakni sawah dan lahan jagung, banyak dijumpai
aktivitas manusia di sana.
Menurut Magdalena P. N., dkk. (2014: 13-22), aktivitas manusia di sekitar
badan air dapat menyebabkan pencemaran badan air sehingga menyebabkan lebih
rendahnya tingkat keanekaragaman jenis capung, seperti di tiga lokasi di atas. Jika
adanya aktivitas manusia pada suatu kawasan yang cocok bagi aktivitas capung
menyebabkan gangguan bagi capung, maka aktivitas capung seperti berburu,
berkembang biak, dan berlindung pun akan terganggu dengan ditandai tidak
hadirnya jenis capung pada kawasan tersebut.
99
Indeks Keaanekaragam
man Jenis (H') Capun
ng pada Beerbagai
Lokasi di
d Kawasan
n Rawa Jom
mbor
2.5
2
Indeks
Keanekaragaman Jeniss
H'≤1≤3, Sedang
1.5
1
0.5
Kawasan Sawah
Kawasan Sungai
Aliran Keluar dari
Waduk
Kawasan Kolam
Kawasan Rawa
Kawasan Sungai
Aliran Masuk
Menuju Waduk
K
Kawasan
W
Waduk
d k
0
Grafikk 1. Perbandingan Nilaai Indeks Keeanekaragam
man Jenis C
Capung padaa
Berbagaai Lokasi Peengamatan di
d Kawasann Rawa Jom
mbor
mlah kompoonen utama, yakni perrtama
Keanekaraagaman jennis mempunnyai sejum
disebut seebagai kekaayaan jeniss, kedua ad
dalah kesam
marataan daalam pembagian
individu di
d antara jeenis (Odum
m, 1993: 185
5). Pada Grafik
G
1, perrbandingan nilai
indeks keanekaragam
man jenis capung padaa berbagai lokasi penggamatan, teerlihat
tingkat keeanekaragam
man capunng di kawaasan rawa lebih tingggi dibandin
ngkan
kawasan waduk, kaw
wasan sunggai aliran masuk mennuju wadukk, dan kaw
wasan
un ketiga kawasan
k
teersebut mem
miliki
sungai aliiran keluar dari waduuk, meskipu
jumlah jeenis capunng lebih banyak
b
dib
bandingkan kawasan rawa. Haal ini
menunjukkkan bahwaa tingkat keanekarag
gaman jenis tidak haanya ditenttukan
berdasarkaan jumlah jenis capunng yang diitemukan, tetapi
t
juga ditentukan oleh
jumlah inddividu tiap jenis
j
capungg.
100
Kemelim
mpahan Reelatif Jeniss (Pi) Capu
ung Kawasaan
Rawa Jom
mbor
15.57
11.42
2.88
2.42
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
0.00
0.69
0.35
2.00
0.35
4.00
0.35
6.00
0.46
1.38
0.23
3.23
2.19
0.12
0.81
0.12
8.00
Kemelimpahan
Relatif (%)
3.23
2.08
0.46
0.69
5.88
6.92
10.00
0.12
12.00
4.73
14.00
0.35
0.81
16.00
14.99
18.00
17.19
20.00
Grafikk 2. Nilai Kemelimpah
K
han Relatif Setiap
S
Jenis Capung di Kawasan
Rawa Jomb
bor
Keterangan:
K
Zyygoptera
Chlorocypphidae
1. Libeellago lineata
Coenagrioonidae
2. Agriiocnemis fem
mina
3. Agriiocnemis pyygmaea
4. Ischhnura seneggalensis
5. Pseuudagrion microcephaluum
6. Pseuudagrion ruubriceps
Platycnem
mididae
7. Coppera marginipes
Anisopterra
Aeshnnidae
8. Anax guttatus
upta
9. Gynacantha subinterru
Gompphidae
100. Ictinogom
mphus decorratus
Libelluulidae
11. Acisoma panorpoides
12. Aethriamanta aethra
13. Agrionopteera insigniss
a
14. Brachydipllax chalibea
15. Brachythem
mis contaminata
16. Crocothem
mis servilia
17. Diplacodess trivialis
18. Lathrecistaa asiatica
mis terminatta
19. Neurothem
20. Orthetrum sabina
21. Orthetrum testaceum
22. Pantala flaavescens
23. Potamarchha congenerr
mis rufa
24. Rhodothem
25. Tholymis ttillarga
26. Urothemis signata
27. Zyxomma oobtusum
28. Zyxomma ppetiolatum
101
Kemelimpahan relatif merupakan persentase jumlah individu satu jenis
capung dari seluruh jenis capung yang ditemukan. Beberapa jenis capung
memiliki nilai kemelimpahan relatif tertinggi, lebih dari 10% (Grafik 2), yakni
Agriocnemis femina 14,99%, Acisoma panorpoides 11,42%, Orthetrum sabina
15,57%, dan Urothemis signata 17,19%. Menurut Odum (1993: 185),
kemelimpahan relatif yang berbanding lurus dengan dominansi akan tinggi seiring
dengan rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis. Kemelimpahan relatif
keempat jenis capung di atas tertinggi dibandingkan dengan jenis lainnya yang
ditemukan di seluruh lokasi pengamatan, dan keempat jenis capung tersebut
melimpah di tiga lokasi yang memiliki nilai keanekaragaman capung lebih
rendah, yakni Acisoma panorpoides dan Urothemis signata melimpah di kawasan
waduk, Agriocnemis femina melimpah di kawasan sungai aliran masuk menuju
waduk, dan Orthetrum sabina melimpah di kawasan sawah (Lampiran 1). Hal ini
menunjukkan pembagian jumlah individu di antara jenis tidak merata, sehingga
ada jenis-jenis capung dengan jumlah individu jauh lebih banyak atau melimpah
daripada individu jenis capung lainnya pada lokasi pengamatan di kawasan Rawa
Jombor.
102
D. Faktor Abiotik Kawasan Rawa Jombor
Pengukuran terhadap faktor-faktor abiotik di setiap lokasi pengambilan data
jenis capung dilakukan secara kuantitatif dan didapatkan rentang intensitas
cahaya, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan pH air untuk
kawasan Rawa Jombor sebagai berikut.
Tabel 33. Rentang Nilai Faktor Abiotik di Kawasan Rawa Jombor
Waktu Pengukuran
Intensitas Cahaya
(lux)
Suhu Udara (ºC)
Kecepatan
Angin (m/s)
08.00-11.00
104-1238
28-37
0-6,4
Intensitas cahaya yang terukur di kawasan Rawa Jombor bervariasi dalam
rentang 104-1238 lux. Kondisi penutupan vegetasi di sekitar kawasan pengamatan
mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang sampai pada permukaan tanah,
semakin terbuka maka semakin besar intensitas cahaya yang diterima (Arellea
Revina Dewi, 2015: 59). Pada lokasi pengamatan, lokasi-lokasi dengan kawasan
terbuka seperti kawasan waduk, rawa, dan sawah memiliki nilai intensitas cahaya
yang lebih tinggi dibandingkan kawasan kolam, sungai aliran masuk menuju
waduk, dan sungai aliran keluar dari waduk.
Intensitas cahaya mempengaruhi perilaku dan penyebaran hewan (Michael,
1994: 16), faktor abiotik utama yang mempengaruhi aktivitas capung dewasa
untuk aktivitas terbang adalah intensitas cahaya yang berbanding lurus dengan
suhu udara. Capung merupakan serangga yang termasuk dalam golongan hewan
yang memperoleh panas dari lingkungan untuk menaikkan suhu tubuhnya (Agus
Dharmawan, 2005: 20), sehingga suhu lingkungan menentukan suhu tubuh bagi
capung. Sejatinya, capung memiliki kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya,
103
tetapi kemampuan ini sangat terbatas. Jika suhu lingkungan ekstrem rendah di
bawah ambang toleransi, capung akan mati karena metabolisme tubuh terhambat.
Jika suhu lingkungan rendah namun masih dapat ditoleransi oleh capung,
metabolisme tubuh akan terbatas, sehingga aktivitas gerak capung akan sangat
berkurang.
Ketika
pengamatan,
kebiasaan
capung
yang
teramati
yang
berhubungan dengan suhu lingkungan adalah jika suhu udara terasa terlalu panas,
capung akan berlindung di tempat-tempat yang teduh, hal ini agar suhu tubuhnya
tidak terlalu tinggi akibat pengaruh suhu lingkungan. Berdasarkan hal tersebut,
suhu lingkungan menjadi faktor pembatas bagi aktivitas capung, yakni
mempengaruhi kebiasaan terbang capung dewasa. Rentang suhu udara 28ºC
sampai dengan 37ºC yang terukur pada kisaran pukul 08.00-11.00 setiap harinya
selama pengamatan menjadi rentang suhu udara yang optimum secara umum bagi
capung di kawasan Rawa Jombor untuk beraktivitas.
Aktivitas organisme dapat juga dibatasi oleh angin (Michael, 1994: 32),
kecepatan angin yang terukur di kawasan Rawa Jombor pada rentang 0-6,4 m/s
menjadi rentang kecepatan angin bagi aktivitas jenis-jenis capung yang dijumpai
di kawasan Rawa Jombor, ketika kecepatan angin semakin kencang teramati
semakin sedikit capung yang dijumpai terbang, capung-capung mulai hinggap
pada ujung-ujung tanaman, terutama capung-capung jarum yang merupakan
penerbang lemah.
104
E. Mangsa Capung Kawasan Rawa Jombor
Berikut ini data mengenai jenis capung pemangsa dan mangsa capung yang
teramati selama pengamatan di berbagai lokasi di kawasan Rawa Jombor.
Tabel 34. Mangsa Capung di Kawasan Rawa Jombor
No.
Spesies Capung
Mangsa
1
Diptera
Agriocnemis femina
2
Arachnida, Diptera
Ischnura senegalensis
3
Lepidoptera, Orthetrum sabina
Orthetrum sabina
4
Hymenoptera
Pseudagrion rubriceps
5
Orthoptera
Urothemis signata
Data di atas menunjukkan mangsa capung yang teramati selama pengamatan,
capung merupakan serangga karnivora, semua mangsa yang teramati adalah dari
golongan serangga sendiri, kecuali Arachnida. Orthetrum sabina sering teramati
memakan jenisnya sendiri (kanibal). Dua di antara jenis mangsa merupakan
golongan serangga yang dapat menjadi hama tanaman pangan, yakni Lepidoptera
dan Orthoptera. Kebiasaan capung memangsa serangga lain seperti ini dapat
memberikan manfaat bagi manusia sebagai predator alami bagi serangga hama
pemakan tanaman pangan dan pengendali hayati (Wakhid, dkk., 2014: 42).
105
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Jenis-jenis capung di kawasan Rawa Jombor dari enam lokasi pengamatan ada
28 jenis, antara lain capung jarum dari Famili Chlorocyphidae 1 jenis, Famili
Coenagrionidae 5 jenis, dan Famili Platycnemididae 1 jenis; capung biasa dari
Famili Aeshnidae 2 jenis, Famili Gomphidae 1 jenis, dan Famili Libellulidae
18 jenis. Jumlah jenis dan individu terbanyak dari Famili Coenagrionidae dan
Libellulidae, sedangkan yang paling sedikit dari Famili Gomphidae.
2. Tingkat keanekaragaman jenis capung di kawasan Rawa Jombor 2,57 termasuk
dalam kategori sedang. Nilai keanekaragaman jenis capung di enam lokasi
pengamatan masing-masing, yakni kawasan waduk 1,64 (terendah) dengan 15
jenis capung, kawasan sungai aliran masuk menuju waduk 1,77 dengan 14
jenis capung, kawasan rawa 2,23 (tertinggi) dengan 12 jenis capung, kawasan
kolam 2,00 dengan 11 jenis capung, kawasan sungai aliran keluar dari waduk
2,09 dengan 16 jenis capung, dan kawasan sawah 1,73 dengan 10 jenis capung.
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian keanekaragaman capung
di kawasan Rawa Jombor pada musim kemarau, peralihan musim kemarau ke
musim hujan, dan peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk melengkapi
data keanekaragaman capung Rawa Jombor, selain itu perlu dilakukan
pengamatan jenis nimfa pada masing-masing lokasi pengamatan untuk
mengetahui penyebaran jenis nimfa di kawasan Rawa Jombor. Data penelitian ini
106
dapat dituangkan ke dalam bentuk media yang lebih mudah diakses untuk
mengetahui jenis-jenis capung yang ada di kawasan Rawa Jombor.
107
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dharmawan, Ibrohim, Hawa Tuarita, Hadi Suwono, & Pudyo Susanto.
(2005). Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Arellea Revina Dewi. (2015). Keanekaragaman Jenis dan Distribusi Burung
berdasarkan Ketinggian di Lereng Utara dan Lereng Selatan Gunung Merapi.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Balai TNGM. (2011). Survey Kondisi Tumbuhan dan Satwa Liar Taman Nasional
Gunung Merapi Paska Erupsi Tahun 2010. Yogyakarta: DIPA BA 029 Balai
Taman Nasional Gunung Merapi.
Borror, Donald J., Triplehorn, Charles A., & Johnson, Norman F. (1992).
Pengenalan Pelajaran Serangga. edisi VI. (Alih bahasa: Soetijono
Partosoedjono). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Corbet, Philips S. (1962). A Biology of Dragonflies. London: H. F. & G. Witherby
Ltd.
Corbet, Philips S. (1980). Biology of Odonata. Annu. Rev. Entomol. 25: 189-217.
Dolný, A., Harabiš, F., & Mižičová, H. (2014). Home Range, Movement, and
Distribution Patterns of the Threatened Dragonfly Sympetrum
depressiusculum (Odonata: Libellulidae): A Thousand Times Greater
Territory
to
Protect?
Plos
ONE
9(7):
e100408.
doi:
10.1371/journal.pone.0100408.
Endri Priyanto. (2009). Perencanaan Lanskap Rawa Jombor Klaten sebagai
Kawasan Rekreasi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Gillot, C. (2005). Entomology. Third Edition. Netherland: Springer. 831 pp. 1-8.
IUCN Red List. (2009). The Status and Distribution of Dragonflies of The
Mediterranean Basin. Malaga: IUCN.
Kalkman, V. J., et. al. (2008). Global Diversity of Dragonflies (Odonata) in
Freshwater. Freshwater Animal Diversity Assessment, Hydrobiologia (2008)
595. Hlm. 351-363.
Magdalena P. N., dkk. (2014). Peluit Tanda Bahaya, Capung Indikator
Lingkungan, Panduan Penilaian Kualitas Lingkungan Melalui Capung.
Yogyakarta: IDS.
Melati Ferianita Fachrul. (2012). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Michael, P. (1994).
Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. (Alih bahasa: Yanti R. Koestoer). Jakarta: UI-Press.
108
Morse, John C. (2009). Insect Biodiversity: Science and Society. (Editor: Robert
G. Foottit & Peter H. Adler). Malden: Blackwell Publishing Ltd.
Novita Patty. (2006). Keanekaragaman Jenis Capung (Odonata) di Situ Gintung
Ciputat, Tangerang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Odum, Eugene P. (1993). Fundamentals of Ecology. 3rd. ed. (Dasar-Dasar
Ekologi). edisi ketiga. (Alih bahasa: Ir. Tjahjono Samingan, Msc.).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Schowalter, Tomothy D. (2006). Insect Ecology: An Ecosystem Approach. 2nd. ed.
Oxford: Elsevier Inc.
Shanti Susanti. (1998). Seri Panduan Lapangan: Mengenal Capung. Bogor:
Puslitbang Biologi-LIPI.
Siregar, A. Z., Che Salmah Md. Rawi, & A. Hassan Ahmad. (2005). The
Diversity of Odonata in Relation to Ecosystem and Land Use in Northern
Peninsular Malaysia. Jurnal Imiah Pertanian Kultura. Vol. 40. No. 2. Hlm.
106-112.
Southwood, T. R. E. & Henderson, P. A. (2000). Ecological Methods. 3rd. ed.
Oxford: Blackwell Science Ltd.
Staf Desa Krakitan. (2013). Buku Monografi Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten. Pemerintah Desa Krakitan. Klaten.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta.
Tang, H. B., Wang, L.K., & Hämäläinen, M. (2010). A Photographic Guide to
The Dragonflies of Singapore. Singapore: Raffles Museum of Biodiversity
Research.
Terence de Fonseka. (2000). The Dragonflies of Sri Lanka. Sri Lanka: WHT
Publications (Private) Limited.
Theischinger, G. (2009). Identification Guide To The Australian Odonata.
Sydney: Department of Environment, Climate Change and Water NSW.
Wahyu Sigit Rhd, dkk. (2013). Keanekaragaman Capung Perairan Wendit,
Malang, Jawa Timur.. Malang: Indonesia Dragonfly Society.
Wakhid, Roni Koneri, Trina Tallei, dan Pience V. Maabuat. (2014). Kelimpahan
Populasi Capung Jarum (Zygoptera) di Kawasan Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone, Sulawesi Utara. Jurnal Bioslogos, Agustus 2014. Vol. 4
Nomor 2.
109
LAMPIRAN
110
Lampiran 1. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis, Jumlah Individu Tiap Jenis, dan Kemelimpahan Relatif Jenis Capung pada Tiap
Lokasi Pengamatan di Kawasan Rawa Jombor
Tabel 35. Indeks Keanekaragaman Jenis Capung pada Tiap Lokasi Pengamatan
Famili
Chlorocyphidae
Coenagrionidae
Platycnemididae
Aeshnidae
Gomphidae
Libellulidae
Total
Spesies
Libellago lineata
Agriocnemis femina
Agriocnemis pygmaea
Ischnura senegalensis
Pseudagrion microcephalum
Pseudagrion rubriceps
Copera marginipes
Anax guttatus
Gynacantha subinterrupta
Ictinogomphus decoratus
Acisoma panorpoides
Aethriamanta aethra
Agrionoptera insignis
Brachydiplax chalybea
Brachythemis contaminata
Crocothemis servilia
Diplacodes trivialis
Lathrecista asiatica
Neurothemis terminata
Orthetrum sabina
Orthetrum testaceum
Pantala flavescens
Potamarcha congener
Rhodothemis rufa
Tholymis tillarga
Urothemis signata
Zyxomma obtusum
Zyxomma petiolatum
Indeks Keanekaragaman Jenis Capung (H’) padaTiap
Lokasi Pengamatan
1
2
3
4
5
6
0,079
0,054
0,363
0,177
0,366
0,264
0,023
0,059
0,061
0,092
0,059
0,076
0,034
0,023
0,061
0,132
0,208
0,061
0,158
0,054
0,059
0,099
0,194
0,033
0,176
0,023
0,353
0,314
0,190
0,136
0,333
0,061
0.132
0,219
0,061
0,224
0,034
0,294
0,103
0,122
0,206
0,188
0,316
0,023
0,059
0,160
0,061
0,094
0,206
0,366
0,113
0,346
0,277
0,232
0,364
0,034
0,023
0,080
0,264
0,103
0,059
0,146
0,094
0,165
0,079
0,121
0,023
0,034
0,099
0,061
0,359
0,160
0,208
0,266
0,183
0,121
0,103
0,099
1,641≈
1,771≈
2,227≈
1,999≈
2,091≈
1,73
1,64
1,77
2,23
2,00
2,09
Keterangan: H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (< 1= rendah, ≤ 1 ≤ 3 = sedang, > 3 = tinggi)
111
Indeks Keanekaragaman Jenis
Capung (H’) Kawasan
Rawa Jombor
0,020
0,285
0,025
0,059
0,014
0,111
0,084
0,008
0,039
0,008
0,248
0,020
0,102
0,090
0,167
0,185
0,020
0,039
0,144
0,290
0,008
0,111
0,080
0,025
0,034
0,303
0,034
0,020
2,573≈2,57
Tabel 36. Jumlah Individu Tiap Jenis Capung dan Kemelimpahan Relatif Jenis Capung di Kawasan Rawa Jombor
∑ Individu Capung Tiap Lokasi Pengamatan
2
3
4
5
6
0
0
0
0
0
3
3
62
10
36
0
19
1
2
0
0
1
0
6
2
3
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
6
13
0
1
8
3
2
0
3
0
11
0
0
1
0
0
0
0
0
0
7
0
0
1
0
0
0
0
0
65
0
29
0
5
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
24
1
0
10
0
0
10
1
0
23
1
25
0
2
0
9
12
11
0
0
28
1
2
0
0
0
0
0
0
0
6
1
0
0
0
4
9
28
0
8
36
22
0
7
62
0
1
0
0
0
0
1
3
20
0
2
2
0
7
4
0
4
3
0
0
0
4
0
0
1
1
0
3
1
0
109
8
13
0
9
10
0
0
0
4
2
0
0
0
0
3
0
0
242
145
155
109
69
147
1
Spesies
Libellago lineata
Agriocnemis femina
Agriocnemis pygmaea
Ischnura senegalensis
Pseudagrion microcephalum
Pseudagrion rubriceps
Copera marginipes
Anax guttatus
Gynacantha subinterrupta
Ictinogomphus decoratus
Acisoma panorpoides
Aethriamanta aethra
Agrionoptera insignis
Brachydiplax chalybea
Brachythemis contaminata
Crocothemis servilia
Diplacodes trivialis
Lathrecista asiatica
Neurothemis terminata
Orthetrum sabina
Orthetrum testaceum
Pantala flavescens
Potamarcha congener
Rhodothemis rufa
Tholymis tillarga
Urothemis signata
Zyxomma obtusum
Zyxomma petiolatum
Total
Pi Jenis Capung pada Tiap Lokasi Pengamatan
2
3
4
5
6
2,04%
1,24% 42,76%
6,45% 33,03%
12,93%
0,41%
1,38%
1,45%
2,48%
1,38%
1,94%
0,68%
0,41%
1,45%
4,14%
8,39%
1,45%
5,44%
1,24%
1,38%
2,75%
7,48%
0,65%
6,42%
0,41%
26,86%
18,71%
7,25%
4,35%
22,02%
1,45%
4,13%
9,17%
1,45%
9,50%
0,69% 16,13%
2,90%
3,72%
8,28%
7,10%
19,05%
0,41%
1,38%
5,51%
1,45%
2,58%
8,26% 40,58%
3,31% 24,83% 14,19%
10,15% 42,18%
0,69%
0,41%
2,07% 12,90%
2,90%
1,36%
4,83%
2,58%
5,80%
2,04%
3,67%
0,41%
0,69%
2,75%
1,45%
45,04%
5,52%
8,39%
13,04%
6,80%
3,67%
2,90%
2,75%
1
Keterangan: Lokasi 1=kawasan waduk; 2=kawasan sungai aliran masuk menuju waduk; 3=kawasan rawa; 4=kawasan kolam;
5=kawasan sungai aliran keluar dari waduk; dan 6=kawasan sawah
112
Lampiran 2. Kondisi Lokasi Penelitian
Gambar 39. Kenampakan Kawasan Rawa Jombor Via Satelit
Gambar 40. Lokasi Pengamatan 1, Waduk, Berbatasan Langsung dengan
Kebun Jagung
113
Gambar 41. Lokasi Pengamatan 2, Sungai Aliran Masuk menuju Waduk
Gambar 42. Bagian Tengah Lokasi Sungai Aliran Masuk
114
Gambar 43. Pintu Air Kecil menuju Sawah dari Sungai Aliran Masuk
Gambar 44. Lokasi Pengamatan 3, Rawa yang Dominan Ditumbuhi Eceng
Gondok, Kangkung, dan Beberapa Rumput Teki,
Menutupi Permukaan Air Rawa
115
Gambarr 45. Lokasii Pengamataan 4, Kolam
m, Dikelilinggi Pepohonan yang Raapat
Gambbar 46. Lokaasi Pengamaatan 5, Sung
gai Aliran Keluar
K
dari W
Waduk yan
ng
Ditumbuhi Tanaman Budidaya
B
Holtikultura di
d Kedua Teepinya
116
Gambar 47. Lahan Basah yang Dikelilingi Pohon Berkanopi Rapat yang
Terletak tidak Jauh dari Sungai Aliran Keluar
Gambar 48. Lokasi Pengamatan 6, Sawah
117
Gambar 49. Pohon-Pohon Besar di Tepi Sawah yang Terdapat Semak-Semak
di Bawahnya dan Aliran Air Jernih di Sepanjang Tepi tersebut
118
Lampiran 3. Alat, Bahan, dan Buku Panduan Identifikasi
Gambar 50. Insectnet
Gambar 51. Cat Berbahan Nitrocellulose
Gambar 52. Jangka Sorong
Gambar 53. GPS Garmin 62s
Gambar 54. Indikator pH universal
Gambar 55. Buku Panduan Identifikasi
di Lapangan
119
Lampiran 4. Kegiatan Penangkapan, Penandaan, dan Morfometri Capung
Gambar 56. Proses Penangkapan Capung menggunakan Insectnet
Gambar 57. Proses Penandaan Capung yang Tertangkap
120
Gambar 58. Proses Morfometri Capung
121
Download