Edisi 26 - January 2017 - Heidelberger Druckmaschinen

advertisement
NEWSLetter
Heidelberg Indonesia, Edisi 26 • Januari 2017
“Terus terang saya jatuh cinta pada
Heidelberg. Saya Heidelberg-minded”
Bapak Soeseno Boenarso
Ketika ditanya mengapa membeli lagi mesin cetak offset Speedmaster CD 102, ingatan Bapak Soeseno Boenarso, pendiri PT.
Suburmitra Grafistama atau lebih dikenal
dengan nama “Subur” itu malah tertuju
pada kelahiran cucu pertamanya, Andrea.
“Saya pakai mesin yang paling lama itu adalah CD, yaitu selama 16 tahun. Dibeli bersamaan waktunya dengan kelahiran cucu
pertama saya, Andrea. Tahun ini Andrea
sudah 17 tahun…” ujarnya pada Tim Heidelberg yang mewawancarainya baru - baru ini.
Pak Soeseno merujuk pada mesin cetak offset Speedmaster CD 102 yang dibeli tahun
2000 dan yang beberapa bulan lalu telah
terjual. “CD 102 saya itu hanya 2 - 3 bulan
ditawar, lalu sudah laku. Kalau (nilai) Rupiahnya saya masih dapat menerima 38%.
Mesin sudah saya pakai 16 tahun. Itu luar
biasa…” jelas Pak Soeseno bersemangat. Meskipun telah memiliki mesin - mesin cetak
offset Heidelberger Druckmaschinen AG
(Heidelberg) yang lain yang lebih mutakhir
serinya seperti Speedmaster XL 105, Pak
Soeseno kembali membeli seri yang sama
untuk menggantikan Speedmaster CD 102
yang telah ia jual. “Saya pikir CD 102 itu
mesin bandel…” tambahnya.
Memilih mesin cetak yang tepat, bagi Pak
Soeseno, adalah hal yang teramat penting
dalam menjalankan usaha percetakan yang
telah ia geluti selama lebih dari 35 tahun
itu. Pemilihan mesin cetak yang tepat,
menurutnya, adalah kunci terpenting dari
prinsipnya menjalankan usaha di samping
komitmen total memberikan pelayanan
terbaik pada pelanggannya. Maka pilihannya jatuh pada mesin - mesin printing offset
“keluarga Speedmaster” buatan Heidelberg.
Bukan hanya Speedmaster CD 102, sederet
mesin - mesin Speedmaster berbagai tipe
Bapak Soeseno Boenarso & Bapak Buyung Suseno
ada di area produksi Subur seperti CtP Suprasetter A 52, Speedmaster XL 105, Speedmaster XL 75, Speedmaster PM 74, Speedmaster SM 52, Stahl folder, Polar. Subur
membeli mesin - mesin tersebut selalu dalam
kondisi baru.
Dirintis dari sebuah usaha jasa foto kopi di
Heidelberg Indonesia
Mulia Business Park, Building E
Jl. M.T. Haryono Kav. 58-60 • Jakarta Selatan 12780
NEWSLetter • Januari 2017
tahun 1977 oleh Pak Soeseno dan Ibu, Subur
tumbuh menjadi perusahaan penyedia layanan cetak terkemuka di Tanah Air dengan
11 cabang di berbagai lokasi di Jabodetabek
dengan karyawan lebih dari 500 orang. Dari
jumlah cabang tersebut, 6 diantaranya dimiliki oleh Subur 100 persen, sisanya adalah cabang yang didirikan secara patungan
bersama dengan mitra usahanya. Menjawab
perkembangan pasar layanan cetak, Subur
merupakan salah satu yang pertama menawarkan layanan cetak digital meskipun cetak offset tetap menjadi tulang punggung
perusahaan. Ketika berbagai pihak mulai gamang pada masa depan industri
layanan cetak di tengah trend era paperless
dan serba digital, Subur tetap menambah
dan meremajakan mesin - mesin cetaknya
yang dibeli dalam kondisi baru. Bahkan
Subur tercatat sebagai perusahaan yang
selalu menjadi yang pertama di Indonesia
membeli produk terbaru dari Heidelberg.
Dalam rentang panjang sejarah Subur,
mesin - mesin cetak produksi Heidelberg
telah menjadi bagian dari keteguhan Pak
Soeseno, menjadikan kepuasan pelanggan
sebagai hal yang paling utama. Berikut ini
adalah ringkasan hasil wawancara antara
Bapak Soeseno Boenarso dan Tim Heidelberg
baru - baru ini:
Dari usaha jasa foto kopi tahun 1977, kemudian kapan Subur mulai menjual layanan
offset printing?
Cetak offset kita mulai tahun 1984. Pertama
kita beli Heidelberg SORM satu warna. Lalu
tahun 1986 saya beli Heidelberg GTO
satu warna. Semua dalam kondisi baru.
Kemudian tahun 1987 saya beli lagi Heidelberg GTO karena sudah mulai menerima
pekerjaan cetak empat warna. Tahun 1989
saya membeli Heidelberg GTOV empat
warna. Selanjutnya Heidelberg SORM diganti dengan Heidelberg SORMZ dua warna.
Saya menambah lagi mesin Heidelberg
SORSZ yang bareback dua warna. Lalu berkembang terus, Heidelberg GTOV diganti
Speedmaster SM 52 low pile.
Kemudian tahun 1998 saya beli Speedmaster SM 74 empat warna, tapi kemudian
dijual kembali ke Heidelberg karena terjadi
peristiwa Kerusuhan 1998. Tahun 2000 saya
beli Heidelberg CD, CP 2000 yang pertama,
touch screen. Saya pakai selama 15 tahun,
lalu saya ganti dengan Speedmaster CD
yang baru. Nah, ketika pekerjaan semakin
tambah, satu Speedmaster CD tidak mencukupi. Akhirnya tahun 2006 saya tambah
dengan Speedmaster XL 105, mesin XL yang
pertama. Tahun 2012 saya tambah lagi dengan Speedmaster XL 105.
Tahun yang sama saya tambah Speedmaster XL 75 delapan warna perfecting.
Saya juga beli Speedmaster SM 52 Anicolor
pada tahun 2009. Selama periode itu kami
banyak menambah mesin, misalnya Postpress (pasca cetak) Polar, mesin lipat Stahl.
02
perempatnya, tapi kalau kita membeli second (bekas) belum tentu setelah dipasang,
mesin bisa langsung berproduksi, mungkin
butuh sebulan - dua bulan.
“Kalau dibandingkan dengan merek lain,
tetap Heidelberg yang kualitasnya lebih bisa
dipegang. Selain itu, second hand value-nya
lumayan, bisa cepat laku, harganya bagus.”
Sekarang sudah ada 4 unit mesin lipat.
Apa yang membuat kepercayaan konsumen
tinggi terhadap Subur?
Terutama kami menjaga kualitas. Untuk itu
kami selalu mempunyai mesin cetak baru.
Yang kedua, on-time delivery. Umumnya
percetakan selalu “molor” waktunya, kalau
saya tidak bisa, harus on time, itu kuncinya.
Menggunakan mesin cetak Heidelberg yang
selalu siap produksi. Maka dari sisi waktu
kita bisa janji ke konsumen. Itu kunci yang
saya jual. Selain itu juga servis harus bagus
dan harga kompetitif. Subur bukan termasuk yang murah tapi juga bukan yang mahal. Pada poin itu baru kemudian kepuasan pelanggan, customer satisfaction.
Dan kita melihat demand, kalau kelihatan
permintaan makin bertambah, saya menambah lagi armada. Sebagai contoh kalender
meja. Mungkin sekarang kita yang punya
kapasitas produksi paling tinggi. Dalam 1
hari, buat 1 macam saja, 40.000 kalender
meja saya bisa produksi, termasuk kakinya,
sudah jadi. Mesin cetak kami sudah ada empat line, kesemuanya heavy duty: XL 105 ada
dua, CD ada satu, XL 75 ada satu.
Banyak orang bertanya, dalam situasi seperti ini Subur bisa tetap membeli mesin
baru?
Karena kita mengutamakan kepuasan konsumen. Dengan mesin baru, pertama, kita
punya pekerjaan bisa dihitung lebih tepat
waktu penyelesaiannya. Kemudian cost lebih rendah. Kedua, dengan sendirinya kalau
kita tepat waktu, meskipun kue kecil, kue
itu bukan direbut tapi kita dibagi karena
kita kerjanya lebih tepat dan kualitasnya
lebih bagus. Memang kalau membeli mesin
second (bekas) harganya sepertiga atau se-
Itulah mengapa kita juga membeli banyak
mesin. Pertama, mesin kalau sudah ada
umurnya sering ada problem (rusak) sehingga kami tidak akan bisa tepat janji
waktu kepada konsumen, tidak bisa memberikan kepuasan pelanggan. Misalnya mengapa kita mau membeli yang delapan warna, yaitu karena pekerjaan cetak keluar
langsung jadi. Kami juga memperhitungkan cost, space juga. Alasan kami mau
mengganti PM 74 karena kalau kami mau
memproduksi annual report yang hitam /
putih harus jahit benang; digabungkan cetak, lipat, gabung. Itu pekerjaan lagi dan
ada kemungkinan kesalahannya. Ini jika
kita pakai yang dua warna bukan perfecting. Jadi kita mau beli yang perfecting dan
ukuran besar. Jadi keluar, langsung jadi.
Dari segi cost jauh lebih murah, error-nya
tidak ada, dari sisi waktu produksi bisa lebih cepat. Nah itu yang saya pikirkan.
Mengapa Subur memakai mesin cetak offset
semua Speedmaster?
Terutama kualitasnya yang konsisten. Yang
utama dari kepuasan pelanggan adalah kualitas. Kedua, setelah kami pakai mesin cetak
Heidelberg, mesin bekasnya (second hand)
mudah dijualnya dan nilai jualnya masih
lumayan, bisa 30%, bisa lebih.
Contohnya CD saya itu dua, dalam waktu
tiga bulan sudah terjual. Dalam nilai Rupiah
saya masih mendapat 38%. Mesin itu sudah
saya pakai 16 tahun produksi. Luar biasa!
Dahulu saya beli Heidelberg GTOV. Setelah
10 tahun saya pakai, saya jual itu nilai Rupiahnya bisa 100% dengan memperhitungkan
devaluasi. Kami dulu beli Heidelberg GTOV
mungkin seharga Rp 490 juta kemudian
saya jual lagi dengan harga sama yaitu Rp
490 juta.
Bagaimana penilaian Bapak tentang mesin mesin pesaing Heidelberg?
Terus terang saya jatuh cinta dengan Heidelberg. Saya tidak mungkin pakai merek
lain... Terus terang saya “Heidelberg-minded,
Polar minded, Stahl minded”.
Kompetitor datang menghadap Bapak juga,
menawarkan mesin cetak merek lain. Bagaimana sikap Bapak?
Benar tetapi saya tidak akan tergoda.
Bagaimana Bapak bisa menjadi Heidelberg
minded?
Kalau dibandingkan dengan merek lain,
tetap Heidelberg yang kualitasnya lebih bisa
dipegang. Selain itu, second hand valuenya lumayan, bisa cepat laku, harganya bagus. Dan sehubungan dengan kualitas bukan hanya hasil cetaknya tapi juga terkait
NEWSLetter • Januari 2017
processing dan developing. Berapa banyak
hidden cost yang sebetulnya ada tapi tidak
terhitung. Jadi kita memiliki semacam winning formula dimana kita tidak pakai selain
mesin dari Heidelberg.
Bagaimana Bapak melihat masa depan usaha
cetak?
Ada yang mengatakan bisnis cetak sudah
hampir mati karena trend paperless. Tapi
saya merasa yang paling penting kita bisa
memberikan kepuasan kepada konsumen.
Jadi selama kita bisa memuaskan pelanggan, kita akan diberi pekerjaan yang lebih
“Menurut pendapat saya, bukan pasar yang
sepi, tetapi karena mesin Anda yang buruk,
pekerjaan cetak tidak diberikan kepada
Anda. Lama kelamaan Anda menganggap
pasar terus sepi. Padahal keadaan terasa
“sepi” bukan karena pasar yang sepi, namun
karena mesin Anda sering rusak.”
banyak dan kita yang dipilihnya. Kalau produksi kita bisa cepat, maka pekerjaan akan
selalu datang ke kita. Kalau kapasitas tidak
cukup, mau tidak mau, harus menambah me-
sin lagi. Tapi kalau misalnya kita memakai
mesin bekas, mungkin kita pikir ‘kenapa
harus baru, sekarang pasar sedang sepi...
sedangkan mesin bekas aja tidak berproduksi. ’Menurut pendapat saya, bukan pasar yang sepi, tetapi karena mesin Anda
yang buruk, pekerjaan cetak tidak diberikan kepada Anda. Lama - kelamaan Anda
menganggap pasar terus sepi. Padahal
keadaan terasa “sepi” bukan karena pasar
yang sepi, namun karena mesin Anda sering rusak. Jadi pelanggan Anda datang,
mereka berpikir, ‘wah rusak, nanti kalau
saya ke sana lagi, mesin akan rusak lagi,
lebih baik saya pergi ke percetakan lain.’
“Ini Mesin Saya Selanjutnya...”
Salah satu produk yang mendapat perhatian
di acara ini adalah mesin andalan terbaru
dari keluarga Speedmaster yaitu Speedmaster CS 92 dengan ukuran kertas maksimal
65 x 94 dengan area cetak 64 x 92 cm. Berplatform mesin CD 102 yang sudah tidak
diragukan kehandalannya, CS 92 hadir untuk melengkapi kebutuhan mesin cetak di
area bisnis komersial dan buku. Dilengkapi
dengan teknologi Prinect Easy Control
(option) untuk pengukuran spektral dan
pengaturan warna, menjadikan mesin CS 92
jauh lebih produktif dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Kunjungan Pelanggan Heidelberg Indonesia ke Heidelberg Graphic Equipment Shanghai, Qing Pu
Heidelberg Graphic Equipment Shanghai
Open Day kembali diselenggarakan di pabrik Heidelberg di Qing Pu, Shanghai bertepatan dengan pameran All in Print China
2016 pada Oktober yang lalu.
Delegasi Indonesia diwakili oleh para pengusaha percetakan dari Jakarta dan Surabaya,
berkesempatan melihat proses perakitan
mesin dan sistem logistik. Semua peserta
delegasi terkesan dan kagum dengan proses
perakitan dan pengetesan mesin yang ada.
Ketika melewati proses pengetesan akhir
mesin CS 92 dan CD 102, beberapa pengusaha percetakan dengan spontan berkomentar, ”ini mesin saya selanjutnya…”.
Di ruang pamer juga ditampilkan mesin
Polar System 200 terbaru yang terdiri dari
Polar Stack Lift LW 1000-4C, Polar 115 PF/
137 PF dengan Knocking Table dan Polar
Transomat Unloader TRE 130-4 R.
Dengan Polar System 200 ini, pekerjaan persiapan produksi (memotong kertas) menjadi
jauh lebih cepat dan rapi sehingga dapat
langsung siap masuk ke feeder mesin cetak.
Dari kunjungan ini Heidelberg Indonesia
mendapatkan masukan dan tanggapan yang
sangat positif.
[Stefanus Aditya B. – Sales Consultant]
Masterwork di Pameran All in
Print China 2016
Secara keseluruhan para pengusaha percetakan terinspirasi dengan pameran All in
Print China terutama dengan mesin dan
produk kemasan yang dipamerkan. Informasi mengenai produk didominasi oleh
produk buatan China.
Pengusaha percetakan berkesempatan me-
lihat dari dekat dan mempelajari produk
- produk Masterwork (MK). Sebelumnya MK
terkesan “murahan” dan “ketinggalan” teknologi, namun kenyataannya semua terbalik. Kemajuan pada produk - produk MK
sungguh sangat mengejutkan. Teknologi hiend yang ada pada mesin - mesin MK lebih
baik dibandingkan dengan merek - merek
lain yang sudah ada di pasar Indonesia terlebih dahulu.
Satu hal yang menarik adalah MK menyediakan total solution, dari ukuran kecil sampai dengan VLF (Very Large Format). Presentasi singkat menampilkan rangkaian produk produk yang lengkap disajikan secara pro03
NEWSLetter • Januari 2017
fesional sekelas Drupa. Die cutter, folder
gluer, offline inspection, hot foil, bahkan
ada mesin yang tak dipunyai merek kondang lainnya yaitu Duopress, Powermatrix
dengan sidelay MasterSet yang tidak lagi
menggunakan mechanical sidelay, register
melalui gambar, bukan pinggir kertas. MK
adalah pemegang hak paten akan teknologi
ini.
Pelanggan Heidelberg merasa senang karena mendapatkan informasi terkini, terutama
sudah menemukan produk terbaik dengan
dengan harga yang kompetitif yang dipasarkan oleh Heidelberg. Banyak pengunjung
Indonesia ingin dilengkapi informasinya
mengenai produk MK demi kemajuan cetak
kemasan di Indonesia.
[A. Suef Mahendra – Product Manager
Postpress]
Pameran All in Print China 2016
Produk Baru Saphira
Sejalan dengan makin meningkatnya kepercayaan pelanggan di seluruh dunia terhadap
produk Heidelberg, Saphira, dibuktikan dengan meningkatnya penjualan bahan baku cetak (consumable) dari waktu ke waktu, membuat Heidelberg lebih percaya diri mengembangkan produk chemical yang berkualitas.
Terhitung Oktober 2014, Heidelberg mengakusisi perusahaan kimia besar Blue Print
di Belgia yang sejak tahun 2009 secara bersama - sama melakukan riset dan pengembangan (R&D) dan membuktikan perannya
sebagai penyedia bahan kimia cetak premium di lebih dari 60 negara di bawah merek Saphira.
Sekarang pelanggan di Indonesia dapat menggunakan bahan baku cetak premium dari
Heidelberg dengan kualitas terbaik, berikut
adalah beberapa produk diantaranya:
Fountain 554 AR PURE
• Sebagai Fountain IPA Free premium, dapat
04
menggunakan alkohol sampai dengan max.
4%
• Sangat sesuai dengan berbagai kualitas air
seperti air tanah, air AC, PAM, RO, dll
• Menurunkan water feed roller pada saat
menggunakan Plate Chem-free
• Membersihkan air pembasah, meminimalkan penumpukan kalsium, kaolin dan tidak mengandung biologi yang berbahaya
untuk lingkungan dengan tingkat konduktivitas rendah
• Sesuai untuk berbagai sistem pembasah
(dampening) seperti Compact, Krestlin,
Technotrans, dll
• Sangat baik untuk segala jenis pekerjaan
konvensional, UV maupun hybrid
• Pemakaian 3 - 4% dengan pH 4,8 - 5,2
• Bersertifikat aman untuk makanan
IPA-Tech
• Termasuk dalam kelas III jika dibandingkan
dengan IPA
• Sebagai konsentrat IPA (kimiawi tambahan)
• Penggunaan 60% lebih hemat dari IPA, jika persentase IPA 10 - 13%, IPA-Tech hanya
4 - 5%
• Bekerja baik dalam doser device Alcosmart,
unisensor, dll
• Mengurangi luas ruang penyimpanan dalam gudang dikarenakan konsumsi berkurang maka persediaan juga akan menurun
[Khalid Abdurrahman, Product Specialist –
Pressroom]
Download