BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, gravitasi adalah satu-satunya parameter fisik yang tetap konstan sepanjang sejarah evolusi dan karenanya bisa memainkan peran utama dalam proses evolusi. Semua sistem biologis telah berkembang sesuai dengan gaya konstan tersebut. Gaya gravitasi adalah parameter lingkungan yang mempengaruhi hampir semua kehidupan di planet ini baik secara langsung ataupun tidak langsung. Percobaanpercobaan telah menunjukkan bahwa sistem kehidupan merespon dan beradaptasi dengan gravitasi pada tingkat seluler dan molekuler. Hal ini mempengaruhi perkembangan sistem gravireceptors dan graviresponding dari semua organisme baik organisme lebih rendah maupun lebih tinggi. Organisme air dipengaruhi oleh gravitasi secara tidak langsung yaitu melalui tekanan hidrostatik yang sangat bergantung pada kedalaman. Organisme darat dipengaruhi oleh gravitasi melalui regulasi cairan tubuh yang memerlukan modifikasi dramatis dan sistem muskuloskeletal terkait untuk mendukung dan menggerakkan sistem regulasi. Hal ini menjadi semakin penting untuk organisme yang lebih besar dan lebih tinggi. Akar tanaman selalu mengarah menuju gravitasi, yaitu ke arah pusat bumi, yang disebut geotropism positif, sedangkan tunasnya menunjukkan geotropism negatif yaitu tumbuh melawan gaya gravitasi, mengarah sinar matahari. Pada manusia, otak terletak di daerah kepala yang berjarak sekitar 180 cm, sementara jantung terletak sekitar 150 cm dari tanah (Santosh Bhaskaran, 2008). Oleh karena itu jantung harus memompa darah sekitar 30 cm melawan gravitasi untuk memasok darah ke otak. Semua vena di bawah hati, memiliki katup untuk mencegah aliran balik darah kembali ke jantung melawan gravitasi. Misi ke ruang angkasa dan bulan telah difokuskan pada tujuan untuk mempelajari efek perubahan gravitasi pada berbagai proses perkembangan dan fisiologis. Ilmu biologi gravitasi telah mengambil langkah maju yang luar biasa dengan program eksperimen luar angkasanya. Eksperimen-eksperimen ini memberikan kesempatan untuk mempelajari organisme yang hidup di lingkungan gravitasi rendah atau microgravity (gravitasi berorde mikro). Pengetahuan kita tentang konsekuensi 1 2 biologis terhadap menurunnya gravitasi (yaitu spaceflight) telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1957, tetapi jumlah dokumentasi yang ada sangat terbatas dimana hanya terdapat data perubahan biologis untuk beberapa spesies saja (Santosh Bhaskaran, Sagar S. Jagtap, Pandit B. Vidyasagar, 2009). Mikrogravitasi (microgravity) adalah kondisi dimana nilai percepatan gravitasi bumi (g) sangat kecil yaitu dalam orde mikro atau 10-6 dari nilai g. Nilai g dari satu tempat ke tempat lain adalah berbeda-beda tergantung ketinggian dan kondisi geologinya. Dalam fisika, nilai g standar atau nilai g pada permukaan bumi (permukaan laut) didefinisikan sebagai 9,806.65 m/s2. Efek dari microgravity dapat dilihat ketika astronot dan benda-benda melayang di ruang angkasa. Dalam kondisi mikro, astronot dapat melayang di pesawat ruang angkasa. Di luar angkasa benda berat bergerak dengan mudah, sebagai contoh astronot dapat memindahkan peralatan berat ratusan kilogram dengan ujung jari mereka (NASA, 2012). Dalam bidang aeronautika dan teknologi ruang angkasa, simbul g pertama kali digunakan untuk membatasi percepatan yang dirasakan oleh kru pesawat ulang-alik, disebut juga sebagai g forces. Istilah ini menjadi populer di kalangan kru proyek luar angkasa. Sekarang ini, berbagai pengukuran percepatan gravitasi diukur dalam satuan g. Nilai g di permukaan bumi (permukaan laut) adalah 1 g, nilai g yang lebih besar dari 1 g disebut hypergravity dan nilai g yang kurang dari 1 g disebut hypogravity (Melissa Rogers et al., “The Mathematics of Microgravity”, NASA, 1-18). Sebuah gaya sentrifugal umumnya digunakan untuk mensimulasikan gaya gravitasi lebih besar dari 1 g (hypergravity). Meskipun dapat melakukan hal ini melalui berbagai cara, gaya sentrifugal di bumi tidak bisa menurunkan kekuatan percepatan di bawah 1 g. Gaya gravitasi kurang dari 1 g (hypogravity) dicapai dalam lingkungan jatuh bebas. Beberapa aspek penerbangan ruang angkasa juga dapat disimulasikan di bumi dengan menggunakan klinostat (Brown, Robert Bayne, 1999). Klinostat diciptakan untuk memungkinkan rotasi konstan suatu objek, di sekitar sumbu tegak lurus terhadap gaya gravitasi. Peneliti menggunakan perangkat ini untuk meniadakan efek gravitasi dengan menyamakan vektor gravitasi di sekitar sumbu horizontal. Berbagai macam klinostat telah dikembangkan diantaranya klinostat dengan jumlah sumbu rotasi berbeda 3 dan klinostat dengan mode operasi seperti kecepatan dan arah rotasi berbeda. Klinostat satu dimensi (1-D) memiliki satu poros atau sumbu rotasi yaitu pada sumbu tegak lurus terhadap vektor gravitasi dan berputar dengan kecepatan konstan, yang disesuaikan dengan kondisi microgravity yang ingin dicapai. Klinostat dua dimensi (2-D) memiliki sumbu rotasi tunggal, yang berputar tegak lurus dengan arah gravitasi. Klinostat tiga dimensi (3-D) memiliki dua sumbu rotasi, yang satu sama lainnya saling tegak lurus. Klinostat 3-D ini ada dua tipe diantaranya, pertama, klinostat yang berotasi dengan kecepatan dan arah konstan, yang disebut klinostat 3-D. Tipe kedua adalah klinostat yang kedua sumbunya berotasi dengan kecepatan dan arah yang berbeda, yang juga dikenal sebagai "mesin posisi acak" (Random Positioning Machines) (United Nations, 2013). Banyak jenis klinostat yang sudah dikembangkan sebelumnya, yang berbeda dari sumbu rotasi dan kecepatannya (I.W. Fathona, dkk., 2011), melaporkan telah membuat klinostat 3-D dengan kecepatan putar minimal adalah 17 rpm, yang setara dengan gravitasi berorde 10-3 (mikrogravitasi). Dalam penelitian ini telah dibuat klinostat dengan memanfaatkan kecepatan putar motor arus searah (direct current (DC)) untuk tujuan yang sama yaitu untuk mensimulasikan keadaan atau lingkungan microgravity. Klinostat yang telah dibuat adalah klinostat 2-D dengan perotasi motor DC dan pengatur kecepatan menggunakan catu daya variabel. Motor DC adalah motor yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi gerak atau energi mekanik (Budiharto, Widodo, 2014). Kecepatan rotasi dari motor DC dipengaruhi oleh arus dan tegangan yang diberikan. Alat yang dapat mengatur putaran motor DC diantaranya mikrokontroler atau dapat menggunakan catu daya variabel dengan memvariasikan arus dan tegangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana membuat klinostat 2-D dengan perotasi motor DC dan pengatur kecepatan putar menggunakan catu daya variabel. 4 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Klinostat yang dibuat adalah klinostat 2-D dengan tempat sampel berjari-jari 3 cm dan kedalaman 5,5 cm. 2. Pengatur kecepatan putar menggunakan catu daya variabel arus dan tegangan. 3. Variabel yang divariasikan adalah tegangan, dan variabel konstannya adalah arus. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat klinostat 2-D dengan perotasi motor DC dan pengatur kecepatan putar menggunakan catu daya variabel. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai alat penunjang pada Laboratorium Biofisika khususnya pada praktikum-praktikum ataupun eksperimen yang memanfaatkan gravitasi mikro.