media matrasain 37 ekspresi material pada selubung ruang sebagai

advertisement
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
Oleh:
Stenly Yerli Taaluru1, Frits O. P. Siregar2
(1Mahasiswa Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik. Universitas Sam Ratulangi)
(2Staf Pengajar Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi)
ABSTRAK
Material merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari arsitektur.
Material mampu mendefinisikan ruang, membentuk karakter bangunan hingga mampu membawa
pengguna bangunan pada tingkat pengalaman puitis. Material dengan demikian merupakan salah
satu medium dalam menghadirkan pengalaman arsitektur.
Pengalaman arsitektur ialah berbicarakan tentang bagaimana arsitektur dialami secara
nyata melalui pengalaman sensoris kesatuan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan
perabaan. Kecenderungan gerakan arsitektur modern yang lebih menyukai penggunaan material
untuk menghasilkan efek abstraksi yang imaterial, dan di sisi lain arsitektur post-modern yang
menjadikan sistem tanda dan informasi sebagai pengalaman arsitekturalnya mengarahkan kita
pada keadaan dimana arsitektur seolah jauh dari sesuatu yang nyata, dan pula menciptakan
pengalaman arsitektur yang hanya pada tingkatan persepsi visual semata.
Ekpresi material dapat menjadi medium hadirnya pengalaman arsitektur yang
menyeluruh, dimana pengalaman tersebut tidak sekedar pengalaman persepsi visual dari indera
penglihatan, namun merupakan suatu kesatuan pengalaman antara indera penglihatan, peraba,
pendengaran dan penciuman, yang pada akhirnya menjadikan arsitektur tidak hanya dapat dilihat
tapi lebih dari itu dapat dialami.
Kata kunci : ekspresi, material, pengalaman arsitektur
PENDAHULUAN
Material
merupakan salah
satu
pengguna
bangunan
pada
pengalaman
puitis
suatu
dari
tingkat
konteks
elemen yang tidak dapat dipisahkan dari
arsitektural, walaupun keadaan itu sangat
arsitektur. Walaupun eksistensi material tak
bergantung pada kemampuan arsitek untuk
lepas dari kehadiran bentuk (Scamozzi
menghadirkannya (Zumthor, 1988:11).
dalam Afifah Harisah, 2007:143), namun
secara
eksplisit
menghadirkan
material
pengalaman
mampu
arsitektur
Secara
sebelumnya
singkat
telah
seperti
dinyatakan
di
yang
atas,
material dengan demikian merupakan salah
tertentu dalam suatu objek arsitektural.
satu
Material
ruang
pengalaman arsitektur dalam suatu objek
(Farrely, 2009:6) dimana material tersebut
arsitektural. (Dalam tulisan ini, konteks
menyatu dengan elemen pembentuk ruang
material
tersebut. Bahkan material dapat membawa
material selubung ruang , yang secara
mampu
mendefinisikan
medium
dalam
yang dimaksud
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
menghadirkan
terbatas pada
37
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
langsung berhubungan dengan pengalaman
pengalaman arsitektur melalui suatu sistem
sensoris pengguna bangunan).
tanda dan informasi, dimana pengalaman
Berbicara
tentang
pengalaman
arsitektur tidak hanya terangkum oleh indera
arsitektur ialah berbicara tentang bagaimana
penghlihatan,
arsitektur dialami secara nyata, baik melalui
interpretasi yang lebih lanjut dari para
pengalaman secara inderawi, maupun secara
penikmat.
kejiwaan
/
perasaan
(Laksmi
2006:40).
(Penulis
pengalaman
tersebut
dalam
pengalaman
inderawi,
dan
Siregar,
“membingkai”
lingkup
kehadiran
tapi
Gadamer,
dalam
menuntut
seorang
Laksmi
mengatakan
filsuf
Siregar
tentang
proses
Barat
(2006:43)
arsitektur
sebagai
berikut :
pengalaman batiniah secara kejiwaan /
perasaan
merupakan
konsekuensi
“The
dari
greatest
and
most
pengalaman inderawi tersebut). Tak bisa
distinguished of these form
dipungkiri bahwa persepsi visual memegang
is architecture.”
peranan penting dalam usaha bagaimana
pengalaman arsitektur
hadir
bagi para
Seperti
yang
tak
telah
heran
dinyatakan
penikmatnya, seperi yang dituliskan Laksi
sebelumnya,
bila
indera
Siregar (2006;42) :
penglihatan tak dapat disangkal memegang
peranan penting dalam proses penikmatan
“..ungkapan arsitektur juga
karya arsitektur, dan dengan demikian tak
dihayati oleh perasaan
dapat
manusia dan inderawinya
dihindari
pula
pengalaman arsitektur lahir dari indera
yaitu penglihatan.”
penglihatan semata.
Padahal,
arsitek
Dalam
masa
seperti
Alberti
menggunakan
cahaya
renaissance,
persepsi
untuk
kecenderungan
arsitektur
para
yang mendalam hadir melalui rangkaian
Vinci
pengalaman sensoris antara indera penglihat,
terhadap
peraba, pendengar dan pencium (Zumthor,
pengalaman
1988:10). Peran indera penglihat dalam
dan
Da
visual
menciptakan
pengalaman
ruang Ilahi (Van de Ven, 1987:28). Dalam
suatu
proses
pencerapan
pengalaman
gerakan arsitektur modern, Le Corbusier dan
arsitektur telah banyak disinggung oleh para
para arsitek yang sehaluan dengannya
ahli arsitektur. Mengenai indera peraba,
berhasil menciptakan pengalaman arsitektur
Avianti Armand menulis :
melalui penggunaan material dan permukaan
yang menghasilkan efek abstraksi yang
“ Ashley Montagu, seorang
imaterial,
modern
antropologis
(Avianti
meyakinkan keutamaan dari
Armand;2011). Sedangkan pada beberapa
perabaan : “Kulit adalah
dekade sesudah Le Corbusier, post-modern
organ tubuh kita yang paling
dan
tua
yang
memenuhi
38
gerakan
nilai
menurut
isme
kebenaran
arsitekturnya
menciptakan
dan
dan
paling
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
humanis,
sensitif,
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
medium komunikasi kita yang
PEMBAHASAN
pertama, dan pelindung tubuh
A.
kita
a. Ekspresi Arsitektur
yang
Sentuhan
adalah
paling
atau
induk
efisien.
Kajian Literatur
perabaan
dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia
mata,
mengartikan
kata
ekspresi
sebagai
telinga, hidung, dan mulut
pengungkapan atau
kita. Ia adalah indera yang
(yaitu
terdiferensiasi
maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)
menjadi
proses menyatakan
memperlihatkan
/
menyatakan
indera-indera lain, ‘ibu dari
(Pusat
indera-indera lain’”. Dengan
Menurut
kata lain, tanpa tactile value,
Surasetja,Irawan, 2007:12), ekspresi adalah
sulit
untuk
apa yang telah kita lihat menurut pengaruh
pengalaman
atau pengalaman sebelumnya. Oleh karna
bagi
kita
mendapatkan
ruang yang komperehensif.”
Bahasa
Depdiknas,
Smithies
2008:380).
(1984),
(dalam
tiap orang memiliki keunikan latar belakang
Selanjutnya, Heinz Frick, dalam buku
dan pengalaman yang berbeda – beda, maka
“Dasar
tanggapan
–
Dasar
Eko
Arsitektur”
terhadap
ekspresi
yang
menyebutkan elemen suara dan bau berturut
dimunculkan oleh suatu objek juga akan
– turut sebagai matra kelima dan keenam
berbeda – beda. Sedangkan dalam teori
dari arsitektur ekologis. Dengan demikian,
Gestalt, ekspresi merupakan suatu gaung
sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa
antara proses neurologis (syaraf) dan pola –
pengalaman arsitektur dapat dihasilkan tidak
pola lingkungan, yaitu suatu proses biologis
hanya melalui pengalaman visual yang
dalam otak kita (Iang, 1987 dalam Surasetja
melibatkan
Irawan, 2007:12).
indera
penglihatan
saja,
melainkan indera – indera lainnya.
Dalam kajian mengenai seni dan
Material yang secara arsitektural
estetika,
ekspresi
memegang
peranan
merupakan salah satu elemen pembentuk
penting dalam menjembatani suatu karya
karakter bangunan (Guadet dalam Afifah
seni
Harisah, 2007:143) dan elemen pendefinisi
menekankan aspek perasaan (emosional)
ruang memiliki ekpresi fisik yang dapat
dalam mengkomunikasikan ekspresi suatu
menjadi
pengalaman
karya seni. Baginya, keberhasilan seni
arsitektur yang menyeluruh. Pengalaman
dilihat dari bagaimana dalam dan melalui
tersebut tidak sekedar pengalaman persepsi
penyampaian perasaan, mampu membuat
visual
penikmat
medium
hadirnya
dari indera
merupakan
suatu
penglihatan,
kesatuan
namun
pengalaman
dan
penikmatnya.
karya
lebih
Leo
peka
Tolstoy
terhadap
perasaan. Selain aspek perasaan, terdapat
antara indera penglihat, peraba, pendengar
pula
dan
akhirnya,
menggunakan “kosakata” gagasan. Dalam
kalimat
teori ini, suatu ekspresi hadir melalui
Avianti Armand, “tidak hanya dapat dilihat
gagasan atau pemikiran yang terkandung
tapi lebih dari itu dapat dialami.”
dari karya seni tersebut. Sedangkan John
penciuman,
Arsitektur,
yang
dengan
pada
meminjam
teori
tentang
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
ekspresi
yang
39
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Dewei mendasarkan teori ekspresi seninya
b. Material dalam Arsitektur
pada pengalaman. Ekspresi hadir dalam
Material
merupakan
interaksi antara manusia dan lingkungan
arsitektur
sekitarnya (Eaton Marcia, 1988:30).
bereksistensi. Arsitektur secara konseptual
Dalam ranah arsitektur , Frederick
yang
elemen
menjadikan
arsitektur
bermula dari suatu kebutuhan akan rasa
Jules menyatakan bahwa ekspresi arsitektur
aman
dapat diibaratkan seperti bahasa, senantiasa
selanjutnya direspon dengan penghadiran
berkembang menjadi bentuk – bentuk baru
material sebagai pembentuknya.
berdasarkan, atau berbeda dengan yang
terhadap
gangguan
Berdasarkan
alam,
yang
fungsi
dan
lampau.(Jules dalam Snyder dan Catanese,
penggunaannya, kita membedakan material
1984:323). Mengenai masalah bahasa dalam
dalam arsitektur sebagai material struktural
arsitektur, Norberg Schulz (1985) (dalam
dan material non struktural. Sedangkan
Siregar Laksmi, 2006:46) menyatakan :
berdasarkan jenis
unsur
pembentuknya,
“bentuk yang dibangun, ruang yang
Lorraine Farrely dalam Construction and
ditata dan tipe bangunan mencakup
Materiality
aspek – aspek dan model hunian,
kelompok :
jadi membentuk suatu bahasa.”
-
Dengan demikian, bentuk, ruang dan unsur –
membagi material ke dalam
Material batu dan batu bata (stone and
brick)
unsur lainnya sebagai pembentuk arsitektur
-
Material beton (concrete)
serta prinsip – prinsip pengorganisasian
-
Material kayu (timber)
arsitektur
termasuk
-
Material kaca (glass)
sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, dan
-
Material baja (steel)
transformasi
serta
-
Material komposit (composite material)
konsepsi – konsepsi dari tema manifestasi
-
Material inovatif (inovative material)
yang
di
dalamnya
(Ching,
2009:321)
arsitektur secara langsung maupun tidak
langsung merupakan ekspresi arsitektur.
Dalam Constructing Architecture,
Andrea Deplazes mengelompokkan material
–
sebagai salah satu pembentuk fisik ruang
pemaparan tentang makna ekspresi dan
(2005:20). Sebagai pembentuk fisik, kita
kaitannya
mengenali
Berdasarkan
dalam
pemaparan
arsitektur,
kita
dapat
material
melalui
menyimpulkan bahwa ekpresi arsitektur
kualitas :
mendeskripsikan kepada kita bagaimana
-
Massiveness
unsur – unsur arsitektural yang hadir secara
-
Heaviness (berat)
tangible dan intangibe itu diungkapkan,
-
Lightness (ringan)
dikomunikasikan, atau terkait dengan apa
-
Hardness (keras)
yang
Jules,
-
Softness (lembut)
melalui
-
Filigreeness
unsur – unsur ragawi maupun yang non-
-
Compactness
ragawi.
-
Transparency (transparansi)
diuraikan
dibahasakan
40
oleh
kepada
Frederick
pengguna,
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
kualitas
–
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Deplazes,
-
Sight (penglihatan)
kehadiran suatu bentuk fisik selalu tidak
-
Touch (sentuhan)
dapat dipisahkan dengan bagaimana kita
-
Feeling (perasaan)
mempersepsikannya. Sifat – sifat material
-
Odorous (penciuman)
dipersepsikan melalui :
-
Hearing (pendengaran)
Selanjutnya
menurut
Media Persepsi
Sight (penglihatan)
Touch (sentuhan)
Feeling (perasaan)
Odorous (penciuman)
Sifat Material yang dipersepsikan
-
Cahaya
-
Warna
-
Materialitas :
-

Abstrak

nyata
texture :

kasar

halus

berserat
-
basah
-
kering
-
panas
-
dingin
-
smell (bau busuk)
-
agreable (serasi)
Hearing (pendengaran)
-
Ribut
-
Gema, gaung
-
Echo
-
meredam
Berdasarkan kualitas fisik material yang
penggunaan material yang kualitas fisiknya
telah diuraikan di atas, kita dapat melihat
sejalan dengan sifat ruang yang diinginkan.
bahwa selain menjawab tuntutan teknis dan
Misalnya, material beton berkesan berat,
fungsinya, material secara langsung mampu
kayu berkesan hangat ataupun kaca yang
mendefinisikan kualitas – kualitas ruang
secara
secara keseluruhan. Kualitas ruang yang
mengisyaratkan kualitas transparan, ringan
sifatnya dinamis, statis, masif, dingin, luas,
dan terbuka (Farrely, 2009).
praktis
maupun
simbolik
dan sebagainya mampu dicapai dengan
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
41
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Selanjutnya,
dari
yang
Dari berbagai sumber di atas, kita
sebelumnya telah diuraiakan tentang sifat –
bisa memahami bahwa selubung bangunan
sifat material dan hubungannya dengan
merupakan elemen – elemen bangunan
persepsi kita terhadap material tersebut,
yang memisahkan ruang luar dan ruang
maka dapat dinyatakan bahwa material tidak
dalam. Pernyataan ini dengan demikian
hanya
indera
menunjuk pada elemen – elemen bidang
penglihatan, suatu kecenderungan persepsi
vertikal dan horisontal yang membungkus
yang selama ini berlaku. Sifat – sifat
bangunan yang sifatnya dapat dianalogikan
material
seperti sebuah kulit atau pakaian pada
dipersepsikan
apa
melalui
memungkinkan
kita
mempersepsikan material dalam suatu karya
arsitektural
juga
melalui
manusia.
sentuhan,
Dengan memahami definisi tentang
penciuman, pendinginan, hingga perasaan.
selubung bangunan di atas, kita dapat
Dengan kata lain, kesatuan totalitas persepsi
menyimpulkan
sensoris.
merupakan elemen – elemen bidang yang
menyelubungi
suatu
selubung
ruang.
ruang
Kehadiran
elemen – elemen ini dengan sendirinya
c. Selubung Ruang
Beberapa
bahwa
tentang
menciptakan konsepsi ruang, memisahkan
selubung bangunan pada umumnya, yang
ruang yang satu dengan lainnya baik secara
diperoleh dari berbagai sumber diantaranya :
vertikal
-
pengertian
The outside of a building (Architectural
maupun
horisontal,
serta
memisahkan ruang dalam dan ruang luar.
Dictionary of Terms, Movement and
Architects).
-
-
d. Media
Besar
Bahasa
Indonesia, kata “media” berarti perantara;
separate the inside from the outside
penghubung; yg terletak di antara dua
(Dictionary
pihak.
of
Architecture
and
(Pusat
Bahasa
Departemen
Building Technology).
Pendidikan Nasional, 2008:931). Dalam
Outer skin of a building that limits
ranah arsitektur, “media” dapat dipahami
thermal transfer ; outer structure of a
sebagai suatu sarana / alat yang dihadirkan
building
untuk mengkomunikasikan arsitektur, baik
(Dictionary
of
Civil
secara konseptual maupun secara konkret.
External envelope; the external roof
and wall component and constructions
e. Pengalaman dalam Arsitektur
of a buildings which protect the
Kata “pengalaman” dalam Kamus
interior from the effect of temperature
Besar Bahasa Indonesia memiliki arti “yang
and
of
pernah dialami” (Pusat Bahasa Depdiknas,
Buildings
2008). Dalam arsitektur, kata “pengalaman”
the
weather
Architecture
Construction).
and
(Dictionary
tidak
dapat
“penghayatan”
42
Kamus
a building (wall, roof, floor) that
Engineerry and Construction).
-
Menurut
A generic term for all outer elements of
dipisahkan
dan
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
dari
kata
“penikmatan”.
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
“Penghayatan” berarti “pengalaman batin”,
-
Tingkatan
pertama:
pengamatan
sedangkan kata “penikmatan” memiliki arti
terhadap kualitas material. Warna, suara,
“proses,
gerak dan sebagainya sesuai dengan jenis
cara,
perbuatan
menikmati;
pengecapan”.
seni serta reaksi fisik lainnya.
Arsitektur
merupakan
suatu
-
Tingkatan
kedua:
penyusunan
dan
lapangan yang di dalamnya terdiri atas unsur
pengorganisasian
hasil
– unsur pembentuk yang ragawi, dalam
Pengorganisasian
tersebut
merupakan
suatu tatanan pengorganisasiannya, yang
pertimbangan
harmoni,
kontras,
terintegrasi dengan konsepsi – konsepsi dari
keseimbangan dan kesatuan.
tema manifestasinya berturut – turut secara
langsung berhubungan dengan
“penikmatan”,
aktivitas
“pengalaman”,
“penghayatan”
Tingkatan ketiga: susunan hasil persepsi
(pengamatan).
dihubungkan
Pengamatan
dengan
juga
perasaan
atau
menghadirkan
emosi, yang merupakan hasil interaksi
eksistensinya. Karna ketiga aktivitas tersebut
antara persepsi memori dengan persepsi
di
visual. Tingkatan ketiga ini tergantung
dalam
untuk
dan
-
pengamatan.
arsitektur
merupakan
suatu
keadaan integral, maka penulis merangkum
ketiga akivitas tersebut ke dalam nomina
dari tingkat kepekaan penghayat.
Berdasarkan
pemahaman
dan
“pengalaman” arsitektur, dimana dalam
pengelompokkan “pengalaman” arsitektur di
pembahasan yang selanjutnya dipahami
atas, kita dapat melihat bahwa “pengalaman”
tidak sebatas pengalaman fisik, tetapi pula
batin menjadi konsekuensi logis dari adanya
pengalaman batin.
pengalaman ragawi. Dengan kata lain,
Laksmi
mengelompokkan
Siregar
pengalaman
(2006:41)
pengalaman
arsitektur
penikmatan arsitektur yang kemudian diikuti
menjadi dua, yaitu:
-
-
Pengalaman
ragawi
mendahului
proses
oleh pengalaman batin (yang pada umumnya
Lahiriah,
dimana
lebih bergantung pada tingkat kepekaan
penikmatan estetik tidak hanya melalui
seseorang). Dengan demikian ruang lingkup
penikamatan – penikmatan indera, tetapi
pembahasan
juga tergantung, serta dipengaruhi oleh
“pengalaman”
proses pikiran.
beratkan pada pengalaman ragawi.
selanjutnya
arsitektur
tentang
lebih
dititik
Pengalaman Batiniah, yang menekankan
Arsitektur bermula dari kebutuhan
pentingnya penghayatan batin dalam
manusia akan perlindungan dari gangguan /
suatu karya arsitektur.
bahaya alam (Sumintradja, 1978:3). Disini,
Sedangkan Darsono (2007:11) membagi
pengalaman akan arsitektur bermula bukan
tingkatan aktivitas estetik, yang dengan
melalui pengalaman akan unsur – unsur
demikian secara langsung sangat erat
ragawi tetapi lebih ke pengalaman batin,
hubungan
yaitu kebutuhan akan rasa aman.
dengan
bagaimana
pengalaman arsitektur hadir, ke dalam
tiga tingkatan :
Selanjutnya,
konsepsi
mendasar
yang dihadirkan dalam wujud arsitektur
adalah pengalaman mistis. Hal ini dapat
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
43
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
dilihat pada arsitektur Nusantara Klasik,
terhadap pengalaman mistis. Hal itu sejalan
misalnya
dengan
dengan perkembangan arsitektur Klasik
bentukannya yang demikian sebagai tuntutan
Eropa mulai dari zaman Barock hingga
aspek
(Mangunwijaya,
sebelum arsitektur modern dimulai, dengan
1987:52). Disini, dapat dipahami bahwa
pengalaman arsitektur yang berorientasi
kehadiran unsur – unsur ragawi pembentuk
pada
arsitektur merupakan tuntutan atas sistem
direpresentasikan dengan elemen – elemen
kepercayaan yang berlaku pada masyarakat
vertikal yang dominan pada saat itu, hingga
saat itu. Pengaturan pola perumahan dan
dengan kehadiran cahaya diantara ruang
pemukiman tak lepas dari orientasinya
gelap.
pembangunan
kepercayaan
meru
nilai
–
nilai
ketuhanan,
yang
Gambar 1.
Tuberculosis Sanatorium (Arsitek - Alvar Aalto)
Selain itu, pengalaman arsitektur
efek
abstraksi
yang
imateril
(Armand
saat itu dengan sendirinya menciptakan
Avianti : 2011). Selain itu, dalam arsitektur
pengalaman – pengalaman sensoris visual
modern terdapat pula usaha – usaha untuk
yang langsung berhubungan dengan unsur –
menciptakan pengalaman – pengalaman
unsur ragawi pembentuk pengalaman mistis
arsitektur
di atas. Pengalaman akan suara hadir pula
disesuaikna
sebagai konsekuensi logis dari bentukan dan
Bangunan
Tuberculosis
material yang digunakan.
rancangan
Alvar
Memasuki abad 20, kurun waktu
dimana
gerakan
dominasinya
modern
dalam
menampakkan
dunia
melalui
dengan
indera
peraba
tipologi
Aalto
yang
bangunan.
Sanatorium
berusaha
menghadirkan pengalaman tersebut, yang
disesuaikan dengan fungsi bangunan sebagai
arsitektur,
tempat penyembuhan penyakit TBC dengan
pengalaman – pengalaman arsitektur hadir
memaksimalkan sinar matahari (Weston
secara visual melalui permainan bidang dan
Richard, 2006:68).
penggunaan material yang menghasilkan
44
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Gambar 2.
Fallingwater House (Arsitek – Frank Lloyd Wright)
Mempertimbangkan
pengalaman
sensoris
dalam
kesatuan
bahwa pengalaman – pengalaman arsitektur
arsitektur
didapat hanya dari penikmatan salah satu
modern dapat dilihat dari usaha Frank Lyoid
indera
saja,
dan
indera
Wright pada rancangan Falling Water,
mendominasi keadaan ini.
dimana aspek suara aliran sungai, perabaan
Padahal,
kesatuan
penglihatan
dari
kelima
tekstur material dan cahaya matahari telah
pancaindera terlibat secara langsung pada
menjadi dasar pertimbangan dalam suatu
saat manusia menangkap suatu bangunan
perancangan arsitektur (Weston Richard,
(Frick Heinz, 1998:40). Dengan demikian,
2006: 80).
disini kita dapat menyimpulkan bahwa
Pada
arsitektur
paruh
ini,
pengalaman arsitektur hendaknya dipandang
sebagai
sebagai suatu kesatuan sensoris pengalaman
dan informasi (Zumthor,
inderawi, dimana tidak hanya hadir melalui
kemudian
sistem tanda
1999:17).
Unsur
–
akhir
abad
dipandang
unsur
pembentuk
salah satu pengalaman inderawi saja.
arsitektur yang dihadirkan lebih dipandang
sebagai suatu kosakata yang disusun untuk
B.
Studi Kasus ( Objek : Thermal Baths
– Peter Zumthor )
menyampaikan maknanya.
Dari apa yang telah dikemukakan
sebelumnya,
pembahasan
mengenai
Peter Zumthor merupakan arsitek
berkebangsaan Swiss. Dalam pendekatan
pengalaman arsitektur pada kajian ini lebih
perancangannya,
dititik beratkan pada pengalaman ragawi.
arsitektur harus diperbaharui dan diperluas
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh
dengan lebih memperhatikan kualitas –
Laksmi Siregar (2006), pengalaman ragawi
kualitas dasarnya, yaitu material, struktur
lahir melalui penikmatan – penikmatan
dan konstruksi, dibanding dengan membuat
indera. Dari apa yang telah dipaparkan di
bentuk
atas, kita melihat suatu kecenderungan
Weston, 2006:206).
yang
dia
lebih
percaya
fleksibel.
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
bahwa
(Richard
45
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Gambar 3.
Eksterior Bangunan Thermal Baths
Seperti
dikatakan
dalam
smells....... the sound of the
Architecture
bahwa
gravel under my feet, the soft
terdapat suatu kekuatan dalam hal – hal
gleam of the waxed aok
biasa di kehidupan sehari – hari, (Zumthor
staircase, I can hear the
1988:17)
heavy front door closing
bukunya
yang
Thinking
muncul
Pengalaman
dalam
karya
arsitektur
Peter
yang
Zumthor
behind
me.
....the
small
merupakan kesatuan pengalaman sensoris
hexagonal tiles of the floor,
sehari
dari
dark red and fitted so tightly
ketika
together that the cracks
-
pengalaman
hari
yang
masa
didapatkan
kecilnya
mengunjungi rumah bibinya.
between them were almost
imperceptible,
were
I used to take hold of it when
and unyielding under my
I
feet, and a smell of oil paint
went
iton
my
aunt’s
garden. That door handle
issued
from
still seems to me like a
cupboard.
special sifn of entry into a
1988:9)
the
wold of different moods and
46
hard
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
kitchen
(Zumthor,
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Gambar 4.
Denah dan Potongan
Gambar 5.
Pemandian air dingin
Dari apa yang diceritakan Zumthor
sebagai pengalaman yang kehadirannya
dapat dilihat bahwa dia menterjemahkan
pertama – tama bergantung pada unsur –
pengalaman arsitektur ke dalam setiap
unsur alami.
pengalaman sensoris, yaitu penglihatan,
perabaan,
pendengaran
dan
penciuman.
Bangunan
merupakan
tempat
Thermal
pemandian
Baths
yang
Dalam pembahasan ini, pengkajian studi
dibangun untuk memanfaatkan mata air
kasus hanya dibatasi pada pengalaman
panas alami yang dialihkan ke site untuk
penglihatan, perabaan, pendengaran dan
mandi pengobatan seperti abad ke sembilan
perasaan.
belas. Bangunan ini menyerupai bangunan
Aspek
penciuman
dipandang
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
47
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
monolitik besar, dan ruang – ruang tempat
lebar bervariasi yang dibingkai leh batu segi
berganti pakaian seperti mempersiapkan
empat di sekelilingnya. Kemudian terdapat
pengalaman yang akan dilalui. Ruangan
lubang di bagian tengah, tempat kolam –
ditutup oleh tabir dari bahan kulit berwarna
kolam air panas, dingin atau beraroma. Efek
hitam dan diberi panel kayu mahoni dengan
kumulatif dari kehadiran air yang dapat
lapisan warna merah.
meresap, uap air, dan pencahayaan yang
Dalam
denah,
kolam
tampak
bervariasi
dengan
indahnya
baik
membentuk kesederhanaan sendiri, air dari
pencahayaan alami maupun yang buatan
kolam persegi masuk melalui tangga dengan
menjadi sangat kompleks.
Gambar 6.
Koridor antara ruang bilas dan ruang ganti
Gambar 7.
Koridor di sisi ruang ganti
Bagian interior bangunan disatukan oleh
Ruang yang panas dan dingin berlapis
satu jenis material pelapis dinding, yaitu
terracotta biru dan merah muda secara
gneiss atau batu kasar seperti granit yang
berurutan, dan semua elemen sekunder
berasal dari lokasi setempat, diletakkan
seperti pintu,
rapat. Namun, secara struktur ini merupakan
bahkan cangkir dan rantai terbuat dari
pencampuran beton cetak di tempat dan
perunggu.
railing tangga,
dinding batu pemikul beban yang kompleks.
48
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
penanda,
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
puncaknya berada pada ruang – ruang
a. Penglihatan (sight)
Pengalaman akan persepsi visual
pemandian.
akan lebih lebih menghadirkan substansinya
ketika aspek kontras dihadikan. Dalam
b. Perabaan (touch)
bangunan ini, penghadiran persepsi visual
Fungsi utama bangunan ini sebagai
dihasilkan dengan mensejajarkan material –
tempat pemandian. Pada kolam pemandian,
material yang sifatnya kontras. Pada ruang
sifat air yang licin hadir bersama dengan
kolam indoor, Zumthor menggunakan batu
tekstur kasar batu alam. Pada blok ruang
alam yang berpola horisontal yang kontras
pemandian yang tersendiri, dinding utama
dengan pola permukaan air yang licin
batu alam disejajarkan dengan teracota yang
ataupun
permukaannya halus. Panel kayu mahoni
berpola
kurva
lengkung
tak
beraturan ketika air beriak.
juga digunakan sebagai penutup bidang
Dengan pola tekstur horisontal
tersebut, dinding batu alam tersebut juga
menghadirkan
pengalaman
visual
untuk
memperkaya
intensitas
kualitas
perabaan dalam ruang.
yang
Pada koridor, ramp dan tangga,
“nyata”, berbeda dengan konsep pengalaman
penggunaan railing dari bahan perunggu
abstrak yang ditemukan pada bidang –
dengan
bidang dinding putih yang dipopulerkan
menyesuaikan dengan sifat tenang bidang
gerakan arsitektur modern. Pada blok ruang
lantai sebagai sirkulasi.
permukaan
licin
untuk
pemandian air panas, batu alam dikontraskan
dengan
penggunaan
teracota
biru,
c. Perasaan (feeling)
sedangkan pada blok pemandian air dingin,
Dalam arsitektur, persepsi tentang
dipadukan dengan teracota merah muda.
feeling diperoleh dari sifat yang panas,
Pada
alam
dingin, basah dan kering (Deplazes, 2005),
dikombinasikan dengan panel kayu mahoni
yang berhubungan erat dengan temperature
merah di bagian atasnya. Pada sisi luar
of space yang pada umumnya terbagi
bangunan, batu alam yang berkesan “berat”
menjadi temperatur fisik dan temperatur
dan masif disandingkan dengan penggunaan
psikis (Langi, Jean,2012:4). Di daerah
kaca yang berkesan ringan dan openess.
dengan empat musim seperti Valls, Swiss,
kolam
indoor
juga
batu
Pada ruang transisi dan koridor,
dinding
batu
alam
senada
menyelubungi massa bangunan, dan juga
warnanya dengan material lantai, dengan
sebagai selubung – selubung ruang di
railing tangga yang terbuat dari perunggu
dalamnya berfungsi untuk menjaga suhu
yang
warna
ruang agar tetap konstan. Dalam hal ini, batu
penulis,
alam berkesan netral. Pengalaman terhadap
Zumthor menggunakan warna monochrome
feeling lalu muncul ketika ruang berinteraksi
pada ruang – ruang transisi dan koridor,
dengan unsur – unsur alami, dalam hal ini
dengan sedikit penghadiran kontras untuk
air, cahaya matahari, maupun angin.
ketiganya
monochrome.
kelihatan
material batu alam yang digunakan untuk
merupakan
Menurut
hemat
menciptakan suatu pengalaman ruang yang
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
49
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Pada ruang transisi yang berupa
hadir dalam bangunan ini, yang didominasi
dengan
railing yang terbuat dari material perunggu
permukaan rapat jenis material yang tinggi
secara
langsung
dengan
seperti batu alam, kaca, dinding teracota,
dengan
indera
kemudian
dan railing perunggu. Pengalaman seperti ini
menstimulus feeling dingin. Pengalaman
dihadirkan pada kolam indoor dan blok
yang sama dihasilkan ketika bidang lantai
ruang pemandian tersendiri.
berhubungan
peraba
yang
material
–
koridor, ramp dan tangga, penggunaan
material
dengan
batu alam terkena dengan air yang dibawa
Sedangkan untuk meminimalkan
oleh para pengunjung. Diantara temperature
efek gema yang tercipta dalam ruang,
of space yang dingin, kaca merupakan
digunakan panel kayu mahoni pada bidang
material
dinding agar suara dapat diserap, seperti
yang
digunakan
untuk
menghangatkan ruang dengan menciptakan
yang diterapkan pada kolam indoor.
lubang pada bidang yang didominasi dengan
batu alam, dan menggantinya dengan bidang
kaca.
Hal
–
hal
tersebut dapat
C.
Implementasi dalam Perancangan
kita
Secara garis besar, implementasi
kategorikan ke dalam perasaan fisik, yang
penekanan ekspresi material dalam proses
berhubungan langsung dengan temperatur
perancangan arsitektural berada diantara
fisik pula.
penggunaan material tertentu dan konteks
Implementasi penghadiran perasaan
arsitektural yang akan dihadirkan (Zumthor,
dan temperatur psikis pada bangunan ini
1988:11).
dapat kita lihat pada blok ruang pemandian.
sensoris
Pada ruang pemandian panas, batu alam
dihubungkan
dikombinasikan dengan material teracota
karakteristik sifat dan kualitas material yang
biru. Disini, penggunaan warna biru pada
akan
teracota bermaksud untuk menyeimbangkan
berpengaruh secara fisik maupun psikis.
temperatur fisik yang hangat, dengan kesan
Misalnya, pengalaman ruang mendramatisir
psikis warna biru yang bersifat dingin.
efek suara, dengan demikian membutuhkan
Demikian juga
penggunaan material yang nilai rapat jenis
pemandian
sebaliknya
dingin,
pada ruang
digunakan
Setiap
yang
konteks
ingin
secara
digunakan,
pengalaman
dicapai
langsung
yang
harus
dengan
selanjutnya
teracota
permukaannya relatif tinggi, sehingga suara
merah muda yang secara psikis bersifat
yang dalam bentuk gelombang lebih sedikit
hangat.
diserap
oleh
selebihnya
material
tersebut,
dan
dipantulkan.
Demikian
juga
pengalaman akan persepsi perabaan dengan
d. Pendengaran (hearing)
Sifat batu alam yang masif dan
demikian berhubungan dengan penggunaan
keras dalam kaitannya dengan bunyi ialah
material dengan sifat permukaan yang
lebih memungkinkan bunyi dipantulkan
bertekstur.
daripada diserap. Dipengaruhi juga dengan
Sedangkan
berdasarkan
tertutup,
komposisinya, ekpresi material benar –
pengalaman dramatisasi suara benar – benar
benar bereksisitensi ketika sifat – dan
geometris
50
monolit
yang
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
kualitas material – material yang kontras
beraturan dan tekstur batu alam yang kasar
disejajarkan satu dengan yang lain. Dengan
dengan pola penyusunan horisontal.
mensejajarkan
kualitas
–
kualitas
Dalam tabel berikut ini disajikan
kontrasnya, material – material hadir tidak
kesimpulan
saling mendominasi tapi setiap material
antara jenis material, sifat dan kualitasnya,
hadir dengan karakter masing – masing yang
dan indera persepsi yang terlibat dalam
kuat. Seperti halnya penggunaan material
kegiatan sensoris terhadap ruang secara
batu alam pada bidang dinding yang
umum, dan material pada khususnya, yang
mengelilingi
selanjutnya
kolam.
Kekontrasan
hadir
umum
coba
mengenai
dihubungkan
hubungan
dengan
diantara tekstur air yang licin, dengan pola
pengalaman ruang yang hadir dari asosiasi
permukaannya berupa garis garis kurva tak
tersebut.
Jenis
Material
Kualitas / Sifat
Material
Masif (massivness)
Indera Persepsi
Perasaan
Berat (heaviness)
Padat (compactness)
Stone & Brick
strong heat energy
(sesuai konteks ruang)
bergema
/
gaung
(sesuai konteks ruang)
Pendengaran
Penglihatan
Keras / Kasar(hardness)
Halus (softness)
Filigreeness
Penglihatan / Perabaan
Perabaan
Penglihatan / Perabaan
Masif (massivness)
Berat (heaviness)
Padat (compactness)
Penglihatan
Perasaan
Concrete
Kesan / Pengalaman
terhadap Ruang
Pendengaran
Monolit
Timeless
Indestructible
Rasa aman
Konkret / nyata
Abstrak
Konkret
Intim
Monolit
Indestructible
Permanence
Strong heat energy
(sesuai konteks ruang)
bergema
/
gaung
(sesuai konteks ruang)
Keras / Kasar(hardness)
Halus (softness)
Perabaan
Konkret / nyata
Abstrak
Ringan (Lightness)
Penglihatan
natural
informal
Temporary
Wood
Kualitas
tekstur
(softness dan hardness)
Transparansi
Glass
Ringan (lightness)
Pendengaran
Meredam suara
Perabaan
hangat
Perasaan
Penglihatan
Transparan
Terang
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
51
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
Terbuka
Quality of heavenly
Perasaan
Perabaan
Penglihatan
Penglihatan
Licin (softness)
Reflection
Masif
Berat
Keras
Steel
futuristic
Hangat
Licin
Luas / openess
Industriality
Modernity
Contemporary
techonology
Perasaan
PENUTUP
A.
B.
Hangat / dingin (sesuai
konteks ruang)
Saran
Sebagai
Kesimpulan
Terlepas dari dimensi teknisnya,
salah
satu
pembentuk arsitektur, material
unsur
memiliki
material dalam arsitektur memiliki segi non
sifat dan kualitas – kualitas khas yang
– teknis yang berhubungan langsung dengen
mampu
ekspresinya dan pengalaman ruang yang
arsitektural. Material mampu menciptakan
ditangkap oleh pengguna arsitektur. Dalam
suatu
ekspresinya, yang hadir melalui sifat /
mendefinisikan
kualitas fisik material tersebut (sifat masif,
dipungkiri
berat, ringan, keras, kasar, halus, dan
merupakan hal yang mendominasi wilayah
sebaginya), indera persepsi secara langsung
penikmatan suatu arsitektur. Tapi, sama
menstimulus kualitas – kualitas material
halnya
tersebut,
berdasarkan
melulu tentang penglihatan, tapi juga tentang
konsep subjektif dan ojektif pengguna
perabaan, pendengaran, penciuman, dan
arsitektur, menciptakan suatu pengalaman
perasaan, demikian juga arsitektur yang
arsitektur tertentu terhadap konsep ruang
ekspresi dan pengalamannya hadir dari
yang ada.
kesatuan pengalaman sensoris tersebut.
yang
Dalam
selanjutnya
aktivitas
sensoris
menghadirkan suatu pengalaman
karakter
bangunan
ruang.
bahwa
maupun
Tidak
dapat
pengalaman
visual
dengan persepsi yang tak hanya
ini,
Dengan
memahami
dan
material dengan ragam sifat dan kualitas
memandang pengalaman arsitektur sebagai
yang dimiliki, sekali lagi mampu dijangkau
suatu kesatuan dari beragaman pengalaman
tidak hanya dari persepsi tunggal indera
sensoris,
penglihatan, seperti yang dominan dalam
menempatkan
fenomena penikmatan suatu karya arsitektur,
entitas yang tak hanya sekedar dilihat, tapi
tapi dengan indera – indera lainnya yaitu
juga
perabaan, pendengaran dan perasaan.
dicapainya suatu penghayatan arsitektural
secara
dialami,
tidak
arsitektur
yang
langsung
sebagai
pada
kita
suatu
akhirnya
melalui ruang – ruang yang ekspresif
tersebut.
52
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
MEDIA MATRASAIN
VOL 9 NO 2 AGUSTUS 2012
DAFTAR PUSTAKA
Tugas
Armand, Avianti. 2011. Arsitektur Yang
Manado.
Lain. Jakarta : PT. Gramedia
Ruang, dan Tatanan. Jakarta :
Erlangga.
2007.
Estetika.
Bandung
:
Jakarta : PT. Gramedia
Marcia, Eaton. 2010. Persoalan – Persoalan
Humanika.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus
Davies, Nikolas dan Erkki Jokiniemi. 2008.
Dictionary of Architecture and
Buildings Construction. Burlington:
Elsevier
Besar Bahasa Indonesia.. Jakarta :
Pusat Bahasa.
Siregar, Laksmi. 2006. Makna Arsitektur –
Suatu Refleksi Filosofis. Jakarta :
Andrea.
2005.
Constructing
Architecture. Basel :Birkhauser.
UI-Press.
Van de Ven, Cornelis. 1987. Ruang dalam
Farrely, Lorraine. 2009. Construction &
Materiality . Casa Postale : AVA
Publishing
Arsitektur. Jakarta : Gramedia.
W. Snyder. , & C. Catanese. (Ed.),
Pengantar
Frick, Heinz dan Bambang Suskiyatno.
1988.
Seminar.
Dasar Estetika. Jakarta : Salemba
Rekayasa Sains Bangunan.
Deplasez,
Kuliah
Mangunwijaya, Y.B. 1988. Wastu Citra.
Ching, F.D.K. 2009. Arsitektur, Bentuk,
Darsono.
Mata
Dasar
–
Dasar
Eko
Arsitektur. Yogyakarta :Kanisius.
Harisah, Afifah dkk. 2007. Ekletisme dan
Arsitektur Eklektik – Prinsip dan
Arsitektur.
Jakarta:
Erlangga
Webster, L.F. 1997. Dictionary of Civil
Engineerry and Construction. New
York : Jhon Wiley & Sons, Inc.
Weston, Richard. 2006. Denah, Potongan
–
Konsep Desain. Yogyakarta: Gajah
dan
Mada University Press.
Bangunan Penting Abad Kedua
Henry J. Cowan dan Peter R. Smith. 2004.
Dictionary of Architecture and
Building
Technology.
London:
Spon Press.
Langi, Jean S.P. 2012. Atmospheres –
Tampak
Puluh.
Jakarta
Bangunan-
:RajaGrafindo
Persada.
Zumthor,
Peter.
1988.
Thinking
Architecture. Berlin: Lars Muller
Publisher.
Parameter Desain Peter Zumthor.
EKSPRESI MATERIAL PADA SELUBUNG RUANG
SEBAGAI MEDIA HADIRNYA PENGALAMAN ARSITEKTUR
53
Download