IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA

advertisement
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan
Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6, No. 1, Januari 2016
ISSN 0854-2172
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI
LENGKUNG
Abu Khaer
SMP N 1 Kedungbanteng Kabupaten Tegal Jawa Tengah
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh penerapan pendekatan
Kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi volum bangun
ruang sisi lengkung. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis
dan refleksi. Subjek penelitian adalah 35 siswa yang terdiri dari 19 putra dan 16 putri kelas IX H.
Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Teknik analisis data
menggunakan teknik data kualitatif dan data kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh aktivitas siswa
siklus I pertemuan ke 1 dan ke 2 memperoleh kriteria aktif dan pada siklus II pertemuan ke 1
memperoleh kriteria aktif dan pertemuan ke 2 diperoleh kriteria sangat aktif. Hasil yang diperoleh
pada siklus I adalah 77,1% siswa memperoleh nilai 72 atau lebih dan pada siklus II 88,6% siswa
memperoleh nilai 72 atau lebih.
© 2016 Dinamika
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pendekatan Kontekstual, Volum Bangun Ruang Sisi Lengkung.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak
matematika dengan suatu situasi nyata yang pernah dialami siswa ataupun yang dapat dipikirkan
siswa. Kita harus kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahuinya. Padmo (2003) menegaskan bahwa agar pembelajaran dapat dipersepsikan
pembelajaran yang bermakna dan kontekstual, maka pembelajaran berbasis aplikasi teknologi
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan, karena sangat terkait dengan hasil teknologi yang
dapat dipahami sebagai sumber belajar dan dapat membantu tingkat pemahaman siswa terhadap
suatu konsep yang akan diterimanya.
Geometri dan pengukuran adalah salah satu aspek dalam mata pelajaran matematika pada
satuan pendidikan SMP/MTs berdasarkan kurikulum berbasis KTSP. Pelajaran geometri di sekolah
diarahkan sebagai pembekalan para siswa untuk memecahkan misteri alam ciptaanNya dalam rangka
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
Abu Khaer
71
mensejahterakan umat manusia. Oleh karena itulah maka dalam setiap pembelajaran diharapkan
menggunakan pendekatan kontekstual yang akrab dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran Geometri Ruang dipendidikan dasar dan
menengah salah satu dari sekian banyak topik yang menjadi masalah terkemuka. Baik guru maupun
siswa banyak mengalami hambatan untuk memahaminya. Kennedy & Tipps (dalam Mulin, 2008)
menyatakan bahwa dengan pembelajaran geometri mampu mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan mendukung banyak topik lain dalam matematika. Sehingga rendahnya hasil
belajar siswa dalam geometri, mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika secara umum
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan
situasi. Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan sesuatu keadaan
atau situasi melalui abstraksi, idealisme atau generalisasi untuk suatu pemecahan masalah.
Pentingnya belajar matematika tak lepas dari peran matematika pada segala jenis kehidupan.
Matematika berkenaan dengan ide - ide atau konsep – konsep yang bersifat abstrak. Oleh
karena itu penyampaian materi pelajaran matematika harus disesuaikan dengan intelektual peserta
didik. Pembelajaran matematika harus membuat peserta didik senang dan berminat belajar, karena
minat belajar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan permasalahan apakah implementasi pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi volum bangun ruang
sisi lengkung?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan keaktifan dan
hasil belajar siswa melalui implementasi pendekatan kontekstual dalam materi pokok volume
bangun ruang sisi lengkung.
Hasil penelitian ini bagi siswa, diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam mempelajari materi
pokok tabung, kerucut dan bola, bagi guru matematika hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan masukan didalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika
pada umumnya, dan khususnya pada standar kompetensi geometri dan pengukuran sehingga
hasil belajar siswa dapat lebih meningkat, sedangkan bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan pembelajaran matematika SMP.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan, serta perubahan
aspek– aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Menurut Moely (Depdiknas,
2005) belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan pada tingkah laku seseorang berkat adanya
pengalaman. Selaras dengan pendapat tersebut, Sudjana mengutip pendapat Kimble yang
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan terjadi
sebagai hasil pengalaman.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Hudojo (1988) belajar adalah suatu proses untuk
mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan
tingkah laku ini sukar diubah dengan modifikasi yang sama. Tingkah laku sebagai hasil dari proses
belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang terdapat dari dalam diri individu
maupun factor yang berada diluar diri individu. Hasil prestasi ini dilambangkan dalam bentuk
angka (nilai) sehingga mencerminkan keberhasilan belajar atau prestasi siswa dalam periode
tertentu (Suherman, 2001).
72
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6. No. 1, Januari. (2016)
Belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi atau pengetahuan baru dihubungkan
dengan struktur yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar (Depdiknas, 2005). Menurut
Ausubel (Dalam Wardhani, 2004) belajar bermakna adalah suatu proses mengaitkan pengetahuan
baru pada pengetahuan relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Dengan demikian dalam
suatu pembelajaran akan terjadi proses belajar yang bermakna bagi siswa, apabila konsep atau
materi yang dipelajari siswa disajikan dalam bentuk yang kontekstual. Masalah kontektual adalah
masalah yang terkait dengan dunia nyata
Menurut kamus bahasa Indonesia Implementasi berarti “pelaksanaan, penerapan”. Menurut
Purwadarminto (1984) Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau
inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
ketrampilean maupun nilai dalam sikap.
Pendekatan dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu
dikelola adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
pencapaian tujuan pengajaran, Depdiknas (2005). Contoh pendekatan-pendekatan dalam pengajaran
matematika antara lain: CBSA, kontekstual, induktif, deduktif, spiral, pemecahan masalah, dan
sebagainya. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hasil pembelajaran dapat diharapkan
lebih bermakna bagi siswa.
Nur (2000) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan pada konteks sebagai
awal pembelajaran, sebagai ganti dari pengenalan konsep secara abstrak. Dalam pembelajaran
matematika yang kontekstual proses pengembangan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika
bermula dari dunia nyata. Pendekatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan
faham pembelajaran yang memandang pentingnya dorongan dan keterlibatan siswa untuk mampu
menghubungkan konsep yang dipelajari dengan aplikasi dalam kehidupan nyata keseharian yang
dialami. Dalam pengajaran kontekstual, tugas utama guru adalah memperluas persepsi siswa
sehingga makna atau pengertian itu menjadi mudah ditangkap dan tujuan pembelajaran segera
dimengerti. Dalam CTL belajar terjadi hanya ketika siswa memproses informasi atau ilmu
pengetahuan baru dengan suatu cara masuk akal bagi jalan pikirannya sendiri. Dalam pendekatan
kontekstual pembelajaran direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memecahkan
persoalan melalui kegiatan yang merefleksikan kejadian sebenarnya dalam kehidupan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Kedungbanteng Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal. Sebagai subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXH dengan jumlah 35 siswa
yang terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri.
Prosedur kerja penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, kemudian masing-masing siklus meliputi 4
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Instrumen penilaian yang digunakan dalam penilaian ini terdiri dari lembar pengamatan dan
tes tertulis
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
Abu Khaer
73
Cara pengumpulan data dalam penilaian ini adalah: (1) Data hasil belajar diperoleh dari
hasil tes siswa yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus; (2) Data tentang situasi belajar diperoleh
pada saat dilaksanakannya penelitian, yaitu diperoleh dengan menggunakan lembar pengamatan
terhadap siswa; (3) Data tentang refleksi diri serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas, diambil
dari angket refleksi yang diisi siswa dan jurnal atau buku kemajuan siswa yang dibuat oleh guru; (4)
Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana
pembelajaran dan lembar pengamatan.
Berdasarkan KTSP yang berlaku, penelitian tindakan kelas ini ditujukan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IXH pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Keberhasilan penelitian ini ditandai oleh indikator: (1) Siswa yang memperoleh nilai 72 atau lebih
sebanyak 85% atau lebih; (2) Apabila dalam kelas 75% kelompok atau lebih memperoleh kriteria aktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Hasil pengamatan pada proses pembelajaran siklus I diperoleh sebagai berikut.
1) Dalam kerja kelompok masih banyak anggota yang kurang kompak, interaksi satu sama
lain masih kurang.
2) Siswa masih kurang mampu dalam mengembangkan komunikasi, belum bisa berpkir secara
kritis.
3) Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menemukan sendiri rumus luas
tabung, kerucut maupun bola.
4) Siswa masih malu dan ragu-ragu dalam
menyampaikan
gagasan secara lisan, dalam
menyampaikan hasil kerja
kelompok dan dalam memberikan tanggapan terhadap hasil
presentasi kelompok lain.
Hasil refleksi diperoleh sebagai berikut.
1) Sebagian besar siswa merasa senang dengan penampilan guru.
2) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, membuat sebagian besar siswa
merasa senang.
3) Sebagian besar siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan
pendekatan kontekstual mudah untuk dipahami.
4) Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.
5) Sebagian besar siswa belum berani menyajikan hasil kerja kelompok.
Analisis hasil tes akhir siklus I Kelas dikatakan tuntas belajar, jika kelas tersebut terdapat
85 % siswa yang tuntas belajar. Jadi pada pembelajaran siklus I, belum terjadi ketuntasan secara
klasikal.
Pembahasan yang diuraikan di sini berdasar atas hasil pengamatan yang dilakukan
selama penelitian yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi. Dari hasil pengamatan siklus I
diperoleh temuan antara lain guru masih ragu-ragu dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual,
disebabkan karena guru belum terbiasa menggunakan pendekatan kontekstual. Pada setiap akhir
pertemuan, siswa diberi kesempatan melakukan refleksi. Pada siklus pertama siswa bingung
bagaimana cara membuat refleksi, namun dengan bimbingan guru, siswa pada akhirnya terbiasa
membuat refleksi pada setiap akhir pertemuan dengan mencatat hal-hal seperti: apa yang dipelajari
74
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6. No. 1, Januari. (2016)
hari ini, kesulitan yang dialami hari ini, merespon kejadian dan pengalaman yang dialami dalam
pembelajaran.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan setiap akhir siklus. Penilaian selama
proses pembelajaran dilakukan dengan memberi pertanyaan secara lisan atau berupa kuis,
menilai kegiatan diskusi dan laporannya, menilai persentasi dan penampilan siswa, menilai tugas
PR, tugas mengerjakan LKS, mengerjakan soal-soal latihan dan lain-lain. Sedangkan penilaian
setelah proses pembelajaran dilaksanakan setiap akhir siklus secara tertulis.
Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 27
siswa dan siswa yang belum tuntas belajar adalah 8 siswa, sehingga prosentase ketuntasan belajar
yang dicapai adalah 77,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan belajar secara
klasikal belum tercapai, karena kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat
85% siswa yang tuntas belajar. Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual harus diulang pada siklus II.
Siklus II
Hasil pengamatan pada proses pembelajaran siklus II diperoleh sebagai berikut.
1) Kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran lebih meningkat dibandingkan pada
proses pembelajaran siklus I.
2) Kerjasama dalam kelompok lebih meningkat, siswa yang kemampuanya kurang tidak malu-malu
lagi bertanya pada temanya yang sudah biasa, mereka saling mengisi satu sama lain.
3) Diskusi berjalan dengan lancar dan baik.
4) Keberanian siswa dalam bertanya dan memberikan tanggapan lebih meningkat. Setelah wakil
dari kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, anggota dari kelompok yang lain sudah
berani memberikan tanggapan pada hasil presentasi tersebut.
Hasil refleksi siswa yang dilaksanakan pada akhir setiap pertemuan, yaitu dengan mengisi blanko
angket refleksi dan dari jurnal yang dibuat oleh guru diperoleh hasil sebagai berikut.
1) Sebagian besar siswa merasa senang dengan penampilan guru
2) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, membuat siswa merasa senang.
3) Siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual mudah untuk dipahami.
4) Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.
5) Siswa sudah berani menyajikan hasil kerja kelompok.
Hasil ketuntasan belajar pada siklus II 88,6 % yang artinya telah tercapai ketuntasan belajar
secara klasikal. Dengan bimbingan guru pada pembelajaran siklus II, siswa sedikit demi sedikit
sudah mulai bisa menemukan sendiri melalui proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman dengan menggunakan ketrampilan berpikir kritis. Pada pembelajaran siklus II guru lebih
mengembangkan sifat keingintahuan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan sehingga
sebagian besar siswa tidak lagi malu untuk bertanya baik pada teman dalam kelompoknya
maupun pada guru. Keberanian siswa dalam bertanya maupun memberikan tanggapan atas
hasil diskusi kelompok juga meningkat.
Hasil refleksi siklus II diperoleh bahwa siswa semakin senang terhadap mata pelajaran
matematika, dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, mereka lebih
mudah dalam memahami konsep-konsep matematika geometri yang abstrak, siswa dapat
menemukan sendiri rumus-rumus luas dan volum tabung, kerucut dan bola dan dapat
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
Abu Khaer
75
menggunakannya untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan geometri. Meningkatnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah
salah satu hal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan setiap akhir siklus. Penilaian selama
proses pembelajaran dilakukan dengan memberi pertanyaan secara lisan atau berupa kuis, menilai
kegiatan diskusi dan laporannya, menilai persentasi dan penampilan siswa, menilai tugas PR, tugas
mengerjakan LKS, mengerjakan soal-soal latihan dan lain-lain. Sedangkan penilaian setelah
proses pembelajaran dilaksanakan setiap akhir siklus secara tertulis.
Berdasar hasil pengamatan siswa pada siklus II menunjukkan bahwa lebih dari 75%
siswa sudah melakukan kegiatan matematis seperti menghitung, menggambar, mengamati,
mencatat, membuat kesimpulan. Sebagian besar siswa juga sudah berani bertanya, saling
menjelaskan antar anggota kelompok, berani menyampaikan gagasan dan berani memberi
tanggapan pada hasil presentasi kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa semakin
meningkat, sehingga persentase keaktifan siswa mencapai 85 %. Keaktifan siswa adalah salah
satu hal yang menyebabkan hasil belajar bias meningkat.
Hasil analisis tes pada akhir siklus II menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas
belajar adalah 31 siswa, sehingga prosentase ketuntasan secara klasikal mencapai 88,6%, hal
ini menunjukkan bahwa pada siklus II, kelas sudah dapat dikatakan tuntas belajar, karena sudah
memenuhi indikator keberhasilan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes dapat dievaluasi bahwa langkah-langkah
yang telah diprogramkan dan dilaksanakan mampu mencapai tujuan seperti yang ditetapkan
dalam penelitian ini. Dengan demikian penggunaan pendekatan kontekstual dalam proses belajar
mengajar khususnya mata pelajaran matematika pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung
pada kelas IXH SMP N 1 Kedungbanteng dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Dengan demikian penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
SIMPULAN
Implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa
kelas IXH SMP N 1 Kedungbanteng pada pembelajaran materi volume bangun ruang sisi lengkung.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3. Jakarta: Depdiknas
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mulin, N. 2008. Pembelajaran Geometri Berdasarkan tahap Berfikir Van Hiele. http://K:/Vanhiele. Htm (20
Oktober 2008).
Nur, M. 2000. Realistic Mathematic Education. Makalah dalam Seminar Tentang Contextual Learning Dalam
Pendidikan Matematika NN:NN
Padmo, D. 2003. Teknologi Pembelajaran, Upaya Peningkatan Kualitas dan
Manusia. Tangerang: Universitas Terbuka.
76
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah
Vol. 6. No. 1, Januari. (2016)
Produktivitas Sumber Daya
Purwadarminto. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : BalaiPustaka.
Suherman. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Wardhani, S. 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual di SMP. Jakarta: Depdiknas.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
Abu Khaer
77
Download