Transaksi Dengan Mata UAng asing

advertisement
TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING
Dasar teori
Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap.
Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar
negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang
selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang
yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan
potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau
penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
Perspektif Transaksi Ganda, Pada perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang
mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan
pendapatan.
2.2
Akuntansi untuk transaksi mata uang asing
Suatu entitas dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam dua cara,
yaitu:
1. Entitas mungkin memiliki transaksi dalam mata uang asing.
Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu
entitas, sedangkan definisi dari mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan
ekonomi utama dimana suatu entitas beroperasi.
2. Memiliki kegiatan usaha luar negeri.
Definisi dari kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan
entitas anak, perusahaan asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang
aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara atau menggunakan mata uang selain mata uang
entitas pelapor.
3. Selain dua diatas pemerintah juga berpera dalam hal ini. Disamping dua hal di atas, suatu
entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang asing.
Permasalahan utama dalam hal yang menyangkut masalah valuta asing adalah nilai tukar mana
yang digunakan dan bagaimana melaporkan pengaruh dari perubahan nilai tukar dalam laporan
keuangan.
2.3
Mata uang fungsional
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perusahaan dalam menentukan mata uang
fungsionalnya:
1. Mata uang
a) Yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini seringkali
menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan
diselesaikan); dan
b) Dari sautu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya sebagian besar
menentukan harga jual dari barang dan jasanya.
2. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, amterial dan biaya-biaya lain dari
pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya
tersebut didenominasikan dan diselesaikan).
Faktor-faktor lain berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas:
a. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan instrumen
utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan.
b. Mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya ditahan.
Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari
suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata
uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki
kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura
bersama):
a. Apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebagai suatu
perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan.
b. Tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi dengan entitas
pelapor.
c. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung mempengaruhi arus
kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke
entitas pelapor.
d. Apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk
membayar kewajiban instrumen utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi
tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor.
Ketika indikator-indikator yang telah disebutkan di atas tidak jelas, manajemen akan
menggunakan pertimbangan untuk menentukan mata uang fungsional mana yang paling tepat
menggambarkan pengaruh ekonomi dari transaksi-transaksi, kejadian dan kondisi yang
mendasarinya.
Jika mata uang fungsional telah ditentukan maka tidak akan berubah kecuali jika ada
perubahan pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasasri pemilihan mata uang fungsional
tersebut.
2.3.1
Pelaporan transaksi mata uang asing ke dalam mata uang fungsional
Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang didenominasikan atau
memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi
yang timbul ketika suatu entitas:
a.
Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam
suatu mata uang asing.
b.
Meminjam atau meminjamkan dana dengan utang atau tagihan didenominasikan
dalam suatu mata uang asing; atau
c.
Memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban
yang didenominasikan dalam mata uang asing.
Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata
uang fungsional.
Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan
ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika
suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam
Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi
setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local
(Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro untuk anak
perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang
fungsionalnya.Untuk
menggambarkan
perbedaan
antara
suatu
transaksi
yang
berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan
sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari
Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak
perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi
mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang
yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan,
kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar
AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi.
2.3.2
Pengakuan Awal Transaksi Mata Uang Asing
Suatu transaksi mata uang asing harus dicatat dalam mata uang fungsional dengan
kurs spot antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi.
Nilai tukar spot adalah nilai tukar untuk pengiriman segera. Sedangkan yang
dimaksud dengantanggal suatu transaksi adalah tanggal pada saat pertama kali, suatu
transaksi memenuhi untuk kriteria pengakuan sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan. Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs aktual pada tanggal
transaksi sering digunakan. Contoh, suatu kurs rata-rata untuk seminggu atau sebulan
mungkin dapat digunakan untuk semua transaksi dalam mata uang asing yang terjadi
selama periode tersebut. Namun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan,
penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.
Penerapan pada Tanggal Pelaporan

pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup. Kurs penutup
adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan. Sedangkan pengertian dari pos-pos
moneter adalah unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta liabilitis yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang pasti atau dapat ditentukan.
Contoh dari pos-pos moneter adalah pensiun dan imbalan kerja lainnya yang harus
dibayar dalam kas, kewajiban estimasi yang harus dibayar dengan kas serta dividen kas.
Yang berbentuk uang

pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan berory bentuk aset/ invent

pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
2.4
Selisih kurs
Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.
Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos
moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan, pada
pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam
laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya.
Ketika pos moneter timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam
nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai
tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat
transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu.
Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai
tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan
perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode.
Ketika suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam
pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian itu
harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.Sebaliknya, ketika keuntungan atau kerugian
pada suatu pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi, setiap komponen perubahan dari
keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi.Pernyataan lain
mensyaratkan keuntungan atau kerugian harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain.
Contohnya,Asset Tetap mensyaratkan beberapa keuntungan atau kerugian yang timbul pada
suatu penilaian kembali aset tetap diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Karena
merupakan pos nonmeneter
Ketika suatu aset diukur dalam mata uang asing mensyaratkan jumlah yang dinilai
kembali harus dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal di mana nilai itu ditentukan, yang
menghasilkan suatu selisih nilai tukar yang juga harus diakui dalam pendapatan komprehensif
income lain.
Selisih nilai tukar yang timbul pada suatu pos moneter yang membentuk bagian dari
investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri harus diakui dalam
laba atau rugi dalam laporan keuangan terpisah dari entitas pelapor atau laporan keuangan
individual dari kegiatan usaha luar negeri, yang mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang
memasukkan
kegiatan
usaha
luar
negeri
dan
entitas
pelapor
(misalnya
laporan
keuangan konsolidasian ketikakegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas anak), selisih nilai
tukar harus diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan dikelompokkan kembali
dari ekuitas ke laba atau rugi pada saat pelepasan investasi neto.
Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor
dalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional dari
entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan individual kegiatan
usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional dari
kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan terpisah
suatu entitas pelapor. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata uang selain
mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai
tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuangan
individual kegiatan usaha luar negeri.
Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan
keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan
yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan, dikonsolidasikan secara
proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode ekuitas).
Ketika entitas melaksanakan pembukuan dan pencatatannya dalam suatu mata uang
selain mata uangfungsional nya, pada waktu entitas menyiapkan laporan keuangannya, semua
jumlah harus dijabarkan ke dalam mata uang fungsional. Hal ini menghasilkan jumlah yang sama
di dalam mata uang fungsionalnya seperti yang seharusnya sudah terjadi seandainya pos-pos
tersebut telah dicatat diawal dalam mata uang fungsional. Contohnya, pos moneter dijabarkan ke
dalam mata uang fungsional menggunakan kurs penutup, dan pos nonmoneter yang diukur
berdasarkan nilai historis dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi saat
diakuinya pos tersebut.
2.4.1
Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar
Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai tukar
yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu
kegiatan usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki
pengaruh pajak. Jiidia rugi akan mengurangi pajak juga sebaliknya.
2.5
Pengungkapan
Suatu entitas mengungkapkan:
a)
Jumlah dari selisih nilai tukar yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih nilai
tukar yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnyamelalui laba
atau rugi.
b) selisih nilai tukar neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas terpisah, dan juga harus mengungkapkan rekonsiliasi dari
selisih nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode.
2.6
Translasi
Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan unit
moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang
kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi.
Saldo-saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic
berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan
dalam mata uang lainnya.
Alasan dilakukannya tranlasi adalah sebagai berikut:
1. Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holistic atas
operasi perusahaan baik domestik dan luar negeri.
2. Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaan multinasional untuk
menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi yang
dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan da kerugian
translasi.
3. Untuk mencatat transaksi matauang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap
pengaruh perubahan mata uang asing.
4. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap
pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan
dari luar negeri.
5. Meluasnya peningkataan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai
suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di negara lain, yang
timbul dengan tujuan untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri,
melakukan
akuisis
atauusaha
patungan
dengan
pihak
asing,
atau
ingin
mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham
asingnya.
Studi kasus
Pada tanggal 1 Desember 19x4 PT. AKYU menjual 1 juta krona (SEK)
Kurs 0.20 (SEK I)
Jatuh tempo piutang 90 hari
Tanggal 31 Desember 19x4 terjadi perubahan kurs menjadi 0.19 (SEK I)
Tanggal 1 Maret 19x5 terjadi perubahan kurs kembali menjadi 0.17 (SEK I)
JURNAL :
A.
SUDUT PANDANG TRANSAKSI TUNGGAL
TANGGAL
TRANSAKSI
VALUTA ASING
USD EKUIVALEN
>200.000
1/12/’84
Piutang
>1.000.000
>>200.000
Penjualan
>> 1.000.000
(1 juta x 0.2)
Penjualan
Piutang
31/12/’84
(Penguarangan kurs
>10.000
berpengaruh
>>10.000
terhadap penjualan)
(0.2-0.19) x 1 juta
R/E
Piutang
(Pengurangan kurs
>20.000
berpengaruh ke
>>20.000
R/E)
(0.19-0.17) x 1 juta
1/3/’85
NOTE :
a.
pengurangan itu berada di tahun yang sama pada saat transaksi maka pengurangan
dilakukan di penjualan;
b.
Kalau pengurangan itu berada di tahun yang beda pada saat transaksi maka
pengurangan dilakukan di R/E
>170.000
>>170.000
1/3/’85
B.
1/12/’84
Valuta Asing
>1.000.000
200.000-
Piutang
>>1.000.000
(10.000+20.000)
SUDUT PANDANG TRANSAKSI GANDA
Piutang
>1.000.000
>200.000
Penjualan
>> 1.000.000
>>200.000
(1 juta x 0.2)
Kerugian Valuta Asing
>10.000
Piutang
>>10.000
31/12/’84
(0.2-0.19) x 1 juta
Valuta Asing
Kerugian Valuta Asing
>170.000
>1.000.000
Piutang
1/3/’85
> 20.000
>>190.000
>1.000.000
Daftar Pustaka
https://kartikagaby.wordpress.com/2014/06/12/transaksi-matauang-asing-akuntansi-internasional/
https://diaryintan.wordpress.com/2011/04/27/transaksi-valuta-asing/
http://akuntan-si.blogspot.com/2012/08/contoh-transaksi-dantranslasi-mata.html
Download