Keterlibatan Uni Soviet - Perpustakaan Universitas Indonesia

advertisement
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
KETERLIBATAN UNI SOVIET DALAM PERANG VIETNAM (1963-1975)
Donny Octaviano
Program Studi Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perang Vietnam (1963-1975) merupakan salah satu konflik terbesar di dunia selama perang
dingin yang melibatkan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan serta didukung oleh Amerika Serikat
dan Uni Soviet. Berbeda dengan Amerika Serikat yang mendukung Vietnam Selatan secara
terang-terangan, dukungan Uni Soviet terhadap Vietnam Utara sangat terbatas dan tertutup.
Untuk menjelaskan mengenai dukungan Uni Soviet di Vietnam Utara menggunakan metode
penelitian sejarah melalui dengan menelusuri berbagai jenis dokumen mulai dari milik Central
Inteligence Agency hingga arsip dari Aleksander Yakovlev (ideolog Uni Soviet) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa dukungan Uni Soviet walau terjadi secara tersembunyi namun
tetap ada.
Kata Kunci: Uni Soviet, Vietnam Utara, Perang Vietnam
ABSTRACT
Vietnam War (1963-1975) is one of the biggest conflict in the world at the time of Cold War
which involved North Vietnam and South Vietnam and also supported by U.S.A and Soviet
Union. If United States supported South Vietnamese obviously, Soviet Union’s supports to North
Vietnamese were worked secretly and restrictly. To explain about Soviet’s supports to North
Vietnamese by using the historic methods through investigating CIA documents and Soviet
Union’s documents which owned by Alexander Yakovlev (Soviet Union’s ideolog) which
resulting the conclusion that Soviet Union’s supports although in secret way but existed.
Keyword: Soviet Union, North Vietnam, Vietnam War
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
PENGANTAR
Vietnam merupakan sebuah negara yang periode sejarahnya diwarnai oleh peperangan,
penaklukan hingga masa-masa penjajahan. Sejak abad ke-4 Vietnam, sudah menjadi bagian dari
jajahan China sejak dinasti Han hingga akhirnya merdeka pada abad ke-9 dengan nama negara
saat itu adalah Dai Viet. Beberapa dinasti memerintah kerajaan Dai Viet secara bergantian (Ly,
Thuc, Thieu, hingga yang paling terakhir dan tunduk kepada Perancis adalah dinasti Nguyen)
(Corfield, 2008: 3-15).
Pergantian dinasti ini seringkali ditandai dengan perang diantara pihak-pihak yang ingin
berkuasa. Kondisi demikian sering mengundang campur tangan negara luar, terutama China
untuk kembali membangun kekuasaannya atas kerajaan Dai Viet. China sudah menguasai
Vietnam sebanyak 3 kali dalam periode yang berbeda-beda (abad ke-1 hingga 4 Masehi, Abad
ke-7 hingga ke-9 Masehi dan terakhir pada masa dinasti Ming pada abad ke-14 Masehi)
(Corfield, 2008: 10-11).
Bangsa luar lainnya, yakni Perancis datang pada tahun 1602 dan mulai secara perlahan terlibat
dalam konflik-konflik politik di kawasan itu. Perancis memasui kawasan tersebut melalui jalur
perdagangan dan misi penyebaran agama katolik. Pada tahun 1857, Napoleon III (1852-1870)
berencana menginvasi Vietnam (Corfield, 2008: 20-21) dengan tujuan sebagai pijakan utama
untuk membangun kekaisaran besarnya di Asia dalam rangka menandingi Inggris yang sudah
lebih dulu berada di Asia.
Puncaknya pada tahun 1880an, Pasukan Perancis menyerbu Vietnam dalam rangkaian perang
Sino-Perancis. Kerajaan Nguyen beserta Pasukan Kekaisaran Qing dan Bandit Tentara Hitam
berusaha melakukan perlawanan dengan sengit (Eastman, 1984: 196-199). Namun kekuatan
Pasukan Perancis yang diturunkan semakin besar dan persenjataan baru mulai diturunkan
kekuatan koalisi Nguyen dan Qing melemah dan akhirnya berhasil dikalahkan
Pasca Perang Dunia II, negara-negara Asia Tenggara memperoleh kemerdekaannya. Vietnam
termasuk yang memperoleh kemerdekaannya dari Jepang pada bulan September 1945 (Wiest,
2003: 120). Perancis akhirnya kembali datang setelah di tahun yang sama pasukan Inggris dan
Cina bersikeras mempertahankan status quo. Ho Chi Minh beserta sahabatnya Vo Nguyen Giap
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
membentuk gerakan perlawanan yang bernama Vietminh untuk melawan usaha penjajahan
Perancis Kembali.
Selama sembilan tahun (1945-1954) pasukan Vietminh berjuang melawan pasukan Perancis
yang pecah karena insiden perlindungan terhadap para penyelundup-penyelundup Cina yang
dilindungi. Situasi dunia pasca Perang Dunia II juga ditandai dengan dimulainya Perang Dingin
oleh para pemenang perang dikancah Asia yang diawali dengan kemenangan kekuatan Komunis
China dalam perang sipil pada tahun (1948-1949)(Wiest, 2003: 123). Pada 25 Juni 1950 (Tucker,
2011: 110), pecah pertempuran besar di semenanjung Korea ketika kaum komunis di Utara
melakukan invasi ke Selatan untuk menyatukan semenanjung Korea.
Belajar dari perang Korea, Amerika Serikat khawatir akan berkembangnya komunis di Asia
Tenggara dan memutuskan untuk membantu persenjataan pasukan kolonial Perancis dan bahkan
Thailand, yang akhirnya membentuk pakta pertahanan dengan Amerika Serikat memutuskan
mengirim pasukan untuk membantu Perancis terutama ketika perang Dien Bien Phu. Sedangkan
Amerika Serikat selain mengirim material dalam bentuk pesawat, amunisi dan lainnya. Bahkan
turut aktif mengirim pasokan suplai saat Perancis terjebak di Dien Bien Phu.
Perang berakhir dengan kemenangan Vietminh dalam pertempuran Dien Bien Phu 1954. Pasca
Konvensi Geneva 1955, Vietnam resmi dimerdekakan dan terpisah menjadi dua negara. Vietminh
yang menduduki wilayah Vietnam bagian utara mendirikan negara Republik Demokrasi Rakyat
Vietnam atau dikenal sebagai Vietnam Utara. Sedangkan wilayah tersisa yang dikuasai Perancis
menjadi Kerajaan Laos, Kerajaan Kamboja dan Kerajaan Vietnam yang menjadi Republik
Vietnam atau Vietnam Selatan.
Vietnam Selatan, Laos dan Kamboja yang menjadi negara yang merdeka dari Perancis
mengalami instabilitas dalam kondisi politik. Ketidaksesuaian antara budaya demokrasi barat dan
budaya tradisional Vietnam menimbulkan krisis multidimensional di negara Vietnam Selatan.
Hal ini diperparah dengan perbedaan antara umat Budha dan Kristen Katolik yang semakin
tajam. Kudeta silih berganti menghantam Vietnam Selatan hingga kejatuhan Saigon tahun 1975.
Sedangkan Vietnam Utara muncul sebagai negara yang kuat dan solid di bawah kepemimpinan
Ho Chi Minh (1890-1964 dan mulai berambisi untuk membebaskan seluruh wilayah Indochina
dari cengkeraman negara-negara Imperialis beserta bonekanya. Vietnam Utara akhirnya
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
mendukung kemunculan kelompok kelompok perlawanan di Indochina seperti Vietcong (di
Vietnam Selatan), Pathet Lao (di Laos) dan Khmer Merah (di Kamboja).
Uni Soviet bersama Cina muncul sebagai negara yang mendukung penuh Vietnam Utara bahkan
sejak era pergerakan Vietminh melawan pasukan Perancis. Hal ini terlihat dari pasokan
persenjataan berupa peluncur roket Katyusha yang digunakan pasukan Vietminh untuk
menghantam pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Uni Soviet juga aktif dalam jalur diplomasi
Konvensi Geneva (1955) dimana Uni Soviet hadir sebagai wakil ketua konvensi (Savietz &
Woodby, 1985: 85). Namun dalam kenyataan lapangan, Uni Soviet menjaga hubungan dengan
Vietnam dan gerakan-gerakan Komunis di Asia Tenggara (Savietz & Woodby, 1985: 86).
Uni soviet mempunyai peran yang cukup besar dalam pembentukan dua negara komunisme baru:
Korea Utara dan Vietnam Utara dalam Konvensi Geneva tahun 1955. Korea Utara dan Selatan
dipisahkan oleh garis paralel lintang 380 sedangkan Vietnam Selatan dan Utara dipisahkan oleh
garis paralel 170 (Gromyko & Ponomarev, 1981: 50). Kemunculan dua negara komunis di
wilayah Asia Pasifik ini sangat ditakuti Amerika Serikat yang khawatir Asia Timur dan Asia
Tenggara ikutan jatuh ke tangan komunis.
Dengan bantuan Uni Soviet dan Cina, Vietnam Utara muncul sebagai negara komunis yang
cukup kuat di Asia Tenggara sehingga menimbulkan keinginan untuk menyatukan Vietnam
Selatan ke dalam wilayahnya.
Salah satu usahanya adalah menyokong perjuangan militer
Vietkong melalui sebuah jalur yang dikenal dengan nama jalur Ho Chi Minh yang membentang
dari Vietnam bagian utara hingga Vietnam bagian selatan melalui Laos hingga Kamboja.
Melihat usaha yang dilakukan oleh Vietnam Utara, Amerika Serikat merasa perlu turun tangan
dalam peta politik di Vietnam dan Asia Tenggara. Hal ini dilakukan karena rasa khawatir
Amerika apabila Vietnam Utara berhasil merebut Saigon maka negara-negara Asia Tenggara
lainnya dipastikan jatuh yang berarti semakin menyebarnya komunis di Asia Tenggara.
Kekhawatiran ini diungkapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Dwight David Eisenhower (19531958) yang pada akhirnya muncul sebuah teori bernama teori domino (Tucker, 2011: 89).
Untuk mengantisipasi berkembangannya komunis, khususnya di Asia Tenggara, Amerika Serikat
membentuk sebuah organisasi keamanan kolektif di Asia Tenggara yang dinamakan SEATO
(Tucker, 2011: 90) bersama Australia, Selandia Baru, Thailand, Filipina, Inggris , Perancis dan
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Pakistan. Pada 12 Oktober 1954, Uni Soviet dan R.R.C mendeklarasikan bahwa aliansi SEATO
adalah sebuah tindakan yang mengancam keamanan bersama Asia Tenggara.
Pada masa Presiden John Fitzgerald Kennedy (1961-1963), Amerika Serikat kemudian
memperkenalkan teori yang bernama teori Akuntabilitas (Yahuda, 1996: 210). Teori ini
menekankan bahwa Amerika Serikat adalah negara yang bisa diandalkan dalam menangkal
ancaman luar maupun dalam. Pada tahun 1963, terjadi insiden U.S.S Maddox.Saat itu kapal
torpedo Vietnam Utara terlibat insiden baku tembak dengan kapal Amerika Serikat U.S.S.
Maddox yang berujung pada serangan udara habis-habisan ke kota Hanoi, Haiphong dan
sekitarnya (Wiest, 2003: 40). Sepanjang Perang Vietnam, Uni Soviet bersama China terus
bergerak sebagai penyokong utama Vietnam Utara dan gerakan-gerakan komunis lainnya di
Indochina. Bantuan Uni Soviet khususnya mengalir melalui daratan China.
Iklim politik di Vietnam mulai mengalami perubahan. Revolusi Kebudayaan yang terjadi ditahun
1966 di China berpengaruh pada penyebaran paham-paham komunis dari Uni Soviet yang
diwakilki oleh dua tokoh besar Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping. Hal ini berdampak pada
memburuknya hubungan Cina dan Uni Soviet serta berdampak bagi bantuan militer bagi
Vietnam. Vietnam yang mendapat citra buruk dari Cina ketika revolusi kebudayaan memutuskan
untuk memperkuat hubungan dengan Uni Soviet (Savietz & Woodby, 1985: 84).
Keterlibatan Uni Soviet dalam perang Vietnam lebih ditujukan kepada pengadaan fasilitas dan
pengiriman tenaga teknis dan penasihat militer. Padahal saat itu, Uni Soviet dan Amerka Serikat
dalam proses sedang membangun hubungan damai. Namun Uni Soviet juga mempunyai peran
besar secara diplomatik ketika menekan Vietnam Utara untuk ikut serta dalam konferensi Paris
19731. Keterlibatan Uni Soviet semakin jelas dan menguat pasca kemenangan Vietnam Utara
pada perang Indochina kedua pada tahun 1975.
Rumusan masalah dalam artikel ini adalah:
1. Apakah motif keterlibatan Uni Soviet dalam perang Vietnam (1963-1975)
2. Bagaimanakah bantuan yang diberikan Uni Soviet kepada Vietnam.
1
Merupakan kesepakatan damai yang melibatkan Amerika Serikat, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, dan Kelompok
pemberontak Vietsel, Vietcong. (Herschenson, 2010: 120)
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
3. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai motif yang melatarbelakangi
keterlibatan Uni Soviet dalam perang Vietnam
Penelitian ini menggunakan metode sejarah (Kuntowijoyo:2003). Metode penelitian sejarah yang
digunakan terdiri dari empat langkah yaitu : Heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan data –
data yang sesuai dengan topic penelitian yang diteliti. Dalam penelitian ini, data-data akan
dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Data-data yang akan digunakan berupa buku teks, jurnal
ilmiah, skripsi, thesis dan disertasi hingga bahan-bahan online database yang diperoleh di
Internet. Sumber primer yang digunakan adalah data dari Foreign Relations of United States
mengenai konflik Vietnam. Verifikasi adalah kritik terhadap data-data yang berhasil
dikumpulkan. Dalam kasus ini, peneliti akan menyaring dan menyeleksi sumber-sumber yang
ada terutama otentitas dan koherensi dengan topic penelitian yang dibahas karena mengingat
topic penelitian yang digunakan akan menggunakan banyak sumber yang perlu diteliti secara
kritis. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data sejarah yang sudah dikumpulkan.
Historiografi yaitu hasil ketiga tahapan diatas akan dielaborasi menjadi sebuah penulisan sejarah.
KRISIS POLITIK VIETNAM (1954-1964)
Perang Indochina I yang terjadi pada tahun 1946 hingga 1954 berakhir setelah adanya Konvensi
Jenewa pada tahun 1954. Perang Antara Vietminh (Komunis Vietnam) pimpinan Ho Chi Minh
dengan Uni Prancis dan Vietnam Selatan pimpinan Raja Bao Dai berhasil dimenangkan oleh Ho
Chi Minh. Dampak dari konflik ini ialah terpecahnya dua Vietnam melalui Konvensi Jenewa.
Walaupun keputusan ini terlihat tak adil bagi Ho , tapi Ho tetap menerimanya.
Kekalahan Prancis dan Vietnam pimpinan Raja Bao Dai membuat Amerika sadar bahwa
kekuatan komunis di Asia Tenggara semakin menguat. Walau mereka berhasil menahan komunis
melalui kekuatan diplomasi saat Konvensi Jenewa, Amerika harus membuat perubahan strategi
untuk menghadapi komunis di Asia Tenggara. Amerika Serikat membentuk sebuah garis
pertahanan baru serta memberikan bantuan kepada negara disekitar Vietnam yaitu Thailand,
Kamboja, Laos dan Vietnam Selatan.
Amerika Serikat tidak hanya aktif membantu membangun kekuatan militer bagi negara-negara
sekitar Vietnam Utara, mereka juga menggagas pembentukan pakta pertahanan di Asia Tenggara.
Pada tanggal 8 September 1954 diadakan pertemuan untuk membentuk sebuah pakta pertahanan
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
yang dikenal dengan nama SEATO (South East Asia Treaty Organization) yang dihadiri oleh
Amerika Serikat, Prancis, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Thailand, dan Inggris . SEATO
sendiri secara formal diresmikan pada tanggal 19 Februari 1955 di Bangkok, Thailand.
SEATO didirikan sebagai reaksi Amerika Serikat terhadap kemenangan Vietnam pimpinan Ho
Chi Minh sekaligus untuk mempersiapkan diri dari serangan komunis di Indochina tepatnya demi
melindungi Kamboja, Laos dan Vietnam Selatan (FRUS 1952-1954 Vol.III) . Amerika Serikat
menilai jika komunis berhasil menguasai Indochina maka akan membahayakan kepentingan
Amerika terutama di Asia Tenggara dan juga Asia Timur terutama Jepang. Amerika Serikat
khawatir, jika wilayah ini jatuh maka “lumbung dollar” mereka akan terancam.
Asia Tenggara terutama Indonesia, dianggap sebagai sumber pendapatan mereka yang harus
dijaga dari pengaruh komunis. Alasan itulah yang menjadi dasar mereka membentuk SEATO,
sehingga saat komunis menyerang secara besar-besaran maka mereka siap menghadapinya.
Amerika Serikat menyadari bahwa komunisme di Indochina semakin berkembang pesat pasca
kemenangan Ho Chi Minh terhadap Prancis dan pemerintahan Vietnam pimpinan Raja Bao Dai.
Selain membuat pakta pertahanan, Amerika kembali memberikan bantuan militer kepada negaranegara sekutunya di Indochina terutama untuk Vietnam Selatan, Kamboja dan Laos serta kepada
Prancis untuk melawan komunis. Hal ini dibuktikan melalui sebuah surat dari Eisenhower kepada
Perdana Menteri Vietnam Selatan, Ngo Dien Diem
““Thirdly, we have informed the government of France that stocks of US-supplied arms
and matériel now in Viet-Nam should insofar as practical be redistributed to the National Armies
of Cambodia, Laos and Vietnam and that French Union forces departing from Viet-Nam will
leave behind, for the use of the three National Armies, such arms and equipment supplied by the
United States as we may judge to be necessary to maintain those armies for the effective defense
of their territories.” (Sumber: Foreign Relations of the United States, 1952–1954Volume XIII,
Part
2,
Indochina
(in
two
parts),
Document
114
URL:
http://history.state.gov/historicaldocuments/frus1952-54v13p2/d1141)
Pada kutipan surat tersebut, Eisenhower memberi tahu bahwa bantuan militer dari Amerika telah
diberikan dan semua bantuan itu diperuntukkan untuk pasukan Prancis, tentara nasional
Kamboja, Laos dan Vietnam Selatan sendiri. Bantuan militer ini diberikan untuk para sekutu agar
mereka bisa mempertahankan wilayah mereka dari pihak komunis yaitu Vietnam Utara yang
mendapatkan dukungan dari Cina dan Uni Soviet. Keberadaan persenjataan Amerika Serikat dan
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
instruktur-instruktur militer Perancis menjadi faktor utama untuk membangun pertahanan tiga
negara Indochina yang baru merdeka ini.
Amerika Serikat sendiri menaruh kepercayaan kepada Perdana Menteri Vietnam Selatan kala itu,
Ngo Dien Diem. Amerika percaya bahwa dia mampu mempersiapkan negaranya untuk melawan
komunis kelak. Untuk itu, Amerika membicarakan perihal bantuan militer ke Vietnam melalui
Diem bukan melalui Raja Bao Dai. Prancis sendiri tidak terlalu mempercayai Diem. Di mata
Prancis, Jendral Nguyen Van Hinh lebih layak diberikan kepercayaan. Penegasan pihak Amerika
yang tetap mendukung Diem sebagai tangan kanan mereka untuk mengurus Vietnam Selatan
membuat Prancis berubah pikiran dan memilih untuk mendukung Diem. Hal ini dibuktikan dari
memorandum percakapan antara Dubes Prancis untuk Amerika Pierre Pillet dan Kepala
hubungan Amerika Serikat untuk Filipina dan Asia Tenggara yaitu Kenneth T Young.
Our objective is to induce General Hinh to get out of politics and give his attention to organizing
the Army to resist Viet Minh infiltration and subversion. The Secretary advised Premier MendesFrance in Paris of this decision.
Mr. Young said that we still think Diem is the best symbol available to head a government in
Viet-Nam (http://history.state.gov/historicaldocuments/frus1952-54v13p2/d1279)
Percakapan tersebut membahas bagaimana dan siapakah orang yang dapat dipercaya untuk
membangun
Vietnam
Selatan. Amerika
Serikat
berhasil
meyakinkan Prancis
untuk
mempercayakan hal ini kepada Perdana Menteri Vietnam Selatan, Ngo Dienh Diem. Dimata
Amerika, Diem adalah sosok yang tepat untuk memimpin Vietnam Selatan. Dalam kutipan
percakapan ini memaksa Prancis untuk menarik dukungannya terhadap Jendral Hinh. Selain itu,
Amerika sendiri menekankan bahwa Hinh harusnya focus untuk membangun kekuatan militer
Vietnam Selatan ketimbang berurusan dengan dunia politik.
Kepercayaan Amerika terhadap Diem sendiri bukan tanpa sebab. Diem sendiri dikenal dengan
sikapnya yang nasionalis dan anti-komunis. Apalagi Diem sendiri sangat condong kepada
Amerika Serikat. Bahkan Diem dan pengikutnya sangat yakin bahwa hanya melalui bantuan
Amerika, Vietnam Selatan dapat bertahan menghadapi seterunya di utara. Diem juga
mempercayai bahwa militer Vietnam akan lemah jika tidak didukung Amerika. Diem beserta
pengikutnya di pemerintahan berhasil meyakinkan rakyat Vietnam Selatan bahwa Amerika
adalah negara yang tepat untuk negara tersebut bertahan. Hal ini terlihat jelas didalam kutipan
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
laporan resmi John.W.Daniel, Kepala Bantuan Militer Amerika Serikat untuk Indochina kepada
Departemen Pertahanan Amerika pada tanggal 27 Juli 1954.
[Name deleted] stated Diem and entire present government strongly anti-Communist and
nationalistic. [Names deleted] desire US advisors all echelons of government. Loyal Vietnamese
will be selected for offices but will need and desire US advice. [Name deleted] remarked that
with such US help we can survive but without it Vietnam is condemned. In addition to wanting
US aid, nationalist group in government, [name deleted] stated Vietnam must have strong army
and cannot have it without US assistance advisory capacity as well as materiel
(http://history.state.gov/historicaldocuments/frus1952-54v13p2/d1090)
Sayangnya pada dokumen resmi laporan dari Kepala Bantuan Militer Amerika Serikat untuk
Indochina, LetJen John W O’Daniel kepada Departemen Militer Amerika Serikat telah banyak
mengalami perubahan dan terutama sensor pada nama-nama tokoh yang memegang peranan
kunci pada laporan ini. Selain kutipan itu, terdapat poin penting lain berupa harapan tinggi
Vietnam Selatan kepada Amerika karena keberhasilan Amerika dalam membantu Filipina dan
Korea sehingga Vietnam Selatan merasa hanya Amerika yang bisa membantu mereka dalam
mengimbangi pihak Utara yang didukung oleh Uni Soviet. Bahkan sumber internal lain di
dokumen ini juga mengungkapkan keraguannya akan Prancis dan lebih memilih untuk lepas dari
Prancis dan bergabung dengan Amerika Serikat. Berikut adalah kutipan pada dokumen yang
sama :
“ [Name deleted] fears France appeal Bao Dai for another Vietnamese Government more
suitable French purposes. [Name deleted] mentioned that people of Vietnam have great
confidence in US because of results Korea and Philippines, Vietnamese people feel that US
honest and unselfish in efforts to help others. He stated this why Vietnam wants US advisors in
all departments. Stated there enough good men nationalist leanings set up government and with
guidance can be good one. Stated two things thought needed. System of alliances such as US and
Philippine and opportunity become member SE Asia pact. He stated that the Vietnamese
Government must get out from under French control “
Semakin jelas ketakutan pemerintah Vietnam akan kekuatan komunis dan mereka seakan sangat
berharap bantuan dari Amerika
Semakin jelas bahwa keberhasilan Amerika Serikat dalam
membangun Filipina dan membantu Korea Selatan menahan komunis di Perang Korea semakin
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
meningkatkan kepercayaan pejabat pemerintah Vietnam terutama Diem terhadap Amerika
Serikat.
Indochina yang dimata Amerika memiliki posisi penting terutama sebagai pintu masuk menuju
Asia Tenggara membuat Amerika semakin tegas dalam mengambil keputusan. Terlihat dari surat
Presiden Amerika kala itu Dwight Eisenhower kepada perwakilannya di Vietnam Selatan yaitu
Jendral J.Lawton Collins. Dalam surat itu terdapat 4 poin penting mengenai kebijakan Amerika
di Vietnam Selatan sebagai berikut:

1. To maintain and support a friendly and independent non-Communist government in
Viet-Nam and to assist it in diminishing and ultimately eradicating Communist subversion
and influence.

2. To assist the Government of Viet-Nam to develop and maintain forces necessary for
internal security and to foster economic conditions which will strengthen and promote the
survival of a Free Viet-Nam.

3. To provide United States assistance directly to the Government of Viet-Nam and to
coordinate information and exchange of views on such assistance with Vietnamese and
French authorities.

4. To encourage expanding relationships between Free Viet-Nam and its non-Communist
neighbors, and support for Free Viet-Nam by the free world.
(Sumber:
Foreign
Relations
of
the
United
States,
Volume XIII, Part 2, Indochina (in two parts), Document
http://history.state.gov/historicaldocuments/frus1952-54v13p2/d1298 )
1952–1954
1298 URL:
Dokumen itu semakin menunjukkan bagaimana upaya Amerika Serikat membangun hubungan
pemerintahan non komunis di Vietnam tujuannya adalah untuk mencegah meluasnya pengaruh
komunisme hingga ke Asia Tenggara. Keberadaan komunis Vietnam merupakan sebuah pion
penting bagi Uni Soviet dan Cina untuk menyebarkan paham komunisme di Asia Tenggara. Poin
kedua, untuk mewujudkan rencana Amerika Serikat untuk menghadapi komunisme, Amerika
Serikat
harus bertanggung jawab dalam membangun pertahanan dan membangun ekonomi
Vietnam selatan. Poin ketiga adalah untuk membangun ekonomi dan pertahanan Amerika juga
memberi bantuan secara langsung layak program Assistance Act. Selain memperkuat secara
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
domestic, hubungan luar negeri juga diperkuat dengan negara non komunis terutama yang
menjadi client state Amerika Serikat.
Referendum 1955
Pasca konferensi Jenewa, kelompok anti-komunis terutama rakyat yang beragama katolik di
Vietnam Utara berpindah ke selatan dan bergabung dengan pemerintahan baru yang beribukota di
Saigon.
Para penduduk Vietnam Utara berpindah karena termakan doktrin ekstrim yang
dimunculkan oleh Diem mengenai bagaimana komunis akan menyingkirkan mereka.
Bahkan Diem sendiri meyakini dengan bantuan Amerika, Diem akan membawa lebih dari satu
juta penduduk katholik dan beragama dari Vietnam Utara ke Vietnam Selatan. Keyakinan ini
tertuang dalam laporan Duta Besar Amerika Serikat untuk Vietnam Selatan kepada Departemen
Luar Negeri Amerika
“If he could have public assurance of American aid and support, he believed it would be
possible that 1 million, perhaps even 2 million, northerners would take refuge in south.
(Comment: General Ely believes no more than 200,000 refugees will voluntarily leave Tonkin
Delta. He admits faint possibility that through dramatic propaganda Diem might persuade 1
million or more to go south where, in plateau region, space could be found for them. Ely added
that if Diem did succeed in such a project of migration he would win eventual national elections.)
I reminded Diem that French had promised to arrange for transportation of refugees at their cost
to new homes”
Referendum ini merupakan kompetisi politik antara Mantan Kaisar Vietnam, Bao Dai dan
Perdana Menteri Ngo Dinh Diem. Raja Bao Dai yang masih ingin memimpin Vietnam kembali
berusaha merebut kekuasaan dengan Pemerintahan Nasional Vietnam terbentuk, namun
pemerintahan Vietnam saat itu belum stabil karena tentara nasional Vietnam belum bisa
mengontrol semuanya pertahanan Vietnam karena masih berkeliaran tentara-tentara bayaran dari
sekte-sekte religious Cao Dai dan Hoa Hao dan gembong criminal Binh Xuyen yang menguasai
jalanan Saigon (Corfield, 2008). Setelah membuat kesepakatan dengan para tentara bayaran dan
bandit criminal, Ngo Dinh Diem merancang sebuah cara untuk menjatuhkan Bao Dai dalam
Referendum 23 Oktober 1955
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Presiden Ngo Dinh Diem akhirnya resmi berkuasa setelah menang penuh dalam referendum pada
tanggal 23 Oktober 1955 yang penuh dengan rekayasa dan intrik tersebut. Pasca referendum
tersebut, berakhirlah masa kekuasaan dinasti Nguyen yang sudah memerintah sejak 1790.
Republik Vietnam (Vietnam Selatan) akhirnya berdiri dengan presiden Ngo Dinh Diem sebagai
presiden pertamanya. Dalam menjalankan pemerintahannya, Ngo Dinh Diem dibantu oleh
adiknya, Ngo Dinh Nhu yang dikenal licik, kejam dan brutal dalam menghadapi oposisi politik di
dalam negerinya (Corfield, 2008).
Untuk memperkuat posisinya, Ngo Dinh Diem juga mengangkat beberapa anggota keluarganya
untuk memegang posisi-posisi strategis dalam pemerintahannya. Diem juga terkenal dengan
kebijakannya yang sangat diskriminatif terhadap hubungan masyarakat beragama Katolik dengan
Budha. Diem yang berasal dari keluarga Katolik memberi banyak hak-hak istimewa melebihi
masyarakat Buddha. Aksi ini dijawab oleh masyarakat Buddha dengan mengadakan protes besarbesaran hingga aksi bakar diri secara massal oleh sejumlah pendeta Buddha (Tucker, 2011).
Beragam masalah yang membelit Vietnam Selatan secara multi-dimensional sebagai dampak dari
pemerintahan Diem yang korup, berujung pada munculnya sebuah gerakan pemberontakan yang
bernama NLF (National Liberation Front) yang dibentuk oleh Nguyen Huu Tho seorang
pengacara sekaligus tokoh nasional Vietnam Selatan pada tahun 1961 (Tucker, 2011). NLF
sebenarnya beraliran nasionalis walau sebagian dari kader-kadernya juga beraliran komunis, dan
juga sebagian persenjataan dan logistik didukung penuh oleh Vietnam Utara yang merupakan
negara komunis. Diem menuding keberadaan NLF ini sebagai organisasi satelit yang dirancang
oleh Vietnam Utara untuk menciptakan instabilitas di Vietnam Selatan (Tucker, 2011).
Amerika Serikat dan sejumlah perwira militer tinggi Vietnam Selatan mulai gerah dengan aksi
yang dilakukan Diem dan Nhu yang merugikan dan melemahkan Vietnam Selatan itu sendiri.
Sebuah kudeta dilancarkan pada tanggal 31 Oktober 1963 oleh Jenderal Tran van Don dan Duong
van Minh serta mendapat restu dari Amerika Serikat (Corfield, 2008: 72). Dalam kudeta tersebut,
Diem dan Nhu berhasil ditangkap dan dieksekusi mati di dalam kendaraan tempur angkut
personel. Krisis politik Vietnam Selatan mengundang Vietnam Utara untuk mulai melakukan
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
berbagai upaya provokatif dengan menyokong kelompok gerilyawan NLF yang dikenal dengan
sebutan Vietcong (Corfield, 2008: 70).
PERANG VIETNAM (1964-1975)
Sebuah insiden serius terjadi di Teluk Tonkin pada tanggal 4 Agustus 1964 ketika dua kapal
torpedo Vietnam Utara, berusaha menyerang U.S.S Maddox yang dicurigai melakukan aktivitas
mata-mata terhadap Vietnam Utara. Insiden ini segera ditanggapi oleh Amerika Serikat dengan
mengirim pesawat-pesawat tempur dan pengebomnya untuk menggempur kota Hanoi, Haiphong
dan sekitarnya (Moyar, 2006: 76). Insiden ini menjadi awal keterlibatan Amerika Serikat secara
langsung dalam konflik Vietnam ini. Amerika Serikat yang tadinya lebih banyak mengirim
teknisi dan penasihat militer kini mulai menurunkan angkatan bersenjatanya secara langsung.
Memasuki pertengahan tahun 1965, pasukan Amerika Serikat di Vietnam mencapai 112.000
prajurit (Moyar, 2006: 78).
Posisi Amerika Serikat di Vietnam cukup sulit karena disamping harus menahan agresi militer
Vietnam Utara secara langsung, Amerika Serikat juga harus menghadapi beberapa kelompok
perlawanan bersenjata yang didukung oleh Hanoi seperti Viet cong (Vietnam Selatan), Pathet
Lao (Laos), dan Khmer Rouge (Kampuchea). Untuk menghadapi gerilyawan Vietcong, pasukan
Amerika Serikat menggunakan taktik “Seek and Destroy” yaitu taktik dengan menyerbu berbagai
wilayah di Vietnam Selatan (terutama di sekitar delta Sungai Mekong) yang dicurigai sebagai
basis perlawanan Vietcong. Bukan wilayah yang direbut yang menjadi patokan keberhasilan
operasi, melainkan jumlah korban musuh yang dihasilkan (Jackson, 2011).
Perlawanan Vietcong yang semakin sengit pada akhirnya memaksa Amerika Serikat menurunkan
pasukan dalam jumlah yang lebih besar. Puncaknya pada periode 1966-1967, jumlah pasukan
Amerika Serikat di Vietnam mencapai sekitar 550.000 prajurit. Memasuki tahun 1968, Vietnam
Utara melakukan serangan kejutan bersamaan pasukan gerilyawan Vietcong pada perayaan Tet
(tahun baru dalam budaya tradisional Vietnam). Pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan
pada awalnya terkejut dengan serangan yang begitu mendadak tersebut. Pasukan Vietnam Utara
yang berjumlah 84.000 prajurit menyerbu beberapa kota penting seperti Hue dan Saigon serta
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
120 kota lainnya yang tersebar di hampir seluruh wilayah Vietnam Selatan (Jackson, 2011).
Bahkan kedutaan Amerika Serikat di Saigon berhasil di tembus oleh pasukan komando Vietcong.
Serangan ini berbuah malapetaka secara militer bagi Vietnam Utara namun berbuah malapetaka
politis bagi Amerika Serikat. Presiden Lyndon B Johnson terpaksa mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai presiden Amerika Serikat dan diteruskan oleh Richard Nixon. Dampak besar
reaksi masyarakat Amerika Serikat yang di luar dugaan menuntut penarikan mundur pasukan
Amerika Serikat dari Vietnam. Memasuki tahun 1969, Presiden Nixon mulai memperkenalkan
program “Vietnamisasi” yaitu penarikan mundur pasukan Amerika Serikat secara bertahap dan
mulai kembali memperbaiki kondisi kekuatan pasukan Vietnam Selatan untuk menghadapi
pasukan Vietnam Utara (Tucker, 2011: 368).
Pada tahun 1973, sebuah usaha diplomasi damai dilakukan oleh kedua belah pihak dalam
Konferensi Paris. Usaha perdamaian tersebut gagal, Vietnam Utara kembali melancarkan
serangan besar-besaran ke Selatan (Tucker, 2011: 320). Amerika Serikat kembali membalasnya
dengan melakukan operasi udara besar-besaran ke Vietnam Utara yang dikenal dengan operasi
Linebacker I dan II. Sejak operasi Linebacker, bantuan Amerika Serikat kepada Vietnam Selatan
terus berkurang secara bertahap. Puncaknya, ketika presiden Richard Nixon dijatuhkan oleh
skandal Watergate dan digantikan oleh Presiden Gerald Ford pada tahun 1974. Bantuan yang
diterima Vietnam Selatan dari Amerika Serikat menyusut menjadi sekitarnya 25% saja (Jackson,
2011).
Menyusustnya bantuan Amerika Serikat menyebabkan kekuatan militer Vietnam Selatan semakin
melemah dan Vietnam Utara kembali melancarkan serangan. Serangan kali ini Vietnam Utara
berhasil karena pasukan Vietnam Selatan kehilangan dukungan dari Amerika Serikat. Pada
tanggal 29 April 1975, pasukan Vietnam Utara telah mencapai pinggir kota Saigon. Keesokan
harinya, presiden terakhir Vietnam Selatan, Duong Van Minh (pelaku kudeta Oktober 1963)
mengumumkan bahwa pemerintahnya menyerah kepada Hanoi.
KETERLIBATAN UNI SOVIET DALAM PERANG VIETNAM (1963-1975)
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Hubungan Uni Soviet dengan Vietnam (khususnya Vietnam Utara) sudah dimulai ketika
Vietminh memproklamirkan kemerdekaan Vietnam dan berperang melawan Perancis untuk
mempertahankan kemerdekaannya. Selama perang kemerdekaan Vietnam, Uni Soviet menyuplai
beragam persenjataan mulai dari persenjataan ringan buatan Cekoslovakia, truk GAZ, hingga
peluncur roket artileri Katyusha (Lanning, 2008: 56). Berkat bantuan persenjataan ini, pasukan
Vietminh akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Legiun Asing Perancis dalam pertempuran
menentukan di Dien Bien Phu pada tahun 1954. Bantuan secara diplomatis juga diberikan ketika
permasalahan konflik Indochina (juga masalah perang Korea) dibawa ke meja konvensi Geneva
pada tahun 1955.
Nikita Khrushchov (1953-1964) pada awalnya memutuskan untuk menghindar dari permasalahan
Vietnam yang mulai berembang antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan. Khrushchov saat
itu tersita perhatiannya pada kasus Rudal Nuklir Kuba (1961). Namun, setelah insiden
penembakkan kapal perang Vietnam kepada kapal perang Amerika Serikat, Nikita Khrusuhchov
mulai merasakan bahwa Vietnam merupakan salah satu medan pertempuran terpenting dalam
konteks konlik global.
Keterlibatan Uni Soviet dalam perang Vietnam dimulai ketika delegasi perdagangan yang
dipimpin oleh ketua dewan menteri Uni Soviet, Anastas Mikoyan tiba di Hanoi pada bulan
Februari 1965. Mikoyan menjanjikan akan membantu Vietnam utara dengan mengirimkan
berbagai macam jenis persenjataan kepada pemerintah Hanoi. Dalam perjalanan pulang dari
kunjungan ke Vetnam Utara, delegasi Uni Soviet juga sempat singgah di Beijing. Uni Soviet
mendorong negara RRT untuk turut ambil bagian dalam membantu persenjataan Vietnam Utara
melawan Amerika Serikat. Pemerintah Beijing pun menerima ajakan Moskow dengan mulai
membangun jaringan pengiriman suplai persenjataan melalui jalur kereta api. Sedagkan
pemerintah Uni Soviet tetap menyuplai persenjataan dari Uni Soviet langsung melalui jalur via
laut.
Bantuan militer yang diberikan Uni Soviet kepada Vietnam juga didampingi oleh sejumlah
teknisi, penasihat militer dan operator rudal. Jumlah personel militer Uni Soviet yang dikirim ke
Vietnam Utara pada masa perang Vietnam mencapai 3.000 orang. Sebagian besar prajurit-prajurit
tersebut lebih banyak bekerja sebaga operator rudal dari darat ke udara. Menurut laporan dari
TASS, sebanyak 13 personel Uni Soviet terbunuh sepanjang perang Vietnam. Pada fase awal
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
perang Vietnam, sejumlah pilot-pilot tempur Uni Soviet membantu terlibat langsung dalam
konflik dan menjatuhkan beberapa pesawat tempur Amerika Serikat namun memasuki tahapan
selanjutnya peran pilot-pilot tempur Uni Soviet segera tergantikan oleh para pilot Vietnam Utara
yang sudah dilatih oleh Uni Soviet.
Uni Soviet juga membantu Vietnam Utara dari segi pertahanan Udara. Vladimir Zolotarev (2002:
65-67) menjelaskan proses pembentukan pertahanan udara Vietnam utara dalam tiga tahap yaitu:
Tahap pertama adalah melindungi beberapa objek tertentu dengan penggunaan sistem pertahanan
udara yang terbatas (Juli 1965-Paruh pertama tahun 1966). Pada fase awal ini, pertahanan udara
Vietnam pada awalnya didominasi oleh senjata anti-pesawat kaliber 37mm dan 57mm hingga
akhirnya berkembang menjadi rudal SAM C-75. Untuk melatih pasukan pertahanan udara
Vietnam, Uni Soviet mendatangkan tim ahli dari distrik pertahanan udara Moskow. Mereka
dilatih selama 14 jam melalui tim translator sebelum akhirnya mereka benar-benar siap tempur.
Dua resimen pertahanan udara Vietnam Utara yang dipegang oleh Mayor Illyich dan Mayor
Bozhaev berhasil menjatuhkan tiga pesawat Amerika Serikat saat berusaha membombardir
Vietnam utara. Untuk mengawasi kinerja para pasukan pertahanan udara tersebut seorang perwira
Uni Soviet yang berpengalaman dalam pertahanan udara, Kolonel Fedorov ditugaskan, Dalam
waktu sembilan bulan, pasukan pertahanan udara Vietnam berhasil menjatuhkan kurang lebih 23
pesawat tempur.
Tahap kedua adalah pemusatan kekuatan pertahanan udara pada objek-objek yang vital
dkombinasikan dengan metode penyerbuan dengan menggunakan pesawat tempur (paruh kedua
tahun 1966-paruh pertama tahun 1967). Pada tahap ini pertahanan udara Vietnam mulai
diimprovisasi dan kekuatan AU Vietnam Utara mulai dioptimalkan. Tahap ketiga dan terakhir
adalah pertahanan udara kini mulai dipusatkan pada dua kota besar yaitu Hanoi dan Haiphong.
Pada tahap ini, Vietnam utara menerima beragam tipe pesawat dari Uni Soviet seperti MiG-17,
MiG-21, dan MiG-19. Sedangkan untuk pertahanan udara di darat, Vietnam Utara mulai
mengoptimalkan rudal jarak jauh SA-2 Guideline.
Sistem pertahanan udara Vietnam Utara semakin efektif memasuki musim panas tahun 1972. AU
Vietnam Utara telah melakukan penerbangan sebanyak 800 sorti, terlibat dalam 200 pertempuran
udara dan berhasil merontokkan 80 pesawat. Memasuki tahun 1975, Vietnam Utara berhasil
mencapai superioritas militer terhadap lawannya di Selatan. Hingga Vietnam Utara berhasil
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
memenangkan perang dan menyatukan seluruh Vietnam, sudah mengoperasikan sebanyak 340
pesawat tempur sebanyak 480 unit, menjatuhkan 350 unit pesawat tempur musuh dan kehilangan
131 pesawatnya (Zolotarev, 2000: 66).
Menurut Asia Times (2003), sepanjang tahun 1953-1991 Uni Soviet menyuplai Vietnam Utara
(Pasca perang Vietnam bersatu menjadi Republik Demokratik Vietnam) dengan berbagai
peralatan militer dengan berbagai konsesi pembayaran yang mudah bagi Vietnam Utara. Bantuan
militer Uni Sovet kepada Vietnam Utara terdiri dari 2.000 unit tank, 7.000 pucuk mortar, 5.000
pucuk meriam artileri, 158 kompleks pertahanan udara, 700 pesawat tempur, 120 helikopter dan
100 kapal perang.
MOTIF KETERLIBATAN UNI SOVIET DALAM PERANG VIETNAM
Sejak tahun 1920-an, Vladimir Illyich Lenin sudah menekankan pentingnya membantu
perjuangan revolusioner melawan kaum imperialisme Barat. Lenin memperkenalkannya sebagai
“Gerakan Pembebasan Nasional”. Pada tahun 1953 pada kongres ke-20 Partai Komunis Uni
Soviet, Khrushchev memperkenalkan “zona damai” yang menyatukan seluruh kaum proletar di
negara-negara kapitalis, negara-negara yang baru merdeka dan gerakan-gerakan pembebasan
nasional dalam perjuangan revolusi dunia melawan kapitalisme (Kanet, 1987: 97).
Menurut para cendekiawan Uni Soviet, proses pembebasan nasional merupakan sebuah proses
yang tak terelakkan dalam perjuangan revolusi dunia melawan kekuatan Imperialisme. Menurut
pandangan dari pihak Uni Soviet, ada tiga tahap proses pembebasan nasional. Pertama adalah
tahap dimana sebuah negara berhasil memerdekakan dirinya dari penjajah dan meraih kedaulatan
atas wilayahnya sendiri. Kedua adalah tahap sebuah negara yang baru merdeka benar-benar
melepas ketergantungannya dari negara-negara Imperialis Barat. Tahap Ketiga adalah negara
yang sudah membebaskan ketergantungan ekonomi dan politiknya akan mulai mengadopsi
sistem Sosialisme secara bertahap. Tahap terakhir adalah kemunculan gerakan dari pemerintah
menuju revolusi sosialisme secara total (Kanet, 1987: 98).
Perang Vietnam, di mata Uni Soviet adalah sebuah usaha besar untuk membebaskan seluruh
wilayah Vietnam dari penjajahan Imperialis Barat (Amerika Serikat) beserta agen lokalnya
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
(Vietnam Selatan). Sehingga pada akhirnya Moskow merasa sangat penting untuk membantu
perjuangan pembebasan yang dilakukan oleh Vietnam Utara yang bertujuan untuk membebaskan
saudaranya di selatan yang berada dibawah tekanan Imperialis barat dan pemerintah bonekanya
yang bobrok dan korup.
Kemudian kepentingan Uni Soviet terhadap Vietnam Utara semakin kuat dengan permusuhan
dengan Cina dan Amerika Serikat yang semakin meningkat sehingga mendorong Uni Soviet
untuk terus memasok Vietnam Utara. Alasan utamanya karena Vietnam Utara merupakan satusatunya harapan Moskow untuk mempertahankan pengaruhnya di Asia Tenggara. Uni Soviet
memang membangun hubungan yang baik dengan beberapa negara Asia Tenggara terutama
dengan Indonesia dan Burma (yang dianggap sebagai negara yang benar-benar merdeka oleh
Moskow). Masalah utama kembali membelit Moskow karena perubahan politik domestik dalam
negara-negara Asia Tenggara tersebut yang cenderung merugikan Moskow. Ditambah lagi sejak
muncul gerakan Non-Blok pada tahun 1961 di Belgrade, Yugoslavia, negara-negara dunia ketiga
cenderung mengambil posisi netral sebagai jalur aman.
KESIMPULAN
Dukungan Uni Soviet dalam Perang Vietnam (1965-1975) merupakan sebuah usaha Uni Soviet
untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara yang semakin terkikis dengan
munculnya negara-negara netral pasca gerakan Non Blok, permusuhan dengan Tiongkok, dan
berkembangnya pengaruh Amerika Serikat melalui pakta SEATO. Dukungan Uni Soviet yang
teratur dan efektif khususnya dalam pertahanan udara cukup membantu Vietnam Utara dalam
memenangkan perang dan menyatukan seluruh Vietnam. Kemenangan Vietnam Utara dan
gerakan perlawanan Indochina yang diasuhnya (Pathet Lao, Khmer Rouge dan Viet Cong) sendiri
juga berdampak pada posisi Uni Soviet dan kekuatan tawarnya yang kembali menguat di Asia
Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
C.Horn., R. (1975). Soviet Influences in South East Asia: Opportunities and Obstacles . Asian
Survey, 656-71.
Corfield, J. (2008). The history of Vietnam. Connecticut: Greenwood Press.
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Gromyko, A., & Ponomarev, B. N. (1981). SOVIET FOREIGN POLICY Volume II : 1945-1980.
Moscow: Progress Publisher.
Guan, A. C. (2014, February 1). The Vietnamwar 1962-1964 : The Vietnamese Communist
Perspective. Retrieved from JSTOR: http://www.jstor.org/stable/261062
Herschenson, B. (2010). An American Amnesia : How The U.S. Congress Forced the
Surrendders of South Vietnam and Cambodia. New York: Beaufort Books.
J.Mabry, D. (2000). Soviet Involvement in Vietnam War. Retrieved from Historical Text Archive:
http://historicaltextarchive.com/sections.php?action=read&artid=180
Jackson, S. (Director). (2011). Vietnam War in HD [Motion Picture].
Kanet, R. E. (1987). The Soviet Union and the Third World from Khrushchev to Gorbachev : the
place of Third World in evolving Soviet Global Strategy. In R. E. Kanet, The Soviet
Union, Eastern Europe, and The Third World (pp. 3-22). New York: Cambridge
University Press.
Kuntowijoyo (2003). Metodologi Sejarah. Tiara Wacana
Moyar, M. (2006). The Triumph Forsaken: The Vietnam War 1954-1965. Cambridge: Cambridge
University Press.
Tucker, S. C. (2011). The Encyclopedia of Vietnam War. California: ABC-CLIO.
Wiest, A. (2003). The Vietnam War 1956-1975. Oxford: Osprey Publishing.
Zolotarev, V. (2000). Rossiya (SSSR) v Lokal'nykh Voynakh i Voennykh Konfliktakh Vtoroy
Poloviny XX Veka. Moskwa: Kuchkovo Pole Polygrafresursy.
Keterlibatan Uni Soviet …, Donny Octaviano, FIB UI, 2014
Download