aspek produksi

advertisement
PENILAIAN ASPEK ASPEK
DALAM S K B
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek Pasar –
Pemasaran
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek
Manaj & SDM
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek
Yuridis
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek Teknik –
Teknologi
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek
Ek & Lingk
EVALUASI &
PENILAIAN
ASPEK ASPEK
DALAM S K B
Identifikasi &
Verifikasi
Aspek
Finansial
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENILAIAN ASPEK PASAR &
PEMASARAN DALAM S K B
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
1.
2.
Pendahuluan
Aspek Pasar & Pemasaran merupakan aspek yang pertama dianalisis dalam SKB. Hal ini disebabkan agar dapat
diketahui apakah proyek yang akan didirikan atau produk yang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen / pasar.
Fokus evaluasi aspek pasar & pemasaran ini mencakup 3 hal pokok, yaiyu memperoleh gambaran mengenai :
>
Permintaan pasar atas produk yang akan dihasilkan
>
Persaingan dan pangsa pasar
>
Faktor lingkungan ekstern dan ekonomi makro yang dapat mempengaruhi permintaan atas produk
tersebut
BEBERAPA PENGERTIAN
Pasar merupakan tempat di mana kekuatan permintaan dan penawaran saling bertemu untuk membentuk suatu
harga. Atau, pasar merupakan kumpulan manusia yang menginginkan kepuasan, memiliki uang, dan mempunyai
kemauan untuk membelanjakan uangnya. Jadi, terdapat 3 faktor utama terjadinya pasar, yaitu manusia dengan
segala keinginan, daya beli, dan tingkah lakunya. ( Husein Umar, 2000 )
Sedangkan istilah pemasaran ( marketing ) masa kini diartikan sebagai suatu upaya untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen / satisfying consumer needs and wants. ( Kotler, P & Armstrong, G : 1997 ). Dengan
demikian perlu dilakukan riset pasar agar dapat diketahui hal-hal mengenai :
- Apa yang diinginkan konsumen
- Bagaimana agar produk yang akan dihasilkan dapat memberikan superior value dan harga yang bersaing
- Bagaimana dilakukan promosi secara efektif.
Empat hal diatas sering disebut sebagai marketing mix, yang merupakan bauran dari 4P, yaitu : Product, Price,
Place, and Promotion. Marketing mix ini merupakan alat pemasaran yang harus digunakan secara bersamaan agar
konsep inti pemasaran ( core marketing concept’s ) dapat dijalankan.
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
3. ANALISIS PELUANG PASAR
Telah dijelaskan di atas bahwa konsep pemasaran adalah bagaimana perusahaan dapat memperoleh keuntungan
melalui pemenuhan kepuasan konsumen, yang secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut.
Market
Customer
Needs
Integrated
Marketing
Profit through
customer
satisfactions
The Marketing Concept
Untuk dapat mencapai tujuan di atas, hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek ini adalah :
a. Lingkungan pemasaran ( marketing environment )
b. Pasar konsumen ( consumer markets ) dan tingkah laku pembeliannya ( buying behavior )
c. Industri dan persaingan
d. Identifikasi segmen pasar ( market segments ) dan target pasar ( market targets )
MENGANALISIS PELUANG PASAR
Hal-hal yang perlu dianalisis dalam lingkungan pemasaran adalah :
Kebutuhan ( needs ) dan trend pasar
Lingkungan makro, mencakup lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam,
teknologi, lingkungan politik,, dan lingkungan sosial budaya.
lingkungan
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
BUYING BEHAVIOR
Kotler & Armstrong ( 1997 ) menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
( buying behavior ) sebagai berikut ini :
CULTURAL
SOCIAL
Culture
Reference
Group
Subculture
Family
Social class
Roles &
Statuses
PERSONAL
Age & life
Cycle stage
Occupation
Economic
Circumstances
Life style
Personality &
Self concept
PSYCHOLOGICAL
Motivation
Perception
Learning
Beliefs and
attitudes
B
U
Y
E
R
ANALISIS INDUSTRI DAN PERSAINGAN
Michael E. Porter ( 1985 ) menyatakan bahwa terdapat 5 kekuatan yang mempengaruhi profitability
perusahaan
dalam
menghadapi
persaingan, yaitu : INDUSTRY COMPETITORS ( Segment rivalry ),
POTENTIAL ENTRANTS ( Ancaman Pendatang Baru ), BUYERS ( Buyer power ), SUBSTITUTES ( Produk Substitusi ),
SUPPLIERS ( Supplier power ).
PENILAIAN ASPEK PEMASARAN
MENGIDENTIFIKASI MARKET SEGMENTS DAN TARGET MARKETS
Market Segments adalah suatu kelompok konsumen yang dengan cara yang sama merespond
suatu produk.Jadi melakukan market segmentation berarti membagi pasar menjadi beberapa kelompok
pembeli yang masing-masing kelompok berbeda kebutuhannya, karakteristiknya, atau tingkah lakunya
terhadap berbagai produk.
Target Market adalah suatu kelompok pembeli yang mempunyai kebutuhan atau karakteristik
yang sama di mana perusahaan memutuskan untuk dapat memenuhi atau melayaninya. Jadi, market
targeting adalah suatu proses evaluasi kekuatan setiap market segment dan menyeleksi satu atau beberapa
segment untuk dimasukinya.
MARKET SEGMENTATION
MARKET TARGETING
MARKET POSITIONING
1. Identify bases for
Segmentaing the market
3. Develop measures of
Segment attractiveness
5. Develop positioning for
each target segment
2. Developing profiles of
Resulting segments
4. Select the target
Segment(s)
6. Develop marketing mix
for each target segment
PENILAIAN ASPEK TEKNIK &
TEKNOLOGI DALAM S K B
1.
ASPEK PRODUKSI, TEKNIK DAN TEKNOLOGI
Produksi adalah suatu proses atau rangkaian aktivitas yang diperlukan untuk membuat suatu barang & jasa yang mempunyai nilai ekonomis
atau nilai guna ( Moch. Ichsan, dkk : 1998 ).
Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan input menjadi output berupa barang & jasa ( Sofyan Assyauri :
1999 )
Jadi produksi merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang & jasa yang akan dikonsumsi masyarakat.
Sistem Produksi
INPUT
TRANSFORMASI
Material
SDM
Mesin
Enerji
Modal
Informasi
Metode
OUTPUT
Proses
Konversi
Barang &
Jasa
Feed back loop
Contoh :
Bank
Pabrik
Perabot
Hotel
INPUT
Peralatan komputer, tellers,
staff, dll
Kayu, mesin / peralatan,
Tenaga Kerja, dana, dll
Perlengkapan hotel,
receptionist, dll
OUTPUT
Jasa Pelayanan
keuangan
Meja, kursi,
lemari, dll
Jasa akomodasi,
hiburan, dll
SISTEMATIKA ASPEK TEKNIK
Pemasaran
Letak
Lokasi
Proses
Produksi
ASPEK
TEKNIS
Kapasistas
Instalasi
Desain Engineering
Pendahuluan
Desain Engineering
Terinci
Gambar Cetak Biru
Instalasi
Finansial dan
Ekonomi
Seleksi
Peralatan
Bangunan
Sipil
ASPEK PRODUKSI
2.
TAHAP TAHAP PERSIAPAN PRODUKSI
A.
Menetapkan produk yang akan diproduksi dan kapasitas produksi
Kepuasan
konsumen merupakan tujuan utama perusahaan dalam memasarkan produknya. Jika konsumen tidak
merasa puas terhadap produk yang dihasilkan perusahaan maka perusahaan tidak dapat menghasilkan keuntungan
sehingga dalam jangka panjang tidak akan dapat survive ( bertahan ). Oleh karena itu, perusahaan harus membuat
dan memasarkan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen. Untuk mengetahui kebutuhan,
keinginan, dan selera konsumen, perusahaan melakukan riset pasar sehingga dapat diperoleh informasi mengenai jenis, kualitas,
dan kuantitas produk yang sebaiknya diproduksi.
Sedangkan kapasitas produksi merupakan suatu batas kemampuan unit produksi untuk berproduksi dalam jangka
waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu, misalnya : 1000 ton/bulan.
B.
Menetapkan lokasi proyek
Tujuan penentuan lokasi perusahaan / pabrik / tempat usaha secara tepat adalah agar membantu perusahaan untuk dapat
beroperasi secara lancar, efektif dan efisien. Dengan demikian perusahaan dapat menyediakan barang/jasa yang tepat pada
waktunya dengan jumlah, kualitas, serta harga yang l ayak serta masih dapat memperoleh keuntungan. Dengan adanya
penentuan lokasi secara tepat, maka perusahaan diharapkan akan mempunyai kemampuan dalam :
- Melayani konsumen dengan memuaskan;
- Mendapatkan bahan baku secara tepat, kontinyu,, dan harga yang layak;
- Mendapatkan tenaga kerja yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas
- Serta memungkinkan untuk perluasan di masa mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi proyek :
1. Faktor Primer, meliputi :
a. Mendekati pasar ( konsumen );
b. Mendekati sumber bahan baku;
c. Terdapat fasilitas pengangkutan;
d. Tersedia TK secara memadai;
e. Terdapat pembangkit tenaga listrik
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
ASPEK PRODUKSI
Faktor Sekunder, meliputi :
a. Rencana masa depan;
b. Biaya tanah / gedung dikaitkan masa depan;
c. emungkinan perluasan;
d. Terdapat service facilities ( a.l bengkel mesin, rumah sakit, kantor pos );
e. Terdapat financial facilities
f. Water supply;
g. Sikap dan budaya masyarakat sekitar
C.
Menjamin Ketersediaan Bahan
Ketersediaan bahan di sini adalah bagaimana menyediakan bahan dalam kuantitas, kualitas, harga, dan pemasok yang
tepat.
D.
Lay Out
1. Perencanaan Bangnan
Bangunan yang didirikan harus :
- Memenuhi tujuan untuk dapat melindungi semua input produksi ( bahan, peralatan, karyawan, dll ) dari cuaca
( panas / hujan ), kehilangan, dan resiko keruguan lainnya.
- Disesuaikan dengan mesin / peralatan produksi yang akan digunakan sehingga dapat ditetapkan kekuatan / jenis
bahan bangunan dan bentuk bengunan ( bertingkat / tidak ).
Pertimbangan – pertimbangan dalam pembuatan bangunan :
a. Fleksibilitas, yaitu bagaimana agar bangunan dapat dirubah dengan biaya yang tidak terlalu mahal apabila
diperlukan.
b. Kemungkinan perluasan / ekspansi, Bangunan harus didisain sedemikian rupa sehingga mempermudah didirikan
tambahan bangunan di masa depan apabila perusahaan melakukan ekspansi.
c. Fasilitas bagi karyawan, sehingga mereka mendapatkan kesenangan kerja dan dengan demikian didapat moral &
produktivitas kerja yang tinggi ( misalnya : AC, tempat istirahat, kantin, toilet, musholla, dll. ).
d. Perlindungan kepada karyawan terhadap bahaya kebakaran, keamanan, keselamatan kerja, kesehatan ( debu,
polusi ).
e. Kekuatan & kapasitas lantai yang memadai dikaitkan dengan mesin / peralatan yang digunakan.
ASPEK PRODUKSI
2. Penyusunan peralatan pabrik ( plant lay out )
Plant lay out berkaitan dengan masalah penyusunan mesin / peralatan produksi dalam pabrik, yaitu bagaimana
mesin/peralatan produksi disusun sehingga proses produksi dapat dilakukan secara efesien dan efektif yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap perolehan laba dan kelangsungan hidup usaha perusahaan. Terdapat 2 cara pengaturan lay out,
yaitu :
a. Process Lay out, yaitu di mana mesin/peralatan yang sama ditempatkan/dikelompokkan dalam satu
area/departemen yang sama. Lay out ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang berdasarkan job order,
misalnya penjahit.
b. Product Lay out, yaitu di mana mesin/peralatan produksi disusun menurut urut-urutan proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk. Sistem ini biasa digunakan untuk perusahaan yang memproduksi secara massa
( mass production ).
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun lay out :
- Produk yang dihasilkan, mencakup besar, berat, dan sifat produk yang dihasilkan. Misal, apabila produk yang
dihasilkan besar dan mudah pecah maka dibutuhkan ruang yang besar.
- Urutan produksi, khususnya untuk product lay out.
- Besar/bentuk/jumlah mesin/peralatan yang dibutuhkan
- Kemudahan dilakukan maintenance
- Adanya balancing capacities
- Fleksibilitas pengaturan mesin/peralatan
- Diupayakan minimum movement karena dengan gerak yang lebih sedikit biaya yang terbeban akan lebih rendah
- Service area bagi pekerja/karyawan yang cukup memadai.
3.
HAL TERPENTING YANG PERLU DIEVALUASI DALAM ASPEK PRODUKSI
A.
Pemilihan Teknologi
Agar produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi, maka harus digunakan teknologi tepat guna sehingga
diharapkan perusahaan mampu :
- Meningkatkan kualitas produk,
- Menekan harga pokok produksi karena peningkatan efisiensi proses produksi : antara lain melalui upaya :
ASPEK PRODUKSI

> mempercepat proses produksi.
Proses produksi yang lebih cepat diharapkan dapat menghemat pemakaian tenaga
listrik dan mempercepat pengiriman produk ke konsumen.
> Mengurangi limbah ( waste ) bahan baku.
Persyaratan Dalam Pemilihan Teknologi :
- Mutu, spesifikasi, dan jenis produk yang akan dihasilkan dengan menggunakan teknologi tersebut dapat diterima
konsumen;
- Teknologi yang dipilih dapat menjamin tercapainya kapasitas produksi ekonomis ( kapasitas produksi yang paling
menguntungkan );
- Teknologi yang dipilih tidak akan menimbulkan kesulitan dalam pengadaan tenaga teknis, bahan baku/pembantu,
suku cadang;
- Sedapat mungkin teknologi yang dipilih dapat menghasilkan sebanyak mungkin jenis produk dengan menggunakan
bahan baku yang sama;
- Teknologi yang dipilih pernah diterapkan di tempat/negara lain secara berhasil;
- Teknologi yang dipilih tidak menimbulkan dampak lingkungan negatif bagi masyarakat sekitar.
B.
Pemilihan Peralatan Produksi
Pemilihan peralatan produksi ( jumlah & jenis ) harus dikaitkan dengan :
- Teknologi yang akan digunakan;
- Kapasitas produksi;
- Balancing capacities.
C.
Pasokan bahan Baku / Pembantu
Dalam penyusunan SKB perlu dievaluasi kontinuitas pengadaan dan sumber pasokan bahan baku, misalnya :
- Apakah bahan baku proyek merupakan bahan mentah ( SDA ) atau barang setengah jadi;
- Apakah sumber pasokan dari dalam negeri atau luar negeri. Apabila dari LN perlu dikaji mengenai faktor-faktor yang
terkait dengan political risks, exchange rate, competitions, dan transportations.
TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI

Proses Kontinu


Proses Intermitten (Batch)


Proses umumnya menghasilkan volume output yang besar
dan berulang-ulang (repetitive).
Proses yang digunakan bermacam-macam proses yang
berbeda sehingga dapat menghasilkan lebih dari satu
variasi produk.
Otomatisasi
dan
Manufacturing)

CAM
(Computer
Aided
Meminimalkan penggunaan tegana kerja manusia dan
meninggi akurasi serta meminimalkan bahaya.
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN &
SUMBER DAYA MANUSIA
Analisis aspek manajemen pada penyusunan SKB mencakup 2 tahap, yaitu pada masa pembangunan proyek (pra
operasi ) dan masa operasional
1.
MASA PEMBANGUNAN PROYEK
Kegagalan suatu proyek dapat terjadi apabila tenaga kerja pada masa pembangunan proyek kurang
berkualitas. Oleh sebab itu, pada masa pembangunan ( konstruksi ) harus terdapat keterpaduan antara
ketrampilan tenaga manusia dengan dengan kapasitas peralatan sejak tahap perencanaan sampai dengan
proyek selesai dan diserahkan kepada pemilik proyek. Pembangunan proyek dapat dilakukan oleh
perusahaan kontraktor atau dapat pula dilakukan secara borongan yang dipimpin oleh mandor borongan.
Terdapat 3 fungsi manajemen yang harus dilaksanakan dalam masa pembangunan proyek, yaitu :
A. Perencanaan proyek
Tujuan perencanaan proyek adalah aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan rencana dan apabila terjadi
penyimpangan ( misalnya : keterlambatan ) diupayakan agar penyimpangannya tidak materiil. Pada
tahap perencanaan ini disusun suatu rencana kerja pembangunan proyek sampai dengan masa uji coba.
Hal – hal yang dianalisis meliputi jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan tiap jenis pekerjaan, tenaga
pelaksana, peralatan, dan anggaran. Perencanaan yang lengkap dan matang akan menentukan
keberhasilan proyek secara optimal. Ang dimaksud optimal disini adalah proyek dapat diselesaikan tepat
pada waktunya sesuai dengan kualitas dan anggaran yang ditentukan. Dengan demikian, perencanaan
harus dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan dan kepentingan pelaksanaan konstruksi, yaitu mulai
dari hal-hal yang bersifat teknis sampai dengan yang bersifat sosial.
B. Realisasi Pembangunan Proyek / Pelaksanaan Konstruksi
Pada tahap ini, selain mempersiapkan ijin-ijin, organisasi, dan petugas lapangan, disusun pula
suatu jadual rencana kerja secara spesifik. Penyusunan jadual kerja yang paling sederhana
adalah menggunakan bagan balok ( bar chart ), seperti contoh dibawah ini.
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN & SDM
C. Pengendalian
Pengendalian dilakukan selama masa konstruksi sampai dengan proyek selesai. Pengendalian selama masa
konstruksi dilakaukan dengan selalu mengikuti laporan & evaluasi pekerjaan secara teratur ( harian, mingguan, bulanan ),
biasanya dilengkapi dengan foto-foto yang menunjukkan realisasi kemajuan penyelesaian pekerjaan proyek secara fisik. Jadi
proses pengendalian ( waktu & kualitas ) merupakan suatu pemantauan langkah demi langkah terhadap proses pelaksanaan
suatu pekerjaan, mencakup metode kerja, peralatan & tenaga kerja termasuk keamanan & keselamatan kerja.
2.
MASA OPERASIONAL
Pada masa operasional, kebutuhan SDM perlu diestimasi menurut jumlah, keahlian, pengalaman, tingkat pendidikan,
gaji / upah, dan kebutuhan masing-masing bagian. Apabila dibutuhkan adanya tenaga asing, perlu diestimasi pula
proporsi banyaknya tenaga asing yang akan digunakan. Misalnya, pada proyek Hotel perlu diestimasi kebutuhan SDM
baik TK Langsung maupun TK Tak Langsung untuk masing-masing bagian.
Disamping kebutuhan jumlah dan tingkat pendidikan SDM, diperlukan pula standarisasi kebutuhan dalam hal :
a. Keahlian / pengalaman kerja;
b. Gaji / upah dan tunjangan;
Kriteria lain ( apabila dinilai penting ), seperti : memiliki sikap ramah ( bagian Humas ). Pada industri jasa penerbangan, misalnya
dibutuhkan kriteria khusus bagi pramugari / pramugara, seperti tidak berkaca mata, berpenampilan menarik dengan minimal
tinggi badan tertentu & berat badan seimbang.
Estimasi kebutuhan dan kriteria standard SDM / TK harus disesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan
Rencana Pengisian Jabatan
Pada beberapa perusahaan, biasanya siapa yang akan mengisi jabatan tingkat atas telah direncanakan sebelumnya,
misalnya : untuk jabatan komisaris dan direksi. Pihak yang dicalonkan mengisi jabatan-jabatan tersebut sebaiknya
adalah orang-orang yang memiliki performance pribadi yang baik, misalnya :
a. Dikenal sebagai tokoh masyarakat yang jujur
b. Dikenal sebagai mitra usaha yang baik
c. Dalam dunia perbankan, dinilai sebagai nasabah yang baik
d. Sedapat mungkin memiliki pengalaman dalam bidang manajerial dengan reputasi baik.
Informasi yang digunakan untuk menilai performance pribadi tersebut biasanya bersumber dari sesama pengusaha,
media masa, perbankan, dll.
PENILAIAN ASPEK MANAJEMEN & SDM
Sumber Pengadaan TK / SDM
TK / SDM yang dibutuhkan sesuai standardisasi perusahaan adalah cukup langkah dan mungkin tidak
mudah mendapatkannya. Oleh karena itu, dalam penyusunan SKB sebaiknya dicantumkan indikasi sumber
pengadaan TK / SDM, misalnya dari :
a. Kelompok perusahaan;
b. Daerah sekitar proyek;
c. Lembaga pelatihan ( LPK ), lembaga-lembaga yang menspesialisasikan diri dalam bidang
penyaluran TK, Perguruan Tinggi, dll;
d. Luar Negeri, misalnya kebutuhan tenaga expert dari Jepang atau Korea ( untuk perusahaan otomotif &
elektronik ), dari Hongkong atau Taiwan ( untuk Chinese Restaurant ), dll.
KEGIATAN PERENCANAAN


Kegiatan Perencanaan meliputi

Menyeleksi tim penganalisis sistem

Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas

Membuat jadwal proyek sehingga tugas-tugas bisa diselesaikan sesuai waktu yang
direncanakan
Dua tool untuk perencanaan dan kontrol proyek adalah Gantt Charts dan PERT (Program
Evaluation and Review Techniques) diagram
MEMPERKIRAKAN WAKTU YANG DIPERLUKAN

Proyek dibagi ke dalam beberapa fase

Kemudian dibagi ke dalam tugas / kegiatan

Terakhir dibagi ke perincian kegiatan yang lebih detil

Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tugas / kegiatan

Bisa menggunakan most likely, pessimistic, and optimistic perkiraan untuk waktunya
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
GANTT CHARTS


Mudah untuk membuat dan
menggunakannya
Menunjukkan fase pengumpulan informasi
atau analisis proyek
CONTOH GANTT CHARTS
Conduct Interviews
Questionnaires
Read Reports
Analyze Data Flows
Introduce Prototypes
Observe Reactions
Perform Cost/Benefit
Prepare Proposal
Present Proposal
1
5 
10
Current Week
15
20
Weeks
PERT DIAGRAM

PERT - Program Evaluation and Review Technique

PERT diagrams menunjukkan prioritas, kegiatan yang harus diselesaikan sebelum
melakukan kegiatan berikutnya

Digunakan untuk menghitung the critical path, the longest path kegiatan tersebut

Ini adalah cara tercepat untuk menyelesaikan suatu proyek
PERTT



DIAGRAM ADVANTAGE :
Mudah mengidentifikasi order prioritas
Mudah mengidentifikasi critical path / aktifitas
Mudah menentukan waktu kendur
CONTOH DIAGRAM PERT
A
B
C
D
E
F
G
H
Conduct Interviews
Questionnaires
Read Reports
Analyze Data Flows
Introduce Prototypes
Observe Reactions
Perform Cost/Benefit
Prepare Proposal
None
A
None
B, C
B, C
E
D
G
3
4
4
8
5
3
3
2
I
Present Proposal
H
2
20
B, 4
A, 3
10
C, 4
30
D, 8
50
E, 5
G, 3
F, 3
40
60
H, 2
70
I, 2
80
PENILAIAN ASPEK YURIDIS /
LEGAL
Dalam penyusunan SKB, analisis sisi yuridis sangat penting dilakukan. Hal ini untuk menghindari adanya proyek fiktif atau perusahaanperusahaan yang beroperasi secara “ illegal “. Yang dimaksud dengan “ Illegal “ di sini misalnya apabila perusahaan tidak memiliki ijin usaha
atau proyek yang bidang usahanya dilarang oleh Pemda / negara / wilayah setempat. Disamping itu, evaluasi aspek yuridis mencakup pula
mengenai :
1. Bentuk Badan Hukum Perusahaan;
2. Legalitas pelaksanaan proyek ( apakah perusahaan beroperasi sesuai ijin yang diberikan oleh Pemerintah setempat );
3. Identitas Pelaksana proyek;
4. Lokasi ( tempat ) pelaksanaan proyek;
5. Waktu pelaksanaan proyek;
6. Cara pelaksanaan proyek.
BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN
Terdapat beberapa bentuk usaha di Indonesia, yaitu :
A.
Perusahaan Perorangan
Perusahaan perorangan sebenarnya merupakan bentuk usaha yang tidak memiliki badan hukum. Usaha ini di miliki oleh satu
orang dan oleh karena itu segala pengelolaan serta pengawasan usahanya dilakukan oleh pemilik sendiri. Seluruh keuntungan
usaha merupakan hak sepenuhnya bagi pemilik, demikian pula resiko kerugian usaha seluruhnya dipikul oleh pemilik.
B.
Firma
Firma merupakan suatu bentuk perkumpulan usaha yang didirikan oleh beberapa orang. Semua anggota memiliki tanggung jawa
yang sama termasuk tanggung jawab terhadap hutang maupun memikul kerugian yang mungkin terjadi. Apabila salah seorang
anggota mengundurkan diri, otomatis Firma tersebut bubar.
C.
Perusahaan Komanditer ( CV )
CV merupakan suatu persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang dimana masing-masing menyerahkan sejumlah uang dalam
jumlah yang tidak perlu sama. Terdapat 2 macam sekutu, yaitu yang bersedia mengelola perusahaan dan yang hanya
menanamkan dananya dalam perusahaan.
D.
Perseroan Terbatas ( PT )
Badan usaha yang berbentuk PT adalah melibatkan beberapa orang yang menanamkan dananya ke perusahaan sebagai tanda
kepemilikan atas perusahaan yang bersangkutan. Tanda kepemilikan atas PT disebut sebagai Saham dan penanam dana disebut
sebagai Pemegang Saham. Terdapat 2 macam pemegang saham, yaitu pemegang saham preferen ( prefered stock ) dan
pemegang saham biasa ( common stock ).
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENILAIAN ASPEK YURIDIS / LEGAL
E.
BUMN / BUMD
BUMN / BUMD adalah perusahaan yang mayoritas kepemilikannya oleh Pemerintah / Pemerintah Daerah, misalnya : PT. Garam
( Persero ), PT. Danareksa ( Persero ), PT. Bank Mandiri ( Persero ), dll.
F.
Koperasi
Koperasi adalah merupakan suatu usaha yang bergerak dalam bidang ekonomi ( misalnya : Koperasi Produksi, Koperasi
Konsumsi, Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Sumber Usaha ) untuk kesejahteraan para anggotanya.
Dalam penyusunan SKB, perlu diketahui bentuk badan usaha dari proyek karena masing-masing jenis bentul badan usaha memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan analisis yuridis secara berbeda.
LEGALITAS PERUSAHAAN
Yang dimaksud legalitas di sini adalah apakah pendirian dan operasional perusahaan telah memenuhi ketentuan-ketentuan Pemerintah.
Misalnya, telah memiliki :
Pengesahan perusahaan ( untuk PT ) oleh Menteri Kehakiman;
Tanda Daftar Perusahaan ( TDP ), Surat Ijin Usaha Perdagangan ( SIUP ), Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ), Keanggotaan /
sertifikasi yang dikeluarkan oleh Asosiasi, dll;
Untuk beberapa usaha tertentu diperlukan ijin gangguan ( HO ), Analisa Dampak Lingkungan ( AMDAL );
Untuk eksportir / importir diperlukan surat-surat ijin khusus yang dipersyaratkan bagi eksportir / importir.
IDENTITAS PELAKSANA PROYEK
Identitas dari pelaksana proyek perlu diteliti apakah memenuhi ketentuan / perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini perlu
dilakukan penelitian, misalnya :
- Kewarganegaraan;
- Informasi Bank;
- Keterlibatan Perkara Pidana / Perdata;
- Hubungan keluarga antar pengurus.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENILAIAN ASPEK YURIDIS / LEGAL
LOKASI ( TEMPAT ) PELAKSANAAN PROYEK
Penelitian perihal lokasi ini lebih dititik beratkan pada :
>
Perencanaan Wilayah
Lokasi proyek harus disesuaikan dengan rencana wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah;
>
Status Kepemilikan Tanah
WAKTU PELAKSANAAN PROYEK
Proyek baru dapat melaksanakan kegiatan operasional apabila seluruh ijin terkait telah lengkap dan masih berlaku.
SYARAT PELAKSANAAN PROYEK
Pada beberapa proyek dibutuhkan tambahan dana pinjaman yang bersumber dari Bank, Modal Ventura, Lembaga Leasing, atau pihak ketiga
lainnya. Berkaitan dengan pinjaman dana tersebut, biasanya terdapat beberapa syarat khusus yang ditentukan oleh pihak kreditor dan
harus dipenuhi oleh pelaksana proyek sebagai debitor.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENILAIAN ASPEK EKONOMI &
LINGKUNGAN
1.
ANALISIS ASPEK EKONOMI
Hal-hal yang perlu dianalisis mengenai aspek ekonomi dalam penyusunan SKB adalah berkaitan dengan
manfaat proyek terhadap perekonomian nasional & sosial serta masalah-masalah yang menghambat
pembangunan ekonomi.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
A.
MANFAAT PROYEK BAGI PEREKONOMIAN
Yaitu apakah proyek dapat :
> Membuka lapangan kerja baru;
> Memberdayakan sumber daya nasional;
> Menghasilkan & menghemat devisa;
> Mendorong pertumbuhan industri lain;
> Memenuhi kebutuhan masyarakat;
> Menambah pendapatan nasional.
B.
HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN PROYEK
> Iklim yang kurang mendukung ( biasanya terkait dengan proyek agribisnis );
> Kualitas SDM dan SDA kurang menunjang sehingga berakibat pada produktivitas yang
rendah;
> Kurangnya modal ( capital ) yang tersedia sehingga berdampak negatif terhadap
penyelesaian dan kesinambungan operasional proyek;
> Tidak stabilnya nilai tukar ( kurs );
> Tingginya tingkat suku bunga Bank;
> Situasi serta kondisi sosial politik dan keamanan nasional yang kurang kondusif.
PENILAIAN ASPEK EKONOMI & LINGKUNGAN
2.
ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN
Analisis aspek lingkungan dalam SKB mengacu pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) yang disusun oleh
konsultan AMDAL. Di Indonesia AMDAL dikenal sejak 1985-an. AMDAL adalah analisis mengenai dampak suatu proyek ( kegiatan
) terhadap lingkungan hidup.
Tujuan dilakukan AMDA terutama adalah agar kualitas lingkungan dapat terjaga dengan baik dan tidak mengalami kerusakan
dengan berdirinya proyek. Contoh pencemaran lingkungan :
- Tercemarnya kali Surabaya akibat pembuangan limbah industri;
- Hutan gundul akibat penebangan kayu secara liar, maupun adanya illegal logging;
- Udara di Gresik tercemar oleh zat Amonia akibat bocornya saluran PT. Petro Kimia.
Bidang usaha yang membutuhkan AMDAL dalam pendiriannya sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. KEP-11/MENLH/3/94 tanggal 19 Maret 1994, adalah usaha dalam :
> industri pertambangan & enerji ( a.l. batu bara, PLTA, PLTD );
> Kesehatan ( RS, industri farmasi );
> PU ( waduk, Irigasi, jalan raya / tol );
> Agribisnis ( tambak > 59 ha, pertanian > 5.000 ha, perkebunan > 10.000 ha );
> Parpostel ( Hotel, Padang Golf, tempat rekreasi / hiburan );
> Lahan Transmigrasi ( . 3.000 ha );
> Industri berat ( semen, kimia, baja, baterai, kayu, galangan kapal, pesawat terbang, dll );
> Perhubungan ( ( pelabuhan );
> Perdagangan ( > 5. Ha );
> Hankam ( Pangkalan laut / udara, Pusat Latihan Tembak ), Nuklir;
> Kehutanan ( Taman Safari, HPH ).
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
AMDAL VS ANDAL

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)


Merupakan hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup.
ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)

Merupakan Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
kegiatan yang direncanakan.
Dampak adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar diakibatkan oleh kegiatan.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
ASPEK AMDAL

PP 29 tahun 1986 pasal 6, AMDAL merupakan komponen studi kelayakan dari rencana
kegiatan, sehingga bagi proyek tertentu tahap implementasi belum dapat dimulai sebelum
AMDAL diselesaikan dan disetujui oleh pihak yang bertanggung jawab.
PP Nomor 51 tahun 1993 dimaksudkan sebagai penyempurnaan ketentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup serta beberapa keputusan menteri yang menyertainya (Kep11?MENLH/3/94 dan Kep-12/MENLH/3/94)
LANDASAN UTAMA :

Memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan lokasi proyek dan alam sekitarnya.

Mengelola penggunaan sumber daya secara bijaksana dengan merencanakan, memantau,
dan mengendalikan secara bijaksana.

Memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
POTENSI SUMBER PENCEMARAN
MASUKAN
PROSES PENGOLAHAN
• Bahan Mentah
• Mekanis
• Bahan Penolong (Katalis)
• Fisika
• Energi
• Kimia
KELURAN
• Produk
• Limbah Non Reguler
• Limbah Reguler
Sumber Pencemaran
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
POLUTAN INDUSTRI
INDUSTRI
POTENSI JENIS PENCEMARAN
Pabrik Kertas dan Pulp
BOD, COD, NH3, SS, DS
Pengolahan Susu
pH, BOD, COD, SS, DS
Pengawetan dan Pengalengan Sayur
pH, BOD, SS
Pengawetan Makanan
BOD, COD, SS, DS, Cl
Gula dari Tebu
BOD, COD, SS, DS, NH3
Pemintalan Tekstil
BOD, COD, DS, warna, SS, Cu, Cr, Zn, G
Pabrik Semen
DS, SS, pH, Panas
Pabrik Kimia Anorganik
BOD, COD, SS, basa, panas, partikel logam berat
Pabrik Pupuk
pH, P, F, Cd, As, V, N, O, NO3
Kilang Minyak Bumi
O, S, Phenol, NH3, O, SS, DS, warna, partikel logam berat, N, O&G,
panas
Pabrik Logam
BOD, SS, DS, COD, Cn, pH, P, logam berat, panas
BOD – Biochemical Oxigen Demand
DS – Dissolved Solid
COD – Chemical Oxigen Demand
O – Oil
SS – Suspended Solid
G - Grease
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENILAIAN ASPEK FINANSIAL
Hal-hal
1.
2.
3.
4.
5.
yang perlu dianalisis dalam aspek Finansial ( aspek keuangan ) mencakup :
Rencana Biaya Proyek ( Cost of Project )
Peramalan ( Forecasting )
Penilaian Investasi ( Investment Valuation )
Analisis Sensitivitas ( Sensitivity Analysis )
Pada proyek pengembangan, diperlukan pula analisis finansial existing ( berupa analisis ratio & analisis
arus kas / cash flow ) yang merupakan penilaian kinerja ( performance ) perusahaan selama
beberapa tahun terakhir ( sebelum adanya proyek pengembangan ).
1. ANALISIS KINERJA KEUANGAN EXISTING
Sumber informasi yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan adalah Laporan
Keuangan ( Financial Statement ) yang terdiri dari atas :
A. Neraca ( Balance Sheet )
B. Laporan Laba / Rugi ( Income Statement )
C. Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement )
Alat-alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah :
A. Analisis Ratio ( Ratio Analysis )
B. Analisis Arus Kas ( Cash Flow Analysis )
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
ALAT ANALISIS KEUANGAN
1. ANALISIS RASIO
Tujuan analisis rasio keuangan :
a.
Membandingkan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan antar beberapa periode waktu ( time series
comparison ).
b.
Membandingkan antara rasio - rasio keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan
perusahaan lain di industri yang sama dan dalam periode yang sama ( cross sectional comparison ).
c.
Membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dengan rasio yang dinilai baik secara umum. Misalnya
rasio likuiditas yang baik biasanya > 100%
Pertama kali yang harus dianalisis dari suatu perusahaan adalah apakah perusahaan mampu bertahan dan
tumbuh ( sustainable growth ). Perusahaan yang dinilai kurang mampu disarankan untuk tidak melakukan
pengembangan. Pengukuran kemampuan perusahaan untuk bertahan & tumbuh tersebut adalah dengan
“ Sustainable Growth Rate “, yang diformulasikan sbb :
ROE x ( 1 – Deviden Payout Ratio )
ROE ( Return On Equity ) digunakan untuk menilai kinerja & kemampuan para manajer perusahaan dalam
mengelola dana setoran modal para pemegang saham. ROE diformulasikan sbb :
Net Income
-----------------------Shareholder’s Equity
( 1 – DPO ), merupakan proporsi dana hasil keuntungan yang tidak digunakan untuk pembayaran devidend.
Proporsi dana ini dapat digunakan perusahaan untuk pengembangan ( pertumbuhan ) usaha
DPO
Cash Devidends
= ___________
Net Income
SUSTAINABLE GROWTH RATE FRAMEWORK FOR
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
SUSTAINABLE GROWTH RATE
Devidend Payout
R O E
OPERATING
MANAGEMENT
ASSETS
MANAGEMENT
FINANCIAL
LEVERAGE
PROFITABILITY
RATIOS
ASSETS
TURN-OVER
LIQUIDUTY
RATIOS
LEVERAGE
RATIOS
INTEREST
COVERAGE RATIOS
Sumber : Brealey, RA. & Myers, 1996
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
A.
OPERATING MANAGEMENT
> Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi usahanya;
> Apakah perusahaan dapat beroperasi secara efisien.
Alat ukurnya adalah Profitability Ratios, yang terdiri dari :
1. Cost to Sales
Adalah prosentase total biaya operasional terhadap penjualan. Semakin kecil prosentase biaya terhadap
laba, perusahaan dinilai semakin efisien.
2. Gross Profit Margin
Adalah prosentase laba kotor ( gross profit ) terhadap penjualan. Semakin besar nilai prosentase,
perusahaan dinilai semakin efisien dalam pengelolaan biaya bahan, TK Langsung dan FOH.
3. Net Profit Margin
Adalah prosentase laba bersih ( nett income ) terhadap penjualan. Semakin besar nilai prosentase,
perusahaan dinilai semakin efisien.
B.
ASSETS MANAGEMENT
Menunjukkan efisiensi pengelolaan assets oleh manajemen, yang dapat diukur dengan assets turn-over,
yang terdiri dari :
Sales
1. Current Assets TO
= -------------------Current Assets
Sal es
2. Working Capital TO
= ------------------------------------------Current Assets – Current Liabilities
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Rasio ( 1 ) & ( 2 ) di atas menunjukkan berapa banyak dana yang diterima dari hasil penjualan agar dapat digunakan
untuk membiayai aktiva lancar ( current assets ) atau modal kerja ( working capital ).
Sales
3. Accounts Receivable TO
= ----------------A/R
Cost of Good Sold
4. Inventory TO
=
-----------------------Inventory
COGS
5. Accounts Payable TO = ----------------A/P
Rasio ( 3 ), ( 4 ), & ( 5 ) untuk melihat produktivitas penggunaan dana hasil penjualan untuk membiaya Pihutang
Dagang ( Acc. Receivable ), Persediaan ( Inventory ), dan Hutang Dagang ( Acc. Payable ).
360
6. Day’s Receivable
= -------------(Average Collection Period)
A / R TO
360
7. Day’s Inventory
= --------------------------Inventory TO
360
8. Day’s Payable
=
----------------------------A / P TO
Rasio ( 6 ) menunjukkan efisiensi dalam penagihan pihutang’ Rasio ( 7 ) untuk melihat berapa lama perputaran persediaan, Rasio
( 8 ) untuk melihat berapa hari dilakukan pembayaran atas hutang dagang.
Sales
9. PP & E TO = ----------------------------------Property, Plant & Equipment
Rasio ( 9 ) menunjukkan proporsi nilai hasil penjualan yang diinvestasikan pada aktiva tetap perusahaan ( tanah, bangunan,
mesin & peralatan produksi ).
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
C.
FINANCIAL LEVERAGE
Menunjukkan proporsi hutang yang digunakan perusahaan untuk pembiayaan usaha
1. Liquidity Ratios
Rasio likuiditas menunjukkan kemaampuan perusahaan untuk memenuhi ( membayar ) seluruh kewajiban jangka pendek
( current liabilities ) dengan dana yang bersumber dari pencairan aktiva lancar ( misalnya : pencairan piutang ). Perhitungan
rasio likuiditas yang umum digunakan adalah :
Current Assets
Current Ratio = -----------------------Current Liabilities
Cash + Short Term Inv + A/R
Quick Ratio
= -------------------------------------Current Liabilities
Cash + Short Term Inv.
Cash Ratio
= ------------------------------Current Liabilities
Cash Flow from Operatio
Operating Cash Flow Ratio = -------------------------------------Current Liabilities
2. Leverage Ratio
Leverage ratio menunjukkan proporsi beban hutang dalam struktur permodalan perusahaan. Jadi, semakin tinggi leverage
ratio suatu perusahaan, menunjukkan semakin besar proporsi hutang terhadap equity dalam pembiayaan usaha. Yang
disebut hutang disini adalah seluruh kewajiban jangka pendek & jangka panjang ( liabilities ). Sedangkan pinjaman,
seperti : kredit Bank, obligasi, atau pinjaman kepada pihak ke III lainnya disebut sebagai debt. Penggunaan dana pinjaman
yang terlalu besar dapat merugikan perusahaan akibat beban bunga yang ditanggung tinggi. Namun pada batasan proporsi
tertentu ( misalnya : < 200% ), penggunaan dana pinjaman lebih menguntungkan dibandingkan apabila perusahaan sama
sekali tidak dibiayai dengan pinjaman ( 100% dari equity ), antara lain : karena beban pajak perusahaan yang memiliki
hutang lebih rendah ( pembayaran bunga dibebankan sebelum sebelum pajak sehingga laba kena pajak menjadi kecil dan
karena besarnya pengenaan pajak didasarkan atas prosentase terhadap laba, maka pajak terbeban pada perusahaan yang
memiliki hutang adalah lebih rendah ).
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
Leverage ratios yang umumnya digunakan untuk mengetahui struktur permodalan perusahaan adalah :
Total Liabilities
Liabilities to Equity Ratio = -------------------------Shareholder’s Equity
Short Term Debt + Long Term Debt
Debt to Equity Ratio =
--------------------------------------------Shareholder’s Equity
Short Term Debt + Long Term Debt
Debt to Capital Ratio = -----------------------------------------------------------------------Short Tem Debt + Long Term Debt + Shareholder’s Equity
3. Interest Coverage Ratio
Interest Coverage Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban bunga pinjaman,
yang diformulasikan :
Earnings Before Interest & Tax ( EBIT )
-------------------------------------------------Interest Expense
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
ANALISIS ARUS KAS
( ANALYSIS CASH FLOW )
Dalam melakukan analisis arus kas, disusun suatu Total Cash Flow di mana arus kas perusahaan diklasifikasikan
dalam 3 kategori, antara lain :
1.
Arus Kas yang berasal dari operasi perusahaan ( Cash Flow from Operations ), yaitu dana kas yang
bersumber dari hasil penjualan produk perusahaan setelah dikurangi dengan biaya input dan operasional.
2.
Arus Kas yang berasal dari aktivitas investasi ( Cash Flow related to Investment activities ), yaitu
dana kas yang dikeluarkan untuk investasi atau yang diterima dari penjualan aktiva tetap.
3.
Arus Kas yang berasal dari aktivitas pembiayaan ( Cash Flow related to Financing activities ), yaitu
dana kas yang diterima ( dikeluarkan ) perusahaan dari ( untuk ) pemegang saham dan kreditur.
Dengan melakukan analisis arus kas menggunakan Total Cash Flow tersebut, dapat diketahui apakah perusahaan
telah melakukan fungsi pembiayaan yang sehat, misalnya :
>
Sumber pembayaran bunga pinjaman tidak berasal dari pinjaman namun seharusnya bersumber dari hasil
operasional perusahaan yaitu terdiri dari : Laba Sebelum Bunga & Pajak + Penyusutan ( EBIT +
Depreciation );
>
>
>
Pembiayaan kebutuhan modal kerja bersumber dari hasil operasional usaha dan pinjaman jangka pendek
( bukan dari pinjaman jangka panjang );
Pembiayaan untuk pembelian barang modal bersumber dari dana sendiri dan pinjaman jangka panjang;
Pembayaran deviden sebaiknya dilakukan hanya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan (Banyak
perusahaan publik tetap membagi deviden meskipun mengalami kerugian ).
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
RENCANA BIAYA PROYEK
( COST OF PROJECT )
Pada umumnya penyajian & penyusunan daripada Cost of Poject ( COP ) pada Studi Kelayakan Bisnis ( SKB )
dapat dibuat seperti dibawah ini :
Rencana Biaya Proyek
Uraian Penggunaan Dana
Pinjaman
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Sumber Dana
Sendiri
Total
1.
Tanah & Pematangan
0
200
200
2.
Bangunan
Pek Sipil
Mekanikal & Elektikal
Saluran
200
150
0
50
150
75
75
0
350
225
75
50
3.
Mesin
Mesin Utama
Peralatan
Perlengkapam
300
200
100
0
200
75
75
50
500
275
175
50
4.
Alat Transportasi
150
10
160
5.
Bunga Masa Konstruksi
0
130
130
TOTAL
650
690
1.340
ANALISIS PROSPEKTIF
( PROSPECTIVE ANALYSIS )
Prospective Analysis digunakan untuk menilai prospek perusahaan baik untuk perusahaan baru maupun
perusahaan existing yang melakukan pengembangan.
Analisis ini mencakup 2 tugas, yaitu :
A Melakukan peramalan operasional perusahaan
( Forecasting )
B.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Melakukan estimasi
Nilai Investasi
( Valuation )
ANALISIS PERAMALAN
( FORECASTING ANALYSIS )
SIAPA SAJA YANG MEMBUTUHKAN FORECASTS ?
>
Para Manajer membutuhkan forecasts untuk menyusun rencana dan target perusahaan, misalnya apakah rencana pengembangan
>
>
Para Analis Saham membutuhkan forecasts untuk memberikan gambaran mengenai prospek suatu perusahaan kepada investor
Para Kreditor membutuhkan forecasts untuk menilai kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban pengembalian
dinilai layak atau tidak
pinjaman.
BAGAIMANA MENYUSUN PERAMALAN YANG BAIK ?
>
>
>
>
Dibuat secara menyeluruh ( comprehensive ), yaitu meliputi peramalan earnings, balance sheet, dan cash flow,
Assumsi yang digunakan harus realistis, misalnya apabila diramalkan terjadi penambahan aktiva tetap, maka harus dikaitkan dengan
pendanaannya, atau apabila terjadi penurunan piutang kemungkinan nilai pinjaman jangka pendek ( misalnya : Kredit Modal Kerja dari
Bank ) dapat menuun karena kebutuhan modal kerja menurun,
Peramalan penjualan dan profitability dihitung secara accrual basis yang kemudian dikonversikan kedalam perhitungan peramalan
cash flow dengan melakukan adjustment untuk pengeluaran & penerimaannon cash,
Pramalan dimulai dari penjualan di mana realisasi penjualan tahun terakhir digunakan sebagai dasarperhitungan awal.
TAHAP – TAHAP PENYUSUNAN PERAMALAN
1. Peramalan Penjualan ( Sales Forecast )
Pada daasarnya tidak ada metode peramalan penjualan yang diberlakukan secara umum. Beberapa cara yang biasa digunaka, antara lain :
Menggunakan metode statistik yaitu dengan melakukan proyeksi didasarkan pada data masa lalu ( past performance ), yang
menghasilkan suatu formulasi persamaan regressi, sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + .................. bnXn
Dimana, Y : nilai penjualan, a : konstanta, b1 ..... Bn : menunujukkan seberapa besar pengaruh faktor X terhadap nilai penjualan, X1
...... Xn : faktor - faktor yang mempengaruhi nilai penjualan, antara lain : jumlah pesaing, jumlah pelanggan, tingkat inflasi, tingkat
bunga, dll. Penggunaan metode statistik dalam peramalan biasa dilakukan untuk perusahaan-perusahaan besar, seperti : manufacture,
perusahaan jasa pelayanan ( pariwisata, transportasi ), dll.
ANALISIS PERAMALAN
( FORECASTING ANALYSISI )
-
Pada perusahaan yang lebih sederhana, seperti : usaha perdagangan, peramalan penjualan dilakukan dengan menggunakan metode
pertumbuhan. Misalnya : pada tahun ke-1 .... Ke-3 diperkirakan terjadi kenaikan penjualan sebesar 5%, ..... Dst. Perkiraan kenaikan
penjualan didasarkan atas faktor-faktor seperti : perkiraan terjadinya kenaikan pada jumlah outlet, rencana perluasan pemasaran,
perubahan harga, perubahan kondisi perekonomian makro, dlsb.
2. Peramalan Biaya ( Expenses )
Peramalan biaya harus dilakukan pos per pos. Hal ini disebabkan karena faktor ang mempengaruhi perubahan biaya berbda untuk setiap pos.
Misalnya :
Biaya Langsung, Overhead, Umum & Adm, berkaitan dengan penjualan ( prosentase terhadap sales );
Biaya Penyusutan sangat berkaitan dengan nilai aktiva tetap dan metode penyusutan yang dianut perusahaan;
Biaya bunga ergantung dari besarnya nilai pinjaman.
3. Peramalan Earnings
Peramala earnings adalah merupakan proyeksi Laba / Rugi perusahaan di mana nilai peramalannya diperoleh dari peramalan penjualan
( tahap1 ) minus estimasi biaya ( tahap 2 ). Nilai proyeksi Laba / Rugi ini digunakan sebagai dasar penyusunan proyeksi neraca.
4. Peramalan Neraca ( Balance Sheet )
Dalam menyusun peramalan neraca, harus dilakukan tahap-tahap sebagai berikut ini :
a.
Menyusun proyeksi kebutuhan modal kerja nette ( net working capital ) yang terdiri atas pos-pos aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek;
b.
Memperkirakan kemungkinan investasi baang modal;
c.
Menyusun rencana struktur permodalan perusahaan termasuk rencana pembagian deviden.
PERAMALAN KEBUTUHAN MODAL KERJA NETTO ( NET WORKING CAPITAL )
Modal Kerja Netto adalah selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar ( jangka pendek ) yang perhitungan
peramalannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
ANALISIS PERAMALAN
( FORECASTING ANALYSIS )
>
>
Berdasarkan prosentase dari sales
Penggunaan cara ini didasarkan atas assumsi bahwa masing-masing pos modal kerja adalah terkait dengan nilai penjualan
sehingga proyeksi nilai kebutuhan modal kerja adalah atas dasar %-se nilai proyeksi penjualan.
Berdasarkan perputaran ( turnover ) modal kerja
Pertimbangan digunakannya cara ini adalah bahwa perubahan masing-masing pos modal kerja selain dipengaruhi penjualan juga
oleh faktor-faktor lain. Misalnya, adanya perbaikan kualitas manajemen dapat meningkatkan efisiensi sehingga perputaran modal
kerja akan lebih cepat.
MEMPERKIRAKAN KEBUTUHAN BARANG MODAL ( CAPITAL EXPENDITURE )
Peramalan kebutuhan barang modal didasarkan atas informasi yang diperoleh dari pihak manajemen perusahaan karena
menyangkut rencana investasi dan strategi perusahaan.
RENCANA STRUKTUR PERMODALAN
Rencana struktur permodalan perusahaan ( proporsi debt & equity ) selain dikaitkan dengan kebutuhan sesuai prinsip
“ pembiayaan yang sehat “, juga dikaitkan dengan kebijakan manajemen, termasuk kebijakan dalam pembagian deviden.
5.
Peramalan Arus Kas ( Cash Flow )
Peramalan earnings dan balance sheet menghasilkan suatu peramalan cash flow. Dari proyeksi cash flow dapat diperkirakan apakah
perusahaan mampu memenuhi kewajiban - kewajibannya, misalnya : pembayaran hutang dagang, pembayaran bunga, pembayaran
angsuran pokok pinjaman, dlsb.
Perlu diperhatikan bahwa rencana pembayaran kewajiban lebih diutamakan, baru kemudian direncanakan mengenai pembayaran deviden
kepada para pemegang saham.
Dalam analisis forecasting, perlu direncanakan penggunaan dana hasil operasional setelah aktivitas modal kerja dan pembayaran bunga
pinjaman, yaitu untuk :
a. Pembayaran pokok hutang atas pinjaman eksternal;
b. Ditahan atau diinvestasikan kembali ( reinvested ) ke perusahaan;
c. Dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk devidends.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
ANALISIS PERAMALAN
( FORECASTING ANALYSIS )
Pada perusahaan yang memiliki pinjaman, dalam menyusun peramalan sebaiknya mengutamakan penggunaan dana untuk pembayaan
pokok pinjaman baru kemudian dilakukan pembayaran devidends atau kebutuhan reinvested. Apabila kebijakan perusahaan tidak
melakukan pembayaran devidends ( atau dengan kata lain bahwa sisa dana setelah pembayaran pokok pinjaman diinvestasikan kembali
( reinvested ) atau ditahan, maka opportunity cost-nya adalah expected rate of return yang seharusnya diterima para pemegang
saham, apabila menerima devidends dan menginvestasikan dana tersebut pada financial assets, misalnya deposito, SBI, saham.
ALTERNATIVE 1 :
Reinvested
Investment
Opportunity
( e.g in real
assets )
Cash
( After
Debt
Payments )
FIRM
Shareholders
Invest for
themselves
Adapted from Brealey & Myers, 1996
ALTERNATIVE 2 :
Pay devidends
to Shareholders
Shareholders
Investment
Opportunities
( financial assets )
INVESTMENT VALUATION
1.
2.
Melakukan penilaian kelayakan atas investasi yang akan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain :
- Payback Period
- Net Present Value ( NPV )
- Internal Rate of Return ( IRR )
Melakukan analisis kepekaan ( Sensitivity Analysis )
METODE PENILAIAN INVESTASI
Dalam penyusunan SKB perlu dianalisis mengenai kontribusi suatu proyek ( investasi ) terhadap kekayaan ( wealth ). Suatu proyek
( investasi ) dinyatakan layak apabila diperkirakan dapat meningkatkan wealth pemegang saham atau perusahaan. Terdapat beberapa cara
penilaian investasi, namun yang umum digunakan dalam SKB adalah metode Net Present Value ( NPV ) dan Internal Rate of Return
( IRR ), sebagai berikut :
NET PRESENT VALUE ( NPV )
NPV merupakan nilai sekarang dari peramalan penerimaan kas hasil investasi, dikurangi nilai investasi awal, yang diformulasikan sebagai
berikut :
n
NPV = - Io +
Σ
Ct
t=1 ----------( 1 + r )t
Dimana : Io = Investasi awal
Ct = Peramalan penerimaan kas
r = cost of capital sebagai discount rate
t = periode analisis proyek
Untuk perusahaan yang struktur permodalannya terdiri dari debt dan equity, maka perhitungan discount rate menggunakan WACC
( Weighted Average Cost of Capital ). Sedangkan untuk perusahaan yang struktur permodalannya hanya terdiri dari equiy ( tidak
dibiayai pinjaman ), maka yang digunakan sebagai discount rate adalah cost of equity capital, biasanya menggunakan formulasi CAPM
( untuk perusahaan publik ) atau opportunity cost of equity capital ( misalnya tingkat suku bunga SBI ) untuk perusahaan non publik.
INVESTMENT VALUATION
Kriteria Penilaian NPV
1.
NPV > 0, Go Project ( Proyek diterima );
2.
NPV < 0, No Go Project ( Proyek ditolak );
3.
Apabila terdapat beberapa proyek, maka proyek dengan NPV terbesar yang dipilih.
Contoh :
Investasi awal suatu proyek adalah sebesar Rp. 600 juta. Net proceeds yang dihasilkan oleh proyek tersebut diperkirakan sebesar :
Tahun ke
Proceeds
0
( 600 )
1
200
2
300
3
450
Apakah proyek tersebut layak diinvestasikan, apabila cost of capital ( required rate of return / discount rate ) adalah sebesar 18%.
Jawab :
C1
C2
C3
NPV
= - Io + --------------- + ---------------- + ---------------( 1 + 0.18 )
( 1 + 0.18 )²
( 1 + 0.18 )³
200
300
450
= ( 600 ) + ------------- + ------------ + -----------1,1800
1,3924
1,6430
= ( 600 ) + 169,49 + 215,46 + 273,88
= 58,83
Karena NPV > 0, maka proyek tersebut layak direalisasikan.
INTERNAL RATE OF RETURN ( IRR )
IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan present value ( PV ) dari expected cash outflow dengan PV dari expected cash
inflow, atau suatu tingkat discount rate yang membuat NPV = 0 yang dapat diformulasikan sebagai berikut :
INVESTMENT VALUATION
n
Ct
Σ
t=0
------------ = 0
( 1 + r )t
Dari formulasi tersebut dapat pula dikaakan bahwa IRR adalah sama dengan NPV = 0, atau :
n
-
Io +
Ct
Σ ---------t=0
( 1 + r )t
Cara perhitungan IRR adalah dengan melakukan uji coba ( trial and error ). Uji coba dapat dengan menggunakan grafik maupun non grafik,
seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini :
Kriteria penilaian IRR :
Proyek investasi dinyatakan layak apabila, IRR > rate of return yang diharapkan
Berdasarkan atas contoh soal diatas, maka perhitungan IRR dapat dilakukan sebagai berikut ini :
C1
C2
C3
NPV
= - Io + ---------------- + ------------------ + ---------------( 1 + IRR )
( 1 + IRR )²
( 1 + IRR )³
Untuk IRR = 0%
200
300
450
NPV
= ( 600 ) + ---------- + ---------- + ----------1,0
1,0
1,0
= ( 600 ) + 200 + 300 + 450 = 350
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
INVESTMENT VALUATION
Untuk IRR = 20%
NPV
200
300
450
= ( 600 ) + ---------- + ---------- + ----------1,2
1,4
1,7
= ( 600 ) + 166,67 + 208,33 + 260,42 = 35,42
Untuk IRR = 40%
NPV
200
300
450
= ( 600 ) + ---------- + ---------- + ----------1,4
2,0
2,7
= ( 600 ) + 142,86 + 153,06 + 163,99 = - 140,09
Ringkasan hasil perhitungan :
Tahun
0
1
2
3
Investment
( 600 )
-
Proceeds
200
300
450
IRR
0%
20%
40%
Net Benefit
( 600 )
200
300
450
NPV
350
35,42
- 140,09
DF ( 23% )
1
0.8130
0.6610
0.5374
PV of 23%
( 600 )
162,60
198,29
241,82
-------------2,71
DF ( 24% )
1
0.8065
0.6504
0.5254
PV of 24%
( 600 )
161,29
195,11
236,02
-------------( 7,58 )
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
INVESTMENT VALUATION
NPV’
IRR
= i’ + ----------------- ( i” - i’ )
NPV’ - NPV”
2,71
= 23% + ---------------------- ( 24% - 23% )
2,71 – ( 7,58 )
2,71
= 23% + ------------- ( 1% )
10,29
= 23% + 0,26%
= 23,26%
Kesimpulan : karena IRR > dari required rate of return, maka proyek dinilai layak untuk dilaksanakan.
PAYBACK PERIOD
Metode ini digunakan untuk menunjukkan berapa lama suatu biaya investasi diperkirakan dapat kembali. Cara perhitugannya adalah membagi biaya
investasi dengan cash inflow setiap tahun, seperti contoh dibawah ini :
Initial Investment
------------------------ x 1 th
Cash Inflow
Kriteria Payback Period lebih kecil dibanding Payback Period Maximum yang ditentukan atau umur proyek, maka proyek tersebut tidak layak. Demikian
juga sebaliknya.
Dari contoh perhitungan diatas, maka perhitungan Payback Period-nya dapatlah dicari seperti dibawah ini :
Tahun
Net Cash Flow
0
( 600 )
1
200
200
2
300
300
2 Tahun
3
450
100
0,7 Bulan
---------------------600
2 Thn 7 Bln
Kesimpulan : karena Payback Period < dari yang diharapkan, maka proyek dinilai layak.
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
INVESTMENT VALUATION
BENEFIT COST RATIO ( B/C RATIO )
GROSS B/C RATIO adalah Perbandingan / ratio antara jumlah Benefit kotor dengan biaya kotor setelah didiscounted / di present valuekan.
GROSS B/C
NET B/C RATIO
n
B
Σ
----------t=1 ( 1 + I )n
= ----------------------------n
Ct + Kt
Σ
----------t=1 ( 1 + I )n
PV of B
=
------------------PV of ( C + K )
=
PV of Net B ( + )
-----------------------PV of Net B ( - )
PROFITABILITY RATIO ( PV / K )
Bt - Ct
----------( 1 + I )t
= ------------------------Kt
Σ ----------( 1 + I )t
Σ
PV / K
Dimana : Ct
Kt
............ > 1 GO PROJECT
= Routine Cost
= Capital Cost
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
SENSITIVITY ANALYSIS
SENSITIVITY ANALYSIS merupakan suatu pengujian dari suatu keputusan ( misalnya keputusan investasi )
untuk mencari seberapa besar ketidaktepatan penggunaan suatu assumsi yang dapat ditoleransi tanpa
mengakibatkan tidak berlakunya keputusan tersebut.
Manajer harus menentukan kepekaan keputusannya terhadap assumsi yang mendasari. Semua keputusan
didasarkan atas berbagai assumsi, seperti : keakuratan data, discount rate yang digunakan, dll. Jadi, apabila
digunakan assumsi yang berbeda, apakah terjadi perubahan terhadap keputusan yang telah ditetapkan.
Sensitivity analysis tujuannya adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek, jika ada
sesuatu
Dengan
1.
2.
3.
kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau benefit
demikian tujuan utama daripada analisa sensitivitas :
Untuk memperbaiki cara pelaksanaan proyek yang sedang dilaksanakan
Untuk memperbaiki design daripada proyek, sehingga dapat meningkatkan NPV
Untuk mengurangi resiko kerugihan dengan menunjukkan beberapa tindakan pencegahan yang
harus diambil
Dalam sensitivity analysis setiap kemungkinan itu harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus
diadakan analisa kembali. Ini perlu sekali, karena analisa proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidak-pastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a.
Terdapatnya “ cost overrun “, misalnya kenaikan dalam biaya konstruksi
b.
Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga
hasil produksi
c.
Mundurnya waktu / jadwal implementasi
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
SENSITIVITY ANALYSIS
Contoh :
Investasi awal suatu proyek adalah sebesar Rp. 600 juta. Adanya perubahan assumsi mengenai tingkat inflasi,
mengakibatkan Expected Net Proceeds yang dihasilkan oleh proyek tersebut berubah dari :
Tahun ke
Semula
Menjadi
0
( 600 )
1
200
100
2
300
250
3
450
400
Dengan adan6ya perubahan tersebut, apakah proyek masih dinilai layak ?
Jawab :
C1
C2
C3
NPV
= - Io + --------------- + ---------------- + ---------------( 1 + 0.18 )
( 1 + 0.18 )²
( 1 + 0.18 )³
100
250
400
= ( 600 ) + ------------- + ------------ + -----------1,1800
1,3924
1,6430
= ( 600 ) + 84,75 + 179,55 + 243,45
= - 92,26
Kesimpulan : Proyek menjadi tidak layak karena NPV < 0
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
IDENTIFYING PROJECT COST & BENEFIT



Yang dimaksud “ cost “ dari proyek adalah segala sesuatu yang mengurangi pencapaian tujuan proyek. Sedangkan
“ benefit “ adalah segala sesuatu yang membantu pencapaian tujuan.
CLASSIFICATION OF COST PROJECT
Yang dihitung sebagai biaya atau pengeluaran proyek ( project expenditures ) adalah hanya biaya - biaya atau
ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang ( future cost ) untuk memperoleh penghasilanpenghasilan yang akan datang ( future returns )
a. Biaya angsuran hutang & bunga
b. Penyusutan ( depreciation )
c. Biaya konstruksi & peralatan
d. Biaya Tanah
e. Biaya modal kerja
f. Biaya bunga masa konstruksi
g. Biaya operasi & pemeliharaan
h. Biaya pembaharuan / penggantian
i. Sunk cost
j. Biaya Feasibility studies & engineering studies
k. Intangible cost
l. Biaya tak terduga ( contingencies )
CLASSIFICATION OF BENEFIT PROJECT
a. Direct Benefit
b. Indirect Benefit atau Secondary Benefit
c. Intangible Benefit
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PROJECT BENEFIT

DIRECT BENEFIT
Adalah merupakan Manfaat langsung dan nampak jelas dari hasil adanya suatu proyek. Manfaat ini bisa berupa :
~
Adanya kenaikan dalam output phisik dari kegiatan yang ditangani proyek
~
Kenaikan nilai daripada output yang disebabkan karena adanya perbaikan kualitas
~
Kenaikan nilai output karena adanya perubahan lokasi dan perubahan waktu penjualan
~
Kenaikan nilai output karena adanya perubahan bentuk ( grading, processing, dan perubahan bentuk lainnya )
~
Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan oleh adanya mekanisasi
~
Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan oleh penurunan biaya pengangkutan
~
Penurunan biaya ( costs ) yang disebabkan terhindar dari adanya kerugian, seperti kerusakan dan lain sebagainya

INDIRECT BENEFIT / SECONDARY BENEFIT
Adalah merupakan manfaat yang terjadi di luar proyek.
Indirect Benefit ini dapat berupa :
~
Adanya efek Multiplier ( Multiplier Effects ) dari suatu proyek ( yang merupakan induced effects )
~
Economic of scale, orang dipaksa bekerja menurut skala ekonomis ---- > makin besar
~
Secondary Dynamic Effect, Misalnya : sebuah permukiman yang terdapat di dekat proyek Irigasi Tersier, maka
sirkulasi air akan terus terjadi sehingga menyebabkan tidak terdapat nyamuk. Akibatnya penduduk lebih sehat dan
lebih produktif ( produktivitas penduduk meningkat )

INTANGIBLE BENEFIT
Maksudnya suatu manfaat yang secara tidak langsung bisa dinikmati oleh masyarakat, tetapi sulit untuk dinilai dalam bentuk uang.
Intangible benefit ini bisa berupa :
~ Adanya perbaikan lingkungan ( Environments changes )
~ Bertambahnya pemandangan baru di suatu tempat, seperti tempat rekreasi
~ Terciptanya distribusi pendapatan
~ Bertambahnya peningkatan pertahanan nasional
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
COST OF PROJECT




CONTINGENCY ALLOWANCES
Biaya yang terjadi karena adanya perubahan design tehnis pada waktu implementasi atau adanya
kesalahan-kesalahan dalam perhitungan ( adanya under estimates ). Hal ini tidak dapat dihindari
~
Ada yang diakibatkan oleh kenaikan harga ( price contingency ) yang disebabkan karena pengaruh
inflasi
~
Diakibatkan oleh perubahan fisik pekerjaan ( physical contingency )
SUNK COST
Adalah biaya - biaya yang dikeluarkan di waktu yang lampau atau biaya - biaya yang dikeluarkan tetapi tidak
mempengaruhi keputusan proyek. Sunk cost selalu ada dalam suatu proyek. Dalam analisa proyek, sunk cost tidak
diperhitungkan dalam komponen biaya karena proyek melihat Future Cost & Benefit. Contoh : Beli tanah untuk
investasi dan belum ada keputusan untuk proyek apa, apabila tanah tsb dipagari untuk pembatas. Biaya
pembuatan pagar ini disebut Sunk Cost.
INTANGIBLE COST
Merupakan hal-hal yang riel, akan tetapi sulit diperhitungkan dalam nilai uang, namun mencerminkan nilai-nilai yang
sebenarnya. Bentuk daripada Intangible Cost ini dapat berupa : polusi, suara bising, pemandangan yang kurang
nyaman dari adanya suatu proyek.
SALVAGE VALUE
Adalah nilai sisa dari suatu investasi, sehingga mengurangi biaya investasi, tetapi karena terjadi pada akhir umurnya
maka dimasukkan sebagai benefit
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
INVESTMENT CRITERIA

Dimaksudkan untuk mengetahui, apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak. Tetapi untuk beberapa proyek, kita dapat melakukan
ranking terhadap proyek-proyek tsb
Suatu proyek

Investment Criteria
Beberapa proyek



RANKING : By inspection ( dengan pengamatan )
------ > dipergunakan untuk menetapkan prioritas proyek yang akan dilaksanakan ( mis : proyek-proyek pemerintah )
Beberapa kebiasaan proyek-proyek pemerintah :
1.
Pemerintah biasanya memberikan prioritas kepada “ trouble shooting projects “ ( proyek- proyek yang kalau tidak
dilaksanakan akan mengganggu proyek yang lain. Kalau perlu dengan menunda / membatalkan proyek yang lain ).
2.
Prioritas diberikan kepada proyek yang mempunyai tujuan mendekati tujuan pemerintah
3.
Proyek - proyek prasyarat diberikan prioritas untuk dilaksanakan ( proyek-proyek ini syarat bagi terselenggaranya
proyek yang lain )
4.
Jika dana pemerintah terbatas, maka proyek yang menggunakan dana yang mendekati dana yang tersedia akan
diprioritaskan
Investment Criteria ada 2 jenis :
A. UNDISCOUNTED MEASURES
Pengukuran dengan tidak memperhatikan faktor bunga / discount
1. Payback Period
2. Proceed per unit of outlay
3. Average annual proceed per unit of outlay
4. Average income on book value of the investment
B. DISCOUNTED MEASURES
Alat ukur yang memasukkan faktor discount rate
1. Net Present Value ( NPV )
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
2. Internal Rate of Return ( IRR )
INVESTMENT CRITERIA
UNDISCOUNTED
Payback
Periode
Net Present
Value ( NPV ) )
INVESTMENT
CRITERIA
DISCOUNTED
B/C Ratio
Rate of Effective
Protection ( ERP )
Profitability Ratio
( PV/K )
Internal Rte of
Return ( IRR )
Modified
IRR
Cross Over
Discount Rate
( CODR )
The First Year
Return Method
Cost Allocation
Remaining Banefit
Method
ALTERNATIVE
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Domestic Resources
Costs ( DRC )
INVESTMENT CRITERIA

MULTI PURPOSE PROJECT

Dikategorikan sebagai Multi Purpose Project, karena suatu proyek mempunyai tujuan lebih dari satu. Pembiayaan dalam Multi Purpose
Project dibedakan menjadi biaya yang dapat dipisahkan menurut tujuannya ( separatable costs ) dan terdapat pula macam biaya
yang tidak dapat dipisahkan antara biaya proyek yang satu dengan yang lainnya ( joint costs )
Hal tsb akhirnya menimbulkan permasalahan, yaitu apakah tambahan biaya / investasi yang khusus untuk tambahan tujuan proyek
secara ekonomis dapat dipertanggung-jawabkan
Prinsip umum dalam pengalokasian Joint Cost ( Joint Cost Allocation ) :
1.
Tidak boleh terdapat tujuan proyek yang dibebani dengan biaya yang lebih tinggi daripada nilai benefitnya, ataupun
dibantu oleh benefit dari tujuan-tujuan lainnya
2.
Biaya yang dibebankan hanya untuk salah satu tujuan proyek harus dialokasikan seluruhnya pada tujuan proyek ybs
3.
Bila terjadi adanya alternatif biaya, maka alternatif biaya ini timbul jika masing- masing tujuan di dalam proyek multi
purpose tersebut merupakan single purpose

DOMESTIC RESOURCES COST ( DRC )

DRC mengukur berapa banyaknya domestic costs ( sumber - sumber domestik nasional, misalnya dalam jumlah rupiah ) yang harus

dikorbankan di dalam memproduksi suatu barang atau jasa, dimana jika barang tsb dieksport akan menghasilkan suatu unit devisa
( misalnya dalam US dollars ), atau apabila dijual di dalam negeri sendiri sebagai substitusi import ( dapat menghemat suatu unit devisa )
Terdapat 3 hal yang terkandung di dalam DRC, jika masalah ini dikaitkan dengan aktivitas investasi ( misalnya suatu proyek industri ),
yaitu :
1.
Inputs dalam negeri ( domestic costs ) dalam nilai rupiah
2.
Inputs luar negeri ( foreign costs ) dalam nilai valuta asing ( misalnya dalam US dollar )
3.
Outputs barang jadi ( finish goods ) yang dinilai dalam US dollar ( di dalam hal ini baik barang tsb dieksport untuk menghasilkan
devisa, atau dijual di dalam negeri sendiri sebagai substitusi import yang dapat menghemat devisa
DRC / $ =
(Domestic Costs dlm Rp )
( Value of Outputs dlm $ ) – ( Imported Inputs dlm $ )
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
INVESTMENT CRITERIA

RATE OF EFFECTIVE PROTECTION ( ERP )
Di dalam hal ini yang dimaksudkan dengan proteksi adalah merupakan proteksi yang diberikan kepada local contents.
Local Contents merupakan faktor - faktor nasional yang ikut di dalam pembuatan suatu jenis barang. Alasan diberi suatu
proteksi disebabkan adanya “ infant industry argument “, yang dapat mempengaruhi arah kebijakan bagi negara yang sedang
membangun
ERP =

Penghasilan yg benar-benar diperoleh
Dari faktor - faktor Nasional dengan
Adanya tindakan - tindakan protektif
(A)
Penghasilan yg akan diterima jika
perdagangan berlangsung tanpa
bea masuk atau pembatas lainnya
(B)
Nilai local content atas dasar
Perdagangan bebas atau harga c.i.f.
(C)
GRANT COMPONENT OF FOREIGN LOANS ( GCFL )
Grant Component of Foreign Loans ( GCFL ) merupakan suatu jumlah pinjaman dari luar negeri yang mempunyai syarat - syarat
tertentu di dalam pengembaliannya. Di dalam hal ini biasanya tingkat bunga cukup rendah dan masa tenggang waktu pembayaran
yang relatif lama memberikan keuntungan bagi negara yang menjamin. Pinjaman demikian ini biasanya disebut dengan pinjaman lunak
( soft loan )
Ciri-ciri soft loan :
1. Tingkat bunga rendah
2. Terdapat masa perpanjangan ( extended ) di dalam jangka waktu pembayaran
3. Ada grace periods
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
PENYUSUNAN HASIL PELAPORAN
STUDI KELAYAKAN BISNIS
SISTEMATIKA HASIL PELAPORAN STUDI KELAYAKAN BISNIS

Produk daripada kegiatan Studi Kelayakan Bisnis adalah berupa Laporan Hasil Studi,
dimana Laporan hasil Studi ini minimal akan terdiri dari :
 Pendahuluan
 Kondisi Eksisting Bisnis yang akan dilakukan studi
 Metodologi Kegiatan
 Analisis Hasil Studi
 Kesimpulan
Arranged by. R. AGUS BAKTIONO
Download