Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual

advertisement
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU
SEKSUAL SISWA SMA NEGERI 3 KOTA KUPANG TAHUN 2012
Yovanny M. Niron¹, Marni², Ribka Limbu3
Abstract: Adolescence is the transition of children into an adulthood when at this time,
sexual behaviours also color the lives of teenagers. Adolescence sexual behaviour is
increasing every year in every world. It is caused by a wrong parenting to the teenagers.
The aim of this study is to find out the relationship between parenting with sexual behavior
student of SMA Negeri 3 Kupang in the year of 2012 include permissif parenting,
authoritarian parenting, and democratic parenting. The type of study is analytical survey
research with cross sectional design study. Number of populations are 1157 and samples
are 89 respondents in SMA Negeri 3 Kupang city with a quota sampling. Data were
analyzed using Chi-Square test. Statistical test results showed the significance of permissif
parenting variable with sexual behavior is 0,000 (p < 0,05), authoritarian parenting variable
with sexual behavior is 0,249 (p > 0,05), and democratic parenting variable with sexual
behavior is 0,133 (p > 0,05). In conclusion, there is a relationship between permissif
parenting with sexual behavior, while for the democratic and authoritarian parenting have
no relationship with sexual behavior.
Keywords
: Parenting, Adolescence, Sexual Behavior
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan umurnya berkisar antara 10-20
tahun ketika pertumbuhan jasmani hampir
selesai dan perilaku seksual juga ikut
mewarnai kehidupan para remaja dalam
masa ini. Adapun yang dimaksud dengan
perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenisnya maupun dengan
sesama jenis (Sarwono, 2006).
Hasil kajian Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun
2010 diperoleh rata-rata dari 100 remaja di
wilayah Jabodetabek, sekitar 54% pernah
melakukan hubungan seksual pranikah.
Rata-rata serupa juga terjadi di sejumlah
kota besar lainnya. Tercatat rata-rata
kejadian seks pranikah di Surabaya
mencapai 47% sedangkan di Bandung dan
Medan 52%. Rentang usia remaja yang
pernah melakukan hubungan seks di luar
nikah berkisar antara 13-18 tahun (Seo,
2010).
Menurut US Centers for Disease Control and
Preventive (2007) 47,8% dari siswa sekolah
tinggi AS melaporkan telah pernah
melakukan hubungan seksual. Pada tahun
2006, survei yang dilakukan oleh The
Observer menunjukkan bahwa 20% remaja
di Inggris yang berusia 16 tahun telah
berhubungan seks. Menurut SIECUS, Dewan
Informasi Seksualitas dan Pendidikan
Amerika Serikat, pada kebanyakan keluarga,
orang tua adalah pendidik seks utama dari
remaja mereka. Mereka menemukan bahwa
92% remaja ingin untuk berbicara tentang
seks dengan kedua orang tua mereka
(Wikipedia, 2009).
Hasil survei Knowledge Attitude Practice
(KAP) Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Provinsi Nusa Tenggara
Timur mencatat sebanyak 31% remaja di
Kota Kupang sudah pernah melakukan
hubungan seks. Survei ini dilakukan pada
tahun 2006 dengan mengambil sampel 500
responden siswa SMP dan SMA. Hasil survei
itu juga menunjukkan 18,8% kasus HIV/AIDS
di Kota Kupang terjadi pada remaja usia 1524 tahun, 318 kasus IMS pada remaja
berusia 11-24 tahun dengan orientasi
seksual (gay) dengan tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi, PMS dan HIV/AIDS
masih sangat rendah (Natal, 2011).
1)
2)
3)
Alumni Jurusan PKIP FKM Undana
Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
Staf pengajar Jurusan PKIP FKM Undana
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
Sahertian (2007) telah melakukan penelitian
tentang perilaku seksual pada mahasiswa di
tempat kos di kota Kupang yang melibatkan
150 responden pria dan wanita. Hasil
penelitiannya
menunjukkan
48,67%
responden memiliki tingkat pengetahuan
yang cukup baik tentang seks dan kesehatan
reproduksi
remaja,
58%
responden
berpersepsi negatif yaitu menyetujui seks
bebas, dan 62% responden juga mempunyai
sikap yang negatif di mana mereka
menyetujui seks bebas. Dari 150 responden,
102 responden (68%) responden telah
melakukan hubungan seks sebelum menikah
dengan alasan terbanyak adalah ungkapan
cinta dan coba-coba, serta tempat yang
paling sering digunakan untuk melakukan
hubungan seks adalah tempat kos.
Sebagian besar orang tua dan remaja belajar
bernegosiasi bentuk saling ketergantungan
baru yang menjamin remaja mendapatkan
lebih banyak otonomi, peran yang lebih
setingkat dalam keputusan keluarga, dan
lebih bertanggung jawab. Jika seorang
remaja
gagal
bernegosiasi
dalam
hubungannya dengan orang tua dalam masa
remaja awal (orang tua bersifat otoriter dan
tidak mau memberikan lebih banyak
otonomi), maka konflik dapat berkembang
menjadi kesulitan berat pada masa remaja
akhir (Petersen, 1988). Orang tua yang
memberikan penjelasan atas keputusan
mereka dan yang menerapkan struktur
demokratis dalam pengambilan keputusan di
dalam keluarga memberikan kepada anakanak mereka otonomi yang menurunkan
konflik dan mempermudah transisi ke masa
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 remaja (Maccoby & Martin, 1983).
Kupang merupakan sekolah dengan jumlah
siswa terbanyak dibandingkan dengan Pada umumnya, konflik melibatkan aspek
SMA/SMK/MA lainnya di Kota Kupang, yang umum dari kehidupan keluarga seperti
dengan jumlah siswanya untuk tahun ajaran pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, kamar
2011/2012 adalah sebanyak 1157 siswa yang berantakan, musik yang hingar bingar,
(Dinas PPO Kota Kupang). Penelitian Monas penampilan pribadi, dan jam malam.
(2009) pada 100 orang responden di SMA Masalah yang lebih potensial meledak
Negeri 3 Kupang ditemukan sebanyak 54 seperti masalah seks cenderung
tidak
orang (54%) responden yang pernah didiskusikan (Atkinson).
melakukan
aktivitas
seksual
seperti
berciuman, berpelukan, petting (bercumbu Berdasarkan permasalahan-permasalahan
berat),
masturbasi, dan
berhubungan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
seksual. Aktivitas seksual ini merupakan melakukan
penelitian
dengan
judul
pengaruh dari media cetak dan elektronik.
“Hubungan antara pola asuh orang tua
dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri 3
Berdasarkan laporan sekolah pada observasi Kota Kupang tahun 2012”.
awal di SMA Negeri 3 Kota Kupang terdapat
kurang lebih 2 siswi yang hamil di luar nikah Tujuan umum untuk mengetahui hubungan
tiap tahunnya selama 3 tahun terakhir antara pola asuh orang tua dengan perilaku
dengan suami yang tidak bertanggung seksual siswa SMA Negeri 3 Kota Kupang
jawab. Pihak sekolah telah melakukan tahun 2012 sedangkan tujuan khusus untuk
pendekatan secara home visit untuk mengetahui perilaku seksual siswa SMA
mengetahui lebih jelas tentang keadaan Negeri 3 Kota Kupang tahun 2012, untuk
siswi, namun orang tua mereka kurang mengetahui ada tidaknya hubungan antara
mengetahui tentang perilaku seksual anak- pola asuh permissif orang tua dengan
anaknya. Dari hasil observasi awal peneliti perilaku seksual siswa SMA Negeri 3 Kota
juga ditemukan persebaran tempat tinggal Kupang tahun 2012, untuk mengetahui ada
dari para siswa di SMA Negeri 3 Kota tidaknya hubungan antara pola asuh otoriter
Kupang pun merata. Di setiap Kelurahan orang tua dengan perilaku seksual siswa
dalam wilayah administratif Kota Kupang, SMA Negeri 3 Kota Kupang tahun 2012, dan
pasti terdapat siswa SMA Negeri 3 yang untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
tinggal di sana.
antara pola asuh demokratis orang tua
61
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri 3 data pendukung yang relevan dengan
Kota Kupang tahun 2012.
penelitian berupa jumlah siswa, jumlah siswi
yang hamil, profil sekolah, dan sebagainya.
METODE PENELITIAN
Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah,
Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei buku dan internet.
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Study, yang bertujuan untuk mempelajari Teknik pengumpulan data dalam penelitian
dinamika korelasi antara faktor risiko dengan ini dengan wawancara dan pengisian
efek, dengan cara pendekatan atau kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat pihak sekolah untuk mendapatkan data
(point time approach). Pengumpulan data mengenai jumlah siswa dan data jumlah
dari setiap subjek penelitian hanya dilakukan siswi yang hamil sedangkan pengisian
sekali saja dan pengukuran dilakukan kuesioner akan dilakukan terhadap siswa
terhadap status karakter atau variabel subjek yang menjadi sampel penelitian.
pada saat bersamaan. Ini tidak berarti bahwa
semua subjek penelitian diamati pada waktu Instrumen yang digunakan dalam penelitian
yang sama (Notoatmodjo, 2010).
ini adalah kuesioner. Kuesioner ini berisikan
pertanyaan untuk mengumpulkan data-data
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 mengenai seluruh variabel yang akan diteliti.
Kota Kupang dari bulan Oktober 2011 - bulan Analisis data menggunakan program statistik
Januari 2012.
komputer yang sesuai. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis univariat dan
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap
atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). satu variabel yang meliputi perhitungan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua jumlah dan persentase per kategori. Analisis
siswa yang bersekolah di SMA Negeri 3 Kota bivariat dilakukan terhadap dua variabel
Kupang pada tahun ajaran 2011/2012 yang dengan menggunakan uji Chi-Square
berjumlah 1157 siswa. Sampel adalah (α=0,05) yaitu dengan melihat nilai р. Jika
sebagian yang diambil dari keseluruhan nilai p ≤ 0.05, maka Ho ditolak dan dikatakan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili ada hubungan.
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk
menentukan besar sampel digunakan rumus HASIL
(Riyanto, 2011) dan didapat besar sampel Gambaran Umum Lokasi Penelitian
adalah 89 orang.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3
Kota Kupang didirikan pada tahun 1973
Untuk penentuan jumlah sampel tiap kelas untuk menjawab kebutuhan masyarakat NTT
digunakan teknik Quota Sampling dengan khususnya
Kabupaten
Kupang
akan
melihat jumlah siswa tiap kelasnya. Untuk pendidikan karena pada saat itu di Kupang
kelas X diambil sampel sebanyak 27 orang hanya terdapat 2 SLTA. Pada awalnya SMA
dari 348 siswa, kelas XI diambil sampel Negeri 3 Kota Kupang berbentuk SMPP 34
sebanyak 35 orang dari 458 siswa, dan untuk dan lokasi saat mulai kegiatan belajar
kelas XII diambil sampel sebanyak 27 orang mengajar masih bergabung dengan SMA
dari 351 siswa.
Negeri 1 Kota Kupang. Pada tanggal 9
September 1975, SMPP 34 menempati
JENIS, CARA DAN ALAT PENGUMPULAN gedung baru di Oepoi berdampingan dengan
DATA
Markas Korem 161 Wirasakti dan Stasiun
Jenis data yang dikumpulkan dalam TVRI Kupang. Pada tahun 1983, SMPP 34
penelitian ini berupa data primer dan data dialih statusnya menjadi SMA Negeri 3 Kota
sekunder. Data primer adalah data yang Kupang hingga sekarang karena SMPP
diperoleh langsung dari responden melalui sudah
tidak
relevan
lagi
dengan
kuesioner. Data yang dikumpulkan berupa perkembangan pendidikan.
data pola asuh orang tua dan perilaku
seksual remaja. Data sekunder adalah data62
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
Pada
perkembangan
berikutnya,
berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, tahun
anggaran 2007 no : 697/C.4/M/2007 tentang
penetapan sekolah penyelenggara program
rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf
Internasional (SMA BI) menetapkan SMA
Negeri 3 Kota Kupang sebagai salah satu
Sekolah
Menengah
Atas
Bertaraf
Internasional.
SMA Negeri 3 Kota Kupang terletak di jalan
W.J Lalamentik Oepoi, Kelurahan Oebufu,
Kecamatan Oebobo Kota Kupang. SMA
Negeri 3 Kota Kupang memiliki fasilitas yang
cukup memadai untuk menunjang kegiatan
belajar mengajarnya di mana terdapat 35
ruang kelas, 2 buah laboratorium komputer,
1 buah laboratorium bahasa, 1 buah
laboratorium multimedia, 2 buah laboratorium
MIPA, 1 buah lapangan bola kaki, 1 buah
lapangan bola basket, 1 buah lapangan bola
voli serta perpustakaan. Jumlah siswa pada
tahun ajaran 2011/2012 adalah 1157 orang
siswa dengan rincian jumlah siswa yaitu
pada kelas X berjumlah 348 orang, kelas XI
berjumlah 458, dan pada kelas XII berjumlah
351 orang siswa.
responden paling sedikit berada pada
kisaran umur 18-19 tahun yaitu 9 orang
(10,11%) sedangkan jumlah responden
terbanyak berada pada kisaran umur 16-17
tahun yaitu 55 orang (61,80%).
Tabel
IV.2
Distribusi
Responden
Berdasarkan Tempat Tinggal di SMA
Negeri 3 Kota Kupang Tahun 2012
Tempat Tinggal
Jumlah Responden
n
%
Orang
tua
kandung
Orang tua wali
Kos
Total
74
83,14
12
13,48
3
3,38
89
100
Sumber: Data Primer
Tabel IV.2 menunjukkan bahwa responden
terbanyak tinggal bersama orang tua
kandung yaitu 74 orang (83,14%) dan
responden yang tinggal di kos adalah
responden dengan jumlah terkecil yaitu 3
orang (3,38%).
Tabel
IV.3
Distribusi
Responden
Berdasarkan Pendidikan Terakhir Orang
Tua di SMA Negeri 3 Kota Kupang Tahun
2012
Pendidikan
Ayah
Ibu
Karakteristik Umum Responden
Terakhir
Tabel
IV.1
Distribusi
Responden
n
%
n
%
Orang Tua
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di
S2
4
4,49
0
0
SMA Negeri 3 Kota Kupang Tahun 2012
S1
25 28,09 14
15,73
Jenis Kelamin
D3
6
6,74
7
7,87
Jumlah
Responden
SMA
42
47,19
56
62,92
Umur
Perempua
Laki-Laki
SMP
9 10,11 6
6,74
n
n
%
n
%
n
%
SD
3
3,38
6
6,74
14 – 15
15,7
Tidak
12,36
25
28,09
0
0
0
0
tahun
11
14
3
Sekolah
16 – 17
38,2
23,60
55
61,80
Total
89
100
89
100
tahun
21
34
0
Sumber: Data Primer
18 – 19
tahun
Total
9
10,11
0
0
9
10,11
41
46,07
48
53,9
3
89
100
Sumber: Data Primer
Tabel IV.1 menunjukkan bahwa dari total 89
responden, 41 orang (46,07%) berjenis
kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 48 orang (53,93%).
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah
Dari tabel IV.3 dapat dilihat bahwa
pendidikan terakhir ayah dari responden
paling banyak berada pada tingkat SMA
yang berjumlah 42 orang (47,19 %) dan
yang paling sedikit berada pada tingkat SD
yang berjumlah 3 orang (3,38%). Untuk
pendidikan terakhir ibu paling banyak juga
berada pada tingkat SMA yang berjumlah 56
63
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
orang (62,92%) sedangkan yang paling
sedikit berada pada tingkat SD dan SMP
dengan jumlah masing-masing 6 orang
(6,74%). Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar orang tua berpendidikan
cukup baik dan dengan tingkat pendidikan
yang cukup baik tersebut maka orang tua
tentu akan mampu memberikan pola asuh
yang baik pula kepada para remaja.
Variabel-Variabel
jenis perilaku seksual yang paling banyak
dilakukan adalah mencium bibir ringan yaitu
sebanyak 29 orang (93,55%) dan perilaku
seksual yang paling sedikit dilakukan adalah
petting (saling gosok alat kelamin tanpa
memasukkan penis ke dalam vagina) yaitu
sebanyak 5 orang (16,13%). Dari tabel juga
dapat dilihat bahwa responden tidak hanya
melakukan salah satu jenis perilaku seksual
saja namun banyak responden yang
melakukan lebih dari satu jenis perilaku
seksual.
Tabel
IV.4
Distribusi
Responden
Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di Tabel
IV.6
Distribusi
Responden
SMA Negeri 3 Kota Kupang Tahun 2012
Berdasarkan Jenis Perilaku Seksual di
SMA Negeri 3 Kota Kupang Tahun 2012
Jumlah
Pola Asuh Orang
Responden
Jumlah
Perilaku Seksual
Tua
Responden
Remaja
n
%
(n=31)
n
%
Pola asuh permissif
12
13,48
orang tua
Cium bibir ringan
29
93,55
Pola asuh otoriter
Cium bibir berat
19
61,29
30
33,71
orang tua
Cium leher
18
58,06
Pola asuh demokratis
Meraba payudara / alat
47
52,81
15
48,39
orang tua
kelamin
Total
89
100
Petting
5
16,13
Sumber: Data Primer
Oral seks
7
22,58
Berhubungan seksual
7
22,58
Tabel IV.4 menggambarkan bahwa sebagian Sumber: Data Primer
besar responden mendapatkan pola asuh
demokratis yaitu sebanyak 47 orang Tabel IV.7 Distribusi Status Berpacaran
(52,81%) sedangkan pola asuh orang tua Responden Berdasarkan Pola Asuh
permissif merupakan pola asuh orang tua Orang Tua di SMA Negeri 3 Kota Kupang
yang paling sedikit didapat oleh responden Tahun 2012
Jumlah
yaitu sebanyak 12 orang (13,48).
Pola Asuh Orang tua
Status
Responden
Berpac
Permissif
Otoriter
Demokratis
Tabel
IV.5
Distribusi
Responden aran
N
%
n
%
n %
n
%
Berdasarkan Perilaku Seksual di SMA
Ya
10
32,25
8
25,81
12
38,71
30
96,77
Negeri 3 Kota Kupang Tahun 2012
Tidak
0
0
0
0
1
3,23
1
3,23
Jumlah Responden
Perilaku
Total
10
32,25
8
25,81
13
41,94
31
100
Seksual
n
%
Sumber: Data Primer
Ya
31
34,83
Tidak
58
65,17
Tabel IV.7 menunjukkan bahwa dari 31
Total
89
100
responden
yang
pernah
melakukan
Sumber: Data Primer
hubungan
seksual
hampir
semuanya
berpacaran dengan jumlah 30 orang
Tabel IV.5 menunjukkan bahwa responden
(96,77%) dan hanya 1 orang (3,23%) yang
paling banyak belum pernah melakukan
tidak berpacaran.
perilaku seksual yaitu berjumlah 58
responden (65,17%).
Hubungan Variabel Independen dan
Variabel Dependen
Tabel IV.6 menunjukkan bahwa dari 31
Berdasarkan tabel IV.8 dapat dilihat bahwa
responden yang melakukan perilaku seksual,
responden yang mendapatkan pola asuh
64
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
permissif orang tua adalah 12 orang
(13,49%), 10 orang (11,24%) diantaranya
melakukan perilaku seksual dan 2 orang
(2,25%) lainnya tidak melakukan perilaku
seksual. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi
square diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p <
0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa ada hubungan antara
pola asuh permissif orang tua dengan
perilaku seksual siswa.
Tabel IV.8 Hubungan antara Pola Asuh
Permissif Orang Tua dengan Perilaku
Seksual Siswa di SMA Negeri 3 Kota
Kupang Tahun 2012
Pola
Asuh
Permissif
Orang
Tua
Perilaku Seksual
Siswa
Ya
n
%
11,2
4
23,5
9
34,8
3
n
Tidak
%
Jumlah
Responde
n
n
%
p
valu
e
antara pola asuh otoriter orang tua dengan
perilaku seksual siswa.
Tabel IV.10 Hubungan antara Pola Asuh
Demokratis Orang Tua dengan Perilaku
Seksual Siswa di SMA Negeri 3 Kota
Kupang Tahun 2012
Pola
Asuh
Demokrat
is Orang
Tua
n
Ya
13
Tidak
18
Total
31
Perilaku Seksual
Siswa
Ya
%
14,6
1
20,2
2
34,8
3
Tidak
n
%
38,2
34
0
26,9
24
7
65,1
58
7
Jumlah
Respond
en
n
47
42
89
%
52,8
1
47,1
9
100
Sumber: Data Primer
13,4
9
86,5
1
Berdasarkan tabel IV.10 dapat dilihat bahwa
responden yang mendapatkan pola asuh
62,9
0,00
Tidak
21
56
77
demokratis orang tua berjumlah 47 orang
2
0
(52,81%), 13 orang (14,61%) diantaranya
65,1
Total
31
58
89
100
7
melakukan perilaku seksual dan 34 orang
Sumber: Data Primer
(38,20%) lainnya tidak melakukan perilaku
seksual. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi
Tabel IV.9 Hubungan antara Pola Asuh square diperoleh nilai p sebesar 0,133 (p >
Otoriter Orang Tua dengan Perilaku 0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak
Seksual Siswa di SMA Negeri 3 Kota yang berarti bahwa tidak ada hubungan
Kupang Tahun 2012
antara pola asuh demokratis orang tua
Jumlah
Pola
dengan perilaku seksual siswa.
Perilaku Seksual
Ya
10
Asuh
Otoriter
Orang
Tua
n
%
Ya
8
8,99
2
2,25
Siswa
Ya
Tidak
n
%
24,7
22
2
40,4
36
5
65,1
58
7
12
Respond
en
n
%
p
valu
e
BAHASAN
Pergeseran norma di negara barat telah
terjadi sejak beberapa dekade yang lalu.
Perbuatan yang dulunya dianggap tabu kini
25,8
0,24
Tidak
23
59
sudah
merupakan
hal
yang
biasa.
4
9
Kebebasan seks termasuk “kumpul kebo”
34,8
Total
31
89
100
seolah menjadi budaya baru. Sayangnya
3
budaya baru ini melanda siapa saja tanpa
Sumber: Data Primer
pandang bulu. Akhirnya remaja-remaja yang
Berdasarkan tabel IV.9 dapat dilihat bahwa seharusnya berkonsentrasi pada studi di
responden yang mendapatkan pola asuh SMP-SMA terlibat dalam pergaulan bebas
otoriter orang tua berjumlah 30 orang yang tidak bertanggung jawab.
(33,71%), 8 orang (8,99%) diantaranya
melakukan perilaku seksual dan 22 orang Dari hasil penelitian terhadap 89 responden
(24,72%) lainnya tidak melakukan perilaku siswa di SMA Negeri 3 Kota Kupang
seksual. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi ditemukan bahwa 58 responden (65,17%)
square diperoleh nilai p sebesar 0,249 (p > belum pernah melakukan perilaku seksual
0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dan 31 responden (34,83%) sudah pernah
yang berarti bahwa tidak ada hubungan melakukan perilaku seksual. Dari 31
30
33,7
1
66,2
9
65
p
valu
e
0,13
3
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
responden yang pernah melakukan perilaku
seksual tersebut 29 orang (93,55%)
diantaranya pernah berciuman bibir ringan,
19 orang (61,29%) pernah berciuman bibir
berat, 18 orang (58,06%) pernah mencium
leher, 15 orang (48,39%) pernah meraba
payudara/alat kelamin, 5 orang (16,13%)
pernah melakukan petting, dan 7 orang
(22,58%) pernah melakukan oral seks dan
berhubungan seksual. Hasil ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yang
pernah melakukan perilaku seksual tidak
hanya melakukan salah satu jenis perilaku
seksual saja namun ada juga responden
yang melakukan lebih dari salah satu jenis
perilaku seksual.
Hasil penelitian Monas (2009) yang juga
dilakukan di SMA Negeri 3 pada 100 orang
responden ditemukan bahwa 54 orang (54%)
sudah pernah melakukan aktifitas seksual.
Jenis perilaku seksual yang dilakukan yaitu
berpelukan sebanyak 42 orang (77,77%),
berciuman sebanyak 31 orang (57,40%),
masturbasi sebanyak 28 orang (51,85%),
petting sebanyak 12 orang (22,22%), dan
hubungan seksual sebanyak 11 orang
(20,37%).
Penelitian lain yang dilakukan Kamangmau
(2009) pada 88 responden di SMA Negeri 5
Kota Kupang ditemukan bahwa 19 orang
(21,59%) pernah melakukan perilaku seks
pranikah dengan rincian jenis perilaku
seksual yang dilakukan adalah cium bibir
ringan sebanyak 16 orang, cium bibir berat
sebanyak 7 orang, cium leher sebanyak 7
orang, meraba payudara atau alat kelamin
sebanyak 6 orang, dan hubungan seksual
sebanyak 3 orang.
Dari hasil-hasil penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa perilaku seksual remaja di
sekolah semakin buruk dan tidak terkontrol.
Walaupun proporsinya kecil tetapi secara
agama, budaya dan normatif menunjukkan
telah terjadi penyimpangan perilaku seksual
pada remaja karena telah melakukan aktifitas
seksual yang hanya boleh dilakukan oleh
orang yang sudah menikah. Adanya
perasaan
rendah
diri
pada
remaja
menyebabkan mereka takut ataupun malu
mengakui perilaku seksual mereka.
Perilaku seksual remaja ini dipengaruhi oleh
faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja menurut Dhede (2002)
adalah motivasi, rasa ingin tahu dan
perkembangan seksual sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi adalah teman
sebaya, pengaruh media cetak dan
elektronik, dan orang tua.
Djiwandono (2008) menjelaskan bahwa
perilaku yang tidak sesuai dengan tugas
perkembangan remaja pada umumnya
dipengaruhi orang tua. Tugas perkembangan
remaja di sini mencakup bagaimana mereka
bergaul dengan teman sebayanya, kepatutan
seks, hubungan keluarga, dan penampilan
diri mereka. Bilamana orang tua mampu
memberikan pemahaman mengenai perilaku
seks kepada anak-anaknya, maka anakanaknya cenderung mengontrol perilaku
seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang
diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena
pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik
adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri,
dan dapat pula diwujudkan melalui cara
hidup orang tua dalam keluarga sebagai
suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Lebih lanjut Djiwandono (2008) menjelaskan
bahwa kesulitan yang timbul kemudian
adalah apabila pengetahuan orang tua
kurang memadai menyebabkan sikap kurang
terbuka dan cenderung tidak memberikan
pemahaman tentang masalah-masalah seks
anak.
Akibatnya
anak
mendapatkan
informasi seks yang tidak sehat. Informasi
seks yang tidak sehat atau tidak sesuai
dengan perkembangan usia remaja ini
mengakibatkan remaja terlibat dalam kasuskasus berupa konflik-konflik dan gangguan
mental, ide-ide yang salah dan ketakutanketakutan yang berhubungan dengan seks.
Dalam hal ini, terciptanya konflik dan
gangguan mental serta ide-ide yang salah
dapat memungkinkan seorang remaja untuk
melakukan perilaku seks pranikah.
Anak tumbuh dan berkembang di bawah
asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak
beradaptasi dengan lingkungannya dan
mengenal dunia sekitarnya serta pola
pergaulan
hidup
yang
berlaku
di
66
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
lingkungannya. Ini disebabkan karena orang atau pernah berpacaran. Hal ini tentunya
tua merupakan dasar pertama bagi lebih memperkuat terjadinya perilaku seksual
pembentukan pribadi anak.
yang tidak bertanggung jawab dari
responden ditambah lagi dengan tidak
Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat adanya kontrol dari orang tua. Apalagi
erat hubungannya dengan kepribadian anak dengan makin mudahnya akses terhadap
setelah ia menjadi dewasa. Orang tua informasi seksual semakin memperparah
diharapkan dapat menerapkan pola asuh perilaku seksual karena informasi yang
yang bijaksana atau menerapkan pola asuh didapat belum tentu semuanya benar.
yang sebaiknya tidak membawa kehancuran
atau merusak jiwa dan watak seorang anak.
Prasetya dalam Anisa (2005) menjelaskan
bahwa pola asuh permissif atau biasa
Hurlock (2006) menjelaskan bahwa anak disebut pola asuh penelantar, yaitu di mana
yang
orang
tuanya
lemah
akan orang
tua
lebih
memprioritaskan
mementingkan
diri
sendiri,
tidak kepentingannya
sendiri,
perkembangan
menghiraukan hak-hak orang lain, agresif kepribadian anak terabaikan, dan orang tua
dan asosial. Anak yang mengalami disiplin tidak mengetahui apa dan bagaimana
yang ketat, otoriter, akan sangat rapuh bila kegiatan anak sehari-harinya. Hal ini
dihadapan orang-orang dewasa, namun menyebabkan anak bebas untuk berbuat
agresif dalam hubungan dengan teman semaunya karena tidak ada yang mengontrol
sebayanya. Anak yang dibesarkan di bawah setiap kegiatan yang dilakukannya.
disiplin
yang
demokratis
belajar
mengendalikan perilaku yang salah dan Anak yang diasuh orang tuanya dengan
mempertimbangkan hak orang lain.
metode semacam ini nantinya bisa
berkembang menjadi anak yang kurang
Hubungan antara Pola Asuh Permissif perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri,
Orang Tua dengan Perilaku Seksual nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang
Siswa SMA Negeri 3 Kota Kupang
buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul,
Dari hasil uji statistik dengan uji Chi square kurang menghargai orang lain, dan lain
diperoleh nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05). sebagainya baik ketika kecil maupun sudah
Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan dewasa.
antara pola asuh permissif orang tua dengan
perilaku seksual.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian dari Harmoko (2007) yang
Responden yang mendapatkan pola asuh menyatakan bahwa ada hubungan positif
permissif orang tua sebagian besarnya antara persepsi terhadap pola asuh
melakukan perilaku seksual. Hal ini permissif orang tua dengan perilaku seksual
mengindikasikan bahwa pola asuh permissif pranikah pada remaja. Harmoko (2007)
orang tua sangat mempengaruhi perilaku menyimpulkan
bahwa
remaja
yang
seksual dari responden karena tidak adanya menyalahgunakan kebebasan yang diberikan
kontrol dari orang tua terhadap perilaku oleh orang tua akan memiliki kecendrungan
anak-anaknya. Anak-anak akan bebas yang lebih tinggi untuk melakukan perilaku
melakukan segala kegiatannya tanpa seksual
sedangkan
remaja
yang
mengetahui apakah yang dilakukannya itu menganggap kebebasan yang diberikan
baik atau buruk. Ada beberapa alasan sebagai suatu kesempatan untuk dapat
mengapa orang tua menerapkan pola asuh mengembangkan diri dengan melakukan
permissif ini. Salah satunya yaitu orang tua kegiatan-kegiatan yang bermakna serta
terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga melatih diri untuk mampu mengambil
mereka tidak memiliki kesempatan untuk keputusan, maka akan lebih rendah untuk
memberikan perhatian kepada anaknya.
melakukan perilaku seksual.
Semua responden yang mendapatkan pola Hasil penelitian lain yang sama dengan
asuh permissif orang tua ini statusnya sudah penelitian ini adalah penelitian dari Nursal
67
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
(2007) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pola asuh permissif orang
tua dengan perilaku seksual remaja. Nursal
(2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa
berbagai interaksi antara remaja dengan
orang
tua
akan
menunda
bahkan
mengurangi perilaku seksual pada remaja.
Tidak adanya pengawasan dari orang tua
akan mempercepat remaja melakukan
perilaku seksual.
Hubungan antara Pola Asuh Otoriter
Orang Tua dengan Perilaku Seksual
Siswa SMA Negeri 3 Kota Kupang
Dari hasil uji statistik dengan uji Chi square
diperoleh nilai p sebesar 0,249 (p > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh otoriter orang tua
dengan perilaku seksual.
Sebagian
besar
responden
yang
mendapatkan pola asuh otoriter dari orang
tua tidak melakukan perilaku seksual
sedangkan jikalau dilihat dari status
berpacarannya semua responden yang
mendapatkan pola asuh otoriter ini statusnya
sudah atau pernah berpacaran. Faktor
pemungkin responden tidak melakukan
perilaku seksual adalah karena responden
takut dengan orang tua mereka.
Orang tua akan mengontrol semua kegiatan
yang dilakukan responden dan bahkan
menetapkan aturan-aturan yang membatasi
pergaulan mereka. Dalam hal berpacaran
pun orang tua akan menetapkan ramburambu pembatas bagi responden sehingga
walaupun berpacaran mereka bisa menjaga
diri dan berlaku sewajarnya. Orang tua
bahkan tidak segan-segan memaki dan
memukul jikalau aturan yang sudah
ditetapkan tersebut dilanggar.
Orang tua dengan pola asuh otoriter
menganggap kalau masalah seks adalah
masalah tabu untuk dibicarakan. Hal ini tentu
akan
berdampak
negatif
juga
bagi
responden. Jikalau responden tetap berada
dalam pengawasan orang tua sampai
mereka dewasa tentunya perilaku seksual
yang tidak bertanggung jawab dapat
dihindari, namun jikalau responden suatu
saat nanti jauh dari orang tuanya maka dapat
dipastikan mereka akan merasa bebas dan
tidak terkontrol sehingga rasa ingin tahu dan
mencoba-coba lebih besar karena orang tua
tidak lagi mengawasi mereka dari dekat.
Baumrind dalam Nuraeni (2006) menjelaskan
bahwa pola asuh otoriter orang tua
cenderung menetapkan standar mutlak yang
harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, dan
menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang
tua, maka orang tua tipe ini tidak segan
untuk menghukum anak. Orang tua tipe ini
juga tidak mengenal kompromi dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah.
Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan
balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
anaknya.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian dari Nursal (2007) dan Marbun
(2011) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh otoriter dengan
perilaku seksual. Marbun (2011) pada awal
penelitiannya berpikir bahwa pola asuh
otoriter yang diterapkan di kalangan keluarga
akan berdampak buruk pada remaja, namun
ketika diteliti orang tua yang menerapkan
pola asuh otoriter tidak berdampak apa-apa
pada anak remajanya. Remaja tersebut juga
tidak terpengaruh terhadap pergaulan bebas
yang berhubungan dengan perilaku seksual
remaja. Menurut Mesche (1998), remaja
yang diawasi oleh orang tuanya, remaja
dengan pola asuh otoriter, remaja yang
berasal dari keluarga yang konservatif dan
memegang kuat tradisi dan remaja
mempunyai hubungan akrab dengan orang
tuanya akan menunda umur pertama
melakukan hubungan seksual.
Hubungan antara Pola Asuh Demokratis
Orang Tua dengan Perilaku Seksual
Siswa SMA Negeri 3 Kota Kupang
Dari hasil uji statistik dengan uji Chi square
diperoleh nilai p sebesar 0,133 (p > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pola asuh orang tua
demokratis dengan perilaku seksual siswa.
68
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
Responden yang mendapatkan pola asuh
demokratis ini sebagian besarnya tidak
melakukan perilaku seksual walaupun semua
responden statusnya sudah atau pernah
berpacaran. Responden masih bisa menjaga
jarak dan pergaulannya dengan sesama.
Faktor
pemungkin
responden
tidak
melakukan perilaku seksual adalah karena
responden sudah ditanamkan pendidikan
yang baik dari orang tua mereka sehingga
responden walaupun diberi kebebasan untuk
bergaul namun mereka bisa menjaga diri dan
tidak terjerumus dalam perilaku seksual yang
tidak bertanggung jawab.
Orang tua yang menerapkan pola asuh
demokratis tidak selamanya memberikan
dampak yang positif bagi remaja namun ada
juga dampak negatif dari pola asuh
demokratis ini. Orang tua yang menerapkan
pola asuh demokratis pada anak remaja
dapat mengakibatkan remaja tersebut
menjadi
ketergantungan
terhadap
orangtuanya dan tidak bisa mengambil
keputusan atau pun tindakan yang tepat
untuk dirinya. Anak remaja tersebut karena
banyak nasehat tentang perilaku-perilaku
remaja yang menyimpang terhadap seksual
akan lebih ingin mengetahui lebih jauh
mengenai apa yang dijelaskan orang tuanya
tersebut.
penting yang mempengaruhi perilaku seksual
remaja. Para remaja yang diawasi orang
tuanya akan menunda bahkan menghindari
perilaku seksual sedangkan pada remaja
tanpa pengawasan orang tua akan
melakukan perilaku seksual lebih dini.
Lauritsen (1994) juga menekankan bahwa
pola asuh orang tua baik otoriter maupun
demokrasi tidak ada hubungan yang
signifikan terhadap perilaku seksual remaja.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari 89 responden, 58 orang (65,17%)
belum pernah melakukan perilaku
seksual sedangkan 31 orang (34,83%)
sudah pernah melakukan perilaku
seksual.
2. Ada hubungan antara pola asuh
permissif orang tua dengan perilaku
seksual siswa di mana nilai p lebih kecil
dari α (0,000<0,05)
3. Tidak ada hubungan antara pola asuh
otoriter orang tua dengan perilaku
seksual siswa di mana nilai p lebih besar
dari α (0,249>0,05)
4. Tidak ada hubungan antara pola asuh
demokratis orang tua dengan perilaku
seksual siswa di mana nilai p lebih besar
dari nilai α (0,133>0,05)
Baumrid dalam Nuraeni (2006) menjelaskan SARAN
bahwa pola asuh demokratis adalah pola 1. Bagi orang tua
asuh yang memprioritaskan kepentingan
Orang tua diharapkan dapat memberikan
anak,
akan
tetapi
tidak
ragu-ragu
pola asuh dan pendidikan seks sedini
mengendalikan mereka. Orang tua dengan
mungkin kepada anak-anak dengan jalan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu
komunikasi yang terbuka dan saling
mendasari tindakannya pada rasio atau
mendengarkan
sehingga
dapat
pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga
menghindari perilaku seksual yang tidak
bersikap realistis terhadap kemampuan
bertanggung jawab dari para remaja.
anak, tidak berharap yang berlebihan yang 2. Bagi SMA Negeri 3 Kota Kupang
melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe
Sekolah diharapkan lebih meningkatkan
ini juga memberikan kebebasan kepada anak
komunikasi dengan orang tua dan lebih
untuk memilih dan melakukan tindakan, dan
mengoptimalkan
kemitraan
dengan
pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
lembaga-lembaga pemerintah maupun
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
non pemerintah yang peduli terhadap
penelitian dari Nursal (2007) dan Marbun
remaja dalam rangka pemberian informasi
(2011) yang menyatakan bahwa tidak ada
seks yang bertanggung jawab kepada
hubungan antara pola asuh demokratis
para remaja. Sekolah juga diharapkan
dengan perilaku seksual. Nursal (2007)
dapat memperbanyak kegiatan – kegiatan
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
ekstra yang bermanfaat bagi siswanya.
pengawasan orang tua merupakan faktor
69
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012
3. Bagi siswa SMA Negeri 3 Kota Kupang
Siswa diharapkan lebih membatasi dan
memperhatikan pergaulannya ke arah
yang positif sehingga kecendrungan untuk
melakukan
perilaku
seksual
dapat
dihindari seperti mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan,
karang taruna, dan sebagainya.
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian
sejenis
agar
dapat
memperdalam
variabel
penelitian
terutama variabel yang berkaitan dengan
faktor
internal
yaitu
motivasi,
perkembangan organ seksual, dan
dorongan seksual serta variabel perilaku
seksual yaitu masturbasi dan onani.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Pola Asuh Orang Tua.
http://www.Dep.Dik.Nas/Go.Id
(diakses
pada tanggal 14 Agustus 2011 pukul
15.43)
Anisa, Siti. 2005. Kontribusi Pola Asuh Orang
tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II
SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten
Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005 .
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
http://etd.eprints.ums.ac.id (diakses pada
tanggal 14 Agustus 2011 pukul 16.15)
Atkinson, Rita et.al. Pengantar Psikologi
Edisi Kesebelas. Batam : Interaksara
Basmiati, Wiwid. 2007. Perilaku Seks
Pranikah Remaja di Kabupaten Kupang
(Studi Kasus di Youth Centre PKBI
Kabupaten Kupang Tahun 2007). Skripsi.
Kupang: Universitas Nusa Cendana
BKKBN, 2005 . Remaja dan Kesehatan
Reproduksi . Jakarta
Budiarto, Eko.2002. Biostatistika Untuk
Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Penerbit Buku kedokteran-EGC
Dhede. 2002. Perilaku Seks Pranikah Pada
Remaja.
http://www.e-psikologi.
com
(diakses pada tanggal 24 Juli 2011 pukul
19.38)
Djiwandono, Sri. 2008. Pendidikan Seks
Keluarga. Jakarta : PT. Indeks
Gunarsa,
Singgih.
2000.
Psikologi
Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung
Mulia
Natal, Jerry. 2011. Banyak yang Salah
Mengartikan
tentang
Valentine.
http://jerrynatal.blogspot.com
(diakses
pada tanggal 10 September 2011 pukul
16.56)
Osolihin. 2001. Perilaku Seks Remaja :
Makin Bebas . http://osolihin.wordpress
.com (diakses pada tanggal 14 Agustus
2011 pukul 16.08)
Harmoko. 2007. Hubungan antara Persepsi
terhadap Pola Asuh Permissif Orang tua
dengan Perilaku Seksual Pranikah pada
Remaja.
Heksaloga.blogspot.com
(diakses pada tanggal 9 Maret 2012 pukul
18.27)
Hurlock,
Elisabeth.
2006.
Psikologi
Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga
Kamangmau, Meriam. 2010. Studi Hubungan
Pemberian Pendidikan Seks oleh Orang
tua dengan Perilaku Seks Pranikah
Remaja di SMA Negeri 5 Kota Kapung
tahun 2009. Skripsi. Kupang: Universitas
Nusa Cendana
Mar’at. 1982. Sikap Manusia, Perubahan
serta Pengukuran. Bandung : Ghalia
Indonesia
Monas, Maya. 2009. Pengaruh Media Massa
Terhadap Perilaku Seksual Remaja di
Kota Kupang (Studi Pada SMAN 3 Kota
Kupang). Skripsi. Kupang: Universitas
Nusa Cendana
Marbun, Meyana. 2011. Hubungan Pola
Asuh Orang tua terhadap Perilaku
Seksual Remaja di Kelurahan Simalingkar
B Kecamatan Medan Tuntungan. Skripsi.
Universitas
Sumatera
Utara.
http://repository.usu.ac.id
/
bitstream/123456789/27211/3/Chapter%2
0III-VI.pdf (diakses pada tanggal 5 Januari
2012 pukul 09.19)
Nuraeni. 2006. Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak Taman Kanak-Kanak. Skripsi.
Universitas
Negeri
Semarang.
http://etd.eprints.ums.ac.id (diakses pada
tanggal 5 Januari 2012 pukul 09.12)
Nursal, Dien. 2008. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Murid SMU Negeri di Kota Padang tahun
2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
70
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual Siswa Sma Negeri 3 Kota Kupang
Tahun 2012
___________________ . 2005. Promosi
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Riwidikdo,
Handoko.
2009.
Statistik
Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia
Press
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Sahertian, E. L. Diana. 2007. Perilaku
Seksual Mahasiswa yang Tinggal di
Tempat Kos di Kelurahan Oesapa Kota
Kupang. Skripsi : Universitas Nusa
Cendana
Sarwono, Sarlito. 2006. Psikologi Remaja.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Seo. 2010. Trend Seks Pranikah Remaja
Indonesia.
http://besteasyseo.
blogspot.com (diakses pada tanggal 2
Oktober 2011 pukul 18.16)
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
Surtiretna, Nina. 2001. SEKS dari A-Z. PT.
Dunia Pustaka Jaya . Bandung
Wikipedia. 2011.
Seksualitas Remaja.
http://en.wikipedia.org/wiki/Adolescent_
sexuality (diakses pada tanggal 2 Oktober
2011 pukul 18.20)
Wikipedia.
2011.
Organ
Seks.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organ_seks
(diakses pada tanggal 8 Desember 2011)
71
Download