RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR............................... TENTANG PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu perlu dilakukan penilaian melalui mekanisme pendaftaran obat tradisional sebelum diedarkan; b. bahwa pengaturan pendaftaran obat tradisional di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu dilakukan perubahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pendaftaran Obat Tradisional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Registrasi Indonesia Nomor 3781); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044); 5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan dan Tata Kerja Lembaga Draft bahan rapat hukor 1 Pemerintah Non Departemen; 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. 2. Registrasi adalah rangkaian mendapatkan izin edar. 3. Pendaftar adalah industri atau importir di bidang obat tradisional yang mengajukan permohonan registrasi obat tradisional. 4. Importir adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang perdagangan obat tradisional, memiliki Angka Pengenal Importir (API)/Importir Terdaftar (IT) dan melakukan kegiatan impor obat tradisional. 5. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik selanjutnya disingkat CPOTB adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. 6. Cara Pembuatan Obat yang Baik selanjutnya disingkat CPOB adalah...... 7. Industri Obat Tradisional adalah Industri yang memproduksi obat tradisional dengan total aset di atas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Draft bahan rapat hukor kegiatan pendaftaran dan evaluasi untuk 2 8. Industri Kecil Obat Tradisional adalah industri obat tradisional dengan total aset Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk harga tanah dan bangunan. 9. Industri Mikro Obat Tradisional adalah industri obat tradisional dengan total asset tidak lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk harga tanah dan bangunan. 10. Usaha Jamu Racikan adalah usaha peracikan, pencampuran dan atau pengolahan obat tradisional dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, pilis, tapel atau parem dengan skala kecil, dijual pada satu tempat tanpa penandaan dan atau merek dagang. 11. Usaha Jamu Gendong adalah usaha peracikan, pencampuran, pengolahan dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel atau parem tanpa penandaan dan atau merek dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan; 12. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan obat tradisional, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan atau pemindahtanganan. 13. Obat Tradisional Dalam Negeri adalah obat tradisional yang dibuat dan dikemas oleh industri di bidang obat tradisional atau industri farmasi di dalam negeri. 14. Obat Tradisional Lisensi adalah obat tradisional asing yang diproduksi oleh suatu industri obat tradisional atau industri farmasi dalam negeri atas persetujuan dari perusahaan pemegang merek atau nama dagang obat tradisional tersebut. 15. Obat Tradisional Kontrak adalah obat tradisional yang pembuatannya dilimpahkan kepada industri obat tradisional atau industri farmasi berdasarkan kontrak. 16. Obat Tradisional Impor adalah obat tradisional yang diproduksi oleh suatu industri di luar negeri, yang dimasukkan dan diedarkan di wilayah Indonesia. 17. Obat Tradisional Khusus Ekspor adalah obat tradisional yang dibuat dan dikemas oleh industri obat tradisional atau industri farmasi di dalam negeri untuk ekspor. 18. Pemberi kontrak adalah industri obat tradisional atau industri kecil obat tradisional atau industri farmasi yang melimpahkan pekerjaan pembuatan obat tradisional berdasarkan kontrak. 19. Penerima kontrak adalah industri obat tradisional atau industri kecil obat tradisional atau industri farmasi yang menerima pekerjaan pembuatan obat tradisional berdasarkan kontrak. 20. Sertifikat CPOTB adalah ............ 21. Sertifikat CPOB adalah ............ 22. Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai khasiat, keamanan, cara penggunaannya serta informasi lain yang perlu dicantumkan pada etiket, brosur dan kemasan obat tradisional. 23. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan untuk obat tradisional, berasal dari tumbuhan, hewan atau mineral yang belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. 24. Sediaan Galenik adalah hasil ekstraksi bahan yang berasal dari tumbuhan atau hewan, termasuk biota laut. Draft bahan rapat hukor 3 25. Bahan Tambahan adalah bahan tidak berkhasiat yang ditambahkan pada obat tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk mengawetkan, memberi warna, menyedapkan rasa dan bau. 26. Importir adalah badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang obat tradisional, memiliki Angka Pengenal Importir (API) dan melakukan kegiatan impor obat tradisional. 27. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang selanjutnya disebut Kepala Badan POM adalah pimpinan badan/lembaga yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan. 28. Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di bidang kesehatan. BAB II PERSYARATAN DAN KRITERIA Pasal 2 (1) Obat Tradisional yang diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar. (2) Izin edar obat tradisional diberikan oleh Menteri. (3) Menteri melimpahkan pemberian izin edar kepada Kepala Badan POM. Pasal 3 (1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud daam Pasal 2 ayat (1) terhadap: a. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong; b. bahan baku berupa simplisia dan sediaan galenik untuk keperluan industri dan keperluan layanan pengobat tradisional; c. obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal yang dimaksudkan untuk penelitian atau penggunaan sendiri untuk kondisi tertentu dalam jumlah terbatas. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan POM. Pasal 4 Obat tradisional yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu; b. dibuat dengan memenuhi ketentuan CPOTB; c. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain yang ditetapkan; d. khasiat dibuktikan secara empiris, turun temurun tiga generasi dan/atau ilmiah; dan e. penandaan berisi informasi yang lengkap, benar dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional secara tepat, rasional dan aman; Draft bahan rapat hukor 4 Pasal 5 (pindahan Pasal 14) (1) Obat tradisional tidak boleh mengandung : a. etil alkohol lebih dari 1%; b. bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; c. narkotika atau psikotropika; d. hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan masyarakat dan atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan; f. Bahan lain sebagaimana dimaksud pada huruf e ditetapkan oleh Kepala Badan POM. (2) Obat tradisional tidak boleh dalam bentuk sediaan : a. intravaginal; b. tetes mata; c. parenteral; d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir. (3) Produk yang sama dari satu produsen di luar negeri hanya dapat didaftarkan oleh 1 (satu) pendaftar dalam negeri. BAB III PERSYARATAN REGISTRASI Bagian Pertama Registrasi Obat Tradisional Dalam Negeri Pasal 6 Registrasi obat tradisional produksi dalam negeri dilakukan oleh Industri di bidang Obat Tradisional atau industri farmasi. Pasal 7 (1) Registrasi obat tradisional lisensi dilakukan oleh Industri Obat Tradisional atau Industri Farmasi penerima lisensi. (2) Industri Obat Tradisional penerima lisensi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) telah memiliki sertifikat CPOTB. (3) Industri Farmasi penerima lisensi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) telah memiliki sertifikat CPOB. Pasal 8 (1) Registrasi obat tradisional kontrak dilakukan oleh pemberi kontrak. (2) Pembuatan obat tradisional kontrak dilakukan oleh penerima kontrak yang telah memiliki sertifikat CPOTB atau CPOB. (3) Pemberi kontrak bertanggung jawab atas keamanan, khasiat dan mutu obat tradisional. Draft bahan rapat hukor 5 Bagian Kedua Registrasi Obat Tradisional Impor Pasal 9 (1) Registrasi obat tradisional impor dilakukan oleh pemohon yang mendapat surat penunjukan langsung dari produsen di negara asal. (2) Produsen di negara asal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan Cara Pembuatan yang Baik . (3) Pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuktikan dengan sertifikat Cara Pembuatan yang Baik yang setara dengan CPOTB dan dilengkapi dengan keterangan inspeksi terakhir paling lama 2 (dua) tahun yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang setempat. (4) Obat tradisional yang diimpor harus sudah beredar di negara asal yang dibuktikan dengan Certificate of Free Sale yang disahkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia atau Konsulat Jenderal Republik Indonesia setempat. (5) Obat tradisional impor sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya dapat diregistrasikan oleh 1 (satu) pendaftar. Bagian Ketiga Pendaftaran Obat Tradisional Khusus Ekspor Pasal 10 (1) Obat tradisional khusus ekspor harus memiliki izin edar. (2) Registrasi obat tradisional khusus ekspor dilakukan oleh Industri di bidang Obat Tradisional atau industri farmasi. (3) Penandaan obat tradisional khusus ekspor mengacu kepada negara penerima. Pasal 11 Setiap obat tradisional khusus ekspor tidak boleh diedarkan di Indonesia. (usulan menjadi pasal pindahan dari pasal 14 ayat (4) lama). BAB IV TATA CARA MEMPEROLEH IZIN EDAR Pasal 12 (1) Registrasi diajukan oleh pemohon kepada Kepala Badan POM. (2) Terhadap registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan persetujuan atau penolakan. (3) Persetujuan registrasi diberikan dalam bentuk izin edar yang berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali. Draft bahan rapat hukor 6 (4) Ketentuan lebih lanjut tentang kriteria dan tata laksana registrasi ditetapkan oleh Kepala Badan POM. Pasal 13 (1) Terhadap registrasi obat tradisional dikenakan tarif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal permohonan registrasi Obat Tradisional ditolak, tarif yang sudah dibayarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat ditarik kembali pemohon. BAB V EVALUASI KEMBALI Pasal 14 (1) Terhadap Obat Tradisional yang telah diberikan izin edar dapat dilakukan evaluasi kembali. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi kembali sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan POM. BAB VI PENANDAAN Pasal 15 (1) Penandaan obat tradisional harus tercetak langsung pada etiket, brosur dan kemasan obat tradisional dengan menggunakan bahasa Indonesia. (2) Penandaan sekurang-kurangnya harus berisi informasi tentang : a. Nama obat tradisional atau nama dagang; b. Komposisi; c. Bobot, isi atau jumlah obat tiap wadah; d. Dosis dan cara pemakaian; e. Khasiat; f. Kontraindikasi (bila ada); g. Kadaluarsa; h. Nomor izin edar; i. Nomor kode produksi; j. Nama dan alamat industri (kota dan negara) (3) Nama obat tradisional tidak boleh menggunakan kata anggur, arak, dan nama jenis minuman keras lain. (4) Obat tradisional mengandung bahan berasal dari hewan harus mencantumkan nama hewan dalam bahasa Indonesia disamping bahasa Latin pada komposisinya. (5) Obat tradisional yang mengandung bahan berasal dari babi harus mencantumkan tulisan ”Mengandung Babi” dengan warna merah dan jelas terbaca. Draft bahan rapat hukor 7 (6) Obat tradisional yang mengandung etil alkohol harus mencantumkan kadar etil alkohol pada penandaannya. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penandaan ditetapkan oleh Kepala Badan POM. BAB VII LARANGAN (4) (5) (6) Pasal 14 Obat tradisional dilarang mengandung : g. etil alkohol lebih dari 1%; h. bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; i. narkotika atau psikotropika; j. hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; k. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan masyarakat dan atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan; l. Bahan lain sebagaimana dimaksud pada huruf e ditetapkan oleh Kepala Badan. Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan : a. intravaginal; b. tetes mata; c. parenteral; d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir. Produk yang sama dari satu produsen di luar negeri hanya dapat didaftarkan oleh 1 (satu) pendaftar dalam negeri. BAB VII PEMBATALAN Pasal 16 (1) Persetujuan registrasi obat tradisional dapat dibatalkan apabila: a. berdasarkan penelitian atau pemantauan setelah beredar tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada Pasal 4; b. atas permintaan produsen, importir dan atau perusahaan yang mengajukan registrasi; c. perjanjian kerjasama antara pendaftar dengan perusahaan pemberi lisensi, industri penerima kontrak atau produsen dinegara asal sudah berakhir dan tidak diperbaharui; d. tidak memproduksi atau mengimpor obat tradisional selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah tanggal izin edar dikeluarkan; e. tidak menyerahkan penandaan yang telah disetujui paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan produksi atau impor; f. mengandung bahan dilarang sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1); g. promosi dan iklan menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan; h. memberikan dokumen yang tidak benar pada saat registrasi; i. izin usaha industri di bidang obat tradisional atau izin importir dicabut; j. pemilik izin edar melakukan pelanggaran di bidang pembuatan, impor atau peredaran obat tradisional; atau k. memiliki keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht). Draft bahan rapat hukor 8 (2) Pembatalan izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan POM. BAB IX SANKSI Pasal 17 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa : a. peringatan; b. peringatan keras; c. penarikan obat tradisional dari peredaran termasuk penarikan iklan; d. penundaan proses registrasi berikutnya; e. penghentian sementara kegiatan pembuatan dan peredaran obat tradisional; atau f. pembatalan izin edar obat tradisional. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan POM. (3) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 18 (1) Terhadap pendaftar yang telah mengajukan registrasi sesuai dengan Peraturan 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Pendaftaran Obat Tradisional, akan diproses Peraturan ini. (2) Obat tradisional yang telah memiliki izin edar, dianggap telah diregistrasi berdasarkan Peraturan ini sampai habis masa berlaku izin pendaftarannya. (3) Obat tradisional yang telah memiliki izin edar yang belum sesuai dengan Peraturan ini, wajib melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sejak Peraturan ini ditetapkan atau setelah habis masa berlaku izin pendaftarannya. (4) Semua peraturan yang telah dikeluarkan sebelum ditetapkannya Peraturan ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan atau belum diganti dengan Peraturan ini. Draft bahan rapat hukor permohonan pendaftaran atau Menteri Kesehatan Nomor Industri Obat Tradisional Dan sesuai dengan ketentuan dalam 9 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka; a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional; dan b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1297/Menkes/Per/XI/1998 tentang Peredaran Obat Tradisional Impor; sepanjang yang mengatur pendaftaran obat tradisional sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 20 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal................... MENTERI KESEHATAN, ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH Ket: Yang digaris bawahi adalah usulan perbaikan Yang ditebalin untuk klarifikasi Draft bahan rapat hukor 10