Buku Usaha Abon Ikan 05.indd

advertisement
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
USAHA ABON IKAN
KATA PENGANTAR
Cetakan syariah
Dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan
informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku
pola pembiayaan. Sampai saat ini, telah tersedia 106 judul komoditi. Buku pola
pembiayaan tersebut semua mengunakan sistem konvensional (suku bunga).
Untuk mendukung perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
yang makin pesat pada tahun-tahun terakhir ini, Bank Indonesia mengusahakan
penyediaan buku pola pembiayaan dengan sistem syariah. Buku pola pembiayaan
syariah yang disediakan merupakan konversi dari data dan informasi buku yang
sudah diterbitkan. Oleh karena itu bagi peminat yang ingin memanfaatkannya
diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
Dari 106 judul buku pola pembiayaan yang sudah tersedia, sampai dengan
tahun 2008 Bank Indonesia telah mengkonversikan ke sistem syariah sebanyak 21
judul buku. Pada tahun 2009, Bank Indonesia melakukan konversi 5 (lima) buku
pola pembiayaan ke sistem syariah. Satu diantara buku pola pembiayaan yang
dikonversikan ke sistem syariah adalah Usaha Pengolahan Abon Ikan dari bahan
baku ikan marlin/jangilus (Istiophorus sp). Sedangkan akad pembiayaan yang
digunakan adalah Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah.
Dalam penyusunan pola pembiayaan dengan sistem syariah ini, Bank
Indonesia memperoleh bantuan dari banyak pihak, khususnya PT. Bank Syariah
Mandiri, baik di Kantor Pusat maupun di Kantor Cabang, serta berbagai nara
sumber korespodensi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Atas sumbang
pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan syariah ini,
Bank Indonesia cq Biro Pengembangan BPR dan UMKM (BPBU) menyampaikan
terimakasih.
i
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan
bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan
buku ini dapat menghubungi: BPBU - Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan
dan UMKM (TP3KU), Bank Indonesia dengan alamat:
Gedung Tipikal (TP), Lt. V
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-7412, Fax: (021) 351 – 8951
Email: [email protected]
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM dan Lembaga
Keuangan Syariah.
Jakarta, Desember 2009
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
ii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
USAHA ABON IKAN
No
UNSUR PEMBINAAN
URAIAN
1
Jenis usaha
Pengolahan Abon Ikan (Marlin)
2
Skala usaha optimum
Usaha skala kecil dengan produksi abon ikan sebanyak
1.200 kg/bulan.
3
Lokasi Usaha
Desa Cikahuripan, Kec. Cisolok, Pelabuhan Ratu, Kab.
Sukabumi, Jawa Barat
4
Dana yang diperlukan
- Investasi = Rp26.100.00,- Modal Kerja = Rp117.233.813,-
5
Sumber Dana
Lembaga Keuangan Syariah dan modal sendiri
6
Plafon Pembiayaan dan
kontribusi nasabah
a. Plafon pembiayaan dari LKS:
- Pembiayaan modal kerja untuk pembelian
bahan baku selama 1 tahun =Rp90.000.000,Total pembiayaan LKS = Rp90.000.000,b. Kontribusi nasabah
- Biaya investasi =Rp26.100.000,- Biaya modal kerja = Rp27.233.813,Total kontribusi nasabah sebesar Rp55.333.813,-
7
Akad Pembiayaan
Kebutuhan pembiayaan usaha abon ikan adalah
dipenuhi dengan akad Pembiayaan Rekening Koran
Syariah (PRKS) musyarakah, hal ini karena biaya
modal kerja yang dibutuhkan relatif berfluktuasi, yang
dipengaruhi oleh musim ikan dan tingkat permintaan
konsumen akan produk abon
8
Jangka Waktu Pembiayaan
Pembiayaan modal kerja selama 1 (satu) tahun,dapat
diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja
pembiayaannya bagus (sesuai dengan kriteria bank
bersangkutan)
9
Perhitungan nisbah
a. Berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue
sharing) disepakati oleh kedua belah pihak
dan rata-rata pemakaian rekening koran,yang
selanjutnya dituangkan dalam berita acara bagi
hasil.
b. Pengakuan pendapatan dan rata-rata pemakaian
rekening koran ini dilakukan setiap bulan,sebagai
dasar perhitungan perolehan nisbah kedua belah
pihak.
iii
10
Nisbah Bank
1,25%
11
Nisbah Nasabah
98,75%
12
Periode Pembayaran Pembiayaan
a. Pelunasan pokok pembiayaan dilakukan pada akhir
periode pembiayaan
b. Angsuran nisbah dibayarkan setiap bulan
13
Pola Usaha
a. Periode Proyek
b. Skala Usaha
c. Tingkat Teknologi
d. Produk yang dihasilkan
e. Pemasaran Produk
14
Kelayakan Usaha
5 tahun
1.200 kg produk per bulan
Semi-mekanis
Abon ikan
Dijual langsung, pesanan, melalui pengecer dan
pedagang besar/perantara
a.
b.
c.
iv
Usaha pembuatan abon ikan mampu
menghasilkan keuntungan setelah membayar
kewajiban pembiayaan kepada LKS.
Total nisbah yang diperoleh dari pembiayaan
modal kerja dengan akad PRKS musyarakah
diproyeksikan adalah Rp.12.600.000,- dalam satu
tahun pembiayaan
Dengan demikian usaha pembuatan abon
ikan layak untuk diusahakan dan memperoleh
pembiayaan dari LKS.
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA ABON IKAN ........................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR FOTO ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ................................
2.1. Profil Usaha Abon Ikan ...........................................................
2.2. Pola Pembiayaan Bank ............................................................
5
5
6
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ..............................................
3.1. Aspek Pasar ............................................................................
3.1.1. Permintaan ...................................................................
3.1.2. Penawaran ...................................................................
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ..........................
3.2. Aspek Pemasaran ...................................................................
3.2.1. Harga ...........................................................................
3.2.2. Rantai Pemasaran .........................................................
3.2.3. Kendala Pemasaran ......................................................
9
9
9
10
11
11
11
12
13
v
BAB IV
ASPEK PRODUKSI ........................................................................
4.1 Lokasi Usaha...........................................................................
4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ...............................................
4.2.1 Fasilitas Produksi ............................................................
4.2.2 Peralatan Produksi .........................................................
4.3. Bahan Baku Produksi ..............................................................
4.4. Tenaga Kerja ..........................................................................
4.5. Teknologi ...............................................................................
4.6. Proses Produksi .......................................................................
4.7. Jenis dan Mutu Produksi .........................................................
4.8. Produksi Optimum ..................................................................
4.9. Kendala Produksi ....................................................................
15
15
15
15
16
19
22
22
23
30
30
30
BAB V
ASPEK KEUANGAN ....................................................................
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah ..................................
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan....................................
5.2.1. Karakteristik usaha abon ikan .......................................
5.2.2. Pola usaha dan pembiayaan..........................................
5.2.3. Produk Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS)
Musyarakah ..................................................................
5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan .....................
5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional....................
5.4.1.Biaya Investasi................................................................
5.4.2.Biaya Operasional ..........................................................
5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja ..................
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ................................
5.7. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point (BEP) ........................
5.8. Proyeksi Arus Kas ...................................................................
5.9. Proyeksi Perolehan Nisbah ......................................................
31
31
32
32
33
vi
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
34
36
37
37
38
39
41
41
43
44
BAB VI
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN .......................... 45
6.1 Aspek Sosial Ekonomi ............................................................. 45
6.2 Aspek Dampak Lingkungan .................................................... 45
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 47
7.1 Kesimpulan............................................................................. 47
7.2 Saran ...................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51
DAFTAR WEBSITE ....................................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... 57
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Abon Ikan ..................................................... 12
Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan..................................... 29
DAFTAR FOTO
Foto
Hal
3.1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual ............ 13
4.1. Lemari Penyimpanan (Etalase) sebagai tempat menyimpan produk
yang sudah dikemas dan siap dijual ..................................................... 18
4.2. Proses Penyiangan daging ikan marlin ................................................. 23
4.3. Perebusan Daging Ikan ......................................................................... 24
4.4. Proses Penirisan dan Pengepresan I ....................................................... 25
4.5. Proses pencabikan I .............................................................................. 25
4.6. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penam-bahan
bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan............................................. 26
4. 7. Proses penggorengan ........................................................................... 27
4. 8. Proses pengepresan II ........................................................................... 27
4. 9. Proses Pencabikan II .............................................................................. 28
4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan siap
dijual (ukuran 250 g dan 100 g) ........................................................... 28
viii
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan ..................................
Tabel 4.1. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan Baku
Daging Ikan .................................................................................
Tabel 4.2. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per10 kg Bahan baku
Daging Ikan .................................................................................
Tabel 4.3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100 gram Abon Ikan ...............
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ..........................
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan ..................................................
Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun ............................
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .......................
Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit ..............................................
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun ..................................
Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon ikan ............................................
Tabel 5.8. Kelayakan Usaha Abon Ikan ........................................................
1
21
21
30
36
37
38
39
40
41
42
43
ix
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia.
Sebagian besar wilayah Indonesia berupa perairan dengan luas wilayah laut
mencapai 5,8 juta km2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Potensi perairan
tersebut dapat menghasilkan ± 6,7 juta ton ikan per tahun. Produk Domestik
Bruto (PDB) selama periode 2000-2003, sub sektor perikanan meningkat sebesar
26,04%, jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan PDB total yang sebesar
12,14% (DKP, 2004). Pada 2007, PDB sub sektor perikanan mencapai Rp. 96,8
triliun. Nilai ini memberikan kontribusi ke PDB kelompok pertanian sekitar 17,7%
atau kontribusi terhadap PDB nasional sekitar 2,45% (DKP, 2007). Oleh sebab
itu, perikanan merupakan sub sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan
dalam pembangunan di Indonesia.
Ikan sebagai komoditi utama di sub sektor perikanan merupakan salah satu
bahan pangan yang kaya protein. Manusia sangat memerlukan protein ikan karena
selain mudah dicerna, pola asam amino protein ikan pun hampir sama dengan
pola asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Afrianto dan Liviawaty,
1989). Di samping itu, kadar lemak ikan yang rendah sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia.
Tabel 1. 1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
Komponen
Kandungan air
Protein
Lemak
Mineral dan Vitamin
Kadar (%)
76,00
17,00
4,50
2,52-4,50
Sumber: www.ristek.go.id
1
PENDAHULUAN
Namun demikian, ikan merupakan komoditi yang cepat mengalami
pembusukan (perishable food). Pembusukan disebabkan oleh enzim, baik dari
ikan itu sendiri maupun mikroba dan proses ketengikan (rancidity). Kadar air
ikan segar yang tinggi mempercepat proses perkembangbiakan mikroorganisme
pembusuk yang terdapat di dalamnya. Daya tahan ikan segar yang tidak lama,
menjadi kendala dalam usaha perluasan pemasaran hasil perikanan. Bahkan sering
menimbulkan kerugian besar pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu,
sejak lama masyarakat berusaha melakukan berbagai macam proses pengolahan
pasca panen ikan guna meminimalkan kendala tersebut.
Pada dasarnya proses pengolahan pasca panen ikan bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam daging ikan. Penurunan kadar air ini bisa menghambat
perkembangbiakan mikroorganisme dalam daging ikan sehingga produk olahan
ikan akan memiliki daya tahan lebih lama dibandingkan daging ikan segarnya.
Terdapat bermacam-macam cara pengolahan pascapanen ikan, mulai dari cara
tradisional sampai modern.
Salah satu diantara produk olahan ikan adalah abon ikan. Abon merupakan
produk olahan yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat. Dewan Standarisasi
Nasional (1995) mendefinisikan abon sebagai suatu jenis makanan kering
berbentuk khas yang terbuat dari daging yang direbus, disayat-sayat, dibumbui,
digoreng dan dipres. Pembuatan abon menjadi alternatif pengolahan ikan dalam
rangka penganekaragaman produk perikanan dan mengantisipasi melimpahnya
tangkapan ikan di masa panen.
Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang diberi bumbu,
diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang
relatif lama.1 Sementara menurut Karyono dan Wachid (1982), abon ikan adalah
produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi
dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng,
serta penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap terhadap daging ikan.
1
http://www.ristek.go.id
2
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Seperti halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon ikan cocok pula
dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.
Proses pembuatan abon ikan relatif mudah sehingga bisa langsung dikerjakan
oleh anggota keluarga sendiri. Peralatan yang dibutuhkan pun relatif sederhana
sehingga untuk memulai usaha ini relatif tidak memerlukan biaya investasi yang
besar. Oleh sebab itu, usaha pengolahan abon ikan ini bisa dilakukan dalam skala
usaha kecil. Hal ini membuat usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan
di banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang
melimpah.
Upaya untuk mengembangkan usaha pengolahan abon ikan ini sejalan
dengan upaya menumbuhkembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah). Namun demikian, dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa perbankan
masih kekurangan informasi mengenai kelayakan usaha dan pola pembiayaan yang
cocok bagi usaha ini, maka menjadi kebutuhan mendesak untuk menyediakan
informasi dalam bentuk pola pembiayaan (lending model) usaha kecil untuk usaha
pengolahan abon ikan.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha Abon Ikan
Sejumlah wilayah di Indonesia yang telah mengembangkan agroindustri
abon ikan adalah Jawa Barat (Sukabumi, Indramayu dan Ciamis), DKI Jakarta, Jawa
Tengah (Semarang dan Cilacap), Bali (Jembrana), Kalimantan Tengah (Buntok dan
Barito Selatan), dan Jambi (Tanjung Jabung Timur).2 Pada umunya, pola pengolahan
abon ikan tersebut didominasi oleh pengolahan tradisional dan bersifat industri
rumah tangga (sekitar 68 %).3
Salah satu sentra usaha pengolahan abon ikan yang telah berkembang
sejak awal dekade 1990an adalah sentra usaha pengolahan abon ikan yang
ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok
Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pada saat kunjungan lapangan
dilakukan (tahun 2007), di wilayah tersebut terdapat dua produsen abon ikan
berskala kecil dengan penggunaan teknologi semi-mekanis. Secara garis besar,
peralatan yang digunakan relatif masih sederhana. Pemakaian peralatan semimekanis hanya untuk proses penggilingan, pemarutan dan pengepresan yaitu
berupa : mesin giling, mesin parutan, dan mesin pengepres. Pada umumnya, unitunit usaha abon ikan di sentra-sentra agroindustri sejenis memang berskala kecil
dengan karakteristik yang hampir sama.
Produsen abon ikan di Cisolok Kabupaten Sukabumi di atas, berbentuk
Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan beranggotakan ibu-ibu rumah tangga yang
bertempat tinggal di sekitar lokasi unit usaha. Pendirian unit usaha abon ikan di
wilayah ini diawali dengan pelaksanaan pelatihan pembuatan abon ikan pada
2
3
http://www.brkp.dkp.go.id (29 November 2006)
http://www.brkp.dkp.go.id (5 September 2005)
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
tahun 1988 melalui Dinas Perindustrian Kabupaten Sukabumi. Perkembangan
selanjutnya, kedua KUB tersebut dibina juga oleh sejumlah instansi di Kabupaten
Sukabumi, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan UKM, serta
Dinas Kesehatan.
2.2. Pola Pembiayaan Bank
Informasi dari pengusaha di lokasi penelitian menyebutkan bahwa unit usaha
abon ikan di Cisolok, Sukabumi sudah mendapatkan pinjaman dari perbankan
konvensional. Pinjaman dari bank konvensional dapat berupa pinjaman investasi
maupun pinjaman modal kerja. Tetapi, sampai saat ini kedua produsen tersebut
hanya memperoleh pinjaman Modal Kerja (KMK) dengan menggunakan pola
rekening koran. Pinjaman dengan memanfaatkan fasilitas rekening koran memberi
keleluasaan kepada pengusaha dalam pengaturan cashflow usahanya.
Untuk mendapatkan pinjaman, nasabah harus memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan oleh bank. Diantara prasyarat tersebut adalah: calon nasabah
berusia dewasa (dibuktikan dengan melampirkan KTP), memiliki izin usaha, memiliki
karakter yang baik, dan adanya agunan. Izin usaha yang disyaratkan harus dimiliki
oleh calon nasabah antara lain: Tanda Daftar Industri (TDI), Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Izin Usaha Pengolahan (IUP),
Tanda Daftar Perusahaan (TDP), izin SB/MD dari Dinas Kesehatan, dan Izin Bebas
Gangguan Lingkungan (HO). Sementara itu, agunan pokok yang disyaratkan
adalah usahanya, sedangkan agunan tambahan bisa berupa tanah, bangunan,
dan barang bergerak dengan bukti kepemilikan yang sah.
Pada awal pengajuan pinjaman, nasabah juga harus menanggung biaya
administrasi, yaitu: biaya pengikatan jaminan, biaya notaris, provisi dan asuransi
risiko. Biaya di atas ditanggung oleh calon debitur dan harus dibayar tunai sebelum
pinjaman yang diajukan ditandatangani.
6
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Sumber pembiayaan usaha abon ikan selain dari bank konvesional di atas
juga dapat berasal dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Sehubungan dengan
hal tersebut, pada buku ini akan disampaikan contoh pembiayaan syariah untuk
usaha abon ikan. Salah satu contoh alternatif produk akad pembiayaan syariah
yang digunakan untuk pembiayaan usaha abon ikan adalah Pembiayaan Rekening
Koran Syariah (PRKS) musyarakah dengan menggunakan basis perhitungan nisbah
berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) dan rata-rata pemakaian
rekening koran per bulan.
Secara umum, kriteria yang menjadi pertimbangan bank mengacu pada 5C,
yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral
(jaminan) dan condition (kondisi ekonomi). Disamping itu, prospek pemasaran
dalam usaha juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.
7
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai aspek pasar dan pemasaran dari
usaha pengolahan abon ikan. Aspek pasar akan menyangkut analisis permintaan,
penawaran, serta tingkat persaingan dan peluang pasar. Sementara itu, pada
aspek pemasaran akan dibahas tentang harga, rantai pemasaran, peluang pasar,
dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pemasaran abon ikan.
3.1. Aspek Pasar
3.1.1. Permintaan
Sampai saat ini, belum ada data kuantitatif tentang jumlah konsumsi
masyarakat terhadap abon ikan. Meskipun demikian, dapat diprediksi
bahwa jumlah konsumsi abon relatif tinggi karena makanan olahan ini
banyak digemari oleh masyarakat luas. Ritme kehidupan modern masa kini
yang menuntut segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin
terbatas, semakin memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi
produk-produk makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan.
Proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 231,37 juta
jiwa pada tahun 2009 dan memiliki tren yang akan terus meningkat (BPS,
2009) merupakan suatu potensi pasar yang sangat menjanjikan bagi produk
abon ikan. Hal ini cukup beralasan mengingat akhir-akhir ini terus terjadi
peningkatan rata-rata konsumsi masyarakat terhadap produk olahan ikan
dan udang. Data menyebutkan bahwa pada tahun 2004 rata-rata konsumsi
masyarakat terhadap produk olahan ikan dan udang mencapai 14,75 kalori,
meningkat menjadi 15,31 kalori pada tahun 2005 (BPS, 2005).
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Indikasi peningkatan permintaan tersebut sejalan dengan informasi
dari produsen abon ikan di Cisolok Sukabumi yang menyatakan bahwa
potensi permintaan produk abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi.
Faktor keterbatasan modal kerja membuat produsen tersebut hanya bisa
memenuhi permintaan abon ikan untuk wilayah Sukabumi, Bogor, Jakarta
dan Tangerang. Dengan kata lain, masih banyak permintaan abon ikan di
berbagai wilayah di luar wilayah-wilayah tersebut yang belum terpenuhi. Di
samping itu, bila kendala keterbatasan modal kerja bisa diatasi, sebenarnya
peluang ekspor abon ikan pun masih terbuka lebar.
3.1.2. Penawaran
Usaha abon ikan telah diusahakan di sejumlah daerah yang banyak
menghasilkan ikan, terutama daerah-daerah pantai seperti di Jawa Barat,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah, dan Jambi. Namun
demikian, data mengenai jumlah produksi abon ikan baik di tingkat nasional
maupun daerah belum bisa diperoleh. Sampai saat ini belum ada survei
yang mengidentifikasi jumlah usaha abon ikan baik di tingkat lokal maupun
nasional.
Oleh sebab itu, jumlah penawaran abon ikan hanya bisa didekati
melalui jumlah rata-rata produksi abon secara umum. Data BPS tahun
2005 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata produksi abon yang dihasilkan
industri menengah dan besar, masing-masing adalah 112.060 kg/tahun
dan 2.144,33 kg/tahun. Jumlah rata-rata produksi tersebut tentu masih
jauh di bawah potensi pasar abon yang diprediksi akan terus mengalami
peningkatan, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan
pola konsumsi masyarakat terhadap produk olahan.
10
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Di tengah banyaknya variasi produk olahan ikan, abon ikan merupakan
salah satu produk yang prospektif untuk dikembangkan. Sejauh ini
persaingan antar pengusaha abon ikan belum dirasakan menjadi kendala. Hal
ini karena keterbatasan produksi abon ikan di Indonesia sehingga peluang
pasar abon ikan bisa dikatakan masih sangat besar. Di samping itu, juga
dapat menjadi produk substitusi abon daging serta dapat menjadi komoditi
ekspor. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan suatu peluang bagus, baik
bagi para pengusaha untuk lebih mengembangkan usahanya, maupun bagi
para calon investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor agroindustri
pengolahan abon ikan di berbagai wilayah perairan Indonesia.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga abon ikan di Kabupaten Sukabumi ditentukan oleh para
produsen. Dalam menentukan harga abon ikan tersebut, produsen sangat
mempertimbangkan faktor besarnya biaya produksi, terutama biaya
pengadaan bahan baku yaitu ikan Marlin yang mencapai 69% dari total
biaya produksi langsung. Pada saat dilakukan survei (Bulan Agustus 2007),
harga abon ikan di tingkat produsen di Cisolok Sukabumi adalah Rp 70.000,per kg. Harga produsen ini berlaku untuk semua jalur distribusi pemasaran
produk. Sementara itu, harga di tingkat konsumen relatif bervariasi, mulai
Rp 70.000,- sampai dengan Rp 90.000,- per kg. Biasanya semakin jauh
lokasi konsumen dari lokasi perusahaan, maka harga abon ikan di tingkat
konsumen akan semakin mahal.
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.2.2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran menggambarkan bagaimana suatu produk
didistribusikan sehingga bisa sampai kepada konsumennya. Ada paling tidak
tiga jalur distribusi produk abon ikan dari produsen ke konsumen, yaitu :
1. Dibeli langsung konsumen ke lokasi produsen (±10%)
Konsumen yang biasanya membeli langsung di pabrik antara lain :
masyarakat sekitar, konsumen langganan, rombongan tamu sejumlah
instansi, dan para wisatawan yang berwisata di pantai sekitar unit
usaha.
2. Dijual oleh produsen kepada toko pengecer lokal (±10%)
Sejumlah tempat yang bisa menjadi tempat penjualan abon ikan adalah
toko pengecer, pasar swalayan, hotel, restoran, terminal, dan tempattempat wisata di kota/kabupaten setempat. Pada jalur distribusi ini,
produk abon ikan diantar pihak produsen ke sejumlah tempat tersebut
dengan biaya transportasi ditanggung oleh produsen.
3. Dijual oleh produsen ke pedagang besar/perantara di luar kota (±80%)
Penjualan diawali dengan tahap pemesanan (partai besar) oleh pedagang
besar/perantara langganan. Kemudian pihak produsen akan mengantar
langsung produk abon ikan ke lokasi pedagang dengan biaya transportasi
ditanggung sepenuhnya oleh pihak pedagang besar yang bersangkutan.
Produsen
Pedagang Besar
Toko Pengecer
Gambar 3.1. Rantai Pemasaran Abon ikan
12
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Konsumen
Usaha Abon Ikan
Sedang untuk cara pembayaran, secara umum ada dua sistem
pembayaran. Bagi konsumen yang langsung datang ke lokasi unit usaha,
sistem pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan sistem pembayaran
oleh pengecer lokal dan pedagang besar/perantara dari luar kota dilakukan
dengan sistem sebagai berikut : 50% dibayar pada saat produk dikirim dan
sisanya (50%) dibayar pada saat produk sudah terjual. Biasanya, jangka
waktu pembayaran paling lama dengan sistem ini adalah 1,5 bulan sejak
produk dikirim.
Foto 3. 1. Abon ikan dalam kemasan 250 dan 100 gram yang siap dijual
3.2.3. Kendala Pemasaran
Konsumen abon ikan sering mengeluhkan tentang ketidaktersediaan
produk di pasaran. Sejumlah konsumen juga menginginkan abon ikan
dengan rasa manis-pedas, tekstur halus dengan aroma tidak terlalu khas
ikan, tekstur halus, kemasan dalam toples, dan lain-lain (Wijaya, 2007).
Lebih lanjut Wjaya (2007) menyatakan bahwa terkait dengan keinginan
konsumen tersebut, kedua produsen Cisolok Sukabumi hanya memproduksi
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
satu jenis rasa, yaitu rasa manis dengan kemasan plastik berukuran 100
gram dan 250 gram. Sedangkan dari sisi tekstur abon, terkadang abon ikan
yang dihasilkan tersebut bertekstur halus dan terkadang kasar (produk tidak
standar). Hal ini tentu berbeda dengan umumnya produk abon dari daging,
seperti abon sapi, yang telah mempunyai berbagai variasi rasa, warna dan
kemasan sesuai dengan preferensi konsumen. Kondisi ini menjadi salah
satu kendala terhambatnya pemasaran produk abon ikan. Dukungan akses
teknologi dan akses modal diharapkan dapat menjadi pemacu untuk makin
berkembangnya industri olahan abon ikan.
14
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
BAB IV
ASPEK PRODUKSI
Aspek produksi ini akan menjelaskan mengenai lokasi usaha, fasilitas
produksi dan peralatan, bahan baku, tenaga kerja, teknologi, proses produksi,
jenis dan mutu produksi, produksi optimum, serta kendala produksi.
4.1
Lokasi Usaha
Tahap penting dalam memulai suatu usaha adalah pemilihan lokasi tempat
usaha akan didirikan. Pertimbangan penetapan lokasi usaha didasarkan pada
faktor kedekatan letak dari sumber bahan baku, akses pasar terhadap produk
yang dihasilkan, ketersediaan tenaga kerja, air bersih, sarana transportasi dan
telekomunikasi.
Lokasi usaha pengolahan produk ikan sebaiknya terdapat di daerah-daerah
yang dekat kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan, terutama Tempat
Pelelangan Ikan (TPI). Kondisi tersebut akan mempermudah proses penyediaan
bahan baku ikan, mengingat sifat ikan yang mudah rusak, serta bisa mengurangi
biaya transportasi dalam penyediaan bahan baku.
4.2
Fasilitas Produksi dan Peralatan
4.2.1 Fasilitas Produksi
Proses produksi abon ikan tidak memerlukan tempat usaha tersendiri
yang spesifik. Oleh karena itu, proses produksi bisa dilakukan dalam skala
rumah tangga, selama memiliki sejumlah peralatan produksi yang diperlukan.
Sebagai contoh unit usaha yang dijadikan sampel selama survei lapangan
15
ASPEK PRODUKSI
hanya memiliki luas bangunan seluruhnya 75 m². Bangunan seluas itu,
mempunyai fasilitas produksi antara lain ruang produksi, ruang pencucian,
serta ruang mesin dan peralatan produksi.
4.2.2 Peralatan Produksi
Abon ikan dapat diproduksi dengan alat yang sederhana maupun
dengan peralatan semi mekanik. Alat-alat sederhana yang bisa digunakan
untuk pembuatan abon ikan adalah :
1. Badeng
Alat ini digunakan sebagai wadah dalam proses perebusan daging
ikan.
2. Wajan dan sodet
Alat ini digunakan pada proses penggorengan abon ikan dan bawang
merah.
3. Tungku
Alat ini digunakan sebagai tempat pembakaran kayu bakar selama
proses perebusan daging ikan serta penggorengan abon ikan dan
bawang merah.
4. Pisau
Alat ini digunakan untuk menyiangi dan memotong ikan, serta mengupas
dan mengiris bawang.
5. Tampah
Alat ini digunakan sebagai tempat mencampur bumbu dengan daging
ikan yang telah dicabik-cabik.
6. Garpu besar
Alat ini digunakan untuk mencabik dan menghaluskan abon yang telah
digoreng dan direbus.
7. Baskom plastik besar
16
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Alat ini digunakan sebagai wadah selama pencucian ikan.
Baskom plastik kecil
Alat ini digunakan sebagai tempat bumbu-bumbu yang akan
dicampurkan.
Ember plastik
Alat ini digunakan sebagai wadah untuk membawa air untuk merebus
daging ikan.
Saringan kelapa
Alat ini digunakan untuk menyaring santan kelapa.
Blong (kantong plastik besar).
Alat ini digunakan sebagai wadah tempat menyimpan sementara abon
ikan sebelum dikemas dan dipasarkan.
Plastik kemasan (ukuran 100 g dan 250 g)
Digunakan untuk mengemas produk abon ikan siap jual.
Timbangan duduk ukuran 2 kg
Alat ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembantu dan
abon ikan yang akan dikemas.
Timbangan gantung ukuran 25 kg
Alat ini digunakan untuk menimbang ikan yang akan dijadikan bahan
baku.
Ayakan (Tray)
Alat ini digunakan untuk meniriskan daging ikan yang telah direbus.
Lemari penyimpanan (Etalase).
Alat ini digunakan sebagai tempat menyimpan abon ikan yang telah
dikemas.
17
ASPEK PRODUKSI
Foto 4. 1. Lemari penyimpanan (Etalase) sebagai tempat
menyimpan produk yang sudah dikemas dan siap dijual
Sementara itu, sejumlah peralatan semi-mekanik yang biasa digunakan
dalam proses pembuatan abon ikan, antara lain adalah:
1. Mesin pengepres
Mesin ini digunakan untuk membuang air dalam daging ikan yang telah
direbus (pengepresan I), serta membuang minyak goreng dari bakal abon ikan
yang telah digoreng (pengepresan II).
2. Mesin parutan
Mesin ini digunakan untuk memarut kelapa dan lengkuas.
3. Sealer (alat pengemas).
Alat ini digunakan dalam proses pengemasan produk abon ikan.
18
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
4.3. Bahan Baku Produksi
Bahan baku yang cocok digunakan dalam pembuatan abon ikan adalah ikan
berdaging tebal juga harus memiliki serat kasar dan tidak mengandung banyak
duri. Sejumlah spesies ikan yang memenuhi kriteria tersebut adalah: Marlin/
Jangilus (Istiophorus sp), Tuna, Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan
Cucut. Spesies-spesies ikan ini umumnya dapat ditangkap sepanjang tahun oleh
nelayan dengan alat tangkap pancing di perairan laut dalam. Beberapa spesies
ikan air tawar pun bisa digunakan, misalnya: Nila dan Gabus. Sedangkan ciri-ciri
fisik yang harus dimiliki daging ikan yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan
abon ikan adalah dalam kondisi segar, warna dagingnya cerah, dagingnya terasa
kenyal, dan tidak berbau busuk.
Pada unit usaha di lokasi penelitian Cisolok Sukabumi, bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus (Istiophorus
sp). Alasan pemilihan Ikan Marlin sebagai bahan baku dalam produksi abon ikan
adalah karena daging jenis ikan ini memiliki serat yang lebih panjang dan warna
yang lebih cerah, bila dibanding dengan daging ikan lainnya. Sebaliknya, ikan
Marlin yang digunakan sebagai bahan baku abon ikan memiliki berat di atas 100
kg. Ikan dengan ukuran tersebut akan meminimalkan bagian ikan yang ’terbuang’
pada saat proses penyiangan daging ikan. Pada saat survei, harga beli ikan Marlin
adalah Rp 18.000 per kg.
Pengadaan bahan baku usaha pengolahan abon ikan di Cisolok Sukabumi
diperoleh dari TPI terdekat, yaitu TPI Pajagan dan TPI Pelabuhan Ratu. Namun,
bila bahan baku tidak tersedia di kedua TPI tersebut, maka bahan baku masih
bisa diperoleh dari TPI Binuangeun (Banten), TPI Muara Angke dan Muara
Baru (Jakarta). Proses pembelian bahan baku biasanya dilakukan dengan cara
melakukan pemesanan terlebih dahulu dari sejumlah TPI, kemudian pemasok akan
mengantarkan langsung bahan baku tersebut ke lokasi produksi dengan biaya
pengiriman sepenuhnya ditanggung oleh pemasok. Sistem pembayaran bahan
baku biasanya dengan sistem 50 persen dibayar pada saat pasokan tiba dan 50
persen lagi setelah produk abon ikan terjual.
19
ASPEK PRODUKSI
Sistem pembayaran bahan baku seperti ini bisa dilakukan karena sudah
lamanya kerjasama yang dilakukan pihak produsen dengan para pemasoknya.
Seperti dalam proses pembuatan produk olahan makanan lainnya, dalam
pembuatan abon ikan pun digunakan bahan-bahan pembantu (bumbu-bumbu).
Fungsi bahan-bahan pembantu tersebut adalah sebagai penyedap rasa dan zat
pengawet alami bagi produk abon ikan yang dihasilkan.
Sejumlah bahan pembantu yang biasa digunakan dalam pembuatan abon
adalah rempah-rempah, gula, garam dan penyedap rasa. Jenis rempah-rempah
yang digunakan adalah bawang putih, ketumbar, lengkuas, sereh dan daun
salam. Gula yang digunakan adalah gula pasir. Gula pasir dapat memberikan
rasa lembut sehingga dapat mengurangi terjadinya pengerasan. Sementara garam
yang digunakan sebagai bumbu adalah garam dapur. Di samping sebagai bumbu,
garam dapur pun berfungsi sebagai bahan pengawet karena kemampuannya untuk
menarik air keluar dari jaringan. Bawang putih mempunyai aktivitas anti mikroba.
Senyawa allicin dalam bawang putih berperan memberikan aroma khas, serta
memiliki kemampuan merusak protein kuman penyakit sehingga kuman tersebut
mati. Sementara itu, penyedap rasa berfungsi untuk menambah kenikmatan rasa
abon ikan yang dihasilkan.
Sejumlah literatur atau penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan
komposisi bahan-bahan dalam pembuatan abon ikan. Salah satu publikasi tersebut
disajikan pada Tabel 4.1 di bawah.
20
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Tabel 4. 1. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per 10 kg Bahan Baku Daging Ikan
Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)
Jumlah
Satuan
Bawang Merah
150
gram
Bawang Putih
100
gram
Ketumbar
10.0
gram
Irisan Lengkuas
3
iris
Daun Salam
10
lembar
Serei
3.0
tangkai
Gula Pasir
700
gram
Asam Jawa
6
mata
Kelapa
10
butir
Sumber: www.ristek.go.id
Komposisi bahan-bahan pembantu yang digunakan oleh kedua produsen
abon ikan di Cisolok Sukabumi disajikan dalam Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4. 2. Komposisi Bahan-bahan Pembantu Per 10 kg
Bahan baku Daging Ikan
Jenis Bahan Pembantu (Bumbu)
Jumlah
Satuan
Gula Pasir
2
Kg
Lengkuas
0.5
Kg
Ketumbar
250
gram
Bawang Putih
150
gram
Bawang Merah
0.5
Kg
MSG
16
gram
Garap Dapur
700
gram
Garam Rebus
2
Kg
Kelapa
2
butir
Serei
2
Batang
Daun Salam
5
helai
Sumber: Data Primer diolah (2007)
21
ASPEK PRODUKSI
4.4. Tenaga Kerja
Jenis teknologi yang digunakan dalam industri abon ikan umumnya
sederhana dan sangat mudah penguasaannya. Oleh karena itu, industri ini
tidak menuntut prasyarat tenaga kerja berpendidikan formal, tetapi lebih
mengutamakan keterampilan khusus dalam pengolahan abon ikan. Kebutuhan
tenaga kerja dengan spesifikasi tersebut bisa dipenuhi oleh pria atau wanita yang
telah mengikuti pelatihan dan/atau magang di unit usaha sejenis.
Pada skala usaha abon ikan yang disurvei, dengan kapasitas produksi
60 kg produk abon per hari, jumlah tenaga kerja yang digunakan terdiri dari 1
orang pimpinan perusahaan, 6 orang tenaga kerja produksi dan 1 orang tenaga
administrasi. Jumlah tenaga kerja produksi sangat tergantung dari skala produksi,
sedangkan tenaga adminstrasi jumlahnya relatif tetap. Sistem pengupahan tenaga
kerja produksi adalah upah harian sebesar Rp 25.000,– per hari. Sementara itu,
pimpinan perusahaan dan tenaga administrasi digaji bulanan, masing-masing
sebesar Rp 1.500.000,– dan Rp 700.000,– per bulan.
4.5. Teknologi
Penentuan pilihan teknologi yang akan diterapkan sangat tergantung
kepada skala unit usaha yang akan didirikan. Beberapa patokan umum yang dapat
dipakai dalam pemilihan teknologi adalah : seberapa jauh derajat mekanisasi
yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, keberhasilan pemakaian
teknologi di tempat lain, serta kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian
teknologi.
Produsen abon ikan pada umumnya termasuk kategori usaha berskala mikro
- kecil dan bersifat padat tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan
faktor produksi utama dalam proses produksi abon ikan. Ini mengingat beberapa
tahap produksi abon ikan sangat mengandalkan tenaga manusia. Dengan
22
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
demikian, alternatif jenis teknologi yang disarankan untuk digunakan adalah
teknologi kombinasi antara peralatan tradisional dan semi-mekanik.
4.6. Proses Produksi
Proses produksi abon ikan relatif sederhana dan mudah dilakukan. Secara
umum, proses produksi abon ikan, mulai dari tahap pengadaan bahan baku ikan
sampai tahap pengemasan abon ikan, adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah ikan Marlin yang masih utuh dan segar,
untuk selanjutnya dilakukan proses penyiangan.
2. Penyiangan Bahan baku
Pada proses penyiangan yaitu pemotongan ikan dan pencucian daging ikan,
maka bagian kepala, isi perut dan sirip ikan dibuang. Daging ikan hasil tahap
penyiangan sebaiknya direndam dalam air yang dicampur dengan air cuka.
Kadar air cuka yang dipakai adalah ±2%. Ini dilakukan untuk membuat bau
amis hilang. Proses penyiangan dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah.
Foto 4.2. Proses Penyiangan daging Ikan Marlin
23
ASPEK PRODUKSI
3. Perebusan
Potongan ikan yang telah direndam dalam air cuka kemudian disusun ke dalam
badeng dan direbus selama 30 – 60 menit. Proses perebusan akan dihentikan
setelah daging ikan menjadi lunak. Selama proses perebusan tersebut juga
ditambahkan daun salam dan garam rebus.
Foto 4. 3. Perebusan Daging Ikan
4. Pengepresan I
Ikan yang telah direbus kemudian dipres dengan mesin pengepres. Sebelum
dipres, daging ikan tersebut sebaiknya ditiriskan terlebih dahulu sekitar 5 – 10
menit.
Tahap pengepresan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daging ikan
yang telah direbus. Makin sedikit kadar air yang dikandung dalam daging, maka
akan makin baik pula serat-serat daging yang dihasilkan.
24
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Foto 4. 4. Proses Penirisan dan Pengepresan I
5. Pencabikan I
Setelah daging ikan dipres, kemudian dilakukan proses pencabikan sampai
menjadi serat.-serat. Proses ini bisa dilakukan dengan tangan atau dengan
mesin pencabik (giling).
Foto 4. 5. Proses pencabikan I
25
ASPEK PRODUKSI
6. Pemberian Bumbu dan Santan
Pada tahap ini, serat-serat daging hasil pencabikan ditambahkan bahan-bahan
pembantu (bumbu-bumbu). Bumbu-bumbu yang ditambahkan terdiri dari:
bawang putih, ketumbar, lengkuas yang telah diparut dengan mesin parutan,
gula pasir, garam dapur dan santan kelapa. Proses pembumbuan dapat dilihat
pada Foto 4.6.
Foto 4. 6. Proses penyiangan dan pemarutan lengkuas, serta penambahan
bumbu-bumbu ke serat-serat daging ikan
7. Penggorengan
Setelah bumbu-bumbu tercampur secara merata dalam serat-serat daging ikan,
kemudian dilakukan penggorengan ±60 menit. Selama proses penggorengan,
secara terus menerus dilakukan pengadukan agar abon ikan yang dihasilkan
matang secara merata dan bumbu-bumbu dapat meresap dengan baik. Tahap
penggorengan ini akan dihentikan setelah serat-serat daging yang digoreng
sudah berwarna kuning kecoklatan. Proses penggorengan dapat dilihat pada
Foto 4.7.
26
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Foto 4. 7. Proses penggorengan
8. Pengepresan II
Tahap produksi berikutnya adalah pengepresan kembali serat-serat daging
ikan yang telah digoreng. Proses pengepresan tahap kedua ini bertujuan untuk
mengurangi kadar minyak pasca proses penggorengan.
Foto 4. 8. Proses pengepresan II
27
ASPEK PRODUKSI
9.
Pencabikan II
Setelah dipres, kemudian dilakukan pencabikan tahap kedua agar tidak terjadi
penggumpalan. Proses pencabikan tahap kedua ini akan dihentikan setelah
terbentuk produk akhir berupa abon ikan dengan tekstur yang seragam.
Proses pencabikan II dapat dilihat pada Foto 4.9.
Foto 4. 9. Proses Pencabikan II
10. Pengemasan
Pada tahap akhir produksi dilakukan pengemasan abon ikan. Jika pengemasan
tidak langsung dilakukan, maka produk abon ikan akan disimpan terlebih
dahulu dalam kantung plastik besar (blong) di gudang penyimpanan, sebelum
dilakukan pengemasan (Foto 4.10).
Foto 4.10. Abon ikan curah di gudang penyimpanan dan dalam kemasan
siap dijual (ukuran 250g dan 100 g)
28
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali produksi abon ikan dengan
kapasitas 150 kg bahan baku ikan Marlin, yaitu mulai dari tahap penyiangan ikan
sampai ke tahap pengemasan adalah satu hari kerja. Diagram alir proses produksi
abon ikan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah.
Bahan Baku Ikan Marlin
Penyiangan Bahan Baku
Perebusan Daging Ikan (30-60 menit)
Pengepresan I
Pencabikan I
Penambahan Bumbu Santan
Penggorengan
Pengepresan II
Pencabikan II
Abon Ikan
Penambahan dan Pengadukan dengan Bawang Goreng (optional)
Pengemasan
Gambar 4. 1. Diagram Alir Proses Produksi Abon ikan
29
ASPEK PRODUKSI
4.7. Jenis dan Mutu Produksi
Jenis produk yang dihasilkan adalah abon ikan yang dijual dalam kemasan
100 gram (60 persen) dan kemasan 250 gram (40 persen). Tabel 4.3 di bawah
menyajikan komposisi kandungan gizi dalam 100 gram abon ikan.
Tabel 4. 3. Komposisi Kandungan Gizi dalam 100
gram Abon Ikan
No
Zat
Kandungan
(gram)
1
Air
4,13
2
Lemak
24,31
3
Karbohidrat
13,41
4
Protein
31,22
5
Mineral
15,87
Sumber: Suryati dan Dirwana (2007)
4.8. Produksi Optimum
Kapasitas produksi optimal adalah ± 5 : 3, yaitu bahan baku dibanding hasil
produksi. Sebagai contoh untuk 10 kg bahan baku ikan Marlin, yang dicampur
dengan bahan-bahan pembantu, akan diperoleh hasil sekitar 4 kg abon ikan
(rendemen ± 40 persen).
4.9. Kendala Produksi
Kendala produksi yang sangat dirasakan oleh pengusaha abon ikan adalah
kontinuitas penyediaan bahan baku. Meskipun bahan baku yaitu ikan Marlin dapat
didatangkan dari TPI yang lain, tetapi mengingat sifat bahan baku yang mudah
busuk dan persyaratan produksi dengan bahan baku yang segar, dapat berpotensi
pada penurunan kualitas. Untuk mengatasi hal ini, seyogyanya produsen abon
ikan melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada nelayan pemasok langganan
di TPI-TPI di sekitarnya, minimal satu minggu sebelum proses produksi dilakukan.
30
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Analisis aspek keuangan diperlukan untuk membantu pihak Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama
kemampuan pengusaha untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh dari
LKS. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan
dan pengelolaan usaha abon ikan.
5.1. Fleksibilitas Produk Pembiayaan Syariah
Berbeda dengan produk pembiayaan konvensional yang hanya mengenal
satu macam produk yaitu pembiayaan dengan sistem perhitungan suku bunga, pola
syariah mempunyai keragaman produk pembiayaan dan perhitungan keuntungan
(perolehan hasil) yang fleksibel.
Keragaman produk syariah tersebut, diantaranya mudharabah, musyarakah,
salam, istishna, ijarah dan murabahah (lampiran 1). Dari produk tersebut, setiap
produk juga masih mempunyai turunannya. Oleh karena itu, pada pola pembiayaan
syariah satu usaha bisa memperoleh pembiayaan lebih dari satu macam produk.
Adapun untuk menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan bisa
menggunakan sistem margin atau nisbah bagi hasil. Margin merupakan selisih
harga beli dengan harga jual sebagai besar keuntungan yang diharapkan. Nisbah
bagi hasil adalah proporsi keuntungan yang diharapkan dari suatu usaha. Pada
perhitungan nisbah bagi hasil dapat menggunakan metode bagi untung dan rugi
(profit and loss sharing/PLS) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing).
Pada profit sharing, nisbah bagi hasil diperhitungkan setelah dikurangi seluruh
biaya (keuntungan bersih). Sementara pada revenue sharing, perhitungan nisbah
berbasis dari pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya operasionalnya.
31
ASPEK KEUANGAN
Keragaman produk pembiayaan dan perhitungan tingkat keuntungan ini
dapat memberi keluwesan/fleksibilitas baik untuk pihak LKS maupun pengusaha
guna memilih produk pembiayaan yang sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya masing-masing. Bagi pihak LKS, pemilihan ini dipengaruhi oleh
tingkat kepercayaan dan tingkat risiko terhadap nasabah dan usahanya. Sehingga
bisa terjadi untuk usaha yang sama, LKS menetapkan produk pembiayaan maupun
besaran margin atau nisbah per nasabah yang berbeda.
5.2. Pemilihan Pola Usaha dan Pembiayaan
5.2.1. Karakteristik usaha abon ikan
Potensi laut di Indonesia mendukung perkembangan usaha abon ikan,
karena bahan baku ikan dapat tersedia yaitu utamanya ikan jenis Marlin/
Jangilus (Istiophorus sp), atau dapat juga digantikan dengan ikan Tuna,
Cakalang, Ekor Kuning, Tongkol, Tengiri, dan Cucut. Pada dasarnya ikan
berdaging tebal dan harus memiliki serat kasar serta tidak mengandung
banyak duri dapat digunakan untuk bahan baku abon ikan. Sejauh ini,
berdasarkan informasi dari responden penelitian, bahan baku tidak terlalu
sulit untuk dipenuhi, terlebih lokasi usaha dikelilingi oleh beberapa TPI yang
dapat memasok bahan baku ikan, hanya kuantitasnya yang berfluktuasi
dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Dengan demikian mengacu
pada ketersedian bahan baku, keberlanjutan usaha abon ikan relatif dapat
dijalankan. Selain itu, usaha abon ikan dapat dilakukan baik dengan peralatan
sederhana maupun dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, usaha abon
ikan dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun industri.
Sedangkan untuk pasar abon ikan meskipun belum ada dokumentasi
secara statistik namun dapat diprediksikan meningkat. Indikasi peningkatan
permintaan tersebut sejalan dengan informasi dari produsen abon ikan di
32
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Cisolok Sukabumi yang menyatakan bahwa potensi permintaan produk
abon ikan sebenarnya relatif masih tinggi karena pesanan yang ada tidak
dapat semua dipenuhi meskipun sudah meningkatkan volume produksinya.
Selain itu, mengingat ritme kehidupan modern masa kini yang menuntut
segala sesuatu yang serba cepat dan waktu yang semakin terbatas, semakin
memperkuat alasan prospektifnya permintaan pasar bagi produk-produk
makanan olahan siap saji, termasuk abon ikan. Dengan demikian, merujuk
pada potensi pasarnya, maka usaha pengolahan abon ikan memiliki prospek
untuk dikembangkan.
5.2.2. Pola usaha dan pembiayaan
Kebutuhan modal pembiayaan untuk usaha abon ikan terdiri dari dua
komponen biaya yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Pada contoh
pola pembiayaan usaha abon ikan ini komponen biaya yang dibiayai adalah
modal kerja. Sedangkan pola pembiayaan yang akan digunakan adalah
Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) musyarakah.
Rujukan penggunaan akad PRKS Musyarakah dilandasi pertimbangan
sebagai berikut:
1. Kebutuhan modal kerja untuk usaha abon ikan relatif berfluktuasi
tergantung pada musim ikan dan permintaan konsumen.
2. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika pembiayaan yang diperoleh
mempunyai fasilitas rekening koran, dengan demikian nasabah dapat
memanfaatkan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan usahanya.
3. Terkait dengan sistem bagi hasil, akad musyarakah merupakan salah satu
bentuk pembiayaan yang relatif mudah untuk diterapkan kepada nasabah
UMKM. Hal ini karena pada akad musyarakah baik pengusaha maupun
perbankan mempunyai kontribusi modal sehingga risiko ditanggung oleh
kedua belah pihak.
33
ASPEK KEUANGAN
4. Perhitungan nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan besarnya realisasi
pemanfaatan pembiayaan (saldo rata-rata RKS) oleh nasabah dan realisasi
penjualan produk abon ikan. Dengan demikian, baik pihak bank maupun
nasabah mempunyai kontrol terhadap dinamika perkembangan usaha
melalui pematauan penggunaan PRKS bagi bank dan laporan penjualan
produk bagi nasabah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka pada contoh
PRKS musyarakah abon ikan, kebutuhan modal kerja dihitung untuk satu
kali produksi dengan jangka waktu pembiayaan selama satu tahun yang
kemudian dapat diperpanjang lagi sepanjang kinerja pembiayaannya baik
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh bank syariah bersangkutan.
Pihak perbankan sendiri, dalam pemberiaan pembiayaan dengan
pola musyarakah kepada nasabah dilakukan secara selektif, yang biasanya
diseleksi melalui pendekatan penilaian track record pembiayaan sebelumnya.
Lazimnya, sebelum memperoleh akad musyarakah, perbankan memberikan
pembiayaan akad murabahah terlebih dulu untuk dapat lebih mengenal
baik usaha maupun karakter nasabahnya. Ini mengingat faktor penting yang
mendasari akad musyarakah adalah ‘kepercayaan’. Hal ini karena perhitungan
bagi hasil bersumber pada laporan keuangan/pengakuan pendapatan yang
diterima (revenue sharing) atau keuntungan yang diperoleh (profit sharing)
oleh nasabah. Hal kritikal adalah ketika realisasi penjualan/keuntungan lebih
besar dari perkiraan bank, di sinilah kepercayaan nasabah sangat memegang
peranan.
5.2.3. Produk Pembiayaan Rekening Koran Syariah
(PRKS) Musyarakah
Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu bentuk
pembiayaan rekening koran yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah.
Sesuai Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang
34
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah, Pembiayaan Rekening
Koran Syariah (PRKS) Musyarakah dilakukan berdasarkan akad musyarakah
dan boleh disertai dengan wa’d.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tentang
Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah antara lain mengatur halhal sebagai berikut:
1. Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) adalah suatu bentuk
pembiayaan rekening koran yang dijalankan berdasarkan prinsip
syari’ah.
2. Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS) Musyarakah dilakukan
berdasarkan akad musyarakah dan boleh disertai dengan wa’d, yaitu
kesepakatan atau janji dari satu pihak (LKS) kepada pihak lain (nasabah)
untuk melaksanakan sesuatu;
3. LKS dan nasabah bertindak selaku mitra (syarik), yang masing-masing
berkewajiban menyediakan modal dan kerja. LKS boleh mewakilkan
kepada nasabah dalam melaksanakan usaha sepanjang disepakati pada
saat akad.
4. Nisbah bagi hasil untuk masing-masing pihak disepakati pada saat akad.
5. Dasar perhitungan bagi hasil boleh menggunakan jumlah dana yang
telah terpakai dan keuntungan yang diperoleh dari usaha.
LKS boleh memberikan sebagian keuntungan yang diperolehnya
kepada nasabah.
35
ASPEK KEUANGAN
5.3. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Pada analisis aspek keuangan digunakan asumsi-asumsi yang disesuaikan
dengan kondisi pada saat survei lapangan di Cisolok Kabupaten Sukabumi (Bulan
Agustus 2007), serta berdasarkan hasil perhitungan pada aspek-aspek sebelumnya.
Asumsi-asumsi yang dijadikan dasar perhitungan tersebut terangkum dalam tabel
5.1.
Tabel 5. 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
No
Asumsi
Jumlah/
Nilai
Satuan
Keterangan
5
tahun
Periode 5 tahun
1
Periode proyek
2
Jumlah hari kerja per bulan
20
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Rata-rata Skala Produksi per hari
a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan
40
%
b. Produksi abon per hari
60
kg
150
kg
a. Dijual di pabrik
10
%
b. Dijual ke pengecer lokal
10
%
c.Dijual kepada pedagang besar
80
%
a. Kemasan 100 gram
60
%
b. Kemasan 250 gram
40
%
c. Bahan baku ikan per hari
5
6
Komposisi pemasaran produk
Komposisi jenis produk menurut kemasan
7
Harga jual produk di tingkat produsen
70,000
Rp/kg
8
Harga bahan baku Ikan Marlin
18,000
Rp/kg
9
Expected return of Bank *)
Keterangan:
*) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
36
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
14%
%
Dari total produksi
Efektif
Usaha Abon Ikan
5.4. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional
5.4.1. Biaya Investasi
Biaya investasi untuk usaha abon ikan terdiri dari: biaya perizinan,
sewa tanah dan bangunan, serta pembelian mesin/peralatan produksi
dan peralatan pendukung lainnya. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan
dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha
pengolahan abon ikan disajikan pada Tabel 5.2 di bawah.
Biaya perizinan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh surat-surat izin antara lain Surat Izin Usaha Pengolahan (SIUP),
P-IRT dari Departemen Kesehatan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan
hukum KUB, dan Sertifikat Halal. Masa berlaku masing-masing surat izin
tersebut bervariasi. Total biaya perizinan yang dibutuhkan adalah sebesar
Rp2.450.000,–. Sewa tanah dan bangunan dilakukan untuk jangka waktu
lima (5) tahun. Pada tahun-tahun tertentu juga dilakukan reinvestasi untuk
pembelian mesin atau peralatan produksi yang umur ekonomisnya kurang
dari lima (5) tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun nol (0)
adalah Rp 26.100.000,–. Kebutuhan dana investasi ini dipenuhi dari dana
sendiri dan kredit investasi dari lembaga keuangan formal seperti bank.
Tabel 5. 2. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan
No
Jenis Biaya
Nilai
Penyusutan/ tahun
1
Perizinan
2,450,000
2
Sewa tanah dan bangunan
10,000,000
3
Mesin/Peralatan Produksi
12,700,000
2,760,000
4
Peralatan lain
950,000
160,000
26,100,000
2,920,000
Jumlah
37
ASPEK KEUANGAN
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah pembelian mesin/
peralatan produksi serta sewa tanah dan bangunan yang mencapai 87%
dari total biaya investasi. Sisanya adalah biaya investasi untuk pembelian
peralatan pendukung dan pengurusan perizinan.
5.4.2. Biaya Operasional
Biaya operasional terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Komponen
biaya variabel mencakup biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan
pendukung, biaya tenaga kerja produksi, biaya makan tenaga kerja produksi
dan biaya transportasi. Sementara itu, komponen biaya tetap terdiri dari
biaya overhead pabrik (BOP) serta biaya administrasi dan umum.
Total biaya operasional untuk satu tahun produksi adalah sebesar
Rp937.870.500,–. Biaya bahan baku dan bahan pembantu menyerap 88%
dari total biaya operasional tersebut.
Tabel 5. 3. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan per Tahun
No
Jenis Biaya
Nilai (Rp)
A. Biaya Variabel
Bahan Baku
648.000.000
Bahan Pembantu
172.926.000
Bahan Pendukung
32.892.000
Tenaga Kerja Produkso
44.400.000
Biaya Trasportasi
6.000.000
Sub Total
904.218.000
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
33.232.500
Biaya Administrasi & Umum
360.000
Sub Total
33.652.500
Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
937.870.500
B. Biaya Tetap
38
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
5.5. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
Besarnya kebutuhan modal kerja dihitung berdasarkan kebutuhan dana
awal untuk satu kali siklus produksi. Usaha pembuatan abon ikan mempunyai
siklus produksi (lama waktu yang diperlukan dari pembelian bahan baku sampai
pembayaran terlama dari penjualan produk) kurang lebih selama 1,5 bulan.
Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah :
Kebutuhan modal kerja
= (siklus produksi/bulan kerja dalam setahun) x biaya
operasional selama 1 tahun
= (1/8) x Rp 937.870.500 = Rp 117.233.813,–
Sumber dana untuk mencukupi kebutuhan modal kerja diasumsikan berasal
dari dana pengusaha sendiri dan dari bank syariah. Pada usaha abon ikan ini
akad yang digunakan adalah akad Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS)
musyarakah. Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha abon ikan dengan
akad PRKS musyarakah disajikan dalam tabel 5.4 di bawah.
Tabel 5. 4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja
No
1
2
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
Dana investasi yang bersumber dari
a. Pembiayaan
-
b. Dana sendiri
26,100,000
Jumlah dana investasi
26,100,000
Dana modal kerja yang bersumber dari
a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
27,233,813
Jumlah dana modal kerja
117,233,813
39
ASPEK KEUANGAN
3
Total dana proyek yang bersumber dari
a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
53,333,813
Jumlah dana proyek
143,333,813
Jangka waktu pembiayaan modal kerja diasumsikan selama 1 (satu) tahun,
dapat diperpanjang jika sudah jatuh tempo sepanjang kinerja pembiayaannya
bagus (sesuai dengan kriteria bank bersangkutan). Perhitungan nisbah dilakukan
berdasarkan pengakuan pendapatan (revenue sharing) yang disepakati oleh kedua
belah pihak dan rata-rata pemakaian rekening koran. Hasil perhitungan selanjutnya
dituangkan dalam berita acara bagi hasil dan dilakukan setiap bulan.
Besarnya nisbah bank dengan mempertimbangkan asumsi expected return
bank sebesar 14% dan proyeksi penjualan usaha abon ikan dalam 1 tahun sebesar
Rp 1.008.000.000,-, maka diperoleh hasil nisbah bank sebesar 1,25% dan nisbah
nasabah sebesar 98,75%. Tabel 5.5 menunjukkan proyeksi kumulatif angsuran
(angsuran pokok dan nisbah) untuk pembiayaan usaha tersebut. Proyeksi ini,
pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dengan realisasi
pendapatan dan rata-rata rekening koran yang digunakan oleh pengusaha
bersangkutan.
Tabel 5. 5. Proyeksi Angsuran Pokok dan Nisbah Usaha Abon Ikan
Bulan
Angsuran
Pokok
1
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
2
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
3
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
4
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
5
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
6
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
7
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
40
Nisbah bank
Total
Angsuran
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Saldo Awal
Saldo Akhir
Usaha Abon Ikan
8
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
9
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
10
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
11
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
12
90,000,000
1,050,000
91,050,000
90,000,000
-
90,000,000
12,600,000
102,600,000
5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor
Jumlah produksi abon ikan selama satu tahun sebesar 14.440 kg (1.200 kg/
bulan) dan harga abon ikan di tingkat produsen adalah Rp 70.000,- per kg. Dengan
demikian, pendapatan dari hasil penjualan abon ikan per tahun adalah sebesar
Rp 1.008.000.000,–. Tabel 5.6 menyajikan rincian penerimaan/pendapatan kotor
dalam setahun.
Tabel 5. 6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
No
Uraian
Nilai
Satuan
1
Produksi per hari
60
2
Produksi per bulan
1,200
kg/bulan
3
Produksi per tahun
14,400
kg/tahun
4
Harga jual di tingkat produsen
5
Nilai penjualan per tahun (Pendapatan)
70,000
1,008,000,000
kg/hari
Rp/kg
Rp/tahun
5.7. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)
Tingkat keuntungan (profitability) dari usaha yang dilaksanakan merupakan
bagian sangat penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi.
Keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap
tahunnya. Tabel 5.7 di bawah menunjukkan keuntungan Proyeksi Laba Rugi dan
41
ASPEK KEUANGAN
BEP dari Usaha Abon ikan. Perincian selengkapnya disajikan dalam Lampiran 7
dan 8.
Hasil perhitungan Proyeksi Laba Rugi menunjukkan bahwa laba rata-rata
selama 3 tahun sebesar Rp47.218.075,–. dengan profit margin sebesar 5,70 %.
Dengan mempertimbangkan biaya tetap, biaya variabel dan hasil penjualan abon
ikan, BEP rata-rata per tahun selama 3 tahun periode pembiayaan usaha abon ikan
ini adalah : Rp524.256.312,– per tahun (BEP nilai penjualan), 7.489 kg per tahun
(BEP produksi).
Tabel 5. 7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon ikan
No
TAHUN KE-
Uraian
Rata-rata
1
2
3
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
937,870,500
937,870,500
937,870,500
937,870,500
1
Pendapatan
2
Biaya Operasional
3
Laba Kotor
70,129,500
70,129,500
70,129,500
70,129,500
Nisbah pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000
12,600,000
Laba Sebelum Pajak
57,529,500
57,529,500
57,529,500
57,529,500
4
5
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Laba Kena Pajak
52,609,500
52,609,500
52,609,500
52,609,500
5,391,425
5,391,425
5,391,425
5,391,425
47,218,075
47,218,075
47,218,075
47,218,075
Pajak
6
Laba Bersih
7
Profit margin (%)
4.68
4.68
4.68
BEP Rata-rata
42
1
Nilai penjualan (Rp)
2
Jumlah Penjualan/
produksi (kg)
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
524,256,312
7,489
4.68
Usaha Abon Ikan
5.8. Proyeksi Arus Kas
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh
dari penjualan produk abon ikan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi
biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok pembiayaan
yang dibayarkan pada akhir periode, nisbah pembiayaan dan pajak penghasilan.
Evaluasi kelayakan untuk usaha abon ikan dengan pembiayaan PRKS
musyarakah dapat diukur dari tingkat kemampuan membayar kewajiban kepada
LKS baik nisbah maupun pokok pembiayaannya. Dari arus kas diketahui bahwa
pada tingkat nisbah bank sebesar 1,25%, usaha ini mampu membayar kewajiban
pembiayaannya dan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian usaha
tersebut layak untuk dilaksanakan dan bisa dipertimbangkan untuk memperoleh
pembiayaan. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha abon ikan selengkapnya
ditampilkan pada lampiran 10
Pada analisa kelayakan dapat juga memakai beberapa indikator yang umum
digunakan pada perhitungan konvensional. Indikator tersebut meliputi IRR (Internal
Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio), PBP (Pay Back Period). Nilai
IRR misalnya bisa menjadi indikator untuk mengukur kelayakan usaha, semakin
tinggi nilai IRR maka usaha tersebut semakin berpeluang untuk menciptakan
keuntungan. Meskipun demikian, indikator tersebut hanya sebagai alat bantu
untuk menilai kelayakan suatu usaha. Besaran margin ataupun bagi hasil, harus
ditetapkan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak (LKS dan pengusaha).
5.9. Proyeksi Perolehan Nisbah Pembiayaan
Pola pembiayaan syariah yang digunakan dalam usaha abon ikan adalah PRKS
musyarakah. Pada kesempatan ini ditampilkan satu contoh alternatif pembiayaan
yaitu untuk pengembangan usaha. Dari hasil perhitungan untuk tingkat nisbah
43
ASPEK KEUANGAN
bank sebesar 1,25%, selama satu tahun pembiayaan modal kerja dengan fasilitas
rekening koran, diproyeksikan dapat menghasilkan nisbah kepada bank sebesar
Rp.12.600.000,-. Selengkapnya, perhitungan angsuran bagi hasil dapat dilihat
pada lampiran 6.
Adapun sebagai contoh perhitungan nilai nisbah bank dengan realisasi
penjualan pada bulan berjalan n adalah sebesar Rp90.750.000,- dan rata-rata
pemakaian rekening koran pada bulan tersebut adalah sebesar Rp.82.445.958,- ,
maka realisasi pembayaran nisbah bulan ke-n adalah Rp1.039.163,-. Pembayaran
nisbah bank pada praktiknya dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank
karena menyesuaikan dengan realisasi penjualan/pendapatan (revenue sharing)
yang terjadi, sehingga nisbah yang diperoleh dapat berfluktuasi. Selengkapnya
contoh perhitungan nisbah bagi hasil musyarakah dapat dilihat pada lampiran
10.
Penentuan nisbah mempertimbangkan nilai expected return bank dan
prospek usaha bersangkutan. Nilai dan prospek usaha tersebut secara periodik
dievaluasi oleh bank menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan usaha/
sektor usaha terkait. Sebagai gambaran, besaran nisbah yang berlaku pada
perbankan syariah dapat dilihat pada lampiran 11.
44
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
BAB VI
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
6.1
Aspek Sosial Ekonomi
Usaha pembuatan abon ikan mempunyai dampak yang positif, baik bagi
pengusaha maupun masyarakat setempat. Bagi pengusaha, dampak ekonomis
dari usaha ini adalah akan meningkatnya pendapatan mereka. Usaha abon ikan
merupakan bisnis yang menguntungkan karena mempunyai peluang pasar yang
masih terbuka lebar, terutama bila kendala-kendala pemasaran yang dihadapi pada
saat ini bisa diatasi. Di samping itu, beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat
padat karya akan membantu menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat
sehingga akan membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Lebih jauh, peningkatan produksi abon ikan akan memberi peluang bagi
peningkatan pendapatan daerah setempat. Jika dikelola secara optimal (kendalakendala produksi, pemasaran dan keterbatasan modal kerja sudah teratasi),
maka produsen abon ikan pun berpeluang mengekspor produknya sehingga bisa
berkontribusi bagi penambahan cadangan devisa.
6.2
Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan berkaitan dengan analisis potensi limbah yang
mungkin dihasilkan dari suatu unit usaha produksi. Unit usaha pengolahan abon
ikan tidak menghasilkan limbah berbahaya, baik bagi manusia maupun lingkungan
sekitarnya. Limbah yang dihasilkan hanya air kotor sisa pembersihan. Biasanya air
ini dibuang melalui saluran air yang dapat langsung meresap ke tanah. Air limbah
juga tidak mengandung zat-zat kimia yang membahayakan organisme tanah dan
tanaman.
45
ASPEK SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Alih-alih menghasilkan limbah yang berbahaya, sisa proses produksi abon ikan
justru masih bisa dimanfaatkan, misalnya :
1. Bagian-bagian bahan-baku ikan Marlin yang dibuang pada tahap penyiangan,
bisa diolah lebih lanjut menjadi hidangan sop ikan yang banyak diminati
masyarakat setempat.
2. Air sisa rebusan daging ikan pada tahap perebusan bisa diolah lebih lanjut
menjadi produk kecap ikan.
46
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Usaha pengolahan abon ikan sangat berpotensi untuk dikembangkan di
banyak wilayah di Indonesia yang memiliki sumberdaya perikanan laut yang
melimpah.
Proses pembuatan abon ikan relatif mudah dan peralatan yang dibutuhkan
pun relatif sederhana sehingga untuk memulai usaha ini tidak memerlukan
biaya investasi yang besar.
Salah satu spesies ikan yang sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku
produksi abon ikan adalah Ikan Marlin/Jangilus (Istiophorus sp), karena selain
dagingnya tebal juga tidak banyak durinya.
Usaha pengolahan abon ikan pada umumnya berskala kecil dan bersifat padat
tenaga kerja. Oleh sebab itu, jenis teknologi yang cocok digunakan adalah
teknologi semi-mekanik.
Kendala produksi yang bisa dijumpai adalah terjadinya kelangkaan bahan
baku ikan. Oleh sebab itu, lokasi usaha sebaiknya terdapat di daerah-daerah
yang dekat dengan kawasan-kawasan kerja pelabuhan perikanan sehingga
akan mempermudah proses penyediaan dan transportasi bahan baku ikan.
Abon ikan merupakan produk yang prospektif untuk dikembangkan. Hal ini
karena relatif masih terbatasnya produksi abon ikan di Indonesia sehingga
peluang pasar abon ikan ini masih sangat besar, baik di dalam maupun di luar
negeri (ekspor).
Salah satu kebutuhan pembiayaan yang diperlukan untuk usaha abon ikan
adalah modal kerja untuk memenuhi kebutuhan selama 1 siklus produksi.
Kebutuhan modal kerja ini relatif berfluktuasi tergantung pada bahan baku
ikan dan permintaan konsumen.
47
KESIMPULAN DAN SARAN
8.
Pembiayaan dengan akad PRKS musyarakah sesuai untuk kebutuhan
pembiayaan modal kerja yang berfuktuasi seperti pada usaha abon ikan. Hal
ini karena pada akad PRKS musyarakah, pengusaha memperoleh fasilitas
rekening koran, sehingga penggunaan dana pembiayaannya bisa optimal sesuai
dengan kebutuhan usahanya. Ditambah lagi, pada akad PRKS musyarakah
pengusaha hanya membayar nisbah pembiayaan sedangkan pelunasan pokok
pembiayaan dibayar pada akhir periode. Akad ini juga menguntungkan
karena nisbah bagi hasil bank akan dihitung berdasarkan besarnya realisasi
pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah dan realisasi penjualan produk abon
ikan.
9. Analisis aspek keuangan memperlihatkan bahwa dengan asumsi pengembangan
usaha, maka diperlukan modal usaha sebesar Rp143.333.813,- yang terdiri
dari modal investasi sebesar Rp26.100.0000,- dan modal kerja sebesar
Rp117.233.813,-. Kebutuhan modal kerja usaha abon ikan sebesar ±80% dari
biaya yang dibutuhkan diasumsikan memperoleh pembiayaan dari Lembaga
Keuangan Syariah dengan akad PRKS musyarakah sebesar Rp90.000.000,dan sisanya berasal dari pengusaha bersangkutan sebesar Rp53.333.813,-.
10. Berdasarkan analisis kelayakan keuangan, usaha abon ikan layak untuk
diusahakan. Dengan masa proyek 5 tahun dan tingkat nisbah bank
diasumsikan sebesar 1,25%, usaha ini dapat membayar kewajiban kepada
LKS dan menghasilkan keuntungan yang memadai bagi pengusahanya.
11. Beroperasinya usaha abon ikan yang bersifat padat karya akan membantu
menyerap tenaga kerja bagi masyarakat setempat sehingga akan membantu
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
12. Unit usaha pengolahan abon ikan tidak menghasilkan limbah berbahaya,
baik bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya, sehingga dapat dikatakan
usaha ini ramah lingkungan (green business).
48
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
7.2 Saran
1.
2.
3.
4.
Pada aspek produksi, perlu peningkatan kesadaran pengusaha dan para
tenaga kerja terhadap aspek sanitasi (kebersihan) proses produksi dan produk
abon ikan yang dihasilkan.
Perusahaan perlu melakukan variasi rasa abon ikan yang dihasilkan (dari rasa
manis yang selama ini diproduksi), misalnya dengan pengembangan abon ikan
dengan rasa manis-pedas. Di samping rasa, perusahaan pun perlu melakukan
standarisasi tekstur (tingkat kehalusan) produk abon ikan dengan merujuk
pada keragaman selera kelompok konsumennya.
Perusahaan perlu melakukan optimalisasi pemanfaatan produk sampingan
dari proses pengolahan abon ikan, dalam rangka diversifikasi produk olahan
ikan dan lebih meningkatkan keuntungan perusahaan.
Berdasarkan kebutuhan modalnya, usaha abon ikan antara lain membutuhkan
pembiayaan modal kerja. Kebutuhan modal kerja pada usaha abon ikan
berfluktuasi. Sehubungan dengan hal tersebut, akad yang sesuai diterapkan
salah satunya adalah akad Pembiayaan Rekening Koran Syariah (PRKS)
musyarakah.
49
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
BPS, 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia,
Maret 2009.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Analisis Data Kelautan dan
Perikanan.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.08/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 13 April 2000
tentang Pembiayaan Musyarakah.2000.Dewan Syariah Nasional.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 55/DSN-MUI/V/2007 tanggal 13 Mei 2007
tentang Pembiayan Rekening Koran Syariah Musyarakah.2007. Dewan
Syariah Nasional.
Karyono dan Wachid. 1982. Petunjuk Praktek Penanganan dan Pengolahan Ikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Mukti, Ade T.D. 2001. Analisis Harga Pokok Produksi dan Titik Impas Produk Abon
Ikan di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi pada
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
IPB (tidak diterbitkan). Bogor.
Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang
51
.2007. Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No. 10/16/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
Dalam Kegiatan Perhimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan
Jasa Bank Syariah.2008.Bank Indonesia
Suryati, Yati dan Iwan Dirwana. 2007. Produksi Hasil Olahan Hurip Mandiri Cisolok
(Abon Ikan, Dendeng Ikan dan Kerupuk Ikan) Kabupaten Sukabumi. Koperasi
Kelompok Usaha Bersama Hurip Mandiri. Sukabumi.
Wijaya, Apip. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Pengembangan
Produk Abon Ikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hurip Mandiri (Kasus
Konsumen Abon Ikan di Kabupaten Sukabumi). Skripsi pada Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB (tidak
diterbitkan). Bogor.
52
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
DAFTAR WEBSITE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
http://www.cuisinenet.com
http://www.ipb.ac.id
http://www.islamicfinanceonline.com
http://www.ifsb.org
http://www.isdb.org
http://www.bankislam.com.my
http://www.lariba.com
http://www.amss.net
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah ..................................................... 59
2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan .......... 64
3. Biaya Investasi Usaha Abon Ikan.............................................................. 65
4. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan ....................................................... 67
5. Produksi dan Penjualan Abon Ikan ......................................................... 72
6. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .................................. 73
7. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan ............................................... 74
8. Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon Ikan ....................................................... 75
9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha ............................................................. 76
10. Proyeksi Arus Kas ................................................................................... 77
11. Contoh Perhitungan Nisbah Pembiayaan Rekening Koran Syariah
Musyarakah ........................................................................................... 78
12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah ..................................
57
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Usaha Abon Ikan
Lampiran 1. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong
oleh makin tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang
halal. Pun karena jumlah penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di
dunia, merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam
pembiayaan ekonomi masyarakat.
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan
dana maupun pihak yang menyediakan dana
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan
pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi
hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari
prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang
memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk
mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi yang dimaksud antara
lain:
1.
2.
3.
4.
Informasi data nasabah
Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Proyeksi laporan keuangan
Akad pembiayaan
59
LAMPIRAN
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan
dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form
pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian
form dilakukan melalui wawancara secara individual dan kunjungan ke tempat
tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi
nasabah atau tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai
untuk nasabah bersangkutan.
b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha
yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari
akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang
dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi
dengan data riil.
Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan
siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai
dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing.
c. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan
persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan
keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi)
dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur
usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil.
Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa
60
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi
riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib.
Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad
pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah.
Produk pembiayaan syariah bermacam-macam, sebagaimana tersaji pada
Tabel Pengenalan Produk Syariah
Prinsip Dasar
Jenis – jenis
Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing and
Participation)
Adalah penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua
shahibul maal berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
Bagi Hasil
(Profit Sharing)
Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)
Adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana pihak shahibul
maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi pengelola.
Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan
kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode
bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi
pendapatan (revenue sharing).
Al-Muzara’ah (Harverst-Yield Profit Sharing)
Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan
bagian tertentu dari hasil panen.
61
LAMPIRAN
Al Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain
Portion of Yield)
Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap
hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil
panen.
Bai’ Al Murabahah (Deferred Payment Sale)
Adalah akad jual beli antara sebesar harga pokok barang ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati
Barang yang dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas,
kualitas dan spesifikasinya
Bai’ as Salam (in front Payment Sale)
Jual Beli (Sale and
Payment Sale)
Adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara
penuh.
Bai’ Al – Istishna’ (Purchase by Order or Manufacture)
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan
Al-Ijarah (operational Lease)
Sewa (Operational
Lease and Financial
Lease)
Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa atau imbalan jasa.
AL- Ijarah Al Muntahia bit – Tamlik (Financial Lease with
Purchase Option)
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si
penyewa.
62
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Al Wakalah (Deputyship)
Adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat
kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang
diwakilkan
Al-Kafalah (Guaranty)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung, atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang
dijamin dengan berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai
penjamin.
Jasa
(Fee-Based Services)
Al-Hawalah (Transfer service)
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya
Ar-Rahn (Mortgage)
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterima.
Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
Al-qardh (soft and Benevolent Loan)
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan
63
LAMPIRAN
Lampiran 2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Usaha Abon Ikan
No
Asumsi
Jumlah/
Nilai
Satuan
Keterangan
Periode 5 tahun
1
Periode proyek
5
tahun
2
Jumlah hari kerja per bulan
20
hari
3
Jumlah bulan kerja per tahun
12
bulan
4
Rata-rata Skala Produksi per hari
a. Rendemen pengolahan ikan ke Abon Ikan
40
%
b. Produksi abon per hari
60
kg
150
kg
a. Dijual di pabrik
10
%
b. Dijual ke pengecer lokal
10
%
c.Dijual kepada pedagang besar
80
%
a. Kemasan 100 gram
60
%
b. Kemasan 250 gram
40
%
c. Bahan baku ikan per hari
5
6
Komposisi pemasaran produk
Komposisi jenis produk menurut kemasan
7
Harga jual produk di tingkat produsen
70,000
Rp/kg
8
Harga bahan baku Ikan Marlin
18,000
Rp/kg
9
Expected return of Bank *)
Keterangan:
*) Data Desember 2009 Bank Syariah Mandiri
64
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
14%
%
Dari total
produksi
Efektif
1
1
1
1
• P-IRT dari Dinkes
• NPWP
• Badan Hukum KUB
• Sertifikat Halal
3
7
4
• Batu Penumbuk
• Blong
• Tungku
1
• Lumpang ukuran 1 kg
1
1
• Garpu besar **)
1
2
• Mesin giling
• Lumpang ukuran 3 kg
1
• Mesin parutan kelapa
• Lumpang ukuran 2 kg
2
Mesin/Peralatan
Produksi
3
• Mesin pengepres (3 kg)
Sewa tanah dan
bangunan
1
1
Sub jumlah
1
• SITU
Jumlah
• SIUP
Perizinan
Jenis Biaya
2
1
No
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Berkas
Satuan
30,000
35,000
10,000
150,000
100,000
50,000
50,000
2,500,000
2,500,000
1,000,000
Umur
ekonomis
2,450,000
1,000,000
300,000
250,000
300,000
300,000
120,000
245,000
30,000
150,000
100,000
50,000
50,000
5,000,000
2,500,000
2,000,000
10
10
10
10
10
10
5
5
5
5
5
3
selamanya
selamanya
selamanya
5
300,000 selamanya*)
Nilai
10,000,000 10,000,000
1,000,000
300,000
250,000
300,000
300,000
300,000
Harga/
satuan
Lampiran 3. Biaya Investasi dan Usaha Abon Ikan
12,000
24,500
3,000
15,000
10,000
5,000
10,000
1,000,000
500,000
400,000
Penyusutan/tahun
-
-
-
-
60,000
122,500
15,000
75,000
50,000
25,000
Nilai
sisa
Usaha Abon Ikan
65
66
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
1
5
5
• Saringan Kelapa
• Badeng
• Sodet Besar
1
1
• Timbangan Gantung
25 kg
• Etalase
Jumlah
Sub jumlah
1
• Timbangan Duduk 5 kg
Peralatan lain
Sub jumlah
3
• Baskom Plastik Kecil
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit
3
4
• Sealer
• Baskom Plastik Besar
unit
6
• Wajan Penggorengan
Satuan
Jumlah
Jenis Biaya
500,000
300,000
150,000
30,000
40,000
5,000
40,000
60,000
300,000
140,000
Harga/
satuan
26,100,000
950,000
500,000
300,000
150,000
12,700,000
150,000
200,000
5,000
120,000
240,000
900,000
840,000
Nilai
10
5
3
1
2
2
2
2
5
5
Umur
ekonomis
2,920,000
160,000
50,000
60,000
50,000
2,760,000
150,000
100,000
2,500
60,000
120,000
180,000
168,000
Penyusutan/tahun
*) Setiap habis 5 tahun harus lapor kembali
**) digunakan untuk mengeluarkan daging ikan atau abon setelah pengepresan dari tabung mesin pengepres
4
No
-
-
930,000
300,000
250,000
-
50,000
630,000
-
100,000
2,500
60,000
120,000
Nilai
sisa
LAMPIRAN
Jenis Biaya
3
kg
kg
• Garam Dapur
• Garam Rebus
Liter
Batang
• Sabun
• Minyak tanah
liter
• Bensin
Bahan Pendukung
Sub total
Helai
kg
• MSG
• Daun Salam
kg
• Bawang Merah
Butir
kg
• Bawang Putih
Batang
kg
• Ketumbar
• Serei
kg
• Lengkuas
• Kelapa
kg
• Minyak goreng
Per hari
kg
Bahan pembantu/bumbu/hari
2
kg/hr
Satuan
• Gula pasir
Bahan Baku Ikan Marlin/Jangilus
1
A. Biaya Variabel
No
0.5
1
1
75
30
30
30
10.5
0.24
7.5
2.25
3.75
7.5
30
30
150
Jumlah/
Hari
10
20
20
1,500
600
600
600
210
5
150
45
75
150
600
600
3,000
Jumlah/
Bulan
3,500
5,000
4,500
25
50
1,000
1,500
1,500
10,000
7,000
8,000
18,000
2,000
7,000
8,700
18,000
Harga
satuan
Lampiran 4a. Biaya Operasional Usaha Abon Ikan
35,000
100,000
90,000
14,410,500
37,500
30,000
600,000
900,000
315,000
48,000
1,050,000
360,000
1,350,000
300,000
4,200,000
5,220,000
54,000,000
Biaya/
bulan
420,000
1,200,000
1,080,000
172,926,000
450,000
360,000
7,200,000
10,800,000
3,780,000
576,000
12,600,000
4,320,000
16,200,000
3,600,000
50,400,000
62,640,000
648,000,000
Biaya/
tahun
Usaha Abon Ikan
67
68
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
kantong/
hari
• Kantong Plastik kemasan
(250 g)
orang/
hari
b. Biaya Makan Tenaga Kerja
Total Biaya Variabel
Biaya Transportasi
Sub total
orang/
hari
a. Upah
Tenaga kerja produksi
Sub total
kantong/
hari
• Kantong Plastik kemasan
(100 g)
1
Satuan
Kali
Produksi
Jenis Biaya
• Kayu bakar
Per Bulan
Per Bulan
• Biaya telepon
orang/
bulan
• Gaji Tenaga Administrasi
• Biaya listrik
orang/
bulan
• Gaji Pimpinan
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
B. Biaya Tetap
6
4
No
1
1
7
6
96
360
1
Jumlah/
Hari
1
1
20
140
120
1,920
7,200
20
Jumlah/
Bulan
800,000
1,500,000
25,000
5,000
25,000
300
200
25,000
Harga
satuan
250,000
150,000
700,000
1,500,000
72,151,500
500,000
700,000
3,000,000
2,741,000
576,000
1,440,000
500,000
Biaya/
bulan
3,000,000
1,800,000
8,400,000
18,000,000
904,218,000
6,000,000
44,400,000
8,400,000
36,000,000
32,892,000
6,912,000
17,280,000
6,000,000
Biaya/
tahun
LAMPIRAN
Ayakan
Pisau
5
6
4
5
5
10
unit
unit
unit
unit
5,000
10,000
10,000
65,000
40,000
25,000
50,000
100,000
260,000
120,000
150,000
705,000
Nyiru
4
unit
15,000
Harga/
satuan
1,410,000
Baskom ukuran besar
3
3
unit
Satuan
Biaya Total per tahun
Baskom ukuran sedang
2
10
Jumlah
Biaya Total per semester
Baskom ukuran kecil
Jenis Peralatan Habis Pakai
1
No
Nilai
33,652,500
360,000
937,870,500
30,000
Total Biaya Tetap
Per Bulan
33,292,500
682,500
1,410,000
Total Biaya Operasional
Biaya administrasi & umum
*) Peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari 1 tahun (½ tahun)
**) Sebesar 5 % dari total biaya investasi mesin & peralatan per tahun
2
Per Tahun
• Biaya Perawatan &
pemeliharaan **)
Sub total
Per Tahun
• Biaya peralatan habis pakai *)
Usaha Abon Ikan
69
LAMPIRAN
Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun
No
A
Jenis Biaya
Biaya Variabel
Bahan Baku
648,000,000
Bahan Pembantu
172,926,000
Bahan Pendukung
32,892,000
Tenaga kerja produksi
44,400,000
Biaya Transportasi
Sub total
B
Nilai (Rp)
6,000,000
904,218,000
Biaya Tetap
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
33,292,500
Biaya administrasi & umum
360,000
Sub total
33,652,500
Jumlah Biaya Operasional Per
Tahun
937,870,500
Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional
No
1
Jenis Biaya
Jumlah dana modal kerja*)
Harga/
satuan
Nilai (Rp)
0.125
117,233,813
*) Diasumsikan kebutuhan modal kerja awal adalah untuk 1,5 bulan pertama operasional
Sehingga jumlah dana modal kerja yang dibutuhkan :
= (1/8)X biaya operasoional 1 th
70
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 4b. Formula bahan pembantu
Untuk bahan baku ikan (kg):10
Jenis Bahan Pembantu
• Gula pasir
• Minyak goreng
Jumlah
satuan
2
kg
2
kg
• Lengkuas
0.5
kg
• Ketumbar
250
Gram
• Bawang Putih
150
Gram
• Bawang Merah
0.5
kg
• MSG
16
Gram
• Garam Dapur
700
Gram
• Garam Rebus
2
kg
• Kelapa
2
Butir
• Serei
2
Batang
• Daun Salam
5
Helai
Lampiran 4c. Bahan pendukung
Untuk produk abon per hari (kg): 60
Jenis Bahan Pembantu
• Bensin
• Sabun
• Minyak tanah
• Kayu bakar
Jumlah
satuan
1
liter
1
Batang
0.5
Liter
25,000
Rupiah
• Kantong Plastik kemasan (100 g)
360
Kantong
• Kantong Plastik kemasan (250 g)
96
Kantong
71
LAMPIRAN
Lampiran 5. Produksi dan Penjualan Abon Ikan
No
72
Uraian
Produksi (kg)
Per hari
Per bulan
1
Kapasitas bahan baku
2
Harga jual di tingkat produsen
3
Nilai penjualan per tahun
(pendapatan)
1,008,000,000
Rp/tahun
4
Nilai Penjualan per bulan
(pendapatan)
84,000,000
Rp/bulan
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
60
1200
70,000
Rp/kg
Usaha Abon Ikan
Lampiran 6. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal Kerja
No
1
Rincian Biaya Proyek
Total Biaya
Dana investasi yang bersumber dari
a. Pembiayaan
2
26,100,000
Jumlah dana investasi
26,100,000
Dana modal kerja yang bersumber dari
a. Pembiayaan
90,000,000
b. Dana sendiri
27,233,813
Jumlah dana modal kerja
3
-
b. Dana sendiri
117,233,813
Total dana proyek yang bersumber dari
a. Pembiayaan
b. Dana sendiri
Jumlah dana proyek
90,000,000
53,333,813
143,333,813
Keterangan:
Proyeksi Penjualan rata-rata per tahun (Rp) 1,008,000,000
Proyeksi Penjualan rata-rata per bulan (Rp) 84,000,000
Pembiayaan bank, diasumsikan ±80% dari modal kerja yang dibutuhkan:
Pembiayaan bank 90,000,000
Expected return bank 14%
Expected return bank (Rp) 12,600,000
Nisbah Bank 1.25%
Nisbah nasabah 98.75%
73
LAMPIRAN
Lampiran 7. Proyeksi Pembayaran Nisbah Pembiayaan
1
2
3
4
6
Nilai Pembiayaan Modal Kerja
Jangka waktu pembiayaan (bln)
Expected return bank
Prakiraan Rata-rata Penjualan (bln)
Nisbah Bank
90,000,000
12
14%
84,000,000
1.25%
Saldo
Awal
Saldo
Akhir
1,050,000
90,000,000
90,000,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
5
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
6
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
7
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
8
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
9
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
10
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
90,000,000
90,000,000
Bulan
Angsuran
Pokok
1
-
1,050,000
2
-
1,050,000
3
-
4
Nisbah bank
Total
Angsuran
11
-
1,050,000
1,050,000
90,000,000
12
90,000,000
1,050,000
91,050,000
90,000,000
90,000,000
12,600,000
102,600,000
-
Keterangan:
1 Angsuran pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode pembiayaan sehingga angsuran
bulanan hanya berupa pembayaran nisbah saja
2 Jangka waktu pembiayaan selama satu tahun dan dapat diperpanjang dua kali (jadi total 3 kali)
melalui perpanjangan akad setiap tahunnya. Pada contoh asumsi sampai 3 (tiga) tahun tahun
dengan perpanjangan akad PRKS musyarakah setiap tahun
3 Angsuran nisbah pada perhitungan di atas berdasarkan asumsi bahwa :realisasi penjualan,
rata-rata penggunaan rekening koran dan besar pembiayaan sebagai dasar perhitungan nisbah
adalah tetap sepanjang masa akad pembiayaan dan perpanjangannya.
4. Meskipun demikian, pada prakteknya, pembayaran nisbah bagi hasil dihitung berdasarkan
realisasi penjualan (pendapatan) dan realisasi penggunaan rekening koran tiap bulan yang
jumlahnya dapat berbeda-beda.
5 Contoh perhitungan pengakuan nisbah bagi hasil dapat dilihat pada lampiran - 10
74
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 8 Proyeksi Laba Rugi Usaha Abon Ikan
No
Uraian
TAHUN KE-
Rata-rata
1
2
3
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
1,008,000,000
937,870,500
937,870,500
937,870,500
937,870,500
70,129,500
70,129,500
1
Pendapatan
2
Biaya Operasional
3
Laba Kotor
70,129,500
70,129,500
Nisbah pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000
12,600,000
Laba Sebelum Pajak
57,529,500
57,529,500
57,529,500
57,529,500
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Laba Kena Pajak
52,609,500
52,609,500
52,609,500
52,609,500
5,391,425
5,391,425
5,391,425
5,391,425
47,218,075
47,218,075
47,218,075
47,218,075
4
5
Pajak
6
Laba Bersih
7
Profit margin (%)
Share
4.68
4.68
4.68
4.68
Nilai Laba Kena Pajak
0.10
50000000
50000000
50000000
0.15
2,609,500
2,609,500
2,609,500
Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
75
LAMPIRAN
Lampiran 9. Proyeksi Perhitungan BEP Usaha
No
Uraian
1
Hasil Penjualan Produk
2
Biaya Variabel
1
2
1,008,000,000
1,008,000,000
Bahan Baku
648,000,000
648,000,000
648,000,000
Bahan Pembantu
172,926,000
172,926,000
172,926,000
Bahan Pendukung
32,892,000
32,892,000
32,892,000
Biaya Transportasi
6,000,000
6,000,000
6,000,000
44,400,000
44,400,000
44,400,000
Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
909,609,425
909,609,425
909,609,425
33,292,500
33,292,500
33,292,500
360,000
360,000
360,000
Biaya Penyusutan
4,920,000
4,920,000
4,920,000
Prakiraan nisbah
pembiayaan
12,600,000
12,600,000
12,600,000.00
Total Biaya Tetap
51,172,500
51,172,500
51,172,500
BEP Nilai Penjualan (Rp)
524,256,312
524,256,312
524,256,312
7,489
7,489
7,489
Total Biaya Variabel
Biaya Tetap
Biaya overhead pabrik
(BOP)
Biaya administrasi & umum
BEP Jumlah Penjualan (Kg)
BEP Rata-rata
1
Nilai penjualan (Rp)
2
Jumlah Penjualan/produksi
(kg)
76
3
1,008,000,000
Biaya Tenaga Kerja produksi
3
TAHUN KE-
524,256,312
7,489
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas
Uraian
TAHUN
0
1
2
3
a. Pendapatan
-
1,008,000,000
1,008,000,000
b. Dana sendiri
53,333,813
-
-
-
Total Inflow
143,333,813
1,008,000,000
1,008,000,000
1,017,875,000
Total Inflow untuk IRR
-
1,008,000,000
1,008,000,000
1,017,875,000
150,000
715,000
800,000
Inflow
c. Pembiayaan investasi
d. Pembiayaan modal
kerja
e. Nilai sisa
1,008,000,000
90,000,000
9,875,000
Outflow
a. Investasi/re-investasi
26,100,000
b. Modal kerja
117,233,813
c. Biaya operasional
-
937,870,500
937,870,500
937,870,500
d. Angsuran pokok
-
-
-
90,000,000
e. Prakiraan nisbah bank
-
12,600,000
12,600,000
12,600,000
f. Pajak
5,391,425
5,391,425
5,391,425
Total Outflow
143,333,813
956,011,925
956,576,925
1,046,661,925
Total Outflow untuk
IRR
143,333,813
943,411,925
943,976,925
944,061,925
Cashflow
-
51,988,075
51,423,075
-28,786,925
Kumulatif cashflow
-
51,988,075
103,411,150
74,624,225
-143,333,813
64,588,075
64,023,075
73,813,075
-
884,210,526
775,623,269
687,036,632
PV Cost
143,333,813
827,554,320
726,359,591
637,214,909
PV Cashflow
-143,333,813
56,656,206
49,263,677
49,821,723
Kumulatif PV Cashflow
-143,333,813
-86,677,606
-37,413,929
12,407,794
Cashflow untuk IRR
PV Benefit
-
77
LAMPIRAN
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Nisbah Pembiayaan Rekening Koran
Syariah (PRKS) Musyarakah
Contoh Perhitungan Pembayaran Nisbah Bulan Ke-n
Nama Nasabah
Realisasi penjualan bulan ke n
Plafon pembiayaan
Rata-rata pemakaian
Nisbah bagi hasil bank
Saldo pembiayaan
Bulan
Tanggal
Bulan 03/09
:
:
:
:
:
:
:
Muhammad Sholeh
90,750,000
90,000,000
82,445,958
1.25%
87,308,468
ke-n
Penarikan
Outstanding
Pembiayaan
Hari
Pemakaian
Pemakaian
Rekening PDB
(a)
(b)
(a x b)
85,900,917
-
03/04/08
(882)
85,900,035
3
257,700,105
10/04/08
(18,700,567)
67,199,468
7
470,396,276
18/04/08
20,000,000
87,199,468
8
697,595,744
19/04/08
100,000
87,299,468
1
87,299,468
21/04/08
6,000
87,305,468
2
174,610,936
30/04/08
3,000
87,308,468
9
785,776,212
30
2,473,378,741
Total
87,308,468
Rata-rata harian pemakaian rekening PRKS (c/b)
Bagi hasil untuk bank
:
:
82.445.958
82.445.958 x 1,25% x 90.750.000
90,000,000
1,039,163
Keterangan:
1. Pembayaran nisbah pada bulan ke-n sesuai realisasi penjualan = Rp 1.039.163,2. Perhitungan nisbah berdasarkan rata-rata pemakaian dan realisasi hasil penjualan
3. Pembayaran nisbah dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari proyeksi bank
karena sesuai dengan realisasi penjualan (pendapatan) yang terjadi, sehingga nisbah yang
diperoleh dapat berfluktuasi
78
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
Usaha Abon Ikan
Contoh: Rekapitulasi Penggunaan Fasilitas PRKS Musyarakah selama 1 tahun
Plafon: 90.000.000
Bulan
n1
Outstanding
Rata-Rata
Pemakaian
PDB
Pembayaran
Bagi Hasil
87,308,468
82,445,958
1,039,163
n2
114,557,501 108,861,658
1,372,110
n3
110,354,625 111,375,845
1,403,800
n4
112,475,486 105,675,200
1,331,948
n5
112,953,456 102,775,505
1,295,400
n6
102,185,801
95,656,624
637,711
n7
97,823,148
91,245,601
1,150,075
n8
101,325,675
93,476,825
1,178,197
n9
97,195,258
90,347,563
1,138,756
n10
90,235,775
85,438,725
1,076,884
n11
79,435,800
73,800,205
930,190
n12
85,205,335
80,795,435
1,018,359
Total (Rp/Thn)
13,572,592
79
80
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL SYARIAH
(PPUK)
9.45%18.26%
(flat rate p.a)
Besar rata-rata (kisaran terkecil
dan terbesar) nisbah bagi hasil
yang diberikan sampai sekarang
Besar rata-rata (kisaran terkecil
dan terbesar)) Ijarah dan Istishna
yang diberikan sampai sekarang
2
3.
*) Data per bulan Juni 2006
1. BRI = Bank Rakyat Indonesia
2. BMI = Bank Muamalat Indonesia
3. BSM = Bank Syariah Mandiri
4. BSMI = Bank syariah Mega Indonesia
5. BNIS = Bank Negara Indonesia Syariah
Menyesuaikan
dengan base
rate yang ada
di BRI
yl:: 17%-24%
eff. Rate p.a
BRI
9.45%-18.26%
(flat rate p.a)
Keterangan
1
Parameter
Besar rata-rata (kisaran terkecil
dan terbesar) margin yang
diberikan sampai saat ini
No
19%-22%
(95%-5%)(77%-23%)
19%-22%
eff. p.a
BMI
19%-22%
eff.p.a
(tergantung
jangka waktu
pembiayaan)
Kisaran bangsil
dengan
ekpektasi
return bank:
16.00%19.08% p.a
effektif adapun
nisbah bank
tergantung
perbandingan
antara eksp.
bank dan
realisasi
penjualan
nasabah
19%-22%
eff.p.a
(tergantung
jangka waktu
pembiayaan)
BSM
Besaran
belum ada
forfolionya
Bank:
14,7% - 99%
Nasabah:
0.3 % -85.3%
15%-24%
eff.p.a.
BSMI
Lampiran 12. Pola Pembiayaan Syariah pada Perbankan Syariah
belum ada
forfolionya
Tergantung
Revenue atau
profit mudharib
dengan patokan
expected return
bank berkisar
14%-18% p.a
9.00%-10.00%
(flat rate p.a)
BNIS
LAMPIRAN
Download