LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK 4.1. Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. Bagi rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting, maka berdasarkan PP No. 27 Tahun 1999, untuk kegiatan yang mempunyai dampak penting wajib menyusun dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting wajib menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Untuk penentuan kriteria wajib AMDAL dan UKL/UPL mengacu pada peraturan yang berlaku. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut harus didasarkan pada peraturan-peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan pelaksanaan di bidang Lindungan Lingkungan Tenaga Listrik meliputi : a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). c. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. d. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik. e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. i. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Bidang Pertambangan dan Energi. j. Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6918-2002 Tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). k. Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6950-2003 Tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) – Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet. Perubahan konsep peraturan hukum sektoral kedalam konsep hukum pengeloalaan yang bersifat ekologis dan bersifat komprehensif dengan menekankan perhatian pada daya dukung lingkungan (subtainable development) membawa perkembangan baru dalam sistem hukum lingkungan Indonesia. Konsep hukum dalam arti ini memerlukan daya prediksi secara ilmiah (scientific prediction)., sehingga disatu pihak mampu memberikan prakiraan dan peringatan dini atas kemungkinan timbulnya risiko, atau bahaya dan dipihak lain dapat berperan sebagai sarana pembangunan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang bersifat negatif. Konsep hukum baru ini didasarkan pada keampuhan alat prediksi yang lazim disebut sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (an environmental impact assessment) atau AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Ketersediaan tenaga listrik yang andal, aman, akrab lingkungan dan efisien serta harga terjangkau merupakan faktor yang cukup penting dalam menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari termasuk untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini ketersediaan tenaga listrik nasional mengalami masalah karena keterbatasan supply dibanding kebutuhan yang semakin meningkat. Pembangunan Ketenagalistrikan diserasikan dengan Kebijaksanaan Lingkungan Hidup, konsep Pengembangan Wilayah dan Kebijaksanaan Nasional lainnya. Untuk mencapai sasaran Pembangunan Ketenagalistrikan yang berwawasan Lingkungan, maka perlu dipersiapkan antara lain : sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam dan perangkat perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan maupun pengawasan lingkungan. Kegiatan-kegiatan di bidang tenaga listrik yang umumnya tidak lepas dapat menimbulkan berbagai masalah atau dampak terhadap lingkungan untuk ini diperlukan adanya aturan-aturan/kebijaksanaan kegiatan tersebut, sehingga pembangunan dan masalah lingkungan dapat berjalan secara serasi dan harmonis. Kegiatan yang wajib AMDAL di Sektor Ketenagalistrikan adalah : Transmisi dengan besaran 150 kV, PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU dengan besaran 100 MW, PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM dan jenis aliran langsung, PLTP dengan besaran 55 MW, Pembangkit Listrik Jenis Lain dengan besaran 5 MW. 4.2. Proyek Ketenagalistrikan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Tabel 4.1. Proyek Ketenagalistrikan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL No 1. Jenis Kegiatan Pembangunan Skala/ Alasan Ilmiah Khusus Besaran 150 kV Jaringan § Keresahan gangguan masyarakat karena kesehatan akibat transmisi; § Aspek sosial, ekonomi dan budaya Lanjutan Tabel 4.1. .................................... No Jenis Kegiatan Skala/ Alasan Ilmiah Khusus Besaran terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat. 2. Pembangunan 100 MW Berpotensi menimbulkan dampak PLTD/PLTG/PLTU/PLT pada : GU § Aspek fisik kimia, terutama pada kualitas udara (emisi, ambien dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang, dll) serta air tanah; § Aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama pada saat pembebasan lahan dan pemindahan penduduk. 3. Pembangunan § Berpotensi menimbulkan dampak PLTA dengan : pada : - Tinggi bendung 150 m - Atau luas genangan 200 ha - Atau aliran langsung - Aspek fisik-kimia, terutama pada kualitas udara (bau kebisingan) dan kualitas air; dan (kapasitas daya) 50 MW - Aspek flora fauna; - Aspek sosial, budaya, ekonomi terutama dan pada pembebasan lahan. § Termasuk dalam kategori large dam (bendungan besar); § Kegagalan break), akan gelombang yang bendungan merusak mengakibatkan banjir sangat (dam (flood surge) potensial untuk lingkungan di bagian hilirnya; Lanjutan Tabel 4.1. ......................................... No Skala/ Jenis Kegiatan Alasan Ilmiah Khusus Besaran § Pada skala spesifikasi ini khusus dibutuhkan baik bagi material dan desain konstruksinya; § Pada skala ini diperlukan quarry/burrow area yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak; Dampak pada hidrologi. 4. Pembangunan Pusat Listrik dari Jenis Lain (Surya, Biomassa Gambut) Angin, dan 10 MW § Membutuhkan areal yang sangat luas; § Dampak visual (pandang); § Dampak kebisingan; § Khusus penggunaan gambut berpotensi menimbulkan gangguan terhadap ekosistem gambut. Setiap pembangunan ketenagalistrikan pada pembangkit baik thermal maupun hidro, akan menimbulkan dampak baik positif ataupun negatif terhadap lingkungan. Besaran dampak tersebut bisa bersifat penting dan tidak penting, tergantung dari jenis dan besar pembangkit tersebut. Begitu pula terhadap komponen lingkungan yang akan terkena dampak, juga tidak akan sama dampaknya walaupun jenis kegiatannya sama. Hal ini sangat terpengaruh pada lokasi kegiatan, pola kehidupan masyarakat dan teknologi pengendalian dampak yang digunakan. Pemantauan yang dilakukan secara rutin, seperti yang disepakati dalam dokumen, dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Hasil pemantauan akan dapat digunakan sebagai acuan tindakan penanggulangan (corrective action) secara akurat dan tepat. 1. Dampak SUTET/SUTT Untuk pembangunan SUTET/SUTT dampak proyek terhadap lingkungan yang muncul adalah timbulnya keresahan masyarakat terutama yang menyebabkan tinggal keresahan di bawah jalur SUTET/SUTT. masyarakat adalah timbulnya Yang medan magnet, medan listrik dan corona serta adanya pembatasan pendirian bangunan secara vertikal di bawah jalur SUTET/SUTT. Besarnya kuat mean magnet dan medan listrik yang dipersyaratkan WHO adalah: kuat medan magnet sebesar 0,1 mT, kuat medan listrik sebesar 5 kV/m. Adapun upaya penanggulangan dampak yang terjadi antara lain memberi sosialisasi pada masyarakat tentang manfaat SUTET/SUTT, melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap medan magnet dan medan listrik secara kontinyu, memantau kondisi tapak tower terutama pada lahan yang erosinya tinggi dan menetapkan batasan ruang kosong (ROW) di bawah jalur SUTET/SUTT. Tabel 4.2. Jarak Bebas Minimum Penghatar SUTET Dengan Tanah & Benda Lain SUTET 66 KV (m) SUTT 150 KV (m) SUTET 500 KV Sirkit Sirkit Ganda Tunggal (m) (m) No Lokasi 1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka 6.5 7.5 10 11 2. Bangunan tidak tahan api 12.5 13.5 14 15 3. Bangunan tahan api 3.5 4.5 8.5 8.5 4. Lalu lintas jalan/jalan raya 8 9 15 15 5. Pohon-pohon umumnya, perkebunan 3.5 4.5 8.5 8.5 12.5 13.5 14 15 pada hutan 6. Lapangan olah raga Lanjutan Tabel 4.2. ................................... No Lokasi 7. SUTT lainnya, penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi, antena radio, antena televisi dan kereta gantung. 8. SUTET 500 KV Sirkit Sirkit Ganda Tunggal (m) (m) SUTET 66 KV (m) SUTT 150 KV (m) 3 4 8.5 8.5 8 9 15 15 3 4 8.5 8.5 3 4 8.5 8.5 Rel kereta biasa 9. 10. Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar, kereta listrik terdekat dan sebagainya Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang/tertinggi pada lalulintas air 1. Dampak PLTU Jenis dampak yang terjadi pada PLTU biasanya tergantung pada sumber bahan bakar yang dipakai, yaitu bahan bakar minyak (HSD, residu atau MFO) dan bahan bakar batu bara. Pada umumnya PLTU dari bahan bakar minyak dampak yang terjadi berupa ceceran minyak dan oli bekas yang akan mempengaruhi kualitas air serta penurunan kualitas udara akibat adanya gas buang. Untuk PLTU dengan bahan bakar batubara dampak yang terjadi berupa penurunan kualitas udara akibat adanya gas buang (emisi), misalnya meningkatnya kandungan SOx, NOx dan debu (partikulat) juga abu dari batu bara (fly ash dan bottom ash) yang dikategorikan sebagai limbah B3. Dampak lain yang mungkin timbul adalah penurunan kualitas air berupa kenaikan suhu pada badan air. Untuk mengurangi limbah gas SO2 di udara, batu bara yang harus digunakan dianjurkan yang memiliki kadar sulphur rendah (kurang dari 1 %) atau dengan memasang Flue Gas Desulfurization (FGD) yang berfungsi menangkap gas SO2. Sedangkan untuk mengurangi debu (partikulat) di udara, adalah menggunakan alat Electrostatic Precipitator (EP) dengan efisiensi kurang lebih 95 % dan untuk mengurangi limbah NO2 menggunakan Low NO2 Burner untuk mengurangi gas NO2 di udara. 2. Dampak PLTD Untuk PLTD dampak yang terjadi dapat dikatakan tidak begitu penting dalam arti hanya limbah dari ceceran minyak/oli bekasyang akan masuk ke dalam badan perairan. Di samping itu pula akan mempengaruhi kualitas udara (SOx, NOx, CO dan Pb), dalam hal ini sangat tergantung berapa persen kadar sulfur yang ada pada bahan bakar tersebut. Selain itu akan terjadi kebisingan pada daerah kerja (mesin) pembangkit dan menurunnya kualitas udara jika terjadi pembakaran yang tidak sempurna. 3. Dampak PLTG dan PLTGU Dampak PLTG dan PLTGU biasanya tergantung pada sumber bahan bakar yang dipakai, yaitu bahan bakar minyak (HSD, residu atau MFO) dan bahan bakar gas. Pada umumnya PLTG dan PLTGU dari bahan bakar minyak dampak yang terjadi berupa ceceran minyak dan oli bekas serta penurunan kualitas udara disamping itu pula akan menimbulkan kebisingan. Untuk PLTG dan PLTGU dengan bahan bakar gas dampak yang terjadi berupa penurunan kualitas udara akibat meningkatnya temperatur udara pada radius tertentu untuk PLTG dan untuk PLTGU tidak berpengaruh. Disamping itu pula akan timbul gas buang SO2, NO2 dan CO serta kebisingan yang berasal dari peralatan PLTG dan PLTGU tersebut. 4. Dampak PLTP Jenis dampak yang terjadi pada PLTU biasanya adalah meningkatnya kandungan H2S pada kualitas udara yang dapat mengakibatkan terganggunya flora dan fauna di sekitar lokasi tersebut, karena biasanya PLTP dibangun dekat sumber panas bumi dan cenderung berada pada daerah sensitif (kawasan hutan lindung). Limbah cair (sisa kondensat) akan mengakibatkan pencemaran pada badan air karena mengandung logam berat misalnya boron. 5. Dampak PLTA Dampak PLTA secara umum dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak proyek terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap proyek. Dampak proyek terhadap lingkungan seperti perubahan tata guna lahan, perubahan iklim mikro karena adanya genangan, terjadinya kecelakaan masyarakat hilir akibat pelepasan air dan tingginya tingkat erosi dan sedimentasi. Sedangkan dampak lingkungan terhadap proyek seperti adanya sampah yang masuk ke dalam waduk dari hulu sungai, adanya erosi dan sedimentasi yang diakibatkan aktifitas masyarakat di pinggir waduk (genangan) atau DAS, meningkatnya pertumbuhan gulma air pada waduk dan perubahan kualitas air karena aktifitas industri di hulu sungai. Selanjutnya skema-skema berikut ini memberikan gambaran mengenai prosedur keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan proses persetujuan AMDAL dan tanggapan UKL/UPL. Masyarakat Berkepentingan Instansi Yang Bertanggung Jawab Pemrakarsa 1 2 Pengumuman Persiapan Penyusunan AMDAL 3 Saran, Pendapat, dan Tanggapan 4 Penyusunan 5 KA- ANDAL Konsultasi Saran, Pendapat, dan Tanggapan 6 Penilaian KA-ANDAL oleh Komisi (maks. 75 hari) 7 8 9 Saran, Pendapat dan Tanggapan Pengumuman Rencana Usaha dan Kegiatan Penyusunan ANDAL,RKL RPL Penilaian ANDAL, RKL RPL oleh Komisi (maks. 75 hari) 10 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bapelda/Gubernur Gbr. 4.1. Prosedur Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL Masyarakat Berkepentingan/ Instansi Teknis (DESDM Cq.DJLPE) Instansi Yang Bertanggung Jawab Pemrakarsa 1 2 Pengumuman Rencana Usaha dan Kegiatan Pengumuman Persiapan Penyusunan AMDAL Saran,Pendapat, dan Tanggapan Wajib AMDAL -Kep.MENLH No. 3 Tahun 2000 Ya 3 -KepMENLH No. 86 Tahun 2002 4 5 6 Berdampak Besar dan Penting Penyusunan Konsultasi Saran,Pendapat, dan Tanggapan - PP No. 27 Tahun 1999 Penilaian KA-ANDAL oleh Komisi KA- ANDAL 7 Rekomendasi (maks. 75 hari) Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL Saran, Pendapat dan Tanggapan 9 Penilaian ANDAL, RKL RPL oleh Komisi (maks. 75 hari) 10 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bapelda/Gubernur Tidak Pemrakarsa mengajukan kepada i UKL/UPL Instansi yang bertanggungjawab di bidang penglolaan lingkungan hidup Kab/Kota, Propinsi, dan KLH 8 Perbaikan (7 hari) (melakukan pemeriksaan form isian UKL/ULP selama 7 hari sejak diterimanya form isian) iii Belum sesuai Sesuai ii Gbr.4.2. Prosedur Persetujuan AMDAL dan Tanggapan UKL/UP